The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Alfiyah Indarwati, 2021-11-06 23:17:19

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

BUKU-Ensiklopedia-Sastra-Jawa

274 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

biar luluh terinjak, sungguh tidak (pula) sejatinya,
terasa, (akan) dicari juga sulit, tidak ke-
menurut gerak bumi, temu,
tidak ada sabda ditaati, ke mana perginya orang mening-
lepas tapa lepas brata gal,
hilang yoga samadinya, siapa dia yang tahu.’
tidak terhisap darma mahal rasa-
nya juga tidak dikenal, Tembang Mijil di atas berbeda
mati pun tidak hidup pun tiada, dengan tembang Mijil sekarang. Ba-
makan tidur tidak dihitung, ka- ris kedua pada tembang Mijil di atas
sihnya abadi.’ jatuh pada bunyi e, sedangkan Mijil
sekarang jatuh pada bunyi o.
Bait Darmaparita di atas bergu-
ru lagu dan berguru wilangan seba- kinanthi
gai berikut; 8a, 8a, 12e, 7i, 12e. Di
dalam Kidung Subrata juga terdapat Kinanthi adalah salah satu jenis
tembang Pamijil, kutipannya sebagai tembang macapat dari lima belas
berikut. tembang macapat lainnya. Kinanthi
disusun berdasarkan aturan yang su-
Wastune anemu rasa lewih, dah ditentukan, yaitu guru gatra, gu-
ujar tanpa gawe, ru lagu, dan guru wilangan (8-u, 8-
ana paran tan maka parane, i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i). Kinanthi ditulis/
paran iku kang ana wus ening, dipergunakan sesuai dengan perwa-
wekasing amanggih, takannya, yaitu penuh pengharapan
pamatining tutur, dan tertarik terhadap sesuatu tetapi
dengan sikap semaunya. Oleh karena
tutur lupa menget aja lali, itu, kinanthi lebih tepat dipakai un-
ujar iku mangke, tuk memberikan pelajaran atau pe-
kang ana wus ilang ndi wastune, tunjuk. Tembang macapat kinanthi,
ulatana mewuh tan kapanggih, sering dipadukan dengan seni sekar
paraning wong mati, gendhing, misalnya dalam sin-
sapa sira kang wruh. dhenan, gerongan, dan rambangan.
Nada yang dipergunakan dalam seni
‘Sejatinya mendapat rasa (yang) tembang (macapat) Jawa ialah nada
luhur, yang dimiliki oleh gamelan Jawa, ya-
kata tidak berdaya, itu laras slendro dan laras pelog leng-
ada tujuan tetapi tidak dituju, kap dengan pathet-nya. Misalnya,
tujuan itu yang ada sudah hening, Kinanthi Mangu, Slendro Pathet
akhirnya menemukan, Manyura; Kinanthi Sekar Ga-
pangkal segala nasihat, dhung, Slendro Pathet Manyura;
Kinanthi Sandhung, Slendro Pathet
Apabila lupa akan nasihat, ingat- Manyura; Kinanthi Gagatan, Slen-
ingatlah jangan sampai lupa, dro Pathet Sanga; Kinanthi Kasilir,
kata itu nanti, Pelog Pathet Bem; Kinanthi Pang-
barang sudah hilang di mana

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 275

lipurwuyung, Pelog Pathet Nem, dan lain itu, ia juga pernah mengikuti kur-
sebagainya. Contoh tembang maca- sus bahasa Jerman pada Institut Ba-
pat Kinanthi. hasa Jerman (1983—1989) di Jakar-
ta sampai selesai. Bersama keluarga-
Makaten sayektipun nya, ia kini tinggal di Jalan Turi III/
ngelmi lawan laku pasthi 61, Kemuri Muka Beji, Depok, Ja-
kawruh ngawruhi kang nyata karta 16423.
kaesthi ing siyang ratri
punika piwulang kina Pengarang yang pernah aktif da-
datan kenging ginagampil. lam Ansambel Nyanyi dan Tari
(Serat Salokajiwa, bait 108, karya “Gembira” (1954—1957) ini mem-
, R. Ng. Ranggawarsita) punyai segudang pengalaman kerja,
di antaranya sebagai (1) penerjemah
‘Demikianlah sebenarnya pada kedutaan Cekoslowakia di Ja-
ngelmu dan perwujudannya pasti karta (1957—1959), (2) penerjemah
memberi pengetahuan terhadap pada Kantor Berita Indonesian Na-
pemahanan yang nyata tional Press and Publicity Servise
dicari siang dan malam (INPS) di Jakarta, (3) penerjemah pa-
itu adalah ajaran kuna da Kantor Berita Novosti di Moskow
tidak dapat di anggap enteng.’ (1963—1965), (4) Dosen bahasa Ru-
sia pada Akademi Bahasa Asing Ke-
koesalah soebagyo toer menterian PPK (1965—1967), (5)
(1935— ) Guru privat bahasa Indonesia untuk
orang asing di Jakarta (1980—1993),
Koesalah Soebagyo Toer lahir di dan penerjemah lepas mulai 1968
Jakarta, pada 27 Januari 1935.Ayah- hingga sekarang.
nya bernama Mastoer, sedangkan
ibunya bernama Oemi Saidah. Ia Pengarang yang bersuku Jawa
menikahi Utari, dan kemudian mem- dan beragama Islam ini mengawali
punyai tiga orang anak, yakni Rus- kariernya dalam bidang tulis-menu-
siadi (43 tahun), Uliek Mandiri (23 lis cerpen, novel, artikel, dan kronik,
tahun), dan Uku Permati (22 tahun). baik dalam bahasa Indonesia (1950)
Pendidikan formal yang telah ditem- maupun bahasa Jawa (1985) melalui
puhnya, antara lain SR di Blora media massa cetak, seperti Kunang-
(1942—1949), SMP/Taman Dewa- Kunang, Aneka, Pentja, Mimbar In-
sa di Blora dan Jakarta (1949— donesia, Siasat, Merdeka, Keluar-
1951), SMATaman Madya di Jakar- ga, Pemuda, Duta Suasana, Garu-
ta (1951—1954), Fakultas Sastra da, Pewarta PPK, Brawijaya, Sas-
Universitas Islam Indonesia Jakarta tra, Jaya Baya, dan lain-lain. Karya-
(1954—1960, tidak tamat), dan Fa- karyanya (puisi, cerpen, kronik, dan
kultas Sejarah/Filologi Universitas pengalaman pribadi) pernah dianto-
Persahabatan Bangsa-Bangsa di logikan dan diterbitkan oleh bebera-
Moskow dan meraih gelar Master of pa penerbit, di antaranya (1) Antolo-
Arts (Philology) (1960—1965). Se- gi Puisi Parikan Jawa Puisi Abadi

276 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Garda Pustaka, 1992), (2) Kumpul- pada 28 Desember 1999, ia mene-
an Cerita Revolusi Adhine Tentara rima piagam penghargaan untuk Bu-
(Yayasan Pendidikan Soekarno, ku Terbaik bidang Karya Terjemah-
1996), (3) Antologi Cerpen Ibuku di an Tahun 1997 dari Yayasan Buku
Surga (Lembaga Foklor Indonesia, Utama yang penyerahannya dilaku-
2002), (4) Kronik Revolusi Indone- kan oleh Dr. Yahya A. Muhaimin,
sia Jilid I-1945 (1999), Jilid II-1946 (mantan) Menteri Pendidikan Nasio-
(1999), Jilid III-1947 (2002), dan Ji- nal Replubik Indonesia selaku Ketua
lid IV-1948 (2003), (bersama Pra- Umum Badan Pengurus Yayasan Bu-
moedya Ananta Toer dan Ediati Ka- ku Utama pada waktu itu.
mil, Kepustakaan Populer Grame-
dia), dan (5) Catatan pengalaman Sebagai penulis Koesalah mera-
Kampus Kabelnaya (Kepustakaan sa optimis bahwa kerja sebagai pe-
Populer Gramedia, 2003). Selain itu, ngarang dapat menghidupi diri dan
karya puisinya (Indonesia) masuk hasil karangannya (karya sastra) da-
dalam Antologi Melodiye Poeti In- pat mencerahkan orang banyak. Ka-
donyezii (Penyair-Penyair Muda rena itu ia senantiasa berharap ke-
Indonesia) (Molodaya Gvardiya, pada sesama pengarang agar karya-
1965), dan karyanya yang lain ma- karya sastra tidak mengalami keme-
suk dalam Inul itu Diva? (Penerbit rosotan besar baik dalam kualitas
Buku Kompas, 2003). maupun kuantitas. Ia berharap pula
kehidupan sastra Jawa ke depan ha-
Selain sebagai pengarang dan rus lebih digalakkan dengan berba-
penerjemah, Koesalah juga banyak gai upaya, salah satunya, adalah te-
melakukan editing dari bahasa Ing- kad pribadi pengarang dalam bekerja
gris, Belanda, Rusia, dan kadang-ka- dan bekerja secara kreatif. Dalam
dang Jawa. Buku karya terjemahan menciptakan karya sastra, ide tidak
itu sudah banyak yang diterbitkan, perlu dicari karena sudah tergelar luas
seperti Musashi (7 jilid) karya Eiji di sekitar kehidupan kita, tinggal me-
Yoshikawa dari bahasa Inggris (Gra- milih mana yang akan ditangani lebih
media, 1985), Anna Karenina (4 jilid) dahulu, memprosesnya dalam suatu
karya Leo Tolstoi dari bahasa Rusia proses kreatif adalah kerja kreatif.
(Indira, 1985), Ivanhoe (2 jilid) kar-
ya Walterscott dari bahasa Inggris koesoemadigda
(Panca Simpati, 1982), Ajaib di Ma-
ta Kita (3 jilid) karya F.C. Kamma Seperti kebanyakan pengarang
dari Bahasa Belanda. sastra Jawa sebelum kemerdekaan,
jati diri Koesoemadigda juga tidak
Saat ini Koesalah sedang menye- dapat diketahui secara pasti. Hanya
lesaikan pembuatan tiga naskah En- diketahui ia telah menulis dan me-
siklopedia Sejarah Indonesia, Ensi- nerbitkan novel Gawaning Wewa-
klopedia Foklor Jawa, dan Ensiklo- tekan (Balai Pustaka, 1929) yang
pedia Wayang. Berkat seringnya me- terdiri atas dua jilid. Sebagai penulis
lakukan penerjemahan dan editing, yang menerbitkan karyanya melalui

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 277

Balai Pustaka dapat diduga bahwa tidak lebih rendah dibandingkan de-
Koesoemadigda adalah kaum priayi ngan mereka yang berstatus priayi.
modern yang telah memperoleh pen-
didikan model Barat. Di samping itu, Berdasarkan orientasinya dalam
dapat diduga ia seorang pegawai pe- novel Gawaning Wewatekan dapat
merintah kolonial Belanda. diketahui bahwa Koesoemadigda
mewakili sosok intelektual modern
Dalam khazanah sastra Jawa no- Barat. Ia menyatakan bahwa sebaik-
vel Gawaning Wewatekan telah baiknya sikap hidup pada zaman itu
mendapat tanggapan yang positif da- adalah meninggalkan budaya tradisi
ri beberapa ahli. Ras (1985), misal- dan mengikuti tuntutan zaman mo-
nya, menyatakan bahwa gaya pence- dern. Pendobrakannya yang tegas
ritaan novel tersebut tidak jauh ber- terhadap sikap priayi tampak dalam
beda dengan novel Pepisahan Pitu- penampilan tokoh yang menyatakan
likur Taun karya Asmawinangun. berhenti sebagai pegawai pemerintah
Bahkan, dikatakan pula novel itu se- dan memilih menjadi wirausahawan.
jajar dengan novel Tuking Kasusah-
an (1927), Wisaning Agesang koja-jajahan
(1929), dan Anteping Wanita (1929).
Bahasa kitab Koja-Jajahan sa-
Koesoemadigda agaknya se- ngat indah, tetapi kata-katanya ba-
orang priayi modern yang memiliki nyak yang rusak. Ceritanya terdiri
kepedulian dalam mengubah pan- atas 169 bait, tembangnya Dandang-
dangan masyarakat. Simpulan itu gula semuanya. Kutipan dari bagian
dapat ditarik dari persoalan yang permulaan setelah dibetulkan kata-
disajikan dalam Gawaning Wewa- katanya adalah sebagai berikut.
tekan yang berupa pemikiran-pemi- 1. Kady agring tyas kapasah
kiran modern yang bersumber dari
budaya Barat. Di antara pemikiran myang srining, kartika wiwar-
modern tersebut adalah orientasinya jeng kalengengan, cipta ‘ngel
pada kapitalisme sebagai bagian dari panamunane, marma kamarna
pola hidup modern. Semangat dan langu, ing nagari pinindha ras-
budaya kapitalis disampaikan Koe- mining pasisir Parwata, lila
soemadigda dengan membuka wa- nggennya mangu, yen maha
wasan pribumi terhadap sistem ma- harseng Basanta, tona receping
najemen usaha sesuai dengan tradisi smita ‘arjeng gita na lwir pinin-
kapitalis Barat, misalnya perusahaan dha sakalangwan.
harus menggunakan sistem saham 2. Ramya lwir padudon kalange-
dan pengawasan. Jadi, melalui novel ning pasisir Parwata dadya ra-
ini Koesoemadigda ingin mengubah ras, wraning nayeng gita mang-
pandangan masyarakat Jawa yang ke, sipta smita sumawur, jajah
saat itu masih berorientasi pada de- pangjrah ing sari minging, lwir
rajat atau status. Koesoemadigda gerah mandra’ ngde mar, sar-
menyatakan bahwa profesi nonpriayi kara winuwusnira sang para su-
jana, pamreming subasita we-

278 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dharing sari, lwir sande saka- antara pantai dengan gunung,
langwan. sangat tertahan-tahan, jika sung-
3. Lwir sasi Basanta pamewehing, guh-sungguh menghendaki ba-
lir wya-wya ‘rum angremaken santa, (hingga) terasa indahnya
driya, pangjrahing cipta cep bintang dan bagusnya nyanyian,
mangke kwehira sang para uta- seperti sengaja disesuaikan.
meng naya pupul alinggih, 2. Meriah seperti bertikai lakunya
utar-otaran smita ‘rjaning tyas keindahan pasir dan gunung itu,
winetu, lwir langw angjrah sa- menjadi berseri terkembangnya
kalangwan, satataning sih ma- paras nyanyian sekarang, serta
nah amangun brangti, nitya bintang bertaburan, laksana se-
nalyani cipta. baran bunga harum, laksana ju-
4. Pringga gronging patapan te- ga petir yang menggetarkan,
pining, pasir pindha sang para oleh para budiman disebutnya
utama, yan angling duga ma- sarkara ‘Dandanggula’ sebagai
nise, ring wwang suddha appul, (penenang) penawan meriahnya
lwir sunyaning langen pucaking bunga berkembang, yang laksa-
Parwata nyenyep ramya, pan na urung bersenang-senang itu.
sarwa ‘diwuwus, ring amedhar 3. Laksana bulan Basanta yang
rasaning wardayaning cipta menganugerahkan angin tengga-
‘nglenggengaken tyas kawi, ra yang harum mewangi (yang
lwir sande sakalangwan. pandai) menawar hati, terhening
5. Nahan pangrancananing tyas kini hati yang gundah gulana, pa-
brangti, lam-lam amedhar ra bijak sekaliannya duduk ber-
ramyaning radya, pangiring- kumpul, dahulu-mendahului ter-
ringi langen dumeh, mangkana bitnya indah dari hati, laksana
manggih tanduk, wonten ta cari- keindahan yang berhamburan
ta ‘nyar prapti, sambaing-sam- bertemu sama indah tiada ubah-
bang ing tembang, wirasanya nya dengan cinta kasih yang se-
‘rja ‘lus, purwa saking nusan- dang membangun rindu, senan-
tara, panengran Koja-Jajahan tiasa serba menawan hati.
ratu Mesir, nagareng Purantara. 4. Bahaya oleh dalamnya pertapa-
an di tepi pasir, laksana para uta-
Terjemahan ke dalam bahasa ma jika bersabda yang serba ma-
Indonesia sebagai berikut. nis, kepada manusia suci yang
1. ‘Laksana sakit (cinta) hati ter- berkumpul seperti pula tiada lagi
keindahan di puncak gunung,
timpa oleh kemolekan bintang, (sudah) cukup indah oleh elok-
terliput oleh keindahan, serasa- nya segala kata, dalam pada me-
rasa sukar (akan) menyembuh- lahirkan rasa hati nurani, dapat
kannya (menghapuskannya), oleh mengharu hati sang kawi, laksa-
karenanya tergubahlah keindah- na urung orang akan bersuka ria.
an, dalam kota digambarkan se-
olah-olah (tempat) pertemuan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 279

5. Demikianlah lukisan hati yang patkan di atas Sang Hyang Para-
menanggung cinta, rindu den- mecwara atau Batara Guru. Taya
dam membakar keindahan nege- adalah perkataan Jawa asli, artinya
ri, sebagai pengiring hias, maka tidak ada, dalam bahasa Sunda di-
tersualah tujuan, ada sebuah ce- sebut teu aya. Hal itu menunjukkan
rita baru datang meninjau dinya- Tuhan orang Jawa tulen, seperti se-
nyikan, perkataannya baik lagi butan-sebutan Sang Hyang Wenang
halus, dari Nusantara asal mula- atau Sang Hyang Tunggal. Kedua
nya, Koja-jajahan gelar raja Me- kata itu merupakan kata Jawa asli
sir bernegeri di Purantara.’ untuk menyebut Yang Kuasa (Poer-
batjaraka, 1957:68—69).
Pada waktu itu, cerita tersebut
baru saja masuk di tanah Jawa. Pe- Dapat diperkirakan bahwa ke-
ngarang kitab Koja-Jajahan tidak tika perkembangan zaman Jawa-
diketahui orang. Pada pupuh ‘kum- Hindu memuncak, Tuhan orang Ja-
pulan bait’ terakhir menerangkan wa tulen terdesak oleh Tuhan orang
bahwa kitab tersebut ditulis di Pana- Hindu. Mereka menyebut Tuhannya
raga. Hal itu tidak berarti kalau kitab dengan sebutan Batara Mahadewa,
itu dibuat di Panaraga, mungkin di Paramecwara, atau nama yang lain-
Panaraga hanya disalin belaka. Di nya, yang kemudian menjadi Batara
samping itu, ditemukan tanda-tanda Guru. Pada zaman Islam, Batara Gu-
bahwa kitab itu dibuat di giri atau ru atau Sang Hyang Tunggal atau
parwata atau gunung, pusat agama Sang Hyang Wenang ditempatkan di
Islam yang pertama kali datang di Ja- bawah Nabi Adam. Demikianlah ja-
wa.Ada lagi yang menyebutkan bah- lan perkembangan anggapan orang
wa Serat Patih Koja-Jajahan adalah Jawa dewasa ini terhadap dewa-de-
karya sastra produksi Kartasura. wa wayang atau Sang Hyang We-
nang, Sang Hyang Taya, dan nama-
korawacrama nama yang lain (Poerbatjaraka,
1957:69).
Kitab Korawacrama berbahasa
prosa. Korawacrama ditulis seperti Korawacrama disisipi kalimat-
kitab Adiparwa, Wirataparwa, dan kalimat Sanskerta di antara kalimat-
sebagainya. Karya sastra tersebut se- kalimat Jawa Kuna. Sebenarnya ba-
umur dengan kitab Tantu Pangge- hasa Sanskerta buatan Jawa adalah
laran atau lebih muda. Hal itu dapat bahasa yang bercampur dengan ba-
dilihat dari gaya bahasanya. Kitab hasa Jawa asli, miisalnya, ada bagi-
Korawacrama berisi petikan dari ki- an yang disebut Wyasa Lawada ‘Ba-
tab Bharatayuddha, Tantu Pangge- gawan Abiyasa melawat’. Kata la-
laran, dan sebagainya (Poerbatjara- wada adalah berasal dari kata Jawa
ka, 1957:68). tulen. Lawad atau tilik berarti ‘mela-
wat’. Kata itu dijadikan kata Sansker-
Kitab Korawacrama menyebut- ta menjadi lawada (Poerbatjaraka,
kan Sang Hyang Taya yang ditem- 1957:69).

280 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Korawacrama sudah dicetak de- termasuk salah satu di antara sejum-
ngan huruf Latin, dikupas agak men- lah pengarang pria yang menya-
dalam, dan diterjemahkan ke dalam markan diri, tetapi yang bersikap
bahasa Belanda oleh Dr, J.L. Swel- konsisten sebagai laki-laki.
lengrebel (disertasi, Leiden, tahun
1936). Kitab Korawacrama dicip- Sejumlah nama pria di bawah ju-
takan bersamaan dengan kitab Tantu dul cerpen-cerpen dalam majalah Ka-
Panggelaran di daerah mandala jawen dan Panjebar Semangat me-
‘pertapaan’ yang terletak di peda- mang mengindikasikan diri tetap se-
laman. Pokok ceritanya, yaitu para bagai pria dan nama yang dipilih ju-
Korawa membalas dendam kepada ga menyaran kepada nama pria. Me-
para Pandawa. BagawanAbiyasa di- reka itu, antara lain, ialah Sambo,
mohon untuk menghidupkan kem- Kroecoek, Soekmo, Moelat, Hoed,
bali para Korawa dan sekutu-seku- Soeryo Andadari, Soejono Roestam,
tunya. Mereka pun hidup kembali, Mas Krendhadigdaja, Pandji Putra,
tetapi belum sampai membalas den- dan masih banyak lagi. Seperti hal-
dam, ceritanya habis. nya nama-nama yang misterius ter-
sebut, Mas Krendhadigdaja juga ha-
krendhadigdaja nya muncul pada rentang waktu pen-
dek, yaitu pada awal 1940-an atau
Nama Mas Krendhadigdaja ha- pada periode pra-Jepang.
nya muncul di majalah Kajawen an-
tara tahun 1941—1942 bersama-sa- Latar belakang kehidupan pe-
ma dengan nama-nama lain seperti ngarang ini tidak diketahui sama se-
H. Sastrapoespita, Setranaja, Laloe- kali, kecuali kecenderungannya un-
lajanati, Zilvervos, Sr. Soemartha, tuk hanya mengirimkan cerpen-cer-
Jenggala, Soedjono Roestam, dan be- pennya pada majalah Kajawen (di-
berapa nama lain yang identitasnya terbitkan oleh Balai Pustaka pada
mencurigakan. Nama-nama tersebut 1936). Indikasi tersebut menyaran-
hanya muncul sekali atau dua kali kan bahwa ia adalah salah seorang
dalam salah satu jenis majalah, se- dari kelas menengah yang berpen-
dangkan sistem redaksi di majalah- didikan Belanda. Beberapa kosa kata
majalah itu tidak baik sehingga tidak Belanda seperti loechtalarm, all
membantu perunutan identitas penu- clear, dan dierentuin menandai pen-
lisnya. didikan dan kelas sosialnya. Biasa-
nya, majalah kolonial memberikan in-
Bila nama-nama pria tadi diban- formasi tentang penulis-penulis da-
dingkan dengan nama-nama Elly, lam majalahnya, tetapi tidak semua
Srikanah K., dan Sri Marhaeni yang pengarang dalam Kajawen diinfor-
juga dicurigai sebagai bukan nama masikan secara jelas. Yang dapat
sesungguhnya, maka tidak ada alas- dirunut dari pengarang ini ialah ciri
an lain nama pengarang ini pun di- khas dirinya ketika memilih topik ce-
asumsikan bukan nama asli. Meski- rita dan gaya bercerita.
pun demikian, ia juga diasumsikan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 281

Topik yang dikedepankan dalam sosial bawah, tetapi berpendidikan
cerpen-cerpennya berkaitan dengan formal dan berprofesi di sebuah lem-
kehidupan priyayi menengah yang baga. Persepsi itu dikuatkan oleh cer-
ditandai dengan honorefiks pada pennya “Dayaning Lebaran” (No-
awal nama para tokoh. Ciri lainnya mor Lebaran, Oktober 1941). Diban-
ialah gaya pengucapan yang humo- dingkan dengan cerpen sebelumnya,
ristis, lucu, tetapi suasananya komu- “Beteke lagi Sepisan”, cerpen ini ti-
nikatif. Masalah yang dikedepankan dak hanya menekankan segi hu-
sederhana, misalnya tentang orang mornya saja, tetapi juga penekanan
yang belum pernah mengalami latih- pada segi kultur priyayi Jawa.
an serangan udara atau latihan pe-
rang. Masalah yang sederhana itu di- kresnayana kakawin
garap dengan gaya humor yang segar.
Kitab ini menceritakan kehidup-
Menurut Subagijo I.N. dalam an Prabu Kresna pada waktu ia me-
Ensiklopedi Nasional Indonesia seri larikan Dewi Rukmini. Dalam wa-
13 (1990), gaya humor seperti dalam yang cerita ini menjadi lakon Kresna
cerpen-cerpen Krendhadigdaja itu Kembang atau Narayana Maling
juga dimiliki oleh W.J.S. Poerwadar- ‘Narayana Mencuri’, tetapi sudah
minta, seorang ahli bahasa Jawa ku- banyak perubahannya. Kitab Krsna-
na dan redaktur Kajawen. Ia juga yana digubah pada zaman pemerin-
menulis pada rubrik “Obrolane Ga- tahan Prabu Warsajaya, raja di Ka-
reng lan Petruk”. Dalam rubrik itu diri, sekitar tahun 1026 Caka atau
ia mengidentifikasikan diri sebagai 1104 Masehi. Penulisnya adalah Em-
Petruk, sesuai postur tubuhnya yang pu Triguna (Poerbatjaraka, 1957:
jangkung. Meskipun ada kemung- 17—18). Keterangan tentang hal itu
kinan nama Mas Krendhadigdaja itu terdapat di dalam epilognya. Hu-
beliau (Poerwadarminta), praduga bungan Empu Triguna dengan raja
itu juga dapat dinilai lemah karena Warsajaya seperti hubungan antara
menurut Dojosantosa, beliau hanya Empu Kanwa dengan raja Erlangga.
menggunakan nama samaran Ajira- Di samping itu, terdapat versi lain
bas, kebalikan dari nama kecilnya dari Krsnayana tulisan Empu Panu-
Sabarija. luh.

Mas Krendhadigdaja dikenal de- Di dalam epilog Krsnayana dite-
ngan cerpen-cerpennya yang berga- rangkan tentang hubungan Triguna
ya lucu (humor) yang hanya dimuat dengan Warsajaya yang diumpama-
dalam Kajawen. Hanya ada sebuah kan sebagai hubungan antara Empu
cerpennya yang dimuat dalam maja- Kanwa dengan Erlangga. Keduanya
lah ini, yaitu “Beteke lagi Sepisan” merupakan salingsingan raja. Da-
(Kajawen, 27 Januari 1942). Dari lam beberapa prasasti abad ke-9,
jenis humor dalam cerpennya itu da- tempat istilah itu disebut sebagai na-
pat ditarik simpulan bahwa Mas ma tempat (dharma nira I saling-
Krendhadigdaja bukanlah dari kelas singan; bhatara I salingsingan).

282 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kata ini hanya muncul satu kali, ya- dalam kehidupan Krsna. Cerita itu
itu dalam prosa Rsisasana. Kata ter- hampir sama dengan Krsnayana
sebut tampil dalam suatu deretan yang menceritakan tentang peristiwa
berbagai golongan rohaniwan. Kata Mrcchukunda (dalam purana-pu-
itu dapat ditafsirkan sebagai sego- rana juga mendahului cerita tentang
longan brahmin tertentu, seorang penculikan Dewi Rukmini). Versi ka-
bhujangga, atau wiku haji. Mungkin kawin penculikan Dewi Rukmini
selaras dengan keterangan mengenai dijadikan sebuah syair tersendiri de-
Empu Kanwa. Brahmin atau wiku ngan jumlah baitnya yang banyak.
yang diserahi tugas untuk memeli- Pengarang menceritakan secara detil
hara dan mempelajari buku-buku dan tidak mengubahnya. Hanya ter-
dan kesusastraan (aji). dapat dua hal yang berbeda, yaitu
tokoh Meghadhwaja tidak begitu
Manggala ‘permulaan puji-puji- penting dan Prthukirti, ibunda Dewi
an’ dipersembahkan kepada Batara Rukmini, adik Kunti dan Basudewa
Wisnu, munculnya pada zaman atau bibi Prabu Krsna dan Dewi Ruk-
Dwapara. Kitab itu menceritakan mini merupakan saudara sepupu. Ce-
tentang tipu muslihat Prabu Kresna rita yang terdapat di dalam Krsna-
yang mengakibatkan kematian raja yana, yaitu Prthukirti memainkan
para Yawana. Musuhnya berwujud peranan yang penting. Ia menghu-
raksasa. Hal itu terjadi karena mata bungkan kedua kekasih dan mem-
berapi sang bijak Muchukunda atau bantu puterinya untuk melarikan di-
dalam bahasa Sanskerta disebut ri. Pengarang Krsnayana menemu-
Muchukunda. Wismakrama adalah kan semua datanya di dalam cerita
arsitek dari surga. Beliau memper- asli India. Cerita itu menyisipkan
cantik karaton Prabu Krsna, Negara deskripsi-deskripsi tradisional ten-
Dwarawati. Di samping itu, terdapat tang pemandangan alam, perang,
deskripsi mengenai keindahannya. dan cinta. Data itu diceritakan dalam
Dalam candinya raja memuja patung bentuk kakawin (Zoetmulder, 1974:
Wisnu (Zoetmulder, 1974:335). 360).

Tema Krsnayana tentang pen- Kresnayana kakawin versi Em-
culikan Dewi Rukmini yang akan di- pu Panuluh ceritanya berlainan. Di
peristri oleh raja Cedi dan peperang- sana diceritakan Batara Narada me-
an yang terjadi pada waktu itu. ngunjungi Prabu Krsna, sedangkan
Krsnayana mengikuti jalan cerita Dewi Rukmini ditampilkan sebagai
seperti cerita-cerita yang terdapat di inkarnasi permaisuri Batara Wisnu,
dalam karya sastra India yang ber- yaitu Dewi Sri. Pernikahan antara
sifat purana. Hal itu berkaitan de- Krsna dan Dewi Rukmini dapat mem-
ngan kehidupan Prabu Krsna (Zoet- persatukan mereka. Selain itu, terda-
mulder, 1974:359—360). pat perbedaan yang jelas dalam ade-
gan setelah Dewi Rukmini diculik.
Di dalam sastra purana pencu- Sebelum pertempuran dimulai, Dewi
likan Rukmini diceritakan secara le-
bih padat sebagai salah satu adegan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 283

Rukmini telah lama berada di Ne- keadaannya menyedihkan. Oleh ka-
gara Dwarawati. Perang itu bukan rena itu, mungkin hampir tidak dapat
merupakan konflik antara Rukma menerbitkan suntingan karya sastra
atau Rukmini (Sanskerta) dengan Ba- Empu Triguna. Struktur naratif da-
tara Krsna seperti cerita di dalam lam kakawin dapat disejajarkan de-
naskah sanskerta dan Krsnayana. ngan struktur naratif yang ada di da-
Krsnayana versi karya Empu Panu- lam pergelaran wayang. Adegan je-
luh digambarkan kakak Dewi Ruk- jer dan kedhatonan merupakan ade-
mini tidak memainkan peranan apa gan baku dalam pagelaran wayang.
pun dan hanya satu kali disebut. La- Hal ini terdapat juga di dalam kaka-
wan utama Prabu Krsna ialah Jara- win Krsnayana.
sandha, musuh bebuyutannya. Dia-
lah yang merencanakan dan me- Ringkasan cerita Krsnayana
mimpin serangan terhadap Negara adalah sebagai berikut. Dewi Ruk-
Dwarawati. Para Pandawa tampil mini, putri Prabu Bismaka di negeri
sebagai musuh Prabu Krsna, karena Kundina sudah bertunangan dengan
diceritakan permusuhan Raden Ar- Prabu Suniti, raja di negeri Cedi. Te-
juna dan Prabu Krsna. tapi ibunya, Dewi Pretukirti, ingin
bermenantukan Prabu Krsna. Dewi
Di sini pengarang dapat mena- Rukmini pun memilih Prabu Krsna.
matkan cerita yang tidak terduga. Ketika peralatan hampir dimulai, da-
Dalam cerita itu pengarang tidak tanglah Prabu Suniti dengan Prabu
memperkosa tabiat tokoh utamanya, Jarasanda di negeri Kundina. Prabu
yang telah dikenal pembacanya. Krsna tidak diundang, tetapi diun-
Prabu Yudhisthira yang tidak dapat dang secepat-cepatnya oleh Dewi
menolak permohonan bantuan dan ia Pretukirti dan Dewi Rukmini. Ketika
selalu menepati janjinya. Kerukunan akan mulai peralatan, keluarlah mem-
kelima saudara yang mendorong me- pelai perempuan dengan diam-diam
reka agar kompak dan bersama un- dari istana. Ia menuju pintu gerbang
tuk memerangi sahabat mereka yang Srimanganti sebelah selatan. Di situ
paling akrab, biarpun dengan berat ia disambut Prabu Krsna dan dibawa
hati dan luapan amarah Sang Bhima. lari.
Itu semua searah dengan tabiat para
Pandawa. Dan apabila Batara Wisnu Mempelai laki-laki dengan bala
menampakkan diri, semuanya ber- tentaranya serta Raden Rukma, adik
akhir dengan baik, demikian juga un- mempelai perempuan, mengejar me-
tuk Jarasandha. Hukuman mereka reka dan terjadilah peperangan. Ra-
ditunda sampai Bharatayuddha den Rukma dan Prabu Suniti hampir
(Zoetmulder, 1974:360—361). terbunuh. Dewi Rukmini mohon ke-
pada Prabu Krsna agar adiknya ti-
Ikhtisar mengenai Krsnayana dak dibunuh. Akhirnya, Dewi Ruk-
telah ditulis bersama dengan perban- mini dibawa pulang ke negeri Dwa-
dingannya yang berjudul Hariwang- rawati.
sa. Naskahnya hanya ada satu dan

284 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Prabu Jarasandha, raja Karawi- tang pemandangan di pedalaman.
ra, memperoleh persetujuan Bhis- Prabu Krsna terlena dengan keindah-
maka, raja Kundina, tentang perni- an pemandangan alam. Seyogianya
kahan Cediraja atau Suniti (keme- Prabu Krsna sampai lebih dahulu
nakan Prabu Jarasandha) dengan daripada Prabu Cedi. Prabu Krsna
Dewi Rukmini (puteri Bhismaka). muncul di tengah-tengah persiapan
Dewi Prthukirti, ibunya, sejak dahu- pernikahan sebagai seorang saudara
lu mengharapkan agar Prabu Krsna, yang memang tidak diundang, tetapi
kemenakannya, menjadi menantu- memperlihatkan keinginannya terha-
nya. Ia mengutus seorang dayang- dap pernikahan Saudara sepupunya.
dayang untuk melaporkan kepada Pihak Rukma, kakak Dewi Rukmini
Prabu Krsna tentang apa yang akan curiga akan keadaan Prabu Krsna
terjadi. Dayang-dayang itu menunai- karena melihat para Yadu dan Wrsni
kan tugasnya sambil melukiskan ke- yang datang dengan jumlah besar
cantikan Dewi Rukmini, dengan me- bersenjatakan lengkap. Di samping
nulis berpuluh-puluh bait panjang- itu, Dewi Rukmini menunggu keda-
nya. Dayang-dayang itu mencerita- tangan Prabu Krsna dengan hati
kan bahwa bagi Dewi Rukmini ha- yang berdebar-debar.
nya ada satu kraton, yaitu kraton
Dwarawati, dan hanya ada seorang Mereka meninggalkan laut un-
pria yang menjadi buah jantungnya, tuk menuju jalan raya. Mereka me-
yaitu Prabu Krsna. Dewi Prthukirti nuju ke Kundina. Mereka diterima
pun sangat mengharapkan agar Pra- di dusun Dharasabha. Hari berikut-
bu Krsna secepat mungkin datang un- nya mereka menuju ke Kundina. Bu-
tuk melarikan Dewi Rukmini, selagi nyi gamelan Kundina dapat mereka
belum terlambat. Ia melakukan per- dengar. Jalan-jalan dipenuhi orang-
nikahan secara gandharwa ‘tidak orang yang akan menuju ke pesta
perlu menantikan suatu hari yang perkawinan. Kedatangan Prabu Krs-
baik’. Prabu Krsna cukup berminat. na terdengar di seluruh kota. Para
Prabu Krsna setuju dengan pendapat puteri keluar rumah untuk melihat
itu. Dewi Rukmini dijaga ketat oleh Prabu Krsna dan para Yadunya. Me-
kakak dan ayahnya. Oleh karena itu, reka tahu bahwa sang ratu, Dewi
ia akan datang ke Kundina secara te- Prthukirti, adalah bibi Prabu Krsna.
rang-terangan dengan memimpin ten- Oleh karena itu, tidak aneh kalau
taranya. Prabu Baladewa, kakak Pra- kemenakannya muncul di tengah-te-
bu Krsna, ikut berunding. Pada ma- ngah para dayang-dayang yang akan
lam harinya Prabu Krsna tersiksa menerima tamu. Seorang perempuan
karena sakit asmara. Pada pagi hari- tertentu mengungkapkan hal ini de-
nya, ia memuja Batara Siwa dan Ba- ngan cara empat mata. Masyarakat
tara Surya. Seorang Brahmin muda, tahu siapakah sebenarnya yang me-
yang bernama Meghadhwaja, me- rupakan menantu pilihan Dewi
ngikuti pemujaan itu. Deskripsi ten- Prthukirti. Apakah yang akan dila-
kukan sang raja dan bakal mempe-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 285

lai? Desas-desus menjalar cepat dan pengalamannya ketika berkeliling
tidak kekurangan bahan untuk di- mencari derma dan sempat melihat
perbincangkan. kraton Dwarawati. Selama sepuluh
hari ia menikmati keindahan kraton
Menjelang malam Prabu Cedi dengan seorang temannya. Cara hi-
dan Prabu Jarasandha tiba. Prabu dup seorang pertapa yang keras itu
Krsna diberi tempat Penginapan di untuk beberapa hari ditinggalkan-
luar kraton karena semua rumah su- nya. Seorang abdi lain meneruskan
dah penuh. Prabu Krsna membujuk percakapan yang terputus oleh kili.
seorang dayang-dayang untuk dija- Ia menyatakan bahwa keindahan
dikan utusannya. Dayang-dayang itu alam tidak dapat dibandingkan de-
menemui Dewi Rukmini di taman ngan kenikmatan cinta dan perka-
dan menyerahkan surat dari Prabu winan. Ia bercerita berdasarkan pe-
Krsna. Dewi Rukmini masuk ke ka- ngalamannya sendiri. Abdi ketiga
mar untuk membaca surat cinta yang berpendapat bahwa Prabu Krsna se-
panjang dan penuh emosi. Surat cin- bagai seorang mempelai yang tidak
ta itu digubah dalam bentuk kakawin ada tandingannya di Kundina. Abdi
atau puisi. Dewi Rukmini bingung. keempat yang lebih mencintai Prabu
Ia diberi nasihat oleh seorang pela- Cedi dikecap oleh abdi yang ketiga
yan, yaitu Dewi Rukmini dimohon tadi. Dewi Rukmini mengungkapkan
untuk menulis semua perasaannya di perasaannya.
dalam selembar pudak. Sepanjang
malam para putri asyik menari dan Ketika malam hari, Dewi Ruk-
menyanyi. Para perempuan tua tidak mini mengundurkan diri dari sebuah
dapat tidur karena keributan kaum pertapaan yang tidak dihuni lagi, di
mudi. sudut taman itu. Ibu Dewi Rukmini
mengutus abdi. Ia mengirim kabar
Ketika fajar tiba, Dewi Rukmini bahwa waktunya telah tiba dan me-
meninggalkan mereka. Hatinya ber- ngingatkan bahwa hal itu berbahaya.
getar dan tertekan karena waktu itu Kraton dijaga ketat dan Prabu Cedi
adalah waktu untuk mengawali pesta berjaga-jaga di luar. Ia lebih dekat
pernikahan. Balai tempat mempelai daripada Krsna. Dewi Rukmini lebih
putri dihias. Sepanjang hari orang- takut kepada Rukma, kakaknya.
orang asyik untuk mempersiapkan Dewi Rukmini tahu bahwa kakak-
semua keperluan dalam pernikahan. nya yang bernama Rukma bertekad
Tamu-tamu agung memberi hormat untuk memaksakan pernikahannya
kepada Dewi Rukmini. Deskripsi ke- dengan Prabu Cedi. Abdi yang setia
cantikan Dewi Rukmini. Ia dikeli- memberi nasihat agar Dewi Rukmini
lingi dayang-dayang. Sore hari se- menyamar menjadi kili. Pada mula-
muanya menjadi tenang. Tamunya nya ragu-ragu, tetapi akhirnya mau.
ada yang pulang. Sang putri dite- Saatnya menguntungkan, biarpun
mani dayang-dayangnya. Seorang sudah larut malam, namun masih ba-
yang agak tua dan pernah menjadi nyak yang lalu-lalang. Ia keluar me-
pertapa disebut kili. Ia menceritakan

286 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lalui pintu gerbang tanpa diketahui jibannya selaku seorang ksatriya. Di
orang. luar kraton bala tentara sudah me-
nantikan kedatangannya. Ia mema-
Prabu Krsna menantikannya de- kai pakaian berlapis baja. Ia naik ke-
ngan hati yang berdebar-debar. Ia reta perang bersama Prabu Cedi dan
memasukkan Dewi Rukmini ke da- bala tentaranya. Mereka berhadapan
lam kereta dan berangkat. Prabu Ba- dengan para Yadu dan Wrsni yang
ladewa dan anak buahnya tidak ikut. dipimpin oleh Prabu Baladewa. Ia
Mereka akan menghadapi kemarah- mundur dengan perlahan dan men-
an Prabu Cedi. Prabu Bhismaka di- cari tempat yang cocok untuk ber-
beri tahu bahwa anak putrinya hi- tempur. Pertempuran itu dimenang-
lang. Pada mulanya ia tidak percaya, kan oleh pihak Prabu Krsna.
tetapi hal itu adalah menjadi kenya-
taan. Tiba-tiba segala bunyi musik Rukma beserta bala tentaranya
lenyap dan suasana pesta menjadi menemukan tempat persembunyian
suasana yang menakutkan. Prabu Prabu Krsna dan Dewi Rukmini. Pra-
Cedi akan menentukan sikap. bu Krsna menolak tuduhan bahwa
ia berkelakuan hina. Ia menyatakan
Prabu Cedi dan Prabu Jarasan- bahwa bagi seorang ksatria, hal itu
dha mengadakan rapat dan memu- adalah menjadi kebiasaan. Calon
tuskan bahwa Prabu Krsna harus di- istri ksatria harus diculik. Rukma
bunuh. Rukma marah kepada ayah- marah, ia memanahi Prabu Krsna,
nya karena ia lalai mencegat pencu- namun tidak mempan karena yoga
likan Dewi Rukmini dan marah ke- Prabu Krsna. Walaupun semula Pra-
pada Dewi Prthukirti. Penculikan itu bu Krsna tidak bermusuhan dengan
terjadi pada zaman Prabu Rama. kakak Dewi Rukmini, tetapi tidak
memang keadaan sedih selalu silih ada pilihan lain, ia terpaksa mene-
berganti dengan keadaan gembira. waskan saudaranya yang paling de-
Pada waktu itu terjadilah diskusi kat dengan perang tanding. Anak pa-
yang panjang lebar mengenai kebi- nahnya menceraiberaikan pasukan
jaksanaan duniawi serta tugas dan Kundina dan menghancurkan kereta
kewajiban seorang raja. Rukma ha- Rukma. Pada saat Rukma jatuh dan
rus menyiapkan diri untuk memang- terbaring tak berdaya di tanah, Dewi
ku jabatan itu di kemudian hari. Rukmini memegang kaki Prabu Krs-
Rukma mengatakan bahwa dengan na dan mohon agar kakaknya jangan
rasa berterima kasih ia menerima dibunuh. Kemarahan Rukma reda
wejangan ayahnya. Penghinaan yang dan ia merasa gembira bahwa hidup-
dialami raja, akibat perbuatan Prabu nya tidak jadi dibunuh. Ia ingat akan
Krsna harus dibalas. Ia berikrar bah- sumpahnya. Ia tidak akan pulang ke
wa ia tidak akan kembali ke Kundina Kundina karena akan mendirikan
sebelum membunuh Prabu Krsna kratonnya sendiri. Prabu Krsna me-
dan membawa kembali Dewi Ruk- ngantar pengantinnya ke Dwarawati
mini. Oleh karena itu, ia mohon diri dan tanpa gangguan apa pun mereka
untuki menunaikan tugas dan kewa-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 287

menikmati kedamaian dan dikaruniai pun Indonesia. Ia pun mulai menda-
sepuluh anak. pat pengakuan sebagai penulis muda
yang kreatif. Proses kreatif Krishna
krishna mihardja (1957—) lebih dipengaruhi oleh lingkungan hi-
dup di sekitarnya dengan mengacu
Krishna Mihardja (lengkapnya pada pandangan hidup orang Jawa:
Sukrisna Krisna Mihardja) lahir di Si- becik ketitik ala ketara, aja nggege
damulya, Sleman, 17 September mangsa, dan ngono yo ngono na-
1957, dari pasangan Saeni Mihardja nging ojo ngono.
(polisi) dan Djuminten (ibu rumah
tangga). Agama yang dianutnya Untuk menjadi pengarang Jawa
Islam. Menikah dengan Siti Sudaryati yang terdepan ia pun tak segan-se-
pada September 1985. Dari pernikah- gan mengisi otaknya dengan berba-
an itu lahirlah dua orang anak: Can- gai referensi buku-buku bacaan (il-
dra Satya dan Paramita Kumala. Pen- mu pengetahuan) dan karya sastra
didikan dasar dilalui di Godean yang ditulis oleh Danarto, Putu Wi-
(1972), pendidikan menengah di jaya, Iwan Simatupang, dan seba-
Kotamadia Yogyakarta (1975), dan gainya. Berbagai referensi tersebut
gelar sarjana muda (1981) diperoleh menyebabkan adanya unsur “ab-
dari IKIP (sekarang Universitas) surditas” dalam sebagian besar kar-
NegeriYogyakarta. Setamat IKIP ke- yanya. Sebuah tulisan kadang dapat
mudian bekerja sebagai guru Mate- ia selesaikan dalam waktu relatif ce-
matika di salah satu SLTP di Yogya- pat meskipun ada beberapa karya
karta terhitung sejak tahun 1979. yang baru selesai setelah satu bulan.
Meskipun memegang mata pelajaran Bahkan ada beberapa karyanya yang
bidang ilmu pasti bukan berarti ia ti- tidak selesai dan dibiarkannya begitu
dak memberi perhatian terhadap ilmu saja untuk kemudian beralih ke tu-
sosial budaya (khususnya sastra) lisan lain. Semua karya yang ditulis-
yang sesungguhnya sudah “menggo- nya umumnya bertolak dari realitas
da” dirinya sejak ia duduk di pergu- yang terjadi di Indonesia.
ruan tinggi. Bakat terpendam ini mu-
lai ia pupuk pada tahun 1970-an. Karyanya berupa cerkak pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa In-
Mengaku mulai menulis sastra donesia, antara lain “Sandhal Jinjit”
pada 1976 setelah membaca bebera- (dimuat Kompas Minggu) dan “Ki
pa cerkak dan guritan yang dimuat Dhalang” (dimuat Horison). Baik
dalam media atau majalah berbahasa Kompas maupun Horison merupa-
Jawa. Ketertarikan tersebut berlanjut kan dua media yang menjadi tolok
dengan keinginannya menulis. Usaha ukur dalam melegitimasi seseorang
ini tidak sia-sia karena tulisannya ke- menjadi penulis. Pemuatan terjemah-
mudian dimuat dalam berbagai ma- an cerkak Krishna Mihardja dalam
jalah. Pada tahun 1980-an karya kedua media tersebut secara eksplisit
Krishna mulai memenuhi halaman menyiratkan kualitas karya Krishna
beberapa majalah, baik Jawa mau- Mihardja yang memenuhi kriteria

288 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

untuk dimuat dalam dua media ber- ra Jonggrang (Adicita Karya Nusa,
gengsi tersebut. Kualitas karyanya 1996), Ketika Gelap Menjadi Terang
tercermin pula dalam antologi cer- (Adinda Tuti Kinasih, 1996), Aku Se-
kak berjudul Ratu dan novel Sindhen orang Pilot (Adicita Karya Nusa,
yang menjadi bahan kajian bagi ma- 1997), Batu-Batu Berserakan (Adi-
hasiswa di Universitas Leiden, Be- cita, 1998), dan Aku Tak Akan Kem-
landa. bali (Gama Media, 1999)

Karya-karyanya (berbahasa Ja- Selama terjun ke dunia sastra
wa) telah terbit dalam beberapa an- Krishna telah memperoleh beberapa
tologi, baik tunggal maupun bersa- penghargaan, antara lain, sebagai
ma, yaitu Palagan Kurusetra (sten- Juara Lomba Penulisan Puisi (IKIP
silan, 1984), Antologi Geguritan Yogyakarta, 1980), Penghargaan Cri-
dan Cerkak (Taman Budaya Yogya- ta Cekak (Balai Bahasa Yogyakarta,
karta, 1991), Rembulan Padhang 1982), Penghargaan Cerita Cekak
ing Ngayogyakarta (FKY, 1992), (Kanwil Depdikbud, 1982), Juara Pe-
Cakra Manggilingan (FKY, 1993), nulisan Cerpen (Taman Budaya Yog-
Niskala (FPBS IKIP Yogyakarta, yakarta, 1989), Penghargaan Cerita
1993), Mutiara Sagegem (FPBS Pendek (Berita Nasional, 1990), Jua-
IKIP Yogyakarta, 1993), Padhang ra Penulisan Crita Cekak (Fakultas
Sumyar ing Adikarta (RAM, 1993), Sastra UGM, 1994), Penghargaan
Pangilon (FKY, 1994), Pesta Emas Crita Cekak (Sanggar Triwida,
Sastra Jawa (Pustaka Pelajar, 1995), 1995), Penghargaan Sinangling
Ratu (Pustaka Nusatama, 1995), Pe- (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
milu (SSJY, 1997), Pisungsung (Pus- dan Balai Bahasa Yogyakarta, 1995),
taka Pelajar, 1997), dan Rembuyung Juara Penulisan Novel (Dewan Ke-
(Balai Bahasa Yogyakarta, 1997). senian Jawa Tengah, 1994), Nomi-
nasi Lomba Kreativitas Guru (LIPI,
Sementara beberapa karyanya 1994), Nominasi Cerpen (Majalah
yang berbahasa Indonesia juga telah Citra Yogya, 1996), Juara Penulisan
diantologikan, baik bersama maupun Cerkak (Taman Budaya Yogyakarta,
tunggal, yakni dalam Suara Tujuh 1998), Penghargaan Dana Seniman
Sembilan (tanpa penerbit, tanpa ta- (Jarahnitra, 1999), Juara III Penulis-
hun), Tonggak Insani (stensilan, tan- an Fiksi (Pusbuk Depdikbud, 1995),
pa tahun), Silhuet (stensilan, tanpa Juara I Penulisan Fiksi (Kanwil Dep-
tahun), Sebuah Episode (stensilan, dikbud DIY, 1995), Juara I Penulisan
tanpa tahun), Sajak Resah (sten- Fiksi (Kanwil Depdikbud DIY,
silan, tanpa tahun), Antologi Cerpen 1996), Juara II Penulisan Fiksi (Kan-
(Taman Budaya Yogyakarta, 1989), wil Depdikbud DIY, 1997), Juara III
Nyidam (Pustaka Pelajar, 1994), dan Penulisan Fiksi (Pusbuk Depdikbud,
Taman Sari (FKY, 1998). Selain itu, 1997), dan Juara I Penulisan Fiksi
novel karangannya juga telah terbit, (Kanwil Depdikbud Provinsi DIY,
antara lain, Di antara Kali Opak dan 1998).
Kali Progo (Mitra Gama, 1995), Ra-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 289

kunjarakarna wannya agar tidak masuk neraka dan
menghadap Wairocana. Ringkasan
Kitab Kunjarakarna digubah ceritanya sebagai berikut.
dengan menggunakan bahasa prosa.
Bahasa yang dipergunakan seumur Seorang raksasa bernama
dengan bahasa yang terdapat di da- Kunjarakarna akan meruwat dirinya
lam kitab-kitab parwa (bahasanya menjadi manusia. Ia menghadap Ba-
tergolong bahasa Jawa Kuna). Kitab tara Wairocana, penghulu lima Dhya-
ini dicetak dua kali, pertama kali de- ni Buddha. Kunjarakarna diperintah-
ngan huruf Jawa, kedua kali dengan kan untuk pergi ke neraka dahulu
huruf Latin. Keduanya terdapat ke- agar mengetahui keadaan neraka.
terangan dalam bahasa Belanda oleh Setelah sampai di tempat bersema-
Prof. Dr. H. Kern. Meskipun kata- yamnya Batara Yamadipati, ia diper-
katanya banyak yang rusak, tetapi k- lihatkan segala macam hukuman dan
itab ini masih dapat diperbaiki (Poer- nyawa yang disiksa. Ia melihat ka-
batjaraka, 1957:14—15). wah yang sedang dibersihkan untuk
Sang Purnawijaya, putera Batara In-
Kunjarakarna karya yang di- dra, yang sangat besar dosanya.
gubah dengan konsep sastra manda- Oleh karena itu, Kunjarakarna ke-
la dan termasuk kakawin. Kitab ini luar dari neraka dan mendapatkan
kepunyaan orang-orang yang ber- temannya. Ia mengatakan kepada
agama Buddha Mahayana. Kitab itu Sang Purnawijaya bahwa sudah ter-
seperti kitab “Sang Hyang Kama- sedia kawah baginya. Kunjarakarna
hayanikan” (Sedyawati dkk, 2001: pergi menghadap Sang Wairocana.
32, 439, dan 441). Naskah itu meru- Ia menerima pelajaran dari Sang
pakan teks yang didaktis religius, Wairocana. Akhirnya, ia dapat me-
berasal dari zaman Majapahit akhir. ruat menjadi seorang manusia yang
Pengarang kakawin Kunjarakarna elok rupanya. Sang Purnawijaya ikut
adalah Empu Dusun atau penulis da- menghadap dan diberi pelajaran ju-
ri pedalaman. Hal ini dapat menun- ga. Pada waktu ia meninggal, ia ha-
jukkan bahwa penciptaan karya sas- rus disiksa sampai beratus-ratus ta-
tra Jawa Kuna dan Jawa Pertengah- hun, tetapi kenyataannya hanya nya-
an telah menyebar di masyarakat wanya masuk kembali ke dalam tu-
luas. Pada zaman Jawa Kuna terda- buhnya. Istrinya, Kusuma Ganda-
pat contoh-contoh tentang cerita-ce- wati, masih menunggunya (Poerba-
rita yang berupa saduran dalam ben- tjaraka, 1957:14—15).
tuk rangkaian relief. Cerita bauddha
gubahan Jawa seperti Kunjarakar- Di dalam manggala Kunjara-
na. Di Candi Jago (dibangun pada karna terdapat keterangan yang
akhir abad ke-13 awal abad ke-14) ditujukan kepada Kunjarakarna
terdapat arca-arca agama Buddha. yang tapa bratanya menyerupai tem-
Cerita Kunjarakarna di sana meru- pat atau medan pertempuran, tempat
pakan cerita buddha, tentang bodhi- keenam musuh atau sadripu dapat
sattwa yang hendak menolong ka- dikalahkan oleh pengetahuannya

290 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang telah disinari atau bodhijnana. lampau. Jalan selatan menuju daerah
Secara lahiriah, ia adalah inkarnasi besi atau lohabhumipattana, dengan
Buddha yang restunya dimohon oleh- pohon-pohon pedang. Sebuah gu-
nya. Penyair memohonkan kesabar- nung yang dibuat dari besi yang me-
an hati para penyair lain yang bijak- nganga dan menutup diri, burung-
sana dan pandai menulis puisi kare- burung yang berekor pisau-pisau be-
na ia berani menggabungkan diri pa- lati dan rerumputan dengan paku-
da rombongan mereka. Di dalam Wi- paku sebagai daun-daunnya. Kunja-
hara Bodhicitta Wairocana diajar- rakarna menyaksikan arwah orang-
kan dharma kepada para Jina Bodhi- orang mati yang disiksa oleh para
sattwa, Bajrapani, dan dewa. Pada pembantu Dewa Yama dan para
waktu yang sama Kunjarakarna me- kingkara dalam aneka bentuk yang
lakukan meditasi Buddha di Gunung mengerikan. Kunjarakarna sangat
Semeru. Hal itu dilakukan dengan terharu karena melihat kejadian itu
harapan dapat dibebaskan dari wa- dan berterima kasih karena Dewa
taknya sebagai setan dalam inkarnasi Yama telah memberi kesempatan un-
berikutnya. tuk menyaksikan hal itu.

Selanjutnya kitab Kunjarakarna Kemudian, Kunjarakarna menu-
mendeskripsikan mengenai keadaan ju ke kediaman Batara Yama. Ia di-
alam. Di samping itu, diceritakan ten- sambut dengan ramah dan diberi ke-
tang Kunjarakarna akan mengun- terangan tentang hakikat kejahatan
jungi Dewa Gotama (Buddha). Se- yang dapat membawa siksaannya
telah mendapat izin untuk mengha- menuju neraka. Kebanyakan orang
dap Wairocana, Kunjarakarna me- menempuh jalan menuju ke neraka,
mohon agar diberi pelajaran menge- sedangkan jalan menuju surga jarang
nai dharma dan penerangan tentang ditempuh orang. Sang dewa juga
bermacam-macam nasib yang di- menjawab pertanyaan Kunjarakarna
alami para makhluk di dunia ini. tentang bagaimana mungkin keada-
Sang dewa memujinya karena ia lain an seseorang yang telah meninggal
daripada yang lain. Sang dewa me- dunia di bumi tetapi masih juga hi-
merintahkan agar Kunjarakarna me- dup dan di neraka nantinya masih di-
ngunjungi daerah para orang yang siksa.
meninggal dunia, yaitu di daerah ke-
kuasaan Dewa Yama. Hal ini dila- Kunjarakarna melihat sebuah
kukan oleh Kunjarakarna. Di tengah periuk besar untuk menyambut ke-
jalan, ia bertemu dengan dua raksa- datangan seorang pendosa besar.
sa, Kalagupta dan Niskala. Kedua Pendosa itu adalah Purnawijaya, ra-
raksasa itu bertugas untuk menun- ja para gandharwa. Siksaan itu ber-
jukkan jalan kepada arwah-arwah langsung selama 100.000 tahun. Hal
yang lewat, entah ke surga atau en- ini menggoncangkan raksasa lain
tah ke neraka, sesuai dengan per- yang masih bersaudara dengan Pur-
buatan-perbuatan mereka yang telah nawijaya. Ia ingin ikut menikmati ke-
bahagiaan Purnawijaya di surga Ba-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 291

tara Indra. Ia mau bertobat. Kini ia adanya para hawa nafsu. Kewajiban
semakin ingin untuk kembali ke seorang murid yang dipersembahkan
Wairocana dan menerima pelajaran kepada gurunya. Seorang pria berke-
yang dimintanya. Sebelumnya Kun- wajiban kepada orang tuanya. Se-
jarakarna mendengarkan keterangan orang pemuja berkewajiban terha-
Batara Yama tentang berbagai ma- dap dewanya. Seorang pejuang ber-
cam inkarnasi para pendosa setelah kewajiban untuk memperjuangkan
mereka melunasi siksaannya di ne- pembebasan terakhir. Pembebasan
raka (Zoetmulder, 1974:470—472). itu terjadi apabila seorang pejuang
membersihkan setiap noda lewat
Kunjarakarna cemas akan nasib jnana wicesa ‘pengetahuan mulia’.
temannya. Lalu ia menuju ke surga Akhirnya, manusia tahu bahwa ia
untuk menceritakan kepada Purna- adalah inkarnasi dewa. Bahkan, ia
wijaya tentang apa yang dilihat dan sendiri adalah seorang dewa.
didengarnya. Purnawijaya, raja para
gandharwa, terkejut dan kehabisan Ilmu itu sangat rumit. Kalau se-
harapan karena mendengarkan ke- seorang dapat mencapainya, maka
terangan Kunjarakarna. Raksasa ia berhasil menjadi wiku. Ia harus
saudara Purnawijaya itu lalu dina- hati-hati dan tidak boleh membeda-
sihati agar bertabah hati. Bersama bedakan ketiga jalan, yaitu jalan pe-
Kunjarakarna, sang raksasa meng- muja Buddha, pemuja Siwa, dan ja-
hadap Wairocana untuk mohon ban- lan para resi. Wairocana mengajak
tuan agar dapat terhindar dari nasib- mereka untuk lebih dekat karena be-
nya. Ia berpamitan pada istrinya, Ku- liau akan membuka rahasia besar
sumagandhawati. Kepergiannya di- tentang seorang wiku tidak dapat
iringkan sepasukan makhluk surga- mencapai pembebasan terakhir di
wi dan para sahabatnya. dunia, walaupun mereka telah ber-
usaha. Hal itu terjadi karena setiap
Mereka berangkat ke Bodhi aliran menganggap bahwa dewanya
(Citta) nirmala. Setelah tiba di sana, lebih unggul daripada dewa-dewa
mereka menghormati Wairocana se- lainnya. Para Buddhis menghormati
bagai mahadewa. Mereka mohon kelima Buddha, para resi menghor-
anugerah agar dharma jatuh kepada mati kelima Kusika, para Siwais
mereka. Permohonan mereka dika- menghormati kelima manifestasi
bulkan. Wairocana menerangkan Siwa. Setelah menyamakan jina
bahwa adanya manusia di dunia ini (Wairocana, Aksobhya, Ratna Sam-
karena persatuan antara seorang pria bhawa, Amitabha, dan Amoghasid-
dan perempuan. Tubuhnya terjadi ka- dhi). Hal itu diurutkan menurut urut-
rena adanya kelima unsur yang ber- annya. Kelima Kusika, antara lain
kaitan dengan kelima atma atau ji- Patanjala, Mahakusika, Garga, Me-
wa. Pertumbuhan anak terjadi kare- tri, dan Kurusya). Kelima dewa Si-
na bimbingan orang tuanya. Mara- waisme, antara lain Siwa, Iswara,
bahaya yang mengancam manusia Brahma, Mahadewa, dan Wisnu. Ia
adalah adanya enam musuh, yaitu

292 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menamatkan pelajarannya dengan ta-senjata serta alat penyiksa mereka
pernyataan resmi, yaitu “Aku Wai- tak berdaya, maka mereka melapor-
rocana yang merupakan Buddha dan kan kepada Batara Yama. Sang dewa
Siwa dalam bentuk yang dapat di- berusaha melihat kebenaran berita
lihat. Mereka adalah guru semesta itu. Di sana ia mendengar dari Pur-
alam dan oleh karena itu di mana- nawijaya bahwa keajaiban itu terjadi
mana Wairocana dikenal dengan na- karena rahmat Wairocana serta ke-
ma Bhatara Guru, yang menembus saktian ilmu yang diajarkan kepada-
semua dunia, dewa tertinggi (Zoet- nya. Jiwa Purnawijaya kembali ke
mulder, 1974:472—473). tubuhnya. Seolah-olah ia terbangun
dari tidurnya. Kusumagandhawati
Setelah pelajaran tentang dhar- gembira karena ia dan suaminya ber-
ma (dharmadesana) selesai, Kunja- satu lagi, tetapi kegembiraannya ber-
rakarna mohon diri untuk menekuni ubah menjadi kekecewaan. Hal itu
tapa brata dengan lebih khusyuk terjadi karena suaminya memberi ta-
lagi. Purnawijaya tidak ikut. Ia me- hu bahwa suaminya akan menemani
nanyakan tentang cara meloloskan Kunjarakarna untuk bertapa. Ia me-
diri dari siksaan di neraka. Wairo- nangis karena nasibnya. Purnawi-
cana menjawab bahwa ia tidak dapat jaya hanya sebentar untuk menghi-
dibebaskan dari kematian. Ia akan burnya, yaitu ia memperlihatkan ka-
meninggal dalam tidurnya dan pen- sih sayangnya.
deritaannya hanya akan berlangsung
selama sembilan hari. Pada hari berikutnya, ia berang-
kat. Ia ditemani gandharwa ‘dewa
Raja Purnawijaya kembali kepa- berupa raksasa’ dan widyadhari ‘bi-
da istrinya, lalu menerangkan kepa- dadari’. Mereka menghormati Wai-
da mereka tentang apa yang akan ter- rocana dengan sembah sujud. Di Bo-
jadi. Setelah ia berpesan agar istri- dhicitta para dewa berkumpul untuk
nya menantikan kembalinya pada menghadiri upacara dewapuja. Para
hari yang kesepuluh. Ia tertidur dan makhluk surgawi pandai bernyanyi
meninggal dunia. Istrinya bimbang dan membunyikan alat-alat musik,
karena ditinggalkan bersama dengan sedangkan para bidadari memamer-
jenazah suaminya. Ia mengungkap- kan kecantikannya. Batara Yama se-
kan rasa sedihnya dalam suatu ra- bagai juru bicara para dewa. Ia mo-
tapan. Arwah Purnawijaya diangkat hon kepada raja Jina untuk mene-
oleh para kingkara dan dimasukkan rangkan tentang bagaimana suatu
ke dalam periuk. Ia melakukan sa- siksaan yang seberat itu hanya dise-
madhi sehingga ia hampir tidak me- lesaikan dalam beberapa hari saja.
rasa sakit. Pada hari ketiga, periuk
itu pecah dan berubah menjadi se- Wairocana bercerita tentang ki-
buah manikam dalam bentuk bunga sah Muladhara yang menghabiskan
teratai. Pohon-pohon pedang men- harta kekayaannya untuk yayasan-
jadi parijata-parijata. Para algojo yayasan keagamaan serta derma-
Batara Yama, melihat bahwa senja- derma, tetapi untuk yang hatinya pe-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 293

nuh kejahatan dan kesombongan. ganjaran di surga, kenapa tidak pem-
Ada sepasang suami dan istri yang bebasan sempurna. Hal ini dapat di-
bernama Utsahadharma dan Sudhar- capai dengan punya yang lebih luhur
mika, mereka mempergunakan harta sifatnya, yaitu dengan cara mencapai
kekayaannya untuk berbuat baik. pencerahan sempurna. Menjalankan
Mereka diusir oleh Muladhara dari tapa dapat mendekatkan diri dengan
rumahnya. Karena terjadi begitu, pencerahan itu, asal hal itu tidak di-
maka mereka menjalankan kehidup- lakukan dengan maksud untuk me-
an sebagai pertapa di pegunungan. nambah kebahagiaan material. Oleh
Pada waktu mereka meninggal du- karena itu, Purnawijaya dan istrinya
nia, mereka belum mampu mencapai menjalani nasihat itu di Gunung Se-
pembebasan sempurna karena me- meru. Ia memberi tahu bawahannya
reka masih terikat oleh perbuatan- di sorga bahwa ia mengundurkan diri
perbuatan baik yang bersifat lahiri- dan memerintahkan agar mereka
ah. Namun, mereka dapat menjadi kembali ke surga. Mereka mema-
Batara Indra dan Soci di surga. Mu- tuhinya, walaupun dengan sedih hati
ladhara menerima pahalanya. Ia di- karena kehilangan raja yang baik se-
angkat menjadi Purnawijaya, raja kali. Berkali-kali para apsari ‘bida-
para gandharwa. Di samping itu, ia dari’ dengan keadaan rindu pada ma-
disiksa lebih lama di neraka karena sa silam, membaca kembali puisi-
kejahatannya, tetapi siksaan itu di- puisi cinta yang ditinggalkannya.
perpendek menjadi beberapa hari sa- Purnawijaya dan Kusumagandha-
ja tanpa banyak menderita. Hal itu wati melakukan tapa Mahayana (se-
dapat terjadi karena kesaktian yang bagai Mahayana dan mahayani) se-
terpancar dari ajaran suci. Purnawi- hingga mereka mencapai pembebas-
jaya telah menerima pengetahuan an di surga Jina. Kunjarakarna telah
mengenai ajaran itu bersama dengan mendahului mereka untuk ke sana.
Karnagotra, mantan ahli bangunan-
nya. Ia dilahirkan kembali sebagai kunthi
Kunjarakarna. Ia memetik hasil pe-
lajaran sebagai seorang pertapa un- Majalah umum berbahasa Jawa
tuk menuju pembebasan yang sem- Kunthi terbit pafa tahun 1970, di Ja-
purna. Para dewa pun dapat men- karta. Seperti majalah berbahasa Ja-
capai tujuan yang sama, dengan cara wa pada umumnya, majalah Kunthi
mereka harus tekun menghormati memiliki rubrik umum dan rubrik
dharma ‘kebajikan’suci itu. khu_sus sastra. Rubrik-rubrik sastra
di Kunthi ialah “Crita Cekak”, “Gu-
Setelah menerima tegoran yang ritan”, “Pedhalangan”, dan “Esai/
bermanfaat itu, para dewa pun pergi. Panglimbang”. Sayang, majalah ini
Selanjutnya, Wairocana menerang- hanya satu tahun terbit.
kan kepada Purnawijaya, yaitu ten-
tang bagaimana perbuatan lahiriah
yang baik hanya dapat menghasilkan

294 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kuswahyo s.s. rahardjo Dalam menekuni dunia sastra
(1954—) Kuswahyo SS Rahardjo telah meraih
beberapa penghargaan, di antaranya,
Kuswahyo SS Rahardjo lahir di menjadi juara I dalam lomba pen-
Yogyakarta pada 31 Oktober 1954. ciptaan puisi yang diselenggarakan
Sejak lulus SLTA, dan ketika sedang oleh Himpunan Polemologi Media
mengikuti pendidikan Brahmancakti Indonesia (1989), menjadi runner up
Cultural Guide for Tourist (1974), Third Hampton International Poe-
ia telah aktif bermain teater dan men- try Contest, New York (1989), dan
cipta lagu. Bahkan, saat itu sambil menjadi juara I dalam lomba penu-
bermain teater ia juga mengamenkan lisan cerkak yang diselenggarakan
lagu-lagu ciptaannya. Di sekitar ta- oleh majalah Praba Yogyakarta
hun 1974 hingga 1980 ia menjadi (1993). Dan hingga kini, lelaki yang
guide (pemandu wisata) dan sejak bertempat tinggal di Krapyak Wetan
tahun 1982 hingga sekarang ia be- 422, Sewon, Bantul, Yogyakarta, ini
kerja sebagai staf di Program Pas- telah mengantologikan sejumlah kar-
casarjana Universitas Gadjah Mada yanya dalam buku Suara Bawah Ta-
Yogyakarta. nah, Kaliboyong, Sang Waktu,
Sejuta, Nirwana, dan Pagelaran.
Karier kepengarangan Kuswah-
yo SS Rahardjo dimulai pada awal kyai asnawi hadisiswojo
tahun 1970-an. Karier itu semakin
berkembang setelah ia (tahun 1974) Pengarang ini tinggal di Solo,
bergabung dengan PSK (Persada dengan nama lengkap Kyai Asnawi
Studi Klub) pimpinan Umbu Landu Hadisiswojo. Ia adalah seorang guru
Paranggi yang bermarkas di Jalan agama di HIK (Hollands Inlandse
Malioboro Yogyakarta. Pada awal- Kweek School) Muhammadiyah di
nya ia hanya menulis sastra dalam Kleco, Surakarta. Ia memang senang
bahasa Indonesia, tetapi pada per- menulis cerita, terutama cerita per-
kembangan berikutnya ia juga me- cintaan dan detektif. Selain sebagai
nulis sastra dalam bahasa Jawa. pengarang sastra Jawa (jenis fiksi
Hingga sekarang (sejak 1972) karya- cerpen dan cerita detektif), dia juga
karyanya berupa puisi, cerpen, nove- dikenal sebagai pemilik majalah
let, novel, dan artikel telah dimuat hiburan berbahasa Jawa Purnama,
di berbagai media massa (majalah yang terbit di Solo pada masa sebe-
dan koran) seperti Masa Kini, Ber- lum kemerdekaan, tepatnya sebelum
nas, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, kedudukan Jepang di Tanah Air. Sa-
Minggu Pagi, Buana Minggu, Yu- yang sekali, ketika Jepang masuk ke
dha Minggu, Swadesi, Mutiara, Indonesia, seperti halnya majalah-
Kartini, Pelita, dan sebagainya. majalah berbahasa daerah lainnya
Bahkan, ia juga sering menerjemah- pada waktu itu, majalah Purnama
kan puisi dan cerpen berbahasa Ing- ini dibredel.
gris ke dalam bahasa Indonesia dan
dimuat di Pelopor Yogya.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 295

Pengarang ini sangat rajin menu-
lis karya sastra di majalah yang di-
asuhnya itu, Purnama. Oleh karena
itu, selain dengan nama Kyai Asna-
wi, ia juga memiliki nama samaran
Kyai X, untuk mengurangi populari-
tas nama aslinya di majalah hiburan
Purnama itu.

296 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

l

lagu dolanan luhur pada waktu hidupnya di dunia
fana, yang diproyeksikan di dalam
Lagu dolanan adalah puisi Jawa kelir. Boneka wayang kulit masing-
tradisional yang sering dinyanyikan masing memperlambangkan para le-
anak-anak untuk mengiringi per- luhur itu. Demikian anggapan orang
mainan yang mereka selenggarakan. pada permulaan zaman purbakala.
Puisi jenis ini tidak diikat oleh per- Yang dilukiskan pada umumnya me-
aturan khusus. Puisi yang berbentuk liputi hal-hal yang bersifat saleh atau
lagu dolanan anak-anak merupakan mulia. Pada waktu Hindu berkuasa,
puisi bebas. Dalam perkembangan- konsep tentang leluhur itu sedikit de-
nya, lagu dolanan anak-anak itu di- mi sedikit terdesak ke samping. Satu
sebut dengan nama geguritan tradi- demi satu diganti dengan nama-na-
sional Jawa. ma pahlawan dari India seperti da-
lam Mahabharata atau Ramayana
lakon sehingga lakon asli sukar ditemukan
kembali. Lambat-laun para pahla-
Lakon adalah ragam sastra da- wan itu diadopsi oleh bangsa Jawa.
lam bentuk dialog yang dimaksud- Beberapa lakon lainnya berciri asli
kan untuk dipertunjukkan di atas antara lain lakon Watu Gunung, Mi-
pentas. Lakon berasal dari pangkal kukuhan, Si-Maha Punggung, dan
kata laku, yang berarti sesuatu yang sebagainya. Cerita wayang kulit di-
sedang berjalan atau sesuatu “peris- bagi dalam dua kelompok, yaitu (1)
tiwa”, ataupun gambaran atau sifat Lakon pokok yang juga dinamakan
kehidupan manusia sehari-hari. Oleh pula lakon adhapur, lakon jejer,
karena itu, lakon yang dipertunjuk- lakon lugu. Lakon-lakon tersebut di-
kan itu merupakan salah satu pokok susun atas adat atau tradisi tertentu,
acara terpenting dalam suatu pertun- misalnya Lakon Pandu lahir; (2)
jukan wayang kulit. Lakon adalah Lakon carangan ‘gubahan baru’.
pertunjukan wayang kulit yang pada Lakon carangan disusun tidak ber-
hakikatnya dapat memberi pelajaran dasarkan cerita yang “resmi”, tetapi
sikap para penonton. “Berisi” atau dengan “personalia” lakon pokok,
tidaknya lakon sangat tergantung misalnya, Lakon Jaladara Rabi, La-
pada sikap kesenian, kecakapan, ke- kon Pendawa hapus, Lakon Per-
tangkasan (teknik) memainkan, da- giwo-Pergiwati.
lam berbagai keadaan bahkan “meng-
hidupkan” boneka wayang kulit, ke- lambang
cerdasan, budi-pekerti, pengetahuan
umum dalang. Kadang-kadang orang menyebut
lambang dengan istilah pralambang
Pada asasnya sesuatu lakon
menggambarkan kehidupan para le-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 297

yang bersinonim dengan pralampita, nga melati’, dan kembang
pasemon atau prasemon. Istilah lam- sruni ‘bunga sruni’. Tujuh
bang berarti tanda yang di dalamnya macam jamuan itu dirasakan
terkandung makna tertentu. Tanda oleh Sri Jayabaya sebagai
tersebut dapat berupa barang, gam- lambang akan timbulnya ke-
bar, warna, dan bahasa. rusuhan dalam negara Kedi-
(1) Lambang berupa barang ri. Oleh karena itu, Ajar Su-
brata dibunuh oleh Sri Ja-
(a) Lambang perdukunan yabaya.
Dalam dunia perdukunan (2) Lambang berupa gambar
sering muncul lambang be- Gambar tertentu dapat diinter-
rupa barang-barang tertentu pretasikan memiliki makna ter-
yang memiliki arti tertentu tentu pula. Lambang berupa gam-
pula, misalnya bar dapat dibedakan atas tiga ma-
(1) Adas pala-waras ‘rem- cam.
pah-rempah’ = si sakit akan (a) Lambang hawa nafsu
segera waras ‘sembuh’; (1) Dasamuka = lambang
(2) Pupus pisang ‘daun pi- amarah ‘nafsu ketamakan’
sang yang belum mekar atau (2) Kumbakarna = lambang
daun kuncup’ = keluarga si aluamah ‘keinginan makan
sakit harus mupus ‘pasrah’ dan tidur’
bahwa si sakit akan lampus (3) Sarpakenaka = lambang
‘mati’; supiyah ‘nafsu asmara’
(3) Kemul latar putih ‘kain (4) Wibisana = lambang mut-
selimut yang berdasar kain mainah ‘nafsu kebajikan/ke-
putih’ = si sakit akan mening- adilan’
gal dan dibungkus kain putih (b) Lambang pakarti ‘perbuat-
atau kafan. an’
Jenis lambang ini dapat di-
(b) Lambang Ajar Subrata bedakan menjadi dua ma-
Sri Jayabaya mempunyai te- cam:
man berguru bernama Ajar (1) laku ngiwa ‘tindakan ke
Subrata. Pada suatu hari ke- arah kiri’ = mengerjakan tin-
tika Sri Jayabaya dan anak- dakan yang tidak baik
nya selesai mengantar guru- (2) laku nengen ‘tindakan ke
nya kemudian singgah ke arah kanan’ = mengerjakan
tempat Ajar Subrata. Di sa- tindakan yang baik/luhur
na disajikan tujuh macam ja- (c) Lambang ilmu gaib/kesem-
muan untuk Sri Jayabaya, purnaan kematian
yaitu: kunir ‘kunyit’, jadah Lambang ini terwujud dalam
‘juadah’, geti ‘makanan yang gambar semar yang di da-
dibuat dari campuran gula’, lamnya terdapat tulisan Ja-
kajar ‘nama daun’, bawang
putih, kembang melathi ‘bu-

298 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa. Huruf Jawa tersebut ber- . Jenis lambang ini misalnya
bunyi yang diwujudkan dalam tem-
Baja sira arsa mardi ka- bang berikut ini.
mardikan
Away samar sumingkiring PANGKUR
dur-kamurkan Poma ywa nganti kawuntat
Tulisan Jawa tersebut mengan- para priya mamrih utameng urip
dung arti: “Jika ingin memiliki ngulatana nganti antuk
jiwa yang merdeka, janganlah lima praboting gesang
terlalu mengangungkan kedunia- yeku wisma curiga tan kena
an”. kantun
(3) Lambang dengan warna kukila miwah wanita
Warna merah melambang- ganepe lima ‘turanggi’
kan berani, putih melam-
bangkan suci, dan kuning ‘Jangan sampai ketinggalan
melambangkan keluhuran. para lelaki agar mencapai keuta-
Bagi orang Barat, warna me- maan hidup
rah melambangkan berani, perhatikan sampai dapat
putih melambangkan suci, lima kelengkapan hidup
kuning melambangkan ben- yaitu rumah dan senjata tak boleh
ci, hijau melambangkan ha- ketinggalan
rapan, dan biru melambang- burung dan wanita
kan kesetiaan. Dalam dunia kuda sebagai kelengkapan ke-
kebatinan/ilmu gaib lam- lima.’
bang warna mempunyai in-
terpretasi makna tertentu Lambang tersebut dapat dite-
pula. Misalnya, warna me- rangkan seperti berikut ini.
rah=bermakna amarah ‘ke-
tamakan’; warna hijau/bi- (1)wisma ‘rumah’ = pria itu ha-
ru=bermakna aluamah ‘ma- rus bersifat sabar dan pemaaf
kan dan tidur’; warna ku-
ning=bermakna supiyah ‘as- (2)curiga ‘keris’ = pria itu ha-
mara’; warna putih = ber- rus berbudi yang baik
makna mutmainah ‘suci’.
(4) Lambang dengan bahasa/ (3)kukila ‘burung’ = pria itu ha-
kata rus halus bicaranya
Lambang yang diwujudkan
dengan bahasa/kata itu da- (4)wanita ‘wanita’ = pria itu
pat mencakupi beberapa ma- harus halus tingkah lakunya
salah.
(a) Lambang keutamaan (5)turangga ‘kuda’ = pria itu
watak/tingkah laku harus bersemangat dan keras
hati

(b)Lambang zaman
Lambang zaman ini dicipta-
kan oleh pujangga untuk
menggambarkan keadaan
zaman tertentu. Lambang za-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 299

man yang sering diperguna- ram, raja beserta rakyatnya
kan terdiri atas tujuh buah senang berlatih keprajuritan.
seperti berikut ini. 6) Kalajaya (zaman Wanakar-
1) Anderpati Kalawisesa (lam- ta)
bang zaman Pajajaran). 7) Kalabendu (tidak secara je-
Anderpati=tidak takut mati las menggambarkan zaman
Kalawisesa= Batara Guru, kerajaan mana dan siapa ra-
Hyang Siwa janya), Kala= zaman; Ben-
Pada zaman Pajajaran rakyat du= marah. Kalabendu =
memeluk agama Siwa dan zaman tertentu ketika orang-
mereka itu berani membela- orang dimarahi Tuhan kare-
nya sampai titik darah peng- na melakukan tindakan yang
habisan. tidak baik.
2) Rajapati Dewanata (lam-
bang zaman Majapahit) (c) Lambang praja/negara
Rajapati= maharaja Lambang ini dibuat oleh pu-
Dewanata = raja yang dide- jangga untuk melambangi ra-
wa-dewakan ja negara tertentu. Jenis lam-
Raja pada zaman Majapahit bang ini terdiri atas 18 buah
seperti dewa saja dan tanah dan yang akan dijadikan con-
jajahannya sampai ke luar toh berikut ini sebanyak lima
Nusantara. buah.
3) Adiyati Kalawisaya (lam-
bang zaman Demak ) (1)Catur- rana semune sagara
Adiyati = pendeta besar, asat
misalnya para wali catur = empat
Kalawisaya = Batara Guru rana = perang
rajanya dewa sagara = harta benda
Raja Demak bersifat seperti asat = habis
wali, mereka naik singgasa- Lambang negara/praja terse-
na juga atas dukungan para but bermakna empat orang
wali. raja (Singasari, Urawan, Ke-
4) Kalajangga (zaman Pajang) diri, dan Jenggala) yang te-
Kalajangga = Batara Asma- rus-menerus berperang se-
ra hingga harta benda negara
Raja pada zaman Pajang su- habis.
ka bermain asmara.
5) Kalasakti (zaman Mataram) (2)Kalabendu semune Sema-
Kalasakti= Batara Wisnu rang lan Tembayat
yang berwatak prajurit se- Lambang Pangeran Dipone-
nang memayungi kedamaian goro ketika mulai melaku-
dunia. Pada zaman Mata- kan perlawanan terhadap
Kompeni.

(3) Macan galak semune curi-
ga kethul

300 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

macan = hariamau yang bermakna bahwa Su-
galak = ganas nan Mangkurat itu suka
semune = tampaknya mengganggu wanita.
curiga = senjata tajam
(keris) lastri fardani
kethul = tumpul
Lambang tersebut dipergu- Pengarang ini lahir di Yogyakar-
nakan untuk melambangi ne- ta pada 3 Desember 1941. Ia pernah
gara Majapahit. Sang Prabu mengikuti kuliah di Fakultas Ilmu Bu-
Brawijaya itu merupakan daya Gadjah Mada, di Jurusan Sas-
raja yang terkenal, tetapi pu- tra Inggris. Akan tetapi, sejak me-
tra-putranya dan para pung- nikah dengan Jaksa Agung Sukarton
gawa kerajaan perasaannya Marmosoejono, S.H. (meninggal ta-
tumpul pada keindahan sas- hun 1990), ia menetap di Jakarta, se-
tra. mula di Kemang Raya (perumahan
(4)Lunga perang putung wa- dinas pejabat tinggi), selanjutnya ia
tange kembali ke rumah pribadi di Keba-
lunga = pergi atau berang- yoran Baru.
kat
perang= berperang Ia mengawali karirnya sebagai
putung = patah pengarang sejak duduk di bangku
watange = tangkai/batang kuliah karena kebetulan. Ia bersama-
tombak an waktu (satu angkatan) denganAl-
Lambang demikian itu diper- marhumah Th. Sri Rahayu Prihatmi,
gunakan sebagai lambang tetapi Prihatmi mengambil jurusan
raja (sultan) Demak yang Sastra Indonesia. Keduanya menga-
menaklukkan para bupati wali menulis sastra dengan cerpen
lain yang masih beragama (cerkak) berbahasa Jawa. Dalam sas-
Budha. Dalam proses perang tra Jawa, ia tidak seproduktif Th. Sri
penaklukan itu para wali De- Rahayu Prihatmi, Eny Sumargo, dan
mak banyak yang tewas di Toet Sugiyarti Sayogya. Meskipun
medan perang. demikian, beberapa cerpennya juga
(5)Lung gadhung semune rasa dapat dijumpai di majalah berbahasa
anglikasi Jawa Mekar Sari, Dharma Nyata.
lung gadhung = daun ga-
dung yang merambat latar
semune = tampaknya
rara = wanita Dalam Bausastra Jawa istilah ini
anglikasi = mengikal ditandai dengan huruf kn, yang berarti
Sunan Mangkurat, Putra istilah kuna. Dalam buku itu disebut-
Pakubuwana I, dilambangi kan bahwa “latar” (kn) itu memiliki
dengan lambang tersebut beberapa pengertian, dan ada dua di
antara pengertian-pengertian itu yang
dekat dengan sastra ialah (1) peka-
rangan sangareping omah ‘halaman

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 301

di depan rumah’, yang bila ditambah rang modern harus mengenal betul
imbuhan pe-an menjadi pelataran realitas latar yang dipilihnya. Peng-
yang berarti latar sing jembar ‘ha- gambaran latar yang digarap dengan
laman depan rumah yang luas’ dan teknik yang bagus akan memberikan
(2) dhasaring warna ing bathikan kesan akrab dan menarik. Di tangan
‘warna dasar pada kain batik’. Se- seorang pengarang yang matang da-
cara implisit kedua pengertian itu — lam penulisan fiksi seperti —Esmiet,
terutama yang kedua— mengacu ke- Tamsir AS, Satim Kadarjono, Sudar-
pada pengertian “dasar dari sesuatu/ mo K.D., Suryadi W.S., Tiwiek S.A.,
benda yang berada di atasnya”. Da- dan Suparto Brata, misalnya— se-
lam istilah fiksi (baik dalam sastra buah karya fiksi dapat menyenang-
tradisional maupun sastra modern), kan, antara lain karena penggambar-
kata “latar” digunakan untuk menye- an latar yang menarik. “Latar” bu-
but/menamai “tempat berpijak, atau kanlah unsur yang berdiri sendiri da-
tempat terjadinya suatu kejadian/pe- lam bangunan sebuah fiksi. Akan te-
ristiwa”. Dalam sastra Inggris istilah tapi, karena sebuah bangunan fiksi
“latar” itu bersinonim dengan setting, merupakan sebuah totalitas yang
yang dalam pengertian sastra jenis utuh, maka penggarapan latar cerita
fiksi merupakan salah satu dari 3 fak- selalu berkaitan dengan unsur struk-
ta sastra (literary facts) yang penting, tur yang lain, yaitu paraga ‘tokoh’,
secara implisit menjadi bagian pen- dan alur cerita. Kutipan latar dalam
ting dari struktur pembangunnya. novel Tunggak-tunggak Jati (1977:
7—8) karya Esmiet berikut menun-
Sebenarnya, “latar” mencakupi jukkan keterkaitan latar tempat —
pengertian yang amat luas, tidak ter- yang berupa hutan jati di Jawa Ti-
batas pada penunjukan nama tempat mur- dengan beberapa tokoh penting
atau letak geografis, tetapi juga da- di daerah itu.
pat berupa iklim tertentu, atau ling-
kungan budaya tertentu di suatu tem- Gubug iku ana ing tengah alas
pat terjadi peristiwa. Baik nama ko- gundhul. Dhek emben, alas iku
ta, situasi kota, letak geografis, iklim, digantas Lan dhek wingi lagi
dan budaya yang digelar sebagai “la- dibabat. Ambune grumbul ko-
tar” cerita atau kejadian akan menjadi bong kayu-kayu gapuk wor suh
bagian penting sebuah cerita. karo ambune tunggak-tunggak
jati sing mentas mambi pecok,
Latar dalam tradisi sastra lama, marahi wong lanang sing ana
pada umumnya, bersifat imajiner, ti- njero gubug iku bola-bali wa-
dak berpijak pada dunia nyata. Se- hing…
baliknya, pada tradisi sastra modern, Tangane sraweyan nyableki le-
penggambaran latar didekatkan de- mut sing tansah tlaten njiwiti le-
ngan dunia nyata (realita) sehingga ngene, pipine, lan kentole. Ma-
menuntun pembaca untuk seakan- lah ana sing kurang ajar menclok
akan menjadi bagian dari “dunia fik- ing pucuking irung.Dheweke
si”. Oleh karena itu, seorang penga-

302 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ketara anyel karo lemut alasan kan ada yang kurang ajar hing-
iki. Jalaran irunge Ir. Karmodo gap di ujung . Dia tampak jeng-
iki irung pethingan. Sulasmi, kel dengan nyamuk hutan ini.
mitra sekolahe, tau kedanan Sebabnya hidung Ir. Karmodo
dheweke jalaran irung iki. Lha itu hidung istimewa. Sulasmi, ka-
kok dina iki irung kuwi kanggo wannya sekolah, pernah tergila-
hyap-hyapan dening lemut. gila padanya karena hidung itu.
Nanging, Karmodo isih durung Sialnya, hari ini hidung itu untuk
gelem lunga saka panggonan hinggap nyamuk. Tapi, Karmo-
iku. Ana sing dienteni. Ana sing do masih belum mau pergi dari
diarep-arep tekane. tempat itu. Ada yang ditunggu
…. datangnya.
Kupinge dipasang lan bedhile ….
enggal diselehake. Sedhela eng- Kupingnya dipasang dan bedil-
kas ana sepedha motor Honda nya diletakkan. Sebentar kemu-
Benly nyedhaki jip plat abang dian ada sepeda motor Honda
iku. Banjur katon ana setengah Benly mendekati jip pelat merah
tuwa mlayu-mlayu nyedhaki gu- itu. Kemudian tampek Orang se-
bug. Tekan ngarepe Karmodo, tengah tua berlari-lari mendekati
wong iku uluk salam. gubug. Sampai di depan Karmo-
“Sugeng siang, Pak.” do, orang itu mengucapkan sa-
“Sugeng,” wangsulane Karmo- lam,
do cekak. “Selamat siang, Pak.”
“Kula Kaudin, Pak,” kandhane “Siang,” jawab Karmodo sing-
wong iku karo mapan lungguh kat.
ing ngarep gubug. “Saya Kaudin, Pak,” kata orang
“Panjenengan kepala mandhor itu sambil duduk di depan gu-
ngriki?” bug.
…. “Anda kepala mandor di sini?”
….’
‘Gubug itu berada di tengah hu-
tan gundul. Kemarin dulu hutan Kutipan pendek di atas menun-
itu dikurangi cabangnya dan ba- jukkan deskripsi dari sebagian hutan
ru kemarin ditebang..Bau semak jati sebagai latar, yang ditandai de-
terbakar dan kayu lapuk menya- ngan pokok-pokok jati, gubug para
tu dengan bau tonggak-tonggak penjaga hutan, dan nyamuk-nyamuk
jati yang baru saja ditebang, mem- hutan yang ganas. Selanjutnya, pe-
buat lelaki muda yang berada di ngarang menguatkan latar itu dengan
dalam gubug itu berkali-kali ber- pemilihan tokoh-tokoh di daerah itu
sin. Tangannya menggapai-ga- yang memiliki hubungan dengan la-
pai mengusir nyamuk yang se- tar, misalnya Karmodo sebagai Ir.
lalu telaten mencubiti. Tangan- Kehutanan yang baru diangkat seba-
nya, pipinya, dan betisnya. Bah- gai kepala wilayah Perhutani itu, ser-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 303

ta Kaudin sebagai salah satu mandur Boeloe, Tan Poet, Max Moe, Liamsi,
di salah satu daerah kekuasaan Kar- Sri Sowsinah, Sri Koesnapsijah,
modo. Soeprapti, Rr. Koestijah, dan Loem
Min Noe. Banyak sekali dari nama-
liesty a.s. (1968— ) nama tersebut yang sulit diidentifi-
kasi nama aslinya, seperti nama-na-
Nama aslinya Sulistyarini A.S. ma Zilvervos, Max Moe, Tan Poet,
Tetapi, dalam karya-karyanya, pe- Sambo, Prasmo, J. De O’Hsam, dan
ngarang wanita ini sering menggu- Loem Min Noe.
nakan nama samaran Liesty A.S.
Pendidikan terakhirnya Jurusan Ba- Pengarang yang disebut terakhir
hasa dan Sastra Jawa FPBS IKIP itu memiliki nama yang mirip atau
(sekarang Universitas) Negeri Yog- sangat dekat dengan nama Tionghoa.
yakarta. Mulai menulis sejak men- Ia aktif menulis antara akhir tahun
jadi mahasiswa dan lebih aktif lagi 1930-an sampai dengan awal tahun
ketika bergabung dengan Sanggar 1940-an, tepatnya sampai dengan
Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY). Se- tahun 1941. Pada tahun-tahun ter-
lain banyak menulis guritan dan di- sebut tidak hanya nama Loem Min
kirimkan ke berbagai majalah ber- Noe saja yang menunjukkan kemi-
bahasa Jawa di Yogyakarta (Djaka ripan nama dengan nama Tionghoa
Lodang, Mekar Sari, dan Pagagan), atau Cina karena pada waktu itu ba-
ia juga sering menulis artikel budaya nyak nama lain dalam dunia sastra
dan seni. Kini ia menjadi guru di se- Jawa yang menunjuk nama seperti
buah SMP di Kabupaten Gunungki- itu, misalnya Tan Koen Swie (Kedi-
dul, Yogyakarta. ri) dan Sie Dian Ho (Semarang). Di
samping itu, beberapa nama lain juga
Di tengah-tengah kesibukannya menunjukkan identitas semacam itu,
mengajar, pengarang yang juga pan- seperti Tjak Iem, Max Moe, Oom Ju,
dai menari dan menabuh gamelan ini Tan Poet, dan Lie Am Sie (Liamsi).
masih terus menulis. Banyak tulisan- Sebagian besar nama-nama tersebut
nya, terutama guritan, telah dibuku- dapat diidentifikasi sebagai nama sa-
kan bersama dalam antologi Pangi- maran pengarang pria, seperti Tjak
lon (FKY VI tahun 1994) dan Pesta Iem adalah Iman Soepardi dan Lie
Emas Sastra Jawa DIY (FKY VII Am Sie (atau Liamsi adalah kebalik-
tahun 1995). Kini ia tinggal di Kelor, an dari nama Ismail). Tiga nama yang
Karangmojo, Gunungkidul, Yogya- lain, yaitu Max Moe, Tan Poet, Oom
karta 55891. Ju dan Loem Min Noe memang ma-
sih sulit diidentifikasi.
loem min noe
Suripan Sadi Hutomo pernah
Sejak tahun 1930-an sejumlah menegaskan bahwa Loem Min Noe
nama cerpenis baru mulai bermun- adalah mana Tionghoa asli, atau
culan, seperti Sambo, Pangripta, setidaknya nama seorang keturunan
Prasmo, Djoko Baloeng, Zilvervos, Tionghoa. Menurutnya, pengarang
Kenja Bre Tegawangi, Tjah Alas

304 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

itu bukan asli dari Jawa Timur, tetapi masyarakat mulai digantikan oleh
dari Jawa Tengah, dan ia bekerja di bahasa Indonesia. Dengan tiga alas-
pabrik gula Jatiroto, Pasuruan, Jawa an tadi nama Loem Min Noe sema-
Timur.Akan tetapi, pendapat tentang kin jelas sebagai nama samaran.
etnis pengarang itu diragukan oleh
Widati, terutama setelah mendapat Menurut Dojosantoso, Loem
informasi dari Dojosantosa (2000) Min Noe ialah nama samaran Poer-
dengan membuktikannya melalui su- wadhieAtmodihardjo. Alasannya ka-
dut pandang kultural. Dari sudut rena pengarang itu adalah salah satu
pandang ini Loem Min Noe bukan pengarang Jawa periode kemerdeka-
orang Tionghoa asli atau keturunan an yang sudah aktif menulis sejak
Tionghoa, tetapi orang Jawa yang masa kolonial, dan mempunyai na-
menyamarkan nama dirinya dengan ma samaran yang banyak, seperti Sri
nama Tionghoa.Alasan pertama ada- Ningsih, Prabasari Laharjingga, Har-
lah pada tradisi atau sistem pena- ja Lawu, Ki Dhalang Dhengklung,
maan Tionghoa, yang menunjukkan Sri Juwarsiyah, Abang Istar, dan be-
kejanggalan dan ketidaksesuaiannya berapa nama lainnya. Selain alasan
dengan kebiasaan penamaan Tiong- pertama itu, PoerwadhieAtmodihar-
hoa. jo juga dikenal sebagai pengarang Ja-
wa yang amat luas daerah jelajah-
Alasan kedua adalah tinjauan nya. Selain itu, tempat lahir penga-
dari tradisi sosial masyarakat Tiong- rang ini ialah Purwodadi, Jawa Te-
hoa, yang pada umumnya jarang ngah. Namun, ia dibesarkan di Pa-
atau hampir tidak banyak muncul di ron, Jawa Timur. Ia sering berpindah-
dalam jajaran sastra Jawa. Pertama, pindah kerja, yaitu dari Madiun ke
secara umum, masyarakat Tionghoa Kudus, ke Surabaya, lalu kembali ke
datang ke Nusantara ini untuk ber- Jawa Tengah. Menurutnya, penga-
dagang. Dengan demikian, misi me- rang ini memang sudah memulai ka-
reka di bidang apapun termasuk di rirnya sejak prakemerdekaan, yang
bidang kebudayaan adalah untuk ke- secara terbuka mulai muncul dalam
pentingan mencari keuntungan. Itu- Panji Pustaka edisi bahasa Jawa (za-
lah sebabnya, sebagian besar etnis man Jepang). Gaya realistis yang de-
Tionghoa yang terjun di dunia sastra kat dengan masalah-masalah pede-
Jawa cenderung mengambil posisi di saan dan orang kecil tampak jelas da-
bidang penerbitan karena di bidang lam karya-karya propoganda tokoh
kerja ini lebih menjanjikan keuntung- ini di zaman Jepang.
an. Kedua, bekerja di dunia kepenga-
rangan Jawa harus menguasai baha- Di samping alasan di atas, ada
sa Jawa yang jauh lebih rumit dari- alasan lain seperti berikut. Fakta bah-
pada bahasa Melayu. Apalagi fakta wa ada kemiripan antara Poerwadhie
menunjukkan bahwa setelah Sum- Atmodihardjo dan Loem Min Noe itu-
pah Pemuda posisi bahasa Jawa se- lah yang meyakinkan Dojosantoso
bagai alat komunikasi antaranggota untuk berpendapat bahwa pengarang
Loem Min Noe itu pasti Poerwadhie

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 305

Atmodihardjo; hal ini sama seperti bahasa Belanda dalam karya-karya-
AnyAsmara yang menyamarkan diri nya. Selain itu, tema cerpen-cerpen-
sebagai Bu Mar dalam rubrik “Ta- nya juga mengacu kehidupan pada
man Bocah” dalam majalah Kadja- masa itu, seperti tampak dalam“Urip
wen. Samburine Layar”. Sedangkan dua
novelnya, Kereme Kapal Brantas
Informasi lain tentang pengarang (1940) dan Macan Setan (1941),
tersebut diperoleh dari rubrik “Ko- juga menunjukkan bahwa ia lulusan
respondensi” dalam Panjebar Sema- sekolah menengah atas pada waktu
ngat (Desember 1939). Dalam rubrik itu.
itu redaksi berkorespondensi dengan
Elly, salah seorang wartawan Malang Berdasarkan informasi dari re-
Post, yang dikenal sebagai kawan daksi Panjebar Semangat tersebut
Loem Min Noe. Isi surat itu antara dapat diduga pekerjaan Loem Min
lain menanyakan keadaan dan kese- Noe tidak hanya sebagai pengarang,
lamatan Elly dan perkembangan kar- tetapi juga wartawan. Mungkin ia
ya-karyanya yang lain. Selain itu, satu lembaga dengan Elly, yaitu di
yang penting ialah redaksi titip salam Malang Post. Dalam cerpen-cerpen
untuk Loem Min Noe (bila Elly dapat dan cerbungnya memang tidak ada
berjumpa) dan mengajak agar Loem tanda-tanda tertentu, kecuali pada
Min Noe menulis kembali. Surat dari Kereme Kapal Brantas (Panjebar
redaksi tersebut memastikan bahwa Semangat, Februari—Maret 1940)
Loem Min Noe adalah pengarang dari yang menunjuk arah perjalanan dok-
Jawa Timur, dan pekerjaanya dekat ter Sukresna dari Nederland kembali
sekali dengan tulis-menulis, ia adalah Jawa dengan kapal de Brantas. Se-
kenalan baik Elly, wartawan muda lanjutnya, dalam karya itu disebut-
(yang menyamar dengan nama pe- sebut adanya beberapa nama seperti
rempuan) dari Malang Post.Akan te- kerajaan Majapahit, Anusapati, dan
tapi, sayang sekali, dari sekian ba- Sang Prabu Gadjah Mada. Adapun
nyak informasi itu, tidak satu pun cerpen “Dosane Hidayati: Yen sing
mampu membuktikan kebenarannya. Mundhut Ibu Kudu Wani Kurban”
mengambil latar tempat di Club Ge-
Barangkali, dengan memban- bouw Rechtshoofgeschool (Gedung
dingkannya dengan Elly dari Malang Pertemuan Sekolah Tinggi Hukum)
Post, pengarang Loem Min Noe di Jakarta.
mungkin seusia dengan Elly yang di-
duga juga nama samaran pengarang Loem Min Noe aktif menulis pa-
pria. Keduanya, pada akhir tahun da tahun 1939—1941 dalam Panje-
1930-an, kira-kira berusia sekitar 25- bar Semangat, di antaranya (1)
30 tahun. Pengarang ini setidaknya “Banjir: Abote Wong Dadi Bapak”
lulus sekolah menengah pada zaman (September 1939), (2) “Butarepan:
Belanda mengingat ia fasih berbaha- Dhasaring Katresnan Iku: Kaper-
sa Belanda. Hal itu dapat diketahui cayan” (September 1939); (3) “Pa-
dari banyaknya perbendaharaan kata temon ing Dina Lebaran” (Novem-

306 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ber 1939), (4) “Dosane Hidayati: masih dilestarikan di Bali hingga
Yen Njeng Ibu sing Mundhut Kudu saat ini.
Wani Kurban” (Maret 1940), (5)
“Mulut Lelaki: Mati Aku Mati Ko- lubdhaka kakawin
we, Mati Kowe Mati…Kaku” (Juli
1940), (6) “Blenggune Dhuwit: Wa- Kitab Lubdhaka kakawin ditulis
tak Loman kang Kudu Dicorrectie? oleh Empu Tan-Akung ketika ia su-
(Agustus 1940), (7) “Netepi Janji: dah lanjut usia. Kitab itu merupakan
Bedhaha Atine, Aja Bedhah Ilate” naskah abad terakhir di Zaman Ma-
(Agustus 1940), (8) “Mitra Musi- japahit. Menurut Zoetmulder (1974:
bat” (November 1940), dan “Wewe- 367) menerangkan bahwa Empu Ta-
nang kang Urip” (Januari 1941). Se- nakung sebagai pujangga terakhir
lain menulis cerpen, Loe Min Noe ju- yang diketahui namanya dan karya-
ga mengarang cerbung (novel), yak- nya dapat diperkirakan zamannya.
ni (1) Kereme Kapal Brantas (Pa-
njebar Semangat, Februari 1940— Pada permulaan kitab Lubdhaka
23 Maret 1940) dan (2) Macan Se- ini Empu Tan-Akung menyebutkan
tan (Panjebar Semangat, Novem- nama Prabu Girindra Angrok, sete-
ber—Januari 1941). lah menjadi raja di Tumapel. Dapat
disimpulkan bahwa ketika Empu
lontar Tan-Akung menggubah kitab
Lubdhaka, kerajaan Jawa sudah pin-
Istilah ini ialah metatesis dari ron dah dari Kadiri ke Tumapel, yaitu pa-
+ tal, yang diucapkan menjadi satu: da tahun 1144 Caka atau 1222 Ma-
rontal, yang selanjutnya berubah sehi.
menadi lontar. Dalam bahasa Jawa
baru artinya godhong etal (daun Maksud Empu Tan-Akung
etal). Diterangkan lebih lanjut bahwa menggubah cerita tersebut untuk
etal ialah nama pohon yang dalam mengambil hati Ken Angrok. Kitab
bahasa Latinnya bernama Barassus- itu menceritakan tentang orang-orang
flabellifarius. Pada zaman dahulu, jahat sekali tetapi dapat naik sorga.
daun etal ini digunakan untuk menu- Oleh karena itu, dapat dikatakan bah-
lis, atau membuat surat. Dalam ba- wa Empu Tan-Akung mencari muka
hasa Jawa baru, “lontar” berarti surat kepada Ken Angrok. Menurut kitab
(layang) atau buku. Lontar yang su- Pararaton, Ken Angrok pada masa
dah diproses, kemudian dipergunakan mudanya adalah orang jahat. Ia se-
sebagai media untuk menuliskan kar- nang membunuh orang, menyamun,
ya sastra, terutama pada zaman sastra merebut istri orang, dan sebagainya,
Jawa Kuna. Tradisi menuliskan karya tetapi akhirnya ia dapat naik takhta.
sastra pada lontar sekarang sudah ti-
dak ditemukan lagi di Jawa. Namun, Kitab Lubdhaka adalah kitab
penulisan sastra di atas daun lontar yang termuda di antara kita-kitab Ja-
wa Kuna yang tergolong tua dengan
ciri-cirinya, yaitu berangka tahun, ter-
dapat nama raja, gaya bahasanya,
induk karangannya dari cerita Indu,

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 307

dan kitab yang tergolong tua itu tidak kerjaan sehari-harinya membunuh
menceritakan tentang tanah Jawa, hewan, makhluk sesama hidup. Na-
kecuali kitab yang ada hubungannya mun, Lubdhaka naik sorga. Terceri-
dengan raja yang disebutkan nama- tera ada seorang pemburu bersama
nya. anak istrinya berumah di hutan. Pa-
da suatu hari, pemburu itu pergi un-
Ciri penyamaran diri sang kawi tuk berburu, tetapi ia tidak memper-
yang terungkap dalam beberapa kar- oleh hewan buruan. Ketika matahari
ya kakawin menyiratkan keadaan du- hampir terbenam, ia menunggu di te-
nia batin dari ra kawi masing-masing pi telaga untuk menanti hewan yang
yang bermakna ambigu atau ganda. datang ke telaga, tetapi sia-sia. Sete-
Hal tersebut terjadi pada Empu Ta- lah malam, pemburu itu takut pulang
nakung (tan akung ‘tanpa cinta’) karena di hutan sangat gelap-gulita.
penggubah Lubdhaka. Pada akhir Di samping itu, ia takut diterkam ha-
cerita diterangkan bahwa rimau atau binatang buas lainnya.
Oleh karena itu, ia bermalam di hu-
tan sangkeng wruh apet raras tan. Ia memanjat pohon maja yang
rumancana ing wuwus kuma- ada di atas telaga. Ia tidak tidur kare-
wasa byakta sambhawa yan ko- na takut jatuh. Untuk menghibur diri,
sanmataha denira ing paraja- ia memetik daun maja yang dijatuh-
na, mukta ing klesa silunglung- kan ke dalam telaga, satu demi satu.
annya muliheng nirasraya juga.
Di dalam telaga itu terdapat se-
‘Bukan karena pandai mencari buah lingga yang terjadi dengan sen-
hiasan-hiasan, maka saya gubah dirinya. Lingga adalah lambang Ba-
cerita ini. Mustahil sudah, kalau tara Siwa. Pemujaan terhadap Ba-
disukai orang banyak, biarlah. tara Siwa yang paling baik adalah
Maksud saya hanya agar dapat meletakkan daun maja di atas lingga.
hilang segala dosa saya kalau Di samping itu, malam itu gelap gu-
pulang ke akhirat nanti.’ lita atau dapat disebut Siwa Ratri
‘malam batara Siwa’. Ada ketentuan
Siwaratrikalpa atau Lubdhaka bahwa siapa yang pada malam itu
atau pengagungan malam Siwa se- berjaga semalam suntuk akan mene-
cara naratif diungkapkan secara sa- rima pahala besar. Si pemburu itu
ngat berlawanan dengan dunia Jawa dengan tidak sengaja, pada malam
Kuna yang bernafaskan istana sen- itu, mempersembahkan pujaan ke-
tris. Lubdhaka atau Siwaratrikalpa pada Batara Siwa dengan baik. Ke-
merupakan cerita yang terkenal. esokan harinya, ia pulang. Seterus-
nya ia tetap berburu setiap hari.
Ringkasan ceritanya sebagai be- Akhirnya ia meninggal dunia. Ma-
rikut. Kitab ini mengisahkan seorang yatnya dibakar di tengah hutan.
pemburu yang meninggal dunia dan
dapat masuk surga. Dalam agama Di angkasa, nyawa si pemburu
Hindu dan Buddha, seorang pembu- bingung. Keadaan jalan gelap gulita
ru termasuk orang yang hina. Ia ter-
golong orang yang jahat karena pe-

308 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

karena perbuatan yang jahat selama
hidupnya. Batara Siwa senang ke-
pada pemburu itu karena kemalaman
dalam hutan. Oleh karena itu, Batara
Siwa mengutus abdi untuk menyam-
but roh pemburu itu.

Pada waktu itu, balatentara Ba-
tara Yamadipati, dewa penjaga ne-
raka telah siap akan menarik roh tadi
ke neraka, tetapi abdi-abdi Batara
Siwa telah datang pula. Mereka be-
rebutan sehingga terjadilah pepe-
rangan dan. Balatentara Batara Ya-
madipati kalah. Roh pemburu diba-
wa ke hadapan Batara Siwa. Roh itu
dinaikkan ke sorga dengan tandu dan
disanjung-sanjung. Batara Yamadi-
pati menghadap Batara Siwa untuk
menggugat. Batara Siwa memberi
tahu dan menerangkan akan kejadian
itu.

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 309

m

m. tahar (1931—) tata cahaya di Padepokan Tari Ba-
gong Kusssudiardjo; (3) tahun
Nama kecilnya Tahar, tetapi se- 1985—1989 mengajar Komposisi II-
telah menikah ia menambahkan TTP di ISI Jurusan Seni Teater; (4)
Mochammad (karena beragama tahun 1981—sekarang mengajar
Islam) di depan dan Hardjodipuro di Program Seni Teater di SMK Negeri
belakangnya sehingga nama leng- I Kasihan, Bantul; (5) tahun 1993—
kapnya Mohammad Tahar Hardjo- 1996 mengajar Akta III dan IV di
dipuro. Ia lahir di Balikpapan, pada IKIPNegeriYogyakarta, juga sebagai
6 September 1931 (menurut data di dosen pembimbing PPL P3GK. Se-
KTP), tetapi menurut catatan kakek- lain itu, pada tahun 1985 dan 1994
nya tahun 1930. Ia menikah dengan menjadi narasumber pada penyusun-
Kadarwati (lahir 1936) dan dari per- an dan pemantapan kurikulum 1985
nikahannya itu dikaruniai tiga orang dan 1994 untuk Sekolah Kejuruan
putra (2 laki-laki dan 1 perempuan). Kesenian dan aktif pula dalam organi-
Ketiga putranya kini telah mengan- sasi kesenian, terutama seni drama
tongi gelar sarjana seni, sarjana ma- dan sastra. Tahun 1966—1986 se-
najemen, dan sarjana geologi. bagai Wakil Ketua OPSJ Pusat di
Yogyakarta (saat itu ketuanya Su-
Pendidikan SD hingga SLTP di- dharmo K.D. dan sekretarisnya E.
selesaikan di kota kelahirannya, Suharjendra).
Balikpapan, sampai 1948. Selanjut-
nya, SMA (bagian C) diselesaikan Di luar kesibukannya itu, sejak
di Yogyakarta (lulus 1958). Setelah tahun 1961 M. Tahar juga masih
itu ia kuliah di ASDRAFI Yogyakar- sempat menulis guritan dan cerkak.
ta, mengambil Jurusan Akting Kumpulan cerkak-nya berjudul Asih-
(1958—1961) dan Jurusan Penyu- ing Biyung diterbitkan Penerbit Na-
tradaraan (1961—1963). Akan te- sional, Yogyakarta, 1961. Pada ta-
tapi, sebelumnya (sejak 1952) ia telah hun 1960-an ia ikut pula meramai-
bekerja di Taman Budaya Yogyakar- kan khazanah penulisan cerita pang-
ta, hingga 1987. Jabatan terakhir di lipur wuyung, di antaranya Kuman-
Taman Budaya adalah sebagai Ke- dhanging Mimis (Ganefo, 1964),
pala Seksi Penyajian. Kemuning ing Gunung Gamping
(Nefos, 1965), Ngantepi Dina Sesuk
Selain bekerja di Taman Buda- (Muria, 1967). Selain itu ia menulis
ya, M. Tahar juga mengajar seni dra- cerita berbahasa Indonesia, yaitu
ma di berbagai sekolah dan pergu- Harya Jalapati (Muria, 1967) dan
ruan, di antaranya (1) tahun 1958— Laki-laki Iblis (Muria ,1969).
1997 mengajar di almamaternya,
ASDRAFI; (2) tahun 1978—1993
mengajar dramaturgi, tata rias, dan

310 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Selain buku-buku tersebut, M. bait’, guru wilangan ‘jumlah suku ka-
Tahar mengirimkan karya-karyanya, ta dalam larik’, dan guru lagu ‘bunyi
terutama cerpen (cerkak) dan cer- suku kata pada akhir larik. Disebut
bung, ke majalah Mekar Sari dan puisi bertembang karena pembacaan
Djaka Lodhang. Yang pasti, hingga wacana tersebut dengan ditembang-
tahun 1997, M. Tahar masih menulis kan berdasarkan susunan titilaras
cerpen (cerkak), cerbung, naskah ‘notasi’ yang sesuai dengan pola me-
drama, dan guritan. Sejumlah nas- trumnya. Jenis puisi itu terikat oleh
kah guritan-nya masuk dalam anto- konvensi yang telah mapan, berupa
logi terbitan FKY dan SSJY. Naskah guru gatra, guru wilangan, dan guru
dramanya sering juga dimainkan lagu. Dengan demikian, pembacaan
oleh Teater Mandiri, misalnya “Fa- harus dengan cara ditembangkan. Hal
jar ing Tanah Transmigrasi” (1975) inilah yang menyebabkan macapat
dan “Ibu Pendamping”. Naskah san- disebut tembang macapat atau dalam
diwaranya “Lentera” dimainkan di ragam krama menjadi sekar macapat.
Radio Reco Buntung Yogyakarta.
Ada berbagai pendapat menge-
M.Tahar dikenal amat dinamis. nai etimologi macapat. Pendapat
Ia hampir tak pernah santai, tak mu- pertama menyebutkan bahwa maca-
dah menyerah. Ia tak pernah berhenti pat merupakan macapat lagu ‘tem-
belajar, terutama seni drama. Misal- bang tahapan keempat’ dalam per-
nya, setelah belajar seni drama seca- jalanan puisi Jawa bertembang. Puisi
ra formal di ASDRAFI, ia masih se- Jawa bertembang tahap pertama di-
ring mengikuti berbagai kursus dan sebut macasa lagu atau juga disebut
penataran, misalnya (1) tahun 1980 tembang gedhe atau sekar ageng,
mengambil Studi Kedinasan di Uni- puisi Jawa bertembang tahap kedua
versitas Veteran Departemen Han- disebut macaro lagu atau dapat di-
kam RI; (2) tahun 1967/1968 me- anggap sebagai Tembang Gedhe yang
ngikuti Kursus Administrasi Umum- muncul sesudah maca sa lagu, dan
Efisiensi; (3) tahun 1979 mengikuti puisi Jawa bertembang tahap ketiga
Kursus Informasi/Dokumentasi Ke- disebut maca - tri lagu yang juga di-
senian; (4) tahun 1984 mengikuti kur- sebut Tembang Tengahan. Pendapat
sus Tenaga Teknis Kesenian; dan (5) kedua menyebutkan bahwa macapat
tahun 1986 mengikuti kursus Artis berasal dari manca-pat, yakni se-
Film dan Teater. Kini, di usia tuanya, buah konsep pemikiran pengklasifi-
ia tinggal di Tegalpanggung DN 2/ kasian dalam kebudayaan Jawa se-
983, Yogyakarta. perti keblat papat lima pancer ‘em-
pat arah mata angin dengan titik te-
macapat ngah sebagai pusat’, yakni timur, ba-
rat, utara, selatan. dan tengah. Keti-
Macapat adalah puisi tradisional ga, menyebutkan bahwa macapat
Jawa Baru berbentuk tembang teri- merupakan kependekan dari maca
kat oleh konvensi yang telah mapan,
berupa guru gatra ‘jumlah larik tiap

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 311

papat-papat ‘membaca empat demi Asnawi juga menulis cerita detektif.
empat (suku kata)’. Ketika bangsa Jepang masuk, maja-
lah itu juga terkena pembredelan pe-
Bentuk puisi Jawa tradisional ini merintah Jepang, seperti halnya ma-
sebelumnya (pada zaman Jawa Ku- jalah-majalah-majalah Jawa lainnya.
na) bernama Kidung karena penga-
ruh puisi India Kuna. Ciri macapat: Apabila dilihat dari isi majalah
(a) setiap bait mempunyai jumlah tersebut, yang mengacu kepada ce-
larik tertentu; (b) setiap larik ber- rita hiburan sesaat (roman picisan).
akhir dengan guru lagu (rima akhir/ Cerita-certita semacam itu biasanya
asonansi) tertentu. Disebut “maca- bertemakan percintaan, dan digarap
pat” karena tempo suara ada pada seadanya, tanpa kesungguhan. De-
setiap empat suku kata. Adapun ngan demikian, dapat dikatakan bah-
yang termasuk tembang macapat wa Purnama adalah majalah pang-
ada sembilan, antara lain Sinom, Po- lipur wuyung yang pertama, yang
cung, Dandanggula, Durma, Kinan- terbit pada masa prakemerdekaan.
ti, Maskumambang, Mijil, Asmara-
dana, Pangkur. Pendapat lain me- manggala
nyatakan bahwa tembang macapat
berjumlah sebelas, yakni sembilan Manggala adalah pembuka kata
ditambah dua lagi, yaitu Gambuh yang berisi puji-pujian atau puja-pu-
dan Megatruh. jaan sembah dan penghormatan ke-
pada dewa pujaan ‘istadewata’ sang
majalah purnama pengarang; pujian atau pengagungan
kepada raja yang menjadi pengayom
Menurut pendapat Suripan Sadi atau pelindung; perendahan diri sang
Hutomo, pada masa sebelum kemer- pengarang dan atau disertai permo-
dekaan, ada majalah berbahasa Jawa honan maaf yang terdapat pada bait-
berbentuk buku dan memuat cerita bait permulaan dalam kakawin. Di-
pendek hiburan bernama Purnama jumpai juga manggala dalam kaka-
yang terbit di Surakarta. Majalah itu win yang tidak mencantumkan nama
diterbitkan oleh seorang guru agama raja dan hanya menyebut nama dewa
HIK (Hollands Inlandse School). pujaan. Jumlah bait manggala dalam
Muhammadiyah di Kleco.Nama gu- suatu kakawin tidaklah sama, ada
ru agama tersebut ialah KyaiAsnawi yang hanya satu bait, ada juga yang
Hadisiswojo. Tebal majalah ini an- sampai enam bait. Sebelum bait-bait
tara 32—64 halaman. awal, teks kakawin biasanya dida-
hului dengan ungkapan: Om, awig-
Pengisi majalah cerita pendek hi- nam astu namas siddham ‘Semoga
buran tersebut ialah Kyai Asnawi tiada halangan; sembah sempurna’.
sendiri. Dan, agar tidak membosan- Bagi pengarang kakawin, dalam pe-
kan pembaca, Kyai Asnawi sering nyebutan nama dewa bergantung ke-
menyamarkan diri dengan Kyai X, pada dewa yang dipujanya. Misal-
atau Asmoro Asri. Selain mengisi nya, dalam manggala kakawin Hari-
Purnama dengan cerita cinta, Kyai

312 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wangsa dicantumkan nama Dewa Tunggal mula ni tattwa ning ka-
Wisnu, dalam kakawin Smaradaha- lenggengan sinamaya paramar-
na disebut Dewa Manmatha atau tha durlabha lumra sedrana-
Dewa Kama. Sedangkan dalam ka- nuksma ring dasadigantara ti-
kawin Parthayajna dipuja Dewa Si- nuduh I leng leng ing hidep
wa dengan nama Rudraksa. Maksud lot pinrakrta ring karas rinaca-
penyebutan nama raja yang berkua- na stuti kakawin amurti ng ak-
sa sebagai pengayom atau pelindung sara
adalah untuk mendapatkan berkah manggeh sadhana sang kawi-
dan restunya agar sukses dalam me- swara n asadhya kalepasan I
nulis karyanya. Contohnya, nama sandhi ning mango
Raja Jayabaya dari Kadiri tercantum Milwabhyasa mara .......... gati
dalam kakawin Bharatayuddha, dan niradimanggala.
dalam kakawin Nagarakrtagama
dicantumkan nama Raja Rajasana- (2) Manggala dalam kakawin Sma-
gara dari Majapahit atau Wilwatikta. radahana ada 7 bait berisi kata
Ungkapan perendahan diri sang pe- pengantar yang menyajikan
ngarang di dalam manggala dinya- sebuah deskripsi panjang, penuh
takan dengan sifat kekurangan atau pujian tentang Bhatara Manma-
kebodohannya (mudha) dalam pe- tha, dewa asmara yang hadir di
nguasaan pengetahuan, dan keku- dalam segala sesuatu yang indah
rangmampuan. Adapun contoh-con- dan elok. Dalam dunia ini ia di-
toh manggala dalam beberapa kaka- kenal sebagai Kameswara dan
win akan dipaparkan berikut ini. penyair Mpu Darmaja ingin ber-
(1) Manggala dalam kakawin Gha- bakti kepadanya dengan madah
pujian ini pada saat ia akan
totkacasraya ada 6 bait. Mang- menceritakan kisah Karna dalam
gala ini dipersembahkan kepada bentuknya yang jasmani (1.1-7).
dewa keindahan dan kepada Sri Kutipan beberapa bait manggala
Bhupala Jayakrta, titisan Dewa dalam kakawin Smaradahana
Wisnu, yang selaku mapanji sebagai berikut:
Madaharsa membawa kemak- Puja ning kawi sanggraheng
muran kepada dunia dengan di- kalengengan mangde kadir-
bantu oleh gurunya yang serupa ghyayusan
dengan Wrhaspati dalam hal ke- munggw ing padma mekar pra-
bijaksanaan. Atas desakan “dia tistha siniram de ning rereb ning
yang selalu sibuk mengejar ke- kapat
indahan”, penyair memutuskan wijanyaksara lambang endah
untuk melagukan kisah tentang inuraken ring teto ning yasa
putera Arjuna (1.1-6). Kutipan dhupakara limut maghenta pa-
beberapa bait manggala dalam nangis ning sadpada ring sekar
kakawin Ghatotkacasraya Ung indah ta bhatara Manma-
sebagai berikut:

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 313

tha…………… sagarangde madhi Siwa Buddha sira sakala
leyep. niskalatmaka
sang sri Pawartanatha natha
(3) Manggala dalam kakawin Su- ning anatha sira ta pati ning
manasantaka ada 2 bait, diper- jagagpati
sembahkan kepada dewa yang sang hyang ning hyang inisty
merupakan awal dan akhir se- acintya ning acintya hana waya
gala keindahan, yang menam- temah nireng jagad
pakkan diri dalam segala bentuk Byapi byapaka sarwatattwaga-
keindahan, dan lewat segala se- ta nirguna sira ring apaksa wes-
suatu yang melahirkan keindah- nawa
an (1.1-2). Kutipan dua bait ring yogiswara Poruseng Ka-
manggala dalam kakawin Suma- pila Jambhala sakala sira n
nasantaka sebagai berikut: hyang ing dhana
sang hyang pinakadidewa ni sri Wagindra…………..Jawati-
karas para kawi makatattwa ng bhakti manukula tumuluyi te-
aksara keng digantara.
sang sangkan paran ing pra-
lambang atidurlabha kahanan mangkunagara, k.g.p.a.a.
ira n kawiswara.....Sumanasan-
taka caritakenastu sanmatan. Pada masa pemerintahan
K.G.P.A.A. (Kanjeng Gusti Pangeran
(4) Manggala dalam Nagarakrta- Adipati Anom Mangkunegara IV
gama ditujukan kepada dewa (1853—1881) Kadipaten Mangku-
tertinggi, yang hadir secara ha- negaran mengalami kemajuan pesat,
lus dalam samadhi, atau kepada baik dalam bidang tata praja, ekono-
Siwa-Buddha yang pada dasar- mi, maupun kebudayaan. Dalam bi-
nya berupa sakala-niskala. Di dang tata-praja, Gandakusuma telah
dalam manggala tersebut, pe- terlibat ikut membenahi pemerintah-
nyair mengungkapkan maksud- an Mangkunegara III bertahta. Pada
nya, yaitu menulis tentang sang masa pemerintahannya, bidang itu
raja, penguasa tertinggi Wilwa- ditingkatkan pembinaannya. Di bi-
tikta (Majapahit). Sri Baginda dang ekonomi, Mangkunegara IV
Rajasanagara sebagai inkarnasi sangat tekun memajukan pasar-pa-
dewa itu memelihara ketertiban sar tradisional, berhasil membangun
dalam kawasannya dan mengu- berhasil membangun pabrik gula, di
sir segala anasir jahat, seperti antaranya pabrik gula Colomadu, Ta-
tercantum dalam kutipan beri- sikmadu, serta memelopori pena-
kut: naman kopi di perkebunan wilayah
Om nataya namo ‘stu te stuti Mangkunegaran. Atas keberhasilan-
ning atpada ri pada bathara nya membangun beberapa pabrik gu-
nityasa la itu, Mangkunegara diangkat
sang suksmeng teleng ing sa- sebagai Bapak Gula Indonesia.

314 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sementara itu, dalam bidang ke- lompokkan menjadi lima, yaitu Serat
budayaan, Mangkunegara IV amat piwulang yang berisi nasihat dan
gigih memajukan kesenian sehingga pendidikan moral, Serat babad yang
ia terpilih menjadi Ketua Dewan Ke- berisi riwayat dan sejarah, Serat pa-
senian Jawa. Sebagai pendamping- nembrama yang berisi nyanyian un-
nya, terpilih Pakubuwana IX sebagai tuk penyambutan, Sirat iber-iber
sekretaris, serta Ranggawarsita, Wir- yang berupa surat­­surat kiriman, ser-
yakusuma, dan Jayasarasa sebagai ta Serat rerepen dan manuhara yang
anggota pengurus. Tugas dewan itu, berisi peribahasa, pepatah, teka-teki,
antara lain, membina dan melestari- dan bahasa percintaan yang indah.
kan kesenian dan kesastraan Jawa.
Sehubungan dengan itu, dalam seni Banyaknya karya Mangkunega-
pertunjukan, Mangkunegara IV me- ra IV yang berisi piwulang dan ber-
ngembangkan wireng, langendriyan, kat karyanya yang merakyat, seperti
wayang madya, dan wayang wong. Wedhataina, Tripama, dan Wirawi-
Pertunjukan wireng dan wavang yata, ia dianggap sebagai penyair sa-
wong mengambil sumber cerita Ma- jak-sajak moralis. Di antara karya
habarata dan Ramayana, sedangkan Mangkunegara IV, selain yang telah
pertunjukan langendriyan dan wa- disebutkan itu, adalah Warayagnya,
yang madya mengambil sumber ce- Sriiyatna, Nayakawara, Laksitapra-
rita babad dan sejarah. ja, Palimarma, Salokatama, Yoga-
tama, dan Darmaiwasita.
Mangkunegara IV juga dikenal
sebagai pelestari dan pembaru seni Seluruh karya Mangkunegara
pewayangan. Ia berpendapat bahwa IV yang berjumlah 35 judul tersebut
wayang mempunyai “pancagatra” kemudian diterbitkan menjadi 4 jilid
yang mencakupi seni pentas/peda- atas prakarsa Mangkunegara VII de-
langan, seni suara, seni kria, seni wi- ngan judul Serat-Serat Anggitan
dya, dan seni ripta. Kelima seni itu Dalem Kanjeng Gusti Pangeran
harus berjalan secara seimbang, sa- Adipati Arya Mangkunegara IV. Di
ling melengkapi, jika ingin melaku- samping itu, Mangkunegara IV juga
kan proses kehidupan sesuai dengan menyadur Serat Panji Wulung versi
misi kesenian. Di samping itu, Mang- Sunda atas permintaan C.F. Winter,
kunegara IV juga dikenal sebagai pe- sahabatnya dalam bidang kesas-
ngembang teeter rakyat ketoprak traan.

Dalam bidang sastra, Mangku- Keterlibatan Pujangga Rangga-
negara IV terkenal dengan karya- warsita dalam kepengurusan Dewan
karya piwulangnya. Dari karya-kar- Kesenian Jawa menyebabkan sema-
ya yang dapat dilacak. ada 35 judul kin eratnya hubungan Mangkunega-
yang dapat diidentifikasi sebagai kar- ra IV dengan pujangga tersebut.
ya Mangkunegara IV yang sebagian Dampaknya, antara lain bahwa kar-
besar berupa piwulang. Karya-karya ya­karya mereka mempunyai gaya
Mangkungara IV itu dapat dike- bahasa yang hampir sama. Kebia-
saan Ranggawarsita mencantumkan

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 315

sandi asma dalam berbagai karya- rardet, 1983:211-331). Di samping
nya juga mempengaruhi Mangkune- itu, ada naskah yang disimpan di Da-
gara IV, seperti yang terdapat dalam lem Ageng, yakni naskah Al-Quran
Serat-Serat Anggitan Dalem Kan- (8 jilid) salinan Mangkunegara I. Se-
jeng Gusti Pangeran Adipati Arya mentara itu, koleksi karya cetak ber-
Mangkunegara IV jilid 4. Bahkan, huruf Jawa ada sekitar 2.000 judul,
ada dua karya yang berjudul Serat dan karya berhuruf Latin (baik cetak
Candrarini, yang satu dilabeli seba- maupun belum cetak) berjumlah se-
gai karya Ranggawarsita, diterbit- kitar 500 judul.
kan oleh Tan Khoen Swie (1922),
dan yang satunya diakukan sebagai Berbagai keberhasilan yang di-
karya Mangkunegara IV, diterbitkan capai Mangkunegara IV membawa
bersama-sama dengan karya-karya- kejayaan bagi Pura Mangkunegaran.
nya yang lain dalam Sirat-Serat Ang- Kala itu, Kadipaten Mangkunegaran
gitan Dalem Kanjeng Gusti Pange- mengalami zaman keemasan. Oleh
ran Adipati Arya Mangkunegara IV, karena itu, kebijakan-kebijakan
jilid 3, suntingan Pigeaud. Kedua Mangkunegara IV kemudian dilan-
karya itu pernah clibicarakan I. Kun- jutkan oleh Mangkunegara V (1881-
tara Wiryamartana dalam Basis no- 1896) setelah ayahandanya wafat
mor 5/XXXVII/Mei 1988, halaman (1881). Sambil melanjutkan kebijak-
176-182. Perbedaan kedua karya itu an-kebijakan ayahandanya, Mangku-
hanya terletak pada bait penutupnya. negara V menempatkan dirinya se-
bagai sosok yang berjiwa sosial. Prin-
Banyaknya koleksi dan arsip sip hidup yen pengin wutuh ya wani
milik Pura Mangkunegaran menim- wutah ‘jika ingin utuh ya berani tum-
bulkan gagasan Mangkunegara IV pah’—yang maksudnya “jika meng-
untuk menyediakan tempat penyim- hendaki kehidupan yang penuh ke-
panan secara khusus. damaian, banyak sahabat, harus
mau berbuat kebaikan dengan mere-
Sejak Reksa Pustaka didirikan, lakan (sebagian) kekayaannya untuk
koleksi naskah terus bertambah. Tam- kesejahteraan masyarakat”­yang
bahan naskah itu, antara lain, berasal selalu disosialisasikan menyebabkan
dari Kasunanan Surakarta, misalnya masyarakat menyeganinya.
Serat Wulang Reh karya Pakubu-
wana IV, Serat Centhini (12 jilid) kar- manikmaya
ya Pakubuwana V dkk., Serat Am-
bya salinan Pakubuwana VI, Serat Menurut keterangan para ahli, ki-
Pustaka Raja dan Serat Witaradya tab Manikmaya ditulis pada zaman
karya Ranggawarsita, serta bebera- Kartasura. Penulisnya adalah Karta-
pa naskah berhuruf Arab Pegon, mi- mursadah. Nama yang berakhir ah
salnya Serat Menak, yang berasal pada umumnya adalah nama sauda-
dari pesantren. Sampai sekarang, nas- ra-saudara dari tanah Pasundan dan
kah yang tersimpan di Reksa Pustaka kemungkinan Kartamursadah adalah
berjumlah 300 judul lebih (lihat Gi- orang dari tanah Pasundan.

316 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Mulai zaman Mataram hingga Sang Hyang Wisesa, kang ko-
zaman permulaan Kartasura, banyak cap rumuhun, meneng sama-
orang dari Pasundan yang mempe- dyaning jagad, datan arsa mo-
lajari adat-istiadat dan bahasa Jawa. sik jroning tyas maladi, ening
Putera atau kerabat para bupati aneges karsa.
Priangan pada waktu itu banyak
yang ditempatkan di pusat keraton Amurweng anggana ‘ngganya
Jawa. Mereka bertujuan untuk men- titis, titising driya tan ana kang
cari ilmu Jawa Islam kepada para lyan, pribadi datan asuwe, mi-
ulama yang bertempat tinggal di de- yarsakken swara sru, tan kati-
kat keraton. Kartamursadah, ke- ngal uninya, kadi gentha sakala
mungkinan termasuk salah seorang kagyat, sarya ‘non antelu, gu-
dari keluarga Bupati Priangan yang mantung neng awang-awang,
bertempat tinggal di Kartasura gya cinandhak sinanggeng asta
(Poerbatjaraka, 1957L132—133). pinusthi, dadya tigang prakara.

Kitab Manikmaya memuat ber- Saprakara dadya bumi langit,
macam-macam cerita. Sebagian be- saprakarane teja lan cahya, Ma-
sar ceritanya berasal dari kutipan ki- nikmaya katigane, kalih pra
tab Tantu Panggelaran ditambah samya sujud, ing padane sang
dengan dongeng-dongeng Jawa yang maha muni, Sang Hyang Wisesa
sudah menjadi kepunyaan masyara- mojar, dhateng Sang Hyang
kat. Kutipan yang ditemukan di da- Guru, eh Manik wruhanireka,
lam karya tersebut berasal dari ke- sira iku ananingsun, ingsun iki,
terangan lisan. Kitab Manikmaya estu kahananira.
memuat kutipan Prabu Aji Saka. Ki-
tab tersebut sudah dicetak di Verhan- Ingsun pracaya sakalir-kalir,
delingen Bat. Gen., Jilid 24, berhuruf saisine jagad pramudita, sira
Jawa, pada tahun 1852. Kitab ter- wenang ndadekake ….
sebut diberi keterangan dalam baha-
sa Belanda, yang ditulis oleh C.G. ‘Dibimbing oleh tembang Sarka-
Winter, dimuat di dalam Tijdschrift ra (yang senantiasa diharapkan
van Ned. Indie, tahun kelima, jilid keindahannya untuk setiap kerja,
1. adapun buah tuturnya ialah kisah
ketika masih awang-uwung (ko-
Bagian permulaan kitab “Ma- song sama sekali), belum ada bu-
nikmaya” menceritakan tentang asal mi dan langit; tetapi yang terse-
mula terjadinya dunia, kutipannya but dahulu ialah Hyang Wisesa,
sebagai berikut. yang berdiam diri di tengah-te-
ngah jagad, tak suka bergerak
Lumaksana sekar sarkara ‘mrih, (karena sedang) memuja dalam
pininta maya-maya ‘nggeng hatinya, tenang diam bertanya-
ulah, kang minangka pituture, kan kehendak (Tuhan).
duk masih awang-uwung, du-
rung ana bumi langit, nanging

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 317

Membina seorang diri tertujukan umasuk Islam, nyambat Jengira
dirinya, tujuan hati tiada lain, sen- nabi.
dirinya; tak lama terdengarlah Punika kang mencaraken aksa-
suara nyaring tiada kelihatan, bu- ra Jawa ….
nyinya seperti genta, seketika ter-
kejut, serta terpandang sebutir ‘Empu Brahma-kedali sudah ber-
telur, bergantung di angkasa; se- putera bernama SangAnggajali,
gera ditangkap, disangganya di Anggajali berputera seorang la-
tangan, diremas-remasnya, (dan ki-laki diberi nama Empu Sang-
berubahlah sifatnya) menjadi ka-adi, masuk Islam, (dan) men-
tiga perkara. jadi sahabat nabi junjungannya.
Itulah yang menyebutkan aksara
Seperkara menjadi bumi dan la- Jawa ….’
ngit, seperkaranya lagi menjadi
teja dan cahaya, yang ketiganya Selanjutnya Empu Sangka-Adi
(menjadi) Manikmaya, yang dua kemudian menjadiAji-Saka di dalam
itu bersama-sama sujud pada ka- kitab-kitab Jawa yang lebih muda.
ki sang maha muni; Sang Hyang Di sini akan dikutipkan kitab “Ma-
Guru, Wahai Manik ketahuilah nikmaya” bagian 6, bait 34—354,
olehmu: akan kamu itu keadaan sebagai berikut.
kami, (dan) kami ini pun sungguh
keadaanmu. …. Sang Prabu Mendang-ka-
mulan, enget dhateng wirayat
Kami percaya akan segala ke- kondur tan aris, lawan saba-
hendakmu, sekalian isi jagad ra- lanira.
ya ini, padamulah akan mem- Celeng kuthila samya beriki,
buatnya …. kang kacandhak gigire karo-
wak, saya sanget pelayune, pra-
Kutipan dari Tantu Panggelar- samya rebut dhucung, sampun
an. Di dalam Manikmaya dinyata- tebih prapteng jro puri, sri bu-
kan bahwa Sang Manik menjadi Ba- pati sineba, pepak punggawa
tara Guru dan Sang Maya menjadi gung, Jaka Puring aneng ngar-
Semar. Terjadinya Bagawan Kane- sa …
kaputra atau Batara Narada disebut-
kan dalam bagian 1, bait 29—30. ‘…. Sang Prabu Mendang-ka-
mulan, ingat akan riwayat, pu-
Selain mengutip dari Tantu Pang- lang terburu-buru bersama seka-
gelaran, kitab Manikmaya juga me- lian bala tentaranya.
muat tutipan cerita Ajisaka. Untuk Babi dan kera semua mengusir,
lebih jelasnya akan dikutipkan bagi- yang terlanggar parah-parah
an 2, bait 9—10, sebagai berikut. punggungnya, makin kencanglah
lari mereka, saling mendahului,
Empu Brahma-kedali sampun telah jauh tiba di istana, mereka
ayogya (ayoga), wasta Sang menghadap sang raja, lengkap
Anggajali putra, jalu wus pina-
raban nama Empu Sangka-adi,

318 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan orang-orang besar, Jaka sebut kembali bermunculan di ma-
Puring duduknya di muka ….’ jalah Mekar Sari, dalam rubrik khu-
sus “Gupita Sari”, dan dalam anto-
Kata-kata selanjutnya diambil logi puisi penggurit perempuan Jawa,
atau dikutip dari tembang Kilayu- karya Suripan Sadi Hutomo, juga da-
nedheng. Kutipannya sebagai beri- lam artikel Hutomo (dalam Sosiologi
kut. Sastra Jawa, 1997:29) berjudul “Pe-
ngarang Wanita dalam Sastra Jawa
Nembang-tengara, mundur sa- Modern”, dan yang terakhir ialah da-
wadyane, nedya kundur jroning lam antologi puisi feminis penyair
puraya, celeng kukila, samya wanita Jawa berjudul Kalung Bar-
ambarisi, kang ketrajang gege- leyan (1988).
rira karowan.
Sangsaya sanget palayuning Berikut ini sebuah contoh gu-
bala, dadya rebut dhucung sam- ritan-nya, berjudul “Swara kang Du-
pun atebih, prapteng jro pura, meling” (dalam Mekar Sari No. 18,
sang nata sineba pedak pung- Th. XI, !5 November 1967). Guritan
gawa lir kilayu nedheng. tersebut menggambarkan sikap dan
perharian penggurit terhadap pe-
‘Gung dipukul, mundur serta de- rempuan.
ngan anak buahnya, akan ber-
balik pulang ke istana, babi bu- SWARA KANG DUMELING
rung berbaris-baris, yang kena
terjang bukan main riuhnya. bibi kang wingi sore dakaturi
Makin kencang lari balatentara- kembang
nya, saling mendahului, telah ja- awit yuswane ngancik selawe
uh, sampailah mereka ke dalam saiki sumendhe ing awang-
pura, menghadap sang raja, leng- awang
kap para pegawai laksana ngetungi kedhepe lintang
kilayu-nedheng.’ ah, mesakake
teka karem ngisis iga
mantini w.s. marga dhadhane krasa lara

Nama Martini W.S. ini tidak di- ngapa ta sajatine urip iki
ketahui dengan jelas tanggal lahir- apa tansah dikon nandhang wi-
nya. Hanya, dalam antologi Kalung rang
Barleyan (1988) karya Suripan Sadi ngelus dhadha
Hutomo disebutkan bahwa dia lahir karo nyesep sepaning pangarep-
di daerah Surakarta. Ia memang ti- arep
dak populer dalam sastra Jawa, te- tanpa esem tanpa gebyaring ne-
tapi sebagai penggurit perempuan, tra
namanya dikenal dalam barisan pe-
nyair pada pascakemerdekaan. Ia pasrahna bibi kabeh kasangsa-
pernah berhenti menulis, tetapi pada ran nyaketake marang Gusti
tahun 1966 puisi-puisi penyair ter- urip iki rak utang

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 319

sauren kanthi pakaryan kang yang kini bertempat tinggal di Diro,
nguwuh-nguwuh saka telenging Sendangmulyo, Minggir, Sleman,
ati Yogyakarta, ini selama berkarier se-
bagai penulis telah beberapa kali me-
yaiku timbalan ngluhurake nerima penghargaan, di antaranya (1)
Asmane naskah dongengnya berjudul “Beja
dadiya manuk kang sesumbar sing Beja” terpilih sebagai 10 nas-
bangun esuk kah terbaik dalam lomba mengarang
nantang srengenge tatag nga- bacaan berbahasa Jawa untuk guru
dhepi pokale jagad SD dan MI se-DIY tahun 1999 dan
(2) naskah dongengnya berjudul
urip iki rak utang “Kempleng, Kupu-Kupu, dan Lele
utang urip lan utang kabecikan Putih” menjadi juara III dalam lom-
panyaure krana jiwa lan makar- ba menulis dongeng bagi guru TK
ya dan SD se-DIY yang diselenggara-
bibi sumendheya marang Gusti kan oleh Bagian Proyek Pembinaan
nenandur kagem kamulyane Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah DIY tahun 2004. Sementara
marciana sarwi (1971— ) itu, beberapa karyanya antara lain
masuk dalam buku antologi Pesta
Marciana Sarwi lahir di Sleman, Emas Sastra Jawa DIY (FKY VII/
Yogyakarta, pada tanggal 7 Maret 1995) dan Dari Dunia Imaji ke Lu-
1971. Pendidikan terakhirnya adalah buk Hati: Antologi Dongeng (2004).
SPG (lulus tahun 1989). Setamat
SPG, pengarang wanita beragama margareth widhy pratiwi
Katolik ini kemudian menjadi guru (1961— )
SD Trenggono, Sidorejo, Ponjong,
Gunungkidul, Yogyakarta. Tetapi, Margareth Widhy Pratiwi lahir
beberapa tahun kemudian, pindah ke di Yogyakarta, 27 Desember 1961.
SD Kanisius Kintelan I, Jalan Ireda Putri pasangan S. Cipto Setiyono (ke-
18, Kotamadia Yogyakarta (sampai lahiran Magelang, 1935) dan Sri Ka-
sekarang). Sebagai penulis (penga- siyah ini menyelesaikan pendidikan-
rang), ia memang benar-benar pen- nya di Yogyakarta, yakni di SD Ka-
datang baru. Belajar mendongeng nisius Wirobrajan (1974), SLTP Pa-
memang sejak masih duduk di SPG, ngudiluhur I (1977), dan SMA Mar-
tetapi belajar dan serius menulis se- sudi Luhur (1981). Ia memang tidak
telah bergabung dengan Sanggar melanjutkan pendidikan ke jenjang
Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY). yang lebih tinggi karena setamat
SMA ia keburu disunting dan dini-
Meskipun pendatang baru, dan kahi oleh Anthon Ys Taufan Putera,
tidak pula produktif, beberapa kar- seorang pemuda asal Banten alumni
yanya telah dimuat pula di berbagai UGM yang kini jadi guru teater. Dari
majalah berbahasa Jawa di wilayah perkawinan itu lahirlah tujuh orang
Yogyakarta (Mekar Sari, Djaka Lo-
dang, dan Pagagan). Pengarang

320 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

anak (3 laki-laki, 4 perempuan). Ber- majalah dan surat kabar (Mekar Sa-
sama keluarga, Widhy tinggal di Ja- ri, Jaya Baya, Kandha Raharja,
lan Nitiprajan RT 02/20 No. 42D, Dharma Nyata, Putra Kita, Simpo-
Ngestiharjo, Yogyakarta 55182. ni, Gatotkaca, Kartika, Nova, dan
lain-lain). Dalam karya-karyanya itu
Menjadi pengarang sebenarnya ia seringkali menggunakan nama
bukanlah cita-cita Widhy. Semula ia samaran M.G. Widhy Pratiwi, Emge
ingin menjadi guru. Itu sebabnya, Widhy Pratiwi,Aprodety (nama anak
meski sudah menikah, ia mengikuti sulungnya), Tiwy Emge, dan Endang
Crash Program Pendidikan Guru TK Bratajaya.
di SPG II Yogyakarta (lulus 1984).
Meski kini tidak menjadi guru, cita- Sebagai pengarang sastra Jawa,
cita itu sedikit terpenuhi karena ia ke- ia telah beberapa kali menerima peng-
mudian dapat memberikan les kepada hargaan, antara lain (1) cerpen “Su-
murid-murid SD di lingkungan seki- duk Gunting Tatu Loro” memper-
tarnya; dan itu berlangsung hingga oleh juara I Lomba Penulisan Cer-
sekarang. Sejak kecil kecilWidhy me- pen Jawa yang diadakan oleh Balai
mang gemar membaca (cerita anak, Penelitian Bahasa Yogyakarta dalam
cerita wayang, komik, dan lain-lain). rangka Hari Pendidikan Nasional
Maka, tak aneh bila sejak SLTP ia (1982), (2) cerpen “Langite Isih
telah berkacamata minus; bahkan ki- Biru” menjadi juara harapan I Lom-
ni kacamata minusnya tebal. ba Penulisan Cerpen Jawa yang di-
selenggarakan oleh Keluarga Penulis
Berkat kesukaan membaca itu- Semarang (1983), (3) cerpen “Mu-
lah Widhy tergerak untuk menulis lih” menjadi juara II Lomba Penu-
(mengarang). Namun, bidang ini ba- lisan Cerpen Jawa yang diselengga-
ru diterjuni pada 1981 saat ia kelas rakan oleh Balai Penelitian Bahasa
III SMA. Setelah karya pertamanya Yogyakarta dalam rangka Hari Pen-
(cerkak “Grimis Wanci Surup”) di- didikan Nasional (1984), (4) cer-
muat di Kandha Raharja (1982) dan bung “Kamar Penganten” yang di-
mendapatkan honor, Widhy merasa muat Djaka Lodhang mendapatkan
ketagihan sehingga terus menulis. Penghargaan Sastra dari Sanggar Tri-
Akhirnya, kini, menulis menjadi pro- wida, Tulungagung (1990), (5) cer-
fesi yang ditekuninya. Karangan Wi- pen “Sumunaring Lintang” mene-
dhy tidak terbatas pada sastra Jawa, rima penghargaan dalam Lomba
tetapi juga sastra Indonesia. Cerpen Cipta Cerpen dan Puisi yang dise-
“Merahnya Darah Merahnya Cinta” lenggarakan Taman Budaya Yogya-
pernah menembus Mingguan Kar- karta (1991), (6) cerbung “Pramu-
tika (Harian Angkatan Bersenjata) dani” yang dimuat di Djaka Lo-
Semarang (1981). dhang meraih juara II dari Sanggar
Triwida, Tulungagung (1995), dan
Karya-karyanya yang berjenis (7) cerbung “Kinanthi” menjadi jua-
cerbung, cerpen, dan artikel tentang ra I dalam Lomba Penulisan Novel
sastra, kewanitaan, dan ilmu penge-
tahuan lain telah dimuat di berbagai

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 321

Jawa yang diselenggarakan oleh Ta- 1987), “Menehi Pitutur Srana Do-
man Budaya Yogyakarta. Selain itu, ngeng” (Kandha Raharja, 8 Mei
ia juga pernah menerima penghar- 1987), “Rekreasi Iku Perlu Kanggo
gaan sebagai “10 Karya Terbaik” da- Bocah-Bocah” (Kandha Raharja,
lam Lomba Penulisan Cerpen Ling- 1085—1987), “Emansipasi, Sing
kungan Hidup” yang diselenggara- Kepiye?” (Kandha raharja, 1985—
kan oleh Berita Nasional, Yogyakar- 1987), “Pendidikan Tumrap Bocah
ta (1982). Bisa Diwulangake ing Ngendi Wae”
(Kandha Raharja, 1985—1987),
Widhy dan keluarganya adalah “Ngajari Omong marang Bocah”
penganut Katolik yang taat. Kendati (Kandha Raharja, 1985—1987),
demikian, ia tidak terlalu ekslusif, se- “Mbentuk Kapribadene Bocah”
hingga selain menulis karya yang ber- (Kandha Raharja, 14 Desember
nuansa Katolik, ia juga menulis kar- 1990), antara lain bernuansa didaktis.
ya dengan nuansa lain. Karya yang
bernuansa Katolik, misalnya cerpen Sampai saat ini karya-karya Wi-
“Cathetan Desember” (Djaka Lo- dhy telah banyak yang terbit, antara
dhang No.31, 1985—1997), “Kartu lain dalam (1)Antologi puisi, cerpen,
Natal” (Kandha Raharja, 24 De- esai Taman Sari (1998), (2)Antologi
sember 1993), “Natal Klawu” (Dja- cerpen Jawa Niskala, terbitan Ke-
ka Lodhang, No. 1058, 1985— luarga Sastra Jawa IKIP Yogyakarta
1997), dan “Lintang-Lintang Natal” (1993), dan (3) Antologi cerpen Ja-
(Djaka Lodhang, No. 745, 27 De- wa “Mutiara Sagegem” terbitan
sember 1986). Sedangkan karya yang Puspa Putaka, Surabaya (1993). Se-
bernuansa Islam, antara lain cerpen mentara itu, beberapa novelnya juga
“Saur” (Kandha Raharja, 17 Fe- telah terbit, antara lain Kembang
bruari 1995), “Cerita saka Mekah” Alang-Alang (Puspa Pustaka, Sura-
(Kandha Raharja, 11 Juni 1993), dan baya, 1993), Kinanthi (Taman Bu-
“Berkah Syawal” (Mekar Sari, 24 daya, Yogyakarta, 2000).
Maret 1995).
Widhy Pratiwi termasuk salah
Latar belakang pendidikan Wi- seorang pengarang otodidak yang se-
dhy tampaknya mempengaruhi tulis- tiap menulis/mengarang selalu meng-
an-tulisannya. Dalam esainya yang gunakan penghayatan, kesadaran,
berjudul “Perlune Cita-cita Bocah” dan konsep serta analisis yang dalam
(Kandha Raharja, 1985—1987), dan serius. Ia termasuk pula penga-
“Basa-basi Tumrap Bocah Apa Per- rang yang mempunyai kekuatan da-
lu” (Kandha Raharja, 1985—1987), lam hal cerita. Berkomentar tentang
“Nyilih Barang Aja Nyerikake Ati”’ sastra Jawa masa depan, Widhy ber-
(Kandha Raharja, 25 September harap agar sastra Jawa kembali se-
1990), “Aja Seneng Purik” (Kandha marak seperti yang terjadi pada za-
Raharja, 3 Mei 1985), “Yen Ana Ta- man Any Asmara. Ia berharap pula
mu Rawuh Bocah Kok Aleman” agar novel Jawa bisa diterima oleh
(Kandha Raharja, 13 Februari

322 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

segala lapisan masyarakat, tidak bagai penyiar dan pemain sandiwara
hanya oleh lapisan bawah saja. di Radio Reca Buntung (1971). Mu-
lai 1974 menjadi pengisi acara tetap
maria kadarsih (1952—) sandiwara radio (bahasa Jawa) “Ke-
luarga Yogya” di RRI Yogyakarta.
Nama Maria Kadarsih tidak Karena kemampuannya di bidang
asing bagi para penggemar sandiwa- sandiwara dan kesenian lainnya, ia
ra radio, khususnya di RRI Yogya- kemudian diangkat menjadi pegawai
karta. Wanita kelahiran 6 April 1952 negeri sipil di RRI Yogyakarta
yang selalu tampak energik ini ting- (1979). Selanjutnya, pada tahun
gal di Sudimoro 31, RT 01, RW 30, 1980-an, ia ikut bermain dhagelan
Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yog- di Gedung PPBI bersama-sama
yakarta, bersama suaminya, Ach- Prapti, Purmoso, Darsono, dan per-
mad Sarwani, dan kedua putranya, nah pula menjadi pemain sandiwara
Yosianto Ariawan dan Yopi Kurnia- TV “Jenaka KR”. Tidak tanggung-
wan. Maria Kadarsih sering dijuluki tanggung, ia pun menggeluti dunia
sebagai “Ratu Sandiwara Radio” ber- Kethoprak TVRI Yogyakarta (1986)
kat kepiawaiannya bermain sandi- dan tidak bosan-bosan bermain di
wara; bersuara lembut dan khas. Ia Taman Budaya berkaitan dengan
sering pula “dikontrak” oleh perusa- acara Festival Kesenian Yogyakarta.
haan untuk menyusun naskah san- Selain itu, ia masih sempat menjadi
diwara dalam rangka mempromosi- master of ceremony (MC) khusus-
kan produk tertentu dan sekaligus se- nya pada upacara-upacara adat Ja-
bagai pemainnya. wa, dan sebagai dubber ‘pengisi sua-
ra’ untuk pergelaran wayang kulit
Sejak kecil Maria Kadarsih suka yang diselenggarakan di Pagelaran
pada dunia seni, baik seni suara, tari, Keraton Yogyakarta.
dan drama. Dunia menyanyi dan me-
nari itu ditekuninya sejak TK sampai Sampai sekarang banyak naskah
SLTP. Ketika duduk di bangku SD, sandiwara, drama, dan sinetron yang
ia sudah sering mengisi acara siaran telah ditulis Maria Kadarsih, di an-
lagu-lagu yang diasuh R. Dalyono taranya, (1) naskah untuk sandiwara
(ayah musisi terkenalA. Riyanto) di radio “Keluarga Yogya” yang disiar-
RRI Yogyakarta. Di samping me- kan setiap Minggu di RRI Yogyakar-
nyanyi, ia pun belajar seni musik. ta (1984—2002); (2) 30 naskah se-
Belajar musik dimulai ketika duduk rial drama “Butir-Butir Pasir di La-
di bangku SLTP dan bergabung da- ut” (1990); (3) 360 naskah serial
lam Grup Band Nomen Nescio seba- sandiwara radio dalam rangka kerja
gai pemegang gitar melodi. Bersama sama dengan PT Ferbindo Farma
grup band tersebut pernah pula tam- (1996); (4) 320 naskah serial drama
pil mengisi acara siaran di TVRI radio dalam rangka kerja sama de-
Yogyakarta. ngan PT Jamu Jago (1998); (5) 80
naskah serial sandiwara radio dalam
Maria Kadarsih, yang juga hobi
baca puisi ini, selepas SPG aktif se-

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 323

rangka kerja sama dengan Yayasan abdiannya di bidang seni dan budaya
Kesejahteraan Fatayat dan Ford Jawa sudah tidak bisa diragukan lagi.
Foundation (2000); (6) naskah dra-
ma anak-anak untuk televisi “Buku Dalam mengarungi perjalanan
Hadiah Ibu dan Sahabat Hati”; dan hidupnya, Maria Kadarsih mempu-
(7) naskah sinetron untuk TVRI nyai resep khusus, yaitu selalu pa-
Yogyakarta “Anak-Anak Jaman”. srah kepada Yang di Atas (Tuhan)
Sementara itu, bersama A. Darman- karena hidup merupakan karunia
to dan Niken Widyastuti menyusun yang perlu disyukuri. Maka, ia ingin
Buku Teknik Penyusunan Programa memanfaatkan dengan sebaik-
Siaran Radio (2000). Bahkan ia ma- baiknya. Ia bertekad mengembang-
sih sering diundang untuk menjadi kan kemampuannya, selalu belajar
pemakalah tentang siaran, drama, selagi masih ada kesempatan belajar,
dan sandiwara radio dalam berbagai dan memberikan kemampuan ter-
seminar kesenian dan kebudayaan. baiknya kepada orang lain.

Selama ini Maria Kadarsih telah maryono notosuwignyo
memperoleh beberapa penghargaan, (1936— )
baik dari instansi pemerintah mau-
pun swasta, di antaranya (1) peng- Maryono Notosuwignyo lahir di
hargaan Swara Kencana sebagai Langenrejo, Purworejo, pada 29 Juli
juara I Penulisan Naskah Sandiwara 1936. Ayahnya bernama Paimin At-
Radio se-Indonesia (1985); (2) peng- mopawiro, pamong desa yang juga
hargaan Swara Kencana sebagai pemangku jawatan gereja, dan ibu-
juara III Penulisan Naskah Sandi- nya bernama Raminah, anak petani
wara Radio se-Indonesia (1986); (3) desa Langenrejo. Ia merupakan anak
penghargaan Swara Kencana seba- pertama dari tujuh bersaudara. Mar-
gai juara II Penulisan Naskah Sandi- yono menikahi gadis bernama Sri
wara radio se-Indonesia (1987); (4) Suharti, putri Kemiran Partodiwir-
penghargaan Swara Kencana seba- yo, mantan lurah Desa Somorejo,
gai juara I Penulisan Naskah Sandi- Begelan, Purworejo. Hingga kini ia
wara Radio se-Indonesia (1988); (5) telah dikaruniai 8 orang anak, yaitu
penghargaan Swara Kencana seba- Bambang Widi Atmodjo, Sri Nur-
gai juara II Penulisan Naskah dan windah, Sri Marhaeni Andayani, Sri
Produksi Sandiwara Radio RRI se- Vitalis Setyawati, Sri Ratna Idea-
Indonesia (1999); (6) penghargaan wati, Sri Mulatsih, Kuntoro Priyo
Swara Kencana sebagai juara I Pe- Basuki, dan Hastaka Bawa Kunca-
nulisan Naskah dan Produksi Sandi- ra. Bersama keluarganya, Maryono
wara Radio RRI se-Indonesia (2000), sekarang tinggal di Somorejo,
dan (7) Anugerah Seni Bidang Seni Begelen, Purworejo 54174, Jawa Te-
Sastra Jawa dari Pemerintah Daerah ngah.
Propinsi DIY. Dengan begitu, peng-
Pendidikan formal yang ditem-
puhnya, antara lain, SR VI di Taman
Sari (lulus 1951), Sekolah Guru B


Click to View FlipBook Version