524 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ranen Aku, Suster” (Panjebar Sema- “Wengi Pegunungan” (Mekar Sari,
ngat, No. 10, 3 Maret 1990), “Oleh- No. 43, 26 Desember 1990), “Sinop-
Oleh Saka Cibodas” (Panjebar Se- sis”, “Tembang Ing Walik Jendhela
mangat, No. 47, 18 November 1989), Omahku” (Mekar Sari, No. 45, 9
“Nostalgia” (Mekar Sari, 27 Mei Januari 1991), “Aku Ngenteni Te-
1994), “Cerpen” (Jaya Baya, No. 50, tesing Bun”, “Wengi Ketiga” (Me-
12 Agustus 1990), “Wengi Pegu- kar Sari, No. 48, 30 Januari 1991),
nungan” (Jaya Baya, No. 20, 13 Ja- dan masih banyak lagi.
nuari 1991, masuk juga dalam anto-
logi Pesta Emas Sastra Jawa, 1992). Adapun guritan Suhendriyo
Karya yang berupa dongeng bocah yang lain yang dimuat Panjebar Se-
antara lain “Gambar Nyalawadi 1— mangat, antara lain, “Ara-ara”
14” (Djaka Lodang, No. 01—15, 3 (No. 42, 13 Oktober 1990),
Juni—9 September 2000). “Pitakonku Marang Biyung” (No.
51, 15 Desember 1990), “Liwat
Karya yang berbentuk guritan, Kreteg Bengawan Solo” (No. 4, 19
di antaranya “Baluwarta Kuna” Januari 1991), “Jalan Pangeran
(Jawa Anyar, No. 37, 27 Septem- Mangkubumi Wengi Lebaran” (No.
ber—3 Oktober 1993), “Bima Lu- 17, 20 April 1991), “Gordhen Lorek
kar, Wayah Srengenge Mlethek” Walik Jendela Kuning” (No. 19, 4
(Jawa Anyar, No. 42, 1—7 Novem- Mei 1991), “Kalodhangan” (No.
ber 1993), “Kangen” (Panjebar Se- 20, 11 Mei 1991), “Celeng” (No.
mangat, No. 40, 1 Oktober 1994), 12, 16 Maret 1991), “Rungokna Ki-
“Tembarak, Wayahe Lingsir Sore” dunge Bocah Pinggiran Dalan”
(Mekar Sari, No. 13, 26 Mei 1993, (No. 15, 6 April 1991), dan masih
1997), “Ing Pucuking Rasa”, “Sa- banyak yang lain. Sedangkan guritan
wise Kori Binuka (1)”, “Sawise Kori yang dimuat dalam Djaka Lodang,
Binuka (2)”, “Nonton Wayang Nga- antara lain, “Bojana Wengi”, “Du-
repke Esuk”, “Satire Ledhek Ping- wung” (No. 924, 2 Juni 1990),
gir Dalan”, “Srengenge Sore ing “Ilusi” (No. 935, 18 Agustus 1990),
Candhi Ngawen”, “Tembang We- Pralambang” (No. 939, 15 Septem-
ngi” (dimuat dalam antologi Rembu- ber 1990), “Geguritan Rembulan
lan Padhang ing Ngayogyakarta, Panglong” (No. 940, 22 September
1992), “Sawise Udan Awan” (Mekar 1990), “Atiku Njerit Nalika Meruhi
Sari, No. 32, 10 Oktober 1990), “So- Slingkuhmu” (No. 960, 9 Februari
re Ing Candhi Selagriya Pitakon” 1991), “Tembok” (No. 962, 23 Fe-
(Mekar Sari, No. 37, 14 November bruari 1991), “Gurit Apes” (No.
1990), “Loano, Kalane Jam Loro 963, 2 Maret 1991), “Wonosari 1”,
Awan”, “Wengi Rembulan Neng “Wonosari 2” (No. 13, 26 Agustus
Ngisor Dhapuran Pring” (Mekar 2000), “Ngranti Babare Crita” (No.
Sari, No. 40, 5 Desember 1990), 16, 16 September 2000). Selain itu,
“Aja Kokpangan Sawutuhe” (Mekar di dalam Jaya Baya, muncul pula gu-
Sari, No. 41, 12 Desember 1990), ritan-nya, antara lain, “Elegi Mbu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 525
lan Sepasang” (No. 22, 27 Januari guritan kemudian dapat dipajang da-
1991), “Suksesi” (24 Maret 1991), lam pameran itu. Peristiwa ini mem-
“Satire Ledhek Pinggiran Dalam” bangkitkan semangat dan kenyataan
(No. 40, 2 Juni 1991). pada dirinya bahwa dunia sastra Ja-
wa ternyata sebagai suatu aktivitas
sukardo hadisukarno (1953—) yang dapat dipergunakan untuk me-
nyalurkan jiwa seninya. Terbukti, se-
Sukardo Hadisukarno lahir pada telah masuk Bengkel Satra, cerita
23 Februari 1953, di Pojok, Suko- pendeknya mendapat penghargaan
harjo, Surakarta, Jawa Tengah. Ia sebagai juara pertama dalam sebuah
pernah menempuh pendidikan for- lomba yang di selenggarakan oleh
mal di SPG dan SMKI Surakarta. Pusat Kesenian Jawa Tengah. Kar-
Di dunia sastra Jawa, ia menekuni ya-karya Sukardo Hadisukarno ter-
penulisan guritan dan cerita pendek. sebar di berbagai media, misalnya
Sukardo Hadisukarno termasuk pe- Dharma Nyata, Dharmakandha,
ngarang dan penulis puisi yang pro- Parikesit, Panyebar Semangat, Dja-
duktif. Dalam menulis karya sastra ka Lodhang, Mekar Sari, dan seba-
Jawa, ia tidak memakai nama samar- gainya.
an. Semua karya-karyanya ditulis
dengan nama asli. Setelah kemenangan itu, aktivi-
tasnya dalam sastra Jawa meningkat
Sukardo Hadisukarno mulai me- dan merasa yakin bahwa dunia sas-
nulis sastra Jawa sejak masih duduk tra Jawa telah menyatu dengan diri-
di bangku SMP. Awal keterlibatan- nya. Berbekal kenyataan tersebut,
nya dengan satra Jawa terjadi ketika bersama dengan Any Asmara, Widi
ia mengikuti sebuah lomba penulisan Widayat, Moch Nursyahid Purno-
cerita pendek Jawa. Sayang, karya- mo, dan lain-lain, ia lalu terlibat pe-
nya tidak memperoleh penghargaan. nyelenggaraan Sarasehan Pengarang
Akan tetapi, dalam perkembangan- Jawa di Pusat Kesenian Jawa Te-
nya, lebih-lebih ketika bergaul de- ngah pada 23 sampai 25 Maret
ngan ArswendoAtmowiloto, ia baru 1973. Dalam perjalanan waktu, pe-
mulai merasakan bahwa kekalahan- ngalaman dan pergaulan dengan
nya yang terdahulu bukanlah bukti dunia sastra membuat Sukardo Ha-
bahwa dirinya tidak mampu menulis disukarno merasa perlu memperluas
sastra Jawa. Arswendo kemudian cakrawala secara lebih konkret. Ia
mengajak Sukardo Hadisukarno merasa bahwa kalau tetap tinggal di
untuk bergabung dengan Bengkel Surkarta dunia seni yang telah dipi-
Sastra yang diselenggarakan Pusat lihnya tidak akan berkembang. Un-
Kesenian Jawa Tengah Surakarta. tuk itu, pada 1973, ia merantau ke
Berbagai kegiatan diselenggarakan Jakarta. Di tempatnya yang baru itu
oleh bengkel tersebut. Salah satu da- Sukardo Hadisukarno memperoleh
ri kegiatan itu adalah pameran cer- pekerjaan sebagai pembantu tetap
kak dan guritan (1972). Karya-kar- majalah Berita Buana. Ia merasa se-
ya Sukardo yang berjenis cerkak dan
526 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
suai karena di majalah tersebut ter- suara ki dalang. Suluk dalam sastra
sedia ruang yang mampu mengem- Jawa adalah salah satu jenis karya
bangkan kemampuannya dalam me- sastra Jawa yang mengandung ajar-
nekuni dunia sastra dan budaya Jawa an kerohanian tasawuf atau bernuan-
walaupun wahana yang diperguna- sa tasawuf yang berupa petunjuk
kan menggunakan bahasa Indonesia. tentang keyakinan, sikap, dan cara
yang harus dilakukan kalau sese-
Sukardo Hadisukarno selain de- orang ingin mengenal hidup yang se-
ngan menulis dalam bahasa Jawa jati di hadapan Sang Maha Pencipta,
juga menulis dalam bahasa Indone- atau untuk mencapai posisi sedekat-
sia. Beberapa karyanya yang berje- dekatnya dengan-Nya.
nis esai kebudayaan dipublikasikan
di koran Kedaulatan Rakyat, Kom- Istilah suluk berasal dari kata
pas, dan Suara Karya. Sukardo Ha- Arab. Pertama, kata silkun yang ber-
disukarno aktif menghadiri pertemu- arti ‘perjalanan pengembara’, ‘kehi-
an-pertemuan di berbagai tempat. dupan petapa’, dan ‘benang pengikat
Pada tahun 1982, ia menghadiri Sa- permata’. Kedua, dari kata sulukun
rasehan Sastra Jawa yang diseleng- yang berarti ‘perjalanan’ atau ‘me-
garakan oleh Balai Pendidikan Ma- nempuh suatu perjalanan’. Walau-
syarakat di Ungaran. Sarasehan ter- pun demikian, secara morfologis, ke-
sebut membahas reorganisasi Or- dua kata Arab tersebut berasal dari
ganisasi Pengarang Sastra Jawa kata kerja Arab yang sama, yaitu sa-
(OPSJ). Hasil dari sarasehan itu, ia laka, yang berarti ‘menempuh’, ‘me-
dipilih sebagai penanggungjawab lewati’, atau ‘menggandeng’. Dari
OPSJ Komisariat Jakarta Barat. Wa- segi istilah, suluk berarti perjalanan
laupun Sukardo Hadisukarno memi- kerohanian menuju kepada Tuhan,
lih tinggal di kota Jakarta, pengab- perjalanan di jalan spritual menuju
diannya terhadap sastra Jawa tetap “Sang Sumber” di bawah bimbingan
besar. Sastra Jawa agaknya telah guru spiritual (pir, syaikh, mursyid).
menjadi darah daging bagi kehidup- Dalam bahasa Jawa, kata suluk itu
an seninya. sendiri dapat berarti laku. Istilah lain
dari suluk adalah thariqah, yang
suluk berarti ‘jalan’. Orang yang menja-
lankan tharigah tersebut disebut
Suluk dalam budaya Jawa dibagi ahluthariqah. Sementara itu, dalam
dalam beberapa jenis. Jenis pertama tradisi sastra Arab Ilmu Suluk berarti
masuk dalam khazanah dalam wa- Ilmu Tasawuf (Sufisme), sedangkan
yang; jenis kedua masuk dalam kha- dalam sastra Jawa, suluk dapat ber-
zanah sastra. Suluk dalam pewa- arti sastra Islam-Kejawen yang ber-
yangan merupakan bagian dari seni muatan mistik yang biasanya ber-
pertunjukkan wayang yang fungsi- bentuk tembang (sekar). Dalam tra-
nya untuk mendukung atau mencip- disi mistik Islam-Kejawen, sebagai-
takan suasana sesuai dengan adegan mana termuat dalam Suluk Dewa-
yang ditampilkan melalui alunan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 527
ruci, disebutkan bahwa perjalanan Apalagi sumber kepustakaan acuan-
spritual dipersofinikasiklan sebagai nya adalah Kitab Kuning dari Timur
perjalanan Bratasena mencari Sang Tengah dan kebanyakan didominasi
Dewaruci. Dia harus berperang me- oleh paham Imam al-Gazali yang
lawan dua raksasa sebagai lambang terkenal sebagai tokoh mengenai
nafsu ammarah dan lawwamah-nya. trasendensi Tuhan. Jenis sastra se-
Kemudian, dia harus berari terjun ke perti ini, karena kesejarahannya, ke-
samudera yang penuh gelombang, mudian disebut Sastra Suluk Pesi-
bergulat dan membunuh ular naga se- siran. Sastra Suluk Islam-Kejawen,
bagai lambang nafsu sufiyah (seks). isinya cenderung ke arah panteisme
Setelah Bratasena berhasil membu- dan monisme. Oleh karena itu, kon-
nuh ketiga nafsu perintang tersebut, sep immanensi Tuhan sangat dekat
dalam bahasa mistik Islam (Ilmu Ta- pada jenis sastra ini. Hal ini dise-
sawuf), dia baru dapat ma’rifah, babkan keraton memang sangat ber-
bahkan manunggal dengan Tuhan- kepentingan terhadap proses peng-
nya. Dengan memperhatikan penger- gubahan yang serba panteistik-mo-
tian suluk tersebut, dapat dipahami nistik. Sastra suluk jenis ini, karena
kalau terdapat kesan bahwa perja- kesejarahannya, kemudian disebut
lanan spritual yang diajarkan dalam dengan Satra Suluk Keraton.
dunia tasawuf nampak rumit dan su-
lit dipahami, lebih-lebih bagi pemu- Di dalam sastra Jawa tersimpan
la, apalagi bagi orang awam. Untuk banyak karya sastra jenis sastra su-
itulah, bagi yang berkeinginan me- luk diperkirakan sudah ada dalam
nempuh jalan tasawuf, dia perlu ber- khazanah sastra Jawa sejak abad ke-
guru kepada seorang guru tasawuf 16 Masehi. Berdasarkan kajian seja-
atau mursyid, atau seorang pir ‘pe- rah, Cornelis de Houtman (seorang
nuntun’, atau seorang pemandu. nakhkoda kapal Belanda) dalam per-
jalanan kembali ke negeri Belanda
Di dalam sastra Jawa, jenis sas- pada awal ke-17, telah membawa
tra suluk dibagi dalam dua golongan, dua naskah yang berisi ajaran tasa-
yaitu Sastra Suluk Pesantren dan wuf. Naskah yang pertama adalah
Sastra Suluk Islam-Kejawen. Sastra sebuah buku dalam bahasa Jawa
Suluk Pesantren, baik yang berba- yang kemudian disimpan di Bibliotik
hasa Jawa maupun yang berbahasa Leiden sebagai Cod. Or. no. 266.
Arab, pada umumnya cenderung Naskah itu, pada tahun 1881 diterbit-
memuat paham transendensi Tuhan kan oleh J.G.H. Gunning dengan judul
(Tuhan diyakini sangat berbeda dan Een Javansch Gescrift de 16 de
di atas segala makhluk). Hal ini da- eeuw. Pada tahun 1921, Kraemer me-
pat dipahami, karena lembaga pe- nerbitkan kembali naskah itu dengan
santren memang lembaga pengajar- judul Een Javansch Primbon uit de
an agama Islam. Oleh karena itu, zeitiende eeuw. Terbitan Kraemer ini
wajar kalau masalah transendensi disertai pendahuluan, terjemahan, dan
Tuhan amat kental di dalamnya. beberapa catatan sebagai keterang-
528 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
an. Akhimya, naskah ini diterjemah- kah ini bukan hasil pengolahan pi-
kan serta diterbitkan kembali oleh kiran Jawa. Isinya tidak menunjuk-
G.W.J. Drewes pada tahun 1954 de- kan corak khas Jawa karena isi nas-
ngan judul Een Javaanse Primbon kah itu dapat diterapkan di mana pun
uit de zeitlende eeuw. oleh orang yang beragama Islam.
Oleh karena itu, menurut Kraemer,
Naskah yang pertama tersebut, naskah itu hanya penting sebagai do-
menurut Kraemer diperkirakan ber- kumen untuk mengetahui isi hidup
asal dan Jawa Barat. Bentuk naskah keagamaan yang pada waktu itu ma-
ini adalah suatu primbon, yaitu suatu suk ke Jawa.
buku pegangan yang berisi catatan-
catatan keagamaan, yang agaknya Naskah kedua tentang tasawuf
ditulis oleh banyak orang (mungkin adalah naskah yang diterbitkan oleh
oleh banyak murid yang sedang men- B.J.O. Schrieke pada tahun 1916 de-
dengarkan ajaran guru). Isinya tidak ngan judul Het Boek van Bonang.
mewujudkan suatu uraian yang siste- Naskah ini tidak diketahui penulis-
matis tetapi terputus-putus. Kraemer nya. Di dalam naskah itu dibeberkan
menyebut naskah yang pertama itu ajaran Syaik al-Bari. Hoesein Djaja-
sebagai suatu “bunga rampai” ten- diningrat menduga naskah itu me-
tang ajaran Islam berupa ilmu fiqh, ngandung ajaran Sunan Bonang, sa-
ilmu kalam, dan tasawuf (yaitu ta- lah seorang Wali. Akan tetapi, Schri-
sawuf dalam arti umum). Kraemer eke membantah pendapat Hoesein
menilai naskah itu tampaknya me- Djajadingrat tersebut. Menurut
ngikuti aliran kebatinan ortodoks. Schrieke hal itu tidak mungkin ter-
Akan tetapi, juga sangat dimungkin- jadi karena Pangeran (Sunan) Bo-
kan bagian ilmu kebatinan yang ter- nang adalah anak Sunan Ngampel
dapat di dalam naskah itu adalah (yang bekerja di Tuban kira-kira an-
tanggung jawab para penulisnya sen- tara tahun 1475—1500). Di samping
diri. Dengan kata lain, di dalam nas- itu, dapat dipastikan, bahwa Sunan
kah itu, tidak ada serangan atau ce- Bonang bukanlah perintis penyebar-
laan terhadap ajaran yang tidak orto- an Islam di Tuban. Pada zamannya,
doks. Tujuan pokok naskah itu agak- agama Islam di Tuban sudah hampir
nya adalah suatu pemberitaan ten- tiga perempat abad menguasai Tu-
tang cara hidup yang etis-religius. ban. Menurut Schrieke, penulis nas-
Namun, kadang-kadang, juga dibi- kah yang diterbitkannya itu agaknya
carakan tentang tujuan tertinggi dari adalah seorang imam dari Tuban.
kebatinan, yaitu kesatuan dengan Adapun isi dan naskah yang diter-
Allah, yang juga dihubungkan de- bitkan oleh Schrieke itu mengandai-
ngan cara hidup etis. Hal yang paling kan bahwa penulisnya sudah menge-
menonjol di dalam naskah itu adalah nal kebatinan Islam. Si penulis mem-
mengenai uraian tiga pangkat hidup peringatkan para pembacanya terha-
keagamaan, yaitu Syari’a, tariqa dap kebatinan yang salah. Misalnya,
dan haqiqa. Menurut Kraemer, nas- kebatinan yang mengajarkan tentang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 529
hakikat Allah adalah kekosongan Samud lbnu Salam, (23) Suluk Seh
yang kekal, atau kebatinan yang me- Idajatullah, (24) Suluk Seh Nganp,
ngajarkan bahwa Allah adalah “Yang (25) Suluk Tekawardi, (26) Suluk
ada” dan sekaligus juga “Yang tidak Seh Ciptadriya, (27) Suluk Siksa-
ada”, atau juga kebatinan yang me- raga, (28) Suluk Seh Sidanglamong,
ngajarkan bahwa nama Allah adalah (29) Suluk Tasringalam, (30) Suluk
kehendak-Nya, hakikat-Nya dan ha- Serat Warni-Warni, (31) Suluk Wi-
kikat-Nya adalah kehendakNya, dan jil, (32) Suluk Sukarsa, (33) Suluk
sebagainya. Semua “bidat” ini dito- Tambanglaras, dan (34) Suluk Ma-
lak oleh si penulis naskah itu. Ia lalu langsumirang, dan sebagainya.
mengajarkan ajarannya sendiri yang
ternyata adalah suatu kebatinan sumardjono (1930— )
Islam yang berada di perbatasan or-
todoksi. Banyak pemerhati sastra dan bu-
daya Jawa yang—sengaja atau ti-
Naskah tasawuf Jawa terbitan dak—“melupakan” nama Sumardjo-
Schrieke tersebut memberi petunjuk no. Padahal, selama ini, ia juga ba-
bahwa pada abad ke-16 ajaran keba- nyak menulis karya sastra (cerkak,
tinan yang disebut “bidat” merajale- guritan, dan naskah sandiwara).
la. Namun, sayang, pada zaman itu Akan tetapi, kenyataan itu dapat di-
tidak ditemukan naskah yang berasal pahami karena memang karya-kar-
dari aliran kebatinan “bidat”. Naskah yanya tidak dipublikasikan di maja-
dari aliran kebatinan “bidat’ yang da- lah atau surat kabar, tetapi disiarkan
pat ditemukan dan masih tetap eksis melalui media radio. Apapun alasan-
hingga sekarang ditulis sesudah abad nya, Sumardjono layak diperhatikan
ke-16. dalam perkembangan sastra Jawa
karena ia merupakan pelopor penu-
Naskah-naskah yang berisi teks lisan naskah sandiwara berbahasa
suluk, misalnya (1) Suluk Asthabra- Jawa.
ta (2) Suluk Bab Napas, (3) Suluk
Bayanullah, (4) Suluk Bayanmani, Kapankah dimulai penyelengga-
(5) Suluk Bakasampurna, (6) Suluk raan siaran sandiwara bahasa daerah
Besi lan Suluk Dhudha, (7) Suluk di RRI Nusantara II Yogyakarta?
Dewi Sujinah, (8) Suluk Gatholoco, Tentang hal ini tidak ada sumber
(9) Suluk Imam Bukari, (10) Suluk yang pasti. Pihak RRI Yogyakarta
Pranacitra, (11) Suluk Kidung Har- sendiri tidak mempunyai arsip yang
tati, (12) Suluk Lebe Lonthang, (13) dapat menjadi acuan untuk melacak
Suluk Luwang, (14) Suluk Mansut awal penyelenggaraan acara terse-
Idayat, (15) Suluk Mulana Muta- but. Namun, dari biodata yang ditu-
qim, (16) Suluk Pangenget-enget, lis sendiri oleh Soemardjono (saat
(17) Suluk Primbon, (18) Suluk Pur- menjelang penerimaan penghargaan
wacampur, (19) Suluk Catur Paksi, seni dari Pemerintah Daerah Istime-
(20) Suluk Rara Sutithi, (21) Suluk wa Yogyakarta tahun l983), disebut-
Rara Sunthi Nganthi, (22) Suluk kan bahwa siaran itu dimulai tahun
530 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
l965 dengan frekuensi dua minggu (1986), Sumardjono menjabat seba-
sekali. Pada tahun 1966 frekuensi- gai Kepala Bidang Perencanaan
nya menjadi seminggu sekali. Sejak Siaran.
pertama kali mengudara, sandiwara
radio di RRI Yogyakarta sudah meng- Peran Sumardjono dalam penye-
gunakan nama grup “Keluarga Yog- lenggaraan siaran sandiwara di RRI
ya”. Hingga kini nama itu tetap me- Nusantara II Yogyakarta sangat be-
lekat dan selalu disebutkan pada se- sar. Dia tidak hanya sebagai pence-
tiap awal dan akhir cerita. Dan orang tus acara tersebut, tetapi juga men-
yang paling menentukan keberadaan jadi penulis utama, pemain, dan su-
acara siaran sandiwara di RRI Yog- tradara. Menurut pengakuannya, se-
yakarta adalah Sumardjono. lama 21 tahun berkecimpung di da-
lam acara tersebut telah lahir sekitar
Sumardjono lahir di Yogyakarta 780 naskah. Siaran itu pernah popu-
pada 2 Desember 1930. Pendidikan ler selama lebih dari satu dasa warsa,
formalnya adalah Sekolah Menengah yaitu tahun l966 hingga 1970-an. Se-
Dagang (sekarang SMEA/SMK) di jumlah cerita yang hingga kini masih
Gowongan Kidul, Yogyakarta. Tahun banyak dikenang masyarakat Yog-
1943—1948 ia tergabung dengan yakarta adalah “Katri”, “Godril”,
grup Sandiwara Fadjar Taroena pim- “Raden Mas Basuki”, dan “Perku-
pinan Mardi Soetjipto, Letnan Muda tut”.
dari Kesatuan PPT Compie I, Seksi
B, Jawa Tengah. Tahun 1951—1955 Penyelenggaraan siaran sandi-
menjadi staf Seksi Drama pada wara di RRI Nusantara II Yogyakar-
Bagian Kesenian Jawatan Pendidik- ta dapat diidentifikasikan ke dalam
an dan Kebudayaan. Sejak tahun tiga masa. Pertama, era Sumardjono
1956 membantu siaran “Keluarga berlangsung dari l965 hingga akhir
Yogya” di RRI Yogyakarta pimpinan l979. Pada masa itu siaran tersebut
Umar Kayam (tidak dijelaskan apa- mencapai puncak popularitas. Ke-
kah “Keluarga Yogya” yang dimak- dua, era peralihan berlangsung pada
sud adalah nama grup sandiwara tahun l980—1983. Era peralihan di-
yang kemudian diabadikan sampai tandai dengan semakin menurunnya
sekarang). Terhitung sejak 31 Agus- kesehatan Sumardjono sehingga me-
tus 1959 Sumardjono berhenti dari ngurangi produktivtasnya dalam me-
Jawatan P & K karena yang bersang- nulis cerita. Ketiga, era Maria Ka-
kutan pindah ke RRI Nusantara II darsih. Masa ini ditandai dengan do-
Yogyakarta. Pada periode l959— minannya peran Maria Kadarsih se-
1964 Sumardjono menjadi Staf Seksi bagai pengendali utama dalam pe-
Siaran Kota di RRI Nusantara II Yog- nyelenggaraan siaran. Ia memulai
yakarta. Kemudian, tahun 1964— karir di “Keluarga Yogya” sebagai
1979 diangkat menjadi Kepala Seksi pemain sejak tahun l974, dan sepu-
Siaran Kota. Sejak 1 Desember l979 luh tahun kemudian telah mampu
hingga memasuki masa pensiun menggantikan peran Sumardjono se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 531
laku penulis, pemain, sekaligus su- Untuk cerita-cerita yang meru-
tradara. pakan hasil adaptasi dari novel asing,
Sumardjono mendapatkan inspirasi
Pada masa Sumardjono, cerita dari istrinya (bekerja sebagai petugas
yang dimainkan tidak selalu bersifat bagian perpustakaan Jawatan P &
asli hasil rekaan sendiri. Sering ia K) yang menguasai bahasa Belanda
mengadaptasi cerita-cerita asing dan Inggris. Biasanya sang istri yang
yang diambil dari novel-novel ber- membaca novel-novel tersebut dan
bahasa Belanda, Inggris, dan Peran- kemudian menceritakannya kembali
cis. Menurut penuturan istrinya, Asri pada Sumardjono. Dari cerita itu, Su-
Sumardjono, inspirasi cerita asli di- mardjono mengolahnya menjadi nas-
ambil dari realitas kehidupan masya- kah sandiwara radio. Menurut Asri,
rakat. Oleh karena itu, cerita asli kar- ketika sedang menceritakan kembali
ya Sumardjono banyak berbicara novel yang dibacanya, Sumardjono
masalah feodal dan sebagian besar sering menunjukkan sikap tak acuh
mencerminkan sikap penulis yang ti- sehingga ia sering protes. Jadi, sejauh
dak suka pada feodalisme. Masih mana cerita asli berpengaruh pada
menurut Asri Sumardjono, kalau su- naskah itu sangat ditentukan oleh ke-
dah mendekati hari rekaman tetapi mampuan Asri dalam menceritakan
suaminya belum mendapat ide, bia- ulang kepada Sumardjono.
sanya Soemardjono mengajak pergi
naik motor putar-putar kota atau ke Selain dari novel berbahasa
desa-desa untuk menikmati suasana asing, Sumardjono sering menyadur
setempat. Selama bepergian itu Su- cerita dari novel berbahasa Indone-
mardjono mengadakan dialog de- sia. Cerita yang sangat populer, “Go-
ngan orang-orang yang ditemui. Jika dril”, misalnya, merupakan karya
sudah mendapatkan inspirasi, Su- Sumardjono yang diilhami oleh
mardjono segera pulang menulis ce- “Anak Perawan di Sarang Penya-
rita hingga larut malam bahkan sam- mun” karya Sutan Takdir Alisjahba-
pai pagi. Sebuah naskah—yang di- na.Adapun karya (naskah sandiwara)
ketik manual di kertas doorslag ku- Sumardjono yang ceritanya merupa-
rang lebih 20 halaman dan dibuat be- kan hasil adaptasi ada sekitar 120 bu-
berapa rangkap (karena belum ada ah, antara lain, “Ny. Kuswo lan Ny.
fotokopi) dengan jarak satu setengah Kuswo” (sumber Nyonya dan Nyo-
spasi—kadang diselesaikan dalam nya karya Motinggo Busye), “Raden
sehari semalam, kadang sampai be- Mas Basuki” (sumber Idiot karya
berapa hari. Menurut pengakuan sa- Dostojevsky), “Pitrah” (sumber The
lah seorang pendukung “Keluarga Good Earth karya Pearl S. Buck),
Yogya”, Arief Hartoyo, biasanya Su- “Moral” (sumber The Women of Ro-
mardjono memberikan naskah kepa- me karya D. Laurence), “Anna Kar-
da para pemain hanya beberapa jam mila” (sumber Anna Karenina karya
menjelang rekaman. Leo Tolstoy), dan “Prahara” (sumber
532 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Gone With the Wind karya Margaret Mengapa Sumono Sandy Asmo-
Mitchell’s). ro lebih suka menulis karya sastra
Jawa? Sebab, menurutnya, keadaan
sumono sandy asmoro sastra Jawa kini semakin menderita
(1971— ) sehingga tidak boleh dibiarkan be-
gitu saja. Sebagai orang Jawa yang
Sumono Sandy Asmoro lahir di memiliki tanggung jawab membina
Ponorogo, Jawa Timur, tanggal 7 dan mengembangkan kebudayaan
Juli 1971. Ayahnya bernama Mis- Jawa ia bertekad terus bergelut ber-
djan dan ibunya bernama Simiati, se- sama sastra Jawa. Itulah sebabnya,
orang petani, berasal dari Ponorogo. Sumono semakin aktif menulis dan
Pengarang laki-laki yang sering mempublikasikan karya-karyanya
menggunakan nama samaran Can- lewat berbagai majalah berbahasa
dra Dyah Pambayun ini menyelesai- Jawa sepertti Panjebar Semangat,
kan pendidikan SD (1977-1985), Jaya Baya, Mekar Sari, dan Djoko
SLTP (1985-1988), dan SLTA(1988- Lodang. Akan tetapi, hal itu tidak
1991) di kota kelahirannya, Ponoro- berarti ia tidak menulis dalam baha-
go. Setelah lulus SLTA, Sumono me- sa Indonesia. Karya-karyanya yang
neruskan kuliah di FPBS IKIP Su- ditulis dalam bahasa Indonesia sebe-
rabaya, mengambil jurusan Bahasa narnya sudah cukup banyak, hanya
dan Sastra Jawa, dan memperoleh saja sampai sekarang belum ada yang
gelar sarjana pendidikan pada tahun dipublikasikan. Kalau ditanya me-
2000. Namun, sebelum lulus sarja- ngapa ia tetap suntuk terjun ke dunia
na, ia pernah menjadi guru (hingga tulis-menulis sastra Jawa, padahal
1997). sastra Jawa sangat tidak menjanjikan
dalam hal honor, ia mengaku bahwa
Sumono Sandy Asmoro adalah ia merasakan dunia tulis-menulis se-
anak pertama dari tiga bersaudara bagai sebuah panggilan jiwa. Oleh
(adik keduanya bernama Marsudio- karena itu, walaupun honornya ter-
no, seorang sarjana, kini menjadi gu- lalu kecil, ia tetap tidak akan berhenti
ru, dan adik ketiganya bernama Sri menulis sastra Jawa.
Pinuji, saat ini masih kuliah). Sumo-
no mengaku bahwa hingga kini ia ma- Hal di atas dibuktikannya bahwa
sih lajang dan entah kapan akan me- hingga sekarang sudah cukup ba-
nikah. Pria beragama Islam yang se- nyak karyanya yang dimuat di maja-
karang bertempat tinggal di Desa lah berbahasa Jawa, dan karyanya
Bancangan, Sambit, Ponorogo, dan itu berwujud guritan, crita cekak,
juga indekost di Karangrejo, Gang X, roman secuwil, crita rakyat, crita
Nomor 21, Surabaya, ini mulai ge- misteri, dan naskah drama atau san-
mar menulis karya sastra Jawa sejak diwara. Dan sebagai salah seorang
masih mahasiswa, sekitar tahun pengarang sastra Jawa, Sumono su-
1996. Ini bukan suatu kebetulan ka- dah mulai menunjukkan kualitasnya;
rena ia adalah mahasiswa jurusan hal itu terbukti hingga kini ia telah
bahasa dan sastra Jawa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 533
menerima berbagai penghargaan. man Budaya Yogyakarta, 1999), cer-
Cerpennya yang berjudul “Rokok”, pennya “Dhalang” juga dimuat da-
misalnya, telah ditetapkan sebagai lam antologi Bandha Pusaka (Ra-
sepuluh besar dalam sayembara me- dhita Buana, Yogyakarta, 2001).
ngarang crita cekak yang diseleng-
garakan oleh Taman Budaya Yogya- sunarko budiman (1960—)
karta dan cerpen itu kemudian diter-
bitkan dalam antologi Liong Tem- Pengarang kelahiran Tulung-
bang Prapatan. Sementara itu, gu- agung, Jawa Timur, tanggal 21 Ja-
ritannya yang berjudul “Nggugat nuari 1960 ini dalam karangan-ka-
Angkasa”, juga ditetapkan sebagai rangannya sering menggunakan na-
juara dua dalam lomba menulis gu- ma samaran Narko Sodrun Budi-
ritan yang diselenggarakan oleh Ra- man, Narko Rasodrun, atau Datiek
dio Khusus Informasi Pertanian Yuminarkola. Pendidikan dasar, me-
(RKIP) Wonocolo, Surabaya, tahun nengah, sampai sarjana muda ditem-
1999. Dan cerpennya yang ditulis da- puh di Tulungagung, sedangkan sar-
lambahasa Indonesia, berjudul “Sang jana (S-1) ditempuh di IKIP Malang
Aktor”, meraih penghargaan sebagai (selesai 1990). Di samping itu, ia ju-
nominasi pertama dalam Pekan Seni ga menambah pengetahuan lewat
Mahasiswa Tingkat Nasional V ting- pendidikan nonformal, antara lain,
kat Regional Jawa Timur tahun 1999. Diklat Wartawan oleh PWI Kediri
(1986), Pelatihan Penulisan Buku Pe-
Apakah Sumono telah memiliki lajaran dan Bacaan oleh Kanwil Dep-
buku antologi pribadi? Hingga kini dikbud Propinsi Jawa Timur (1992),
ia belum sempat mengumpulkan dan Pelatihan Penulisan Buku Cerita
menerbitkan karya-karyanya sendiri Anak oleh Kanwil Depdikbud Pro-
ke dalam bentuk antologi. Hanya be- pinsi Jawa Timur (1997), dan Pela-
berapa karyanya saja telah diambil tihan dan Ilustrator Buku oleh Kan-
orang lain dan dimuat dalam antologi wil Depdikbud Propinsi Jawa Timur
mereka. Beberapa di antaranya gu- (1998).
ritan berjudul “Nalika Angin Sumi-
lir”, “Fragmen pakeliran”, dan “Ge- Pada tahun 1979 Sunarko me-
ni” dimuat dalam buku antologi Ka- ngawali kariernya sebagai guru. Per-
bar Saka Bendulmrisi: Kumpulan tama-tama di SD Punggungkalak,
Guritan yang diterbitkan oleh Pagu- Pucanganlaban, Tulungagung, kemu-
yuban Pengarang Sastra Jawa Sura- dian, mulai 1998 (hingga kini) ia men-
baya (PPSJS) pada tahun 2001. Se- jadi Kepala SD Pucangan 1, Kauman,
mentara itu, guritan “Nalika Mang- Tulungagung. Di samping itu, ia per-
sa Ketiga” dimuat dalam antologi nah bekerja sebagai penyunting ma-
Luka Waktu: Antologi Puisi Penyair jalah anak-anak Prasasti di Suraba-
Jawa Timur tahun 1998. Selain cer- ya (1994—1998), reporter Jaya Ba-
pennya “Rokok” dimuat dalam anto- ya (1985—2000), wartawan Mekar
logi Liong: Tembang Prapatan (Ta- Sari (1987—1997), pemimpin re-
daksi Pamor Jagad Gaib di Tulung-
534 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
agung (1995—2000). Sejak 1985 garitma” (Mekar Sari, 1987),
hingga kini masih berstatus sebagai “Sompil Ayu” (Mekar Sari, 1987),
wartawan Panjebar Semangat. “Japamantra” (Surabaya Post
Minggu, 1995), “Eling Poma Dipun
Lelaki beragama Islam yang kini Eling” (KBJ II, 1996), dan “Luh”
tinggal di Surenwetan I/11, Balerejo, (Panjebar Semangat, 2000).
RT 01, RW 1, Kauman, Tulung-
agung, telepon (0355) 326934 ini Karya-karyanya yang berupa
mulai mengarang tahun 1978. Se- cerkak, antara lain, “Wah, Wah,
bagai pengarang dwibahasa (Jawa Wah” (Parikesit, 1982), “Oh, Su-
dan Indonesia) ia telah menulis gu- sariyem” (Parikesit, 1983), “Pra-
ritan, cerkak, novel anak-anak, ce- wan Kencur Balekalang” (Parike-
rita remaja, cerita wayang, naskah sit, 1983), “Kadho Katresnan” (Pa-
ketoprak, naskah drama, artikel, dan njebar Semangat, 1984), “Mas Ja-
buku pelajaran untuk SD dan SLTP. ka” (Jaya Baya, 1993), “Adhuh Sim-
Sebagai pengarang ia ingin selalu bok, Adhuh Mami” (Jawa Anyar,
berprestasi (karya-karyanya ber- 1993), “Jonggol Mantu” (Panjebar
mutu). Prestasinya pun telah ia buk- Semangat, 1993), “Keduwung
tikan melalui berbagai penghargaan Nguntal Wedhung” (Bandha Pu-
yang telah diterima, antara lain se- saka, 2002), “Kebangetan” (Djaka
bagai juara III Lomba Penulisan Cer- Lodhang, 2002), “Mas Bambang
pen dalam rangka Porseni Mahasis- Senggotho” (Jaya Baya, 2002),
wa di Malang (1984), juara II Lom- “Wah, Jan Sodrun!” (Jaya Baya,
ba Mengarang Fiksi bagi Guru Ting- 1983), “Karo Nona Laily Nonton
kat Nasional (1989 dan 1990), juara Wayang” (Jaya Baya, 1984), “Ebo-
III Lomba Menggurit Menyongsong ny” (Jaya Baya, 1987), “Astrea AG
Kongres Bahasa Jawa II di Malang 243 GB” (Jaya Baya, 1988), “Co-
(1996), dan masuk lima besar Penyaji wok Tukang Ngapusi” (Mekar Sari,
Terbaik dalam Pekan Budaya Jawa 1988), “Malam Pitulasan” (Mekar
Timur di Malang (1996 dan 1998). Sari, 1988), “Ngge, Bol Ati Kagol”
(Mekar Sari, 1988), “Cewek Bahe-
Beberapa guritan karya Sunar- nol Panggal Kurang” (Mekar sari,
ko yang telah dipublikasikan, antara 1988), “Sing Penthole Loro” (Mekar
lain, “Balada Arjuna Wirang” (Pa- Sari, 1988), “Kadho lan Gadho-Ga-
njebar Semangat, 1990), “Panji La- dho” (Mekar sari, 1989), “Ultah
ras lan Jago Rukmi” (Jawa Anyar, Warceng Mangan Gratis” (Mekar
1993), “Kapang” (Djaka Lodhang, Sari, 1989), “Malem Old and New”
1983), “Marcapada Gendra” (Dja- (Mekar Sari, 1989), “Warceng Go
ka Lodhang, 1993), “Kucing Telon” Publik” (Mekar sari, 1990), “Bukak
(Djaka Lodhang, 1993), “Sanja” Warceng Tanpa Uang Gedung”
(Djaka Lodhang, 1993), “Dalan (Mekar Sari, 1990), “Return to
Diponegoro Gang VI” (Djaka Lo- Warceng” (Mekar Sari, 1990), “Liu
dhang, 1993), “Dhaster Abang Ple- Mi Lan Thiam Sie” (Mekar Sari,
nik Putih” (Mekar Sari, 1987), “Lo-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 535
1990), “Mulih Saka Jakarta” (Jaya tiara (Edumedia, 1998), Terjebak
Baya, 2002), “Pulung Gadung” Gang Buntu (Surya Jaya, 1987),
(Panjebar Semangat, 1987), dan Berpacu dengan Waktu (Edumassa,
“Kenya Kembar Nyalawadi” (Pa- 1997), dan Dua Belas Cerita Tela-
njebar Semangat, 2002). dan (Paramarta, 1999). Ia juga me-
nulis naskah drama, antara lain, “Ra-
Karya-karya yang berupa cer- ra Mendut” (Porseni SD Jatim,
kak dan dongeng anak, antara lain, 1989), “Ande-Ande Lumut” (Porseni
“Ketok Upane” (Jaya Baya, 1982), SD Jatim, 1993), “Pakdhe Soiman
“Nalika Bu Yuyun Pindhah” (Jaya dan Burungnya” (Porseni SD Jatim,
Baya, 1982), “Hadiah Kanggo Ibu” 1994), “Ikut Sang Surya” (Porseni
(Jaya Baya, 1984), “Regane Gotri SD Jatim, 1995), “Memburu La-
Menang” (Jaya Baya, 1984), “Sing yang-Layang” (Porseni SD Jatim,
Crewet Njaluk Gunting” (Jaya Ba- 1996), “Lentung” (Porseni SD Jatim,
ya, 1986), “Piwelinge Raja Suato- 1997), dan “Lepas Asa” (Porseni SD
plak” (Jaya Baya, 1986), dan “Joko Jatim, 2000).
Bodho Kembangsore” (Bandha
Warisan, 2002). Sedangkan cerita Sementara itu, tidak kurang dari
wayang dan ketoprak karyanya, 10 buku pelajaran (IPS, IPA, PSPB,
antara lain, “Intermezo ing Aleng- Bahasa, PMR) untuk SD dan SLTP
ka” (Jawa Anyar, 1993), “Lesmana telah diterbitkan oleh penerbit Bina
Wurung di Uk-uk” (Jawa Anyar, Ilmu, Widyantara, dan Edumassa
1993), “Anggere Rama Seneng” antara tahun 1988 hingga 1998. Hal
(Jawa Anyar, 1993), dan “Bathok ini masih ditambah karya-karya be-
Bolu Isi Madu” (TMII, 1996). rupa artikel, esai, baik ilmiah mau-
pun popular yang diterbitkan oleh
Seperti telah dikatakan, selain penerbit buku maupun penerbit surat
menulis sastra berbahasa Jawa, Su- kabar dan majalah (Surabaya Post,
narko juga rajin menulis sastra ber- Jawa Pos, Panjebar Semangat, dan
bahasa Indonesia. Beberapa cerpen- sebagainya).
nya, antara lain, “Agnes” (Cerita Re-
maja, 1984), “Bibit Kopi Buat Yu- supardi (1953— )
ni” (Karya Dharma, 1982), “Hari-
mu Hariku Jua” (Hadis, 1985), dan Supardi Sastrodiharjo lahir di
“Dara Kapidara” (Suara Karya, Grobogan, 10 Agustus 1953. Supar-
1985). Sedangkan cerpen untuk anak, di lahir di lingkungan masyarakat
antara lain, “Pengaruh Gelandang- yang beragama Islam dan gemar akan
an” (Surabaya Post, 1995), “Ibuku, kebudayaan Jawa. Ayahnya, Kema-
Guru dan Temanku” (Surabaya di, seorang Jawa tulen yang gemar
Post, 1995), “Kartini Cilik” (Sura- berkesenian, terutama wayang. Ma-
baya Post, 1995), dan “Parman dan ka, tidak aneh jika Supardi gemar
Parmin” (Surabaya Post, 1995). Se- pada dunia (seni) tulis-menulis. Se-
lain itu, novelnya juga telah terbit, karang ia sudah berkeluarga dan di-
yakni Sejengkal Tanah Seribu Mu- karuniai empat anak, tinggal di To-
536 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
danan, Blora, Jawa Tengah. Supardi Sebagai pecinta dan pengarang sas-
sempat mengenyam pendidikan dari tra, Supardi berharap agar sastra Ja-
SD, SMP, SPG, sampai kuliah di wa masa kini bisa mencapai puncak-
perguruan tinggi (Diploma II). Sejak nya seperti pada zaman pujangga ke-
1 Januari 1975 Supardi bekerja se- raton sampai era 70-an. Waktu itu,
bagai guru SD. Selain mengajar, se- sastra Jawa mencapai puncak keja-
jak tahun 1977 sampai sekarang, ia yaannya. Oleh sebab itu, penerbitan
juga aktif di LKMD di desanya (To- sastra Jawa perlu ditingkatkan agar
danan, Blora, Jawa Tengah). Sejak dapat memberikan kesempatan se-
17 September 1994, ia dipromosikan luas-luasnya kepada pengarang un-
sebagai kepala sekolah sampai se- tuk terus berkarya. Dalam hal kritik
karang. Sebagai pegawai negeri, ia sastra, Supardi kurang mendukung
aktif di organisasi KORPRI. sebab kritik dianggapnya kurang
memberikan kontribusi bagi penga-
Supardi berkenalan dengan du- rang. Menurutnya, hal yang mempri-
nia karang-mengarang sejak 1986. hatinkan kini adalah semakin berku-
Waktu itu, ia mencoba mengirimkan rangnya pembaca sastra Jawa. Pro-
tulisannya berupa Guyon Parikena ses kreatif penciptaan karya Supardi
(roman secuwil) di majalah Jaya Ba- berawal dari kepedulian atau res-
ya. Alhamdulillah, tulisannya lang- ponsnya terhadap kehidupn sehari-
sung dimuat. Sejak saat itu ia aktif hari di lingkungan sekitar. Jika terda-
menulis, baik di media berbahasa Ja- pat peristiwa yang dipandang unik,
wa (Panjebar Semangat, Jaya Ba- peristiwa itulah yang kemudian di-
ya, dan Panakawan) maupun Indo- respon dan digarap.
nesia (Suara Karya, Krida, Liberty,
Sarinah, dan Wawasan). Supardi se- Karya-karya Supardi beraneka
nang menulis sastra Jawa karena ia ragam, di antaranya, cerbung, cer-
merasa dapat menambah wawasan kak, cerita rakyat, alaming lelembut,
dan pemikiran tentang kejawen. Di pedhalangan, dan crita sacuwil. Da-
samping itu, baginya menulis meru- lam tulis-menulis, Supardi biasa
pakan wahana melestarikan bahasa menggunakan nama samaran Nung-
Jawa dan menambah penghasilan. kik. Karya Supardi yang berupa cer-
Jenis karangan Supardi beraneka ra- kak, antara lain, “Pasienku” (Panje-
gam, baik fiksi maupun nonfiksi. Ia bar Semangat, 5 Februari 1994),
lebih tertarik menulis fiksi karena “Bu, Aku Aja Cithes Ya” (Panjebar
melalui fiksi ia merasa lebih bebas Semangat, 10 Desember 1994),
berimajinasi tanpa memerlukan ba- “Cemburu” (Panjebar Semangat,
nyak teori. Pada 1995, cergam Su- 22 Juli 1995), “Profesor Utang” (Pa-
pardi berjudul “Wilis” pernah men- njebar Semangat, 8 Agustus 1998),
dapat penghargaan (sebagai juara I) “Ula” (Panjebar Semangat, 22
dari Sanggar Triwida Tulungagung. Agustus 1998), “Mas, Aku Bali” (Ja-
ya Baya, 19 Desember 1993). Kar-
Menurut Supardi, sastra Jawa ya-karya yang berupa cerbung, an-
masa kini semakin lesu dan merosot.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 537
tara lain, “Wilis”, “Tinah”, dan “Pu- lagi Suparto Brata menikahi gadis
lung”. Karya-karya yang berupa yang masih menunjukkan keturunan
cerita rakyat, antara lain, “Ginarwa darah biru dengan menyandang gelar
Dening Kapernah Putu” (Panjebar kebangsawanan (Raden) Rara Ari-
Semangat, 24 Desember 1994), “Ga- yati.
jah Sena Gugur” (Panjebar Sema-
ngat, 19 Nov. 1994), “Layang Pa- Sebagai orang Jawa tulen, dalam
nantang” (Panjebar Semangat, 1 menuliskan tanggal lahir pun Su-
April 1995), dan “Mendhung Ireng parto Brata tidak lupa menyertakan
Sakndhuwure Singasari” (Panjebar weton-nya, yaitu Sabtu Legi, 27 Fe-
Semangat, 13 Maret 1999. Karya bruari 1932 atau 19 Syawal 1862 Je
yang berupa jagading jelembut, an- (1350 Hijriah). Meskipun tergolong
tara lain, berjudul “Didhemeni Gen- kaum bangsawan (priyayi), Suparto
druwo (Panjebar Semangat 5 Agus- Brata (di dalam karya-karyanya) ti-
tus 1995), “Dhalang Sapanyana” dak banyak mengedepankan per-
(Panjebar Semangat, 25 Juli 1998), soalan-persoalan kepriyayian, hal ini
“Bocah Bajang” (Panjebar Sema- jauh berbeda dengan Umar Kayam
ngat, 12 November 1994), dan “Ti- yang juga seorang priyayi (Raden
kungan Balekambang” (Panjebar Mas dari Keraton Surakarta) yang
Semangat, 6 Februari 1999). Selan- memandang sekitarnya dari sudut
jutnya, karya-karya yang berupa pe- priyayi (Damono, 1998) sehingga to-
dhalangan adalah “Pungkasaning koh-tokoh yang diciptakannya, mu-
Katresnan” (Panjebar Semangat, lai dari “Chief Sitting Bull” sampai
11 Desember 1999) dan “Basudewa “Drs. Citraksa dan Drs. Citraksi”,
Jaja Bang Mawinga-winga” (Pa- dimainkan dan dilihatnya dari sudut
njebar Semangat, 15 Mei 1999). priyayi.
suparto brata (1932—) Baik Suparto Brata maupun
Umar Kayam sesungguhnya memi-
Nama Suparto Brata jelas me- liki asal-usul yang hampir sama: (1)
ngacu kepada wilayah budaya ter- keduanya masih ada hubungan darah
tentu, yaitu wilayah kebudayaan Ja- biru (priyayi) yang berasal dari ling-
wa, apalagi jika Suparto Brata tidak kungan Mangkunegaran, (2) meski-
enggan menuliskan gelar Raden di de- pun lahir jauh dari “pusat” kebuda-
pan namanya. Hal ini bukanlah se- yaan Jawa di Sala dan Yogyakarta—
suatu yang berlebihan karena ia me- Suparto Brata lahir di Surabaya dan
mang keturunan trah njeron benteng. Umar Kayam di Ngawi—keduanya
Ayahnya bernama Raden Suratman sempat hidup di daerah Jawa Tengah
Bratatanaya dan ibunya bernama (Suparto Brata di Sragen dan Sala se-
Raden Ajeng Jembawati; keduanya dangkan Umar Kayam di Sala dan
berasal dari Surakarta Hadiningrat Yogyakarta), dan (3) keduanya dila-
(mungkin keduanya adalah kerabat hirkan pada tahun 1932. Jarangnya
dari Kraton Mangkunegaran). Apa- Suparto Brata menampilkan dunia
kepriyayian dalam karyanya mung-
538 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
kin karena ia tidak mengenal dunia kian nama Eling Jatmika mengan-
itu dengan baik, tinggal (menetap) dung pengertian agar yang menyan-
di Jawa Tengah hanya sebentar dan dang nama tersebut selalu ingat de-
itu pun ketika berusia belia. Berbeda ngan sopan santun (bermoral). Se-
dengan Umar Kayam, yang waktu dangkan pengertian sholeh dalam
remajanya dihabiskan di Sala, lewat agama Islam dikaitkan dengan keta-
novel Generasi yang Hilang seti- atan seseorang dalam menjalankan
daknya dapat dicermati bagaimana ibadah. Penggunaan nama samaran
pandangan Suparto Brata terhadap Peni dipakai Suparto Brata dalam
dunia priyayi. Katresnan kang Angker (1963), Pe-
thite Nyai Blorong (1965), Asma-
Novel Generasi Yang Hilang rani (1964), Pawestri Telu, Sanja
merupakan pemenang II sayembara Sangu Trebela (1966), Jemini, “Ke-
menulis novel yang diadakan oleh pelet”, “Nona Sekretaris”, “Matine
majalah Kartini, kemudian diterbit- Suradrana”, dan Astirin Mbalela
kan oleh Variasi Jaya (Kartini Grup) (1995).
pada tahun 1981. Novel ini merupa-
kan abstraksi dari adanya usaha pe- Nama Eling Jatmika digunakan
laksanaan proses “kebebasan dari” dalam Nyawa 28 dan “Jam Malam”.
tradisi ke arah pencapaian “kebebas- Sedangkan M. Sholeh dipakai dalam
an untuk” memilih yang dilakukan “Diamput” dan “Oh, Jumirah”.
oleh tokoh protagonis wanita. Kepia- Penggunaan nama samaran yang di-
waian Suparto Brata menampilkan lakukan oleh Suparto Brata tidak
sosok wong cilik berkorelasi dengan mempunyai tendensi khusus kecuali
kehidupan keluarga yang cukup men- agar pembaca tidak jenuh membaca
derita: ibunya pernah menjadi pem- karya-karyanya. Penggantian nama
bantu rumah tangga, buruh batik, merupakan hal yang biasa dalam sis-
dan pengasuh anak. tem kepengarangan sastra Jawa. Be-
berapa alasan penggunaan nama sa-
Suparto Brata dalam menulis maran tersebut antara lain (1) agar
karya sastra sering mengganti na- pembaca tidak jenuh, (2) nama yang
manya menjadi Peni, Eling Jatmika, dipakai lebih baik atau keren, (3) agar
dan M. Sholeh; nama-nama tersebut pembaca tidak mengkultuskan sese-
mengacu kepada kebudayaan Jawa orang, (4) menarik simpati pembaca,
dan Islam (ia memang pemeluk aga- dan (5) untuk menyembunyikan iden-
ma Islam). Semua nama samaran titas. Alasan tersebut berbeda dengan
yang dipakai Suparto Brata memiliki penggunaan nama samaran dalam
makna positif. Dalam kamus Bau- sastra Indonesia yang kadang berkait-
sastra Djawa Indonesia (Prawiro- an dengan persoalan “keamanan”.
atmodjo, 1957) kata Peni mempu-
nyai makna ‘anggun’ dan ‘indah’. Di Suparto Brata adalah seorang la-
bagian lain dijelaskan bahwa kata ki-laki meskipun ia mempunyai na-
Djatmika mempunyai arti ‘selalu de- ma samaran Peni (mengacu pada je-
ngan sopan santun’; dengan demi- nis kelamin perempuan) dan meng-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 539
hasilkan beberapa karya sastra yang kuk) penderita kusta—dijauhi oleh
mengedepankan perempuan dengan masyarakat—yang berhasil mengga-
judul bernuansa perempuan: Pethite galkan tindak kejahatan.
Nyai Blorong, Asmarani, Pawestri
Telu, Jemini, “Nona Sekretaris”, Novel Topeng Mas terdiri 3 jilid,
“Oh, Jumirah”, dan Astirin Mbale- menggunakan huruf Jawa dengan ra-
la. Penggunaan nama samaran pe- gam ngoko. Buku ini bercerita ten-
rempuan yang digunakan oleh pe- tang tiga orang prajurit dari kerajaan
ngarang pria seringkali mengacau- Turki, yaitu Hasanbei, Suranbei, dan
kan pembaca. Hal ini terjadi karena Sardibei, maju dalam peperangan
hampir semua pengarang pria dalam dan berhasil menundukkan lawan-la-
sastra Jawa mempunyai nama sa- wan mereka karena mendapat “pe-
maran perempuan sehingga pemba- tunjuk” dari seseorang yang menge-
ca ragu-ragu dalam menentukan je- nakan mantel hitamdan wajahnya ter-
nis kelamin pengarang. Satu hal yang tutup topeng berwarna kuning emas.
pasti adalah bahwa jumlah penga- Pada akhir cerita Sardibei terkena
rang perempuan dalam sastra Jawa kutuk karena setelah berhasil me-
sangat terbatas, beberapa nama se- rampas harta beserta putri kerajaan,
bagai contoh adalah Yunani, St. Ies- ia tidak lagi memperhatikan Topeng
maniasita, dan Napsiah. Mas. Padahal sosok di balik topeng
mas tersebut adalah orang tua Sardi-
Roman yang bercerita tentang bei sendiri. Buku lainnya, Kacu San-
tindak kejahatan yang menjadi sum- di, berbentuk buku saku berbahasa
ber penulisan roman detektif yang Jawa ragam ngoko. Kacu Sandi
dihasilkan Suparto Brata cukup ba- (agaknya) merupakan terjemahan
nyak. Sejak duduk di kelas empat Se- dari Saputangan Fantasi (berbahasa
kolah Angka Loro, Suparto Brata— Indonesia). Kejahatan dalam cerita
yang lebih lancar membaca huruf Ja- tersebut terbongkar lewat saputa-
wa (Hanacaraka) daripada huruf la- ngan kenangan.
tin (gedrik)—sudah mulai membaca
roman kejahatan berbahasa Jawa Setelah kemerdekaan, Suparto
yang salah seorang pelakunya berna- Brata terus membaca beberapa buku
ma Kyai X. Tokoh tersebut bukan roman kejahatan, antara lain Gerom-
polisi tetapi secara misterius berhasil bolan Gagak Mataram dan Gerom-
menggagalkan kejahatan. Suparto bolan Mliwis Putih. Buku-buku ter-
Brata membaca novel Ni Wungkuk sebut, menurut Suparto Brata, me-
ing Bendha Growong (Jasawidagda, miliki model cerita jauh dari kisah-
1938), Topeng Mas, dan Kacu San- kisah detektif, apalagi jika dibanding-
di. Novel Ni Wungkuk ing Bendha kan dengan cerita Kyai X. Hal itu ter-
Growong (yang ditulis dengan huruf jadi karena Gerombolan Gagak Ma-
Jawa dan menggunakan bahasa Ja- taram dan Gerombolan Mliwis Pu-
wa ragam ngoko) bercerita menge- tih lebih mengetengahkan cerita ba-
nai seorang wanita tua (Ni Wung- gaimana cara memberantas kejahat-
an daripada menggunakan penalar-
540 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
an. Sekelompok penjahat membuat lukis dan karya sastra itu sebagian
keonaran di tengah masyarakat. Se- besar berupa kolase, yaitu susunan
lain sebagai penulis cerita detektif bentuk dan kata yang tidak berkaitan
yang handal Suparto Brata dikenal dan dalam cara yang tidak beraturan,
pula dengan novel-novelnya tentang serampangan, tanpa logika.
perjuangan. Triloginya yang ditulis
tahun 1966 ialah trilogi cerita zaman Surealisme sesungguhnya dekat
perang kemerdekaan yang bagus. dengan simbolisme. Namun, surealis-
Ketiganya itu ialah Kadurakan ing me bersifat lebih menegaskan aliran
Kidul Dringgu, Lara-lapane Kaum dadaisme yang dikembangkan oleh
Republik, dan Kaduk Wani. Andre Breton. Surealisme lebih me-
ngakar pada aliran kesenian di Pe-
Keahlian Suparto Brata sebagai rancis. Aliran seni ini berusaha me-
penulis sastra telah dibuktikan ber- nangkap pusat kesadaran manusia
kali-kali. Misalnya, ia memenangkan yang seringkali berada jauh dari
lomba sayembara menulis cerita sam- realita sehari-hari. Aliran ini mene-
bung yang diselenggarakan Panje- kankan kepada kejiwaan manusia
bar Semangat (1959), Juara I Sa- (bawah sadar) sehingga sering juga
yembara Cerita Cekak Jaya Baya digunakan untuk membantu terapi
(1964), dan mendapat penghargaan kejiwaan. Oleh karena bawah sadar
dari yayasan “Rancage” (2001) di tidak muncul di permukaan sebagai
Bogor atas buku antologi cerpennya realita, para pengikut aliran ini meng-
Trem (2000). Pada tahun berikutnya ekspresikan pikiran-pikirannya ber-
ia (bersama Esmiet) mendapatkan dasarkan imaji-imaji yang dialami-
penghargaan sebagai seniman Jawa nya melalui mimpi, halusinasi meng-
Tamu yang berbakat. Dan hingga se- hasilkan citraan yang fantastis, yaitu
karang, Suparto Brata masih terus berupa gabungan-gabungan yang ti-
menulis, baik sastra Jawa maupun In- dak serasi, atau tidak harmonis (me-
donesia. Beberapa karyanya berba- nurut realisme).
hasa Indonesia, antara lain, juga di-
terbitkan oleh Kompas. Orang atau seniman yang me-
ngikuti aliran itu disebut kaum su-
surealisme realis. Surealisme berpengaruh pada
puisi, prosa, dan drama. Dalam sas-
Istilah surealisme merupakan se- tra Indonesia dikenal 2 orang su-
rapan dari bahasa Belanda (surrealis- realis, yaitu Iwan Simatupang de-
me), bahasa Inggris (surrealism), se- ngan novelnya Ziarah, Kering; dan
bagai nama salah satu aliran seni Danarto dengan Godlob. Dalam sas-
modern. Aliran ini merupakan per- tra Jawa modern gaya dalam cerpen-
kembangan lanjut dari aliran dada- cerpen mutakhirnya yang dikumpul-
isme yang sudah berkembang sejak kan dalam antologi Ratu (1995) dan
tahun 1916. Dasar aliran ini ialah ke- cerpen-cerpennya yang lain, Krisna
bebasan total, antiperaturan, antici- Mihardja (dariYogyakarta) menggu-
ta-cita, dan antitradisi. Bentuk karya nakan gaya surealisme. Aliran sastra
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 541
tersebut, selanjutnya, banyak diikuti lapangan di daerah-daerah lain selain
oleh pengarang muda Jawa. Tuban guna memperoleh perbanding-
an mengenai cerita Sarah Wulan da-
suripan sadi hutomo (1940— lam kentrung, misalnya di Blitar, Ke-
2001) diri, Ponorogo, dan Blora. Berkat di-
sertasinya itu, ia kemudian dikenal
Suripan Sadi Hutomo lahir di sebagai “Doktor Kentrung” karena ia
Ngawen, Blora, 5 Februari 1940. Be- memang satu-satunya ahli kentrung
liau meninggal pada 23 Februari yang ada hingga saat ini.
2001, pukul 14.30, di Surabaya. Su-
ripan Sadi Hutomo adalah seorang Suripan Sadi Hutomo merupa-
Guru Besar di IKIP (sekarang Uni- kan sosok intelektual yang menaruh
versitas) Negeri Surabaya. Perjalan- perhatian besar pada masalah kesas-
an mencapai gelar tersebut dilalui de- traan dan kebudayaan Jawa. Pan-
ngan ketekunan. Setamat SMA Ba- dangan dan pendapatnya mengenai
gian B (Pasti dan Alam) Blora, Su- sastra dan ilmu sastra telah mewar-
ripan kuliah di FKIP Universitas Air- nai dunia keilmuan kesastraan Jawa.
langga, jurusan Bahasa Indonesia, Tulisan-tulisannya tentang bahasa
lulus 1968. Pada masa menjalani pen- penyair dan pengarang Jawa dan In-
didikan, baik di SMAmaupun di per- donesia muncul dalam berbagai me-
guruan tinggi, Suripan sudah giat dia, misalnya “Kota dalam Sajak”
melakukan pendokumentasian kar- (Angkatan Bersenjata, Minggu III,
ya-karya sastra, selain menulis karya Februari 1970), “Kali dalam Sajak”
sastra (Jawa dan Indonesia). (Angkatan Bersenjata, Minggu V,
Maret 1970), “Kutha ing Guritan Ja-
Lulus dari Universitas Airlangga wa Anyar” (Jaya Baya, No. 3,
Suripan Sadi Hutomo kemudian me- XXVIII, 18 September 1973),
ngajar di FPBS IKIP Surabaya. Pa- “Novel Pulang Karya Toha Mochtar
da tahun 1978—1980, ia belajar il- dari Sudut Bahasa”, (Suara Karya,
mu sastra (filologi dan folklor huma- 18 Januari 1980), dan sebagainya.
nitis) di Universitas Leiden, Belanda,
atas beasiswa Pemerintah Belanda. Walaupun ilmu sastra sedikit
Hasil dari belajar dan penelitian di berbeda dengan ilmu kebahasaan,
tempat tersebut, kemudian dipergu- Suripan Sadi Hutomo juga sangat
nakan sebagai bahan penyusunan di- menaruh minat untuk memperhati-
sertasi pada Universitas Indonesia. kan masalah kebahasaan. Artikelnya
Pada tahun 1987, Suripan Sadi Hu- mengenai kebahasaan, berjudul “Ba-
tomo memperoleh gelar doktor de- hasa dan Sastra Lisan Orang Samin”
ngan disertasi “Cerita Kentrung Sa- (Basis, No. 1, XXXII, 1983); “Pe-
rah Wulan di Tuban”. Disertasi itu ranan Bahasa dan Sastra Melayu
disusun berdasarkan cerita lisan yang Abad XIX di Surabaya” (Basis,
beredar di daerah Tuban. Namun, un- No.10, XXXIX, 1990); “Bahasa
tuk melengkapi kajian atas cerita ter- Osing Banyuwangi (Surabaya Post,
sebut, Suripan juga melakukan studi 30 Desember 1968), dan sebagainya.
542 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Suripan memang bukan linguis, apa- Di samping itu, ia sangat mena-
lagi linguis struktural, tetapi dari tu- ruh perhatian pada kebudayaan ping-
lisan-tulisannya tampak bahwa ia se- giran. Dunia seni dan budaya yang
orang tokoh sastra yang tetap meli- banyak dilupakan orang, justru ba-
hat bahasa sebagai hal yang penting nyak menyita perhatiannya. Perha-
untuk diperhatikan. tian yang mendalam terhadap dunia
kesenian yang cukup luas itu, barang-
Menurut Adipitaya (2001), Su- kali juga telah menyita waktunya da-
ripan Sadi Hutomo memiliki sejum- ri perhatiannya terhadap aktivitas fi-
lah peran yang pernah dimainkan da- lologi yang pernah ditekuninya. Per-
lam bidang kebahasaan. Peran itu hatian Suripan pada bidang ini tam-
meliputi (1) mengkritisi bahasa pe- pak kurang, sebagaimana pengaku-
nyair dan pengarang, baik Jawa annya sendiri bahwa ia kurang total
maupun Indonesia, (2) meneliti ba- dalam dunia filologi. Namun, sum-
hasa naskah Jawa dan tradisi lisan, bangan pemikiran Suripan terhadap
(3) menulis artikel kebahasaan dan filologi tetap dapat menjadi petunjuk
pengajaran bahasa, (4) berperan da- dalam pemahaman naskah-naskah
lam kegiatan ilmiah kebahasaan dan Jawa yang agak terpinggirkan.
pengajaran bahasa, (5) mengarahkan
penelitian kebahasaan pada rekan se- Di samping menaruh perhatian
jawat dan mahasiswa, dan (6) me- terhadap filologi dan bahasa, sebagai
ngampu mata kuliah leksikografi dan tokoh kesastraan Jawa, Suripan juga
dialektologi. menaruh minat terhadap sejarah. Me-
nurut Kasdi (2001:29), sesuai de-
Selain memperhatikan bahasa ngan keahliannya, Suripan berusaha
dan sastra Jawa, Suripan juga mem- sekuat tenaga agar hasil jerih payah-
perhatikan perkembangan filologi. nya tidak hanya dimanfaatkan dalam
Menurut Purnomo (2001), semua dunia sastra, lebih dari itu juga se-
karya Suripan masuk dalam khaza- bagai sumber (paling tidak memban-
nah filologi terapan, tidak ada buku tu) penelitian atau penulisan sejarah.
atau tulisanya yang disusun secara Karya unggulannnya, Kentrung Sa-
khusus pada tataran filologi teoretik. rah-wulan dari Tuban, dan pemikir-
Beberapa konsep (dan teori) filologi annya yang lain seperti Tradisi dari
dalam tulisan Suripan semuanya ha- Blora, Filologi Lisan, serta artikel-
nya merupakan bagian kecil dari tu- artikelnya yang pernah dimuat dalam
lisan-tulisannya secara menyeluruh Panjebar Semangat dan Jaya Baya
(bahan banding) atau pelengkap bagi menjadi bukti perhatian Suripan ter-
teorinya tentang sastra lisan (1991), hadap disiplin yang berhubungan de-
atau sekedar pengantar bagi tulisan- ngan masa lalu.
nya atas karya-karya terapannya
(1984), laporan penelitian tentang as- Semua kemampuan Suripan
pek bahasa dan sastra Babad Demak yang berhubungan dengan sastra baik
Pesisiran, serta buku (1999) tentang Indonesia maupun Jawa bemuara
telaah sastra kentrung. pada “dunia kentrung” atau dunia
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 543
hajat hidup orang banyak atau dunia tetap hidup. Dikatakannya (1988)
akar rumput. Sehubungan dengan ke- bahwa kehidupan sastra Jawa mo-
hidupan sastra Indonesia di daerah, dern, baik sebelum maupun zaman
Suripan pernah mengatakan bahwa kemerdekaan, ternyata ditopang oleh
ia telah membuat “peta” sastra Jawa. organisasi yang selektif. Maksud-
Ia berharap agar generasi penerus- nya, organisasi yang membatasi ang-
nya (pecinta sastra Indonesia dan Ja- gotanya pada para pecinta dan ahli
wa) akan meneruskan peta yang te- bahasa Jawa, para pecinta dan ahli
lah disusunnya. Salah satu wujud da- sastra, serta para sastrawan (penga-
ri sarana pemetaan itu adalah mun- rang) Jawa yang kreatif. Menurut
culnya sebuah Pusat Dokumentasi catatannya, ada 4 organisasi kesas-
Sastra Suripan Sadi Hutomo. Untuk traan Jawa yang pernah hidup, yaitu
mendirikan pusat dokumentasi itu, Gerombolan Kesusastraan Mangku-
Suripan telah mengeluarkan banyak negaran dan Paheman Radyapusta-
biaya. Menurut Setiawan (2001) ka, Organisasi Pengarang Sastra Ja-
Pusat Dokumentasi tersebut sebe- wa, Kelompok-kelompok Pengarang
narnya merupakan pengejawantahan Sastra Jawa, Lekra dan Pengarang
diri Suripan yang berhubungan de- Sastra Jawa. Bagi Suripan, organi-
ngan budi luhurnya dalamrangka me- sasi pengarang dalam kehidupan
nyebarluaskan misi moral dan untuk sastra Jawa bukan berfungsi sebagai
memperkenalkan pemikirannya. Ji- alat partai atau golongan tertentu, te-
wa dokumentator Suripan sangat tapi sebagai tempat berkumpul dan
mendukung perjuangannya untuk berdialog sesama pengarang untuk
membangun kedua aspek itu. memacu pertumbuhan dan perkem-
bangan sastra Jawa. Dalam sepak
Dalam dunia sastra Suripan me- terjangnya, Pancasila selalu menjadi
rupakan pejuang yang tidak pernah pedoman hidup para pengurus dan
jera dan menyerah dalam memper- anggotanya.
tahankan keberadaan sastra, khusus-
nya pengarang sastra Jawa dan du- Lewat tulisan-tulisannya menge-
nia penerbitan. Suripan telaten meng- nai sejarah sastra Jawa modern, ma-
hayati kehidupan pengarang muda, syarakat Jawa dibukakan kepada
baik dari kubu sastra Indonesia mau- suatu pemahaman baru bahwa sejak
pun sastra Jawa. Terhadap karya- berakhirnya masa hegemoni Kapu-
karya pengarang muda itu, Suripan janggaan Surakarta (ditandai dengan
terkesan dengan semangat mereka masa meninggalnya R. Ng. Rangga-
karena semangat mereka telah mem- warsita) telah bangkit sastra Jawa
berikan harapan bagi perkembangan modern. Dalam salah satu tulisannya
sastra. mengenai sastra pembauran, Suri-
pan menunjukkan bagaimana penga-
Dalam membangun sastra Jawa ruh luar, khususnya Cina, ke dalam
Suripan juga memperhatikan kehi- sastra Jawa. Dalam hubungan ini,
dupan organisasi pengarang, karena menurutnya, tak jarang orang-orang
lewat organisasi ini sastra Jawa akan
544 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Tionghoa yang menjadi ahli-ahli ke- (Balai Pustaka, 1988). Antologi itu
budayaan Jawa dan banyak pula di memuat 54 guritan dari tahun 1967
antara mereka yang kemudian ber- sampai 1982. Selain menyusun anto-
usaha pada dunia penerbitan buku- logi pribadi, Suripan juga membuat
buku sastra Jawa. Nama Tan Koen antologi bersama berjudul Antologi
Swie adalah satu orang Tionghoa Geguritan Jawa Tahun 1945—1982
yang diakui sukses dan berpengaruh (Balai Pustaka).
dalam perkembangan sastra Jawa
karena jasa-jasanya dalam menerbit- Selain menulis sastra Jawa, Su-
kan sastra Jawa. Buku-buku terbitan ripan juga menulis sastra Indonesia.
Tan Khoen Swie disambut antusias Puisi-puisinya pernah dimuat di
oleh pembaca Jawa dan hingga kini Mingguan Bhirawai dan majalah
buku-buku itu masih sering dibaca Horison. Di samping itu, puisi Su-
dan diteliti. ripan juga dimasukkan dalam Anto-
logi Puisi Enam Penyair Surabaya
Pandangan Suripan yang luas itu (Dewan Kesenian Surabaya, 1975);
juga menunjukkan visinya bahwa se- Antologi 25 Penyair Surabaya (De-
benarnya sastra Jawa tidak bersifat wan Kesenian Surabaya, 1975); dan
kesukuan. Diterangkan olehnya bah- Festival Desember 1975 (Dewan
wa apa yang dinamakan sastra Jawa Kesenian Jakarta, 1975). Menurut
modern itu sebenarnya adalah sastra Korrie Layun Rampan (2001), bobot
Indonesia dalam bahasa Jawa literer sajak-sajak Suripan layak di-
(Hutomo, 1988). Yang paling utama bicarakan karena sajak-sajak itu di-
adalah semangatnya, yaitu semangat tulis dengan gaya bersahaja serta pe-
keindonesiaan. Jadi, tidak benar nuh dengan sindiran, misalnya puisi-
apabila dikatakan sastra Jawa itu nya yang berjudul Ke Blora. Puisi
mengobarkan semangat kedaerahan itu di muat di Antologi Puisi Enam
atau kesukuan. Pengarang Jawa ada- Penyair Surabaya.
lah pengarang Indonesia juga. Da-
lam hubungan ini dapat dikatakan Walaupun tidak produktif, Su-
bahwa sastra Jawa termasuk salah ripan juga menulis cerita pendek. Ce-
satu perlengkapan sastra Indonesia. rita pendeknya antara lain Ketika
Tambur Mainan, Ketika Langit Jadi
Suripan adalah seorang penyair Lautan, Ketika Aku Main ‘Nan-
sastra Jawa modern. Sejak 1967 ia Nan’, dimuat di majalah Widyawa-
telah terlibat aktif dengan dunia ra, Thn. VI, Februari 1988. Cerita
penulisan guritan. Karya-karyanya pendek ini kemudian dimasukkan da-
tersebar di berbagai media berbaha- lam antologi Cerita Pendek dari Su-
sa Jawa, yaitu Kumandhang, Dhar- rabaya (Gaya Masa, 1991) yang di-
ma Nyata, Dharma Kandha, Pari- editorinya. Walaupun Suripan terli-
kesit, Jaka Lodang, Panjebar Sema- bat dalam berbagai kegiatan dinas
ngat, dan Jaya Baya. Karya-karya (sebagai dosen), ia terus menulis gu-
yang tersebar itu kemudian dikum- ritan di majalah Panjebar Semangat
pulkan dalam antologi Angin Sumilir dan Jaya Baya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 545
suryadi ws. (1940—) hammadiyah 2, Klaten. Dua tahun
kemudian (25 Maret 1968), ia meni-
Nama aslinya Suryadi. Nama kah dengan Mulyati (mantan murid-
Ws. adalah singkatan nama ayah- nya). Gadis itu menjadi guru SD Sa-
nya. Ayah Suryadi bernama Sukardi brang Lor sampai sekarang. Suryadi
Warna Sukardja, lulusan Kursus Ta- lalu tinggal di Mireng Lor, RT 06/
bligh Muhammadiyah Sala tahun 03, Mireng, Trucuk, Klaten, Jawa Te-
1938 (meninggal 1988), sedangkan ngah. Sambil bertani, berternak
ibunya bernama Suriyem, berpendi- (ayam, itik), dan membuka usaha per-
dikan pondok pesantren. Ia lahir di tukangan kayu ia membesarkan ke-
Trucuk, Sabrang Lor, Trucuk, Kla- empat anaknya (Bambang Wiyono,
ten, 1 September 1940. Pendidikan Danang Ciptadi, Niken Ciptarini,
yang telah ditempuhnya: SR Sabrang dan Wara Surastri).
Lor (lulus 1953); SLTP 1 Klaten (lu-
lus 1956); SMAB (PastiAlam) di Sa- Suryadi mulai senang menulis
la (lulus 1959). Ia belajar ngaji sejak sejak SMA. Ketika itu cerkak-nya
SR dan ketika SMA ia aktif berlatih “Wadule Manuk Sobo Bengi” dan
keroncong dan karawitan. “Rondo Telu” dimuat majalah Ke-
kasihku (1958). Bakat menulisnya
Setamat SMU Suryadi kuliah di dipupuk terus dengan banyak mem-
Fakultas Pertanian UGM (1959). Na- baca. Sejak dulu ia biasa membaca
mun, baru setahun harus keluar ka- (novel Jawa, Indonesia, terjemahan,
rena terbentur biaya. Suryadi kemu- buku-buku filsafat, sejarah, serat,
dian masuk gratis (biaya pemerin- agama, riwayat tokoh-tokoh dunia,
tah) ke Akademi Penilik Kesehatan wayang, dll.). Ada 50-an judul novel
(Sanitasi) di Surabaya (tinggal di as- terjemahan yang telah dibaca, terma-
rama, lulus 1964). Saat itu ia men- suk karya Mark Twain, Nicolas Go-
dapat tugas belajar pula di Pusat gol, Leo Tolstoy, Destojevski, Wil-
Pembasmian Malaria di Ciloto, Jawa liam, Saroyan, Pearl S. Buck, Andre
Barat, selama tiga bulan (Februari— Gide, dan L.C. Back.
April 1964). Selanjutnya, Mei—No-
vember 1964, ia tugas belajar di Dengan berbekal pengetahuan
Course of Training Methods and itulah ia sampai sekarang telah me-
Teaching Techniques Filipina se- nulis tidak kurang dari 50-an judul
hingga mendapat gelar M.Sc.. Dari cerpen, beberapa novel, cerita anak,
berbagai pengalaman itulah ia kemu- dan artikel. Ia tercatat sebagai pe-
dian diangkat menjadi pegawai De- ngarang yang produktif tahun 1970-
partemen Kesehatan di Jakarta. an hingga 1990. Di antara novelnya
itu, antara lain, Penganten, Pusaka,
Kendati begitu, akibat peristiwa dan Sintru, Oh Sintru. Sementara cer-
G30S PKI, Suryadi memutuskan ke- pennya, antara lain, “Lakon Ma-
luar dari pekerjaannya. Itu sebab- nungsa”, “Hadiah Riyaya”, “Gom-
nya, hari-hari selanjutnya dilalui de- balasari”, “Nalika Takbir Kuman-
ngan menjadi guru Agama, Biologi/ dhang ing Langit”, “Ing Limenging
IPA, dan Matematika di SPG Mu-
546 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Wengi”. Selain itu, ia juga banyak diselenggarakan oleh Sanggar Tri-
menulis artikel tentang sastra dan ke- wida tahun 1990; (9) novel Pusaka
budayaan dalam Jaya Baya, Panje- menjadi juara I dalam lomba penu-
bar Semangat, Adil, dan Suara Mu- lisan novel berbahasa Jawa oleh
hammadiyah. Sanggar Triwida tahun 1990, kemu-
dian diterbitkan Sinar Wijaya, Su-
Sebagai pengarang Suryadi te- rabaya, 1993; dan (10) penghargaan
lah memperoleh banyak hadiah dan atas penciptaan wayang Sadat (Sa-
penghargaan. Di antaranya adalah rana Dakwah dan Tabligh). Wayang
(1) cerpen “Bengi Iku Ana Pahar- ini telah menjadi salah satu aset na-
gyan” menjadi juara III dalam lomba sional dan sudah di pajang di muse-
menulis cerpen berbahasa Jawa ta- um Yogyakarta, Borobudur, Sema-
hun 1971; (2) cerita anak Selamat Be- rang, Jakarta, Malaysia, dan diko-
lajar Putra Desa memenangkan jua- leksi oleh para penggemar wayang
ra I dalam lomba menulis cerita anak di Jepang dan Jerman.
yang diselenggarakan oleh Depdik-
bud, Jakarta, tahun 1978, kemudian Selain sebagai pengarang, Sur-
diterbitkan Balai Pusataka tahun yadi juga seorang tokoh masyarakat,
1996; (3) buku Menuju Pembentuk- terutama di kalangan Islam; dan ki-
an Wayang Nusantara memenang- prah ini telah dirintis sejak awal Or-
kan juara I lomba menulis yang di- de Baru. Terbukti ia mendirikan Ma-
selenggarakan oleh Depdikbud, ke- drasah Ibtidaiyah di Sabrang Lor
mudian diterbitkan oleh Tiga Se- (1967); mendirikan Madrasah Tsa-
rangkai, Sala, tahun 1981; (4) novel nawiyah Muhammadiyah di Trucuk
Penganten ditetapkan sebagai novel (1967), menjadi ketua cabang Mu-
terbaik dalam lomba penulisan novel hammadiyah Trucuk (1967—1971);
oleh PKJT tahun 1979/1980; (5) nas- mendirikan kelompok seni drama dan
kah drama “Omah Warisan” sebagai ketoprak Islami (1070); ikut mendi-
juara III dalam lomba penulisan nas- rikan SMAMuhammadiyah Trucuk
kah drama oleh PKJT tahun 1980; (1981); mendirikan Madrasah Tsa-
(6) novel Serigala menjadi juara ha- nawiyah di Srebegan, Ceper, Klaten
rapan dalam lomba penulisan novel (1982); menjadi pengurus Majelis
Indonesia oleh Dewan Kesenian Ja- PKU Muhammadiyah Klaten
karta tahun 1980; (7) cerpen “Anak (1986—1991); dan menjadi pengurus
Lanang” menjadi juara II dalam Majelis Kebudayaan Muhammadi-
lomba seleksi cerpen yang diseleng- yah Klaten (1991—sekarang). Se-
garakan oleh Jaya Baya tahun 1982; mentara itu, pekerjaannya sebagai
cerpen ini juga menjadi juara III da- guru SMK Muhammadiyah 2, Kla-
lam seleksi cerpen oleh Proyek Ja- ten, dijalani hingga pensiun (1 No-
vanologi, Yogyakarta, tahun 1983; vember 2000) sebagai Wakil Kepala
(8) cerpen “Nalika Takbir Kuman- Sekolah.
dhang Ing Langit” menjadi juara I
dalam lomba penulisan cerpen yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 547
suryanto sastroatmodjo muda ia peroleh tahun 1978, sarjana
(1957—2007) tahun 1982, di Jurusan Ilmu Komu-
nikasi Fisipol UGM. Di samping itu,
R.P.A. (Raden PanjiAnom) Sur- Suryanto juga lulus (1988) sarjana
yanto Sastroatmojo lahir di Bojone- ekonomi di Universitas Proklamasi
goro, Jawa Timur, pada 20 Februari (Unprok) Yogyakarta.
1957. Ia putra pasangan P.A.A (Pa-
ngeran Adipati Arya) Suryo Hadi Tak lama setelah lulus sarjana
Negoro III (Slamet Suteja), seorang muda Suryanto bekerja di harian Ber-
Regent Kadipaten Bojonegoro, dan nas Yogyakarta. Pada 1979-1980 ia
R.Ay. (Raden Ayu) Sri Huluwiyah pernah mengajar di SMA Katolik
Wuryaningrum, seorang putri bang- Bojonegoro. Pada 1985-1986 ia per-
sawan. Ia adalah cucu Pangeran Ar- nah pula bekerja sebagai karyawan
ya Adipati (P.A.A) Poeger, mantan LIPI (Leknas) di Jakarta. Di ibukota
Adipati Bojonegoro. Sejak dulu Sur- ia tidak kerasan karena lebih senang
yanto dibesarkan dan ditempa de- hidup di kota kecil yang memung-
ngan laku prihatin oleh keluarganya. kinkan dapat menyalurkan bakat me-
Kebiasaan melihat perilaku kakek itu nulisnya. Maka, sejak kembali ke
menyebabkan Suryanto ingin mem- Yogyakarta, ia tidak pindah-pindah
baca beberapa buku serat yang ditu- lagi. Belakangan pernah juga men-
lis si kakek. Kebiasaan itu pula yang jadi dosen di sebuah akademi komu-
akhirnya menempa Suryanto lebih nikasi. Tetapi, ia pun akhirnya kem-
memilih menjadi penekun sastra dan bali ke profesi semula: penulis/war-
budaya Jawa meskipun sebenarnya tawan. Saat ini, di harian Bernas me-
ia dapat menjadi birokrat karena ngasuh rubrik “Bokor Kencana”. Di
ayah dan kakeknya seorang birokrat rubrik ini ia mengupas masalah adat-
di istana Kadipaten Bojonegoro. istiadat dan budaya Jawa.Alamat ter-
Suryanto kecil hidup bersama tiga akhirnya di Jalan Nagan Lor 21, Pa-
saudara laki-laki dan enpat perem- tehan, Yogyakarta.
puan (R.Ay. Florentina Betty Suharti
Tjondronegoro, R.P.A. Sunardi Mul- Dengan falsafah ughrowi (uga-
yoprawira, R.P.A. Sunarto Waluya hari) dan semboyan ngeli tanpa keli
Hadikusumo, R.Ay. Sri Sulistiyah di tengah ketiadaan dan kehampaan
Wirokusumo, R.Ay. Sri Artini Su- Suryanto menghadapi hidup dengan
nantoro Andayani, dan R.Aj. Retno cara banyak melakukan tetirah dan
Dini Dewanti). tapa brata. Bahkan, dalam rangka
itu, ia pernah melakukan perjalanan
Suryanto masuk SD pada 1963 jauh dengan angkutan tradisional
di Bojonegoro. Sambil belajar ilmu berkeliling Jawa, Bali, Madura, dan
pengetahuan, ia belajar pula kejawen Lombok. Selain itu, ia juga pernah
pada eyang-nya. Setamat SD (1969) melakukan kunjungan persahabatan
ia masuk SMP (lulus 1972) dan ke- ke Suriname dan Belanda. Pernah
mudian SMA (lulus 1975) di Bojo- pula mengadakan perjalanan dengan
negoro. Setelah itu, gelar sarjana rakit menyusuri sungai Bengawan
548 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Sala dalam rangka napak tilas Jaka man sejarah, 1980), Serasi Denyut-
Tingkir melalui program tlesih bu- an Puri (balada, 1980), Aksi Mata
daya Jawa. Pengalaman-pengalaan Biru (sandiwara, 1980) Misteri
itulah yang menjadikan Suryanto pe- Anak Manusia (artikel, 1980), Pada
ka terhadap fenomena-fenomena se- Sebuah Musim (artikel, 1980), Ke-
keliling dan itu kemudian ia ekspre- bun Kasihmu (artikel, 1980), Ca-
sikan ke dalam karya-karyanya (gu- rangsari (guritan, 1980), Si Lintang
ritan, esai, prosa liris, cerpen, novel, Telanjang (puisi, 1980), dan Layang
dan lain-lain). Pangentasan (antologi guritan,
2003).
Suryanto pertama menulis keti-
ka masih duduk di kelas 5 SD (1968). Pada 1970-an, ketika masih di
Karya-karyanya dikirim dan dimuat Bojonegoro, bersama kawan-kawan
di majalah Kuncung, Taruna (Jakar- Suryanto mendirikan Sanggar Sastra
ta), Arena Kiti, dan Suruni (Sura- Sriwitomo dan studi klub Proporsia.
baya). Khusus dalam bahasa Jawa, Pada 1979 ia juga mendirikan Sang-
Suryanto menulis guritan, cerkak, gar Sastra Prasaja. Dengan biaya pa-
dan reportase sejak SMP kelas 1 di tungan mereka menerbitkan majalah
majalah Panjebar Semangat. Tahun Nilakandhi (hanya terbit 10 nomor,
1970 ia mulai eksis, terutama setelah stensilan, kemudian handpress). Pa-
karyanya “Topi Tower” dimuat Pa- da 1982 bersama rekan-rekan Sur-
njebar Semangat. Sekitar tahun yanto mendirikan yayasan untuk me-
1972—1975 ia ia juga sering menu- nerjemahkan ayat-ayat suciAlquran,
lis prosa liris. Karyanya “Sahibul naskah khotbah, dan mengolah Al-
Hikayat” merupakan rangkuman kitab Perjanjian Lama untuk sesi-
prosa liris (berirama). Kumpulan ngiran. Di Yogyakarta, pada tahun
puisi dan cerpennya Di Ujung Tom- 90-an, ia juga turut mendirikan Sang-
bak juga diterbitkan oleh penerbit gar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY).
Sehat Asli, Surakarta.
Sebagai pengarang Suryanto te-
Dalam berkarya Suryanto ka- lah memperoleh penghargaan, antara
dang menggunakan nama samaran lain, sebagai penyair terbaik dari UI
(Ines Suryawati, Satyawati, Suksma dalam rangka Hari Ranggawarsita,
Kelana, Himawan, Yogasastri). Kar- 1977; juara II sayembara Contest
ya-karyanya banyak yang telah di- Poetry dengan judul “The Mirror”
terjemahkan ke dalam bahasa asing, oleh majalah Scoles di Brunei (18
antara lain Belanda, di antaranya Oktober 1987); juara III dalam sa-
Dari Via Dolorosa ke Adolesensia yembara menulis artikel dengan ju-
(ilmu pendidikan, 1980), Panji Pur- dul “Hope and Happy” (22 April
nomo Wulan (balada, 1980), Berdi- 1988) oleh majalah Pertamina The
rinya Praja Pakualaman (sejarah, Beach, Jakarta; Anugerah Sastra-
1980), Palgunaning Palguna (bala- wan Daerah dari Universitas Erlang-
da, macapat, prosa lirik Jawa, 1980), ga, Surabaya (1990); juara I dalam
Kang Sumunar (cerpen, balada, ro- lomba Creative Asian Stylist (Ame-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 549
rican Biographical Institute” Ra- (kisah pengembaraan batin, 1987),
leigh Nort Caroline, AS) via PKJT; Seraut Wajah (pusparagam kisah,
puisi bahasa Inggrisnya “Emperor 1988), Misteri Gambir Anom (1989),
of The East” memperoleh Hadiah Pagut Semesta Pagi Hari (cerita re-
Pena Emas Sastra Jawa dari PKJT maja, 1989), Gurit Nglegena (cerita
(1994); hadiah sastra dari Panjebar cinta, 1990), dan Salam Kasih (kisah
Semangat (1995); dan mendapat keteladanan, 1990). Sementara itu,
Anugerah Seni sebagai “Sastrawan novel karya Suryanto, antara lain, Pa-
Kreatif” dari Pemda Propinsi Daerah gi Cerah di Awal April (1980), Angin
Istimewa Yogyakarta (1996). Pernah Danau Angin Lembah (1981), Di
pula artikelnya “Jurnalism in the Atas Andhong Yogya (1985), dan Di
Tempest” merebut juara I dalam Kaki Langit Utara. Buku-buku lain-
lomba penulisan artikel bahasa Ing- nya, Sinuhun Amardika diterbitkan
gris yang diselenggarakan oleh ma- oleh Yayasan Kamalasanta, Yogya-
jalah Primelook Singapore. karta, 1996; Identitas Melayu diter-
bitkan Indira, Jakarta, 2000; dan Su-
Kini karya-karya Suryanto de- ku Samin diterbitkan oleh Narasi,
mikian banyak, tersebar di Panjebar Yogyakarta, 2002.
Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari,
Djaka Lodang, Dharma Nyata, Ku- susiati martowiryo (1943— )
mandhang, Parikesit, Pustaka Can-
dra, dan lain-lain. Sebagian karya- Susiati lahir di Tulungagung, Ja-
nya telah dibukukan dalam Aksi Ma- wa Timur, pada 29 November 1943.
ta Biru (sandiwara, 1980), Misteri Dalam khazanah sastra Jawa mo-
Anak Manusia (artikel, 1980), Pada dern, pengarang wanita beragama
Sebuah Musim (artikel keningratan, Islam ini lebih dikenal dengan nama
1980), Kebun Kasihmu (artikel pen- Susiati Martowiryo. Pendidikan da-
didikan, 1980), Carangsari (puisi sar (SD) Susiati diselesaikan pada
Jawa, 1980), Si Lintang Telanjang tahun 1956 di SD Campur Darat, Tu-
(puisi Indonesia, 1980), Sayap-Sa- lungagung. Sementara itu, pendi-
yap Merpati (renungan budaya, dikan SLTP dan SLTA diselesaikan
1980), Sang Bocah (renungan sebe- pada tahun 1960 dan 1971 di Tu-
lum tidur, 1982), Bukan Wewenang lungagung.
(renungan bangun tidur, 1982), Tra-
gedi Kartini (1982), Di Ujung Tom- Susiati mengawali karier kepe-
bak (prosa liris, 1982), Cemara Sore ngarangannya sekitar tahun 1978 di
(gurit muda, 1982), Sahibul Hikayat Tulungagung. Meskipun tidak begi-
(prosa lirik, surat-surat cinta, 1984), tu produktif, karangan-karangannya
Sejatining Raos (prosa, 1984), Gora yang berupa cerkak dan guritan mu-
Gurnita Kagiri-Giri (prosa, 1985), lai muncul lewat Panjebar Semangat
Senandung di Belantara (esai bu- dan Jaya Baya. Ia aktif pada dekade
daya, 1985), Arjuna Disastra (surat ‘70-an dan ‘80-an setelah bergabung
dalam tembang, 1987), Sang Kelana menjadi anggota Sanggar Sastra Tri-
wida Tulungagung. Hanya saja, pe-
550 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ngarang yang juga berprofesi se- Jawa Timur. Namun, hal ini tidak ber-
bagai guru SD Palem I, Campur Da- langsung lama. Pada tahun 1961, ia
rat, Tulungagung ini sekarang tidak pindah ke Yogyakarta. Di Yogya-
aktif lagi menulis. Sekarang Susiati karta niat untuk melanjutkan studi
bertempat tinggal di Jalan Poncorejo lebih lanjut muncul lagi, dan kemu-
13, RT 01 RW 03, Campur Darat, Tu- dian masuklah ia ke IKIP (sekarang
lungagung, telepon (0355) 531031. universitas) Negeri Yogyakarta, me-
ngambil Jurusan Sejarah. Kendati de-
Beberapa guritan yang telah ia mikian, ia tidak sempat menyelesai-
publikasikan, antara lain, “Tinggal” kan studinya itu; ia lebih memilih ter-
(Jaya Baya, 1982), “Sumunar Bas- jun ke dunia karang-mengarang dan
kara Esuk” (Jaya Baya, 1983), “Gri- atau jurnalistik. Karena itu ia kemu-
mis Esuk-Esuk” (Jaya Baya, 1983), dian bergabung dengan para seniman
“Kidung, Rembulan, lan …” (Panje- di Sanggar Bambu 59, Yogyakarta,
bar Semangat, 1984), “Regemane yang saat itu diketuai oleh Sunarto
Agawe Ati” (Panjebar Semangat, P.R. Akan tetapi, tampak Susilomur-
1986), “Jurange Saya Jero” (Jaya ti merasa tidak dapat mengembang-
Baya, 1980), “Segara” (Jaya Baya, kan kariernya jika masih tetap ting-
1980), dan “Dina-Dina” (Jaya Baya, gal di Yogyakarta. Oleh sebab itu,
1981). ia kemudian pindah ke kota metropo-
litan, Jakarta.
Sementara itu, beberapa cerkak
yang telah ia publikasikan, antara Meskipun Soesilamoerti sudah
lain, “Oleh-Oleh” (Panjebar Sema- tinggal di Jakarta, kecintaannya ter-
ngat, 1978), “Anteping Tekad” (Pa- hadap kasusastraan Jawa tidak surut.
njebar Semangat, 1979), “Katres- Hal itu ia buktikan, misalnya, selain
nanku Adoh ing Sabrang” (Panjebar aktif menulis karya sastra, ia juga
Semangat, 1979), “Kesaput Tekane aktif mengadakan sarasehan atau
Esuk” (Panjebar Semangat, 1980), pertemuan sastra Jawa lewat berba-
“Durung Ana Sapa-Sapa” (Panje- gai organisasi pengarang sastra Ja-
bar Semangat, 1980), “Katresnan wa, di antaranya Himpunan Pamar-
kang Ilang” (Panjebar Semangat, sudi Sastra Jawa yang saat itu dike-
1981), “Tepungan” (Panjebar Se- tuai oleh Darnopranoto. Pada tang-
mangat, 1982), “Tunggak-Tunggak gal 25—27 Agustus 1966, misalnya,
Mlandhing” (Panjebar Semangat, ketika diadakan sarasehan para pe-
1982), dan “Tonjokan” (Jaya Baya, ngarang Jawa di Yogyakarta, dan da-
1981). lam sarasehan itu dibentuk pula per-
kumpulan pengarang Jawa yang di-
susilomurti (1936—1986) beri nama Organisasi Pengarang Sas-
tra Jawa (OPSJ), ia juga aktif di sana.
Susilomurti lahir di Surabaya pa-
da 5 Oktober 1936. Pendidikan for- Beberapa pengarang yang turut
mal yang ditempuhnya adalah SGB aktif dalam sarasehan itu di antara-
(Sekolah Guru bagian B). Setelah ta- nya Susilamurti, Esmiet, Handung
mat ia menjadi guru SD di Pacitan,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 551
Kusudyarsono, Sudjadi Madinah, Ki Suparto Brata, Tamsir A.S., Esmiet,
Adi Samidi, Moch Nursahid P., dan dan Muryalelana. Kesibukan terse-
sebagainya, di samping pengarang but antara lain menjadi ketua Ikatan
senior seperti Karkono Partokoe- Penulis Keluarga Berencana (IPKB)
soemo (Kamadjaja), Ki Siswoharso- di Jakarta periode 1986—1991. Ha-
jo, W.J.S. Poerwadarminta, R.D.S. nya sayangnya, saat sedang memim-
Hadiwidjana, Rama Sutapanitra, pin musyawarah Ikatan Pengarang
Widi Widayat, Any Asmara, S. Wa- Keluarga Berencana (IPKB) di Den-
kidjan, dan Moedjanattistomo (Ke- pasar (Bali), tepatnya pada Kamis,
pala Lembaga Bahasa Cabang Yog- 11 September 1986, kurang lebih pu-
yakarta). Dalam sarasehan tersebut kul 20.15, ia menghembuskan nafas
Susilamurti membawakan makalah terakhirnya. Sampai akhir hayatnya,
berjudul “Situasi Sastra Jawa”. Ma- ia tinggal di Griya Wartawan F. 89,
kalah tersebut kemudian dimuat da- Cipinang Muara, Jakarta Timur.
lam majalah Basis, Nomor XVI, De-
sember 1966. Kendati tidak begitu produktif,
di dalam dunia sastra, baik Jawa
Sementara itu, pada tahun 1974, maupun Indonesia, Susilomurti me-
saat itu bertempat tinggal di Jalan wariskan beberapa karya sastra ke-
Letjen S. Parman 27, Jakarta Barat, pada kita, baik ditulis dengan nama
bersama kawan-kawan seprofesi- asli maupun nama samaran (Suti,
nya, di antaranya Hardjono H.P., Krisnamurti, Parikesit). Karya per-
Soebagijo I.N., Rahadi Sutojo, dan tamanya berjudul Teror Subuh yang
T.S. Sunarno, ia menerbitkan sebuah dikerjakan bersama dengan Sinan-
majalah Kumandhang. Selain itu, sari Ecip, diterbitkan oleh Yayasan
kariernya di bidang jurnalistik juga Dharma Sejahtera, Jakarta, 1967.
terus berkembang dengan baik, di Karya lain yang berbahasa Indonesia
antaranya ketika ia menjadi redaktur tidak kurang dari 20 buah, di antara-
pelaksana Kantor Berita Nasional nya berjudul Akhirnya Berbahagia,
Indonesia, redaktur majalah Komen- Kondektur Cilik, dan Nanik Si Lem-
tar, Duta Revolusi, Contesa, Ka- but Hati. Karya-karya tersebut diter-
wanku, dan bahkan mulai 17 Agus- bitkan oleh Balai Pustaka dan Jam-
tus 1982 ia menjadi pemimpin re- batan. Selama menjadi pengarang,
daksi majalah wanita Sarinah. Susilamurti telah menerima bebera-
pa hadiah dan penghargaan atas kar-
Pada tahun 1982, ketika diada- yanya yang telah terbit.
kan pertemuan para pengarang sas-
tra Jawa di Ungaran, ia ditunjuk se- suwardi endraswara (1964— )
bagai ketua Organisasi Pengarang
Sastra Jawa (OPSJ), dibantu oleh Nama aslinya Suwardi. Ia lahir
Soeparto Brata. Namun, karena ba- di Prangkokan, Purwasari, Girimul-
nyak kesibukan yang harus diemban, ya, Kulonprogo, Jumat, 3April 1964.
akhirnya pada bulan Juli 1986 ke- Orang tuanya (Sumardji dan Sumi-
dudukan tersebut diserahkan kepada nah) berharap, dengan nama Suwar-
552 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
di, ia kelak menjadi orang berguna. 1990 diangkat menjadi dosen di al-
Sebab, katanya, nama itu memiliki mamaternya. Di almamater ia dise-
arti ganda, yaitu (1) makna yang in- rahi tugas mengampu mata kuliah
dah dan (2) banyak anak. Tanda-tan- sosiologi sastra, teori sastra, dan se-
da akan tercapainya harapan itu su- jarah sastra. Di universitas itu ia men-
dah mulai tampak, terbukti Suwardi jadi salah seorang pengurus Pusat
kini suntuk menekuni dunia seni-sas- Studi Budaya. Selain itu, ia juga si-
tra Jawa. Dari pernikahannya de- buk di HISKI Komda DIY, Sanggar
ngan Dra. As. Sartini pun kini ia te- Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY),
lah dikaruniai empat anak (Hilmy Asosiasi Tradisi Lisan Nusantara,
Pramusinta, Lutfy Laksita Pranan- Paguyuban Darma Sri Winahya,
dari, Faqih ZakkyAnindita, dan Ha- Lembaga Konsorsium Budaya Indo-
fiz Afifah Nawangsari). Bersama ke- nesia, Pasamuan Sekar Setaman,
luarga ia tinggal di Ngrukem RT 06, dan Pusat Studi Asia Pasifik UGM.
RW 12, Krandohan, Pendowoharjo, Dan ini masih ditambah dengan ke-
Sewon, Bantul. sibukan memenuhi undangan men-
jadi penatar (penulisan kreatif, seni
Suwardi Endraswara mengawali tembang, penyusunan buku ajar) atau
karier pendidikannya di SD Tegal- undangan menjadi pembicara pada
sari (lulus 1978). Kemudian melan- berbagai seminar atau pertemuan
jutkan ke SLTP BOPKRI Kebonhar- tentang sastra, pengajaran sastra, an-
jo (lulus 1981), SPG BOPKRI Yog- tropologi, dan budaya. Bahkan juga
yakarta, dan setelah itu kuliah di Ju- sering menjadi pranata adicara pa-
rusan Bahasa dan Sastra Jawa IKIP da berbagai pertemuan atau perjamu-
(sekarang Universitas) Negeri Yog- an (manten, sunatan, dan lain-lain).
yakarta (tamat 1989). Pada 1997 ia
masuk Program Pascasarjana (S-2) Bakat kepengarangan Suwardi
UGM mengambil Program Studi telah tumbuh sejak masih di SD. Sa-
Antropologi (lulus tahun 2000). Se- at itu ia sering mengikuti berbagai
lain pendidikan formal, ia pernah me- lomba walau hanya tingkat kecamat-
ngikuti pendidikan nonformal (pe- an. Tetapi, ketika duduk di SLTP dan
nataran, loka karya, dan lain-lain), di SPG bakat itu terhenti karena tak
antaranya, Penataran Penulisan Prosa ada yang membimbing. Barulah ke-
(1997), Penataran Metodologi Pene- tika kuliah di IKIP hobi tersalurkan
litian Budaya (1998), dan Penataran karena mau tak mau harus berhu-
Penelitian Sastra (1999). bungan dengan buku-buku sastra.
Sejak itulah ia rajin menulis sastra,
Setamat dari IKIP Yogyakarta terutama guritan dan tembang. Kar-
Suwardi mengajar di SPG 17 III ya yang pertama kali dimuat berju-
Bantul hingga tahun 1990. Di sam- dul “Lelakon” (Djaka Lodhang) dan
ping itu, ia menjadi redaktur Mekar kemudian cerpen “Ambyare Plin-
Sari (1988—1990). Namun, kedua then Lembut” (Praba) tahun 1986.
pekerjaan yang mengawali kariernya Setelah itu, kepercayaan dirinya
itu harus ditinggalkan karena sejak
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 553
mantab sehingga karyanya kini ter- Penelitian Kebudayaan (Gadjah
sebar di Mekar Sari, Praba, Djaka Mada University Press), dan Mem-
Lodhang, Panjebar Semangat, Jaya baca, Menulis, Mengajarkan Sastra
Baya, dan sebagainya. Selain meng- (Kota Kembang, 2003). Kini masih
gunakan nama Suwardi Endraswara, menyiapkan penerbitan buku Buku
ia terkadang menggunakan nama sa- Pintar Budaya Jawa, Tafsir Kebu-
maran Larasati atau Abimanyu. dayaan Jawa, dan Dunia Hantu, Ma-
gi, dan Gaib Orang Jawa serta Ri-
Sementara itu, selain sering men- tual Jawa, di samping masih rajin me-
jadi juri, Suwardi sering pula men- nulis artikel di media massa (Indo-
jadi pemenang dalam berbagai lom- nesia dan Jawa).
ba. Karena itu, penghargaan yang te-
lah ia terima, antara lain, (1) peme- suyatmin widodo (1971—)
nang II Hadiah Sastra Triwida atas
cerpennya “Jangka”, (2) nominasi Suyatmin Widodo dikenal seba-
hadiah sastra Panjebar Semangat atas gai pengarang sastra Jawa, khusus-
cerpennya “Kegubet Klamat Angga- nya cerkak dan guritan. Bahkan, ia
Angga”, (3) juara III menulis novel sering membacakan guritan dalam
PKJT, berjudul Suket Teki, telah di- berbagai pertemuan yang membica-
muat Panjebar Semangat, (4) juara rakan sastra dan budaya Jawa. Na-
II menulis esai cagar budaya, (5) jua- ma Suyatmin Widodo selalu dipakai
ra harapan I lomba menulis esai sas- oleh pengarang ini dalam karyanya.
tra Yogyakarta, (6) juara harapan I Ia jarang memakai nama Suyatmin
menulis artikel budaya Jarahnitra, atau Widodo begitu saja.
dan (7) juara I lomba menulis artikel
Pusat Bahasa. Pengarang yang aktif dalam ber-
bagai kegiatan sosial ini lahir di Blo-
Dan kini, beberapa bukunya te- ra, Jawa Tengah, 25 Oktober 1971.
lah terbit, antara lain, Jangka (an- Ia malang melintang di Yogyakarta
tologi cerkak pilihan, Yayasan Pus- dalam rangka menuntut ilmu dan be-
taka Nusatama), Kristal Emas (an- kerja. Setelah tamat dari Jurusan Pen-
tologi guritan, Yayasan Pustaka Nu- didikan Bahasa dan Seni FKIP Uni-
satama), Mutiara Sagegem (antologi versitas Sarjanawiyata Tamansiswa
crita cekak, Yayasan Swadana), Kem- Yogyakarta (1999), ia bekerja di se-
bang ing Mangsa Ketiga (antologi buah lembaga swasta di Yogyakarta.
esai, Yayasan Swadana), Mutiara Ia menikah dengan wanita bernama
Wicara Jawa (Gadjah Mada Univer- Win Aryati H. Winarno dan dikaru-
sity Press), Seksologi Jawa (WWS, niai dua orang anak: Sophie MD
Jakarta), Metode Pengajaran Apre- Yogjanissa dan Heraklitos Wurara
siasi Sastra (Radhita Buana), Budi Yogjanarendra.
Pekerti dalam Budaya Jawa (Hanin-
dita, 2003), Mistik Kejawen (Media Selain mengikuti pendidikan for-
Pressendo), Metode Penelitian Sas- mal, Suyatmin Widodo tergolong ra-
tra (Media Pressendo), Metodologi jin mengikuti pelatihan yang berkait-
an dengan budaya, baik sastra, jur-
554 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
nalistik, maupun radio. Beberapa pe- Yayasan Tunas Bangsa Yayasan
latihan yang pernah diikutinya ada- Bhakti Bangsa Yogyakarta, (5) ta-
lah (1) Workshop Penulisan Esai Ba- hun 2000 bergabung dengan Yayas-
hasa Jawa yang diselenggarakan an Ranggowarsito Yogyakarta. Di
oleh Balai Penelitian Bahasa Yogya- samping itu, sejak 2003 menjadi Pe-
karta tahun 1992, (2) Diklat Jur- ngurus PWI-Reformasi Koordinator
nalistik Mahasiswa PENDAPA Ta- Daerah Istimewa Yogyakarta.
mansiswa Yogyakarta tahun 1994,
(3) Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut Suyatmin memang tertarik total
Mahasiswa Se-Indonesia di Univer- dalam dunia tulis-menulis. Sejak
sitas Mercu Buana Jakarta tahun 1996—1999 menjadi wartawan ber-
1995, (4) Lokakarya Wartawan Se- bagai media massa, seperti Ekspo-
ni, Budaya, dan Film yang diseleng- nen, Krida, dan Panorama. Tahun
garakan oleh Lembaga Studi Jawa 1998—1999 mengelola inhouse
bekerja sama dengan PWI Yogya- journal Gugah di bawah naungan
karta tahun 1996, (5) Lokakarya Pengurus Pusat Taman Siswa. Pada
Karya Latihan Wartawan oleh PWI tahun 1999 ia menjadi reporter maja-
Cabang Yogyakarta tahun 1998, (6) lah seni Gong untuk wilayah liputan
Pelatihan Penulisan Karya Sastra Daerah Khusus Jakarta. Di samping
yang diselenggarakan oleh Univer- itu, ia pernah menjadi tenaga rela-
sitas Ahmad Dahlan Yogyakarta be- wan untuk liputan aktivitas Pagu-
kerja sama dengan BSMI Daerah Is- yuban Al Barokah Salatiga, Jawa
timewa Yogyakarta, (7) Pelatihan Tengah. Pada akhirnya, sejak 2000
Fund Raising 2000 yang diseleng- menjadi penyunting pada buletin Ge-
garakan Forum LSM Daerah Istime- lombang yang dikelola oleh PRSSNI
wa Yogyakarta, (8) Pendidikan Pro- Jawa Timur. Bahkan, kesibukan yang
gram dan Sponsorship Radio yang banyak itu tidak menyurutkan akti-
diselenggarakan oleh Pengurus Dae- vitasnya sebagai koresponden Maja-
rah PRSSNI Jawa Timur di Malang. lah Ombudsmen Jakarta untuk wila-
yah liputan Yogyakarta dan Jawa Te-
Beberapa organisasi yang per- ngah.
nah diikuti Suyatmin Widodo, antara
lain, (1) menjadi Pimpinan Umum/ Keseriusan Suyatmin telah ba-
Redaksi Majalah Mahasiswa PEN- nyak melahirkan berbagai prestasi
DAPA Tamansiswa Yogyakarta ta- dalam bidang budaya. Karyanya ma-
hun 1996, (2) sebagai Koordinator suk sebagai naskah pilihan dalam
Litbang Majalah Mahasiswa dan Lomba Mengarang Mengenang
Koordinator Kelompok Sastra PEN- Kota Kelahiran yang diselenggara-
DAPA Tamansiswa tahun 1997— kan oleh Puspawara, Jakarta (1992).
1999 (3) sebagai Koordinator Hu- Pada 1995 sebagai nominator lomba
mas dan Media Massa DPP Pemuda penulisan cerpen seleksi daerah Pe-
Tamansiswa tahun 1998-1999, (4) ta- kan Seni Mahasiswa Nasional (Pek-
hun 2000—2001 bergabung dengan siminas) II, juara II Lomba Penulis-
an Cerpen Peksiminas II di Jakarta,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 555
dan tahun 1997 meraih juara harap-
an II dalam lomba mengarang Peksi-
minas III di Bandung. Pada tahun
1998 Suyatmin Widodo menjadi pe-
serta terbaik dalam Karya Latihan
Wartawan PWI Cabang Yogyakarta.
Pada tahun 1998 karya sandiwara-
nya ditayangkan TVRI Yogyakarta
dengan judul “Sandiwara-Sandiwa-
ra”.
Suyatmin selama ini telah me-
nulis naskah lakon, cerpen, cerbung,
dan guritan. Beberapa naskah lakon-
nya, antara lain, “Bu Bidan” (berba-
hasa Jawa) dan “Sandiwara-Sandi-
wara” (berbahasa Indonesia). Se-
jumlah cerkak karyanya telah terbit
di berbagai media. Guritan dan puisi-
nya juga terbit dalam Jaya Baya, Pa-
njebar Semangat, Djaka Lodhang,
Bernas, dan lain-lain. Di antara gu-
ritan itu adalah “Biyen Gunungmu”,
“Saiki Laladan Larangan”, “Upa-
ma Sliramu Segara Amba”, “Repor-
toar Bandar Dadu”, “Kekudangane
Bapak-Simbok”, “Stasiun Jatinega-
ra ing Lebaran Wingi”, “Ilat lan La-
ding, Isih Kaya Biyen”, “Gendhing
Kapang”, dan “Pendhapa Kuwi “
(ketiganya dalam Bernas).
556 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
t
t.s. argarini (1938— ) karyanya “Kemladheyan”, ia meng-
kritik tindak kejahatan orang yang
T.S. Argarini adalah nama sa- hidup enak di atas penderitaan orang
maran. Adapun nama aslinya adalah lain. Tindakan tersebut ibarat benalu
Titiek Sukarti. Dalam karangan- (kemladheyan) yang menyebabkan
karangannya, baik guritan (puisi) kematian pohon lain. Lewat si aku
maupun cerkak (cerpen), pengarang lirik dalam karya itu pengarang ber-
wanita dari Jawa Timur ini lebih ba- upaya menangkal tindakan tersebut.
nyak menggunakan nama T.S. Ar- Usaha keras pengarang diibaratkan
garini. T.S. Argarini lahir di Mantren memangkas habis benalu sampai ke
Barat, Madiun, pada 9 November akar-akarnya, seperti terlukis dalam
1938. Setelah tamat SD ia melan- ungkapan berikut: //…o aku rila/sa-
jutkan ke Sekolah Guru bagian B. durunge kowe ngrembaka/dipung-
Hanya sayangnya, karena saat itu ia gel diidak-idak/ajur mumur sase-
menderita sakit, di SGB ia hanya mut-semut pudhak// “…o aku rela/
sampai kelas empat. sebelum engkau berkembang-biak/
dipangkas diinjak-injak/hancur lebur
Dalam kancah sastra Jawa mo- sekalian semut-semut kecilnya//”.
dern,Argarini eksis pada tahun 1950-
an sezaman dengan St. Iesmaniasita. Sementara itu, lewat guritan
Ia menulis pertama kali di majalah berjudul “Busananing Raga” yang
Crita Cekak. Ia dikenal sebagai pe- berisi petuah-petuah, Argarini ber-
ngarang guritan, cerkak, novel, dan upaya menyadarkan manusia untuk
cerita anak-anak. Karangannya ba- lebih mengutamakan keluhuran budi
nyak di muat di majalah Taman Pu- daripada kepentingan duniawi (ma-
tra, Gotong Royong, Waspada, Can- teri). Memiliki budi luhur lebih ber-
drakirana, Crita Cekak, Panjebar manfaat daripada memuja gemerlap
Semangat, dan Jaya Baya. Karya harta dunia. Pengarang mengajak
Argarini yang berupa novel saku an- pembaca untuk merenungkan ‘apa-
tara lain Mekar ing Mangsa Panen lah artinya gemerlap pembungkus
(Muria Yogyakarta, 1966). Bebera- badan jika batin penuh tindak nis-
pa guritan Argarini, antara lain ber- tha’. Dengan tegas pengarang me-
judul “Kemladheyan”, “Busananing nuntut masyarakat untuk menjaga
Raga”, “R.A. Kartini”, dan “Pan- keselarasan budi luhur seperti terlihat
dhe” dimuat dalam Geguritan An- pada baris “//... ayuning budi ban-
tologi Sajak-Sajak Jawi (Pustaka dha abyoring sesotya manunggal
Sasanamulya, Surakarta, 1975) su- luwih sempurna// “… baiknya budi
sunan St. Iesmaniasita. harta gemerlapnya perhiasan menjadi
satu akan lebih sempurna//.”
Pengarang wanita ini agaknya
tertarik pada masalah sosial. Lewat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 557
Sebagai pengarang wanita, Ar- karya sastra, Tamsir A.S. memakai
garini termasuk sebagai pengagum beberapa nama samaran, antara lain,
tokoh pejuang emansipasi wanita Tami Asikin, Tantra Ansoka, Titi
R.A. Kartini. Karyanya berjudul Asih, Tasta, Taufiq Asikin, Tantra
“R.A. Kartini” membuktikan hal itu. Tio,An Swie, dan Sari St. Pengarang
Lewat karyanya ini ia ingin menge- dari Tenggur, Rejatangan, Tulung-
nang jasa tokoh R.A. Kartini sekali- agung ini lahir di Tulungagung pada
gus berharap agar generasi penerus 21 Juni 1936. Ayahnya bernama Kar-
mewarisi perjuangan emansipasi wa- sosentono, seorang petani di Desa
nita yang tak akan surut sepanjang Tenggur, Kecamatan Rejotangan,
masa. Jasa perjuangan terhadap hak- Kabupaten Tulungagung. Ibunya
hak wanita itu ibarat semerbaknya bernama Suratun atau Siti Khotijah
harum bunga. Sedangkan dalam sa- Al Hajah yang pekerjaan sehari-hari-
lah satu karyanya berjudul “Pan- nya sebagai pembatik.
dhe” ia mengangkat masalah per-
juangan hidup orang miskin. Dalam Tamsir A.S. mengenyam pendi-
karya itu digambarkan bagaimana je- dikan di IKIP Jurusan Civic Hukum.
rih payah pandai besi yang gigih me- Di samping itu, ia banyak mempe-
ngais rezeki. Dalam gubug reyot ia lajari agama (Islam) melalui pesan-
terus menghasilkan barang-barang tren. Sebagian besar waktunya diha-
yang bermanfaat bagi orang lain. Si- biskan di lingkungan perguruan ting-
kap tegar dan tabah si buruh miskin gi dan bergelut dengan sastra Jawa.
terlukis dalam baris //… pikolehe ti- Untuk mengembangkan dunia sastra
nampanan juragan/sinebar ing be- Jawa, ia bersama dengan teman-te-
brayan/kasilep jasa-jasamu/akeh mannya mendirikan sanggar Triwida
wong ora gelem maelu/yen iku wohe (tiga wilayah daerah, yaitu Blitar,
penggawemu/lan ing gubug peyok Trenggalek, dan Tulungagung). Di
ireng kena dayane kukus/sira terus sanggar itu terhimpun para pecinta
nambut karya/ kanthi tulus eklas …/ sastra Jawa yang ingin belajar me-
/ ‘… hasil kerjanya diterima juragan/ nulis. Sanggar tersebut betul-betul
disebarluaskan di masyarakat/teng- bermanfaat untuk pelatihan penulis-
gelam jasa-jasamu/banyak orang ti- an dan sudah menghasilkan kader-
dak peduli/jika itu hasil kerjamu/ dan kader penulis sastra Jawa modern.
di gubuk reyot hitam akibat asap/ Tamsir A.S. sering diminta menjadi
engkau terus bekerja/dengan tulus penceramah baik menyangkut masa-
dan iklas …//”. lah kesusastraan Jawa maupun ma-
salah karang-mengarang di berbagai
tamsir a.s. (1936—) perkumpulan pengarang dan atau sa-
rasehan di fakultas-fakultas yang
Nama Tamsir A.S. merupakan membuka jurusan bahasa Jawa.
kependekan dari Tamsir Arief Soe-
bagya. Seperti halnya pengarang sas- Tamsir A.S. pernah terpilih men-
tra Jawa lainnya, di dalam menulis jadi tokoh sastra Jawa dan berhak
menerima hadiah dari Balai Bahasa
558 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Yogyakarta (1996). Novelnya yang da Tuhan, dalam Islam, disebut ajar-
berjudul “Rara Kembang Sore” an tasawuf Seseorang yang mela-
dipentaskan dalam bentuk ketoprak kukan tasawuf dinamakan sufi, arti-
dan berhasil dikasetkan. Novelnya nya seseorang yang dekat dengan
yang berjudul “Ing Pojok-Pojok De- Allah. Kaum sufi beranggapan bah-
sa lan Anakku Anakmu” dinyatakan wa semua pekerjaan, perbuatan, usa-
sebagai novel terbaik dan mendapat ha, amal di dunia ini tiada lain ke-
hadiah dari Pusat Kesenian Jawa Te- cuali hanya untuk Tuhan. Di dalam
ngah (1980—1981). Sebagian gu- tradisi Jawa, ajaran tasawuf dinami-
ritan-nya dimuat dalam antologi ka mistik. Dalam istilah mistik, ta-
Geguritan-Antologi Sajak-Sajak taran makrifat diartikan sebagai ma-
Jawi (Pustaka Sasanamulya, 1975) nunggaling kawula Gusti ‘bersatu-
susunan St. Iesmaniasita. nya hamba dengan Tuhannya’. Un-
tuk mencapai derajad makrifat, salah
Tamsir A.S. memiliki keinginan satu cara adalah dengan melakukan
kuat menghidupkan sastra Jawa. Se- wirid, yaitu melakukan amalan-
gala upaya dan dana diusahakan un- amalan. yang dilaksanakan secara
tuk kepentingan itu. Satu hal yang berulang-ulang dalam jumlah terten-
menarik pada diri Tamsir A.S. ada- tu. Dalam dunia tasawuf, wirid se-
lah rasa berbangga hati jika karya- macam ini disebut sebagai wasilah
nya terungguli oleh pengarang lain (perantara) datangnya anugerah ter-
(terutama generasi muda). Kenyata- bukanya hijab ‘tabir penyekat’ alam
an ini diungkapkan Suparto Brata da- gaib ‘alam ketuhanan’ atau yang ter-
lam bukunya Jatuh Bangun Bersa- kenal dengan nama alam makrifatul-
ma Sastra Jawa. lah atau alam makrifat.
tasawuf Di Jawa, berkembang dua aliran
tasawuf, yaitu aliran tasawuf orto-
Di dalam kosa kata Jawa dikenal doks dan tasawuf heterodoks. Aliran
istilah tasawuf, yang berarti ‘ilmu tasawuf ortodoks yaitu konsep tasa-
gaib bab ketuhanan’. Istilah tasawuf wuf ghazaliyah yang didukug oleh
bukan kosa kata asli Jawa, melain- tarekat sunni, semacam tarekat qo-
kan unsur serapan dari bahasa Arab. dariyah. Semetara itu aliran tasawuf
Istilah tasawuf masuk ke Jawa se- heterodoks yaitu paham Ibnu Arabi
telah masuknya pegaruh Islam. Di yang dikemas kembali oleh Muham-
dalam ajaran Islam upaya mendekat- mad Ibnu Fadil Al Burhanfuri. Ta-
kan diri kepada Tuhan merupakan sawuf ortodoks maupun tasawuf he-
sesuatu yang lebih penting daripada terodoks berkembang pesat di Jawa.
usaha-usaha lainya. Upaya mende- Yang termasuk dalam tasawuf orto-
katkan diri denganAllah sedekat-de- doks terlihat pada beberapa sastra
katnya hingga ia dikasihi Allah atau suluk seperti Suluk Cirebonan dan
disayangi Allah itulah yang dinama- Suluk Asmarakandi. Suluk ini ditulis
kan tasawuf. Jadi, ajara-ajaran yang berdasarkan isi kitab karangan Abu
berupa upaya pendekatan diri kepa-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 559
al Laits Al-Samarqandi, seorang ula- 1974—1980 dipindah ke SD Kali-
ma dari daerah Samarkand, dekat pucang Wetan 01, Welahan, Jepara;
Uni Soviet. Sementara itu, buku-bu- tahun 1980—1981 menjadi Kepala
ku tasawuf heterodoks terlihat pada SD Negeri Karanganyar, Welahan,
beberapa buku suluk seperti Suluk Jepara; tahun 1981—1992 menjadi
Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Kepala SD Negeri Kalipucang Ku-
Malang Sumirang. Di dalam sastra lon 04, Welahan, Jepara; dan sejak
Jawa, istilah tasawuf, baik tasawuf 1992 sampai sekarang menjadi Ke-
ortodoks maupu heterodoks, dikenal pala SD Negeri Brantaksekarjati 01,
dengan nama mistik. Dari segi ben- Brantaksekarjati, Welahan, Jepara.
tuknya, karya sastra mistik yang di-
tulis dalam bentuk tembang diberi Dalam karya-karyanya penga-
nama sastra suluk, sedangkan ajaran rang yang aktif dalam berbagai orga-
mistik yang ditulis dalam bentuk gan- nisasi sosial kemasyarakatan dan ke-
caran (prosa) dinamakan wirid. Di pemudaan ini sering menggunakan
samping itu, ajaran mistik juga ter- nama samaran Teguh Munawar,
dapat dalam sastra primbon. Moen S, Kingkin, dan Puspa Wina-
di. Pertama kali menulis sastra (cer-
teguh munawar (1947— ) pen dan puisi) tahun 1972 dalam ba-
hasa Indonesia dan tahun 1978 da-
Pengarang yang bernama asli lam bahasa Jawa. Karya-karyanya
Munawar ini lahir di Welahan, Jepa- yang berbahasa Indonesia banyak di-
ra, pada 7 Juli 1947. Ia anak kedua muat di Suara Pengabdian, Kartika
dari enam bersaudara dari pasangan Minggu, Darma, Bahari, Krida Wi-
Sargawi dan Kasmonah. Ia menikahi yata (Semarang) dan Gelora Bumi
Suparmi, gadis dari Geneng, Mijen, Kartini (Jepara). Sedangkan karya-
Demak, Jawa Tengah, pada 3 Juli karyanya yang berbahasa Jawa ba-
1970. Dari perkawinan itu ia dika- nyak dimuat di Panjebar Semangat,
runiai 4 orang anak, yaitu Budiana, Jaya Baya, Mekar Sari, Jaka Lo-
Dyah Palupi, Teguh Purnamasidi, dhang, Parikesit, Punakawan, Dhar-
dan Yuli Prasetya. Bersama keluar- ma Kandha, dan Pustaka Candra.
ganya kini menetap di Desa Wela-
han, Kecamatan Welahan, Kabupa- Selama ini karya-karyanya be-
ten Jepara, Jawa Tengah. lum pernah diterbitkan dalam bentuk
buku. Hanya sebagian karyanya ma-
Pendidikan formal yang telah di- suk dalam antologi (1) Lintang-Lin-
tempuhnya, antara lain, SR di Wela- tang Abyor: Sekuntum Puisi Jawa
han, Jepara, lulus 1962, SMP di Se- Mutakhir terbitan Fakultas Sastra
marang lulus 1965, SGB di Jepara dan Budaya Universitas Diponegara,
lulus 1967, dan SPG di Kudus lulus Semarang, 1983, dan puisinya ber-
1972. Pengalaman kerja yang pernah judul “Monumen-Monumen”, “Du-
dilaluinya adalah sebagai guru SD di wekku”, “Arep Takon Apa”, “Wewa-
Kendengsidialit, Welahan, Jepara di”, dan “Sumpah”; (2) Sewindu
(Agustus 1967—1974); pada Pustaka Candra terbitan Proyek
560 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Pembinaan Bahasa dan Sastra Dae- na, yaitu naskah yang berupa (1) ka-
rah Jawa Tengah, 1988/1989; puisi ta-kata asli dari pengarang; (2) ku-
yang dimuat berjudul; “Wis Cepak”, tipan dari kitab suci untuk pangkal
“Ing Kene”, “Dhampyak-Dham- ajaran atau alasan; dan (3) bahan ter-
pyak”, dan “Sapa Kandha”; (3) An- tulis untuk memberikan pelajaran,
tologi Geguritan dan Crita Cekak berpidato, dan sebagainya. Misal-
terbitan Taman Budaya Yogyakarta, nya: teks evaluasi, teks pidato, teks
1991, dan guritan yang dimuat ber- naratif, dan teks persuasif. Dalam
judul “Bumi Iki Bumiku”. kaitannya dengan sastra Jawa, istilah
teks mengacu pada suatu yang abs-
Beberapa kali Teguh Munawar trak. Dalam pengertian ini, teks ber-
memperoleh penghargaan; puisinya arti kandungan atau muatan naskah,
berjudul “Pisambat” menjadi juara yang hanya dapat dibayangkan saja.
harapan pada lomba guritan PKJT Misalnya, teks Babad Tanah Jawi
di Sala (1990), puisinya “Bumi Iki berarti bahan tertulis atau kata-kata
Bumiku” memperoleh penghargaan yang terdapat dalam naskah Babad
sebagai juara III pada lomba guritan Tanah Jawi.
dalam rangka FKY yang diseleng-
garakan oleh Taman Budaya Yogya- Dari pernyataan itu dapat dika-
karta (1991). takan bahwa pengertian teks menga-
cu pada sesuatu yang abstrak, se-
Teguh Munawar berpendapat dangkan naskah sesuatu yang kon-
bahwa keberadaan penerbit sangat kret karena dapat dilihat atau dipe-
penting artinya karena makin banyak gang. Perbedaan antara teks dan nas-
penerbit pengarang dapat lebih le- kah menjadi jelas apabila terdapat
luasa mengekspresikan ide-idenya. naskah yang muda, tetapi mengan-
Tanpa penerbit, sastra Jawa akan dung teks yang tua. Teks terdiri atas
menjadi sastra lisan dan sulit untuk isi, yaitu ide-ide atau amanat yang
dilacak dan dipelajari. Tanpa pener- hendak disampaikan pengarang ke-
bit atau pengayom karya sastra tidak pada pembaca. Di samping itu, teks
akan bisa lestari keberadaannya. juga terdiri atas bentuk, yaitu cerita
Oleh karena itu, sebagai pengarang dalam teks yang dapat dibaca dan
ia senantiasa berharap kepada peme- dipelajari menurut berbagai pende-
rintah dan para dermawan agar mau katan melalui alur, perwatakan, gaya
memberi dukungan dan bantuan de- bahasa, dan sebagainya. Dalam pen-
mi pengembangan dan pelestarian jelmaan dan penurunannya, secara
karya-karya sastra Jawa. garis besar dapat disebutkan adanya
tiga macam teks, yaitu (1) teks lisan
teks ‘teks yang disampaikan dalam ben-
tuk lisan’, misalnya, dongeng yang di-
Pada mulanya kosa kata Jawa ti- sampaikan melalui cerita lisan; (2)
dak mengenal istilah teks. Istilah teks teks naskah tulisan tangan ‘teks yang
hanya dikenal dalam kosa kata Indo- disampaikan melalui tulisan tangan’;
nesia. Dalam kosa kata Indonesia, is-
tilah teks mempunyai beberapa mak-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 561
dan (3) teks cetakan. Dengan demi- fas ketika melagukan tembang. An-
kian, studi tentang seluk-beluk teks dhegan juga mengandung pengertian
akan berbeda dengan studi tentang tempat perhentian nafas ketika se-
seluk-beluk naskah. Studi tentang se- dang melagukan sebuah tembang, te-
luk-beluk teks dinamakan tekstologi, tapi perhentiannya lebih lama dari-
sedangkan studi tentang seluk-beluk pada pedhotan. Cengkok adalah ca-
naskah dinamakan kodikologi. ra melagukan suatu tembang berda-
sarkan titi nada atau titi laras ter-
tema tentu.
Pada mulanya, di dalam bahasa Tembang dapat digolongkan
Jawa tidak dikenal istilah tema. Di menjadi tiga macam yaitu: (1) tem-
dalam bahasa Indonesia tema berarti bang Gedhe ‘Besar’, (2) tembang
gagasan, ide, pikiran, utama, atau po- Tengahan atau Dhagelan, dan (3)
kok pembicaraan di dalam karya sas- tembang Macapat atau tembang Ci-
tra yang dapat dirumuskan dalam ka- lik ‘Kecil”.Tembang Gedhe atau Ka-
limat pernyataan. Di samping itu, te- wi adalah tembang zaman Kesusas-
ma disebut juga sebagai ide sentral traan Jawa Kuna yang menggunakan
atau makna sentral suatu cerita. Jadi, bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Jenis
tema merupakan jiwa cerita. Tema tembang ini terikat oleh guru lagu dan
dapat diambil dari masalah-masalah guru wilangan. Yang termasuk go-
yang menonjol dan mendominasi per- longan tembang Gedhe/Kawi adalah
soalan. Tema dibedakan dari subjek Girisa. Tembang Tengahan adalah
atau topik. Tema dibedakan dari te- tembang yang muncul pada zaman
ma mayor dan tema minor. Tema bia- Majapahit dan menggunakan bahasa
sanya dirumuskan dengan kalimat Jawa Tengahan. Tembang Tengahan
universal. Misalnya, siapa yang be- muncul untuk mengantisipasi ma-
kerja keras akan berhasil, kebenaran syarakat yang sudah tidak paham la-
akan melindas kejahatan, siapa me- gi pada Tembang Gedhe/Kawi yang
nanam akan mengetam, dan sebagai- menggunakan bahasa Kawi.Jenis
nya. tembang Tengahan, yaitu Megatruh/
Dudukwuluh, Gambuh, Wirangrong,
tembang Balabak, dan Jurudemung. Tembang
Macapat adalah tembang yang mun-
Tembang adalah ciptaan sastra cul pada masa Majapahit sesudah
yang terikat oleh aturan tertentu dan munculnya tembang Tengahan. Ba-
cara pembacaannya dengan dilagu- hasanya pun menggunakan bahasa
kan. Tembang dibangun dengan rang- Jawa Tengahan. Tembang Tengahan
kuman kata-kata yang disebut cake- dan Macapat terikat oleh persyarat-
pan. Untuk memahami persoalan an guru gatra, guru wilangan, dan gu-
tembang perlu kiranya diperhatikan ru lagu. Yang termasuk jenis tem-
pengertian istilah pedhotan, andhe- bang Macapat adalah Kinanthi, Pu-
gan, dan cengkok. Yang disebut pe- cung, Asmaradana, Mijil, Masku-
dhotan adalah tempat perhentian na-
562 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
mambang, Pangkur, Sinom, Dhan- gai tembang Jawa dapat dideskripsi-
dhanggula, dan Durma. Guru gatra, kan sebagai berikut ini.
guru wilangan, dan guru lagu berba-
No Tembang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Dhandhanggula
2. Kinanthi 10i 10a 8e 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a
3. Pucung 8u 8i 8a 8i 8a 8i - - - -
4. Asmaradana 12u 6a 8i 12a - - - - - -
8i 8a 8e 8a 7a 8u 8a - - -
5. Pangkur
6. Durma 8o
7. Mijil 8a 11i 84 7a 8a 8i - - - -
8. Gambuh 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7i - - -
9. Maskumambang 10i 6o 10e 10i 6i 6u - - - -
10. Megatruh 7u 10u 12i 8u 8o - - - - -
11. Sinom 12i 6a 8i 8a - - - - - -
12. Balabak 12u 8i 8u 9i 8o - - - - -
13. Wirangrong 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12a -
14. Jurudemung 12a 3e 12a 3e 12a 3e - - - -
15. Girisa 8i 8o 10u 6i 7a 8a - - - -
8a 8u 8u 8a 8u 8a 8u - - -
8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a - -
Setiap tembang mempunyai wa- 3. Asmaradana, berwatak terpikat,
tak yang berbeda-beda sehingga sedih, dan prihatin karena asma-
penggunaannya harus disesuaikan ra. Tepat sekali tembang ini un-
dengan watak yang terkandung pada tuk mengungkapkan permasa-
isi tembang serta situasinya. Watak lahan yang melibatkan kasih as-
setiap tembang tersebut dapat dije- mara.
laskan sebagai berikut:
1. Kinanthi, berwatak senang dan 4. Mijil, berwatak untuk ungkapan
rasa sehingga lebih tepat untuk
cinta kasih. Oleh karena itu, je- menyampaikan cerita yang ber-
nis tembang ini sangat sesuai un- isi petuah, tetapi juga dapat un-
tuk menyampaikan ajaran atau tuk cerita percintaan.
cerita yang mengandung rasa ka-
sih sayang/mabuk asmara. 5. Maskumambang, berwatak se-
2. Pucung, berwatak santai dan ku- dih sekali sehingga tembang ini
rang bersemangat. Tembang ini sesuai untuk mengekspresikan
sangat tepat jika digunakan da- perasaan seseorang yang sedang
lam cerita yang santai tanpa di- menderita kesedihan yang men-
sertai dengan semangat yang ke- cekam.
ras.
6. Pangkur, berwatak keras sehing-
ga sangat sesuai untuk mengan-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 563
tarkan cerita kekerasan atau 11. Megatruh, berwatak sedih ber-
yang menggambarkan kesabar- campur putus asa. Sesuai sekali
an yang habis. Jika berisi petun- tembang ini untuk mekspresikan
juk tentu saja petunjuk yang di rasa sedih dan menyesal yang
dalamnya bersifat keras atau me- berlarut-larut.
ngandung rasa marah. Demikian
pula tembang ini dapat dipergu- 12. Balabak, berwatak main-main.
nakan dalam percintaan yang ha- Artinya, tembang ini dapat di-
bis-habisan atau yang disertai pergunakan untuk mengekspre-
dengan mabuk asmara. Namun, sikan cerita yang tidak serius
secara umum tembang ini diper- atau pembicaraan yang kesana-
gunakan untuk situasi peperang- kemari.
an yang sangat mungkin terja-
dinya tindak kekerasan. 13. Wirangrong, berwatak seperti ra-
7. Sinom, berwatak cerah, komu- ja atau memiliki pengaruh yang
nikatif, dan terbuka seperti hal- besar/kuat. Tepat sekali untuk
nya sikap orang enom ‘muda’. mengungkapkan rasa tertarik
Tembang ini sesuai sekali untuk pada keluhuran atau kebesaran.
mendeskripsikan sesuatu atau un-
tuk menyampaikan petuah. 14. Jurudemung, berwatak genit.
8. Dhandhanggula, berwatak flek- Tembang ini sesuai sekali untuk
sibel dan menarik. Tembang ini menyampaikan cerita peprene-
untuk mengantarkan berbagai san ‘cerita yang dibuat-buat dan
masalah, misalnya untuk petuah mengandung daya tarik terten-
maupun percintaan. Letaknya da- tu’.
pat ditempatkan pada awal ce-
rita maupun akhir cerita. 15. Girisa, berwatak “harus’. Tem-
9. Durma, berwatak keras, galak, bang ini sangat sesuai untuk me-
dan emosional tinggi. Pantas se- ngantarkan petuah yang harus
kali tembang ini untuk mengeks- dipatuhi oleh penerimanya.
presikan rasa kemarahan, hati
yang sedang panas, atau cerita Tembang juga sering disebut
peperangan. orang dengan istilah sekar. Orang
10. Gambuh, berwatak bersahabat yang sedang menembang sering dise-
dan kadang-kadang terlalu be- but dengan istilah saweg nyekaraken
rani. Tembang ini sesuai sekali ‘sedang melantunkan tembang’. Isti-
untuk menyampaikan petuah lah sekar biasanya dipergunakan da-
yang agak keras karena sudah lam komunikasi dengan bahasa ra-
dapat dibayangkan akibatnya, gam krama. Dengan demikian, isti-
dan cenderung menggunakan ba- lah tembang dan sekar sebenarnya
hasa jenis ngoko. dapat dikatakan sama.
tendens
Tendens adalah tujuan atau muat-
an tertentu yang terkandung dalam
suatu karya sastra. secara eksklusif
mengacu pada gagasan politik dan
564 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ideologi tertentu yang terkandung siasi diterbitkan oleh Nusa Indah
dalam karya sastra. Ende, tahun 1988.
tengsoe tjahjono (1958—) th. sri rahayu prihatmi
(1944— )
Kegemaran menulis mulai tum-
buh sejak masih duduk di bangku Th. Sri Rahayu Prihatmi lahir di
SMP. Kebiasaan ini terus berlanjut Yogyakarta pada 7 Mei 1944. Anak
hingga ia merasa benar-benar bisa kedua dari pasangan Th. Santosa
menulis saat kuliah di IKIP Malang. Martonegara dan Veronica Sri Mun-
Lelaki berkaca mata ini lahir di Jem- dijah ini menikah dengan seorang gu-
ber tanggal 3 Oktober 1958 dan sem- ru musik, Pietarsono, sehingga na-
pat lama menetap di Banyuwangi. manya kini menjadi Th. Sri Rahayu
Dari pergaulannya menulis, ia mam- Pietarsono. Dari pernikahannya itu
pu mengarang sastra dalam bahasa ia dikaruniai tiga putra (1 laki-laki
Jawa maupun bahasa Indonesia. Do- dan 2 perempuan).
sen Jurusan Bahasa dan Sastra Indo-
nesia FBS Universitas Negeri Sura- Pendidikan SD, SMP, SGB,
baya ini pernah menjadi anggota tea- SPG, hingga S-1 (selesai 1971) dila-
ter Mlarat, memimpin teater Tem- luinya di kota kelahirannya (Yogya-
peramen, dan untuk beberapa perio- karta). Selanjutnya, ia mengawali
de menjabat sebagai Ketua Biro Sas- kariernya sebagai peneliti sastra di
tra Dewan Kesenian Malang (DKM), Lembaga Bahasa Nasional Cabang
di samping aktif di Dewan Kesenian II (sekarang Balai Bahasa) Yogya-
Surabaya (DKS). karta. Di lembaga ini ia hanya beker-
ja hingga 1975. Tetapi justru ketika
Karya-karyanya tersebar di ber- kuliah dan bekerja di lembaga inilah
bagai media dan antologi. Geguritan ia produktif menulis cerpen Jawa, di
“Gogrog” termuat dalam antologi samping kadang juga menulis dalam
Drona Gugat (Bukan Panitia Parade bahasa Indonesia. Para penulis cer-
Seni W.R. Supratman, 1995), “Go- kak di Yogyakarta saat itu kebanyak-
grog”, “Tuk”, dan “Ilang” dimuat an wanita, dan sebagian besar masih
dalam Kabar Saka Bendulmrisi: kuliah. Mereka adalah Eny Sumar-
Kumpulan Guritan (PPSJS, 2001), go, Lastri Fardani, Iskasiah Sumarto
“Keroncong Lodeh Surabaya” dan (alm.), dan Toet Soegiarti Sayogya.
“Wayang” dimuat dalam Omonga Selanjutnya, pada 1975 ia pindah ke
Apo Wae: Antologi Puisi dan Guri- Semarang sebagai dosen Fakultas
tan (Taman Budaya Surabaya, Sastra Universitas Diponegoro hing-
2000), puisi “Laut: Catatan Itu” dan ga sekarang.
“Berdarah” dimuat dalam Luka Wak-
tu: Antologi Puisi Penyair Jawa Ti- Di tengah tugasnya sebagai do-
mur (Taman Budaya Surabaya, sen Th. Sri Rahayu Prihatmi mengi-
1998). Buku ilmiahnya, Sastra Indo- kuti S-2 di The Flinders University
nesia: Pengantar Teori dan Apre- of South Australia dan selesai tahun
1986. Ia tidak mau berhenti menun-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 565
tut ilmu sampai di situ. Maka, ia me- (1977), Fantasi dalam Kedua Kum-
ngikuti program doktor di Universi- pulan Cerpen Danarto (1995), Dia-
tas Indonesia, di bawah bimbingan log Dari Mochtar Lubis hingga Ma-
Prof. Dr. Umar Kayam dan Prof. Dr. ngunwijaya (1990), N.H. Dini: Kar-
Anton Muliono hingga selesai tahun ya dan Dunianya (1999), dan Kar-
1993 dengan objek disertasinya cer- ya-karya Putu Wijaya: Perjalanan
pen-cerpen Danarto. Pada 1999 ia Pencarian Diri (2001).
menjadi guru besar pada Fakultas
Sastra Universitas Diponegoro. tinta
Sebagai pengarang sastra Jawa, Tinta merupakan kelengkapan
Th. Sri Rahayu Prihatmi menekuni alat tulis yang digunakan untuk me-
dunia cerkak sejak paro kedua 1960- nulis naskah. Tinta yang digunakan
an. Karya-karyanya banyak ditemui untuk menulis teks pada naskah-nas-
di majalah berbahasa Jawa di Yog- kah Jawa dapat dipilah ke dalam dua
yakarta waktu itu, Mekar Sari. Da- jenis, yaitu tinta tradisional dan tinta
lam karya-karyanya itu ia selalu me- impor.
nunjukkan jati dirinya sebagai pe-
rempuan ketika berhadapan dengan Tinta tradisional adalah tinta ra-
fakta-fakta sosial yang dirasanya me- cikan yang dibuat oleh masyarakat
ngandung bias jender. Padahal, pada dari bahan-bahan alami dengan tek-
waktu itu, isu-isu perempuan belum nik pengolahan yang sederhana.Ada-
dibicarakan sacara terbuka di media pun jenis tinta tradisional adalah se-
massa. Beberapa karyanya yang bagai berikut.
penting ialah “Banjir Luh” (Mekar (1) Tinta Getah Pohon Gebang/
Sari, 10 Januari 1965), “Kembang
Mlathi Sandhing Kamar” (Mekar Klampis. Tinta ini terbuat dari
Sari, 1 September 1965), dan “Am- campuran getah pohon gebang
barwati” (Mekar Sari, September atau aren atau klampis dengan
1975). jelaga lampu. Tinta tersebut di-
pergunakan untuk menulis teks
Dalam kancah sastra Indonesia, pada naskah dluwang. Tinta ini
Prihatmi menulis cerpen, novel, dan dibuat di daerah Ponorogo.
kritik. Kritik-kritiknya tentang sastra (2) Tinta Jafaron. Tinta Jafaron ada-
Indonesia dimuat di Kedaulatan lah sebutan tinta tradisional yang
Rakyat, Sinar Harapan, Horison, dikenal di daerah Cirebon. Tinta
Kompas, dan Basis. Sebuah novel- ini dibuat dari campuran kacang
nya yang berbicara mengenai perem- mede, kacang dari biji buah jam-
puan ialah Di Atas Puing-puing bu monyet, jambu kunyit, jelaga
(1978); novel ini kemudian diterje- lampu, dan minyak jafaron (mi-
mahkan ke dalam bahasa Jepang nyak wangi dari Arab).
(1996). Karya-karya ilmiahnya yang (3) Tinta Ketan. Tinta ini merupa-
telah terbit, antara lain, Pengarang- kan tinta tradisional yang dikenal
Pengarang Wanita Indonesia di daerah Garut. Tinta Ketan di-
buat dari air rebusan ketan hitam
566 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dan ketan putih yang dicampur di Mojokerto pada 19 September
dengan jelaga lampu. Tinta ini di- 1963. Titah memiliki tiga saudara,
gunakan untuk menulis teks yaitu Nanang Pribadi, Titah Wahyu-
yang bahan naskahnya kertas nani, dan Fajar Rahmanto. Pendidik-
saeh. an formal yang telah ditempuh Titah:
(4) Tinta Kesumba. Tinta Kesumba TK (1967–1968) dan SD (1968–
adalah nama tinta merah yang 1974) di Kediri, SMP (1975–1977),
digunakan sebagai rubrikasi pa- SMA IPA (1978–1981) di Trengga-
da naskah yang bahannya dlu- lek, dan FMIPA Universitas Gadjah
wang. Tinta ini dibuat dari cam- Mada Yogyakarta (1981—1986). Ti-
puran air atau minyak atau getah tah Rahayu dinikahi Bambang Edi
pohon gebang dengan buah ke- Santosa pada 1989 dan dikaruniai
sumba. Naskah yang bahannya dua putra, yaitu Pandu Gilas Anarkhi
dari kertas Eropa sangat jarang dan Pandu Bagus Pramudita. Sejak
yang menggunakan tinta kesum- tinggal di Surabaya ia membantu
ba sebagai rubrikasi. majalah Jaya Baya dan mengelola
rubrik sastra bersama Yunani.
Tinta impor adalah prosuksi luar
negeri yang di datangkan ke Indone- Keseriusannya dalam dunia pen-
sia. Tinta ini pada umumnya diguna- didikan dibuktikan dengan diraihnya
kan untuk menulis teks yang naskah- gelar Pelajar Teladan I Tingkat Ka-
nya merupakan kertas Eropa, kertas bupaten Trenggalek saat duduk di
polos tebal, kertas buku bergaris, atau bangku SMA. Aktif menulis sejak
kertas berkolom. Dibandingkan de- dipercaya mengasuh majalah din-
ngan tinta tradisional, tinta impor ku- ding di SMA. Aktivitas tersebut te-
rang baik karena banyak naskah ku- rus berlanjut sampai saat ia kuliah di
na yang ditulis memakai tinta ini me- UGM. Meskipun jurusan yang dipi-
ngalami kerusakan. Ciri tinta impor lih tidak berhubungan dengan sastra
yang ditemukan pada naskah ber- Jawa, ia ternyata setia menggeluti du-
warna coklat hitam atau coklat mu- nia sastra Jawa. Bersama Andrik
da. Selain itu tintanya seringkali pe- Poerwasito dan J. Suprapto Sarwono
cah (mblobor) atau bahan naskah- dari Trenggalek, ia mendirikan Sang-
nya dimakan oleh tintanya sehingga gar Sastra Rara Jonggrang dan me-
bolong. ngelola buletin berbahasa Jawa, Ra-
ra Jonggrang, di Yogyakarta.
titah rahayu (1963—)
Titah mampu menulis berkat ke-
Anak pertama dari empat bersau- biasaannya membaca sejak kecil. Ke-
dara ini adalah putri dari pasangan betulan bacaan yang tersedia di ru-
Soekidjo (Trenggalek) dan Muliah mahnya adalah majalah berbahasa
Dwi Purwanti (Mojokerto). Penulis Jawa. Tulisan pertama terbit di ma-
perempuan yang sering mengguna- jalah Jaya Baya dalam rubrik remaja
kan nama samaran Ayu, Anggie Me- “Karang Taruna” dan tanpa diberi
lati, atau Estri Sekar Pratiwi ini lahir imbalan. Bakatnya semakin berkem-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 567
bang karena ia kemudian bergabung 2. Cara Kapatihan ciptaan R.M.
dengan Sanggar Triwida. Dalam per- Wreksadiningrat sehingga titila-
kembangan proses kreatifnya, ia men- ras-nya disebut titilaras Kapa-
coba pula menulis dalam media mas- tihan.
sa berbahasa Indonesia. Karangan
Titah telah tersebar di berbagai me- Saat ini orang yang sedang be-
dia, seperti Jaya Baya, Parikesit, Pa-
njebar Semangat, Liberty, Suara lajar menembang dan memainkan
Karya, Surabaya Post, Mingguan
Guni, Anita Cemerlang, Panasea, gamelan Jawa pada umumnya meng-
Kuncup, dan Taruna pada kurun
waktu 1978 hingga 1993. gunakan titilaras Kapatihan. Adapun
Karya-karyanya yang telah di- wujud titilaras Kapatihan itu sebagai
bukukan, antara lain, Kembang
Cengkeh (Pusat Kesenian Jawa Te- berikut:
ngah, 1982), guritan “Lalu” dan
“Wong Lanang Aran Ghafar” da- (a) Slendro 1 2 3 4 5 6
lam antologi Kabar Saka Bendul-
mrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, Pembacaannya: ji ro lu pat ma
2001), “Dheweke Layar” dalam
Drona Gugat (Bukan Panitia Parade nem
Seni WR Supratman, 1995), “Kli-
wat Tengah Wengi”, “Epitaf I”, dan (b) Pelog 1234567
“Epitaf II” dalam Tes….Antologi
Sastra Jawa (Taman Budaya Jawa Pembacaannya: ji ro lu pat ma
Timur), dan “Pakansi”, “Ing Termi-
nal Jombang”, serta “Wawan Rem- nem tu
bug” dalam Negeri Bayang-Bayang
(Festival Seni Surabaya, 1996). tiwiek s.a.
titilaras Nama asli Tiwiek S.A. adalah
Suwignya Adi. Ia lahir di Sukorejo
Titilaras adalah angka yang di- Kulon, Kalidawir, Tulungagung, Ja-
pergunakan untuk menggambarkan wa Timur, pada 8 Juni 1948, dari pa-
laras atau tinggi rendah bunyi dalam sangan Seni Djaja dan Langen.Ayah-
gamelan (musik Jawa). Angka-ang- nya seorang perangkat desa yang sa-
ka tersebut terdiri atas angka 1, 2, ngat disegani. Tiwiek S.A. menjalani
3, 4, 5, 6, 7. Titilaras dibuat dengan masa kecil sebagaimana anak-anak
dua cara yaitu: desa pada umumnya. Hanya satu
1. Cara Sariswara yang diciptakan yang membedakannya, yaitu kuat-
nya tradisi baca dalam keluarga.
oleh Ki Ajar Dewantara sehing- Orang tua Tiwiek S.A. hidup dalam
ga titilarasnya disebut titilaras kondisi ekonomi yang mapan se-
Sariswara. hingga memungkinkan berlangganan
majalah, antara lain Panjebar Sema-
ngat.
Ketika mulai sekolah dan dapat
membaca, Tiwiek S.A. pun rajin
membaca Panjebar Semangat. Dari
kebiasaan membaca majalah itulah
lama-kelamaan tumbuh kecintaan-
nya terhadap sastra Jawa. Tiwiek per-
nah mengalami hidup sengsara dan
serba kekurangan karena orang tua-
568 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
nya tidak merestui hubungannya de- kemudian produktif menulis. Pro-
ngan Ruliyah yang berasal dari war- duktivitasnya antara lain ditandai de-
ga kebanyakan (wong cilik). Akan ngan terbitnya cerbung “Murtini”
tetapi, saat itu Tiwiek tidak meng- (Djaka Lodang, 1979). Kemudian,
gubris larangan orang tua dan ia ne- seakan ia tidak mengenal lelah, terus
kad menikahi Ruliyah dan akibatnya menulis dan menulis, mulai dari cer-
ia diusir dari rumah. kak, cerita anak, cerita rakyat, sam-
pai novel. Biasanya, ia mendapat ide
Gaji Tiwiek S.A. sebagai GTT dari kejadian sehari-hari di sekitar-
(guru tidak tetap) saat itu tidak cu- nya, dari cerita istri atau orang-orang
kup untuk menghidupi keluarga. Di di dekatnya, dari berita di koran atau
sela-sela kesibukan sebagai guru, Ti- televisi, dan sejenisnya.
wiek bekerja sebagai tukang kayu:
membuat pintu, meja kursi, atau pe- Tahun 1980-an merupakan saat-
rabot rumah tangga lainnya; bahkan saat paling membahagiakan bagi Ti-
ia menerima panggilan melukis. Mes- wiek. Di kalangan sastrawan Jawa,
kipun begitu, hasilnya masih jauh dari namanya semakin diperhitungkan.
harapan. Pada tahun 1972, Tiwiek Hampir setiap minggu karyanya
bertemu dengan Tamsir A.S., penga- menghiasi majalah Jaya Baya, Pa-
rang sastra Jawa yang cukup tenar njebar Semangat, Djaka Lodang,
dan pendiri Sanggar Triwida. Tiwiek dan Mekar Sari. Di samping itu, Ti-
mengutarakan ketertarikannya pada wiek masih sempat menulis buku ce-
sastra Jawa kepada Tamsir A.S. dan rita anak-anak dalam bahasa Indo-
Tamsir memberi tanggapan positif. nesia. Beberapa bukunya ada yang
Akhirnya, oleh Tamsir, Tiwiek di- dibeli oleh Proyek Inpres untuk ba-
minta menulis dengan dipinjami me- caan anak-anak di seluruh Indonesia.
sin ketik, selain diajak bergabung da- Pada tahun 1985 ia memenangkan
lam Triwidha. lomba mengarang untuk guru tingkat
nasional sebagai juara pertama. No-
Karangan Tiwiek S.A. muncul velnya yang berjudul Carang-Ca-
pertama kali dalam Panjebar Sema- rang Garing diangkat sebagai sine-
ngat berupa cerkak dengan judul tron dan disiarkan oleh TVRI Sta-
“Mirah”. Pemuatan cerkak itu meng- siun Surabaya (1985).
akibatkan Tiwiek dipanggil atasan-
nya dan disidang dalam rapat guru Sejak tahun 1995 Tiwiek S.A.
karena cerkak tersebut mengisahkan tidak lagi produktif menulis walau-
sisi negatif seorang guru. Akan te- pun sejak tahun 1994 ia menjadi Ke-
tapi, pemuatan karangan itu mem- tua Sanggar Triwida, mengganti ke-
buat Tiwiek semakin bersemangat dudukan Tamsir A.S.. Kesibukannya
untuk menulis. Sebab, di samping na- sebagai kepala SD Rejosari 02 dan
manya menjadi terkenal, honorarium jabatannya sebagai kepala koperasi
yang diterima ternyata lebih besar guru se-Kecamatan Kalidawir me-
daripada penghasilannya sebagai tu- nyita seluruh waktu dan tenaganya.
kang kayu. Berangkat dari sinilah ia Walaupun demikian, bapak empat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 569
anak ini tetap setia pada sastra Jawa. lain, Tjah Alas Boeloe memperli-
Ia berlangganan semua majalah ber- hatkan kemampuan dan latar bela-
bahasa Jawa dengan maksud untuk kang intelektualitas yang memadai.
menumbuhkan minat dan kecintaan Dilihat dari caranya menulis cerpen
terhadap bahasa dan sastra Jawa pa- Jawa, pengarang ini diduga berasal
da anak-anaknya. dari lingkungan yang berpendidikan
dengan bacaan yang cukup luas.
tjah alas boeloe
tjahjono widarmanto (1969—)
Pengarang Tjah Alas Boeloe ti-
dak diketahui identitasnya. Namun, Tjahjono Widarmanto lahir pada
kalau ditengok dari namanya, tam- 18 April 1969, di Ngawi, Jawa Ti-
paknya nama tersebut adalah nama mur. Ia menyelesaikan pendidikan
samaran. Sebagai nama samaran formalnya di IKIP Surabaya tahun
TjahAlas Boeloe juga sering menulis 1992. Dalam dunia sastra Jawa, ia
cerita pendek di majalah Panjebar menekuni penulisan guritan. Penyair
Semangat. Dari karyanya pengarang ini termasuk produktif. Dan dalam
ini dapat diperkirakan berasal dari menulis karya sastra Jawa ia tidak
lingkungan terpelajar dan banyak pernah memakai nama samaran. Ia
membaca karya sastra. Hal ini dapat bekerja sebagai guru SMP Bringin,
dibuktikan dari caranya bertutur dan Ngawi, di samping sebagai dosen
pemakaian bahasa yang baik dan in- STKIP PGRI Ngawi. Ia sekarang
dah. Salah satu cerita pendeknya bertempat tinggal di Jalan Hasanudin
yang berjudul “Layang Kiriman Co- 18, Ngawi, Jawa Timur 63217.
baning Kasetyan” memberikan gam-
baran mengenai identitas pengarang Tjahjono Widarmanto menulis
tersebut. dalam bahasa Jawa dan Indonesia. Ia
menulis guritan sejak 1988. Bebera-
Cerita pendek karya Tjah Alas pa guritan-nya dipublikasikan di ma-
Boeloe dapat dikategorikan sebagai jalah Jaya Baya, Panjebar Sema-
sebuah cerita pendek Jawa yang cu- ngat, Jawa Anyar, dan Mekar Sari.
kup modern. Maksudnya, ditilik dari Di samping itu, ia juga mempublika-
cara pengungkapan atau teknik ber- sikan karya-karyanya dalam bentuk
tutur, cerita pendek itu ditulis dengan antologi bersama, misalnya dalam
teknik yang cukup maju dibanding- Drona Gugat (Dewan Kesenian
kan cerita-cerita pendek sezaman- Surabaya, 1996), Antologi Geguri-
nya. Penulis dengan ringan dan padat tan Festival Penyair Jawa (Triwida,
dapat mengungkapkan persoalan 1996), Tes (Dewan Kesenian Jawa
cinta dan kesetiaan tanpa dibumbui Timur, 1997), dan sebagainya.
oleh pesan-pesan yang diutarakan
secara eksplisit/verbal. Kenyataan Sementara itu, karya-karyanya
ini jarang dijumpai pada khazanah dalam bahasa Indonesia tersebar di
penulisan cerita pendek pada masa Surabaya Post, Suara Merdeka,
pra kemerdekaan. Pada sisi yang Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat,
Bernas, Horison, dan sebagainya.
570 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Bahkan, puisi-puisi Tjahjono Widar- jajarkan dengan pengertian subjek,
manto tidak hanya dipublikasikan di yaitu pokok permasalahan, atau hal
Indonesia, tetapi juga di media Jer- yang diacu oleh sebuah karya sastra.
man, Malaysia, dan Brunei. Selain
menulis puisi, Tjahjono Widarmanto totilawati tjitrawasita (1945—
juga menekuni penulisan esai/kritik. 1982)
Esai-esainya juga telah dipublikasi-
kan di berbagai media. Kebanyakan Nama lengkapnya Maria Asum-
dari esai-esainya membahas menge- ta Totilawati Tjitrawasita. Lahir di
nai persoalan sastra secara makro. Kediri, Jawa Timur, pada 1 Juni
1945. Pendidikan terakhirnya Akade-
Pergumulan Tjahjono Widar- mi Wartawan Surabaya. Beragam
manto dalam dunia sastra, baik Indo- karya diciptakan, baik cerpen, cer-
nesia maupun Jawa, didasari oleh ke- kak, cerbung, maupun esai dan di-
cintaannya terhadap sastra. Oleh ka- muat di berbagai media, di antaranya
rena itu, ia tidak membedakan antara Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
sastra Indonesia atau Jawa. Menurut Dalam karya-karyanya ia sering
pengakuannya, kedua jenis sastra ter- menggunakan nama samaran Mbak
sebut memiliki spesifikasi dan kepe- Minuk, misalnya pada cerbung “Kon-
kaan-kepekaan tertentu yang saling tak” dan “Experiment” yang dimuat
mengisi. Pada satu sisi, sastra Jawa di majalah Jaya Baya.
dapat menjadi sarana mengungkap-
kan keberadaannya sebagai orang Ja- Sebagai pengarang dan warta-
wa; sedangkan sastra berbahasa In- wan ia telah menerima beberapa ha-
donesia dapat dipakai sebagai media diah dan penghargaan. Karyanya ber-
untuk mengekspresikan persoalan judul “Sebuah Cinta Sekolah Rak-
yang mungkin sulit untuk dipapar- yat” (yang ditulis dalam bahasa Ja-
kan dengan bahasa Jawa. Agar dua wa dan Indonesia) mendapat hadiah
hal itu dapat berjalan dengan selaras, dari Yayasan Buku Utama (1977).
Tjahjono Widarmanto aktif mengha- Pada tahun 1980 ia mendapat ke-
diri pertemuan-pertemuan di berba- sempatan mengikuti International
gai kelompok, baik kelompok kese- Writting Program di Iowa Univer-
nian tradisional maupun modern. Da- sity, Amerika Serikat, selama 3 bu-
ri kegiatan serupa itu ia dapat belajar lan. Di bidang jurnalistik ia pernah
menyelaraskan persoalan keindone- menerima “Hadiah Sakze”, sebuah
siaan dan kejawaan. penghargaan jurnalistik untuk war-
tawan muda (1960). Ia juga meraih
topik juara I untuk tulisan Tajuk Rencana
dalam lomba jurnalistik di Surabaya
Istilah ini serapan dari bahasa (1974).
Inggris topic, yang arti leksikalnya
yaitu subjek (pokok) dalam sebuah Totilawati bukan hanya seorang
perbincangan atau diskusi. Dalam pengarang dan wartawan, tetapi juga
kaitannya dengan sastra, topik dise- aktivis di berbagai kegiatan kesenian
dan kesastraan di Surabaya. Di sam-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 571
ping sebagai redaktur Jaya Baya, ia kepada yang sudah lazim dan mapan
juga sebagai pengurus Dewan Kese- pada masa lalu. Namun, amat di-
nian Surabaya, pengurus Serikat Pe- mungkinkan bahwa di dalam sebuah
nerbit Surat Kabar (SPS), pengurus karya sastra tradisional terkandung
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), gagasan-gagasan baru yang maju,
pembina generasi muda Bidang Ke- dan sebaliknya juga amat dimung-
budayaan dan Seni Teater di Sura- kinkan bila di dalam karya sastra
baya. Pernah pula menerima anuge- yang modern terkandung unsur-un-
rah sebagai Warga Kehormatan dari sur yang digarap secara tradisional.
Walikota Surabaya. Sayang sekali, Contohnya, tema kawin paksa ada-
karena penyakit kanker di hidung- lah tema tradisional yang merugikan
nya, pengarang ini dipanggil Tuhan generasi muda. Di dalam novel Serat
pada 10 Agustus 1982 di Surabaya. Riyanta (1920) karya R.B. Soelardi
tema yang digarap ialah tema tradi-
tradisional sional tentang kawin paksa, atau te-
ma yang membicarakan kekuatan
Istilah ini adalah salah satu isti- orang tua menekankan kemauannya.
lah umum, yang biasanya mengacu Dalam novel tersebut, seperti halnya
kepada kebudayaan, pengalaman, dalam tradisi bangsawan, Raden Mas
dan pengetahuan dari masa lalu yang Riyanta dipaksa ibunya (sudah ja-
diwarisi, yang tersedia bagi sastra- nda) untuk menikah dengan pilihan-
wan untuk dipelajari dan belajar dari nya. Akan tetapi, jejaka bangsawan
situ, seperti bahasa ibu, bentuk sas- itu menolak dengan alasan ia ingin
tra, bentuk pakaian dan cara mema- belajar lebih dahulu. Ibunya marah,
kainya, kode, sarana, dan berbagai kemudan jejaka itu pergi mengem-
macam budaya masa silam. Istilah bara mencari gadis yang pernah me-
tradisonal merupakan serapan dari mikatnya. Tatanan alur novel ini pun
bahasa Inggris traditional, atau ba- masih tradisional, seperti alur pada
hasa Belanda traditionil. sastra rakyat dan wayang, yaitu de-
ngan motif pengembaraan tokoh uta-
Di Nusantara, unsur didaktis ju- manya. Namun, penataan alur dalam
ga termasuk bagian dari tradisi sas- novel ini baru karena padat dan lang-
tra. Setiap pengarang selalu belajar sung kepada permasalahan. Teknik
dari tradisi sastra di lingkungannya pengaluran itu adalah teknik pada
yang pada gilirannya mereka me- novel, atau prosa modern. Demikian
nguatkan tradisi dengan mengem- juga pada akhir ceritanya, novel Se-
bangkannya melalui karyanya, atau rat Riyanta menunjukkan tanda pe-
menolaknya dengan penyimpangan- nyimpangan tradisi karena tokoh Ri-
penyimpangan yang sengaja dilaku- yanta berhasil menemukan sendiri jo-
kan melalui karyanya. dohnya, walaupun sebenarnya gadis
itu pula yang akan “dipaksakan” ke-
Sebuah karya sastra disebut tra- padanya.
disional ialah bila aspek-aspek inter-
nalnya, seperti tema, fakta sastra, dan
atau sarana penceritaannya mengacu
572 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Penyimpangan tradisi adalah sa- Wicaksono. Bapak dua anak ini ber-
lah satu ciri novel yang modern. Is- suku Jawa dan beragama Islam.
tilah tradisi ini seringkali dikaitkan
dengan istilah “asli” (original), pa- Pendidikan dasar (SD) dan me-
dahal sesuatu disebut original atau nengah (STM Kimia) Pak Tri dise-
asli bila merupakan hasil kreativitas lesaikan di kota kelahirannya (Sle-
sendiri, bukan jiplakan atau curian man). Sejak tahun 1978 Pak Tri be-
dari karya pengarang lain. Jadi, isti- kerja sebagai pegawai negeri di kan-
lah “asli” berhubungan dengan kuali- tor Kabupaten Kulonprogo. Seka-
tas karya atau tentang keaslian cipta rang, ia menjabat sebagai salah satu
individu, sedangkan dalam istilah kepala seksi di kantor kecamatan. Di
tradisi terkandung pengertian kon- tengah kesibukannya bekerja, pada
vensional, atau berdasarkan konven- 1986, ia menyelesaikan pendidikan
si. Istilah tradisi juga tidak dapat di- di APMD, Yogyakarta, Jurusan Ad-
samakan dengan konservatif (con- ministrasi Pembangunan. Selain me-
servative) karena dalam pengertian nempuh pendidikan formal, ia juga
konservatif terkandung radikalisme. mengembangkan pengetahuan lewat
jalur nonformal. Pada tahun 1984-
transenden 1986 ikut kegiatan sastra di harian
Masa Kini. Bersama rekan-rekan
Istiah ini diserap dari bahasa Ing- seprofesi seperti Indra Tranggano,
gris transcendent (kata sifat) yang Arwan Tuti Artha, dan Simon H.T.
berarti di luar segala kesanggupan ia mengadakan pertemuan di Gon-
manusia pada umumnya. Aliran yang domanan, Bantul, Godean, dan lain-
menganutnya disebut transenden- lain. Di samping itu, pada tahun
talism (bhs. Inggris) atau transenden- 1985, ia mengikuti penataran bagi
talisme (bhs. Indonesia). Aliran ini penulis muda yang diselenggarakan
adalah gerakan seni (termasuk sas- oleh Balai Pustaka dan Badan Per-
tra) yang menekankan peranan dan timbangan Buku Pusat.
pentingnya hati nurani individu dan
intuisi dalam masalah pertimbangan Tri Wahyono berkenalan dengan
batin dan inspirasi. dunia karang-mengarang baru pada
tahun 1980. Waktu itu, ia mengarang
tri wahyono (1953—) dalam bahasa Indonesia. Pada tahun
1984, ia beralih profesi menjadi pe-
Tri Wahyono, yang biasa di- nulis sastra (Jawa dan Indonesia).
panggil Pak Tri, lahir di Sleman, pa- Awal kepengarangannya dimulai da-
da Maret 1953. Di dalam dunia ka- ri rasa iseng dan sebagai hiburan. La-
rang-mengarang, ia biasa menggu- ma-kelamaan, rasa iseng itu berubah
nakan nama samaran Tri W., Sapa- menjadi kebutuhan. Dalam dunia sas-
hara, dan Tri Supraba. Perkawinan- tra Indonesia, ia menekuni sastra
nya dengan Sumaryati dikaruniai dua anak. Ia lebih tertarik pada sastra
anak laki-laki: Harkit S. dan Agung anak karena ingin memberikan baca-
an sehat kepada anak. Selanjutnya,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 573
dalam sastra Jawa, ia banyak me- tra Jawa. Lebih dari itu, ia berharap
nulis cerkak, dongeng, dan cerbung. agar majalah berbahasa Jawa Mekar
Karya-karyanya dalam bahasa Indo- Sari dihidupkan kembali; dan kalau
nesia banyak dimuat di Buana Ming- perlu terbit majalah sastra Jawa se-
gu, Panji Masyarakat, Kedaulatan perti Horison dalam sastra Indone-
Rakyat, dan Merdeka. Sementara sia.
karya-karyanya dalam bahasa Jawa
dimuat di majalah Panjebar Sema- trilogi
ngat, Djaka Lodhang, Kandha Ra-
harja, dan Mekar Sari. Istilah trilogi serapan dari istilah
bahasa Inggris trilogy atau bahasa
Buku karya Tri Wahyono cukup Belanda trilogie. Istilah ini diguna-
banyak. Ada sekitar 11 buku (ber- kan pada cerita rekaan atau drama
bahasa Indonesia) yang telah diter- yang terdiri atas 3 seri yang satu de-
bitkan, antara lain, berjudul Gajah ngan yang lain saling berhubungan,
Liar (antologi cerpen, Gramedia, berhubungan dengan tema karena
2003), Ki Ageng Mangir dan Calon memang merupakan satu kesatuan.
Arang (Adicita Karya Nusa, Yogya- Bentuk trilogi ini semula digunakan
karta, 2004). Sebelumnya, antologi dalam drama Yunani yang dipentas-
guritan-nya Lirik Lereng Merapi di- kan di Dionesya.
terbitkan oleh Dewan Kesenian Sle-
man (2001). Sementara itu, hingga Dalam sastra Indonesia terdapat
kini ia telah menulis sekitar 100 cer- beberapa penulis yang memiliki kar-
kak, 3 cerbung, dan 12 dongeng. Ke- ya trilogi, yaitu Ashadi Siregar dan
tiga cerbungnya itu berjudul “Proyek- Ahmad Tohari. Trilogi Ashadi Sire-
Proyek”, “Jer Basuki Mawa Nasib”, ger ialah (1) Cintaku di Kampus Bi-
dan “Akik Merah Delima”, dimuat ru, (2) Kugapai Cintamu, dan (3)
Kandha Raharja (1996-1997). Se- Terminal Cinta Terakhir, dengan
lanjutnya, cerbung “Kembang kang tokoh utamanya Anton. Trilogi Ah-
Ilang” dimuat Djaka Lodang (2004). mad Tohari ialah (1) Ronggeng Du-
kuh Paruk, (2) Lintang Kemukus
Dalam hal sastra Jawa, penulis Dini Hari, dan (3) Jentera Biang-
yang bertubuh subur ini berpandang- lala, dengan tokoh utamanya Srintil.
an bahwa sastra Jawa masa lalu per- Adapun dalam sastra Jawa dikenal
lu diambil sari patinya serta untuk ba- Suparto Brata yang menulis 3 novel
han pendidikan bagi generasi kini. yang saling berhubungan, yaitu (1)
Sementara itu, sastra Jawa masa kini Lara-lapane Kaum Republik, (2)
hanya untuk diajarkan di sekolah mu- Kaduk Wani, dan (3) Kena Pulut,
lai dari TK sampai SLTA. Adapun dengan tokoh utamanya Wiradi.
harapannya ke masa depan adalah
bahwa hendaknya sering diadakan triman laksana (1961—)
lomba menulis novel Jawa. Semen-
tara itu, hendaknya juga ada penerbit Sebenarnya profesi Triman Lak-
yang bersedia menerbitkan buku sas- sana adalah tukang masak. Menjadi
pengarang (penulis) barangkali ha-