The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 326 s.d. 809

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Pahoa, 2022-08-03 01:59:43

Antologi 1001 Puisi Part 2

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 326 s.d. 809

Keywords: Puisi

UBAH BENTUK

Muhammad Rakha Ardana
Pada beberapa pilar warna,
Daun-daun yang hijau itu,
Mempesona banyak mata,
Rindang menjadi hutan.
Semilir hijau menarikku mendekat.
Tubuhnya terkikis habis,
Perlakuanmu membuatnya pedih,
Ia tak lagi berseri, lusuh pucat pasi,
Perubahan telah membuat tataan rusak.
 
Kautebar petaka, mengubah alam,
Penebangan terjadi semena-mena,
Kini hanya menyisakan harapan,
Pada generasi yang berani.

651

NESTAPA POHON KENCANA

Abdina Siti Tsaniyah
Keteduhan berabad-abad panjang,
Berdiam di bawah tenda yang hijau,
Deru nafas berembus bawa kesejukan,
Begitu banyak kecukupan didapatnya.
Di padang zona terbakar,
Berpijak melawan matahari,
Dapatkan badai dan langit pahit,
Melambai dahan sedih di rengkuhan.
Pejamkan mata jiwa,
Berpijak merintis pulih,
Tumbuhkan hamparan senyap,
Angkat cabang zamrud ke langit.
Bila bumi tanpa pepohonan,
Betapa hancurnya peradaban,
Segalanya gersang tanpa keindahan,
Seperti gurun pasir di seberang lautan.

652

KEMBALIKAN SEPERTI DULU
LAGI

Azkia Ramandita

Aku paru-paru dunia,
Menjaga keseimbangan,
Akarku menancap kokoh,
Di bentala, menahan bencana.
Angin kencang menyeka wajah,
Dedaunan bergoyang dengan riang,
Suara aneka burung yang berkicau,
Betapa sempurna sekali suasana ini.
Sekarang suasana itu sirna,
Polusi ada di mana-mana,
Tak ada lagi embusan angin,
Berganti asap yang menyengat.
Bencana bermunculan di mana mana,
Tanah longsor semakin sering terjadi,
Tak dapat lagi aku menjaga bentala ini,
Kumohon kembalikan seperti dulu lagi.

653

PELITA KEHIDUPAN

Novita Salwa
Aku sumber kehidupan,
Menghampar hijau nan indah,
Berdiri kokoh megah dan aman,
Jadi pelita di gersang kehidupan.
Kini pelita itu redup binasa,
Dibabat habis tangan yang hina ,
Mengikuti ketamakan yang merajalela,
Melupakan amanat yang lama disematkan.
Puaskah kaurenggut kehidupan sesame,
Puaskah kaurenggut masa depan anak cucu,
Hanya duduk tertawa di atas kekuasaan fana,
Dan menunggu Tuhan menjalankan janji-Nya.

654

RINDU KESEJUKAN

Falisha Syawal Mahrin
Angin membawa kisah sejuk hijauku,
Suara kepak burung gereja terbang, 
Riang ria dari pohon ke pohon,
Dari pegunungan ke lembah.
Petani mengeja aksara,
Di ladang dan perkebunan,
Hingga saatnya petang tiba,
Nanyi burung terpasung nurani.
Aku mendengarmu berkata,
Sebentar lagi akan datang juga,
Awan cumulus bergumul-gumul,
Cuaca akan tetap terasa amat panas.
Tapi kucoba meredakan,
Dengan dedaunan di ranting,
Pucuk-pucuk pohon bersembunyi,
Sebelum petang pecah terbakar matahari.

655

SERUAN ALAM

Felicia Khansa Jaidah Seno
Sinar matahari menyeruak alam,
Menyelimuti dengan cahaya yang hangat,
Dedaunan menari mengikuti ritme pawana,
Menyambut dengan euforia, di ufuk kehijauan.
Seperti itu bait puisi lama dengan isi yang anggun,
Menjerumuskan manusia dalam gelap sorot mata,
Luluh lantak kognisi saat melihat rapuhnya alam,
Tatkala melayani setiap animo, hasrat manusia.
Kini, jejeran pohon mati berkalang tanah,
Rindangnya dirgantara telah melindap,
Manusia bertapak atas puadai kelabu,
Menumpas kehidupan berantara.
Hamparan flora rindang pancarkan tiap hikmah,
Lirih nyatakan taklimat pada makhluk berakal,
Tanamlah setiap benih tumbuhan yang tersua,
Niscaya alam mengayomi tiap jiwa di dunia.

656

PUISI SISWA SMP ISLAM AR-
RISALAH, BANTUL - DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

657

ALAM INDONESIA

Revina Fatikhatus Sifa
Engkau begitu indah dan menawan,
Engkau sangat luas dan menyejukkan,
Memberi manfaat yang sangat luas,
Untuk manusia yang membutuhkan.
Alam Indonesia yang permai,
Mulai dari gunung menjulang,
Sawah ladang terbentang luas,
Sungai dan danau berliku-liku.
Alam Indonesiaku luas,
Bukit megah bagai mahkota burung merak,
Hutan lebat bagai rumah banyaknya spesies,
Satu pohon bagaikan seribu napas kehidupan.
Alam Indonesia, lestarikanlah,
Laut biru menyatu warna dengan awan,
Dihiasi kicau burung riang hingga petang,
Alam Indonesia menyalami alam semesta.

658

BAKTI GURU SUATU
KEUTAMAAN

Muhammad Chusna Mujtaba

Mentari beriring kabut di pagi buta,
Siswa berbondong menuntut ilmu,
Guru berbondong memberi ilmu,
Bagaikan semut dengan gula.
Lama tak terasa,
Belasan tahun tak pudar,
Semangat kita semuanya,
Para siswa, para guru.
Sikap nakal tak terelak,
Tak dengar, tak disiplin,
Berikan ilmu seikhlas hati,
Tahan marah sesabar jiwa.
Bagaikan api dengan air,
Telah hormat guru kah kita?
Telah patuh guru kah kita?
Bakti guru suatu utama.
Sanggupkah alamku hijau lagi,
Merajut suasana indah asri,
Penghalang misteri polusi,
Pereda pekatnya situasi.

659

BAKTI GURU

Rahma Dania Fitriyani
Guruku, 
Betapa besar jasamu pada kami,
Tak kenal panas, tak kenal hujan,
Sabar membimbing anak muridmu.
Guruku,
Engkau tak kenal kata lelah,
Kami nakal engkau tetap sabar,
Membimbing kami jadi pandai.
Guruku, 
Maafkan kami sering tak dengar,
Segala ilmu engkau tulus berikan,
Kami kenang baktimu selalu.

660

BUMIKU

Nur Asifah
Mentari pagi menyambut hari,
Hangat menyinari setiap diri,
Tetesan embun berjatuhan ,
Kehangatnnya menyentuh.
Bumiku,
Sungguh indah pesonamu,
Tak bosan mata memandang,
Melihat hutan yang terbentang.
Semoga keindahanmu terjaga,
Kekal abadi, sepanjang masa,
Jangan sampai manusia rakus,
Habisi bumi ini hingga tandus.

661

GURUKU MENYINARIKU

Ahmad Hilmi
Pahlawan tak bertanda jasa, 
Patriot setiap generasi muda,
Jasamu yang sungguh mulia,
Untuk cerdaskan anak bangsa.
Wahai guruku,
Engkau bagai mentari,
Senantiasa menyinariku,
Dalam setiap langkahku.
Wahai guruku,
Engkau bagai pelita,
Menerangi hidupku,
Di cita-cita dan mimpiku.

662

AKU MAU SEPERTIMU

Farid Zuhair
Wahai guru,
Berakhlak dan sabar,
Positif, dan berdisiplin,
Aku mau menjadi sepertimu.
Wahai guru, 
Berikan kami pemahaman,
Dengan hati dan perhatian,
Aku mau menjadi sepertimu.
Wahai guru,
Kauberikan waktu dan bakatmu, 
Menyakinkan masa depanku,
Aku mau menjadi sepertimu.
Terimakasih guruku,
Kan kukenang selalu,
Segala jasa upayamu,
Untuk jalani hidupku.

663

KARENA GURU 

Hermanda Yusuf
Guru,
Terima kasih sudah mengajariku,
Menjadi orang tuaku di sekolah ,
Memberi semangat para siswa. 
Guruku,
Engkau pahlawan Pendidikan,
Tak akan ada presiden tanpamu,
Kauberikan ilmu yang bermanfaat. 
Guruku,
Aku ingin membalas jasamu,
Engkau memberi ilmu tanpa pamrih,
Kaubimbing kami segenap hati.
Guruku,
Engkau mengajari kebaikan, 
Mengajariku arti kehidupan,
Ya Allah, beri mereka kebahagian.

664

MEMBERANTAS KEBODOHAN

Nadya Safitri
Engkau menjadi panutan kami,
Selalu sabar dan penuh seksama,
Semangat di saat belajar mengajar,
Demi melihat anak negeri jadi pandai.
Dengan gigih memberantas kebodohan,
Agar tak ada anak bangsa yang tak paham,
Agar cita-cita kami semua dapat tercapai,
Bahagiamu bila melihat kami berprestasi.
Jadilah cahaya yang selalu bersinar,
Semangatmu akan selalu berkobar,
Terus bersemangatmu mengajar,
Agar kami semua jadi pintar.

665

HUTAN DAN GUNUNG

Muhammad Fitho Briliano

Ada hutan dan ada gunung,
Keduanya tempat beranung, 
Suara hutan yang menggaung,
Ketika ada banjir mengepung.
Kedua elemen alam ini, 
Beri perlindungan berarti,
Penting dan ingin memberi,
Bagi kehidupan di bumi ini.
Sebagai manusia berakal, 
Harusnya mampu beri sinyal, 
Seluruh manusia yang normal,
Harusnya menjaga dan mengawal. 
Rusaknya hutan di pegunungan, 
Memberi dampak bersambungan, 
Gundulnya hutan tidak terelakkan,
Untuk itu, mari kita usaha lestarikan.
Jangan sampai ditebang lagi, 
Terlebih bila hutan dihabiskan, 
Mari kita bersama mau berjanji,
Untuk menjaga dan melindungi. 

666

JANGAN PERGI, HUTAN

Hidayaturrohman
Aku pandangi hutan nan luas,
Hutan Indonesiaku nan indah, 
Di sana ada sumber kehidupan,
Angin segarnya bisa kurasakan.
Suara alam terdengar bersahutan,
Flora dan fauna mengalunkan lagu, 
Dendang keharnonisan alam raya ini,
Janganlah dirusak oleh siapa pun juga.
Aku butuh alam yang sehat dan kuat, 
Bukan alam yang dirusak kerakusan,
Aku ingin semua insan menyadari,
Tak membiarkan hutan luas pergi.

667

ALAM YANG RUSAK

Muhammad Husni Mubarok
Engkau yang kini berbahagia, 
Bermandikan harta dunia,
Kemewahan yang semu,
Dari mana kaudapati?
Dari pohon yang kautebangi,
Hewan yang kaumusnahkan,
Tanah subur kaubuat tandus,
Mata air kaubiarkan kering.
Masih ada generasi mendatang,
Mengharap udara sehat bersih,
Hewan yang bebas di alam,
Berjuta pohon hidup aman.
Wahai para perusak alam, 
Ingatlah pada hukum alam,
Kita butuh harmoni hidup,
Di alam indah dan damai.

668

NAFAS KEHIDUPAN

Mina Aminatusshofa
 
Aku tak henti-hentinya terpukul,
Melihat hutan tak selebat kukira,
Bagai meregang nyawa kurasa,
Apakah hanya tinggal sejarah.
Gedung tinggi, permukiman padat, 
Bagai sel kanker yang menyebar,
Menggerogoti tubuh hutan rimba,
Aku melihat banyak hutan terlukai.
Meninggi cemasku pada bumi,
Acuh dan angkuhnya manusia,
Tega menganiaya tumbuhan, 
Jadi virus jiwa kehidupan.

669

NAUNGAN RIMBA

Hasna Luthfia Liulin Nuha

Waktu telah menunjukkan,
Hidup membawa perubahan,
Menimbulkan berbagai tanya,
Hingga kini tak ada jawaban.
Lihatlah, mereka tak meminta,
Hanya harapan amat bersahaja,
Alam telah memberikan semua,
Manusia yang merusak segalanya.
Semua beranjak gelap,
Indahnya tak dianggap,
Lenyap dalam sekejap,
Kini tinggal berharap.
Saat mentari pagi Kembali,
Tanpa berkata basa-basi,
Ia ingin memperbaiki,
Seperti semula lagi.
Engkau rimbaku,
Tempatku mengadu,
Diammu sadarkanku,
Masa depan menunggu.

670

CURAHAN ILMU

Anisa Hani Nurlatifah
Dian terus menyala,
Di dalam kehidupan, 
Curahan ilmu darimu,
Tinggal dalam diriku.
Tanpamu aku buta,
Bersamamu aku membaca,
Karenamu aku pun menulis,
Semua berkat bimbinganmu.
Tak tampak lelah wajahmu,
Selalu sabar saat duka dan luka,
Kauusap peluh tanpa mengeluh,
Kauganti dengan semangat baru.
Terima kasih guruku,
Jasamu besar kepadaku,
Pahlawan pendidikanku,
Puspa bangsa generasiku.

671

PERMATA HIJAU

Evita Dewi Astiani
Wilayah kami yang luas, 
Daun rimbun dan subur,
Akar kuat di dalam tanah ,
Jaga kami agar tak goyah.
Akulah sumber oksigen, 
Hijau sumber kehidupan,
Memberikan tulus diriku,
Kaubalas menghabiskanku.
Tanah subur menjadi gersang, 
Hanya tersisa akar menghitam,
Tak peduli tua atau pun muda,
Tetap engkau habisi tanpa sisa. 
Kembalikan tanah subur kami, 
Kembalikan hijau kami lagi, 
Tanam dan hidupkan kami, 
Permata hijau bumi ini.

672

PEMBERI ILMU

Raisa Putri Irawan
Wahai guru,
Engkau pemberi ilmu,
Engkau mengajariku,
Engkau membantuku.
Engkau tak mengharap imbalan,
Ketulusan mengairi telagaku,
Sabar di saat kau mengajariku,
Aku tak bisa membalas jasamu.
Tanpa hadirmu,
Tiada kecerdasanku,
Kan kuingat ajaranmu,
Ilmumu berbuah suksesku.

673

UDARA

Risalinda Noviani Gana Putri
Lebat dedaunan, rimbun pepohonan, 
Segarnya udara di alam nan terbuka,
Udara murni, bersih menyehatkan,
Belum tersentuh oleh polusi.
Namun itu hanya masa lalu,
Di mana udara bersih itu? 
Di mana udara murni itu? 
Di manakah mereka?
Polusi tersebar ke mana-mana,
Asap kendaraaan dan asap pabrik,
Kotornya udara timbulkan korban,
Harusnya sadar sebelum terlambat.

674

PUISI SISWA SMP PANGUDI
LUHUR SEDAYU, BANTUL

-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

675

TAK AKAN MELUPAKANMU

Albertus Nalendra Praditya Putra
Semangat pagimu, patahkan kemalasanku,
Langkah kakimu berikan harapan baru,
Demi aku, engkau singkirkan egomu,
Untuk sebuah mimpi besarku.
Kauberi ilmu, tanpa berpamrih,
Kaubimbing sampai kumampu,
Engkau berhati mulia, bagai Mutiara,
Kauberikan dengan sepenuh hati.
Setiap kelulusan ada perpisahan,
Kami pergi menjemput mimpi,
Senyummu melepaskan kami,
Keharuan dan terima kasihku.
Tak akan melupakanmu, guru,
Telah jadi pedoman arah tujuan,
Tanpamu aku bukanlah sesiapa,
Janganlah berhenti mengabdi.

676

BUNGA JINGGA 

Aloysia Rivana Aline
 Tetaplah engkau di sini,
Di antara beribu bunga,
Nuansa berwarna jingga,
Menghiasi lapangan hijau.
Luas lentera mata memandang,
Tak pernah bosan menunggu,
Dedaunan pun diterpa angin,
Menari seirama nada alam.
Langit sore ditandai angkasa,
Burung-burung beterbangan,
Bunga jingga bermekaran,
Hatinya riang dan bangga.

677

SENYUM MASA DEPAN 

Antonius Dias Jalu Ananta
Ketika rintik hujan turun,
Engkau tempat nyaman untuk singgah, 
Sembari menunggu reda, aku menulis, 
Bersabar menunggu reda aku membaca, 
Sambil mencium aroma tanah yang basah. 
Sudah berapa lama engkau berdiri di sana, 
Napasmu memenuhi luasnya bumi ini,
Waktu berjalan seiring menua dirimu, 
Wahai batang merapuh, engkau lelah. 
Embun pagi datang, terlintas rasa takut, 
Apakah ini hari terakhir bertemumu?
Apakah nanti udara akan beracun? 
Apakah udara segar dongeng saja? 
Sesungguhnya perkotaan bukan tempat ramah, 
Dan hutan masih dihantui mesin penghancur,
Waktu telah mengajarku untuk mencintaimu, 
Menanam, berbuah senyum di masa depan.

678

MENGARAHKAN JALAN 

Bintang Tri Dayana
Engkau memberi ilmu,
Membuat murid cerdas,
Pengetahuan teramat luas,
Engkau memang sungguh cerdas.
Terima kasih kuucapkan,
Guru mengarahkan jalan,
Ilmu selalu dilimpahkan,
Untuk bekal di kemudian.
Setiap hari kaubimbing aku,
Agar tumbuh kepandaianku,
Kan kuingat selalu nasihatmu,
Kuukir di perjalanan hidupku.

679

LENTERA ILMU 

Claresta Stella Aletta
Pelita hidup dalam melangkah,
Kehadirannya berjuta cerita masa depan,
Setiap sudut pandang cahaya memancar,
Memberi penerang untuk sebuah makna.
Berjalan bersama menuntut ilmu,
Dengan tekad penuh rasa sukacita,
Engkau beri tuntunan dan arahan,
Membuka pintu untuk berkarya.
Kauterangi gelap jalan pengetahuanku,
Tak hiraukan jarak, ruang atau waktu,
Bersuka ria pancarkan cahaya lentera,
Ilmu berguna engkau bagi dengan indah.
Kami mengenal banyak pengetahuan,
Membangun mimpi jadi kenyataan,
Petunjukmu untuk raih cita-cita,
Jadi kekuatan kami, lentera ilmu.

680

PAHLAWANKU

Laeslyleea Keisya Davian Putri Nugroho
Lembut tutur katamu,
Juga kasih sayangmu,
Sabar hadapi lakuku,
Pahit manis kaulalui,
Demi masa depanku yang cerah,
Tak pedulikan dirimu sendiri,
Pahlawan tanpa tandaj asa,
Surya penerang bangsa.

681

PENABUR ILMU

Louise Maria Glorius Shine Arini Agustin
Bergerak dengan hati ikhlas,
Pulihkan kesenjangan pendidikan,
Mencerminkan sikap antusiasme,
Tuangkan asumsi nasionalisme.
Untaian kata menuai seribu makna,
Untaian kata menjadi penyejuk jiwa,
Ruang sempit saksi bisu pengabdianmu,
Menyaksikan tingkah guru penabur ilmu.
Ada rasa ikhlas dan rasa tulus,
Letih dan sabar untuk stimulus,
Bagi turunan banyak tunas negeri,
Terima kasih penabur ilmu negeri.

682

FAJAR

Marcellinus Jaler Rhisang Setyo Nugroho
Bertaruh hari setiap pagi,
Pulang petang fajar Kembali,
Demi anak bangsa yang berlari,
Membawa harapan untuk negeri.
Lontarkan kewajiban dan larangan,
Seakan-akan lupa pada kelelahan,
Mengalir bakti tanpa mengingkar,
Tepati janji mengabdi mengajar.
Beribu terima kasih terucap,
Tak bisa membayar letih lelah,
Terima kasih untuk para pengajar,
Untuk ilmu yang telah kau berikan.

683

UNTUKMU GURU

Maura Yoandi Tanjung Asmoro
Engkau bersusah payah mencerdaskan kami,
Menyinari kami dengan ilmu yang kautabur,
Engkau menyemangati kami dengan ikhlas.
Engkau selalu sabar mengajarkan kami,
Tanpamu, tak bisa menulis dan membaca,
Betapa engkau kecewa bila kami susah diatur.

684

SEBATANG KAPUR

Veronica Meilani Rosari
Kapur meliuk-liuk menulis huruf demi huruf,
Mengeja kata-kata yang engkau ucapkan,
Tanpa letih selalu memberikan ilmu,
Memeriksa lembar tulisan kami.
Suara lantangmu mengusir tikus malas di benak kami, 
Memberi sanksi untuk kemalasan dan cerobohnya kami,
Kesabaranmu tinggi meski kami sering melalaikan tugas,
Tak kenal waktu mendorong muridmu demi nilai sempurna.
Rela sedikit tidur demi siapkan pelajaran untuk pagi hari,
Selalu sabar walau pun terkadang diabaikan, tak dihargai,
Mengajari dengan sungguh meski murid sulit menangkap,
Bersikap tegas saat memberikan motivasi tinggi pada kami.
Ilmu yang kauberikan tidak akan kami lupakan,
Maafkan kami yang seringkali mengecewakan,
Terima kasih guruku yang tak pernah menyerah,
Semangat dan baktimu jadi teladan anak didikmu.

685

PUISI SISWA SMPN 2
BAMBANGLIPURO, BANTUL

-DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

686

HUTAN

Aisyah Nur Heris Endah Yulia
Hutan dan rimba,
Rupa nan menawan,
Berhias warna hijau segar,
Bening jernih aliran sungai.
Hutan dan rimba,
Batang pohon kokoh,
Daunnya yang rimbun,
Tak ada yang gantikanmu.
Engkau sangat bermanfaat,
Dihuni aneka ragam satwa,
Sejuk udara alam sekitarnya,
Sehat dan subur aneka floranya.
Wahai hutan yang kokoh,
Engkau paru-paru isi dunia,
Permata tak tergantikan,
Aku kan menjagamu.

687

MALAIKAT KECIL

Alifah Nurul Husni
Wahai guruku tercinta...,
Kaujadikan aku pintar,
Ajari kami disiplin,
Bagai orang tuaku.
Oh guruku...,
Namamu akan kukenang,
Terpatri di sanubariku,
Sampai akhir usiaku.
Engkau bagai pelangi,
Engkau malaikat kecil,
Cahaya dalam hidupku,
Terima kasih kepadamu.

688

PELITA PENOLONG

Alin Dwi Pertiwi
Aku hanya seorang pemuda,
Memiliki harapan dan cita-cita,
Ingin berjuang, tak mau menyerah,
Demi menggapa cita-citai masa depan.
Awal jumpa, aku belum jadi pandai,
Dipertemukan dengan tujuan berbeda, 
Katamu, engkau tak pandai berkata-kata,
Tapi kata-katamu mengubah diriku.
Guru,
Tanpamu aku kosong ilmu,
Kebodohan melekat padaku, 
Berkatmu cakrawalaku luas,
Pelita penolong hidup.
Terima kasih atas ilmu, 
Nasihatmu mengikutiku,
Kuingat seumur hidupku.

689

PEWUJUD MIMPI

Annisa Khasanah
Riuh kelas menjadi tenang karenamu,
Hadirmu telah menjadi harsa bagiku,
Lembar wawasan yang engkau bawa,
Bagai permata indah di khatulistiwa. 
Tanpamu aksara tak dapat kueja,
Langkahku hampa tak berarti,
Jiwaku kosong bagai semu,
Tiada arah bagai debu.
Gelap menjadi terang,
Surut menjadi pasang,
Hangat selalu dating,
Aku bukan ilalang.
Terima kasih sampai kini,
Jasamu tak bisa kuganti,
Temani aku senantiasa,
Guru, pewujud mimpi.

690

MATAHARI ILMU

Anya Dwi Rahayu
Andai matahari tak bersinar,
Dunia menjadi gelap gulita,
Bulan tak akan pernah ada,
Kehidupan berjalan muram.
Di saat air mata berjatuhan,
Ada cahaya yang memancar,
Engkau datang terangi kami,
Hangat dengan lentera ilmumu.
Guruku, matahariku,
Engkau pahlawan pendidikan,
Aku berterima kasih padamu,
Jasamu kami semat sepanjang Langkah.

691

SEPANJANG MASA

Aulia Eva Yulianda
Pahlawan pendidikan,
Sabar membimbingku, 
Beri kasih sayang tulus,
Pendukung cita-citaku.
Kegigihanmu teladanku,
Mengabdi untuk bangsa,
Menghantar pengetahuan,
Jasamu ada sepanjang masa.
Engkau cahaya di gelap gulitaku,
Menyinari dengan wawasanmu,
Aku membuka mata dari kebutaan,
Guru, kukenang engkau senantiasa.

692

JALAN MENUJU MATAHARI

Florentina Primisthania Devi 
Kuucapkan terimakasih pada guru,
Selaksa cita telah engkau berikan, 
Darma selalu engkau curahkan,
Atma tak mengenal lelah. 
Mula abjad hingga isi buana,
Jendela yang amat bersahaja,
Aksa melihat nabastala mega,
Hingga baskara terasa dekat. 
Berkat didapat senantiasa,
Doa tak berhenti bagi semua, 
Insan sahaja itu sampai ke matahari, 
Bimbingan, dedikasi termaktub di basirah ini.

693

PAHLAWAN MULIA

Mohammad Hanafi Adnan Zulfian
Kala pagi buta kaubangun,
Pergi bersama niat nan tulus,
Semburat senyum di wajahnya,
Tersirat maksud yang amat mulia.
Engkau penggenggam cahaya,
Andalan setiap generasi muda,
Setiap tuturan katanya bernada,
Tak henti ada kalimat berharga.
Terimakasih pahlawan mulia,
Selalu menuju cakrawala biru,
Dengan tekad selalu membara,
Menebar ilmu tak kenal putus asa.

694

PELITA ILMU

Nilam Wahyu Amanah
Wahai Guruku,
Hormat dan kasih sayangku padamu,
Tak akan hilang meski tertimbun waktu,
Aku terkenang selalu akan semua jasamu.
Engkau kenalkan aku pada ilmu.
Lewat ragam buku jendela dunia,
Semangatmu merasuk ke dalamku,
Membuatku tiada pernah menyerah.
Wahai Guruku, 
Engkau cahaya pelitaku,
Kaubekali aku berjuta ilmu,
Aku mengenangmu sepanjang masa.

695

DI TEPI HUTAN

Nurul Aini

Berjalan di sepanjang tepi hutan,
Aneka burung merdu berkicauan,
Menikmati rindangnya pepohonan,
Menebar aromanya kesegaran alam.
Hembusan angin yang mengembara,
Sinar matahari pancarkan cahayanya,
Mendengar keheningan menakjubkan,
Saat melewati jalanan lumpur setapak.
Melihat suasana indah hutan,
Hijau dan menyegarkan,
Hamparan penuh pesona,
Nikmat di pandang mata.

696

SAJAK BENTALA

Putri Khazanah
Kebuasan merajalela,
Hukum rimba masih ada,
Lemah kan berujung kalah,
Tak berdaya menjiwai pasrah.
Semua lantaran loba dan tamak,
Memudarkan hijau yang berseri,
Kini dibalas gersangnya bumi ini,
Bak dendam yang palar kami mati.
Ozon berkedip mulai membuka,
Banjir bergerak landa butala,
Sebab pohon mulai tiada,
Apakah kalian merasa?
Mari melek tuk reboisasi,
Memercik warna pada bumi,
Merehabilitasi hijau Kembali,
Demi bentala yang lebih asri.

697

KUSAMBUT PAGI

Ratna Cahya Kumala
Fajar menyambutku lagi,
Azan subuh bangunkanku,
Sejuknya embun di pagi hari,
Kuhirup udara yang menyegarkan.
Perjalanan harus kutempuh,
Tak mau semangatku lumpuh,
Kujabat tanganmu nan lembut,
Merasakan kasihnya seorang ibu.
Ia memberiku ilmu baru,
Tak tampak ada lelah,
Aku pun akan bangkit,
Kepak sayapku esok hari.

698

NEGERIKU TERGUNCANG

Saad Mubaarok
Bila bumi berdetak,
Walau hanya dalam detik,
Bangunan akan terguncang,
Pohon banyak yang tumbang.
Semua makhluk akan panik,
Gempa bumi berakibat bencana,
Rumah megah hancur tanpa sisa,
Korban jiwa pun akan berjatuhan.
Menyayangi semesta selagi kita ada,
Bukan menyiksa isi bumi semena-mena,
Maka semesta pun akan ramah kepada kita,
Semua makhluk akan hidup berdampingan.

699

PATRIOT

Salsabila Alya Mukhbita
Pelita menerangi gelap,
Tetes embun menyejukkan,
Engkau seorang pendidik saba,r
Guru yang mewujudkan ikhlas.
Engkau patriot dalam Pendidikan,
Mendidik setiap generasi ini,
Memberi dan mengolah ilmu,
Untuk bekal di kemudian hari.

700


Click to View FlipBook Version