Menghidupkan GAMKI yang Mati Suri 255
jawab kami selaku generasi muda masa kini adalah
keharusan diri menyatukan tenaga dan pikiran untuk
ikut serta mengisi kemerdekaan dengan lebih segera
mempercepat pembangunan dan kemajuan masyarakat.
Kami menyadari sepenuhnya akan panggilan dan
makna kami sebagai kaum muda adalah salah satu
faktor penggerak untuk sesuatu yang lebih berarti bagi
tercapainya cita-cita Bangsa Indonesia, menuju jenjang
yang lebih tinggi dan luhur, demi tercapainya masa
depan yang lebih baik.
Di depan kami terbentang masa depan dan hasil
pembangunan adalah masa depan itu sendiri. Oleh
karena itu, generasi muda, pembangunan dan masa
depan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Dengan rasa tulus dan iklas kami menyatakan diri
berhimpun dalam langkah dan gerak bersama demi
tercapainya cita-cita generasi muda Indonesia.
Maka dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa kami
menyatakan dengan resmi berdirinya “Komite Nasional
Pemuda Indonesia”, dengan pedoman/ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Komite Nasional Pemuda merupakan forum
komunikasi antar generasi muda Indonesia.
Komite Nasional Pemuda menampilkan kegiatan-
kegiatan Pemuda sebagai indikator adanya komunikasi
antar generasi muda.
Komite Nasional Pemuda berfungsi sebagai
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
stabilisator dan dinamisator generasi muda, baik yang
masih mengikuti pendidikan formal maupun yang
tidak.
Komite Nasional Pemuda tidak mengurangi
peranan organisasi-organisasi Pemuda/Mahasiswa yang
ada dan hidup dalam masyarakat, di dalam proses
pembangunan.
Anggota pengurus yang duduk dalam Komite
Nasional Pemuda adalah eksponen-eksponen pimpinan
Pemuda/Mahasiswa yang mewakili organisasi-organisasi
tersebut tidak merupakan anggota dari Komite Nasional
Pemuda. Masalah-masalah yang menyangkut fungsi
organisasi-organisasi Pemuda maupun Mahasiswa,
256 diserahkan pada proses masing-masing organisasi.
Salah satu kegiatan Komite Nasional Pemuda
adalah meneruskan kegiatan Panitia Nasional Pemuda
untuk Keluarga Berencana dalam rangka Pendidikan
Kependudukan (Population Education).
Komite Nasional Pemuda bertindak mewakili
Indonesia dalam forum-forum Pemuda Internasional:
World Assembly of Youth, Asian Youth Council dan akan
mengadakan forum Pemuda Asia.
Komite Nasional Pemuda hanya dibentuk di Pusat
Republik Indonesia sedangkan di daerah-daerah tidak
dibentuk. (catatan penulis: Atas desakan seluruh propinsi
kemudian KNPI terbentuk di seluruh indonesia).
Menghidupkan GAMKI yang Mati Suri
Dalam rangka pelaksanaan program-program
di daerah-daerah, Komite Nasional Pemuda akan
membentuk/mengirim tim-tim ke daerah yang bekerja
sama dengan KABIN Pemuda setempat.
Semoga diridhoi Tuhan Yang Maha Esa
Jakarta 23, Juli 1973.
KAMI PEMUDA INDONESIA
1. David Napitupulu 18. M.L. Tobing
2. Cosmas Batubara 19. Suhardi, SH
3. dr. Abdul Gafur 20. Narwan Hadisardjono
4. Drs. Zamroni 21. Aulia Rachman
5. Drs. Soerjadi 22. Umar Ghifari, SH 257
6. Akbar Tanjung, SH 23. Tom Nggebu
7. S. Oetomo 24. Awan Karmawan
8. Zabidin Jakub, SH Burhan, SH
9. Drs. Binsar Sianipar 25. Hakim Simamora, SH
10. Eko Tjokrodjojo 26. Eddy Raintung
11. Drs. H. M. Abduh 27. Nazaruddin
Padddare 28. Hatta Mustafa, SH
12. Amir Sirait** 29. Said Budairi
13. Budi Hardjono 30. Thobi Mutis
14. Aswin Harahap 31. Eddy Sukirman
15. Albert Hasibuan, SH 32. Barnabas Banggur, SH
16. Freddy Latumahina 33. Sri Redjeki
17. Ridwan Saidi 34. Ratnawati Fuad
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Kehadiran saya di KNPI makin populer setelah
Penandatanganan Deklarasi Pemuda Indonesia. Pada Kongres I
saya menjadi Ketua Departemen Seni dan Budaya, pada Kongres
II menjadi salah satu Ketua DPP dan pada Kongres III ditunjuk
menjadi Sekretaris Dewan Pertimbangan DPP KNPI. Mungkin saya
berpengaruh pada usaha kami menghidupkan kembali GAMKI di
seluruh tanah air, sambil mengajak seluruh pemuda bangsa untuk
terus memupuk persatuan dan dengan visi baru orientasi ke depan.
Topik kepemudaan juga mendapat perhatian media setelah
pemerintah mengangkat seorang tokoh pemuda, Dr. Abdul Gafur
menjadi seorang Menteri yang menangani Pemuda dan Olah Raga
dan tokoh pemuda lainnya Cosmas Batubara yang diangkat menjadi
Menteri Perumahan Rakyat.
Dr. Abdul Gafur yang mengenal saya sebagai eksponen GAMKI
258 meminta saya untuk bergabung di salah satu Kelompok Kerjanya
yang setara dengan Kelompok Staf Ahli Menteri dalam Tata
Pemerintahan. Sepuluh tahun lamanya saya membantu Bung Gafur
di dalam Kelompok Kerja Menteri.
Dengan kapasitas itu saya mengajak Menteri untuk membuka
Kongres GMKI di Ujung Pandang dan dilanjutkan dengan ceramah
saya tentang panggilan kita bersama untuk menghidupkan GAMKI
kembali. Dengan jabatan itu pula saya mendorong Abdul Gafur
untuk menghadiri Camp Pemuda HKBP di Kawasan Bukit Jetung
Siborong-borong.
Melihat adanya tanda-tanda kehidupan kembali GAMKI, kami
‘aktivis sisa’ juga bekerja untuk menjelaskan misi ini ke tengah-tengah
beberapa gereja. Pada berbagai kesempatan kami mengundang
kembali aktivis GAMKI dan meminta bantuan ke seluruh cabang-
cabang GMKI di Indonesia seperti yang telah saya canangkan pada
Kongres GMKI 1968 di Ujung Pandang. Kami juga mengorganisasi
kekuatan untuk menyelenggarakan Sidang Pleno Diperluas dengan
Menghidupkan GAMKI yang Mati Suri 259
Daerah-daerah untuk melegalisasikan mandat kepada saya untuk
menjadi Ketua Umum DPP GAMKI dan mempersiapkan Kongres
Nasional GAMKI tahun berikutnya.
Gagasan atau aksi ini didukung teman-teman di Sinar Harapan
pimpinan Soebagio Pr yang berjanji bersama Suryohadi, Moxa
Nadeak dan yang bersimpati pada usaha menghidupkan kembali
GAMKI tersebut. Pendeta Daud Palilu dari GKI Kwitang sangat
berpengaruh dan mengambil bagian penting atas usaha-usaha yang
menghubungkan kehidupan GAMKI yang kita harapkan dengan
Pembinaan Generasi Muda Gereja-Gereja di Indonesia.
Ora Et Labora (Berdoa dan Bekerja), motto yang dipegang
GAMKI terbukti nyata terjadi. GAMKI awalnya tidak memiliki
apa-apa, termasuk Kantor Sekretariat. Kondisi dan situasi politik
nasional pun tidak kondusif, seperti adanya peraturan-peraturan
yang membatasi gerak langkah kepemudaan yang menjadi bagian
hambatan, persoalan dan tantangan yang kita hadapi di Pusat
terlebih di daerah-daerah. Di tengah semua kesulitan itu, GAMKI
menjadi organisasi kepemudaan yang pertama berkongres di
Yogyakarta sejak tahun 1965. Sebuah mukjizat.
Berbagai denominasi gereja mengundang saya berbicara di
tengah-tengah Pemuda Gereja-nya dan menjadi kesempatan bagi
saya untuk mengundang partisipasi mereka menghidupkan kembali
GAMKI sebagai bagian dari Strategi Nasional Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda.
Karena kami membutuhkan kendaraan, suatu saat Pendeta
Daud Palilu mencoba menghadap Pak William Soeryadjaya, pemilik
Astra Internasional yang adalah anggota jemaat GKI Kwitang. Ia
memohon bantuan agar saya yang saat itu menjabat sebagai Ketua
Umum GAMKI diperkenankan membeli Jeep Toyota yang terkenal
waktu itu dengan diskon khusus. Permohonan itu dipenuhi lebih
dari yang diminta! Menjelang Kongres III GAMKI di Yogyakarta
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
kami jual mobil Jeep Toyota itu untuk mengatasi pembiayaan
Kongres yang kalut.
Kongres tersebut akhirnya bisa berjalan baik dan sekali lagi
GAMKI adalah organisasi kepemudaan yang berani dan mampu
menyelenggarakan Kongres Nasional sejak malapetaka nasional
pemberontakan G.30.S/PKI. Pada Kongres tersebut Abdul Gafur
mengapresiasi pikiran-pikiran besar yang disampaikan eksponen
GAMKI selama ini di KNPI dan Kantor Menpora RI. Tetapi
nampaknya esensi kurang ditangkap peserta kongres sehingga
dinamika kongres larut pada keinginan-keinginan jangka pendek
perebutan Ketua Umum baru.
Entah karena ketidaksesuaian apresiasi Menpora dengan
dinamika kongres ini yang mendadak berebut kekuasaan secara
langsung atau tidak, nyatanya pada Kongres III KNPI tak
260 satupun anggota GAMKI yang menduduki Pengurus Baru DPP
KNPI kecuali saya yang berlanjut menjadi salah satu Ketua DPP.
Mungkin Menteri mendapat laporan atas ulah beberapa orang yang
berkeinginan berlebihan untuk memimpin GAMKI yang telah
hidup kembali.
Bagi saya memang dilematis, saya khawatir akan dinilai
mengangkangi Ketua GAMKI atau konsentrasi di DPP KNPI,
sehingga saya serahkan kepada mereka peserta Kongres. Namun
GAMKI telah berdiri kembali, kokoh untuk berjalan menuju
ke Kongres IV dan selanjutnya saya tidak ingin mengotori karya
pengabdian dan pelayanan saya dengan perebutan kekuasaan.
Ketika saya diundang menghadiri acara PISKA di Lantai V
Gedung Sinar Kasih akhir tahun 2016, organisator acara tersebut
Dina Napitupulu, memperkenalkan saya sebagai salah seorang
senior mereka yang menghidupkan GAMKI dari mati suri.
GAMKI perlu menjadi "pabrik kader" seperti saya sampaikan
Menghidupkan GAMKI yang Mati Suri 261
pada Kongres GMKI Ujung Pandang tahun 1968. Kader yang
dihasilkan pabrik itu akan melanjutkan perjuangan, melayani di
tengah-tengah gereja, masyarakat, bangsa dan Negara. Kader-kader
tersebut harus pula berfungsi khusus pada organisasi-organisasi yang
seazas dan bekerja sama dengan "Wali Sanga" organisasi Kristen,
yakni GSKI, GMKI, GAMKI, PWKI, Pertakin, Kespekri, LKIK,
PIKI, dan PARKINDO.
Pada acara Dies Natalis Ke-52 PIKI, 19 Desember 2015 di
Hotel Kartika Candra, Jakarta, saya sebagai salah satu senior di
antara 9 organisasi Kristiani tersebut diminta untuk menyampaikan
semacam orasi tentang kontribusi Wali Sanga terhadap Pembangunan
Nasional.
Dalam orasi itu saya mengungkapkan dan menguraikan
beberapa hal yang berkaitan dengan gereja. Tahun 1962, T.B.
Simatupang mengangkat hasil Konferensi Gereja dan Masyarakat
PGI dan gereja-gereja se-Asia yang diselenggarakan di Sukabumi
khususnya tentang partisipasi dalam pembangunan yang kemudian
terkenal sebagai buku rumus usaha partisipasi gereja dalam
pembangunan. Rumus itu berbunyi: ”Dalam terang Injil Kerajaan
Allah, mengambil bagian secara positif, kreatif, kristis dan realistis
(dalam revolusi).” (Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, TB
Simatupang, hal. 200).
Rumus partisipasi tersebut sejak itu banyak membantu para
aktivis gereja termasuk kader-kader organisasi Wali Sanga di berbagai
kegiatan dan tempat. Rumus itu membuka wawasan dan dengan
berani mengatakan bahwa dalam ketaatan kepada Pemerintah
(Roma 13:1), apalagi terjadi penyimpangan misalnya, hasil
telaah kritis atas suatu kasus dapat mempengaruhi supaya negara
lebih baik, sesuai dengan kehendak Allah (Amsal 11:11), seperti
dikatakan David A. Noebel dalam “Perjuangan Untuk Kebenaran”
(2007). David mengutip penulis lain, Colson, yang mengatakan:
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
“Orang Kristen seharusnya melakukan tugas mereka sebaik yang
bisa mereka lakukan. Bahkan ketika memecahkan persoalan gagal
di mata publik, sukses bukanlah kriteria, namun kriterianya ialah:
KESETIAAN.
Contoh tepat barangkali waktu pengacara ternama Yap Thian
Hien mengangkat ayat alkitab Yohanes 8 ayat 7 : “Dan ketika mereka
terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu
berkata kepada mereka :”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Saat itu dia membela Soebandrio di tengah pengadilan tahun 1965.
Pada saat yang sama, Daniel Lev mengritik gereja di Indonesia yang
tidak berkata apa-apa atas pengadilan Soebandrio itu. Keteladanan
pengendalian diri tidak salah, terpercaya dan kerendahan hati pasti
sangat berpengaruh.
262 Rumus tersebut digunakan dalam partisipasi gereja (PGI)
beserta aktivis Wali Sanga sebagai usaha sistematis dan berani untuk
mempengaruhi berbagai pihak agar Pembangunan Nasional sesuai
dengan amalan seluruh sila dari Pancasila. Hampir sepanjang tahun
1960-an kader Wali Sanga berperan seperti itu dalam banyak kasus
seperti pembakaran gereja di Ujung Pandang, tantangan sementara
Dr. A.M. Tambunan yang akan mengadukan Indonesia ke PBB,
peristiwa Kahar Muzakar, khususnya di Toraja, dan lain sebagainya.
Proses mempengaruhi itu berpuncak pada penempatan konsep
Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila pada jantung
GBHN 1993-1998, yaitu Bab II yang lima tahun lalu hanya
menempati posisi buntut.
TB Simatupang berpesan: “Kita harus selalu waspada agar
pembangunan itu jangan menyimpang dari cita-cita yang telah
menggerakkan perjuangan kita dalam perang dengan revolusi. Tolok
ukur dalam hal ini ialah apakah kita mengamalkan semua sila dari
Pancasila melalui perencanaan dan pelaksanaan pembangunan itu
Menghidupkan GAMKI yang Mati Suri
Memberikan
sambutan pada
DIES NATALIS
GAMKI ke-56.
Bersama Ketua 263
Umum baru
DPP GAMKI
Michael
Wattimena
dan adik-adik
GAMKI.
Foto dua generasi Ketua GAMKI, Saya dan Michael Wattimena dipasang di poster
acara Dies Natalis GAMKI.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
atau tidak.” (Cover Buku Acara T.B. Simatupang Memorial Lecture,
Jakarta 12 November 2012.)
Mengungkap ulang peristiwa penting tersebut di tengah Dies
Natalis Ke-52 PIKI, saya rasa perlu sekali kita mengingat kompetensi
PIKI sebagai cerdik-cendekia (meminjam istilah Pak Cornelius)
serta potensi SDM yang meyakinkan akan banyak hal yang bisa
dilakukan dan banyak pula yang dapat dibagikan sehingga makin
banyak berkat yang dikaruniakan tersalurkan, menjadi berkat bagi
banyak orang. Dalam hubungan itu salah satu yang amat strategis
yang disebut dalam kerangka acuan yaitu Pembentukan Lembaga
Kajian. Hasilnya ditunggu semua organisasi Wali Sanga/Lembaga
Keumatan bahkan Lembaga Negara di desa maupun di kota.
Suatu ketika saya mengusulkan kepada Ketua Umum baru
DPP GAMKI Michael Wattimena untuk menulis ulang sejarah
264 perjuangan Pemuda Kristen, dan Sejarah Perjuangan GAMKI.
Timnya dibentuk dengan SK DPP tapi berlarut-larut dan tidak
berlanjut. Semoga kelak menjadi kenyataan bahwa “Semua Pemuda
Gereja adalah Pemuda Kristen” dan dalam kehadirannya melayani
di tengah-tengah Gereja, Negara dan Masyarakat.
Selamat berjuang GAMKI. Ora et Labora!
z
BAB ENAM BELAS
Mendukung Perfilman
Nasional
Pada periode I DPP KNPI, tahun 1973 saya menjabat di
Departemen Seni Budaya. Di suatu diskusi bersama teman-
teman seniman di Taman Ismail Marzuki, saya bergurau
mengatakan kalau habis nonton film Indonesia, saya merasa pulang
tidak membawa apa-apa. Komentar ini rupanya menyinggung
perasaan beberapa artis Ibukota yang hadir saat itu, salah satunya
Rahayu Effendi, artis terkenal pada waktu itu. Dia "marah-marah"
mendengar komentar saya itu sampai jadi berita di halaman depan
beberapa koran Ibukota.
Di balik gurauan saya sebenarnya tersirat suatu keinginan agar
film-film nasional kita lebih banyak mendidik dan memotivasi
kaum muda bangsa ini. Untuk meluruskan kesalahpahaman ini,
Akbar Tanjung dan saya beserta beberapa teman lainnya berkunjung
ke rumah Rahayu Effendi. Sejak itu, saya menjalin komunikasi
yang baik dengan artis-artis ibukota sampai kemudian saya masuk
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
menjadi anggota Dewan Film Nasional. Pada beberapa kesempatan
di DPP KNPI, saya mengusulkan agar DPP KNPI menopang
produksi film nasional yang berkaitan dengan memotivasi bangsa
kita untuk membangun desa. Usulan ini sekaligus menyambung ide
Ketua Umum DPP KNPI, David Napitupulu, untuk mendirikan
Desa Pemuda di Sumatera Utara bersama dengan eksponen KNPI
Sumut waktu itu, Ir. Rangkuti. Sayangnya program ini tidak
berlanjut walaupun Presiden Soeharto telah menjanjikan sepuluh
traktor.
Gagasan saya agar DPP KNPI turut menopang pembuatan film
Nasional disetujui dan kami bekerja sama dengan Pemerintah c.q.
Departemen Penerangan RI. Diproduksilah suatu film nasional oleh
Slamet Rahardjo dan kawan-kawan yang skenarionya saya baca,
yaitu Dr. Siti Pratiwi Kembali Ke Desa. Pemain utamanya adalah
Christine Hakim, yang berperan sebagai dokter yang mengabdi
266 kepada rakyat desa.
Salah satu adegan dalam film Dr. Siti Pratiwi Kembali ke Desa yang dibintangi
Christine Hakim. Foto: Perpustakaan Nasional.
T.B. Simatupang pernah menggambarkan totalitas peranan
rakyat desa pada perang kemerdekaan, betapa sulit kita mengharapkan
Mendukung Perfilman Nasional
kemenangannya lawan
penjajah tanpa rakyat desa.
Dalam sebuah tulisan,
beliau menguraikan
cita-cita atau impian di
balik program motivator
pembangunan itu
(Motivator Milik Desa,
Dharma Cipta-DGI, T.B.
Simatupang, 1978).
Ulasan media tentang film “Dr. Pratiwi
Kembali ke Desa” yang diproduksi Safari Sinar
Sakti Film bersama KNPI.
Berdasarkan pengalaman 267
selama Perang Kemerdekaan,
kita belajar bahwa perjuangan
nasional yang besar hanya
dapat berhasil apabila dia
berpangkalan dan berada
di desa-desa. Maka disadari
bahwa pembangunan tidak
kalah besarnya dengan
Perang Kemerdekaan, dan
pembangunan hanya dapat
berhasil apabila berpangkalan
dan berakar di desa-desa.
Berdasarkan pengalaman Poster film “Dr Siti Pratiwi kembali ke
bahwa pada permulaan Desa”, dibintangi oleh aktor dan aktris
lahirnya gereja-gereja di terkenal pada masa itu.
Indonesia, jemaat-jemaat merupakan pusat-pusat pembaharuan
bagi kehidupan di desa-desa di Tanah Air, maka disadari bahwa
salah satu sasaran utama bagi partisipasi Gereja dalam pembangunan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
ialah agar jemaat – jemaat yang berjumlah puluhan ribu itu dapat
menghidupkan kembali fungsinya sebagai pusat pembaharuan
dalam pembangunan desa-desa di sekitarnya.
Berdasarkan pengalaman selama Perang Kemerdekaan bahwa
kehadiran pemuda-pemudi terpelajar yang penuh dedikasi dan
semangat juang telah ikut mengembangkan motivasi di kalangan
rakyat desa untuk mengambil bagian penuh dalam perang
kemerdekaan itu, maka disadari bahwa dalam pembangunan
kehadiran pemuda-pemudi terpelajar yang penuh dedikasi di desa-
desa dapat membantu rakyat desa mengembangkan motivasi untuk
sepenuhnya mengambil bagian dalam pembangunan.
Dalam rangka cita-cita pembentukan Gereja Kristen Yang Esa
di Indonesia sebaiknyalah pemuda-pemudi itu merupakan satu
korps yang berasal dari berbagai gereja dan yang bertugas di mana
268 pun juga diperlukan dengan melihat seluruh Indonesia sebagai satu
wilayah pelayanan dan kesaksian bersama.
Para motivator pembangunan itu diharapkan menjadi unsur-
unsur penting dalam pembinaan generasi baru, tenaga-tenaga kader
yang akan menjadi pelopor dalam perwujudan cita-cita keesaan dan
pembaharuan gereja, sekaligus pelopor-pelopor dalam partisipasi
gereja dalam pembangunan sebagai semboyan yang bermakna
dalam upaya bangsa kita untuk membangun Masyarakat Indonesia
yang maju, makmur, adil dan lestari berdasarkan Pancasila.
Sejak tahun 1971, T.B.Simatupang bersama pimpinan MPH
DGI lainnya dan DR. M. Hutasoit, mantan Sekertaris Jenderal
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, bersama beberapa
anggota pengurus lainnya memimpin Dharma Cipta – DGI yang
secara fungsional di lapangan dioperasikan Drs. W. Lalisang,
seorang ekonom dan Wakil Direktur Drs. Binsar Sianipar, Sarjana
Kedokteran Hewan bersama puluhan tokoh-tokoh pemuda
lainnya. Mereka tampil dan muncul melahirkan ratusan motivator
Mendukung Perfilman Nasional 269
pembangunan dan menyebarkannya ke seluruh penjuru tanah air.
Sayang program yang strategis dan sangat penting ini tidak pernah
terdengar lagi kelanjutannya.
Prof. DR. Emi Salim bahkan memberi sambutan lewat tulisannya,
Dicari Manusia Tipe Ruth. Ruth Sendi Ramba adalah seorang Toraja
yang membangun para wanita di Desa Batuneda. Menurut Emil
Salim, Ruth adalah manusia biasa tetapi berhasil melaksanakan
fungsi-fungsi motivator desa. Tujuan Ruth adalah merangsang
masyarakat desa untuk mencari sendiri solusi dari persoalan mereka.
Ruth bekerja membangkitkan partisipasi masyarakat desa dengan
gairah spontan mereka sendiri tanpa perintah, tanpa paksaan.
Menurut Emil Salim di desa-desa di Indonesia hidup jutaan rakyat
kecil dalam keadaan “tertinggal” seperti di desa Batuneda, Tapanuli
Utara, tempat Ruth bertugas sebagai motivator pembangunan.
Mereka punya kemampuan, tapi persoalannya adalah mereka tidak
berdaya, mereka hidup terlalu lama dalam perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan sehingga mereka hanya tahu dunia kemiskinan
ini.
Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup, Prof. DR. Emil Salim akhirnya mengatakan bahwa
Dharma Cipta Dewan Gereja-gereja di Indonesia sebagai lembaga
pengembangan partisipasi pembangunan telah berhasil melatih
motivator-motivator desa seperti Ruth dan kawan-kawannya. Dan
secara obyektif kita lihat bahwa usaha ini berhasil membangkitkan
gairah dan semangat hidup di desa-desa miskin seperti di Indonesia.
Dalam sebuah kesempatan, Emil Salim menceritakan
keberhasilan Dharma Cipta DGI ini kepada Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan beliau gembira mendengar bahwa langkah-
langkah serupa ini juga diselenggarakan oleh organisasi-organisasi
Islam di tanah air kita. Akhirnya Emil Salim mengatakan bahwa
Indonesia begitu luas, penduduknya begitu banyak dan yang miskin
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
jutaan, tetapi kita bisa membangkitkan gairah hidup mereka untuk
keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. "Yang
diperlukan adalah uluran tangan penuh kasih dan dedikasi yang
menuntun mereka untuk mencari solusinya sendiri," tegas Prof.
DR. Emil Salim.
Tetapi siapakah yang akan tampil untuk benar-benar
membebaskan jutaan rakyat desa dari jeritan penderitaan itu?
Saya teringat “karikatur” teman-teman dari Amerika Latin peserta
pertemuan CCPD/WCC yang juga menghadapi persoalan desa
yang mirip dengan yang dialami Indonesia.
Karikatur mereka mengkritik gereja-gereja (termasuk penguasa)
berupa semacam “pelesetan” dari ayat alkitab Keluaran 3:7 yang
berbunyi Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan
dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah
270 mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah
mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka."
Sesungguhnya, sebagaimana Allah memperhatikan kesengsaraan
umat-Nya di Mesir, Ia juga memperhatikan kesengsaraan seluruh
umat-Nya. Ia mendengarkan seruan orang yang susah dan tertindas.
Pada waktu itu, umat Allah hendaknya berseru kepada-Nya agar Ia
turun tangan menolong mereka. Apakah penindasan kita disebabkan
oleh situasi, orang lain, Iblis, dosa, atau dunia, penghiburan kasih
karunia dan pertolongan Allah lebih daripada memadai untuk
mengatasi semua keperluan itu (Roma 8:32). Pada waktunya Allah
akan melepaskan kita (bdk Kejadian 15:13 dst)
Setelah memperhatikan laporan-laporan dari berbagai negeri,
kuping karikatur itu ditutup dan teks di bawahnya bertuliskan "I
don’t hear you", seolah-olah itu yang menjadi Tuhan. Sebuah kritik
kepada Gereja, penguasa dan kita semua yang mengetahui dan
melihat penderitaan rakyat tetapi tidak melakukan usaha yang
memadai atas penderitaan tersebut.
Mendukung Perfilman Nasional 271
Sambutan dan dukungan dunia (melalui CCW/WCC) atas
terciptanya Lembaga Development Center DGI besar sekali.
Begitu juga sambutan pemerintah secara nasional maupun lokal
seperti ditunjukkan Prof. DR. Emil Salim. Seharusnya dukungan
ini memberikan dorongan kepada gereja-gereja di Indonesia untuk
melanjutkan dan meningkatkan program-programnya khususnya
program primadona, Pendidikan Motivator Pembangunan, yang
telah dikenal luas secara nasional dan internasional itu. Dan sampai
sekarang masalah yang ditangani, yaitu pembebasan rakyat dari
kemiskinan, masih tetap menjadi masalah bangsa Indonesia?
Suatu ketika muncullah pemikiran di tengah DGI/PGI untuk
mengubah nama Lembaga ini menjadi Dharma Cipta PGI. Bagi saya,
ide perubahan ini suatu hal yang sah-sah saja, namun sebenarnya
saya tidak melihat ada yang amat substansial dari perubahan ini,
bahkan menguras energi untuk menjelaskan padanan Bahasa
Indonesia itu ke seluruh dunia yang telah mencatat lembaga ini
sebagai Development Centre.
Selang sekitar dua tahun lahirlah suatu lembaga baru yang
disebut Pelayanan Masyarakat Kota yang menciptakan program-
program lepas, bisa dikatakan hit and run. Kemudian lahir
pula Lembaga Pelayanan Pembangunan disingkat PELPEM
yang sebenarnya hanya menyatukan lembaga-lembaga tersebut.
Namun apa pun nama untuk lembaga-lembaga baru itu, keadaan
menunjukkan penurunan. Perlahan-lahan kegiatan Dharma Cipta
(Development Centre) tidak terdengar lagi sampai berujung pada
kematiannya. Catatan ini hanya berupa pengamatan dari seorang
awam dan partisipan atas kegiatan dan program PGI.
Dalam perjalanan dariWisma Caringin ke Jakarta, saya berdiskusi
tentang perkembangan pelayanan PGI dengan seorang sahabat di
GMKI yang juga alumni senior Motivator Pembangunan, Julius
Saludung. Saya katakan, dari sisi strategi saya mencatat kelemahan
kita untuk melanjutkan dan meningkatkan. Saya beri contoh bahwa
dahulu ada yang baik, yaitu Institut Oikumene Indonesia (IOI)
pimpinan Pendeta Habandi dari GKP (Gereja Kristen Pasundan),
tapi kemudian IOI hilang tanpa bekas. Menurut saya, kita lemah
memelihara dan mengembangkan yang baik.
z
BAB TUJUH BELAS
Ketua Umum Panitia
Perayaan HUT PGI
Ke-50
Beberapa waktu sebelum Sidang MPL-PGI tanggal 16 – 18
November 1999 di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, Jawa
Barat, Sekretaris Umum MPH PGI, Pdt. DR. J.M. Pattiasina,
menemui saya di kantor Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Beliau
menyampaikan bahwa PGI akan memperingati HUT Ke-50 pada
25 Mei 2000 dan diharapkan ada kegiatan setahun penuh menuju
tanggal peringatan atau perayaan tersebut.
Untuk itu, MPH-PGI mengharapkan saya bersedia menyusun
dan memimpin kepanitiaan untuk Perayaan HUT Ke-50 PGI
tersebut. Sekum PGI ini saya kenal baik dan tidak banyak basa-basi
sehingga jawaban pun diharapkan tegas, to the point. Saya diberi
waktu sekitar 10 hari sebelum 16 November 1999 untuk menyusun
kepanitiaan dan suatu gambaran rencana selama setahun penuh
menuju HUT PGI Ke-50.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Dana dari PGI tersedia hanya Rp.1.000.000,- (satu juta
rupiah). Terbayang tugas yang berat sekali, tapi saya menyadari
bahwa saya putra gerakan Oikumene PGI dan seorang sintua, dan
yang memberi penugasan ini adalah seorang pendeta dan kami
telah bersahabat lama. Saya pun pernah menikmati beasiswa singkat
dari Badan Kerja Sama DGI – GMKI waktu saya kuliah di UGM
Yogyakarta.
Saya membayangkan pula tugas berat Pak Pendeta Pattiasina
karena ia harus memberi laporan di MPH-PGI bulan depan dan
mempersiapkan segala sesuatunya menuju Sidang Raya PGI tanggal
24 – 31 Maret 2000 di Palangka Raya, termasuk laporan kegiatan
Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI.
Langkah awal saya adalah menghubungi beberapa tokoh
pergerakan Oikumene pada berbagai lembaga keumatan untuk
274 duduk sebagai Panitia Pelaksana. Mereka antara lain adalah Drs.
Supardan, Drs. Inget Sembiring, Mindo Lumbangaol, SS, Mangara
Tambunan, DR. WillyToisuta, serta Linda Sumilat dari UKI. Kepada
teman-teman inti ini saya minta agar kita sama-sama menggerakkan
sebanyak mungkin tokoh-tokoh pergerakan Oikumene.
Kami mendekati beberapa tokoh di lembaga-lembaga
keumatan dan di masyarakat serta mempertimbangan senioritas dan
profesionalitas mereka. Sebanyak mungkin kami juga melibatkan
tokoh-tokoh pergerakan Oikumene dan pejabat-pejabat kami. Tim
Inti menyusun organisasi kepanitiaannya yang terdiri dari Penasihat
beranggotakan 26 orang, Pengurus Harian 19 orang, serta 8 orang
Ketua-Ketua Bidang.
Delapan Bidang tersebut mewakili isu-isu yang berkembang
kala itu. Bidang-bidang inilah yang akan ditangani Panitia sepanjang
tahun menuju 25 Mei 2000 sebagai acara puncak.
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI 275
Bidang-bidang itu adalah:
Bidang Kerohanian, Kemandirian dan Dana
Bidang Sosial Budaya dan Acara Puncak
Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Bidang Pemberdayaan dan Advokasi
Bidang Pembangunan Civil Society
Bidang Pemberdayaan Perempuan
Total anggota Panitia mencapai hampir 210 orang, suatu jumlah
Panitia yang dianggap "aneh". Tetapi mereka akan bekerja di bawah
pimpinan seorang Ketua Ahli dan dibantu seorang Koordinator dari
Pengurus Harian. Setiap bagian melakukan kegiatan, menyiapkan
konsep dan mendokumentasikannya dalam bentuk buku, bahkan
secara relatif berwenang mengumpulkan dan membiayai berbagai
kegiatannya.
Mungkin inilah panitia terbesar dalam sejarah kegiatan DGI,
pertemuan dan persekutuan kurang lebih 210 orang tokoh-tokoh
pergerakan Oikumene yang berasal dari berbagai denominasi,
suku, profesi, dan kedudukan baik dari lembaga swasta maupun
pemerintahan.
Dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian PGI Nomor
113/PGI-XX/SKEP/1999 tanggal 14 Desember 1999, Kepanitiaan
Perayaan HUT Ke-50 PGI diumumkan dalam suatu Kebaktian
Minggu dengan tuan rumah HKBP Sudirman Jakarta yang berlokasi
di Jl. Setiabudi Raya No.3, Jakarta Selatan. Kebetulan pada waktu
itu saya adalah Wakil Guru Huria (Ketua Majelis) HKBP Sudirman,
sehingga wajar pula HKBP Sudirman mempersiapkan kebaktian
untuk maksud itu serta suatu resepsi peresmian dan perkenalan
dengan jemaat HKBP Sudirman Jakarta.
Semua jemaat yang hadir pada kebaktian itu, para panitia yang
dilantik dan MPH PGI diundang untuk menikmati makan malam.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Acara Peresmian Kepanitiaan Perayaan HUT Ke-50 PGI malam
itu juga diisi dengan penampilan Paduan Suara ternama HKBP
Sudirman, “Solideo Gloria”.
HUT Ke-50 ini dihubungkan dengan Tahun Yobel yang
disebut dalam Alkitab pada Imamat 25 sebagai Tahun Pembebasan.
Diharapkan gereja-gereja sebagai bagian tak terpisahkan dari
Bangsa Indonesia, dapat berperan aktif untuk membebaskan orang
dari belenggu ketakutan, kecemasan, ketidakpastian masa depan,
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Pembebasan ini
hanya mungkin terwujud apabila kita melaksanakannya dengan
sungguh-sungguh, dilandasi ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan
sebagaimana pesan yang dirumuskan pada Sidang Raya XIII PGI
Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 24 – 31 Maret 2000. Sidang
itu bertema: ”Carilah Tuhan, Maka Kamu Akan Hidup (Amos 5:6a)
dan Subtema: “Bersama-sama Memperkokoh Persatuan, Kesatuan
276 dan Moralitas Bangsa, Menegakkan Hukum, Keadilan, Kebenaran,
dan Keutuhan Ciptaan Berdasarkan Kasih Dalam Memasuki Abad
Ke-21”.
Pemahaman itu memompa semangat setiap anggota Panitia
yang berada dalam kondisi keuangan yang tidak kekurangan, tapi
juga tidak berkelebihan. Dalam kondisi itu kami menghimbau
gereja-gereja di DKI Jakarta agar bersedia menampung Panitia
untuk bersidang di aula gereja setelah mengikuti kebaktian bersama
panitia dengan jemaat setempat, sebagaimana yang telah dicapai
bersama dengan HKBP Sudirman Jakarta.
Semua gereja yang kami kirimkan surat permohonan kerja
sama menerima dengan rasa syukur, antara lain Gereja Toraja di
Kelapa Gading, Gereja GKI Gunung Sahari, Gereja GPIB Paulus
Jalan Sunda Kelapa, Gereja Kristen Jawa di Rawamangun, GKI
Kebayoran Baru, dan GKI Pondok Indah. Selain pemakaian aula
RS PGI Cikini, semuanya berkenan menjadi tuan rumah Sidang
Pleno Panitia.
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI 277
Saya bangga sekali atas sikap dan kasih sayang gereja-gereja
tersebut, saya makin merasa sebagai putra dari semua gereja
-- Gereja Yang Esa. Saya juga terinspirasi untuk menggunakan
ucapan Santo Agustinus: “Saya menerima Kristus seutuhnya untuk
menjadi penyelamat saya, saya menerima seluruh isi Alkitab untuk
memperlengkapi diri saya; saya menerima seluruh gereja demi
persekutuan saya.”
Sebuah karya tulis Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI melalui
Bidang Kerohanian (Doktrin, Kader & Kelembagaan) adalah buku
Revitalisasi Gerakan Ekumene di Indonesia, berisi studi dan kajian
Bidang Kerohanian yang disunting oleh Pendeta Dr. Robert P.
Borrong dan Drs. Supardan. Buku ini diterbitkan atas kerja sama
Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI dengan Penerbit PT Wonosari
Sawunggaling. Buku ini dibagikan kepada panitia dan jemaat pada
kebaktian dan rapat pleno panitia dengan tuan rumah GKI Pondok
Indah. Saya sendiri menulis Sekapur Sirih pada awal halaman buku
itu.
Saya tertarik untuk mengatakan bahwa perkembangan dan
perubahan zaman yang cepat melahirkan tantangan baru untuk
Gerakan Oikumene. Semakin dirasakan bahwa Persekutuan Gereja-
gereja di Indonesia (PGI) adalah hasil akhir dari Gerakan Oikumene
di Indonesia sehingga perhatian kurang tertuju pada gerakan
Oikumene grass root yang amat substansial dalam hampir semua
gerakan.
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kebayoran Baru, penuh sesak
mengikuti Kebaktian Penutupan Perayaan HUT Ke-50 PGI. Kami
merancang agar khotbah sekaligus penutupan perayaan disampaikan
oleh Pendeta DR. Eka Darmaputera dengan harapan beliau akan
mengungkapkan beberapa nilai teologis dengan tekanan-tekanan
khusus pada tugas panggilan kita untuk gereja saat ini.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Dirancang pula agar pidato akhir disampaikan oleh Pendeta
Natan Setiabudi yang sehari-hari sering menyampaikan hal-hal yang
bernuansa politis. Maka dari itu, acara ini adalah suatu kesempatan
untuk bicara kepada seluruh umat Kristen Indonesia dan Bangsa
Indonesia tentang berbagai makna politik dan kemasyarakatan. Saya
berpesan agar karya-karya tulis lain dari bidang-bidang lain yang
belum diserahkan kepada panitia, diserahkan saja kepada MPH PGI
untuk dikaji penerbitannya, termasuk Seminar Perempuan yang
diselenggarakan di Sumatera Utara dengan pembicara Ny. Jenderal
Luhut Panjaitan br. Simatupang dan Senior GMKI, Henny Massu.
Sesungguhnya ada satu lagi buku yang amat diharapkan terbit
yaitu Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan yang
dikoordinir oleh Dr. Mangara Tambunan dan diketuai Kasumbogo
Untung. Keduanya adalah tokoh alumni Universitas Gajah Mada
dan Institut Pertanian Bogor, sedang anggota-anggotanya yang
278 banyak dari IPB Bogor, kompeten dalam bidang ini. Sayangnya
buku itu tidak berhasil tersusun walaupun materinya relatif sudah
memadai.
Secara khusus banyak yang berharap bahwa dengan Perayaan
HUT Ke-50 PGI, tokoh-tokoh PGI akan merespon pikiran-
pikiran dan sindiran-sindiran kehidupan PGI yang dinilai semakin
melenceng dari tujuan semula. Dari kalangan pecinta PGI sendiri
telah muncul kritik-kritik seperti “Oikumene, Gerakan dan
Institusi”, “PGI harus direformasi”, “Berubahlah oleh pembaharuan
budimu” dan “Revitalisasi Gerakan yang membangun” yang perlu
ditelaah PGI dalam semangat merayakan HUT ke-50 ini (Berita
Oikumene, Mei 2004).
Daftar lengkap Panitia Perayaan Perayaan HUT Ke-50
PGI berdasarkan SK MPH-PGI No. 029/PGI-XII/SKEP/2000
tertanggal 24 Februari 2000 adalah sebagai berikut:
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI
SUSUNAN PERSONALIA
PANITIA PERAYAAN HUT KE-50
PERSEKUTUAN GEREJA–GEREJA DI INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB: Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI
PENASIHAT
1. Laksda TNI Freddy Numberi 15. Vence M. Rumangkang
2. DR. Radius Prawiro 16. Prof. T. Ihromi Simatupang
3. LaksamanaTNI (Purn) Rudolf Kasenda 17. Sabam Sirait
4. Pdt. DR. Eka Darmaputera 18. DR. Albert Hasibuan, SH
5. Letjend. TNI (Purn) H.B.L. Mantiri 19. Prof. DR Midian Sirait
6. William Soeryadjaya 20. Sabam Siagian
7. Mochtar Riyadi 21. H.N. Sumual
8. Mayjen. TNI (Purn) Pranowo 22. Pdt. DR. Daud Palilu
9. Ir. Ciputra 23. Pdt. DR. Sularso Sopater
10. Soedarjo 24. Pdt. DR. J.M. Pattiasina
11. DR. K. Pri Bangun 25. Ir. Ichsan K. Gunawan 279
12. Soy M. Pardede, SE 26. Pdt. DR. A.A. Yewangoe
13. Drs. Theo L. Sambuaga 27. Pdt. DR. Theo Kobong
14. Drs. Enggartiasto Lukita
PELAKSANA
Ketua Umum: Amir L. Sirait, MBA
Ketua:
• Drs. Supardan, MA • Prof. DR. Manase Malo
• Drs. Inget Sembiring • DR. Mangara Tambunan
• DR. Willy Toisuta • Titik Sumbung, SH, MPA
Sekretaris Umum: Dra. Linda Sumilat-Paembonan
Wakil Sekretaris Umum:
• dr. Poltak Hutagalung, MBA • Nixon Gans Lalu, S.H.
• Drs. Imanuel Blegus, MSi • Prof. Dr. Daniel Mudiarso
• Drs. Berny Tamara • Elvina Simanjuntak
• Ir. Edward Tanari, MSi
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Bendahara Umum: Drs. Jusuf Arbianto T.
Wakil Bendahara Umum:
• Chandra Ekajaya
• dr. Tunggul W.H. Simanjuntak, MBA
Ketua-Ketua Bidang:
Kerohanian (DKK): Pdt. Dr. Robert P Borrong
Kemandirian (Teologi): Drs. Jusuf Arbianto T.
Daya & Dana: Chandra Ekajaya (Wakil Ketua)
Sosial Budaya: Drs. Mindo Lumban Gaol (Ketua)
Drs. F.H. Silaen (Wakil Ketua)
Acara Puncak
Pemberdayaan Perempuan: Dra. Rasmina Napitupulu, MM
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan:
280 Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, MSc
Pemberdayaan & Advokasi: Pdt. Dr. A.N. Radjawane
Pembangunan Civil Society:
Ir. Drs. Bonar L. Simangunsong, MSc
BIDANG KEROHANIAN (DOKTRIN, KADER &
KELEMBAGAAN)
Koordinator: Drs. Supardan, MA
Ketua: Pdt. Dr. Robert P. Borrong
Sekretaris: Drs. Immanuel Blegur, MSi
Anggota:
• Drs. Pontas Nasution • Pdt. Dr. Darwin L. Tobing, MTh, ThM
• Dr. Binsar Sianipar • Dr. Albert Wijaya
• Drs. Tonny Waworuntu, MM • Ir. Jonathan L. Parapak
• Pdt. Dicky M. Mailoa • Ir. Marojohan Doloksaribu
• Pdt. Shirato Syafei, STh • Pdt. Yoas Adi Prasetio, MTh
• Ir. Asi H. Napitupulu, MSc • Cornelius Tatatap
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI
• Dr. Agust Kafiar • Pdt. E. Hutapea, STh
• Drs. Sunggul Siahaan • Pdt. Rambio J. Hutagaol, STh
• Dr. Sutarno • Kitty E. Mamesah-Pangkerego
• John Pieris, SH, MSi • Anna Henny Kandou-Mussu
• Binsar Siburian, SH • Dra. Sulandiana Nus Liur
• Bul Penyami, MBA • Ir. Natigor Siagian
• Reinal Rante Parapak • Togi Sianturi, SH
• Pdt. Nus M. Liur, SPAK • Pdt. M.N.G. Sahertian, STh
BIDANG KEMANDIRIAN (TEOLOGI, DAYA DAN DANA)
Koordinator: Drs. Inget Sembiring
Ketua: Drs. Jusuf Arbianto T.
Wakil Ketua: Chandra Ekajaya
Sekretaris: dr. Tunggul W.H. Simanjuntak, MBA
Anggota: 281
• Ir. Edwin Kawilarang • John Pieter Nainggolan
• Ir. Mangiring Lumbantoruan, MBA • Dr. Hamonangan Hutabarat
• Drs. William Siswadi • Dr. Leopard A. Nikiyuluw
• Edwin Gerungan • Dr. Yvonne Nikiyuluw-Paliyama, Sp.Rad.
• Pdt. L.Z. Raprap, STh • Maruli Gultom
• Drs. Lucas Luntungan • Hendrik Pattinama
• Sutikno Soedarjo • Ir. Timbul Siregar
• Ir. Joris Rahadi • Tiolina Tobing, SH
• Ir. Chris Kanter • Sterra Pieters, SH
• Marsiaman Saragih, SH • Dra. Lily Rumambi
• Dr. Bahrium Sipahutar, SpBU
BIDANG SOSIAL BUDAYA & ACARA PUNCAK
Koordinator: Mindo L. Gaol, SE
Ketua: Drs. F.H. Silaen
Sekretaris: Drs. Berny Tamara
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Anggota: • S.A.L. Tobing-Silitonga
• Aida Swensen Simanjuntak • Ir. Leo Nababan
• Sasongko Soedarjo, MBA • Dr. M.A. Siagian
• Ria Prawiro • Drs. Harnold Abel
• Chris Pattikawa • Dominggus Stanley Noya
• Ir. Helman Sembiring • Drs. Andaru Satnyoto
• Januar Sugianto • Drs. Johan Sompotan
• Yulius Bobo • Beny Balukh
• Sri Astuti Rahayu • Brigjend (Pol) Posma Tobing
• Tetty Manurung • Teguh Karya
• Antonius Tanan • Yunita Naiborhu
• Charles Bonar Sirait, SE
BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
282 Koordinator : Titi Sumbung, SH, MPA
Ketua : Dra. Rasmina Napitupulu, MM
Sekretaris : Elvina Simanjuntak, MA
Anggota:
• Endang Wilandari • Dra. Ellen Gunawan
• Supardan, SE, MA Sitompul, MA
• Sulianti Buddhisuharto, SH • Ruth Kadarmanto, MA
• Anna Henny Kandou-Mussu • Magdalena Simanjuntak, SE
• Dra. Theresia Huwae, MSi • Natalia D. Jacob-Tetelepta
• Frieda Simangunsong, SPi, MEd • Santi Manurung
• Ir. Ria Sianipar • Tilly Batubata Wulur
• dr. Sondang Sirait, MM • Weinata Sairin, MTh
• dr. A.A. Tombokan- Neloe, MHA • M. Tengker Rombot
• Ir. Pasti Tarigan • Pdt. Elisabeth Mailoa-Marantika
• Pdt. Caroline Pattiasina, MTh • Evang Darmaputera
• Pdt. Lili Danes, STh • Dra. Rochella Matondang
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI
• Johanna Diana Waworuntu-Tompudung, SS • Drs. Stephen Suleman, TTh
• Sri Padmi • Luci Montolalu, MA
• Prof. Dr. Paulus Tandilintang
BIDANG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
Koordinator : Dr. Mangara Tambunan
Ketua : Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, MSi
Wakil Ketua : Dr. E.G. Togu Manurung
Sekretaris : Prof. Dr. Daniel Mudiarso
Anggota:
• Barita Simanjutak, SH • Ir. Pandapotan Sinaga, SE, MA
• Dr. Mangatas Tampubolon • Pdt. Otto H. Sitohang, MMin
• Prof. Dr. Bungaran Saragih • Prof. Dr. Ir. Bonar Pasaribu
• Pdt. Dr. Karel Phil Erari • Prof. Dr. Daniel Monintja 283
• Pdt. Liesje Sumampouw-Pangkey,S.Th.,MA • Dr. Ir. Victor Nikiyuluw
• Jacobus P. Salosong • Dr. Ir. Haryanto
• Pdt. Rachman T. Munthe, MTh • Dr. Ir. Katiarso
• dr.Tunggul D. Situmorang, SpPD,Dippl/MMed,Si • Prof. Dr. Ing. K.T. Sirait
• Almaden Lubis, S.H. • Pdt. Weinata Sairin, MTh
• Ir. Robert Sitorus • Dr. Daud Silalahi
• Dr. Ir. Meity Sinaga • Dr. Bonar Sinaga
BIDANG PEMBERDAYAAN & ADVOKASI
Koordinator: Dr. Willy Toisuta
Ketua: Dr. Nico Rajawane
Sekretaris: Nixon Gans Lalu, SH
Anggota:
• Tunggul P. Siagian, MSc • Dr. J.B. Saragih, SpPD
• Drs. Arkin Zebua • Pdt. Lucas Sabarofek
• Luhut M.P. Pangaribuan, SH, LLM • Dr. Med. Mangasa L. Tobing, dr. SpPD
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
• Dra. Chrisanti HS • Dra. Antie Solaiman, MA
• Drs. Jerry Sirait • Timbul Thomas Lubis, SH, LLM
• Ronald Pattinasarany, SH
• Ruhut Sitompul, SH • St. Drs. T. Parlin Simandjuntak
• Arif Gosita, SH • Pdt. Belandina Non, MTh.
• Ir. Jansen H. Sinamo • Prof. Dr. Valerine Krikkoff, SH
• Teras Narang, SH • Danny Tarigan, SH, MSc.
• Prof. Dr. Mieke Maloan, SH • Marina Sidabutar, SH
• Chontina Siahaan, SH, MSi
BIDANG PEMBANGUNAN CIVIL SOCIETY
Koordinator: Prof. Dr. Manasse Malo
Ketua: Ir. Bonar L. Simangunsong, MSc
Sekretaris: Ir. Edward Tanari, MSi
Anggota:
• Dr. Ir. Heinrich W. Napitupulu • Drs. Yacobus Camarlow, MP
284 • Dr. Sutradara Ginting • Pdt. Saut Sirait, MTh
• Simon Patrice Morin, SH • Victor Silaen, MA
• Ir. M. Tampubolon • Rihat Hutagalung, ST
• Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban • Dra. Isbodroini, MA
• Dr. Baltasar Tarigan • Drs. Martin Purba
• Drs. Eben Pasaribu, MSc, PhD • Prof. Dr. Bintan Regen Saragih, SH
• Drs. Yap Souissa • Hanati Nazara
• Ir. Mindo Sianipar • Max Wilar
• Ir. Lucas Benny Sihasale • Anny Bertha Simamora
• Tumpal Sihite, SH
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI
TIM KHUSUS (TASK FORCE) PENGGALANG DANA
Ketua : William Siswadi
Wakil Ketua : dr. Tunggul W.H. Simanjuntak, MBA
Wakil Ketua : Drs. F.H. Silaen
Anggota:
• Ir. Jonathan L. Parapak • Ir. Lucas Benny Sihasale
• Dr. Willy Toisuta • Ir. Robert Sitorus
• Ir. Mangiring Lumbantoruan, MBA • Dra. Lily Rumambi
• Prof. Dr. Albiden Nainggolan, PhD • dr. Yvonne Nikijuluw-Palijama, SpRad
• Drs. Budi Pranoto • Drs. Effendi MS Simbolon
• M. Tengker – Rombot • Mona Rangkuti
• Ir. Jorris Rahadi • Drs. S. Laoli
285
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
SURAT KEPUTUSAN
MAJELIS PEKERJA HARIAN
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI
INDONESIA
NOMOR 029/PGI-XII/SKEP/2000 TENTANG
PERUBAHAN SUSUNAN PERSONALIA PANITIA
PERAYAAN HUT KE-50 PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
MAJELIS PEKERJA HARIAN
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI
INDONESIA
MENIMBANG:
286 1. Bahwa Susunan Personalia Perayaan HUT Ke-
50 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan MPHPGI
No.113/PGI-XII/SKEP/1999, perlu diubah dan
disempurnakan.
2. Bahwa perubahan susunan personalia Panitia
Perayaan HUT Ke-50 PGI dimaksud perlu
ditetapkan dengan Surat Keputusan MPH PGI.
MENGINGAT:
1. Tata Dasar dan Tata Rumah Tangga PGI
2. Surat Keputusan MPH PGI Nomor 113/PGI-XII/
SKEP/1999 tentang Penetapan Susunan Personalia
Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI.
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI 287
MEMPERHATIKAN :
Surat Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI Nomor 05/
Pan.HUT.50.PGI/II/2000 tertanggal 22 Februari
2000 tentang Usulan Perubahan Susunan Personalia
Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan keputusan majelis pekerja harian
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia tentang
perubahan susunan personalia panitia perayaan hut ke-
50 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia.
Pertama:
Perubahan Susunan Personalia Panitia Perayaan HUT
Ke-50 PGI meliputi penambahan anggota baru,
pemberhentian anggota yang mengundurkan diri dan
perpindahan anggota dari suatu bidang ke bidang yang
lain, serta pembentukan Tim Khusus (Task Force).
Kedua:
Dengan perubahan susunan personalia dimaksud,
maka Susunan Personalia Panitia Perayaan HUT Ke-
50 yang baru selengkapnya sebagaimana terdapat pada
lampiran Surat Keputusan ini.
Ketiga:
Surat Keputusan ini merupakan kelengkapan dan
menjadi bagian yang terpisahkan dari Surat Keputusan
Majelis Pekerja Harian PGI Nomor : 113/PGI-XII/
SKEP/1999.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Keempat:
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Kelima:
Apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
maka segala sesuatunya akan diubah dan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2000
Atas nama Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-
Gereja Di Indonesia
Pdt. Dr. Sularso Sopater Pdt. Dr. J.M.Pattiasina
288 Ketua Umum
Sekretaris Umum
Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang
terhormat:
Seluruh Anggota Panitia HUT Ke-50 PGI
Pimpinan Sinode Gereja-Gereja Anggota PGI
Para Anggota MPH/MP/BPP PGI
MPH PGI Wilayah/SAG
Badan/lembaga Kerja Sama PGI
Pimpinan Departemen/Badan/Biro/PGI
Bagian Personalia PGI
Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-50 PGI
Saya selaku Ketua 289
Panitia memberikan
pidato sambutan.
(ki-ka) Sabam Siagian, Amir Sirait, Radius Prawiro, Sularso Sopater
Sabam Siagian menyampaikan Menyerahkan dokumen dan bingkisan kepada Pdt.
pidato. Natan Setiabudi, Ph.D, Ketua Umum PGI 2000-
2005.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Pdt.DR. Richard
M. Daulay, M.A
menyampaikan
khotbah.
290
Charles Bonar Sirait memandu
acara malam itu yang berlangsung
di GKI Pondok Indah.
Sebagian tamu yang hadir di GKI Pondok Indah malam
itu. Tampak Martha bersama Ibu Luhut Panjaitan saat
kebaktian berlangsung.
z
BAB DEL APAN BEL AS
Membantu Menteri Muda
Pemuda dan Olahraga
Dalam Satuan Petugas Deklarasi Pemuda 23 Juli 1973 yang antara
lain menyatakan bahwa Forum Komunikasi Pemuda KNPI
didirikan hanya di Pusat Jakarta ternyata cepat sekali beresonansi
ke seluruh penjuru tanah air, sehingga menimbulkan gelombang
besar yang mendesak agar di daerah-daerah segara diselenggarakan
Kongres Pemuda Indonesia/KNPI yang mengikutsertakan seluruh
daerah di Indonesia. Sementara itu banyak pula elemen-elemen
organisasi pemuda dan mahasiswa menolak kelahiran KNPI sebagai
organisasi pemuda yang baru.
Penolakan itu mudah dipahami karena sedikit banyak akan
mengurangi peranan organisasi pemuda yang sudah lama berperan
dalam kehidupan politik kepemudaan bangsa. Namun angin politik
yang menghendaki penyederhanaan organisasi partai-partai politik
berimbas pula pada organisasi kepemudaan.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
Atas tuntutan yang datang dari berbagai daerah, KNPI dengan
cepat berdiri di seluruh Dati I dan Dati II di Tanah Air. Pada 28
Oktober 1974 terselenggaralah Kongres Pemuda/Kongres KNPI
yang dimaksud dan KNPI dari daerah-daerah, seantero Indonesia.
Sejak terselenggaranya kongres tersebut, suara generasi muda (KNPI)
makin diperhatikan pihak kekuasaan. Setelah Kongres KNPI
(Pemuda) 28 Oktober 1974, pada berbagai kesempatan lahirlah
tuntutan-tuntutan agar dalam kabinet ada unsur pemuda yang
dilibatkan untuk menangani kehidupan pemuda secara nasional.
Memenuhi keinginan tentang pemuda itu, diangkatlah Dr.
Abdul Gafur, seorang dokter dan perwira Angkatan Udara, untuk
pertama kalinya menjadi Menteri Muda Urusan Pemuda yang
terkait kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed
Joesoef. Daoed Joesoef adalah alumni Universitas Indonesia dan
lulusan Universitas Sorbonne, Perancis. Ia meraih dua gelar doktor
292 dari Sorbonne yaitu Ilmu Keuangan Internasional dan Hubungan
Internasional serta Ilmu Ekonomi. Daoed juga salah satu tokoh
yang ikut mendirikan Center for Strategic and International Study
(CSIS) yang sering disebut think tank pemerintahan Orde Baru.
Kedua menteri tersebut, yaitu Menteri Pendidikan &
Kebudayaan dan Menteri Muda Urusan Pemuda, mengangkat
sekelompok aktivis menjadi anggota yang disebut Kelompok
Kerja Menteri, yang ada di luar struktur organisasi kementerian.
Kedengarannya Kelompok Kerja Menteri ini setara dengan Staf Ahli
Menteri tetapi bukan pegawai negeri. Mereka lebih dikenal sebagai
relawan, dan banyak digunakan oleh kedua menteri khususnya
untuk kegiatan-kegiatan informal.
Saya dan beberapa teman lain aktivis KNPI diminta Bung Gafur
untuk masuk dalam Kelompok Kerja itu. Itu berarti kami membantu
dua menteri sekaligus. Saya berterima kasih dan menghargai ajakan
Bung Gafur dan Pak Daoed Joesoef. Dalam kelompok ini saya
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga 293
mendapat kesempatan untuk merealisasikan pandangan-pandangan
dan ide-ide strategis yang sering kita gaungkan pada rapat-rapat
DPP KNPI, antara lain:
• Mengajak pemuda bangsa bermimpi jauh ke depan melihat
Indonesia yang lebih baik dengan modal pokok persatuan dan
kesatuan dan sejarah perjuangan bangsa, mengejar bangsa-
bangsa lain yang telah maju dan modern lebih dahulu.
• Mengajak seluruh pemuda memasuki akhir abad XX dan
permulaan abad XXI dengan suatu semangat dan arah yang
selalu kita utarakan dan tegaskan pada berbagai kesempatan.
Menurut pendapat dan semangat saya, inilah jalan yang harus
ditempuh Bangsa Indonesia untuk mengejar kemajuan bangsa-
bangsa yang telah maju lebih dahulu. Pada berbagai kesempatan
Bung Gafur mengatakan bahwa Amir Sirait membawa ide-ide besar.
Dr. Abdul Gafur yang juga salah satu Ketua KNPI pada waktu itu
memperkirakan generasi muda bangsa saat itu (usia 17 – 35 th)
mencapai 60 juta orang, sebuah jumlah yang vital untuk kelanjutan
kehidupan dan pembangunan bangsa. Ia terus mengumandangkan
perlunya pembinaan generasi muda demi masa depan bangsa yang
lebih baik. Rumusan gagasan-gagasannya tersimpul dalam buku
Strategi Pembinaan Generasi Muda yang disebarkan kepada semua
pihak ke seantero Nusantara. “Bahkan sejak anak dikandung ibunya
sudah perlu dibina,” katanya dalam rumusan strategi itu.
Pikiran-pikiran dan penalaran Dr. Daoed Joesoef sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga searah dengan kebijakan
Menteri Muda Urusan Pemuda yaitu untuk terus mencanangkan
dan menanamkan perlunya penalaran (the power of reasoning). Pada
waktu itu lingkungan kampus diprioritaskan untuk diperbaharui
dari keadaan yang didominasi pengaruh kehidupan politik lama.
Daoed Joesoef juga merumuskan Strategi Pembinaan Kampus yang
tercatat dalam buku Memelihara Kehidupan Kampus dan Organisasi
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
Intra Universitas, Intra Kampus dengan singkatan terkenal sebagai
NKK/BKK. Kebijakan dan Pengaturan Kehidupan Kampus kala
itu sedemikian rupa sehingga ditafsirkan menjadi kekurangbebasan
seperti sedia kala. Kebijakan NKK/BKK menghadapi banyak
tantangan dan saya sendiri melihatnya sebagai salah satu ciri dari
underdeveloped countries yang saya pelajari di bangku kuliah ketika
mempelajari Pembangunan Masyarakat Desa. Tetapi Daoed
Joesoef beruntung karena ada kekuatan Kopkamtib yang dapat
memaksa pimpinan perguruan tinggi kala itu, kami pun harus turut
menjelaskan kebijakan Menteri P&K itu sebagai salah satu jalan
membuka wawasan baru bangsa.
"Daoed Joesoef itu orangnya kaku, keras tetapi pintar dan
terkadang dianggap kurang ‘rohani’," demikian penilaian beberapa
pihak yang saya dengar ketika bersama beberapa Kelompok Kerja
diminta mendampingi beliau ke Komisi IX DPR RI yang membidangi
294 Pendidikan. Rapat Kerja dengan Komisi IX ini sudah ditunggu
berbagai pihak dan media, khususnya mereka yang kurang setuju
terhadap kebijakan baru, termasuk NKK/BKK. Saya menyaksikan
gaya khas Daoed Joesoef pada rapat kerja itu. Yang saya ingat ia
tampil amat memukau di luar perkiraan banyak orang. Saat itu ia
tampil sejuk dan komunikatif. Namun mental rakyat underdeveloped
country pada zaman itu memandang "miring" sarjana-sarjana Barat
modern seperti Pak Daoed, karena dari pemikiran-pemikirannya,
seolah-olah ia punya pemahaman yang berbeda soal ketuhanan
dengan apa yang dipercaya orang Indonesia pada umumnya. Besar
kemungkinan hal tersebut sudah diduga Pak Daoed sehingga ia
mempersiapkan uraian yang berkaitan.
Pada waktu laporannya ke Komisi IX menyangkut kerohanian,
etik dan moral, yang sampai kepada hal ihwal adanya Tuhan, saya
menyaksikan mimik audiens yang serius menyimak perkataannya.
Beliau mengumpamakan seorang anak yang membawa galah untuk
memetik buah mangga. Galahnya terlalu pendek sehingga si anak
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef didampingi Menteri Muda 295
Urusan Pemuda, Abdul Gafur. Foto: Artikel Obituari Doed Joesoef (Kompas, 2018).
tidak bisa mendapat mangga itu. Jadi kalau pikiran kita terlalu pendek
sehingga tidak mampu melihat atau memahami Tuhan, bukan
berarti Tuhan itu tidak ada. Karena pendeknya "galah" (pikiran)
kitalah sehingga kita tidak melihat keberadaan Tuhan. Tuhan itu
ada! Orang lantas bertepuk tangan menyambut perumpamaan yang
sederhana itu, sehingga kesan bahwa Pak Daoed kurang "rohani" itu
pun lenyap dari pandangan audiens. Dan barangkali beliau adalah
salah satu pemimpin bangsa kita yang disebut “genial”, yang terus
mengembangkan cara berpikir “the power of reasoning”, cara berpikir
yang bernalar.
Pernah kami, sekelompok anggota DPP KNPI dipimpin Akbar
Tanjung, beraudiensi dengan beliau di kantornya di Senayan,
termasuk saya. Audiensi itu tidak berlangsung lama. Kami terpukau
mendengar ceritanya menghadiri Pameran Otak Manusia di Paris
beberapa waktu silam. Pak Daoed bercerita, dari semua otak yang
dipamerkan, ada satu otak yang dikerumuni banyak orang. Katanya,
otak itu begitu indah dan orisinil, berbeda sekali dengan otak lain.
Beliau menyimpulkan bahwa otak yang indahnya luar biasa itu
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
ternyata karena tidak sering digunakan. Kami pun merasa tersindir
dalam pembahasan itu. Saya menyimpulkan bahwa ceritanya terarah
kepada kami, suatu nasihat agar kami benar-benar memahami dan
menggunakan kemampuan penalaran (the power of reasoning) sebagai
pemimpin-pemimpin pemuda.
“Mari kita tampilkan Peringatan Hari Sumpah Pemuda 1978
sebagai pendorong semangat kepemudaan nasional kita,” kata Bung
Gafur kepada kami. Saat itu Kelompok Kerja sedang mendiskusikan
bagaimana kita menyelenggarakan perayaan Sumpah Pemuda setelah
pemerintah mengangkat seorang pemuda sebagai Menteri untuk
mengelola kepemudaan. Kelompok Kerja merancang Peringatan
Hari Sumpah Pemuda (HSP) 1978 yang akan diadakan besar-
besaran. Sekitar 110 ribu massa pemuda hadir memenuhi Stadion
Utama Senayan. Acara ini juga merupakan panggung raksasa
pertama bagi Presiden Soeharto untuk menyampaikan amanatnya
296 sejak Orde Baru.
Itulah perayaan terbesar yang didahului berbagai diskusi pemuda
sambil mengingatkan pemuda atas peranannya ketika Kongres
Pemuda diselenggarakan dengan semboyan Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928, “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa.” Bung Gafur
juga melakukan sesuatu yang unik pada rangkaian acara Peringatan
HSP 1978 itu. Ia menyerahkan replika “tangan kanan" kepada
Presiden Soeharto yang disambut riuh tepuk tangan 110 ribu massa
pemuda dan para undangan yang memadati stadion. Saya kurang
paham maksudnya, namun saya menafsirkannya sebagai "doa" agar
Tuhan memberkati Presiden Soeharto.
“Replika itu lambang tangan Tuhan, hand of God,” kata orang.
Sejak upacara raksasa Hari Sumpah Pemuda 1978 itu, dapat dikatakan
bahwa “tiada hari tanpa berita kepemudaan” di media lokal dan
nasional. Bung Gafur dengan penuh semangat tanpa lelah bekerja
dibantu oleh kami, sepuluh orang yang tergabung dalam Kelompok
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga 297
Kerja. Tanpa pamrih, berganti-gantian kami mendampingi Bung
Gafur ke berbagai pelosok Tanah Air, mengungkapkan esensi
Deklarasi Pemuda 23 Juli 1973 seperti “Tokoh-tokoh Sejarah di
belakang kami” yang mencatat tonggak-tonggak sejarah perjuangan
bangsa seperti Budi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, 17
Agustus 1945, 18 Agustus 1945, Revolusi Perjuangan Bangsa dan
seterusnya. Semuanya mencatat perjuangan pemuda/tanggung
jawab pemuda untuk terlibat dalam pembangunan demi masa
depan bangsa yang lebih baik, dengan persatuan dan kesatuan
nasional sebagai modal pokok. Pemuda, Pembangunan, dan Masa
depan adalah tiga hal yang tidak terpisahkan.
“Kami Pemuda Indonesia menyadari sepenuhnya dan dengan
khidmat menangkap getaran Sumpah Pemuda yang menggariskan
dan mengejawantahkan tekad Satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu
Bahasa dan piranti persatuan dan kesatuan lainnya; Sang Saka
Merah Putih, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, NKRI, Bhineka
Tunggal Ika,” kata Abdul Gafur.
Diilhami semangat itu, Bung Gafur membangun Kantor
Menpora yang lokasinya berdekatan dengan Komplek DPR-MPR
Senayan. Gedung 10 lantai dengan pelataran gedung yang luas
memuat etape tonggak-tonggak Sejarah Perjuangan Bangsa. Setiap
etape memuat dinding yang berisi panorama perjuangan bangsa.
Pada waktu Presiden Soeharto meresmikan gedung kantor
Menpora tersebut, Presiden menelusuri setiap panorama sebelum
memasuki Gedung Utama, Grha Pemuda. Di puncak gedung
terpampang lambang Sumpah Pemuda berupa tiga lidah api di atas
kepalan tiga tangan pemuda. Lambang ini adalah hasil sayembara
nasional lambang Sumpah Pemuda yang diikuti ratusan seniman
dari segala penjuru tanah air dan dipilih tim juri yang terdiri dari
para seniman Taman Ismail Marzuki dan beberapa pimpinan
pemuda dengan saya sebagai Ketua Tim Pengarah.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
Selama 15 tahun lambang itu
terpancang tegak di puncak gedung
kantor Menpora RI, namun sekarang
tidak kelihatan lagi, entah kemana. Saya
meyayangkan hal ini karena seolah kita
kurang menghargai karya pendahulu kita.
Kalau ada yang lebih baik, tampilkanlah
supaya lebih terhormat. Tetapi apakah ada
Lambang Sumpah Pemuda yang lebih baik daripada lambang Sumpah
yang ikonik, terpampang Pemuda yang melegenda itu?
selama 15 tahun di kantor
Menpora. Sayangnya Sesungguhnya pidato, panorama,
sekarang sudah tidak bangunan dan lambang, piranti persatuan
tampak lagi. dan kesatuan yang belum terangkat ke
permukaan bukan dimaksudkan untuk menampilkan pribadi orang,
tetapi mengangkat nilai dengan maksud untuk dilanjutkan dalam
298 Pembangunan Nasional dengan semangat mengisi kemerdekaan. Di
depan kami terbentang masa depan dan hasil pembangunan bangsa
dan generasi muda adalah masa depan itu sendiri.
“Oleh karena itu generasi muda, pembangunan dan masa depan
adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan," demikian ujar Bung
Gafur yang selalu menekankan hal ini dalam pidatonya di berbagai
kesempatan, termasuk juga tercatat dalam Deklarasi Pemuda 23 Juli
1973.
Untuk maksud mensistematisasi kerangka pikiran dan fakta-
fakta sejarah Pergerakan Pemuda, Bung Gafur menyelenggarakan
seminar nasional dan penulisan buku dengan tema Pemuda Dalam
Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa pada tahun 1980. Saya
ditetapkan sebagai Ketua Panitia Pengarah Program itu bersama
tokoh-tokoh pemuda lainnya.
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga 299
Menjadi Anggota Dewan Film Nasional
Pada tahun 1980an, kantor Menpora menerbitkan buku yang
ditulis wartawan terkenal Christianto Wibisono. Setelah lepas dari
Departemen P dan K sebagai Menteri Muda Pemuda dan menjadi
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Bung Gafur nampaknya
ingin menempatkan anggota-anggotanya (khususnya anggota
Kelompok Kerja) untuk mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
generasi muda dan olahraga. Contohnya pengangkatan F. Siregar,
ahli Pendidikan Olahraga dan Oyong Karmayuda dari Perkumpulan
Pencak Silat.
Saya sendiri diutus menjadi anggota Dewan Film Nasional
pada 1979-1984. Suatu tugas yang cukup berat karena harus
berhubungan dengan para artis, seniman, budayawan dan wartawan
sekaliber Mochtar Lubis, pengusaha bioskop seperti Nyo Han Siang
serta lembaga seni budaya lainnya.
Kami tidak hanya bertugas di Indonesia tapi juga sampai ke
tingkat internasional, salah satunya tatkala saya, Aulia Rachman,
dan Krisantoro dikirim ke PBB untuk bertemu dengan Ketua
International Youth Year, putra Presiden Romania. Dalam
kesempatan itu, Indonesia diwakili oleh Sekretaris Menteri Pak
Soenaryo, M.Sc dan saya mewakili Indonesia pada Sidang PBB
di Austria sebagai Penasihat PBB untuk International Youth Year
dimana Indonesia duduk sebagai Wakil Ketua.
Dalam perjalanan pulang dari New York, kami melalui Hawaii
dan bertemu perkumpulan mahasiswa Indonesia di sana yang
dipimpin sahabat lama saya, Marsuadi Rauf. Pada pertemuan itu
saya diminta menjelaskan keadaan di Tanah Air dan perjuangan
bangsa yang sedang berlangsung. "Apakah sebaik yang saudara Amir
Sirait jelaskan?" tanya Marsuadi. Saya menjawab secara diplomatis
positif agar mahasiswa kita di Hawai well- informed atas berlanjutnya
perjuangan pembangunan Bangsa Pancasila. Saya mendapat aplaus
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
atas jawaban tersebut. Tahun-tahun berikutnya saya kirim ucapan
selamat kepada Marsuadi Rauf atas pengangkatannya menjadi Guru
Besar di Universitas Indonesia.
J
Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pemuda
Bung Gafur menginginkan agar berbagai pihak ambil
bagian dalam Pembinaan Generasi Muda dengan
melibatkan berbagai Kementerian/Departemen.
Strategi itu menghasilkan lahirnya Badan Koordinasi
Pembinaan Generasi Muda yang dipimpin Menko
Polkam dengan Surat Keputusan Presiden. Saya
300 mengikuti rapat pertama badan koordinasi ini di kantor
Menko Polkam di Jl. Merdeka Barat, menggambarkan
bahwa semua pihak, khususnya lembaga pemerintahan,
bertanggung jawab atas pembinaan generasi muda.
Saat itu pada tahun ’80-an, marak lahirnya “hari-
hari” yang kemudian diangkat menjadi hari nasional,
katakanlah seperti Hari Ibu, Hari Anak, Hari Olahraga
dan lain-lain. Keinginan seperti itu merembet kepada
keinginan dari beberapa pihak untuk melahirkan
Hari Pemuda. Sebagaimana biasanya, Gafur meminta
saya menyusun konsep tertulis gambaran tentang
perkembangan ini. Dalam konsep itu, saya sampaikan
agar Menpora meminta Presiden untuk menjadikan 28
Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda sekaligus Hari
Pemuda Nasional, sehingga tidak perlu ada satu hari
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga 301
khusus hanya untuk Hari Pemuda, namun setiap tahun
kita merayakan Hari Sumpah Pemuda sekaligus Hari
Pemuda. Saya meyakini, hal itu tidak bertentangan
dengan Sumpah Pemuda 1928, bahkan makin
menguatkannya.
Sesungguhnya sebelum Presiden mengangkat
Bung Gafur jadi Menteri, di kalangan KNPI sudah
berkembang diskusi tentang Hari Sumpah Pemuda
yang akan jadi pusat perhatian apabila kepemudaan
mendapat porsi dalam kabinet yang akan datang.
Diskusi-diskusi itu menggambarkan betapa besarnya
keinginan beberapa tokoh pemuda untuk menduduki
posisi tersebut. Tetapi pos menteri yang menangani
kepemudaan hanya satu dan posisi itu jatuh kepada
Abdul Gafur.
Prof. Dr. Midian Sirait, salah seorang arsitek
pendiri KNPI mengatakan kepada saya bahwa
gambaran kegiatan kepemudaan yang akan datang
haruslah berorientasi pada pembinaan kepemudaan
dengan terinspirasi Hari Sumpah Pemuda, baik dalam
kesinambungan, peningkatan, maupun pembaharuan
yang berdasar pada nilai-nilai Sumpah Pemuda itu
sendiri.
Saya sependapat dengan Midian bahwa Peringatan
Sumpah Pemuda 28 Oktober harus terus bersemarak
dengan menampilkan kegiatan yang bernilai
pengembangan kemajuan kenegaraan dan kebangsaan,
kegiatan yang bernilai seni budaya atau pengembangan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
dimensi kultural (peradaban) demikian pula olahraga
secara khusus untuk kepemudaan, Satu Nusa, Satu
Bangsa, Satu Bahasa dengan demikian akan terpelihara
secara mengikat dan dibaharui secara kreatif, dalam
kata lain makna Sumpah Pemuda itu lama kelamaan
akan membudaya dari generasi ke generasi berikutnya.
Penjelasan pemikiran atas Hari Sumpah Pemuda
dan perayaan serta peringatannya secara operasional,
kami tulis, diskusikan kemudian diajukan kepada
Presiden Soeharto melalui Menteri Abdul Gafur. Kami
berpendapat “Hari Pemuda” tidak perlu berdiri sendiri.
Pendapat ini ditanggapi secara bijak oleh Presiden
Soeharto yang mengatakan: ”Saya menyetujui
302 permintaan para pemuda untuk menjadikan Hari
Sumpah Pemuda sekaligus sebagai Hari Pemuda.”
Pernyataan ini kemudian dilanjutkan dengan
diterbitkannya SK Presiden Soeharto. Sejak pernyataan
Presiden itu, berakhirlah diskusi tentang perlunya
diciptakan Hari Pemuda Nasional yang bermaksud
mengikuti tren yang sedang berkembang saat itu.
Saya ingat betapa gembiranya Bung Gafur dan
kami semua menerima Keputusan Presiden itu karena
sebelumnya banyak juga yang komentar bahwa Hari
Pemuda yang dimaksud mempunyai misi tersendiri.
Maksudnya mungkin baik seperti Hari Buruh, Hari
Tani, dan lainnya, tapi saya berpendapat bahwa gagasan
tersebut dapat mendegradasi maksud Perayaan Hari
Sumpah Pemuda itu sendiri. Kita justru ingin lebih
Membantu Menteri Muda Pemuda dan Olahraga
Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1978 di 303
Stadion Utama Senayan, Jakarta. Pada saat itu Presiden Soeharto
juga menetapkan bahwa 28 Oktober tidak hanya diperingati sebagai
Hari Sumpah Pemuda, tapi juga Hari Pemuda.
Foto: KOMPAS/Dudy Sudibyo.
menampilkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Sumpah Pemuda 1928 itu.
Sebagai anggota Kelompok Kerja Menpora saya
berpandangan agar setiap HSP harus dirayakan secara
kreatif bukan dengan seremonial yang membosankan.
Setiap tahun, sebelum dan pada tanggal 28 Oktober,
diselenggarakanlah pesta seni yang diisi berbagai
lomba, seperti lomba lagu-lagu perjuangan rakyat
dan lomba olahraga yang diikuti kaum muda untuk
memperebutkan Piala Sumpah Pemuda. Maka Sumpah
Pemuda yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa,
Satu Tanah Air Indonesia akan berkibar terus dan
membudaya.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir Liven Sirait
Penghayatan makna Sumpah Pemuda itu penting
dan perlu untuk melanjutkan dan meningkatkan
Persatuan Nasional untuk Indonesia yang maju dan
moderen menuju kehidupan rakyat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Oleh sebab itu kami
berpendapat bahwa sosialisasi makna Sumpah Pemuda
harus terselenggara terus menerus dari generasi ke
generasi melalui berbagai kegiatan kenegaraan –
kebangsaan, seni budaya dan olahraga yang melibatkan
sebanyak mungkin generasi muda misalnya melalui
seminar tentang kebangsaan, pluralisme, persatuan,
keadilan sosial dan seterusnya.
Demikianlah saya mendapat perhatian dari
304 Menteri Pemuda dan Olahraga yang mengangkat saya
setiap tahun, selama 10 tahun, menjadi Ketua Panitia
Pengarah Peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa telah
dicatat sejarah sebagai modal yang menentukan dalam
pencapaian perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945,
yang hanya berselang 17 tahun dari 28 Oktober
1928. Prestasi Proklamasi itu tercapai setelah berbagai
perjuangan sebelumnya tidak berhasil membebaskan
rakyat dari penjajahan selama kurang lebih 350 tahun.
Kegagalan-kegagalan tersebut terjadi karena tidak ada
persatuan dan kesatuan rakyat Nusantara. Perlawanan
yang terpisah-pisah dan kuno dengan mudah
dipatahkan penjajah dengan kekuatan persenjataan
dan organisasi modern. Ini sejarah yang tidak boleh