424 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
seuntung-untungnya orang lupa benar ucapan yang diujarkan-
lebih untung orang ingat dan nya.’
waspada.’
pustaka
purwapada
Pustaka adalah sebutan untuk bu-
Purwapada adalah penanda yang ku atau karya sastra. Namun, dalam
ditempatkan di depan baris pertama sastra Jawa Kuno istilah “pustaka”
bait pertama suatu pupuh tembang. berarti senjata yang dimiliki oleh Yu-
Purwapada dipergunakan pada tem- dhistira (Kalimahosada). Senjata ter-
bang yang ditulis dengan huruf Ja- sebut dipergunakan untuk membu-
wa. Purwapada mempunyai makna nuh Salya.
“bunyi yang baik”. Artinya, purwa-
pada mengandung isi dan harapan
supaya pembaca yang mendengar-
kan dan menyimpan buku akan men-
dapatkan keselamatan.
Contoh:
Mamrihing manis purwakaning
tulis
mngrumpaka wajibing pra sis-
wa
kang luwih wigati dhewe
tansah ambangun turut
marang guru ywa nyulayani
kapindho kudu padha
sinau kang atul
katelu nglatih gegulang
pribadine supadi dadi wong
becik
jujur wijiling ujar
‘Agar menarik pembukaan ka-
rangan
mengarang kewajiban siswa
yang paling penting
selalu taat
kepada guru tidak membantah
kedua kalinya harus
rajin belajar
ketiga kalinya berlatih
agar pribadinya dapat menjadi
baik
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 425
r
r.b. soelardi (1885/1888—) ya. Menurut keterangan penerbit F.A.
Nasional (1965), kegagalan itulah
Raden Mas Soelardi adalah anak yang mengilhami Soelardi untuk me-
seorang guru. Ia lahir tahun 1885 di nulis novel Serat Riyanta.
Wonogiri, Surakarta. Keterangan
tahun kelahirannya itu berbeda de- Ketika menggubah/menulis
ngan keterangan penerbit Fa. Na- novel Serat Riyanta, Soelardi konon
sional, Surakarta, yang menerbitkan baru berusia 23 tahun sehingga di-
novelnya Serat Riyanta pada tahun perkirakan bahwa ketika jatuh cinta
1965. Diterangkan bahwa ketika bu- kepada gadis bangsawan itu (seperti
ku itu diterbitkan (dengan angka ta- Srini dalam novelnya) ia berusia 22
hun 1965), Soelardi berusia 77 tahun. tahun. Dua tahun kemudian, setelah
Hal itu berarti bahwa R.M. Soelardi cinta pertamanya gagal, ia jatuh cin-
lahir tahun 1888 (selisih 3 tahun). ta lagi kepada gadis bangsawan lain
hingga menikah. Namun, sial bagi-
Sejak kecil Soelardi telah menun- nya, tidak lama kemudian istrinya
jukkan bakatnya sebagai seniman meninggal. Karena itu, Soelardi ke-
(sastrawan). Minatnya terhadap du- mudian mengambil keputusan untuk
nia sastra bermula dari kesukaannya keluar sebagai abdi dalem Mangku-
pada dunia wayang kulit. Dari se- negaran. Keputusannya itu merupa-
ringnya menyaksikan pertunjukan kan sikap tegasnya untuk melepas-
wayang ia kemudian belajar mena- kan ikatan tradisional yang feodalis-
buh gamelan, melukis dan menatah tik. Sikapnya itu juga tercermin pada
wayang, serta menulis cerita berba- tokoh Riyanta dalam novel Serat Ri-
hasa Jawa. Bakat inilah yang mena- yanta yang menolak perkawinan atas
rik perhatian Mangkoenegara VII pilihan orang tua.
sehingga ia diangkat menjadi abdi
dalem di Mangkunegaran. Di Mang- Di luar istana Mangkunegaran,
kunegaran, antara lain, ia diberi tu- Soelardi mengisi hari-harinya dengan
gas melukis, menabuh gamelan, menulis, melukis, dan menyungging
membuat wayang kulit, dan sebagai (menatah) wayang kulit. Selain me-
guru bahasa Jawa. nulis novel Serat Riyanta (yang di-
cetak ulang sampai tiga kali), Soe-
Ketika menjadi abdi dalem di lardi juga menulis novel Serat Sar-
Mangkunegaran, Soelardi jatuh cin- wanta (dua jilid, terbit tahun 1939).
ta kepada seorang gadis bangsawan. Novel yang kedua itu lebih mengu-
Gadis itu pun membalas cintanya, te- tamakan masalah kejiwaan dan
tapi orang tua si gadis melarang hu- kebatinan. Sebelum itu, ia juga me-
bungan mereka. Cinta Soelardi gagal nulis panduan menabuh gamelan dan
karena ia hanya seorang abdi, hanya melukis wayang sebagaimana di-
seorang seniman, lagipula tidak ka-
426 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
muat dalam Serat Pedhalangan kan di lingkungan budaya Jawa dan
Ringgit Purwa (1932) karya Mang- menganut agama Kristen Roma Ka-
koenegara VII (38 Jilid). tolik.
Oleh beberapa pengamat, di an- Dalam usia menjelang 27 tahun,
taranya Suripan Sadi Hutomo tepatnya pada 2 Februari 1922, Soe-
(1975) dan J.J. Ras (1985), Serat Ri- wanda dinikahkan di Muntilan de-
yanta dianggap sebagai novel per- ngan R.A. Agnes Soekartini, putri
tama yang mengawali periode baru Sasranegara. Sejak itulah nama Soe-
kesusastraan Jawa. Dianggap demi- wanda dilengkapi dengan nama Ha-
kian karena novel itu telah memenuhi diwidjana (nama yang diberikan se-
kriteria novel modern Barat, yang ci- telah menikah). Dari perkawinan itu
rinya, antara lain, tidak lagi dikuasai lahirlah 13 orang anak, yaitu R.Ay.
oleh norma-norma ekstraestetik, se- M. Titi Sari (diperistri Sasrajoeda,
perti masalah moral atau kecende- S.H.), R.M.A. Haryana, A.Ay.Th.
rungan didaktis (mendidik). Titi Lestari (diperistri Natasuhardja),
Marsekal Pertama Dr. R.M.E. Har-
Sementara itu, Quinn (1995) me- sana, R.M.M. Sasrawan, R.Ay.M.
nilai bahwa Serat Riyanta sangat me- Titi Rejeki (diperistri Juliwarsa),
nonjol karena mampu melakukan R.Ay.F. Titi Rahayi (diperistri Prof.
kritik secara tersamar bagi kebiasa- Mr. Munajat Danusaputra), R.Ay.J.
an perkawinan atas kehendak orang Titi Nawami (diperistri Dr.R. Sukar-
tua di kalangan elite bangsawan de- na Harjasudarma), R.Ay.Dra.C. Har-
ngan gambaran etiket kebangsawan- tati, R.M.dr.M. Darmawan, R.Ay.C.
an yang mempesona dan mengagum- Pudyati (diperistri Drs. Cosmas Ba-
kan (meskipun kadang-kadang agak tubara), dan R.Ay.P. Saptawulan (di-
ironis). Selain itu, Damono (1999) peristri Drs. Saragih).
mengemukakan bahwa Serat Riyan-
ta menawarkan tema yang berkaitan Jika diperhatikan dari sisi orang
dengan perkawinan sebagai salah sa- tua, tampak bahwa Hadiwidjana ter-
tu masalah utama novel itu. Hal itu- masuk keluarga priayi meskipun stra-
lah yang menjadi kelebihan dan yang tanya di bawah keluarga orang tua
membedakan Serat Riyanta dari kar- istrinya. Perbedaan strata sosial itu
ya-karya lain sezamannya. bukan merupakan kendala bagi Ha-
diwidjana untuk menciptakan ke-
r.d.s. hadiwidjana (1895—) luarga harmonis. Hal itu dibuktikan
dengan keberhasilannya mendidik
Nama kecilnya Soewanda. Ia la- semua anaknya. Keberhasilan Hadi-
hir di Sragen pada 9 Oktober 1895. widjana dalam mendidik anak-anak-
Nama kecilnya yang disingkat “S” nya bermodal pendidikan dan kedi-
selalu disertakan mendahului nama siplinan yang diterapkannya.
tuanya, Hadiwidjana. Ia merupakan
anak ketiga dari enam bersaudara. Pendidikan pengarang dan seka-
Nama orang tuanya R.M. Ambjah ligus filolog itu dimulai dari magang
Darmawisastra. Soewanda dibesar- di Sumanegaran, Sragen, tahun 1904.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 427
Kemudian Hadiwidjana menempuh Anomku”, “Wong Becik”, “Yasa-
pendidikan di Kweek School tahun ning Setan marang Manungsa”,
1917, Kursus Guru Bahasa Jawa dan “Ngibadah” dimuat dalam Me-
tahun 1920, ke Sekolah Jawa di Ba- dan Bahasa Basa Jawi (No. 4, Thn.
tavia tahun 1921, Kursus Guru Ba- IV, 1959). Sebelum itu, guritan ter-
hasa Jawa di Batavia tahun 1928- jemahannya yang berjudul “Apho-
1931; semua itu untuk mengajar di risma: Jagading Wong Urip”,
AMS dan HIK. Adapun yang ter- “Kleru”, dan “Wong iku Ana 4 Pra-
akhir ditempuh ialah pendidik Akte kara” dimuat dalam Medan Bahasa
Onderwijzer di Batavia, tahun 1932. Basa Jawi (No. 1, Thn. IV, 1959).
Guritan itu diberi inisial “Suhawo”
Sesuai pendidikan yang ditem- sebagai nama samaran, kependekan
puh, Hadiwidjana kemudian bekerja dari Soewanda Hadiwidjana. Nama
sebagai guru, yang secara berturut- samaran lain yang sering dipakai
turut ialah di AMS dan HIK (1931- adalah “Cantrik Sukawati”.
1942), Sekolah Guru Lanjutan
(SGL) Jetis, Yogyakarta (1942- Selain menulis guritan, Hadiwi-
1945), Sekolah Menengah Tinggi djana juga menyusun buku bahan ajar
(SNT) di Yogyakarta (1945-1955), dan bahan bacaan. Buku-buku ter-
Guru Kepala Kursus BI Bahasa sebut, antara lain Sastra Gita Wi-
Indonesia di Yogyakarta (1955- cara (Jilid I 1950 dan Jilid II 1963),
1958), serta Dosen Luar Biasa pada Sarana Sastra (1950), Sarwa Sastra
Kursus BI Bahasa Indonesia dan (Jilid I, II, dan III, 1963), Mrih Ra-
Jawa di Yogyakarta dan Dosen Ba- harja (1960), dan Tata Sastra (1967).
hasa Indonesia di Universitas Sa- Beberapa artikel tentang bahasa dan
raswati Surakarta (1960-1961). Di sastra pernah pula ditulisnya, di an-
samping itu, pada tahun 1946 ia di- taranya ‘Tinjauan Serat Centhini”
angkat menjadi Dosen Luar Biasa di dan “Aksara Dua Puluh” yang di-
Sekolah Tinggi Gadjah Mada dan se- muat dalam Buletin Fakultas Sastra
jak tahun 1949 diangkat menjadi Do- dan Kebudayaan UGM (No. 4,
sen Luar Biasa di Fakultas Sastra dan 1971). Hadiwijana juga menyunting
Kebudayaan Universitas Gadjah Ma- Babad Clereng yang kemudian di-
da, serta sejak tahun 1969 menjadi muat dalam majalah Widyaparwa
Dosen Luar Biasa di FKSS IKIP terbitan Balai Penelitian Bahasa Yog-
Yogyakarta sampai tahun 1970-an. yakarta. Bahkan, beberapa bukunya,
di antaranya Sarwa Sastra dan Tata
Berkat pengetahuan dan penga- Sastra, masih dijadikan buku acuan
lamannya, Hadiwidjana termotivasi di sekolah-sekolah dan perguruan
untuk mengembangkan bakatnya me- tinggi yang memiliki Jurusan Bahasa
ngarang. Karangan pertamanya di- dan Sastra Jawa.
muat dalam majalah Jawi Sraya di
Muntilan ketika ia masih belajar di Jika dilihat pendidikan, penga-
Kweek School. Karangannya dalam laman kerja, dan keberhasilannya
bentuk guritan dengan judul “Duk menyusun beberapa buku, Hadiwi-
428 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
djana termasuk seorang tokoh yang Soviet) dan akhirnya meninggal di sa-
gigih memegang prinsip untuk mem- na pada tahun 1965. Tidak diketahui
perjuangkan kelangsungan hidup ba- pula apakah kepergiannya ke negara
hasa dan sastra Jawa serta penga- Rusia itu bersangkut-paut dengan
jarannya. Kegigihan dan ketabahan- peristiwa politik atau tidak.
nya terbukti hingga berusia tua ia
masih diminta untuk mengajar di Fa- Karier kepenyairan R. Intojo di-
kultas Sastra dan Budaya UGM dan mulai pada tahun 1932 ketika masih
Fakultas Keguruan Sastra Seni IKIP sekolah di HIK di Lembang, Ban-
Yogyakarta sampai tahun 1970-an. dung. Karier itu kemudian berkem-
bang sejak terbitnya (pertama) ma-
r. intojo (1912—1965) jalah Pujangga Baru (Juli 1933). Itu-
lah sebabnya, di dalam khazanah
R. Intojo lahir di Tulungagung, sastra Indonesia, ia disebut-sebut se-
Jawa Timur, pada tanggal 27 Juli bagai salah seorang tokoh Pujangga
1912. Pendidikan dasarnya, HIS Baru. Di dalam bersyair (menulis
(Holland Inlandsche School), dise- puisi), dan itu terbukti di dalam be-
lesaikan di kota Mojokerto, propinsi berapa sajak yang telah dipublikasi-
Jawa Timur. Setelah tamat dari HIS, kan dalam majalah, ia sering meng-
R. Intojo kemudian melanjutkan studi gunakan nama samaran, di antara-
ke HIK (Holland Inlandsche Kweek nya Rhamedin, Heldas, Hirahamra,
School) di kota Blitar. Akan tetapi, Ibnoe Sjihab, Imam Soepardi, dan
pada tahun 1930, dengan alasan kon- Indera Bangsawan.
disi kesehatannya buruk, ia pindah
ke HIK di Gunungsari, Lembang, Hingga sekarang tetap tidak di-
Bandung, dan baru selesai pada ta- peroleh keterangan yang meyakin-
hun 1933. Setamat dari HIK di Lem- kan apakah nama Intojo tersebut na-
bang, ia kemudian menjadi guru (me- ma asli atau justru nama samaran. Di-
ngajar) di sebuah sekolah bernama katakan demikian karena beberapa
Perguruan Rakyat di Bandung. Na- buku sumber yang diperoleh menya-
mun, tidak lama kemudian, ia pindah takan hal yang berbeda-beda. Dalam
dan mengajar di Sekolah Mardi Sis- buku antologi susunan Badudu dkk.
wa di Blitar, Jawa Timur. Bahkan, di (1984), misalnya, disebutkan bahwa
Blitar pun tidak lama pula karena se- nama asli Intojo adalah Rhamedin, se-
jak tahun 1938 ia pindah lagi dan me- dangkan dalam buku-buku yang lain
ngajar di HIK Rangkasbitung, Su- disebutkan bahwa Intojo adalah na-
matra. Tidak diketahui dengan jelas ma asli. Beberapa nama samaran ini
apakah Intojo turut berjuang dalam digunakan ketika ia menulis sajak ber-
Perang Kemerdekaan atau tidak. bahasa Indonesia, sementara di da-
Yang jelas ialah bahwa pada awal lam karya-karya (sajak) yang berba-
tahun 1960-an ia pergi ke luar negeri hasa Jawa ia secara konsisten meng-
dan menjadi pengajar bahasa Indo- gunakan nama Intojo (periksa daftar
nesia di sebuah sekolah di Rusia (Uni karya Intojo di bawah).
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 429
Dalam khazanah penulisan puisi nesia pada awalnya diterbitkan da-
Indonesia dan Jawa modern, R. In- lam majalah Semangat Pemuda, Pe-
tojo mulai aktif menulis sajak pada doman Masyarakat, Panji Islam, Al-
masa Pujangga Baru (sejak 1933) manak Perguruan, dan Pujangga
dan berhenti pada masa menjelang Baru. Saat ini, karya-karya yang ber-
datang ke Indonesia (1941). Disebut bahasa Indonesia tersebut dapat di-
demikian karena pada masa Jepang jumpai dalam buku Puisi Baru
(1942—1944), lebih-lebih setelah (1954) susunanAlisjahbana, Perkem-
Indonesia merdeka (1945), sama se- bangan Puisi Indonesia Tahun 20-
kali tidak dijumpai karya-karyanya. an hingga Tahun 40-an (1984) su-
Kendati demikian, ini tidak berarti sunan Badudu dkk., dan Tonggak I
bahwa ia tidak aktif lagi di bidang (1987) susunan SuryadiA.G. Semen-
seni budaya, khususnya sastra tara itu, karya-karya yang ditulis da-
(puisi). Hal itu terbukti, kendati tidak lam bahasa Jawa yang semula diter-
lagi menulis sajak, ia masih sempat bitkan dalam majalah Kejawen kini
menulis esai dalam berbagai maja- dapat ditemukan di dalam buku An-
lah. tologi Puisi Jawa Modern 1940—
1980 (1984) susunan Hutomo. Co-
Salah satu esainya tentang pe- rak penulisan sajak yang berbentuk
nyair dan karyanya berjudul “Amir soneta inilah yang pada masa selan-
Hamzah dan ChairilAnwar”. Esai ini jutnya ditiru oleh beberapa penyair
dipublikasikan di dalam majalah Jawa yang lain, di antaranya Suba-
Indonesia, No. 10, Thn. II, Juni 1951. gijo Ilham Notodijoyo (SIN); dan hal
Esai tersebut berisi kupasan tentang ini antara lain tampak dalam sajak
sajak-sajakAmir Hamzah dan Chai- “Gelenging Tekad” ‘Kebulatan Te-
ril Anwar. Selain itu, ia juga menulis kad’ yang telah dimuat dalam maja-
esai berjudul “Pantun” yang dimuat lah berbahasa Jawa Panjebar Sema-
dalam majalah Indonesia, No. 4 dan ngat, No. 20, Thn. IX, 12 Juli 1949.
7, Thn. III, 1952. Beberapa esai yang
lain dimuat dalam rubrik “Sudut Ba- Secara keseluruhan, sajak-sajak
hasa” majalah Nasional. Dalam sa- (sejauh dapat dijangkau) karya R.
lah satu esainya yang dimuat di ma- Intojo, baik yang ditulis dalam baha-
jalah Nasional edisi Desember 1952 sa Indonesia maupun bahasa Jawa,
Intojo antara lain membicarakan ben- dapat diinventarisasikan sebagai be-
tuk dan corak sajak-sajak Muham- rikut. Sajak yang berbahasa Indone-
madYamin dalam Jong Sumatra dan sia berjumlah 17 buah, yaitu “Cen-
kecenderungan pembaharuan puisi d’ra Durja” (Semangat Pemuda,
Indonesia. Mei 1932; kemudian dimuat Pu-
jangga Baru, No. 2, Thn. V, Agustus
Sajak-sajak karya R. Intojo, si 1937); “Zaman yang Mulia” (Sema-
penyair Pujangga Baru ini, telah di- ngat Pemuda, 15 Agustus 1932; lalu
publikasikan dalam berbagai media dimuat Pujangga Baru, No. 6, Thn.
massa, terutama majalah. Karya-kar- V, Desember 1937); “Pulau Bali”
ya yang ditulis dalam bahasa Indo-
430 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
(Pujangga Baru, No. 1, Thn. I, nya, R. Intojo mengikuti sebuah ke-
Mei—Juli 1933); “Ibu ...” (Pujangga giatan simposium yang diselengga-
Baru, No. 1, Thn. I, Mei—Juli 1933); rakan di Jakarta oleh para seniman
“Kemegahan Kita di Zaman Bahari” kelompok Gelanggang yang bekerja
(Pujangga Baru, No. 2, Thn. V, sama dengan berbagai lembaga ke-
Agustus 1937); “Kalau Hanya” (Pe- budayaan seperti Lekra, Liga Kom-
doman Masyarakat, No. 37, Thn. II, ponis, PEN-Club Indonesia, dan Pu-
31 Oktober 1936); “Nasib Nelayan” jangga Baru. Dalam simposium ter-
(Pedoman Masyarakat, No. 2, Thn. sebut, bersama-sama dengan tokoh
II, 31 Januari 1936); “Oh, Nasib ...!” lain seperti Sutan Sjahrir, J. Ismael,
(Panji Islam, No.29, Thn. IV,15 Slamet Imam Santoso, Moh Said,
Oktober 1937); “Di Mana Tempat Tan Goan Po, Sjafruddin Prawirane-
Cinta Sejati...?” (Pujangga Baru, No. gara, Sutan Takdir Alisjahbana, Bu-
9, Thn. IV, Maret 1937); “Rasa Ba- jung Saleh, Darsono, S. Dharta, dan
ru” (Pujangga Baru, No. 10, Thn. Achdiat Kartamihardja, ia membi-
IV,April 1937); “Air Kecil” (Pujang- carakan berbagai masalah “kesulit-
ga Baru, No.10, Thn. IV,April 1937); an-kesulitan zaman peralihan seka-
“Mengembara Beta ...” (Pujangga rang”. Kertas kerja atau makalah dan
Baru, No. 3, Thn.V, September berbagai tanggapan dalam simposi-
1937); “Wetenschap” (Pujangga um tersebut kemudian diterbitkan
Baru, No. 9, Thn. V, Maret 1937); dalam buku Symposion (Balai Pus-
“Untuk Pujangga Baru” (Pujangga taka, 1953).
Baru, No. 8, Thn. V, Februari 1938);
“Nasib” (Pujangga Baru, No. 2, Thn. r. m. soejadi madinah (1928—)
VI,Agustus 1938); “Gua” (Pujangga
Baru, No.10, Thn. VI, April 1939); Raden Mohammad Soejadi Ma-
dan “Roebajat” (Almanak Perguru- dinah lahir di Yogyakarta, pada 14
an, Taman Siswa, 1941). Sementara Januari 1928. Ayahnya, Raden Bekel
itu, sajak-sajak berbahasa Jawa (gu- Roeba’ngi Atmohudroyo, seorang
ritan) ada 4 buah, yaitu “Dayaning abdi dalem keraton Yogyakarta, se-
Sastra” (Kejawen, No. 26, 1 April dangkan ibunya, Siti Madinah, putri
1941); “Kawruh” (Kejawen, No. 29/ pengusaha Batik Cap Leo di Jalan
30, 15 April 1941); “Kaendahan” Lempuyangwangi 66, Yogyakarta.
(Kejawen, No. 77, 26 September Jadi, nama Madinah adalah nama
1941); dan “Wayangan” (Kejawen, yang diambil dari nama ibunya. Ia
No. 88, 4 November 1941). menikah dengan Rr. Soejati Soedja-
di, mantan karyawan Fakultas Sosial
Di samping menulis puisi (sajak/ Politik UGM tahun 1964. Dari per-
guritan) dan esai seni-sastra, R. In- kawinannya itu ia dikaruniai empat
tojo juga aktif dalam berbagai ke- orang anak (3 laki-laki dan 1 perem-
giatan diskusi mengenai persoalan puan).
sosial-budaya pada umumnya. Pada
tanggal 26—27 April 1952, misal- Sejak lahir hingga sekarang pe-
ngarang ini menetap di Yogyakarta.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 431
Sekarang tinggal di Kampung Tu- di Widayat, Any Asmara, Muryale-
kangan DN III/271, Yogyakarta. Pe- lana, dan Suparto Brata. Ia menulis
kerjaan mengarang baginya hanya cerkak dalam majalah Kunthi, Was-
merupakan pekerjaan sampingan ka- pada (Jakarta), Crita Cekak (Sura-
rena ia memiliki pekerjaan pokok, ya- baya), Mekar Sari dan Djaka Lo-
itu (1) tahun 1944—1947 menjadi dhang (Yogyakarta). Karya-karya
pegawai Kantor Kecamatan Wido- cerkak-nya yang telah dipublikasi-
daren, Gendingan, Ngawi, Madiun; kan, antara lain “Kancaku sing Nya-
(2) tahun 1947—1948 menjadi ang- lawadi” (Waspada, 6 Juni 1958),
gota TNI (berpangkat mayor I) di “Serik” (Waspada, 4 September
Ngawi; (3) tahun 1948—1950 men- 1964), “Banten” (Djaka Lodhang,
jadi pegawai Kantor Pusat Kemen- 25 Februari 1978), “Pengalaman Ta-
terian Kemakmuran RI di Yogyakar- hun Ajaran Anyar” (Mekar Sari, 15
ta; (4) tahun 1951 bekerja di Kantor Juni 1987), “Etty Putrane Ibu Hadi”
Pusat Kementerian Perdagangan dan (Kunthi, 1967), dan “Solider” (Crita
Industri; (5) tahun 1951—1963 be- Cekak, Desember 1957).
kerja di Perpustakaan Pusat UGM;
dan (6) tahun 1963—1984 (sampai Selain menulis cerkak, ia juga
pensiun) menjadi pegawai Perpus- menulis cerbung. Dalam cerbungnya
takaan dan kemudian di Bagian Sta- ia sering menggunakan nama samar-
tistik dan Pengajaran Fakultas Hu- an: Sudimanah (dalam Juni Apa Ju-
kum UGM. li), S.M. Dinah (dalam Putra Gunung
Adiluhung), Triani Dewi R.M.S.M
Selain bekerja di beberapa lem- (dalam Sengit Ndulit Gething Nyan-
baga pemerintah, Soejadi Madinah dhing). Sementara dalam kumpulan
juga aktif di berbagai organisasi, di cerkak berjudul Cendrawasih ia
antaranya sebagai (1) Bendahara menggunakan nama Sidji. Beberapa
Muhammadiyah Ranting Wirobra- cerbung yang telah ia publikasikan,
jan (1961—1972); (2) Ketua Pengu- antara lain Asmara Jibrat Ludira
rus POMG SD Negeri Tamansari (Sehat Asli, 1965); Asu Edan Ngga-
I,II,III (1968—1972); (3) Komisaris wa Kabegjan (Muria, 1966); Kro-
LVRI Kecamatan Wirobrajan dhane Asmara Wurung (Sinta-Ris-
(1968—1972); (4) Bendahara Mar- kan, 1966); Gudheg Ayu Digondhol
kas Ranting LVRI Kecamatan Da- Thuyul (Dewi, 1970); Wong kang
nurejan (1988—sekarang); (5) Ma- Nyalawadi (Keng, 1966); Sengit
jelis Pertimbangan PAN Ranting Ke- Ndulit Gething Nyandhing (Sinta-
lurahan Tegalpanggung (1999—se- Riskan, (1969); Anthek Nekolim (2
karang). jilid) (Muria, 1966); dan Gerombol-
an Gestok (Muria, 1966). Sementara
Jika dilihat tahun kelahirannya, itu, ia juga menulis sastra berbahasa
ia termasuk pengarang seangkatan Indonesia, tetapi tidak seproduktif
dengan M. Tahar, Sudarmo K.D., kalau menulis sastra Jawa.
Susilomurti, Satim Kadarjono, Es-
miet, PoerwadhieAtmodihardjo, Wi-
432 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
r.m. wisnoe wardhana (1929— yawan keraton. Dari kebiasaannya
2002) melihat pergelaran-pergelaran kese-
nian Jawa di keraton, Wisnoe War-
R.M. Wisnoe Wardhana lahir di dhana kecil semakin hari semakin
Yogyakarta pada 17 Januari 1929 dan berminat belajar kesenian Jawa. Ia
meninggal 18 April 2002. Dari gelar bahkan sengaja nyantrik pada orang
kebangsawanan yang disandangnya, tuanya sendiri yang mendirikan se-
yakni R.M. Wisnoe Wardhana, dapat kolah Krida Beksa Wiratama (1918).
dipastikan ia seorang priyayi. Ayah
Wisnoe Wardhana bernama G.B.P.H. Pendidikan dasar Wisnoe War-
(Gusti Bendara Pangeran Harya) Sur- dhana ditempuh di Taman Siswa Yog-
yadiningrat, seorang tokoh tari di yakarta (1940). Kemudian, ia melan-
lingkungan Keraton Ngayogyakarta. jutkan studi di HIS Keputran Yog-
Ayah Wisnoe Wardhana juga terma- yakarta (1943—1946). Selepas dari
suk salah seorang pendiri sekolah ta- HIS, ia melanjutkan ke SMP 1 Yog-
ri Krida Beksa Wiratama, sebuah yakarta (1946—1950). Setamat dari
lembaga pendidikan di luar tembok SMP ia masuk SMU Padmanaba (se-
keraton (1918). Sementara itu, ibu- karang SMU 3) Yogyakarta dan lu-
nya bernama R.A. (RadenAjeng) Su- lus tahun 1953. Pada tahun 1954 ma-
mardinah. suk ke Fakultas Kedokteran UGM
Yogyakarta. Tidak puas di Fakultas
Wisnoe Wardhana menikahi wa- Kedokteran Wisnoe Wardhana men-
nita bangsawan bernama Rr. Widati coba masuk ke Fakultas Pedagogik
Swandari. Dari pernikahannya itu hingga lulus (1962). Pada tahun 1986
lahir dua orang putra, yakni R.Ay. ia menyelesaikan program doktor di
Sekar Djatiningrum, Sp. K.K. (se- IKIP Yogyakarta.
orang dokter) dan R.M. Kharisma
Saktya Dewangga. Hingga masa wa- Minat Wisnoe Wardhana terha-
fatnya, Ki Wisnoe Wardhana —yang dap seni tari tidak pernah padam. Ia
masih cucu Hamengku Buwana VII ingin menekuni studi dalam hal tari
dari istri selir (garwa ampeyan) ber- daerah. Pada tahun 1955, ia belajar
nama B.R.Ay. (Bendara Raden Ayu) tari Bali kepada I Wayan Rindi di
Retna Juwita—tinggal di Suryodi- Denpasar. Selanjutnya, priyayi njero
ningratan MJ II/837, Yogyakarta itu juga belajar tari Sunda kepada
55141. Cece Sumantri di Bandung. Pada ta-
hun 1956, ia nyantrik kepada Pak
Sebagai orang yang dibesarkan Santi untuk belajar tari Sumatra da-
di lingkungan istana ia tumbuh se- lam rangka mengikuti misi kesenian
bagai priayi Jawa yang memiliki ke- Indonesia ke negara Republik Rak-
mampuan intelektual tinggi. Bukti- yat Cina. Selanjutnya, pada 1957, ia
nya ia berhasil mendapat gelar guru mengikuti kursus Ballroom Dances-
besar di almamater sekaligus tem- Sunday Morning Yogyakarta.
patnya mengabdikan diri sebagai il-
muwan. Kebetulan orang tua Ki Wis- Pada tahun 1957 Wisnoe War-
noe Wardhana adalah seorang buda- dhana juga mengikuti pendidikan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 433
Modern Dance Connecticut College Selama ini Wisnoe Wardhana di-
School of the Dance; Dramatic Dan- kenal sebagai seniman tari, dalang,
ce and Nime; Tari Spanyol, Jacob’s dan juga aktor film. Sebagai dalang,
Pillow the University of the Dance, ia pernah mencoba menampilkan
di Massachusets, USA. Minatnya kreativitas baru dengan menciptakan
terhadap seni asing juga ditandai de- pertunjukan wayang sejati dengan
ngan keikutserataannya pada kursus 85 tokoh. Semua tokoh dalam wa-
di Martha Graham Dance Studio yang sejati itu diciptakan atau di-
(New York, 1957). Sejak itu ia sering lukis sendiri. Ia menggunakan layar
melanglang buana dalam rangka me- transparan dan memanfaatkan efek
ningkatkan kemampuannya di bi- tata cahaya. Iringan pertunjukan wa-
dang seni tari. Misalnya, ia pernah yang sejati disesuaikan dengan epi-
mengikuti workshop dan pelatihan sode zaman, bervariasi, dari instru-
di Metropolitan Opera Ballet School men gamelan tradisional hingga mu-
(Broadway, New York, 1957), Marie sik elektronik modern. Pertunjukan
Wigman Tans Studio (Berlin, 1957), wayang sejati itu antara lain telah di-
Studio Kaula Pratsica Athena (Yu- dokumentasikan, misalnya lakon Ka-
nani, 1957), Studio Stara Devi (Bom- wula-Gusti dan Mawahyu Buwana,
bay, India, 1957), Studio Sakakibara oleh Keluarga Besar Grinda Panca-
(Tokyo, 1957), dan kursus L’Allience sila.
Francaise (1974—1977).
Di IKIPYogyakarta Wisnoe War-
Sebagai insan seni, Wisnoe War- dhana dipercaya memegang sejum-
dhana senang melakukan studi ban- lah mata kuliah, seperti Psikologi
ding guna mencari masukan bagi pe- Pendidikan, Pendidikan Kesenian,
ningkatan kreativitasnya dalam ber- Tari dan Musik, Kepariwisataan,
kesenian. Hal itu tampak pada studi Antropologi Budaya, dan Dinamika
banding yang pernah dilakukannya Kelompok. Sebagai ilmuwan ia telah
ke berbagai negara, seperti studi ban- menerbitkan beberapa buku, antara
ding keAmerika Serikat, Filipina, Je- lain, Ilmu Budaya Dasar (1980),
pang, Inggris, Perancis, Nederland, Puisi Renungan Dunia Tari (1983),
Denmark, Jerman Barat, Swiss, Ita- Dunia Pewayangan Dunia Pendi-
lia, Vatikan, India, Thailand, Singa- dikan (1985), Seni Tari Klasik dan
pura, dan Kanada tahun 1957— Modern Indonesia (1986), Psiko-
1958 dengan biaya Rockefeller Foun- logi Pendidikan (1987), Antropo-
dation. Sebagai anggota misi kese- logi Budaya (1988), Pendidikan Ke-
nian Indonesia, Wisnoe Wardhana senian (1988), dan Agama Ageming
berkesempatan pula mengikuti studi Aji (1988). Di samping itu, ia telah
banding ke Kowloon Republik Rak- menulis sekitar 130 karya ilmiah po-
yat Cina (1954) dan Hongkong, Ha- puler yang dipublikasikan lewat me-
wai, dalam rangka Indonesia dia massa dan dipresentasikan pada
Floating Fair (1960—1961). berbagai pertemuan ilmiah.
434 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Dari dedikasi dan kemampuan- Irama, Pesona Bercanda, Yogapra-
nya, tidak mengherankan jika Wis- na, Kawula Gusti, Orang Kuat, Ka-
noe Wardhana mendapatkan berba- pilavastu, Jaya Majapahit, Nusa
gai penghargaan, di antaranya dari Pertiwi, Bhineka Tunggal Ika, Ter-
Indonesia Floating Fair (1961), da- racotta, Sakura, Riang, History of
ri Badan Musyawarah Kebudayaan the Human Nature, Romeo dan Ju-
Nasional (1962), penghargaan seba- liet, Mengapa, Ayun Relax, Pekan
gai Peserta Musyawarah antar-De- Olah Raga, Obor Lima, Langenju-
wan Kesenian se-Indonesia (1978), rit, Manusia dan Kursi, Indehoy,
Certificate of Apreciation with Sin- Sonder, si Payung, dan Pesta. Di bi-
cere Thank and Apreciation for Your dang seni kerawitan, sejumlah kar-
Assistance and Support to the Ame- yanya dapat dilihat dalam album
rican Cultural in Yogyakarta gendhing Jawa yang diciptakannya,
(1987), sebagai pemenang Lomba antara lain Ketawang Yogaprana,
Penghijauan Lingkungan Perumah- Lancaran Bhineka Tunggal Ika,
an dan Pemukiman Tingkat Nasional Ladrang Gayeng, dan Lancaran Ki-
(1988), dan Tanda Kehormatan Sa- jang.
tya Lencana Karya Satya Kelas II
(1989). Wisnoe Wardhana pernah me-
megang jabatan formal sebagai ang-
Wisnoe Wardhana rajin melaku- gota DPRD Tingkat I Propinsi Dae-
kan pembinaan seni di Yogyakarta. rah Istimewa Yogyakarta (1956—
Ia sendiri adalah dalang lulusan Ha- 1959). Pada 1980—1983 ia juga di-
biranda Keraton Ngayogyakarta percaya sebagai anggota (antar wak-
(1962—1965). Pada 1973 ia pernah tu) DPR/MPR-RI. Di samping itu,
menyelenggarakan pentas wayang ia juga menjabat sebagai pimpinan
dengan tiga bahasa (Inggris, Indo- Institut Kesenian Wisnoe Wardhana.
nesia, dan Jawa). Kemampuannya di Berdirinya Institut Kesenian Wisnoe
bidang seni telah menarik minat ba- Wardhana merupakan bukti perha-
nyak pihak, termasuk insan perfilm- tiannya dalam membangun budaya
an. Karena itu, sejak 1965 ia terjun bangsa melalui kaderisasi insan-in-
ke dunia film. Beberapa film yang san seni. Bahkan, ia juga membuka
pernah dibintanginya, antara lain, kursus seni di rumahnya di Suryo-
Roda Revolusi (1965), Alkautsar diningratan MJ II/837 Yogyakarta.
(1979), November 1928 (1980), Kar-
tini (1983), Mangir Banteng Mata- Sebagai pengarang sastra Jawa,
ram (1984), dan Sembilan Wali Wisnoe Wardhana telah menulis ba-
(1986). Film Kartini yang dibintangi- nyak guritan dan macapat. Karya-
nya saat itu memperoleh Piala Citra. karya sastranya telah banyak dipu-
blikasikan baik melalui media mas-
Beberapa dokumen aktivitas sa, melalui antologi bersama, mau-
Wisnoe Wardhana yang masih dapat pun dalam bentuk buku susunan sen-
dinikmati hingga saat ini, antara lain, diri. Beberapa buku antologi yang
album seni tari Introspeksi, Nada memuat karyanya, antara lain Pa-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 435
ngilon dan Pesta Emas Sastra Jawa bitkan buku Puisi Kejawen 3 (1992).
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kar- Sejumlah karya yang dimuat di da-
yanya yang dimuat dalam Pangilon lamnya, antara lain, “Sesaji”, “Lu-
adalah guritan berjudul “Leluhur” gu”, “Sasi Sura”, “Sakti”, “Lembah
dan macapat berjudul “Laku Uta- Manah”, “Bawa Laksana Laku”
ma”. Sementara itu, karyanya yang “Pasa”, “Titah Sawantah”, dan
dimuat dalam Pesta Emas adalah “Wayang”. Selanjutnya, terbit lagi
“Semedi”, “Panembah”, “Pasrah”, Puisi Kejawen 4 (1994). Puisi-puisi
“Suci”, “Pasa”, “Lugu”, “Nyukupi yang dimuat di dalamnya, antara
Butuh”, “Kagunan “, “Manjing Ajur lain, “Pribadi”, “Bebrayan”, “Nyu-
Ajer”, dan Kasampurnan”. kupi Butuh”, “Politik”, “Kagunan”,
dan “Kawruh Ngelmu”. Tak lama
Sebagai seniman tari, Wisnoe kemudian terbit lagi Puisi Kejawen
Wardhana telah menulis sejumlah 5 yang memuat sejumlah guritan-
artikel di Mekar Sari (1960). Bebe- nya, di antaranya, “Satriya Ratu Pi-
rapa artikel tersebut, antara lain, nandhita”, “Manjing Ajur Ajer”,
“Kagunan Joged lan Pendidikan”, “Sangu Tekad Bandha Wani”,
“Joged Bonda”, “Langen Wanara “Mangku-Mengku-Hamungkoni”,
Gagrag Anyar”, “Langendriyan”, “Adiluhung”, “Kasampurnan”,
“Kritik lan Publikasi Seni”, “Bebra- “Mumpuni”, “Bener Pener”, dan
yan ing Kagunan”, dan “Kagunan “Sastra Jendra Yuningrat Pangru-
lan Sandhang Pangan”. Bukan sua- wating Diyu”.
tu kebetulan ia adalah penasihat re-
daksi Mekar Sari.. Setahun kemudian (1995), Wis-
no Wardhana menerbitkan buku Ke-
Pada tahun 1991 Wisnoe War- jawen Sumber Pambudi Lestari Ja-
dhana menerbitkan buku yang me- tidiri Nusantara. Empat tahun ke-
muat sejumlah puisi yang disebutnya mudian (1999) ia menulis buku Ba-
Puisi Kejawen. Sejumlah puisi yang lada 3 Jaman-Kiblat 5-Sistem 9 In-
dimuat dalam buku ini, antara lain, dah Masuk Abad 21. Pada tahun
berjudul “Sanggar Pamelengan”, 2000 kembali terbit bukunya Peran-
“Semedi”, “Kasuwargan”, “Lelu- an Kebudayaan dalam Wawasan
hur”, “Laku Utama”, “Panembah”, Berkebangsaan dan Revitalisasi
“Kamulyan”, “Kebecikan”, dan dan Fungsionalisasi Kebudayaan
“Kaluwihan”’. Tak lama kemudian Adiluhung Nusantara Jawa. Pada
ia menerbitkan buku Puisi Kejawen tahun 2001 terbit pula bukunya Per-
2 yang memuat karyanya, yaitu “Se- gelaran Agung Wahyu Pandhansi-
tya”, “Pasrah”’, “Cipta Wening”, mo Versi-4 Perayaan Pengetan Ju-
“Meleng Cipat”, “Rasa Sejati”, menengan Sinuhun Hamengku Bu-
“Jatukrama”, “Urip”, “Suci”, dan wana VII. Pada tahun 2002 ia me-
“Panalangsa”. nerbitkan buku berjudul Kunjungan
di Padhepokan Jawa Ancient Tra-
Kreativitas Wisnoe Wardhana
hampir tidak pernah berhenti. Hal itu
dibuktikan dengan kembali mener-
436 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ditional School Puser Widya Nu- r.m. yunani prawiranegara
santara Jawa. (1948—2009)
Wisnoe Wardhana juga menulis Pengarang ini lahir di daerah
buku Terapan Agama Budi Tata Bu- Gunung Kendeng, Kabupaten Nga-
di Pekerti Luhur Nusantara Ber- wi, Jawa Timur, pada 6 September
sumber Kejawen Asli (tanpa tahun) 1948. Selain sebagai penggurit, ia
dan Adat Naluri Nusantara Jawa dikenal pula sebagai wartawan se-
Asli Tata Cara Saha Mantra Pang- nior dan redaktur agama harian Su-
rukti Layon (tanpa tahun). Selain itu, rabaya Post. Ia bergabung dengan
ia juga menulis beberapa artikel, di Surabaya Post sejak tahun 1976.
antaranya di tabloid Palang Putih Aktivitas lainnya adalah sebagai pe-
Nusantara. Sejumlah artikel yang merhati masalah kebudayaan. Tulis-
ditulis pada tahun 2001—2002 an- annya berupa esai kebudayaan di-
tara lain berjudul “Revitalisasi dan muat di berbagai media masa seperti
Fungsionalisasi Budaya Adiluhung Panjebar Semangat, Jaya Baya, Su-
Jawa”, “Peranan Kebudayaan dalam rabaya Post, Parikesit, Djaka Lo-
Wawasan Kebangsaan”, “Agama dhang, dan Suara Karya.
dan Adat Nusantara Asli”, “Peranan
Kebudayaan dalam Wawasan Ber- Hasil karyanya yang berupa gu-
kebangsaan”, “Tembang Putra ritan, antara lain, “Blero” diterbit-
Ameng-Ameng”, “Candi Sukuh”, kan dalam antologi Drona Gugat
“Wayang”, dan “The First Anniver- (Bukan Panitia Parade Seni W.R.
sary of the Large International Kin- Supratman, 1995), “Kembang Pra-
ship Palang Putih Nusantara-World wan Edelwais” dan “Ing Gumuk Ja-
Whitecross.” bal Nur” dimuat dalam antologi Ka-
bar Saka Bendulmrisi: Kumpulan
Dalam sejumlah karyanya, se- Guritan (PPSJS, 2001), “Rangu”,
lain menggunakan nama WisnoeWar- “Prosesi Kawula Gusti”, dan
dhana, Drs. Wisnoe Wardhana, dan “Ngumbara” dalam Negeri Ba-
Prof. Dr. R.M. Ki Wisnoe Wardha- yang-Bayang (Festival Seni Suraba-
na, guru besar Universitas Negeri ya, 1996), dan “Si Permisi Refor-
Yogyakarta ini juga sesekali meng- masi” dalam Omonga Apa Wae: An-
gunakan nama samaran Wis W., tologi Puisi dan Geguritan (Festival
Kandhabuwana, dan Bayu Kusuma. Cak Durasim, 2000).
Sementara itu, di bidang pedalangan
Wisnoe Wardhana dikenal dengan r.ng. ranggawarsita
sebutan Dhalang Jati Kandhabuwa-
na Bayu Kusuma, Empu Peksa, dan Nama kecil R.Ng. Ranggawar-
Panutan Padhepokan Puser Widya sita ialah Bagus Burham. Bagus
Nusantara Jawa. Burham dilahirkan pada tanggal 15
Maret 1802, di kampung Yasadipu-
ran, Surakarta. Memasuki usia 12
tahun, Bagus Burham kemudian di-
masukkan ke pondok pesantren Ge-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 437
bang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo. Karya asli R. Ng. Ranggawar-
Di tempat itu, Bagus Burham ber- sita, misalnya Serat Hidayat Jati (2)
guru dan belajar agama Islam pada Serat Mardawalagu, Serat Parama-
Kanjeng Kyai Imam Besari. sastra, Babad Itih, Babon Serat
Pustakaraja Purwa, Purwakane
Pada masa awal belajar di pon- Serat Pawukon, (7) Rerepen Sekar
dok pesantren tersebut, Bagus Bur- Tengahan, Sejarah Pari Sawuli, Se-
ham tidak menunjukkan semangat rat Iber-Iber, Uran-Uran Sekar, Wi-
belajar yang tinggi. Kyai Imam Be- dyapradana, Serat Kalatidha, Jaka
sari banyak menyampakan nasihat- Lodhang, dan sebagainya.
nasihat kepada Bagus Burham. Mu-
lai saat itulah Bagus Burham menya- rachmadi k. (1932— )
takan keinsafannya dan mulai bela-
jar dengan sungguh-sungguh. Rachmadi K. (lengkapnya Rach-
madi Kustirin) lahir di Kulonprogo,
Ketika dipandang cukup dalam 29 Oktober 1932. Menamatkan pen-
belajar ilmu agama (Islam) dan ilmu- didikan SGA Negeri Yogyakarta ta-
ilmu lainnya, Bagus Burham diizin- hun 1945. Kemudian, pada tahun
kan untuk meninggalkan Pondok Pe- 1960, ia melanjutkan ke Jurusan
santren Gebang Tinatar di Ponorogo. Pendidikan Bahasa Jawa IKIP (seka-
rang Universitas) Negeri Yogyakarta
Pada tahun 1815 Masehi, Bagus dan mendapat gelar sarjana muda ta-
Burham mengabdi kepada Sunan hun 1962. Karier pekerjaan Rach-
Pakubuwana IV di keraton Kasuna- madi K. dimulai ketika ia menjadi
nan Surakarta. Ketika Sunan Paku guru SGB di Bengkalis (1954—
Buwana IV digantikan oleh Sunan 1958). Sejak menjadi guru ia mulai
Paku Buwana V, Bagus Burham di- menulis cerpen dan puisi. Selanjut-
berikan jabatan Abdi Dalem Carik nya, dari Bengkalis pindah ke Cire-
Kepatihan dan berganti nama men- bon dan mengajar di SGB Negeri II.
jadi Rangga Pujangganom. Jabatan Tidak lama kemudian, Rachmadi K.
tersebut dikukuhkan pada tanggal 28 pindah ke Yogyakarta dan mengajar
Oktober 1819. di SGB Negeri I. Pada tahun 1960,
seiring dengan adanya perubahan
Pada tahun 1851 M, ia diangkat SGB menjadi SMP, ia menjadi guru
menjadi Kaliwon Kadipaten Anom SMP Negeri IV sampai tahun 1968.
dan Pujangga Dalem Surakarta Adi- Sejak tahun 1968 Rachmadi K. pin-
ningrat, dengan nama dan sebutan dah lagi ke Grobogan, Jawa Tengah,
Raden Ngabehi Ranggawarsita. Se- dan mengajar di SPG Negeri Gro-
bagai seorang pujangga, ia selalu bogan.
kritis terhadap lingkungan masyara-
katnya dan berani menyampaikan Guritan karya Rachmadi K. (se-
kritik secara halus (tetapi tajam) me- kitar tahun 1957—1959) banyak
lalui tulisan-tulisannya. Kritik-kritik muncul di majalah Kekasihku, Jaya
yang dimunculkan itu dapat dibaca Baya, Panjebar Semangat, Crita
dalam karya-karya yang berjudul Se-
rat Kalatidha dan Jaka Lodhang.
438 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Cekak, dan Medan Bahasa Basa perlihatkan kesan gambaran jiwa
Jawa. Guritan karyanya ada sekitar pengarang yang radikal dalam mene-
40 buah. Sebagian dapat ditemukan gakkan keadilan.
dalam buku Antologi Puisi Jawa
Modern 1940-1980 susunan Suri- Profesi guru yang digeluti Rach-
pan Sadi Hutomo, dan sebagian lain madi juga berpengaruh pada bebe-
terdapat dalam Geguritan: Antologi rapa karyanya yang berisi nasihat.
Sajak-Sajak Jawi yang dieditori St. Lewat guritan “Ngangseg”, misal-
Iesmaniasita, yaitu “Aku Melu Nan- nya, ia mengajak masyarakat agar
dhang”, “Aku Paragane”, “Beba- tak segan-segan membekali diri de-
ra”, “Pangajap”, dan “Panyen- ngan pendidikan setinggi mungkin.
dhu”. Sedangkan cerkak karya nya Sementara itu, guritan berjudul “Li-
sering muncul di majalah Crita Ce- wat Saking” berisi kritik terhadap
kak, antara lain, “Lintang Kaiseng- kualitas guru yang kurang bermutu.
an”, “Rajah Palintanganku” (Crita Selain mengkritik guru, ia juga me-
Cekak, No. 9), “Warisane Bapak” ngajak anak didik agar selalu giat
(Crita Cekak No. 29), dan “Rerena” belajar. Penggurit mengingatkan
(Crita Cekak No. 31). Sementara itu, bahwa murid membutuhkan guru
puisinya yang ditulis dalam bahasa yang bermutu. Begitu juga sebalik-
Indonesia sering dimuat di Medan nya, guru memerlukan murid-murid
Bahasa. Uniknya, sejak sekitar ta- yang selalu giat belajar. Rachmadi
hun 1966, pengarang yang tidak K. juga berkeinginan agar orang se-
pernah menggunakan nama samaran lalu bekerja keras, apa pun pekerjaan
ini konon sangat jarang, atau bahkan yang ditekuninya. Lewat guritan
tidak pernah, menghadiri pertemuan “Bebara”, ia berkisah tentang kegi-
sastra. gihan pedagang dalam mencari naf-
kah. Geguritan tersebut ditulis di
Disimak karya-karyanya, tam- Bengkalis tahun 1957. Sementara
pak bahwa Rachmadi K. tertarik pa- itu, untuk menumbuhkan semangat
da masalah sosial yang berkaitan de- nasionalisme pada generasi muda,
ngan kehidupan sehari-hari. Jeritan ditulislah guritan “Pawai” (Jaya
hati tentang telantarnya fakir miskin Baya, No. 12, tahun 1957).
dan yatim piatu di zaman kemerde-
kaan, misalnya, dilukiskan dalam gu- ragil suwarna pragolapati
ritan “Aku Melu Nandhang”. Se- (1948—1990)
mentara itu, kritik terhadap orang
tua yang gagal dalam membina per- Nama aslinya (kecilnya) Warna.
kawinan diungkap dalam “Aku Pa- Bungsu dari enam bersaudara (3 pria,
ragane”. Sedangkan guritan “Pa- 3 wanita) anak petani (Ki Wangsa
nyendhu” berisi protes terhadap pe- Wijaya Karsan) di tepi Telaga Sela-
masungan kreativitas para penga- rama, kaki Gunung Muria, ini lahir
rang. Kritik pedas yang tersamar da- di Selareja, Gembong, Pati, Jawa Te-
lam guritan “Panyendhu” mem- ngah, pada 22 Januari 1948. Pada
September 1959, Warna khitan. Se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 439
telah sembuh, ia diboyong kakaknya, ngung dan bengong. “Kuberi tam-
Sukri, ke kota Cepu, dan disekolah- bahan Ragil. Mau, kan?” desak Pak
kan di SR Negeri 1 (1959—1960). Yitno. Dia mengangguk. Nama Ra-
Pada Juni 1960, ia dinyatakan lulus gil dia terima, sehingga menjadi Ra-
dengan nilai tertinggi seluruh kota gil Suwarna. Tetapi ia berpesan, mo-
Cepu. Ketika itu ia dipanggil kepala hon jangan ditulis dulu dalam ijazah.
sekolah dan diberi hadiah spesial. Ia
diberi nama baru di rapornya: Su- Pada tahun 1966, Suwarna lulus
warna. SMA, lalu hijrah ke Yogyakarta pa-
da 6 Desember 1966. Ia menempuh
Apakah Warna memang pintar? tes masuk empat fakultas (Hukum
Waktu itu, setiap masuk SMP selalu dan Ekonomi UGM di Yogyakarta,
diadakan ujian tulis dan diberi serti- Hukum dan Ekonomi UGM di Ma-
fikat. Ia mencoba membuktikan diri gelang). Ia diterima pada keempat-
pintar atau tidak. Ujian masuk Ta- nya. Tetapi, akhirnya ia memilih ku-
man Dewasa (SMP Tamansiswa) liah di Fakultas Ekonomi UGM Yog-
Cepu ditempuhnya, nilainya dalam yakarta (1967—1971). Sayang, ti-
sertifikat 9-8-9-8 (34). Ujian masuk dak diselesaikannya.
SMP Katolik nilainya dalam sertifi-
kat 9-8-9 (26). Uji coba itu memer- Hobi mengarang dirintis di Pati
lukan proses sepanjang Juni 1960. (1963—1966), meledak maksimal di
SMP Negeri Cepu dan Blora tidak Yogyakarta (1967—1971). Dalam
dimasukinya. Sebab, ia ingin pulang aksi-aksi protes, ia sering ditugasi
ke Pati. Di Pati, ia terlambat 24 jam baca puisi. Menggugat Mashuri,
masuk SMP Negeri 1 dan 2. Akhir- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nya, ia diterima di kelas 1-C SMP (1968). Memprotes Pemda Yogyakar-
Negeri Cabang, sebuah SMP yang ta untuk kasus judi (1968—1970).
baru lahir. Menggugat manipulasi dan korupsi
(1970—1971). Aksi menolak komo-
Warna murid angkatan pertama ditas Jepang (1971—1974). Aksi
SMP itu. Pada 1960—1961, masih menggugat SPP (1971—1972). Aksi
menjadi satu gedung dengan SPG be- memprotes Golkarisasi (1970—
kas SGB dulu. Pada 1961 ia dan ka- 1972). Aksi menolak televisi warna
wan-kawannya diboyong ke Marga- (1971—1973). Protes pembreidelan
mukti di Godi, dan SMP-nya me- pers (1977—1978). Studinya kacau.
nempati gedung rusak, bekas rumah Kopkamtib menyeret ke penjara tan-
penampungan kere-kere yang dike- pa lewat pengadilan (1945 jam di
lola Dinas Sosial. Ia jadi bintang uji- Yogyakarta dan Semarang, 20 Sep-
an, Juni 1963, lulusan tiga besar: Su- tember—12 Desember 1970). Pu-
ris, Suwarna, Sudarji. Kepala Seko- lang dari sel penjara, ia dipecat dari
lah, Yitno Sudarso, menyodori ija- Fakultas Ekonomi UGM. Akhirnya
zah, kolom namanya kosong. “War- mandiri, menjadi pengarang profe-
na, ayo, lengkapi namamu dalam ija- sional sejak 22 Januari 1972.
zah. Mau tambah nama apa?” Ia bi-
440 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Sebagai penyair, debutnya di- lapatria, Ragil Suwarna, Kunthi Ku-
mulai 1967. Ia menjadi juara sayem- sumawaty, Suwarna Pragolapatria,
bara menulis puisi Chairil Anwar dan lain-lain. Nama Ragil Suwarna
yang diselenggarakan oleh Pelopor Pragolapati (RSP) dipakai sejak 2
Yogya. Setelah itu, puisinya segera Januari 1972. Ia menambahkan na-
bermunculan di Pelopor Yogya, ma bumi kelahirannya: Pragolapati.
Mercu Suar, Suluh Marhaen, Basis,
Horison (1967—1968). Pada 1968, Tahun 1971 RSP ingin kembali
juara menulis artikel Suluh Remaja, ke UGM. Ia mendaftarkan ke Filsa-
juara nasional lomba puisi majalah fat, Sastra Indonesia, dan Sastra Nu-
Varia, pada 1969 juara nasional me- santara. Saat itu Emha Ainun Nadjib
nulis esai majalah Caraka, dan se- pun mendaftar ke Fakultas Ekonomi
bagainya. UGM. RSP diterima pada semua pi-
lihannya dan ia memilih Sastra Indo-
Umbu Landu Paranggi, redaktur nesia. Habis bayar SPP, ia kecewa
Pelopor Yogya, sejak 1968 menyeru dan mogok kuliah karena kurikulum
kepada para penulis untuk berga- dan kompisisi dosennya tidak krea-
bung dalam studiklub sastra man- tif-apresiatif.
diri. Seruan itu disambut Teguh Ra-
nusastra Asmara dan Ragil Suwar- PSK berkembang pesat. Selama
na.Akhirnya, di Malioboro 175-Atas, 1967—1977 menampung 1.555-an
Rabu Pahing, 15.00—18.00, 5 Ma- kader sastra. RSP terlambat diwisu-
ret 1969, Persada Studi Klub (PSK) da sebagai penyair, baru pada 31 De-
berdiri. Pendirinya Umbu Landu Pa- sember 1969 masuk Sabana, kode
ranggi, Teguh Ranusastra Asmara, nomor PSK-2. Hanya generasi PSK
Ragil Suwarna, Iman Budhi Santo- tahun 1969 yang diberi nomor induk
sa, Soeparno S. Adhy, Sugianto Su- oleh Umbu Landu Paranggi. RSP
gito, Mugiyono Gitowarsono. Maka, menghidupi PSK 1967—1977 ter-
PSK tumbuh pesat, menjadi ajang utama dalam aksi diskusi, wisata-
apresiasi-kresasi-kompetisi penyar- sastra, lomba, sarasehan, pentas, dan
pengarang muda dalam sejarah sas- sejenisnya. Di samping itu, di PSK,
tra (1969—1977). RSP juga sibuk mengelola Sanggar
Sastra Pragolapati di Suryaputran
Suwarna mewarisi darah seni (1975—1976).
budaya dari kakeknya, Ki Sujiya, se-
orang seniman karawitan. Juga RSP tidak hanya menulis dalam
ayahnya, Ki Karsan, yang di Telaga bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa
Selarama tersohor sebagai empu Jawa, baik prosa maupun puisi. Kar-
primbon plus kejawen, memberinya ya-karnya dalam bahasa Jawa, mi-
warisan cinta epika-legenda-fiksi le- salnya, novel Titising Kadurakan
wat sastra lisan. Maka, Ragil Suwar- (1975), Keglandhang Wirang
na mengoptimalisasikan kiprah ke- (1976), dan sebagainya. Di samping
pengarangannya (1967—1971) de- itu, ia juga sangat produktif menulis
ngan banyak nama: Aquaria Prago- guritan dan dimuat di berbagai me-
dia seperti Mekar Sari, Jaya Baya,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 441
dan Panjebar Semangat. Karya-kar- kekuatan apabila rajah itu dirapal-
ya puisinya memiliki ciri khas, yaitu kan/diucapkan. Rajah Kalacakra
panjang dan berbentuk prosa liris. menurut cerita ditulis oleh Batara
Guru pada wajah Bathara Kala.
Pada hari Senin, 15 Oktober
1990, Ragil Suwarna Pragolapati ra- rara soedarmin
ib ketika sedang memandu peserta
olah yoga-sastra di Pantai Selatan Seperti halnya pengarang prake-
Yogyakarta. Tidak ada yang tahu merdekaan lain yang menulis di ma-
pasti apa yang terjadi pada dirinya. jalah Kajawen waktu itu, identitas
Ia meninggalkan seorang istri (Me- Rara Soedarmin pun amat minim,
nik Sugiyah) yang dinikahi pada 1975 bahkan tak ada sama sekali. Seperti
dan dua anak (Pranashakti Khudiis- kebanyakan pengarang wanita wak-
wara dan Pranabuwani Khudiiswa- tu itu, ia hanya menulis sekali di ma-
ri). jalah Boedi Oetomo berupa cerpen
berjudul “Rasa Adil” (Kajawen, 6
rajah Juli 1942). Cerpen ini mengangkat
masalah keadilan bagi hak anak ga-
Rajah adalah ungkapan yang di- dis di hadapan laki-laki.
anggap memiliki daya kekuatan ma-
gis atau gaib. Rajah ditulis pada ker- Pada tahun yang sama (1942),
tas atau barang yang tipis atau di- dan dalam majalah yang sama pula,
sampaikan dalam bentuk gambar. Is- ia muncul sekali lagi, tetapi tulisan-
tilah japa, mantra, donga, dan aji-aji nya berupa artikel dan dimuat dalam
mempunyai arti yang hampir sama. rubrik “Jagading Wanita”. Namun,
Bunyi atau ungkapan dari japa, man- seperti pada umumnya tradisi maja-
tra, sidikara, dan rajah itu disebut lah berbahasa Jawa pada waktu itu,
rapal. Salah satu contoh rajah ada- baik Kajawen, Penjebar Semangat,
lah Donga Balik atau Rajah Kala- maupun Pusaka Surakarta, rubrik
cakra yanng bunyi rapalnya seperti wanita itu pun lebih banyak didomi-
berikut. nasi oleh penulis pria yang menggu-
nakan nama samaran.
Ya maraja, jaramaya
ya marani niramaya Menurut Hutomo (1978) dan Ras
ya silapa palasiya (1979), nama-nama penulis wanita
ya midara radamiya dalam rubrik “Jagading Wanita” itu
ya midosa sadomiya sangat dimungkinkan adalah nama-
Ya dayuda dayudaya nama para anggota redaksi yang se-
ya siyaca cayasiya ngaja menulis dengan nama samaran
ya sihama mahasiya wanita dengan tujuan untuk menarik
perhatian para wanita agar menulis
Contoh rajah di atas tidak me- di majalah tersebut.
miliki arti, tetapi bunyi rapal itu oleh
pemakainya dianggap memiliki daya
magis dan dipercaya menjadi daya
442 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ratih retno hartati (1962—) retorika
Ratih Retno Hartati lahir pada Istilah ini merupakan serapan
25 Maret 1962, di Kediri, Jawa Ti- dari bahasa Inggris rhetoric, atau ba-
mur. Ia menyelesaikan pendidikan hasa Prancis rhetorique, bahasa Be-
formalnya di IKIP Surabaya, Jurus- landa rhetorika. Istilah ini mempu-
an Bahasa dan Sastra Jawa. Bebe- nyai tiga arti, yaitu (1) keterampilan
rapa karyanya yang terbit dalam ba- seseorang dalam pemakaian bahasa
hasa Jawa biasanya dalam bentuk yang efektif, (2) studi tentang pema-
cerkak di majalah Jaya Baya dan kaian bahasa secara efektif dalam
Kethinthang. karang-mengarang, dan (3) kadang-
kadang berkonotasi dengan bahasa
Ratih Retno Hartati lahir dari ke- yang “melangit”, yang sering tidak
luarga yang senang membaca ba- jujur dan penuh kata-kata muluk.
caan berbahasa Jawa. Sejak SD hing- Retorika dalam sastra berarti pe-
ga SPG, majalah Jaya Baya dan Pa- ngertian (1) dan (2). Kedua penger-
njebar Semangat sudah menjadi ba- tian itu tidak hanya digunakan dalam
gian dari kehidupannya. Oleh karena ilmu sastra, tetapi juga dalam ilmu
itu, kecintaannya pada bahasa dan kebahasaan, seperti dalam situasi
sastra Jawa pun mulai terpupuk. La- khusus, misalnya sambutan resmi,
ma-kelamaan, cintanya itu diwujud- pidato pembukaan sidang, keputus-
kan dalam bentuk studi di IKIP Su- an, dan atau acara-acara khusus lain-
rabaya dengan mengambil jurusan nya. Dalam sastra, retorika terlihat
bahasa Jawa. Bahkan, ketika ia su- dalam bahasa pengarang ketika me-
dah menjadi mahasiswa di perguruan maparkan gagasan atau pikirannya
tinggi itu, semangatnya untuk ber- secara tepat dengan tujuan untuk
kiprah dalam dunia sastra Jawa kian meyakinkan gagasannya kepada
berkobar. Ia bersama Ary Suharno, pembaca.
Teguh Widodo, dan Triyono mener-
bitkan buletin Kethinthang. Majalah rita nuryanti (1969— )
mahasiswa tersebut memuat cerkak,
guritan, dan esai karya para maha- Rita Nuryanti dikenal dengan na-
siswa jurusan Bahasa dan Sastra Ja- ma samaran Kenya Giri Seta, lahir
wa. di Klaten, 31 Maret 1969. Ia anak
pertama dari empat bersaudara.
Ratih Retno Hartati sekarang be- Ayahnya bernama Sunu Hardiyanto,
kerja di almamaternya, sebagai do- seorang guru yang tinggal di Ma-
sen IKIP (sekarang Universitas) Ne- nisrengga, Klaten. Sementara ibunya
geri Surbaya. Di tengah kesibukan- bekerja sebagai pedagang di pasar.
nya mengajar, ia masih menyempat- Sebagai guru, ayahnya berharap
kan diri menulis dan menyelengga- agar putri sulungnya itu bisa menjadi
rakan atau menghadiri berbagai per- guru pula. Maka, tamat SMP, ia
temuan sastra Jawa di berbagai tem- disekolahkan di SPG. Bahkan, seta-
pat. mat SPG (1988), ia dikuliahkan di
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 443
Jurusan Bahasa Jawa, FPBS, IKIP perjuangan Kepurun, Manisrengga,
Negeri Yogyakarta (sekarang UNY), Klaten. Ia mendapat penghargaan
lulus tahun 1993. sebagai penulis terbaik. Ketika ku-
liah di IKIP, ia mulai berkenalan de-
Sejak 1997 Rita bekerja sebagai ngan mata kuliah ekspresi tulis. Mu-
guru bahasa Jawa di SMP 3, Sema- lai saat itu, ia berani menulis di me-
nu, Gunungkidul. Di tempat kerja dia massa dan dimuat. Berkat crita
inilah, Rita berkenalan dengan pria cekak-nya “Gething Nyandhing” di-
teman kerja satu instansi, kemudian muat di Djaka Lodang kepercayaan
dilanjutkan ke pelaminan pada 16 dirinya sebagai penulis semakin be-
Januari 2000. Dari perkawinan ini, sar. Pada tahun 1992 ia mengikuti lo-
tepatnya pada 28 Oktober 2001, Rita kakarya penulisan cerkak dan gu-
melahirkan seorang putri cantik yang ritan yang diselenggarakan Balai
diberi nama Rindhawara Annisa Bahasa Yogyakarta. Dalam kesem-
Puspandari. Sekarang, bersama patan itu ia berkenalan dengan ba-
anak dan suami ia tinggal di Peru- nyak pengarang. Perkenalannya de-
mahan Puri Handayani Blok C-6, ngan Krisna Mihardja, A.Y. Suhar-
Ledoksari, Kepek, Wonosari, Gu- yono, Turio Ragilputra, dan Mu-
nungkidul, Yogyakarta. hammad Yamin membuat ia semakin
percaya diri. Mulai saat itu ia aktif
Sebelum menjadi guru, Rita per- di Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
nah bekerja sebagai wartawan lepas, (SSJY). Di sanggar inilah kreativitas
sebagai reporter Djaka Lodang, dan kepengarangannya terasah. Ketika
kemudian redaktur Pagagan. Seba- Jawa Anyar mengadakan lomba pe-
gai wartawan, ia menulis di beberapa nulisan cerkak, Rita menyabet juara
majalah seperti Djaka Lodang, Pa- tiga. Ketika teman-temannya ma-
njebar Semangat, Mekar Sari, dan gang menjadi guru honorer, Rita ti-
Warta Guru (media berbahasa Indo- dak tertarik. Ia lebih senang menulis
nesia). Semua itu dapat dilakukan karena honor menulis lebih banyak
berkat kerja keras dan ketekunannya. daripda honor guru. Apalagi setelah
Sejak kecil, Rita gemar membaca. cerbungnya (16 seri) yang berjudul
Ketika masih di SD, ayahnya sering “Slilit” dimuat di Djaka Lodang.
membawakan majalah Kuncung.
Hal itulah yang menyebabkan Rita Karya Rita beraneka, seperti cer-
gemar membaca. Apalagi, di seko- kak, cerbung, guritan, dan artikel.
lah, ia diserahi tugas mengelola per- Karya yang menurutnya monumen-
pustakaan. Kegemaran membaca tal adalah cerkak-nya yang berjudul
terus berlanjut hingga SMP dan “Tobat” (dimuat Pagagan), “Ge-
SPG. Di SMP ia termasuk peminjam thing Nyandhing” dan “Slingkuh”
buku perpustakaan terbanyak. (dimuat Djaka Lodang). Sementara
Bahkan, ia juga pengkliping yang ra- cerkak-nya yang berjudul “Semar”
jin. menjadi juara harapan pada lomba
penulisan cerkak yang diselenggara-
Ketika masih di SPG ia pernah
menulis laporan tentang monumen
444 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
kan oleh Sanggar Sastra Jawa Yog- roeswardijatmo (1948)
yakarta. Di samping itu, karyanya
dalam bahasa Indonesia juga pernah Roeswardijatmo Hardjosoekarto
menjadi nominator pada lomba pe- dilahirkan di Surakarta pada 29
nulisan cerpen di majalah Citra Yog- Maret 1948. Ia bersama keluarganya
yakarta. tinggal di Munggung I/5, Gilingan,
Surakarta. Ia mengawali pendidikan-
Karya-karya Rita yang masuk nya di SD Kristen Nusukan Sura-
dalam antologi, antara lain, berjudul karta, lulus tahun 1961, dan melan-
“Ilat” (Pangilon), “Nggon Teles” jutkan ke SMP Negeri 3, Surakarta,
(Pesta Emas Sastra Jawa), “Lurah” lulus tahun 1964. Pada tahun 1967,
(Pemilihan Lurah), dan “Jeneng” ia menyelesaikan sekolahnya di SMU
(Pisungsung). Guritannya berjudul Negeri 4 Surakarta. Selepas SMU ia
“Warana”, “Marang Angin”, dan berkeinginan menjadi guru dan akhir-
“Selokan Mataram” dimuat dalam nya masuk PGSLP Surakarta dan
antologi Rembuyung. Beberapa tu- lulus tahun 1968. Selanjutnya nasib
lisan Rita yang berbahasa Indonesia baik ada pada Roeswardijatmo ka-
dimuat di Warta Guru. Tulisan-tu- rena lulus dari PGSLP ia langsung
lisan itu umumnya berupa karya il- diterima menjadi guru di SKPWono-
miah popular, misalnya yang berju- giri. Di samping mengajar ia melan-
dul “Trafic Light Sastra Jawa Mem- jutkan kuliah di IKIP Surakarta dan
bingungkan”, “Proses Kreatif Cipta lulus tahun 1980. Setelah itu, ia di-
Geguritan”, “Solilokui Guru Bahasa angkat menjadi guru tetap di SLTP
dan Sastra Jawa”, dan “Bengkel Sas- Negeri 3 Wonogiri. Selain menjadi
tra Jawa: Gayung Bersambutlah de- guru tetap, ia juga menjadi guru ti-
ngan KBK?” dak tetap beberapa SLTP di Wono-
giri.
Rita berpandangan bahwa biar-
lah sastra Jawa mengalir apa ada- Dalam perjalanan kariernya me-
nya. Bagi dia yang terpenting tetap masuki dunia sastra, sejak tahun
berkarya karena masih ada majalah 1971 Roeswardijatmo tercatat men-
Jawa yang terbit, masih ada media jadi pemimpin redaksi majalah Di-
elektronika yang peduli, dan masih namik terbitan Forum Peminat Sas-
ada lembaga yang peduli pada sastra tra Wonogiri. Pada tahun 1972, ia
Jawa. Dalam hal kritik sastra, menu- bersama ArswendoAtmowiloto, Wok
rut Rita, kritik itu masih sangat per- Siswaka, danArdian Syamsudin me-
lu. Sebab, dengan adanya kritik, kar- ngadakan pameran cerita pendek dan
ya akan semakin baik dan berkem- puisi dinding di Sasana Mulya Ba-
bang. Sementara ide dan proses luwarti, Surakarta. Selain itu, ia di-
kreatif bisa diperoleh dari banyak percaya menjadi pengasuh tetap di
membaca. Dengan banyak memba- ruang sastra radio Siaran Pemerintah
ca, menurut Rita, jiwa akan tergesek, Daerah Tingkat II Wonogiri (1972-
lalu muncullah ide. 1985). Pada tahun 1976, ia mengi-
kuti pameran gabungan antara sastra
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 445
dan seni rupa di Wonogiri. Pada ta- Sebagai pengarang Jawa, Roes-
hun 1983, berkat keterlibatannya wardijatmo tidak hanya menulis gu-
dalam memajukan dunia seni, ia ke- ritan, tetapi juga menulis cerkak. Se-
mudian dipercaya menjadi Ketua II lama ini karya-karyanya (cerkak)
Forum Komunikasi Perkumpulan banyak dimuat di berbagai media, di
Seni Wonogiri. Demikian juga kater- antaranya, “Kapundhut Bali” (Pa-
libatannya dalam dunia sastra Jawa njebar Semangat No. 5, 2 Februari
menjadikan ia diangkat menjadi se- 1974), “Tlatah Cengkar” (Panjebar
kretaris Organisasi Pengarang Sas- Semangat No. 8, 1 Maret 1974), “Ba-
tra Jawa (OPSJ) Komisariat Jawa len” (Panjebar Semangat No. 20,
Tengah (1982-1990-an). Selanjut- 11 Mei 1974), “Ketrucut” (Dharma
nya, selama 4 tahun berturut-turut Nyata, Minggu V Maret 1976), “Da-
(1985-1988), sebagai upaya mening- lan” (Dharma Kandha, Minggu IV,
katkan kreativitas anak, ia bekerja Agustus 1974), dan “Anak Lanang”
sama dengan FKPBN dan Depdik- (Pustaka Candra, Edisi 7, tahun
bud Wonogiri mengadakan Lomba 1971). Sementara itu, cerpen “Ka-
Cipta Puisi Indonesia dan Puisi Jawa pundhut Bali” masuk dalam buku
untuk siswa SLTP se-Kabupaten Bunga Rampai Sastra Jawa Muta-
Wonogiri dan sekitarnya. khir (Ras, 1985). Sedangkan bebe-
rapa guritan-nya dimuat dalam
Roeswardijatmo mengaku bah- Lingtang-Lingtang Abyor (Fakultas
wa dalam perjalanan hidupnya ia Sastra Budaya Undip, Semarang), di
belum menemukan rasa ketente- antaranya “Museum Radya Pusta-
raman. Untuk mengobati keresahan ka”, “Album”, “Tanah Kelairan”,
hatinya, ia banyak menulis puisi “Swara”, dan “Gloria In Exelsis
yang bernafaskan ketuhanan. De- Deo”. Dalam antologi terbitan Ben-
ngan mencipta puisi religius paling tara Budaya Surakarta, guritan
tidak akan memberikan rasa tente- Roeswardijatmo di antaranya berju-
ram di hatinya. Dalam kata pengan- dul “Obsesi”, “Hyang Kang Tanpa
tar antologi guritan yang dibacanya Una”, “Kubur”, “Pangurbanan”,
di Bentara Budaya Yogyakarta pada dan “Kapinteran”.
16 September 1983, ia mengemuka-
kan tentang proses kreatifnya dalam Di dalam karya-karyanya tam-
menciptakan karya sastra. Bahwa sa- pak bahwa Roeswardijatmo menco-
lah satu penyebab lahirnya sebuah ba mengangkat pengalaman hidup
puisi ialah karena adanya desakan yang konkret dan menyeluruh. Me-
yang menggebu dan tak tertahankan nurutnya, karyanya itu merupakan
lagi. Untuk itu, berpuisi sebenarnya transformasi dari pengalaman hi-
sama dengan bertelanjang diri di de- dupnya sehari-hari. Karyanya ada-
pan cermin. Penyair perlu dan harus lah totalitas dari perenungan yang
jujur. Untuk menjadi jujur, ia harus dalam tentang kehidupan. Hal itu ter-
menyatakan diri apa adanya. lihat dalam puisinya yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan (religi),
446 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
yaitu “Hyang Kang tanpa Ana”, gan, dan Jaya Baya). Beberapa gu-
“Wuru, Ing Aku lan Kowé”, “Ob- ritan karyanya, antara lain, masuk
sèsi”, “Pangurbanan”, “Pesisir Pa- dalam antologi Pisungsung: Anto-
citan”, dan lain sebagainya. Puisi- logi Geguritan lan Cerkak (Pustaka
nya yang berkaitan dengan masalah Pelajar, 1997). Penggurit yang juga
moral, di antaranya, “Sabar”, “Bu- belajar kejawen ini bertempat tinggal
ta-Buta Galak”, dan “Ngawut”. Hal di Jetis, Tirtomulyo, Kretek, Bantul,
serupa tampak pula dalam “Layang Yogyakarta 55772.
Kekancingan”, “Pepéling II”, dan
“Kapinteran”. roman
Puisi-puisi Roeswardijatmo Roman sering diacu kepada no-
Hardjosoekarta berjudul “Gloria in vel. Artinya, dalam pengertian seba-
Exelsis Deo” yang dimuat dalam gian pengamat sastra istilah roman
Lintang-Lintang Abyor, antara lain itu disamakan dengan novel. Misal-
pernah dibahas oleh Subalidinata nya, Azab dan Sengsara karya Me-
dalam Sajak-Sajak Jawa Gagrak rari Siregar dan Siti Nurbaya karya
Anyar berdasarkan unsur religinya. Marah Rusli yang memiliki kriteria
Sedangkan dalam buku Struktur roman itu disamakan dengan Be-
Puisi Jawa Modern, Sutadi Wiryat- lenggu karya Armijn Pane. Memang
maja dkk. juga membahas puisi kar- hal itu benar bila hanya dilihat dari
yanya yang berjudul “Swara”, “Glo- bentuknya sebagai fiksi yang pan-
ria in Exelsis Deo”, “Tanah Ke- jang. Namun, dari sudut kualitas an-
lairan”, “Museum Radya Pustaka” tara roman dan novel terdapat perbe-
dan “Gending Dolanan”. daan yang prinsipial. Menurut H.B.
Jasin, roman adalah kisah seorang
rohadi ienarto (1972— ) tokoh dari buaian sampai liang ku-
bur atau mati, dengan bermacam ma-
Rohadi Ienarto lahir di Bantul, salah dalam kehidupannya. Adapun
Yogyakarta, pada 10 April 1972. novel, hanya mengedepankan satu
Pendidikan terakhirnya Fakultas episode cerita, memusat pada satu
Hukum, Universitas Janabadra, masalah yang selanjutnya merun-
Yogyakarta. Sejak kelas 3 SMU ia cing, dan seringkali berakhir dengan
telah rajin menulis dan berteater. Pa- mengejutkan (surprise ending). Ro-
da tahun 1991 bergabung dan aktif man juga ditemukan dalam sastra Ja-
di Sanggar Studi Sastra dan Teater wa, khususnya karya-karya yang ter-
“Sila”. Tidak puas dengan itu, pada bit dalam bentuk buku pada tahun
tahun 1993, ia mendirikan Kelom- 1960-an, misalnya Grombolan Ga-
pok Studi Sastra Bantul, Yogyakar- gak Mataram karya Any Asmara,
ta, walaupun akhirnya vakum. Kar- dan sebagainya.
ya-karyanya, terutama guritan, telah
tersebar ke berbagai media massa
berbahasa Jawa (Mekar Sari, Djaka
Lodang, Panjebar Semangat, Paga-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 447
rumpakan aja rengu
muga-muga adoh ing panyen-
Rumpakan merupakan syair dhu
atau cakepan yang biasanya dilagu- bang-bang wetab suruping
kan secara bersama (koor), tetapi ti- surya
dak termasuk ragam sindhenan atau ing wengi bangun tan kendhat
gerongan. Ragam ini sering juga di- angayun-ayun
sebut rerenggan, jenis gendhing ga-
rap rinengga atau rinumpaka. Ca- Seperti tampak dalam kutipan di
kepan rumpakan memang sengaja atas, di dalam cakepan rumpakan
dibuat agar sajian gending yang ber- terdapat kata (dalam contoh bebe-
sangkutan menjadi lebih menarik ka- rapa kata yang berhuruf tebal) yang
rena suasana dan irama yang tercitra secara referensial menunjuk nama
menjadi bersemangat. Misalnya, un- gendingnya. Akan tetapi, hal ini tidak
tuk Ladrang Ayun-Ayun Pelog Pa- berarti bahwa semua cakepan rum-
thet Nem, jika dirumpaka, untuk wi- pakan mengandung aspek referensial
rama setunggal ‘irama satu’ meng- semacam itu. Berikut ini contoh lain.
gunakan cakepan rumpakan berikut
ini. RUMPAKAN LADRANG
ASMARADANA
Ayun-ayun tansah gawe gumun
Lamun guyub rukunakeh kang Laras Pelog Pathet Barang
kangyuyun (untuk wirama setunggal)
dadi srana iku mrih rahayu
nyawiji ing panemu Ganda arum cahyane angengu-
condhonging kalbu wung
cundhuk kembang menur
Sementra itu, untuk wirama tiga kalung sekar melathi
‘irama tiga’ digunakan cakepan rum- bregas kaya pinulas
pakan berikut ini. pindha golek kencana
tembene kang amulat
Tansah ngayun-ayun kayungyun temah dana asmara
temah nandhang wulangan
marmane nyata mendah baya rûpaka
tansah besus macak angadi
sarira Istilah rûpaka berasal dari ba-
angadi busana karana hasa Sanskreta. Istilah itu digunakan
amung sira pindha mustika dalam bahasa Jawa Kuna, khusus-
eseme nimas maweh welas asih nya dalam puisi Jawa Kuna (kaka-
murih aja anandhang kaswasih win). Dalam kakawin, rûpaka tetap
mara age prayogane tumuli memiliki arti yang sama dengan yang
gambuh rasane digunakan dalam bahasa aslinya
kang ana tambuhana kang ora (Sanskreta). Adapun rûpaka mak-
ana takonana sudnya adalah bentuk, wujud, peng-
mrih condhonging kalbu mrih gambaran, kemiripan, citra, figur;
448 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
metafora, perbandingan). Berikut
contoh rûpaka.
Atisã ghra mangkin aruhur ta
sira,
rikanang gunung udaya runggu
katon,
maharep tumona hayu ning
nagara,
ya ta matang nyan unggu
rikanan (ng) udaya.
Bulan pun amat cepat meninggi
terlihat seakan-akan bertengger
di puncak gunung
barangkali ingin menyaksikan
keindahan kota
itulah sebabnya ia mengambang
di puncak gunung.
rura-basa
Rura-basa adalah bahasa yang
rusak (yang sudah lama salah) se-
hingga tidak dapat dibetulkan lagi.
Jika bahasa yang sudah rusak itu di-
paksakan pembetulannya akan men-
jadi bahasa yang tidak biasa/umum/
aneh dan merupakan bahasa yang
sudah tidak biasa dipergunakan oleh
pengguna bahasa. Meskipun betul ji-
ka tidak biasa akan dianggap salah.
Contoh:
Adang thiwul ‘menanak nasi ti-
wul’,
mestinya menanak tepung ga-
plek untuk dibuat tiwul.
Ngenam klasa ‘menganyam ti-
kar’,
mestinya menganyam daun pan-
dan atau mendhong untuk mem-
buat tikar.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 449
s
s. diarwanti (1951—) S. Diarwanti bekerja sebagai pega-
wai Kanwil Depdikbud Provinsi Ja-
Penyair (penggurit) kelahiran wa Tengah. Di Surabaya kini ia be-
Semarang, 31 Maret 1951, ini me- kerja di Bagian Kepegawaian Kantor
miliki nama asli Titik Indri Suwari. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Ti-
Meski begitu, ia lebih akrab dan le- mur.
bih senang dipanggil nama samaran-
nya: S. Diarwanti atau Deborah In- Berkat bimbingan ayahnya dan
dri Soewari. Ia menulis guritan sejak kegemarannya membaca, Diarwanti
masih duduk di bangku SMA 1 Se- berkembang menjadi seorang penu-
marang (1969). Beberapa karya lis. Tulisan-tulisannya muncul di ma-
awalnya dimuat di majalah dinding jalah Panjebar Semangat. Tekadnya
sekolah dan sebagian dikirimkan ke menulis dalam bahasa Jawa dilatar-
radio untuk dibacakan. Pengarang pe- belakangi keinginannya nguri-uri
rempuan ini lahir sebagai anak per- dan mengembangkan kehidupan sas-
tama dari tiga bersaudara pasangan tra Jawa. Meskipun begitu, ia sem-
Moh. Sarpin (asal Nganjuk, bekerja pat “beristirahat” cukup lama dalam
di Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa kegiatan tulis-menulis dan baru mu-
Tengah) dan Kasyatin (asal Pacitan, lai lagi tahun 2000; terbukti antologi
bekerja sebagai pegawai UNDIP Se- guritan-nya Kidung Tresna diterbit-
marang). Ia menikah dengan Dody kan oleh Swamedia, Mojokerto
Widjayadi (wiraswasta) pada tahun (2001), yang kemudian dicetak ulang
1987 dan dikaruniai dua orang putra: oleh Pringgondani Offset (2002). Be-
Yoggie Mahendra (lahir 1988) dan berapa guritannya dimuat dalam an-
Riggie Mahendra (lahir 1991). tologi bersama, seperti Kabar Saka
Bendulmrisi: Kumpulan Guritan
Pendidikan formal yang telah (PPSJS, 2001) dan Omonga Apa
ditempuhnya: SD St. Antonius Wae: Antologi Puisi dan Geguritan
(1957—1963), SMP St. Yoris (Taman Budaya Surabaya, 2000). Di
(1963—1966), SMA Negeri 1 samping menulis guritan, ia pun me-
(1966—1969), Akubank Institut In- nulis cerkak, antara lain “Baline Ka-
donesia (1970—1973), Seni Rupa tresnan Kang Ilang” (Panjebar Se-
IKIP (1974—1975), dan Fakultas mangat, 1972), “Calon Sisihan”
Hukum Untag (1977—1978). Gelar (Panjebar Semangat, 1973), “Gara-
sarjana diperoleh dari Jurusan Ad- gara” (Panjebar Semangat, 1973),
ministrasi Negara Universitas Dr. dan “Sisihanku” (Panjebar Sema-
Soetomo Surabaya tahun 1988. Pro- ngat, 1973).
gram S-2 ditempuh di Universitas 17
Agustus Surabaya dan lulus tahun
1998. Sebelum pindah ke Surabaya,
450 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
s.k. trimoerti (1912—) daripada pendidikan. Ia pernah men-
dapat hadiah uang dari Penjebar Se-
Nama lengkapnya Surastri mangat, tidak lama setelah ia keluar
Karma Trimurti, tetapi lebih dikenal dari penjara. Uang hadiah itu diman-
dengan nama S.K. Trimurti (kadang- faatkan untuk mendirikan majalah
kadang ditulis S.K Trimurty). Ia la- Suluh Kita (berbahasa Indonesia)
hir di Boyolali, Jawa Tengah, pada walaupun majalah tersebut tidak da-
11 Mei 1912. Pada masa perjuang- pat bertahan lama. Kecintaannya pa-
an, pengarang yang dikenal juga se- da dunia pers berlanjut di masa ke-
bagai politikus ini pernah menikah de- merdekaan, dan hal itu terlihat pada
ngan Mohammad Ibnu Sayuti (Sa- aktivitasnya di majalah Mawas Diri
yuti Melik), seorang tokoh pergerak- (1980) di Jakarta.
an nasional. Akan tetapi, karena di
zaman kemerdekaan keduanya ber- Pada peringatan Hari Kemerde-
beda ideologi, mereka memilih ber- kaan Republik Indonesia ke-16, S.K.
pisah. Mohammad Sayuti Melik men- Trimurti yang berteman baik dengan
jadi anggota DPR dari Partai Golkar, Mr. Maria Ulfah itu mendapatkan
sedangkan S.K. Trimurti melanjut- Bintang Mahaputra Tingkat V dari
kan aktivitasnya di bidang politik dan Presiden Sukarno atas jasa-jasanya
jurnalistik. di masa perjuangan kemerdekaan.
Selanjutnya, pada tahun 17 Agustus
S.K. Trimurti yang dikenal pula 1965 ia juga mendapatkan penghar-
sebagai wanita pejuang ini menem- gaan Satya Lencana Perintis Perge-
puh pendidikan di Normaal School rakan Kemerdekaan dari Pemerin-
dan AMS di Sala. Sementara itu, pa- tah RI. Hingga kini ia masih hidup
da masa kemerdekaan, ia juga me- dan tetap membaca artikel-artikel
ngikuti kuliah di Universitas Indone- politik di media massa. Dalam setiap
sia (UI) mengambil Jurusan Ekono- wawancara di mana pun, sikap hi-
mi hingga meraih gelar Doktoranda dupnya terlihat jelas, yaitu ingin te-
(Dra). Meskipun demikian, ia tidak tap menjadi pejuang yang pantang
menekuni bidang ekonomi, tetapi te- mundur membela martabat negara.
tap aktif di bidang jurnalisme dan po-
litik. Bahkan, pada masa pemerin- Dalam karya-karyanya S.K. Tri-
tahan Orde Lama, ia pernah menja- murti lebih banyak menulis masalah-
bat sebagai Menteri Perburuhan se- masalah politik berkaitan dengan pro-
lama satu periode (dilantik pada 3 fesinya sebagai politikus. Artikel-ar-
Juli 1947 di Yogyakarta). tikelnya tentang dunia potitik ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bebe-
Selama penjajahan Belanda dan rapa buah ditulis dalam bahasa Ja-
Jepang pengarang ini turut berjuang wa, terutama dalam Panji Pustaka.
sebagai anggota Laskar Wanita, po- Selain itu, ia juga menulis guritan di
litikus, dan membantu Palang Merah Panjebar Semangat dan dalam lam-
Indonesia di garis belakang. Sebagai piran berbahasa Jawa Panji Pustaka
konsekuensi ideologis yang dianut- (zaman Jepang). Salah satu guritan-
nya, ia lebih mementingkan politik
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 451
nya yang dirangkai dalam bentuk pada jenisnya, yaitu cerita detektif.
tembang macapat kinanthi berjudul Di dalam cerita detektif ada konvensi
“Ramening Asepi” (Panji Pustaka, khas yang harus diketahui pembaca,
1 April 19…). Di dalam dunia sastra misalnya harus ada mayat sebagai
Jawa, S.K. Trimurti seangkatan dan korban pembunuhan dan bentuk wa-
sealiran dengan Subagijo Ilham No- tak tokoh-tokoh yang meragukan.
todijojo (Subagijo I.N.). Itulah se- Novel Sumirat dapat digolongkan ke
babnya, biodata lengkapnya ditulis dalam jenis cerita detektif walaupun
oleh jurnalis terkenal itu pada tahun belum serumit cerita-cerita detektif
1982, terbitan Gunung Agung. Gu- Barat seperti karya Agatha Cristie
ritan S.K. Trimurti antara lain per- atau Sir Arthur Conan Doyle. Sebab,
nah dibicarakan oleh Suripan Sadi secara keseluruhan persyaratan se-
Hutomo dan dimuat dalam majalah bagai cerita detektif telah terpenuhi.
Kebudayaan, Agustus 1993, dengan
judul “Pengarang Wanita dalam Sas- Jika dibandingkan dengan novel
tra Jawa Modern”. sejenis terbitan Balai Pustaka seperti
Jarot (1922) karya Jasawidagda dan
sadwara hatmasarodji Sukaca (1923) karya M. Soeratman
Sastradiardja, novel Sumirat jauh le-
Lengkapnya R.M. Sadwara Hat- bih maju. Sebab, unsur misteri da-
masarodji. Meskipun tidak diketahui lam Jarot dan Sukaca kurang mema-
secara pasti biografinya, dilihat dari dai sehingga pelaku kejahatan telah
gelar raden mas di depan namanya dapat diduga identitasnya, setidak-
kemungkinan besar ia berasal dari ke- tidaknya bukan misteri yang menda-
luarga priayi di Surakarta. Hal ini pat perhatian pembaca, melainkan
barangkali dapat dikaitkan dengan bentuk pelacaknya.
latar cerita novel yang ditulisnya
(Sumirat), yaitu kota Sala dan seki- saloka
tarnya. Karena penulis ini diperkira-
kan dari lingkungan priayi, suasana Salaoka adalah ungkapan dalam
cerita dalam novelnya pun bernuan- bahasa Jawa dengan menggunakan
sa priayi. Novel Sumirat mencerita- kata-kata tertentu/sudah pasti se-
kan seorang agen polisi bernama Su- hingga tidak dapat diganti dengan ka-
mirat. Dalam menjalankan tugasnya, ta lain. Ungkapan tersebut mengan-
ia selalu berkedok sebagai seorang dung makna perbandingan. Makna
ahli gambar (pelukis). Membaca no- perbandingan tersebut mengutama-
vel detektif Sumirat seseorang dapat kan pada subjek atau orang. Di sam-
menangkap kesan bahwa penulisnya ping itu, watak atau keadaan orang
tampaknya mempunyai bacaan ce- juga diperbandingkan. Oleh karena
rita-cerita detektif dari Barat. itu, kata yang mengandung perban-
dingan tentang orang atau barang itu
Berbeda dengan novel-novel lain- diletakkan pada bagian awal ungkap-
nya, novel Sumirat mengandung ke- an.
baruan. Letak kebaruannya terlihat
452 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Contoh: ‘Kejadian biasa zaman demo-
Asu belang kalung wang = krasi,
banyak kejadian yang dulunya
orang jelata, tetapi kaya atau jarang-jarang terdengar,
berharta. orang kecil jadi luhur,
yang sudah luhur jadi merosot,
Asu ‘anjing’ diperbanding- pergantian zaman,
kan dengan ‘orang’. Belang sungguh ada/terjadi,
‘belang/loreng’ diperbandingkan tonggak jarang berkembang
dengan ‘orang jelata’. Kalung subur,
wang ‘berkalung uang’ diper- tonggak jati banyak yang mati
bandingkan dengan ‘orang kaya sehingga,
atau banyak uang’. mendapat tempat yang kurang
baik.’
Kebo kabotan sungu = orang
yang terlalu banyak anak se- sambegana (lihat nawungkridha)
hingga berat menanggung biaya
kehidupannya. samiyoso (1939—)
Kebo ‘kerbau’ diperbanding- Samiyoso lahir di Pati, Jawa Te-
kan dengan ‘orang’. Kabotan ngah, pada 9 Agustus 1939. Ia me-
‘keberatan’ diperbandingkan namatkan pendidikan di PGSLPYog-
dengan keberatan menyangga yakarta jurusan Seni Rupa (1963).
biaya kehidupan. Sungu ‘tan- Terakhir, ia mendapatkan gelar sar-
duk’ diperbandingkan dengan jana muda pada jurusan yang sama
beban kehidupan. (seni rupa) di IKIP Yogyakarta
(1965). Setelah itu, ia kemudian dite-
Saloka sering pula dipergunakan rima menjadi guru SMP Negeri 2,
dalam tembang seperti terlihat pada Jepara. Pengarang yang juga mene-
contoh berikut ini. kuni bidang seni rupa ini sering meng-
gunakan nama samaran Sima, Isam,
DHANDHANGGULA Imana, Yosima, Bidura Laut, dan Yos
dalam menuliskan karya-karyanya
Jamak lumrah jaman dhemo- (cerpen, puisi, dongeng, komik, dan
krasi, artikel-artikel laporan kegiatan dae-
keh lelakyan kang duk kuna- rah, sekolah, PKK, dan lain-lain).
kuna,
arang-arang karungune, Samiyoso mulai terjun ke dunia
wong cilik dadi luhur, tulis-menulis tahun 1970. Hasil kar-
kang wus dhuwur dadi kawuri, yanya yang berupa cerpen, puisi, dan
wolak-waliking jaman, dongeng (Jawa) banyak tersebar di
temene tinemu, majalah Panjebar Semangat, Djaka
tunggak jarak padha mrajak Lodhang, Jaya Baya, Parikesit, Pus-
tunggak jati padha mati temah
dadi,
nampa papan kang papa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 453
taka Candra, dan sebagainya. Kar- BE- la tampaning wardaya
ya-karyanya yang ditulis dengan (Pangkur)
menggunakan bahasa Indonesia (ar- I- yeg tyas sabiyantu (Gambuh)
tikel, cerpen) banyak dimuat pula di RONG – prakara pilihan salah
Bernas, Trubus, Krida, Teruna, dan satunggal (Durma)
sebagainya. Hasil karya yang sesuai GA- gat bangun angun-angun
dengan bidang studinya, yaitu komik ing prajagung (Megatruh)
anak-anak, banyak dimuat di maja- WAR- nanen tanah ing sabrang
lah Parikesit. (Pangkur)
SI- ra sang Prabu kalihnya
Bersama-sama Novi, Idha Ma- (Girisa)
harani, Teguh Munawar, dan Aryo- TA- litining wong abecik
no, ia ikut membentuk berdirinya (Asmaradana)
Paguyuban Tlatah Murya sebagai
wadah berkiprahnya para penga- 2. Sandiasma pada awal bait dalam
rang, pecinta, dan pemerhati bahasa satu kesatuan tembang.
dan sastra Jawa yang ada di Jepara, Contoh:
Kudus, Pati, dan sekitarnya. RA - saning tyas kayungyun,
angayomi lukitaning kalbu, ….
sandiasma DEN - samya amituhu, ing
sajroning jaman Kalabendu, ….
Sandiasma adalah nama sese- NGA- japa tyas rahayu, nga-
orang yang disamarkan (tidak ditun- yomana sasameng tumuwuh,….
jukkan secara nyata) dalam suatu ka- BE - da kang ngaji pumpung, nir
rangan yang biasanya berbentuk tem- waspada rubedaning tutut, .
bang. Pujangga R. Ng. Ranggawar- I- lang budayanipun, tanpa baju
sita merupakan pelopor pemakai wejane ngalumpuk, ….
sandiasma untuk dirinya sendiri. Pe- RONG - asta wus katekuk, kari
makaian sandiasma menggunakan ura-ura kang pikantuk, ….
beberapa cara sebagai berikut. GA - lap gangsuling tembung,
1. Sandiasma dalam bentuk huruf Ki Pujangga panggupitanipun,
WAR- tine para jamhur, pama-
atau gabungan huruf pada awal wasing warsita tanpa wus, ….
baris setiap bait pertama suatu SI- daning Kalabendu, saya
tembang. ndadra hardaning tyas limut, …
Contoh: TA-tanane tumruntun, panun-
RA – sikaning sarkara kaesthi tuning tyas angkara antuk
(Dhandhanggula)
HA – sasmita wadyanira 3. Sandiasma pada awal baris da-
(Sinom) lam setiap bait.
DYAN – Cepu kinon ningali Contoh:
(Asmaradana) RA – sikaning Sarkara kaesthi,
NGA- wu-awu ing pamuwus
nguwus-uwus (Pucung)
454 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
DEN –nya kedah mamardi mar- sawatawis, bo- RONG ang- GA
dawa, su- WAR- ga me- SI mar- TA –
NGA- yawara purwane, BE-la ya.
– belaning kalbu, I – nukarta
nis karteng gati, RONG- ngas sandiwara
rehing ukara, GA- garaniran-
tuk, WAR- ta wasitaning kuna, Sandiwara adalah salah satu je-
SI – nung tengran Janma Trus nis sastra Jawa. Bentuk sandiwara
Kaswareng Bumi, dapat dipersamakan dengan drama.
TA- litining carita. Sandiwara dalam dunia sastra Jawa
lebih sering muncul lewat bentuk
4. Sandiasma pada hentian napas siaran radio daripada pergelaran
dalam setiap baris. (pentas). Oleh karena itu, sandiwara
Songsong go – RA candraning dapat dikatakan identik dengan dra-
hartati, lwir wini- DYAN saro- ma yang disiarkan lewat radio.
seng parasdya, ringa-ri – NGA
pangriptane,tan dar – BE leb- sanepa
deng kawruh, angruruh- I we-
nganing budi, kang mi- RONG Ungkapan perbandingan yang
ruhareng tyas, ja- GA angkara tetap susunannya dan terdiri atas ka-
nung, minta lu- WAR ing duh- ta keadaan bersambung dengan kata
kita, away kong- SI kewran lu- benda. Barang yang di-sanepa-kan
kiteng kinteki, kang ka – TA gi- melebihi keadaan barang (kata ben-
nupita da) yang disebut pada akhir sanepa.
Contoh:
5. Sandiasma pada di belakang hen-
tian napas setiap baris. Tatune arang kranjang ‘luka-
Contoh: nya sangat banyak’
Yektenana RONG windu ana Tatu ‘luka’, arang ‘jarang’,
dhumawuh,pulung- GA- na kranjang ‘keranjang’.
kang sajati, WAR – taning kang Playune lonjong mimis ‘larinya
para jamhur, iku SI – daning cepat sekali’.
kadadin, dadining TA – pa kang
manggon. Kadang-kadang pemakaian sa-
nepa di-saroja ‘dirangkap’ untuk me-
6. Sandiasma dalam satu baris. ngingatkan makna yang terkandung
Contoh: di dalamnya.
Sageda sabar santosa, mati sa- Contoh:
jroning aurip, kalis ing reh aru-
ara, murka angkara sumingkir, Renggang gula, kumepyur pulut
tarlen meleng malat-sih, sani- ‘pergaulan atau persahabatan
tyaseng tyas mematuh, badha- yang sangat erat’.
ring sapu dendha, antuk mayar Renggang ‘berjarak longgar’;
Kumepyur ‘cerai-berai’; pulut
‘perekat untuk menangkap bu-
rung’.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 455
Sanepa dipergunakan dalam pro- Di Mangkunegaran berdiri Ge-
sa dan juga dalam puisi tradisonal. rombolan Kasusastran Mangkune-
Penggunaan dalam puisi tradisional garan, yaitu semacam perkumpulan
atau tembang dapat dicermati dalam yang terdiri atas pecinta bahasa dan
contoh yang berisi nasihat untuk pe- sastra Jawa. Begitu juga di Radya-
ngantin baru berikut ini. poestaka (Surakarta) berdiri sema-
cam paguyuban yang berfungsi un-
KINANTHI tuk merembug perkembangan baha-
Tut-runtut kumepyur pulut sa Jawa, bernama Paheman Radya-
ywa nganti benggang sanyari poestaka. Paheman ini berdiri bebe-
mimba mimi lan mintuna rapa tahun setelah R.Ng. Rangga-
widadaa slami-lami warsita wafat. Pada 1941 di Sura-
tebiha rubed-rubeda karta berdiri Paheman Paniti Basa
sang penganten kakung putri. yang bertujuan memperbaiki dan
menyederhanakan bahasa Jawa yang
‘Rukunlah selalu waktu itu dianggap sudah mulai ru-
jangan sampai renggang sedikit sak.
pun
seperti pasangan mimi dan min- Setelah kemerdekaan, sanggar
tuna bahasa dan sastra Jawa terus berdiri.
selamatlah selamanya Sanggar yang berdiri pertama kali
jauhkanlah dari godaan ialah Sanggar Seniman, yang berdiri
sang pengantin putra dan putri.’ di Madiun pada tahun 1955. Sang-
gar tersebut bersifat multidisiplin
sanggar atau umum karena di dalamnya ter-
dapat aktivitas berbagai kelompok
Istilah ini sebenarnya sudah la- seniman, seperti seni lukis, seni dra-
ma dikenal dalam sastra Jawa kuna ma, dan seni sastra, baik Jawa mau-
yang berarti tempat bersemadi, tem- pun Indonesia. Sanggar tersebut ber-
pat pemujaan kepada Hyang Widi, anggotakan para seniman dari ber-
atau sebagai langgar. Pada umum- bagai disiplin seni. Pada umumnya,
nya, pendirian sanggar bersifat swa- mereka adalah seniman yang sudah
kelola dan nonformal. Dalam pe- mapan, seperti Muryalelana, St. Ies-
ngertian sekarang, sanggar menjadi maniasita, Esmiet, Susilomurti, dan
tempat atau wadah untuk berkumpul Sri Setya Rahayu. Ketua sanggar itu
sekelompok masyarakat untuk tuju- ialah Sahid Langlang, seorang seni-
an membahas dan berlatih suatu ke- man sastra yang sekaligus juga seni-
terampilan tertentu. Sejak zaman man lukis. Nama-nama sastrawan
Kasunanan di Surakarta sebenarnya Jawa yang tergabung di dalam sang-
sudah ada wadah semacam itu, yaitu gar tersebut di kemudian hari men-
Padepokan Gebang Tinatar (di Po- jadi nama-nama besar dalam sejarah
norogo), yaitu tempat R.Ng. Rang- sastra Jawa modern.
gawarsita berguru tentang berbagai
ilmu (termasuk kesastraan).
456 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Sanggar sastra yang benar-benar casila, nasionalis, dan menjunjung
mengelola sastra Jawa secara khusus moral tinggi negara.
ialah Organisasi Pengarang Sastra
Djawa (OPSD, selanjutnya menjadi Berdirinya OPSJ memiliki dam-
OPSJ), berdiri atas prakarsa Sang- pak cukup banyak, antara lain, men-
gar Bambu, sebuah sanggar seni lu- dorong media massa daerah mem-
kis. OPSJ berdiri pada bulan Agus- beri perhatian kepada sastra Jawa.
tus 1966, dipimpin oleh Soedarmo Hasilnya, antara lain, rubrik puisi
KD. Menurut Handung Koesoe- “Gupita Sari” muncul dalam Mekar
dyarsana, OPSJ dibentuk dengan 4 Sari, rubrik sastra Jawa “Pisung-
tujuan pokok, yaitu (1) sebagai alat sung” muncul dalam mingguan
berkiprah para pengarang, (2) men- ANDIKA pimpinan Ma Si Sen, dan
jadi perabot untuk pengembangan penyelenggaraan kursus kesusastra-
sastra Jawa, (3) menjadi perabot pe- an pada setiap malam Sabtu di ru-
ngarang Jawa untuk memperbaiki mah Atmoweradi, dan rubrik sastra
kehidupan lahir dan batinnya, dan (4) “Sekar Rinonce” dalam mingguan
menjadi perabot untuk wadah perte- Gelora Berdikari.
muan pengarang atau tempat men-
jalin hubungan antarpengarang sas- OPSJ ternyata tidak dapat be-
tra Jawa. Jadi, OPSJ adalah lembaga kerja optimal karena pengurusnya
swadaya sastrawan (dan pemerhati terpencar di beberapa kota, dan ter-
sastra Jawa) yang memiliki keleng- utama karena meninggalnya Soedar-
kapan organisasi terbaik. Lembaga mo KD pada 3 Mei tahun 1980. Or-
swadaya ini memiliki susunan pe- ganisasi pengarang sastra Jawa ini
ngurus yang tidak hanya lengkap diakui mendorong munculnya se-
keanggotaannya, tetapi juga memi- jumlah sanggar sastra di daerah-dae-
liki koordinator daerah, walaupun rah. Sejumlah sanggar sastra Jawa
tidak semua komisariat daerah dapat yang perlu dicatat ialah Grup Dis-
bekerja baik. Selain itu, OPSJ juga kusi Sastra Blora pimpinan Ngalimu
dilengkapi dengan dasar organisasi Anna Salim di Blora; Bengkel Sastra
(AD/ART), sifat, dan tujuan yang Sasonoloyo pimpinanArswendroAt-
khas. Bahkan, melalui musyawarah mowiloto, Proyek Pusat Kebudaya-
kerja Komda Jateng di Solo (19—20 an Jawa Tengah (PKJT) pimpinan
November 1996), pengurus meleng- G. Humardani, dan Sanggar Sastra
kapi OPSJ dengan kode etik penga- Nur Praba pimpinan Mohammad
rang yang disebut Sad Marga Pe- Nursyahid Purnomo (ketiganya ber-
ngarang. Kode etik itu sekaligus me- ada di Surakarta); Sanggar Bening
rupakan sumpah pengarang sastra PMS di Semarang, Sanggar Kali
Jawa terhadap profesinya, yang an- Code, Sanggar Sastra Jawa Yogya-
tara lain berjanji untuk menjadi pe- karta (SSJY), Sanggar Sastra Pra-
ngarang yang berketuhanan, berpan- golapati (semuanya juga di Yogya-
karta). Di Jawa Timur sanggar-sang-
gar sastra lebih banyak jumlahnya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 457
Misalnya, di Banyuwangi terdapat yang sama maknanya atau hampir
Sanggar Parikuning pimpinan Es- sama maknanya dipakai bersamaan.
miet, Pamarsudi Sastra Jawi Bojo- Misalnya, kata mudho ‘bodoh’ dan
negoro (PSJB) di Bojonegoro pim- kata punggung ‘bodoh’. Kedua kata
pinan J.F.X. Hoery, Sanggar Triwi- tersebut dirangkap atau dipakai se-
dha pimpinan Tamsir AS di Tulung- cara bersamaan sehingga menjadi
agung, dan Paguyuban Pengarang mudho punggung yang berarti ‘sa-
Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) di Su- ngat bodoh’. Maksud perangkapan
rabaya. dua kata itu adalah untuk menya-
ngatkan makna yang ada dalam kata
Setiap sanggar mempunyai pro- tersebut. Tembung saroja tidak ha-
gram dan model kegiatan sendiri-sen- nya terdapat dalam tembang, tetapi
diri. Meskipun demikian, hampir se- juga terdapat dalam gancaran ‘pro-
luruh kegiatan diarahkan untuk pe- sa’.
ngembangan SDM. Melalui kegiatan 1. Tembung saroja dalam prosa.
di sanggar-sanggar itu para penga-
rang Jawa berdiskusi, berlatih, dan Aku krungu tembang rawat-
mengembangkan diri. Hasilnya ialah rawat, ujare bakul sinambewa-
munculnya pengarang-pengarang ra manawa Prabu Salya nge-
baru dari berbagai kota. degake sayembara.
sanggit ‘Saya mendengar suara lamat-
lamat, kata bakul bahwa Prabu
Di dalam kosa kata Jawa tidak Salaya mengadakan sayembara.’
ditemukan kata sanggit. Kata yang
ada adalah sanggitan yang berarti 2. Tembung saroja yang terdapat
‘kayu sambungan’. Istilah sanggit dalam tembang.
hanya ditemukan di bidang kesenian …
tertentu atau pedalangan. Dalam pe- wong agung ing Jodhipati
ngertian ini, istilah sanggit berarti ke- mandhi gada geng anglela
mahiran seniman (dalang, sutradara, kadya prabata lumaris
dan sebagainya) dalam menyajikan sawadyanira sami
dan mengatur skenario jalannya cerita mandhi gada ting renggunuk
(pentas). wadya bala Pamenang
….
saroja
…
Kata saroja berarti rangkep ‘orang besar di Jodipati
‘rangkap’. Kecuali itu, kata saroja tampak membawa senjata besar
berarti kembang trate padma, kumu- seperti gunung berjalan
da, pangkaja ‘bunga teratai’. Kait- serta seluruh barisannya
annya dengan sastra Jawa, makna membawa senjata semua
yang dipakai adalah makna kedua, pasukan Pamenang’
yakni ‘rangkap’. Yang dimaksud de- ….
ngan istilah rangkap adalah dua kata
458 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Tembung saroja di dalam tem- budayaan bekerja sama dengan Di-
bang itu terlihat pada kata wadya nas Kebudayaan Propinsi DIY tahun
‘prajurit’ dan bala ‘pasukan’. Con- 1989, (4) Pramuwisata oleh Kanwil
toh, saroja yang lain sangat banyak Departemen Tenaga Kerja Propinsi
seperti tumpang tindhih, andhap DIY tahun 1991, (5) kursus bahasa
asor, kukuh bakuh, kajen kerigan, Belanda oleh Yayasan Studi Kebu-
lir pendah, godha rencana, dan lain- dayaan Yogyakarta tahun 1997, dan
lain. (6) kursus Bahasa Belanda oleh Ya-
yasan Karta Pustaka Yogyakarta
sartono kusumaningrat tahun 2003.
(1964—)
Dalam karya-karyanya Sartono
Sartono Kusumaningrat dapat sering memakai nama Albert Sar-
dikatakan sebagai pendatang baru tono, A. Sartono, atau Sartono Ku-
dalam sastra Jawa (muncul pada sumaningrat. Telah disebutkan bah-
akhir 1980-an). Akan tetapi, nama wa selain sebagai penulis, ia juga pe-
Sartono Kusumaningrat segera lukis. Sebagai pelukis, ia lebih mem-
menghiasi berbagai majalah berba- fokuskan diri pada lukisan kartun.
hasa Jawa dengan karyanya berupa Sejak tahun 1980-an Sartono sering
guritan, cerkak, dan cerbung. Pe- melakukan pameran kartun. Bebe-
ngarang yang sekarang tinggal ber- rapa pameran yang telah digelar dan
sama keluarga di Yogyakarta ini ti- diikutinya, antara lain, (a) di gedung
dak hanya dikenal sebagai penga- UC UGM dalam rangka 40 tahun Fa-
rang (sastra Jawa dan Indonesia), te- kultas Sastra tahun 1986, (b) di ge-
tapi juga pelukis dan kartunis. dung UC UGM dalam rangka Dies
Natalis ke-37 UGM tahun 1986, (c)
Sartono lahir di Sleman, Yogya- di Benteng Vredenburg dalam rangka
karta, pada 12 November 1964. Pen- Festival Kesenian Yogyakarta tahun
didikan formal yang ditempuhnya: 1992, (d) di Taman Budaya Yogya-
SD Karitas (lulus 1977), SMP Kari- karta tahun 1994, (e) di Taman Bu-
tas (lulus 1981), SMA BOPKRI (lu- daya dalam rangka kerja sama de-
lus 1984), dan terakhir Fakultas Sas- ngan Yayasan Pakarti, (f) di Rumah
tra UGM (lulus 1993). Sartono tidak Budaya Tembi Yogyakarta tahun
berhenti menuntut ilmu di bangku 2003.
pendidikan formal, tetapi juga me-
ngembangkan wawasannya dengan Sartono memang gemar me-
cara mengikuti latihan-latihan dan nuangkan pikirannya dalam media
kursus nonformal, di antaranya (1) tulis dan lukis. Sejak tahun 1984 tu-
Kepemimpinan OSIS oleh Kanwil lisannya tersebar di berbagai media
Depdikbud Propinsi DIY tahun 1981, massa, seperti Kompas, Republika,
(2) Pelatihan Penulisan Skenario Jakarta Post, Kartini, Nova, Humor,
Cerita Televisi oleh Stasiun TVRI Yogya Post, Majalah Jawa, The Ja-
Yogyakarta pada tahun 1986, (3) Pe- karta Post, Matra, Buletin TeMBI,
nulisan Cerita Pendek oleh Dirjen Ke- Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 459
Bernas, Minggu Pagi, Gatotkaca, tawan media on line TeMBI Bantul,
Putera Kita, Mekar Sari, Jaya Ba- Yogyakarta.
ya, dan Djaka Lodhang. Sementara
itu, sejumlah prestasi yang pernah di- sasetya wilutama (1963—)
raihnya, antara lain (1) juara II lom-
ba mengarang tingkat Propinsi DIY Pengarang ini lahir di Surabaya,
tahun 1977, (b) cerkak-nya menda- 31 Agustus 1963. Di samping me-
patkan penghargaan dan masuk da- nulis sastra, baik dalam bahasa Jawa
lam antologi Liong Tembang Pra- maupun Indonesia, ia juga menulis
patan (Dewan Kesenian Yogyakarta, skenario film dokumenter dan sine-
1999), (c) cerpennya masuk 10 besar tron untuk TVRI serta menjadi pe-
dalam lomba penulisan cerpen oleh main film. Ia terlibat sebagai pemain
Dewan Kesenian Sleman dan cerpen film “Soerabaya ‘45", “Ketika Dia
itu kemudian diantologikan dalam Pergi”, dan sinetron SCTV yang ber-
Bupati Pedro Laki-Laki Kota Rem- judul “Pada Suatu Hari”.
bulan tahun 2001, dan (d) penulis
terbaik dalam lomba karya tulis da- Sasetya Wilutama mulai menulis
lam rangka Hari Jadi Kabupaten Sle- guritan pada tahun 1982 dan sempat
man ke-86 dengan judul tulisan “Me- menjadi redaktur majalah Panjebar
mupuk Sikap Mencintai Budaya Semangat. Dua guritan-nya, yaitu
Sendiri”. Selain itu, Sartono juga di- “Cahya Apa” dan “Kidang Ati” (Pa-
percaya sebagai anggota tim penulis njebar Semangat, No. 22, 27 Mei
buku Prinsip-Prinsip Tata Graha 1989) dimuat dalam Kabar Saka
yang diterbitkan oleh Kanisius Yog- Bendulmrisi: Kumpulan Guritan
yakarta (2001). (PPSJS, 2001). Tulisannya dalam
bahasa Indonesia dipublikasikan le-
Selain prestasi tersebut, Sartono wat Kompas, Surabaya Pos, Surya,
juga dipercaya sebagai editor bahasa Suara Karya, Kartini, Amanah,
Indonesia PT Kumala Aditya Aksara Film, Family, dan Liberty. Sejak ber-
(1994—1995), tim penyunting jurnal gabung dengan SCTV dan tinggal di
kebudayaan Palupi Jawi (1997), re- Jakarta, ia jarang menulis.
daksi majalah JAWA (1999), penga-
suh rubrik kartun “Mbah Dana” ma- sasmita tembang
jalah Djaka Lodhang (1997—1999),
di samping menjadi karyawan Ya- Sasmita tembang adalah kata
yasan Studi Kebudayaan (1976) dan atau gabungan kata yang diperguna-
PT Sinergi Mandiri Kreasindo kan sebagai pelambang atau penan-
(1999). Di Lembaga Kajian dan In- da nama tembang. Sasmita tembang
formasi Budaya Yogyakarta, Sartono dapat ditempatkan pada awal/akhir
memegang jabatan Pemimpin Re- pupuh ‘satu kesatuan tembang’. Jika
daksi Penyusunan Ensiklopedi Ke- diletakkan pada awal pupuh, sasmita
budayaan Jawa (1999—2000). Di tembang tersebut menunjukkan na-
samping itu, ia masih sebagai war- ma pupuh tembang itu. Misalnya, ka-
ta kasmaran sebagai sasmita tem-
bang Asmaradana.
460 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Kasmaran ingkang pinuji, 6. Pangkur: wuri, pungkur, yuda-
luputa ing ila-ila kanaka, wuntat, dan kata-kata
dendohna tulak-sarike lain yang mempergunakan suku
ngetang sagunging lelembat kata “kur”.
kang kareh Goplem ika
dhemit lit-alit sadarum 7. Mijil: wijil, wetu, wiyos, raras-
pan dede dhemit pra raja. ati, dan sulastri (berarti keluar).
Sebaliknya, jika ditempatkan pa- 8. Maskumambang: kambang (ku-
da akhir pupuh, samita tembang itu mambang), kentir, dan timbul
menunjukkan nama pupuh tembang (semuanya berarti terapung atau
berikutnya. Misalnya wirang seba- muncul)
gai pupuh Wirangrong.
Contoh. 9. Pucung: kluwak, uncung, dan
kata-kata lain yang mengguna-
Putri Cina gulangsaran kawlas- kan suku kata “cung”
asih
Mara Kelaswara 10. Jurudemung: mung dan juru.
Pedhangen juren wak mami 11. Wirangrong: wirang dan mi-
Aywa andedawa wirang.
rong.
Kata-kata yang dipergunakan un- 12. Balabak: klelep dan keblabak.
tuk melambangi nama tembang da- 13. Gambuh: embuh, gambuh, jum-
pat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Dhandhanggula: sarkara, ma- buh, kambuh, dan tambuh.
14. Megatruh: pegat, duduk, dan
nis, madu, artati, dhangdhang,
gula, gula drawa, gagak, kagak truh.
tresna (kesemuanya berarti ma- 15. Girisa: giris.
nis atau hitam).
2. Sinom: srinata, ron kamal, sastra
pangrawit, logondhang, anom,
Weni, mudha, taruna, dan rema Secara garis besar, sastra mem-
(semuanya berarti muda). punyai dua arti, yaitu (1) sastra ber-
3. Asmaradana: asmara (kasma- arti ‘tulisan’ dan (2) sastra berarti
ran), kingkin, kingkin, brangti, ‘pusaka’. Sastra yang berarti tulisan
dan sedhih (semuanya berarti meliputi tulisan, serat-serat, karang-
asmara atau sedih). an, dan pengetahuan tentang tulisan.
4. Kinanthi: kanthi, gandheng, dan Sementara itu sastra yang berarti pu-
kanthet (semuanya berarti ber- saka meliputi istilah-istilah seperti
gandengan) sastra banyu yang berarti dapura-
5. Durma: mundur, galak, dan ka- ning keris ‘wujud keris’. Sastra dak-
ta-kata lain yang memperguna- sa (Sanskreta) dalam arti putus ing
kan suku “dur”. kawruh ‘mumpuni sembarang pe-
ngetahuan’. Sastra wyanjana (Ka-
wi) berarti ‘urut-urutanipun aksara’
seperti dentawyanjana. Definisi di
atas masih menunjukkan arti kata
yang sempit, yakni sastra berarti tu-
lisan. Padahal sebenarnya sastra da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 461
pat menjangkau tradisi lisan. Maka, bernama Dewi Angreni, anak Patih
definisi dalam arti luas sastra adalah Kudanawarsa dari Jenggala. Ayah
karya imajinasi bermedium bahasa Panji Inu Kertapati menghendaki agar
dan unsur estetisnya dominan. Jadi, anaknya itu menikah dengan Can-
definisi terakhir ini tidak membatasi drakirana dari Kuripan. Mengetahui
bahwa sastra tidak hanya terbatas rencana itu, Angreni bunuh diri. Se-
pada bentuk tulisan, tetapi juga da- peninggalAngreni, Raden Panji sedih
lam bentuk lisan. dan memutuskan pergi dari istana.
Panji kemudian berkelana dengan ca-
sastra laku ra menyamar sebagai orang kecil. Se-
lama petualangan itu Panji sering ha-
Istilah sastra laku dalam bahasa rus bertempur tetapi Panji selalu
Jawa Kuna disebut sastra lampah. tampil sebagai pemenang. Di kepu-
Sastra laku berarti huruf berjalan tren ‘taman khusus untuk para putri
atau perjalanan huruf. Di samping raja’, Candrakirana tidak tenang
itu, sastra laku dapat diartikan cara hatinya. Maka, ia pun memutuskan
membaca. Dalam bahasa Jawa Ku- untuk pergi dari kerajaan mencari
na, sastra laku menyangkut pula cara Panji dengan cara menyamar sebagai
menulis. Bunyi konsonan penutup laki-laki. Akhirnya, kedua anak raja
dalam sebuah kata berjalan menyatu yang cantik dan tampan itu pun ber-
dengan suara huruf yang terletak di temu lagi dan selanjutnya mereka
awal kata berikutnya. Hal itu akan menikah.
terjadi jika huruf awal berikutnya itu
merupakan huruf yang mengandung Cerita Panji memiliki struktur
bunyi vokal. alur yang menarik karena struktur
Contoh: ceritanya, yaitu adanya petualangan
ganda yang disertai penyamaran di
Parman arep ngomong apa? dalamnya. Cerita Panji tidak hanya
Pembacaannya: Parma(n) na- hidup di dalam dunia sastra klasik
re(p) pomo(ng) ngapa? ‘Parman tetapi juga dalam dunia seni pentas
akan bicara apa?’ dan dalam berbagai bentuk kesenian
rakyat. Wayang yang menceritakan
Nyuwun asem ingkang ageng. kisah petualangan Panji ialah wa-
Pembacaannya: Nyuwu(n) na- yang gedhog.
se(m) mingka(ng) ngageng.
‘Minta asam yang besar’ Cerita Panji berkembang dalam
masyarakat dan budaya Jawa, di-
sastra panji transformasikan ke dalam bermacam
versi, seperti pada yang terdapat da-
Sastra Panji ialah naskah-nas- lam khazanah sastra Jawa Baru. Be-
kah sastra yang di dalamnya memuat berapa versi cerita Panji yang mena-
kisah cinta dan kisah petualangan rik ialah Panji Jayengtilam, Panji
Raden Panji Inu Kertapati. Inti cerita Kudawanengpati, Panji Jayaleng-
Panji bertumpu pada tokoh utama kara, Panji Laras, Panji Suyawise-
cerita, yakni Raden Panji Inu Ker-
tapati. Ia memiliki seorang kekasih
462 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
sa, Panji Dhadhap, Panji Madu- menunjuk jenis sastra Jawa yang ber-
brangta, Panji Jaka Sumilir, dan isi ajaran tasawuf. Kaitannya dengan
Panji Bayan Pethak. Pada setiap sastra Jawa, makna kedua itulah yang
versi cerita Panji terdapat tambahan dipakai dalam istilah ini. Istilah kedua
atau pengulangan episode. Cerita inilah yang berkaitan dengan jenis
Panji berkembang luas di seluruh karya sastra Jawa.
Nusantara (dikenal di Melayu, Siam
atau Thailand) sebagai akibat dari Primbon dalam bentuk tertulis di-
proses migrasi sastra melalui mobi- mulai pada zaman Kartasura, wa-
litas masyarakat. laupun tradisi catat-mencatat sudah
dimulai jauh sebelum itu. Primbon
sastra primbon yang ditulis itu merupakan hasil peng-
himpunan sebuah tim yang dipimpin
Sastra primbon sering disebut la- oleh Sunan Pakubuwana V di Sura-
yang primbon atau serat primbon. karta. Primbon hasil himpunan itu di-
Oleh karena berujud buku, primbon masukkan dalam Serat Centhini.
sering disebut buku primbon. Secara Adapun yang dimasukkan dalam Se-
etimologi, kata primbon berasal dari rat Centhini itu meliputi pawukon,
kata par-imbu-an. Kata imbu berarti watak tanggal, abat-obatan, kelahir-
‘simpan’ atau ‘peram’. Kata imbu mi- an bayi, katuranggan, gempa bumi,
rip dengan istilah Jawa Kuna iwo tentang mengungsikan orang sakit.
yang berarti ‘simpan’. Oleh karena Kitab-kitab primbon yang beredar
itu, istilah primbon atau parimbon berikutnya banyak bersumber dari
berarti ‘tempat simpan-menyimpan’. Serat Cethini itu walaupun sedikit
Disebut demikian karena di dalam ada perubahan.
primbon terkandung berbagai catatan
yang dianggap penting dan catatan itu Adapun buku-buku primbon yag
sukar utuk dihafalkan. Catatan-ca- beredar di masyarakat, atara lain, ber-
tatan tersebut meyangkut berbagai judul Primbon Betaljemur Adam-
hal yang berkaitan dengan kehidupan makna, Primbon Jawa Bekti Jamal,
sehari-hari, baik selaku pribadi mau- Wedha Mantra, Wejangan Wali Sa-
pun dalam hubungannya dengan per- nga, Kitab Mantra Yoga, Primbon
gaulan masyarakat. Berdasarkan ke- Sabda Amerta, dan sebagainya.Ada-
terangan itu, dapat disimpulkan bah- pun dasar rumusan primbon meliputi
wa primbo adalah kumpulan catatan lima hal yaitu (1) unsur petangan
tentang berbagai hal yang dianggap Jawi ‘perhitungan Jawa’ yang meli-
penting untuk kehidupan sehari-hari puti nama hari yang tujuh, nama pa-
sebagai pewarisan dari generasi ter- saran, nama bulan, nama tahun, na-
dahulu ke generasi berikutnya yang ma windu, nama wuku, nama ring-
jumlah catatannya semakin mem- kel, dan peyebutan waktu; (2) unsur
bengkak, baik dalam bentuk buku, se- satuan hitungan dan atribut-atribut
rat, maupun layang. Di samping itu, yang meliputi neptu ‘hari kelahiran’
istilah primbon juga dipakai untuk (neptu dina, neptu pasaran, neptu
sasi, neptu tahun, dan neptu aksara
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 463
atau huruf Jawa) dan lungguh (lug- dalam bentuk gancaran (prosa). Se-
guh dina, lugguh pasaran, dan can- lain kedua bentuk itu, naskah sastra
drasengkala); (3) unsur matematisa- wayang juga digubah dalam bentuk
si dan simbolisasi yang meliputi per- pakem pedalangan yang berisi teks
hitungan weton calon penganten, pedalangan lengkap yang terdiri atas
perhitungan naga dina, dan sebagai- narasi dalang, dialog tokoh wayang,
nya; (4) unsur mitosasi dan magisa- sulukan, dan gendhing-gendhing pe-
si; dan (5) unsur sinkretisasi dengan ngiring yang disertai dengan sasmi-
agama. ta-sasmita gendhing. Fungsi pakem
pedalangan (pakem pedhalangan
Adapun isi primbon meliputi 8 jangkep) sesungguhnya tidak untuk
hal, yaitu (1) tentang daur hidup dinikmati sebagai bahan bacaan te-
yang meliputi masalah kelahiran, tan- tapi sebagai tuntunan teknis bagi pa-
da keremajaan, upacara perceraian, ra dalang dan terutama bagi para
kematian; (2) pembicaraan tentang calon dalang. Pakem pedalangan
watak meliputi watak bayi, watak jangkep dewasa ini juga dihasilkan
manusia, watak wanita (turangga- dengan cara mentranskripsi seutuh-
ning wanita), dan watak binatang; nya rekaman pergelaran wayang.
(3) pembicaraan tentang alamat atau Transkripsi itu kemudian disunting
tanda-tanda; (4) Pembicaraan ten- dan diterbitkan. Naskah hasil trans-
tang naga (petunjuk adanya bahaya) kripsi dapat dinilai sebagai bentuk
dan naas (sial); (5) pembicaraan ten- transformasi sastra lisan. Selain pa-
tang mantra, rajah, dan kekebalan; kem pedalangan jangkep, ada pula
(6) pranata mangsa; (7) kapita selekta teks lain yang juga berfungsi sebagai
pedoman hidup sehari-hari yang me- tuntunan para dalang, terutama da-
liputi pangan, papan, keperluan se- lam hal penguasaan lakon wayang,
hari-hari, obat-obatan, berpergian, yaitu yang dikenal dengan sebutan
berjudi dan mencuri, barang dan pakem balungan. Isinya dari awal
orang hilang, keperluan perang, dan sampai akhir pergelaran wayang da-
senjata pusaka; dan (8) beberapa lam pola yang sudah baku. Tiap ade-
peribadatan Islam. Primbon dapat gan memuat nama tempat, tokoh-to-
dikategorikan sebagai salah satu koh yang tampil, dan inti pembica-
bentuk karya sastra Jawa. raan atau pun persoalan yang terjadi
dalam adegan tersebut. Meskipun
sastra wayang uraiannya serba singkat, bagi dalang
sudah cukup memadai sebagai pe-
Sastra wayang adalah jenis sas- gangan untuk mempergelarkan lakon
tra Jawa Baru yang menampilkan tertentu yang dipilihnya berdasarkan
kisah tokoh-tokoh wayang yang ber- pakem balungan tadi. Jumlah naskah
sumber dari Ramayana, Mahaba- pakem balungan ini dalam khazanah
rata, dan Pustaka Raja Purwa. Jum- kesusasteraan Jawa cukup banyak
lah sastra wayang sangat banyak. dan sebagian telah diterbitkan, an-
Sebagian gubahannya dalam bentuk
tembang macapat dan selebihnya
464 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
tara lain oleh Balai Pustaka, dileng- dikenal dengan istilah lakon ca-
kapi dengan ilustrasi tokoh-tokoh rangan.
wayang purwa.
Jumlah naskah sastra wayang
Sastra wayang yang ada di da- cukup banyak. Kenyataan ini me-
lam khazanah kesusasteraan Jawa nunjukkan bahwa peminat dan per-
Baru kebanyakan berupa transfor- hatian masyarakat terhadap sastra
masi dari sumber-sumber sastra Ja- wayang. Di kalangan masyarakat Ja-
wa Kuna. Proses transformasi terse- wa yang belum seberapa mengenal
but terjadi setelah para sastrawan buku-buku cetakan, maka mereka ha-
yang menggubahnya didapat dari rus menyalin naskah sastra wayang.
sumber kuna itu. Karya gubahan itu
merupakan tanggapan dirinya atas sastraharsana
karya sastra yang dijadikan sumber
karyanya. Gubahan itu ada yang se- Pengarang ini tidak diketahui
penuhnya berinduk pada sumbernya biografinya secara pasti. Jati diri R.
dan sebagian lainnya hanya terbatas Sastraharsana hanya dapat diduga
pada hal-hal yang menarik perhati- berdasarkan novelnya Bandha Pu-
annya. saka (1922) dan Mrojol Selaning
Garu (1922) yang diterbitkan Balai
Saduran atau bentuk gubahan ba- Pustaka. Karena hanya menerbitkan
ru lainnya sebagai proses transfor- karya melalui Balai Pustaka, diper-
masi berdasarkan penafsiran dirinya kirakan ia pengarang yang “menyua-
atas teks yang menjadi sumber gu- rakan” pandangan yang sejalan de-
bahannya. Tidak mustahil jika ter- ngan kebijakan pemerintah Belanda.
jadi penyimpangan yang kadang-ka- Novel Bandha Pusaka menampilkan
dang amat jauh dari sumber aslinya seorang anak laki-laki yang berhasil
sebagai bentuk resepsi pembaca se- mencapai kedudukan terhormat ber-
suati dengan kaidah yang berlaku kat asuhan seorang pembantu rumah
pada zamannya. tangga. Laki-laki bernama Wahyana
berhasil mencapai kedudukan seba-
Lakon-lakon wayang purwa, gai wedana walaupun tidak diasuh
yang semula hanya terbatas pada ce- oleh ibu kandungnya.
rita pakem, yang masih dengan ketat
berinduk pada sumber ceritanya, mi- Dari novel didaktis tersebut da-
salnya Ramayana dan Mahabarata, pat diketahui bahwa Sastraharsana
baik yang tertulis dalam bahasa Ja- kemungkinan besar berprofesi seba-
wa Kuna, Jawa Tengahan, maupun gai guru. Indikasi sebagai priyayi da-
Jawa Baru, dalam masa-masa selan- pat dilihat dari gelar yang terdapat di
jutnya mengalami perkembangan depan namanya, yakni raden. Meski
yang sangat pesat. Maka, lahirlah la- kisahnya berbeda, pola novel Mrojol
kon-lakon gubahan baru yang masih Selaning Garu masih sama dengan
tetap menampilkan tokoh-tokoh uta- Bandha Pusaka. Novel Mrojol Se-
ma wayang purwa tetapi dengan ga- laning Garu mengangkat penderi-
rapan yang sangat bervariasi dan taan seseorang akibat terjadi benca-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 465
na banjir yang melanda desanya. Se- cara berpikir objektif dan peningkat-
seorang yang mengalami penderita- an kualitas hidup melalui pendidikan
an tersebut adalah guru agama Islam formal.
bernama Ki Kasan Ngali.
satim kadaryono (1928—)
Dua novel tersebut ditulis de-
ngan menggunakan huruf Jawa cetak Satim Kadaryono lahir di Nga-
dan termasuk jenis novel pendidikan wi, Jawa Timur, pada 20 Mei 1928.
yang terkait dengan kearifan dan ke- Ayahnya bernama Wongsodinomo,
tabahan seseorang dalam mengha- sedangkan ibunya entah siapa nama-
dapi cobaan hidup. Hal ini tercermin nya karena (semasa masih hidup) se-
dalam sikap hidup Wahyana sebagai hari-harinya hanya dipanggil dengan
pribadi yang tidak mudah putus asa. sebutan Bu Wongso. Dalam tulisan-
Ia tetap gigih menghadapi berbagai tulisannya Satim Kadaryono sering
cobaan. Misalnya, ia diasuh orang menggunakan nama S. Kadaryono,
lain (janda) atau tanpa bimbingan Satim K., dan S.K. Kariernya seba-
orang tua. Suatu hari Wahyana di- gai pengarang dimulai dari ketika ia
fitnah sehingga ditangkap polisi dan menjadi wartawan. Pada tahun 1950
ditahan. Berkat kejujuran dan ketu- ia ke Surabaya. Setahun kemudian,
lusan hatinya semua kesulitan itu da- oleh Imam Supardi, ia diajak untuk
pat diatasi. Akhirnya, Wahyana ber- bergabung dengan Panjebar Sema-
hasil menjadi wedana. Pengalaman ngat. Ketika tahun 1954 majalah Ke-
hidup Wahyana hampir sama dengan kasihku (majalah khusus sastra yang
cobaan yang dihadapi Ki Kasan terbit sekali sebulan) terbit, Satimpun
Ngali. Dengan demikian, Sastrahar- menjadi pengasuhnya. Sayang, ma-
sana cenderung mengolah masalah- jalah ini tidak berumur panjang. Ta-
masalah sosial untuk memberikan hun 1965, Satim Kadaryono berga-
pesan moral kepada pembaca bahwa bung dengan majalah Jaya Baya dan
cobaan tidak boleh membuat sese- di dalam majalah itu ia menjadi staf
orang putus asa. redaksi.
Novel karya Sastraharsana telah Sebenarnya banyak sudah karya
mendapat tanggapan dari beberapa sastra yang telah ditulis dan dipu-
pemerhati sastra, di antaranya Rass blikasikan oleh Satim Kadaryono.
(1985), Subalinata (1994), dan Wi- Hanya saja, yang paling terkenal dan
dati dkk. (2001). Subalidinata me- istimewa adalah novelnya Timbreng
nyatakan bahwa novel Mrojol Se- (Djojo Bojo, 1994). Dikatakan isti-
laning Garu termasuk novel bertema mewa karena, novel yang semula di-
pendidikan sosial. Berdasarkan per- muat sebagai cerbung di Jaya Baya
soalan yang tertuang dalam kedua tahun 1975 dan kemudian diterbit-
novel tersebut dapat diketahui bah- kan menjadi buku (novel) tahun
wa Raden Sastraharsana memiliki 1994 itu, oleh tim penyeleksi ditetap-
pemikiran yang sejalan dengan pen- kan sebagai peraih hadiah sastra Ran-
didikan modern, seperti pentingnya cage tahun 1995. Hasil karyanya
466 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
yang lain, yaitu novel Sampyuh logi ini terjadi sekitar tahun 1945
(Yogyakarta, 1966), Nelly Jansen sampai dengan awal tahun 1950-an,
(Aneka), Sakuntala (berupa saduran, khususnya yang bersangkut paut de-
Panjebar Semangat, 1951), Jendral ngan masalah moralitas manusia In-
Sudirman (Panjebar Semangat, donesia.
1951), Pandawa Ngenger, Wahyu
Tjakraningrat (Panjebar Semangat), sekar (lihat tembang)
Swarga Ginawe Ayu (1954), Gelung
Setan (1955), Nebus (1955), Jurjen sem
(1957). Cerpen “Cocog” masuk da-
lam Kemandhang (Balai Pustaka, Istilah sem tidak ditemukan da-
1958). lam Bausastra Jawa karya Poerwa-
darminta (1939). Istilah itu hanya da-
satire pat ditemukan di dalam buku tuntun-
an pedalangan atau pewayangan, mi-
Satire adalah sejenis gaya berce- salnya dalam Wahyu Purba Sejati
rita yang mengandung sindiran karya Ki Siswoharsojo (1966). Da-
untuk tujuan estetik dan moral. Sa- lam pengantar buku tersebut dijelas-
tire dalam karya sastra dimaksudkan kan tentang seni pedalangan secara
untuk menimbulkan cemooh, nista, singkat. Dalam penjelasan buku ter-
atau perasaan muak terhadap penya- sebut ditunjukkan 6 hal, yaitu (1)
lahgunaan dan kebodohan manusia renggep, (2) greget, (3) nges, (4)
serta pranatanya. Di samping itu, sa- sem, (5) udanagari, dan (6) tutuk.
tire bertujuan mengoreksi penyele- Jadi, sem adalah unsur keempat yang
wengan dengan jalan mencentuskan harus dikuasai seorang dalang ketika
kemarahan dan tawa bercampur de- ia akan mendalang. Sem ialah kepan-
ngan kecaman dan ketajaman pi- daian atau kemahiran seorang dalang
kiran. Satire sering digunakan di da- dalam menyusun kata-kata atau tin-
lam karya sastra jenis dongeng bi- dak-tanduk—ketika memasuki ade-
natang, misalnya Gulliver’s Travels gan percintaan—yang mampu me-
(1726) karya Swift atau Animal mikat dan mengendalikan emosi pe-
Farms (1945) karya George Orwell. nonton. Ada 4 unsur pokok yang di-
Di dalam sastra Jawa, satire dapat di- anggap sebagai pengendali emosi pe-
ambil contoh lewat karya antologi nonton, yaitu banyol (unsur banyol
yang berjudul Dongeng Sato Kewan itu sejajar dengan cucut), greget,
(1952) karya Priyana Windunata. nges, dan sem. Seorang dalang harus
Dongeng-dongeng yang terangkum mampu menyusun kata-kata pengi-
dalam antologi itu bertujuan ingin kat berbagai jenis emosi, terutama hu-
mencemooh, menista hati, menimbul- mor atau lucu (banyol), tegang atau
kan rasa muak pembaca, dan me- marah (greget), haru atau trenyuh
nyindir terhadap penyalahgunaan (nges), dan rasa erotis atau cinta
sesuatu oleh manusia. Peristiwa-pe- (sem). Pada umumnya, penonton ter-
ristiwa yang disindir di dalam anto- tarik menonton wayang selama se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 467
hari semalam dikarenakan dalang gakan ada yang berupa kata, kelom-
mampu memeras air mata penonton pok kata, wangsalan, dan ekspresi
dengan kemahirannya menyusun ka- onomatopik. Ragam ekspresi ono-
ta-kata yang nges, mampu membuat matopik paling dominan muncul da-
penonton tergelak-gelak dengan ke- lam gendhing garap kethoprakan dan
mahirannya melucu (unsur banyol rambangan (palaran). Misalnya,
sebenarnya dapat disejajarkan de- untuk garap Sinom Kethoprak, de-
ngan cucut), menimbulkan rasa te- ngan buka-celuk larik pertama, des-
gang atau marah dengan kemapuan- kripsi lengkap cakepan baku (cetak
nya menyusun kata-kata yang me- tebal) dan senggakan-nya (cetak mi-
nimbulkan greget atau tegang, dan ring dalam kurung) sebagai berikut.
mampu membangun kepekaan erotik
penonton dengan kepandaiannya me- Nulada laku utama
ngatur sem. (Sing lanang seniman, sing wa-
don seniwati...bandhane nglum-
Wayang ialah salah satu khaza- puk)
nah budaya tradisi Jawa, yang dike- Tumrape wong tanah Jawi
nal sangat baik oleh generasi tua, dan (Ya sing sabar lan aja kesusu,
menjadi bagian dari persepsinya da- sawahe jembar-jembar parine
lam penciptaan cerita panjang atau lemu-lemu)
novel. Dalam disertasinya yang me- Wong Agung ing Ngeksiganda
ngambil objek novel Jawa tahun (Blarak disampirake, omahe ce-
1950-an, Sapardi Djoko Damono me- rak ra ngampirke, ngono ning
lihat kedekatan sebagian struktur aja ngono)
penceritaan (literary devices) novel Panembahan Senapati
Jawa dengan struktur tradisional wa- (Orang-aring, kudu eling sing
yang. Misalnya, dalam penataan la- peparing)
tar tempat dan tokoh dalam novel Kapati hamarsudi
Kembang Kanthil (1957) karya (Gotong royong, gotong royong
Senggono, Jodho kang Pinansthi nyambut gawe, dha rana yuk!)
(1952) karya Sri Hadidjojo, dan Sri Sudanen hana lan napsu
Kuning (1953) karya Hardjowirogo (Loro telu papat lima enem, pa-
terdapat penataan spesifik yang me- rine lemu-lemu, rakyate ayem
ngingatkan pada janturan, gendhing, tentrem, ya ya u...)
banyol, sabet, dan antawacana. Pinesu tapa brata
(Timun sigarane, ayo mbangun
senggakan negarene, ngono ning ja ngono)
Tanapi ing siyang ratri
Senggakan adalah “aspek ver- (Degane kambil ijo, bejane sing
bal” yang dimasukkan ke dalam gen- duwe bojo, nanging aja loro...)
ding tertentu yang sudah baku. Seng- amamung karyenaktyas ing
gakan posisinya berada di sela-sela sasama
cakepan ‘syair’, baik sindhenan
maupun gerongan yang baku. Seng-
468 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Dalam garap palaran atau ram- sus sekolah guru desa, ia banyak ber-
bangan, karena tidak ada patokan gaul dengan kawan-kawannya di as-
bakunya, senggakan yang biasa di- rama yang kebanyakan keturunan
pakai menyesuaikan dengan situasi orang Jawa (yang tinggal di Gading-
atau berdasarkan kesepakatan para rejo). Selain itu, perkenalannya de-
wiraiswara. Ekspresi semacam ho- ngan seorang guru dari Pringsewu
ha i-u-i-u, ha-ho-ha iiu-iu; iwal- yang mengajar di Sekolah Jawa se-
iwul-iwal-iwal-iwet jenang katul makin menambah kegemaran dan
kurang enjet; es cau, dhasar anyep; kemampuannya berbahasa Jawa. Se-
merupakan satuan-satuan ekspresi telah lulus dari CVO, Senggono di-
lingual yang sering digunakan dalam angkat menjadi guru. Sebagai se-
kaitan ini. orang guru ia telah berkali-kali di-
pindahtugaskan di berbagai daerah
senggono (1924—1999) di Lampung sejak zaman Belanda,
Jepang, dan Kemerdekaan. Hanya
Senggono sebenarnya bukanlah saja, meskipun ketika itu telah men-
pengarang yang lahir di Jawa, me- jadi guru dan memiliki kemampuan
lainkan di Kotabumi, Lampung Uta- berbahasa Jawa, ia belum tergerak
ra, pada 24 Juni 1924. Hanya saja, untuk mengembangkan bakatnya di
karena ia hidup dan dibesarkan di bidang penulisan kreatif (mengarang
dalam lingkungan keluarga Jawa– sastra).
orang tuanya berasal dari Purworejo,
Jawa Tengah, yang pada zaman pen- Barulah ketika tahun 1951 pin-
jajahan Belanda bekerja sebagai man- dah ke Jakarta dan bekerja di Balai
dor jalan di Lampung—Senggono Pustaka, Senggono mulai aktif dan
pandai membaca dan menulis baik kreatif menulis dan mempublikasi-
huruf Latin maupun Jawa. Kepan- kan karya sastranya, baik Indonesia
daiannya itu tidak lain karena sejak maupun Jawa. Hal itu tidak lain dise-
kecil ia diajari membaca dan menulis babkan di Balai Pustaka ia bertemu
oleh ayahnya (Sumo Sedono); dan dan bahkan menjadi staf Hardjowi-
bukan suatu kebetulan ketika itu rogo (keturunan Ki Padmosusastro),
orang tuanya berlangganan majalah seorang ahli bahasa dan sastra Jawa.
berbahasa Jawa seperti Kajawen dan Pada tahun 1958, misalnya, Senggo-
Panjebar Semangat. Oleh sebab itu, no telah menulis dan menerbitkan no-
ketika masih sekolah di Vervolgschool vel Jawa berjudul Kembang Kanthil
ia sudah memiliki hobi membaca ber- (Balai Pustaka, 1958). Novel yang
bagai macam majalah, termasuk ma- terdiri atas 10 bagian ini berbicara
jalah berbahasa Jawa. tentang demokrasi di pedesaan, ke-
jahatan, takhayul, dan dibumbui de-
Kepandaian dan kelancarannya ngan percintaan. Selain itu, ia juga
berbahasa Jawa semakin hari sema- menulis dan menerbitkan cerita ber-
kin meningkat karena pada saat me- sambung dalam majalah berbahasa
nempuh pendidikan di CVO (Cursus Jawa, di antaranya “Wahyu saka Ku-
voor Volks Onderwizers), yakni kur-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 469
bur”, “Nunggu Idah”, dan “Isih Ana pa, dan Kisah Seruas Bambu. Ka-
Lintang”. Di dalam karangan-ka- rangan-karangan ini disiarkan mela-
rangan ini Senggono menggunakan lui berbagai media massa seperti Me-
nama samaran Seng Go Nio. dan Bahasa, Pembimbing dan Pem-
baca, Taruna, dan Pustaka dan Bu-
Pada tahun yang sama Senggono daya; sedangkan karangan lain yang
juga menyusun dan menerbitkan an- berbahasa Jawa disiarkan melalui
tologi cerpen (cerkak) berjudul Ke- majalah Jaya Baya, Panjebar Sema-
mandhang (Balai Pustaka, 1958). ngat, Mekar Sari, Crita Cekak, dan
Buku antologi ini memuat 17 buah Waspada. Hanya sayangnya, masa
cerpen yang ditulis oleh 14 cerpenis. kreatif Senggono mulai surut karena
Barangkali, antologi Kemandhang sejak tahun 1964 ia keluar dari Balai
ini dapat dikatakan memiliki kedu- Pustaka dan pulang ke Lampung,
dukan yang setaraf dengan antologi termasuk keluarga mertua yang di-
Gema Tanah Air susunan H.B. Jas- ajak serta tinggal di Lampung. Di
sin. Adapun cerpen yang dimuat da- Lampung (Tanjungkarang) Senggo-
lam Kemandhang, yaitu (1) “Eman no kemudian bekerja di Jawatan Pe-
Dhik Aku wis Duwe” karya Argarini, nerangan Kabupaten Lampung Se-
(2) “Sssst … Aja Kandha-Kandha” latan yang kantornya berada di kota
karya Any Asmara, (3) “Bali” karya Telukbetung. Di Jawatan Penerang-
Basuki Rachmat, (4) “Nglari Endah an itu ia menduduki jabatan sebagai
Swasana” karya Dwi Prasojo S., (5) Kepala Bagian Pers dan Publisitas.
“Marga Godhaning Sripanggung” Beberapa tahun kemudian, ia pindah
karya Hadi Kaswadi, (6) “Anak Ku- ke Direktorat Pembangunan Masya-
walon” karya Liamsi, (7) “Klebu rakat Desa Propinsi Lampung seba-
Gelar” karya Liamsi, (8) “Layange gai Kepala Bagian Tata Usaha hing-
Jenate Dhik Ar” karya R. Nugroho, ga pensiun tahun 1980.
(9) “Wekasane Krisis” karya Poer-
wadhie Atmodihardjo, (10) “Co- Sejak pensiun Senggono tidak be-
cog?” karya Satim Kadaryono, (11) gitu aktif menulis karya sastra. Oleh
“Dina Bakda Nggawa Beja” karya karena itu, sampai dengan istrinya
Subagijo I.N., (12) “Woh Kuldi” kar- (Suwarti) mengirim kartu pos ke-
ya Soekandar S.G., (13) “Wusanane pada Subagijo I.N. tahun 1999 yang
Kajodheran” karya Soemarno, (14) berisi berita duka atas meninggalnya
“Bengi ing Pinggir Kali” karya St. suaminya (Senggono) (lihat Jaya Ba-
Iesmaniasita, (15) “Swaraning Ke- ya, 1 Agustus 1999), jarang dijum-
capi” karya St. Iesmaniasita, (16) pai karya-karya Senggono. Senggo-
“Pungkasaning Aku kang Menang” no meninggal pada hari Selasa, 29
karya Ny. Nugroho, dan (17) “Dhom- Juni 1999, pukul 19.20 WIB, dima-
pet” karya Ny. Sugroho. kamkan di TPU Kebun Jahe, Rabu,
30 Juni 1999, dalam usia 75 tahun.
Sementara itu, karyanya yang Di akhir hayatnya ia meninggalkan
berbahasa Indonesia, antara lain Aji seorang istri dan delapan orang anak.
Saka, Empu Mang Ismail, Empu Su-
470 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
sengkalan Secara ringkas watak kata-kata
itu dapat disatukan dalam sebuah
Sengkalan adalah angka tahun tembang seperti berikut ini.
yang tidak ditampilkan dalam bentuk
angka tetapi diganti dengan kata-ka- DHANDHANGGULA
ta atau gambar. Kalau angka tahun
itu diganti dengan kata-kata, seng- Janma buweng wani tunggal,
kalannya disebut sengkalan lamba. Gustipanganten dwi akekan-
Sebaliknya, jika diganti dengan gam- then asta,
bar, sengkalannya disebut sengkalan gegeni putri katlune,
memet. Kata-kata yang digunakan papat agawe banyu,
dalam sengkalan atau kronogram itu buta lima amanah angin,
mempunyai watak bilangan tertentu. sad rasa kayu obah,
Secara rinci watak bilangan dalam wiku pitweng gunung,
kata-kata dapat dideskripsikan se- gajah wewolu rumangkang,
bagai berikut. dewa sanga anggeganda terus
Watak satu : nama barang atau ben- manjing,
dhuwur wiyat tanpa das.
da yang jumlahnya hanya satu,
benda yang berbentuk bulat, dan ‘Manusia bulat berani tunggal
manusia. Gusti
Watak dua : barang atau benda yang pengantin berdua bergandeng
jumlahnya pasti dua buah. tangan
Watak tiga : api dan barang atau ben- menyalakan api putri ketiganya
da yang berkaitan dengan api. empat membuat air
Watak empat : air, kata-kata yang ber- lima raksasa memanah angin
makna “membuat”, dan benda- enam rasa kayu bergoyang
benda yang berisi air. pendeta tujuh gunung
Watak lima : raksasa, panah, dan delapan gajah merangkak
angin. sembilan dewa mencium terus
Watak enam : sebutan untuk rasa, masuk
kata-kata yang mengandung langit tinggi kosong.’
makna “gerak” dan “kayu”, ser-
ta nama binatang insek. Contoh sengkalan:
Watak tujuh : gunung, pendeta, naik, Sirna (0) Ilang (0) Kertaning
dan kuda. (4) Bumi (1) = tahun 1400 (pe-
Watak delapan : gajah dan reptil. nyusunan angka dilakukan dari
Watak Sembilan : dewa dan barang belangkang ke depan).
atau benda-benda yang dianggap Wiwara (9) katon (2) kembar (2)
berlubang. = tahun 229
Watak kosong : kata-kata yang me- Putri (3) tata (5) trus (9) ma-
ngandung makna “tidak ada”, la- nunggil (1) = tahun 1953
ngit, dan tinggi.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 471
serat menak Pakualaman, nomer 0020). Serat
Menak versi R. Ng. Yasadipura ter-
Serat Menak adalah karya sastra bagi dalam episode-episode yang se-
jenis wiracarita keislaman. Serat akan-akan episode-episode tersebut
Menak dalam khazanah sastra Jawa menjadi lakon-lakon yang berdiri sen-
kebanyakan merupakan hasil resepsi diri, misalnya Menak Sarasehas, Me-
dan transformasi dari kesusasteraan nak Lare, Menak Jobin, Menak Me-
Melayu. Misalnya, Hikayat Amir sit, Menak Kanjun, Menak Sathit,
Hamzah digubah menjadi Serat Menak Balnggi (Gulangge), Menak
Menak oleh R. Ng. Yasadipura. Di Jamin Ambar, dan sebagainya. Serat
samping itu, jalan cerita antara Hi- Menak versi Yogyakarta tidak ter-
kayat Amir Hamzah dan Serat Me- bagi dalam episode-episode dan me-
nak sejajar. Oleh karena ada kemi- rupakan sebuah buku yang utuh.
ripannya dengan Satra Panji yang po-
puler, karya Sastra Menak dapat ter- sinom
sebar luas di masyarakat. Sampai sa-
at ini, nama para tokoh Sastra Me- Sinom adalah nama salah satu
nak masih dipakai sebagai nama diri, jenis tembang macapat. Kata sinom
misalnya Rustam, Ambyah, Rusda- secara harafiah berarti (1) pucuk da-
rundiyo, Kusniyo, dan sebagainya. un muda, dan (2) daun asam yang
Bahkan, diYogyakarta ada jalan yang masih muda. Kedua makna tersebut
bernama tokoh menak, yaitu Jalan menandai keadaan usia muda. Tem-
Kalisahak dan Sekardwijak (tokoh bang Sinom berwatak ceria, ramah,
kuda). Sastra Menak menjadi popu- dan menyenangkan. Oleh karena itu,
ler karena juga ditampilkan dalam jenis tembang tersebut lebih tepat
wayang golek yang melakonkan ki- untuk berdialog secara bersahabat,
sah-kisah Menak. Bahkan, kisah Me- untuk melahirkan cinta kasih, dan
nak juga populer sebagai pertunjuk- untuk menyampaikan amanat atau
an rakyat, misalnya lewat tradisi nasihat. Tembang Sinom sebagaima-
mbarang ‘mengamen’ yang kemu- na halnya tembang macapat lainnya
dian dikenal dengan nama wong terikat oleh guru gatra, guru wila-
mbarang jemblung. Jemblung ada- ngan, dan guru lagu. Perwujudan
lah nama tokoh dalam Sastra Me- struktur tembang Sinom itu dapat di-
nak. Di samping itu, pengamen Le- deskripsikan sebagai berikut ini: 8 –
dhek Kethek kadang-kadang me- a, 8 - i, 8 - a, 8 - i, 7 - i, 8 - u, 7 - a,
mainkan lakon Menak. 8 - i, 12 – a.
Contoh:
Serat Menak dibagi menjadi dua
versi, yaitu versi Surakarta dan Yog- SINOM
yakarta. Versi Surakarta tampak Lamun sira paksa nulad
dalam karya-karya R. Ng. Yasadi- tuladhaning Kangjeng Nabi
pura, sedangkan versi Yogyakarta O, ngger kadohan panjangka
terdapat dalam naskah yang berjudul watake tan betah kaki
Serat Sujarah Darma (Koleksi Pura sarehne sira Jawi
472 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
sathithik wae wus cukup sejak sekolah memiliki kegemaran
awya guru aleman membaca dan olah raga ini mengaku
nelad khas ngeplegi pekih bahwa ia mengarang dengan belajar
lamun pengkuh pangangkah sendiri secara otodidak. Meskipun
yekti karahmat. kini tidak lagi produktif, karena ma-
sa produktifnya terjadi sekitar tahun
‘Seandainya engkau harus me- 1980 hingga 1996, ia ingin tetap te-
niru rus mengarang/menulis karena me-
teladan Kanjeng Nabi nulis baginya sudah menjadi hobi.
Oh Nak, terlalu jauh Bahkan, ia –yang masih bersaudara
biasanya tidak mampu dengan Titah Rahayu ini—selalu
oleh karena engkau orang Jawa ingin menjadi penulis yang baik.
sedikit saja sudah cukup
tidak usah gila pujian Selama menjadi pengarang Sita
dapat meniru persis fikih T. Sita telah mempublikasikan kar-
jika kuat dalam kemauan nis- ya-karyanya ke berbagai majalah
caya memperoleh rahmat.’ dan koran, baik berbahasa Jawa (Ja-
ya Baya, Panjebar Semangat, Dja-
sita t. sita (1958—) ka Lodang, Mekar Sari, Parikesit,
dan Jawa Anyar) maupun berbahasa
Nama aslinya Sudjilah. Nama Indonesia (Semeru, Mingguan Gu-
Sita T. Sita digunakan dalam karang- ru, Karya Darma, dll.). Beberapa
an-karangannya. Ia lahir di Treng- karya pengarang wanita yang kini
galek, Jawa Timur, 8 Mei 1958. Pen- tinggal di Jalan Melati 12, Bendorejo
didikan formal yang telah dilaluinya: 16/08, Pogalan, Trenggalek, Jawa
SD Bendorejo (lulus 1970), SMP Po- Timur ini, ialah berikut. Karya-kar-
galan (lulus 1973), SMEATrengga- yanya yang ditulis dalam bahasa In-
lek, Jurusan Tata Buku (lulus 1976), donesia, antara lain, “Sepercik Ke-
dan S-1 Jurusan PMPKN IKIP PGRI sadaran” (Mingguan Guru, 1980),
Trenggalek (lulus 1999). Sementara “Harapan di Pulau Seberang” (Kar-
itu, di samping mengarang, ia memi- ya Darma, 1981), “Murungnya Anak
liki pekerjaan tetap. Pertama, sejak Haram” (Karya Darma, 1983), “Di
tahun 1981 ia menjadi staf Tata Usa- Antara Dua Wanita” (Semeru, 1992),
ha di SMP 1 Pogalan hingga tahun dan masih banyak lagi.
2000. Tahun 2000 hingga 2002 ia di-
angkat sebagai Kepala Urusan Tata Sementara itu, karya-karyanya
Usaha SMP 2 Pogalan. Terakhir, ka- yang ditulis dan dimuat dalam maja-
rena seorang sarjana, ia beralih tugas lah Jaya Baya, antara lain, “Sandi-
menjadi guru SMP 3 Karangan, wara” (1979), “Tamu”, “Primado-
Trenggalek. na”, “Kepilut Gebyar” (1990), “Nyo-
nya Aspri” (1995), “Kaca Pangilon”
Sita T. Sita mulai mengarang (1996), dan lain-lain. Karya yang di-
sekitar tahun 1979, tidak hanya da- muat di majalah Panjebar Semangat,
lam bahasa Jawa, tetapi juga dalam antara lain, “Maratuwa” (1979),
bahasa Indonesia. Pengarang yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 473
“Wuwu”, “Pamothahe Bapak” mengikuti perkembangan yang ter-
(1992), dan “Ketlikung Tali Wuyung” jadi atas ketidakadilan yang menim-
(1994). Sedangkan karya yang di- pa perempuan. Karena itu, ia pun ba-
muat majalah Djaka Lodang, antara nyak menulis cerkak dengan tema
lain, “Frustasi” (1980), “Dalan Iku yang bernada “membela perempu-
sing Dipilih” (1981) dan “Mleset sa- an”. Selain itu, hal yang hampir tak
ka Angen-Angen”. Dalam Parikesit pernah dilewatkan oleh pengarang
dimuat pula karyanya “Impene Bo- yang sering menggunakan nama sa-
cah Angon” (1981), “Sacuwil Pa- maran Ammi EN ini adalah mende-
ngarep-Arep”, “Kasetyan” (1982), ngarkan siaran pembacaan buku
dan lain-lain. Dalam Mekar Sari dan oleh Abbas CH di Radio Reco Bun-
Putera Kita, antara lain, dimuat kar- tung Yogyakarta.
yanya “Salah Alamat”, “Pilihane
Ibu”, “Calon Maratuwa”, “Endah- Di antara sejumlah karya Siti
ing Katresnan, Paiting Kanyatan”, Aminah yang telah terbit, yaitu cer-
dan “Jaka Pekik”. Karya berjudul pen “Adhi” (Jaya Baya, 16 April
“Esem Pangapura” dan “Warisan” 1997), “Arjuna” (Djaka Lodang, 18
dimuat dalam Jawa Anyar (1993) Oktober 1997), “Bali” (Jaya Baya,
dan Tilik Desa (1991). 29 Maret 1998), “Bintang Tobong”
(Jaya Baya, 12 Januari 1997), “Bu-
siti aminah (1972—) ron” (Penjebar Semangat, 16 Maret
1998), “Cecak” (Jaya Baya, 4 Mei
Siti Aminah lahir di Yogyakarta 1997), “Dhudha” (Jaya Baya, 9 Juni
pada 4 Oktober 1972. Saat ini ber- 1996), “Gegayuhan-Gegayuhan
sama suami dan anaknya—termasuk Iku” (Jaya Baya, 14 April 1996),
orang tuanya— tinggal di Bener TR “Kebacut” (Penjebar Semangat, 28
IV/97, Yogyakarta. Ayahnya berna- September 1996), “Mantu” (Djaka
ma Yusuf dan ibunya bernama Ro- Lodang, 27 Agustus 1996), “Mbe-
liyah. Siti Aminah berasal dari ke- dal” (Djaka Lodang, 14 Juli 1997),
luarga yang memiliki jiwa wira- “Nglangut” (Jaya Baya, 11 Februari
swasta. Pendidikan dasar, menengah, 1996), “Pacoban” (Djaka Lodang,
dan tinggi ditempuh di kota Yog- 25 Oktober 1997), “Pesugihan” (Ja-
yakarta. Sejak 1997 SitiAminah be- ya Baya, 1 Juni 1997), “Randha”
kerja di LSM Rifka Annisa Yogya- (Penjebar Semangat, 12April 1997),
karta. “Rasa” (Penjebar Semangat, 17
Agustus 1996), “Sapatemon “ (Jaya
Siti Aminah mulai menulis sas- Baya, 10 Mei 1998), “Saumpama”
tra Jawa pada tahun 1993. Puisi dan (Penjebar Semangat, 7 Maret 1998),
cerpen berbahasa Jawa karyanya ter- “Tamu” (Penjebar Semangat, 5 Ok-
sebar di berbagai majalah, terutama tober 1996), “Tukang Kebon” (Djaka
Djaka Lodang (Yogyakarta), Jaya Lodang, 9 Agustus 1997), “Uwal”
Baya, dan Panjebar Semangat (Su- (Penjebar Semangat, 9 Agustus
rabaya). Setelah terlibat aktif di Lem-
baga Rifka Annisa, ia aktif pula