The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-01-14 00:44:28

The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional

by Jared Diamond Tyas Palar

Keywords: The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional ,by Jared Diamond Tyas Palar,Budaya

http://facebook.com/indonesiapustaka The World until Yesterday

(DUNIA HINGGA KEMARIN)
Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Masyarakat Tradisional?

Jared
diamond

http://facebook.com/indonesiapustaka

The World
until Yesterday

(DUNIA HINGGA KEMARIN)

Apa y ang Dapat Kita Pelajari dari Masy arakat Tradisional?

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta
Pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pe-
langgaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pe-
langgaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem-
bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

http://facebook.com/indonesiapustaka The World
until Yesterday

(DUNIA HINGGA KEMARIN)

Apa y ang Dapat Kita Pelajari dari Masy arakat Tradisional?

Jared
diamond

J akarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

http://facebook.com/indonesiapustaka Dunia Hingga Kemarin
Jared Diamond
Hak terjemahan bahasa Indonesia pada KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia)
KPG 591500989
Cetakan pertama, Juni 2015
Judul asli
The World until Yesterday
Copyright © Jared Diamond, 2012. All rights reserved
Penerjemah
Damaring Tyas Wulandari Palar
Penyunting
Andya Primanda
Penataletak
Dadang Kusmana
Perancang sampul
Boy Bayu Anggara

DIAMOND, Jared
The World until Yesterday
Jakarta; KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2015
x + 604 hlm.; 15 cm x 23 cm
ISBN: 978-979-91-0875-3

Dicet ak oleh PT Gramedia
Isi di luar t anggung j awab percet akan

Dipersem bahkan kepada
Meg Tay lor,

sebagai penghargaan bagi persahabatan
berdasaw arsa-dasaw arsa,

dan w aw asan yang kam u bagi m engenai kedua dunia kita.

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

Daftar Isi

Daftar Pe ta, Tabe l, Ilu s tras i x
1
Pembukaan: Di banDara

Pemandangan di bandara ▪ Mengapa mempelajari masyarakat-
masyarakat tradisional? ▪ Negara ▪ Tipe-tipe masyarakat
tradisional ▪ Pendekatan, penyebab, dan sumber ▪ Buku kecil
mengenai subjek besar ▪ Susunan buku ini

baGian SaTu: membanGun LaTar DenGan membaGi ruanG 39

bab 1: kaWan, LaWan, OranG aSinG, Dan SauDaGar 41

http://facebook.com/indonesiapustaka Batas ▪ Wilayah yang saling tidak boleh dimasuki ▪ Penggunaan
lahan non-eksklusif ▪ Kawan, lawan, dan orang asing ▪ Kontak
pertama ▪ Perdagangan dan pedagang ▪ Ekonomi pasar ▪ Bentuk-
bentuk tradisional perdagangan ▪ Dagangan tradisional ▪ Siapa
berdagang apa? ▪ Negara-negara mungil

baGian Dua: Damai Dan PeranG 89
91
bab 2: kOmPenSaSi aTaS kemaTian SeOranG anak

Kecelakaan ▪ Upacara ▪ Bagaimana jika...? ▪ Apa yang negara
lakukan ▪ Kompensasi di Papua ▪ Hubungan seumur hidup ▪
Masyarakat-masyarakat bukan-negara lainnya ▪ Kewenangan

viii ● DAFTAR ISI

negara ▪ Peradilan perdata negara ▪ Cacat-cacat dalam peradilan
perdata negara ▪ Peradilan pidana negara ▪ Peradilan restoratif ▪

Keunggulan-keunggulan dan harga y ang harus dibay arkan

bab 3: SaTu bab PenDek, menGenai SuaTu
PeranG keciL
138
Perang Dani ▪ Urutan kejadian perang ▪ Korban tewas dalam
perang

bab 4: bab YanG Lebih PanjanG, menGenai banYak
PeranG
150

Deinisi perang ▪ Sumber-sumber informasi ▪ Bentuk-bentuk
peperangan tradisional ▪ Tingkat kematian ▪ Kemiripan dan
perbedaan ▪ Mengakhiri perang ▪ Efek kontak dengan orang-orang
Eropa ▪ Hewan yang gemar berperang, manusia yang pecinta
damai ▪ Motif perang tradisional ▪ Penyebab mendasar ▪ Siapa
yang diperangi? ▪ Melupakan Pearl Harbor

baGian TiGa: muDa Dan Tua 217

bab 5: membeSarkan anak-anak 219

Pembandingan cara membesarkan anak ▪ Kelahiran anak
▪ Infantisida ▪ Penyapihan dan jarak kelahiran ▪ Menyusui
sekeinginan anak ▪ Kontak anak dan dewasa ▪ Ayah dan
orangtua-damping ▪ Tanggapan terhadap anak yang menangis
▪ Hukuman isik ▪ Otonomi anak ▪ Kelompok bermain multi-usia ▪
Permainan dan pendidikan anak ▪ Anak-anak mereka dan anak-

anak kita

bab 6: PerLakuan TerhaDaP OranG LanjuT uSia:
hOrmaTi, abaikan, aTau habiSi?
262
Orang lanjut usia ▪ Harapan mengenai perawatan lansia ▪
Mengapa meninggalkan atau membunuh? ▪ Kegunaan lansia ▪
Nilai-nilai masyarakat ▪ Aturan-aturan masyarakat ▪ Sekarang
lebih baik atau lebih buruk? ▪ Apa yang harus dilakukan kepada

la n sia ?

baGian emPaT: bahaYa Dan TanGGaPan 299

http://facebook.com/indonesiapustaka bab 7: ParanOia kOnSTrukTif 301

Sikap terhadap bahaya ▪ Kunjungan malam ▪ Kecelakaan kapal ▪
Hanya sebatang tongkat di tanah ▪ Mengambil risiko ▪ Risiko dan

kegem aran m engobrol

bab 8: SinGa Dan bahaYa-bahaYa LainnYa 340

Bahaya-bahaya dalam kehidupan tradisional ▪ Kecelakaan ▪
Kewaspadaan ▪ Kekerasan oleh manusia ▪ Penyakit ▪ Tanggapan

DAFTAR ISI ● ix

terhadap penyakit ▪ Kelaparan ▪ Kekurangan makanan yang
tidak terperkirakan ▪ Memanfaatkan lahan yang terpencar-
pencar ▪ Musim dan cadangan makanan ▪ Perluasan ragam
makanan ▪ Mengumpul dan menyebar ▪ Tanggapan terhadap

bahaya

baGian Lima: aGama, bahaSa, Dan keSehaTan 409

bab 9: aPa YanG DiberiTahukan beLuT LiSTrik kePaDa

kiTa menGenai evOLuSi aGama 411

Pertanyaan-pertanyaan mengenai agama ▪ Deinisi agama ▪
Fungsi dan belut listrik ▪ Pencarian penjelasan sebab ▪ Keyakinan
supranatural ▪ Fungsi penjelasan agama ▪ Meredakan kecemasan
▪ Menyediakan penghiburan ▪ Organisasi dan kepatuhan ▪
Kode perilaku terhadap orang asing ▪ Menjustiikasi perang
▪ Perlambang komitmen ▪ Ukuran keberhasilan religius ▪

Perubahan fungsi agam a

bab 10: berTuTur DenGan banYak bahaSa 466

Multilingualisme ▪ Total bahasa di dunia ▪ Bagaimana
bahasa ber-evolusi ▪ Geograi keanekaragaman bahasa ▪
Multilingualisme tradisional ▪ Manfaat bilingualisme ▪ Penyakit
Alzheimer ▪ Bahasa-bahasa yang menghilang ▪ Bagaimana
bahasa menghilang ▪ Apakah bahasa minoritas berbahaya?
▪ Untuk apa melestarikan bahasa? ▪ Bagaimana kita bisa

m elindungi bahasa?

bab 11: Garam, GuLa, Lemak, Dan PemaLaS 514

Penyakit-penyakit tidak menular ▪ Asupan garam kita ▪ Garam
dan tekanan darah ▪ Penyebab hipertensi ▪ Sumber garam pada
makanan ▪ Diabetes ▪ Jenis-jenis diabetes ▪ Gen, lingkungan,
dan diabetes ▪ Orang-orang Indian Pima dan Penduduk Nauru
▪ Diabetes di India ▪ Manfaat-manfaat gen pemicu diabetes ▪
Mengapa diabetes rendah di antara orang-orang Eropa? ▪ Masa

depan peny akit-peny akit tidak m enular

PenuTuP: Di banDara Lain 563

http://facebook.com/indonesiapustaka Dari rimba ke 405 ▪ Keunggulan dunia modern ▪ Keunggulan
dunia tradisional ▪ Apa yang bisa kita pelajari?

Ucapan Te rim a Kas ih 58 1
Bacaan Le bih Lan ju t 58 5
Kredit Ilustrasi 602
Te n tan g Pe n u lis 604

DAFTAR PETA, TABEL, ILUSTRASI

Pe ta 1. Lokasi 39 m asyarakat yang akan sering dibahas dalam buku ini 30

Tabe l 1.1. Barang-barang yang diperdagangkan oleh sejum lah
m asyarakat tradisional
77

Tabe l 3 .1. Keanggotaan dua persekutuan Dani yang berperang 141

Tabe l 8 .1. Kecelakaan penyebab kem atian dan cedera 343

Tabe l 8 .2 . Simpanan makanan tradisional di seluruh dunia 395
Tabe l 9 .1. Sejumlah deinisi agama yang diajukan 415

Tabe l 9 .2 . Contoh-contoh kepercayaan supranatural yang terbatas pada

agama-agama tertentu 432

Ilu s tras i 9 .1. Fungsi-fungsi agam a berubah seiring waktu 464

http://facebook.com/indonesiapustaka Tabe l 11.1. Prevalensi diabetes Tipe-2 di seluruh dunia 546

Tabe l 11.2 . Contoh-contoh sikap kem aruk ketika m akanan tersedia 552
secara melimpah

http://facebook.com/indonesiapustaka PEMBUKAAN

Di Bandara

Pemandangan di bandara ▪ Mengapa mempelajari masyarakat
tradisional? ▪ Negara ▪ Tipe-tipe masyarakat tradisional ▪ Pendekatan,
penyebab, dan sumber ▪ Buku kecil mengenai subjek besar ▪ Susunan

buku ini

Pem andangan di bandara
30 April 20 0 6, pukul 7 pagi. Saya berada di aula check-in suatu ban-
dara, m encengkeram kereta dorong saya, seraya terdesak-desak oleh
banyak orang lain yang juga sedang check-in untuk penerbangan per-
tam a pagi itu. Adegan tersebut sungguh akrab: ratusan calon penum -
pang yang m em bawa koper, kardus, ransel, dan bayi, m em bentuk
barisan-barisan sejajar mendekati satu gerai panjang, dengan pega-
wai-pegawai m askapai penerbangan yang berseragam berdiri di bela-
kangnya, m enghadapi kom puter. Orang-orang lain yang juga berse-
ragam tersebar di antara kerumunan: pilot dan pramugari, pemeriksa
bagasi, serta dua petugas polisi yang dikerubungi oleh kerum unan dan
berdiri tanpa melakukan apa-apa selain hadir di sana. Para pemeriksa
bagasi sibuk m em eriksa bawaan penum pang dengan sinar X, pegawai
maskapai melabeli koper, dan portir meletakkan koper-koper di atas
sabuk berjalan yang m em bawa koper-koper itu pergi, m oga-m oga
sam pai ke pesawat yang benar. Di sepanjang dinding di seberang gerai
check-in, terdapat toko-toko yang m enjual surat kabar dan hidangan
cepat saji. Benda-benda lain di sekitar saya adalah jam dinding biasa,

http://facebook.com/indonesiapustaka 2 ● DI BANDARA

telepon, ATM, tangga berjalan ke lantai atas, dan tentu saja pesawat-
pesawat di landas pacu yang bisa terlihat dari jendela-jendela term inal.

Para petugas maskapai menggerakkan jari-jemari mereka di atas
papan ketik kom puter dan m enatap ke layar, terkadang m encetak
resi kartu kredit di term inal kartu kredit. Kerum unan orang di situ
menunjukkan campuran umum rasa humor, kesabaran, kegusaran,
antre dengan sabar, dan tegur sapa dengan tem an. Sewaktu saya
m encapai ujung antrean, saya m enunjukkan selem bar kertas (berkas
penerbangan saya) kepada seseorang yang belum pernah saya lihat
sebelum nya dan m ungkin tidak akan pernah saya jum pai lagi (seorang
petugas check-in). Dia lantas m enyerahkan kepada saya sehelai kertas
yang m em beri saya izin untuk terbang ratusan kilom eter m enuju
tem pat yang belum pernah saya kunjungi, yang penduduknya tidak
m engenal saya nam un tidak akan berkeberatan bila saya datang
b er ku n ju n g.

Bagi para pelancong dari AS, Eropa, atau Asia, ciri pertam a yang
akan m ereka anggap berbeda dari pem andangan yang tam pak biasa
saja itu adalah bahwa sem ua orang dalam aula itu selain saya dan se-
gelintir wisatawan lain merupakan orang Papua. Perbedaan-perbedaan
lain yang akan disadari oleh pelancong dari luar negeri adalah bahwa
bendera nasional yang dipajang di atas gerai check-in adalah bendera
hitam, merah, dan emas milik negara Papua Nugini, menampilkan
burung cendrawasih dan rasi bintang Layang-layang; sim bol m askapai
di gerai bukan m ilik Am erican Airlines atau British Airways m elainkan
Air Niugini; dan nama-nama tujuan terbang di layar terdengar eksotik:
Wapenam anda, Goroka, Kikori, Kundiawa, dan Wewak.

Bandara tem pat saya check-in pagi itu adalah bandara Port
Moresby, ibukota Papua Nugini. Bagi orang yang mengetahui sejarah
Papua—termasuk saya, yang pertama kali datang ke Papua Nugini
pada 1964 ketika negara tersebut m asih berada di bawah pem erintahan
Australia—pem andangan itu akrab, m em ukau, sekaligus m engharukan.
Dalam benak, saya m em bandingkan pem andangan itu dengan foto-
foto yang diam bil oleh orang-orang Australia pertam a yang m em asuki
dan "m enem ukan" Dataran Tinggi Papua pada 1931, yang dipadati satu
juta penduduk desa-desa Papua yang kala itu m asih m enggunakan
peralatan batu. Dalam foto-foto itu, para penduduk Dataran Tinggi,
yang telah hidup beribu-ribu tahun relatif terisolasi dengan penge-
tahuan terbatas mengenai dunia luar, menatap orang-orang Eropa
pertam a yang m ereka lihat (Gam bar 30 , 31) dengan ketakutan. Saya

PEMANDANGAN DI BANDARA ● 3

http://facebook.com/indonesiapustaka menatap wajah-wajah para penumpang, petugas gerai, dan pilot
Papua Nugini di bandara Port Moresby pada tahun 2006 itu, dan
terbayanglah wajah-wajah orang-orang Papua Nugini yang dipotret
pada 1931. Orang-orang yang berdiri di sekitar saya di bandara ketika
itu tentu saja bukan orang-orang yang ada di foto-foto tahun 1931,
nam un wajah-wajah m ereka m irip, dan sebagian di antaranya m ungkin
m erupakan anak-cucu orang-orang di foto-foto itu.

Perbedaan paling jelas antara pem andangan check-in tahun 20 0 6
yang terpatri di ingatan saya, dan foto-foto "kontak pertam a" dari
tahun 1931, adalah bahwa para penduduk Dataran Tinggi Papua pada
1931 tidak m engenakan banyak pakaian selain rok rum put, noken yang
diselempangkan di bahu, dan hiasan kepala dari bulu burung, namun
pada 20 0 6 mereka mengenakan pakaian standar internasional berupa
kemeja, celana panjang, rok, celana pendek, dan topi bisbol. Dalam satu
atau dua generasi, dan dalam kehidupan individual banyak orang di
aula bandara itu, para penduduk Dataran Tinggi Papua belajar menulis,
menggunakan komputer, dan menerbangkan pesawat. Sebagian orang
di aula itu mungkin merupakan orang-orang pertama dalam suku me-
reka yang belajar m em baca dan m enulis. J urang generasi itu bagi
saya disim bolkan oleh pem andangan berupa dua laki-laki Papua di
antara kerum unan di bandara, laki-laki yang lebih m uda m enggandeng
yang lebih tua: yang lebih m uda m engenakan seragam pilot, dan dia
m enjelaskan kepada saya bahwa dia m em bawa laki-laki yang lebih
tua, kakeknya, untuk terbang pertam a kali dengan pesawat terbang;
sem entara sang kakek yang beruban terlihat nyaris sam a kebingungan
dan paniknya dengan orang-orang dalam foto-foto tahun 1931.

Namun seorang pengamat yang akrab dengan sejarah Papua
akan m engenali perbedaan-perbedaan yang lebih besar di antara pe-
m andangan tahun 1931 dan 20 0 6, selain bahwa orang-orang di tahun
1931 m engenakan rok rum put sem entara orang-orang di tahun 20 0 6
mengenakan pakaian Barat. Masyarakat-masyarakat Dataran Tinggi
Papua pada 1931 bukan hanya tidak m em iliki pakaian produksi pabrik,
melainkan juga semua teknologi modern, mulai dari arloji, telepon, dan
kartu kredit sampai komputer, tangga berjalan, dan pesawat terbang.
Secara lebih m endasar, di Dataran Tinggi Papua pada 1931 tidak ada
tulisan, logam , uang, sekolah, dan pem erintahan terpusat. Seandainya
tidak pernah terjadi dalam kurun waktu belum lama ini, kita mungkin
bertanya-tanya: bisakah m asyarakat tanpa tulisan benar-benar m e-
nguasai tulisan dalam waktu satu generasi?

http://facebook.com/indonesiapustaka 4 ● DI BANDARA

Seorang pengam at teliti yang akrab dengan sejarah Papua akan
m enyadari lebih banyak lagi ciri-ciri lain pem andangan tahun 20 0 6
yang bisa ditem ukan juga pada pem andangan di bandara-bandara
m odern lainnya, nam un berbeda dengan pem andangan Dataran Tinggi
tahun 1931 yang tertangkap oleh foto-foto yang dibuat ketika kontak
pertam a. Pada pem andangan 20 0 6 terdapat lebih banyak orang tua
beruban, sem entara relatif lebih sedikit orang yang bertahan hidup
sam pai tua dalam m asyarakat Dataran Tinggi tradisional. Kerum unan
di bandara, m eskipun pada awalnya bagi orang Barat yang belum
pernah bertem u orang-orang Papua akan tam pak "hom ogen"—m ereka
semua mirip karena sama-sama berkulit gelap dan berambut keriting
(Gam bar 1, 13, 26, 30 , 31, 32)—sebenarnya heterogen dalam segi-
segi lain penampakan mereka: penduduk dataran rendah dari pesisir
selatan yang jangkung, dengan janggut jarang dan wajah yang lebih
sem pit; penduduk Dataran Tinggi yang lebih pendek, berjanggut lebat,
dan berwajah lebar; serta penduduk pulau dan dataran rendah pesisir
utara yang m em iliki ciri-ciri wajah yang agak m irip orang Asia. Pada
1931, m ustahil m enjum pai penduduk Dataran Tinggi, penduduk da-
taran rendah pesisir selatan, dan penduduk dataran rendah pesisir
utara bersama-sama; kumpulan orang mana pun di Papua jauh lebih
hom ogen pada 1931 dibandingkan dengan kerum unan di bandara
pada 20 0 6 itu. Seorang ahli linguistik yang m endengarkan kerum unan
itu bercakap-cakap akan bisa m em bedakan lusinan bahasa, yang
tergolong ke dalam kelom pok yang am at berbeda-beda; bahasa-
bahasa tonal dengan kata-kata yang dibedakan oleh tinggi-rendah
nada seperti bahasa Mandarin, bahasa-bahasa Austronesia dengan
suku kata dan konsonan yang relatif sederhana, serta bahasa-bahasa
tanpa-tonal Papua. Pada 1931, kita bisa m enjum pai individu-individu
yang berbicara beberapa bahasa berbeda bersam a-sam a, nam un tidak
pernah ada kum pulan orang yang berbicara lusinan bahasa berbeda.
Dua bahasa yang banyak digunakan, bahasa Inggris dan Tok Pisin
(dikenal juga sebagai bahasa Inggris Melanesia atau bahasa Inggris
Pidgin), m erupakan bahasa-bahasa yang digunakan pada 20 0 6 di gerai
check-in dan juga dalam percakapan di antara banyak penum pang,
nam un pada 1931 sem ua percakapan di seluruh Dataran Tinggi Papua
dilangsungkan dengan bahasa-bahasa lokal, yang m asing-m asing
terbatas di area yang sem pit.

Satu lagi perbedaan halus antara pem andangan 1931 dan 20 0 6 ada-
lah bahwa di antara kerumunan 20 0 6 terdapat sejumlah orang Papua

PEMANDANGAN DI BANDARA ● 5

http://facebook.com/indonesiapustaka dengan tipe tubuh yang sayangnya um um di Am erika: orang-orang
kelebihan berat badan dengan "perut bir" menggelambir di atas ikat
pinggang. Foto-foto dari 75 tahun lalu tidak m enunjukkan seorang
pun penduduk Papua Nugini yang kelebihan berat; semua orang lang-
sing dan berotot (Gam bar 30 ). Bila saya bisa m ewawancarai dokter
yang m erawat para penum pang itu, m aka (jika m enilik dari statistika
kesehatan masyarakat Papua Nugini modern) saya pasti akan diberi
tahu m engenai peningkatan jum lah kasus diabetes yang terkait dengan
kelebihan berat badan, plus kasus-kasus hipertensi, penyakit jantung,
stroke, dan kanker yang tidak dikenal satu generasi silam .

Satu lagi perbedaan kerumunan 20 0 6 dibandingkan dengan keru-
m unan 1931 adalah satu ciri yang kita anggap biasa saja di dunia
m odern: sebagian besar orang yang berjejalan dalam aula bandara itu
m erupakan orang-orang asing yang tak pernah berjum pa sebelum nya,
nam un tidak ada di antara m ereka yang berkelahi. Itu tak terba-
yangkan pada 1931, kala perjum paan dengan orang asing jarang ter-
jadi, berbahaya, dan berkem ungkinan besar berubah m enjadi perta-
rungan. Ya, m em ang ada dua orang petugas polisi dalam aula ban-
dara itu, guna m enjaga ketertiban, nam un pada kenyataannya keru-
munan itu menjaga ketertiban sendiri, semata karena para penum-
pang tahu bahwa tidak ada di antara orang asing itu yang akan
m enyerang m ereka, dan bahwa m ereka hidup dalam m asyarakat
dengan petugas polisi dan prajurit yang siap dipanggil seandainya
ada perkelahian yang kelewat batas. Pada 1931, tidak ada yang nam a-
nya polisi atau pemerintah di Papua Nugini. Penumpang di aula
bandara itu menikmati hak untuk terbang ataupun menggunakan
sarana transportasi lain menuju Wapenamanda atau ke mana pun di
Papua Nugini tanpa perlu izin. Di dunia Barat modern, kami anggap
kebebasan m elanglang itu biasa saja, nam un sebelum nya keadaan itu
sungguh luar biasa. Pada 1931, tidak ada orang Papua yang terlahir di
Goroka pernah m engunjungi Wapenam anda yang hanya 172 kilom eter
ke arah barat; tak terpikirkan gagasan untuk melanglang dari Goroka
ke Wapenamanda, tanpa terbunuh gara-gara dianggap orang asing
tak dikenal dalam 10 kilometer pertama dari Goroka. Namun saya
baru saja m elanglang sejauh 11.0 0 0 kilom eter dari Los Angeles ke
Port Moresby, jarak yang ratusan kali lipat lebih besar daripada jarak
kum ulatif yang pernah ditem puh seorang penduduk Dataran Tinggi
Papua tradisional selam a m asa hidupnya dari tem pat kelahirannya.

http://facebook.com/indonesiapustaka 6 ● DI BANDARA

Sem ua perbedaan antara kerum unan 20 0 6 dan 1931 itu bisa di-
rangkum dengan m engatakan bahwa, dalam 75 tahun terakhir,
populasi Dataran Tinggi Papua telah melesat melalui perubahan-per-
ubahan yang butuh waktu ribuan tahun untuk berlangsung di sebagian
besar tem pat lain di dunia. Bagi orang-orang Dataran Tinggi, perubah-
an itu bahkan lebih cepat lagi: sejumlah teman saya dari Papua Nugini
m enceritakan kepada saya bahwa m ereka m asih m em buat beliung batu
terakhir dan ambil bagian dalam perang-perang suku tradisional terak-
hir, hanya satu dasawarsa sebelum bertem u saya. Kini, warga negara-
negara industri menganggap wajar saja ciri-ciri pemandangan 20 0 6
yang saya sebutkan: logam , tulisan, m esin, pesawat terbang, polisi dan
pemerintah, orang-orang kelebihan berat badan, berjumpa orang asing
tanpa rasa takut, populasi yang heterogen, dan lain sebagainya. Namun
sem ua ciri m asyarakat m anusia m odern itu relatif baru dalam sejarah
m anusia. Selam a nyaris 6.0 0 0 .0 0 0 tahun sejak garis keturunan evolu-
sioner proto-manusia dan proto-simpanse saling memisah, semua ma-
syarakat m anusia tidak m em iliki logam dan segala hal lainnya itu. Ciri-
ciri m odern itu baru m uncul dalam 11.0 0 0 tahun terakhir, di beberapa
daerah saja di dunia.

Dengan demikian, Papua* dalam beberapa segi merupakan jendela
bagi dunia m anusia seperti adanya sam pai kem arin, bila diukur dengan
skala waktu 6.0 0 0 .0 0 0 tahun evolusi m anusia. (Saya m enekankan
"dalam beberapa segi"—tentu saja Dataran Tinggi Papua pada 1931
bukanlah dunia kem arin dulu yang belum pernah berubah.) Sem ua
perubahan yang tiba di Dataran Tinggi selam a 75 tahun terakhir juga
telah terjadi pada m asyarakat-m asyarakat lain di seluruh dunia, nam un

* Peristilahan yang digunakan bagi Papua sungguh m em bingungkan. Sepanjang buku ini,
saya m enggunakan istilah "Papua" untuk m engacu kepada pulau Papua, pulau terbesar
kedua di dunia setelah Tanah Hijau, yang terletak dekat khatulistiwa di sebelah utara
Australia (halam an 26). Saya m engacu kepada penduduk asli pulau itu yang beraneka-
ragam sebagai "orang-orang Papua". Sebagai akibat kecelakaan sejarah kolonial abad
ke-19, pulau itu sekarang terbagi secara politis di antara dua negara. Bagian tim ur pulau
tersebut, beserta banyak pulau kecil di sekitarnya, m em bentuk negara m erdeka Papua
Nugini, yang awalnya merupakan koloni Jerman di timur laut dan koloni Britania di
tenggara, serta diperintah oleh Australia sam pai kem erdekaannya pada 1975. Orang-
orang Australia menyebut bekas koloni Jerman sebagai Nugini sementara bekas koloni
Britania sebagai Papua. Paroan barat pulau tersebut, tadinya bagian dari Hindia Belanda,
sejak 1969 m erupakan provinsi Indonesia (dahulu Irian J aya, kem udian diganti nam anya
m enjadi provinsi Papua dan Papua Barat). Kerja lapangan saya di Papua berlangsung
nyaris sam a lam anya di kedua belahan politis pulau tersebut.

MENGAPA MEMPELAJARI MASYARAKAT-MASYARAKAT TRADISIONAL? ● 7

di sebagian besar tempat lain di dunia, perubahan-perubahan itu
terjadi lebih dahulu dan secara jauh lebih bertahap daripada di Papua.
Tapi, "bertahap" itu relatif: bahkan pada m asyarakat-m asyarakat di
mana perubahan-perubahan itu terjadi lebih dahulu, waktu kurang
daripada 11.0 0 0 tahun hanyalah sebentar dibandingkan dengan
6.0 0 0 .0 0 0 tahun. Pada dasarnya, m asyarakat-m asyarakat m anusia
mengalami perubahan-perubahan besar baru-baru ini saja secara cepat.

Me n gapa m e m pe lajari m as yarakat-m as yarakat
trad is io n al?
Mengapa masyarakat "tradisional" sebegitu menarik bagi kita?** Seba-
gian alasannya adalah ketertarikan m anusiawi; rasa girang m engenal
orang-orang yang sedem ikian m irip dengan kita dan m udah dipaham i
dalam beberapa segi, sekaligus sedemikian berbeda dengan kita dan
sukar dipaham i dalam beberapa segi lain. Sewaktu saya tiba untuk
pertam a kali di Papua, pada 1964 ketika saya berusia 26 tahun, saya
terpukau oleh keeksotikan orang-orang Papua: mereka terlihat ber-
beda dari orang-orang Am erika, berbicara dengan bahasa-bahasa yang
berbeda, berpakaian secara berbeda, dan berperilaku secara berbeda.
Namun dalam dasawarsa-dasawarsa berikutnya, selama lusinan kun-
jungan yang saya lakukan selam a satu sam pai lim a bulan setiap kali ke
banyak bagian Papua dan pulau-pulau tetangganya, rasa keeksotikan
yang tadinya m endom inasi luntur m enjadi rasa kesam aan seiring
saya m engenali orang-orang Papua secara individual: kam i bercakap-

http://facebook.com/indonesiapustaka ** Yang saya m aksudkan dengan istilah m asyarakat "tradisional" dan "berskala kecil",
yang akan saya gunakan sepanjang buku ini, adalah m asyarakat m asa lalu m aupun m a-
sa kini yang hidup dalam kepadatan populasi rendah, berkisar dari beberapa lusin
sampai beberapa ribu orang, bertahan hidup dengan berburu-mengumpul atau dengan
bercocok-tanam atau menggembala, dan berubah secara terbatas akibat kontak dengan
m asyarakat-m asyarakat industrial yang besar dan terwesternisasi. Pada kenyataannya,
sem ua m asyarakat tradisional sem acam itu yang m asih ada sekarang telah berubah se-
tidaknya sebagian akibat kontak dengan m asyarakat industrial, dan sebagai gantinya da-
pat dijabarkan sebagai m asyarakat "transisional" alih-alih "tradisional", nam un m ereka
sering kali m asih m em pertahankan banyak ciri dan proses sosial m asyarakat kecil
seperti pada m asa lalu. Saya m engkontraskan m asyarakat tradisional bersakala kecil
dengan m asyarakat "terwesternisasi", yang saya artikan sebagai m asyarakat industrial
m odern besar yang dijalankan oleh pem erintahan negara, akrab bagi para pem baca buku
ini sebagai masyarakat di mana sebagian besar pembaca saya kini hidup. Masyarakat
dem ikian diistilahkan "terwesternisasi" karena ciri-ciri penting m asyarakat-m asyarakat
itu (m isalnya Revolusi Industri dan kesehatan m asyarakat) pertam a kali m uncul di Eropa
Barat pada 170 0 -an dan 180 0 -an, dan m enyebar dari situ ke banyak negara lain.

http://facebook.com/indonesiapustaka 8 ● DI BANDARA

cakap untuk waktu lam a, m enertawakan candaan yang sam a, saling
menceritakan ketertarikan tentang anak-anak dan seks dan makanan
dan olahraga, serta mendapati diri kami marah, takut, berduka, lega,
dan bersukacita bersam a-sam a. Bahkan bahasa-bahasa m ereka m eru-
pakan variasi tem a-tem a linguistik yang fam iliar di seluruh dunia:
walaupun bahasa Papua pertam a yang saya pelajari (Fore) tidak terkait
dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa sehingga kosakatanya sam a sekali
tidak akrab dengan saya, bahasa Fore tetap m enkonjugasikan kata kerja
secara rumit seperti bahasa J erman, dan memiliki pronomina ganda
seperti bahasa Slovenia, pascaposisi seperti bahasa Finlandia, dan tiga
kata depan demonstratif ("di sini", "dekat di sana", dan "jauh di sana")
seperti bahasa Latin.

Sem ua kem iripan itu m enyesatkan saya, setelah perasaan awal saya
m engenai keeksotikan Papua, sehingga saya berpikir, “Orang di m ana
saja pada dasarnya sam a.” Tidak, akhirnya saya pun m enyadari, kita
sem ua berbeda dalam banyak hal yang m endasar: banyak tem an-tem an
Papua saya m enghitung secara berbeda (dengan pem etaan visual,
bukan dengan angka abstrak), memilih istri atau suami secara berbeda,
memperlakukan orangtua dan anak-anak secara berbeda, memandang
bahaya secara berbeda, dan m em iliki konsep persahabatan yang
berbeda. Cam puran m em bingungkan antara kem iripan dan perbedaan
itu m erupakan salah satu hal yang m enjadikan m asyarakat-m asyarakat
tradisional menarik bagi orang luar.

Satu lagi alasan m engapa m asyarakat tradisional m enarik dan pen-
ting adalah m ereka m em pertahankan ciri-ciri cara hidup nenek m oyang
kita selam a puluhan ribu tahun, sam pai kurang lebih kem arin. Gaya hi-
dup tradisional-lah yang m em bentuk kita dan m enjadikan kita seperti
sekarang. Pergeseran dari berburu-mengumpul menjadi pertanian
baru dim ulai sekitar 11.0 0 0 tahun lalu; alat-alat logam pertam a dan
tulisan pertam a baru m uncul sekitar 5.40 0 tahun lalu. Kondisi-kondisi
"modern" baru berkembang, bahkan secara lokal saja, dalam secuil dari
pentangan sejarah m anusia; sem ua m asyarakat m anusia pernah m en-
jadi tradisional jauh lebih lam a daripada m enjadi m odern. Kini, para
pembaca buku ini menganggap wajar saja makanan hasil pertanian
yang dibeli di toko, bukannya m akanan dari alam yang diburu dan
dikum pulkan setiap hari, peralatan logam bukannya peralatan kayu,
batu, dan tulang, pemerintahan negara dan pengadilan hukum dan
polisi dan tentara yang terkait dengannya, serta baca-tulis. Namun
segala hal yang kelihatannya m erupakan kebutuhan dasar itu relatif

MENGAPA MEMPELAJARI MASYARAKAT-MASYARAKAT TRADISIONAL? ● 9

http://facebook.com/indonesiapustaka baru, dan miliaran orang di seluruh dunia saat ini masih hidup dalam
cara-cara yang sebagian tradisional.

Di dalam m asyarakat-m asyarakat industrial yang m odern pun
m asih tertanam berbagai ranah di m ana banyak m ekanism e tradisio-
nal m asih beroperasi. Di banyak daerah perdesaan Dunia Pertam a,
misalnya lembah Montana tempat saya beserta istri dan anak-anak
saya berlibur m usim panas setiap tahun, banyak persengketaan m asih
dipecahkan m elalui m ekanism e-m ekanism e inform al tradisional, bu-
kan melalui pengadilan. Geng-geng perkotaan di kota-kota besar ti-
dak m em anggil polisi untuk m enyelesaikan perselisihan m ereka, m e-
lainkan mengandalkan metode-metode tradisional berupa negosiasi,
kom pensasi, intim idasi, dan perang. Tem an-tem an saya yang berasal
dari Eropa dan tum buh besar di desa-desa kecil Eropa pada 1950 -an
m enggam barkan m asa kanak-kanak seperti yang ada di desa Papua
tradisional: semua orang di desa saling mengenal, semua orang tahu
apa yang orang lain lakukan dan m engem ukakan opini m ereka m e-
ngenai hal itu, orang-orang m enikahi pasangan yang terlahir hanya
satu atau dua kilom eter jauhnya, orang-orang tinggal seum ur hidup di
dalam atau di dekat desa kecuali para pem uda yang am bil bagian da-
lam Perang Dunia, dan persengketaan dalam desa harus diselesaikan
dengan cara yang m em ulihkan hubungan atau m enjadikannya bisa
ditoleransi, sebab m ereka akan hidup dekat orang yang bersengketa
dengannya seum ur hidup. Dengan kata lain, dunia kem arin tidak
dihapus dan digantikan oleh dunia hari ini yang baru: banyak hal dari
dunia kemarin masih bersama kita. Itulah satu alasan lain kita ingin
memahami dunia kemarin.

Seperti yang akan kita lihat dalam bab-bab buku ini, m asyarakat-
m asyarakat tradisional jauh lebih beragam dalam banyak praktik bu-
daya daripada m asyarakat-m asyarakat industrial m odern. Dalam
kisaran keanekaragam an itu, banyak norm a budaya m asyarakat ne-
gara m odern yang jauh sekali perbedaannya dengan norm a-norm a
tradisional dan terletak lebih dekat ke ekstrem-ekstrem kisaran ke-
anekaragaman tradisional tersebut. Misalnya, dibandingkan dengan
m asyarakat industrial m odern m ana pun, sejum lah m asyarakat tra-
disional memperlakukan orang lanjut usia secara jauh lebih kejam,
sem entara yang lain m enawarkan kehidupan yang jauh lebih m em uas-
kan bagi orang lanjut usia; m asyarakat industrial m odern lebih dekat
ke ekstrem yang disebutkan terdahulu daripada yang belakangan. Tapi
para ahli psikologi mendasarkan sebagian besar generalisasi mereka

http://facebook.com/indonesiapustaka 10 ● DI BANDARA

mengenai hakikat manusia pada penelitian-penelitian mengenai irisan
keanekaragam an m anusia kita sendiri yang sem pit dan tak tipikal. Di
antara subjek-subjek m anusia yang dipelajari dalam sam pel m akalah
dalam jurnal-jurnal psikologi top yang disurvei pada 20 0 8, 96%
berasal dari negara-negara industrial terwesternisasi (Am erika Utara,
Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Israel), 68% khususnya berasal
dari Am erika Serikat, dan sam pai 80 % m erupakan m ahasiswa S1
psikologi, alias tidak tipikal bahkan untuk m asyarakat bangsa m ereka
sendiri. Dengan kata lain, seperti yang dikatakan oleh para ilm uwan
sosial Joseph Henrich, Steven Heine, dan Ara Norenzayan, sebagian
besar pemahaman kita mengenai psikologi manusia didasarkan pada
subjek-subjek yang dapat dideskripsikan dengan singkatan WEIRD:
dari m asyarakat yang Western, educated, industrialized, rich, and
democratic—Barat, berpendidikan, terindustrialisasi, kaya, dan dem o-
kratik. Kebanyakan subjek juga tam paknya m em ang "w eird" alias
"aneh" berdasarkan standar-standar variasi budaya dunia, sebab
m ereka terbukti sebagai pencilan luar di dalam banyak penelitian m e-
ngenai fenom ena budaya yang m engam bil sam pel variasi dunia secara
lebih luas. Fenom ena-fenom ena yang disam pel itu m encakup persepsi
visual, keadilan, kerjasam a, hukum an, penalaran biologis, orientasi
ruang, penalaran analitik versus holistik, penalaran m oral, m otivasi
untuk m enyelaraskan diri, m em buat pilihan, dan konsep diri. Oleh
karena itu bila kita hendak menggeneralisasi hakikat manusia, kita
perlu sangat memperluas sampel penelitian kita dari subjek-subjek
WEIRD yang biasa (biasanya m ahasiswa S1 psikologi Am erika) hingga
m encakup keseluruhan kisaran m asyarakat tradisional.

Sementara para ilmuwan sosial tentu bisa menarik kesimpulan-ke-
simpulan bernilai akademik dari penelitian-penelitian terhadap masya-
rakat-masyarakat tradisional, kita semua juga mungkin bisa mempelajari
berbagai hal yang bernilai praktis. Masyarakat tradisional pada dasarnya
merepresentasikan ribuan tahun percobaan alam tentang bagaimana
membangun masyarakat manusia. Masyarakat-masyarakat tradisional
telah menghasilkan ribuan pemecahan terhadap berbagai masalah
manusia, pemecahan-pemecahan yang berbeda dengan yang diterapkan
oleh masyarakat-masyarakat WEIRD modern kita. Kita akan lihat bahwa
sebagian pemecahan itu—misalnya, sebagian cara masyarakat tradisional
membesarkan anak, memperlakukan orang lanjut usia, menjaga
kesehatan, berbicara, menghabiskan waktu senggang, dan menyelesaikan
perselisihan—mungkin akan Anda, seperti juga saya, anggap sebagai

http://facebook.com/indonesiapustaka NEGARA ● 11

superior dibandingkan praktik-praktik yang normal dijalankan di
Dunia Pertama. Barangkali kita bisa memperoleh keuntungan dari
mengadopsi secara selektif sejumlah praktik tradisional itu. Sebagian di
antara kita sudah melakukannya, dengan manfaat nyata bagi kesehatan
dan kebahagiaan. Dalam beberapa segi, kita orang modern merupakan
penyimpangan; tubuh dan praktik-praktik kita kini menghadapi kondisi-
kondisi yang berbeda dengan sewaktu mereka ber-evolusi dulu, padahal
terhadap kondisi-kondisi yang dulu itulah mereka beradaptasi.

Namun kita juga tidak boleh melakukan ekstrem yang satu lagi, yai-
tu m erom antisasi m asa lalu dan m endam bakan m asa-m asa yang lebih
sederhana. Banyak praktik tradisional yang sudah kita buang, dan kita
bersyukur karenanya—m isalnya infantisida, m engabaikan atau m em -
bunuh orang yang lanjut usia, m enghadapi risiko kelaparan berkala,
berisiko lebih tinggi terkena bahaya dari lingkungan atau penyakit m e-
nular, kerap kali melihat anak sendiri meninggal, dan terus-menerus
hidup dalam ketakutan akan diserang. Masyarakat-masyarakat tradi-
sional bukan hanya bisa m em berikan saran kepada kita m engenai
praktik-praktik kehidupan yang lebih baik, m elainkan juga m em bantu
kita m enghargai sejum lah keunggulan m asyarakat kita yang selam a ini
kita anggap wajar saja.

Negara
Masyarakat tradisional lebih bervariasi dalam hal organisasi dibanding
m asyarakat dengan pem erintahan negara.*** Sebagai titik awal untuk
m em bantu kita m em aham i ciri-ciri yang tidak kita akrabi di m asya-
rakat tradisional, m ari kita ingat-ingat lagi ciri-ciri yang kita akrabi di
negara-bangsa tempat kita hidup sekarang.

Kebanyakan bangsa m odern m em iliki populasi ratusan ribu atau
jutaan orang, berkisar sampai lebih dari satu miliar di India dan Tiong-
kok, dua negara m odern berpenduduk paling banyak. Bahkan negara-
bangsa m odern berdaulat yang paling kecil, negara-negara pulau
Nauru dan Tuvalu di pasiik, berpenduduk lebih daripada 10.000 jiwa.
(Vatikan, dengan populasi hanya 1.000 orang, juga diklasiikasikan se-
bagai negara, namun merupakan kekecualian karena merupakan kan-

*** Sepanjang buku ini, saya akan m enggunakan kata "state" ("negara") bukan hanya
dengan m aknanya yang biasa yaitu "kondisi" (m isalnya, "he was reduced to a state of
poverty "), m elainkan juga dengan m akna politis teknisnya, yaitu m asyarakat besar
dengan pem erintahan birokratik tersentralisasi, seperti yang dideskripsikan di bawah.

http://facebook.com/indonesiapustaka 12 ● DI BANDARA

tong m ungil di dalam kota Rom a, tem pat asal sem ua kebutuhan yang
Vatikan im por.) Pada m asa lalu pun, negara-negara m em iliki populasi
yang berkisar dari puluhan ribu sam pai jutaan orang. Populasi yang
besar itu sudah cukup untuk memberitahu kita bagaimana nega-
ra m encukupi kebutuhan m akannya, bagaim ana negara harus dior-
ganisasi, dan mengapa negara sampai ada. Semua negara mencu-
kupi m akan warganya terutam a m elalui produksi m akanan (pertanian
dan penggem balaan), bukan berburu dan m engum pulkan. Kita bisa
m em peroleh lebih banyak m akanan dengan bercocok-tanam atau
memelihara ternak dalam sehektar kebun, ladang, atau padang
penggem balaan yang telah kita isi dengan spesies-spesies tum buhan
dan hewan yang paling berm anfaat bagi kita, daripada berburu dan
m engum pulkan spesies hewan dan tum buhan liar apa pun (yang
sebagian besar tidak bisa dim akan) yang kebetulan hidup dalam se-
hektar hutan. Oleh karena alasan itu saja, tidak ada m asyarakat pem -
buru-pengum pul yang pernah m am pu m em enuhi kebutuhan m akan
populasi yang cukup padat untuk m endukung pem erintahan negara.
Di negara m ana pun, hanya sekian persen populasi—sam pai serendah
2% di m asyarakat-m asyarakat m odern dengan pertanian yang sangat
term ekanisasi—yang m enum buhkan pangan. Anggota-anggota lain
populasi sibuk m elakukan berbagai hal lain (m isalnya m em erintah atau
memproduksi barang atau berdagang), tidak menumbuhkan pangan
sendiri, dan sebagai gantinya bertahan hidup dari kelebihan pangan
yang dihasilkan oleh para petani.

Populasi besar negara juga memastikan bahwa sebagian besar
orang dalam suatu negara tak saling kenal. Mustahil bagi warga ne-
gara Tuvalu yang kecil sekalipun untuk m engenal ke-10 .0 0 0 rekan se-
negaranya, dan bagi ke-1,4 m iliar warga negara Tiongkok tantangan itu
bahkan lebih mustahil lagi. Oleh karena itu negara memerlukan polisi,
hukum, dan kode moralitas untuk memastikan bahwa perjumpaan
terus-m enerus yang tak terhindarkan antara orang-orang asing tidak
secara rutin berubah m enjadi perkelahian. Kebutuhan akan polisi dan
hukum dan perintah moral untuk berlaku ramah terhadap orang asing
itu tidak hadir dalam m asyarakat kecil, di m ana sem ua orang saling
m en gen a l.

Terakhir, begitu suatu m asyarakat m elebihi 10 .0 0 0 orang, m usta-
hil mencapai, melaksanakan, dan mengelola keputusan dengan me-
ngumpulkan semua warga untuk berdiskusi tatap muka, di mana setiap
orang m enyam paikan pikirannya m asing-m asing. Populasi besar tidak

http://facebook.com/indonesiapustaka NEGARA ● 13

bisa berfungsi tanpa para pem im pin yang m engam bil keputusan, ekse-
kutif yang m elaksanakan keputusan, serta birokrasi yang m engelola
keputusan dan hukum. Malang bagi Anda yang berpaham anarkis dan
bermimpi hidup tanpa pemerintahan negara, itulah alasan-alasan
m engapa m im pi Anda tidak realistik: Anda harus m encari kum pulan
atau suku kecil yang bersedia m enerim a Anda, di m ana tidak ada
seorang pun yang asing, dan di m ana raja, presiden, m aupun birokrat
tidak dibutuhkan.

Akan kita lihat sebentar lagi bahwa sejum lah m asyarakat tra-
disional m em iliki populasi yang cukup besar untuk m em butuhkan
birokrat serbaguna. Tapi negara-negara m em iliki populasi yang lebih
besar lagi dan membutuhkan birokrat-birokrat terspesialisasi dan
terdiferensiasi secara vertikal m aupun horisontal. Bagi kita, warga ne-
gara, para birokrat itu m engesalkan: lagi-lagi sayangnya, m ereka di-
butuhkan. Negara memiliki sedemikian banyak hukum dan warga
negara sehingga satu tipe birokrat saja tidak dapat melaksanakan
semua hukum sang raja: harus ada penarik pajak tersendiri, juga
pemeriksa kendaraan bermotor, polisi, hakim, pemeriksa kebersihan
restoran, dan lain sebagainya. Dalam satu lem baga negara yang
m engandung hanya satu jenis birokrat sem acam itu pun, kita terbiasa
dengan fakta bahwa ada banyak pejabat dalam tiap jenis, tersusun
dalam hierarki dengan tingkat berbeda-beda: lembaga pajak memiliki
petugas pajak yang secara langsung m engaudit laporan pajak Anda,
dan bekerja di bawah penyelia, orang yang Anda protes bila Anda
tidak setuju dengan laporan sang agen, dan si penyelia sendiri bekerja
di bawah m anajer kantor, yang bekerja di bawah m anajer distrik atau
negara bagian, yang bekerja di bawah kom isioner pendapatan dalam
negeri bagi seluruh Am erika Serikat. (Pada kenyataannya hierarki
itu bahkan lebih rum it lagi: saya tidak sertakan beberapa tingkatan
lain demi mempersingkatnya.) Novel Franz Kafka, Das Schloss (Puri),
menjabarkan birokrasi khayalan semacam itu, yang terilhami oleh
birokrasi sungguhan di Kekaisaran Habsburg, tempat Kafka menjadi
warga negara. Bila saya baca sebelum tidur, tulisan Kafka mengenai
perasaan frustrasi yang dihadapi protagonisnya kala berurusan dengan
birokrasi puri khayalan itu dijamin membuat saya bermimpi buruk,
namun Anda pembaca sekalian pasti punya mimpi buruk dan perasaan
frustrasi Anda sendiri, buah dari berurusan dengan birokrasi betulan.
Itulah harga yang kita bayar untuk hidup di bawah pemerintahan

http://facebook.com/indonesiapustaka 14 ● DI BANDARA

negara: tak pernah ada pendamba utopia yang pernah menemukan cara
menjalankan bangsa tanpa setidaknya sejumlah birokrat.

Satu lagi ciri yang terlalu kita akrabi dari negara adalah bahwa,
bahkan di negara-negara dem okrasi Skandinavia yang paling egaliter,
warga negara tidaklah setara secara politis, ekonomis, maupun sosial.
Tak pelak, negara mana pun pastilah memiliki segelintir pemimpin
politik yang m em berikan perintah dan m em buat hukum , serta banyak
orang biasa yang m em atuhi perintah dan hukum tersebut. Warga ne-
gara memiliki peran ekonomi berbeda-beda (sebagai petani, pesuruh,
pengacara, politikus, penjaga toko, dsb) dan sejumlah peran tersebut
digaji lebih tinggi daripada peran yang lain. Sejum lah warga negara m e-
nikm ati status sosial yang lebih tinggi daripada warga negara lainnya.
Sem ua upaya idealistik untuk m em inim alisasi ketidaksetaraan di dalam
negara—misalnya perumusan gambaran ideal komunis oleh Karl Marx,
“Dari m asing-m asing sesuai kem am puannya, bagi m asing-m asing se-
suai kebutuhannya”—telah gagal.

Negara tidak bisa ada sebelum ada produksi makanan (baru di-
mulai sekitar 9000 SM), dan negara belum juga ada sebelum pro-
duksi makanan telah beroperasi selama beberapa ribu tahun se-
hingga terbentuklah populasi yang besar, padat, dan m em butuhkan
pemerintahan negara. Negara pertama muncul di Bulan Sabit Subur
pada sekitar 3400 SM, dan negara-negara lain lantas bermunculan
di Tiongkok, Meksiko, Andes, Madagaskar, dan daerah-daerah lain
selam a beberapa ribu tahun berikutnya, sam pai hari ini peta dunia
m enunjukkan keseluruhan daratan di planet ini kecuali Antartika
terbagi-bagi m enjadi berbagai negara. Bahkan di Antartika pun terjadi
klaim teritorial yang bertum pang-tindih sebagian oleh tujuh negara.

Tipe -tipe m as yarakat tradis io n al
Dengan demikian, sebelum 3400 SM tidak ada negara di mana pun,
dan kini masih ada daerah-daerah luas yang tidak terkontrol oleh
negara, beroperasi di bawah sistem-sistem politik tradisional yang
lebih sederhana. Perbedaan-perbedaan antara masyarakat-masyarakat
tradisional itu dan masyarakat-masyarakat negara yang kita akrabi ada-
lah pokok bahasan buku ini. Bagaimana seharusnya kita menggolong-
kan dan membicarakan keanekaragaman masyarakat tradisional itu
sen d ir i?

Meskipun setiap masyarakat manusia bersifat unik, tetap ada pola-
pola lintas budaya yang m em ungkinkan sejum lah generalisasi. Ter-

http://facebook.com/indonesiapustaka TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 15

utam a, ada kecenderungan korelasi antara setidaknya em pat aspek
m asyarakat: ukuran populasi, cara m em peroleh m akanan, sentrali-
sasi politik, dan stratiikasi sosial. Seiring peningkatan ukuran dan ke-
padatan populasi, pemerolehan makanan dan segala keperluan lain
cenderung terintensiikasi. Dengan kata lain, ada lebih banyak makan-
an yang diperoleh per hektar oleh petani subsistensi yang hidup di
desa-desa dibanding oleh kelom pok-kelom pok nom aden kecil yang
terdiri atas pem buru-pengum pul, dan m akin banyak lagi yang di-
peroleh per hektar di petak-petak beririgasi intensif yang ditanam i
oleh m asyakat berpopulasi padat dan di pertanian-pertanian ter-
mekanisasi di negara-negara modern. Pengambilan keputusan politis
menjadi semakin tersentralisasi, dari diskusi kelompok tatap muka
pada kelompok-kelompok pemburu-pengumpul kecil menjadi hierarki
politis dan pengambilan keputusan oleh pemimpin di negara-negara
modern. Stratiikasi sosial meningkat, dari egalitarianisme relatif pada
kelompok-kelompok pemburu-pengumpul kecil menjadi ketidaksetara-
an antara orang-orang dalam m asyarakat besar yang tersentralisasi.

Korelasi antara berbagai aspek suatu m asyarakat itu tidaklah
kaku: sejum lah m asyarakat berukuran tertentu m em iliki cara m em -
peroleh makanan yang semakin terintensiikasi, atau lebih banyak
sentralisasi politik, atau lebih banyak stratiikasi sosial, daripada
masyarakat-masyarakat lain. Namun kita membutuhkan sebutan
praktis untuk m engacu kepada beragam tipe m asyarakat yang m un-
cul dari kecenderungan-kecenderungan luas itu, seraya m engakui ke-
anekaragaman di dalam kecenderungan-kecenderungan tersebut.
Masalah praktis kita mirip dengan masalah yang dihadapi para ahli
psikologi tum buh kem bang yang m em bahas perbedaan di antara
individu manusia. Meskipun setiap manusia bersifat unik, tetap
ada kecenderungan-kecenderungan luas yang terkait usia, m isalnya
bahwa orang berusia 3 tahun secara rata-rata berbeda dalam banyak
segi yang berkorelasi dari orang yang berusia 24 tahun. Namun usia
m em bentuk kesinam bungan tanpa batas-batas yang tegas: tidak ada
transisi mendadak dari menjadi "seperti orang berusia 3 tahun" ke
menjadi "seperti orang berusia 6 tahun". Dan ada perbedaan di antara
orang-orang yang berusia sama. Meskipun menghadapi kerumitan-
kerumitan itu, para ahli psikologi tumbuh kembang masih menganggap
ada gunanya m enggunakan kategori-kategori bersebutan praktis seperti
"bayi", "balita", "anak", "rem aja", "dewasa m uda", dan lain sebagainya,
seraya m engakui ketidaksem purnaan kategori-kategori itu.

http://facebook.com/indonesiapustaka 16 ● DI BANDARA

Para ilm uwan sosial juga beranggapan bahwa ada gunanya
m enggunakan kategori-kategori yang ketidaksem purnaannya m ereka
pahami. Mereka menghadapi kerumitan tambahan bahwa perubahan-
perubahan di antara m asyarakat bisa berbalik ke kondisi terdahulu,
sementara perubahan-perubahan pada kelompok usia tidak bisa.
Desa tani mungkin kembali menjadi kawanan pemburu-pengumpul
kecil bila terjadi kekeringan, sementara orang berusia 4 tahun tidak
akan pernah kembali menjadi orang berusia 3 tahun. Meskipun se-
bagian besar ahli psikologi tumbuh-kembang setuju mengakui dan
m enam ai kategori-kategori terluas berupa bayi/ anak/ rem aja/ dewasa,
para ilmuwan sosial menggunakan berbagai perangkat berbeda dari
kategori-kategori bersebutan praktis untuk m enjabarkan variasi di
antara m asyarakat-m asyarakat tradisional, dan sebagian ilm uwan
menjadi tidak senang menggunakan kategori sama sekali. Dalam buku
ini saya akan terkadang m enggunakan pem bagian m asyarakat m a-
nusia m enurut Elm an Service m enjadi em pat kategori berdasarkan
peningkatan ukuran populasi, sentralisasi politik, dan stratiikasi sosial:
kawanan (band), suku (tribe), kedatuan (chiefdom), dan negara (state).
Meskipun istilah-istilah itu telah berusia 50 tahun dan istilah-istilah lain
telah diajukan sesudahnya, istilah-istilah Service memiliki keunggulan
yaitu kesederhanaan: cukup empat istilah untuk diingat, bukan tujuh
istilah; dan kata-kata tunggal, bukan frase panjang. Namun tolong ingat
bahwa istilah-istilah tersebut hanyalah sebutan praktis yang berguna
untuk m em bahas keanekaragam an luar biasa m asyarakat m anusia,
tanpa perlu mengulang-ulangi ketidaksempurnaan dalam istilah-istilah
praktis dan variasi-variasi penting dalam setiap kategori setiap kali
istilah-istilah itu digunakan dalam naskah buku ini.

J enis m asyarakat paling kecil dan sederhana (diistilahkan Service
sebagai kawanan) terdiri atas beberapa lusin individu saja, banyak di
antaranya yang m erupakan anggota satu atau beberapa keluarga besar
(yaitu suam i-istri dewasa, anak-anak m ereka, dan sejum lah orangtua,
saudara kandung, dan sepupu mereka). Sebagian besar pemburu-
pengumpul nomaden, dan sejumlah petani kebun, secara tradisional
hidup dengan kepadatan populasi rendah dalam kelompok-kelompok
kecil sem acam itu. Anggota-anggota kawanan cukup sedikit jum lahnya
sehingga setiap orang saling mengenal dengan baik, keputusan
kelompok dapat tercapai melalui diskusi tatap muka, dan tidak ada
kepem im pinan politik form al ataupun spesialisasi ekonom i yang
tegas. Seorang ilmuwan sosial akan mendeskripsikan kawanan sebagai

http://facebook.com/indonesiapustaka TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 17

relatif egalitarian dan demokratik: anggota-anggota kawanan tidak
m em iliki perbedaan besar dalam hal "kekayaan" (toh hanya ada sedikit
harta pribadi) dan kekuatan politik, kecuali sebagai akibat perbedaan
individual dalam hal kem am puan atau kepribadian, dan perbedaan-
perbedaan itu diperhalus oleh pem bagian sum ber daya secara ekstensif
di antara anggota-anggota kawanan.

Sejauh yang bisa kita nilai dari bukti arkeologis m engenai orga-
nisasi m asyarakat m asa silam , barangkali seluruh m anusia hidup da-
lam kawanan-kawanan sem acam itu sam pai setidaknya beberapa
puluh ribu tahun lalu, dan sebagian besar bahkan masih hidup seperti
itu 11.0 0 0 tahun lalu. Ketika orang-orang Eropa m ulai m enyebar ke
seluruh dunia, terutam a setelah pelayaran pertam a Kolom bus pada
1492 M, dan menjumpai orang-orang non-Eropa yang hidup dalam
m asyarakat-m asyarakat bukan-negara, kawanan-kawanan m asih
m enghuni sem ua atau sebagian besar Australia dan Artik, plus ling-
kungan gurun dan hutan berproduktivitas-rendah di Am erika dan
Afrika sub-Sahara. Masyarakat kawanan yang akan sering dibahas
dalam buku ini m encakup !Kung dari Gurun Kalahari Afrika, Indian
Ache dan Siriono dari Am erika Selatan, penduduk Kepulauan Andam an
di Teluk Benggala, Pigm i dari hutan-hutan khatulistiwa Afrika, dan
Indian pekebun Machiguenga dari Peru. Semua contoh yang disebut-
kan dalam kalimat sebelumnya, kecuali Indian Machiguenga, pernah
atau masih merupakan pemburu-pengumpul.

Kawanan beralih m enjadi tipe m asyarakat berikutnya yang lebih
besar dan lebih rum it (diistilahkan sebagai suku oleh Service), yang
terdiri atas satu kelom pok lokal beranggotakan ratusan individu. J um -
lah itu masih dalam batas ukuran kelompok di mana setiap orang bisa
m engenali orang lain secara pribadi dan tidak ada yang nam anya orang
asing. Misalnya, di SMA saya yang memiliki 200 murid, semua mu-
rid dan guru kenal nama satu sama lain, namun itu mustahil di SMA
istri saya yang memiliki ribuan murid. Masyarakat yang terdiri atas
ratusan orang berarti lusinan keluarga, kerap kali terbagi-bagi men-
jadi kelom pok-kelom pok sedarah yang disebut klan, yang m ungkin
bertukar pasangan nikah dengan klan lain. Populasi suku yang lebih
tinggi daripada populasi kawanan karenanya m em butuhkan lebih ba-
nyak m akanan untuk m enyokong lebih banyak orang di area yang
kecil, m aka suku biasanya m erupakan petani atau penggem bala atau-
pun keduanya sekaligus, nam un segelintir di antaranya m erupakan
pem buru-pengum pul di lingkungan yang am at produktif (m isalnya

http://facebook.com/indonesiapustaka 18 ● DI BANDARA

orang-orang Ainu di Jepang dan Indian Pasiik Barat Laut di Amerika
Utara). Suku cenderung menetap, dan menghabiskan sebagian besar
ataupun seluruh waktu dalam setahun di desa-desa yang terletak de-
kat kebun, ladang penggembalaan, atau tempat penangkapan ikan.
Tapi suku penggem bala di Asia Tengah dan beberapa suku lain m em -
praktikkan transhum ans (transhumance)—yaitu m em indahkan ternak
secara musiman ke tempat berketinggian berbeda-beda guna mengikuti
pertum buhan rum put di tem pat yang lebih tinggi seiring perubahan
m u sim .

Dalam segi-segi lain, suku m asih m enyerupai kawanan besar—
m isalnya, dari segi egalitarianism e relatif, spesialisasi ekonom i yang
tidak tegas, kurangnya kepem im pinan politik, tidak adanya biro-
krat, dan pengam bilan keputusan secara tatap m uka. Saya pernah
m enyaksikan m usyawarah di desa-desa Papua di m ana ratusan orang
duduk di tanah, mengungkapkan pendapat mereka, dan mencapai
kesim pulan. Sejum lah suku m em iliki "orang besar" yang berfungsi
sebagai pem im pin lem ah, nam un dia hanya m em im pin dengan ke-
m am puan m em bujuk dan kepribadian, bukan kewenangan yang diakui.
Sebagai contoh batas kekuatan "orang besar", akan kita lihat di Bab
3 bagaim ana orang-orang yang tam paknya m erupakan pengikut se-
orang pemimpin bernama Gutelu dalam suku Dani di Papua berhasil
menggagalkan keinginan Gutelu dan meluncurkan serangan genosida
yang m em ecah aliansi politik Gutelu. Bukti arkeologis organisasi suku,
m isalnya sisa-sisa struktur hunian dan perm ukim an yang cukup besar,
m enunjukkan bahwa tam paknya suku-suku m uncul di beberapa daerah
pada setidaknya 13.0 0 0 tahun silam . Kini, suku-suku m asih tersebar
luas di berbagai bagian Papua dan Amazonia. Masyarakat-masyarakat
kesukuan yang akan saya bahas dalam buku ini m encakup Iñupiat dari
Alaska, Indian Yanom am o dari Am erika Selatan, Kirghiz dari Afganis-
tan, Kaulong dari Britania Baru, serta Dani, Daribi, dan Fore dari
Papua.

Suku-suku kem udian berkem bang m enjadi tahapan berikutnya da-
lam kerum itan organisasi, disebut kedatuan, yang terdiri atas ribuan
orang. Populasi sebesar itu, dan spesialisasi ekonom i yang m ulai m un-
cul dalam kedatuan, m em butuhkan produktivitas m akanan yang
tinggi dan kem am puan m enghasilkan serta m enyim pan kelebihan
pangan untuk m em beri m akan para spesialis yang tidak m enghasilkan
pangan, m isalnya para datu beserta kerabat m ereka dan para birokrat.
Oleh karena itu, kedatuan telah membangun desa-desa dan dusun-

http://facebook.com/indonesiapustaka TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 19

dusun m enetap dengan fasilitas penyim panan dan sebagian besar
telah m erupakan m asyarakat penghasil pangan (bertani dan m eng-
gem bala), terkecuali di daerah-daerah paling produktif yang tersedia
bagi pem buru-pengum pul, sem isal kedatuan Calusa di Florida dan
kedatuan-kedatuan Chum ash di pesisir California Selatan.

Dalam m asyarakat yang terdiri atas ribuan orang, m ustahil
bagi setiap orang untuk mengenali setiap orang lain ataupun me-
nyelenggarakan diskusi tatap m uka yang m enyertakan sem ua orang.
Sebagai akibatnya, kedatuan m enghadapi dua m asalah baru yang tidak
dikenal oleh kawanan atau suku. Pertam a-tam a, orang-orang yang ti-
dak saling mengenal dalam kedatuan harus bisa berjumpa satu sama
lain, m enyadari satu sam a lain sebagai sesam a anggota kedatuan yang
sama meskipun tidak saling kenal secara pribadi, dan menghindari per-
gesekan ketika ada pelanggaran wilayah serta perkelahian. Oleh ka-
rena itu kedatuan mengembangkan ideologi dan identitas politik dan
religius bersam a yang kerap kali bersum ber dari status sang datu yang
konon titisan dewa atau ditunjuk tuhan. Kedua, kini ada pem im pin
yang diakui, sang datu, yang m engam bil keputusan, m em iliki ke-
wenangan yang diakui, m engklaim m onopoli hak m enggunakan ke-
kerasan terhadap anggota m asyarakatnya bila perlu, sehingga m e-
m astikan bahwa orang-orang yang tak saling m engenal dalam ke-
datuan yang sam a tidak saling bertarung. Sang datu dibantu oleh pe-
jabat-pejabat serbaguna yang tidak terspesialisasi (proto-birokrat),
yang m engum pulkan upeti dan m endam aikan perselisihan serta m e-
laksanakan tugas-tugas adm inistratif lainnya; belum ada penarik pajak,
hakim , dan pem eriksa restoran tersendiri seperti yang ada dalam
negara. (Sum ber kebingungan di sini adalah bahwa sejum lah m asya-
rakat tradisional yang m em iliki datu dan dijabarkan secara benar
sebagai kedatuan dalam kepustakaan ilmiah dan dalam buku ini, tetap
saja disebut sebagai "suku" dalam sebagian besar tulisan populer:
m isalnya, "suku-suku" Indian di Am erika Utara bagian tim ur, yang
sebenarnya terdiri atas kedatuan-kedatuan.)

Salah satu inovasi kedatuan di bidang ekonom i diistilahkan sebagai
ekonom i redistributif: bukannya sekadar pertukaran langsung antar-
individu, datu m engum pulkan upeti berupa m akanan dan kerja rodi,
yang sebagian besar di antaranya diredistribusikan ke para pejuang,
pendeta, dan pengrajin yang m elayani sang datu. Oleh karena itu
redistribusi m erupakan bentuk paling awal pajak untuk m enyokong
institusi-institusi baru. Datu memiliki tanggung jawab moral kala

http://facebook.com/indonesiapustaka 20 ● DI BANDARA

terjadi kelaparan untuk m enyokong rakyat jelata yang bekerja bagi
sang datu dalam aktivitas-aktivitas seperti m em bangun m onum en dan
sistem irigasi, dan kepada rakyat pula datu m engem balikan sebagian
upeti m akanan. Selain inovasi-inovasi politik dan ekonom i yang
melampaui praktik-praktik kawanan dan suku, kedatuan merintis
inovasi sosial berupa ketidaksetaraan yang terlem bagakan. Sem entara
sejum lah suku telah m em iliki garis keturunan yang terpisah-pisah,
garis keturunan dalam kedatuan disusun secara hierarkis, dengan
datu dan keluarganya di puncak, rakyat jelata atau budak di dasar, dan
(seperti di Hawaii, Polinesia) sampai delapan tingkat kasta di antara
keduanya. Bagi anggota-anggota garis keturunan atau kasta tingkat
lebih tinggi, upeti yang dikum pulkan oleh datu m endanai gaya hidup
yang lebih bagus dari segi pangan, kediam an, dan pakaian serta hiasan
khusus.

Oleh karena itu, kedatuan zam an dulu dapat dikenali secara arkeo-
logis (terkadang) melalui bangunan monumental, dan melalui bukti-
bukti semisal persebaran tidak merata bekal kubur di pemakaman: se-
jum lah jenazah (datu beserta kerabatnya dan para birokrat) dikubur-
kan dalam m akam -m akam besar yang sarat benda m ewah seperti pirus
dan kurban kuda, kontras dengan makam-makam kecil tak berhiasan
tem pat rakyat jelata dikuburkan. Berdasarkan bukti sem acam itu, ahli
arkeologi m enyim pulkan bahwa kedatuan m ulai m uncul secara lokal
pada sekitar 5500 SM. Pada zaman modern, tepat sebelum penerapan
kekuasaan pem erintahan negara yang nyaris m erata di seluruh dunia,
kedatuan m asih tersebar luas di Polinesia, banyak bagian Afrika sub-
Sahara, dan daerah-daerah yang lebih produktif di Am erika Utara se-
belah tim ur dan barat daya, Am erika Tengah, dan Am erika Selatan di
luar daerah-daerah yang dikontrol negara-negara Meksiko dan Andes.
Kedatuan yang akan dibahas dalam buku ini m encakup Penduduk
Pulau Mailu dan Penduduk Kepulauan Trobriand di wilayah Papua,
serta Indian Calusa dan Chum ash di Am erika Utara. Dari kedatuan,
negara bermunculan (sejak sekitar 3400 SM) melalui penaklukan
atau penggabungan di bawah tekanan, m enghasilkan populasi yang
lebih besar, populasi yang kerap kali beraneka ragam dalam segi etnis,
lingkup dan lapisan birokrat yang terspesialisasi, tentara perm anen,
spesialisasi ekonom i yang jauh lebih besar, urbanisasi, dan perubahan-
perubahan lain, sehingga m enghasilkan tipe-tipe m asyarakat yang
meramaikan dunia modern.

http://facebook.com/indonesiapustaka TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 21

Dengan dem ikian, bila ilm uwan sosial yang punya m esin waktu
bisa mengamati dunia kapan pun sebelum sekitar 9000 SM, mereka
akan mendapati semua orang di semua tempat bertahan hidup se-
bagai pemburu-pengumpul, hidup dalam kawanan dan barangkali
sebagian sudah ada yang hidup sebagai suku, tanpa peralatan logam ,
tulisan, pemerintahan tersentralisasi, ataupun spesialisasi ekonomi.
Bila para ilm uwan sosial itu bisa m undur ke periode 140 0 -an, ketika
ekspansi orang-orang Eropa ke benua-benua lain baru saja dimulai,
m ereka akan m endapati Australia sebagai satu-satunya benua yang m a-
sih sepenuhnya dihuni oleh pem buru-pengum pul, yang sebagian besar
masih hidup dalam kawanan dan barangkali sebagai beberapa suku.
Sem entara itu, negara sudah hadir di sebagian besar Erasia, Afrika
utara, pulau-pulau terbesar di Indonesia barat, sebagian besar Andes,
dan beberapa bagian Meksiko dan Afrika Barat. Tapi masih ada ba-
nyak kawanan, suku, dan kedatuan di Am erika Selatan di luar Andes, di
seluruh Amerika Utara, Papua, Artika, dan pulau-pulau di Pasiik. Kini,
seluruh dunia terkecuali Antartika terbagi-bagi setidaknya secara no-
minal menjadi berbagai negara, walaupun pemerintahan negara tetap
tidak efektif di beberapa bagian dunia. Wilayah-wilayah dengan m a-
syarakat di luar kontrol efektif negara dalam jum lah terbanyak sam pai
abad ke-20 adalah Papua dan Am azon.

Kesinam bungan dalam peningkatan ukuran populasi, organisasi
politik, dan intensitas produksi m akanan yang m em bentang dari
kawanan sampai negara disejajari oleh kecenderungan-kecenderungan
lain seperti pemakaian peralatan logam, kecanggihan teknologi,
spesialisasi ekonom i dan ketidaksetaraan individu, serta tulisan, plus
perubahan dalam peperangan dan agam a yang akan saya bahas dalam
Bab 3 dan 4 serta dalam Bab 9. (Ingatlah lagi: perkem bangan dari
kawanan sampai negara tidaklah terjadi di semua tempat, ataupun
tidak dapat balik, tidak juga linier.) Kecenderungan-kecenderungan
itu, terutama populasi besar dan sentralisasi politik serta teknologi
dan persenjataan yang lebih baik m ilik negara dibandingkan dengan
m asyarakat-m asyarakat yang lebih sederhana, adalah yang telah
m em ungkinkan negara m enaklukkan tipe-tipe m asyarakat tradisional
itu dan menundukkan, memperbudak, menggabungkan, mengusir,
ataupun m em usnahkan para penghuni daerah-daerah yang dicaplok
oleh negara. Itu m enyebabkan kawanan-kawanan dan suku-suku
zam an m odern terbatas di daerah-daerah yang tidak m enarik atau sulit
dijangkau warga negara yang m enetap (m isalnya Gurun Kalahari yang

http://facebook.com/indonesiapustaka 22 ● DI BANDARA

dihuni oleh !Kung, hutan-hutan khatulistiwa di Afrika yang dihuni oleh
Pigm i, daerah-daerah terpencil di Cekungan Am azon yang disisakan
bagi Penduduk Asli Am erika, dan Papua yang disisakan bagi orang-
orang Papua.

Mengapa, pada 1492 ketika Kolombus melaksanakan pelayaran
lintas-Atlantik pertam anya, m anusia hidup dalam tipe-tipe m asyarakat
berbeda di bagian-bagian dunia yang berbeda? Ketika itu, sebagian
m asyarakat (terutam a orang-orang Erasia) sudah hidup di bawah
pemerintahan negara dengan tulisan, peralatan logam, agrikultur in-
tensif, dan tentara perm anen. Banyak m asyarakat lain yang waktu
itu belum memiliki bagian-bagian peradaban itu, dan orang-orang
Aborigin Australia serta !Kung dan Pigm i Afrika kala itu m asih m em -
pertahankan banyak cara hidup yang dijalani m asyarakat di seluruh
dunia sampai 9000 SM. Bagaimana kita bisa menjelaskan perbedaan-
perbedaan geograik yang mencolok semacam itu?

Kepercayaan yang dahulu m endom inasi, dan m asih dipegang
oleh banyak orang saat ini, adalah bahwa perbedaan antar wilayah itu
mencerminkan perbedaan bawaan dalam hal kecerdasan, kemajuan
biologis, dan etos kerja m anusia penghuni berbagai wilayah. Konon,
m enurut kepercayaan itu, orang-orang Eropa lebih cerdas, lebih m aju
secara biologis, dan bekerja keras, sem entara orang-orang Aborigin
Australia dan Papua serta kawanan dan suku m odern lainnya kalah
cerdas, lebih prim itif, dan kalah am bisius. Tapi, tidak ada bukti yang
m endukung perbedaan-perbedaan biologis yang diduga itu, terke-
cuali penalaran melingkar bahwa kawanan dan suku modern me-
mang meneruskan penggunaan teknologi, organisasi politik, dan cara
subsistensi yang lebih prim itif dan karenanya diasum sikan sebagai le-
bih primitif secara biologis.

J ustru penjelasan bagi perbedaan-perbedaan di antara berbagai
tipe m asyarakat yang hadir bersam a-sam a di dunia m odern bergantung
kepada perbedaan-perbedaan lingkungan. Peningkatan sentralisasi
politik dan stratiikasi sosial didorong oleh peningkatan kepadatan
populasi m anusia, yang sendirinya didorong oleh kem unculan dan
intensiikasi produksi pangan (agrikultur dan penggembalaan). Namun
secara m engejutkan, hanya segelintir spesies tum buhan dan hewan
liar yang tersedia bagi dom estikasi untuk m enjadi tanam an pangan
dan hewan ternak. Segelintir spesies liar itu terkonsentrasi di sekitar
selusin daerah kecil di dunia, yang m asyarakat m anusianya karenanya
m enikm ati start terlebih dahulu yang m enguntungkan m ereka dalam

http://facebook.com/indonesiapustaka PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 23

pengem bangan produksi pangan, surplus pangan, populasi yang
berkem bang, teknologi m aju, dan pem erintahan negara. Seperti yang
saya bahas secara terperinci dalam buku saya yang lebih dahulu, Bedil,
Kuman, dan Baja, perbedaan-perbedaan itu m enjelaskan m engapa
orang-orang Eropa, yang hidup di dekat wilayah dunia (Bulan Sabit
Subur) dengan spesies-spesies tumbuhan dan hewan liar paling
berharga yang bisa didom estikasi, akhirnya m enyebar ke seluruh
dunia, sem entara orang-orang !Kung dan Aborigin Australia tidak.
Dem i tujuan buku ini, hal itu berarti bahwa orang-orang yang sekarang
ataupun sam pai belum lam a ini m asih hidup dalam m asyarakat-m a-
syarakat tradisional adalah orang-orang yang m odern secara biologis,
yang kebetulan saja m enghuni daerah-daerah dengan sedikit spesies
tum buhan dan hewan liar yang bisa didom estikasi, dan yang gaya
hidupnya dari segi lain relevan bagi para pem baca buku ini.

Pendekatan, penyebab, dan sum ber
Dalam bagian sebelum nya, kita m em bahas perbedaan-perbedaan
di antara m asyarakat-m asyarakat tradisional yang kita bisa kaitkan
secara sistematik dengan perbedaan dalam hal ukuran populasi dan
kepadatan populasi, cara memperoleh makanan, dan lingkungan.
Meskipun kecenderungan-kecenderungan umum yang kita bahas
m em ang ada, keliru kiranya bila kita bayangkan bahwa segala sesuatu
m engenai suatu m asyarakat dapat diprediksi dari kondisi-kondisi
material. Sebagai contoh, coba pikirkan tentang perbedaan-perbedaan
budaya dan politik antara orang-orang Prancis dan J erm an, yang tidak
terkait secara jelas dengan perbedaan-perbedaan antara lingkungan
Prancis dan J erm an, yang bagaim anapun juga terhitung sedikit
m enurut standar variasi lingkungan di seluruh dunia.

Cendekiawan m engam bil berbagai pendekatan berbeda untuk m e-
m aham i perbedaan di antara m asyarakat. Setiap pendekatan berguna
untuk m em aham i sejum lah perbedaan di antara sejum lah m asyarakat,
nam un tidak sesuai untuk m em aham i fenom ena-fenom ena lain. Salah
satunya adalah pendekatan evolusioner yang dibahas dan digam barkan
dalam bagian sebelum nya: m engenali ciri-ciri luas yang berbeda antara
m asyarakat dengan ukuran populasi dan kepadatan populasi berbeda-
beda, nam un sam a-sam a dim iliki oleh m asyarakat-m asyarakat dengan
ukuran dan kepadatan populasi yang serupa; dan m enyim pulkan, serta
terkadang mengamati secara langsung, perubahan-perubahan dalam
suatu m asyarakat seiring dia bertam bah besar atau kecil. Terkait de-

http://facebook.com/indonesiapustaka 24 ● DI BANDARA

ngan pendekatan evolusioner itu adalah apa yang diistilahkan sebagai
pendekatan adaptasionis: gagasan bahwa sejumlah ciri suatu ma-
syarakat bersifat adaptif, dan m em ungkinkan m asyarakat berfungsi
secara lebih efektif dalam kondisi-kondisi material, lingkungan isik
dan sosial, serta ukuran dan kepadatannya. Contoh-contohnya m en-
cakup kebutuhan sem ua m asyarakat yang terdiri atas lebih daripada
beberapa ribu orang untuk m em iliki pem im pin, dan potensi m asya-
rakat-m asyarakat yang besar itu untuk m enghasilkan surplus pangan
yang dibutuhkan guna m enyokong para pem im pin. Pendekatan itu
mendorong kita merumuskan generalisasi, dan mengartikan per-
ubahan-perubahan m asyarakat seiring waktu dari segi kondisi dan
lingkungan tem pat m asyarakat hidup.

Pendekatan kedua, yang berada di kutub berlawanan dari pen-
dekatan pertam a, m em andang setiap m asyarakat sebagai unik karena
sejarahnya m asing-m asing, dan m enganggap kepercayaan dan praktik
budaya bergantung sebagian besar kepada variabel-variabel bebas yang
tidak ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Di antara contoh-
contoh yang jum lahnya sepertinya tidak terbatas, izinkan saya m e-
nyebutkan salah satu kasus ekstrem dari salah satu m asyarakat yang
dibahas dalam buku ini, karena contoh tersebut sangat dramatik dan
secara sangat m eyakinkan tidak berkaitan dengan kondisi-kondisi
m aterial. Orang-orang Kaulong, satu dari beberapa lusin populasi kecil
yang hidup di sepanjang daerah aliran sungai sebelah selatan di pulau
Britania Baru, tepat di sebelah tim ur Papua, dulu m em praktikkan ritual
m encekik janda. Ketika seorang laki-laki m eninggal, jandanya m e-
m anggil saudara-saudara laki-lakinya untuk m encekiknya. Dia bukan
dicekik sam pai m ati di luar keinginannya, juga tak ditekan m elaku-
kan bunuh diri teritualisasi oleh anggota-anggota lain m asyarakatnya.
J ustru ketika tum buh dia m engam atinya sebagai suatu adat, m engikuti
adat tersebut ketika dia sendiri menjadi janda, dan mendesak saudara-
saudara laki-lakinya (atau putranya bila dia tidak punya saudara laki-
laki) guna m em enuhi kewajiban khidm at m ereka untuk m encekiknya
meskipun secara alamiah mereka ragu-ragu, dan duduk tidak melawan
sewaktu m ereka m encekiknya.

Tidak ada cendekiawan yang telah m engklaim bahwa adat m en-
cekik janda oleh orang-orang Kaulong ada m anfaatnya bagi m asyarakat
Kaulong ataupun kepentingan genetik jangka panjang (anum erta) sang
janda yang dicekik ataupun kerabat-kerabatnya. Tidak ada ahli ling-
kungan yang telah m engenali ciri apa pun pada lingkungan Kaulong

http://facebook.com/indonesiapustaka PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 25

yang cenderung m em buat adat m encekik janda lebih m enguntungkan
ataupun bisa dipahami dibandingkan daerah aliran sungai sebelah
utara Britania Baru, ataupun lebih jauh ke tim ur atau selatan di se-
panjang daerah aliran sungai selatan Britania Baru. Saya tidak m enge-
tahui m asyarakat lain yang m em praktikkan ritual m encekik janda di
Britania Baru atau Papua, terkecuali tetangga orang-orang Kaulong,
yaitu orang-orang Sengseng yang m asih berkerabat dengan m ereka.
Sebaliknya, tam paknya kita perlu m em andang adat m encekik janda
orang Kaulong sebagai sifat budaya historis m andiri yang m uncul
karena alasan yang tidak diketahui di area tertentu Britania Baru itu,
dan barangkali akhirnya telah dilenyapkan oleh seleksi alam di antara
m asyarakat (yakni, m elalui m asyarakat-m asyarakat Britania Baru lain
yang tidak m em praktikkan adat m encekik janda sehingga m em peroleh
keunggulan dari orang-orang Kaulong), nam un tetap ada selam a be-
berapa waktu sam pai tekanan dan kontak dari luar m enyebabkan adat
itu ditinggalkan setelah sekitar 1957. Siapa pun yang akrab dengan m a-
syarakat lain m ana pun akan m am pu m em ikirkan sifat-sifat yang tidak
sebegitu ekstrim yang m enjadi ciri m asyarakat tersebut, yang m ung-
kin tidak m em iliki m anfaat jelas atau tam pak m em bahayakan bagi
m asyarakat tersebut, dan yang tidak langsung kelihatan diakibatkan
kondisi lokal.

Satu lagi pendekatan untuk memahami perbedaan di antara ma-
syarakat adalah m engenali kepercayaan dan praktik budaya yang m e-
m iliki sebaran regional yang luas, dan yang dalam sejarah m enyebar
di wilayah itu tanpa terkait secara jelas dengan kondisi-kondisi lo-
kal. Contoh-contoh yang akrab dengan kita adalah agam a-agam a m o-
noteistik dan bahasa-bahasa non-tonal yang tersebar nyaris di segala
penjuru Eropa, dibanding dengan frekuensi agam a-agam a non-m ono-
teistik dan bahasa-bahasa tonal di Tiongkok dan bagian-bagian Asia
Tenggara yang bersebelahan dengannya. Kita tahu banyak m engenai
asal-m uasal dan sejarah penyebaran m asnig-m asing jenis agam a
dan bahasa di setiap wilayah. Tapi saya tidak m engetahui alasan m e-
yakinkan apa pun m engenai m engapa bahasa tonal bakal kalah
berm anfaat di lingkungan Eropa, ataupun m engapa agam a-agam a
monoteistik tidak cocok secara intrinsik di lingkungan Tiongkok dan
Asia Tenggara. Agam a, bahasa, serta kepercayaan dan praktik lain
dapat m enyebar dalam satu di antara dua cara. Salah satunya adalah
m elalui orang-orang yang m enyebar dan m em bawa serta budaya
m ereka, seperti yang dilakukan oleh em igran Eropa ke Am erika dan

http://facebook.com/indonesiapustaka 26 ● DI BANDARA

Australia, yang m em bawa bahasa-bahasa Eropa dan m asyarakat-
m asyarakat serupa Eropa ke sana. Cara satu lagi adalah sebagai akibat
orang-orang yang m engadopsi kepercayaan dan praktik kebudayaan-
kebudayaan lain: m isalnya, orang-orang J epang m odern m engadopsi
gaya pakaian Barat, m eskipun J epang tidak ditundukkan oleh em igran
Barat ataupun A.S. ditundukkan oleh em igran J epang.

Satu perm asalahan berbeda m engenai penjelasan yang akan m un-
cul berulang-ulang sepanjang buku ini adalah perbedaan antara pen-
carian atas penjelasan proksimat (penjelasan langsung) dan pencarian
atas penjelasan ultim at (penjelasan mendasar). Guna memahami
perbedaan ini, anggaplah ada sepasang suam i-istri yang berkonsultasi
kepada seorang psikoterapis setelah menikah 20 tahun, dan berniat
bercerai. Terhadap pertanyaan sang terapis, “Apa yang m endadak
m em buat Anda m enem ui saya dan ingin bercerai setelah 20 tahun
m enikah?”, sang suam i m enjawab, “Karena dia m em ukul keras-keras
wajah saya dengan botol kaca yang berat: saya tak bisa hidup dengan
perem puan yang m elakukan itu.” Sang istri m engakui bahwa dia
m em ang m em ukul suam inya dengan botol kaca, dan bahwa itulah
"penyebab" (alias alasan proksimat) keretakan mereka. Namun sang
terapis tahu bahwa serangan dengan botol jarang terjadi dalam per-
nikahan yang bahagia dan m em inta m ereka m em berikan penjelasan
dari sudut pandang m asing-m asing. Sang istri m enjawab, “Saya tidak
tahan lagi dengan perselingkuhannya dengan perem puan-perem puan
lain, m aka itu saya pukul dia—perselingkuhannya itulah alasan nyata
[alias ultimat] keretakan hubungan kami.” Sang suami mengakui
bahwa dia berselingkuh, nam un lagi-lagi sang terapis bertanya-tanya
m engapa suam i ini, tidak seperti suam i-suam i yang pernikahannya
bahagia, berselingkuh. Sang suam i m enjawab, “Istri saya orang yang
dingin dan egois, dan saya jadi m enginginkan hubungan cinta seperti
orang norm al m ana pun—itulah yang saya cari dalam perselingkuhan-
perselingkuhan saya, dan itulah penyebab m endasar keretakan hu-
bungan kami.”

Dalam terapi jangka panjang, sang terapis akan mendalami lebih
lanjut bagaimana masa kecil sang istri untuk mengetahui mengapa
sang istri menjadi dingin dan egois (bila memang hal itu benar). Tapi,
bahkan versi pendek cerita ini cukup untuk m enunjukkan bahwa ke-
banyakan sebab dan akibat sebenarnya terdiri atas rantai penyebab,
sebagian di antaranya lebih proksim at sem entara yang lainnya lebih
ultim at. Dalam buku ini kita akan jum pai banyak rantai sem acam itu.

http://facebook.com/indonesiapustaka PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 27

Misalnya, penyebab proksimat perang suku (Bab 4) mungkin karena
si A dari satu suku m encuri babi m ilik si B yang anggota suku lain; A
m em benarkan pencurian itu dengan alasan yang lebih dalam lagi (se-
pupu B telah sepakat untuk m em beli babi itu dari ayah A nam un
belum m em bayar harga yang disetujui untuk babi itu); dan penyebab
ultim at perang itu adalah kekeringan dan kelangkaan sum ber daya
serta tekanan populasi, yang m enyebabkan tidak ada cukup babi untuk
memberi makan orang-orang dari kedua suku.

Dem ikianlah pendekatan-pendekatan luas yang digunakan para
cendekiawan untuk mencoba memahami perbedaan-perbedaan di
antara m asyarakat-m asyarakat m anusia. Sedangkan m engenai bagai-
m ana cendekiawan m endapatkan pengetahuan yang kita m iliki m e-
ngenai m asyarakat-m asyarakat tradisional, sum ber-sum ber infor-
masi kita dapat dibagi secara agak manasuka menjadi empat kategori,
m asing-m asing dengan keunggulan dan kekurangannya sendiri, dan
keempatnya bisa saling berbaur. Metode yang paling jelas, sumber se-
bagian besar inform asi dalam buku ini, adalah m engirim kan ilm uwan-
ilmuwan sosial atau biologi guna mengunjungi atau hidup di antara
m asyarakat tradisional, dan m elakukan penelitian yang berfokus pada
topik yang spesiik. Satu keterbatasan besar pendekatan itu adalah
bawa ilm uwan biasanya tidak bisa berdiam di antara m asyarakat
tradisional kecuali m asyarakat itu telah "didam aikan", berkurang aki-
bat penyakit dari luar, ditaklukkan dan ditundukkan di bawah kontrol
pem erintah negara, dan karenanya sangat berubah dari kondisi
m asyarakat itu sebelum nya.

Metode kedua adalah mencoba menelusuri ke belakang perubahan-
perubahan baru dalam m asyarakat tradisional m odern itu, dengan
m ewawancarai orang-orang tuna-aksara yang m asih hidup m engenai
sejarah m ereka yang diteruskan dari m ulut ke m ulut, dan dengan
dem ikian m erekonstruksi m asyarakat m ereka sebagaim ana adanya
beberapa generasi sebelumnya. Metode ketiga sama tujuannya dengan
rekonstruksi lisan, dalam pengertian ingin m eneliti m asyarakat-
m asyarakat tradisional sebelum m ereka dikunjungi ilm uwan-ilm uwan
modern. Tapi pendekatan ketiga menggunakan catatan para penjelajah,
pedagang, petugas patroli pem erintah, dan ahli bahasa m isionaris yang
biasanya m endahului para ilm uwan dalam m engontak m asyarakat-
m asyarakat tradisional itu. Walaupun cenderung kurang sistem atik,
kurang kuantitatif, dan kurang kuat secara saintiik daripada catatan
yang dibuat oleh pekerja lapangan yang terlatih secara saintiik,

http://facebook.com/indonesiapustaka 28 ● DI BANDARA

catatan-catatan yang m ereka buat m enawarkan keunggulan tersendiri,
yaitu m enjabarkan m asyarakat kesukuan yang belum banyak berubah,
dibandingkan ketika m asyarakat itu dipelajari kem udian oleh para
ilm uwan yang berkunjung. Terakhir, satu-satunya sum ber inform asi
m engenai m asyarakat pada m asa yang sangat silam , tanpa tulisan, dan
tanpa kontak dengan para pengamat melek aksara, adalah penggalian
arkeologis. Penggalian arkeolohis menawarkan rekonstruksi suatu ke-
budayaan jauh sebelum dikontak dan diubah oleh dunia m odern—
dengan kerugian berupa hilangnya rincian halus (m isalnya nam a
dan niat orang-orang), dan m enghadapi lebih banyak ketidakpastian
dan kesulitan dalam menarik kesimpulan-kesimpulan sosial dari
perwujudan-perwujudan isik yang terawetkan dalam peninggalan-
peninggalan arkeologis.

Bagi pem baca (terutam a cendekiawan) yang tertarik m em pelajari
lebih lanjut berbagai sum ber inform asi m engenai m asyarakat-m asya-
rakat tradisional, saya m enyediakan diskusi tam bahan di halam an 476–
481 di bagian Bacaan Lebih Lanjut di buntut buku ini.

Bu ku ke cil m e n ge n ai s u bje k be s ar
Pokok bahasan buku ini berpotensi mencakup semua aspek kebu-
dayaan m anusia, dari sem ua m asyarakat di seluruh dunia, selam a
setidaknya 11.0 0 0 tahun terakhir. Tapi, lingkup itu akan m em butuhkan
buku setebal 2.397 halam an yang tidak akan dibaca seorang pun.
J adi, untuk alasan praktis, saya telah m em ilih sejum lah topik dan
m asyarakat untuk dibahas, guna m enghasilkan buku dengan panjang
yang layak baca. Dengan itu, saya harap untuk m erangsang para pem -
baca saya agar m em pelajari topik-topik dan m asyarakat-m asyarakat
yang tidak saya cakup, dengan m enengok buku-buku luar biasa lain
yang banyak tersedia (banyak di antaranya saya kutip di bagian Bacaan
Lebih Lanjut buku saya ini).

Soal pilihan topik, saya m em ilih sem bilan bidang untuk dibahas da-
lam 11 bab, guna m enggam barkan keanekaragam an cara yang bisa kita
gunakan untuk m em aham i m asyarakat-m asyarakat tradisional. Dua
topik—bahaya dan perawatan anak—m elibatkan area-area di m ana kita
sebagai individu bisa m em pertim bangkan sejum lah praktik m asyarakat
tradisional untuk kita pakai dalam kehidupan pribadi kita sendiri. Ini
adalah dua area di m ana praktik-praktik sejum lah m asyarakat tra-
disional yang pernah m enjadi tuan rum ah saya telah sangat m em -
pengaruhi gaya hidup dan keputusan saya pribadi. Tiga topik—perla-

http://facebook.com/indonesiapustaka BUKU KECIL MENGENAI SUBJEK BESAR ● 29

kuan terhadap orang lanjut usia, bahasa dan multilingualisme, serta
gaya hidup yang m endukung kesehatan—m elibatkan area-area di m ana
sejumlah praktik tradisional dapat menawarkan kepada kita model bagi
keputusan-keputusan pribadi kita, namun juga bisa menawarkan mo-
del bagi kebijakan yang bisa diadopsi m asyarakat kita sebagai suatu
kesatuan. Satu topik—resolusi persengketaan secara dam ai—bisa lebih
berguna dalam m enyarankan kebijakan bagi m asyarakat kita sebagai
suatu kesatuan daripada m em andu kehidupan pribadi kita. Berkenaan
dengan semua topik ini, kita harus paham bahwa tidaklah mudah untuk
m em injam atau m engadaptasi praktik-praktik dari suatu m asyarakat ke
masyarakat lainnya. Misalnya, bahkan bila Anda mengagumi praktik-
praktik perawatan anak tertentu dari suatu m asyarakat tradisional, bisa
jadi sulit bagi Anda untuk m engadopsi praktik tersebut dalam m erawat
anak-anak Anda sendiri bila sem ua orangtua lain di sekitar Anda
m erawat anak dengan cara-cara yang dijalankan oleh sebagian besar
orangtua modern.

Berkenaan dengan topik m engenai agam a, saya tidak m engharap-
kan individu pem baca atau m asyarakat untuk m em eluk agam a tribal
tertentu sebagai akibat diskusi saya m engenai agam a di Bab 9. Tapi,
sebagian besar orang dalam hidupnya m elalui fase atau fase-fase di
m ana kita m encari-cari pem ecahan bagi pertanyaan-pertanyaan kita
sendiri m engenai agam a. Dalam fase hidup sem acam itu, m ungkin ada
m anfaatnya bagi pem baca bila dia m erenungkan kisaran luas m akna
agam a bagi berbagai m asyarakat sepanjang sejarah um at m anusia.
Terakhir, dua bab mengenai peperangan menggambarkan suatu area
di m ana, saya percaya, m em aham i praktik-praktik tradisional dapat
m em bantu kita m enghargai sejum lah faedah yang telah didatangkan
oleh pem erintah negara, dibandingkan dengan m asyarakat tradisional.
(J angan langsung bereaksi dengan marah-marah berlebihan karena
terpikirkan soal Hiroshima atau peperangan parit dan menutup benak
Anda terhadap diskusi m engenai "faedah" peperangan negara; pokok
bahasan ini jauh lebih rum it daripada seperti yang terlihat awalnya.)

Tentu saja, pem ilihan topik ini tidak m engikutkan banyak pokok
bahasan yang paling sentral bagi penelitian-penelitian sosial m engenai
m anusia—m isalnya seni, kognisi, perilaku kooperatif, m asakan, tarian,
hubungan antar jenis kelamin, sistem kekerabatan, perdebatan penga-
ruh bahasa terhadap persepsi dan pikiran (hipotesis Sapir-Whorf),
sastra, pernikahan, m usik, praktik seksual, dan lain sebagainya. Se-
bagai pem belaan diri, saya ulangi lagi bahwa buku ini tidak dim ak-

http://facebook.com/indonesiapustaka 30 ● DI BANDARA

Pe ta 1. Lo kasi 39 m asyarakat yan g akan se rin g dibahas dalam buku in i.
Pap u a d an p u lau -p u lau te tan ggan ya. 1 = Dani. 2 = Fayu. 3 = Daribi. 4 = Enga.
5 = Fore. 6 = Tsembaga Maring. 7 = Hinihon. 8 = Kepulauan Mailu. 9 = Kepulauan
Trobriand. 10 = Kaulong.
Au s tralia. 11 = Ngarinyin. 12 = Yolngu. 13 = Sandbeach. 14 = Yuwaaliyaay. 15 =
Kunai. 16 = Pitjantjatjara. 17 = Wiil and Minong.
Eras ia. 18 = Agta. 19 = Ainu. 20 = Kepulauan Andam an. 21 = Kirghiz. 22 =
Nganasan.

http://facebook.com/indonesiapustaka BUKU KECIL MENGENAI SUBJEK BESAR ● 31

Afrika. 23 = Hadza. 24 = !Kung. 25 = Nuer. 26 = Pigmi Afrika (Mbuti, Aka). 27 =
Tu r ka n a .
Am e rika U tara. 28 = Calusa. 29 = Chum ash daratan. 30 = Chum ash pulau. 31
= Iñupiat. 32 = Inuit North Slope Alaska. 33 = Shoshone Great Basin. 34 = Indian
Pantai Barat Laut.
Am e rika Se latan . 35 = Ache. 36 = Machiguenga. 37 = Piraha. 38 = Siriono. 39 =
Yanom am o.

http://facebook.com/indonesiapustaka 32 ● DI BANDARA

sudkan sebagai pem bahasan kom prehensif m asyarakat m anusia, m e-
lainkan m em bahas beberapa topik yang dipilih berdasarkan alasan-
alasan yang dibahas di atas, dan bahwa ada buku-buku yang sangat
bagus yang m em bahas topik-topik lain itu dari perspektif kerangka
kerja lain.

Soal m asyarakat-m asyarakat yang saya pilih, dalam buku yang
pendek tidaklah m ungkin m engam bil contoh dari sem ua m asyarakat
m anusia tradisional berskala kecil di seluruh dunia. Saya m em utuskan
untuk berkonsentrasi ke kawanan dan suku yang terdiri atas petani
berskala kecil dan pem buru-pengum pul, dan m enyertakan lebih sedikit
kedatuan, lebih sedikit lagi negara-negara yang baru m uncul—karena
m asyarakat kawanan dan suku lebih berbeda dengan m asyarakat
m odern kita, sehingga dapat m engajari kita lebih banyak dari per-
bedaan itu. Saya berulang-ulang m engutip contoh-contoh dari bebe-
rapa lusin m asyarakat tradisional sem acam itu di seluruh dunia
(Gam bar 1—12). Dengan cara dem ikian, saya berharap pem baca bisa
m em bangun gam baran yang lebih lengkap dan berwarna m engenai
beberapa lusin m asyarakat tersebut, dan bisa m elihat betapa aspek-
aspek berbeda m asyarakat ternyata saling bertautan: m isalnya,
bagaim ana suatu m asyarakat m em andang cara m erawat anak, usia
lanjut, bahaya, dan penyelesaian persengketaan.

Sejum lah pem baca m ungkin m erasa ada terlalu banyak contoh
yang saya ambil dari pulau Papua dan pulau-pulau Pasiik di seki-
tarnya. Salah satu alasannya adalah karena itulah area yang paling
saya kenal, dan di m ana saya m enghabiskan paling banyak waktu.
Namun alasan lainnya adalah karena Papua memang menyumbangkan
persentase kenaekaragam an budaya m anusia yang besar sekali. Seribu
dari kira-kira 7.0 0 0 bahasa di dunia ditem ukan hanya di Papua. Di
pulau tersebut pula terdapat paling banyak m asyarakat yang bahkan
pada zam an m odern m asih berada di luar kontrol pem erintah negara
atau baru belum lama ini dipengaruhi oleh pemerintah negara. Po-
pulasinya m enjalankan berm acam -m acam gaya hidup tradisional, m u-
lai dari pemburu-pengumpul nomaden, pengarung laut, dan petani
sagu dataran rendah sampai ke petani menetap di Dataran Tinggi,
terdiri atas kelom pok-kelom pok yang berkisar dari beberapa lusin sam -
pai 20 0 .0 0 0 jiwa. Terlepas dari itu, saya secara ekstensif m em bahas
hasil-hasil pengam atan para cendekiawan lain m engenai m asyarakat-
m asyarakat dari sem ua benua yang berpenghuni.

http://facebook.com/indonesiapustaka SUSUNAN BUKU INI ● 33

Agar tidak m enciutkan niat calon pem baca untuk m em baca buku
ini gara-gara panjang dan harganya, saya tidak sertakan catatan kaki
dan referensi bagi pernyataan-pernyataan individual yang disisipkan
ke dalam naskah. Saya kum pulkan referensi dalam bagian Bacaan
Lebih Lanjut yang disusun per bab. Beberapa penggalan bagian ter-
sebut m enyediakan referensi bagi keseluruhan buku ini, sem entara
referensi bagi Kata Pem buka ini dicetak di ujung naskah. Penggalan-
penggalan yang m enyediakan referensi bagi Bab 1– 11 dan Kata Penutup
tidak dicetak, m elainkan dipajang di situs Web yang bebas diakses,
http:/ / www.jareddiamondbooks.com. Walaupun jauh lebih panjang
daripada yang diinginkan kebanyakan pem baca, bagian Bacaan Lebih
Lanjut tetap saja bukan daftar acuan yang lengkap bagi setiap bab.
Saya m em ilih karya-karya terbaru yang m enawarkan daftar acuan bagi
materi bab tersebut kepada pembaca dengan minat tertentu, ditambah
beberapa penelitian klasik yang bisa pem baca nikm ati.

Susunan buku ini
Buku ini m engandung 11 bab yang dikelom pokkan m enjadi lim a
bagian, plus kata penutup. Bagian 1, yang terdiri atas Bab 1 sem ata
wayang, m em bangun latar bagi topik-topik yang akan dipentaskan
dalam bab-bab berikutnya, dengan m enjelaskan bagaim ana m asya-
rakat-m asyarakat tradisional m em bagi ruang—entah itu dengan per-
batasan jelas yang m em isahkan wilayah-wilayah yang sepenuhnya
eksklusif, seperti pada negara-negara m odern, atau dengan tatanan
yang lebih cair di m ana kelom pok-kelom pok yang bertetangga
m enikm ati hak tim bal-balik untuk m enggunakan wilayah pangkal
satu sama lain demi tujuan-tujuan tertentu. Namun tak pernah ada
kebebasan penuh bagi siapa pun untuk bepergian ke mana saja,
sehingga m asyarakat tradisional cenderung m em andang orang-orang
lain sebagai terbagi ke dalam tiga m acam : orang-orang yang dikenal
dan m erupakan tem an, orang-orang yang dikenal dan m erupakan
m usuh, dan orang-orang asing tak dikenal yang harus dianggap sebagai
calon m usuh. Sebagai akibatnya, m asyarakat tradisional tidak bisa
m engetahui dunia luar yang jauh dari wilayah pangkal m ereka.

Sesudahnya, bagian 2 terdiri atas tiga bab m engenai penyelesaian
sengketa. Dalam ketiadaan pem erintah negara yang tersentralisasi be-
serta lem baga pengadilannya, m asyarakat tradisional berskala kecil
m enyelesaikan persengketaan dalam satu di antara dua cara, salah
satunya lebih bersifat m endam aikan, sedangkan yang satu lagi lebih

http://facebook.com/indonesiapustaka 34 ● DI BANDARA

bengis, daripada penyelesaian persengketaan dalam m asyarakat ne-
gara. Saya m enggam barkan penyelesaian persengketaan secara da-
m ai (Bab 2) dengan satu peristiwa ketika seorang anak Papua terbu-
nuh secara tidak disengaja, lalu orangtua si anak dan rekan-rekan sang
pembunuh mencapai kesepakatan mengenai kompensasi dan rekon-
siliasi emosional dalam beberapa hari. Tujuan proses kompensasi
tradisional semacam itu bukan untuk menentukan benar atau salah,
melainkan memulihkan hubungan atau non-hubungan antara anggota-
anggota m asyarakat kecil yang akan terus-m enerus saling berjum pa
sepanjang hayat m ereka. Saya m em bandingkan bentuk penyelesaian
sengketa tradisional yang dam ai itu dengan kerja hukum di m asyarakat
negara, yang berlangsung lam bat dan bersifat saling m enyerang, pihak-
pihak yang terlibat sering kali m erupakan orang-orang asing yang tidak
akan pernah berjum pa lagi, fokusnya adalah m enentukan benar atau
salah bukan memulihkan hubungan, dan negara memiliki kepentingan-
kepentingan sendiri yang m ungkin tidak sejalan dengan kepentingan-
kepentingan korban. Bagi negara, sistem pengadilan pem erintah
adalah suatu kebutuhan. Tapi m ungkin ada beberapa ciri penyelesaian
sengketa dam ai tradisional yang ada gunanya bila kita sertakan ke
dalam sistem pengadilan negara.

Bila sengketa dalam m asyarakat berskala kecil tidak diselesaikan
secara dam ai antara pihak-pihak yang terlibat, pilihan lainnya adalah
kekerasan atau perang, sebab tidak ada pengadilan negara untuk me-
nengahi. Tanpa pem im pin politik yang kuat dan klaim m onopoli
negara atas penggunaan kekuatan, kekerasan cenderung mengarah
kepada siklus pem bunuhan balas dendam . Bab 3 yang pendek m eng-
ilustrasikan peperangan tradisional dengan m enjabarkan perang yang
tampak kecil di antara orang-orang Dani di Dataran Tinggi Papua
barat. Bab 4 yang lebih panjang kem udian m engulas peperangan tradi-
sional di seluruh dunia, guna memahami apakah memang peperangan
tradisional cocok dideinisikan sebagai perang, mengapa proporsi kor-
ban jiwanya kerap kali tinggi sekali, apa bedanya dengan peperangan
negara, dan mengapa perang lebih sering terjadi di antara sebagian ma-
syarakat dibandingkan m asyarakat lainnya.

Bagian ketiga buku ini terdiri atas dua bab m engenai dua ujung
siklus hidup m anusia: m asa kanak-kanak (Bab 5) dan usia lanjut
(Bab 6). Kisaran praktik perawatan anak tradisional sungguh luas,
dari m asyarakat dengan praktik-praktik yang lebih represif sam pai
m asyarakat dengan praktik-praktik yang lebih lepas tangan (laissez-

http://facebook.com/indonesiapustaka SUSUNAN BUKU INI ● 35

faire) daripada yang ditoleransi di sebagian besar m asyarakat negara.
Terlepas dari itu, sejum lah tem a berulang-ulang m uncul dari survei
mengenai perawatan anak tradisional. Pembaca bab ini mungkin bakal
m engagum i sebagian di antaranya nam un m erasa ngeri terhadap
praktik-praktik perawatan anak tradisional lainnya, dan bertanya-tanya
apakah sebagian praktik yang kita kagum i bisa kita gabungkan dengan
kumpulan praktik perawatan anak kita sendiri.

Sedangkan m engenai perlakuan terhadap orang lanjut usia (Bab 6),
sejum lah m asyarakat tradisional, terutam a yang nom aden atau yang
hidup di lingkungan yang keras, terpaksa m engabaikan, m eninggalkan,
ataupun m em bunuh orang-orang lanjut usia. Yang lain m enyediakan
kehidupan yang jauh lebih m em uaskan dan produktif bagi orang-orang
lanjut usia dibandingkan kebanyakan m asyarakat yang terwesternisasi.
Faktor-faktor di belakang variasi ini m encakup kondisi lingkungan,
m anfaat dan kuasa orang lanjut usia, serta nilai-nilai dan aturan-aturan
m asyarakat. Harapan hidup yang sangat m em anjang dan m anfaat
lansia yang tam paknya berkurang di m asyarakat-m asyarakat m odern
telah m enciptakan tragedi bagi kita, yang dapat kita ringankan dengan
contoh-contoh yang bisa ditawarkan oleh m asyarakat-m asyarakat
tradisional yang m enyediakan kehidupan m em uaskan dan berm anfaat
bagi orang lanjut usia.

Bagian 4 terdiri atas dua bab m engenai bahaya dan tanggapan kita
terhadapnya. Saya m ulai (Bab 7) dengan m enjabarkan tiga pengalam an
yang betul-betul atau kelihatan berbahaya yang saya alam i di Papua,
dan apa yang saya pelajari dari kejadian-kejadian itu m engenai sikap
yang tersebar luas di kalangan m asyarakat tradisional yang saya
kagumi dan istilahkan "paranoia konstruktif". Melalui ekspresi para-
doks itu, yang saya m aksudkan adalah secara rutin m erenungkan arti
penting kejadian-kejadian atau tanda-tanda kecil yang setiap kali
berisiko rendah, namun mungkin terjadi berulang-ulang ribuan kali
selam a hidup seseorang, sehingga pada akhirnya berkem ungkinan
terbukti m elum puhkan atau fatal bila diabaikan. "Kecelakaan" tidak
terjadi secara acak atau gara-gara nasib sial: secara tradisional segala
sesuatu dipandang sebagai terjadi karena suatu alasan, sehingga kita
harus tetap waspada terhadap hal-hal yang bisa m enjadi penyebabnya
dan berhati-hati. Bab 8 kem udian m enjabarkan jenis-jenis bahaya
yang m erupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan tradisional,
dan beraneka ragam cara orang m enanggapi bahaya-bahaya tersebut.

http://facebook.com/indonesiapustaka 36 ● DI BANDARA

Ternyata persepsi kita m engenai bahaya, dan reaksi-reaksi kita ter-
hadapnya, secara sistem atis tidak irasional dalam beberapa segi.

Bagian 5 yang m erupakan penutup terdiri atas tiga bab m engenai
tiga topik yang sentral bagi kehidupan m anusia dan berubah secara
cepat pada zam an m odern: agam a, keanekaragam an bahasa, dan
kesehatan. Bab 9, m engenai fenom ena yang hanya ditem ukan pada
m anusia yaitu agam a, m elanjutkan bahasan Bab 7 dan 8 m engenai ba-
haya, sebab pencarian tradisional kita secara terus-m enerus terhadap
penyebab bahaya m ungkin bersum bangsih terhadap kelahiran agam a.
Keberadaan agam a di ham pir sem ua m asyarakat m anusia m enun-
jukkan bahwa tam paknya agam a m enjalankan fungsi-fungsi penting,
terlepas dari apakah klaim-klaim agama betul atau tidak. Namun
agam a telah m enjalankan berbagai fungsi yang arti penting relatifnya
telah berubah seiring berevolusinya m asyarakat-m asyarakat m anusia.
Menarik untuk berspekulasi mengenai fungsi-fungsi mana yang
akan menjadi paling kuat bagi agama dalam dasawarsa-dasawarsa
m en d a t a n g.

Bahasa (Bab 10 ), sebagaim ana agam a, hanya ditem ukan pada m a-
nusia; bahkan, kerap kali bahasa dianggap sebagai ciri paling penting
yang membedakan manusia dari hewan-hewan (lain). Meskipun jumlah
m edian penutur bahasa hanya beberapa ratus sam pai beberapa ribu
individu bagi kebanyakan m asyarakat pem buru-pengum pul berskala
kecil, anggota-anggota banyak m asyarakat sem acam itu biasanya
m ultilingual. Orang Am erika m odern kerap beranggapan bahwa m ulti-
lingualism e tidak sepatutnya didorong, karena m ultilingualism e konon
menghambat penguasaan bahasa oleh anak dan asimilasi imigran. Tapi,
penelitian terbaru m enunjukkan bahwa tam paknya orang-orang yang
m ultilingual m em peroleh m anfaat-m anfaat kognitif penting seum ur
hidup. Terlepas dari itu, berbagai bahasa kini menghilang dengan
sedem ikian cepat sehingga 95% bahasa dunia akan punah atau nyaris
m ati dalam seabad bila tren yang sekarang ini berlanjut. Konsekuensi-
konsekuensi fakta yang tidak diragukan itu sam a kontroversialnya
dengan konsekuensi-konsekuensi m ultilingualism e: banyak orang yang
akan m enyam but dunia yang telah tereduksi m enjadi hanya beberapa
bahasa yang tersebar luas, sem entara orang-orang lain m enyoroti
m anfaat-m anfaat keanekaragam an bahasa bagi m asyarakat m aupun
in d ivid u .

Bab terakhir (Bab 11) juga m erupakan bab dengan relevansi praktis
paling langsung dengan kita sekarang. Kebanyakan warga negara-

http://facebook.com/indonesiapustaka SUSUNAN BUKU INI ● 37

negara m odern akan m ati akibat penyakit-penyakit tidak m enular—
diabetes, hipertensi, stroke, serangan jantung, berbagai kanker, dan
lain sebagainya—yang jarang atau tidak dikenal di kalangan m asya-
rakat tradisional, yang terlepas dari itu kerap kali ikut terserang
penyakit-penyakit itu dalam satu atau dua dasawarsa setelah m ulai
m enjalankan gaya hidup terwesternisasi. J elaslah bahwa gaya hidup
terwesternisasi m em bawa penyakit-penyakit itu, dan kita dapat m e-
m inim alkan risiko kita m eninggal akibat penyebab-penyebab paling
um um kem atian tersebut bila kita dapat m em inim alkan faktor-
faktor risiko gaya hidup itu. Saya m engilustrasikan kenyataan suram
itu m elalui dua contoh, yaitu hipertensi dan diabetes Tipe-2. Kedua
penyakit tersebut m elibatkan gen-gen yang pastilah tadinya m eng-
untungkan bagi kita dalam kondisi-kondisi gaya hidup tradisional,
nam un lantas m enjadi m em atikan dalam kondisi-kondisi gaya hidup
terwesternisasi. Banyak individu m odern telah m erenungkan fakta-
fakta itu, sehingga memodiikasi gaya hidup mereka, dan dengan
demikian memperpanjang rentang hidup dan memperbaiki kualitas
hidup m ereka. J adi, bila penyakit-penyakit tersebut m em bunuh kita,
itu karena kita m em biarkan m ereka m elakukannya.

Terakhir, Penutup pun m enutup perjalanan kita yang diawali
dengan adegan bandara Port Moresby yang saya tampilkan di Kata
Pem buka. Baru setelah saya tiba di bandara Los Angeles saya m ulai
terlibat kem bali secara em osional dengan m asyarakat Am erika yang
m erupakan rum ah saya, setelah berbulan-bulan di Papua. Terlepas
dari perbedaan-perbedaan drastis antara Los Angeles dan rim ba
Papua, banyak hal dari dunia sam pai kem arin m asih hidup dalam
tubuh dan dalam m asyarakat kita. Perubahan-perubahan besar terbaru
baru dim ulai 11.0 0 0 tahun silam , bahkan di wilayah dunia di m ana
mereka pertama kali muncul, baru dimulai beberapa dasawarsa lalu di
daerah-daerah berpenduduk paling padat di Papua, dan nyaris belum
dim ulai di segelintir daerah yang belum berhubungan dengan dunia
luar di Papua dan Amazon. Namun bagi kita yang tumbuh besar di
m asyarakat-m asyarakat negara m odern, kondisi-kondisi kehidupan
modern sedemikian merasuk, dan kita terima begitu saja, sehingga
sulit bagi kita untuk mengamati perbedaan-perbedaan mendasar
m asyarakat-m asyarakat tradisional dalam kunjungan singkat kita ke
m ereka. Oleh karena itu Kata Penutup dim ulai dengan m engingat-
ingat lagi sejum lah perbedaan itu, yang m encengangkan saya sewaktu
saya tiba di bandara Los Angeles, dan yang m encengangkan anak-anak

http://facebook.com/indonesiapustaka 38 ● DI BANDARA

Am erika, atau penduduk desa Papua dan Afrika, yang tum buh besar
dalam m asyarakat tradisional dan kem udian pindah ke Barat saat
rem aja atau dewasa. Saya persem bahkan buku ini bagi salah seorang
teman saya yang mengalami itu, Meg Taylor (Dame Meg Taylor), yang
tumbuh di Dataran Tinggi Papua Papua dan menghabiskan bertahun-
tahun di Am erika Serikat sebagai Duta Besar bagi negaranya dan Wakil
Presiden Grup Bank Dunia. Halam an 468 secara ringkas m erangkum
pengalaman-pengalaman Meg.

Masyarakat-masyarakat tradisional mewakili ribuan percobaan
alam selama beribu-ribu tahun dalam penataan kehidupan manusia.
Kita tidak dapat m engulangi percobaan-percobaan itu dengan m eran-
cang-ulang ribuan m asyarakat sekarang lalu m enanti berpuluh-puluh
tahun dan m engam ati hasilnya; kita harus belajar dari m asyarakat-
m asyarakat yang telah m enjalankan percobaan-percobaan itu. Sewaktu
kita mempelajari tentang ciri-ciri kehidupan tradisional, sebagian
di antaranya m erupakan ciri yang untungnya telah kita singkirkan,
dan yang m em buat kita sem akin m enghargai m asyarakat kita sendiri.
Ciri-ciri lain adalah yang m ungkin m em buat kita iri, atau kita sesali
karena telah lenyap, atau kita pertanyakan m engenai bisa-tidaknya
kita gunakan atau sesuaikan secara selektif. Misalnya, kita tentunya iri
akan ketiadaan penyakit-penyakit tidak m enular yang terkait dengan
gaya hidup terwesternisasi di kalangan m asyarakat tradsional. Sewaktu
kita m em pelajari m engenai penyelesaian sengketa, perawatan anak,
perlakuan terhadap orang lanjut usia, kewaspadaan akan bahaya, dan
m ultilingualism e yang um um pada m asyarakat tradisional, kita juga
mungkin memutuskan bahwa kita ingin dan bisa merengkuh sejumlah
ciri tradisional itu.

Setidak-tidaknya, saya berharap Anda akan m enjadi berm inat se-
perti saya terhadap aneka cara m asyarakat-m asyarakat lain m engor-
ganisasi hidup. Bukan hanya sekadar berm inat, Anda m ungkin m e-
m utuskan bahwa sejum lah cara yang sangat berm anfaat bagi m ereka
barangkali juga berm anfaat bagi Anda sebagai individu, dan bagi kita
sebagai m asyarakat.


Click to View FlipBook Version