74 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
melayu dot com, dan cybersastra dot Di tengah kemiskinan orang-orang
net. kecil ia ternyata masih mampu mem-
berikan sebersit ajakan untuk mema-
Bonari Nabonenar pernah men- hami kehidupan secara lebih bijak-
jadi guru SLTP swasta, tetapi tidak sana. Dengan paradoks dan sindiran-
lama. Hatinya tampaknya lebih con- sindirannya Bonari memberi kesak-
dong ke dunia sastra dan jurnalistik sian betapa pahitnya kehidupan
daripada dunia pendidikan (walau ia rakyat kecil. Barangkali, lewat kar-
lulus dari perguruan tinggi kependi- yanya ia ingin menyampaikan pesan
dikan). Untuk itulah, ia terlibat aktif moral secara singkat tetapi mengena.
di bidang jurnalistik, antara lain
menjadi redaktur Jawa Anyar (Sura- Selain menulis guritan, Bonari
karta). Namun, ini tidak lama pula ternyata produktif juga menulis cer-
karena tabloid tersebut gulung tikar. kak. Beberapa di antara cerkaknya
Kini ia menjadi redaktur tabloid X- pernah memenangkan lomba. Ke-
file. nyataan ini semakin menunjukkan
jati dirinya sebagai penulis muda po-
Karya-karya guritan Bonari tensial. Lewat cerkaknya “Klantung
cenderung menampilkan beraneka Sastra Sintring” ia menyampaikan
tema, misalnya kritik sosial, cinta, gagasan secara satiris. Ia memberi-
dan kejawen. Dalam guritan berju- kan gambaran tentang derajat dan
dul “Lanskap Tengah Wengi” (Jaya pangkat (menjadi pegawai kantor,
Baya, No. 52, 29 Agustus 1993), mi- stereotip priyayi) yang selalu didam-
salnya, Bonari bertutur mengenai bakan oleh orang-orang tua di desa.
masalah sosial-masyarakat yang Dengan gaya mengejek, Bonari ingin
berkembang di sekitarnya. Dalam bertutur bahwa menjadi pengarang
“Mencit” (Jawa Anyar, 4 Oktober tidak kalah mulianya jika dibanding-
1993), ia bertutur mengenai cinta kan dengan profesi sebagai pegawai.
kepada seorang gadis bernama Ning.
Sementara dalam “Malatresna” Lewat karya-karyanya Bonari
(Surabaya Pos Minggu, 14 Novem- mampu memberikan kontribusi ter-
ber 1993) ia bercerita tentang kehi- hadap perkembangan sastra Jawa
dupan para pelacur dalam memper- modern. Sebagai pekerja sastra ia
juangkan hidupnya. bertekad membela dan memper-
juangkan keberlangsungan sastra Ja-
Beberapa guritan Bonari mem- wa. Profesi Bonari sebagai warta-
perlihatkan keinginannya melihat ke- wan media berbahasa Indonesia ti-
nyataan yang berkembang di sekitar- dak menjadi alasan untuk tidak me-
nya. Masalah-masalah yang menim- nekuni sastra Jawa secara total.
pa rakyat kecil di pedesaan menjadi
fokus utama. Namun, justru itu yang bramartani
menjadikan guritan-guritan yang di-
tulisnya menarik. Bonari ingin ber- Surat kabar mingguan berbaha-
saksi tentang situasi dan problem sa Jawa yang tertua ialah Bramarta-
yang muncul di tengah rakyat kecil. ni. Bramartani pertama kali terbit
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 75
pada tahun 1855, di Surakarta, dan tani berhenti, meskipun cita-cita Ca-
didanai oleh Hartevelt & Co (Harte- rel Frederik Winter Junior belum se-
velt Bersaudara). Terbitan pertama lesai. Pada waktu itu pelanggannya
mingguan berbahasa Jawa tersebut sudah mencapai 320 orang. Untuk
pada bulan Januari 1855, dengan no- melanjukan cita-cita perintisnya, C.
mor percobaan tertanggal 25 Janu- Winter Junior, pada 5 Januari tahun
ari. Nomor percobaan itu mendapat 1865 terbit surat kabar berbahasa
sambutan luar biasa dari masyarakat Jawa Djurumartani. Penerbit surat
Jawa karena sebelumnya mereka ha- kabar Jurumartani ialah De Groot
nya dapat membaca buku bertulisan Kolff & Co. yang pada waktu itu su-
tangan (carik). Ketika harian terse- dah menerbitkan surat kabar berba-
but terbit, Hartevelt sedang berada hasa Belanda, Semarangsche
di Nederland untuk urusan dagang. Nieuws-en Advertentieblad. Surat
Pemimpin redaksi Bramartani dipe- kabar itu terbit setiap hari Kamis.
gang oleh Gustaaf Winter, putra C.F.
Winter Senior, seorang pecinta baha- Bramartani sebenarnya adalah
sa Jawa yang juga menjadi juru ba- surat kabar Belanda, bukan surat ka-
hasa di istana Surakarta. bar Jawa, walaupun bahasanya me-
mang bahasa Jawa. Berita-berita
Nomor percobaan Bromartani Bramartani sebagian besar berita
berisi 13 halaman. Isinya lebih ba- dari Eropa, misalnya tentang se-
nyak berupa penjelasan-penjelasan orang pangeran dari Jerman yang
tentang rencana-rencana redaksi dan akan menikah; tentang operasi mili-
cerita tentang kejadian-kejadian mu- ter di Krim; tentang gubernur jende-
takhir di beberapa negara, misalnya ral yang baru; tentang mutasi peja-
di Aljazair. Selain berita tersebut, bat. Sebaliknya, keredaksian buletin
Bramartani terbitan perdana itu juga Djurumartani berbeda dengan Bro-
berisi uraian Hartevelt tentang tuju- martani, dipegang oleh orang-orang
an menerbitkan surat kabar itu. Ada Jawa dengan berita yang seimbang,
dua pengertian pokok yang akan se- antara berita dari dalam dan luar ne-
lalu ditulis oleh Hartevelt, ialah kata- geri. Menurut Drewes (1934:30),
kata faedah ‘manfaat’ dan sengsem pada tahun 1869, Djurumartani
‘kepuasan’. Maksud dari berman- mendapat peringatan dari pemerin-
faat ialah bahwa informasi yang tah karena melakukan kesalahan.
dimuat di dalamnya akan bermanfa-
at bagi pembaca dan mampu me- Pada tahun 1870, Djurumartani
muaskan. kembali menggunakan nama penda-
hulunya, yaitu Bramartani, dengan
Tanggapan positif dari pembaca tujuan untuk mengenang kembali
atas terbitan perdana itu menyebab- pendahulunya, Carel Winter Junior.
kan Hartevelt memutuskan untuk Isi pokok surat kabar tersebut mirip
menerbitkan secara teratur. Minggu- dengan majalah masa kini, yaitu le-
an ini hanya berusia satu tahun ka- bih banyak memuat artikel-artikel
rena pada Desember 1856 Bramar- pengetahuan umum dan resep-resep
76 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
kehidupan sehari-hari, daripada be- sa Indonesia), dan Kembang Brayan
rita-berita faktual (strait news) se- pimpinan Utomo D.S. (bahasa Ja-
perti berita media massa harian. Bu- wa). Melihat gambaran tersebut, ti-
letin Bramartani edisi yang kedua daklah aneh kalau Sabda lahir ka-
itu hidup hingga bulan Februari, ta- rena diayomi oleh Kembang Brayan.
hun 1932. Di samping itu, adapula sanggar
atau kelompok yang berdiri secara
brayan muda, sanggar sastra bebas. Artinya, sanggar/kelompok
itu sama sekali tidak berkaitan de-
Kegiatan sastra Jawa di Yogya- ngan kepengayoman lembaga/insti-
karta dilakukan oleh berbagai ke- tusi pers. Dengan kata lain, sanggar/
lompok dan perorangan. Salah satu kelompok itu muncul karena inisiatif
kelompok yang aktif menjalankan pribadi, misalnya Sanggar Sastra
kegiatan sastra Jawa adalah Sanggar Pragolapati. Sanggar ini berdiri atas
Sastra Brayan Muda (Sabda). Pada ide dari pengarang Suwarno Prago-
awalnya, sanggar tersebut bernama lapati. Bahkan, pengarang tersebut
Paguyuban Pengarang Muda (Pra- memiliki sanggar lain selain Sanggar
da). Namun, dalam perkembangan- Sastra Pragolati, yaitu Sanggar Sas-
nya, Prada harus diganti dengan Bra- tra Yoga. Berdasarkan model pendi-
yan Muda karena kelompok Prada riannya itu, kegiatan masing-masing
menjauhi imej sebuah kelompok sanggar pun berbeda-beda
yang berbau komunis.
Kepengurusan Sabda Periode I
Sanggar Sastra Brayan Muda (1971—1973) dipimpin oleh L.
berdiri pada tahun 1971. Kelompok Margono, Periode II (1973—1975)
itu berdiri atas inisiatif dari para pe- dipimpinA.Y. Suharyono, dan Perio-
ngarang Yogyakarta yang sering ber- de III (1975—1976) dipimpin oleh
kumpul pada malam hari di sepan- Respati Pusponegoro. Di dalam ke-
jang Jalan Malioboro, terutama pengurusan Sabda diusahakan ter-
mangkal di depan kantor Mingguan diri atas para pengarang yang sudah
Pelopor Yogya. Para seniman itu ber- berusia di atas 22 tahun, pendidikan
asal dari berbagai kelompok/sanggar. serendah-rendahnya SMA, dan su-
Oleh karena itu, tidaklah mengheran- dah bekerja. Dari keterangan yang
kan kalau latar belakang kesastraan- dapat diinventarisasi, bidang peker-
nya pun bervariasi (Indonesia dan jaan para anggota ternyata berva-
Jawa). Kenyataan ini berkaitan de- riasi, misalnya dosen, pegawai, seni-
ngan situasi pada waktu (dekade man murni, tukang parker, dan seba-
1970-an), khususnya dengan dunia gainya. Adapun para anggotanya ter-
penerbitan media massa. Ketika itu, diri dari para pengarang atau pecinta
setiap surat kabar dapat dikatakan sastra Jawa di DIY dan sekitarnya,
menjadi semacam pengayom bagi dengan usia terendah 16 tahun. Se-
kegiatan penulisan sastra, misalnya lain itu, mereka yang menjadi ang-
harian Masa Kini, Bernas, Kedau- gota Sanggar Brayan Muda keba-
latan Rakyat, Pelopor Yogya (baha-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 77
nyakan para pengarang yang sudah oleh pengayomannya (Mingguan
memiliki publikasi di media massa Kembang Brayan) tetapi juga dapat
berbahasa Jawa. Anggota Sanggar dipublikasikan oleh media massa
Brayan Muda terdiri atas pengarang berbahasa Jawa lainnya, misalnya
pria dan wanita, misalnya Respati Mekar Sari, Djaka Lodang, Jaya
Pusponegoro, PAD Suko Kartarto, Baya, dan Panjebar Semangat. Jenis
Erry Heryanto, Ganang Surajiyo, karya yang tulis pun berbeda-beda,
R.S. Rudatan, Ay. Suharyono, Wi- yaitu cerita pendek, geguritan, novel,
darmi Dipowiryo, Puryanti, Jujuk dan sebagainya.
Sagitaria (Juharningsih), dan seba-
gainya. budi palopo (1962— )
Agar kegiatan sanggar tersebut Budi Palopo lahir di Gresik, Ja-
dapat berjalan secara rutin, pengurus wa Timur, pada tanggal 27 April
memiliki cara untuk mengumpulkan 1962. Pengarang laki-laki yang lebih
dana, misalnya dengan mengumpul- tepat disebut penyair (penggurit)
kan honorium dari para anggota sastra Jawa modern ini adalah anak
yang karya-karyanya dimuat di tunggal dari pasangan Ruslam Muji-
Kembang Brayan. Dengan cara itu, anto dan Ramsih yang juga berasal
ternyata selama lima tahun sanggar dari daerah Gresik, Jawa Timur.
itu berdiri, kegiatan dapat berlang- Pendidikan formal SD (Sekolah Da-
sung. Dengan dana yang boleh dika- sar) diselesaikan pada tahun 1976,
takan seba sedikit tersebut, Sanggar SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Brayan Muda menjalan kegiatan ru- tahun 1979, dan SMA (Sekolah Me-
tin setiap bulannya, misalnya menga- nengahAtas) tahun 1983 di kota ke-
dakan diskusi sastra Jawa secara lahirannya, Gresik, Jawa Timur. Ti-
umum maupun secara khusus (mem- dak lama setelah tamat SMA, ia me-
bicarakan karya-karya sastra Jawa lanjutkan studi di Jurusan Matema-
yang dimuat di Kembang Brayan). tika, FMIPA (Fakultas Matematika
Tempat yang dipergunakan tidak ha- dan Ilmu Pengetahuan Alam), Insti-
nya memusat di sekretariat (Kantor tut Teknologi “Sepuluh Novemver”
Harian Pelopor), tetapi berpindah- Surabaya (ITS). Budi Palopo meni-
pindah tempat di tempat yang sudah kah dengan gadis bernama Titik Har-
disepakati, misalnya di rumah ang- siati, tamatan IKIP, dan hingga kini
gota. Bahkan, kegiatan diselenggara- dikaruniai tiga orang putra, yaitu (1)
kan di sanggar lain dengan cara be- Dudi Harja Kusuma, 1988, (2) Ga-
kerja sama. luh Budi Hadaning, 1990, dan (3)
Budi Daud Ibrahim, 2000. Sekarang
Aktivitas Sanggar Sastra Bra- ia bertempat tinggal di Domas, RT
yan Muda yang bervariasi itu, ter- II, RW I, Menganti, Gresik 61174;
nyata dapat memberikan rangsangan dan alamat kontaknya di Jalan Seko-
dan dorongan kepada para anggota- lahan 51, Asemrowo, Surabaya.
nya untuk berkarya. Karya-karya
mereka ternyata tidak hanya dimuat
78 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Nama asli Budi Palopo adalah Gugat, Surabaya (1999—sekarang).
Budi Utomo. Namun, dalam karya- Dunia pers ini, baik langsung mau-
karya yang ditulisnya ia mengguna- pun tidak, semakin memantapkan di-
kan nama Budi Palopo, kadang-ka- rinya sebagai seorang penulis profe-
dang juga menggunakan nama sa- sional. Hal tersebut terbukti, dalam
maran Budi Tom Sega. Penyair ber- perjalanan kariernya, ia telah me-
agama Islam yang oleh rekan-rekan- ngantongi berbagai penghargaan,
nya sering dipanggil Mas Tom ini yaitu sebagai (1) penulis terbaik da-
menyukai dunia kepengarangan (tu- lam Lomba Karya Tulis Bulan Ko-
lis-menulis) sejak masih belajar di munikasi yang diselenggarakan oleh
SMA, sekitar tahun 1983; dan ke- Kanwil Deppen Jawa Timur, tahun
sukaannya ini bermula dari hobinya 1985, (2) juara III dalam Lomba
membaca berbagai jenis bacaan. Ha- Karya Tulis Bulan Produksi yang di-
nya saja, dunia tulis-menulis yang selenggarakan oleh Kantor Wilayah
ditekuninya secara otodidak ini be- Departemen Tenaga Kerja, Jawa Ti-
lum begitu mantap; dan kemantapan mur, tahun 1986, dan (3) juara III
baru dicapai dua tahun kemudian se- dalam Lomba Menulis dan Memba-
telah tulisannya yang pertama di- cakan Naskah Cerita Humor yang
muat di majalah Panjebar Semangat diselenggarakan oleh RRI Surabaya
tahun 1985 dengan honor sebesar dalam rangka Peringatan Hari Radio
Rp7.500,00. Pada tahun yang sama, tahun 1987.
tulisannya yang berbahasa Indonesia
juga dimuat di Memorandum dengan Perjalanan dan karier kepenga-
honor sebesar Rp5.000,00. Berkat rangan (kepenulisan) Budi Palopo
itu dunia tulis-menulis semakin dite- sudah cukup luas. Selain menulis
kuninya, dan sejak itu hingga seka- esai, artikel, opini, berita, dan lain-
rang dunia itu menjadi profesi uta- lain sesuai dengan profesinya seba-
manya. gai wartawan, ia tetap aktif menulis
puisi dan cerpen baik berbahasa Ja-
Selain sebagai penulis lepas wa maupun berbahasa Indonesia.
(freelance), Budi Palopo juga sibuk Bahkan ia juga sesekali menulis nas-
terjun ke dunia jurnalistik (pers). Pe- kah drama (sandiwara). Hanya saja,
ngalaman terjun ke dunia pers ini di- berdasarkan pengamatan, tampak-
awali ketika masih kuliah di ITS Su- nya ia tidak aktif menulis novel atau
rabaya, yaitu ketika ia memimpin cerita bersambung. Hingga kini, tu-
majalah kampus Himatika. Setelah lisan-tulisannya telah tersebar ke
itu, ia dipercaya untuk menjadi pen- berbagai media massa cetak, seperti
jaga gawang (redaktur seni-budaya) Panjebar Semangat, Jaya Baya,
di harian Karya Darma, Surabaya Memorandum, Surabaya Post,
(1987—1998). Setelah itu, juga Sinar Pagi, Swadesi, Kompas, Bhi-
menjadi wartawan Pewarta Siang, rawa, dan Suara Merdeka. Selain
Surabaya (1998—1999). Dan ter- itu, ia juga sering mengadakan pen-
akhir, ia menjadi wartawan tabloid
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 79
tas baca puisi (cerkak) di berbagai batan Indonesia-Amerika) Surabaya
kota di Jawa Timur. tahun 1989.
Apabila diperbandingkan, di da- Di samping karya-karya di atas,
lam khazanah penciptaan sastra Bu- beberapa antologi puisi bersama
di Palopo lebih suntuk ke dunia pen- yang memuat karya Budi Palopo,
ciptaan puisi (guritan) daripada cer- antara lain, (1) Ayang-Ayang Wewa-
pen (cerkak) dan atau drama (san- yangan: Kumpulan Puisi Jawa Mo-
diwara). Oleh sebab itu, ia lebih di- dern terbitan PPSJS tahun 1992, (2)
kenal sebagai penggurit (penyair) Pisungsung: Antologi Guritan 6 Pe-
daripada cerkakis (cerpenis). Dan nyair terbitan Forum Kajian Kebu-
karya-karya ciptaannya, terutama dayaan Jawa tahun 1995, memuat
berupa puisi (guritan) sebagian ma- puisinya yang berjudul “Layang Ku-
sih tersebar di media massa cetak mitir” ‘Surat Bergetar’, “Layang
dan sebagian lagi telah dibukukan Lemah Bang” ‘Surat Tanah Merah’,
dalam bentuk antologi (puisi), baik “Rah Roh Sun Rah”, “Gurit Ban-
antologi pribadi maupun antologi dhosa” ‘Puisi Usungan Mayat’, dan
bersama. Hanya sayangnya, bebera- “Gurit Pitakon” ‘Puisi Pertanyaan’;
pa puisi tertentu dimuat dalam be- (3) Drona Gugat terbitan Bukan Pa-
berapa antologi. Atau dengan kata nitia Parade Seni WR Supratman ta-
lain, puisi tertentu telah dimuat da- hun 1995 memuat puisinya berjudul
lam antologi tertentu, tetapi puisi itu “Sastra Gendra” ‘Sastra Hura-Hu-
(yang sama) dimuat lagi dalam an- ra’; (4) Festival Penyair Sastra Ja-
tologi lain. wa Modern terbitan Sanggar Sastra
Triwida tahun 1995 memuat puisi-
Antologi puisi milik pribadi yang nya yang berjudul “Nglilira, Rek”
telah dipublikasikan (walaupun sa- ‘Bangunlah, Rek’ dan “Gurit Pedha-
ngat sederhana dan terbatas), antara langan” ‘Puisi Pedalangan’; (5) Ne-
lain, Tembang Damai (1987) dan geri Bayang-Bayang terbitan Pa-
Gurit Rong Puluh ‘Dua Puluh Puisi’ nitia Festival Seni Surabaya, Taman
(1995).Antologi pertama telah dipen- Budaya Jawa Timur, tahun 1996,
tasbacakan di Pusat Kebudayaan Pe- memuat karyanya yang berjudul
rancis di Surabaya, tahun 1987, se- “Sastra Gendra”, “Yung Dewi
dangkan antologi kedua telah dipen- Sangkah”, dan “Gurite Bocah Nga-
tasbacakan di Dewan Kesenian Sura- rit” ‘Puisi si Pencari Rumput’; (6)
baya, tanggal 25 November 1995. Se- Tes……: Antologi Sastra Jawa ter-
mentara itu, antologi bersama yang bitan Taman Budaya Jawa Timur,
memuat beberapa puisinya, antara tahun 1997, memuat karyanya ber-
lain, Sajak Hong (1988)—antologi judul “Cangkriman” ‘Teka-Teki’,
ini telah dibacakan di Dewan Kese- “Wewangen Kapunjanggan” ‘We-
nian Surabaya tahun 1988—dan wangian Kepujanggaan’, “Rah Roh
Suara ’89 (1989) yang telah dibaca- Sun Ruh”, “Sastra Gendra”, “Kre-
kan pula di PPIA (Pusat Persaha- tagawa”, “Dalang Tinandhing”
80 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
‘Dalang Kondang’, “Gurit Padha- pengamatan, Budi Palopo belum me-
langan”, “Gurit Bandhosa”, “Sab- nerbitkan antologi cerpen (cerkak)
da Pinandhita” ‘Sabda Pendeta’, atau antologi esai.
“Serat Panggugah”, “Paseksen”
‘Kesaksian’, “Hh”, “Gurit Ganda- buddy l. worang (1941—)
mayit” Puisi Bau Mayat’, “Gurit
Grantang”, dan “Suluk Banawara”; Buddy L. Worang tergolong pe-
(7) Prosesi Kolaborasi Ruwatan Ba- ngarang yang sudah berumur. Ia me-
lai Pemuda terbitan Seni Multi Me- miliki nama lengkap Y.B. Buddy L.
dia, memuat karyanya berjudul Worang. Dia lahir di Wates, Kulon-
“Jangkrik” dan “Nglilira, Rek”; (8) progo, Yogyakarta, 15 Juni 1941.
Luka Waktu: Antologi Puisi Penyair Ayahnya bernama Paulus L. Worang,
Jawa Timur terbitan Taman Budaya warga keturunan Menado-Cina yang
Jawa Timur, tahun 1998, memuat lahir di Singapura pada 5 Agustus
puisinya berjudul “Gurit Pangaji” 1903. Pada waktu itu, ayah Buddy
dan “Gurit Panantang” ‘Puisi Penan- L. Worang menikah dengan wanita
tang’; (9) Kabar Saka Bendulmrisi: Jawa beragama Islam kelahiran Te-
Kumpulan Guritan terbitan PPSJS manggung (Agustus 1912) bernama
(Paguyuban Pengarang Sastra Jawa), Siti Chairiyah. Buddy L. Worang
tahun 2001, memuat karyanya ber- menikah pada 26 Desember 1968
judul “Rah Roh Sun Ruh”, “Gurit dengan Maria Magdalena Mendur,
Bandhosa”, dan “Megat Ruh”; dan seorang wanita yang juga berasal da-
(10) Sastra Campursari terbitan Ta- ri Menado. Ia lama tinggal di kota
man Budaya Jawa Timur (dalam tempatnya bekerja, yakni di Rumah
rangka Festival Cak Durasim III), ta- Bersalin “Budi Rahayu”, Magelang,
hun 2002, memuat puisinya “Donga Jawa Tengah. Kini bersama keluarga
Munggah Pangkat” ‘Doa Naik Pang- pengarang yang juga seorang pro-
kat’, “Donga Sugih Bandha” ‘Doa diakon (pembantu pastor) ini tinggal
Kaya Harta’, “Cempluk”, “Gurite di Jalan Flamboyan 4, Perum Con-
Arek Ngarit” ‘Puisi Si Pencari Rum- dongcatur, Yogyakarta 55283.
put’, “Nglilira, Rek”, “Yung Dewi
Sangkrah”, “Ken Arek”, “Jagone Buddy L. Worang menempuh
Wis Kluruk” ‘Jagonya Sudah Berko- pendidikan dasar tahun 1953 di Se-
kok’, “Jangkrik”, “Byar…!”, dan kolah Rakyat Kanisius, Magelang.
“Wali Lanang” ‘Wali Laki-Laki’. Setelah tamat SMP ia masuk SMA
1 Negeri (Teladan) Yogyakarta dan
Selain beberapa puisi tersebut, lulus tahun 1960. Pada tahun 1964
Budi Palopo juga menulis naskah ia menempuh Sarjana Muda FISIP
drama televisi (berbahasa Jawa) ber- Universitas Gadjah Mada. Setelah
judul Sluku-Sluku Bathok; dan nas- itu, pada tahun 1966—1967 Buddy
kah drama ini telah ditayangpentas- L. Worang berada di Filipina untuk
kan oleh TVRI Stasiun Surabaya ta- menempuh pendidikan yang berkait-
hun 1988. Dan selama ini, menurut an dengan penyuluhan sosial pemu-
da. Karena itu, gelar sarjana baru
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 81
diperoleh tahun 1979. Ia menguasai batku”, diterbitkan dalam majalah
bahasa Jawa dan Menado secara lokal di Jawa Tengah dan diperguna-
aktif dan bahasa Inggris serta Cina kan sebagai bahan lomba dan bahan
secara pasif (semi aktif). pelajaran tingkat SLTP.
Pada tahun 1979—1989 Buddy Karya–karyanya yang berupa
L. Worang menjadi staf pengajar di artikel (nonsastra), antara lain, di-
Fakultas Ekonomi, Universitas At- terbitkan dalam buku Pengantar So-
majaya, Yogyakarta. Sekarang ia be- siologi (Atma Jaya, 1983). Di sam-
kerja di sebuah perguruan tinggi ping itu, ia juga menulis buku ber-
swasta di samping masih menjadi pe- judul Undang-Undang Perkawinan
neliti sosial. Di samping itu, aktivis antara Teori dan Praktek (Atma Ja-
Perhimpunan Mahasiswa Katolik ya, 1981). Karya terjemahannya,
Republik Indonesia tahun 1961— berjudul Si Pablo (sama dengan ju-
1968 ini juga aktif di bidang pers dul buku asli karangan R. Dela Cor-
mahasiswa (status DPP) yang berke- tes), diterbitkan oleh Penerbit Maja-
dudukan di Yogyakarta. lah Harison (1980). Hingga saaat ini
karya-karya Buddy L. Worang cukup
Buddy L. Worang belajar menu- banyak. Namun sayang, akhir-akhir
lis sejak SMP. Ia senang menulis bu- ini ia seakan-akan berhenti berkarya.
kan karena dorongan faktor luar, me-
lainkan atas inisiatifnya sendiri. Ba-
kat kepengarangannya diperoleh dari
banyak membaca. Ia mencari ilham
bagi karangannya dengan cara me-
ngamati apa saja yang terjadi di ma-
na saja (masyarakat). Di dalam ka-
rangan-karangannya Buddy L. Wo-
rang sering menggunakan nama sa-
maran: L. Buwang, L. Worang, atau
Buddy LW. Nama itu sengaja digu-
nakan agar dirinya tidak diketahui
sebagai keturunan Manado.
Karya-karya sastra yang telah
dipublikasikannya, antara lain “Da-
di Lakon” (Djaka Lodhang, 1995),
“Kidung Ngumandhang” (Mekar
Sari, 1992), “Humas” (Djaka Lo-
dhang, 1992), “Lunas” (Djaka Lo-
dhang, 21 Oktober 1995), “Kernèt
Tardi (Djaka Lodhang, 6 Mei 1995),
dan masih banyak lagi di Mekar Sa-
ri, Kandha Raharja, dan Pagagan.
Salah satu karyanya, “Boyke Saha-
82 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
c
cahyarini budiarti (1972—) No. 1, 6 September 1992); “Anu,
Pak….” (Jaya Baya, No. 19, 10 Ja-
Cahyarini Budiarti lahir di Sido- nuari 1993); “Mangsa Gugur ing Ga-
arjo, Jawa Timur, pada 25 Oktober nesha” (Jaya Baya, No. 35, 1 Mei
1972. Ia menyelesaikan pendidikan 1994); “Sauruting Jalan Ganesha”
formalnya di Universitas Gadjah (Jaya Baya, No. 43, 22 Juni 1997),
Mada, Fakultas Kehutanan, Yogya- dan sebagainya.
karta, tahun 1997. Pengarang muda
ini termasuk produktif. Dalam me- Cahyarini Budiarti mulai menu-
nulis karya sastra Jawa, ia tidak per- lis cerkak sejak masih duduk di
nah menggunakan nama samaran. Ia bangku SMA. Namun, jauh sebelum
pernah bekerja sebagai pegawai ne- itu ia telah lama mencintai sastra dan
geri di Departemen Transmigrasi dan belajar menulis cerita, baik dalam
PPH Palu, Sulawesi Tengah. Namun, bahasa Jawa maupun Indonesia.
lima tahun kemudian, ia kembali ke Oleh karena itu, ketika mulai mema-
Madiun dan bekerja di instansi yang suki bangku kuliah, ia semakin tekun
sama. Cahyarini Budiarti sekarang menulis karya sastra. Walaupun ku-
bertempat tinggal Jalan Sirsat 12, liahnya bukan di fakultas sastra, ia
Madiun, Jawa Timur. tidak malu untuk menulis dengan ba-
hasa Jawa. Justru dengan bakat dan
Cahyarini Budiarti menulis sas- kecintaannya terhadap sastra Jawa,
tra dalam bahasa Jawa dan Indone- Cahyarini Budiarti semakin terpacu
sia. Beberapa karyanya yang berba- untuk menunjukkan kemampuannya
hasa Jawa biasanya dalam bentuk menulis sastra Jawa.
cerkak di majalah Jaya Baya. Ia be-
lum pernah menulis di majalah lain Ketekunannya menulis cerita
seperti Panjebar Semangat, Jaka ternyata membuahkan hasil karena
Lodhang, Mekar Sari, dan sebagai- beberapa karyanya pernah meme-
nya. Tema yang digarap Cahyarini nangkan lomba penulisan cerpen,
Budiarti sangat variatif, mulai dari misalnya pemenang I dan harapan I
masalah keluarga sampai masalah dalam lomba mengarang cerpen
sosial, misalnya “Mas Wahyu” (Jaya tingkat SLTAse-Jawa yang diseleng-
Baya, No. 50, 9 Agustus 1987); garakan oleh Fakultas Sastra UNS
“Nalika Tekan Jakarta” (Jaya Baya, Surakarta tahun 1990. Karyanya itu
No. 53, 28 Agustus 1988); “Kalah” kemudian dimuat di majalah Anita
(Jaya Baya, No. 3, 17 September Cemerlang, tahun 1990. Di samping
1989); “Mogok” (Jaya Baya, No. itu, ia juga menjadi juara II dalam
41, 10 Juni 1990); “Jangkrik Geng- lomba menulis cerkak tingkat SLTA
gong” (Jaya Baya, No. 16, 15 De- se-Jawa Timur dalam rangka Semi-
sember 1991); “Protes” (Jaya Baya, nar dan Dialog Nasional Sastra Jawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 83
di IKIP Surabaya, tahun 1991. Pada PANGKUR pelog pathet lima
tahun 1993, ia kembali meraih juara
I dalam lomba penulisan cerkak 3 55 5 3 3 3 3
MCA ’93 Himpunan Mahasiswa Nggu- gu kar- sa- ne pri- yang- ga
Program Studi (Himaprodi) Bahasa 3 5 5 61 1 1 1
dan Sastra Indonesia, Universitas no- ra ngang- go pe- pa- rah la-
Airlangga, Surabaya.
1 23 2. 1
cakepan mun ang- ling
5 61 1 1 1 21
Cakepan adalah kata atau ga- lu- muh i- nga- ran ba- li- lu
bungan kata yang dipergunakan da- 1 6 5 55 5 5
lam tembang Jawa. Dalam dunia u- ger gu- ru a- lem- an
musik istilah cakepan disebut lirik 5 5 5 65 3 1
dalam sebuah musik. Tembang Jawa na-nging jan- ma ing- kang wus
secara lengkap ditampilkan dalam 1 1 1 33
format notasi angka yang disertai de- was- pa- deng se- mu
ngan kata-kata di bawah notasi se- 61 1 1 1 1 1 1
bagai cakepan atau liriknya. Apabila si- na- wung ing sa- mu- da- na
seseorang belajar melagukan tem- 1 2 3 1 2 3 3 2.1
bang Jawa harus berpegang pada no- se- sa- don i- nga- du ma- nis
tasi angka. Artinya, panjang pendek
dan tinggi rendahnya suara seseorang ‘Mengikuti kehendak sendiri
dalam membawakan lirik atau cake- tidak mengingat jika keliru
pan itu harus berdasarkan ukuran na- tidak mau disebut salah
da yang terdapat pada notasi. Demi- selalu bermanja
kian pula notasi itu sangat penting ba- tetapi manusia yang sudah waskita
gi pembelajar gamelan Jawa yang dikemas dalam pelambang
mengiringi tembang tertentu. tembang yang mengenakkan.’
Cakepan disusun sedemikian ru- calon arang
pa untuk mengekspresikan jiwa pe-
nembangnya sesuai dengan watak Kitab ini berbentuk prosa. Peng-
yang terkandung dalam setiap tem- gubah kitab Calon Arang ini tidak
bang. Oleh karena itu, dalam menyu- diketahui. Kitab itu digubah pada za-
sun cakepan harus betul-betul mem- man bahasa Jawa Tengahan. Kitab
perhatikan watak tembangnya Calon Arang dicetak dengan huruf
sehingga dapat tercapai pengung- Latin disertai terjemahannya dalam
kapan perasaan dan kata hati yang bahasa Belanda di Brijdragen Kon.
dikemas dalam tembang itu. Inst. Ind. tahun 1926, yang berba-
hasa Jawa baru terdapat di Balai
Contoh cakepan tembang Pang- Pustaka dan Perpustakaan Perguru-
kur: an Kem. P.P. & K.
Ringkasan ceritanya sebagai be-
rikut. Empu Baradah, seorang pen-
84 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
deta, mempunyai anak perempuan pat dibawa oleh Empu Bahula dan
bernama Wedawati. Ketika umur se- diberikan oleh Empu Baradah. Se-
belas tahun, Sang Wedawati diting- telah itu, Empu Baradah pergi ke Gi-
gal wafat ibunya. Empu Baradah rah. CalonArang ditunjukkan semua
menikah lagi, mempunyai anak laki- kesalahannya lalu dibunuh oleh Em-
laki. Sang Wedawati tidak tahan ikut pu Baradah, seketika itu semua pe-
ibu tirinya. Lalu ia pergi ke makam nyakit hilang.
ibunya dan tidak mau diajak pulang.
Di makam itu didirikan rumah untuk Prabu Airlangga berkenan men-
Empu Baradah dan Sang Wedawati. jadi pendeta. Oleh karena itu, kedua
Pada waktu itu yang bertahta di ta- putranya akan dinobatkan menjadi
nah Jawa adalah Prabu Airlangga. raja di Pulau Jawa dan di Pulau Bali.
Empu Baradah diutus untuk minta
Tercerita ada seorang janda, ber- izin ke Pulau Bali, tetapi tidak diizin-
nama Calon Arang. Ia bertempat kan oleh Empu Kuturan, seorang
tinggal di Desa Girah dan mempu- pendeta juga. Kemudian Pulau Jawa
nyai seorang anak perempuan ber- dibagi dua untuk kedua putra Prabu
nama Ratna Manggali. Tak seorang Airlangga. Setelah itu Prabu Air-
pun sudi meminang Ratna Manggali langga menjadi pendeta dengan na-
karena ibunya jahat, senang mene- ma Sang Jatiningrat.
nung orang. Oleh karena itu, Calon
Arang marah, akibatnya orang-orang Pada waktu Empu Baradah per-
di dalam negeri kena penyakit sampai gi ke Bali, ia naik daun kulur untuk
meninggal dunia. menyeberangi Selat Banyuwangi.
Pada waktu pulang, ia selalu akan
Akhirnya, Sang PrabuAirlangga tenggelam karena lupa tidak mohon
memanggil para ahli nujum. Mereka diri kepada Empu Baradah lalu kem-
mendapat titah untuk merunut sebab bali dan mohon diri kepada Empu
musabab munculnya penyakit itu. Kuturan. Akhirnya, ia berhasil me-
Mereka menjawab bahwa penyakit nyeberang Selat Banyuwangi dengan
itu disebabkan oleh perbuatan Calon menaiki daun Kulur. Cerita ini ter-
Arang. Kemudian, Sang Prabu me- jadi di Tibet juga. Sang Nagarjuna,
merintahkan punggawanya untuk pendeta yang mendirikan agama
menyerbu Girah, tetapi semua pra- Buddha Mahayana, menaiki daun
jurit kalah dan banyak yang tewas. untuk menuju ke pulau yang jauh da-
ri tanah Indu. Ketika pulang ia naik
Penyakit makin merajalela. Oleh daun itu juga.
karena itu, Sang Prabu meminta to-
long kepada Empu Baradah untuk Lama-kelamaan kedua putra
memusnahkan Calon Arang. Empu Prabu Airlangga itu bertempur ka-
Bahula adalah murid Empu Bara- rena berebutan batas kerajaannya.
dah. Ia disuruh untuk memperistri Empu Baradah dititahkan untuk me-
Ratna Manggali. Selama ia tinggal lerainya dan menetapkan batas an-
di Girah, ia memata-matai mertua- tara kedua kerajaan itu.
nya. Akhirnya kitab CalonArang da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 85
Mengenai Empu Baradah mem- hal yang baik. Lawan kata nyandra
bagi tanah Jawa menjadi dua serta yaitu nacad ‘mencela’.
pergi ke Pulau Bali dengan menye-
berangi lautan terdapat dalam kitab Di dalam cerita pedalangan ter-
Nagarakretagama, pupuh 68, bait dapat ungkapan: Yen cinandra su-
1—3. Kitab Pararaton juga men- warnane Sang Dewi Wara Sumba-
ceritakan bahwa Sang Hiang Loh- dra pranyata kurang candra luwih
gawe pergi dari tanah Jawa ke tanah warna (rupa) ‘Jika dideskripsikan,
Indu dengan naik roning kakatang keindahan Sang Dewi Wara Sum-
telung tugel ‘daun kakatang tiga pu- badra ternyata kurang sarana untuk
cuk’. menggambarkan, tetapi keindahan-
nya lebih’. Jadi, penggambarannya
candra masih kurang dibandingkan dengan
keindahannya. Adapun hal-hal yang
Istilah candra mengacu kepada dicandra itu, antara lain, meliputi
dua pengertian. Pengertian pertama bagian badan manusia atau bab-bab
kata candra berarti (1) ‘bulan’ yang yang berkaitan dengan manusia, ke-
mengacu pada kesatuan waktu, mi- adaan alam, dan sebagainya. Orang
salnya, satu bulan terdiri atas tiga nyandra itu tidak harus dengan ba-
puluh hari; (2) ‘bulan’ yang mengacu hasa yang dakik-dakik ‘indah-indah’,
pada nama benda, misalnya, bulan tidak harus dengan bahasa puisi atau
purnama, bulan sabit. Pengertian ke- bahasa indah. Kadangkala nyandra
dua kata candra mengacu kepada ce- itu dengan bahasa yang biasa saja.
rita keadaan sesuatu dengan cara pe- Misalnya:
pindhan ‘perumpamaan’. Kaitannya Drijine mucuk eri
dengan istilah sastra, pengertian ‘jemarinya bagaikan ujung duri’
yang kedua yang digunakan. Kata Bangkekane nawon kemit
candra mendapat awalan any men- ‘pinggangnya seperti pinggang ta-
jadi anyandra — nyandra yang ber- won’
arti ‘menggambarkan’ atau ‘mendis- Lakune macan luwe
kripsikan keindahan atau keadaan’ ‘caranya berjalan bagaikan harimau
dengan cara pepindhan ‘perumpa- lapar’
maan’. Jadi, yang disebut candra itu Swarane ngombak banyu
bukan pepindhan ‘perumpamaan’. ‘swaranya naik turun bagaikan air
Perumpamaan itu hanya terletak samodra’
pada sarana saja atau sebagai alat
untuk mendiskripsikan atau meng- Adapun panyandra dengan ba-
gambarkan keindahan. Selain itu, hasa yang indah tampak dalam con-
nyandra juga beratri ‘menggambar toh berikut.
atau mereka-reka gambaran yang Idepe tumengeng tawang
menceritakan tentang pepindhan ‘Bulu mata melengkung ke atas’
‘perumpamaan’ yang baik. Jadi, Grana rungih pindha kencana pi-
nyandra berarti mengungkapkan hal- natar
86 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
‘hidungnya mancung ibarat emas di- bulan. Candrasengkala berasal dari
ukir’ kata candra yang berarti ‘bulan’ dan
Rema memak ngandhan-andhan se- sengkala yang berarti ‘waktu’. Da-
mu wilis lam masalah perhitungan waktu (ha-
‘rambut subur mengombak kehijau- ri), dahulu masyarakat Jawa meng-
an’ gunakan tahun Saka, suatu perhi-
tungan yang didasarkan atas rotasi
Contoh manusia marah: matahari. Akan tetapi, bersamaan
Lir sinabit talingane, jaja bang ma- dengan perkembangan zaman, khu-
winga-winga, sinabeta marang sa- susnya ketika Sultan Agung di Ma-
gedeng, bel dadi geni. taram berkuasa, perhitungan terse-
‘telinganya bagaikan dipotong de- but kemudian diganti dengan perhi-
ngan parang, dadanya merah seperti tungan waktu berdasarkan atas rota-
membara, dicambuk dengan sekuat si rembulan. Sejak saat itu, candra-
tenaga, menyala menjadi api’. sengkala menjadi dasar perhitungan
waktu yang biasa dipergunakan oleh
candrakirana orang Jawa. Candrasengkala dalam
sastra Jawa biasanya ditemukan da-
Majalah berbahasa Jawa Can- lam permulaan tembang atau pada
drakirana terbit di Solo, bulan Ja- akhir tembang. Berdasarkan wujud
nuari 1964. Pada tahun itu, Candra- dan penyusunannya, candrasengkala
kirana menyelenggarakan sayemba- dibagi dalam dua bentuk, yaitu can-
ra mengarang cerkak (cerita pendek drasengkala lamba (berujud kata-
Jawa). Sayembara tersebut dime- kata atau frasa) dan candrasengkala
nangkan oleh 9 buah cerkak, yaitu memet (berupa lukisan atau gam-
(1) “Lupute Pangemong” karya S.K. bar). Contoh candrasengkala lam-
Dwijo, (2) “Ndhepani Siti Bantala” ba, yaitu Penerus tingal tataning
karya S. Purwanto, (3) “Alum ing nabi (1529, ditemukan dalam Serat
Tanah kang Loh” karya Suparto Suluk Wujil, karya Sunan Bonang),
Brata, (4) “Pahlawan Trikora” kar- Geni rasa driya eka (1563, ditemu-
ya Suyono, (5) “Jugrug” karya Edy kan dalam Serat Nitipraja, karya
D.D, (6) “Bener Kadhang Kebli- SultanAgung), Sirneng tata pandhi-
nger Kliru Sok Setuju” karya Pur- ta siwi (1750, ditemukan dalam Se-
wono P.H., (7) “Gaib Jroning Lela- rat Rama, karya R. Ng. Ranggawar-
kon” karya Sri Hadidjojo, (8) “Dok- sita), dan sebagainya.
ter lan Tatu Lawas” karya Esmiet,
dan (9) Adrenging Katresnan” ka- cangkriman
rangan Suharjo. Majalah Candraki-
rana tidak dapat bertahan lama hi- Cangkriman adalah kata-kata
dup karena oplahnya kecil. atau ucapan-ucapan yang harus di-
terka maksudnya. Istilah lain untuk
candrasengkala ini adalah capeyan atau badhekan.
Ada 4 macam cangkriman, yaitu (1)
Candrasengkala adalah perhi-
tungan waktu menurut rotasi rem-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 87
cangkriman cekakan/wancahan, (2) Saiki ula-ula ora ana sing mandi
cangkriman blenderan, (3) cang- ‘Sekarang banyak ular yang ti-
kriman wantah; dan (4) cangkriman dak berbisa’
pepindhan atau irib-iriban. (Sekarang ular-ular tidak ada
(1) Cangkriman cekakan/wancahan yang berbisa, karena kata ula-ula
berarti tulang punggung)
adalah teka-teki yang berwujud
ringkasan kata-kata. Wong wudunen iku sugih pari
Contoh: ‘Orang bisulan itu memiliki ba-
Pakpoletus tipak kebo ana le- nyak padi’
lene satus (Kata pari ‘padi’ maksudnya pa-
‘Bekas telapak kaki kerbau ada ringisan, pada kenyataannya
lelenya seratus’ orang yang terkena penyakit bisul
Pak bomba pak lawa pak peyut itu sering mringis menahan sakit
tipak kebo amba tipak ula dawa jika bisulnya tersenggol)
tipak cempe ciyut
‘Bekas telapak kerbau lebar Ngetung usuk, wiwit esuk sapre-
bekas telapak ular panjang bekas ne kok isih terus bae
telapak anak kambing kecil’ ‘Menghitung usuk, sejak pagi
masih terus berlangsung’
wiwawite lesbadhone (Menghitung usuk maksudnya
‘Uwi panjang pohon tales lebar tidur terlentang, pada posisi ter-
dunnya’ sebut orang menghadap ke atas
sehingga seperti memperhatikan
Bornas kopen usuk)
‘Bubur panas makanlah’
We lha ora idhep isin, wong wis
(2) Cangkriman blenderan adalah diwasa kok ngguyu tuwa
teka-teki yang mengandung arti ‘Tidak tahu malu, orang sudah
plesetan. Dalam menebak teka- tua kok masih tertawa seperti
teki jenis ini harus penuh pertim- orang tua’
bangan, dicocok-cocokkan dan (Maksudnya ngguyu di situ ada-
sangat hati-hati karena jika tidak lah ‘menangis’)
berhati-hati pasti akan kablen-
der ‘terkecoh dan akan diterta- Dhewekke wus anguk-anguk
wakan orang’ kubur
Contoh: ‘Dia sudah melongok kubur’
Tulisane Arab macane saka (Maksudnya anguk-anguk ku-
ngendi? Saka alas bur ‘sudah sakit keras dan ham-
‘TulisanArab cara membacanya pir mati’)
dari mana? Dari hutan’
(Karena kata macane dapat ber- Wah anakke lanang wis wiwit
arti membaca atau harimau) kluruk
‘Wah anak lelakinya sudah mulai
berkokok’
88 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
(Maksudnya wiwit kluruk ada- Melek sakjam artinya membuka
lah ‘sudah remaja dan mulai su- mata sebesar jam pastilah tak ada
ka menyanyi lagu cinta’) yang kuat terlebih sebesar jam
tembok, jadi bukan berarti mem-
Ada juga teka-teki yang mengan- buka mata yang lamanya 60
dung blenderan atau plesetan menit.
dalam bentuk tembang.
Contoh: (3) Cangkriman wantah adalah te-
DHANDHANGGULA ka-teki yang disusun berdasar-
kan atas kata-kata bersahaja.
Ula-ula tan ana kang mandi Contoh:
aja wedi singa nemanana Dikethok saya dhuwur disam-
waton empuk pijetane bung saya cendhak! ‘Kathok’
ana menir saberuk ‘Digunting makin tinggi disam-
banyu pait yen tes legi bung makin pendek! ‘Celana’’
banyu bisaa sekolah
nora bisa luluh Yen cilik dadi kanca yen gadhe
sapa bisa ngukur meja dadi mungsuh! ‘Geni’
uceng-uceng neng banyu tan Jika kecil menjadi teman jika be-
bisa urip sar menjadi musuh! ‘Api’’
tan kuwat melek sakjam.
(4) Cangkriman pepindhan atau
tebakannya: irib-iriban adalah teka-teki yang
berwujud perumpamaan.
Ula-ula, maksudnya tulang Contoh:
punggung, memang tidak ada tu- Sega sakepel dirubung tinggi.
lang punggung yang berbisa; ‘Salak’
Singa, maksudnya siapa pun, bu- ‘Nasi segenggam dikerumuni
kan sebangsa hewan macan; kutu busuk. ‘Buah salak’’
waton maksudnya bukan pe-
nyangga kayu tempat tidur, tetapi Pitik walik saba meja. ‘Sulak’
yang berarti ‘janji’; ‘Ayam kate berkeliaran di meja.
Menir saberuk maksudnya ‘ba- ‘Sulak’
nyaknya bukan besarnya’; tetes,
maksudnya ‘sirup’; Pitik walik saba kebon. ‘Nanas’
Banyu bisaa sekolah itu, mak- ‘Ayam kate berkeliaran di ke-
sudnya banyaknya air dapat satu bun. ‘Nanas’’
bak atau dua bak mandi;
Luluh, maksudnya ‘sebangsa he- Emboke wuda anake tapihan.
wan’; ‘Pring lan bung’
Ngukur dari kata dasar kukur; ‘Ibunya telanjang anaknya ber-
Uceng-uceng yang dimaksud kain. ‘Pohon bambu dan rebung’
bukan ikan kecil tetapi deles yang
tidak bisa hidup di air; Maling papat oyak-oyakan.
‘Undar’
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 89
‘Pencuri empat kejar-kejaran. kok’ yang sudah ada. Lakon gubah-
‘Alat pemintal benang tenun’’ an baru itu masih tetap menampilkan
cerita dan berdasarkan tokoh-tokoh
Emboke dielus-elus anake di- utama wayang purwa di dalam pa-
idak-idak. ‘Andha’ kem, tetapi dengan garapan yang sa-
‘Ibunya dibelai-belai anaknya di- ngat bervariasi. Gubahan baru terse-
injak-injak. ‘Tangga’’ but untuk selanjutnya disebut lakon
carangan. Seperti halnya kemun-
Cangkriman yang berwujud per- culan lakon-lakon carangan, lahir
umpamaan dalam tembang, mi- pula puluhan, bahkan ratusan karya
salnya: sastra wayang purwa baru yang se-
PUCUNG jajar dengan lakon carangan tadi.
Tradisi saling mempengaruhi antara
Bapak pucung karya sastra dan lakon pergelaran
bleger sirah lawan gembung wayang ternyata terus berlanjut se-
padha dikunjara hingga terdapat paralelisme di antara
mati sajroning ngaurip keduanya dalam hal melahirkan gu-
mbijig bata nuli urip bahan baru. Lahirnya gubahan baru
sagebyaran. itu didorong oleh tanggapan pemba-
ca atau penonton yang tidak puas de-
Bapak pucung ngan cerita yang ada sehingga timbul
rupane saengga gunung hasrat untuk menggubah, menam-
tan ana kang tresna bah, mengurangi, ataupun mengem-
saben uwong mesthi sengit bangkan gerakan baru sesuai dengan
yen kanggonan den elus daya kemampuan kreativitasnya.
elus tinangisan. Dengan demikian, khazanah lakon
wayang dan sastra wayang purwa
(Cangkriman atau teka-teki yang semakin kaya dan bervariasi. Tradisi
berujud tembang macapat terse- tiap daerah juga ikut melahirkan ber-
but tebakannya adalah: penyakit bagai versi cerita wayang dan hal itu
wudun ‘bisul’) terus berkembang secara turun-me-
nurun. Kondisi dan situasi sosial bu-
carangan daya masyarakat juga tidak jarang
menjadi pemicu bagi lahirnya ga-
Di dalam sastra Jawa dikenal rapan lakon dan cerita wayang yang
istilah carangan. Kata carangan ter- baru. Hasil garapan itu bersifat ten-
sebut biasa dipergunakan dalam du- densius dan ada hubungan konteks-
nia pewayangan, khususnya dalam tual dengan situasi yang aktual. Mi-
penyusunan lakon. Kata carangan salnya, lakon hilangnya Dewi Irawa-
berasal dari kata carang ‘ranting su- ti di Negara Mandraka yang disusul
luh’, pang pring ‘ranting bambu’; la- dengan lakon menikahnya Irawati
jer ‘akar ubi’. Dihubungkan dengan dengan Jaladara.
pewayangan, istilah itu kemudian di-
pergunakan untuk memberikan pe-
ngertian mengenai lakon-lakon gu-
bahan baru berdasarkan pakem ‘po-
90 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
carik Kartasura. Hal itu terjadi pada za-
man pemerintahan Sinuhun Pakubu-
Dalam sastra Jawa, yang dimak- wana II. Hasil keputusannya adalah
sudkann dengan istilah carik adalah Ki Cebolek diampuni karena berto-
tulisan tangan. Di dalam khazanah bat dan kalah bantahannya melawan
sastra Jawa lama, karya sastra itu da- Ketib Anom Kudus.
pat berwujud karya tulisan tangan
atau manuskrip dan dapat berwujud cemporet
karya cetakan. Karya sastra yang ma-
sih dalam bentuk tulisan tangan itu Kitab Cemporet adalah karya
sering disebut pula carikan. R.Ng. Ranggawarsita. Penulisan itu
dilaksanakan atas perintah Sri Pa-
cebolek duka Susuhunan Paku Buwana IX.
Di dalam kitab Cemporet terdapat
Kitab Cebolek itu memuat kitab sangkalan yang berbunyi song-song-
Dewaruci, wiwaha, dan kitab-kitab gora-candra atau tahun 1799 Jawa.
yang lain. Cerita itu ditulis dengan Kalimat-kalimatnya amat cermat,
panjang lebar untuk bahan dalam banyak purwakantinya, bahasanya
perkara. Keterangan mengenai Pa- sangat halus dan berlebih-lebihan.
ngeran Mangkubumi atau Sri Sultan Misalnya, tutur kata orang desa, pe-
Hamengkubuwana I. Beliau gemar rempuan desa, dibuat seperti tutur
bertapa dan berperang melawan kata seorang priayi kota yang mahir
mentek (hama padi). bertutur kata; dan tiap-tiap hal dibi-
carakannya dengan panjang lebar.
Yang mengagumkan dari kitab
Cebolek adalah cara menggambar- Cerita dalam kitab Cemporet itu
kan masing-masing tokoh sangat hi- merupakan bagian kecil-kecil dari
dup, misalnya tokoh Raden Demang cerita Tantu Panggelaran yang su-
Ngurawan itu adalah orang besar dah menjadi dongeng di masyarakat.
yang tampan, pemberani, dan baik Di samping itu ditambah lagi dengan
serta lancer bertutur katanya. cerita-cerita lain oleh R.Ng. Rang-
gawarsita. Maksud R.Ng. Rangga-
Kitab Cebolek sudah pernah di- warsita adalah untuk menuruti ke-
cetak di percetakan Van Dorp, Sema- hendak hati masyarakat karena pada
rang, pada tahun 1886, dengan huruf waktu itu orang Jawa di Surakarta
Jawa, dan baru-baru ini kitab itu di- gemar kepada hal-hal yang ajaib-
cetak lagi. ajaib.
Kitab Cebolek menceritakan Kitab Cemporet ditulis dengan
tentang Haji Mutamangkin, terkenal bentuk tembang macapat, dicetak di
dengan nama Cebolek. Cebolek ada- percetakan Tuan Rusche di Surakar-
lah orang yang merusak sarak, me- ta pada tahun 1856 Masehi. Di da-
melihara anjing, dan sebagainya. Ce- lam pengantarnya terdapat sandi
bolek digugat oleh para ulama selu- asma. Kutipan yang menggunakan
ruh tanah Jawa yang dikepalai oleh
Ketib Anom di Kudus. Perkara itu
diajukan kepada Pradata Negeri
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 91
tembang Dandanggula, sebagai be- seluruh alam (akan) kebesaran-
rikut. nya yang tiada taranya (itu). Pe-
lindung yang utama lagi amat su-
Song-song gora candraning cinya, sentausa dan berbudi lu-
hartati, lwir winidyan saraseng hur. Tulus ikhlas hatinya, dicintai
parasdya, ringa-ringa pang- oleh sekalian anak buahnya be-
riptane, tan darbe labdeng kaw- sar-kecil semuanya memuji-mu-
ruh, angruruhi wenganing budi, jinya, maka sejahteralah kerajaan
kang mirong ruhareng tyas, ja- baginda’.
ga angkara nung, minta luwar-
ing duhkita, haywa kongsi ke- Serat Centhini atau Suluk Tam-
wran lukiteng kinteki, kang kata bangraras berisi keterangan yang
ginupita. dapat digunakan sebagai sumber ins-
pirasi atau pedoman untuk menilai
Pangapusing pustaka sa- bagi pengembangan kebudayaan.
yekti, saking karsa dalem Sri Hal tersebut dapat dilihat pada karya
Narendra, kang kaping sanga R.Ng. Ranggawarsita yang berjudul
mandhireng, Surakarta praja Serat Cemporet.
gung, sumbageng rat dibya-di-
murti, martatama susanta, san- Kegiatan olah sastra pada masa
tosa mbek sadu, sadargeng ga- Kangjeng Susuhunan Paku Buwana
lih legawa, sihing wadya gung yang muncul pada waktu itu relative
alit samya mumuji, raharjeng sedikit apabila dibandingkan dengan
praja nata. munculnya karya sastra pada zaman
pemerintahan Kangjeng Susuhunan
Terjemahan ke dalam bahasa Indo- Paku Buwana IV, Kangjeng Susuhu-
nesia sebagai berikut. nan Paku Buwana IX, dan Kangjeng
Susuhunan Paku Buwana VIII dido-
‘Tahun 1799, syair ini laksana minasi oleh karya R.Ng. Ranggawar-
bertaburkan beras kunyit yang sita, antara lain Serat Cemporet, Se-
berupa kehendak yang amat kuat, rat Pustaka Raja Puwara, Serat Pa-
ragu-ragu menggubahnya, (kare- rang Yoga, Serat Aji Pamasa, dan Se-
na) tidak mempunyai pengeta- rat Witaradya.
huan tinggi, (hanya) sekedar
mencari (menunggu), terbukanya Ringkasan ceritanya sebagai be-
budi, yang diliputi oleh kerusuh- rikut. Tiga orang raja yang berkera-
an budi, menjaga angkara murka, jaan di Jepara, Pagelen, dan Pramba-
meminta lepasnya duka cita, ja- nan. Mereka bernama Sri Karungka-
ngan sampai kekurangan perka- la, Sri Katungmalaras, dan Sri San-
taan untuk cerita (kitab) ini, kata- dhanggarba. Mereka meninggalkan
kata yang harus ditulis. kerajaannya karena untuk mencari
keuntungannya sendiri. Ada yang
Digubahnya kitab (ini) se- menjadi binatang liar, dan ada yang
sungguhnya, atas kehendak ba- pergi ke dusun-dusun. Putera Page-
ginda Sri Paduka Raja, yang ke- len yang bernama R. Jaka Pramana
sembilan kerajaan di negeri
agung Surakarta, termasyhur di
92 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
tinggal di desa Cengkarsari, di tem- ria”, Yogyakarta. Cenderawasih se-
pat Buyut Cemporet. Ia menikah de- benarnya merupakan edisi khusus
ngan anak angkat Ki Cemporet, yang mingguan berbahasa Jawa Djaka
bernama rara Kumenyar. Lodhang dari Yogyakarta.
Sebenarnya Rara Kumenyar itu Majalah yang harga ecerannya
puteri raja Jepara. Yang menjadi te- Rp50,00 itu memuat cerkak dan gu-
langkai cinta dalam pernikahan itu ritan (puisi). Sebagai Edisi khusus
adalah seekor burung beo yang dapat Djaka Lodang, Cenderawasih me-
bicara. Di samping itu, terdapat ce- miliki slogan: “Macak Cerita-cerita
rita cincin yang dapat menghirup ru- kang Nengsemake” (memuat cerita-
pa sehingga nampak seperti potret. cerita yang menyenangkan). Edisi 1
Cerita tentang putera raja yang pergi Tahun 1-1975, memuat 4 cerkak, ya-
meninggalkan negerinya, pulang itu “Anggon Welut Diedoli Udhet”
kembali. Sebelum itu mereka selalu karya AnyAsmara; “Sorote Melathi”
bertemu dan mengalami hal-hal yang karya Tamsir AS; “Pandhadharan”
ajaib-ajaib. Keajaiban-keajaiban itu karya Muryalelana, dan “Pil…..
seperti yang terdapat di dalam cerita Belang Telon” karya Esmiet. Di sam-
kitab Pustaka Raja. ping itu, majalah tersebut juga me-
muat 4 buah guritan, yaitu “Nostal-
cenderawasih gia”, “Layang saka Paran”, “Tapel
Wates” karya Moch. Nursyahid;
Nama Cenderawasih ada dua je- “Ngawi”, “Bali Tumpak”, “Sepur Tu-
nis, yaitu (1) judul buku khusus yang wa”, “Koncatan”, “Grahana” karya
memuat beberapa buah cerita pen- Djajus Pete. Berikut ini contoh gu-
dek Jawa, dan (2) judul sebuah maja- ritan karya Djajus Pete (semua pen-
lah yang juga memuat cerita pendek dek-pendek), seperti puisi (tradisio-
cerita pendek Jawa atau cerkak. Ke- nal) aiku Jepang atau epigram, dua
duanya terbit di Yogyakarta, tetapi di antaranya ialah berjudul “Sepur
berbeda tahun penerbitannya. Buku Tuwa” dan “Koncatan”.
Cendrawasih dicetak dengan tanpa
angka tahun, memuat cerita pendek, SEPUR TUWA
menyertakan harga jualnya sebesar bengi ngene kudune sliramu
Rp 400,00. Buku tersebut masih ngaso ing dhipo
menggunakan ejaan Soewandi (Tjen- sakawan krenggosan apa ora
drawasih) sehingga menandai tahun loyo
terbitnya sebelum tahun 1970-an. teka isih kudu makarya
sesake penumpang
Adapun Cenderawasih majalah sapanandhang!
ukurannya setengah kuarto, berang-
ka tahun penerbitan yang jelas (No- KONCATAN
mor 1 Tahun 1-1975), dengan tebal lintang cumlorot alihan enggon
35 halaman. Majalah tersebut diter- benang pedhot ati sing ketaton
bitkan oleh Yayasan “Kartika Cak-
ti”, dicetak oleh Percetakan “Mu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 93
Majalah Cendrawasih itu di- cerita menak
pimpin oleh Kusfandi; Pemimpin
Redaksi/ Penanggung Jawabnya Cerita menak di dalam sastra Ja-
Drs. Abdullah Purwodarmono; Wa- wa dikenal dengan judul Serat Me-
kil Pemimpin Redaksi/Penanggung nak. Serat Menak didukung oleh ba-
jawab: Surjotamtomo; Sekretaris nyak naskah, tersimpan di berbagai
Redaksi ialah F.X. Subroto. Cende- tempat, di dalam dan di luar negeri
rawasih hanya terbit satu nomer (No- (Pigeauad, 1967; Poerbatjaraka,
mor 1 Tahun 1-1975), setelah itu, 1940; Vreede, 1892; Juynbool, 1907
tidak muncul lagi. dan 1911). Cerita ini berasal dari ki-
sah seorang pahlawanArab bernama
cengkok Hamzh, paan dari Nabi Muhammad.
Dia berjasa dalam penyebaran dan
Cengkok adalah gaya personal penyiaran Islam serta selalu meme-
dalam membaca macapat atau puisi nangkan peperangan antara tentasa
Jawa tradisional. Tiap manusia muslim dan tentara kafir. Kisah ke-
mempunyai gaya bicara, gaya ber- pahlawanam Hamzah ini mengil-
jalan dan bertingkah laku masing- hami sastra pahlawan atau epos da-
masing. Demikian juga orang mem- lam kesastraan Persi. Oleh karena
baca, dalam membaca macapat atau itu, muncullah karya sastra pahla-
melagukan tembang macapat. Na- wan dalam bahasa Persi yang berju-
mun, pada lagu yang sama dapat ter- dul Oissa’I Emir Hamza (van Ron-
dengar sedikit berbeda karena ada kel, 1895:98). Dalam cerita itu Ham-
bagian-bagian tertentu yang digarap za berubah menjadi seorang pahla-
atau diubah serta diolah dengan hias- wan yang hebat, tindakannya men-
an nada yang berbeda. Ada orang jadi bersifat legendaries dan dia men-
yang senang mengalunkan (meliuk- jelma sebagai penyebar agama Islam
kan, mengulur) andhegan ‘suara yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Ce-
akhir kata’. Demikian pula ada yang rita ini banyak dikenal di negeri Islam
lebih senang meliukkan nada sebelum di Asia Tenggara (Pigeaud, 1967:
suku akhir pedhotan atau andhegan. 213). Pada abad ke-15, cerita ini dike-
Alunan suara semacam itu dalam seni nal di Kerajaan Melayu sebagai ce-
suara Jawa disebut andhah swara rita yang dapat menggerakkan kebe-
dan amung swara. ranian tentara Malaka yang akan
Contoh: menghadapi serangan tentara Portu-
Mingkar mingkuring angkara gis pada tahun 1511 (Sejarah Mela-
……………………., (andhah swara) yu cerita ke-34).
Mingkar mingkuring angka
……………………. ra, (anung swa- Versi Arab sebagai saduran dari
ra) versi Persi berjudul Sirãt Hamza
(van Ronkel, 1895:82—90). Sadur-
an ini semakin jauh dari riwayat asli-
nya karena Amir Hamzah tidak lagi
sebagai paman Nabi Muhammad,
94 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
tetapi dia keturunan seorang yang dikenal dengan teks Kartasura. Bah-
bernama Kinana. wa teks ini terjemahan langsung dari
versi Melayu karena di dalamnya
Cerita Amir Hamza pertama-ta- masih terdapat beberapan data yang
ma muncul di Nusantara dalam sas- menunjukkan bahwa bahasanya ter-
tra Melayu. Versi Melayu ini berju- pengaruh oleh bahasa Melayu, mi-
dul Hikayat Amir Hamzah, berasal salnya ‘Sang Ambyah kang dipun-
dari versi Persi (van Ronkel, 1895: beri’; ‘tumpesan denemu (olehmu)’;
98). Versi Jawa berasal dari versi Me- ‘Sang nata dating turut (ikut datang)
layu ini (Poerbatjaraka, 1954:109) (Poerbatjaraka, 1940:2). Penerje-
dan masuknya dalam kesastraan Ja- mahan ini diduga pada waktu ke-
wa diperkirakan pada Zaman Ma- sastraan Jawa mengalami pembaru-
taram pada abad ke-17. Oleh karena an ketika memasuki era kesastraan
nama sang Menak semakin populer yang bernafaskan Islam yang dilaku-
dalam sastra Jawa, akhirnya versi kan di pusat kekuasaan Islam di Ja-
Jawa disebut Serat Menak. Cerita itu wa, terutama di Gresik (Poerbatja-
menjadi sangat panjang karena pe- raka, 1940:3).
ngisahannya diperpanjang dengan
cerita-cerita lain, dan ditambah-tam- Isi Serat Menak banyak terpe-
bah dengan cerita anak cucu sang ngaruh oleh cerita Panji, yang pada
Ambyah. Akan tetapi, alur cerita te- saat populernya serat ini, cerita Panji
tap dan sang Ambyah tetap ditam- merupakan karya sastra yang sangat
pilkan sebagai seorang pahlawan menarik. Pengaruh Panji terutama
Islam, yang berperang dari satu ne- tampak antara lain pada penceritaan
geri ke negeri lain untuk menyebar- Dewi Muninggar yang sangat mirip
kan agama Islam dan melawan para dengan Galuh Candrakirana, serta
raja kafir hingga mereka dengan se- cerita pengembaraan Ambyah mirip
luruh tentara dan rakyatnya mau ma- dengan pengembaraan Inu Kertapati
suk Islam (Poerbatjaraka, 1954: sewaktu untuk berperang. Perbedaan
109—110). antara keduanya terletak pada pepe-
rangan Ambyah melawan raja-raja
Serat Menak yang tertua ditulis kafir, yang menghalangi penyebaran
pada tahun 1637 (tahun Jawa) atas Islam, sedang Panji untuk mencari
perintah Kanjeng Ratu Mas Blitar, Candrakirana. Kesamaannya, sang
permaisuri Sinuhun Paku Buwana I Ambyah diiringkan para panakawan
(Pangerangan Puger) di Istana Kar- (Umar Maya dan Umar Madi), se-
tasura, ditulis oleh juru tulis Nara- dangkan Panji diiringkan oleh pana-
wita menantu juru tulis Waladana. kawan Bancak dan Doyok. Umar
Teks ini dipandang sebagai teks Se- Maya dan Umar Madi dalam riwa-
rat Menak yang paling tua, salinan yat aslinya adalah sahabat Nabi Mu-
langsung dari versi Melayu Hikayat hammad. Memasukkannya unsur-
Amir Hamzah, yang terjemahannya unsur cerita Panji dalam Serat Me-
di daerah pasisiran Jawa (Poerbatja- nak itu mungkin untuk membuat
raka, 1954:110). Seterusnya teks ini
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 95
serat ini digemari oleh masyarakat Kartasura. Di antara redaksi itu
Jawa pada waktu itu. yang paling panjang adalah yang di-
susun di istana Surakarta oleh R.Ng.
Pada abad ke-17 dan ke-18, ce- Yasadipura I, pujangga terkenal saat
rita Menak banyak ditulis di daerah itu. Selanjutnya teks ini dikenal de-
pesisiran utara Jawa Timur, Madura, ngan versi Surakarta atau versi Ya-
Bali, dan Lombok, serta dibaca da- sadipura. Teks ini merupakan terje-
lam bentuk tembang. Kenyataan ini mahan langsung dari versi Kartasura
menunjukkan bentuk sastra ciri bu- (Poerbatjaraka, 1954:148). Bentuk
daya pesisiran (Pigeaud, 1967:214). dari versi-versi itu adalah tembang
Mungkin cerita Menak menjadi me- macapat. Teks ini dibagi dalam 24
narik karena isinya berupa kisah pe- judul, yaitu (1) Menak Sarehas, (2)
nyebaran Islam, agama yang waktu Menak Lare (4 jilid), (3) Menak Se-
itu sedang menarik masyarakat. Un- randil, (4) Menak Sulub (2 jilid), (5)
sur kepahlawanan Islamlah juga te- Menak Ngajrak, (6) Menak Demis,
ma penyebaran Islamlah yang me- (7) Menak Kaos, (8) Menak Kuris-
nyebabkan cerita ini cepat menjadi tam, (9) Menak Biraji (10) Menak
populer. Demikian pula dalam sastra Kanin, (11) Menak Gandrung, (12)
Melayu, cerita Amir Ambyah telah Menak Kanjun, (13) Menak Kanda-
populer pada awal abad ke-16, bah- bumi, (14) Menak Kuwari, (15) Me-
kan mungkin juga sebelumnya hing- nak Cina (5 jilid), (16) Menak Male-
ga tentara Malaka sebelum mengha- bari (5 jilid), (17) Menak Purwakan-
dapi serangan tentara Portugis ingin da (3 jilid), (18) Menak Kustup (2
dibacakan cerita Amir Hamzah, su- jilid), (19) Menak Kalakodrat (2 ji-
paya mereka mendapat semangat da- lid), (20) Menak Sorangan (2 jilid),
ri kepahlawanan Hamzah. (21) Menak Jamintoran (2 jilid), (22)
Menak Jaminambar (3 jilid), (23)
Dalam cerita Menak juga ditam- Menak Talsamat, dan (24) Menak
pilkan tokoh-tokoh wanita dengan Lakat (3 jilid).
lukisan kecantikannya, keberanian-
nya, dan kecerdasannya. Oleh kare- Pembagian ini berbeda dengan
na itu, cerita Menak juga banyak di- pembagian sebelum versi Yasadipu-
baca oleh para wanita. Tokoh-tokoh ra, yang hanya terdiri atas 11 (sebe-
ini banyak berperan sebagai pem- las) jilid, yaitu (1) Menak Lare, (2)
bangkit kembali keberanianAmbyah Menak Jobin, (3) Menak Kanjun, (4)
setelah beberapa saat menderita aki- Menak Cina, (5) Menak Malebari,
bat tipu-muslihat lawan. Episode ini- (6) Menak Ngambarkustub, (7) Me-
lah yang mewarnai cerita Menak nak Kalakodrat, (8) Menak Gulang-
menjadi cerita cinta kasih yang ga, (9) Menak Jamintoran, (10) Me-
mengasyikkan. nak Jaminambar, dan (11) Menak
Talsamat. Penamaan judul Serat
Beberapa redaksi Serat Menak, Menak tersebut dikaitkan dengan na-
pada awal abad ke-18, ditulis di ista- ma raja yang berperang dalam episo-
na-istana Jawa Tengah. Untuk per-
tama kalinya di mulai dari Istana
96 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
de atau dengan negara yang mela- Wayang Menak diciptakan oleh
wanAmbyah atau peristiwa penting. Kyai Trunodipo dari kampung Batu-
retno, Surakarta. Adapun maksud
Pada tahun 1854, Serat Menak Kyai Trunodipo membuat wayang
pernah diterbitkan oleh C.F. Winter, Menak ialah untuk mementaskan ce-
tetapi terbitan itu tidak lengkap. Ber- rita-cerita yang bersumber pada Se-
dasarkan naskah milik R. Pandji rat Menak dengan tokoh-tokoh Me-
Djajasoebrata, Bataviasch Genoots- nak seperti WongAgung Jayengrana
chap berturut-turut menerbitkan ce- (Amir Ambiyah), Umar Maya, dan
rita Menak dalam delapan jidil pada sebagainya. Wayang-wayang ini ke-
tahun 1882 sampai dengan 1889. mudian dibeli oleh R.M. Ng. Duto-
Cerita ini dibuat ringkasannya dalam projo setelah Trunodipo meninggal
bahasa Jawa oleh R. Poerwasoewig- dunia.
nja dan R. Wirawangsa. Pada tahun
1912, Menak versi Yasadipura di- Wayang Menak ada dua macam,
terbitkan oleh Balai Pustaka, leng- yaitu yang berupa wayang golek
kap 24 judul dalam 46 jilid, dalam (terbuat dari kayu) dan wayang kulit.
huruf Jawa dan bentuk tembang ma- Pementasan wayang kulit Menak
capat. Terbitan ini pada tahun 1982 menggunakan kelir dan blencong, sa-
diterjemahkan ke dalam bahasa In- ma halnya dengan pementasan wa-
donesia disertai transliterasinya. Ter- yang kulit purwa. Bentuk keseluruh-
jemahan itu tampaknya belum leng- an wayang kulit Menak ini dapat di-
kap karena baru ada 32 jilid. Sing- katakan serupa dengan wayang pur-
katan Serat Menak yang pernah di- wa. Perbedaan antara wayang kulit
terbitkan Balai Pustaka disertai daf- purwa dan Menak terletak pada raut
tar nama-nama yang terdapat dalam muka. Wajah wayang Menak hampir
cerita. Singkatan Serat Menak versi menyerupai raut muka manusia
Kartasura pernah dikerjakan oleh biasa. Tokoh-tokoh wayang Menak
Poerbatjaraka. mengenakan sepatu dan menyan-
dang klewang, baju, dan keris.
Cerita-cerita Menak banyak di-
pergelarkan dalam bentuk pentas cerita sambung
wayang golek ataupun wayang kulit
dengan boneka-boneka wayang yang Cerita sambung adalah cerita re-
khas untuk pentas tersebut dan ja- kaan yang dimuat sebagian demi se-
rang sekali dalam bentuk pentas wa- bagian secara berturut-turut dalam
yang orang. Salah satu di antara pen- surat kabar dan majalah. Cerita ber-
tas untuk cerita Menak tersebut, sambung juga disebut dengan feuille-
ialah wayang kulit dari daerah Lom- ton. Munculnya cerita bersambung
bok yang lazim disebut wayang Sa- dalam sastra Jawa diawali oleh ma-
sak. Wayang golek Menak Jawa atau jalah Panjebar Semangat pada tahun
wayang golek Menak Sunda, yang 1933. Pada waktu itu, cerita bersam-
masing-masing berbeda bentuk bung yang dimuat di Panjebar Sema-
ukirannya. ngat sering dipergunakan untuk
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 97
membangun semangat kebangsaan. Jepang membuka lembaran berba-
Hal ini terjadi karena Panjebar Sema- hasa Jawa dalam Panji Pustaka dan
ngat didirikan untuk mendidik bang- mendirikan surat kabar di beberapa
sa sambil mengembangkan kepan- kota karesidenan di Jawa. Pengarang
daian baca-tulis rakyat. Jadi, sastra cerita bersambung yang muncul pa-
di Panjebar Semangat sangat ten- da masa kolonial Jepang adalah Ki
densius dan persuatif. Pengarang ce- Loemboeng. Selama kurang lebih ti-
rita bersambung yang cukup terke- ga setengah tahun masa Jepang, Ki
nal waktu itu adalah Sri Susinah. Pa- Loemboeng hanya menulis satu ce-
da tahun 1938, Sri Susinah menulis rita bersambung berjudul Trimurti
cerita bersambung atau feulleton atau Lelakone Sedulur Tetelu. Cerita
berjudul Sripanggung Kethoprak bersambung tersebut sebelumnya
dan Sripanggung Wayang Wong terbit berupa cerita bersambung da-
(1941). Cerita bersambung Sripang- lam majalah Mustika. Pada bulan
gung Kethoprak dianggap penting Juni 1942 (tahun Jepang 2602) pe-
dalam konteks sejarah sastra Jawa nerbit itu menerbitkan novel berjudul
modern karena berbicara masalah Trimurti utawa Lelakone Sedulur
politik secara terus terang, sesuatu Tetelu karya Ki Loemboeng. Menu-
yang tabu bagi penerbit Balai Pus- rut keterangan Penerbit Indonesia,
taka. Cerita bersambung karya Sri karya Ki Loemboeng itu banyak di-
Susinah tersebut ingin mengungkap- gemari oleh pembaca. Karena dinilai
kan peranan kesenian tradisional (se- sangat bermanfaat, cerita bersam-
perti kethoprak dan wayang orang) bung tersebut diterbitkan oleh Pe-
dalam upaya menggalang kesatuan nerbit Indonesia sebagai buku. Ke-
bangsa. Cerita bersambung Sripang- tika dimuat dalam Mustika, cerita itu
gung Wayang Wong isinya tidak belum selesai. Selanjutnya, setelah
jauh berbeda dengan Sri Panggung diperbaiki oleh pengarangnya, cer-
Kethoprak. Perbedaan antara kedua- bung tersebut diterbitkan sebagai no-
nya hanya pada setting dan tokoh- vel oleh Penerbit Indonesia.
tokohnya, tetapi keduanya sama-sa-
ma mengungkapkan tentang perlu- Setelah Indonesia medeka, per-
nya kesenian tradisional untuk tetap kembangan cerita bersambung tum-
dipertahankan sebagai cara untuk buh subur bagai cendawan di musim
membangun semangat kebangsaan. hujan bersamaan dengan mulai ber-
kembangnya media massa berbahasa
Pada awal tahun 1942 terjadi ba- Jawa, baik yang berbentuk majalah
bakan baru dalam kehidupan bangsa maupun koran. Salah satu cerita ber-
Indonesia, yakni berakhirnya kekua- sambung yang cukup menonjol di
saan Belanda dan dimulainya kekua- masa setelah kemerdekaan adalah
saan Jepang. Untuk memobilisasi Timbreng, karya Satim Kadaryono.
masyarakat agar loyal, kolonial Je- Cerita bersambung tersebut pernah
pang mengizinkan penerbitan karya- dimuat di majalah Panjebar Sema-
karya sastra Jawa melalui majalah. ngat pada tahun 1963, kemudian di-
98 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
terbitkan dalam bentuk buku tahun fiksi. Cerita fiksi, yaitu crita yang
1995. Cerita bersambung tersebut, khayalan, critanya dibuat-buat, atau
jika dibandingkan dengan Lara La- bersifat fiktif belaka. Disebut do-
pane Kaum Republik karyo Suparto ngeng jika dikerata basa berarti di-
Brata, jauh lebih baik. Memasuki ta- paido keneng ‘boleh tidak diperca-
hun 1970-an, cerita bersambung te- ya’. Bentuk crita fiksi atau dongeng
rus menjadi perhatian dan trend da- di antaranya fabel, mite, dan legen-
lam sejarah sastra Jawa. Pada deka- da. Fabel, yaitu cerita dengan tokoh
de tersebut, sastra Jawa mengalami hewan yang dapat berbicara seperti
pasang surut karena buku-buku sas- manusia. Contohnya: Kancil lan Ba-
tra Jawa mulai jarang ditemukan. ya, Kancil Nyolong Timun, Singa
Oleh karena itu, demi melanjutkan Barong lan Tikus. Mite, yaitu cerita
sejarah, para pengarang sastra Jawa yang ada hubungannya dengan roh-
kemudian gencar memanfaat surat roh halus atau alam gaib. Contoh:
kabar atau majalah untuk memuat Nyi Rara Kidul, Pethite Nyai Blo-
tulisan-tulisan mereka secara ber- rong, Thuyul. Legenda, yaitu cerita
sambung. Penulis cerita bersambung yang menceritakan tentang kejadian
yang cukup menonjol pada tahun suatu tempat. Contoh: Terjadinya
1970-an, misalnya Any Asmara, Rawa Pening, Tangkuban Prau, De-
Tamsir AS, Esmiet, dan sebagainya. wi Sri. Crita nonfiksi dapat dibagi
Berbagai media bahasa Jawa seperti menjadi empat macam, yaitu (a) hi-
Kumandang, Panjebar Semangat, kayat, (b) babad, (c) sejarah, dan (d)
Jaya Baya, Mekar Sari, dan seba- roman. Hikayat, yaitu cerita tentang
gainya kerap dihiasi oleh cerita ber- riwayat pelakunya. Contoh: Hikayat
sambung karya pengarang tersebut. Hang Tuah, Hikayat Gadjah Mada,
Demikian pula pada dekade 1980- Hikayat Bahtiar. Babad, yaitu cerita
an dan 1990-an, cerita bersambung yang ada buktinya tetapi juga di-
benar-benar menunjukkan perannya tambah crita tambahan. Contoh: Ba-
yang sangat penting dalam perkem- bad Tanah Jawi, Babad Mataram,
bangan sastra Jawa. Barangkali, tan- Babad Kertasura, dan sebagainya.
pa kehadiran cerita bersambung di Sejarah, yaitu cerita yang bersumber
media massa, cerita panjang Jawa pada bukti atau sejarah, misalnya
(novel) benar-benar mengalami mas- sejarah Majapahit, sejarah Demak,
sa suram. Pada dekade 1980-an dan sejarah Kraton Ngayogyakarta dan
1990-an, pengarang cerita bersam- sebagainya. Roman, yaitu cerita
bung baru mulai bermunculan, mi- yang menggambarkan kehidupan se-
salnya Ay. Suharyono, Suharmono seorang dari lahir sampai meninggal,
Kasiyun, Yunani, dan sebagainya. misalnya roman adat, roman sosial,
roman deteftif, dan sebagainya.
crita
Crita terdiri atas dua jenis, yaitu
cerita fiksi (dongeng) dan cerita non-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 99
crita cekak bernama “Panglipur Manah” ‘Peng-
hibur Hati’ (1930), misalnya cerita
Istilah crita cekak terjemahan berjudul “Jejodhowan Wurung”
dari bahasa Indonesia “cerita pen- “Perjodohan (yang) Gagal” (1930:
dek” atau cerpen. Dalam kesastraan 285; 289), dan cerpen “Dhawahing
Indonesia maupun kesastraan Jawa Kabegjan ingkang Mboten Kenging
istilah cerpen atau cerita pendek itu Dipuntulad” “Datangnya Keberun-
ialah terjemahan dari istilah bahasa tungan yang Tidak Dapat Diperkira-
Inggris “short story”. Jenis sastra ini kan” (29 Maret 1930). Secara kuali-
adalah jenis fiksi modern yang pen- tatif crita cekak pada waktu itu masih
dek, yang baru muncul pada akhir sederhana, baik dalam teknik pengga-
abad ke-19. rapan maupun pemilihan tema, tetapi
sudah memiliki tanda-tanda pembeda
Dari sejarah masuknya istilah yang prinsipiil dengan bentuk naratif
crikak (crita cekak) ini ke dalam pendek tradisional, yaitu dongeng.
khazanah sastra Indonesia maupun Perbedaan prinsipiil itu ialah pada
Jawa tidak dapat dipisahkan dari pe- masalah yang digarap, yang dalam
ranan pers. Pers berbahasa Jawa, panglipur manah ini sudah meng-
Bromartani, mulai terbit pada tahun angkat masalah hidup sehari-hari, ti-
1855, di zaman Hindia Belanda. Je- dak lagi mengangkat imaji-imaji dari
nis fiksi ini disebarluaskan dan di- dunia antah-berantah. Walaupun
kembangkan oleh dua media massa teknik penggarapannya masih cen-
berbahasa Jawa yang terbit secara derung berbentuk paparan curahan
periodik pada waktu itu, yaitu maja- perasaan pengarang, tetapi landasan
lah kolonial Kadjawen (Kajawen) pemikiran terhadap elemen pendu-
yang terbit pertama kali tahun 1926 kungnya mengikuti logika-logika
di Jakarta, dan majalah swasta-pri- modern. Bahasa pengantar sebuah
bumi Panjebar Semangat yang ter- cerpen cenderung menggunakan ba-
bit pertama kali pada tahun 1933 di hasa dalam kehidupan sehari-hari,
Surabaya. Jenis fiksi pendek ini bukan bahasa Jawa adiluhung, atau
muncul pertama kali sebagai salah bahasa arkhais. Bahkan, cerpen-cer-
satu rubrik baru dalam majalah Ka- pen yang terbit dalam Panjebar Se-
djawen (Kajawen), dengan pemuat- mangat sejak terbit sudah menggu-
an masih secara acak. Artinya, pe- nakan bahasa Jawa ragam ngoko
muatannya kadang-kadang di bawah yang merakyat. Itulah sebabnya re-
rubrik “Jagading Wanita”, atau di- daktur memasukkan jenis fiksi pen-
selipkan di tempat yang lain yang dek ini ke dalam rubrik “Lelakon”
memberikan kesan hanya untuk pe- ‘“kisah/pengalaman pahit”’.
ngisi kekosongan ruang. Hanya Pa-
njebar Semangat yang sejak awal Di dalam kesastraan Jawa mo-
hingga kini secara tetap mengguna- dern selanjutnya, jenis fiksi pendek
kan nama rubrik “Crita Cekak”. ini selalu hadir dalam rubrik “Crita
Cekak”, di berbagai majalah ber-
Dalam majalah Kajawen, fiksi
pendek ini berada di dalam rubrik
100 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
bahasa Jawa. Sejak kemerdekaan ru- nunjukkan 3 buah arah perkembang-
brik ini menarik masuk banyak sas- an, yaitu (1) jalur Any Asmara, (2)
trawan Jawa dari berbagai usia, pen- jalur St. Iesmaniasita, dan (3) jalur
didikan, dan profesi. Bahkan, ada Poerwadhie Atmodihardjo. Namun,
beberapa sastrawan Jawa yang tidak sejak tahun 1970-an muncul jalur ba-
hanya menulis cerpen, tetapi juga ru cerpen Jawa, yaitu jalur Arswen-
puisi, atau novel. Nama-nama cer- do Atmowiloto, yang secara tegas
penis yang terkenal periode prake- menghubungkan sastra Jawa modern
merdekaan, antara lain, Imam Su- dengan sastra Indonesia karena dia
pardi (Sri Susinah), Sri Koesnapsi- selanjutnya menjadi seorang cer-
jah, Soebagijo I.N., dan Poerwadhie penis dan novelis sastra Indonesia.
Atmodihardjo. Dua nama yang dise- Cerpen-cerpen tersebut tadi, selain
but terakhir ialah cerpenis di masa disebarkan melalui media surat ka-
penjajahan Jepang. Beberapa nama bar juga disebarkan melalui antolo-
cerpenis periode kemerdekaan, an- gi-antologi. Antologi-antologi terse-
tara lain, Esmiet, Any Asmara, Tam- but ada yang khusus berisi kumpulan
sir AS, Satim Kadarjono, Yunani, Su- cerpen seseorang cerpenis, seperti
parto Brata, Sudarmo K.D., Krishna Kidung Wengi ing Gunung Gam-
Mihardja, dan Moch. Nursyahid Pur- ping (1958), Kringet saka Tangan
nomo. Prakosa (1974), Kalimput ing Pedut
(khusus berisi cerpen-cerpen St. Ies-
Sejak kemerdekaan, cerpen Ja- maniasita), dan Ratu (1995) karya
wa mengalami perkembangan dalam Krishna Mihardja. Selain itu, ada
tema dan teknik bercerita, lebih-lebih juga antologi bersama, yaitu antologi
karena didukung oleh perkembangan yang di dalamnya dimuat cerpen-
pendidikan dan profesi para cerpenis. cerpen karya lebih dari seorang. Mi-
Hubungan mereka dengan sastra In- salnya, Kemandhang (yang disusun
donesia telah membawa mereka oleh Senggono, 1958) menghimpun
menjadi pembaca dan penulis dwiba- cerpen (dan geguritan) karya lebih
hasawan sehingga perkembangan dari seorang pengarang, antara lain
pada tema dan teknik bercerita pun St.Iesmaniasita, T.S. Argarini, Any
tidak dapat dipisahkan dengan per- Asmara, dan Anjar Any.
kembangan cerpen dalam sastra In-
donesia. Lebih-lebih, sejak kemerde-
kaan kritik objektif mulai tumbuh
dalam sastra Jawa yang sedikit ba-
nyak mempengaruhi kreativitas jenis
fiksi pendek ini dapat terkontrol. De-
ngan situasi seperti itu penulisan cer-
pen Jawa menunjukkan dinamikanya
yang sehat.
Bila diamati dengan cermat, se-
jak kemerdekaan cerpen Jawa me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 101
d
daniel tito (1957—) Jawa terbit dalam Jaya Baya dan
Panjebar Semangat.
Banyak orang menduga bahwa
Daniel Tito bukan orang Jawa. Se- Dewasa ini, di sela-sela kesibuk-
bab, nama Daniel Tito sepertinya bu- annya sebagai wartawan dan me-
kan nama Jawa. Tetapi, tidak dira- ngelola Yayasan Sasmita Budaya (di
gukan, ia asli orang Jawa. Ia lahir Sragen) dan mengetuai Padepokan
di Sragen, Jawa Tengah, pada 12 De- Seni Pilang Payung (di Ngawi), Da-
sember 1957. Meskipun tinggal di niel Tito masih terus menulis. Bah-
Sragen, Jawa Tengah, tepatnya di kan saat ini ia sedang menyiapkan ter-
Perumahan Pura Asri, Blok D3, No. bitan “Sepasang Pengamen” (kum-
3, Karangmalang, Sragen, ia juga pulan cerpen), “Jatuh Cinta itu Sah”
memiliki aktivitas di Jawa Timur. Di (kumpulan cerpen), “Sejujurnya Aku
Sragen ia mendirikan dan mengelola Pun Mencintaimu” (kumpulan cerita
Yayasan Sasmita Budaya di rumah- ramaja), Tangga Kamar (kumpulan
nya, dan di Ngawi, Jawa Timur, ia cerkak), dan Kembang Tayub (novel).
mengetuai Padepokan Seni Pilang Sementara, novelnya (berbahasa
Payung. Jawa) yang telah terbit berjudul Lin-
tang Panjer Rina (Yayasan Sasmita
Daniel Tito mengaku bahwa ke- Budaya, Sragen, 2002). Novel ini la-
gemarannya menulis baru mulai se- hir dari permintaan pembaca setelah
jak dirinya menjadi mahasiswa Uni- mereka “terpesona” membaca dalam
versitas Sebelas Maret Surakarta bentuk cerbung di majalah Jaya Ba-
(1976). Pengarang yang pernah men- ya (1998).
jadi tenaga pengajar di STKIP PGRI
Ngawi (1986—1996) ini kemudian Mengapa Daniel Tito menulis
dikenal sebagai penulis dua bahasa sastra Jawa? Katanya, menulis sas-
(Indonesia dan Jawa); dan keduanya tra Jawa karena ia terdorong oleh te-
dilakukan dan ditekuni secara seim- kadnya untuk tetap “menjaga” agar
bang. Karya-karyanya, yang ditulis bahasa Jawa tetap dipahami oleh ma-
dalam bahasa Indonesia, tersebar di syarakat, terutama generasi muda. Ia
berbagai media, antara lain, Kom- menyatakan bahwa bahasa Jawa ada-
pas, Suara Pembaruan, Bisnis Indo- lah sarana ekspresi yang pas dan tepat
nesia, Femina, Gadis, Aneka, Anita, bagi persoalan-persoalan kejawaan.
Ceria, Hai, Kawanku, Nova, Fami-
li, Wanita Indonesia, Suara Merde- darmagandhul, suluk
ka, Wawasan, Bernas, Solopos, Sur-
ya, Jawa Pos, dan Surabaya Post. Suluk Darmagandhul yang be-
Adapun karyanya yang berbahasa rupa naskah dapat ditemukan di Per-
pustakaan Museum Sanabudaya,
Yogyakarta. Di perpustakaan ini ada
102 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dua buah naskah, yaitu naskah yang tanggal 23, hari Sabtu Legi, bulan
bernomor kodeks PB A179 dan nas- Ruwah, tahun Je, Windu Sancaya,
kah yang bemomor kodeks PB E 34. musim 6, Aryang, Wuku Wukir de-
Naskah yang bemomor kodeks PB ngan sengkalan Wuk Guneng Nges-
A 179 adalah suatu kumpulan suluk thi Nata, yaitu tahun 1830 J.
(sembilan suluk) sedangkan naskah
yang bernomor kodeks PB E 34 ada- Suluk Darmagandhul ini berisi
lah naskah lepas (Darusuprapta, berbagai ajaran yang dituangkan da-
dkk.,1990) lam bentuk dialog antara. Ki Kalam-
wadi dengan Darmagandhul. Cerita
Naskah Suluk Darmagandhul yang diuraikan Ki Kalamwadi berki-
terdiri atas 133 halaman, yang ber- sar pada saat yang dipelopori oleh
ukuran 32,5 cm x 21 cm. Suluk ini jatuhnya kerajaan Majapahit karena
dikarang atau ditulis oleh Ki Kalam- serbuan tentara Demak Bintara dan
wadi berdasarkan keterangan penje- para wali.
lasan gurunya yang bernama Raden
Budi. Saat penulisannya adalah pada Suluk Darmagandhul terdiri
atas XVII pupuh dengan perincian
sebagai berikut.
Pupuh I yang berjudul “Dhandhanggula” berisi 58 bait
Pupuh II 88 bait
Pupuh III yang berjudul “Asmaradana” berisi 52 bait
Pupuh IV 86 bait
Pupuh V yang berjudul “Dhangdhanggula”berisi 43 bait
Pupuh VI 42 bait
Pupuh VII yang berjudul “Pangkur” berisi 63 bait
Pupuh VIII 176 bait
Pupuh IX yang berjudul “Sinom” berisi 33 bait
Pupuh X 58 bait
Pupuh XI yang berjudul “Dhandhanggula” berisi 74 bait
Pupuh XII 33 bait
Pupuh XIII yang berjudul “Sinom” berisi 37 bait
Pupuh XIV 25 bait
Pupuh XV yang berjudul “Pangkur” berisi 21 bait
Pupuh XVI 15 bait
Pupuh XVII yang berjudul “Asmaradana” berisi 41 bait
yang berjudul “Dhandanggula” berisi
yang berjudul “Mijil” berisi
yang berjudul “Kinanthi” berisi
yang berjudul “Megatruh” berisi
yang berjudul “Pocung” berisi
yang berjudul “Asmaradana” berisi
yang berjudul “Girisa” berisi
yang berjudul “Kinanthi” berisi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 103
Ringkasan Isi Patah yang diangkat sebagaiAdipati
Isi Pupuh I “Dhangdhanggula” Demak itupun boleh menyebarkan
agama Islam. Sebelumnya, Raden
Ki Kalamwadi berguru kepada Patah dikawinkan dengan cucu Ki
Raden Budi sampai selesai dan tun- Ageng Ngampelgadhing.
tas. Ki Kalamwadi mempunyai mu-
rid yang bernama Darmagandhul. Pada suatu hari Sunan Benang
Pada suatu ketika Darmagandhul berkelana ke daerah Kediri untuk
menanyakan kepada gurunya, Ki meneliti agama rakyat di daerah itu.
Kalamwadi mengenai kapan mulai Di daerah sekitar kali Brantas Sunan
terjadi perubahan agama di Jawa dan Benang menemui daerah yang rak-
mengapa orang Jawa beralih agama yatnya tidak mempunyai agama
dari agama Buda ke agama Islam. yang mantap, artinya tidak “hitam”
Kemudian, Ki Kalamwadi memben- dan tidak “putih”. Oleh sebab itu,
tangkan ajarannya berdasarkan pe- Sunan Benang menamakan daerah
ngetahuan yang disadapnya dari Ra- itu tanah Gedhah 1). Kemudian, Su-
den Budi yang ringkasnya sebagai nan Benang menyuruh seorang saha-
berikut. batnya meminta air wudu. Akan te-
tapi, terjadilah salah paham pesuruh
Prabu Brawijaya di Majapahit itu dengan seorang gadis di sana. Su-
mempunyai permaisuri berasal dari nan Benang marah dan mengutuk
Cempa. Sang permaisuri senantiasa daerah itu agar mahal air. Lebih dari
membujuk Prabu Brawijaya agar itu, Sunan Benang pun mengutuk
beralih agama dari agama Buda ke agar baik laki-laki maupun perempu-
agama Islam, yang dinilainya agama an di daerah itu menjadi jaka tuwa
paling baik. Bersamaan dengan itu dan perempuan tuwa.
pada suatu hari datanglah Sayid
Rahmat, kemenakan permaisuri, ke Perbuatan Sunan Benang itu sa-
Majapahit. Sayid Rahmad dihadiahi ngat menggusarkan rakyat Gedhah.
oleh Prabu Brawijaya tanah di Tu- Demikian pula para makhluk halus.
ban serta diizinkan menyebarkan aga- Mereka menderita sengsara alas ke-
ma Islam. Mulai saat itu banyaklah hadiran Sunan Benang yang mem-
pengikut Sayid Rahmad. Daerah pe- bawa petaka itu. Dhanyang Nyai
nyebaran agama Islam terutama di se- Plencing mencoba melawan Sunan
panjang pantai utara Jawa, mulai dari Benang, tetapi tak kuasa. Oleh sebab
Blambangan sampai ke Banten. itu, Nyai Plencing melaporkannya
kepada Ki Buta Locaya. Diuraikan-
Pada suatu ketika datanglah Ra- nya pula tentang asal mula kota Da-
den Patah untuk menghadap bagin- ha. Daha sebenarnya nama patih Sri
da. Raden Patah adalah Prabu Bra- Jayabaya. Kemudian, nama Daha di-
wijaya yang lahir di tanah Palem- ambil sebagai nama kerajaan, se-
bang. Raden Patah dijuluki dengan dangkan patih tersebut diberinya na-
“Babah Patah” serta diberi tanah di ma Ki Buta Locaya yang kemudian
Demak. Seperti halnya Sayid Rah-
mat atau Sunan Benang maka Raden
104 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
berdiam di gua Sela Bale di kaki gu- puan karya Prabu Jayabaya juga.
nung Wilis. Lagi-lagi Ki Buta Locaya mencela
perbuatan Sunan Benang yang dini-
Isi Pupuh II “Asmaradana”. lainya sangat keterlaluan. Ki Buta
Nyai Plencing, dhanyang ya- Locaya segera mendesak agar Sunan
Benang pergi dari daerah itu.
itu’makhluk halus penjaga’ Tanjun-
gtani melaporkan malapetaka desa Isi Pupuh III “Dhandhanggula”
Gedhah karena kehadiran Sunan Be- Prabu Brawijaya dihadap Patih
nang. Ki Buta Locaya bersama pa-
sukannya segera bersiap melawan Gajah Mada. Patih Gajah Mada me-
Sunan Benang. Ki Buta Locaya me- laporkan bahwa ia mendapat sepu-
nyamar sebagai Kyai Combre, tetapi cuk surat yang memberitahukan
Sunan Benang mengetahuinya. bahwa tanah Kertasana rusak karena
perbuatan Sunan Benang. Setelah
Mereka bertengkar di tengah ja- mendengar laporan Gajah Mada itu,
lan, saling mengadu ilmu. Sunan Be- marahlah Prabu Brawijaya. Ia me-
nang merasa kalah berdebat mela- rasa dibalas buruk oleh kaum Islam
wan Ki Buta Locaya. Ki Buta Loca- yang telah diberinya kebebasan ber-
ya menuntut agar penderitaan desa diam dan menyebarkan agama Islam
Gedhah segera dihentilm. Sunan Be- di Jawa. Prabu Brawijaya memerin-
nang tidak menyanggupinya karena tahkan agar Gajah Mada mengusir
ia sebagai Sunan tidak boleh menarik kaum Islam di daerah Majapahit, ke-
kutuknya. Sebagai penanda perte- cuali muslimin yang tinggal di Ngam-
muan dan pertengkaran Sunan Be- pelgadhing dan Demak. Dalam pada
nang melawan Ki Buta Locaya, Su- itu Patih Gajah Mada melaporkan
nan Benang menamakan buah sambi bahwa sudah beberapa tahun ini Su-
dengan sebutan cacil. Tempat perte- nan Giri tidak mau menghadap. Ia
muan mereka diberinya nama desa mengira bahwa Sunan Giri mau me-
Singkal, sedangkan di sebelah sela- lepaskan diri dari keterikatannya de-
tan lagi diberinya nama Kuwangu- ngan kerajaan Majapahit. Prabu Bra-
ran. wijaya memerintahkan kepada Patih
Gajah Mada agar menyerbu Giri. Giri
Sunan Benang berjalan menuju berhasil dikalahkan Patih Gajah
Desa Bogem. Di Bogem, di bawah Mada. Sunan Giri menyingkir ke Tu-
pohon trenggulun, Sunan Benang me- ban. Bersama-sama dengan Sunan
rusak arca kuda berkepala dua, hasil Benang Sunan Giri pergi berlindung
karya Prabu Jayabaya. Perusakan itu ke Demak.
pun dicela oleh Ki Buta Locaya. Ki
Buta Locaya dinilai terlalu berani Sesampainya di Demak, Sunan
(bahasa Jawa kumenthus) melawan Benang dan Sunan Giri membakar
Sunan Benang. Oleh sebab itu, Sunan hati Sultan Demak agar Sultan De-
Benang memberi nama kenthos ter- mak melawan Prabu Brawijaya. Me-
hadap buah trenggulun itu. Dalam reka menilai bahwa sudah saatnya
perjalanannya kemudian Sunan Be- kerajaan Majapahit, dijatuhkan dan
nang merusak arca raksasa perem-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 105
Sultan Bintara menggantikan seba- sedang menuju ke Majapahit. Sete-
gai penguasa tanah Jawa. Sultan lah mendengar laporan itu tampak-
Bintara merasa ragu-ragu dan ber- nya Patih Gajah Mada tidak percaya
dosa jika ia sampai melawan orang bahwa hal itu dapat terjadi. Ternyata
tuanya yang telah mengangkatnya Sultan Demak lebih patuh dan tun-
menjadi Adipati di Demak. Akan te- duk kepada guru daripada kepada
tapi, karena kepandaian Sunan Be- raja lagi, ayahnya.
nang dan Sunan Giri membujuk sang
Adipati, kemudian Adipati Bintara Isi Pupuh IV “Pangkur”
mau merebut kekuasaan Majapahit. Prabu Brawijaya dan Patih Ga-
Sebagai langkah pertama atas usul
Sunan Benang, Adipati Terung di- jah Mada Baling memperbincangkan
ajak berbalik melawan Majapahit. keburukan sifat-sifat orang Islam.
Sunan Benang tahu bahwa kekuatan Kaum muslimin tidak memberi ke-
Majapahit ada pada Adipati Terung. baikan, tetapi membahas keburukan
Adipati Terung dapat dibujuk oleh dengan berusaha merusak kerajaan
Adipati Demak. Dalam pada itu para Majapahit. Prabu Brawijaya minta
sunan dan para raja pesisir telah ber- pandangan mengenai sikap Adipati
kumpul di Demak, dengan alasan ke- Terung. Apakah kira-kira Adipati
dok mendirikan masjid Demak. Da- Terung berdiri di pihak Majapahit
lam persidangan para wali, Seh Siti ataukah berdiri di pihak kakaknya,
Jenar tidak menyetujui rencana pe- yakni Sultan Patah. Patih Gajah Ma-
nyerbuan para sunan ke Majapahit. da menerangkan bahwa tentunya
Akhirnya, Seh Siti Jenar dibunuh Adipati Terung berdiri di pihak Ma-
oleh Sunan Giri. japahit sebab Prabu Brawijayalah
yang mengangkatnya menjadi Adi-
Dalam pada itu, sekembalinya pati di Terung. Akan tetapi, Prabu
Patih Gajah Mada ke Majapahit ia Brawijaya berpendapat sebaliknya.
melaporkan tentang hasil penyerbu- Adipati Terung tentu berpihak kepa-
annya ke Giri. Patih Gajah Mada da kakaknya yang sama-sama me-
mengira bahwa Sunan Giri pergi ke meluk agama Islam.
Arab. Prabu Brawijaya segera mem-
buat Surat kepada adipati Demak Sewaktu perbincangan itu ber-
yang isinya, sebagai berikut. Jika langsung, datanglah serbuan tentara
sampai di Demak, Sunan Giri dan Demak. Prabu Brawijaya diiringkan
Sunan Benang ditangkap dan dise- Sabdapalon Nayagenggong melolos-
rahkan ke Majapahit. Akan tetapi, kan diri dari kerajaan. Demikian pula
datanglah utusan Menak Tanjungpu- halnya Raden Gugur, putra raja. Da-
ra di Pati. Ia melaporkan tentang pe- lam pertempuran sengit itu, tentara
nobatanAdipati Demak menjadi Sul- Majapahit hancur. Setelah menemui
tan Demak dan bergelar Adipati Ji- pertempuran yang sangat berat, Pa-
bunningrat. Sultan Demak bersama tih Gajah Mada gugur di medan laga.
para sunan dan para raja pesisir kini Tubuhnya moksa. Kemudian orang-
orang Majapahit yang takluk kepada
106 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Demak diperintahkan masuk agama terkena kutukan ayahnya sehingga
Islam. menjadi raksasa, dan sangat dibenci
rakyatnya karena ia memakan ayah-
Beberapa waktu Setelah pepe- nya. Kemudian datanglah Ajisaka
rangan itu, Sultan Patah diiringkan yang dapat mengusir Dewataceng-
para wali pergi ke Ngampelgadhing kar sampai Dewatacengkar terjun ke
menghadap neneknya. Akan tetapi, samudra dan menjadi buaya. Buaya
KiAgeng Ngampelgadhing telah wa- memakan ikan di laut, sampai akhir-
fat, tinggal nenekda perempuan. nya buaya itu dibunuh oleh Arya Ja-
Nyai Ngampelgadhing sangat sedih ka Nginglung. Peristiwa serupa di-
atas serangan terhadap kerajaan Ma- alami Prabu Danapati, raja di Loka-
japahit yang telah terjadi. Ia pun me- pala. Prabu Danapati melawan ayah-
nyalahkan cucunya Sultan Patah ka- nya Sang Resi Wisrawa karena Sang
rena Sultan Patah sampai hati me- Resi Wisrawa mengawini putri yang
lawan ayahnya. Namarkan untuk Prabu Danapati.
Meskipun jelas Resi Wisrawa ber-
Isi Pupuh V “Sinom” salah, tetapi penyerbuan Prabu Da-
NyaiAgeng Ngampeldenta mem- napati terhadap ayahnya itu tidak di-
benarkan dewa.
persalahkan Sultan Patah beserta pa-
ra wali yang tidak tahu membalas bu- Prabu Brawijaya jelas ayah Sul-
di kepada Prabu Brawijaya. Lebih tan Patah, raja, dan orang yang
jauh NyaiAgeng mengatakan bahwa memberinya kedudukan sebagai adi-
anaknya melanggar larangan Kyai pati di Demak, tetapi justru kerajaan
Ageng Ngampeldenta, yaitu tidak Prabu Brawijaya dirusak dan dire-
boleh menyerang kerajaan Majapa- butnya. Diingatkan pula oleh Ki
hit. NyaiAgeng Ngampeldenta mem- Ageng bahwa putra Prabu Brawijaya
beri contoh kejadian di Mesir yang yang lain, yakniAdipati Bathara Ka-
dialami Nabi Daud. Nabi Daud mem- tong di Panaraga, serta menantu raja
punyai putra bernama Abi Salem Adipati Andayaningrat di Pengging,
yang berusaha merebut tahta ayah- adalah orang-orang yang Sakti tiada
nya. Semula Abi Salem berhasil me- tara. Mereka mahir dalam pertem-
ngusir Nabi Daud, tetapi pada suatu puran. Bagaimana seandainya me-
ketika Nabi Daud berhasil kembali reka membela nama baik ayahnya
ke kerajaan dan mengusir anaknya dan menyerbu dan merebut Majapa-
Abi Salem. Dalam pelariannya, Tu- hit yang telah jatuh itu. Belum lagi
han menghukumAbi Salem. Abi Sa- seandainya para raja seberang me-
lem tergantung di pohon sampai me- ngetahuinya tentu akan timbul pepe-
ninggal dunia. rangan yang hebat, dengan mengi-
ngat hampir semua raja seberang
Nyi Ageng Ngampeldenta men- adalah saudara atau mempunyai kaf-
ceritakan pula tentang perebutan ke- tan persaudaraan dengan Prabu Bra-
kuasaan yang dilakukan Sang Prabu wijaya.
Dewatacengkar atas ayahnya Prabu
Sindhula. Prabu Dewatacengkar
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 107
Setelah mendengar penjelasan dirinya diutus oleh Sultan Demak
neneknya, Sultan patah sangat sedih untuk mencari dan mengajak Prabu
dan menyesal atas terjadinya peris- Brawijaya kembali ke Majapahit.
tiwa itu. Atas usul neneknya, Sunan Semula Prabu Brawijaya tidak mem-
Kalijaga diutusnya untuk mencari percayai kata-kata Sunan Kalijaga.
Prabu Brawijaya dan memohonnya Tetapi, setelah Sunan Kalijaga mem-
untuk kembali menjadi raja di Maja- perlihatkan kesungguhannya, Prabu
pahit. Setelah itu kembali Sultan Pa- Brawijaya dapat mengerti maksud
tah ke Demak. Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pun
dapat meyakinkan raja, bahwa perla-
Isi Pupuh VI “Dhandhanggula” kuan Sultan Demak terhadap raja ti-
Kedatangan Sultan Demak di- dak akan semena-mena. Terlebih lagi
apabila Prabu Brawijaya mau ma-
sambut dengan gembira. Sultan suk agama Islam. Sunan Kalijaga
menceritakan hal ihwal peperang- menjelaskan tentang syarat masuk
annya kepada Sunan Benang. Se- agama Islam dengan membaca sa-
waktu Sultan Demak menyinggung hadat. Sunan Kalijaga menguraikan
sikap nenekdanya, diam-diam Sunan pula arti sahadat itu. Prabu Brawi-
Benang merasakan pula kesalahan- jaya dapat merasakan kebenaran ka-
nya. Akan tetapi, semuanya telah ter- ta-kata Sunan Kalijaga. la sangat ter-
lanjur. Untuk menetapkan tekad Sul- tarik akan keterangan Sunan Kalija-
tan Demak, Sunan Benang memberi- ga, sehingga prasangka buruk akan
kan penjelasan panjang lebar. Perla- agama Islam sedikit banyak hilang.
wanannya kepada ayahnya yang ka- Bahkan, kemudian, Prabu Brawijaya
fir itu tidak berdosa. Biarlah ayah- bermaksud untuk masuk agama
nya itu meninggal dunia, asalkan Islam dengan disaksikan Sunan Kali-
nanti umat Islam berkembang pesat jaga. Agar Prabu Brawijaya masuk
di tanah Jawa ini. Islam secara lahir batin, Prabu Bra-
wijaya masuk Islam secara lahir ba-
Sultan Demak kembali membu- tin, Prabu Brawijaya pun ingin me-
latkan tekad bahwa langkah yang te- mangkas rambutnya menjadi gundul
lah ditempuh haruslah tetap berjalan, seperti halnya Sunan Kalijaga. Pra-
apa pun yang terjadi nanti. Sunan bu Brawijaya meminta agar Sunan
Giri mengatakan pula bahwa dia tak Kalijaga yang memangkas rambut-
akan segan-segan menenung Prabu nya. Akan tetapi, ternyata rambut
Brawijaya, Adipati Bathara Katong, sang raja tak dapat dipangkas. Su-
ataupunAdipatiAndayaningrat. Da- nan Kalijaga menerangkan bahwa itu
lam pada itu, Sunan Kalijaga mela- sebagai pertanda Prabu Brawijaya
cak jejak kepergian Prabu Brawi- belum rela masuk agama Islam. Sete-
jaya. lah Prabu Brawijaya menyatakan ke-
sanggupannya untuk masuk agama
Isi Pupuh VII “Sinom” Islam lahir dan batin, terpangkaslah
Sunan Kalijaga menjumpai Pra-
bu Brawijaya di tanah Blambangan.
Sunan Kalijaga mengatakan bahwa
108 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
rambut Prabu Brawijaya sehingga telah menyimpang dari para penda-
kepalanya menjadi gundul seperti hulunya yang melestarikan agama
halnya Sunan Kalijaga. Buda. Setelah itu, ketika Prabu Bra-
wijaya hendak merangkul Sabda-
Isi Pupuh VIII “Pangkur” palon, maka lenyaplah Sabdapalon.
Prabu Brawijaya berusaha me-
Prabu Brawijaya sangat sedih
ngajak Sabdapalon Nayagenggong ditinggalkan oleh punakawannya
masuk agama Islam, tetapi tidak ber- itu. Sunan Kalijaga berusaha meng-
hasil. Sabdapalon membentangkan hibur hati Brawijaya. Untuk meya-
panjang lebar keutamaan agama bu- kinkan bahwa ajaran agama Islam
di, yakni agama Jawa, yang telah tu- itu baik dan diridai Tuhan, maka Su-
run-temurun. Terjadilah perbantahan nan Kalijaga bersabda bahwa air te-
Prabu Brawijaya dengan Sabdapa- laga itu berbau wangi. Sabda Sunan
lon. Menurut Sabdapalon, agama Kalijaga terjadilah. Kemudian, Pra-
yang ada di Jawa lebih cocok bagi bu Brawijaya memerintahkan agar
orang Jawa. Orang Jawa tidak sela- mengambil bumbung untuk memba-
yaknya memeluk agama yang bukan wa air wangi itu sebagai bekal dalam
berasal dari Jawa. Agama Jawa ti- perjalanannya.
daklah lebih rendah dari agama Arab
(Islam). Prabu Brawijaya tidak kua- Perjalanan Prabu Brawijaya
sa melawan bantahan Sabdapalon. diiringkan oleh Sunan Kalijaga.
Sabdapalon ternyata adalah penjel- Sampai di Sumberwaru mereka ber-
maan makhluk halus penguasa tanah malam semalam. Pada pagi harinya
Jawa yang telah berumur 2300 tahun. air dalam bumbung bambu itu masih
berbau wangi. Kemudian, perjalanan
Dalam pada itu Sunan Kalijaga Prabu Brawijaya bersama Sunan
berusaha membela Prabu Brawijaya, Kalijaga sampai di Panarukan. Di
tetapi Sabdapalon dapat memban- Panarukan Sunan Kalijaga dan Pra-
tahnya pula. Sabdapalon mengurai- bu Brawijaya bermalam pula sema-
kan ajaran keyakinannya. Prabu Bra- lam. Pada pagi harinya air dalam
wijaya menyesali diri karena dia te- bumbung bambu itu pun masih ber-
lah terbujuk oleh Sunan Kalijaga un- bau wangi. Sesampainya di Besuki,
tuk masuk agama Islam. Sabdapalon Prabu Brawijaya dan Sunan Kalija-
memohon Prabu Brawijaya agar te- ga pun bermalam semalam. Pada pa-
tap memeluk agama Islam yang baru gi harinya air itu masih berbau wa-
saja dilakukannya. Meskipun demi- ngi. Kemudian, Prabu Brawijaya
kian, Sabdapalon memberitahukan sampai di Prabalingga. Di Praba-
bahwa kelak penguasa tanah Jawa lingga Prabu Brawijaya bermalam
akan beralih kepada orang yang semalam. Pada pagi harinya ternyata
menjadi asuhan Sabdapalon. Sabda- air dalam bumbung itu tidak wangi
palon atau Semar tidak akan mengi- lagi tetapi berbau banger (busuk).
kuti Prabu Brawijayalagi. Sabdapa- Oleh sebab itu, Prabalingga juga di-
lon menilai bahwa Prabu Brawijaya namakannya Bangerwarih. Prabu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 109
Brawijaya mengatakan bahwa di ko- Dalam pada itu Prabu Brawija-
ta Prabalingga inilah nanti tempat ya meminta kepada Sunan Kalijaga
orang-orang mencari ilmu. Praba- agar Sunan Kalijaga menjaga ketu-
lingga juga sebagai pertanda bahwa runan raja. Kepada Bondhan Keja-
Prabu Brawijaya masuk agama Islam wan pun Prabu Brawijaya meminta
itu karena pengaruh tangga ‘orang agar menjaga baik-baik keturunan-
lain’. Setelah selama seminggu da- nya, karena kelak keturunan Bon-
lam perjalanan, sampailah Prabu dhan Kejawanlah yang menjadi pe-
Brawijaya dan Sunan Kalijaga di nguasa tanah Jawa. Di lain pihak,
Ngampeldenta. Sultan Demak belum juga datang.
Prabu Brawijaya hanya memberi
Isi Pupuh IX ‘Asmaradana” izin memerintah bagi Sultan Demak
Sesampainya di Ngampelga- sampai dua keturunannya, tiga raja
termasuk Sultan Demak sendiri. Ti-
dhing, Prabu Brawijaya memerintah- dak lama kemudian, setelah sakit,
kan seseorang untuk membuat surat Prabu Brawijaya mangkat.
yang ditujukan kepada Sultan Demak
supaya Sultan Demak datang ke Adipati Andayaningrat dan Di-
Ngampalgadhing. Setelah surat dite- pati Panaraga mendengar kabar ten-
rima oleh Sultan Demak, Sultan De- tang jatuhnya kerajaan Majapahit.
mak segera berangkat ke Ngampel- Mereka sangat marah dan bermak-
gadhing. Dalam pada itu, Raden sud menyerbu Demak. Kemudian,
Bondhan Kejawan dari Tarub men- datanglah surat Prabu Brawijaya
dengar kabar tentang jatuhnya kera- yang melarang penyerbuan ke De-
jaan Majapahit karena serbuan ten- mak. Mereka diharapkan oleh Prabu
tara Demak, dan Prabu Brawijaya Brawijaya tetap rukun dengan Sul-
diketahui berada di Ngampelga- tan Demak. Dipati Andayaningrat
dhing. Raden Bondhan Kejawan se- dan Dipati Panaraga marah, tetapi
gera datang ke Ngampelgadhing. tidak dapat berbuat lain. Meskipun
Kedatangan Raden Bondhan disam- demikian, mereka juga tidak mau da-
but gembira oleh raja. Sebelumnya tang ke Demak. Oleh karena tak kua-
Prabu Brawijaya juga memerintah- sa menahan gejolak hatinya, sakitlah
kan Sunan Kalijaga untuk membuat Adipati Andayaningrat dan Dipati
surat kepada Adipati Andayaningrat Panaraga. Mereka akhimya mangkat
dan Dipati Panaraga Bathara Ka- karena tenung Sunan Giri.
tong. Prabu Brawijaya meminta ke-
pada AdipatiAndayaningrat dan Di- Isi Pupuh X “Dhandhanggula”
pati Panaraga agar tidak menuntut Jatuhnya kerajaan Majapahit se-
balas atas jatuhnya kerajaan Maja-
pahit. Dikatakannya pula bahwa ring dilukiskan dengan perlambang.
hendaknya Dipati Andayaningrat Seperti dikatakan dalam, kitab ba-
dan Dipati Panaraga datang ke De- bad bahwa Kerajaan Majapahit ja-
mak dan menjalin hubungan baik de- tuh karena disengat lebah, dikerikiti
ngan Sultan Bintara. tikus, dan juga diteluh setan. Sebe-
narnya hal itu merupakan lambang
110 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dari orang-orang muslim yang me- kena marah Tuhan. Darmagandhul
nyerbu ke Majapahit. Orang muslim tidak mengetahui bagaimana pan-
diibaratkan sekelompok lebah, di dangan Jawa tentang nabi Adam itu.
muka manis, tetapi akhirnya menye- Ki Kalamwadi menjelaskan bahwa
rang kerajaan Majapahit. Tikus juga orang Jawa tidak mempunyai kitab
merupakan lambang orang muslim yang menceritakan tentang pengu-
yang datang ke Majapahit yang siran Nabi Adam dan Ibu Hawa oleh
akhirnya merusak tatanan agama Tuhan itu. Kitab yang menjadi pe-
Buda yang dianut Majapahit dahulu gangan raja hanyalah Manikmaya.
itu. Setan dari Palembang itu dikena- Buku-buku pegangan orang Jawa te-
kan kepada Adipati Terung yang ber- lah dibakar oleh orang-orang Islam.
asal dari Palembang. Adipati Terung Orang-orang Islam mengkhawatir-
mendapat pangkat adipati dari Prabu kan bahwa buku-buku tersebut nan-
Brawijaya, tetapi kemudian ia ber- tinya hanya akan menghambat laju
balik memusuhi Kerajaan Majapa- pertumbuhan agama Islam di Jawa.
hit. Majapahit pada waktu itu tidak Selama buku-buku peninggalan aga-
bersiap sama sekali menghadapi se- ma Buda itu masih ada, orang Jawa
rangan pasukan Demak. tidak akan memeluk agama Islam.
Setelah lenyaplah buku-buku agama
Darmagandhul juga meminta Buda, Sunan Kalijaga melestarikan
penjelasan tentang agama Nasrani. wayang sebagai pengganti bu-
Ki Kalamwadi menjelaskan bahwa kubuku yang telah dibakar itu. Ke-
agama Nasrani itu dibawa oleh Nabi mudian raja juga memerintahkan me-
Ngisa. Nabi Ngisa adalah putra Tu- nyusun kitab Jawa. Penyusunannya
han. Ki Kalamwadi menjelaskan pu- dengan mengumpulkan tulisan-tulis-
la bahwa sebenarnya Sultan Demak an para pujangga. Karena pengeta-
merasa menyesal atas pernyerbuan- huan pujangga itu masing-masing
nya ke Kerajaan Majapahit. Sultan berbeda, buku-buku tersebut tidak-
Demak tidak mempunyai pendirian lah sama isinya, bergantung dari pe-
yang tetap. Penyerangannya ke Ma- ngetahuan para pujangga yang me-
japahit, banyak terpengaruh oleh bu- nyusunnya itu. Oleh sebab itu, buku
jukan para Sunan, bukan karena me- sejarah Jawa tidaklah berdasarkan
lawan ayahnya, yang menjadi raja satu sumber belaka.
Majapahit itu. Padahal ayah yang di-
lawannya itu adalah orang yang me- Diceritakan oleh Ki Kalamwadi
ngangkatnya menjadi adipati di De- bahwa Nabi Adam tidaklah lagi di-
mak. Akan tetapi, segalanya telah junjung tinggi oleh cucunya yakni
terjadi. Sultan Demak dengan berse- Sayid Anwar. Oleh sebab itu, Sayid
dih hati kembali ke Demak. Anwar diperintahkan pergi. Sayid
Anwar, kemudian, bertemu dengan
Isi Pupuh XI “Mijil” raja jin dan raja setan. Sayid Anwar
Darmagandhul menguraikan bernama Nurcahya. Nurcahya ber-
putra Nurrasa.
tentang sebab-sebab NabiAdam dan
Ibu Hawa turun dari surga yang ter-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 111
Darmagandhul juga mengurai- hammad sesuai dengan orang Arab
kan pendapatnya bahwa baginya, (Mekah). Ki Kalamwadi mencela
agama Buda, agama Islam, dan aga- orang yang naik haji ke Mekah yang
ma Nasrani itu baik. Akan tetapi, sa- mengharapkan kelak is masuk surga.
tu hal yang tidak boleh dilupakan Konon ada anggapan bahwa mereka
adalah bahwa orang yang telah man- yang pergi naik haji ke Mekah dan
tap dan memilih salah satu agama mencium Kakbah akan terhapus do-
itu harus konsekuen mengerjakan sanya dan nantinya mereka masuk
peraturan yang ada padanya. Na- surga. Hal itu tidaklah benar. Orang
mun, yang paling baik bagi orang Ja- akan masuk surga apabila dirinya
wa adalah agama Budi sebab agama bersih. Kebersihan diri itu dicapai
Budi telah dianut sejak dahulu kala. oleh mereka yang berhati dan ber-
Agama Budi itu paling tepat bagi jiwa bersih.
orang Jawa.
Isi Pupuh XIII “Megatruh”
Isi Pupuh XII “Kinanti” Darmagandhul menanyakan ke-
Darmagandhul menanyakan ke-
pada Ki Kalamwadi, mengapa Tu-
pada Ki Kalamwadi tentang perbe- han itu mengutus utusannya pada
daan agama Islam, agama Nasrani, bangsa yang berbeda. Demikian pula
agama Cina, agama Jawa. Menurut halnya kitabkitab yang menjadi pe
Ki Kalamwadi agama Islam (Mu- gangan agama Islam, agama Nasra-
hammad) selalu memperhatikan wu- ni, agama orang Jawa, atau agama
jud jenis (kelamin?). Agama Ngisa orang Cina, padahal mereka sama-
adalah agama orang Belanda. Aga- sama keturunan Nabi Adam. Ki Ka-
ma Cina adalah agama yang me- lamwadi menjawab dengan menga-
nyembah berhala, sedangkan agama takan bahwa itulah kebebasan yang
Jawa adalah agama Budi. Kadang- diberikan Tuhan agar manusia (umat-
kadang orang lupa bahwa bukan Nya) memilih agama yang menjadi
agama yang dipuji-puji, tetapi Tu- kesenangannya. Meskipun demikian,
han. Sebenarnya agama hanyalah sa- agama Buda (Budi)bagi orangJawa
rana dalam pendekatan kepada Tu- tetap lebih tinggi dan lebih sesuai da-
han. Menurut Ki Kalamwadi agama ripada agama yang Unnya.
Budi adalah agama makrifat, se-
dangkan agama Islam adalah agama Isi Pupuh XIV “Pocung”
tarekat Sebagai penanda, Agama Kalamwadi membentangkan
Islam menyebut “La ilaha ilallah”,
Agama Jawa menyebut “bathara”, ajarannya kepada istrinya yang ber-
Agama Belanda (Ngisa/Nasrani) me- nama Perjiwati. Ajaran keutamaan
nyebut “khullah”, dan Agama Cina perkawinan yang diuraikan Kalam-
menyebut “Ji Kong Te Pikhong”. wadi, antara lain, adalah sebagai be-
rikut. Seorang lelaki harus senantia-
Bagi orang Jawa, kita lebih baik sa memberikan ajaran kepada istri-
jika menganut agama Buda daripada nya. Meskipun sang istri sudah ber-
agama Muhammad. Agama Mu- budi baik, budi baik itu senantiasa
112 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
harus lebih diperbaiki lagi. Seperti dapatkan suami yang enak, mudah
halnya rumah yang sudah bagus, se- diatur. Jari telunjuk melambangkan
tiap, kali rumah itu perlu dibersihkan bahwa istri wajib menurut petunjuk
agar tampak lebih indah. Demikian- suami (tentu saja yang baik). Jari pe-
lah hendaknya yang dilakukan lelaki nunggul (jari tengah) melambangkan
terhadap istrinya. bahwa hasil kerja lelaki haruslah di-
unggulkan (tidak direndahkan). Jari
Dijelaskan lebih lanjut oleh Ka- manis melambangkan bahwa istri
lamwadi bahwa istri itu diibaratkan harus bersikap manis (wajahnya) ter-
sebagai sebuah kapal dan lelaki se- hadap suami. Jari kelingking (jenthik)
bagai orang yang mengemudikan- melambangkan bahwa sang istri hen-
nya. Antara kapal dan kemudi harus daknya merasa dirinya itu hanya se-
ada Baling kebersamaan agar perahu kelingking pengetahuannya dari pe-
tersebut tidak oleng atau goyah. Di- ngetahuan suaminya.
katakan pula bahwa wanita itu ada-
lah wadah bagi lelaki. Dengan demi- Ada beberapa hal yang pantas
kian, istri tidak ubahnya sebagai wa- dilakukan seorang istri dalam mem-
rangka ‘sarungan’, sedangkan lelaki bina rumah tangganya. Beberapa hal
sebagai kerisnya (warangka man- itu adalah sebagai berikut. Istri harus
jing curiga). Rumah atau rumah melakukan tugas di dapur dengan
tangga itu akan bahagia dan berta- baik (pawon). Demikian pula halnya
han lama jika lelaki dapat memenuhi tempat tidur. Tempat tidur itu hen-
isi rumah tersebut. Isi rumah itu an- daknya selalu baik dan rapi. Selan-
tara lain dakar, pari ‘pangan’, picis jutnya, istri selalu menjaga agar ti-
‘uang’. Jika hal itu tidak dipenuhi oleh dak sampai terjadi pertengkaran. De-
lelaki atau suami, ada kalanya sang mikianlah keutamaan seorang istri.
istri menyeleweng dengan lelaki lain.
Isi Pupuh XV’Asimradana”
Kalamwadi menguraikan pula Diuraikan oleh Ki Kalamwadi
bahwa anggota tubuh manusia itu
penuh lambang dalam perkawinan. bahwa bekal perkawinan itu bukan-
Ugel-ugel mengandung arti perten- nya rupa dan harta, tetapi hati. Hati
tangan yang terjadi setiap hari, tetapi hendaklah dengan sepenuhnya meng-
dipandang sebagai bungs cinta yang hayati perkawinan itu. Jika hati se-
tak mernisahkan. Wanita itu dipan- orang istri tidak sungguh-sungguh,
dang sebagai warangka sedangkan niscaya mudah timbul penyeleweng-
lelaki sebagai keris. Epekepek ‘te- an (cidra) ‘dusta’. Hal itulah yang
lapak tangan’ itu mengandung arti membuat istri berdosa, baik kepada
bahwa istri akan ikut nama suami. suami maupun kepada Tuhan, baik
Jari tangan itu mengandung arti hen- dosa secara lahir maupun dosa seca-
daknya wanita menjaga diri, mem- ra batin. Oleh sebab itu, perkawinan
bentengi dirinya dari gangguan yang laki-laki dan perempuan itu diibarat-
menggodanya. Jempol ‘ibu jari’ me- kan sebagai galah dan kemudi. Ga-
lambangkan bahwa sang istri men- lah diibaratkan sebagai lelaki se-
dangkan kemudi diibaratkan sebagai
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 113
perempuan. Kemudi dan galah harus hon, demkianlah pengetahuan orang
senantiasa sejalan. Kemudi baik, te- kuna itu atas perkembangan penge-
tapi galah tidak baik niscaya perahu tahuan orang sekarang. Jika orang
tidak akan mudah sampai ke tujuan. merasa dirinya pandai, sebenarnya
Demikian pula sebaliknya meskipun orang itu tidak berguna. Ia tidak me-
galahnya baik, kemudi tidak baik, pe- rasa bahwa kepandaian itu adalah
rahu juga tidak sampai pada tujuan. anugerah Tuhan. Bagaimana jika ke-
mudian dia mati. Jika ingin tahu orang
Dikatakan pula bahwa ada em- yang pandai, dia bisa memperhatikan
pat kemuliaan yang hendaknya ada wanita hina atau sederhana yang se-
pada manusia. Keempat kemuliaan lalu menumbuk padi. Wanita tersebut
itu adalah kemuliaan yang lahir dari dengan alas yang sederhana, yakini
diri sendiri, kemuliaan yang lahir da- tampah (nyiru) dapat membeda-be-
ri harta benda yang ia punyai, kemu- dakan mana beras dan mana gabah
liaan yang lahir dari kepandaiannya, (butir padi yang belum terkelupas).
dan kemuliaan yang lahir dari penge- Demikianlah hendaknya, seseorang
tahuannya. Kemudian, diuraikan pu- itu tidak boleh bersikap merasa diri-
la tentang kemurahan Tuhan dengan nya pandai dan melupakan asal mula
menunjukkan sebuah pohon. Daun kepandaiannya itu.
pohon itu setiap waktu jatuh ke ta-
nah. Akan tetapi, setup kali daun ja- Isi Pupuh XVII “Kinanthi”
tuh, setiap kali pula muncul daun Darmagandhul bertanya kepada
yang lebih banyak di pucuk dahan.
Ki Kalamwadi tentang bekas kera-
Isi Pupuh XVI “Girisa” jaan Prabu Brawijaya. Menurut Ki
Ki Darmagandhul bertanya ke- Kalamwadi, kerajaan Prabu Brawi-
jaya tidak terletak di Kediri, tetapi
pada Ki Kalamwadi, manakah yang justru terletak di Daha. Bekas kera-
lebih pandai antara orang kuna dan jaan Prabu Jayabaya telah tertimbun
orang sekarang. Ki Kalamwadi men- tanah, pasir lahar yang dimuntahkan
jawab bahwa memperbandingkan oleh Gunung Kelud. Peninggalan
orang kuna dengan orang sekarang Prabu Jayabaya yang masih mem-
adalah pekerjaan yang tidak bergu- bekas adalah candi Pradhungwangi
na. Orang kuna tidak boleh diremeh- (?), arca Buta Nyai, dan arca kuda
kan. Kadang-kadang orang sekarang berkepala dua.
hanya pandai mencela saja. Seharus-
nya orang sekarang melengkapi hal- Arca Buta Nyai merupakan arca
hal yang belum ada pada orang kuna, raseksi yang sangat besar. Patung
bukan bersikap mencela dan menca- tersebut carat, yaitu patah lengannya
ri-cari kekurangannya. Kepandaian oleh tangan Sunan Bonang sewaktu
orang kuna tidak boleh diremehkan. Sunan Bonang berkelana berkeliling
Hal itu terbukti dengan adanya para kota Kediri. Diuraikan pula tentang
nabi. Para nabi lahir pada zaman ku- kisah terjadinya patung Buta Nyai.
na bukan pada zaman sekarang. Iba- Konon ceritanya pada waktu dulu
rat akar yang menjadi penguat po- datanglah Buta Nyai dari Locaya
114 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
yang bermaksud minta diperistri oleh Harian ini diterbitkan dalam dua
Prabu Jayabaya. Akan tetapi, oleh bahasa, yaitu Jawa dan Melayu, dan
prajurit Kediri Buta Nyai diserang berhasil terbit setiap hari, dengan
sehingga luka parah. Prabu Jayaba- pembagian waktu: tiga hari berba-
ya berkata kepada Buta Nyai bahwa hasa Melayu dan tiga hari berbahasa
Buta Nyai bukan jodoh Prabu Jaya- Jawa. Hari Senin, Rabu, dan Jumat
baya. Adapun jodoh Prabu adalah untuk bahasa Melayu, dan Selasa,
seseorang dari Prarnbanan. Oleh se- Kamis, Sabtu untuk bahasa Jawa.
bab itu, Buta Nyai disarankan me- Edisi bahasa Jawanya dipegang oleh
ngubah wajahnya dan bernama Rara Soeradi Sastrokarjono, yang selan-
Jonggrang. Kemudian, Prabu Jaya- jutnya sering dipanggil dengan Den
baya alas permintaan abdinya mene- Juru. Adapun redaktur edisi bahasa
rangkan tentang asal mula perbuatan Melayu dipegang oleh Soedardjo
patung kuda berkepala dua itu. Pa- Tj.S., hanya sampai tahun 1928 ka-
tung kuda itu melambangkan sifat rena dia harus pindah ke Jakarta atas
wanita yang mendua hatinya. perintah Hoofdbertuur (Pengurus
Besar) Budi Utomo, untuk meme-
Pada akhir hidupnya, Prabu Ja- gang redaksi majalah petani berna-
yabaya muksa yang diiringkan oleh ma Adil Polomarto.
Patih Tunggulwulung dan Nimas
Ratu Pagedhongan, putrinya. Kemu- Sewaktu Budi Utomo dan Partai
dian, Tunggulwulung diperintahkan Bangsa Indonesia mengadakan fung-
menjaga gunung Kelud, sedangkan si menjadi Parindra (Partai Indonesia
Nimas Ratu Pagedhongan menjadi Raya), pada tahun 1939 N.V.
raja jin penguasa Laut Selatan de- Javaansche Drukerij & Boekhandel
ngan gelar Ratu AnginAngin. Nama Boedi Oetomo (selanjutnya Budi Uto-
Kedhiri sendiri adalah sifat tinggi mo) dibubarkan, dan didirikanlah
hati yang dimiliki Kilisuci yang sela- N.V. baru bernama SEDIA. Harian
manya tidak kawin. Darmo Kondo edisi bahasa Melayu
kemudian berganti nama dengan Pe-
darmo kondo warta Oemoem (selanjutrnya Pe-
warta Umum). Adapun edisi bahasa
Harian Darmo Kondo muncul Jawa diganti namanya menjadi
pertama kali hari Senin Kliwon, ta- Poestaka Warti (selanjutnya Pus-
hun 1904. Surat kabar ini diterbitkan taka Warti). Yang mengemudikan
oleh Nieuwe Drukkerij Tjo Tjoe harian, dan yang memegang harian
Kwan di Warungpelam, Solo, dengan Pewarta Umum itu ialah Soehari
redakturnya ahíla Toa Tjoe Kwan, di- Koesoemodirdjo, dibantu oleh Sa-
bantu The Tjin Tjai dan Liem Giok dojo Dibjowirojo. Adapun yang me-
Tjee. Adapun redaktur pelaksana megang Pustaka Warti adalah Soe-
diserahkan kepada Tjhie Sian Ling radi Sastrokarjono dan Saronto Koe-
dan seorang pribumi, Hardjosoemi- soemodirdjo. Dalam tahun 1940 Soe-
tro, dan pemimpin redaksinya Hirlan darjo ikut mengemudikan Pewarta
Soetadi Reksotanoe.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 115
Umum, tetapi tidak lama, karena se- Kata-kata murda, mustaka, ulu,
lanjutnya hingga ditutup (1942), Pe- utamangga, kepala, raksi, dan
warta Umum dan Pustaka Warti di- sirah semuanya bermakna ‘ke-
asuh oleh R.M. Soehari Koesoemo- pala’.
dirdjo, Den Djuru, R.M. Darmosoe-
gondo dan Samsoe Hardjohoedojo. Dasanama itu sering diperguna-
kan dalam tembang untuk memudah-
Harian ini adalah yang terlama kan cara menghafal sejumlah kata
hidup mampu bertahan hingga tahun yang masuk dalam satu dasanama.
1942, lebih lama daripada pendahu- Contoh kata-kata yang bermakna
lunya, yaitu Djawi Kondo (atau Jawi ‘raja’ dalam tembang Kinanthi:
Kondo) dan Djawi Hisworo (Jawi
Hisworo), yang hanya samapi tahun Ratu aji katong dhatu
1919. nata narendra narpati
sri pamasa nareswara
dasanama bumipala bumipati
narpa raja naradipa
Istilah dasanama dibentuk dari buminata sribupati.
kata dasa ‘sepuluh’ dan nama ‘na-
ma’. Istilah tersebut bermakna sepu- dayasastra
luh nama milik satu orang. Misal-
nya, dalam dunia pewayangan, dike- Istilah daya sastra bersinonim
nal satria Janaka. Janaka memiliki dengan dayaning sastra, atau daya-
dasanama Arjuna, Dananjaya, Par- ning aksara, yang berarti bahwa hu-
ta, Permadi, Bambang Kendhiwrat- ruf, khususnya huruf—atau aksara
nala, Margana, Endraputra, Kom- Jawa—itu memiliki daya atau ke-
bangAli-Ali, Endraputra, dan Prabu kuatan, yaitu memiliki daya dengung
Karithi. Namun, dalam dunia kesas- (Jawa: mbrengengeng) ketika huruf
traan Jawa istilah dasanama itu pertama dari silabel pertama sebuah
mempunyai makna yang lebih luas kata dibaca tidak luluh dengan awal-
lagi. Istilah tersebut tidak hanya me- an vokal (Jawa: hanuswara). Misal-
nyangkut beberapa nama milik sese- nya, silabel pertama yang diawali de-
orang saja, tetapi bermakna sejumlah ngan huruf b, j, g, dan d tidak luluh
kata yang berbeda bentuknya tetapi dengan awalan vokal (an/n-, am/m,
memiliki makna yang sama atau ham- ang/ng-), maka cara mengucapkan-
pir sama berpadanan dengan istilah nya tidak luluh, tetapi dibantu dengan
sinonim. Contoh: swara dengung (nasal). Swara de-
ngung itulah yang dimaksudkan di
Kata-kata kondhang, kalok, ka- sini dengan “mbrengengeng” itu.
wentar, kasusra, kaloka, kasub,
kongas, komuk, kombul, kao- Contohnya, dalam kata berawal-
nang-onang, kajuwara, dan an am/m- + kata bedhah mbedhah,
kajanapriya semuanya bermak- bukan bedhah; awalan an/n- + kata
na ‘terkenal’. dhodhok ndhodhok, bukan dho-
dhok; awalan an/n + gendhong
nggedhong, bukan gendhong.
116 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dewaruci kakawin malam, rijal berbunyi di barat
daya,
Kitab Dewaruci dianggap kitab kesukaran di jalan seolah-olah
yang tertua. Kitab Dewaruci meng- alamat akan ajalnya Sang Bima,
gunakan bahasa Jawa Tengahan. rawa dusun-dusun terlampaui
Akan tetapi, penulisannya masih de- oleh sang tanpa takut, jalannya
ngan cara kuna, yaitu masih meng- menurutkan lorong, mengikuti
gunakan tembang gede walaupun me- punggung gunung.’
langgar aturan penulisan. Contohnya,
pupuh yang pertama menggunakan Pupuh yang keempat jalannya
tembang çloka tanpa irama, jalannya empat, delapan empat kali, sebagai
delapan-delapan empat kali seperti di berikut.
bawah ini.
Bagya ta kita Bima mapa
Sore kala tiba ng lalu, sahira gatinta,
saking nagara, manuk dokan lumawat ing ulur mardika
lawan dares, manamber lwir kasyasih,
ananggehi, titis sunya tengah nusa sunya tanpa manggih pala
wengi, mustika munya geneya, boga, sumurupa ing mintareng
sawang awaraheng patinika rajya.
durgamaning awan, rawa desa
kalintangan, denira sang anir- Artinya dalam bahasa Indonesia
baya, anut ujungikang wukir, sebagai berikut.
lumampah maliwat awan.
‘Selamat datang kau Bima, apa
Terjemahan dalam bahasa Jawa maksudmu kau menjenguk aku,
baru sebagai berikut. orang hina terlunta-lunta di pulau
sunyi, tidak ada buah-buahan dan
Wanci sore surup surya, tindake makanan.
saka nagara, manuk beluk karo Adakah kau berkehendak diam
dares, nyamber kaya anyandheti, dalam kesunyian maka kau pergi
sidhem sepi tengah wengi, rijal dari negeri?’
muni kidul kulon,
pakewuhing marga kaya warah Tembang di atas belum diketahui
sedane sang Bima, rawa desa namanya, tetapi sangat banyak meng-
kaliwatan denira sang tapa gunakan nyanyian bedaya (sindhen-
wedi, lampahe turut ing marga, an bedhaya) di keraton Sri Susuhu-
anut gigiring parwata. nan Surakarta. Contohnya sebagai
berikut.
Terjemahan dalam bahasa Indo-
nesia sebagai berikut. Bale atma tunjung alit Sinaroja
lamun kangen tumutur pundi
‘Ketika petang rentang matahari, parannya.
bertolak dari kota, burung hantu
serta dares, menyambar laksana Menurut Poerbatjaraka dan Tar-
menengah sunyi sepi tengah djan hadidjaja (1957:76), yang meng-
gubah kitab Dewaruci itu pengarang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 117
yang tidak tahu. Bahasanya tergolong mawur ing tyas maha prabu
bahasa Jawa yang agak muda. Tum- Duryudana.
buh kembangnya di masyarakat ha-
nya sedikit-sedikit. Syair-syairnya Terjemahan dalam bahasa Indo-
pun kurang baik. nesianya sebagai berikut.
Kyai Yasadipura menerjemah- ‘Aduhai Sri Paduka yang berkua-
kan kitab Dewaruci ke dalam bahasa sa di seluruh kerajaan pada tahun
Jawa modern. Mula-mula hanya pen- pawakaro-wiku-raja (api-dua-
dek saja karena bagian-bagian yang pendeta-raja= 1723 A.J.).
menerangkan kefilsafatan dihilang- akan Sang Bima pada waktu
kan. Terjemahan itu terdapat di dalam berguru kepada Sang Druna,
kitab Pasindhen Bedhaya di keraton meminta kesempurnaan hidup,
Surakarta. Kutipannya sebagai beri- (maka) Duryudana dimintalah
kut. oleh sekalian adiknya,
serentak sembah sekalian Korawa
Ela-ela pamengkuning reh seratus,
sapraja risangkala pawaka –ro- hendaklah minta tolong Sang
wiku-raja= Dwijawara.
1723 A.J.
ri Sang Bima kalanira puruhita lalu naik
mring Sang Druna minta Sekalian para ketua lengkap
sampurneng dumadya. duduk di hadapan,
Duryudana ginubel mring pra Druna, Prabu Mandraka (dan)
arinya, Adipati Wangga,
rempeg ‘ture kehing sata Korawa Danyang Drona menyanggupi
amintaa pitulung Sang Dwija- Kurawanata,
wara. (akan) menghabisi Sang Aria
lajeng minggah Bima,
pinituwa sadaya pepek ing ngar- jangan dengan berperang, (me-
sa, lainkan) binasa karena tipu daya.
Druna Prabu Mandraka ‘dipatyeng Tiada lama antaranya datanglah
Wangga, Aria Sena,
Danyang Druna saguh mring Sang Raden datang berlutut me-
Sang Kurunata, nyembahkepada SangGuru (yang
anirnakna marang sira Arya termasyhur)
Bima, berlutut-menyembah-gending
aja lawan aprang sirna saking Gambir Sawit, berbunyi, nanar
cidra, hati maha Prabu Duryudana.’
tan antara praptanira Arya Sena
dyan jumujug mendheg nembah Petikan tersebut di atas berangka
mring sang dibya. tahun sengkalan: pawaka ro-wiku-
raja= 1723 tahun Jawa. Tahun itu
mendheg nembah mungel gen- berselisih dua tahun dengan waktu
dhing Gambir sawit,
118 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
Kiai Yasadipura membuat kitab waruci yang bertembang macapat.
“Panitisastra” kawi miring. Kitab yang bertembang macapat
muncul lebih dahulu daripada kitab
Kitab “Dewaruci” terdapat ba- yang ber-sekar ageng atau ber-tem-
gian yang menggunakan sekar bang gedhe.
ageng atau tembang gedhe, bunyi-
nya sebagai berikut. Kitab Dewaruci sekar ageng
atau tembang gedhe berpengantar
Nihan karananiran doning ulun sebagai berikut.
rumancaneng
sotanirang kata diwya, ri lagu Nihan doning ulun seka-ri
mageng, agnyaning
mamrih mardawa pragnya sang narpatmajeng Jawi, ri ka-
rikang manah nang
lalu saniskara, juwet silarjeng mandhireng prajeng Surakarta
tuwuh anane ri kahanan jati, mangun
sujana nindhita, paramarteng reh Bima suci, mamrih marda-
rat, weng tyas.
witaning tumuwuh, winahya
tekang sasmita winardya. Terjemahan ke dalam bahasa In-
donesia sebagai berikut.
Terjemahan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai berikut. ‘Adapun akan perintah sang pu-
tra raja
‘Adapun sebabnya maka hamba Jawa, yang bertahta di negeri
merencanakan arti daripada ce- Surakarta,
rita yang tinggi akan menggubah cerita Bima
mutunya dalam lagu ageng Suci, hamba
(besar) (yaitu) nyanyikan ini agar rasa senang
akan mencari laras kesenangan dalam hati ….’
hati,
Hilang segala kesedihan, selalu Dari kutipan tersebut di atas, ka-
teratur ta-kata sang narpatmajeng Jawi
dan sejahtera hidupnya, serta ‘sang putra raja Jawa’, disebut juga
adanya keadaan yang sesungguh- di dalam kitab Panitisastra. Jadi, ki-
nya, manusia agung, pelindung tab Dewaruci yang disebut belakang-
dunia, pangkal segala hidup, an adalah karya Kiai Yasadipura II
yang telah mendapat ilham, atas perintah Kangjeng Gusti Paku
terbabarnya alamat gaib.’ Buwana V.
Bagian akhir kitab ini terdapat Kitab Dewaruci yang bertem-
sengkalan: maletiking-dahana-go- bang macapat sering dicetak dengan
raning-rat: 1730 tahun Jawa. huruf Jawa. Yang pertama kali dice-
takkan di percetakan Van Dorp pada
Menurut penelitian, kitab Dewa- tahun 1870, 1873, dan 1880. Yang
ruci sekar ageng atau tembang ge- menerbitkan kitab itu adalah Mas
dhe adalah kebalikan dari kitab De- Ngabei Kramapawira, tidak disebut-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 119
kan bahwa kitab itu karya Kiai Ya- baran pertemuan manusia dengan ja-
sadipura, seolah-olah dianggap ka- ti dirinya. Oleh karena itu, lahirlah
rangannya sendiri. karya sastra atau lakon wayang de-
ngan judul Dewaruci. Kitab Dewa-
Pada tahun 1922 kitab Dewaru- ruci bermacam-macam bentuknya,
ci itu dicetak lagi oleh Mas Ngabei ada yang berbentuk tembang maca-
Mangunwijaya, dengan ditambah pat, ada yang berbentuk metrum se-
keterangan di dalam kata pengantar- kar ageng atau tembang gedhe, dan
nya. Di situ diterangkan bahwa kitab ada juga yang berbentuk prosa.
Dewaruci menggunakan kata-kata Serat Dewaruci karya Ki Yasadi-
Kawi dan menggunakan aturan se- pura I ceritanya lebih panjang dari-
kar ageng atau tembang gedhe. Ki- pada Dewaruci Jawa Tengahan. Ce-
tab itu karya Empu Widayaka di ne- ritanya diawali dengan Sang Bima
geri Mamenang, yaitu Kediri. Empu minta diri kepada Pendeta Durna un-
Widayaka itu adalah Prabu Ajisa- tuk mencari tirta amerta. Ki Yasa-
ka…. Keterangan tersebut merupa- dipura II juga menggubah Dewaruci
kan omong kosong belaka. dalam bentuk tembang gedhe de-
ngan judul Bima Suci. Kitab Dewa-
Kitab Dewaruci karya Kiai Ya- ruci yang berbentuk prosa ditulis
sadipura itu pada mulanya mence- oleh Dr. Priyohutomo berjudul Bima
ritakan tentang Raden Wrekodara Suci, merupakan karya saduran versi
pamitan kepada Danghyang Drona lain. Karya sastra ini dimuat dalam
untuk mencari air hidup atau toya- buku Javaansche Leesboek yang
marta. Kitab Dewaruci yang tua terbit tahun 1937.
menceritakan tentang raden Wreko-
dara berangkat ke samudra. Di- Kakawin Dewaruci mencerita-
mungkinkan terdapat cerita yang kan tentang Sang Bima berangkat ke
hilang. laut. Gambaran keindahan laut me-
rupakan cerita sisipan baru. Sang
Bagi orang yang tahu, kitab-ki- Bima terjun ke dalam laut, naga yang
tab Jawa Kawi itu, menyatakan bernama Nabu-nawa keluar. Mereka
manfaatnya sedikit. Untuk orang bertempur melawan Sang Bima,
yang tidak tahu bahasa Kawi, me- naga mati. Gambaran tentang kein-
nyatakan besar nilainya. dahan pulau, tempat kediaman Sang
Dewaruci merupakan cerita sisipan
Nawaruci digubah oleh Empu baru. Sang Bima bertemu Sang De-
Siwamurti berbentuk prosa, berba- waruci. Mereka berbantah sebentar.
hasa Jawa Pertengahan pada zaman Raden Wrekodara diperintahkan ma-
Majapahit akhir, tahun 1500—1619. suk ke dalam tubuh Sang Dewaruci.
Kitab itu menceritakan tentang tokoh Sang Bima melihat bermacam-ma-
Sang Bima yang mencari air kehi- cam pemandangan, lalu ia diwejang.
dupan atas petunjuk pendeta Durna, Sampai sekian ceritanya putus.
gurunya. Akhirnya Sang Bima ber-
hasil bertemu dengan Sang Dewa-
ruci. Hal itu merupakan penggam-
120 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
dhalang ‘Tuhan’. Dalam konteks ini, dhalang
diibaratkan sebagai penjelmaan atau
Istilah dhalang tersimpul dari pengejawantahan Sang Pramana,
kata weda dan wulang atau mulang. atau utusan dari Hyang Maha Agung.
Weda ialah kitab suci orang beraga- Di dalam tataseni pewayangan, dha-
ma Hindu yang ditulis dalam bahasa lang berkuasa penuh atas wayang-
Sanskreta. Di dalam Weda termuat wayangnya. Dialah yang berkuasa
peraturan tentang hidup dan kehi- membunuh, menghidupkan, dan me-
dupan manusia di tengah masyarakat namatkan suatu cerita. Oleh karena
ketika berinteraksi dengan sesama itu, dhalang dinyatakan sebagai lam-
manusia menuju kesempurnaan (se- bang Raja Sejati. Ia menguasai ge-
telah meninggal dunia). Wulang ber- rak-gerik kehidupan (wayang). Dha-
arti ajaran atau petuah. Mulang ber- lang menerima bisikan Sang Hyang
arti memberi pelajaran. Berdasarkan Suksma untuk meniupkan nafas ke-
hal itu, dhalang dapat digambarkan hidupan kepada wayang-wayang-
sebagai seseorang yang mempunyai nya.
tugas suci untuk memberi pelajaran,
wejangan, uraian atau tafsiran ten- Ilmu pedhalangan meliputi ba-
tang isi kitab suci Weda beserta mak- nyak hal yang berkaitan dengan kehi-
nanya kepada khalayak ramai. Me- dupan manusia sehari-hari beserta
nurut sejarahnya, pada zaman dahu- perkembangan masyarakat. Oleh ka-
lu, dhalang tidak mengharapkan rena itu, segala seginya sukar dikua-
upah dalam bentuk apa pun atas kar- sai oleh seorang diri. Dengan demi-
yanya itu. Hal itu diungkapkan da- kian, muncullah beberapa ragam je-
lam peribahasa sepi ing pamrih, ra- nis dhalang, yaitu dhalang (se-)jati,
me ing gawe ‘tiada mengharap im- dhalang purba, dhalang wasesa,
balan, sungguh-sungguh bekerja’. dhalang guna, dan dhalang wikal-
Segala pikiran dan tenaga dhalang pa.
hanya dipusatkan kepada tugasnya
tersebut, yaitu menanamkan benih Pada umumnya menjadi dhalang
kesempurnaan dan keluhuran budi merupakan suatu bawaan, bersifat
pekerti pada orang-orang yang me- turun-temurun, dari kakek ke bapak,
ngikuti jejaknya melalui pertunjukan dari bapak ke anaknya. Pendidikan
cerita wayang kulitnya. Seorang untuk menjadi dhalang supaya dapat
dhalang mempunyai kedudukan se- mencapai “tingkat dhalang” dilaku-
derajat dengan guru yang luhur dan kan secara sambil lalu. Dalam arti
luas pengetahuannya. Kini, pekerja- kata, sang anak turut serta pada tiap
an mendalang merupakan suatu ma- pertunjukan wayang kulit yang dise-
ta pencaharian, bukan semata-mata lenggarakan oleh ayahnya atau oleh
suatu bentuk pengabdian seperti za- dhalang lainnya.
man dahulu.
Pada zaman modern telah didi-
Ada juga yang menyebutkan rikan pula suatu “Sekolah pedha-
bahwa dhalang adalah utusan Gusti langan”, lengkap dengan berbagai
mata-pelajarannya, misal Pamulang-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 121
an Dhalang Habiranda Keraton Nga- Sanga (Miring); Dhandhanggula
yogyakarta Hadinigrat. Para siswa, Tlutur, Pelog Pathet Barang; Dhan-
setelah lulus dari ujiannya, mendapat dhanggula Banjet, Pelog Pathet Ba-
ijazah. Dengan ijazah itu mereka rang; Dhandhanggula Baranglaya,
berhak menamakan dirinya “dha- Pelog Pathet barang; Dhandhang-
lang”, dan juga melangsungkan per- gula Penganten Anyar, Pelog Pathet
tunjukan wayang kulit atas dasar Nem; Dhandhanggula Kanyut, Pe-
menerima upah. Pada umumnya ja- log Pathet Nem; Dhandhanggula Tu-
batan dhalang itu dipegang oleh se- rulare, Pelog Pathet Nem, dan seba-
orang laki-laki. Tetapi, dewasa ini gainya.
kita mempunyai pula dhalang wanita. Contoh:
dhandhanggula DHANDHANGGULA
Dhandhanggula adalah salah sa- Kawuwusa ri Sang Ngusman
tu jenis tembang macapat dari lima Najit,
belas tembang macapat lainnya. dupi myarsa ing pambukanira,
Dhandhanggula disusun berdasar- kang rayi dahat sukane,
kan aturan yang sudah ditentukan, yayi wus nyata jumbuh,
yaitu guru gatra, guru lagu, dan gu- wiji gaib mantuk mring gaib,
ru wilangan (10-i, 10-a, 8-é, 7-u, 9- suwawi sira kakang,
i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a ). Dhan- Takrul Salam iku,
dhanggula ditulis/dipergunakan andika buka kekeran,
sesuai dengan perwatakannya, yaitu pundi ingkang leres puniku
luwes, menyenangkan, menggembi- pinilih,
rakan. Oleh karena itu, dhandang- murih aywa sulaya.
gula lebih tepat dipakai untuk berce-
rita tentang berbagai hal atau berba- (Serat Salokajiwa, bait 29, karya ,
gai suasana. Tembang macapat dhan- R. Ng. Ranggawarsita)
dhanggula, sering dipadukan dengan
seni sekar gendhing, misalnya dalam dhanu priyo prabowo (1961— )
sindhenan, gerongan, dan rambang-
an. Nada yang dipergunakan dalam Dhanu Priyo Prabowo lahir di
seni tembang (macapat) Jawa ialah Kulonprogo, Yogyakarta, 15 Januari
nada yang dimiliki oleh gamelan Ja- 1961. Lulus Fakultas Sastra UNS
wa, yaitu laras slendro dan laras pe- Surakarta (1985) Jurusan Sastra
log lengkap dengan pathet-nya. Mi- Daerah, lulus S-2 Fakultas Pascasar-
salnya, Dhandhanggula Pasowanan, jana UGM Yogyakarta (2000) Jurus-
Slendro Pathet Sanga; Dhandhang- an Ilmu-Ilmu Humaniora. Sekarang
gula Padhasih, Slendro Pathet Sa- bekerja di Balai Bahasa Yogyakata.
nga; Dhandhanggula Rencasih, Di samping sebagai peneliti sastra,
Slendro Pathet Manyura; Dhan- ia juga menulis esai dan kritik sastra
dhanggula Tlutur, Slendro Pathet Jawa baik dalam bahasa Indonesia di
harian Suara Pembaruan, Kedaulat-
an Rakyat Minggu, dan Bernas, mau-
122 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
pun dalam bahasa Jawa di majalah antara lain, (1) Pertobatan Seorang
Mekar Sari, Djaka Lodang, Praba, Pemalas (Pusat Bahasa, 1995); (2)
Pagagan, Jawa Anyar, dan sebagai- Bandungbandawa (CV Kerja, Yog-
nya Karya-karya ilmiahnya dipubli- yakarta, 1995); (3) Panembahan
kasikan di jurnal ilmiah Widayapar- Senapati (Pustaka Pelajar, 1996); (9)
wa (Balai Bahasa Yogyakarta) dan Putri Arumdalu (Pustaka Pelajar,
Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa 1997); dan (4) Sang Pujangga (Pu-
Jakarta). sat Bahasa, 1997).
Buku-buku hasil penelitiannya Ketua Seksi Pergelaran Sastra
baik pribadi maupun bersama, an- Jawa Festival Kesenian Yogyakarta
tara lain, (1) Nilai-Nilai Budaya Su- (1992, 1993, 1994, 1995, 1997, dan
sastra Jawa (Pusat Bahasa, 1994); 1998), Wakil Ketua Penyunting
(2) Idiom tentang Nilai Budaya Sas- majalah sastra Jawa Pagagan
tra Jawa (Pusat Bahasa, 1995); (3) (1994—1998), anggota penyunting
Sastra Jawa Modern Periode 1920— buletin Caraka (1998-2001). Pada
Perang Kemerdekaan (Pusat Bahasa, tahun 2002, menjadi juara III Lomba
1995); (4) Kisah Perjalanan dalam Mengarang Crita Cekak Tingkat Pro-
Sastra Jawa (Pusat Bahasa, 1996); (5) pinsi Jawa Tengah dan pada tahun
Sastra Jawa Modern Periode 1945— 2003 mendapat penghargaan seni
1965 (Pusat Bahasa, 1997); (6) Gu- “Abdi Karya Sastra” dari Bupati Ku-
ritan Tradisional dalam Sastra Jawa lonprogo sebagai penggiat seni sastra
(Pusat Bahasa, 2001); Ikhtisar Per- di kawasan pedesaan.
kembangan Sastra Jawa Modern
Periode Prakemerdekaan (Gadjah dharma kandha
Mada University Press, 2001); (7)
Ikhtisar Perkembangan Sastra Ja- Dharma Kanda bukanlah iden-
wa Modern Periode Kemerdekaan tik dengan Darmo Kondho yang ber-
(Kalika, 2001); dan (8) Pengaruh henti pada tahun 1942. Surat kabar
Islam dalam Karya-karya R. Ng. Dharma Kandha ini terbit pertama
Ranggawarsita (Narasi, 2003). kali di Sala, tahun pada 18 Agustus
1968. Pada bulan 24 Mei tahun 1971
Selain menulis dan menerbitkan harian Dharma Kandha tersebut
buku-buku ilmiah, Dhanu Priyo juga berganti nama dengan mingguan
menjadi editor beberapa buku an- Dharma Nyata, dan sementara tetap
tologi, antara lain, (1) Rembulan Pa- menggunakan bahasa Jawa, dan me-
dhang ing Ngayogyakarta (FKY, nyatakan diri sebagai “Mingguan
1992); (2) Cakramanggilingan Mardika”. Mingguan tersebut me-
(FKY, 1993); (3) Pangilon (FKY, megang teguh motto yang diikrar-
1994); (4) Pesta Emas Sastra Jawa kan, yaitu “Kandha nyata adhedha-
(bersama Linus SuryadiAg., Pustaka sar jiwa Pancasila”Akan tetapi, se-
Pelajar, 1995), dan (4) Pisusung lanjutnya, harian tersebut memilih
(Pustaka Pelajar, 1997). Buku cerita bergabung dengan bahasa pengantar
anak karya Dhanu juga telah terbit, harian tersebut diganti dengan ba-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 123
hasa Indonesia untuk meninggikan kaanggep wangun redi.
oplah, dengan pertimbangan pema- Yen karingkes dados Meru (redi
kai bahasa Indonesia harus juga dija- Himalaya).
ring. Meskipun demikian, media Yen karingkes malih dados
massa tersebut masih menyediakan Meru (kados ing tanah Bali).
lembar khusus berbahasa Jawa yang Yen karingkes malih dados
berisi berita-berita khusus, cerpen, tiyang.
guritan.
‘Batara Siwah- Kosong
Semula hanya N. Sakdani Dar-
mopamudjo yang menjadi pendiri, Sifat kasarnya berwujud dunia,
Pemimpin Redakasi, dan sekaligus dianggap berupa gunung.
wartawan. Selanjutnya, ia dibantu Jika diringkas menjadi Meru
oleh Anjar Any sebagai Wakil Pe- (Gunung Himalaya).
mimpin Redaksi. Beberapa pemban- Kalau diringkas lagi menjadi Me-
tu ahli ialah Mugono, S.H., Karkono ru (seperti di Bali).
Komodjaja, Sutijono, dan Susilo- Makin diringkas lagi menjadi ma-
murti. Karena mereka semua adalah nusia.’
orang swasta, cara mengelola Dhar-
ma Nyata juga secara swasta. Kutipan halusnya sebagai berikut.
Batara Siwah = Suwung
Pada perkembangan selanjutnya,
Dharma Nyata berubah mengguna- Sipatipun ingkang alus, inggih
kan bahasa Indonesia, dengan rubrik punika alusing donya.
sastra sebagai sisipan. Sayang sekali, kaanggep wangun redi.
media massa tersebut harus ditutup Yen karingkes dados alusing redi
pada tahun 1980-an karena kalah ber- Meru.
saing dengan media massa lain yang Yen karingkes malih dados
lebih popular. alusing Meru.
Yen karingkes malih dados
dharmacunya kakawin alusing manusa.
Kitab Dharmacunya memuat pe- ‘Batara Siwah - Kosong
lajaran-pelajaran filsafah dan mistik,
tetapi bahasanya sudah banyak yang Sifat halusnya adalah kehalusan
rusak karena penulisnya tidak mahir dunia.
dalam bahasa Jawa kuna. Kata-kata- Jika diringkas menjadi kehalusan
nya banyak yang berbentuk bahasa gunung Meru.
Jawa sekarang dan aturan tembangnya Jika diringkas lagi menjadi
banyak dilanggar. Ajaran mistiknya kehalusan Meru.
disebut mistik gunung Meru. Kutipan Kalau diringkas lagi menjadi
kasarnya sebagai berikut. Meru (seperti di Bali).
Makin diringkas lagi menjadi
Batara Siwah = Suwung kehalusan manusia.’
Sipatipun ingkang kasar awujud
donya,