The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-Book ini berisi kumpulan analisis karya sastra berupa puisi, novel, cerpen, dan naskah drama mahasiswa PBSI kelas K. E-Book ini disusun guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Membaca Sastra yang diampu oleh Prof. Dr. Drs. Suroso, M.Pd.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ancasnurul1, 2022-12-27 23:57:21

Analisis Karya Sastra PBSI K (2)

E-Book ini berisi kumpulan analisis karya sastra berupa puisi, novel, cerpen, dan naskah drama mahasiswa PBSI kelas K. E-Book ini disusun guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Membaca Sastra yang diampu oleh Prof. Dr. Drs. Suroso, M.Pd.

Keywords: Analisis Karya Sastra

Terbenam di daging yang wangi

Kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi

Pada bait tersebut menunjukkan bahwa sepasang mata itu masuk kedalam tubuh wanita yang
harum dan wanita tersebut memiliki kecantikan yang alami dan sangat rupawan sehingga ia terus
memancarkan kecantikannya. Lalu terdapat juga kalimat:

Dua mata hitam

Adalah rumah yang temaram

Secangkir kopi sore hari

Dan kenangan yang terpendam

Pada bait ini, menunujukkan bahwa Ia sedang mengingat kenangan saat bersama sang kekasih.
Pada kalimat secangkir kopi sore hari menunjukkan suasana saat ia sedang menikmati
kebersamaan bersama sang kekasih di sore hari. Dan kenangan tersebut tersimpan dan terpendam
di dalam hati.

Puisi ini bertema tentang cinta. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kata rindu yang terungkap
oleh seorang laki-laki dan perempuan serta kerinduan yang bukan hanya dimiliki oleh
perempuan saja. Gaya Bahasa yang terdapat pada puisi tersebut yaitu menggunakan majas
repetisi dimana ada pengulangan kata pada kata “Dua mata hitam” di bait pertama dan kedua.
Puisi ini bersajak a-a-a-a, a-a-b-b. Imaji yang digunakan pun berupa imaji penciuman, seperti
yang terdapat pada kalimat “Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi”. Feeling yang saya
rasakan ketika membaca puisi tersebut yaitu sedih karena bisa merasakan bagaimana sebuah
rindu yang tidak bisa diungkapkan dan hanya bisa terpendam dalam hati terutama kepada orang
yang sangat kita sayangi.

DOA

Karya : Chairil Anwar

Kepada pemeluk teguh
Tuhanku

Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Cahaya Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintu Mu aku bisa mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

Puisi yang berjudul `Doa` ini memiliki makna yang sangat dalam tentang bagaimana seseorang
meminta permohonan kepada penciptanya. Dimana seseorang berhubungan dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan orang-orang di sekitar. Saat berdoa, seseorang harus membuka hati,
pikiran, dan jiwa kepada Tuhan. Puisi ini bertema tentang ketuhanan, dimana menggambarkan
kepasrahan diri seorang makhluk kepada Tuhannya.
Diksi yang digunakan penyair yaitu ‘CayaMu panas suci’, diksi CayaMu menjadi sangat kuat
karena tidak digunakan oleh penyair-penyair lain. Kata CayaMu mengacu pada kata cahaya atau

sinar. Sedangkan kata panas dirangkai dengan kata suci juga memperkuat dan memperindah
puisi. Gaya Bahasa yang digunakan yaitu menggunakan majas hiperbola dan majas metafora.
Majas hiperbola terdapat dalam larik puisi ‘Aku hilang bentuk, Remuk’. Sedangkan Majas
Metafora terdapat pada larik puisi ‘Di pintuMu aku mengetuk’. Selain itu, terdapat juga majas
repetisi yang ditunjukkan pada pengulangan kata ‘Tuhanku’ Imaji yang terdapat pada puisi ini
yaitu imaji rabaan, yaitu ditunjukkan pada kalimat “Cahaya Mu panas suci”. Dan imaji visual
yaitu terdapat pada kalimat “Tinggal kedip lilin di kelam sunyi”. Suasana dalam puisi tersebut
adalah menyedihkan dan mengharukan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan “dalam termangu aku
masih menyebut nama-Mu” yang menunjukkan bahwa penyair termenung memikirkan perbuatan
salahnya dan benar benar menyesal atas apa yang ia telah perbuat. Suasana yang mengharukan
dibuktikan dalam kutipan “Di pintu-Mu aku mengetuk” yang menunjukkan penyesalan dan rasa
ingin bertaubat dengan sungguh-sungguh.

IBUKU DEHULU
Karya: Amir Hamzah

Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata

akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan

hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengacau-balau
jurang celaka terpandang di muka

kusongsong juga biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikucupnya serta

dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.

Puisi ini menceritakan sosok seorang ibu yang marah kepada anaknya, ia ekspresikan
kemarahannya dengan diam membisu, kemudian si anak merasa sedih sehingga tak peduli
dengan apa yang terjadi. Tema dari puisi tersebut yaitu kasih sayang, yang merupakan kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya.
Diksi yang digunakan penyair terdapat pada kalimat ‘menurutkan setan, mengkacau-balau’ hal
tersebut menunjukkan perbuatan seorang anak yang tidak bisa menahan kekesalan di hatinya
karena sang ibu marah terhadap sang anak sehingga sang anak pun melampiaskan kekesalannya

itu. Puisi ini menggunakan majas personifikasi, yang terdapat pada larik ‘dahiku berapi pancaran
neraka’.
Imaji yang digunakan yaitu imaji visual atau penglihatan yang digambarkan pada larik “matanya
terus mengawas daku”. Dan juga terdapat imaji rasa, yang digambarkan pada larik “hatinya
pedih karena lakuku”. Suasana yang saya rasakan ketika membaca puisi Ibuku Dehulu yaitu
sedih dan haru. Kesedian itu dapat dirasakan oleh sosok Ibu dan anak yang terasa pilu. Rasa
kedamaian, haru karena ibunya datang menjumpai, merangkul dan mengecup dahi anaknya
hingga kedamaian dirasakan oleh sang anak.

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu
Karya: Widji Thukul

apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata

berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah

tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

Puisi ini bermakna Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” memiliki makna bahwa sejatinya
seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan itu tidak ada
gunanya sama sekali dan orang yang selalu membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa
menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah kesia-siaan. Puisi ini bertema keadilan sosial.
Diksi yang digunakan pada puisi tersebut yaitu menggunakan Bahasa yang lugas, lalu pada kata
“kongkalikong” dalam puisi tersebut berarti tidak jujur atau tidak terang-terangan. Gaya Bahasa
yang digunakan pada puisi ini yaitu menggunakan majas personifikasi dan repetisi. Majas
personifikasi ditunjukkan dengan kalimat “dimana-mana moncong senjata”, sedangkan repetisi
ditunjukkan oleh kalimat “di desa-desa rakyat dipaksa menjual tanah”.
Suasana yang saya rasakan ketika membaca puisi tersebut yaitu terdapat rasa emosional yang
tinggi. Dalam puisi tersebut seolah-olah menggambarkan kehidupan nyata yang ada di sekitar
kita, yang sudah sering terjadi pada kehidupan masyarakat.

DARI BENTANGAN LANGIT
Karya: Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu,datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan

menyapu hutan !

Mengekal tanah berbongkahan !

datang kepadamu,Ia,kemarau itu

dari Tuhan yang senantiasa diam dari tangan-Nya.

Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap.

Yang tak menoleh barang sekejap.

Puisi berjudul “Dari Bentangan Langit” karya Emha Ainun Najib ini berisi tentang seseorang
yang mengingatkan tentang cobaan yang akan datang dari Tuhan, cobaan tersebut akan datang
secara perlahan, menghancurkan semesta dan seisinya yang berlangsung lama serta menyiksa
hingga manusia akan menderita. Puisi ini bertema relegius karena puisi tersebut mengilustrasikan
tentang seseorang yang berusaha untuk mengingatkan sesamanya akan cobaan yang akan datang
dari Tuhan.
Diksi yang digunakan yaitu menggunakan kata kiasan seperti mengekal yang artinya yaitu
memelihara, bentangan langit yang berarti atmosfer atau ruang angkasa. Gaya Bahasa yang
digunakan yaitu menggunakan majas personifikasi, seperti yang terdapat pada kalimat ‘kemarau
itu, datang kepadamu Tumbuh perlahan, Berhembus amat panjang Menyapu lautan.’
Suasana yang bisa dirasakan setelah membaca puisi tersebut yaitu suasana yang cukup
mencekam dan menakutkan. Dilihat dari kata ‘semu’ yang menggambarkan sesuatu yang
menyedihkan, kemudian muncul kata ‘kemarau’ yang identik dengan bencana dan kekeringan,
lalu memuncak saat adanya tanda seru (!) di baris 5 dan 6 yang menekankan terjadinya kekuatan
kemarau yang akan datang itu

Kerendahan Hati

Karya: Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

Yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu….

Makna dari puisi tersebut yaitu menceritakan tentang kehidupan yang baik untuk seseorang yaitu
menjadi pribadi yang rendah hati dan dalam hidupnya bisa selalu bermanfaat bagi orang lain,
selalu menjadi diri sendiri sebaik-baiknya diri sendiri.Puisi ini bertema kerendahan hati
seseorang.
Puisi ini menggunakan Bahasa konotasi atau Bahasa yang memiliki makna bukan makna
sebenarnya.Puisi ini mengandung majas personifikasi, yaitu terdapat pada larik “Jalan setapak
yang membawa orang ke mata air”. Selain itu terdapat juga majas metafora yang ditunjukkan
pada larik “Menjadi jalan raya”.
Rima puisi tersebut yaitu A-A-A-B, A-A-A-A, A-B-A-B. Feeling/suasana yang didapatkan dari

puisi tersebut yaitu suasana haru, karena di dalam puisi ini dijelaskan kesanggupan kita agar
bermanfaat bagi orang lain, saling membantu satu sama lain, dan kita tidak dapat hidup tanpa
orang lain.

Musium Perjuangan
Karya: Kuntowijoyo
Susunan batu yang bulat bentuknya
berdiri kukuh menjaga senapan tua
peluru menggeletak di atas meja
menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya
tersimpan darah dan air mata kekasih

Aku tahu sudah, di bawahnya
terkubur kenangan dan impian

Aku tahu sudah, suatu kali
ibu-ibu direnggut cintanya

dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya
senapan akan kembali berbunyi

meneriakkan semboyan

Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang
selalu pertempuran yang baru
melawan dirimu.

Makna yang terdapat dalam puisi Museum Perjuangan karya Kuntowijoyo adalah penjelasan
tentang perjuangan seorang pahlawan. Ia harus pergi untuk berperang, dan siap untuk tetap hidup
atau mati demi kata merdeka untuk negerinya. Puisi ini bertema tentang perjuangan. Yaitu
perjuangan seorang pahlawan di masa lampau.
Pada Diksi ‘senapan tua, kenangan dan impian, Merdeka atau Mati, perang, dan pertempuran’
menunjukkan bahwa hal tersebut mengingatkan pada sebuah jasa atau pengorbanan yang
dilakukan oleh para pahlawan dahulu.
Puisi ini mengandung majas personifikasi, yaitu terdapat pada larik ‘terkubur kenangan dan
impian’ dan terdapat juga majas repetisi yang diitunjukkan oleh kalimat “Aku tahu sudah” pada
bait kedua.
Citraan yang terdapat pada puisi ini yaitu citra pendengaran (imaji auditif), tergambarkan pada
larik “senapan akan kembali berbunyi, meneriakkan semboyan Merdeka atau Mati”
Feeling yang dirasakan pada puisi ini yaitu sendu dan sedih karena mengingat begitu besarnya
pengorbanan seorang pahlawan yang tidak akan pernah hilang jasa-jasanya.

Nawang Wulan
(Yang Melindungi Bumi dan Padi)

Karya: Subagio Sastrowardoyo

Jangan bicara denganku dengan bahasa dunia

Aku dari sorga
Jangan sentuh tubuhku dengan tubuh berdosa

Aku dari sorga

Sambut aku dengan bunga
Itu darah dari duka dan cinta
Bunga buat bayi yang baru lahir dari rahim ibu

Bunga buat kekasih yang manis merindu
Bunga buat maut yang diam menunggu

Tapi jaga anak yang menangis tengah malam minta susu
Tapi jaga ladang yang baru sehari digaru
Anak minta ditimang
Ladang minta digenang
Lalu panggil aku turun di teratakmu

Dengan bunga. Itu darah yang mengalir
dari duka dan cinta.

Puisi ini berisi tentang permintaan agar diperlakukan dengan tulus, diberi kasih sayang yang
tulus, bukan hanya sebatas hawa nafsu. Kasih sayang itu memerlukan pengorbanan yang tidak
sedikit, entah itu waktu atau harta. Jika semua itu sudah bisa diberikan barulah ajak aku mengisi

rumahmu, mengisi hatimu. Dengan cinta yang terus mengalir dalam susah maupun senang.
Diksi yang digunakan penyair yaitu terdapat pada kalimat “Jangan sentuh tubuhku dengan tubuh
berdosa” hal itu menunjukkan bahwa ia tidak ingin disentuh tubuhnya dan ia ingin dicintai
dengan tulus, bukan hanya sebatas hawa nafsu. Lalu, pada larik “itu darah yang mengalir dari
duka dan cinta” maksudnya yaitu digambarkan sebuah bunga yang menunjukkan anak yang baru
lahir dari darah yang mengalir yang didasari cinta yang tulus, cinta yang terus mengalir dalam
keadaan susah maupun senang.
Imaji/citraan yang terdapat pada puisi ini yaitu imaji auditory atau pendengaran, seperti yang
ditunjukkan pada larik “Jangan bicara denganku dengan Bahasa dunia” dan larik “Lalu panggil
aku turun di teratakmu” Selain itu juga terdapat imaji rabaan pada kalimat “Jangan sentuh
tubuhku dengan tubuh berdosa. Gaya Bahasa yang digunakan yaitu banyak menggunakan majas
personifikasi, seperti pada kalimat :

“Itu darah dari duka dan cinta”

“Bunga buat maut yang diam menunggu”

“Ladang minta digenang”

Puisi ini mempunyai rima, yaitu A-A-A-A, A-A-B-B, dan A-A-B-A. Feeling yang disampaikan
penyair dalam puisi ini yaitu perasaan senang dan penuh kasih sayang, walaupun pada akhirnya
diliputi oleh penyesalan.

Doa Seorang Pesolek

Karya Joko Pinurbo

Tuhan yang cantik,

temani aku yang sedang menyepi

di rimba kosmetik.

Nyalakan lanskap

pada alisku yang gelap.

Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.

Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.

Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.

Semoga kecantikanku tak lekas usai
dan cepat luntur seperti pupur.

Semoga masih bisa kunikmati hasrat
yang merambat pelan menghangatkanku

sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kausenyapkan warna.
Sebelum Kauoleskan lipstik terbaik
ke bibirku yang mati kata.

Puisi ini mempunyai makna bagaimana seseorang yang disebut "aku" di dalam puisi ini
menceritakan kasih sayangnya dan juga hubungannya dengan tuhan yang sudah dia anggap
sebagai kekasihnya sendiri. Puisi ini bercerita tentang harapan manusia kepada Tuhannya yang
diperkuat dengan penulisan kata “Kau” serta kata “Doa” pada judul puisi. Seorang pesolek itu
memiliki makna tentang manusia yang ingin menghidupkan kehidupannya sebelum Tuhan
mengambil alih kehidupannya.
Diksi yang digunakan pada puisi ini yaitu menggunakan Bahasa konotatif.
Puisi ini mengandung majas hiperbola, seperti pada kalimat “Tuhanku yang cantik”. Majas
personifikasi ditunjukkan pada kalimat “ceburkan bulan” dan “sebelum jari-jari waktu”. Majas
metafora ditunjukkan dengan kalimat “dan cepat luntur seperti pupur”.
Imaji atau citraan pada puisi ini yaitu imaji raba yaitu pada kalimat “dan merambat pelan
menghangatkanku” dan “sebelum kuoleskan lipstick terbaik ke bibirku yang mati kata”

2

ANALISIS NOVEL

1. Di Kaki Bukit Cibalak (Ahmad Tohari)

Novel ini ditulis oleh Ahmad Tohari. Menceritakan tentang sebuah desa yang bernama desa
Tanggir. Saat itu sedang melaksanakan pemilihan kepala desa dengan calonnya yaitu Pak Budi
dan Pak Dirga. Hingga akhirnya hasil pemilihan tersebut dimenangkan oleh Pak Dirga. Namun,
seorang pemuda bernama Pambudi tidak sejalan dengan pemikiran Pak Dirga tersebut karena
sering melakukan kecurangan.

Hingga pada suatu hari ada seorang bernama Mbok Ralem ingin meminjam uang untuk biaya
pengobatannya ke luar kota, tetapi hal itu tidak disetujui oleh Pak Dirga. Akhirnya Pambudi
memutuskan untuk membawa Mbok Ralem berobat ke Yogyakarta. Pambudi hanya bermodal
uang tabungan tujuh puluh ribu rupiah, tapi ternyata biaya pengobatannya lima ratus ribu.
Pambudi pun memasang iklan donasi pengobatan Mbok Ralem di koran Kalawarta. Namun,
dengan kejadian pemasangan iklan Mbok Ralem tersebut akhirnya terdengar sampai kantor

gubernur. Pak Gubernur merasa rakyatnya tidak terurus sehingga Pak Gubernur menegur Bupati,
Camat, dan tak terkecuali Lurah. Pak Dirga merasa bahwa dirinya ditegur karena kesalahan
Pambudi, Pak Dirga pun menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan Pambudi dari desa.

Pambudi memutuskan pergi ke Jogja menemui temannya yang bernama Topo. Di sana ia kuliah
dan bekerja di salah satu toko milik Nyonya Wibawa. Di situlah awal pertemuannya dengan
Mulyani, anak pemilik toko. Setelah itu Pambudi bergabung dengan majalah Kalawarta. Di sana
dia menulis artikel tentang berbagai permasalahan di desanya termasuk kelicikan Pak Dirga.
Artikel itu sampai kepada gubernur, beliau mengumpulkan semua bawahannya untuk
mengungkap kelicikan Pak Dirga dengan cara menjebak Pak Dirga dalam suatu acara perjudian.
Pak Dirga akhirnya lengser dari jabatannya dan ditahan.
• Tema
Novel ini bertema sosial dan politik. Diceritakan tentang penyalahgunaan jabatan sehingga
menimbulkan banyak permasalahan di perangkat desa tersebut.
• Tokoh dan Penokohan :
o Pambudi, memiliki watak yang baik hati, suka menolong, rela berkorban, pekerja keras,
dan bijaksana.
o Sanis, merupakan wanita yang baik dan cantik serta menawan;

o Pak Dirga, memiliki watak yang licik, pendendam dan serakah.

o Mbok Ralem, memiliki sifat sabar dan tidak mudah putus asa

o Mulyani, memiliki sifat yang baik hati serta setia, memiliki paras yang cantik.

o Pak Barkah, pimpinan redaksi yang memiliki sifat bijaksana dan suka menolong

o Topo, sahabat pambudi yang suka menolong

• Latar

o Latar tempat, cerita ini bertempat di desa Tanggir, sekitar kaki Bukit Cibalak

o Latar waktu meliputi pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari.

o Latar suasana, suasana yang terdapat dalam novel ini yaitu menegangkan, menakutkan,
bahagia dan sedih.

• Alur
Novel Di Kaki Bukit Cibalak memiliki alur maju.
• Gaya Bahasa & Amanat
Novel ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah membaca novel ini dapat mengetahui bahwa pentingnya suatu kejujuran pada diri kita.
Menanamkan jiwa sosial yang tinggi antarsesama dan selalu menegakkan keadilan.

2. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Buya Hamka)
Novel ini merupakan novel karya Buya Hamka yang diterbitkan sekitar tahun 1951. Novel ini
menceritakan tentang adat yang berlaku di daerah Minangkabau. Selain itu dalam novel ini juga
digambarkan tentang adanya diskriminasi yang terjadi di masyarakat Minangkabau, dan juga
.menceritakan sebuah cinta yang terhalang oleh keturunan dan kemiskinan.

Diceritakan seorang tokoh bernama Zainuddin yang merupakan keturunan campuran Minang dan
Bugis tidak mendapatkan pengakuan sebagai suku Minang karena ibunya berdarah Bugis,
ayahnya keturunan Minang. Suatu hari ia pergi ke kampung halaman ayahnya di Batipuh (
Padang Panjang ). Dan bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Hayati hingga akhirnya
mereka jatuh cinta. Namun percintaan mereka terhambat karena adat istiadat yang masih kuat di
daerah Minangkabau. Zainudin berasal dari keturunan biasa dan miskin, sedangkan Hayati
merupakan keturunan bangsawan. Akhirnya lamaran Zainudin ditolak oleh keluarga Hayati.
Hayati dipaksa menikah dengan Aziz, laki-laki keturunan Minang asli yang kaya raya serta
berpendidikan Eropa. Dan hayati terpaksa harus menerima adat Minangkabau tersebut.

Zainuddin pun kecewa dan ia pergi ke Jakarta lalu ia pindah ke Surabaya. Disana ia menjadi
penulis terkenal yang sukses. Pada suatu Dalam pertunjukan opera, Zainudin dipertemukan lagi
dengan Hayati yang sudah didampingi oleh Aziz, suaminya. Dan suatu hari Aziz bangkrut dan
jatuh miskin, Aziz pun mengakhiri hidupnya dan menyerahkan Hayati kepada Zainudin. Namun
Zainudin menolaknya karena ia sudah terlanjur sakit hati. Ia malah memberikan hayati tiket
kapal untuk pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Hayati pun
menghendaki keinginan Zainuddin tersebut dan saat perjalanan menuju ke Minangkabau, kapal
yang dinaiki Hayati pun tenggelam dan akhirnya hayati pulang ke tempat abadi selamanya.
Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya ia pun meninggal dunia.

• Tokoh dan Penokohan :

o Zainuddin, merupakan laki-laki yang baik, tampan, setia, dan memiliki jiwa ambisi yang
tinggi.
o Hayati, merupakan seorang gadis yang cantik dan baik hati, lembut, penurut, sederhana,
serta setia.

o Aziz, merupakan seorang laki-laki boros, pemabuk, dan suka berfoya-foya.

o Khadijah, perempuan yang berwatak keras, senang mempengaruhi orang lain.
Dan ada juga Tokoh pendukung lainnya seperti Mak Base, Muluk, Daeng Masiga, dan Mak
Tengah Limah.

• Alur

Alur yang terdapat pada novel ini yaitu alur campuran.

• Gaya bahasa

Gaya Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah gaya bahasa Melayu kental dipadukan
dengan bahasa Minangkabau. Bahasa yang digunakan mampu membuat pembaca merasakan apa
yang di alami oleh tokoh.

• Amanat

Adapun amanat yang terkandung dalam novel ini adalah:
o Cinta yang tulus dari hati bukanlah cinta yang memaksakan diri untuk bisa memiliki.
Cinta yang tulus ia akan tetap mendo’akan yang terbaik untuk orang yang dicintainya.
o Jangan pernah putus asa dan tetaplah memiliki tujuan hidup.
o Jika kita bersungguh-sungguh, kita bisa meraih impian kita.
• Setelah membaca novel ini saya jadi mendapat berbagai hal, seperti saya jadi mengetahui
bagaimana kehidupan dan adat istiadat yang ada di masyarakat Minang. Selain itu juga mendapat
banyak pembelajaran yang dapat diambil dari hikmah yang ada pada cerita tersebut.

3. Burung-burung Manyar (Y.B Mangunwijaya)
Novel ini menceritakan tentang seorang anak bernama Teto. Ayahnya menjabat kepala Garnisun
Divisi I di Magelang dan keturunan bangsawan keraton. Dan ibunya merupakan keturunan
Indo-Belanda. Pada suatu saat kedatangan pasukan Jepang sangat merubah hidup Teto dan
keluarganya. Ayahnya ditangkap oleh Jepang ketika KNIL dikalahkan Jepang. Sedangkan Ibunya
dihadapi oleh pilihan yang sangat sulit dengan memilih suaminya mati atau ia dijadikan gundik
kempetai. Kemudian Hal itu yang menyebabkan Teto membenci Indonesia.

Selain itu terdapat tokoh bernama Larasati atau biasa dipanggil Atik. Ia merupakan teman dekat
Teto sejak kecil. Bisa dibilang ia merupakan seorang perempuan modern dan disayangi oleh
kedua orang tuanya. Atik merupakan salah satu orang yang mendukung Indonesia. Teto yang
menyukai Atik pun mengalami konflik dalam dirinya, karena perempuan yang ia sukai berada di
pihak yang ia benci.

Teto memutuskan untuk berangkat ke amerika untuk melanjutkan studinya. Setelah selesai
kuliah, ia bekerja di Pacific Oil Wells Company. Saat bekerja dalam perusahaan tersebut, Teto

menemukan kesalahan dalam perhitungan komputer yang dilakukan perusahaannya itu
merugikan pemerintah Indonesia. Walaupun ia tidak suka Indonesia, ia memilih untuk kembali
ke Indonesia dan membongkar kesalahan perusahaannya. Pada akhirnya, ia kehilangannya
pekerjaannya karena itu. Setelah di Indonesia, Teto dipertemukan kembali dengan Atik yang
sudah menikah dan mempunyai tiga anak. Tetapi, saat Atik dan suaminya pergi untuk berhaji,
pesawatnya kecelakaan. Pada akhirnya, Teto memilih untuk mengurus ketiga anak Atik.

• Tema
Novel ini memiliki tema tentang perjuangan dan kisah cinta seorang Teto.
• Tokoh dan Penokohan

o Setadewa (Teto), merupakan seseorang yang berwajah tampan, gagah, bijak dan
pemberani

o Den Rara Larasati (Atik), merupakan gadis yang hiperaktif dan ceria, pandai dan sangat
pemberani.

o Brajabasuki (Ayah Teto), ia merupakan seorang ayah yang pemberani, penyanyang
sekaligus pelindung keluarganya.

o Marice (Ibu Teto), merupakan sosok ibu yang penyayang terhadap anaknya dan wanita
yang sangat setia terhadap suaminya.

o Pak Antana (Ayah Atik), ia merupakan seorang pria yang bertanggungjawab dan sayang
terhadap keluarganya.

o Bu Antana (Ibu Atik), seorang ibu yang sangat baik dan rendah hati

o Mayor Verbruggen, merupakan pria yang mencintai Ibu Teto, ia memiliki sifat
pendendam.

o Janakatamsi, merupakakn suami Atik yang memiliki sifat penyabar dan pengertian

• Latar

Latar tempat : Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta

Latar waktu : sebelum dan sesudah kemerdekaan

Latar suasana : mencekam, menegangkan, bebas dan damai.
• Alur

Novel ini memiliki alur maju. Dapat dilihat dari pembagian urutan waktu yang terjadi mulai dari
tahun 1934 sebelum kemerdekaan hingga pada tahun 1978 sesudah kemerdekaan.

• Amanat

Amanat yang dapat diambil dari novel ini yaitu setiap manusia pasti mampu dan sanggup untuk
menjalani kehidupannya dengan baik serta harus siap untuk menerima resiko dari apa yang telah
kita perbuat.

4. Telegram (Putu Wijaya)

Novel ini menceritakan tentang berawal dari seorang laki-laki dari Bali yang tinggal Di Jakarta,
suatu hari ia mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampung asalnya, ia selalu gelisah
dan merasa bahwa telegram itu sudah di tangannya, ia sangat takut karena menurut benaknya,
telegram selalu membawa berita buruk seperti kabar kecelakaan,atau kabar menakutkan
lainnya,sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa karena telegram itu sudah ditangannya, isinya
kabar ibunya yang meninggal

Khayalan aku seakan-akan kenyataan, setelah membaca telegram,ia segera bersiap-siap untuk
pulang ke kampung halamannya. Ia gelisah dan membayangkan bagaimana kelanjutan nasibnya,
ibunya meninggal,sebagai anak tertua ia harus berperan sebagai kepala keluarga,sehingga semua
yang berurusan dengan pemakaman ibunya ia yang menanggung, juga dengan tanah dan rumah
yang ibunya tinggalkan.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba anak angkatnya, Sinta yang dibuang ibunya ingin tahu isi
dari telegram itu, sebagai seorang ayah yang bijaksana ia takkan mengizinkan Sinta mengetahui
isi telegram itu, sehingga ia berbohong kepada Sinta. Namun aku tidak tahu kalau sebenarnya
anak angkatnya sudah tahu isi dari telegram itu.

Mereka berdua bersiap diri untuk segera pulang ke Bali, namun tiba-tiba ibu kandung Sinta
ingin meminta anak kandungnya itu. aku menolak karena ia yang membesarkan Sinta, mereka

kemudian membuat kesepakatan dan menyerahkan keputusan kepada Sinta, siapa yang akan dia
pilih. Aku tidak lagi dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Kadang ia
sadar bahwa semua yang terjadi adalah khayalan semata, namun itu hanya sebentar ia masuk
kedunia khayalannya lagi.

Tiba- tiba di tengah khayalannya, ada orang yang datang,ia bangkit dan membuka pintu,
ternyata bibi pemilik kontrakan yang datang, membawa sepucuk telegram , daku segera
membuka isinya dan isinya ibunya telah meninggal dunia, telegram itu nyata dan benar terjadi,
itu fakta bukan khayalan, itu kenyataan yang sebenarnya, sedangkan seluruh cerita sebelumnya
hanyalah khayalan lelaki itu saja.

• Tema

Novel ini bertema ketidakpastian suatu hal
• Tokoh

o Aku (si lelaki), merupakan seorang pemuda bali yang merantau ke jakarta. Memiliki sifat
suka berkhayal

o Sinta, Gadis kecil, anak angkatnya silelaki

o Ibu Kandung Sinta, seorang wanita tuna wiswa.

o Nurma, merupakan seorang pelacur murahan, yang sering bercinta dengan si lelaki.

o Rosa , merupakan seorang kekasih impian si Lelaki

o Sang Bibi = Bibinya si Lelaki atau ibu kost nya
• Alur

Novel ini memiliki alur maju
• Latar

o Latar tempat : Jakarta

o Latar waktu : Bulan Oktober, pagi, malam hari

o Latar suasana: menegangkan, menyedihkan
• Amanat
Amanat yang ingin disampaikan yaitu kita sebagai manusia yang masih hidup hendaknya untuk
terus mengirim doa kepada arwah yang sudah tenang.

5. Negeri 5 Menara (Ahmad Fuadi)

Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama alif. Sejak kecil, Alif bercita-cita untuk
menjadi seseorang seperti B.J Habibie. Sayangnya, sang Ibu tidak menyetujui cita-citanya itu
dan lebih menginginkan anaknya untuk menjadi seperti sosok Buya Hamka. Lalu Alif diberikan
dua plihan sekolah oleh sang ibu, yaitu sekolah di bidang keagamaan atau mondok di pesantren.
Pilihan ini membuat Alif marah namun ia juga tidak bisa menentang Ibunya. Akhirnya, Alif
memutuskan untuk mondok di sebuah pesantren yaitu Pondok Madani yang ada di Jawa Timur.

Pada awal ia mondok, Alif merasa berat hati karena sebenarnya ia ingin menempuh pendidikan
di ITB dan merasa mondok di pesantren hanya akan menghambat cita-citanya.Namun, ia teringat
kalimat dari pemimpin pondok yaitu Kiai Rais yang megucapkan “Man Jadda Wa Jadda” yag
artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Kalimat ini pun menjadi penyemangat
untuk mewujudkan cita-cita nya

Selama Alif mondok di Pondok Madani, ia berkawan akrab dengan 5 santri lainnya yang berasal
dari 5 daerah yang berbea. Mereka adalah Raja Lubis dari Medan, Said Jufri dari Surabaya,
Duulmajid dari Sumenep, Atang dari Abndung, dan Baso Salahuddin dari Gowa. Menjaalani
kehidupan di pondok pesantren tidak semudah yang dibayangkan. Tapi pada akhirnya Alif dan
teman-temannya mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan pondok pesantren.
Namun, pada tahun berikutnya, Baso memutuskan untuk keluar dari pesantren karena
permasalahan ekonomi dan keluarga. Tentu saja hal ini membuat Alif dan temamn-temnnya
sangat sedih karena harus berpisah dengan Baso. Namun, di sisi lain, peristiwa ini mebuat

mereka lebih bersemangat untuk segera lulus dari pondok pesantren dan mewujudkan impian
mereka.

• Tema

Tema dari cerita novel ini yaitu bertema pendidikan.
• Tokoh dan penokohan
o Amak : memiliki sifat yang ramah dan sangat peduli
o Ayah : memiliki sifat yang peduli terhadap anaknya dan setia
o Alif : merupakan sosok yang memiliki semangat juang yang tinggi, penuh motivasi dan
bakat, selalu bersungguh-sungguh
o Raja Lubis : Merupakan teman Alif yang memiliki sifat percaya diri dan suka
berbagi/suka memberi

o Baso : Teman Alif yang mempunyai sifat disiplin dan paling rajin, memiliki kepedulian
yang tinggi dan berbakti kepada orang tua

o Said : Merupakan teman Alif yang selalu berpikiran dewasa tetapi ia kurang percaya diri

o Dulmajid : memiliki sifat mandiri dan setia kawan

o Atang : teman Alif yang bersifat humoris dan tepat janji.

o Pak ustad Salman : berwatak protagonis, selalu memberi motivasi kepada para santrinya.

• Latar

o Latar tempat : pondok pesantren Madani, Menara, Aula, Lapangan

o Latar waktu : pagi, siang, sore, malam hari

o Latar suasana : Bahagia, gelisah, menegangkan

• Alur

Novel ini menggunakan alur campuran/maju dan mundur.

• Amanat

Amanat yang dapat dipetik dari novel ini yaitu jangan mudah putus asa dan selalu membuat
perubahan positif pada diri kita dengan apa yang telah kita impikan selama hidup di dunia. Kejar
impian dengan sungguh-sungguh hingga kesuksesan itu dapat diraih. Dan berbaktilah kepada
kedua orang tua karena doa mereka juga merupakan kunci utama bagi kesuksesan kita di masa
depan.

3

ANALISIS CERPEN

1. Dilarang mencintai bunga-bunga (Kuntowijoyo)

Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” mengisahkan tentang seorang anak laki-laki
bernama Buyung yang menyukai bunga, tetapi sangat ditentang keras oleh ayahnya. Cerita ini
dimulai dari kepindahan keluarga Buyung dari desa ke kota. Di kota, rumah buyung
bersebelahan dengan sebuah rumah seorang kakek yang hidup sendiri yang ternyata kakek
tersebut juga menyukai bunga sampai halaman rumahnya pun penuh dengan banyak bunga.

Hingga pada suatu hari, Saat Buyung bermain layang-layang, ia bertemu dengan kakek itu
secara dekat. Pada pertemuan pertama, kakek memberinya bunga yang diselipkan pada
tangannya. Anehnya, ia langsung mencintai bunga itu. Tetapi, saat ayahnya mengetahui bunga
yang dibawa Buyung itu, Ayahnya pun marah besar melihat hal itu. Akhirnya terjadilah perang
dingin antara ia dan ayahnya dan Buyung pun disuruh untuk bekerja di bengkel. Seluruh waktu
yang dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji, dan bekerja. Hingga akhirnya Buyungpun
mengerti, terlihat jelas dua kepribadian laki2 yang sangat Buyung kenal itu. Ayahnya yang
Pekerja keras dan banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Sedangkan kakek seseorang yang
sangat lemah lembut, berbicara pelan dan sopan, menyukai ketenangan, dan memilih untuk
merawat kebun bunga. Di satu sisi, tentu Buyung lebih menyukai Kakek karena beliau selalu ada
untuk Buyung sebagai teman bicara yang ramah, namun di sisi lain, Ayahnya mempunyai ikatan
yang lebih dekat dengan Buyung yaitu ikatan darah atau kandung.

● Tema
Cerpen ini memiliki tema tentang filosofi kehidupan, dimana bagaimana kedamaian itu
diciptakan melalui setangkai bunga.

● Tokoh dan Penokohan
o Aku (Buyung), merupakan seorang anak yang haus akan pengetahuan dan
dipenuhi rasa keingintahuan yang tinggi.
o Kakek, merupakan tokoh yang baik hati, ramah, dan penyayang
o Ayah Buyung, digambarkan seorang tokoh yang memiliki sifat keras dan kasar
namun ia

juga sayang terhadap anaknya

o Ibu Buyung, merupakan sosok ibu yang baik hati serta penyayang terhadap anaknya.

● Latar

Latar tempat : di rumah buyung, ruang tengah, kamar, rumah kakek, masjid

Latar waktu : Pagi hari, siang hari, dan sore hari.

Latar suasana : menakutkan, menegangkan, mengharukan

● Alur
Cerpen ini menggunakan alur maju.

● Amanat

Amanat yang dapat dipetik dari cerpen ini yaitu setiap orang pasti mempunyai pilihan tersendiri
mengenai kehidupannya. Dan kehidupan di dunia itu mesti diimbangi dengan bekal untuk di
akhirat.

2. Mereka Mengeja Larangan Mengemis (Ahmad Tohari)

Bercerita tentang Gupris seorang anak jalanan dan teman-temannya, yang berprofesi sebagai
pengemis dan pengamen jalanan. Hanya Gupris saja yang “kebetulan” pernah sekolah sebentar.
Dia secara tak sengaja membaca papan pengumuman besar dan mengeja : “Barang siapa

mengemis dan mengamen, dipidana kurungan...”. Bahkan arti dipidana kurungan pun, mereka
tidak tahu. Sampai bertanya kepada Pak Karidun, yang menjelaskan dengan sok galak, berharap
mereka memahami apa maksud dipidana alias di penjara.

● Tema
Tema dari cerpen ini yaitu bertema sosial.

● Tokoh dan Penokohan :

o Gupris, merupakan seorang tokoh yang memiliki tingkat rasa keingintahuan yang tinggi

o Pak Karidum, merupakan tokoh yang memiliki sifat sok galak

● Latar

o Latar tempat : di lampu merah, pinggir jalan raya.

o Latar waktu : siang hari

● Amanat
Dari cerpen tersebut, kita harus tau bagaimana kondisi beberapa kota yang masih belum
tertata dengan baik. Jika hanya dengan memajang pengumuman itu, tidak akan menjamin
masalah itu akan selesai. Jalan keluarnya yaitu Pemerintah harus tetap mendata dan
mengumpulkan anak-anak jalanan di pinggiran kota ini. Mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan sekolah gratis. Bukan malah dimasukkan ke penjara. Bagaimanapun juga
sekolah itu adalah bekal untuk mengisi kehidupan yang lebih baik di masa depan

3. Guru (Putu Wijaya)

Menceritakan tentang seorang Anak bernama taksu yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Namun saat mendengar itu kedua orangtuanya shok karena mereka tahu bagaimana masa depan
seorang guru. Kemudian ayahnya menasehati Taksu, namun ia tetap pada pendiriannya untuk
menjadi seorang guru. Akhirnya tanpa diketahui oleh ibunya, ayah taksu datang membawa kunci
mobil, agar taksu mau mengubah cita-citanya. Tetapi Taksu tetap menolaknya, ia tetap teguh

pada pendiriannya. Setelah berkali-kali Taksu menolak untuk mengubah cita citanya, akhirnya
taksu pergi membawa semua barang-barangnya, dan meninggalkan secarik kertas dan pesan
kecil, setelah kedua orangtuanya mengetahui bahwa Taksu pergi, tangannya gemetar memegang
kertas yang ditulis Taksu itu kemudian orangtua Taksu dilanda rasa gelisah. Orangtua Taksu pun
menyadari bahwa seorang Taksu lebih berharga bagi kehidupannya.

● Tema :

Tema dari cerpen ini yaitu semangat dan tekat yang tinggi untuk meraih cita-cita

● Latar

o Latar tempat : Rumah kost, Kamar

o Latar Waktu : dua bulan, tiga bulan kemudian, satu jam

o Latar suasana :menegangkan, khawatir, kekecewaan, kemarahan, kecemasan,
membingungkan.

● Tokoh dan penokohan :

o Taksu, memiliki sifat baik hati, memiliki semangat dan tekat yang tinggi untuk meraih
cita-cita di masa depan .

o Ayah, memiliki sifat keras, suka mengekang dan selalu menilai sesuatu dari satu sisi
tanpa melihat sisi yang lain.

o Ibu, memiliki sifat suka mengekang tetapi ia sayang terhadap anaknya.

● Amanat :
Amanat yang dapat dipetik dari cerpen ini yaitu segala sesuatu yang menentukan
keberhasilan dan kesuksesan adalah dari tekad dan perjuangan kita sendiri, bukan diatur
oleh orang lain. Orangtua, teman, sahabat, mereka hanyalah penyemangat dan pelengkap
untuk mendorong kita menuju kesuksesan itu, bukan sebagai penentu kehidupan kita.

4. Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Umar Kayam)
Cerpen Seribu kunang-kunang di Manhattan ini menceritakan tentang dua tokoh yang sama sama
merasakan kesepian. Kedua tokoh itu bernama Jane dan Marno. Jene adalah seorang wanita
yang memiliki masa lalu dan terpisah dengan suaminya. Sedangkan Marno, seorang pria yang
terpisah dengan istri dan tanah kelahirannya. Dan mereka berdua pun menjalin hubungan tetapi
mereka terlibat konflik batin dimana mereka sama-sama masih teringat akan masa lalu mereka
masing-masing. Jane teringat dengan mantan suaminya, begitupun dengan Marno teringat
dengan istrinya dan lampu - lampu yang berkelipan mengingatkan ia pada ratusan kunang -
kunang yang suka bertabur malam - malam di sawah embahnya di desa.

● Tema

Cerpen ini mengandung tema sosial atau sosiologis, terlihat pada penggambaran sebuah
perbedaan dua budaya antara budaya barat dan timur.

● Tokoh dan Penokohan

o Marno : merupakan seorang laki-laki yang terlihat memiliki sifat sabar dan ia adalah
seorang pendengar yang baik

o Jane : merupakan seorang wanita yang digambarkan cerewet, keras kepala, dan banyak
berbicara

● Latar

o Latar tempat : Latar tempat pada cerpen ini yaitu berada di dalam apartemen Jane,
tepatnya di kamar

o Latar waktu : Latar waktu dalam cerita ini yaitu pada malam hari, dijelaskan dalam awal
cerita dari dialog Marno dan Jane yang mendebatkan bulan, dan bulan muncul di malam hari.

● Alur

Cerita ini menggunakan alur campuran. Hal ini dibuktikan saat menceritakan dari awal
percakapan hingga akhir antara Jane dan Marno. Kemudian juga ada flash back ke bagian masa
lalu, yaitu ketika jane menceritakan masa lalu bersama mantan suaminya, Tommy kepada Marno.

5. Laki-laki Pemanggul Goni (Budi Darma)

Cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh bernama Karmain yang sering ditarik untuk
selalu menengok ke arah jendela kamarnya dari lantai sembilan setiap kali ia akan berdoa.
Kekuatan itu berasal dari seorang Laki-laki misterius Pemanggul Goni yang selalu menatap
tajam ke arahnya dari arah trotoar, namun selalu menghilang tanpa jejak setiap kali Karmain
turun dari lantai sembilan untuk menghampirinya.

Semakin hari rasa penasaran Karmain semakin bertambah ketika ia membuka album dan
menemukan foto ibunya yang kemudian membuatnya teringat akan cerita ibunya mengenai
Laki-laki Pemanggul Goni yang selalu muncul untuk mencabut nyawa seseorang. Ingatannya
akan cerita tersebut pun kemudian membawa ia bernostalgia dengan kenangan masa kecilnya di
Kampung Burikan, lalu teringat kematian ayahnya yang tertembak mati ketika berburu babi
hutan pada hari raya idul adha, dan juga cerita dari para saksi mata yang melihat Laki-laki
Pemanggul Goni melemparkan bola- bola api ke rumah Karmain yang kemudian membumi
hanguskan kampungnya.

Hingga suatu ketika Karmain bangun dari tidurnya hendak sembahyang, namun tiba-tiba gorden
kembali tersingkap akibat angin yang begitu besar dari luar. Ketika ia menengok ke bawah
laki-laki pemanggul goni kembali muncul dengan tatapan penuh amarah kearahnya. Kemudian
dengan bergegas Karmain turun dari apartemennya dan seperti biasanya ia kehilangan laki-laki
pemanggul goni itu lagi. Namun ketika Karmain kembali ke apartemennya, terkejutlah ia karena
laki-laki pemanggul goni sedang duduk di atas sajadah dan sedang melantunkan ayat-ayat suci.
Kemudian dengan lembut laki-laki itu berkata bahwa Karmain telah melupakan tanah airnya
bahkan makam kedua orangtuanya yang tidak terurus.

● Tema
Cerpen ini bertema religius

● Alur

Cerpen ini menggunakan alur mundur. Terdapat pada bagian yang flashback pada yang
diceritakan ibunya di masa lalu
● Tokoh dan penokohan
o Karmain, memiliki sifat yang rajin dalam beribadah, ia juga merupakan sosok yang taat
agama
o Lelaki Pemanggul Goni, memiliki sifat yang misterius dan selalu menghantui kehidupan
karmain
o (Ahmadi, Koiri, Abdul Goni), mereka adalah teman karmain yang memiliki watak jahil.
o Ibu Karmain, memiliki sifat religius, selalu mengingatkan Karmain untuk beribadah
o Ayah Karmain, memiliki sifat bertolak belakang dengan Ibu Karmain, ketika Idul Adha ia
malah berburu babi di Hutan
●  Latar
Latar Tempat  : Tengah Jalan, Trotoar, Apartemen Karmain, Kampung Burikan.
Latar Waktu    : Tengah hari, sore dan malam hari.
Latar Suasana: Menakutkan dan menegangkan
● Amanat
Pesan yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita sebagai makhluk Tuhan harus rajin
beribadah dan tetap patuh kepada orang tua meskipun orang tua kita sudah tiada.

4

ANALISIS DRAMA

1. Orang-orang di tikungan jalan (W.S. Rendra )

Drama ini menceritakan tentang problematika kehidupan seseorang yang terjadi pada
tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama ini. Mereka memiliki latar belakang yang amat pahit dan
menyedihkan, hingga terjerumus ke dalam dosa dan pelacuran, hingga akhirnya mereka
dipertemukan di sebuah tempat. Berawal dari pertemuan Sri dengan Djoko yang hendak
meminjam korek api untuk merokok disebuah tikungan jalan, saat itu keduanya saling merasa
kesepian, hingga obrolanpun berlangsung sambil ditemani oleh tukang wedang, dan merekapun

merencanakan untuk menghabiskan malam itu berdua. Di lain sisi terdengarlah sebuah
harmonika La paloma dari ujung jalan yang dimainkan oleh seorang pemuda gila yang selalu
memanggil ayahnya.

Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki bernama botak. Botak ini merupakan orang asing yang
sebelumnya belum pernah ke tikungan jalan itu. Botak pun ikut bergabung dengan perbincangan
djoko dan sri. Saat itu botak bertanya kepada Sri mengapa ia menjadi pelacur seperti ini, lalu Sri
pun menceritakan kisah masa lalunya yang ternyata ia sudah tidak memiliki orang tua. Orang tua
Sri mati karena bom yang pertama-tama jatuh di desanya saat jaman revolusi. Ayahnya
disembelih Belanda. Rumahnya dibakar sendiri oleh rakyat dan kota mereka dibumihanguskan.
Kemudian sri mengungsi dan menjadi manusia tingkatan rendah. Sri sangat iri hati melihat
wanita- wanita yang mendapat kesempatan betata susila. Sebegitu irinya, hingga terkadang Sri
malah jadi membeci tata susila itu.

Kemudian datanglah seorang yang sedang mabuk dan meminum minuman keras. Ia meracau dan
memberitahu bahwa sebuah alunan La Paloma yang terdengar di sebrang itu dilagukan oleh
anaknya. Dengan kata lain seorang pemuda gila itu merupakan anak dari seorang pemabuk
tersebut. Dan semua orang yang Djoko temui di tikungan jalan itu ternyata memang memiliki
cerita masing-masing dalam kehidupannya.

● Tema

Cerita drama ini memiliki tema tentang problematika kehidupan
• Latar atau setting.

o Latar tempat : di sebuah tikungan jalan tempat para pelacur berada

o Latar waktu : dijelaskan bahwa cerita ini terjadi pada malam hari. Oleh karena itu latar
waktu yang terdapat pada drama ini yaitu malam hari.

o Latar suasana : mengenaskan, menyedihkan

● Alur

alur yang terdapat pada drama ini termasuk dalam alur mundur. Penokohan.
● Tokoh dan Penokohan

o Sri : mempunyai kepedulian tinggi terhadap teman dan keluarganya, serta mempunyai
cinta yang tulus.
o Djoko : seorang laki-laki yang setia pada kekasihnya, dan dia mempunyai ketertarikan
nama pada setiap orang baru yang ia jumpai.
o Botak : seorang laki-laki yang tegar dan selalu menjadi penengah dan berusaha untuk
menyadarkan orang-orang yang ada disekitarnya ketika mereka terjerumus ke hal yang negatif.
o Surya : seorang pemabuk yang mudah putus asa
o Narko : seorang pemuda gila yang selalu menyebut nama ayahnya.

● Amanat
Amanat yang terkandung dalam drama ini yaitu setiap manusia pasti memiliki problematika
hidup masing-masing, oleh karena itu kita harus tegar dan sabar dalam melewati semua ujian dan
tantangan dalam hidup kita.

2. Sudah Gila (Chairil Anwar)
Drama ini menceritakan tentang seorang ayah yang ditinggal mati oleh istrinya yang tinggal

di sebuah perumahan yang padat penduduk. Istrinya meninggal saat ia melahirkan anak
pertamanya. Sejak ditinggal istrinya, ia mengalami depresi berat. Bahkan penampilan saja pun
sudah tidak terurus. Tetapi, ia tetap menganggap bahwa dirinya baik-baik saja dan masih waras.
Malah ia menganggap tetangga-tetangga yang sering menggunjingnya itulah yang seharusnya
diperiksakan ke psikiater. Kelakuan duda tersebut semakin hari bukannya semakin membaik
tetapi semakin parah. Akhrinya, karena muak dengan tingkah laku duda itu, warga setempat
memutuskan untuk mengadakan rapat darurat. Semua warga diundang kecuali duda tersebut.

Kecuali adik dari duda, seluruh warga perumahan setuju untuk memasukkan secara paksa duda
tersebut ke rumah sakit jiwa karena bagi mereka halal hukumnya mengorbankan satu orang
untuk kepentingan banyak. Tidak lama setelah rapat tersebut, si duda langsung digelandang dan
dimasukkan secara paksa ke rumah sakit jiwa.

Beberapa bulan tanpa kehadiran duda tersebut, kehidupan warga tersebut menjadi lebih
tentram. Sampai tiba-tiba ia kembali dengan penampilan yang sangat berbeda. Ia kembali dengan
memakai baju bersih, berambut rapi dan berbicara dengan lebih tertata, tidak seperti dulu yang
sering merancau. Hal ini mengejutkan seluruh warga perumahan dan hampir tidak percaya
dengan apa yang mereka saksikan.

● Tema

Tema yang terdapat pada drama ini yaitu tentang keikhlasan.

● Latar

o Latar tempat : Latar tempat dari drama ini adalah kursi teras rumah pak amir , pos,
rumah salah satu warga, halaman kampung

o Latar waktu : Latar waktu dari drama ini yaitu pagi hari, malam hari, tanggal 31 Agustus
o Latar suasana : Latar suasana dari drama ini yaitu menyedihkan, membingungkan,
bahagia

● Tokoh dan Penokohan

o Pak RT, mempunyai sifat selalu membanggakan diri dan suka membicarakan orang lain

o Tetangga 1,2, dan 3, memiliki sifat suka membicarakan orang, suka menghasut orang

o Pak amir, merpakan tokoh yang penyabar, selalu menerima hal dengan ikhlas

o Adik pak amir, memiliki sifat penyabar, pandai menenangkan orang

● Amanat

Amanat yang terkandung dari drama ini yaitu sebagai manusia kita tidak boleh terlaru larut
dalam kesedihan, kita harus mengikhlaskan apa yang telah pergi, karena pada dasarnya dimana
ada pertemuan pasti ada perpisahan.

3. RT NOL RW NOL (Iwan Simatupang)

Drama ini menceritakan tentang kehidupan orang-orang yang tinggal di kolong jembatan.
Mereka hidup dengan kemiskinan dan kesengsaraan yang mereka lalui di bawah jembatan itu.
Suara-suara kendaraan berat lalu lalang di atas mereka, tidak tahu bahwa maut selalu
mengancam mereka kapan saja, bila mereka berada di kolong jembatan dan suatu waktu
jembatan itu runtuh karena tidak kuat menahan beban kendaraan yang lalu lalang melewati
jembatan itu.

Drama ini juga menceritakan tentang kebosanan mereka akan kehidupan yang selalu mereka
jalani selama ini. Mereka ingin merasakan sesuatu yang berbeda, seperti makan enak dan hidup
enak seperti orang lain yang selama ini mereka lihat di luar sana. Apapun akan mereka lakukan
untuk mendapatkan dan merasakan semua itu, meski itu mesti menyewakan martabat mereka
pada laki-laki yang mencari pemuas nafsunya.

● Tema

Naskah drama ini bertema perjuangan hidup yang dilalui oleh mereka yang ingin merasakan
hidup enak dan layak

● Tokoh dan Penokohan

o Kakek, merupakan seseorang yang bijaksana dan penyabar.

o Pincang, merupakan orang yang penuh emosi, selalu mengambil keputusan tanpa berpikir
panjang.

o Ani, seorang wanita yang penuh semangat pantang menyerah, dia berusaha mencari dan
mendapatkan apa yang seharusnya ia miliki, tetapi Ani juga wanita yang keras kepala

● Latar

o Latar tempat yang terdapat pada drama ini berlatar dibawah jembatan besar yang tempat
itu kemudian mereka namai Rt 0 Rw 0.

o Latar waktu : malam hari

o Latar suasana : marah, menegangkan, sedih, mengharukan

● Amanat

Amanat yang dapat diambil dari cerita ini yaitu kita harus selalu berusaha dan berjuang dalam
menjalani hidup tanpa ada keputusasaan dalam hidup. Di mana disaat kita sudah mengambil
keputusan, maka jalani lah keputusan yang sudah diambil itu dengan sebaik mungkin tanpa
mempermasalahkan seberapa besar resiko yang akan kita peroleh. Karena keputusan yang kita
ambil pasti merupakan keputusan yang terbaik.

4. Mengapa kau culik anak kami? (Seno Gumira Ajidarma)

Naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami” adalah karya Seno yang ditulis pada tahun
2001. Naskah ini membahas fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat di kota besar di
Indonesia pada tahun 1990-an. Drama ini menceritakan tentang perisitiwa penculikan aktivitas di
era orde baru Soeharto.drama memunculkan hanya seorang ibu dan bapak bercerita tentang
anaknya yang diculik oleh seorang pemerintah karena kekritisan pemikiran yang dimiliki oleh
anaknya, anaknya itu bernama Satria. Latar ceritanya berlangsung di sebuah ruangan di rumah
mereka

Masyarakat di sini adalah masyarakat yang menjadi korban dari peristiwa penculikan aktivis di
era Orde Baru-Soeharto, yang terekam dalam drama ini adalah Ibu dari korban penculikan,
Bapak dari korban penculikan, dan tokoh-tokoh yang hanya disebutkan di dalam dialog antara
Bapak dan Ibu, yaitu Anak dari Bapak dan Ibu, pembantu, pemimpin atau yang memberikan
tugas penculikan tersebut. Tema dari naskah drama ini yaitu mengenai kegelisahan orang tua
Satria yang menunggu kembalinya Satria putra bungsu mereka yang hilang karena kasus
penculikan. Drama ini dikemas dan diangkat dari permasalahan yang ada di kota Jakarta. Drama
tersebut memaparkan sebuah kisah nyata ,peristiwa ini menimbulkan penderitaan bagi warga

akibat tindak kerusuhan yang terjadi dan konflik sosial antara pemerintah, pejabat, dan penguasa
lainnya

5. Matahari di sebuah jalan kecil (Arifin C Noer)

Drama ini menceritakan tentang Di sebuah jalan kecil terdapat sebuah pabrik es yang sudah
sangat tua. Di depan bangunan pabrik es itu terdapat seorang wanita tua yang berjualan pecel.
Kemudian datanglah seorang pemuda untuk makan di warung itu. Lalu setelah selesai makan dan
hendak membayar ternyata dompet pemuda itu ketinggalan dan ia meminta ijin kepada simbok
untuk mengambil dompetnya dirumah akan tetapi simbok tidak percaya dan terus memaksa
pemuda tersebut untuk membayar makanannya.

Suasana semakin tegang ketika datang satu persatu pekerja yang ikut terlibat maupun melihat
kejadian tersebut, mereka membela simbok dan terus memojokkan pemuda itu karena alasan
pemuda tersebut tidak masuk akal. Akhirnya mereka menyuruh pemuda tersebut untuk
meninggalkan bajunya sebagai jaminan.

Lalu setelah semuanya pergi dan kembali bekerja, si pemuda tersebut menceritakan yang
sebenarnya kepada simbok bahwa dia tidak bermaksud untuk berbohong. Dia datang ke kota ini
dengan tujuan mencari pekerjaan akan tetapi malang nasibnya dia tak juga kunjung mendapat
pekerjaan dan sudah tiga hari ini dia tidak makan. Simbok pun tersentuh hatinya mendengar
cerita pemuda tersebut dan akhirnya mengembalikan baju pemuda itu kembali. Dan membiarkan
pemuda tersebut pergi. Akan tetapi selang beberapa lama diketahui bahwa sebenarnya pemuda
tersebut adalah seorang penipu dan sadarlah si mbok bahwa ia sudah ditipu lagi.

● Tokoh dan Penokohan
- Pemuda, seseorang yang suka berbohong dan menipu
- Simbok, merupakan sosok yang sangat penyabar
- Si Peci, orang yang selalu ikut campur dalam masalah orang lain
- Si Kurus, yaitu orang yang bijaksana
- Si Pendek, juga merupakan orang yang bijaksana

- Si Tua, merupakan orang yang suka mengeluh dalam kenyataan yang ia terima
- Si Kacamata, orang yang selalu mengambil keputusan dengan tidak melihat perasaan
orang lain
- Sopir, merupakan orang yg bijaksana
- Penjaga malam, merupakan sosok yang suka mengeluh

● Latar yang ada dalam cerita “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” ini yaitu di Kendal,
Warung Pecel depan pabrik es.

● Amanat dari drama ini yaitu betapa pentingnya kita menerapkan sebuah kejujuran. untuk
apa berbohong jika kebohongan tersebut nantinya dapat mencelakakan diri kita sendiri
dan juga orang lain. Selain itu kita juga tidak boleh mudah percaya dengan orang lain.

Ahda Sabila
22201241079

1
ANALISIS PUISI

Aku Ingin
Karya : Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Analisis
1) Tema : Cinta
2) Diksi : cinta, api, abu, hujan, awan, sederhana, dan tiada. Diksi ini memberikan makna
cinta yang sederhana.
3) Persajakan : Bebas
4) Gaya bahasa :
● Personifikasi dibuktikan dengan kalimat “dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu”
● Repetisi dibuktikan dengan kalimat “aku ingin mencintaimu dengan sederhana”

5) Citraan :
● Perasaan dibuktikan dengan kalimat “aku ingin mecintaimu dengan sederhana”
● Penglihatan dibuktikan dengan kalimat “kayu kepada api yang menjadikannya
abu”

6) Tipografi : Terdiri dari 2 bait yang masing-masing terdiri dari 3 larik
7) Pesan : Puisi ini menceritakan tentang seseorang yang mencintai pujaan hatinya dengan

sederhana dan apa adanya, tidak mengharap imbalan maupun belas kasihan.

Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya : Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!

Analisis :

1) Tema : Patriotisme dan Nasionalisme
2) Diksi : Jaket yang menunjukkan sebuah identitas atau almamater mahasiswa yang

menggambarkan terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa yang memperjuangkan tanah air
dari PKI. Duka yang Agung dan kepedihan bertahun-tahun dapat disimpulkan bahwa
adanya rasa sakit yang mendalam dan sudah lama tersimpan serta bias diartikan kejadian
tersebut telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sebuah sungai membatasi kita
memiliki arti bahwa saat berjuang banyak rintangan dan hambatan.
3) Persajakan : Bebas
4) Gaya bahasa :

● Personifikasi dibuktikan dengan kalimat “menunduk bendera setengah tiang”
● Repetisi dibuktikan dengan kalimat “spanduk kumal itu”, “ya spanduk itu”,

“mereka berkata”, “semua berkata”
● Simile dibuktikan dengan kalimat “antara kebebasan dan penindasan”
5) Citraan :
● Penglihatan dibuktikan pada kalimat “kami semua telah menatapmu”, “melalui

kendaraan yang melintas”, “abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan”
● Pendengaran dibuktikan dengan kalimat “teriakan-teriakan di atas bis kota”,

“mereka berkata”
6) Tipografi : Pada bait pertama sampai keempat terdiri dari 4 baris. Pada bait terakhir

terdiri dari 8 baris.

7) Pesan : Sebuah pengorbanan dari para pejuang dan sebuah motivasi untuk melanjutkan
perjuangan.

Makna Sebuah Titipan
Karya : WS Rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobiku hanya titipan-Nya
bahwa rumahku hanya titipan-Nya
bahwa hartaku hanya titipan-Nya
bahwa putraku hanya titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:

aku rajin beribadah, maka selayaknya derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai
keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

Analisis :

1) Tema : Ketuhanan

2) Diksi : Menggunakan kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dibuktikan dengan kata sering kali, ketika, memuji, milikku, titipan. Kemudian
menggunakan kata-kata yang tidak asing seperti petaka (bencana).

3) Persajakan : Bebas

4) Gaya bahasa :

● Metafora dibuktikan dengan kalimat “ seolah keadilan dan kasih-Nya harus
berjalan seperti matematika”, “seolah semua ‘derita’ adalah hukuman bagiku”.

5) Citraan :

● Penglihatan dibuktikan pada kalimat “bahwa mobilku, rumahku, putraku”

● Perasaan dibuktikan dengan kalimat “megapa hatiku justru terasa berat ketika
titipan itu diminta kembali oleh-Nya”

6) Tipografi : Bebas, karena jumlah larik dan baitnya tidak teratur.

7) Pesan : Jadilah manusia yang selalu bersyukur dan ikhlas menerima anugerah maupun
cobaan.

Dari Bentangan Langit

Karya : Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu,
Ia, kemarau itu,datang kepadamu Tumbuh perlahan.
Berhembus amat panjang Menyapu lautan.

Mengekal tanah berbongkahan menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu,Ia,kemarau itu dari Tuhan yang
senantia diam dari tangan-Nya.

Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap.
Yang tak menoleh barang sekejap.

Analisis

1) Tema : Ketuhanan

2) Diksi : Menggunakan makna yang tidak sebenarnya seperti dalam kalimat Ia, kemarau itu
datang kepadamu” karena kemarau menggambarkan cobaan hidup.

3) Persajakan : Bebas

4) Gaya bahasa :

● Personifikasi dibuktikan dengan kalimat “mengekal tanah berbongkahan”
“Menyapu hutan!”

5) Citraan :
● Penglihatan dibuktikan dengan kalimat “mengekal tanah berbongkahan menyapu
hutan”

6) Tipografi : Terdiri dari tiga bait. Bait pertama dan kedua terdiri dari tiga larik. Sedangkan
bait terakhir terdapat dua larik.

Surat dari Ibu
Karya : Asrul Sani
Pergi ke dunia lepas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi meyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas!

Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar,
Dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tau pedoman
Boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”

Analisis

1) Tema : Kasih sayang

2) Diksi : Konotasi atau makna tidak sebenarnya dibuktikan dengan kalimat “pergi ke dunia
luas, anakku sayang” (bebas lah), “jika kapalmu telah rapat ke tepi” (kalau sudah pulang)
, “pergi ke laut lepas, anakku sayang” laut lepas bermakna kehidupan, ilmu pengetahuan.

3) Persajakan : bebas

4) Gaya bahasa :

● Hiperbola dibuktikan dengan kalimat “pergi ke laut lepas” dengan artian bahwa
laut lepas yaitu membebaskan anaknya untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

● Personifikasi dibuktikan dengan kalimat “angin bertiup”,”tiang-tiang akan
kering”. Keduanya merupakan benda mati, tetapi terkesan hidup.

5) Citraan :

● Penglihatan dibuktikan dengan kalimat “dan warna senja belum
kemerah-merahan”, “jika bayang belum pudar”

● Pendengaran dibuktikan dengan kalimat “kita akan bercerita tentang cinta dan
hidupmu pagi hari”

6) Tipografi : Terdiri dari 4 bait. Bait pertama, kedua, dan keempat terdiri dari 5 larik.
Sedangkan bait ketiga terdiri 6 larik.

7) Pesan : Tidak ada kasih sayang yang lebih tulus dari kasih sayang seorang ibu. Seorang
ibu yang rindu dan sabar menunggu anaknya untuk pulang karena memiliki harapan agar
anaknya memiliki wawasan ilmu yang luas.

Aku
Karya : Chairil Anwar
Kalau sampai waktunya
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Analisis :

1) Tema : Kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu
penjajahan

2) Diksi : Menggunakan pilihan kata yang lugas, tegas, dan padat. Pilihan diksi yang
menunjukkan ketegasan menyiratkan sesuatu yang penuh emosi sekaligus ketegaran.

3) Persajakan : Bebas atau tidak berpola

4) Gaya bahasa :

● Personifikasi dibuktikan dengan kalimat “peluru menembus”

● Hiperbola dibuktikan dengan kalimat “sedu sedan” dan “meradang menerjang”

● Metafora dibuktikan dengan kalimat “aku ini binatang jalang”

5) Citraan : Citraan panca indera terdapat pada kalimat “peluru menembus kulitku”
menunjukkan imaji mengenai rasa sakit, perih, atau luka.

6) Tipografi : Terdiri dari 7 bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat. Pada bait kedua,
keenam, dan ketujuh hanya berisi satu baris dengan satu kalimat. Ada baris yang hanya
berisi satu kata. Sementara baris paling panjang berisi enam kata.

7) Pesan : Sebagai manusia harus kuat, mempunyai tekad, tidak mudah menyerah walaupun
banyak halangan harus tetap dihadapi.

Tapi
Karya : Sutardi Calzoum Bachri
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu

tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
Analisis :
1) Tema : Hubungan antara hamba dengan Tuhan-Nya
2) Diksi : Kata “bilang” merupakan konotasi dari “firman”, karena Tuhan biasanya
menggunakan kata “firman”. Kata bunga, resah, darah,mimpi, arwah, mayat, dan duka
merupakan makna konotasi karena seorang hamba tidak akan membawa hal-hal demikian
saat menghadap dengan penciptanya.
3) Persajakan : Bebas
4) Gaya bahasa : Hiperbola dibuktikan dengan kalimat “aku bawakan mayatku padamu”
karena melebih-lebihkan karena tidak mungkin mayat kita sendiri bias kita bawa sendiri
5) Citraan : Gerak dibuktikan dengan kalimat “aku bawakan bunga padamu”
6) Tipografi : Berbentuk seperti dialog, tidak berbentuk bait
7) Pesan : Manusia tidak boleh merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain karena di atas kita
masih ada langit yaitu Tuhan.

Padamu Jua


Click to View FlipBook Version