TITIK PENERANG
Anissa Fatmasari
Pernah berjalan di malam likat,
Terjebak aku di dalam gelap,
Kini ingin kubawakan lagi,
Ceritaku di masa itu.
Cerita bernuansa Pendidikan,
Membuatku ingin mengatakan,
Seseorang yang dipanggil guru,
Kesabarannya membuatku haru.
Ia memberikan titik penerang,
Hingga aku menjadi pemenang,
Aku berterima kasih kepadanya,
Guru yang memberiku cahaya.
751
HUTAN YANG HILANG
Aulia Wadud
Hutan,
Habitat aneka satwa,
Habibat aneka tumbuhan,
Keindahan paru-paru dunia.
Rumah pernaungan di alam,
Seringkali jadi menakutkan,
Pohon hilang karena ditebang,
Binatang hengkang karena diburu.
Keserakahan ulahnya manusia,
Akibatkan bencana di mana-mana,
Hutan dijadikan wadah keuntungan,
Tak peduli merusak isi semesta raya.
752
PUISI SISWA SMP ISLAM
TERPADU AL-HUSEIN
TIGARAKSA, TANGERANG
-BANTEN
753
HUTAN YANG PUPUS
Anisa Tri Solihat
Datang dengan kapak di tangan,
Seribu pohon tumbang ditebang,
Seribu burung menjauh terbang,
Hilang sudah habitat binatang.
Pohon ditebang, dijadikan ladang,
Pohon hilang, gedung menjulang.
Hutan kini banyak tak rindang,
Kekayaan alam makin hilang.
Akankah hutan kita pupus,
Manusia seharusnya menjaga,
Bukan menjarah hutan rimba,
Akibatkan bencana melanda.
754
KETIKA HUTAN TAK LESTARI
LAGI
Anka Sekar Haryono
Ketika hutan menjadi gersang,
Suara jerit pekik berbagai hewan,
Tunggang langgang tanpa tujuan,
Mereka cerai berai, hilang habitat.
Ada manusia pentingkan diri sendiri,
Perlahan hutan pun menjadi gundul,
Mereka berpesta pora berkelimpahan,
Kini hutan makin banyak penderitaan.
Dulu gagah indah warna hijaumu,
Kini kusam dengan warna abumu,
Dulu rindang, daunnya berdendang,
Hutanku banyak yang tak lestari lagi.
755
SENYUM GURU
Aulia Cantika Egandi
Tutur katamu lembut bagai butiran salju,
Langkahmu anggun bagai awan berarak,
Guru, engkau tetes air di saat aku dahaga,
Menjadi kompas saat aku hilang arah.
Guruku,
Dari senyum tulusmu aku belajar,
Perjuangan sesulit apa pun,
Jalani dengan ketulusan.
Guruku,
Dari tatapan matamu aku belajar,
Akan datang terang bila mau belajar,
Dari langkahmu aku belajar,
Untuk mengejar cita-cita.
756
JENDELA MASA DEPAN
Dareen Layla Qadree
Berdiri tegap dengan wibawa,
Suara yang lembut dan bernada,
Satu demi satu, aksara dan angka,
Kauajarkan kami merangkai kalimat.
Bagai pohon rindang, engkau meneduhkan,
Dalam hujan deras, engkau menjadi paying,
Bagai lentera, engkau mampu menerangi gelap,
Bagai sebuah batu engkau membuat kuat diriku.
Perjuangan dan pengabdianmu mulia,
Rasa lelah dan letih tak kau hiraukan,
Kaubukakan jendela masa depanku,
Tanpa pamrih atau memegahkan diri.
757
POHON PENYELAMAT
Dzakiyya Nur Afifah
Hijau lestari warna daunmu,
Sejuk udara di sekitarmu,
Dedaunanmu yang indah,
Elok di pandangan mata.
Kokoh menjulang tinggi,
Bagai raja segala raja,
Pohon penyelamat,
Bagi kehidupan.
Oksigen bagi makhluk hidup,
Kami bisa berteduh dari cuaca,
Di bawah dedaunan dan dahan,
Saat hujan atau terik mentari.
758
HUTANKU RUSAK
Khansa Rana L
Dulu tempat itu sunyi dan damai,
Penuh pepohonan dan semak belukar,
Banyak hewan liar hidup di dalamnya,
Mereka merasa nyaman di habitatnya.
Tetapi sekarang berbeda,
Kawanan kera ketakutan,
Raja rimba tak berkuasa,
Hutan lindung telah rusak.
Banyak pohon yang hilang,
Ditebang, dijual atau dibakar,
Aneka tumbuhan pun merana,
Pesona hutan pun perlahan sirna.
Mari kita lestarikan hutan ,
Dengan menanam Kembali,
Dengan merawat sepenuh hati,
Melawan perbuatan semena-mena.
759
BERINGIN
Khaura Najwa Azzahra
Besar menawan dan gagah berwibawa,
Daunnya lebat, banyak hati tertambat,
Pohon bertumbuh rindang dan riang,
Berdiri di bawah langit bermentari.
Beribu faedah di balik pandangan,
Terlelap oleh sebatas kata orang,
Akarnya bagai rantai berjuntai,
Bagai perhiasan putri mahkota.
Ia lambang perdamaian dan persatuan,
Kini terhempas laku mencemaskan,
Manusia berlomba kepongahan,
Menodai hakikat kemanusiaan.
Beringin, engkau tak tergantikan,
Memayungi di setiap keadaan,
Tetaplah berdiri teguh dan kukuh,
Setia dan selalu ada bagi kami semua.
760
KEMANA PERGINYA ALAM
LESTARI
M. Alfin Zulkarnain
Ke mana perginya alam lestari?
Dulu engkau baswara, kini hancur oleh manusia,
Kami rawat alam dengan cinta dan kasih sayang,
Tetapi mereka melenyapkannya tanpa mau peduli.
Ke mana perginya alam lestari?
Akibat laku buruk, alam terpuruk,
Kami ingin kembalikan seperti dulu,
Flora dan fauna hidup dengan damai.
761
IA DATANG
Na’ifah Novisyakirah
Pertama kali melihatmu,
Ada senyum di wajahmu,
Ada kata manis dan cinta.
Aku selalu bangun pagi ,
Ditemani sinar matahari,
Awali hari dan suka cita.
Engkau datang mengajari arti hidup,
Membimbingku untuk merajut,
Masa depanku yang terbentang.
762
POHON KERINDUAN
Rahma Nur Dieny
Hilang paru-paru dunia,
Entah ke mana perginya,
Sangat cepat engkau pergi,
Tak pernah kembali.
Aku berjalan perlahan mencari,
Satu demi satu pohon hilang,
Akibat keserakahan manusia.
Matahari mulai tenggelam,
Langit akan menjadi gelap,
Aku berdoa di larut malam.
Oh Tuhan,
Alam ciptaanmu rusak,
Dulu asri, kini kering gersang,
Ulah manusia tak bertanggung jawab.
763
RUMAH FLORA DAN FAUNA
Siti Rahma Adhaniah
Hutan nusantara luas membentang,
Berperan menghijaukan semesta,
Mngirimkan udara bersih segar,
Untuk dihirup makhluk hidup.
Rumah bagi flora dan fauna,
Di sanalah mereka tumbuh,
Rusa dan jerafah bermain,
Aneka burung bernyanyi.
Sekarang banyak telah rusak,
Aroma segarnya sulit dihirup,
Tak kulihat satwa bermain riang,
Tak kudengar burung berkicauan.
Manusia tamak telah merusaknya,
Membabat habis sampai tak tersisa,
Banyak hutan gundul dan terbakar,
Tugas kita untuk menanam kembali.
764
TUMBUH DAN MENGHIJAULAH
Syifa Karunia Arita
Tumbuh subur dan indah,
Segarkan mata dan pikir,
Teduhkan suasana hati,
Di setiap waktu baru.
Setiap kusentuh engkau tersenyum,
Setiap kusiram engkau mengangguk,
Setiap kubicara kauberi warna indah,
Setiap kudekati kauberikan kesejukan.
Hijau berseri tanamanku,
Tumbuh jadi hiasan terindah,
Dari daun, batang sampai bunga,
Engkau bagaikan jantung di rumahku.
Tumbuhlah sehat dan asri,
Tumbuhlah dengan subur,
Berikan keindahan abadi,
Kurawat dan kukasihi.
765
HAMPIR PUNAH
Vivian Nurul Wakhidah
Kami persembahkan satu pohon untuk dunia,
Kami merawat satu pohon untuk alam ini,
Kami menjaga satu pohon untuk semesta,
Tetap saja terjadi pemggundulan hutan.
Ranting dan daun gugur bagai raga tanpa jiwa,
Mereka pikir itu semua tak berguna bagi bumi,
Semua tumbuhan berguna bagi makhluk hidup,
Mereka menjaga keseimbangan alam, bumi ini.
Sayang, hutan kita banyak yang rusak,
Pohon hilang banjir masuk ke desa,
Awan menangis, manusia merintih,
Meratap akibat ulah keserakahan.
Sungguh malang anak cucu kelak,
Bila tak melihat hutan dan rimba,
Alami panas terik dan bencana,
Tak ada harmoni dengan alam.
766
PUISI SISWA SMPN 1 PANDAK,
BANTUL DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
767
ALAM HIJAU
Nurmalita Aurellia Berliana
Bumi tak lagi hijau,
Pohon-pohon ditebang,
Ulah manusia mengacau,
Pohon sumber kehidupan.
Jika hujan terjadi bencana,
Tanah longsor, dan banjir,
Aku rindu alam dahulu kala,
Sejuk segar dan mempesona.
Sekarang bumi semakin panas,
Cegah bumi tidak meranggas,
Mari tanamlah pohon segera,
Hijaukan kembali bumi ini.
768
ALAM MERATAP
Madina Wening Utami
Alamku yang indah dan subur,
Memiliki sumber kekayaan,
Keindahan dan kesuburan,
Perlahan beringsut pergi.
Alamku yang elok permai,
Kini banyak yang rusak,
Sawah dan kebun subur,
Menjadi bangunan kaku.
Banjir terjadi di mana-mana,
Tanah longsor bawa korban,
Banyak galian batu bara,
Alamku meriatap pilu.
Serukan agar manusia waspada,
Menjaga alam, menjaga manusia,
Agar hidup damai bersandingan,
Meniadakan tangan-tangan tamak.
769
CAHAYA
Agnes Galuh Anindyawati
Di malam sunyi dan gelap,
Kupandang bulan dan bintang,
Datang menemani kesendirianku,
Kegamangan diri perlahan pergi.
Engkau datang bagai cahaya bagiku,
Menerangi pikiran dan akal budiku,
Membuatku paham sesuatu yang baru,
Membantu menggambarkan masa depan.
Guruku, engkau cahaya terang,
Untuk generasi bangsaku ini,
Hormat dan terima kasihku,
Padamu penutur berilmu.
770
HILANGNYA BUMI YANG DULU
Albertus Aurelino Surya Pradana
Ke mana bumi yang dulu?
Bumi indah penuh warna,
Flora fauna hidup Bahagia,
Kini tiada lagi senyumnya.
Ke mana bumi yang dulu?
Daun rindang indah cemerlang,
Tempat aneka satwa bermain riang,
Kini telah gundul, menjadi gersang.
Ke mana bumi yang dulu?
Terumbu karang indah menghiasi lautan,
Tempat tinggal para biota laut bertebaran,
Kini telah rusak karena sampah berserakan.
Ke mana bumi yang dulu?
Bumi dicipta untuk kehidupan,
Kini manusia perlu menyadari,
Betapa penting menjaga bumi.
771
INDAHNYA BUMIKU
Renata Chaila Maharani
Negeriku alamnya hijau,
Terpesona memandang indahnya,
Tak jemu dan selalu ada kerinduan,
Menikmati pesona panorama alam.
Bagai untaian mutiara bening,
Kunikmati bentangan keelokan,
Bersama hangatnya sinar Mentari,
Menyatu hati dengan bumi pertiwi.
Indonesia yang kucinta,
Beribu nikmat di dalamnya,
Ciptaan Tuhan mesti kujaga,
Bersyukur untuk semua karunia.
772
ALAM RESAH
Nazifa Dewi Kinansih
Betapa indahnya alam dahulu,
Burung-burung riang bergurau,
Di atas pohon rindang dan kokoh,
Bersama awan yang menari indah.
Keindahannya tak tampak lagi,
Semakin menua usia peradaban,
Polusi bertambah di mana-mana,
Udara semakin kotor dan buruk.
Alam raya dan makhluknya,
Banyak yang resah dan susah,
Manusia yang jadi penyebabnya,
Manusia bisa sadar memperbaikinya.
Kekayaan alam bukan untuk dikuasai,
Oleh kepentingan pribadi dan golongan,
Bumi ini masih menantikan manusia baru,
Menjadi pejuang lingkungan demi kehidupan.
773
PADANG ILALANG
Aqila Titian Kayana
Di kala rembulan datang ke pelataran senja,
Semilir bayu bagaikan lagu pengantar tidur,
Bersenandung bersama pucuk daun cemara,
Bagai membawa ke padang ilalang nan luas.
Di batas senja aku terpana dalam diam,
Sinar redupnya sang surya tampak indah,
Selalu takjub akan pesona pergantian hari,
Semesta menyajikan seni dalam kehidupan.
Di padang ilalang aku merindu kedamaian.
Berangan harmoni alam terus terwujud,
Berharap akan hadirnya kesadaran,
Setiap insan selaras nada semesta.
774
PAWANG ILMU
Icca Kurnia Putri
Guru,
Terima kasih kuucapkan padamu,
Yang sabar mendidik, mendampingiku,
Dari hitungan angka hingg bisa membaca.
Selalu kuingat tuturan nasihatmu,
Sebagai bekal untuk masa depanku,
Mengukir cita-cita dalam perjalanan,
Meraih kebahagiaan sepanjang masa.
Aku mendoakanmu, pawang ilmu,
Agar engkau selalu sehat dan Bahagia,
Hingga melihat aku meraih cita-cita,
Pasti engkau akan merasa bangga.
775
PERANGKUL INSAN
Aliifah Marzuuqah
Ibu dan bapak guru,
Baktimu pada negeri luar biasa,
Membimbing tanpa lesu dan ragu,
Demi mencerdaskan anak bangsa.
Kesabaranmu tiada tara,
Mengajari kami ilmu berguna,
Mendidik kami agar bertata krama,
Menghadapi kami dengan canda tawa.
Ketulusanmu sungguh tak terbatas,
Selalu terpancar senyum manismu,
Berikan ilmu dengan segenap hati,
Engkau berjasa pada banyak generasi.
776
AKU DAN BUANA
Kayana Nareswari
Diam dan kehampaan,
Ingatan terbang ke masa itu,
Jiwa dilayangkan oleh waktu,
Jantungku berdegup lebih cepat.
Desiran bayu menerpa ragaku,
Suaranya menderu dan melaju,
Ada batang yang menjalar liar,
Siluet indah pada lantai buana.
Udara segar membuatku nyaman,
Bagai lukisan terpampang nyat,a
Hutan rimba bagaikan nirwana,
Aku kagum, hilang kata-kata.
Tersihir aku menggelengkan kepala,
Benakku menuntun ke lahan diam,
Tanganku menanam bibit rimba,
Berharap buana kembali lega.
777
PUISI SISWA SMPN 2 JETIS
-BANTUL
778
NAPAS KEHIDUPAN
Cindy Amelia Putri Arista
Paru-paru dunia,
Sumber oksigen,
Sumber sandang dan pangan,
Untuk serluruh mahluk hidup.
Akar yang kokoh,
Lindungi dari bencana,
Daun-daunnya yang lebat,
Tempat teduh makhluk hidup.
Apa yang kaurasakan,
Apa yang engkau sesali,
Itu sumber kehidupan kita,
Jangan keluhkan masa depan.
Wahai makhluk hidup,
Jagalah isi semesta ini,
Rawat dan sayangilah,
Untuk kemudian hari.
779
POHON KEHIDUPAN BUMI
Cintami Lyan Gautama
Kadang engkau tinggi,
Kadang engkau pendek,
Tanpamu udara tercemar,
Terjadi rentetan bencana.
Kadang kamu di bakar,
Kadang kamu ditebang,
Ada yang tak perdulikan,
Hidup tak berarti tanpamu.
Oh pohon,
Bagimana aku melestarikanmu,
Manfaatmu besar untuk bumi,
Aku tak mau mengabaikanmu.
780
BERKAT DARI ALAM
Durrotun Nasihah
Dalam lamunan aku berpikir,
Keberadaan alam yang hadir,
Berbagai manfaat pun terlahir,
Mencukupi mengasihi para fakir.
Kini bukan begitu adanya,
Yang zalim merampasnya,
Menjajah alam dan isinya,
Untuk menjadi hartanya.
Ingatlah tanggung jawab manusia,
Memeras alam sekarang, hanya sia-sia,
Menjaga dengan hati, alam akan memberi,
Merawat dengan kasih, alam pun memberkati.
781
CAHAYA ILMU
Marcelia Damayanti
Cahaya ilmu,
Pelita dalam hidupku,
Memberikanku harapan,
Membimbingku tanpa ragu.
Guruku.
Engkau cahaya ilmuku,
Tulus ikhlas ciri khasmu,
Selalu kuingat di lubuk hatiku.
Engkau memberiku arti hidup,
Memberiku arah berjalan,
Menuju cita-cita impian,
Jadikanku kebanggaan.
782
PAHLAWAN KEHIDUPAN
Nadzifah Az-Zahra’
Kobaran api semangat,
Membubung amat tinggi,
Lenyapkan kecemasanku,
Langkah demi masa depanku.
Rona semangatmu membara,
Kesabaranmu seluas Samudra,
Berikanku cahaya dari lentera,
Menerangi perjalanan kembara.
Terimakasih mengalir dari lubuk hatiku,
Tatkala mengenang semua kebaikanmu,
Sosok pahlawan dengan keteladananmu,
Sepanjang waktu di dalam kehidupanku.
783
MENANAM KEMBALI
Roudloh Dian Nafisah
Tidakkan kalian berhenti,
Tidakkah kalian menyesal,
Hutan kita mulai gundul,
Bumi ini makin gersang.
Mereka bukan lupa,
Tahu tak hidup tanpanya,
Parasnya yang sederhana,
Bermanfaatnya luar biasa.
Buang laku yang buruk,
Menebang tanpa memilah,
Demi bertumpuknya uang,
Insan tak berdosa korbannya.
Bersyukurlah mereka yang sadar,
Masih peduli akan paru-paru dunia,
Menanam kembali, dan merawatnya,
Demi kelangsungan hidup kita semua.
784
UNTUK PELITAKU
Silvia Bintari Rahmawati
Dalam merenung, aku tersadar,
Akan kehadiran pelita bersinar,
Dalam diam, aku pun termangu,
Tuhan kirimkanku seorang guru.
Aksara demi aksara dikenalkan,
Kepadaku yang buta membaca,
Angka demi angka kausajikan,
Agar aku pun pandai berhitung.
Tak ada terucap kata malas,
Engkau menanam keikhlasan,
Mengajar tanpa pamrih,
Baktimu sepenuh hati.
Terima kasih guruku,
Pelita dalam kelabu,
Aku gelap tanpamu,
Aku hebat karenamu.
785
HUTAN GUNDUL
Viona Altya Reffa
Ribuan pohon ditebang tumbang,
Ribuan burung terbang menjauh,
Daun-daun terbang melayang,
Kini hutan terlihat gersang.
Oh hutanku kini gundul,
Resapan air tak berguna,
Tanah yang subur,
Kini longsor tanpa akar.
Oh hutan, maafkan kami,
Kami tak bisa merawatmu,
Kami tak bisa menjagamu,
Kami hanya merusakmu.
786
SAYANGI HUTAN
Zulfa Saffana
Nuansa hijau pohon rindang,
Memenuhi alam di sekitar,
Makhluk hidup nyaman,
Di kesejukan udara.
Sumber sandang pangan,
Sumber bahan bangunan,
Sumber oksigen semua,
Sumbernya kehidupan.
Kini banyak daun gugur,
Hewan pun mati kelaparan,
Banyak pohon yang ditebang,
Menjadi gundul dan gersang.
Asap tebal memenuhi,
Kendaraan lalu Lalang,
Udara sudah tercemar,
Kesejukannya hilang.
Kembalikan hutan yang dulu,
Tugas kita setiap generasi,
Demi masa depan semua,
Hutan paru-paru dunia.
787
PUISI SISWA SMP
MUHAMMADIYAH, BANTUL
-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
788
HIJAU
Lutfiana Nabila Putri
Kulihat warna hijaumu memudar,
Lalu layu, kering dan berguguran,
Terlalu banyak tangan merampas,
Kesuburan tumbuhan di alam ini.
Mereka butuh uluran kasih,
Menanam, menghijaukan,
Agar menyehatkan semua,
Makhluk hidup di bumi.
789
LUKA
Putra Wangsa Trikaloka
Masih terbayang,
Di ingatan waktu,
Saat mentari mekar,
Kuhirup udara segar.
.
Seiring waktu berjalan,
Eksploitasi di industry,
Membuat alam sakit,
Penghuninya terjepit.
Paru-paru dunia terluka,
Alam dilanda petaka,
Perlu penyembuhan,
Agar tetap bertahan.
790
PUISI SISWA SMPN 1 SEDAYU,
BANTUL -DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
791
PENYELAMATKU
Angelina Nadya Pratita
Bapak dan ibu guru,
Tiada kata lelah bagimu,
Bmbing kami di setiap langkah,
Dengan tulus dan penuh kesabaran.
Tanpamu aku tak tahu
Membaca dan menulis,
Engkau penyelamat diriku,
Tak satu pun sepertimu.
Bapak dan ibu guru,
Terima kasih selalu berjuang,
Mengorbankan waktu bagi kami,
Jasamu tiada pernah kulupakan.
792
PANUTAN
Aina Sufi Mutiyarani
Tatkala anganku hanya impian,
Engkau datang memberiku arahan,
Saat kuberjalan dalam kegelapan,
Engkau menerangiku dengan harapan.
Bila aku mencapai tujuan,
Kuingin semua orang tahu,
Engkau sosok panutan semua,
Patut aku gugu dan aku tiru.
Hingga di akhir usiaku,
Jasamu terukir di hidupku,
Tak kulupakan bekal untukku,
Nasihatmu akan selalu kutaati.
Engkau guruku,
Membimbing sepenuh hatimu,
Terima kasih telah mengajariku,
Insan pemberi ilmu pengetahuan.
793
TERUKIR NAMAMU
Prinda Cordyana
Matahari bersinar, tanda pagi tiba,
Ada mimpi yang akan aku raih,
Ibu dan bapak guru di sekolah,
Aku menuntut ilmu padamu.
Senyum semangat dalam dada,
Engkau memulainya dengan angka,
Sampai abjad, kulancar membaca,
Serta tidak lupa menyertakan doa.
Satu tujuan, meraih masa depan,
Dimulai dengan setitik harapan,
Engkau menuntun dengan ikhlas,
Engkau pelita dalam kegelapan.
Bagimu para guru di sekolah,
Kupersembahkan hasil belajarku,
Terukir namamu di dalam benakku,
Genggaman tanganmu di sanubariku.
794
MASA DEPANKU CERAH
Anastasya Intan A.
Oleh keikhlasan dan ketulusanmu,
Masa depanku pasti terlihat cerah,
Engkau memberi motivasi untukku,
Demi masa depanku yang cerah.
Menyalurkan energi serta waktu,
Besar perjuanganmu mendidikku,
Untuk mencerdaskan generasi muda,
Beri api semangat tak pernah padam.
Terima kasih guru,
Tuhan membalas jasamu,
Lantunan doa ada dalam sujudku,
Kan kusemat namamu di dalam dada.
795
PEWUJUD MIMPI
Melisa Ayu Mega Aurora
Aku anak muda bercita-cita,
Bermimpi untuk masa depan,
Semangat muda yang membara,
Berkelana mencari pengetahuan.
Engkau datang membimbingku,
Sebagai guru membagi ilmu,
Mendampingi dan beri arahan,
Sabar menunggu aku mengerti.
Sekarang mimpiku akan jadi nyata,
Terima kasih para pewujud mimpiku,
Kau menjadi penopang dalam jalanku,
Doa kami akan senantiasa menyertaimu.
796
GERBANG MASA DEPAN
Raden Roro Aleena Christianna Laksita
Pencerahanmu sangat berarti,
Berguna untuk masa depanku,
Masa yang selalu kunantikan,
Mimpi untuk menjadi nyata.
Kauajarkan yang terbaik,
Sabar membimbingku,
Wajahmu selalu tulus,
Tuturmu pun halus.
Terimakasih guruku,
Engkau telah menjadi teladan kami,
Menghantar ke gerbang masa depan,
Menjadi generasi baru yang cemerlang.
797
MUTIARA ILMU
Nayla Farhani Zakiyah
Bagai rembulan di gelap malam,
Bagai air di tengah padang pasir,
Bagai payung di kala hujan deras,
Makna kehadiran insan pendidikan.
Ilmu yang merek berikan,
Tak akan pernah kami sia-siakan,
Peluh yang turun bagaikan mutiara,
Ditaburkan agar kami indah berilmu.
798
PUISI SISWA SMPN 3
BANTUL-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
799
TETES EMBUN DI TANAH
TANDUS
Binar Naura Herditha
Pagi buta susuri jalan licin berliku,
Gulita kaulalui dengan keyakinan,
Berdedikasi penuh niat yang tulus,
Tugas mulia dan sebuah harapan.
Engkau pelita yang menerangi kegelapan,
Engkau bara yang membakar semangat kami,
Kauantarkan kami membuka jendela ilmu,
Menjemput sebuah harapan di balik belantara.
Sungguh besar jasamu,
Laksana tetesan embun di tanah tandus,
Engkau pelita di hitam legamnya ragaku,
Di kala kami dalam kebodohan dan ketidaktahuan.
800