Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 405
tahun 2008, misalnya, telah muncul suatu
Pernyataan Sikap dan Rekomendasi dari Asosiasi
Teolog Indonesia (ATI) yang pada dasarnya
mendorong warga gereja melibatkan diri dalam
proses kegiatan politik pada segala tingkatan.
Dengan mendefinisikan politik dalam arti umum
sebagai seni mengatur kehidupan bersama untuk
mencapai kesejahteraan bersama, ATI menyatakan
bahwa politik adalah hak dan tanggung jawab
semua anggota gereja sebelumnya. Seorang
Katolik, DR. Gusti Bagus Kusumawanta PR
pada tahun 2003 menulis suatu visi politik dari
sudut pandang Gereja Katolik yang antara lain
mengatakan bahwa kehidupan politik tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Maka sebagai
warga negara yang baik kaum muda Katolik
(umat Katolik) memiliki kewajiban untuk ikut
terlibat dalam memperjuangkan kebaikan umum
(Bonum commune) yang merupakan tujuan politik.
Menurut Bagus PR, nilai-nilai Injil akan mewarnai
cara berpolitik bagi umat Katolik), sementara Fm.
Stefanus Hwan, CP mengatakan “Gereja sebagai
institusi tentu tak pernah boleh berpolitik praktis,
maksudnya tidak boleh memihak secara praktis
kepada salah satu partai.” (catatan: arti politik
praktis tidak selalu demikian).
Dari pernyataan Fm. Stefanus ini timbul pertanyaan
tentang arti gereja sebagai institusi dan gereja
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
sebagai orang-orang (individu) atau umat Kristen
yang sedikit banyak menimbulkan problematik
dalam kaitannya dengan kegiatan politik, kapankah
aksi politik seorang Kristen dapat dikatakan sebagai
aksi gereja (atau sebaliknya).
Pandangan Pdt. Saut Sirait, M.Th yang menyatakan,
“Jika gereja sejak dini sebagai terompet moral
masyarakat yang pas dan nyaman, maka gereja akan
menjadi tonggak dan tiang moral yang melembaga
di tengah-tengah bangsa.”…), tidak begitu jelas
membedakan ketertiban politik gereja sebagai
institusi dan keterlibatan warga atau orang Kristen
secara individual.
406 Hampir bersamaan waktunya dengan pandangan-
pandangan tersebut, muncul pandangan yang lebih
gamblang (mirip pengakuan dosa) dari Pdt. DR. A.
A Yewango yang mengatakan “Pemahaman bahwa
politik itu tabu bagi gereja (dan orang Kristen)
telah merupakan masa lampau.” Walaupun Pdt.
Yewangoe memaafkan gerakan yang menganggap
politik itu kotor sehingga gereja seolah ”buta”
terhadap politik selama sekian lama, bagaimanapun
juga perlu dicatat bahwa gerakan itu telah merugikan
beberapa generasi umat Kristen khususnya pada
masyarakat yang majemuk. Pasalnya, sambil
mendorong pandangan bahwa politik itu kotor dan
harus dijauhi, praktik-praktik politik pada tataran
“internal“ terus berlangsung.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 407
Dalam arti kekuasaan, praktik politik dalam
organisasi gereja pada sekitar abad 17, misalnya
amat kuat sampai terjadi gerakan membebaskan diri
dari kekuasaan mutlak pimpinan gereja sehingga
terjadi jaman yang disebut Renaissans (1350-
16) dan Reformasi (1500-1650). “Tetapi jaman
telah berubah dan sejalan dengan perkembangan
zaman itu, pengertian politik pun berubah“, kata
Yewangoe selanjutmya.
Pendapat tersebut memang didukung kenyataannya
bahwa sejak beberapa dekade akhir abad XX disadari
bahwa proses sekularisasi yang berkembang pesat
makin menempatkan gereja pada posisi defensive,
sehingga kemudian terjadi koreksi.
Baik gereja-gereja reformasi maupun gereja lain
yang tergabung dalam Dewan Gereja-gereja se-
Dunia maupun Gereja Katolik (Vatikan), berupaya
kembali mengarahkan gereja agar makin terlibat
pada masalah sosial kemasyarakatan termasuk
politik. Perhatian terhadap masyarakat makin
besar dan manusia dipandang secara utuh baik jiwa
maupun tubuh yang diselamatkan.
Perkembangan perhatian tersebut melahirkan antara
lain Teologi Politik di Eropa, Teologi Pembebasan di
Amerika Latin, Minjung Teologi di Korea Selatan,
dsb. Di Indonesia mirip dengan itu timbul antara
lain upaya “Membangun Manusia Pembangunan“,
sebagai salah satu wujud pergumulan teologis.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Pdt. Yewangoe kemudian mengatakan, “Ketika
gereja (dan orang Kristen) sekarang melibatkan
diri dalam politik kita mesti berkata mengenai
"Penemuan kembali tugas yang selama ini
diabaikan."
II. ILUSTRASI SISI POLITIK DARI CERITA
BEBERAPA ORANG PERCAYA PADA
PERJANJIAN LAMA
Menyambut semangat penemuan kembali tugas
yang selama ini diabaikan, seperti yang dikatakan
Pdt.DR.A.A Yewangoe di atas, barangkali ada
baiknya kita mengingat cerita-cerita di Perjanjian
408 Lama tentang kegiatan atau langkah-langkah
individual orang percaya. Langkah-langkah yang
dari sisi politik mengandung pengaruh kepada
penguasa (negara) namun pengaruh yang dimaksud
sangat fenomenal, walaupun sifat tulisan ini hanya
ilustratif.
Di antara cerita itu yang cukup menarik adalah
langkah-langkah Musa dalam hubungan dengan
kekuasaan/kerajaan Firaun pada jaman Mesir kuno.
Dilihat dari sisi politik, secara umum jelas selama
empat puluh tahun pertama Musa belajar dengan
fasilitas putra Raja. Empat puluh tahun berikutnya
dia mempersiapkan diri, melatih diri untuk
memimpin dan melayani sebagai yang disebut
Gembala, yang memerlukan berbagai keterampilan,
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 409
keberanian, kesabaran serta ketekunan.
Permulaan empat puluh tahun berikutnya dia tampil
sebagai figur yang mampu melakukan langkah
politik “mempengaruhi” kekuasaan/pemeritah/
raja bahkan melakukan berbagai tekanan sampai
kekuasaan memenuhi tuntutannya membebaskan
Bangsa Israel keluar dari Mesir (Bdk Kej 6:13).
Sebelumnya dapat kita simak cerita Yusuf
sebagai suatu bentuk lain dari kemampuan
“mempengaruhi“ kekuasaan, yaitu ketika Yusuf
menggunakan keterampilan berkualitasnya
sampai kemudian dia dipercaya menjadi semacam
Perdana Menteri kerajaan sekaligus menunjukkan
kemampuannya untuk merencanakan persiapan
pangan menghadapi krisis yang mengancam (Bdk
Kej 39:1- 41 :14 ).
Cerita lain yang menarik dari sisi politik lainnya
adalah peranan Ester, seorang anak yatim piatu
yang diangkat pamannya Mordekai. Ia berhasil
”mempengaruhi“ (menyenangkan hati Ahasyweros)
dan diangkat menjadi Ratu (Est.2) walaupun
tentunya mempertaruhkan jiwanya, penampilan
politik “kecantikan“ Ester telah menghindarkan
malapetaka bagi sisi Bangsa Yahudi sehingga
mereka selamat tiba kembali di Israel.
Ilustrasi lain yang amat menarik dari sisi politik
ialah Daniel yang bersama dengan Nuh dan
Ayub merupakan tiga orang paling benar dalam
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
sejarah umat manusia (Yeh.14:14). Hampir di
sepanjang hidupnya, Daniel menduduki pos-
pos pemerintahan yang tingggi mula-mula dalam
kerajaan Babel kemudian dalam kerajaan Persia.
Daniel berasal dari keluarga terdidik dan karunia-
karunia membuat dia memiliki penampilan dan
pengaruh yang mengakibatkan dia segera naik
pangkat menjabat kedudukan penting dan penuh
tanggung jawab (Dan.2:46-49; 6:1-3). Pasti sangat
berpengaruh dari sisi politik, bahkan kualitas
serta integritas yang menimbulkan iri hati pun
mengakibatkan malapetaka bagi mereka yang
cemburu.
410
III. INDIVIDUAL DAN INSTITUSIONAL
DALAM POLITIK PRAKTIS
Pada sekitar abad pertengahan individu Kristen
dan Institusi (gereja) dalam hubungan dengan
Negara dan kekuasaan (politik) mungkin tidak
terlalu menjadi persoalan atau faktor individu tidak
menonjol karena gereja secara institusi begitu kuat.
Bahkan di berbagai hal gereja dan Negara bisa adu
kekuatan.
Soal adu kekuatan (politik) ini bahkan ditandai
dengan lahirnya Negara agama Vatikan. Andaikan
pada jaman sekarang di Indonesia Calvin Menulis
hubungan Gereja dan Negara, barangkali
perumusannya akan berbeda.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 411
Tetapi setelah Zaman Renaissans dan Reformasi
penampilan politik gereja secara institusional dapat
dikatakan “berubah” kecuali Roma Katolik dengan
Vatikan yang diakui sebagai Negara di dunia.
Dengan mendudukkan perwakilannya di Vatikan
sambil mendudukkan perwakilian lainya di Italia.
Persoalan yang hendak diangkat adalah sejauh
manakah politik praktis seorang Kristiani dapat
dikatakan “mewakili” politik praktis gereja?
Perjuangan politik Martin Luther King (dengan
ungkapan legendarisnya, "I Have A Dream" dan
dengan lagunya yang terkenal “We Shall Overcome“)
misalnya tentang hak-hak sipil dan perbudakan,
tentang rasialisme dan keadilan, tanpa menunjuk
gereja bahkan tanpa menunjuk ayat Alkitab dapat
dirasakan dunia sebagai suara gereja.
Secara institusional nampaknya Gereja Katolik
mempunyai rumusan yang khusus sebagai berikut:
Hubungan Gereja dan Negara ( bentuk konkret dari
berpolitik). Gaudium et Spes No. 76 mengatakan:
“Terutama dalam masyarakat yang majemuk,
sangat pentinglah bahwa orang-orang mempunyai
pandangan yang tepat tentang hubungan antara
Negara dan Gereja, dan bahwa ada perbedaan yang
jelas antara apa yang dijalankan oleh umat Kristen
(Katolik), entah sebagai perorangan atau secara
kolektif atas nama mereka sendiri selaku warga
Negara, di bawah bimbingan suara hati Kristiani
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
dan di pihak lain apa yang mereka jalankan atas
nama Gereja bersama para gembala mereka”.
Selanjutnya dinyatakan:
“Berdasarkan tugas maupun wewenang, gereja sama
sekali tidak dapat dicampuradukkan dengan Negara
dan tidak terikat pada sistem politik manapun
juga. Di bidang masing-masing, Negara dan
Gereja bersifat otonom, tidak saling bergantung.
Tetapi keduanya, kendati atas dasar yang berbeda,
melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang
sama”.
Dengan rumusan ini tercatat jelas hubungan Gereja
– Individual Kristen – Gembala – Negara.
412 Sementara itu kita tetap mencatat bahwa yang
dimaksud “politik” praktis “gereja” bukanlah politik
praktis untuk meraih sesuatu kekuasaan dan bukan
pula untuk berpihak kepada partai (kekuatan)
tertentu melainkan untuk menyampaikan
pengaruh manakala jalan menuju tujuan bersama
(public goal) terganggu, terancam, menyimpang,
semisal terjadinya ketidakadilan, ketidakbenaran,
pelecehan HAM, penindasan dan lain-lain,
sehingga harus diingatkan atau dikoreksi untuk
pelurusan (mempengaruhi untuk pelurusan adalah
aktivitas politik) karena tidak sesuai dengan tujuan
bersama yang telah ditetapkan.
Berbeda dengan gereja Korea Selatan yang sejak
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 413
pertengahan sampai akhir abad XX, hampir tidak
terpisahkan antara aktivitas politik institusi gereja
dengan individu Kristiani baik dalam hubungan
dengan kepercayaan (Neo Konfusionis yang tidak
mengenal monotheisme) maupun dalam hubungan
penguasa (Negara – Bangsa) karena gereja dan umat
Kristiani bertekad meninjau ulang kontekstualisasi
peran agama dengan situasi sosial masyarakat
kontemporer.
Tahun 1970-an misalnya ketika gerakan sosial
gereja (baik aktivis Katolik, Presbiterian,
Methodist, dan lain-lain) berhadapan dengan rezim
Park Chung-Hee setelah sebelumya berhadapan
dengan kekuasaan pendudukan Jepang, banyak
aktivis Kristiani yang tersiksa, terbunuh maupun
dipenjarakan. Gerakan ini muncul dari pergumulan
teologi yang, menterjemahkan Firman Tuhan
secara kontekstual dan menempatkan teologi
sebagai dasar inspirasi melawan penindasan dan
kemiskinan Korea saat itu.
Teologi Minjung sendiri berkembang dan
diorganisir oleh berbagai gerakan sosial kekristenan
yang peduli terhadap berbagai praktik sosial–politik
yang tidak pro rakyat di bawah pemerintahan rezim
Park Chung-Hee yang disebut developmentalisme.
Bertolak dari pengalaman, Gereja Korea, titik
awal pentingnya adalah jawaban atas pertanyaan,
“Apa sumbangsih kekristenan dalam pembentukan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
bangsa dan negara?" (lihat Christianity in Korea,
10 November 2009).
Di Filipina terjadi gerakan gereja dengan
bendera Teologi Pembebasan yang sedikit banyak
dipengaruhi Teologi Pembebasan di Amerika
Latin karena situasi konkret ada kemiripan dengan
Filipina. Teologi Pembebasan menekankan tugas
teologi sebagai penalaran atas pengalaman konkret
iman sebagaimana diketahui jemaat Kristen saat
ini.
Namun dalam konteks institusional dan
individual, berdasar Konsili Vatikan II ditegaskan
bahwa gereja merupakan umat Allah. Gereja tidak
414 identik dengan pemimpin gereja (Uskup, Imam
dan Biarawan), tetapi dengan jemaat. Karena itu
ditegaskan tanggung jawab gereja adalah tanggung
jawab seluruh umat.
Teologi Pembebasan di Filipina yang dimulai dari
“fakta” bukan ”teori” berbasis pada kelompok-
kelompok kecil yang mewujudkan struktur
bagi sosialisasi nilai-nilai baru, komunikasi
dan aksi (politik). Dalam kelompok, mereka
menginternalisasi nilai-nilai, menganalisis
permasalahan dan kebutuhan. Dan melalui
kelompok terbentuk rasa percaya diri menghadapi
kekuatan dari luar.
Satu nilai baru yang dikembangkan Gereja Filipina
(pengaruh) adalah tindakan (politik) tanpa
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 415
kekerasan (active nonviolence). Upaya mengadakan
perubahan sosial tanpa menggunakan kekerasan
dan inilah yang dilihat sebagai unsur esensial dari
Injil dengan cepat berkembang pesat, terutama
setelah kematian Aquino (lihat Filipina:Gereja,
Politik, Kekerasan).
IV. PRAKTIK PELAYANAN (POLITIK) GEREJA
INSTITUSIONAL DAN INDIVIDUAL
KRISTIANI DI INDONESIA ( SUATU
ILUSTRASI)
1. Jarang nampak aktivitas politik gereja
institusional secara langsung (berkaitan dengan
Negara) di Indonesia. Hal ini terjadi mungkin
karena politik Kristen Indonesia yang linglung
karena ulah penjajah Belanda seperti ditulis Pdt.
Saut Sirait.
Saut Sirait lebih jauh menulis “Tidak
mengherankan, manakala Indonesia telah
merdeka, gereja-gereja bukan saja gamang
terhadap kenyataan itu, tetapi sekaligus tidak
memiliki konsep dan pegangan teologis
mengenai politik.” Tentu saja pendapat itu perlu
ditelaah lebih lanjut.
2. Kalau Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
(PGI) dapat kita anggap sebagai atau mewakili
gereja institusional, walaupun dengan “jarak”
tertentu, lewat Sidang Raya-nya di Ambon ada
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
juga sikap mempengaruhi sikap Pemerintah
kala itu tentang “Pancasila sebagai satu-satunya
Asas Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Langkah mempengaruhi tersebut meliputi
langkah mengajak berbagai pihak untuk
“berhadapan“ dengan Pemerintah atas hal
tersebut.
3. Sejalan dengan perkembangan pemikiran
Dewan Gereja se-Dunia (DGD) tentang
masalah-masalah sosial kemasyarakatan
(kemiskinan, dll), pada tahun 1980-an dengan
tetap “berjarak” PGI melakukan langkah politik
berpihak kepada rakyat jelata (yang tertinggal,
416 tertindas, tercecer, terpencil dan sebagainya)
CCPD DGD yang diterjemahkan di Indonesia
oleh PGI dengan membentuk Development
Center PGI, merekrut penggerak pembangunan
dan menyebarkan ke seluruh penjuru daerah
untuk memotivasi pembangunan. Slogan
“Membangun Manusia Pembangunan” kala itu
ditanggapi sebagai teologis politis.
4. Langkah yang lebih masuk hampir tanpa “jarak”
adalah langkah politik yang ditempuh PGI
tatkala memasukkan konsep “Pembangunan
Nasional sebagai Pengamalan Pancasila” ke
jantung Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1993–1998. Langkah Politik yang
amat berpengaruh, fenomenal yang lima tahun
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 417
sebelumnya hanya tercatat pada bagian buntut
GBHN 1988-1993.
Langkah-langkah politik gereja (PGI) tersebut
sesungguhnya jelas untuk tujuan bersama (public
goal) yang dimaksud Prof. Miriam Budiarjo
yang dikutip di depan, dan untuk kesejahteraan
semua (bdk.yer.29:7).
Namun apakah langkah politik itu berlanjut,
dijaga, terealisasikan lebih konkret atau makin
konkret, makin dirasakan rakyat pada umumnya,
wallahualam. Ada masalah soal berkelanjutan,
soal usaha peningkatan, soal koreksi, soal
pembaharuan langkah, pengaruh maupun
gagasan, soal konsekuensi, soal konsistensi
dalam praktik politik Gereja di Indonesia.
Maka mantan Ketua PGI, Letjen. (Purn)
T.B. Simatupang selama hidupnya berulang-
ulang menegaskan perlunya Pembinaan dan
Pengembangan konsep “Doktrin Kader dan
Kelembagaan“ dalam pelayanan Gereja-Gereja
di Indonesia termasuk politik dan juga bagi
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-citanya.
Dalam situasi gereja dan Negara kita sekarang
ini gagasan dan peringatan alm. T.B Simatupang
dimaksud makin terasa urgensinya, namun
respon gereja-gereja tidak baik vertikal maupun
horisontal tidak memadai bahkan cenderung
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
hilang dengan berpulangnya T.B. Simatupang.
5. Langkah (pengaruh) politik individual Kristiani
demi tujuan bersama (public goal) Indonesia,
yaitu tegaknya persatuan dan kesatuan Indonesia
yang amat fenomenal dapat dicatat dari langkah
politik yang disampaikan orang Kristiani dari
“Timur” kepada Angkatan Laut Jepang untuk
bertemu Moh. Hatta pada 18 Agustus 1945
manakala Rancangan UUD akan dibahas sehari
setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pesan politik orang Kristen itu mengatakan
bahwa persatuan yang telah digagas akan
menjadi korban ketujuh frasa yang Islami pada
418 rancangan UUD 1945 dipertahankan. Dan
langkah politik demi kepentingan seluruh
Bangsa Indonesia itu amat mempengaruhi
proses keputusan penetapan UUD 1945.
6. Sekelompok individu Kristiani yang dipelopori
Pdt. Basoeki Probowinoto, mempelopori
pendirian Partai Kristen Indonesia bersama
tokoh-tokoh lainya seperti T.S.G Mulia, F.Leoh,
dan Prof.DR.Johanes setelah berfusi dengan
PARKI yang didirikan di Medan oleh Melanton
Siregar dkk, menjadi PARKINDO dalam
Kongress I tahun 1945 di Solo. Itulah salah satu
respons politik beberapa individual Kristiani
yang diperkirakan lahir dari pergumulan
teologinya menghadapi perkembangan bangsa
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 419
dan negaranya bernama Negara Indonesia.
Langkah politik mereka itu adalah langkah
warga negara Individu Kristiani yang merasa
bertanggung jawab bersama warga Negara
Indonesia lainnya atas kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia. Mereka mempunyai
pikiran-pikiran dasar tentang berbangsa
dan bernegara Indonesia yang mencakup
kepentingan dan tujuan seluruh warga Indonesia
(public goals).
Probowinoto pernah berkata,”…bagaimanapun
juga Tuhan sudah menjadikan kami sedarah,
sedaging dan senasib dengan bangsa kami."
Suatu ungkapan atau pernyataan seorang
Kristiani sebagai gambaran kewarganegaraan
yang bertanggungjawab yang kemudian menjadi
judul buku tulisan DR. J. Leimena.
Demikianlah jawaban DR. J. Leimena atas
pertanyaan tentang bagaiamanakah kita (orang
Kristen) harus berperilaku dan bersikap dalam
negara muda yang masih diganggu berbagai
pengacau keamanan, ”Bangsa Indonesia pada
umumnya dan umat Kristen pada khususnya
mesti menjadi warga negara yang bertanggung
jawab", artinya warga negara turut bertanggung
jawab (politik) atas segala sesuatu yang berlaku
dalam negaranya."
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
7. Adalah pula langkah politik Kristen (untuk
kepentingan umum seluruh bangsa), tatkala
DR. A.M. Tambunan, tahun 1950-an konon
kabarnya berbicara untuk melaporkan
pembunuhan-pembunuhan orang Kristen di
Toraja oleh pengacau keamanan pimpinan
Kahar Muzakar kepada Perserikatan bangsa-
bangsa (PBB).
Langkah politik individu Kristen yang tersebar
juga sangat mempengaruhi pandangan sikap
saudara-saudara kita sebangsa se-Tanah Air
untuk menjaga Bangsa Indonesia sebagai bangsa
bermartabat di mata dunia (PBB).
420 8. Konon kabarnya juga suatu ketika pada 30
September 1965, DR. J.Leimena mempengaruhi
Bung Karno agar kembali ke Istana karena
diduga ia akan terbang ke daerah yang bisa
berakibat perang saudara. Suatu langkah praktik
politik Kristiani yang tidak ada arti materialnya
bagi DR. Leimena tapi sangat penting bagi
bangsa dan negara (public goals).
Dengan berbagai ilustrasi yang diuraikan diatas,
saya hendak mengatakan bahwa pada dasarnya
politik Kristen adalah politik yang berusaha
membawa kemaslahatan bagi umum, bagi semua
bangsa, semua rakyat Indonesia (bdk.Yer.29:7)
Gereja dan umat Kristen dengan demikian harus
berpolitik dalam arti mempengaruhi semua
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 421
proses perumusan tujuan menjadi tujuan yang
menyejahterakan semua, mempengaruhi langkah-
langkah untuk mencapai tujuan dimaksud,
mempengaruhi semua proses penyusunan
peraturan perundangan-undangan yang mengatur
pencapaian tujuan dimaksud dan mempengaruhi
usaha penyingkiran semua hambatan yang
mengancam pencapaian tujuan umum, tujuan
nasional baik dipusat maupun di daerah.
Sasaran dan rambu-rambu perpolitikan Gereja di
Indonesia apakah institusional ataukah individual
sudah jelas dan gamblang tertera dalam Pancasila
dan UUD 1945 yang telah ditetapkan oleh seluruh
bangsa Indonesia dan dijanjikan di bawah sumpah
akan dilaksanakan oleh penyelenggara Negara.
Kita adalah warga Negara yang bertanggung jawab,
sedarah, sedaging dan senasib dengan warga Negara
lainya, maka tujuan berbangsa untuk kesejahteraan
semua adalah tanggung jawab bersama.
Kita semua rakyat Indonesia telah diantarkan
sampai ke pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka bersatu, berdaulat,
adil dan Makmur (cita-cita semuanya juga cita-
cita Gereja-gereja di Indonesia) dan kita rakyat
Indonesia telah menyepakati tujuan nasional
yang harus dicapai yakni pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Dan kemerdekaan kebangsaan Indonesia
telah tersusun dalam suatu UUD Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Pancasila.
Politik Gereja dan umat Kristen Indonesia harus
terus-menerus mengingatkan dan mendorong
pencapain cita-cita dan tujuan serta landasan yang
digunakan untuk mencapai cita-cita dan tujuan-
tujuan tersebut. Kita turut bertanggungjawab kalau
cita-cita atau tujuan nasional itu tidak tercapai,
422 maka untuk itu kita perlu langkah atau aktivitas
politik Gereja.
Atas dasar itulah pengakuan dan ketaatan gereja
dan umat Kristen Indonesia kepada pemerintah
yang berasal dari Allah dan ditetapkan oleh Allah
(Roma 13) berlangsung secara positif. Cita-cita,
tujuan dan landasan untuk mencapai cita-cita dan
tujuan nasioal tersebut haruslah terus menerus
diingatkan kepada pemerintah yang diakui dan
ditaati termasuk mengingatkan (mempengaruhi)
hal-hal yang menyimpang dari cita-cita, tujuan dan
landasan mencapainya.
Tindakan yang menunjukkan kekurangan,
kesalahan atau penyimpangan kepada pemerintah
haruslah dibaca sebagai gambaran kepatuhan,
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 423
ketaatan dan cinta kepada pemerintah.Dan
semuanya dilakukan bukan bermaksud untuk
meraih suatu kekuasaan yang memang tidak
diperlukan gereja. Berpolitik tanpa mengidamkan
kekuasaan.
V. POLITIK YANG ALKITABIAH
1. Para teolog Kristen Indonesia perlu terus-
menerus mempertajam (makin kontekstual)
pemahaman Kristiani tentang penempatan
gereja (dan umat Kristen) di Indonesia sehingga
Gereja dan Umat Kristen lugas melaksanakan
tugas panggilan pelayanannya pada berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara termasuk berpolitik (menjalankan
politik, ikut serta di urusan politik).
Karena sejarah kehidupan bersama kita merasa
sedarah, senasib sepenanggungan dengan
seluruh bangsa ini maka gereja dan umat
Kristen bertanggung jawab atas terselenggaranya
hidup bersama dalam satu rumah Indonesia
dan tercapainya kehidupan yang sejahtera bagi
semua bangsa ini. Suatu rumah bersama yang
dibangun dengan pilar-pilar kokoh Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sepanjang kebenaran sejarah dan kebenaran
kewarganegaraan yang bertanggung jawab kita
yakini itu kita berjuang terus menerus dan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
“melawan” penghambatannya.
“Kalau kau tidak salah, lawan dan lawan terus.
Maka jangan berbuat salah," kata almarhum Mr.
Yap Thain Hien, S.H. pada suatu ketika di tahun
1966 ketika membela Soebandrio. Pada akhir
pledoinya ia mengutip Yohanes pasal 8 ayat 7:
”Barang siapa di antara kamu yang tidak berdosa
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu
kepada perempuan itu." Mengutip ayat Alkitab
ini pada situasi bangsa kala itu memerlukan
keberanian luar biasa. Danielev dalam hubungan
itu mengkritik Gereja di Indonesia.
2. Dalam bukunya Perjuangan Untuk Kebenaran,
424 David A. Noebel menulis tentang “Politik
Kristen yang Alkitabiah yang memulainya
dengan mengutip Roma 13:1 “Setiap orang taat
kepada pemerintah, sebab tidak ada pemerintah
yang tidak mendapat kekuasaannya dari Allah."
Menurut David, orang Kristen menyadari
bahwa Pemerintah sebagai suatu lembaga
suci, dan bahwa para penguasanya adalah para
pelayan Allah (Roma 13). Adalah tugas orang
Kristen untuk mematuhi Negara. (1 Ptr.2:13-
14,13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua
lembaga manusia, baik kepada raja sebagai
pemegang kekuasaan, maupun kepada wali-wali
yang diutusnya untuk menghukum orang-orang
yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 425
yang berbuat baik”).
Karena pemerintah ditunjuk oleh Allah
sepanjang melakukan tujuannya sebagaimana
Allah ciptakan, orang Kristen akan menunjukan
kesetiaan kepada Allah dengan menundukkan
dirinya kepada pemerintah manusia. Orang
Kristen berharap negara akan menyelesaikan
tugas-tugas terbatas yang telah diberikan Allah.
Selanjutnya David mengatakan bahwa
Pemerintah harus mengikuti prinsip, ”tetapi
semua harus dilakukan dengan baik dan
teratur” (1 Kor. 14:40 “Tetapi segala sesuatu
harus berlangsung dengan sopan dan teratur”;
Keluaran 18:19 “Jadilah sekarang dengarkanlah
perkataanku, aku akan memberi nasihat
kepadamu dan Allah akan menyertai engkau.
Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan
Allah dan kau hadapkanlah perkara-perkara
mereka kepada Allah”).
Warga Kristen dapat mempengaruhi negara
dengan lebih baik sehingga sesuai dengan
kehendak Allah sebagai Lembaga sosial (Amsal
11:11 “Berkat orang jujur memperkembangkan
kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya”).
Allah mengharapkan orang Kristen untuk
menghormati, mentaati dan berpartisipasi
dalam pemerintah yang melayani kehendak-Nya
(RM 13:1-2). 1).Tiap-tiap orang harus takluk
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
kepada pemerintah yang di atas-Nya, sebab tidak
ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah;
dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan
oleh Allah. 2). Sebab itu barang siapa melawan
pemerintah, ia melawan ketetapan dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman
atas dirinya.
Namun tidaklah berarti orang Kristen menaati
Pemerintah secara buta. Pemimpin politik
memiliki tanggung jawab kepada Allah dan
orang Kristen memegang tanggungjawabnya.
Ketika pemimpin politik atau pemerintah keluar
dari ketaatan, orang Kristen harus berusaha
426 mengoreksi penyimpangan itu sehingga dia
tidak dipaksa untuk tidak menaati Negara
(disobedience). Koreksi ini adalah salah satu
langkah politik.
Akhirnya David mengatakan bahwa Negara
didirikan untuk mengurus Keadilan Allah.
Ketika pemerintah memerintah dalam batas-
batas yang patut pada aturan rencana Allah,
orang Kristen tunduk kepada Negara karena
Allah telah menempatkannya sebagai otoritas di
atas dia. Namun, bila Negara menyalahgunakan
kekuasaan, atau menyatakan diri sebagai yang
maha kuasa, orang Kristen mengakui hukum
Allah yang lebih tinggi dari hukum Negara.
Kesetiaan kepada Allah memotivasi orang
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 427
Kristen (Gereja) untuk terlibat secara politik di
dalam menciptakan Pemerintah yang baik dan
adil.
Dan keterlibatan orang benar secara signifikan
mempengaruhi pemerintah untuk menjadi
lebih baik. Apakah berdampak atau tidak itu
soal lain, yang penting orang Kristen konsisten
taat kepada Allah.
David akhinya mengutip Colson yang menulis,
“Orang Kristen seharusnya melakukan tugas
mereka sebaik mungkin. Bahkan ketika mereka
merasa bahwa mereka tidak membuat perubahan,
bahwa mereka gagal untuk membawa nilai-
nilai Kristen di mata publik, sukses bukanlah
kriterianya, kriterianya adalah kesetiaan.
VI. CATATAN PENUTUP
Demikianlah gambaran sepintas bahwa berpolitik
adalah bagian tanggung jawab dan panggilan
Gereja dan orang Kristen dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berikut
beberapa intisarinya:
1. Praktik politik dalam berpolitik tersebut
barangkali akan lebih khas sebatas pengaruh
termasuk koreksi atas penyimpangan pencapaian
tujuan bersama.
2. Sasaran praktik politik gereja dan orang Kristen
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
sudah dalam kerangka yang jelas, yakni dalam
rangka mencapai cita-cita dan tujuan bersama
seperti termaktub pada Pembukaan UUD
1945 dalam hidup bersama di rumah bersama
Indonesia yang berpilar kokoh Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
3. Tuntutan atas kualifikasi para pelaksana
praktik politik sudah barang tentu berat (yang
memang harus dipikul orang Kristen). Integritas
kewarganegaraan yang bertanggung jawab dan
berpolitik dan alkitabiah dalam ketaatan.
4. Jika pelaku aktivitas politik gereja dan umat
Kristen dalam melaksanakan praktik politiknya
428 menjalankan pengendalian diri, memberi
keteladanan yang berani, tidak berbuat salah,
serta berintegritas yang tinggi dan terpercaya
serta memiliki kerendahan hati maka pastilah
kehadirannya sangat berpengaruh.
Setiap individu pelaksana politik Kristen harus
menyadari bahwa kehadirannya terkait dengan
kekristenan dapat dipandang terkait dengan gereja
sebagai institusi. Oleh sebab itu alangkah baiknya
apabila komunikasi politik antara pimpinan gereja
dan pelaku politik individu Kristen terjalin dengan
baik.
Tuhan Memberkati. Sekian! Terima Kasih.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 429
BELAJAR TEOLOGIA
Sesungguhnya sejak terpilih menjadi anggota majelis HBKP
Sudirman, apalagi setelah dilantik menjadi Guru Huria, saya mulai
sadar betapa miskinnya pengetahuan Alkitab saya. Makin banyak
pelayanan Alkitab yang saya dapat selama menjadi aktivis GMKI,
GAMKI dan mengikuti kegiatan kekristenan lainnya makin terasa
betapa miskinnya saya. Apalagi kalau sudah diminta ceramah, baik
dalam konteks kegerejaan, kemasyarakatan maupun politik dan
kenegaraan yang sedikit banyak turut terkait dengan panggilan
pelayanan.
Suatu ketika saya berjumpa dengan teman lama saya di Fakultas
Ekonomi UGM, Dr. Karl Saragih. Pada waktu kami sama-sama
Sarjana Muda Ekonomi bergelar B.Sc, kami kenal seorang Pendeta
Gereja Baptis Indonesia di Gondolayu, Yogyakarta. Gereja itu pernah
kami bantu ketika mahasiswa golongan kiri hendak menduduki
gereja itu dengan tuduhan antek-antek CIA. Mendengar laporan
itu, saya kerahkan anak-anak GSKI, GMKI dan GAMKI untuk
menacapkan bendera GMKI di atas Gedung gereja Baptis itu.
Tuhan memberkati dan rencana kaum kiri untuk menduduki gereja
itu gagal. Mungkin Pendeta Karl Saragih mengingat peristiwa itu
setelah dia menjadi pemimpin Gereja Baptis di Jakarta.
Dr. Karl Saragih tampaknya membaca pikiran dan perasaan
saya karena sebagai orang Batak Simalungun, dia tahu posisi Guru
Huria/Guru Jemaat, sintua apalagi istilah voorhanger dalam tata
budaya Batak dan pergaulan masyarakat Batak. Dia mengajak
saya untuk mempelajari Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Baptis
Indonesia. Sekolah ini berafiliasi dengan Zion University, Lembaga
Internasional Baptis yang berlokasi di New York, Amerika Serikat.
Saya menyambut ajakannya dan saya pun menjadi mahasiswa
lagi. Karl Saragih memperkenalkan saya kepada Dr. Brian J. Bailey,
Presiden Zion University di Indonesia yang berlokasi kawasan Kelapa
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Gading. Dia juga memperkenalkan saya kepada Dr. Paul Caram,
Vice President Zion University, yang secara periodik berkunjung ke
Indonesia dan memberi beberapa kuliah khusus. Caram kemudian
bersahabat akrab dengan saya.
Dr. Karl Saragih memberikan daftar buku bacaan wajib antara lain:
1. Menuju Kemuliaan, oleh Brian J.Bailey
2. Roh Kudus Sang Penghibur, oleh Brian J. Bailey
3. Pilar-Pilar Iman, oleh Brian J. Bailey
4. Kehidupan Kristus I dan II, oleh Brian J. Bailey
5. Daud dan Salomo, oleh Brian J. Bailey
6. Menembus Sasaran, oleh Brian J. Bailey
7. Prajurit Kristus, oleh Brian J. Bailey
8. Lebih dari Pemenang, oleh Brian J. Bailey
9. Kekristenan Sejati, oleh Paul Caram
10. Kemenangan Atas Keakuan, oleh Paul Caram
430 11. Mengubah Kutuk Menjadi Berkat, oleh Paul Caram
12. Diteguhkan Kutuk Menjadi Berkat, oleh Paul Caram
Saya menjalani ujian untuk setiap judul buku di atas. Saya
akan mengirimkan jawaban ke kampus dan hasil penilaian akan
dikirimkan kembali kepada saya. Jawaban atas pertanyaan tidak boleh
dikarang atau dengan kata lain harus diambil dari teks Kitab Suci.
Meski begitu, saya minta ijin Karl Saragih untuk memperbolehkan
saya membaca buku-buku yang lain untuk memperluas wawasan.
Pemintaan ini diizinkan dan saya laporkan daftar bacaan lain, antara
lain sebagai berikut:
1. Teologi Perjanjian lama, oleh Christoph Barth
2. Kristus, Kehidupan dan Pengalaman-Nya, oleh Frank Boyle
3. Tatkala Allah Melawat umat-Nya, oleh Eka Dharmaputera
4. Jalan Kematian, Jalan Kehidupan berkemenangan, oleh Eka
Dharmaputra
5. 365 Anak Tangga menuju kehidupan Berkemenangan, oleh Eka
Dharmaputra
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 431
6. Apa itu Teologi, oleh Drewas B.F & Moyau
7. The Purpose-Driven Life, oleh Rick Warren
8. Konkordansi Alkitab
9. Alkitab, LAI, 1985
10. dan lain-lain
Setelah menyelesaikan tugas mempelajari buku-buku wajib, Dr.
Karl Saragih meminta saya untuk menulis tesis yang judulnya saya
rumuskan sendiri, yaitu Beberapa makna Teologis Utama, Perjalanan
Israel dari Mesir ke Sion. Tesis saya itu diterima dan saya dinyatakan
lulus meraih Master of Theology dari Zion Christian University,
pada 1 November 2008.
Karl Saragih menyimpulkan tesis saya ini dapat membantu
orang untuk memahami arti yang sesungguhnya dari Kuasa Tuhan
dan bagaimana Kuasa itu tersedia bagi semua orang. "Tujuan
perjalanan rohani orang percaya digambarkan dengan perjalanan
bangsa Israel dari Mesir menuju Gunung Sion. Oleh sebab itu
untuk memperoleh suatu pemahaman tentang perjalanan rohani
orang percaya, kita harus mempelajari perjalanan bangsa Israel dari
Mesir sampai Gunung Sion,"begitu ungkap Karl Saragih.
Saya memiliki kerinduan untuk menerbitkan tesis saya ini dalam
bahasa yang lebih populer agar lebih mudah dimengerti oleh orang
awam. Semoga keinginan itu bisa terwujud dalam waktu dekat.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Dr. Paul Caram, PhD (atas) dan Dr. Karl Saragih, MTh (bawah) saat wisuda
432 kelulusan saya sebagai Master of Theology di Sekolah Tinggi Teologia Kerusso
Indonesia / Zion Christian University, 1 November 2008
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 433
MENYAMBUT HUT KE-50 HKBP SUDIRMAN
JA K A RTA
Buku menyambut HUT ke-50 HKBP Sudirman Jakarta
saya tulis pada waktu saya sudah berusia 72 tahun. Pada waktu
mempersiapkan buku ini saya berdoa “Berilah aku waktu untuk
menceritakan kepada angkatan muda ini dan juga kepada anak-anak
mereka tentang segala mukjizat-Mu yang mengherankan itu."
Ungkapan dalam bentuk doa dan permohonan ini saya ambil
dari Mazmur Daud yang ditulis pada Mazmur 71:17-18, yaitu:
“ 17 Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai
sekarang aku memberitakan perbuatan-MU yang ajaib; 18 juga sampai
masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan
aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini,
keperkasaan-mu kepada semua orang yang akan datang’. (Alkitab
Terbitan LAI Cetakan tahun 2015).
Pengalaman Iman saya mencatat betapa Tuhan tidak pernah
berhenti membangun Gereja-Nya, membangun HKBP Sudirman
Jakarta. Campur tangan Tuhan dalam pembangunan itu kadang-
kadang tampak mengejutkan, mencengangkan seolah tidak mungkin
terjadi, maka kita sebut mukjizat.
Pada waktu HKBP Sudirman berumur 40 tahun telah muncul
berbagai keinginan agar terbit sebuah buku sejarah HKBP Sudirman
Jakarta oleh suatu Tim Sejarah, tetapi tidak segampang menyatakan
keinginan itu karena suatu tafsiran. Tim bisa mengungkap suatu
waktu, tetapi masing-masing anggota bisa memiliki interpretasi
yang berbeda-beda (fakta dan analisa sejarah).
Oleh karena itu saya beranikan diri untuk menulis buku ini
dengan prinsip bukan untuk mengangkat diri saya melainkan nilai
yang dalam hal ini nilai rohani yang menurut pengalaman dan
pengetahuan iman saya suatu kejadian adalah campur tangan Allah
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
dalam kehidupan gereja
saya HBKP Sudirman
dalam kehidupan
pelayanan saya. Bukan
berarti pekerjaan suatu Tim
tidak bagus, akan tetapi
jika sungguh-sungguh
akan memerlukan waktu
yang lebih panjang.
Buku menyambut
HUT ke-50 HKBP
Sudirman Jakarta yang
diterbitkan tahun 2011
disebarluaskan kepada
jemaat dan ditanggapi di
434 berbagai HKBP setelah Harapan saya, buku ini menjadi catatan
sejarah bagi generasi muda bagaimana Tuhan
diberitakan di Majalah mengucurkan berkat dan mujizat-Nya hingga
Rohani Kristen “SUARA HKBP Sudirman menjadi seperti yang kita
kenal sekarang.
HKBP“ edisi 075/
September 2017. Berikut
artikel tersebut:
St. Amir Sirait Luncurkan Buku
Majalah Suara HKBP Edisi 075/September 2011/ThnVII
Usia tidak selamanya menjadi penghalang untuk
menulis dan menerbitkan sebuah karya buku. Hal
itu dibuktikan oleh St. Amir L. Sirait, M.B.A. dia
meluncurkan buku bertajuk “Menyambut HUT ke-50
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 435
HKBP Sudirman Jakarta” di HKBP Sudirman, Jakarta
bersamaan dengan ulang tahunnya yang ke-72.
Amir Sirait mengatakan alasan dia menulis
buku tersebut lantaran merasa berkewajiban untuk
menceritakan betapa besar kasih Tuhan secara terus-
menerus dilimpahkan kepada HKBP Sudirman.
Pengalaman panjang mulai dari merintis hingga
lahirnya HKBP yang penuh mujizat ia telah ditorehkan
dalam buku tersebut. ”Kelak, buku itu menjadi rujukan
bagi generasi saat ini dan yang akan datang,” ujar Amir.
Pengalaman terkesan bagi Amir dalam bukunya
adalah ketika ia diberi kesempatan untuk melayani di
HKBP Sudirman sejak 1974 hingga tahun 2004. Pada
periode itu Amir memulai pelayanannya sebagai Sintua
hingga menjadi Wakil Guru Huria pada tahun 2000.
Pensiun dari jabatan Wakil Guru HKBP Sudirman,
2004.
Salah satu mimpi Amir yang membuat dirinya
semakin kagum akan karya Tuhan adalah ketika ia
berhasil mewujudkan impiannya yaitu mengubah
halaman belakang gereja yang terlihat kumuh menjadi
Gedung Pusat Pemberdayaan SDM HKBP Sudirman.
Semua itu terwujud, tidak terlepas karena campur
tangan Tuhan yang luar biasa yang telah menyentuh
hati KRHT Sinambela untuk turut membiayai
pembangunan Gedung tersebut.
Namun demikian, masih ada mimpinya yang belum
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
terealisasi yaitu membangun Menara HKBP Sudirman
dengan 30 lantai. Bagi Amir bukanlah mustahil jika
kelak ada generasi berikutnya yang mewujudkan
impiannya itu. Kepada generasi penerus, dia berpesan
untuk mengisi 50 tahun ke-2 HKBP Sudirman. ”Saya
optimis, mereka pasti mampu mewujudkannya seperti
yang telah saya lakukan,” kata Amir Sirait.
Buku ini merupakan potret fenomena yang terjadi di
sekitar HKBP Sudirman selama kurun waktu 50 tahun,
”Terdapat beberapa data temuan yang menggambarkan
suasana yang sangat dinamis,” kata Charles Bonar Sirait
yang ikut terlibat mengoreksi buku dan memotret ulang
beberapa bagian gereja.
436 Charles mengakui proses editing buku yang
hanya memakan waktu selama 3 minggu memang
terlalu cepat untuk memberikan hasil yang terbaik.
Namun demikian, ia berharap para pembaca mendapat
pencerahan dari buku tersebut. ”Saya mengucapkan
selamat HUT ke-72 kepada penulis yang adalah ayah
saya. Kiranya Tuhan selalu memberikan hikmat dan
kebijaksanaan dan walaupun sudah tidak lagi menjadi
Guru Huria kiranya tetap memberikan sumbangsih
pemikirannya,” ucap Charles.
Praeses HKBP Distrik VII Jawa Kalimantan,
periode 2002-2004, Pdt. Sabar TP Siahaan, S.Th.,MBA,
menyambut penuh suka cita hadirnya buku tersebut.
Katanya, menulis buku ”Menyambut HUT ke-50
HKBP Sudirman, Jakarta” yang memuat selintas sejarah
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 437
perjalanan KHBP Sudirman Jakarta dalam rentang
waktu 50 tahun adalah salah satu cara memberikan
perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan Yesus
bagi Huria-Nya.
“Melalui buku ini, St. Amir Sirait mengungkapkan
pengalamannya menikmati karya dan campur tangan
Tuhan Yesus ketika dia turut terlibat di dalamnya, baik
sebagai Ruas, Parhalado, terutama sebagai Guru Huria
HKBP Sudirman Jakarta,” ungkap Sabar Siahaan.
Menulis buku sejarah, lanjut Sabar Siahaan, butuh
keberanian yang luar biasa apalagi buku tersebut
ditulis sendiri dan bukan oleh sebuah tim. Menulis
sejarah akan menimbulkan kontroversi karena setiap
orang mempunyai pandangan yang berbeda, ”namun
demikian, Amir Sirait yakin dan menuliskannya,” kata
Pdt.Siahaan.
Buku ini, menurut Pdt. Sabar TP Siahaan,
mengandung sejarah sebuah warisan pengalaman bagi
generasi muda. Buku ini layak menjadi acuan bagi
mereka yang ingin memahami karya Tuhan dalam
perjalanan HKBP Sudirman.
Sementara itu, bagi mantan Pendeta Resort HKBP
Sudirman, Jakarta, Periode 2000-2008, Pdt Manahan
O. Tampubolon, DPS, membaca buku ini memberikan
semangat bagi dirinya untuk memaknai lebih dalam
pengertian kata “perubahan”. "Apa yang dituliskan oleh
Pak Amir dalam buku ini, saya melihat sebagai bagian
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
dari nyanyian syukurnya, baik sebagai warga yang sudah
lama mengecap karya Tuhan melalui kehadiran HKBP
Sudirman dia menjadi wakil guru huria,"ujarnya.
Sedangkan pendeta Resort HKBP Sudirman,
Jakarta, Pdt Wilson Tampubolon,S.Th., mengutarakan
dengan membaca buku ini akan memampukan setiap
orang untuk mengetahui “apa” peristiwa yang terjadi,
”siapa” tokoh yang terlibat, ”kapan” peristiwa itu terjadi,
”di mana” peristiwa itu terjadi, “bagaimana” terjadinya
peristiwa tersebut dan “mengapa” peristiwa itu terjadi.
“Dalam hal ini saya sangat berterima kasih setelah
sekilas membaca tulisan ini saya menjadi banyak tahu
tentang bagaimana perjalanan HKBP Sudirman sejak,
438 sebelum dan setelah 11 November 1961 yang kemudian
disepakati sebagai tanggal lahir gereja ini.” Kata Wilson
Tampubolon.
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN GEREJA
Pada awal 2002, atas permintaan adik saya Pdt. DR. Jamilin
Sirait (Adik senenek besar), saya mengembangkan sebuah tulisan
untuk mengisi buku kenangan 25 tahun penahbisannya menjadi
Pendeta bersama Pdt. Piter Hutapea. Saya belajar manajemen dan
kepemimpinan dan menjadi salah satu Guru Huria yang berasal dari
awam. Tulisan tersebut adalah sebagai berikut.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 439
KEPEMIMPINAN
DAN MANAJEMEN GEREJA
Oleh St. Amir L. Sirait, MBA
I. PENDAHULUAN
Saya turut bersyukur dan mengucapkan selamat atas
genapnya 25 tahun penahbisan Pdt. DR. Jamilin
Sirait dan Pdt. Piter Hutapea, Mtg. (10 April 1977
– 10 April 2002). Semoga Tuhan memberikan
kesempatan yang lebih panjang dan mengarahkan
kekuatan baru untuk melaksanakan pelayanan yang
lebih baik. Saya juga merasa medapat kehormatan
diminta berpartisipasi menyumbangkan tulisan
mengisi buku kenangan yang berjudul “Gereja
dan Masyarakat Heterogen”. Dalam hubungan itu
kepada saya diminta membahas “Kepemimpinan
dan Manajemen Gereja”.
Saya pernah belajar manajemen dan menjadi
manajer pada perusahaan bisnis. Lebih dari
duapuluh tahun sebagai Sintua (anggota majelis
gereja) bahkan sekarang ini melayani sebagai Ketua
Majelis (baca: Wakil Guru Huria) Huria Kristen
Batak Protestan (HKBP) Sudirman Jakarta.
Dengan latar belakang itulah saya coba menyajikan
bahasan ini sambil berusaha mengikuti panduan
Panitia yakni agar pokok bahasan berorientasi
pada analisis pengorganisasian gereja sehingga
mendorong pembaca untuk merumuskan alternatif
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
pengorganisasian baru menuju peningkatan
pelayanan kehidupan gereja.
Walaupun telah dipandu seperti tersebut diatas,
judul bahasan kepemimpinan dan manajemen
gereja masih terasa mencakup hal yang amat
luas mengingat pemikiran atau konsep-konsep
kepemimpian, organisasi dan manajemen
berkembang pesat dengan definisi yang banyak
variasinya sesuai dengan latar belakang penulisnya
yang menampilkan sudut pandang masing-masing.
Akan tetapi judul bahasan ini mengesankan
karena menggambarkan dorongan yang makin
besar agar pengelola gereja makin memperhatikan
440 faktor-faktor kepemimpinan dan manajemen atau
bahkan sebagai bagian perubahan sikap besar yang
dikonstatir terjadi sejak terbitnya buku Church
Business Methods tahun 1970.
Tulisan ini akan mengikuti sistematika sebagai
berikut:
I. Pendahuluan
II. Organisasi
III. Manajemen
IV. Fungsi-Fungsi Manajemen
V. Kepemimpinan
VI. Manajemen Gereja
VII. Kesimpulan dan Saran
VIII. Penutup
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 441
II. ORGANISASI
Tidak perlu kita habiskan waktu membahas
kenapa manusia selalu hidup mengelompok
dan membentuk organisasi. Masyarakat dunia
khususnya sejak abad 20 sudah menjadi masyarakat
organisasi.
Organisasi disebut sebagai kumpulan manusia yang
mempunyai tujuan bersama dan organisasi itu eksis
apabila prosedur-prosedur yang tegas telah diadakan
(established) untuk mengkordinasikan semua
aktivitas anggota organisasi untuk kepentingan
pencapaian tujuan tertentu.
Per definisi, dapat dinyatakan bahwa organisasi
lebih berorientasi kepada aktivitas kolektif daripada
individu-individu yang terkait secara bersama
dalm suatu sistem yang saling berhubungan secara
formal. Menurut Edgar Walz (1987), gereja terdiri
dari orang-orang, umat Allah, pengikut Yesus
Kristus. Mereka bersekutu satu sama lain karena
iman yang sama dan karena tindakan bersaksi yang
merupakan akibat iman mereka. Gereja terdiri
dari umat Allah yang bekerja di dalamnya, yang
bertujuan menjadikan semua bangsa muridnya
(Mat 28:19).
Dengan unsur-unsur yang terdapat pada rumusan
tersebut (bukan teologis), definisi adanya individu-
individu yang mengelompok, ada tujuan bersama,
ada aturan aturan dan hubungan satu sama lainnya
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
untuk mencapai tujuan bersama, maka tulisan ini
memandang gereja sebagai organisasi, organisasi
manusia.
III. MANAJEMEN
Dalam setiap kelompok atau kumpulan individu
atau organisasi selalu ada pimpinan atau sekelompok
pemimpin. Jadi ada pemimpin dan ada yang
dipimpin. Dan dalam mengelola organisasinya
untuk mencapai tujuan diperlukan manajemen.
Karena dengan manajemen itulah pemimpin
mengarahkan segala kegiatan dari semua yang
terlibat untuk mencapai tujuan organisasi yang
442 telah ditetapkan. Kebutuhan manajemen ini dapat
dikatakan diperlukan oleh semua kelompok atau
organisasi termasuk gereja.
Ernest Dale menulis bahwa “diketahui ada
konsepsi yang salah bahwa hanya perusahaan
bisnis yang mencari keuntunganlah yang
memerlukan manajemen. Ini tidak benar. Rumah
tangga kita, pertanian, perkumpulan serikat
pekerja, Gereja, rumah sakit, organisasi sosial,
organisasi Pendidikan demikian juga pemerintah
memerlukan manajemen” diuraikan selanjutnya
dalam buku tersebut bahwa tidak ada definisi yang
tetap atau pasti (exact) untuk manajemen namun
buku ini menggunakan definisi bahwa manajemen
adalah kordinasi berbagai faktor “produksi”
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 443
untuk menemukan tujuan atau sasaran organisasi
(Management is the coordination of the factors of
production to meet the objectivies of the organization).
Pada organisasi bisnis atau suatu sistem ekonomi
yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa,
faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah
tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Dalam
literatur bisnis keempat faktor tersebut dikatakan
sebagai "5M Manajemen" yaitu Management,
Manpower, Material, Money and Machinery. Jelasnya
ada faktor-faktor yang harus dikoordinasikan untuk
mencapai tujuan. Jadi manajemen menyangkut
koordinasi untuk mengarahkan semua usaha dari
yang terlibat kepada pencapaian tujuan. Oleh sebab
itulah kita jumpa definisi manajemen sebagai proses
mencapai tujuan melalui orang lain. ”Management
is the process of getting things done through other
people”.
Koordinasi tersebut dapat dicapai melalui
pemisahan dua hal, yaitu:
1. Membagi manajemen dalam 3 level dari otoritas
dan tanggung jawab yaitu top management,
middle management supervisory (lower)
management.
2. Membagi-bagi keseluruhan pekerjaan manajemen
ke dalam fungsi-fungsi dasarnya untuk
meyakinkan bahwa perhatian yang cukup harus
diberikan kepada tiap bagian dari pekerjaan
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
keseluruhan. Fungsi-fungsi dasar dimaksud ialah:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pengendalaian/pengarahan (Directing)
d. Pengawasan (Controlling)
IV. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Telah dijelaskan di atas apa manajemen itu, apa yang
dikerjakan manajemen dan bagaimana pekerjaan
itu dilakukan. Manajemen dapat diartikan sebagai
suatu fungsi kordinasi yang menggabungkan
sumber-sumber terbatas dari tenaga kerja dan
material dalam suatu proses produksi. Dalam
444 mengerjakan hal ini, para pemimpin (manager)
mengendalikan atau mengarahkan usaha-usaha
dari orang lain.
Seperti dikatakan di atas, teknik yang digunakan
manajemen untuk mencapai koordinasi pekerjaan
itu ialah dengan membagi otoritas dan tanggung
jawab manajemen dalam top, middle dan lower
serta membagi pekerjaan manajemen dalam empat
fungsi dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian dan pengawasan.
Fungsi-fungsi tersebut diselenggarakan dalam
suatu rangkaian proses kegiatan. Maka dalam arti
kegiatan manajemen didefinisikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 445
a. Perencanaan
Perencanaan adalah mempersiapkan masa
datang dengan menetapkan tujuan-tujuan
dan menentukan metode untuk mencapai
tujuan-tujuan dimaksud. Tujuan-tujuan yang
ditentukan itu diketahui seluruh anggota
organisasi sehingga semua berpartisipasi
mencapainya. Tujuan-tujuan tersebut dapat
bersifat jangka panjang atau pendek.
b. Pengorganisasian
Setelah ditetapkan tujuan dan rencana
untuk mencapai tujuan tersebut diadakanlah
pengorganisasian yakni dengan membentuk
struktur formal atas tugas-tugas dan wewenang
serta menetapkan dan pencapaian tujuan.
Struktur formal tersebut secara tradisonal
(sederhana) ditetapkan dalam bentuk bagan,
dikenal dalam 4 bentuk atau gaya, disebut:
i. Struktur Organisasi Garis
ii. Struktur Organisasi Fungsional
iii. Struktur Organisasi Staff
iv. Kombinasi
Tergantung pada kebutuhan dan sifat organisasi,
cara membagankan bentuk organisasi dapat
bermacam-macam, seperti yang dikenal sebagai
bentuk piramidal, bentuk vertikal, bentuk
horizontal maupun bentuk sirkular ataupun
melingkar.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
e. Pengendalian
Setelah perencanaan dan penorganisasian atas
suatu operasi, pimpinan harus mengendalikan
usaha atau kegiatan yang lain untuk memastikan
bahwa pekerjaan terlaksana. Pengendalian ini
adalah menyelesaikan dan menyempurnakan
tugas-tugas dengan membimbing usaha-usaha
atau kegiatan para bawahan. Fungsi pengendalian
dari manajemen kadang-kadang disebut sebagai
“human relation” karena menyangkut prinsip-
prinsip dari perilaku, kepemimpinan dan
motivasi.
Jelasnya disinilah kita bertemu dengan
446 leadership atau kepemimpinan sebagai salah satu
aspek pengendalian (selain motivasi) yang akan
dibahas pada bab berikut.
f. Pengawasan
Setelah tiga fungsi manajemen tersebut di atas
yakni perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian, tibalah pada fungsi keempat yakni
pengawasan – yang berarti penilaian atas hasil
yang dicapai. Mempertanyakan atau memeriksa
apakah tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
yang direncanakan, jika tidak maka dalam proses
itu perlu tindakan koreksi. Semua pimpinan
pada semua tingkatan bertanggung jawab atas
pengawasan tersebut bahkan kadang-kadang
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 447
pemimpin menghabiskan waktunya untuk
penugasan itu.
Analisa lebih lanjut atas keempat fungsi-fungsi
manajemen tersebut makin rinci sehingga
kadang-kadang dapat dijumpai uraian yang
merinci fungsi-fungsi itu menjadi:
1. Perencanaan (Planning), yaitu menetapkan
sasaran dan tindakan terjadwal.
2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu
pengaturan kelompok orang untuk kerjasama.
3. Penyusunan staff (Staffing), yaitu penyusunan
anggota sesuai bakat dan kemampuan.
4. Kepemimpinan (Leadership), yaitu
mempengaruhi dan memotivasi kelompok
anggota.
5. Pengkoordinasikan (Coordinating), yaitu
mengintregrasikan berbagai kegiatan agar
efektif dan efisien.
6. Penggerakan (Actualizing), yaitu memotivasi/
mendorong dan membimbing untuk
semangat kerja.
7. Penganggaran (Budgeting), yaitu mencari,
menyusun dan menggunakan dana dengan
tertib, teratur dan terencana.
8. Penyediaan (Controlling), yaitu agar sesuai
dengan yang direncanakan dan menyikapi
perubahan lingkungan.
9. Penilaian (Evaluation), yaitu Analisa kinerja
organisasi agar sesuai rencana keseluruhan.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
V. KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP)
Dengan uraian di atas satu hal yang dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership)
ditemukan dalam fungsi manajemen yakni dalam
fungsi dasar ketiga atau dalam analisis fungsi
dasar “directing”. Menurut Ernest Dale ( 1978)
“the directing function of management is sometimes
called human relations because it involves principles of
human behavior, leadership, and motivation”.
Mengikuti fungsi-fungsi manajemen seperti
diuraikan di atas dapat dikatakan kepemimpinan
adalah hal mempengaruhi dan memotivasi
kelompok atau anggota. Dapat diartikan bahwa
448 dengan pengaruh dan motivasi dari pimpinan,
maka semua kegiatan organisasi akan bergerak
mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi.
Barangkali akan lebih menarik mempertemukan
definisi manajemen Paul Mali (1981) dengan
pengertian ini yang mengatakan bahwa manajemen
adalah proses untuk mendapatkan sesuatu yang
dikerjakan orang (lain). Pada suatu organisasi
selalu ada pimpinan atau sekelompok orang yang
memimpin. Akan tetapi tidak selalu terdapat
kepemimpinan. Kritik yang pedas kepada
kepemimpinan yang tidak efektif adalah dengan
menyatakan “ada pemimpin tetapi tidak ada
kepemimpinan”.
Dapat dikatakan bahwa paralel dengan sejarah
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 449
perkembangan pemikiran tentang manajemen sejak
permulaan dan “the scientific management” sampai
ke manajemen sebagai profesi, berkembang pula
pemikiran tentang kepemimpinan. Demikian pula
dengan perkembangan organisasi yang sejak abad
20 makin berkembang cepat sehingga masyarakat
dunia disebut masyarakat organisasi menjadi sebab
makin berperan pentingnya kepemimpinan. George
R. Terry (1977) mengatakan bahwa kepemimpinan
merupkan salah satu cara diantara alat-alat efektif
activating managerial.
Semua fungsi-fungsi managemen tidak akan
ada artinya dan tidak akan berjalan bila pimpinan
(top, middle, lower) tidak mengetahui bagaimana
untuk memimpin orang-orang, sebab manusia
adalah faktor penting dalam organisasi oleh karena
pemimpin berusaha mencapai tujuan melalui orang
lain, maka tindakan bukan saja memproduktifkan
pengikutnya untuk mencapai “output” yang
maksimal tetapi juga menciptakan kejelasan arti
kerja yang luas.
Banyak bahasan yang diberikan untuk
kepemimpinan dan pada umumnya bahasan
tersebut bermuara pada inti kepemimpinan
sebagai aktivitas mempengaruhi perilaku orang
lain, baik secara individu maupun kelompok yang
melakukan aktivis dalam usaha mencapai tujuan
situasi tertentu. Koon & Donwell (1989) memberi
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
batasan kepemimpinan sebagai “the art process of
influencing people so they will shine willingly and
enthusiastically toward the achievement of group
goals."
Tidak ada model kepemimpinan yang baku karena
setiap perkembangan watak sosial dan etika akan
menghasilkan sebuah model kepemimpinan. Cita-
cita atau segi positif watak sosial Amerika yang
berkembang telah dinyatakan secara historis dalam
empat etika kerja yang berbeda-beda yakni Etika
Protestan atau Etika Puritan, Etika Kejujuran, Etika
Wirausaha dan Etika karir yang masing-masing
450 menghasilkan sebuah model kepemipinan yang
berlainan sesuai dengan watak sosial dari jaman itu,
tulis Michael Maccoby (1984).
Akan tetapi betapa belianya kepemimpin itu,
jelas kepemimpinan model kuno tidak dapat
diterima lagi. Dalam jaman hak-hak asasi individu,
para pemimpin yang bersifat kebapak-bapakan
memperlakukan orang dengan merendahkan
diri. Dalam masa yang penuh keterbatasan, janji-
janji yang menggiurkan tidak berdaya sama
sekali. Dalam suatu masa ekspresi diri, wewenang
rasional seolah-olah menyesakkan napas. Di dalam
mencapai bimbingan, dengan tetap bersikap kritis
terhadap siapapun yang mengendalikan kita, kita
mencari pemimpin-pemimpin baru.
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 451
Konsekuensi penolakan terhadap kepemimpinan
kuno itu mendorong manusia jaman ini mencari
pemimpin-pemimpin baru. Anugerah Puberti Ph.D
(1999) mengatakan bahwa Afrika Selatan sungguh
suatu tempat yang menyongsong suatu inspirasi
untuk berpikir tentang kepemimpinan masa depan,
karena di sana tumbuh seorang pemimpin terbesar
dunia yang mungkin bisa dijadikan teladan untuk
kepemimpinan abad ke-21.
Presiden Nelson Mandela, menurut Pekerti,
mendasarkan kepemimpinanya pada kebenaran,
pengampunan dan perdamaian dan kasih.
Mandela mengampuni musuh yang menganiaya
dan menyiksa dirinya dan merangkul mereka
dalam kasih perdamaian. Ia mengajak berbagai
ras yang selama puluhan tahun saling membenci
dan berseteru untuk hidup damai dalam suatu
masyarakat baru yang lebih adil. Ia juga berbagi
kuasa dengan saingan politiknya.
VI. MANAJEMEN GEREJA
Belum ada satu pun model manajemen Gereja
yang dapat dikatakan baku ataupun tepat. Banyak
variabel antara suatu dengan gereja lainya. Oleh
sebab itu uraian ini tidak bermaksud menganalisis
suatu model tertentu melainkan hanya membahas
atau menguraikan pandangan atas beberapa hal
yang perlu dalam memanajeri atau mengelola gereja
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
khususnya dari kacamata seorang berlatar belakang
pengetahuan manajemen.
1. Gereja Sebagai Organisasi Manusia
Ada beberapa rumusan tentang Gereja. Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, Gereja
adalah badan/organisasi umat Kristen yang sama
kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadahnya
seperti Gereja Katolik atau Gereja Protestan.
Kamus Teologi menyebutkan Gereja (Church)
adalah komunitas yang didirikan oleh Yesus
Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda
terakhir kehendak Allah untuk menyelamatkan
seluruh umat manusia. Dari segi artinya, Gereja
452 disebut pula “ekklesia” yang berarti pertemuan
atau sidang jemaat. Rumusan-rumusan tersebut
selalu mengandung adanya kumpulan manusia
dengan tujuan tertentu. Karena akibat iman
mereka antara lain melakukan tindakan bersaksi.
Tindakan bersaksi bukan lagi tindakan individu
melainkan telah menjadi kombinasi tindakan
dua orang atau lebih sehingga timbul kebutuhan
akan organisasi dan struktur.
Dengan definisi maupun pengertian atas
gereja tersebut tentu bukan maksud tulisan ini
untuk membahas segi teologinya melainkan
untuk menunjukkan bahwa terdapat elemen-
elemen yang dijumpai juga dalam organisasi
pada umumnya sehingga gereja dapat disebut
Jalan Panjang Menjadi Wakil Guru Huria HKBP Sudirman Jakarta 453
sebagai institusi. Dia adalah wujud konkrit dari
organisasi manusia untuk masa kini dan disini
kata Supardan (dalam Bina Darma No. 50
tahun Hal.13,1995)
2. Gereja Memerlukan Manajemen
Kalau demikian halnya, kalau Gereja adalah
juga institusi adalah organisasi manusia maka
kita perlu simpulkan terlebih dahulu gereja juga
memerlukan manajemen. Seperti dikatakan
Arynes & Joseph L. Massie (1961) “Every
Institution Requires Management. Some managers
are effective, others weak, but a management, good
or bad, is universal and great importance”.
3. Pertanyaan atas “Manajemen Kristiani”
Apakah memang betul bahwa suatu manajemen
dapat kita sebut “manajemen Kristiani”, atau
cukup mengatakan bahwa manajemen Gereja
memerlukan manajemen iman. Saya uraikan
terlebih dahulu manajemen secara umum
dan kemudian menyajikan konsep-konsep
Kristianinya seperti yang tertulis dalam Alkitab.
Itulah manajemen Kristiani yang dimaksud.
Mungkin sekali cara berpikir demikian benar
untuk bidang manajemen atau barangkali
juga bagi bidang ilmu seni dan sosial lainya.
Hanya Karena Kasih Karunia - Sebuah Memoar, Amir L. Sirait
Akan tetapi akan segera muncul pertanyaan
bagaimanakah kita kiranya menyatakan
Matematika Kristiani dan ilmu-ilmu eksakta
lainnya.
Oleh sebab pertanyaan-pertanyaan tersebut
maka analis pengelolaan atau manajemen
Gereja ini tidak bertolak belakang dan tidak
berpotensi sebagai manajemen Kristiani
walaupun kebanyakan literatur manajemen dan
kepimpinan ditulis oleh orang-orang Kristen.
Pendekatan yang dilakukan adalah sikap yang
terbuka tentang bagaimanakah manajemen (dan
ilmu-ilmu lain) dapat membantu kita untuk
454 mencapai tujuan Gereja, yang pada jaman
moderen ini bukan usaha-usaha individu satu
dua orang lagi yang menonjol melainkan telah
didominasi usaha-usaha grup atau organisasi
sebagaimana dijumpai pada institusi-institusi
lainnya.
Kembali dari kacamata manajemen umum,
Michael J. Julis & William E. Schlender (1960)
mengatakan sebagai berikut:
“One if the most distinctive featuries of the modern
society is the predominance of organized group
effort. Attainment of various objectives is seldom
sought by individuals effort. Rather, groups of people
combine their effort to maximize the attainment of
group and individual objectives”.