membuat mereka kabur meninggalkan mayat. Mereka berlarian menjauhi
anjing-anjing itu. Di antara sekelompok orang itu ada yang terluka dan saling
mengaduh sehingga permasalahan kembali seperti di awal cerita.
2. Analisis drama Pagi Bening
Judul    : Pagi Bening
Pengarang : Sapardi Joko Darmono
Tahun terbit : 2006
Latar tempat : Di suatu taman di Madrid, Spany ol
Latar waktu : Pagi hari
Tema     : Romantisme
Tokoh    : Donna Laura, Don Gonzalo, Petra, Juanito
Pesan    : Amanat dari drama ini adalah kita sebagai manusia harus selalu jujur
terhadap kita sendiri
Drama satu babak karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintaro yang diterjemahkan Sapardi
Djoko Damono ini mengisahkan dua orang tua, Donna Laura dan Don Gonzalo, serta dua
orang pembantu mereka, Petra dan Juanito. Kisah berlangsung di suatu taman di Madrid,
Spany ol. Donna Laura, wanita tua berumur 70 tahun berjalan menuju bangku taman.
Sisa-sisa kecantikan masa muda masih tampak tergurat. Lakunya juga menunjukkan bahwa
mentalnya baik pula. Tangannya membawa payung, sementara tangan yang lain menumpu
pada Petra, gadis pembantu Laura.
3. Analisis drama Kasir Kita
Judul    : Kasir Kita
Penulis  : Arifin C Noor
Tahun terbit : 1972
Latar tempat : rumah
Latar waktu : pagi hari
Tema     : keluarga atau rumah tangga
Tokoh    : Misbach Djazuli, istri
Bentuk dramatik naskah drama monolog Kasir Kita terdiri atas bentuk tragedy, komedi dan
trigakomedi. Struktur naskah drama monolog Kasir Kita karya Arifin C. Noer memiliki
struktur umum alur dramatik yaitu adanya eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi dan
konklusi. Dalam segi penokohan tokoh Misbach Djazuli jika dilihat dari aspek fisiologis,
sosiologis dan psikologis maka tokoh adalah seorang laki-laki dewasa, pekerjaan tokoh
adalah kasir atau bagian keuangan. Tokoh keluarga atau rumah tangga mudah marah,
sikapnya berubah-ubah, tidak punya pendirian, mudah cemburu, rindu terhadap isteri, sayang
dengan anak-anaknya dan juga bertanggung jawab. Naskah drama ini terjadi di Indonesia, di
sebuah ruang tengah rumah tokoh Misbach Djazuli, terjadi pada hari Jumat bulan Desember
di pagi hari hingga menjelang siang. Suasananya berlangsung secara normal hingga
emosional. Tikaian yang terjadi dalam naskah adalah manusia antar manusia yaitu tokoh
bertikai dengan isterinya, tokoh bertikai dengan perempuan lain, serta tokoh bertikai dengan
dirinya sendiri. Cakapan yang terjadi dalam naskah monolog Kasir Kita karya Arifin C. Noer
berupa monolog yaitu cakapan yang terjadi seorang diri atau membicarakan hal-hal yang
telah lampau. Tema yang terkandung dalam naskah drama monolog Kasir Kita karya Arifin
C. Noer adalah keluarga atau rumah tangga, dan perceraian. Amanat yang terkandung dalam
naskah drama monolog Kasir Kita karya Arifin C. Noer salah satunya adalah semua orang
harus bisa memaafkan masa lalu dan menyikapinya dengan bijak.SS
4. Analisis drama Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
Judul    : Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
Penulis  : Seno Gumira Ajidarma
Tahun terbit : 1995
Latar tempat : sebuah gang di kampung, kamar mandi
Latar waktu : sore
Tema     : ketimpangan keadilan
Tokoh    : zus, pak rt, ibu-ibu, bapak-bapak, hansip, ibu saleha
Drama "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi" menceritakan keresahan sebagian penduduk
suatu kampung, terutama ibu-ibu. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran wanita muda
di kampung mereka karena sejak kedatangan wanita muda itu, suami-suami mereka menjadi
dingin di tempat tidur. Hal itu disebabkan oleh suami-suami mereka yang senang mengintip
wanita muda itu mandi. Deburan air dan senandungan wanita muda itu menimbulkan
imajinasi macam-macam pada lelaki di kampung itu. Bahkan, mereka bisa mencapai orgasme
hanya mendengar senandungan wanita muda itu. Tentu saja hal ini dapat mengancam
keutuhan rumah tangga mereka. Akhirnya, ibu-ibu beramai-ramai berunjuk rasa kepada Pak
RT. Mereka menginginkan wanita muda itu ke luar dari kampung mereka. Pak RT ditemani
Bu Soleha menemui wanita muda itu. Mereka mengutarakan maksud kedatangannya. Wanita
muda itu maklum dan ia berjanji tidak akan menyanyi lagi di kamar mandi. Ternyata, usaha
Pak RT itu belum memuaskan hati para ibu-ibu. Mereka tetap protes kepada Pak RT karena
suami mereka masih suka membayangkan tubuh wanita muda itu ketika mendengar deburan
air di kamar mandi. Sekali lagi Pak RT menemui wanita muda itu dan dengan berat hati
menjelaskan kedatangannya kembali.
5. Analisis drama Ayahku pulang
Judul  : Ayahku pulang
Pengarang : Usmar Ismail
Tahun terbit : 1950
Latar tempat : rumah bagian dapur
Latar waktu : setelahberbuka puasa
Tema   : penyesalan
Tokoh  : raden saleh, tina, gunarto, maimun, mintarsih
Alur  cerita    dimulai  dengan  terbukanya  kembali  ingatan  Tina  (istri  raden  saleh
sekaligus  ibu  dari  gunarto,  maimun,  dan  mintarsih)  tentang  kepergian  suaminya, Raden
saleh selama kurang lebih sepuluh tahun.
Gunarto,    sang    anak    tertua    yang    membenci    sang    ayah    sejak    sang    ayah
meninggalkannya berusaha mengalihkan pembicaraan kea rah topik lain. Konflik pun mulai 
dibangun  pengarang  dengan  percakapan  seputar  adik-adik  Gunarto,  seperti Maimun yang
sebeneranya pintar akan tetapi tidak dapat melanjutkan pendidikannya, kemudian  Mintarsih 
yang  masih  saja  bekerja  mengantar  jahitan  dan  sudah  mulai dipinang   orang.   Hingga  
masalag   gunarto   sendiri   yang   hingga   saat   ini   belum mendapatkan  pendamping 
hidup.  Tiba-tiba  pembicaraan  tentang  ayah  mereka  pun muncul  kembali  ketika  Maimun 
tiba.  Beberapa hari  sebelumnya,  maimun  melihat sesosok oaring tua yang terus mengawasi
rumah mereka. Dan benar saja tak beberapa lama kemudian seseorang mengetuk pintu rumah
sederhana mereka.
Puncak  dari  konflik  ini  adalah  penolakan  Gunarto  atas  kedatangan  sang  ayahanda.
Sebagai   seorang   anak,   Gunarto   menolak   mentah-mentah   untuk   menerima   dan
memaafkan  kembali  sang  ayah  yang  telah  meninggalkannya  dalam  kesulitan  hidup
selama puluhan tahu.
Penyelesaian  atau  titik  balik  dari  drama  ini  adalah  ketika  Raden  saleh  diusir  oleh
anaknya  laki-lakinya  sendiri  dari  rumahnya.  Raden  saleh  pun  memutuskan  untuk
mengakhiri  hidupnya  dengan  terjun  ke  dalam  sungai.  Gunarto  yang  menyaksikan
kenyataan tersebut pun menyesal dan menyadari keangkuhannya.
Isnaini Nurlaili Muharramah
                           22201244070
                                             1
                                ANALISIS PUISI
1. Puisi Sajak Matahari - W. S. Rendra
                                    SAJAK MATAHARI
                                     Oleh :W.S. Rendra
                             Matahari bangkit dari sanubariku.
                           Menyentuh permukaan samodra raya.
                                Matahari keluar dari mulutku,
                                menjadi pelangi di cakrawala.
                                Wajahmu keluar dari jidatku,
                                wahai kamu, wanita miskin !
                            kakimu terbenam di dalam lumpur.
                        Kamu harapkan beras seperempat gantang,
                      dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
                                    Satu juta lelaki gundul
                                 keluar dari hutan belantara,
                                tubuh mereka terbalut lumpur
                                dan kepala mereka berkilatan
                               memantulkan cahaya matahari.
                                    Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
                           dan mereka membakar dunia.
                            Matahari adalah cakra jingga
                        yang dilepas tangan Sang Krishna.
                        Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
                                  ya, umat manusia !
a. Makna
    Bisa menjadi berkah bagi para manusia, namun pada kesempatan yang lain,
    berubah menjadi musibah.
b. Tema
    Kemanusiaan
c. Diksi
    Perumpamaan :
    -Sanubari = hati nurani
    -Cakrawala = langit
    -Gantang = alat pengukur
d. Majas / Gaya Bahasa
    -Majas Personifikasi :
    “matahari bangkit dari sanubari”
    “matahari keluar dari mulutku”
    -Majas Metafora :
     “mata mereka menyala”
    “tubuh mereka menjadi bara”
e. Tipografi / Sajak
    Disusun lurus dalam satu bait
f. Pencitraan
         -Penglihatan :
         “satu juta lelaki gundul”
         “keluar dari hutan belantara”
         “tubuh mereka terbalut lumpur”
         “dan kepala mereka berkilatan”
         -Perabaan :
         “menyentuh permukaan samudra raya”
2. Puisi Kenangan – Sapardi Djoko Damono
    Kenangan
    Karya: Sapardi Djoko Damono
    Ia meletakkan kenangannya
    dengan sangat hati-hati
    di laci meja dan menguncinya
    memasukkan anak kunci ke saku celana
    sebelum berangkat ke sebuah kota
    yang sudah sangat lama hapus
    dari peta yang pernah digambarnya
    pada suatu musim layang-layang.
    Tak didengarnya lagi
    suara air mulai mendidih
    di laci yang rapat terkunci.
    Ia telah meletakkan hidupnya
    di antara tanda petik
a. Makna
         teruslah melangkah kedepan untuk menemui hal yang baru. Lupakan semua
         hal-hal buruk yang terjadi di masa lalu dan benahi kepingan-kepingan yang
         hancur di masa lalu agar memiliki masa depan yang lebih indah.
    b. Tema
         Percintaan
    c. Diksi
         Perumpamaan
    d. Majas / Gaya Bahasa
         Majas Metafora :
         “di laci meja dan menguncinya”
    e. Tipografi / Sajak
         Dalam puisi tersebut keseluruhan yang menggunakan rima patah, contohnya yaitu
         pada bait yang pertama berbunyi a, i, a, a, a, s, a, g.
    f. Pencitraan
         Pendengaran :
         “suara air mulai mendidih”
3. Puisi Ibuku Dehulu – Amir Hamzah
    Ibuku Dehulu
    Karya : Amir Hamzah
    Ibuku dehulu marah padaku
    diam ia tiada berkata
    aku pun lalu merajuk pilu
    tiada peduli apa terjadi.
    Matanya terus mengawas daku
    walaupun bibirnya tiada bergerak
    mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku.
Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera.
Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikucupnya serta
dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu.
Demikian engkau;
Ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia
a. Makna
    Menceritakan sosok seorang ibu yang marah kepada anaknya, ia ekspresikan
    kemarahannya dengan diam membisu, kemudian si anak merasa sedih sehingga
    tak peduli dengan apa yang terjadi.
b. Tema
    Kasih Sayang
c. Diksi
    mudah dipahami karena adanya pemilihan kata yang sederhana. Saat membaca
    puisi ini kita bisa merasakan apa yang dialami oleh penulisnya.
d. Majas / Gaya Bahasa
    Majas Metafora
    “mukanya musam menahan sedan”
e. Tipografi / Sajak
         Rata kiri dengan lima bait yang masing-masing bait terdiri atas empat baris.
    f. Pencitraan
         Perabaan :
         “dirangkumnya segera dikucupnya serta”
4. Puisi Biru Bukit, Bukit Kelu – Taufiq Ismail
    Biru Bukit, Bukit Kelu
    Karya : Taufiq Ismail
    Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
    Yang tegak di puncak bukit
    Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
    Yang tumbuh di tepi danau
    Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
    Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
    Memperkuat tanggul pinggiran jalan
    Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
    Jadilah saja jalan kecil,
    Tetapi jalan setapak yang
    Membawa orang ke mata air
    Tidaklah semua menjadi kapten
    Tentu harus ada awak kapalnya….
    Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
    Rendahnya nilai dirimu
    Jadilah saja dirimu…
a. Makna
         Kehidupan yang baik untuk seseorang yaitu menjadi pribadi yang rendah hati dan
         dalam hidupnya bisa selalu bermanfaat bagi orang lain, selalu menjadi diri sendiri
         sebaik-baiknya diri sendiri.
     b. Tema
         Kepribadian
     c. Diksi
         Perumpamaan
     d. Majas / Gaya Bahasa
         -Majas personifikasi :
          “Jalan setapak yang membawa orang ke mata air”
         -Majas metafora :
          “Menjadi jalan raya”.
     e. Tipografi / Sajak
         Tetap
     f. Pencitraan
         Penglihatan :
         “Yang tegak di puncak bukit”
5. Puisi Batara Kala - Subagio Sastrowardoyo
    Batara Kala
    Karya : Subagio Sastrowardoyo
    Telah kuberikan semua yang diminta
    Aku ditaruh di atas meja lantas dikelupas
    Kulit demi kulit
    Juga dagingku selapis demi selapis
    Juga tulangku dipatahkan sepotong-sepotong
    Dengan tak sabar direnggut jantungku
    Dari dada
Darah bercucuran di kamar bedah
Kepalaku, badanku, anggota tubuhku di remukkan
Dengan tangannya yang kuasa sehingga tak ada
Yang tersisa
Kecuali nyawa
Dan itu dilahapnya seketika
a. Makna
    Perjuangan yang dilakukan demi kepentingan bersama harus dilakukan dengan
    ikhlas tanpa mengharapkan apapun, walaupun kita harus mengorbankan waktu,
    tenaga dan pikiran demi menyuarakan nasib rakyat yang semakin tertindas.
b. Tema
    Perjuangan
c. Diksi
    Menggunakan makna konotatif
d. Majas / Gaya Bahasa
    Majas Metafora :
    “Aku ditaruh di atas meja lantas dikelupas”
e. Tipografi / Sajak
    Tetap
f. Pencitraan
    -Penglihatan :
    “Aku ditaruh di atas meja lantas dikelupas”
    -Pendengaran:
    “Juga tulangku dipatahkan sepotong-sepotong”
6. Puisi Doa – Chairil Anwar
    Doa
    Karya : Chairil Anwar
    Tuhanku
    Dalam termangu
    Aku masih menyebut nama-Mu
    Biar susah sungguh
    Mengingat Kau penuh seluruh
    CayaMu panas suci
    Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
    Tuhanku
    Aku hilang bentuk
    Remuk
    Tuhanku aku mengembara di negara asing
    Tuhanku
    Di pintu-Mu aku mengetuk
    Aku tidak bisa berpaling
    a. Makna
         Seseorang meminta permohonan kepada penciptanya. Dimana seseorang
         berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang-orang di sekitar.
    b. Tema
         Ketuhanan
    c. Diksi
         CayaMu panas suci’, diksi CayaMu menjadi sangat kuat karena tidak digunakan
         oleh penyair-penyair lain. Kata CayaMu mengacu pada kata cahaya atau sinar.
         Sedangkan kata panas dirangkai dengan kata suci juga memperkuat dan
         memperindah puisi.
d. Majas / Gaya Bahasa
         -Majas Metafora :
         “Aku mengembara di negeri asing”
         -Majas Hiperbola
         “Aku hilang bentuk”
    e. Tipografi / Sajak
         Menggunakan huruf kapital di awal larik
    f. Pencitraan
         Penglihatan :
         “Tinggal kerdip lilin di sunyi”
7. Puisi Dari Bentangan Langit - Emha Ainun Najib
    Dari Bentangan Langit
    Karya : Emha Ainun Najib
    Dari bentangan langit yang semu
    Ia, kemarau itu,datang kepadamu
    Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
    Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
    menyapu hutan !
    Mengekal tanah berbongkahan !
    datang kepadamu,Ia,kemarau itu
    dari Tuhan yang senantiasa diam dari tangan-Nya.
    Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap.
    Yang tak menoleh barang sekejap.
    a. Makna
         Seseorang yang mengingatkan tentang cobaan yang akan datang dari Tuhan,
         cobaan tersebut akan datang secara perlahan, menghancurkan semesta dan
         seisinya yang berlangsung lama serta menyiksa hingga manusia akan menderita
b. Tema
         Religius
    c. Diksi
         Menggunakan kata kiasan seperti mengekal yang artinya yaitu memelihara,
         bentangan langit yang berarti atmosfer atau ruang angkasa.
    d. Majas / Gaya Bahasa
         Majas personifikasi
         “kemarau itu, datang kepadamu Tumbuh perlahan, Berhembus amat panjang
         Menyapu lautan.”
    e. Tipografi / Sajak
         Tetap
    f. Pencitraan
         -Penglihatan:
         “Dari bentangan langit yang semu”
         -Pendengaran
         “Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap.”
8. Puisi Lereng Merapi – Sitor Situmorang
    Lereng Merapi
    Karya : Sitor Situmorang
    Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
    Aku Akan rindu balik pada semua ini
    Sunyi yang kutakuti sekarang
    Rona lereng gunung menguap
    Pada cerita cemara berdesir
    Sedu cinta penyair
    Rindu pada elusan mimpi
    Pencipta candi Prambanan
    Mengalun kemari dari dataran….
Dan sekarang aku mengerti
Juga di sunyi gunung
Jauh dari ombak menggulung
Dalam hati manusia sendiri
Ombak lautan rindu
Semakin nyaring menderu…
a. Makna
    Seorang ibu yang menunggu kepulangan anaknya di pelabuhan.
b. Tema
    Kerinduan
c. Diksi
    Perumpamaan
d. Majas / Gaya Bahasa
    Majas Personifikasi
    “Rona lereng gunung menguap”
e. Tipografi / Sajak
    Tetap
f. Pencitraan
    -Penglihatan :
    “Titik perahu timbul di danau”
    “Anak memandang ibu bertanya”
    -Pendengaran :
    “Di pantai pasir berdesir gelombang”
    -Peraba :
    “Sebaik turun dipeluk ibu”
9. Puisi Museum Perjuangan – Kuntowijoyo
    Museum Perjuanagan
    Karya : Kuntowijoyo
    Susunan batu yang bulat bentuknya
    berdiri kukuh menjaga senapan tua
    peluru menggeletak di atas meja
    menanti putusan pengunjungnya.
    Aku tahu sudah, di dalamnya
    tersimpan darah dan air mata kekasih
    Aku tahu sudah, di bawahnya
    terkubur kenangan dan impian
    Aku tahu sudah, suatu kali
    ibu-ibu direnggut cintanya
    dan tak pernah kembali
    Bukalah tutupnya
    senapan akan kembali berbunyi
    meneriakkan semboyan
    Merdeka atau Mati.
    Ingatlah, sesudah sebuah perang
    selalu pertempuran yang baru
    melawan dirimu
    a. Makna
         Menceritakan museum yang isinya perjuangan pahlawan
    b. Tema
         Nasionalisme
c. Diksi
         “senapan tua, kenangan dan impian, Merdeka atau Mati, perang, dan
         pertempuran” menunjukkan bahwa hal tersebut mengingatkan pada sebuah jasa
         atau pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan dahulu.
    d. Majas / Gaya Bahasa
         Majas personifikasi
         “terkubur kenangan dan impian”
         -Majas repetisi
         “Aku tahu sudah”
    e. Tipografi / Sajak
         Tetap
    f. Pencitraan
         Pendengaran
         “senapan akan kembali berbunyi, meneriakkan semboyan Merdeka atau Mati”
10. Puisi Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu - Widji Thukul
    Puisi Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu
    Karya : Widji Thukul
    apa guna punya ilmu
    kalau hanya untuk mengibuli
    apa gunanya banyak baca buku
    kalau mulut kau bungkam melulu
    di mana-mana moncong senjata
    berdiri gagah
    kongkalikong
    dengan kaum cukong
    di desa-desa
    rakyat dipaksa
    menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
a. Makna
     Bahwa sejatinya seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya
     dalam kebaikan itu tidak ada gunanya sama sekali dan orang yang selalu
     membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa menegakkan kebenaran itu
     juga hanyalah sebuah kesia-siaan.
b. Tema
     Sosial
c. Diksi
     Menggunakan Bahasa yang lugas, lalu pada kata “kongkalikong” dalam puisi
     tersebut berarti tidak jujur atau tidak terang-terangan.
d. Majas / Gaya Bahasa
     -Majas personifikasi :
      “dimana-mana moncong senjata”
     -Repetisi
      “di desa-desa rakyat dipaksa menjual tanah”
e. Tipografi / Sajak
     Tetap
f. Pencitraan
     Penglihatan:
     “berdiri gagah”
2
                                    ANALISIS NOVEL
1. Bumi Manusia –Pramoedya
     a. Sinopsis :
              Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer bercerita tentang perjalanan
     seorang tokoh yang bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah
     di HBS. Sebagai keturunan priyayi, ia mendapat kesempatan dari pemerintah kolonial
     untuk mengenyam pendidikan di sana. Pada saat itu, tidak semua orang bisa bersekolah
     di sana karena yang dapat masuk ke sekolah adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke
     adalah seorang yang pandai menulis. Tulisannya bisa dimuat di berbagai koran Belanda
     pada saat itu. Pada novel ini, Minke digambarkan sebagai seorang yang revolusioner,
     yang berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Sesuai dengan judulnya
     Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dimaksudkan untuk menceritakan
     perlakuan tidak adil dan tidak manusiawi terhadap bangsanya.
              Dalam novel Bumi Manusia ini juga menceritakan seorang nyai yang bernama
     Nyai Ontosoroh. Pada saat itu status seorang nyai sangat rendah karena sebagai istri
     simpanan. Namun dalam novel ini seorang nyai digambarkan dengan sosok yang
     berbeda. Nyai Ontosoroh menyadari bahwa ia selalu direndahkan, maka dari itu ia selalu
     belajar agar bisa dihargai sebagai manusia. Menurut Nyai Ontosoroh, untuk melawan
     ketidakadilan, kebodohan, dan kemiskinan adalah dengan belajar.
     Dalam novel ini, Pram mengisahkan pula jalinan cinta Minke dengan Annelis, putri
     Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh. Minke dan Annelis pun menikah. Namun pada
     akhir cerita, pernikahan mereka dianggap tidak sah di pengadilan Belanda.
              Di akhir cerita, Herman Mellema meninggal karena diracun di tempat Ah Tjong.
     Setelah kematian itu, datang putusan pengadilan Amsterdam untuk menyita seluruh harta
     kekayaan Herman Mellema di Hindia. Tak hanya itu, pengadilan Belanda pun tidak
     mengakui pernikahan Minke dan Annelis secara hukum karena Annelis masih dibawah
     umur. Annelis pun dibawa kembali ke Belanda. Minke dan Nyai Ontosoroh terus
     berjuang melawan hukum kolonial ini meskipun pada akhirnya menemui kegagalan.
b. Tema : Percintaan
c. Tokoh : -Minke sebagai tokoh utama yang berwatak cerdas, berjiwa pribumi,
         keturunan priyayi, baik, penyayang.
         -Annelis sebagai putri dari Herman Mellema (orang Belanda) dan Nyai
         Ontosoroh (orang pribumi) yang berwatak pendiam, manja, dan labil.
         -Nyai Ontosoroh sebagai istri simpanan dari Herman Mellema yang berwatak
         mandiri,tegas, bijaksana, pandai, dan tegar.
         -Herman Mellema sebagai suami Nyai Ontosoroh yang berwatak kaku dan kasar.
         -Robert Mellema yang berwatak egois dan tidak bermoral
         -Ayah Minke yang berwatak keras dan disiplin dalam mendidik anak.
         -Ibu Minke yang berwatak bijaksana dan penyayang.
         -Robert Surhof berwatak pengecut.
         -Jean Marais berwatak penyayang.
         -May Marais berwatak manja.
         -Darsam berwatak keras dan patuh.
d. Latar : -Tempat Indonesia surabaya wonokromo
         -Waktu 1889
         -Suasana senyap, genting, jengkel
e. Amanat :- Berbakti kepada orang tua
         -Selalu melestarikan kebudayaan
         -Saling toleransi antar sesama
f. Tanggapan :
Ketika membacanya saya seolah benar-benar berada pada zaman itu dengan hiruk pikuk
suasana kolonial yang menimbulkan romansa tersendiri. Kisahnya dimulai dengan cerita
seorang keturunan pribumi nusantara, yakni Minke. Ia sering diolok-olok oleh kaum
Belanda karena kulitnya yang gelap dan intinya karena ia adalah seorang keturunan
pribumi.Namun untuk ukuran pribumi di masa itu, Minke termasuk sosok yang terpelajar.
Tidak seperti kebanyakan pribumi lainnya, Minke beruntung dan mendapatkan
kesempatan untuk belajar di sekolah Hindia Belanda. Ia juga sangat mengagumi
kebudayaan Eropa dan hampir melupakan negerinya sendiri.Walaupun pada akhirnya ia
menyadari bahwa ternyata kekagumannya itu hanya terhadap ilmu pengetahuannya saja.
Ia dipukul oleh kenyataan bahwa bangsanya tengah menjadi budak jajahan Eropa yang
     tidak menghargai hak asasi manusia pribumi.Bumi Manusia mengisahkan berbagai
     pergolakan yang terjadi dalam perjuangan Minke melawan sistem pengadilan Belanda
     yang tidak adil terhadap pribumi. Pertemuannya dengan Annelies, seorang gadis
     keturunan Belanda yang meluluhkan hatinya juga semakin memperkental konflik yang
     terjadi.
2. Kubah – Ahmad Tohari
    a. Sinopsis :
              Novel “Kubah” karya Ahmad Tohari menceritakan seorang tokoh yang bernama
     Karman. Karman adalah seorang pemuda yang menjadi anggota partai komunis. Karena
     bergabung dengan komunis, akhirnya Karman menjadi seorang tawanan politik di Pulau
     Baru.Pada awal novel menceritakan tentang pembebasan karman setelah ditahan selama
     12 tahun. Ia kebingungan karena setelah keluar dari tahanan banyak yang berubah,
     lingkungan sekitar maupun kehidupannya. Saat masih menjadi tahanan, ia ditinggalkan
     oleh istrinya, hal itu lah yang membuat Karman merasa sedih. Di bagian selanjutnya,
     Ahmad Tohari membuat cerita menjadi alur mundur. Diceritakan saat kecil Karman
     adalah orang susah, ia harus bekerja banting tulang menjadi pembantu dan pengasuh anak
     Haji Bakir. Haji Bakir adalah orang kaya dan terpandang di desa Karman.
              Selanjutnya Karman mulai berkenalan dengan Kawan Margo yang merupakan
     anggota Partai Komunis. Setelah cukup kenal lama, Karman diajak bergabung dengan
     partai komunis. Karman gelap mata, ia tertarik untuk bergabung dengan partai komunis.
     Ia mulai meninggalkan solatnya, dan perbedaan kaya dan miskin menjadi sorotan tajam
     bagi Karman. Karman berpikir mengapa ia tidak bisa menikah dengan anak Haji Bakir?
     Apakah karena ia miskin? Padahal nyatanya Haji Bakir menolak Karman karena ada pria
     lain yang lebih dulu meminang Rifah, anaknya.
              Suasana ini dimanfaatkan oleh Margo dan bos nya, Si Gigi Besidan Truman. Iaa
     ditempatkan menjadi sekretaris di partai itu. Pikirannya pun kalut, ajaran kuat partai
     menyerap di otaknya. Karman cerdas berubah kafir.Seperti gambaran sejarah, 1965
merupakan akhir komunis di Indonesia, partai Karman dimusnahkan, Margo dan Si Gigi
Besidan Truman dihukum mati. Karman pun tertangkap setelah bersembunyi di hutan.
          Di bagian akhir diceritakan bahwa Karman kembali ke desa Pegaten dan diterima
dengan baik. Ia mengabdikan dirinya dengan merenovasi masjid milik Haji Bakir,
Karman mendesain kubah masjid tersebut.
b. Tema : Ketuhanan
c. Tokoh : 1.Tokoh Utama
          -Karman yang berwatak kurang percaya diri, cerdik, rensah diri, dan mudah
          terpengaruh
          2.Tokoh Tambahan
          -Marni yang berwatak tabah dan penyayang
          -Haji Bakir yang berwatak baik dan suka menolong
          -Tini yang berwatak gugup dan mudah tersinggung
          -Triman, Margo, dan Gigi Baja yang berwatak antagonis
          3.Tokoh Latar
          Komandan, ajudan, Parta, Birin, Asep, Kapten Somad, Mayor Darius, Rudio,
          Gono, Jabir, Paman Hasyim, Bu Mantri, prajurit berbaret merah, Pak Mantri, Bu
          Haji Bakir, Rifah, Pohing, Kinah, Abdul Rahman, Suto, dan Kastagethek.
d. Latar : -Latar tempatnya di Pegaten dan Pulau Buangan
          -Latar waktu Pada Oktober 1965, permulaan tahun 1950, awal tahun 1960,
          Agustus 1977
          -Latar suasana yaitu, tegang, gembira, sedih, dan terharu
e. Amanat : -Percayaan terhadap Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, dan memanjatkan
          doa.
          -Selalu peduli sesama, berterima kasih, menghargai orang lain, jujur, maaf sabar
          dan tolong menolong.
          -tidak putus asa, empati, berusaha, tidak pesimis, perhatian, membantu, berpikir
          jernih, bersyukur, dan berdoa kepada Tuhan.
f. Tanggapan :
Buku ini sangat menarik, karena cerita yang dibahas merupakan cerita realistis yang
     terjadi di masyarakat. Novel ini pun kaya akan pesan. Bahwa kita harus memiliki
     pendirian dan jangan mudah goyah karena perkataan orang lain. Selain itu novel ini juga
     memberikan pesan bahwa kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain.
     Dari tokoh Karman kita dapat belajar bahwa dalam hidup kita harus memiliki pendirian,
     karena hidup seperti apa yang akan kita jalani kedepannya tergantung pada tindakan yang
     kita ambil hari ini. Bahasa yang digunakan dalam novel kubah juga ringan, tidak sulit
     atau bertele-tele. Namun dibalik kelebihan tersebut, novel ini juga memiliki kekurangan.
     Novel ini menggunakan alur campuran, yang mengharuskan pembaca agar teliti dalam
     membacanya. Cerita di novel ini juga terbilang cukup tergesa, cerita sejarah komunis
     ditulis cukup singkat
3. Laut Bercerita – Leila S. Chudori
     a. Sinopsis :
              Pada bagian prolog, meceritakan tentang seorang tokoh yang mengalami siksaan.
     Ia dibawa ke laut oleh sekelompok orang. Ia disiksa, dipukul, ditendang, dan yang
     terakhir dibuang ke laut. Tokoh merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir. Tokoh
     tersebut bernama biru laut. Novel ini mengambil dua sudut pandang, dari sudut pandang
     Biru Laut dan Asmara Jati.Pada bagian sudut pandang Biru Laut, dibuka dengan cerita
     yang berjudul Seyegan, 1991. Pada bagian ini mulai dikenalkan siapa dan bagaimana
     kehidupan Biru Laut dan kawan-kawannya. Kawan-kawannya bernama Alex, Sunu,
     Daniel, Kinan, dkk. Mereka merupakan anggota organisasi mahasiswa yang bernama
     Wirasena. Mereka merupakan sekelompok mahasiswa yang memiliki ketertarikan untuk
     meruntuhkan ketidakadilan yang dilakukan rezim pemerintah saat itu. Judul Seyegan
     diambil dari nama tempat markas Wirasena yang baru.
              Bab dua berjudul Di Sebuah Tempat, di Dalam Gelap, 1998. Pada bab ini
     bercerita tentang penculikan Biru Laut. Biru Laut ditangkap di rusunnya. Matanya
     ditutup menggunakan kain hitam, entah ia dibawa kemana. Hingga pada suatu tempat, ia
     disiksa, dipukul, ditendang, bahkan disetrum. Ia berpikir bahwa ia akan mati hari itu juga.
Bab tiga berjudul Ciputat, 1991. Pada bab ini bercerita tentang Biru Laut yang sedang
kembali ke rumahnya di Ciputat. Ia bertemu dengan kedua orang tuanya dan tentunya
adiknya. Hingga pada suatu waktu saat makan bersama, adiknya menyampaikan bahwa
Biru Laut bergabung dengan organisasi aktivitis. Orang tua Biru Laut merasa khawatir.
Namun Biru Laut dapat mengalihkan pembicaraan dengan membahas fotografi.
          Bab empat berjudul Di Sebuah Tempat, di Dalam Keji, 1998. Pada bab ini
bercerita tentang penyiksaan kepada Biru Laut. Tidak hanya disiksa, Biru Laut juga
diinterogasi oleh Mata Merah. Apabila Biru Laut tidak menjawab pertanyaan Mata
Merah, ia akan disiksa. Hingga pada suatu percakapan, Mata Merah mengatakan bahwa
ia akan menyiksa Anjani, kekasih Biru Laut. Biru Laut murka, mencoba melawan Mata
Merah. Ingatan Biru Laut mengarah pada saat dirinya dan Anjani di dapur markas
Seyegan. Ia dan Anjani memasak mie instan berdua, terasa begitu menyenangkan.
Sekelebat ingatannya pudar, kembali pada realita bahwa ia sedang disekap dan disiksa.
Mata merah mengeluarkan dua semut besar, yang siap menggigit bola mata Biru Laut.
            Pada bab Blangguan, 1993 bercerita tentang perjuangan aktivis yang akan
melakukan aksi menanam jagung di Blangguan. Aksi tersebut dilakukan karena tanah dan
ladang warga blengguan akan dijadikan tempat latihan tentara militer. Para aktivis
berusaha menggagalkan rencana tersebut dengan akan menanam jagung, seperti pada
sajak Rendra, sajak seonggok jagung. Namun, aksi tersebut tidak berhasil, karena
ketatnya penjagaan para militer
         Pada bab Di Sebuah Tempat di Dalam Laknat, 1998 menceritakan tentang
penyekapan Laut, Alex, Daniel, Julius, Dana, dan Sunu. Mereka di tempatkan di sebuah
tempat yang bahkan mereka sendiri tidak tau itu dimana. Di tempat gelap dan seperti di
sebuah sel. Hingga pada suatu hari, Daniel di bawa keluar, kawannya yg lain panik.
Ternyata setelah kembali, Daniel mengatakan bahwa ia habis disiksa dengan ditempatkan
pada balok es selama berjam-jam. Dan daniel mengatakan bahwa Kinan sudah dalam
jaringan.
         Bab Di Sebuah Tempat di Dalan Khianat, 1998 menceritakan tentang keadaan sel
bawah tanah. Pada hari itu, giliran laut yang dibawa untuk tidur di bongkahan es. Namun
ada yang lebih menyakitkan dari itu, bahwa ia melihat temannya, Gusti, tengah memotret
dirinya yang sedang disiksa dengan mengenakan kemeja batik, dengan kamera dan
blitznya. Ya, bahwa penghianat Winatra selama ini adalah Gusti.
          Bab Rumah Susun Klender bercerita tentang Laut, Alex, dan Daniel yang sedang
menjadi buronan. Mereka sedang bersembunyi di Rumah Susun Klender. Namun
sebelum itu, mereka berpindah-pindah tempat dari Bogor, Lampung, Jakarta, dan tempat
lainnya. Selama berpindah-pindah itu, Laut tidak pernah lupa untuk selalu menulis surat
untuk kekasihnya, Anjani, dengan nama samaran yang berbeda-beda. Dalam keadaan
genting itu, Laut juga menyempatkan untuk sidang skripsi, Pak Gento dan dekannya
seperti paham akan apa yang sedang diperjuangkan Laut. Sedangkan keluarganya, selalu
dalam tekanan intel.
            Bab Di Sebuah Tempat, di Dalam Kelam, 1998 merupakan bab terakhir dari
sudut pandang Laut. Bab itu menceritakan tentang Laut, Julius, dan Dana yang dibawa
keluar sel. Namun mereka bertiga dibawa ke tempat yang berbeda. Hari itu adalah hari
terakhir Laut. Ia dibuang ke tempat yang sama dengan namanya, ya Laut.
b. Tema : Perjuangan aktivis di Era Orde Baru
c. Tokoh : -Biru laut yang berwatak demokratis, teguh, pendiam, pemalu, tenang.
         -Sang Penyair yang berwatak teguh, pemberani, pendengar yang baik.
         -Kasih Kinanti yang berwatak tenang, lembut, jenius, dan realistis.
         -Naratama yang berwatak suka mencela dan mencemooh.
         -Alex yang berwatak baik, sopan, sensitif
         -Julius yang berwatak cerdik
         -Daniel yang berwatak manja dan cerewet
         -Sunu yang berwatak bijaksana, pendiam, dan suka membantu
         -Gusti yang berwatak pendiam dan penghianat
         -Bapak yang berwatak penyayang, lembut, pemberani, tak banyak bicara
         -Ibu yang berwatak penyayang, penyabar, tegas
         -Asmara Jati yang berwatak penyayang, jail
         -Mata merah yang berwatak keji
d. Latar : -Latar tempat di Seyegan, Blangguan, Terminal Bungurasih, rumah
         susun Klender, sel bawah tanah, rumah Laut
         -Latar waktu pada 1991, 1993, 1996, 1998, 2000, 20007
-Latar suasana yaitu menegangkan
    e. Amanat : Rela untuk jatuh, lalu bangkit dengan harapan agar kelak di masa
    mendatang, semua tidak sama layaknya di zaman dulu.
    f. Tanggapan : Penulis dengan apik menggambarkan visualisasi karakter dan suasana
    dalam novel ini, sehingga pembaca dibuat dapat merasakan apa yang sedang tokoh alami.
    Dalam novel ini juga banyak menceritakan tentang HAM, yang tentunya dapat
    menambah pengetahuan pembaca. Namun selain kelebihan tersebut, novel ini juga
    memiliki kekurangan. Novel ini menggunakan alur campuran atau maju mundur. Apabila
    pembaca belum terbiasa, akan cenderung kesulitan dan bingung.
4. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck- Buya Hamka
    a. Sinopsis :
             Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bercerita tentang tradisi masyarakat
    Minang pada zaman itu. yaitu Penulis Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau
    lebih dikenal dengan Buaya Hamka menghukum tradisi Minang terutama perkawinan
    paksa melalui novel ini. Novel ini menceritakan kisah cinta yang setia antara dua insan.
             Tokoh bernama Zainuddin adalah seorang yatim piatu yang memiliki nasib
    kurang beruntung. Ibu Zainuddin adalah orang asli Makasar yang menikah dnegan orang
    asli Minang. Oleh karena itu Zainuddin terbuang dari Makasar yang merupakan tanah
    kelahirannya. Pada suatu ketika Zainuddin mengunjungi Padang Panjang, namun disana
    ia dianggap sebagai orang asing.
             Kemudian Zainuddin bertemu dengan seorang gadis dari keluarga leluhur
    terpandang yang bernama Hayati. Zainuddin dan Hayati saling jatuh cinta, namun ibunya
    Hayati sangat tidak merestui hingga mengusir Zainuddin dari Pandang Pandang. meski
    Zainuddin pergi meninggalkan Hayati, tapi mereka berjanji untuk tetap setia.
    b. Tema : Percintaan
    c. Tokoh : -Zainuddin yang berwatak baik, alim, peduli, sabar, sederhana, dan cerdas.
             -Hayati yang berwatak baik, pendiam, sabar, dan patuh kepada orang tua.
             -Azis yang kasar, putus asa, dan kurang beriman.
    d. Latar :-Tempat di Dusun Batipuh, Makassar, Batavia, Surabaya, dan Tuban
-Suasana senang, sedih, dan menegangkan.
    e. Amanat : -Mencintai dengan ketulusan
             -Jangan mudah putus asa
             -Hidup harus memiliki tujuan
    f. Tanggapan :
    Dalam novel ini banyak terkandumg amanat untuk pembacanya, alur cerita mudah
    dipahami dan isi ceritanya menyentuh pembaca. Bahasa yang digunakan Buya Hamka
    begitu ringan dan enak sehingga pembaca larut tenggelam dalam bacaanya.
5. Ayah –Andrea Hirata
    a. Sinopsis :
             Novel Ayah bercerita tentang persahabatan antara tiga sahabat, Sabari, Ukun dan
    Tamat. Persahabatan ketiganya sudah berlangsung lama, sejak sekolah dasar. Namun,
    satu hal yang membedakan mereka yaitu memperlakukan wanita.
    Dikisahkan Sabari adalah seorang pria yang sangat dingin dan sulit untuk jatuh cinta pada
    wanita. Dua sahabatnya, Ukun dan Tamat, adalah pria setia dan cepat jatuh cinta. Di
    cerita selanjutnya, Sabari jatuh cinta pada seorang gadis bernama Marlena. Namun
    sayang, cinta Sabar pada Marlena hanya bertepuk sebelah tangan. Marlena justru
    melakukan kebalikan dari Sabari dan bahkan Marlena sangat membencinya karena
    tampang Sabari tidak setampan laki-laki lain yang dikenalnya.
             Namun, dengan segala tekad dan usaha keras, Marlena akhirnya menyerah dan
    siap menikah dengan Sabari. Di sisi lain, nasib buruk belum meninggalkan Sabari.
    Marlena, gadis yang ingin dinikahinya, sedang hamil saat itu. Singkat cerita, meski hamil
    karena hubungannya dengan pria lain, Sabari terlepas dari semua cinta mereka, dia tetap
    menikahi Marlena dan Zoro lahir segera setelah itu.
             Meski kehadiran Zoro bukan anak kandungnya, hal itu bisa mengubah hidup
    Sabari. Setiap hari, Sabari bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk membahagiakan
    anak dan istrinya.Namun sekali lagi kemalangan dan penderitaan hidup menimpa Sabari.
    Rumah tangga yang tidak dilandasi cinta menyebabkan Marlena sendiri yang mengajukan
    gugatan cerai. Sabari sepertinya tahu ini, jadi dia baik-baik saja selama Zoro tinggal
bersamanya. Namun sayang, nasib yang diharapkan Sabari hanyalah angan-angan, Zoro
masih terobsesi dengan ibunya dan keduanya hidup berpindah-pindah dari satu kota ke
kota lain.
         Setelah ditinggal Zoro, kehidupan Sabari semakin tidak menentu. Badan terlantar,
rumah terbengkalai, dan tidak mau bekerja. Sabari sangat stres hingga kedua temannya
merasa kasihan padanya dan berinisiatif mencari Zoro. Tamat dan Ukun siap mencari
Marlena dan Zoro ke seluruh Sumatera. Perjuangannya untuk ibu dan anak penuh dengan
lika-liku. Mereka siap melakukan apa saja demi kebahagiaan dan persahabatan Sabar
yang langgeng.
b. Tema : Percintaan
c. Tokoh : -Sabari yang berwatak pekerja keras, cinta tanah air, dan penyabar.
         -Marlena sebagai kekasih Sabari
         -Zorro/Amiru sebagai anak Marlena berwatak pintar, pekerja keras, dan
         penyayang
         -Markoni sebagai ayah Marlena
         -Insyafi sebagai ayah Sabari
         -Tamat sebagai sahabat Sabari
         -Ukun sebagai sahabat Sabari
         -Taharun sebagai sahabat Sabari
         -Zuraida sebagai sahabat Marlena
d. Latar :-Kepulauan Belitong, Indonesia
         “Nama saya Sabari, dari Pulau Belitong Indonesia”
         -Kampunng Nira
         “Sepanjang pengetahuan Amiru, ayahnya, Amirza, tak pernah ke warung kopi
         seperti kebanyakan laki-laki di Kampung Nira”
         -Desa Kelumbi
         “…,perjodohan masih sangat biasa di Kelumbi”
         -Kawasan Pasar Ikan
         “Maka, segera Amirza membawa radio itu ke kios reparasi Gaya Baru di
         kawasan pasar ikan”
-Kampung Belantik
         “Di Kampung Belantik, Sabari juga gelisah menunggu hasil ujian itu,..”
         -Tanjong Pandan
         “Tanjong Pandan, ibu kota kabupaten, adalah babak baru hidup Sabari”
         -Muara Suara Lenggang
         “…, menyetir puisi sambil memandangi matahari terbenam di Muara Sungai
         Lenggang”
         -Medan
         “…, kita akan berangkat ke Medan”
         -Indragiri Hulu
         “Setelah beberapa waktu tinggal di Indragiri Hulu,..”
e. Amanat:- selalu berbakti kepada orang tua
         -jangan cepat putus asa
         -sabar,ikhlas dan selalu tulus
f. Tanggapan :
Novel Ayah tersaji begitu natural dan nyata, problematika dan ciri khasnya yang berbeda
dengan suku lain di negeri ini.Dalam novel ini, tergambar dengan jelas bagaimana orang
Belitong memiliki budaya tutur lisan kuat dan mendarah daging.Dalam novel ini, Andrea
Hirata begitu riuh dan lentur berbahasa. Bahasa yang digunakan Andrea Hirata begitu
ringan dan enak sehingga pembaca larut tenggelam dalam bacaanya.Keagungan budaya
lisan ini juga tercermin dari beberapa kosakata khas Belitong seperti gelaning (bersih,
rapi), hademat (menggelegar), ngayau (jalan-jalan), ketumbi (tertinggal jauh di
belakang). Lebih dari itu, Andrea Hirata juga mencoba memperlihatkan bahwa manusia
Belitong melek lagu, melek huruf, melek sastra, hingga melek puisi.
3
                                      ANALISIS CERPEN
1. Sungai karya Nugroho Notosusanto
    a. Sinopsis :  
         Mengisahkan seorang pejuang kemerdekaan berpangkat Sersan dan bernama
    Kasim.Rekan2 seperjuangannya sering memanggil dengan sebutan Sersan Kasim. Dalam
    perjalanannya dari Jawa Tengah ke Jawa Barat sersan Kasim bersama dengan puluhan
    prajuritnya berjalan kaki masuk-keluar hutan, menghindari tentara Belanda. Dalam
    perjalanan itulah sersan Kasim menggendong seorang bayi, anak-anak satu-satunya. Istrinya
    telah meninggal dunia saat melahirkan anaknya itu. Sebenarnya komandannya sudah
    menyarankan agar bayi itu, dititipkan dulu ke orang-orang desa. nanti, setelah keadaan aman
    baru diambil. Namun dia tetap bertekad membawa bayi itu. Karena itulah satu-satunya yang
    paling berharga bagi dirinya. Bayi itulah yang menjadi oleh-oleh bagi orang tua dan
    mertuanya serta kenangan hidup dari istri yang dicintainya. Sekarang telah
    meninggalkannya. Maka boleh atau tidak boleh ia tetap nekad membawa anak
    itu. Sebenarnya, komandannya keberatan. Namun akhirnya memaklumi juga.Perjalanan
    sersan Kasim bersama puluhan prajurit itu akhirnya tiba di tepi sungai di tengah
    malam.Sebelum komandan pelabuhan sudah memerintahkan seorang prajurit untuk
    menyembunyikan situasi di sana seberang sungai. Berdasarkan hasil pengamatan mata-mata,
    diseberangi sungai berjaga satu peleton Tentara Belanda. Prajurit republik itu bisa saja
    melihat sungai itu, namun dengan risiko yang sangat tinggi. Penyeberangan harus dilakukan
    dengan sangat hati-hati, jangan sampai ada suara. Setelah berendam beberapa saat, akhirnya
    komandan memutuskan untuk membangun bentengi sungai. Sersan Kasim sadar, ia
    membawa risiko yang berat dengan bayinya itu. Ia sadar sepenuhnya. Seluruh prajurit akan
    mati jika tiba-tiba anaknya menangis. Dengan hati-hati, satu per satu prajurit tepi sungai.
    Agar tak kehilangan arah, masing-masing prajurit dihubungkan dengan tali. Akhirnya semua
    prajurit sudah berada di sungai. Sersan Kasim dan bayinya tepat di tengah sungai. Pada saat
    itu terjadi peristiwa di luar dugaan. Kaki sersan kasim terperosok di lubang dasar
    sungai. Seketika ia terkemenganjur. Poket udara bayinya yang sedang tidur nyenyak. Bayi itu
    mulai mengeluarkan suara tangis. Semua mata prajurit mengarah ke sersan kasim dengan
muka pucat. Sersan Kasim bingung, semua orang menuding nah, hitung nasib terhadapnya.
Sebelum bayi menangis keras, tiba-tiba diam. Sersan Kasim dengan berat hati, menutup
mulut bayinya, sampai tak bersuara sama sekali . Semua mata prajurit saya menyaksikan
peristiwa itu. Sesan Kasi membunuh bayinya sendiri untuk keselamatan pengendara
. Akhirnya rombongan prajurit itu selamat tepi sungai. Di sebuah desa di seberang sungai
sersan Kasim membopong jenazah bayinya, kemudian memasukkan ke liang lahat. Semua
prajurit menahan haru. Mereka sadar, keselamatan pantai tersembunyi karena pengorbanan
sersan Kasim. Apa yang terjadi jika sersan Kasim tidak bersedia mengorbankan
anaknya? Apa yang terjadi seandainya sersan Kasim membiarkan bayinya menangis? Tentu
prajurit akan mati. Belanda akan dengan mudah menghabisi prajurit-prajurit itu. Tapi, sersan
Kasim tak hanya memikirkan dirinya sendiri-sendiri. Justru sersan kasim lebih berpikir,
bagaimana teman-temannya bisa selamat. Pengorbanan sersan kasim begitu sempurna. Harta
satu-satunya yang paling berharga yang menjadi miliknya, telah dikorbankan untuk
keselamatan 
b. Tema
    Perjuangan
c. Alur
    maju mundur
d. Penokohan
    -Sersan Kasim : cermat, penyayang, tabah
    -Aminah : keras kepala
    -komandan : Peduli
e. Latar
    -Waktu : Pagi, Malam, Februari 1948
    -Tempat : Tepi Sungai Serayu, Pinggir Desa, Yogyakarta
    -Suasana : Menegangkan, Menyedihkan, Mengharumkan
f. Sudut Pandang
    Orang ketiga serba tahu
g. Gaya Bahasa
    -Personifikasi : “Hujan turun selembut embun, tapi cukup membasahkan”
    -Metafora : “Acep, biji matanya, harapan dan idamannya”
-Hiperbola : “Acep menangis. Merobek robek kesunyian malam dari tebing ke tebing”
         -Repetisi : “Air membasahi kakinya, membasahi celananya, membasahi sebagian
         bajunya..”
    h. Amanat
         Menanamkan sifat rela berkorban, tabah, dan berpikir rasional.
2. Robohnya Surau Kami karya A.A Navis
a. Sinopsis :
          Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis menceritakan tentang kematian seorang
kakek yang semasa hidupnya berprofesi sebagai garin (penjaga surau) dan lebih dikenal sebagai
tukang asah pisau. Kakek ini menghabiskan hidupnya di surau untuk beribadat kepada Tuhan
dan mendapatkan penghasilan yang sekadarnya saja dari mengasah pisau itu. Sepeninggalan
kakek, surau itu tidak lagi terurus bahkan nyaris roboh karena kayu-kayunya yang diambil oleh
orang dan dipakai untuk keperluan yang lain. Kematian kakek disebabkan oleh dongeng yang
diceritakan seorang pembual bernama Ajo Sidi.
         Sebelum meninggal, tokoh ‘Aku’ tengah mendapati Kakek terlihat murung tak seperti
biasanya, akhirnya ia bertanya apa sebab si Kakek bersedih dan berceritalah Kakek kepada tokoh
‘Aku’. Dalam ceritanya, Kakek dikatakan tanpa secara langsung orang yang terkutuk. Kakek
merasa tersinggung karena menurutnya kehidupan lahir batinnya hanya untuk Allah semata. Ajo
Sidi bercerita kepada Kakek tentang Haji Saleh, yang dikirim Tuhan ke neraka setelah ia mati.
Padahal Haji Saleh semasa hidupnya selalu taat beribadat, sembahyang tiap waktu, kemudian
Haji Saleh dan rekan-rekannya di neraka yang juga selalu beribadah kepada-Nya memprotes
Tuhan barangkali Tuhan telah salah memasukkan mereka ke dalam neraka. Tuhan akhirnya
memberitahukan pada Haji Saleh dan kawanannya bahwa mereka terlalu takut masuk neraka
hingga terlalu sibuk untuk beribadat saja tanpa menghiraukan kehidupan sekitarnya, kehidupan
anak dan istri, kehidupan bangsa negaraIndonesia. Lalu tersentaklah Haji Saleh akibat jawaban
Tuhan, takpuas dengan jawaban Tuhan Haji Saleh bertanya kembali pada malaikat untuk
mendapat kepastian apakah salah perbuatan Haji Saleh selama di dunia saat menyembah Tuhan.
Malaikat menjawab bahwa mereka salah karena terlalu egois.
         Selesai bercerita, keesokan harinya istri tokoh Aku memberitakan bahwa Kakek
meninggal dan segeralah Aku pergi ke rumah Ajo Sidi yang ternyata sedang pergi bekerja dan
menitipkan kain kafan tujuh lapis untuk Kakek.
b. Tema
    Religius
c. Alur
    Mundur
d. Penokohan
    -Aku : selalu ingin tahu
    -Kakek : mudah percaya, taat agama, iman tidak kuat, egois
    -Ajo Sidi : pembual
    -Haji Saleh : taat agama, egois
e. Latar
-Tempat : di sebuah kota, dekat pasar, di surau, di neraka, di rumah Ajo Sidi.
f. Sudut Pandang
Orang pertama
g. Gaya Bahasa
    -Parabola : Terdapat tokoh Haji Saleh dan kehidupan di akhirat,
    -Sinisme : “…Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak
    memelihara apa yang tidak dijaga lagi”
h. Amanat
Selalu kuatkan agama dan tetap rendah hati.
3. Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari
    a. Sinopsis :
         Senyum Karyamin bercerita tentang Karyamin, seorang buruh pengangkut batu kali.
    Karyamin yang sedang kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makan, tetap
    memaksa untuk bekerja keras meskipun dirinya sudah sempoyongan. Matanya
    berkunang-kunang dan telinganya berdengung.  
         Karyamin tetap bekerja keras bolak-balik antara sungai dan pangkalan batu. Atas usulan
    beberapa rekannya, Karyamin akhirnya pulang untuk istirahat, namun di rumah dia melihat
    dua sepeda jengki terparkir di depan rumahnya. Sepeda itu milik para penagih bank harian.
    Karyamin memutuskan untuk kembali ke sungai. Saat hendak balik ke sungai untuk yang
    kesekian kalinya, Pak Pamong menghadang Karyamin guna meminta sumbangan untuk
    bantuan kelaparan di Afrika. Karyamin yang kelaparan dan tidak punya uang hanya bisa
    tersenyum getir, senyum tersebut kemudian berubah menjadi tawa terbahak-bahak dan tubuh
    Karyamin pun ambruk.
    b. Tema
         Sosial
    c. Alur
         Maju
    d. Penokohan
         -Karyamin
         -Sardji
         -Saidah : Penjual nasi pecel, sabar dan peduli
         -Pak Pamong : pejabat desa yang tidak peduli dengan masyarakatnya
    e. Latar
         -Tempat : Sungai, pangkalan material, Rumah Karyamin, jalan menuju sungai
-Waktu : Pagi hingga siang
    f. Sudut Pandang
         orang ketiga
    g. Gaya Bahasa
         -Menggunakan diksi : “mbeling”, “kempong”-pengulangan kata : “Mereka, para
         pengumpul batu itu, senang mencari hiburan dengan cara memperbaiki diri mereka
         sendiri”
    h. Amanat
         Sabar dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4. Guru karya Putu Wijaya
    a. Sinopsis :
         Anak saya taksu, bercita-cita menjadi seorang guru. Tentu saya dan istri shok
    mendengarnya, kami tau macam apa masa depan seorang guru. Saya sebagai bapak
    menasehati Taksu, namun ia tetap pada keinginannya menjadi seorang guru. Akhirnya tanpa
    diketahui oleh istri saya, saya datang membawa kunci mobil, kalau saja Taksu mau
    mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan. Taksu pergi
    membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas dan pesan kecil,
    tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya. Kertas yang
    nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berharga dari kunci BMW yang harganya
    semilyar dan sudah mengosongkan deposito saya.
    b. Tema
         Perjuangan
    c. Alur
         Campuran
    d. Penokohan
         -Taksu : mempunyai tekad besar dan konsisten
         -Ayah (saya) : keras hati
         -Ibu (istri) : tidak konsisten dan mudah marah
e. Latar
         -Tempat : rumah kos
         -Waktu : 10 tahun yang lalu
         -Suasana : Menegangkan dan Senang
    f. Sudut Pandang
         orang pertama
    g. Gaya Bahasa
         -Metafora : “Guru itu hanya sepeda tua”
         -Hiperbola : “Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya
         tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya seret nama pacarnya si Mina yang
         mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap”
    h. Amanat
         Tekad dan kemauan orang menentukan kesuksesan seseorang, Orang tua hanya bisa
         mengarahkan ke jalan yang baik tanpa memaksa kehendaknya, Jangan pernah
         merendahkan seseorang dari sisi profesi.
5. Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam
    a. Sinopsis :
         Marno dan Jane yang berdialog tentang berbagai hal. Mereka terkesan seperti orang yang
    kesepian, mereka menghilangkan rasa tersebut dengan saling bercerita dan meminum
    minuman alkohol yang membuat mereka berimajinasi, mereka tampak jatuh cinta, tapi cinta
    tersebut tak mengusir rasa kesepiannya. Dua tokoh tersebut sibuk dengan dunianya sendiri –
    sendiri : Jane dengan dunia suami dan masa kecilnya, Marno dengan dunia “dusun”nya di
    Indonesia.
    b. Tema
         Sosial
    c. Alur
         Maju
    d. Penokohan :
•Jane:
-Pemabuk berat sampai lupa status perkawinan
Bukti kalimat :” Tommy, suamiku, bekas suamiku, suamiku, kautahu”
-Memegang budaya Barat
Bukti kalimat : “Jane dengan segelas martini”
•Marno
-Mempunyai sifat perasa dan sentimentil
Bukti kalimat :“Marno tidak menjawab karena tiba-tiba saja dia merasa seakan-akan istrinya
ada di dekat-dekat dia di Manhattan malam itu. Adakah penjelasannya bagaimana satu
bayang-bayang yang terpisah beribu-ribu kilometer bisa muncul begitu pendek?”
-Memegang budaya Timur
Bukti kalimat : “Marno dengan segelas scotch”
e. Latar
-Tempat : apartemen jane
-Waktu : malam hari
-Sosial : pertemuan sosialita timur dan barat
g. Sudut Pandang
orang ketiga
h. Amanat
saling toleransi terhadap budaya lain
4
                            ANALISIS NASKAH DRAMA
1. Kereta Kencana – W. S. RENDRA
              Drama berjudul Kereta Kencana yang dikarang oleh W. S. Rendra. Dalam drama
     tersebut terdapat tokoh yang diperankan antaralain, nenek dan kakek (Henry), seorang
     nenek yang mempunyai watak perhatian, bijak, dan tegar, sedangkan kakek yang
     mempunyai watak gampang mengeluh, cepat bosan, dan senang bersandiwara. Dalam
     drama tersebut berlatar di sebuah tempat bersantai di dalam rumah, di waktu malam hari.
     Tema yang dibawakan yaitu percintaan, dalam drama tersebut menceritakan kesetiaan
     seorang nenek dan kakek yang tulus dan ketegaran dalam menghadapi maut yang akan
     memisahkan mereka.
              Pokok persoalan dari drama tersebut yaitu, masa tua kakek dan nenek yang tak
     kunjung habis. Dalam drama tersebut sang penulis menyampaikan isi kehidupan yang
     membosankan, di mana dua orang tua menunggu kereta yang tak kunjung menjemputnya
     dengan bercumbu rayu, bernostalgia masa muda, bercanda tertawa, bersenda gurau,
     sampai pertengkaran mereka jarang. Pesan yang dapat diambil dari kisah mereka yaitu,
     mencintai sampai akhir hayat, tetap tegar dalam keadaan apapun, dan jangan berkhayal
     yang belum tentu pasti.
2. Lautan Bernyanyi – PUTU WIJAYA
              Drama berjudul Lautan Bernyanyi yang dikarang oleh Putu Wijaya. Dalam drama
     tersebut terdapat tokoh yang diperankan antaralain, Kapten Leo sebagai tokoh utama
     yang berwatak tegas, dan mudah terbawa suasana hati; Comol sebagai juru masak kapal
     yang berwatak cerewet, dan suka latah; Rubi yang berwatak pemalu dan pemarah;Adenan
     berwatak suka menolong ; Dayu Sanur dikarakterkan sebagai seorang Dewa Laut yang
     buas berwatak serba mengetahui dan menakutkan; Dayu Bandung anak dari Dayu Sanur;
     Panieka sebagai awak kapal Kapten Leo yang berwatak tidak disiplin , dan Dukun
     berwatak baik dan rendah hati. Dalam drama tersebut berlatar di Geladak Kapal Harimau
     Laut, di tepi Pantai Sanur di sebelah Timur Denpasar, Bali. Latar waktu yang terjadi pada
     tanggal 2 Desember 1980 menjelang pagi, sore menjelang malam dan pagi hari. Latar
suasana yang terjadi tegang, gelisah, panik, takut, marah, dan riang. Tema yang
     dibawakan yaitu keyakinan, dalam drama tersebut menceritakan hambatan spiritual yang
     dialami tokoh utama.
              Pokok persoalan dari drama tersebut yaitu, Panieka membawa anak dari Dayu
     Sanur dan menyembunyikannya di geladak kapal yang membuat konflik terjadi. Dayu
     Bandung yang dibawa oleh Panieka mengalami cacar yang merupakan wabah menular.
     Yang membuat konflik yaitu Dayu Bandung merupakan anak dari Dayu Sanur yang
     dianggap sebagai Dewa yang ditakuti banyak orang. Pesan yang dapat diambil dari kisah
     tersebut yaitu,manusia harus mempunyai keteguhan hati mempercayai Tuhan dan selalu
     mempunyai pendirian untuk mengambil suatu keputusan.
3. Suatu Hari – ARIFIN C. NOOR
              Drama berjudul Suatu Hari yang dikarang oleh Arifin C. Noor. Dalam drama
     tersebut terdapat tokoh yang diperankan antaralain, Nenek yang berwatak pencemburu,
     penyindir, bijak, penyayang, dan keras kepala; Kakek yang berwatak jujur, bijak,dan
     penyayang; Pesuruh berwatak ramah, jujur, dan lalai; Nyonya Wenas seorang janda dan
     mantan Kakek yang berwatak penyindir dan penggoda; Arba sebagai sopir yang berwatak
     ramah dan jujur; Novia sebagai anak kedua Nenek yang berwatak pencemburu, dan keras
     kepala; Nita yang berwatak ramah. Dalam drama tersebut berlatar di ruang tamu pada
     siang hari dan dalam suasana ceria dan bahagia. Tema yang dibawakan yaitu
     kekeluargaan, dalam drama tersebut menceritakan konflik keluarga, salah satunya
     kecemburuan Nenek terhadap Kakek karena kedatangan mantan kekasih Kakek saat
     acara ulang tahun Nenek.
              Pokok persoalan dari drama tersebut yaitu terjadi konflik saat acara ulang tahun
     Nenek yaitu pertama dengan kedatatangan tamu yang tidak diundang yaitu mantan
     kekasih Kakek dahulu yang membuat Nenek cemburu dengan melontarkan kata
     perceraian terhadap Kakek, Kedua konflik timbul dari anak kedua Nenek dan Kakek
     yaitu Novia yang ingin bercerai dengan suaminya karena dugaan perselingkuhan antara
     sang suami dengan pasiennya. Pada akhirnya Nenek tersadar bahwa perceraian bukan
jalan keluar yang tidak baik Pesan yang dapat diambil dari kisah tersebut yaitu jangan
     tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, perceraian bukanlah solusi yang tepat, dan
     selalu pikirkan akibat dari setelah mengambil keputusan.
4. Sudah Gila – CHAIRIL ANWAR
              Drama berjudul Sudah Gila yang dikarang oleh Chairil Anwar. Dalam drama
     tersebut terdapat tokoh yang diperankan antaralain, Pak RT yang berwatak sombong dan
     suka julid; Tetangga 1,2,3 yang berwatak suka julid dan menghasut; Pak Amir yang
     berwatak sabar; Adik Pak Amir yang berwatak . Dalam drama tersebut berlatar di Teras
     Rumah Pak Amir, Jalan Rumah Pak Amir, Pos Ronda, Rumah Pak Amir, Rumah Warga,
     dan Halaman Kampung. Berlatar waktu pagi hari, malam hari, tanggal 31 Agustus.
     Memakai latar suasana sedih, tidak kondusif, bingung, dan bahagia. Tema yang
     dibawakan yaitu keikhlasan, dalam drama tersebut menceritakan Pak Amir yang
     mengalami ganguan jiwa karena ditinggal istri meninggal dunia.
              Pokok persoalan dari drama tersebut yaitu tetangga Pak Amir yang kasihan
     melihat kondisi Pak Amir yang gangguan jiwa, saat tetangga merasa kasihan dan
     berinisiatif membawa Pak Amir ke Rumah Sakit Jiwa akan tetapi adik Pak Amir
     menolak, dengan musyawarah akhirnya Adik Pak Amir setuju dan Pak Amir segera
     dibawa ke Rumah Sakit Jiwa untuk pemulihan. Pada Akhirnya Pak Amir membaik dan
     diperbolehkan pulang. Pesan yang dapat diambil dari kisah tersebut yaitu saling peduli
     antartetangga dan mengambil keputusan dengan cara yang baik seperti melakukan
     musyawarah.
5. Lakon Jam Dinding yang Berdetak – NANO RIANTIARNO
              Drama berjudul Lakon Jam Dinding yang Berdetak yang dikarang oleh Nano
     Riantiarno. Dalam drama tersebut terdapat tokoh yang diperankan antaralain, Thomas
     sebagai papah dan suami dari Marie Pattiwael yang berwatak . Dalam drama tersebut
     berlatar di rumah yang terletak di komplek orang-orang miskin dan masa pensiun di saat
pagi dan malam hari dengan suasana gaduh, haru, gembira, dan sedih.. Tema yang
dibawakan yaitu kemiskinan, dalam drama tersebut menceritakan kemiskinan yang
terjadi di keluarga Thomas dan Marie.
         Pokok persoalan dari drama tersebut yaitu.Kebangkrutan yang dialami keluarga
Thomas dan Marie, akan tetapi keluarga tersebut tidak pantang menyerah untuk bertahan
hidup,mereka beserta kedua anaknya saling berusaha memperbaiki kehidupan agar
menjadi lebih baik kembali. Pesan yang dapat diambil dari kisah tersebut yaitu jangan
berputus asa, berusahalah sekuat mungkin demi masa depan yang lebih baik, dan harus
saling mendukung satu sama lain.
Aletha Margareth Pau
      22201249001
1
ANALISIS PUISI
NO JUDUL PUISI                                     NAMA PENULIS
                                                  [PENGARANG ]
1 Pada suatu hari nanti                           Sapardi Djoko Damono
2 Doa                                             Chairil anwar
3 Kita memasuki pasar riba                        Emha ainun njib
4 Yang terasing                                   kuntowijoyo
5 kangen                                          Ws rendra
6 elegi                                           Linus suryadi
7 Surat dari ibu                                  Asrul sani
8 Berdiri aku                                     Amir hamzah
9 Pidato dikubur orang                            Subagio sastrowardoyo
10 Karangan bunga                                 Taufiq ismail
PADA SUATU HARI NANTI
 Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suara ku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-latik sajak ini
Kau akan tetap ku siasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak di kenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan letih-letihnya ku cari
Menurut saya Puisi tersebut menggambarkan kesadaran bahwa kematian itu akan terjadi
kepada siapan saja. Sehingga sang penyatir berusaha untuk mengingatkan bahwa sesuatu
akan terjadi di masa yang akan datang.
  Tema nya adalah kematian dan keabadian hidup
  Majas metafora hamper terkandung dalam keseluruhan bait ini di antara nya yaitu
      “ tapi dalam bait-bait sajak ini KAU TAKKAN KURELAKAN SENDIRI “
      “Tapi di antara larik-larik sajak ini KAU AKAN TETAP KUSIASATI
       “Namun di sela-sela huruf sajak ini KAU TAKKAN LETIH-LETIHNYA KUCARI”
         Ketiga bait di atas mengandung majas metafora yang merupakan bahasa kiasan
layaknya perbandingan sesuatu atau benda lain.
  Diksi yang di gunakan merupakan diksi sederhana dimana dalam seluruh baitnya pak
      supardi hanya mempergunakan kata sehari-hari tanpa di sandingi dengan kata –kata
      kuno, kata yang berasal dari bahasa daerah.
                                             Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cahaya Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu Mu aku bisa mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Analisis Agama (Tuhan)
Puisi ini menyadarkan kita tentang selalu berpegang teguh dengan kepercayaan bahwa Tuhan
selalu ada dan kita selalu berlindung dalam keadan apapun.
Mengguakan majas metafora asonansi dan hiperbola.
Tipografi ditulis secara singkat dan jelas, pemilihan kata di buat semi kiasan.
               Kita memasuki pasar riba
Kita pasar riba
Medan perang keserakahan
Seperti ikan dalam air tenggelam
Tak bisa ambil jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta
Bernapas air
Makan minum air
Darah riba mengalir
Kita masuki pasar riba
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan
Telanjur jadi uang recehan
Dari putaran riba politik dan ekonomi
Sistem yang membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama
Tegantung kepentingannya apa
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa
Analisinya menggunakan tema keserakahan dan kebohongan makna yang terkandung
tentang gambaran perjalanan hidup di bawah kepemimpinan dan politik yang tidak tahu dan
tidak sesuai hokum yng tercampur antara halal dan haram, diksi yang di gunakan
menggunakan bahasa kiasan namun mudah di pahami serta lugas. Menggunakan majas
hiperbola simile dan sarkasme pencitraanya ialah penglihatan.
                               Yang Terasing
Ada dinding-dinding di gedung
membagi ruang jadi dua:
engkau dan semesta
Kamar-kamar raksasa
menyimpan hidup
dalam kotak-kotak
Engkau terkapar di sana
terpaku di kursi
tangan ke lantai
dilingkar tembok baja
yang membungkus napasmu
Sedang di luar
hari berjalan sebagai biasa
lewat lorong luas
yang indah hiasannya
mengirim berkas matahari ke kamarmu
memancing duka.
Menggambarkan kebebasan sangat terbatasi.
Makna menggambarkan seseorangb yang di kurung di dinding baja yang kebebasannya di
renggut sedangkan dunia tetap berjalan seperti biasa dan tak memperdulikan nya yang ada di
balik dinding baja tersebut.
Menggunakan bahasa yang mudah pahami.
Penciraan imaji dan menggunkan majas hiperbola.
                                       kangen
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api
Kenangan dan Kesepian
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta yang datang
burung tak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Makna atau pelajaran serta hikmah yang dapat kita ambil dari Dari puisi “Kangen” Jika kita
mencintai seseorang ada baiknya kita mencintai itudengan tidak berlebihan sehingga tidak
dapat menyakitkan diri sendiri, serta kita harus merelakan seseorang yang kita cintai karena
keadaan yang tidak dapat mempersatukan, seperti beda keyakinan dan tidak direstui orang
tua. Jangan sampai kita terjerat dalam kebinasaan dan bodoh dalam hal cinta. Walaupun
seseorang itu adalah suatu hal yang berarti dalam hidup kita. Namun, kita tetap harus
merelakannya dan lebih iklas lagi demi kebahagiaan hidup masing-masing. Perlu
menananmkan pola pikir bahwa semua itu sudah menjadi takdir Tuhan yang tidak dapat kita
rubah atu kita bantah.
Dan Menggambarkan seseorang yang merasa kesepian karena merindukan seseorang, ia
merasa tidak berguna, karena hanya bias merindukan tanpa bisa bertemu langsung
dengannya.
Diksi yang di gunakan menggunakan bahasa dan kiasan yang mudah di mengerti.
Majas metafora (aku tungku tanpa api).
        Elegi
Pemuda itu memetik gitar
dunia guramnya sendiri
Udara sekitarnya gemetar
menjalin Dukamu Abadi
Seorang gadis telah pergi
dengan sakramen dan hosti
Seorang gadis telah pergi
menggoreskan luka kembali
Seorang gadis telah pergi
ketabrak bis di Purwosari
Seorang pergi, seorang pergi
bertumpuk surat tak ada arti
Pemuda itu memetik gitar
dunia guramnya sendiri
Ia berkisah, jelas kudengar
hanya sunyi menabiknya kini.
Tema yang di guanakan kisah percintaan sepasang kekasih yang kandas karena pasangannya
yang pergi menningalkannya.
Makna seorang penulis yang merasa kehilangan kekasinhnya hanya di temani dengan
gitarnya
Diksi menggunakan repetisi dijabarkan dengan terbuka tanpa ada kalimat kias. Menggunakan
pencintraan peraba.
                                                   SURAT DARI IBU
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang,
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tau pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan hidup mu pagi hari
Analisi mengandung majas personifikasi karena hari berlaku seperti manusia dan juga
majas hiperbola ( pergi ke laut lepas )
menurut saya amanat yang bisa di ambil dari puisi ini adalah tentang ungkapan hati seorang
ibu melalui sebuah puisi yang berisi tentang harapan dan impian sang ibu kepada anaknya
agar anaknya mengetahui kehidupan dunia luas, selagi masih muda dan ada kesempatan
mencari pengalaman , setelah sudah cukup mencari serta jika sudah sukses, maka
kembalilah dan tidak melupakan keluarga dan ibunya serta akhirnya kembali lagi
bercengkrama dengan ibu nya. Atau dalam artian harapan ibu ini kita nanti anaknya sukses
janganlah terlalu sibuk bahkan lupa menjenguk sang ibu,karena orang tua tidak meminta apa-
apa dari kesuksesan kita hanya sedikit waktu dan perhatian saja sudah bisa membuat orang
tua senang.
Tema yang di gunakan adalah
Nasehat seorang ibu kepada anaknya
Agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin
                                     Berdiri aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang.
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun alun di atas alas.
Benag raja mencelup ujung
Naik marak menyerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak.
Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Menurut saya temanya kesedihan perpisahan dengan kekasih ,
Tipografi dalam sajak penulis sangat memperhatikan EYD dan diksinya kata-katanya identik
dengan kesunyian yang mendalam yang ingin di ugkapkan penulis. Pencitraan nya lebih pada
penglihatan amanat nya bahwa penulis ingin menyampaikan kepada pembaca agar lebih
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya tuhan yang mampu member kepastian.
Sajak “BerdiriAku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair dengan
suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya dengan kekasihnya
dan dia harus pulang ke Medan dan menikah dengan putri pamannya. Perasan sedih yang
sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai disore hari. Dengan
demikian penyair hanya mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan
harapan telah hilang.
Feeling atau Rasa
Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam mengahadapi permasalahan
hidupnya, sikap pesimis ini mejadikannya melankolis.
Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang membaca agar
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya Dia yang mampu memberi kepastian
dalam kehidupan di dunia ini. Maka sebaiknya kita hanya bernaung dan berharap hanya
kepadanya.
Tipografi / Tata Wajah
Kata “maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti konotasi dari tuhan yang maha
sempurna. Kata “mengecap” memiliki arti yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang
digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan ide pengarang.
Citraan
                                     Pidato di kubur orang
Ia terlalu baik buat dunia ini.
