Vlekke, Bernard H. M. Nusantara, Sejarah Indonesia.
Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.
2008.
Wibowo, Ivan. Cokin? So What Gitu Loh!. Komunitas
Bambu. Depok. 2008.
Wiranata, I Gede A. B. Antropologi Budaya. Penerbit
Citra Aditya Bakti. Bandung 2011.
Wirawan, Jerry. Sejarah Masyarakat Tionghoa
Makassar. Pustaka Gramedia. Jakarta.
2013.
482
Artikel
Aan Rukmana & Eddie Lembong. Penyerbukan Silang
Antar Budaya. Nabil Forum Edisi VIII dan
Edisi IX 2014.
Abdullah, Taufik. Kebijakan Orde Baru Arsitek
Konflik Sosial. Majalah Peradaban Vol. 1
No. 1, September 2001.
Ari, Ahmad. Jejak Pembauran Melanesia dan
Austronesia. Kompas, 23 November 2015.
Arkeologi. Dua Ras Bertemu di Goa Harimau.
Kompas, 30 Mei 2014.
Aryono, dkk. Silang Budaya Tionghoa. Laporan Utama
Historia No 10 Tahun I, 2013.
Danandjaja, James. Naluri Nativistik Sudah Merasuk
Lagi Hubungan Etnik. Majalah Peradaban
Vol. 1 No. 1, September 2001
483
Danandjaja, James. Orang Indonesia masih dalam
Taraf Kesukubangsaan Belum Kebangsaan.
Buku THHK 100 Tahun, 2001.
Di ZI Gui. Standards for Being Good Student &
Children. Amitaba Buddhist Society.
Singapore.
Dundu, Pingkan Elita. Prosesi “Tjia Taw” yang Masih
Bertahan. Kompas, 4 November 20015.
Edisi Khusus Majalah Gatra. Wali Songo, Syiar Tanpa
Pedang. 22 Desember 2001.
Faiq, Mohammad Hilmi. Cokek Hiburan Kaum Jelata.
Harian Kompas.
Lembong, Eddie. Etnis Tionghoa adalah Bagian
Integral dari Bangsa Indonesia. Ceramah di
Pa Tsung, 14 April 2013.
Maarif, Buya Sjafii. “ ....... Seharusnya Kebudayaan
Kita Itu, Kita Kokohkan Lagi”. Wawancara
Nabil Forum VIII.
484
Naga, Dali Santun. Bangsa Indonesia. Majalah Sinergi
Vol. 6 No. 8, Oktober 2008.
Naga, Dali Santun. Budaya Konghucu menjadi Bagian
dari Budaya Indonesia. Artikel dari 70
Tahun Indonesia Merdeka. Pustaka Sinar
Harapan.
Naga, Dali Santun. Orang Indonesia Asli. Majalah
Sinergi No. 14 Tahun II, Desember 1999.
Naga, Dali Santun. Sinergi Bangsa. Majalah Sinergi
No. 6 Tahun 1, 1999.
Pauline, R. H, Warga Tionghoa dalam Percaturan
Ekonomi. Majalah Peradaban Vol. 1 No. 1,
September 2001.
Triyana, Bunnie dan Isnaeni, Hendri F. Dari Lisensi
Benteng ke Main Sapi. Majalah Historia
No 10 Tahun 2013.
485
Lengkapi Koleksi Anda dengan
Buku-buku Ini
Dari Tiong Hoa Hwe Koan 1900 Sampai
Sekolah Terpadu Pahoa 2008
Iskandar Jusuf
Buku ini mencoba memotret satu dinamika yang
berlangsung pada masa Hindia Belanda, yakni bagaimana
tokoh-tokoh Tionghoa peranakan di Batavia pada tahun
1901 mendirikan sekolah Tionghoa modern pertama di
Indonesia yang kemudian menyebar dan berkembang ke
seluruh Indonesia.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana sekolah Tiong
Hoa Hwe Koan Jakarta (Pa Hoa) menjadi korban prahara
politik dan dibubarkan serta perjuangan para alumninya yang bercita-cita
membalas budi almamaternya dengan jalan membangun kembali jiwa, falsafah, budaya
luhur sekolah Pa Hoa. Akhirnya pada tahun 2008 berdirilah “SEKOLAH TERPADU
PAHOA”.
Bangsa Tionghoa di Perantauan
Jadi Bangsa Indonesia Suku Tionghoa
Iskandar Jusuf
Buku ini bercerita tentang perantau Tionghoa yang merantau
ke Nusantara sejak abad kedelapan, kemudian menikah
dengan perempuan pribumi dan melahirkan anak-anak yang
disebut Tionghoa peranakan. Pada zaman Hindia Belanda,
Tionghoa peranakan mendapat status kaulanegara Belanda
(penduduk Hindia Belanda). Setelah Indonesia merdeka,
kaulanegara Belanda menjadi warga negara Indonesia,
tetapi belum dianggap sebagai bangsa Indonesia asli. Pada
tahun 2006, baru diakui sebagai pribumi dan disamakan dan disetarakan
dengan sesama bangsa Indonesia dari suku bangsa Lainnya. Sekarang sudah menjadi
pribumi, sudah menjadi bangsa Indonesia suku Tionghoa.
Bisa dibeli di Toko Sekolah Terpadu Pahoa
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1, Summarecon Serpong, Tangerang