Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 455
4. Perubahan Sikap
Pada buku Church Business Methods 1970
dikatakan membawa perubahan sikap yang
besar berkenaan dengan manajemen Gereja.
Yang sebelumnya banyak rohaniawan
menganggap manajemen tidak relevan dengan
tugas mereka dan sekarang ini para pendeta
semakin banyak memerlukan pelatihan praktis
dan kepemimpinan serta makin banyak buku
dan artikel yang ditulis untuk membimbing
rohaniawan dan pimpinan awam dalam
mengelola gereja seperti dikatakan Edgar Walz
(1987).
Sikap baru ini sebenarnya hanya pengakuan atas
definisi-definisi manajemen umum yang telah
lama sekali tersusun yang mengatakan bahwa
manajemen berlaku dan dibutuhkan semua
institusi yang mempunyai tujuan yang perlu
dicapai termasuk institusi Gereja.
Apa yang ditulis Edgar Walz sebagai manajemen
Gereja yang efektif yang memerlukan organisasi
dan struktur, pemimpin gereja yang perlu
mengetahui tingkat wewenang bertindak,
pemimpin gereja pasti mengembangkan dan
menggunakan bagan organisasi dan lain-lain
semuanya diambil secara analitis dari konsep-
konsep manajemen umum yang berlaku di
organisasi pada umumnya. Dalam hubungan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
ini saya berpendapat bahwa seandainya
Edgar Walz dengan tegas menganjurkan
penerapan pemikiran manajemen umum dalam
pengelolalan Gereja akan lebih bersambung
dengan maksud buku Church Business Method
yang terbit tahun 1970 itu. Namun demikian
dapat dipahami bahwa Edgar Walz nampaknya
membicarakan Gereja hanya dalam arti suatu
jemaat kecil.
5. Penerapan-Penerapan Kaidah-Kaidah
Manajemen
Banyak definisi-definisi organisasi, manajemen,
456 maupun kepemimpinan namun demikian
apabila sikap pemimpin-pemimpin gereja telah
mengalami perubahan yang dimaksud maka
kita akan dengan mudah memahami kaidah-
kaidah tersebut.
Hal tersebut meliputi keharusan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen seperti penggunaan
sumber-sumber secara efektif dan efisien baik
sumber daya alam tenaga manusia serta modal.
Demikian juga prinsip yang universal sifatnya
W. Warrant Haynes & Joseph L. Massie (1961)
mengatakan bahwa “no man should have two
bosses” or “no more than eight man should report
to one supervisor” serta prinsip-prinsip good
management lainnya.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 457
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana
manajemen menyelenggarakan kordinasi semua
kegiatan supaya mengarah kepada pencapaian
tujuan dan bagaimana proses perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan
harus berjalan di semua tingkatan manajemen
baik pada puncak, menengah, dan bawah.
Demikian pula dalam pengelolaan organisasi
Gereja. Hanya saja sudah barang tentu sampai
kepada persoalan “sejauh mana“ mengingat
keterbatasan sumber-sumber dan tujuan yang
akan dicapai.
6. Perumusan Tujuan
Kadang-kadang perumusan tujuan menghadapi
kesulitan. Dalam organisasi perusahaan bisnis
perumusan tujuan relatif lebih mudah karena
lebih kuantitatif. Tujuan yang hanya kualitatif
sifatnya kadang-kadang sukar dibedakan; mana
yang cita-cita, mana yang tujuan, atau mana yang
menjadi sasaran. Barangkali akan mempermudah
apabila kita bandingkan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945 yakni masyarakat adil, makmur
dan seterusnya dengan tujuan nasional seperti
mencerdaskan kehidupan bangsa dan seterusnya
dengan sasaran-sasaran yang ditetapkan pada
GBHN dan rencana pembangunan sebagai
rencana tindakan (aksi) yang terjadwal.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Bagaimanakah rumusan tujuan organisasi
gereja dalam arti komunitas dari gereja-gereja
lokal (baca jemaat-jemaat) dan bagaimanakah
rumusan tujuan pada tingkat organisasi Gereja
dalam arti organisasi jemaat tertentu marilah
kita ambil contoh tulisan Edgar Walz dalam
bukunya Bagaimana mengelola Gereja Anda.
Dengan mengatakan pentingnya pernyataan
Misi Gereja, tujuan ini lebih jelas lagi dengan
mengutip Kis 1:8, “kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.
458 Dalam konteks manajemen barangkali lebih
tepat kalau ini disebut sebagai cita-cita (atau
tujuan ideal) baik untuk gereja dalam arti
komunitas gereja-gereja lokal apalagi untuk
gereja dalam arti organisasi jemaat tertentu.
Tujuan yang perlu dirumuskan adalah keadaan
baru dari yang ada sekarang dan yang akan
dicapai pada waktu yang akan datang melalui
kegiatan organisasi baik tujuan dalam arti umum
maupun dalam arti tujuan akhir dan tujuan
antara organisasi. Melanjutkan perumusan
tujuan perlu pula dinyatakan apa yang harus
dilakukan (misi), bagaimana pandangan
organisasi (visi), apa sasaran-sasaran yang perlu
dicapai dalam rangka tujuan, misi maupun visi,
sasaran adalah bagian tujuan yang harus dicapai.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 459
Sasaran tersebut dinyatakan sedemikan sehingga
jelas spesifiknya, dapat dicapai, hasilnya terukur
dan waktu tercapainya ditentukan.
7. Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah gambaran hubungan
bagian-bagian pekerjaan, tugas dan tanggung
jawab yang saling berhubungan dalam suatu
organisasi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Ini berarti bahwa tujuan organisasilah
apakah jangka panjang, jangka pendek, tujuan
umum atau khusus, yang harus diterapkan atau
dinyatakan lebih dahulu barulah dinyatakan
organisasi yang diperlukan untuk mencapainya
dan kalau organisasi tersebut digambar akan
terbacalah dalam bentuk Bagan Organisasi.
Adalah keliru untuk menetapkan bagan
organisasi lebih dahulu karena dia bukan
saja sesuatu yang permanen melainkan akan
berubah sesuai perubahan tujuan dan hubungan
pembagian tugas dan tanggung jawab dalan
rangka pencapaian tujuan itu, termasuk
perubahan lingkungan serta tuntutan SDM
yang memikul tugas dan tanggung jawab itu
yang didasarkan pada prinsip manajemen efektif
dan efisien (berdasar kemampuan).
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
8. “Bottom-Up” dan “Top-Down”
Di atas telah diuraikan bahwa semua anggota
dan semua bagian-bagian organisasi melakukan
usaha-usaha atau kegiatan yang mengarah ke
pencapaian tujuan.
Dalam uraian seperti itu sebenarnya telah dapat
dijumpai essensi partisipasi dan demokrasi dari
pemikiran manajemen berdasarkan sasaran
(Management By Objectives). Keterlibatan
bawahan sehingga suatu gagasan misalnya
dalam kaitan perencanaan tidak lagi melulu dari
atas tetapi juga dari bawah, artinya partisipasi
anggota secara demokratis. Inilah satu elemen
460 terpenting untuk komitmen seluruh lapisan
manajemen untuk mencapai tujuan.
Dalam konteks ini pulalah dapat dilihat arti
penting dari “desentralisasi” suatu delegasi
otorisasi kepada lapisan manajemen yang lebih
bawah dengan maksud bahwa dengan delegasi
itu bawahan akan menyumbang lebih besar
terhadap pencapaian hasil atau tujuan secara
keseluruhan.
Bagi institusi besar seperti negara dan institusi
lain yang mempunyai cakupan daerah yang
luas seperti organisasi Gereja secara nasional,
desentralisasi harus pula mencakup sumber
daya manusia dan dana dengan demikian
pendelegasian tanggung jawab (delegation
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 461
of authority) dapat terjamin di tangan yang
berkualitas bertanggung jawab diikuti fasilitas
pendukung dan dana.
9. Kepemimpinan
Pada Bab V di atas telah banyak diuraikan
hal kepemimpinan (leadership) yang menurut
“kacamata“ manajemen belaku juga pada
organisasi Gereja. Kepemimpinan pada
dasaranya dapat dipahami dalam dua jalan
yakni sebagai posisi organisatoris (organizational
position) yang menunjuk seorang individu yang
ditempatkan dalam posisi kepemimpinan.
Dalam pandangan ini maka semua manajer
adalah pemimpin, per definisi.
Arti lain dari kepemimpinan ialah bahwa menjadi
seorang pemimpin haruslah yang berkualitas
memberi inspirasi kepada yang lain kepada
anggotanya atau pengikutnya, pandangan ini
mengajarkan dinamika kepemimpinan sehingga
dikatakan bawah kepemimpinan itu adalah suatu
proses mempengaruhi (influencing) orang lain ke
arah pencapaian tujuan organisasi. Membedakan
kepemimpinan sebagai posisi dalam organisasi
dan kepemimpinan sebagai proses pengaruh
akan menjadi jelas jawaban atas pertanyaan
apakah seorang manajer (pengelola) adalah juga
pemimpin dan apakah pemimpin (leader) juga
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
seorang manajer.
Secara ideal jawaban atas pertanyaan itu adalah
“ya” tetapi dalam kenyataan tidak selalu seperti
itu. Bahkan akan lebih jelas apabila dilihat
contoh seorang pemimpin yang tidak berposisi
resmi dalam manajemen (informal leader) tetapi
kharisma mereka, kepribadian yang unik,
keterampilan berkomunikasi atau keahliannya
memungkinkan mereka mempengaruhi orang
lain.
Dalam rangka menganalisis mengapa akhir-
akhir ini banyak Lembaga Kristen yang dilanda
masalah internal berat bahkan menjadi kemelut
462 berkepanjangan, salah satu teori memusatkan
analisisnya pada kepemimpinan. Dikatakan
bahwa yang terjadi adalah krisis kepemimpinan.
Sekarang ini: "We have only leaders, but we have
no leadership“. Akibatnya kekacauanlah yang
terjadi kata DR. Eka Dharmaputera (Bina Darma
No. 50 Tahun 13, 1955). Ini berarti bahwa
sesungguhnya kita memerlukan "kepemimpinan
rohani“ atau “spiritual leadership”, lebih daripada
mengandalkan kemampuan berorganisasi
serta kemampuan manajerial. Perlu integritas,
komitmen visioner serta misioner.
Melanjutkan nada kritisnya, menurut Eka, kita
lebih menyukai pemimpin-pemimpin yang
cakap dalam “how to do things right“ bukan
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 463
mereka yang mampu dalam “how to do the right
things”.
Stephen R. Covey (1992) yang mendekati
masalah kepemimpinan dari sudut mereka
yang dipimpin menganjurkan teori kepercayaan
(bukan teori ketakutan dan teori balas jasa) yakni
orang mengikuti sang pemimpin oleh karena
kepercayaan (principle-centered leadership).
Merekamempercayai,menghargai,menghormati
sang pemimpin oleh karena karakter pribadinya,
kejelasan visinya dan oleh karena komitmen
misionernya. Dari yang dihormati dan dipercayai
itu yang dipimpin memperoleh inspirasi untuk
mempercayai dengan sungguh-sungguh yang
dikomunikasikan kepada mereka dan dengan
tulus rindu untuk dipimpin.
10. Peran Ganda Pendeta
Edgar Walz menandai peran ganda pendeta
pertama-tama sebagai pendeta yang terpanggil
sebagai pelayan Firman dan sudah terdidik
secara teologis. Pendeta melakukan banyak
tugas yang diketahui sebagai fungsi-fungsi
pastoral. Fungsi-fungsi ini meliputi memimpin
kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen,
melayani kelompok dan individu-individu
serta mewakili jemaat untuk Gereja dan dunia.
Sebagai pendeta ia menjalankan peran sebagai
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
pemimpin rohani ketika bekerjasama dengan
orang-orang lain dalam pelayanan.
Diperlukan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang memadai untuk
menyelenggarakan administrasi atau
manajemen. Oleh sebab itu seharusnya tidak
perlu ada korban hanya karena keinginan
tradisional bahwa pendeta harus berperan
ganda yang bahkan sudah mustahil dapat
berhasil guna dalam era sekarang ini. Prinsip
ini tidak menghalangi seorang pendeta yang
menjadi manajer menyampaikan panggilan
pastoral tetapi harus jelas bahwa itu bukan tugas
464 pokok dan pelaksanaan tugas pastoral itu tidak
akan menelantarkan tugas fungsi administrasi
atau manajemen yang sesungguhnya selalu
kekurangan waktu.
VII. KESIMPULAN & SARAN
Teristimewa dalam perkembangan masyarakat
dunia yang sudah menjadi masyarakat organisasi,
Gereja perlu dipandang dari sisi bahwa Gereja
adalah organisasi manusia yang ingin mencapai
tujuan bersama. Oleh sebab itu pengelolaan
Gereja memerlukan manajemen tujuan bersama.
Demikian juga pengelola gereja memerlukan
manajemen dan kepemimpinan untuk mencapai
tujuan gereja. Pengelolaan organisasi gereja harus
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 465
menerapkan prinsip-prinsip dari melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen serta terselenggaranya
kepemimpinan. Lebih dari sekadar menempatkan
orang sebagai pemimpin adalah hal-hal yang esensial
di antara semua konsekuensi memandang Gereja
sebagai organisasi manusia yang membutuhkan
manajemen.
Kemungkinan akan besar artinya apabila:
1. Memberdayakan pengelola gereja (top, middle,
lower) dengan pengetahuan dan keterampilan
serta kepemimpinan.
2. Mendorong dam merekrut anggota jemaat
yang berpengetahuan dan berketerampilan
manajemen dan kepemimpinan sambil
memberdayakan mereka membangun imannya.
3. Dalam konteks pengelolaan atau manajemen
gereja perlu secara prinsip memisahkan fungsi
administrasi atau manajemen dengan fungsi-
fungsi pastoral (yang meliputi memimpin
kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen,
melayani kelompok dan indivudial, dan lain-
lain), karena menempatkan kedua fungsi
tersebut di tangan satu orang bukan saja tidak
efektif tetapi salah satu fungsi akan jadi korban.
Fungsi admintrasi atau manajemen haruslah
terselenggara sebaik-baiknya supaya fungsi
pastoral dapat beroperasi maksimal. Perlu
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
dipertimbangkan dan dianalisis secara sungguh-
sungguh gagasan (yang sedang berkembang di
masyarakat) tentang keterbukaan, demokrasi,
desentralisasi maupun otonomisasi yang akan
mendorong dan memfasilitasi semua anggota
organisasi, anggota jemaat untuk berpartisipasi
mencapai tujuan, setiap pengelola gereja (top,
middle, lower) perlu terus menerus berkomitmen
kepada makna kepemimpinan yang amat
diperlukan dalam usaha pencapaian tujuan
gereja.
Komitmen itu dapat dibangun melalui latihan-
latihan kepemimpinan. Hindari kesan “we
466 only leaders, but we have no leadership”. Sambil
melengkapi kemampuan itu dengan prinsip
“kepemimpinan Kristiani“ pelayanan dan
pembaharuan sebagai prinsip yang mutlak
sebagai “canditio sine qua non” bagi pemimpin
Kristen sepanjang segala masa kata Judo Wibowo
(Bergumul dalam Pengharapan, 1999).
VIII. PENUTUP
Perubahan terjadi terus menerus dan bahkan
berkembang cepat sekali (rapid change).
Perubahan itu melahirkan implikasi kepada
organisasi. Oleh sebab itu menurut Peter F.
Dreeker (1993), tiap-tiap organisasi ini harus
membangun organisasinya dengan memuaskan
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 467
kepada strukturnya “the management of change”.
Semangat itulah kami sampaikan untuk
menutup tulisan ini. Sekali lagi kami ucapkan
selamat atas pelayanan pendeta berdua selama
25 tahun. Semoga waktu yang akan datang akan
menjadi kesempatan baru.
List of References
Dale Cornegie & Associates,Inc, The Leader In You,
(NY:Pocket Books, 1993 ).
Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda-
Pedoman bagi Pendeta dan pengurus Awam (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001).
Eka Darmaputra, “Demoralisasi Pemimpin Kristen”,
Majalah Triwulan Bina Darma No. 50 Tahun 1995,
(Jakarta: Yayasan Bina Darma, 1995).
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1982).
Gerald O’Collins , SJ : Edwar G Farraguia, SJ, Kamus
Teologi (Jakarta: Penerbit Kanisius 1996).
Grolier Business Librar, Management-Theory and
Practice (USA: McGraw Hill, Inc. 1978).
Peter F. Drucker, Post-Capitalist Society (NY:Harper
Business, 1993).
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
468
z
BAB DUA PULUH DUA
Mengabdi Untuk
Yayasan PGI Cikini
Pada suatu hari di tahun 1979, Drs. H.J. Pooroe secara kebetulan
bersama saya dan Manasse Malo bertemu di Salemba Raya 10,
Kantor PGI. Pada saat bincang-bincang tentang pelayanan gereja
di bidang kesehatan, Pak Pooroe menanyakan apakah saya mau
mengisi posisi Pengurus RS Tjikini, nama rumah sakit terkenal pada
waktu itu. Saat itu Pak Pooroe menjadi sekertarisnya dan Ketuanya
adalah Prof. Dr. J. Ismael, seorang tokoh ekonomi dan keuangan.
Tidak lama kemudian saya dan Manasse Malo diundang ke RS
Tjikini dan ternyata hasil perbincangan ringan dengan Drs. H.J.
Pooroe saat itu, nama kami tercatat sebagai anggota pengurus untuk
periode kepengurusan tahun 1979-1982.
Selama periode ini kami tidak bisa berperan maksimal karena
di samping mempelajari pelayanan orang sakit, kami juga agak
sungkan berkomunikasi aktif dengan Prof. Dr. J.E. Ismael yang
terkenal pintar dan rupanya agak lain dari kebiasaan di GMKI di
mana kami dibesarkan.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Pada periode kepengurusan selanjutnya, kami mengusulkan
agar beberapa nama aktivis GMKI yang lain seperti Drs. Inget
Sembiring dimasukkan ke dalam kepengurusan. Usul itu diterima,
bahkan Inget Sembiring langsung ditunjuk menjadi Bendahara,
sementara posisi Ketua diisi Pak Soedarjo, seorang tokoh Gereja
Kristen Indonesia.
Ketiga orang aktivis Pengurus Pusat GMKI ini berusaha
membawa suasana baru dalam pelayanan Rumah Sakit DGI
Tjikini. Kami menampung beberapa saran yang terjadi dalam
berbagai perbincangan, misalkan saja kami sudah sering mendengar
pendapat yang mengatakan bahwa ejaan "Tjikini" baik pada tingkat
operasional rumah sakit maupun lembaga yayasan tidak cocok
lagi, sehingga perlu diganti dengan ejaan baru, "Cikini". Masukan
mendasar yang sering juga terangkat dalam berbagai perbincangan
adalah perlunya pelayanan rumah sakit yang holistik.
470 Pada Oktober 1984, Dewan Gereja-gereja di Indonesia, pada
Sidang Raya X di Ambon memutuskan untuk mengganti nama
Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) menjadi Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Untuk menampung berbagai
pikiran atas masukan dan perubahan itu, Pengurus Yayasan
membentuk Tim Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Semula, tim ini diketuai MR Rajagukguk yang kemudian dipindah
menjadi Bendahara PGI.
Susunan tim ini kemudian menjadi:
Ketua : BAS Tobing, S.H.
Sekretaris : Amir L. Sirait, MBA
Anggota : M. Siahaan
Dr. Manasse Malo
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 471
Drs. Inget Sembiring
Dr. Payaman J. Simanjuntak
dr. Nico A. Lumenta
Komposisi Tim ini menggambarkan perwakilan Pengurus
Yayasan, MPH PGI dan Rumah Sakit. Secara sistematis, Tim
memasukkan pemikiran dasar atas usaha perjuangan bersama yang
harus meningkat, dengan keberanian memasukkan unsur-unsur
kesinambungan, peningkatan, koreksi dan pembaharuan yang
mulai dibangun dari pemahaman kekuatan organisasi mulai dari
kejelasan doktrin yang menjadi pegangan bersama. Di samping
itu, tim merasakan perlunya membangun kelembagaan Yayasan ini
dengan semua stakeholders serta kader-kader (SDM) yang memadai
dan handal. Semua unsur-unsur itu dipadukan dan digerakkan
untuk mencapai tujuan Yayasan ini.
Bersangkutan dengan doktrin, pertanyaan dan pergumulan
"Kenapa, Untuk Apa, dan Bagaimana" pelayaan kesehatan melalui
Yayasan ini dalam kaitan panggilan kita sebagai orang Kristen,
mendorong terumusnya berbagai pasal penting dalam AD/ART
yang diubah. Salah satu di antara pasal-pasal penting yang mendasar
adalah Pasal 3 yaitu tentang Pengakuan dari setiap warga yang
terlibat dalam kegiatan Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Dalam pasal
ini tertulis:
Yayasan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru
selamat Dunia serta Kepala Gereja, Sumber Kebenaran dan Hidup
yang memimpin dan menumbuhkan gereja, sesuai dengan Firman
Allah dalam Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Bertolak dari pengakuan tersebut, maka dirumuskan bahwa
panggilan kerohanian warga yang terlibat dalam kegiatan yayasan
harus terdorong oleh panggilan untuk menjalankan cinta kasih
Kristus.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Pengakuan atas panggilan kerohanian ini ibarat doktrin yang
mengikat seluruh anggota pengurus yayasan dan setiap warga yang
terlibat dalam kegiatan untuk mencapai tujuan yayasan yang disebut
pada Pasal 4 Anggaran Dasar Yayasan yang berbunyi :
“Tujuan Yayasan ini sesuai dengan Pengakuan dan Tujuan
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia adalah tercapainya
pelayanan kesehatan holistik dan terpadu yang memandang manusia
secara utuh di dalam semua aspek fisik mental, sosial dan spiritual
yang meliputi pendekatan peningkatan (promotive), pencegahan
(preventive), pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative).”
Hari Ulang Tahun, Momen Untuk Pencapaian Baru
Ada kalanya semangat Pengurus Yayasan dan Direksi serta
seluruh jajarannya terpacu oleh kesepakatan kami yaitu setiap Hari
472 Ulang Tahun harus ditandai dengan sesuatu yang lebih daripada
pesta perayaan biasa.
Semangat itu berhasil diwujudkan, misalnya ketika HUT
Ke-95, kami menerbitkan buku Bunga Rampai 95 Tahun RS PGI
Cikini, yang berisi berbagai fakta, cerita, maupun kesan perjalanan
dan perkembangan RS PGI Cikini sebelum dan selama 95 tahun.
Melihat antusiasme Civitas Hospitalia yang ingin memiliki dan
membaca buku itu, kami terdorong untuk menciptakan sesuatu
yang lebih besar dan lebih luas menuju peringatan 100 tahun RS
PGI Cikini.
Berbagai pesan dan kesan datang dari berbagai penjuru baik
di dalam dan luar negeri, dari kalangan swasta dan pemerintah,
dilengkapi kunjungan pemerintah dan duta besar negara-negara
sahabat seperti Belanda dan Jerman menjadikan peringatan 100
Tahun RS PGI Cikini amat monumental.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 473
Moxa Nadeak, seorang wartawan senior Suara Pembaruan, kami
undang untuk menjadi Anggota Tim Editor untuk menerbitkan
buku yang menandai HUT PGI ke-100 ini. Bersama dr. Poltak
Hutagalung yang mewakili Direksi Rumah Sakit dan saya mewakili
Pengurus Yayasan, kami cukup sibuk mengedit hampir 100 tulisan
berupa pesan dan kesan yang masuk, hingga akhirnya terbitlah
buku setebal 238 halaman yang berjudul, 100 Tahun RS PGI Cikini
Dengan Sentuhan Kasih.
Perayaan Ulang Tahun lainnya ditandai dengan pembangunan
fisik gedung atau perawatan tertentu seperti Blok 100 Tempat Tidur,
Ruang VIP Mawar dan VIP Anggrek dan pengadaan mesin-mesin
peralatan kedokteran canggih seperti CT Scan, MRI dan lain lain.
Demikianlah tradisi yang kami bangun di Yayasan Kesehatan
PGI Cikini. Perayaan Hari Ulang Tahun tidak cukup hanya
bersyukur dalam ruang kebaktian, melainkan mengusahakan
pembangunan sarana prasaraana pelayanan untuk menyempurnakan
dan memperbarui yang sudah tersedia.
Berikut adalah beberapa contoh pembangunan yang dimaksud;
Pada HUT Ke-93, 12 Januari 1991
Dibukanya Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) Kalipasir yang
pelayanannya sudah dimulai sejak tanggal 15 Agustus 1990 dalam
bentuk pemeriksaan dan pengobatan cuma-cuma pada masyarakat.
Pada HUT Ke-94, 12 Januari 1992
Ada dua acara penting:
Pada 12 Januari 1992 dilakukan penandatanganan Berita Acara Serah
Terima Gedung 100 Tempat Tidur bertingkat tiga dari Kontraktor
PT Nusa Raya Cipta dan penyerahan kunci dari Kontraktor kepada
Pengurus Yayasan yang kemudian diserahkan kepada Direksi RS
PGI Cikini.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Pada 25 Januari 1992 dilakukan peresmian Gedung Baru dengan
100 Tempat Tidur dan Gedung Bertingkat 3 yang diperuntukkan
sebagai Ruang Renal Unit (Dialisis-Cuci Darah) dan Ruang Rawat
Intensif (Lantai I) dan Ruang untuk perawatan umum (Lantai II
dan III).
Peresmian dilakukan oleh Sekjen Depkes RI, Dr. M. Harli Soeradi,
SKM mewakili Menteri Kesehatan RI yang berhalangan hadir.
Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Jerman Untuk Indonesia,
Mr. Walter Lewater dan Nyonya.
474
Pak Darjo memimpin rombongan menuju Gedung M bersama Duta Besar
Republik Jerman Walter Lewarter dan Sekjen Depkes RI, Dr. M. Harly Soeradi
yang hadir untuk meresmikan Gedung M pada 25 Januari 1992. Tampak dr.
Poltak Hutagalung (paling kiri) dan saya beserta pendeta Sularso Sopater di bagian
belakang.
Pada HUT Ke-95, 12 Januari 1993
Penerbitan buku Bungai Rampai Memperingati 95 Tahun Rumah
Sakit PGI Cikini.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
Pak Darjo memegang
buku “Bunga Rampai
Memperingati
95 tahun HUT
PGI Cikini” pada
perayaan HUT
Cikini tanggal
12 Januari 1993
didampingi Ibu Da.
M. Dharma Angkuw
(paling kiri).
Pada HUT Ke-96, 12 Januari 1994 475
Peresmian beroperasinya kembali Ruang Rawat E, pasca renovasi.
Pada HUT Ke-98, 12 Januari 1996
Peresmian Gedung Super VIP Mawar dengan pengguntingan pita
oleh Ibu Soedarjo.
Bu Darjo, bersama Sekjen Depkes RI, Dr. M. Harli Soeradi,
meresmikan Gedung Super VIP Mawar pada hari Ulang tahun RS
PGI Cikini yang ke-98, 12 Januari 1996.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Pada HUT Ke-99, 12 Januari 1997
Ditandai dengan 2 peristiwa penting; yaitu Peletakan Batu
Pertama Renovasi/Pembangunan Gedung Unit Rawat Jalan (URJ)
serta peresmian Unit Pengolah Limbah RS PGI Cikini dengan
penandatanganan Prasasti oleh Gubernur DKI Jakarta, Suryadi
Soedirja.
Pada HUT ke-100, 12 Januari 1998
Peresmian Gedung Rawat Jalan RS PGI Cikini oleh Menteri
Kesehatan Prof. Dr. Sujudi. Hadir pada rangkaian acara HUT Ke-
100 ini cucu dan cicit dari Ny de Graaf-Koomen Pendiri RS Cikini,
Ny Geeske van Overeem (cucu) dan Ny. Titia de Graaf (cicit).
476
Cucu dan Cicit dari Ibu De Graaf-Kooman hadir pada saat reuni perawat 10
Januari 1998, dua hari sebelum HUT Yayasan Kesehatan PGI Cikini yang ke-100.
Dari kiri ke kanan: dr. Remy J. Leimena,MHA, Amir Sirait,MBA, dr. Poltak
Hutagalung, Ny. Titia de Graaf (cicit), Ny. Greeske van Overeem (cucu) dan
Domina Ny. M Dharma-Angkuw,Sth
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
Pada HUT ke-102, 12 Januari 2000
Penandatanganan Maket Gedung Master Plan Fisik RS PGI Cikini
oleh Ketua Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini, Pak Soedarjo.
Pada HUT Ke-103, 12 Januari 2001
Pencanangan tiang pancang tanda dimulainya Pembangunan
Gedung Medik RS PGI Cikini.
Sumber Mata Air Bersih Di RS PGI Cikini: 477
Suatu Mukjizat
Dalam rangka
menyambut
peringatan HUT
RS PGI Cikini
ke- 95, pengurus
Yayasan berusaha
memperbaiki
pelayanan yang
sempat terganggu
oleh kekeringan
sehingga kesulitan
air bersih. Di
samping musim Kapel Antik di RS PGI Cikini.
kemarau yang berkepanjangan, pipa-pipa air memang
sudah lanjut usia sehingga karatan dan membuat
penyaluran air bersih terganggu.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Untuk mengatasinya, pengurus yayasan
memperbaiki instalasi baru sambil membangun sumur
bor air bersih. Diperkirakan, sumber utama air terletak
di sebelah kanan kapel. Betul saja, setelah digali
ditemukan sumber air di bawah kapel yang ternyata
besar dan bersih, bahkan lebih bagus dari air PAM kata
seorang petugas PAM DKI setelah air tersebut diperiksa
di Laboratorium PAM DKI.
Sungguh ini merupakan suatu mukjizat dan berkat
yang luar biasa dari Tuhan Yang Maha Pengasih bagi
pelayanan RS PGI Cikini. Panitia dan keluarga besar
yayasan berkerumun menyaksikan mata air bersih itu
dengan terheran heran dan menyebut nama Tuhan
478 berulang-ulang dalam pujian.
Peristiwa tersebut mengingatkan kita pada sejarah
umat Tuhan dalam Kitab Suci Perjanjian lama, dalam
Kitab Yehezkiel:
“Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait
Suci, dan sungguh, ada air keluar dari ambang pintu
Bait Suci itu dan mengalir menuju timur; sebab Bait Suci
juga menghadap timur; dan air itu mengalir dari bawah
bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan
Mezbah” (Yehezkiel 47 : 1).
Maka dibangunlah instalasi air bersih di titik
tersebut lengkap dengan bak penampungan dan mesin
pompanya. Untuk itu dibentuklah Panitia Pembangunan
Sistem Penyediaan Air Bersih Rumah Sakit PGI Cikini
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Yayasan Nomor
51/Yay/SK/XI/1989 yang Susunan Organisasi dan
Personalianya sebagai berikut :
Ketua : Prof. Dr. R.P. Sidabutar
Wakil Ketua : Ir. Gustav Panjaitan
Sekretaris : Amir L. Sirait, MBA
Wakil Sekretaris : dr. P.A.W. Pattinama, SKM
Bendahara : Drs. Inget Sembiring
Anggota : dr. Nico A. Lumenta
dr. Abraham Tangjong
dr. Poltak Hutagalung
Ketua Pelaksana Harian : Ir. Roswita Simanjuntak
Wakil Ketua Pelaksana Harian : Ir. Mucklis 479
Divisi Perpipaan : Ir. Chaidir Djakaria
Iyus Suryaman
Divisi Konstruksi : Ir. Hasan Babeher
Dra. Theresia Sembiring
Divisi Listrik/Pompa : Ir. Esrom Sitorus
Moelyadi, BE
Divisi Administrasi/Pelaporan : Drs. Ichwan
Divisi Pengawasan : Dr. Mardugu Alam Siagian
Katiran
Bambang Sutrisno
Panitia ini bertugas membangun sistem penyediaan
air bersih Rumah Sakit PGI Cikini. Puji Tuhan, sampai
sekarang, instalasi air bersih itu masih berfungsi dan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
amat dirasakan manfaatnya bagi pelayanan Rumah
Sakit PGI Cikini terutama pada musim kemarau.
(Sumber: Buku Bunga Rampai Memperingati 95 Tahun
Rumah Sakit PGI Cikini)
t
Ibu Soekini Soedarjo,
Sang “Profesor" Taman
Tak banyak rumah
480 sakit di Jakarta yang
memiliki taman yang
begitu luas seperti RS
Cikini. Taman yang
asri, terawat, dengan
(dulu) sekumpulan rusa
di dalamnya adalah area
istimewa di jantung
kompleks rumah sakit
ini.
Pagi atau sore hari kita bisa melihat beberapa pasien
menyegarkan tubuh dan pikiran sambil berjalan pelan
mengitari taman, sering juga terlihat para penunggu
pasien duduk di bangku taman, melepas penat sambil
menikmati teduhnya taman.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
481
Salah satu sudut taman RS PGI yang asri dan terawat, tak lepas
dari sentuhan tangan Sang Profesor Taman, Ibu Darjo.
Taman indah itu tercipta dari pengarahan Ibu
Soekini Soedarjo, istri Pak Soedarjo, Ketua Pengurus
Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Untuk merawat taman
ini, Ibu Soekini mempekerjakan seorang perawat
taman yang bekerja sama dengan para pegawai Seksi
Pertamanan di RS PGI Cikini. Kesediaan dan kesetiaan
beliau dalam merawat taman sungguh luar biasa, bukan
hanya taman utama yang diurus, halaman-halaman di
VIP Anggrek dan Mawar pun dipeliharanya dan tak
jarang dengan biaya pribadinya.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Bu Darjo, demikian beliau lebih akrab dikenal,
tahu betul Rumah Sakit PGI Cikini dijuluki sebagai
"Garden Hospital" dan beberapa kali meraih juara,
salah satunya Juara I Lomba Taman dari Pemda DKI
Jakarta, sehingga taman harus dipelihara dengan baik.
Atas dedikasinya, Bu Darjo pun mendapat gelar dari
para pekerja RS Cikini, yaitu “Ibu Profesor Taman”.
Bakatnya merawat taman tersebut rupanya turun
kepada putrinya, Ibu Soedarniyati Soedradjat, yang
lebih dikenal dengan panggilan Ibu Muk. Ibu Muk
pernah menjadi anggota Pengurus Yayasan Periode
2013 – 2018 walau hanya sebentar karena kesibukan
beliau di Yayasan lain.
482 Taman di RS PGI Cikini telah mengalami banyak
perubahan dari waktu ke waktu sampai kondisinya
sekarang. Semoga taman indah yang jarang dimiliki
Rumah Sakit lain ini tetap dapat dipertahankan,
sehingga Rumah Sakit PGI Cikini tetap dikenal dengan
sebutan A Garden Hospital with Loving Touch.
Resmi Menjadi Lembaga Berbadan Hukum Dengan
Nama Yayasan Kesehatan PGI Cikini
Pada 2001, terbitlah Undang-Undang RI No.16 Tahun 2001
tentang Yayasan dan kemudian Undang Undang RI No.28 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang RI No.16 Tahun
2001 tentang Yayasan. Dan pada tahun 2008 terbit pula Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang
Undang tentang Yayasan.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
Slogan “Sedare Dolorem Opus Divinum
Est”, yang mengingatkan para pekerja
akan tujuan pelayanan kami di Yayasan
PGI Kesehatan Cikini, yaitu karena
“Meringankan Penderitaan Adalah
Karya Ilahi.”
Secara hukum semua Yayasan (yang berbadan hukum) harus 483
tunduk pada Undang Undang RI No.16 Tahun 2001 dan No. 28
Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2008 tersebut.
Artinya, Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga Yayasan
Kesehatan PGI Cikini yang baru saja diubah dan di-Akta Notaris-
kan di Kantor Notaris Winanto Wiryomartani, S.H., harus diubah
lagi, disesuaikan dengan Undang Undang Yayasan baru tersebut.
Sebagai Sekretaris Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini,
saya harus mempersiapkan Draft Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga yang baru. Draft itu dibahas dalam rapat-rapat Pengurus
Yayasan Kesehatan dan setelah disetujui kemudian diajukan kepada
Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI untuk dibahas dan disetujui.
Setelah Rancangan AD/ART Yayasan disetujui MPH-PGI barulah
boleh diajukan ke Pemerintah c.q. Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI untuk mendapatkan persetujuan dan Pengesahan
Pemerintah.
Yang terpenting bagi Yayasan dan Civitas Hospitalia RS PGI
Cikini dalam pengajuan AD/ART yang baru ini adalah dasar-dasar
teologi dan pemahaman iman Kristiani atas pelayanan kesehatan
yang harus tertera dalam AD itu seperti antara lain pada Azas dan
Dasar Yayasan (Pasal 2) serta Maksud dan Tujuan Yayasan Kesehatan
PGI Cikini tersebut pada Pasal 2 Anggaran Dasar Yayasan.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Perubahan Anggaran Dasar Yayasan yang disesuaikan dengan
Undang-Undang RI tentang Yayasan tersebut disusun maksimal
dan hati-hati karena melibatkan berbagai pihak yakni Pemerintah,
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pembina, dan
Pengawas serta Pengurus demikian pula Satuan-Satuan Kegiatan
Yayasan Kesehatan PGI Cikini yang diwakili Direksi Satuan
Kegiatan tersebut, yaitu Direksi Rumah Sakit, Direktur Kesehatan
Masyarakat, Direktur Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Direktur Akademi Perawatan beserta jajarannya,yang
berarti meliputi semua stakeholders.
Kami merasa bersyukur karena pada akhirnya pada 12 Februari
2009, Pemerintah dalam hal ini Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI, menyampaikan persetujuannya dalam bentuk Surat
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-
AH.01.08-77 yang ditandatangani Pelaksana Harian, Prof. Abdul
484 Bari Azed, SH, MH.
Anggaran Dasar Yayasan Kesehatan PGI Cikini yang disesuaikan
dengan Undang Undang Yayasan dan Peraturan Pemerintah
dimaksud lengkap dengan Surat Pencatatan oleh Direktur Jenderal
tersebut di-Akte Notaris-kan pada Notaris Grace Supena Sundah,
S.H., dan secara resmi berdirilah Lembaga Berbadan Hukum
dengan nama YAYASAN KESEHATAN PGI CIKINI. Secara
lengkap saya tulis dan sunting dalam buku berjudul Anggaran Dasar
Yayasan Kesehatan PGI Cikini Dilengkapi Undang Undang RI No.16
Tahun 2001 tentang Yayasan dan Undang Undang RI No.28 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang RI No.16 Tahun
2001 tentang Yayasan serta Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2008 tentang Pelaksanaan Undang Undang Tentang Yayasan. Buku
ini diterbitkan oleh Sekretariat Yayasan Kesehatan PGI Cikini, Jl.
Raden Saleh No.40 Jakarta Pusat, tahun 2012.
Kelengkapan dan kehati-hatian penyusunan AD/ART Yayasan
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 485
Kesehatan PGI Cikini amat menentukan gerak langkah Yayasan
Kesehatan PGI Cikini selanjutnya, dengan Asas, Dasar dan Tujuan
yang jelas, rambu-rambu mekanisme hubungan PGI – Yayasan
berserta Organ Yayasan, yaitu Pembina, Pengurus, Pengawas dan
Satuan Kegiatan membuat Yayasan ini berjalan lancar dan maksimal.
Berpedoman pada asas, dasar dan tujuan Yayasan dan yang telah
disesuaikan dengan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah
yang berlaku, perubahan nama dan penyesuaian yang terjadi dipakai
Pengurus Yayasan sebagai gambaran perkembangan pemikiran dan
aksi pelayanan yang harus nyata melalui Satuan Kegiatan sebagai
Pelaksanaan konsepsi di lapangan pelayanan. Maka perkembangan
pemikiran dan perkembangan aksi pelayanan harus tercapai melalui
Satuan Pelaksana Kegiatan Rumah Sakit, Kesehatan Masyarakat,
Akademi Perawatan, dan Pembinaan Pengembangan Sumber Daya
Manusia RS PGI Cikini (PPSDM RS PGI Cikini).
Sosialisasi perkembangan pemikiran pelayanan kesehatan dan
perkembangan aksi pelayanan ini diselenggarakan dalam forum
diskusi dan forum perencanaan strategis yang disebut Sarasehan
yang diselenggarakan secara periodik dan sedapat mungkin diikuti
unsur-unsur Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan serta
unsur Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Dalam bahasa lain
semua stakeholders Yayasan Kesehatan PGI Cikini terlibat dan
atau dilibatkan sehingga kontribusi bagi pelaksanaan konsepsi dan
gagasan pelayanan baru kesehatan tertampung.
Sarasehan selalu mengantisipasi perkembangan baru ilmu dan
teknologi khususnya teknologi kedokteran lima tahun yang akan
datang. Maka Rumusan Sarasehan dapat berfungsi ibarat "Garis
Garis Besar Haluan" Yayasan Kesehatan PGI Cikini lima tahun ke
depan. Dan apabila terjadi perkembangan yang cepat, sarasehan
baru diselenggarakan untuk menampung perkembangan tersebut.
Maka sarasehan baru itu sekaligus berfungsi untuk mengoreksi
dan memperbaharui rumusan-rumusan sarasehan yang terdahulu.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Dengan demikian dijaga kontinuitas, korelasi, koreksi dan
pembaharuan atas gagasan dan program yang sedang berjalan.
Dengan arah pemikiran dan kebijakan Pengurus yang terumus
pada Rumusan (Rangkuman) Sarasehan, Direksi Satuan Kegiatan
relatif lebih mudah menyusun Rencana Tahunan sampai Rancangan
Anggaran Tahunannya yang akan diajukan ke Pengurus Yayasan
untuk disahkan. Untuk maksud itu Pengurus Yayasan membuka
Forum Khusus yang melibatkan semua komponen organisasi
Yayasan. Keputusan dan kebijakan selalu diambil berdasar atas
hal-hal yang telah diputuskan dan bertolak dari AD/ART Yayasan,
keputusan Sarasehan maupun Rapat-rapat Pengurus, dengan
demikian para Direktur Satuan Kegiatan tinggal menerjemahkannya
pada sasaran teknis operasional tanpa menghadapi persoalan yang
berarti. Pengurus berpendapat apabila instansi organisasi berjalan
atas tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi organisasi
486 Yayasan mulai dari Pembina, Pengawas dan Pengurus serta
Satuan Kegiatan atau para Direktur menangkap dan menjalankan
pemahaman bersama, maka target-target pelayanan Yayasan akan
sampai pada tujuannya.
Untuk mencapai maksud tersebut, Pengurus Yayasan
menugaskan saya Sekretaris Pengurus Yayasan untuk secara khusus
melakukan pengamatan dan atas nama Pengurus Yayasan melakukan
asistensi kepada Direktur Satuan Kegiatan dalam menyusun
rancangan-rancangan yang perlu diputuskan Pengurus Yayasan
seperti penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan yang lebih panjang
dari setahun, serta penyusunan Anggarannya untuk disetujui dan
disahkan Pengurus Yayasan. Dalam proses perencanaan tahunan
tugas asistensi, dilakukan juga oleh anggota Pengurus lainnya sesuai
dengan ketertarikan masing-masing baik dari pribadi Pembina,
Pengawas maupun Pengurus sehingga semua berpartisipasi menuju
pelaksanaan pelayanan sebaik baiknya dalam sehari-hari disebut
“pelayanan dengan sentuhan kasih”.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 487
Saya sendiri menyampaikan prinsip-prinsip organisasi dan
perencanaan yang saya bawa dari kampus saya LPPM Jakarta terutama
yang menyangkut manajemen atau pun pemikiran-pemikiran yang
saya timba dari Dr. T.B. Simatupang khususnya dalam hal Doktrin,
Kader dan Kelembagaan dalam bahasa yang lebih sederhana untuk
membantu pemahaman bersama demi pencapaian tujuan pelayanan
yang lebih baik.
Dalam forum perencanaan Satuan Kegiatan, pada umumnya
saya mengajak untuk memelihara pokok-pokok pikiran untuk
perencanaan seperti memelihara suatu alur pikir yang teratur seperti
pentingnya elemen-elemen Doktrin, Kader dan Kelembagaan karena
hal-hal tersebut menyangkut panggilan gerejawi untuk melakukan
pelayanan, pembinaan dan pengembangan kader-kader pada semua
lini Satuan Kegiatan serta pembangunan organisasi serta sarana
prasarananya. Perlu juga disadari rencana yang akan disusun bukan
untuk keperluan tahun ini saja melainkan harus berpikir akan
kelanjutannya di tahun depan, melakukan koreksi-koreksi dalam
penciptaan yang baru sebagai suatu kesatuan pikir yang terbuka atas
koreksi dan pembaharuan.
Setiap Direktorat atau Direktur Satuan Kegiatan akan
menjelaskan posisi Direktorat yang dipimpinnya sekarang dan
kemana arah direktoratnya pada akhir tahun depan. Dengan
bangga dan dengan semangat pelayanan yang berdasar pada doktrin
panggilan pelayanannya, Direksi Satuan Kegiatan mempresentasikan
Rencana Tahunan dan Rencana Anggarannya pada forum khusus
yang disediakan Pengurus Yayasan akhir tahun. Dihadiri semua
instansi organisasi Yayasan yang solid, forum berjalan tanpa persoalan
serius, tidak ada masalah yang tidak terpecahkan, termasuk masalah
keuangan. Rencana Tahunan direncanakan terinci hingga berupa
action plan, satuan kegiatan berupa Buku Rencana Kerja setidaknya
sampai tahun 2013 berjalan teratur dan melibatkan seluruh instansi
Yayasan.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Direksi Satuan Kegiatan cukup percaya diri mempresentasikan
setiap rencananya antara lain karena merujuk pada tokoh-tokoh
Ilmu Perencanaan seperti W. Warren Haynes, Yoseph L. Masse, John
Azeti, dan Humble dalam bukunya Manajemen Berdasarkan Sasaran,
sampai The Five Most Important Questions dari Peter Drucker, yaitu :
1. What is our mission?
2. What is our customer?
3. What does the customer value?
4. What are our results?
5. What is our plan?
Bahkan sampai penggunaan method SWOT Analysis dalam
penyusunan Rencana Kerja dan lain-lain. Mekanisme perencanaan
Direksi Satuan Kegiatan ini berlangsung bertahun-tahun khususnya
dalam pimpinan Ketua dan Wakil Ketua, Soedarjo dan Prof. dr. R.P
488 Sidabutar.
Cukup lama mekanisme seperti ini berlangsung khususnya
selama kepemimpinan Ketua dan Wakil Ketua Pengurus Yayasan
Pak Soedarjo dan Prof. dr. R.P. Sidabutar yang konsisten mengambil
keputusan dan kebijakan berdasar atas hal-hal yang telah diputuskan
bersama. Hubungan Ketua dan Wakil Ketua Pengurus Yayasan ini
solid sekali, sebuah hubungan yang saling mengerti tanpa banyak
bicara, sehingga sedikit banyak memudahkan saya sebagai sekertaris
untuk mengoperasikan keputusan.
Dalam tulisan saya, Perginya Seorang Sahabat, yang dimuat pada
buku Soedarjo Ketua Yayasan Kesehatan PGI Cikini, saya mengatakan
antara lain, “Pak Darjo sebagai Ketua dan Prof. dr. R.P. Sidabutar
sebagai Wakil Ketua Pengurus Yayasan adalah Dwi Tunggal yang
menyelenggarakan kepemimpinan yang saling mengerti dan saling
mendukung. Eksekusi keputusan di lapangan operasional pelayanan
ditangani tenaga kedokteran yang berpengalaman seperti dr. Nico
Lumenta, dr. Poltak Hutagalung, Dr. Tunggul Situmorang, Prof.
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
dr. Karmel Tambunan dan seluruh jajarannya, di Satuan Kegiatan
lainnya ada Drs. Stefanus Lukas, dr. Tedjo W. Putranto, Ibu Tuti
Hunun, Direktur Akademi Perawat, dan jajaran staf lainnya.
Bersama Pak 489
Darjo pada
Sarasehan VI
Tahun 1993 di
Wisma Kinasih,
Caringin, Bogor.
Setiap Sarasehan kami dahului dan akhiri dengan ucapan syukur
dan siraman rohani, karena kami meyakini apa yang telah didoakan
sebagai karya Yayasan yang memuliakan Allah. Beberapa sarasehan
yang telah diselenggarakan adalah:
Sarasehan I: 10-11 Desember 1984, di Wisma Kinasih, Caringin,
Ciawi
Saresehan II: 23 – 25 November 1985, di Hotel Raflesia, Caringin,
Ciawi
Sarasehan III : 29 – 31 Maret 1987, di Wisma Kinasih, Caringin,
Ciawi
Sarasehan IV : 29-31 Mei 1988, di Wisma Kinasih, Caringin,
Ciawi
Sarasehan V: 29-31 Mei 1988, di Wisma Kinasih, Caringin, Ciawi
Sarasehan VI: 9-11 April 1993, di Hotel Bukit Indah, Ciloto
Sarasehan VII: 2- 4 Februari 1996, di Kinasih, Caringin, Ciawi
Sarasehan VIII: 2-5 Desember 1999, di Kinasih, Caringin, Ciawi
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Hasil dari Sarasehan ke-delapan saya rangkum dan edit dalam
satu buku berjudul Pelayanan Kesehatan Yang Memuliakan Allah,
Suatu Gambaran Perkembangan Pemikiran dan Aksi Pelayanan
Kesehatan Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Buku ini diterbitkan
terbatas oleh Sekretariat Yayasan Kesehatan PGI Cikini pada Maret
2009 untuk menjadi buku pegangan bagi semua yang bertanggung
jawab dalam jajaran Yayasan Kesehatan PGI Cikini.
KONSEP PELAYANAN KRISTIANI
Sejak Sarasehan IV yang berlangsung tanggal 29-31 Mei 1988
di Wisma Kinasih, Caringin, Sukabumi, Jawa Barat, kami merasa
perlu melengkapi Rencana Induk Pengembangannya antara lain
dengan Konsep Pelayanan Kristiani.
Dalam sarasehan ini kami merasa perlu menyusun konsep
490 pelayanan Kristiani dengan memasukkan pikiran teologis yang
khusus dengan etika dan doktrin teologisnya. Untuk maksud itu
kami mengundang dua tokoh yakni DR. Frans Magnis Suseso dan
Dr. Eka Darmaputera untuk berbicara dalam forum khusus Yayasan
Kesehatan PGI Cikini tentang Etika Bidang Kesehatan.
Pokok pikiran dua tokoh ini diuraikan dengan sangat menarik
dengan tesis-tesis sebagai berikut:
• Frans Magnis mengatakan pertama-tama dalam Perspektif
Teologis yang berarti Perspektif Injili, artinya Penanganan
Bidang Kesehatan harus sesuai dengan cita-cita dan tuntutan
Injil.
• Dalam perspektif Injili itu penanganan bidang kesehatan harus
mewujudkan tiga cita-cita, yaitu:
1. Mencerminkan rencana keselamatan Allah bagi kita.
2. Menghormati martabat segenap manusia yang terlibat
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 491
sebagai citra Allah dan Anak Allah tercinta.
3. Merupakan pengejawantahan kasih sayang Kristus sendiri.
Frans Magnis juga menjelaskan tentang realisasi perspektif Injili
maupun tantangan bagi usaha-usaha pelayanan kesehatan gerejani.
Ia mengatakan bahwa usaha-usaha tersebut baru pantas disebut
Kristiani hanya jika perspektif injili nyata-nyata menjiwai usaha
pelayanan kesehatan atas nama kasih sayang Kristus.
Magnis Suseno mengkonstatir bahwa sekarang ini pelayanan
kesehatan menghadapai dua tantangan/ancaman:
1. Komersialisasi pelayanan kesehatan
2. Depersonalisasi/dehumanisasi akibat teknologisasi
Dua tantangan ini perlu dihadapi atas dasar perspektif Injili, kata
Magnis Suseno. Ia mengurai berbagai contoh masalah etis dalam
pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Sekitar Janin manusia:
• Abortus provocatus dengan pelbagai indikasi
• Eksperimen-eksperimen dengan janin
• Campur tangan dalam kejadian alami (misal memilih
kelamin anak)
2. Sekitar hal kematian, berbagai bentuk euthanasia:
• Menghentikan perawatan
• Menewaskan kalau diminta
• Obat melawan rasa sakit yang mempercepat kematian
3. Sekitar Keluarga Berencana:
• Pemaksaan terhadap langganan
Akhirnya Magnis Suseno SJ, imam Katolik terkenal itu
mengatakan bahwa kredibilitas pelayanan medis Kristiani bergantung
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
dari apakah keputusan-keputusan terhadap semua masalah di atas
diambil berdasarkan perspektif Injili, tanpa kompromi, dan bahwa
pertimbangan-pertimbangan komersial dan politis berada di bawah
tuntutan Injili itu.
Sekitar tiga tahun kemudian, akhir Januari 1996 kami
mengundang ethicus lainnya, teolog Dr. Eka Darmaputera untuk
menyampaikan uraian tentang beberapa percikan renungan tentang
Pelayanan Kristen Di Bidang Kesehatan. Uraian mendasar dari
kedua tokoh teolog dan etika itu mendorong kita melihat jauh ke
depan dengan memerinci Visi dan Misi serta Pedoman Pelayanan
Kesehatan Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Semua uraian dan
pegangan tersebut terarah untuk membangun SDM Yayasan
Kesehatan PGI Cikini sebagai modal utama pelayanan Cikini
yang tahu arah (Visinya), Tahu apa yang dikerjakan (Misinya),
Dikerjakan karena panggilan (Doktrinnya), Pendekatan Kasih
492 (Doktrin Melayani bukan Dilayani).
Semua dikerjakan secara profesional, menguasai bidang masing-
masing, terampil mengerjakannya, sungguh-sungguh bekerja keras
dan tentunya Tuhanlah yng dimuliakan. Tentang doktrin pelayanan,
Dr. Eka Darmaputera menekankan adanya unsur konstan yang
membuat doktrin itu reliable (inspirational, memberi pegangan,
mendorong komitmen). Sedang unsur yang lainnya bersifat
temporal dan kontekstual, sehingga doktrin yang bersangkutan itu
juga workable (fungsional, memberi arah, merangsang tindakan).
Oleh karena itu kita dapat mengatakan sebuah doktrin adalah a
creed at work, a practical creed, credo (syahadat/Pengakuan Iman
Dalam Tindakan).
Eka mengatakan bahwa unsur yang (sedikit banyak) konstan,
tentu saja adalah Iman Kristiani yang menjadi dasar, isi dan arah
pelayanan kita di bidang kesehatan yang memberikan identitas yang
jelas kepada apa yang kita lakukan. Membuat apa yang kita lakukan
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 493
itu berbeda daripada upaya-upaya yang serupa. Berlaku untuk waktu
yang lama tidak berarti bahwa Iman Kristiani statis.
Iman yang hidup menurut Eka Darmaputera adalah iman yang
terus-menerus dihayati dan dirumuskan secara dinamis. Apabila
saya katakan apa yang kita lakukan berbeda dengan orang lain
bukanlah kita eksklusif, seolah-olah dalam segala hal kita tampak
beda sehingga menjadi eksklusif. Yang ingin dikatakan ada 2 hal,
yaitu:
Pertama, ada sesuatu yang harus yang dapat kita sumbangkan bagi
kesejahteraan bersama. Tidak hanya ikut-ikutan.
Kedua, dengan penuh kerendahan hati kita menyadari bahwa yang
terbaik dari yang kita lakukan pun, hanyalah salah satu, bukan satu-
satunya.
Dengan tulus kita menghargai apa yang dilakukan orang lain.
Dan bahwa pekerjaan kita adalah bagian dari pekerjaan bersama.
Kita berusaha sebaik-baiknya. Kita ingin memberi yang terbaik.
Namun kita tidak mengklaim bahwa kita selalu yang terbaik. Lebih
konkret lagi menurut Eka, yang bersifat konstan itu adalah bahwa
yang kita lakukan (dan yang kita sebut sebagai Pelayanan Kristiani
di Bidang Kesehatan) itu, kita lakukan sebagai jawaban iman dan
sebagai kesaksian iman. Apakah arti dari statement ini?
Apa yang kita lakukan ini bukan pertama-tama karena budi
luhur kita. Kalaupun terpancar kebaikan, maka sumber kebaikan
itu adalah Tuhan (Bdk. Markus 10 :18). Itulah artinya jawaban
iman kita kepada Tuhan. Itu harus kita lakukan dengan penuh
ketulusan dan terutama dengan kerendahan hati. Bahkan Martin
Luther cenderung mengatakan dengan penuh sportivitas, karena
kita mensyukuri kebaikan Tuhan. Ia terlebih dahulu mengasihi kita
(Bdk. 1 Yohanes 4 : 10,19).
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Oleh karena itu kita bukanlah sumber kebaikan maka alamat
bagi pujian dan penghargaan pun bukan kita. Kita pun selalu
menyadari bahwa apa yang kita lakukan selalu masih belum, selalu
masih kurang, tidak pernah sudah. Apa yang terjadi bila semangat
serta penghargaan atas hal-hal tersebut di atas kita lakukan sebagai
kesaksian Iman kita kepada sesama kita (Bdk. 1 Yohanes 4 : 20-21).
Eka yakin bahwa kalau kita hayati kembali, akan menjadi sumber
motivasi dan komitmen untuk mengerjakan pelayanan Kristiani
kita, bukan hanya dengan tulus, serius tanpa pamrih dan rendah
hati, tapi juga dengan tujuan otentik, kreatif, dan inovatif! Yang
kita lakukan itu adalah bagian dari misi Kristiani. Artinya tidak
boleh kita lepaskan dari misi Kristiani dalam arti yang selengkap-
lengkapnya dan seutuh-utuhnya. “We are not the whole, we are part
of whole”, kata Pendeta GKI (Gereja Kristen Indonesia) itu.
Masihkah kita di orbit yang benar atau sudah melenceng? Apa
494 kontribusi kita kepada keseluruhan? Menurut Eka,Yayasan Kesehatan
PGI Cikini (YKPGIC) tidak cukup hanya tahu fungsinya tetapi ia
juga mesti tahu betul di mana tempatnya pada seluruh sistem. Yang
ideal Doktrin YKPGIC seyogyanya adalah bagian dari keseluruhan
tadi. Menyinggung masalah persaingan, Pendeta Eka mengatakan
bahwa Iman Kristiani tidak melarang persaingan. Malahan Iman
Kristiani mendorong persaingan yang sehat dan memberi makna
teologis kepada persaingan.
Pendeta Eka menunjuk kepada 1 Korintus 9:24; Ibrani 12:1; dan
2 Tim 2:5, yang intinya adalah berlomba-lomba dalam berbuat baik,
seperti yang dikatakan Paulus. Oleh sebab itu dalam mengantisipasi
tantangan-tantangan dari era baru, ada baiknya Doktrin Pelayanan
kita merangsang semangat berkompetisi itu. Tapi dalam hal apa?
Dalam hal di mana kita mampu bersaing! Kemungkinan besar kita
tak mampu bersaing dalam membuat Rumah Sakit pencakar langit
atau menerapkan teknologi kedokteran yang paling mutakhir dan
semacamnya. Maka itu marilah kita bertanding dalam spesialisasi
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 495
kita; dalam motivasi, dalam kualitas, dalam SDM dan Pelayanan.
Kita harus waspada atas perlunya persaingan yang tanpa sadar
dapat menyeret kita berlomba untuk kebesaran dan kehebatan
kita sendiri (baca kebesaran dan kehebatan RS PGI Cikini). Kita
tidak boleh lupa bahwa RS PGI Cikini ada bukan untuk mencari
kebesarannya sendiri, tapi untuk kemuliaan Tuhan serta berkat
sebesar-besarnya bagi sesama manusia. “Ketika Ia mempersembahkan
diriNya seperti itu, Ia (kita) menemukan kebesaranNya,”kata
Pendeta Eka menutup ceramahnya.
Demikianlah setiap masa perencanaan dan Perencanaan
Tahunan selalu dibuka ruang bagi stakeholders khususnya SDM
Yayasan Kesehatan PGI Cikini untuk sosialisasi.
Pada 2013 saya menerbitkan buku Merajut Hati Nurani
Melayani Sesama Manusia yang mencatat antara lain sejarah
perjuangan pelayanan kesehatan RS PGI CIKINI yang telah
berjalan lebih dari 100 tahun sejak Ibu De Graft melahirkan lembaga
pelayanan Kristiani ini. Setiap hari kami bekerja dengan semangat
untuk melanjutkan perjuangan dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan yang baik. Kami juga membaca tanda-tanda
zaman dalam menyusun Rencana Tahunan yang merumuskan visi,
misi serta Action Plan Tahunan beserta Angggaran Tahunnya, semua
stakeholders pada masa itu optimis – berpengharapan. Namun
kita hanya berusaha dan berencana tetapi bukanlah rencana kita
melainkan Rencana-Nya dan Keputusan-Nyalah yang akan terjadi.
Suatu ketika ada peringatan kepada Yayasan Kesehatan PGI
Cikini bahwa pada tahun 1978 terselenggara Konsultasi Rumah Sakit
– Rumah Sakit Kristen di Tomohan. Konsultasi itu menghasilkan
suatu rekomendasi agar Rumah Sakit PGI Cikini menjadi Pembina
untuk klinikal level di antara Rumah Sakit – Rumah Sakit Kristen
lainnya. Peringatan itu ditanggapi Yayasan Kesehatan PGI Cikini
secara positif sehingga dikembangkan semangat untuk membantu
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Rumah Sakit – Rumah Sakit Gereja di daerah-daerah yang memang
keadaan/kondisinya tidak memadai lagi untuk melakukan pelayanan
sebagai Rumah Sakit masa kini.
Motivasi iman kita menghendaki bangkitnya kembali semangat
pelayanan kesehatan yang cukup lama dimiliki gereja di seluruh
muka bumi. Dan motivasi nasional kita muncul pula tatkala pada
Sarasehan 1990 dipertanyakan tentang semboyan atau partisipasi
apakah yang dapat diberikan gereja untuk bangsa kita serta untuk
sistem kesehatan nasional kita.
Pertanyaan-pertanyaan itu memunculkan keinginan untuk
membangun jaringan kerja sama dengan pihak lain sebangsa dan
setanah air baik swasta maupun pemerintah, lembaga-lembaga
pelayanan gerejawi di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu
dibentuklah Tim Kerja Sama Yayasan Kesehatan PGI Cikini.
496 Dalam hubungan itu diinginkan untuk tidak menggunakan
istilah “Pembina” melainkan mendorong sikap saling asah, saling
asih, dan saling asuh. Yayasan Kesehatan PGI Cikini cenderung
lebih mendorong kemandirian untuk menggerakkan potensi-
potensi lokal, nasional dan internasional dengan memaksimalkan
peranan Yayasan Kesehatan PGI Cikini, memfasilitasinya, ataupun
memaksimalkan hubungan-hubungan antar gereja.
Dengan semangat motivasi iman dan motivasi nasional yang
digariskan Sarasehan Yayasan Kesehatan PGI Cikini untuk pertama
kalinya membentuk Tim Kerja Sama yang susunan personalianya
sebagai berikut:
1. Prof. dr. R.P Sidabutar, Ketua
2. Dr. Manasse Malo, Wakil Ketua
3. Amir L. Sirait, MBA, Sekretaris
4. dr. PAW Pattinama, SKM, Anggota
5. dr. Poltak Hutagalung, Anggota
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 497
6. dr. Abram Tangjong, Anggota
7. dr. J.B. Saragih, Anggota
8. dr. B.P.P. Gultom, SKM, Anggota
9. dr. A.A. Tombokan Neloe, Anggota
10. Pdt. Dr. J.M. Pattiasina, Anggota
Di bawah pimpinan Prof. dr. R.P. Sidabutar, Tim Kerja Sama
bergerak cepat membuka jalur pembinaan kerja sama. Tim Kerja
Sama memiliki dua modal yang kuat untuk mendayung perahu
kerja sama itu. Pertama ialah nama besar Prof. dr. R.P. Sidabutar
yang dikenal di tengah Rumah Sakit dan Ikatan Dokter Indonesia
(IDI). Bila terselenggara kunjungan ke kota/daerah tempat rumah
sakit akan kita bantu, dokter-dokter di kawasan itu akan datang
menyambut Prof. dr. Sidabutar dan program yang dibawanya.
Modal kedua adalah Pak Soedarjo, seorang putra gereja yang
terkenal dermawan sehingga rumah sakit yang akan kita kunjungi
tidak segan-segan mengajukan program dan memohon bantuan.
Demikianlah kami bersama Ketua Yayasan Soedarjo dan Wakil
Ketua Prof. dr.R.P. Sidabutar, menjelajah ke berbagai berbagai
penjuru tanah air, membangkitkan semangat gereja dan rumah sakit
miliknya, bersama gagasan kebangkitan kembali pelayanan kesehatan
gereja, menyampaikan bantuan peralatan kedokteran atau pun dana
serta gagasan pengembangan berlangsung. Ada kalanya bantuan Tim
Kerja Sama dikualifikasi sebagai rescue. Contohnya Rumah Sakit
Elim di Rante Pao, Toraja yang ditinggalkan pemerintah karena
sudah ada rumah sakit baru di Makale. Dengan demikian Rumah
sakit yang terlantar ini pun tidak berfungsi lagi sebagai rumah sakit
yang melayani.
Saya mengkritik perilaku Pemda setempat dengan cukup
emosional dan diberitakan di surat kabar nasional bahwa tindakan
meninggalkan rumah sakit yang telah lama melayani rakyat tidaklah
terpuji. Ada juga omongan yang mendramatisir yang menceritakan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
bahwa gunting lipat yang telah patah juga turut diangkut saat proses
pemindahan.
Waktu berdiri di panggung resepsi di Rantepao, saya mengambil
inisiatif untuk minta partisipasi setiap orang yang hadir, terlebih
alumni GMKI, untuk menyumbangkan apa saja sesuai dengan
kerelaan hatinya. Setelah dihitung, ternyata dana yang terkumpul
cukup besar! Akhirnya dengan satu kali makan malam, terkumpullah
dana dan peralatan yang diperlukan sehingga RS Elim yang telah
lumpuh dapat beroperasi lagi sebagai Rumah Sakit. Dana, Peralatan,
SDM Dokter dan Perawat yang diperlukan untuk rescue emergency
ini terpenuhi malam itu. Sungguh sebuah mukjizat.
Ada beberapa cerita sukses yang mengagumkan tapi ada pula
yang sama sekali tidak berhasil kita pahami. Pak Soedarjo dan Pak
Sidabutar beserta tim telah mencapai kemajuan pada GPM Ambon
498 dengan Rumah Sakitnya “Rumah Sakit Bersalin” tetapi kurang dari
setahun bekerja sama dengan Yayasan Kesehatan PGI Cikini telah
menjadi Rumah Sakit Umum Tipe D dengan ruangan VIP yang
terletak di pusat kota Ambon.
Saya sendiri tidak puas hanya dengan kemajuan seperti ini.
Puluhan atau mungkin ratusan pulau-pulau kecil dalam orbit
Maluku yang rakyatnya tidak tersentuh obat-obatan atau pelayanan
kesehatan karena kemiskinan infrastruktur, terinspirasi dari cerita
bahwa banyak kapal laut (perang) Jerman Timur (waktu itu) yang
tidak dioperasikan lagi oleh Jerman setelah bersatu. Di antara kapal-
kapal itu saya dengar ada juga yang dibeli Indonesia yang harganya
relatif murah. Saya mengusulkan kepada pimpinan GPM khususnya
Pendeta Soplantila agar bekerja sama dengan Gereja Belanda dan
Jerman sehingga di antara kapal-kapal itu bisa dioperasikan menjadi
Rumah Sakit terapung untuk melayani rakyat terpencil dan miskin
di pulau-pulau yang tersebar di kepulauan Maluku tersebut di
bawah manajemen RS GPM Ambon yang telah maju. Beberapa
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 499
waktu yang lalu program pemerintah seperti ini pernah gagal. Maka
menurut saya Gereja terpanggil untuk mengisinya.
Ada juga pihak lain yang melakukan hal yang mirip dengan
gagasan ini, tetapi GPM Ambon tidak melaksanakannya karena
mungkin sudah sibuk menikmati RS GPM Ambon Type D yang
baru ada pertama kalinya sepanjang sejarah panjang GPM, sehingga
cepat puas. Saya pernah berkata kepada pendeta Soplantila bahwa
saya bermimpi beliau berpidato Pancasila dari geladak kapal apung
yang kita bayangkan. Sayang belum terjadi tapi saya tetap berharap
bahwa pelayanan seperti itu vital bagi jemaat dan sesama di kawasan
ini.
Ambulance yang bertuliskan “Sumbangan Bapak Soedarjo
Ketua Yayasan Kesehatan PGI Cikini” masih beroperasi di RS
HKBP Balige, RS GPM Ambon, RS GKPS Bethesda Saribudolok
Simalungun, RS Elim Rantepao, Toraja, RSK di Sumba Timur,
Sumba Barat Waikabubak. Selain itu ada juga ambulance keliling di
Marunda-Jakarta Utara, di SoE NTT dan lain-lain akan mendorong
kemajuan pelayanan baru di setiap kawasan dan melahirkan
semangat kebangkitan kembali pelayanan kesehatan rumah sakit
Gereja. Harga ambulance ketika itu sekitar Rp.62.500.000,- per
unit, cukup mahal saat itu. Tetapi saya tidak mengalami kesulitan
memesannya dan mengirimkannya.
Selain ambulance, dibangun juga kerja sama dan jaringan
khusus di bidang pendidikan kedokteran dengan beberapa lembaga
luar negeri seperti DR.Ch. J.Matts, Vice President Vrij Universiteit
dan DR.Hazenberg dari Diakonessenhuis Refaya Dordrecht, Belanda
dan Jerman, sehingga terealisasilah petunjuk sarasehan untuk
menggerakkan potensi lokal, nasional dan internasional demi
panggilan asasi gereja melalui Rumah Sakit, melakukan sesuatu
yang menjadi berkat bagi banyak orang dan pada berbagai tempat
dari barat sampai bagian paling Timur Indonesia.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
Perginya Seorang Sahabat:
Mengenang Prof. dr. R.P. Sidabutar
Tim Kerja Sama bekerja dengan baik dan kami terus
membantu kemajuan pelayanan di berbagai daerah terpencil di
Indonesia. Namun semua ada waktunya, seperti yang tertulis dalam
Pengkhotbah 3:1-2, yaitu “Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk
apa pun di bawah kolong langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir,
ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam ada waktu
untuk mencabut yang ditanam.”
Pada hari Jumat, 26 Juli 1996, Prof. dr. R.P. Sidabutar yang super
pintar dan baik hati itu dipanggil Tuhan. Beritanya ditulis di koran-
koran, ”Prof. Sidabutar, Pakar Ginjal, Tutup Usia”. Pengakuannya
kepada saya, sepanjang kariernya beliau telah menulis lebih dari
200 tulisan ilmiah kedokteran. Cerita itu disampaikan pada waktu
500 upacara wisuda memperoleh gelar
Profesor di Universitas Indonesia.
Dalam pidatonya antara lain Prof Sidabutar, seorang sahabat dan
dia berkata bahwa “melakukan rekan kerja yang penuh pengertian.
yang baik, hanya selangkah di
depan kita.” Waktu ditanya dari
mana ia mengutip ungkapan
itu, beliau hanya menjawab
bahwa itulah keyakinannya yang
selama ini dijalankannya. Beliau
juga pernah bercerita pada saya
tentang penyakitnya. Almarhum
yang saya cintai dan kasihi itu
mengatakan, ”Saya warisi semua
yang baik dan yang buruk dari
Ibu saya.”
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini
Sebagai Sekretaris Yayasan dan sebagai pribadi, saya merasa
kehilangan Prof Sidabutar sebagai seorang sahabat, kekasih, partner
kerja yang penuh pengertian. Saya menangisi kepergiannya di Ruang
VIP Mawar RS PGI Cikini, di tengah keluarga yang mengelilingi
jasadnya. Saya berdoa kiranya Tuhan memberkatinya dan mengasihi
kami yang ditinggalkannya.
501
Prof Sidabutar mewakili Pak Darjo menyerahkan sumbangan ambulans yang
diberikan untuk RS Kristen Lendemoripa di Waikabubak, Sumba, 12 September
1993.
Perginya seorang sahabat, itulah judul tulisan saya atas kepergian
Prof. dr. R.P. Sidabutar. Sahabat kami bersama kala itu, Ch. J. Maats,
MD, MPH, Vice President Vrij Universiteit Amsterdam Belanda
menulis surat yang dialamatkan kepada saya:
“Dear Mr. Sirait,
Upon coming home from my holiday retreat, I read with great distress
the sad massage of the death of Prof. dr. R.P. Sidabutar. He is most
intelligent, courages and an example for us all in being a Christian
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
through his way of loving and performing his profession. May God give
strength and comfort to his family and also to the Cikini Community
for which he has provided invaluable leadership in Jakarta and your
great community”
Your sincerely,
CH. J.Maats, MD.MPH
Vice President Board 0f Management
502
Prof. Sidabutar ketika meresmikan salah satu fasilitas baru di RS PGI Cikini.
Setelah kepergian Prof. Sidabutar, pincanglah gerak langkah
Tim Kerja Sama yang dalam waktu singkat dikenal pelayanannya
di seantero tanah air, “sampai ke ujung bumi Indonesia”. Yayasan
Kesehatan PGI Cikini masih berusaha melanjutkan misi pelayanan
ke daerah-daerah terpencil yang membutuhkan di bawah pimpinan
Pak Soedarjo melalui Satuan-satuan Kegiatan/Direktorat Kesehatan
Mengabdi Untuk Yayasan PGI Cikini 503
Masyarakat (KesMas) yang operasionalnya dipimpin oleh dr. Tedjo
W. Putranto, MM kala itu. RS PGI Cikini dipanjangkan tangan
pelayanannya melayani masyarakat lapisan bawah yang ada di
tempat terpencil yang tidak terjangkau rumah sakit.
Untuk maksud itu, Direktorat Kesehatan Masyarakat bekerja
sama dengan Ibu-ibu TNI melayani masyarakat di pinggir Jakarta
Utara dan Bekasi, melayani pasukan berkuda di kawasan Bandung,
di Porsea-Sumatera Utara dan masih banyak lagi. Kami juga bekerja
sama dengan Jakarta Rescue melakukan pendidikan ‘bersih sehat’
dengan membawakan tarian ‘cuci tangan bersih’ oleh tim penari
Akademi Perawatan RS PGI Cikini pimpinan Ibu Ns. Sri Hunun
Widiastuti, M.Kep., S.Kep,J. Sementara PPSDM RS PGI Cikini
pimpinan Drs. Stefanus Lukas, Apt, M.Min. melatih personil
(SDM) dari berbagai RS di Indonesia atas bidang-bidang unggulan
RS PGI Cikini khususnya perawatan intensif ginjal.
Kado Unik Untuk Pak Soedarjo
Suatu ketika saya dikunjungi Pak Darjo di Ruang Kerja
Sekretaris Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Beliau berkata bahwa
Desember tahun itu (2002), usianya akan memasuki 80 tahun.
Saya ingat ada dua kali beliau berkata seperti itu. Saya mengatakan
“tidak apa-apa” dengan alasan saya akan selalu siap membantu
beliau setidaknya untuk finalisasi setiap sambutan beliau di dalam
dan di luar RS PGI Cikini seperti yang memang selama ini selalu
saya lakukan dan dibawakannya tanpa koreksi, bahkan pada tingkat
ceramah yang hampir ilmiah.
Namun lama kelamaan, saya terpengaruh juga. Ketua saya, yang
penuh kasih sayang itu saya duga sedang membaca bagian Alkitab
tentang masa hidup di tengah keadaan sepi setelah kepergian Prof.
dr. R.P. Sidabutar. Di Mazmur 90:10 tertulis: “Masa hidup kami
tujuh puluh tahun dan jika kami kuat delapan puluh tahun, dan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L Sirait
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya
buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Selain itu juga ada Mazmur
90:12 yang mengatakan: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Ketika membicarakan ulang tahun ke-80 yang akan datang,
seluruh pengurus termangu, karena tidak mudah memberi kado
kepada orang berada seperti Pak Darjo. Saya usulkan agar kita
menciptakan kado khusus, saya mengajak dr. Poltak Hutagalung
dan dr. Tunggul D. Situmorang untuk mempersiapkan buku
bagi Pak Darjo. Buku itu akan menjadi menjadi kado yang kami
persembahkan baginya dan keluarga.
Dalam waktu singkat, kami menggerakkan staf untuk
membantu mempersiapkan bagi buku yang saya sebut “Buku
Album”. Mulyo Prihantono, Lamindo Hutauruk, Amelia Nanlohy,
504 Metia RosanaDewidanBernadusRuntuwenebekerjakerasmembuka
segala arsip untuk saya pilih sebagai penulis. Baru beberapa hari
saja buku yang besar ukuran dari tebalnya tidak tertuliskan. Kami
meminta Poltak Hutagalung bertanggung jawab atas pencetakan
sehingga buku itu bisa diserahkan pada Kebaktian Syukur HUT
Ke-80 Pak Soedarjo pada 19 Desember 2002. Meskipun banyak
kesulitan karena tekanan waktu, buku itu berjudul SOEDARJO,
KETUA YAYASAN KESEHATAN PGI CIKINI akhirnya berhasil
kami rampungkan.
Ketika kebaktian syukur sudah mulai pada 19 Desember
2002 pukul 09.00 WIB, buku yang diharapkan jadi bintang acara
belum juga datang, sehingga membuat dr. Poltak Hutagalung stress
berdiri di luar gedung menunggu kedatangan buku dari percetakan.
Ternyata yang diserahkan percetakan hanya cover besar buku yang
menampakkan foto besar Pak Soedarjo. Cover besar dengan foto
berwarna itulah yang kami serahkan sebagai simbol pada acara
penyerahan kado.