The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Penulis : Iskandar Yusuf

Buku karangan Iskandar Jusuf ini menambah dan memperkaya khasanah tulisan tentang orang Tionghoa/WNI di Indonesia serta usaha meng-Indonesia-nya. Banyak informasi tentang sejarahnya dan bahan pemikiran diketengahkan dalam buku ini. Prof. Dali Santun Naga sebagai editor dan DR. Albert Hasibuan sebagai pemberi Kata Pengantar, menjadi jaminan akan mutu dan seriusnya bacaan ini. Iskandar Jusuf telah dengan tekun dan teliti menuliskan naskah, dan saya juga merasakan rasa debaran jantungnya. Ini ibaratnya menjadi obsesi agar sebagai orang Indonesia dianggap
lengkap terutama dengan terbitnya UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI.

Tekanan penting yang didalilkan, bahwa dengan dihapuskannya kata "asli” yang digandengkan di dalam Pasal 8 UUD 1945:Presiden adalah orang Indonesia "asli", maka dianggap bahwa diskriminasi ras kewarganegaraan Indonesia telah selesai terutama bagi WNI keturunan Tionghoa. Anggapan ini tentu kurang tepat. Di Pasal 8 ini kata asli bukan mengenai etnisitasnya tetapi hukum ketatanegaraan. Sebenarnya, secara etnistras tidak ada orang "Indonesia asli“, sebab faham kebangsaan Indonesia adalah faham
politis, etis. Jadi supaya menjadi Indonesia yang asli, yang tulen, adalah diukur berdasarkan nasionalisme-patriotismenya terhadap nusa Indonesia - "Nusantara" ini. Dengan mengerti problematik psikhologis dan semangat dari orang seperti Saudara Iskandar Jusuf ini, maka buku ini sungguh menjadi petunjuk tentang
pembinaan kebangsaan Indonesia yang multi-minoritas ini.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Pahoa, 2022-04-25 21:39:29

Jalan panjang asimilasi etnis Tionghoa

Penulis : Iskandar Yusuf

Buku karangan Iskandar Jusuf ini menambah dan memperkaya khasanah tulisan tentang orang Tionghoa/WNI di Indonesia serta usaha meng-Indonesia-nya. Banyak informasi tentang sejarahnya dan bahan pemikiran diketengahkan dalam buku ini. Prof. Dali Santun Naga sebagai editor dan DR. Albert Hasibuan sebagai pemberi Kata Pengantar, menjadi jaminan akan mutu dan seriusnya bacaan ini. Iskandar Jusuf telah dengan tekun dan teliti menuliskan naskah, dan saya juga merasakan rasa debaran jantungnya. Ini ibaratnya menjadi obsesi agar sebagai orang Indonesia dianggap
lengkap terutama dengan terbitnya UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI.

Tekanan penting yang didalilkan, bahwa dengan dihapuskannya kata "asli” yang digandengkan di dalam Pasal 8 UUD 1945:Presiden adalah orang Indonesia "asli", maka dianggap bahwa diskriminasi ras kewarganegaraan Indonesia telah selesai terutama bagi WNI keturunan Tionghoa. Anggapan ini tentu kurang tepat. Di Pasal 8 ini kata asli bukan mengenai etnisitasnya tetapi hukum ketatanegaraan. Sebenarnya, secara etnistras tidak ada orang "Indonesia asli“, sebab faham kebangsaan Indonesia adalah faham
politis, etis. Jadi supaya menjadi Indonesia yang asli, yang tulen, adalah diukur berdasarkan nasionalisme-patriotismenya terhadap nusa Indonesia - "Nusantara" ini. Dengan mengerti problematik psikhologis dan semangat dari orang seperti Saudara Iskandar Jusuf ini, maka buku ini sungguh menjadi petunjuk tentang
pembinaan kebangsaan Indonesia yang multi-minoritas ini.

Keywords: Sejarah

Vlekke, Bernard H. M. Nusantara, Sejarah Indonesia.
Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.
2008.

Wibowo, Ivan. Cokin? So What Gitu Loh!. Komunitas
Bambu. Depok. 2008.

Wiranata, I Gede A. B. Antropologi Budaya. Penerbit
Citra Aditya Bakti. Bandung 2011.

Wirawan, Jerry. Sejarah Masyarakat Tionghoa
Makassar. Pustaka Gramedia. Jakarta.
2013.

482

Artikel
Aan Rukmana & Eddie Lembong. Penyerbukan Silang

Antar Budaya. Nabil Forum Edisi VIII dan
Edisi IX 2014.
Abdullah, Taufik. Kebijakan Orde Baru Arsitek
Konflik Sosial. Majalah Peradaban Vol. 1
No. 1, September 2001.
Ari, Ahmad. Jejak Pembauran Melanesia dan
Austronesia. Kompas, 23 November 2015.
Arkeologi. Dua Ras Bertemu di Goa Harimau.
Kompas, 30 Mei 2014.
Aryono, dkk. Silang Budaya Tionghoa. Laporan Utama
Historia No 10 Tahun I, 2013.
Danandjaja, James. Naluri Nativistik Sudah Merasuk
Lagi Hubungan Etnik. Majalah Peradaban
Vol. 1 No. 1, September 2001

483

Danandjaja, James. Orang Indonesia masih dalam
Taraf Kesukubangsaan Belum Kebangsaan.
Buku THHK 100 Tahun, 2001.

Di ZI Gui. Standards for Being Good Student &
Children. Amitaba Buddhist Society.
Singapore.

Dundu, Pingkan Elita. Prosesi “Tjia Taw” yang Masih
Bertahan. Kompas, 4 November 20015.

Edisi Khusus Majalah Gatra. Wali Songo, Syiar Tanpa
Pedang. 22 Desember 2001.

Faiq, Mohammad Hilmi. Cokek Hiburan Kaum Jelata.
Harian Kompas.

Lembong, Eddie. Etnis Tionghoa adalah Bagian
Integral dari Bangsa Indonesia. Ceramah di
Pa Tsung, 14 April 2013.

Maarif, Buya Sjafii. “ ....... Seharusnya Kebudayaan
Kita Itu, Kita Kokohkan Lagi”. Wawancara
Nabil Forum VIII.

484

Naga, Dali Santun. Bangsa Indonesia. Majalah Sinergi
Vol. 6 No. 8, Oktober 2008.

Naga, Dali Santun. Budaya Konghucu menjadi Bagian
dari Budaya Indonesia. Artikel dari 70
Tahun Indonesia Merdeka. Pustaka Sinar
Harapan.

Naga, Dali Santun. Orang Indonesia Asli. Majalah
Sinergi No. 14 Tahun II, Desember 1999.

Naga, Dali Santun. Sinergi Bangsa. Majalah Sinergi
No. 6 Tahun 1, 1999.

Pauline, R. H, Warga Tionghoa dalam Percaturan
Ekonomi. Majalah Peradaban Vol. 1 No. 1,
September 2001.

Triyana, Bunnie dan Isnaeni, Hendri F. Dari Lisensi
Benteng ke Main Sapi. Majalah Historia
No 10 Tahun 2013.

485

Lengkapi Koleksi Anda dengan
Buku-buku Ini

Dari Tiong Hoa Hwe Koan 1900 Sampai
Sekolah Terpadu Pahoa 2008
Iskandar Jusuf

Buku ini mencoba memotret satu dinamika yang
berlangsung pada masa Hindia Belanda, yakni bagaimana
tokoh-tokoh Tionghoa peranakan di Batavia pada tahun
1901 mendirikan sekolah Tionghoa modern pertama di
Indonesia yang kemudian menyebar dan berkembang ke

seluruh Indonesia.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana sekolah Tiong
Hoa Hwe Koan Jakarta (Pa Hoa) menjadi korban prahara
politik dan dibubarkan serta perjuangan para alumninya yang bercita-cita
membalas budi almamaternya dengan jalan membangun kembali jiwa, falsafah, budaya
luhur sekolah Pa Hoa. Akhirnya pada tahun 2008 berdirilah “SEKOLAH TERPADU
PAHOA”.

Bangsa Tionghoa di Perantauan
Jadi Bangsa Indonesia Suku Tionghoa
Iskandar Jusuf

Buku ini bercerita tentang perantau Tionghoa yang merantau
ke Nusantara sejak abad kedelapan, kemudian menikah
dengan perempuan pribumi dan melahirkan anak-anak yang
disebut Tionghoa peranakan. Pada zaman Hindia Belanda,
Tionghoa peranakan mendapat status kaulanegara Belanda

(penduduk Hindia Belanda). Setelah Indonesia merdeka,
kaulanegara Belanda menjadi warga negara Indonesia,
tetapi belum dianggap sebagai bangsa Indonesia asli. Pada
tahun 2006, baru diakui sebagai pribumi dan disamakan dan disetarakan
dengan sesama bangsa Indonesia dari suku bangsa Lainnya. Sekarang sudah menjadi
pribumi, sudah menjadi bangsa Indonesia suku Tionghoa.

Bisa dibeli di Toko Sekolah Terpadu Pahoa
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1, Summarecon Serpong, Tangerang


Click to View FlipBook Version