The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul dan Ringkasan Laboratorium Auditing

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rossitasari94, 2021-04-23 07:36:21

Akuntansi Syariah by Wiroso

Modul dan Ringkasan Laboratorium Auditing

Keywords: Akuntansi Keuangan Syariah

4.3.9 Pembentukan Cadangan Kerugian Piutang Murabahah

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 18/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Pencadangan
Penghapusan Aktiva Produktif Dalam Lembaga Keuangan Syariah :

1. Pencadangan boleh dilakukan oleh LKS.
2. Dana yang digunakan untuk pencadangan diambil dari bagian keuntungan yang menjadi hak

LKS sehingga tidak merugikan nasabah.
3. Dalam perhitungan pajak, LKS boleh mencadangkan dari seluruh keuntungan.
4. Dalam kaitan dengan pembagian keuntungan, pencadangan hanya boleh berasal dari bagian

keuntungan yang menjadi hak LKS.
Sedangkan dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah (paragraf 22) dijelaskan bahwa :

22. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah
ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.

Jadi pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasi, yaitu saldo peiutang murabahah dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang.

Baik dalam Bank Syariah maupun Lembaga Keuangan Syariah lainnya, dalam Laporan
Keuangannya piutang murabahah disajikan secara neto, yaitu saldo piutang murabahah setelah dikurangi
dengan cadangan kerugian (allowance for bad debt) yang dibentuk. Masing-masing industri dapat membuat
ketentuan sendiri besarnya cadangan kerugian piutang yang harus dibentuk. Dalam PerBankan Syariah,
pembentukan penyisihan kerugian atas aktiva produktif diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Contoh : 4-34

Lembaga Keuangan Syariah harus membentuk cadangan kerugian atas piutang murabahah sebesar
Rp1.000.000,00.

Atas pembentukan cadangan kerugian piutag murabahah tersebut Lembaga Keuangan Syariah
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Beban Kerugian Piutang Rp1.000.000,00
Cr. Cadangan Kerugian Piutang Rp1 000.000,00

4.3.10 Piutang Murabahah Bermasalah

Sebelum dilakukan pembahasan hal-hal tersebut di atas, terlebih dahulu akan dibahas pengakuan
keuntungan murabahah atas piutang murabahah yang macet. Berkaitan dengan hal tersebut dalam PSAK
102 tentang Murabahah, paragraf 23 huruf b, iii dijelaskan pengakuan keuntungan metode ini sebagai
berikut:

23 Keuntungan murabahah diakui:

(b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut
untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang
paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya:

(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktek, metode ini jarang
dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada
kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.

Jadi untuk piutang murabahah, dimana risiko tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya cukup besar, maka pengakuan keuntungan baru dilakukan setelah porsi pokok murabahah
telah diterima. Hal ini dilakukan karena LKS telah menanggung risiko pembentukan beban kerugian
piutang murabahah. Untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai hal tersebut dapat diberikan
contoh sebagai berikut:

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 133

Contoh : 4-35
Dalam catatan administrasi LKS Ridho Gusti menunjukkan hutang Aminah sebesar
Rp72.600.000,00 yang terdiri dari porsi pokok sebesar Rp60.000.000,00 dan porsi keuntungan
murabahah sebesar Rp12.600.000,00. Berdasarkan data-data yang ada dalam LKS Ridho Gusti
Aminah dikategorikan macet.

a. Dalam perbankan syariah, jika piutang murabahah dikategorikan macet, LKS harus

membentuk cadangan kerugian sebesar porsi pokok murabahah. Dalam conroh di atas LKS

membentuk cadangan kerugian (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif / PPAP) Piutang

murabahah sebesar Rp60.000.000,00 sehingga LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :

Dr. Beban PPAP Mbh Rp60.000.000,00

Cr. Cad PPAP Mbh Rp60.000.000,00

b. Nasabah melakukan pembayaran atas piutang murabahah yang telah dikategorikan macet

(1) Aminah membayar sebagian hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar

Rp30.000.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Kas Rp30.000.000,00

Cr. Piutang murabahah Rp30.000.000,00

Pembayaran hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai

pengembalian pokok murabahah terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi

pokok murabahah menunjukkan saldo awal Rp60.000.000,00 dikurangi pembayaran

Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah Rp30.000.000,00 dan saldo margin murabahah

tangguhan tetap Rp12.600.000,00.

(2) Aminah membayar sebagian lagi hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar

Rp35.000.000,00 dari sisa hutangnya sebesar Rp42.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti

melakukan jurnal:

(a) Dr. Kas Rp35.000.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp35.000.000,00

(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp5.000.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp5.000.000,00

Pembayaran hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai
pengembalian pokok murabahah terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi
pokok murabahah menunjukkan saldo awal Rp30.000.000,00 dikurangi pembayaran
Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah RpNihil dan saldo margin murabahah
tangguhan awal Rp12.600.000,00 dikurangi Rp5.000.000,00 sisa margin tangguhan
sebesar Rp7.200.000,00 Pembayaran hutang oleh nasabah sebesar Rp35.000.000,00
diakui oleh LKS Ridho Gusti porsi pengembalian pokok murabahah sebesar
Rp30.000.000,00 dan pembayaran margin murabahah sebesar Rp5.000.000,00.
Pendapatan Margin Murabahah sebesar Rp5.000.000,00 diperhitungkan dalam profit
distribusi.

(3) Aminah melakukan pelunasan hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar

Rp7.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :

(a) Dr. Kas Rp7.600.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp7.600.000,00

(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp7.600.000,00

Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp7.600.000,00

Oleh karena porsi pokok murabahah dalam catatan LKS Ridho Gusti telah menunjukan nihil,

maka seluruh pembayaran yang dilakukan oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai

pendapatan margin murabahah, yaitu sebesar Rp7.600.000,00. Pendapatan Margin Murabahah

sebesar Rp7.600.000,00 merupakan pendapatan operasi utama dan diperhitungkan dalam Profit

Distribusi.

134 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa berapapun nasabah membayar yang berkurang adalah
piutang murabahah yang berarti sama dengan hutang murabahah bagi nasabah. Pembagian pokok dan
margin hanya dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah karena sebagian dari margin murabahah yang
nyata-nyata diterima adalah haknya pemilik dana mudharabah.

Dalam melakukan transaksi murabahah dengan pembayaran tangguh tidak selamanya pembayaran
angsuran harga barang berjalan dengan lancar, dalam arti tidak selamanya pembeli dapat membayar
angsuran harga barang sampai pelunasan.Jika sampai periode tertentu dan kondisi-kondisi tertentu
pembeli tidak mampu untuk membayar kewajibannya ke Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual, ini
yang disebut dengan piutang murabahah bermasalah. Jika terdapat piutang murabahah bermasalah maka
LKS sebagai penjual dapat melakukan langkah-langkah antara lain :

a. Memberikan perpanjangan jangka waktu pembayaran
b. Memberikan potongan tagihan murabahah
c. Melakukan konversi akad murabahah
d. Pembeli tidak mampu melakukan pembayaran.

A. Penundaan/penjadwalan kembali Pembayaran Murabahah

Salah satu cara dalam menangani Piutang Bermasalah adalah dengan cara memberikan kelonggaran
atau penundaan atau perpanjangan jangka waktu pembayaran piutang murabahah atau hutang nasabah.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No 4 tentang Murabahah dijelaskan tentang penundaan
pembayaran dalam murabahah sebagai berikut:

Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketujuh : Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, Bank harus menunda
tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

Sedangkan dalam Fatwa DSN Nomor: 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penjadwalan Kembali
Tagihan Murabahah dijelaskan sebagai berikut:

LKS boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang

tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan

ketentuan:

1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;

2. Pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya riil;

3. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

Sesuai karakteristik hutang yaitu tetap kecuali dibayar, maka jika Lembaga Keuangan Syariah

melakukan perpanjangan jangka waktu pembayaran berapapun lamanya tidak diperkenankan untuk

menambah hutang nasabah, sehingga tidak perlu dilakukan jurnal.

Contoh : 4 - 36

Dalam catatan LKS menunjukan hutang nasabah (aminah) sebesar Rp72.600.000 yang terdiri dari

sisa pokok sebesar Rp60.000.000,00 dan sisa keuntungan sebesar Rp12.600.000. Atas hutang

nasabah tersebut dilakukan perpanjangan jangka waktu pembayaran selama 6 bulan dan atas

perpanjangan tersebut nasabah harus membayar biaya adminitrasi sebesar Rp50.000,00.

Atas perpanjangan hutang nasabah tersebut dilakukan jurnal sebagai berikut:

1. Untuk perpanjangan hutang nasabah selama 6 bulan

Tidak ada jurnal

2. Penerimaan biaya administrasi dari nasabah sebesar Rp50.000,00.

Dr. Kas/Rekening nasabah Rp50.000,00

Cr. Pendapatan fee murabahah Rp50.000,00

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 135

B. Konversi Akad Murabahah oleh penjual (kreditur)

Cara lain dalam menangani piutang bermasalah dalan transaksi murabahah adalah melakukan
konversi akad murabahah kepada akad yang lain. Dalam Fatwa DSN Nomor: 49/DSN-MUI/II/2005
Tentang Konversi Akad Murabahah dijelaskan sebagai berikut:

LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad baru bagi nasabah yang tidak bisa

menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi

ia masih prospektif, dengan ketentuan:

a. Akad murabahah dihentikan dengan cara:

i. Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar;

ii. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;

iii. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka

untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah;

iv. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang

nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah.

b. LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:

i. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa

DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik;

ii. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau

iii. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Musyarakah.

Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa konversi akad murabahah dilakukan dengan cara

menjual barang murabahah dari nasabah ke LKS sebesar harga wajar dan hasil penjualan dipergunakan

untuk melunasi hutang nasabah (piutang murabahah). Barang yang telah dimiliki oleh LKS disertakan

kembali kepada nasabah dalam akad musyarakah, mudharabah dan ijarah.

Contoh : 4 - 37

Dalam catatan administrasi LKS Ridho Gusti menunjukkan hutang Aminah sebesar Rp72.600.000

yang terdiri dari porsi pokok sebesar Rp60.000.000,00 dan porsi keuntungan murabahah sebesar

Rp12.600.000,00 Berdasarkan data-data yang ada dalam LKS Ridho Gusti Aminah dikategorikan

macet. Atas hutang nasabah tersebut karena bermasalah dilakukan konversi akad musyarakah

(dilakukan restruktur)

Atas transaksi tersebut, jurnal yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual (kreditur) adalah sebagai berikut:

1. LKS membeli barang murabahah sebesar Rp72.600.000,00 (sebesar hutang nasabah, yaitu

harga barang yg belum dibayar oleh nasabah), sehingga LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :

Dr. Persediaan Rp72.600.000,00

Cr. Kas/Rekening nasabah Rp72.600.000,00

2. Atas pembelian barang murabahah yang dilakukan oleh LKS tersebut, hasil penjualan

dipergunakan oleh nasabah untuk melakukan pelunasan hutangnya kepada LKS Ridho Gusti

sebesar Rp72.600.000,00 sehingga LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

(a) Dr. Kas/rekening nasabah Rp72.600.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp72.600.000,00

(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp12.600.000,00

Cr.Pendapatan Margin Murabahah Rp12.600.000,00

3. Dengan dibelinya barang nasabah oleh LKS Ridho Gusti maka barang tersebut menjadi milik

LKS Ridho Gusti. Barang tersebut oleh LKS Ridho Gusti diserahkan kembali kepada

nasabah dalam bentuk modal musyarakah sebesar Rp72.600.000 (modal musyarakah dapat

berupa barang dan atau uang). Oleh karena itu LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Investasi Musyarakah Rp72.600.000

Cr. Persediaan/Aset Musyarakah Rp72.600.000

Selanjutnya mengikuti jurnal musyarakah.

136 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

C. Potongan Tagihan Murabahah oleh penjual (kreditur)

Memberikan potongan tagihan murabahah oleh penjual juga merupakan salah satu upaya dalam
menangani piutang murabahah bermasalah.

Contoh : 4 - 38

Dalam catatan LKS menunjukan hutang nasabah (aminah) sebesar Rp1.200.000,00 yang terdiri dari
sisa pokok sebesar Rp1.000.000,00 dan sisa keuntungan sebesar Rp200.000. Karena sesuatu hal
LKS memberikan potongan tagihan kepada nasabah.

1. Jika Aminah melunasi hutangnya dan LKS memberikan potongan tagihan sebesar Rp100.000,00

(potongan diberikan lebih kecil dari margin tangguhan) maka atas transaksi tersebut, LKS melakukan

jurnal:

(a) Dr. Kas Rp1.200.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp1.200.000,00

(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp200.000,00

Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp200.000,00

(c) Dr. Potongan pelunasan Rp100.000,00

Cr. Kas Rp100.000,00

Potongan pelunasan sebagai pengurang dari pendapatan margin murabahah, atau LKS dapat

melakukan jurnal sebagai berikut :

Dr. Kas Rp1.100.000,00

Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp 200.000,00

Cr.Piutang Murabahah Rp1.200.000,00

Cr.Pendapatan Margin Murabahah Rp 100.000,00

2. Jika Aminah melunasi hutangnya dan LKS memberikan potongan tagihan sebesar Rp250.000,00

(potongan diberikan lebih besar dari margin tangguhan) maka atas transaksi tersebut, LKS

melakukan jurnal :

Dr. Kas Rp1.050.000,00

Dr. Kerugian potongan tagihan Rp 50.000,00

Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp 200.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp1.200.000,00

D. Debitur Tidak Mampu Bayar

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam menangani piutang murabahah yang bermasalah
adalah jika nasabah sudah tidak mampu membayar hutangnya. Upaya yang dilakukan adalah menjual
(bukan mengambil-alih) agunan miliki nasabah. Hasil penjual dipergunakan untuk membayar hutangnya.

Jadi atas pembebasan hutang nasabah yang tidak mampu diakui sebagai kerugian dan atas
pembebasan hutang ini dapat dilakukan dengan cara langsung sebagai kerugian atau dengan cara melalui
pencadangan kerugian yang telah dibentuk sebelumnya.

Contoh : 4 - 39
Dalam catatan administrasi LKS Ridho Gusti menunjukkan hutang Aminah sebesar
Rp72.600.000,00 yang terdiri dari porsi pokok sebesar Rp60.000.000,00 dan porsi keuntungan
murabahah sebesar Rp12.600.000,00 Berdasarkan data-data yang ada dalam LKS Ridho Gusti
Aminah dikategorikan macet. Karena nasabah sudah tidak mampu untuk membayar maka LKS
membebaskan hutang nasabah.

1. Pada saat hutang aminah dilakukan hapus buku oleh LKS Ridho Gusti.

(a). Jika LKS Ridho Gusti melakukan hapus buku seluruh hutang nasabah sebesar

Rp72.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Cad PPAP Rp60.000.000,00

Dr. Margin Mbh Tangguhan Rp12.600.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp72.600.000,00

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 137

(b) Jika LKS Ridho Gusti melakukan hapus buku sebagian dari hutangnya, misalnya hanya porsi

margin yang belum dibayar saja sebesar Rp12.600.000,00 maka LKS melakukan jurnal:

Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp12.600.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp12.600.000,00

Atas penghapusan porsi margin saja maka tidak mengurangi pembentukan cadangan

kerugian piutang murabahah karena cadangan kerugian piutang murabahah hanya untuk

menutup risiko porsi pokok murabahah saja.

(c). Jika LKS Ridho Gusti melakukan hapus buku porsi pokok yang tersisa yaitu sebesar

Rp60.000.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Cad PPAP Rp60.000.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp60.000.000,00

Penghapusan porsi pokok murabahah mempengaruhi besarnya cadangan kerugian

piutang murabahah karena pembentukan ppap sebesar pokoknya saja, oleh karena itu

penghapusan pokok harus telah dipenuhi kecukupan PPAP/Cadangan PPAP.

2. Aminah, nasabah murabahah yang telah dilakukan hapus buku oleh LKS Ridho Gusti melakukan
pembayaran atas hutangnya.

(a) Jika Aminah melakukan pembayaran seluruh hutangnya sebesar Rp72.600.000,00 maka LKS

Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Kas Rp72.600.000,00

Cr. Cad PPAP Mbh Rp60.000.000,00

Cr. Pendapatan Margin Mbh Rp12.600.000,00

(b) Jika Aminah melakukan pembayaran sebagian dari hutangnya (misalnya Rp50.000.000) maka

LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Kas Rp50.000.000,00

Cr. Cad PPAP Rp50.000.000,00

(c) Jika nasabah membayar sisa hutangnya sebesar Rp22.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti

melakukan jurnal:

Dr. Kas/Rek. Nasabah Rp22.600.000,00

Cr. Cad PPAP Rp10.000.000,00

Cr. Pendapatan Margin Mbh Rp12.600.000,00

Pembayaran hutang nasabah oleh LKS Ridho Gusti diakui sebagai pengembalian porsi

pokok terlebih dahulu (pembentukan cadangan kerugian piutang murabahah), dan jika seluruh

pokok telah dilunasi sisa pembayaran diakui sebagai pendapatan margin murabahah yang harus

diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha dengan pemilik dana.

3. Penjualan kepada pihak ketiga

Upaya terakhir yang dilakukan oleh LKS dalam menangani piutang bermasalah adalah

melakukan penjualan agunan milik nasabah, baik kepada pihak ketiga / pihak lain atau dibeli sendiri

oleh LKS.

(a) Jika hasil penjualan lebih besar dari kewajiban (kewajiban Rp72.600.000,00 hasil penjualan

agunan sebesar Rp100.000.000,00).

(1) Saat LKS menerima hasil penjualan agunan, maka LKS melakukan jurnal:

Dr. Kas Rp100.000.000,00

Cr. Titipan Nasabah Rp100.000.000,00

(2) Saat hasil penjualan dipergunakan untuk pelunasan hutang nasabah sebesar

Rp72.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Titipan Nasabah Rp100.000.000,00

Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp 12.600.000,00

Cr. Piutang Murabahah Rp 72.600.000,00

Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp 12.600.000,00

Cr. Kas / Rekening Nasabah Rp 28.400.000,00

138 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

(b) Jika hasil penjualan lebih kecil dari kewajiban (misalnya hasil penjualan sebesar

Rp50.000.000,00).

(1) Saat LKS menerima hasil penjualan agunan, maka LKS melakukan jurnal:

Dr. Kas Rp50.000.000,00

Cr. Titipan Nasabah Rp50.000.000,00

(2) Saat hasil penjualan dipergunakan untuk pelunasan hutang nasabah sebesar

Rp72.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr. Titipan Nasabah Rp50.000.000,00

Dr. Piutang Nasabah Rp22.600.000,00 *)

Cr. Piutang Murabahah Rp 72.600.000,00

Daalam catatan LKS hutang nasabah sebesar Rp22.600.00,00 tersebut merupakan sisa

pokok sebesar Rp10.000.000,-- dan sisa margin sebesar Rp12.600.000,00. Pengakuan

margin dilakukan setelah seluruh sisa pokok terbayar

4. Jika agunan murabahah dibeli sendiri oleh Bank syariah seharga Rp100.000.000,00.

(a). Pada saat LKS melakukan pembelian agunan oleh LKS sebesar Rp100.000.000 maka LKS

melakukan jurnal:

Dr. Persediaan Rp100.000.000,00

Cr. Kas / Titipan Nasabah Rp100.000.000,00

(b). Hasil penjualan dipergunakan untuk pelunasan hutang nasabah, maka LKS melakukan jurnal

sebagaimana tersebut di atas.

4.4. Akuntansi Pembeli Akhir

Perbedaan akuntansi Murabahah dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dengan PSAK 59
tentang Akuntansi PerBankan Syariah, adalah dalam PSAK 102 dibahas ketentuan-ketentuan akuntansi
pada pembeli akhir, dimana hal ini tidak pernah dibahas pada PSAK 59.

Pembahasan ketentuan akuntansi pada pembeli akhir ini dimaksudkan untuk memberikan aturan
akuntansi syariah pada sisi pembeli sehingga mempunyai presepsi yang sama pada penjual maupun
pembeli. Misalnya dalam PSAK 59 tentang akuntansi perBankan syariah, LKS sebagai penjual mencatat
sebagai “piutang murabahah” namun dalam catatan nasabah sebagai pembeli dicatat sebagai “hutang
Bank” (karena dilakukan dengan Bank syariah). Namun dalam PSAK 102 tentang akuntandi Murabahah,
LKS sebagai penjual mencatat sebagai “piutang murabahah” dan nasabah sebagai pembeli mencatat
sebagai “hutang murabahah”.

Transaksi yang ada pada pembeli akhir ini merupakan transaksi balik dari penjual, artinya transaksi
yang sama terjadi pada penjual, hanya dari segi pencatatan yang dilakukan antara penjual dan pembeli yang
berbeda.

4.4.1. Akun-akun pada pembukuan pembeli

Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi PerBankan Syariah tidak diatur akuntansi pada pihak terkait
(nasabah sebagai pembeli). Sedangkan dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah telah diatur
akuntansi pihak terkait (nasabah sebagai pembeli) dan sebagai akibatnya banyak akun-akun yang harus
dipergunakan oleh nasabah sebagai pembeli baik untuk kepentingan penyusunan laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan laba rugi.

A. Akun dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi murabahah pada akuntansi pembeli
untuk kepentingan penyusunan laporan posisi keuangan (neraca).

1. Hutang Murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat harga beli yang disepakati dengan penjual, yang
pembayarannya dilakukan dengan tangguh atau cicilan. Akun ini dikredit pada saat akad murabahah
dilaksanakan sebesar harga beli barang. Akun ini didebet pada saat melakukan pembayaran angsuran
harga barang kepada penjual.

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 139

2. Hutang Murabahah Jatuh Tempo
Akun ini dipergunakan untuk mencatat pembayaran angsuran murabahah yang telah jatuh tempo
tetapi belum dilakukan pembayaran, sebesar angsuran yang telah jatuh tempo. Akun ini dikredit
pada saat angsuran jatuh tempo dan belum dibayar dan didebet pada saat dilakukan pembayaran
angusan yang telah jatuh tempo.

3. Piutang Uang Muka Murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat pembayaran uang muka yang dilakukan kepada Lembaga
Keuangan Syariah sebagai penjual sebagai tanda keseriusan dalam melakukan transaksi murabahah.
Akun ini didebet saat pembayaran uang muka dilakukan dan dikredit pada saat transaksi
dilaksanakan, sebagai pengurang hutang kepada penjual.

4. Aktiva Tetap
Akun ini dipergunakan untuk mencatat barang untuk dipergunakan sendiri yang diperoleh dari
transaksi jual beli murabahah, sebesar harga perolehan barang tersebut. Akun ini didebet pada saat
diperoleh barang sebesar harg perolehan dan dikredit pada saat dijual.

5. Hutang kepada LKS
Akun ini dipergunakan untuk mencatat atas angsuran yang telah jatuh tempo namun belum dibayar
oleh pembeli. Akun ini dikredit saat jatuh tempo angsuran sebesar jumlah angsuran yang belum
dibayar dan di debet pada saat dilakukan pembayaran.

B. Akun dalam Laporan Laba Rugi
Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi murabahah dalam akuntansi pembeli

untuk kepentingan penyusunan laporan laba rugi.
1. Beban Murabahah Ditangguhkan

Akun ini dipergunakan untuk mencatat keuntungan yang disepakati dengan penjual, yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran atau cicilan. Akun ini sebagai pengurang dari hutang
murabahah. Akun ini disajikan sebagai pengurang hutang murabahah. Akun ini dikredit pada saat
akad murabahah dilaksanakan sebesar keuntungan yang disepakati dengan penjual, dan didebet pada
saat pembayaran angsuran pembayaran atau pelunasan sebesar porsi keuntungan periode tersebut.
2. Diskon Murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat diskon dari pemasok yang diperoleh setalah akad
ditandatangani, sebesar porsi diskon yang menjadi hak pembeli sesuai kesepakatan dalam akad.
Akun ini merupakan pengurang beban murabahah (tidak dikelompokkan sebagai pendapatan dari
pembeli). Akun ini di kredit pada saat diperoleh diskon sebesar porsi hak pembeli dan didebet pada
saar dipindahkan ke laba rugi pada akhir tahun.
7.. Potongan pelunasan hutang murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat potongan yang diterima dari LKS atas pelunasan yang
dilakukan sebelum jatuh tempo. Akun ini tidak diperkenankan sebagai pendapatan tetapi
diperlakukan sebagai pengurang beban murabahah atas transaksi jual beli murabahah tersebut.
8. Potongan angsuran murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat potongan angsuran yang diterima dari LKS atas pembayaran
angsuran yang dilakukan. Akun ini diperlakukan sebagai pengurang beban murabahah.
9. Kerugian Pesanan Murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian yang terjadi akibat pembatalan transaksi
murabahah, antara lain beban penggantian kerugian penjual yang menjadi tanggungan pembeli.
Akun ini didebet pada saat terjadi kerugian yang menjadi beban pembeli dan di kredit saat tutup
buku akhir tahun untuk dipindahkan ke Akun Laba Rugi Tahun Berjalan.

140 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

10. Beban denda Murabahah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat beban denda yang dikenakan oleh penjual dan harus dibayar
oleh pembeli. Akun ini di debet pada saat terjadi beban denda dan di kredit asat tutup buku akhir
tahun untuk dipindahkan ke akun Laba Rugi Tahun Berjalan.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan lengkap akuntansi pembeli akhir berikut diberikan

ilustrasi contoh secara umum sebagai berikut:
Aminah dan LKS Ridho Gusti sepakat melakukan jual beli Mobil Kijang dengan data sbb:
1. Harga barang:
a. Harga pokok Mobil Kijang pokok sebesar Rp140.000.000,00.
b. keuntungan sebesar Rp24.000.000,00.
c. harga jual yang disepakati sebesar Rp164.000.000,00.
2. Sebagai tanda keriusan atas jual beli tersebut Aminah memberikan uang muka kepada LKS
Ridho Gusti sebesar Rp20.000.000,00.
3. Pembayaran disepakati dengan cara angsuran sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli
4. Jika terlambat dalam membayar angsuran Aminah dikenakan denda sebesar Rp500.000,00.
Dana yang diterima atas denda tersebut yang dananya akan disetorkan oleh LKS Ridho Gusti
ke Dana Kebijakan (sosial) atas nama Aminah.
Dalam ilustrasi di atas akan dibahas akuntani yang akan dilakukan oleh Aminah sebagai pembeli

akhir, sedangkan akuntansi LKS sebagai penjual telah dibahas pada butir di atas.

Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, dijelaskan pengakuan dan pengukuran yang
dilakukan pembeli dalam transaksi murabahah (paragraf 31 s/d 36) sebagai berikut:

31. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga
beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).

32. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan.

33. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah.
34. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang

murabahah sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
35. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai

kerugian.
36. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.
Oleh karena itu beberapa hal yang berkaitan dengan transaksi Murabahah yang dilakukan oleh
pembeli adalah:
1. Pembayaran uang muka kepada LKS
2. Penerimaan barang dan pengakuan hutang harga barang
3. Penerimaan diskon harga barang
4. Pembayaran harga barang
5. Penerimaan potongan pelunasan harga barang
6. Pembayaran denda

4.4.2. Pembayaran uang muka kepada Penjual

Uang muka yang dibayar oleh pembeli merupakan bukti keseriusan dalam melakukan transaksi
murabahah, khususnya murabahah berdasarkan pesanan dan sifatnya mengikat. Besarnya uang muka
didasarkan pada kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dalam Fatwa DSN nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, ketentuan kedua butir 4
sampai dengan 7 menjelaskan uang muka murabahah sebagai berikut:

4. Dalam jual beli ini Bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil Bank harus dibayar dari
uang muka tersebut.

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 141

6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh Bank, Bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik Bank maksimal sebesar kerugian
yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Murabahah,
mengatur ketentuan uang muka sebagai berikut:

Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:
1. Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat.
2. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi
kepada LKS dari uang muka tersebut.
4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan
kepada nasabah.
5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan
kelebihannya kepada nasabah.

Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 36 mengatur tentang pengakuan dan
pengukuran uang muka seebagai berikut:

36. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

Jika pembeli akhir memberikan uang muka, kemudian atas pesanannya tersebut dibatalkan oleh
nasabah dan atas pembatalan tersebut LKS sebagai penjual mengalami kerugian, maka timbul beberapa
akibat yaitu:

a. Uang muka pembeli lebih besar dari kerugian riil yang dialami oleh LKS sebagai penjual
b. Uang muka pembeli lebih kecil dari kerugian riil yang dialami oleh LKS sebagai penjual
c. Atas pembatalan tersebut LKS sebagai penjual tidak mengalami kerugian riil

Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang uang muka ini dapat diberikan contoh sebagai berikut:

Contoh : 4-39

Tanggal 5 Januari 2007 Aminah membayar uang muka atas pembelian barang, sebagai tanda
keseriusannya dalam memesan untuk membeli barang kepada LKS Ridho Gusti sesuai kesepakatan
sebesar Rp20.000.000,00.

Atas pembayaran uang muka kepada LKS tersebut, Aminah sebagai pembeli melakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Piutang Uang Muka Rp20.000.000,00
Cr. Kas / Rekening Bank Rp20.000.000,00

Atas jurnal tersebut akun-akun dan posisi keuangan (neraca) Aminah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG UANG MUKA MURABAHAH

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Jumlah
Tgl Keterangan 20.000.000
05/01 LKS Ridho Gusti 20.000.000
20.000.000
Saldo

20.000.000

142 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Aktiva NERACA Pasiva
Per 5 Januari 2007 Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Piutang Uang Muka Murabahah 20.000.000

1. Uang muka lebih besar dari kerugian yang dialami LKS sebagai penjual

Jika pesanan murabahah dibatalkan oleh pembeli dan atas pembatalan tersebut LKS sebagai penjual

mengalami kerugian, maka pembeli harus mengganti kerugian riil tersebut dai uang muka yang telah

dibayarkan. Hal tersebut ditentukan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 13/DSN-

MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Murabahah, mengatur ketentuan uang muka sebagai berikut:

Pertama: Ketentuan Umum Uang Muka:

3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan

ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.

5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan

kelebihannya kepada nasabah.

PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 36 mengatur pengakuan dan pengukuran potongan

uang muka sebagai berikut:

36. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

Jadi jika potongan uang muka yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual akibat kerugian riil yang
dialami, maka potongan tersebut oleh pembeli diakui sebagai kerugian. Kerugian riil yang dialami oleh
LKS sebagai penjual yang dipotongkan dari uang muka hendaknya dibuktikan dengan bukti-bukti yang
dapat dipertanggung jawabkan, sehingga tidak ada yang dirugikan.

Contoh: 4-40
Atas pembatalan pesanan murabahah yang dilakukan Aminah, LKS sebagai penjual mengalami
kerugian riil sebanyak Rp10.000.000,00 Kerugian tersebut dipotongkan dari uang muka dan sisanya
dikembalikan kepada Aminah pada tanggal 10 Januari 2007.

Atas pembatalan pesanan dan LKS mengalami kerugian tersebut, Aminah sebagai pembeli
melakukan jurnal sebagai berikut:
Rp10.000.000,00
Dr. Kas / Rekening Bank Rp10.000.000,00
Dr. Kerugian Pesanan Murabahah
Cr. Piutang Uang Muka Rp20.000.000,00

Atas jurnal tersebut akun-akun dan posisi keuangan (neraca) Aminah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG UANG MUKA MURABAHAH

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
20.000.000 10/01 Pembatalan pesanan
Tgl Keterangan Saldo Jumlah
05/01 LKS Ridho Gusti 20.000.000 20.000.00
00
20.000.000

BEBAN KERUGIAN PESANAN MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Pembatalan pesanan Jumlah
Tgl 10.000.000
10/01 10.000.000
10.000.000
Saldo

10.000.000

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 143

NERACA
Per 10 Januari 2007

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva
Jumlah
Uraian 10.000.000 Laba Rugi Berjalan
Kas (10.000.000)
Piutang Uang Muka Mrbh 00 Beban operasi lainnya

2. Uang muka lebih kecil dari kerugian yang dialami oleh LKS sebagai penjual

Jika atas pembatalan yang dilakukan oleh pembeli, LKS sebagai penjual mengalami kerugian yang
lebih besar dari uang muka yang dibayar pembeli kepada penjual, maka pembeli harus membayar
kekurangan kerugian yang dialami oleh penjual.

Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Murabahah,
mengatur ketentuan uang muka sebagai berikut:

Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:

3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi
kepada LKS dari uang muka tersebut.

4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan
kepada nasabah.

Sesuai ketentuan tersebut di atas, jika uang muka yang telah diberikan kepada LKS sebagai penjual
lebih kecil dari kerugian riil yang dialami oleh LKS, maka pembeli dapat diminta untuk menambah
kekurangannya tersebut. Oleh karena itu kekurangan uang muka tersebut diakui sebagai kerugian oleh
pembeli.

Contoh: 4-41

Tanggal 10 Januarii 2007 LKS sebagai penjual menyampaikan bahwa stas pembatalan pesanan
murabahah yang dilakukan Aminah, LKS sebagai penjual mengalami kerugian riil sebanyak
Rp25.000.000,00. Kekurangan kerugian menjadi tanggung jawab Aminah sebagai pembeli untuk
melunasinya.

Atas transaksi tersebut, Aminah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kerugian Pesanan Murabahah Rp25.000.000,00
Dr. Hutang LKS Rp 5.000.000,00
Cr. Piutang Uang Muka
Rp20.000.000,00

Atas jurnal tersebut akun-akun dan posisi keuangan (neraca) Aminah menjadi sebagai berikut:

PIUTANG UANG MUKA MURABAHAH

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
20.000.000 10/01 Pembatalan pesanan Jumlah
Tgl Keterangan Saldo
05/01 LKS Ridho Gusti 20.000.000 20.000.00
00
HUTANG KEPADA LKS
20.000.000
Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan
Tgl 10/01 Pembatalan pesanan Kredit
5.000.000 Jumlah
Saldo 5.000.000
5.000.00

5.000.000

144 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

BEBAN KERUGIAN PESANAN MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Pembatalan pesanan Jumlah
25.000.000
10/01 25.000.000
25.000.000
Saldo

25.000.000

Aktiva NERACA Pasiva
Per 10 Januari 2007 Jumlah
Uraian Uraian
Jumlah

Kas Hutang LKS Ridho Gusti 5.000.000

Piutang Uang Muka Mrbh 00 Laba Rugi Berjalan
Beban operasi lainnya
(25.000.000)

Jika atas kekurangannya dilakukan pembayaran oleh Aminah sebagai pembeli kepada LKS Ridho

Gusti sebagai penjual maka jurnal yang dilakukan oleh Aminah sebagai pembeli adalah sebagai berikut:

Dr. Hutang LKS Ridho Gusti Rp5.000.000,00

Cr. Kas/ Rek Bank Rp5.000.000,00

Jika atas kekurangan uang muka tersebut Aminah tidak bersedia untuk membayar kekurangannya
dan LKS Ridho Gusti menyetujui, maka jurnal yang dilakukan oleh Aminah sebagai penjual adalah
sebagai berikut :

Dr. Hutang LKS Ridho Gusti Rp5.000.000,00
Cr. Kerugian Pesanan Murabahah Rp5.000.000,00

4.4.3. Penerimaan barang dan pengakuan hutang harga barang

Dalam transaksi murabahah yang diperjual belikan adalah barang (bukan uang). LKS sebagai
penjual menyediakan barang untuk dilakukan jual beli. Dalam transaksi murabahah, bagi nsaabah sebagai
pembeli menerima barang yang diperjualbelikan (bukan uang untuk membeli barang). Oleh karena itu
dalam murabahah dengan pembayaran tangguh hutang nasabah sebagai pembeli kepada LKS sebagai
penjual adalah hutang atas harga barang yang diperjual belikan (bukan hutang uang). Dalam Lembaga
Keuangan perbankan konvensional dikenal adalanya hutang pokok dan hutang bunga, oleh karena yang
diterima nasabah adalah uang untuk membeli barang dan atas uang tersebut diperhitungkan bunga seiring
dengan sisa uang yang dipergunakan oleh nasabah.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan hutang pembeli kepada LKS sebagai penjual tidak
mengenal hutang pokok dan hutang margin. Pada saat akad murabahah ditandatangani hutang pembeli
adalah sebesar harga jual yang telah disepakati dari barang yang diperjual belikan. Hutang pembeli tidak
terkait dengan transaksi lain, artinya begitu akad ditandatangani kemudian beberapa hari kemudian dilunasi
maka yang terhutang (yang harus dilunasi) oleh pembeli tetap sebesar hutang pembeli (sebesar harga jual
barang). Bahkan selesai akad ditandatangani pembeli menjual barang yang dibeli, maka bagi pembeli tidak
ada kewajiban untuk segera melunasi hutangnya.

Hal ini diatur secara rinci dan tegas dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah, menjelaskan hutang dalam murabahah sebagai berikut:

Keempat : Hutang dalam Murabahah:
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada Bank.

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 145

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

Berkaitan dengan penerimaan barang dan pengakuan hutang harga barang, diatur dalam PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 31 sampai dengan 33, sebagai berikut:

31. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga
beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).

32. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan.

33. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah.
Harga jual barang yang dibeli dan pembayarannya dilakukan dengan tangguh dicatat sebagai
“hutang Murabahah” sebesar harga jual barang, dan harga peroleh barang yang dibeli dicatat dalam “Aset
(persediaan atau aktiva tetap)” sedangkan selisihnya dicatat dalam “Beban Murabahah Tangguhan” dan
diamortisir selama jangka waktu akad. Beben Murabahah Tangguhan disajikan sebagai pengurang Hutang
Murabahah.
Bagi nasabah sebagai pembeli hutang tersebut merupakan hutang atas harga barang atau harga jual
barang yang belum dibayar, oleh karena itu tidak ada pembagian hutang pokok atau hutang margin dan
sifat dari hutang tersebut adalah tetap kecuali dibayar. Untuk memberikan gambaran hubungan harga jual
dengan hutang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 4-7 : harga jual dan hutang nasabah
Dari ilustrasi gambar di atas jelas bahwa negosiasi harga jual dilakukan sebelum akad ditanda
tangani, dan jika harga jual disepakati dan akan murabahah ditanda tangani serta pembayaran harga
barangnya dilakukan setelah akad ditandatangani maka timbulnya adalah hutang yang memiliki sifat tetap
kecuali dibayar.
Contoh : 4-42
Pada tanggal 16 Pebruari 2007 Aminah dan LKS Ridho Gusti melakukan jual beli Mobil Kijang
dengan harga jual yang disepakati sebesar Rp164.000.000,00 dan keuntungan sebesar
Rp24.000.000,00. LKS Ridho Gusti memberitahukan harga pokok Mobil Kijang pokok sebesar
Rp140.000.000,00. Sebagai tanda keriusan atas jual beli tersebut Aminah memberikan uang muka
kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp20.000.000,00 Pembayaran disepakati dengan cara angsuran
sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.

146 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Atas jual beli murabahah tersebut Aminah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Aset/Persediaan Rp140.000.000,00

Dr. Beban Tangguhan Murabahah Rp 24.000.000,00

Cr. Hutang Murabahah Rp164.000.000,00

Uang muka sebagai pengurang hutang pembeli, sehingga oleh Aminah sebagai pembeli melakukan

jurnal sebagai berikut:

Dr. Hutang Murabahah Rp20.000.000,00

Cr. Piutang Uang Muka Murabahah Rp20.000.000,00

Atas transaksi dan jurnal-jurnal tersebut di atas, posisi akun dan neraca Aminah adalah sebagai berikut:

ASET/PERSEDIAAN

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Jumlah
Tgl Keterangan 140.000.000
16/02 Pembelian 140.000.000
140.000.000
Saldo

140.000.000

HUTANG MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 Bank Syariah “x” Jumlah
Tgl Saldo 144.000.000 164.000.000
16/02 164.000.000
164.000.000

BEBAN MURABAHAH TANGGUHAN

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Keterangan Jumlah
24.000.000
16/02 Bank Syariah “X” 24.000.000
Saldo 24.000.000
Debet
Tgl Keterangan 24.000.000 Kredit
Jumlah
05/01 Bank Syariah X PIUTANG UANG MUKA MURABAHAH 20.000.000

Jumlah Tgl Keterangan 0
Bank Syariah “X” 20.000.000
20.000.000 16/02 Saldo

20.000.000

NERACA
Per 16 Februari 2007

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva

Uraian 140.000.000 Hutang Murabahah Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 144.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (24.000.000)

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 147

4.4.4 Penerimaan diskon harga barang

Dalam pembelian barang yang dilakukan oleh LKS dimungkinkan untuk memperoleh diskon
pemasok atas pembelian barang tersebut. Jika Lembaga Keuangan Syariah memperoleh diskon dari
pemasok maka sangat diperlukan kejujuran dari LKS untuk menyampaikan diskon tersebut kepada
nasabah sebagai pembeli, khususnya diskon yang diperoleh sebelum akad murabahah disepakati antara
LKS sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Jika diskon diperoleh sebelum akad ditanda tangani
oleh LKS sebagai penjual harus diakui sebagai pengurang harga perolehan barang dan LKS harus
memberitahukan dengan jujur harga perolehan barang. Jadi kalau tidak ada kejujuran oleh LKS sebagai
penjual tentang hal ini, nasabah sebagai pembeli tidak akan mengetahui diskon tersebut Jika nasabah
sebagai pembeli memperoleh diskon setelah akad murabahah disepakati, dan pembayaran harga barang
dilakukan dengan tangguh, maka diskon tersebut diakui sebagai pengurang beban tangguhan murabahah
(tidak diperkenankan diakui sebagai pendapatan).

Dalam PSAK102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 34 dijelaskan ketentuan tentang diskon

yang diperoleh setalah akad murabahah, diatur sebagai berikut :

34. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang

murabahah sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.

Contoh : 4-43

Atas transaksi jual beli Murabahah atas mobil Kijang yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti dengan

Aminah diperoleh diskon dari pemasok sebesar Rp5.000.000,00 (setelah akad ditanda tangani antara

LKS Ridho Gusti dan Aminah).

Dr. Kas / Rekening Bank Rp5.000.000,00

Cr. Diskon Murabahah Rp5.000.000,00

Sesuai ketentuan dalam paragraf 33 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, diskon murabahah

sebesar Rp5.000.000,00 yang diperoleh oleh Aminah setelah akad murabahah ditandatangani merupakan

pengurang beban tangguhan murabahah (tidak dikategorikan sebagai pendapatan).

4.4.5 Pembayaran harga barang

Jika akad murabahah disepakati, maka pada dasarnya hutang nasabah sebagai pembeli adalah
sebesar harga jual barang yaitu harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Jika
nasabah sebagai pembeli memberikan uang muka maka uang muka tersebut diakui sebagai pengurang
hutang nasabah sebagai pembeli kepada LKS sebagai penjual.

Aminah sepakat pembayaran harga barang dilakukan secara tangguh dalam jangka waktu 10 bulan,
yaitu sampai dengan 16 Desember 2007 dengan pembayaran angsuran sebagai berikut:

1. 16 Maret 2007 sebesar Rp60.000.000,00
2. 15 Agustus 2007 sebesar Rp45.000.000,00
3. 15 Desember 2007 sebesar Rp39.000.000,00

4.4.6 Pembayaran Angsuran

Pembayaran angsuran hutang murabahah besarnya dan dilakukan sesuai kesepakatan antara
Lembaga Keuangan Syariah (LKS Ridho Gusti) dengan pembeli (Aminah) yang secara umum didasarkan
pada kemampuan membayar hutang oleh pembeli. Bagi pembeli dalam pembayaran hutang adalah
pembayaran hutang atas harga jual barang, oleh karena itu tidak dikenal hutang pokok atau hutang margin.
Berapapun besarnya pembayaran yang dilakukan merupakan penguran dari hutang murabahah.

Contoh : 4-44

Pada tanggal 16 Maret 2007 Aminah melakukan pembayaran hutang Murabahah yang telah jatuh
tempo pada tanggal tersebut sebesar Rp60.000.000,00.

148 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Atas pembayaran hutang murabahah tersebut Aminah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:

(1) Dr. Hutang Murabahah Rp60.000.000,00
Cr. Kas / Rekening Bank Rp60.000.000,00

(2) Dr. Beban Murabahah Rp10.000.000,00
Cr. Beban Murabahah Tangguhan Rp10.000.000,00

Sesuai ketentuan dalamPSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 32 menyatakan bahwa
beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah. Oleh
karena itu Dengan telah dilakukannya pembayaran angsuran hutang murabahah, maka beban tangguhan
diamortisasi sebesar :

24.000.000 Rp60.000.000 = Rp10.000.000
Beban Murabahah = --------------- X

144.000.000

Atas transakis dan jurnal tersebut di atas posisi akun dan neraca Aminah adalah sebagai berikut:

HUTANG MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 LKS Ridho Gusti Jumlah
Tgl Angsuran ke-1 60.000.000 164.000.000
15/02 Saldo 84.000.000
16/03 164.000.000 164.000.000

BEBAN MURABAHAH TANGGUHAN

Debet Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Angsuran ke-1
Tgl Keterangan 24.000.000 16/03 Saldo Jumlah
16/02 LKS Ridho Gusti 10.000.000
14.000.000
24.000.000 24.000.000

NERACA
Per 16 Maret 2007

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva

Uraian 140.000.000 Hutang Murabahah Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 84.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh 0 Beban Tangguhan Murabahah (14.000.000)

A. Angsuran telah jatuh tempo belum dibayar

Dalam akuntansi syariah mempergunakan asumsi akrual, sehingga pada saat jatuh tempo dan belum
dilakukan pembayaran harus dicatat beban yang menjadi tanggungan pada periode tersebut.

Contoh: 4-45
Atas hutang murabahah pada LKS Ridho Gusti, karena sesuatu hal Hj.Aminah tidak dapat
membayar angsuran kedua yang telah jatuh tempo pada tanggal 15 Agustus 2007 sebesar
Rp45.000.000,00.

Atas transaksi tersebut Hj.Aminah melakukan jurnal sebagai berikut:

(1) Dr. Hutang Murabahah Jatuh Tempo Rp45.000.000,00

Cr. Hutang Murabahah Rp45.000.000,00

(2) Dr. Beban Murabahah Rp7.500.000,00
Cr. Beban Murabahah Tangguhan Rp7.500.000,00

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 149

Dalam angsuran hutang yang telah jatuh tempo terkandung beban murabahah yang harus dicatat
dan disajikan dalam Laporan Laba Rugi sebagai beban Murabahah. Besarnya beban murabahah yang
diakui dari angsuran hutang murabahah yang telah jatuh tempo adalah:

24.000.000
Beban Murabahah = -------------- X Rp45.000.000 = Rp7.500.000

144.000.000
Atas transaksi dan jurnal tersebut di atas, posisi akun dan neraca Aminah adalah sebagai berikut:

HUTANG MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
20.000.000 16/02 LKS Ridho Gusti Jumlah
Tgl Uang muka Mrbh 60.000.000 164.000.000
15/02 Angsuran ke-1 45.000.000
16/03 Angsuran ke-2 JT 39.000.000 164.000.000
15/08 Saldo
164.000.000 Kredit
Jumlah
HUTANG MURABAHAH JATUH TEMPO. 45.000.000

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan 45.000.000
Tgl 15/08 Angsuran ke-2
Kredit
Saldo 45.000.000 Jumlah
45.000.000 10.000.000
7.500.000
BEBAN MURABAHAH TANGGUHAN 6.500.000
24.000.000
Debet Jumlah Tgl Keterangan
Tgl Keterangan Pasiva
24.000.000 16/03 Angsuran ke-1 Jumlah
16/02 LKS Ridho Gusti Angsuran ke-2 39.000.000
Saldo (6.500.000)
15/08 45.000.000

24.000.000

NERACA
Per 15 Agustus 2007

Aktiva Jumlah Uraian
140.000.000
Uraian Hutang Murabahah
Aktva (aktiva Tetap) 0 Beban Tangguhan Murabahah
Piutang Uang Muka Mrbh Hutang Murabahah Jatuh Tempo

B. Pembayaran sebagian Angsuran Jatuh Tempo

Walaupun jadwal angsuran telah ditetapkan, tidak menutup kemungkinan pembayaran hutang
murabahah hanya dapat dilakukan sebagian oleh pembeli. Hal ini didasarkan pada kemampuan riil pada
saat itu dalam melakukan pembayaran.

Contoh.: 4-46
Atas angsuran kedua yang telah jatuh tempo tanggal 15 Agustus 2007 sebesar Rp45.000.000,00
Aminah pada tanggal 25 Agustus 2007 melakukan pembayaran angsuran sebagian hutang
murabahah dengan LKS Ridho Gusti sebesar Rp30.000.000,00.

Atas transaksi tersebut di atas Aminah melakukan jurnal sebagai berikut :

Dr. Hutang Murabahah Jatuh Tempo Rp30.000.000,00

Cr. Kas / Rekening Bank Rp30.000.000,00

150 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Atas transaksi dan jurnal tersebut di atas, posisi akun dan neraca Aminah adalah sebagai berikut :

HUTANG MURABAHAH JATUH TEMPO

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Tgl Sebagian angs ke-2 30.000.000 15/08 Angsuran ke-2 Jumlah
Saldo 15.000.000 45.000.000
25/08 45.000.000
45.000.000

NERACA
Per 25 Agustus 2007

Aktiva Jumlah Uraian pasiva
140.000.000
Uraian Hutang Murabahah Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 0 Beban Tangguhan Murabahah 39.000.000
Piutang Uang Muka Mrbh Hutang Mrbh Jatuh Tempo (6.500.000)
15.000.000

Jika pada tanggal 30 Agustus Aminah melunasi sisa kewajibannya keduanya, maka jurnal yang
dilakukan sama dengan di atas.

C. Potongan angsuran hutang murabahah

Lembaga Keuangan syariah sebagai penjual dapat memberikan potongan angsuran hutang nasabah,
bagi nasabah yang berprestasi atau ketidak memampuan. Bagi nasabah sebagai pembeli potongan angsuran
yang diterima akui sebagai pengurang beban murabahan.

Contoh : 4-47

Misalnya atas pembayaran hutang murabahah (angsuran murabahah) kepada LKS Ridho Gusti,
tanggal 15 Agustus 2007 sebesar Rp45.000.000,00 oleh LKS Ridho Gusti memberikan potongan
sebesar Rp1.000.000,00.

Atas pemberian potongan angsuran oleh LKS Ridho Gusti tersebut, Aminah melakukan jurnal
sebagai berikut:

1. Jurnal alternatif pertama:

(a) Dr. utang Murabahah Rp45.000.000
Cr. Kas Rp45.000.000

(b) Dr. Beban Murabahah Rp7.500.000
Cr. Beban Murabahah Tangguhan Rp7.500.000

(c) Dr. Kas Rp1.000.000
Cr. Beban Murabahah Rp1.000.000

2. Jurnal Alternatif kedua:

Dr. Hutang Murabahah Rp45.000.000

Dr. Beban Murabahah Rp 6.500.000

Cr. Beban Murabahah Tanggungan Rp 7.500.000

Cr. Kas Rp44.000.000

4.4.7. Penerimaan potongan pelunasan harga barang

Pada dasarnya kewajiban pembeli dalam melakukan pembayaran hutang murabahah adalah sebesar
sisa kewajibannya. Apabila pembeli melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo, yang harus dibayar
pembeli (Hj.Aminah) kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS Ridho Gusti) adalah sebesar sisa
kewajibannya. Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan potongan atas pelunasan hutang

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 151

murabahah. Hal ini dimungkinan karena dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 23/DSN-
MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah mengatur hal tersebut sebagai berikut:

1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau
lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad

2. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan
LKS.

Contoh : 4-48
Aminah tanggal 30 Oktober 2007 (sebelum jatuh tempo 15 Desember 2007) melakukan pelunasan
seluruh sisa hutangnya pada LKS Ridho Gusti sebesar Rp54.000.000,00 yaitu sisa angsuran kedua
sebesar Rp15.000.000,00 dan angsuran ketiga sebesar Rp39.000.000,00. Atas pelunasan tersebut
LKS Ridho Gusti memberikan potongan pelunasan sebesar Rp2.000.000,00.

Atas transaksi tersebut di atas jurnal yang dilakukan oleh Aminah sebagai pembeli adalah sebagai berikut:

(1) Dr. Hutang Murabahah Rp39.000.000,00

Dr. Hutang Murabahah jatuh Tempo Rp15.000.000,00

Cr. Kas / Rekening Bank Rp54.000.000,00

(2) Dr. Beban Murabahah Rp6.500.000,00
Cr. Beban Murabahah Tangguhan Rp6.500.000,00

(3) Dr. Kas/ rekening Bank Rp2.000.000,00
Cr. Potongan Pelunasan Hutang Murabahah Rp2.000.000,00

Atas transaksi dan jurnal tersebut di atas, posisi akun dan neraca Aminah adalah sebagai berikut:

HUTANG MURABAHAH

Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Kredit
Uang muka Mrbh 20.000.000 16/02 Bank Syariah “x” Jumlah
Tgl Angsuran ke-1 60.000.000 164.000.000
15/02 Angsuran ke-2 JT 45.000.000
16/03 Pelunasan 39.000.000 164.000.000
15/08 Saldo
30/10 0 Kredit
164.000.000 Jumlah
45.000.000
HUTANG MURABAHAH JATUH TEMPO
45.000.000
Debet Keterangan Jumlah Tgl Keterangan
15/08 Angsuran ke-2 Kredit
Tgl Sebagian angs ke-2 30.000.000 Jumlah
25/08 Pelunasan 15.000.000 10.000.000
30/10 Saldo
0 7.500.000
45.000.000 6.500.000

BEBAN MURABAHAH TANGGUHAN 0
24.000.000
Debet Jumlah Tgl Keterangan
Tgl Keterangan 24.000.000
16/03 Angsuran ke-1
16/02 Bank Syariah “X” 15/08 Angsuran ke-2
30/10 Pelunasan
Saldo

24.000.000

152 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

NERACA
Per 30 Oktober 2007

Aktiva Jumlah Uraian Pasiva
140.000.000 Hutang Murabahah
Uraian Beban Tangguhan Murabahah Jumlah
Aktva (aktiva Tetap) 0 Hutang Murabahah Jatuh Tempo 0
Piutang Uang Muka Murabahah 0
0

4.4.8 Pembayaran denda

Denda dalam transaksi murbahah dikenakan kepada nasabah yang mampu tetapi tidak mau untuk
melaksanakan kewajibannya dan dana yang diterima dari denda tersebut akan diserahkan sebagai dana
kebajikan. Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, paragraf 35 diatur tentang denda sebagai
berikut:

35. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui
sebagai kerugian.

Contoh : 4-49

Aminah dan Ridho Gusti sepakat apabila terlambat dalam membayar angsuran akan dikenakan
denda sebesar Rp500.000,00 . Dana yang diterima atas denda tersebut yang dananya akan
disetorkan oleh LKS Ridho Gusti ke Dana Kabijakan (sosial) atas nama Aminah.

Atas pengenaan dengan oleh LKS tersebut, Aminah sebagai pembeli melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Beban denda Murabahah Rp500.000
Cr. Kas / Rekening Bank Rp500.000

4.4.9 Wakil LKS untuk membeli barang

Dalam praktek banyak Lembaga Keuangan Syariah yang tidak terlibat dalam pengadaan barang,
Bank menyediakan uang atau memberikan uang kepada nasabah, dengan alasan nasabah sebagai wakil
Bank syariah untuk membeli barang kebutuhannya sendiri. Berkaitan dengan hal ini Fatwa DSN :
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah menyatakan sebagai berikut:

Jika Bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Bank

Dari fatwa ini jelas bahwa Bank syariah tidak diperkenankan untuk melakukan akad murabahah
kalau barangnya tidak ada, karena timbul gharar (ketidak jelasan barang yang diperjualbelikan). Hal ini jelas
haditsnya yang mengatakan tidak diperkenankan untuk menjual burung yang masih terbang, menjual ikan
dalam lautan dan menjual akan binatang dalam kandungan. Saat Bank syariah menyerahkan uang sebagai
wakil Bank syariah, maka akad yang dipergunakan adalah akad wakalah. Setelah barang ada, baru dilakukan
akad murabahah. Untuk memberikan ilustrasi murabahah yang diwakilkan kepada nasabah, diberikan
ilustrasi contoh berikut:

Contoh :4:50
Bank Syariah melakukan transaksi murabahah dengan Aminah atas Mobil Inova dengan harga
mobil Rp120.000.000,00. Keuntungan disepakati sebesar Rp25.200.000,00. Pembayaran dilakukan
secara tangguh selama satu tahun. Bank Syariah menyerahkan uang ke Aminah sebesar
Rp120.000.000,00 sbg wakil Bank Syariah untuk membeli mobil Inova untuknya.

Dari contoh di atas Aminah sebagai pihak yang mewakili untuk membeli aset murabahah dalam
melakukan jurnal sebagai berikut:

1. Pada saat diterima uang dari Lembaga Keuangan Syariah sebesar Rp120.000.000,00 sebagai wakil
Lembaga Keuangan Syariah untuk membeli barang dilakukan jurnal sebagai berikut:

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 153

Dr. Kas/Rekening Bank Rp120.000.000,00
Cr. Hutang Wakalah Rp120.000.000,00

2. Pada saat dilaksanakan pembelian barang sebesar Rp120.000.000,00 dilakukan jurnal sebagi berikut:

Dr. Barang Konsinyasi Rp120.000.000,00

Cr. Kas / Rekening Bank Rp120.000.000,00

Barang yang telah dibeli tersebut dicatat dalam ”Barang Konsinyasi” karena barang tersebut belum
menjadi milik nasabah, karena belum dilakukan akad murabahah, sehingga jika sampai dengan
tutup buku barang tersebut belum diserahkan dicatat sebagai aktiva lainnya.

3. Pada saat dilakukan penyerahan barang kepada Lembaga Keuangan Syariah dilakukan jurnal sebagai

berikut:

Dr. Hutang wakalah Rp120.000.000

Cr. Barang Konsinyasi Rp120.000.000

4.4.10 Akuntansi utang piutang murabahah bermasalah

Bagi nasabah sebagai pihak yang memiliki hutang kepada Lembaga Keuangan Syariah, maka
diperlakukan akuntansi sebagaimana melakukan pembayaran angsuran atau harga barang yang
diperjualbelikan, karena dapa prinsipnya berapapun yang dibayar oleh nasabah sebagai pembeli atau pihak
yang berhutang adalah melakkukan pembayaran hutang tanpa membedakan pembayaran pokok atau
margin.

4.5. Penyajian dan Pengungkapan Murabahah

Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah telah dijelaskan hal-hal yang terkait dengan
penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah, dan dalam bab ini telah disajikan dalam butir yang
dibahas untuk memberikan gambaran yang lengkap atas transaksi tersebut.

Dalam PSAk 102 tentang akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu disajikan dalam
transaksi murabahah sebagai berikut:

27. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

28. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
29. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah.

Dalam PSAk 102 tentang akuntnsi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu diungkapkan atas
transaksi murabahah sebagai berikut:

30. Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah;
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

31. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh.
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

154 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

4.6. Pertanyaan dan Soal

4.6.1 Pertanyaan

1. Sebagian besar penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah, khususnya
perBankan mempergunakan prinsip jual beli murabahah.
a. Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian, jenis murabahah?
b. Jelaskan karakteritik murabahah sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN dan PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah

2. PSAK 102 mengatur tentang Akuntansi Murabahah, baik untuk penjual maupun untuk pembeli.
a. Jelaskan cakupan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah?
b. Jelaskan kapan mempergunakan akuntansi penjual dan akuntansi pembeli?

3. Lembaga Keuangan Syariah sebagai penjual bertanggung jawab untuk pengadakan barang yang akan
diperjual belikan.
a. Jelaskan aturan dan pengakuan serta pengukuran diskon yang diterima dari pemasok ?
b. Jelaskan aturan dan pengakuan serta pengukuran uang muka murabahah yang diterima dari
pembeli?

4. Dalam murabahah dengan pembayaran tangguh, hutang nasabah sebesar harga jual.
a. Jelaskan karakteristik hutang dalam murabahah?
b. Jelaskan mengapa selama jangka waktu akad harga jual murabahah tidak boleh berubah?

5. Dalam transaksi murabahah tidak selalu pembayaran dilakukan dengan lancar sesuai dengan yang
disepakati.
a. Jelaskan aturan tentang langkah-langkah dalam menangani piutang bermasalah?
b. Jelaskan aturan penanganan agunan murabahah atas piutang bermasalah?

6. Dalam transaksi murabahah metode perhitungan dan pengakuan keuntungan murabahah tidak sama.
a. Jelaskan metode perhitungan keuntungan murabahah yang anda ketahui?
b. Jelaskan metode pengakuan keuntungan murabahah sebagaimana diatur dalam PSAK 102
tentang akuntansi murabahah?

5.6.2 Soal

Soal satu

Tanggal (2008) Transaksi

15 Juli Bank Syariah membeli mobil atas pesanan Tuan Abdullah dari PT Toyota Motor
dengan harga mobil Rp182.490.000,00 dan atas pembelian mobil tersebut PT
Toyota Motor memberikan potongan harga Rp15.000.000,00

15 Juli Bank Syariah menjual kembali mobil tersebut kepada Abdullah seharga
Rp227.167.090 yang pembayarannya dilakukan secara angsuran selama 36 bulan
sebesar Rp6.310.220

15 Oktober Abdullah tidak melakukan pembayaran angsuran bulan Nopermber dan baru
melakukan pembayaran angsuran tanggal 05 Nopember

15 Nopember Abdullah melakukan pembayaran angsuran bulan tersebut sebesar Rp6.310.200
dan dilakukan dengan memdebet rekening yang bersangkutan

15 Desember Abdullah tidak melakukan pembayaran angsurannya dan tanggal 10 Januari 2009
dilakukan pelunasannya hutangnya dan atas pelunasan tersebut Bank
memberikan muqasah Rp20.000.000,00

Pertanyaan :

1. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut dengan metode konsep dasar kas (cash basis) dan konsep
dasar akrual (accrual basis).

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 155

Soal kedua

Tuan Zakaria mengajukan permohonan kepada Bank Syariah untuk dapat membelikan mobil
Kijang LGX tahun 2000. Setelah mendapat pesanan tersebut Bank syariah membeli mobil kijang
tersebut ke Toyota Auto 2000 dengan harga Rp120 juta on the road dan harganya telah disampaikan
kepada Tuan Zakaria. Atas pembelian mobil itu Tuan Zakaria akan melakukan pembayaran secara
cicilan untuk jangka waktu 12 bulan dan telah disepakati keuntungan Bank Syariah sebesar Rp30 juta.

Pertanyaan buatlah jurnal atas :

1. Pembelian mobil dari dealer
2. Jual beli mobil kepada nasabah dengan Bank Syariah
3. Pembayaran angsuran oleh nasabah
4. Pembayaran denda (jika nasabah melakukan kelalaian – misalnya Rp10.000,00)
5. Pembayaran pelunasan jual beli pada angsuran ke 7 dan nasabah mendapatkan muqasah sebesar

Rp7.000.000,00

Soal ketiga

Bank syariah Amanah melakukan transaksi dengan nasabahnya yaitu menjual mobil dengan
harga barang Rp250.000.000,00 Atas transaksi tersebut nasabah memberikan uang muka sebesar
Rp150.000.000,00. Bank dan nasabah sepakat keuntungan Bank sebesar Rp20.000.000,00 dan Bank
mengenakan beban administrasi sebesar Rp100.000,00 Atas jual beli tersebut nasabah melakukan
pembayaran secara angsuran sebanyak sepuluh kali.

Atas pesanan dari nasabah tersebut Bank syariah melakukan pemesanan kepada delaer dengan
uang muka sebesar Rp1.000.000,00 dengan ketentuan jika batal uang muka hangus.

Pada angusuran ke 6 nasabah melakukan pelunasan dan Bank syariah memberikan potongan
sebesar Rp5.000.000,00.

Diminta:

a. Buatkan jurnal transaksi mulai dari penerimaan uang muka hingga pelunasan

b. Buatlah jurnal transaksi pembatalan pemesanan oleh nasabah

- jika Bank syariah membatalkan pemesanan kepada delaer
- jika Bank syariah tidak membatalkan pemesanan ke dealer

c. Buatlah jurnal pelunasan dipercepat, jika nasabah melakukan pelunasan keseluruhan hutangnya
pada angsuran ke 6

Soal keempat

Dari catatan administrasi Bank Syariah diketahui data-data sebagai berikut:

Tanggal Keterangan

02 April Bank Syariah melakukan pembelian dengan tunai sebuah sepeda seharga Rp7.500.000,00
Atas pembelian tersebut toko sepeda memberikan rabat sebesar Rp500.000,00

05 April Bank Syariah melakukan transaksi jual beli sepeda dengan akad murabahah, dan
disepakati keuntungan sebesar Rp1.000.000,00 Nasabah telah menyerahkan uang muka
kepada Bank sebesar Rp2.000.000,00. Nasabah akan melakukan pembayaran secara
cicilan selama 10 bulan dan pembayaran angsuran dilakukan setiap tanggal 5

05 Juli Karena kelalaiannya nasabah tidak melakukan pembayaran angsuran dan atas
kelalaiannya tersebut Bank syariah mengenakan denda sebesar Rp50.000.,00

Sept Nasabah melunasi seluruh hutangnya dan atas pelunasan tersebut Bank syariah
memberikan potongan pelunasan sebesar Rp100.000,00

Pertanyaan

Buatlah perhitungan dan jurnal seluruh transaksi murabahah tersebut di atas.

156 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Soal kelima

Bank Syariah Baitul Ummah melakukan transaksi jual beli alat-alat kedokteran dengan dr.
Achmad Fajri penyerahan dilakukan di rumah dokter, dengan data-data sebagai berikut:

Harga alat-alat kedokteran sebesar Rp137,5 juta dan atas pembelian tersebut suplier
memberikan potongan sebesar Rp2,5 juta, ongkos angkut yang harus dibayar oleh Bank syariah
sebesar Rp5 juta. Sebgaai tanda keseriusan dokter Achmad Fajri memberikan uang muka sebesar
Rp40 juta dan atas jual beli alat kedokteran tersebut disepakati keuantungan sebesar Rp20 juta.
Pembayaran yang dilakukan oleh dr Achmad Fajri dilakukan secara cicilan selama 10 kali angsuran.

Pada angsuran yang ke 6 dr Achmad Fajri melakukan pelunasan seluruh hutangnya dan atas
pelunasan tersebut Bank Syariah Baitul Ummah memberikan potongan sebesar Rp5 juta.

Pertanyaan.
Buatlah perhitungan dan jurnal atas transaksi tersebut.

Soal ke-enam

LKS Baitul Ridho menerima pesanan barang H. Sualiman berupa mesin penggilingan gabah
merk Kubota 70 PK. Atas pesanan tersebut LKS Baitul Rdiho pada tanggal 05 April 2008 membeli
barang tersebut dengan harga barang sebesar Rp120.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan atas
pembelian itu LKS Baitul Ridho mendapat diskon 5% dari harga barang. Beban lain yang dikeluarkan
sehubungan dengan pembelian barang tersebut sebesar Rp5.000.000,00 Atas pembelian tersebut
Baitul Ridho membayaran uang muka kepada pemasok sebesar Rp20.000.000,00.

Tanggal 10 April 2008 Baitul Ridho melakukan akad murabahah dengan H. Sualiman dengan
data-data sebagai berikut:

1. H. Sualiman membayar uang muka kepada LKS Baitul Rdho sebesar Rp19.000
2. Keuntungan yang disepakati 20%
3. Pembayaran dilakukan secara angsuran merata selama 5 kali.

Diminta : Buatlah jurnal dan perhitungan
a. Pembayaran uang muka yang dilakukan oleh Baitul Ridho
b. Penerimaan barang dan diskon yang diterima dari pemasok
c. Penerimaan uang muka dari H Sualiman oleh LKS Baitul Ridho
d. Transaksi jual beli murabahah antara LKS Baitul Ridho dengan H Sualiman
e. Penerimaan angsuran dari H. Sulaiman oleh LKS Baitul Ridho sampai penulasan.
f. Jurnal pengakuan pendapatan jika Angsuran H Sulaiman telah jatuh tempo tetapi belum
dilakukan pembayaran.

Soal ke tujuh

Untuk memperlancar usaha pengangkutan yang dimilikinya, Ismail membutuhkan tambahan
sebuah mobil Toyota Inova seharga harga Rp250.000.000,00 Untuk memenuhi keingingannya
tersebut tanggal 10 April 2008 Ismail mendatangani Bank Syariah Amanah Ummat untuk meminta
pembiayaan dengan pembayaran selama setahun, secara merata selama jangka waktu angsuran.

Bank Syariah Amanah Ummat tanggal 15 April 2008 mensepakati pembiayaan Ismail dengan
data data sebagai berikut:

Nama barang : Toyota Inova

Harga barang : Rp250.000.000 (dua ratus lima puluh juta). Bank Syariah sepakat
untuk membiayai 80% dan sisanya harus dibayar sendiri oleh Ismail
melalui Bank Syariah sebagai uang muka.

Keuntungan disepakati : Sesuai keputusan ALCO Bank Syariah Amanah Ummat yaitu setara
dengan 20% / pa

Penyerahan : Dealer Toyota Indah, Jl Sudirman 30, Jakarta

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 157

Biaya administrasi : Rp2.000.000 – (dua juta rupiah)

Pembayaran : Secara tangguh dengan angsuran 10 kali selama setahun, secara
merata selama jangka waktu angsuran, setiap tanggal 15

Pengikatan : Intern di Bank Syariah Amanah Ummat

Agunan : Rumah di atas tanah seluas 1000 M2, di Jl. Merdeka 30 Jakarta, SHM
atas nama Ismail.

Denda : sebesar Rp100.000 per hari keterlambatan

Diminta :

1. Menentukan prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut

2. Perhitungan dan jurnal Bank Syariah yang terkaitan, mulai awal sampai dengan pelunasan
transaksi tersebut antara lain:

a. Penerimaan uang muka dari Nasabah
b. Pembelian Toyota dan penerimaan uang muka dari nasabah
c. Akad murabahah dan pembayaran angsuran sampai bln ke 5
d. Penerimaan fee administrasi
e. Bulan ke enam tidak dapat dilakukan pembayaran angsuran dan pembayaran

dilakukan sekaligus diperhitungkan dengan angsuran ketujuh.
f. Penerimaan denda dari nasabah
g. Pelunasan sisa hutang nasabah.
h. Pembentukan cadangan KAP
i. Perubahan Performing ke Non Performing

Soal ke delapan

Untuk pengembangan usahanya dibidang pertanian bawang merah, Abdullah seorang petani

bawang di Brebes memerlukan alat-alat pertanian dengan data sebagai berikut:

Nama barang : Alat pertanian (traktor dan cangkul)

Harga barang : Rp270.000.000,00

Penyerahan barang : Di Brebes (tempat Abdullah)

Untuk keperluan tersebut Abdullah mendatangi Bank Syariah Amanah Ummat Cabang Brebes

dan telah menyiapkan uang tunai sebesar Rp30 juta sebagai uang muka dan bersedia untuk

mengangsur selama setahun (12 kali) secara merata dan akan melakukan pelunasan segera setelah

panen bawang

Sesuai permohonan Abdullah, Bank Syariah Amanah Ummat menyetujui permohonan Abdullah

dengan kesepakatan sebagai berikut:

Nama Barang : Alat pertanian (traktor 2 buah, cangkul 100 buah)

Uang muka : Rp30.000.000 ( tiga puluh juta rupiah)

Harga pokok barang : Rp270.000.000 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah)

Keuntungan : Rp36.000.000 (tiga puluh enam juta rupiah)

Biaya adminitrasi : Rp2.700.000 (dua juta tujuh ratus ribu rupiah)

Denda keterlambatan : 2% per hari dari angsuran yang tertunggak

Penyerahan barang : Di kantor Bank Syariah Amanah Ummat Brebes

Pembayaran : secara tangguh / angsuran secara merata selama setahun dan
dilakukan setiap tanggal 10

Pengikatan : Notariil

Biaya notaris : Rp5.000.000 (lima juta rupiah)

158 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

Berkat keberhasilannya dalam mengolah bawang merah, bulan ke 7 Abdullah melunasi sisa
kewajibannya kepada Bank Syariah Amanah Ummat. Atas pelunasan tersebut Bank Syariah Amanah
Ummat memberikan potongan sebesar 50% dari keuntungan yang belum diterima.

Diminta :

1. Menentukan prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut

2. Perhitungan dan jurnal Bank Syariah yang terkaitan, mulai awal sampai dengan pelunasan
transaksi tersebut antara lain

a. Penerimaan uang muka dari nasabah
b. Akad Murabahah dilaksanakan
c. Fee administrasi Murabahah
d. Biaya Notaris
e. Pembayaran angsuran
f Penerimaan denda
g. Pelunasan dan Bank memberikan potongan kewajiban sebesar 50% dari margin yang

belum dibayar

Soal kesembilan

Amirudin seorang pedagang bahan material bangan bangunan di komplek perumahan
Muslim Mandiri Jakarta. Untuk menunjang kemajuan usahanya Amirudin menghubungi Bank
Syariah Artha Pamenang supaya dapat membantu untuk :

1. Membeli bermacam kayu bangunan dengan Wahyudin seorang pengusaha kayu di Kalimantan,
sebanyak 100 M3 dengan harga sebesar Rp8.000.000,00.per -M3. Disepakati penyerahan
barang di gudang Amirudin. Biaya pengangkutan Kalimantan – Jakarta atas barang tersebut
sebesar Rp15.000.000,00 Bank Syariah Artha Pamenang hanya membiayai 70% dari
kebutuhan dan 30% dibayar sendiri oleh Amirudin melalui Bank Syariah Artha Pemenang
sebagai uang muka.

2. Membeli sebuah truk Fuso seharga Rp875.000.000,00. Macam-macam Biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan pembelian truk tersebut sebesar Rp25.000.000,00 Setelah mobil
diserahkan mendapat kabar dari Bank Syariah Artha Pamenang bahwa dealer memberikan
potongan harga sebesar Rp10.000.000,00 dan sepenuhnya diserahkan kepada Amirudin.

Dalam menetapkan keutungan Bank Syariah menawarkan tingkat keuntungan sebagai berikut

Jangka waktu tunai 1 tahun 2 tahun 3 tahun

Setara (%) 10 % 15% 20% 25%

Amirudin sepakat membayar harga jual barang dengan tingkat keuntungan yang dikenakan

oleh Bank Syariah Artha Pamenang dan kewajibannya dibayar selama 2 tahun setiap tanggal 15

dimulai tanggal 15 Maret 2009. Untuk keperlukan pemenuhan transaksi ini Amirudin membayar

dengan tunai seluruh biaya administrasi yang dikenakan oleh Bank Syariah Artha Pamenang sebesar

Rp2.500.000,00 Karena sesuatu hal kewajiban pada bulan Agustus 2009 tertunggak dan dibayar

sekaligus pada bulan berikunya.

Bulan Maret 2010 Amirudin melunasi kewajibannya dan Bank Artha Pamenang memberikan
potongan sebesar 50% dari sisa keuntungan yang disepakati.

Diminta:

1. Prinsip syariah dan dapat dipergunakan dan perhitungan yang harus dilakukan.
2. Seluruh jurnal dari tahapan-tahapan transaksi tersebut

BAB IV. Akuntansi Murabahah | 159

Soal kesepuluh
Bank Syariah Bhakti Makmur awal Januari 2008 menerima pesanan jual beli alat-alat

kedokteran dengan Rumah Sakit ”Berkah Sehat” dengan sifatnya mengikat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut Bank Syariah Bhakti Makmur melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tanggal 7 Januari 208 Bank Syariah Bhakti Makmur menerima uang muka sebagai tanda
keseriusan RS Berkah Sehat sebesar Rp52.500.000,00 (lima puluh dua juta lima ratus ribu
rupiah).

2. Tanggal 10 Januari 2008 melakukan pembelian alat-alat kedokteran seharga
Rp1.000.000.000,00 (satu milyard rupiah) dan atas pembelian tersebut mendapatkan diskon
dari pemasok sebesar 5% dari harga barang. Penyerahan dilakukan di gudang penjual
Tanjungpriok.

3. Tanggal 12 Januari Bank Syariah Bhakti Makmur membayar ongkos angkut dan beban lainnya
dari gudang penjual di Tanjungpriok ke RS Berkah Sehat sebesar Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

4. Tanggal 15 Januari 2008 Bank Syariah Bhakti Makmur melakukan akad jual beli dengan RS
Berkah Sehat dan disepakati hal-hal sebagai berikut:
a. Sesuai kesepakatan keuntungan yang dikenakan Bank Syariah Bhakti Makmur sebesar
setara dengan 20% dari harga perolehan barang.
b. Sisa kewajiban RS Berkah Sehat diangsur selama 10 kali setiap bulan pada tanggal 15,
terhitung mulai tanggal 15 Februari 2008

5. Tanggal 15 Juli 2008 RS Berkah Sehat melakukan pelunasan sisa kewajibannya dan atas
pelunasan tersebut Bank Syariah Bhakti Makmur memberikan potongan sebesar
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Dalam kebijakan akuntansinya Bank Syariah Bhakti Makmur menetapkan pengakuan

kauntungan murabahah yang pembayarannya dilakukan secara tangguh dilakukan secara proporsional.
Diminta :
Buatlah jurnal dan perhitungan yang dilakukan oleh Bank Syariah Bhakti Makmur atas:

1. Perhitungan harga pokok penjualan alat-alat kedokteran.
2. Pehitungan harga jual dan sisa kewajiban yang harus diangsur oleh RS Berkah Sehat ?
3. Perhitungan sisa kewajiban yang harus dibayar pada saat pelunasan sebelu jatuh tempo ( 15

Juli 2008)
4. Buatlah jurnal sehubungan transaksi tersebut antara lain:

a. Penerimaa uang muka dari RS Berkah Sehat ?
b. Pembayaran ongkos angkut yang dilakukan oleh Bank Syariah Bhkati Makmur?
c. Pembelian alat-alat kedokteran ?
d. Jual beli murabahah pada saat akad murabahah ditangan tangani ?
e. Pembayaran angsuran dari RS Berkah Sehat setiap tanggal 15 ?
f. Pelunasan piutang murabahah tanggal 17 Juli 2008 ?

160 |Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )

BAB V
AKUNTANSI SALAM

5.1 Pengertian dan Karakteristik Salam

Transaksi salam banyak dipergunakan untuk bidang pertanian, dimana pada awal musim tanam
petani membutuhkan modal untuk memproduksi hasil pertanian, baik modal dalam bentuk kas maupun
modal dalam non kas atau barang yang berhubungan dengan produksi pertanian seperti misalnya bibit,
pupuk, alat pertanian dan sebagainya untuk membantu petani. Beberapa waktu yang lalu pemerintah
memberikan fasilitas kepada petani dalam bentuk Kredit Program berupa Kredit Usaha Tani (KUT),
Kredit Tebu Intersifikasi Rakyat (TIR) dan sejenisnya yang disalurkan oleh Bank Konvensional. Dalam
Kredit progran tersebut, bank memberikan fasilitas dalam bentuk uang untuk kebutuhan petani seperti
untuk pembelian bibit, pupuk, alat pertanian dan sejenisnya termasuk modal uang. Dalam program ini
rawan terhadap penyalahgunaan dana, apabila harga barang kebutuhan petani dipermainkan oleh para
pemasok barang sehingga uang yang diberikan kepada petani tidak sesuai harapan atau tujuan kredit
program tersebut. Jika yang melaksanakan progran tersebut Lembaga Keuangan Syariah, maka dapat
diterapkan dengan prinsip salam, dalam hal ini Lembaga Keuangan Syariah sebagai kepanjangan tangan
dari pemerintah, diperkenankan memberikan modal kas untuk modal kerja dan modal dalam bentuk non
kas (barang) langsung seperti bibit, pupuk, alat pertanian dan sebagainya sehingga dapat dihindari
kekurangan modal atau penyalahgunaan modal.

Bagi Lembaga Keuangan Syariah khusus perbankan syariah, saat ini transaksi salam tidaklah menjadi
menarik karena bagi pelaksanan perbankan syariah masih banyak paradigma yang tidak lepas dari
paradigma bank konvensional, yaitu saat memberikan modal dalam bentuk uang harus segera
menghasilkan, sedangkan dalam transaksi salam ini LKS memberikan modal terlebih dahulu dan
pendapatannya baru diperoleh saat penyerahan barang yang dilakukan kemudian.

5.1.1 Pengertian dan istilah dalam transaksi Salam

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh
muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut
diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan
Syariah, Bank Indonesia mengemukakan :

Salaf dalam fiqh mu’amalah merupakan istilah lain untuk akad bai’ as-salam. Bai’ as-salam adalah
jual beli barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka.
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan di muka, dengan
syarat-syarat tertentu
Salam Paralel adalah dua transaksi bai’ as-salam yang dilakukan oleh para pihak secara simultan.

BAB V. Akuntansi Salam | 161

Beberapa istilah dan pengertian yang dikait dengan Akuntansi Salam, dinyatakan dalan PSAK 103
tentang akuntansi salam sebagai berikut :

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari
oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang melibatkan pihak-
pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.

Dari pengertian dan karakteristik tersebut dapat dilihat bahwa sebelum barang diserahkan kepada
pemesan (karena masih dalam proses produksi) harga barang harus dibayar lunas oleh pemesan atau
pembeli. Harga barang yang dibayar seluruhnya diawal merupakan bantuan modal kepada produsen untuk
memproduksi barang, oleh karena itu trasaksi salam terkandung unsur tolong menolong. Modal salam
yang diberikan oleh pemesan kepada produsen dapat berbentuk uang tunai (kas) atau non kas (barang)
yang bermanfaat untuk memproduksi barang tersebut.

Rukun salam adalah:
1. Muslam/pembeli
2. Muslam ilaih/penjual
3. Muslam fiihi/barang atau hasil produksi
4. Modal atau uang
5. Shighat/Ijab Qabul

Syarat-syarat Salam (Muamalat Institute, Perbankan Syariah, hal 51) adalah :
1. Pihak yang berakad
2. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji
3. Cakap hukum

5.1.2 Karakteristik Salam

Untuk memahami akuntansi salam secara tepat, perlu diketahui karakteristik prinsip salam dengan
benar. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam
dijelaskan ketentuan salam sebagai berikut:

Pertama - Ketentuan tentang Pembayaran
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Kedua - Ketentuan tentang Barang
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

Ketiga - Ketentuan tentang Salam Paralel (‫)ا ا ازي‬
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah dari dan tidak
berkaitan dengan akad pertama

162 | Akuntansi Transaksi Syariah ( Wiroso, IAI, 2011 )








































Click to View FlipBook Version