ANALISIS KARYA SASTRA
PBSI K
Puisi, Novel, Cerita Pendek, & Naskah Drama
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan pencipta yang telah melimpahkan nikmat dan karunian-Nya bagi
kita semua sehingga E-Book Analisis Karya Sastra ini dapat terselesaikan.
E-Book Analisis Karya Sastra ini berisi kumpulan hasil analisis karya sastra berupa puisi,
novel, cerita pendek, dan naskah drama dari mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Angkatan 22, Kelas K.
E-Book ini disusun guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Membaca Sastra. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Drs. Suroso, M.Pd. yang turut membantu
dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini. E-Book ini memberikan penjelasan tentang karya
sastra, berupa analisis unsur intrinsik, ekstrinsik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selama proses penyusunan dan hasil yang disajikan dalam bentuk e-book ini, penulis dan
editor menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna,
karena itu penulis dan editor senantiasa memohon maaf kepada pembaca apabila masih
menemukan kesalahan dalam penulisan.
Akhir kata, semoga e-book yang kami susun ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
secara umum dan penulis secara khusus. Semoga dari laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis lain.
Yogyakarta, 28 Desember 2022
Penulis
Rifka Hasna Maylafani
22201241073
1
ANALISIS PUISI
1. Puisi Malam Lebaran Karya Sitor Situmorang
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
● Kata/Diksi
Pemilihan diksi pada puisi ini penyair mengekspresikannya dengan
menggunakan kata denotasi yang mengandung bahasa kias. Contohnya:
-Lebaran, yang artinya hari raya umat islam pada tanggal 1 syawal
-Bulan, yang artinya benda langit yang bersinar pada malam hari
-Di, yang berarti kata depan untuk menandai tempat
-Atas, yang berarti bagian tempat yang lebih tinggi
-Kuburan, yang artinya tanah tempat menguburkan mayat
● Citraan
Citraan yang terdapat pada puisi Malam Lebaran adalah penglihatan, yang
ditandai oleh kata Bulan di atas kuburan.
● Bahasa Kiasan
Bahasa Kias yang terdapat di dalam puisi Malam Lebaran adalah gaya bahasa
metafora, yaitu pada kata bulan dan kuburan
● Persajakan
Puisi Malam Lebaran menggunakan sajak bebas
● Tema
Puisi Malam Lebaran memiliki tema keagamaan, ditandai dengan nama judul
Malam Lebaran
● Tipografi
Puisi Malam Lebaran terdiri dari satu larik yang berisi 4 kata saja.
● Komentar
Kesan setelah membaca puisi ini adalah sangat kagum. Puisi yang hanya
terdiri dari satu kalimat bisa populer dan kaya akan makna.
2. Puisi Aku Karya Chairil Anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
● Kata/Diksi
Penyair sering merubah kata yang belum tepat dan mengganti kata yang
digunakan berulang kali. Contohnya pada kalimat “tidak juga kau” yang berarti
“tidak juga engkau anakku, istriku, atau kekasihku”.
● Citraan/Imaji
-Ku mau tak seorang kan merayu > Pendengaran
-Tak perlu sedu sedan itu > Pendengaran
-Biar peluru menembus kulitku > Perasa
-Hingga hilang pedih perih > Perasa
● Bahasa Kiasan/Majas
Puisi Aku menggunakan majas hiperbola pada kalimat “aku tetap meradang
menerjang” dan majas metafora pada kalimat “aku ini binatang jalang”
● Persajakan
Puisi Aku menggunakkan sajak a-a-a-a
● Tema
Tema pada puisi Aku adalah semangat dan kegigihan hidup
● Tipografi
Puisi Aku terdiri dari tujuh bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat.
● Komentar
Setelah membaca puisi ini pembaca akan merasa lebih bersyukur, karena
makna yang ada dalam puisi tersampaikan kepada pembaca. Pengarang
menyampaikan pesannya pada puisi ini dengan sangat baik.
3. Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
● Kata/Diksi
-Menggunakan kata sifat, seperti tabah, bijak, dan arif.
-Menggunakan kata kerja, seperti dirahasiakannya dan dihapuskannya.
● Citraan/Imaji
-Repetisi, yaitu pada kalimat “adakah yang lebih”.
-Personifikasi, yaitu pada kalimat “tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan
Juni”
● Persajakan
Puisi Hujan Bulan Juni menggunakan sajak bebas
● Tema
Tema puisi Hujan Bulan Juni adalah cinta yang terpendam dan tidak bisa
diungkapkan
● Tipografi
Puisi Hujan Bulan Juni terdiri atas tiga bait, masing-masing terdiri dari empat
baris
● Komentar
Kesan setelah membaca puisi tersebut adalah senang dan kagum. Pengarang
memilih diksi dengan indah sehingga makna dapat tersampaikan dengan baik.
4. Sebuah Jaket Berlumuran Darah karya Taufik Ismail
Sebuah Jaket Berlumuran
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas,
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa.
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata;
Semuanya berkata:
LANJUTKAN PERJUANGAN!!!
● Kata/Diksi
Dalam puisi ini penyair menulis kata dengan penuh makna, contohnya:
-jaket, yang artinya adalah pakaian almamater dari mahasiswa
-di bawah terik matahari Jakarta, yang artinya kejadian tersebut terjadi di
Jakarta pada siang hari
● Citraan/Imaji
-kami semua menatapmu > Penglihatan
-spanduk kumal itu > Penglihatan
-melalui kendaraan yang nelintas > Penglihatan
-teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa > Pendengaran
-mereka berkata, semuanya berkata, lanjutkan perjuangan! > Pendengaran
-telah berbagi duka yang agung > Perasa
-dalam kepedihan bertahun-tahun > Perasa
● Bahasa kiasan/Majas
-menunduk bendera setengah tiang > Majas personifikasi
● Persajakan
Puisi Sebuah Jaket Berlumuran Darah menggunakan majas bebas
● Tema
Tema puisi Sebuah Jaket Berlumuran Darah adalah perjuangan
● Tipografi
Puisi Sebuah Jaket Berlumuran Darah terdiri dari 5 bait, yang setiap baitnya
terdiri dari baris dengan jumlah berbeda. Bait pertama berisi 3 baris,, bait kedua
berisi 5 baris, bait ketiga berisi 4 baris, bait keempat berisi 4 baris, dan bait
kelima berisi 8 baris.
● Komentar
Kesan setelah membaca puisi tersebut merasa kagum dan bangga terhadap
pahlawan, puisi tersebut juga mengajak pembaca untuk melanjutkan perjuangan
yang mana perjuangan pada saat ini adalah mempertahankan kemerdekaan.
5. Puisi Dari Bentangan Langit karya Emha Ainun Najib
Dari Bentangan Langit
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
● Kata/Diksi
Dalam puisi Dari Bentangan Langit, penyair banyak menggunakan kata yang
tidak bermakna sebenarnya (konotasi). Contohnya kemarau yang berarti musim
dimana tidak terjadi hujan, namun dalam puisi ini kemarau dimaknai sebagai
sebuah musibah atau cobaan hidup.
● Citraan/Imaji
-Berhembus amat panjang > Perasa
-Dari tangan yang dingin > Perasa
● Bahasa kiasan/Majas
-Majas Metafora > kemarau, yang artinya cobaan dalam hidup
-Majas Metafora > lautan, hutan, dan tanah, yang artinya segala kenikmatan
yang diberikan oleh Tuhan
-Majas Personifikasi > “kemarau datanglah”
-Majas Personifikasi > “menyapu lautan”
● Persajakan
Puisi Dari Bentangan Langit menggunakan sajak bebas
● Tema
Tema puisi Dari Bentangan Langit adalah keagaaman, bahwa sesungguhnya
kita harus senantiasa mengingat dan meminta pertolongan kepada Tuhan.
● Tipografi
Puisi Dari Bentangan Langit terdiri dari 3 bait. Bait pertama terdiri dari 2
baris, bait kedua terdiri dari 3 baris, dan bait ketiga terdiri dari 5 baris.
● Komentar
Setelah membaca puisi ini pembaca akan diajak untuk lebih bersyukur.
Pengarang menyampaikan pesannya dengan diksi yang luwes dan tidak
berlebihan. Puisi ini juga mengingatkan kepada pembaca agar selalu mengingat
Tuhan, karena dalam senang ataupun sedih, hanya Tuhan lah yang akan
senantiasa membantu kita.
6. Puisi Sebelum Laut Bertemu Langit karya Eka Budianta
Sebelum Laut Bertemu Langit
Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.
Puisiku - telur-telur penyu itu -
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja
Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya
Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu.
Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi.
● Kata/Diksi
Pada puisi Sebelum Laut Bertemu Langit, penyair banyak menggunakan kata
yang bukan makna aslinya. Seperti butir-butir puisi, menetas di pantai hatimu dll.
● Citraan/Imaji
-malam ini kubenamkan butir-butir > Penglihatan
● Bahasa Kiasan/Majas
-Malam ini kubenamkan butir-butir puisi ku di pantai hatimu > majas
personifikasi
-Seperti penyair mudik ke sumber matahari > majas personifikasi
-Kalau ombak menyambut ku kembali > majas personifikasi
● Persajakan
Puisi Sebelum Laut Bertemu Langit menggunakan sajak bebas.
● Tema
Tema puisi Sebelum Laut Bertemu Langit adalah percintaan
● Tipografi
Puisi Sebelum Laut Bertemu Langit terdiri dari 5 bait. Bait pertama terdiri dari
5 baris, bait kedua terdiri dari 6 baris, bait ketiga terdiri dari 6 baris, bait keempat
terdiri 5 baris, dan baris kelima terdiri dari 6 baris.
● Komentar
Kesan setelah membaca puisi tersebut adalah kagum terhadap puisi tersebut.
Diksi dalam puisi tersebut sangat indah, keindahan tersebut bertambah kala kita
dapat memaknai apa yang disampaikan pengarang dalam puisi tersebut.
7. Puisi Ibu karya D. Zawawi Imron
Ibu
kalau aku merantau, lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air, air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruh menulis langit biru
dengan sajakku
● Kata/Diksi
Dalam puisi Ibu, penyair banyak menggunakan kata yang maknanya tidak
sesuai dengan kenyataannya. Seperti:
-Mayang Siwalan, yang berarti kerinduan
-Gua pertapaan ku, yang berarti kandungan/rahim
-Berlayar, yang berarti menghadapi kesulitan
● Citraan/Imaji
- Sumur-sumur kering > penglihatan
- Daunan pun gugur bersama reranting > penglihatan
- Semerbak bau sayang > penciuman
- Di hati ada mayang siwalan > perasaan
- Memutikkan sari-sari kerinduan > perasaan
- Sedap kopyor susu mu > perasa
● Bahasa Kiasan/Majas
- Metafora > Ibu adalah goa pertapaan ku
- Simile > Kasih mu ibarat samudera
- Metafora > Bidadari berselendang bianglala
- Metafora > Menulis langit biru
● Persajakan
Puisi Ibu menggunakan sajak bebas
● Tema
Tema puisi Ibu adalah kecintaan seorang ibu pada anaknya
● Tipografi
Puisi Ibu terdiri dari 6 bait. Bait pertama terdiri dari 3 baris, bait kedua terdiri
dari 4 baris, bait ketiga terdiri dari 5 baris, bait keempat terdiri dari 9 baris, bait
kelima terdiri dari 2 baris, dan bait keenam terdiri dari 4 baris.
● Komentar
Puisi tersebut sebenarnya maknanya sangat dalam, namun banyak terdapat
diksi yang belum terlalu dikenal, sehingga pembaca akan lebih sulit dalam
memaknainya.
8. Surat Dari Ibu karya Asrul Sani
Surat Dari Ibu
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang,
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita:
“tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
● Kata/Diksi
Pada puisi Surat dari Ibu, pengarang banyak menggunakan kata yang
berkaitan dengan alam, seperti “daun-daunan”, “senja”, “angin buritan”, “padang
hijau”, “laut”, dan “benua”
● Citraan/Imaji
- Sesama hari belum petang > Penglihatan
- Warna senja belum kemerah-merahan > Penglihatan
- Jika bayang telah pudar > Penglihatan
- Angin bertiup ke benua > Pendengaran
● Bahasa kiasan/Majas
Pada puisi ini banyak menggunakan majas personifikasi, seperti “menutup
pintu waktu lampau”.
● Persajakan
Puisi Surat dari Ibu menggunakan sajak bebas
● Tema
Tema puisi Surat dari Ibu adalah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya
● Tipografi
Puisi Surat dari Ibu terdiri atas empat bait. Bait pertama terdiri dari lima
baris, bait kedua terdiri dari lima baris, bait ketiga terdiri dari tiga baris, dan
bait keempat terdiri dari delapan baris
● Komentar
Setelah membaca puisi tersebut kesan yang didapat adalah puisi tersebut
sangat bermakna, puisi tersebut menggambarkan kasih sayang seorang ibu. Puisi
tersebut juga dapat menjadi pengingat bahwa ibu adalah orang yang sangat
berjasa dalam hidup kita.
9. Bayangan karya Ajip Rosidi
Bayangan
Bayanganmu terekam pada permukaan piring, pada dinding
Pada langit, awan, ah, ke mana pun aku berpaling:
Dan di atas atap rumah angin pun bangkit berdesir
Menyampaikan bisikmu dalam dunia penuh bisik.
Masihkah dinihari Januari yang renyai
Suatu tempat bagi tanganku membelai?
Telah habis segala kata namun tak terucapkan
Rindu yang berupa suatu kebenaran.
Bayangan, ah, bayanganmu yang menagih selalu
Tidakkah segalanya sudah kusumpahkan demi Waktu?
Tahun-tahun pun akan sepi berlalu, kutahu
Karena dunia resah 'kan diam membisu.
● Kata/Diksi
Puisi Bayangan karya Ajip Rosidi diksinya sangat indah. Pengarang pandai
menggunakan diksinya hingga menimbulkan makna yang sangat kuat. Contohnya
pada kata “renyai” yang berarti baru. Antara kata “renyai” dan “baru” memiliki
makna yang sama, namun kata “renyai” terkesan lebih indah.
● Citraan/Imaji
- Menyampaikan bisik mu dalam dunia penuh bisik > Pendengaran
- Suatu tempat bagi tangan ku membelai > Perasa
● Bahasa kiasan/Majas
- Personifikasi > permukaan piring
- Hiperbola > bayang mu terekam pada permukaan piring, pada dinding
● Persajakan
Puisi Bayangan bersajak bebas
● Tema
Tema puisi Bayangan adalah kesedihan, karena puisi ini bercerita tentang
perjuangan hidup seseorang dalam memperjuangkan hidupnya,
● Tipografi
Bait-bait pada puisi Bayangan memiliki kesamaan banyaknya baris dalam
tiap-tiap baitnya. Bait pertama terdiri dari empat baris, bait kedua terdiri dari
empat baris, bait ketiga terdiri dari empat baris jugaa.
● Kesan
Kesan setelah membaca puisi tersebut adalah puisi tersebut sangat indah.
Pengarang banyak menuliskan kata-kata yang masih awam. Sehingga untuk
memaknainya cukup sulit.
10. Padamu Jua karya Amir Hamzah
Padamu Jua
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu.
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas.
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati.
Engkau cemburu
engkau ganas
Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai.
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku ...
● Kata/Diksi
Pada puisi Padaamu Jua, pengarang banyak menggunakan kata yang memiliki
makna asing, misalnya kata nanar, gila sasar, padamu jua, pelik, dan dara dibalik
tirai.
● Citraan/Imaji
- Pelita jendela di malam gelap > Penglihatan
- Suara sayup > Pendengaran
- Kasih mu sunyi > Pendengaran
● Bahasa kiasan/Majas
- Segala cintaku hilang terbang > Personifikasi
- Pelita jendela di malam gelap > Metafora
- Hanya kata merangkai hati > Personifikasi
- Serupa dara dibalik tirai > Simile
- Kasihmu sunyi > Personifikasi
- Matahari - bukan kawanku > Personifikasi
● Persajakan
Puisi Padamu Jua menggunakan majas bebas
● Tema
Tema puisi Padamu Jua adalah percintaan, karena makna dari puisi ini adalah
penantian terhadap seseorang yang pernah menjadi kekasihnya dan berharap
untuk kembali padanya
● Tipografi
Puisi Padamu Jua terdiri dari tujuh bait, dan tiap baitnya terdiri dari empat
baris. Pada dasarnya berkalimat singkat, seperti pada bait ketiga dan keempat.
● Komentar
Puisi tersebut sangat indah. Pengarang menyampaikan pesannya lewat
diksi-diksi yang sangat mengagumkan.
2
ANALISIS NOVEL
1. Analisis Novel Kubah
● Ringkasan Cerita
Novel “Kubah” karya Ahmad Tohari menceritakan seorang tokoh yang
bernama Karman. Karman adalah seorang pemuda yang menjadi anggota partai
komunis. Karena bergabung dengan komunis, akhirnya Karman menjadi seorang
tawanan politik di Pulau Baru.
Pada awal novel menceritakan tentang pembebasan karman setelah ditahan
selama 12 tahun. Ia kebingungan karena setelah keluar dari tahanan banyak yang
berubah, lingkungan sekitar maupun kehidupannya. Saat masih menjadi tahanan, ia
ditinggalkan oleh istrinya, hal itu lah yang membuat Karman merasa sedih.
Di bagian selanjutnya, Ahmad Tohari membuat cerita menjadi alur mundur.
Diceritakan saat kecil Karman adalah orang susah, ia harus bekerja banting tulang
menjadi pembantu dan pengaasuh anak Haji Bakir. Haji Bakir adalah orang kaya dan
terpandang di desa Karman.
Selanjutnya Karman mulai berkenalan dengan Kawan Margo yang merupakan
anggota Partai Komunis. Setelah cukup kenal lama, Karman diajak bergabung dengan
partai komunis. Karman gelap mata, ia tertarik untuk bergabung dengan partai
komunis. Ia mulai meninggalkan solatnya, dan perbedaan kaya dan miskin menjadi
sorotan tajam bagi Karman. Karman berpikir mengapa ia tidak bisa menikah dengan
anak Haji Bakir? Apakah karena ia miskin? Padahal nyatanya Haji Bakir menolak
Karman karena ada pria lain yang lebih dulu meminang Rifah, anaknya.
Suasana ini dimanfaatkan oleh Margo dan bos nya, Si Gigi Besidan Truman.
Iaa ditempatkan menjadi sekretaris di partai itu. Pikirannya pun kalut, ajaran kuat
partai menyerap di otaknya. Karman cerdas berubah kafir.
Seperti gambaran sejarah, 1965 merupakan akhir komunis di Indonesia, partai
Karman dimusnahkan, Margo dan Si Gigi Besidan Truman dihukum mati. Karman
pun tertangkap setelah bersembunyi di hutan.
Di bagian akhir diceritakan bahwa Karman kembali ke desa Pegaten dan
diterima dengan baik. Ia mengabdikan dirinya dengan merenovasi masjid milik Haji
Bakir, Karman mendesain kubah masjid tersebut.
● Tanggapan atau komentar terhadap novel:
Buku ini sangat menarik, karena cerita yang dibahas merupakan cerita realistis
yang terjadi di masyarakat. Novel ini pun kaya akan pesan. Bahwa kita harus
memiliki pendirian dan jangan mudah goyah karena perkataan orang lain. Selain itu
novel ini juga memberikan pesan bahwa kita harus bisa memaafkan kesalahan orang
lain.
Dari tokoh Karman kita dapat belajar bahwa dalam hidup kita harus memiliki
pendirian, karena hidup seperti apa yang akan kita jalani kedepannya tergantung pada
tindakan yang kita ambil hari ini.
Bahasa yang digunakan dalam novel kubah juga ringan, tidak sulit atau
bertele-tele. Namun dibalik kelebihan tersebut, novel ini juga memiliki kekurangan.
Novel ini menggunakan alur campuran, yang mengharuskan pembaca agar teliti
dalam membacanya. Cerita di novel ini juga terbilang cukup tergesa, cerita sejarah
komunis ditulis cukup singkat.
● Tema
Tema novel kubah adalah Ketuhanan. Dapat dilihat dari tokoh Karman yang
bertaubat dengan meyakini adanya Tuhan setelah bergabung dengan komunis.
● Tokoh dan penokohan
Tokoh utama dalam novel Kubah adalah Karman. Tokoh tambahannya yaitu
Haji Bakir, Marni, Tini, Margo, Triman, dan Gigi Baja. Tokoh latarannya yaitu
komandan, ajudan, Parta, Birin, Asep, Kapten Somad, Mayor Darius, Rudio, Gono,
Jabir, Paman Hasyim, Bu Mantri, prajurit berbaret merah, Pak Mantri, Bu Haji Bakir,
Rifah, Pohing, Kinah, Abdul Rahman, Suto, dan Kastagethek.
Penokohan:
1. Karman > kurang percaya diri, cerdik, rendsah diri, dan mudah terpengaruh
2. Marni > tabah dan penyayang
3. Haji Bakir > baik dan suka menolong
4. Tini > gugup dan mudah tersinggung
5. Triman, Margo, dan Gigi Baja > antagonis
● Latar
1. Latar tempat > Pegaten dan Pulau Buangan
2. Latar waktu > Pada Oktober 1965, permulaan tahun 1950, awal tahun 1960,
Agustus 1977
3. Latar suasana > tegang, gembira, sedih, dan terharu
● Sudut pandang
Novel Kubah menggunakan sudut pandang orang ketiga maha tau. Dari sudut
pandang orang ketiga serba tau ini dapat mengetahui segala hal yang terjadi pada
setiap tokoh, baik peristiwa, perasaan, pikiran, maupun pandangan setiap tokoh
terhadap berbagai hal.
● Alur
Novel Kubah menggunakan alur campuran
2. Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
● Ringkasan Cerita
Pada bagian prolog, meceritakan tentang seorang tokoh yang mengalami
siksaan. Ia dibawa ke laut oleh sekelompok orang. Ia disiksa, dipukul, ditendang, dan
yang terakhir dibuang ke laut. Tokoh merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir.
Tokoh tersebut bernama biru laut.
Novel ini mengambil dua sudut pandang, dari sudut pandang Biru Laut dan
Asmara Jati.
Pada bagian sudut pandang Biru Laut, dibuka dengan cerita yang berjudul
Seyegan, 1991. Pada bagian ini mulai dikenalkan siapa dan bagaimana kehidupan
Biru Laut dan kawan-kawannya. Kawan-kawannya bernama Alex, Sunu, Daniel,
Kinan, dkk. Mereka merupakan anggota organisasi mahasiswa yang bernama
Wirasena. Mereka merupakan sekelompok mahasiswa yang memiliki ketertarikan
untuk meruntuhkan ketidakadilan yang dilakukan rezim pemerintah saat itu. Judul
Seyegan diambil dari nama tempat markas Wirasena yang baru.
Bab dua berjudul Di Sebuah Tempat, di Dalam Gelap, 1998. Pada bab ini
bercerita tentang penculikan Biru Laut. Biru Laut ditangkap di rusunnya. Matanya
ditutup menggunakan kain hitam, entah ia dibawa kemana. Hingga pada suatu tempat,
ia disiksa, dipukul, ditendang, bahkan disetrum. Ia berpikir bahwa ia akan mati hari
itu juga.
Bab tiga berjudul Ciputat, 1991. Pada bab ini bercerita tentang Biru Laut yang
sedang kembali ke rumahnya di Ciputat. Ia bertemu dengan kedua orang tuanya dan
tentunya adiknya. Hingga pada suatu waktu saat makan bersama, adiknya
menyampaikan bahwa Biru Laut bergabung dengan organisasi aktivitis. Orang tua
Biru Laut merasa khawatir. Namun Biru Laut dapat mengalihkan pembicaraan dengan
membahas fotografi.
Bab empat berjudul Di Sebuah Tempat, di Dalam Keji, 1998. Pada bab ini
bercerita tentang penyiksaan kepada Biru Laut. Tidak hanya disiksa, Biru Laut juga
diinterogasi oleh Mata Merah. Apabila Biru Laut tidak menjawab pertanyaan Mata
Merah, ia akan disiksa. Hingga pada suatu percakapan, Mata Merah mengatakan
bahwa ia akan menyiksa Anjani, kekasih Biru Laut. Biru Laut murka, mencoba
melawan Mata Merah. Ingatan Biru Laut mengarah pada saat dirinya dan Anjani di
dapur markas Seyegan. Ia dan Anjani memasak mie instan berdua, terasa begitu
menyenangkan. Sekelebat ingatannya pudar, kembali pada realita bahwa ia sedang
disekap dan disiksa. Mata merah mengeluarkan dua semut besar, yang siap menggigit
bola mata Biru Laut.
Pada bab Blangguan, 1993 bercerita tentang perjuangan aktivis yang akan
melakukan aksi menanam jagung di Blangguan. Aksi tersebut dilakukan karena tanah
dan ladang warga blengguan akan dijadikan tempat latihan tentara militer. Para aktivis
berusaha menggagalkan rencana tersebut dengan akan menanam jagung, seperti pada
sajak Rendra, sajak seonggok jagung. Namun, aksi tersebut tidak berhasil, karena
ketatnya penjagaan para militer
Pada bab Di Sebuah Tempat di Dalam Laknat, 1998 menceritakan tentang
penyekapan Laut, Alex, Daniel, Julius, Dana, dan Sunu. Mereka di tempatkan di
sebuah tempat yang bahkan mereka sendiri tidak tau itu dimana. Di tempat gelap dan
seperti di sebuah sel. Hingga pada suatu hari, Daniel di bawa keluar, kawannya yg
lain panik. Ternyata setelah kembali, Daniel mengatakan bahwa ia habis disiksa
dengan ditempatkan pada balok es selama berjam-jam. Dan daniel mengatakan bahwa
Kinan sudah dalam jaringan.
Bab Di Sebuah Tempat di Dalan Khianat, 1998 menceritakan tentang keadaan
sel bawah tanah. Pada hari itu, giliran laut yang dibawa untuk tidur di bongkahan es.
Namun ada yang lebih menyakitkan dari itu, bahwa ia melihat temannya, Gusti,
tengah memotret dirinya yang sedang disiksa dengan mengenakan kemeja batik,
dengan kamera dan blitznya. Ya, bahwa penghianat Winatra selama ini adalah Gusti.
Bab Rumah Susun Klender bercerita tentang Laut, Alex, dan Daniel yang
sedang menjadi buronan. Mereka sedang bersembunyi di Rumah Susun Klender.
Namun sebelum itu, mereka berpindah-pindah tempat dari Bogor, Lampung, Jakarta,
dan tempat lainnya. Selama berpindah-pindah itu, Laut tidak pernah lupa untuk selalu
menulis surat untuk kekasihnya, Anjani, dengan nama samaran yang berbeda-beda.
Dalam keadaan genting itu, Laut juga menyempatkan untuk sidang skripsi, Pak Gento
dan dekannya sepeti paham akan apa yang sedang diperjuangkan Laut. Sedangkan
keluarganya, selalu dalam tekanan intel.
Bab Di Sebuah Tempat, di Dalam Kelam, 1998 merupakan bab terakhir dari
sudut pandang Laut. Bab itu menceritakan tentang Laut, Julius, dan Dana yang
dibawa keluar sel. Namun mereka bertiga dibawa ke tempat yang berbeda. Hari itu
adalah hari terakhir Laut. Ia dibuang ke tempat yang sama dengan namanya, ya Laut.
● Tanggapan atau komentar terhadap novel
Novel Laut Bercerita bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan,
sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang
gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan
makam anaknya, dan cinta yang tak akan luntur.
Penulis dengan apik menggambarkan visualisasi karakter dan suasana dalam
novel ini, sehingga pembaca dibuat dapat merasakan apa yang sedang tokoh alami.
Dalam novel ini juga banyak menceritakan tentang HAM, yang tentunya dapat
menambah pengetahuan pembaca.
Namun selain kelebihan tersebut, novel ini juga memiliki kekurangan. Novel
ini menggunakan alur campuran atau maju mundur. Apabila pembaca belum terbiasa,
akan cenderung kesulitan dan bingung.
● Tema
Tema novel ini adalah perjuangan para aktivis di era Orde Baru.
● Tokoh dan penokohan
1. Biru laut > demokratis, teguh, pendiam, pemalu, tenang.
2. Sang Penyair > teguh, pemberani, pendengar yang baik.
3. Kasih Kinanti > tenang, lembut, jenius, dan realistis.
4. Naratama > suka mencela dan mencemooh.
5. Alex > baik, sopan, sensitif
6. Julius > cerdik
7. Daniel > manja dan cerewet
8. Sunu > bijaksana, pendiam, dan suka membantu
9. Gusti > pendiam dan penghianat
10. Bapak > penyayang, lembut, pemberani, tak banyak bicara
11. Ibu > penyayang, penyabar, tegas
12. Asmara Jati > penyayang, jail
13. Mata merah > keji
● Latar
1. Latar tempat > Seyegan, Blangguan, Terminal Bungurasih, rumah
susun Klender, sel bawah tanah, rumah Laut
2. Latar suasana > menegangkan
3. Latar waktu > 1991, 1993, 1996, 1998, 2000, 20007.
● Sudut pandang
Novel Laut Bercerita menggunakan dua sudut pandang yaitu sudut pandang
Biru Laut dan sudut pandang seorang adik Biru Laut yaitu Asmara Jati.
Sudut pandang keduanya ditulis dalam sudut pandang pertama “aku”
● Alur
Novel Laut Bercerita menggunakan alur mundur atau kilas balik
3. Analisis Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer
● Ringkasan Cerita
Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer bercerita tentang
perjalanan seorang tokoh yang bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi
yang sekolah di HBS. Sebagai keturunan priyayi, ia mendapat kesempatan dari
pemerintah kolonial untuk mengenyam pendidikan di sana. Pada saat itu, tidak semua
orang bisa bersekolah di sana karena yang dapat masuk ke sekolah adalah
orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah seorang yang pandai menulis. Tulisannya
bisa dimuat di berbagai koran Belanda pada saat itu. Pada novel ini, Minke
digambarkan sebagai seorang yang revolusioner, yang berani melawan ketidakadilan
yang terjadi pada bangsanya. Sesuai dengan judulnya Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer dimaksudkan untuk menceritakan perlakuan tidak adil dan
tidak manusiawi terhadap bangsanya.
Selain tokoh Minke, dalam novel Bumi Manusia ini juga menceritakan
seorang nyai yang bernama Nyai Ontosoroh. Pada saat itu status seorang nyai sangat
rendah karena sebagai istri simpanan. Namun dalam novel ini seorang nyai
digambarkan dengan sosok yang berbeda. Nyai Ontosoroh menyadari bahwa ia selalu
direndahkan, maka dari itu ia selalu belajar agar bisa dihargai sebagai manusia.
Menurut Nyai Ontosoroh, untuk melawan ketidakadilan, kebodohan, dan kemiskinan
adalah dengan belajar.
Dalam novel ini, Pram mengisahkan pula jalinan cinta Minke dengan Annelis,
putri Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh. Minke dan Annelis pun menikah. Namun
pada akhir cerita, pernikahan mereka dianggap tidak sah di pengadilan Belanda.
Di akhir cerita, Herman Mellema meninggal karena diracun di tempat Ah
Tjong. Setelah kematian itu, datang putusan pengadilan Amsterdam untuk menyita
seluruh harta kekayaan Herman Mellema di Hindia. Tak hanya itu, pengadilan
Belanda pun tidak mengakui pernikahan Minke dan Annelis secara hukum karena
Annelis masih dibawah umur. Annelis pun dibawa kembali ke Belanda. Minke dan
Nyai Ontosoroh terus berjuang melawan hukum kolonial ini meskipun pada akhirnya
menemui kegagalan.
Ditulisnya novel Bumi Manusia bertujuan untuk mengungkapkan penindasan
yang terjadi pada saat itu. Dimana pada saat itu kaum pribumi dianggap kaum paling
bawah. Mereka selalu ditindas dan tidak mendapatkan keadilan, baik dalam
pendidikan, ekonomi, dan di mata hukum sekalipun. Berbeda dengan kaum Eropa,
pada saat itu kaum Eropa begitu diagungkan. Mereka selalu didahulukan dalam
urusan apapun. Oleh karena itu, novel ini ditulis untuk mengkritik pemerintahan yang
terjadi pada saaat itu, dengan harapan masyarakat dapat terbuka dan berpikir kritis
terhadap hak-hak yang seharusnya mereka perjuangkan.
● Tanggapan atau komentar terhadap novel
Novel yang dilatarbelakangi pergerakan Indonesia di awal abad 20 ini,
menceritakan pergerakan, perjuangan, dan semangat pemuda Indonesia di masa itu.
Pengarang menyerukan agar pemuda-pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat
itu meskipun sekarang sudah tidak ada penjajahan kolonial. “Seorang terpelajar harus
juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”.
● Tema
Percintaan pemuda keturunan priyayi Jawa dengan gadis keturunan Belanda
dan perjuangannya di awal abad ke-20
● Tokoh dan penokohan
1. Minke > berjiwa pribumi, cerdas, kritis, baik, dan penyayang.
2. Annelis > pendiam, labil, dan manja.
3. Nyai Ontosoroh > tegas, bijaksana, mandiri, tegar, dan pandai.
4. Herman Mellema > kasar, keji, dan kaku
5. Robert Mellema > egois dan tidak bermoral
6. Ayah Minke > pemganut kental adat Jawa, keras, dan pemarah
7. Ibu Minke > baik, bijaksana, dan penyayang
8. Robert Surhorf > pengecut
9. Jean Marais > baik, pekerja keras, dan penyayang
10. May Marais > manja
11. Darsam > keras dan patuh terhadap tuannya
● Latar
1. Latar tempat > Wonokromo, Surabaya
2. Latar waktu > sekitar abad 20
3. Latar suasana > tegang dan romantis (saat scane Annelis dan Minke)
● Sudut pandang
Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama.
● Alur
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita
terdapat kilas balik yaitu “Agar ceritaku ini agak urut, biar kuutarakan dulu
yang terjadi atas diri Robert sepeninggalanku dari Wonokromo dibawa agen
polisi klas satu itu ke B....”
4. Analisis Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
● Ringkasan Cerita
Novel Laskar Pelangi menceritakan tentang kisah 10 anak di kampung
Gantung, Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki semangat untuk tetap
bersekolah. Sepuluh anak itu bernama Ikal, Lintang, Sahara Aulia Fadillah, Mahar
Ahlan, Syahdan Noor Aziz, Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman atau A kiong,
Samson atau Borek, Mukharam Kudai Khairani, Trapani Ihsan Jamari, dan Harun
Ardhili Ramadhan.
Sepuluh anak ini bersekolah di SD Muhammadiyah Gantung. Mereka
dibimbing oleh Bu Muslimah dan Pak Harfan. Di sekolah mereka juga mendapat
teman baru bernama Flo, pindahan dari SD PN Timah.
Cerita dimulai ketika penerimaan peserta didik baru di SD M uhammadiyah
Gantung. Penerimaan peserta didik minimal harus menerima 10 peserta didik. Namun
saat penerimaan, baru ada 9 peserta didik yang mendaftar. Hal itu membuat cemas
guru dan para wali murid karena apabila siswa tidak mencapai 10, sekolah terancam
akan ditutup. Di tengah situasi tersebut datanglah seorang murid penyelamat. Ia
bernama Harun Ardhli Ramadhan. Seorang anak yang memiliki keterbelakangan
mental namun memiliki semangat tinggi untuk bersekolah.
Pertemanan dan kebersamaan mereka pun mulai terjalin saat itu. Mereka
belajar giat dan senang. Karena kekompakan mereka Bu Muslimah menjuluki mereka
“Laskar Pelangi”. Perjalanan anggota Laskar Pelangi ditemani berbagai macam rasa,
bahagia, haru, sedih, emosional, semua terangkum disini.
● Tanggapan atau komentar terhadap novel
Novel Laskar Pelangi merupakan novel best seller karya Andrea Hirata. Tidak
heran apabila novel ini sangat laku, bahkan sampai di negara lain, karena cerita ini
memberikan banyak pelajaran. Andrea Hirata dapat menggambarkan keadaan Desa
Gantung dengan sangat baik melalui bahasa tulisnya. Dalam novel ini juga memuat
kritik sosial kepada pemerintah perihal pendidikan, utamanya di daerah terpencil.
Namun sayangnya, waktu kejadian dalam novel ini tidak dijelaskan secara rinci,
sehingga pembaca akan merasa abu-abu kapan cerita tersebut terjadi. Amanat yang
dapat dipetik dari novel ini adalah jangan mudah menyerah dengan keadaan, harus
selalu optimis, dan bercita-citalah yang tinggi.
● Tema
Novel Laskar Pelangi mengusung tema pendidikan. Yang mana terdapat 10
anak yang gigih memperjuangkan pendidikan demi masa depannya, walaupun banyak
keterbatasan.
● Tokoh dan penokohan
1) Ikal > cerdas, pemerhati, menyukai puisi.
2) Lintang > jenius, pantang menyerah, dan memiliki semangat belajar tinggi.
3) Mahar > kraetif, cerdas, dan imajinatif.
4) Trapani > rupawan, baik hati, dan penyayang.
5) Kucai > tegas dan berwibawa
6) Sahara > keras dan memiliki prinsip yang kuat.
7) A Kiong > baik hati dan memiliki solidaritas tinggi.
8) Harun > baik, memiliki keterbelakangan mental.
9) Borek > berwatak keras.
10) Bu Muslimah > sabar dan baik hati kepada murid-muridnya.
11) Pak Harfan > peduli dan gigih dalam memperjuangkan SD Muhammadiyah
agar tetap bertahan.
● Latar
a) Latar tempat > di SD Muhammadiyah Gantung, di bawah pohon, dan di
dalam gua
b) Latar suasana > senang, haru, dan tegang.
● Sudut pandang
Novel Laskar Pelangi menggunakan sudut pandang pertama yakni tokoh aku
atau Ikal yang menjadi pelaku utama.
● Alur
Novel Laskar Pelangi menggunakan alur maju. Hal ini dibuktikan dengan
penulisan cerita yang menceritakan kisah awal semenjak Ikal dan kawan-kawannya
bersekolh hingga mereka beranjak dewasa.
5. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka
● Ringkasan cerita
Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan karya dari Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau populer sebagai Buya Hamka. Novel ini pertama terbit
pada tahun 1939.
Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck menceritakan tentang Pendekar
Sutan yang membunuh mamaknya (saudara laki-laki ibunya) karena masalah warisan.
Karena masalah tersebut ia dihukum dengan diasingkan ke luar dari Batipuh,
Minangkabau. Ia pun di penjara di Cilacap selama 12 tahun.
Setelah keluar dari penjara, Sutan pergi merantau ke Makassar. Di sana ia
berjumpa dengan Daeng Habibah dan di nikahilah wanita tersebut. Kemudian mereka
memiliki seorang anak yang bernama Zainuddin. Namun tak lama setelah Zainuddin
lahir, Daeng Habibah meninggal karena sakit. Sutan, ayah dari Zainuddin pun
menyusul meninggal tak lama setelah istrinya meninggal. Zainuddin hidup sebatang
kara, lalu diasuh oleh Mak Base.
Zainuddin beranjak dewasa, ia memutuskan untuk pergi ke tanah kelahiran
ayahnya di Batipuh, Minangkabau. Tetapi sesampai di sana ia malah diacuhkan oleh
sanak keluarga. Ia dianggap sudah terputus darah dengan keluarganya di Batipuh,
sebab daerah Minangkabau menganggap wanita lah yang menjadi kepala keluarga dan
menjadi penyambung keturunan.
Namun di sana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang bernama
Hayati, wanita asal Minang yang kerap dijadikannya tempat bercerita. Keduanya
kemudia lama kelamaan saling suka. Namun, mamak Hayati tidak suka dengan
hubungan keduanya dan menyuruh Zainuddin keluar dari Batipuh. Akhirnya
Zainuddin pun pergi ke Padang Panjang.
Kemudian Hayati dijodohkan dengan Azis, pria Minang yang kaya raya.
Hayati mau tak mau menerima pinangan tersebut dan menikah dengan Azis.
Zainuddin mendengar kabar tersebut, ia kemudian memutuskan pindah ke Batavia
bersama dengan temannya yang bernama Muluk. Ia menjadi penulis yang karyanya
disukai banyak orang. Ia pun ke Surabaya , dan tinggal di sana dengan pekerjaan yang
mapan.
Ternyata Hayati dan suaminya juga pindah ke Surabaya. Namun karena sering
bertengkar, Azis dan Hayati terpaksa berpisah. Mereka terpaksa menumpang di rumah
Zainuddin karena Azis dipecat dari pekerjaannya. Karena frustasi, Azis bunuh diri
dan menulis wasiat untuk Zainuddin agar menjaga Hayati. Namun Zainuddin tidak
manu menerima Hayati kembali, karena sakit hati wanita itu sudah menghianati
dirinya. Ia malah membelikan sebuah tiket kapal Van Der Wijck yang berlayar dari
Jawa ke Sumatera.
Di perjalanan, kapal Van Der Wijck tenggelam namun ada penumpang yang
selamat dan diselamatkan di rumah sakit wilayah Tuban. Zainuddin yang mendengar
kabar tersebut berangkat ke Tuban untuk mencari Hayati. Namun di rumah sakit, ia
menemukan Hayati yang sekarat dan kemudian meninggal dunia. Muluk, teman
Zainuddin mengatakan bahwa sebenarnya Hayati masih mencintai Zainuddin.
Mendengar hal itu, Zainuddin menyesal. Setelah kepergianHayati ia merasakan
kesedihan yang panjang dan jatuh sakit. Kondisinya kian memburuk, kemudia
Zainuddin meninggal dunia. Zainuddin dan Hayati pun dimakamkan berdampingan di
tanah Jawa.
● Tanggapan atau komentar terhadap novel
Novel ini sangat menyentuh ketika dibaca karena banyak pelajaran-pelajaran
di dalamnya,salah satunya mengajarkan untuk bersabar. Alur dari novel ini juga
mudah dipahami. Namun sayangnya di novel ini banyak kalimat yang bertele-tele dan
terdapat pemborosan kata sehingga saat membacanya menjadi mudah bosan. Di novel
ini, surat-surat antara Hayati dan Zainuddin sangat banyak. Apabila lebih sedikit
mungkin bisa lebih baik.
● Tema
Novel karya Hamka ini mengusung tema kisah cinta sejati, namun tidak dapat
disatukan karena adat Minangkabau.
● Tokoh dan penokohan
1) Zainuddin > baik, alim, peduli, sabar, sederhana, dan cerdas.
2) Hayati > wanita baik, pendiam, sabar, dan patuh kepada orang tua.
3) Azis > kaya raya, kasar, putus asa, dan kurang beriman.
● Latar
a) Latar tempat > Dusun Batipuh, Makasssar, Batavia, Surabaya, dan Tuban.
b) Latar suasana > senang, sedih, dan menegangkan.
● Sudut pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Buktinya dengan adanya
penggunaan “dia” dan menggambarkan tokoh Zainuddin serta Hayati secara jelas
melalui melalui deskripsi dan cerita.
● Alur
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menggunakan alur maju, karena
sudah terlihat bahwa novel ini menceritakan perjalanan tokoh dari awal sampai akhir.
3
ANALISIS CERPEN
1. Guru karya Putu Wijaya
Cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh bernama Taksu yang
bercita-cita menjadi seorang guru. Namun ayah dan ibunya menolak keinginan Taksu
tersebut dikarenakan mereka menganggap bahwa guru memiliki gaji yang kecil.
Hingga pada suatu hari ayah Taksu mendatangi Taksu ke kos. Ayahnya membawa
kunci mobil mewah, dengan harap apabila Taksu mau mengubah cita-citanya
Ayahnya akan memberikan apa pun yang diinginkan Taksu. Namun Taksu tetap
menolaknya. Ia malah pergi dari kos dengan membawa barang-barangnya dan
meninggalkan sepucuk surat untuk kedua orang tuanya. Sepuluh tahun kemudian,
Taksu menjadi pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan
mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah
mancanegara. Taksu tetap menjadi guru, ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang
pegawainya.
Tema cerpen ini adalah tekat, karena menceritakan tentang keyakinan dan
semangat seorang anak terhadap cita-citanya. Amanat yang dapat diambil dari cerpen
tersebut adalah bahwa kita jangan pernah memandang sesuatu dengan sebelah nata,
karena kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya. Selain itu kita juga harus
memiliki tekad yang kuat dengan apa yang kita inginkan, jangan mudah goyah hanya
karena omongan dari orang lain.
2. Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam
Cerpen seribu kunang-kunang di Manhattan menceritakan tentang Marno dan
Jane. Cerpen tersebut menceritakan dialog Marno dan Jane ketika mereka sedang
berada di apartemen Jane. Jane bercerita bahwa ia sedang merindukan mantan
suaminya yang mungkin sekarang sedang berada di Alaska. Marno kurang nyaman
dengan hal tersebut. Hal tersebut juga malah mengingatkan Marno pada istrinya.
Akhir cerita diceritakan bahwa Marno pergi meninggalkan apartemen Jane.
Tema cerpen ini adalah percintaan, yang menggambarkan kisah Marno dan
Jane. Amanat yang dapat diambil adalah bahwa kita harus konsisten terhadap jalan
apa yang sudah kita pilih. Selain itu, cerpen ini juga memberikan pelajaran bahwa kita
harus setia terhadap pasangan kita.
3.Cerpen Ah, Jakarta karya Ahmad Tohari
Cerpen Ah, Jakarta menceritakan kisah tokoh aku dengan karibnya. Berawal
dari tokoh aku yang kedatangan karibnya. Ia datang dengan jalan yang pincang dan
jarinya yang terluka. Lalu ia bercerita bahwa sedan yang disewanya menabrak tiang
listrik dan hanya ia yang selamat. Ia melarikan diri karena di mobil nya terdapat
senjata tajam. Ia meminta koran kemarin, lalu tokoh aku membacanya. Karib tokoh
aku tersebut ternyata seorang buronan. Tokoh aku mengizinkan karibnya untuk
tinggal sementara di rumahnya. Namun istrinya tidak terima kalau ada bangkai
manusia yang pernah menginap di rumah mereka. Pagi harinya, tokoh aku tidak
menemukan karibnya di kamar. Karibnya meninggalkan bungkus rokok dengan
tulisan permintaan terima kasih.
Sejak saat itu tokoh aku senang pergi ke pasar. Ia selalu mengecek berita yang
ada. Hingga akhirnya yang ia khawatirkan terjadi. Karibnya mengapung di kelokan
kali Serayu di bawah jalan raya. Tokoh aku mengaku bahwa itu karibnya. Polisi pergi
meninggalkan tokoh aku dengan mayat tersebut. Ia bingung harus berbuat apa.
Lalu ia menemukan tempurung. Ia mulai memandikan mayat karibnya.
Kemudian dengan tempurung itu pula ia menggali pasir membujur ke utara. Mayat itu
ditarik dimasukkan ke dalam lubang pasir sedalam lutut. Kemudian ia sembahyang
kan kemudian di miringkan ke barat. Daun jati ditutup kan, lalu ditimbun dengan
pasir. Sebuah batu sebesar kepala dijadikan sebagai nisan. Setelah itu ia meninggalkan
tepian kali serayu. Ah, Jakarta.
Tema cerpen Ah, Jakarta adalah persahabatan, karena menggambarkan
bagaimana pertemanan antara tokoh aku dengan karibnya. Amanat yang dapat
diambil dari cerpen ini adalah bahwa kita harus senantiasa ingat terhadap kebaikan
orang lain, cerpen ini juga mengajarkan untuk selalu setia terhadap karibnya, apa pun
yang sedang dialami teman kita hendaknya kita dapat membantunya. Pada cerpen ini
juga menggambarkan tentang bagaimana kerasnya kehidupan di Jakarta.
4.Cerpen Ojek karya Joko Pinurbo
Cerpen ini menceritakan tentang tokoh saya yang akan pergi ke suatu tempat.
Karena sudah larut petang, ia terpaksa harus naik ojek. Selama di perjalanan ia merasa
was-was apabila tukang ojek tersebut ternyata perampok yang menyamar. Setelah
sampai di tujuan, tukang ojek bernapas lega karena bersyukur ia sudah sampai tujuan.
Ternyata tukang ojek diam selama di perjalanan karena takut kalau penumpangnya
orang jahat yang akan membunuhnya.
Kemudian tokoh saya masuk gerbang, mencari-cari rumah mungil tempat
sahabatnya sedang beristirahat. Ia meminta tukang ojek agar menunggunya sebentar.
Tanpa pikir panjang, tukang ojek yang penakut itu cepat-cepat ngacir setelah
sebelumnya berkata, “kalau tahu ke kuburan, saya tidak akan sudi mengantarkan!”.
Ya ternyata mereka pergi ke kuburan.
Tema cerpen ini adalah komedi. Cerpen ini merupakan cerpen humor yang
tujuannya untuk hiburan. Namun di dalam cerpen ini juga terdapat pesan moral yaitu
kita harus konsisten, bertanggung jawab, dan mau mengambil risiko terhadap
pekerjaan kita. Selain itu kita juga tidak boleh iseng dan jahil kepada orang lain.
5.Cerpen Sungai karya Nugroho Notosusanto
Cerpen sungai ini menceritakan tentang Sersan Kasim, Kepala Regu 3, Peleton
2. Cerita ini dimulai ketika Sersan Kasim dan regu-nya akan kembali ke daerah
operasinya di Jawa Barat. Sersan bersama tentara lainnya menempuh jarak lebih dari
300 km, melewati lembah, naik gunung, menyeberangi sungai kecil dan besar.
Mereka tiba di tepian Sungai Serayu. Mereka menggigil kedinginan. Dengan cermat
Sersan Kasim memperbaiki letak selimut berlapis dua yang menyelimuti Acep,
anaknya. Ibunya meninggal sehari setelah melahirkannya dalam pengungsian di
Yogya. Dalam perjalanan jauh itu, Sersan Kasim membawa anaknya karena ia tak
mau menitipkan-nya pada penduduk.
Komandan pleton meminta kepala regu untuk berkumpul. Melalui
intelligence, terdengar kabar bahwa bahwa musuh menjaga tepian sana dengan
kekuatan satu kompi. Sersan Kasim merasa pandangan komandan peleton tertuju
padanya, seolah mengisyaratkan bahwa bayi yang dibawanya dapat membahayakan
lebih dari seratus prajurit. Bagi Sersan Kasim tidak ada pilihan lain selain membawa
bayinya.
Tak ada yang tahu pasti, apa yang terjadi dalam beberapa menit kemudian,
yang terasa seperti berjam-jam. Juga Sersan Kasim, tak sadar. Yang ia tahu anaknya
menangis, dan setiap saat musuh dapat menumpas-nya dengan menembakkan peluru
dan mortir. Sejurus kemudian suara Acep meredup. Sesaat lagi lenyap sama sekali.
Tembakan berhenti dan pasukan dapat tiba di seberang dengan selamat. Keesokan
harinya, saat fajar merekah para prajurit menunda perjalanannya untuk berbela
sungkawa dalam upacara singkat pemakaman Acep. Komandan Kompi menghampiri
Kasim, menggenggam tangannya. Dalam angannya terbayang pengorbanan Nabi
Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Ismail.
Tema cerpen Sungai adalah sikap rela berkorban, yang ditunjukkan oleh
Sersan Kasim. Dari cerpen tersebut kita bisa belajar bahwa kita harus bisa berkorban
demi kepentingan orang lain. Selain itu kita juga harus bisa tabah dan menerima apa
pun musibah yang sedang kita alami.
4
ANALISIS DRAMA
1. Drama Bulan Bujur Sangkar karya Iwan Simatupang
Drama Bulan Bujur Sangkar menceritakan tentang seorang tokoh yang
bernama orang tua. Selama hidup ia ingin membangun tiang gantung, dan
keinginannya itu akhirnya berhasil. Tokoh orang tua tersebut memiliki anggapan
bahwa tiang tersebut adalah penentu awal dan akhir, apakah kita akan dimatikan atau
mematikan dalam tiang itu.
Pada hari itu datang tokoh anak muda yang heran melihat tiang itu. Tokoh
anak muda itu menganggap orang tua adalah musuh. Karena menganggap musuh,
anak muda berusaha untuk membunuh tokoh orang tua. Namun tokoh orang tua
mencoba melawan dengan cara meyakinkan dan memengaruhi pikiran anak muda.
Keinginan anak muda untuk membunuh orang tua pun sirna ketika ia mendengarkan
dan mencoba memahami kata-kata tokoh orang tua. Ia menjadi terpengaruh bahwa
kehidupan adalah pilihan untuk mati dan dimatikan. Tokoh orang tua berhasil
menghasut anak muda dan membuat anak muda menjadi pelengkap dari tiang
gantungan barunya, menjadi akhir kehidupan bagi tokoh anak muda.
Berlanjut ke adegan yang kedua, setelah terbunuhnya anak muda yang tidak
lain adalah prajurit perang, datanglah tokoh perempuan yang sedang mencari
kekasihnya. Perempuan tersebut bertemu orang tua dan bertanya mengenai
keberadaan kekasihnya. Tanpa merasa bersalah, orang tua menjelaskan bahwa kekasih
perempuan tersebut sudah tiada. Tokoh perempuan yang tidak bisa menerima
kenyataan akhirnya bunuh diri dan begitu pula dengan tokoh orang tua yang juga
mengakhiri hidupnya.
Tema dari naskah ini menceritakan tentang pemikiran yang tidak bisa bisa
membedakan logika dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Drama ini memiliki
struktur dramatik yang lengkap, terdiri dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan
resolusi.
Eksposisi dalam drama ini dimulai ketika laki-laki tua yang sedang sibuk
menyiapkan tiang gantungan, tiba-tiba ada seorang anak muda datang. Awalnya
mereka bertikai dalam sebuah percakapan, tetapi pertikaian itu tidak berlangsung
lama. Di ujung percakapan, akhirnya pemuda itu pergi meninggalkan si orang tua dan
cerita berlanjut dengan datangnya tokoh ketiga yaitu perempuan yang mencari
kekasihnya.
Komplikasi atau permasalahan awal yang muncul dalam cerita ini dimulai
ketika seorang pria datang menemui lelaki tua dan menuduh lelaki tua sebagai
mata-mata. Dari situlah terjadi perdebatan panjang antara tokoh pemuda dan laki-laki
tua mengenai kehidupan
Puncak klimaks yang terjadi dalam cerita ini ketika laki-laki tua jatuh hati
pada si perempuan, tetapi tokoh perempuan kecewa terhadap laki-laki tua, karena pria
yang tergantung itu adalah tunangannya yang selama ini ia cari. Kekecewaan itu
dilampiaskan dengan menuduh laki-laki tua sebagai pembunuhnya.
Akhir dari cerita ini adalah kematian para tokoh utama yang dibuat
membingungkan. Laki-laki tua yang akhirnya mengakhiri hidupnya karena
menganggap tugasnya di dunia ini sudah selesai dan ia pun mati bunuh diri. Sebelum
itu ternyata si perempuan menghabisi nyawanya terlebih dahulu setelah ia melihat
tunangannya mati tergantung di tiang yang dibuat oleh laki-laki tua.
Alur dalam drama Bulan Bujur Sangkar menggunakan alur maju, karena
menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Drama Bulan Bujur Sangkar ini
memiliki tokoh orang tua, anak muda, dan perempuan.
2. Drama Kereta Kencana karya Euene Lonesco terjemahan WS Rendra
Drama Kereta Kencana merupakan drama karya Euene Lonesco yang
diterjemahkan oleh WS Rendra. Drama ini menceritakan tentang sepasang orang tua
yang menunggu sebuah kereta kencana. Kereta kencana dengan sepuluh ekor kuda,
satu warna. Kedua orang tua ini telah berusia dua abad.
Dua orang tua ini tidak memiliki anak, hidup mereka penuh dengan kesepian.
Suara-suara mengatakan mereka akan segera dijemput oleh kematian. Dua orang tua
ini merupakan orang yang berjaya pada masa lalu namun sekarang di masa tuanya
mereka berkhayal agar kematian segera menjemput mereka. Dua orang tua ini tidak
mengeluh dalam menunggu kereta kencana yang tak kunjung menjemputnya.
Hari-hari mereka diisi dengan canda-candaan mesra sambil duduk di sebuah kursi
goyang.
Hari-hari yang membosankan selalu berlalu, sementara mereka hanya terdiam
terpaku menunggu. Mereka kembali berpikir, bagaimana kehidupan mereka ke
depannya. Sesekali menengok ke jendela, berharap kereta kencana telah tiba.
Percakapan yang dilontarkan dua orang tua ini tidak membosankan dikarenakan
bahasa dari drama ini indah dan menggunakan kiasan yang bervariasi.
Puncak dari drama ini ketika mereka benar-benar merasa jenuh. Mereka saling
menyalahkan satu sama lain sehingga pertengkaran pun terjadi. Di tengah malam,
mereka terus beradu pendapat. Pertengkaran berakhir ketika kakek mendapat serang
jantung, kemudian tergeletak di kursi goyang. Nenek sangat merasa sedih, lalu
melakukan berbagai cara agar kakek dapat sadar kembali. Nenek pun berdialog
sendiri, sembari menengok ke jendela, berharap kereta kencana telah tiba.
Di tengah dialog, kakek sadar kembali. Kakek kembali bercengkerama dan
merayu mesra nenek. Begitulah kehidupan kesepian mereka tanpa adanya seorang
anak. Selalu kejadian tersebut diulang, sampai pada akhirnya kereta yang mereka
tunggu hanyalah sebuah ilusi yang tak pasti. Ajal layaknya kereta kencana yang
menjemput mereka menuju alam-Nya. Suasana haru mewarnai drama ini.
Drama Kereta Kencana ini mengusung tema kehidupan. Di mana
menceritakan kehidupan dua orang tua. Tokoh kakek memiliki watak manja, mudah
mengeluh, cepat bosan, senang bersandiwara, dan meratapi nasib. Sedangkan tokoh
nenek memiliki watak perhatian, tegar, dan bijak. Latar tempat di drama ini adalah
rumah kakek dan nenek yang sudah tua, sementara latar waktunya saat malam hari.
Cerita ini memberikan amanat bahwa kita harus senantiasa sabar dan ikhlas dalam
menjalani kehidupan. Kita harus mengisi kehidupan kita dengan melakukan hal-hal
yang bermanfaat, karena kita tidak tau kapan ajal akan menjemput kita. Dari drama
ini kita juga bisa belajar tentang arti kesetiaan. Kakek dan nenek selalu menjalani
kehidupan bersama bagaimana pun keadaannya.
3. Drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer
Drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer bercerita tentang sepasang kakek
dan nenek yang mengalami konflik dalam rumah tangganya. Suatu hari mereka
menggelar acara ulang tahun. Setelah acara tersebut digelar, datanglah Nyonya Wenas
seorang janda ke rumah kakek nenek ini. Nyonya Wenas datang ke kediaman kakek
nenek dengan maksud akan meminta maaf karena tidak bisa menghadiri acara ulang
tahun mereka.
Namun nenek malah marah. Nenek tau bahwa Nyonya Wenas ini adalah
mantan kekasih kakek. Nenek yang sedang kesal saat itu, bertambah kesal ketika Joni
menghidangkan minuman susu dingin, minuman kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa
berpikir panjang, nenek meminta cerai kepada kakek saat itu juga. Dengan segala cara
kakek mencoba meminta maaf kepada kakek, berharap nenek dapat menarik
kata-katanya. Namun nenek tetap dengan pendiriannya.
Tiba-tiba datanglah Nita, anak tertua kakek dan nenek. Nita hanya terdiam
mendengar dan melihat pertengkaran kakek dan nenek. Kemudian datang adik Nita,
Novia. Novia datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia ternyata juga
meminta cerai kepada suaminya karena cemburu berlebihan kepada pasien suaminya.
Nenek tidak mau rumah tangga anaknya rusak. Nenek menasihati Novia agar tidak
mengambil keputusan terlalu cepat dan meminta Novia untuk memikirkan kembali
keputusannya demi masa depan anak-anaknya. Nenek pun menerapkan itu ke dirinya
sendiri. Akhirnya masalah kakek dan nenek selesai begitu saja karena anaknya,
Novia.
Drama ini menyajikan isu-isu yang terjadi dalam kehidupan. Sehingga drama
ini sangat sesuai apabila dipentaskan. Tema dari drama ini adalah kekeluargaan.
Karena menceritakan keluarga kakek dan nenek. Drama ini ditulis menggunakan alur
maju, karena menceritakan kejadian secara urut dari awal sampai akhir. Tokoh utama
dalam drama ini adalah kakek dan nenek. Kakek memiliki watak yang jujur,
bijaksana, dan romantis. Sedangkan nenek memiliki watak romantis, pencemburu,
dan keras kepala. Tokoh lain di drama ini ada Nita yang memiliki watak bijaksana,
Novia yang memiliki watak pencemburu, Nyonya Wenas seorang penggoda, dan
pesuruh yang berwatak jujur.
Drama ini berlatar tempat di rumah kakek nenek. Waktu terjadinya setelah
pesta pernikahan kakek nenek usai. Suasana yang terjadi dalam drama ini adalah
tegang dan penuh sindiran. Dari drama ini kita bisa belajar bahwa jangan pernah
mengambil keputusan saat kita sedang dikuasai amarah. Karena mengambil keputusan
saat marah, biasanya adalah keputusan yang tidak tepat. Dari drama ini kita juga
belajar untuk senantiasa setia dan berlaku jujur terhadap pasangan.
4. Drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya
Drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya menceritakan
seorang gadis bernama Nyoman. Nyoman hidup dari seorang janda yang bernama
Gusti Biang. Gusti Biang merupakan seorang bangsawan. Gusti Biang sering bersikap
kasar dan semena-mena terhadap Nyoman, mungkin karena meraasa bahwa ia telah
menghidupi Nyoman. Hingga pada suatu hari Nyoman pergi karena tidak kuat
diperlakukan semena-mena oleh Gusti Biang. Situasi semakin panas setelah kepergian
Nyoman karena Wayan memberi tahu bahwa anak Gusti Biang yaitu Ngurah sudah
bertunangan dengan Nyoman. Wayan adalah lelaki tua teman seperjuangan suami
Gusti Biang yang sudah meninggal. Gusti Biang tambah marah ketika Ngurah
membenarkan bahwa ia telah bertunangan dengan Nyoman.
Setelah kejadian itu, Gusti Biang mengusir Wayan. Namun perdebatan terjadi
diantara ketiganya. Saat ketiganya sedang adu mulut, Ngurah mengetahui bahwa
Wayan ternyata ayah kandungnya. Ibu Ngurah, Gusti Biang merasa malu karena
Wayan berasal dari kasta Sudra. Wayan dan Ngurah menjelaskan kepada Gusti Biang
bahwa Ngurah sangat mencintai Nyoman. Wayan dan Ngurah merasa memiliki nasib
yang sama yaitu cinta tidak bisa bersatu karena perbedaan kasta. Akhirnya Gusti
Biang pun mengizinkan Ngurah untuk menyusul Nyoman. Gusti Biang menerima
kembali Wayan tanpa memandang dari kasta mana Wayan berasal.
Drama Bila Malam Bertambah Malam ini menangkat tema perbedaan kasta,
yang mana perbedaan kasta ini terjadi antara Gusti Biang dengan Wayan dan Ngurah
dengan Nyoman. Drama ini menggunkan alur maju karena menceritakan runtutan
cerita dari awal sampai akhir. Tokoh dalam drama ini ada Nyoman, yang memiliki
watak penyabar, tabah, dan sopan. Ada tokoh Gusti Biang yang berwatak pemarah,
kasar, dan perhitungan. Tokoh lain ada Ngurah, yang setia kepada Nyoman dan
Wayan yang senantiasa sabar juga setia kepada Gusti Biang.
Drama Bila Malam Bertambah malam berlatar tempat di rumah Gusti Biang.
Latar waktu pada malam hari, dan suasana dalam drama tersebut tegang, penuh
dengan perdebatan. Dari drama ini kita bisa menarik amanat bahwa jangan
memandang rendah atau menganggap remeh orang lain. Kita harus senantiasa
menghargai dan menghormati orang lain walaupun terdapat sebuah perbedaan. Dari
Ngurah kita juga belajar bahwa apabila kita mencintai seseorang kita harus bisa
memperjuangkannya, walaupun terdapat sebuah halangan.
5. Drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti
Drama yang berjudul Dhemit ditulis oleh Heru Kesawa Murti. Drama ini
berjudul Dhemit karena lakon dalam drama tersebut berupa dhemit atau makhluk
halus. Lakon tersebut diantaranya ada Gendruwo, Kuntilanak, Jin Pohon Preh, Wilwo,
Egrang, dan Sawan.
Drama ini menceritakan penebangan hutan yang akan dijadikan sebuah proyek
perumahan, namun terdapat satu pohon besar yang tidak dapat ditebang. Pohon
tersebut bernama pohon Preh. Pohon Preh tidak bisa ditebang karena ditunggu oleh
dhemit. Golongan dhemit terusik atas aksi penebangan hutan tempat tinggal mereka.
Hingga pada akhirnya golongan dhemit menculik salah satu pembantu mandor yang
bernama Suli. Berkat bantuan sesepuh desa, Suli dapat kembali dengan syarat
penebang harus meninggalkan hutan. Namun Rejegwesi tidak mau melakukannya. Ia
tetap saja menebang pohon itu, hingga akhirnya pohon itu tumbang, tanah-tanah
disekitarnya longsor, dan Rejegwesi ikut tertimbun longsor.
Drama ini mengangkat tema perusakan alam akibat keserakahan manusia.
Tokoh yang terdapat dalam drama ini antara lain; Rejegwesi sebagai mandor, Suli
pembantu mandor, para dhemit (Gendruwo, Kuntilanak, Jin Pohon Preh, Wilwo,
Egrang, dan Sawan), sesepuh desa, dan pembantu sesepuh desa. Latar tempat dalam
drama tersebut adalah di sebuah hutan dan di tempat tinggal jin pohon preh.
Drama ini sangat menarik dibaca, karena dalam drama ini memuat banyak
pesan. Salah satunya adalah kita tidak boleh melakukan penebangan hutan
sembarangan. Penebangan hutan sembarangan dapat merusak lingkungan dan
berbahaya bagi manusia. Kita harus melestarikan lingkungan agar lingkungan tetap
aman.
Bagus Sekar Angkasa
22201241074
1
ANALISIS PUISI
1. “Krawang-Bekasi”
Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk
apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
1. TEMA: PERJUANGAN
2. Persajakan:
A. Sajak a-a-a-a: bait pertama
B. Sajak mutlak:
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
3. Diksi:
a. Tulang-tulang berserakan: bangkai
b. Tulang-tulang diliputi debu: bangkai
c. Terbaring: mati
4. Gaya Bahasa:
a. Repetisi:
Menjaga bung karno
Menjaga bung hatta
Menjaga bung sjahrir
5. Pencitraan:
a. Pendengaran:
- Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
- Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
6. Pesan/Amanat:
Kita harus mengenang jasa pahlawan yang sudah berjuang mempertahankan
kemerdekaan.
Kita masih tetap harus meneruskan perjuangan mereka, walaupun kita sudah merdeka.
7. Isi Puisi:
Puisi karangan Chairil Anwar yang berjudul “Krawang-Bekasi” menceritakan tentang
kesedihan seorang pejuang yang gugur saat memperjuangkan kemerdekaan, meminta kita
(generasi penerus) untuk mengenang jasa mereka dan meneruskan perjuangan.
2. “Catatan Suram”
karya Wiji Thukul
kucing hitam jalan pelan
meloncat turun dari atap
tiga orang muncul dalam gelap
sembunyi menggenggam besi
kucing hitam jalan pelan-pelan
diikuti bayang-bayang
ketika sampai di mulut gang
tiga orang menggeram
melepaskan pukulan
bulan disaput awan meremang
saksikan perayaan kemiskinan
daging kucing pindah
ke perut orang!
1. TEMA: MASALAH SOSIAL
2. Persajakan:
Sajak bait pertama hampir a-a-a-a. Sajak selanjutnya a-a-a-a.
3. Diksi:
a. Disaput: ditutupi
b. Mulut gang: ujung gang
4. Gaya Bahasa:
a. Personifikasi:
Diikuti bayang-bayang
5. Pencitraan:
a. Penglihatan:
Kucing hitam jalan pelan-pelan
6. Isi Puisi:
Puisi karangan Wiji Thukul berjudul “Catatan Suram” menggambarkan tentang masalah
kemiskinan yang terjadi di masyarakat melalui kucing yang menjadi santapan tiga orang
miskin.
3. “Maskumambang”
(karya W.S. Rendra) Cipayung Jaya, 4 April 2006
Kabut fajar menyusut dengan perlahan.
Bunga bintaro berguguran
di halaman perpustakaan.
Di tepi kolam,
di dekat rumpun keladi,
aku duduk di atas batu,
melelehkan air mata.
Cucu-cucuku!
Zaman macam apa, peradaban macam apa,
yang akan kami wariskan kepada kalian!
Jiwaku menyanyikan tembang maskumambang.
Kami adalah angkatan pongah.
Besar pasak dari tiang.
Kami tidak mampu membuat rencana
menghadapi masa depan.
Karena kami tidak menguasai ilmu
untuk membaca tata buku masa lalu,
dan tidak menguasai ilmu
untuk membaca tata buku masa kini,
maka rencana masa depan
hanyalah spekulasi keinginan
dan angan-angan.
Cucu-cucuku!
Negara terlanda gelombang zaman edan.
Cita-cita kebajikan terhempas waktu,
lesu dipangku batu.
Tetapi aku keras bertahan
mendekap akal sehat dan suara jiwa,
biarpun tercampak di selokan zaman.
Bangsa kita kini seperti dadu
terperangkap di dalam kaleng utang,
yang dikocok-kocok oleh bangsa adikuasa,
tanpa kita berdaya melawannya.
Semuanya terjadi atas nama pembangunan,
yang mencontoh tatanan pembangunan
di zaman penjajahan.
Tatanan kenegaraan,
dan tatanan hukum,
juga mencontoh tatanan penjajahan.
Menyebabkan rakyat dan hukum
hadir tanpa kedaulatan.
Yang sah berdaulat
hanyalah pemerintah dan partai politik.
O, comberan peradaban!
O, martabat bangsa yang kini compang-camping!
Negara gaduh.
Bangsa rapuh.
Kekuasaan kekerasan merajalela.
Pasar dibakar.
Kampung dibakar.
Gubuk-gubuk gelandangan dibongkar.
Tanpa ada gantinya.
Semua atas nama takhayul pembangunan.
Restoran dibakar.
Toko dibakar.
Gereja dibakar.
Atas nama semangat agama yang berkobar.
Apabila agama menjadi lencana politik,
maka erosi agama pasti terjadi!
Karena politik tidak punya kepala.
Tidak punya telinga. Tidak punya hati.
Politik hanya mengenal kalah dan menang.
Kawan dan lawan.
Peradaban yang dangkal.
Meskipun hidup berbangsa perlu politik,
tetapi politik tidak boleh menjamah
ruang iman dan akal
di dalam daulat manusia!
Namun daulat manusia
dalam kewajaran hidup bersama di dunia,
harus menjaga daulat hukum alam,
daulat hukum masyarakat,
dan daulat hukum akal sehat.
Matahari yang merayap naik dari ufuk timur
telah melampaui pohon jinjing.
Udara yang ramah menyapa tubuhku.
Menyebar bau bawang goreng yang digoreng di dapur.
Berdengung sepasang kumbang
yang bersenggama di udara.
Mas Willy! istriku datang menyapaku.
Ia melihat pipiku basah oleh air mata.
Aku bangkit hendak berkata.
Sssh, diam! bisik istriku,
Jangan menangis. Tulis sajak.
Jangan bicara.