The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by destinnafid42759, 2021-10-10 21:15:23

Muhammad Sang Teladan

Muhammad Sang Teladan

ketakutan, agar seluruh potensi seorang tumbuh berkembang dengan
baik untuk memperk­okoh rekayasa insani yang sangat berharga di
permukaan bumi ini.

Dia menuntut manusia untuk beribadat menurut ajaran yang dibawa-
nya. Kendati demikian, dia menuntut agar mengembangkan intelek-
tualitasnya dengan cara mempe­lajari ilmu pengetahuan dan filsafat.
Mereka harus mempelajari ilmu pengetahuan ke berbagai manca
negara, betapapun negara tersebut tidak menganut ajaran yang sama
dengan ajaran-ajaran yang mereka anut, sekalipun semua itu dipe-
lajari di negeri Cina, sebab hanyalah ilmu pengetahuan belaka yang
mampu mengembangkan mereka. Ilmu pengetahuan sajalah yang dapat
memberi suatu keyakinan bahwa tak ada seorang yang lebih utama
daripada orang lain, selain dengan pengetahuan yang memenuhi hati
seseorang. Ilmu pengetahuan itulah yang menjadikan seseorang dis-
egani oleh semua kekuatan tirani yang eksploitatif, selaksa benteng
berdindingkan tembok-tembok yang kokoh.

Oleh karena itulah, dia pernah mengatakan kepada mereka:

“Keutamaan ilmu jauh lebih baik daripada keutamaan ibadah.”

Shahabat-shahabatnya dalam melaksanakan ibadah dengan cara
berlebih-lebihan di mana mereka shalat di malam hari dan berpuasa di
siang hari. Bahkan di antara mereka ada yang tidak menggauli istrinya-
istrinya lagi. Bagaimana ini bisa terjadi, padahal dia datang dengan
ajaran seperti ini. Dia telah menegaskan kepada mereka bahwa dia
sendiri makan, minum, menjalani kehidupan, menggauli istri-istrinya,
dan menikmati rizki yang halal. Agama yang dibawanya adalah sistem
yang mengatur jalinan sosial juga.

Pernah suatu ketika disampaikan kepadanya bahwa si Fulan adalah
orang yang sangat dalam keimanannya, memperbanyak shalat, sha-
daqah, dan puasa. Hanya saja dia suka menyakiti hati tetangganya.

“Dia di neraka tempatnya,” demikian jawab beliau sambil
mengerutkan dahinya.

246 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

g

Suatu ketika Muhammad masuk ke rumah istrinya, ‘Aisyah. Dia
melihat beberapa orang perempuan teman-teman istrinya berada di
sisinya. Di antara mereka ada seorang perempuan yang cantik, tetapi
tampak bajunya kusut tak terurus. Kecantikannya tertutupi oleh kes-
usahan yang teramat mendalam.

Muhammad menanyakan kepada istrinya perihal perempuan itu:
“Apa gerangan yang menyebabkan perempuan itu demikian keadaan-
nya?”

“Dia adalah istri salah seorang shahabatmu. Suaminya selalu ber-
puasa di siang hari dan shalat di malam hari,” jelas ‘Aisyah kepadanya.

Barangkali para istri tidak akan bersikap seperti ini jika para suami
melayani kebutuhan istri dan tidak terlampau menyibukkan diri dengan
aktivitas ibadah.

Sungguh, Muhammad tidak datang dengan membawa ajaran yang
seperti ini. Karena itu, dia mengutus seseorang untuk memanggil
suami si perempuan tadi. Setelah dia berjumpa dengan suaminya,
dia berkata: “Aku dengar bahwa engkau selalu menjalankan puasa di
siang hari dan shalat di malam hari. Jangan engkau lakukan hal itu
terus-menerus, karena fisikmu mempunyai hak; matamu mempunyai
hak; dan istrimu juga mempunyai hak yang harus engkau penuhi.”

Suami perempuan tersebut pun pulang dan menjalankan nasihat
tersebut. Keesokan harinya istri laki-laki tersebut datang kembali ke
rumah ‘Aisyah dengan hati berbunga-bunga; bau wewangian harum
semerbak; dan kedua belah pipinya merah merona; serta aura kehidu-
pan kini telah terpancar di wajahnya.

“Wah, ada apa gerangan yang terjadi?” tanya ‘Aisyah meng-
godanya.

Perempuan itu menjawab pertanyaan ‘Aisyah dengan sorot matanya
yang memancarkan kebahagiaan: “Aku telah merasakan kebahagiaan
sebagaimana orang lain merasa­kannya.”

Demikianlah, Muhammad terus melakukan berbagai upaya untuk

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 247

memecahkan persoalan musuh-musuhnya yang garang dan memberi-
kan solusi kepada pengikut-pengikutnya yang melampaui batas dalam
beribadat.

g

Kehidupan di Madinah setelah itu dihadapi Muhammad dengan
berbagai macam cobaan yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Ajarannya telah menjadi kuat karena Hamzah dan ‘Umar. Orang-orang
Quraisy dibuat geger semua, ketika kedua pemuda itu bergabung dalam
barisannya. Tapi, tahu-tahu datanglah suatu waktu yang menyeret
kedua pemuda tersebut pada perbuatan-perbuatan yang mereka benci.

Setelah kembali dari perjalanannya yang mempertemuk­ annya den-
gan Abu Jahal dan pasukan kuda Quraisy, Hamzah kembali lagi pada
kehidupan malam yang pernah dijalaninya di masa silam, bergelimang
dengan tuak dan gadis-gadis penghibur laki-laki hidung belang.

Hamzah kini telah memasuki usia lima puluh tahun. Lama sudah ia
tinggalkan kehidupan malam. Akan tetapi, sejak kematian menghadan-
gnya secara tiba-tiba di tepi pantai, ia kembali ke Madinah mereguk
hidup bersenang-senang dengan penuh kehausan yang tak ada suatu
apa pun yang melepaskan kedahagaannya. Semalam suntuk ia lewati
dengan minum-minum tuak dengan didampingi dua orang gadis penari
berdarah Israel yang menyanyi dan menghiburnya.

Keesokan harinya Hamzah pergi ke masjid mencerita­kan kecantikan
kedua gadis itu dan bukan rahasia lagi, yang jelas dia menikmati kedua
gadis itu. Ia mengigau, tertawa cekakakan, pergi ke masjid. Mulutnya
bau tuak. Bau wewangian kedua gadis itu masih tersisa harumnya dan
melekat pada tubuh dan wajahnya. Hatinya penuh dengan kenang-
kenangan indah malam itu!

Muhammad menunjukkan sikap ketidak-sukaannya tatkala meli-
hatnya. Tapi Hamzah yang masih mabuk sejak malam itu, melihatnya
dan orang-orang yang ada di sekitarnya dan mengungkapkan kata-kata
yang meremehk­ an mereka: “Kalian semua hanyalah budak-budak nenek
moyangku.”

248 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Pada malam berikutnya Hamzah bersiap-siap me­nyam­but datang-
nya malam yang indah untuk bersenang-senang dengan artis-artis
penyanyi Madinah yang cantik-cantik di rumah-rumah yang disediakan
pemuka-pemuka Yahudi untuk menyambut kedatangan tokoh-tokoh
orang Islam.

Inilah akibat yang ditimbulkan tuak pada sebagian orang! Ini adalah
jebakan-jebakan yang sengaja dibuat mereka.

Muhammad kian keras menganjurkan kepada shahabat-shahabatnya
agar menjauhi tuak. Betapapun di dalam minuman tuak terdapat hal-
hal yang poisitf, tapi dampak negatifnya jauh lebih besar.

Jalan yang ditempuh Hamzah sangat menyesakkan dada Muham-
mad. Hanya saja akhirnya ia sadar dengan sendiri­nya. Ia kemudian
menyatakan penyesalannya di hadapan semua shahabatnya. Ia ber-
sumpah tak akan mendekati mi­numan tuak lagi dan tak akan mendekati
perempuan, selain istrinya sendiri. Ia menangis dalam penyesalan,
hingga terhapuslah semua dosa-dosanya dengan derasnya linangan air
mata. Akhirnya, Muhammad meringankan beban batinnya.

Belum beberapa lama Muhammad terbebas dari persoalan Hamzah,
tahu-tahu Abu Bakar datang kepadanya dan mengadukan perihal ‘Umar
bin Khaththab. Keduanya terlibat dalam perselisihan pendapat tentang
suatu masalah di mana Abu Bakar memarahinya. Tapi, justru ‘Umar
lebih marah lagi kepadanya seolah-olah Abu Bakarlah yang bersikap
keterlaluan terhadap ‘Umar. Karena itulah, Abu Bakar bermaksud me-
minta maaf kepadanya. Akan tetapi, ‘Umar menolak keras permintaan
maafnya.

Mungkinkah hal itu terjadi pada orang-orang yang paling dekat
dengan diri Muhammad?

Hanya saja ‘Umar bin Khaththab datang kepada Muhammad sesu-
dah kedatangan Abu Bakar. Akhirnya, Muhammad mengatakan kepada
‘Umar sambil menatap orang-orang yang berkerumunan di sekelil-
ingnya: “Abu Bakar adalah orang yang mempercayai diriku dengan
jiwanya dan harta kekayaannya ketika kalian semua mendustakan
diriku. Apakah kalian semua akan meninggal­kan temanku?”

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 249

Akhirnya, hubungan setia kawan antara ‘Umar dan Abu Bakar ter-
jalin mesra kembali.

Perselisihan-perselisihan lain timbul di kalangan orang-orang Mu-
hajirin. Persengkataan itu berpangkal di seputar masalah batas-batas
tanah yang mereka garap. Muhammad meminta kepada mereka untuk
tidak bersengketa, tidak bercerai-berai, dan tidak tertipu oleh rayuan
harta benda. Harta benda adalah fitnah.

Semua orang Yahudi Yatsrib telah menipu mereka. Dan dia memer-
angi desas-desus. Dia memerangi kesulitan dan akhirnya dia memerangi
harta benda.

Orang-orang Yahudi Yatsrib tak akan membiarkan adanya golongan-
golongan dari kalangan Muhajirin yang kaya-raya dan orang-orang
yang kuat dalam perdagangan. Memang tak ada orang yang mampu
menandingi kepiawaia­ n orang-orang Quraisy dalam hal perdagangan.
Bahkan kini, salah seorang dari mereka ada yang sudah melebihi
kekayaan orang-orang Yahudi, seperti ‘Abdur Rahman bin ‘Auf.

Orang-orang Yahudi merencanakan sebuah strategi untuk meng-
hancurkan sistem perekonomian yang baru itu dengan cara membuat
kontrak-kontrak perdagangan palsu di pasar Bani Qainuqa’. Dengan
demikian, sudah dapat dipastikan pedagang-pedagang Muhajirin dan
Anshar akan menderita kerugian.

Di Madinah tak ada pasar lagi, selain pasar Bani Qainuqa’. Oleh
karena itu, Muhammad memerintahkan kepada para pedagang muslim
untuk membangun pasar-pasar baru yang tidak boleh disusupi oleh
para spekulan Yahudi dan kelompok ‘Abdullah bin Ubay yang akan
menghancurkan perekonomian mereka.

Mereka pun membangun pasar baru. Aktivitas per­dagangan mulai
digiatkan dan mulai ramai. Banyak pedagang asing yang datang ke
pasar baru itu. Pedagang-pedagang asing lebih banyak yang memilih
pasar baru itu, karena sistem perdagangan yang diterapkan lebih adil
dan lebih terjamin bagi penjual maupun pembeli.

Tata aturan perdagangan di pasar baru ini diinstruksikan oleh Mu-
hammad dengan instruksi yang berbunyi: “Tidak boleh membungakan

250 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

uang, tidak boleh curang, dan tidak boleh menjual suatu barang yang
tidak ada.”

Penjual bertanggung jawab atas keselamatan barang yang dijual.
Pembeli mendapat jaminan cacat barang-barang yang dibelinya. Keadi-
lan dan saling menghormati hak seorang berimbang adalah dasar tata
aturan yang berlaku di pasar baru ini. Selanjutnya, dia menekankan
pentingnya bersikap baik dalam melakukan kontrak-kontrak perdagan-
gan dengan orang-orang yang tak mampu. Muhammad mengatakan:

“Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang
dalam kesulitan, maka dia akan memperoleh kemudahan di dunia dan akhirat.
Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong
saudaranya.”

Kemudian dia menjanjikan kepada orang-orang yang berkenan membe-
baskan sebagian piutangnya kepada orang yang berutang yang kesulitan
melunasinya, bahwa:

“Allah akan menaunginya kelak pada hari Kiamat di bawah naunga­ n ‘Arsy-
Nya, pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Nya.”

Dia juga menjanjikan kepada mereka bahwa:

“Barang siapa yang melepaskan kesulitan orang lain, do‘anya akan senan-
tiasa dikabulkan Allah dan dia akan diberi jalan keluar dari kesulitannya.”

Di pasar yang baru berdiri ini terdengar suara nyaring ajakan para
pembawa kabar gembiara agama baru. Para pedagang asing menilai
sistem perdagangan yang berlaku sebagai sistem yang paling layak
untuk diikuti dibandingkan dengan sistem-sistem lain yang pernah
mereka ketahui. Dengan demikian, kepercayaan yang membentuk budi
pekerti orang-orang mukmin sangat pantas dan sesuai untuk diterima
secara yakin di setiap hati orang.

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 251

Beberapa pedagang asing telah menyatakan masuk Islam. Para
pemuka pedagang Yahudi mempunyai dugaan kuat bahwa sistem
kepercayaan ini dan ajaran-ajarannya dalam soal jual beli, sangat
memungkinkan untuk disebar­kan di berbagai suku dan kota-kota Arab
lainnya dan menarik perhatian orang-orang untuk menerimanya. Hal
ini jelas akan berdampak negatif terhadap mereka, bahkan hal ini bisa
menghancur-luluhkan kepentingan bisnis mereka.

Ada kesamaan dalam kepentingan antara pemuka-pemuka peda-
gang Yahudi di Madinah dan pemuka-pemuka pedagang Quraisy di
Makkah. Mereka berusaha melakukan pencegatan terhadap suku-
suku yang bermaksud akan mendatangi pasar baru ini, termasuk juga
mencegat agar tidak mengunjungi Muhammad.

Mereka juga berupaya keras mencegat para penyair dari berbagai
suku untuk mengunjunginya. Pasar Madinah menarik minat kalangan
para penyair untuk mengunjungi­nya. Para pedagang muslim bertekad
akan menyaingi pasar Makkah. Karenanya, didirikanlah podium-podium
kepada mereka sebagai tempat para penyair untuk melantunkan syair-
syairnya yang baru digubah.

Para penyairlah yang mengungkapkan penderitaan suatu suku dan
kehebatan-kehebatannya. Sang penyairlah yang mengangkat nama
suatu suku di atas suku-suku yang lain dengan untaian kata-kata yang
memukau dan menggetark­an. Kata-kata sang penyair itu kemudian
menyelusup ke dalam nalar para pendengarnya, lalu sampai kepada
generasi demi generasi secara turun-temurun.

Jika sampai ada seorang kondang mengunjungi Madinah, lalu dia
memeluk ajaran-ajaran Muhammad atau sebagian pengikut-pengikut-
nya yang kaya memberikan harta yang diinginkan, kemudian si penyair
tersebut pergi melantunkan puisi-puisinya tentang Muhammad dan
ajaran-ajarannya, sudah tentu ajaran-ajaran Muhammad akan terse-
bar luas di Semenanjung Arabia dan untaian kata-kata yang indah
memukau itu akan menyelusup ke dalam hati sanubari setiap orang.

Muhammad sendiri menyadari kedahsyatan kata-kata yang ber-
bentuk puitis. Karena itu, dia menyuruh seorang penyair Hassan bin

252 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Tsabit untuk menggubah sebuah puisi. Muhammad tahu persis pengaruh
kata-kata dan peranan­nya dalam mendorong dan membela keper-
cayaannya. Dia berharap penyair-penyair kondang lainnya bergabung
dengan Hassan.

Akan tetapi, saudagar-saudagar Yahudi dan Makkah yang tahu persis
bahaya para penyair dalam suatu pertempuran, akhirnya membuat
suatu kesepakatan untuk menghalang-halangi Muhammad untuk men-
jalin hubungan dengan para budayawan terkemuka yang mempunyai
pengaruh kuat di bidang kesusastraan

Menghadapi ancaman-ancaman mereka, Muhammad telah cukup
banyak bersikap sabar. Akan tetapi, dia tak akan membiarkan mer-
eka merintangi kontak-kontak dengan para penyair, sebab dia adalah
orang yang sangat menggandrungi soal-soal kebudayaan dan pengagum
budayawan-budayawan. Dia sangat memahami pengaruh para penyair.
Dia berharap akan menjadi kuat dan menang lantaran peran serta para
penyair itu.

Dia memperlakukan Hassan bin Tsabit dengan perlakuan istimewa
yang tidak diketahui oleh orang yang paling dekat dengan dirinya,
bahkan Abu Bakar sekalipun. Sedikit banyak dia memahami arti pent-
ing Hassan dalam melancarkan serangannya lewat gubahan-gubahan
puisinya. Dia mengu­kuhkan kepada Hassan bahwa tugas dan peranannya
dalam agama baru ini adalah menggubah dan membacakan puisi-puisi.
Tugas yang harus dijalankan Hassan ini dimaksudkan untuk meringankan
tanggung jawab yang harus ditunaikan oleh para penyair lainnya.

Suatu ketika datanglah seorang laki-laki muslim ke hadapannya,
mengecam keras perilaku Hassan bin Tsabit yang suka minum tuak.

“Sudahlah! Kamu tak perlu mengecamnya. Sekalipun begitu, dia
sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya,” demikian tanggapan Muham-
mad.

Shahabat-shahabat Muhammad akhirnya memper­laku­kan pe-
nyair Hassan dengan penghormatan yang istimewa. Mereka tahu, sang
penyair itulah yang paling lantang suaranya menggambarkan potret
kepercayaan baru ini. Dialah sang penyair yang menjadi kebanggaan

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 253

mereka di tengah berbagai bangsa dan suku. Mereka juga berharap
akan menjadi kuat dan terhormat karena penyair-penyair lain yang
setara dengan profesionalitas Hassan bin Tsabit.

Mudah-mudahan para penyair yang lain, seperti Umayyah bin Shalt,
akan bergabung dalam barisan orang-orang Islam. Akan tetapi, di Thaif,
sejak suku Tsaqif mengusir Muhammad, mereka tetap menyimpan
rasa kebencian; dan mereka telah menjadi sekutu dekat orang-orang
Quraisy.

Malik bin Zuhair, yah…mudah-mudahan saja terbuka pintu hatinya
untuk menerima kepercayaan yang baru ini.

Sementara A‘sya adalah seorang penyair yang suaranya bergema
dalam membacakan puisi-puisinya laksana irama simbal-simbal yang
merdu. Andaikata ia datang juga kepada mereka, maka gunung-gunung
dan lembah-lembah akan bergema ikut melantunkan ajaran-ajaran
mereka berulang-ulang. Dan, gadis-gadis pingitan serta budak-budak
perempuan di tempat hiburan, akan turut pula mengalunkan tem-
bang-tembang tentang ajaran mereka. Sementara itu, jagoan-jagoan
penunggang kuda Arab akan tenggelam dalam kebencian yang tak
bermuara.

Pengikut-pengikut Muhammad tidak lama menunggu kedatangan
para penyair itu, betapapun utusan-utusan yang dikirim oleh orang-
orang Quraisy berupaya mencegat dan membujuknya dengan imbalan
harta yang melimpah.

Namun tidak semua penyair dapat dibujuk dengan umpan harta.
Ada juga penyair yang tidak silau dengan iming-iming harta kekayaan.
Tak ada sesuatu pun yang dapat mencegah kepergiannya dalam upaya
mencari suatu kebenaran, baik harta maupun hukuman dera. Sang
penyair akan tetap melangkahkan kakinya ke suatu tempat yang jauh
bersama seluruh kerinduannya dan kegelisahan batinnya.

Kegelisahan itu menghujani hati Umayyah bin Shalt. Tapi ia enggan
menemui Muhammad, karena dirinya merasa sebagai penyair terkemuka
yang lebih berhak dari Muhammad dan lebih layak mengembangkan
ajaran-ajaran ini.

254 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Sementara itu Malik bin Zuhair, awalnya menentang ajaran-ajaran
Muhammad. Sebagai suatu cara agar dia tidak direkrut oleh orang-orang
Islam untuk membela mereka, maka dia melakukan pengejekan dan
kecaman-kecaman yang menjelek-jelekkan mereka. Karenanya,
mengalirlah harta benda dan kepingan-kepingan emas yang dibawa
kurir-kurir hartawan Yahudi dan hartawan Makkah kepadanya.

Tapi A‘sya menemukan obat penawar kegoncangan batinnya dalam
ajaran baru ini. A‘sya adalah seorang penyair yang selalu menyelidiki
apa-apa yang tidak diketahui. Dia mengungkapkan segala sesuatu yang
ditangkap pandangan matanya dan dibencinya. Dia selalu berpindah-
pindah dari satu negeri ke negeri yang lainnya melantunkan syair-syair
tentang kehidupan; dan orang-orang merasa terbuai syahdu dengan
syair-syair yang dialunkannya. Dia banyak memper­oleh harta dari
pemberian pemuka-pemuka masyarakat yang berlomba-lomba me-
nyambut kedatangannya dan menjamunya dari satu negeri ke negeri
yang lain dan dari gadis-gadis penghibur ke gadis-gadis penghibur yang
baru, melanglang buana bersama minuman tuak yang mahal, sambil
mengungkapkan kebahagiaan dan kesenangan. Seluruh hidupnya
bergelimang dalam minuman tuak dan gadis-gadis penghibur.

Di tengah-tengah pengembaraannya, A‘sya mendengar berita ten-
tang Muhammad, tentang pasar Madinah, dan tentang ajaran-ajaran
yang dibawa laki-laki itu. Dia memutuskan akan melakukan penyeli-
dikan terhadap informasi-informasi yang diterimanya. Dia berangkat
untuk menemui Muhammad, yaitu sosok manusia yang menjadi tema
pembicaraan teman-temannya di pasar-pasar dengan perlindungan
orang-orang yang rela mati.

Dia menggubah syair-syair panjang yang isinya menyat­­a­kan sump-
ahnya untuk pergi tanpa akan mengenal rasa belas kasihan kepada
unta yang ditungganginya, hingga dia dapat berjumpa dengan orang
yang bernama Muhammad. Namun rencana kepergiannya untuk men-
emui Muhammad telah diketahui oleh orang-orang Quraisy. Karenanya,
segera ditugaskanlah orang-orang yang akan mencegah kepergi­annya.
Mereka berusaha menarik kekang untanya, tapi dia menghardik mer-
eka. Dia minta agar mereka membiar­kan untanya pergi, karena ia

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 255

punya janji dengan warga Yatsrib.

Lalu mereka mencoba mengumpannya dengan harta. Ternyata
umpannya tak berhasil juga. Akhirnya, mereka membujuk dengan
lemah-lembut.

“Abu Bashir! Dia, Muhammad, itu melarang perzinaan.”

Mereka menggambarkan kepadanya mengenai larangan-larangan
yang harus dia hindari dalam naungan ajaran-ajaran baru itu, tak
dapat berkencan lagi dengan perempuan-perempuan penghibur dan
tak bebas lagi berganti-ganti pasangan; selamanya dengan seorang
istri saja.

A‘sya berpikir sejenak tentang kehidupannya di masa silam yang
terus-menerus berganti-ganti pasangan dari perempuan penghibur
yang satu ke perempuan penghibur yang lain. Gelas-gelas kesenangan
telah direguknya hingga dirinya mabuk. Maka tak apalah jika kini dia
harus hidup bersama satu orang istri saja.

“Abu Bashir! Dia, Muhammad, itu melarang minum minuman
keras,” demikian lanjut salah seorang di antara mereka memprovo-
kasinya.

“Nah, kalau soal ini, rasa-rasanya aku belum siap meninggalkan-
nya. Tapi, biarlah akan aku puaskan minum-minum dulu untuk tahun
ini, baru aku akan datang kepada Muhammad,” demikian ucap A‘sya
sambil menarik kembali kekang untanya, pulang kembali.

Tapi A‘sya tak pernah menemui Muhammad. Dia minum dan mi-
num terus. Dia dihantui oleh perasaan bahwa dia tidak akan pernah
mereguk tuak kesenangannya selamanya, sehingga akhirnya dia jatuh
sakit, kemudian menemui ajalnya.

Muhammad mendengar peristiwa yang terjadi pada diri A‘sya itu,
padahal ketika itu tuak masih belum dilarang secara tegas. Hanya saja
dia menganjurkan kepada orang-orang agar tidak menikmati minuman
keras, karena lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya.

Orang-orang Islam merasa sedih atas kepergian seorang buday-
awan terkemuka, karena tak mudah mencari orang yang kualitasnya

256 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

sekaliber A‘sya.

Orang-orang Quraisy melakukan blokade baru pada orang-orang
Islam, yaitu melakukan tindakan pencegatan terhadap penyair-penyair
kondang yang akan menjumpai mereka. Langkah ini ditempuh ketika
bujukan orang-orang Quraisy kepada penyair-penyair itu sudah tidak
ada artinya apa-apa.

Langkah-langkah strategis yang sangat membahayakan dari perang
fisik ini harus dihadapi dengan langkah-langkah yang sama pula, juga
harus timbul kesan di kalangan orang-orang Quraisy, bahwa mereka
saat ini sudah menjadi suatu kelompok yang memiliki kekuatan yang
tak dapat begitu saja diserang. Orang-orang Quraisy harus memper-
hitungkan kekuatan mereka.

Semua trik-trik ini bersumber dari orang-orang Quraisy, sedan-
gkan di interen Yatsrib, orang-orang Yahudi, ‘Abdullah bin Ubay,
dan kelompoknya melakukan trik-trik juga. Syair-syair Zuhair bin
Malik menyebarkan celaan-celaan kepada Muhammad, shahabat-
shahabatnya, dan para pendukung­nya. Di kampung-kampung Yahudi
Madinah, tersebut juga syair-syair ejekan lainnya yang digubah oleh
penyair-penyair Yahudi.

Muhammad memerintahkan Hassan bin Tsabit untuk menangkis
syair-syair dari pihak musuh-musuhnya. Maka Hassan pun menangkis
semua syair-syair itu dengan ungkapan-ungkapan sangat kotor. Seba-
gian teman-teman Muhammad merasa keberatan terhadap syair-syair
yang berisikan ungkapan-ungkapan kotor tersebut, tapi Muhammad
membiarkan Hassan mengungkapkan kata-kata sekehendak hatinya.
Dia memberikan kebebasan kepada Hassan untuk menakar syair-syair
balasan buat musuh-musuhnya menurut takaran Hassan sendiri.

g

Orang-orang Muhajirin tidak lagi menempuh cara-cara ini betapa-
pun Muhammad sangat mencintai mereka.

Sejak peristiwa Hamzah, tak ada lagi orang minum minuman tuak
secara berlebih-lebihan. Setelah hubungan Abu Bakar dan ‘Umar baik

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 257

kembali, tak ada lagi orang yang bermusuhan hingga dalam bentuk
permusuhan kesumat. Tapi, kondisi jiwa rakus tidak pernah lenyap-
lenyap juga dari hati para pengikutnya. Orang-orang dari kalangan
Muhajirin masih saja melakukan pelanggaran batas-batas tanah milik
orang lain.

Impian-impian menjadi orang kaya telah memenuhi kepala sebagian
orang-orang Muhajirin, setelah mereka memperoleh keuntungan dari
pertanian. Di antara mereka ada yang sudah mulai merasakan kes-
enangan, setelah sekian lama mereka di Makkah mengalami tekanan
dan me­nanggung siksa. Di antara mereka ada yang berebut peluang
untuk meraih kenikmatan baru supaya menjadi orang kuat. Sementara
itu dalam menata sistem organisasi Madinah, Muhammad mengangkat
beberapa orang yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk menduduki
posisi-posisi tertentu menurut tugasnya.

Dengan adanya pengangkatan pejabat-pejabat ini, muncullah
sekelompok orang yang melakukan pendekatan-pendekatan dan beru-
saha memperoleh keuntungan secara korup. Kini, mulai muncul juga
orang-orang yang menuntut imbalan sebagai ganti dari beban tugas
yang diembannya dalam rangka menegakkan ajaran baru ini. Untuk
beberapa waktu, mereka menjalankan tugas sambil menuntut imba-
lan kerja mereka. Di antara mereka ada juga yang iri pada apa yang
diperoleh saudara sesama muslimnya.

Jalan masih panjang dan sulit, penuh dengan hal-hal yang me-
letihkan. Muhammad menasihati mereka semua agar hatinya tidak
dipenuhi, selain cinta kasih. Jangan sampai di dalam hati seorang
hamba bersemayam keimanan dan kedengkian menjadi satu.

Dia menegaskan kepada mereka bahwasanya orang yang terbaik
di antara mereka adalah orang yang menjalankan kepercayaan dan
keyakinannya secara maksimal dan totalitas. Sebaliknya, kerakusan
dalam meraih kesenangan hidup duniawi dapat merusak hati; dan
kedengkian akan menelan seluruh amal kebajikan seperti api melalap
padang rumput yang kering.

Dia memerintahkan juga kepada mereka agar senan­tiasa menolong

258 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

sesama saudara muslimnya, karena manusia yang paling utama bu-
kanlah orang yang terkaya, bukan pula orang yang tertinggi pangkat
dan kedudukannya. Manusia yang paling utama adalah manusia yang
paling terpelihara kedua belah tangannya dari melakukan pelanggaran
hukum dan paling taqwa hatinya. Dia sangat menekankan juga agar
mereka mengisi hati mereka dengan nilai-nilai terpuji, bukan karena
kerakusan terhadap harta dan tahta.

Kini ajaran-ajarannya mendapat tempat yang baik di hati orang
banyak. Namun demikian, betapapun dia telah mengatakan semua itu
kepada beberapa orang Muhajirin, pada suatu hari dia dikejutkan den-
gan orang yang mencuri dua buah baju besi milik temannya. Ternyata
di tengah gencarnya saran-saran dan peringatan, masih marak juga
terjadi aksi pencurian. Dengan fenomena ini, Muhammad memerin-
tahkan untuk memotong tangan pencuri jika jelas-jelas melakukan
pencurian. Inilah ajaran yang dibawanya.

Orang-orang yang menaruh sentimen pribadi, menuduh salah
seorang di antara mereka yang telah melakukan pencurian, maka
timbullah sikap saling menuduh dan saling mencurigai. Sementara di
balik semua ini, orang-orang Yahudi mengipas-ngipas api permusuhan
dan menumbuhkan kebencian di antara muslim yang satu dengan
muslim yang lainnya. Semua itu mereka lakukan untuk menimbulkan
kesulitan pada Muhammad.

Muhammad menegaskan, Barangsiapa yang memberi kesaksian
palsu, maka akan dijatuhi pidana. Barangsiapa yang menuduh orang
lain tanpa diperkuat dengan bukti-bukti yang dapat diterima secara
yuridis, dia akan dijatuhi pidana. Barangsiapa yang menyebar-luaskan
berita-berita yang tak dapat dipertanggung-jawabkan validitasnya,
maka akan dijatuhi pidana juga.

Demikian pula, Barangsiapa yang menuduh orang lain, maka dia
harus dapat membuktikan tuduhan tersebut. Dia menangani sendiri
kasus pencurian itu. Dia memasuki suatu kasus yang pelik yang dapat
memancing emosinya. Seseorang menuduh orang lain tanpa mem-
berikan bukti maupun saksi-saksi. Muhammad lalu melakukan intero-

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 259

gasi kepada pihak tertuduh, tapi keluarga dekat tertuduh tidak mau
menerima tuduhan itu. Mereka memandang bahwa penyelidikan yang
dilakukannya terhadap pihak tertuduh merupakan bagian dari bentuk
penghinaan.

Kedatangannya di Madinah telah berhasil menumbuhkan rasa sal-
ing mencintai di hati orang-orang yang saling bermusuhan, tapi kini,
orang-orang yang ikut serta mengungsi bersama dirinya justru terjebak
ke dalam permusuhan. Di antara orang-orang Muhajirin sudah mulai
ada yang berani mengungkit-ngungkit jasa pengorbanan dirinya dan
menuntut diberlakukannya qishash terhadap orang-orang yang mem-
buat kasak-kusuk kepada dirinya, sedangkan kebenaran sulit untuk
dibuktikan, sebab pencuri yang sebenarnya pastilah tidak mau mengaku
terus-terang apa yang telah diperbuatnya.

Muhammad melakukan usaha secara maksimal untuk menangkap
pelaku pencurian yang sebenarnya, kemudian akan menjatuhinya
pidana agar menjadi jelas persoalan yang sebenarnya dan terbebaslah
orang-orang yang diduga sebagai pelaku pencurian. Di samping itu,
agar tidak terjadi pencurian lagi.

Saat bergolaknya percekcokan mengenai persoalan ini, tiba-tiba
pelaku pencurian yang sebenarnya meloloskan diri, pulang kembali ke
Makkah, berlindung di rumah seorang bekas kekasihnya sebelum dia
masuk Islam, karena dia sudah tidak punya apa-apa lagi di Makkah;
tidak punya harta dan tidak punya rumah. Tapi, orang-orang Quraisy
menyerahkan kembali semua miliknya lagi kepadanya.

Gejolak sosial ini membakar hati penyair Hassan, maka dia pun
melantunkan syair-syair tentang orang-orang yang melakukan pencu-
rian dan orang-orang yang mengobarkan api kebencian. Dia menyindir
pelarian pencuri itu ke Makkah. Dia menyebut-nyebut juga perempuan
yang telah memberi penampungan kepada pencuri itu. Dia menyebar-
luaskan syair-syairnya kepada publik.

Syair-syair gubahan Hassan yang berbicara tentang pencurian itu
tersebar luas, sehingga banyak pemuda-pemuda Quraisy yang hafal.
Pemuda-pemuda Quraisy lalu memperdengarkan syair-syair kepada si
perempuan yang menampung pencuri itu; dan perempuan itu men-

260 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

datangi temannya yang melakukan pencurian sambil memaki-maki:
“Aku telah tahu segalanya dari syair-syair Hassan!” Selanjutnya,
perempuan itu melemparkan pencuri itu ke luar rumah setelah sebe-
lumnya ia menarik kaki si pencuri bekas kekasihnya itu.

g

Dalam kondisi yang demikian, Muhammad mampu menjaga
stabilitas keamanan Madinah dari gangguan-gangguan musuh. Di
tengah-tengah bergejolaknya problema yang cukup menghebohkan
ini, dia harus mampu meng­hadapi orang-orang Quraisy dengan segala
kekuatan mereka. Dia harus menunjukkan pamornya kepada orang-
orang Quraisy, agar mereka tak mencegah orang-orang yang menemui
dirinya, termasuk juga para penyair, dan tidak lagi memberikan support
kepada orang-orang yang mencaci-maki dirinya serta tidak memancing
timbulnya konflik di Madinah.

Dia harus mengirim pasukan-pasukan agar dapat menyelidiki secara
seksama gerak-gerik pihak Quraisy dan menjaga keamanan padang
pasir di sekitar Madinah. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya
serangan mendadak dari pihak Quraisy dan suku-suku yang bersekutu
dengan orang-orang Quraisy, sangat kecil.

Di tengah kemelut yang menghantam secara bertubi-tubi, dia harus
siap-siap mengendalikan hati orang-orang yang sudah mulai menam-
pakkan sikap ramah dan lemah-lembut, setelah melalui hari-harinya
yang menuntut pada perjuangan mati-matian.

Orang-orang Yahudi melakukan trik-trik. ‘Abdullah bin Ubay dan
kelompoknya menebarkan benih-benih perm­ usuhan. Sementara itu,
orang-orang Muhajirin sibuk mengumpulkan harta kekayaan, bahkan
di antara mereka ada yang tidak segan-segan mendepak kedudukan
saudara­nya. Sebagian orang-orang yang berjuang dengan gagah be-
rani pada permulaan gerakan dakwah, kini enak-enak tidur, padahal
orang-orang Quraisy sudah mulai mengadakan persiapan penyerbuan
kepada mereka.

Muhammad tiada henti-hentinya mengingatkan mereka tentang

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 261

jalan panjang yang harus mereka tempuh secara bersama-sama,
kendati duri-duri, batu-baru terjal, dan segala aral melintang akan
menghadang mereka.

Mereka harus bersiap-siap menghadapi hari-hari yang akan datang
yang penuh berbagai kesulitan. Namun Barangsiapa yang terjun ke
medan laga, lalu dia gugur dalam medan pertempuran karena membela
keyakinannya, maka dia memperoleh ganti ladangnya dengan sebuah
kebun di akhirat kelak. Rumah tempat tinggalnya akan diganti dengan
sebuah singgasana megah. Bidadari-bidadari yang cantik molek yang
tiada taranya akan menjadi ganti istrinya ketika di dunia.

Hidup ini hanyalah sementara; suatu saat manusia akan mening-
galkannya, sebab setiap manusia pasti akan mati. Tetapi mati di medan
pertempuran adalah kematian yang terhormat. Mereka berperang
bukanlah karena terdorong oleh sikap rakus untuk menjajah Quraisy,
melainkan berperang untuk mempertahankan keberadaan mereka dan
membela ajaran-ajaran yang mereka yakini dan cintai.

Mereka akan bertempur untuk membela masa depan. Mereka harus
senantiasa menyadari bahwa setiap manusia pada saatnya akan ber-
hadapan dengan kematian. Pada saat kematian, tiada lagi yang akan
mengiringinya ke tempat istirahat panjangnya dalam kubur, kecuali
tiga hal: yaitu keluarganya, hartanya, dan amal-amalnya. Namun,
sanak familinya akan pulang kembali pada kehidupannya masing-
masing; harta bendanya akan dibagi-bagi; dan tiada lagi yang tinggal
bersamanya, selain amalnya.

Muhammad menjelaskan ajaran-ajaran ini kepada orang-orang
Muhajirin dan Anshar. Maka ajaran-ajaran ini pun mulai menyentuh
hati sanubari mereka yang paling dalam dari hari ke hari, menggeser
nafsu haus kekuasaan, harta kekayaan, dan lahan-lahan pertanian.
Di sebagian hati para pengikutnya telah penuh dengan keyakinan ini,
meresap ke dalam tulang-tulang sumsum, menumbuhkan kerinduan
akan datangnya suatu hari di mana bunyi benturan pedang berdenting
keras dalam sebuah pertempuran untuk merebut dan mempertahankan
masa depan kebenaran.

262 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Muhammad sendiri yang pergi menjadi komandan pasukan-pasukan
itu, kemudian pulang kembali ke Madinah dengan tenang.

Setiap kali melakukan patroli, dia menunjuk seorang yang diperin-
tahkan menduduki posisinya dari kalangan orang Islam kebanyakan. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari adanya sikap merasa paling tinggi
dari kalangan orang-orang yang beriman terlebih dahulu kepadanya
atau dari kalangan keluarga dekatnya sendiri.

Orang-orang Yahudi menangkap adanya gerakan-gerakan baru
untuk membangkitkan semangat berjuang di hati setiap orang Islam.
Karena itu, mereka mencoba melakukan trik-trik yang baru lagi. Seba-
gian laki-laki dan perempuan Yahudi ada yang ahli dalam bidang ilmu
sihir, yang ketika itu sihir merupakan kekuatan misterius yang mampu
menguasai akal sebagian orang. Seorang perem­puan Yahudi mencoba
menyihir Muhammad agar lumpuh dan impoten.

Dia memang sempat merasakan suatu kesulitan, lantaran sihir itu,
tapi dia berusaha melawan kekuatan sihir itu. Dia tetap saja mengo-
mandani patroli dan kembali lagi ke Madinah sebagaimana biasanya.
Dia datang seolah-olah mengejek sihir itu. Hanya saja dia benar-benar
tidak dapat menggauli beberapa istrinya. Saudah, istrinya yang telah
berusia lanjut, harus bersabar dalam rentang waktu beberapa bulan
lamanya lantaran sihir tersebut. Sementara ‘Aisyah, istri mudanya
yang masih sangat belia, juga harus menanggung beban berat dalam
beberapa bulan lamanya, tapi ‘Aisyah punya akal. ‘Aisyah meminta
kepadanya untuk berbuat sesuatu yang dapat menolak kekuatan sihir
yang sudah menyerang dirinya. Maka dilaksanakanlah suatu cara me-
nolak kesan pengaruh sihir tersebut dengan cara menampakkan kepada
orang-orang bahwa hubungan Muhammad dengan istrinya mesra-mesra
saja. Muhammad membiarkan istrinya, ‘Aisyah, duduk bersandar den-
gan dagunya pada bahunya di hadapan semua orang. Sementara itu,
rambut ‘Aisyah menyentuh pipinya, sambil menonton tabuhan-tabuhan
rebana yang dimainkan orang-orang Habsyi di halaman masjid.

Dia yakin orang-orang Yahudi pasti memfokuskan perhatiannya
pada persoalan sihir-menyihir saat Muhammad berada dalam kesulitan

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 263

mengembangkan dakwahnya. Dalam keadaan bagaimanapun, ia yakin
dirinya sembuh dari pengaruh sihir itu, tapi semua itu hanya dugaan
dirinya belaka. Namun ‘Aisyah terus mendesak agar mencari jampi-
jampi atau apa saja yang dapat menolak kekuatan sihir itu; dan ia
harus mengambil tindakan pada para pelaku penyihiran tersebut.

Muhammad tak menugaskan seseorang, selain agar mengadakan
persiapan menyongsong serangan orang-orang Quraisy dan sekutu-
sekutunya. Timbullah permusuhan terhadap Madinah dan pedagang-
pedagangnya, mengantark­ an Muhammad pada suatu masa sulit untuk
menutupi lubang-lubang intern Madinah dan merapikan barisan yang
terjalin baik dan kokoh.

“Aku tidak ingin membalas keburukan kepada orang lain,” ucapnya
kepada ‘Aisyah.

Dia menyiapkan pasukan tentara di bawah komando ‘Abdullah bin
Jahsy dan tujuh orang lainnya dari kalangan Muhajirin, termasuk pula
di dalamnya ada Sa‘ad bin Abi Waqqash. Kepada komandan pasukan,
dia memberikan sepucuk surat yang berisi saran agar tidak membuka-
buka surat tesebut, kecuali setelah menempuh perjalanan selama dua
hari.

Dia sendiri kembali pulih pada keadaan semula, hidup sehat
setelah berhari-hari dalam keadaan kondisi fitalitas tubuhnya sedikit
terganggu. Kini, hidup ‘Aisyah tenang kembali. Senyum kegembiraan
sebagaimana hari-hari sebelumnya, kini merekah lagi.

Setelah menempuh perjalanan selama dua hari, ‘Abdullah bin Jahsy
membuka surat instruksi tersebut. Ternyata, surat tersebut berisikan
instruksi agar dia bersama anggota pasukannya menuju ke suatu daerah
dekat Makkah yang bernama Nakhlah untuk mengadakan peng­intai­an
terhadap orang-orang Quraisy, kemudian pulang kembali ke Madinah
dengan membawa informasi mengenai orang Quraisy. Dalam surat
tersebut, diinstruksikan juga kepada ‘Abdullah agar tidak memaksa
anggota pasukannya. Barangsiapa di antara mereka ada yang mau
pulang kembali, dipersilakan saja, sedangkan bagi mereka yang rela

264 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

gugur sebagai syahid, silakan maju terus.

‘Abdullah bin Jahsy dan anggota pasukannya sudah berada di lem-
bah Nakhlah. Ada serombongan pedagang kecil melintas bertemu den-
gan mereka, membawa kulit dan kismis. ‘Abdullah bersama pasukan-
nya menyergap romb­ ongan tersebut. Pasukannya berhasil membunuh
beberapa orang, menawan dua orang, dan merampas barang-barang
dagangannya. Mereka, sepasukan tentara di bawah komando ‘Abdul-
lah, lalu kembali ke Madinah. Dari pihaknya, dua anggota pasukannya
tertangkap pihak musuh. Salah seorang di antaranya adalah Sa‘ad bin
Abi Waqqash.

Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab, bulan yang lazim di
kalangan orang-orang dijadikan sebagai waktu sakral untuk mengun-
jungi Makkah, sehingga termasuk bulan haram yang dilarang melaku-
kan pertempuran. Setelah ‘Abdullah bin Jahsy sampai di Madinah, dia
menghadap Muhammad dengan penuh kebanggaan dalam menjalankan
tugasnya. Dia bawa juga barang-barang rampasannya dan bukti ke-
menangannya yang diraihnya. Keringat menetes di wajah Muhammad.
Dia dan beberapa shahabatnya menj­erit atas tindakan ‘Abdullah: “Aku
tak menginstruksi­kan kalian semua untuk berperang pada bulan-bulan
Haram!”

Dia memerintahkan agar tak seorang pun menyentuh rampasan
yang dibawa ‘Abdullah bin Jahsy. Madinah diselimuti suasana murung.
Di Madinah biang kerok desas-desus kian santer tersebar bahwa Muham-
mad dan pengikut-pengikutnya telah menghalalkan pertempuran pada
bulan Haram. Mereka telah merampas harta dan menawan beberapa
orang laki-laki di bulan Haram. Orang-orang Islam mengecam tindakan
gegabah ‘Abdullah. Mereka merasa malu sekali, karena salah seorang
di antara mereka telah menodai bulan Haram. ‘Abdullah dan anggota
pasukannya menunggu tindakan yang akan dijatuhkan Muhammad.
Adakah kalian melihat mereka telah berbuat onar di muka bumi, se-
hingga untuk beberapa hari lamanya Muhammad tidak mau berbicara
dengan mereka karena tindakan kecerobohan tersebut.

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 265

R

266 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Idealisme

vs

Interes Konfrontatif

S e m u a p e r s e l i s i h a n p e n d a p a t m e n g e n a i t i n d a k a n
gegabah ‘Abdullah harus segera diakhiri, sebab
percekcokan itu bisa dijadikan sebagai instrumen oportunis bagi
pihak musuh untuk meraup keuntungan. Sementara itu pihak musuh
kian gencar melancarkan aksi mereka untuk menambah panasnya suhu
percekcokan tersebut dan memancing permusuhan di antara sesama
muslim. Mereka menyebarkan isu bahwa agama baru ini telah memper-
bolehkan pengikut-pengikutnya untuk berperang di bulan-bulan Haram.

Tindakan gegabah itu bagi ‘Abdullah bin Jahsy membuat hari-
harinya hanya dihantui rasa berkhianat karena tudingan masyarakat
terhadapnya sebagai orang yang merusak kesuc­i­an bulan-bulan yang
telah diwariskan secara turun-temurun.

Kini ‘Abdullah menjalani hari-harinya dengan penuh tekanan batin
yang diliputi rasa tercela dan hina. ‘Abdullah merasa tak sanggup lagi
mengangkat kepalanya di hadapan seseorang di Madinah. Bahkan di
hadapan teman-temannya sendiri sekalipun ‘Abdullah merasa tidak

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 267

berdaya. Penyesalan demi penyesalan yang dia rasakan sangat me-
nyiksa batinnya, bukanlah sebagai hukuman yang memadai. Dia harus
menjalani hukuman setimpal yang dapat memberikan peringatan dan
penolakan terhadap suara-suara sumbang yang melanda di sepanjang
Semenanjung Arab.

Akankah dia diisolir dari Madinah?

Akan tetapi, isolir itu dia rasakan bukanlah pidana yang setimpal
atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Ataukah ‘Abdullah harus
dipidana mati agar darahnya dapat membersihkan pengikut-pengikut
Muhammad dari aib yang melumuri mereka hingga melumuri dahi?

Hanya saja sebagian orang-orang yang terlebih dahulu masuk Islam
menyebut-nyebut penyiksaan yang dialami ‘Abdullah tempo lalu, pada
saat permulaan dakwah Islam, ketika orang-orang Quraisy melancarkan
siksaan terhadap orang-orang yang mengikuti kepercayaan baru ini.
Bahkan penyiksaan itu sering kali berakhir di ujung kematian, penyitaan
harta benda, makian, dan pengrusakan pada nilai-nilai kehormatan.

Adapun pelanggaran terhadap segala sesuatu yang dihormati secara
yuridis, maka hukum pidananya adalah rajam (qishash).

Betapapun ‘Abdullah melakukan kekeliruan fatal yang cukup mem-
buat malu orang-orang Islam, tapi kenyataannya orang-orang Quraisy
telah melakukan dan masih saja terus melakukan tindakan-tindakan
keji yang harus ditentang oleh setiap orang yang memiliki hati mulia.

Memang benar, ‘Abdullah melakukan tindakan kekelirua­n dan
pelanggaran hukum, tapi bukankah orang-orang Quraisy jauh lebih
jelek kedudukannya dan lebih sesat lagi dari jalan kebenaran?
Bagaimana mungkin orang-orang Madinah tidak akan marah, semen-
tara orang-orang Quraisy merintangi orang-orang Islam yang akan
menunaikan ibadah haji di Ka‘bah. Ataukah mereka akan melakukan
langkah-langkah tipu daya?

Benar adanya, ‘Abdullah memang telah melakukan pe­langgaran
ketika dia menyergap dan membunuh rombongan dagang Quraisy
pada bulan Haram. Tapi cobalah orang-orang Muhajirin yang sangat
membenci tindakan ‘Abdullah yang miskin itu berpikir sejenak dan

268 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

mau mengingat kembali kebiadaban orang-orang Quraisy. Orang-orang
Islam yang mendatangi Masjidil Haram pada bulan-bulan Haram telah
dijegal oleh orang-orang Quraisy. Mereka masih saja menganiaya
pengikut-pengikut Muhammad yang lemah-lemah agar menanggalkan
agama yang baru dipeluknya.

Sementara ‘Abdullah, memang telah melakukan pelanggaran berat,
karena dia telah melakukan pembunuh­an terhadap seseorang pada
bulan Haram. Tapi, bukankah fitnah itu lebih besar dosanya daripada
pembunuhan? Bukankah mencegat orang-orang yang akan menunaikan
ibadah ke Baitullah dan mengusir penduduknya merupakan tindakan
yang jauh lebih besar dosanya?

Muhammad keluar menemui orang-orang untuk memb­ erik­ an kepu-
tusan atas percekcokan yang tiada ujung pangkalnya itu.

Muhammad! Putuskanlah semua percekcokan ini dengan tepat.
Apa yang engkau ucapkan saat ini menuntut segenap kapabilitas dan
efesiensi ucapan dalam mengambil keputus­an agar barisanmu menjadi
semakin kuat.

Mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa. Karena itu, sampaikanlah
pada saat ini bahwa mereka akan mendapat­kan instruksi untuk men-
gangkat senjata sebagai upaya membela jalan hidup mereka dalam
kondisi apa pun.

Tindakan ‘Abdullah bin Jahsy pasti akan dipertanyakan kepad-
amu oleh orang-orang Quraisy. Tapi kejahatan-kejahatan yang telah
diperbuat oleh mereka jauh lebih besar dosanya. Mereka juga pasti
mempertanyakan kepadamu tentang hukum berperang di waktu-waktu
bulan Haram. Katakanlah bahwa hukumnya dosa besar.

Janganlah kalian membiarkan temanmu tersia-sia di hadapan
orang-orang yang pernah menyiksa dan mengusir kalian dari kampung
halaman. Mereka tak akan pernah mau berhenti merongrong kalian,
maka lawanlah mereka. Buatlah mereka agar merasa ketakutan; dan
perangilah mereka hingga rongrongannya dapat berhenti.

Belum beberapa hari Muhammad menyatakan sikap kepada teman-

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 269

temannya, sebuah kehidupan baru muncul kembali dalam diri ‘Abdullah
dengan segenap jiwa mudanya, setelah hampir saja keindahan masa
remajanya ditelan oleh penyesalan yang menyiksa.

‘Abdullah pergi bersama orang-orang dengan kepala tegak penuh
dengan kepasrahan terhadap resiko yang menimpa dirinya. Dia men-
gatakan kepada Muhammad: “Dapatkah aku berharap akan mem-
peroleh kesempatan untuk meraih pahala sebagai seorang pahlawan
yang gugur di medan pertempuran dengan pertempuran?”

Kini dia sangat memimpikan dirinya akan menjadi seorang pahlawan
dalam membela keyakinan yang dipeluk­nya, gugur di medan pertem-
puran.

Bukankah Muhammad pernah mengajarkan kepada dirinya dan
orang-orang lain, bahwasanya orang-orang yang gugur di medan per-
tempuran dalam membela keyakinan yang dianutnya akan mendapat
balasan surga yang di bawahnya terdapat sungai-sungai yang mengalir
dan di dalamnya disediakan segala sesuatu yang diidam-idamkan semua
orang?

‘Abdullah! Sabarlah, hari yang engkau rindukan bersama teman-
temanmu pasti akan datang kelak.

Di sisi lain, pihak Quraisy tak akan pernah memberikan suasana
tenteram kepada orang-orang Islam. Pihak Quraisy mengirimkan utusan
untuk menebus tawanan-tawanan yang berhasil ditangkap ‘Abdullah,
tapi tawaran itu tetap ditolak oleh Muhammad.

“Kalian tak dapat menebus kedua orang itu, hingga kalian mau
mengembalikan teman-temanku,” ujarnya.

Pihak Quraisy menerima keputusan Muhammad, maka dilepaslah
tawanan Sa‘ad bin Abi Waqqash bersama seorang temannya, lalu
kembali ke Madinah, sedangkan salah seorang tawanan Quraisy telah
masuk Islam. Dia tak mau lagi pulang ke Makkah. Hanya tinggal seorang
tawanan lagi yang mau kembali ke Makkah.

Muhammad kembali hidup tenang sebagaimana keten­teraman yang
pernah dirasakan sebelumnya. Siang harinya Muhammad bekerja dan

270 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

pada malam harinya berkontem­plasi, melakukan ibadah, dan tidur
dari rumah Saudah ke rumah ‘Aisyah secara bergantian tiap malam.
Dia senantiasa berpikir tentang langkah-langkah yang mungkin akan
dilakukan oleh para pemuka Quraisy setelah dia menge­luarkan suatu
komunike perang, sehingga pihak Quraisy tidak menimbulkan hal-hal
yang bergejolak di kalangan orang-orang Islam.

Muhammad akan meminta pertimbangan teman-temannya bila
bertemu mereka di masjid. Kemudian dia akan memberi tahu bahwa
orang-orang Quraisy akan berusaha memperbaiki hubungan dengan
suku-suku yang pernah terjadi konflik, untuk mencari dukungan dan
sekutu dalam melawan pihaknya, barulah kemudian mereka akan
mengadakan aksi agresi.

Musuh-musuh Muhammad yang ada di Madinah bers­orak-sorai
kegirangan ketika mendengar berita tersebut. Muhammad akan pergi
pada suatu hari bersama teman-temannya dari kalangan Anshar dan
Muhajirin untuk bertemu dengan orang-orang Quraisy dalam sebuah
pertempuran. Pihak Quraisy sudah pasti akan melenyapkan mereka
dari permukaan bumi. Maka dengan sendirinya, ajaran-ajaran Muham-
mad di Madinah pun akan lenyap terhapus. Pasar-pasar yang dibangun
pedagang-pedagang muslim akan ditutup. Pola interaksi di pasar-pasar
dan pertanian-pertanian akan kembali lagi berlaku sebagaimana yang
terjadi sebelum kedatangan pengungsian itu, yaitu pola interaksi yang
bersifat diskriminatif dan eksploitatif antara pemilik modal dan buruh.

Suasana kehidupan akan kembali pada suatu masa seperti sebelum
datangnya ajaran Muhammad, yang mem­ber­i­kan harapan-harapan
kepada orang-orang miskin, mene­tap­kan hak-hak mereka yang miskin
dalam harta orang-orang kaya, dan menutup jalan bagi para pendatang
Madinah untuk mengeksploitasi kekayaan yang sebanyak-banyaknya.

Karena itu, kelompok Yahudi Madinah bermaksud akan menghadapi
Muhammad secara bersama-sama. Alasannya, karena para pemuka
Yahudi telah menyadari betul bahwa kalangan rakyat miskin Madinah
telah condong kepada ajaran Muhammad. Bahkan sebagian kalangan
rakyat elitnya juga sudah ada yang mulai menaruh rasa simpatik pada

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 271

ajaran-ajaran Muhammad dan menaruh rasa hormat pada jalan ke-
hidupan yang ditempuh Muhammad di tengah-tengah mereka, sehingga
hampir saja mereka terpikat mengikuti ajaran-ajarannya.

Betapa berat cobaan-cobaan yang dilancarkan oleh pemimpin-pe-
mimpin Yahudi. Mereka melancarkan aksi kekacauan berkali-kali yang
dapat menimbulkan rasa cemas dalam hati setiap pengikut-pengikut
Muhammad. Betapapun demikian adanya, namun akhirnya Muhammad
mampu menumpas segala rasa skeptisisme itu dan justru meniupkan
angin segar kedamaian dalam setiap hati shahabatnya. Dengan kondisi
itu, jiwa-jiwa yang sebelumnya diliputi oleh kegelisahan dan kesulitan
itu telah bebas berubah menjadi tenteram dan tenang.

Namun meskipun begitu, Muhammad saat ini benar-benar diha-
dapkan pada kesibukan untuk mengadakan persiapan perang melawan
orang-orang Quraisy. Selain itu, kondisi Ruqayyah yang tidak juga
sembuh-sembuh semenjak terserang penyakit pada saat wabah demam
melanda, menjadi beban persoalan yang melilit perasaannya.

Kini peluang baru untuk menciptakan rasa skeptis terbuka luas.
Orang-orang Yahudi berhasil mencegat orang-orang yang sudah mu-
lai menolehkan perhatiannya kepada Muhammad. Muhammad telah
datang dengan bermacam-macam hukuman yang belum pernah terjadi
di kalangan masyarakat Arab. Sejak Muhammad menetapkan ancaman
pidana potong tangan kepada pelaku pencurian atas dua buah baju
besi itu, salah seorang dari kalangan Muhajirin telah meloloskan diri
dan kembali ke Makkah. Jika suku-suku Yahudi bersatu-padu menjadi
sekutu dan melancarkan ancaman kepada orang-orang yang mulai
menaruh simpati kepada Muhammad, maka kondisi ini sudah pasti
akan menjadi kekuatan baru dalam melawan Islam.

Sebagian kalangan elit orang-orang Yahudi berkumpul dan membuat
kesepakatan untuk melancarkan trik-trik di salah satu rumah orang
Yahudi yang kepala keluarganya menampakkan sikap simpatik kepada
Muhammad.

Kepala keluarga tersebut mempunyai anak gadis cantik, bernama
Busrah yang jatuh hati kepada salah seorang pemuda bangsawan mar-

272 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

ganya. Beberapa orang pedagang kaya membuat manajemen siasat
itu dengan sangat rapi. Busrah mereka suruh untuk berasyik-mansyuk
dengan lelaki pujaannya itu, sementara suami Busrah mereka suruh
untuk pergi keluar rumah. Dalam keadaan demikian, mengadulah istri
pria yang dicintai Busrah itu dengan membawa saksi-saksi dari kalangan
pembesar Yahudi kepada Muhammad dan meminta agar Muhammad-
lah yang mengadili kasus tersebut. Mereka mengetahui bahwa ajaran
Muhammad memerintahkan pidana kasus tersebut dengan hukuman
rajam hingga mati.

Muhammad sendiri telah mengetahui apa yang ada di balik aksi
semua ini. Apa yang mereka lakukan adalah cara licik untuk menjauh-
kan orang-orang dari dirinya. Keluarga Busrah memang merupakan
kalangan Yahudi yang paling dekat untuk mengimani Muhammad. Mu-
hammad menyata­kan kepada mereka yang datang, bahwa di kalangan
mereka ada kitab Taurat. Karena itu, untuk memutuskan kasus tersebut
sebaiknya mereka merujuk pada Kitab Taurat saja. Akan tetapi, mereka
tetap bersikeras juga untuk meminta solusi kepada dirinya.

Para pemuka Yahudi pulang kembali sambil mempelajari secara
seksama persoalan yang sedang mereka hadapi di mana Muhammad
tetap bersikukuh untuk menyelesaikan kasus tersebut dengan Kitab
Taurat. Sikap Muhammad hampir saja merusak skenario langkah-
langkah licik mereka, maka dilancarkanlah gosip-gosip lain, yaitu me-
nyebarkan rasa skeptis di Madinah. Mengapa Muhammad tidak berani
menjatuhkan pidana rajam kepada Busrah dan pacar selingkuhnya
hingga mati?

Apakah hukum-hukum yang diajarkan itu sudah tidak berlaku lagi
lantaran ia berharap agar keluarga Busrah bergabung dengan kelom-
poknya? Keadilan macam apa jika kondisinya seperti ini?

Ketika itu Muhammad sedang sibuk-sibuknya mengada­kan persiapan
penyerbuan terhadap orang-orang Quraisy; dan beliau juga sedang
dalam duka yang teramat menyayat hatinya, lantaran penyakit putrinya
yang tak kunjung sembuh jua.

Pemuka Yahudi datang menemui Muhammad kembali. Mereka

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 273

mengatakan bahwa sesungguhnya Taurat menetapk­ an pidana dengan
cara perempuan dan kekasih gelapnya yang telah berselingkuh itu
harus diletakkan di atas keledai, kemudian diumumkan di pasar-pasar,
sedang muka kedua orang tersebut dilumuri dengan aspal, padahal
mereka tahu persis aturan pidana yang terdapat dalam Kitab Taurat
bahwa dalam kasus seperti ini pelakunya harus dipidana rajam hingga
mati; laki-laki dan perempuan itu dilempari batu di sebuah lubang.
Maka Muhammad pun menegaskan kepada mereka bahwa itulah yang
benar menurut aturan hukum Kitab Taurat.

Muhammad mengusulkan kepada mereka untuk menga­cu pada
Kitab Taurat yang mereka anut, lalu mereka hendaknya mengumum-
kan aturan-aturan hukumnya kepada khalayak ramai. Tapi mereka
menyangkal bahwa dalam Kitab Taurat tidak tercantum suatu hukum
seperti yang dikatakan Muhammad. Maka diam-diam, ada seorang
pemuda dari kalangan Yahudi yang mencoba mempelajari Kitab Taurat.
Ternyata, dia menemukan aturan hukum tersebut sama persis dengan
yang dikatakan Muhammad. Pemuda itu berkata: “Abul Qasim, engkau
memang benar. Tapi mereka iri hati kepadamu dan ingin mengisolir
dirimu.”

Betapapun demikian adanya, keluarga Busrah dan kekasih gelapnya
merasakan kesusahan dan merasa terkejut tentang hukuman pada
pidana ini. Mereka sama sekali tidak memikirkan, keluarga Busrah dan
kekasih gelapnya pada akhirnya akan bergabung ke dalam kelompok
Muhammad agar tertutup jalan untuk menjalin hubungan dengan orang-
orang Yahudi berkenaan dengan kasus yang terjadi di tengah-tengah
mereka.

g

Orang-orang Yahudi Madinah memimpikan datangnya serbuan
orang-orang kuffar Quraisy beserta sekutu-sekutunya agar mereka
terbebas dari Muhammad dan ajaran-ajarannya yang (menurut mer-
eka) telah merusak hubungan di antara para majikan dan orang-orang
yang merdeka. Sementara kini, yang mereka takutkan adalah rusaknya
hubungan di antara laki-laki dan perempuan. Tapi, kapankah penyer-

274 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

buan terhadap Muhammad digencarkan oleh orang-orang Quraisy?

Tapi justru Muhammadlah yang telah menetapkan untuk mengada-
kan penyerbuan terlebih dahulu, sebab penyerbuan ini adalah langkah
yang terbaik dan strategi pertahanan yang lebih efektif dan efesien.

Dia telah meminta pertimbangan kepada para sha­habat­nya dan
mereka semuanya sependapat akan merusak persekutuan yang diupay-
akan oleh orang-orang Quraisy untuk menghimpun seluruh kekuatan
suku-suku. Mereka juga sepakat akan mengambil suatu tindakan yang
menunjukkan kekuatan mereka terhadap orang-orang Quraisy dan
suku-suku yang lain.

Dengan demikian, tak akan ada satu sekutu pun yang mau be-
rafiliasi dengan orang-orang kuffar Quraisy untuk menyerang mereka
(kaum muslimin). Jika kaum muslimin diam saja, tidak berbuat suatu
apa pun, sudah pasti orang-orang Quraisy menganggap mereka lemah.
Siapa tahu mereka akan menyerang Madinah, tapi justru serangan itu
hanya akan mengantarkan nyawa saja. Muhammad mengetahui bahwa
orang-orang Quraisy telah menyiapkan satu rombongan dagang dengan
jumlah yang sangat besar ke Syam untuk menempuh perjalanan musim
panas, sedangk­an orang yang akan memimpin rombongan tersebut
adalah Abu Sufyan. Saat ini rombongan dagang tersebut sedang dalam
perjalanan pulang dari Syam. Rombongan dagang itulah yang dibiayai
oleh orang Quraisy dengan lima puluh ribu uang emas, di mana di
dalamnya ikut pula keluarga Abu Sufyan dengan membawa lima puluh
ribu uang emas.

Uang yang jumlahnya berjuta-juta itu adalah kekayaan orang-orang
Quraisy yang diperas dari keringat kerja rakyat lemah dan hasil-hasil
rampasan. Dalam uang tersebut juga terdapat kekayaan orang-orang
Muhajirin yang dirampas, setelah mereka menguasai secara paksa.

Saat ini telah datang suatu moment yang tidak ada lagi orang-
orang yang dianggap lemah setelah itu. Dan telah tiba pula saatnya
untuk merebut kembali harta-harta mereka yang dirampas orang-orang
Quraisy sebelum mereka mengungsi.

Mereka harus menunjukkan kekuatan orang-orang Muhajirin.

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 275

Mereka diinstruksikan untuk pergi mencaplok harta kekayaan yang
dibawa oleh rombongan dagang itu. Muhammad menyampaikan suatu
komunike bahwa hasil rampasan tersebut akan dibagikan kepada
orang-orang yang berhasil merampas, baik dari kalangan Muhajirin
maupun Anshar. Barangsiapa di antara mereka yang menemui ajalnya
dalam penyergapan tersebut, maka hal itu lebih baik baginya daripada
kematian di tempat tidurnya, karena kematiannya adalah kematian
membela keyakinan dalam menghadapi orang-orang yang telah ber-
buat sewenang-wenang. Hanya saja, kemungkinan untuk terjadi per­
tempuran rasanya sangat minim sekali. Hal ini dikarenakan rombongan
tersebut dikawal oleh body guard yang jumlahnya terdiri dari kurang
lebih tiga puluh orang.

Dalam penyergapan tersebut, Muhammad membawa tiga ratus
anggota pasukan dari golongan Muhajirin dan Anshar, sedang di Madi-
nah Muhammad memberikan mandat kepada dua orang laki-laki dari
kalangan rakyat biasa. Salah seorang dari kedua tersebut ditugaskan
untuk menjadi imam shalat, sementara seorang lagi ditugaskan untuk
menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi di antara mereka. Muhammad
menyarankan kepada orang yang bertugas sebagai hakim itu agar
memberikan keputusan-keputusan hukum dalam berbagai persoalan
yang aturan hukumnya belum dijelaskan secara pasti.

Orang-orang Yahudi mengirim utusan kepada Abu Sufyan yang
sedang berada di tengah-tengah perjalanan untuk memberikan perin-
gatan agar berhati-hati. Abu Sufyan segera menugaskan salah seorang
anggota rombongannya ke Makkah untuk meminta bala bantuan. Dia
meminta kepada pemerintah Makkah untuk menugaskan pemuda
penunggang kuda yang profesional agar mereka segera menyusul ke
lembah Badar. Pilihan lokasi ini dikarenakan di tempat itu, selain ter-
dapat sumber mata air, juga merupa­kan tempat yang teduh yang bisa
dijadikan tempat peristirahatan rombongan dagang yang dipimpinnya
dan juga sebagai tempat mengambil kebutuhan persediaan minum
rombongan. Bala bantuan itu secepatnya segera dikirim, sebelum
Muhammad dan anggota pasukannya tiba di sana.

Semua orang yang tergabung dalam rombongan tersebut berang-

276 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

kat untuk memberikan dukungan kepada Abu Sufyan. Setiap laki-laki
yang mampu memanggul senjata, semuanya pergi atau mengutus
seorang yang akan menggantikan dirinya dan berperang atas na-
manya. Pada waktu itu Abu Lahab tidak ikut mereka, karena sedang
sakit, tapi Abu Lahab menggantikan posisinya kepada seseorang yang
memang punya utang kepadanya untuk berperang atas namanya.

Sementara Umayyah bin Khallaf pada waktu itu sebenarnya tidak
akan ikut berperang juga. Namun keputusan itu diejek oleh sebagian
pemuda-pemuda Quraisy dan mereka mengelilinginya sambil memba-
kar dupa.

“Engkau tak ubahnya seperti perempuan saja,” ejek mereka ke-
pada Umayyah.

Tidak kuasa menahan ejekan kekerdilan itu, lalu berdirilah
Umayyah dan ia akhirnya bersiap-siap menerjuni medan peperangan.

Istri Abu Sufyan yang bernama Hindun, mendesak kaum lelaki
untuk mendukung suaminya dan membakar kebencian mereka ke-
pada ajaran-ajaran Muhammad. Dia juga mengungkapkan kepada
para pemuda agar menuntut balas dendam atas korban-korban yang
pernah diserbu ‘Abdullah bin Jahsy hingga berkobarlah semangat para
pasukan. Walhasil, terhimpunlah sepasukan perang yang cukup besar,
yang tentunya juga tak lepas dari provokasi ‘Utbah (ayah Hindun),
pamannya yang bernama Syaibah, dan saudaranya yang bernama Walid
bin Utbah. Bala bantuan bertolak pada saat siang bolong di bawah
komando Abu Jahal. Hanya saja, ketika rombongan itu belum mera-
sakan lelah dalam menempuh perjalanan di tengah-tengah padang
pasir, tiba-tiba datanglah kurir yang diutus Abu Sufyan menyampaikan
perintah untuk pulang kembali, karena rombongan dagang sudah tiba
(di Makkah) dengan selamat tanpa ada rintangan yang mengganjal di
tengah perjalanan.

Akan tetapi, Abu Jahal meminta pasukannya untuk tetap melan-
jutkan perjalanannya ke lembah Badar. Di sana dia bersama pasukan-
nya menetap selama tiga hari tiga malam, menyembelih binatang-
binatang ternak, makan-makan, minum-minum tuak, berfoya-foya

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 277

dengan para gadis penghibur, dan untuk menakut-nakuti Muhammad
dan semua pengikutnya. Selain itu, juga bertujuan agar berbagai suku
Arab mendengar perihal mereka dan perkumpulan mereka, sehingga
nantinya semua suku yang ada menjadi gentar terhadap mereka buat
selam-lamanya.

Adapun Muhammad ketika itu terus melangkahkan kaki menuju
ke lembah Badar menelusuri jejak-jejak Abu Sufyan yang menempuh
tepian Laut Merah. Berita kedatangan orang-orang Quraisy sampai
juga kepadanya.

Muhammad sama sekali tidak menduga bahwa orang-orang Quraisy
akan pergi dengan pasukan kuda dan balatentaranya. Suatu ketika dia
membayangkan tentang posisi dirinya dan teman-temannya yang akan
melakukan penyergapan secara tiba-tiba terhadap rombongan dagang
yang dipimpin Abu Sufyan, lalu merampas harta kekayaan yang dibawa
rombongan itu, kemudian seusai penyergapan itu, ia kembali pulang
ke Madinah.

Tapi kenyataan yang dihadapi saat ini tidaklah seperti yang pernah
dibayangkan, sebab ternyata dia harus melawan orang-orang Quraisy
yang datang dengan segenap kekuatan tentaranya yang mengendarai
kuda.

Muhammad meminta pertimbangan-pertimbangan kepada para
shahabatnya, akankah mereka melanjutkan ke lembah Badar, lalu
di sana akan berhadapan dengan pasukan Quraisy, ataukah memilih
selamat dan kembali pulang ke Madinah. Abu Bakar berpendapat agar
terus maju pantang mundur ke medan Badar, karena jika mereka
sampai kembali, sudah pasti orang-orang Quraisy dan suku-suku yang
lain akan menganggap mereka lemah tanpa membawa pulang harta
rampasan.

Pihak Muhajirin yang lain tidak jauh berbeda dengan pendapat
Abu Bakar dan ‘Umar, sedangkan dari pihak kaum Anshar, tiada satu
pun dari mereka yang mengem­ ukakan pendapatnya. Memang, sebelum
itu orang-orang Anshar telah berikrar kepada Muhammad untuk mem­
berikan perlindungan di Madinah. Akan tetapi, jika Muhammad pergi

278 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

dengan mereka dalam menyongsong musuh di luar Madinah, maka
persoalan ini menjadi beda adanya.

Mereka terus menelusuri jejak Abu Sufyan di tepian Laut Merah.

“Maukah kalian mengemukakan pendapat kepadaku?” ujar Muham-
mad pada suatu ketika sambil memandang salah seorang Anshar yang
ikut bersamanya.

“Sepertinya engkau menghendaki sesuatu kepada kami,” ucap
Sa‘ad bin Mu‘adz.

“Tentu!”

“Kita telah beriman kepadamu dan mempercayai dirimu. Karena
itu, andaikata engkau memerintahkan kami menyelam ke dalam laut
dan engkau sendiri juga ikut menyelam, sudah tentu aku akan meny-
elam bersamamu. Tak seorang pun di antara kita yang akan tinggal
diam; dan kita tidak akan tinggal diam saja jika engkau memerintahkan
kami untuk menghadapi musuh besok,” ungkap Sa‘ad menunjukkan
kesetiaannya.

Jika demikian adanya, maka ini berarti kita semua telah sepakat
untuk menghadapi serangan tentara Quraisy.

Muhammad menjadi komandan mereka menuju lembah Badar.
Mereka menemukan dua orang pemuda Quraisy yang sedang mengisi
beberapa bejana dari salah satu sumur. Melihat gelagat itu, ‘Ali bin
Abi Thalib, Sa‘ad bin Abi Waqqash, dan Zubair bin Awwam menanyakan
kepada kedua orang pemuda tersebut.

“Kami adalah pelayan-pelayan minum orang Quraisy,” aku pemuda
itu.

Selanjutnya, Muhammad melakukan interogasi terhadap kedua
pemuda tersebut, hingga dia tahu dari pemuda tersebut bahwa jumlah
tentara Quraisy berkisar antara 900 sampai 1.000 personel. Di antara
mereka terdapat Abu Jahal Hakim bin Hisyam, Utbah bin Rabi‘ah,
Syaibah bin Rabi‘ah, Walid bin Utbah, Abul Bakhtari bin Hisyam,
Umayyah bin Khalaf, Aswad bin ‘Abdul Asad, dan masih banyak lagi
dari kalangan tentara pasukan berkuda serta tokoh Quraisy. Muham-

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 279

mad n lalu berkata kepada tentara­nya: “Makkah telah mengirim­kan
beberapa putra kesa­yangannya kepada kalian.”

Kala itu Makkah mengirimkan kurang lebih 1.000 tentaranya,
sedang Muhammad berikut tentaranya hanya berkisar 300-an orang.
Sungguh merupakan pertarungan yang tak seimbang!!

Muhammad harus menghadapi tentara Quraisy agar tak seorang
pun menyangka bahwa ia dan pengikut-peng­ikutnya takut dan memilih
lari, sebab jika demikian halnya, maka lenyaplah pamor ajaran baru
ini dan orang-orang yang mulai simpatik akan berubah haluan men­
jauhinya.

Sebuah pertarungan dituntut adanya garis-garis perjuangan agar
bisa merebut kemenangan. Muhammad telah meyakinkan para pengi-
kutnya bahwa Barangsiapa yang gugur di medan pertempuran dalam
membela keyakinannya, maka akan mendapat balasan surga yang
luasnya laksana langit dan bumi. Para pengikutnya pun telah yakin
dengan sepenuh hati kepada ajaran-ajaran yang dibawa Muhammad.
Mereka siap membela ajaran-ajaran yang mereka yakini dengan jiwa
dan raga.

Mereka siap memperjuangkan aqidah ini. Mereka akan menjadi
orang-orang yang terhormat pada saat hari kemenangan. Memang
kebanyakan dari mereka tak memiliki harta kekayaan, yang akan
menyebabkan mereka merasa rugi bilamana mereka harus gugur di
medan laga. Mereka tak akan merasa rugi, selain jika menjadi orang
yang tersingkir, tertindas, dan terbelenggu.

Muhammad telah mempersiapkan semua sarana untuk terjun ke
medan pertempuran. Di sisi lain, pasukan Quraisy datang dengan segala
kecongkakan dan kesombongannya. Pasukan Quraisy akan melumat
habis Muhammad dan pasukannya, yang datang ke medan pertempuran
yang tidak pernah diduga sebelumnya akan berhadapan dengan lawan
sebesar ini. Muhammad mengirim utusan ke Madinah untuk meminta
bala bantuan, tapi dia melihat waktu yang tersedia sangatlah tidak
memungkinkan, sebab pasukan Quraisy akan menyerbunya dalam

280 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

setiap kesempatan. Oleh karena itu, Muhammad merasa sebaiknya
menyiapkan barisan pasukannya saja agar tidak mendapat serangan
mematikan yang datang secara cepat.

Muhammad memprediksikan bahwa posisi yang strat­egis adalah
menempati lembah Badar yang dekat dengan sumber mata air. Tapi
salah seorang di antara shahabat-shahabatnya mengajukan pertanyaan
kepada Muhammad: “Apakah tempat ini merupakan wahyu dari Allah
atau hanyalah berdasarkan hasil strategi dan taktik perangmu saja?”

“Tempat ini merupakan hasil pengamatanku, strategi perang, dan
taktikku saja,” jawab Muhammad.

“Ini bukan tempat yang strategis. Tinggalkan tempat ini dengan
seluruh pasukan,” usul seorang laki-laki yang bernama Habbab bin
Mundzir. Habbab mengajukan pendapat agar menempati posisi yang
tinggi yang berada di dataran lembah Badar dengan rawa-rawa dan
sumber mata airnya; dan di antara pasir-pasir yang berjurang yang akan
ditempati pasukan Quraisy. Demikianlah, seluruh pasukan hendaknya
menempati posisi antara pasukan Quraisy dengan sumber mata air,
barulah mereka menyerbu. Hal ini jelas akan sangat menguntungkan
bagi keamanan pasukan Muhammad. Di belakang mereka terdapat
sumber air dan pohon-pohon. Jika pasukan Quraisy terus bertempur,
pasti akhirnya mereka akan kehabisan air untuk persediaan minum,
kecuali harus menerobos sumber mata air ini. Karena itu, dibangunlah
sebuah telaga luas yang menjadi tempat penampungan air dari rawa-
rawa lembah Badar, sedangkan pasukan muslim menempati posisi dekat
air tersebut.

Gagasan posisi tempat yang strategis dan kondusif yang ditawarkan
Habbab pun diterima Muhammad dengan senang hati, sebab dengan
strategi ini pasukan Quraisy akan dibinasakan dengan pedang dan
kondisi kehausan.

Muhammad mengambil keputusan akan mengambil posisi terde-
pan dalam barisan. Tapi Sa‘ad bin Mu‘adz mengusulkan agar dia tidak
melakukan hal itu, sebab jika berada di barisan terdepan, sudah
tentu dia akan menjadi sasaran pertama para pemanah Quraisy dan

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 281

penunggang kudanya. Menurut pendapat Sa‘ad, Muhammad sebaiknya
tetap tinggal di bagian belakang untuk mengendalikan pasukan. Maka
dibuatlah sebuah kemah yang dipergunakan sebagai tempat berteduh,
jika pasukan Quraisy dapat ditaklukkan. Namun andaikata pasukan
Quraisy menaklukk­ an mereka, maka adanya kemah ini dapat menjamin
keadaan Muhammad, kemudian baru mengundurkan diri tanpa harus
menyerahkan hidupnya dalam pertempuran yang sangat mengerikan
ini. Akhirnya, Muhammad mengubah pendapatnya dan mengikuti
pendapat yang digagas oleh Sa‘ad.

Sebuah tenda akhirnya didirikan. Pengawal-pengawal Muhammad
kini telah mengambil posisi di depan sumber air. Beberapa orang
Quraisy langsung disambut hujan anak panah ketika mereka hendak
mencoba mengambil air. Tak seorang pun dari pasukan Quraisy yang
kembali dengan membawa air untuk mereka.

Kondisi orang-orang Quraisy mulai terdesak oleh rasa haus dan
dahaga yang tak tertahankan, maka bermusyaw­ arahl­ah beberapa elite
Quraisy. Dari hasil musyawarah tersebut, muncullah suatu keputusan
bahwa sebaiknya sekarang pulang kembali ke Makkah.

Mampukah mereka bertahan dalam kondisi yang demikian? Semen-
tara di satu sisi mereka menghadapi orang-orang yang mengangkat
senjata, padahal di antara mereka ada yang mempunyai pertalian
kerabat dekat, saudara, dan sepupu di kalangan orang-orang Muhajirin.

Utbah yang berdiri di tengah-tengah pasukan Quraisy berkata: “Para
anggota pasukan Quraisy, apa yang kalian semua inginkan dari penyerbuan
ini terhadap Muhammad dan pengikut-pengikutnya? Jika kalian semua ber-
hasil mengalahkan mereka, maka sudah dapat dipastikan akan ada orang
yang memandang orang lain dengan sinis, lantaran ia telah membunuh
saudara sepupunya sendiri dan kerabat dekatnya. Karena itu, sebaiknya
kalian semua kembali saja. Biarkan saja pertempuran terjadi di antara
Muhammad dengan semua bangsa Arab. Bukankah kalian semua hanya
menghendaki agar seluruh bangsa Arab dapat mengalahkan Muhammad?”

Ucapan Utbah itu dianggap oleh Abu Jahal sebagai ucapan seorang
pengecut.

282 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Sementara itu, beberapa orang dari kalangan pasukan Quraisy su-
dah mulai merasakan beratnya rasa haus. Abu Jahal merasa khawatir,
mereka akan mengikuti Utbah; dan secara khusus Abu Jahal sangat
mengkhawatirkan mereka akan meng­ingat-ingat bahwa mereka tak
lain adalah memerangi sanak familinya sendiri. Karena itu, Abu Ja-
hal segera me­ngu­mandangkan seruan perang. Aswad bin ‘Abdul Asad
beranjak maju dari pasukan Quraisy sambil mengucapkan sumpah,
bahwa dia akan minum dari telaga Muhammad dengan cara paksa
atau menghancur-luluh­kannya. Aswad bin ‘Abdul Asad adalah seorang
laki-laki yang berwatak beringas, jahat, dan sangat ditakuti. Orang-
orang Islam hanya terdiam dalam kemarahan. Sementara itu Aswad
bin ‘Abdul Asad terus melangkah maju, lalu keluarlah Hamzah bin
‘Abdul Muththalib menghadapinya. Maka terjadilah perang tanding di
antara keduanya, persis di depan telaga. Dalam perang duel tersebut
akhirnya kekalahan berpihak pada Aswad yang mati terluka parah di
ujung pedang Hamzah.

Genderang pertempuran sudah dimulai. Pasukan dari kedua belah
pihak berada dalam posisi siaga, kemudian dari barisan pasukan Quraisy
keluarlah Utbah bin Rabi‘ah yang diapit oleh saudaranya, Syaibah; dan
anaknya, Al-Walid. Utbah menantang pasukan muslim untuk bertem-
pur sampai titik darah penghabisan. Mereka bertiga adalah prajurit
tangguh dari pihak Quraisy. Maka majulah menghadapi ketiga prajurit
tersebut, tiga personil dari prajurit Anshar yang tangguh juga. Tapi
Utbah berteriak dengan congkaknya: “Wahai Muhammad, tolong ke-
luarkan pasukanmu yang selevel dengan kami yang berasal dari kaum
kami juga (suku Quraisy).

Muhammad lalu memerintah Hamzah, ‘Ali bin Abi Thalib, dan
Ubaidah bin Harits untuk menghajar ulah tiga prajurit tersebut.
Hamzah menghadapi Syaibah bin Rabi‘ah, seorang pemberani dari
pasukan Quraisy. ‘Ali bin Abi Thalib mendapat bagian menghadapi
Walid, sedangkan Ubaidah bin Harits menghadapi Utbah. Kesempatan
untuk menebas batang leher dan menghabisi nyawa Syaibah tidak
disia-siakan oleh Hamzah. Demikian juga halnya apa yang dilakukan
‘Ali terhadap Walid. Sedangkan Ubaidah, hampir saja ia ditamatkan

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 283

riwayat hidupnya oleh Utbah seandainya Hamzah tidak cepat-cepat
menolong. Seketika itu pula, dengan segala kelihaiannya, ‘Ali dapat
menewaskan Utbah dengan ujung pedangnya.

Dalam waktu sekejap, tiga personel dari kalangan pembesar Qurai-
sy itu tewas bersimbah darah. Mereka yang gugur dalam waktu yang
bersamaan itu adalah jagoan-jagoan pasukan Quraisy yang menemui
ajalnya di ujung pedang pahlawan muslimin.

Setelah pasukan Muhammad melihat tiga personel dari pasukan
Quraisy itu mati bersimbah darah, maka ber­gemuruhlah suara takbir
dan tahlil.

Selanjutnya, dengan lantang Nabi berseru: “Barangsiapa yang
berperang pada hari ini, lalu terbunuh dalam kesabaran dan meng-
harapkan keridhaan Allah dengan kemantapan hati pantang mundur,
maka Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam surga kelak.”

“Ha...?! Penyebabku masuk surga saat ini adalah jika aku terbunuh
oleh tentara kuffar itu?” gumam seorang laki-laki yang sedang makan
buah kurma dengan penuh keheranan.

Laki-laki itu langsung membuang kurmanya, lalu bergegas pergi ke
kancah pertempuran, diikuti oleh pasukan muslimin yang lain. Maka
pertempuran pecah kembali di antara kedua belah pihak itu.

Seluruh personel pasukan Islam tidak mempunyai alternatif lain,
selain gugur dalam pertempuran untuk memperoleh imbalan surga yang
dijanjikan. Sementara motif yang melatar-belakangi pasukan Quraisy
adalah melenyapkan Muhammad dari permukaan bumi semata, agar
mereka dapat hidup tenang dalam hedonisme, kekayaan yang keji,
tuak, dan perempuan.

Tiga ratus pasukan bertempur dalam bara keimanan dan kecintaan
mendambakan kematian di medan per­tempuran. Dengan kemantapan
aqidahnya, tiga ratus pasukan muslimin tersebut menghadapi seribu
tentara Quraisy yang bertempur lantaran membela kepentingan hidup
semata serta didorong oleh emosional yang membara, api dendam dan
memimpikan kekuasaan belaka.

284 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Tentara Quraisy dengan pasukan yang berjumlah seribu orang itu,
lebih unggul dalam persenjataan. Mereka dilengkapi dengan kuda-kuda
tangguh serta perisai baju-baju besi. Sedangkan tentara muslimin yang
berjumlah tiga ratus personel itu hanya mempunyai dua orang pasukan
berkuda.

Muhammad memerintahkan pasukannya agar mereka bertempur
dengan semangat yang tinggi untuk menumpas gembong-gembong
Quraisy. Muhammad juga memerintah­kan agar mereka mencari Abu
Jahal, sebab kematiannya akan mengkerdilkan nyali pasukan Quraisy
yang pemberani, seperti rasa kerdilnya pasukan Quraisy ketika tewas-
nya Syaibah, Utbah, dan Walid.

Hamzah telah membuka pertempuran dengan baik. Kini ia terjun
ke kancah pertempuran dengan segala popularitas keberaniannya di
hadapan orang-orang Quraisy. Pasukan berkuda dari pihak Quraisy
sudah pasti akan menghadangnya dan akan memotong jalannya. Di
sisi Hamzah bertarung, ‘Ali bin Abi Thalib bertempur dengan amat
gagah berani, sementara tidak jauh dari mereka bertarung Sa‘ad bin
Abi Waqqash terlibat pertarungan juga. Di sana-sini pedang-pedang
berguguran dibabat habis oleh ‘Umar bin Khaththab, Bilal bin Rabah,
dan semua pasukan kuda di bawah komandan Muhammad.

Pertempuran demi pertempuran terus berkobar tak kunjung jua
usai. Kalangan Quraisy dengan pasukan kudanya yang dilengkapi den-
gan baju besi terus melakukan penyerbuan. Namun prajurit-prajurit
dari pasukan ajaran baru ini satu-persatu mulai ada yang berguguran
dengan bersimbah darah.

R

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 285

286 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Banjir darah
di Lembah Badar

P a s u k a n Q u r a i s y y a n g b e r k e k u a t a n s e r a t u s k u d a ,
tujuh ratus unta yang terlatih, dan seribu personel
yang dilengkapi dengan baju besi terus meradang dan melakukan
penyerangan secara agresif.

Pasukan Quraisy hampir saja dapat membabat habis sebanyak tiga
ratus personel muslimin yang berada di posisi terkepung, tanpa meng-
gunakan pelindung baju besi dan kuda. Di pihak pasukan muslim,
ada orang yang memutar pedangnya, agar tidak menyasar ke dada
saudaranya, ayah, kerabat dekat, atau temannya sendiri yang berada
dalam pasukan musuh.

Kini pasukan dari pihak orang-orang Islam jatuh berguguran, satu demi
satu. Kekuatan yang sebelumnya terhimpun, kini sudah terkuras semua,
tak ada lagi yang tersisa!

Mata menyambar ke sana-sini mencari mangsa yang akan diterkamnya,
dada-dada atau leher-leher yang dapat ditemuinya. Dengan hati yang
berdebar-debar, Muhammad berdo‘a di depan pintu kemahnya.

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 287

Jika pasukan Quraisy pada hari ini yang memenangkan pertempuran,
maka panji-panji dakwahnya tak akan pernah berkibar lagi dan semua
ketimpangan yang terjadi di muka bumi akan terus berlangsung se-
lamanya. Abu Bakar yang berada di sisi Muhammad berusaha men-
enangkan kegelisahannya, memberikan support rasa percaya diri dan
optimisme-optimisme yang lain.

Hanya saja pasukan Quraisy terus maju dari bukit yang ditempati
mereka. Saat ini mereka sudah mendekati posisi pasukan muslim yang
berada di daerah dataran yang tinggi. Pasukan Quraisy hampir menca-
pai sumber air. Jika mereka dapat mencapai sumber mata air, hingga
dapat meng­hilangkan rasa hausnya, maka sudah dapat dipastikan
“tentara-tentara Muhammad” tak akan mampu lagi menahan serangan
pasukan berkuda pihak Quraisy yang terus menerjang.

Hamzah melakukan penjagaan ketat pada pasukan Quraisy yang akan
menuju ke sumber mata air. Hamzah terlibat pertarungan dengan
beberapa orang prajurit yang dilengkapi baju besi yang berusaha
menerobos ke sumber mata air tersebut. Namun ternyata dua penung-
gang kuda pihak Quraisy tewas sebelum mencapai sumber air. Tetapi
untung saja yang seorang lagi dapat lolos. Ia membuka celah-celah
pertahanan yang akan diterobos oleh pe­nung­gang-penunggang kuda
lainnya yang tangguh dan cekatan.

Hamzah dengan tubuhnya yang tegap dan gempal berd­ iri tegak me-
nutupi celah-celah pertahanan tersebut. Dia tegak berdiri dengan
menggenggam sebilah pedang di tangann­ ya. Bulu-bulu dadanya yang
halus bergetar-getar. Dia telah menebas dua batang leher penunggang
kuda Quraisy yang berusaha menerobos ke sumber air. Pe­nunggang
kuda yang pemberani itu, dia habisi satu per satu.

Muhammad pada waktu itu berseru dengan suara lantang kepada
anggota pasukannya agar jangan sampai memberikan peluang bagi
tentara-tentara Quraisy untuk mencapai ke sumber air. Dia berseru:
“Mereka kini sedang dalam kehausan. Hendaklah rasa haus mereka
juga kalian jadikan sebagai senjata untuk menggempur mereka. Mer-
eka kini juga sedang kepayahan lantaran dibakar teriknya matahari.

288 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Biarkan mereka dirobek-robek oleh kepayahan. Biarkan saja mereka
hanya bisa berteduh di bawah pedang-pedang tentara-tentara muslim.

Wahai para anggota pasukan, ganyang terus mereka. Ganyanglah semua
musuh-musuh kalian. Bantai saja semuanya tanpa berbelas kasihan
lagi, karena surga berada di bawah pedang-pedang kalian.

Pasukan Islam tersentak mendengar seruan itu. Mata pedang berkele-
batan ke sana ke mari menebas batang leher siapa saja, bahkan ada
yang menyasar ke mantan teman sekalipun.

‘Umar juga menyergap pamannya, lalu ia membunuh­nya. Ubaidah bin
Jarrah mencoba menasihati ayahnya agar menjauh, tetapi ayahnya
tetap berdiri di hadapannya dengan pedang yang terhunus, maka di-
bunuhlah ayahnya. Tangan Ubaidah berlumuran darah dari percikan
darah ayahnya. Setelah membunuh, Ubaidah maju terus me­nembus
barisan-barisan musuh yang sedang bertempur.

Sementara ‘Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa sauda-
ranya, sedangkan Hamzah tanpa ambil peduli terus menerobos barisan
demi barisan tentara Quraisy dengan satu tekad akan melibas jagoan-
jagoan dan pemuka Quraisy. Akhirnya, Hamzah berhasil juga membunuh
Handhalah bin Abu Sufyan dan Harits bin Amir.

Selanjutnya, Naufal bin Khuwailid menyelinap ke tengah-tengah
pasukan muslim, lalu menyerang dengan beringas dan kuda yang di-
tungganginya menggilas mayat-mayat tentara Islam. Hamzah datang
menyerang Naufal bin Khuwailid yang sedang duduk di atas kuda sam-
bil mengenakan baju besi dan topi baja. Naufal menggebrak kudanya
untuk menyerang Hamzah, tapi Hamzah dapat melakukan lompatan-
lompatan elakan beberapa jengkal ke belakang, lalu berputar, kemu-
dian dia membabatkan pedangnya pada kuda yang ditunggangi Naufal.
Hamzah membalas serangan Naufal. Sementara itu, tentara-tentara
dari kedua belah pihak memperhatikan dengan penuh kecemasan,
menunggu hasil akhir perang tanding yang sangat mengerikan ini.

Pedang Hamzah berkelebat ke arah leher Naufal dan tepat men-
genai sasaran. Mata pedang Hamzah membabat bagian tubuh Naufal
yang terletak di antara bagian baju besi dan topi baja. Akhirnya, kepala

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 289

Naufal lepas terpisah dari tubuhnya yang sedang menunggangi kuda.

Demikianlah, Hamzah dapat menebas batang leher seorang gem-
bong Quraisy. Melihat insiden ini, hati tentara-tentara muslim terasa
sedikit lega. Pasukan muslim merasa gembira sekali, karena dengan
dada telanjang tanpa perisai, tanpa baju besi dan topi baja, dapat
mendesak kekuatan musuh yang bertempur dengan peralatan dan
pakaian lengkap. Sementara orang-orang Quraisy yang melihat ke-
hebatan Hamzah terkejut sekali. Nyali mereka mulai ciut. Selangkah
demi selangkah mereka mundur.

Abu Jahal segera memacu kudanya menemui tentara-tentara yang
berada di posisi terjepit. Dia mencari peluang dan kesempatan untuk
menata barisan mereka. Duduk di atas punggung kudanya, Abu Jahal
memperhatikan situasi dan mengamati kekuatan pasukan muslim.
Sebaliknya, tentara pihak muslim sedang mengincarnya. Ia tidak sadar
bahwa ada dua prajurit muslim menyelinap menghadapi Abu Jahal,
hingga akhirnya Abu Jahal tewas terkapar di ujung pedang prajurit
muslim tersebut.

Muhammad optimis bahwa ia akan dapat meraih kesuksesan di
pertempuran ini dalam tempo yang relatif singkat. Itulah mereka,
mayat-mayat pembesar Quraisy dan pasukan kudanya bergelimpangan
di atas tanah.

Hamzah! Alangkah mengagumkan engkau!

Engkau dapat menyulap pasukan yang jumlahnya sedikit ini
meraih kemenangan yang gemilang. Engkaulah yang tegak berdiri
dengan gagah berani menghadang pasukan-pasukan Quraisy yang akan
mengambil air. Engkaulah pula yang dapat menumpas habis pasukan
berkuda Quraisy yang tangguh-tangguh, hanya dengan mencurahkan
segenap kekuatanmu.

Beberapa orang pasukan Quraisy yang melarikan diri terbirit-birit
itu saling bertanya-tanya: “Siapakah laki-laki yang dikenal dengan
bulu-bulu dadanya yang halus dan wajahn­ ya tertutup dengan debu-
debu medan pert­ em­puran?”

“Dia itu Hamzah,” jawab salah seorang dari mereka.

290 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

Sementara mereka yang lain mendesah dalam ke­kesalan.

“Dialah yang sebenarnya banyak melakukan penye­rangan kepada
kita semua,” pungkasnya.

Hamzah! Engkau telah menghajar mereka. Meskipun engkau
seorang diri, tapi kekuatanmu hampir menyamai kekuatan seluruh
pasukan. Kini sejumlah tentara Quraisy lari tunggang-langgang men-
cari posisi yang dapat menye­lamatkan dirinya sendiri. Hati mereka
mulai dilanda rasa takut. Bahkan tidak terkecuali, mereka yang masih
mencoba bertahan dalam pertempuran.

Di tengah-tengah gemerincingnya suara pedang, terdengar suara
nyaring memberi peringatan: “Pasukan Muhammad lebih dari tiga
ratus personel. Mereka tanpa mengenakan pakaian pelindung, kecu-
ali pedang-pedang mereka. Setiap kali ada yang terbunuh di antara
mereka, pasti ada yang terbunuh di antara kita. Jika jumlah pasukan
mereka sama dengan jumlah pasukan kita, lalu dari pihak kita terbunuh
tiga ratus personal, maka apakah ada peluang hidup bagi kita?”

Di balik situasi yang kian terjepit itu, Abu Jahal terus bertempur.
Dia mendengar teriakan pasukan tersebut. Karena itu, ia mengutus
anaknya, ‘Ikrimah, untuk mend­ orong barisan-barisan Quraisy tetap
bertahan dalam pertempuran. Dia mengingatkan kepada mereka bah-
wa mereka adalah pemimpin-pemimpin Arab dan kelompok mayoritas.
Sementara itu laskar-laskar Islam terus mendesak untuk membunuh
lebih banyak lagi dari pemuka-pemuka Quraisy.

Ini dia giliran Bilal bin Rabbah yang akan menemui bekas majikan-
nya yang bernama Umayyah bin Khalaf.

Betapa ganas Umayyah dulu ketika menyiksa Bilal di tengah terik
matahari kota Makkah.

Umayyah akhirnya meminta perlindungan kepada seorang te-
mannya yang bernama ‘Abdurrahman bin ‘Auf lantaran ia takut mati,
apalagi diujung pedang mantan budaknya.

Namun Bilal tetap memperotes semua ini. Dengan lantang ia
katakan kepada orang-orang sekitarnya: “Aah! Ini dia Umayyah bin
Khalaf, si gembong kekafiran.”

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 291

Betapapun usaha yang dilakukan oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf dalam
rangka menyelamatkan temannya itu, semuanya hanyalah sia-sia be-
laka. Hal ini dikarenakan Bilal berbulat hati dan menyatakan dengan
tegas: “Aku takkan pernah selamat, jika Umayyah selamat.”

Orang-orang yang pernah disiksa Umayyah ketika mereka berada
di Makkah sebelum mengungsi, dalam sekejap saja mereka semuanya
berkumpul. Mereka mencerca tindakan ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang
memberik­ an perlindungan tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga
tindakan Umayyah yang telah menyakiti Muhammad.

Mereka menuduh ‘Abdurrahman bahwa meskipun ia telah masuk
Islam, namun ia masih menyisakan rasa simpatik terhadap kawan-
kawan lamanya dari kalangan pembesar Quraisy. Kualitas dan kuantitas
keimanan ‘Abdurrahman dapat dikalahkan oleh rasa simpatik serta
hubungan pribadi dengan teman-temannya.

‘Abdurrahman marah sekali kepada mereka, dia mencela Bilal:
“Hai anak hitam.”

Tapi kesempatan untuk berdialog dan mencaci-maki pada saat ini
bukanlah waktu yang tepat.

Hamzah dan ‘Ali telah berani membunuh saudara-saudara sepu-
punya. ‘Umar telah membunuh pamannya. Ubaidah bin Jarrah telah
membunuh ayahnya. Lalu mengapa ‘Abdurrahman merasa berat hati
membunuh temannya hanya karena dia itu orang kaya seperti dirinya?

Bilal menantang Umayyah untuk berduel. Tantangan itu akhirnya
diterima dan terjadilah perang tanding di antara mereka berdua,
hingga akhirnya Bilal bin Rabah berhasil menebas batang leher
Umayyah. Setelah kepala Umayyah lepas dari tubuhnya, Bilal bin
Rabah masih saja dengan cepat menusukkan ujung pedangnya pada
kepala Umayyah yang bergulir-gulir di tanah, sambil berlari dan me-
nari penuh kegairahan di tengah-tengah kepulan debu peperangan.

Muhammad datang untuk melihat jumlah pembesar Quraisy yang
gugur. Di atas bumi lembah Badar, dia melihat sepupunya mati ter-
kapar berlumur darah, yang sebelum itu ia belum pernah melakukan
kejahatan terhadap dirinya. Dia juga melihat pasukan muslim meny-

292 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

erang barisan-barisan tentara Quraisy dengan garang terhadap siapa
saja yang di temuinya, walaupun terhadap sanak saudaranya sendiri.
Semua kenyataan yang terbentang di hadapannya, sebenar­nya terasa
memilukan hatinya.

“Aku tahu banyak orang dari kalangan Bani Hasyim yang kepergi-
annya hanya terpaksa saja. Sebenarnya mereka tak punya kepentingan
apa-apa berperang melawan kita. Karena itu, Barangsiapa yang men-
jumpai Bakhtari, jangan kalian bunuh, karena dia telah menghalang-
halangi pihak-pihak yang akan menyiksa kita sewaktu ada di Makkah;
dan kita belum pernah mendengar hal-hal yang kita benci dari Bakhtari.
Dialah orang yang telah merobek lembar pengumuman blokade pada
Bani Hasyim. Barangsiapa yang juga menjumpai pamanku, ‘Abbas bin
‘Abdul Muththalib, janganlah kalian bunuh, karena dia berperang hanya
karena terpaksa saja,” pinta Muhammad.

Barisan tentara Quraisy sementara itu terus berdesak-desakan
mundur.

“Kita sudah membantai ayah kita dan sanak famili kita, lalu
mengapa kita akan membiarkan ‘Abbas? Demi Allah, jika aku sampai
menemukannya, aku akan menebas batang lehernya,” protes salah
seorang dari pasukan yang dihimbau Muhammad.

Muhammad memandang orang yang memprotes itu dengan tatapan
mata yang tajam, hingga mendekatlah ‘Umar bin Khaththab pada si
tukang protes tersebut. Si tukang protes itu mengatakan: “‘Umar,
bukankah engkau telah menancapkan pedangmu di wajah pamanku?’

‘Umar menyadari hal itu, tapi ia tetap memarahinya seraya ber-
kata: “Sungguh, engkau ini munafiq. Akan kupenggal batang lehermu.”

Kini ‘Umar mengambil ancang-ancang untuk memukul roboh laki-
laki yang memprotes itu, tapi Muhammad tak memperbolehkan ada
pedang yang dipergunakan untuk lawan berubah fungsi dan berputar
pada arah kawan.

Pasukan muslim terus melancarkan serangan-serangan pada pasu-
kan Quraisy. Namun tanpa diduga-duga, salah seo­ rang pasukan muslim
berhasil menemukan Bakhtari, maka disampaikanlah himbauan Muham-

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 293

mad kepada laki-laki itu.

Bakhtari meminta perlindungan kepada seorang teman­nya. Tapi
beberapa orang tentara muslim terus menyer­gapnya. Ketika itu
Bakhtari mengatakan: “Jika demikian, biarkan aku mati dengan dia
bersama-sama. Aku tak ingin engkau menceritakan tentang diriku ke-
pada perempuan-perempuan Makkah, bahwa aku telah me­ninggalkan
teman-teman, karena aku ingin sekali untuk hidup.”

Perang tanding pun tak dapat dihindarkan lagi. Bakhtari akhirnya
tewas di ujung pedang juga.

Matahari masih belum tergelincir, pasukan Quraisy dibuat kewala-
han menanggung rasa haus dalam per­tempuran. Tewasnya penunggang-
penunggang kuda Quraisy yang tangguh-tangguh dan jagoan-jagoan
serta bangsawan-bangsawan mereka membuat pihak pasukan Quraisy
patah semangat. Mereka tak punya pilihan lain, kecuali harus men-
gumpulkan pedang teman-temanya yang sudah tumpul dan mening-
galkan bangkai-bangkai mayat yang berg­ el­impangan di bumi lembah
Badar. Namun meskipun demikian, pasukan mereka yang masih tersisa
terus diburu oleh pasukan muslim, lalu ditangkapnya untuk dijadikan
tawanan perang.

Setiap kali tentara muslim melihat segerombolan tentara Quraisy
lari kocar-kacir, hati tentara kaum muslimin merasa berbunga-bunga
lantaran gembira telah meraih keme­nangan. Ungkapan salam kemenan-
gan menebar di antara mereka semua.

Tapi hati Muhammad masih merasa khawatir melihat kemenan-
gan yang telah diraih oleh pasukannya, jangan-jangan fenomena ini
hanyalah tipu daya dari pihak musuh belaka, sebab peperangan penuh
dengan tipu daya. Bagi Muhammad, jangan-jangan dari pihak musuh
pura-pura kalah, tetapi sebenarnya aksi itu hanyalah siasat licik mereka
untuk balik lagi, lalu melakukan pengepungan atau penyerbuan pada
saat pasukannya masih berada di luar kota Madinah.

Muhammad memerintahkan beberapa telik sandi untuk membun-
tuti tentara Quraisy yang lari terbirit-birit dan sudah tidak memiliki
kekuatan lagi agar menangkap salah seorang di antara mereka. Siapa

294 MUHAMMAD SANG T E L A D A N

tahu, barangkali orang-orang Yahudi membukakan pintu peluang bagi
mereka untuk memasuki Madinah dari arah belakang.

Beberapa telik sendi yang ditugaskan Muhammad terus melacak je-
jak tentara-tentara Quraisy yang lumpuh total. Sementara itu, tentara
Quraisy lari tergopoh-gopoh dalam kehausan dan menanggung beratnya
kekalahan, sampai-sampai mereka tak memikirkan lagi perlengkapan
dan bahan-bahan makanan mereka yang dibawanya.

Namun pasukan muslim merasa yakin bahwa tentara-tentara
Quraisy benar-benar telah pulang kembali ke Makkah. Berhamburanlah
tentara-tentara muslim menuju ke medan pertempuran hanya untuk
mengambil baju besi, pedang-pedang, kuda-kuda, dan baju-baju su-
tra yang mahal-mahal yang dikenakan pembesar-pembesar Quraisy
dengan bau parfum yang semerbak. Mereka tinggal di lembah Badar
untuk beberapa hari, menyelenggarakan pesta-pora, makan-makan,
minum-minum tuak, dan dihibur oleh budak-budak mereka. Tetapi
tingkah laku pasukannya itu membuat hati Muhammad merasa khawatir
akan menjadi bahan cemoohan dan akan menimbulkan citra negatif
di kalangan bangsa Arab.

Sementara itu, masing-masing orang menjaga perleng­kapan per-
ang dan tawanan yang telah berhasil dirampasnya. Tapi Muhammad
menginstruksikan agar membawa semua barang-barang rampasan dan
tawanan yang mereka peroleh ke dalam kemahnya. Adapun tawanan
yang berhasil mereka dapatkan adalah sebanyak tujuh puluh orang
laki-laki, di antaranya terdapat orang yang stratifikasi sosialnya ter-
golong elit di kalangan Quraisy. Muhammad juga menginstruksikan agar
mereka mengumpulkan orang-orang yang terbunuh, supaya diketahui
jumlahnya dari pihak muslim dan pihak kuffar Quraisy. Bahkan dia
meng­instruksikan agar mencari Abu Jahal untuk mengetahui apakah
dia terbunuh atau masih bergentayangan.

Tak lama berselang, ‘Abdullah bin Mas‘ud datang menghadap
Muhammad dengan menjinjing kepala Abu Jahal. Abu Jahal menghem-
buskan nafasnya yang terakhir di kancah pertempuran dalam keadaan
mengutuk Muhammad dan pengikut-pengikutnya. ‘Abdullah menginjakkan

MUHAMMAD SANG T E L A D A N 295


Click to View FlipBook Version