PUISI SISWA SMP STELLA
MARIS GADING SERPONG
-TANGERANG
601
MADAH CINTA UNTUK GURU
Airani Yuki Putri
Kulihat dari jendela kelas,
Bias surya hangatkan pagi,
Kusibakkan tirai pikiranku,
Terima cahaya dari guruku.
Kaubimbing langkahku maju,
Perkataanmu mata air kehidupan,
Menyemai cinta memupuk talenta,
Mampukanku taklukkan kesulitan.
Guru, pahlawan sepanjang zaman,
Butir peluhmu antarku raih bintang,
Kuukir raut wajahmu menjadi prasasti,
Tak pudar oleh musim dan amuk badai.
602
KANKER DUNIA
Jocelyn Annabelle
Hijau dan rimbun hutan negeri,
Membentang bak zamrud khatulistiwa,
Indah bagai kepingan surga di arcapada,
Menjadi paru-paru dunia sejak dulu kala.
Mengapa kicau burung tak lagi riuh rendah,
Mengapa hutanku menjadi lesu dan murung,
Desing mesin pemotong kayu gunduli gunung,
Jeritan orang hutan, tangisan gajah dan jerapah.
Tak lagi kucium bau lembah humus,
Di mana aneka satwa dan raja hutan berada,
Hanya ada bau kayu hitam legam dan hangus,
Hanya kumpulan manusia serakah dan pongah.
Negeriku terancam ganasnya kanker paru-paru,
Gunung dan lembah jadi genangan luas air mata,
Menjadi ancaman kehidupan seluruh makhluknya,
Bergegaslah memperbaiki sebelum semua terlambat.
603
IBU KEHIDUPAN
Laurentia Raelyn Laksmono
Kera dan monyet tak lagi bermain,
Saat rumah mereka rebah diratakan,
Anak dan induk gajah jalan tak berarah,
Untuk mencari makan dan perlindungan.
Bila hutan dimangsa insan yang tamak,
Bila gunung–gunung hilang keteduhan,
Ke mana hewan dan manusia bersandar,
Ke mana bayi kecil bisa bernapas nyaman.
Banjir melanda jadi bencana tahunan,
Longsor menerjang rumah dan taman,
Tak ada hutan bakau, pantai pun kikis,
Kapan hati nurani mereka bisa kembali .
Mari bergandeng tangan penuh kesadaran,
Berdamai, mencintai alam jadi inti jawaban,
Dari pemerintah hingga segenap lapisannya,
Bersatu tekad mengembalikan ibu kehidupan.
604
PUISI SISWA SMPN 2 SEDAYU,
BANTUL -DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
605
ADIWIDIA
Shofiyyah Nur Aini
Paras yang begitu menawan,
Senyum hangat nan anggun,
Hati lembut dan mengayomi,
Engkaulah pelita dan harapan.
Tangan yang menuntun kami,
Langkah kaki yang amat berarti,
Membawa menuju cita-cita kami,
Untuk kami menemukan jati diri.
Sepercik angan dan harapan,
Sederas samudera dan mimpi,
Setinggi awan dan perjuangan,
Jasa yang penuh pengorbanan.
Lelah, sakit yang tertahan,
Tak lekang dari kepedihan,
Bagai senja bersama impian,
Sungguh jasa yang tak terbayangkan.
606
AYO MENANAM POHON
Maulida Nur Kusumawati
Pepohonan rindang dan subur,
Dihembus angin nan lembut,
Memiliki banyak manfaat,
Bagi makhluk di bumi.
Bumi tak akan indah tanpa pepohonan,
Ia memberi oksigen bagi makhluk hidup,
Menjaga siklus hidrogen bagi alam semesta,
Karena pohon, kita bias bernafas dengan segar.
Ayo, lestarikan budaya menanam pohon,
Sangatlah penting untuk kehidupan semua,
Tanpa pepohonan, kita tak bisa bernafas bebas ,
Ia melindungi kita dari polusi udara yang buruk.
Tanam pohon mulai sekarang, untuk masa depan semua,
Ia dapat mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor,
Jagalah bumi ini dan tanamlah pohon di sekitar kita,
Agar semesta dan isinya dapat hidup dengan layak.
607
BUMI MENANGIS
Nurrizky Ayunda Pasha
Tentang bumi yang telah menua,
Pohon ditumpas paksa tak berdaya,
Penumpuk harta mengabaikan bahaya,
Hanya berpikir untuk kepuasan diri sendiri.
Mengubah bumi yang indah,
Merusak tatanan lingkungan,
Menjadikan porak poranda,
Mendatangkan bencana.
Sungai-sungai tercemar limbah,
Hutan dan rimba banyak dijarah,
Perkebunan dijadikan perumahan,
Tak menyisakan banyak pepohonan.
Itu semua ulah manusia, hanya manusia,
Tega membuat bumi ini menangis pilu,
Jadikanlah bumi tersenyum Kembali,
Agar terlindung setiap generasi.
608
JERITAN BUMI
Elvira Tamara Revalina
Aku memahami hening,
Rona rontanya Nusantara,
Tanpa sejuk dan nyaman,
Kehancuran tanpa terduga.
Tak meminta bumiku hancur,
Ribuan nyawa telah melayang,
Tanpa kata, tanpa frasa dan jeda,
Entah mau diatasi atau tiada daya.
Pekik manusia menahan tangis,
Bumi pun rusak, alam berontak,
Tempat perlindungan kehidupan,
Kikis harapan, jerit tangisnya alam.
609
GURUKU PELITAKU
Karina Cahayani
Di pagi hari penuh semangat,
Udara yang sejuk menyelimuti,
Sayup-sayup kudengar bel sekolah,
Memanggilku yang haus akan ilmu.
Dinding-dinding tersusun rapi,
Tiang-tiang kokoh berdiri tegak,
Banyak kelas di sekolah kami ini,
Tempat kami bertemu dengan ilmu.
Langkah kaki yang kudengar,
Mendekati kelas penuh perjuangan,
Seorang guru tiba di depan pintu kelas,
Tampak cahaya indah ada mengikutinya.
Wahai guruku,
Engkau selalu ada saat kami gundah gulana,
Engkau bersinar di hati penuh dengan jasa,
Bagai pelita di tengah gelap yang menerpa.
610
GURUKU WARNA HIDUPKU
Tsalitsa Saddiyatunnisa
Engkau pahlawanku,
Di dalam duniaku,
Kauberikanku ilmu,
Untuk masa depanku.
Guru, kauberikan warna dalam hidupku,
Terkadang aku membuatmu merasa kesal,
Namun engkau tetap sabar saat membimbingku,
Memberi ilmu yang berguna demi cita-citaku.
Guruku, terima kasihku kepadamu,
Ilmu yang kauberikan di saat ini,
Berguna bagiku di masa depan,
Jadi generasi yang lebih maju.
611
HARAPAN YANG SIRNA
Qorinike Istiqomah
Berabad aku berpijak di sini,
Di bumi tempat kehidupan,
Memberi keindahan alami,
Berikan segala perlindungan.
Tak terasa bumi semakin tua,
Bertahap kerusakan melanda,
Hutan tandus ditebang dibakar,
Laut biru luas bertumpuk sampah.
Hamparan hijau ditutup beton dan aspal,
Apakah ada kesalahanku, wahai manusia?
Keangkuhanmu membuatku pasrah dan marah,
Tiada lagi harapan yang dapat kusimpan untukmu.
612
JAGALAH BUMI
Aulian Virna Amanda
Jangan menebang pohon secara liar,
Lihatlah dampak yang telah dilakukan,
Timbul banjir di berbagai penjuru bumi,
Tanah longsor dan kekeringan melanda bumi.
Sayangilah hutan, biarkan mereka tumbuh,
Agar bumi tenang, tak rusak dan bergejolak,
Agar seisi semesta dapat hidup dengan layak,
Jagalah dan sayangi bumi untuk selama-lamanya.
613
LESTARI ALAMKU
Leoca Yuliana Shepa
Alamku,
Hijaunya tampak asri,
Berjajar dengan rapi,
Membuatku berseri-seri.
Hamparan hijaunya sungguh indah,
Bukti kehadiran Sang Pencipta,
Aku sungguh harus bersyukur,
Bebas menghirup udara segar.
Di dalam setiap pintaku,
Aku ingin selalu akan ada,
Alamku hijau dan berseri,
Paru dunia tak tersakiti.
Aku ingin menjadi bagian,
Menjaga kelestarian alam ini,
Mulai dari diri sendiri lebih dulu,
Merawat dan tak menyakiti alam ini.
614
SIAPA DIA
Muna Fatonah Iskawati
Bak sinar rembulan di cakrawala malam,
Masihkah ingat dengan jalan pulang,
Betapa engkau tak ingin menatap Kembali,
Cobalah kauingat-ingat lagi.
Banyak sekali tersimpan harapan yang sederhana,
Dari dalam relung hati sekalipun dia tak pernah ingin balasan,
Dalam sujud mendoakanmu di setiap sepanjang waktu,
Termangu terbelenggu dalam tangis haru.
Walau gundukan di tengah gurun, tetap ia terjang,
Tak pernah dipikirkan tetap berjalan tanpa henti,
Andaikan seisi bumi dan langit adalah imbalannya,
Mungkin hal itu tak bisa menjadi jaminan.
Pagi berganti tak cukup untuk kata usai,
Di kala malam yang kelam datang mencekam,
Ia kembali datang menjelma sebagai cahaya,
Menerangi tiap sudut yang terhalang,
Debu pasir bukanlah lagi sebuah penghalang.
Memang betul jika tulis tak semudah kata,
Kata tak semudah suara,
Suara tak semudah bicara,
Tapi tak adil jika sebuah pena itu tak bertinta.
Terima kasih tiada hentinya kami ucap,
Para penerang dalam gulita gelap malam,
Pemberi titian haluan masa depan,
Guru kami pelita nusa bangsa.
615
PUISI SISWA SMP MA’ARIF
IMOGIRI -YOGYAKARTA
616
GURUKU MENTARIKU
Ahmad Takdir
Terima kasih telah memberiku ilmu,
Menuntun hingga aku bisa membaca,
Membimbing hingga aku bisa menulis,
Tanpamu aku kini tak mungkin mampu.
Engkau bagaikan cahaya Mentari,
Selalu menerangi di setiap Langkah,
Untuk bekal ke masa depan yang cerah,
Agar harapanku tak padam, selalu terjaga.
Guru, engkau juga memberi peluang,
Agar kami bertumbuh dan berkembang,
Memberi waktu dan ilmu yang kuperlu,
Agar lancar perjalananku yang berjenjang.
Guru, engkau putra bangsa tanpa tanda jasa,
Pelita di dalam lorong yang harus kulewati,
Aku sangat berterima kasih akan kebaikanmu,
Selalu setia dalam pengabdian dan keteladanan.
617
KETIKA HAMPIR MENYERAH
Aziz Exel Febrians
Oh guru, terima kasihku,
Ilmu yang kau berikan,
Amat berguna bagiku,
Tak akan kulupakan.
Engkau tunjukkan aku arah,
Ketika jalannya berliku,
Dan aku hampir menyerah,
Di dalam tahap kehidupan.
Guru telah memberi ilmu,
Membimbingku tanpa Lelah,
Walau pun tugasmu berlimpah,
Engkau tak kenal kata menyerah.
Tanpa kehadiran dirimu,
Dunia pasti gelap hampa,
Penuh sampah kebodohan,
Hidup akan menjadi susah.
618
PUISI SISWA SMPN 1
PIYUNGAN, BANTUL-DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
619
CINTA KASIH UNTUK GURU
Carissa Sovi Damasvari
Gelapnya dunia tanpa pendidikan sangat nyata,
Kebodohan kemiskinan akhlak di mana-mana,
Dengan hadirmu, dunia tersenyum ceria lagi,
Engkau sinari kami dengan ilmu pengetahuan.
Pendidikan menyelamatkan bangsa dan dunia,
Bagai rembulan menerangi gelapnya semesta,
Bagai pelangi yang beraneka warnanya,
Tanpamu, kebodohan terlihat nyata.
Kauajarkan semua hal yang berguna,
Membimbing kami tanpa putus asa,
Kasih tulusmu meneduhkan jiwaku,
Engkau menjadi teladan bagi semua.
Pengorbananmu luar biasa,
Tak ada kata setara untuk jasamu,
Hanya untaian doa dan terima kasih,
Benar, engkau pahlawan tanpa tanda jasa.
620
GURUKU TIADA DUANYA
Tina Dede Barokhah
Rindu membuai sesosok rupa,
Ia yang pernah hadir di sana,
Gelora hari di kurun waktu,
Awal jumpa jati diri ilmu.
Ia yang tak kulupa, generasi ke generasi,
Membuka jalan menuju kesuksesan,
Dengan tekad bulat perjuanganmu,
Tak kenal lelah, dan menyerah.
Terkadang rasa pahit menerpa,
Dengan sigapnya engkau tebas,
Pesanmu itu akan selalu kuingat,
Untuk bekal menuju masa depan.
Perlahan aku menyadari,
Arti menimba ilmu darimu,
Di tengah pandemi mewabah,
Guruku sayang, engkau tiada dua.
Tak akan kusia-siakan ajaranmu,
Tak ‘kan kusia-siakan tetes air mata,
Akan kubuat engkau bangga padaku,
Engkau menjadi bagian dari perjuanganku.
621
EMBUSAN ILMU
Sakti Zulfikar Sandy
Kala pandemi melanda dunia,
Membatasi ruang gerak manusia,
Keakraban dan riang canda tawa,
Tak ada lagi bersanding dengan kita.
Semua tak boleh berhenti,
Masa muda sangat berarti,
Harus terus mengenal dunia,
Menuntut ilmu di usia muda.
Para guru pantang menyerah,
Membimbingku bersekolah,
Kesabaran yang luar biasa,
Mengajar tanpa atap muka.
Meski tak kujabat tanganmu,
Aku yakin akan ketulusanmu,
Saat kaucurahkan seluruh ilmu,
Jasamu tak akan aku lupakan.
Embusan ilmu darimu tak terbalaskan,
Tetap bersemangat diri dan membara,
Mencari bekal menggapai cita-cita,
Agar jadi anak bangsa berguna.
622
PERJUANGANMU GURU
Zaskia Nadhifa
Kokok ayam bersahutan,
Dini hari engkau telah bangun,
Lalu pergi ke tempat mengajar,
Untuk menemui murid-muridmu.
Tak peduli berbagai rintangan,
Kaulewati tanpa keputusasaan,
Senyum ramah terulas di wajah,
Lembut suaramu di saat bertutur.
Engkau mengajar penuh kesabaran,
Meski lelah engkau tak mau menyerah,
Jadi cahaya saat membagikan ilmu,
Jadi pedomanku di setiap nasihatmu.
Terima kasih guru, maafkan bila ada kenakalan,
Engkau mengerti setiap tingkah dan masalahku,
Yang kerapkali terjadi di suatu masa berkabut,
Engkau semangatiku arungi samudra hidupku.
623
PUISI UNTUK GURUKU
Dhity Rizqi Azzalea Putri
Kutulis puisi untuk guruku,
Aneka aksara di hati dan jiwa,
Menganyam kata dan setiap bait,
Persembahan sahaja bagimu, guru.
Engkau tembus kabut pagi,
Menemui anak-anak negeri,
Kaulukis kertas kosong kami,
Dengan mimpi yang amat indah.
Aksara dan angka kauajarkan,
Kami berpelukan pada angan,
Engkau memberikan dorongan,
Di titian perjalanan kami.
Keringatmu kausatukan bersama hujan,
Keluh kausembunyikan di balik senyum,
Pengorbananmu tak dapat tergantikan,
Terima kasih kuucapkan kepadamu.
624
RESTU GURU
Nashwa Amelia Tasnim
Sosokmu hadir bagaikan fajar,
Di tengah pandemi yang mekar,
Tetap mengajar walau pun sukar,
Bagaikan burung di dalam sangkar.
Tanggung jawabmu sungguh berat,
Membagi ilmu tak dapat bertatap,
Namun tetap bergerak semangat,
‘Tuk mencipta generasi cakap.
Karenamu kutahu aritmetika,
Karenamu kutahu indah Bahasa,
Karenamu kutahu letak mitokondria,
Karenamu kutahu adab dan tata krama.
Tidak kuragu menyebutmu,
Pahlawan di dalam hidupku,
Engkau melepas rasa dahagaku,
Di mata airnya berbagai ilmu.
625
PUISI SISWA SMPN 2 PANDAK,
BANTUL-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
626
KURINDU HUTANKU
Najeha Intan Nur Ainni
Terasa sesak dadaku,
Melihat bentuk hutanku,
Pohon-pohon telah layu,
Tak lagi seindah dahulu.
Tiada udara segar,
Asap telah beredar,
Hanya api yang berkobar,
Hutan kita sudah terbakar.
Kurindu udara segarmu,
Kurindu hijaunya daunmu,
Kurindu kicauan burungmu,
Kembalikan hutanku seperti dulu.
Benihmu kini kusemai,
Rindangmu ‘kan kunanti,
Bawakan sejukmu kembali,
Demi utuh paru-paru bumi.
627
BARISAN POHON HIJAU
Nevia Adinda Putri
Saat hujan turun dari langit,
Aku mau berdoa yang terbaik,
Ada rasa khawatir dalam kalbu,
Ada rasa cemas dalam benakku.
Musim penghujan tiba,
Banyak bencana melanda,
Dalam hetiku selalu bertanya,
Siapakah gerangan yang salah.
Andai semua orang bisa menjaga,
Barisan hijau akan membalas jasa,
Melindungi kita dari segala bencana,
Saat mereka datang dan menghadang.
Barisan hijau pepohonan,
Aku amat rindu masa kecil,
Tempat sejuk udaranya segar,
Tanam pohon walau sebatang.
628
PARU-PARU DUNIA
Nia Ayu
Aku bergelar paru-paru dunia,
Aku menjadi sumber oksigen,
Aku sumber sandang pangan,
Sumber bagi makhluk hidup.
Akarku menancap kokoh,
Naungi bumi dari bencana,
Erosi, banjir, tanah longsor,
Pun akan menjaga sumber air.
Di tangan penghancur,
Ranting-rantingku patah,
Daun-daunku meranggas,
Batang-batangku tumbang.
Tidakkah engkau sadar wahai manusia,
Banyak harapan yang kaurenggut,
Jerit dan tangisan melanda dunia,
Tidak peduli pada masa depan.
629
HUTAN
Herda Pertiwi
Hutan dan rimba,
Tempat perlindungan,
Sumber bagi penghijauan,
Engkaulah paru-paru dunia.
Sumber habitat flora dan fauna,
Aneka jenis pohon kecil dan besar,
Tumbuh subur dan juga menjulang,
Berbaris rapi, indah dan mempesona.
Daun-daun yang lebat,
Seakan rambut dari batang,
Buah-buahnya bergelantungan,
Bagai kumpulan perhiasan mewah.
Rumput-rumput kecil dan semak belukar,
Menambah keindahan semaraknya hutan,
Kicauan burung beraneka lagu dan bunyi,
Jadikan hutan bagai orkestra alam semesta.
630
AMERTA ABDI GURU
Qoniah Rohadatul Aisy
Lentik tari jemari membelai papan tulis,
Senyum rupawan seorang cendekiawan,
Lantunan merdu berupa pengetahuan,
Seakan memanggil kawula muda.
Ketika tersesat di simpang semesta,
Aku menjadi permainannya gulita,
Menara kompas Adiwidia nyala,
Ia menjadi sosok cahaya pelita.
Digugu dan ditiru,
Ia menuntun, membimbing,
Ke lubuk akal, tepian ilmu,
Ia berbagi tak ada ragu.
Kelak kan jadi jauhari,
Langkahku nuju duniawi,
Pahlawan yang pemberani,
Jasamu selalu tinggal abadi.
631
BANJIR
Rangga Dwi Pamungkas
Air turun dengan deras dari langit,
Gemuruh cahaya petir di awan,
Daun jati diempas angin barat,
Sampah pun ikut terhanyut.
Bidang sungai tertutup sampah,
Rawa hilang ditumpuk sampah,
Seluruh tempat penuh sampah,
Membuat bau yang tak sedap.
Air deras tak terbendung,
Daratan penuh botol bekas,
Tak ada lagi halaman bersih,
Air memenuhi darat dengan cepat.
Rumah telah tergenang air kotor,
Rebah dilanda arusnya banjir,
Adakah ingatan untuk sadar,
Sampah sumber penyakit.
632
PEMBERI ILMU
Riana Triwiyanti
Duduk pada sepasang kursi abu-abu,
Merancang masa yang masih semu,
Ditemani dua cangkir kopi susu,
Juga manusia pemberi ilmu.
Jika dikiaskan dalam paragraf lama,
Ia pelita menyala biar di saat menua,
Mengajar makna banyak kata-kata,
Sosok pahlawan tanpa tanda jasa.
Ia memberi jawaban pada soal pelik,
Ia mengisi buku dengan catatan apik,
Sswa nakal dijadikan lulusan terbaik,
Hadirnya membuat segalanya membaik.
633
TAK AKAN KUSAM
Violita Puspita Sari
Guru bagai orang tua kedua,
Ia yang selalu mendidikku,
Kauajarkan luasnya ilmu,
Memberi pedoman hidup.
Tidak ada kata marah,
Tak ada kata menyerah,
Mengajar dengan bergairah,
Tak pernah mengatakan lelah.
Sejarahmu terukir di dinding hati,
Tak akan kusam dimakan waktu,
Terima kasih guruku tersayang,
Jasamu akan selalu dikenang.
634
PENERANG JALANKU
Cindy Rosalina
Aku hanya manusia,
Dengan segenap cita-cita,
Dengan segenap angan-angan,
Untuk mencapai masa depan.
Aku hanya manusia,
Berkelana menyusuri buana,
Cakrawalaku sering terhimpit,
Buanaku kadang menjadi sempit.
Arunika bangunkan daksaku,
Bawa sukma tuk menggali ilmu,
Tanpamu segenap perwira ilmuku,
Tak akan kutahu arti kata di baitku.
Penuntun adimarga kesuksesanku,
Pemberi arah menuju masa hari esok,
Seribu doa dan kasih yang kau berikan,
Tak akan pernah kami melupakan engkau.
635
PENGORBANAN GURU
Hidayah Ridho Safitri
Di dalam hati dan benakku,
Kau tanam benih banyak ilmu,
Kutuai buahnya sepanjang masa,
Akan kupanen saat masa depan.
Jasamu tak terkira,
Membawaku ke angkasa,
Mengajar kami dengan sabar,
Demi cita-cita generasi muda.
Hari demi hari berjalan,
Kau bekalkan buah manis,
Untuk semua anak didikmu,
Agar terpenuhi segala bekal.
Tanpamu tak ada puncak jaya,
Kami tak mengerti arti dunia,
Lembutnya hati sanubarimu,
Saat engkau mengajar kami.
636
HUTAN RINDANG
Jeni Dina Kamila
Kau sangat indah,
Menyejukkan bumi,
Tanpamu sedikit oksigen,
Sebab kau sumber utama.
Daun-daun tumbuh dengan rindang,
Warna hijaumu membuat nyaman,
Sungguh sedap saat dipandang,
Rumah bagi burung berkicau.
Hutanku rumah yang indah,
Bagi aneka flora dan fauna,
Bagi semua insan di dunia,
Memberikan kesegaran.
Ketahuilah wahai manusia,
Jika hutan semakin tiada,
Kita akan alami bencana,
Banjir dan tanah longsor.
637
SMPN 5 BANGUNTAPAN,
BANTUL-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
638
LESTARI ALAMKU
Fannya Sherina Seran Bria
Tetaplah asri, hutanku,
Alam hijaumu kan terjaga,
Pohonmu menjulang tinggi,
Menambah indah panorama alam.
Di pagi yang cerah,
Puspa saling merayu,
Mekar berwarna indah,
Menyambut alam raya.
Lingkunganku pun akan nyaman,
Dirawat dan dijaga penduduknya,
Sehingga tubuh dan jiwa pun sehat,
Menciptakan ketenangan setiap orang.
Burung-burung riang berkicau,
Menjadi saksi semesta nan luas,
Kagum pada keindahan sekitarku,
Semoga tetap lestari sekelilingku.
639
FLORA TAK AKAN LAYU
Serviana Anggi Arnesta
Engkau ditanam karena cinta,
Tumbuh indah jadi asri,
Engkau dirawat karena cinta,
Meneduhkan siapa pun.
Berkatmu bumi pertiwi hidup,
Kami tak akan biarkanmu layu,
Darimu belajar saling menjaga,
Kami selalu bergantung padamu.
Daunmu menari mengikuti angin,
Di jajaran dalam ibu kota nan terik,
Engkau akan tetap menjadi aset berharga,
Karena engkau selalu jadi paru-paru dunia.
640
SEBENING EMBUN
Anggie Nur Kumala Sari
Guruku,
Laksana embun pagi,
Hadirmu menyejukkan,
Nuansa bening di diriku.
Senyum mentari menyapa,
Menyejukkan hati di hari baru,
Kasih sayang kaualirkan padaku,
Taburan butiran ilmu segenap hati.
Dalam sabar kau bimbingku,
Tak jenuh meski turun peluh,
Aku yang buta membuka mata,
Sampai aku mengenal semuanya.
Jasamu terlukis indah di kanvas diri,
Hanya lantunan doa dapat kuberikan,
Semoga engkau diberikan Kesehatan,
Menjadi bejana ilmu bagi generasiku.
641
LENTERA ILMU
Latifah Rizky Ma’ruf
Bersama pagi engkau datang dengan senang hati,
Ke sekolah berkendara motor setiap hari,
Berbagai rintangan pasti engkau lewati,
Panas dan hujan tak menjadikan arti.
Dua hari dalam seminggu,
Melewati hari bersamamu,
Di kelas mendapat ilmu,
Aku murid, engkau guru.
Guru, mendidik dan mengajarku,
Lentera ilmu terangi setiap sendi,
Jadikan aku manusia penuh budi,
Jadikan aku manusia penuh arti.
642
MERAWAT HARAPAN
Nabila Zora Amanta
Masihkah kauingat,
Saat aku mengenalmu,
Tersipu malu dan membisu,
Entah apa yang terpikir olehku.
Hampir setiap hari aku bertemu,
Mulai terbiasa dan tak lagi malu,
Awalnya enggan bertanya padamu,
Aku takut pada rumus matematikamu.
Hari pun terus berlanjut,
Ingin selalu di sampingmu,
Ingin menghabiskan waktu,
Berlatih dengan petunjukmu.
Saat tiba di penghujung waktu,
Kami berpisah, tak lagi bertemu,
Dengan bekalmu aku akan melaju,
Merawat harapan, meraih cita-citaku.
643
PAHLAWAN PENDIDIKAN
Steven Cornelius Dwi Prasetyo
Wahai para pahlawan pendidikan,
Rasa bangga dan hormat kusampaikan,
Tak henti engkau mengajarkan kami semua,
Pentingnya sopan santun dan perilaku baik.
Wahai para pemuda bangsa,
Mari wujudkan prestasi diri,
Demi tercapai segala cita-cita,
Untuk bekal di hari mendatang.
Dari Kartini sampai Ki Hajar Dewantara,
Para pejuang pendidikan harum abadi,
Menyatukan pemuda pemudi bangsa,
Menjauhkan hati yang iri dan dengki.
Wahai guruku,
Apresiasi besar kuhaturkan padamu,
Jiwa dan raga kauserahkan pada kami,
Agar bertumbuh setiap anak negeri ini.
644
PUISI SISWA MTSN 4
JAKARTA
645
TANGIS KALIMANTAN
Afia Rifda Naurin
Ia membangun arus hidup,
Bagai paru-paru pada jiwa,
Kukira keindahannya kekal,
Ternyata sedih datang melanda.
Porak-poranda seluruh rumah kami,
Harta benda dan belahan jiwa sirna,
Malam datang kian jadikan suram,
Kota berkabut kelam dan muram.
Kami mencari bantuan, wujud perhatian,
Kami hanya tinggal mempunyai harapan,
Kepada siapa mesti meratap mengadu,
Ketika semua bagai telah terlambat.
646
ALAM DAN SEMESTA
Athifa Yundri Callysta
Kala jenggala mulai tergerus,
Tangis gelisah menjadi satu,
Bumi terlihat sedang nestapa,
Mendapat imbas untuk semua.
Sedikit demi sedikit mulai berubah,
Bunga-bunga menunjukkan kirananya,
Pohon-pohon mulai tumbuh dan subur,
Alam terlihat berwarna seperti bianglala.
Cahaya mentari menyapa hangat,
Suara alam bersatu dengan satwa,
Terlihat asri dan indah segalanya,
Dunia baru lanjutkan keindahannya.
647
HIDUPKAN BUANA
Hestu Raysha Afifa
Pokok kayu kita tanam,
Daun hijau menawan netra,
Pelindung buana kembali ada,
Keelokan yang dinantikan alam.
Menunggu heningnya bentala,
Soal isak resah cacat di dirinya,
Bertanya pada yang didampal,
Mestikah ia menanggung pukul.
Kakinya menepikan sampah,
Pemijak melebihkan timbunan,
Pertiwi mengais penyembuh,
Insan menimpa urusan.
Aku heran menimba tanya,
Ingin andil pelihara buana,
Aku tunggu hening bentala,
Hidupkan rana menepis duka.
648
JEMBATAN KESUKSESAN
Falisha Syawal Mahrin
Di kala aku sendiri dan membisu,
Seberkas cahaya menghampiriku,
Lemah lembutnya tutur katamu,
Menyentuh ke lubuk hatiku.
Sosok mulia berpengetahuan,
Berpikir dengan hati dan pikir,
Memberikan kami yang terbaik,
Peka dan juga penuh perhatian.
Dengan berdirinya aku di sini,
Di tempat aku punya mimpi,
Berkat tuntunanmu jualah,
Jadi jembatan kesuksesan.
Guruku, terima kasih,
Aku tak akan pernah bisa,
Membalas hatimu yang tulus,
Yang telah kau berikan padaku.
649
MERAKI BESTARI
Aliza Zhafira Alya
Kehendak, lelah, dan harapan,
Mencari ilmu niat yang terdepan,
Menunggu kabar dari masa depan,
Sirna cahaya harapan, tak tahu tujuan.
Menerjang lelah hari demi hari,
Membawa ilmu untuk dibagikan,
Jasamu tak lenyap dari peradaban,
Sukses, itu yang tentu diharapkan.
Guru, bagai dunia bestari dalam teguhnya,
Membimbing, engkau jiwa meraki sesungguhnya,
Mengajarku menulis, berhitung, dan membaca,
Memberi bekal untuk melawan takut yang dirasa.
Guru bak lilin dan kunang-kunang malam,
Penerang gelap, cerahkan kehidupan kelam,
Kata diucap dari lubuk hatimu yang terdalam,
Terima kasih, pengabdianmu tinggalkan kesan.
650