The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bagusekap1, 2021-07-27 14:15:57

HANYA KARENA KASIH KARUNIA

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini

Sekilas terlihat kalau buku

tebal penuh isi, padahal buku itu

hanya kumpulan kertas kosong.

Hanya Pak Poltak dan saya yang

tahu bahwa selain cover, buku

itu tidak ada isinya. Beberapa

hari kemudian barulah buku

lengkap dengan isinya yang

merekam rangkaian foto-foto

perjuangan dan pelayanan Pak

Soedarjo khususnya selama dalam

lingkungan Yayasan Kesehatan

PGI Cikini. Buku yang kami tulis sebagai kado
Pada 18 Januari 2006 dalam Ulang Tahun Pak Darjo.

usia 84 tahun, Pak Soedarjo dipanggil Tuhan. Di sisi jenazahnya,

pada acara layat Yayasan Kesehatan PGI Cikini, saya berdiri dan 505

memberi sambutan antara lain kenangan tentang usaha kami untuk

Mewakili Yayasan Kesehatan PGI Cikini, saya yang masih emosional sepeninggal
Pak Darjo, menyampaikan sambutan di hadapan Bu Darjo dan para pelayat yang
terus berdatangan ke rumah keluarga Soedarjo di Jl. Wijaya, Kebayoran Baru.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-80 dan bagaimana kami
akhirnya memutuskan untuk memberikan beliau kado unik, yaitu
buku tentang dirinya.

Sambil menahan air mata, saya memegang buku yang kami
buat untuk beliau dan menyerahkannya pada Ibu Soedarjo yang
didampingi seluruh keluarga. Saya ucapkan selamat jalan Pak Darjo
ke hadirat Allah dan menutup acara dengan tangisan yang emosional
dalam keheningan suasana duka.

506

Lagu-lagu pujian dipersembahkan para staf dan perawat RS PGI
Cikini mengantar Pak Darjo yang telah berpulang dengan damai
dalam usia 84 tahun.

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 507

Demikianlah kedua sosok ini, Pak Darjo dan Prof Sidabutar,
saya kenang sebagai pemimpin yang memiliki talenta yang khas.
Pemimpin yang ibarat magnet merajut talenta-talenta lainnya pada
setiap Rapat Pengurus, bersekutu dan solid dalam satu organisasi
pelayanan selama hampir 30 tahun. Luar biasa.

Generasi Pengurus Baru Yayasan RS PGI Cikini

Pengurus baru di bawah kepemimpinan Prof. Dr. dr. Karmel
L. Tambunan, SpPD-KHOM, FACT, BAS Tobing, SH, dan
Soetikno Soedarjo mencoba melanjutkan sejarah pelayanan Yayasan
Kesehatan PGI Cikini yang solid dan terbuka itu. Namun sejarah
mencatat bahwa tidak dapat dibayangkan munculnya pemimpin
yang sama dalam dua generasi. Dikatakan bahwa setiap generasi
memiliki tantangannya sendiri dan generasi yang bersangkutan pun
mempunyai jawabannya sendiri.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

Pada 18 Maret 2009, Prof. Dr. dr. Karmel Tambunan, SpPD-
KHOM sebagai Ketua Yayasan dan saya sebagai Sekretaris Yayasan
menerbitkan surat Piagam Penghargaan sebagai kenangan manis
bagi yang terlibat dalam pelayanan Yayasan Kesehatan PGI Cikini
dalam kurun waktu yang lama. Dalam surat itu juga tertulis kutipan
dari Alkitab, yaitu Kolose 3:23-24 yang berbunyi: Apapun yang
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia . Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu
akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus
adalah tuan, dan kamu hamba-Nya.

508

Disaksikan Pak Darjo, saya menandatangani naskah serah terima dilantik kembali
sebagai Sekertaris Pengurus Yayasan periode 1999-2004

Surat itupun saya tandatangani sebagai Sekretaris, posisi yang
dipercayakan pada saya selama lebih dari dua periode. “Pengurus
Yayasan Kesehatan PGI Cikini memberikan penghargaan kepada
yang bersangkutan atas kesetiaan, dedikasi dan pengabdian yang
telah diberikan kepada Yayasan Kesehatan PGI Cikini melalui
keterlibatannya dalam Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini selama

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 509

lebih dari dua periode kepengurusan berturut-turut.”, demikian
tertulis dalam surat tersebut.

Menuju kepengurusan yang akan berakhir pada periode 2009 –
2014, terjadi suatu gelombang dinamika di antara anggota Pengurus
dan merambat sampai Pembina, Pengawas demikian juga ke MPH
PGI. Dinamika tersebut tertuju kepada batas umur Pengurus dan
tentu saja menimbulkan gesekan-gesekan. Persekutuan solid yang
berjalan selama berpuluh tahun seolah sirna begitu saja ditelan
teori-teori antara generasi. Bahkan proyek-proyek besar yang
telah ditetapkan semula menjadi terbengkalai, bahkan dibatalkan
oleh pandangan yang tidak memperdulikan soal kesinambungan
pelayanan, kaderisasi dan kepemimpinan.

Demikianlah proyek pembangunan RS PGI Cikini yang baru.
Tiang pancang menjulang setinggi 8 lantai, sebagian gedung lama
dirobohkan, dan karena tidak jelas arahnya akhirnya menjadi
lapangan parkir. Tahun 2014 yang tersisa dari tim lama menyerahkan
kepengurusan kepada Pengurus baru. Wajah-wajah baru dan tentu
dengan semangat baru, para anggota Pengurus dengan ukuran umur
di bawah 70 tahun.

Saya sempat mengirim surat kepada Pendeta Yewangoe untuk
mengatasi pergesekan isu umur dan demi kelanjutan pelayanan
dan kesinambungan kepemimpinan. Saya usul untuk mencontoh
LPPM dalam hal usia Pembina, Pengawas, Pengurus dan Direksi
Satuan Kegiatan dengan empat alternatif :
1. Usia maximum 80, 75, 75 bagi Pembina, Pengawas, Pengurus
2. Usia maximum 75, 75, 75 bagi Pembina, Pengawas, Pengurus
3. Usia maximum 70, 70, 70, bagi Pembina, Pengawas, Pengurus
4. Berdasar kompetensi dan kesehatan.

Sayang surat tertanggal 5 Desember 2011 itu tidak digubris.
Saya pun amat meyayangkan kalau pengurus Periode 2008–

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

2013 tidak mampu mempertahankan dan mewariskan prinsip
keberlanjutan dan kesinambungan pemimpin dan kepemimpinan.
Pembina/MPH-PGI yang dipimpin Pdt. DR. A.A. Yewangoe waktu
itu juga tidak bertindak mempertahankan prinsip tersebut sehingga
menghabiskan energi pada matematika umur maksimum yang
relative dipandang dari sisi panggilan pelayanan. Mungkin ada rasa
malu karena menyangkut diri sendiri dan tidak bersedia membayar
harga rasa malu itu demi panggilan pelayanan yang berkelanjutan
dan meningkat walaupun perlu koreksi demi pembaharuan. Di
sinilah peranan khusus kepemimpinan untuk bersikap positif dan
visioner dan memiliki kemampuan mengambil risiko dalam rangka
sikap tersebut.

Dengan mengganti semua pengurus lama dengan pengurus baru
yang berusia di bawah 70 tahun dan tanpa pengalaman memimpin,
kita semua tentu terus berharap semoga RS PGI CIKINI akan lebih
510 baik kelak.

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini

Kenangan saat
mendampingi
Pak Darjo dan
Ibu ke Toraja
untuk menyerahan
sumbangan ambulans
untuk Rumah Sakit
Elim, Rantepao.

511

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

512
Menerima kunjungan Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono dalam rangka peresmian
Gedung Unit Stroke dan Peninjauan Magnetic Resonance Imaging (MRI) RS PGI
Cikini.

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini

Bapak dan Ibu Soedarjo dalam salah satu perayaan Natal Keluarga Besar Yayasan
Kesehatan PGI Cikini, Desember 1993

DR. Hazenberg 513
dan Nyonya Tahun berikutnya, saya
dari RS Refaya diutus ke RS Refaya
Doordrecht, Doordrecht, Belanda
Belanda untuk menghadiri
berkunjung ke RS ulangtahun RS tersebut
PGI Cikini saat pada Oktober 1989.
Reuni Perawat Mewakili Yayasan
pada Januari Kesehatan RS PGI
1998. Cikini, saya ditemani
Martha menyampaikan
“kado” berupa kain
tenun Ulos kepada DR.
Hazenberg dan Nyonya.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

Menandatangani salah satu kerjasama PGI Cikini dengan HKBP yang diwakili
oleh Ephorus Simarmata.

Duta Besar Republik
Jerman, Walter Lewarter
mengunjungi RS PGI
Cikini. Dari (ki-ka)
dr. Poltak Hutagalung,
Walter Lewarter,
saya, Ny.Lewarter, dr.
LinayantiTjahja Lukman,
514 dr. A.A. Tombokan Neloe.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, ketika berkunjung ke RS PGI Cikini tahun 2013.
Ia berjanji akan membantu pelestarian rumah Raden Saleh yang merupakan bangunan
bersejarah Kota Jakarta. Tampak di sebelah kanan saya, Ir. Krisman Osman Aruan, anggota
pengurus YKPGIC (Yayasan Kesehatan PGI Cikini) dan mantan Kepala P2B DKJakarta.

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini

Saya turut memberi sambutan pada acara wisuda Program D3 Keperawatan sekaligus acara 515
Penyambutan Mahasiswa Baru dan Dies Natalis ke-43 Akademi Perawatan RS PGI Cikini pada
Oktober 2012.

Para wisudawan yang menyelesaikan program D3 Keperawatan dari Akademi Perawatan RS PGI
Cikini.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
516

Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
517

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
518

z

BAB DUA PULUH TIGA

Koridor Panduan Bagi
Para Legislatif dan Peran

Public Speaking

Sekitar tahun 2013 (menyongsong Pemilu 2014), putra saya
Charles Bonar Sirait, SE, MM, bersama teman-temannya dari
tokoh-tokoh public speaking merencanakan penerbitan buku yang
berisi Koridor Panduan Bagi Para Legislatif.

Saya diminta menulis untuk mendukung bukunya, yang saya
sanggupi bukan karena ini permintaan anak, tapi karena saya
melihat penulis-penulis lain yang menarik juga ikut berkontribusi,
salah satunya Effendy Gozali. Dalam tulisan itu, saya pikir untuk
membagi pengalaman sebagai Anggota MPR dan DPR-RI,
mungkin bisa menjadi sedikit sumbangan untuk perkembangan dan
kemajuan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

“Berikan Yang Terbaik Bagi Tumpah Darah Indonesia”,
demikian judul tulisan saya untuk mengisi Bab 8 yang diminta. “My
fellow Americans, ask not what your country can do for you, ask what
you can do for your country.” Ungkapan terkenal yang dikatakan oleh
Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy itu sangat melekat di hati
saya dan teman-teman ketika kami menjadi mahasiswa UGM tahun
1962.

Sejak saya aktif di dunia kepemudaan dan kemahasiswaaan,
kalimat itu mempengaruhi pikiran dan hati saya, bahkan setelah
memasuki pelayanan dalam bidang politik dan menjadi anggota
MPR dan DPR -RI. Dalam dunia politik, ada ungkapan terkenal
yang juga diucapkan Presiden ke-35 Amerika  Serikat John F.
Kennedy pada tahun 1961 yang berbunyi “My loyality to the party
end when loyality to the state began.”  Kalau diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia kira-kira begini: “Loyalitas saya kepada partai
520 berakhir begitu pengabdian saya pada negara dimulai.” Ungkapan
bermakna ini sering sekali dikutip oleh para politisi maupun
intelektual,  namun  rasanya hanya menjadi hiasan politik. Salah
satu yang benar-benar melakukannya (barangkali beliau terinspirasi
diktum tersebut) adalah Presiden pertama Republik Indonesia.
Ketika Bung Karno sudah harus mengabdi kepada seluruh rakyat, ia
melepas jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Nasional Indonesia
(PNI) yang dia dirikan.

Apa yang dapat kita simpulkan dari keputusannya adalah
bahwa sejatinya menjadi pemimpin, menjadi politisi pada berbagai
skala bukanlah untuk hendak mendapat hadiah, melainkan untuk
melayani amanat rakyat, yang pada zaman Bung Karno, disebut
Amanat Penderitaan Rakyat. Artinya, berpolitik harus mempunyai
tujuan yang jelas yaitu bagaimana bisa melayani masyarakat,
menyalurkan amanatnya yang menyangkut penyelenggaran negara,
pemerintahan, ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan.
Amanat rakyat itu disebut amanat penderitaan rakyat, karena saat

Koridor Panduan Bagi Para Legislatif dan Peran Public Speaking 521

itu rakyat sungguh-sungguh menderita di bawah penjajahan ratusan
tahun, tiada belas kasihan. Maka bagi para pendiri negara kita saat
itu, berpolitik adalah sebuah perjuangan untuk mengubah nasib
rakyat yang terjajah dan tertindas pada segala sisi kehidupannya,
baik dari segi ekonomi, politik, dan dari sisi kemanusiaan, harkat
dan martabatnya dan seterusnya.

Berpolitik saat itu bukan untuk mengejar kedudukan, mengisi
perut, menambah gendut pundi-pundi, atau semacamnya. Jika
diukur dari segi materi, para pemimpin pergerakan pada awal abad
ke-20 itu sudah bisa dianggap makmur karena banyak dari mereka
yang menyandang berbagai gelar akademis seperti dokter, insinyur,
meester in de rechten, dan lain-lain. Tetapi semuanya itu mereka
korbankan dan memilih penjara karena kecintaannya kepada
rakyat. Perjuangan dan komitmen mereka terang benderang, yaitu
membebaskan rakyatnya dari perbudakan penjajah. Di saat itu
mereka juga memiliki kemampuan public speaking yang memukau,
yang berhasil membakar semangat rakyat Indonesia untuk memilih
“Merdeka atau Mati”.

Bisakah kita menganalogikan hal yang sama dalam keadaan
perpolitikan kita sekarang? Saya kira tidak mustahil, manakala
Anda tidak memperlihatkan karakater terpercaya untuk maksud
itu. Pergerakan kemerdekaan secara singkat dapat dikatakan telah
dimulai sejak Boedi Oetomo tahun 1908 maupun Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928. Perjuangan tersebut sesungguhnya adalah
kelanjutan perjuangan melawan Belanda yang sebelumnya telah
dijalankan di berbagai daerah di bawah pimpinan para pahlawan
seperti Teuku Umar, Raja Sisingamangaraja, Teuku Imam Bonjol,
Pangeran Diponegoro dan lain-lain. Para pemimpin baru mengajak
rakyat untuk mengubah cara lama yang selalu kandas dengan cara
dan bentuk perjuangan moderen di bawah pimpinan pemuda
pemuda Indonesia yang telah memperoleh pendidikan lebih tinggi
dan modern. Organisasi-organisasi persatuan yang tumbuh pada

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

saat itu adalah salah satu unsur kemoderenan tersebut.

Dengan teknik public speaking yang terpercaya para pemuda
pemimpin bangsa berhasil mengorganisir dan menggerakkan
rakyat untuk mengorbankan segalanya demi mencapai Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dan dengan gemilang para pendiri
negara itu mencantumkan kata-kata penuh makna keluhuran
perjuangan dan bersejarah pada Pembukaan UUD 1945: “Dan
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.” Sebuah hasil
gemilang yang dicapai oleh pemimpin dan rakyatnya.

Public speaking yang dilakukan para pemuda pejuang dan

pendiri negara kita saat itu jauh dari polesan, pencitraan, retorika

522 tetapi diyakini rakyat sebagai bentuk tulus kecintaan mereka pada
rakyat. Kecintaan yang tulus kepada rakyat ini terbukti menjadi

kekuatan (power) yang sangat besar untuk mengubah sikap rakyat

untuk tidak lagi tunduk kepada penjajah dan menumbuhkan

harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Kecintaan kepada

rakyat terbukti berhasil memotivasi rakyat untuk berjuang dan

mempersatukan (unify) seluruh rakyat di seantero Nusantara.

Namun kecintaan pada rakyat ini bukanlah sesuatu yang terjadi

secara mendadak tetapi terjadi ketika politisi dan calon politisi secara

sadar membongkar persoalan hati nurani rakyat sampai ke akar-

akarnya di hati sanubarinya, hingga kita temukan apa yang menjadi

penderitaan rakyat itu sehingga kita terdorong menjadi politisi yang

berjuang mengubah kondisi itu. Nah, apa yang ingin Anda ubah?

Dengan demikian kita memasuki dunia politik dengan komitmen
untuk memperjuangkan atau mengimplementasikan tuntutan hati
nurani rakyat yang memimpikan perubahan kehidupan. Bung
Karno dengan gaya dan penampilan yang khas pernah menggoyang

Koridor Panduan Bagi Para Legislatif dan Peran Public Speaking 523

dunia dengan pidatonya yang berapi-api pada Sidang Umum PBB
30 September 1960 dengan topik To Build The World Anew. Saat
itu memang dunia memimpikan perubahan dan diakuilah Bung
Karno sebagai pemimpin dunia, pemimpin perubahan. Dari sisi
ini, seorang politisi harus mampu melakukan pendekatan secara
deduktif (umum) dalam soal kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dan melanjutkannya dengan pendekatan induktif.
Pendekatan inilah yang akan membedakan satu politisi dengan
politisi lain, karena semua bergantung pada kemampuan individu
politisi tersebut untuk meraba apa yang bergolak di hati rakyat.
Misalnya jika seseorang yang sejak masa mudanya sudah aktif dalam
soal-soal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
menghayati isu-isu pendidikan, kemungkinan besar pemikirannya
tentang pendidikan tersebut akan bersambung setelah dia menjadi
politisi dan duduk di parlemen. Kepeduliannya akan menuntun dia
untuk terus konsisten mencari solusi mengatasi masalah pendidikan
yang dihadapi bangsa ini.

Sebagai bagian dari pendekatan secara umum, kita perlu
memeriksa secara deduktif pula komitmen partai kita yang berkaitan
langsung dengan hati rakyat di daerah pemilihan kita. Kita akan
segera merasakan apa saja yang dirasakan rakyat setempat. Dengan
teknik public speaking kita dapat mengungkap keresahan atau aspirasi
rakyat itu dan kelak ketika kita terpilih, aspirasi rakyat itu menjadi
peta perjuangan kita di parlemen, yaitu membuat mimpi rakyat
menjadi kenyataan. Manfaat yang berhasil Anda berikan bagi rakyat
itulah yang akan menjadi ukuran apakah Anda seorang politisi yang
berhasil atau tidak, bukan karena Anda politisi yang telah bertahun-
tahun bertahan menduduki suatu kursi politik.

Ketika kita sudah mendapatkan apa yang ingin kita perjuangkan,
apa yang bergejolak di hati rakyat, maka peranan public speaking
menjadi penting sekali. Oleh karena itu kita harus menguasai
teknik seni berbicara di depan khalayak karena kemampuan ini juga

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

merupakan bagian dari seni berpolitik. Seni mengenai bagaimana
mengemas sebuah pesan dalam sebuah untaian yang menarik
sehingga target audiens bisa menangkap pesan apa yang ingin kita
perjuangkan untuk mereka sehingga mereka bersedia mendukung
kita.

Seni berbicara merupakan bagian dari seni berpolitik,
betul, karena memang politik merupakan sebuah seni. Sularto
mengungkapkan hal ini ketika ia menggambarkan kekaguman Jakob
Oetama terhadap sosok Mohammad Natsir, seorang negarawan dan
politisi Indonesia, “Politik mengandung seni, bukan saja seperti
yang sering diungkapkan sebagai seni dari yang mungkin, the art of
the possible, tetapi seni dari perpaduan antara keteguhan prinsip serta
keluwesan pelaksanaannya.” (Sularto, 2011:556).

Karena keluwesan pelaksanaannya, seni berbicara dan berpolitik

524 itu tidak selalu sama antara satu dengan lainnya. Ini bukan tentang
benar atau salah, tapi lebih kepada soal gaya dan cara. Sama seperti

dua orang seniman yang melukis obyek yang sama akan menghasilkan

gambar yang berbeda. Wartawan akan menghasilkan berita yang

berbeda-beda penyajiannya walaupun substansinya sama. Demikian

pula dengan dua orang juru masak yang menggunakan satu bahan

yang sama, akan menghasilkan hidangan yang berbeda. Seperti

itulah seni berbicara dan berpolitik, keterampilan ini yang akan

membedakan satu politisi dengan politisi lainnya.

Kreativitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seni
berbicara dan berpolitik. Kreativitas sendiri merupakan kesanggupan
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik
daripada apa yang sudah sekadar ada (Budiman,2006:154). Dengan
kata lain, kreativitas memberikan kita kemampuan untuk melihat
sesuatu yang baru dan dari sudut pandang yang lain. Seorang politisi
harus kreatif dalam melihat permasalahan yang sedang dihadapi
masyarakat dan harus kreatif juga dalam mencari pemecahannya.

Koridor Panduan Bagi Para Legislatif dan Peran Public Speaking 525

Kemudian solusi tersebut harus disampaikan kepada masyarakat
dengan kreatif pula, sehingga masyarakat mengerti solusi yang kita
berikan. Karena negarawan adalah seorang warga negara, negarawan
belum tentu berkecimpung dalam dunia politik, tapi bisa jadi orang
yang banyak bergumul mengenai negara dalam kehidupan sehari-
harinya. Misalnya ada beberapa tokoh agama yang tidak berada
dalam lembaga-lembaga politik, tetapi banyak berbicara mengenai
nasib bangsa dan negara, seperti contohnya mantan Ketua Umum
Pengurus Pusat Muhammadyah Ahmad Syafii Ma’arif.

Seorang politisi juga belum tentu merupakan seorang negarawan.
Politisi itu sendiri merupakan bagian dari politik praktis, posisi
dimana kita bisa melaksanakan apa yang ingin dicapai oleh negarawan
dari dalam pemerintah langsung. Oleh karena itu sejatinya seorang
politikus juga merupakan seorang negarawan sehingga dia tahu apa
yang harus diperjuangkan dan konsisten dengan perjuangan itu.
Politisi tersebut juga bisa mengimplementasikan apa yang dipikirkan
mengenai negara, seperti apa yang dikatakan oleh John F. Kennedy
pada pembukaan tulisan ini.

Salah satu contoh seorang politisi dan negarawan adalah Presiden
Indonesia ke-empat, KH Abdurachman Wahid atau Gus Dur.
Kenegarawanan Gus Dur malah lebih terasa dibanding posisinya
sebagai seorang politisi, sehingga dia dipanggil sebagai Guru Bangsa.
Artinya dia terus menerus bergumul secara moral, etik dan spiritual
untuk kemajuan masyarakat bangsa dan negaranya, bahkan dia
siap mengorbankan diri dan kelompoknya untuk komitmen dan
pergumulannya itu sampai akhir hayatnya. Sosok negarawan lain
adalah Nelson Mandela yang rela mendekam di penjara lebih dari
separuh hidupnya demi kemerdekaan rakyatnya.

Lalu apa yang menjadi panduan dan koridor bagi seorang politisi
untuk bekerja memperjuangkan sesuatu? Pancasila dan UUD 1945
adalah modal utama yang telah dibayar mahal sekali dalam sejarah

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

panjang perjuangan bangsa kita, oleh sebab itu kedua hal itu harus
selalu menjadi acuan dasar dalam memperjuangkan sesuatu. Kedua
dasar yang tidak terpisahkan ini harus diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tidak berada di angan-angan saja.
Pembangunan Nasional kita dengan segala perundangan-undangan
dan peraturan yang diperlukan untuk pembangunan tersebut
haruslah merupakan pengamalan Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai contoh saja, apa yang kami lakukan di Komisi I DPR-RI
yang melingkupi pertahanan, intelijen, luar negeri, serta komunikasi
dan informatika berangkat dari Pembukaan UUD 1945 paragraf
pertama dan keempat, yaitu: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

526 Kemudian untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial, disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia

itu dalam suatu UUD Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu

susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan

yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Dari kutipan tersebut salah satu tugas saya sudah jelas. Kalau
ada kegiatan-kegiatan antara negara yang hanya menciptakan
permusuhan kita harus tampil untuk menciptakan perdamaian
dunia yang abadi. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga

Koridor Panduan Bagi Para Legislatif dan Peran Public Speaking 527

perdamaian dunia? Salah satu tindakan nyata Indonesia untuk terus
menjaga perdamaian dunia adalah mengikuti misi perdamaian
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti ketika Tentara Nasional
Indonesia (TNI) ikut bergabung dengan misi pengawas PBB untuk
mengatasi konflik berdarah di Kongo dan beberapa negara lain. Atau
ketika kita mengkritik langkah-langkah Israel dalam hubungannya
dengan Palestina. Contoh lainnya adalah pengamalan kita atas sila
kelima Pancasila yang berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Kalau saya terlalu kaya dan kamu terlalu miskin, apa itu
merupakan sebuah keadilan? Berjuta-juta orang hidup di bawah garis
kemiskinan, sedangkan hanya ratusan ribu yang hidup bermewah-
mewahan. Apakah itu adil? Pembangunan harus dilakukan dengan
adil sehingga kehidupan rakyat Indonesia akan semakin sejahtera,
karena kesejahteraan bukanlah milik beberapa kelompok orang, tapi
semua orang!

Oleh karena itu kita harus membuat kebijakan-kebijakan
yang dapat membantu mensejahterakan orang banyak. Misalnya
pembangunan infrastruktur daerah dan pendidikan yang terus
digalakkan secara merata di seluruh Nusantara, tak hanya di daerah
tertentu seperti Pulau Jawa. Manajemen pembangunan khususnya
pembangunan ekonomi kita tidak boleh berupa copy paste dari
metode atau model pembangunan negara-negara lain yang telah
lebih dulu maju. Kekeliruan kita untuk menduplikasi model
pembangunan bangsa lain ini akan membuat bangsa kita selamanya
menjadi “ekor” dan tidak akan pernah menjadi “kepala”. Tetapi
ungkapkanlah ini dengan fakta dan data supaya rakyat mengerti dan
turut berubah.

Meratanya kesejahteraan dan berkurangnya kesenjangan sosial
juga akan turut membantu terlaksananya sila ketiga Pancasila,
Persatuan Indonesia. Ingatlah bahwa berabad-abad lamanya Bangsa
Indonesia terjajah karena tidak bersatu. Para pemuda bangsa
menyadari betul akan hal itu maka dikumandangkanlah Sumpah

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

Pemuda 28 Oktober 1928 yang pada hakekatnya adalah embrio
dari Proklamasi 17 Agustus 1945. Maka persatuan adalah modal
pokok bangsa ini yang amat berharga. Bacalah memoar Bung Hatta.
Ketika persatuan terancam sekitar 18 Agustus 1945, pemimpin
legendaris kita itu membayangkan betapa sia-sianya perjuangan
mereka yang sudah bertahun-tahun keluar masuk penjara. Rumus
nya adalah “Hanya dengan persatuan kita mungkin mengalahkan
penjajah. Titik!" Itulah pula yang dinyatakan para pemuda kita pada
28 Oktober 1928. Demikian pula yang diungkapkan pemimpin
legendaris kita Bung Karno: "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan
kucabut Semeru dari akarnya… Beri aku 10 pemuda, niscaya akan
kuguncang dunia!” Gaya berpidatonya selalu mampu membakar
massa, termasuk ketika ia berpidato di depan lautan pemuda dan
mahasiswa yang memenuhi alun-alun Yogyakarta tahun 1961 yang
saya saksikan sendiri. Rasanya semua yang mendengar pidatonya
siap meluncur untuk memancangkan Sang Saka Merah Putih di
528 Irian Barat yang kala itu masih dikuasai penjajah Belanda.

Kenegarawanan dan perpolitikan seperti itulah yang seharusnya
dicontoh para calon pemimpin, calon politisi, calon negarawan,
calon legislatif, eksekutif dan judikatif kita sekarang dan masa
mendatang untuk memenangkan hati rakyat. Buanglah jauh-jauh
kerakusan, ketamakan, keinginan singkat ketika memegang jabatan,
berkuasa, korupsi yang menyengsarakan rakyat. Siaplah ke penjara
jika harus berkompromi dengan cita-cita moral, etik dan spiritual,
idealisme bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pancasila, bukan
ke penjara hanya karena selembar cek atau segepok rupiah.

Daerah yang tidak puas dengan keadaannya bisa saja menuntut
untuk berpisah dengan Indonesia, seperti kehendak beberapa
kalangan di Papua dan Aceh. Keadaan ini terjadi juga karena
politikus kita tidak dirasakan berbuat kemajuan yang adil kepada
mereka dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Pancasila. Mereka menunggu realisasi apa yang diperintahkan

Koridor Panduan Bagi Para Legislatif dan Peran Public Speaking 529

Pancasila dan UUD 1945. Jangan sampai ada bagian Indonesia yang
kembali terlepas dari pangkuan Ibu Pertiwi, seperti yang terjadi
dengan Timor Timur. Kita harus menjaga dengan baik setiap jengkal
wilayah dan butuh perjuangan panjang serta usaha yang keras untuk
mempersatukan dan membebaskan Indonesia dari panjajahan
bangsa lain. Penjajahan kontemporer dalam berbagai wujud tidak
boleh terjadi karena penjajahan tidak pernah sesuai dengan peri
kemanusiaan dan perikeadilan. Kita juga harus melindungi segenap
tumpah darah Indonesia. Tidak boleh ada harta kita yang dicuri, baik
itu dari dalam bumi, laut, maupun udara, karena semuanya harus
dikelola oleh pemerintah untuk kepentingan rakyat Indondesia.
Seperti yang tercantum pada pasal 33 UUD 1945 ketiga: “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Pada dasarnya secara karakter public speaking, Anda sebagai calon
legislatif harus menjanjikan bahwa semua kebijakan dan undang-
undang yang akan Anda buat ketika nanti berada dalam legislatif
harus mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 supaya apa yang
menjadi tujuan Indonesia bisa tercapai. Semua partai politik boleh
memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi pandangan mengenai
tujuan Bangsa Indonesia yang mulia tersebut haruslah sama, agar
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
melalui dan oleh Pemerintah yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, yang memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Kalau Anda menemukan rancangan undang-undang
atau kebijakan yang tidak sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila,
Anda harus berjuang untuk menyempurnakannya, tentu Anda
harus melawannya dengan cara-cara yang elegan dan tepat, dimulai
dari mempengaruhi lingkungan sekitar supaya setiap orang yang
berkaitan memberikan dukungannya kepada Anda.

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

Oleh karena itu, kemampuan berbicara atau public speaking
harus dikuasai dengan baik dan benar. Seperti yang disampaikan
sebelumnya, peran seni berbicara dan seni berpolitik kembali
berperan penting dalam kehidupan berpolitik. Sebagai calon
pemimpin masa depan sekaligus calon legislatif peserta pemilu,
kuasailah hal tersebut dan bawalah perubahan ke arah yang lebih
baik bagi Bangsa Indonesia. Itulah gambaran bahwa Anda akan
memberikan yang terbaik bagi tumpah darah Indonesia. Rakyat
pemilih menunggu Anda!

t

530

z

GALERI FOTO

531

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Kehidupan Pekerjaan

Mewakili Menpora menghadap Presiden Suharto pada salah satu acara pemuda di
Istana Negara.

Bersama Letnan Jenderal Letnan Jenderal TNI Ali Moertopo, tokoh intelijen, dan
politikus yang berperan penting pada masa Orde Baru di Indonesia.

532

Galeri Foto

Berdiskusi dengan Pak Ali Moertopo di sela-sela Kongres XVII Serikat Penerbit Surat
Kabar, Juni 1989.

Sebagai utusan dari RS Yayasan Kesehatan PGI Cikini, saya menghadiri Christian
Conference of Asia di Seoul, Korea Selatan, 1994.

533

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Sidang Majelis Pekerja Lengkap PGI di Bogor, 1-4 Maret 2019.
534

Galeri Foto

Saya mewakili Yayasan Kesehatan PGI Cikini, menghadiri Pelatihan Manajemen
Keperawatan bekerjasama dengan RSIA Puri Bunda, Bali, September 2011.

Bersama mantan Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin.
535

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Keluarga

536

Galeri Foto

Bersama Martha saat saya ditugaskan
Yayasan PGI Cikini melakukan
kunjungan ke beberapa negara di
Eropa.
Martha mendampingi saya ketika menghadiri
salah satu acara di Istana Negara, Jakarta.

Masa-masa awal kehidupan sebagai
pengantin baru di Jakarta.
Di Mesir, sebelum melanjutkan perjalanan ke
Israel, Palestina, Yordania dalam perjalanan
Bible Trip yang dibimbing oleh Pdt. Hotma
Pasaribu, 23 Maret - 2 April 2007.
537

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Pada hari wisuda kelulusan Margaret
Sirait dari Universitas Parahyangan,

jurusan Hubungan Internasional.

Menghadiri pameran
yang diikuti Togi, saat
itu mahasiswa Fakultas
Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti,
Jakarta.

Bersama Charles, Bunga
dan Etha di tepi Danau
Toba yang indah.
Menghadiri wisuda
kelulusan putri terakhir,
Bunga, dari Universitas
Indonesia, Depok.

538

Galeri Foto

Pada hari resepsi pernikahan Charles Bonar Sirait dan Maria Manik di Balai Kartini, Jakarta,
22 Agustus 1999.

539

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Keluarga besar Sirait dan Napitupulu berkumpul di acara resepsi pernikahan
Charles Bonar Sirait dan Maria Manik, 22 Agustus 1999.

540

Galeri Foto
541

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Bersama Charles dan Togi
ketika mereka masih kecil-
kecil, saya bawa ke salah satu
acara kepemudaan di Istana
Negara Jakarta.

Putra saya yang pertama, Charles Bonar Sirait, bersama Presiden Jokowi
di Istana Negara Jakarta.

542

Galeri Foto

Putra saya yang ke-dua, Iman Partogi Sirait (ujung kanan) dan para tokoh nasional
yang tergabung dalam tim BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) bersama
Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta. Togi merupakan staf khusus Ketua Dewan
Pengarah BPIP, Presiden ke-5 RI, Ibu Megawati Soekarnoputri.

Iman Partogi juga tergabung dalam
Tim Bravo-5, pimpinan Jenderal
Luhut Panjaitan pada kampanye
pemenangan Jokowi-JK 2015-2016.

Bersama tokoh nasional Prof. Dr. H.
Ahmad Syafii Maarif dan Dr. Ir. H.
Salahuddin Wahid (Gus Solah), Iman
Partogi turut menggagas Gerakan
Kebajikan Pancasila (2014-2015)

543

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Kelahiran cucu pertama, Menaburkan beras tanda berkat pada cucu, Colin
Christopher Sirait, 20 Juli 2000. Patar Siregar, setelah dibaptis di HKBP Sudirman, 2
Desember 2012.

Dua cucu laki-laki Bersama Abigail dan Sarah Tobing, putri Etha dan
tertua, Tito dan Devlin Ruli.
Sirait, putra Charles
dan Maria. 544
Sepertinya kemarin
masih bayi, sekarang
mereka sudah menjelma
menjadi remaja putri.
(ki-ka) Binar dan
Pelangi Sirait (putri
Togi), dan Abigail
Tobing(putri Etha).

Galeri Foto

Di hari pernikahan Bunga & Allan Siregar di Jakarta, 4 Desember 2010.
Di Gunung Merapi,
Jogja, 2013. Merayakan
HUT saya yang ke-74
bersama anak, cucu, dan
mantu sekaligus napak
tilas masa-masa sekolah
dan kuliah di Jogja
dulu.

545

Charles Bonar Sirait dan Maria Manik bersama (ki-ka) Christopher dan Devlin.
Iman Partogi Sirait dan Tina Marpaung bersama (ki-ka) Binar, Cahaya, Pelangi.

Galeri Foto

Margaret Sirait dan Ruli Tobing bersama Abigail (kiri) dan Sarah (kanan).

Bunga Sirait dan Allan Dilyanto Siregar bersama Gorga Bara (kiri) dan Patar
(kanan).

547

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Srigunarti Margawati Sirait dan Gumalak Manurung bersama (ki-ka): Junita dan
Januar Manurung.

Anna Sirait dan Rayson Hutasoit bersama Klavierine Rayna Avichayil Hutasoit.
548

Galeri Foto

Berkumpul bersama anak, menantu dan cucu pada HUT Martha yang ke-71, pada
1 November 2020. Berdiri (Ki-ka): Bunga, Maria, Charles, Togi, Tina, Etha, Ruli.
Duduk di sofa (dari belakang): Devlin, Tito, Allan. Duduk di bawah (Ki-ka)
Sarah, Pelangi, Cahaya (dipangku), Colin, Bara (baju hitam), Abigail, Binar.

549

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait

Pada hari pernikahan kami, 16 April 1970, di HKBP Simpang Limun, Medan.
550

Galeri Foto

Memasuki usia 82 tahun, saya bersyukur diberkati dengan hidup yang penuh,
dianugerahi teman hidup yang setia mendampingi selama 51 tahun pernikahan,
6 orang putra dan putri serta 12 cucu istimewa yang membawa sukacita.
Semuanya Hanya Karena Kasih Karunia.

t

551



DAFTAR PUSTAK A

Abdullah, Rozali. Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan
Hidup Bangsa. Jakarta:Rajawali Pres,1993.
Anwar, Rosihan. Mengenang Syahrir: Seorang Tokoh Pejuang
Kemerdekaan Yang Tersisihkan Dan Terlupakan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Ayu Arman, Adhi Kusumaputra Adhi Ksp.(Ed.). Abdul Gafur,
Zamrud Halmahera: Sebuah otobiografi. Jakarta: Sinar Harapan,
2018.
Bailey, Brian J. Daud dan Salomo. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2004.
____________. Kehidupan Kristus. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2002.
____________. Lebih dari Pemenang. Jakarta: Yayasan Voice of
Hope, 2004.
____________. Menembus Sasaran. Jakarta: Harvest Publication
House, 2002.
____________. Menuju Kemuliaan. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2003.
____________. Pilar-pilar Iman. Jakarta: Voice of Hope, 2005.
____________. Prajurit Kristus. Jakarta : Harvest Publication
House, 2002.
____________. Roh Kudus Sang Penghibur. Jakarta : Nafiri
Gabriel, 2004.
Bath, Chr. Teologia Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1984.
Beding Bosko. Ibu Teresa: Karya dan Orang-Orangnya. Ende: Nusa
Indah, 1989.

553

Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait

Borrong, Robert P., Supardan. Revitalisasi Gerakan Ekumene Di
Indonesia. Jakarta: Panitia Perayaan HUT ke 50 PGI dan penerbit
PT. Wonosari Sawunggaling, 2001.
Boyd, Frank M. Kristus, Kehidupan dan Pengalaman-Nya.
Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001.
Budiman, Arief. Kebebasan Negara Pembangunan: Kumpulan
Tulisan 1965-2005. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.
Caram, Paul G. Kekristenan Sejati. Jakarta:Yayasan Voice of Hope,
2004.
_____________. Mengubah Kutuk Menjadi Berkat. Jakarta:Nafiri
Gabriel, 2003.
Cornegie, Dale & Associates, Inc. The Leader In You. NY:Pocket
Books, 1993
Darmaputera, Eka. 365 Anak Tangga Menuju Kehidupan
Berkemenangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007.
_____________. Jalan Kematian, Jalan Kehidupan. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2007.
_____________. Tatkala Allah Melawat Umat-Nya. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2006.
Drewes, B.F & Mojau, Yulianus. Apa itu Teologi. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2006.
Drucker, Peter F. Post-Capitalist Society. New York: Harper
Business, 1993.
Grolier Business Library. Management-Theory and Practice. USA:
McGraw Hill, Inc. 1978.
Julis, Michael J. William E. Schlender. Manajemen Umum. 1960.
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta : Lembaga Alkitab
Indonesia, 1985.
Munthe, R.T. Hanya Kuasa Tuhan. 2004.
Noebel, David A. Perjuangan Untuk Kebenaran: Mempertahankan
Kerangka Berpikir Kristen Di Dalam Pasar Ide-Ide. YWAM, 2004.

554


Click to View FlipBook Version