The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 326 s.d. 809

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Pahoa, 2022-08-03 01:59:43

Antologi 1001 Puisi Part 2

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 326 s.d. 809

Keywords: Puisi

PEMBIMBINGKU

Callista Jannida Khairunnisa
Mendidik dan membagi ilmu,
Dengan semangat dan cintanya,
Lewat sikap yang jadi keteladanan,
Sosok pendidik yang pembimbingku.
Aku bisa merangkai kata berkatnya, 
Tak putus asa tanamkan keyakinan, 
Kami bisa meraih apa pun cita-cita,
Bila tekun dan penuh kesungguhan.
Guru, pribadi yang digugu dan ditiru,
Pemberi nilai kehidupan dari dirinya,
Bagi para murid, generasi penerusnya,
Pembimbing utama berpengetahuan.

801

MENCETAK GENERASI MUDA

Carenia Esthi Samarilo Simanjuntak
Pelita yang hadir dengan cahaya,
Sebagai penerang kegelapan bangsa,
Membuka pengetahuan jendela dunia,
Guru, tanganmu mencetak generasi muda.
Mengajari kami dengan suka cita,
Mengantar kami meraih mimpi,
Demi kemajuan anak bangsa,
Jadi manusia yang berguna.

802

MENGABDI

Evan Akbar Hadinata
Pahlawan yang mengabdi,
Untuk bangsa dan negara,
Untuk ilmu pengetahuan,
Untuk membekali kami.
Ia tidak mencari nama,
Guru tak bermegah diri,
Hidupnya pun sederhana,
Namun kaya akan wacana.
Ia mendidik kawula muda,
Sabar akan kenakalan kami,
Jasanya akan selalu dihargai,
Terima kasih kepada para guru.

803

KE MANA RUMAH KITA

Gita Rahmadhani
Kerindangannya hilang sekejap mata,
Mereka membutakan hati nuraninya,
Hijau telah terkubur oleh ketamakan,
Akibatnya datang bencana melanda. 
Tangisan dan teriakan dalam bisu, 
Seolah teredam kengerian yang pilu,
Mereka ingin sekali menghapus waktu,
Tiada celah untuk meminta dan berkata.
Raga dan keluarganya berguguran,
Rumah bernaung telah hilang sirna,
Petaka terjadi pada makhluk hidup,
Alam mencatatnya, tak akan terlupa.

804

RIMBA RUAH

Indah Wahyuningsih
Jarimu tak mampu menghitungku,
Aku pun hilang dalam hitungan jari,
Jari yang seharusnya mau merawatku,
Jari yang mampu bertemankan mentari.
Hambar jika diriku tak bisa mengadu,
Membiarkan kalian membelenggu,
Sedangkan aku selalu menunggu,
Dengan keadaan diam membisu.
Aku memang tak berpuan,
Bukan berarti kalian tuan,
Buas pada keuntungan,
Tak peduli keadaanku.
Rimba ini, biarlah merimba ruah,
Sebagai tempat perlindungan,
Wahana menghapus gelisah,
Dari mereka pembuat susah.

805

HATI MURNI

Muhammad Fatih Iswahyudi
Kehadiranmu bermakna bagiku,
Sinar mentari di setiap pagi hari,
Penerang diri dengan cahaya ilmu,
Begitu sabarnya engkau mengajariku.
Murni hatimu saat mendampingiku,
Niatmu tulus dan mulia mendidikku, 
Terima kasih telah memberi waktumu,
Menjadikanku pemilik untuk masa depan.

806

MEMORI RAK BUKU

Najwa Rizqi Farah Dilla
Perhatianku terpaku pada sebuah rak, 
Tempat banyaknya buku tersusun rapi,
Bagai disapa, dikembalikannya memori,
Pada seseorang yang pernah sangat dekat.
Ingat akan ketulusan dan kebaikannya,
Nuansa anggun terpancar dari dirinya,
Ia mendidik dengan kehangatan hati,
Tanpa letih menjalankan kewajiban.
Terima kasihku tak pernah berhenti,
Kutersadar dari lamunanku sejenak,
Berbisik kepada rangkaian buku,
Aku merindukanmu, para guru.

807

KEMBALI RIMBUN

Nelly Cantika Apriliani
Saat mentari pagi terbit,
Sejuknya udara masih ada,
Burung-burung berkicauan,
Di pohon yang berdaun rimbun.
Kini banyak pohon hilang,
Didirikan gedung menjulang,
Nuansa hijau diganti kaca silau,
Polusi udara semakin menebal.
Ayo kawan, kita tanam pohon,
Rawatlah pohon kembali rimbun,
Udara menjadi bersih menyehatkan,
Menjadi tanggung jawab kita semua.

808

MURAM

Rahma Aulia
Di kala sinar surya menyengat, 
Tubuhmu tetap berdiri tegap,
Tinggi menjulang menantang, 
Menahan badai yang menerjang.
Keberadaanmu mengandung manfaat,
Meski sering tidak disambut hormat, 
Engkau persinggahan yang hangat,
Bagi tiap insan di tempat mereka.
Lambat laun daunmu gugur,
Dirimu lesu dan bermuram,
Dahanmu bagai kelelahan,
Tak dipedulikan manusia.

809




Click to View FlipBook Version