24 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dan “Kadiparan” dimuat juga dalam kidul (Yogyakarta), lulusan SMEA,
antologi Lintang-lintang Abyor yang lari dari rumahnya karena me-
(1983) susunan Susatyo Darnawi. nolak dinikahkan oleh orang tuanya.
Setiba di Yogyakarta dia bingung, ti-
antawacana dak mempunyai tujuan yang pasti.
Karena takut akan terkejar orang
Gaya bertutur kata yang diten- tuanya, ia langsung naik bis yang
tukan oleh perbedaan pribadi, jenis menuju Bandung. Setiba di setasiun
kelamin, watak, pembawaan, ke- bis Bandung, ia kembali bingung un-
biasaan, dan suasana pada awal se- tuk menentukan tujuan selanjutnya
seorang atau tokoh ketika bertutur karena sesungguhnya ia belum per-
kata. Dalam pewayangan, antawa- nah pergi sendiri sejauh itu. Di te-
cana yang baik dapat menciptakan ngah ketakutan dan kebingungannya
suasana pertunjukan menjadi (1) me- itu, ia memberanikan diri bertanya
narik, (2) jalan cerita mudah diikuti, kepada seorang wanita muda apakah
(3) tidak menimbulkan salah penger- dia tahu ada tempat/keluarga yang
tian, (4) masalah pokok dalam cerita memerlukan pembantu rumah
mudah dicerna, (5) tidak membosan- tangga. Ia menyembunyikan identi-
kan, dan (6) mudah dituturulangkan tas dirinya dan sebabnya ia mengem-
yang sudah didengar oleh si penutur. bara sampai di Bogor. Indiah menga-
ku bahwa namanya Irah. Wanita mu-
anteping tekad da itu iba kepadanya, lalu diajaknya
dia pulang. Irah bekerja dengan baik
Novel Anteping Tekad ditulis di majikan barunya itu, dan dia me-
oleh Ag. Suharti (1975). Novelis ini nunjukkan sikap yang sangat berbe-
lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 da dari sikap pembantu muda pada
September 1920. Novelis Ag. Suhar- umumnya. Pada kisah selanjutnya,
ti itu termasuk pengarang sastra Ja- Irah berganti majikan, yaitu keluarga
wa modern generasi kedua, atau me- Sutarno, di Bogor, yang mempunyai
nurut Suripan Sadi Hutomo terma- adik laki-laki, Ir. Sundoro, lulusan
suk pengarang “Periode Sastra Ma- fakultas pertanian IPB. Secara ter-
jalah” (tahun 1945—1966). Akan te- sembunyi, pemuda itu mencintai
tapi, bila dilihat dari usia pengarang Irah, pembantunya yang masih muda
(lahir tahun 1920), karyanya terma- itu. Terlebih setelah ia tahu bahwa
suk karya Periode Balai Pustaka, Irah sebenarnya gadis terpelajar dari
atau “Periode Perkembangan Be- Wonosari, yang lari dari rumah ka-
bas”. rena dipaksa kawin. Nama Irah itu
sebenarnya Indiah. Cinta Sundoro
Novel Antepe Tekad (1975) ada- itu disambut oleh Irah karena sebe-
lah novel Ag. Suharti yang pertama, narnya Irah juga menyayangi tuan
diterbitkan oleh Balai Pustaka, Ja- mudanya itu. Namun, kenyataan me-
karta, dengan tebal halaman 219 ha- nunjukkan hal lain. Pertama, Ir. Sun-
laman, bernomor kode terbit BP
2457. Novel ini bercerita tentang se-
orang gadis (Indiah) dari Gunung-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 25
doro sudah lama dijodohkan oleh ke- bahwa novel tersebut “terlambat”
luarganya dengan gadis pilihan ke- terbit karena dari sudut tahun lahir
luarga, Utami. Meskipun demikian, pengarang dan gaya berceritanya
kehadiran Irah atau Indiah di rumah tentang percintaan dua pemuda-pe-
itu menggoyangkan kesetiaan Sun- mudi di dalamnya. Namun, menurut
doro kepada Utami, bahkan ia ham- Prihatmi selanjutnya, novel itu tetap
pir menolak pernikahannya dengan menarik bila dilihat dari sudut pan-
gadis itu, tetapi ditolak Indiah. Ga- dang penataan penokohan dan alur
dis itu mengalah demi keutuhan ke- cerita.
luarga Sutarno. Indiah atau Irah pa-
mit meninggalkan rumah keluarga Dari sudut penokohan, Anteping
Sutarno setelah ia menulis surat ke- Tekad memiliki kekhususan, yaitu
pada Sundoro yang dititipkannya sama sekali tidak menggunakan to-
kepada Ny. Sutarno. Kota yang se- koh jahat. Tokoh-tokoh antagonis ti-
lanjutnya dituju Indiah ialah Yogya- dak ada yang melakukan tindak keja-
karta, langsung ke rumah orang tua- hatan terhadap protagonist. Penga-
nya. Selanjutnya, ia minta izin orang rang mampu mengembangkan wa-
tuanya untuk pergi ke Jakarta, lang- tak-watak putih para tokohnya de-
sung menuju rumah keluarga dr. Su- ngan indah. Novel ini menunjukkan
joko, alamat yang menawarinya be- karya perempuan yang njawani, pa-
kerja. Di tempatnya yang baru itu, da penataan alur, terlihat dari keha-
Indiah bertemu dengan Suparno, diran watak-watak putih yang senga-
adik dr. Sujoko, seorang mahasiswa ja dihadirkan untuk menciptakan te-
yang baru pulang dari luar negeri. gangan (suspense) yang spesifik,
Indiah bertemu lagi dengan Ir. Sun- tanpa kekerasan fisikal, seperti yang
doro di air port Kemayoran, ketika seringkali terjadi pada novel pada
dia dan istrinya berangkat ke luar ne- umumnya.
geri, sementara saat itu Indiah meng-
hantar dr. Sujoko untuk ke luar ne- any asmara (1913—1990)
geri, mengambil spesialisnya. Pada
waktu yang agak panjang, terjadi be- Any Asmara lahir di Banjarne-
berapa peristiwa penting, yaitu Uta- gara pada tanggal 13 Agustus 1913.
mi meninggal di luar negeri. Pada Ayahnya meninggal saat ia masih da-
akhir cerita, Indiah jadi menjadi Ny. lam kandungan. Sejak kecil AnyAs-
Ir. Sundoro, setelah Sundoro pulang mara bekerja keras untuk meringan-
dan bertemu kembali dengan Indiah kan beban orang tua (yang kurang
di rumah pondokannya, diYogyakarta. mampu). Ketika mulai sekolah, Any
Asmara kecil (Achmad Ngubaeni)
Novel Anteping Tekad dianggap sudah tertarik pada dunia pakeliran.
penting, yang dibuktikan dari tang- Kalau ada orang menanggap wayang
gapan Th. Sri Rahayu Prihatmi pada (di mana pun tempatnya), ia pasti
tahun 1978 di harian Kompas. Da- menonton. Karena itu, sejak kecil ia
lam tanggapannya itu disebutkan sudah pandai mendalang dan sering
memainkan wayang kardus. Waktu
26 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
kelas lima SD, Achmad Ngubaeni Setelah toko dan persewaan bu-
meninggalkan kampung halaman- ku maju pesat, timbul gagasan Ach-
nya, Banjarnegara, pindah ke Pur- mad Nguabeni untuk menjadi pe-
bolinggo ikut saudara untuk mene- ngarang. Keinginan itu sebenarnya
ruskan sekolah karena orang tuanya sudah tumbuh sejak ia berjualan bu-
tidak mampu lagi membiayai. Di ku bekas di Pasar Beringharjo. Ach-
Purbolinggo Achmad Ngubanei ha- mad Ngubaeni lalu coba-coba menu-
nya setahun (menamatkan SD). Se- lis cerita anak (wacan bocah), kemu-
telah itu ia kembali ke Banjarnegara. dian dikirim ke Taman Bocah dan
Kejawen di Batavia Centrum (Ja-
Achmad Ngubaeni tidak melan- karta) dengan nama ANY (singkatan
jutkan sekolah yang lebih tinggi ka- dari Achmad Ngubaeni). Karangan
rena tidak ada biaya. Ia kemudian tersebut ternyata dimuat, hal itu me-
berpindah-pindah ikut saudara, me- macu semangat Any untuk menjadi
lakukan berbagai macam pekerjaan pengarang. Ketika Taman Bocah
untuk menyambung hidup. Pernah mengadakan sayembara mengarang,
bekerja di pabrik setrup (sirup) Se- Any ikut serta dan keluar sebagai
marang, menjadi pedagang keliling juara pertama, berhak mendapatkan
barang-barang imitasi dan membuat hadiah buku-buku seharga f25,00.
papan reklame (1931). Pada saat be- Selanjutnya, ia diminta mengasuh
rikutnya ia diminta menjaga toko bu- rubrik Taman Bocah dan namanya
ku milik pamannya di Yogyakarta. disamarkan dengan “Bu Mar”. Ke-
Dari sini timbul niat Achmad Ngu- yakinannya untuk menjadi penga-
baeni membuka usaha toko buku rang semakin tebal. Ia kemudian mu-
sendiri. Karena modalnya hanya se- lai menulis cerkak dan dikirimkan ke
dikit (itu pun atas kebaikan hati pa- salah satu majalah, tetapi ditolak.
mannya) ia hanya dapat membuka Any tidak putus asa, ia terus menu-
toko buku bekas di (pasar) Bering- lis, dan akhirnya cerkak-nya dimuat
harjo, Yogyakarta. Setelah berjalan oleh majalah mingguan Espres, Su-
sekitar setengah tahun, timbul gagas- rabaya.
an untuk membuka tempat persewa-
an buku di Sosrowijayan, Yogyakar- Pada tahun 1933, meski nama-
ta, dengan mengumpulkan buku-bu- nya sebagai pengarang belum dike-
ku bekas. Persewaan buku ini ter- nal, ia dapat membuat cerita panjang
nyata maju pesat. Dalam waktu ti- (cerbung) dengan judul “Ngoho Ma-
dak sampai satu tahun, tempat perse- taram”. Oleh redaktur Panjebar Se-
waan telah berubah menjadi toko bu- mangat judul tersebut diganti men-
ku dengan nama Boekhandel Trisi- jadi “Grombolan Hantu Malam” dan
rah, beralamat di Jalan Sosrowijayan setelah dijadikan buku judulnya di-
68, Yogyakarta. Toko buku ini selain ganti lagi menjadi Grombolan Ga-
menyewakan buku bekas juga men- gak Mataram (cerita ini pernah men-
jual buku-buku baru dan berbagai jadi polemik karena dianggap
macam majalah. jiplakan cerita Ngulandara. Tahun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 27
1934, ia membuat cerita panjang de- Yogyakarta. Ia juga sering memban-
ngan judul “Intarti”, meski belum tu pengarang-pengarang muda agar
sempat diterbitkan. Baru pada tahun karangannya terbit.
1961 cerita itu dicetak dalam bentuk
buku dan judulnya diganti menjadi Konon sebelum tahun 1966 Any
Anteping Wanita oleh PT Jaker Yog- Asmara telah menerbitkan tidak ku-
yakarta. rang dari 70 novel dan 750 cerpen.
Beberapa di antara novel(roman)nya
Tahun 1950-an nama Any As- itu ialah Grombolan Gagak Mata-
mara mulai berkibar. Karya-karya- ram (1954), Gandrung Putri Sala
nya banyak menghiasi majalah-ma- (1962), Korbaning Katresnan
jalah berbahasa Jawa, seperti Keka- (1962), Grombolan Nomer 13
sihku, Crita Cekak, Pustaka Roman, (1963), Panglipur Wuyung (1963),
Panjebar Semangat, dan Jaya Baya. Anteping Tekad (1964), Donyaning
Selain itu, karyanya yang berupa bu- Peteng (1964), Kumandhanging Ka-
ku sering dibacakan di RRI Yogya- tresnan (1964), Pangurbanan
karta, Sala, dan Semarang. Tahun (1964), Peteng Lelimengan (1964),
1957 ketika majalah Mekar Sari la- Tangise Kenya Ayu (1964), Lelewane
hir, nama AnyAsmara tercatat seba- Putri Sala (1965), dan masih banyak
gai pembantu tetap (status ini dipe- lagi.
gang hingga akhir hayatnya pada ta-
hun 1990). Hadirnya majalah-maja- Setelah peristiwa G30S/PKI,
lah baru seperti Waspada, Djaka Lo- bacaan berbahasa Jawa mengalami
dang, Panglipur Wuyung, Gumre- stagnasi. Meskipun demikian, Any
gah, Dharma Kandha, Kumandang, Asmara terus berkarya walaupun ti-
dan Kunthi, merupakan lahan bagi dak seproduktif seperti sebelumnya.
Any Asmara. Pada masa sesudah tahun 1966 (Or-
de Baru) itu dari tangannya telah la-
Tahun 1961—1965 merupakan hir sekitar 20 novel, baik diterbitkan
tahun emas bagiAnyAsmara karena oleh penerbit miliknya sendiri di
hampir setiap bulan ia dapat mener- Yogyakarta maupun oleh penerbit
bitkan buku bacaan berbahasa Jawa lain di Surabaya dan Surakarta. Be-
(novel pendek/ saku). Hal ini terjadi berapa di antaranya ialah Duraka
karena di samping sebagai penulis, (1966), Kraman (1966), Kumandha-
Any Asmara juga memiliki penerbit nging Dwikora (1966), Maju Terus
sendiri (CV Dua “A”) di Yogyakarta, Sutik Mundur (1966), Nyaiku (1966),
dan memiliki kemampuan memasar- Pangurbanan (1966), Sssst ... Aja
kan sendiri karya-karyanya. Karena Kandha-Kandha (1966), Ambyar
banyak karyanya yang terbit, ia se- Sadurunge Mekar (1967), Tangise
ring menggunakan nama samaran: Kenya Ayu (1967), Panggodhaning
Bu Mar dan MbakAny. Penghasilan Iblis (1967), Singalodra (1968), Sri
dari kerja kerasnya ini dipergunakan Panggung Maerakaca (1968), Tekek
untuk membangun rumah yang cu- Kok Lorek (1968), Tante Lies (1969),
kup besar di kampung Tegalmulyo, Tetesing Waspa (1969), Jagade Wis
28 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Peteng (1970), Ni Wungkuk (1970), nulis antara tahun 1960—1966 (atau
Tatiek Indriani Putri Sala (1972), Te- hingga akhir tahun 1960-an). Penga-
lik Sandi (1974), dan Tilas Buwang- rang itu masuk dalam “Angkatan Pe-
an Nusa Kambangan (1976). nerus”, bersama-sama nama-nama
seperti J.F.X. Hoery, Sudarmo K.D.,
Hanya saja, jika dibandingkan Widi Widayat,Ani Sumarni, dan lain-
dengan karya yang ditulis sebelum lain.
tahun 1966, corak karya Any Asma-
ra pada masa sesudah 1966 tidak ba- ardian syamsuddin (1955—)
nyak mengalami perubahan; sebagi-
an besar tetap bercirikan roman Ardian Syamsuddin dilahirkan
panglipur wuyung. Sejauh dapat di- pada tanggal 19 Januari 1955, di De-
amati, AnyAsmara tidak pernah me- sa Kebonsari, Madiun. Mulai me-
nulis puisi (guritan). Dan Any As- ngarang sejak tahun 1972 ketika
mara menghabiskan masa tuanya di ArswendoAtmowiloto mengadakan
pinggiran kota Sala dan tidak pernah Bengkel Sastra Jawa Angkatan ke-
pindah-pindah sampai dipanggil 2. Berkat bengkel dan kegigihannya
Tuhan (1990). untuk menjadi pengarang, pada ta-
hun tersebut ia berhasil memenangi
any widayati Sayembara Mengarang Crita Cekak
dan Geguritan yang diselenggarakan
Nama Any Widayati adalah na- oleh Pusat Kesenian Jawa Tengah
ma seorang samaran Drs. Soetarno, (PKJT) sebagai juara pertama lewat
seorang penulis sastra panglipur wu- karyanya yang berjudul Nresnani
yung. Penyamaran itu ditandai oleh Andheng-Andheng.
sebuah karya fiksi (novelet) berjudul
Panalangsa (1966) karya Drs. Soe- Sejak kemenangannya itu,Ardian
tarno. Buku dengan judul yang sa- memutuskan diri untuk pindah tempat
ma (Panalangsa) dan dengan gam- tinggal di Sala. Di kota itu ia semakin
bar sampul yang sama pula, ternyata aktif menulis dalam bahasa Jawa. Pa-
nama pengarangnya bukan lagi Drs. da tahun 1973, ia meraih juara kedua
Soetarno, tetapi tertulis nama Any pada lomba yang sama yang diseleng-
Widayati. Penggantian nama penga- garakan oleh PKJT lewat karyanya
rang tersebut ada beberapa tujuan, yang berjudul Wengi Pungkasan.Ar-
antara lain, untuk variasi nama agar dian tidak kerasan tinggal di Sala.
pembaca tidak bosan hanya dengan Oleh karena itu, ia lalu pindah ke Ja-
beberapa nama dominan, atau untuk karta. Di Jakarta ia membantu Susilo-
tujuan ekonomi, agar buku itu laku. murti untuk mengelola koran berba-
hasa Jawa Kumandhang sebagai re-
Drs. Soetarno atau Any Wida- daktur sekaligus penulis crita cekak
yati lahir di Nganjuk tahun 1943. dan geguritan.
Berdasarkan periodisasi yang disu-
sun oleh Suripan Sadi Hutomo, ia Barangkali sudah menjadi gaya
termasuk kelompok pengarang hidupnya, Ardian Syamsuddin pun
“Angkatan Penerus”, yang aktif me- keluar dari Kumandhang dan pergi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 29
meninggalkan Jakarta. Sejak saat itu (lulus 1976) di Ngunut, dan SMEA
(1977) ia tidak aktif lagi menulis da- (lulus 1979) di Tulungagung, Jawa
lam bahasa Jawa. Berdasarkan data Timur. Karier kepengarangannya
yang ada, karya-karya Ardian sudah tumbuh sejak SMP, yaitu mulai de-
dipublikasikan di Dharma Nyata, ngan menulis puisi. Menulis cerpen
Dharma Kandha, dan Kumandhang. dilakukan ketika ia belajar di SMEA.
Selain menulis dalam bahasa Jawa, Cerpen (cerkak) pertamanya berju-
Ardian Syamsuddin juga menulis da- dul “Diary Biru” dimuat dalam Jaya
lam bahasa Indonesia. Bahkan, puisi- Baya. Ia mengaku, benar-benar me-
nya yang berjudul “Telaga” merebut nekuni dunia karang-mengarang pa-
juara pertama pada sayembara penu- da tahun 1986. Dunia itu semakin
lisan puisi yang diselenggarakan oleh berkembang pada sekitar tahun
Persada Stusi Klub Yogyakarta. 1992—1994 ketika ia menjadi re-
daktur majalah Jawa Anyar di Sala.
Pengarang yang seangkatan de- Sejak tahun 1995 dia menjadi pe-
ngan N. Sakdani, Trim Sutedjo, dan nulis lepas sampai sekarang. Karya-
Esmiet itu termasuk seorang aktivis karya Ardini cukup beragam, antara
sastra Jawa. Lewat berbagai kelom- lain berupa cerpen anak-anak, cer-
pok sastra Jawa, misalnya Sanggar pen remaja, guritan, dan cerita ber-
Triwida, Pamarsudi Sastra Jawa Bo- sambung (novel). Cerbung pertama-
jonegoro (PSJB), Sanggar Pari Ku- nya berjudul “Isih Ana Dina Esuk”
ning (Banyuwangi), ia tercatat seba- dimuat Djaka Lodang (1988). Da-
gai anggota. Bahkan, ia tidak segan- lam karangan-karangannya terka-
segan mendatangi kegiatan sastra Ja- dang ia menggunakan nama samaran
wa yang diselenggarakan di Jepara, Eva Rahmawati.
Yogyakarta, Kudus, dan sebagainya.
Meskipun dia tinggal di desa, se-
ardini pangastuti (1960—) jak kecil Ardini senang membaca.
Kegemaran membaca ini mendapat
Ardini Pangastuti memiliki na- dukungan dari keluarga, terlebih ka-
ma lengkap Suciati Ardini Pangas- rena ayahnya seorang guru. Beliau
tuti. Ia lahir di Kacangan, Tulung- sering membawakan beberapa baca-
agung, Jawa Timur pada 16 Novem- an dan buku cerita. Selain itu, di ru-
ber 1960. Kini ia menetap di Carik- mah neneknya juga terdapat koleksi
an, Taman Martani, Kalasan, Sle- buku-buku bacaan milik Om dan
man, Yogyakarta. Menikah dengan Tante yang sekolah di kota. Bila hari
BanuarliAmbardi, seorang ilustrator Minggu atau hari libur Ardini sering
dan pelukis dari Yogyakarta. Ayah- menginap di rumah nenek. Kesem-
nya bernama Moesrin (mantan guru, patan itu ia gunakan untuk membaca
sudah almarhum), sedangkan ibunya buku-buku itu meskipun dengan ca-
bernama Kamilah. ra mencuri-curi.
Secara berturut-turut pendidikan Selain senang membaca, ia juga
formal Ardini Pangastuti adalah SD senang mendengarkan cerita atau do-
(lulus 1973) di Kacangan, SMP
30 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ngeng. Kalau sedang tidak sibuk, dengan mengundang seluruh pe-
ayahnya suka mendongeng untuknya ngarang se-Jawa. Ardini hadir pada
saat menjelang tidur. Namun, itu acara itu sehingga dapat bertemu de-
dilakukan hanya sampai ia kelas tiga ngan banyak pengarang Jawa seperti
SD. Setelah lancar membaca, ayah- Suparto Brata dan masih banyak la-
nya tidak pernah lagi mendongeng. gi. Kemudian, usai sarasehan Tiwiek
Untunglah, dia mempunyai kakak S.A. dan Tamsir A.S. mengajaknya
sepupu yang pandai mendongeng. Ia bergabung menjadi anggota sanggar.
sering menginap di sana hanya untuk Kesempatan itu tidak ia sia-siakan.
mendengarkan kakak sepupunya Setelah menjadi anggota sanggar
mendongeng. Hal itu berlangsung Triwida, ia lebih bersemangat untuk
sampai ia lulus SD. menulis.
Sejak masuk SMP Ardini mulai Pada tahun 1989 Ardini pindah
mengenal kehidupan luar. Ia sekolah ke Yogyakarta dan bergabung de-
di kota karena di desanya belum ada ngan Suparto Brata, Tamsir A.S.,
SMP dan kost di rumah Tante (adik dan J.F.X. Hoery menerbitkan ma-
sang ayah). Sejak saat itulah ia mulai jalah Praba dengan format baru. Di
belajar menulis puisi di buku harian- tempat inilah ia seperti masuk ke da-
nya. Orang tua Ardini menginginkan lam kawah candradimuka. Ia harus
ia menjadi guru. Hanya saja, ia tidak menyesuaikan diri dengan lingkung-
suka menjadi guru karena merasa ti- an barunya dan belajar banyak hal.
dak berbakat. Ketika orang tuanya Mulailah dia belajar menulis berita,
memaksa ia harus sekolah di SPG, mengedit, menulis artikel sampai ta-
Ardini berkeberatan. Akhirnya ia juk. Bersamaan dengan itu, majalah
masuk sekolah kejuruan (SMEA) se- Jaka Lodang yang berkantor pusat
telah ayahnya tidak mengizinkan ia di Yogyakarta menawari Ardini un-
masuk SMA. Beberapa saat setelah tuk ikut bergabung. Namun, agaknya
di SMEA, ia baru sadar bahwa ia ia lebih memilih mengikuti suami
merasa salah pilih. Namun, ia mera- yang pindah kerja ke Semarang. Ke-
sa semua itu sudah telanjur dan tidak tika di Semarang, ia merasa sedikit
perlu disesali. terasing karena tidak ada komunitas
penulis sastra Jawa sehingga ia ter-
Keinginannya untuk menjadi pe- paksa wira-wiri Semarang-Yogya un-
nulis terus mendorongnya, tetapi pa- tuk bergabung dengan Sanggar Sastra
da mulanya ia tidak tahu bagaimana Jawa Yogyakarta.
caranya. Barulah ketika tahun 1986
secara iseng mengirimkan cerkaknya Tahun 1993 Ardini bekerja pada
ke Jaya Baya dan dimuat, ia akhir- majalah Jawa Anyar di Sala. Ia kem-
nya mencoba lagi dan mencoba lagi. bali bertemu dengan Suparto Brata
Bersamaan dengan itu, bukan suatu dan Tamsir A.S. Ketika Jawa Anyar
kebetulan sanggar Triwida di Tu- pindah ke Surabaya ia tidak ikut dan
lungagung saat itu sedang berulang lebih memilih untuk menjadi “wanita
tahun dan mengadakan sarasehan rumahan”. Namun, tinggal di rumah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 31
tanpa kegiatan apa pun membuat ia bitkan sebuah novel, yaitu Swarga-
jenuh. Untuk mengusir kejenuhan itu ning Budi Ayu (Balai Pustaka,
ia sering berjalan-jalan, instrospeksi, 1923). Seperti halnya para penga-
sambil mencari inpirasi. Tahun 1995 rang sebelum kemerdekaan lainnya,
keadaan mengharuskan Ardini dan jati diri Mas Ardjasoeparta juga ti-
suaminya pulang ke Yogya dan ber- dak dapat diungkap secara pasti.
gabung kembali dengan teman-te- Yang pasti hanyalah Ardjasoeparta
man di SSJY. Ia kembali aktif me- adalah pengarang yang sezaman de-
nulis setelah agak lama vakum. Ke- ngan Wirjawarsita atau Kamsa yang
inginannya memberikan yang terbaik menerbitkan karyanya pada tahun
bagi sastra Jawa membuat Ardini 1923.
tidak pernah berhenti belajar. Menu-
lis baginya merupakan panggilan ji- Pengarang sastra Jawa pada ma-
wa, panggilan suci sebagai wujud sa prakemerdekaan umumnya ada-
pengabdian kepada Sang Pencipta lah lulusan sekolah formal yang dise-
dan sesama. lenggarakan oleh pemerintah Belan-
da. Pendirian sekolah tersebut me-
Karya-karya Ardini yang telah ngemban visi pemerintah dalam me-
dipublikasikan, antara lain, “Isih lakukan pendidikan kepada pribumi
Ana Dina Esuk” (cerbung, Djaka guna memasuki kehidupan modern.
Lodang, 1988), “Langit Perak ing Di samping itu, pemerintah meman-
Ndhuwur Nusa Dua” (cerbung, Dja- dang perlu untuk melakukan pendi-
ka Lodang, 1990), Bumerang (no- dikan dengan media karya sastra.
vel, Bina Ilmu, 1991), “Anggaraini” Dengan demikian, Ardjasoeparta di-
(cerbung, Mekar Sari, 1990), Nalika duga adalah lulusan sekolah Belan-
Prau Gonjing (novel, Sinar Wijaya, da sehingga karyanya diterbitkan
1993), “Garising Papesthen” (cer- oleh Balai Pustaka sebagai salah sa-
bung, Mekar Sari, 1997), Nalika tu bentuk dukungan kepada pro-
Srengenge Durung Angslup (anto- gram-program pemerintah.
logi cerpen, Adhigama, 1997), Lin-
tang (novel, Adhigama, 1998), dan Melalui novel itu Ardjasoeparta
Kidung Jaman (antologi guritan, menyampaikan kritik sosial terhadap
Adhigama, 1999). budaya tradisional yang priyayi
oriented. Hal itu ditunjukkan dalam
ardjasoeparta sikap hidup tokoh Manguntaya, se-
orang priayi yang masih membang-
Lengkapnya M. Ardjasoeparta. gakan kepriayiannya walaupun se-
Singkatan M. di depan nama itu di- cara ekonomi sangat menyedihkan.
mungkinkan adalah kependekan dari Selain itu, sebagai orang modern,
Mas, sebuah gelar yang lazim dipa- Ardjasoeparta juga menolak tradisi
kai oleh kaum berpendidikan yang kawin paksa dan lebih mementing-
bekerja pada pemerintah waktu itu. kan kemandirian berpikir bagi gene-
Sejauh ini diketahui bahwa Ardja- rasi muda, seperti ditunjukkan oleh
soeparta hanya menulis dan mener- tokoh Kamsirah dalam perkawinan-
32 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
nya dengan pria pilihan orang tua. ayahnya yang berprofesi sebagai
Pendek kata, lewat novel ini Ardja- guru (SD),Ariesta pun berprofesi se-
soeparta berhasil melakukan “pem- bagai guru.
baratan” terhadap pribumi melalui
tradisi anak angkat yang dilakukan Profesi guru itu diawalinya de-
orang-orang Belanda terhadap anak- ngan menjadi guru SLTP di Tual,
anak pribumi. Keberhasilan Basir Manado, selama 3 tahun. Setelah
dalam studi dan mendapatkan peker- mengikuti tugas belajar di IKIP Ne-
jaan yang layak (sebagai opsiter) sa- geri Manado tahun 1961—1964 de-
ngat ditentukan oleh peran atau ban- ngan mengambil jurusan Bahasa In-
tuan orang Belanda. donesia dan mendapat gelar sarjana
muda, ia kemudian mengajar di SMP
Novel karya Mas Ardjasoeparta Katholik Langgur (1964—1967).
ini mendapat tanggapan cukup baik Pada tahun 1967 ia kembali ke Jawa
dari pemerhati sastra Jawa. Subali- dan mengajar di SMP Negeri Unga-
dinata dalam bukunya Novel Jawa ran hingga 1970. Selama tahun
Baru dalam Abad Dua Puluh menya- 1970—1985 ia mengajar di PPSP
takan bahwa pengarang ini menolak (Proyek Perintis Sekolah Pemba-
pandangan masyarakat bahwa sosok ngunan) di Semarang. Selanjutnya,
ibu tiri berperangai buruk terhadap sejak 1985 ia menjadi guru SMA
anak tiri. Mas Ardjasoeparta mem- Negeri 5 Semarang hingga pensiun
buktikan bahwa Kamsirah sebagai (1995). Meskipun sudah pensiun, ia
sosok ibu tiri memperlakukan anak masih diminta untuk mengajar di
tirinya dengan semestinya. Sementara SMA Masehi I Semarang hingga
itu, Ras (1985:14) menyatakan bah- sekarang.
wa novel karya M.Ardjasoeparta ter-
sebut menceritakan gadis miskin yang Sementara itu, profesinya seba-
menikah dengan laki-laki kaya. Akan gai pengarang Jawa telah ia rintis se-
tetapi, wanita itu harus mendekamda- jak 1957, seangkatan dengan St. Ies-
lam penjara akibat ulah anak tirinya maniasita, T.S. Argarini, Muryale-
setelah kematian suaminya. lana, Basuki Rahmat, dan Ismail
(Liamsi). Tulisan pertamanya beru-
ariesta widya (1938— ) pa cerpen, berjudul “Kasep”, dimuat
dalam Kekasihku. Setelah karya per-
Nama aslinya Agustinus Mulyo- tama itu muncul, kemudian mengalir
no Widyatama, tetapi lebih dikenal juga guritan-guritan-nya. Namun,
dengan nama samaran Ariesta Wi- tahun 1961 hingga 1967 ia absen ka-
dya. Ariesta Widya lahir di Kandri, rena lingkungan kerja selama men-
Cepaka, Gunungpati, Semarang, 12 jadi guru di Menado tidak mendu-
April 1938, dari pasangan Duryat kung. Ia baru rajin menulis lagi se-
Martoprawiro dan Rumini. Ayahnya telah ia kembali dari Menado dan
pemeluk Katholik yang taat sehingga mengajar di Ungaran.
ia pun terbentuk sebagai seorang Ka-
tholik yang taat. Seperti halnya Tema-tema cerpen karya Ariesta
Widya bervariasi, mulai dari per-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 33
soalan di sekitar lingkungan pedesa- Dalam bersastra Jawa Ariesta
an, pegunungan, daerah pesisir, sam- Widya lebih suka menulis cerpen
pai pada berbagai masalah yang ter- (cerkak). Cerpen, katanya, lebih mu-
jadi di daerah atau tempat yang per- dah diterima oleh pembaca. Di sam-
nah ia kunjungi. Pengalamannya ping itu, dengan menulis cerpen,
tinggal di Manado telah memotivasi suatu ketika cerpen itu dapat dikem-
dirinya untuk menciptakan berbagai bangkan menjadi cerbung atau no-
eksperimen. Menurutnya, bahasa Ja- vel. Karya-karyanya kini banyak di-
wa harus berkembang, terutama ba- jumpai di Jaka Lodhang, Panjebar
hasa Jawa di era kemerdekaan. Ba- Semangat, Jaya Baya, Praba, Pus-
hasa Jawa standar dari Yogyakarta taka Candra, dan lain-lain. Sejum-
dan Surakarta tidak boleh menjadi lah cerpen yang dianggap penting,
pedoman yang statis. Dengan per- antara lain, “Cemara Lima” (Praba,
nyataan itulah ia mencoba menyatu- 1959), “Kasep” (Kekasihku, 1959),
kan bahasa Jawa dengan situasi ma- “Kontrak” (Dharma Nyata, 1971),
syarakat yang terus berubah. “Ing antarane Ombak-Ombak” (da-
lam antologi Dewan Kesenian Sura-
Menurut catatan Muryalelana, baya, 1973), “Garis Pepesthen”
bahasa dalam karya-karya Ariesta (Panjebar Semangat, 1976), “Tun-
Widya amat menarik, memiliki daya tut Gedhang” (Panjebar Semangat,
hidup, dinamis, dan itu tidak hanya 1978), “Ketanggor” (Panjebar Se-
disebabkan oleh hadirnya kata-kata mangat, 1979), “Ing antarane Swa-
khusus dari daerah yang pernah di- ra Mesin” (Pankebar Semangat,
singgahi, tetapi juga karena ia meng- 1981), “Kopi Landa” (Parikesit,
angkat masalah yang benar-benar 1984), dan “Buron” (Panjebar Se-
ada dalam masyarakat. Ada tiga la- mangat, 1991).
tar pokok yang diakrabinya, yaitu
pedesaan, pegunungan, dan pesisir- Sementara itu, karya cerbung
an. Menurutnya, ketiga daerah itu yang telah dipublikasikan, antara
amat kaya dengan panorama dan lain, “Rembulan Kalangan” (Panje-
permasalahan yang menarik. Semen- bar Semangat, 1983—1984), “Ruji-
tara itu, masih menurut Muryalela- ruji Becak Biru” (Pustaka Candra,
na, sebagian cerpen Ariesta lainnya 1989), “Dalan Prapatan” (Pustaka
diramu dengan suasana politik ka- Candra, 1987—1988), dan “Kem-
rena ia juga aktif sebagai anggota bang Segagang” (Praba, …). Selain
GMKI, sebuah gerakan yang ber- itu ia juga telah menerbitkan bebe-
nuansa Kristen. Itulah sebabnya be- rapa buku, yaitu Di Balik Tembok
berapa karyanya menunjukkan tan- (drama anak-anak, 1992), Lautku,
da-tanda religius yang dapat diiden- Pantai, dan Daratku (roman anak-
tifikasi melalui kata-kata seperti ge- anak, terbitan Tiga Serangkai, 199),
reja, lonceng gereja, pohon terang, dan Manjing Daging (kumpulan
nyala lilin, dan sejenisnya. crita cerkak, 2003).
34 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Beberapa karyanya di atas me- (tahun) Jimakir (angkanya) seri-
nunjukkan bahwa Ariesta Widya ju- bu tujuh ratus empat (puluh)
ga menulis sastra Indonesia. Dalam enam, sebagai tauladan, (ialah)
catatannya, ia mulai menulis dalam Prabu Sahasrabahu.’
bahasa Indonesia sejak 1953 saat du-
duk di bangku SMP. Waktu itu puisi- Sang Prabwatmaja adalah
puisinya dikirimkan ke majalah Me- Kangjeng Gusti Pangeran Adipati
ladipri pimpinan Be A Es atau Bas- Anom (Kangjeng Susuhunan Paku-
tari, seorang pemimpin pandu Jawa buwana V) disebut-sebut lagi. Kitab
Tengah, majalah Putra Jakarta, dan Arjunasasra tidak memuat sejarah
majalah sekolah Gema Keluarga dan tidak memuat cerita Sugriwa dan
Don Bosco di Semarang. Setelah Subali. Cerita tentang Resi Wisrawa
menjadi guru, karya-karyanya ba- yang bertindak kurang patut, belum
nyak dimuat di Pos Minggu, Ang- diteliti.
katan Bersenjata, Suara Merdeka,
dan Kartika. Terakhir, kini bersama R.Ng. Sindusastra adalah penu-
keluarga tinggal di Peterongan Te- lis atau pengarang yang terkenal. Ia
ngah 371, Semarang 50242. menggubah cerita wayang yang ber-
judul Serat Harjuna Sasrabahu.
arjunasasra
Arjunasasra menceritakan ten-
Kitab Arjunasasra atau juga di- tang Resi Wisrawa dijadikan orang
sebut Lokapala dikarang oleh Kiai yang menjalankan perbuatan jahat.
Jasadipura II, dikutip dari kitab Ar- Resi Wisrawa diutus puteranya, Pra-
junawijaya. Kata pengantarnya ber- bu Danaraja, untuk mencarikan per-
bunyi sebagai berikut. maisuri, tetapi calon menantunya itu
dijadikan istri sendiri. Hal ini tidak
Purwaning reh pandoming ma- terdapat di dalam kitab kawinya.
manis, makirtya agnya pra-
bwatmaja, ri Surakarta man- arswendo atmowiloto (1948—)
direng, Jawi saananipun, ping
patbelas Respati Manis, Dju- Arswendo Atmowiloto lahir di
madilawal asta, gatitanya nuju, Surakarta pada Jumat Pon, 26 No-
Jimakir sewu kalawan, pitung vember 1948. Ia menulis sejak masih
atus catur sad (1746) mangka duduk di bangku SMP. Bakatnya
palupi, Prabu Sahasraboja. menulis semakin berkembang setelah
masuk IKIP Surakarta. Tulisannya
‘Permulaan dibuat pedoman se- beraneka jenis, yaitu guritan, crita
gala keindahan (yang) digubah cekak, crita sambung, dan esai. Ia
atas perintah raja putera bertah- tidak hanya menulis sastra Jawa, te-
ta di Surakarta, di pulau Jawa tapi juga sastra Indonesia. Ia aktif me-
adanya, (tanggal) empat belas nulis sastra Jawa tahun 1960-an hing-
(hari) Kamis Manis, (bulan) Ju- ga 1973. Karya-karyanya banyak di-
madilawal, ketika jam delapan, muat di Kumandhang (Jakarta),
Panjebar Semangat, Jaya Baya (Su-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 35
rabaya), Mekar Sari (Yogyakarta), pengarang yang menulis di Dharma
Dharma Nyata, dan sebagainya. Se- Nyata saat itu antara lain Soedharmo
telah itu, ia lebih aktif menulis sastra K.D., Soewadji, Bakdi Soemanto,
Indonesia. Lebih-lebih setelah me- dan Lastri Fardani Soekarton. Dua
ninggalkan Surakarta dan menetap di pengarang yang disebut terakhir itu
Jakarta. kini beralih ke sastra Indonesia. Se-
lain itu, bersama Gendon Sedyono
Arswendo dikenal pula sebagai Humardani Djajakartika, Arswendo
aktivis sastra Jawa di lingkungan Pu- juga sering menyelenggarakan ke-
sat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) giatan lomba penulisan sastra Jawa.
di Surakarta. Pada awal 1970-an, ia
mendirikan Bengkel Sastra Jawa di Setelah menetap di Jakarta
Sasanamulya bersama N. Sakdani, Arswendo Atmowiloto hampir tak
Moch Nursyahid P., Sukardo Hadi- pernah lagi menulis sastra Jawa. Di
sukarno, dan lain-lain. Berbagai tempatnya yang baru ia menekuni
upaya dilakukan untuk memajukan sastra Indonesia. Kariernya dalam
dan mengembangkan sastra Jawa. sastra Indonesia sebenarnya telah di-
Dalam waktu-waktu tertentu ia mulai bersamaan dengan sastra Ja-
memberikan semacam penyuluhan wa. Pada 1972, naskah dramanya
melalui diskusi-diskusi kepada pe- Bayiku yang Pertama dan Penan-
ngarang pemula. Melalui kegiatan tang Tuhan memperoleh hadiah dari
itu, ia berharap akan tumbuh penga- Dewan Kesenian Jakarta. Pada ta-
rang-pengarang baru yang kelak da- hun yang sama novelnya Bayang-
pat menopang keberadaan sastra Ja- Bayang Baur memperoleh penghar-
wa. Upaya tersebut ternyata menda- gaan dari Panitia Tahun Buku Inter-
pat sambutan hangat dari para pe- nasional. Kariernya semakin eksis
cinta sastra Jawa. Setelah itu, ba- setelah beberapa bukunya diterbit-
nyak pengarang baru muncul, di an- kan Gramedia, misalnya Imung, Ke-
taranya Daniel Tito. luarga Cemara, Senopati Pamung-
kas, dan sebagainya.
ArswendoAtmowiloto membina
dan mengembangkan sastra Jawa ti- Di Jakarta Arswendo bekerja di
dak hanya secara langsung (tatap Kompas Grup. Oleh banyak pihak
muka, berdiskusi), tetapi juga me- ia juga dipercaya untuk menjadi kon-
lalui media yang diasuhnya. Melalui sultan beberapa media, seperti Bobo,
Dharma Nyata, pada kurun 1971— Hai, Intisari, Kawanku, Monitor,
1973, ia selalu memberikan kritik dan dan lain-lain. Ide-idenya segar dan
saran kepada para pengarang atau cemerlang sehingga beberapa maja-
siapa pun yang berminat menggeluti lah yang dikonsultaninya mempero-
sastra Jawa. Pada masa itu Dharma leh perhatian besar dari pembaca.
Nyata menjadi media yang cukup di- Dalam perkembangan berikutnya
perhitungkan. Guritan, cerkak, cer- Arswendo juga terjun ke dunia sine-
bung, esai, dan kritik tumbuh subur, tron.Ada hal menarik dalam visiArs-
berbobot, dan inovatif. Beberapa wendo ketika terjun ke dunia sinetron:
36 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ia menempatkan keluarga sebagai semua merek jamu dan banyak wa-
sebuah kekuatan yang harus digarap. rung jamu sudah ia kunjungi. Tetapi,
Itulah sebabnya ia tidak mau–meski yang ia minum hanya obat kuat. Se-
dibayar mahal—membuat sinetron bab, ia membutuhkan ekstra energi
perselingkuhan, apalagi perceraian. untuk menunjang kegiatannya yang
Keteguhannya itu teruji tatkala sangat padat.
membuat sinetron Keluarga Cema-
ra. Katanya, RCTI selaku produser Walau kini eksis dalam dunia
berulang kali membujuk agar ia me- sastra (Indonesia), Arswendo tak
nyelipkan masalah perceraian atau pernah lupa pada akar budaya (sas-
selingkuh dalam drama keluarga tra dan bahasa Jawa) yang telah me-
yang dibintangi Adi Kurdi (pemeran lahirkannya. Hal ini dilakukan ka-
tokoh Abah) itu. Namun, Arswendo rena ia dulu pernah berbuat keliru
tetap mempertahankan Keluarga lewat pernyataan bahwa sastra Jawa
Cemara bebas dari unsur perceraian, akan segera mati; pernyataan ini
perselingkuhan, mobil mewah, dan sempat diprotes oleh banyak pihak.
atau gadis cantik. Agaknya, baru dia Jadi, ia seperti disadarkan, kebesar-
satu-satunya penulis yang tidak mu- an yang sekarang ia peroleh tak lain
dah berkompromi dengan produser karena peran masa lalu (sastra Ja-
yang sering merusak alur. Apa yang wa). Untuk itu, walau bahasa Jawa
diperjuangkanArswendo ternyata ti- dikhawatirkan akan terbawa arus
dak sia-sia. Sinetron Keluarga Ce- perubahan zaman (globalisasi, kapi-
mara dapat mengalahkan acara Cek talisasi, dan sekularisasi), ia tetap ya-
and Ricek yang sebelumnya paling kin sastra Jawa masih sanggup ber-
digemari publik RCTI. tahan.
Perhatian Arswendo ternyata ti- Ketika menjadi redaktur Dhar-
dak hanya pada dunia seni, tetapi ju- ma Nyata, Arswendo sering menulis
ga, di antaranya, pada masalah Ja- kolom di rubrik “koplokan”. Dengan
mu. Pernah ia diundang sebagai pem- gaya humor dan menyindir–melalui
bicara dalam seminar pengembangan tokoh Min Pijet, Sri Wadulningrum,
obat tradisional. Arswendo merasa dan lain-lain—ia menyoroti berbagai
prihatin dengan perkembangan jamu fenomena sosial masyarakat. Gaya
di Indonesia. Selama ini jamu hanya bertutur semacam ini mengingatkan
dipandang sebagai pelengkap, belum pada gaya dagelan guyon maton.
menjadi pilihan para dokter dalam Gaya glenyengan tersebut tampak
memberikan resep kepada pasien. selaras dengan sikapnya dalam me-
Untuk itu, ia memberi saran agar para nanggapi sesuatu. Humor, bagi Ars-
dokter melakukan apresiasi terhadap wendo, dapat digunakan sebagai me-
jamu yang notabene merupakan obat dia yang serius bagi persoalan-per-
asli Indonesia. Ia mengaku suka “ber- soalan pelik.
kelana” dari satu warung jamu ke
warung jamu lain. Ia telah mencoba Lewat karya-karyanya, baik
yang berupa cerita pendek maupun
kolom-kolomnya, dapat ditemukan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 37
suatu gambaran sikap dan pandang- rakyat, artikel/esai, bahkan cerita/
an Arswendo terhadap sastra Jawa. novel anak-anak dan naskah drama/
Walau sekarang tidak lagi menulis sandiwara. Konon, katanya, untuk
sastra Jawa, perhatiannya terhadap menulis guritan bisa satu hari hingga
bahasa dan sastra Jawa tetap dipeli- satu bulan, cerkak bisa satu hari
hara. Melalui seminar atau tulisan hingga dua bulan, novel bisa tiga ha-
di media massa, Arswendo selalu ri sampai dua bulan, cerbung bisa
menyatakan tetap tidak ingin me- tujuh hari hingga tiga bulan, dan nas-
ninggalkan dunia yang telah membe- kah drama bisa satu hari hingga dua
sarkannya itu. Karena itu, ia berniat bulan. Akan tetapi, ia hanyalah per-
membuat tabloid berbahasa Jawa kiraan, dan itu dapat tidak pasti. Dan
Praba. Hanya sayang, rencana ini ga- hingga kini, lelaki beragama Islam
gal karena saat itu ia tertimpa peris- yang menulis dengan tujuan agar na-
tiwa “Monitor” (1994). manya kondang dan mendapat peng-
hasilan ini tidak terlalu peduli akan
KiniArswendo tinggal di Jakarta dokumentasi karya-karyanya. Ia ma-
bersama seorang istri, tiga anak yang sih berhadap para penerbit dan maja-
sudah dewasa, seorang cucu yang lah dapat memberikan honorarium
lucu, seekor anjing setia, ratusan lu- yang layak.
kisan buatan sendiri di penjara, serta
sejumlah pengalaman indah yang Sejak tahun 1979 hingga seka-
masih akan dituliskan. rang Ary Suharno telah menulis pu-
luhan karya. Ia tidak tahu persis be-
ary suharno (1963— ) rapa jumlahnya, tetapi dalam seta-
hun ia mampu melahirkan sekitar 10
Lelaki kelahiran Tulungagung, buah. Dalam tahun-tahun produktif-
Jawa Timur, pada 22 Juli 1963 ini nya, sekitar 1982 hingga 1990, ia
dalam karangan-karangannya sering- mempublikasikan guritan-guritan-
kali menggunakan nama samaran nya ke majalah Panjebar Semangat,
Prisma, R.A. Wulandari, dan Puspi- Jaya Baya, Djaka Lodang, dan Me-
tasari. Pendidikan dasar dan mene- kar Sari. Sementara tahun 1984 dan
ngahnya diselesaikan di Tulung- 1985 ia rajin menulis cerkak ke Pa-
agung, yakni SD Kalidawir (lulus njebar Semangat, Djaka Lodang,
1975), SMP Kalidawir (lulus 1979), dan Mekar Sari. Tahun 1984 dan ini
dan SPG Tulungagung (lulus 1982). diulang tahun 2000 ia rajin menulis
Sementara itu, pendidikan tinggi artikel di Jaya Baya dan Panjebar
diselesaikan di Surabaya, yakni di Ju- Semangat. Tahun 1985, 1987, dan
rusan Bahasa dan Sastra Jawa FPBS 2002 wacan bocah-nya banyak di-
IKIP Surabaya (lulus 1987). pajang di Panjebar Semangat dan
Jaya Baya. Sedangkan cerita rakyat
Karier kepengarangan Ary Su- sering muncul di Jaya Baya tahun
harno diawali sejak tahun 1979. De- 1983—1985, 1988, dan 2000.
ngan cara belajar sendiri ia mencoba
menulis guritan dan cerkak. Namun,
lama kelamaan ia juga menulis cerita
38 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Selain karya-karya tersebut, Ary Bersama-sama dengan N. Sak-
Suharno juga masih sempat menulis dani Dharmopamoedjo, Moch Nur-
naskah drama; dan memang penga- sahid P., Anjar Any, Muryalelana,
rang yang kini tinggal di Jalan Ang- Arswendo Atmowiloto, dan bebera-
grek 16, Kalidawir, RT 03, RW 04, pa lagi yang lain, Aryono Kadaryo-
Tulungagung, Jawa Timur, telepon no turut memotori berdirinya OPSJ
(0355) 591165 ini juga hobi bermain Komisariat Jawa Tengah. Ia ikut an-
drama/teater. Bahkan, ketika belum dil pula dalam penerbitan majalah
lama memasuki dunia karang-me- Dharma Kandha dan atau Dharma
ngarang, tepatnya pada 1984, ia te- Nyata. Majalah tersebut menjadi sa-
lah menjadi juara harapan I dalam rana bagi para pengarang untuk me-
lomba penulisan naskah drama yang ngisi lembaran sejarah kesusastraan
diselenggarakan oleh Kanwil Dep- Jawa di zaman kemerdekaan. Bebe-
dikbud Propinsi Jawa Timur. rapa pengarang yang bersama-sama
mengisi majalah tersebut, antara
aryono kadaryono (1952— ) lain, Sri Setyo Rahayu, Astuti Wu-
landari, Sukardo Hadisukarno, Su-
Aryono Kadaryono sering meng- harmono Kasiyun, Djajus Pete, Poer
gunakan nama samaran Aryono Kd. Adhie Prawoto, Sukarman Sastro-
Ia lahir di Jepara, pada 24 Januari diwiryo, Anjrah Lelonobroto, Tito
1952. Setelah menamatkan SPG Ne- Setyobudi, Ruswardiyatmo Hardjo-
geri Kudus, ia diangkat menjadi guru sukarto, Hartono Kadarsono, Teguh
SD Gebog, Kabupaten Kudus. Ia Munawar, Andrik Purwarsito, dan
mulai menulis sejak tahun 1974. Slamet Isnandar.
Karya-karyanya berupa puisi, cer-
pen, dan esai banyak dimuat di Bersama teman-teman seprofesi
Dharma Kandha, Dharma Nyata, Aryono Kadaryono juga turut men-
Panjebar Semangat, Jaya Baya, dirikan “Paguyuban Tlatah Muria”,
Kumandhang, Mekar Sari, Jaka Lo- sebuah organisasi pengarang yang
dhang, Parikesit, dan Pustaka Can- beranggotakan para pengarang yang
dra. tinggal di sekitar Gunung Muria, se-
perti Samiyoso, Teguh Munawar, dan
Selain menulis dalam bahasa Ja- lain-lain. Paguyuban itu telah mela-
wa, Aryono Kadaryono juga menulis hirkan beberapa antologi guritan, te-
dalam bahasa Indonesia. Naskah tapi sayang sampai sekarang tak ber-
dramanya berjudul “Pangurbanan” hasil diterbitkan. Dan sebagian gu-
menjadi juara I dalam lomba penu- ritan Aryono Kadaryono telah pula
lisan naskah drama berbahasa Jawa diantologikan dalam Lintang-Lintang
yang diselenggarakan oleh Pusat Ke- Abyor (1988) suntingan Susatyo Dar-
senian Jawa Tengah (PKJT) Sura- nawi; dan guritan berjudul “Obak I,
karta (1980). Selain itu, ia juga telah II, III” (telah dimuat Djaka Lodhang,
menerbitkan buku cerita anak ber- No. 47, Thn. XI, 26 September 1981)
judul Pak Pincang. masuk dalam buku Antologi Puisi Ja-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 39
wa Modern 1940—1980 (Sinar Wi- 8-a, 7-a, 8-u, 8-a). Asmaradana ditu-
jaya, Surabaya, 1984) suntingan Su- lis/dipergunakan sesuai dengan per-
ripan Sadi Hutomo. watakannya, yaitu sengsem (dalam
suasana tertarik atas sesuatu, biasa-
asmara asri nya antara laki-laki terhadap perem-
puan atau sebaliknya), sedih, dan
Pengarang Asmara Asri tidak prihatin (karena dilanda asmara).
diketahui secara pasti jati diri, iden- Oleh karena itu, asmaradana lebih
titas, atau biografinya. Diduga bah- tepat dipakai untuk bercerita tentang
wa nama Asmara Asri adalah nama kisah cinta, atau untuk mengajak
samaran. Dalam khazanah sastra Ja- pembaca kepada suasana yang pe-
wa ia diketahui hanya menulis novel nuh kehangatan. Tembang macapat
berjudul Kyai Franco. Kalau dilihat asmaradana, sering dipadukan de-
dari latar cerita dan persoalan yang ngan seni sekar gendhing, misalnya
diungkapkan di dalam novelnya, ke- dalam sindhenan, gerongan, dan
mungkinan besar pengarang ini rambangan. Nada yang diperguna-
berasal dari Surakarta atau Yogya- kan dalam seni tembang (macapat)
karta. Karya ini bernuansa keislam- Jawa ialah nada yang dimiliki oleh
an yang menceritakan kiprah per- gamelan Jawa, yaitu laras slendro
kumpulan Muhammadiyah. dan laras pelog lengkap dengan pa-
thet-nya. Misalnya, Asmaradana
Novel Kyai Franco dapat dika- Kadhaton, Slendro Pathet Sanga;
takan sebagai novel sejarah karena Asmaradana Tinjomaya, Slendro
di dalamnya terdapat gambaran latar Pathet Sanga; Asmaradana Mang-
secara kongkret yang menyangkut kubumen, Pelog Pathet Barang; As-
berbagai nama atau peristiwa sehu- maradana Slobog, Pelog Pathet Ba-
bungan dengan perkumpulan Mu- rang; Asmaradana Bawaraga, Pe-
hammadiyah. Novel ini juga memuat log Pathet Barang; Asmaradana
nilai-nilai yang terkait dengan sema- Semarangan, Pelog Pathet Nem;
ngat kebangsaan atau cinta tanah air. Asmaradana Jakalola, Pelog Pathet
Nem. Contoh tembang macapat As-
asmaradana maradana.
Dalam sastra Jawa dikenal tiga ASMARADANA
golongan tembang, yaitu Tembang
Kawi atau Tembang Gedhe, Tem- Tegesé wibawa kaki
bang Tengahan atau Tembang Dha- dèn ajeki ing sasana
gelan, dan Tembang Macapat atau lamun wus darbé papasthèn
Tembang Cilik. Asmaradana adalah balanja sapantesira
salah satu jenis Tembang Macapat tinampan saben candra
dari lima belas tembang macapat déné pahargyan amung
lainnya. Asmaradana disusun berda- mayar nora ngrekasa.
sarkan aturan yang sudah ditentu-
kan, yaitu guru lagu, guru wilang-
an, dan guru gatra (8-i, 8-a, 8-é/o,
40 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Marmanya dèn sami ngudi diduga bahwa M.W. Asmawina-
mamrih kagema Sang Nata ngoen berasal dari keluarga priayi
kanggepa ing salawasé dan sekaligus keluarga pendidik. Hal
norané kagem Sang Nata itu dapat disimak dari kebiasaan pa-
kagema pamaréntah da waktu itu bahwa warga pribumi
kaparenga anggegadhuh yang dapat menikmati pendidikan
nindakaké panguwasa. formal Belanda hanya keluarga
(Serat Kridhamaya, bait 70—71, priayi atau pegawai pada pemerin-
karya, R. Ng. Ranggawarsita) tahan kolonial Belanda. Dilihat no-
vel-novelnya yang sangat detail da-
‘Maksudnya wibawa lam mengidentifikasi kondisi geo-
selalu datang ke istana grafi suatu daerah dapat diduga bah-
kalau sudah punya kepastian wa pengarang Jawa tahun 1920-an
gaji yang pantas ini berasal dari keluarga pendidik
yang diteriam setiap bulan (guru). Sebagai pegawai pemerintah
adapun ucapan sukur hanyalah kolonial Belanda, M.W. Asmawina-
perkara mudah tidak sulit. ngoen harus memenuhi syarat ting-
kat pendidikan tertentu. Untuk men-
Karena itu usahakanlah capai syarat tersebut, ia harus me-
supaya dipercaya oleh raja ningkatkan pengetahuannya melalui
digunakan selamanya pendidikan formal.
kalau tidak untuk raja
bekerjalah pada pemerintah M.W.Asmawinangoen adalah
supaya diperkenankan meminjam pengarang Balai Pustaka sebelum
menjalankan kuasa.’ kemerdekaan. Pada waktu itu, Balai
Pustaka mengangkat sejumlah tena-
asmawinangoen ga pribumi untuk bekerja sebagai re-
daktur atau penerjemah sastra dan
Asmawinangoen (lengkapnya mengangkat beberapa pengarang
M.W. Asmawinangoen) merupakan untuk memenuhi keinginan pemerin-
pengarang Jawa terbaik pada kurun tah dalam menyediakan bacaan bagi
waktu tahun 1925—1930, khususnya pribumi. M.W. Asmawinangoen di-
sebagai pengarang prosa. Latar bela- angkat sebagai pegawai Balai Pus-
kang kehidupan M.W. Asmawina- taka sekaligus sebagai pengarang
ngoen tidak dapat diketahui secara sastra Jawa di lembaga tersebut.
pasti. Tanggal kelahiran, perkawinan, Oleh sebab itu, ia menerbitkan se-
kematian, dan kondisi keluarganya mua karya yang digubahnya melalui
juga tidak diketahui secara jelas. Hal Balai Pustaka. Sebagai staf Balai
itu berbeda dengan pengarang Jawa Pustaka, M.W. Asmawinangoen ke-
seangkatannya yang masih dapat mudian mengenal beberapa penga-
diketahui latar belakang keluarga- rang sastra Jawa di lembaga terse-
nya, seperti Ki Padmasoesastra, but. Oleh sebab itu, dalam novel-no-
Hardjawiraga, atau Jasawidagda. velnya, ia menyebut beberapa nama
Dilihat status pekerjaannya, dapat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 41
rekannya yang bekerja di lembaga buah novel, antara lain, Saking Pa-
pemerintah itu. Bahkan, beberapa pa dumugi Mulya, Mungsuh Mung-
pegawai Balai Pustaka diambil se- ging Cangklakan, dan Pepisahan
bagai nama tokoh dalam novel-no- Pitulikur Taun. M.W. Asmawina-
velnya. Misalnya, nama Saleh Sas- ngoen ternyata tidak hanya menulis
tramihardja diangkat dalam novel- novel Jawa. Pada akhir masa kepe-
nya Saking Papa Dumugi Mulya ngarangannya, ia juga menggubah
(1928) dan nama Kusrin Darmahar- novel berbahasa Indonesia berjudul
sana diangkat dalam novelnya Me- Merak Kena Jebak. Novel ini kemu-
rak Kena Jebak (1930). Kusrin ada- dian diterjemahkan ke dalam bahasa
lah seorang redaktur Balai Pustaka Sunda oleh R. Satyadibrata dengan
dan Saleh Sastramihardja adalah se- judul Istri Kasasar (Balai Pustaka,
orang penulis sastra Jawa pada masa 1932). Novel Merak Kena Jebak
kolonial Belanda dan bekerja pada tergolong karya penting yang sejajar
Balai Pustaka. dengan novel Indonesia lain seperti
Salah Asuhan, Salah Pilih, dan se-
Berdasarkan informasi dari be- bagainya.
berapa sumber, diketahui bahwa
M.W. Asmawinangoen masih me- Pada dasarnya, novel-novel kar-
miliki hubungan darah dengan Mar- ya M.W. Asmawinangoen dapat di-
bangoen Hardjawiraga, seorang pe- kelompokkan menjadi dua, yakni no-
nulis beberapa buku tentang kebu- vel detektif dan nondetektif. Dalam
dayaan Jawa. Sementara itu, Mar- sejarah sastra Jawa, ia termasuk se-
bangoen Hardjawiraga adalah cucu bagai pelopor penulisan cerita detek-
Hardjawiraga, dan Hardjawiraga tif yang pada kurun waktu selanjut-
adalah cucu Ki Padmasoesastra, nya menjadi kiblat bagi pengarang
penulis novel Rangsang Tuban lain. Karya-karya M.W. Asmawina-
(1912). Dilihat dari silsilah keluarga ngoen pada masa sebelum kemerde-
tersebut, M.W. Asmawinangoen la- kaan di antaranya adalah Jejodhoan
hir dari keluarga yang memiliki da- ingkang Siyal (1926), Mungsuh
rah pengarang, khususnya penga- Mungging Cangklakkan (1928, dua
rang sastra Jawa. M.W. Seperti telah jilid), Saking Papa dumugi Mulya
disebutkan, M.W. Asmawinangoen (1928, dua jilid dan diterjemahkan
adalah pengarang Balai Pustaka ke dalam bahasa Sunda oleh R. Sas-
yang menerbitkan karya-karyanya trasubrata dan diterbitkan oleh Balai
melalui Balai Pustaka. Ia menulis Pustaka tahun 1931 dengan judul
novel Jawa sejak tahun 1926 hingga Dari Nespa Kantos Molya), Pepi-
1930. sahan Pitulikur Taun (1929, dua
jilid), dan Merak Kena Jebak
Sebagai pengarang, M.W. As- (1930).
mawinangoen termasuk novelis yang
produktif. Dalam waktu lebih kurang Novel Jejodhoan ingkan Siyal
lima tahun, M.W. Asmawinangoen mengangkat pernikahan yang terjadi
telah menulis tidak kurang dari lima dalam tradisi kawin paksa sehingga
42 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
tidak memberikan kebahagiaan pada vel Gawaning Wewatekan. Penga-
pasangan suami-istri Mudiran de- rang ini tidak menggarap tema-tema
ngan Minah. Kuatnya peran orang yang luar biasa, tetapi melukiskan
tua yang masih berpikiran materialis- suasana, dialognya terasa hidup, dan
tik telah menyebabkan Minah tidak pemakaian bahasanya memikat.
mampu menolak keinginan ayahnya
untuk menikah dengan Mudiran. Pa- Gaya penulisan M.W. Asmawi-
sangan suami-istri itu jatuh miskin se- nangoen berbeda dengan gaya para
telah terjebak dalam kebiasaan ber- pengarang lain atau pengarang se-
judi dan menghisap candu. Novel belumnya. Ciri itu tampak pada pe-
Mungsuh Mungging Cangklakan milihan judul yang tidak lagi me-
mengangkat masalah kejahatan yang makai ciri tradisional. Dalam novel-
dilakukan Sumardi terhadap paman- novelnya ia tidak pernah mengguna-
nya sendiri, seorang pengusaha ber- kan kata cariyos, cariyosipun, serat
nama H. Abdulsukur. Sementara itu, atau dongeng, dan gaya ini kemudian
novel Saking Papa dumugi Mulya menjadi contoh bagi para pengarang
yang berlatar daerah Jawa Timur me- novel sesudahnya. Semua novel kar-
ngangkat masalah kejahatan seorang ya M.W. Asmawinangoen digubah
ayah tiri bernama Kartadipa terhadap dalam bahasa Jawa krama sesuai de-
anak dan istrinya karena tergiur untuk ngan misi Balai Pustaka yang bertu-
menguasai harta dari bekas suami juan mendidik budi pekerti masya-
istrinya. rakat. Oleh karena ia terikat oleh ke-
bijakan Balai Pustaka, tidak aneh
Dalam deretan pengarang sastra apabila novel-novelnya sering me-
Jawa, M.W. Asmawinangoen terma- nampilkan kritik terhadap budaya
suk salah seorang pengarang sastra tradisional.
Jawa yang cukup menonjol pada ma-
sa sebelum kemerdekaan. Barang- Seperti kebanyakan para penga-
kali ia dapat disejajarkan dengan Ja- rang pada awal abad ke-20, visi
sawidagda, R. Mangoenwidjaja, Ki kepengarangan M.W. Asmawina-
Padmasoesastra, R.B. Soelardi, ngoen, sebagaimana tampak pada
Margana Djajaatmadja, dan Imam amanat cerita dalam novel-novelnya,
Soepardi. Bahkan, secara tegas Ras ialah mendorong masyarakat untuk
mengatakan bahwa M.W. Asmawi- memasuki kehidupan modern yang
nangoen merupakan pengarang sas- berciri kebebasan tanpa melupakan
tra Jawa terbaik pada kurun waktu pentingnya moral dan citra ketela-
1925–1930. Menurut Ras (1985:15), danan. Ia menunjukkan pentingnya
gaya kepengarangan M.W. Asmawi- mewujudkan manusia pribumi yang
nangoen banyak diikuti pengarang intelek dan bermoral ketimuran. Hal
lain, seperti oleh Dwidjasoewita da- ini, misalnya, tampak pada tingkah
lam novel Tuking Kasusahan, Wir- laku tokoh Rara Sukesi dalam novel
jaharsana dalam novel Wisaning Age- Mungsuh Mungging Cangklakan.
sang, dan Koesoemadigda dalam no- Selain itu, ia juga mendorong kebe-
basan berpikir masyarakat pribumi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 43
seperti tampak pada novel Jejodho- Dewi Dropadi dari para Korawa ma-
han Ingkang Siyal. Dalam novel ini sih berkobar-kobar di dalam hatinya.
ia menekankan pentingnya kebebas- Prabu Dhrstarastra harus bertang-
an setiap orang untuk menentukan gung jawab atas kematian sekian ba-
pilihan pasangan hidup seperti yang nyak orang, termasuk guru-gurunya
disuarakan oleh tokoh Minah. Bah- yang tercinta, Resi Bhisma dan Pen-
kan, M.W. Asmawinangoen juga me- deta Drona. Akhirnya, Raden Wrko-
miliki kepedulian yang kuat dalam dara tidak dapat menahan diri. Ia
membangun kebersamaan atau pem- marah-marah dan meluaplah tuduh-
bauran. Sesuai dengan situasi pada an serta kata-kata kasar dari mulut-
masa kolonial Belanda, ia mendo- nya. Prabu Dhrstarastra menyatakan
rong terciptanya kesesuaian antara bahwa ia sudah lama jemu untuk hi-
penduduk masyarakat pribumi dan dup. Ia akan menjalani puasa, lalu
orang Belanda seperti yang ditunjuk- ia akan pergi ke hutan. Hal ini ditolak
kan dalam novel Perpisahan Pituli- oleh Prabu Yudhistira, sampai Be-
kur Taun. gawan Byasa muncul dan mendesak-
nya supaya Prabu Yudhistira mengi-
asramawasanaparwa kuti keinginan Prabu Dhrstarastra.
Prabu Dhrstarastra memberi tahu
Kitab ini berbentuk prosa. Da- kepada Prabu Yudhistira tentang ke-
lam cerita Mahabharata merupakan wajiban-kewajiban seorang raja dan
bagian yang kelima belas. Adapun supaya mengadakan upacara pema-
ringkasan ceritanya sebagai berikut. kaman bagi mereka yang sudah me-
Sehabis perang Bharatayuda, Prabu ninggal dunia. Hal ini terjadi, walau-
Dhrstharastra diangkat menjadi raja pun Raden Wrkodara keberatan. Ke-
di Ngastina untuk lima belas tahun. mudian, Prabu Dhrstarastra be-
Hormat dan cinta yang didapat dari rangkat. Ia ditemani oleh Dewi Gan-
para Pandawa menyebabkan ia da- dhari, istrinya, Yama Widura, dan
pat melupakan kesedihannya karena Sanjaya. Dewi Kunti juga mengikuti-
semua anaknya meninggal dunia. nya. Mereka menetap di pertapaan
Prabu Yudhistira berpesan kepada Begawan Byasa dan menjalani hidup
adik-adiknya supaya jangan sampai yang keras, penuh dengan tapa brata.
menyakiti hati Prabu Dhrsrastra. Mereka dikunjungi oleh Batara Na-
Hanya Raden Wrkodara yang tidak rada dan resi-resi lainnya dari surga.
dapat menahan kemarahannya ke- Mereka mewahyukan kepada Prabu
pada pihak Korawa. Dan, sekarang Dhrstarastra dan yang mengikutinya
sasaran kemarahannya adalah Prabu berupa surga.
Dhrstarastra. Hal itu terjadi karena
ia tidak dapat menghilangkan rasa Beberapa tahun kemudian para
benci terhadap musuh-musuhnya. Pandawa beserta istri-istrinya me-
Semua penghinaan dan cercaan yang ngunjungi pertapaan Begawan Bya-
menimpa dirinya, saudara-saudara- sa. Sanjaya mengantarkan mereka ke
nya, dan terutama yang menimpa hadapan para tapa dan menerangkan
44 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
keadaan mereka satu per satu. Yama Yogyakarta. Ia seorang pengarang
Widura tidak kelihatan lalu dicari dwibahasa (mengarang dalam ba-
oleh Prabu Yudhistira. Akhirnya da- hasa Jawa dan bahasa Indonesia).
pat diketemukan, tetapi keadaannya
kelihatan seolah-olah sudah mening- Astuti Wulandari mengawali
gal. Lalu, Prabu Yudhistira mende- kreativitas sastranya dengan menulis
ngar suara Ilahi, yaitu ia supaya cerita pendek Jawa (cerkak). Cerkak-
membakar apa yang dikiranya su- cerkak-nya dimuat dalam majalah
dah menjadi mayat. Kemudian, me- berbahasa Jawa, seperti Darma Kan-
reka bersama-sama dengan Bega- dha, Kumandang, Panjebar Sema-
wan Byasa menuju Sungai Gangga. ngat, dan Jaya Baya. Di samping itu,
Di situ mereka diberi kekuatan untuk banyak karya-karyanya muncul di
dapat melihat saudara-saudara me- majalah Mekar Sari. Salah satu cer-
reka yang telah meninggal dunia kak-nya yang amat menarik berjudul
berada di surga. Para Pandawa pu- “Prahara” (dalam antologi Dongeng
lang ke rumah dan dua tahun kemu- Katrisnan,1975), dan “Jakarta” (da-
dian Batara Narada datang. Ia mem- lam antologi cerkak Langite Isih Bi-
beritahukan kepada mereka bahwa ru, terbit tahun 1975). Kedua antologi
Prabu Dhrstarastra, Dewi Gandhari, tersebut disusun oleh Susilomurti dan
Dewi Kunti, dan Yama Widura telah M. Nukhsin. Adapun cerpen “Sajen”
meninggal dunia karena hutan dekat dimuat dalam majalah bahasa Jawa
sungai Gangga terbakar. Oleh ka- Kumandhang (3 Januari 1978). Cer-
rena itu, para Pandawa mengadakan pen-cerpen Jawa karya Astuti Wu-
upacara bagi arwah mereka. landari amat menarik karena di da-
lamnya digarap masalah-masalah
astuti wulandari yang berkaitan dengan konflik-kon-
flik kultural dalam masyarakat, mi-
Nama lengkap pengarang wanita salnya dalam cerpen “Sajen” (dalam
sastra Jawa ini ialah Astuti Wulan- Kemandhang, 3 Januari 1978). Ada-
dari Sugiantoputrie. Ia lahir di Ma- pun cerpen-cerpennya yang berbaha-
diun, tahun 1952 meninggal pada ta- sa Indonesia dipublikasikan dalam
hun 2006. Ia dikenal sebagai salah majalah Femina dan Aneka.
seorang pengarang perempuan sas-
tra Jawa yang muncul pada tahun atas s. danusubroto
1970-an, sekitar dua tahun setelah
munculnya para pengarang wanita Nama aslinya Atas Sampurno.
Jawa yang lebih senior, yaitu Lastri Akan tetapi, ia menambahkan nama
Fardhani Sukarton, Th. Sri Rahayu kakeknya (Danusubroto) di belakang
Prihatmi (alm.), Toet Sugiyarti Sa- namanya sendiri sehingga menjadi
yogya, dan Iskasiah Sumarto (alm.). Atas Sampurno Danusubroto; dan ia
Astuti Wulandari pernah menjadi sendiri sering menyingkatnya men-
mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial jadi Atas S. Danusubroto. Ia lahir di
Politik, Universitas Gadjah Mada, Cilacap, tetapi tepatnya di mana dan
kapan ia tidak tahu pasti karena wak-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 45
tu itu sedang dalam suasana revolusi Mingguan Pelopor (1976) pimpinan
fisik dan kedua orang tuanya (dan ke- Jussac MR Wirasubrata dibuka di
luarga) sedang dalam pengungsian. Semarang (berubah menjadi harian)
dan Atas ditugasi menjadi redaktur
Orang tua Atas S. Danusubroto pelaksana merangkap redaktur bu-
seorang guru. Keluarga orang tua- daya. Akan tetapi, di Semarang pun
nya sebenarnya masih memiliki alur harian Pelopor hanya bertahan se-
darah biru. Sebenarnya ia berhak lama 3 tahun (1979).
menggunakan gelar Raden, tetapi
atas kesepakatan keluarga penye- Kendati begitu, pada tahun itu
matan gelar itu tidak pernah dilaku- Atas telah bergabung dengan B.M.
kan. Ayah Atas meninggal ketika ia Diah menjadi wartawan harian Mer-
dan saudara-saudaranya masih kecil. deka, kemudian pindah ke harian
Hal itu yang menyebabkan ibunya Buana Minggu edisi Jakarta, dan se-
harus bekerja keras untuk menghi- bagai wartawan mingguan Dharma
dupi empat anaknya yang masih ke- edisi Semarang. Namun, mingguan
cil-kecil. Ketiga saudaranya akhirnya ini diguncang isu bangkrut, dan ia
menjadi guru (SMP dan SMA). Ada- ditarik oleh mingguan Bahari. Na-
punAtas sendiri sejak kecil harus ikut mun, pada waktu itu ia dan keluar-
kakek (Danusubroto) karena keadaan ganya sudah kembali ke Purwodadi,
ekonomi ibunya amat buruk. Tetapi, Purworejo, desa asal istrinya. Di situ
SMP belum selesai ditempuh, kakek- ia menjadi wartawan untuk wilayah
nya meninggal sehingga ia harus kem- Purworejo. Kemudian, ketika harian
bali kepada ibunya. Selanjutnya, ka- Kartika disubsidi oleh Jawa Pos, ia
rena keadaan ekonomi pula ia terpak- bekerja sebagai wartawan Kartika
sa bekerja untuk biaya menyelesaikan edisi Semarang, yang saat itu pe-
sekolah (SMP dan SMA di Cilacap). nanggungjawabnya Darmanto Jat-
Kemudian ia juga mencoba kuliah di man. Harian ini pun dengan cepat
sebuah akademi diYogyakarta, tetapi gulung tikar, tetapi beruntung karena
terpaksa harus berhenti karena ke- ia sudah menjadi koordinator Harian
sulitan biaya. Namun, ia sempat Jayakarta untuk wilayah Kedu. Ke-
menyelesaikan kursus pembukuan tika harian ini gulung tikar pula, ia
(Bond A1, Bond A2, dan Bond B). ditarik kawannya untuk menjadi
wartawan Pos Kita Sala yang akhir-
Pada masa berikutnya Atas be- nya pun gulung tikar. Sekarang ia
kerja di sebuah perusahaan ban yang menjadi Wakil Pemimpin Redaksi
beralamat di Jalan Majapahit, Sema- Majalah Legalitas edisi Semarang
rang. Di situ ia ditempatkan sebagai yang kini majalah itu sudah bertahan
kepala pembukuan (book hooding). tiga tahun. Selain itu, bersama ka-
Akan tetapi, ia segera keluar karena wannya pula ia menerbitkan majalah
tak tahan melihat kemunafikan di pe- untuk SD bernama Cerdas yang di-
rusahaan tersebut. Setelah itu ia ma- terbitkan oleh Dinas Pendidikan dan
lang-melintang di dunia kewarta- Kebudayaan.
wanan. Profesi ini diawali ketika
46 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Atas Danusubroto juga memiliki 2002 novelnya Tembang Katresnan
banyak pengalaman berorganisasi, terpilih sebagai pemenang ketiga
terutama organisasi kepengarangan. dalam Lomba Penulisan Novel Ber-
Ketika di Yogyakarta, misalnya, ia bahasa Jawa Taman Budaya Yogya-
bergabung dengan Persada Studi karta (terbit 2004). Sejak tahun 1999
Klub (PSK) pimpinan Umbu Landu guritan-nya belum pernah dipubli-
Paranggi. Kawan-kawannya waktu kasikan (masih disimpan). Namun,
itu ialah Suwarno Pragolapati, Emha ia tak pernah mau berhenti menulis.
Ainun Najib, Imam Budi antosa, Te- Bahkan, jika tidak menulis, ia justru
guh Ranu Sastraasmara, Linus Sur- pusing. Atas mengatasi keanehan
yadi AG., Korrie Layun Rampan, dirinya itu dengan selalu menulis.
Jasso Winarto, Darmadji Sosropura, Saat ini ia lebih banyak menulis arti-
dan Darmanto Jatman. Ia menunjuk- kel daripada sastra.
kan bakatnya pula sebagai penulis
berbahasa Jawa di Kembang Bra- Pada tahun 1972 Atas menikah
yan. Kemudian, ketika ia di Sema- dengan seorang gadis dari Bubutan,
rang, bersama Muhamad Juwahir, Purwodadi, Purworejo. Dari perka-
Halis L.S., dan Hari Bustaman winan itu ia dikaruniai tiga orang
membentuk Kelompok Sembilan anak (2 perempuan dan 1 laki-laki).
yang menyiapkan KPS (Kelompok Mereka kini sudah besar, sudah me-
Penulis Semarang). Akan tetapi, di nyandang gelar sarjana. Di hari tua-
Semarang tidak lama karena di kam- nya ia masih dipercaya sebagai Ba-
pung halaman istrinya, Purworejo, perdes (Badan Perwakilan Desa) di
bersama Sukoso DS mengelola “Ko- Bubutan, Purwodadi, Purworejo.
pi Sisa” Kelompok Pecinta Sastra Bahkan, kalau negara sedang pesta
Purworejo. Ia mengaku tidak pro- pemilu, Atas disertakan sebagai ang-
duktif di kelompok itu. gota Panwaslu.
Atas mengaku bahwa mulai awicarita
menulis sejak SMA. Hobi itu bukan
pekerjaan selingan saja, tetapi kare- Di dalam sastra Jawa dikenal
na panggilan hati. Kadang-kadang istilah awicarita. Awicarita adalah
ingin menulis dalam bahasa Jawa, seorang yang ahli di bidang mendo-
kadang-kadang ingin menulis dalam ngeng atau bercerita yang membuat
bahasa Indonesia. Sebagai penga- pembaca merasa terharu. Istilah awi-
rang Jawa ia mengikuti tradisi sas- carita setaraf dengan paramengsas-
trawan Jawa yang sering mengguna- tra (ahli di bidang bahasa dan sas-
kan nama samaran. Nama samaran tra), paramengkawi (ahli di bidang
yang sering digunakan ialah Kemu- karang-mengarang), mardawa lagu
ning Sesele. Ia mengirimkan tulisan- (ahli di bidang tembang dan lagu,
nya (guritan, cerkak, cerbung) ke mardawa berarti halus), mardawa
majalah Mekar Sari, Djaka Lodang, basa (ahli di bidang merangkai ba-
dan Panjebar Semangat. Pada tahun hasa yang mengharukan atau menye-
babkan rasa haru di hati, yang me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 47
nyebabkan rasa gembira, rasa kasih, konkan. Misalnya: volume suara Pra-
dan sebagainya), mandraguna (sa- bu Baladewa sangat berlainan dengan
ngat terampil dalam hal kemampuan volume suara Prabu Kresna ataupun
dan pengetahuan) nawungkrida (ha- Prabu Suyudana; (2) rengep, dalam
lus perasaannya sampai bisa me- pergelaran wayang kulit, dalang
nanggapi maksud hati orang lain, harus berusaha agar penampilannya
dan sambegana (utama sekali hidup- tidak menjemukan; (3) enges, mak-
nya). Pujangga yang telah bergelar sudnya, sang dalang dituntut untuk
awicarita memiliki beberapa kelebih- dapat membedakan dialog-dialog an-
an, baik lahir maupun batin. Seorang tara tokoh-tokoh wayang yang telah
pujangga yang memiliki kelebihan bersuami ataupun beristri dengan to-
batin berarti dapat mendengar aka- koh-tokoh wayang yang sedang ber-
çaçabda ‘suara langit’. Yang dimak- tunangan ataupun berpacaran; (4)
sud suara langit adalah bisikan atau tutug, dalam pergelaran, dalang tidak
ilham yang datangnya dari langit dibenarkan memperpendek dialog; (5)
atau dalam istilah sastra Jawa dise- pandai dalam sabetan, dalam hal ini,
but jangka ‘ramalan’. dalang dituntut kemahirannya dalam
memainkan wayang, baik dalam ade-
Dalam perkembangannya, istilah gan tari maupun adegan perkelahian
awicarita juga dipakai dalam istilah (perang) dan membuat wayang terse-
pedalangan. Dalam istilah pedalang- but seolah-olah hidup dalam pentas;
an, awicarita digunakan sebagai pe- (6) pandai melawak, artinya, selain
nyebutan bagi dalang yang mampu memainkan wayang, dalang harus
menguasai seluk-beluk wayang dan pandai melawak dengan banyolan-
segala pelengkapannya. Dalang dapat banyolan yang segar dan tidak men-
disebut awicarita apabila dia mema- jemukan; (7) pandai mengarang la-
hami dengan benar semua cerita yang gu, dalam pergelaran, sang dalang ha-
terkandung dalam sebuah lakon yang rus menguasai lagu-lagu untuk suatu
sedang dipertunjukkannya. Di sam- adegan, (8) pandai merangkai baha-
ping itu, ia mengetahui semua boneka sa, sang dalang dituntut pula kepan-
wayang kulit beserta ricikan-nya, daiannya dalam meggunakan tata
yaitu berbagai peralatan dan per- bahasa untuk tokoh-tokoh wayang-
lengkapannya yang diperlukan secara nya. Misalnya, penggunaan bahasa
mutlak untuk melancarkan sesuatu la- untuk para dewa, pendeta, raja, rak-
kon. Untuk menjadi awicarita, dalang sasa, dan ksatria karena tokoh-tokoh
harus dapat mengetahui dua belas tersebut mempunyai ragam bahasa
macam keahlian. Kedua belas hal yang berlainan; (9) faham kata-kata
yang pokok itu adalah (1) antawaca- kawi, maksudnya, sang dalang harus
na berarti ‘dialog’; maksudnya, da- dapat menguasai kata-kata kawi da-
lam mengemukakan antawacana, da- lam penggambaran suasana keraton
lang harus dapat memberi perbedaan dari tiap kerajaan; (10) paham para-
warna serta volume suara dari ma- meng kawi, maksudnya sang dalang
sing-masing tokoh wayang yang dila-
48 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
harus memahami bahasa kawi dan
dasanama ‘sinonim’ dari kata-kata
kawi yang digunakannya untuk pen-
jelasan nama-nama lain dari tokoh
wayang tersebut; (11) paham para-
ma sastra, maksudnya, sang dalang
harus mengetahui pakem-pakem pe-
dalangan yang berhubungan dengan
suluk dan greget saut.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 49
b
babad lam Babad Pagedhongan berikut
ini.
Salah satu genre sastra yang isi
teksnya mengandung campuran an- Kanjeng Sultan (Agung) paring
tara sejarah, mitos, dan kepercayaan. pangandika maneh: “Kakang
Berdasarkan isi teksnya, babad Pengulu, muga aja ndadekake
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kaliruning pamikirmu, ing sa-
(1) babad yang memuat sejarah suatu rehning ingsun iki Kalifatullah,
tempat, misalnya Babad Tanah Jawa, apa ora beda karo kawulaning-
Babad Kartasura, Babad Banten, sun?” Kyai Pangulu matur:
Babad Bandawasa, Babad Pathi, “Nuwun saestu sanes sanget
Babad Wirasaba, Babad, Kebumen; katimbang kaliyan kawula da-
(2) babad yang memuat sejarah per- lem. Sabab sarira dalem Nata,
juangan seorang tokoh, misalnya Ba- punika wewakiling Allah musti-
bad Ajisaka, Babad Arungbinang, kaning jagad raya jumeneng
Babad Dipanegara, Babad Mang- ngasta pangwasa kukum adil
kubumi, Babad Pakualaman, Babad leres, langgeng rinekseng ba-
Sultan Agung, Babad Trunajaya, Ba- wana.”
bad Untung Surapati; dan (3) babad
yang memuat sesuatu peristiwa, mi- Kanjeng Sultan (Agung) bersab-
salnya Babad Bedhah Ngayogya- da kembali: “Penghulu, jangan
karta, Babad Giyanti, Babad Paci- engkau salah paham, karena aku
na, Babad Prayut. Kebanyakan ba- ini Kalifatullah, apakah aku ini
bad dalam sastra Jawa ditulis dalam tidak berbeda dengan rakyat-
bentuk macapat (puisi), tetapi juga ku?” Kyai Penghulu menjawab:
ditemukan babad yang ditulis dalam “Memang sangat berbeda jika
bentuk prosa (gancaran), misalnya dibandingkan dengan rakyat Pa-
Babad Pagedhongan, Babad Sruni. duka. Sebab Paduka adalah raja
Sebagai karya sastra yang mengan- yang menjadi wakil Tuhan dan
dung campuran antara sejarah, mi- mustika dari jagad raya, pengua-
tos, dan kepercayaan, di dalam ba- sa dunia yang menguasai hukum
bad terdapat unsur-unsur yang ira- yang adil dan benar, abadi me-
sional dan magis yang mengagung- nguasai dunia.”
kan raja dan wangsanya (dinasti).
Pengagungan ini dianggap sebagai Babad sebagai karya sastra ter-
upaya untuk memperbesar tuah dan nyata tidak hanya ditulis di Jawa ka-
kesaktian seorang raja sebagai pusat rena di dalam sastra Bali juga ter-
penyembahan dan wakil Tuhan di dapat tradisi penulisan babad, misal-
dunia, misalnya yang terungkap da- nya Babad Pasek, Babad Arya, Ba-
bad Buleleng. Di Bali, babad keba-
50 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
nyakan ditulis pada zaman Kerajaan Mangkubumi keluar dari keraton
Gelgel (1340—1705). dan memberontak karena tanah
bengkoknya atau nafkahnya diku-
babad giyanti rangi sangat banyak. Beliau berpe-
rang melawan keraton Surakarta.
Kitab Babad Giyanti adalah ki- Selama peperangan itu berlangsung,
tab babad yang mengkisahkan ten- Pangeran Mangkubumi amat dise-
tang pembagian negara. Bahasa Ba- gani oleh pangeran lainnya yang ti-
bad Giyanti termasuk baik, seperti dak puas hatinya. Pangeran Mang-
yang terdapat di dalam kitab Cebo- kunegara atau Sambernyawa patuh
lek. Penceritaannya kelihatan hidup. kepada Pangeran Mangkubumi.
Kiai Yasadipura pandai menggam- Oleh karena itu, Pangeran Mangku-
barkan para tokohnya. Babad Gi- negara diangkat menjadi senapati
yanti dicetak dengan huruf Jawa oleh oleh Pangeran Mangkubumi.
H. Buning tahun 1885, 1886, 1888,
dan 1892, sebanyak empat jilid. Se- Pangeran Mangkubumi me-
telah itu dicetak oleh Balai Pustaka, naklukkan daerah-daerah di luar
menjadi jilidan kecil-kecil. Pada za- Surakarta. Di dalam peperangan itu
man pemerintahan Kangjeng Susu- Pangeran Mangkunegara memisah-
hunan Paku Buwana VIII banyak kan diri dari Pangeran Mangkubumi
karya sastra yang berfungsi sosial dan berbalik menjadi musuhnya. De-
yang tinggi, demikian juga dengan ngan adanya peperangan tersebut,
Babad Giyanti. Hal itu terlihat da- akhirnya tanah Jawa dibagi menjadi
lam kegiatan melantunkan karya- dua. Pangeran Mangkubumi menja-
karya sastra (macapatan) pada tradi- di raja keraton Ngayogyakarta dan
si kehidupan di dalam keraton Sura- bergelar Kangjeng Sultan Hameng-
karta. Kegiatan tersebut dilakukan ku Buwana I.
oleh para abdi prajurit yang berjaga
atau caos. Mereka membaca buku Pengikut Kangjeng Sultan, an-
atau naskah karya sastra secara tara lain K.G. Mangkunagara (sebe-
bergantian dan dilagukan. Kegiatan lum beliau memisahkan diri),Adipati
itu sebagai sarana untuk mencegah Puger (Martapura), Tumenggung
kantuk dan para pembacanya pun Prawiradirja, Tumenggung Suryana-
mendapat manfaat darinya. Pada za- gara (Suwandi), dan sebagainya.
man pemerintahan Kangjeng Susu- Atas anjuran Kompeni yang mem-
hunan Paku Buwana XI, naskah Ba- bantu keraton Surakarta, Pangeran
bad Giyanti merupakan karya sa- Mangkunegara itu disuruh tunduk
linan. kepada Surakarta. Pangeran Mang-
kunegara tunduk kemudian memper-
Babad Giyanti mengkisahkan oleh berkedudukan sebagai Mangku-
tentang pembagian negara. Kisahnya negara I. Peperangan diselesaikan
sebagai berikut. Keraton Kartasura pada zaman pemerintahan Kangjeng
pindah ke Surakarta karena dirusak Susuhunan Paku Buwana III.
oleh orang-orang Cina. Pangeran
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 51
babad pakepung jumeneng narpati, wantu nata
taruna.
Kitab Babad Pakepung muncul
pada zaman pemerintahan Kangjeng 2. Ingadhepan abdi kang tan yukti,
Susuhunan Paku Buwana IV. Kitab nama Panengah lan Wiradigda,
ini menceritakan waktu Kangjeng Bahman kelawan Nursaleh,
Susuhunan Paku Buwana IV meme- samya ngadoni atur, pinrih
lihara orang yang dianggap sakti, benggang lawan Kumpeni,
bernama Bahman, Wiradigda, Pane- aturnya mring
ngah, dan Kanduruan. Hal itu menim- sang nata, wong papat punika,
bulkan kecurigaan pemerintah Be- kathah sasanggupira, atemahan
landa dan kerajaan Yogyakarta ka- kawedhar tyasnya sang aji, ke-
rena akan membuat masalah. Akan nyut mring setan papat.
tetapi, mereka menyangka tentang hal
itu apalagi menimbulkan huru-hara. 3. Sahature dhinahar mring aji,
Oleh karena itu, Surakarta dikepung nata supe mring pamongira
oleh tentara dari Yogyakarta, peme- rina wengi esuk sore,
rintah Belanda, dan Mangkunega- mung setan papat iku, kang
ran. Masyarakat kerajaan Surakarta ginagas-(ka) gagasing galih,
amat bingung dan risau. Hilangnya abdi pamongira, awit kala timur
kesedihan serta bubarnya barisan- Ngabehi Yasadipura, wus
barisan yang mengepung itu karena sininglur, tan kanggep saatur-
adanya berkah dan nasihat orang neki, dadya nahen sungkawa.
tua-tua di Surakarta. Mereka mena-
sihatkan agar empat orang sakti Terjemahannya ke dalam bahasa
yang menimbulkan kekacauan itu di- Indonesia sebagai berikut.
tangkap. 1. Yang diikat (dalam) tembang
Babad Pakepung adalah karya dhandhanggula
Kiai Yasadipura II. Naskah itu hi- tatkala Sri Susuhunan bertahta,
dup, indah, jelas, arti kalimat-kali- ialah Sri Paku Buwana, yaitu
matnya dalam, singkat dan padat, sang Abdurrachman,
dengan diberi angka tahun. Kutipan Sayidina panata-agama, Sena-
kata-kata dalam pengantarnya seba- pati Ngalaga,
gai berikut. yang keempat, yang bertahta di
1. Kang sinawung sekar gula mi- Surakarta,
belum lama baginda duduk di
lir, duk jumeneng dalem jeng atas tahta, adat (seorang) raja
susunan, nenggih muda.
Paku Buwane, je kang Abdur-
rachman 2. Dihadap hamba yang tak baik
iku, Sayidina panata gami, Se- budi, bernama Panengah dan
napati ngalaga, ingkang kaping Wiradigda, Rahman beserta
catur, kang ngadhaton Surakar- Nursaleh, sekaliannya membu-
ta, dereng lama denya juk
52 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
agar (raja) pisah dengan kum- ya Kiai Yasadipura. Lagu dan kali-
peni, sembahnya kepada raja, matnya amat baik dan dapat meng-
keempat orang itu, hidupkan perasaan. Cara membuat
banyak kesanggupannya, akhir- gambaran-gambaran, lukisan-lukis-
nya terbukalah hati sang raja, an, atau sentilan-sentilan yang mem-
terpengaruh setan empat. punyai maksud tertentu ditulis de-
ngan sangat tajam. Babad Prayut
3. Sekali sembahnya dianut sang adalah naskah yang dibaca. Pada za-
raja, raja man Kangjeng Susuhunan Paku Bu-
lupa akan pengasuhnya, siang wana VIII, babad tersebut mempu-
malam pagi petang hanya setan nyai fungsi sosial yang tinggi. Karya
yang empat itu, yang terpikir, sastra itu dibaca dalam kegiatan me-
tercantum dalam hati; hamba lantunkannya dalam tradisi kehidup-
pengasuhnya, semenjak kecilnya an di keraton Surakarta. Kegiatan itu
Ngabehi Yasadipura, dilakukan oleh para abdi prajurit yang
tak didengar tiap tutur katanya, berjaga atau caos. Mereka membaca
maka (beliau) menahan duka.’ naskah tersebut secara bergantian
dan dilagukan.
Kitab Babad Pakepung belum
pernah dicetak. Kitab itu bertem- Naskah babad itu menceritakan
bang macapat. Kitab itu mencerita- tentang peristiwa-peristiwa yang ter-
kan tentang perjalanan pemerintahan jadi setelah perang Giyanti selesai.
pada masa Kangjeng Susuhunan Pa- Permaisuri K.P.H. Mangkunagara
ku Buwana IV yang tidak mulus ka- yang bernama Ratu Bandara, puteri
rena Kangjeng Susuhunan Paku Bu- Sri Sultan Yogyakarta, dicerai atas
wana IV pernah terpojok. Beliau di- kehendak Kangjeng Sultan. Dengan
kepung dari beberapa penjuru, yaitu adanya peristiwa itu lalu timbul
dari Belanda, Mangkunegaran, Yog- perang kecil-kecil. Yang dipermasa-
yakarta, dan daerah brang wetan lahkan adalah tentang langgar-me-
‘daerah timur’. Hal itu terjadi karena langgar batas tanah daerah Yogya-
Kangjeng Susuhunan Paku Buwana karta dan Surakarta. Peperangan itu
IV akan memisahkan diri dari Kom- reda karena didamaikan oleh para
peni Belanda dan bercita-cita ingin pembesar dan pemerintah Belanda.
menjadi yang terkuat di antara pe- Selanjutnya terjadi peperangan ke-
saing-pesaingnya dalam dinasti Ma- cil-kecil, yaitu memerangi pembe-
taram. Keadaan terpojok itu hanya rontak-pemberontak yang belum
sebentar, lebih kurang selama tiga mau tunduk. Pemberontak-pembe-
bulan pada tahun 1790 M. rontak itu, antara lain pemberontak-
an P.H. Prabujaka, pemberontakan
babad prayut Panembahan Kowak, dan pemberon-
takan R. Wiratmeja. Di samping itu,
Babad Prayut merupakan karya naskah babad ini menceritakan hu-
sastra lanjutan dari Babad Giyanti.
Babad Prayut juga merupakan kar-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 53
bungan persaudaraan antara keraja- adegan itu mempunyai hubungan
an Yogyakarta dan Surakarta. erat dengan alur. Ada juga pengerti-
an yang menyebutkan bahwa adegan
babak ialah sebuah peristiwa atau sebuah
cerita, dan biasanya sudah dikem-
Istilah babak mengacu kepada 2 bangkan penuh. Khusus dalam teori
pengertian tentang kesenian yang drama klasik terdapat konvensi khu-
berbeda, yaitu (1) berkaitan dengan sus pada tatanan alur. Pada umum-
sejarah sastra, dan (2) sebagai istilah nya, jumlah babak dalam drama kla-
dalam seni drama atau teater. Dalam sik sebanyak lima buah, dengan tata-
kaitanannya dengan kesastraan, isti- nan peristiwa sebagai berikut: (1)
lah babak yang mengacu kepada se- paparan, (2) rumitan, (3) klimaks,
jarah sastra, berarti “periode”, atau (4) leraian, dan (5) selesaian. Akan
bagian waktu, atau babakan waktu tetapi, dalam perkembangan selan-
tertentu yang dikuasai oleh sistem jutnya, drama tidak harus terdiri atas
norma, yang membedakan babakan 5 babak. Bahkan, sebuah drama da-
waktu yang satu dengan bagian wak- pat tidak mempunyai adegan, hanya
tu yang lain. Pembabakan waktu terdiri atas sederet adegan, seperti
atau penataan periode ke periode ini drama “Mini Kata”-nya W.S. Ren-
penting dalam penyusunan sejarah dra yang dipentaskan pada akhir ta-
sastra untuk melihat perkembangan hun 1960-an, sepulangnya dariAme-
yang terjadi dalam suatu jenis sastra. rika Serikat.
Misalnya, Suripan Sadi Hutomo me-
nata pembabakan sastra Jawa mo- babon
dern menjadi 3 babakan, yaitu (1)
periode Balai Pustaka yang mengha- Istilah ini sering ditemukan da-
silkan genre novel; (2) periode per- lam sastra Jawa lama. Kata babon
kembangan bebas yang menghasil- secara leksikal mengandung makna
kan novel, cerpen, dan guritan; pada ‘induk binatang’, misalnya ayam,
periode tersebut didukung oleh ang- kerbau, dan lembu. Dalam dunia
katan kasepuhan, angkatan perintis, sastra, istilah babon juga masih me-
dan angkatan penerus; (3) periode ngandung makna induk. Pengertian
sastra majalah atau koran, yang di- induk di situ tidak dalam artian bio-
penuhi dengan sastra panglipur wu- logis, tetapi cenderung mengacu pa-
yung. Pembabakan dalam sastra Ja- da pengertian simbolis yang bermak-
wa tentu saja berbeda dengan pem- na ‘karya besar atau karya pertama’.
babakan dalam sastra Indonesia atau Artinya, karya sastra yang bertindak
sastra yang lain karena lingkungan sebagai babon itu cenderung lahir le-
pendukung berbeda-beda. bih dulu dan mencakupi kerangka
cerita yang utuh dan dan besar. Da-
Arti kedua dari istilah babak lam perkembangan selanjutnya kar-
ialah “bagian drama atau lakon”. ya sastra babon disalin. Dalam pe-
Satu babak dapat terdiri atas bebe- nyalinannya terjadi penambahan
rapa adegan, dan masing-masing
54 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
atau pengurangan. Karya Mahaba- kata dalam setiap baris, dan persa-
rata merupakan karya induk, yang jakan dalam setiap akhir baris. Ke-
dalam perkembangannya melahirkan terikatan pola tersebut dapat digam-
beberapa cerita kecil atau carangan, barkan dengan angka dan huruf atau
misalnya Pendhawa Ngenger, Abi- bunyi sebagai berikut: 12a—3e—12
manyu Kerem, Tumuruning Wahyu a—3 e—12a—3 e. Setiap tembang
Cakraningrat, dan sebagainya. Da- atau sekar itu mempunyai watak yang
lam genre babad sering sekali dite- spesifik. Tembang Balabak berwatak
mukan karya babon, misalnya Ba- sembrana parikena ‘main-main yang
bad Tanah Jawa yang melahirkan dapat mengenai sasaran’. Bicaranya
karya-karya kecil lainnya, misalnya ke sana-kemari tidak dapat terfokus.
Babad Pagedhongan. Karya-karya
kecil itu berinduk cerita pada Babad Setiap tembang dapat diawali
Tanah Jawa, tetapi di dalamnya ter- dengan sasmita tembang ‘isyarat
kandung pengembangan cerita yang pola persajakan’ yang ditempatkan
tidak ditemukan dalam karya induk. pada awal tembang atau pada akhir
tembang pupuh ‘jenis tembang ter-
Dalam judul yang sama, suatu tentu’ sebelumnya. Sasmita tembang
karya sastra Jawa lama (babad) akan dapat berada di awal, tengah, atau
dapat dirunut mana yang berkedu- akhir suatu baris. Sasmita tembang
dukan sebagai karya babon dan ma- Balabak biasanya menanpilkan kata
na yang sebagai karya turunan atau balabak ‘papan’ atau klelep ‘teng-
salinan. Di samping itu, istilah ba- gelam’, atau keblabak.
bon, dalam lingkungan filologi, me- Contoh tembang Balabak:
ngandung makna naskah asli. Arti-
nya, kecuali naskah asli yang mence- BALABAK
ritakan sesuatu, masih ditemukan Byar rahina ken rara wus maring
pula naskah turunan atau tidak asli sendhang, mamet we .
yang di sana-sini terdapat penyim- Turut marga nyambi reramban
pangan, baik pengurangan maupun janganan, antuke.
penambahan. Prapteng wisma wusing nyapu
atetebah, jogane.
balabak Ketika fajar datang si gadis telah
pergi ke sumber air, mencari air.
Balabak merupakan salah satu Sepanjang jalan sambil memetik
nama Tembang Tengahan atau Sekar sayuran, pulangnya.
Tengahan yang sering pula disebut Sesampai rumah terus member-
dengan istilah maca-tri. Tembang sihkan, lantainya.
Tengahan itu seperti halnya jenis
tembang macapat terikat oleh guru baliswara
gatra, guru wilangan, dan guru la-
gu. Keterikatan pola tembang Bala- Di dalam sastra Jawa khususnya
bak itu diwujudkan dalam jumlah tembang terdapat istilah baliswara.
baris dalam setiap bait, jumlah suku Istilah tersebut berasal dari kata ba-
lik ‘terbalik’ dan swara ‘suara’ yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 55
berarti suara terbalik. Dengan de- lungan-nya atau titi nada yang ter-
mikian, istilah baliswara berarti tulis, mungkin masih dirasakan ku-
pembalikan kata atau kalimat di da- rang luwes karena masih terasa lugas
lam larik tembang. Di dalam tem- dan lugu. Oleh karena itu, dalam me-
bang, pembalikan suara ini dimak- nyanyikan tembang macapat diper-
sudkan untuk mencari guru lagu lukan hiasan (ornamen) agar lebih
‘suara vokal’ pada akhir larik dari luwes dan memenuhi selera seni baca
suatu tembang. Istilah baliswara ini tembang macapat. Hiasan nada ter-
identik dengan “camboran balis- sebut sering disebut wilet (wiletan)
wara”. Di dalam mengarang tem- atau garapan yang lebih indah.
bang, pengarang berhak mengubah Contoh:
atau membalik kalimat. Misalnya, di Not balungan : 2 . 3 dapat digarap
dalam kalimat biasa berbunyi menjadi : 2 . 2 1 2 3
“Anoman sampun malumpat”. Ka- Not balungan : 1 . 6 dapat digarap
rena mengejar buyi vokal u di akhir menjadi : 2 . 2 3 2 1 6
baris, kalimat di atas diubah “Anom- Not balungan : 6 1 2 dapat digarap
an malumpat sampun”. Pengubahan menjadi : 6 . 1 2 3 1 2
dari kalimat “Anoman sampun ma-
lumpat” menjadi “Anoman malum- bambang (“kenthut”) widoyo
pat sampun” karena untuk mencari/ s.p. (1957—1997)
mengejar guru lagu ‘bunyi vokal di
akhir larik’. Dengan demikian, bunyi Panggilan sehari-harinya Ken-
vokal u pada kata sampun berada di thut. Lahir di Sala pada 27 Juli 1957.
akhir baris. Contoh lainnya dalam Ia bungsu dari sembilan bersaudara,
kalimat prosa biasa berbunyi “La- putra pasangan Soponosastro dan
mun tanpa sastra sepi kagunan” Sri Nartani (13 kali melahirkan). Se-
diubah dalam bentuk tembang men- jak kecil ia telah biasa mendengar
jadi “Lamun tanpa sastra kagunan tembang, nyanyian, dan dongeng da-
sepi”. Contoh lain berbunyi “Si ula ri ibunya, sehingga darah seni seolah
iku yen nyakot ngendelken man- mengalir dalam dirinya. Apalagi, sa-
dining wisane”. Kata tersebut diba- at itu, tahun 1970-an, ketika masih
lik menjadi “Si ula ngendelken iku , duduk di bangku SMP, ia berkesem-
mandining wisa yen nyakot.” patan membantu kakaknya yang se-
ring mengelola pertunjukan drama di
balungan Sala. Teater yang pernah menggelar
pertunjukan di Sala, antara lain,
Notasi lagu tembang macapat Teater Keliling-Rudolf Puspa, Teater
selalu diolah atau digarap oleh guru Remaja Kasim Ahmad-Dedy Miz-
tembang. Dengan kata lain, menya- war, dan Teater Madiri-Putu Wijaya.
nyikan tembang macapat berdasar- Sambil membantu menjualkan tiket,
kan rasa seni masing-masing si pe- Kenthut bisa menonton pertunjukan
nyanyi. Jika hanya dibunyikan atau gratis dan mendapat sedikit uang sa-
dinyanyikan menurut nada-nada ba- ku.
56 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Itulah sebabnya, setamat dari disusul Stup (1983) yang kemudian
SMASt. Joseph, sambil kuliah di Ju- diubah judulnya menjadi Suk-Suk-
rusan Karawitan ASKI (sekarang Peng. Dua dari tujuh naskah karya
STSI) Sala, bersama teman-teman Kenthut yang paling penting adalah
di SMAUrsulin ia mendirikan Teater Rol (1983) dan Leng (1985). Rol ber-
Seplin. Teater itu sempat mementas- isi kisah nasib wayang orang dan ‘pe-
kan karya-karya Akhudiat, Putu Wi- trus’, sedangkan Leng berisi kritik
jaya, Slawomir Mrozek, dan lain- atas pemekaran modal, industriali-
lainnya. Pada Januari 1981, bersama sasi, kewajiban sowan, caos, dan hal-
rekan-rekan mahasiswa ASKI, ia hal yang menggilas budaya daerah.
mendirikan Teater Gapit. Lakon Gan- Karena iklim politik saat itu sangat
drung Kecepit karya Sarwoko Tesar protektif, naskah-naskah itu terpaksa
adalah naskah drama bahasa Jawa lahir dan dibidani di luar lingkungan
pertama yang disutradarai dan dipen- kesenian. Untuk menyiasati agar aman
taskan oleh kelompoknya. Namun sa- dan lancar, pergelaran Rol dan Leng
yang, ia tidak rampung kuliah, hanya terpaksa dilakukan di gedung tertu-
sampai semester IV. tup, penonton terbatas, antara lain di
Monumen Pers Sala.
Persentuhannya dengan budaya,
sastra, dan seni(man) Jawa sangat Buku kumpulan naskah sandi-
mewarnai karya-karya dramanya, wara karya Kenthut sengaja diberi
termasuk 72 serial cerita remaja ber- judul Gapit; hal itu untuk memba-
judul “Sarawasti Dewi” yang dimuat ngun asosiasi calon pembaca karena
di majalah Hai, Jakarta. Demikian nama Gapit hamper terlupakan. Bu-
juga, noveletnya, yang dimuat di ma- ku ini memuat empat naskah sandi-
jalah Hai, meskipun berbahasa Indo- wara, yaitu Rol karya (1983), Leng
nesia, tetap njawani. Namun, bela- (1985), Tuk (1989), dan Dom (1990).
kangan, Kenthut tidak produktif me- Karya-karyanya itu, termasuk Reh
nulis, apalagi saat itu penyakitnya (1986) dan Luh (1983) yang belum
(kulit, syaraf, dan tulang) semakin selesai ditulis, semua ditampilkan
parah. Kendati demikian, karya-kar- dengan menggunakan bahasa Jawa
ya Kenthut (keponakan Suparto Bra- ngoko. Yang lebih khas lagi ialah,
ta) cukup memberi warna tersendiri naskah itu menyoroti masyarakat
bagi panggung drama Jawa. Sebagai lapisan bawah.
misal, naskah Gandrung Kecepit
karyanya telah dipentaskan 16 kali Karena sangat menyadari keter-
di Sala, Semarang, Klaten, Sragen, batasan dan kekurangannya, sejak
Blora, dan di kampung-kampung. Teater Gapit berdiri, Kenthut dan ke-
lompoknya sengaja memilih bersan-
Brug adalah naskah drama ber- dar pada konsep bebrayan, berpro-
bahasa Jawa karya Kenthut yang ses bersama di dalam berkesenian,
pertama, ditulis dan dipentaskan pa- termasuk dalam penerbitan empat
da 1982 atas pesanan UNICEF un- sandiwara dalam kumpulan Gapit.
tuk masyarakat pedesaan. Kemudian Penyempurnaan dan kreativitas se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 57
ngaja diupayakan untuk tetap me- tetangga, maupun di kampung-kam-
ngalir dalam setiap kesempatan, baik pung lainnya.
penyempurnaan pada garapan ben-
tuk dan isinya. Pada awalnya empat Kenthut berusaha pula njerum
lakon itu diterbitkan oleh Seksi Do- ke dalam pergaulan seni tradisi. Du-
kumentasi Taman Budaya Jawa Te- nia kethoprak dan wayang orang,
ngah dalam bentuk stensilan seder- baik di tobong maupun di gedung,
hana dan terbatas. Penerbitan awal juga diakrabinya. Menggenjot sepe-
ini secara praktis menjawab kebu- da ke luar kota untuk sowan, glenik-
tuhan Teater Gapit—yang selalu ke- an, mencari tahu, ngangsu kawruh
kurangan dana—sebagai ‘pancadan’ kepada para empu adalah kebiasaan-
untuk menyiapkan pementasan dra- nya. Dalam omong-omong santai,
ma. Kemudian, lewat 25 kali tahapan Sardono W Kusumo yang tiga tahun
kegiatan dan 53 kali proses pemang- terakhir akrab dengannya nyeletuk,
gungan, Rol (6 tahap, 14 kali pemen- “... kalau dia bersepeda ‘blusukan’
tasan), Leng (9 tahap, 14 kali pe- keliling desa dan keluar kota sampai
mentasan), dan Tuk (10 tahap, 25 ka- Blora, Yogya, Pacitan, Ngawi, Pur-
li pementasan), ketiga naskah terse- wokerto, dan lain-lain bukan semata
but oleh Kenthut kemudian disem- agar bisa berkeringat (dokter me-
purnakan, baik teknik penulisan, pe- nganjurkannya) dan olah raga, lebih
ngadeganan, penyempurnaan isi, dari itu yang dia lakukan adalah
maupun penyajian keseluruhan. Se- ‘nyemplung’ dan menyerap lingkung-
mentara Dom (1990) belum banyak an secara total dengan seluruh inde-
dibenahi karena memang baru dige- ranya”.
lar satu kali.
Menulis naskah baru atau kutak-
Penyakit Kenthut semakin meng- kutik membenahi naskah lama biasa
gerogoti tubuhnya. Kalau minum dilakukan sambil mendengarkan re-
obat, dalam waktu 4 jam tubuhnya ngeng-rengeng suara lirih tape re-
terasa panas, berkeringat, lemas, dan corder kecil yang mengalunkan gen-
sakit luar biasa. Untuk memenuhi ke- ding, sindhenan, tembang atau apa
butuhan kreatifnya, Kenthut sering- saja yang menjadi perhatiannya.
kali harus menunda minum obat. Pe- Karya-karyanya banyak diselimuti
nyakit itulah yang menyebabkan me- nuansa musik Jawa. Bahkan di da-
ngapa selama kurang lebih 16 tahun lam beberapa naskahnya, termasuk
Kenthut bersama Teater Gapit hanya Luh, kehadiran gending glathik-
bisa menggelar 91 kali pertunjukan glinding menjadi landas tumpu se-
dan hanya menghasilkan 7 naskah. kaligus tema. Pergaulannya dengan
Namun, penjelajahan, pencarian, dan masyarakat tradisi, dengan Gendon
eksplorasi berkeseniannya dilakukan Humardani, Mbah Gondo Darman,
seiring dengan irama hidup kesehari- para dalang, seniman wayang orang,
annya, baik di lingkungan keluarga, ketoprak, dan masyarakat lapis ba-
wah lengkap dengan kasukan ber-
58 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
main kartu sangat mewarnai lakon- ia dipanggil Tuhan untuk selamanya.
lakonnya. Pagi hari ia datang dan pagi hari pula
ia pergi lewat pintu yang sama.
Ketika menyiapkan naskah Luh,
dalam abstraksinya digambarkan de- bambang sadono s.y. (1957—)
ngan asosiasi pintu, gapura, pura, pu-
ri, lawang, kori yang berkonotasi Bambang Sadono S.Y. lahir pa-
membuka dan menutup, batas, sekat, da 30 Januari 1957, di Jambangan,
dan petunjuk untuk lewat atau apa Blora, Jawa Tengah. Ayah Bambang
saja yang menyangkut perpindahan, Sadono bernama Soeradi Sastrohar-
termasuk dari kesementaraan dan ke- djono, seorang karyawan Departe-
langgengan. Dua sampai tiga tahun men Penerangan di Blora. Setamat
Kenthut bersama teman-teman telah dari SMAPaspal ia kemudian beker-
lebih dari 6 kali sowan Mbah Gondo ja di DPU Kabupaten Tegal, Jawa
Darman, sesepuh para seniman dan Tengah, selama tiga tahun. Namun,
dalang di Kedung Banteng, Sragen. karena didorong oleh perasaan seni
Ketika sowan pertama, perihal pintu yang bersemayam di dalam hidup-
yang ditanyakan Kenthut. Mbah nya, tahun 1978 ia memutuskan ke-
Gondo bilang, “Wah, sebenarnya ba- luar dari pekerjaannya dan pindah
gus itu, ada yang mau menanyakan, ke Semarang. Di Semarang ia kemu-
sayangnya kamu belum kawin dan dian bekerja sebagai wartawan Suara
masih terlalu muda, umurmu belum Merdeka. Beberapa lama kemudian
empat puluh kan? Saya tidak akan ia diangkat sebagai redaktur penga-
menjawab apa lagi mejang, tetapi sa- suh rubrik kebudayaan pada Suara
ya akan ndongeng ....” Selanjutnya, Merdeka edisi Minggu. Sambil be-
masalah yang berkaitan dengan pin- kerja, ia melanjutkan kuliah di Fa-
tu belum selesai, bahkan sampai pa- kultas Hukum Universitas Dipone-
da pertemuan yang ke-6 kali, yang goro. Pada tahun 1991 ia mengambil
sebagian terekam dalam 9 kaset. program Magister Hukum. Setelah
gelar Magister Hukum diraih, ia me-
Sementara itu, penyakit Kenthut ngambil program doktor. Namun,
satu tahun terakhir semakin parah. sampai kini, gelar doktor itu belum
Berat badan menyusut, tubuh makin diperoleh.
kecil, kurus, tak bertenaga, sulit ma-
kan dan minum. Dari enam kali foto Bambang Sadono S.Y. berkiprah
roentgen, pada tulang kepala dan tu- pula di PWI (Persatuan Wartawan
lang punggung terdapat benjolan. Indonesia) Jawa Tengah, bahkan
Selama lebih dari dua minggu dia menjabat sebagai ketua. Dalam per-
terbaring di rumah sakit. Di rumah kembangan berikutnya, ia dipercaya
sakit Katolik Brayat Minulyo, Sura- sebagai Sekretaris Jendral PWI Pu-
karta, Kenthut lahir, hari Sabtu Pa- sat di Jakarta. Di Jakarta, ia kemu-
hing, 27 Juli 1957, pukul enam pagi. dian menjadi redaktur Suara Karya.
Di rumah sakit itu pula, Senin Wage, Pada Januari 2004, ia menerbitkan
8 Juli 1997, sekitar pukul enam pagi, majalah berbahasa Jawa Parikesit.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 59
Selain aktif di dunia kewartawanan, S.P., Yant Mujiyanto, Yudiono K.S.,
ia aktif pula di bidang politik. Ia per- Anggoro Suprapto, dan Djawahir
nah menjadi anggota DPR RI dari Muhammad.
Partai Golkar.
banjaran
Keterlibatan Bambang Sadono
S.Y. dalam dunia sastra Jawa sudah Dalam sastra Jawa, banjaran
lama berlangsung. Pada 1978 ia ak- mengacu pada sastra jenis pewa-
tif dalam kegiatan sastra Indonesia yangan. Banjaran berarti cerita wa-
dan Jawa oleh KPS (Keluarga Penu- yang yang menceritakan tokoh wa-
lis Semarang). Puisi dan cerpen-cer- yang sejak masa kejayaan hingga
pen Jawanya sudah dipublikasikan masa akhir atau gugur atau sekarang
di berbagai media seperti Panjebar disebut dengan biografi seorang to-
Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, koh, misalnya Banjaran Karno, Ban-
Kumandhang, Parikesit, dan seba- jaran Bima, dan sebagainya.
gainya. Karya-karyanya kebanyakan
menggambarkan kenyataan hidup banyol
masyarakat pedesaan dengan berba-
gai ragam keseharian budayanya. Istilah ini adalah kata dasar dari
Karena profesinya sebagai warta- banyolan yang berarti lelucon (ba-
wan masih tetap dipegang, cerkak- dhutan), atau humor, atau keadaan
cerkak Bambang Sadono sering ber- (dalam cerita) yang menggelikan,
bau politik, misalnya, tampak pada yang membuat pendengar atau pem-
“Ati Kang Kobong” (Pustaka Can- baca tertawa. Menurut Sapardi Djo-
dra, No. 1, 1981). ko Damono, dalam pewayangan is-
tilah banyol ini sebagai kemampuan
Sebagai penggurit ia telah meng- seorang dalang untuk menggoda pe-
hasilkan antologi berjudul Telegram nonton agar dapat tertawa atau ter-
(PKJT, 1982). Beberapa guritannya senyum. Adegan banyol ini dilaku-
(“Aku Njur Krungu”, “Sing Dakru- kan oleh para abdi atau punakawan,
ngu”, “Saka Bumi Iki”, dan “Nalika dan beberapa tokoh lainnya yang bu-
Udan Januari Wingi” juga masuk kan tokoh humor, dalam adegan khu-
dalam antologi bersama berjudul sus yang disebut gara-gara. Dalam
Lintang-Lintang Abyor (1982) sun- adegan wayang para tokoh (para
tingan Susatyo Danawi. Adapun kar- abdi atau punakawan, dan beberapa
ya-karya puisinya yang berbahasa tokoh lain) berkelakar, saling menge-
Indonesia juga dipublikasikan ber- jek, berbantahan, sambil menari-na-
sama dalam antologi berjudul Buku ri, atau berbuat apa saja dengan mak-
Pintar Seorang Penulis (Keluarga sud menimbulkan tawa penonton.
Penulis Semarang, 1983). Di dalam Dalam kaitannya dengan sastra Jawa,
antologi tersebut puisi-puisi Bam- pada hakikatnya stuktur novel Jawa
bang Sadono dimuat bersama de- juga memiliki bagian struktur banyol
ngan karya Pamudji M.S., Setyo Yu- ini, misalnya dalam novel Sri Kuning
wono Sudikan, Mukti Sutarman (1933, 1953). Dalam novel ini ade-
60 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
gan saat Sujana turun di Karangdli- basoeki rachmat (1937—1985)
ma adalah contoh episode banyol ter-
sebut. Sujana digambarkan seperti Basoeki Rachmat lahir di Ban-
satria yang turun dari pertapaannya. jarmasin pada 24 April 1937 dan me-
Adegan tersebut mengingatkan pada ninggal di Jawa Timur (Surabaya?)
adegan jejer pendeta dalam pewa- pada 30 Desember 1985. Dalam ka-
yangan. Adegan ini disusul perkela- rangan-karangannya, pengarang yang
hian antara Sujana dengan Subagja, lebih dikenal sebagai wartawan dan
yaitu tokoh jahat yang akan memper- redaktur majalah berbahasa Jawa
kosa Sri Kuning. Di awal perkelahi- Panjebar Semangat, Jaya Baya, dan
an (klimaks) dua orang tokoh inilah Kekasihku ini seringkali mengguna-
adegan banyol itu muncul. kan nama samaran Andanawarih.
Meskipun lahir di Kalimantan, ia
bebasan menghabiskan masa kecilnya di
Nganjuk, Jawa Timur, sehingga pan-
Bebasan adalah satuan lingual dai berbahasa Jawa. Ia sudah menulis
yang tetap pemakaiannya, mempu- sejak masih duduk di SMP.
nyai arti kias, dan mengandung mak-
na perumpamaan. Perumpamaan di Sebagai pengarang, Basoeki
dalam bebasan meliputi keadaannya Rachmat tidaklah produktif seperti
atau sifat orang atau barang. Di sam- kawan-kawan seangkatannya seperti
ping itu, yang diperumpamakan ada- Suparto Brata, Susilomurti, Murya-
lah orang atau barang, tetapi yang lelana, St. Iesmaniasita, Mulyana Su-
lebih diperhatikan keadaannya. Jadi, darmo, Sudharma K.D., atau Kuslan
ciri bebasan adalah bentuk kias, Budiman. Hal itu disebabkan, antara
makna perumpamaan, yang diumpa- lain, oleh kesibukannya sebagai war-
makan keadaan atau barang. Selain tawan yang sering bepergian ke luar
itu, juga diutamakan keadaan dan negeri. Yang paling sering ditulis ada-
kadang-kadang tindakan (orang). lah laporan jurnalistik, termasuk la-
Contoh: poran perjalanan dari tugasnya ke Uni
Aji godhong jati aking garing Sovyet, Jerman, Nederland, Perancis,
‘tak ada harganya atau tak bernilai Jepang, dan sebagainya, termasuk tu-
sama sekali’ lisan hasil wawancara dengan Nyo-
nya Saridewi, istri Bung Karno, di Pe-
ancik-ancik pucuking eri rancis. Aktivitas lain yang juga me-
‘bagai hidup di ujung tanduk’ nyita waktu adalah sebagai anggota
berbagai organisasi kesenian, seperti
wis kebak sundukane Dewan Kesenian Surabaya, Teater,
‘sudah banyak dosanya’ pengasuh apresiasi sastra di televisi,
dan pengurus Persatuan Wartawan
jembar segarane Indonesia (PWI) cabang Surabaya.
‘mudah memaafkan’
Meskipun tidak produktif, kar-
nabok nyilih tangan ya-karya Basoeki Rachmat tidaklah
‘lempar batu sembunyi tangan’. kalah kualitasnya dibanding karya-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 61
karya kawan-kawannya. Terbukti sa- wan Bagaspati, walaupun hanya
lah satu cerita bersambungnya yang mempunyai seorang murid bernama
berjudul “Chadikala” pernah mem- Narasoma—menantunya sendiri, te-
peroleh hadiah sebagai juara II dalam tapi ia seorang pertapa yang tekun.
sebuah sayembara yang diselengga- Seorang begawan tidak harus ber-
rakan oleh majalah Panjebar Sema- darah brahmana. Misalnya, ketika
ngat tahun 1959. Karya-karyanya Arjuna bertapa di Gunung Indrakila,
yang lain, antara lain, berupa puisi ia memakai nama Begawan Cipto-
berjudul “Guritan” (Jaya Baya, 24 ning atau Begawan Mintaraga. Bah-
Oktober 1963), cergam berjudul “Ki kanAnoman, yang berujud kera pun
Danuresa lan Pusaka Sunan Giri” di hari tuanya dikenal dengan sebut-
(Jaya Baya, 18 Agustus 1963), cer- an Begawan atau Resi Mayangkara.
pen berjudul “Bali” (Panjebar Sema-
ngat, 18 Juli 1954) yang kemudian Dalam pewayangan sebutan
diambil oleh Senggono untuk kepen- yang serupa begawan adalah resi
tingan penyusunan antologi Keman- atau pandita. Hampir semua bega-
dhang (Balai Pustaka, 1958). Semen- wan dalam pewayangan merukan
tara itu, puisinya berjudul “Guritan” manusia yang sakti. Kalau seorang
(Jaya Baya, 24 November 1963), begawan mengucapkan kutukan,
“Paman Tani” (Jaya Baya, 21 Juli maka kutukan itu akan terbukti. Mi-
1963), dan “Tembang Prawan Ngan- salnya, Begawan Maetreya yang me-
cik Dewasa” (Jaya Baya, 15 Septem- ngutuk Prabu Anom Duryudana, ke-
ber 1963) diambil dan diantologikan lak dalam Baratayuda paha kirinya
oleh Suripan Sadi Hutomo dalam bu- akan lurnpuh dihantam gada lawan-
ku Antologi Puisi Jawa Modern nya. Begawan Kimindama yang me-
1940-1980 (Sinar Wijaya, 1984; Ba- ngutuk Prabu Pandu Dewanata,
lai Pustaka, 1985). akan meninggal seketika bilamana ia
memadu kasih dengan istrinya. Be-
Sebagai orang yang memiliki ke- gawan Gotama yang mengutuk De-
mahiran berbahasa asing, Basoeki wi Indradi, istrinya, menjadi tugu
Rachmat juga sering menerjemahkan batu. Bahkan, Begawan Animanda-
naskah-naskah asing ke dalam baha- ya yang mengutuk dewa, yaitu Bata-
sa Indonesia. Hanya saja, naskah ra Darma, juga terbukti.
apa saja yang telah diterjemahkan
sampai saat ini tidak diketahui. Kesaktian seorang begawan
wring kah tidak terbatas pada soal
begawan kutuk mengutuk. Begawan atau Resi
Jamadagni bisa tahu perbuatan salah
Begawan adalah gelar bagi per- istrinya walaupun ia tidak menyaksi-
tapa dan guru dalam dunia pewa- kannya. Begawan Wisrawa dalam
yangan. Begawan Drona, misalnya, usia tuanya masih sanggup menga-
adalah guru besar di KerajaanAstina lahkan dan membunuh Jambu Mang-
yang mengajarkan ilmunya pada ke- li, raksasa sakti dari Alengka. Bega-
luarga Kurawa dan Pandawa. Bega- wan Sapwani sanggup menciptakan
62 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
seribu manusia jadi-jadian yang mi- 10. Begawan, adalah pandhita bekas
rip dengan Jayadrata, anak angkat raja, atau raja yang sudah leng-
kesayangannya. ser keprabon.
Dalam pewayangan, ada berba- 11. Wipra, adalah pandhita pujang-
gai istilah khusus untuk menyebut ga. Selain mengajar langsung ke-
anak buah seorang begawan. Semua pada para muridnya, seorang
istilah itu berkaitan dengan tugas- pandhita juga menulis ajarannya
tugas dalam suatu pertapaan. untuk dibaca siapa saja.
Menurut rincian Kalawarti Serat 12. Danghyang, adalah pandhita
Panjangmas, yang dicatat oleh Ki yang ahli meramal. Sebutan
Panut Darmoko, dalang terkenal asal Danghyang lebih merupakan
Nganjuk, Jawa Timur, tataran dan gelar kehormatan.
istilah-istilah tentang jabatan di per-
tapaan dalam Wayang Kulit Purwa 13. Brahmana, adalah pandhita yang
adalah: herasal dari tanah seberang.
1. Wiku, adalah pandhita yang ting-
14. Widayaka, adalah pandhita yang
gal dan membangun pertapaan keramat kata-katanya sering kali
di gunung. menjadi kenyataan, sehingga ia
2. Pandita, bilamana pertapa itu ditakuti orang.
tinggal di kota, dekat dengan ke-
raton. 15. Dayaka, adalah pandhita yang
3. Resi, adalah pandhita yang bila- sakti.
mana perlu masih mampu dan
sanggup berperang. 16. Wasista, adalah pandhita yang
4. Hajar, adalah pandhita yang awas dan waspada.
mengajarkan kepandaian.
5. Dwija, adalah pandhita yang 17. Brahmacari, adalah pandhita
mengajar ilmu lahiriah dan batini- yang wadad, tidak pernah me-
ah. Dalam hal ini sebutan dwija nyentuh wanita.
lebih berarti gelar kehormatan.
6. Dwijawara, adalah pandhita Istilah tentang pekerjaan untuk
yang mengajar tentang ilmu ka- kaum pria di pertapaan:
sidan, tanpa memilih murid, 1. Indung pekerjaannya member-
siapa saja boleh berguru.
7. Yogi, adalah pandhita yang me- sihkan halaman dari rerumputan
nuntun kearah kebahagiaan. dan semak belukar.
8. Muni, adalah pandhita yang 2. Gluntung pekerjaannya adalah
memberi nasehat. pengangkut barang atau memi-
9. Suyati, adalah pandhita yang kul.
mengajar tentang penembahan. 3. Uluguntung pekerjaannya ada-
lah membagi tugas.
4. Cantrik pekerjaannya adalah
menjadi pesuruh.
5. Cekel pekerjaannya adalah men-
jadi juru tanian, memelihara ta-
naman.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 63
6. Putut pekerjaannya adalah me- SekolahTinggi Keuangan (STIEKEN)
melihara keperluan sanggar pa- di Surabaya. Bahkan, belakangan
langgatan. Benne juga belajar ilmu hukum. Se-
benarnya ia tidak berkeinginan untuk
7. Manguyu pekerjaannya adalah menjadi pengarang, apalagi penga-
memukul genta tanda waktu rang sastra Jawa, karena profesi itu
atau Jam. tidak menjanjikan hidup yang layak.
Namun, agaknya takdir Tuhan yang
8. Janggan pekerjaannya adalah menentukan dirinya kini menjadi pe-
sebagai juru tulis, biasanya me- ngarang sastra Jawa.
nulis ajaran-ajaran sang Pandita
yang menjadi gurunya. Karier kepengarangan Benne
tumbuh sejak tahun 1987. Pada ta-
Istilah tentang pekerjaan untuk hun 1987 ia mulai giat menulis crita
kaum perempuan di pertapaan: cekak dan geguritan. Penggurit yang
1. Obatan pekerjaannya adalah bertubuh kerempeng dan giat beriba-
dah ini pernah menjadi reporter ma-
berbelanja dan mengurusi dapur. jalah Semangat Baru di Ujungpan-
2. Abet-abet pekerjaannya adalah dang selama 1 tahun. Karya-karya-
nya baik berupa fiksi maupun non-
mengambil air, mengetam padi fiksi, baik dalam bahasa Jawa mau-
dan memetik hasil kebun. pun bahasa Indonesia, akhirnya ter-
3. Abon-abon pekerjaannya adalah sebar luas ke berbagai media di Su-
membersihkan pertapaan. rabaya, Yogyakarta, Ujungpandang,
4. Kaka-kaka pekerjaannya adalah dan Jakarta.
memasak untuk keperluan selu-
ruh pertapaan. Beberapa karyanya, antara lain,
5. Endang pekerjaannya adalah “Self Proklamation Memory” (1993),
menjadi pesuruh. “Sapantha-pantha Kembang Suket
6. Bidan pekerjaannya adalah me- Padha Mekrok”, “Monolog Sarapan
ngasuh anak dan meramu jamu. Esuk”, “Terminal Pulau Gadung”,
7. Inyo pekerjaannya adalah me- “Selang Pirang Dina Sawise Pilek-
nyusui. pilek”, dan “Loket Bukak Jam Pitu”
8. Dayang pekerjaannya adalah masuk dalam buku Pisungsung: An-
memberi sanggar pemujaan. tologi Guritan 6 Penyair (antologi
9. Sontrang pekerjaannya adalah guritan bersama Budi Palopo, Bonari
menjadi dukun bayi. Nabonenar, ES Danar Pangeran, Su-
10. Mentrik pekerjaannya adalah me- geng Wiyadi, dan Widodo Basuki)
nyiapkan busana dan hidangan. yang diterbitkan oleh Forum Kajian
Kebudayaan Surabaya tahun 1995.
benne sugiarto (1962—1997)
Dua guritan Benne berjudul “Le-
Benne Sugiarto lahir di dusun lakon Alas Melikan” (Juli 1992) dan
Winong, Desa Kedunggalar, Kabu- “Obahna Tangan Sih” (November
paten Ngawi pada tanggal 2 Maret 1993) masuk dalam antologi Kabar
1962. Sejak kecil Benne berkeingin-
an menjadi orang kaya sehingga se-
tamat dari SMA (1982) ia masuk ke
64 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Saka Bendulmrisi: Kumpulan Gu- bersikap kurang senonoh, lalu ia
ritan (Paguyuban Pengarang Sastra dibunuh.
Jawa Surabaya, 2001). Guritan ber-
judul “Matematika Siji Pitu” (Juni Setelah karangan Empu Sedah
1994) masuk dalam antologi Drona hampir sampai pada pasal Prabu
Gugat (Bukan Panitia Parade Seni Salya berangkat ke medan perang,
WR Supratman, 1995). Di samping maka Empu Panuluh diminta untuk
dalam antologi bersama, empat pu- meneruskannya. Cerita ini disebut-
luh dua guritannya telah diterbitkan kan pada akhir kitab Bharatayud-
dalam buku antologi tersendiri yang dha”. Dr. Gunning (dalam Poerba-
berjudul Lading: Antologi Guritan tjaraka dan Tardjan Hadidjaja,
yang diterbitkan oleh Kelompok Seni 1957:25) menyatakan bahwa kitab
Rupa Bermain Surabaya tahun 1994. Bharatayuddha mempunyai keindah-
Hanya sayangnya kini Benne Sugiar- an bahasa dan syair-syairnya. Hal itu
to sudah tiada (meninggal pada ….). dapat dibandingkan dengan syair-
syair bangsa Yunani pada zaman
bharatayuddha kakawin kuna. Sampai sekarang kata-kata
yang dipakai dalam kitab Bharata-
Kitab Bharatayuddha merupa- yuddha digunakan dalam suluk wa-
kan kitab yang terkenal daripada ki- yang, tetapi kata-katanya sudah ru-
tab-kitab Jawa lainnya. Ceritanya sak. Kitab tersebut dicetak dengan
mengisahkan peperangan para Pan- huruf Jawa oleh Dr. Gunning pada
dawa melawan para Korawa. Kitab tahun 1903 dan diterjemahkan ke da-
ini digubah pada zaman pemerintah- lam bahasa Belanda, terbit dalam ma-
an Prabu Jayabaya di Kadiri, pada jalah Jawa tahun ke-14, No. 1, 1934.
tahun sanga-kuda-suddha-candra-
mawa atau 1079 Caka atau 1157 ta- Dalam Bharatayuddha ditemu-
hun Masehi. Prabu Jayabaya bertah- kan nama seorang raja, kronogram,
ta lebihkurang tahun1057—1079 Ca- dan nama kedua pengarang. Prolog
ka atau 1135—1157 tahun Masehi. maupun epilognya lebih panjang da-
ripada kakawin-kakawin lainnya.
Kitab ini digubah oleh dua orang Teka-teki ini dalam tradisi Jawa me-
pujangga. Bagian awal sampai de- rupakan kisah romantis permaisuri
ngan tampilnya Prabu Salya ke me- sang raja. Bagi sang penyair, dialah
dan perang adalah gubahan Empu Se- berfungsi sebagai model istri Prabu
dah, lanjutannya digubah oleh Empu Salya sehingga Prabu Jayabhaya
Panuluh. Ketika Empu Sedah akan merasa curiga. Oleh karena itu, Em-
menggambarkan keelokan Dewi Se- pu Sedah harus menebus dosa-dosa
tyawati, permaisuri Prabu Salya, ia dengan cara ditimpa angkara murka
memerlukan contoh. Dengan seizin sang raja serta hukuman mati.
Prabu Jayabhaya, sang puterilah
yang dijadikan contoh. Akhirnya, Apabila prolog dan epilog kitab
Empu Sedah kena tuduhan bahwa ia Bharatayuddha dibandingkan, maka
dapat diketahui tentang hubungan
raja dengan dewa pelindungnya. Da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 65
lam prolog Prabu Jayabhaya ma- yuddha dikenal oleh masyarakat
nunggal dengan Batara Siwa, se- Jawa Tengah dan dianggap sebagai
dangkan dalam epilog Prabu Jaya- karya sastra yang indah. Dalam per-
bhaya merupakan inkarnasi dari Ba- gelaran wayang Serat Bratayuda
tara Wisnu. Raja dapat mengguna- sebagai sastra wayang purwa men-
kan metode yang berbeda-beda un- jadi sumber gubahan sejumlah lakon
tuk mencapai kemanunggalan de- wayang. Setelah perang Bharata-
ngan sang dewa. Bagi orang yang yuddha, Prabu Parikesit, putra raden
tangguh dalam ilmu kesempurnaan- Abimanyu dengan Dewi Utari dino-
nya, Batara Siwa dan Batara Wisnu batkan menjadi raja di Astina. Serat
merupakan penampilan Sang Hyang Bratayuda sering dipilih untuk ba-
Mutlak karena pada hakikatnya me- caan di acara macapatan. Acara ini
reka itu bersatu. Rakyat berpendapat sangat mendukung untuk memasya-
bahwa sang raja dilindungi dan ma- rakatkan sastra wayang di kalangan
nunggal dengan berbagai dewa. Em- penggemarnya.
pu Sedah menulis manggala ‘per-
mulaan puja-pujaan’ dan memuji Ringkasan ceritanya sebagai be-
sang raja sebagai seorang yang di- rikut. Prabu Krsna menuju Gajah-
kasihi Batara Siwa, sedangkan Em- waya. Ia sebagai duta para Pandawa
pu Panuluh memuliakannya sebagai untuk berunding dengan para Kora-
inkarnasi Wisnu. Bagi Empu Panu- wa tentang tuntutan mereka menge-
luh, raja memerintahkan agar se- nai pembagian kerajaan. Para Kora-
orang kesatria diperingati perbuatan- wa kecewa karena Raden Arjuna ti-
perbuatannya. Hal itu terjadi ketika dak turut serta. Ketujuh resi dari sur-
ia mengalami inkarnasi selaku Krsna. ga menantikan kedatangannya. Pra-
Pelukisan mengenai pulangnya Ba- bu Dhrtarastra memerintahkan un-
tara Wisnu ke surga dan turunnya ke tuk menyambut Prabu Krsna dengan
bumi kembali dalam diri Prabu Ja- sebaik-baiknya. Prabu Krsna tetap
yabhaya pada zaman Kali untuk me- selalu waspada terhadap para Kora-
nyelamatkan Pulau Jawa. wa. Pertama kali ia mengunjungi De-
wi Kunti. Ia menghibur Dewi Kunti
Kitab Bharatayuddha digubah karena Dewi Kunti teringat kepada
dalam bentuk kakawin oleh Empu para Pandawa, putranya, yang dihu-
Sedah dan Empu Panuluh pada abad kum menyamar selama dua belas ta-
ke-12, zaman Prabu Jayabhaya yang hun. Setelah itu, Prabu Krsna me-
bertahta di kerajaan kadhiri. Karya ngunjungi Yama Widura.
kakawin ini digubah menjadi Serat
Bratayuda oleh Ki Yasadipura da- Prabu Krsna mengajukan per-
lam bentuk tembang macapat. Di mintaan agar perselisihannya disele-
samping itu, banyak penulis lain saikan secara damai dengan memba-
yang menggarap Bratayuda menurut gi kerajaan. Hal itu disetujui oleh
versinya sendiri-sendiri. Hal ini mem- Prabu Dhrtarastra, para resi, Pen-
buktikan bahwa kakawin Bharata- deta Drona, Resi Bhisma, dan Dewi
Kunti. Duryodhana dan kawan-ka-
66 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
wannya tidak mau, bahkan ia akan yabhaya. Beliau memulihkan kem-
membunuh Prabu Krsna. Oleh ka- bali perdamaian dan kesejahteraan
rena itu, Prabu Krsna marah dan me- di Pulau Jawa.
ninggalkan bangsal agung. Lalu, be-
liau menampakkan diri sebagai Ba- bhismaparwa
tara Wisnu dalam perwujudannya
yang menakutkan. Para Korawa Kitab Bhismaparwa berbentuk
gempar ketakutan. prosa dan merupakan bagian ke-
enam dari cerita Mahabharata. Ki-
Ketika berangkat Adipati Karna tab ini menceritakan tentang permu-
menemani Prabu Krsna di perjalan- laan perang Bharatayuda. Di dalam
an. Prabu Krsna dan Dewi Kunti kitab ini terdapat beberapa petikan
mendesak Adipati Karna agar me- dari kitab Bhagawadgita. Kitab
mihak kepada para Pandawa, tetapi “Bhismaparwa” dicetak dengan ke-
tidak berhasil. Setelah para Pandawa terangan berbahasa Belanda oleh
tahu kalau usaha untuk damai gagal, Prof. Dr. J. Gonda.
maka mereka bersiap-siap untuk pe-
rang. RadenArjuna sangat sedih ka- Ringkasan ceritanya sebagai
rena harus bertempur melawan sau- berikut. Begawan Byasa mendatangi
dara-saudaranya dan para gurunya. Prabu Dhrtarastra untuk menasihati-
Namun, Prabu Krsna memperingat- nya. Prabu Dhrtarastra diminta un-
kan RadenArjuna tentang tugas dan tuk berpasrah atas nasib putra-pu-
kewajiban seorang ksatria. Prabu Yu- tranya. Sanjaya adalah teman dan
dhisthira diikuti oleh adik-adiknya pengemudi kereta Prabu Dhrtaras-
menuju ke pihak Korawa untuk mem- tra. Oleh Prabu Dhrtarastra, ia diberi
beri hormat kepada para mantan guru kesaktian untuk dapat melihat pe-
mereka (Resi Bhisma, Krpa, Prabu rang Bharatayuda dari jauh. Dengan
Salya, dan pendeta Drona). Mereka kesaktiannya itu, ia diharapkan da-
mohon maaf karena harus bertempur pat melaporkan keadaan perang
melawan para guru dan saudaranya. Bharatayuda kepada Prabu Dhrta-
Para guru meramal bahwa Prabu rastra. Sepuluh hari kemudian, San-
Yudhisthira akan menang. Pertempur- jaya pergi ke Kuruksetra. Ia mela-
an dimulai. porkan bahwa Resi Bhisma telah gu-
gur.
Pada akhir pertempuran, kan-
dungan Dewi Utari terkena anak pa- Pada hari pertama perang Bha-
nah, tetapi dapat dihidupkan kembali ratayuda, Resi Bhisma terlihat kehe-
oleh Prabu Krsna. Bayi tersebut nan- batannya. Hari berikutnya, Raden
tinya akan menjadi raja dengan nama Arjuna maju perang bersama Prabu
Prabu Parikesit. Setelah Prabu Krsna Krsna sebagai pengemudi keretanya.
dan para Pandawa pulang ke surga, RadenArjuna bingung dan ingin me-
akhirnya datanglah zaman Kali. Oleh ngundurkan diri karena musuhnya
karena itu, Batara Wisnu menjelma ternyata adalah guru-guru dan sau-
kembali dalam diri Sri Baginda Ja- dara-saudaranya sendiri. Prabu
Krsna menasihati dan menguatkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 67
hati Raden Arjuna. Dalam pesannya Karna. Prabu Krsna gagal untuk
itu, pada intinya Prabu Krsna me- membujuk Adipati Karna agar me-
ngatakan bahwa badan bersifat se- mihak para Pandawa.
mentara dapat mengalahkan atau di-
kalahkan. Orang harus dapat menu- Pada hari ketiga, kedua putra
naikan tugas suci atau dharma. Tu- Prabu Dropada gugur. Raden Uttara
gas seorang kesatria adalah bertem- dikalahkan oleh Prabu Salya. Raden
pur. Apabila ia tewas akan naik sur- Sweta dikalahkan oleh Resi Bhisma.
ga, bila ia menang akan merajai du- Pertempuran berlangsung terus, te-
nia. Sebaliknya, bila ia tidak mau tapi tidak menentu. Resi Bhisma
menjalankan tugas, ia akan dihukum memperlihatkan kedahsyatannya.
dan dianggap hina oleh seluruh du- Melihat kenyataan itu, Prabu Krsna
nia. Di samping itu, Prabu Krsna ju- hampir campur tangan dan akan
ga mewahyukan bahwa ia sebenar- membunuh Resi Bhisma, tetapi dita-
nya Dewa Wisnu yang sedang men- han oleh RadenArjuna. Resi Bhisma
jalani proses reinkarnasi untuk me- dapat dikalahkan oleh panah Raden
nyelamatkan dunia. Untuk membuk- Arjuna yang bersembunyi di belakang
tikan ini, beliau memberikan kepada Dewi Sikandhi yang sedang menye-
Raden Arjuna kemampuan melihat rang.
secara jasmaniah. Raden Arjuna ge-
metar karena ketakutan, lalu ia ber- Hari kesepuluh, Resi Bhisma
sembah sujud dan memohon kepada gugur. Sebelum gugur, ia diberi anu-
sang dewa agar mau menampakkan gerah untuk menentukan hari kema-
diri dalam wujud yang ramah. Akhir- tiannya. Para Korawa merasa terpu-
nya, Raden Arjuna siap mengangkat kul karena gugurnya panglima mere-
senjatanya dan terjun ke dalam per- ka. Para Pandawa merasa pilu hati-
tempuran. nya. Sebelum wafat, Batara Narada
turun dari surga untuk mengunjungi
Prabu Yudhistira meletakkan pahlawan yang akan gugur dan me-
senjatanya, lalu mendekati pihak Ko- nyanyikan pujiannya. Untuk permo-
rawa. Ia bersama-sama dengan adik- honan Prabu Yudhistira, Resi Bhis-
nya untuk memberi hormat, mohon ma memberikan penjelasan menge-
maaf, dan mohon anugerah berupa nai kewajiban suci yang diemban
keterangan tentang bagaimana cara oleh seorang raja. Setelah itu, para
mengalahkan guru-gurunya. Resi Pandawa dan Korawa mohon diri
Bhisma menjawab bahwa ia dapat di- dan kembali ke tempatnya masing-
kalahkan oleh Dewi Sikandhi. Pen- masing.
deta Drona dapat dikalahkan kalau
mendengar berita buruk. Krpa ber- bhomakawya kakawin
kata bahwa ia tidak akan tewas, tetapi
para Pandawa yang akan menjadi pe- Pengarang Bhomakawya Kaka-
menangnya. Prabu Salya menjanjikan win belum diketahui. Di dalam Bho-
akan mematahkan kekuatan Adipati makawya Kakawin terdapat kete-
rangan-keterangan mengenai pemu-
jaan terhadap Batara Kamajaya. Hal
68 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
itu terdapat juga di dalam kitab Sma- dapat dirunut mengenai bahasa, ga-
radahana. Oleh karena itu, Dr. Van ya, dan temanya.
Der Tuuk memperkirakan bahwa
Bhomakawya Kakawin tercipta se- Kakawin ini dikenal dalam tra-
zaman dengan kitab Smaradahana. disi Jawa dan Bali. Menurut Teeuw
Bhomakawya Kakawin dicetak de- (dalam Zoetmulder, 1974:405—
ngan huruf Jawa pada tahun 1852 406), bagi para peneliti yang meneliti
oleh Dr. Friederich dan diterjemah- hubungan kakawin ini dengan sum-
kan dalam bahasa Belanda oleh Dr. ber-sumber India. Pada tahun 1852
Teeuw berupa disertasi pada tahun kakawin ini diterbitkan oleh R. Frie-
1946. Kitab ini menceritakan pepe- derich dengan tulisan Jawa. Setelah
rangan antara Prabu Kresna dan hampir satu abad kakawin ini men-
Sang Bhoma. dapat perhatian peneliti. Pada tahun
1946 Teeuw menerbitkan hubungan
Di dalam Bhomakawya atau kakawin ini dengan versi India dan
Bhomantaka atau kematian Bhoma dengan sebuah versi Malayu, yaitu
terdapat keterangan mengenai pujian Hikayat Sang Bhoma. Kesimpulan-
terhadap Batara Kama. Ia menam- nya bahwa peneliti belum mengeta-
pakkan diri di mana-mana yang ter- hui tentang hubungan Bhomakawya
dapat keindahan dan cinta. Batara dengan karya sastra India. Bhoma-
Kama bersemayam di dalam manu- kawya lebih mendekati Ramayana
sia yang menghasilkan keindahan daripada kakawin-kakawin lainnya
dan cinta. Karya ini merupakan kar- pada zaman Kadiri.
ya yang dapat mengalihkan syair
tentang Bhoma ke dalam bahasa Ja- Ringkasan cerita Bhomakawya
wa dan Melayu. sebagai berikut. Batara Wisnu men-
jelma pada diri Prabu Krsna, sedang-
Bhomakawya atau Bhomantaka kan Dewa Basuki menjelma pada di-
merupakan kakawin Jawa Timur ri Prabu Baladewa, kakak Prabu
yang paling panjang, jumlah baitnya Krsna. Pada suatu hari para rsi turun
1492. Kakawin ini belum diketahui dari surga untuk menghadap Prabu
penulisnya dan kapan ditulisnya. Ka- Krsna di bangsal agung. Batara Na-
ta pengantarnya menerangkan ten- rada bertindak sebagai juru bicara
tang pujian terhadap Dewa Mano- para rsi. Raja raksasa yang bernama
bhu, yaitu Batara Kama. Ia menam- Naraka (disebut pula Bhoma karena
pakkan diri di segala penjuru yang putra Dewi Bumi dan Batara Wis-
indah dan tercipta untuk merangsang nu). Bhoma diberi kekuatan oleh Ba-
para penyair. Di sini penyair meng- tara Brahma dan kekuatan itulah
gubah Bhomakawya ke dalam puisi yang digunakan untuk menyerang
Jawa. Di dalamnya diterangkan bah- para dewa. Para rsi memohon ban-
wa terdapat hubungan khusus antara tuan Prabu Krsna karena para per-
dewa dan sang raja, pelindung pe- tapa di pegunungan Himalaya dise-
nyair. Karya sastra ini termasuk kar- rang para raksasa. Untuk itu, Prabu
ya sastra dari zaman Kadiri karena
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 69
Krsna mengutus putranya yang ber- ba dengan para raksasa. DewiYajna-
nama Raden Samba. wati diculik abdi Bhoma ke tempat
Bhoma, yaitu Pragjyotisa. Raden
Prabu Krsna percaya akan ke- Samba menang dalam peperangan
mampuan Raden Samba untuk meng- melawan raksasa. Setelah tahu kalau
hadapi segerombolan raksasa. Tidak Dewi Yajnawati diculik, ia akan me-
lupa Raden Samba mohon diri kepa- nyerang Bhoma, tetapi diarahkan
da ibunya, Dewi Jambawati, Prabu oleh Batara Narada untuk ke Dwa-
Baladewa, dan Prabu Krsna. Mereka rawati untuk melaporkan kepada
menghadiahi Raden Samba baju baja, Prabu Krsna.
busur sakti, dan perlengkapan lain-
nya. Raden Samba diundang oleh Ki Raden Samba sampai di Dwara-
Wismamitra, seorang raja rsi yang wati. Ia bertemu dengan ayah dan
berdarah ningrat untuk melepaskan ibunya, Prabu Krsna dan Dewi Jam-
lelah. Raden Samba bersama Guna- bawati. Ketika mereka sedang ber-
dewa mengembara di hutan. Di situ bincang-bincang, datanglah utusan
terdapat pertapaan yang tidak terpe- dari Batara Indra. Utusan itu mohon
lihara. Pertapaan itu didirikan oleh bantuan Prabu Krsna karena para
Sang Dharmadewa, putera Batara dewa diserang oleh Bhoma. Mereka
Wisnu. Beliau tinggal di pertapaan itu berkesimpulan bahwa kraton Bhoma
bersama Dewi Yajnawati. Raden harus dihancurkan agar tidak selalu
Samba ingat kalau dulu ia pernah ber- menyerang surga.
nama Sang Dharmadewa. Pada saat
itu ada seorang perempuan yang Dewi Yajnawati mengutus Pus-
membawa sesajian bunga untuk pawati, abdinya, membawa sepucuk
menghormati abu Yajnawati. Perem- surat untuk Raden Samba. Dewi
puan itu adalah Dewi Tilottama, se- Yajnawati mohon agar Raden Sam-
orang bidadari, teman Dewi Yajna- ba segera bertindak. Raden Samba
wati. Dewi Yajnawati menitis pada pun segera bertindak. Raden Samba
diri putri raja di negara Uttaranagara dan Dewi Yajnawati bertemu. Me-
karena ayahnya dibunuh oleh raksa- reka kembali ke Dwarawati. Dalam
sa dan ibunya bunuh diri. Dewi Yaj- perjalanan pulang, mereka diserang
nawati diangkat menjadi anak angkat oleh Jarasandha, musuh utama Pra-
raja raksasa itu. bu Krsna. Jarasandha dan anak
buahnya melarikan diri. Raden Sam-
Raden Samba diantar Dewi Til- ba dan anak buahnya kembali ke
lottama untuk menemui Dewi Yajna- Dwarawati. Prabu Krsna melindungi
wati di Kanyapuri, pesanggrahan di raja para Kimpurusa, Druma, yang
daerah kekuasaan Naraka. Setelah dikalahkan oleh Bhoma. Druma di-
bertemu, mereka bahagia. Daruki, serang oleh anak Kalayawana. Kala-
sais Raden Samba, mengingatkan yawana mencari sekutu para raja
agar Raden Samba membawa Dewi yang membantu Bhoma. Mereka
Yajnawati. Sebelum dibawa, terjadi mengalahkan Druma. Para Pandawa
peperangan lagi antara Raden Sam- dan Korawa tidak memihak. Mereka
70 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
bersenang-senang, kemudian pulang puran dahsyat itu. Para dewa memu-
ke Dwarawati. ja Prabu Krsna dalam wujud Batara
Wisnu. Di samping itu, para dewa
Bhoma tidak jadi para dewa. Ia menganugerahi Prabu Krsna, Raden
marah karena kratonnya hancur dan Samba, Druma, dan menghidupkan
Dewi Yajnawati dilarikan. Bhoma mereka yang gugur dalam pertem-
mengutus Satruntapa dan Mahodara puran.
untuk menuntut penyerahan tanpa
syarat. Usaha Bhoma gagal. Lalu, blongsong
ia menyerang Dwarawati. Prabu
Krsna berhasil mengendalikan niat Istilah blongsong mempunyai
Raden Arjuna. Mereka bersenang- makna (1) ules atau krakab emas
senang. Prabu Krsna memuja Dewa sutra rerengganing keris, dan (2)
Surya, Dewi Gangga menampakkan kain lurik tenunan dengan diselimuti
diri, diiringi balatentara surgawi. sutra. Istilah blongsong juga terda-
Mereka memandikan Prabu Krsna pat di dalam pewayangan. Dalam
dengan air suci. Pada waktu Prabu dunia sastra pewayangan Jawa,
Krsna akan ke luar kota, ia didekati blongsong berari perubahan bentuk
pertapa yang bernama Durwasa. Ia dari bentuk palsu menjadi bentuk se-
minta makan karena akan meng- mula. Blongsong juga disebut ba-
akhiri puasanya. Prabu Krsna me- dhar. Banyak terdapat cerita tokoh
manggil Raden Arjuna dan Rukma. wayang menyamar atau berubah
Mereka diserahi untuk memimpin. wujud. Misalnya, tokoh Kresna ber-
Kemudian, mereka, para yadu dan ubah menjadi raksasa yang mena-
utusan itu, pulang ke kraton. kutkan, tokoh Puntadewa berubah
menjadi raksasa yang besar dan sak-
Bhoma kecewa karena Prabu ti, serta tokoh Batara Guru berubah
Krsna tidak mengikuti tentara para menjadi seorang begawan. Perubah-
yadu. Sebetulnya ia ingin perang tan- an wujud atau penyamaran tokoh itu
ding dengan Prabu Krsna. Penga- tergantung pada lakon dan cerita wa-
rang menceritakan adegan-adegan yang. Pada akhir cerita atau setelah
pertempuran. Bhoma memutuskan perang, biasanya tokoh berubah atau
untuk ambil bagian dalam pertem- mengubah diri ke bentuk semula.
puran. Pertempuran itu merupakan
pertempuran dahsyat antara raja pa- boekhandel ab. sitti samsijah
ra raksasa dan radenArjuna. Pertem-
puran mencapai puncaknya ketika Pada zaman sebelum kemerde-
Prabu Krsna dan Bhoma berhadap- kaan, di Kota Sala (Surakarta) terda-
an. Prabu Krsna menampakkan diri pat sebuah toko buku “Boekhandel”
sebagai Batara Wisnu yang dahsyat, Ab. Sitti Sjamsijah. Di toko itu, se-
berkepala seribu dengan menaiki bu- lain dijual buku-buku yang berkait
rung Garuda raksasa. Bhoma juga dengan masalah Keislaman, juga di-
berubah bentuk yang sama besarnya. jual buku-buku yang berkaitan de-
Prabu Krsna memenangkan pertem- ngan sastra Melayu dan sastra Jawa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 71
Adapun buku-buku sastra Jawa Buku-buku bahasa Jawa terbit-
yang dijual di Boekhandel Sitti Sam- an Boekhandel Ab. Sitti Samsijah
sijah adalah buku-buku terbitan pe- antara lain: TafsirQoeran Djawen,
nerbit Taman Pustaka (Yogyakarta), Rijadlatoennoefoes, Ka-Allahan,
Tan Koen Swie (Kediri), Albert Rus- Ma’rifat, Hoesarasoel, Islam lan
che (Sala), dsb. Kristen, Babad Islam, Mauidlatoel-
moekmin, Piwoelang Faqih, Hadis
Buku-buku sastra Jawa yang di- Mi’radj, Sitti Katidjah, Sitti Aisjijah,
jual terutama buku sastra jenis ba- Tarbijatoel Marah, Wawarah Wa-
bad, misalnya Babad Giyanti, Ba- nita. Salaki Rabi, Mamba’el ‘
bad Kediri, Babab Cirebon, Babad oeloem, Kasidan Djati, Alamoel
Uban terbitan Tan Koen Swie; Ba- isan, Tacawoef Islam, Idzhaoelhaq,
bad Mataram, Babad Dipanegara, Bab Jinazah, Ilmoe Taoehid,
Ringeksan Babad Tanah Jawa dan Moechtasar Qawa’idoel ahkam, Le-
Babad Majapahit terbitan Albert laboehan, Andaning Para Ahli Ka-
Rusche. Selain itu, di toko itu juga soetapan, Baboennadjasah, Qoesoel
dijual buku-buku sastra berjudul fakih, Hadis Djawen, Djenenging
Damarwulan, Topeng Mas, Brata- Panembah Djati, Poerwaning Doe-
yuda, Pustaka Raja, Aji Pamasa, mados, dsb.
dsb.
Selain menjual dan menerbitkan
Toko buku Boekhandel Ab. Sitti buku yang berkaitan dengan sastra
Samsijah tidak hanya menjual buku Jawa, BoekhandelAb. Sitti Samsijah
saja, tetapi juga mencetak/menerbit- juga menerbitkan koran Woro Soe-
kan buku, baik yang berbahasa Me- sila dan Noeroel-Islam (Jawa), Ta-
layu maupun yang berbahasa Jawa. man Moeslimah (Melayu). Koran
Woro Soesila ditujukan untuk kaum
Toewan-toewan jang terhoer- wanita dengan ketebelan 20 halaman
mat. Ma’loemlah Boekhandel dengan aksara Jawa, terbit dua kali
Ab. Sitti Samsijah di Solo (Dja- dalam satu bulan. Pada tahun 1926,
wa ada soeatoe Firma Indonesier langganan setiap tiga bulannya sebe-
jang terkenal di seloeroeh Indo- sar f.1.75. Sedangkan Noeroel Islam
nesia, dari Sabang (Atjeh) sam- ditujukan untuk kaum pria, tebal 28
pai ke Digoel, dan dari Koeala halaman, aksara Jawa, terbit sebulan
Kapoeas (Borneo) ke seantero sekali, harga langganan enam bulan
Celebes, dan Timoer (Koepang), sebesar f.2.25.
ialah terkenal karena pengeloe-
rannja lectuur (kitab-kitab batja- Boekhandel Ab. Sitti Samsijah
an) Islam bahasa Djawa dan In- tidak hanya menerbitkan koran de-
donesia (Melajoe) jang sehat dan ngan basa dan aksara Jawa saja, te-
terpenting bagi ra’jat Indonesia tapi juga menerbitkan koran dengan
jang sedang mentjapai kemoelia- bahasa Jawa beraksara Latin. Koran
annja. itu bernama Poesaka Soerakarta.
Pemimpin redaksi koran itu dipe-
72 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
gang oleh R. Ng. Martosoewignjo. lenggarakannya Pekan Budaya Jawa
Tujuan diterbitkannya koran terse- di Taman Budaya, Jalan Gentengkali
but adalah untuk mencapai kemulia- 85, Surabaya, 29—31 Agustus
an Bangsa dan Nusa dengan jalan 2002. Kegiatan ini diilhami oleh ke-
mendidik, mencerdaskan, dan me- giatan Pengadilan Puisi di Bandung
majukan Bangsa. Isinya beraneka yang diprakarsai Slamet Sukirnanto
warna, misalnya masalah politik, po- tahun 1974. Di samping itu, ide ter-
litik Islam, ekonomi, dunia pergerak- sebut juga dilatarbelakangi oleh ma-
an, dsb. Rubrik yang berkaitan de- salah penerimaan Hadiah Sastra
ngan sastra Jawa, yaitu Pasinaon Rancage.
Basa lan Kasusastran Jawi ‘Belajar
Bahasa dan Kesusasteraan Jawa’, Seperti dituturkan Bonari di
Kapujanggan, dan Roman Cekak Kompas Jawa Timur, Sabtu, 24
Aos. Agustus 2002, bahwa komposisi pe-
nerima hadiah Rancage bagi penga-
bonari nabonenar (1964— ) rang Jawa tahun 1994-2001 tidak se-
banding (8:1). Delapan orang dari Ja-
Bonari Nabonenar lahir di Treng- wa Timur, seorang dari Yogyakarta.
galek, Jawa Timur, tahun 1964. Sejak Delapan sastrawan Jawa Timur yang
di bangku sekolah ia telah memiliki memperoleh Rancage untuk kategori
perhatian besar pada sastra. Karena karya terbaik adalah FC Pamudji
itu, selepas SMA, ia masuk ke Ju- (1994) dari Nganjuk untuk novel
rusan Bahasa dan Sastra IKIP Sumpahmu Sumpahku; Satim Kadar-
(sekarang Universitas) Negeri Sura- yono (1996) dari Surabaya untuk no-
baya. Di IKIP Bonari semakin kuat vel Timbreng; Esmiet (1998) dari Ba-
minatnya terhadap sastra, baik Indo- nyuwangi untuk novel Nalika Langite
nesia maupun Jawa. Bersama teman- Obah; Suharmono Kasiyun (1999)
teman ia terlibat aktif dalam diskusi- dari Surabaya untuk novel Pupus
diskusi sastra. Lebih-lebih setelah ia kang Pepes; Widodo Basuki (2000)
didorong oleh beberapa dosen yang dari Trenggalek untuk kumpulan gu-
sangat peduli pada sastra seperti Su- ritan Layang saka Paran; dan Dja-
ripan Sadi Hutomo dan Setya Yuwo- yus Pete (2001) dari Bojonegoro un-
no Sudikan. tuk kumpulan cerpen Kreteg Emas
Jurang Gupit. Pengarang dari Yog-
Selain aktif di kampus, Bonari yakarta yang menerima Rancage
aktif pula dalam kegiatan sanggar adalah Djaimin K. (1997) untuk
Triwida. Bersama kawan-kawan ia kumpulan guritan Siter Gadhing.
aktif mengembangkan sastra Jawa di
daerah kelahirannya, Trenggalek. Pertanyaannya, apakah indikasi
Kini Bonari menjadi humas PPSJS itu layak dijadikan dasar untuk me-
(Paguyuban Pengarang Sastra Ja- nyeret para pemenang Rancage men-
wa Surabaya). Di PPSJS ia pernah jadi terdakwa dalam Pengadilan Sas-
mengadakan kegiatan Pengadilan tra Jawa? Tetapi, itulah yang terjadi.
Sastra Jawa bersamaan dengan dise- Pengadilan Sastra Jawa telah me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 73
ngundang para sastrawan penerima suatu pada dunia kesastraan Indone-
Rancage sebagai terdakwa. Sebenar- sia. Revitalisasi Sastra Pedalaman
nya ini sangat menyedihkan dan me- didirikan dengan ketentuan sebagai
nyakitkan. Apalagi sebagai sesama berikut. Pertama, ingin bersinggung-
pengarang sastra Jawa, rasanya ti- an dengan semua kantung budaya
dak tega melihat sahabat, kawan, yang ada dan ikut membantu mem-
bahkan guru dipaksa duduk di kursi bangun berdirinya satu komunitas.
terdakwa. Tetapi, jika sudah sampai Dengan gerakan “sastra pedalaman”
di pengadilan seperti ini mestinya keterpencilan sastra sedikit demi se-
bukan saat yang tepat untuk sekadar dikit bergeser menuju ke kerumunan
bicara mengenai baik atau tidak baik. penikmat. Kedua, Revitalisasi Sastra
Dalam pengadilan hanya ada dua ka- Pedalaman bukan organisasi sehing-
ta, benar atau salah. Menurut Bona- ga tidak mengembangkan misi poli-
ri, mereka yang akan duduk sebagai tik. Ketiga, Revitalisasi Sastra Peda-
terdakwa itu sebenarnya tidak mem- laman tidak membela satu teori. Ke-
bawa cukup kriteria untuk didakwa empat, Revitalisasi Sastra Pedalam-
bersalah. Tidak ada dasar hukum an diharapkan mampu memberikan
yang mengatakan mereka bersalah nuansa baru kesastraan Indonesia.
karena telah menerima Rancage. Dengan gerakan ini, Bonari bersama
Bahkan, mereka akan merasa dan teman-teman mampu menarik per-
bisa dianggap bersalah jika meno- hatian terhadap kegiatan kesastraan
laknya. di kota-kota kecil atau daerah-daerah
yang jauh dari kegiatan kesastraan.
Ketika lulus dari IKIP Surabaya,
Bonari tetap tidak surut dari kegiat- Bonari Nabonenar mula-mula
annya bersastra. Ia tidak hanya me- menulis dalam bahasa Jawa. Karya-
nekuni sastra Jawa, tetapi juga sastra karyanya, baik guritan, cerkak, mau-
Indonesia. Bahkan, pada 1993— pun esai dipublikasikan di berbagai
1994, bersama beberapa teman, an- media bahasa Jawa, seperti Jaya Ba-
tara lain Bagus Putu Parto (Blitar), ya, Panjebar Semangat, Mekar Sari,
Kusprihyanto Namma (Ngawi), Mar- dan Djaka Lodang. Cerkak-nya ber-
sudi W.D. (Sala), Sosiawan Leak judul “Klantung Sastra Sintring”
(Sala), Wijang WarekA.M. (Klaten), terpilih sebagai karya terbaik kedua
Arif Zayyin (Salatiga), Beno Siang dalam Lomba Penulisan Crita Cekak
Pamungkas (Semarang), Bambang yang diselenggarakan Balai Bahasa
Karno (Wonogiri), dan Triyanto Tri- dan Dewan Kesenian Yogyakarta,
wikromo (Ungaran), melakukan se- 1991. Sementara itu, cerpen-cerpen-
buah gerakan kesastraan bernama nya (berbahasa Indonesia) dipublika-
Revitalisasi Sastra Pedalaman. sikan di Surabaya Post, Suara Indo-
nesia, Jawa Pos, Karya Darma, Ber-
Revitalisasi Sastra Pedalaman lian, Liberty, Wawasan, dan Horison.
adalah sekumpulan pengarang dari Belakangan ia juga menembus cyber,
berbagai wilayah “pedalaman” Indo-
nesia yang ingin menyampaikan se-