TAFSIRAL-MUNIR JILID 2
tidak melakukan kemaksiatan tersebut kecuali diterima tobatnya. Allah SWT menjelaskan,
karena ia tidak mengetahui hakikat ancaman
L. Tidak ada tobat dan ampunan bagi orang-
siksa.
orang yang melakukan kejelekan dan
Ini adalah syarat pertama diterimanya kejahatan hingga ketika maut datang
tobat, yaitu kemaksiatan yang dilakukan
menjemput mereka, maka mereka baru
karena kejahilan. Syarat yang kedua adalah, berkata, "Saya sekarang bertobat." Ketika
itu, tidak ada harapan perbaikan dan tidak
bertobat dalam waktu dekatsetelah melakukan ada faedahnya lagi tobatnya itu. Padanan
kemaksiatan. Yang dimaksud dalam waktu ayat ini adalah seperti ayat,
dekat seperti yang dikatakan oleh Ibnu "Maka iman mereka tiada berguna bagi
mereka tatkala mereka telah melihat siksa
Abbas r.a. adalah waktu antara ketika dirinya KAmi." (al-Mu'min: 85)
melakukan kemaksiatan dan waktu di mana ia
melihat malaikat maut. Adh-Dhahhak berkata, fuga seperti kisah kematian Fir'aun
"Yaitu waktu sebelum datangnya kematian, dalam keadaan tenggelam, Allah SWT
karena waktu kematian adalah dekat." Huruf
mengisahkan,
jarr min di dalam ayat ini mengandung arti
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil
at-Tab'iidh, maksudnya adalah, kemudian
mereka bertobat setelah waktu yang dekat. melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh
Waktu antara berlangsungnya kemaksiatan
dan kematian disebut waktu yang dekat. Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak
menganiaya dan menindas (mereka); hingga
Kapan pun dari waktu ini -waktu antara
bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam
berlangsungnya kemaksiatan dan kematian-
ia bertobat, maka berarti ia bertobat dalam berkatal"ah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada
waktu dekat [segeraJ, jika tidak, maka berarti Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
ia bertobat setelah waktu yang lama [tidak Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang
bersegera). yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah
sekarang (baru kamu percaya), padahal
Kemudian Allah SWT menguatkan prinsip sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
diterimanya tobat dengan dua syarat ini, Allah dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan." (Yunus: 90-91 )
SWT berfirman, mereka yang melakukan
kemaksiatan karena kejahilan dan mereka "(Demikianhh keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian
bertobat dalam waktu dekat, maka Allah SWT kepada seseorang dari mereka, dia berkata:
akan menerima tobat mereka dan mengampuni "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap
mereka, karena mereka tidak terus-menerus yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
berada di dalam kemaksiatan. Allah SWT Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
Maha Tahu bahwa manusia memang lemah di diucapkannya saja." (al-Ma' minuun: 99- 100)
hadapan syahwat dan amarah, Maha bijaksana 2. Tidak ada tobat juga bagi orang-orang
di dalam menerima tobat manusia yang lemah yang mati sedang mereka dalam keadaan
kafir. Ini mengandung dua kemungkinan,
itu.
Pertama, yang dimaksud adalah orang-
Setelah menjelaskan tentang orang-orang
orang yang sudah dekat kematiannya,
yang diterima tobatnya, maka selanjutnya
Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang
yang keadaannya kebalikan dari orang-
orang pertama, yaitu orang-orang yang tidak
dalam artian bahwa keimanan tidak kemaksiatan dengan bentuk kemaksiatan
diterima lagi dari orang kafir ketika ajal
yang lain.
hendak menjemputnya.
Kedua, yang dimaksud adalah bahwa fika seorang hamba bertobat, maka Allah
SWT bebas berkehendak antara menerima dan
orang-orang kafir jika mereka mati dalam tidak menerima tobat tersebut. Secara akal,
keadaan masih kafir, maka tobat mereka menerima tobat bukanlah sesuatu yang wajib
tidak diterima. atas Allah SWT seperti yang dikatakan oleh
kaum Mu'tazilah. Karena syarat orang yang
Kedua kelompok ini, Kami telah
mewaj ibkan haruslah lebihtinggi kedudukannya
mempersiapkan untuk mereka adzab
dari orangyang harus melaksanakan kewajiban
yang sangat pedih, sebagai balasan atas
tersebut, Padahal Allah SWT adalah Dzat
kejahatan dan kejelekan yang mereka
perbuat disertai dengan sikap terus- Pencipta dan Pemilik makhluk serta Dzat Yang
menerus berada di dalam kejahatan dan menetapkan kewajiban atas mereka. fadi tidak
benar jika ada sesuatu yang bersifat wajib atas
kejelekan tersebut hingga mati.
Allah SWT dari itu.
Flqlh Kehidupan atau Hukum-Hukum
Namun, di dalam Al-Qur'an, Allah SWT
Umat sepakat bahwa tobat hukumnya waj ib
bagi setiap Mukmin, Allah SWT berfirman, menjelaskan bahwa Dia menerima tobat dari
para hamba-Nya yang melakukan kemaksiatan
"Dan bertobatlah kamu sekalian kepada -dan Allah SWT selalu menepati janji-Nya-
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu di antara ayat-ayat yang menjelaskan hal ini
beruntung." (an-Nuur: 3l) adalah,
Ayat, (ar ,* 'a'], u,l) ada pendapat yang "Dan Dialah Yang menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-
mengatakan bahwa ayat ini bersifat umum kesalahan dan mengetahui apa yang kamu
bagi setiap orang yang melakukan perbuatan kerj akan. " (asy-Syuuraa: 25)
dosa. Ada pendapat lain yang mengatakan "Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya
hanya bagi orang yang melakukan perbuatan Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya
dan menerima zakat dan bahwasanya Allah
dosa karena jahil Sedangkan penjelasan Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?" (tt-
tentang tobat yang bersifat umum bagi setiap Taubah:104)
"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun
orang yang melakukan perbuatan dosa
dijelaskan di tempat lain. Sebuah tobat dari b agi o r ang y an g b er t ob at, b er im an, b er am al s aleh,
kemudian tetap di jalan yang benar." (Thaahaa:
suatu dosa adalah sah meskipun orang yang
bertobat melakukan perbuatan dosa dari jenis 82)
selain jenis dosa yang ia bertobat darinya Penjelasan Allah SWT tentang hal-hal yang
tersebut. Ini adalah pendapat ahlussunnah.
Dia wajibkan atas Dzat-Nya sendiri berarti
Hal ini berbeda dengan pendapat kaum tetapnya hal-hal tersebut, karena Allah SWT
tidak akan mengingkari janji-Nya.
Mu'tazilah yang mengatakan bahwa seseorang
Intinya adalah,
tidak dikatakan bertobat jika ia masih tetap
melakukan perbuatan dosa, meskipun dosa 1. Di dalam akidah, tidak ada sesuatu yang
yang dilakukan tersebut berbeda dengan
bentuk dosa yang darinya ia bertobat. Menurut sifatnya wajib atas Allah SWT secara
mereka, tidak ada perbedaan antara bentuk akal, namun menurut nash-nash Al-
Qur'an yang ada, maka secara zhahir
F-e/---$\ 6JFi}F Surat an-t{lsaa'
Allah SWT menerima tobatnya orang dan sama sekali tidak ada harapan
yang bertobat. hidup lagi baginya, seperti yang
2. Tobat di sini bersifat umum mencakup dilakukan Fir'aun yang bertobat dan
menyatakan keimanannya pada saat
semua bentuk kejelekan dan kemaksiatan,
ia telah tenggelam di tengah lautan.
berupa kufur dan yang lainnya. Dan setiap
Keimanan dan tobat yang ia nyatakan
orang yang bermaksiat kepada Allah SWT tersebut sama sekali tidak bermanfaat
bagi dirnya, karena tobat pada saat
maka ia disebut jahil sampai ia berhenti
seperti itu sudah tidak ada gunanya
dari melakukan kemaksiatan, seperti yang
lagi, karena saat seperti itu adalah saat
telah dijelaskan di atas. Segala perkara di mana taklif sudah hilang. Kelompok
yang kedua adalah orang-orang kafir
dunia adalah kejahilan, baik yang terjadi
yang mati dalam keadaan mereka masih
secara disengaja maupun tidak.
tetap di dalam kekafiran, maka tidak ada
3. Tobat haruslah dilakukan pada masa yang
tobat lagi bagi mereka di akhirat. Orang-
dekat, yaitu sebelum sakitkeras menjelang
orang inilah yang diisyaratkan oleh
ajal menjemput, karena waktu kapan
pun itu selama masih dalam batas-batas Allah SWT di dalam ayat, 4ul*;1 uali
sebelum kematian disebut waktu yang ei e* 14$ "Bagi orang-orqng itu telah
dekat. Madzhab Maliki mengatakan bahwa Kami sediakan siksa yang pedih," yaitu
tobat seorang hamba tetap sah selama kekal di dalamnya. Namun jika isyarat
ini ditujukan kepada semuanya, maka
dilakukan di antara waktu-waktu yang artinya adalah, dan bagi orang-orang
dekat ini (waktu sebelum kematian datang yang bermaksiat mereka diadzab, namun
menjemput), karena pada waktu-waktu
tidak kekal, sedangkan bagi orang-orang
itu, harapan untuk memperbaiki diri,
yang mati dalam keadaan kafir mereka
menyesali kemaksiatan yang dilakukan akan mendapatkan adzab yang kekal.
dan tekad untuk meninggalkannya masih Hal ini berdasarkan penafsiran yang
ada. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari
Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw. beliau mengatakan bahwa yang dimaksud as-
Sayyi'aat adalah perbuatan-perbuatan
bersabda,
dosa selain kafir. |adi, maksud ayat
c' -Io t a ini adalah, tidak ada tobat bagi orang
1+J ,rl yang melakukan kejahatan selain kufur
.7A I i.'i &'41ro ' c:t o/
iJ kemudian ia baru bertobat ketika
"sesungguhnya Atlah SWI akai
kematian datang menjemputnya, juga
menerima tobat seorang hamba selama ia tidak ada tobat bagi orang yang mati
belum mengeluarkan suara naza'." dalam keadaan kafir lalu ia bertobat
Hadits dari riwayat Tirmidzi ini adalah pada hari kiamat. Kedua kelompok orang
hadits hasan ghariib, maksud kata,
"maalam yugharghir," adalah selama ini, tidak ada tobat dan pengampunan
nyawanya belum sampai ke tenggorokan. bagi mereka. Dan bagi kelompok yang
4. Allah SWT menjelaskan bahwa ada dua pertama akan mendapat adzab, namun
kelompok orang yang tidak termasuk tidak kekal, dan bagi kelompok yang
orang-orang yang bertobat, atau dengan kedua adzab yangkekal.
kata lain, tobat mereka tidak diterima,
yaitu, pertama, orang yang bertobat ketika
kematian telah datang menjemputnya
TArsrRAr-MuNrR JrrrD 2
CARA MEMPERGAULI ISTRI DI Apakah kamu akan mengambilnya kembali
DALAM ISLAM, LARANGAN MEWARISI dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan
(MEMPUSAKAI) WANITA SECARA PAKSA,
LARANGAN MENGHALANG.HALANGINYA (menanggung) dosa yang nyata? Dan bagaimana
UNTUK MENIKAH LAGI, LARANGAN
MENGAMBIL SEBAGIAN MAHARNYA SECARA kamu akan mengambilnya kembali, padahal
PAKSA DAN PERINTAH MEMPERGAULI ISTRI
DENGAN BAIK kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-
istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil
an-Nlsaa' Ayat 19 - 21
perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari
i3t '],;"rk{F a$\ltt" kamu." (an-Nisaa' z 19-21)
,4 !#:it !iX-X' {i'r1? Qlraa'aat
5i$t"i4'1116" <;rU 5'(r -v {6y} dibaca, 1r,j; dengan kaf dibaca
-"$:r,;rL LE "-;ifri\ 6bY: dhammah, ini adalah bacaan Hamzah dan al-
W * It't'Si/.I G; t:k-E:'tl,fi Kisa'i.
<rt4i *: ira;r i;1 if ffi fi9 {UC} diUaca 1i,L.; dengan ya' dibaca fathah,
ini adalah bacaan Ibnu Katsir.
Z$!u i3 tLl <,*!;v dv'eS
l'raab
g<":'42)-{*) /& r,;JuYiili'O46, 'G*
(r1l; ii} kedudukannya menjadi faa'il dari
6 JI i4 "'?t'G)t'i\i
kata 1.1*;.
"5\
@LqeEE?oW {,;f} dibaca nashab sebagai haal.
"Wahai orang-orang yang beriman! Tidak 4#'t.tX iry tata 1l; bisa dijadikan sebagai
halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan
laa naafiyah, sedangkan (y-).2;> dibaca nashab
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka
karena hendak mengambil kembali sebagian dari karena 'athaf kepada kata (r;j ii!, taqdiirnya
adalah, (r't.a,.; "ri: t;; ;i € ,l* l;. Atau bisa
apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali dijadikan laa naahiyah, berarti kata {a1*}
apabila mereka melakukan perbuatan keji yang
nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut dibaca jazm.
cara yang patut. Iika kamu tidak menyukai mereka, (At ii i1| kedudukan i'rabnya adalah
(maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak
nashab, karena istitsnaa' ini adalah munqathi'
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
kebaikan yang banyak padanya. Dan jika kamu dan perkataan yang ada adalah kalaam taamm
ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain,
manfiy.
sedangkamu telah memberikan kepada seorang di
antara mereka harta yang banyak, maka j anganlah flti'5l ;iF kedudukan i'rabnya adalah
kamu mengambil kembali sedikitpun darinya. rafa' karena menjadi faa'il kata 1,r"-r; 1rang
merupakan kata taammah (yang tidak
membutuhkan khabar; kebalikan dari hsaa
an Naaqishah yang membutuhkan rsim dan
khabar).
(d.ilh dibaca nashab menjadi haal
dari dhamiir wawu yang terdapat di dalam
kata 4i;"-i;iy. Rtau menjadi maf'uul liailihi,
takdirnya: (irrt+ r-9i-(;)
(*r;F dibaca nashab menjadi haal juga
sedangkan kata {r,li} menjadi sifatnya.
TAFSIRAL-MUNIR IILID 2
Balaaghah melarang dan menahan. Di antara bentuk
6tiat G,i+ S, itiiy isti'aarah at- penggunaan kata ini adalah, "ad-Daa'ul' udhaal,"
Tashriihiyyah, meminjam kata al-Miitsaaq yang berarti penyakit yang keras yang tidak ada
untuk mengungkapkan arti al-Aqdusy syar'i
harapan selamat dan sembuh darinya.
fakad nikah). Terdapat jinaas naaqish antara
4* f:q.b al-Faahisyah adalah perbuatan
4#'#;b dengan (;i;< iiy.
yang keji dan sangat buruh yaitu zina atau
(,jE Lit;l #I'rb susunan kata ini an-Nusyuuz fsikap penentangan dan benci
seorang istri kepada suami). Al-Mubayyinah
mengandung makna al-Mubaalaghah dan
dengan ya' dibaca kasrah, artinya adalah
mengagungkan sesuatu yang diberikan
yang jelas dan nyata, atau dengan ya' dibaca
sebagai maha4 bahwa itu adalah murni hak fathah yang artinya adalah yang dibuktikan
dan dinyatakan. Ketika itu, maka boleh bagi
seorang istri.
kalian para suami untuk menyusahkan
(;;-dL i*:\ istifnaam ini mengandung
mereka hingga mereka menawarkan tebusan
makna at-Taubiikh (celaan, kecamanJ dan al-
Inkaar (pengingkaran). dan mengajukan khulu'. (:j"ri j,\y-i$ dan
Mufradaat Lughawlyyah pergaulilah para istri kalian secara patut
{;q,} diri para wanita, {6f} dengan dengan bertutur kata kepada mereka dengan
memaksa, itu adalah perbuatan kaum
tutur kata yang bai( memberi nafkah dan
jahiliah, mereka mewarisi para istri [janda)
kerabat mereka, jika ingin, maka mereka tempat ditinggal yang layak. AI- M a' ruuf adalah
menikahi para wanita tersebut tanpa sesuatu yang disenangi oleh tabi'at yang sehat
memberikan maha4 dan jika ingin, maka
mereka akan menikahkan para wanita dan tidak dianggap sesuatu yang jelek oleh
tersebut dan maharnya mereka ambil atau agama, adat dan sifat muruu'an. $;)r;j 3$\
mereka akan menghalang-halangi para janda lalu, apabila kalian tidak menyukai para istri
tersebut untuk menikah lagi sampai para kalian itu, maka bersabarlah.
wanita janda tersebut bersedia memberikan 4t4 t'Fy mungkin Allah SWT menjadikan
pada diri mereka kebaikan yang banyak bagi
kepada mereka harta warisan yang menjadi
hak para wanita janda tersebut, atau hingga kalian, seperti memberi kalian karunia anak
para janda tersebut meninggal dunia, lalu
mereka mewarisi harta pusaka peninggalan yang saleh. 4d;'"* ai; it+:ryjika kalian ingin
para janda tersebut. Lalu mereka dilarang
melakukan hal-hal seperti itu. menggantikan posisi istri kalian dengan istri
yang lain, dengan menceraikan istri kalian dan
4#'tX 'r;F dan janganlah kalian
menikahi wanita lain.
menghalang-halangi para istri kalian untuk
('r$F harta yang banyak sebagai mahar.
menikah dengan orang lain dengan cara tetap
(r.ir,iih secara aniaya dan dengan tuduhan yang
tidak menceraikan mereka padahal kalian dusta yang membuat orang yang tertuduh
sudah tidak memiliki rasa senang sama sekali kaget dan bingung. {q *li} dan keharaman
kepada mereka, karena kalian bertujuan ingin yang nyata.
menyusahkan dan menimbulkan mudarat ('Ji} terhubung, 4.,4 Jl 5.;;h
kepada mereka. Kata ini dari asal l<ata al-Adhlu maksudnya antara suami dan istri terjadi
yang berarti mempersempi! menyulitkan, hubungan dengan melakukan persetubuhan
yang ditetapkan karena adanya mahar. Allah
SWT mengungkapkan persetubuhan atau
hubungan seks dengan menggunakan kata
kiasan yaitu al-lfdhaa', untuk mengajarkan Umamah Sahlbin Hanil iaberkata, "KetikaAbu
kepada kaum Mukminin adab kesopanan Qais bin al-Aslat meninggal dunia, putranya
dan tata krama yang baik. Ibnu Abbas ingin menikahi istri yang ditinggalkannya.
r,a. berkata, 'Al-lfdhaa' di dalam ayat ini
maksudnya adalah jima' atau hubungan Hal ini merupakan sesuatu yang biasa mereka
badan. Akan tetapi Allah SWT Maha Mulia. lakukan pada masa jahiliah, lalu turunlah ayat
Oleh karenanya, Dia mengungkapkannya 19 surah an-Nisaa' ini."
dengan bahasa kiasan yang halus dan sopan. Para ulama tafsir mengatakan bahwa
penduduk Madinah pada masa jahiliah
{dq i+ i,;ity dan mereka para istri kalian dan pada permulaan masa Islam, jika ada
seorang laki-laki meninggal dunia dengan
tersebut telah mengambil perjanjian, (u.lr} meninggalkan istri, maka putra laki-lakinya
yang berat dan kuat. Al-Miitsaaqul ghaliizh dari istri yang lain atau kerabat'ashabahnya
adalah perjanjian yang dikuatkan yang (kerabat dari jalur ayah) datang, lalu
menutupkan pakaiannya kepada si istri
mengikat antara seorang suami dengan
istrinya dengan ikatan yang sangat kuat. [janda) tersebut, dan dengan begitu berarti ia
Ini adalah ikatan yang diperintahkan oleh adalah orang yang paling berhak terhadap diri
Allah SWT untuk tetap memegangnya si istri tersebut dari pada yang lainnya. fika
[meruju') dengan cara yang ma'ruf atau mau, maka ia menikahinya tanpa memberikan
menguraikannya [menceraikan) dengan
mahar kecuali mahar yang dahulu pernah
cara yang baik. diberikan oleh si mayit. Atau jika mau, maka
Sebab Turunnya Ayat 19 ia menikahkan si janda tersebut dengan
Imam Bukhari, Abu Dawud dan Nasa'i
laki-laki lain dan maharnya ia ambil, tanpa
meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata,
menyerahkannya sedikit pun kepada si janda.
,i)t,3;i 1gii o,s ,Ylt otl r;1t4ts
Atau jika mau, maka ia akan menyusahkannya
,6ril ctsl; @tlLa rt-,, c/ o
t,' ;?s..\1 t. / 6/2 s I ' o, ,,' dan menghalang-halanginya untuk menikah
.r! agar si janda tersebut memberikan tebusan
dengan menyerahkan harta warisan yang
,a;,it ,e,, t),;,1a 'lt:t
ia dapatkan dari suaminya, ia serahkan
't;;3i
.,. ot7 oi kepadanya, atau hingga si janda tersebut
U& IA meninggal dunia, lalu ia mewarisi hartanya.
4i eti{r ''u il'i .tla;i
Ketika Qais bin al-Aslat al-Anshari meninggal
"Dahulu, jika ada seoranglaki-laki meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri
dunia, maka para wali laki-laki tersebut lebih yang bernama Kubaisyah binti Ma'n al-
berhak terhadap istri laki-laki tersebut, jika ada
Anshaariyyah. Lalu putra Qais dari istri yang
sebagian dari mereka yang ingin menikahinya,
maka ia menikahinya dan jika ingin, makamereka lain yang bernama Hishn datang menutupkan
menikahkannya, karena ltara wali ter sebut memang pakaiannya kepada Kubaisyah bin Ma'n
lebih berhak terhadap si janda tersebut dari pada
tersebut. Lalu Hishn mewarisi pernikahan
para wali si janda itu sendiri. Lalu turunlah ayat
Kubaisyah, namun kemudian ia tinggalkan dan
ini berkaitan dengan kebiasaan tersebut."
ia terlantarkan, tidak ia dekati dan tidak ia beri
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu farir ath-Thabari
meriwayatkan dengan sanad hasan dari Abu nafkah. Hal ini ia lakukan dengan tujuan agar
Kubaisyah mau memberikan tebusan dengan
hartanya kepada Hishn. Lalu Kubaisyah
mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah
saw.lalu beliau berkata kepadanya, "Duduklah menikahi seorang wanita yang mulia dan
kamu di dalam rumah sampai Allah SWT terhormat, dengan harapan si wanita tersebut
nantinya tidak suka kepadanya, sehingga ia
menurunkan wahyu tentang masalahmu ini." bisa menceraikannya dengan tujuan agar si
Lalu Allah SWT menurunkan ayat L9 surah wanita tersebut tidak bisa menikah lagi kecuali
an-Nisaa'ini. atas izinnya. Lalu biasanya ia mendatangkan
Tafslr dan Penjelasan para saksi untuk mempersaksikan hal
tersebut atas diri si wanita. Lalu jika ada
Kaum wanita sebelum Islam, adalah kaum
yang tertindas dan terampas hak-haknya. Lalu seseorang yang datang meminangnya, maka
Allah SWT menetapkan untuknya hak-hak di
dalam perkawinan dan menetapkan larangan jika si wanita memberikan sesuatu kepada
berlaku tidak baik terhadapnya.
si laki-laki mantan suaminya tersebut dan si
Hak pertama, larangan mewarisidiri wanita laki-laki tersebut puas dan senang dengan
pemberian tersebut, maka si laki-laki tersebut
Wanita bukanlah benda yang bisa
baru mengizinkannya untuk menikah dengan
diwarisi. Oleh karena itu, istri yang ditinggal orang yang datang meminangnya tersebut.
mati oleh suaminya tidak boleh diwarisi.
Tidakboleh bagi kalian wahai kaum Mukminin Namun jika tidah maka si laki-laki tersebut
meniru adat kebiasaan kaum jahiliah dengan
mewarisi istri si mayit seperti kalian mewarisi akan menghalang-halanginya untuk menikah.
harta benda peninggalannya, sehingga kalian
berlaku semau kalian terhadapnya, padahal Bahkan sering kali melakukan hal-hal yang
para wanita tersebut tidak menyukai hal menyusahkan dan menyempitkan langkah
si wanita dengan tujuan agar si wanita mau
tersebut, jika mau, maka salah satu dari
kalian menikahinya, atau menikahkannya menebus dirinya dari si laki-laki tersebut
dengan orang lain atau bahkan menghalang- dengan memberinya sejumlah harta.
halanginya untuk menikah lagi. Ini adalah adat
kebiasaan jahiliah yang Haram hukumnya Pesan larangan ini bisa ditujukan kepada
kalian tiru. para suami atau kepada parawali si mayityang
mewarisi istrinya dan menghalang-halangi
Hak kedua, larangan menghalang-halangl- si istri tersebut untuk menikah lagi hingga
nya untuk menlkah
ia meninggal dunia, sehingga mereka pun
Disamping Haram hukumnya kalian
bisa mewarisi hartanya. Atau mungkin juga
mewarisi wanita, begitu juga Haram bagi kalian ditujukan kepada para wali si wanita, namun
melakukan hal-hal yang menyempitkan dan
menyusahkannya dengan tujuan agar ia mau hal ini tidak bisa diterima, karena para wali si
menyerahkan hartanya, baik harta maharnya
atau harta warisan suaminya atau hartanya wanita tidak memberikan apa-apa kepadanya,
yang lain kepada kalian sebagai tebusan untuk jadi tidak bisa dikatakan, kemudian mereka
mengambil kembali apa yang pernah mereka
dirinya. Ibnu farir ath{habari meriwayatkan berikan kepadanya, karena memang mereka
dari Ibnu Zaid, ia berkata, "Dahulu, kaum
Quraisy Makkah, salah satu di antara mereka tidak pernah memberi apa-apa kepadanya.
Ayat, $i#1u 4 trtF "karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang
telah kamu berikan kepadanya," maksudnya
adalah, janganlah kalian bersikap tidak baik
kepadanya dan mempergaulinya dengan tidak
patut dengan tujuan agar ia menyerahkan
kepada kalian mahar atau sebagiannya yang
pernah kalian berikan kepadanya atau agar ia memiliki perasaan, emosi dan sensitiftas yang
tidak menuntut salah satu hak-haknya yang tajam. Seorang wanita menyukai dari diri
wajib atas kalian atau sesuatu yang seperti itu
seorang laki-laki sesuatu yang sama seperti
dengan jalan paksaan dan zhalim. yang disukai laki-laki dari diri seorang wanita.
Allah SWT berfirman,
Kemudian Allah SWT memberikan
pengecualian satu hal yang karenanya "Dan para wanita memPunyai hak Yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara
boleh bersikap kepada si istri dengan sikap
yang bisa membuatnya merasa susah dan y ang ma' ruf." (al-Baqarah: 228)
tidak senang, yaitu ketika ia secara nyata
dan terbukti telah melakukan perbuatan Rasulullah saw bersabda seperti yang
faahisyah, seperti zina, mencuri, nusyuuz
diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Ali bin Abi
atau hal-hal lainnya yang dibenci oleh agama Thalib r.a.,
dan norma-norma kebiasaan yang berlaku.
"sebaik-baik kalian adalah orang yang paling
Pada kedaan seperti ini, boleh melakukan baik terhadap keluarganya dan aku adalah orang
al-Adlu [bersikap kepadanya dengan sikap yang paling baik kepada keluargaku di antara
yang membuatnya susah dan tidak suka
kalian."
serta melakukan hal-hal yang membuatnya
tidak tahan) untuk mendapatkan kembali Di antara akhlak Rasulullah saw. adalah
apa yang telah mereka berikan kepadanya beliau adalah sosok yang memiliki sikap dan
berupa mahar atau harta benda lainnya cara mempergauli yang bai( selalu memasang
yang pernah diberikan kepadanya. Hal ini wajah cerah dan metampakkan keceriaan,
murah senyum, selalu mengajak bergurau
boleh dilakukan karena si istri sendiri keluarga, bersikap lembut dan ramah kepada
mereka, memberi keluasan nafkah kepada
yang memulai bersikap tidak baik. Namun mereka dan mengajak bercanda ria para istri
beliau, bahkan beliau mengajak sayyidah
di sini disyaratkan perbuatan faahisyah Aisyah r.a. lomba lari sebagai bentuk cinta dan
kasih sayang beliau kepadanya, setiap malam
yang dilakukan si istri harus benar-benar mengumpulkan para istribeliau di rumah salah
nyata dan terbukti, hal ini bertujuan agar satu di antara mereka di mana beliau malam
si suami tidak melakukan al-Adhlu hanya
berdasarkan prasangka tidak baik dan itu akan menginap, kemudian terkadang
tuduhan belaka disebabkan kecemburuan si mengajak mereka makan malam bersama, dan
suami yang berlebihan dan kegegabahannya setelah itu, para istri beliau Fulang ke rumah
masing-masing. Setelah menunaikan shalat,
di dalam menghukumi salah si istri yang beliau masuk ke dalam rumah dan mengaiak
sebenarnya tidak melakukan kesalahan ngobrol keluarga beliau sebentar sebelum
tidur. Hal ini untuk menunjukkan kasih sayang
atau si istri yang sebenarnya baik dan dan perhatian beliau terhadap mereka, agar
mereka senang dan bahagia. Allah SWT
selalu menjaga kehormatannya. Karena jika berfirman,
demikian keadaannya, maka berarti si suami
telah melakukan perbuatan zhalim.
Hak ketlga, hak dipergaulldengan balk
Bertutur kata yang baik dan lembut,
bersikap yang baik, menjaga penampilan diri
dan bijak serta adil di dalam memberikan naf-
kah dan giliran. Karena sesungguhnya wanita
.TAFSIR AI-MUNIR IILID 2
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) |ika kalian membenci istri kalian karena
Rasulullah itu suri teladan yangbaikbagimu." (al- memiliki kekurangan di dalam akhlaknya
Ahzaab:21) atau memiliki fisik yang tidak menarik atau
karena ia tidak melaksanakan kewajibannya
Ibnu Umar r.a. meriwayatkan bahwa dengan baik atau karena kalian memang
pada khutbah wada', Rasulullah saw. bersabda, tertarik kepada wanita lain, maka bersabarlah,
jangan kalian tergesa-gesa bersikap negatif
*yt ,t'* ,tAu, t-rr'i:l terhadap mereka dan jangan kalian tergesa-
gesa menceraikannya. Karena siapa tahu,
gt'r\.6io)/'.oJ:t mungkin Allah SWT menciptakan kebaikan
ttrr. );,: c,tr ir;\ #r::ki yang banyak pada dirinya. Mungkin Allah SWT
e.+,, (&t. -
t t'1, crll menjadikannya seorang istri yang patuh dan
o1{r' baik yang bisa memperbaiki keadaan kalian
,'(JJ
atauAllah SWT mengaruniai kalian dari dirinya
,Py-.,, . oi 6 ol'
f"? )ol w.)i,l , .)'-, o, putra-putri yang saleh dan unggul. Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
a.}:C> v,,'J7 t
bahwa Rasulullah saw bersabda,
\
0. litlJi ce\'.ii, ) ,lJ;i
zJJ 9,
- s{u oe'gi$rili\t
"Aku berwasiat kepada kalian untuk bersikap (to;lbl u- o &,.b?or o. o
baik kepada para istri dan terimalah wasiatku ini, W;f vi !A\-.o. 4 o,
ol
sesungguhnya mereka bagaikan tawanan kalian, Gbi
karena sesungguhnya kalian mengambil mereka
.'ftU/O
dengan amanat (janji) Allah SWT dan kalian
"langanlah seorang (suami) Mukmin
menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat membenci seorang (istri) Mukminah, jika
(sy ari at, hukum, p erintah) Allah SW T. S esungguhny a Mukminah memiliki sebuah perilaku yang tidak
bagi kalian hak yang wajib atas mereka (atau disukainya, maka ia memiliki perilaku lainnya
dengan kata lain, mereka memiliki kewajiban
terhadap kalian) dan sebaliknya mereka memiliki yang disukainya."
hak yang wajib atas kalian (atau dengan kata hin,
kalian memiliki kewajiban terhadap mereka). Dan Maksudnya adalah, janganlah ia
di antara hak kalian atas mereka adalah mereka membencinya secara total yang akhirnya
tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam mendorong dirinya untuk menceraikannya.
rumah kalian dan mereka tidak membangkang
Sikap seperti ini tidak patut dilakukan,
terhadap kalian di dalam hal kebaikan. Iika mereka
melakukan itu semua, maka wajib kalian memberi akan tetapi hendaknya ia berlapang dada,
mereka nafkah dan sandang secara patut." memaafkan, memaklumi kekurangannya
Perintah Allah SWT di dalam ayat, dan memejamkan mata terhadap apa yang
lu r'j,:t1',fi':;\;'r\ " dan pergauliah mereka para
ia benci dari dirinya. Seandainya seorang
wanita secara potut" merupakan bantahan dan
suami mau mengangan-angan dan memahami
kecaman terhadap apayangberlaku pada masa
jahiliah. Karena pada masa jahiliah, kaum laki- ayat dan hadits ini serta mengamalkannya,
laki bersikap kasar dan keras terhadap kaum
maka tentu ia akan merasakan kebahagiaan,
wanita serta bersikap semena-mena terhadap
bisa membuat keluarganya bahagia dan bisa
mereka.
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
yang mungkin terjadi berupa perselisihan dan
pertengkaran yang bisa mendorong kepada
pengambilan sebuah "keputusan" yang halal,
"""t"n'n'"""' ,r,,*, {6$.[rr,, htt'*At-M'"'*1"'o2
namun hal tersebut paling dibenci oleh Allah mencela, mengecam dan tidak membenarkan
SWT, yaitu perceraian dan membawa kepada
perbuatan tersebut, padahal mereka telah
kesengsaraan dan kerugian. melakukan hubungan badan dengan para istri
Hak keempat, hak wanlta mendapatkan ma- tersebut dan telah mengambil al-Miitsaaqul
harnya secala penuh
ghaliizh (janji yang kuat dan berat) dari
Kezhaliman merupakan sifat yang
mereka. Allah SWT berfirman, dan jika kalian
terdapat di dalam diri dan tabiat manusia
memiliki keinginan mengganti istri kalian
sejak dahulu kala. Seseorang suami yang
yang kalian benci dengan istri yang lain, maka
berbuat zhalim biasanya mengandalkan bersabarlah dan ceraikanlah ia dengan cara
kekuatan yang dimilikinya dan mengandalkan yang baik. fangan dengan cara menuduhnya
suatu kenyataan bahwa hak talak berada telah melakukan perbuatan faahisyah dan
di tangannya. Di antara bentuk kezhaliman
dan kesewena6g-wenangan kaum laki-laki jangan kalian mengambil kembali mahar yang
terhadap kaum perempuan adalah, jika
seorang suami ingin menceraikan istrinya, telah kalian berikan, walaupun mahar yang
kalian berikan tersebut berupa al-Qinthaar,
maka terlebih dahulu ia akan berusaha men-
dapatkan kembali mahar yang pernah ia yaitu harta yang banyak.
berikan kepada istrinya tersebut. Hal ini ia Kemudian selanjutnya, Allah SWT
lakukan dengan menggunakan berbagai cara mengecam, mencela dan tidak membenarkan
dan dengan menggunakan bentuk-bentuk perbuatan mereka tersebut dengan firman-
sikap tidak baik yang bisa membuat si istri Nya,
merasa susah dan terpojok. Di antara cara
1. Apakah kalian mengambilnya kembali
yang digunakan adalah dengan menuduhnya
melakukan perbuatan faahisyah. Lalu Allah dengan cara-cara yang batil, dusta, aniaya
SWT melarang sikap dan tindakan seperti ini
di dalam ayat20 dan27 surah an-Nisaa'ini, dan Haram. Al-Buhtaan atau membuat-
"Dan jika kamu ingin mengganti istrimu buat kebohongan di sini ada kalanya
dengan istri yang lain, sedang kamu telah
memberikan kepada seorang di antara mereka yang dimaksud adalah, setiap sesuatu
harta yang banyak, maka janganlah kamu
yang batil yang membingungkan di
mengambil kembali sedikitpun darinya. Apakah
kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan dalam kebatilannya. Atau ada kalanya
tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung)
melemparkan tuduhan telah melakukan
dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan perbuatan faahisyah kepada istri dan ini
mengambilnya kembali, padahal kamu telah adalah sikap zhalim terhadap istri. Atau
bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri).
Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil menuduh istri dengan tuduhan bohong
perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari
kamu." dengan tujuan untuk mengambil kembali
Allah SWT menjadikan perbuatan tersebut mahar yang telah ia berikan kepadanya.
sebagai sebuah perbuatan dosa yang nyata,
2. Bagaimana kalian mengambil kembali
mahar istri-istri kalian, padahal mereka
tidak melakukan kesalahan apa pun dan
tidak bersikap teledor dalam menaati
hukum, syariat dan batasan-batasan Allah
SWI padahal di antara kalian dengan
para istri kalian telah terjadi apa yang
telah terjadi yaitu bersenang-senang
dan bersetubuh yang mungkin akan
membuahkan seorang anak. Bagaimana
TAFSIRAI-MUNI\IILI? 2 1---*-\- suratan-Nbaa'
ir il(
bisa kalian ingin memutus hubungan Flqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
tersebut, membuka aib para istri kalian
Allah SWT melarang para wali atau
dan mencoreng nama baik mereka secara
zhalim dan karena didorong ketamakan kerabat dekat seseorang mewarisi istrinya
yang ia ditinggal mati secara paksa. Maksud
untuk mendapatkan harta mereka. ayat ini adalah mencegah berbuat zhalim dan
menyusahkan istri yang ditinggal mati oleh
Padahal kalian adalah para laki-laki yang suaminya serta menghapus kebiasaan jahiliah
memiliki kemampuan untuk bekerja yang keji yang memberikan kepada para wali
mencari harta. orang yang meninggal dunia untuk bebas
berlaku sesuka hati terhadap istri orang yang
3. Dan para istri tersebut telah mengambil meninggal dunia serta menjadikan mereka
perjanjian dan kesepakatan yang kuat dari orang-orang yang paling berhak terhadap diri
kalian bahwa kalian akan mempergauli
si janda tersebut. Hal ini merupakan salah
mereka dengan baik. Qatadah dan Mujahid
satu sikap yang sangat bertentangan dengan
berkata, "al-Miitsaaq atau tali perjanjian nilai-nilai kemanusiaan, salah satu bentuk
ini adalah yang diambil oleh Allah SWT pelanggaran terhadap kehormatan wanita,
dari laki-laki untuk perempuan di dalam
sebuah sikap yang menyamakan wanita
ayat,
dengan harta benda yang bisa diwarisi dan
"Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara merupakan bentuk kejahatan dan pelecehan
yang b aik. " (al-Baqarah: 229)
terhadap suami yang meninggal dunia.
Allah SWT menyebutnya sebagai janji
Begitu juga, Allah SWT melarang para
yang ghaliizh, karena itu merupakan
suami dan para wali atau kerabat suami
sebuah ikatan janji yang kuat dan agung. yang meninggal dunia menghalang-halangi
istri yang ditinggalkannya untuk menikah
Orang-orang berkata, "Bersama-sama dengan siapa saja yang diinginkannya,
dua puluh hari saja sudah bisa menjadi
membatasi gerak langkah dan kebebasannya
hubungan yang dekat dan erat, Ialu bagai-
mana dengan yang terjadi antara suami serta melakukan tindakan-tindakan yang
istri berupa kesatuan dan peleburan menyusahkannya. Hal ini mereka lakukan
menjadi satu di antara keduanya?" dengan tujuan ingin mengambil kembali
Sesungguhnya perbuatan seperti itu sebagian dari apa yang telah diberikan oleh
merupakan bentuk pemutusan hubungan
sang suami kepadanya. Keculai jika si istri
cinta dan kasih sayang yang telah
memang melakukan perbuatan/a ahisyah yang
diciptakan oleh Allah SWT di antara suami
istri. Allah SWT berfirman, nyata dan terbukti, seperti zina, nusyuuz atau
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan- yang lainnya. Maka jika begitu, boleh bagi
Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
seorang suami mengambil seluruh harta yang
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
pernah ia berikan kepada istrinya tersebut
cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasakasih dan sebagai mahar.
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum Kemudian Allah SWT memerintahkan
untuk memperlakukan dan mempergauli
yang berpikir. " (ar-Ruum: 2l)
para wanita dengan baik dan patut. Perintah
ini ditujukan kepada para suami juga kepada
para wali, walaupun kebanyakan memang
:TAFSIRAT.MUNIR JILID 2
ditujukan kepada para suami. Perintah ini Imam Syafi'i dan Imam Abu Hanifah
sama dengan perintah, 4:i'1i-y} "maka berkata, "Tidakwajib atas suami kecuali hanya
menyediakan satu pembantu saja, karena satu
boleh merujuknya dengan cara yang patut."
Memperlakukan dan mempergauli para istri pembantu sudah cukup untuk membantu dan
dengan baik adalah dengan memenuhi hak- melayaninya. Tidak ada di dunia ini seorang
wanita kecuali satu pembantu saja sudah
haknya berupa mahar dan nafkah, tidak
cukup baginya."
memasang wajah muram di hadapannya tanpa
Ketika muncul perasaan tidak suka
ada alasan apa-apa, bertutur kata yang baik
terhadap istri karena ia memiliki fisik yang
dan lembut kepadanya, tidak membentah buruk atau karena memiliki perilaku yang
tidak baih namun tidak sampai pada taraf
tidak berkata dan berlaku kasar terhadapnya
melakukan perbuatan /a ahi sy ah atau nu sy uuz,
serta tidak metampakkan kecenderungan maka dianjurkan bagi si suami untuk bersabar
kepada wanita lain. dan menerima keadaannya. Karena mungkin
Al-'Usyrah maksudnya adalah memper- saja keadaan akan berubah ke arah yang
gauli. Dan yang dimaksud dari perintah lebih positif, si istri mampu mempergauli dan
melayani suami dengan baik dan siapa tahu
untuk mempergauli istri dengan baik
mungkin Allah SWT akan mengaruniakan
adalah menciptakan suasana dan iklim yang
anak-anak yang saleh dari istri tersebut.
menyenangkan, membahagiakan, tenang,
Setelah Allah SWT menjelaskan tentang
tenteram, damai dan kehidupan yang hukum perceraian yang disebabkan oleh si
istri, seperti karena melakukan perbuatan zina
mengasyikkan bagi masing-masing suami atau nusyuuz umpamanya, maka boleh bagi si
dan istri. Ini merupakan salah satu bentuk suami untuk mengambil harta yang pernah
ia berikan kepada si istri. Maka selanjutnya,
kewajiban agama seorang suami. Menja- Allah SWT mengikutinya dengan penjelasan
hukum perceraian yang disebabkan oleh pihak
dikan hal ini sebagai sebuah kewajiban suami, yaitu bahwa jika seorang suami ingin
menceraikan istrinya tanpa ada kesalahan
agama bagi seorang suami bisa menciptakan berupa sikap nusyuuz dan kurang baik sikap
dan caranya mempergauli sang suami, maka
pengaruh tersendiri bagi dirinya yang mampu dalam kondisi seperti ini, si suami tidak boleh
mengingatkannya kepada pengawasan Allah meminta harta dari si istri.
SWT bisa menimbulkan rasa takut kepada-
Ayat, {rlrt,i it;i #tb "sedang kamu
Nya dan mengingatkannya kepada hari di
telah memberikan kepada seseorang di antara
mana semua makhluk dihadapkan kepada-
mereka harta yang banyak" menunjukkan
Nya untuk dihisab. Hal ini tentu lebih bisa bolehnya sikap berlebihan di dalam memberi
mahar. Karena Allah SWT tidak memberi
tertanam kuat di dalam jiwa seorang Mukmin misal kecuali dengan sesuatu yang mubah
dari pada permintaan pertanggung jawaban di atau boleh. Al-Qinthaar adalah harta yang
hadapan mahkamah pengadilan. banyak. Hal bolehnya berlebihan di dalam
memberi mahar ini dipahami oleh orang-
Madzhab Maliki menjadikan ayat,
4:rt , ,t:;G:Y sebagai dalil bahwa seorang
istri apabila tidak cukup baginya satu orang
pembantu, maka seorang suami harus
memberinya pembantu sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh sang istri, seperti putri
khalifah atau putri Raja atau yang seienisnya
yang tidak cukup hanya dengan satu
pembantu saja. Dan hal ini termasuk kategori
al- M u' aa syarah bil m a' ruuf.
TAFSIRAL-MUNIRIILID 2
orang dari ayat ini dengan dikuatkan oleh sejumlah harta yang banyak yang tidak pernah
kisah Umar Ibnul Khaththab r.a. dengan
kalian berikan kepada siapa pun sebelumnya."
seorang perempuan. Suatu ketika, Umar
Hal ini sama seperti sabda Rasulullah saw
Ibnul Khaththab r.a. menyampaikan khutbah,
ia berkata, "lngatlah, jangan kalian bersikap yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
berlebihan dalam hal mahar wanita, karena Ibnu Abbas r.a.,
seandainya memang berlebihan di dalam ctszil.6ti; J.;.1* jI crt;-; Y,; U
memberi mahar adalah sebuah kemuliaan .rkir ).4. tZ ti tl" ,
aJ a,U ,r^r
di dunia atau termasuk bentuk ketakwaan
"B arangsiap a yang memb angun sebuah masj id
di sisi Allah SWT maka tentunya yang paling
pantas di antara kalian untuk berlebihan di karena Allah SWT walau hanya sebesar sarang
dalam memberi mahar adalah Rasulullah saw. burung Qatha yang digunakan untuk meletakkan
Beliau tidak pernah memberi mahar kepada telurnya, maka Allah SWT membangunkan
seorang pun di antara para istri beliau lebih
dari LZ uqiyyah, juga tidak ada seorang pun untuknya sebuah rumah di dalam surga."
dari para putri beliau yang diberi mahar lebih
dari L2 uqiyyah." Lalu ada seorang wanita Dan sudah maklum bahwa tidak ada
berdiri dan berkata kepadanya, "Wahai masjid yang ukurannya hanya sebesar sarang
UmaL Allah SWT membolehkan hal itu untuk burung Qatha. Di dalam sunnah dan perbuatan
kami, lalu kenapa kamu justru melarangnya? para sahabat ditemukan penjelasan tentang
Bukankah Allah SWT telah berfirman, anjuran untuk tidak berlebihan di dalam
4w ii)l( >i r'rLi 5,;t ;$itfu "sedang kamu memberi mahar. Diriwayatkan bahwa Ibnu
Abi Hadrad datang kepada Rasulullah saw.
telah memberikan kepada seseorang di antara
mereka harta yang banyak, maka janganlah untuk meminta bantuan membayar maharnya.
kamu mengambil kembali dari padanyabarang Lalu beliau bertanya kepadanya tentang
sedikitpun." Lalu Umar berkata, "Wanita ini
jumlah mahar tersebut, lalu Ibnu Abi Hadrad
benar dan Umar keliru." Di dalam riwayat
lain disebutkan, "Lalu Umar mengangguk- berkata, "Dua ratus." Mendengar jawaban itu,
Rasulullah saw. tampak marah dan berkata
anggukkan kepalanya dan berkata, "Semua
orang lebih pandai dari pada kamu wahai kepadanya, "Memangnya kamu memotong
emas dan perak dari sisi harrah [tanah yang
Umar! " Menurut riwayat yang lainnya, "Wanita berbatu hitam seperti dibakar) atau dari sisi
ini benar dan laki-laki ini fmaksudnya dirinya gunung?!"
sendiri) keliru." Dan ia pun tidak menyangkal
Rasulullah saw. menganjurkan untuk tidak
dan membantahnya. berlebihan di dalam masalah mahar di dalam
Sebagian kaum berkata, 'Ayat ini hadits-hadits yang lain, di antaranya adalah
sebenarnya tidak memberikan isyarat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
al-Hakim dan Baihaqi dari sayyidah Aisyah r.a.
bolehnya berlebihan di dalam memberi mahar. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Karena pengumpamaan dengan Al-Qinthaar ,f:1;' :1 ot
di dalam ayat ini hanya merupakan bentuk .w(-v
al-Mubaalaghah (melebih-lebihkan), seolah- "Di antara keberkahan seorang wanita aialah
olah Allah SWT ingin mengatakan, "Padahal mudah pinangannya dan mudah maharnya.
kalian telah memberi salah satu dari mereka
ThFSTRAL-MUNrRJrrrD 2
Para ulama sepakat bahwa tidak ada diberikan dan larangan ini bersifat mutlak.
batas maksimal di dalam masalah banyaknya Maka larangan ini tidak berlaku sebelum
maha[ b erdasarkan ayat, 4t'; I i o],tt:\ #i;] para adanya al-Khalwah, maka jika sudah terjadi al-
Khalwah, maka berarti larangan ini berlaku.
ulama hanya berbeda pendapat seputar batas
Sedangkan para ulama fiqh berbeda
minimal mahar. Hal ini akan dijelaskan di
pendapat dalam masalah ini, madzhab Hanafi
dalam tafsir ayat, 4{t"\tre iiy (ayat}4 surah dan Hanbali berpendapat bahwa mahar wajib
dibayarkan dan sudah menjadi hak seorang
an-Nisaa'). istri jika telah terjadi al-Khalwah. Sedangkan
Yang benar adalah bahwa ayat, madzhab Syafi'i dan Maliki berpendapat
bahwa mahar menjadi wajib dibayar dan
4W i irGL $F dan ayat dua.Z.Z9 surah al- menjadi hak seorang istri dengan adanya
jima' atau hubungan badan, bukan hanya
aByaaqta-arayha,t 4mv.tu"h^k'taAmt;auh,t'(rt!elt:t:atip A U-i;y aaatatr sekedar al-Khalwqh. Akan tetapi madzhab
bukan
berlaku) Maliki menetapkan bahwa mahar juga wajib
dibayar dan menjadi hak seorang istri apabila
mansuukhah [dihapus) dan tidak bertentangan
dengan hukum diperbolehkannya mengambil si istri telah ditinggal bersama dengan
harta pengganti khulu' yang diberikan oleh suaminya selama satu tahun setelah acara
pernikahan tanpa adanya hubungan badan.
pihak istri dengan suka rela, yang ditetapkan Karena ditinggal bersama selama satu tahun
di dalam ayat, ini memiliki kedudukan hukum yang sama
"lika kamu khawatir bahwa keduanya (suami dengan jima'.
istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Para ulama yang mengatakan bahwa mahar
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang tidak waj ib hanya den gan teri adiny a al - Kh alw ah
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya." (al-Baqarah: 229) melihat bahwa ayat ini dikhususkan untuk
Abu Bakar Al-fashshash ar-Razi berkata, setelah terjadinya jima', berdasarkan ayat,
'Al-Farra' menyebutkan bahwa maksud al-
Ifdhaa' adalah al-Khalwah (menyendirinya 4f Jl'# ii n, irii .:$i\ "Bagaimana
suami istri untukbersenang-senang) meskipun kamu akan mengambilnya kembali, padahal
tidak sampai terjadi jima' atau penetrasi. fika sebagian kamu telah bergaul -bercampur-
memang yang dimaksud al'Ifdhaa' adalah dengan yang lain sebagai suami'istri." Al'
Ifdhaa'di sini maksudnya adalah jima' atau
al-Khalwah, maka ayat ini berarti larangan
bagi suami mengambil sesuatu dari apa hubungan badan.
yang telah diberikan kepada istrinya setelah PARA KERABAT WANITA YANG MENJADI
adanya al-Khalwah dan talak. Karena ayat, MAHRAM
ftai: i(*:t $',i it:\ mengandung maksud talak. an-Nlsaa' Ayat22 - 23
Al-Khalwah disebut al-lfdhaa' karena sudah -*trb Crefrit$,uG.#'13
tidak adanya hal-hal yang menghalangi untuk fu) trZ;Sr-LG <r\L'i\EiE iY
melakukan persetubuhan."
Dari penjelasan ini bisa dipahami bahwa
ar-Razi menjadikan ayat dua puluh surah an-
Nisaa' ini sebagai dalil bahwa mahar wajib
dibayarkan kepada sang istri ketika telah
terjadi al-Khalwah yang sah dan benar. Karena
Allah SWT menetapkan larangan bagi seorang
suami mengambil sebagian dari mahar yang
W"'K#?&+W'W Qlraa'aat
d"€tx;Arfj,EL=pUil;U:.Ke*JljiruU{5.3 (vlirJr) dibaca,
'HafiI";q;t5;?a5:v L, Hamzah yang pertama dibaca tashiil
?*it?rH6"$ti>u;tJ: dengan dibaca panjang dan dalam bentuk
#,'"ry, $rU: i IrV'e ;it:, -$t qashr. Ini adalah bacaan Qalun dan al-
WJ;.-rq"H;-Ca!5 Bazzi.
6;gJJV'p"*<,-rUGjt 2. Hamzah yang pertama dihilangkan
Sfr l,r'u';,t Syi;C,aU {t ;*At
dengan dibaca panjang dan qashr; ini
q"^P.+u-+.--I:
adalah bacaan Abu Amr.
"Dan janganlah kamu menikahi perempuan-
3. Hamzah yang kedua dibaca tashiil, ini
Perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu,
adalah bacaan Warsy dan Qunbul.
kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.
I'raab
Sungguh, perbuatan itu sangat keji dan dibenci
(oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang {rk i u i1} berkedudukan i'rab nashab,
ditempuh). Diharamkan atas kamu (menikahi)
ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, karena istitsnaa' munqathi', para ulama
saudara-saudaramu yang peremPuan, saudara- nahwu Bashrah menyatakan bahwa kata 1lp
yang munqathi' ini mengandung makna kata
saudara ayahmu yang perempuan, saudara- 65J;, sedangkan nahwu Kufah berpendapat
saudara ibumu yang perempuan, anak-anak mengandung arti kata 1a1-";.
perempuan dari saudara-saudaramu yang (r; ;r;F kata 1L-; dibaca nashab karena
lakilaki, anak-anak perempuan dari saudara- menjadi tamyiiz.
saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
Balaaghah
menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu
(p,ai W U1y di dalam susunan ini
sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-
anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang terdapat pembuangan mudhaaf, maksudnya
dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur adalah, lerslr CK r<J" .lr 1r) yang artinya
dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
adalah, Allah SWT mengharamkan atas kalian
maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan menikahi ibu-ibu kalian.
diharamkan b agimu) istr i - i stri an ak kan dungmu
{:ry,#ljrp kata kiasan bersetubuh, sama
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan
(dalam pernikahan) dua perempuan yang seperti (u &.') atau <kJr.sr).
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa Terdapat jinaas naaqish di dalam kata
lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha (tc.'-s' " r., r,r,As-.ur,P.
Penyayang." (an-Nisaa' z 22-23)
Mufradaat LuShawlyyah
{rk} telah lalu. {,"l;6} keji, buruk.{A;r}
menjadi sebab al-Maqtu dari Allah SWT. .41-
Maqtu artinya adalah benci yang sangat.
Mereka menyebut pernikahan tersebut
dengan sebutan-Nfkaahul maqti. (;rj) dan
seburuk-buruk {u:} jalan.
'tAFSrR AL-MUNrR IITID 2
*;<wi €# uiy diharamkan atas kalian Fakhitah binti al-Aswad bin Abdul Muththalib
mengawini ibu-ibu kalian, al-Ummahaat di dan berkaitan dengan Manshur bin Mazin
sini mencakup nenek dari jalur ayah dan yang menikahi istri ayahnya yang bernama
nenek dari jalur ibu. (i(il(rr) bentuk kata Mulaikah binti Kharijah.
jamak dari kata rabiibah, yaitu putri istri dari Asy'ats bin Sawar berkata, 'Abu
Qais meninggal dunia, ia termasuk
suaminya terdahulu [anak tiri perempuan).
kelompok sahabat Anshar yang saleh.
4€.*,, ,i-:i]r} yang kalian asuh, penjelasan Lalu putranya datang untuk meminang
istri yang ditinggalkannya, Ialu ia berkata,
ini disesuaikan dengan kebiasaan yang banyak
"sesungguhnya saya telah menganggapmu
berlaku, yaitu putribawaan dari istri biasanya
sebagai anak!! Akan tetapi, saya akan datang
hidup bersama ibunya di rumah suaminya
yang terakhir. fadi ayat ini tidak memiliki menemui Rasulullah saw terlebih dahulu
untuk bertanya tentang hal ini." Lalu ia
mafhuum mukhaalafah [arti sebaliknya). fadi pun datang menemui Rasulullah saw. dan
maksudnya adalah, Haram menikahi anak
menjelaskan masalah tersebut,lalu Allah SWT
tiri perempuan meskipun ia tidak diasuh dan
hidup bersama ibunya di rumah suaminya menurunkan ayat ini."
yang baru. $,ry, ;L;F yang telah kalian Ibnu |arir ath-Thabari meriwayatkan dari
setubuhi. (.G a;F tidak dosa, tidak dilarang Ibnu Abbas r.a, ia berkata, "Orang-orang jahiliah
dahulu mengharamkan apa yang memang
untuk menikahi putri tiri kalian jika ibunya diharamkan kecuali masalah menikahi ibu
tiri dan menikahi dua perempuan bersaudara.
kalian ceraikan dan sebelumnya kalian belum Lalu Allah SWT menurunkan ayat dua puluh
menyetubuhinya. Dari ayat ini, para ulama dua surah an-Nisaa'ini dan ayat, 4;\;* tit
mengambil sebuah kaidah syariat, yaitu, ,i* i s'11 ,r-l')
tl &(-Ur c,t<.!! J_7-rlt, .c,\-!t f r'- eUt ,rlc -r;Jt) An-Nadhr bin Syumail di dalam kitab,
yang artinya adalah, seseorang yang menikahi "al-Matsaalib," menuturkan bahwa Hajib bin
seorang perempuan menjadikan ibu si Zurarah yang berasal dari bangsa Arab menjadi
pengikut agama Majusi dan menikahi putrinya.
perempuan tersebut (ibu mertua) Haram
Lalu Allah SWT melarang kaum Mukminin
ia nikahi dan (menikahJ serta menyetubuhi meniru perilaku nenek moyang mereka ini.
istri janda [yang memiliki anak) menjadikan
anak perempuan janda tersebut fanak tiri Persesualan Ayat
perempuan) Haram ia nikahi. Di dalam ayat-ayat sebelumnya, Allah
(.S,>t;i e ii' 6.';i t'.;;;b maksudnya, SWT menjelaskan tentang hukum yang
Haram menikahi istri anak kandung
berkaitan dengan menikahi anak-anak yatim,
(menantu). Berbeda dengan istri anak angkat hukum poligami, perintah untuk mu'aasyarah
kalian, maka boleh bagi kalian menikahinya. bil ma'ruuf terhadap para istri, larangan
SebabTurunnya Ayat22 mengambil mahar para istri secara zhalim
Ayat ini turun berkaitan dengan tanpa alasan yang benar. Kemudian hal ini
diikuti dengan penjelasan tentang siapa-siapa
Hishn bin Abi Qais yang menikahi istri saja dari para wanita yang Haram dinikahi
ayahnya [ibu tiri) yang bernama Kubaisyah
dikarenakan adanya ikatan kekerabatan
binti Ma'n, berkaitan dengan al-Aswad bin
Khalaf yang menikahi istri ayahnya, berkaitan
dengan Shafwan bin Umayyah bin Khalaf
yang menikahi istri ayahnya yang bernama
nasab atau mushaaharah (ikatan keluarga seperti ini berhak untuk diadzab kecuali yang
telah lalu sebelum ayat ini diturunkan, maka
yang muncul karena pernikahan) atau karena
ikatan persusuan. ia dimaafkan dan tidak berdosa. Susunan
Tafsir dan Penjelasan istitsnaa' di dalam ayat ini adalah munqathi'.
Ayat-ayat ini mencakup penjelasan tentang f adi maksudnya adalah, akan tetapi pernikahan
diharamkannya menikahi istri ayah (ibu tiri), seperti ini yang telah lalu, maka kalian tidak
para wanita kerabat karena ada hubungan memiliki tanggungan dosa karenanya. Kata
nasab atau mushaaharah atau persusuan. maa di sini maksudnya adalah an-Nisaa' [para
perempuan). Namun ada yang mengatakan
Pertama, an-Nlkaahul maqt
maa di sini adalah maa mashdarlryah,
Di dalam ayat, ('-$ i;y eUan SWT
mengharamkan menikahi istri ayah [ibu jadi maksudnya adalah, janganlah kalian
tiri), karena ia serupa dengan ibu kandung. melakukan pernikahan seperti pernikahan
yang dilakukan oleh para pendahulu kalian,
Karena pernikahan seperti ini merupakan yaitu bentuk-bentuk pernikahan yang keliru,
sebuah perbuatan yang keji dan buruk yang rusak dan buruk.
tidak diterima oleh akal dan jiwa yang sehat.
Kedua, wanita-wanita yang diharamkan
Pernikahan seperti ini merupakan sesuatu untuk dinikahi karena kedekatan nasab atau
yang sangat dibenci oleh orang-orang yang ikatan mushaaharah atau karena persusuan.
memiliki akal yang sehat dan lurus. Oleh
Allah SWT menjelaskan tentang wanita-
karena itu, orang Arab menyebutnya an- wanita yang Haram dinikahi dikarenakan
pernikahan merupakan sebuah ikatan timbal
Nikaahul maqt (pernikahan yang dibenci) dan balik antara dua jenis manusia. Mereka ada
si anak yang dihasilkan dari pernikahan ini enam, yaitu,
disebut maqiit [orang yang dibenci). Karena
pernikahan seperti ini adalah seburuk-buruk t. Al-Ushuul, yaitu ibu, nenek dan seterusnya
jalan yang dilalui, seperti yang difirmankan
ke atas,
Allah SWT {>t' ;rr} ayat ini 'athaf kepada
"Diharamkan atas kamu (mengawini)
khabarnya (iky.
Yang dimaksud nikah pada ayat, (c< tF ibu-ibumu,"
adalah akad nikah, seperti yang dikatakan Al-Ummu di sini mencakup nenek dan
oleh Ibnu Abbas r.a.. Ibnu farir ath-Thabari dan
Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r,a., seterusnya ke atas.
ia berkata, "Setiap wanita yang dinikahi oleh
ayahmu, baik telah ia setubuhi maupun tidah 2. Al-Furuu', yaitu anak perempuan dan cucu
maka wanita tersebut Haram untuk kalian
nikahi." Dan secara ijma', yang dimaksud perempuan, baik dari jalur anak laki-laki
dengan "ql-Aabaa'." (ayah) di dalam ayat ini maupun dari jalur anak perempuan.
mencakup kakek. " anak- anak p erempuan kali en,"
Akan tetapi pernikahan seperti ini yang Yang dimaksud adalah anakperempuan
telah terjadi sebelum turunnya ayat ini, maka kandung dan cucu perempuan, baik dari
tidak akan dituntut dan dihukum. Maksudnya,
orang yang melakukan bentuk pernikahan jalur anak laki-laki maupun dari jalur
anakperempuan.
3. Saudara dan kerabatyang dekat dan jauh.
Yang dekat, yaitu saudara perempuan,
baik sekandung, seayah maupun seibu,
karena Allah SWT berfirman, 48t;i;y
"dan pera saudara perempuan kalian."
Sedangkan yang jauh adalah dari jalur Imam Bukhari iuga meriwaYatkan
ayah dan ibu, yaitu para bibi, baik bibi dari lbnu Abbas r.a. bahwa ia ditanya
dari ayah ['ammaat) maupun bibi dari ibu tentang seorang laki-laki yang memiliki
[khaalaat). Karena Allah SWT berfirman, dua sahaya perempuan, yang satunYa
{.*.i;; 8*t} Ini mencakup anak-anak menyusui seorang bayi peremPuan
kakek dan seterusnya ke atas serta anak- sedangkan yang satunya lagi menyusui
anak nenek dan seterusnya ke atas. Di seorangbayi laki-laki, apakah bayi laki-laki
antara kerabat yang jauh juga adalah, tersebut nantinya boleh menikah dengan
anak perempuan saudara laki-laki dan bayi yang perempuan tersebut?" Lalu ia
anak perempuan saudara perempuan, berkata, "Tidak boleh, karena benihnya
sama (maksudnya air susu kedua sahaya
baik saudara sekandung, seayah maupun
perempuan tersebut berasal dari benih
seibu. Ini adalah tiga kelompok wanita
laki-laki yang sama, jadi kedua anak
yang Haram dinikahi karena ikatan nasab.
tersebut berarti dua saudara sesusuan
4. Perempuan yang Haram dinikahi karena
seayah)."
ikatan persusuan.
Menurut zhahir ayat, tidak ada
Apa yang Haram karena ikatan nasab
perbedaan antara apakah penyusuan yang
juga berlaku pada ikatan ar-Radhaa'
ada sedikit atau banyak atau dengan kata
(persusuan), lain, tidak ada perbedaan antara apakah
"ibu-ibumu yang menyusui kamu; air susu yang disusukan kepada si bayi
sedikit atau banyak ini adalah pendapat
saudara p eremp uan sep er susu en," madzhab Hanafi dan Maliki. Namun ada
sekelompok ulama mensyaratkan harus
Semua kerabat ibu susuan iuga
tiga susuan atau lebih. Hal ini berdasarkan
menjadi kerabat anakyang disusui, wanita
hadits yang diriwayatkan oleh Imam
yang menyusuinya menjadi ibunya, anak
Muslim dan yang lainnya,
perempuan ibu yang menYusuianYa
i lw 9v1t F ,y Bu fr :; :'1
tersebut menjadi saudaranya, suami ibu
.,:rr*>r"jni; i;Y,'J t i';"
yang menyusuinya menjadi ayahnya dan
"Bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang
anak-anak wanita yang menyusuinya persusuan, lalu beliau berkata, "Satu dan dua
hisapan saja tidakbisa meniadikan terjadinya
menjadi saudara-saudaranya. Imam ikatan Persusuan yang selanjutnya Haram
terjadi pernikahan."
Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam
dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ketika
Ahmad.
Rasulullah saw. dimohon untuk bersedia
menikahi putri pamannya, Hamzah, maka Imam Syafi'i dan Imam Ahmad
beliau berkata, " berpendapat bahwa ikatan persusuan
calwlt q €i h.t At, C,,E i,*t tidak bisa terjadi dengan susuan
i*
.' ,)--^:-lr U.:,r'\"r 'X v wb'JJ i\r'i-''J, yang kurang dari lima susuan. Hal ini
t),
"sesungguhnya ia tidak halal aku nikahi,
karena ia adalah anak perempuan saudara
sepersusuanku, padahal apa yang Haram
karena ikatan nasab juga berlaku pada ikatan
ar-Radhaa'ah.
berdasarkan hadits yang diriwayatkan yang ingin menyempurnakan penyusuan."
oleh Imam Malik dan yang lainnya dari
(al-Baqarah: 233)
sayyidah Aisyah r.a. ia berkata,
Daaruquthni meriwayatkan dari Ibnu
qgI"pt b ,y': y,ar i';i ot.f Abbas r.a. sabda Rasulullah saw berikut,
q,.7'),88 ll J;t ei ,?v2a ,)+t A bs c i1 ivr't
.el?t bi! "Tidak ada ar-Radhaa' kecuali yang
terjadi (ketika bayi) masih berumur dua
"Sebelumnya, di antara ayat Al-Qur'an
yang diturunkan oleh Allah SWT adalah, tahun ke bawah."
"'asyru radha' aatin ma'luumaatin." (sepuluh
kali susuan yang dimaklumi). Lalu ayat ini Lalu apakah labanul fahli juga bisa
dinaskh dengan ayat, "khamsu radha'aatin menjadikan keharaman untuk dinikahi?
Seperti jika ada seorang laki-laki memiliki
ma'luumaatin." (lima kali susuan yang
dua istri, lalu istrinya tersebut melahirkan,
dimaklumi). Lalu Rasulullah saw. wafat dan
ayat ini termasuk ayat Al-Qur'an yang tetap lalu istri yang satunya menyusui seorang
dibaca."
bayi perempuan sedangkan istri yang
Imam Abu Hanifah membantah
bahwa tidak boleh mengkhususkan satunya lagi menyusui seorang bayi laki-
atau membatasi ayat tentang persusuan laki. Orang yang mengatakan bahwa
labanul fahli juga menetapkan ikatan
ini dengan khabar atau riwayat ahad,
karena ayat ini muhkamah dan sudah persusuan -dan ini adalah pendapat
jelas makna dan maksudnya. Abu Bakar kebanyakan ulama- maka nantinya bayi
ar-Razi meriwayatkan dari Thawus dari yang perempuan Haram dinikahi oleh bayi
Ibnu Abbas r.a. bahwa ia ditanya tentang yang laki-laki, karena keduanya adalah
masalah ar-Radhaa' (persusuan), lalu
saudara sesusuan seayah. Ini adalah yang
ia berkata, "Orang-orang mengatakan
bahwa satu dan dua susuan saja ditetapkan oleh nash, berdasarkan hadits
tidak bisa menetapkan adanya ikatan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
persusuan." Ibnu Abbas r.a. berkata lagi, dari sayyidah Aisyah r.a., ia berkata,
"ltu dulu, adapun sekarang, satu susuan *c 3rr*;- ,r)t;t;,r;#tAjri"iLic&i *ot,c:tt
saja sudah bisa menetapkan ikatan
Yt) :Cii
persusuan."
Ut ;,O/
Begitu juga ar-Radhaa' harus terjadi
trolP #E
ketika masih bayi, yaitu umur di bawah "f*i li ,1!r .j
,v*)i ,:$t i ,?t q.$at oi ci
dua tahun. Karena Allah SWT berfirman,
* F'i,ulitt *ii1;t r;;:iat
"Para ibu hendaklah menyusukan anak- ,y')ril ,1, J;tV:Ltaffi tr J;,
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
Ss'i{i;t ;*:i,fl , *31,r .A
**U*{ig'ii ot:t
"Suatu ketika, Aflah, saudara laki-laki "dan anak-anak istrimu yang dalam
Abu al-Qu'ais meminta izin untuk masuk pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu
menemuiku, waktu itu ayat perintah hijab campuri, tetapi jika kamu belum campur
telah turun. Lalu saya berkata, "Sungguh, saya dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
tidak mengizinkannya masuk rnenemuiku maka tidak berdosa kamu mengawininya,"
sebelum saya bertanya terlebih dahulu kepada Maksudnya jika yang terjadi hanya
baru akad nikah saja, belum sampai
Rasululhh saw. karena yang menyusuiku terjadi hubungan badan, maka anak
bukanlah Aflah akan tetapi istri saudara perempuan tiri tersebut boleh dinikahi,
laki-lakinya, Abu al-Qu'ais. Lalu Rasulullah
saw. datang, lalu saya pun berkata kepada tentu jika ia telah menceraikan ibunya.
beliau, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
yang menyusuiku bukanlah laki-laki itu Madzhab Hanafi berpendapat bahwa
(malcsudnya Abu al-Qu'ais), akan tetapi
istrinya." Lalu beliau berkata, "Izinkanlah barangsiapa yang melakukan perzinaan
ia masuk menemuimu, karena ia adalah dengan seorang perempuan, maka ushuul
pamanmu, maka biarkanlah parnanmu
(ibu dan nenek) dan furuu' (anak dan
masuk menemuimu." cucu) si perempuan itu Haram ia nikahi.
5. Perempuan yang Haram dinikahi karena Begitu juga iika ia menyentuhnya dengan
syahwat atau menciumnya atau melihat
hubungan mushaaharah. kemaluannya dengan syahwat. Atau jika
Allah SWT mengharamkan karena ia menyentuh tangan ibu mertuanya
hubungan mushaaharah tiga perempuan, dengan syahwat, maka istrinya Haram
ia nikahi selamanya. Namun para Imam
sebagai bentuk penghormatan dan
yang lain tidak sependapat dengan
pemuliaan terhadap hubungan
pendapat ini, mereka mengatakan bahwa
mushaaharah seperti penghormatan
perzinaan tidak bisa menyebabkan
kepada hubungan nasab,
ushuul dan furuu' si wanita yang dizinahi
Pertama, ibunya istri (ibu mertua), Haram ia nikahi.
neneknya dan seterusnya ke atas, Ketiga, istri anak dan istri cucu
"dan ibu-ibu istrimu (mertua)," (menantu), Haram bagi si ayah dan si
Dalam hal ini tidak disyaratkan suami kakek menikahinya,
harus sudah menyetubuhi istri, akan tetapi "(dan diharamkan bagimu istri-istri
cukup dengan terjadinya akad nikah. Ini anak kandungmu (menantu),"
adalah pendapat mayoritas ulama. Al-Halaa'il bentuk jamak dari kata
haliilah yang berarti istri, sedangkan
Kedua, ar-Rabiibah atau anak tiri suami disebut haliil. Penamaan ini
perempuan, anak perempuan anak tiri
dikarenakan suami istri ditinggal di
perempuan (cucu tiri perempuan) dan
tempat yang sama dan tempat tidur
begitu seterusnya ke bawah, dengan syarat yang sama. Hukum yang sama juga
berlaku terhadap istri anak persusuan,
sudah menyetubuhi ibunya. |ika ia belum
berdasarkan hadits di atas,
menyetubuhi ibu anak tiri perempuan
.,,-73t biXtl lv1:tiX
tersebut lalu ia menceraikannya, maka
si anak tiri perempuan tersebut boleh ia
nikahi,
"Apa yang Haram karena ikatan nasab Kaidah atau patokan hukum ini adalah,
juga berlaku pada ikatan ar-Radhaa'ah." setiap dua perempuan yang di antara
keduanya terdapat ikatan kekerabatan
Perlu diperhatikan bahwa syarat ar-
Rabiibqh berada di bawah asuhan suami di yang seandainya salah satunya adalah
dalam ayat ini adalah hanya berdasarkan
unsur kebiasaan yang banyak berlaku, laki-laki, maka laki-laki itu Haram
bukan menjadi syarat Haramnya si suami
menikahinya. Misalnya perempuan A
menikahinya. fadi, dengan kata lain ar-
dengan perempuan B, antara A dan
Rabiibah tetap Haram dinikahi oleh suami B terdapat ikatan kekerabatan yang
ibunya atau yang biasa disebut ayah seandainya salah satunya adalah laki-
laki, maka keduanya tidak boleh menikah
tiri, baik ar-Rabiibah berada di bawah atau dengan kata lain tidak boleh menjadi
pasangan suami istri.
asuhannya maupun tidak.
Bahkan dalam hal ini, keharaman
Adapun istri anak angkat, tidak
tetap berlaku meskipun salah satunya
Haram untuk dinikahi oleh ayah yang telah diceraikan hingga masa 'iddahnya
mengangkatnya menjadi anak karena habis. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh
Islam telah menghapus dan melarang
hadits yang diriwayatkan oleh al-famaa'ah
sistem anak angkat, dari Abu Hurairah r.a.,
"Maka tatkala Zaid telah mengakhiri ;; il.;t e< i;,3i BE sr i
keperluan terhadap istrinya (mencerai-
kannya), Kami kawinkan kamu dengan .qA;'tiW
dia supaya tidak ada keberatan bagi orang "Rasulullah saw. melarang menikahi
mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak- seorang wanita untuk dijadikan madu bagi
anak angkat mereka, apabila anak-anak
angkat itu telah menyelesaikan keperluannya 'ammahnya (bibi dari jalur ayah) atau
daripada istrinya. Dan adalah ketetapan khaalahnya (bibi dari jalur ibu)."
Allah itu pasti terjadi." (al-Ahzatbz 37) Imam Tirmidzi dan yang lainnya
"Panggilah mereka (anak-anak angkat meriwayatkan,
itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak ;; & iiiytr i1 EX l't s;3 3i
mereka; itulah yanglebih adil pada sisi Allah." iiii'p,tV,ii*,qe+i{yatt''br'i^,AWr ,1o,.euxi
(al-Ahzaab:5)
&gpt6'Ft i', ,u'.,r5.s1 J;
Perempuan yang Haram dinikahi karena
sebab yang tidak tetap .,s'jAt ,-y
Yaitu memperistri dua perempuan "Bahwa Rasulullah saw. mehrang me-
bersaudara atau memperistri seorang nikahi seorang perempuan untuk dijadikan
perempuan dengan 'ammahnya fbibi dari madu bagi'ammahnya atau menikahi seorang
jalur ayah) atau dengan khaalahnya (bibi Perempuan untuk dijadikan madu bagi istrinya
dari jalur ibu) atau memperistri seorang
perempuan dengan anak perempuan
saudara laki-lakinya atau dengan anak
perempuan saudara perempuannya.
yang merupakan anak perempuan saudara biasanya di antara para madu muncul
lakilakinya (keponakan si perempuan). Atau
menikahi seorang PeremPuan untuk dijadikan perasaan saling tidak suka antara yang
madu bagi khaalahnya atau menikahi seorang satu terhadap yang lain.
perempuan untuk dijadikan madu bagi anak
perempuan saudara Perempuannya (intinya Penghraman ini tidak mencakup apa
yang telah lalu sebelum diturunkannya
adalah tidak boleh mengumpulkan di dalam
perkawinan antara keponakan dan bibi atau penghraman ini. fadi hal-hal ini yang telah
terjadi pada masa lalu sebelum turunnya
sebaliknya antara bibi dan keponakan). Begitu
juga tidak boleh menikahi seorang peremPuan larangan ini, maka tidak akan ada
untuk dijadikan madu bagi kakanya atau hukuman atau permintaan pertanggung
sebaliknya tidak boleh menikahi seorang
perempuan untuk dijadikan madu bagi jawaban.
adiknya (intinya tidak boleh mengumpulkan
di dalam perkawinan antara dua perempuan Sesungguhnya, Allah SWT Maha
kakakberadik)." Pengampun lagi Maha Penyayang, Allah
SWT mengampuni dosa amal-amal jelek
Hadits-hadits ini mengkhususkan
kalian yang telah lalu, mengampuni
atau membatasi keumuman ayat, dosa-dosa kalian dengan melakukan
"Dan dihalalkan bagi kamu selain yang pertobatan dan kembali kepada-
demikian." (an-Nisaa' : 24)
Nya. Allah SWT mengasihani kalian
Hal ini dikuatkan oleh hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu dengan mensyariatkan hukum-hukum
Dawud dan Ibnu Majah tentang Fairuz ad- perkawinan yang menjamin kebaikan dan
Dailami bahwa ia masuk Islam dan ketika
kemaslahatan bagi kalian serta semakin
itu ia memiliki dua istri yang keduanya
adalah bersaudara, lalu Rasulullah saw. kuatnya ikatan di antara kalian.
berkata kepadanya, "Ceraikanlah salah
Flqlh Kehldupan atau Hukum-Hukum
satunya."
Di dalam tafsir dan penjelasan ayat-ayat
Rasulullah saw di dalam hadits yang ini, telah banyak hukum-hukum syariat yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan yang disinggung dan dijelaskan. Selanjutnya, di
lainnya menjelaskan, sini saya akan meringkasnya disertai dengan
menyinggung hukum-hukum yang lainnya.
&;;i {tur.t {u;ttt;.lt
Ayat, {rjl,tu {;} [ayat dua puluh dua)
"Karena jika kalian melakukan hal
mengisyaratkan diharamkannya menikahi
itu, maka berarti kalian akan memutuskan
istri ayah (ibu tiri) atau istri kakek, kecuali
hubungan tali kekerabatan kalian."
apa yang telah lalu. Istitsnaa' di sini adalah
Maksudnya, diharamkannya me-
munqathi',jadi maksudnya adalah, akan tetapi
ngumpulkan di dalam perkawinan apa yang telah lalu, maka jauhi dan tinggalkan,
antara dua perempuan bersaudara atau dan tidak ada dosa atas yang telah lalu itu.
antara seorang wanita dengan kerabat
Karena perilaku seperti itu, seperti yang
perempuannya adalah dikarenakan
dijelaskan oleh ayat, 4V ;c't ,r;'t *av irs iil!
adalah perbuatan yang sangat keji dan buruk.
Oleh karena itu, orang Arab menyebutnya
"nikaahul maqti." [pernikahan yang dibenci),
yaitu seorang laki-laki menikahi istri ayahnya
ketika diceraikan atau ditinggal mati. Anak
yang dihasilkan dari pernikahan ini disebut, an yang diharamkan yaitu zina. Di antara
penggunaan kata an-Nikaah yang berarti al-
"al-Meqti." Kata al-Maqfu artinya adalah benci
yang sangat. Wath'u adalah,
Para ulama berbeda pendapat seputar "Kemudian jika si suami mentalaknya
hukum seorang wanita yang dizinai oleh
seorang ayah, apakah wanita tersebut Haram (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan
dinikahi oleh anaknya seperti Haramnya si anak suami yang lain. " (al-Baqarah: 230)
menikahi istrinya? Ataukah tidak Haram, yang "Laki-laki yang berzina tidak mengawini
berarti persetubuhan yang Haram tersebut
(maksudnya menyetubuhi) melainkan perempuan
tidak sampai menyebabkan diharamkannya
yang berzin*, atau peretnpuan yang musyrik."
si anak menikahi wanita yang disetubuhi oleh (an-Nuur:3)
ayahnya secara Haram tersebut seperti yang Karena jika seandainya kata an-Nikaah
dimunculkan oleh persetubuhan yang halal? di dalam ayat tiga surah an-Nuur ini yang
Para ulama juga berbeda pendapat tentang
konsekuensi hukum yang ditimbulkan oleh dimaksud adalah al-Aqdu, maka tentunya ayat
perzinaan seorang suami dengan ibu mertua, ini bohong dan tidak sesuai dengan kenyataan.
apakah si istri menjadi Haram baginya ataukah fuga seperti ayat,
tidak? "Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka
cukup umur untuk kawin." (an-Nisaa': 6)
Madzhab Hanafi, al-Auza'i, ats-Tsauri
dan Imam Malik menurut riwayat Ibnu al- fuga seperti hadits dha'iif berikut,
Qasim darinya memilih yang pertama, yaitu
.i,.& r,€,
Haram bagi si anak menikahi seorang wanita
yang telah dizinai oleh ayah si anak tersebut. "Orang yang menikahi tangan (malcsudnya
Begitu juga, seorang istri menjadi Haram bagi masturbasi) adalah orang yang dilaknati."
suaminya yang telah melakukan perzinaan
Sedangkan orang yang berpendapat
dengan ibu mertuanya, Sedangkan Imam
bahwa kata an-Nikaah di dalam ayat ini yang
Syafi'i, al-Laits dan Imam Malik menurut dimaksud adalah al-Aqdu, maka persetubuhan
Haram (zina) dalam masalah ini tidak memiliki
pendapat yang diriwayatkan al-Muwaththa' konsekuensi hukum seperti persetubuhan
yang halal. Di antara bentuk penggunaan kata
darinya berpendapat sebaliknya. Dan ini an-Nikaah yang berarti al-Aqdu adalah,
adalah yang kuat menurtut madzhab Maliki. "Hai orang- orang y ang b eriman, ap abila kamu
menikahi perempuan-perempuan yang beriman,
Sebab munculnya perbedaan ini adalah kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
m e n c am p u r i ny a. " (al- Ahzaab z 49)
adanya unsur al-lsytiraok yang terkandung di
dalam kata an-Nikaah, atau dengan kata lain "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian
kata an-Nikaah mengandung kemungkinan di antara kamu." (an-Nuur: 23)
arti lebih dari satu. An-Nikaah bisa digunakan
untuk penyebutan al-Wath'u [menyetubuhiJ "mAka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
bisa digunakan untuk al-Aqdu [akan nikah),
Barangsiapa yang melihat bahwa kata an- kamu senangi." (an-Nisaa': j)
Nikaah di dalam ayat ini yang dimaksudkan
adalah al-Wath'u, maka seorang wanita
yang disetubuhi menjadi mahram [Haram
dinikahi) walaupun itu adalah persetubuh-
Di antaranya lagi adalah sabda Rasulullah namun belum sampai menyetubuhinya
saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
(al-Wath'u), maka putrinya boleh dinikahi
"Menikah adalah termasuk sunnahku, setelah ibunya diceraikan. Dari sini kita bisa
maka Barangsiapa yang tidak melaksanakan
mengambil kesimpulan bahwa terjadinya al-
sunnahku, maka ia tidak termasuk umatku,"
Wath'u menjadi 'ilat atau sebab munculnya
Di antaranya lagi adalah hadits shahih, konsekuensi hukum Haram menikahi. fadi
j,/ (> bagaimana pun bentukal-Wath'u itu, baikyang
)L ,Ai ,Ki,(- _ e- ui
halal maupun Haram, maka sudah selayaknya
,\ -
memunculkan konsekuensi hukum Haram
"Aku berasal" dari hasil nikah bitkan berasal
menikahi.
dari hasil as-Sifaah (perzinaan)."
Sedangkan madzhab Syafi'i mengatakan
Lalu mana yang benar dan kuat, apakah bahwa meskipun kata an-Nikaah dengan arti
al-Aqdu adalah bentuk maiaz, namun hal ini
kata an-Nfkaah di dalam ayat ini diartikan
al-Wath'u atau al-Aqdu? Madzhab Hanafi adalah penggunaan yang sudah masyhu4,
sehingga berubah menjadi penggunaan
berpendapat bahwa yang benar adalah bahwa secara hakikat. Setiap ada penyebutan kata
yang dimaksud kata an-Nikaah di dalam ayat
an-Nikaah secara mutlah maka secara
ini adalah al-Wath'u. Karena kata an-Nikaqh
secara hakikat maknanya adalah al-Wath'u langsung yang dipahami adalah al-Aqdu.
sedangkan kata an-Nikaah dengan maksud
al-Aqdu adalah majaz, dan memahaminya Hal ini seperti yang terjadi pada kata al-
menurut arti hakikat lebih utama, kecuali jika
ada dalil yang mengisyaratkan bahwa yang Aqiiqah, pada awalnya kata ini adalah sebutan
dimaksud adalah arti majaz. fika memang untuk rambut bayi, kemudian selanjutnya di
yang dimaksud kata an-Nikaah di sini adalah gunakan sebagai sebutan untuk kambing yang
al-Wath'u, maka tidak ada perbedaan antara dipotong ketika mencukur rambut si bayi,
sehingga penggunaan ini menjadi masyhur
al-Wath'u yang halal dan al-Wath'u yang
Haram. Dalam masalah ini, al-Wath'u lebih dan akhirnya menjadi arti hakikatnya. Setiap
disebut kata al-Aqiiqah secara mutlah maka
kuat di dalam memunculkan konsekuensi
pemahaman langsung tertuju pada arti
hukum Haram menikahi dari pada al-Aqdu.
Karena kita tidak menemukan al-Wath'u yang kambing yang disembelih ketika mencukur
rambut bayi. Begitu juga di dalam penjelasan
mubah atau boleh kecuali menjadi penyebab tentang para wanita yang diharamkan untuk
tetapnya hukum Haram menikahi. Seperti al-
dinikahi ini, Allah SWT menyebutkan beberapa
Wath'u terhadap sahaya perempuan dan nikah
penjelasan yang mengisyaratkan az-Zauiiyyah
syubhat. Sedangkan kita menemukan kalau
(adanya ikatan pernikahan yang sah), seperti,
yang terjadi hanya al-Aqdu saja, maka tidak
menimbulkan konsekuensi hukum Haram $€:di l.ytV "dan para istri anak-anakkalian,"
menikahi, seperti dalam kasus menikahi
seorang janda yang memiliki anak perempuan. dan, {;*r J,\i:\Y "dan para ibu istri-istri
fika seseorang menikahi si janda tersebut, kalian." Kemudian bagaimana perzinaan bisa
dijadikan sebagai sebab terjadinya mahram
[hukum keharaman menikahi), padahal
zina adalah perbuatan yang sangat keji
dan sangat dibenci? Kemudian di samping
itu, ikatan nasab juga tidak terjadi karena
perzinaan. Maka begitu juga halnya hukum
Haram menikahi dalam masalah ini, tidak bisa
TAFSIRAL-MUNIRIILID 2
muncul dari sebuah perzinaan. Dan ini adalah Haram untuk dinikahi oleh laki-laki yang
pendapat yang kuat.
dari benihnya anak perempuan tersebut
Ayat, (ffiik i ly uiy(ayat dua putuh tiga)
terciptakan. Begitu juga anak perempuan dari
menjelaskan tentang keharaman menikahi
tujuh perempuan karena ikatan nasab, yaitu, hasil perzinaan tidak memiliki kehurmahan
ibu dan juga nenek begitu seterusnya ke seperti anak perempuan dari hasil pernikahan
atas, anak perempuan dan begitu juga cucu yang sah. Karena syariat tidak memberikan
perempuan dan seterusnya ke bawah, saudara
hukum al-Bintiyyah (sebagai anak perempuan
perempuan, 'ammah [bibi dari jalur ayah), asli yang sah), syariat tidak memberikan hak
khaalah (bibi dari jalur ibu), anak perempuan waris kepadanya, tidak memperbolehkan si
saudara laki-laki dan anak perempuan saudara ayah bersendiri dengannya, tidak memberikan
perempuan (keponakan perempuan). kepada si ayah hakperwalian atasnya dan tidak
boleh bagi si ayah meminta agar anaknya dari
Penghraman menikahi Al-Ummu di dalam hasil perzinaan tersebut diberikan kepadanya,
ayat ini juga mencakup nenek, karena kata A1- berdasarkan hadits,
Ummu dengan arti ibu kandung adalah arti .;;.At 4UJJ) j,,tfl $)l
secara hakikat sedangkan dengan arti nenek
"Hak terhadap oro* aiUriifon frpodo pemilik
adalah secara majaz. Tercakupnya nenek ke al-Firaasy (istri), sedangkan orang yang berzina
tidak memiliki hak apa-apa terhadap anak (yang
dalam kandungan hukum ini termasuk hukum
yang disepakati secara ijma'. Sebagian ulama dihasilkan dari p erzinaan). "
mengatakan bahwa nenek memang tercakup Sebagian ulama kontemporer dalam
ke dalam hukum ayat ini karena kataAl-Ilmmu masalah ini menguatkan pendapat Imam
digunakan untuk sebutan ibu kandung dan
juga nenek, sebagai bentuk al-Musytarak al- Abu Hanifah dengan mengiaskannya dengan
hukum anak laki-laki hasil perzinaan, yaitu
Ma'nawi. Haram bagi anak laki-laki dari hasil perzinaan
Lalu bagaimana dengan anak perempuan menikahi wanita yang melahirkannya,
karena ia tercipta dari wanita tersebut.
hasil perzinaan, apakah termasuk ke dalam
kandungan maksud ayat, {l(Jti}}? Imam Abu Sedangkan sebagian yang lain menguatkan
pendapat madzhab Maliki dan Syafi'i, agar
Hanifah mengatakan bahwa anak perempuan
zina tidak menjadi seperti kekerabatan,
dari hasil perzinaan termasuk ke dalam
cakupan maksud ayat ini dan ia memiliki mushaaharah dan persusuan. Kaidah syariat
menetapkan bahwa an-Niqmah (perbuatan
kedudukan seperti anak perempuan hasil yang menyebabkan hukuman) bukanlah jalan
kepada mendapatkan nikmat.
pernikahan yang sah. Karena anak perempuan
Ayat 23 ini juga menjelaskan tentang
dari hasil perzinaan juga tercipta dari air
spermanya dan ia juga bagian dari dirinya. enam perempuan yang diharamkan untuk
dinikahi bukan karena ikatan nasab, mereka
Oleh karena itu, juga Haram untuk ia nikahi.
adalah, ibu susuan, saudara perempuan
Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah memandang
sesusuan juga ushuul dan furuu' ibu susuan
kepada arti hakikatnya.
[ibunya ibu susuan dan seterusnya ke atas dan
Sedangkan Imam Syafi'i mengatakan cucu perempuan ibu susuan dan seterusnya
sebaliknya, anak perempuan dari hasil
perzinaan tidak masuk ke dalam cakupan
maksud kandungan ayat ini. Oleh karena itu,
anak perempuan dari hasil perzinaan tidak
ke bawah), ibunya istri [ibu mertua), anak tiri anak perempuan si janda tersebut (anak
perempuan tirinya) Haram ia nikahi. ]adi,
perempuan yang ibunya telah disetubuhi, istri ibunya istri [ibu mertua) Haram ia nikahi
anak (menantu perempuan), mengumpulkan secara mutlak, baik ia sudah menyetubuhi
di dalam perkawinan dua perempuan yang si istri maupun belum. Adapun ar-Rabiibah
bersaudara begitu juga antara perempuan [anak tiri), maka tidak Haram ia nikahi jika
dengan 'ammahnya dan antara perempuan
yang terjadi hanya baru sebatas akad nikah
dengan khaalahnya, anak perempuan saudara
belum sampai menyetubuhinya. fadi jika
laki-laki dan anak perempuan saudara ia menceraikan si ibu sebelum ia setubuhi,
perempuan [keponakan perempuan). maka ia boleh menikahi anak perempuannya.
Adapun istri anak angkat, maka Islam Ayat, {Fr#| €# U;y menuniukkan
memperbolehkan untuk menikahinya, bahwa Haramnya menikahi Al-Ummu bersifat
berbeda dengan kebiasaan bangsa Arab pada umum tidak ada pengecualian sama sekali, hal
masa jahiliah. Rasulullah saw. sendiri menikahi
yang sama juga berlaku bagi anak perempuan,
Zainab binti fahsy yang sebelumnya menjadi
saudara perempuan dan perempuan-
istri Zaid bin Haritsah yang pernah beliau
perempuan lainnya yang Haram dinikahi.
angkat menjadi anah karena mengamalkan
Hukum Haram ini bersifat permanen dan
perintah ayat,
selamanya.
"Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
Apa yang diharamkan karena ikatan
keperluan terhadap istrinya (menceraikannya),
nasab juga berlaku untuk ikatan persusuan.
Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada
keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) Rasulullah saw bersabda,
istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-
anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya .;1 rV'l ifi:- ,(J?'\'*) i',=-,-v,l.J:'*\
darip ada istr iny a." (al-Ahzaab: 37) )
'Apa yang Haram karena ikatan nasab juga
Dan ayat, b erlaku p ada ikatan ar- Ra dh a a' ah."
"Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) Boleh bagi seorang wanita pergi haji
dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka;
itulah yanglebih adilpada sisi Allah." (al-Ahzaab: dengan ditemani oleh saudara laki-laki
s) sesusuannya seperti yang dinyatakan secara
jelas oleh Imam Malik.
Para ulama mengambil dari ayat, "dan Para ulama sepakat bahwa perempuan
ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang diakad oleh ayah, Haram dinikahi oleh
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang anah begitu juga sebaliknya, perempuan
yang diakadkan oleh anah Haram dinikahi
telah kamu campuri," sebuah kaidah syariat,
oleh ayah, baik di dalam pernikahan tersebut
o9!!1c,Qt pl Jr*-ilt; ,.rt6,!t .rlr 3l .rLJl ule .r.;,,Jl) yang terjadi persetubuhan maupun tidak. Hal ini
artinya adalah, menikahi anak perempuan berdasarkan ayat,
(meskipun belum menyetubuhinya) "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita
menjadikan ibu si anak perempuan y an g t elah dikaw ini oleh ay ahmu. " (an-Nisaa' : 22)
tersebut (ibu mertua) menjadi Haram ia
nikahi. Menikahi seorang wanita janda dan "(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
kandungmu (menantu)." (an-Nisaa' : 23)
sudah menyetubuhinya, menjadi sebab
rRAL-MUNTR lrLtD 2
fadi, jika salah satunya [ayah atau anak) zina dalam masalah ini tidak memunculkan
melakukan akad pernikahan yang faasid konsekuensi hukum apa-apa, karena Allah
[rusak, tidak sah) dengan seorang perempuan, SWT berfirman, {;3r:r ,i6l ;} "dan ibu-ibu
maka Haram bagi salah satu yang lainnya
istri-istri kalien," perempuan yang dizinahi
untuk menikahi si perempuan, sama seperti seseorang, bukanlah ibu istrinya dan anak
jika akad nikah tersebut adalah akad nikah
yang sah. Karena akad nikah faasid, jika perempuannya bukan pula anak tirinya. Imam
bentuk kefaasidannya tersebut memang Daaruquthni meriwayatkan dari sayyidah
disepakati, maka akad nikah tersebut sama Aisyah r.a., ia berkata, "Rasulullah saw. ditanya
sekali tidak memunculkan konsekuensi tentang seorang laki-laki yang melakukan
hukum apa-apa, keberadaannya sama seperti perzinaan dengan seorang perempuan, lalu
tidak ada. Namun jika masih diperselisihkan,
laki-laki tersebut ingin menikahinya atau
maka kedudukannya sama dengan akad nikah
yang sah, karena adanya kemungkinan akad ingin menikahi putrinya, lalu beliau berkata,
nikah tersebut adalah akad nikah yang sah, "Yang Haram tidak bisa mengharamkan yang
sehingga masuk ke dalam kemutlakan kata an- halal, akan tetapi yang bisa mengharamkan
untuk dinikahi adalah yang terjadi karena
Nikaah. Dalam masalah yang berkaitan dengan pernikahan yang sah."
al-Furuuj (kemaluan wanita), maka jika ada Adapun hubungan liwaath, Imam Malih
pertentangan di dalamnya antara at-Tahliil Syafi'i dan Hanafi berpendapat hubungan
dan at-Tahriim, maka dimenangkan yang at- liwaath tidak bisa menjadi sebab keharaman
Tahriim.lbnul Mundzir berkata, "Para ulama dinikahi. Para ulama sepakat bahwa jika
yang diperhitungkan sepakat bahwa jika seorang suami menceraikan istrinya dengan
ada seorang laki-laki menyetubuhi seorang talak raj'i (masih boleh merujuknya kembali),
perempuan dengan pernikahan faasid, maka maka ia tidak boleh menikahi saudara
perempuan tersebut Haram dinikahi oleh ayah,
perempuan istri yang ia talak tersebut atau
kakek, anak dan cucu si laki-laki tersebut.
menikahi empat wanita lainnya sebelum masa
Sedangkan al-Wath'u (persetubuhan)
'iddah si istri tersebut habis. Namun para
yang diharamkan [zina), maka dalam masalah
ulama berbeda pendapat jika talak tersebut
ini menurut madzhab Hanafi memiliki
adalah baa'in [talak yang tidak boleh merujuk
konsekuensi hukum yang sama dengan a1-
kembali). Madzhab Hanafi dan Hanbali
Wath'u yang halal. fadi ibu si wanita yang
dizinai dan anak perempuan si wanita yang berpendapat, ia tidak boleh menikahi saudara
dizinai Haram dinikahi oleh si laki-laki yang perempuan si istri tersebut atau menikahi
menzinai. Hal ini berdasarkan kisah furaij empat perempuan lainnya sebelum masa
dan perkataannya kepada si bayi, "Wahai 'iddah si istri habis. Sedangkan madzhab Maliki
dan Syafi'i berpendapat sebaliknya, yaitu
anak kecil, siapakah ayahmu?" Si bayi berkata,
boleh baginya menikahi saudara perempuan si
"Fulan si penggembala kambing." Hal ini istri atau menikahi empat perempuan lainnya,
menunjukkan bahwa zina dalam hal ini
meskipun masa'iddah si istri belum habis.
memunculkan konsekuensi hukum yang sama
fika ada seorang Muslim menikahi dua
dengan persetubuhan yang halal. perempuan bersaudara dalam satu akad
Sedangkan madzhab Maliki dan Syafi'i nikah, maka menurut madzhab Hanafi nikah
memiliki pendapat sebaliknya, yaitu bahwa
tersebut batal dan tidak sah. Sedangkan
menurut madzhab Maliki dan Syafi'i, ia
diminta untuk memilih salah satunya, baik ia dua perempuan bersaudara. Coba kalian
menggabungkan keduanya dalam satu akad
perhatikan ayat, "Dan janganlah kamu kawini
nikah maupun dalam dua akad nikah.
wanita-wanita yang telah dikawini oleh
Adapun memperistri dua perempuan
ayahmu, terkecuali pada masa yang telah
bersaudara yang dilakukan pada masa jahiliah,
lampau," dan ayat "den menghimpunkan
maka nikah tersebut adalah sah, kemudian
jika si suami masuk Islam, maka ia diminta (dalam perkawinan) dua perempuan yang
memilih salah satunya. bersaudara, kecuali yang telah teriadi pada
Intinya, Hisyam bin Abdullah bin masa lampau." Di dalam kedua ayat ini,
Muhammad bin Hasan berkata, "Orang- disebutkan, "kecuali yang telah teriadi
pada masa lempau," sedangkan di dalam
orang pada masa jahiliah mengetahui para
wanita yang diharamkan untuk dinikahi ini penjelasan tentang para wanita yang Haram
yang disebutkan di dalam ayat ini kecuali dinikahi selain kedua perempuan ini tidak
hanya dua, yaitu, istri ayah dan memperistri disebutkan, "kecuali yang telah teriadi pada
masa lampau."
,Si,