ilingi Muhammad, menjadikan tubuh-tubuh mereka sebagai perisai
bagi Muhammad.
Satu demi satu mereka kembali lagi berkumpul di samping Muham-
mad. Orang-orang Anshar, Muhajirin, dan kemudian Khalid pun kembali
juga. Kini, mereka bersumpah akan menyerahkan seluruh hidupnya
sebagai penebus dosa kekeliruan mereka karena telah melarikan diri.
Setelah terkumpul 100 orang, Muhammad mengangkat ‘Ali sebagai
komandan pasukan. Muhammad mengisntruksikan kepada mereka agar
menerobos ke jantung pertahanan pasukan musuh.
‘Ali langsung bergerak menuju ke arah komandan pasukan musuh
yang membawa panji, kemudian ‘Ali langsung menebaskan pedangnya
pada untanya. Setelah unta komandan pasukan musuh itu roboh, lalu
‘Ali terlibat perang tanding satu lawan satu. Namun untung saja, ‘Ali
berhasil menancapkan pedangnya ke bagian tubuh lawannya.
Panji yang dipegangnya tergeletak ke tanah; dan akhirnya koman-
dan pasukan musuh itu pun roboh pula ke tanah. Peristiwa itu mem-
bangkitkan keberanian sebagian orang-orang Islam yang melarikan diri
dan mengintip di tempat persembunyian mereka.
Beberapa orang perempuan tampak keluar dari perkemahan
orang-orang Islam, menyerang dan membunuh beberapa tentara mu-
suh. Orang-orang yang melarikan diri merasa malu melihat hal itu.
Maka kembalilah mereka bergabung kembali dengan teman-teman
mereka yang lain. Sementara itu pula, ‘Ali, ‘Umar, dan ‘Abbas mengk
onsentrasiakan perhatiannya kepada para pemimpin musuh. Begitu
para pemimpin musuh mereka temukan, maka bertarunglah mereka
hingga dapat melenyapkannya.
Muhammad memerintahkan kepada tentara-tentaranya yang
kembali dari melarikan diri agar tidak terjun ke medan arah pertem-
puran di lembah. Mereka diperintahkan agar melakukan pengepungan
terhadap musuh dan menghujani musuh dengan anak panah saja dari
tebing-tebing bukit.
Situasinya kini mulai membaik. Tentara-tentara pasukan musuh
mulai dilanda kepanikan juga, ketika mereka menemukan pemimpin-
546 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
pemimpin mereka telah berguguran satu demi satu. Sementara pasu-
kan muslimin hanya sedikit saja yang turun ke medan pertempuran,
karena kebanyakan yang lainnya bersembunyi di balik tebing-tebing
bukit, melakukan pengepungan.
Beberapa orang laki-laki tampak berlarian dari perkemahan musuh,
ketika sebagian besar tentara yang melarikan diri telah kembali lagi,
hingga sebagian orang-orang yang mulanya mengejek dengan berbagai
umpatan, kini semuanya kembali lagi, setelah mereka memperkirakan
Muhammad akan dapat meraih kemenangan.
Mereka memutuskan untuk bergabung kembali agar memperoleh
bagian harta rampasan dan tawanan yang cantik-cantik. Hal ini di-
lakukan daripada Muhammad dapat memenangkan pertempuran tanpa
dukungan mereka, maka jelas nanti mereka akan dituduh sebagai
pelarian.
Sebelum matahari terbenam, pasukan Bani Tsaqif terpaksa menarik
diri terlebih dahulu, guna menyelamatkan Thaif dengan menjaga di
balik bentengnya. Banyak pemimpin pasukan sekutu Thaif yang lari
meninggalkan para perempuan dan harta kekayaan mereka.
Salah seorang dari para pemuda muslim berhasil menangkap Darid
bin Shammah. Pemuda itu bermaksud akan membunuhnya, namun dia
tidak dapat mempergunakan pedangnya dengan baik.
“Percuma saja ibumu memberi senjata,” ucap Darid kepada
pemuda itu.
Lalu Darid mengajarkan cara menggunakan pedang kepada pemuda
itu. Ketika Darid tahu bahwa pemuda itu berasal dari Bani Sulaim, ia
berkata: “Bila engkau telah pulang, sampaikan kepada ibumu bahwa
engkau telah berhasil membunuh Darid bin Shammah. Demi Allah,
dengan demikian engkau akan dicegah oleh kaum wanita kalian (untuk
melakukan hal serupa) di kemudian hari.”
Darid dalam pertempuran sebelumnya pernah memerdekakan tiga
orang perempuan yang punya pertalian darah dengan pemuda itu;
ibunya, neneknya, dan buyutnya.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 547
Muhammad memerintahkan agar menempatkan semua tawanan
dan harta rampasan di tempat yang aman. Dan demi menjaga harta
rampasan dan tawanan itu, maka Muhammad mengangkat beberapa
orang shahabatnya sebagai penjaga. Sementara Muhammad sendiri
mengom ando pasukannya ke Thaif untuk melakukan agresi kepada
Tsaqif yang berlindung di balik pagar tembok kota Thaif.
Di depan tembok pagar Thaif, Muhammad terkenang kembali pada
peristiwa yang menimpa dirinya. Di tempat itu, Muhammad pernah
duduk sambil menangis setelah diejek dan diusir oleh masyarakat
Thaif.
Muhammad mengutus prajuritnya untuk menyampaikan perintah
kepada Bani Tsaqif agar bersedia menyerahkan diri. Tapi Bani Tsaqif
menolak perintah tersebut. Bahkan mereka bersumpah tidak akan
menyerahkan diri, hingga Muhammad dapat menerobos pertahanan
Thaif.
Anak panah dari pasukan Bani Tsaqif terus menghujani pasukan
Muhammad. Orang-orang yang melarikan diri dari Muhammad pada
permulaan perang Hunain, kini berlomba-lomba bekerja untuk mene-
bus kesalahan mereka di depan tembok pagar Thaif, hingga menye-
babkan Abu Sufyan kehilangan matanya. Namun semua itu sudah tak
ada artinya apa-apa, karena segalanya telah terlambat. Muhammad
mengambil sikap. Dia berpendapat bahwa sebaiknya menarik pasukan-
nya dan melakukan pengepungan kembali.
Setelah mengepung selama 20 hari lamanya, Muhammad pergi dari
Thaif sebelum terjadi perubahan situasi yang akan menghancurkan ke-
menangan yang telah diraihnya. Sesampainya di tempat para tawanan
dan harta rampasan, Muhammad memerintahkan kepada pasukan-
nya agar menghitung seluruh harta rampasan itu. Setelah diadakan
perhitungan, ternyata harta rampasan itu besar jumlahnya. Jumlah
ternaknya terhitung sebanyak 40.000 ekor dan sekitar 11.200 gram
emas. Selanjutnya, mereka menghitung tawanan. Ternyata semuanya
berjumlah 40.000 orang tawanan yang sebagian besar terdiri dari kaum
perempuan.
548 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Delegasi beberapa suku yang bersekutu dengan Bani Tsaqif menga-
jukan permohonan kepada Muhammad agar melepaskan para perem-
puan beberapa suku tersebut.
Di antara para delegasi suku itu, Muhammad melihat seraut wa-
jah yang sangat menyayangi dirinya. Spontan Muhammad memanggil
ibunya.
Perempuan itu sedikit demi sedikit teringat kembali pada laki-laki
yang sedang dihadapi. Ternyata perempuan itu adalah orang yang
pernah menyusui Muhammad, yaitu Halimatus Sa‘diyah.
Muhammad berdiri menyambut Halimatus Sa‘diyah dengan penuh
kehangatan, lalu ia hamparkan selimutnya untuk perempuan itu. Maka
perempuan itu duduk di atas selimut yang dihamparkan Muhammad.
Muhammad memenuhi permintaan perempuan itu, maka dibebas-
kanlah semua suku dan harta kekayaan mereka diserahkan kembali
setelah meminta izin kepada shahabat-shahabatnya.
Keputusan Muhammad untuk membebaskan para perempuan dan
menyerahkan kembali harta rampasan yang diraihnya ternyata punya
dampak positif terhadap suku-suku itu. Maka tak sedikit dari suku-suku
tersebut yang menyatakan masuk Islam.
Muhammad menghitung kembali seluruh harta rampasan dan
tawanan yang masih tersisa. Muhammad mendengar suara-suara sum-
bang yang menyebarkan isu bahwa Muhammad akan mengembalikan
tawanan yang cantik-cantik itu kepada keluarganya. Jika demikian
kenyataannya, lantas apa artinya susah-susah berperang? Lantas apa
artinya mereka kembali lagi dari pelarian dan menyerahkan leher-leher
mereka pada pedang musuh di depan tembok pagar Thaif, jika mereka
tidak mendapat imbalan harta kekayaan dan perempuan-perempuan
Bani Tsaqif yang kecantikannya menggiurkan itu?
Muhammad tidak mempedulikan suara-suara sumbang itu. Muham-
mad tetap pada keputusannya. Maka ia utus beberapa orang kurir
yang ditugaskan menyampaikan tawaran kepada pemimpin Bani Tsaqif
bahwa Muhammad bersedia mengembalikan para perempuan dan
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 549
harta kekayaan Bani Tsaqif, asalkan mau menghadap dan menyatakan
keislaman mereka.
Lalu atas dasar pertimbangan apa pemimpin Bani Tsaqif memerangi
Muhammad, padahal mereka telah kehilangan segala-galanya, harta
kekayaan, dan sanak famili?
Pemuka Bani Tsaqif menerima tawaran Muhammad. Mereka mau
datang juga, maka dikembalikannya sejumlah harta rampasan dan
tawanan kepada mereka. Sebagai imbalan, pemuka Bani Tsaqif meng-
hadiahkan 100 ekor unta kepada Muhammad.
Dari tindakan ini, Muhammad memperoleh keuntungan yang ber-
lipat-ganda yang melebihi keuntungan yang diperoleh dari peperangan
melawan Thaif. Seorang pemuka Bani Tsaqif menyatakan keislamannya,
lalu beberapa pemuka Bani Tsaqif yang lain juga menyatakan keisla-
man mereka. Akhirnya, orang-orang Thaif yang tertindas sekalipun
mempunyai keberanian juga menyatakan masuk Islam.
Suara-suara sumbang orang-orang Islam semakin santer bahwa
Muhammad akan mengembalikan semua harta rampasan kepada pe-
miliknya sebagaimana mengembalikan para tawanan itu. Muhammad
mulai mendengar protes dan tuntutan pembagian harta rampasan.
Sebenarnya Muhammad tidak sampai menganggap orang-orang
Islam melarikan diri dari pertempuran. Akan tetapi, ketika dia men-
dengar adanya tuntutan pembagian harta rampasan, dia mencela
mereka karena dianggap telah melakukan penyimpangan pada awal
pertempuran, kemudian mereka melarikan diri. Dengan tegas Mu-
hammad menyatakan bahwa ia tahu ada beberapa orang Islam yang
mengambil harta rampasan untuk diri mereka sendiri secara diam-diam
tanpa sepengetahuannya.
Muhammad menyarankan mereka agar mengembalikan barang-
barang itu, karena hal itu lebih baik bagi mereka. Maka dengan adanya
saran itu, dikembalikanlah barang-barang itu oleh orang-orang yang
mengambil secara diam-diam kepada Muhammad.
Tetapi suara tuntutan pembagian harta rampasan masih belum
550 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
reda juga; dan masih terdengar keras protes terhadap Muhammad
atas tindakannya yang membagi-bagikan harta rampasan itu kepada
orang-orang yang diharapkan kelunakan hatinya.
‘Umar tak sabar, dia maunya akan membunuh saja orang-orang
yang coba-coba berani memprotes kebijaksanaan Muhammad, karena
mereka telah menyebarkan fitnah. Akan tetapi, Muhammad memerin-
tahkan kepada ‘Umar agar membiarkan mereka.
Muhammad terus melakukan pendekatan agar mereka mau me-
mahami tindakannya itu, termasuk pula dalam hal adanya perbedaan
pembagian harta rampasan di antara sebagian pemuka Quraisy dan
pemuka sekutu-sekutunya yang masih baru masuk Islam dengan jatah
yang lebih besar.
“Semua tindakan itu dimaksudkan untuk melunakkan hati orang-
orang yang masih baru memeluk agama Islam, sedangkan orang-orang
yang telah lama memeluk Islam, keimanan mereka sudah matang.
Karena itu, tidak perlu lagi melunakkan hati mereka,” demikian ucap
Muhammad kepada shahabat-shahabatnya yang telah lama masuk
Islam.
Kepercayaan terhadap mereka sangat memberikan kepuasan di hati
mereka. Akan tetapi, sebagian orang-orang Anshar tidak mampu me-
nahan diri untuk memperoleh bagian harta rampasan, karena mereka
sebagai orang-orang yang telah menolong dan membela Muhammad
ketika Muhammad terancam bahaya saat orang-orang lari dari sisinya.
Namun mengapa dia lantas mengistimewakan orang-orang sebangsa
‘Ikrimah bin Abu Jahal dan Abu Sufyan bin Harb?
Selanjutnya, tokoh pemuka Anshar menghadap Muhammad.
“Kemenangan ini bertumpu pada orang-orang Anshar, tetapi mer-
eka telah dibuat kecewa hatinya dalam pembagian harta rampasan
itu kepada kalangan kaummu sendiri dan engkau memberikan bagian
yang banyak kepada orang-orang Arab. Sementara orang-orang Anshar
yang telah menjadi tulang-punggung pasukan tidak memperoleh sama
sekali,” ucap Sa‘ad bin Ubadah kepada Muhammad.
“Ke mana arah pembicaraanmu, Sa‘ad?” tanya Muhammad.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 551
“Aku ini adalah penyambung lidah kaumku, ya Rasulullah,” jawab
Sa‘ad tegas.
Muhammad lalu mengumpulkan orang-orang Anshar. Dia menyam-
paikan orasinya di hadapan mereka yang menyatakan kelebihan bangsa
Arab atas mereka dan kelebihan mereka atas bangsa Arab.
“Wahai orang-orang Anshar! Tidak relakah kalian semua apabila
orang-orang kembali pulang dengan membawa para tawanan wanita
dan budak-budak, sedangkan kalian semua kembali ke negeri kalian
dengan membawa seorang rasul Allah? Demi jiwaku yang berada dalam
genggaman-Nya, andaikata tidak karena hijrah, niscaya aku termasuk
golongan orang-orang Anshar. Sekiranya orang-orang (dari kalangan
selain Anshar) menyusuri sebuah jalan, sementara orang-orang Anshar
menyusuri jalan yang lain, sudah pasti aku akan menyusuri jalan yang
dilalui orang-orang Anshar itu,” demikian isi pidato Muhammad.
Akhirnya, Muhammad bersama rombongan pulang kembali ke
Madinah. Di tengah jalan menuju ke Madinah, Muhammad melewati
kuburan ibunya.
Di sinilah bersemayam seorang janda yang ditinggal suaminya
dalam mencari nafkah dalam usia yang masih muda. Perempuan itu
rela hidup menderita seorang diri dan menolak lamaran orang-orang
yang ingin melamar dirin ya, karena dia ingin mendidik anaknya yang
hidup yatim.
Selanjutnya, dia pun harus meninggalkan dunia yang fana ini dalam
hidup yang penuh kekurangan agar ayah dan ibu yang lain tidak sam-
pai mati kelaparan juga. Karena itulah, dalam ajaran Muhammad ada
keharusan untuk senantiasa menjaga keadilan dan kasih sayang dan
juga hak tertentu bagi para peminta-minta dan rakyat jelata dalam
harta orang-orang kaya.
Kedua bola mata Muhammad berlinangan air mata. Dialah seorang
anak laki-laki yang ditinggal pergi ibunya selama-lamanya dalam ke-
adaan yatim-piatu, sedangkan kini, dia memikul tanggung jawab besar
untuk memberikan penerangan.
Masyarakat Thaif telah tunduk kepadanya dan orang-orang Quraisy
552 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
telah mengikuti ajarannya. Panji ajaran berkibar-kibar di Madinah dan
di berbagai perkampungan padang pasir yang luas.
Kini kemenangan telah ia raih. Namun meski kemenangan telah
berada dalam genggaman tangannya, dia tetap merasakan dirinya
sebagai anak yatim yang tak merasakan hangatnya belai kasih sayang
ayah dan ibunya. Betapapun keberhasilan telah diraihnya, dia tidak
memiliki apa-apa, selain derai air mata.
Setelah dia meninggalkan beberapa orang shahabatnya yang di-
tugaskan untuk memberikan penyuluhan ajaran agama Islam kepada
warga Makkah, rombongan orang-orang Anshar bergerak menuju Ma-
dinah bersama Muhammad.
R
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 553
554 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Bendera kemenangan
berkibar jauh
Pasca 20 tahun lamanya Muhammad dan pengikutnya
hidup dalam kerangkeng kesulitan, penderitaan,
dan perjuangan yang tiada henti-hentinya, kini orang-orang yang
kemarin seenaknya main usir kepada dirinya telah menjadi pengikut-
pengikutnya yang patuh. Orang-orang yang kemarin mengejeki dirinya,
mend ampratnya dengan kata-kata kotor, dan memperolok-olok dirinya
sebagai orang goblok, kini mereka datang kepadanya mengharapkan
pandangan dan senyuman dari dirinya. Semuanya kini telah terbuka,
yang tidak hanya pintu-pintu rumah saja yang dulu terkunci telah ter-
buka lebar, tetapi jalinan mahkota-mahkota pun telah dinikmatinya.
Tetapi bukan mahkota raja maupun penguasa!
Dia datang dengan membawa ajaran-ajarannya yang dapat menyinari
hidup manusia, sebab tak ada yang ia cari selain buah kebenaran.
Apa yang dicarinya tak lain hanyalah merealisasikan integritas ma-
syarakat Arab yang bercerai-berai ke dalam suatu panji agar mereka
menjadi satu umat yang terbebas dari aksi tiranik.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 555
Pasca 20 tahun berlalu dalam pergumulan menentang maut, menderita
karena kerakusan para pengikutnya, pengkhinatan sekutu-sekutunya,
orang-orang yang ingin memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri,
serta orang munafiq dan keberingasan musuh-musuhnya, kini semuanya
telah menghilang sirna.
Inilah kota yang dipilihnya selama 20 tahun untuk hidup dan mati.
Namun meski semua telah bertekuk-lutut di bawah kakinya, Muham-
mad masih saja tidur di atas sehelai tikar yang kasar. Dia masih saja
duduk di rumahnya, mencuci pakaiannya sendiri, dan tetap saja men-
gencangkan ikat pinggangnya dalam kondisi kelaparan.
Sementara itu, delegasi berbagai suku dari sana-sini berdatangan
menghadap kepadanya dengan memakai baju yang terbuat dari sutera
dan selendang yang disulam dengan emas, mengharapkan senyuman,
pandangan matanya, atau apa saja yang mengisyaratkan kesenangan-
nya.
‘Umar bin Khaththab datang menghadap Muhammad: “Ya Rasu-
lullah, tampaknya orang-orang semakin besar perhatiannya terhadap
Islam. Hal ini ditandai dengan keingina n mereka melihat engkau men-
genakan pakaian yang mahal. Perhatikan saja yang dipersembahkan
Sa‘ad bin Ubadah kepadamu. Karena itu, cobalah engkau kenakan saja
baju itu,” usul ‘Umar kepada Muhammad pada suatu saat.
Muhammad memandang Abu Bakar. Ternyata Abu Bakar mendukung
usul ‘Umar tersebut.
“Biar mereka sejak hari ini melihatmu mengenakan pakaian bagus,”
tambah Abu Bakar meyakinkannya.
“Baik. Aku akan melakukannya. Kalau kalian berdua sepakat dalam
satu persoalan, maka aku tidak akan menolaknya,” jawab Muhammad
sambil tersenyum.
Selanjutnya, Muhammad bangkit dari duduknya, menyambut ke-
datangan delegasi Thaif.
Delegasi Thaif datang menghadap Muhammad untuk menyatakan
keislamannya. Namun delegasi itu ingin berdiskusi terlebih dahulu
dengan Muhammad mengenai beberapa hal.
556 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Mereka meminta kepada Muhammad agar tetap memperbolehkan
bercokolnya tuhan-tuhan mereka untuk sementara waktu, sebab ban-
yak orang yang bermaksud akan mendatangi Thaif untuk memohon
berkah tuhan-tuhan yang di sekitarnya dikelilingi pasar-pasar dagang,
setelah tuhan-tuhan Ka‘bah dibasmi.
Namun Muhammad menolak permohonan mereka. Dia hanya
memberikan dispensasi kepada mereka dengan tidak memerintahkan
mereka sendiri yang harus menghancurkan berhala-berhala itu, me-
lainkan memerintahkan orang lain selain warga Thaif yang ditugaskan
menghancurkan tuhan-tuhan itu.
Mereka mendiskusikan masalah zakat, tapi Muhammad tetap ber-
tahan pada keputusannya bahwa zakat adalah hak orang-orang miskin
yang terdapat dalam harta orang-orang kaya. Mereka meminta juga
kepada Muhammad agar menjadikan Thaif sebagai tempat yang sama
dengan Makkah, sebab Bani Tsaqif kuantitas penduduknya tidaklah
lebih sedikit dari masyarakat Quraisy. Selanjutnya, Muhammad pun
meminta agar mengumumkan bahwa Thaif adalah tanah haram seb-
agaimana halnya Makkah.
Setelah itu, delegasi Thaif mohon pamit. Lalu datanglah seorang
penyair terkemuka bernama Ka‘ab bin Zuhair bin Salam. Islam san-
gatlah berharap dapat memanfaatkan potensi sang penyair ini dan
penyair-penyair lainnya yang sering kali melantunkan syair-syairnya
di Semenanjung Arab, seperti sosok Labid dan ‘Amr bin Ma‘dikariba,
sebagaimana Islam memanfaatkan keahlian Hassan bin Tsabit sebelum
itu.
Hati sebagian bangsawan telah lunak dan pemberian seratus ekor
unta melunakkan hati para penyair itu. Muhammad menyerahkan
lebih dari semua itu, sebab dalam pertempuran-pertempuran besar,
tak ada pedang yang lebih tajam bila dibanding dengan ketajaman
redaksi syair-syair para penyair itu; dan tak ada tikaman yang lebih
pedih bila dibandingkan dengan ejekan musuh-musuhnya yang berasal
dari kalangan penyair.
Muhammad berdiri menyambut kedatangan Ka‘ab bin Zuhair den-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 557
gan penuh kehangatan. Ka‘ab melantunkan syair-syair panjang yang
dimulai dengan:
Hari ini kebahagiaanku tampak merekah
Hatiku diliputi cinta yang tiada terlukiskan
Selesai membacakan syairnya, Ka‘ab minta maaf atas kesalahan yang
telah diperbuatnya, kemudian Ka‘ab minta untuk diberi kesempatan
melantunkan syair-syair yang berisikan pujian kepada Muhammad.
Ketika Ka‘ab sampai pada syairnya yang berbunyi:
Rasulullah adalah cahaya pelita
Rasulullah sebilah pedang
di antara pedang-pedang Allah yang terhunus
maka hati Muhammad kagum terhadapnya. Muhammad mendekati
Ka‘ab, lalu merangkulnya dan melepaskan pakaiannya, kemudian mem-
berikannya kepada Ka‘ab. Pakaian yang bagus itu adalah persembahan
Sa‘ad bin Ubadah.
Ka‘ab bin Zuhair kembali lagi dengan diliputi kebahagiaan atas
perjumpaan ini. Dia menyatakan keislamannya di berbagai tempat;
dan dia banyak menggubah syair-syair yang mengungkapkan keutamaan
agama baru ini.
Selanjutnya, Muhammad memasuki rumahnya untuk menemui
utusan yang mengabarkan tentang kematian putrinya, Zainab.
Dia tak mampu menahan diri. Dia menangis. Tapi tak lama kemu-
dian setelah sampai di rumahnya seusai penguburan putrinya, tangan
kehidupan memberinya sebuah kebahagiaan sebagai obat bagi luka
batinnya. Dia menemui istrinya, Mariyatul Qibtiyah, yang melahirkan
seorang bayi laki-laki yang belum pernah dia miliki sebelum itu. Laki-
laki tidaklah sama dengan perempuan. Dia beri nama bayi laki-laki
buah hatinya itu dengan nama “Ibrahim”.
Kesempatan untuk menangis dan tertawa sudah tidak ada lagi
558 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
baginya, karena delegasi dari berbagai suku datang tidak ada putus-
putusnya untuk menyatakan keislaman mereka dan memohon kepada
Muhammad agar mengirimkan tenaga pengajar.
Semua prinsip yang diajarkannya tidak menimbulkan perdebatan
dengan delegasi mana pun, selain persoalan zakat. Karena itu, dia
berpandangan tidak cukup hanya mengirim tenaga penyuluh agama
saja. Saat ini sistem sosial masyarakat Islam berkembang ke arah lain.
Adapun untuk menghimpun suku-suku yang sudah dalam disinte-
grasi, maka dituntut adanya suatu negara dengan menjadikan Madinah
sebagai ibu kotanya. Negara tersebut adalah negara yang dilindungi
nilai-nilai yang didasarkan atas undang-undang dasar. Dengan undang-
undang dasar itu, sistem sosial dalam negeri dapat diatur dengan baik.
Dia harus mengangkat pejabat di berbagai suku dan kota-kota yang
jauh. Dia harus mengangkat juga pejabat yang bertanggung jawab
dan menangani bidang zakat, pengumpulan, dan pendistribusiannya.
Di Najran, perb atasan negeri Romawi, banyak orang Islam terus ber
kembang. Mereka adalah orang-orang yang rela bekerja keras, men-
derita, dan menghadapi maut dalam setiap pertempuran. Di dalam
kepala mereka, tertanam kuat nasihat Muhammad yang berbunyi:
“Hendaklah kamu memutuskan persoalan dengan berlandasan
pada Al-Qur’an, As-sunnah, atau ijtihad. Segala persoalan harus di-
musyawarahkan di antara kalian; jangan kalian berselisih dan bersikap
sombong di muka bumi; dan jangan menjadi orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
Setiap pejabat harus menjaga aturan yang telah ditentukan ber-
sama dengan ‘Ali bin Abi Thalib.
“Ya Rasulullah, bagaimana jika ada kasus di antara kita yang tidak
diatur secara tekstualis dalam Al-Qur’an dan Sunnah?” tanya ‘Ali.
“Kumpulkan orang-orang yang pandai di kalangan kaum muslimin.
Setelah itu musyawarahkanlah tema yang tidak disebutkan secara
gamblang,” jawab Rasulullah.
g
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 559
Akan tetapi, ada saja sebagian orang-orang yang masuk Islam
karena ambisi ingin memperoleh harta rampasan atau ingin menduduki
jabatan. Mereka merasa kecewa sekali, karena Muhammad mempri-
oritaskan orang-orang yang sudah teruji kesetiaan dan dedikasinya
dalam berbagai pertempuran terdahulu. Lebih kecewa lagi, karena
mereka diharuskan mengeluarkan zakat dan memberikan hak bagi
orang-orang yang meminta-minta maupun yang tidak, dalam harta
kekayaan mereka. Namun kemudian kejengkelan mereka akhirnya
tidak dapat dibendung lagi.
Beberapa suku membelot kepada pejabat-pejabat yang telah ditun-
juk Muhammad. Karena itu, untuk menundukkan suku-suku tersebut,
Muhammad mengirim pasukannya. Bani Tamim adalah suku yang per-
tama sekali melakukan aksi pembelotan. Ketika pasukan Muhammad
berhasil menundukkan Bani Tamim, tidak sedikit tawanan dan harta
rampasan yang diperoleh dari mereka. Delegasi Bani Tamim datang
untuk menemui Muhammad. Mereka tidak mau menunggu sampai
Muhammad keluar dari biliknya, sebagaimana kebiasaan delegasi dari
suku-suku lain. Mereka langsung saja memanggil-manggil Muhammad
dari luar biliknya,
“Keluarlah, Muhammad.”
Beberapa orang Islam angkatan pertama tidak suka terhadap
tatacara Bani Tamim, tetapi Muhammad keluar juga menemui mereka
dengan sikapnya yang sabar dan pakaiannya yang sangat sederhana
sambil membacakan suatu ayat:
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu)
kebanyakan mereka tidak mengerti (tata krama terhadap nabi mereka).” (QS.
Al-Hujuraat [49]: 4)
Sebelum meminta pembebasan atas tawanan mereka, mereka
minta mengadakan perdebatan dengan orang-orang kepercayaan
Muhammad. Jika orang-orang kepercayaan Muhammad dapat men-
galahkan mereka, maka mereka akan mengakui kesalahan mereka.
560 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Maka berdirilah salah seorang dari mereka menyampaikan orasinya.
Muhammad memerintahkan shahabatnya agar melayani perdebatan,
maka berdirilah salah seorang shahabatnya, menyampaikan orasinya
juga. Selanjutnya, seorang penyair Bani Tamim berdiri juga dengan
sikap menyombongkan diri, maka Muhammad memerintahkan Hassan
bin Tsabit untuk menghadapinya.
Hassan bin Tsabit menyanggah penyair Bani Tamim. Perdebatan
berlangsung lama. Sementara itu, Muhammad memerintahkan orang-
orang kepercayaannya dengan penuh kekaguman dan merasa puas.
Ketika perdebatan panjang itu berakhir, Bani Tamim mengakui keung-
gulan orang-orang Islam angkatan pertama dalam hal perdebatan.
Bani Tamim meminta maaf atas tindakan mereka. Muhammad pun
mengembalikan tawanan Bani Tamim dan minta kesediaan mereka
untuk berjanji akan menunaikan zakat.
Sebenarnya Muhammad sangat mengharapkan penyair Labid datang
juga dalam delegasi Bani Tamim, namun ternyata Bani Tamim memilih
penyair lain.
Tetapi akhirnya delegasi Bani Tamim pulang kembali membawa
pemberian yang tidak sedikit.
Suku Madzhaj merasa ketakutan. Mereka datang disertai pimpinan
mereka, Aswad. Lalu mereka menyatakan keislaman mereka. Aswad
sangat ambisi jabatan, tetapi ambisinya tidak tercapai. Lantas apa
artinya dia masuk Islam, jika tidak memperoleh kedudukan?
Sepulang dari Madinah, langsung Aswad mengadakan musyawarah
dengan sebagian orang-orang kaya di kalangan kaumnya mengenai
masalah zakat. Apa untungnya mereka menjalankan zakat. Mereka
akhirnya tidak mau menyerahkan sebagian harta kekayaan mereka
sesuai dengan ketentuan, sepersepuluh dari hasil bumi yang disiram
dengan air hujan atau mata air; seekor kambing dari setiap lima ekor
unta; seekor sapi dari setiap empat puluh ekor sapi; dan seekor kamb-
ing dari setiap empat puluh ekor kambing yang digembala.
Aswad adalah seorang yang kaya-raya. Dia punya pengalaman
mengunjungi berbagai negeri. Dia tahu ilmu sihir. Pada suatu hari dia
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 561
pergi menemui kaumnya dengan membawa kuda-kuda yang telah disi-
hir sebagaimana dia pernah melihatnya di suatu negeri yang pernah
dikunjunginya. Dia mampu membuat masyarakatnya tercengang ke
heranan. Lalu dia umumkan kepada masyarakatnya bahwa kuda-kuda
itu adalah mukjizat kenabian. Dia mengaku sebagai seorang nabi juga
sebagaimana pemuda Quraisy itu.
Aswad menyatakan bahwa agama yang dibawanya membebaskan
manusia dari membayar zakat. Maka tak sedikit orang kaya dan budak-
budak terpikat dan menjadi pengikutnya. Aswad membentuk pasukan
yang dibiayai dari hartanya sendiri dan bantuan kaumnya yang kaya-
kaya. Selanjutnya, dia melakukan agresi ke Yaman, hingga dia dapat
menduduki Shan‘a. Dia rampas hartanya dan pejabatnya dibunuh. Dia
melakukan penganiayaan kepada orang-orang Islam dan memperkosa
para perempuan.
Mendengar berita itu, Madinah terkejut sekali, sehingga Muham-
mad memerintahkan kepada pemerintah yang berada di sekitar Shan‘a
agar menangkap nabi gadungan itu, lalu dikirim ke Madinah; atau
seandainya berhasil ditangkap, maka bunuh saja dia.
Salah seorang dari pejabat-pejabat itu adalah saudara sepupu
janda pejabat yang terbunuh dan diperistri secara paksa. Lalu janda
itu dikumpulkan dengan istri-istrinya yang lain.
Janda pejabat itu sangat cantik. Oleh karena itu, Aswad mengis-
timewakannya di antara istri-istrinya yang lain. Dia menyediakan rumah
untuk perempuan itu dengan perabot-perabot seperti yang terdapat
dalam istana raja-raja Romawi dan Persia. Dia lebih banyak tinggal di
samping istri barunya, betapapun dia menghalalkan untuk berkencan
dengan gadis-gadis lain bagi dirinya. Dia mengangkat beberapa body-
guard yang bengis-bengis yang bertugas menjaganya di luar tempat
tidurnya.
Namun ternyata istrinya memperdayakannya. Dia memasukkan
saudara sepupunya ke tempat tidur Aswad yang sedang tidur lelap.
Saudara sepupunya langsung membacok Aswad, tapi bacokannya tidak
berhasil membunuh Aswad. Aswad pun bangun dari tempat tidurnya,
562 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
lalu berteriak kebingungan.
Mendengar Aswad berteriak, bodyguardnya segera datang berge-
gas. Tapi istrinya telah berdiri lebih dahulu di depan pintu untuk
memperdaya bodyguardnya.
“Suamiku yang menjadi nabi berteriak karena terlampau berat
menerima wahyu,” demikian ucap istri Aswad memperdaya bodyguard.
Para penjaga itu pergi dengan penuh percaya bahwa semua itu
adalah kelanjutan wahyu. Sementara itu, saudara sepupu itu sedang
membereskan Aswad.
Setelah Aswad terbunuh, maka para pejabat negeri yang berdeka-
tan dengan wilayah Aswad dapat memburu pendukung Aswad yang
kaya-raya, termasuk semua bodyguardnya yang bengis-bengis itu.
Akhirnya, seluruh daerah itu kembali lagi ke pangkuan Islam.
g
Pada saat kesibukan semacam ini, datanglah delegasi Yamamah
menghadap Muhammad. Di antara delegasi itu terdapat seorang laki-
laki lanjut usia, yang sudah sejak bertahun-tahun silam dia biasa
berkelana dari satu suku ke suku yang lain dengan menunggangi kele-
dainya untuk mengajak orang-orang agar mencari kebenaran.
Laki-laki yang lanjut usia itu sangat dihormati oleh kaumnya karena
faktor usianya yang sudah tua dan kecendekiawanannya. Popularitas
laki-laki itu telah tersebar ke luar negeri Yamamah. Bahkan orang-orang
Quraisy juga mendengar perihal laki-laki Yamamah itu. Di awal-awal
masa kenabian Muhammad, orang-orang Quraisy pun menuduh bahwa
Muhammad banyak belajar dari cendekiawan Yamamah itu.
Cendekiawan dan filosof Yamamah yang bernama Musailimah itu
datang belakangan, sementara delegasinya datang terlebih dahulu.
Para delegasinya menceritakan tentang Musailimah kepada Nabi, lalu
Nabi berkata kepada mereka: “Sesungguhnya dia bukan orang kalian
yang buruk posisinya.”*)
Mereka lantas menyatakan masuk Islam, lalu pergi menemui Mu-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 563
sailimah. Selanjutnya, mereka mendatangi Muhammad bersama Mu-
sailimah dan Muhammad menyambut kedatangan Musailimah dengan
sebaik-baiknya.
Musailimah menceritakan tentang agama yang dia anut selama ini,
kemudian dia minta kepada Muhammad agar mau membagi wilayah
kekuasaan (kenabian). Sementara itu Muhammad lalu meletakkan
sebatang pelepah kurma di atas tanah.
*) Maksud ucapan Nabi ini adalah karena saat itu Musailimah benar-benar amanah kala dipercaya rekan-rekannya untuk menjaga barang-
barang bawaan mereka di penginapan mereka. Baca Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad n 7/62 oleh KH. Munawwar Chalil –edt..
“Jika wilayah kekuasaan (kenabian) yang engkau minta, meski
hanya sebatas pelepah kurma ini, tentu aku tidak mau memberimu,”
ucap Muhammad kepada Musailimah.*)
Lama sekali antara Musailimah dan Muhammad terlibat pembi-
caraan. Muhammad menjelaskan ajaran-ajaran Islam. Akhirnya, Mu-
sailimah menyatakan memeluk agama Islam.
Dia pulang kembali ke Yamamah bersama kaumnya dan menjabat
sebagai gubernur wilayah Yamamah. Namun belum lama dia berada di
Yamamah, dia merasa keberatan dengan adanya perintah membayar
zakat. Dia memang orang kaya yang menetapkan dirinya sebagai
gubernur –dia memanfaatkan harta kekayaan untuk dirinya sendiri,
sekalipun dia tidak berhak; dia “memanfaatkan” betul posisinya sebagai
penguasa, lalu membangun sebuah istana megah untuk dirinya sendiri,
betapapun dia tetap berkelana mengendarai keledainya ke berbagai
kampung untuk menyerukan kebenaran– di bawah kekuasaan Muham-
mad. Dialah yang dulunya selalu mencari kebenaran dan menyampaikan
penyuluhan kepada orang-orang selama 30 tahun sebelum Muhammad
mengajaknya untuk memeluk Islam.
Namun entah mengapa akhirnya dia membangkang kepada Muham-
mad. Dia mengajak kaumnya untuk memeluk agamanya yang baru,
yang tidak ada ketentuan wajib zakat dan ikatan apa-apa. “Mengapa
Muhammad tidak mencukupkan saja dengan menguasai negeri Hijaz,
tetapi juga menguasai wilayah lainnya?”, gumam Musailimah.
564 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
*) Maksudnya, Musailimah meminta agar Muhammad mau mengakui dia sebagai nabi, namun Muhammad menolak –edt..
Dia mengirim surat kepada Muhammad yang isinya: “Amma ba‘du,
aku ingin berbagi dengan engkau dalam masalah kekuasaan (pangkat
kenabian). Separuh bumi adalah bagianku; dan separuh bumi lainnya
adalah bagian orang-orang Quraisy, namun orang-orang Quraisy adalah
kaum yang melampaui batas.”
Muhammad bertanya kepada kedua utusan Musailimah: “Lalu
bagaimana komentar kalian?”
“Kami berkata sesuai apa yang Musailimah katakan,” jawab mer-
eka berdua. Sebagian besar warga Yamamah yang kaya-kaya memang
mengatakan sebagaimana yang dikatakan Musailimah.
Selanjutnya, Muhammad menulis surat yang ditujukan kepada
Musailimah. Isi suratnya adalah sebagai berikut: “Bismillaahir rohm-
aanir rohiim. Dari Muhammad Rasulullah untuk Musailimah, si pen-
dusta. Keselamatan semoga tetap dilimpahkan atas orang-orang yang
mengikuti petunjuk. Selanjutnya, sesungguhnya bumi ini milik Allah
yang akan diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki;
dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Meskipun Muhammad telah menanggapinya dengan surat yang
baru saja dibacanya, Musailimah tetap saja menyebut-nyebut dirinya
sebagai Rasulullah. Dia tetap saja berkelana dari satu desa ke desa
yang lain sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi ‘Isa. Dia terus
saja menyerukan orang-orang untuk memeluk agama baru yang tidak
mewajibkan zakat. Dia mengaku berkuasa atas kampung-kampung
Semenanjung Arab yang dia masuki itu.
Dari hari ke hari, ternyata pengikutnya kian bertambah banyak.
Peristiwa ini terjadi justru di saat-saat menjelang keberhasilan Mu-
hammad mengintegrasikan suku-suku bangsa Arab seluruhnya.
g
Semuanya berantakan dan Muhammad sakit kembali.
Sejak mencicipi daging kambing yang diberi racun di Khaibar itu,
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 565
penyakit Muhammad sering kambuh kembali. Hari ini dia berbar-
ing merasakan sakit hati atas tindakan Musailimah di Yamamah dan
keletihan akibat pengaruh racun itu. Shafiyyah masuk ke biliknya. Dia
melihat Muhammad sedang mengaduh kesakitan.
“Aku ingin menggantikan apa yang engkau derita,” ucap Shafiyyah.
Mendengar apa yang diucapkan Shafiyyah, lantas ‘Aisyah, Hafshah,
dan Zainab bertiga saling memicingkan mata kepada (memperolok-
olok) Shafiyyah, salah seorang istri Muhammad yang berdarah Yahudi,
yang karena usianya yang masih muda, dia mendapat tempat juga di
hati Muhammad. Muhammad menatap mereka bertiga, lalu berkata:
“Berkumur-kumurlah kalian lantaran telah memperolok-olok Shafiyyah.
Demi Allah, dia adalah perempuan yang jujur.”
Tapi ‘Aisyah telah membantah ucapan suaminya dengan nada
emosi: “Ya, engkau cukup beristri Shafiyyah yang pendek itu saja!”
Untuk kesekian kalinya, kobaran api kecemburuan telah mendorong
‘Aisyah melakukan pengejekan terhadap perempuan muslimah. Masih
belum juga ingatkah ‘Aisyah akan firman Allah:
“... janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok)....”(QS. Al-Hujuraat [49]: 11)
Muhammad memalingkan wajahnya dari ‘Aisyah dengan penuh
sakit hati atas kecemburuannya.
‘Aisyah! Sungguh engkau telah mengatakan ucapan yang seandainya
ucapan itu dicampurkan ke laut, niscaya akan dapat mencemari air
laut itu,” demikian ucap Muhammad menanggapi ‘Aisyah.
Dia berisyarat kepada ketiga istrinya agar pergi, sebab dalam
keadaan sakit sangatlah tidak layak untuk saling cemburu. Belum lagi
566 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
ditambah semakin banyaknya orang-orang yang baru masuk Islam,
kemudian melakukan pembangkangan terhadap dirinya dan tidak
membayar zakat. Selain itu pula, nabi-nabi gadungan berkeliaran di
berbagai pelosok nan jauh di sana; dan Romawi sedang mengerahkan
pasukannya di perbatasan.
Setiap hari berita tentang persiapan agresi yang dilakukan oleh
Heraklius Kaisar Romawi terus mengalir. Heraklius merasakan semakin
pesatnya perkembangan kelompok muslim yang baru muncul itu. Dia
merasakan juga, kelompok muslim tersebut akhirnya akan menjadi
ancaman serius bagi kekuasaannya, sebab kelompok muslim sangat
militan dalam menghadapi semua musuh untuk mereb ut kemenan-
gan. Tak ada yang dapat menghadapi mereka, bahkan hingga kema-
tian sekalipun. Justru mereka bertempur dengan suatu harapan agar
tewas dalam pertempuran. Jika Heraklius membiarkan mereka sampai
mengadakan agresi terlebih dahulu, maka runtuhlah kerajaa n Romawi
di belahan timur bumi ini. Oleh karenanya, sebaikn ya aksi agresi harus
diluncurkan terlebih dahulu oleh Heraklius.
Sementara Muhammad berpendapat, sebaiknya tidak menunggu
hingga Heraklius menyerbu dan pasukannya menyerbu ke Makkah dan
Madinah. Orang-orang Islam harus menyerbu lebih dulu ke kerajaan
Romawi supaya mereka dapat membebaskan orang-orang yang hidup
terjajah dalam kekuasaan Heraklius.
Muhammad meminta pertimbangan kepada shahabat-shahabatnya.
Semuanya sepakat akan keluar untuk menemui pasukan Heraklius dan
mengadakan agresi langsung ke pusat kerajaannya.
Dalam rangka menyukseskan semua rencana agresi ini, maka sudah
tentu diperlukan jumlah personel yang banyak dan dukungan kucuran
dana yang besar.
Muhammad meminta bantuan sukarela kepada shahabat-shaha-
batnya agar memberikan sumbangan. Abu Bakar menyerahkan seluruh
harta kekayaannya. ‘Utsman dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf juga meny-
erahkan sebagian besar hartanya yang memang berlimpah-ruah. ‘Umar
menyerahkan separuh harta kekayaan yang dimilikinya. Semua orang
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 567
Islam yang termasuk angkatan pertama menyerahkan sumbangan
mereka, sedangkan para perempuan banyak menyerahkan perhiasan
mereka. Orang laki-laki banyak menyumbangkan segala yang di-
milikinya, bahkan sampai dengan bahan-bahan makanan sekalipun
mereka keluarkan semuanya.
Para shahabat tanpa berat hati berbondong-bondong menyerah-
kan sumbangan mereka dengan penuh ketegaran yang luar biasa.
Tapi ‘Abdullah bin Ubay mengambil sikap menentang rencana agresi
itu. ‘Abdullah mengingatkan orang-orang akan peristiwa yang pernah
terjadi dahulu di Mu‘tah.
“Apakah kalian semua mengira bahwa menghadapi kekuatan Ro-
mawi sama dengan menghadapi kekuatan sesama bangsa Arab? Demi
Allah, ketika kalian telah berhadap-hadapan dengan pasukan yang
mengenakan pakaian perang, kalian telah kehabisan seluruh tenaga
karena terik panas matahari lantaran lamanya perjalanan dan beratnya
beban,” demikian ucap ‘Abdullah pesimis.
Kata-kata ‘Abdullah bin Ubay ini meruntuhkan sikap optimisme
yang telah tumbuh di hati orang. Mereka dibayang-bayangi oleh keka-
lahan orang-orang Islam dahulu di Mu‘tah yang ketika itu hampir saja
pasukan Romawi dapat menumpas habis seluruh pasukan Islam. Belum
lagi ditambah panas terik. Mengapa Muhammad tidak menunda rencana
agresi itu setelah musim panas saja? Bukankah saat ini juga kebetulan
musim panen? Apakah mereka harus meninggalkan musim panen untuk
mempertaruhkan nyawa mereka di negeri yang tidak jelas rimbanya?
Berulang kali terdengar seruan:
“Janganlah kalian berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” (QS.
At-Taubah [9]: 81)
Tidak hanya himbauan yang menghentikan jalannya perang, tetapi
juga gosip beterbangan: “Untuk apa kita bergabung ke dalam Islam?
Apakah setelah memperoleh kehidupan yang enak, pangkat, kedudu-
kan, kekayaan, dan kebanggaan, terus kita dituntut melepaskan semua
568 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
itu dari diri kita untuk mengarungi gurun sahara di bawah terik ma-
tahari yang tidak kenal belas kasihan dan harus berperang melawan
pasukan Romawi?”
Gosip miring itu membuat sebagian orang Islam mulai ada yang
mengajukan permohonan izin untuk tidak ikut serta dalam agresi itu.
Sebagian orang-orang Islam ada yang berdalih bahwa setelah mer-
eka melakukan introspeksi diri, ternyata motif yang menggerakkan
diri mereka untuk berperang adalah keinginan untuk memperoleh
perempuan-perempuan Romawi. Karena itulah, mereka tidak mengikuti
penyerangan, masalahnya takut terkena fitnah.
Muhammad menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh keterlaluan
sekali mereka. Tidak mau ikut berperang karena takut fitnah? Muham-
mad membacakan satu ayat:
“Ketahuilah! Sesungguhnya mereka telah terjerumus ke dalam fitnah (kelema-
han iman).” (QS. At-Taubah [9]: 49)
Di antara mereka ada juga yang memohon kepada Muhammad
agar menunda rencana agresi, hingga selesai panen. Selain itu, ada
juga yang keberatan untuk ikut berperang karena tidak punya kuda
yang akan ditungganginya. Ada juga yang menyarankan kepada Mu-
hammad agar jangan berangkat sekarang. Tapi konsistensi Muhammad
tetap tidak bisa digiurkan oleh keinginan mereka. Dia mengumumkan
rencana-rencana pertempuran. Hanya saja, dia memberi dispensasi
kepada orang-orang yang sakit, lemah fisik, dan tidak punya biaya
hidup bagi keluarganya, untuk tidak mengikuti pertempuran, termasuk
juga orang-orang yang tidak mempunyai alat transportasi yang akan
dikendarainya. Mereka pulang, sementara mereka mencucurkan air
mata.
“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) itu hanyalah terhadap orang-orang
yang meminta izin kepadamu (untuk tidak turut berperang), padahal mereka
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 569
itu adalah orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang
tidak memungkinkan untuk mengikuti pertempuran. Allah telah mengunci mati
hati mereka. Mereka tidak tahu akibat sikapnya itu.” (QS. At-Taubah [9]: 93)
Bagaimanapun kondisinya, Muhammad berangkat juga. Tak seorang
pun yang berani untuk tidak mengikuti penyerbuan, bahkan ‘Abdullah
bin Ubay sekalipun. Semua pergi mengarungi gurun sahara yang ter-
bentang luas menuju ke Syam untuk menghadapi pasukan Heraklius. Di
tengah perjalanan, saat tentara muslimin berstirahat, Abu Dzar yang
tidak memiliki kendaraan berhasil menyusul mereka dengan berjalan
kaki.
Tetapi di tengah jalan, ‘Abdullah bin Ubay menghasut dan menarik
mundur sebagian pasukan. Akibatnya, semangat tempur pasukan yang
lainnya menjadi kendor. Sementara itu Muhammad terus berusaha
mengobarkan semangat tempur sisa pasukan yang ikut bersamanya.
Mereka yang tidak mengikuti ‘Abdullah bin Ubay terus berjalan
menuju Syam di bawah komando Muhammad dalam tiupan angin gurun
sahara yang kencang dan berdebu panas yang mengotori muka dan
tubuh mereka. Sebaliknya, orang-orang yang menarik diri, kepulangan
mereka di Madinah mendapat sambutan yel-yel caci-maki dari para
perempuan, sembari wajah mereka dilempari debu oleh para perem-
puan itu.
Maka timbullah rasa penyesalan di hati orang-orang yang melarikan
diri itu. Seorang laki-laki di antara mereka pada pagi hari berteduh
di bawah tendanya, sementara seorang istrinya sedang bersolek dan
istrinya yang lain memanggil-manggil. Namun tiba-tiba dia terhenyak
seraya berdiri sambil mengutuk dirinya sendiri. Karena merasa dan
menyadari berenak-enak duduk di tempat yang teduh di antara kedua
istrinya, sementara Muhammad berjalan dalam suatu perjalanan yang
sangat jauh dalam terik matahari, maka akhirnya laki-laki itu pun be-
ranjak mengambil kuda, lalu menungganginya dan kembali bergabung
dengan pasukan Muhammad.
Setelah tujuh hari dalam perjalanan yang sangat melelahkan, Mu-
hammad bersama pasukannya memilih transit di perbatasan kerajaan
Romawi. Pejabat pemerintah daerah datang menghadap Muhammad
570 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
menawarkan perdamaian dengan menyatakan kesanggupannya untuk
membayar upeti (jizyah) kepadanya. Muhammad menerima tawaran
itu.
Selanjutnya, Muhammad berangkat lagi bersama pasukannya atas
kemenangan yang menumbuhkan harapan dan percaya diri di kalangan
pasukannya setelah melalui perjalanan panjang yang sangat melelah-
kan.
Di depan gapura sebuah kota yang bernama Tabuk, Muhammad dan
pasukannya berhenti. Hiruk-pikuk pasukannya mengejutkan kawanan
banteng yang sedang merumput di lembah-lembah bukit, sehingga
banteng-banteng itu berlarian ke pagar-pagar kota. Raja dan permai-
suri Romawi yang melihat banteng-banteng itu, merencanakan akan
berburu banteng pada malam hari.
Muhammad mengeluarkan perintah kepada Khalid bin Walid agar
memimpin pasukannya untuk menaklukkan benteng kota itu. Selanjut-
nya, Khalid mengadakan pengintaian. Ketika Khalid melihat raja dan
permaisuri serta beberapa dayang-dayang telah keluar untuk berburu
di bawah sinar rembulan, Khalid langsung menyergap mereka semua
dan membunuh beberapa orang di antara raja itu, sedangkan rajanya
ditawan.
Begitu terdengar bahwa raja telah tertangkap, maka menyerahlah
semua orang yang ada dalam benteng itu.
Khalid mengirimkan toga kebesaran raja itu kepada Muhammad
sebagai bukti suksesnya.
Kemenangan kilat yang amat dramatis ini membangkitkan rasa
konfidensi yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, mereka pindah dari
satu daerah ke daerah yang lain. Mereka menguasai seluruh negara
protektorat Romawi dan memerdekakan suku-suku Arab yang hidup
dalam koloni Romawi, maka banyak suku yang menyatakan masuk Is-
lam. Peristiwa yang dramatis dan spektakuler ini terjadi hanya dalam
tempo dua puluh hari saja.
Selanjutnya, ‘Umar mengajukan usulan agar pasukan segera pu-
lang kembali ke Madinah dan mencukupkan kemenangan yang telah
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 571
diraihnya ini, selama pasukan Heraklius melarikan diri ke posisi yang
jauh untuk mengintai orang-orang Islam.
Muhammad mengumumkan rencana kepulangan. Mereka mening-
galkan Tabuk menuju Madinah dengan membawa harta rampasan; dan
mereka berhasil menarik suku Arab yang tunduk kepada kekuasaan
Romawi untuk masuk Islam.
Sesampainya di Madinah Muhammad mengeluarkan suatu keputu-
san akan menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang tidak mau
ikut berperang dan orang-orang yang mengundurkan diri dari pasukan.
Sebagai langkah pertama Muhammad mengumumkan pemutusan total
dengan mereka. Orang-orang dilarang berbicara atau bergaul dengan
mereka. Pokoknya, mereka diisolir dari pergaulan. Tak seorang pun
boleh berbicara dengan mereka, sekalipun istri-istri dan anak-anak
mereka sendiri.
Tekanan rasa bersalah membebani hati mereka. Oleh karena
itu, mereka datang menghadap Muhammad untuk minta ampunan.
Akan tetapi, Muhammad telah menutup pintu maaf buat mereka. Dia
tetap pada keputusannya, yakni menghukum mereka dengan huku-
man yang berat, karena mereka mau bergabung dengan dirinya hanya
semata-mata ingin mencari keuntungan belaka. Jika saat-saat yang
menakutkan telah tiba, mereka menjauhkan diri dan memilih hidup
bersenang-senang.
Muhammad membacakan ayat:
“(94) Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan udzurnya kepadamu,
apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah:
‘Janganlah kamu mengemukakan udzur; kami tidak percaya lagi kepadamu,
572 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
(karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu
yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat perb uatanmu,
kemudian kamu dikembalikan kepada Dzat yang mengetahui segala yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (95) Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah,
apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka.
Maka berpalinglah dari mereka; karena ses ungguhnya mereka itu adalah najis
dan tempat mereka Jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 94-95)
‘Umar mengusulkan supaya memenggal batang leher para pe-
mimpin yang dipelopori ‘Abdullah bin Ubay, tetapi ‘Abdullah bin Ubay
telah mati. Dalam kematian, gugurlah kemarahan dan lenyaplah ke-
bencian, maka tak ada lagi cercaan dan hukuman.
Muhammad menshalati jasad ‘Abdullah bin Ubay, sementara itu
‘Umar melakukan aksi protes keberatannya atas tindakan Muhammad.
Namun Muhammad tidak menanggapi protes ‘Umar. Beberapa hari
kemudian Muhammad menemui orang-orang, mengeluarkan instruksi
untuk tidak menshalati jenazah orang munafiq, orang yang tidak
mau melibatkan diri dalam perjuangan, atau orang yang masuk Islam
dengan motif ingin memperoleh kekayaan, pangkat, dan kekuasaan
semata.
Pengisolasian semakin membebani hidup orang-orang munafiq,
hingga sebagian mereka ada yang mengecam akan berkelana dengan
tanpa bekal makanan sampai maut menemui dirinya.
Setelah Muhammad yakin bahwa mereka masih punya hati nurani
yang dapat menyiksa mereka, maka Muhammad tidak hanya mengelu-
arkan pernyataan menerima perm intaan maaf mereka, tetapi ia juga
meminta kesediaan mereka untuk berjanji bahwa dalam sepanjang
hidupnya akan bersikap tulus terhadap semua orang.
Setelah menyatakan pemberian maaf, Muhammad mengadakan
pendataan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol orang-
orang yang membangkang dalam pembayaran zakat dan menasehati
orang-orang yang akan melakukan tindakan pecah-belah integritas
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 573
suku-suku. Muhammad membuat pernyataan ke seluruh penjuru
Semenanjung Arab di antara berbagai suku: “Wahai semua manusia!
Kamu sekalian adalah satu umat.”
Orang-orang yang membangkang mengeluarkan zakat dan pem-
ecah-belah kekuasaan umat harus ditangkal tanpa mengenal belas
kasihan lagi agar tetap tercipta integritas umat yang bernaung di
bawah satu panji, yaitu panji Islam.
R
574 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Rembulan
kembali ke peraduannya
Mu h a m m a d b e r s a m a p a s u k a n n y a k e m b a l i k e
Madinah dengan hanya mengenakan pakaian
yang terbuat dari kain kasar. Wajah-wajah mereka meny-
iratkan kesungguhan dan keseriusan. Jiwa mereka berbinar-binar.
Sorot mata mereka menyimpan obsesi yang terpendam. Mereka telah
melepaskan baju-baju bagus, wewangian, perhiasan, dan kebiasaan-
kebiasaan mereka. Dengan sikap kebersahajaan ini, mereka meng-
harap kedekatan hati dengan Muhammad. Di dalam negara yang baru
dibangun, mereka ingin mendapat anugerah kedudukan, perlidungan,
atau lapangan pertanian dan perdagangan dari Muhammad. Tiba-tiba
Muhammad menemui mereka dengan mengenakan pakaian bagus dan
wewangian yang semerbak sembari menyunggingkan sekilas senyum di
bibirnya dan sorot matanya menyentuh ke dalam relung hati mereka
semua.
Mereka menyatakan bahwa mereka telah memeluk agama Islam yang
dibawa Muhammad. Mereka menyanjung-nyanjung Muhammad. Akan
tetapi, Muhammad meminta kepada mereka agar jangan mengkultus-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 575
kan dirin ya, sebab kehancuran masyarakat terdahulu tak lain karena
sikap mengkultuskan orang yang dijadikan figur mereka.
Muhammad membai‘at mereka atas nama Islam, lalu mereka men-
gatakan kepada Muhammad: “Kami beriman.”
Tidak. Hendaklah kalian semua mengatakan: “Islam!” Karena kei-
manan masih belum tentu tertanam dalam hati kalian. Apa yang ter-
pendam dalam hati kalian saat ini adalah berebut peluang-peluang
dan kompetisi-kompetisi kedudukan yang akan menjauhkan diri kalian
dari kebenaran. Apa yang tertanam dalam hati kalian bukanlah iman,
tetapi hanyalah ambisi kedudukan dan kekayaan yang berkedok iman.
Iman itu direalisasikan dengan sikap pengorbanan, bukan menumpuk
harta rampasan.
Sesungguhnya telah banyak hati yang lunak. Ini memang benar.
Kadang-kadang Muhammad memang memberi harta, tetapi orang-
orang yang baru dijinakkan hatinya itu bukanlah orang-orang mukmin.
Mereka tidak punya hak untuk menuntut keterlibatan dalam meme-
gang jabatan pemerintahan dalam bentuk apa pun. Jika orang-orang
yang hatinya masih mempunyai kepedulian dengan selain keimanan,
memperoleh peluang untuk menduduki jabatan dan pemerintahan,
sudah tentu jabatan mereka akan berubah dari fungsi yang sebena-
rnya. Jabatan itu akan berubah menjadi peluang untuk merampas hak
orang-orang dengan mengeruk keuntungan materi, menumpuk harta
kekayaan yang diperoleh dari hasil keringat orang lain.
Jika demikian, lantas apa artinya bersusah-payah selama dua puluh
tahun lebih? Lantas apa artinya melancarkan protes terhadap para
anarkhis terdahulu dengan mengatas-namakan orang-orang tertindas
itu? Apakah akan rela menyerahkan posisi generasi muslim angkatan
pertama kepada generasi lain dari kalangan bangsawan?
Apakah orang-orang Islam angkatan pertama bersedia mati dan hidup
dalam kelaparan supaya orang-orang yang mengikuti jejak kekeja-
man Abu Jahal dapat mewarisi kedudukan, harta Bani Nadhir, dan
semua pangkat untuk tujuan yang kejam sebagaimana tatanan sosial
terdahulu?
576 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Apakah seluruh perjuangan yang dilakukan dalam upaya membebaskan
budak-budak dan orang-orang tertindas, serta membebaskan kesom-
bongan manusia, pada akhirnya hanyalah untuk membuka peluang
derita baru yang ditimbulkan oleh sekelompok orang yang baru kaya
yang menduduki jabatan-jabatan paling penting dalam pemerintahan
yang tidak suka menyantuni fakir miskin, menguasai budak-budak, dan
menumpuk harta kekayaan dari keringat orang lain? Dan kelompok
orang-orang yang baru kaya yang menduduki jabatan penting itu akan
bergerak menjalankan aktivitas atas nama Islam, bukan untuk men-
egakkan Islam, tetapi justru untuk menghancurkan dan meruntuhkan
ajaran-ajaran Islam?
Tidak!
Kalian harus mengeluarkan harta kekayaan yang sangat kalian senangi
demi kepentingan perjuangan Islam, bukan menyimpan emas, perak,
harta benda, dan mencari kedudukan demi interes pribadi.
“Mengapa kalian tidak mau menafkahkan (sebagian harta kalian) di jalan
Allah, padahal Allahlah yang memiliki langit dan bumi? Tidak sama di
antara kalian orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum
penaklukan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya dari orang-orang yang
menafkahk an (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada
masing-masing mereka (balasan) yang amat baik. Dan Allah mengetahui apa
yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hadiid [57]: 10)
Muhammad memerintahkan Abu Bakar agar berangkat naik haji
bersama orang-orang pada tahun ini, sebab dia sendiri tidak dapat
meninggalkan Madinah karena banyak delegasi yang ingin menghadap
dengan membawa bermacam interes dan pandangan yang keliru, yang
dapat menghancurkan sistem nilai yang selama ini dibawanya.
Mendapat himbauan itu, Abu Bakar segera berangkat menunaikan
ibadah haji, sedangkan Muhammad tetap tinggal di Madinah menyam-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 577
but delegasi dari berbagai suku yang terus berdatangan hampir tiada
putusnya. Muhammad mengajarkan prinsip-prinsip keislaman dan
menjelaskan sistem nilai yang dibawanya, sebagai suatu manifestasi
tuntunan manusia pada sistem sosial yang lebih baik dan lebih adil.
Belum begitu jauh Abu Bakar berangkat sebagai kepala rombongan
haji, di tengah perjalanan datanglah ‘Ali bin Abi Thalib menyusul
dengan membawa suatu pesan Muhammad. Isi surat itu adalah suatu
perintah agar membatasi relasi orang-orang Islam dengan nonmuslim.
Dalam surat itu terdapat pula dasar-dasar ketentuan ibadah haji.
Sementara orang-orang non-muslim masih saja mengunjungi
Makkah untuk melakukan thawaf di Baitul Haram dan melibatkan diri
dalam aktivitas perdagangan yang puncaknya terjadi pada musim haji.
“(1) (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya ter-
hadap orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan
perjanjian (dengan mereka). (2) Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin)
di muka bumi selama 4 bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu
(kaum musyrikin) tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya
Allah menghinakan orang-orang kafir. (3) Dan (inilah) suatu permakluman
dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa
sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik
bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu
tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah [9]: 01-03)
578 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis,
maka janganlah sampai mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.
Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan
kekayaan kepadamu dari karuniaNya,....” (QS. At-Taubah [9]: 28)
Selanjutnya, ‘Ali menyelesaikan pembacaan sisa pesan yang ada
dalam surat dari Muhammad yang ditujukan kepada jama‘ah haji kaum
muslimin: “Bahwasanya tidak akan pernah ada orang kafir masuk surga;
orang musyrik tidak boleh melakukan ibadah haji setelah tahun ini;
dan tak diperbolehkan lagi thawaf di Baitullah dengan telanjang.”
Setelah surat Muhammad disampaikan kepada publik dan dipa-
hami betul, maka ‘Ali kembali lagi ke Madinah, sedangkan Abu Bakar
melanjutkan perjalanan bersama jama‘ah haji.
Jika demikian, maka mereka harus diperangi. Dua puluh tahun lebih
Muhammad bersabar menghadapi ulah mereka. Di antara mereka ada
yang pura-pura menampakkan keislaman yang telah berhasil mengeruk
kekayaan yang melimpah, sementara di dalam hatinya tersimpan in-
teres dan ambisi yang kian meluap-luap. Mereka adalah penghambat
dinamika umat yang masih baru dibangun dan ditata menurut undang-
undang dasar yang berlandaskan pada nilai-nilai suci.
‘Abdullah bin Ubay telah mati. Dalam kelompok munafiq itu sudah
tak ada lagi orang-orang yang terpandang. Cukup sudah Muhammad
bersabar dalam menghadapi pemimpin mereka. Andaikata menghen-
daki, sudah tentu dia biarkan saja ujung pedang orang-orang Islam
terdahulu membabat batang leher mereka.
Akan tetapi, justru Muhammad masih mau juga menshalatkan
‘Abdullah bin Ubay ketika mati, padahal orang-orang munafiq yang lain
heran terhadap sikap baik Muhammad kepada ‘Abdullah bin Ubay pada
saat hidup dan setelah kematiannya. Karena itu, mereka masih saja
terus melancarkan gosip tentang kelemahan kepribadian Muhammad.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 579
Mereka menduga, Muhammad tidak mengerti gelagat orang-orang
yang menyatakan Islam, padahal hanya sekedar mencari keuntungan
belaka; dan tak setitik pun di dalam hati mereka tertanam keimanan.
Mereka menyebarkan gosip bahwa sikap diam Muhammad terhadap
ulah mereka dianggap karena takut atau mengambil hati.
Selanjutnya, Muhammad membacakan ayat:
“(60) Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang
yang berpenyakit dalam hatinya, dan orang-orang yang menyebarkan kabar
bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu
(untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di
Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, (61) dalam keadaan ter-
laknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan
sehebat-hebatnya. (62) Sebagai sunnatullah yang berlaku atas orang-orang
yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati
perubahan pada sunnatullah.” (QS. Al-Ahzaab [3]: 60-62)
Kini mulai timbul adanya gejolak pembangkangan di pinggiran
negara yang baru tumbuh ini, yaitu orang-orang yang baru masuk
Islam yang membangkang untuk membayar zakat dan infaq. Mereka
enggan untuk memerdekakan budak-budak milik mereka sebagaimana
ditekankan Muhammad. Bahkan mereka semakin menambah budak-
budak serta merampas hak-hak orang miskin.
Muhammad mengancam orang-orang munafiq Madinah, bahwa
ia akan menghukum mereka seperti halnya pidana yang dijatuhkan
kepada musuh-musuh atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan se-
lama hidup mereka. Dia juga mengancam tidak akan menshalati salah
seorang yang mati di antara mereka lagi untuk selamanya.
Muhammad menyatakan juga akan menjatuhkan pidana pemoton-
580 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
gan tangan kepada mereka yang tidak mengindahkan hak-hak orang
lain, tidak menjalankan aturan hukum yang telah diajarkannya, atau
merusak sendi-sendi dan kesatuan bangsa Arab.
Selanjutnya, Muhammad melancarkan penyerangan ke berbagai
daerah terpencil yang kalangan hartawannya melakukan pembang-
kangan mengeluarkan zakat dan infaq. Kalangan hartawan dengan
kekuatan pengaruhnya mampu menggiring orang-orang tertindas
yang sangat berkepentingan dengan zakat untuk berperang melawan
Muhammad, membela sikap membangkang para hartawan itu.
Namun penyerangan yang dikomando oleh Khalid bin Walid dan
‘Ali bin Abi Thalib mampu menumpas tokoh-tokoh pembangkang itu.
Akhirnya, orang-orang yang tertindas itu pun memperbaharui janji
setia keislaman mereka.
Muhammad terus melakukan himbauan agar mereka mendermakan
sebagian harta kekayaan mereka. Shahabat-shahabat Muhammad yang
paling dekat mengajarkan apa yang telah diajarkan Muhammad kepada
orang-orang yang membuat perumpamaan-perumpamaan dalam mem-
bayar denda, hingga ada salah seorang muslim yang ingin membayar
denda dari harta simpanannya. Orang itu bertanya kepada Abu Bakar:
“Berapa kewajiban zakat dalam setiap 200 dirham?”
“Lima dirham. Sedangkan aku sendiri wajib menyerahkan semuan-
ya,” jawab Abu Bakar.
Pada saat orang-orang Islam dilanda demam harta kekayaan
yang mereka peroleh dari harta rampasan, Muhammad melancarkan
serangan keras kepada orang-orang kaya, dalam upaya mewujudkan
pemerataan, sampai-sampai dia pernah pulang ke rumah dengan
penuh emosi. Ketika dia melihat pintu rumah Fathimah memakai
tirai bersulam, dia memarahi putrinya dan menyuruhnya agar tirai
itu dishadaqahkan. Dia memarahi putrinya juga lantaran dia melihat
dua gelang emas melingkar di pergelangan tangannya, sementara di
Madinah masih banyak fakir miskin yang membutuhkan uluran tangan.
Fathimah menjual dua gelangnya dengan harga 2,5 dirham, lalu uang
hasil penjualan tersebut dikirimkan kepada orang-orang yang membu-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 581
tuhkan. Muhammad melancarkan teguran keras juga terhadap delegasi
berbagai suku yang datang untuk memperbaharui janji kesetiaan mereka
berkenaan dengan masalah pemerataan tingkat kehidupan rakyat.
Ketika Muhammad menyambut delegasi terakhir, saat panji ke-
satuan mulai berkibar di atas suku-suku yang berkotak-kotak, dari
rumah Mariyatul Qibtiyah terdengar berita yang mengabarkan bahwa
Ibrahim putra satu-satunya sedang menderita serangan penyakit yang
luar biasa.
Tak lama kemudian Ibrahim menghembuskan nafas yang terkhir
di pangkuannya. Dialah putra satu-satunya yang menjadi gantungan
cita-citanya. Air matanya mengalir deras, sebuah tangisan seorang
ayah yang tidak mempunyai harapan lagi untuk punya anak.
Mengapa dia harus tertimpa musibah yang seperti ini? Tetapi dalam
kepasrahan, dia berucap: “Air mata boleh bercucuran dan hati boleh
bersedih, namun kita tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak
diridhai Rabb kita. Seandainya kematian bukan merupakan janji yang
mesti terjadi dan benar adanya dan seandainya orang-orang yang be-
lakangan dari kami takkan menyusul mereka yang lebih dulu wafat,
niscaya kami akan lebih bersedih lagi dengan kepergianmu daripada
yang kami rasakan saat ini, wahai Ibrahim. Sesungguhnya kita kepun-
yaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.”
Muhammad mengantar jenazah putranya hingga sampai di ku-
buran sembari membisu penuh dengan kesedihan yang dalam dan
mengucurkan air mata. Sebagian shahabat-shahabatnya heran sekali
melihat Muhammad menangisi kepergian putranya hingga seperti itu,
padahal yang meninggal dunia hanyalah anak kecil, sedangkan saat ini
dia adalah orang tua yang usianya mendekati 63 tahun. Dengan segala
keagungannya, rasa-rasanya dia tidak pantas menangis sedih hingga
sedemikian larutnya.
‘Abdurrahman bin ‘Auf mencoba mendekati Muhammad.
“Bukankah engkau melarang kami menangis?” demikian tanya
‘Abdurrahman sebagai sikap penolakannya atas perbuatan Muhammad.
Tetapi engkau tidak mengerti....
582 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
“Aku tidak melarang kalian untuk sekedar bersedih; yang aku
larang adalah menangis yang meraung-raung (meratap). Apa yang
kalian semua lihat pada diriku tak lain adalah pengaruh dari adanya
sifat kasih-sayang yang tertanam di dalam hatiku. Barangsiapa yang
tidak menampakkan kasih sayang kepada orang lain, maka orang lain
pun tidak akan menampakkan kasih sayang kepada orang tersebut,”
jawab Muhammad.
Setelah itu, ia meratakan tanah kuburan putranya. Sang ayah yang
sedih mendo‘akan putranya. Matahari pun tampak muram.
Ketika selesai membaca do‘a, dia mendengar orang-orang saling
bercakap-cakap saat akan kembali ke masjid bersamanya: “Matahari
rupanya ikut berduka juga atas kematian Ibrahim.”
Tidak! Janganlah kamu sekalian menghubung-hubungkan sesuatu
yang tidak ada kaitannya dengan diriku.
“Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda kebesaran
dari sekian banyak tanda kebesaran Allah. Matahari tidaklah mengalami
gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Wahai manusia, jangan-
lah kalian memposisikan diriku melebihi dari kedudukanku. Janganlah
memuji-muji diriku secara berlebihan, karena aku hanyalah manusia
biasa sebagaimana kalian. Aku tidak senang diistimewakan di atas ka-
lian,” pungkas Muhammad dengan nada emosi.
Muhammad pulang ke rumah Mariyah, ibu yang telah kehilangan
anaknya. Lalu Muhammad menghiburnya, sedangkan bagi dia sendiri,
tak ada seorang pun yang dapat meringankan beban kesedihan atas
kematian putra tersayangnya, Ibrahim.
Betapapun berat kesedihan yang dirasakannya, tetapi Muhammad
tidak sampai mengisolasikan diri dari orang-orang. Sebagaimana ak-
tivitas sehari-harinya, dia tetap pergi ke masjid meski dengan penuh
duka.
Muhammad kembali berbicara tentang kehidupan, kematian,
keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan. Selanjutnya, dia terdiam
sejenak, mengusap air matanya yang membasahi jenggotnya.
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 583
Sebelum itu, Muhammad belum pernah tampak duka sebagaimana
dilihat pada beberapa hari belakangan ini. Mengapa kehidupan menjadi
ratap tangis yang memilukan, seolah-olah mengucapkan kata-kata
perpisahan?
g
Penyakit yang diderita sejak mencicipi daging beracun di Khaibar
kini kambuh menyerang kembali. Tapi dia tetap tegar, tak mau meny-
erah pada penyakit apa pun, termasuk pengaruh racun yang menjalar
secara lambat-laun, tidak pula kesedihan yang menekan batinnya
dengan begitu kerasnya.
Orang-orang yang begitu besar jumlahnya dari kota Madinah,
Makkah, dan perkampungan-perkampungan, serta daerah terpencil,
perlu menyelenggarakan pertemuan akbar yang mempertemukan mer-
eka di bawah satu panji, bersatu-padu melakukan berbagai hal yang
didasarkan atas kesamaan iman dalam rangka menempatkan kesatuan
dan kebersamaan.
Ya, mereka semua yang harus berkumpul. Mereka yang bernaung
di bawah kepemimpinannya perlu didorong untuk meningkatkan pe-
nyebaran ajaran-ajaran yang dibawanya.
Muhammad menginformasikan akan menunaikan haji pada tahun
ini. Dengan demikian, gunung-gunung dan lembah-lembah telah di-
penuhi puluhan ribu jama‘ah haji yang menggiring puluhan ribu ternak
untuk dijadikan qurban di Makkah. Semuanya bertemu di Makkah.
Muhammad membawa semua istrinya. Dia memimpin lebih 100.000
jama‘ah haji untuk mengadakan pertemuan akbar di Makkah. Di hada-
pan mereka dia mengajarkan tuntunan ibadah haji yang mesti diikuti
oleh kaum laki-laki dan perempuan. Dia mengajarkan bertahallul dan
berihram. Dia memulai juga tuntunan ibadah haji yang mesti dilakukan
oleh para perempuan saat memberikan tuntunan kepada istri-istrinya.
Dari puncak bukit, terdengar gemuruh suara 100.000 lebih orang-
orang Islam untuk pertama kalinya, mengulang pekikan:
584 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
Labbaikalloohumma labbaiik....
Laa syariika laka labbaiik.
Innal hamda wan ni‘mata wasy syukro laka labbaiik. Labbaika
laa syariika laka labbaiik.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah,
aku datang memenuhi panggilan-Mu....
Tak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya
segala puji, nikmat, dan syukur
hanyalah untuk-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu.”
Muhammad melaksanakan thawaf dan melakukan sa‘i di depan
mereka, sedangkan mereka berada di belakangnya melakukan apa yang
dicontohkannya dan mengucapkan apa yang diucapkannya juga dengan
suatu perasaan yang baru mereka rasakan dan luar biasa kesannya atas
keberhasilan Muhammad dalam mengintegrasikan mereka menjadi
umat yang satu.
Demikianlah, ketika musim haji telah usai, penyakit yang dideri-
tanya dan kedukaan hatinya kambuh kembali.
Kedukaan itu bukan karena faktor kepergian putranya, tetapi duka
itu timbul dari kesan akan makna terdalam dari perpisahan, seolah-
olah haji tahun ini adalah haji perpisahan. Seolah-olah dia tidak akan
melihat orang-orang itu lagi dan tidak pula tempat-tempat itu akan
dapat dipandang kembali.
Penyakit yang dideritanya semakin parah.
Betapapun demikian, di dalam hatinya masih tersimpan sesuatu
yang ingin dia sampaikan kepada orang-orang yang mengerumuninya.
Seratus ribu orang dari berbagai daerah di Semenanjung Arab ingin
melihatnya dan mendengar suaranya. Suaranya adalah sabda yang tu-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 585
run dari langit. “Sesungguhnya diriku hanyalah manusia biasa seperti
kalian semua,” demikian Muhammad berucap lirih.
Tetapi bisikan orang-orang yang berada di sampingnya terdengar
juga olehnya: “Di wajahnya terpancar cahaya dari alam ghaib. Tangan-
nya pernah menyentuh batu, lalu batu itu memancarkan air.”
Namun apa yang terjadi, Muhammad marah ketika mendengar
pujian yang mengkultuskan itu. Dari keningnya keringat mengucur.
Dia mencegah orang-orang mengkorelasik an sesuatu yang tidak se-
mestinya pada dirinya. Dia berucap kembali: “Sesungguhnya diriku
hanyalah manusia biasa seperti kalian semua.” Dia adalah seorang
manusia yang menyukai wewangian dan wanita*), namun cinderamata
hakikinya adalah shalat.
*) Nabi n mencintai wanita, karena kaum wanita berfungsi sebagai penyampai Sunnah-sunnah beliau yang luput dari perhatian kaum laki-laki
atau sesuatu yang beliau sendiri merasa “rikuh” untuk menyampaikannya secara langsung kepada kaum wanita. Baca Syarh Sunan Nasa’i
Hadits No. 3878 oleh As-Sindi –edt..
Seorang manusia yang membawa tuntunan akhlaq yang luhur,
demikianlah yang selalu dikatakannya. Dia juga seperti manusia lain
yang terkadang menangis, tertawa, makan-minum, dan pergi ke pasar.
(Untuk hal-hal yang belum ada petunjuknya dari wahyu) ia juga suka
bermusyawarah dengan orang-orang agar tidak salah langkah dan dia
pun mengambil keputusan berdasar pendapat mayoritas. Dia juga ter-
kadang marah dan terkadang senang. Dia menolak dicium tangannya
oleh siapa pun, karena dia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat
memancarkan mata air dan tidak dapat pula menyinari kegelapan
dengan kemauannya sendiri. Dia adalah sosok manusia yang tubuhnya
terdiri dari daging, darah, tulang-tulang, dan urat syaraf. Hanya saja,
ia datang membawa tuntunan budi pekerti yang luhur.
Oleh karena itu, jangan kalian membuat dia marah, wahai manu-
sia. Jangan pula kalian mengatakan “Tuan” kepadanya; karena jika
mendengar kata-kata itu, dia akan marah, dan memang dia telah
melarangnya.
Orang-orang yang ingin melihatnya, kini menjadi agak tenang.
Laki-laki itulah yang mempersaudarakan di antara budak dan majikan,
586 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
antara orang-orang miskin dan orang-orang kaya. Laki-laki itulah yang
menjadikan kejujuran, tanggung jawab, dan menepati janji, sebagai
prinsip-prinsip hubungan sosial. Laki-laki itu pula yang meletakkan
segala gemerlap yang palsu di bawah kedua belah kakinya. Laki-laki
itulah yang selalu menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa dirinya
adalah manusia biasa sebagaimana orang lain.
Dengan suara lantang dia berorasi di hadapan orang-orang yang
datang dari berbagai penjuru untuk menunaikan ibadah haji bersa-
manya, ingin melihatnya, dan mendengarkan merdu suaranya.
Akan tetapi, suaranya kini tak terdengar oleh orang banyak. Maka
dia memerintahkan kepada seseorang yang ada di sampingnya agar
mengulangi apa yang dikatakannya dengan suara yang keras, agar
orang yang ketiga, keempat, dan seterusnya dapat mengulangi apa
yang dikatakannya hingga terdengar oleh orang lain lagi yang lebih
banyak. Dia mengucapkan kata-katanya dari satu orang ke orang lain:
“Wahai manusia! Dengarkanlah kata-kataku, karena aku barangkali
tidak akan dapat menjumpai kalian setelah tahun ini di tempat ini
untuk selama-lamanya.”
Mendengar ucapan lirih itu, orang-orang tertegun. Barangkali dia
tidak akan bertemu lagi dengan mereka setelah tahun ini untuk sela-
manya?
Mungkinkah ini terjadi?
Tetapi dia selalu menyatakan:
“Aku hanyalah manusia biasa sebagaimana kalian.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110;
Fushshilat [41]:6)
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul (utusan). Sungguh telah
berlalu beberapa orang rasul sebelumnya.” (QS. Aali ‘Imraan [3]: 144)
Suaranya keras terdengar berucap: “Sesungguhnya darah dan harta
kalian adalah haram bagi sesama kalian, hingga kalian menemui Rabb
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 587
kalian kelak, seperti haramnya pada hari dan bulan (haram) kalian
ini. Sesungguhnya kalian akan menemui Rabb kalian, lalu Dia akan
mempertanyakan seluruh amal perbuatan kalian. Aku sudah menyam-
paikan hal ini. Barangsiapa yang diberi amanat (tanggung jawab),
maka sampaikan dan laksanakan amanat itu kepada orang yang telah
memberi amanat itu. Bahwasanya semua riba harus dihapus, dan yang
menjadi hak kalian adalah modal kalian, dengan demikian kalian tidak
berbuat aniaya dan tidak dianiaya. Allah telah menetapkan bahwa riba
tidak dibenarkan. Bahwasanya riba milik ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib
telah dihapus dan sesungguhnya semua pertumpahan darah yang ter-
jadi di era jahiliyyah juga dihapus (tidak berlaku qishash, diyat, atau
kifarat padanya). Selanjutnya, wahai manusia, sesungguhnya kalian
mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak
atas diri kalian. Karena itu, hendaklah kalian memperlakukan istri
kalian secara baik, karena sesungguhnya para istri kalian adalah
ibarat tawanan di sisi kalian, yang kalian tidak memiliki hak sedikit
pun untuk berbuat seenaknya terhadap mereka. Sesungguhnya kalian
memperistri mereka tidak lain atas dasar amanat Allah.... Renung-
kanlah kata-kataku, wahai manusia! Aku telah menyampaikan hal
ini kepadamu. Aku telah tinggalkan pedoman hidup bagi kalian. Jika
kalian memegang teguh pedoman itu, maka kalian tidak akan pernah
tersesat selamanya. Wahai manusia, dengarkanlah dan renungkanlah
kata-kataku! Ketahuilah bahwa seorang muslim itu saudara muslim
lainnya dan bahwa orang-orang Islam itu bersaudara. Oleh karena
itu, tidak halal bagi seseorang mengambil harta orang lain, selain apa
yang diberikan saudaranya dengan tulus hati. Maka janganlah kalian
menzhalimi diri kalian sendiri. Apakah semua ini telah aku sampaikan?
Saksikanlah, ya Allah.”
Sejenak Muhamad diam. Demam tiba-tiba menyerang secara men-
dadak, tapi Muhammad terus membacakan ayat:
588 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu; dan telah Aku
sempurnakan nikmat-Ku kepadamu. Aku rela Islam sebagai agamamu.” (QS.
Al-Maa’idah [5]: 3)
Dia melangkah menuju Ka‘bah, lalu duduk di bawah naungannya.
Di sana dia menemukan fenomena kekayaan tampak pada segelintir
orang dan fenomena kemiskinan tampak pada kebanyakan mereka
lainnya.
Abu Dzar datang menemui Muhammad. Dia menemukan Muham-
mad sedang membaca ayat:
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
di jalan Allah, maka beri tahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan
diganjar dengan siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah [9]: 34)
Selanjutnya, dia mendekati Abu Dzar dan mengatakan: “Mereka
adalah orang-orang yang merugi, demi Rabb Ka‘bah.” Tanya Abu Dzar:
“Siapakah mereka itu?” Muhammad berkata: “Mereka adalah orang-
orang yang banyak hartanya namun tak mau membayar zakat.... Sebab
tiada pemilik unta, lembu, ataupun kambing, yang tidak mengelu-
arkan zakatnya, melainkan binatang-binatang itu akan datang pada
hari Kiamat nanti dengan bentuk fisik lebih besar dan lebih gemuk
dari semula, lalu menyeruduk sang pemilik dengan tanduknya dan
menginjak-injaknya dengan kuku kakinya. Setiap kali giliran binatang
yang terakhir selesai, maka binatang yang ada pada giliran pertama
mengulangi aksinya lagi, hingga Allah mengadili urusan antara sesama
manusia.”
Muhammad melanjutkan perjalanan pulangnya ke Madinah, sedan-
gkan orang-orang ikut pulang juga ke negerinya masing-masing sambil
merenungkan apa-apa yang telah didengar darinya.
Ketika telah sampai di Madinah, warga Madinah menyambutnya
dan anak-anak kecil datang juga menyerbu kedatangannya. Dia turun
dari untanya, lalu mengucapkan salam kepada orang-orang yang me-
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 589
nyambut kedatangannya dan bersenda-gurau dengan anak-anak itu.
Dia menaikkan anak-anak itu ke atas untanya.
Dia menuju ke rumah Zainab binti Jahsy untuk melepas lelah. Dia
merasa sangat puas sekali dengan apa yang telah dilihatnya dalam
musim haji kali ini. Berpuluh-puluh ribu orang datang dari berbagai
daerah di Semenanjung Arab. Di Semenanjung Arab, dualisme agama
harus tidak ada.
g
Kendati Muhammad telah puas menyaksikan pemandangan yang
indah dan sejuk ini, namun kerajaan Romawi di kawasan utara mengan-
cam keamanan umat yang baru terbentuk itu dan menerapkan sistem
hubungan sosial yang bersifat menindas. Kaum borjuis (bangsawan) di
sana masih saja berbuat tiran terhadap kaum proletar (rakyat kecil).
Oleh karena itu, umatnya harus membebaskan kolon ialisasi dan
juga mesti memberangkatkan pasukan ke Syiria, di mana Zaid bin
Haritsah dan Ja‘far bin Abi Thalib gugur sebagai syuhada beberapa
tahun yang silam. Pasukan itu harus melakukan agresi ke kerajaan
Romawi serta membebaskan orang-orang yang tertindas di sana.
Muhammad memerintahkan untuk mempersiapkan pasukan di
bawah komando Usamah bin Zaid bin Haritsah. Dia sangat pantas sekali
untuk menuntut balas kematian ayahnya dan semua syuhada Mu’tah.
Pertempuran seperti ini sangat membutuhkan para pemuda yang
memiliki sikap militansi untuk gugur sebagai syuhada dengan kobaran
semangat keberanian yang dinyalakan oleh api cinta kemerdekaan.
Pasukan itu banyak melibatkan para pemuda dan menempatkan
pimpinan yang berpengalaman di bawah komando Usamah bin Zaid
bin Haritsah.
Protes yang bernada keberatan mulai bermunculan terhadap pen-
giriman pasukan yang dikomandoi pemuda berusia 20 tahun ini. Akan
tetapi, Muhammad menanggapi protes itu dengan ucapan: “Wahai
sekalian manusia, biarkanlah saja pengutusan Usamah diteruskan. Demi
usiaku, jika kalian membicarakan masalah kepemimpinannya, maka
590 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
kalian pun pernah membicarakan kepemimpinan ayahnya; dan dia
sangatlah pantas menjabat kepemimpinan itu, sebagaimana ayahnya
juga sangat pantas menjadi panglima pasukan kala itu.”
Belum begitu jauh pasukan meninggalkan Madinah, Muhammad
jatuh sakit. Usamah tahu bahwa kondisi Muhammad sudah tak mampu
lagi untuk pergi shalat ke masjid. Oleh karenanya, Usamah memutus-
kan untuk menunggu perkembangan Muhammad di dekat Madinah. Hal
ini dimaksudkan agar orang-orang munafiq yang meremehkan dirinya
tidak memanfaatkan peluang keberangkatan pasukan dan sakitnya
Muhammad untuk menyampaikan informasi perubahan di Madinah.
Setelah menerima informasi yang membuat tenang batinnya,
Usamah melanjutkan perjalanan bersama pasukannya.
Muhammad pindah dari rumah Zainab binti Jahsy ke rumah Mai-
munah yang waktu itu memang sudah jatuh tempo gilirannya. Akan
tetapi, dia merasakan fitalitas fisiknya semakin memburuk, maka dia
minta izin kepada Maimunah untuk berbaring di rumah ‘Aisyah. Dia
berjalan dengan menyeret kedua belah kakinya sambil bersandar
pada pamannya, ‘Abbas, dan saudara sepupunya, ‘Ali bin Abi Thalib.
‘Aisyah menemuinya dalam keadaan terikat kepalanya dengan sapu
tangan dan mengadu kepadanya bahwa kala itu ‘Aisyah juga tengah
terserang sakit (pusing).
Dalam kondisi fisik yang lemah, Muhammad berkata kepada ‘Aisyah
sambil tersenyum: “Apa keberatanmu kalau engkau mati sebelum aku,
biar aku yang akan mengurusi jenazahmu, mengkafanimu, menshalat-
imu, dan menguburkanmu?”
Tapi dengan nada emosi ‘Aisyah berteriak: “Oh..., maksudnya agar
bagian giliranku itu menjadi bagian istri engkau yang lain?! Demi Allah,
jika hal itu benar-benar terjadi dan engkau telah selesai memberesi
jenazahku, engkau pasti akan pulang ke rumahku, lalu bermalam
pengantin bersama istrimu yang lain di rumahku!!”
Mendengar ucapan ‘Aisyah itu, Muhammad tertawa.
‘Abbas dan ‘Ali pun juga ikut tertawa. Dan ini adalah senyuman
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 591
Muhammad yang pertama sejak kematian putra satu-satunya, Ibrahim.
Sejenak kemudian, putrinya datang, lalu Muhammad menyuruh
duduk di sampingnya.
“Selamat datang, Putriku!”
Dia bersenda-gurau dengan putrinya sebagaimana pernah dia
lakukan ketika putrinya masih kanak-kanak.
Selama beberapa hari tinggal di rumah ‘Aisyah, dia mengeluh ada
rasa sakit di ulu hatinya dan suhu panas badannya semakin tinggi.
Sementara itu, Fathimah dan ‘Aisyah berada di sampingnya sambil
membasahi kening dan bagian tubuhnya dengan air.
Muhammad memerintahkan kepada Abu Bakar agar shalat berjama‘ah
dengan orang-orang, tetapi ‘Aisyah tidak setuju, karena khawatir ada
anggapan bahwa dia telah memilih Abu Bakar sebagai penggantinya. Mu-
hammad menegur ‘Aisyah dengan menyindir para perempuan: “Kamu ini
tak ubahnya seperti halnya perempuan-perempuan dalam cerita Yusuf.”
Abu Bakar kemudian mengerjakan shalat berjama‘ah bersama
orang-orang.
Muhammad merasa masih punya kekuatan untuk berjalan di dalam
rumah. Rumah ‘Aisyah -seperti halnya rumah-rumah istrinya yang lain-
berada di dekat masjid. Dia berdiri di depan pintu ‘Aisyah. Ketika dia
melihat orang-orang memperhatikan dirinya, dia memberi isyarat agar
mereka tidak menghentikan shalat jama‘ahnya, sedangkan dia sendiri
kembali masuk ke dalam rumahnya.
Akan tetapi, suatu pagi dia merasa fitalitas fisiknya kembali mem-
baik, maka dia minta tolong kepada shahabat-shahabatnya untuk
memapahnya hingga dapat menemui orang-orang di masjid.
Setibanya di masjid, dia duduk di atas mimbar. “Wahai manusia,
siapa yang merasa pernah aku pukul punggungnya, maka ini pung-
gungku. Silakan, balaslah aku sekarang. Barangsiapa yang pernah aku
maki kehormatannya, maka ini kehormatanku. Silakan membalasku.
Barangsiapa yang pernah kuambil hartanya, maka ini hartaku. Ambillah!
Janganlah merasa takut dimusuhi aku, karena permusuhan bukanlah
592 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
sifatku,” Muhammad mengutarakannya dengan penuh kerelaaan.
Mendengar kesediaan Muhammad untuk dimintai balasan atas apa
yang pernah ia lakukan, maka datanglah seorang laki-laki meminta
tiga dirham kepadanya. Muhammad memberinya sambil berkata:
“Ingatlah, sesungguhnya terbukanya aib di dunia lebih ringan daripada
terbukanya aib di akhirat.”
Selanjutnya, dia memberi nasihat kepada orang-orang Anshar
agar tetap memelihara ikatan tali persaudaraan yang telah menjadi
landasan hubungan sosial dan memperlakukan sama di antara mereka.
Dia menasihati juga agar tetap menegakkan shalat dan menunaikan
zakat.
Dia datang ke tengah-tengah mereka dengan tuntunan yang akan
membawa kemashlahatan bagi mereka. Dia telah menjadikan mereka
sebagai satu umat yang bernaung di bawah satu panji yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, satu agama dan satu sistem nilai. Dia
menekankan kepada mereka agar menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
di antara mereka. Dia berkata:
“Barangsiapa yang mengambil sejengkal tanah dengan cara zhalim, maka
orang itu kelak di hari kiamat akan dikalungi tujuh lapis bumi (yang masing-
masingnya setara dengan tanah yang diambilnya secara zhalim itu).” (HR.
Bukhari, Hadits No. 2959)
Dia mengajarkan jihad dalam upaya membebaskan manusia (dari
keterjajahan). Dia bersabda:
“Setiap umat memiliki tingkatan ibadah yang paling tinggi, sedangkan tingka-
tan ibadah yang paling tinggi bagi umatku adalah jihad di jalan Allah.”
Dia juga mengajarkan kejujuran, sebab sesungguhnya kesaksian
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 593
bohong tergolong dosa besar yang paling besar. Dia berkata:
“Khianat dihukumi dosa besar di sisi Allah, yakni engkau mengatakan ses-
uatu kepada saudaramu, lalu saudaramu mempercayaimu, padahal engkau
berdusta.”
Muhammad juga melarang sikap pelit dan perangai yang jelek. Dia
berkata:
“Hartamu yang menjadi bagianmu hanyalah apa yang engkau makan, namun
itu akan habis; atau apa yang engkau pakai, namun itu pun akan rusak; atau
apa yang engkau shadaqahkan, dan inilah yang akan kekal selamanya.”
Dia mengajarkan juga kepada mereka tentang sikap melawan
tiranik. Dia berkata:
“Jika kalian diam saja melihat orang yang berbuat zhalim tanpa mau mence-
gahnya, maka takkan lama kemudian Allah akan meratakan siksa-Nya kepada
kalian semua.”
Dia memperingatkan juga kepada mereka tentang para penguasa
setelah kepergiannya nanti. Dia berkata:
“Mereka (para pemimpin) itu akan berbicara namun mereka berbohong.
Barangsiapa yang mempercayai mereka dengan segala kebohongan mereka
dan mendukung mereka untuk berbuat zhalim, maka dia bukan termasuk
golonganku dan aku bukan pula termasuk golongan dia.”
Dia juga melarang mereka untuk melakukan praktek suap-menyuap
melalui sabdanya:
594 MUHAMMAD SANG T E L A D A N
“Barang siapa memberikan pertolongan kepada orang lain agar mendapat
keringanan sangsi hukum, lalu dia diberi hadiah oleh orang yang ditolongnya
atas jasanya tersebut dan dia men erimanya, maka sungguh dia telah men-
datangi sebuah pintu yang lebar dari sekian banyak pintu dosa-dosa besar.”
Dia mengajarkan juga kepada mereka agar menjauhi sikap kikir
dan pengecut. Dia bersabda:
“Tidak selayaknya orang mukmin bersikap kikir dan pengecut.”
Dia juga memperingatkan tentang sikap riya’ (beramal bukan
karena Allah, tetapi karena ingin dipuji sesama –edt.). Dia bersabda:
“Sesungguhnya perbuatan yang paling aku takutkan pada umatku adalah
syirik. Memang mereka tidak menyembah patung, matahari, bulan, atau batu,
tapi mereka bersikap riya’ (pamer) atas amal baik yang telah diperbuatnya.”
Selain hal-hal di atas, Muhammad juga memberikan stressing agar
mereka menuntut ilmu. Dia berkata:
“Perbandingan antara keutamaan orang yang berilmu dan orang yang
hanya rajin mengerjakan ibadah laksana bulan purnama atas semua bintang-
bintang.”
“Para ulama’ adalah pewaris para nabi.”
Dia juga menekankan kepada mereka agar “merdeka” dalam men-
jalani kehidupan ini dan membiasakan diri dengan “kemerdekaan” ber-
aktivitas. Dia mencela orang-orang yang beranggapan bahwa manusia itu
MUHAMMAD SANG T E L A D A N 595