The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul dan Ringkasan Laboratorium Auditing

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rossitasari94, 2021-04-23 07:36:21

Akuntansi Syariah by Wiroso

Modul dan Ringkasan Laboratorium Auditing

Keywords: Akuntansi Keuangan Syariah

Transaksi ini dilakukan untuk pengakuan piutang istishna’ karena pembeli akhir melakukan

pembayaran secara angsuran, dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga jual LKS ke pembeli akhir Rp72.000.000,00

Penyelesaikan kesatu 25% = 25% x Rp72.000.000,00 = Rp18.000.000,00

Penyelesaikan kedua 60% = 60% x Rp72.000.000,00 = Rp43.200.000,00

Perhitungan keuntungan Juli 2009 Akumulasi sd Beban Agustus
Agustus 2009 2009
Harga jual 18.000.000 25.200.000
Harga pokok barang (persediaan) 15.000.000 43.200.000 21.000.000
Keuntungan Tangguhan 3.000.000 36.000.000 4.200.000
7.200.000

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Penyelesaian 25% Jumlah
36.000.000 02/08 Penyelesaian 60% 15.000.000
36.000.000 21.000.000
Saldo
36.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama Pembayaran Angs bl-1 Jumlah
Tgl Termin kedua 18.000.000 25/07
05/07 Saldo 1.200.000
05/08 25.200.000
42.000.000
43.200.000 43.200.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl 05/08 Termin kedua
25/07 Saldo 200.000 3.000.000
7.200.000 4.200.000

7.200.000

NERACA
Per 5 Agustus 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 42.000.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (7.000.000)

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000
Termin Istishna’ (36.000.000) Laba rugi tahun berjalan

(b) Tanggal 25 Agustus 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan kedua dari
Gaston sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 283

Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah
sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh)
dengan jurnal sebagai berikut :

Dr. Kas Rp1.200.000,00
Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000,00
Cr. Piutang Istishna’
Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp1.200.000,00
Rp 200.000,00

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama Pembayaran Angs bln-1
Tgl Termin kedua 18.000.000 25/07 Pembayaran angs ke2 Jumlah
05/07 Saldo 1.200.000
05/08 25.200.000 25/08 1.200.000
40.800.000
43.200.000 43.200.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua 3.000.000
25/07 Saldo 4.200.000
25/08 6.800.000
7.200.000 7.200.000

NERACA
Per 25 Agustus 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 40.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (6.800.000)

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000
Termin Istishna’ (36.000.000) Laba rugi tahun berjalan

Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gaston sebagai pembeli akhir, sehingga belum

timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gaston melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan

Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

Saldo 2.400.000

2.400.000 2.400.000

284 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Aktiva NERACA Pasiva
Per 25 Agustus 2009 Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Hutang istishna’ 00
36.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 2.4000.000

Laba rugi tahun berjalan

C. Pembayaran tahap kedua (penyelesaian 100%)
Dengan adanya penyelesaian proyek (progres 100%), maka seluruh kegiatan transaksi istishna’

paralel tersebut dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 6-16 : Skema penyelesaian proyek 100% (paralel biaya subkon sama dg nilai tunai)
Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:
1) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam
melaksanakan transaksi dengan PT Wijaya sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gaston sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.
(a) Tanggal 1 September 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan menerima tagihan tahap akhir dari
kontraktor PT. Wijaya sebesar sisa proyek Rp23.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 285

Harga kontrak Rp14.500.000,00 Rp58.000.000,00
Pembayaran pertama Rp20.300.000,00
Pembayaran kedua Rp34.800.000,00
--------------------
Sisa pembayaran harga kontrak Rp23.200.000,00

Dengan diterima tagihan dari PT Wijaya sebagai sub kontraktor tersebut, LKS Al Hidayah

melakukan jurnal sebagai berikut :

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp23.200.000,00

Cr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00

(b) Tanggal 2 September 2009 LKS Al Hidayah melakukan pembayaran tagihan termin tahap terakhir
ke PT Wijaya sebagai sub kontraktor sebesar Rp23.200.000,00

Dengan adanya transaksi di atas maka LKS Al Hidayah melakukan jurnal sbb:

Dr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00

Cr. Kas Rp23.200.000,00

Dengan adanya jurnal penyesuaian tersebut mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam
Laporan Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran termin 1 15.000.000 Jumlah
Tgl Pembayaran termin 2 21.000.000
02/07 Pembayaran termin 3 24.000.000 60.000.000
02/08 60.000.000
02/09

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran 15.000.000 01/07 Tagihan termin ke1 Jumlah
Tgl Pembayaran 21.000.000 01/08 Tagihan termin ke2 15.000.000
02/07 Pembayaran 24.000.000 01/09 Tagihan termin ke 3 21.000.000
02/08 Saldo 24.000.000
02/09 00
60.000.000 60.000.00

NERACA
Per 02 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 40.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (6.800.000) Laba rugi tahun berjalan
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 60.000.000

2) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual
Dalam transaksi istishna’ dengan Gaston kedudukan LKS Al Hidayah sebagai penjual atau

produsen, sehingga dengan penyelesaian proyek sebesar 100%, maka LKS melakukan atau memiliki
tagihan kepada Gaston sebagai pembeli akhir. Tagihan ini harus dilaksanakan supaya timbul piutang
istishna’ yang pembayarannya dilakukan secara angsuran oleh Gaston.

286 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

(a) Tanggal 05 September 2009 LKS AL Hidayah melakukan penyerahan tagihan tahap akhir kepada

Gaston sebagai pembeli akhir sebesar Rp28.800.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Harga barang Rp72.000.000,00

Penyerahan pertama Rp18.000.000,00

Penyerahan kedua Rp25.200.000,00

Rp43.200.000,00

---------------------

Sisa nilai harga barang Rp 28.800.000,00

Dengan adanya transaksi di atas maka LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Piutang Istishna’ Rp28.800.000,00

Cr. Termin Istishna’ Rp24.000.000,00

Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 4.800.000,00

Transaksi ini dilakukan untuk pengakuan piutang istishna’ karena pembeli akhir melakukan

pembayaran secara angsuran, dengan perhitungan sebagai berikut :

Juli 2009 Akumulasi Akumulasi Beban Sept 2009

Agustus 09 Sept 2009

Harga jual 18.000.000 43.200.000 72.000.000 28.800.000

Harga pokok brg (persediaan) 15.000.000 36.000.000 60.000.000 24.000.000

Keuntungan Tangguhan 3.000.000 7.200.000 12.000.000 4.800.000

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Penyelesaian 25%
60.000.000 02/08 Penyelesaian 60% Jumlah
Saldo 60.000.000 02/09 Penyelesaian 100% 15.000.000
21.000.000
24.000.000
60.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1
Tgl Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 Jumlah
05/07 Termin ketiga 28.800.000 Saldo 1.200.000
05/08 72.000.000 1.200.000
05/09 69.600.000
72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama
Tgl Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua Jumlah
25/07 Saldo 05/09 Termin ketiga 3.000.000
25/08 11.600.000 4.200.000
12.000.000 4.800.000
12.000.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 287

NERACA
Per 5 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian
00
Piutang Istishna’ 69.600.000 Hutang istishna’
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.600.000) Laba rugi tahun berjalan
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian
Termin Istishna’ 60.000.000
(60.000.000)

(b) Tanggal 25 September 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angusuran bulan ketiga dari
Gaston sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00

Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah sama

dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh) dengan

jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas Rp1.200.000

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000

Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1
Tgl Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 Jumlah
05/07 Termin ketiga 28.800.000 25/09 Pembayaran angs ke 3 1.200.000
05/08 Saldo 1.200.000
05/09 1.200.000
68.400.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua 3.000.000
25/07 Pembayaran angs ke3 200.000 05/09 Termin ketiga 4.200.000
25/08 Saldo 4.800.000
25/09 11400.000
12.000.000 12.000.000

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000) Laba rugi tahun berjalan 2.000.000
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Keuntungan istishna’
Termin Istishna’ 60.000.000
(60.000.000)

288 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

3) Penyerahan proyek kepada pembeli akhir

Dengan adanya penyelesaian proyek pembangunan rumah Gaston, maka pada saat penyerahan

rumah LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Termin Istishna’ Rp60.000.000,00

Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000,00

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Penyerahan proyek 60.000.000 02/07 Penyelesaian 25%
Tgl 02/08 Penyelesaian 60% Jumlah
25/09 00 02/09 Penyelesaian 100% 15.000.000
60.000.000 21.000.000
Saldo 24.000.000
60.000.000

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran termin 1 15.000.000 25/09 Penyelesaian proyek Jumlah
Tgl Pembayaran termin 2 21.000.000 60.000.000
02/07 Pembayaran termin 3 24.000.000
02/08 60.000.000 60.000.000
02/09

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000) Laba rugi tahun berjalan 2.000.000
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian
Termin Istishna’ 00 Keuntungan istishna’
(00)

Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gaston sebagai pembeli akhir, sehingga belum

timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gaston melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan

Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

25/09 Angsuran ketiga 1.200.000

Saldo 3.600.000

3.600.000 3.600.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 289

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah
60.000.000 Hutang istishna’ 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Titipan Angsuran Istishna’
Laba rugi tahun berjalan 3.600.000

Pada saat penyerahan rumah/proyek (sebagai barang pesanan istishna’) kepada Gaston sebagai

pembeli akhir, LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00

Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000

Dr. Piutang Istishna’ Rp72.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00

Dr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp3.600.000,00

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 600.000,00

Cr. Piutang Istishna’ Rp3.600.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 600.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/09 Penyerahan proyek 3.600.000 25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

Saldo 00 25/09 Angsuran ketiga 1.200.000

3.600.000 3.600.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran Angs 1,2,3
Tgl Keterangan 72.000.000 25/09 Saldo Jumlah
25/09 Penyerahan proyek 3.600.000
68.400.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs 1.2.3 600.000 25/09 Penyerahan proyek Jumlah
Tgl Saldo 12.000.000
25/09 11400.000
12.000.000 12.000.000

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
25/09 Penyelesaian proyek Jumlah
Tgl Pembayaran termin 1 14.500.000 60.000.000
02/07 Penyesuaian 500.000 Saldo
02/07 Pembayaran termin 2 00
02/08 Penyesuaian 20.300.000 60.000.000
02/08 Pembayaran termin 3 700.000
02/09 Penyesuaian
02/09 23.200.000
800.000

60.000.000

290 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian
00
Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000) Titipan Angsuran Istishna’

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Laba rugi tahun berjalan
00

6.5.2 Istishna’ Paralel – biaya sub kontraktor tidak sama nilai tunai saat

penyerahan.

Dalam ilustrasi contoh dibawah akan dibahas akuntansi istishna’ paralel, dimana jangka waktu
penyelesaian pembuatan barang tidak sama (lebih pendek) dari jangka waktu pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli akhir. Disamping itu biaya-biaya yang dibayar kepada sub kontraktor sebagai produsen tidak
sama dengan nilai tunai atau nilai pasar saat penyerahan barang kepada pembeli akhir, sehingga nilai tunai
saat penyerahan ini yang dipergunakan sebagai harga pokok penjualan kepada pembeli akhir.

Contoh : 6-19

Pada tanggal 1 Juni 2009 Bank Syariah “Al Hidayah” menyetujui pembuatan rumah dari Gofur

salah satu nasabah program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sbb:

Luas Tanah : 120 m2

Luas bangunan : 45 m2

Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng

plentong, kayu kamper medan

Listik : 450 wats

Air : pompa tangan

Penyerahan rumah : 6 bulan setelah akan ditandatangani

Harga jual dan cara : Harga jual Rp72.000.000,00. dan diangsur per bulan

pembayaran Rp1.200.000,00 selama 60 bulan, sejak pembangunan rumah setiap

tgl 25 dimulai 25 Juli 2009

Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi

Untuk keperluan tersebut “Al Hidayah” pada tanggal 2 Juni 2009 melakukan kontrak
pembanguan rumah dengan kontraktor “PT. ANDARA” developer perumahan Muslim Mandiri
dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, penyerahan dilakukan 4 bulan setelah akad ditanda
tangani sebesar Rp58.000.000,00 dengan pembayaran sebagai berikut:

1. Tanggal 2 Juli 2009 dibayar termin pertama pada saat penyelesaian proyek 25% sebesar
Rp14.500.000,00

2. Tanggal 2 Agustus 2009 dibayar termin kedua pada saat penyelesaian proyek 60%
sebesar Rp20.300.000,00

3. Tanggal 2 September 2009 dibayar termin ketiga pada saat penyelesaian proyek 100%
sebesar Rp23.200.000,00

Harga tunai (wajar) saat penyerahan barang sebesar Rp60.000.000,00 setiap unit dan
menetapkan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar Rp12.000.000,00 kepada Gofur

Dari contoh di atas digambarkan bahwa masa penyelesaian proses produksi aset istishna’ dalam
jangka waktu 4 bulan dengan harga perolehan (harga yang dibayarkan ke kontraktor) sebesar Rp58.000.000
dengan pembayaran secara bertahap. Sedangkan aset istishna’ tersebut dijual kepada nasabah sebagai
pemesan sebesar Rp72.000.000,00 dengan masa pembayaran selama 60 bulan (5 tahun) dan pembayaran
dimulai dari sejak proses produksi aset istishna’. Oleh karena itu akuntansi yang terkait dengan transaksi

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 291

istishna’ paralel ini dilakukan sesuai dengan tahapan pembayaran harga barang kepada kontraktor sebagai
pihak yang memproduksi aset istishna’ dan juga dikaitkan dengan pengakuan pendapatan istishna’ dengan
metode persentasi penyelesaian (procentage method) dan pengakuan pendapatan dengan metode penyelesaian
(completed method) dibahas kemudian.
A. Pengakuan pendapatan istishna’ dalam metode persentase Penyelesian (Procentage

Method)
Dalam pembahasan pengakuan pendapatan istishna’ sesuai dengan persentase penyelesaian ini akan
dibahas akuntansi pada tahapan penyelesaian sesuai persentase penyelesiannya yaitu:
(a) tahapan penyelesaian sebesar 25%
(b) tahapan penyelesaian sebesar 60%
(c) tahapan penyelesaian sebesar 100%
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut merupakan istishna’ paralel, maka yang merupakan harga
pokok LKS Al Hidayah kepada Gofur sebagai pembeli akhir adalah pembayaran tagihan atau harga
kontrak kepada PT Andara sebagai sub kontraktor. Hal ini sesuai ketentuan dalam PSAK 104 tentang
Akuntansi Istishna’ (prgf 29 dan 30) sebagai berikut:
29 Biaya istishna' paralel terdiri dari:

(a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas;
(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad; dan
(c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada.
30 Biaya perolehan istishna' paralel diakui sebagai aset istishna' dalam penyelesaian pada saat diterimanya
tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Dalam pembahasan akuntansi istishna’ paralel ini selain memperhatikan tahapan penyelesaian pekerjaan,
juga dibahas sesuai alur transaksinya dan sesuai fungsi LKS yaitu akuntansi LKS sebagai pembeli dan
akuntansi LKS sebagai penjual.
1) Pembayaran tahap pertama (penyelesaian 25% )
Dalam pembayaran pertama ini dengan persentase penyelesaian proyek sebesar 25%, akan dibahas
akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli dan sebagai penjual pada saat penerimaan
pembayaran angsuran yang dilakukan oleh pembeli akhir (Gofur). Dalam tahap ini proses dan skema
transaksi istishna’ dengan penyelesaian proyek 25% dapat digambarkan sebagai berikut:

292 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Gambar 6 – 17: skema istishna’ penyelesaian 25% (biaya subkon tdk sama dg nilai tunai)

Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:

a) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam

melaksanakan transaksi dengan PT Andara sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gofur sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.

(1) Tanggal 1 Juli 2009 LKS Al Hidayah menerima tagihan dari sub kontraktor PT. ANDARA sebesar
penyelesaian proyek 25% x Rp58.000.000,00 = Rp14.500.000,00

Dengan diterimanya tagihan dai sub kontraktor tersebut, KS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai

berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp14.500.000,00

Cr. Hutang Istishna’ Rp14.500.000,00

(2) Tanggal 2 Juli 2009 LKS Al Hidayah melakukan pembayaran tagihan sub-kontraktor PT Andara

sebesar Rp14.500.000,00

Atas pembayaran tagihan sub kontraktor tersebut, Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal

sebagai berikut:

Dr. Hutang Istishna’ Rp14.500.000,00

Cr. Kas Rp14.500.000,00

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 293

Jika LKS Al Hidayah mempergunakan Metode Persentase Penyelesaian (Procentege Method) dalam

pengakuan pendapatan, maka dengan penyelesaian proyek sebesar 25%, perhitungan yang dilakukan

sebagai berikut:

Nilai proyek : 25% x Rp60 juta (harga wajar/tunai) Rp15.000.000,00

Harga pokok Rp14.500.000,00

--------------------

Keuntungan Rp 500.000,00

Dengan adanya pengakuan pendapatan istishna’ tersebut, maka jurnal penyesuaian (pengakuan

keuntungan istishna’) adalah sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp 500.000,00

Dr. Harga pokok Istishna’ Rp14.500.000,00

Cr. Pendapatan Istishna’ Rp15.000.000,00

Jika LKS Al Hidayah menggunakan metode penyelesaian (completed method) atau harga pokok dari
kontraktor dan nilai wajar saat penyerahan sama, maka perhitungan dan jurnal ini tidak dilakukan.

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan penyajian dalam
Laporan Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran termin 1 Jumlah
Tgl Penyesuaian 14.500.000
02/07 15.000.000
02/07 500.000 15.000.000

Saldo

15.000.000

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 Jumlah
Tgl Saldo 14.500.000
02/07 00
14.500.000 14.500.000

HARGA POKOK ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pengakuan pendapatan Jumlah
Tgl 14.500.000
02/07 14.500.000
14.500.000
Saldo

14.500.000

PENDAPATAN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Pengakuan pedptan Jumlah
15.000.000 15.000.000
Saldo 15.000.000
15.000.000

Aktiva NERACA Pasiva
Per 02 Juli 2009 Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 15.000.000 Hutang Istishna’ 00

294 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

LAPORAN LABA RUGI
Periode 1 Januari s/d 02 Juli 2009

Pendapatan Istishna’ Rp15.000.000,00
Harga pokok Istishna’ Rp14.500.000,00
---------------------
Keuntungan Istishna’ Rp 500.000,00

b) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual

Dalam transaksi istishna’ dengan Gofur kedudukan LKS Al Hidayah sebagai penjual atau produsen,
sehingga dengan penyelesaian proyek sebesar 25%, maka LKS melakukan atau memiliki tagihan kepada
Gofur sebesar nilai proyek yang telah diselesaikan. Tagihan ini harus dilaksanakan supaya timbul piutang
istishna’ yang pembayarannya dilakukan secara angsuran oleh Gofur.

(1) Tanggal 05 Juli 2009 LKS Al Hidayah menyerahkan tagihan aset istishna’ kepada Sdr Gofur sebagai
pembeli akhir sebesar 25% x Rp72.000.000,00 = Rp18.000.000,00.

Dengan adanya pengiriman tagihan di atas maka Lembaga Keuangan Syariah melakukan

jurnal sebagai berikut:

Dr. Piutang Istishna’ Rp18.000.000,00

Cr. Termin Istishna’ Rp15.000.000,00

Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 3.000.000,00

Transaksi ini dilakukan karena Sdr Gofur sebagai pembeli akhir melakukan pembayaran
secara angsuran, dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga jual LKS ke pembeli akhir Rp72.000.000,00

Penyelesaikan 25% = 25% x Rp72.000.000 = Rp18.000.000,00

Harga jual Rp18.000.000,00
Harga pokok barang (25% x 60 Jt) Rp15.000.000,00
---------------------
Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 3.000.000,00

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan

Keuangan LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

05/07 Termin pertama 18.000.000

Saldo 18.000.000

18.000.000 18.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Keterangan Termin pertama Jumlah

Saldo 3.000.000 3.000.000
3.000.000
3.000.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 295

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Penyelesaian 25% Jumlah
15.000.000 15.000.000
Saldo 15.000.000 15.000.000

NERACA Pasiva
Per 05 Juli 2009 Jumlah

Aktiva 00

Uraian Jumlah Uraian 500.000

Piutang Istishna’ 18.000.000 Hutang istishna’
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (3.000.000)

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 15.000.000
Termin Istishna’ (15.000.000) Laba rugi tahun berjalan

Keuntungan istishna’

(2) Tanggal 25 Juli 2009 Lembaga Keuangan Syariah menerima pembayaran angsuran bulan pertama
oleh nasabah (Gofur) sebesar Rp1.200.000,00

Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan Lembaga

Keuangan Syariah sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran

(pembayaran tangguh) dengan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000,00

Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000,00

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan pada Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama Pembayaran Angs bln-1
Tgl 18.000.000 25/07 Saldo Jumlah
05/07 1.200.000
16.800.000
18.000.000 18.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl Saldo
25/07 2.800.000 3.000.000
3.000.000
3.000.000

296 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Aktiva NERACA Pasiva
Per 25 Juli 2009 Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Piutang Istishna’ 16.800.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (2.800.000) 500.000
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 15.000.000 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (15.000.000) Keuntungan istishna’

Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gofur sebagai pembeli akhir, sehingga belum

timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gofur melakukan pembayaran angsuran dicatat sebagai ”Titipan

Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/07 Angsuran pertama 1.200.000

Saldo 1.200.000

NERACA
Per 25 Juli 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian
15.000.000 00
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Hutang istishna’ 1.200.000
Titipan Angsuran Istishna’
Laba rugi tahun berjalan 500.000

Keuntungan istishna’

2) Pembayaran tahap kedua (penyelesaian 60%)

Pada tahap pembayaran yang kedua ini penyelesaian proyek sebesar 60%, sehingga transaksi
istishna’ pada tahapan tersebut digambarkan dalam skema sebagai berikut:

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 297

Gambar 6-18 : Skema penyelesaian proyek 60% (biaya subkon tdk sama dg nilai tunai)

Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:

a) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam

melaksanakan transaksi dengan PT Andara sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gofur sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.

(1) Tanggal 1 Agustus 2009 LKS AL Hidayah menerima tagihan dari kontraktor PT. ANDARA tahap

kedua sebesar Rp20.300.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

penyelesaian proyek 60% x Rp58.000.000,00 = Rp34.800.000,00

Pembayaran termin pertama Rp14.500.000,00

-----------------------

Tagihan termin tahap kedua Rp 20.300.000,00

Dengan adanya transaksi tersebut maka LKS Al Hidayah sebagai produsen melakukan jurnal

sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp20.300.000,00

Cr. Hutang Istishna’ Rp20.300.000,00

(2) Tanggal 2 Agustus 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan melakukan pembayaran tagihan termin
tahap kedua ke PT ANDARA sebagai kontraktor sebesar Rp20.300.000,00.

298 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Dengan adanya transaksi di atas maka LKS Al Hidayah sebagai produsen melakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Hutang Istishna’ Rp20.300.000,00
Cr. Kas Rp20.300.000,00

Jika LKS Al Hidayah menggunakan Metode Persentase Penyelesaian dalam pengakuan

pendapatan, maka dengan progres penyelesaian proyek sebesar 60%, perhitungan yang dilakukan

sebagai berikut:

Nilai barang : 60% x Rp60 juta (harga wajar/tunai) Rp36.000.000,00

Harga pokok:

Termin pertama Rp14.500.000,00

Penyesuaian Rp 500.000,00

Termin kedua Rp20.300.000,00

Jumlah Rp35.300.000,00

-------------------

Pengakuan keutungan tahap kedua Rp 700.000,00

Dengan adanya pengakuan pendapatan istishna’ tersebut, maka jurnal penyesuaian

(pengakuan keuntungan istishna’) adalah sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp 700.000,00

Dr. Harga pokok Istishna’ Rp20.300.000,00

Cr. Pendapatan Istishna’ Rp21.000.000,00

Jika lembaga Keuangan Syariah menggunakan metode penyelesaian (completed method) atau
harga pokok dari kontraktor dan nilai wajar saat penyerahan sama, maka perhitungan dan jurnal ini
tidak dilakukan.

Dengan adanya jurnal penyesuaian tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam
Laporan Keuangan pada Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran termin 1 Jumlah
Tgl Penyesuaian 14.500.000
02/07 Pembayaran termin 2 36.000.000
02/07 Penyesuaian 500.000 36.000.000
02/08
02/08 20.300.000

700.000

Saldo

36.000.000

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 Jumlah
Tgl Pembayaran 20.300.000 01/08 Tagihan termin ke2
02/07 Saldo 14.500.000
02/08 00 20.300.000
34.800.000
34.800.00

HARGA POKOK ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pengakuan pendapatan Jumlah
Tgl Pengakuan pendptan 14.500.000
02/07 14.500.000
02/08 20.300.000 34.800.000

Saldo

34.800.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 299

PENDAPATAN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Pengakuan pedptan Jumlah
36.000.000 02/08 Pengakuan pedptan
36.000.000 15.000.000
Saldo 21.000.000
36.000.000
NERACA
Per 2 Agustus 2009 Pasiva
Jumlah
Aktiva
00
Uraian Jumlah Uraian
1.200.000
Piutang Istishna’ 16.800.000 Hutang istishna’
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (2.800.000)
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (15.000.000) Keuntungan istishna’

LAPORAN LABA RUGI

Periode 1 Januari s/d 02 Agustus 2009

Juli Agustus
36.000.000
Pendapatan Istishna’ 15.000.000 34.800.000
1.200.000
Harga pokok Istishna’ 14.500.000

Keuntungan Istishna’ 500.000

b) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual

Dalam transaksi istishna’ dengan Gofur kedudukan LKS Al Hidayah sebagai penjual atau produsen,
sehingga dengan penyelesaian proyek sebesar 60%, maka LKS melakukan atau memiliki tagihan kepada
Gofur sebagai pembeli akhir. Tagihan ini harus dilaksanakan supaya timbul piutang istishna’ yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran oleh Gofur.

(1) Tanggal 05 Agustus 2009 LKS Al Hidayah melakukan penyerahan tagihan termin tahap kedua

kepada Gofur sebagai pembeli akhir sebesar Rp25.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Nilai penyelesaian barang : 60% x Rp72.000.000,00 = Rp43.200.000,00

Tagihan termin tahap pertama Rp18.000.000,00

-----------------------

Tagihan tahap kedua Rp25.200.000,00

Tagihan terkandung keuntungan dan harga pokok barang dan oleh Gofur pembayarannya

dilakukan secara angsuran (tidak sekaligus), sehingga atas transaksi di atas maka Lembaga Keuangan

Syariah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Piutang Istishna’ Rp25.200.000,00

Cr. Termin Istishna’ Rp21.000.000,00

Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 4.200.000,00

Transaksi ini dilakukan untuk pengakuan piutang istishna’ karena pembeli akhir melakukan

pembayaran secara angsuran, dengan perhitungan sebagai berikut :

Harga jual LKS ke pembeli akhir Rp72.000.000,00

Penyelesaikan kesatu 25% = 25% x Rp72.000.000,00 = Rp18.000.000,00

Penyelesaikan kedua 60% = 60% x Rp72.000.000,00 = Rp43.200.000,00

300 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Perhitungan keuntungan Juli 2009 Akumulasi sd Beban Agustus
Agustus 2009 2009
Harga jual 18.000.000 25.200.000
Harga pokok barang (persediaan) 15.000.000 43.200.000 21.000.000
Keuntungan Tangguhan 3.000.000 36.000.000 4.200.000
7.200.000

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Penyelesaian 25% Jumlah
36.000.000 02/08 Penyelesaian 60% 15.000.000
36.000.000 21.000.000
Saldo
36.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama Pembayaran Angs bl-1 Jumlah
Tgl Termin kedua 18.000.000 25/07 1.200.000
05/07 Saldo
05/08 25.200.000 42.000.000
43.200.000
43.200.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl 05/08 Termin kedua
25/07 Saldo 200.000 3.000.000
7.200.000 4.200.000

7.200.000

Aktiva NERACA Uraian Pasiva
Uraian Per 5 Agustus 2009 Jumlah

Jumlah

Piutang Istishna’ 42.000.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (7.000.000) 1.200.000
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ (36.000.000) Keuntungan istishna’

(2) Tanggal 25 Agustus 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan kedua dari Gofur

sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00

Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah sama

dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh) dengan

jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas Rp1.200.000

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000

Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 301

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan pada LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama Pembayaran Angs bln-1
Tgl Termin kedua 18.000.000 25/07 Pembayaran angs ke2 Jumlah
05/07 Saldo 1.200.000
05/08 25.200.000 25/08 1.200.000
40.800.000
43.200.000 43.200.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua 3.000.000
25/07 Saldo 4.200.000
25/08 6.800.000
7.200.000 7.200.000

NERACA
Per 25 Agustus 2009

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva
Hutang istishna’ Jumlah
Uraian 40.800.000
Piutang Istishna’ (6.800.000) Laba rugi tahun berjalan 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan 36.000.000 Keuntungan istishna’
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian (36.000.000) 1.200.000
Termin Istishna’

Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gofur sebagai pembeli akhir, sehingga belum

timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gofur melakukan pembayaran angsuran dicatat seagai ”Titipan

Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

Saldo 2.400.000

2.400.000 2.400.000

NERACA
Per 25 Agustus 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 36.000.000 Hutang istishna’ 00
Titipan Angsuran Istishna’ 2.4000.000
Laba rugi tahun berjalan
1.200.000
Keuntungan istishna’

302 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

3) Pembayaran tahap kedua (penyelesaian 100%)
Dengan adanya penyelesaian proyek (progres 100%), maka seluruh kegiatan transaksi istishna’

paralel tersebut dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 6-19 : Skema penyelesaian proyek 100% (biaya subkon tdk sama dg nilai tunai)
Dari skema transaksi istishna’ yang digambarkan di atas, dilakukan jurnal transaksi istishna’ yang di
lakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik sebagai produsen maupun sebagai pemesan sebagai berikut:

a) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
Oleh karena transaksi istishna’ tersebut di atas merupakan transaksi istishna’ paralel, maka dalam

melaksanakan transaksi dengan PT Andara sebagai sub kontraktor, kedudukan LKS Al Hidayah sebagai
pemesan/pembeli, tetapi dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan sdr Gofur sebagai pembeli akhir,
maka LKS Al Hidayah kedudukannya sebagai produsen atau pembuat.

(1). Tanggal 1 September 2009 LKS Al Hidayah sebagai pemesan menerima tagihan dari kontraktor PT.

ANDARA sebesar sisa proyek Rp23.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Harga kontrak Rp58.000.000,00

Pembayaran pertama Rp14.500.000,00

Pembayaran kedua Rp20.300.000,00

Rp34.800.000,00

--------------------

Sisa pembayaran harga kontrak Rp23.200.000,00

Dengan diterima tagihan dari PT Andara sebagai sub kontraktor tersebut, LKS Al Hidayah
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp23.200.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 303

(2) Tanggal 2 September 2009 LKS Al Hidayah melakukan pembayaran tagihan termin tahap terakhir
ke PT ANDARA sebagai sub kontraktor sebesar Rp23.200.000,00

Dengan adanya transaksi di atas maka LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000

Cr. Kas Rp23.200.000

Jika LKS Al Hidayah menggunakan Metode Persentase Penyelesaian dalam pengakuan
pendapatan, maka dengan progres penyelesaian proyek sebesar 100%, perhitungan yang dilakukan
sebagai berikut:

Nilai wajar proyek saat penyerahan Rp60.000.000,00
Harga pokok:
Rp14.500.000,00
Termin pertama Rp 500.000,00
Penyesuaian Rp20.300.000,00
Termin kedua Rp 700.000,00
Penyesuaian

Termin ketiga Rp23.200.000,00

Jumlah Rp59.200.000,00
---------------------
Pengakuan keutungan tahap akhir Rp 800.000,00

Dengan adanya pengakuan pendapatan istishna’ tersebut, maka jurnal penyesuaian
(pengakuan keuntungan istishna’) adalah sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp 800.000,00
Dr. Harga pokok Istishna’ Rp23.200.000,00
Cr. Pendapatan Istishna’
Rp24.000.000,00

Dengan adanya jurnal penyesuaian tersebut mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam
Laporan Keuangan pada LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Jumlah
Tgl Pembayaran termin 1 14.500.000
02/07 Penyesuaian 60.000.000
02/07 Pembayaran termin 2 500.000 60.000.000
02/08 Penyesuaian
02/08 Pembayaran termin 3 20.300.000
02/09 Penyesuaian
02/09 700.000

23.200.000

800.000 Saldo

60.000.000

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
14.500.000 Jumlah
Tgl Pembayaran 20.300.000 01/07 Tagihan termin ke1 14.500.000
02/07 Pembayaran 23.200.000 01/08 Tagihan termin ke2 20.300.000
02/08 Pembayaran 01/09 Tagihan termin ke 3 23.200.000
02/09 Saldo 00
58.000.000 58.000.00

304 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

HARGA POKOK ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Jumlah
Tgl Pengakuan pendapatan 14.500.000
02/07 Pengakuan pendapatan 23.200.000
02/08 Pengakuan pendapatan 20.300.000 58.000.000
02/09
23.200.000 Kredit
Jumlah
Saldo 15.000.000
21.000.000
58.000.000 24.000.000
60.000.000
PENDAPATAN ISTISHNA’
Pasiva
Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
Tgl 02/07 Pengakuan pendapatan
60.000.000 02/08 Pengakuan pendapatan 00
Saldo 60.000.000 02/09 Pengakuan pendapatan 2.000.000

NERACA
Per 02 September 2009

Aktiva

Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 40.800.000 Hutang istishna’
Keuntungan Istishna’ Tangguhan
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian (6.800.000) Laba rugi tahun berjalan

60.000.000 Keuntungan istishna’

LAPORAN LABA RUGI

Periode 1 Januari s/d 02 September 2009

Juli Agustus September
60.00.000
Pendapatan Istishna’ 15.000.000 36.000.000 58.000.000
2.000.000
Harga pokok Istishna’ 14.500.000 34.800.000

Keuntungan Istishna’ 500.000 1.200.000

b) Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual

Dalam transaksi istishna’ dengan Gofur kedudukan LKS Al Hidayah sebagai penjual atau produsen,

sehingga dengan penyelesaian proyek sebesar 100%, maka LKS melakukan atau meiliki tagihan kepada

Gofur sebagai pembeli akhir. Tagihan ini harus dilaksanakan supaya timbul piutang istishna’ yang

pembayarannya dilakukan secara angsuran oleh Gofur.

(1). Tanggal 05 September 2009 LKS AL Hidayah melakukan penyerahan tagihan tahap akhir kepada

Gofur sebagai pembeli akhir sebesar Rp28.800.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Harga barang Rp72.000.000,00

Penyerahan pertama Rp18.000.000,00

Penyerahan kedua Rp25.200.000,00

Rp43.200.000,00

---------------------

Sisa nilai harga barang Rp 28.800.000,00

Dengan adanya transaksi di atas maka LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Piutang Istishna’ Rp28.800.000,00
Cr. Termin Istishna’ Rp24.000.000,00
Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 4.800.000,00

Transaksi ini dilakukan untuk pengakuan piutang istishna’ karena pembeli akhir melakukan
pembayaran secara angsuran, dengan perhitungan sebagai berikut :

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 305

Juli 2009 Akumulasi Akumulasi Sept Beban Sept

Agustus 09 2009 2009

Harga jual 18.000.000 43.200.000 72.000.000 28.800.000

Harga pokok barang 15.000.000 36.000.000 60.000.000 24.000.000

Keuntungan Tangguhan 3.000.000 7.200.000 12.000.000 4.800.000

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan

Keuangan pada Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl 02/07 Penyelesaian 25%
60.000.000 02/08 Penyelesaian 60% Jumlah
Saldo 60.000.000 02/09 Penyelesaian 100% 15.000.000
21.000.000
24.000.000
60.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1 Jumlah
Tgl Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayran angs ke2
05/07 Termin ketiga 28.800.000 1.200.000
05/08 Saldo 1.200.000
05/09
69.600.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama Jumlah
Tgl Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua 3.000.000
25/07 05/09 Termin ketiga 4.200.000
25/08 Saldo 11.600.000 4.800.000
12.000.000
12.000.000

NERACA
Per 5 September 2009

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva

Uraian 69.600.000 Hutang istishna’ Jumlah
Piutang Istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan
(11.600.000)

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 60.000.000
Termin Istishna’ (60.000.000) Laba rugi tahun berjalan

Keuntungan istishna’ 2.000.000

(2) Tanggal 25 September 2009 LKS Al Hidayah menerima pembayaran angsuran bulan ketiga dari
Gofur sebagai pembeli akhir sebesar Rp1.200.000,00
Dengan adanya pembayaran angsuran tersebut, maka jurnal yang dilakukan LKS Al Hidayah
sama dengan jurnal penerimaan angsuran murabahah dengan angsuran (pembayaran tangguh)
dengan jurnal sebagai berikut:

306 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Dr. Kas Rp1.200.000,00

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 200.000,00

Cr. Piutang Istishna’ Rp1.200.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 200.000,00

Dengan adanya jurnal di atas mengakibatkan posisi akun-akun dan penyajian dalam Laporan

Keuangan dalam LKS Al Hidayah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Termin pertama 18.000.000 25/07 Pembayaran Angs bl-1
Tgl Termin kedua 25.200.000 25/08 Pembayaran angs ke2 Jumlah
05/07 Termin ketiga 28.800.000 25/09 Pembayaran angs ke 3 1.200.000
05/08 Saldo 1.200.000
05/09 1.200.000
68.400.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
200.000 Jumlah
Tgl Pembayaran angs bln 1 200.000 05/07 Termin pertama 3.000.000
25/07 Pembayaran angs ke 2 200.000 05/08 Termin kedua 4.200.000
25/08 Pembayaran angs ke3 05/09 Termin ketiga 4.800.000
25/09 Saldo 11400.000
12.000.000 12.000.000

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva
68.400.000 Hutang istishna’ Jumlah
Uraian (11.400.000)
Piutang Istishna’ 60.000.000 Laba rugi tahun berjalan 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (60.000.000) Keuntungan istishna’
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian 2.000.000
Termin Istishna’

c) Penyerahan proyek kepada pembeli akhir
Dengan adanya penyelesaian proyek pembangunan rumah Gofur, maka pada saat penyerahan

rumah LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Termin Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000,00

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan
Keuangan dalam Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Penyerahan proyek 60.000.000 02/07 Penyelesaian 25%
Tgl 02/08 Penyelesaian 60% Jumlah
25/09 00 02/09 Penyelesaian 100% 15.000.000
60.000.000 21.000.000
Saldo 24.000.000
60.000.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 307

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
25/09 Penyelesaian proyek Jumlah
Tgl Pembayaran termin 1 14.500.000 60.000.000
02/07 Penyesuaian 500.000 Saldo
02/07 Pembayaran termin 2 00
02/08 Penyesuaian 20.300.000 60.000.000
02/08 Pembayaran termin 3 700.000
02/09 Penyesuaian Pasiva
02/09 23.200.000 Jumlah
800.000
00
60.000.000
2.000.000
NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva

Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000)
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Laba rugi tahun berjalan
Termin Istishna’ 00 Keuntungan istishna’
(00)

Jika pada tahap ini tidak dilakukan tagihan kepada Gofur sebagai pembeli akhir, sehingga belum
timbul Piutang Istishna’, maka pada saat Gofur melakukan pembayaran angsuran dicatat sebagai ”Titipan
Angsuran” sehingga jurnal yang dilakukan adalah :

Dr. Kas Rp1.200.000,00
Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp1.200.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN ISTISHNA’

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

25/09 Angsuran ketiga 1.200.000

Saldo 3.600.000

3.600.000 3.600.000

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Hutang istishna’ 00
60.000.000 Titipan Angsuran Istishna’ 3.600.000

Laba rugi tahun berjalan 2.000.000
Keuntungan istishna’

Pada saat penyerahan rumah/proyek (sebagai barang pesanan istishna’) kepada Gofur sebagai
pembeli akhir, LKS Al Hidayah melakukan jurnal sebagai berikut:

(1) Dr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000,00

308 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

(2) Dr. Piutang Istishna’ Rp72.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Istishna’ Rp60.000.000,00
Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00

(3) Dr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp3.600.000,00

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp 600.000,00

Cr. Piutang Istishna’ Rp3.600.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp 600.000,00

Atas jurnal di atas, mengakibatkan perubahan posisi akun-akun dan Laporan Keuangan LKS AL

Hidayah sebagai berikut:

TITIPAN ANGSURAN

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

25/09 Penyerahan proyek 3.600.000 25/07 Angsuran pertama 1.200.000

25/08 Angsuran kedua 1.200.000

25/09 Angsuran ketiga 1.200.000

Saldo 00

3.600.000 3.600.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Penyerahan proyek Pembayaran Angs 1,2,3
Tgl 72.000.000 25/09 Saldo Jumlah
25/09 3.600.000
68.400.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran angs 1.2.3 600.000 25/09 Penyerahan proyek Jumlah
Tgl Saldo 12.000.000
25/09 11400.000
12.000.000 12.000.000

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
14.500.000 25/09 Penyelesaian proyek Jumlah
Tgl Pembayaran termin 1 60.000.000
02/07 Penyesuaian 500.000 Saldo
02/07 Pembayaran termin 2 20.300.000 00
02/08 Penyesuaian 60.000.000
02/08 Pembayaran termin 3 700.000
02/09 Penyesuaian 23.200.000
02/09
800.000
60.000.000

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Pasiva
Jumlah
Uraian Jumlah Uraian

Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000) Titipan Angsuran Istishna’ 00

Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Laba rugi tahun berjalan 2.000.000
00 Keuntungan istishna’

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 309

B. Pengakuan pendapatan istishna’ dengan metode penyelesaian (Completed Method)

Sesuai ketentuan dalam PSAK 104 tentang akuntansi Istishna’ paragraf 19, jika LKS Al Hidayah
melakukan pengakuan pendapatan pada saat proyek selesai (completed Method), maka selama proyek
berjalan:

(a) tidak ada pendapatan istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
(b) tidak ada harga pokok istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
(c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna' dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan

tersebut selesai; dan
(d) pengakuan pendapatan istishna', harga pokok istishna', dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir

penyelesaian pekerjaan.

Oleh karena itu jika LKS Al Hidayah melakukan pengakuan pendapatan pada akhir proyek maka
jurnal yang dilakukan oleh LKS Al Hidayah adalah sebagai berikut:

(1) Tanggal 1 Juli 2009 penerimaan tagihan dari kontraktor PT. ANDARA sebesar penyelesaian proyek

25% x Rp58.000.000,00 = Rp14.500.000,00

Dengan diterimanya tagihan dari sub kontraktor, Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sbb:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp14.500.000,00

Cr. Hutang Istishna’ Rp14.500.000,00

(2) Tanggal 2 Juli 2009 dilakukan pembayaran tagihan ke Kontraktor oleh Lembaga Keuangan Syariah
sebesar Rp14.500.000,00
Atas pembayaran tagihan sub kontraktor, Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sbb:

Dr. Hutang Istishna’ Rp14.500.000,00

Cr. Kas Rp14.500.000,00

(3) Tanggal 1 Agustus 2009 Lembaga Keuangan Syariah menerima tagihan dari kontraktor PT.

ANDARA tahap kedua sebesar Rp20.300.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

penyelesaian proyek 60% x Rp58.000.000,00 = Rp34.800.000,00.
Pembayaran termin pertama Rp14.500.000,00
-----------------------
Tagihan termin tahap kedua Rp 20.300.000,00

Dengan adanya transaksi tersebut maka Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sebagai
berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp20.300.000,00
Cr. Hutang Istishna’ Rp20.300.000,00

(4) Tanggal 2 Agustus 2009 Lembaga Keuangan Syariah melakukan pembayaran tagihan termin tahap
kedua ke PT ANDARA sebagai kontraktor sebesar Rp20.300.000,00.

Dengan adanya transaksi tersebut maka Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sebagai
berikut:

Dr. Hutang Istishna’ Rp20.300.000,00
Cr. Kas Rp20.300.000,00

(5) Tanggal 1 September 2009 Lembaga Keuangan Syariah menerima tagihan dari kontraktor PT.

ANDARA sebesar sisa proyek Rp23.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Harga kontrak Rp58.000.000,00

Pembayaran pertama Rp14.500.000,00

Pembayaran kedua Rp20.300.000,00

Rp34.800.000,00

--------------------

Sisa pembayaran harga kontrak Rp23.200.000,00

310 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Dengan diterima tagihan dari sub kontraktor tersebut, Lembaga Keuangan Syariah

melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp23.200.000,00

Cr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00

(6) Tanggal 2 September 2009 Lembaga Keuangan Syariah melakukan pembayaran tagihan termin
tahap terakhir ke PT ANDARA sebagai kontraktor sebesar Rp23.200.000,00

Dengan adanya transaksi tersebut maka Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sebagai

berikut:

Dr. Hutang Istishna’ Rp23.200.000,00

Cr. Kas Rp23.200.000,00

(7) Penyerahan aset istishna’ yang telah diproduksi dengan harga wajar atau nilai tunai saat penyerahan
sebesar Rp60.000.000,00

Nilai tunai saat penyerahan sebesar Rp60.000.000,00 sedangkan pengeluaran untuk memproduksi

aset istishna’ yang tercatat dalam ”Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian” sebesar Rp58.000.000,00

sehingga selisih Rp2.000.000,00 diakui sebagai keuntungan istishna’ dengan jurnal penyesuaian

sebagai berikut:

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp 2.000.000,00

Dr. Harga pokok Istishna’ Rp58.000.000,00

Cr. Pendapatan Istishna’ Rp60.000.000,00

(8) Penerimaan angsuran tanggal 25 Juli 2009, 25 Agustus 2009 dan 25 September 2009 masing-masing

sebesar Rp1.200.000,00

Dengan adanya transaksi tersebut maka Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal sebagai

berikut:

Dr. Kas Rp3.600.000,00

Cr. Titipan Angsuran Istishna’ Rp3.600.000,00

(9) Pada saat penyerahan barang kepada pembeli akhir, Lembaga Keuangan Syariah melakukan jurnal

sebagai berikut:

Dr. Piutang Murabahah Rp72.000.000,00

Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp60.000.000,00

Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00

Dr. Titipan Angsuran Rp3.600.000,00
Cr. Piutang Istishna’ Rp3.600.000,00

Dr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp600.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ Rp600.000,00

Dengan adanya jurnal tersebut mengakibatkan posisi Akun-akun dan penyajian dalam Laporan

Keuangan pada Lembaga Keuangan Syariah menjadi sebagai berikut:

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembayaran 14.500.000 01/07 Tagihan termin ke1 Jumlah
Tgl Pembayaran 20.300.000 01/08 Tagihan termin ke2 14.500.000
02/07 Pembayaran 23.200.000 01/09 Tagihan termin ke 3 20.300.000
02/08 Saldo 23.200.000
02/09 00
58.000.000 58.000.00

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 311

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
14.500.000 02/09 Penyerahan Jumlah
Tgl Pembayaran termin 1 20.300.000 60.000.000
02/07 Pembayaran termin 2 23.200.000 Saldo
02/08 Pembayaran termin 3 2.000.000 00
02/09 Penyesuaian 60.000.000 60.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembyran Angs 1 sd 3
Tgl Keterangan 72.000.000 Saldo Jumlah
Penyerahan 3.600.000
68.400.000
72.000.000 72.000.000

KEUNTUNGAN ISTISHNA’ TANGGUHAN

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Pembayaran angs 1 sd 3 Penyerahan
Jumlah
600.000 12.000.000

Saldo 11.400.000
12.000.000
12.000.000

NERACA
Per 25 September 2009

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva
Uraian Jumlah

Piutang Istishna’ 68.400.000 Hutang istishna’ 00
Keuntungan Istishna’ Tangguhan (11.400.000)

Persediaan 00 2.000.000
Aset Istishna’ dlm Penyelesaian Laba rugi tahun berjalan

00 Keuntungan istishna’

LAPORAN LABA RUGI Rp60.000.000,00
Periode : Jan sd 25 September 2009 Rp58.000.000,00
Pendapatan istishna’ (Revenue of Istishna’) ---------------------
Harga Pokok Istishna’ (Cost of Istishna’) Rp 2.000.000,00

Keuntungan istishna’ (profit of istishna’)

Jika penyerahan proyek dan tagihan pembayaran dilakukan sekaligus oleh LKS Al Hidayah kepada

Gofur, maka jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Dr. Piutang Istishna’ Rp72.000.000,00

Cr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian Rp58.000.000,00

Cr. Keuntungan Istishna’ Tangguhan Rp12.000.000,00

Cr. Pendapatan Keuntungan Istishna’ (selisih tunai) Rp 2.000.000,00

Selanjutnya jurnal pembayaran angsuran sampai pelunasan dan pengaruhnya pada akun-akun yang

terkait dalam Laporan posisi Keuangan dan LAPORAN LABA RUGI seperti dalam pembayaran

angsuran murabahah atau pembayaran angsuran istishna’ di atas.

312 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

6.5.3 Istishna’ Paralel – jangka waktu produksi aset istishna’ sama dengan
jangka waktu pembayaran.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan jelas terhadap transaksi istishna’ paralel, berikut
diberikan ilustrasi contoh lain yang diambilkan dari buku Accounting Auditing Standard for Islamic Financial
Institution (AASIFI) yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) untuk memberikan gambaran ketentuan yang dipergunakan pada negara lain. Dalam contoh
istishna’ paralel ini jangka waktu penyelesaian barang (proses produksi) sama dengan jangka waktu
pembayaran harga barang dan pembayaran dilakukan mulai proses produksi dilakukan sesuai persentase
penyelesaian proyek.Jadi pembayaran harga barang lunas saat proses produksi barang tersebut selesai dan
dilakukan penyerahan barang yang dipesan.

Contoh : 6 - 20 Kontrak Istishna’ Istishna’ paralel
(500.000) (400.000)
Tagihan oleh sub-kontraktor
Billing by (al-sani’) sub-contractor (x-co) Thn 1 Thn 2 Thn 1 Thn 2
Tagihan termin oleh Bank Syariah kepada pembeli 300.000 100.000
Billing by Sharia Bank to (al-mustasni) purchaser (y-co) 280.000 220.000
Pembayaran kepada sub kontraktor 290.000 110.000
Payment to sub-contractor (x-co) 230.000 270.000
Penerimaan pembayaran dari pembeli
Collection from purchase (y-co)

Dari ilustrasi contoh di atas, untuk mengetahui jurnal yang dilakukan dan pengakuan pendapatan
yang dilakukan dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Gambar 6-20 : Istishna’ paralel (jangka waktu produksi sama dg jangka waktu pembayaran)
Dari ilustrasi contoh tersebut di atas jurnal yang dilakukan sehubungan dengan transaksi istishna’
tersebut adalah sebagai berikut:

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 313

1. Penerimaan tagihan termin oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemesan dari subkontraktor,

pada tahun pertama sebesar Rp300.000.000,00 dan pada tahun kedua sebesar Rp100.000.000,00

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Dr. Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian (Istishna’ work-in progres) 300.000.000 100.000.000

Cr. Hutang Istishna’ (Istishna’ Account Payable) 300.000.000 100.000.000

2. Penagihan pembayaran termin oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai produsen kepada pembeli

akhir, pada tahun pertama sebesar Rp280.000.000,00 dan pada tahun kedua sebesar

Rp220.000.000,00

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Dr. Piutang Istishna’ (Istishna’ Account Receivable) 280.000.000 220.000.000

Cr. Termin Istishna’ (Istishna’ Billing) 280.000.000 220.000.000

3. Penerimaan pembayaran termin dari pembeli akhir oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai

produsen, pada tahun pertama sebesar Rp230.000.000,00 dan pada tahun kedua sebesar

Rp270.000.000,00

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Dr. Kas (cash) 230.000.000 270.000.000

Cr. Piutang Istishna’ (Istishna’ Account Receivable) 230.000.000 270.000.000

4. Pembayaran termin oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemesan kepada subkontraktor, pada

tahun pertama sebesar Rp290.000.000,00 dan tahun kedua sebesar Rp110.000.000,00

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Dr. Hutang Istishna’ (Istishna’ Account Payable) 290.000.000 110.000.000

Cr. Kas (Cash) 290.000.000 110.000.000

5. Posisi akun-akun dalam administrasi Lembaga Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ paralel

pada tahun pertama adalah :

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan 300.000.000

Pembay termin ke-1 300.000.000 Saldo

300.000.000 300.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit

Tgl Keterangan 280.000.000 Penerimaan pembay Jumlah
Tagihan termin 230.000.000
50.000.000
Saldo 280.000.000

280.000.000

HUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Pembayaran termin Jumlah
Saldo 300.000.000
290.000.000 Penerimaan tagihan
300.000.000
10.000.000

300.000.000

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl
Jumlah
Saldo 280.000.000 Tagihan Termin 280.000.000
280.000.000
280.000.000

314 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

NERACA
Per dd/mm/yyyy

Aktiva Jumlah Uraian pasiva
300.000.000 Hutang Istishna’
Uraian (280.000.000) Jumlah
Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 50.000.000 10.000.000
Termin Istishna’
Piutang Istishna’

6. Posisi perkiraan dalam administrasi Lembaga Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ paralel pada

tahun kedua adalah :

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

Pembay termin ke-1 300.000.000

Pembay termin ke 2 100.000.000 Saldo 400.000.000

400.000.000 400.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Tagihan termin 1
Tagihan termin 2 Jumlah
280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
270.000.000
220.000.000 Penerimaan pembay
00
Saldo 500.000.000

500.000.000

HUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
290.000.000 Penerimaan tagihan Jumlah
Tgl Keterangan 110.000.000 Penerimaan tagihan
Pembayaran termin 00 300.000.000
Pembayaran 400.000.000 100.000.000
Saldo
400.000.000

TERMIN ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Keterangan Tagihan Termin ke 1
500.000.000 Tagihan termin ke 2 Jumlah
Saldo 500.000.000 280.000.000
220.000.000
500.000.000

Aktiva NERACA Pasiva
Per dd/mm/yyyy Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian 500.000.000 Hutang Istishna’ 00
Termin Istishna’ (500.000.000)

Piutang Istishna’ 00

7. Pengakuan pendapatan “Istishna’ Paralel”

Pendapatan istishna’ adalah total harga yang disepakati dalam akad antara LKS dan pembeli akhir,
termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna’ dan harga
pokok istishna’. Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau
metode akad selesai.

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 315

a) Pengakuan pendapatan Istishna’ Paralel dengan metode persentase penyelesaian

Salah satu pengakuan pendapatan istishna’ Paralel adalah menggunakan metode persentase
penyelesaian (procentage method) yaitu pengakuan pendapatan didasarkan atau sebanding dengan persentase
penyelesaian proyek atau proses produksi aset istishna’. Dalam PSAK 104 tentang akuntansi istishna’
dijelaskan pengakuan pendapatan sebagai berikut:

17. Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
(a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna' pada periode yang bersangkutan;
(b) bagian margin keuntungan istishna' yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aset istishna' dalam penyelesaian; dan
(c) pada akhir periode harga pokok istishna' diakui sebesar biaya istishna' yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

Dari contoh tersebut di atas, apabila Lembaga Keuangan Syariah menggunakan metode persentase

penyelesaian (procentage method), maka perhitungan pendapatan istishna’ adalah sebagai berikut:

Pada tahun pertama persentase penyelesaian dilakukan dengan perhitungan:

Harga jual (akad 1 : LKS dengan pembeli akhir) Rp500.000.000,00

Harga pokok (akad 2 : LKS dengan sub kontraktor) Rp400.000.000,00

---------------------

Keuntungan Rp100.000.000,00

Apabila Lembaga Keuangan Syariah mengeluarkan biaya perolehan (cost istishna’) sebesar
Rp300.000.000,00 yaitu pembayaran yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemesan
kepada Sub-kontraktor, maka perhitungan pendapatan Istishna’ Paralel berdasarkan metode persentase
penyelesaian adalah sebagai berikut:

% penyelesaian Tahun ke-1 Tahun ke-2
Pencatatan penerimaan harga ke pembeli akhir 300/400 x 100% = 75% 25%
Istishna’ revenue (pendapatan Istishna’) 500 x 75% = 375 125
(500 – 400) x 75% = 75 25

Atas perhitungan pengakuan biaya perolehan istishna’ (cost istishna’) dan pendapatan istishna’ (pada
akhir periode laporan keuangan/pada akhir termin), jurnal penyesuaian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Dr. Harga Pokok Istishna’ (Cost Istishna’ Revenue) 300.000.000 100.000.000

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelsaian (Istishna’ work-in-progres) 75.000.000 25.000.000

Cr. Pendapatan Istishna’ (Istishna’ Revenue) 375.000.000 125.000.000

Posisi perkiraan dalam Lembaga Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ pada tahun pertama

(setelah dilakukan perhitungan pendapatan dengan metode persentase penyelesaian) adalah :

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Kredit
Jumlah
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan
400.000.000
Beban pra akad 15.000.000 400.000.000

Pembayaran termin ke-1 285.000.000

Pengakuan pendapatan 75.000.000 Saldo

400.000.000

316 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Jumlah
Tgl Keterangan 280.000.000 Penerimaan pembay 230.000.000
Penagihan ke pembeli 50.000.000
280.000.000
Saldo
Kredit
280.000.000 Jumlah
280.000.000
TERMIN ISTISHNA’
280.000.000
Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan
Tgl pasiva
Jumlah
Penerimaan pembay

Saldo 280.000.000

280.000.000

NERACA
Per tanggal xx/xx/ 2004

Aktiva Jumlah Uraian
375.000.000
Uraian (280.000.000)
Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 50.000.000
Termin Istishna’
Piutang Istishna’

LAPORAN LABA RUGI Rp375.000.000,00
Periode dd-mm-yyy s/d dd-mm-yyyy Rp300.000.000,00
Pendapatan Istishna’ (Istishna’ Revenue) ----------------------
Penerimaan Harga Pokok Istishna’ (Cost of Istishna’) Rp 75.000.000,00

Keuntungan Istishna’ (Istishna’ Profit)

Dalam perhitungan pendapatan yang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan distribusi hasil
usaha, yang harus diperhatikan adalah adanya aliran kas masuk, sehingga harus dilakukan perhitungan yang
matang berapa yang telah didukung dengan adanya aliran kas masuk. Posisi perkiraan dalam Lembaga
Keuangan Syariah atas transaksi istishna’ pada tahun kedua (setelah dilakukan perhitungan dan pengakuan
pendapatan atas metode persentase penyelesaian )adalah :

ASET ISTISHNA’ DALAM PENYELESAIAN

Debet Kredit
Jumlah
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan
500.000.000
Beban pra akad 15.000.000 500.000.000

Pembayaran termin ke-1 285.000.000

Pengakuan pendptan- 1 75.000.000

Pembay termin ke-2 100.000.000

Pengakuan pendptan –2 25.000.000 Saldo

500.000.000

PIUTANG ISTISHNA’

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit

Tgl Keterangan 280.000.000 Penerimaan pembay Jumlah
Penagihan ke pembeli 230.000.000
Penagihan ke pembeli 220.000.000 Penerimaan pembay 270.000.000

Saldo 00
500.000.000
500.000.000

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 317

TERMIN ISTISHNA’

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Jumlah
280.000.000
Penerimaan pembay 220.000.000
500.000.000
Saldo 00 Penerimaan pembay
Pasiva
500.000.000 Jumlah

NERACA
Per dd/mm/yyyy

Aktiva

Uraian Jumlah Uraian

Aset Istishna’ Dlm Penyelesaian 500.000.000
Termin Istishna’ (500.000.000)
Piutang Istishna’
00

LAPORAN LABA RUGI
Periode dd-mm-yyyy s/d dd-mm-yyyy

Pendapatan Istishna’ (Istishna’ Revenue) Rp125.000.000,00
Harga Pokok Istishna’ (Cost of Istishna’) Rp100.000.000,00
----------------------
Keuntungan Istishna’ (Istishna’ Profit) Rp 25.000.000,00

b) Pengakuan pendapatan dengan metode penyelesaian akad

Dari contoh tersebut di atas, maka perhitungan pendapatan istishna’ paralel adalah:

1. Pada tahun pertama (selama dalam proses penyelesaian barang):

tidak ada perhitungan pendapatan

2. Pada tahun kedua (saat proyek selesai):

Pengakuan biaya (cost) dan pendapatan (hanya dilakukan pada akhir penyelesaian barang)

Dr. Harga pokok Istishna’ (Cost of istishna’) Rp400.000.000,00

Dr. Aset Istishna’ Dalam Penyelesian(Istishna’ work-in-progres) Rp100.000.000,00

Cr. Pendpatan Istishna’ (Istishna’ revenue) Rp500.000.000,00

6.6. Penyajian dan Pengungkapan

Dalam PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna’ juga dijelaskan penyajian dan pengungkapan
transaksi istishna’ sebagai berikut:

42. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
(a) Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
(b) Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.

43. Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

(a) Hutang ishtisna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
(b) Aset istishna' dalam penyelesaian sebesar:

(i) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika
istishna' paralel; atau

(ii) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna'.

318 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam transaksi istishna’ juga telah diatur dalam PSAK 104 tentang
akuntansi istishna’ sebagai berikut:

44. Entitas mengungkapkan transaksi istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas,
pada:
(a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan
kontrak istishna';
(b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan;
(c) rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan
kualitas piutang;
(d) rincian hutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu dan jenis mata uang; dan
(e) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

6.7. Pertanyaan dan Soal

6.7.1 Pertanyaan-pertanyaan

1. Salah satu prinsip penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah adalah Istishna’
a. Jelaskan pengertian, jenis istishna’ dan istishna’ paralel?
b. Jelaskan karakteristik istishna’ dan istishna’ paralel?

2. PSAK 104 mengatur tentang Akuntansi Istishna’ baik untuk produsen/kontraktor atau pembeli
a. Jelaskan cakupan akuntansi istishna’ dan jelaskan kapan menggunakan akuntansi penjual dan
kapan menggunakan akuntansi pembeli?
b. Jelaskan beberapa akun yang dipergunakan dalam akuntansi penjual dan akuntansi pembali
dalam transaksi istishna’?

3. Istishna’ biasanya dipergunakan untuk kontruksi dimana dalam kontruksi dimungkinkan adanya
tambahan biaya yang tidak dapat dihindari untuk menyelesaikan proyek tersebut misalnya adanya
kenaikan material dsb.
a. Jelaskan pengertian penyatuan dan segmentasi akad dalam istishna’ ?
b. Jelaskan pengakuan dan pengukuran perubahan pesanan dan tagihan tambahan yang
dilakukan Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual atau produsen?

4. Pengakuan pendapatan dalam istishna’ dalam dilakukan dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian (procentage method) dan metode penyelesaian (completed method)
a. Jelaskan pengukuran dan pengakuan motode persentasi penyelesaian dan metode
penyelesaian yang dimakud?
b. Jelaskan pengakuan dan pengukuran istishna’ dengan pembayaran tangguh?

5. Istishna’ dan murabahah merupakan transaksi jual beli yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah
a. Jelaskan perbedaan dan kesamaan istishna’ dan murabahah?
b. Jelaskan keuntungan dan kelemahan melakukan renovasi rumah dengan mempergunakan
akad murabahah dan akan istishna’?

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 319

6.7.2 Soal-soal

Soal kesatu

H. Abubakar memiliki Yayasan Pendidikan Islam ”ABUBAKAR”dari TK hingga SMU.
Sehubungan dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut, YPI Abubakar mengajukan
permohonan untuk melakukan penambahan beberapa kelas dan disepakati oleh Bank Syariah,
dengan data sbb:

Nama barang : Lokal kelas

Jumlah : 10 kelas

Spesifikasi : 6 x 9 m, diding bata merah, atap asbes,

kerangka kayu mranti super

Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur

selama jangka waktu 2 tahun

Atas kesepakatan dengan YPI Abubakar tersebut bank syariah menunjuk PT Wijaya untuk
melakukan pembangunan dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, dengan harga
Rp500.000.000,00. Pembayaran dilakukan secara bertahap yaitu :

Tahap Jumlah Persentase penyelesaian
A pertama Rp150.000.000,00 10%
B kedua Rp200.000.000,00 50%
c. ketiga Rp100.000.000,00 75%
D keempat Rp 50.000.000,00 100%

Sesuai keputusan ALCO, Bank Syariah Amanah Ummat mengharapkan keuntungan setara
dengan 20%/pa.
Diminta :

1. Tentukan prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut
2. Perhitungan dan jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut

Soal kedua

Pada tanggal 1 Juni 2009 Bank Syariah “Al Hidayah” menyetujui pembuatan rumah dari Muslikun
salah satu nasabah program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sbb:

Luas Tanah : 120 m2

Luas bangunan : 45 m2

Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng

plentong, kayu kamper medan

Listik : 450 wats

Air : pompa tangan

Penyerahan rumah : 6 bulan setelah akan ditandatangani

Jangka waktu : 36 bulan dimulai sejak rumah dalam pembangunan dari harga jual

pembayaran Rp72 juta setiap tanggal 25 dilakukan mulai tanggal 25 Juli 2009

Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi

Untuk keperluan tersebut “Al Hidayah” pada tanggal 2 Juni 2009 melakukan kontrak

pembanguan rumah dengan kontraktor “PT. WIJAYA” developer perumahan Muslim Mandiri

dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, penyerahan dilakukan 4 bulan setelah akad ditanda

tangani sebesar Rp 58.000.000,00 dengan pembayaran sebagai berikut:

Tanggal Termin % penyelesaian Jumlah
a 2 Agustus 2009 kedua 50% Rp29.000.000,00
b. 2 Oktober 2009 keempat 100% Rp29.000.000,00

320 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Harga tunai (wajar) saat penyerahan barang sebesar Rp60.000.000,00 setiap unit dan
menetapkan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar Rp 12.000.000,00 setiap unit kepada
Muslikun
Diminta:

1. Tentukan prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut
2. Perhitungan dan jurnal yang berhubungan dengan transaksi tersebut

Soal ketiga

PT Angin Ribut akan membangun komplek perumahan untuk karyawannya dengan data-data
tersebut dibawah dan karena tidak mempunyai dana untuk membangun mereka mendatangi bank
syariah untuk dapat membantu pendanaan pembangunan tersebut

Type rumah : Type 28 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air

pompa tangan)

Jumlah rumah : 1.000 unit

Harga per unit rumah : Rp60.000.000,00

Jangka waktu penyerahan : 24 bulan

Pembayaran : Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan

selama 60 bulan

Untuk memenuhi kebutuhan PT Angin Ribut bank syariah melakukan pemesanan kepada PT

Angin Mamiri, sebagai kontraktor untuk dapat membangun perumahan tersebut dengan

kesepakatan :

Type rumah : Type 28 ( batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 W, air

pompa tangan)

Jumlah rumah : 1.000 unit

Harga per unit rumah : Rp50.000.000,00

Jangka waktu penyerahan : 18 bulan

Pembayaran : Termin 1 sebesar Rp30.000.000.000,00

Termin 2 sebesar Rp10.000.000.000,00

Termin 3 sebesar Rp10.000.000.000,00

Penjelasan tambahan

1. Pada bulan 12 PT Angin Mamiri telah dapat menyelesaikan pembangunan sebanyak 700 unit

rumah dan telah diserahkan kepada Bank Syariah

2. Pada waktu yang sama rumah tersebut diserahkan kepada karyawan PT Angin Ribut melalui

pemimpin perusahaannya

Diminta:

Buatlah perhitungan dan jurnal yang terkait dengan transaksi tersebut?

Soal keempat

Bank Syariah As Syuhada menyetujui permohonan YPI As-Suhada untuk melakukan

pembangunan rumah untuk guru dengan data-data sebagai berikut :

Type rumah : Type 45 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air

pompa tangan)

Jumlah rumah : 100unit

Harga per unit rumah : Rp720.000.000,00

Jangka waktu penyerahan : 6 bulan

Pembayaran : Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan

selama 60 bulan

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Bank syariah melakukan akad dengan kontraktor

untuk melakukan membangun perumahan tersebut dengan kesepakatan :

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 321

Type rumah : Type 45 ( batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 W, air

pompa tangan)

Jumlah rumah : 100 unit

Harga per unit rumah : Rp600.000.000,00

Jangka waktu penyerahan : 6 bulan

Pembayaran : Termin 1 sebesar Rp400.000.000,00

Termin 2 sebesar Rp200.000.000,00

Diminta :

Buatlah perhitungan dan jurnal sehubungan transaksi tersebut di atas.

Soal kelima

BPRS “Al Hidayah” Jakarta menyetujui pembuatan rumah dari Bapak Abdulah melalui
program “KPR MANDIRI” dengan spesifikasi sebagai berikut:

Luas Tanah : 120 m2

Luas bangunan : 45 m2

Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng

plentong, kayu kamper medan

Listik : 450 wats

Air : pompa tangan

Harga Rumah : Rp120 juta

Jangka waktu pembay : 60 bulan dimulai setelah rumah diterima oleh karyawan

Lokasi : Perumahan MUSLIM MANDIRI, Pondok Gede, Bekasi

Untuk keperluan tersebut BPRS “Al Hidayah” melakukan kontrak pembanguan rumah

dengan kontraktor “PEMBANGUNAN JAYA” developer perumahan Muslim Mandiri dengan

spesifikasi sebagaimana tersebut di atas dengan harga kontrak sebesar Rp100.000.000,00 dan

pembayaran dilakukan sekaligus saat akad ditanda tangani.

Diminta::

1. Buatlah gambar alur transaksi tersebut di atas

2. Buatlah perhitungan dan jurnal :

(a) pembayaran harga kontrak kepada kontraktor ANDARA

(b). penyerahan barang kepada BPRS Al Hidayah

(c) penyerahan barang kepada Tuan Gofur

(d) pembayaran angsuran tuan Gofur

Soal keenam

Bank Syariah Mardatillah melakukan akad dengan Lembaga Pendidikan Pengembagan
Syariah – Insan Mulia (LPPS – Insan Mulia) untuk pembangunan laboratorium mini banking
dengan data-data sebagai berikut:

Nama Barang : Ruang Laboratorium Mini Banking Syariah
Luas bangunan : 1.000 m2
Kontruksi : pondasi batu kali, tembok bata merah dan plesteran, Genteng plentong,

Listik kayu kamper medan
Air : 7.000 wats
Harga Bangunan : Jetpam dengan merk “Kuzuka”
Pembayaran : Rp720.000.000,00
: Dilakukan secara bertahap/angsuran selama 60 bulan dimulai setelah
Lokasi
Ruang Laboratorium Mini Banking Syariah tersebut diserahkan kepada
LPPS – Insan Mulia
: Komplek LPPS – Insan Mulia, Jl. Cilandak KKO nomor 50 Jakarta
Selatan

322 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Untuk keperluan tersebut Bank Syariah Mardatillah melakukan akad kepada PT Wijaya untuk
melakukan pembangunan Ruang Laboratorium tersebut dengan data-data yang sama. Harga
pembangunan Ruang Laboratorium disepakati antara Bank Syariah Mardatillah dengan PT Wijaya
sebesar Rp600.000.000,00 dengan syarat pembayaran sebagai berikut:

a. Tahap pertama sebesar Rp200.000.000,00 pada saat akad ditanda tangani
b. Tahap kedua sebesar Rp300.000.000,00 pada saat penyelesaian pembangunan mencapai

70 %
c. Tahap ketiga sebesar Rp100.000.000,00 pada saat penyelesaian pembangunan mecapai

90%

Diminta:
Buatlah perhitungan dan jurnal yang dilakukan oleh Bank Syariah untuk:

a. Pembayaran harga pembangunan kepada PT Wijaya sesuai tahapannya ?
b. Penerimaan barang dari PT Wijayakusuma oleh Bank Syariah Mardatillah ?
c. Penyerahan barang oleh Bank Syariah Mardatillah kepada LPPS Insan Mulia?
d. Pembayaran angsuran hingga selesai yang dilakukan oleh LPPS Insan Mulia kepada Bank

Syariah ?

Soal ketujuh

Yayasan Pendidikan Islam ”DARUNAZAH” memiliki TK hingga SMU. Sehubungan
dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut, YPI Darunazah mengajukan permohonan untuk
melakukan penambahan beberapa kelas dan sepakati oleh Bank Syariah Amal Sehajtera, dengan
data-data sebagai berikut:

Nama barang : Lokal kelas
Jumlah : 10 kelas
Spesifikasi : 6 x 9 m, diding bata merah, atap asbes,

Harga kerangka kayu mranti super
Pembayaran : Rp720.000.000,00
: sekaligus setelah diterima barang

Atas kesepakatan dengan YPI Darunazah Bank Syariah Amal Sejahtera menunjuk PT
Sentosa untuk melakukan pembangunan dengan spesifikasi sebagaimana tersebut di atas, dengan
harga Rp600.000.000,00. Pembayaran dilakukan secara bertahap yaitu tahap pertama sebesar
Rp150.000.000,00, tahap kedua sebesar Rp250.000.000,00 dan tahap ketiga sebesar
Rp200.000.000,00
Diminta :

Buatlah jurnal dan perhitungan yang dilakukan oleh Bank Syariah Amal Sejahtera atas
transaksi tersebut di atas antara lain

a. Pembayaran yang dilakukan kepada PT Sentosa
b. penerimaan barang dari PT Sentosa
c. penyerahan barang kepada YPI Darunazah
d. pembayaran harga barang oleh YPI Darunazah

Soal kedelapan

Bank Syariah Ngudi Berkah menyetujui permohonan YPI As-Suhada untuk melakukan
pembangunan rumah untuk guru dengan data-data sebagai berikut :

Type rumah : Type 45 (batako, lantai keramik, atap asbes, listrik 450 w, air
pompa tangan)
Jumlah rumah
Harga per unit rumah : 10 unit
: Rp72.000.000,00

BAB VI. Akuntansi Istishna’ | 323

Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Pembayaran : Pembayaran oleh pegawai dilakukan dengan cara cicilan selama

60 bulan

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Bank syariah melakukan akad dengan kontraktor PT
Amal Berkah untuk melakukan membangun perumahan tersebut dengan kreteria sebagaimana
tersebut di atas sebesar Rp60.000.000,00 dengan tahapan pembayaran :

Termin 1 sebesar Rp30.000.000,00 untuk penyelesaian 20%
Termin 2 sebesar Rp20.000.000,00 untuk penyelesaian 70 %
Termin 3 sebesar Rp10.000.000,00 untuk penyelesaian 100%

Penyerahan rumah oleh kontraktor dilakukan dalam jangka waktu 4 bulan, setelah akad ditanda
tangani.
Diminta :
Buatlah perhitungan dan jurnal sehubungan transaksi tersebut.

Soal kesembilan
Nurcahyo salah satu nasabah BPRS Citra Mandiri sepakat untuk memiliki rumah melalui

program ”Rumah Muslim Citra Mandiri” dengan data-data sebagai berikut:

Type rumah : Type 90 (bata merah, lantai keramik, atap genteng plentong, kusen
kayu jati, listrik 1500 w, air pompa mesin)
Luas Tanah
Harga rumah : 120 M
: Rp360.000.000,00 terdiri harga pokok Rp300.000.000,00 dan
Jk waktu penyerahan
Pembayaran keuntungan disepakati Rp60.000.000,00
: 6 bulan
: Secara angsuran selama 60 bulan setiap tanggal 25 dimulai tanggal

25 Februari 2009

Untuk memenuhi kebutuhan Nurcahyo tersebut, BPRS Citra Mandiri membangun sendiri
rumah di Komplek Perumahan “Rumah Muslim Citra Mandiri” dalam jangka waktu paling lama 4
bulan mulai tanggal 1 Februari 2009 dengan data-data sebagai berikut:

1. Bulan Februari untuk menyelesaikan tahapan rumah 40% dikeluarkan biaya-biaya material,
upah tenaga kerja, upah pengawas dan biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan
tersebut sebesar Rp100.000.000,00

2. Bulan Maret untuk menyelesaikan tahapan rumah 70% dikeluarkan tambahan biaya material,
upah tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar Rp100.000.000,00

3. Bulan April untuk penyelesaian pembangunan dan dikeluarkan biaya pembangungan sebesar
Rp50.000.000,00

Diminta
1. Perhitungan atas transaksi di atas
2. Jurnal dari transaksi di atas, baik bank menggunakan metode pengakuan pendapatan sesuai

persentase penyelesaian rumah dan metode penyelesaian rumah.

324 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

BAB VII
AKUNTANSI MUDHARABAH

7.1. Pengertian dan Karakteristik Mudharabah

Salah satu keunikan Lembaga Keuangan Syariah adalah prinsip bagi hasil, khususnya mudharabah.
Mudharabah merupakan transaksi yang harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan harus
didasari dengan penerapan akidah, akhlaq dan moral sesuai dengan ketentuan syariah. Para pelaku
mudharabah khususnya pengelola dana harus dapat memahami dan mengimplementasikan dengan
sungguh2 dan penuh tanggung jawab atas sifat Rasul yaitu STAF (Shidiq, Tabligh, Amanah dan Fatonah).
Tanpa dilandasi sifat itu prinsip mudharabah sulit untuk dilaksanakan misalnya dalam menentukan hasil
usaha yang diperoleh.

Unsur Mudharabah adalah ditentukannya keberadaan kedua belah pihak, yaitu disatu pihak sebagai
penyedia dana dan pihak lainnya sebagai orang yang ahli dalam pekerjaan/usaha. Bank-bank syariah
menggunakan prinsip Mudharabah dengan para pemegang rekening investasi (deposan/penabung) dan
juga dengan pembiayaan Mudharabah. Dalam hal yang lain, Bank syariah bisa juga melaksanakan suatu
peranan ganda dalam memberikan pembiayaan Mudharabah yakni sebagai mudharib dari para pemegang
rekening investasi dan sebagai agen/wakil dari pemegang saham. Meskipun demikian, di dalam
pembukuannya perlakuan akuntansi berbeda yakni satu sebagai Mudharib dengan para pemegang rekening
investasi (dan) dan satu lagi sebagai penyedia dana dengan para penerima pembiayaan Mudharabah.
Perbedaan ini merupakan dasar untuk menentukan ruang lingkup standar yang telah dijelaskan, sebagai
contoh, tidak bolehnya Bank syariah melepaskan diri sebagai penyedia dana dari perjanjian dalam
pengelolaan dana (pembiayaan Mudharabah).

Tujuan dalam mudharabah memberikan imbalan kepada pemilik dana dari hasil usaha yang
diperoleh oleh pengelola dana yang porsinya disepakati diawal, sehingga hasil yang diperoleh dari pemilik
dana sangat tergantung pada pengelola dana, pemilik dana tidak pernah meminta imbalan pasti dalam
bentuk nominal dimuka. Perhitungan pembagian hasil usaha selalu dilakukan oleh mudharib, karena dalam
mudharabah perkerjaan merupakan hak exclusif dari mudharib, pemilik dana tidak diperkenankan terlibat
dalam manajemen usaha, pemilik dana hanya memiliki hak untuk melakukan pengawasan. Dengan adanya
pekerjaan merupakan hak exklusif mudharib, maka yang mengetahui besarnya hasil usaha juga mudharib, oleh
karena itu yang melakukan pembagian hasil usaha juga mudharib. Jadi dalam hal penghimpunan dana
Lembaga Keuangan Syariah, pembagian usaha dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai
mudharib. Sebaliknya dalam penyaluran dana dengan prinsip mudharabah (pembiayaan mudharabah),
perhitungan pembagian hasil usaha dilakukan oleh nasabah sebagai mudharib karena LKS sebagai pemilik
dana. Pihak manapun yang kedudukannya sebagai mudharib sangat diperlukan kejujuran, transparansi,
amanah dari pengelola dana. Debitur sebagai mudharib dalam pembiayaan mudharabah, dimata Lembaga
Keuangan Syariah sebagai pemilik dana, sama kedudukannya Lembaga Keuangan Syariah sebagai
mudharib dalam penghimpunan dana mudharabah dimata deposan sebagai pemilik dana.

BAB VII. Akuntansi mudharabah | 325

7.1.1 Pengertian

Dalam kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
dijelaskan beberapa istilah yang terkait dengan mudharabah yaitu:

Mudharabah, usaha yang berisiko (risky business) adalah akad kerjasama usaha antara pihak pemilik
dana (shahib al-mal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah
yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana (modal). Istilah lain dari mudharabah
adalah muqaradhah dan qiradh.

Mudharabah Mutlaqah, akad mudharabah tanpa pembatasan yaitu bentuk kerja sama antara
shahibul mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis. Dalam fiqh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta
(lakukan sesukamu) dari shaibul mal kepada mudharib yang memberi kewenangan penuh.

Mudharabah Muqayyadah, akad mudharabah dengan pembatasan yaitu bentuk kerja sama antara
shahibul mal dan mudharib yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
bisnis.

Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah telah dibahas beberapa pengertian istilah yang
digunakan akuntansi mudharabah dalam transaksi syariah antara lain :

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana)
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pengelola dana.

Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.

Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

Dalam Accounting and Auditing Standards for Islamic Institutions menjelaskan beberapa pengertian yang
berkaitan dengan mudharabah antara lain:

Mudharabah adalah perjanjian kerjasama untuk mencari keuntungan antara modal dan kerja/usaha.
Perjanjian tersebut bisa saja terjadi antara deposan (investment account) sebagai penyedia dana
(pemegang rekening investasi) dan bank syariah sendiri sebagai mudharib. Bank syariah menjelaskan
keinginannnya untuk menerima dana investasi dari sejumlah nasabah, pembagian keuntungan
disetujui antara kedua belah pihak sedangkan kerugian ditanggung oleh penyedia dana, asalkan tidak
terjadi kesalahan, atau pelanggaran syariah yang telah ditetapkan, atau tidak terjadi kelalaian di pihak
bank syariah. Kontrak Mudharabah dapat juga diadakan antara bank syariah sebagai pemberi modal
atas namanya sendiri atau khusus atas nama deposan, pengusaha, para pengrajin lainnya termasuk
petani, pedagang, dan sebagainya. Mudharabah berbeda dengan spekulasi yang berunsur kepada
perjudian (gambling) dalam pembelian dan transaksi penjualan.

Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment/Investasi Tak Terbatas/Dana Syirkah Temporer ) Jenis
rekening ini, pemegang rekening investasi akan memberikan wewenang/kuasa kepada bank syariah
untuk mengelola dananya sesuai dengan apa yang dianggap tepat oleh bank syariah tanpa membatasi
mengenai, bagaimana dan untuk apa tujuan dari dana tersebut harus dikelola (diinvestasikan).
Dibawah naungan bank syariah, semua dana pemegang rekening investasi akan
disatupadu/dicampur dan dengan demikian pula, bank syariah mempunyai hak untuk
menggunakannya. Bagi pemegang rekening investasi dan bank syariah biasanya akan berperan serta
dalam dana imbal hasil investasi.

Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment/Dana Investasi Terbatas). Jenis rekening ini,
pemegang rekening investasi akan mewajibkan beberapa pembatasan mengenai dimana, bagaimana,

326 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

dan untuk apa tujuan dana ini diinvestasikan. Selanjutnya bank syariah dapat membatasi
penggabungan dengan dananya sendiri dengan dana rekening investasi yang terbatas tersebut bagi
tujuan investasi. Di samping itu terdapat pembatasan lainnya yang dapat diberikan oleh pemegang
rekening investasi, umpamanya pemegang rekening investasi dapat mensyaratkan kepada bank
syariah untuk tidak menanamkan dana mereka dalam transaksi penjualan angsuran atau tanpa
agunan (kolateral), atau mensyaratkan bahwa bank syariah itu sendiri harus melaksanakan investasi
lebih daripada melalui pihak ketiga.

Adapun rukun Mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang berakad :
a. Pemilik modal/Shahibul maal atau Rabbul maal
b. Pelaksanaan atau usahawan/Mudharib

2. Modal/maal
3. Kerja atau usaha/Dharabah
4. Keuntungan/ribh
5. Shighat/Ijab Qabul

Rukun-rukun mudhorobah dalam pandangan jumhur ulama ada tiga pelaku akad (pemberi dan
penerima harta), ma`qud `alaih (modal, usaha keuntungan) dan sighat (ijab dan qabul). Imam syafi`i
membaginya menjadi lima bagian harta, usaha, keuntungan, sighat dan pelaku akad. Para ulama sepakat
bahwa akad mudhorobah tidak wajib sebelum si pelaksana memulai usahanya, karena pemilik dan pelaksana
bisa membatalkannya. Adapun jika pelaksana telah memulai usahanya apakah antara pelaksana dan pemilik
modal wajib menulis akad mudhorobah? Imam Malik berpendapat wajib dan merupakan akad yang diwarisi.
Jika pelaksana mempunyai anak-anak yang amanah, mereka mewarisi mudhorobah tersebut dan mempunyai
hak dan kewajiban seperti bapak mereka. jika mereka tidak amanah mereka wajib mencari seorang yang
amanah.Abu Hanifah, Syafi`i dan Ahmad mengatakan bahwa akad mudhorobah tidak wajib karena pemberi
dan penerima modal, salah seorang dari keduanya boleh membatalkan akad tersebut kapan ia inginkan dan
akad mudhorobah tidak dapat diwarisi. Alasan perbedaan pendapat kedua belah pihak adalah, Imam Malik
berpendapat akad mudorobah itu wajib karena jika akad itu dibatalkan setelah beroperasi akan membawa
mudhorot, baik terhadap pemberi atau penerima modal. Sedangkan pendapat Imam Abu Hanifah, Syafi`i
dan Ahmad bahwa akad tersebut tidak wajib, karena akad mudhorobah sebelum dan sesudahnya sama saja.
Juga karena mudhorobah itu sendiri artinya mempergunakan harta orang lain dengan izinnya, maka kedua
belah pihak mempunyai hak untuk membatalkan akad tersebut, sebagaimana boleh membatalkan akad
dalam masalah wadi`ah dan wakalah. Hanafiyah menambahkan syarat sahnya pembatalan itu, yaitu
memberi tahu salah seorang dari kedua belah pihak pada pihak lain tentang pembatalan tersebut,
sebagaimana terjadi dalam banyak jenis syarikat perkongsian. Pada saat pemberitahuan pembatalan
tersebut, modal dasar harus berupa uang, jika tidak berupa uang maka pembatalan kerja sama tidak sah.
Adapun pendapat Syafi`iyah dan Hanabilah jika mudhorobah batal sedangkan modal dan untung masih
berupa barang maka kedua belah pihak boleh menjual atau membaginya. Jika pelaksana meminta semua
barang dijual dan pemilik modal tidak setuju, maka hakim mesti memaksa pemilik modal untuk
menjualnya, karena pelaksana mempunyai hak dari keuntungan tersebut dan haknya itu tidak akan
didapatnya melainkan dengan cara dijual.

7.1.2 Karakteristik Mudharabah

Bagi Lembaga Keuangan Syariah, prinsip mudharabah ini dapat dilakukan dalam penghimpunan
dana (sumber dana) tetapi juga dalam penyaluran dana (pengelola dana). Pada prinsip mudharabah, baik
yang dilakukan dalam penghimpunan dana maupun yang dilakukan dalam penyaluran dana, memiliki
karakteristik yang tidak berbeda.

Untuk mengetahui kedudukan masing-masing pihak yang terkait dan kedudukan Lembaga
Keuangan Syariah dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

BAB VII. Akuntansi mudharabah | 327

Gambar 7-1 : Pihak-pihak terkait dalam mudharabah

Dari gambar di atas dapat dijelaskan secara rinci hal-hal sebagai berikut:

A. Dalam penghimpunan dana (LKS sebagai pengelola)

Salah satu prinsip yang dilaksanakan oleh LKS pada transaksi penghimpunan dana adalah dengan
menggunakan prinsip mudharabah. Dari gambar di atas dalam penghimpunan dana yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah, maka kedudukan LKS “Amal Sejahtera” sebagai pengelola dana (mudharib)
sedangkan sebagai pemilik dana (shahibul maal) adalah investor/deposan (Siti Aminah). Pembagian hasil
usaha dilakukan antara Siti Aminah sebagai investor dengan LKS “Amal Sejahtera” sebagai pengelola
dana (mudharib). Perhitungan pembagian hasil usaha dilakukan oleh LKS “Amal Sejahtera” sebagai
pengelola dana (mudharib), karena pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada LKS “Amal Sejahtera” sebagai
pengelola dana sehingga yang mengetahui hasil usaha adalah LKS “Amal Sejahtera” sebagai pengelola
dana, maka yang melakukan perhitungan pembagian hasil usaha adalah LKS “Amal Sejahtera” sebagai
pengelola dana (mudharib).

Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan pada Tabungan Mudharabah dan Deposito
Mudharabah. Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan,
khususnya tabungan mudharabah mengatur sebagai berikut:

Pertama - Tabungan ada dua jenis:

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang berdasarkan
perhitungan bunga.

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah
dan Wadi’ah.

Kedua - Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk
di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.

328 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan.

Sedangkan penghimpuan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dalam bentuk
simpanan berjangka (deposito berjangka), Fatwa Dewan Syariah Nasional 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang Deposito mengatur sebagai berikut:

Pertama - Deposito ada dua jenis:

1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu Deposito yang berdasarkan
perhitungan bunga.

2. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah.

Kedua - Ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

B. Dalam penyaluran dana (LKS sebagai pemilik dana)

Prinsip bagi hasil merupakan salah satu pola penyaluran dana Lembaga Keuangan Syariah, dimana
dalam pola bagi hasil ini dapat dilakukan dengan prinsip mudharabah atau prinsip musyarakah. Dalam hal
Lembaga Keuangan Syariah menyalurkan dana dengan prinsip mudharabah, maka pada gambar di atas
kedudukan LKS “Amal Sejahtera” adalah sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan sebagai pengelola
dananya (mudharib) adalah nasabah debitur (Zainudin). LKS “Amal Sejahtera” hanya diperkenankan untuk
melakukan pengawasan, pembinaan dan tidak diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan dana
tersebut. Oleh karena pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada Zainudin sebagai mudharib, maka yang
mengetahui besar hasil usaha tersebut adalah Zainudin sebagai mudharib, oleh karena itu yang melakukan
perhitungan pembagian hasil usaha juga Zainudin sebagai mudharib. Dalam perbankan syariah prinsip ini
diaplikasikan pada Investasi (pembiayaan) Mudharabah. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), diatur hal-hal yang berkaitan dengan
pembiayaan mudharabah (penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS) sebagai berikut:

Pertama - Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.

2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100%
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

BAB VII. Akuntansi mudharabah | 329

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam Pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan
diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan

pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.
Kedua - Rukun dan Syarat Pembiayaan:
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
(akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,
baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan
pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari
keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang
disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

330 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.

Ketiga - Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Berkaitan dengan transaksi mudharabah tanpa membedakan mudharabah dalam penghimpunan
dana atau mudharabah dalam penyaluran dana PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, (prgf 5 sd 11)
menjelaskan karakteristik mudharabah sebagai berikut:

5. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
6. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah

musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, dana yang diterima disajikan
sebagai dana syirkah temporer.
7. Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain:
(a) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
(b) tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau

tanpa jaminan; atau
(c) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak

ketiga.
8. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola dana

tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola
dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
9. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara parsial bersamaan dengan distribusi
bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
10. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan maka porsi jumlah bagi
hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati
dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah
menimbulkan kerugian maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.
11. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi
laba. Dalam prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil, dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan dalam prinsip
bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan
dengan pengelolaan modal mudharabah.

BAB VII. Akuntansi mudharabah | 331

7.1.3 Jenis dan Alur Transaksi Mudharabah

Untuk dapat memahami akuntansi mudharabah, hendaknya perlu diketahui terlebih dahulu jenis
dan alur dari mudharabah. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan Lembaga Keuangan Syariah
dalam melaksanakan transaksi mudhrabah

A. Jenis Mudharabah
Prinsip mudharabah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah diterjemahkan
menjadi “Investasi Tidak Terikat” untuk penghimpunan dana dan “Pembiayaan Mudharabah” untuk
penyaluran dana. Karena banyak menimbulkan salah pengertian “Investasi Tidak Terikat” yang berada
pada posisi pasiva maka dalam PSAK Syariah yang baru istilah tersebut disempurnakan menjadi “Dana
Syirkah Temporer” , sedangkan “pembiayaan mudharabah” disempurnakan menjadi “Investasi
Mudharabah”. Dikatakan mudharabah muthlaqah jika pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)

Mudharabah muqayyadah dalam PSAK 59 maupun PSAK syariah yang baru diterjemahkan
sebagai ”Investasi Terikat”, apabila pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu kepada
mudharib dalam pengelolaan dana. Dalam Mudharabah muqayyadah Lembaga Keuangan Syariah dapat
bertindak sebagai pemilik dana dan dapat pula sebagai pengelola dana. Dalam Mudharabah muqayyadah
pemilik modal mengikat pelaksana untuk berdagang di negeri tertentu atau tempat tertentu, atau waktu
tertentu. Atau pemilik modal menekankan pada pelaksana untuk tidak membeli dan menjual kepada orang
tertentu.. Dikatakan mudharabah muqayyadah jika pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola
dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Pembahasan tentang Investasi Terikat
akan dibahas dalam bab selanjutnya
3) Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah ini merupakan perpaduan akad mudharabah dengan akad musyarakah,
yaitu akad mudharabah dimana pengelola dana (nasabah) memiliki kontribusi modal dalam usaha tersebut
sebagaimana kontribusi modal dalam musyarakah (dalam mudharabah seluruh dana berasal dari pemilik
dana). Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerjasama investasi.

Mudharabah mutlak pemilik modal tidak mengikat si pelaksana/pekerja. Contohnya “saya serahkan
harta ini untuk dimudharabahkan dengan syarat keuntungan milik bersama”. Dalam hal penentuan waktu
dan orang-orang, Imam Abu Hanifah serta Ahmad membolehkan pelaksana untuk tidak melaksanakan
ketentuan yang telah ditetapkan pemilik modal. Menurut Syafi`i dan Imam Malik, tidak dibenarkan bahkan
wajib melaksanakan apa yang telah ditentukan pemilik modal. Dalam masalah menghubungkan
mudharabah dengan waktu yang akan datang, Abu Hanifah dan Ahmad membolehkannya, menurut Malik
dan syafi`i tidak boleh. Contohnya “harta ini baru bisa dimudharabahkan pada bulan depan”. Adapun
mudharabah bersyarat, contohnya jika si fulan datang kepadamu dengan piutang saya, jadikanlah ia modal
untuk mudharabah. Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan mudharabah bersyarat, sedangkan Hanafiyah,
Malikiyah dan Syafi`iyah melarang, alasannya karena mudharabah itu tujuannya untuk mendapat sebagian
dari keuntungan dan menyerahkan harta modal tidak sah dengan adanya syarat.

332 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )


Click to View FlipBook Version