The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Alfiyah Indarwati, 2021-11-06 23:17:19

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

574 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya sebagai sambilan walaupun ker- ia menjadi juara II dalam lomba pe-
ja mengarang tak lebih ringan ketim- nulisan geguritan yang diselengga-
bang memasak. Sebab, ia baru dapat rakan oleh Forum Dinamik Wono-
serius mengarang (menulis) kalau giri; pada tahun 1994 juga menjadi
sedang tidak dinas “memasak” di Sa- juara II dalam lomba menulis artikel
hid Garden Hotel karena memang ia berbahasa Jawa yang diselenggara-
seorang cooker di hotel tersebut. kan dalam rangka Festival Kesenian
Kendati begitu, lelaki tamatan SMA Yogyakarta (FKY) VI di Yogyakar-
kelahiran Yogyakarta, 7 Juni 1961, ta. Tentu saja beberapa penghargaan
yang kini tinggal bersama istri dan ini lebih memacu Triman untuk lebih
empat orang putra di Sayidan GM aktif dan kreatif dalam bersastra.
II/97, Yogyakarta 55121 ini masih
terus mengarang. trim sutidjo (1938— )

Seperti umumnya para penga- Trim Sutidjo lahir di Wonosari,
rang Jawa lainnya, Triman Laksana Gunungkidul, Yogyakarta, pada 18
pun mengarang dalam bahasa Indo- Mei 1938. Pendidikan dasar dan me-
nesia. Karangan-karangannya, baik nengahnya diselesaikan di daerah ke-
berupa guritan/puisi, cerkak/cerpen, lahirannya. Setamat Sekolah Mene-
cerbung/novel, maupun artikel/esai, ngah Pertama (SMP/SLTP), Trim
telah tersebar ke berbagai media Sutidjo melanjutkan studinya ke Se-
massa lokal dan nasional (Jakarta, kolah Guru bagian B (SGB) PIRI
Bandung, Bali, Semarang, Suraba- Yogyakarta, lulus tahun 1956. Sete-
ya, Yogyakarta, Banjarmasin, dan lah tamat dari SGB, ia kemudian
sebagainya). Selain itu, ia juga me- menjadi guru Sekolah Rakyat di Tlo-
nulis dan mempublikasikan bebe- goreja, Giritantra, Wonogiri, Jawa
rapa karyanya dalam antologi ber- Tengah. Sejak menjadi guru (1957)
sama, di antaranya, dalam antologi ia mulai menulis, terutama guritan
Momentum (30 Penyair Yogya), Alif (puisi). Akan tetapi, di Wonogiri ia
Lam Mim (Sanggar ASA, ESKA), tidak bertahan lama. Karena keingin-
Langit Biru Langit Merah (tahun?), annya di bidang tulis-menulis begitu
Rembulan Padhang ing Ngayog- besar, pada tahun 1963, ia pindah ke
yakarta (FKY IV, 1992), Pangilon Jakarta, dengan harapan dapat me-
(FKYVI, 1994), Pesta Emas Sastra ngembangkan bakatnya di bidang pe-
Jawa (FKY VII, 1995), dan Pisung- nulisan kreatif.
sung: Antologi Geguritan lan Cer-
kak (Pustaka Pelajar, 1997). Setelah berada di Jakarta, Trim
Sutidjo ternyata ingin belajar lagi,
Dalam berkarya (mengarang) sehingga masuklah ke IKIP (seka-
Triman Laksana boleh jadi cukup se- rang universitas) Negeri Jakarta, me-
rius; dan keseriusannya telah me- ngambil Jurusan Bimbingan dan Pe-
ngantarkannya memperoleh bebera- nyuluhan (Guidance and Coun-
pa penghargaan dalam berbagai lom- seling). Namun, baru sampai tingkat
ba. Sebagai misal, pada tahun 1993 lima, ia keluar dan lebih suka terjun

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 575

ke dunia jurnalistik. Saat itu, ia men- Pada tahun 1976, Trim Sutidjo
jadi redaktur majalah anak-anak, di juga mempublikasikan buku antologi
antaranya Kuncung, Pelopor, dan puisi berjudul Kabar Saka Paran.
Tiara. Sementara itu, pada tahun Antologi itu memuat sekitar 55 buah
1970, bersama-sama Susilomurti dan puisi yang ditulis pada kurun waktu
Toha Mochtar, Trim Sutidjo mendi- tahun 1959 hingga 1972. Namun, se-
rikan majalah anak-anak Kawanku. bagian dari puisi yang diantologikan
Ketika itu, Trim Sutidjo menjadi pe- tersebut sebelumnya telah dimuat
nanggung jawab sekaligus pemimpin pula dalam Pupus Cindhe. Semen-
redaksi. tara itu, sebagian guritan Trim Suti-
djo juga dipilih dan diambil oleh para
Di bidang penulisan kreatif, Trim penyair lain untuk keperluan penyu-
Sutidjo lebih dikenal sebagai penyair sunan antologi puisi bersama. Mi-
(penggurit) daripada cerpenis atau salnya, oleh St. Iesmaniasita dalam
novelis meskipun ia juga menulis ce- antologi Geguritan Antologi Sajak-
rita (novel) anak-anak, baik berbaha- Sajak Jawi (Pustaka Sasanamulya,
sa Jawa maupun Indonesia. Ada se- Surakarta, 1975); oleh Susatyo Dar-
kitar 25 buku cerita anak-anak (ber- nawi dalam antologi Lintang-Lin-
bahasa Indonesia) yang telah ia tulis. tang Abyor: Sekumtum Puisi Jawa
Buku-buku cerita itu diterbitkan oleh Mutakhir (Fakultas Sastra dan Bu-
Balai Pustaka, Jambatan, Aries Li- daya Universitas Diponegoro, Sema-
ma, Aqua Press, Cemerlang, dan Ya- rang, 1983); oleh J.J. Ras dalam bu-
yasan Kawanku. ku Bunga Rampai Sastra Jawa Mu-
takhir (Grafitipers, 1985); dan oleh
Karya-karya puisinya, juga esai- Suripan Sadi Hutomo dalam buku
esainya, terutama yang berbahasa Antologi Puisi Jawa Modern 1940—
Jawa, banyak dimuat dalam majalah 1980 (Sinar Wijaya, Surabaya,
Waspada, Mekar Sari, Kekasihku, 1984). Di samping itu, Trim Sutidjo
Jaya Baya, Crita Cekak, Gotong Ro- juga menyusun buku pelajaran untuk
yong, Panjebar Semangat, dan Ku- Sekolah Dasar, terutama mengenai
mandhang. Pada tahun 1966, bersa- pembahasan soal-soal EBTA. Da-
ma-sama N. Sakdani, pemimpin re- lam karya-karyanya, ia tidak pernah
daksi Dharma Nyata di Sala, Trim menggunakan nama samaran.
Sutidjo mengumpulkan karya-karya-
nya yang berupa puisi dengan judul Selain aktif di dunia jurnalistik,
Pupus Cindhe (CV Pembina, Sura- Trim Sutidjo juga aktif menghadiri
karta). Dalam antologi guritan terse- berbagai pertemuan sastra Jawa. Ke-
but terdapat pula sebuah cerita pen- tika diselenggarakan pertemuan pe-
dek Trim Sutidjo yang berjudul “Te- ngarang di Yogyakarta (Agustus
manten Ing Akherat”. Buku tersebut 1966), ia ikut membidani berdirinya
pernah dibahas oleh Muryalelana Organisasi Pengarang Sastra Jawa
(Djaka Lodang, No. 584—587, Ta- (OPSJ). Dalam pertemuan itu Trim
hun XII, 1967). Sutidjo diberi kepercayaan untuk

576 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

memegang jabatan sebagai ketua “Balada Sartini Prawan Sunthi
OPSJ komisariat Jawa Barat. Sejak Kulon Gili”. Sejak itu ia rajin me-
itu, ia masih terus aktif hadir dalam nulis dan mempublikasikan karya-
berbagai pertemuan sastra Jawa di karyanya di media massa berbahasa
Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Sa- Jawa seperti Panjebar Semangat,
la, Surabaya, Bojonegoro, dan seba- Jaya Baya, Djaka Lodang, Mekar
gainya. Sari, Jawa Anyar, Pagagan, Pana-
kawan dan media massa berbahasa
turiyo ragilputra (1964— ) Indonesia, seperti Suara Merdeka,
Surabaya Post, Kridha, Kridha Wi-
Turiyo Ragilputra dilahirkan di yata, Inspirasi, dan Rindang.
Kaibon, Ambal, Kebumen, Jawa Te-
ngah, pada 7 April 1964. Ia lahir dari Walaupun menulis dalam dua ba-
rahim seorang ibu bernama Saniyem hasa, Turiyo Ragilputra lebih men-
(alm.), seorang petani, beragama Is- curahkan perhatian pada karangan
lam, dan berasal dari etnis Jawa va- berbahasa Jawa; dan itu terlihat sam-
rian Kebumen (Banyumas). Ayah- pai kini ia telah mempublikasikan
nya, Kartopawiro, pernah menjadi se- tidak kurang dari 500 guritan, lebih
orang Kamituwa, beragama Islam, dari 60 cerkak, dan puluhan esai sas-
berasal dari etnis yang sama pula. tra yang dimuat di berbagai media
Pendidikan SD ditempuh di desa ke- massa. Sampai biografi ini ditulis,
lahirannya, yakni SD Negeri Kai- Turiyo Ragilputra belum pernah me-
bon, tamat 1976. Pendidikan SLTP nerbitkan novel berbahasa Jawa.
diselesaikan pada 1981 di SMP Pem- Akan tetapi, ia telah menulis dua bu-
da Ambal, Kebumen. Sementara itu, ku bacaan fiksi berbahasa Indonesia
pendidikan SLTA ditempuh di SPG untuk SLTP, yakni Memburu Pen-
Negeri Kebumen, lulus 1983. Sete- jahat Berkacamata (1999), dan Ma-
lah tamat SPG, tepatnya sejak 1986, tahari di Pinggang Bukit (Hidayat,
ia diangkat menjadi guru SD di Am- 2000). Dua buku ini masing-masing
bal, dan profesi itu masih ia tekuni terpilih sebagai pememang I dalam
hingga sekarang. Sayembara Penulisan Naskah Buku
Bacaan Fiksi SLTP tingkat Propinsi
Sejak menjadi guru SD Turiyo Jawa Tengah.
Ragilputra mulai mengarang (awal
1987), tidak hanya dalam bahasa Ja- Pengarang yang kadang-kadang
wa, tetapi juga bahasa Indonesia, menggunakan nama samaran Kidung
baik berupa puisi, macapat, cerpen, Mustikareni ini semakin eksis dalam
bacaan remaja, maupun artikel bu- kancah sastra Jawa modern sejak ta-
daya dan pendidikan. Cerpen (cer- hun 1990-an, lebih-lebih setelah ia
kak) pertamanya dimuat di Panjebar bergabung menjadi anggota SSJY
Semangat (1987) berjudul “Kabu- (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta)
jung Ayang-Ayang”, sedangkan puisi yang berdiri pada 1991 dan bermar-
(guritan) pertamanya dimuat di Pa- kas di Balai Penelitian Bahasa Yog-
njebar Semangat (1987) berjudul yakarta. Hal tersebut terbukti, baru

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 577

sekitar lima belas tahun terjun ke da- dia massa. Hanya saja, sampai saat
lam kancah dunia kesusastraan Jawa, ini ia belum memiliki satu buah pun
ia telah memperoleh berbagai peng- buku kumpulan (antologi) puisi atau
hargaan sastra dari berbagai pihak. cerpen yang terbit. Hanya sebagian
Penghargaan (hadiah sastra) yang kecil karyanya diambil oleh orang lain
telah diperolehnya di antaranya (1) dan dihimpun dalam buku antologi,
juara II lomba penulisan guritan yang baik guritan maupun cerkak. Puisi-
diselenggarakan Sanggar Triwida nya berjudul “SerereAdhuh Lae” dan
Tulungagung, Jawa Timur, 1990; (2) “Kidung Kamardikan” (dua puisi ini
“Hadiah Sastra” dari Panjebar Se- menjadi juara lomba penulisan puisi
mangat untuk guritan-guritannya yang diadakan Taman Budaya Yog-
selama setahun (1990) yang dimuat yakarta dan Dewan KesenianYogya-
di majalah tersebut; (3) “Hadiah Sas- karta) diterbitkan dalam Antologi
tra” dari Panjebar Semangat untuk Geguritan dan Crita Cekak (Taman
esai-esai sastranya yang dimuat di Budaya Yogyakarta, 1991). Semen-
majalah itu selama setahun (1991); tara itu, cerpennya yang berjudul
(4) juara I lomba mengarang guritan “Thungkling” disertakan dalam buku
yang diselenggarakan Taman Buda- Mutiara Segegem: Antologi Crita
ya dan Dewan Kesenian Yogyakarta, Cekak (FPBS IKIP Yogyakarta,
1991; (5) juara I lomba mengarang 1993) hasil suntingan Suwardi En-
guritan yang diselenggarakan Balai draswara; dan cerpennya “Srenge-
Penelitian Bahasa Yogyakarta, 1991; nge” diterbitkan dalam Niskala: An-
(6) menjadi nominator “Hadiah Sas- tologi Crita Cekak Eksperimen
tra” untuk cerpennya “Paman Tuki” (FPBS IKIPYogyakarta, 1993) sun-
di Panjebar Semangat (1993); (7) ha- tingan Suwardi Endraswara juga.
diah sastra “Sinangling” (juara II)
dari majalah Pagagan (1995); dan (8) Tiga puisinya berjudul “Pawarta
juara II lomba penulisan guritan yang Tiwase Paman Dengkek”, “Mbam-
diadakan Sanggar Sastra Triwida bung Sundhul Wuwung”, dan
(1995). Pada tahun 2001, ia kembali “Mbokmenawa Iki Dina Isih Ana
memperoleh hadiah (sebagai juara I) sing Durung Bisa Mangan Sega” di-
dalam lomba menulis cerkak yang di- sertakan dalam buku Cakra Mang-
selenggarakan SSJY (Sanggar Sas- gilingan: Antologi Geguritan dan
tra Jawa Yogyakarta) bekerja sama Cerkak Pengarang Sastra Jawa
dengan LKBS (Lembaga Kajian Bu- Modern (FKY V, 1993). Sementara
daya Surakarta). itu, cerpennya “Gendir” dimuat da-
lam buku Pangilon:Antologi Cerkak
Pengarang berdarah Kebumen lan Geguritan (Sapu Lidi, 1994) un-
yang tidak bersedia disebutkan bio- tuk menyambut FKY VI. Dua buah
data istri dan anak-anaknya (menu- guritannya, yakni “Baladha Kasan
rutnya, hal ini biar tetap menjadi ra- Puthul” dan “Oom, Oom – Tante,
hasia pribadi) ini telah banyak mem- Tante” disertakan dalam antologi Fes-
publikasikan karya-karyanya di me- tival Penyair Sastra Jawa Modern

578 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(1995) yang diterbitkan untuk me- ripan Sadi Hutomo (Guru Besar Uni-
nyambut Hari Ulang Tahun Ke-15 versitas Negeri Surabaya) mengakui
Sanggar Sastra Triwida, Tulung- dengan menyatakan bahwa Turiyo
agung, Jawa Timur. Ragilputra termasuk salah seorang
pengarang yang tidak hanya produk-
Pada tahun 1995, FKYVII kem- tif, tetapi juga kreatif, dan karya-kar-
bali menerbitkan buku antologi ge- yanya cukup kuat dan berkualitas.
guritan, cerkak, macapat, dan siteran Kenyataan itu pula yang membuat
dengan judul Pesta Emas Sastra Ja- karya-karya pengarang yang oleh
wa Daerah Istimewa Yogyakarta Suripan Sadi Hutomo dikelompokkan
(Pustaka Pelajar, 1995). Buku sun- sebagaiAngkatan ‘80-an itu menda-
tingan Linus SuryadiAG dan Dhanu pat perhatian serius dari masyarakat
Priyo Prabowa itu memuat karya 36 pembaca. Hal tersebut terbukti, be-
pengarang Jawa, di antaranya karya berapa guritannya, di antaranya “Aku
guritan Turiyo Ragilputra (9 buah). Kangen”, “Karana Panantangmu”,
Buku berjudul Pisungsung:Antologi dan “Upama Aku Bisa Milih Dhe-
Geguritan lan Cerkak (Pustaka weke”, diterjemahkan ke dalam ba-
Pelajar, 1997) yang dieditori Dhanu hasa Indonesia oleh Rachmat Djoko
Priyo Prabowo dan diterbitkan da- Pradopo dan dimuat di majalah sas-
lam rangka FKY IX tahun 1997 juga tra Horison (November 1998).
memuat 10 guritan karya Turiyo Ra-
gilputra. Sementara itu, cerpennya Di samping itu, beberapa karya
berjudul “Matine Sura Topeng” (pe- pengarang yang kadang-kadang
menang I Lomba Penulisan Cerkak menulis dengan gaya (dialek) Jawa
yang diselenggarakan SSJY bekerja Timuran dan Banyumasan (terutama
sama dengan LKBS) disertakan da- dalam guritan) tersebut juga telah di-
lam buku Bandha Pusaka: Antologi jadikan sebagai objek kajian oleh be-
Cerita Pendek Jawa (Radhita Buana, berapa mahasiswa sastra dalam rang-
2001). Sebagaimana diketahui bah- ka memperoleh gelar sarjana. Di an-
wa karya-karya yang disertakan da- taranya oleh Riana Wati, mahasiswa
lam buku-buku antologi tersebut se- FS UGM, dengan judul “Geguritan
belumnya telah dimuat dalam media Karya Turiyo Ragilputra: Tinjauan
massa berbahasa Jawa, kecuali kar- Intrinsik dan Ekstrinsik” (1996);
ya yang khusus diikutsertakan dalam oleh Nurmanto Widodo, mahasiswa
lomba penulisan guritan atau cerkak. FS UNS, dengan judul “Permasalah-
an Cinta dalam Lima Cerpen Karya
Kendati sampai kini belum me- Turiyo Ragilputra” (1998); olehAgus
nerbitkan buku antologi yang khusus Budiono, mahasiswa FS UNS, de-
memuat karya sendiri, tidak berarti ngan judul “Aspek Moralitas dalam
Turiyo Ragilputra tidak layak dise- Lima Crita Cekak Karya Turiyo Ra-
but sebagai pengarang yang cukup gilputra” (1998); dan oleh Sutapa,
eksis. Bahkan, beberapa ahli seperti mahasiswa FBS Universitas Negeri
Rachmat Djoko Pradopo (Guru Be- Semarang, dengan judul “Puisi-Puisi
sar Fakultas Sastra UGM) dan Su-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 579

Jawa Karya Turiyo Ragilputra da- mengandung nilai-nilai multidimen-
lam Persepsi Nilai-Nilai Moral Ke- sional, penuh pernik estetika, dan sa-
pemimpinan: Suatu Kajian Sosiokul- rat simbol dan piwulang itu dapat
tural” (2000). memberi nilai lebih pada hidup dan
kehidupan umat manusia.
Selama ini pengarang Jawa yang
tinggal di Kaibon, Ambal, Kebumen Dilihat sepintas dapat dinyata-
54392 ini tidak nyambi kerja lain de- kan puisi-puisi Turiyo Ragilputra se-
ngan alasan tidak mempunyai sawah cara dominan mempersoalkan pro-
bila ingin menjadi petani dan takut blem kehidupan pada level sosial dan
menjadi kaya bila ingin berdagang. metafisikal; hal ini sesuai dengan la-
Meskipun profesi pokoknya adalah tar belakang kehidupannya sebagai
guru, sebagai guru ia tidak begitu me- penyair Islam yang menaruh perha-
nonjol dan yang justru sangat me- tian besar pada peristiwa-peristiwa
nonjol adalah kiprah, semangat, dan yang terjadi di lingkungannya. Hal se-
kesuntukannya dalam dunia kesusas- rupa juga dominan dalam cerpen-cer-
traan Jawa modern meskipun bagi- pennya. Dalam cerpen-cerpennya as-
nya kegiatan bersastra hanya seka- pek sosial memang tampak ditam-
dar untuk hobi dan menghibur diri se- pilkan lebih eksplisit, tetapi aspek itu
perti halnya mendengarkan musik hanya dimanfaatkan sebagai sarana
atau rekreasi. Yang pantas diacungi pengungkap aspek yang lebih esen-
jempol bagi Turiyo Ragilputra ada- sial, yaitu aspek religius.
lah di tengah-tengah kesibukan dan
rutinitasnya mengajar di SD, ia mam- tutur
pu menelorkan ratusan guritan, pu-
luhan crita cekak, puluhan esai, dan Istilah tutur adalah sebutan un-
beberapa bacaan fiksi (novel) rema- tuk salah satu jenis naskah keaga-
ja, di samping aktif pula mengikuti maan Jawa Kuna dari masa pra-Islam
berbagai lomba, menghadiri berba- yang tergolong paling tua. Isi tutur
gai pertemuan (seminar, lokakarya, memang dapat dinamakan menyang-
sarasehan), baik sebagai peserta mau- kut “tradisi suci” yang diturunkan
pun pembicara. Itulah sebabnya, sa- secara turun-temurun selama bebe-
ngat masuk akal apabila pengarang rapa generasi. Tradisi suci tersebut
ini pantas mendapat perhatian lebih menyangkut bahasan, inti pengajar-
karena kehadirannya dalam khaza- an mengenai ritual agama Siva, ter-
nah sastra Jawa modern membawa masuk jenis doa berbentuk mantra,
kecemerlangan tersendiri. Apalagi, semadi, dan kurban. Kebanyakan
terhadap sastra dan budaya Jawa, ia naskah tersebut tersimpan di pulau
memiliki harapan jauh ke depan, yak- Bali dan pada umumnya berbahasa
ni sastra dan budaya Jawa hendak- Jawa Kuna dan beraksara Bali. Nas-
nya terus hidup dan berkembang, di- kah tutur yang paling tua ialah Tutur
cintai masyarakatnya, karena menu- Bhuvanakosa.
rutnya sastra dan budaya Jawa yang

580 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

u

ukara sesumbar mlebua nyang lak-lakaning na-
ga, mangsa wurunga karasa ing
Istilah ukara sesumbar terdiri tanganku kowe.
atas dua kata, yakni ukara dan se- njeroke jagang, ndhuwurna ka-
sumbar. Kata ukara berarti ‘kalimat’ purancang! mangsa wurunga
atau ‘ungkapan’, sedangkan sesum- dakgawe karang abang naga-
bar berasal dari kata sumbar yang ramu!
berarti ‘mengeluarkan perkataan Ampyaken kaya wong njala,
yang bermaksud menantang untuk krubuten kaya menjangan mati!
mengadu kesaktian, kelebihan, ke-
kuatan, kepandaian, dan sebagainya’. ‘Jika memang laki-laki, keluar!
Disumbari berarti ‘ditantang untuk menantanng apa, berapa hari sa-
mengadu kesaktian, kemampuan, ke- ya layani!
kuatan, dan sebagainya’. Sementara meskipun ke tenggorokan naga,
itu, istilah nyumbari berarti ‘menan- pasti merasakan tanganku,
tang untuk megadu kelebihan yang kamu.
dimilikinya’. Jadi, istilah ukara se- galilah lubang, tinggikan beteng,
sumbar dapat diberi maka ‘kalimat pasti saya kubumihanguskan ne-
atau ungkapan untuk menantang’. garamu
Kalimat penantang itu biasanya di- jaringlah seperti menjala, kroyok
sampaikan dengan suara yang keras. seperti menjangan mati’
Bahkan, diikuti dengan kata-kata ka-
sar yang intinya adalah merendahkan Ungkapan penantang yang di-
orang yang ditantang. Di dalam sas- ucapkan oleh tokoh kesatria dan rak-
tra Jawa banyak ditemukan ungkap- sasa memiliki ciri khas tersendiri se-
an-ungkapan yang menunjukkan se- perti contoh berikut.
sumbar atau menantang, baik dalam Raksasa : Yen kena dakeman balia!
karya yang berbetuk prosa maupun Kesatria: Ora ana gawar, ora ana
dalambentuk tembang. Ukara sesum-
bar itu sangat menarik karena disam- awer-awer, pagene ngalang-
paikan dengan cara menggunakan alangi lakuku?
diksi dan gaya bahasa menarik pula. Raksasa : Endas buta pating jeng-
Berikut contoh ukara sesumbar yang gelek!
biasa digunakan oleh tokoh ketika Kesatria : Endhas buta daksampar
akan atau sedang berperang mela- daksandhung, mangsa wurunga
wan musuh. mawut sirna!
Raksasa : We hla! Babo, babo! Ora
Yen nyata lanang metua kena ginawe becik! Wani karo
ngajak apa, pirang dina dakla- aku!
deni Kesatria : Sing takwedeni apamu!

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 581

Raksasa : Jika mau kuingatkan, kem- Terbuat dari permata seperti gu-
bali! nung api
Bajratudha menghadapnya, ber-
Kesatria : Tak ada aturan dan larang- payung bulu garuda seperti mega
an, mengapa menghalangi jalan- Semata-mata matahari di gunung
ku!? timur bentuk busurnya bersinar-
sinar.’
Raksasa : Kepala raksasa semua be-
rangkat! ura-ura

Kesatria : Kepala raksasa kusaruk, Di dalam sastra Jawa, khusus-
kusandung, pasti mati semua nya sastra lisan terdapat istilah ura-
ura. Kata ura-ura mempunyai dua
Raksasa : He, bangsat! tidak bisa di- makna, yaitu makna pertama tetem-
sapa! Berani kau denganku! bungan seru utawa tetembungane
mung apalan wae ‘ungkapan keras
Kesatria : Yang saya takuti apa!? atau ungkapan yang hanya hapalan
saja’. Makna kedua berarti tali atau
upamãma/upama besi untuk menali blandar ‘balok ka-
yu rumah joglo’. Kaitannya dengan
Istilah dari bahasa Sanskreta sastra Jawa, istilah ura-ura mengacu
yang digunakan dalam bahasa Jawa pada makna pertama, yakni ungkap-
Kuna, khususnya dalam puisi Jawa an yang berkaitan dengan lagu atau
Kuna (kakawin). Istilah upamãma/ lelagon. Karena ura-ura itu berupa
upama tetap memiliki arti yang sama dendangan yang sifatnya hapalan sa-
dengan yang digunakan dalam baha- ja, cakepan atau bahannya tidak di-
sa aslinya (Sanskreta). Adapun upa- tulis dalam buku. Maka, waktu di-
mãma/upama maksudnya adalah dendangkan, pendendang tidak mem-
persamaan, perbandingan, kemirip- bawa buku. Budaya semacam itu
an, objek yang diperbandingkan; se- berkaitan dengan budaya lisan. Ura-
banding dengan. Berikut contoh upa- ura dilakukan pada waktu sedang
mâma/upama. santai, istirahat, maupun tiduran.
Adapun bahannya biasanya berupa
Sang Hyang Surapati mêtu tembang yag diplesetkan maknanya
sangka ri(ng) kutha lawan (su)- seperti conntoh ura-ura Semut Ireng
rabala gumuruh/ berikut ini.
Erawana gajapati rêngga-rung-
gu nira ratna kadi gunung apuy/ Semut ireng ngendhog jroning
Bajrayudha marêk i (payung) geni,
sira(payung) garudaroma kadi ana merak bandrek lawan lan-
jaladhara/ dhak,
(sãksat) haruna ring u(d)ayadri konang sakenong matane,
wimba (ni(ng) dhanuh nira ma- tikuse padha ngidung,
kara-kara//

‘Sang Hyang Surapati keluar
dari benteng beserta bala tentara
dewa, gemuruh suaranya
Pelankan gajah besar Erwana
tempat semayamnya,

582 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kucing gering ingkang nung- lalu mendekat, perang tanding,
goni, saling tinju, saling garuk,
kodhok nawu segara, saling gigit, saling sergap
oleh bantheng sewu, menampar, menjambak sama-
si precil ingkang anjaga, sama mengernyingkan gigi sa-
semut ngangkrang angrang- ngat marah.’
sang gunung merapi,
wit ranti awoh dlima. ustadji pantja wibiarsa
(1961—)
‘Semut hitam bertelur di dalam
api Ustadji Pantja Wibiarsa, atau
ada merak, bandrek, dan landak lebih dikenal dengan nama Ustadji
kunang-kunang satu kenong ma- Pw, lahir di Yogyakarta, 4 Agustus
tanya 1961. Pendidikan terakhirnya adalah
tikus-tikus bernyanyi Jurusan Bahasa dan Sastra Indone-
kucing sakit yang menunggui sia FFBS IKIP Semarang. Hingga se-
katak menguras lautan karang lelaki beragama Islam yang
dapat banteng seribu kini bertempat tinggal di Gang Belut
si precil yang menjaga No. 4, Senepo, Seleman Timur, RT
semut merah meraih gunung 01, RW 02 (depan mushala Al-Khai-
Merapi rat) Kutoarjo 54212, Purworejo, Ja-
pohon ranti berbuah delima.’ wa Tengah ini masih tetap menjadi
guru di SMP Negeri Bayan, Purwo-
ûrjasvi rejo.

Ûrjasvi adalah ungkapan yang Meskipun tinggal di Kutoarjo, Ja-
menonjolkan kebanggaan atau yang wa Tengah, yang berjarak sekitar 50
menyatakan keperkasaan ataupun km dariYogyakarta, pengarang yang
kelebihan. Adapun contohnya seba- aktif menulis sastra Jawa dan Indo-
gai berikut. nesia ini seolah tidak dapat berpisah
dengan kota Yogyakarta. Sebab, sam-
Humung humrêng mangsö ta si- pai saat ini ia masih menjadi anggota
ra kadi wyãghra magalak, Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
lawan sang Sugriwogratara kadi (SSJY) yang bermarkas di Balai Ba-
singhãngrãpa mangang hasa, Jalan I Dewa Nyoman Oka 34,
masö madwandwãprêp magarut Yogyakarta 55224. Sebab, walaupun
asahut kapwa manikêp, akhir-akhir ini kurang aktif, dalam
manampyal mangrunggut pada pertemuan rutin dua atau tiga bulanan
ta sira gutgûtên abutêng. yang diselenggarakan oleh SSJY ia
kadang-kadang masih menyempatkan
‘Menggeram keras-keras seperti diri untuk datang.
harimau liar, ia melangkah ke
depan Sebagaimana diketahui bahwa
Sugriwa sangat hebat seperti si- Ustadji Pw terjun ke dunia karang-
nga meniarap dengan mulut me- mengarang sejak masih kuliah di
nganga

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 583

FPBS IKIP Semarang. Hingga seka- hudan rãh mangsa lawan (n)
rang pun masih menulis sastra, ter- usus,
utama guritan dan artikel, dan tu- gãgak ghora humung manam-
lisan-tulisannya itu dikirimkan ke ber arubung tang andaru kweh
berbagai majalah dan koran seperti tibã,
Djaka Lodang, Mekar Sari, Panje- moghãtah kumçdut (t) ikang
bar Semangat, Jawa Anyar, Swade- mata lawan bãhwi kiwãñ
si, Nova, Suara Merdeka, Kedaulat- cañala.
an Rakyat, dan sebagainya. Bahkan,
penggurit yang bergabung pula de- ‘Firasat ia akan gugur di medan
ngan Sanggar Sastra Kopisisa Pur- perang, ia (Kumbakarna)
worejo dan Sanggar Sastra Kalima- melihat suatu pertanda yang ti-
sada Kutoarjo itu seringkali juga me- dak baik, yang menandakan ajal-
nyertakan beberapa karyanya dalam nya
antologi bersama. Misalnya, guri- tampak mendung merah di ang-
tan-guritan-nya antara lain masuk kasa, tak putus-putusnya
dalam antologi Pangilon (1994) dan hujan darah bersama daging dan
Pisungsung: Antologi Geguritan usus
lan Cerkak (Pustaka Pelajar, 1997) burung-burung gagak berteriak-
yang diterbitkan dalam rangka Fes- teriak, menukik
tival Kesenian Yogyakarta. mengerumuni beberapa bola api
berjatuhan
utpreksa tiba-tiba matanya berkedip serta
pundak kirinya ikut bergetar.’
Istilah utpreksa dari bahasa Sans-
kreta yang digunakan dalam bahasa
Jawa Kuna, khususnya dalam puisi
Jawa Kuna (kakawin). Istilah itu, ut-
preksa, tetap memiliki arti yang sa-
ma dengan yang digunakan dalam
bahasa aslinya (Sanskreta). Adapun
utpreksa maksudnya adalah keang-
kuhan. Yang dimaksudkan dengan
ungkapan jenis ini adalah jika suatu
keadaan atau tindakan suatu objek,
yang bernyawa ataupun tidak, di-
gambarkan secara tertentu oleh pe-
nyair, dan oleh penyair dikhayalkan
sebagai bercara atau dengan keada-
an lain. Berikut contoh utpreksa.

Cihna nyãn pêjaheng ranãng-
gana katon utpãta mangde pati,
meghãbang I ruhur nirantara

584 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

v

varian lam bahasa Jawa Kuna, khususnya
dalam puisi Jawa Kuna (kakawin).
Istilah varian serapan dari ba- Istilah itu, virodha, tetap memiliki ar-
hasa Inggris (variant). Istilah itu ti yang sama dengan yang digunakan
mempunyai 2 arti. Pertama, berarti dalam bahasa aslinya (Sanskreta).
bentuk yang berbeda atau menyim- Adapun virodha maksudnya adalah
pang dari aslinya, sedang arti yang ungkapan yang menunjukkan perten-
kedua ialah bentuk yang dapat di- tangan/perlawanan. Berikut contoh
gunakan sebagai alternatif. Misal- virodha.
nya, cerita bersambung (Jawa: ce-
rita sambung) merupakan varian da- Oja(r) Sang Nrpaputra rakyan
ri novel karena sebenarnya novel itu aparan hinarêpakên,
adalah suatu genre atau jenis sastra um(u)(ngi) ngkurã(ng)dyahi
yang ciri dasarnya bentuk prosa— per-pêtan
yaitu dicetak sebagai buku atau di- ngwang i ramya-ramya ni wu-
muat secara beruntun dalam media wusta mamasa-masa nguni ring
massa—tetapi pada struktur inter- guhã
nalnya. mangka sa(r)wa manik(w)akên
tangan alah (ng)hulu ari
versi têkap ing prabancana
hambêk ni ngwang arês mada-
Dalam kosa kata Jawa tidak di- dyana tanah kawadi lara
temukan kata versi karena di dalam ni(ng) wuryan ing kuku
aksara Jawa tidak ditemukan huruf
“v”. Kata versi adalah istilah yang ‘Berkatalah Sang Rajaputra,
berasal dari bahasa asing. Istilah ver- “Dewi, apa sebabnya, jika diha-
si berkaitan dengan dunia pernaskah- dapi,
an. Misalnya, naskah A terdiri atas membalikkan diri, bertingkah se-
beberapa naskah, naskah versi B ter- perti perawan?”
diri atas beberapa naskah, dan seba- hendak kudapati indah permai-
gainya. Jadi, versi berarti olahan se- nya kata-katamu, yang
buah teks dalam bentuk, gaya, kata, merajuk-rajuk dahulu di gua
atau media yang lain. Versi lain se- kini serba menyikukan tangan,
buah teks dapat mengandung penaf- kalah aku, Nini, oleh godaan
siran yang berbeda ataupun berla- batinku takut, jangan-jangan
wanan dari aslinya. menjadi anak batu tulis
di dalam kasang, yang menderita
virodha sakit karena bekas kuku.’

Istilah virodha berasal dari ba-
hasa Sanskreta yang digunakan da-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 585

višesokti vyãtireka

Istilah višesokti berasal dari ba- Istilah vyãtireka berasal dari ba-
hasa Sanskreta yang digunakan da- hasa Sanskreta yang digunakan da-
lam bahasa Jawa Kuna, khususnya lam bahasa Jawa Kuna, khususnya
dalam puisi Jawa Kuna (kakawin). dalam puisi Jawa Kuna (kakawin).
Istilah itu, višesokti, tetap memiliki Istilah itu, vyãtireka, tetap memiliki
arti yang sama dengan yang diguna- arti yang sama dengan yang diguna-
kan dalam bahasa aslinya (Sanskre- kan dalam bahasa aslinya (Sanskre-
ta). Adapun višesokti maksudnya ta). Adapun vyãtireka maksudnya
adalah ungkapan yang dengan peru- adalah pernyataan perbedaan yang
bahan atau variasi menunjukkan se- disiratkan atau dikatakan berkenaan
suatu yang istimewa, baik dalam hal dengan dua hal yang bersamaan. Be-
kualitas (guna), golongan (jati), pre- rikut contoh vyãtireka.
dikat (kriya), maupun benda/orang/
objek (dravya). Berikut contoh više- Tan samwas i(ng) amuhara
sokti. ku(ng) katon grêt i(ng)
galunta kadi tinulisan
Mapa de ning ahyas ibu ngüni ang(h)rês tapak I tali-tali(n)ta
karam (ning a)nêmwaken de ni(ng) panguca(l)ta
(h)ayu kilayu manê(n)dêe(ng)
mangunêng galuh ka(r)ika rakryan humênênga sikitari
nitya karamas ing tungtung ing halista juga suma-
a(ag)n(Ö)b(w)akên gêlung hura
mapupur mênur mawi(d)a kêm- gya(ng) sri kari humaliwat hade
bang ing a(ng)sama wa(ning) nginikenta
karid(dy)ah I nghulun ta kari kasisir
a(th)awasusu(r) têbu kari
(b)wa(t) ari tuhaganapêpêh ‘Tak jenak membangkitkan as-
madhu mara pula garis lehermu
bagaikan ditulis
‘Bagaimana gerangan caranya membuat pilu bekas sabukmu
berhias, Nini, sehingga oleh karena kancingmu
mendapatkan kecantikan bunga kilayu yang sedang mekar
manguneng galuhkan itu yang Dewi, sekalipun engkau diam,
senantiasa menjadi Adinda, jung keningmu
keramas melebatkan sanggul? Jua hendaklah menjawab
berbedak melati, berboreh bunga Hyang Sri-kah itu yang lewat?
angsanakah, Dewiku? Bukan! Wangi kainmu
atau bersugi rebukan gerangan, Itulah tertiup angin.’
Adinda, selalu
berpelupuh madu.’

586 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

w

wadana tha Muja Aneng Narpati” (1872 Ja-
wa), dan di bagian bawah terdapat
Hiasan atau lukisan yang mewa- lukisan “pendeta duduk menghadap
dahi teks dalam bentuk yang indah sesaji di depan pintu gerbang istana”
dan beragam dalam naskah disebut yang berpadanan dengan sengkalan
wadana. Pada wadana itu kadang- “Jalmi Suci Dwareng Ratu” (1941
kadang terdapat lukisan dalam ben- Masehi). Pada bagian terbawah
tuk sengkalan memet, seperti yang wadana itu juga dicantumkan kedua
terdapat dalam catatan waktu penu- angka tahun tersebut di atas. Wadana
lisan di depan Babad Ngayogyakar- pada catatan waktu penulisan di be-
ta: Hamengku BuwanaI —Hameng- lakang halaman verso (halaman 407)
ku Buwana III (A 80/W 80), Babad babad itu belum selesai pewarnaan-
Ngayogyakarta: Hamengku Buwa- nya. Bagian wadana yang belum di-
na VIII (A 44/W 95), serta dalam ca- warnai itu berbentuk pola yang dilu-
tatan waktu penulisan di depan dan kis dengan pensil.
belakang Babad Ngayogyakarya:
Hamengku Buwana VIII (A 55.W wahyu haryanto (1972— )
102). Pada bagian atas catatan wak-
tu penulisan di depan Babad Ha- Penulis dengan kemampuan oto-
mengku Buwana VIII (A 55/W 102), didak ini merupakan anak tunggal
misalnya, terdpat lukisan “gajah me- dari pasangan Warno (Blitar) dan Is-
mangsa buah nenas di bawah mah- tuning Rubingah (Tulungagung).
kota raja Hamengku Buwana VIII” Lahir di Surabaya pada 14 Oktober
yang berpadanan dengan sengkalan 1972. Pendidikan formalnya ditem-
“Ngesthi Rasa Astha Nata” (1868 Ja- puh di Surabaya: SD Keputran VIII
wa), dan pada bagian bawah terda- (1980-1986), SMP Negeri 6 (1986-
pat lukisan “pendeta duduk dengan 1988), SMA Negeri 3 (1989-1991),
memegang lilin di depan pintu ger- dan FISIP Unair (1991-1999).
bang istana” yang berpandanan de-
ngan dengan sengkalan “Wiku Guna Kegiatan menulis diawali ketika
Aneng Wiwaraning Ratu” (1937 Ma- menjadi mahasiswa (1994). Tulisan
sehi). Pada bagian terbawah wadana pertamanya (dalam bahasa Indone-
itu pun dicantumkan kedua angka ta- sia) terbit di Surabaya Post. Menulis
hun tersebut di atas. Kemudian, pada dalam bahasa Jawa, katanya, memi-
bagian atas catatan waktu penulisan, liki kendala tertentu karena sistem
di belakang babad itu terdapat lukis- bahasa Jawa lebih berpretensi pada
an “dua tangan menengadah ke mah- curahan perasaan semata daripada
kota Hamengku Buwana VIII” yang logika. Meskipun demikian, menulis
berpadanan dengan sengkalan “As- sastra dalam bahasa Jawa merupa-
kan panggilan yang mendatangkan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 587

keasyikan tersendiri. Keseriusannya dan menengahnya di Blitar: SD (lu-
dalam bidang kesenian dan akademik lus 1972), SMP (lulus 1975), dan
dibuktikan dengan prestasi yang di- SLTA (lulus 1979). Begitu lulus dari
capai. Prestasi yang pernah diraih SLTA, ia langsung diterima bekerja
adalah juara II dalam lomba Puisi di Dinas Pendidikan dan Kebudaya-
Pekan Seni Mahasiswa Nasional ke- an Kabupaten Blitar; dan pekerjaan
5 (1999). Selain itu ia meraih peng- itu masih ditekuni hingga sekarang.
hargaan sebagai mahasiswa berpres-
tasi untuk bidang seni di UNAIR Tidak lama setelah bekerja mu-
(2000). lailah Wahyudi menyalurkan bakat-
nya menulis/mengarang. Sejak tahun
Guritan dan puisinya terbit da- 1981 hingga sekarang karya-karya-
lam antologi Malsasa (Dewan Kese- nya (guritan, cerkak, cerita anak, ce-
nian Surabaya, 1996), Pelajaran rita rakyat, naskah drama/sandiwa-
Daun (Surabaya, 1996), “Ensiklo- ra, dan esai/artikel) telah tersebar lu-
pedia Raib” dan “Lanskap Kesedih- as di berbagai media massa berba-
an” dalam Luka Waktu (Taman Bu- hasa Jawa (Panjebar Semangat, Ja-
daya Jawa Timur, 1998), Keajaiban ya Baya, Jawa Anyar, Djaka Lo-
Bulan Ungu (Dewan Kesenian Sura- dang) dan berbahasa Indonesia. Me-
baya, 2000), “Phenomenon” dalam ngapa ia terjun ke dunia karang-me-
Omongo Apa Wae (Taman Budaya ngarang? Karena, menurutnya, de-
Jawa Timur, 2000), Gelak Esai dan ngan mengarang ia dapat memper-
Ombak Sajak (Kompas, 2001), oleh banyak kawan, di samping ingin
“Gondomayit”, “Gurit Sekar Su- mendapatkan penghasilan tambah-
mawur”, dan “Gendhing Dhusun an.
Sinanding: Kursine Suwargi Mbah
Markiyem” dalam Kabar Saka Ben- Pengarang yang masih bersau-
dulmrisi (Paguyuban Pengarang Sas- dara dengan Yudhet (Yudi Triantoro)
tra Jawa Surabaya, 2001), serta Me- dan kini tinggal di Benda RT 05, RW
mo Putih (Dewan Kesenian Jawa Ti- 02, Ponggal, Blitar, Jawa Timur ini
mur, 2000). Di luar itu masih banyak masih ingin terus menulis walaupun
karyanya yang dipublikasikan, baik kesibukannya di kantor menjadi ken-
dalam media massa berbahasa Jawa dala bagi produktivitasnya. Selain itu,
maupun berbahasa Indonesia, dan ia juga ingin terus meningkatkan kua-
dalam beberapa antologi. litas karya-karyanya; setidak-tidak-
nya seperti karyanya yang pernah di-
wahyudi (1959—) tetapkan oleh dewan juri ketika dise-
lenggarakan Lomba Penulisan Nas-
Di dalam karya-karyanya Wah- kah Drama Bertema Perjuangan da-
yudi kadang-kadang menggunakan lam rangka Hari Pahlawan oleh Pem-
nama samaran Atiek Brata atau W. da Jawa Timur di Surabaya. Ketika
Youdhie. Pengarang beragama Islam itu, ia memperoleh penghargaan dari
kelahiran Blitar, 17 November 1959 Gubernur Jawa Timur. Hanya sa-
ini menyelesaikan pendidikan dasar yangnya, meski publikasi karya-kar-

588 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yanya sudah cukup banyak, sampai Pindhang lulang bernama
kini ia tidak memiliki dokumentasi krecek sehingga tebakannya
pribadi. jatuh pada kata kacek.

wangsalan 2. Wangsalan Rangkep/Camboran
Jenis wangsalan ini menyedia-
Gabungan kata semacam cang- kan tebakan lebih dari satu buah.
kriman ‘teka-teki’ yang menyertakan Struktur wangsalan ini secara ke-
jawabannya dan jawaban tersebut seluruhan terdiri atas dua baris
ditampilkan dalam bentuk tersamar. dan setiap baris terdiri atas dua
Jawaban atau tebakan itu tidak di- bagian. Baris pertama merupa-
munculkan secara utuh, tetapi hanya kan teka-tekinya dan baris kedua
dimunculkan dalam satu suku kata merupakan tebakan/jawaban-
atau lebih. nya.
Contoh: Contoh:
Jenang sela, wader pari seson-
Jenang gula, aja lali ‘jenang dheran
gula, jangan lupa’ ‘Jenang batu, ikan sepat berse-
Jenang gula itu disebut glali, jadi lendang’
ada unsur suku kata li yang di-
hubungkan dengan suku kata li (Makna teka-teki bagian perta-
pada lali. ma apu dan bagian kedua sepat)
Apuranta, yen wonten lepat ka-
Wangsalan dibedakan atas be- wula
berapa macam, yaitu (1) Wangsalan ‘Maafkan jika ada kesalahan
lamba; (2) Wangsalan Rangkep/ saya’
Camboran; (3) Wangsalan Memet;
(4) Wangsalan beraturan tertentu; (6) Kata apu bertemu dengan kata
Wangsalan indah; dan (7) Wangsalan apuranta dan kata sepat berte-
yang dipergunakan dalam tembang. mu dengan kata lepat.
1. Wangsalan lamba
3. Wangsalan Memet
Jenis wangsalan ini hanya me- Cara mencari tebakan dalam
nyediakan satu tebakan. Struk- wangsalan memet harus dilaku-
turnya terdiri atas satu kalimat kan dengan memaknai kata sam-
yang terjadi atas dua bagian, ba- pai dengan dua tahap.
gian depan dan bagian belakang. Contoh:
Bagian depan berisi wangsalan Uler-kambang, yen trima alon-
dan tebakannya terletak pada ba- alonan
gian belakang. ‘Pacet, jika mau pelan-pelan’
Contoh:
Pindhang lulang, kacek apa Pemaknaan pertama, uler-kam-
aku karo kowe bang artinya lintah.
‘Pindang belulang, beda apa aku Pemaknaan kedua, suku kata tah
dengan kau’ dalam kata lintah dianggap pe-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 589

mendekan kata satitahe yang Contoh:
berarti pelan-pelan. Reca kayu, goleka kawruh
rahayu
4. Wangsalan Padinan ‘Arca kayu, carilah pengeta-
Wangsalan padinan adalah wang- huan yang baik’ (reca ka-
salan yang dipergunakan dalam yu=golek)
kehidupan sehari-hari. Jenis 2) Wangsalan yang terdiri atas
wangsalan ini dibagi menjadi dua (4 suku kata + 8 suku kata)
kelompok sebagai berikut. x 2 = 24 suku.
1) Wangsalan yang menyerta- Wangsalan jenis ini merupa-
kan tebakannya kan wangsalan rangkap (isi
Contoh: tebakan lebih daripada satu
Balung janur, muga-muga buah) Bentuknya terdiri atas
sida tenan. (sada) dua kalimat/dua baris. Baris
‘Tulang janur, mudah-mu- pertama berisi wangsalan
dahan sungguh terjadi’ baris kedua berisi tebakan.
2) Wangsalan yang tidak me- Contoh:
nyertakan tebakannya kare- Sayuk karya, wulung wido
na orang-orang yang mende- mangsa rowang
ngar atau yang membaca di- ‘Bekerja sama, elang hitam
anggap sudah tahu tebakan- memangsa teman’
nya. Sayektine wit saking bodho
Contoh: kawula
Aku mung kepengin nggen- ‘Sebenarnya karena kebo-
tha dara sliramu (sawang- dohan saya’
an =nyawang) (sayuk karya = saiyeg, saeka
‘Aku hanya ingin melihat- praya; wulung wido mangsa
mu’ rowang = bidho)

5. Wangsalan beraturan tertentu 6. Wangsalan Indah
Wangsalan jenis ini dapat dibe- Wangsalan jenis ini mengguna-
dakan menjadi dua macam, yaitu: kan ketentuan sebagai berikut:
1) Dengan memakai ketentuan a) Terdiri atas dua kalimat.
4 suku kata + 8 suku kata b) Setiap kalimat terdiri atas
Wangsalan jenis ini merupa- dua bagian (4 suku kata di-
kan wangsalan yang hanya ikuti dengan 8 suku kata)
menyediakan satu tebakan. c) Kalimat pertama berisi
Bentuknya terdiri atas satu wangsalan dan mengguna-
kalimat yang terbagi menja- kan purwakanthi guru swa-
di dua bagian. Bagian depan ra ‘pengulangan bunyi/ucap-
(4 suku kata) sebagai wang- an’ dan purwakanthi basa/
salan dan bagian belakang lumaksita ‘pengulangan kata’
(8 suku kata) sebagai tebak-
annya.

590 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Contoh: warisman (1957—)
Tepi wastra, wastra kang
tumrap mustaka Warisman yang biasa dipanggil
‘tepi kain, kain untuk kepa- “Ki Dalang” lahir di Kedawung, Pe-
la’ jagoan, Kebumen, Jawa Tengah, pa-
(wastra di kepala = iket) da 22 Januari 1957. Ia berasal dari
Mumpung mudha, nggegu- lingkungan masyarakat desa yang
langa ngiket basa pola pikirnya sederhana, rukun, dan
‘Senyampang muda, berla- kebiasaan gotong royongnya sangat
tihlah menggunakan bahasa’ kuat. Namun, ia dibesarkan di sebuah
keluarga yang taat beragama (Islam).
7. Wangsalan yang dipergunakan Kakaknya, Sumardi, kini menjadi gu-
dalam tembang ru SMP di Prembun, Kebumen. Wa-
Jumlah suku kata dan jatuhnya risman menikahi Siti Muntatinah
suara di akhir gatra atau bagian pada 1990. Dari pernikahan itu ia
tidak menentu karena terikat pa- dikaruniai seorang anak lelaki, Bas-
da guru wilangan dan guru lagu kara Suryandriya, yang kini masih
yang berlaku pada setiap jenis SD.
tembang.
Contoh. Pendidikan dasar dan menengah
SINOM Warisman diselesaikan di Kebumen:
Edane wong keneng guna SD Kedawung I, Pejagoan (tamat
ambathik sinambi nangis 1969), SMP IX (tamat 1972), dan
malam wutah balabaran SMA V Kebumen (tamat 1975). Se-
geni mati muring-muring jak SD ia rajin mengaji. Sejak SMP
prembeyan mbrebes mili ia hobi membaca buku-buku sastra
gawangan sinendhal putung Jawa, baik cerkak maupun novel, dan
ya talah ta si kakang kemudian juga menulis cerita fiksi.
puluh-puluh awak mami Namun, bakat mengarang ini baru
petis manis wis kudu dadi po- tersalurkan ketika ia duduk di bangku
capan (petis manis = kecap) SMA. Sejak itulah karyanya banyak
dimuat di berbagai media massa.
‘Sakitnya orang terkena guna-
guna Setamat SMA, sambil terus me-
membatik sambil menangis ngarang, Warisman melanjutkan pen-
lilin tumpah berserakan didikan ke UT (Universitas Terbu-
api mati (pembatik) marah-marah ka), mengambil jurusanAdministrasi
air mata berlinang mau menangis Negara. Hanya sayang, tugas menu-
tempat jemuran tersendal patah lis skripsi tidak ia selesaikan sehing-
O, Allah, ya kakak ga keinginannya untuk menjadi pe-
nasib badan saya gawai negeri kandas. Maka, mulai
petis manis sudah harus jadi pem- saat itu, ia menekuni dunia tulis-me-
bicaraan.’ nulis, baik dalam bahasa Jawa mau-
pun Indonesia. Yang ditulis pun tidak
terbatas karya fiksi, tetapi juga non-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 591

fiksi seperti esai, kritik, dunia rema- “Demang Soma Kancil” pernah di-
ja, berita, dan sejenisnya. tayangkan oleh RSPD Kebumen ta-
hun 1984. Pada tahun 1990 penga-
Mulai 1976 Warisman menjadi rang yang juga anggota “Macapat
wartawan/penulis bebas di Suara Solawatan Pitutur Jati” ini mengi-
Merdeka, Parikesit, Minggu ini, kuti “Temu Pengarang, Penerbit, dan
Jaka Lodang, dan Mekar Sari. Sejak Pembaca” sastra Jawa yang dise-
1989 ia bergabung dan menjadi kar- lenggarakan Balai Penelitian Bahasa
yawan tetap di harian Kedaulatan Yogyakarta. Sebagai wartawan, ia
Rakyat. Tidak lama kemudian diper- pernah memperoleh hadiah untuk
bantukan di Mekar Sari sampai se- “Kesetiaan Profesi 8 Tahun sebagai
karang. Pernah pula menjadi kores- Wartawan” dari Persatuan Warta-
ponden Berita Yuda dan Parikesit. wan Indonesia.
Di samping itu, Warisman juga aktif
menjadi redaktur majalah Pagagan Di lingkungan keluarga, Waris-
terbitan Sanggar Sastra Jawa Yogya- man dikenal sebagai suami dan ba-
karta (SSJY). pak yang baik dan selalu memper-
hatikan pendidikan putranya. Bagi-
Hingga kini, karya-karya penga- nya, pendidikan itu sangat penting.
rang yang telah menulis sejak 1975 Pekerjaan dan kekayaan hanyalah
itu tidak hanya bahasa Jawa, tetapi Allah yang mengatur. Jadi, yang pen-
juga bahasa Indonesia. Karya-kar- ting anak harus dibekali ilmu agama
yanya dalam bahasa Indonesia ba- dan pengetahuan. Dengan agama, di-
nyak dimuat di Swadesi, Sinar Ha- harapkan anak dapat menjadi saleh,
rapan, Suara Merdeka, Minggu Ini, jujur, dan taat menjalankan syariat
Swadesi, Wawasan, dan tentu saja agama yang diyakininya. Dengan il-
Kedaulatan Rakyat dan Minggu mu pengetahuan, diharapkan anak
Pagi. Sedangkan karangan berbaha- dapat memiliki keterampilan dan wa-
sa Jawa (guritan, cerkak, jagading wasan yang luas. Kini, bersama ke-
lelembut, cerita wayang, sandiwara, luarga, ia tinggal di Jalan Solo Km
novel, artikel, dan lain-lain banyak 11, Kaliajir Lor, Kalitirto, Berbah,
muncul di Panjebar Semangat, Jaya Sleman, Yogyakarta.
Baya, Dharma Nyata, Kumandhang,
Pustaka Candra dan lain-lain. Boleh wasanapada (lihat pada)
dikata, ia eksis sejak tahun 1980-an.
watak
Sebagian guritan Warisman te-
lah diantologikan bersama karya pe- Arti dasar dari istilah watak ialah
ngarang-pengarang lain, di antara- arti leksikal dan arti literer. Arti
nya, dalam Panjurung (1999). Kar- leksikalnya ialah sifat dasar manusia
yanya berjudul “Dalan Kanggo Ba- yang mempengaruhi segenap pikiran
li” dan “Butuh Pangayoman” diter- dan tingkah laku (kata benda abs-
bitkan dalam wujud stensilan oleh trak). Istilah watak ini bersinonim de-
Pusat Kesenian Jawa Tengah di Su- ngan wewatekan, yang berarti tabiat
rakarta. Naskah ketoprak karyanya

592 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

atau budi pekerti. Adapun arti leksi- nyak digunakan untuk menggambar-
kalnya ialah sikap atau perilaku to- kan watak tokoh secara dekat dengan
koh yang menjadi dasar penampilan keadaan kehidupan sehari-hari. Pada
seorang tokoh dalam sebuah cerita kenyataannya, watak seseorang itu
rekaan. Dalam cerita fiksi, watak da- tidak dapat secara langsung dikenali.
pat dilihat jenis pemaparannya, yaitu Ada beberapa cara pemaparan tidak
“watak pipih” atau flat character, langsung yang dapat dilakukan un-
dan “watak bulat” atau round cha- tuk mengenal watak seseorang, mi-
racter. Watak pipih ialah watak se- salnya dengan cara berdialog dengan
orang tokoh yang sejak awal cetita tokoh itu, mendengarkan komentar
tidak pernah berubah, sedangkan wa- orang tentang dia, atau mengamati
tak bulat ialah watak seseorang yang benda-benda di sekelilingnya, yang
bulat, mengalami perubahan, atau menjadi miliknya, dan atau yang di-
pembentukan watak, seperti perkem- sukai.
bangan watak dalam kehidupan se-
hari-hari. Dalam teknik sastra mo- wewaler (lihat pepali)
dern, atas dasar pandangan realisme,
watak datar dapat dikembangkan whani darmawan (1966— )
menjadi watak dinamik (dynamic
character), karena pada hakikatnya, Whani Darmawan lahir di Yog-
orang yang jahat dimungkinkan pula yakarta pada 24 Mei 1966. Setelah
berbuat baik, demikian pula sebalik- lulus dari Jurusan Tari SMKI Yog-
nya. yakarta, ia kuliah di Jurusan Teater
ISI Yogyakarta. Sebagai penulis (pe-
Kata bentukan dari istilah “wa- ngarang) ia tidak hanya menulis da-
tak” dalam arti literernya ialah “per- lam bahasa Jawa, tetapi juga bahasa
watakan”. Istilah yang berupa kata Indonesia. Naskah-naskah dramanya
bentukan itu ialah teknik memapar- (berbahasa Indonesia) telah banyak
kan watak atau sifat-sifat tokoh, yang dipentaskan di berbagai kota, antara
digunakan dalam teori fiksi atau pro- lain, berjudul Lalat-Lalat, Petruk
sa. Perwatakan seorang tokoh dalam Kanthong Bolong, Orang-Orang
cerita dapat dipilah ke dalam 2 jenis. Asing, dan masih banyak lagi. Ber-
Pertama, ialah perwatakan yang tra- sama Landung Rusyanto Simatu-
disional, yaitu perwatakan yang di- pang, Indra Tranggono, Butet Kerta-
terima secara langsung oleh penga- rajasa, dan sebagainya, Whani Dar-
rang. Adapun perwatakan kedua, mawan yang juga mengelola Sen-
ialah perwatakan yang tidak diung- thong Seni Yogyakarta ini masih te-
kapkan secara langsung, tetapi di- rus aktif di dunia panggung teater.
gambarkan/disarankan dengan berba- Beberapa cerpennya telah dimuat
gai cara, yaitu dengan mengenali ben- dalam antologi Guru Tarno (Bernas,
tuk tubuh, cara bicara, atau ciri-ciri 1994) dan Candramawa (Bernas,
fisikal tokoh. Selain itu, ada bebera- 1995). Sedangkan karya puisinya
pa cara modern yang sekarang ba- pernah dibacakan di Lhos Bhanos,

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 593

Filiphina, dalam acara Festival Per- ‘(semoga yang bersangkutan, yang
damaian Internasional (1990). memiliki nama itu) ditakdirkan men-
dapat kemurahan dan atau perto-
Sementara itu, kiprahnya di da- longan dari Tuhan’. Barangkali, wa-
lam dunia sastra Jawa, Whani Dar- laupun tidak secara langsung, itulah
mawan telah menulis dan menerbit- harapan orang tua ketika memberi-
kan cerkak-cerkak-nya di berbagai kan nama kepada anaknya, Widi Wi-
majalah berbahasa Jawa (Jaya Ba- dayat.
ya, Djaka Lodang, Mekar Sari, dan
Jawa Anyar). Beberapa karya cer- Widi Widayat adalah seorang pe-
kak-nya juga masuk dalam beberapa ngarang yang produktif. Pembaca
buku antologi bersama, antara lain, sasarannya mulai dari para remaja
Rembulan Padhang ing Ngayog- sampai dengan orang tua. Karena
yakarta (1992), Pangilon (1994, itu, dalam bersastra, ia sering meng-
dan Pisungsung: Antologi Geguri- gunakan nama samaran, di antara-
tan lan Cerkak (1997). Bersama re- nya Yuwida, Tayadi W., dan H. Su-
kan-rekan pernah pula ia aktif di wito. Konon, nama samaran ini digu-
Lembaga Studi Jaya, Tembi, Bantul, nakan agar tidak menimbulkan ke-
Yogyakarta. jenuhan pembaca.

widi widayat (1928—1999) Widi Widayat memulai karier
kepengarangannya pada tahun 1949
Widi Widayat, yang bernama dan hingga tahun 1980-an masih te-
lengkap Widi Widayat Hadisuwito, rus berkarya. Karangannya berupa
lahir di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, cerita pendek, cerita bersambung,
pada 10 Mei 1928. Hanya saja, ia ke- dan buku, baik berbahasa Jawa mau-
mudian besar dan tinggal di Sala/Su- pun Indonesia. Selain menjadi war-
rakarta. Sebelum tinggal di Jalan Ca- tawan dan redaktur berbagai maja-
krabaskara 41, Sala, ia terlebih dulu lah dan koran (Suara Karya, Selec-
tinggal di Jalan Citropuran No. 37, ta, Dwi Warna, Pesat, Gembira, Sun-
Tipes, Sala. Pendidikan yang sempat day Courier, Terang Bulan, Crita
ditempuhnya adalah SMA-C dan Cekak, Gumregah, Candrakirana,
kemudian banyak berkecimpung di Dharma Kandha, Surya Candra,
bidang jurnalistik atau pers. Ia meni- Dwi Warna, Ekspres, dan Panjebar
kah pada bulan Agustus 1955 de- Semangat), ia aktif pula dalam ber-
ngan gadis bernama Sujimah. bagai organisasi (pengurus Pusat
Lembaga Kebudayaan Jawi di Sala,
Ditilik dari sisi penamaannya, Pengurus Yayasan Dharma Pancasila
agaknya nama Widi Widayat menga- Pusat di Sala, Pengurus Pusat Him-
cu pada konsep Jawa yang memiliki punan Pengarang Indonesia, anggota
makna tertentu. Sebab, dalam baha- pengurus Persatuan Wartawan
sa Jawa, kata widi berarti ‘takdir’, Indonesia Cabang Sala, dll.).
sedangkan kata widayat berarti ‘ke-
murahan dan atau pertolongan Tu- Sejak masa Orde Baru (pada ta-
han’. Jadi, kata Widi Widayat berarti hun 1950-an) Widi Widayat telah

594 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menerbitkan sekitar 30 novel saku Dalam kancah penelitian sastra,
(panglipur wuyung), di antaranya karya Widi Widayat telah dikaji oleh
Kapilut Godhaning Setan (1963), beberapa ahli. Di antaranya oleh Su-
Lelana ing Negara Sakura (1963), balidinata dan hasilnya dituangkan
Priya kang Golek-Golek (1963), Asih dalam buku “Sekelumit Tinjauan
Murni Dharma (1964), Asih Sejati Novel Modern” (Proyek Javanologi,
(1964), Dhawet Ayu (1964), Godha- 1983). Karya-karya yang diteliti an-
ne Prawan Ayu (1964), Sunaring As- tara lain Kapilut Godhane Setan,
mara (1964), Nistha Nggayuh Tres- Kenya Katula-tula, Nistha Nggayuh
na (1964), dan Ngrungkebi Tresna Tresna, Dhawet Ayu, Nunjang Pa-
Suci (1965). Sementara itu, karang- lang, dan Tresna Abeya Pati. Selain
annya yang terbit pada masa Orde itu, agaknya karya Widi Widayat ju-
Baru di antaranya Dukun Sawelas ga banyak menarik minat pembaca.
(1966), Kalung kang Nyalawadi Hal itu terbukti, banyak karyanya
(1966), Kena ing Paeka (1966), yang dicetak ulang, di antaranya oleh
Mursal (1966), Ngenger Ipe Musibat Fa. Nasional, Keluarga Subarno, Fa.
(1966), Paukumaning Pangeran Triyasa, Kondang, Kancil Mas, Sa-
(1966), Penganten Wurung (1966), sangka, dan CV Kuda Mas (di Sala);
Prawan Keplayu (1966), Tambel Sinta Riskan, PT Jaker, CV Puspa
Nyawa (1966), Wasiyating Biyung Rahayu (Yogyakarta); Penerbit Dja-
(1966), Aja Dumeh Mundhak Ka- ja (Surabaya); TB Dharma, TB Keng,
weleh (1967), Mertobat Wis Kliwat dan CV Dawud (Semarang).
(1967), Ngundhuh Wohing Tumin-
dak (1971), dan Prawan Kaosan Secara umum karya-karya Widi
(1973). Widayat mengungkapkan tema dan
masalah yang terjadi sehari-hari di
Selain menulis novel, Widi Wi- masyarakat. Misalnya, novel Dukun
dayat juga menulis cerita berbahasa Sewelas (1966) mengedepankan ma-
Indonesia, di antaranya berupa cerita salah moral (kenakalan remaja dan
silat di harian Suara Merdeka (Se- penyelewengan moral); Nistha Ang-
marang) dan Surabaya Post (Sura- gayuh Tresna (1964), Penganten
baya). Cerita-cerita silat karya Widi kang Kebanjiran (1966), Asih Mur-
Widayat mirip dengan karya Herman ni (1964), Gaman Wasiyating Bi-
Pratikto dalam Bendhe Mataram, yung (1964), Dhawet Ayu (1964),
karya S.H. Mintardja dalam Naga- Godhane Prawan Ayu (1964), dan
sasra Sabuk Inten atau Pelangi di Banjire Bengawan Solo (1965) me-
Langit Singasari. Sebab, ia juga me- ngungkapkan tema dan masalah cin-
landaskan cerita silatnya pada kehi- ta dan rumah tangga; Putri Manis
dupan kerajaan-kerajaan Mataram, Sugih Tangis mengungkapkan pe-
Pajang, Kartasura, dan sebagainya. nyelewengan wanita karena kesepian
Buku-buku cerita silatnya diterbit- dan putus asa; dan sebagainya. Ken-
kan oleh CV Guna, PP Lawu (Sala), dati demikian, ada juga yang berbau
Analisa dan Chanan (Jakarta). politik, yaitu novel Saka Guru Re-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 595

volusi. Di dalam novel itu, Widi Wi- Pramuhita (1997) dan Gupita Zahra
dayat membahas ajaran Bung Kar- Laksmi Muhardhika (1999). Bersa-
no, yaitu saka guru revolusi (buruh ma keluarga tinggal di Sukolegok RT
dan tani). 13 RW 05, Suko, Sukodono, Sidoar-
jo, Jawa Timur. Pengarang energik
Dilihat dari cara penggarapan- ini memiliki berbagai pengalaman di
nya, karya-karya Widi Widayat lebih bidang pekerjaan. Pernah bekerja
realistis dan sesuai dengan konteks sebagai desainer taman PT Moer So-
masyarakat pada waktu itu. Pengan- ciates (1991—1992), guru meng-
ten kang Kebanjiran, misalnya, me- gambar SD (1987—1991), dan war-
rupakan novel yang menampilkan la- tawan/penulis lepas (1987—1993).
tar lingkungan keluarga bangsawan Setelah itu, sejak 1993, menjadi
(feodal) dan kehidupan masyarakat wartawan dan redaktur majalah Jaya
kecil di pedesaan. Hal itu menandai Baya. Ketika menjadi mahasiswa, ia
bahwa Widi Widayat memperhati- merupakan satu-satunya wakil ma-
kan dua kelompok masyarakat ter- hasiswa seni dalam lokakarya desain
sebut dan ia berusaha menyatukan- poster di Konsulat Jerman di Sura-
nya. Sayang sekali, pada tahun 1999, baya.
ia telah dipanggil Tuhan.
Kegelisahannya terhadap eksis-
widodo basuki (1967— ) tensi sastra Jawa yang dianggap ma-
syarakat luas hanya sebagai bagian
Pengarang “serba bisa” ini me- dari sastra Indonesia, membuatnya
rupakan anak kelima dari delapan produktif dalam menciptakan karya-
bersaudara pasangan S. Muchtarom karya (sastra Jawa) yang berkuali-
dan Asilah (keduanya berasal dari tas. Guritan-nya tersebar di berba-
Trenggalek). Widodo lahir di Treng- gai media massa berbahasa Jawa se-
galek, pada 18 Juli 1967. Seperti hal- perti Penjebar Semangat dan Jaya
nya dirinya, ketujuh saudaranya pun, Baya. Beberapa antologi yang me-
yaitu Suryono, Sunarsito, Suharian- muat karyanya adalah Gurit Panan-
to, Titik Kusmiyati, Minuk Muspia- tang (Bengkel Muda Surabaya,
ti, Wahid Susilo, dan Puji Lestari, se- 1993), Pisungsung: Antologi Guri-
muanya mengenyam pendidikan tan 6 Penyair (1995), Drona Gugat
tinggi. Riwayat pendidikan Widodo (Bukan Panitia Parade Seni WR
sendiri: SD Tawing I (1974–1980), Supratman, 1995), Kabar Saka Ben-
SMP Munungan (1980-1983), dan dulmrisi: Kumpulan Guritan
SMAN I Trenggalek (1983-986). Se- (PPSJS, 2001), Omonga Apa Wae:
telah lulus dari SMA, ia meneruskan Kumpulan Puisi dan Guritan (Fes-
ke STK “Wilwatikta” Surabaya tival Cak Durasim, 2000), Negeri
(1986—1990) dan IKIP PGRI Sura- Bayang-Bayang (Festival Seni Su-
baya (1994—1997). rabaya, 1996), Prosesi Kolaborasi
Ruwatan Balai Pemuda (Seni Multi-
Menikah dengan Sri Sulistiani media Komunitas Seniman Suraba-
pada tahun 1995 dan dikaruniai dua
orang putra, yaitu Abhimata Zahra

596 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ya, 1998), Gerimis Lembayung: Tembang Prapatan (1999). Di luar
Puisi, Esai, dan Geguritan, Tes….: kegiatan bersastra, ia pernah pamer-
Antologi Puisi Penyair Jawa Timur an lukisan, sketsa, dan keramik. Pa-
(Taman Budaya Jawa Timur, 1987), da tahun 2004 penggurit ini (bersa-
Liong, Tembang Prapatan (Taman ma Jayus Pete) mendapat penghar-
Budaya Yogyakarta, 1999), Wulan gaan dari Gubernur Jawa Timur se-
Sandhuwuring Geni (Yayasan Obor bagai “Sastrawan Berprestasi”.
Jakarta, 1996), dan Ayang-Ayang
Wewayangan (PPSJS, 1992). wieranta (1958—)

Di samping menulis puisi (guri- Penyair sastra Jawa ini lahir pa-
tan), Widodo juga menulis prosa da Rabu Kliwon, tanggal 13 Juni
(cerpen, drama) dan juga melukis. 1958, di kota kecil Pedan, Klaten, Ja-
Cerita anak Menak Sopal dan Buaya wa Tengah. Pendidikan dasar dan me-
Putih (Citra Jaya Murni, 1997), nas- nengah pertamanya diselesaikan di
kah drama Orang-orang Berpeci daerah kelahirannya (Klaten). Se-
(Bengkel Muda Surabaya, 1996), mentara pendidikan menengah atas
Geger Kali Rungkut (naskah wa- (SMA Negeri 5) diselesaikan di Su-
yang kentrung bersama-sama teman rakarta. Setamat SMA ia masuk ke
Bengkel Muda Surabaya, 1998) dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indone-
tulisan-tulisannya yang berupa crita sia Fakultas Sastra Universitas Ne-
cekak, cerpen, crita sambung, cerita geri Surakarta “Sebelas Maret” (lu-
anak-anak, cerita wayang, artikel lus tahun 1984). Sebelum lulus sar-
sastra tersebar di berbagai media jana, tepatnya sejak 1981, ia telah
massa seperti Jaya Baya, Panjebar mengajar Bahasa dan Sastra Indo-
Semangat, Surabaya Post, Jawa Pos, nesia di SMA Muhammadiyah 2
Surya, dan lain-lain. Surakarta.

Kualitas karyanya tercermin da- Wieranta mulai aktif menulis ke-
ri beberapa penghargaan yang per- tika masih duduk di bangku SMA (ta-
nah ia terima. Ia mendapat penghar- hun 1975). Pertama-tama ia menulis
gaan dari Yayasan Rancage (2000) dalam bahasa Indonesia, kemudian
untuk kumpulan guritannya Layang juga menulis dalam bahasa Jawa.
Saka Paran. Guritan-nya “Guritan Karya-karyanya yang berbahasa
Pari Sawuli” terpilih sebagai juara I Jawa berupa guritan, cerkak, dan
versi Kanwil Depdikbud Jawa Timur novel (cerbung), tersebar di berbagai
(1996). Cerkak “Cak Dul lan Mai- media massa berbahasa Jawa, seper-
manah” keluar sebagai juara harapan ti Mekar Sari, Djaka Lodhang, Pa-
II versi Sanggar Sastra Jawa Yogya- njebar Semangat, dan harian Dhar-
karta (1998). Cerkak lainnya, “Supi- ma Kandha serta Dharma Nyata.
nah”, masuk dalam sepuluh besar Sedangkan karya-karyanya yang
lomba penulisan cerita cekak Taman berbahasa Indonesia banyak tersebar
Budaya Yogyakarta (1998) dan ke- di majalah Horison, Putri Indone-
mudian diantologikan dalam Liong: sia, harian Sinar Harapan, Memo-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 597

randum, Suara Merdeka, dan Ge- panjang itulah naskah kekawin Su-
lora Mahasiswa. Sebuah antologi gu- manasantaka yang amat romantis itu,
ritan-nya berjudul Paseksen: Gegu- misalnya, ditorehkan oleh sang Ka-
ritan Gagrag Anyar diterbikan oleh wi dengan alat tulis, dan seringkali
Balai Pustaka tahun 1989. Konon, diberi hiasan-hiasan.
ketika buku antologi guritan ini ter-
bit, ia sedang menyelesaikan sebuah wiracarita
novel berbahasa Indonesia.
Wiracarita adalah karya sastra
wilah yang mengekspresikan kekaguman
atas kehebatan orang atau tokoh ter-
Istilah wilah sudah lama dikenal tentu. Pada zaman Hindu di Jawa,
di dunia sastra Jawa (Kuna), yang wiracarita yang berkembang dan sa-
hampir sama artinya dengan istilah ngat berpengaruh adalah wiracarita
welah yang dibuat dari bilah-bilah kehinduan, yaitu epos Mahabarata
bambu yang diikat satu dengan yang dan Ramayana. Tatkala sejarah ber-
lain dengan tali sehingga merupakan gulir dari zaman Hindu ke Zaman
semacam kerai penutup kiri-kanan Islam, tampaknya wacana wiracarita
jembatan, atau menjadi semacam dalam sastra Jawa ikut bergeser, ya-
alas duduk di lantai. Namun, menu- itu mulai diperkenalkannya wiraca-
rut Zoetmulder, istilah welah itu da- rita keislaman. Perguliran wiracarita
pat juga disamakan dengan wilah. ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
politik kebudayaan yang diberlaku-
Adapun istilah wilah dikenal di kan oleh pemerintahan kerajaan teta-
dunia persenjataan Jawa (tradisio- pi berangkali hal itu merupakan kon-
nal) yaitu besinya keris, dan dalam sekuensi logis dari keharusan proses
dunia permusikan Jawa tradisional, resepsi dan transformasi karya sas-
yaitu bilah-bilah yang ditabuh pada tra pada umumnya. Pada zaman Hin-
alat musik gender dan saron. Dalam du karya sastra yang bernuansa ke-
kaitannya dengan sastra Jawa, Zoet- islaman jelas tidak mungkin dapat di-
mulder mengatakan bahwa maksud terima dan berkembang. Kondisi itu
wilah mengacu kepada pengertian baru berubah setelah Islam diterima
yang lain, yaitu sebagai alat atau me- dan berhasil menggantikan Zaman
dia untuk menulis serupa “lembar- Hindu.
lembar” untuk menorehkan (atau
menuliskan) guritan (puisi) tradisio- wirangrong
nal atau karya-karya sastra lainnya.
Lembar-lembar itu dibuat dari bam- Wirangrong adalah adalah nama
bu yang dipotong-potong (berdasar- salah satu jenis tembang Tengahan.
kan ruas), kemudian dibelah-belah Tembang tersebut berwatak haru atau
membujur tipis-tipis, lalu dianginkan, sedih karena tertarik pada sesuatu
dan selanjutnya dirangkai sehingga yang bersifat luhur. Oleh karena itu,
membentuk lembaran seperti “din- sering pula tembang wirangrong di-
ding” panjang. Pada lembar-lembar sebutkan berwatak mrabu ‘seperti

598 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

raja, pantas sekali’ dan mrabawa caan tertentu) yang dilaksanakan se-
‘bersifat luhur, sakti, dan kuasa’. Wi- cara berulang-ulang dalam jumlah
rangrong sebagai jenis tembang ter- tertentu dan tetap. Dalam dunia tasa-
ikat oleh guru gatra, guru wilangan, wuf, wirid semacam ini dianggap se-
dan guru lagu. Setiap satu pada ‘bait’ bagai wasilah. (2) Kata wirid meru-
terdiri atas 6 gatra ‘larik’. Larik per- pakan jenis karya sastra, yakni karya
tama terdiri atas 8 wanda ‘suku kata’, sastra Jawa yang bernuansa tasawuf
larik kedua 8 suku kata, larik ke tiga (Islam–Kejawen). Di era masuknya
10 suku kata, larik keempat 6 suku pengaruh ajaran Islam di Jawa, ma-
kata, larik kelima 7 suku kata, dan suklah paham Islam-Kejawen yang
larik keenam 8 suku kata. Persajakan disebut dengan istilah tasawuf. Kar-
akhir terdiri atas i – o – u – i – a – a. ya-karya Jawa yang berisi tasawuf
Secara lengkap struktur tembang Wi- meliputi karya jenis primbon, wirid,
rangrong dapat digambarkan seba- dan suluk. Kaitannya dengan istilah
gai berikut: 8 – i, 8 – o, 10 – u, 6 – i, ini, pada mulanya primbon diguna-
7 – a, 8– a. Contoh: kan untuk menyebut teks yang berisi
ajaraan-ajaran yang bercorak sufis-
WIRANGRONG tik (tasawuf). Di samping itu, isi
primbon juga dikaitkan dengan ber-
Karerantan rontang-ranting bagai ajaran yang mengandung un-
rentenging tyas gung katongton sur magis dan perhitungan-perhi-
katetangi panggrantesing kalbu tungan (petung). Akan tetapi, dalam
brangtaning tyas keksi perkembangan selanjutnya, istilah
narawung kawistara primbon cenderung dipakai sebagai
surem kucem kang wadana. sebutan untuk himpunan petunjuk
yang meliputi masalah jampi-jampi,
‘Senatiasa sedih bak tercabik- ramalan, firasat, dan sebagainya. Se-
cabik mentara itu, wirid dan suluk tetap ber-
luka hati terlihat menganga tahan pada eksistensinya, yakni kar-
karena terusik kedukaan ya yang berisi atau bermuatan tasa-
kerinduan hati di pelupuk mata wuf. Perbedaan jenis wirid dan suluk
sangat jelas terlihat adalah bahwa wirid ditulis dalam
wajahnya sayu.’ bentuk prosa (gancaran), sedangkan
suluk ditulis dalam bentuk tembang
wirid (sekar). Dalam kesehariannya, keti-
ganya dapat juga disebut serat kare-
Di dalam istilah Jawa terdapat na berbentuk tulisan (kitab).
kata wirid. Kata wirid memiliki dua
makna, yaitu (1) pelajaran ilmu gaib. Munculnya wirid berkaitan de-
Maksudnya, untuk mencapai derajad ngan masuknya pengaruh ajaran Is-
makrifat, salah satu cara yang dila- lam di Jawa yang secara langsung
kukan adalah dengan melakukan wi- menunjang pertumbuhan kepustaka-
rid. Melakukan wirid dalam penger- an Islam-Kejawen. Dalam sejarah
tian ini adalah melakukan amalan-
amalan (biasanya berupa bacaan-ba-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 599

penyebaran Islam di Jawa berkem- ganisasi keagamaan (Kristen). Ia
banglah dua jenis kepustakaan, yak- adalah putra bungsu dari tiga bersau-
ni kepustakaan Islam santri dan ke- dara (ayahnya, almarhum, bernama
pustakaan Islam-Kejawen. Kepusta- Mangunharsono). Dari pernikahan-
kaan Islam santri lebih menekankan nya dengan Kasmiyati, ia dikaruniai
pada syariat karena bagi para santri, tiga putra dan dua putri: (1) Titik Pur-
syariat merupakan dasar yang fun- wantiningsih, S.Pd.; (2) Pdt. Toni Jad-
damental. Sementara itu, kepustaka- miko, S.Th., di GKJ Magelang; (3)
an Islam-Kejawen adalah kepusta- Pdt. Wiwik Wulandri, S.Si, di GKJ
kaan Jawa yang memuat perpaduan Gumulan, Klaten; (4) Dokter Agus
antara tradisi Jawa dan unsur-unsur Prasetyo; dan (5) Ari Pidekso. Kini
ajaran Islam, terutama aspek-aspek Pak Wisnu pensiunan kepala Tata
ajaran tasawuf dan budi luhur yang Usaha SMA Kristen Sragen. Semen-
terdapat dalam perbendaharaan tara itu, istrinya sebagai penjahit.
kitab-kitab tasawuf. Ciri kepustaka-
an Islam kejawen adalah mempergu- Pak Wisnu pertama kali menulis
nakan bahasa Jawa dan sangat se- dalam bahasa Jawa. Tulisan tersebut
dikit mengungkapkan aspek syariat. dimuat di Panjebar Semangat tahun
Bahkan, sebagian ada yang kurang 1979. Setelah itu, ia aktif menulis di
menghargai syariat. Nama yang se- beberapa media massa, baik Indone-
ring dipergunakan untuk menyebut sia maupun Jawa. Namun, karyanya
kepustakaan Islam-Kejawen ialah yang berbahasa Jawa lebih banyak
primbon, wirid, dan suluk. Suluk dan dibanding dengan karyanya yang
wirid berkaitan isinya dengan tasa- berbahasa Indonesia. Karya tersebut
wuf, yang sering disebut ajaran mis- dimuat di beberapa media masa, baik
tik dalam Islam. Adapun primbon koran maupun majalah. Paling tidak
berisi rangkuman berbagai macam ada 15 media masa yang telah me-
ajaran yang berkembang dalam tra- muat tulisan Pak Wisnu, di antara-
disi Jawa seperti ngelmu petung, ra- nya Panjebar Semangat, Jaya Baya,
malan, guna-guna, dan sebagainya. Zaman, Cempaka Minggu Ini, Wa-
wasan, Warta Gereja, Bahtera, Pa-
wirodha (lihat virodha) nakawan, Jawa Anyar, Solo Pos,
Pos Kita, Pangibadah Brayat, Me-
wisnu sri widada (1940— ) kar Sari, dan Jaka Lodang.

Wisnu Sri Widada lahir di Kla- Motivasi kepengarangan Pak
ten, 17 Desember 1940. Kini tinggal Wisnu adalah untuk mendapatkan ho-
di Jalan Dahlia 16, Tegal Sari, Sra- norarium. Honor tersebut digunakan
gen 57212. Pendidikan terakhirnya untuk membiayai kuliah anak-anak-
SMA bagian A, jurusan bahasa, lu- nya. Menurutnya, memilih sebagai
lus tahun 1961. Ia asli orang Jawa penulis karena profesi menulis itu
dan beragama Kristen. Di kampung- memang dunianya, nafasnya, kehi-
nya aktif berorganisasi, terutama or- dupannya, dan isi batinnya. Tanpa itu
semua, kehidupannya terasa gersang

600 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dan layu. Kecuali mengarang, Pak Karakata” (1999), “Tresna Labuh
wisnu sering pula menjadi MC (pra- Pati”, “Klana Madu Branta” (2001),
nata cara) di berbagai perjamuan. “Surem Langit Majapahit” (2001),
Selain aktif berorganisasi di kam- “Toya Asmara”, dan lain-lain. Karya
pungnya, ia juga sebagai korespon- pedalangan, antara lain, “Gathutkaca
den “Warta Gereja”, Sinode GKJ di Miruda” (1994), Tirta Kamandanu
Salatiga (1990-1996), editor “Pangi- (1994), “Sekar Jati Kusuma” (1995),
badah Brayat” Klasis Lawu di Sra- “Irawati Punagi” (1996), “Gojali
gen (1991-1995), dan anggota dewan Suta” (1996), “Srikandhi Kembar”
redaksi “Saron” di Sragen. (1996), “Lintang Jaka Belek” (1996),
dan “Mbangun Jati Diri”. Selanjut-
Hasil karya PakWisnu cukup ba- nya, karya yang berupa cerita silat,
nyak, termasuk karya-karya berseri. antara lain, “Glathik Seta – Narapa-
Jenisnya beraneka ragam, seperti ce- ti” (1993-1994), dimuat di harian
rita wayang, cerita rakyat, macapat, Wawasan, Semarang.
pranata adicara, artikel rohani, cerita
pendek (crita cekak), guritan, ba- wulang
caan anak-anak, cerita silat, cerita
bersambung (cerbung), dan artikel Wulang berarti ajaran atau di-
budaya. Karyanya yang paling ba- daktik. Sastra wulang adalah sastra
nyak adalah cerita rakyat dan cerita yang di dalamnya mengandung ajar-
wayang. Selebihnya artikel rohani an atau didaktik, misalnya Serat Wu-
Kristen, cerkak, guritan, dan cerbung. lang Reh, Serat Wulang Putri, Wu-
Karena itu, ia mendapat julukan dari lang Tatakrama, Wulang Sunu, Wu-
Suwardi sebagai “Raja Cerita Rakyat lang Dalem, Wulang Brata Sunu,
Panjebar Semangat”. Wulang Putra, Serat Wulang Dalem
Pakubuwana II, dan sebagainya,
Karya-karya berserinya, antara
lain, “Kyai Sigar Penjalin” (cerita
rakyat, dimuat Panjebar Semangat,
1984) terdiri atas 10 seri. Cerita rak-
yat lainnya, antara lain, “Widayana
– Wulandari” (1986), Putri Blorong
(1987), Poh Pitu Kesaput Surup
(1988), Mahapati – Windusari
(1989), “Ampak-ampak ing Bumi Si-
ngasari” (1992), “Tembang Bumi
Medhang” (1990-1992), Mataram
Kesaput Pedhut (1993). Cerita rakyat
yang dimuat di Jaka Lodhang, antara
lain, “Klungkung Mangungkung”
(1994), “Sekar Lathi” (1994), “Pasir
Luhur Cinatur” (1996), “Ampak-
Ampak Kraton Kidul” (1997), “Ratu

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 601

y

y. sarworo soeprapto (1958—) ya-karyanya banyak dimuat di ma-
jalah Siswa, Semangat, Hidup, Swa-
Nama Sarworo Soeprapto, leng- desi, dan Midi. Adapun kecintaan-
kapnya Yohanes Romualdus Sarwo- nya terhadap sastra Jawa makin su-
ro Soeprapto, pernah cukup populer bur ketika ia berkenalan dan men-
pada tahun 1980-an. Sarworo lahir dapat bimbingan dari Rama Sutapa-
di Pringsewu, Lampung, pada hari nitra. Sejak saat itulah hatinya selalu
Senin, 10 November 1958. Meski- diliputi oleh keinginan untuk meng-
pun lahir di “tanah seberang”, ia se- geluti sastra Jawa. Oleh karena itu,
sungguhnya adalah orang Jawa dan setamat dari Seminari di Palembang,
hanya suatu kebetulan orang tuanya Sarworo membulatkan tekad untuk
bertempat tinggal di Lampung, Su- belajar bahasa dan sastra Jawa di
matra Selatan. Pendidikan dasarnya Yogyakarta (UGM).
(SD dan SLTP) diselesaikan di tanah
kelahirannya, Pringsewu, Lampung. Bersama dengan kawan-kawan-
Setelah lulus SLTP, Sarworo melan- nya, antara lain Akhmad Nugroho,
jutkan ke SMA Xaverius I Palem- Titah Rahayu, Andrik Purwasita,
bang, tamat 1977. Setamat dari SLTA Christanto P. Rahardjo, dan Sri Budi
Sarworo kemudian melanjutkan stu- Raharjo, pada Minggu, 13 Juni 1982,
dinya di Kelas Rethorika (kelas IV) Sarworo mendirikan “Kelompok Sas-
Seminari Menengah Santo Paulus di tra Jawa Rara Jonggrang”, sebuah
Palembang. Selepas dari Seminari ia organisasi profesi kepengarangan
hijrah ke Yogyakarta (1979) sebagai yang bertujuan mengembangkan ke-
mahasiswa Jurusan Sastra Nusanta- susastraan Jawa. Organisasi itu ke-
ra, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, mudian menerbitkan buletin sastra
UGM. Mulai saat inilah ia bergelut Jawa modern. Namun, seiring de-
dengan sastra Jawa. Pada tahun 1998 ngan perjalanan waktu, ketika para
Sarworo mengambil Program Pasca- pengelolanya sudah saling berjauh-
sarjana (S-2), UGM, Jurusan Antar- an, penerbitan buletin tersebut ter-
Bidang. Gelar M.Si. diraihnya pada sendat. Dan ketika masih kuliah,
tahun 2002. Sarworo pernah menjadi redaktur
buletin Badrawada yang diterbitkan
Sarworo yang lahir di Sumatra oleh Jurusan Sastra Nusantara, Fa-
jelas tidak memperoleh dukungan dari kultas Sastra UGM. Pada tahun
lingkungan budaya Jawa. Akan teta- 1983, ia terpilih sebagai Mahasiswa
pi, sebagai orang yang berdarah Jawa Teladan I di UGM dan Mahasiswa
ia mempunyai minat yang besar ter- Teladan III Tingkat Nasional.
hadap sastra Jawa. Sebelum itu, Sar-
woro memang sudah sering menulis Sarworo mulai aktif menulis sas-
sastra berbahasa Indonesia dan kar- tra Jawa pada tahun 1977 baik be-

602 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

rupa cerkak, guritan, maupun esai, bernama Painem, ibu rumah tangga
di samping tetap aktif menulis dalam biasa dan membantu pekerjaan suami
bahasa Indonesia. Karier ini semakin sebagai buruh tani. Istrinya bernama
berkembang setelah lulus program Sih Winarni, kelahiran Turen, Tam-
S-1 dengan predikat cumlaude ia be- bak, Klaten, 26 April 1968. Ia meni-
kerja sebagai redaktur Kedaulatan kah pada 9 Mei 1994, kemudian di-
Rakyat dan mengasuh majalah Me- karuniai seorang anak (laki-laki) ber-
kar Sari sebelum majalah tersebut nama Angga Arif Abdurrahman. Se-
gulung tikar akibat krisis moneter ta- karang ia tinggal di Turen, Tambak,
hun 1998. Beberapa karya Sarworo Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah.
banyak tersebar di Panjebar Sema-
ngat, Djaka Lodang, Kandha Ra- Yan Tohari mengawali pendidik-
harja, Mekar Sari, Berita Nasional, annya di SD Dukuh, Ringin Putih,
Masa Kini, Sinar Harapan, Basis, Karangdowo (lulus 1983), SLTP Ka-
dan Memorandum. Hanya sayang, rangdowo (lulus 1986), dan SPG
hingga saat ini ia belum sempat me- Negeri Klaten (lulus 1989). Selepas
ngumpulkan karya-karyanya menja- SPG ia melanjutkan kuliah di Institut
di buku antologi. Agama Islam Muhammadiyah
(IAIM) Klaten, mengambil Jurusan
Bersama istrinya yang tengah Ushuluddin. Namun, baru semester
menekuni bidang obat-obatan tradi- dua ia berhenti kuliah. Alasannya
sional Sarworo berkeinginan menulis waktu itu sederhana, karena kurang
karya sastra khusus untuk anak-anak. puas dengan suasana akademika.
Adapun tujuannya adalah memberi- Pada tahun 1991, ia tertarik untuk
kan pendukung bagi bahan ajar sas- meningkatkan pengetahuannya da-
tra Jawa yang sesuai dengan kebu- lam hal tulis-menulis. Akhirnya, ia
tuhan anak didik, baik di tingkat SD mengambil kursus jurnalistik di
maupun SLTP. Hal ini disebabkan, Lembaga Jurnalistik (Lemjuri) Ja-
menurut Sarworo, hingga saat ini ma- karta, sampai tingkat 2 (madya).
sih sedikit karya sastra Jawa bagi
anak-anak yang representatif untuk Sejak kecil Yan Tohari (Sriyana)
keperluan pendidikan/pengajaran. senang membaca buku dan majalah.
Namun sayang, keinginan tersebut Majalah anak-anak Kuncung paling
hingga saat ini belum dapat tereali- disukai karena banyak memuat ceri-
sasikan. ta yang lucu-lucu. Dari kesukaannya
membaca, timbul keinginan suatu
yan tohari (1969— ) saat akan menulis seperti yang ada
di majalah atau koran. Keinginannya
Yan Tohari nama populernya. Di menulis pada awalnya timbul dari
rumahnya, Klaten, ia biasa dipanggil pujian yang diberikan gurunya saat
Sriyana, nama aslinya. Ia dilahirkan di SD. Sejak itu, ada dorongan se-
di Klaten, pada 23 Mei 1969. Ayah- mangat di hatinya untuk berlatih me-
nya bernama Tejo Hardomulyono, se- nulis lebih baik lagi. Tulisan Sriyana
orang buruh tani; sedangkan ibunya mulai menghiasi majalah pada tahun

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 603

1989. Karya pertama yang muncul dengan Sanggar Sastra Jawa Yogya-
berupa guritan berjudul “Tembang karta. Di sanggar ini ia banyak ber-
Pangiling”. Untuk mengurangi keje- temu dengan sesama seniman seperti
nuhan pembaca, ia pun sering meng- Djaimin K., Mohammad Yamin,
gunakan nama istrinya, Sihwien, Krishna Miharja,Ay. Suharyono, Su-
pada setiap karyanya yang berupa wardi Endraswara, Suharjendra,
artikel non sastra seperti pendidikan Margareth Widhy Pratiwi, dan lain
keluarga dan kewanitaan. Di sam- sebagainya.
ping itu, ia juga sering menggunakan
nama samaran Es Riyana pada se- Yan Tohari termasuk penyair mu-
tiap karyanya yang berupa artikel da berbakat. Di usianya yang masih
tentang kesejarahan atau masalah muda ia telah berhasil menulis dan
umum. Sejak awal 1990-an karya- mempublikasikan ratusan karya
karyanya banyak menghiasi Djaka (puisi). Kebanyakan puisinya berisi
Lodhang, Panjebar Semangat, Jaya curahan perasaan pribadi pengarang
Baya, dan Mekar Sari. dan mengobarkan semangat generasi
muda. Dalam menulis puisi, ia ba-
Dalam khazanah sastra Jawa ia nyak memanfaatkan unsur puisi Ja-
dikenal sebagai penggurit, penulis wa klasik seperti peribahasa, wang-
cerpen, dan penulis artikel atau esai. salan, parikan, dan lain-lain. Hal itu
Sampai sekarang ia telah mempu- tercermin dalam puisinya “Malang
blikasikan sekitar 200-an guritan, 10- Kadhak” (Panjebar Semangat, 15
an judul cerpen, dan artikelnya tak Oktober 1994), “Laku Tumuju Sih-
terhitung jumlahnya. Ia mengaku Mu” (Mekar Sari, 8 Juli 1994),
bahwa dalam perjalanannya menga- “Nglari Wewayangan” (Mekar Sari,
rang ia banyak belajar dari teman-te- 17 Januari 1997), “Nyoba Nulis Gen-
man sesama pengarang. Dengan Sur- dhing Tresna” (Panjebar Semangat,
yanto Sastroatmojo, misalnya, ia be- 24 Oktober 1998), dan “Sadawaning
lajar tentang bagaimana menulis gu- Tembok-tembok Kutha” (Jaya Baya,
ritan yang baik. Dengan Haryanto 2 Juni 2002).
B.P. ia banyak belajar menulis ten-
tang pasujarahan ‘tempat-tempat Adapun karyanya yang berupa
untuk ziarah, makam, dan tempat cerpen belum begitu banyak, lebih
peninggalan sejarah’. Dengan Sur- kurang baru 10 judul, antara lain,
yadi W.S. ia banyak belajar tentang “Lola” (Mekar Sari, 24 November
penulisan cerkak yang baik. 1993), “Rowak-Rawek” (Mekar Sa-
ri, April 1994), “Nasibe Kodrat”
Berkat saran dari teman-teman (Mekar Sari, 3 Oktober 1996), “Tan”
sesama penulis dan pengarang (se- (Panjebar Semangat, 24 Agustus
nior) itulah akhirnya ia dapat me- 1997), “Mendem Cathetan Biru”
ngambil sistematika penulisan yang (Pagagan 45, 24 Juni 2001), “Keku-
baik. Selain itu, untuk menambah dangan” (Jaya Baya 17, 23 Maret
kedekatannya dengan sesama penu- 2002), dan “Angin Surup” (Panje-
lis (Jawa), mulai 1993 ia bergabung bar Semangat, 20 April 2002).

604 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yes ismie suryaatmadja (bukan menggambar). Karena itu ke-
mudian ia mencoba menulis cerkak.
Nama aslinya Yudhie Eko Su- Karya pertama Yes yang berupa cer-
pratikto. Ketiga kata nama itu kalau kak dimuat di majalah pada tahun
disingkat menjadi “Yes”. Sementara 1972.
itu, Ismie adalah nama ibunya dan
Suryaatmadja adalah nama ayahnya. Mengapa Ys masuk ke dalam
Karena itu, dengan pertimbangan ter- dunia sastra Jawa? Tidak lain karena
tentu, lelaki anak pertama yang lahir ia ingin menguasai bahasa Jawa.
di Sukorejo, Tambakrejo, Bojonego- Bahkan ia merasa lebih mantap jika
ro, Jawa Timur, itu lebih senang dapat duduk berdampingan dengan
menggunakan Yes Ismie Suryaatma- jajaran penulis Jawa. Dan bukan
dja dalam karangan-karangannya. suatu kebetulan ketika itu di Bojo-
Dan hingga kini ia lebih akrab di- negoro banyak bermunculan penulis-
panggil Yes. penulis Jawa seperti Djajus Pete,
Poer Adi Prawoto, Setya Rahayu,
Meski lahir di Bojonegoro, masa dan J.F.X. Hoery. Keinginan untuk
kanak-kanak “Yes” lebih banyak di- duduk berdampingan dengan para
habiskan di rumah kakeknya di Po- pengarang sastra Jawa (masuk da-
norogo. Menjelang tidur, katanya, lam komunitas sastra Jawa) akhir-
biasanya sang kakek mendongeng nya menjadi kenyataan; dan dari me-
untuknya. Itulah sebabnya, bakat me- reka ia belajar dan menimba berba-
ngarang ini telah terlihat sejak ia du- gai pengalaman.
duk di kelas 4 SD. Tetapi, bakat ini
tidak (belum) berkembang dengan Waktu terus berjalan, hari terus
baik karena–seperti layaknya se- berganti. Yes akhirnya menjadi re-
orang siswa SD— ia ketika itu lebih porter majalah Jaya Baya untuk dae-
suka menggambar. rah liputan Ngawi dan sekitarnya.
Pada tahun 1976 Yes menikah dengan
Ketika dunia komik sedang me- Emy Suryawati. Setelah menikah,
ngalami masa jaya, yakni sekitar ta- Yes bekerja sebagai pegawai (negeri)
hun 1968, Yes suka sekali membaca BKKBN. Di sela-sela kesibukannya
komik. Karena ia suka menggambar, bekerja, dan dengan maksud untuk
terlintaslah ia ingin memadukan ba- menambah ilmu, ia melanjutkan ku-
katnya menulis dan menggambar (ko- liah di Fakultas Hukum Universitas
mik). Bahkan ia ingin terkenal se- Soerjo, Ngawi, Jawa Timur, dan lu-
perti komikus-komikus idolanya lus tahun 1991. Sampai saat ini Yes
(Yan Mintaraga dan Teguh Santosa). masih harus mondar-mandir antara
Maka, mulailah ia belajar membuat Ngawi dan Bojonegoro.
komik meskipun akhirnya gagal; ar-
tinya, tidak satu pun komiknya terbit yoga
dan atau dipublikasikan. Namun, ke-
gagalan membuat komik (cerita ber- Istilah ini serapan dari bahasa
gambar) justru memacu dirinya un- Sansekerta “yoga” (kata benda). Arti
tuk menekuni dunia tulis-menulis aslinya yang pertama ialah sistem

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 605

filsafat Hindu yang berarti “olah tu- di gunung, atau juga di pantai, de-
buh dengan latihan keseimbangan, ngan tujuan mencari keheningan un-
pernapasan, dan pikiran untuk tuju- tuk mendapatkan inspirasi dan imaji-
an kesehatan jasmani dan rohani. Ar- imaji yang bersih dalam rangka ingin
ti asli kedua ialah senam gerak badan menulis sastra Jawa (juga sastra In-
dengan latihan pernapasan, pikiran, donesia).
dan sebagainya untuk kesehatan jas-
mani dan rohani. Dengan demikian, yogaswara
ada kata kerja “beryoga” yang arti-
nya ialah melakukan senamyoga. Na- Istilah ini dari bahasa kawi, yang
mun, dalam bahasa Kawi, “yoga” berarti kata yang pada silabel atau su-
memiliki arti lebih dari satu, yaitu ku kata akhir berupa vokal –a, tetapi
berupa kata benda yang berarti (1) bila diganti dengan vokal –i berganti
anak, (2) zaman, (3) berupa kata si- arti, menjadi perempuan, apabila 2
fat, yaitu pantas atau sesuai (sinonim- kata yang berbeda vokal akhirnya
nya: prayoga), dan (4) berupa kata itu, maka terjadi sebuah idiom yang
kerja, yaitu semadi atau menghening- berarti …..laki-laki dan ….. perem-
kan cipta. puan. Misalnya, gabungan dua kata
yang menandai laki-laki dan perem-
Dalam pengertian sastra, arti puan, misalnya dewi (untuk jenis pe-
yang tertepat dari istilah yoga ini ialah rempuan dewa); raseksi (untuk jenis
arti keempat, yaitu semadi atau raksasa perempuan), iswari (untuk
mengheningkan cipta, yang merupa- ratu atau majikan perempuan). Pem-
kan salah satu dari kegiatan penga- bentukan idiom semacam itu masih
rang dalam proses kreatif. Dalam berkembang hingga kini, misalnya
banyak pengakuan pengarang, sela- mahasiswa-mahasiswi, taruna-taru-
ma proses kreatif itu selalu ada pro- ni, pramugara-pramugari. Yogaswa-
ses renungan atau kontemplasi, atau ra berbeda dengan “yogiswara” ka-
mengheningkan cipta. Pada periode rena menurut Zoetmulder yogiswara
itu pengarang merenungkan gagas- ialah guru yogi. Dia adalah seorang
an-gagasannya, dibantu oleh daya yang unggul dalam keutamaan (su-
imajinasi dan pikirannya masing- jana), disucikan bila ia membaca ki-
masing hingga pada gilirannya ter- sah Ramayana. Oleh karena itu, se-
wujudlah sebuah karya. orang yogiswara seringkali diikuti
para penyair yang belum mencapai
Istilah yoga ini pernah mengil- tataran yogiswara agar dapat mem-
hami sebuah grup sastrawan muda peroleh kekuatan yang menyucikan
di Yogyakarta, pimpinan Ragil Su- jiwa itu.
warno Pragolapati pada tahun 1970-
an hingga pertengahan tahun 1980- yogi
an, dengan nama “Grup Studi Yoga-
Sastra”. Dalam salah satu kegiatan Istilah yogi ditemukan dalam hu-
mereka terdapat kegiatan meditasi bungannnya dengan dunia mistik pa-
yang dilakukan di tempat terbuka, da zaman Jawa Kuna. Yang dimak-

606 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sudkan dengan yogi adalah orang daran diri pun hilang (samãdhi) se-
yang mempraktikkan yoga (kehidup- hingga seluruh pribadi sang yogi ter-
an mistik). Yoga tersebut adalah satu serap oleh dewa.
bentuk kepercayaan akan kema-
nunggalan antara Yang Mutlak dan yohanes siyamto (1965—)
semesta alam dalam segala bentuk
seluk-beluknya dan akan kemung- Yohanes Siyamto lahir pada 14
kinan agar kemanunggalan itu dapat Januari 1965, di Ambarawa, Jawa
diperkuat, atau agar dapat ditampil- Tengah. Ia menyelesaikan pendidik-
kan dengan lebih jelas, atau dihayati an terakhirnya di IKIP Yogyakarta,
dengan mendalam. Masalah yoga ter- Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sas-
sebut terdapat dalam sejumlah tulis- tra Daerah. Di dalam khazanah sas-
an religius pada zaman Jawa Kuna. tra Jawa, Yohanes Siyamto mene-
Tulisan itu tidak merupakan ulasan kuni penulisan guritan dan macapat.
teoritis, melainkan pedoman praktis Karya guritan-nya, antara lain
bagi mereka yang ingin mencapai ke- “Mbabar Urip Anyar” (Pagagan I/
manunggalan mistik itu. Cita-cita se- 17, April 1992); “Sawangan Wengi”
orang yogi ialah mempersatukan diri (Pagagan 3/I/88, 23 Agustus 1992);
dan menyelami Yang Mutlak dalam “Gajah lan Kancil” (Festival Kese-
keadaan-Nya yang transenden, lalu nian Yogyakarta II, 1992); “Yen Ri-
menemukan identifikasi total dan ke- kala” (Djaka Lodang, No. 34/XXVI,
bebasan final, melaui hilangnya se- 16 Januari 1997); dan sebagainya.
luruh kesadaran. Dalam Sumanasãn- Adapun karyanya yang berupa ma-
taka diceritakan tentang Dia “yang capat, antara lain “Mengeti Kamar-
menguasai papan tulis”, “yang meru- dikan Kaping 51” (Djaka Lodang,
pakan hakikat aksara”, “yang dalam No. 12/XXVI, 17 Agustus 1996);
keadaan rumit (sûksma) bersembu- “Kinanthi Wulan Maria” (Praba,
nyi dalam debu pensil tulis”. No. 20/XLVI, Oktober 1995), “Ka-
pinteran Iku Bandha kang Aji” (Dja-
Akan tetapi, untuk mempersiap- ka Lodang, No. 14/XXVII, 30 Agus-
kan diri bagi persatuan itu, seorang tus 1997), dan sebagainya.
yogi memerlukan kehadiran sang de-
wa dalam bentuknya yang dapat di- Dalam karya-karya ciptaannya,
cerap indera sehingga dewa itu dapat Yohanes Siyamto yang akhir-akhir ini
dijadikannya titik pusat obyek kon- menekuni dunia pementasan ini tidak
sentrasinya, sebelum ia terserap oleh pernah memakai nama samaran. Se-
sang dewa. Kedatangan dewa itu di- mua karyanya ditulis dengan nama
dahului dengan menjalankan “laku” asli. Sebagian guritan karyanya di-
yoga. Batin mencapai tingkat konsen- publikasikan di majalah Djaka Lo-
trasi (dhyãna) sehingga penuh de- dhang, Pagagan, Praba, dan seba-
ngan gambaran sang dewa dan sega- gainya. Di samping itu, ia juga mem-
la sesuatu yang lain lenyap dari pan- publikasikan guritan berjudul “Do-
dangan (dhãrana); akhirnya kesa- ngane Maling’ dalam antologi Rem-
bulan Padhang ing Ngayogyakarta

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 607

(1992). Sekarang ini ia tinggal di Si- 2001 sampai sekarang menjadi guru
domulyoTR 4/345,Yogyakarta 55243. sekaligus kepala sekolah di SD Ke-
panjen Kidul 2, Blitar.
Selain sebagai penulis sastra Ja-
wa, lelaki yang bekerja sebagai staf Menjadi penulis, lebih keren-nya
Tata Usaha Fisipol, Universitas At- menjadi pengarang, bagi Yudhet ti-
majaya, Yogyakarta, dan aktif mengi- daklah sengaja. Pada awalnya hanya
kuti kegiatan sastra Jawa ini juga coba-coba. Namun, setelah berjum-
seorang dalang dan pemain sandiwa- pa dengan beberapa tokoh sastrawan
ra radio. Selama lebih dari dua ta- kondang dalam rangka mendirikan
hun, ia pernah terlibat dalam siaran Sanggar Sastra Triwida, antara lain
sandiwara di Radio Retjo Buntung, Tamsir A.S. dan Tiwiek S.A., Yudhet
Yogyakarta. Kepandaiannya berolah barulah serius menulis. Dan ia ingin
vokal juga diperlihatkan dalam mem- terus (serius) menulis walaupun im-
baca guritan dan tembang-tembang balan tulisan dari penerbit dan atau
Jawa (macapat) di berbagai kegiatan majalah berbahasa Jawa kurang (ti-
kesenian, misalnya Festival Keseni- dak) layak. Keinginan kadang me-
an Yogyakarta. Yohanes Siyamto ju- mang berbeda dengan kenyataan, ka-
ga menekuni penulisan berita di Dja- rena kenyataan pula yang membuat
ka Lodang, misalnya “Pengetan Se- Yudhet tidak produktif, sehingga kar-
dane Rama Kanjeng Soegiyopra- yanya pun tak banyak. Konon, hing-
noto” (Djaka Lodang, No. 832, 27 ga sekarang, lelaki beragama Islam
Agustus 1988); “Natalan karo Sri- penggemar fotografi ini, dalam wak-
mulat” (Djaka Lodang, No. 34, 16 tu kurang lebih 25 tahun, baru me-
Januari 1997), dan sebagainya. nulis dan menerbitkan beberapa cer-
kak dan guritan di Panjebar Sema-
yudhet (1960—2008) ngat, Jaya Baya, dan Djaka Lodang.
Dan memang ia bukan hanya penulis
Nama aslinya Yudi Triantoro. sastra Jawa, melainkan juga penulis
Tetapi, dalam karangan-karangan- sastra Indonesia. Tiga buah cerita
nya ia senang menggunakan nama (novel) anak karangannya bahkan te-
samaranYudhet. Ia lahir di Blitar, Ja- lah diterbitkan.
wa Timur, pada 3 Maret 1960. Pen-
didikan dasar hingga perguruan ting- Walaupun begitu, Yudhet yang
gi ia selesaikan di daerah kelahiran- kini tinggal di Desa Bendo, RT 05,
nya (Blitar), yakni SD (lulus 1972), RW 02, Kecamatan Ponggok, Kabu-
SLTP (lulus 1975), SPG (lulus paten Blitar, Jawa Timur ini belum
1979), dan Diploma II (lulus 1996). puas, dan ia tidak mau berhenti me-
Akan tetapi, sebelum masuk Diploma nulis/mengarang. Beberapa cerkak-
II, tidak lama setelah tamat SPG, ia nya yang telah diterbitkan, yaitu
menjadi guru SD. Tahun 1979 hing- “Sari Anggaeni” (Jaya Baya, 1979),
ga 1987 mengajar di SD Kepanjen “Wadi Wewayangan” (Panjebar Se-
Kidul 8; tahun 1987 hingga 2001 mangat, 1982), dan “Bajingan-Ba-
mengajar di SD Bendo 1; dan sejak jingan” (Djaka Lodang, 1992). Se-

608 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mentara itu, ketiga cerita anak-nya kan kuliah di Universitas Diponego-
(berbahasa Indonesia) adalah Bila ro Semarang. Anak tunggal pasang-
Alun Turun Tangan (Balai Pustaka, an Kasni Sugiyanto dan Harsim yang
1982), Gelas-Gelas Plastik (Pena berasal dari Madiun ini menikah de-
Kencana Nusa Dwipa, 1992), dan ngan Erlina Kusumastuti pada 1980.
Dia Sudah Memulai (Balai Pustaka, Dari pernikahannya itu ia dikaruniai
1996). Beberapa guritan karyanya, enam orang putra: Taufik Ramadhan
antara lain “Sumirah” dan “Ah” ma- (lahir 1981), Miriam Aziza (lahir
suk dalam antologi Festival Penyair 1982), Hanifah Aulia (lahir 1983),
Sastra Jawa Modern (Triwida, Hafizulah Ibrahim (lahir 1985), Afira
1995); sedangkan “Ah”, “Bapak Tu- Nabila, dan Agastya Iswara.
kang Becak”, “Dalan”, “Esem”,
“Esemmu”, “Godhong Ijo Mangsa YudiAseha mengawali kariernya
Ketiga”, “Ibu”, “Pitutur”, “Sawah- di bidang tulis menulis karena dido-
mu”, “Welingku”, dan “Paijah Pra- rong oleh keinginannya untuk me-
wan Kulon Sawah” masuk dalam an- nyalurkan hobi dan hasil pikiran-pi-
tologi Sastra Campursari: Kumpul- kirannya. Pertama kali ia mempu-
an Puisi Osing, Madura, Surabaya- blikasikan karangan berbahasa Jawa
an, Mataram-an yang diterbitkan da- di koran Dharma Kandha tahun
lam rangka Festival Cak Durasim III 1970. Setelah itu juga ke majalah-
bekerja sama dengan Komunitas majalah lain yang ada di Surabaya.
Cantrik Surabaya, Oktober 2002. Namun, ia mengaku, sekarang lebih
banyak menulis esai dalam media
yudi aseha (1954—) berbahasa Indonesia daripada menu-
lis karya sastra dalam bahasa Jawa.
Nama aslinya Ahmad Yudhi He- Tulisannya yang berupa esai, antara
ry Kuntjoro. Ia lahir di Madiun, 19 lain berjudul “TidakAda Kritik Sas-
April 1954. Tempat tinggalnya seka- tra Indonesia”, terbit di surat kabar
rang di Jalan Trikora 32, Purwodadi, Suara Indonesia. Esai tersebut pada
Grobogan, Jawa Tengah. Sebelum- tahun 1977 dinyatakan sebagai esai
nya, ia tinggal di Surabaya karena terbaik sehingga memperoleh hadiah
saat itu bekerja menjadi wartawan dari Dewan Kesenian Surabaya.
Memorandum (1972-1978). Dan se-
karang, meski sudah tinggal di Pur- Beberapa karya guritan-nya ter-
wodadi, setiap bulan masih tetap bo- bit dalam buku Antologi Guritan
lak-balik ke Surabaya karena ia be- 1940-1980 yang disunting oleh Su-
kerja sebagai konsultan komunikasi ripan Sadi Hutomo. Selain itu, bebe-
Perhutani (Persero) di Surabaya yang rapa yang lain masuk dalam Taman-
ditekuninya sejak tahun 1999. sari: Antologi Puisi Jawa Modern
yang diterbitkan oleh Pusat Kesenian
Yudi Aseha menyelesaikan pen- Jawa Tengah. Hingga kini karya-kar-
didikan dasar dan menengahnya di ya Yudi sudah cukup banyak, baik be-
daerah kelahirannya (Madiun, Jawa rupa puisi, guritan, maupun esai,
Timur). Selepas SMA ia melanjut- terbit dalam Bhirawa, Jawa Pos, Su-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 609

rabaya Post, Horison, Liberty, Sua- S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan
ra Merdeka, dan Dharma Kandha. Sastra Indonesia ia kantongi pada ta-
Seluruh judul karya puisinya tercan- hun 1999 dari Universitas Terbuka.
tum dalam Indeks Sastra yang di- Walaupun kini sudah sarjana, ia ma-
susun oleh EU Kratz (SOAS Lon- sih tetap setia mengajar di SLTP yang
don, 1985). Meski demikian, sayang telah ia tekuni sejak 1979.
sekali ia tidak memiliki dokumen
karya-karyanya itu. Pengarang beragama Islam yang
sekarang tinggal di Jalan Raya Mo-
yudimanto (1953— ) jopanggong 32, Batangsaren, Tulung-
agung, Jawa Timur, telepon (0355)
Yudimanto lahir di Tulungagung, 324721 ini sejak 1972 telah menulis
Jawa Timur, pada 25 Juni 1953. Na- sekian banyak karya, terutama cer-
ma samaran yang sering digunakan kak dan artikel/esai, dalam berbagai
adalah Duy Monita. Pendidikan da- majalah berbahasa Jawa. Hanya sa-
sar dan menengah diselesaikan di dae- yangnya ia tidak tahu persis berapa
rah kelahirannya (Tulungagung), jumlah karyanya, dan ia pun tidak
yakni SD (lulus 1965), SLTP (lulus memiliki dokumennya. Hanya cerkak
1968), dan SMA (lulus 1971). Sejak berjudul “Mitra Lawas”, “Nggawa
lulus SMA itulah ia mulai mencoba Larahan Gedhung Bioskop”, dan
belajar menulis/mengarang secara artikel berjudul “Sugeng Tindak
otodidak. Bukan hanya karena wak- Mas Yoodin”, “Penulisan Lirik La-
tu itu ia kebetulan masih mengang- gu Jawa ing VCD” telah dimuat da-
gur, melainkan menulis karena sekali- lam majalah Jaya Baya tahun 2002.
gus untuk mengimbangi kerajinan-
nya membaca. Walaupun demikian, sebagai pe-
ngarang Yudimanto akan terus me-
Di sela-sela waktunya membaca nulis karena baginya menulis bukan
dan menulis, ia masih terus mencari sekadar persoalan honor–meski ia
kerja, dan akhirnya diterima menjadi menilai honor untuk karya sastra ber-
pegawai Tata Usaha di sebuah SMP bahasa Jawa masih terlalu rendah—
Negeri di Bandung, Tulungagung. Di melainkan merupakan dorongan un-
tengah-tengah kegiatannya bekerja tuk mencari kepuasan batin. Dengan
itu ia mengambil kesempatan untuk menulis tersalurlah apa yang dipikir
melanjutkan sekolah sehingga ma- dan dirasakan sehingga pembaca atau
suklah ia ke PGSLTP dan lulus ta- orang lain dapat memikir dan mera-
hun 1979. Setelah lulus PGSLTP ia sakan apa yang dipikir dan dirasakan-
diterima menjadi guru dan ditempat- nya itu. Untuk itulah, ia menyaran-
kan di SMP Negeri 1 Ngrantu, Tu- kan agar media penerbitan berbahasa
lungagung. Di sela-sela kesibukan- Jawa lebih meningkatkan dan mem-
nya mengajar pula, ia menyempat- buka luas ruang untuk sastra Jawa.
kan diri masuk IKIP Malang dan ge-
lar sarjana muda diperoleh tahun
1997. Tidak puas dengan itu, sarjana

610 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yuli setyo budi (1964—) Hukum Universitas Erlangga. Na-
mun, ia hanya bertahan dua semester
Pengarang asal Mojokerto ini la- saja karena sejak semula ia bercita-
hir pada 17 Juli 1964. Oleh teman- cita masuk ke Fakultas Sastra. Se-
temannya ia sering dijuluki sebagai telah meninggalkan bangku kuliah,
“pengarang seribu nama” karena se- sejak tahun 1965, Yunani menjadi
ringnya berganti-ganti nama. Menu- guru di SLTP Randublatung, Cepu.
lis tidak hanya menggunakan media Selain menjadi guru, Yunani juga per-
berbahasa Jawa tetapi juga meman- nah bekerja pada perusahaan swasta
faatkan media berbahasa Indonesia. di Surabaya. Tahun 1967 Yunani me-
Alumnus Jurusan Pendidikan Baha- nikah dengan Ismail Hadi Nugroho,
sa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP karyawan Perhutani Unit II Jawa Ti-
(sekarang Universitas) Negeri Sura- mur. Dari perkawinan tersebut lahir-
baya ini menghasilkan karya berupa lah tiga orang anak. Hanya saja, ru-
guritan, crita cekak, dan cerita mis- mah tangganya tidak berhasil ia per-
teri. tahankan. Kendati demikian, berkat
usaha kerasnya, ia berhasil menye-
Karya-karya Yuli Setyo Budi da- kolahkan ketiga putranya sampai
pat ditemukan dalam berbagai maja- meraih gelar sarjana.
lah berbahasa Jawa, antara lain Pa-
njebar Semangat dan Jaya Baya. Sejak tahun 1983 Yunani diang-
Setelah bekerja sebagai redaktur Ra- kat sebagai staf dan baru pada tahun
dar Surabaya, ia tidak aktif lagi me- 1991 diangkat menjadi wartawan te-
nulis fiksi. Beberapa guritan-nya te- tap di majalah Jaya Baya. Di sam-
lah masuk dalam beberapa antologi ping itu, jabatan yang pernah dipe-
bersama, di antaranya “Jerite Perti- gangnya adalah Wakil Ketua OPSJ
wi” dan “Iki Tah Reformasi” dalam (Organisasi Pengarang Sastra Jawa).
Kabar Saka Bendhulmrisi: Kum- Ia juga menjadi pembantu Panora-
pulan Guritan (PPSJS, 2001). ma East Java edisi bahasa Inggris,
Mimbar Jawa Timur, dan majalah
yunani (1946— ) Pemda Tingkat I Jawa Timur. Di usia
lebih dari setengah abad ini Yunani
Nama asli Yunani adalah Sri yang telah menimang cucu itu masih
Wahyuni. Ia lahir di Tuban, Jawa Ti- tampak gesit, mandiri, dan penuh ke-
mur, pada 2 Februari 1946. Menurut lembutan. Ia bercita-cita tetap loyal
pengakuannya, ia berdarah Surakar- pada perkembangan dan kemajuan
ta karena orang tuanya berasal dari kesusastraan Jawa sampai akhir ha-
Surakarta. Orang tua Yunani, R. Su- yatnya. Kesetiaannya pada budaya
diyono, telah meninggal, dan yang sendiri inilah yang membuat banyak
masih ada hanya ibu yang kini ting- pembaca karya-karyanya angkat to-
gal di Mojosongo, Surakarta. Yunani pi padanya.
tamat SR tahun 1958 dan tamat
SLTP tahun 1961. Pendidikan SLTA Karier kepengarangan Yunani
diselesaikannya pada tahun 1964. Se- mulai tumbuh sejak duduk di bangku
tamat SLTA ia masuk ke Fakultas

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 611

SLTP lewat majalah dinding sekolah. yang oleh sebagian besar pengarang
Hingga kini Yunani memfokuskan Jawa masih dianggap tabu, misalnya
perhatian pada kesusastraan Jawa. tentang kehidupan hostes (wanita-
Pilihan ini didasari oleh pertimbang- wanita yang bekerja di dunia ‘re-
an bahwa saingannya sedikit dan di mang-remang’). Gayanya yang hi-
kota tempat tinggalnya (Surabaya) dup, cerdas, dan sederhana itulah
ada majalah Jaya Baya dan Panye- yang mampu membuat Yunani meng-
bar Semangat. Dorongan besar me- hadirkan dunia seperti itu secara me-
nulis datang ketika pertama kali tu- narik. Selain itu ia juga mampu meng-
lisannya dimuat Jaya Baya dan Pa- hadirkan masalah-masalah fenome-
nyebar Semangat. Selanjutnya, ke- nal sehingga karyanya disenangi pem-
dua majalah tersebut sering memuat baca. Menurut Yunani, menulis ma-
tulisan-tulisannya. Oleh karena itu, salah tersebut membutuhkan ke-
sejak saat itu, karya Yunani menga- mampuan dan keberanian. Apakah
lir. Yunani merasa bahwa ia lebih pas memang pengarang Jawa kurang
menulis cerpen, cerbung, dan novel mampu membahas masalah-masa-
meskipun guritan-nya juga cukup lah yang demikian itu? Menurut Yu-
banyak. Bahkan, dalam cerita reka- nani, Jawa sekarang bukan lagi
annya, dia sering menyelipkan guri- blangkon atau srimpi, bukan hanya
tan untuk melukiskan suasana hati lurik atau rebab. Masyarakat Jawa
tokoh-tokohnya. Selain itu, ia juga sekarang sudah menyukai dan me-
menulis esai dan artikel. Dalam tulis- makai jeans, tang-top, dan backless.
an-tulisannya Yunani tidak pernah Mereka sudah mengenal kafe, musik
menggunakan nama samaran. disko, dan jazz. Mengapa hal itu ti-
dak dipadukan?
Yunani sadar sepenuhnya bahwa
sebagai pengarang Jawa ia tidak bisa Obsesi Yunani memperjuangkan
menolak adanya pengaruh dunia mo- nasib wanita selalu tercermin dalam
dern. Menurutnya, pengaruh dunia setiap karyanya. Dalam cerbung
modern pada sastra Jawa masih tera- Rumpile Ati Wanita, misalnya, Yu-
sa sedikit dampaknya. Umumnya pe- nani berani mengungkap kehidupan
ngarang Jawa lebih banyak menulis hostes beserta segala permasalahan-
kehidupan pedesaan atau masyara- nya walaupun oleh sebagian pemba-
kat kecil. Mengapa pengarang pria ca hal itu dianggap “melawan” adat
tidak menulis masalah-masalah baru kebudayaan Jawa. Para pembaca me-
yang jika diolah dan dicermati bisa nilai bahwa Yunani terkena wabah
dijadikan modal bagi perkembangan pornografi; suatu gejala yang popu-
sastra Jawa? Bagi Yunani, Jawa ada- ler tahun 1970-an dengan muncul-
lah perpaduan warna-warni yang te- nya novel-novel Indonesia karya As-
lah membudaya sejak dulu dan mem- bari Nurpatria Kresna, Motinggo Bu-
berikan kekayaan dinamis bagi sas- sye, Bastian, dan sebagainya. Buku-
tra Jawa. Oleh karena itu, Yunani ti- buku mereka sering disebut sebagai
dak segan-segan menulis sesuatu pornografi dan merupakan “bacaan

612 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kaum lelaki” di kala senggang. Se- lah jalan terbaik bagi seorang janda
mentara itu, cerbung yang ditulis Yu- untuk memperoleh ketenteraman hi-
nani “lebih bersih” dan ia pun tidak dup di hari tua. Hal ini terlihat jelas,
mengungkap secara detil kehidupan misalnya, dalam novelnya Katres-
remang-remang pramuria. Pengung- nan Lingsir Sore
kapannya justru terfokus pada tokoh
yang berusaha menghadapi kutukan Para pemerhati sastra Jawa tidak
masyarakat terhadap kehidupan merasa asing lagi dengan nama Yu-
hostes. Dalam cerita ini Yunani ter- nani. Pengarang wanita asal Jawa
lihat gigih memperjuangkan nasib Timur ini dikenal produktif dan gigih
wanita yang diperlakukan sewenang- memperjuangkan kehidupan sastra
wenang oleh pria. Ia pun menghargai Jawa modern. Ratusan cerita pen-
nilai moral; hal itu terbukti pada akhir deknya telah menghiasi berbagai ma-
cerita tokoh bekerja secara mapan jalah, antara lain, Parikesit, Panje-
tokoh dan meninggalkan profesi bar Semangat, dan Jaya Baya. No-
hostesnya. vel karya Yunani berjumlah sekitar 20
buah. Novel yang belum diterbitkan,
Sebagai wanita yang berpan- yang masih berupa cerita bersam-
dangan ke depan, Yunani ingin pula bung di majalah, antara lain, “Sawise
menulis kehidupan wanita dari pers- Langit Katon Biru”, “Mega Klawu
pektif yang berbeda, terutama ber- ing Wulan Temanten”, “Pangarep-
beda dari pengarang pria yang meng- Arep Sacuwil ing Tanah Mencil”,
gunakan nama samaran wanita. Cer- “Rumpile Ati Wanita”, “Ayu Sri Ra-
bung Prahara, misalnya, telah mem- hayu”, “Sumilaking Pedhut Klawu”,
buktikannya. Menurutnya, sampai “Sumiliring Angin Padesan”, “Ka-
sekarang masih banyak pria yang dho kagem Ibu”, dan “Prahara lan
berbuat seenaknya dan mau menang- Prahara II”. Novel yang sudah diter-
nya sendiri. Padahal, wanita Jawa se- bitkan, antara lain, Dokter Wulandari
lalu rela, nrima, ngalah, dan berbudi dan Katresnan Lingsir Sore.
luhur. Akan tetapi, kenyataan mem-
buktikan laki-laki masih tidak meng- Yunani mulai menulis sejak ta-
hargai wanita. Dalam karya-karya- hun 1970-an. Karya-karya Yunani
nya, Yunani mengajak kaum wanita yang dapat dicatat, antara lain, men-
untuk tidak mudah menyerah pada cakupi cerpen, cerbung, dan novel.
nasib. Wanita sekarang harus man- Yang berupa cerpen, antara lain, Ati
diri, berani menolak swarga nunut kang Kelangan (1978), Cemara-Ce-
nraka katut, jangan hanya bergan- mara Pesisir (1980), Entenana
tung pada pria. Wanita harus sadar (1979), Ing Sikile Gunung Semeru
bahwa selama ini mereka selalu di- (1981) Isih Ana Tresna ing Ati
kondisikan untuk menerima kodrat- (1979), Ing Dina Lebaran (1984),
nya yang lemah. Dalam hal ini Yu- Jagong Manten (1982, Kabar Saka
nani juga menyodorkan masalah sen- Paran (1982), Kado Cilik (1978),
tral bagi pembaca, di antaranya ada- Layang Saka Yu Anies (1980), Mitra
Sinarawedi (1978), Nalika Tekan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 613

Stasiun (1979), Pilihane Mas Har sastra Jawa. Oleh karena itu, ia tidak
(1981), Pak Tuwa lan Bonekah hanya terlibat dalam penulisan puisi
(1980), Sedulur Lanang (1975), Sa- Jawa, tetapi juga puisi Indonesia.
wise Pista Rampung (1979), Yen Pri- Puisi-puisinya dalam bahasa Indo-
ya Wis Nibakake Tresnane (1975), nesia dimuat di berbagai koran dan
dan Ayu Sri Rahayu (1980). Yang be- dan majalah. Ia juga menulis cerita
rupa cerbung, antara lain, Prahara, anak-anak dalam bahasa Indonesia
Sawise Langit Katon Biru, Kaseti- berjudul Pagi yang Memerah; Sua-
yan, dan Rumpile Ati Wanita. Semen- ra dari Gardu; dan Catatan Masa
tara yang berupa novel, antara lain, Kecil.
Dokter Wulandari (1987) dan Ka-
tresnan Lingsir Sore (2000). Yusuf Susilo Hartono aktif meng-
hadiri pertemuan-pertemuan di ber-
yusuf susilo hartono (1958— ) bagai tempat, misalnya Semarang,
Ungaran, Trenggalek, Surabaya, dan
Yusuf Susilo Hartono lahir di tempat-tempat lainnya. Pengarang
Bojonegoro, Jawa Timur, pada 18 Jawa yang sekarang lebih aktif se-
Maret 1958. Ia pernah menempuh bagai pelukis ini, sekarang berkarya
pendidikan formal di IKIP Bojone- di Jakarta. Di Jakarta ia tampak ti-
goro hingga mencapai gelar sarjana dak aktif lagi melibatkan diri dalam
muda. Di dunia sastra Jawa, ia me- dunia sastra Jawa. Namun, dahulu,
nekuni penulisan guritan dan cer- sebelum hijrah ke Jakarta, ia sangat
kak. Yusuf Susilo Hartono termasuk aktif mengembangkan sastra Jawa
pengarang dan penulis puisi yang lewat berbagai kelompok, misalnya
produktif. Dalam menulis karya sas- menjadi bendahara Organisasi Pe-
tra Jawa, ia tidak pernah memakai ngarang Sastra Jawa (OPSJ) Komi-
nama samaran. Semua karyanya di- sariat Jawa Timur dan Sekretaris Pa-
tulis dengan nama asli. marsudi Sastra Jawa Bojonegoro
(PSJB).
Yusuf Susilo Hartono menulis
dalam bahasa Jawa dan Indonesia. Yusuf Susilo Hartono, menurut
Beberapa karyanya yang berjenis gu- pengakuannya, walaupun tidak lagi
ritan dipublikasikan di majalah Jaya menekuni sastra Jawa secara intens,
Baya, Panjebar Semangat, Parike- tetap mencintai sastra Jawa. Bahkan,
sit, Pustaka Candra, dan sebagai- ia berjanji akan kembali menulis da-
nya. Di samping itu, ia juga mempu- lam bahasa Jawa karena ia merasa
blikasikan karya-karya guritan-nya dibesarkan oleh dunia sastra Jawa.
dalam bentuk antologi bersama de-
ngan para penyair lain, misalnya da-
lam Lintang-Lintang Abyor (1983),
Javanese Literature Since Indepen-
dent (1995), dan Wajah Berkabung
( ). Pengarang yang juga berprofesi
sebagai pelukis ini termasuk aktivis

614 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 615

DAFTAR PUSTAKA

Abidan, Achmad. 2000. “Pengarang Hadiwidjana dan Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2001. “Biografi N. Sakdani dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2002. “Biografi Agus Soegijanto dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2003. “Iman Budhi Santosa, Suhendriyo, dan Karya-
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. NewYork: Holt, Rinehart,
and Winstone.

Anjarmartana, A. Sarman. 1991. “Transliterasi Jawa Latin”. Semarang:
Panitia Konggres Bahasa Jawa.

Anton-Wr, Syaf dkk. (ed.). 2002. Sastra Campursari: Kumpulan Puisi Osing,
Madura, Surabayaan, Mataraman. Surabaya: Taman Budaya Jawa
Timur.

Brata, Suparto. 1981. Jatuh Bangun Bersama Sastra Jawa: Bacaan Populer
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/
Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Depdikbud.

Cantrik Banyumas. 1983. “Any Asmara lan Karyane”. Banyumas.
Damono, Sapardi Djoko. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Fungsi, Isi,

dan Struktur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
——————. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Fungsi, Isi, dan Struktur.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
——————. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan

Struktur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Darusuprapta, dkk. 1996. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta:

Yayasan Pustaka Nusantara.
Dojosantosa. 1990. Taman Sastrawan. Semarang: Aneka Ilmu.
Endraswara, Suwardi (pangiring). 2002. Gong: Antologi Drama Jawa

Modern. Yogyakarta: Festival Kesenian Yogyakarta.
Fowler, Roger (ed.). 1987. Modern Critical Terms (Revised and Enlarged

Edition). London and New York: Routledge & Kegan Paul.
Hardjawijana, Harjana. 1985. “Transliterasi Jawi-Latin”. Yogyakarta: Balai

Penelitian Bahasa.

615

616 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Haryanto, S. 1988. Pratiwimba Adhiluhung: Sejarah dan Perkembangan
Wayang. Jakarta: Djambatan.

Haryatmo, Sri. 2002. “Nursyahid Purnomo dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2003. “Suryanto Suryoatmodjo dan Warisman beserta
Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Hornby, AS,AP Cowie, J.Windsor Lewis. 1977. Oxford Advanced Dictionary
of Current English. New Edition. Oxford: Oxford University Press.

Hutomo, Suripan Sadi dan Setyo Yuwono Sudikan. 1988. Problematik Sastra
Jawa: Sejumlah Esai Sastra Jawa Modern. Surabaya: FPBS IKIP.

Hutomo, Suripan Sadi. 1975. Telaah Sastra Jawa Modern. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

——————. 1984. Antologi Puisi Jawa Modern 1940—1980. Surabaya:
Sinar Wijaya.

Ismiyati, Siti Ajar. 2000. “Soenarno Sisworahardjo dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2001. “Sudharma K.D. dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.

——————. 2002. “Suryadi Ws.: Sosok dan Kiprahnya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.

——————. 2003. “Biografi Dua Pengarang Sanggar Sastra Jawa
Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Jassin, H.B. 1959. Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung Agung.
Kasiyun, Suharmono (peny.). 2001. Kabar Saka Bendhulmrisi (Kumpulan

Guritan). Surabaya: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa (PPSJS).
Mardianto, Herry dkk. “Sistem Pengarang Jawa Periode Pasca Kemerdekaan:

1945—1965”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. “Sistem Pengarang Jawa Periode Pasca Kemerdekaan:

1966—1980”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 1996. Sastra Jawa Modern Periode 1920 sampai Perang

Kemerdekaan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mardianto, Herry. 2000. “Novel Karya R.M. Soelardi”. Yogyakarta: Balai

Bahasa.
——————. 2001. “Suparto Brata: Sosok dan Kiprahnya dalam Sastra

Jawa”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. Krishna Mihardja dan Mohammad Yamin: Dua

Pengarang Muda Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Ustadji Pantja Wibiarsa dan Keliek Eswe: Riwayat,

Karier, dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Muliono, Slamet. 1956. Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Sastra. Jakarta:

Jembatan.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 617

Padmosoekotjo, S, 1958. Ngengrengan Kasusastran Jawa I. Jogjakarta: Hien
Hoo Sing.

Padmosoekotjo, S. 1960. Ngengrengan Kasusastran Jawa II. Jogjakarta:
Hien Hoo Sing.

Palopo, Budi. 1995. Gurit Rong Puluh: Kumpulan Dua Puluh Guritan.
Surabaya: Dewan Kesenian.

Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. J.B. Wolters’ Uitgevers-
Maatschappij N.V.: Groningen.

——————. 1953. Sarining Paramasastra Jawa. Jakarta: Noordhoff-
Kolff NV.

Prabowo, Dhanu Priyo (ed.). 1993. Cakra Manggilingan: Antologi Geguritan
dan Cerkak Pengarang Sastra Jawa Modern. Yogyakarta: Festival
Kesenian Yogyakarta.

——————. 1997. Pisungsung: Antologi Geguritan lan Cerkak.
Yogyakarta: Festival Kesenian Yogyakarta.

——————. 1999. Liong Tembang Prapatan: Antologi Cerkak.
Yogyakarta: Taman Budaya.

Prabowo, Dhanu Priyo. 2000. “Biografi Dr. Soetomo dan Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2001. “Biografi Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo dan
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2002. “Biografi J.F.X. Hoery dan Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.

——————. 2003. “Biografi Bonari Nabonenar dan Arswendo
Atmowiloto dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Prawiroatmodjo, S. 1989. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta: CV Haji
Masagung.

Prawoto, Poer Adhie (ed.). 1989. Kritik Esai Kesusastraan Jawa Modern.
Bandung: Angkasa.

——————. 1991. Keterlibatan Sosial Sastra Jawa Modern. Solo: Tri
Tunggal Tata Fajar.

——————. 1993. Wawasan Sastra Jawa Modern. Bandung: Angkasa.
Purbatjaraka, R. Ng. 1959. Kapustakan Jawi. Jakarta: Jambatan.
Quinn, George. 1995. Novel Berbahasa Jawa. Edisi bahasa Indonesia.

Semarang: IKIP Semarang dan KITLV Press.
Rahayu, Prapti. 1997. “Yasawidagda dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:

Balai Bahasa.
——————. 2000. “Mas Ngabehi Mangoenwidjaja dan Karya-

Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

618 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

——————. 2001. “E. Suharjendro dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.

——————. 2002. “BiografiA.Y. Suharyono danArdini Pangastuti serta
Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

——————. 2003. “Biografi Prof. Dr. Wisnoe Wardhana dan Suci Hadi
Suwito serta Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Ras, J.J. 1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta: Grafitipers.

Ratnawati, Risti. 1997. “Soebagijo I.N. dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.

——————. 2000. “KajianKarya-Karya Kamsa”.Yogyakarta:BalaiBahasa.
Ratnawati, Risti. 2001. “Satim Kadaryono dan Karya-Karyanya”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Yunani: Pengarang Wanita dalam Sastra Jawa

Modern”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Widodo Basuki: Pengarang Muda Kreatif”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
Ricklefs, M.C. 1994. Sejarah Indonesia Modern. Diindonesiakan oleh

Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Riyadi, Slamet dkk. 1995. Sastra Jawa Modern 1966—1980. Yogyakarta:

Balai Penelitian Bahasa.
Riyadi, Slamet. 2001. “Pengarang Padmosoekotjo dan Karyanya”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
Sanggar Triwida. 1995. “Festival Penyair Sastra Jawa Modern”. Naskah

antologi dalam rangka 15 Tahun Triwida.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar Macapat. Depok: Fakultas:

Sastra Universitas Indonesia.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar Macapat. Depok: Fakultas:

Sastra Universitas Indonesia.
Sastroamidjaja,A.Sena. 1964. Renungan tentang Pertunjukan Wayang Kulit.

Jakarta: Penerbit Kinta.
Sedyawati, Edi dkk.(ed.). 2001. Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta:

Balai Bahasa.
Subalidinata, R.S. 1968. Sarining Kasusastran Djawa. Yogyakarta: PT Jaker.
——————. 1993. Novel Berbahasa Jawa dalam Abad Dua Puluh.

Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.
Sudjiman, Panuti, Ed. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: P.T. Gramedia.
Sungkowati, Yulitin dkk. 2002. “Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya

(PPSJS)”. Surabaya: Balai Bahasa.
Suryadi, Linus dan Prabowo, Dhanu Priyo (ed.). 1995. Pesta Emas Sastra

Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Festival Kesenian
Yogyakarta.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 619

Suwondo, Tirto. 2000. “Sajak-Sajak R. Intojo”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Muryalelana dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:

Balai Bahasa.
——————. 2002. “Turiyo Ragilputra dan Karya-Karyanya”. Yogya-

karta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Mengenal Tiga Pengarang Jawa: Harwimuka, Budi

Palopo, dan Herry Lamongan”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Triyono,Adi. 1996/1997. “M.T. Suphardi dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:

Balai Bahasa.
Triyono,Adi. 2000. “Margana Jajaatmadja dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai

Bahasa.
——————. 2001. “Senggono dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Ragil Suwarno Pragolapati dan Karyanya: Penyair

yang Moksa”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Biografi Suhadi Tukang Cukur dan Karyanya”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
Utomo, Imam Budi. 2000. “Mengenal Hardjowirogo: Sastrawan Jawa Tiga

Zaman”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Esmiet: Sosok dan Kiprahnya dalam Sastra Jawa”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Lima Sastrawan Jawa Yogyakarta”. Yogyakarta:

Balai Bahasa.
Wellek, Rene. 1978. Concepts of Criticism. New Haven and London: Yale

University Press.
Widati, Sri dkk. 1999. “Sanggar-Sanggar Sastra Jawa Modern di Jawa Tengah

dan di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode

Prakemerdekaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widati, Sri dkk. 2001. Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode

Kemerdekaan. Yogyakarta: Kalika Press.
Widati, Sri. 1997. “Empat Pengarang Besar dalam Sastra Jawa Modern

Periode Prakemerdekaan”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2000. “Loem Min Noe: Siapa dan Bagaimana Karya-

Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “St. Iesmaniasita: Pribadi dan Karya-Karyanya”.

Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Poer Adhie Prawoto: Penyair Muda Sastra Jawa

yang Gigih”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Sudi Yatmana dan Diah Hadaning: Dua Penggurit

Senior di Dunia Guritan Abad XXI”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Windiyarti, Dara dkk. 2002. “Persebaran Pengarang dan Penyair Sastra Jawa

Modern di Jawa Timur (Tahap I)”. Surabaya: Balai Bahasa.

620 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Wiyadi, Sugeng (ed.). 1995. Pisungsung: Antologi Guritan 6 Penyair.
Surabaya: Forum Kajian Kebudayaan.

Yusuf, Suhendra.1995. Leksikon Sastra. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Zaidan, Abdul Rozak dkk. 1981.Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.
Zoetmulder, P.J. 1980. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang.

Jakarta: Penerbit Jambatan.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 621

BIODATA PENYUSUN

Dhanu Priyo Prabowo, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 15 Januari
1961. Lulus Fakultas Sastra UNS (1985) Jurusan Sastra Daerah dan lulus
S-2 Program Pascasarjana UGM (2000). Sekarang bekerja di Balai Bahasa
Yogyakata. Di samping sebagai peneliti sastra, ia juga menulis esai dan
kritik sastra Jawa baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa.
Karya-karyanya dipublikasikan di jurnal Widayaparwa (Balai Bahasa
Yogyakarta) dan Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa Jakarta). Buku-buku
hasil penelitiannya yang telah terbit, baik pribadi maupun bersama, antara
lain, Nilai-Nilai Budaya Susastra Jawa (1994); Idiom tentang Nilai Budaya
Sastra Jawa (1995); Sastra Jawa Modern Periode 1920—Perang
Kemerdekaan (1995); Kisah Perjalanan dalam Sastra Jawa (1996); Sastra
Jawa Modern Periode 1945—1965 (1997); Guritan Tradisional dalam
Sastra Jawa (2001); Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode
Prakemerdekaan (2001); Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern
Periode Kemerdekaan (2001), dsb ; dan Pengaruh Islam dalam Karya-
karya R. Ng. Ranggawarsita (2003). Selain itu, ia juga menjadi editor
beberapa antologi, antara lain, Rembulan Padhang ing Ngayogyakarta
(1992); Cakramanggilingan (1993); Pangilon (1994); Pesta Emas Sastra
Jawa (bersama Linus Suryadi Ag., 1995), dan Pisungsung (1997). Buku
cerita anak yang telah terbit, antara lain, Pertobatan Seorang Pemalas
(1995); Bandung Bandawasa (1995); Panembahan Senapati (1996); Putri
Arumdalu (1997); dan Sang Pujangga (1997). Pernah menjadi Ketua Seksi
Pergelaran Sastra Jawa Festival Kesenian Yogyakarta (1992, 1993, 1994,
1995, 1997, dan 1998), Wakil Ketua Penyunting majalah sastra Jawa
Pagagan (1994—1998), anggota penyunting buletin Caraka (1998-2001).
Menjadi juara III Lomba Mengarang Crita Cekak Tingkat Propinsi Jawa
Tengah (2002) dan mendapat penghargaan seni “Abdi Karya Sastra” dari
Bupati Kulonprogo (2003) sebagai penggiat seni sastra di kawasan
pedesaan.

621

622 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sri Widati, lahir di Jakarta, (sesuai KTP) pada 9 Agustus 1946
(menurut kesaksian keluarga, ia lahir pada 4 Agustus 1947). Ia anak bungsu
(empat bersaudara) dari pasangan Ahmad Ikhsan dan Suwarsi Rudati
(keduanya sudah almarhum). Pendidikan SD hingga SPG ditempuh di
Purworejo, Jawa Tengah, dan pendidikan tinggi (Fakultas Sastra UGM)
ditempuh di Yogyakarta (lulus 1973). Di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra UGM itulah ia bertemu dengan Rachmat Djoko Pradopo, dosennya,
yang hingga kini menjadi suaminya. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai 4
anak (3 laki-laki dan 1 perempuan). Keempatnya kini sudah bekerja. Tetapi,
tak seorang pun dari mereka yang mengikuti profesi ayah dan ibunya.
Sebelum lulus S-1 ia pernah menjadi dosen tidak tetap (part timer) di
Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea (1970—1973) karena
mendampingi suaminya yang bertugas mengajar di sana. Ia juga pernah
mengajar mata kuliah kritik drama di ISI Jurusan Teater (1986—1988).
Pekerjaan tetapnya dari tahun 1979 hingga sekarang ialah peneliti dan
penyuluh sastra (Indonesia dan Jawa) di Balai Bahasa Yogyakarta. Karena
tugasnya sebagai peneliti (khususnya sastra Jawa), ia pernah diminta
bantuannya sebagai salah seorang penyumbang naskah pada buku besar
Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (2001). Selain itu, sejumlah penelitian
sastra yang telah dilakukannya, terutama dalam kerja tim, telah terbit.
Beberapa di antaranya, Sastra Jawa Modern Berlatarkan Perang (1985),
Pengarang Wanita dalam Sastra Jawa (1986), Cerita Detektif dalam
Sastra Jawa (1987), Peribahasa Jawa (1988), Ikhtisar Perkembangan
Sastra Jawa Modern Periode Prakemerdekaan (2001), Ikhtisar
Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Kemerdekaan (2001), dan
St. Iesmaniasita: Pembaharu Puisi Jawa Modern (2003). Dari tahun
1991—2001 ia memimpin Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY) binaan
Balai Bahasa Yogyakarta. Kemudian, sejak 2002 hingga sekarang dipercaya
oleh Ajip Rosidi untuk membantu mengamati dan menilai terbitan karya
sastra Jawa dalam rangka pemberian Hadiah Sastra Rancage bagi sastra
Jawa.

Prapti Rahayu, lahir di Yogyakarta, 12 Agustus 1959. Pendidikan S-
1, Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas
Gadjah Mada (1985). Sejak tshun 1988 hingga sekarang menjadi tenaga
peneliti di Balai Bahasa Yogyakarta. Karya-karyanya, antara lain, Wanita
dalam Sastra Jawa Modern 1945—1965 (2003), Ay Suharyono dan Ardini
Pangastuti: Dua Pengarang Yogyakarta Muthakhir (2005), dan Biografi
Prof. Dr. R.M. Ki Wisnoe Wardhana dan R. Ngt. Suci Hadisuwita serta
Karya-karyanya (2007). Menulis penelitian mandiri dan pernah menjadi
pengurus Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (16 tahun), pengurus HISKI
Yogyakarta.


Click to View FlipBook Version