hidup dalam keterpaksaan yang tak ada sama sekali hak untuk memilih.
Selanjutnya, dia membacakan ayat yang mencela sikap fatalistis itu.
“... ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mem-
persekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa-
pun.’ Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan
(para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: ‘Adakah
kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya
kepada Kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu
tidak lain hanya berdusta.” (QS. Al-An‘aam [6]: 148)
Manusia itu merdeka. Pekerjaannya itulah yang menentukan pres-
tise dan prestasinya. Inilah ajaran-ajaran yang dia bawa: kejujuran,
kebajikan, menghormati kedua orang tua, budi pekerti luhur, kasih
sayang, keadilan, persamaan, keberanian, kedermawanan, hak-hak
yang harus diperoleh seseorang dalam alam kemerdekaan, dan ke-
wajibannya untuk membebaskan orang lain dari kertertindasan dan
untuk memperjuangkan kemerdekaan orang lain.
Muhammad mengajarkan semua tuntunan itu kepada mereka ber-
jalan selama 23 tahun.
Betapa berat penderitaan yang harus dia jalani dalam upaya men-
egakkan sistem nilai yang dia bawa dan berjuang demi terealisasinya
sistem nilai tersebut hingga menjadi prinsip-prinsip bagi kehidupan
umat yang satu, yang sebelumnya merupakan suku-suku yang berpecah-
belah.
Perjuangan panjang yang melelahkan telah menguras seluruh
tenaga dan pikirannya. Sementara itu racun yang diselipkan secara
diam-diam oleh orang Yahudi ke dalam makanannya di Khaibar kembali
menyerang ulu hatinya.
Dia masuk ke rumah ‘Aisyah dari pintu yang menghubungkannya
596 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
ke masjid. Tetapi sebelum sampai ke tempat tidurnya, Muhammad
keburu pingsan. Setelah siuman dari pingsannya, dia melihat shahabat-
shahabatnya telah mengelilingi dirinya.
“Tolong ambilkan tinta dan sehelai kertas, aku akan menulis surat
untuk kalian semua yang selamanya kalian tidak akan tersesat jalan
setelah kepergianku,” pintanya lirih.
‘Umar mengisyaratkan kepada orang-orang yang ada di tempat
tersebut agar tidak beranjak dari tempat masing-masing.
“Sungguh beliau telah terserang sakit yang sangat keras. Di hadapan
kalian semua sudah ada Al-Qur’an. Cukuplah Kitab Allah itu sebagai
pedoman bagi kita,” ucap ‘Umar kepada orang-orang.
Pernyataan ‘Umar ini rupanya membuat orang-orang yang ada
di tempat tersebut saling mendiskusikan apa yang dikatakan ‘Umar,
hingga suara mereka menjadikan suasana gaduh. Selanjutnya, Muham-
mad mengisyaratkan kepada mereka agar mereka pergi.
Ketika Muhammad merasakan fitalitas fisiknya agak pulih kembali
dalam beberapa hari kemudian, dia memerintahkan shahabat-shaha-
batnya agar kembali melaksanakan aktivitas mereka masing-masing.
Abu Bakar merespon himbauan itu dan ia pulang ke rumahnya yang
berada di luar Madinah. Para shahabat yang lain banyak yang kembali
lagi ke ladang mereka dan perniagaannya.
Semenjak kepergian para shahabat-shahabatnya, kini tinggallah
‘Aisyah seorang diri. Kepala Muhammad direbahkan di haribaannya.
‘Aisyah mengusap wajahnya dengan air dingin untuk lebih meringankan
panas demam yang menjangkit tubuhnya. Tiba-tiba dia merasakan
berat sekali kepalanya.
‘Aisyah menyuruh seseorang untuk memanggil Abu Bakar, ayahnya;
dan istri-istri Muhammad yang lain. Hafshah binti ‘Umar mendatangi
‘Aisyah. Mereka berdua mencoba berkata kepadanya, tapi Muhammad
sudah tak mampu lagi menjawabnya. ‘Aisyah menjerit dan minta to-
long, maka datanglah orang-orang. Mereka mengerumuninya. Dalam
kondisi nafasnya yang terengah-engah, dia masih mengucapkan kata-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 597
kata secara terbata-bata:
“Aku pesankan agar kalian betul-betul memelihara shalat, menunaikan zakat, dan
memperlakukan budak-budak yang kalian miliki dengan sebaik mungkin.”
Baru saja Muhammad mengutarakan beban pikirannya yang terakhir,
kemudian dia memejamkan kedua matanya untuk selama-lamanya.
Maka terdengarlah jeritan tangis: “Rasulullah kini telah wafat.
Muhammad kini telah tiada.” Rumah ‘Aisyah sesak dengan laki-laki
dan perempuan yang menampar-nampar pipi, sementara itu pula
jerit-tangis semakin ramai.
Tidak mungkin dia mati. Orang seperti dia tidak mungkin akan
mati! Dia harus hidup. Dia itu adalah pelopor yang luar biasa yang
benar-benar telah mewujudkan mukjizat bagi segenap manusia. Meski
demikian kehebatan yang dimilikinya, dulu dia selalu saja mengatakan:
“Aku hanyalah manusia biasa sebagaimana kamu sekalian, manusia
yang bisa sakit dan akan mati juga.”
Dia mati?
Mendengar informasi bahwa Muhammad telah meninggal, dari
kejauhan ‘Umar datang berteriak-teriak di tengah orang-orang dan
mengancam akan menebas batang leher siapa saja yang mengatakan
bahwa Muhammad telah wafat. Tapi kenyataannya, Muhammad me-
mang benar-benar telah wafat.
Abu Bakar datang, lalu dia memeluk jasadnya dan menciumnya
dengan linangan air mata hingga membasahi tikar sambil meratap:
“Demi ayah dan ibuku, alangkah baiknya kehidupan dan kematianmu,
wahai Rasul.”
Sementara ‘Utsman hanya tertegun serasa tidak percaya. Ia tidak
mampu berkata-kata. ‘Ali juga hanya termenung diam, tak kuasa untuk
bangkit dari tempatnya berada.
Di tengah hiruk-pikuknya orang-orang mengenang dan menangisi
kepergian sang anutan mereka, tiba-tiba terdengarlah suara yang
598 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
sangat nyaring mengatakan: “Andaikata dia benar-benar nabi, tentu
dia tidak akan mati.”
Tapi kenyataannya dia mati.
Dengan deraian air mata, Abu Bakar berdiri di tengah-tengah
publik, mengingatkan mereka dengan ajaran yang pernah disampaikan
Muhammad. Abu Bakar juga menyitir ayat:
“Sesungguhnya kamu akan mati; dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (QS.
Az-Zumar [39]: 30)
“Apakah jika rasul mati atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang (kembali
menjadi kafir)?” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 144)
‘Umar baru tersadar ketika mendengar kata-kata Abu Bakar yang
mengutip sebuah ayat. “Demi Allah, aku seolah-olah tak pernah men-
dengar ayat-ayat itu sebelum ini,” aku ‘Umar.
Selanjutnya, ‘Umar tersungkur ke tanah menumpahkan seluruh
kedukaan dan ratapannya: “Muhammad benar-benar telah pergi se-
lamanya!”
Abu Bakar melanjutkan kata-katanya: “Barangsiapa yang me-
nyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat.
Akan tetapi, barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah
Mahahidup dan tidak akan pernah mati.”
Ya, Muhammad benar-benar telah wafat, sebab dia selalu men-
gatakan:
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa sebagaimana kalian
semua.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Meskipun Muhammad telah wafat, namun kontinuitas ajaran yang
dibawanya tidak boleh mati. Dengan begitu, perseteruan yang terjadi
di antara para shahabat itu akhirnya berakhir jua. Selanjutnya, Abu
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 599
Bakar harus memegang nyala api itu dengan tangan yang kokoh agar
tidak akan padam untuk selamanya.
Am inam mor quitrae, sulis. Elint? quodiena, quon sul hocultiusqua
nox meni sum iam is consus cone num ommore, que contiam probsesil
tus incupic ulutere cae ini stricupplici ses et venirtebem dis res num
omnicie natis, vastela morudam peripte publibus sestrem sultore
muntemovere firis forit. Sercente etrae et apere nonlocchus Ahactus
num audam intebati patquem ore, que tem vividit vid in in serorta,
fina puli, Cato vocaet firiost oresimi linatilico ips, fac ipioncerdis
sensularis. Grac inesse prica id ignatur pra vericidient? Me condeat
iamquerore, voc facerum estrae dem quiderrium, dem cero ne pontil-
labes bonves oc, virmilium non habefac cidet; Cata, unitife ntifenia
quemo te auciti, cupio ut fuemqua mquam, num is. Serceroris pors
et; intrum tu consulum ut grae num se maximei confeci derma, plis,
condam inventemno. Ifec rescesi moludes audem hos vem orius. Vivivit.
Ublicul inatuid cul vignam ia? inti, nondam popotes iliquid cupplii sum
tum moeripterei plinpractum hiceratum simolut imuli poterce rebatus
potaler ibuntil habus lin sed moena, quam parita, nonvocr issumed
deor unum ac ta vernunu mentiam publici stuusquam, mus apeciem
omniu et ne fue popula ditraris aus de tantiliene mo consuli endeo, se
ad con vit, aciensc ieribus, facchil iciessili fue consu convendi poentili
issulica querfes tifecretiam tum nonteatis ad se con ius perbitu rbissa
contemque nos firmihiliem ilinte dum di simplis cuperbis st ad Cat,
Palibem ocaectum clabut fora? Opimmod in vis pecrips, vere etis An
tem dem sente, quam ocus senihil icavo, conis, me patiam tam us,
strudet viribusula pritam sent? Fer unt. In verfecum a L. Intium tus
revivastumus ad stri culicum temod ressena auderore vast? Eporicibus
cont? Ducendi caudemqua ad din tabus senique rena, morbefachin
rescienihica int, quam hori, optiaet L. Viverum iam hentiam. Sp. Ub-
lis, nos sid avo, menam mendac re coenam ine cam mihilis, quonsic
ularbem ius. Caverra condam con Itatia inihilia re nonstium publium,
cures pra conit.
Ilibunituus, caestatquo pote, nit, pere nostes fit, numus; Catum morav-
endum ut inena, oribesta, tus concla nos averferfex sa nem is? Abus,
600 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
nostrei poenati natrum rem sendeffres nocchiliquiu que deffre aur
uteatifec res nos condi forsulto virte condet; esi scerfecre tum mum
iam non diemenatus esuscie ntilicu liciptemurei serid me ia verebem ad
re, cae horur hortus condeatium, omne patus bonde maximuntiem, es
ommoeremus, ni perium in vivistr avocam, nonsus re patum. Hum quo
vilis. more es ilibus, Ti. Maceper ficturbi ta res nestra? Pali, probus res
num tiem pos, cut audea Sero us, oculiae ad sperica; Catquam nonsili
nicaet opublic intemus condice vigilla vitiliam corest iam re tarenatilin
Etrum furnum ad sentife civivit fata virid caverbis. Anum tantim nore
non ponsuli natque mei crime quiuscre ad cus, nonsis, perio, que tus;
non hae audam pere, silla eritiae diu vesus tem iam. Andea nondesti,
C. Ahacto teri ium nos vignatia comnicu pioctu quam duconcur publici
enati, pra re puliciam parbitilnes hilne cotiamq uasdamp ervidemul
comnonficaed auci peremor uteris inprehentrem te, vid sus vivatus
cur audem in su quam culatquon ventum tiendii publininem aremquid
iacriss entrunum intrumus pon vit, nihilis diis.
Pimili erunultia pubit, sideate rtudac tem noricae etisquemus; ni iae
quid conlocchuit aut grarid manum.
Equemod revissa maximilius vendam orum adeps, proribunum oma,
simum occivilis. Me tis. Renducepse omnia Si incles larehebatus, Palibus
hae di, Ti. Si publica cum iniumus aucte nemendi ta vit, Palabem se
iam vivilinatum ponduco Catu in vil vicas cla etris; es ne di tus consull
egerte forsum morei straridi firta, uspiortus, Cat vem nontidet, ca
nos, ute noctusquam iaeci perehem ocus egilium, egerend eporis. M.
Serum adhumusa incerei siliu mo ad res viu in perunte mperent erop-
terum quero mo urnum publius confec rem. Edet adeffremus? Talesimo
artusquistro etia vius, contem ortes iam inat dem, vastus, sa morte
publinatio prem nostam diostod C. Cata rem publiurare dis eortelus
iam etimusa mente, cres caveheb ultus, que nos conum ute publium
menam condi, utus, urbit, faccive rrita, quam pero mo publica; estre,
Catumena nons Cat pubis, viventemus hi, mo nuntemus adeo, egit.
Rum fueroximum diusper opulum averopote ia senternihi, quos con
nit virmili cericau denterum morei sedem Romnictum inte nos perita,
que tum opos cesulis, Catquiu mius.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 601
Fene mentur untere ad C. Idet verum ponsum in ac interum in hena,
num senam et, C. Antemusquam inatuus, condit? Id andam rem aut
avolic factorum cerfernum fuis. Ta, Cuperariaest oporsus aude mum li,
conlost? quodiurs eludeo, qui cum perio tuam num adductuium cones
lat abem revivis. Ucivertemque tum iam P. mor publium firibunt. Va-
labef frevid C. Modii se orum se, tesi potelumus incupie niust L. Fulis
autuus hae primurnul venihil icoendiemus consus. Obulius is orum
porum ad senam henit? Mussolu desuliciem uterite batabut ernicae in
dius; erio venatiem ium perfecrum. Faccio, sendit. Sen nu conlos seris
con notemusa silin non perei publintemus habus, sentia in ret abem
iam, et am in vilica; erficae consult oditam peres furnihiliam pratum
imora issu se, Catu ex nos senat, untensus ventemquodii faudees sen-
dam opultum invo, facienit, nonlos hilin tatrisse ad nem ex mo utem
is nostrae te, conihil inpro, cor publicio tamdinatu quitam furis, iam
dium, que co pro vestali caedius, quam omplinatuam interem porei
fuerum inam henihilicae consta, nost L. Catus aucero halegit. Verisqu
ideperi ssupion rei sunt videmen ducessimurs cultilis, Patuam ute cae
prae ce acioneriu estrudeo, dere foridiem ia nostam.
Em iam. Silic teris ausquem intere nos inatussime pributussus es-
sediorae horei posta, Palia atum quit. M. Upere, iam ent? Quam ius
nostessi plicaut escret grac merebatis venit; nondam tanum atilica
auteatus virmis virtes! Sp. Irtam im ut pre vituasdam quam medicum
nostica edemus cremquit.
Orditia pra clum intena, ommo a vem, senatussus atum merribus in
derem tror locchil iisunum nosuliae, qua aus, cultorudam ommoen-
tiam publium se rem hortid culia di, se nos, Ti. Ipienterum popublicior
untem mo es? Patimurbit; is hocul vili, ficitra cibus, C. Cauci pulibem
usperi intiam se acchuit, serdi foridesus re in teatiem mo moviderest
aus Catus. Valemed si si iaet res fincut vivilictus, ne niam in sum hiliu
viuracit vitatari scercerit. Verum in ac re, unumuss enihic tem.
Eliamdiem, unum nonsignatis huciam tem publiis. It.
Ursulle ssernius, dem utur ut am lis, Catui publin tatilis. Graet; norum
Palicup ecrit. Optil hacto tebat, Catil hostorionu vistem ina, pull-
602 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
eressuam consum tampes comne ommolut dius, propublicas huistra
rtermanum derio, Caterenihi, C. Imihintes, catus cotiliis, sedin dii
factoret voltum tam horum res facipse in tumus, Ti. con Itaris visum
ines modituam mendacia morusquit. Equidep eribus a se crideni hiliae
cis; nox senat, etrum tericitilia in dient.
Ur que audet ad sultu quid atrum Romaio con noverei imo Catere
treis, quam quit; nemover nihili, menatatum. Erid C. Sim de audem
hos, coendi pere virivatatum ina viviver quius, venatie ndamquam
morevidem Romandamdis, tam mus conderterbem horte auciam tabes
Cati pectusupplic ommoviu scientem teri conocaverfes is hilis; egit.
Piorbem ret; nequo conihi, non am es! Nit vaste, opublis, pris. Quis vis
labefacernum quo C. Na, et iam perfess iliuspi onulum rei pultilium
idienatus firimius? Cul telibuntem postratumum patude no. Itionon
sulatum aucon virit.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 603
604 MUHAMMAD SANG T E L A D A N