The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Alfiyah Indarwati, 2021-11-06 23:17:19

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

474 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1997), dan “Lara” (Djaka Lodhang, publikasikan dalam Medan Bahasa

20 Juli 1996). Bahasa Indonesia dan Horison.

s.l. supriyanto (1937—) slamet isnandar (1946—)

Pengarang ini lahir di Pati, Jawa Slamet Isnandar lahir di Kediri
Tengah, pada 9 April 1937. Sejak pada 8 Juli 1946. Ia adalah anak ke-
menyelesaikan SD (1951) dan SLTP dua dari tiga bersaudara pasangan
(1954) ia tidak lagi berada di kota Moerdi Josomoersito (Kediri) dan Su-
kelahirannya, tetapi di Kudus. Selan- lasmi (Sala). Menikahi Johariah pa-
jutnya ia meneruskan STM Jurusan da 1972 dan kemudian dikaruniai ti-
Listrik di Semarang (tamat 1958). ga orang putra: T. Widyatmaka, S.Pd.
Terakhir ia menggondol gelas sarja- (lahir 1973), T. Ratnaningtyas, S.Si.
na muda Jurusan Listrik dariATPUT (lahir 1974), dan T. Widyaretnadi,
di Bandung (1965). Setamat dari S.H. (lahir 1975). Dalam berkarya
ATPUT ia bekerja di PLN dan di- Slamet Isnandar seringkali menggu-
tempatkan di Daerah Eksploitasi XII nakan nama samaran: Puspa Winadi
Jakarta. Jabatannya ketika itu adalah dan Welfare Radnansi.
Kepala Seksi Konstruksi. Selanjut-
nya ia ditempatkan di Bogor sebagai Masa kecil dan remaja Slamet
Masinis Sentral Listrik. Begitu juga Isnandar dilalui di kota Demak, Sala,
ketika dipindahkan ke Sukabumi. Ja- dan Kudus. Sekolah Dasar (1953—
di, dilihat dari pendidikan dan peker- 1959) di Demak, SMP (1959—1962)
jaannya selama ini benar-benar itu ti- di Sala, dan SMA (1962—1965) di
dak berkaitan dengan kesastraan, Sala dan Kudus. Selepas SMA ia ti-
apalagi sastra daerah (Jawa). dak langsung melanjutkan ke pergu-
ruan tinggi karena terbentur biaya.
S.L. Supriyanto lebih banyak me- Tahun berikutnya ia baru dapat me-
nulis cerkak daripada guritan. Be- lanjutkan pendidikan ke IKIP Sura-
berapa cerkak-nya telah diantologi- baya; itu pun harus nyambi kerja se-
kan secara bersama dengan penga- rabutan mulai dari menjadi kuli pe-
rang lain, misalnya “Kebogiro” da- labuhan (Kali Mas) hingga menjadi
lam Javanese Literature Since Inde- guru. Ia tercatat sebagai karyawan
pendence (1979) susunan J.J. Ras CV Merdeka di Surabaya tahun
dan “Rongeh lan Prawan Tuwa” da- 1966—1977 dan mengajar di seko-
lam Antologi Puisi Jawa Modern lah-sekolah swasta tahun 1976-1986.
1940—1980 (1985) suntingan Su- Kerja keras, keprihatinan, dan sema-
ripan Sadi Hutomo. Dan selebihnya ngat juang yang tak mengenal lelah
dipublikasikan dalam Crita Cekak, akhirnya membuahkan hasil. Tahun
Panjebar Semangat, Jaya Baya, 1972 Slamet Isnandar meraih gelar
Waspada, Kekasihku, dan Medan sarjana muda dan tujuh tahun kemu-
Bahasa Basa Jawi. Sementara itu dian (1979) diangkat menjadi guru
karyanya dalam bahasa Indonesia di- SMP Negeri 3 Surabaya. Selain itu,
juga masih juga mengajar di salah

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 475

satu SMP di Gresik sampai seka- di Hutomo, dan beberapa lainnya da-
rang. Gelar sarjana (S1) baru dipero- lam antologi Lintang-Lintang Abyor.
leh pada tahun 1986.
šlesa
Karya pertamanya, dalam baha-
sa Indonesia, dimuat di majalah Kun- Istilah šlesa berasal dari bahasa
cung tahun 1960. Disusul kemudian Sanskreta yang digunakan dalam ba-
karya berbahasa Jawa yang dimuat hasa Jawa Kuna, khususnya puisi Ja-
di “Taman Putra” majalah Panjebar wa Kuna (kakawin). Istilah šlesa te-
Semangat (1963). Selanjutnya, karya- tap memiliki arti yang sama dengan
karyanya tersebar di majalah Dharma yang digunakan dalam bahasa asli-
Nyata, Jaya Baya, Parikesit, Pustaka nya (Sanskreta). Adapun šlesa mak-
Candra, bulletin Baluwarti (Sala), sudnya adalah suatu kata yang meng-
dan Kethintang (Surabaya). ekspresikan dua atau tiga arti. Beri-
kut contoh šlesa.
Menulis sastra Jawa menurutnya
lebih menyenangkan karena mem- Ya wuwus Sang Indrajit asing-
berikan kepuasan tersendiri sebagai hanãda/ mangadêp sudhîra
orang Jawa. Untuk menambah wa- magalak/
wasan kesastraannya, ia rajin meng- mari sang bapãlara tumon ya
hadiri sarasehan di berbagai kota se- rodra kadi/ singha šîghra
perti Surabaya, Ungaran, Salatiga, lumaku/
Bojonegoro, dan Surakarta. Sejak ta- metu ring ranãgana huwus
hun 1996 ia tidak aktif menulis lagi. mahoma/ inanugrahan ratha
Dan dalam kiprahnya bersastra Jawa magöng/
ia pernah mendapat penghargaan se- kalawan wimohanašarãstra
bagai juara III dalam lomba menga- yekana paweh Bhatãra i riya//
rang cerkak dan guritan yang diada-
kan oleh Pusat Kesenian Jawa Te- ‘Demikian kata Sang Indrajit
ngah (PKJT) tahun 1980 atas cerpen- lalu memekik seperti suara se-
nya “Ketiban Cecak” dan guritan- ekor singa/
nya “Prisma”. sambil berdiri sangat perkasa
dan galak
Beberapa karya guritan Slamet ayahnya tidak kuatir ketika ia
Isnandar telah diantologikan dalam melihat putranya,/
beberapa antologi bersama, antara yang perkasa bagaikan siga, se-
lain, “Surabaya” dalam Drona Gu- gera berangkat/
gat (Bukan Panitia Parade Seni WR ia berangkat segera menuju me-
Supratman), “Sangsaya Adoh Pla- dan perang,/
yune”, “Guritan Perih ing Cahya setelah ia memuja dan diberi ke-
Rembulan”, “Kutha Iki Kuthaku” reta yang sangat besar/
dalam Kabar Saka Bendulmrisi beserta panah Wimohana (panah
(PPSJS, 2001), “Nonton Menak- yang membuat orang/
jinggo Edan” dalam Antologi Puisi menjadi bingung) hadiah dari
Jawa Modern suntingan Suripan Sa- dewata.//’

476 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

šlista ga menjadi sarjana, meskipun seba-
gian besar hidupnya hanya ditopang
Istilah šlista dari bahasa Sans- oleh profesinya sebagai penulis.
kreta yang digunakan dalam bahasa
Jawa Kuna, khususnya puisi Jawa Orang tua Soebagijo adalah gu-
Kuna (kakawin). Istilah šlista tetap ru. Karenanya, tidak heran jika ia ju-
memiliki arti yang sama dengan yang ga tertarik terjun ke dunia pendidik-
digunakan dalam bahasa aslinya an. Tahun 1939 ia masuk pendidikan
(Sanskreta). Adapun šlista maksud- dasar guru HIK Muhamadiyah Yog-
nya adalah suatu kata yang berhu- yakarta. Tahun 1942 ia memilih se-
bungan dengan, bersatu, samar, am- kolah di kampung halaman sendiri,
bigu. Berikut contoh šlista. yaitu SGL (Sekolah Guru Laki-La-
ki) di Blitar. Setelah lulus, ia sempat
Bwat šlista ta ya wih samena- menjadi guru di sekitar kota kelahir-
nya n sphuta annya, yaitu di Sidomulyo.
ekãartha kalingan ika
Pada zaman Jepang Soebagijo
soebagijo i.n. (1924—) terpilih sebagai wakil karesidenannya
untuk mengikuti pelatihan guru di
Soebagijo I.N. (lengkapnya Soe- gedung HCK (bekas sekolah guru
bagijo Ilham Notodijojo) lahir di Bli- untuk Cina) Jakarta. Selama tiga bu-
tar, Jawa Timur, pada 5 Juli 1924. lan ia dilatih mempelajari bahasa dan
Pengarang yang aktif menulis sastra nyanyian Jepang sehubungan dengan
sejak sebelum kemerdekaan ini di- banyaknya tenaga guru yang diper-
lahirkan di tengah-tengah keluarga lukan oleh pemerintah Jepang ketika
yang sederhana. Konon, berkat ke- itu. Selanjutnya Soebagijo menem-
sahajaan orang tuanya ia diberi umur puh pendidikan Sekolah Guru Tinggi
panjang. Di antara empat saudara- (Kootoo Shihan Gakko) di Jakarta,
nya, hanya ialah satu-satunya yang memilih bidang Sastra dan Budaya
hingga kini masih hidup meskipun sesuai dengan keahliannya. Namun,
daya ingatnya menurun akibat pe- pendidikan ini terhenti akibat pecah
nyakit migren yang diderita. perang revolusi yang mengharuskan
Soebagijo meninggalkan bangku se-
Pada tahun 1961 Soebagijo me- kolah untuk ikut berjuang (di Yogya-
nikahi Siti Supiah. Dari pernikahan karta). Selain itu, Soebagijo juga per-
ini lahir enam orang anak. Kini ia te- nah belajar di Fakultas Hukum Uni-
lah memperoleh tujuh orang cucu. Se- versitas Indonesia (UI), walaupun
bagai pemeluk Islam yang taat, Soe- tidak selesai. Pendidikan terakhir di-
bagijo telah menunaikan ibadah haji tempuh di Jurusan Sastra Nusantara
ke tanah suci (1968). Kepada anak Fakultas Sastra UI dengan gelar Sar-
keturunannya, ia selalu menanamkan jana Muda.
pentingnya nilai-nilai keagamaan, di
samping mendidik mereka agar ge- Di dunia sastra Jawa, Soebagijo
mar membaca dan mengoleksi ber- lebih dikenal dengan sebutan Pak
bagai macam buku. Ia berhasil me- SIN, singkatan dari nama lengkap-
nyekolahkan keenam anaknya hing-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 477

nya (Soebagijo Ilham Notodijoyo). pengarang muda. Pada April 1949—
Seperti lazimnya penamaan menurut Februari 1957 Soebagijo menjadi
adat kebiasaan orang Jawa, Soeba- Wakil Pemimpin Redaksi Panjebar
gijo menambah nama orang tua di be- Semangat di Surabaya (bersama
lakang namanya sendiri. Pada zaman Iman Supardi). Tahun 1957 ia kem-
prakemerdekaan Soebagijo sering bali menjadi wartawan kantor An-
menggunakan nama samaran, misal- tara di Jakarta dan pernah ditugas-
nya Sotho Blitar (nama samaran di kan ke PBB untuk meliput perjuang-
Taman Putra), Puthut Sidomulya an Indonesia dalam usahanya men-
(nama samaran di Panji Pustaka), dapatkan kembali Irian Barat. Sela-
Endang Werdiningsih, Anggajali, ma tiga bulan Soebagijo melakukan
Satriya Wibowo, Adjisaka, Pak SIN, perjalanan jurnalistik keAmerika dan
dan lain-lain. Menurutnya, nama-na- berbagai negara Eropa Barat, selain
ma samaran tersebut tidak mempu- meliput Pasukan Garuda I atas un-
nyai maksud tertentu, kecuali hanya dangan USIS. Tahun 1966—1968 ia
untuk menghindari rasa bosan bagi ditugaskan sebagai kepala kantor
pembaca. Bahkan, di kemudian hari Antara di Beograd. Jabatan terakhir
ia sadar bahwa penggunaan nama sa- Soebagijo adalah Kepala Perpusta-
maran tersebut justru merugikan diri kaan, Riset, dan Dokumentasi LKBN
sendiri karena nama asli menjadi ti- Antara, sampai pensiun tahun 1981.
dak dikenal oleh masyarakat.
Selain sebagai pengarang dan
Soebagijo merintis karier kepe- wartawan, Soebagijo juga aktif di
ngarangannya sejak zaman Jepang. berbagai organisasi. Misalnya, di
Ia sering menulis di Panji Pustaka SGL Blitar dan SGT Jakarta, ia men-
dan Indonesia Merdeka. Pada awal jadi pengurus pengajian agama Islam.
revolusi kemerdekaan, tepatnya se- Tahun 1946 menjadi pengurus GPII
jak 15 Desember 1945, ia menjadi pe- (Gerakan Pemuda Islam Indonesia)
mimpin redaksi Api Merdeka terbit- dan Pandu Hizbul Wathan-Muha-
an Ikatan Pelajar Indonesia dan Jiwa madiyah Yogyakarta. Selama di Yu-
Islam terbitan Pemuda Islam Indo- goslavia ia juga menjadi Ketua Je-
nesia. Selain sebagai pengarang, Soe- maah Pengajian Indonesia. Meski
bagijo juga seorang jurnalis. Sejak sudah pensiun, Soebagijo masih te-
1956 hingga 1948 ia menjadi warta- tap aktif dalam berbagai organisasi,
wan kantor berita Antara. Namun, di antaranya Panitia Hadiah Dewan
karena Antara berhenti besamaan Pers Jakarta, Pengurus Besar Him-
dengan didudukinya kota Yogyakar- punan Penerjemah Indonesia, Re-
ta oleh Belanda, Soebagijo lalu kem- daksi Ensiklopedi Indonesia Baru,
bali ke Jawa Timur. dan Pengurus Yayasan Gedung-Ge-
dung Bersejarah.
Di samping itu, Soebagijo juga
dikenal sebagai pelopor terbitnya Ketertarikan Soebagijo mengge-
Crita Cekak (1955) dan Poestaka luti bidang kepengarangan dan jur-
Roman sebagai ajang berkreasi para nalistik telah terbentuk sejak kecil.

478 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Ketika itu, oleh orang tuanya diberi tentu lebih berhasil ketika ia harus
tugas rutin untuk mengambil maja- bercerita tentang kepahitan hidup,
lah atau koran langganan yang di- pergulatan batin, gigihnya perjuang-
bayar secara patungan dengan ka- an, maupun dahsyatnya peperangan
wan ayahnya. Tugas itulah yang apabila dibandingkan dengan penga-
memberi kesempatan untuk banyak rang yang sama sekali tidak menga-
membaca. Kesempatan membaca lami masa perang atau tidak mem-
berbagai karya sastra maupun berita punyai referensi tentang situasi pe-
itu akhirnya mendorong minatnya perangan. Begitu pula bagi penga-
untuk menulis. Rasa cinta pada du- rang yang tinggal di pegunungan ten-
nia sastra juga berkat peran ibunya tu saja memiliki konsep estetika dan
(Siti Sutinah) yang sering memper- simbol-simbol yang sama sekali lain
kenalkan karya-karya sastra lama pa- jika dibandingkan dengan pengarang
danya. Dorongan untuk menulis se- yang hidup di tepian pantai. Perbe-
makin besar saat ia mendapat hadiah daan-perbedaan tersebut membuat
buku karangan ibunya; dan hal ini nuansa empirik yang berlainan satu
membuat ia semakin sayang pada dengan lainnya.
ibunya (selain kepada saudara-sau-
daranya). Rasa hormat dan sayang Berangkat dari konsep itulah,
kepada ibunya diungkapkan lewat wajar jika karya-karya Soebagijo
puisi berjudul “Biyungku”. Rasa sa- memiliki ciri khas. Sebagai seorang
yang kepada adiknya juga diung- pendidik, pejuang, wartawan, dan ke-
kapkan melalui puisi di majalah Jaya pasrahannya terhadap Tuhan serta
Baya berjudul “Wanita Utama”. nasib (sebagai orang Jawa), wajar
pula jika ia melahirkan karya-karya
Senjak sebelum perang Soeba- yang bersifat didaktis, berlatar pe-
gijo telah menulis dalam bahasa Ja- rang, penuh muatan moral, dengan
wa di rubrik “Taman Bocah” maja- beberapa tokoh yang taat pada aga-
lah Kejawen dan rubrik “Taman Pu- ma. Latar perang, misalnya, dapat di-
tra” majalah Swara Tama. Ketika cermati dalam cerpen “Katresnan
sekolah di SGT Soebagijo juga me- Cawang Loro”. Di samping itu, du-
nulis sejumlah cerita pendek. Karya nia pendidikan dalam cerpen ini men-
Soebagijo yang menonjol berupa cer- dapat tekanan tertentu lewat tokoh
kak dan guritan yang dimuat di ma- Martono yang bercita-cita menjadi
jalah Panji Pustaka, satu-satunya guru. Sampai-sampai ia mengorban-
majalah yang terbit di masa penja- kan cintanya pada Pratiwi hanya un-
jahan Jepang. Karya cerpen dan tuk mencerdaskan bangsanya. Niat
puisinya yang ditulis sekitar tahun akhir pemuda ini ikut berjuang de-
1943—1949 tersebut kemudian diter- ngan menjadi tentara PETA. Semen-
bitkan dalam bentuk buku antologi tara itu, ketaatan menjalankan iba-
berjudul Seroja Mekar. dah dan sikap nasional seorang pe-
muda Islam terlihat melalui tokoh Is-
Seorang pengarang yang pernah kak dalam cerpen “Nyuwun Pamit
mengalami masa perang, misalnya,

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 479

Kyai”. Hal senada juga terlihat da- sihat, melalui puisi “Ilat” diharap-
lam cerpen “Tukang Jaga ing Tepi- kan manusia mampu mengendalikan
ning Samodra”. Di sisi lain, upaya semua ucapannya.
untuk memajukan dan mencerdas-
kan bangsa terungkap lewat cerpen Puisi Erahing Kagunan meng-
“SSS” dengan keterlibatan tokoh-to- ungkap keinginan akan suatu bentuk
kohnya memberantas buta huruf. kebebasan. Namun, puisi ini menam-
Cerpen ini sesungguhnya ingin me- pilkan pemakaian bahasa yang agak
ngatakan betapa penting peran guru ganjil. Jika tidak menyatukan kese-
dalam rangka mencerdaskan kehi- luruhan baris demi baris dalam mem-
dupan bangsa; salah seorang tokoh- baca puisi ini, akan sulitlah mema-
nya, Siti Pangastuti, bahkan mengu- hami maksudnya. Sebuah lirik yang
tamakan pendidikan dari pada menampilkan ‘perenungan diri’ la-
berumah tangga. zimnya menggunakan bahasa ngoko
sehingga lebih nges, tetapi Soebagijo
Persoalan moral diungkapkan menggunakan bahasa krama. Jika
Soebagijo I.N lewat cerpen “Mas Ti- dicermati, kesederhanaan tercermin
ron” yang terasa begitu satir. Cerpen dalam puisi-puisi yang diciptakan
tersebut mengungkapkan keprihatin- Soebagijo. Permasalahan yang dike-
an terhadap sikap hidup glamor yang depankan adalah masalah keseharian
mulai membudaya di masyarakat. dengan bahasa yang mudah dipa-
Semua tokoh yang diciptakan Soe- hami. Tidak ada upaya pengarang un-
bagijo hampir tidak mengalami per- tuk menciptakan kebaruan-kebaruan
kembangan. Tokoh-tokohnya hanya- yang radikal dalam puisi yang ter-
lah sebuah blue print untuk me- kadang terasa sangat romantik.
nyampaikan pesan moral yang be-
gitu mendominasi hampir keseluruh- soedarma k.d. (1934—1980)
an cerpennya. Efek dari eksistensi to-
koh tersebut adalah longgarnya alur Soedarma K.D. dilahirkan di
dan tidak terjaganya hubungan kau- Ngawen, Wonosari, Yogyakarta,
salitas dalam membangun cerita. pada tanggal 31 Juli 1934 dengan na-
Tanggapan Soebagijo terhadap ke- ma Soedarma. K.D. adalah singkatan
budayaan Jawa tampak melalui be- dari Karto Dwijo (nama ayahnya).
berapa puisinya. Konsep tersebut mi- Tepatnya, ayah Soedarma bernama
salnya mencakupi persoalan pasrah Slamet Karto Dwijo, lahir di Ngawen,
dan nrima. Puisi “Jinontra Donya”, tahun 1911, bekerja sebagai guru SD
misalnya, mengingatkan manusia dan terakhir menjabat Kepala SD
bahwa tidak ada yang kekal di dunia; Ngawen. Ibunya, bernama Suripni,
karenanya diperlukan sikap pasrah kelahiran Wonogiri, tahun 1915.
dan nrima, begitu juga dalam puisi
“Rerengganing Ngaurip”. Kepeka- Soedarma menikah dengan Su-
an mengenai pancaindra juga digu- warsini, seorang guru SD (1957).
nakan pengarang untuk memberi na- Dari pernikahan itu lahirlah enam
orang anak, tetapi anak yang ketiga
dan keenam meninggal dunia. Keem-

480 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pat anak yang masih hidup: (1) Her- Balai Pustaka, Jakarta.Ayah Soedar-
linari Derita, lahir 7 Mei 1958, sar- ma waktu itu berharap agar bakat-
jana Fakultas Sosial Politik UNS, nya menulis dapat diturunkan pada
bekerja di Dinas Pendapatan Daerah anaknya. Benar, kebiasaan ayahnya
Rembang; (2) Lila Lumaris, lahir 28 yang suka menulis membuat Soe-
Maret 1960, lulusan Diploma IAKS, darma akrab dengan dunia baca tu-
bekerja menjadi guru SMU di Ma- lis. Bahkan ketika duduk di SGB ia
gelang; (3) Fani Nurlian, lahir 11 telah menulis cerita anak yang kemu-
Oktober 1962, sarjana Fakultas Hu- dian dimuat majalah Kemuning
kum Universitas Kristen Indonesia, (1953). Kemudian, ketika duduk di
Jakarta, bekerja di Departemen Pen- kelas I SGA (1954), ia mulai menga-
didikan Nasional Jakarta; (4) Lita rang dan mengirimkannya ke ma-
Lalita, lahir 1964, sarjana STIK Se- jalah Waspada, Penjebar Semangat,
marang, menjadi ibu rumah tangga. Kekasihku, Mekar Sari, Jaya Baya,
Dharma Nyata, dan Dharma Kan-
Soedarma mengawali pendidik- da. Karena sering menulis, ia kemu-
annya di SR Ngawen, Gunungkidul, dian diangkat menjadi staf redaksi
Yogyakarta, lulus 1951. Kemudian, di beberapa majalah. Ia juga menjadi
ia melanjutkan ke SGB Kristen Sa- pengasuh rubrik Gupitasari di ma-
latiga, lulus 1953, lalu ke SGA Kris- jalah Mekar Sari. Selain itu, ia juga
ten Surakarta, lulus 1956. Dan ter- menjadi pengasuh “Rubrik Penga-
akhir ia menamatkan pendidikannya rang” yang banyak mengulas ten-
di Pendidikan Guru Sekolah Lanjut- tang karya-karya pengarang sastra
an Tingkat Pertama (PGSLP), Ju- Jawa modern. Satu Ccrkak-nya
rusan Bahasa Indonesia, lulus tahun “Nglari Endah Swasana” diantolo-
1967. gikan oleh Senggono dalam Kuman-
dang (1958).
Soedarma dibesarkan di ling-
kungan keluarga guru; keenam sau- Kreativitas Soedarma berkem-
daranya semua guru. Rupanya ling- bang setelah menikah. Ia kemudian
kungan ikut menentukan dirinya un- lebih banyak menulis novel (saku),
tuk menjadi seorang guru. Ia diang- cerita pendek, cerita anak, dan esai.
kat menjadi guru SD Kemalang Ia pun sering diminta memberi ce-
(1956), tidak lama kemudian men- ramah di di berbagai pertemuan. Hal
jadi Kepala SD Jumbung II dan me- itu membuktikan bahwa keberadaan
rangkap menjadi guru SD Jimbung Soedarma pantas diperhitungkan
I (1958). Selain itu, ia juga melaku- oleh masyarakat pecinta bahasa dan
kan pekerjaan sampingan sebagai sastra Jawa. Dari kepiawaiannya
guru SLTP Negeri Bayat I, Klaten. menulis sastra Jawa ia kemudian di-
angkat sebagai staf redaksi beberapa
Sejak kecil penganut Kristiani ini majalah, seperti Dharma Nyata,
menyaksikan kebiasaan ayah yang ju- Dharma Kanda, Kunthi, Penjebar
ga gemar menulis dan mengarang ce- Semangat, Jaya Baya,
rita. Salah satu karya ayahnya, be-
rupa cerita anak, diterbitkan oleh

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 481

Kumandhang, Kekasihku, Mekar belakang atau kuna. Sastra Jawa
Sari, dan Kuncung. hendaknya benar-benar menjadi mi-
lik masyarakat dan sesuai dengan
Dalam karya-karyanya ia sering apa yang menjadi tujuan penga-
menggunakan nama samaran, se- rangnya.
perti SKD, Amradus, RiniA.R., Dwi
Prasaja, Lien Skd, Leo Eskad, Lila Karya Soedarma K.D. mulai me-
Lumaris, dan Dharmo Kadhe. Ha- narik perhatian pembaca sekitar ta-
nya dalam karyanya yang berupa bu- hun ‘60-an. Seperti halnya genre sas-
ku ia selalu menggunakan nama se- tra yang disebut dengan novel saku,
benarnya, Soedarma K.D. Latar be- novel-novel Soedarmo muncul dan
lakang pendidikan dan pekerjaannya membanjir pada dekade ‘60-an. Ba-
sebagai guru sedikit banyak telah nyak buku tipis yang ditulis penga-
berpengaruh pada tulisan-tulisannya rang angkatan 50-an seperti Widi Wi-
yang bersifat didaktis. Hal itu dapat dayat, Hardjono H.P., Esmiet, Any
dilihat dalam esainya “Nandur Pari Asmara, N. Sakdani, Suparto Brata,
Jero”, “Dhisiplin Tumrap Diri”, dan lain sebagainya. Dengan demi-
“Kudu Luwih Maju Sejangkah”, kian, Soedarma K.D. tidak keting-
“Wigatine Pendhidhikan Prestasi”, galan juga dalam meramaikan pasar
dan “Aja Tanpa Ngerti Apa Aja buku-buku tipis yang disebut novel
Sawise Ngerti”. saku atau panglipur wuyung terse-
but. Novel-novelnya yang seperti itu
Sebagai salah seorang penga- di antaranya Wurung Dadi Insinyur,
rang angkatan perintis, keberadaan Pistul Muni Saut-sautan, Utama-
Soedarma pantas diperhitungkan. ning Kautaman, Rara Jonggrang,
Hal itu terbukti dengan dipilihnya Leladi mring Ibu Partiwi, Sukwati
menjadi Ketua Organisasi Penga- Telu, Ditodhong Pistul Kopong, Ke-
rang Sastra Jawa (OPSJ) pada 25— layu Gebyaring Ayang-ayang, Pelor
27 Agustus 1966, bertempat di Sang- Tembaga, Suksma Nungka Tresna,
gar Bambu, Yogyakarta. Sebagai Ke- Titi, dan lain-lain. Novelnya yang ber-
tua OPSJ ia selalu berpesan dan judul Tanpa Daksa memiliki nilai
menghimbau para penulis muda agar literer berbeda. Buku ini diterbitkan
karya sastra itu dihargai. Selain itu, oleh Pustaka Jaya (1976) dan men-
dalam tulisannya yang berjudul “Sas- dapat banyak tanggapan dari pem-
tra dan Pengarangnya Kurang Da- baca. Kumpulan cerpennya Asmara
rah” pada Sarasehan Sastra Jawa Ing Balet Ramayana telah berhasil
yang diselenggarakan di Surakarta diterbitkan oleh F.A. Trikarsa, Sala.
tanggal 28—31 Mei 1979, ia juga Di samping itu, cerpennya berjudul
menghimbau kepada para penulis “Nglari Endah Swasana” (Waspa-
muda agar patokan-patokan sastra da, 21 Juli 1956) dikumpulkan ber-
diperbaiki. Dengan begitu, sastra Ja- sama dengan 16 cerpen yang lain kar-
wa dapat disejajarkan mutunya de- ya 14 pengarang yang diterbitkan
ngan sastra mana pun sehingga sas- oleh Senggono dalam Kumandhang
tra Jawa tidak akan dikatakan ter-

482 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Balai Pustaka, 1958). Cerpennya alami sekembali dari menonton per-
“Tuyul” juga masuk dalam Bunga tandingan sepak bola di Desa Jiwo,
Rampai Sastra Jawa Mutakhir kar- Mbirit, Wedi, Klaten (kurang lebih
ya J.J. Ras (1979). satu setengah kilometer dari rumah-
nya). Jenazahnya disemayamkan di
Dalam perjalanan kariernya se- Pemakaman Birit dekat tempat ting-
bagai sastrawan Jawa, Soedarma di- galnya. Ia meninggal di saat masih
kenal juga sebagai penulis buku ce- produktif. Ia meninggalkan karya-
rita anak bahasa Indonesia. Banyak karyanya yang tersebar di berbagai
cerita anaknya (kurang lebih 40 ju- majalah, koran, dan buku-buku.
dul) yang telah diterbitkan Departe-
men Pendidikan dan Kebudayaan soedjono roestam
untuk bacaan murid-murid SD. Di
samping itu, masih banyak tulisan- Nama Soedjono Roestam hanya
nya yang lainyang dimuat majalah muncul dalam rubrik “Caios Ce-
anak-anak, seperti Bobo, Kuncung, kak” majalah Kajawen. Tidak dite-
dan Cemerlang. Walaupun Soedar- mukan data apa pun mengenai iden-
ma tidak dikenal sebagai penerje- titas dirinya. Yang dapat ditemukan
mah, ia ternyata telah menerjemah- hanyalah beberapa cerkak karyanya.
kan novel karya Alexander Dumas Menurut informasi Muryalelana
(Perancis) berjudul Margaretta (alm.), kemungkinan nama itu adalah
Gauthier ke dalam bahasa Jawa. nama samaran salah seorang redaksi
Terjemahan itu dimuat Dharma majalah Kajawen. Dilihat dari gaya
Kanda No. 50, Tahun I, Minggu ke- berceritanya yang lucu, dimungkin-
4, Oktober 1970. kan sifat humor pengarang ini dekat
dengan sifat humor Poerwadarminta.
Dalam mengarungi dunia ka- Sebab, sehari-harinya Poerwadar-
rang-mengarang, Soedarma pernah minta dikenal senang melucu. Selain
mendapatkan penghargaan sebagai itu, Poerwadarminta juga dikenal se-
juara I dalam sayembara mengarang bagai penulis (dan pengasuh) rubrik
cerpen (Jawa) yang diadakan oleh “Rembaganipun Petruk kaliyan
Mekar Sari (1960). Kemudian, ber- Gareng” dalammajalah tersebut. Na-
kat prestasinya sebagai pengarang ma rubrik tersebut memang tidak se-
yang banyak menulis prosa, ia men- lalu dimunculkan. Yang penting di
dapat penghargaan dari Gubernur dalam rubrik yang diasuh itu ia me-
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Te- nempatkan diri sebagai Petruk, se-
ngah, tanggal 17 Agustus 1977. Hal orang tokoh punakawan Pandawa
itu membuktikan Soedarma K.D. yang cerdas tetapi lucu.
pantas diakui sebagai pengarang
yang berjasa mengembangkan kesu- Rubrik yang diasuh Poerwadar-
sastraan Jawa modern. minta membawakan misi atau kebi-
jakan pemerintah dalam menghadapi
Soedarma K.D. meninggal hari perkembangan informasi baru dari
Jumat, tanggal 3 Mei 1980, pukul luar yang waktu itu mulai gencar.
18.00, akibat kecelakaan yang di-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 483

Misalnya, dalam salah satu edisi ru- dan “Mas Tirtamandura Badhe
brik ini dibahas masalah “Basa Jawa Ndandosi Griyanipun … Kapeksa
ing Peres” (28 November; 5 Desem- Pados Sambutan” (Kajawen, 17 Fe-
ber 1941). Rubrik ini digarap mela- bruari 1942). Seperti halnya karya-
lui format dialog antara Gareng dan karya Krendhadigdaja, karya Soe-
Petruk yang keduanya secara ikonik djono Roestam pun digarap dengan
mirip dengan tokoh Petruk dan Ga- gaya humor yang tinggi; yang ber-
reng dalam dunia wayang. Kedua to- beda hanyalah dalam hal bahasa pe-
koh tersebut menggelar gagasan de- ngantar yang digunakan. Bahasa pe-
ngan bahasa ngoko andhap, tidak ngantar dalam cerpen-cerpen Soe-
dengan bahasa krama.Apakah hal itu djono Roestam ngoko andhap, se-
disebabkan karena dunia kedua tokoh dangkan bahasa pengantar dalam
wayang itu adalah “orang kecil”? cerpen-cerpen Krendhadigdaja kra-
Jawabnya wallahualam. ma. Meskipun demikian, humor di
dalamnya tetap dominan.
Di samping itu, apabila kita ingin
mendapatkan kejelasan apakah be- Seperti halnya dalam karya
nar Soedjono Roestam adalah Poer- Krendhadigdaja yang bertema didak-
wadarminta? Jawabnya juga walla- tis, cerpen Soedjono Roestam ini pun
hualam karena bahasa pengantar bertema didaktis, yaitu “jangan ce-
yang digunakan pengarang ini bukan pat-cepat mengambil keputusan
bahasa ngoko andhap, tetapi krama. pada saat hati sedang cemburu dan
Ragam ngoko hanya digunakan un- marah.” Hal itu terlihat, misalnya,
tuk wacana dialog. Dalam wacana pada sikap Mbok Mas Tirtamandu-
tersebut penggunaan bahasa dise- ra. Ia marah kepada suami dan cem-
suaikan dengan fakta empirik ma- buru kepada pembantu, yang disulut
syarakat yang menerapkan undha- oleh lenyapnya (secara tiba-tiba) ke-
usuk bagi hubungan antarmanusia baya sutra hijaunya, juga oleh sikap
sehari-hari. Fakta inilah yang mene- ramah suami kepada pembantunya,
gaskan simpulan bahwa Soedjono sehingga ia memutuskan untuk me-
Roestam bukan Poerwadarminta. Ge- mecat pembantunya. Padahal, anak-
lapnya informasi mengenai penga- anaknyalah yang mengambil baju
rang-pengarang dalam sistem redak- sutra hijau itu untuk bermain pengan-
si masa lalu memang mempersulit tin-pengantinan. Di samping itu, ben-
upaya memastikan identitas menge- tuk mulut suaminya memang lebar,
nai pengarang ini. yang mengesankan selalu tersenyum.

Soedjono Roestam diketahui ha- Soedjono Roestam mengambil
nya sebagai cerpenis karena karya situasi sehari-hari yang terkesan lucu
yang muncul dalam majalah itu ha- karena terbangun oleh sifat Mas dan
nya karya jenis cerpen. Misalnya, dua Mbokmas Tirta yang mudah gugup.
buah cerpennya, “Polatan Su- Sifat semacam itu, biasanya, mudah
meh…Mbedhahaken Kanthongan mengesampingkan akal sehat sehing-
Jas” (Kajawen, 13 Januari 1942) ga seringkali menciptakan ironi-ironi

484 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang menimbulkan suasana geli. karena pada hari H itu Mas Tirta ke-
Mas Tirta terpaksa meminjam uang datangan tamu yang berpakaian ra-
—yang sebenarnya memang dibu- pi, yang dikiranya calon pemilik da-
tuhkan— bukan dari salah seorang na. Tanpa banyak bertanya, suami-
keluarga, tetapi justru dari orang lain istri Tirtamandura mengembangkan
(penjaja jarum mesin). pembicaraan—tanpa basa-basi—
tentang calon uang pinjaman, calon
Sementara itu, cerpen “Mas Tir- bunga, dan sebagainya, sambil …
tamandoera badhe Ndandosi Gri- menjamu tamunya dengan sangat
yanipun … Kapeksa Pados Sambut- baik. Sampai akhirnya mereka tahu
an…” termasuk juga cerpen humor. bahwa tamu tak dikenal itu adalah
Sebab, pengarang mengedepankan penjual jarum, bukan calon pemilik
dua hal yang bertentangan: (akan modal. Tamu yang sesungguhnya di-
merenovasi rumah) tetapi (terpaksa harapkan itu ternyata sakit dan urung
mencari pinjaman). Kata badhe datang. Padahal, Mas Tirta berdua
‘akan’ di sini berarti ada niatan untuk sudah menjamu dengan mahal dan
melakukan sesuatu, sama dengan is- sudah berembug tentang calon uang
tilah “will/shall” dalam bahasa Ing- yang akan dihutang itu.
gris, bukan “to be going to”, yang
menegaskan bahwa sesuatu pasti Cerpen diakhiri dengan amat iro-
akan dilakukan. Makna inilah yang nis pula, yaitu Mas Tirtamandura
dipermainkan di dalam cerpen ini. meminjam uang dari si penjual ja-
rum, dan masih diperlucu lagi, yaitu
Cerpen diawali dengan konflik dengan membeli 5 jarum jahit yang
antara Mas Tirtamandura dan istri- sebenarnya tidak perlu dibeli. Jadi,
nya mengenai rencana biaya reno- ketergesa-gesaan seseorang sering-
vasi rumah. Ia meminta istrinya me- kali menyebabkan orang melakukan
relakan subangnya untuk sebagian tindakan tanpa nalar, bahkan konyol.
biaya yang dibutuhkan. Namun, istri- Pengedepanan analogi-analogi se-
nya menolak dan menyarankan macam ini seringkali membangun
suaminya meminjam uang. Usul ini suasana menggelikan karena terja-
diterima dan mereka segera menda- dinya miskomunikasi kepentingan
pat calon sumber dana yang bersedia antara tokoh satu dengan lainnya.
meminjami uang. Uang itu akan di- Soedjono Roestam memang sangat
bawa sendiri oleh si pemilik, pada mahir membuat cerita lucu walau-
hari Sabtu siang. Kedatangan calon pun hanya dari objek yang ringan.
pemberi dana itu dipelajari dengan Di samping itu, seperti yang digaris-
cermat oleh suami-istri tersebut, bah- kan oleh Kajawen, ia tetap menggu-
kan terkesan berlebihan, padahal me- nakan ragam krama dalam narasi.
reka belum pernah bertemu. Unsur
ketidaktahuan inilah yang dikede- soegeng tjakrasoewignja
pankan dan diprediksi memungkin-
kan timbulnya kelucuan-kelucuan. Soegeng Tjakrasoewignja ada-
Di dalam cerpen ini kelucuan terjadi lah penulis novel Ayu Ingkang Siyal

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 485

(Balai Pustaka, 1930). Meskipun jati batnya, Juriyah memilih untuk bu-
dirinya tidak diketahui secara pasti, nuh diri.
melalui novel itu diduga ia adalah
pengarang yang berpendidikan mo- Novel Ayu Ingkang Siyal digu-
dern. Di dalam novel itu diceritakan bah dalam bahasa Jawa berhuruf La-
bahwa Juriyah, satu-satunya putri Ja- tin. Berdasarkan persoalan dan kisah
yadikarsa, mantan lurah, yang ber- tokoh utama dalam novel itu dapat
tempat tinggal di Kawirayudan. Ka- dikatakan bahwa pengarang cende-
rena kecantikannya, Juriyah menjadi rung mengikuti pola pikir modern.
congkak. Kesombongannya tampak Hal itu tampak pada sikap Juriyah
pada sikapnya yang menolak semua yang menghendaki suami tampan dan
pria yang ingin mempersuntingnya. berstatus pegawai. Wanita itu juga
Sikap Juriyah itu menimbulkan ke- melakukan penolakan terhadap tra-
bingungan orang tua sehingga ayah- disi kawin paksa yang dianut oleh
nya jatuh sakit. Akhirnya, Juriyah orang tua. Pada waktu itu, untuk
bersedia dinikahkan dengan Marga- menjadi pegawai, seseorang terlebih
na, seorang pria yang telah lama dahulu harus memiliki latar belakang
membantu Jayadikarsa. Akan tetapi, pendidikan formal yang memadai. Se-
Juriyah tidak dapat mencintainya ka- kolah formal yang sebagian besar di-
rena dirinya menginginkan suami dirikan oleh pemerintah kolonial itu
yang tampan dan seorang pegawai. sebagai “jendela” bagi masyarakat
Perkawinan itu kemudian kandas pribumi untuk memasuki perabadan
setelah ada pihak ketiga yang mem- modern. Akan tetapi, Soegeng Tja-
fitnahnya. Juriyah segera meminta krasoewignja belum sepenuhnya me-
kepada suaminya untuk diceraikan. lakukan “pemberontakan” terhadap
Sesudah itu, Juriyah dinikahkan de- tradisi dan mengikuti budaya mo-
ngan seorang pegawai yang tampan dern. Kegagalan perkawinan Juriyah
bernama R. Sudira sesuai keingin- dengan Margana yang membawa di-
annya. Perkawinan yang kedua pun rinya tidak mampu menolak R. Su-
gagal setelah Juriyah tidak dapat di- dira menggambarkan “keraguan” pe-
terima oleh orang tua R. Sudira de- ngarang dalam memasuki budaya
ngan alasan wanita itu berasal dari modern secara total.
keluarga desa. Akibatnya, setelah
perceraian yang kedua itu, Juriyah soekarman sastrodiwiryo
menyesali nasibnya yang kurang ber- (1946—)
untung dalam berumah tangga. Ia
memutuskan untuk kembali kepada Soekarman lahir di Tarub, Ta-
orang tuanya. Akan tetapi, Juriyah wangharjo, Purwodadi, Grobogan,
tidak mampu menjaga emosinya ke- Jawa Tengah, 15 September 1946.
tika mengetahui Margana telah men- Jadi, ia sebaya dengan pengarang-pe-
jadi pegawai dan telah beristri. Aki- ngarang terkenal lainnya seperti Poer
Adhie Prawoto, Djajus Pete, dan
Anjrah Lelanabrata. Ia meninggal
pada 19 Agustus 1986. Almarhum

486 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pernah mengenyam pendidikan sam- soenarno sisworahardjo
pai SMP. Di tengah kesibukannya (1904—)
menekuni pekerjaan pokoknya se-
bagai petani, Soekarman menyem- Sebenarnya Soenarno Siswora-
patkan diri menulis guritan. Karya- hardjo adalah pengarang yang me-
nya pertama kalii dimuat di Dharma ngawali karier kepengarangannya
Nyata. pada masa sebelum kemerdekaan,
tetapi ia justru aktif pada masa ke-
Melalui Dhama Nyata itulah ek- merdekaan. Pengarang yang nama
sistensi Soekarman mulai dikenal. kecilnya adalah Soenarno ini lahir di
Kemudian, karya-karyanya, selain Sukoharjo, Surakarta, Jawa Tengah,
banyak dimuat Dharma Nyata, ter- pada tanggal 19 Januari 1904. Dili-
sebar pula di Dharma Kandha, Pa- hat garis keturunan ayahnya (Har-
rikesit, Jaya Baya, Kemandhang, djasoedarso), ia adalah cucu Ngabei
Djaka Lodang, dan Pustaka Can- Pantjabratang, seorang Panewu Gu-
dra. Di samping menulis dalam ba- nung di wilayah Jatisrono, Wonogiri,
hasa Jawa, Soekarman juga menulis Surakarta, Jawa Tengah. Dilihat dari
dalam bahasa Indonesia. Karya-kar- garis keturunan ibunya, ia adalah cu-
yanya dalam bahasa Indonesia se- cu Ngabei Soetasoedarso, seorang
ring muncul dalam mingguan Baha- Panewu Distrik di Sukoharjo, Su-
ri, Simponi, dan Minggu Ini. rakarta, Jawa tengah, pada masa pe-
merintahan Pakoe Boewono X. Jadi,
Pada tahun 1973, guritan kar- dilihat dari garis keturunan kedua-
yanya berjudul “Amit” mendapat nya, Soenarno dapat dikatakan se-
penghargaan sebagai juara III dalam bagai tedhaking kusuma rembesing
sebuah lomba yang diselenggarakan madu wijiling andanawarih ‘ketu-
oleh PKJT Sasanamulya Surakarta. runan darah biru dan anak seorang
Selanjutnya, pada tahun 1975, seba- pertapa’.
gian karyanya dibukukan dalam ben-
tuk stensilan oleh PKJT Sasanamul- Semasa kecil Soenarno tidak
ya Surakarta dengan judul Dudu mengenyam kebahagiaan karena ke-
Anu. Karya guritan lainnya dihim- tika dia berumur dua tahun sang ayah
pun oleh Susatyo Darwani dan Su- (Hardjasoedarso) meninggal (1906).
ripan Sadi Hutono dalam buku an- Pada tahun 1915, kakeknya, Ngabei
tologi yang dieditorinya. Dan Soe- Sutasoedarso, juga meninggal (da-
karman termasuk pengarang yang lam usia 94 tahun). Harta warisan
aktif hadir dalam berbagai sarasehan satu-satunya peninggalan ayahnya
atau diskusi sastra di berbagai tem- yang berupa tanah bengkok telah ha-
pat. Ketika PKJT rutin menyeleng- bis karena ditipu orang. Dengan de-
garakan sarasehan pengarang sastra mikian, kehidupan Soenarno, yang
Jawa, Soekarman tidak pernah ab- pada waktu itu tinggal bersama ibu-
sen. nya, penuh keprihatinan. Setelah usia
remaja, ia tinggal bersama kakaknya
di Malang, Jawa Timur. Di kota itu-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 487

lah kehidupan Soenarno sedikit mem- rupa fiksi (novel) ada dua, yaitu Pra-
baik. Ia diterima di Normal School wan Tuwa (1938) dan Sinta (1957).
dan mendapatkan ‘uang saku’ dari Prawan Tuwa (Balai Pustaka, 1938)
sekolah itu. Ia kemudian diangkat merupakan terjemahan dari karya
menjadi guru di Bogokidul. Bebera- Ong Khing Han berjudul Perawan
pa tahun kemudian pindah ke Sura- Tuwa yang pernah dimuat di majalah
baya menjadi guru tetap di Taman Penghidupan (Januari, 1930). Se-
Siswa. Di sela-sela kesibukan beker- mentara itu, novel Sinta (Balai Pus-
ja dan mengajar, ia tidak pernah lupa taka,1957) adalah karya asli Soenar-
menulis (mengarang). Karena sering no. Adapun buku yang berupa non-
menulis, kemudian ia dipercaya men- fiksi (antologi artikel) adalah Pitu-
jadi pembantu tetap majalah Keka- duhe Ngaurip (1962), Bathok Bolu
sihku, belakangan juga di Jaya Baya Isi Madu (1961), Biografi Sunan
(Dojosantosa, 1990). Setelah pensi- Kalijaga (1951), dan Sastra Jendra
un pada 1 April 1964, Soenarno Sis- Hayuningrat.
worahardjo kemudian pindah ke Ja-
karta menjadi pegawai pada Kemen- Di dalam karya-karyanya Soe-
terian Dalam Negeri. narno tidak selalu mencantumkan
namanya. Ia terkadang mencantum-
Soenarno mulai menulis sejak ta- kan nama samaran Soesi atau SS
hun 1930-an dan masih aktif hingga (singkatan dari nama Soenarno Sis-
1980-an. Dilihat kiprahnya yang worahardjo). Penggunaan nama sa-
panjang itu (sekitar 50 tahun), Soe- maran itu bagi Soenarno agar tidak
narno tidak mungkin dapat dipisah- menimbulkan kejenuhan bagi pemba-
kan dari kehidupan dan perjalanan ca karyanya. Dilihat dari karya yang
sastra Jawa modern. Soenarno meru- dihasilkannya, pembaca yang menja-
pakan pengarang yang tetap mem- di sasaran Soenarno adalah orang de-
pertahankan eksistensinya sebagai wasa (bukan anak-anak) yang dapat
penulis Jawa dan tidak berkeinginan memahami bahasa Jawa dengan
menulis dalam bahasa Indonesia. Ia baik.
barangkali dapat disejajarkan dengan
para pengarang lain, seperti Hardja- Soenarno Sisworahardjo adalah
wiraga atau M.W. Asmawinangoen. sosok laki-laki yang juga sangat suka
menciptakan tokoh-tokoh perempu-
Pada masa kemerdekaan, karya- an. Hal itu terlihat, misalnya, di da-
karya Soenarno tersebar di berbagai lam novel Sinta dan Prawan Tuwa,
media massa, seperti Jaya Baya, Pa- ia menonjolkan tokoh wanita. Seperti
njebar Semangat, Jaka Lodhang, telah dinyatakan bahwa Soenarno
Mekar Sari, Kekasihku, Dharma adalah seorang priyayi (dengan gelar
Nyata, Kunthi, Kumandhang, Pari- R atau Raden). Gelar kebangsawan-
kesit, Gotong Royong, dan Waspa- an itu kadang-kadang juga diguna-
da. Hingga kini Soenarno telah me- kan dalam karangan-karangannya.
nerbitkan enam buah buku berupa Dalam novel Sinta, gambaran ke-
fiksi dan nonfiksi. Karya yang be- priayian itu diungkapkan lewat to-

488 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

koh Sastrawigena, orang tua Sinta, sebagian besar pengarang Jawa yang
yang ingin menyekolahkan anaknya karyanya diterbitkan oleh Balai Pus-
ke sekolah favorit HIS Muhamma- taka, ia adalah pengarang yang se-
diyah di Klaten. Dengan masuknya paham dengan kebijakan pemerin-
Sinta ke sekolah yang muridnya ma- tah. Novel itu mencerminkan pema-
yoritas anak-anak priayi itu, Sastra- haman sosial yang baik sebagai buk-
wigena berharap dapat mengubah ti kepandaian Soeradi memainkan
status Sinta menjadi seorang priayi. peran sosialnya baik sebagai abdi
pemerintah kolonial maupun sebagai
Novel Sinta antara lain juga me- pribumi yang memiliki harga diri se-
ngungkapkan persoalan Islam bagai sebuah bangsa. Pemahaman
abangan dan Islam mutihan yang demikian hanya mungkin disajikan
berlaku pada saat itu. Tokoh Sinta oleh seorang yang memiliki tingkat
dan keluarganya digambarkan seba- intelektual yang tinggi.
gai abangan (beragama Islam tetapi
tidak menjalankan rukun Islam de- Novel Wisaning Agesang meru-
ngan sempurna) yang masih percaya pakan novel Jawa prakemerdekaan
dan memelihara warisan budaya le- yang bersifat melawan dominasi ko-
luhur. Sementara itu, tokoh Achmad lonial. Karya seperti ini jarang dite-
Syamsuri digambarkan sebagai mukan dalam sastra Jawa. Novel itu
orang mutihan. Tokoh Achmad dapat lolos sensor Balai Pustaka ber-
Syamsuri agaknya sengaja dicipta- kat kepandaian Soeradi menampil-
kan untuk membimbing dan mena- kan sisi buruk kehidupan bangsa Be-
sihati keluarga M. Sastrawigena landa yang diramu dengan penam-
(orang tua Sinta) khususnya dan pem- pilan yang cukup dominan sisi buruk
baca umumnya agar mereka berlaku masyarakat pribumi. Sementara itu,
benar dalam hidup. Selain itu, lewat persoalan yang diungkap dalam no-
tokoh-tokohnya pengarang mencoba vel Anteping Wanita juga tidak jauh
mendobrak tradisi poligami yang berbeda dengan apa yang diungkap
berlaku pada saat itu. Hal ini tampak dalam Wisaning Agesang. Kedua-
pada sikap Sinta ketika menolak ke- nya mengangkat pentingnya memba-
inginan suaminya yang ingin kawin ngun kehidupan rumah tangga mo-
lagi. Sebagaimana karya seorang gu- dern yang harmonis tanpa melepas-
ru pada umumnya, karya Soenarno kan diri dari norma etika Jawa. Dari
Sisworahardjo juga banyak mengan- dua karya tersebut dapat diduga ke-
dung nilai pendidikan (bersifat di- mungkinan Soeradi Wirjoharsana
daktis). adalah guru. Kedua novel itu dimak-
sudkan sebagai pendidikan keluarga,
soeradi wirjoharsana misalnya perlunya menghindari ter-
jadinya perselingkuhan yang dapat
Soeradi Wirjoharsana adalah pe- menyebabkan kehancuran rumah
nulis novel Wisaning Agesang (Ba- tangga.
lai Pustaka,1928) dan Anteping Wa-
nita (Balai Pustaka, 1929). Seperti

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 489

Perbedaan kedua novel tersebut dupnya, pengarang ini hanya mener-
hanya terletak pada kategori sosok bitkan tiga novel, yaitu Sukaca
yang melakukan ‘selingkuh’. Novel (1928), Katresnan (1928), dan Kan-
pertama menampilkan tokoh wanita ca Anyar (1928), ketiganya diterbit-
sebagai pihak yang mejadi penyebab kan oleh Balai Pustaka.
kehancuran rumah tangga orang lain
(Raden Ajeng Sujinah). Sementara Seperti halnya sebagian besar pe-
itu, pelaku affair dalam novel kedua ngarang Jawa pada masa itu, bio-
adalah seorang pria pegawai peme- grafi Soeratman Sastradihardja tidak
rintah (Sukarna). Namun, kedua no- dapat diungkapkan secara pasti. Hal
vel itu menampilkan sisi yang sama itu disebabkan oleh belum mentra-
yakni sosok wanita Jawa yang lega- disinya penulisan biografi pengarang
wa menerima perlakuan buruk dari Jawa pada saat itu. Dengan demiki-
pasangan hidupnya. Penerimaan me- an, jati diri pengarang tersebut hanya
reka itu dilandasi oleh pandangan dapat diketahui (serba sedikit) dari
bahwa wanita harus memiliki kesa- faktor-faktor di sekitar karya yang
baran sebagai bekal membangun ke- ditulisnya.
utuhan rumah tangga.
Menilik persoalan yang dikemu-
Berdasarkan persoalan yang di- kakan di dalam novel-novelnya da-
garap dalam Wisaning Agesang pat dikatakan bahwa Soeratman
(1928) dan Anteping Wanita (1929) Sastradihardja adalah sosok seorang
dapat diduga bahwa Soeradi Wirjo- Jawa yang berpikiran modern. Hal itu
harsana adalah sosok pribumi yang tidak terlepas dari pendidikan yang
tidak sepenuhnya mengabdi kepada diikutinya, yakni pendidikan formal
kepentingan kolonial Belanda sehing- yang dikelola secara modern (Barat).
ga berani menampilkan keburukan si- Sebagai orang modern dan intelek
fat orang-orang Belanda. Kepribadi- Soeratman memiliki sikap kritis ter-
an Raden Ajeng Sujinah yang dise- hadap budaya bangsa yang dinilai
but sebagai setan alas tidak terlepas kurang sesuai dengan pola-pola ke-
dari pengalaman hidupnya bersama hidupan modern. Di samping itu, Soe-
laki-laki Belanda. ratman dapat dipastikan sebagai pe-
gawai pemerintah sehingga ia tidak
soeratman sastradihardja mampu melepaskan diri dari kebi-
jakan kolonial yang selalu ingin men-
Soeratman Sastradihardja ada- jaga kewibawaannya di hadapan pri-
lah salah seorang pengarang sastra bumi. Akibatnya, ia terbawa arus
Jawa periode prakemerdekaan. Pe- menjadi corong pemerintah (Belan-
ngarang ini seusia dengan Hardja- da). Salah satu kebijakan Belanda da-
disastra, Ardjasoeparta, dan Djaka lam memasyarakatkan bacaan bagi
Lelana. Soeratman yang memiliki na- penduduk pribumi adalah agar pen-
ma lengkap Soeratman Sastradihar- duduk pribumi mengagumi budaya
dja tergolong pengarang novel Jawa Barat yang modern. Hal itu terlihat
yang tidak produktif. Sepanjang hi- jelas novel Sukaca.

490 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Berdasarkan pemikiran tersebut, menjabat sebagai hakim di pengadil-
sikap kritis Soeratman Sastradihar- an negeri Surakarta, ia aktif di or-
dja terhadap budaya tradisional da- ganisasi pergerakan pemuda. Bersa-
lam novel Sukaca jelas dimaksudkan ma-sama dengan kaum muda intelek,
untuk menciptakan citra buruk bagi ia mendirikan “Indonesia Studie
pribumi. Sebaliknya, penilaian baik Club”. Karena organisasi pemuda itu
pada budaya modern (tradisi makan, dianggap membahayakan pemerintah
moralitas, dan pendidikan) dimak- Belanda, ia dipindah ke Bogor de-
sudkan agar budaya modern (Barat) ngan alasan pegawai pemerintah ti-
berada di atas atau mengungguli bu- dak boleh terjun ke organisasi poli-
daya tradisional yang disebutnya ko- tik. Meskipun dilarang, ia tetap aktif
lot itu. Dengan demikian, dapat di- memperjuangkan rakyat untuk me-
simpulkan bahwa Soeratman adalah ngusir penjajah. Maka, pada tahun
orang Balai Pustaka yang berkewa- 1940, ia diwisuda menjadi anggota
jiban membela kepentingan pemerin- pengurus besar Partindo.
tah (kolonial) dalam menjaga kewi-
bawaannya di mata pribumi. Pada awal-awal kemerdekaan, ia
juga berjuang bersama-sama dengan
soesanto tirtoprodjo (1900— gerilyawan lainnya. Pada 24 Febru-
1969) ari 1949, hampir saja ia ditembak
oleh prajurit Belanda. Waktu itu, ter-
Soesanto Tirtoprodjo lahir di Su- masuk bersama Menteri Supena, ia
rakarta pada 3 Maret 1900. Ia putra berjuang untuk melawan penjajah
seorang bangsawan di Surakarta (Ja- yang ingin kembali berkuasa di bumi
wa) yang kaya raya. Karena itu, ber- pertiwi. Di samping itu, ia juga ber-
sama saudaranya (Wiryono), ia dise- juang melalui partai politik, yakni
kolahkan ke Betawi (Jakarta). Mas Partai Nasional Indonesia yang didi-
Susanto seorang yang cerdas. Pada rikan oleh Bung Karno. Karena per-
tahun 1920 ia lulus dari Rechts- juangannya itu, pada tahun 1960, ia
School (Sekolah Hakim) dengan ni- mendapat penghargaan Bintang Ma-
lai cumlaude. Karena itu, ia diberi haputrta Kelas III dan Bintang Ge-
kesempatan untuk belajar ke Univer- rilya dari Presiden Republik Indo-
sitas Leiden di Belanda, lulus tahun nesia.
1922. Setelah itu, ia melanjutkan ke
tingkat Doktoral Nederland Indische Karier pekerjaan Soesanto di-
Recht. Pada tahun 1925, ia menem- awali dari pegawi pamongpraja di
puh ujian, lulus dengan predikat ter- Pengadilan Negeri Surakarta tahun
baik, sehingga mendapat pengharga- 1925. Karena terlibat dalam organi-
an “Kanaka Prys” dari perguruan sasi yang dianggap membahayakan
tinggi tersebut. pemerintah, ia dipindah ke Bogor. Ia
bekerja sebagai hakim cukup lama.
Selain pengarang, Susanto juga Maka, pada tahun 1940, ia diwisuda
seorang pejuang, politikus, dan ne- menjadi Burgermeester atau Wali-
garawan. Sebagai pejuang, ketika kota di Gemeente, Madiun. Karena

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 491

bekerja sebagai walikota itu, ia bisa somdani (1938—)
dipilih menjadi anggota Vereeniging
Locale Belangen, yaitu perkumpul- Somdani atau lebih dikenal de-
an kepentingan-kepentingan Daerah ngan nama Pak Som atau Mas Dhani
Swatantra yang sebagian besar ang- dilahirkan di Sragen, 16 Juni 1938.
gotanya bangsa Belanda. Selanjut- Ia putra kedua dari lima bersaudara.
nya, pada 1944 —1945, ia menjadi Ayahnya bernama Atmo Sutarjo, se-
Bupati Ponorogo. dangkan ibunya bernama Supartinah
(keduanya telah almarhum). Som-
Pada tahun 1946 ia diangkat dani dan keluarganya hidup di ling-
menjadi Residen Madiun. Di era awal kungan masyarakat Jawa yang ber-
kemerdekaan ini, negara masih da- agama Islam. Maka, tidaklah heran
lam keadaan kacau karena keterli- jika selulus sekolah rakyat (SR/SD),
batan penjajah Belanda yang ingin Somdani disekolahkan di SMP Mu-
berkuasa lagi di Indonesia. Selanjut- hammadiyah. Bahkan, selulus SMP,
nya, sejak zaman Kabinet Sjahrir III Somdani melanjutkan di SMA Mu-
(2 Oktober 1946—27 Juni 1947) hammadiyah Pasar Beling, Surakar-
sampai dengan kabinet Hatta II (4 ta. Untuk menunjang bakat kepenga-
Agustus 1949—20 Desember 1949), rangannya, Somdani pernah mengi-
ia menjabat sebagai Menteri Keha- kuti kursus tertulis jurnalistik. Tetapi
kiman. Selanjutnya, pada 29 Desem- sayang, ia tidak sempat mengenyam
ber 1949—21 Januari 1950, selain jadi wartawan.
sebagai Perdana Menteri, ia juga se-
bagai Menteri Kehakiman. Pada za- Selain sebagai penulis, Mas Dha-
man Kabinet Halim (21 Januari ni juga bekerja sebagai karyawan Ko-
1950—6 September 1950), Soesanto perasi Unit Desa (KUD) di desanya.
menjabat sebagai Menteri Dalam Selain itu, untuk mencukupi kebu-
Negeri. tuhan sehari-hari, ia bekerja pokok
sebagai petani. Kemudian, di dalam
Setelah lama menjabat sebagai organisasi keagamaan, Mas Dhani
menteri, ia menjabat sebagai Guber- sangat aktif. Sewaktu sekolah, ia ak-
nur Nusa Tenggara sampai tahun tif di Pemuda Muhammadiyah, GPII,
1952. Tahun 1952—1955, ia men- aktivis masjid, serta aktif di kepan-
jabat sebagai Kepala Perwakilan Re- duan Hisbul Wathon (HW).
publik Indonesia di Belanda. Pada
tahun 1955—1959, ia menjadi duta Dalam hal tulis-menulis, ia telah
besar di Prancis. Setelah itu, ia kem- memulai sejak tahun 70-an. Namun,
bali ke tanah air dan menjabat seba- tiba-tiba kegiatan itu berhenti tanpa
gai Kepala Lembaga Hukum Nasio- alasan. Pada tahun 1996, ia menerima
nal. Ia pensiun pada tahun 1963. Ia kiriman mesin ketik dari adiknya yang
meninggal tanggal 16 November tinggal di Jakarta. Mulai saat itu, ba-
1969. Jenazahnya dimakamkan di kat menulis yang selama beberapa
Taman Pahlawan, Surakarta. tahun terpendam muncul lagi. Sebe-
narnya, ia menulis hanyalah sebagai
hobi dan untuk mengisi waktu luang.

492 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Karena menulis juga mendatangkan wan Pos, Buana Minggu, maupun
uang, akhirnya kegiatan menulis berbahasa Jawa seperti Mekar Sari,
menjadi pekerjaan sampingan yang Djaka Lodhang, Jawa Anyar, Panje-
cukup penting. bar Semangat, dan Jaya Baya.

Sebagai pengarang sastra Jawa, Karya-karya Somdani yang te-
ia berpandangan bahwa sastra Jawa lah dimuat di majalah berbahasa Ja-
lebih indah daripada sastra Indone- wa, antara lain, “Apa Tumon” (tiga
sia. Maka, ia berharap agar di era jilid), “Saliman Kroto”, “Manuk
otonomi ini, pemerintah daerah lebih Alap-alap”, “Nemu Dhompet”, “Ku-
memikirkan kelestarian bahasa dan tuk Marani Sunduk”, “Ngrewangi
sastra Jawa dengan cara mengangkat Wong Tuwa”, “Triwik”, “Salimin
guru bahasa Jawa, menyubsidi pe- Prenjak”, “Catur Pinesthi”, “Je-
nerbitan sastra Jawa, bahkan mem- bule”, “Gandhoke Didol”, “Remuk
prakarsai penerbitan majalah berba- Rempu”, “Lesus Reformasi”, “Ke-
hasa Jawa. Di samping itu, peme- dhisikan”, “Keplecuk”, “Arisan”,
rintah daerah harus mewajibkan “Wurung Mantu”, dan “Ndremimis”,
PNS berlangganan majalah berba- semua ini dimuat di majalah Panje-
hasa Jawa. Dengan demikian, pener- bar Semangat. Selanjutnya, jenis
bit-penerbit sastra Jawa tidak akan cernak yang dimuat di majalah Pa-
gulung tikar karena pada dasarnya njebar Semangat, antara lain, “Jago
penerbit tidak akan rugi. Karena itu, Bangkok Sambat Kapok”, “Kupune
penerbit enggan menerbitkan sastra Melu Dolan”, “Emprit Sajodho”,
Jawa. Selanjutnya, dalam hal proses “Kapok Dolanan Mercon”, “Ngun-
kreatif, Somdani menyatakan bahwa dhuh Wohing Taqwa”, “Nyingkur
ide yang dituangkan berasal dari ing Pitutur”, “Trondhol Kesrempet
kehidupan sehari-hari di lingkungan Montor”, “Thilange Sida Ilang”,
sekitar dan dari pembicaraan orang “Ujian Iman”, “Rebutan Manuk”,
di perjalanan. Ide tersebut digarap “Gendhon Dadi Memedi”, “Yen
dengan baik agar dapat menarik Bodho Kaya Kebo”, “Kliru ing Pa-
perhatian pembaca. nyana”, dan “Arep Dijothak Malah
Nyanak”.
Dalam bersastra, Somdani ba-
nyak menulis cerkak dan cerita pen- Selanjutnya, cerkak-cerkak yang
dek untuk anak (cernak). Ia memilih dimuat di majalah Jaya Baya, antara
jenis cerkak karena menulis cerkak lain, “Manuk Dares”, “Wedi Dosa”,
hanya memerlukan imajinasi saja, ti- “Sembrana”, “Nokil Nabi Maneh”,
dak memerlukan dokumentasi yang “Ketanggor”, “Antarane Impen lan
lengkap dan ilmu yang luas. Sampai Kanyatan”, “Tuwas Apa” (ketiganya
saat ini, hasil karyanya telah men- termasuk jenis roman sacuwil), “Ta-
capai lebih dari seratus judul. Karya- ngis Kabungahan Tangis Kamardi-
karya Somdani banyak dimuat di be- kan”, “Kaping Pindho”, “Randha
berapa media massa, baik berbahasa Ayu Sarsiti”, “Tukang Pijet”, “Bang-
Indonesia seperti Solo Pos, Benga- krut”, “Wurung Tuku Kalung”, “Ora

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 493

Sida Oleh Bathi”, “Sida dadi La- 1941), dapat diketahui bahwa ia sa-
yatan”. Cerita anak yang dimuat di ngat akrab dengan daerah Panu-
majalah Jaya Baya, antara lain, “Ja- laran, Surakarta. Selain itu, ia juga
go Bangkok lan Jago Jawa”, “Pren- sering menyebut-nyebut “Katripra-
jake Sida Mati”, “Meh Wae Wuta”, ja” sebagai tempat kerjanya dan tem-
“Pituture Biyung”, “Ora Eling Ma- pat-tempat tertentu yang sehari-hari
rang Piweling”, “Nonton Wayang”, dilalui oleh kawan para tokoh, se-
“Nyolong Pelem”, dan “Srini Ne- perti Madyataman, Cayudan, Peken-
soni Ibune”. ageng (Pasar Gede), dan Taman Wi-
sata Jurug. Semua itu menguatkan
Cerkak yang dimuat di majalah praduga bahwa Sr. Soemartha me-
Pos Kita, antara lain, berjudul “Ca- mang berasal dari Surakarta.
nguk”, “Wusanane Bali”, “Sewu Di-
nane Eyang”, “Jugar Wigar”, “Sa- Seperti halnya Loem Min Noe,
patemon”, “Sida Kowar Tenan”, Elly, dan pengarang-pengarang pra-
“Nyolong Pethek”, “Kesundhang kemerdekaan lainnya, identitas Sr.
Wedhus”, “Topi”, “Wong Lanang Soemartha juga tidak dapat dilacak
Iku Jenenge Kasiya”, dan “Pecut dengan baik karena tidak ada infor-
Diseblakake”. Cerkak yang dimuat masi konkret sedikit pun tentang di-
di majalah Djaka Lodhang, antara rinya. Bahkan, kritikus dan dokumen-
lain, “Kok Ya Tegel-tegelan”, “Ka- tator sastra Jawa Suripan Sadi Hu-
riya Pokil”, “Layang Abang”, “Im- tomo (1984)—sebagai pengumpul
pene Kosokbalen Karo Kanyatan”, guritan Sr. Sumartha bagi antologi-
“Srini”, dan “Dleweran”. Sementa- nya— mengatakan bahwa mungkin
ra, karya-karya yang berbahasa In- sekali nama Sr. Sumartha adalah na-
donesia, antara lain, berjudul “Ker- ma samaran pengarang pria karena
bau Gembala”, “Nenek Tua Me- tidak semua pengarang pria Jawa me-
nangkap Penjahat”, “Kebebasannya nyamarkan diri dengan nama perem-
Kembali” dimuat di Buana Minggu puan atau wanita. Dengan demikian,
dan “Anak Tiri” dimuat di Solo Pos. identitas lengkap pengarang ini ham-
Di samping itu, masih ada karya- pir dapat dikatakan tidak ada.
karya yang dimuat di Mekar Sari
dan tabloid Jawa Anyar. Sr. Sumartha menunjukkan diri
sebagai penggurit dan cerpenis Jawa
sr. soemartha melalui dua hasil karyanya yang ter-
dokumentasi di majalah Kajawen ta-
Sr. Soemartha adalah salah se- hun 1941. Kedua karya itu berupa
orang pengarang Jawa tahun 1940- sebuah cerpen dan sebuah guritan.
an (sebelum kemerdekaan). Ia hanya Sebuah cerpen Sr. Soemartha ber-
muncul dalam majalah kolonial Ka- judul “Dhukun Pengasihan” (Kaja-
jawen sekitar tahun 1941. Dari pe- wen, 27 Mei 1941) menceritakan ki-
milihan latar dalam cerita pendeknya sah R. Soepartana yang mencintai
yang dapat dilacak, yaitu “Dhukun seorang gadis, Sudayanti. Adapun
Pengasihan” (Kajawen, 27 Mei guritan-nya berjudul “Swara Gaib”

494 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

terhimpun dalam antologi Guritan: antara lain, Siti Aminah, Siti Soen-
Antologi Puisi Jawa Modern 1940— dari, Soeprapti, Sri Koesnapsijah,
1980 (Balai Pustaka, 1985) sunting- dan beberapa lagi lainnya. Srikanah
an Suripan Sadi Hutomo. K. mengindikasikan seseorang yang
berada pada profesi atau sektor pu-
sri kanah k. blik, setidaknya seorang guru, seper-
ti profesi tokoh utama dalam cerita
Nama Srikanah K. sebenarnya ini, Sumi dan Sutar. Apalagi bila dili-
bukan nama yang populer dalam ja- hat dari segi tema yang dipilih. Di da-
jaran pengarang Jawa modern perio- lam cerita ini pengarang berani me-
de prakemerdekaan. Sebab, ia hanya ngambil masalah dari dunia tradisio-
menulis cerpen sekali dalam majalah nal pada waktu itu, yaitu Malima
nasionalis Panjebar Semangat. Se- (main, madat, minum, mangan, dan
perti halnya banyak pengarang pra- madon).Analisis internal tersebut me-
kemerdekaan umumnya, ihwal Sri- nguatkan asumsi bahwa nama ini
kanah K. sama sekali tidak diketa- adalah nama samaran pengarang
hui. Beberapa kali wawancara yang pria.
dilakukan kepada nara sumber (Soe-
bagio I.N., Suripan Sadi Hutomo, Asal-usul dan latar belakang ke-
dan Muryalelana) juga tidak mem- luarga pengarang ini tidak teridenti-
berikan tambahan informasi. fikasi secara akurat, latar pendidik-
annya pun hingga sekarang tidak ter-
Kendati demikian, dalam cer- identifikasi. Namun, dari karyanya,
pennya di Panjebar Semangat No. setidaknya dapat diketahui bahwa ia
3, Thn. II, 20 Januari 1934 disebut- berpendidikan formal Belanda, se-
sebut latar dua kota di Jawa Tengah, dikitnya HIS atau HIK sekolah guru,
yaitu Purwokerto dan Sala. Dari pen- karena kedua sekolah itu disebutkan
cantuman kedua kota tersebut dapat berkali-kali.
diperkirakan bahwa pengarang ini
mungkin berasal dari salah satu di an- sri koentjara
tara dua kota itu. Cerpen ini lebih
banyak membicarakan kota Purwo- Sri Koentjara adalah penulis no-
kerto daripada kota Sala —kota ini vel Pameleh (Balai Pustaka, 1938).
hanya disebutkan sekali di bagian Meskipun data-data mengenai dirinya
menjelang akhir cerita— sehingga, tidak ditemukan, dapat dipastikan ia
untuk sementara, dapat disimpulkan seorang priyayi modern yang ditandai
bahwa Srikanah K. berasal dari dengan gelar raden di depan nama-
Purwokerto. nya. Pada waktu itu gelar raden lazin
dipakai oleh seorang priayi atau pe-
Selain itu, nama Srikanah K. gawai pemerintah. Jika dilihat latar
agak asing bagi nama wanita pada dalam novel Pemeleh besar kemung-
saat itu (awal tahun 1930-an) yang kinan R. Sri Koentjara berasal dari
sebagian besar masih menunjukkan atau pernah tinggal di Yogyakarta. Ia
ciri tradisional. Nama-nama penga- mampu mendeskripsikan sejumlah
rang wanita pada prakemerdekaan,

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 495

tempat di kawasan Yogyakarta se- usulan istrinya, Surameja menyewa
cara detail. Keahlian seperti itu tidak sebuah rumah di dekat tempat kerja-
mungkin dilakukan oleh pengarang nya dan pulang seminggu sekali. Se-
yang belum pernah tinggal di Yog- mentara itu, istrinya tetap tinggal
yakarta. bersama Sukarmin di Kasihan. Sura-
meja senang melihat kemajuan bela-
Novel Pameleh ditulis dengan jar anak lelakinya. Ia ingin menyeko-
menggunakan bahasa Jawa ngoko. lahkan anaknya ke tingkat yang lebih
Novel itu mengangkat liku-liku se- tinggi. Surameja berharap Sukarmin
orang anak muda bernama Sukarmin kelak tidak mengalami kesulitan da-
yang memiliki semangat tinggi da- lam hidup. Selama dua tahun Sura-
lam mengikuti pendidikan. Ia adalah meja pulang-pergi seminggu sekali
anak Surameja, seorang karyawan dari Ganjuran ke Kasihan. Kebiasa-
pabrik gula di daerah Kasihan, Ban- an itu dijalaninya dengan senang ha-
tul. Walaupun hanya sebagai karya- ti. Ia memenuhi kebutuhan istrinya
wan pabrik, ekonomi rumah tangga dan sangat memperhatikan pendidik-
Surameja cukup baik sehingga mam- an anaknya. Selama tinggal di Gan-
pu membiayai sekolah anaknya. Ke- juran, Surameja selalu berdoa agar
inginan Sukarmin untuk melanjutkan keluarganya dalam lindungan Tu-
sekolah disetujui oleh ayahnya dan han. Sementara itu, di Kasihan, istri
mendapat dorongan dari para guru- Surameja memiliki kegiatan mem-
nya. batik.

Setelah lulus dari sekolah desa, Pada saat Sukarmin berada pada
Sukarmin mengikuti seleksi masuk tingkat ketiga MULO, sikap Sura-
ke sekolah Balanda di kota. Karena meja kepada istri dan anaknya beru-
tergolong pandai, Sukarmin diterima bah. Sejak saat itu Surameja jarang
di sekolah Belanda. Sejak saat itu ke- pulang dan tidak memberikan uang
hidupan keluarga Surameja menjadi belanja dan biaya sekolah. Selama
lebih baik. Pada suatu hari, Surame- tiga bulan Surameja tidak pulang ke
ja dipanggil oleh kepala pabrik tem- rumah. Karena itu, pada saat libur-
patnya bekerja. Atas kejadian itu istri an, Sukarmin bermaksud datang
Surameja merasa keluarganya akan menjumpai ayahnya di Ganjuran.
mendapatkan keberuntungan. Sura- Sebelum berangkat Sukarmin dinasi-
meja dipanggil Tuannya dan diberi hati ibunya agar tetap sopan jika ber-
tahu bahwa dirinya akan dipindah- temu ayahnya.Akan tetapi, usaha Su-
kan ke Pabrik Gula Ganjuran seba- karmin mencari ayahnya gagal. Lalu
gai kepala bengkel. Istri Surameja ia melihat laki-laki seperti ayahnya
menyarankan agar suaminya mene- masuk ke sebuah rumah. Setelah di-
rima tawaran itu dan bersedia pindah tanyakan kepada wanita di rumah
kerja ke Ganjuran. itu, dikatakan bahwa itu bukan ayah-
nya. Sukarmin kembali dengan hati
Pada awalnya, Surameja setiap yang kesal. Sejak itulah istri Sura-
hari pulang-pergi ke tempat kerjanya
yang baru. Lama-kelamaan, atas

496 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

meja pasrah. Ia membiayai sekolah percaya dan bersedia pergi ke Gan-
Sukarmin dengan uang hasil penjual- juran untuk membuktikan kebenaran
an batik. Sukarmin menerima nasib- berita itu. Pada suatu hari (Minggu),
nya itu dengan ketabahan. Sukarmin mendatangi rumah ayah-
nya di Ganjuran. Ia terkejut setelah
Setelah tamat sekolah, Sukarmin diberi tahu oleh pemilik rumah yang
ingin bekerja untuk meringankan be- disewa ayahnya. Dikatakan bahwa
ban ibunya walaupun guru-gurunya Surareja pergi dari rumah setelah se-
menyarankan agar dirinya melanjut- ring bertengkar dengan istri dan di-
kan ke sekolah dokter di Surabaya. pecat dari pekerjaannya.
Ia ingin melindungi ibunya yang ti-
dak lagi mendapatkan perhatian dari Dalam penderitaan itu, Surame-
ayahnya. Akhirnya, Sukarmin dite- ja menyesali tindakan yang melupa-
rima sebagai klerk di sebuah kantor. kan keluarganya di Kasihan. Ia me-
Kehidupan Sukarmin dan ibunya ngakui berdosa karena telah melupa-
agak ringan setelah Sukarmin be- kan istri dan anaknya. Ia berusaha
kerja. Tidak lama kemudian, keda- mencari istri dan anaknya. Pada
maian keluarga itu terganggu oleh suatu hari, saat Surameja menjem-
tindakan Surameja yang menjual ru- put anak majikannya, ia mengalami
mah dan pekarangan yang ditempati kecelakaan dan dirawat di rumah sa-
itu tanpa sepengetahuan mereka. kit. Berita kecelakaan itu dimuat di
Akan tetapi, Sukarmin beserta ibu- surat kabar. Sukarmin datang ke ru-
nya tetap tabah dan rela meninggal- mah sakit dan terkejut melihat kor-
kan rumahnya. Selanjutnya, kedua- ban kecelakaan itu mirip dengan
nya tinggal di sebuah rumah kontrak- ayahnya. Ia yakin pria yang menga-
an. Walaupun telah memperlakukan- lami kecelakaan itu adalah ayahnya.
nya secara tidak baik, Sukarmin dan Sebelum kecelakaan itu terjadi, Su-
ibunya masih tetap berharap suatu karmin dan ibunya pernah bermimpi
saat nanti dapat berkumpul lagi. Ke- buruk tentang keluarganya. Setelah
duanya memandang bahwa Surame- itu, Sukarmin dan ibunya segera
ja sedang mendapat godaan sehingga mencari Surameja yang sedang
akan kembali kepada keluarganya dirawat di rumah sakit. Ketiga orang
sertelah kelak menyadari kesalahan- itu bertemu dalam suasana haru. Di
nya. hadapan istri dan anaknya, Surameja
mengakui kesalahan dan dosa-dosa-
Pada suatu hari, Sukarmin me- nya. Sekembalinya dari rumah sakit,
nyaksikan perayaan cembengan di Suraneja tinggal bersama istri dan
Pabrik Gula Padokan dan mendapat anaknya.
kabar dari seseorang bahwa ayahnya
telah dipecat dari pekerjaannya dan Berdasarkan pemikiran para to-
pergi dari Ganjuran. Berita itu di- koh—terutama istri Surameja—da-
sampaikan juga kepada ibunya. pat diketahui bahwa Sri Koentjara
Akan tetapi, istri Surameja menya- memiliki pemahaman yang cukup
rankan agar Sukarmin tidak lekas baik terhadap pola pikir budaya Ja-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 497

wa. Salah satunya adalah penerima- nulis di dalam majalah-majalah lain
an wanita itu terhadap tindakan sua- yang ada pada waktu itu, baik dalam
minya yang menyeleweng dengan majalah kolonial Kajawen maupun
wanita lain, yang dipandangnya se- dalam majalah swasta pribumi se-
bagai “godaan” dalam kehidupan be- perti Poesaka Surakarta.
rumah tangga. Oleh sebab itu, istri
Surameja masih berharap suaminya Seperti halnya Ni Suprapti dan
menyadari kesalahannya dan mereka beberapa nama perempuan lain pada
dapat berkumpul lagi sebagai keluar- periode sebelum kemerdekaan, iden-
ga yang utuh. titas pribadi pengarang ini amat mi-
nim. Identitas dirinya sebagai penga-
Berdasarkan sikap hidup ketiga rang wanita dari etnis Jawa hanya
tokoh itu —Surameja, istri Surame- dikenal asal-usul singkatnya, yaitu
ja, dan Sukarmin—dapat diketahui kota kelahirannya. Ia berasal dari
bahwa pengarang memiliki perhatian Semarang dan menjadi pembantu re-
besar terhadap pendidikan sebagai daksi Panjebar Semangat, terutama
jalan memasuki kehidupan modern. untuk rubrik kewanitaan. Akan teta-
Dengan demikian, dapat disimpul- pi, seperti Ni Suprapti, ia juga menu-
kan ahwa R. Sri Koentjara dapat di- lis cerpen (cerkak) dan cerpen pan-
kategorikan sebagai pengarang yang jang di majalah ini, seperti yang di-
memiliki perhatian serius terhadap muat dalam Penjebar Semangat
pentingnya pendidikan bagi generasi (1942) berjudul “Kurban Kanggo
muda. Bahkan, pendidikan dipandang Mitra: Kurbaning Mitra Sejati”.
sebagai syarat utama dalam me- Cerpen ini menggambarkan sikap dan
masuki kehidupan modern. visi pengarang wanita ini yaitu, wa-
tak yang paling ditekankan dalam
sri koesnapsijah niti atau ajaran kepada kaum wanita
Jawa: sumarah dan nrima.
Seperti halnya Ni Suprapti, pe-
ngarang wanita Jawa dari periode Seperti halnya Ni Suprapti, pe-
prakemerdekaan ini juga dikenal me- ngarang ini juga lebih banyak me-
lalui tayangan gambar para pemban- nulis artikel kewanitaan dalam rubrik
tu Panjebar Semangat (1939) dan “Taman Putri” majalah Penjebar
melalui protret yang selalu ditempel- Semangat. Beberapa artikel yang
kan pada penulisan artikel kewani- penting adalah “Sejatining Wanita:
taan. Di dalam gambar para pem- Kudu Wani Tanggung Jawab” (Pe-
bantu wanita dalam Panjebar Sema- njebar Semangat, 1940). Dalam ar-
ngat itu, gambarnya juga terselip di tikelnya itu Koesnapsijah menekan-
antara 20 buah gambar pembantu kan bahwa tanggung jawab seorang
wanita Panjebar Semangat yang wanita itu amat banyak dan berat.
lain. Seperti halnya pembantu redak-
si lainnya, pengarang wanita ini ha- sri marhaeni
nya ditemui namanya di dalam maja-
lah ini. Artinya, ia tidak pernah me- Nama pengarang ini sering men-
jebak para pembaca karena diawali

498 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan Sri dan diakhiri dengan -ni njebar Semangat, 23 Oktober
atau -i. Kata Marhaeni menyaran pa- 1937), Zilvervos dalam “Kurban
da nama wanita modern. Modernitas kanggo Bapa: Si Kuwasa lan si
itu tampak pada pilihan kata Mar- Ringkih” (Panjebar Semangat, 9
haen yang mengacu pada panggilan Maret 1940), Tjah Alas Boeloe da-
khusus bagi kelompok masyarakat lam “Layang Kiriman: Cobaning
kelas bawah, yang oleh Soekarno di- Kasetyan “ (Panjebar Semangat, 22
sebut “rakyat kecil”, “kaum prole- Juni 1940). Nama-nama yang di-
tar”, atau “kaum Marhaen”. Atas da- asumsikan samaran itu biasanya ti-
sar itu, para peneliti sastra Jawa, ter- dak muncul dalam periode yang la-
masuk Hutomo (1975, 1993, 2001) ma karena mungkin si pengarang
dan Widati dkk. (1985), juga dengan masih memiliki nama samaran lain,
cepat menganggapnya sebagai pe- atau mungkin juga ia kembali pada
ngarang wanita. Namun, seperti hal- nama asli. Bahkan, nama Sri Mar-
nya pada nama Elly dan beberapa haeni ini hanya muncul sekali, yaitu
nama wanita lainnya, ada tiga fakta pada tahun 1939, dalam cerpen yang
yang meragukan pengakuan terse- berjudul “Katresnan Awit Cilik: Ke-
but. Ketiga fakta itu (1) amat kuat- pethuk padha Tuwane” (Panjebar
nya tradisi penyamaran pengarang Semangat, 23 September 1939).
pria melalui nama wanita pada wak-
tu itu, (2) populasi wanita —lebih- Nama Sri Marhaeni amat kuat
lebih wanita Jawa—sebagai penga- mengindikasikan nama seorang pe-
rang masih amat kecil, dan (3) pi- juang nasionalis dari PNI. Nama ter-
lihan nama (Sri Marhaeni) yang ma- sebut mengacu kepada sapaan bagi
sih asing dari sistem penamaan Jawa kelompok rakyat kecil yang sering-
tradisional. kali diabaikan, yang menurut Soe-
karno perlu diperjuangkan nasibnya.
Dalam kaitannya dengan nama Dengan fakta tersebut sangat kuat
samaran yang merebak pada periode dugaan bahwa nama tersebut adalah
prakemerdekaan itu, sebenarnya, pe- nama samaran pengarang pria juga,
nyamaran pengarang pria tidak se- seperti halnya Elly. Selain itu, nama
lalu dengan nama wanita, seperti hal- Sri Marhaeni juga tidak pernah ada
nya dengan nama samaran Elly, Sri bukti foto di mana pun. Meskipun
Kanah K., dan Kenya Bre Tegawa- demikian, penyebutan berkali-kali
ngi. Sejumlah nama lain diasumsi- kota Malang sebagai latar utama
kan sebagai nama samaran dari pe- cerpennya menunjukkan persepsi pe-
ngarang pria. Sejumlah nama pria ngarang terhadap kota tersebut kuat.
tersebut, antara lain Krak dalam cer- Ia juga menyebut nama jalan dan na-
pen “Rara Srini, Kembange Kera- ma restoran.
meyan Sekaten” (Panjebar Sema-
ngat, 6 Juni 1936), Kroetjoek Koe- Dari nama Sri Marhaeni yang
djon dalam “Netepi Kuwajiban:Yen dipilih pengarang tersirat kemung-
Karo-karone padha Ngertine” (Pa- kinan bahwa nama tersebut adalah
bukan nama wanita, dari kelompok

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 499

menengah, berpendidikan formal pilihan tema dan upaya penonjolan
Belanda. Hal itu ditandai dengan pe- dunia perempuan.
nunjukan nama sekolah menengah
atas Belanda (AMS), kepangkatan Tema cerpen ini ialah rasa ber-
pegawai pemerintah (BB, amtenaar), salah dan menyesal seseorag itu da-
nama kendaraan: montor twoseater, tangnya setelah selesai. Tema itu di-
dan istilah-istilah khusus bahasa Be- dukung oleh seorang tokoh utama
landa seperti vergadering (gandring- wanita yang dipilihnya dari seorang
an, pertemuan, rapat), lid (pemim- gadis bersekolah formal MULO di
pin), dames afdeling (persekutuan/ Malang, yang sejak muda senang
kelompok wanita), voorsitter, voor- mengikuti vergadering (gandringan)
stelle, Jong Java, dan sebagainya. dari Jong Java. Ia anak seorang pri-
Nama dan istilah tersebut menyirat- yayi menengah berpangkat B.B. am-
kan kedekatan pengarang dengan tenaar. Di gandringan itulah ia ber-
lingkungan menengah dan ia menge- kenalan dengan seorang siswa AMS
nal organisasi atau pergerakan rak- yang menjabat lead (pemimpin) di
yat/pribumi. Hal itu selain ditandai Jong Java cabang Malang bernama
dengan pengetahuannya tentang H. Perkenalan H dengan Mar atau
Jong Java, misalnya tetang pergan- Marhaini (tokoh utama) semakin
tiannya menjadi Indonesia Muda, akrab, tetapi perencanaan untuk me-
berkaitan juga dengan pilihan nama nikah masih jauh karena H memiliki
pengarang ini yang juga menyaran- cita-cita yang tinggi yaitu menjadi
kan kedekatannya dengan partai atau ahli hukum dan memiliki montor
salah satu dari pergerakan nasionalis twosetter. Sementara Mar terpaksa
waktu itu. Itu pula sebabnya, maja- harus mengikuti kehendak orang tua
lah yang dipilih pengarang ini seba- agar kawin dengan S, seorang putra
gai media penyebaran pikirannya bupati, berpangkat BB, dan ia tidak
ialah majalah nasionalis (swasta-pri- mampu menolak.
bumi) Panjebar Semangat di Sura-
baya. Sepuluh tahun kemudian, de-
ngan tidak disangka-sangka Mar
Pengarang ini hanya menunjuk- bertemu lagi dengan H di kota Ma-
kan karyanya sekali dalam majalah lang. Pertemuan itu terjadi di sebuah
Panjebar Semangat. Cerpen satu-sa- restoran, saat Mar dengan anak pe-
tunya berjudul “Katresnan Awit Ci- rempuannya sedang makan. H yang
lik: Kepethuk Padha Tuwane” (Pa- datang dengan mobil idamannya
njebar Semangat, 23 September (twosetter) itu menggendong seorang
1939). Ada asumsi kuat bahwa cer- anak laki-laki kecil. Mar direpotkan
pen ini diupayakan sedekat mungkin dengan anak kecil itu yang terus me-
dengan penyamaran nama (wanita) nangis menanyakan ibunya. Akhir-
pengarangnya, yaitu dengan memilih nya ia mengangkat anak itu untuk
tokoh utama. Selain itu, dunia imi- ditimang-timang. Tindakannya itu-
tasi wanita juga dilakukan dengan lah yang mengingatkan H kepada-
nya, tetapi semuanya kini sudah ber-

500 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

beda karena keduanya sudah saling Sebagai pengarang, Sri Setyo-
menikah dan punya anak. rahayu telah menerima berbagai
penghargaan, antara lain, cerkak-nya
Dari penokohan itu terdapat imi- “Mawarni” terpilih sebagai juara ti-
tasi pada nama dan cara berpikir dan ga dalam sayembara mengarang cri-
berperilaku seorang wanita. Namun, ta cekak yang diselenggarakan oleh
semuanya tidak selalu benar karena Dewan Kesenian Surabaya (1974).
Sri Marhaeni memang bukan seorang Pengarang ini aktif bersamaan de-
wanita. Misalnya, tindakan agresif ngan Suharsimi Wisnu, Eny Sumar-
Mar yang secara tiba-tiba mengang- go, Sri Rahayu Prihatmi, Yunani,
kat anak orang lain—karena tidak Totilawati Tjitrawasita, dan Astuti
tahan pada suara berisik (menangis) Wulandari; meskipun akhirnya yang
saja—agar ayahnya sadar pada ke- mampu bertahan sampai 1990-an
hadirannya sebagai mantan kekasih hanyalah Yunani, Titah Rahayu, As-
itu bukanlah tidakan kebiasaan se- tuti Wulandari, dan Sri Setyorahayu
orang perempuan. sendiri.

Sikap agresif seperti yang dila- Karya-karya Sri Setyorahayu,
kukan Mar itu biasanya lebih pantas antara lain, “Langite Isih Biru” (cri-
dilakukan seorang laki-laki. Selain ta cekak) dimuat dalam antologi Ku-
itu, cara menutup cerita dengan si- mandhang (Balai Pustaka, 1976)
kap Mar yang kecewa dan menangisi suntingan Senggono. Cerkak itu juga
nasibnya adalah cara tradisional “me- diambil oleh Rass dan dimuat dalam
nasihati” wanita agar mempunyai buku Javanesse Literature Since In-
hati baja untuk menolak paksaan sia- dependence (The Hague Martinus
pa pun yang tidak dicintai. Nijhoff, 1979). Cerkak “Mawar Pu-
tih ing Pojoking Plataran” dimuat
sri setyorahayu (1949—) dalam antologi Dongeng Katresnan
(Balai Pustaka, 1976).
Pada tahun 1969, saat berusia
20 tahun (lahir di Bojonegoro, 27 Fe- Karya-karyanya yang berupa
bruari 1949), Sri Setyorahayu mulai guritan, antara lain, “Dak Antu Ing
tertarik dengan kegiatan tulis-menu- Wengi Iki”, “Sugeng Dalu Singara-
lis. Tulisannya berupa guritan dan ja”, “Sapa Jenengmu Cah Ayu”,
cerkak kemudian muncul di berbagai “Kembang Isih Mekar ing Plataran
media berbahasa Jawa, antara lain Kampus”, dan “Narciscus” terbit
Panyebar Semangat, Jaya Baya, dalam antologi Lintang-Lintang
Kumandhang, dan Dharma Nyata. Abyor (1983) suntingan Susetyo
Pendidikan SD hingga SPG dilalui Darnawi. Guritan “Kita Ketemu ing
di kota kelahirannya (Bojonegoro). Guritan”, “Surat Putih”, “Ing Kene
Kemudian, ia kuliah di FKSS IKIP Dina Iki ing Sawijining Dina”, di-
Surabaya dan kemudiana menjadi muat di majalah Dharma Nyata dan
guru di salah satu SD di Bojonegoro. diterbitkan kembali dalam Antologi
Pekerjaan itu kemudian ditinggalkan Puisi Jawa Modern 1940—1980
karena keluarga pindah ke Surabaya.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 501

(Balai Pustaka, 1985) suntingan Su- (1984), lulusan terbaik IPA SMA
ripan Sadi Hutomo. Sementara gu- (1984), penata tari terbaik dalamlom-
ritan “Esem’, “Narciscus”, “Kem- ba tari TK (1984—2000), peraih
bang Isih Mekar ing Plataran Kam- penghargaan dari Menpora sebagai
pus”, “Kangen”, “Saiki Wis Ora Ana pemeran utama dalam lakon Rumah
Maneh Kembang Tanjung Semi”, Tak Beratap dalam Pekan Teater
“Kanggo Sapa”, “Layangan”, “Dak Nasional (1996) dan dari STSI Su-
Antu Ing Wengi Iki”, “Rara Jong- rakarta sebagai penari eksibisi dalam
grang”, dan “Sugeng Tindak” dimuat Pekan Seni Mahasiswa Nasional di
dalam Kalung Barleyan: Antologi Surakarta (1996).
Geguritan Penyair Wanita (FKKS
IKIP Surabaya). Dalam khazanah sastra Jawa Sri
Setyowati boleh dikatakan sebagai
sri setyowati (1965—) pendatang baru. Ia baru mulai me-
nerbitkan karangannya pada tahun
Sri Setyowati lahir di Surabaya, 1997 di majalah Jaya Baya. Akan
27 Juli 1965. Ia anak ketiga dari em- tetapi, sebenarnya dunia tulis-menu-
pat bersaudara. Ayahnya bernama lis, terutama dalam bahasa Indone-
Parto Suyidno (dari Ngawi) dan ibu- sia, sudah digeluti sejak SMA. Ke-
nya bernama Armunah (dari Gresik), tika itu, ia dipercaya untuk menga-
keduanya tinggal di Simomagerejo suh majalah sekolah. Ketika maha-
XI/22 Surabaya. Ketiga saudaranya siswa, ia dipercaya pula mengasuh
semua sarjana: Endang Sri Purwanti majalah kampus. Ia masuk ke dalam
(guru SMP), Bambang Sukarno (pe- dunia sastra Jawa antara lain berkat
gawai PJKA), dan Djoko Setyo Uto- bantuan M. Shoim Anwar, Daniel
mo (swasta). Di kalangan kawan-ka- Tito, Sriyono, Titah Rahayu, Wido-
wan pengarang Sri Setyowati lebih do Basuki, dan Yunani. Pengarang
dikenal dengan nama Trinil. Pendi- yang kini hidup bersama suami
dikan formal yang ditempuhnya: SD (Edhy Brodjowaskito) yang meni-
(lulus 1978), SMP Negeri 3 (lulus kahinya pada 1989 dan ketiga anak-
1981), SMA Tritunggal 3 (lulus nya (Randhu Radjawanu, Dhirgan
1984), STK Wilwatikta (lulus 1989), Grudowaringin, Merak Badra Wa-
dan IKIP Negeri Surabaya (lulus karuyung) dan tinggal di Jalan Ab-
1997). dulrahman 85, RT 6, RW 3, Bono-
sari, Pabean, Sedati, Sidoarjo, Jawa
Prestasi Sri Setyowati sudah ter- Timur ini ingin terus mengarang ka-
bukti sejak SD. Ia menjadi juara I rena baginya–meski honornya tidak
lomba menggambar tingkat SD seberapa—mengarang itu sama de-
(1976), juara II lomba mengarang ngan memberikan pendidikan kepa-
tingkat SMP (1979), juara I vocal da pembaca.
group tingkat SMA (1983), juara I
tari klasik tingkat SMA (1983), juara Meskipun Sri Setyowati sampai
II baca puisi tingkat SMA (1983), sekarang belum menerbitkan buku
juara III lomba drama tingkat SMA (novel, antologi), karya-karyanya te-

502 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lah tersebar ke berbagai media mas- dan Budaya dan Budaya Dewan Ke-
sa. Karya berupa cerkak yang telah senian Surabaya.
dimuat Jaya Baya, antara lain, “Wi-
ring Kuning” (1998), “Fotografer” sriyono (1945—)
(1998), “Kadho” (1999), “Ngi-
nang” (1999), “Jutawan Mawut” ( Pengarang yang lahir di Pacitan,
2000), “Lamaran” (2000), “Kalung Jawa Timur, tanggal 14 April 1945
Kembang Melathi” (2001), “Supi- ini adalah anak ketiga dari pasangan
nah” (2002), “Bathik Prada” Yahmin (guru) dan Ruslin (ibu ru-
(2002), “Es Kuncritan” (2001), mah tangga) yang berasal dari dae-
“Timbil” (1997), “Dadi Srikandhi” rah Punung, Giriwoyo. Sekolah
(1998), “Bule Kuwalat” (1998), Rakyat (1950—1956) dan SMP
“Aku Uang” (1999), “Enggar” (1956—1959) dilaluinya di Pringku-
(2000), “Wedang Wonokiri” (1999), ku, Pacitan. Kecerdasan Sriyono—
“Sepedhah Lan Tamiya” (2001), yang dalam beberapa karyanya
“Keket Dicucuk Koak” (2000), dan menggunakan nama samaran Ono,
“Kidung Sumarah” (2001). Sedang- Sri, Bambang Topobroto, dan Titi-
kan “Kapster Saly” dimuat dalam sari—dibuktikan dengan diterima-
Kidung (2000), “Temen Tah Koen nya masuk SMATeladan Yogyakar-
Iku Tik” dimuat Panjebar Semangat ta tahun 1959 dan meraih peringkat
(September 2002). 3 di kelas tiga. Tiga tahun kemudian
(1962) ia masuk Fakultas Hukum
Karya yang berupa guritan, an- Universitas Gadjah Mada, meski ti-
tara lain “Sepahan Jambe” (Jaya Ba- dak tamat (keluar tahun 1964). Sejak
ya, 2001), “Marang Penggurit Ole keluar dari Fakultas Hukum UGM,
Olang II” (Jaya Baya, 2001), “Se- untuk memenuhi kebutuhan hidup
pahan Jambe” dan “Marang Peng- sehari-hari, ia bekerja serabutan. Ta-
gurit Ole Olang” terbit dalam Kabar hun 1968 pindah ke Surabaya dan
Saka Bendhulmrisi: Kumpulan Gu- bekerja di PT Bank Nusantara Sura-
ritan (PPSJS, 2001), “Donga Kem- baya sampai tahun 1972. Sejak 1972
bang Waru”, “Modhol Morot Sa- hingga 1979 bekerja di harian Indo-
runge Jagung” (Panjebar Sema- nesian Daily News. Setahun kemu-
ngat, September 2002), dan artikel- dian pindah ke Jawa Pos. Sejak ta-
nya “Aku Isin Dadi Wong Indo- hun 1980 sampai sekarang bekerja
nesia” dimuat Panjebar Semangat di majalah Jaya Baya.
(2002). Tulisannya tentang pendi-
dikan, feminisme, wisata, budaya, Kegiatan menulis dimulai sejak
dan sejarah dimuat majalah Kidung, duduk di bangku SMA (1960) de-
tabloid Bromo (1998—2001), dan ngan mengisi majalah dinding seko-
Jaya Baya (1997—sekarang). Ka- lahnya. Dari kebiasaan itu kemudian
rangan dalam bahasa Indonesia an- ia mengirimkan tulisan ke lembaran
tara lain dimuat di tabloid Wisata remaja harian Kedaulatan Rakyat.
Karya-karya yang ia kirimkan seba-
gian adalah hasil praktik pelajaran

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 503

mengarang di sekolah. Selain mengi- proses kreatifnya menggeluti sastra
rimkan tulisan ke Kedaulatan Rak- Jawa adalah Totilawati karena ia-lah
yat, ia juga mengirimkan tulisan ke yang menyarankan agar Sriyono ber-
majalah remaja Arena Pelajar (Su- gabung dengan majalah Jaya Baya.
rabaya) dan Kawanku (Jakarta). adik Kesungguhannya menggeluti dunia
dari Siningsih dan Sayektiningsih ini sastra Jawa telah dibuktikan dengan
mengirimkan Honor tulisan-tuilisan menerima beberapa penghargaan,
itu selain digunakan untuk menraktir antara lain, sebagai juara I dalam
beberapa temannya juga digunakan lomba menulis cerkak (PKJT), juara
untuk membayar kos dan membeli II lomba menulis guritan (PKJT),
beberapa buku. Diakuinya, kese- sebagai juara I lomba penulisan cer-
nangan menulis inilah yang melatar- kak oleh Depdikbud Propinsi Jawa
belakangi ia lebih suka bekerja di Timur, dan sebagai salah satu peme-
media massa. Dalam susunan redak- nang dalam seleksi guritan yang di-
si majalah Jaya Baya ia diserahi lakukan oleh Javanonogi Yogya-
tugas utama sebagai redaktur karya karta.
fiksi (cerbung, cerkak, dan roman
secuwil). st. iesmaniasita (1933—2000)

Sriyono mengawali kariernya St. Iesmaniasita (lengkapnya Su-
dengan menulis dalam bahasa Indo- listyoutami Iesmaniasita) lahir di
nesia. Kemudian, sejak bergabung Mojokerto, Jawa Timur, pada 18
menjadi reporter Indonesian Daily Maret 1933. Orang tuanya bernama
News (Surabaya), ia menulis (non- Jayawisastra; karenanya ia sering
fiksi) dalam bahasa Inggris. Menulis pula menambahkan nama orang tua-
karya sastra dalam bahasa Jawa ba- nya itu di belakang namanya sendiri.
ru dilakukan setelah bergabung de- Pendidikan dasar dan menengah
ngan Jaya Baya. Karya-karya yang yang telah ditempuhnya adalah SGB
dimuat Jaya Baya berupa cerkak, (1954) dan KGA (1963). Setelah itu,
novelet, guritan, cerita terjemahan, ia pernah kuliah di IKIP Mojokerto,
dan cerita anak-anak. Selain dimuat mengambil jurusan Antropologi, sa-
dalam Jaya Baya, karya-karyanya yangnya tidak tamat. Selanjutnya, ia
dimuat juga dalam antologi Druno bekerja sebagai guru SD di Mojoker-
Gugat dan Kabar Saka Bendhul- to hingga pensiun pada tahun 1993.
mrisi. Cerita anak-anaknya dimuat
dalam buku Boneka Rini bersama Di samping dikenal sebagai gu-
karya Totilawati. Noveletnya “Sa- ru, ia dikenal pula sebagai pengarang
lam Kang Wiwitan” yang telah di- wanita yang sangat gigih menum-
muat dalam Jaya Baya pernah diba- buhkembangkan kesusastraan Jawa.
cakan oleh Pak Katno lewat RRI Muryalelana, pengarang yang seba-
Yogyakarta. ya dengannya, pernah menobatkan
Iesmaniasita sebagai pelopor per-
Menurut pengakuannya, orang tumbuhan barisan pengarang wanita
yang berjasa telah mengembangkan di lembaran kesusastraan Jawa mo-

504 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dern zaman kemerdekaan. Dalam (Pustaka Sasanamulya, Surakarta,
karangannya yang berbentuk cerpen 1975).
dan puisi, ia biasa menggunakan na-
ma St. Iesmaniasita; sedangkan na- Dari kiprahnya dapat dicatat
ma Lies Jayawisastra sering digu- bahwa sejak tahun 1982 ia agak ma-
nakan ketika ia menulis artikel ke- las menulis; terbukti majalah-maja-
susastraan. lah yang semula ramai mempubli-
kasikan karangannya terlihat sepi.
St. Iesmaniasita termasuk pe- Namun, masa produktif Iesmania-
ngarang wanita yang produktif. Se- sita sudah cukup panjang karena pa-
lama 30 tahun lebih ia telah berkar- da umumnya produktivitas penga-
ya. Ia mulai menulis ketika masih rang hanya sekitar 15 atau 20 tahun
duduk di kelas 3 SMP PGRI Wlingi, (ia mulai menulis sekitar umur 20).
Blitar. Tulisannya yang berupa puisi, Kenyataan tersebut membuktikan
cerpen, cerbung, dan esai kesusas- bahwa mengarang benar-benar su-
traan banyak menghiasi berbagai dah menjadi hobi bagi Iesmaniasita.
majalah, seperti Panjebar Sema- Di usia 53 (tahun 1986), Iesmania-
ngat, Jaya Baya, Crita Cekak, Go- sita masih menulis puisi berjudul
tong Royong, Mekar Sari, Kuman- Kacang Kedelai. Satu tahun men-
dhang, dan lain-lain. Ia juga berhasil jelang akhir hayatnya ia sempat me-
menerbitkan karyanya dalam bentuk nulis puisi untuk anak-anak berjudul
buku, antara lain antologi 8 cerpen Lencana Tuwa. Puisi yang terkum-
dalam Kidung Wengi ing Gunung pul dalam antologi Kabar Saka Ben-
Gamping (Balai Pustaka, 1958), an- dul Mrisi (2001) itulah karangan ter-
tologi 5 cerpen dalam Kringet Saka akhir Iesmaniasita yang meninggal
Tangan Prakosa (Jaya Baya, 1974), di Mojokerto pada hari Sabtu, 8 April
antologi 3 cerpen dan 20 puisi dalam 2000.
Kalimput ing Pedhut (Balai Pusta-
ka, 1976), sebuah puisi berbahasa Iesmaniasita termasuk penyair
Indonesia berjudul Kacang Kedelai Jawa berbakat. Di usia 21 ia sudah
(Citra Jaya Murti, Surabaya, 1988), mampu menulis puisi yang tidak se-
antologi puisi dalam Mawar-Mawar mata berisi curahan perasaan tetapi
Ketiga (Yayasan Penerbit Joyoboyo, berisi ungkapan untuk mengobarkan
Surabaya, 1996). Adapun kumpulan semangat generasi muda. Puisi ber-
6 cerpen dan 18 puisi berjudul Lin- judul “Kowe Wis Lega”, misalnya,
tang Ketiga yang ditulis tahun membuktikan kepiawaiannya meng-
1955—1963 belum diterbitkan (Hu- ungkap kesedihan yang dalam, bu-
tomo, 1975). Sebagian karya Iesma- kan sekadar kesedihan pribadi. Kri-
niasita juga diantologikan bersama tik terhadap sikap manusia yang pu-
dengan karya-karya pengarang lain, as mengagungkan kebudayaan za-
di antaranya dalam buku Keman- man silam itu diimbangi dengan mo-
dhang (Balai Pustaka, 1958) dan Ge- tivasi pengarang untuk menggugah
guritan Antologi Sajak-Sajak Jawi dan menyadarkan angkatannya agar
tidak hanya berpangku tangan. Se-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 505

lain itu, Iesmaniasita termasuk pe- galan usaha guru dalam cerita ter-
ngarang Jawa pertama yang mulai sebut diungkapkan sebagai cambuk
mengolah hal-hal yang berhubungan bagi masyarakat agar peduli menjadi
dengan dunia alam gaib. Hal ini da- orang tua asuh bagi kaum miskin.
pat ditemukan dalam beberapa cer-
pennya dalam antologi Kidung We- Corak didaktis juga mewarnai
ngi ing Gunung Gamping. puisi-puisinya, di antaranya puisi
“Kacang Kedelai” yang ditulis pada
Karya-karya Iesmaniasita mem- 12 November 1986 dan terbit seba-
punyai corak yang kompleks sesuai gai buku dengan judul yang sama ta-
dengan kompleksnya lingkungan so- hun 1988. Lewat puisi ini Iesmania-
sial masyarakat kita. Jiwanya yang sita berusaha menggugah kesadaran
elastis mampu berkembang luas se- anak-anak bahwa penghargaan ter-
suai tuntutan alam yang menghen- hadap sesuatu hendaknya tidak ha-
dakinya seperti dapat dicermati da- nya dilihat dari keindahan wujudnya
lam cerpen “Rohana” (Jaya Baya, saja. Sajian dialog antara biji kedelai
No. 38, 1955). Dalam hal ini ia meng- dengan bunga-bunga begitu mudah
kritik pergaulan bebas muda-mudi dipahami anak-anak dan berhasil
dan sikap orang tua yang tidak me- menghidupkan narasi puisi itu. Da-
restui hubungan cinta karena perbe- lam kaitan ini agaknya penyair ingin
daan status sosial. Sikap tokoh Ro- menanamkan rasa cinta dan ramah
hana yang menyadari kekeliruannya lingkungan terhadap anak-anak se-
hidup bersama tanpa ikatan perka- dini mungkin.
winan sengaja ditampilkan penga-
rang untuk menegakkan norma-nor- Iesmaniasita tampaknya juga pe-
ma adat Timur yang dipandang mu- ka dalam mencerna setiap kejadian
lai goyah. Tata cara feodal dunia pri- di sekelilingnya. Kenyataan akan
yayi yang mengeksklusifkan diri se- pandangan orang Jawa mempertim-
bagai golongan terpandang terlihat bangkan bibit, bebet, dan bobot da-
jelas ketika keluarga Budiman me- lam memilih calon suami terlihat da-
nolak Rohana yang berasal dari ke- lam cerpen “Lagu kang Wekasan”
luarga biasa. (Jaya Baya, No. 25, 1956). Cinta
Adrianto ditolak karena sebagai se-
Kemiskinan penduduk yang di- niman ia diragukan mampu menja-
lihat Iesmaniasita saat menjadi guru min hidup Karlina. Adrianto patah
di desanya agaknya juga menjadi hati dan jatuh sakit. Ternyata Adri-
sumber atau inspirasi cerpen-cerpen- anto satu-satunya lelaki yang di-
nya. Cerpen Tetesing Udan ing Pa- cintai dokter Karlina, terlebih setelah
mulangan (Panyebar Semangat, ia bercerai dengan Subrata. Akhir ki-
No. 38, 1957), misalnya, membuk- sah cinta tragis itu terjadi saat Adri-
tikan gaya sentimentilnya. Cerpen ini anto tanpa sengaja dirawat dokter
berkisah tentang kegigihan guru SD Karlina hingga meninggal; semen-
dalam memperjuangkan murid yang tara Adrianto tidak tahu kalau wanita
putus sekolah karena miskin. Kega- yang dicintainya itu telah menjanda.

506 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kisah cinta yang berakhir tragis masa depan kedua anaknya ia ber-
hampir mewarnai sebagian besar usaha mempertahankan tali perka-
karya Iesmaniasita, misalnya dalam winan. Adapun derita anak akibat
cerpen “Lagu Lingsir Wengi”, perceraian juga diungkap Iesnmania-
“Perjanjian”, dan “Suwiran Buku sita dalam cerpen “Minggat”.
Harian”. Bagian yang menarik dari
cerpen “Suwiran Buku Harian” (Ja- Berkat jasa-jasanya yang begitu
ya Baya, No. 23, 1957) adalah kebe- besar dalam sastra Jawa, Iesmania-
ranian wanita mengungkapkan cinta sita akhirnya mendapat penghargaan
pada kekasihnya. Selain itu, keingin- dari yayasan Rancage pada tahun
an pengarang mendobrak tradisi me- 1999. Sementara itu, Sri Widati, pe-
ngenai kepercayaan pada primbon neliti sastra Balai Bahasa Yogyakar-
dalam hal pemilihan jodoh terungkap ta, telah menulis riwayat dan sepak
dalam “Ketangkep” (Jaya Baya, terjang St. Iesmaniasita dan seluruh
No. 29, 1957). karyanya dalam buku berjudul St.
Iesmaniasita: Pembaharu Puisi Ja-
Kisah-kisah kehidupan rumah wa Modern (Gama Media, Yogya-
tangga juga merupakan sumber ins- karta, 2004).
pirasi bagi Iesmaniasita. Dalam cer-
pen “Sing Mrucut Banjur Ajur” (Ja- st. sri mulyani (1965— )
ya Baya, No. 36, 1957) diungkapkan
kelalaian istri mengasuh anak karena St. Sri Mulyani, yang di dalam
sibuk berorganisasi sehingga anak- karangan-karangannya sering meng-
nya sakit dan meninggal. Hal yang gunakan nama St. Sri Emyani, lahir
menarik adalah usaha pengarang di Trenggalek, Jawa Timur, pada 22
untuk tidak menumpukan kesalahan Agustus 1965. Pengarang wanita
pada wanita, tetapi suami juga harus beragama Islam ini menamatkan SD
dilibatkan dan bertanggung jawab. tahun 1979 dan SMP tahun 1982 di
Iesmaniasita berpendapat bahwa Panggul, Trenggalek, Jawa Timur.
perkawinan ternyata bukan sesuatu Setelah itu, ia melanjutkan ke SMA
yang mudah. Apabila seseorang su- (jurusan IPS) di Kediri dan tamat ta-
dah berhasil memasuki gerbang per- hun 1985. Setamat SMA ia kuliah
kawinan, bukan berarti segalanya di jurusan Seni Rupa IKIP Malang
akan meluncur dengan sendirinya, dan tamat sarjana muda tahun 1988.
sebab keutuhan dan kelanggengan
perkawinan juga memerlukan per- Bakat kepengarangan St. Sri
juangan tersendiri, seperti perjuang- Mulyani tumbuh pada tahun 1985
an Yuwanti dalam cerpen “Rembu- saat ia kuliah di jurusan Seni Rupa
lan Kalingan Mega”(Mekar Sari, dan berada di kota Malang. Meski-
No. 12, 1958). Yuwanti berusaha ta- pun tidak kuliah di jurusan sastra,
bah menghadapi perlakuan kasar tetapi ia tidak mau kalah dengan ka-
dan angkuh suaminya yang semula wan-kawannya (dari jurusan sastra)
bersikap sayang dan lembut. Demi sehingga ia mencoba menulis dan
mempublikasikan karya-karyanya
(puisi dan cerpen) ke majalah dan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 507

surat kabar seperti Mekar Sari, Jaka kar Sari, 11 Maret 1994), “Peluh”
Lodhang, Panjebar Semangat, dan (Mekar Sari, 1994), “Mati” (Mekar
Surabaya Post. Meskipun tahu bah- Sari, 1994), “Mampir” (Mekar Sari,
wa dunia karang-mengarang tidak 4 November 1994), “Krenteg” (Pa-
dapat diandalkan sebagai jaminan hi- njebar Semangat, 1989), dan “Teja”
dup, ia tetap berkeinginan dapat hi- (Panjebar Semangat, 1989).
dup layak dari hasil karangannya.
Karena itu, dunia karang-mengarang Sementara itu, karyanya yang
tetap ditekuninya walaupun ia sibuk berupa cerpen (cerkak), antara lain,
dengan tugas-tugasnya sebagai guru. “Semplep” (Jaka Lodhang, No. 10,
1993), “Asmara lan Angin” (Mekar
Sebagai guru St. Sri Mulyani Sari, 30 Desember 1994), “Jong
mengalami tiga kali pindah. Pada Mambo” (Jaka Lodhang, No. 4,
mulanya (1989), tidak lama setelah 1994), “Badhut” (Jaka Lodhang, No.
tamat kuliah, ia menjadi guru SLTP 26, 1994), “Mbah Wek” (Mekar Sari,
3 Latsari, Tuban. Kemudian, pada 19 Mei 1995), “Aneh” (Mekar Sari,
tahun 1991, ia pindah ke SLTP 11 15 September 1995), “Sepatu Ayu”
Malang. Sembilan tahun kemudian, (Jaka Lodhang, No. 18, 1995),
tepatnya tahun 2000 ia pindah ke Mbrang Kali Kembang” (Mekar
daerah kelahirannya dan hingga se- Sari, 18 Agustus 1995), “Semar Me-
karang menjadi guru di SLTP 1 sem” (Mekar Sari, 21 Juli 1995), dan
Panggul, Trenggalek, Jawa Timur. “Tikus” (Jaka Lodhang, No. 03,
Kini ia bertempat tinggal di desa 1995).
Panggul RT 15, RW 05, kecamatan
Panggul, kabupaten Trenggalek, stereotipe
Jawa Timur, telepon (0355) 651054.
Istilah stereotipe bukan asli dari
Beberapa karya St. Sri Mulyani bahasa Jawa tetapi dari bahasa Ing-
yang berupa puisi (guritan), antara gris stereotype, yang artinya mengi-
lain, “Kejegal” (Jaka Lodhang, No. kuti (secara terus-menerus) konvensi
24, 1992), “Kembang Turi” (Panje- yang sudah mapan atau klise. Istilah
bar Semangat, 30 Januari 1992), ini juga mengandung arti peniruan
“Sketsa Wengi” (Mekar Sari, 10 No- terhadap gaya sebuah karya sastra
vember 1993), “Kridhaning Jlantra” secara berlebihan, tetapi bukan pen-
(Mekar Sari, 1993), “Kreta Sore” curian atau plagiat. Sesuatu yang di-
(Mekar Sari, 1993), “Ndodag We- sebut bersifat stereotipe ialah bila
ngi” (Mekar Sari, 1993), “Nyabrang tidak ada perubahan apa pun di da-
Alas” (Panjebar Semangat, 1993), lamnya dari yang sudah terus-me-
“BumiAngin” (Panjebar Semangat, nerus digunakan. Dalam perwatakan
1993), “Alun Wengi” (Mekar Sari, tokoh fiksi, misalnya, watak stereo-
1994), “Kembang Bakung” (Mekar tipe ialah bila tokoh utama (prota-
Sari, 1994), “Gunungan” (Surabaya gonis) digambarkan selalu cantik
Post, 1994), “Gogrog” (Mekar Sari, atau tampan, tanpa cecat, dan baik
19 Januari 1994), “WotingAti” (Me- hati. Adapun tokoh lawan

508 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(antagonis) digambarkan buruk rupa studi metodis atas prinsip-prinsip ga-
dan jahat. Hingga saat ini, pengarang ya bahasa. Adapun stylis ialah ahli
Jawa masih cenderung menggarap membuat gaya bahasa. Adapun yang
penokohan secara stereotipe. Misal- disebut dengan gaya bahasa menurut
nya, dalam Serat Riyanto (1920) di- para ahli bahasa ialah penggunaan
gambarkan Raden Ajeng Srini yang bahasa secara khusus untuk menda-
cantik jelita dan Raden Mas Riyanto patkan efek tertentu dalam sebuah
yang tampan. Demikian juga dalam karya. Selain itu, gaya bahasa juga
novel Lintang Panjer Rina (2003) merupakan cara penggunaan bahasa
karya Daniel Tito berikut ini. secara khas, yang dapat untuk me-
ngungkapkan diri seseorang sehing-
… Harjito mung meneng. Mung ga dapat digunakan untuk membe-
mandeng. Sengaja dijarake dakan pengarang satu dengan penga-
wadon ayu-manis ing ngarepe rang yang lain. Stilistika yang ber-
kuwi kojah. Kepengin ngerti laku pada suatu periode dapat ber-
arahe pirembugan kok nganti beda dengan stilistika pada periode
tekan kono olehe nyangkani…. yang lain karena berbagai faktor, se-
(Lintang Panjer Rina, 2002:12) perti selera zaman, pengaruh kebi-
jakan pemerintah, dan pergantian ge-
‘… Harjito hanya diam. Hanya nerasi.
memandang. Sengaja dibiarkan
perempuan ayu-manis di depan- suci hadi suwita (1936— )
nya itu bercerita. Ingin ia me-
ngerti arah pembicaraannya me- Suci Hadi Suwita (bergelar R.
ngapa sampai di situ arahnya….’ Ngt.) atau lazim dipanggil Ibu Suci
adalah seorang wanita yang –meski
stilistika hanya penjual abon dan penganan/
gorengan— aktif memetri bahasa
Istilah stilistika serapan dari ba- dan budaya Jawa. Ia lahir di Kumen-
hasa Inggris stylistic. Stilistika me- daman, Suryadiningratan, Yogya-
rupakan salah satu bidang studi ilmu karta, pada 21 Januari 1936. Se-
sastra. Bidang studi ini berkaitan de- orang ibu yang kini tinggal di Jalan
ngan teknik ekspresi dalam sastra, Suryadiningratan 4, Yogyakarta, ini
yang sebenarnya tidak terbatasi ha- menikah dengan Priyanto, B.A. pada
nya gaya bahasa (style of language), 30 September 1964. Hanya saja, pa-
tetapi juga pada imaji, bunyi bahasa, da 11 Februari 1969, ia bercerai. Su-
dan sebagainya yang dengan peman- ci Hadi Suwita berpendidikan SR
faatannya mampu memberikan efek Suryadiningratan (1950), SLTP 4
tertentu pada suatu karya sastra. Na- Yogyakarta (1953), dan terakhir
mun, pada hakikatnya, stilistika SMA 1 Surakarta (1955, hanya sam-
memfokus pada penggunaan gaya pai kelas 2). Meski demikian, ia me-
bahasa dalam karya sastra. Ahli sti- nguasai bahasa Jawa secara aktif
listika dalam bahasa Inggris disebut
stylician, yang bertugas melakukan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 509

dan bahasa Minangkabau serta ba- Memang ia telah mengikuti penatar-
hasa Inggris secara pasif. an P-4 selama 17 jam pada 1984,
selama 25 jam pada 1995, dan pena-
Pada tahun 1960—1964 Suci taran calon fasilitator Simulasi P-4
Hadi Suwita menjabat sebagai pe- angakatan XLI pada 1997. Pada ta-
tugas administrasi swasta di Jakarta. hun 2000 ia meraih juara II pada
Kemudian ia menjadi anggota Pem- lomba mengarang macapat yang di-
bangunan Kesehatan Masyarakat selenggarakan oleh Dewan Kesenian
Desa (PKMD) di Yogyakarta. Di Yogyakarta.
samping itu, di kampungnya, ia men-
jadi pengurus PKK tingkat RW. Da- Bu Suci mulai menulis pada
lam kaitannya dengan kesenian, ia 1990. Karyanya berbahasa Jawa dan
menjadi Wakil Ketua Kerawitan Go- Indonesia. Karyanya yang pernah di-
tro Rini dan hingga kini masih men- gunakan sebagai bahan lomba berju-
jadi anggota Sanggar Sastra Jawa dul “Lelana”, diterbitkan dalam buku
Yogyakarta (SSJY). Kaloka Basa untuk SLTP kelas 2.
Mengapa ia menulis sastra Jawa?
Berkomentar mengenai keikut- Katanya, saat itu (1990) ia mende-
sertaannya dalam SSJY, Suci Hadi ngar pernyataanArswendo dan Ren-
Suwita merasa “berbeda” dibanding dra ketika diwawancarai di acara
kawan-kawan pengarang lainnya. TVRI Yogyakarta. Dalam wawan-
Kalau kawan lain umumnya berpro- cara itu (yang dipandu oleh Mas Mar-
fesi sebagai guru, mahasiswa, dosen, gono, pegawai RRI Nusantara II),
pegawai, dan wartawan yang setiap nara sumber (ArswendoAtmowiloto
hari memegang “ballpoint” dan me- dan Rendra) menyatakan bahwa ba-
sin tik atau komputer, dirinya hanya hasa Jawa sudah mati.
memegang “pisau dan alat penggo-
rengan” sebab setiap hari harus mem- Mendengar pernyataan itulah Bu
buat dan menjual abon dan berbagai Suci sadar. Lalu bertanya pada diri:
makanan kecil. Karena itu, ia harus benarkah sastra Jawa mati? Padahal,
betul-betul dapat membagi waktu menurutnya, sejak 1960 banyak kar-
untuk menulis. Apalagi ia juga harus ya sastra Jawa terbit. Apakah kini
membantu putrinya yang membuka (1990) tidak ada perkembangan? Ma-
warung nasi di rumahnya. ka, ketika pada tahun 1990/1991 ada
lomba penciptaan guritan yang dise-
Dalam dunia tulis-menulis, Suci lenggarakan oleh Taman Budaya
Hadi Suwita pernah mendapatkan Yogyakarta, Ibu Suci mengikutinya.
penghargaan, yaitu sebagai juara III Walau tidak menang, karya Ibu Suci
pada lomba karya tulis yang diseleng- yang berjudul “Peking” masuk ke
garakan oleh BKKBN Kader Sehat dalam sepuluh karya terbaik. Sejak
Lestari (1988). Kader Sehat Lestari saat itulah, ia seperti berjanji pada
itu dijalaninya lebih dari 10 tahun. diri untuk terus menulis dan me-
Pada tahun 1991, ia juga menjadi ngembangkan sastra Jawa. Diakui-
juara I Simulasi P-4 Puntadewa ting- nya bahwa dalam menulis sastra Ja-
kat Daerah Istimewa Yogyakarta.

510 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa ia mendapat bimbingan dari Sur- sudarsin (1950—)
yanto Sastroatmojo dan Sri Widati,
keduanya pengurus Sanggar Sastra Sudarsin lahir dan bertempat
Jawa Yogyakarta. tinggal di Purwonegoro, Banjarne-
gara, Banyumas, Jawa Tengah, pada
Karangan Ibu Suci berupa guri- 23 Mei 1950. Ia menamatkan pendi-
tan, cerkak, macapat, dan novel, ter- dikan di SMP Negeri Klampok, Pur-
bit di majalah Pagagan, Djaka Lo- worejo (1965), SMANegeri Banjar-
dang, Bernas Minggu, Trinil (ma- negara (1968), dan terakhir menda-
jalah milik PKK Mantrijeron, Yog- pat gelar sarjana muda dari Fakultas
yakarta, sudah tidak terbit lagi). Me- Ekonomi Universitas Jenderal Sudir-
nurutnya, yang paling mudah diker- man Purwokerto (1972). Setelah itu,
jakan adalah menulis macapat. Se- ia diterima bekerja menjadi guru
lain itu, ia juga telah menulis cerita SMP/SMA Nasional Sidareja, Cila-
bersambung yang dimuat di Djaka cap, tetapi tidak diteruskan. Kemu-
Lodang dengan judul “Prameswari dian, sejak tahun 1975 sampai seka-
kang Wicaksana”. Pada 1996, karya rang ia bekerja di Kantor Inspeksi
guritan-nya dimuat dalam antologi IPEDA Purwokerto.
Pemilihan Lurah. Pada 1997, guri-
tan dan macapat-nya masuk dalam Dalam karya-karyanya (cerpen),
antologi Rembuyung dan Pisung- lelaki yang dikenal berpenampilan
sung. Pada 1998 cerkak-nya dalam tenang dan tidak banyak bicara itu
antologi Panjurung. Pada 2000, ma- kadang-kadang menggunakan nama
capat dan guritan-nya dimuat dalam asli (Sudarsin) dan nama yang di-
Bocah Bajang Nyunggi Watu Gi- singkat (S.Darsin). Namun, kadang-
lang dan “Tunjung Pita”. kadang, untuk mengurangi kejenuh-
an pembaca, namanya dipanjangkan
Sementara itu, dalam antologi dengan ditambah nama tempat ting-
Megar (Radhita Buana, 2003), ia me- galnya sehingga menjadi Sudarsin
nulis guritan berjudul “Lair”, “La- Purwonegoro.
re”, “Lelara”, “Lelaku”, “Sliramu”,
“Sing Endi”, “Megar”, “Mandheg?”, Karier kepengarangan Sudarsin
“Mung Sepele”, “Olah-olah”, “Mu- diawali pada tahun 1970 dengan me-
si”, “Gunung Merapi, “Palar”, nulis cerpen dalam bahasa Indone-
“Pagilaran”, “Cokrorejo”, “Bang- sia. Selanjutnya, karya-karyanya
lades”, “Eluhmu Tito”, “Jam”, “Lu- mengalir ke majalah Arena Warta,
wengku”, “Lampu”, “Pyan”, “Pe- Pelita Minggu Baru, Tanah Air, dan
king”, “Tirta”, “Pasar Mlaku”, Simponi. Pada tahun 1972, ia mulai
“Alas Roban”, “Kurdhen Biru”, mencoba menulis cerpen Jawa (cer-
“Pangilon”, “Album Manten”, “Ne- kak). Ia tidak tergiur oleh ajakan te-
tra”, “Kupatan Riyaya”, “Nga- man-teman seangkatannya (Poer
pem”, dan “Nalika Neng Kamar Adhie Prawoto, Anjrah Lelonobroto,
Ijen”. Karya-karya ini ditulis tahun Aryono Kadaryono, Djajus Pete)
1991 hingga 2003. yang pada waktu itu beramai-ramai
menulis guritan. Hasil karyanya

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 511

(cerkak) kemudian muncul di bebe- menempuh pendidikan nonformal, di
rapa majalah, seperti Panjebar Se- antaranya, Upgrading Course Pers
mangat, Jaya Baya, dan Pustaka dan Jurnalistik Persatuan Wartawan
Candra. Kudus, Penataran Tatah Sungging
Kulit di Wonogiri, dan kursus tertulis
Beberapa cerkak Sudarsin, di an- jarak jauh di Bandung.
taranya “Lelakon Anyar ing Omah
Sewan”, “Ratihku”, “Donya Katon Riwayat pekerjaan Sudaryono
Peteng”, “Pedhute Wiwit Temu- beraneka ragam. Pada mulanya, ia
run”,” Kelangan”, dan “Kembang bekerja sebagai karyawan PG Ren-
Telon”. Walaupun ia lahir dan tinggal deng Kudus selama dua tahun. Ke-
di lingkungan keluarga priayi Banyu- mudian ia beralih profesi sebagai gu-
mas, dalam karya-karyanya ia justru ru bahasa Jawa, guru menggambar,
kelihatan njawani, atau sering meng- guru hitung dagang, dan guru tata
gunakan cengkok Joglo atau bahasa buku di SMA Mandira Kudus. Se-
Jogya-Solo dan tidak sedikitpun telah mengajar selama empat tahun,
menggunakan dialek Banyumasan. ia dipercya sebagai kepala sekolah.
Itulah satu bukti rasa kecintaannya Sayang, jabatan itu hanya dipegang
pada bahasa Jawa yang dicerminkan selama satu tahun. Di samping men-
lewat tulisan maupun kesehariannya. jadi guru, ia juga bekerja sebagai kon-
sultan pribadi dan tukang dongeng
sudaryono di rumah Keluarga Tas’an Wartono,
seorang pengusaha Pabrik Rokok
Dalam dunia karang-menga- Sukun di Kudus. Di tempat ini ia be-
rang, Sudaryono biasa mengguna- kerja tiga belas tahun. Kemudian, ia
kan nama samaran Puntadewa. Di juga bekerja sebagai penyair para-
kalangan pengarang, ia sering dige- normal dan pelukis. Selain itu, ia ak-
lari sebagai penyair paranormal, pe- tif di berbagai organisasi, baik pro-
lukis, budayawan, tukang dongeng, fesi maupun sosial. Ia ikut mendiri-
dan pengarang dari lereng Gunung kan HKP2W Kudus, mendirikan
Muria. Sudaryono lahir di Kudus pa- KNPI Kudus, sebagai Sekretaris Ke-
da 7 September (tahun?). Pengarang luarga Penulis Kudus, Pengurus Ge-
beragama Islam dan bersuku Jawa rakan Pramuka Kwartir Ranting Ku-
ini adalah putra kelima dari tujuh ber- dus, dan Sekretaris RT 05, Kaliputu,
saudara. Ayahnya bernama P. Hadi Kudus.
Soedirdjo (tokoh pejuang 45), se-
dangkan ibunya bernama K. Soe- Sejak kelas satu SD Sudaryono
darti (keduanya telah almarhum). gemar mengarang. Ia terjun ke dunia
Sekarang ia tinggal di Kaliputu III/ karang-mengarang karena ingin
91, RT 05, RW 01, Kudus 59312. mendapat nilai lebih dibandingkan
teman-temannya. Di samping itu, ia
Pendidikan SD, SLTP, SLTA, juga ingin mendapatkan uang dari
sampai perguruan tinggi ditempuh di hasil keringatnya sendiri. Hasil kar-
kota kelahirannya. Di samping me- ya Sudaryono beraneka ragam. Jenis
nempuh pendidikan formal, ia juga

512 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

karangan yang ditekuninya meliputi laksanakan dalam rangka HUT ke-
puisi, cerpen, dan karangan bebas. 6 Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
Ia tidak hanya menulis dalam bahasa tahun 1998. Penghargaan ketiga be-
Jawa, tetapi juga bahasa Indonesia. rupa “Trophy Teater Semut dan pia-
Hasil karyanya yang berbahasa In- gam lomba menulis Surat Cinta Ber-
donesia dimuat di Karya Publika bahasa Jawa tingkat Jawa Tengah di
(Kudus, 1971), Buana Minggu (Ja- Kendal tahun 1999. Kegiatan itu di-
karta, 1971-1977), Krida (Semarang, laksanakan dalam rangka Gelar Bu-
1983), Lokantara (Jakarta, 1997), daya tahun 1999. Waktu itu, ia ber-
Wawasan (Semarang), Suara Karya hasil merebut juara III.
Minggu (Jakarta), dan Suara Mu-
hammadiyah (Yogyakarta). Pengarang yang bergelar penyair
paranormal itu beranggapan bahwa
Sementara itu, karya-karyanya sastra Jawa masa lalu sangat kuat,
dalam bahasa Jawa dimuat di Panje- bersifat adiluhung, dibuat dengan
bar Semangat (Surabaya) dan Pa- hati-hati. Maka, sastra masa lalu bi-
gagan (Yogyakarta). Karya-karya- sa menjadi cermin hidup berbudi pe-
nya juga adalam beberapa buku an- kerti luhur dan berbahasa halus.
tologi, antara lain, Angin Ladang Adapun terhadap sastra masa kini,
(Pustaka KPK, 1996), Antologi Puisi ia berpandangan bahhwa sastra ma-
Menara (Pustaka KPK, 1997), Lek- sa kini terasa ringan, kurang mem-
sikon Seniman Jawa Tengah (DKJT, perhatikan budi pekerti yang baik,
1996/1997), Antologi Puisi Indone- bersifat lugas, penuh kritik, kurang
sia 1997 Volume 2 (Angkasa Ban- bisa memberikan solusi. Sementara
dung, 1997), Antologi Puisi Blue itu, terhadap sastra Jawa di masa de-
(Komunitas Latah, Jepara, 1997), pan, ia berharap agar sastra yang
Antologi Cerkak (DKJT, 1998), An- mengungkapkan budi pekerti luhur
tologi Cerkak Anak Berbahasa Jawa itu mudah dicerna oleh generasi pe-
(DKJT, 1999), Pabrik (Roda-roda nerus.
Budaya Tangerang, 1998), dan An-
tologi Puisi Menara 3 (Pustaka Terhadap dunia penerbitan, Su-
KPK, 1999). daryono berangapan bahwa penerbit
sastra Jawa tetap akan ada meskipun
Sudaryono banyak menerima dengan dana yang terbatas. Semen-
penghargaan dari beberapa instansi tara itu, pembaca sastra Jawa kini
dan yayasan. Hadiah dan penghar- semakin berkurang. Dalam hal pro-
gaan itu, antara lain, Plakat Seni ses kreatif, Sudaryono mendapatkan
Sastra dan Lomba Cipta Puisi Ting- ide lewat alam lingkungan, kehidup-
kat Nasional. Kegiatan itu diseleng- an sosial, dan kehidupan sehari-hari.
garakan dalam rangka HUT Yayasan Semua itu ia kemas dan sesuaikan
Pelangi Nusantara Jakarta tahun dengan budaya Jawa yang dianggap
1996. Penghargaan berupa uang dan sebagai budaya sopan santun dan
sertifikat juara I penulisan cerkak Ja- mengandung nilai budi pekerti yang
wa tingkat Nasional. Kegiatan itu di- luhur.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 513

sudi yatmana (1937—) lam keintelektualannya adalah (1) BI
Bahasa Jawa di Yogyakarta tahun
Sudi Yatmana, lengkapnya Dr. 1959; (2) BI Bahasa Indonesia di Se-
(HC) R.M.A. Sudi Yatmana, lahir marang tahun 1962; (3) Institut Pen-
pada Minggu Paing, 28 Maret 1937, didikan Guru Madiun tahun 1964;
pukul 11.11, di kota Surakarta, se- dan (4) Soon Study Courses Austra-
buah kota penting di Jawa Tengah lia tahun 1975 dan 1982. Dari se-
yang dikenal sebagai bekas daerah jumlah pendidikan yang telah dila-
kejawen. Karena lahir dan dibesar- luinya itu dapat dipastikan bahwa ia
kan di salah satu pusat kebudayaan mengantongi banyak gelar, seperti
Jawa, wawasan kejawen-nya cukup sarjana (S1) Ilmu Keguruan dan Il-
luas dan dalam. Hal itu dibuktikan- mu Pendidikan (IKIP) Madiun dan
nya dengan catatan hari lahir yang Doktor H.C. (Dr. H.C.) Bahasa Ja-
tidak hanya mengacu kepada kalen- wa dari The London Institut for
der Jawa, tetapi juga kalender inter- Applied Research (Inggris) tahun
nasional. Kini ia menetap di kota Se- 1992. Selain itu, ia juga mengikuti
marang, tepatnya di Jalan Kaliwiru beberapa studi informal, misalnya
V/5, Semarang 50253, telepon (024) studi banding di Melbourne, Canber-
8319839, tetapi sering harus pulang- ra, dan Sydney (Australia) tahun
balik ke Sala karena tugasnya se- 1996.
bagai budayawan keraton.
Bila dicermati dengan saksama
Seperti halnya sebagian besar terlihat bahwa sekolah-sekolah yang
pengarang Jawa modern umumnya, dimasukinya itu erat berkait dengan
Sudi Yatmana juga berprofesi ganda. hobinya, yang menurut pengaku-
Pada umumnya pengarang Jawa ber- annya ialah mencintai bahasa, seni,
profesi ganda: selain sebagai penga- dan budaya. Gelar-gelar yanag di-
rang juga sebagai wartawan atau gu- peroleh selama menyelesaikan stu-
ru. Karena di bidang sastra Jawa dinya di dalam dan luar negeri me-
modern Sudi Yatmana lebih banyak nandai profesionalisme dirinya da-
menulis guritan, ia dapat disebut lam bahasa dan sastra. Terbukti bah-
penggurit. Sudi Yatmana rupanya wa ia mampu menulis tidak hanya
termasuk tipe sastrawan yang se- dalam bahasa Jawa dan Indonesia,
nang belajar yang ditandai dengan tetapi juga dalam Inggris. Buku an-
kegemarannya membaca di perpus- tologi cetakan tahun 2002 yang ber-
takaan, baik perpustakaan umum judul Geguritane Wong Pangsiyu-
maupun pribadi. Hobi belajarnya, nan (Sajak-sajak Seorang Pensiun-
baik tentang sastra yang ditulis da- an, The Poems of Someone Retired)
lam bahasa Jawa, Indonesia, mau- dan Geguritan Alam Sawegung
pun Inggris, telah mendorong dirinya (Puisi-puisi Alam Semesta, The
meniti karier ke jenjang pendidikan Poems if The Existence) membukti-
tinggi yang ideal. kan kemampuan di bidang bahasa
yang kompleks itu.
Sejumlah catatan pendidikan
yang membayangkan seberapa da-

514 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Adapun profesi yang disandang- Atas dasar posisi dan tugas-tu-
nya hingga kini berkaitan erat de- gas yang dialaminya di lembaga-
ngan bidang studi yang dikuasainya lembaga kemasyarakatan tersebut,
sebagai berikut. (1) Tahun 1959— pengarang ini mendapat sejumlah
1989 sebagai guru atau dosen tetap penghargaan. Beberapa pengharga-
di 20 perguruan tinggi. (2) Tahun an yang diterimanya, antara lain, (1)
1986—1998 sebagai dosen luar biasa Lenacana Karya Satya dari Presiden
FPBS IKIP dan tahun 1996—2001 RI sebagai abdi negara/guru selama
sebagai dosen luar biasa di lebih dari 25 tahun (1988); (2) Peng-
STIEPARI Semarang. (3) Sebagai hargaan Budaya Bahti Upapradana
staf dan pejabat di Kanwil Depdikbud dari Gubernur Kepala Daerah Ting-
Propinsi Jawa Tengah. Kanwil Dep- kat I Jawa Tengah sebagai Pembina
dikbud Propinsi Jawa Tengah adalah Pengembang Bahasa dan Sastra Ja-
tempat kerja yang utama bagi Dr. wa (16 Agustus 1991); (3) Penghar-
Sudi Yatmana. Posisi penting yang gaan Piagam Bakti Budaya dari Pu-
didudukinya sebagai (a) Kasi Bina sat Lembaga Kebudayaan Jawi Su-
Program Bidang Kesenian Depdik- rakarta (21 Oktober 1993); (4)
bud selama tahun 1989—1993; (b) Penghargaan dari Keraton Surakarta
Pengawas Pendidikan Menengah dengan nama Paringan Dalem:
Umum tahun 1993—2001, dan (c) K.R.T. Yatmadiningrat (12 Desem-
anggota penyiapan kurikulum baha- ber 1996); (5) Penghargaan dari
sa Jawa untuk Propinsi Jawa Tengah, Mangkunegaran Surakarta (7 Fe-
yaitu tahun 1968, 1975, 1984, 1994 bruari 1999); dan (6) Penghargaan
(Kurikulum Muatan Lokal), dan dari Yayasan “Rancage” (2001) atas
2001 (Kurikulum Berbasis Kompe- jasanya dalam melestarikan bahasa
tensi). (4) Sebagai tokoh di beberapa dan sastra Jawa lewat berbagai me-
Lembaga Swasta, yaitu (a) anggota dia.
pakar pengurus Permadani Pusat
(1989—2003); (b) penyelenggara Selain sebagai budayawan yang
AUB/STEIUAB Semarang; (c) ang- tangguh, Sudi Yatmana juga seorang
gota Dewan Redaksi tabloid Inspi- ilmuwan, sehingga karya-karyanya
rator (Suara Merdeka Grup); (d) pun diasumsikan menggambarkan
anggota Presidium Pusat Lembaga pribadinya sebagai ilmuwan. Di bi-
Kebudayaan Jawi Surakarta; (e) Ke- dang kebudayaan Jawa ia tampak
tua Yayasan Karya Dharma Panca- menonjol karena tidak hanya pandai
sila Surakarta (sejak 1998), dan (f) berbicara, tetapi juga terjun lang-
sejak tahun 2000 menjadi Ketua Tim sung di dalamnya. Hal ini dapat dili-
Peneliti dan Penilai Buku-buku Ba- hat, baik dari profesinya yang dite-
hasa Jawa dan buku-buku budi pe- kuni di Kanwil Depdikbud maupun
kerti Kanwil Depdikbud Propinsi Ja- dari profesinya di lembaga-lembaga
wa Tengah. swasta-kebudayaan, khususnya ke-
budayaan Jawa tradisional. Ia adalah
orang kuat di “Permadani” (sebuah

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 515

lembaga yang bertugas melestarikan tahun). Setelah itu, Sudibjo berpro-
kebudayaan Jawa). Dari posisi Sudi fesi sebagai guru.
Yatnama itu pada gilirannya terba-
ngun sebuah karakter khusus pada Profesi guru ditekuninya hingga
dirinya. Maka, tidak sia-sia usaha- tahun 1969. Semula menjadi guru
nya itu karena pada tahun 2002, di Sekolah Dasar (tahun 1952—1954),
Surabaya (Unesa), ia secara resmi kemudian guru SMTP (tahun
mendapatkan penghargaan “Ran- 1960—1963), dan guru SMTA (ta-
cage” dari Yayasan Rancage. hun 1963—1969). Selain sebagai
guru, ia juga bekerja sebagai kurator
Sudi Yatmana memegang dua bagian naskah di Museum Nasional
sesanti yang rupanya mendasari si- (tahun 1963—1974). Setelah itu, se-
kap dan perilakunya. Pertama, pan- panjang tahun 1974 hingga 1979 ia
dangannya tentang buku, dan kedua diangkat sebagai Direktur Gedung
tentang hidup. Baginya, teman du- Kebangkitan Nasional dan sejak ta-
duk yang paling setia ialah buku. De- hun 1980 ia bekerja di Balai Pusta-
ngan kata lain, baginya, tiada waktu ka, Jakarta. Dalam catatan biodata-
tanpa membaca (buku). Sedangkan nya, ia juga pernah menjadi redaksi
pandangannya tentang hidup ialah majalah budaya Warta Wayang. Ma-
ajakan: “Sumangga sami mangas- jalah ini, pada perkembangan selan-
tuti tuwin makarti, mamrih wilu- jutnya, berganti nama menjadi Ga-
jenging sesami” ‘Marilah kita ber- tra.
doa dan bekerja demi keselamatan
bersama’. Kedua sesanti itu mem- Di dalam khazanah sastra Jawa,
bayangkan kedalaman religiusitas jenis sastra yang ditekuni Sudibjo
seseorang, yang dapat dilihat ketika ialah guritan, cerkak, dan novel. Pa-
dia melakukan sesuatu, mengekspre- da sekitar tahun 1969 hingga 1979
sikan, dan memikirkan dirinya sen- karya guritan dan cerkak-nya telah
diri, juga orang-orang “dekat” di se- tersebar di berbagai majalah berba-
kitarnya (di masyarakat luas). hasa Jawa, di antaranya Kunthi di Ja-
karta. Sementara itu, bukunya ber-
sudibjo z. hadisutjipto judul Daradasih telah diterbitkan
(1936—) oleh Balai Pustaka tahun 1988.

Pengarang ini lahir di Pemalang, sugeng adipitoyo (1965—)
17 Agustus 1936. Ia memiliki latar
belakang pendidikan dari SD hingga Pengarang ini lahir di Nganjuk
perguruan tinggi. Pendidikan tinggi pada 23 Desember 1965. Dunia tu-
yang ditempuhnya ialah Fakultas lis-menulis merupakan pekerjaan
Sastra Universitas Indonesia, Jurus- sampingan dan sekedar dimanfaat-
an Bahasa dan Sastra Nusantara. Ia kan untuk menyalurkan bakat. Pe-
juga pernah mengikuti pendidikan di kerjaan pokoknya adalah sebagai
Sekolah Pendidikan Guru (SGB IV dosen di Universitas Negeri Suraba-
ya (dulu IKIP Surabaya). Ia juga ak-
tif dalam berbagai organisasi, misal-

516 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya terlibat dalam keanggotaan Ma- sugeng dwianto (1966—)
syarakat Linguistik Indonesia (MLI)
komisariat Unesa, anggota penilai Sugeng Dwianto adalah alum-
Buku Pelajaran Bahasa Jawa Kan- nus Jurusan Bahasa dan Sastra Ja-
wil Departemen Pendidikan dan Ke- wa, Fakultas Bahasa dan Seni IKIP
budayaan Provinsi Jawa Timur Surabaya (1993). Ia lahir di Pacitan
(1994), anggota Monitoring Buku pada 11 Juli 1966. Pendidikan for-
Paket Nasional (1997), Ketua Pagu- mal SD hingga SPG diselesaikan di
yuban Sarilaras, Pendiri Lembaga kota kelahirannya (Pacitan). Selepas
Pengkajian Pembelajaran Bahasa, SPG tahun 1985, ia menjadi guru
dan Pembina Musyawarah Guru SMP. Dalam kiprahnya bersastra Ja-
Mata Pelajaran Bahasa Jawa SLTP wa, karya-karyanya tersebar di ber-
di Surabaya (2000). bagai majalah berbahasa Jawa, an-
tara lain Panjebar Semangat, Jaya
Dalam dunia karang-mengarang Baya, Mekar Sari, dan Djaka Lo-
SugengAdipitoyo menulis baik puisi, dang.
fiksi, maupun nonfiksi. Karya gu-
ritan-nya antara lain dimuat dalam Karya-karya guritan-nya terbit
Pangastawa (antologi bersama); dalam beberapa buku antologi ber-
“Orkestra Jagad Raya” dimuat da- sama. Misalnya, “Melar Bumi”,
lam Panjebar Semangat, 26 Mei “Acirmada Acattha”, “Wismaku”,
2001; “Orkestra Jagad Raya”, “Jombang Sawise Udan Grimis”,
“Reh”, dan “Kaca Pangilon” di- “Omahe Prawan Sunthi” masuk da-
muat dalam Kabar Saka Bendulmri- lam Kabar Saka Bendulmrisi: Kum-
si: Kumpulan Guritan (PPSJS, pulan Guritan (PPSJS, 2001), “Gu-
2001). Karya nonfiksi yang ditulis ritan Perang”, “Alit”, “Peso Gawe-
Sugeng Adipitoyo adalah Serat Ka- an Pande”, “Wismaku”, “Sabubare
bar Kiamat (transkrip dan terjemah- Pedhut lan Samirana ing Sela-Se-
an), Serat Imam Sujana (transkrip lane Gurit Panantang”, “Rodha-Ro-
dan terjemahan), Kridha Pradangga dha Kutha”, “Omahe Prawan Sun-
I, Pengantar Berlatih Menabuh Ga- thi”, “Gonjang-Ganjing”, “Aben
melan, Kempalan Gendhing Laras Sawung” masuk dalam Ayang-Ayang
Slendro Pathet Sanga, Konstruksi Pewayangan (PPSJS, 1992), dan
Frase dalam Bahasa Jawa, Morfo- “Omahe Prawan Sunthi” masuk
fonemik Bahasa Jawa Dialek Su- dalam Drona Gugat (Bukan Panitia
rabaya, Nglestari Budaya (tembang Parade Seni W.R. Supratman,
Jawa), dan Sayangku (langgam Ja- 1995). Di samping menulis guritan,
wa). Karya-karya tersebut meng- ia juga menulis puisi dalam bahasa
gambarkan betapa luas wawasan pe- Indonesia yang dimuat dalam anto-
ngarang yang sampai sekarang telah logi Sang Penyair (1986), Lamat
menulis dan menerbitkan sekitar 25 (1988), Surabaya Kotaku (1989),
cerkak dan lima cerpen. Langkah (1990), dan Jejak (1991).

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 517

sugesti penjuru kota Sala untuk mengim-
bangi informasi sepihak dari Aneta,
Istilah sugesti berkaitan dengan sebuah pers kolonial Belanda.
ilmu jiwa tetapi juga digunakan da-
lam teori sastra. Secara leksikal, is- Ia mengaku bahwa ilmu jurnalis-
tilah itu berarti gagasan atau pera- tiknya tidak dipelajari di bangku pen-
saan, impuls yang dapat ditimbulkan didikan formal, tetapi secara otodi-
oleh kata atau susunan kata, dan dak, yaitu dengan mengamati dan
upaya mengatasi makna harfiahnya. mempelajari sepak terjang dan karya
Sugesti dapat dicapai melalui aso- gurunya di SMT yang juga merang-
siasi, alusi, dan hubungan-hubungan kap sebagai wartawan. Gurunya itu
subjektif. Banyak karya sastra yang Marbangun Hardjowirogo, seorang
bersifat sugestif, yang masing-ma- jurnalis dan budayawan putra R.Ng.
sing memiliki cara atau teknik Hardjowirogo (putra Ki Padmosoe-
sendiri-sendiri. Misalnya, menggu- sastra). Ki Padmosoesastra adalah
nakan simbol, alegori, atau imaji ter- seorang pengarang pembaharu sas-
tentu. Sugesti itu adalah subjektivi- tra Jawa dari Surakarta yang mene-
tas pengarang yang seringkali ber- mukan akar konvensi sastra Jawa
sifat individual. modern. Kakek Marbangun Hardjo-
wirogo (Ki Padmosoesastra) lahir ta-
sugiarta sriwibawa (1932— ) hun 1843 di Surakarta. Ia dikenal ju-
ga dengan nama Ngabei Wirapoes-
Pengarang ini lahir di Surakarta taka, nama yang disandangnya keti-
pada 31 Maret 1932, 8 tahun lebih ka bekerja di Museum Radya Pus-
muda daripada Soebagio I.N. (lahir taka Surakarta. Di tengah komunitas
tahun 1924). Ia menyelesaikan pen- sastrawan Jawa yang masih kuat
didikan dasar hingga menengah pada mempertahankan konvensi tradisio-
zaman Belanda, dan SMT Manahan, nal waktu itu, Ki Padmosoesastro
Surakarta, pada zaman Jepang. Ia banyak belajar sastra tradisional dari
juga pernah kuliah di Universitas gurunya (R.Ng. Ranggawarsita).
Gadjah Mada, tetapi hanya mampu Akan tetapi, di sisi lain, ia banyak
7 bulan. Ia pun pernah kuliah di Uni- bergaul dengan orang Barat sehingga
versitas Indonesia tetapi hanya 3 ta- tidak mengherankan jika ia melaku-
hun karena panggilan jiwanya untuk kan inovasi dalam penulisan karya-
bekerja sebagai wartawan lebih kuat. karya fiksi, misalnya dalam Serat
Demikianlah, ia kemudian terjun di Rangsang Tuban (1900). Dialah
dunia wartawan dengan diawali se- orang pertama waktu itu yang berani
bagai wartawan Antara Jakarta dan berkata bahwa dirinya adalah “wong
Tokyo. Awal hubungannya dengan mardika”. Dengan latar belakang se-
kantor berita Antara ialah sejak pe- perti itulah, Marbangun pantas diju-
rang kemerdekaan II. Pada waktu luki sebagai wartawan yang juga bu-
itu, secara sembunyi-sembunyi ia di- dayawan. Kepadanyalah Sugiarta
tugasi untuk menyebarkan majalah Sriwibawa mengkaji ilmu jurnalistik.
Antara Mobile Bulletin di seluruh

518 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sugiarta Sriwibawa mengawali Cerkak-nya pertama ditulis pada ta-
karier kepengarangannya dari sastra hun 1958 dan dimuat di Mekar Sari,
Indonesia dengan pilihan pada puisi. Yogyakarta. Selanjutnya, ia lebih ak-
Jenis sastra ini mulai dikenalnya pa- tif menulis dalam bahasa Jawa de-
da tahun 1951. Dikatakannya bahwa ngan karya terjemahan, misalnya Se-
puisi-puisinya waktu itu dimuat di rat Babad Tanah Jawi (2 jilid) di-
Mimbar Indonesia, Zenith, Siasat, terbitkan Pustaka Jaya. Namun, pa-
Seni, Kisah, dan Budaya Jaya. Kum- da 2002, dunia sastra Jawa dikejut-
pulan atau antologi puisinya berju- kan oleh novelnya berjudul Candhi-
dul Garis Putih (Balai Pustaka, kala Kapuranta (Pustaka Jaya). Bu-
1983). Ia juga menerbitkan buku ku ini menggambarkan dunia priyayi
apresiasi puisi Jepang dengan judul di Surakarta yang unik dengan
Pengantar Puisi Modern Jepang menggunakan bahasa Jawa yang
(1983). Selain itu ia juga menulis bersih dan indah, dengan gaya penu-
tentang dan karya para penyair asing lisan realistis. Penjelajahannya yang
dalam bentuk artikel, seperti Juni- jauh di dunia jurnalistik, sejarah, dan
chiro Tanichiro Tanizaki, Rob Nieu- kebudayaan telah menjadikan novel
wenhuys, dan Khalil Gibran. ini tidak hanya enak dibaca, tetapi
juga sebagai bahan informasi yang
Sugiarta Sriwibawa juga banyak berguna tentang dunia priyayi pada
menulis sejarah dan biografi tokoh- awal abad ke-21. Itulah sebabnya,
tokoh penting dalam bahasa Indone- novel ini mampu mengangkat dirinya
sia, seperti biografi Dr. Soemarno sebagai novel terpilih untuk peme-
Sosroatmodjo, Dr. R. Soeharto ber- nang Hadiah Rancage tahun 2003.
sama Ramadhan K.H., H. Agus Su-
dono, Prof. Midian Sirait, Jendral Hingga saat ini Sugiarta Sriwi-
Soemitro, TELKOM Indonesia, dan bawa masih menulis dalam bahasa
KOSGORO. Selain itu, tokoh ini ju- Jawa di Panjebar Semangat berupa
ga menulis artikel olah raga di Mim- laporan kenangan tentang berbagai
bar Indonesia, Siasat, Pedoman peristiwa yang dialaminya selama
Sport, Sinar Harapan, dan Prestasi. menjadi wartawan di masa perang
Sebagai penulis yang serba bisa, di- kemerdekaan II, terutama yang ber-
tunjukkannya bahwa ia juga mampu kaitan dengan Bung Karno dan Bung
menulis cerita anak, tetapi selalu de- Hatta. Beberapa judul artikel ke-
ngan nama samaran. Di dunia pe- nangan yang menarik, yaitu “Pedhut
nerbitan, ia pernah menjadi redaktur Buyar ing Gunung Tidar” (Panje-
penerbit PT Dunia Pustaka dan Pus- bar Semangat, 17 Januari 2004),
taka Jaya. Hingga sekarang ia men- “Yen Bung Karno Pidati, Jaaaa…”,
jadi editor tetap pada Universitas In- “Yen Bung Karno Tilik Bung Hatta”
donesia Press. (Panjebar Semangat, 31 Januari
2004), dan “Emoh Gawe Gela” (Pa-
Dalam dunia sastra Jawa Su- njebar Semangat, 7 Februari 2004).
giarta Sriwibawa mengawalinya de- Yang perlu dicatat tentang karya ber-
ngan menulis fiksi pendek (cerkak).

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 519

bahasa Jawa dari pengarang dwiba- jadi penyiar radio swasta niaga di
hasawan ini ialah bahasanya yang Kediri. Pekerjaan sambilan itu dite-
terpelihara dengan baik, baik dalam kuninya karena ia merasa mendapat-
karya fiksi maupun nonfiksi. kan kepuasan batin dan materi. Pe-
kerjaan tersebut menempatkan diri-
suhadi tukang cukur (1940—) nya pada situasi romantis karena ia
dapat membangun kontak pribadi
Nama aslinya Suhadi. Tukang dengan pendengarnya. Pengarang
Cukur adalah nama tambahan yang dwibahasa (Jawa dan Indonesia) ini
—menurut lelaki kelahiran Badas, juga senang menabuh gamelan ka-
Pare, Kediri, Jawa Timur, 6 Novem- rena di sekolah ia juga mengajar seni
ber 1940 ini— mengandung makna tari. Selain ia juga hobi bermain ca-
filosofis. Tukang cukur adalah se- tur, bahkan pernah menjadi juri lom-
buah profesi yang tugasnya mem- ba catur tingkat nasional.
buat orang menjadi rapi, indah, can-
tik, dan bahagia. Jadi, obsesi Suhadi Suhadi memiliki kepribadian
adalah ingin selalu membahagiakan yang kuat dengan jiwa kependidikan
orang lain. Pendidikan yang telah di- yang telah menyatu dalam dirinya.
laluinya: SR di Kediri (lulus 1954), Lelaki yang sehari-harinya menjadi
SGB di Kediri (lulus 1958), dan SGA takmir masjid ini berusaha bertindak
(tamat 1965). Namun, sebelum ma- sebagai guru di depan siswa, di de-
suk SGA ia diangkat menjadi guru pan anak buah, dan di depan masya-
SD di Probolinggo. Di sana ia bekerja rakat. Ia mampu mengendalikan diri
sambil belajar. Setamat dari SGA ia secara baik dan dapat memberikan
tetap menjadi guru dan berpindah- sikap keteladanan di mana pun. Si-
pindah tempat (dari Probolinggo dan kap ini sempat mencuat secara for-
berakhir di Kediri). Belum puas de- mal ketika ia terpilih sebagai guru
ngan pendidikan yang dicapainya ia teladan nasional.
melanjutkan ke IKIP Surabaya Ju-
rusan Administrasi Pendidikan (se- Suhadi telah menghasilkan kar-
lesai 1973). Pada tahun 1976 ia di- ya cukup banyak. Sebagai penulis
angkat menjadi Kepala SD dan sejak Jawa ia mempunyai obsesi tertentu
1986 ia menjadi Pengawas TK/SD/ tentang bahasa Jawa. Ia berharap
SDLB di Kediri. Pada usia 60 tahun agar bahasa Jawa tetap lestari sesuai
(tahun 2000) Suhadi memasuki ma- dengan perkembangan zaman. Kar-
sa pensiun setelah mengabdi sebagai ya-karyanya tersebar di berbagai me-
pegawai negeri selama 42 tahun. dia massa, antara lain, Suara Indo-
nesia, Surya, Suara Karya, Jawa
Suhadi menikah tahun 1959 de- Pos, Surabaya Post, Panyebar Se-
ngan seorang wanita bernama Asmi- mangat, Jaya Baya, Mekar Sari,
asih. Ia mempunyai empat orang dan Djaka Lodang. Tulisannya me-
anak yang kini bekerja di Kediri, rambah bidang bahasa, sastra, bu-
Probolinggo, dan Gunungkidul. Pa- daya, agama, filsafat, sejarah, pendi-
da tahun 1973 Suhadi pernah men- dikan, olah raga, kesehatan, dan ma-

520 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

salah sosial lainnya. Sebagian kar- nulis karyanya. Sebaliknya, guru-pe-
yanya itu, antara lain, Mengelola ngarang tidak dapat dilepaskan sama
Sampah (Buku Bacaan), “Kartini sekali dengan kehidupan profesional
adalah Penulis” (Jawa Pos, 1983), seorang guru. Guru harus mendidik
“Turnamen Catur Nasional” (Suara dan memberikan keteladanan pada
Karya, 1984), “Filsafat Kupat Le- murid-muridnya. Sepak terjang se-
pet” (Suara Indonesia, 1985), “So- orang guru baik dalam kedinasan
sialisasi Pompa” (Surabaya Post, maupun nonkedinasan tidak dapat
1987), dan “Pendidikan Lingkaran dipisahkan dengan dua hal tersebut.
Setan” (Surya, 2000), “Nir Wuk Oleh karena itu, dalam penulisan
Tanpa Jalu” (Jaya Baya, No. 23-24, karya pun harus jelas terlihat nilai
1990), “Wulanderma lan Wulander- kemanfaatan dan keteladanan itu.
mi” (Panjebar Semangat, No. 10- Dan itu telah ia buktikan melalui kar-
11, 1991), “Ceplas-Ceplos Sastra: ya-karya yang selama ini ditulisnya.
Guru Pengarang (Panjebar Sema-
ngat, No. 21-22, 1991), “Jampi Ma- suharmono kasiyun (1953— )
yamahadi” (Panjebar Semangat,
No. 10-11, 1989), “Emprit lan Sa- Suharmono lahir di Ponorogo,
wa” (Jaya Baya, 1991), “Nglacak Jawa Timur, pada 19 Maret 1953.
Sejarah Basa Jawa Kuna” (Panje- Pengarang yang kadang mengguna-
bar Semangat, 1990), “Pasa lan kan nama samaran Anam Rabus ini
Upawasa” (Mekar Sari, 1982), adalah anak bungsu dari 11 bersau-
“Geneya Wong Mati Dislameti” dara pasangan KasiyunAtmo Sukar-
(Jaya Baya, 2000), “Nintingi Cer- to dan Sumiyatin. Saudaranya yang
kak ‘Kadhung Diniyati’, ‘Jeglongan hidup hanya delapan: Ismiyati, Su-
Itik Benik’, ‘Lukisane Bapak’” (Pa- hartomo, Suharwoto, Suhartono, Is-
njebar Semangat, 2003), “Rembug tini, Siti Chaerul, Suhartanto, dan In-
Bab Tembang Asmaradana: Gega- dartiningsih. Pernikahan Suharmono
rane Wong Akrami” (Panjebar Se- dengan Zuhrowati pada 1983 dika-
mangat, 2003), “Tuwa Sepi Hawa” runiai tiga orang putra: Lalita Jiwan-
(Panjebar Semangat, 2002), dan ti (1984), Aji Parama Jiwangga
“Pekan Imunisasi Nasional” (Panje- (1985), dan Manggala Anindita Ji-
bar Semangat, 2004). wangga (1990).

Profesi Suhadi adalah guru dan Suharmono meniti karier pendi-
pengarang. Dua profesi itu mempu- dikannya: SR (1960—1966) dan
nyai landasan yang berbeda. Namun, SMP (1967—1969) di Ponorogo,
dalam dirinya terpendam suatu wa- SMA (1970—1973) di Ponorogo,
wasan kepengarangan dengan men- Madiun, dan Surabaya. Tahun 1975–
dasarkan pada profesi guru-penga- 1978 menempuh pendidikan Sarjana
rang. Artinya, wawasan yang dike- Muda di IKIP Surabaya dilanjutkan
mukakan menyangkut bagaimana S1 di IKIP Malang. Menempuh pen-
seorang guru-pengarang harus me- didikan S-2 di Unesa. Menjadi guru
PPSP IKIP Surabaya (1980-1988)

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 521

dan mengajar di Jurusan Bahasa Ja- Di samping itu, Suharmono menda-
wa FPBS IKIP Surabaya tahun pat kesempatan menghadiri Hari
1981–1987. Sejak tahun 1988 sam- Sastra di Kuala Trengganu, Malay-
pai sekarang menjadi pustakawan di sia, tahun 1978.
Unesa. Di luar pekerjaan tetapnya,
ia menjadi sekretaris PPSJS tahun Hingga kini karya Suharmono
1977–1990, Ketua Umum PPSJS sudah cukup banyak dan tersebar di
1990–1994, dan Ketua Umum majalah Penjebar Semangat, Jaya
PPSJS periode 2001–2004. Sejak ta- Baya, dan Kumandang. Karya-kar-
hun 1993 mengisi siaran Seni, Basa, ya itu, yang berupa guritan, antara
lan Kasusatraan Jawa di RRI Su- lain,”Kidung Langsir Wengi”, “Ing
rabaya. Pucuk Gagak Layar Dakcancang
Gendera Putih”, “Mujahidin Pe-
Proses kreatif menulis Suharmo- rak”, “Tandong”, “Kekudangan”,
no tumbuh melalui majalah dinding “Doran”, “Mitraku”, “Wus”, “Ki-
sekolah pada tahun 1972. Karya- dung Kayu Aking”, “Wengkar”,
karyanya kemudian dimuat di koran “Jalatunda”, “Guritan Kapang”,
Sinar Kota meskipun tidak menda- “Lintang-lintang”, Udan Riwis-ri-
pat honor. Bahasa Indonesia dan ba- wis Kenya Manis”, “Lajnaran”,
hasa Jawa dipilih sebagai media ung- “Dukuh Kupang, “Panguripan”,
kap idealismenya karena kedua ba- “Pasuruan”, “Kampus”, “Keluke
hasa itu dikuasai dengan baik. Kar- Cerobong Pabrik”, “Pomahku
ya-karyanya pada akhirnya menda- Omah Putih”, dan “Perang Kem-
pat pengakuan dari berbagai pihak. bang”. Sementara itu, yang terbit
Oleh Dewan Kesenian Jakarta, mi- dalam buku antologi bersama, antara
salnya, novelnya Den Bagus ditetap- lain, “Mujahidin Perak”, “Kelan-
kan sebagai juara harapan dalam sa- dengan”, “Kidung Kayu Aking”,
yembara penulisan roman (1980). “Mitraku”, dan “Wus” dalam Kabar
Pusat Kesenian Jawa Tengah Saka Bendulmrisi: Kumpulan Gu-
(PKJT) juga menetapkan cerkak-nya ritan (PPSJS, 2001); “Kidung Kayu
berjudul “Tatu-tatu Lawas” sebagai Aking” dalam Drona Gugat (Bukan
pemenang pada lomba penulisan Panitia Parade Seni W.R. Supratman,
cerkak (1980). Pada tahun berikut- 1995); dan “Ing Pucuk Cagak Layur
nya (1981) PKJT juga memilih novel Dakcincang Gendera Putih”, “Ki-
Kidung Katresnan sebagai juara ha- dung Lingsir Wengi” dalam Guritan:
rapan dalam sayembara penulisan Antologi Puisi Jawa Modern (1940-
novel. Majalah Panjebar Semangat 1980) (Balai Pustaka, 1985).
pun menetapkan crita sambung ber-
judul “Pupus Kang Pepes” sebagai Karyanya yang berupa crita ce-
crita sambung terbaik dalam kurun kak dalam Penjebar Semangat dan
waktu lima tahun. Setelah cerbung Jaya Baya tahun 1973 sampai se-
ini terbit menjadi buku, pada tahun karang antara lain adalah “Subuh”,
1999 mendapatkan hadiah Rancage. “Peteng Sing Ireng”, “Sanip Tam-
bak Oso”, “Biotrop”, “Ratni”,

522 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

“Tumbal”, “Bapa”, “Andheng-an- sekolah di SPG Budi Mulia, Sleman,
dheng Ngisor Lambe”, “Sore Ing Yogyakarta. Saat itu SPG Budi Mu-
Pesisir”, “Tatu-tatu Lawas”, lia beralih nama menjadi SMU Budi
“Gombak”, “Barong Dance”, Mulia. Pada tahun 1991, sebenarnya
“Sahadewa”, “Warok”, “Wiramane ia hendak ditetapkan menjadi kepala
Lagu Dangdut”, “Musibah”, “Su- sekolah, tetapi karena sesuatu hal
rup”, “Prahara”, “Tangga Anyar”, Suhendriyo menolak dan memberi-
dan “Ratin” . Karyanya yang ber- kan kesempatan itu kepada orang
bentuk crita sambung adalah “Geri- lain, sementara ia sendiri memilih
mis” (Jaka Lodang, 1980), “Kidung menjabat sebagai wakil kepala seko-
Katresnan” (Penjebar Semangat, lah.
1986), “Guwing” (Jaya Baya, 1989),
“Pupus Kang Pepes” (Panjebar Se- Sebelum itu, tepatnya pada 1 Fe-
mangat, 1991), dan “Edan” (Jaya bruari 1985, Suhendriyo menyunting
Baya, 1997). Dan Suharmono pun dan menikahi gadis bernama Chata-
terus menulis karena kegiatan terse- rina Sudiyati, guru SLTP Negeri
but merupakan bagian hidupnya se- Minggir, Sleman, Yogyakarta. Pa-
hari-hari. sangan suami istri itu kini dikaruniai
dua orang anak laki-laki: Adrianus
suhendriyo (1953—) Galih Irawan danAndreas DeniAng-
griawan. Beserta keluarga sekarang
Suhendriyo, lengkapnya Wili- Suhendriyo tinggal di Padon, Ming-
brordus Suhendriyo, lahir di Pajang- gir, Moyudan, Sleman, Yogyakarta
an, Sumberagung, Moyodan, Sle- 55562.
man, Yogyakarta, 15 Mei 1953. Pu-
tra ketiga dari enam bersaudara pa- Di bidang tulis-menulis, di sam-
sangan Agustinus Paidi Siswowar- ping karena memang sejak kecil rajin
sito (kepala dukuh, juga pengusaha membaca majalah berbahasa Jawa,
tahu) dan Salikem ini mengawali agaknya Suhendriyo mewarisi bakat
pendidikannya di SD Moyudan (lu- kepengarangan ayahnya. Sebab, se-
lus 1966), SMP Minggir, Sleman telah berusia di atas 70 dan tidak lagi
(lulus 1969), dan SMAII Yogyakar- menjabat kepala dukuh Pajangan,
ta (lulus 1972). Setamat SMA ia ma- Sumberagung, Moyudan, Sleman,
suk IKIP Negeri Yogyakarta, me- Yogyakarta, ayahnya (Agustinus
ngambil Jurusan Sejarah, lulus tahun Paidi Siswowarsito) kembali ke pro-
1979. fesi yang sudah lama terhenti, yaitu
menulis hal-hal yang berhubungan
Pada tahun 1979, tidak lama se- dengan kebudayaan Jawa dan me-
telah mengantongi ijazah S1, Suhen- ngirimkannya ke berbagai majalah
driyo mengajar di SPG Albertus, berbahasa Jawa. Bahkan, beliau di-
Sleman, Yogyakarta. Ia bekerja ke- percaya pula untuk mengisi rubrik
ras, tekun, dan berdedikasi tinggi se- “Petungan Jawa” di majalah Djaka
hingga, bukan suatu kebetulan, pada Lodang Yogyakarta.
tahun 1983, diangkat menjadi kepala

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 523

Berkenaan dengan hal itulah, dan budaya, baik berbahasa Jawa
Suhendriyo, sejak kelas 2 SMA mu- maupun Indonesia, tetapi juga tu-
lai rajin menulis. Karyanya berupa lisan-tulisan mengenai pertanian,
puisi, cerpen, artikel, dan sejak 1973 perikanan, peternakan, dan tentu
telah tersebar ke media lokal dan na- saja sejarah. Oleh karena itu, selain
sional, berbahasa Indonesia dan Ja- terus menulis sastra, ia juga menulis
wa, seperti Kompas, Buana Minggu, dan menerbitkan buku, antara lain,
Swadesi, Setia Kawan, Kedaulatan Biografi Singkat Presiden Amereka
Rakyat, Hidup, Masa Kini, Berita Serikat, Anugerah Kali Progo, dan
Nasional, Panjebar Semangat, Jaya Sejarah Nasional dan Sejarah
Baya, Mekar Sari, Djaka Lodang, Umum (buku teks SMA). Katanya,
dan Panakawan. Menyadari keter- di antara penulisan buku yang paling
batasan pengetahuan dan penga- terkesan ialah Biografi Singkat Pre-
lamannya di bidang kesastraan, pada siden Amerika Serikat dan Anuge-
1976 ia bergabung dengan Sanggar rah Kali Progo. Sebab, dalam me-
Pragolapati, Yogyakarta, antara lain nyelesaikan pekerjaan itu, ia harus
bersama R.S. Rudhatan, Linus Sur- mencari data ke konsulat Jenderal
yadi A.G., dan A.Y. Suharyono. Amerika Serikat di Surabaya dan ha-
rus pula menghubungi beberapa men-
Kendati demikian, karier kepe- teri di antaranya Sarwono Kusuma-
ngarangan Suhendriyo sempat ter- atmadja dan Emil Salim.
henti saat ia sibuk mengajar di SPG
Albertus, Sleman, Yogyakarta. Se- Sementara itu, karya-karya
bagai seorang pegawai ia mempu- Suhendriyo yang berupa cerkak, mi-
nyai tanggung jawab moral yang cu- salnya “Purik” (Djaka Lodang, 8
kup berat sehingga waktunya dicu- September 1990), “Ketiga” (Djaka
rahkan pada kemajuan sekolah. Ma- Lodang, No. 985, 1991), “Tresna 3
ka, dalam waktu lebih kurang dela- Dimensi” (Djaka Lodang, No.
pan tahun (1979—1987) tak satu 1086, KMD, 1993), “Randhu Alas”
pun karyanya muncul di majalah dan (Djaka Lodang, No. 21, 19 Oktober
surat kabar. Namun, sejak tahun 2002), “Martuti” (Jaya Baya, No.
1989 ia sadar kembali sehingga tu- 43, 24 Juni 1990), “Dita” (Jaya Ba-
lisan-tulisannya pun mengalir. Le- ya, No. 20, 14 Januari 1990), “We-
bih-lebih, sebagai sarjana sejarah, ia ngi Sepisanan” (Jaya Baya, No. 32,
sejak tahun 1991 dipercaya untuk 8 April 1990), “Seminggu Kepung-
mengisi rubrik tetap “Wawasan Ja- kur” (Jaya Baya), “O La La” (Jaya
ban Rangkah” majalah Djaka Lo- Baya, No. 15, 10 Desember 1989),
dhang dan rubrik “Internasional” Wengi Pegunungan” (Jaya Baya,
majalah Mekar Sari. No. 20, 13 Januari 1991), “Melodi
Udan Sore” (Jaya Baya, No. 5, 30
Suhendriyo boleh jadi pantas September 1990), “Wengi Ing Pa-
disebut sebagai penulis serba bisa. dangtikar” (Panjebar Semangat,
Sebab, karyanya tidak hanya berupa No. 39, 22 September 1990), “Apu-
cerkak, guritan, dan artikel sastra


Click to View FlipBook Version