ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA i
Dhanu Priyo Prabowo
Sri Widati
Prapti Rahayu
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2015
ii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Pwnyusun:
Dhanu Priyo Prabowo
Sri Widati
Prapti Rahayu
Penyunting:
Dhanu Priyo Prabowo
Tirto Suwondo
Sri Widati
Rijanto
Pengumpul Data:
Dhanu Priyo Prabowo
Tirto Suwondo
Sri Haryatmo
Sri Widati
Herry Mardianto
Adi Triyono
Siti Ajar Ismiyati
Prapti Rahyu
Achmad Abidan H.A.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA/Dhanu Priyo Prabowo, Sri Widati, Prapti
Rahayu—cet. 3—Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2015
xxvi + 622 hlm; 15,5 x 24 cm.
ISBN: 978-979-185-235-7
Cetakan Pertama, Oktober 2010
Cetakan Kedua, November 2012
Cetakan Ketiga, Desember 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA iii
PENGANTAR
PENERBITAN KETIGA
Penerbitan karya yang dilakukan oleh Balai Bahasa Yogyakarta (BBY)
selama ini masih terbatas, baik dari segi banyaknya judul karya maupun
jumlah eksemplarnya. Alasan yang paling utama ialah anggaran terbatas.
Sampai saat ini BBY baru dapat menerbitkan sekitar 100-an judul dari
kurang lebih 475 karya yang dihasilkan. Sebagian besar dari karya itu
banyak dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi kami belum dapat memenuhi
harapan mereka dalam publikasi terbitan. Sehubungan dengan hal itu, pada
tahun Anggaran 2015, selain menerbitkan karya yang belum pernah terbit,
BBY juga menerbitkan ulang karya yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat. Karya yang diterbitkan ulang ialah (1) Yang Penting Buat
Anda, (2) Kamus Praktis Jawa-Indonesia untuk SD/MI, (3) Puspo
Rinonce, (4) Astana Kastawa, (5) Perempuan Bermulut Api, (6)
Ensiklopedi Sastra Jawa, (7) Proses Kreatif Penulisan dan Pemang-
gungan, (8) Peribahasa dalam Bahasa Jawa, (9) Wacana Eksposisi
Bahasa Jawa, (10) Morfologi Bahasa Jawa, dan (11) Aika, Maafkan
Aku!. Semoga bermanfaat.
Kepala Balai Bahasa DIY
Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.
iii
iv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
iv
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA v
PRAKATA
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Tahun ini Balai Bahasa Yogyakarta kembali hadir dengan menerbitkan
buku Ensiklopedia Sastra Jawa (2010). Buku ini merupakan pelengkap
bagi buku-buku lain yang telah diterbitkan sebelumnya, di antaranya Ikhtisar
Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Prakemerdekaan (2001),
Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Kemerdekaan
(2001), Glosarium Istilah Sastra Jawa (2007), dan lain-lain. Penerbitan
buku-buku tersebut, termasuk buku ini, dimaksudkan sebagai bagian dari
upaya pemenuhan kebutuhan bacaan —baik sebagai rujukan maupun yang
lain— bagi khalayak (siswa, guru, mahasiswa, dosen, peneliti, dan atau
siapa pun) yang berminat memasuki, lebih-lebih mendalami, kehidupan
sastra Jawa.
Penerbitan buku ini sangat penting artinya bagi dunia dan kehidupan
sastra Jawa karena sejauh dapat diamati penerbitan buku jenis ini belum
pernah ada. Oleh karena itu, kehadirannya perlu disambut gembira karena
melalui buku ini khalayak pembaca akan sangat terbantu dan akan lebih
mudah jika berkehendak memasuki sekaligus mempelajari sastra Jawa.
Sementara itu, Balai Bahasa Yogyakarta akan merasa sangat berguna jika
buku-buku hasil terbitannya, termasuk buku ini, digunakan (dibaca) oleh
khalayak (pembaca) sebagai salah satu dari sekian usaha peningkatan
kualitas hidupnya.
Akhirnya, ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada tim
penyusun (penulis), penyunting, tenaga administrasi, dan pencetak yang
telah ikut terlibat mulai dari awal sampai dengan buku ini terbit dan berada
di hadapan pembaca. Semoga buku ini benar-benar bermanfaat bagi semua
pihak. Selamat membaca!
Yogyakarta, 20 Oktober 2010
Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Drs. Tirto Suwondo, M.Hum.
NIP 19621130 198203 1 001
v
vi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
vi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA vii
KATA PENGANTAR PENYUSUN
Ensiklopedi Sastra Jawa ini merupakan ensiklopedi pertama dalam
bahasa Indonesia yang disusun berdasarkan hasil kerja sama tenaga-tenaga
tenaga fungsional dan peneliti sastra Balai Bahasa Yogyakarta. Karya ini
disusun secara bertahap sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Namun, sebelum penyusunan Ensiklopedi Sastra Jawa tersebut dimulai,
kegiatan awal sebagai bentuk persiapan sudah dilaksanakan jauh hari
sebelumnya melalui pengumpulan data-data yang berkaitan dengan rencana
penyusunan buku Ensiklopedi Sastra Jawa. Kegiatan awal itu berupa
pengumpulan data-data pengarang sastra Jawa dan istilah-istilah yang
berhubungan dengan sastra Jawa.
Pengetahuan mengenai sastra Jawa sebagai bagian dari perkembangan
ilmu tidak dapat ditinggalkan. Dalam sejarahnya yang panjang, dinamika
menyebabkan manusia tidak dapat dipisahkan sedemikian jauh dari segala
kejadian di masa lalu. Di lain pihak, manusia juga belum pernah dihadapkan
pada segala pembaharuan dan hal-hal asing sampai sedemikian rupa. Di
samping itu, timbul suatu asumsi bahwa bangsa Indonesia belum pernah
secara mendalam menyadari hakikat nilai sejarah dan estetika kesastraan
Jawa beserta masyarakat yang melingkupinya. Kenyataan tersebut men-
dorong penyusunan dan penulisan buku ini.
Para penyusun dan pembantu penyusun Ensiklopedi Sastra Jawa me-
nyadari bawah perkembangan yang cepat terjadi di tengah dinamika sastra
Jawa perlu untuk diantisipasi. Antisipasi itu diwujudkan dalam sebuah pe-
mikiran untuk mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sastra
Jawa, sejak Jaman Sastra Jawa Kuna sampai dengan Jaman Sastra Jawa
Modern atau sering disebut Sastra Jawa Gagrak Anyar. Dengan berbagai
persiapan yang telah direncanakan, penyusun dan para pembantu penyu-
sunan Ensiklopedi Sastra Jawa merupakan arti yang sangat menentukan
dalam persiapan karya penyusunan yang telah makan waktu 3 tahun. Dengan
lahirnya buku Ensiklopedi Sastra Jawa ini, penyusun Ensiklopedi Sastra
Jawa berusaha agar dapat menjadi hasil karya standar pada masa sekarang.
Diterbitkannya Ensiklopedi Sastra Jawa ini merupakan suatu bentuk
realisasi atas kesadaran bawah sebuah ensiklopedi pada hakikatnya me-
rupakan sarana komunikasi di masa kini. Mengomunikasikan seluk-beluk
yang berkaitan dengan sastra Jawa kepada masyakarakat merupakan suatu
vii
viii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
langkah dalam mengantisipasi perkembangan yang muncul. Menjadi ma-
syarakat modern bukan berarti harus melupakan hasil karya putra-putri
bangsa yang telah berjasa mewarnai sejarah kebudayaan di tanah airnya.
Karya sastra Jawa dengan para pengarangnya telah menjadi bagian integral
dari dinamika kebudayaan Indonesia. Keinginan untuk mempelajari sastra
Jawa yang semakin berkurang di tengah generasi muda khususnya atau
masyarakat pada umumnya, kian memberi dorongan yang kuat untuk tidak
menunggu terlalu lalu dalam mengomunikasikan sastra Jawa di tengah ma-
syarakat maupun dunia ilmu pengetahuan. Kehadiran buku ini sekaligus
ingin agar isolasi dan keterasingan yang selama ini muncul di tengah ma-
syarakat terhadap sastra Jawa dapat dijembatani. Serangkain kumpulan
karya yang bersifat khusus, dengan landasan ilmiah yang cukup bertanggung
jawab, yang menyajikan informasi cepat dan ringkas, sangat diperlukan di
masa kini. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat pembantu, Ensiklopedi
Sastra Jawa memberikan kontribusi karena disusun secara berimbang,
sesuai dengan kaidah-kaidah objektivitas dan dapat dipercaya. Penyusunan
Ensiklopedi Sastra Jawa ini disusun secara ilmiah: tidak memihak dan
objektif.
Yogyakarta, 23 September 2010
Penyusun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA ix
PETUNJUK PEMAKAIAN
Buku Ensiklopedi Sastra Jawa terdiri atas 2 bagian, yaitu (a) Bagian
yang tersusun menurut abjad; dan (b) Penjelasan umum tentang biodata
pengarang, istilah-istilah khusus kesastraan, dan tentang kelembagaan yang
berkaitan dengan sastra. Petunjuk-petunjuk berikut ini terutama menyangkut
bagian yang khusus tentang bagian yang tersusun menurut abjad.
1. Judul
Bagian ensiklopedi yang tersusun menurut abjad meliputi 4 buah ma-
salah (yaitu istilah khusus dalam sastra Jawa, karya-karya besar sastra
Jawa, pengarang-pengarang sastra Jawa, dan lembaga-lembaga yang berkait
dengan sastra Jawa), semuanya tersusun menurut abjad, masing-masing
dengan judul tertentu yang dicetak dengan huruf tebal.
Ada kalanya sebuah judul mengandung beberapa pengertian, maka di
belakang judul-judul tersebut dibubuhkan nomor urut tentang pengertian
tersebut, disertai bidang-bidang yang menunjuk pengertian tentang judul
tersebut. Sebagai penjelasan, atau untuk membatasi uraian atau permasa-
lahan, maka beberapa judul tertentu juga disertai penunjukan bidang per-
masalahan yang dibahas.
Di belakang judul-judul tertentu, terutama yang merupakan adaptasi
dari istilah-istilah asing, dicantumkan penjelasan asal kata istilah itu secara
etimologis. Sedapat mungkin juga disertakan sinonim dan terjemahan judul
yang diacu.
Pemilihan judul dengan kata. Tidak setiap pengertian dapat dipilih se-
bagai judul yang layak diuraikan dalam sebuah ensiklopedi. Ruangan sebuah
ensiklopedi khusus dise-diakan untuk istilah dan nama yang mengandung
uraian dan pengertian yang penting dan khusus. Istilah-istilah sastra Jawa
yang sudah memasyarakat dan dikenal secara umum, serta tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut, atau hanya mengandung uraian menurut disiplin
ilmu bahasa, tidak diliput dalam ensiklopedi ini karena hal-hal semacam
itu termasuk dalam wewenang kamus. Ensiklopedi ini juga tidak mencakup
istilah-istilah umum yang hidup dalam masyarakat.
Pemilihan tokoh-tokoh sastra yang ditampilkan, atau dijelaskan dengan
landasan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan posisi mereka dalam ke-
hidupan sastra, jenis kreativitas sastra yang diminati, karya-karya yang di-
ix
x ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
hasilkan, dan itegritasnya sebagai sastrawan Jawa, termasuk popularitasnya
dalam dinamika sastra Jawa. Dengan demikian, dimungkinkan pengarang
sastra Jawa yang sudah meninggal pun dapat ditampilkan dalam ensiklopedi
ini.
Termasuk tokoh sastra ialah kritikus atau pengamat sastra Jawa, yaitu
para pembaca sastra Jawa yang mampu memberi respon atau pandangan
intelektualnya terhadap karya yang dibacanya.
Nama-nama atau istilah-istilah yang tidak diuraikan secara khusus da-
lam bagian-bagian ensiklopedi ini, masih dimungkinkan dibahas dalam urai-
an di bawah nama judul lain yang lebih luas cakupannya.
2. Penyusunan Menurut Abjad
Uraian-uraian dalam ensiklopedi disusun sesuai dengan urutan judul-
judul yang tercetak tebal, menurut urutan abjad. Ejaan huruf khusus dari
bahasa asing, terutama bila menggunakan tanda-tanda baca khusus, urutan-
nya disesuaikan dengan huruf yang sama dalam bahasa Indonesia.
Judul-judul yang merupakan kata majemuk (atau lebih dari 2 kata),
disusun menurut huruf pertama dari kata yang pertama. Uraian tentang
tokoh sastra disusun menurut susunan pengabjadan nama depan atau ada
kalanya diurutkan berdasarkan pengurutan kronologis.
Khusus untuk nama pengarang yang tidak jelas nama keluarga dan
atau nama kecilnya, pengurutan ditentukan dengan urutan nama pertama,
atau nama kecil.
3. Sistem Penunjukan: Referensi Silang
Judul item yang dimasukkan ke dalam ensiklopedi ini kadang-kadang
keterangannya sudah diuraikan pada judul lainnya. Oleh karena itu, untuk
mempermudah pembacaan, digunakan referensi silang dengan menggunakan
kata lihat, misalnya: sambegana (lihat nawungkridha); sekar (lihat tem-
bang).
4. Susunan Uraian
Setiap uraian diusahakan diawali dengan definisi, atau dengan menon-
jolkan persoalan pokok permasalahan yang diperlukan. Pada uraian nama
pengarang, segera setelah nama pengarang tersebut ditulis, diberikan catatan
yang berkaitan dengan pengarang, seperti tempat dan tanggal lahir dan
meninggalnya (bila sudah meninggal), dan ditulis dalam tanda kurung; pro-
fesi selain sebagai pengarang; karya-karya penting yang ditulisnya, dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kepengarangan tokoh tersebut.
Adapun uraian tentang buku atau karya sastra Jawa penting, juga di-
berikan langsung setelah nama buku atau karya sastra Jawa penting itu
ditulis. Luas dan tidaknya sebuah masalah diuraikan, tergantung pada posisi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xi
masalah tersebut di tengah jagad sastra Jawa yang diacu. Perlu diketahui
bahwa Ensiklopedi Sastra Jawa adalah ensiklopedi khusus, yang disajikan
kepada masyarakat pemakai bahasa Jawa, dan masyarakat umum pembaca
sastra Jawa, baik sastra Jawa lama maupun sastra Jawa modern. Dengan
spesifikasi pembaca tersebut, redaksi memfokuskan masalah dan uraian
ke arah kesastraan Jawa, tidak kepada lingkup ilmu pengetahuan di luarnya.
Selain itu, redaksi dituntut menjabarkan setiap permasalahan kesastraan
sejelas mungkin, sehingga dapat berterima oleh para pembacanya.
Bila ada masalah-masalah yang sulit, terutama masalah-masalah yang
diadopsi dari bahasa asing, redaksi tidak mungkin menjelaskan secara ring-
kas karena dimungkinkan harus dilakukan penunjukkan ke bidang ilmu lain
untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat.
Segala uraian yang disusun dalam ensiklopedi ini dibawah tanggung
jawab pemimpin redaksi, staf redaksi, para peneliti sastra yang berperan
serta sebagai penyumbang. Kadang-kadang, terjadi beberapa penyumbang
menulis sebuah masalah. Maka, tulisan-tulusan sumbangan tersebut disun-
ting dalam satu uraian. Karena terbatasnya waktu penyusunan, redaksi be-
lum dapat menyertakan ilustrasi tentang masalah yang diuraikan, atau gam-
bar-gambar pengarang sastra Jawa.
5. Singkatan
Dalam sebuah uraian seringkali digunakan singkatan, yang mengguna-
kan kaidah singkatan yang disusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dari Pusat Bahasa Jakarta. Daftar singkatan yang digunakan dalam Ensi-
klopedi Sastra Jawa ini disertakan sebagai lampiran. Singkatan-singkatan
dalam lampiran tersebut diurutkan seperti pengurutan judul dan disusun
menurut abjad.
xii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
xii
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xiii
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENERBITAN KETIGA ........................................ iii
PRAKATA KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ..................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
PETUNJUK PEMAKAIAN ..............................................................ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii
a
a.y. suharyono (1952— ) ........................................................................ 1
achmad d.s. (1933—2002) ..................................................................... 2
ada-ada ................................................................................................... 2
adegan .................................................................................................... 4
adi soendjaja ........................................................................................... 4
adiparwa ................................................................................................. 5
ag. suharti (1920—) ............................................................................... 7
agus soegiyanto (1938—2000) ............................................................... 8
agus suprihono (1961—) ...................................................................... 10
akhir lusono (1970— ) ......................................................................... 11
akhmad nugroho (1955— ) .................................................................. 12
aleran .................................................................................................... 14
ambya ................................................................................................... 15
aming aminoedin (1957—) ................................................................... 18
amro juhendi (1938— ) ........................................................................ 18
andrik purwasito (1957— ) .................................................................. 19
anggarpati (1954— ) ............................................................................ 20
anggitan ................................................................................................ 21
anie soemarno (1943— ) ...................................................................... 21
anjar ani (1936—2008) ........................................................................ 22
anjrah lelanabrata (1947—2003) ......................................................... 23
antawacana ........................................................................................... 24
anteping tekad ...................................................................................... 24
any asmara (1913—1990) .................................................................... 25
any widayati ......................................................................................... 28
ardian syamsuddin (1955—) ................................................................ 28
ardini pangastuti (1960—) ................................................................... 29
ardjasoeparta ........................................................................................ 31
ariesta widya (1938— ) ........................................................................ 32
arjunasasra ........................................................................................... 34
xiii
xiv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
arswendo atmowiloto (1948—) ............................................................ 34
ary suharno (1963— ) .......................................................................... 37
aryono kadaryono (1952— ) ................................................................ 38
asmara asri ........................................................................................... 39
asmaradana .......................................................................................... 39
asmawinangoen .................................................................................... 40
asramawasanaparwa ........................................................................... 43
astuti wulandari .................................................................................... 44
atas s. danusubroto .............................................................................. 44
awicarita .............................................................................................. 46
b
babad .................................................................................................... 49
babad giyanti ........................................................................................ 50
babad pakepung ................................................................................... 51
babad prayut ........................................................................................ 52
babak .................................................................................................... 53
babon.................................................................................................... 53
balabak ................................................................................................. 54
baliswara .............................................................................................. 54
balungan ............................................................................................... 55
bambang (“kenthut”) widoyo s.p. (1957—1997) ................................. 55
bambang sadono s.y. (1957—) ............................................................. 58
banjaran................................................................................................ 59
banyol ................................................................................................... 59
bebasan ................................................................................................ 60
basoeki rachmat (1937—1985) ............................................................ 60
begawan ............................................................................................... 61
benne sugiarto (1962—1997) ............................................................... 63
bharatayuddha kakawin ........................................................................ 64
bhismaparwa ........................................................................................ 66
bhomakawya kakawin .......................................................................... 67
blongsong ............................................................................................. 70
boekhandel ab. sitti samsijah ................................................................ 70
bonari nabonenar (1964— ) ................................................................. 72
bramartani ............................................................................................ 74
brayan muda, sanggar sastra ................................................................ 76
budi palopo (1962— ) .......................................................................... 77
buddy l. worang (1941—) .................................................................... 80
c
cahyarini budiarti (1972—) .................................................................. 82
cakepan ................................................................................................ 83
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xv
calon arang ........................................................................................... 83
candra .................................................................................................. 85
candrakirana ........................................................................................ 86
candrasengkala .................................................................................... 86
cangkriman ........................................................................................... 86
carangan .............................................................................................. 89
carik ..................................................................................................... 90
cebolek ................................................................................................. 90
cemporet .............................................................................................. 90
cenderawasih ....................................................................................... 92
cengkok ................................................................................................ 93
cerita menak ........................................................................................ 93
cerita sambung ..................................................................................... 96
crita ...................................................................................................... 98
crita cekak ........................................................................................... 99
d
daniel tito (1957—) ............................................................................ 101
darmagandhul, suluk .......................................................................... 101
darmo kondo ....................................................................................... 114
dasanama ............................................................................................ 115
dayasastra .......................................................................................... 115
dewaruci kakawin ............................................................................... 116
dhalang ............................................................................................... 120
dhandhanggula ................................................................................... 121
dhanu priyo prabowo (1961— ) ......................................................... 121
dharma kandha ................................................................................... 122
dharmacunya kakawin ........................................................................ 123
dhialog ................................................................................................ 124
diah hadaning (1940— ) ..................................................................... 124
didik sedyadi (1964—) ....................................................................... 127
dirga melik.......................................................................................... 129
dirga mendut ....................................................................................... 130
dirgamure ........................................................................................... 130
djaimin k. (1939—) ............................................................................ 131
djajasoekarsa ...................................................................................... 131
djaka lelana ........................................................................................ 133
djajus pete (1948—) ........................................................................... 133
djaka lodhang ..................................................................................... 135
dluwang .............................................................................................. 136
dokter soetomo (1888—1938) ............................................................ 141
dongeng .............................................................................................. 145
drama ................................................................................................. 146
duduk wuluh ........................................................................................149
xvi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dwi sulistyorini (1974—) .................................................................... 149
dyah kushar ........................................................................................ 150
e
e. suharjendra (1939—) ...................................................................... 152
edi triono jatmiko (1964— ) ............................................................... 153
effy widianing (1963— ) .................................................................... 153
ekapti lenda anita (1967— ) ............................................................... 154
eko heru saksono (1960— ) ................................................................ 156
eko margono (1971— ) ...................................................................... 156
eko nuryono (1974— ) ....................................................................... 158
elisabeth d. inandiak ........................................................................... 159
elly...................................................................................................... 160
empu................................................................................................... 162
endang sri sulistyarini (1962— ) ........................................................ 163
endang wahjoeningsih ......................................................................... 164
entar ................................................................................................... 164
eny keosdarlijah s. (1951— ) ............................................................. 165
es danar pangeran (1968— ) .............................................................. 166
esmiet (1938—2003) .......................................................................... 167
g
gagrag anyar ....................................................................................... 171
gagrag lawas ...................................................................................... 171
gambuh ............................................................................................... 172
gancaran ............................................................................................. 174
garba .................................................................................................. 174
gatholoco, suluk ................................................................................. 175
gatra ................................................................................................... 179
gatra purwaka .................................................................................... 179
gatra tebusan ...................................................................................... 180
geguritan ............................................................................................ 180
gendon humardani .............................................................................. 184
gerongan ............................................................................................. 185
ghatotkacasraya kakawin ................................................................... 185
gotong royong..................................................................................... 188
greget .................................................................................................. 188
grup diskusi sastra blora .................................................................... 188
gugon-tuhon ....................................................................................... 189
gumregah ............................................................................................ 191
gupita sari .......................................................................................... 192
guru lagu ............................................................................................ 192
guru wilangan ..................................................................................... 193
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xvii
h
handung kussudyarsana (1933—1991) .............................................. 194
hardjawiraga (1885—1963) ............................................................... 196
hardjono h.p. ...................................................................................... 198
harian express .................................................................................... 199
haricraya ............................................................................................ 199
hariwangsa kakawin ........................................................................... 200
hartono kadarsono (1939— ) ............................................................. 202
harwi mardiyanto (1965— ) ............................................................... 204
harwimuka (1960— ) ......................................................................... 205
herry lamongan (1959— ) .................................................................. 208
husen kertanegara (1960— ) .............................................................. 212
i
imam sardjono (1926—) .................................................................... 213
imam supardi (1904—1963) .............................................................. 213
iman budhi santosa (1948— ) ............................................................ 216
indriyasiwi a.r. (1962—) .................................................................... 219
is sarjoko (1939—) ............................................................................ 221
ismiyati ............................................................................................... 222
ismoe rianto (1942—) ........................................................................ 224
isbat .................................................................................................... 224
j
j.f.x. hoery .......................................................................................... 226
jangka ................................................................................................. 229
janturan .............................................................................................. 233
japamantra ......................................................................................... 234
jarot setyono (1962— ) ...................................................................... 235
jarwa .................................................................................................. 236
jasawidagda (1886—1958) ................................................................ 237
jaya baya ............................................................................................ 239
jejer .................................................................................................... 240
jujuk sagitaria (1944—) ..................................................................... 240
jurudemung ........................................................................................ 242
k
kadjawen (kajawen) ............................................................................ 243
kakawin .............................................................................................. 243
kakawin arjunawijaya ......................................................................... 245
kakawin arjunawiwaha .......................................................................247
kalangwan ...........................................................................................250
xviii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
kalimasada, sanggar ........................................................................... 251
kampito (1954— ) .............................................................................. 252
kamsa ................................................................................................. 253
kamsa wirjasaksana ........................................................................... 254
karas .................................................................................................. 255
karkono partokusuma (1915—2002) .................................................. 255
kartadirdja .......................................................................................... 256
kasiadi (1946—) ................................................................................. 257
kasmidjo (1924— ) ............................................................................. 258
kawi .................................................................................................... 258
kawi miring ......................................................................................... 259
kawindra ............................................................................................ 261
kekasihku ........................................................................................... 262
kelik eswe (sugeng wiyadi) (1964— ) ............................................... 262
keluarga soebarno .............................................................................. 264
kembang brayan ................................................................................. 264
kenja bre tegawangi ........................................................................... 264
kentrung ............................................................................................. 265
kerata basa ......................................................................................... 266
kertas ................................................................................................. 267
kertas eropa ....................................................................................... 267
khoirul soleh (1968— ) ....................................................................... 267
ki loemboeng ...................................................................................... 269
ki nartasabda ...................................................................................... 270
kidung ................................................................................................. 272
kidung subrata .................................................................................... 273
kinanthi ............................................................................................... 274
koesalah soebagyo toer (1935— ) ..................................................... 275
koesoemadigda ................................................................................... 276
koja-jajahan ........................................................................................ 277
korawacrama ..................................................................................... 279
krendhadigdaja ................................................................................... 280
kresnayana kakawin ........................................................................... 281
krishna mihardja (1957—) .................................................................. 287
kunjarakarna ...................................................................................... 289
kunthi .................................................................................................. 293
kuswahyo s.s. rahardjo (1954—) ....................................................... 294
kyai asnawi hadisiswojo ..................................................................... 294
l
lagu dolanan ....................................................................................... 296
lakon ................................................................................................... 296
lambang .............................................................................................. 296
lastri fardani ....................................................................................... 300
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xix
latar .....................................................................................................300
liesty a.s. (1968— ) .............................................................................303
loem min noe .......................................................................................303
lontar ...................................................................................................306
lubdhaka kakawin ................................................................................306
m
m. tahar (1931—) .............................................................................. 309
macapat .............................................................................................. 310
majalah purnama ................................................................................ 311
manggala ............................................................................................ 311
mangkunagara, k.g.p.a.a. ................................................................... 313
manikmaya ......................................................................................... 315
mantini w.s. ........................................................................................ 318
marciana sarwi (1971— ) .................................................................. 319
margareth widhy pratiwi (1961— ) .................................................... 319
maria kadarsih (1952—) .................................................................... 322
maryono notosuwignyo (1936— ) ...................................................... 323
maskumambang.................................................................................. 325
matra .................................................................................................. 326
medan bahasa basa jawi ..................................................................... 327
megatruh ............................................................................................ 327
mekar sari ........................................................................................... 328
menak beraji ....................................................................................... 329
menak cina ......................................................................................... 330
menak demis ....................................................................................... 331
menak gandrung ................................................................................. 331
menak jamintoran ............................................................................... 331
menak janimbar .................................................................................. 332
menak kalakodrat ............................................................................... 332
menak kandabumi ............................................................................... 333
menak kanin ....................................................................................... 333
menak kanjun ..................................................................................... 334
menak kaos ......................................................................................... 334
menak kuristam .................................................................................. 335
menak kustub ..................................................................................... 335
menak kuwari ..................................................................................... 335
menak laknat ...................................................................................... 336
menak lare .......................................................................................... 338
menak malebari .................................................................................. 338
menak ngajrak .................................................................................... 340
menak purwakanda .............................................................................341
menak sarehas ....................................................................................342
xx ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
menak serandil ................................................................................... 344
menak sorangan ................................................................................. 345
menak sulub ....................................................................................... 345
menak talsamat .................................................................................. 346
metrum ............................................................................................... 346
mijil ..................................................................................................... 348
minggon (jawa) jenggala .................................................................... 348
moch nursyahid purnomo (1949—2005) ............................................ 349
moelyono soedarmo (1929—) ............................................................ 350
mohammad yamin M.S. (1957—) ...................................................... 350
mosalaparwa ...................................................................................... 351
mulyantara k. harjana (1965— ) ........................................................ 352
muria .................................................................................................. 353
muryalelana (1930—2002) ................................................................. 353
n
nagarakrtagama .................................................................................. 357
narasi .................................................................................................. 362
naskah ................................................................................................ 362
nawungkridha ..................................................................................... 363
nga’din (1952—) ................................................................................ 363
ngalimu anna salim (1939—1976) ..................................................... 364
ngawi .................................................................................................. 365
nges .................................................................................................... 365
ngudarasa ........................................................................................... 366
ninda-stuti .......................................................................................... 367
nipah................................................................................................... 368
niti ...................................................................................................... 368
novel ................................................................................................... 368
noviyana diyah trisnaeni (1972—) ..................................................... 368
nyekar ................................................................................................. 369
nyitno munajat (1966—) .................................................................... 369
n. sakdani (1939— ) ........................................................................... 371
o
ode ...................................................................................................... 374
oemaryanto effendi (1955—).............................................................. 375
onomatope .......................................................................................... 376
p
pada .................................................................................................... 379
padmasoesastra (1843—1926)........................................................... 381
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxi
padmosoekotjo (1909—1986) .............................................................384
paheman ..............................................................................................387
pakem .................................................................................................. 388
panembrama .......................................................................................388
pangkur ...............................................................................................388
panglipur wuyung ................................................................................389
panglocita ............................................................................................391
panyaruwe ..........................................................................................392
paraga .................................................................................................393
paramengkawi .....................................................................................395
parikan ................................................................................................395
parwa ..................................................................................................397
pawukon ..............................................................................................399
pedhotan ..............................................................................................400
pegon ...................................................................................................401
pengarang ............................................................................................402
pengutik ...............................................................................................403
peni r. swastika (1974— ) ...................................................................403
pepali ...................................................................................................404
pepindhan ............................................................................................404
peprenesan ..........................................................................................406
pionir ...................................................................................................407
plagiat ..................................................................................................408
plutan ...................................................................................................409
pocung .................................................................................................409
poedjaardja ..........................................................................................410
poer adhie prawoto (1950—2001) ...................................................... 411
poerbatjaraka (1884—1964) ...............................................................413
poerwadarminta w. j. s. (1903—1968) ..............................................415
poerwadhie atmodihardjo (1919—1988) .............................................416
pralambang ..........................................................................................419
pranasmaran .......................................................................................420
priyono winduwinoto (1907—1969) ....................................................420
pujangga ..............................................................................................421
pupuh ...................................................................................................422
purwakannthi .......................................................................................422
purwapada ..........................................................................................424
pustaka ................................................................................................424
r
r.b. soelardi (1885/1888—) ................................................................ 425
r.d.s. hadiwidjana (1895—) .................................................................426
r. intojo (1912—1965) .........................................................................428
xxii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
r. m. soejadi madinah (1928—) .......................................................... 430
r.m. wisnoe wardhana (1929—2002) ................................................. 432
r.m. yunani prawiranegara (1948—2009) .......................................... 436
r.ng. ranggawarsita ............................................................................ 436
rachmadi k. (1932— ) ........................................................................ 437
ragil suwarna pragolapati (1948—1990) ............................................ 438
rajah ................................................................................................... 441
rara soedarmin ................................................................................... 441
ratih retno hartati (1962—) ................................................................ 442
retorika ............................................................................................... 442
rita nuryanti (1969— ) ........................................................................ 442
roeswardijatmo (1948) ....................................................................... 444
rohadi ienarto (1972— ) ..................................................................... 446
roman ................................................................................................. 446
rumpakan ........................................................................................... 447
rûpaka ................................................................................................ 447
rura-basa ............................................................................................ 448
s
s. diarwanti (1951—) ......................................................................... 449
s.k. trimoerti (1912—) ....................................................................... 450
sadwara hatmasarodji ......................................................................... 451
saloka ................................................................................................. 451
sambegana .......................................................................................... 452
(lihat nawungkridha) .......................................................................... 452
samiyoso (1939—) ............................................................................. 452
sandiasma ........................................................................................... 453
sandiwara ........................................................................................... 454
sanepa ................................................................................................ 454
sanggar ............................................................................................... 455
sanggit ................................................................................................ 457
saroja .................................................................................................. 457
sartono kusumaningrat (1964—) ........................................................ 458
sasetya wilutama (1963—) ................................................................. 459
sasmita tembang ................................................................................. 459
sastra .................................................................................................. 460
sastra laku .......................................................................................... 461
sastra panji ......................................................................................... 461
sastra primbon .................................................................................... 462
sastra wayang ..................................................................................... 463
sastraharsana ...................................................................................... 464
satim kadaryono (1928—) .................................................................. 465
satire .................................................................................................. 466
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxiii
sekar (lihat tembang) ..........................................................................466
sem ......................................................................................................466
senggakan ...........................................................................................467
senggono (1924—1999) ......................................................................468
sengkalan ............................................................................................470
serat menak .........................................................................................471
sinom ...................................................................................................471
sita t. sita (1958—) .............................................................................472
siti aminah (1972—) ............................................................................473
s.l. supriyanto (1937—) .......................................................................474
slamet isnandar (1946—) ....................................................................474
šlesa ....................................................................................................475
šlista ....................................................................................................476
soebagijo i.n. (1924—) ........................................................................476
soedarma k.d. (1934—1980) ..............................................................479
soedjono roestam ................................................................................482
soegeng tjakrasoewignja .....................................................................484
soekarman sastrodiwiryo (1946—) .....................................................485
soenarno sisworahardjo (1904—) .......................................................486
soeradi wirjoharsana ...........................................................................488
soeratman sastradihardja ....................................................................489
soesanto tirtoprodjo (1900—1969) ......................................................490
somdani (1938—) ................................................................................491
sr. soemartha .......................................................................................493
sri kanah k. ..........................................................................................494
sri koentjara .........................................................................................494
sri koesnapsijah ...................................................................................497
sri marhaeni .........................................................................................497
sri setyorahayu (1949—) ....................................................................500
sri setyowati (1965—) .........................................................................501
sriyono (1945—) .................................................................................502
st. iesmaniasita (1933—2000) .............................................................503
st. sri mulyani (1965— ) ......................................................................506
stereotipe .............................................................................................507
stilistika ................................................................................................508
suci hadi suwita (1936— ) ..................................................................508
sudarsin (1950—) ................................................................................510
sudaryono ............................................................................................ 511
sudi yatmana (1937—) ........................................................................513
sudibjo z. hadisutjipto (1936—) ...........................................................515
sugeng adipitoyo (1965—) ..................................................................515
sugeng dwianto (1966—) ....................................................................516
sugesti .................................................................................................517
sugiarta sriwibawa (1932— ) ..............................................................517
xxiv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
suhadi tukang cukur (1940—) ............................................................ 519
suharmono kasiyun (1953— ) ............................................................ 520
suhendriyo (1953—)........................................................................... 522
sukardo hadisukarno (1953—) ........................................................... 525
suluk ................................................................................................... 526
sumardjono (1930— ) ........................................................................ 529
sumono sandy asmoro (1971— ) ....................................................... 532
sunarko budiman (1960—) ................................................................. 533
supardi (1953— ) ............................................................................... 535
suparto brata (1932—) ....................................................................... 537
surealisme .......................................................................................... 540
suripan sadi hutomo (1940—2001)..................................................... 541
suryadi ws. (1940—) ......................................................................... 545
suryanto sastroatmodjo (1957—2007) ............................................... 547
susiati martowiryo (1943— ) ............................................................. 549
susilomurti (1936—1986) ................................................................... 550
suwardi endraswara (1964— ) .......................................................... 551
suyatmin widodo (1971—) ................................................................. 553
t
t.s. argarini (1938— ) ......................................................................... 556
tamsir a.s. (1936—) ........................................................................... 557
tasawuf ............................................................................................... 558
teguh munawar (1947— ) .................................................................. 559
teks ..................................................................................................... 560
tema .................................................................................................... 561
tembang .............................................................................................. 561
tendens ............................................................................................... 563
tengsoe tjahjono (1958—) .................................................................. 564
th. sri rahayu prihatmi (1944— ) ....................................................... 564
tinta .................................................................................................... 565
titah rahayu (1963—) ......................................................................... 566
titilaras ............................................................................................... 567
tiwiek s.a. ........................................................................................... 567
tjah alas boeloe ................................................................................... 569
tjahjono widarmanto (1969—) ........................................................... 569
topik ................................................................................................... 570
totilawati tjitrawasita (1945—1982) .................................................. 570
tradisional ........................................................................................... 571
transenden .......................................................................................... 572
tri wahyono (1953—) ......................................................................... 572
trilogi .................................................................................................. 573
triman laksana (1961—) ..................................................................... 573
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxv
trim sutidjo (1938— ) ..........................................................................574
turiyo ragilputra (1964— ) ...................................................................576
tutur .....................................................................................................579
u
ukara sesumbar .................................................................................. 580
upamãma/upama ................................................................................ 581
ura-ura ............................................................................................... 581
ûrjasvi ................................................................................................ 582
ustadji pantja wibiarsa (1961—) ........................................................ 582
utpreksa .............................................................................................. 583
v
varian ................................................................................................. 584
versi .................................................................................................... 584
virodha ............................................................................................... 584
višesokti ............................................................................................. 585
vyãtireka ............................................................................................. 585
w
wadana ............................................................................................... 586
wahyu haryanto (1972— ) ................................................................. 586
wahyudi (1959—) .............................................................................. 587
wangsalan ........................................................................................... 588
warisman (1957—) ............................................................................ 590
wasanapada (lihat pada) ..................................................................... 591
watak .................................................................................................. 591
wewaler (lihat pepali) ......................................................................... 592
whani darmawan (1966— ) ................................................................ 592
widi widayat (1928—1999) ............................................................... 593
widodo basuki (1967— ) .................................................................... 595
wieranta (1958—) .............................................................................. 596
wilah ................................................................................................... 597
wiracarita ........................................................................................... 597
wirangrong ......................................................................................... 597
wirid ................................................................................................... 598
wirodha (lihat virodha) ....................................................................... 599
wisnu sri widada (1940— ) ................................................................ 599
wulang ................................................................................................ 600
xxvi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
y
y. sarworo soeprapto (1958—) .......................................................... 601
yan tohari (1969— ) ........................................................................... 602
yes ismie suryaatmadja ...................................................................... 604
yoga.................................................................................................... 604
yogaswara .......................................................................................... 605
yogi ..................................................................................................... 605
yohanes siyamto (1965—) ................................................................. 606
yudhet (1960—2008) ......................................................................... 607
yudi aseha (1954—) ........................................................................... 608
yudimanto (1953— ) .......................................................................... 609
yuli setyo budi (1964—) ..................................................................... 610
yunani (1946— ) ................................................................................ 610
yusuf susilo hartono (1958— ) ........................................................... 613
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 615
BIODATA PENYUSUN ................................................................... 621
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 1
a
a.y. suharyono (1952— ) “Lembar Sastra dan Budaya” di
TVRI Yogyakarta. Dan sejak bekerja
A.Y. (Antonius Yohanes) Suhar- di LIP (1976) ia memilih menjadi pe-
yono dilahirkan di Yogyakarta, tepat- nulis bebas yang tidak terikat pada
nya di Suryoputran, pada 28 Juli salah satu media.
1952. Ayahnya almarhum bernama
Yusuf Budjosudiro, berpendidikan Karya-karya A.Y. Suharyono
MULO, mantan abdi dalem keraton tersebar di berbagai media cetak, se-
Yogyakarta. Sedangkan ibunya ber- perti Kumandhang, Kunthi, Parike-
nama Maria Djuwarijah Budjosudiro sit, Panakawan, Jawa Anyar, Dhar-
(almarhum). A.Y. Suharyono meni- ma Kandha, Dharma Nyata, Kem-
kahi Sutirahayu Pujihertanti pada 23 bang Brayan, Panjebar Semangat,
Desember 1979. Buah hatinya dua: Jaka Lodang, Mekar Sari, dan se-
Theresia Yuniaryani (lahir 1981), sar- bagainya. Karangannya berupa cer-
jana sastra Indonesia Universitas Sa- kak, novel, esai, naskah ketoprak,
nata Dharma, sudah bekerja, danAn- dan guritan. Novelnya yang telah
thonius Febrinawan Prestianto (lahir terbit, antara lain, Kubur Ngemut
1983) masih kuliah di Universitas Ne- Wewadi (Sinar Wijaya, 1998); Lint-
geriYogyakarta.Alamat terakhir A.Y. ang Saka Padhepokan Gingsing
Suharyono di Mangkuyudan MJ III/ (Pustaka Nusatama, 1998); dan Si-
345 Yogyakarta 55143. rah (Wedatama Widya Sastra, Ja-
karta, 2002). Beberapa cerkak kar-
A.Y. Suharyono menempuh pen- yanya masuk dalam beberapa buku
didikan formal di kota Yogyakarta, antologi bersama. Kini, hampir selu-
tepatnya SD Keputran VI (lulus ruh karyanya didokumentasi dengan
1964), SMP (lulus 1968), dan STM baik; yang dari koran dikliping dan
I jurusan bangunan (tamat 1971). Pa- yang di majalah dijilid.
da 1972-1975 A.Y. Suharyono men-
jadi wartawan Kembang Brayan dan Dalam karier kepengarangannya,
Ketua Sanggar Brayan Muda. Mulai pengarang yang pernah bergabung
1976 ia menjadi staf Tata Usaha di dengan Persada Studi Klub (PSK) ta-
Lembaga Indonesia Perancis (LIP). hun 1960-an itu telah menerima be-
Sampai kini ia masih aktif mengurusi berapa penghargaan, di antaranya, se-
majalah Pagagan dan Sanggar Sastra bagai Juara I Lomba Mengarang Cri-
Jawa Yogyakarta. Selain sering me- ta Cekak FKY (1991), Juara I Lom-
nyajikan makalah di berbagai semi- ba Penulisan Materi P4 Bahasa Jawa
nar, menjadi tutor Bengkel Sastra Ja- tingkat Kodia Yogyakarta (1992,
wa di Balai Bahasa Yogyakarta, ber- Juara Lomba Penulisan Materi P4
sama kawan-kawan ia terkadang Bahasa Jawa tingkat Propinsi DIY
mengisi acara “Pringgitan” dan (1993), Juara I Lomba Penulisan
2 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Esai Bahasa Jawa FKY (1994), dan Genta, dan mingguan milik kepoli-
Juara II Lomba Penulisan Cerbung sian Bharata di Surakarta. Sejak ta-
versi Sanggar Triwida Jawa Timur hun 1970 Achmad D.S. juga menjadi
1995). Dan pada 1998, ia mendapat redaktur Dharmakandha, di sam-
hadiah sastra “Sinangling” (sebagai ping menjadi wartawan Pikiran Rak-
penulis terbaik) versi Sanggar Sastra yat di Bandung.
Jawa Yogyakarta.
Achmad D.S. dikenal sebagai
achmad d.s. (1933—2002) pengarang dua bahasa (Jawa dan
Indonesia). Ia merupakan pengarang
Achmad D.S. lahir di Gembleng- yang cukup produktif. Di samping
an, Sala, pada tanggal 6 Juni 1933. menulis sastra (novel, cerpen, dan
Orang tuanya berasal dari Madura. artikel), ia juga mengisi ruang sastra
Achmad D.S. hanya berpendidikan dan budaya di berbagai radio, di anta-
terakhir SMABagianA. Bakat kepe- ranya di RRI Surakarta. Karyanya
ngarangannya berkembang bukan yang berbahasa Jawa, antara lain be-
berkat pendidikan formal, melainkan rupa novel panglipur wuyung, mi-
berkat belajar sendiri secara otodi- salnya Galih Gelang (enam jilid),
dak, di samping tumbuh dari penga- Kripik Baturetna (dua jilid), Miyak
lamannya dalam bidang jurnalistik. Wewadi, Jebule mung Ngono, Ati
Gosong, dan berupa cerpen seperti
Sebelum terjun ke bidang kepe- “Mung Kuwi Mitraku” (dalam La-
ngarangan, ia pernah menjadi pega- ngite Isih Biru, 1975). Karya-karya
wai Jawatan Pertanian Rakyat ba- ini terbit sekitar tahun 1966. Semen-
gian Penyelidikan Gula dan Tebu tara itu, karya-karyanya yang berba-
Rakyat. Namun, sebagai pegawai ia hasa Indonesia, di antaranya Agni
tidak tahan duduk terus-menerus di Ayu Patah Hati, Janget Kinatelon,
kantor. Itu tidak sesuai dengan pang- Panggilan Pahlawan, Pengantar
gilan jiwanya. Karena itu, baru se- Kewajiban Penyair, dan Pengadilan
kitar setengah tahun, Achmad D.S. Subversif Jusuf Muda Dalam. Na-
keluar dari pekerjaannya dan lebih mun, sayang pengarang ini mening-
memilih bekerja di bidang jurnalis- gal di Sala pada tahun 2002.
tik (kewartawanan). Karena itu, se-
jak tahun 1953 Achmad D.S. men- ada-ada
jadi wartawan Pedoman dan Siasat
di Jakarta. Ada-ada adalah suara atau vo-
kal dalang, mirip suluk atau bagian
Pada tahun 1959—1960 Ach- dari suluk atau jenis suluk, untuk
mad D.S. menjadi pemimpin redaksi membantu penonton mengimajinasi-
majalah Peristiwa dan Nyata di Su- kan suasana tertentu, sesuai dengan
rabaya, redaktur majalah Film Star jalan cerita yang dikehendaki dalang.
News, dan redaktur surat kabar Su- Dengan mendengar ada-ada diha-
rakarta di Sala. Kemudian, sejak ta- rapkan penonton akan dapat mem-
hun 1966 ia menjadi redaktur ming- persiapkan imajinasinya untuk me
guan Angkatan Bersenjata, majalah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 3
ngikuti suasana pada adegan beri- “Ada-adaSlendroSanga”
kutnya.
Bumi gonjang-ganjing, langit
Ada-ada juga disebut suluk ga- kelap-kelap katon,
rang, dinamik. Sedangkan suluk lir kincanging aris, risang ma-
yang amat garang, biasanya disebut weh gandrung sabarang kadulu
ada-ada greget-saut. ee. ...ngngng.
Pada pedalangan gagrak Sura- “Ada-ada Girisa”
karta, ada-ada dibagi atas beberapa Rep sidhem premanem tan ana
jenis. Ada-ada Girisa untuk adegan sabawane walang myang awi-
jejer, bedholan tamu, atau adegan sik, kang kapiyarsa mung swa-
raja raksasa. Adaada Mataraman rane abdi kriya, gendhing,
untuk saat menjelang pemberang- myang kemasan ingkang, samya
katan pasukan. Ada-ada Palaran nambut kardi saya animbuhi,
untuk raksasa mengamuk dalam pe- aseri senen jroning, .. Ooo,
rang kembang. Ada-ada Mang- ngngng ... penangkilan. Sang
galan untuk raja raksasa pada ade- nata lon masabda ywa sang bu-
gan pathet sanga. Ada-ada Greget pati.
Saut Jangkep untuk satria masuk
hutan. Ada-ada Greget Saut Sram- “Ada-ada Greget Saut”
bahan untuk suasana tegang. Rarasing reh sang nahenkung
Adaada Greget Saut Jugag untuk ing dyah kang kapadhaning sih,
suasana sangat tegang, Ada-ada .... 0, … Ngngng ... kangsang-
Tlutur untuk suasana tegang bernada saya ing turidha rudhatine ang-
sedih, Ada-ada Greget Saut Cekak ranuhi ngrancaka tcinah wigena
untuk suasana tegang sekali dan ter- ginupita ing sahari, ... ngngng.’
gesa-gesa.
Sementara itu, pada Wayang
Menurut Serat Sastramiruda Kulit Purwa gagrak Jawa Timuran
karya K.P.A. Kusumadilaga, ada- lain lagi.
ada dalam pergelaran Wayang Kulit
Purwa baru ada tahun 1443 Saka, “Ada-ada Greget Saut Ngelik”
ditandai dengan candra sengkala: Bumi gonjang-ganjing langit
Dadi Geni Sucining Jagad. Pencipta kumelap, sabarang kadulu lir
ada-ada adalah Sunan Kudus, salah moyag-mayig, saking tyas ba-
seorang dari sembilan wali penyebar liwur
agama Islam di Pulau Jawa.
Ada-ada yang digunakan dalam
Berikut ini syair beberapa jenis pergelaran Wayang Kulit Purwa
ada-ada yang sering digunakan oleh gagrak Surakarta terdiri atas:
Ki Dalang Nartasabda (Alm) dari 1. Ada-ada Girisa, digunakan pa-
Semarang.
da adegan jejer pertama, sesudah
pathetan Nem Ageng: kedua, di-
gunakan pada adegan Piso-
4 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
wanan nJawi setelah suwuk gen- adegan
ding; ketiga, digunakan pada
adegan Sabrang Denawa; dan Dalam sastra Jawa istilah ade-
keempat, untuk mengiringi tamu gan mempunyai beberapa beberapa
yang mempunyai sifat sereng. pengertian, yaitu dalam jejeran pe-
2. Ada-ada Mataraman, diguna- wayangan dan dalam sandiwara atau
kan untuk srambahan, tidak un- drama. Dalam jejeran dunia pewa-
tuk adegan khusus. yangan adegan adalah pemunculan
3. Ada-ada Hastakuswala, diguna- tokoh baru atau pergantian suasana
kan pada saat tokoh patih me- atau latar. Biasanya, pada kesem-
ngumpulkan prajurit. patan tersebut ditampilkan pertemu-
4. Ada-ada Budhalan Mataraman, an antara beberapa pelaku dan me-
digunakan pada saat tokoh patih reka mengadakan pembicaraan ten-
panglima perang memberang- tang suatu masalah tertentu. Misal-
katkan prajurit ke suatu tempat. nya, jejer Pandawa yang menampil-
5. Ada-ada Greget Saut Sanga, kan tokoh-tokoh Pandawa dan jejer
untuk adegan saat menjelang pe- Hastina memunculkan tokoh-tokoh
rang kembang. Hastina. Adegan dalam sandiwara
6. Ada-ada Palaran, untuk adegan atau drama adalah bagian lakon yang
menjelang perang kembang. terdiri atas beberapa adegan. Dalam
7. Ada-ada Wrekudara Mlumpat, teori drama klasik, drama itu terdiri
digunakan pada saat Bima akan atas lima babak yang menunjukkan
berjalan ke suatu tempat. lakuan sebagai berikut: (1) paparan
8. Ada-ada Manggalan, untuk yang berisi keterangan tentang latar
adegan raja raksasa pada pathet dan tokoh, (2) konflik yang semakin
sanga. seru, (3) klimaks atau krisis, (4) le-
9. Ada-ada Manyura, untuk ade- raian, dan (5) penyelesaian.
gan srambahan.
10. Ada-ada Greget Saut Manyura, adi soendjaja
untuk adegan Gatotkaca bilama-
na hendak terbang. Riwayat hidup Adi Soendjaja
11. Ada-ada Jugag, untuk adegan tidak diketahui secara pasti. Kalau
srambahan. dilihat hasil karyanya, yaitu novel In-
diani terbitan Boekhandel Putra
Pada pedalangan gagrak Yogya- (t.t.), tampaknya pengarang ini ber-
karta, suluk ada ada meliputi ada- asal dari lingkungan keluarga pri-
ada wetah atau utuh, jugag pendek, yayi karena tokoh dan suasana cerita
dan cekak atau pendek sekali. Su- yang digambarkan di dalamnya sa-
lukan ada-ada seluruhnya tergolong ngat dekat dengan suasana dalam ke-
karakter Greget saut, yaitu Sulukan hidupan priyayi. Novel Indiani ber-
yang harus dibawakan dalang untuk cerita tentang romantika seorang gu-
membantu perubahan suasana ade- ru desa yang menaruh minat dalam
gan, tokoh. keadaan tertentu. bidang kesenian (wayang orang).
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 5
Novel Indiani karya Adi Soen- terdapat cerita mengharu laut perasa-
djaja ditulis dengan bahasa Jawa an yang menyebabkan keluarnya air
krama. Di dalamnya dicoba dikete- hidup dan mulai timbulnya gerhana
ngahkan peran wanita secara aktif matahari, serta bulan yang ditelan
dalam kehidupan rumah tangga. Di oleh raksasa yang hanya berwujud
dalam novel ini wanita tidak hanya kepala.
diposisikan sebagai objek dari suatu
persoalan, melainkan sebagai figur Kitab Adiparwa merupakan ulas-
yang mengatasi persoalan laki-laki. an yang ditulis dalam bentuk prosa
Hal itu berbeda dengan posisi wanita dan merupakan kitab pertama dari
dalam novel-novel terbitan Balai syair Mahabharata. Menurut bentuk
Pustaka yang cenderung menam- aslinya, kitab tersebut terdiri atas
pilkan wanita sebagai objek yang ti- dua bagian. Bagian pertama mence-
dak memiliki peran dominan. Seba- ritakan tentang korban atas perintah
liknya, peranan wanita di dalam no- raja Janamejaya yang dipersembah-
vel-novel terbitan non-Balai Pustaka kan untuk sarana magis guna me-
lebih diperlihatkan aktivitasnya. musnahkan para naga. Di samping
itu, bagian ini menceritakan tentang
Adi Soendjaja merupakan pe- beberapa legenda yang terkenal. Ba-
ngarang yang potensial dalam sastra gian kedua menerangkan tentang sil-
Jawa prakemerdekaan. Namun, sa- silah para Pandawa dan Korawa, ke-
yang jati diri dan keberadaannya ti- lahiran dan masa muda mereka sam-
dak diketahui. Kenyataan ini tentu pai dengan pernikahan Arjuna de-
menjadikan gambaran sejarah sastra ngan Subhadra.
Jawa kurang lengkap. Karena novel
Indiani ibarat anak ayam kehilangan Ringkasan ceritanya, sebagai
induk, gagasan-gagasan yang diung- berikut. Tercerita Raja Janamejaya,
kapkan di dalamnya pun akhirnya ti- putera Prabu Pariksit, cucu Raden
dak dapat dipahami secara lebih utuh. Abhimanyu, buyut Raden Arjuna,
memerintahkan para pendeta istana
adiparwa untuk mempersiapkan upacara per-
sembahan korban yang meriah. Upa-
Di dalam kitab Adiparwa dise- cara itu dipimpin oleh Uttangka, se-
butkan nama raja Dharmawangsa orang Brahmin. Uttangka pernah di-
teguh juga. Adiparwa merupakan ganggu oleh Taksaka, raja para naga.
bagian pertama dari cerita Maha- Oleh karena itu, Uttangka dendam ke-
bharata. Kitab ini menceritakan ke- pada Taksaka. Untuk itu semua,
hidupan tokoh pewayangan ketika Uttangka mengingatkan kepada raja
masih muda, peristiwa kelahiran, Janamejaya agar membalas kematian
dan sebagainya. Cerita-cerita dalam ayahnya, Prabu Pariksit. Prabu Pa-
Adiparwa, antara lain lakon “Dewi riksit tewas karena digigit naga Tak-
Lara Amis”, “Bale Si Gala-Gala”, saka. Upacara magis itu ditujukan un-
“Matinya Arimba”, “Burung Dewa- tuk membunuh naga Taksaka dan se-
ta”, dan sebagainya. Di samping itu, mua jenis naga.
6 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Mereka diturunkan oleh Kadru, bernama Parasara dan Durgandhini;
istri Kasyapa yang bijak. Istri Kasya- cerita tentang Sakuntala dan anak-
pa yang lain bernama Winata yang nya Bharata; kelahiran Dewabrata,
melahirkan burung Garuda. Kedua anak raja Santanu dan Dewi Gang-
istri itu berselisih karena warna kuda ga. Pendeta Byasa mempunyai putra
Uccaihsrawa yang muncul bersama dari Ambika yang diberi nama
air amrta ketika samudra purba di- Dhrtarastra, dilahirkan buta; putra
aduk. Kedua istri itu mengadakan dari Ambalika bernama Pandu; dan
pertaruhan, bagi yang kalah akan putra dari seorang hamba bernama
menjadi hamba yang lain. Kadru me- Widura.
menangkan pertaruhan itu. Winata
kalah. Ia menjadi hamba Kadru. Wi- Prabu Dhrtarastra menikahi De-
nata memerintahkan Garuda, anak- wi Gandhari yang melahirkan sera-
nya, melihat naga-naga yang licik tus anak laki-laki dan satu orang pu-
itu. Garuda dapat membebaskan tri. Mereka dikenal dengan nama
ibunya dengan syarat mengambilkan Korawa, keturunan Kuru. Prabu
air amrta, kepunyaan dewa, untuk Pandu menikahi Dewi Kunti dan De-
para naga. Hal itu berhasil dijalani- wi Madri. Prabu Pandu tertimpa ke-
nya, namun Garuda harus mau men- marahan seorang Brahmin yang me-
jadi kendaraan Dewa Wisnu. Akhir- ngutuknya, yaitu Pandu akan mati
nya, air amrta itu dapat direbut kem- setelah bersanggama. Untung Dewi
bali oleh para dewa. Kunti mempunyai mantra untuk
mendatangkan para dewa. Dewi
Para naga sadar akan bahaya Kunti melahirkan tiga orang putra,
upacara korban yang diadakan oleh yaitu Prabu Yudhistira dari Dewa
raja Janamejaya. Mereka mohon Dharma, Raden Bhima atau Raden
bantuan kepada Brahma. Brahma Wrkodara dari dewa angin atau De-
memberi tahu bahwa mereka akan wa Bayu, dan RadenArjuna dari De-
diselamatkan oleh seorang Brahmin wa Indra. Dewi Madri diperboleh-
bernama Astika. Astika adalah anak kan memakai mantra itu. Ia me-
seorang brahmin yang bernama Ja- manggil kedua Dewa Aswin sehing-
ratkaru, sedangkan ibunya seekor ga ia melahirkan sepasang anak
ular, anak raja para ular Basuki. kembar, yaitu Raden Nakula dan Ra-
den Sahadewa. Setelah itu Prabu
Ketika upacara korban naga Pandu meninggal dunia karena ber-
dilaksanakan, cerita Mahabharata gu- sanggama.
bahan pendeta Byasa didendangkan
oleh muridnya yang bernama Wai- Para Korawa dan para Pandawa
sampayana. Cerita ini merupakan diasuh di keraton Hastina atau Ga-
bagian kedua dari Adiparwa. Cerita jahwaya, tempat kediaman Prabu
ini diawali dengan cerita beberapa Dhrtarastra. Mereka diasuh oleh
leluhur Pandawa dan Korawa, yaitu Resi Bhisma dan Pendeta Drona. Pa-
kelahiran Byasa atau Krsna Dwaipa- ra Korawa tidak henti-hentinya men-
yana, anak seorang brahmin yang coba merebut nyawa para Pandawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 7
tetapi gagal untuk mencapai tujuan- ruda” diterjemahkan dalam bahasa
nya. Ketika para Pandawa menya- Belanda.
mar menjadi Brahmin, mereka me-
menangkan sayembara. Sayembara ag. suharti (1920—)
itu diadakan oleh raja Drupada. Ra-
den Arjuna berhasil memenangkan- Identitas Ag. Suharti hanya da-
nya. Ia memperoleh putri raja Dru- pat diketahui sedikit melalui biodata
pada yang bernama Dewi Dropadi. dalam kedua novelnya. Pengarang
Akhirnya, Dewi Dropadi menjadi wanita ini lahir di Yogyakarta pada
istri para Pandawa. 23 November 1920. Ia mengikuti
pendidikan di HIS hingga tamat ta-
Prabu Dhrtarastra memanggil hun 1934. Pekerjaan yang pernah
para Pandawa untuk memberikan dijalaninya ialah sebagai jururawat,
kekuasaan kepada Prabu Yudhistira, tetapi hanya satu tahun. Kemudian,
yaitu separuh kerajaannya. Prabu pada zaman Jepang, ia bekerja seba-
Yudhistira diangkat menjadi raja di gai pegawai RRI selama dua tahun.
Indraprastha. Para Pandawa berse- Pekerjaan yang disenanginya adalah
lisih karena mereka mempermasa- di organisasi sosial. Hingga tahun
lahkan tentang giliran mereka untuk 1980-an ia masih menjadi pengurus
menemani Dewi Dropadi pada wak- aktif di sebuah organisasi kesejahte-
tu malam hari. Raden Arjuna memi- raan pensiunan, yaitu PWRI (Per-
lih mengembara dan mengikuti sa- satuan Wredhatama Republik Indo-
yembara. Ia berhasil merebut Dewi nesia). Kiprahnya di organisasi so-
Wara Subhadra, adik Prabu Balade- sial tersebut dikukuhkan dengan ke-
wa dan Prabu Krsna. Dari Dewi Wa- dudukannya sebagai Komisaris “Ya-
ra Subhadra, Raden Arjuna menda- yasan Bunga Kamboja”, sebuah ya-
patkan seorang putra yang bernama yasan untuk orang meninggal.
Raden Abhimanyu. Masing-masing
para Pandawa memperoleh keturun- Profesinya sebagai pengarang
an laki-laki dari Dewi Dropadi. sastra Jawa ditunjukkan dengan dua
Akhir cerita dari Adipurwa adalah buah novel yang pernah ditulisnya.
cerita mengenai api di hutan Khan- Kedua novel itu ialah Anteping Te-
dawa. Pada waktu itu Prabu Krsna kad (1975) dan Mendhung Kesaput
dan Raden Arjuna membantu Dewa Angin (1980), keduanya diterbitkan
Agni untuk memadamkannya. oleh Balai Pustaka. Kedua novel itu
menarik perhatian karena ditulis oleh
Adiparwa sudah dicetak dengan seorang perempuan Jawa pada saat
huruf Latin. Oleh Prof. Dr. Hazeu, usianya sudah 50-an tahun. Oleh ka-
Adiparwa diperbandingkan dengan rena itu, pandangan hidupnya amat
Mahabharata Sanskerta; oleh Prof. lain daripada pengarang wanita Ja-
Dr.H. Kern dianalisis dengan me- wa yang pada waktu itu masih muda,
nyertakan beberapa petikan; dan seperti Th. Sri Rahayu Prihatmi,
oleh Dr. Juynball cerita “Sang ga- Toet Soegiyarti Sayogya, dan Lastri
Fardani Sukarton.
8 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Novel Anteping Tekad secara ngah Pertama (SMP) di Wonosari,
khusus pernah mendapat tanggapan Gunungkidul, tamat tahun 1957. Se-
dari Th. Sri Rahayu Prihatmi; dan tamat SMP ia melanjutkan ke Seko-
tanggapan (artikel ulasan) itu dimuat lah Guru bagian A (SGA) di Wono-
di dalam Kompas tahun 1975. Da- sari, Gunungkidul, Yogyakarta, ta-
lam artikel itu dikatakan oleh Prihat- mat tahun 1960. Agus Soegijanto
mi bahwa novel Anteping Tekad kar- mulai bekerja menjadi pegawai ne-
ya Ag. Suharti istimewa. Sebab, kata geri (guru) di Sekolah Dasar Sawah
Prihatmi, tokoh-tokoh di dalam no- I, Panggang pada tahun 1962. Ka-
vel itu putih-putih, sedangkan alur rena bekerja dengan tekun dan ber-
ceritanya mirip dengan alur cerita dedikasi tinggi, sepuluh tahun kemu-
dalam novel Ngulandara (1936) dian ia diangkat menjadi kepala SD
karya Margono Djojoatmodjo. tersebut (1972-1986). Sepuluh ta-
hun berikutnya ia diangkat menjadi
agus soegiyanto (1938—2000) Penilik Kebudayaan (1986-1998).
Di samping itu ia menjadi pengurus
Nama lengkap pengarang ini Koperasi Guru (KPN KOGIP). Se-
adalahAgus Soegijanto Broto Sudi- mula menjabat sebagai sekretaris
ro. Ia lahir di Gunungkidul, Daerah dan kemudian menjadi ketua dan ba-
Istimewa Yogyakarta, pada 9 Agus- dan pemeriksa.
tus 1938. Pengarang beragama
Katolik ini adalah putra ketiga dari Selain sebagai guru negeri, ia
lima bersaudara. Ayahnya bernama merangkap sebagai guru SLTP
Jayeng Sudiro (menjabat sebagai lu- swasta di Panggang (1960-1967).
rah Giri Mulyo, Panggang, Gunung- Sejak 1967 hingga 1972 ia diangkat
kidul, Yogyakarta) dan ibunya berna- menjadi kepala SMP tersebut. Mu-
ma Rubinem. Agus Soegiyanto me- lai tahun 1981 SMP tersebut diberi
nikah dengan Yulia Suyamti bin Har- nama Bina Muda. Selanjutnya kedu-
dja Sukarto di Panggang, Gunung- dukannya bukan lagi sebagai guru
kidul, Yogyakarta pada tanggal 8 melainkan sebagai Pengurus Ya-
Agustus 1963. Dari pernikahan ini yasan SMP Bina Muda. Agus Soe-
lahirlah enam orang putra (empat gijanto pun ikut aktif dalam peme-
wanita dan dua laki-laki), yaitu Lu- rintahan dan politik praktis. Sebelum
dofika Haeni Indarti, Margaret Kris peristiwa G-30-S PKI, ia menjadi
Handani, Gubertus Nanang Hando- Ketua Front Nasional Kecamatan
ko, V. Anjar Pramukti, A. Irma Nu- Panggang, Gunungkidul, Yogyakar-
lianti, dan Rubertus Anung Han- ta dari unsur Nasionalis (Front Na-
doko. sional terdiri atas NASAKOM).
Sampai lembaga tersebut dibubar-
Agus Soegijanto mengawali kan, ia sebagai ketua DPR KGR dari
pendidikannya di SR (Sekolah Rak- unsur Nasionalis. Setelah DPR KGR
yat) Panggang, Gunungkidul, Yog- dihapus, Agus ditunjuk sebagai ketua
yakarta, tamat tahun 1952. Kemudi- LSD sampai LSD beralih nama men-
an melanjutkan ke Sekolah Mene-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 9
jadi LKMD/KKLKMD. Dari ketua karta. Tahun 1996 ia mencoba me-
LKMD kemudian ia menjabat seba- ngadakan eksperimen Macapat
gai ketua bidang pembangunan eko- Panggung, yakni dialog dengan tem-
nomi dan koperasi LMD Giriharjo, bang macapat. Sebagai pelaku seni
Panggang, Gunungkidul, Yogyakar- Agus Soegijanto mempunyai ke-
ta, sampai tahun 1998. Pada 1997 mampuan menabuh gamelan. Ia be-
ia juga menjadi pengurus (seksi sas- lajar menabuh gamelan sejak di
tra) Dewan Kesenian Kabupaten bangku SLTP. Di samping itu, ia
Gunungkidul. Selain itu, ia adalah mempunyai kemampuan membuat
pencetus sekaligus ketua organisasi instrumen musik tradisional, misal-
kesenian “Cucur Grup” Kecamatan nya gender, gambang, kendhang,
Panggang (1971—2000). brancakan, angklung, dan terbang.
Ia juga sering menari, bermain ke-
Agus Soegiyanto memang se- toprak, aktif menulis naskah keto-
orang penggiat kesenian. Sejak awal prak, dan belajar mendalang.
1980-an, misalnya, ia mencoba
menggali dan menghidupkan kembali Prestasi Agus Soegijanto sudah
kesenian Srandhul dan Joko Bodho cukup banyak. Tahun 1986 menjadi
yang sejak 1940-an tidak tampak lagi. juara I lomba sesorah (pidato dalam
Usahanya itu ternyata berhasil de- bahasa Jawa) tingkat Propinsi DIY
ngan baik. Kesenian Srandhul kemu- yang diselenggarakan oleh PD VII
dian dipentaskan di Bangsal Kepa- PGRI. Tahun 1990 menjadi juara I
tihanYogyakarta. Menurutnya, seba- lomba baca guritan tingkat DIY/Ja-
gaimana dikatakan dalam esainya di teng. Tahun 1992 menjadi juara I
Pagagan, No. 31, Tahun IV, 15 Juni lomba menulis esai Jawa tingkat
1997, kesenian Jaka Bodho merupa- DIY/Jateng dan mendapat penghar-
kan seni teater atau jenis seni lakon. gaan dari Taman Budaya Yogyakar-
Dalam seni lakon, ada dua hal yang ta sebagai penulis naskah ketoprak.
penting, yakni lakon ‘cerita’ dan po- Tahun 1993 mendapat penghargaan
capan ‘dialog’. Sejak 1993Agus Soe- dari BP-7 Pusat (Jakarta) sebagai
gijanto tercatat sebagai pengurus penulis cerita rakyat yang bernafas-
Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta kan P-4. Tahun 1994 mendapat
(SSJY) binaan Balai Bahasa Yog- penghargaan dari Dinas P dan K
yakarta. Propinsi DIY dalam rangka lomba
menulis huruf Jawa. Tahun 1996
Tahun 1993 ia mendirikan kese- menjadi juara I lomba cipta buku
nian Bangkekan dengan nama Suara tembang macapat dari Dinas P dan
Kresta. Kesenian Bangkekan adalah K Propinsi DIY dengan judul “Les-
olah vokal yang diiringi musik ga- tarining Adat lan Budaya Jawi” dan
bengan antara trebangan dan co- memperoleh juara harapan pada
kekan. Kesenian ini telah beberapa lomba baca buku Dinas P dan K Pro-
kali dipentaskan, antara lain pada ta- pinsi DIY dan disiarkan oleh RRI
hun 1994 di Kabupaten Gunungki- Nusantara II Yogyakarta. Tahun
dul dan di Widya Mandala Yogya-
10 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
1997 menjadi juara I lomba cipta bu- yah. Sejak lahir pada 9 Oktober
ku tembang macapat berjudul “Da- 1961 hingga saat ini ia tetap tinggal
mar Putra” yang diatasnamakan di desanya, yakni Seyegan, Margo-
anaknya (Ludafika Haeni Indarti) katon, Sleman, Yogyakarta. Agus
dari Dinas P dan K Propinsi DIY. Suprihono menikahi gadis bernama
Tahun 1998 menjadi juara harapan Arlin Kuwatik pada 10 Oktober
lomba cipta karya tembang macapat 1991. Dari pernikahan itu lahirlah
Parodi dengan judul “Andhe-Andhe dua orang anak.
Lumut Nglamar” yang diatasnama-
kan Slamet Haryadi dalam rangka Pendidikan formal Agus Supri-
Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) hono adalah: SD Margaagung II,
X. Ia juga penulis syair lagu (gen- Sleman, Yogyakarta (lulus 1973),
dhing Jawa) pada kaset Wajar Dik- SMP Negeri Seyegan (lulus 1976),
das 9 tahun dari Kandepdikbud Gu- dan SMA Negeri I Sleman (lulus
nungkidul dan penulis lagu GN OTA. 1980). Setelah tamat SMA ia tidak
meneruskan kuliah, tetapi mencari
Karya-karya Agus Soegiyanto kerja (apa saja, serabutan). Pernah
berupa guritan, macapat, cerkak, ia bekerja di bagian tata usaha SMK
dan esai. Naskah macapat karyanya Ma’arif Sleman (1988). Pernah pula
sering disiarkan (dalam mbangun menjadi pemeran piguran dalam si-
desa) di RRI Nusantara II Yogya- netron, menjadi peloper, dan lain-
karta sejak 1989 sampai 2000. Nas- lain. Sekarang ia membuka usaha
kah-naskah tersebut kemudian dibu- pengetikan di rumahnya, di samping
kukan dengan judul “Gandrung Ma- kadang-kadang menjadi tukang ser-
nis” (sedang dicarikan penerbit). Se- vis mesin ketik di kantor-kantor.
lain itu, karya-karyanya juga dipu-
blikasikan di majalah Pagagan, Dja- Agus Suprihono mengaku bakat
ka Lodhang, dan Mekar Sari. Se- menulisnya telah muncul sejak masih
bagian karyanya telah disertakan da- duduk di kelas 1 SMA. Sejak tahun
lam buku antologi Rembulan Pa- 1983 karya-karyanya (berbahasa In-
dang ing Ngayogyakarta (1992) dan donesia) telah banyak dimuat di Ja-
antologi Pemilihan Lurah (1996). wa Pos, Anita Cemerlang, Aneka
Sayang sekali ia meninggal pada ta- Ria, Sinar Pagi, Gadis, Nova, Citra,
hun 2000. dan Kawanku. Sementara itu, ia me-
nulis sastra Jawa sejak 1993 dan kar-
agus suprihono (1961—) ya pertamanya dimuat di Djaka Lo-
dang. Sampai saat ini, karyanya su-
Agus Suprihono memiliki nama dah cukup banyak, dan walaupun ti-
lengkap Raden Agus Suprihono. dak produktif, ia telah berhasil me-
Ayahnya bernama Usup (almar- nerbitkan novel Hera-Heru (Taman
hum), pegawai DepartemenAgraria, Budaya Yogyakarta, 2001). Novel
lulusan HIS yang menganut agama ini semula sebagai juara II dalam
Islam. Sementara ibunya, seorang Lomba Penulisan Novel Berbahasa
bakul (pedagang), bernama Sa’di- Jawa yang diselenggarakan oleh Ta-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 11
man Budaya Yogyakarta (1998) da- tekun beribadah sehingga anaknya
lam rangka Kongres Bahasa Jawa III pun terdidik dalam agama Islam se-
di Yogyakarta. Selain itu, ia juga me- cara baik. Latar belakang keluarga
nerbitkan antologi guritan berjudul itu mempengaruhi diriAkhir Lusono
Megar (Radhita Buana, Yogyakar- yang terlihat juga tekun beribadah
ta). Sementara cerkak-nya “Hamuk” dan teguh kepribadiannya.
masuk dalam antologi Panjurung
(Bengkel Sastra Jawa Balai Peneliti- Akhir Lusono meniti karier pen-
an Bahasa Yogyakarta, 1998). Dan didikan dengan sistem “belajar sam-
dalam berkarya, kadang-kadang ia bil bekerja”. Selangkah demi selang-
menggunakan nama samaran: A.S. kah pendidikan itu ia lewati dengan
Somaatmodjo dan Kenus. lancar. Ia lulus SD di Gondang tahun
1984, SMP tahun 1987, SLTAtahun
Seperti diketahui bahwa penga- 1990, Diploma I Kepariwisataan di
rang yang pernah mengikuti pelatih- STIE Gadjah Mada (kini bernama
an mengarang dalam kegiatan Beng- STIE Megar Kencana), Diploma III
kel Sastra Jawa yang diselenggara- Jurusan Teater di ATFI (Akademi
kan oleh Balai Penelitian Bahasa Teater dan Film Indonesia) Yogya-
Yogyakarta (1997) dan menjadi pe- karta tahun 1993, dan lulus program
ngasuh beberapa kelompok teater di S-1 ISI Yogyakarta, Jurusan Teater,
Sleman (Teater Maton, 1987, Teater tahun 1998. Selain itu, ia juga per-
99, 1996, dan Teater 9 Pas, 2003) nah mengikuti kursus di LPK Ga-
ini lahir dan dibesarkan di lingkung- djah Mada dan pendidikan kewarta-
an desa. Dengan demikian, ia mema- wanan.
hami kehidupan masyarakat desa be-
serta sikap dan cara berpikirnya. Itu- Setelah lulus ISI Yogyakarta,
lah sebabnya, semua karyanya, baik Akhir Lusono menikah dengan se-
novel, cerbung, maupun cerkak, me- orang gadis pilihannya bernama
ngungkap sikap dan cara berpikir Marfuanna yang lahir pada 27 April
masyarakat desa. Novel Hera-Heru, 1970. Dari pernikahannya itu ia
misalnya, sangat kental mengangkat mendapatkan seorang anak laki-laki
kehidupan desa yang lebih mengan- yang diberi nama Muhammad Ra-
dalkan okol ‘otot atau kekuatan’ madhani Lazuard Amroe Zatti, te-
daripada akal ‘akal, pikiran’. tapi meninggal dunia. Namun, pada
1 November 2000 dikaruniai bayi
akhir lusono (1970— ) kembar perempuan yang diberi na-
ma Sallsabillia Amiyard Siwi dan
Akhir Lusono—pria berkulit hi- Salsabilla Amiyard Siwi. Akhir Lu-
tam manis ini—lahir di Gondang, sono dan keluarganya kini tinggal di
Ngawis, Gunungkidul, Yogyakarta, Kauman, GM I/172. Yogyakarta.
pada Minggu, 25 Oktober 1970. Ia
putra pasangan Yatmo Taruna (lahir Seperti telah disebutkan bahwa
1927) dengan Rubiyem (lahir 1937). Akhir Lusono menggunakan sistem
Orang tua Akhir Lusono tergolong “belajar sambil bekerja”. Oleh kare-
na itu, pengalaman kerja pengarang
12 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
muda ini sangat luar biasa. Ia pernah Dalam antologi guritan Panjurung
menjadi waiter di restoran Slomoth (1998) yang dieditori Tirto Suwon-
(1990). Tiga tahun kemudian, ia pin- do, cerpennya yang berjudul “Refor-
dah ke restoran Prambanan, yang ha- masi” menjadi salah satu bagian di
nya dilaluinya selama 3 bulan karena dalamnya.
ia mulai mengikuti kuliah di Diplo-
ma I STIE Gadjah Mada dan mengi- Selain mengembangkan teknik
kuti kursus di LPK Gadjah Mada penulisan cerpen dan guritan, Akhir
pula. Ia masih bekerja terus sebagai Lusono juga mengembangkan teknik
waiter di beberapa restoran hingga pembacaan sastra. Pada tahun 1996
akhirnya ia diterima bekerja di Radio pemuda ini memenangkan lomba
Arma 11 (1993 hingga sekarang). baca guritan sebagai juara I. Keme-
nangan ini diulang pada tahun 1997.
Selain petualangan yang berba- Kegiatan menulis cerpen, guritan,
gai jenis itu, Akhir Lusono juga aktif dan mengikuti berbagai kegiatan sas-
terjun ke berbagai organisasi. Bebe- tra Jawa telah menjadi bagian dari
rapa organisasi yang diikutinya, di kehidupannya. Di Radio Arma 11
antaranya, ialah (1) menjadi anggota Akhir Lusono mengembangkan aca-
aktif pada LAPI (Lembaga Advokasi ra apresiasi sastra Jawa lewat media
Pers Indonesia) dari tahun 1995 hing- elektronik. Salah satu esainya yang
ga sekarang, (2) menjadi bendahara dianggap mewakili obsesinya ialah
FSWM (Forum Silaturahmi Warta- “Sosialisasi Karya Sastra Jawa me-
wan Muslim) sejak tahun 1999 sam- lalui Radio” yang dimuat dalam an-
pai sekarang, (3) menjadi sekretaris tologi cerpen, puisi, dan kritik sastra
Yayasan Ranggawarsita sejak tahun Jawa berjudul Filantropi (FKY,
2002, (4) anggota Ikatan Keluarga 2001). Substansi tulisan itu dilandasi
dan Alumni Teater ISI Yogyakarta oleh pandangannya tentang media
dari tahun 2000 hingga sekarang, (5) elektronik, yaitu bahwa media elek-
anggota sebuah partai politik (yang tronik merupakan media yang sangat
tidak disebutkan namanya), dan (6) berdaya guna dan praktis untuk me-
anggota Sanggar Sastra Jawa Yog- nyebarluaskan karya sastra. Harap-
yakarta (SSJY) hingga saat ini. annya ialah agar pengembangan
apresiasi sastra lewat radio lebih
Dalam dunia satra Jawa, Akhir bergairah.
Lusono senang menulis dan memba-
ca guritan dan cerpen, di samping akhmad nugroho (1955— )
menulis esai kebudayaan dan kesas-
traan di media massa karena tugas Akhmad Nugroho (A. Nugroho)
utamanya diArma 11 sebagai repor- lahir di Driyan, Wates, Kulonprogo,
ter aktif seksi kebudayaan. Kege- pada hari Jumat, 28 Januari 1955.
marannya menulis sastra Jawa di- Orang tuanya masih keturunan da-
mulai tahun 1995 ketika terjun ke rah biru, keduanya (almarhum ayah-
SSJY sehingga cerpennya yang per- nya bernama Raden Soedono dan
tama (berjudul “Kasmaran”) lahir. ibunya bernama Raden Nganten Bu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 13
komirah) berprofesi sebagai pendi- ngan mengampu mata kuliah Sastra
dik (guru SD). Pada hari Kamis, 22 Jawa Modern. Sejak tahun 1999 ia
September 1983, Akhmad Nugroho mengampu mata kuliah Pancasila dan
menikahi Eny Yustati, seorang gadis Filsafat Pancasila di beberapa
Sleman yang lahir pada tanggal 16 fakultas lain, baik S-1 maupun D-3.
Juli 1961 dan kini mengajar di salah Selain itu, Akhmad Nugroho juga
satu SLTP di Yogyakarta. Dari per- pernah mengikuti kursus bahasa Thai
kawinannya itu lahirlah Agniardi di Thammasat University, Bangkok.
Heradi (10 Juni 1984) danAnindyar- Profesinya sebagai pengajar yang
sa Dwiangga (9 Juli 1989). Kini, pa- biasa menulis karya ilmiah antara lain
sangan pendidik itu tinggal agak jauh yang menjadi pendukung proses
dari kota, yakni di desa Geneng, kreatifnya sebagai pengarang/sas-
Tirtomartani, Kalasan, Sleman, trawan. Apalagi, ia adalah sarjana
Yogyakarta. sastra Jawa yang secara moral me-
rasa perlu mendukung keberlang-
Akhmad Nugroho tamat SD (SD sungan sastra Jawa. Meskipun demi-
Pripih I, Temon, Kulonprogo) pada kian, ia tidak hanya menulis dalam
1967. Setamat SD, ia melanjutkan bahasa Jawa, tetapi juga bahasa Indo-
ke SMP Trimurti, Temon, Kulonpro- nesia, seperti telah dimuat di Bernas,
go, tamat tahun 1970. Pada tahun Krida, Kartika Minggu, dan Bahari.
1971 ia masuk SMA jurusan IPA di
Wates, Kulonprogo. Setamat SMA, Karya kreatif pertamanya be-
pada tahun 1974 ia melanjutkan ke rupa guritan berjudul “Irenge Dalan
Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Peteng” ‘Hitamnya Jalan Gelap’ di-
Sastra Universitas Gadjah Mada. muat dalam Panjebar Semangat, 1
Gelar sarjana muda diraih pada ta- Februari 1975. Ketika itu ia masih
hun 1978 dengan skripsi berjudul tercatat sebagai mahasiswa semester
“Analisis Kumpulan Cerpen Langite tiga. Setelah karya pertamanya itu
Isih Biru”. Adapun gelar sasjana dimuat di media massa, ia pun terus
sastra diraih pada tahun 1982 de- mengasah keterampilan menulisnya,
ngan skripsi berjudul “Analisis Tiga baik dalam bahasa Jawa maupun
Karya Ki Padmasusastra: Rangsang dalam bahasa Indonesia. Perjuangan
Tuban, Kandhabumi, dan Prabang- keras itu akhirnya membuahkan ha-
kara”. Dua tahun kemudian, ia me- sil ketika pada tahun 1977 cerita
lanjutkan studinya ke Program Pas- pendeknya berjudul “Nunuk Bunga-
casarjana UGM. Pada tahun 1988 ku” dimuat di Minggu Pagi. Pada
ia meraih gelar S.U. (Sarjana Uta- tahun 1978 berhasil meraih juara I
ma) dengan tesis berjudul “Kresna dalam lomba penulisan cerpen rema-
Dhuta dalam Baratayudha: Analisis ja yang diselenggarakan oleh Radio
Struktur dan Resepsi”. Geronimo, Yogyakarta. Berkat cer-
pennya berjudul “Perpisahan” ia
Kariernya sebagai dosen dimulai mendapatkan hadiah berupa radio
sejak tahun 1983 ketika ia diterima dan novel-novel karya Ashadi Si-
sebagai asisten di almamaternya de-
14 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
regar. Sejak saat itulah ia makin aktif penyusunan peristiwa-peristiwa da-
menulis karya sastra. lam alur tidak hanya dipautkan seca-
ra temporal (waktu), tetapi juga se-
Puluhan guritan dan cerkak kar- cara kausal (sebab-akibat) sehingga
yanya, yang lebih ditujukan kepada efeknya dalam cerita terasa wajar
pembaca remaja dan dewasa, telah atau realistis, tidak tampak dibuat-
dimuat di berbagai media berbahasa buat, dan juga bernalar. Pada cerita-
Jawa, seperti Kumandhang, Panje- cerita tradisional biasanya susunan
bar Semangat, Jaya Baya, Mekar antarperistiwa dijalin dalam hubung-
Sari, dan Djaka Lodang. Selain itu, an antarperistiwa secara sederhana,
beberapa karyanya juga diantologi- atas dasar urutan waktu kejadian,
kan bersama karya-karya sastrawan atau secara kronologis dan dengan
lain, misalnya dalam Kidung Awang- kausalitas yang mudah. Pada cerita-
Uwung (1981), Lintang-Lintang cerita lama itu jalinan peristiwa se-
Abyor: Antologi Puisi Jawa Modern ringkali dilakukan dengan kemudah-
(UNDIP, Semarang, 1983), Pangilon an yang datang secara tiba-tiba (deo
(FKY, 1994), dan Pesta Emas Sas- ex machina), sehingga aspek pena-
tra Jawa (FKY, 1995). laran diabaikan. Misalnya, dalam ce-
rita rakyat Jawa “Andhe-andhe Lu-
aleran mut” muncul kemudahan secara ti-
ba-tiba ketika Klenting 3 bersaudara
Istilah aleran memiliki dua arti, akan menyeberangi sungai yang ban-
yaitu (1) “galeran” yang berarti ga- jir. Kemudahan itu berupa muncul-
ris; (2) “aluran” yang salah satu ar- nya kepiting raksasa yang dengan se-
tinya ialah “urut-urutaning sedulur- nang hati bersedia menyeberangkan
an” (lelakon, prakara). Dalam kait- 3 Kleting yang cantik-cantik itu agar
annya dengan sastra, arti yang kedua dapat berkesempatan mencium me-
identik dengan pengertian “alur” (In- reka. Pokok-pokok peristiwa dalam
donesia) atau plot (Ingggris). Menu- sebuah alur ialah (1) perkenalan, (2)
rut beberapa ahli sastra, pengertian pertautan, (3) klimaks, (4) antikli-
alur amat luas, dan secara ringkas maks, dan (5) penutup atau penyele-
dapat dikelompokkan menjadi 2 pe- saian (A—E). Namun, hubungan
ngertian, yaitu (1) jalinan peristiwa antarperistiwa itu disusun bukan se-
di dalam karya sastra yang tersusun cara semena-mena, tetapi atas dasar
sedemikian rupa untuk mencapai hubungan kausalitas, logika, dan un-
efek tertentu; (2) rangkaian peristiwa tuk keidahan cerita.
(dalam sastra) yang direka dan dija-
lin dengan seksama, yang mengge- Dalam sastra modern, seringkali
rakkan jalan cerita, yaitu melalui terjadi penyimpangan dalam penyu-
perkenalan, rumitan, selanjutnya ke sunan alur. Penyimpangan dilakukan
arah klimaks, dan diakhiri penyele- pengarang untuk menciptakan ke-
saian. Hubungan antarperistiwa itu indahan yang baru, yang seringkali
dalam suatu cerita modern—yang dapat muncul dari disharmoni. De-
menekankan realita dan logika—
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 15
mikian juga halnya dengan penataan atau erat (organic plot) sehingga ti-
alur. Tatanan alur pada cerita atau dak dimungkinkan salah satu unsur-
fiksi modern merupakan salah satu nya dilepaskan atau dipindahkan.
cara untuk mendapatkan efek estetis Kebalikan dari cerita yang beralur
tertentu. Untuk menciptakan tegang- erat ialah yang beralur longgar
an (suspence) di tengah alur cerita, (loose plot). Dalam cerita beralur se-
seperti yang sering terdapat dalam macam itu jalinan antarperistiwa da-
cerita-cerita detektif, atau membuat lam alur tidak padu sehingga bila ada
pembayangan-pembayangan pada bagian atau unsur dari alur yang di-
peristiwa yang akan terjadi (foresha- lepaskan tidak akan mengganggu ja-
dowing). Sebuah peristiwa tragis se- lan cerita. Namun, di dalam cerita
ringkali diawali dengan hujan deras, yang panjang seringkali terdapat dua
badai, atau suasana alam lainnya alur, yaitu alur utama dan “alur se-
yang menakutkan. Kedua cara/tek- kunder” (secondary plot), atau “alur
nik menata alur yang disertai tegang- bawahan” (subplot) berupa bagian
an-tegangan itu menciptakan kein- cerita yang sengaja disusupkan di
dahan khusus karena jalan cerita sela-sela bagian alur utama (main
menjadi tidak mudah ditebak dan ce- plot). Alur bawahan itu, biasanya,
rita menjadi dinamis, tidak membo- merupakan cerita sisipan yang ber-
sankan. Efeknya bagi pembaca ialah fungsi untuk memberikan variasi
mengikat perhatian mereka karena terhadap cerita utama. Oleh karena
membuat rasa ingin tahu mereka akan itu, cerita dalam alur bawahan biasa-
kelanjutan cerita semakin tinggi. nya bergayutan dengan alur utama,
walaupun ada kalanya alur bawah-
Efek dinamis dalam alur itu juga an menciptakan kontras secara se-
dapat diciptakan dengan cara mem- ngaja terhadap alur utama. Kontras
balik susunan kronologis peristiwa- yang disengaja itu ditujukan untuk
peristiwa (A ke E) menjadi susunan menciptakan tegangan alur menjadi
terbalik atau back tracking, dari E indah.
keAatau dengan susunan sorot balik
(flashbacks), yaitu memutus bebe- ambya
rapa hubungan kronologis alur dan
cerita kembali meninjau ke bagian Kitab Ambya adalah karya sas-
alur di depan. Dengan tatanan alur tra Jawa yang berisi cerita Arab.
seperti itu tercipta juga tegangan pa- Karya tersebut masuk ke Pulau Jawa
da pembaca karena pembaca tidak pada Zaman Mataram atau sebelum-
dapat dengan mudah menebak akhir nya. Serat Ambiya macapat ditulis
cerita. Salah satu teknik sorot balik dalam aksara Arab Pegon merupa-
yang digarap dengan bagus ialah kan karya sastra Jawa pesantren dan
alur dalam novel Sugiarto Sriwibo- karya sastra Jawa pesisiran. Menu-
wo, Candhikala Kapuranta (2002). rut perkiraan semua kitab Ambiya
Alur yang tergarap dengan baik adalah kitab buatan pada permulaan
biasanya jalinannya sangat padu Zaman Surakarta. Namun, ma-
16 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
suknya cerita itu di tanah Jawa diper- curnya kelaliman oleh budi pekerti
kirakan sebelum Zaman Kartasura. yang baik dan sikap utama.
Serat Ambiya pada zaman dahulu
sering dipergunakan untuk berbagai Pada zaman Kanjeng Susuhun-
kepentingan, misalnya dibacakan da- an Pakubuwana X terjadi perda-
lam upacara tingkeban ‘selamatan gangan naskah. Hal itu dapat dike-
atau kenduri untuk orang hamil tujuh tahui karena ditemukan naskah yang
bulan’. Bab yang dibaca pada berjudul Serat Ambya yang di da-
umumnya tentang kelahiran, misal- lamnya terdapat kalimat yang me-
nya Nabi Musa, Nabi Yusuf, Jaka nerangkan hal itu.
Tarub, Damarwulan, dan sebagai-
nya. Dengan harapan mudah-mu- Kagungan dalem Serat Ambiya
dahan anak yang masih dalam kan- pundhutan tumbas saking Raden
dungan dapat menyerupai tokoh-to- Ngabehi Yogakusuma 60 rupiah
koh idola yang diceritakan. pethak.
‘Serat Ambiya dibeli dari Raden
Serat Ambya ditulis dengan hu- Ngabehi Yogakusuma 60 rupiah
ruf Arab yang indah dengan bebe- putih.’
rapa wadana ‘sampul’ yang indah.
Terutama naskah yang penulisannya Kegiatan pembelian naskah se-
atau penyalinannya diprakarsai oleh perti itu membuktikan bahwa Kera-
Sri Sultan Hamengkubuwana V. ton Surakarta berusaha menggairah-
Bentuk tulisan Arab dalam Serat kan pernaskahan Jawa. Di samping
Ambiya sangat ditentukan pula oleh itu, keraton berusaha mengadakan
bentuk penanya. penulisan/penggadaan naskah. Ada
juga Serat Ambya yang ditulis atas
Serat Ambya disalin oleh Kan- prakarsa Gusti Pangeran Adipati
jeng Susuhunan Pakubuwana VI. Sasraningrat atau Sri Paduka Paku-
Serat Ambiya menceritakan tentang alam III. Sri Paduka Pakualam V
penciptaan alam semesta, Nabi memprakarsai penulisan Serat Am-
Adam dan anak cucunya, Nabi Sis, biya dan Tapsir Ambiya. Sri Paduka
Nabi Idris, Nabi Yusuf, Nabi Ibra- I dan II menghasilkan genre sastra
him, dan sebagainya. Di dalam Serat Serat Ambiya (pegon). Di lingkung-
Ambiya terdapat penyebutan nama an keraton Sumenep ditemukan se-
Tuhan dengan bervariasi. misalnya jumlah naskah. Ada naskah yang
Tuhan disebut namaning Suksma, berjudul “Layang Ambiya”. “Serat
nama Yang Suksma, atau Asmaning Ambiya” juga ditulis oleh seseorang
Allah. Serat Ambiya yang berasal secara individu.
dari tradisi pesisiran mempunyai
ciri-ciri yang agak berbeda dengan Di Keraton Kasepuhan Cirebon
tembang macapat yang baku. Di da- banyak dijumpai karya sastra yang
lam Ambiya terdapat tema penegak- genrenya sangat beragam, di situ ter-
an keadilan dan kebenaran atau han- dapat Layang Ambiya. Uraian Suluk
Ambiya lebih sederhana. Di dalam-
nya terdapat keterangan tentang pe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 17
luh Nur Muhammad, yaitu cucuran puteranya yang berparas jelek dini-
peluh kepala, peluh muka, peluh ba- kahkan dengan puteranya yang ber-
dan, peluh kaki, dan sebagainya. Di paras jelek. Namun, ada juga putera-
samping itu, terdapat bentuk cerita nya yang baik parasnya lari ke benua
yang panjang, tempat ajaran tasawuf Cina. Di sana mereka menyembah
dikaitkan dengan adegan-adegan ter- berhala.
tentu. Di Leiden juga ditemukan nas-
kah tersebut, berjudul Ambiya. Nas- Di samping itu, kitab Ambya
kah ini menceritakan tentang Nabi menceritakan tentang Habil dan Ka-
Adam sampai Nabi Muhammad. Di bil. Mereka berebutan seorang pe-
samping itu, juga ditemukan naskah rempuan yang cantik untuk diperistri.
sejenis yang menceritakan tentang Akhirnya, Habil dibunuh oleh Kabil.
permulaan penciptaan sampai Iskan- Oleh karena itu, Kabil dihukum oleh
dar, Kilir, dan raja Dukyanus dari Tuhan. Ia dipipit ke dalam tanah dan
Rum. Di sana juga terdapat versi-ver- masuk ke dalam neraka.
si lain dalam bentuk gancaran ‘pro-
sa’. Malaikat Jabarail mengajari Nabi
Adam tentang cara bekerja. Ia diajari
Serat Ambiya menceritakan ten- menjadi pandai besi, membuat ber-
tang Tuhan ketika mulai mencipta macam-macam perkakas, dan diberi
dunia. Pertama-tama Tuhan mencip- bermacam-macam biji-bijian untuk
ta cahaya. Cahaya itu mengental se- makanan.
hingga menjadi ratna, lalu menjadi
air dan buih. Buih itu menjadi langit Nabi Sis tidak mempunyai pa-
berjumlah tujuh. Di samping itu, sangan dikaruniai seorang bidadari
menceritakan tentang Nabi Adam untuk dijadikan jodohnya, namanya
dan Ibu Hawa ketika dicipta oleh Tu- Dewi Mulat. Setelah Nabi Adam
han. Pada suatu ketika iblis datang mangkat, Nabi Sis-lah yang meng-
menggoda mereka sehingga menye- gantikan sebagai kalifatullah. Sete-
babkan Nabi Adam dan Ibu Hawa lah Nabi Sis wafat, beliau digantikan
turun ke dunia. Mereka berputera. oleh Sang Anwas. Sang Anwas di-
Setiap melahirkan putranya selalu ganti oleh Pinat. Pinat diganti oleh
kembar. Setelah para puteranya de- Mutakalil. Mutakalil diganti oleh
wasa, Nabi Adam ingin menikahkan Majid. Majid terkena bujukan iblis
puteranya. NabiAdam berselisih de- untuk membuat arca emas dan dipu-
ngan Ibu Hawa. Mereka mempunyai ja-pujanya. Majid diganti oleh Sa-
pendapat sendiri-sendiri. Menurut mudabil, dengan gelar Nabi Idris.
NabiAdam, putera yang baik paras- Nabi Idris sangat berbakti kepada
nya dinikahkan dengan puteranya Tuhan. Oleh karena itu, ia naik ke
yang berparas jelek. Ibu Hawa tidak sorga dan tidak mau kembali ke du-
setuju. Ia ingin puteranya yang ber- nia lagi. Setelah Nabi Idris hilang,
paras baik dinikahkan dengan pute- maka dibuat arca lagi oleh anak cu-
ranya yang berparas baik pula dan cunya untuk dipuja-puja.
Putera Nabi Idris yang bernama
Saleha diganti oleh Sakir. Sakir di-
18 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ganti oleh Sang Malik (Masalik). Ia bagai acara kesenian, antara lain
menjadi nabi dengan gelar Nabi Malam Sastra Surabaya (Malsasa),
Nuh. Ia sangat dibenci oleh orang- Kereta Puisi, dan memimpin Forum
orang kafir. Ketika dunia banjir, Na- Apresiasi Sastra Surabaya (FASS).
bi Nuh sudah siap dengan perahu. Karya-karyanya terbit dalam berba-
Iblis ikut dalam perahu itu. Maka gai media masa dan antologi (bersa-
tersebarlah keturunan Nabi Nuh di ma), seperti “Ngenget”, “Wajah Ber-
mana-mana. tiga”, “Tanah Persada”, “Kons-
truksi Roh”, “Burung-Burung”,
Selanjutnya, diceritakan tentang “Sketsa Sastra Indonesia”, “Puisi
raja Namrud di negeri Habil. Diceri- Indonesia”, “Langkah, Jejak”,
takan pula tentang Ibrahim. Setelah “Omonga Apa Wae”. Guritan-nya
dewasa Nabi Ibrahim menaklukkan “Kutha Surabaya” dan “Tanpa Mri-
raja Namrud dengan para tentara- pat” masuk dalam antologi Kabar
nya. Nabi Ibrahim menikah dengan Saka Bendulmisi: Kumpulan Gu-
Dewi Sarah, berputera seorang laki- ritan (PPSJS, 2001); sedangkan
laki bernama Nabi Ismail. Setelah “Tanpa Mripat” terbit dalam Drona
itu diceritakan tentang terjadinya air Gugat (Bukan Panitia Parade Seni
jam-jam. W.R. Supratman, 1995).
aming aminoedin (1957—) amro juhendi (1938— )
Nama aslinya Mohammad Amir Dalam deretan panjang nama-
Tohar. Tetapi, dalam khazanah sas- nama sastrawan Jawa, nama Amro
tra, ia lebih dikenal dengan nama Juhendi kurang terdengar gaungnya.
Aming Aminoedin. Lahir di Ngawi Sebab, ia jarang muncul dalam per-
pada 22 Desember 1957. Pendidikan temuan-pertemuan sastra. Karya-
SD sampai SMA diselesaikan di kota karyanya pun selama ini belum ada
kelahirannya. Sedangkan gelar sarja- yang pernah mendapat penghargaan
na diperoleh di Jurusan Bahasa dan dalam suatu lomba atau event ter-
Sastra Indonesia Fakultas Sastra tentu. Namun, jika kita melacak ma-
UNS. Kuliahnya diselesaikan dalam jalah Djaka Lodhang dan Mekar
waktu tidak kurang dari 10 tahun. Sari, nama Amro Juhendi layak di-
Semula ia bekerja di Kantor Wilayah perhitungkan karena karya-karyanya
Departemen Pendidikan dan Kebuda- sering muncul di sana.
yaan Propinsi Jawa Timur. Sekarang
ia menjadi tenaga peneliti dan pem- Amro Juhendi adalah nama sa-
bina sastra di Balai Bahasa Surabaya. maran. Nama aslinya adalah Amro
Meskipun lebih banyak bergelut Djulaerni. Akan tetapi, dalam ber-
dalam dunia sastra Indonesia, tetapi karya, ia lebih senang menggunakan
perhatiannya terhadap sastra Jawa nama samaran daripada nama asli-
pun cukup besar. nya. Hal itu barangkali dimaksudkan
untuk menutupi identitas yang sebe-
Sebagai seniman Aming cukup narnya walaupun nama samaran itu
kreatif. Terbukti ia menggagas ber-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 19
tidak jauh berbeda dengan nama asli- tuk membantu orang tua bekerja di
nya. sawah. Pada tahun 60-an, saat ber-
usia 22 tahun, ia belajar menulis cer-
Di kalangan sastrawanAmro Ju- pen. Karya yang pertama kali ia tulis
hendi sering dipanggil Pak Dju. Ia adalah cerpen Indonesia, dimuat di
lahir di Penggaron, Semarang, Jawa majalah Genta (Solo). Selanjutnya,
Tengah, pada tahun 1938. Ia meru- beberapa cerpennya muncul di Ming-
pakan anak bungsu dari empat ber- gu Ini dan Bahari (Semarang). Baru
saudara. Dari empat bersaudara itu pada tahun 1970-an ia terjun ke dunia
hanya ia sendiri yang terjun ke dunia sastra Jawa. Hingga kini karangan-
karang-mengarang. Ia menikah de- nya sudah tersebar di berbagai media,
ngan Sunarti pada tahun 1971. Dari terutama di Djaka Lodhang dan Me-
pernikahan itu ia dikaruniai tiga kar Sari.
orang putri. Ketiga putrinya dibesar-
kan dengan hasil jerih payah sebagai Amro Juhendi mengaku tidak
petani dan sebagai pengarang. Untuk memiliki pengetahuan sedikit pun
membantu mencukupi kebutuhan tentang ilmu sastra dan atau aturan
ekonomi keluarga, istrinya membuka dalam penulisan karya sastra. Ia me-
usaha wiraswasta kecil-kecilan di ru- nulis karya sastra secara otodidak.
mahnya, Jalan Sunan Kalijaga 2, Karya-karyanya pada umumnya
Penggaron, Semarang. berlatar realita kehidupan sehari-ha-
ri. Keakraban Amro dengan budaya
Amro Juhendi dibesarkan dalam dan lingkungan terdekatnya dapat di-
lingkungan keluarga yang taat ber- rasakan dalam karya-karyanya se-
agama (Islam). Ketaatannya pada perti cerpen “Pak Veteran”, “Layang
agama tampak pula pada karya-kar- Tulisan Abang”, “Iya lan Apa Iya”,
yanya yang sebagian besar bernuansa dan sebagainya.
religius Islami, misalnya, cerpen
“Candhuk Lawung”, “Ngaup”, “Ke- andrik purwasito (1957— )
bayar”, “Pandung Munthu”, “Untu
Emas Gawe Tiwas”, dan “Sumur”. Andrik Purwasito lahir di Treng-
Dalam karya-karyanya ia sering me- galek, Jawa Timur, pada 13 Agustus
ngetengahkan pentingnya iman bagi 1957. Ia putra kedua dari sepuluh
manusia. Bagi manusia, iman itu bersaudara (persis kakak dan adik-
penting karena iman dapat memben- nya meninggal). Pendidikan SD di
tengi atau menghindarkan diri dari Trenggalek, SMP di Tulungagung,
perbuatan dan perilaku yang tidak SMA di Kediri, ASRI (tidak tamat)
baik. dan Hubungan Internasional Fisipol
UGM (tamat 1981) di Yogyakarta.
Amro Juhendi hanya berpendi- Putra seorang ABRI ini telah aktif
dikan SD (1958). Karena sulitnya berteater dan menulis puisi (Jawa dan
perekonomian pada waktu itu, ia Indonesia) sejak SMA. Pada perte-
tidak dapat melanjutkan ke sekolah ngahan 1970-an telah beberapa kali
yang lebih tinggi. Setelah tamat SD, memenangkan lomba, antara lain,
hari-hari selanjutnya ia habiskan un-
20 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
penulisan puisi, penulisan cerpen, Pesisir Perigi (Eka Setia, 1983) dan
dan penulisan kritik. Bahkan pada Seninjong (kumpulan sajak, MPI,
1975 menjadi pemain terbaik pria 1986). Sementara itu, guritan-gu-
dalam festival drama. Pada 1977 ritan karyanya tersebar dalam ber-
aktif melatih drama di Fisipol UGM. bagai majalah berbahasa Jawa se-
perti Rara Jonggrang, Mekar Sari,
Setamat dari UGM Andrik ma- Djaka Lodang, Jaya Baya, Pustaka
sih malang-melintang di Yogyakarta, Candra, dll. Hanya sayang, ia belum
antara lain, membina ruang seni-sas- memiliki antologi guritan.
tra di Radio Reco Buntung (1981—
1984), mendirikan sanggar Solidari- anggarpati (1954— )
tas Penyair Yogya (1983), mendiri-
kan bulletin sastra Jawa Rara Jong- Anggarpati, yang di dalam kar-
grang (1982), menjadi pemimpin ya-karyanya sering menggunakan
editor di PLP2M, dan menjadi war- nama samaran Asih Sari, lahir di Ja-
tawan harian Kedaulatan Rakyat tirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Ti-
(1984—1985). Penyair yang pernah mur, pada 15 Maret 1954. Penga-
bekerja di BKKBN ini terus melejit rang wanita berputra tiga orang yang
prestasinya, yakni menjadi juara I kini bertempat tinggal di Kebraon,
penulisan naskah sandiwara radio Surabaya, ini adalah pembantu lepas
tingkat nasional yang diselenggara- majalah Jaya Baya sebagai fotogra-
kan oleh Radio Namberwan, Sema- fer. Meskipun demikian, ia tidak ha-
rang (1984) dan menjadi pemenang nya menulis di Jaya Baya, tetapi ju-
Piala Kirjomulyo (1985). ga di Mekar Sari, Panjebar Sema-
ngat, dan Jaka Lodhang. Pendidikan
Setelah diterima menjadi dosen dasar (SD dan SMP) dan menengah-
Fisipol UNS Surakarta (sejak 1985), nya (SPG) diselesaikan di kota kela-
penyair yang juga pernah menjadi hirannya, yakni Tuban. Sebelum se-
Komisaris OPSJ (Organisasi Penga- bagai pembantu Jaya Baya, ia be-
rang Sastra Jawa) Yogyakarta ini ma- kerja di Biro Travel (1978-1980) dan
sih aktif pula menulis puisi. Sejumlah sebagai sekretaris pada PT Bayu
puisinya (Indonesia) masuk dalam (1981-1983) yang bergerak di bi-
Antologi Penyair Yogya Tiga Gene- dang kontraktor. Selain itu, ia juga
rasi (1981), Pagar-Pagar (1984), seorang penyiar radio Salvatore dan
Prasasti (1984), dan Tugu (DKY, MCA.
1986). Selain itu ia menyunting buku
Islam dan Perubahan Sosial Politik Hingga kini Anggarpati belum
di Negara Sedang Berkembang memiliki buku antologi karya sendiri.
(1985) dan Ketergantungan Dunia Beberapa karya guritannya, antara
Ketiga terhadap Kapitalisme dan lain, “Rantas” (April 1988) masuk
Masalah Kesejahteraan Rakyat dalam buku Drona Gugat (Bukan
(1985), keduanya diterbitkan PLP2M Panitia Parade Seni WR Supratman,
Yogyakarta. Bukunya sendiri yang 1995). Sementara itu, “Yen Wengi
telah terbit, antara lain, Kisah Anak Wis Lumingsir”, “Yen Kumelipe Lin-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 21
tang Wis Surem”, “Ing Atimu Dak- hanya tamat SMP, kegemaran Anie
tanduri Sepimu”, “Wis Padha Lali”, Soemarno membaca buku-buku ba-
dan “Dakanti Sacleredan Ing Mega hasa dan sastra sangat besar. Hal ini-
Putih” masuk dalam buku antologi lah yang menyebabkan ia mahir
Kalung Barleyan (Lembaga Pengab- mempergunakan kata-kata dalam
dian Pada Masyarakat, 1988) yang karyanya. Bahasanya lembut, halus,
disunting oleh Suripan Sadi Hutomo. kalimatnya menarik, tegas, dan pan-
Sedangkan guritan berjudul “Mutiara dai memaparkan perumpamaan. La-
Rantai: KagemYunani” (Jaya Baya, tar belakang kehidupan Anie Soe-
20 Oktober 1991), “Pesisir Tuban” marno yang menggunakan bahasa
(Jaya Baya, 24 Juli 1988), “Pitakon: Madura dan bahasa Indonesia tidak
Kagem Yunani” (Jaya Baya, 20 Ok- menjadi penghalang baginya untuk
tober 1991), dan “Yen Kumelipe Lin- mengarang dalam bahasa Jawa.
tang Wis Surem” (Mekar Sari, 19
Desember 1981) masuk dalam buku Selain bekerja sebagai karyawan
antologi Kabar Saka Bendulmrisi: PN Madurateks di Kamal, Madura,
Kumpulan Guritan (2001) suntingan Anie Soemarno juga menggeluti pro-
Suharmono Kasiyun, diterbitkan oleh fesi sebagai wartawan. Mulai menu-
PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra lis guritan (puisi) pada tahun 1963.
Jawa Surabaya). Guritan dan artikelnya banyak di-
muat di majalah Jaya Baya, Panje-
anggitan bar Semangat, Dharma Nyata,
Parikesit, harian Bhirawa, dan se-
Anggitan adalah karangan. Ang- bagainya. Lima guritan Anie Soe-
gitan Jawa tulen, yaitu semua ka- marno masuk dalam buku Gegurit-
rangan (cara Jawa) bercorak Jawa an Antologi Sajak-Sajak Jawi (Pus-
asli buatan orang Jawa sendiri. Jadi, taka Sasanamulya, Surakarta,
merupakan wujud uraian (rasa pang- 1975). Sedangkan guritan-guritan
rasa Jawa) perasaan Jawa, cipta rasa lainnya diambil oleh J.J. Rass untuk
Jawa. Misalnya, Serat Riyanta ka- melengkapi bukunya Bunga Rampai
rangan R.B. Sulardi; Parta Krama Sastra Jawa Mutakhir (1979). Gu-
karangan Kyai Sindusastra, dan se- ritannya berjudul “Saka Kreta” di-
bagainya. muat dalam Antologi Puisi Jawa
Modern 1940—1980 (1984) sun-
anie soemarno (1943— ) tingan Suripan Sadi Hutomo. Karya
Anie Soemarno yang berupa gegu-
Anie Soemarno adalah penga- ritan lebih banyak daripada yang
rang sastra Jawa yang mulai aktif ta- berupa cerkak dan esai.
hun 1960-an. Ia tidak pernah meng-
gunakan nama samaran. Lahir di Anie Soemarno merasakan hi-
Senggowar, Gondang, Nganjuk, Jawa dup pada masa penjajahan. Karena
Timur, pada tanggal 31 Desember itu, meskipun tidak menggunakan
1943. Ia hanya berpendidikan SMP senjata, ia ingin pula ikut andil dalam
bagian B (tamat 1960). Meskipun berjuang. Perjuangannya itu ia sa-
22 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
lurkan lewat goresan pena (walau- Berkat memperdalam ilmu keja-
pun ini terjadi pada tahun 1960-an). wen atau ilmu kesempurnaan jiwa
Lewat puisi-puisi-puisinya ia turut itulah Anjar Ani gemar melakukan
mengobarkan rasa persatuan dan se- tirakat, misalnya nenepi (diam di
mangat juang bagi kaum muda demi tempat sepi) dan ziarah ke makam
terwujudnya negara adil makmur leluhur. Berkat asuhan ledhek La-
tata temtrem kerta raharja. Profe- siah, Anjar Any gemar bermain ke-
sinya sebagai wartawan dengan dae- toprak. Kegemaran ini menyebabkan
rah jelajah yang luas juga membuat Anjar Any gagal dalam menempuh
Anie Soemarno mengangkat berba- pendidikan formal. Namun, kegagal-
gai masalah kehidupan manusia di an ini justru memacu untuk berkreasi
sekelilingnya. Misalnya, sebagaima- mengarang lagu. Profesinya sebagai
na tampak dalam karya-karya puisi- pengarang lagu (keroncong dan
nya, ia memprihatinkan tentang me- langgam Jawa) menghantarkannya
rebaknya pelacur, kebobrokan mo- menjadi seorang seniman sukses. Ti-
ral, dan sejenisnya. dak kurang dari tujuh ratus lagu ber-
hasil ia ciptakan (sekitar tahun
anjar ani (1936—2008) 1964). Lagu ciptaannya yang hingga
sekarang tetap populer antara lain
Nama asli Anjar Ani adalah An- “Yen ing Tawang ana Lintang”,
jar Mujiyono. Selain dikenal sebagai “Walang Kekek”, “Jangkrik Geng-
sastrawan, ia juga dikenal sebagai gong”, “Jamune”, “Sang Proklama-
komponis (pencipta lagu). Ia dilahir- tor”, dan “Amplop”.
kan di Ponorogo, Jawa Timur, pada
3 Maret 1936. Ketika masih kecil Anjar Any lulus SMApada tahun
pernah diasuh seorang ledhek ber- 1956. Ia pernah kuliah di Fakultas
nama Lasiah yang berasal dari Pur- Ekonomi UNDIP Semarang (hanya
wantara, Wonogiri. Ia banyak mem- dua tahun). Dalam kancah kesusas-
pelajari ilmu kejawen, suatu etika traan Jawa, ia termasuk pengarang
dan gaya hidup yang diilhami oleh angkatan tahun 1950-an, seangkatan
cara pemikiran Javanisme. Oleh ka- dengan Esmiet, Soesilomurti, Trim
rena itu, ia percaya pada tradisi dan Sutidja, Muryalelana, dan Soedhar-
atau tindakan yang berpegang pada mo K.D. Selain sebagai pengarang
dua hal, yaitu filsafat hidup yang (cerkak, guritan, dan novel), ia aktif
mistis-religius dan etika hidup yang pula di bidang jurnalistik. Misalnya,
menjunjung tinggi moral dan derajat ia menjadi wartawan mingguan Ge-
hidup. Pandangan hidup itu meng- lora Berdikari dan menjadi wakil
hubungkan segala sesuatu dengan pimpinan redaksi majalah Dharma
Tuhan, segala sesuatu yang serba ro- Kandha yang didirikan bersama
haniah, mistis, dan magis, dengan Muryalelana, Arswendo Atmowiloto,
menghormati nenek moyang, lelu- Moch Nursahid P., dan N. Sakdani
hur, dan kekuatan yang tidak tampak pada tanggal 18 Agustus 1968 di
oleh indera manusia. Sala.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 23
Anjar Any mulai menulis sejak yang telah ditempuhnya adalah lulus
duduk di bangku SMA tahun 1956. SMA(1963—1966) dan pernah ber-
Cerkak “Dhompet” adalah karya per- niat melanjutkan ke AKABRI tetapi
tamanya yang dipublikasikan oleh gagal. Akhirnya, ia melanjutkan ku-
Panjebar Semangat pada 2 Juni liah ke PGSLP. Selepas PGSLP ia
1956. Cerita tersebut kemudian di- diterima menjadi guru SMP Negeri
muat dalam antologi cerita pendek Wirosari, Purwadadi, Grobogan, Ja-
yang diterbitkan Pusat Kesenian Jawa wa Tengah. Ia meninggal pada bulan
Tengah di Sala (Surakarta) pada ta- November 2003.
hun 1975. Selanjutnya, karya-karya-
nya tersebar luas di majalah Jaya Anjrah Lelanabrata aktif menu-
Baya, Panjebar Semangat, Dharma lis sejak tahun 1963 dalam ragam
Kandha, Dharma Nyata, dan Ku- puisi, cerpen, dan naskah lakon. Be-
mandang. Selain itu, Anjar Any juga berapa majalah yang memuat kar-
menerjemahan karya G.J. Murray yanya (dalam bahasa Jawa), antara
berjudul Seven Days To Dead men- lain Dharma Nyata, Dharma Kan-
jadi Peristiwa Tujuh Hari. Hasil kar- dha, Kunthi, Panjebar Semangat,
yanya yang diterbitkan dalam bentuk Jaya Baya, Kumandang, dan Pusta-
buku, antara lain, Geger Panaraga, ka Candra. Hasil karyanya yang di-
Sri Klana Sewandana, Diburu Pra- tulis dalam bahasa Indonesia dimuat
wan Ayu, dan Pecut Samandiman. di majalah Gairah, Bhirawa, Sim-
Karya-karya ini cenderung sebagai poni, Media Muda, Bina, dan Kar-
cerita detektif. tika Minggu.
Selain menulis karangan berba- Selama ini, sebagian karya
hasa Jawa, Anjar Any juga menulis Anjrah Lelanabrata yang aktif meng-
dalam bahasa Indonesia, terutama hadiri setiap kegiatan penataran dan
esai, seperti Ranggawarsita, Apa sarasehan yang berkaitan dengan ke-
yang Terjadi, Ramalan Jaya Baya, bahasaan dan kesastraan ini juga
Bung Karno Siapa yang Punya, dan pernah dimuat di beberapa antologi,
Menyingkap Serat Wedhatama. antara lain, guritan berjudul “Tapel
Karangannya dalam bahasa Indone- Wates” (Jaya Baya, No. 17, Desem-
sia dimuat majalah Terang Bulan, ber 1971), dan “Panggah” (Kuman-
Dunia Ria, dan sebagainya. Kini ia dang, No. 62, Januari 1975) masuk
menekuni seni musik keroncong dan dalam Bunga Rampai Sastra Jawa
menulis syair campur sari. Mutakhir (Ras, 1985). Guritan-nya
yang berjudul “Dongengan lan Pra-
anjrah lelanabrata (1947— sasti” dimuat dalam Antologi Puisi
2003) Jawa Modern: 1940—1980 sunting-
an Suripan Sadi Hutomo (1985). Se-
Nama asli Anjrah Lelanabrata mentara, guritan-nya berjudul “Tem-
adalah Katidjan Atmowidjojo. Ia di- bang Saka Pucuk Gunung”,
lahirkan di Kunduran, Blora, pada “Angkatan”, “Kumandhanging La-
8 Januari 1947. Pendidikan formal gu-lagu Padesan”, “Kumandhang”,