GEN, LINGKUNGAN, DAN DIABETES ● 539
http://facebook.com/indonesiapustaka dan juga disebabkan "m akan dengan tidak bijak". Kini dokter-dokter
m enem ukan kem bali wawasan-wawasan tajam itu, yang kini kita ung-
kapkan ulang dengan m engatakan bahwa diabetes m elibatkan faktor-
faktor genetik m aupun lingkungan, dan barangkali faktor-faktor dalam
rahim juga m em pengaruhi janin saat keham ilan. Bukti peran gen
mencakup risiko sepuluh kali lebih besar terserang diabetes bila ada
kerabat derajat pertam a (orangtua atau saudara kandung) kita yang
juga menderita diabetes dibanding bila tidak ada kerabat derajat-per-
tama kita yang begitu. Namun diabetes, seperti hipertensi, bukanlah
penyakit genetik sederhana (seperti anem ia sel-sabit) di m ana satu
m utasi dalam gen yang sam a m enim bulkan penyakit itu di setiap
pasien. J ustru berlusin-lusin faktor kerentanan genetik yang berbeda
bagi diabetes telah diidentiikasi, banyak di antaranya disatukan hanya
oleh kesam aan ciri bahwa satu m utasi di yang m ana pun di antara gen-
gen itu dapat m engakibatkan kadar glukosa darah yang tinggi akibat
penolakan terhadap insulin. (Saya sebutkan lagi bahwa pernyataan-
pernyataan ini berlaku bagi diabetes Tipe-2; diabetes Tipe-1 m elibatkan
faktor-faktor kerentanan genetik tersendiri yang berbeda.)
Selain faktor-faktor genetik dalam diabetes itu, diabetes juga ber-
gantung kepada faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup. Meskipun
kita secara genetis memiliki kecenderungan diabetes, bukan berarti kita
pasti terserang penyakit itu, seperti yang terjadi bila kita m em iliki se-
pasang gen penyebab distroi otot atau penyakit Tay-Sachs. Risiko ter-
serang diabetes m eningkat seiring bertam bahnya usia, dan dengan
m em iliki kerabat derajat pertam a yang m enderita diabetes, dan
dengan terlahir dari ibu yang m enderita diabetes, hal-hal yang tidak
bisa kita apa-apakan. Namun faktor-faktor risiko lain yang dapat
m enyebabkan diabetes adalah faktor-faktor yang berada di bawah
kendali kita, termasuk kelebihan berat badan, tidak berolahraga, me-
nyantap diet berkalori tinggi, dan m engonsum si banyak gula dan
lem ak. Kebanyakan penderita diabetes (saya tekankan lagi, seba-
gian besar penderita diabetes Tipe-2) dapat mengurangi gejala-gejala
mereka dengan mengurangi faktor-faktor risiko itu. Misalnya, pre-
valensi diabetes 5 sam pai 10 kali lebih tinggi pada pengidap obesitas
dibanding pada orang-orang berbobot normal, sehingga pasien-pasien
diabetes sering kali dapat kembali sehat dengan berdiet, berolahraga,
dan m enurunkan berat, dan tindakan-tindakan yang sam a juga dapat
m elindungi orang-orang yang berkecenderungan diabetes agar tidak
terserang penyakit tersebut.
540 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka Banyak jenis percobaan alam , term asuk yang saya sebutkan di
awal bab ini sebagai contoh hubungan antara gaya hidup Barat dan
penyakit-penyakit tak menular secara umum, secara spesiik menun-
jukkan peran faktor-faktor lingkungan dalam diabetes. Peningkatan
faktor-faktor tersebut di seluruh dunia m endasari epidem i diabetes
yang kini berjangkit di seluruh dunia. Salah satu jenis percobaan
alam sem acam itu m elibatkan naik-turunnya prevalensi diabetes
yang m enyertai naik-turunnya gaya hidup Barat dan kem akm uran
di populasi yang sama. Di Jepang, graik prevalensi diabetes dan
indikator-indikator ekonom i terhadap waktu ternyata sejajar, bahkan
sampai perincian naik-turun tahun ke tahun. Itu karena orang makan
lebih banyak, sehingga berisiko lebih besar terserang diabetes,
sewaktu m ereka punya uang. Diabetes dan gejala-gejalanya m enurun
atau lenyap pada populasi-populasi yang m engalam i kondisi-kondisi
kelaparan, m isalnya pasien-pasien diabetes Prancis yang m em peroleh
penjatahan m akanan yang am at ketat selam a pengepungan Paris
pada 1870 – 1871. Kelom pok-kelom pok Aborigin Australia yang untuk
sem entara m engabaikan gaya hidup tak banyak gerak ala Barat yang
tadinya m ereka jalani dan kem bali ke kehidupan tradisional yang
penuh aktivitas, m engalam i kem unduran gejala-gejala diabetes; satu
kelompok semacam itu kehilangan rata-rata berat tubuh 9 kg dalam
tujuh m inggu. (Ingatlah bahwa obesitas adalah salah satu faktor
risiko paling utama bagi diabetes.) Penurunan gejala-gejala diabetes
dan lingkar pinggang juga tercatat pada orang-orang Swedia yang
selam a tiga bulan m eninggalkan diet Swedia m ereka yang sangat tidak
Mediterania (lebih daripada 70% kalori dari gula, margarin, produk
susu, alkohol, m inyak, dan sereal) dan sebagai gantinya m engadopsi
diet Mediterania yang tipikal bagi orang-orang Italia yang ramping.
Orang-orang Swedia pelaku "diet Paleolitik" yang dirancang agar
m enyerupai diet pem buru-pengum pul m enjadi lebih sehat lagi dan
m em iliki lingkar pinggang yang bahkan lebih ram ping lagi.
Satu lagi percobaan alam disediakan oleh lonjakan luar biasa tajam
dalam kasus diabetes di antara kelom pok-kelom pok yang berem igrasi
sehingga berhenti m enjalani gaya hidup spartan yang penuh aktivitas
dan m engadopsi gaya hidup tak banyak gerak, tinggi kalori, kurang
olahraga yang didasarkan pada m akanan superm arket yang m elim pah.
Satu contoh dram atis m elibatkan orang-orang Yahudi dari Yam an yang
dibawa dengan pesawat ke Israel dalam Operasi Perm adani Ajaib pada
1949 dan 1950 , dan karenanya secara m endadak dijebloskan ke dalam
GEN, LINGKUNGAN, DAN DIABETES ● 541
http://facebook.com/indonesiapustaka kondisi-kondisi abad ke-20 dari kondisi-kondisi yang sebelum nya
bagaikan zam an pertengahan. Walaupun orang-orang Yahudi Yam an
nyaris bebas diabetes sewaktu m encapai Israel, 13% di antara m ereka
menjadi pengidap diabetes dalam dua dasawarsa. Migran-migran
lain yang m encari kesem patan dan m alah m endapatkan diabetes
antara lain orang-orang Yahudi Etiopia yang pindah ke Israel, orang-
orang Meksiko dan Jepang yang pindah ke AS, orang-orang Polinesia
yang pindah ke Selandia Baru, orang-orang Tiongkok yang pindah
ke Mauritius dan Singapura, dan orang-orang India yang pindah ke
Mauritius, Singapura, Fiji, Afrika Selatan, AS, dan Britania.
Negara-negara berkembang yang belakangan ini semakin makmur
dan terwesternisasi juga sejalan dengan itu mengalami peningkatan
prevalensi diabetes. Di tem pat pertam a adalah kedelapan negara Arab
penghasil m inyak dan negara-negara pulau yang baru m akm ur yang
kini m em im pin dunia dalam hal prevalensi diabetes nasional (se-
m uanya di atas 15%). Sem ua negara Am erika Latin dan Karibia kini
m em iliki prevalensi diabetes di atas 5%. Sem ua negara Asia Tim ur
dan Asia Selatan m em iliki prevalensi di atas 4% kecuali lim a negara
term iskin, di m ana prevalensinya tetap serendah 1,6%. Prevalensi tinggi
pada negara-negara yang berkem bang lebih cepat adalah fenom ena
baru: prevalensi India m asih di bawah 1% bahkan pada 1959, nam un
kini sudah 8%. Sebaliknya, kebanyakan negara Afrika sub-Sahara
m asih m iskin dan m asih m em iliki prevalensi di bawah 5%.
Rata-rata nasional itu m enyem bunyikan perbedaan-perbedaan in-
ternal besar yang m erupakan percobaan-percobaan alam berikutnya.
Di seluruh dunia, urbanisasi m enyebabkan lebih sedikit olahraga dan
lebih banyak m akanan superm arket, obesitas, dan diabetes. Populasi-
populasi perkotaan individual yang karenanya m encapai prevalensi dia-
betes yang luar biasa tinggi antara lain adalah orang-orang Wanigela di
ibukota Papua Nugini yang sudah disebutkan sebelumnya (prevalensi
37%) dan beberapa kelom pok Aborigin Australia di perkotaan (sam pai
33%). Kedua kasus itu sem akin m engejutkan karena diabetes tidak di-
kenal di kalangan orang-orang Papua dan Australia yang hidup dalam
kondisi-kondisi tradisional.
Dengan dem ikian, gaya hidup Barat entah bagaim ana m eningkat-
kan risiko para pelakunya menjadi penderita diabetes. Namun gaya
hidup Barat terdiri atas banyak kom ponen yang saling berkaitan:
kom ponen-kom ponen m ana yang paling berpengaruh terhadap
risiko diabetes? Meskipun tidak mudah memilah-milah efek berbagai
542 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka pengaruh yang berkorelasi, tam paknya tiga faktor risiko terkuat adalah
obesitas dan gaya hidup tak banyak gerak (yang bisa kita ubah) dan
riwayat diabetes dalam keluarga (yang tidak bisa kita apa-apakan).
Faktor-faktor risiko lain yang tidak bisa kita kendalikan adalah bobot
lahir yang tinggi atau rendah. Mesipun komposisi diet jelas berperan
setidaknya sebagian dalam kaitannya dengan obesitas, tam paknya
komposisi diet juga memiliki pengaruh mandiri: di antara orang-
orang yang sam a-sam a m enderita obesitas, yang m engonsum si diet
Mediterania tampaknya berisiko lebih rendah daripada orang-orang
dengan asupan tinggi gula, asam lemak jenuh, kolesterol, dan trigli-
serida. Tidak berolahraga mungkin menciptakan risiko terutama ka-
rena menimbulkan kecenderungan ke arah obesitas, sementara mero-
kok, peradangan, dan konsum si tinggi alkohol tam paknya m erupakan
faktor-faktor risiko m andiri. Singkatnya, diabetes Tipe-2 berm ula
dengan faktor-faktor genetik dan barangkali faktor-faktor dalam rahim ,
yang nantinya tersingkap oleh faktor-faktor gaya hidup yang m eng-
akibatkan gejala-gejala penyakit.
Orang-orang Indian Pim a dan Penduduk Nauru
Bukti peran lingkungan dalam diabetes digam barkan oleh tragedi
yang m enim pa dua m asyarakat dengan tingkat diabetes tertinggi di
dunia: orang-orang Indian Pima dan penduduk Nauru. Marilah kita
bicarakan orang-orang Pima terlebih dahulu. Mereka bertahan selama
lebih daripada 2.0 0 0 tahun di gurun Arizona selatan, m enggunakan
m etode-m etode bercocok-tanam yang didasarkan kepada sistem
pengairan yang rum it, dilengkapi dengan berburu dan m engum pul.
Oleh karena curah hujan di gurun sangat bervariasi dari tahun ke
tahun, panen gagal dalam kira-kira satu di antara setiap lima tahun,
m em aksa orang-orang Pim a untuk bertahan hidup sepenuhnya dengan
m akanan yang diperoleh dari alam , terutam a terwelu liar dan kacang
m esquite. Banyak tum buhan liar yang m ereka sukai m engandung
banyak serat, sedikit lem ak, dan m elepaskan glukosa dengan lam bat,
sehingga m erupakan diet antidiabetes yang ideal. Setelah sejarah
panjang kelaparan yang berkala nam un singkat, orang-orang Pim a
m engalam i serangan kelaparan yang lebih lam a pada akhir abad ke-
19, ketika orang-orang kulit putih m engalihkan aliran sungai-sungai
yang diandalkan orang-orang Pim a untuk m em peroleh air irigasi.
Akibatnya adalah gagal panen dan kelaparan yang terjadi di m ana-
m ana. Kini orang-orang Pim a m enyantap m akanan yang dibeli di
ORANG-ORANG INDIAN PIMA DAN PENDUDUK NAURU ● 543
http://facebook.com/indonesiapustaka toko. Para pengam at yang m engunjungi orang-orang Pim a pada awal
190 0 -an m elaporkan obesitas jarang terjadi dan diabetes nyaris tidak
ada. Sejak 1960 -an, obesitas telah tersebar luas di antara orang-orang
Pim a, sebagian di antaranya kini berbobot m elebihi 150 kg. Separo di
antara m ereka m elebihi persentil ke-90 di Am erika bagi berat badan
dalam kaitannya dengan tinggi badan. Perem puan-perem puan Pim a
m engonsum si sekitar 3.160 kalori per hari (50 % lebih tinggi dari-
pada rata-rata AS), 40 % di antaranya m erupakan lem ak. Terkait de-
ngan obesitas itu, orang-orang Pima menjadi terkenal dalam literatur
diabetes karena kini m em iliki frekuensi diabetes tertinggi di dunia.
Separo dari sem ua orang Pim a yang berusia lebih daripada 35, dan 70 %
orang Pim a yang berusia di antara 55 sam pai 64, m engidap diabetes,
yang secara tragis m enim bulkan tingginya tingkat kebutaan, am putasi
tungkai, dan kegagalan ginjal.
Contoh kedua saya adalah Nauru, pulau Pasiik tropis yang kecil
dan terpencil, dikolonisasi oleh orang-orang Mikronesia pada masa
prasejarah. Nauru dicaplok oleh Jerman pada 1888, diduduki oleh
Australia pada 1914, dan akhirnya m encapai kem erdekaan pada 1968
sebagai republik terkecil di dunia. Tapi, Nauru juga memiliki kekhasan
yang sayangnya tidak sebegitu bagus, yaitu sebagai tem pat contoh
suram fenom ena yang jarang terdokum entasi: epidem i penyakit
genetik. Epidem i penyakit-penyakit m enular yang akrab dengan kita
m eningkat tajam ketika terjadi peningkatan penularan agen infeksi,
dan kem udian m enurun ketika jum lah korban yang berpotensi rentan
pun turun, disebabkan oleh kekebalan yang didapat oleh orang-orang
yang bertahan hidup m aupun perbedaan tingkat kem atian pada orang-
orang yang rentan secara genetik. Epidem i penyakit genetik justru
m eningkat karena peningkatan faktor-faktor risiko di lingkungan, dan
kem udian m enurun ketika jum lah calon korban yang rentan juga turun
(nam un hanya karena kem atian yang lebih m ungkin terjadi kepada
orang-orang yang rentan secara genetis, bukan karena kekebalan
dapatan; kita tidak mendapatkan kekebalan terhadap diabetes.)
Gaya hidup tradisional orang-orang Nauru didasarkan pada ber-
cocok-tanam dan menangkap ikan, dan melibatkan episode kelaparan
yang kerap terjadi karena kekeringan dan tanah pulau itu yang tidak
subur. Para pengunjung awal dari Eropa tetap saja memperhatikan
bahwa orang-orang Nauru montok-montok; penduduk Nauru
m engagum i orang-orang yang besar-gem uk dan m em beri gadis-gadis
diet untuk menggemukkan mereka sehingga menjadi lebih menarik.
544 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka Pada 1906 ditemukan bahwa di bawah tanah Nauru yang tidak subur
itu ada batuan dengan kadar fosfat tertinggi di dunia. Fosfat adalah
salah satu bahan utam a pupuk. Pada 1922, perusahaan tam bang yang
m engekstraksi bebatuan itu akhirnya m ulai m em bayarkan royalti
kepada penduduk pulau. Sebagai akibat kemakmuran baru, konsumsi
gula rata-rata orang-orang Nauru mencapai setengah kilo per hari pada
1927, dan buruh harus diimpor karena orang-orang Nauru tidak senang
bekerja sebagai penambang.
Selama Perang Dunia II, Nauru diduduki oleh pasukan militer
J epang, yang m engharuskan kerja paksa, m engurangi ransum m akanan
menjadi seperempat kilo labu per hari, dan kemudian mendeportasi
sebagian besar populasi ke Pulau Truk, di mana separo di antara
mereka mati kelaparan. Ketika yang selamat dikembalikan ke Nauru
setelah perang, m ereka m em peroleh kem bali royalti fosfat, m eng-
abaikan bercocok-tanam nyaris sepenuhnya, dan kem bali berbelanja di
supermarket, menumpuk kantong-kantong besar gula dalam keranjang
belanja m ereka dan m elahap dua kali lipat daripada asupan kalori yang
disarankan. Mereka menjadi tidak banyak gerak dan mengandalkan
kendaraan bermotor untuk berkeliling pulau kecil mereka (dengan
radius rata-rata dua setengah kilometer). Setelah kemerdekaan pada
1968, royalti fosfat tahunan per kapita naik m enjadi $ 23.0 0 0 , m en-
jadikan orang-orang Nauru salah satu masyarakat paling kaya di
dunia. Kini m ereka m erupakan populasi yang paling banyak m enderita
obesitas di Pasiik, dan populasi dengan tekanan darah rata-rata paling
tinggi. Bobot tubuh rata-rata m ereka 50 % lebih besar daripada bobot
tubuh orang kulit putih Australia dengan tinggi tubuh sam a.
Walaupun dokter-dokter kolonial Eropa di Nauru tahu bagaimana
m engenali diabetes dan m endiagnosisnya di sana pada buruh-buruh
yang bukan berasal dari Nauru, kasus pertama pada orang Nauru
baru tercatat pada 1925. Kasus kedua tercatat pada 1934. Tapi, setelah
1954, prevalensi penyakit itu m elonjak tajam , dan m enjadi penyebab
paling umum kematian bukan akibat kecelakaan. Sepertiga dari semua
orang Nauru yang berusia di atas 20, dua pertiga orang Nauru berusia
di atas 55, dan 70% dari orang Nauru yang hidup sampai usia 70
m erupakan penderita diabetes. Dalam dasawarsa terakhir, prevalensi
penyakit tersebut m ulai turun, bukan karena m itigasi faktor-faktor
risiko lingkungan (obesitas dan gaya hidup tak banyak gerak m asih
juga um um terdapat), nam un barangkali karena orang-orang yang se-
cara genetis paling rentan telah m eninggal dunia. Bila tafsir ini terbukti
DIABETES DI INDIA ● 545
http://facebook.com/indonesiapustaka benar, maka Nauru akan menjadi kasus paling cepat yang saya ketahui
m engenai seleksi alam dalam populasi m anusia: terjadinya seleksi yang
dapat terdeteksi di seluruh populasi dalam waktu kurang daripada 40
tahun.
Diabetes di India
Tabe l 11.1 m erangkum perbandingan prevalensi diabetes di seluruh
dunia. J elaslah bahwa ada perbedaan-perbedaan besar antara negara-
negara dalam hal prevalensi rata-rata nasional, berkisar dari angka
rendah 1,6% di Mongolia dan Rwanda sampai angka tinggi sebesar 19%
di Uni Emirat Arab dan 31% di Nauru. Namun Tabel 11.1 juga meng-
gam barkan bahwa rata-rata nasional itu m enyem bunyikan perbedaan-
perbedaan yang sam a besarnya di dalam negara m ana pun yang
berkaitan dengan perbedaan gaya hidup: setidaknya di negara-negara
berkem bang, populasi yang m akm ur, terwesternisasi, atau perkotaan
cenderung m em iliki prevalensi yang lebih tinggi daripada populasi yang
miskin, tradisional, atau perdesaan.
India m em berikan contoh yang sangat bagus bagi perbedaan dalam
satu negara. (Untuk inform asi ini saya berterim akasih kepada Profesor
V. Mohan, dari Madras Diabetes Research Foundation.) Prevalensi
diabetes rata-rata di India pada 2010 adalah 8%. Namun diabetes
tidak banyak terjadi di India sam pai beberapa dasawarsa lalu. Survei-
survei pada 1938 dan 1959, di kota-kota besar (Kalkuta dan Mumbai)
yang kini m erupakan tem pat banyak terdapat penderita diabetes,
m enghasilkan angka prevalensi hanya 1% atau kurang. Baru pada
1980 -an angka-angka itu m ulai naik, pertam a-tam a secara lam bat dan
kini secara eksplosif, sam pai satu titik di m ana di India kini terdapat
lebih banyak penderita diabetes (m elebihi 40 juta) dibandingkan
negara lain m ana pun. Alasan-alasannya pada dasarnya sam a dengan
yang m elatari epidem i diabetes di seluruh dunia: urbanisasi, naiknya
standar kehidupan, m enyebarnya m akanan m anis dan berlem ak kaya
kalori yang tersedia dengan harga m urah di perkotaan bagi orang
kaya m aupun m iskin, dan sem akin tidak aktifnya m asyarakat seiring
sem akin banyaknya pekerjaan buruh m anual digantikan dengan
pekerjaan di bidang jasa, serta perm ainan video, televisi, dan kom puter
yang m enjadikan anak-anak (dan orang dewasa) tetap duduk m alas
m engam ati layar selam a berjam -jam dalam sehari. Walaupun peran
spesiik TV belum dikuantiikasi di India, satu penelitian di Australia
m enem ukan bahwa setiap jam yang dihabiskan m enonton TV setiap
546 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
harinya terkait dengan peningkatan 18% kem atian akibat penyakit
kardiovaskular (banyak di antaranya berhubungan dengan diabetes),
bahkan setelah m engontrol faktor-faktor risiko lain seperti lingkar
pinggang, merokok, asupan alkohol, dan diet. Namun faktor-faktor itu
m eningkat seiring peningkatan waktu yang dihabiskan m enonton TV,
sehingga angka aslinya pastilah lebih besar lagi daripada perkiraan
sebesar 18% itu.
Tabe l 11.1. Pre vale n s i d iabe te s Tip e -2 d i s e lu ru h d u n ia
http://facebook.com/indonesiapustaka P OP U LAS I PERSEN TASE
P R EVALEN S I
"Oran g ku lit p u tih " Ero p a d an Tim u r Te n gah
41 negara Eropa Barat 6 (kisaran 2– 10 )
4 negara Eropa Barat di seberang lautan (Australia, Kanada, 8 (kisaran 5– 10 )
Selandia Baru, AS)
1 negara Arab yang sangat m iskin (Yam an) 3
2 negara Arab yang m iskin (Yordania, Suriah) 10
6 negara Arab yang m akm ur 16 (kisaran 13– 19)
Yahudi Yam an, tradisional ~0
Yahudi Yam an, terwesternisasi 13
Afrika
Tanzania perdesaan 1
Rwa n d a 2
Afrika Selatan perkotaan 9
Afrika-Am erika di AS 13
In d ia
India perkotaan, 1938– 1959 ~1
India perdesaan masa kini 0 ,7
Singapura perkotaan 17
Mauritius perkotaan 17
Kerala perkotaan 20
Fiji perkotaan 22
Tio n gko k
Tiongkok perdesaan ~0
Hong Kong perkotaan 9
Singapura perkotaan 10
DIABETES DI INDIA ● 547
P OP U LAS I PERSEN TASE
P R EVALEN S I
Taiwan perkotaan 12
Mauritius perkotaan 13
Kepulauan Pasiik
Nauru, 1952 0
Nauru, 2002 41
Nauru, 2010 31
Papua Nugini, tradisional ~0
Papua Nugini, Wanigela perkotaan 37
Abo rigin Australia
t r a d ision a l ~0
t er west er n isa si 25-35
Penduduk Asli Am erika
Mapuche Chile 1
Pim a AS 50
http://facebook.com/indonesiapustaka Angka-angka di kolom sebelah kanan adalah prevalensi diabetes dalam persen:
dengan kata lain, persentase populasi yang m enderita diabetes Tipe-2. Angka-
angka ini disebut prevalensi terstandardisasi usia, yang begini artinya. Oleh
karena prevalensi Tipe-2 dalam populasi m ana pun m eningkat seturut usia, akan
m enyesatkan bila kita m em bandingkan angka-angka m entah prevalensi antara
dua populasi yang berbeda distribusi usianya: angka-angka m entah bisa diduga
akan berbeda sem ata sebagai akibat persebaran usia yang berbeda (prevalensi akan
lebih tinggi pada populasi yang lebih tua), bahkan bila prevalensi pada usia tertentu
identik antara dua populasi. Oleh karena itu kita m engukur prevalensi dalam
populasi sebagai fungsi usia, kem udian m engukur besar prevalensinya bagi seluruh
populasi bila populasi tersebut memiliki persebaran usia terstandardisasi tertentu.
Perhatikan prevalensi yang lebih tinggi pada populasi yang m akm ur, ter-
westernisasi, atau perkotaan dibandingkan populasi miskin, tradisional, atau
perdesaan dalam bangsa yang sam a. Perhatikan juga bahwa perbedaan gaya
hidup itu m enim bulkan populasi-populasi prevalensi rendah dan prevalensi tinggi
(m elebihi 12%) yang kontras dalam setiap kelom pok m anusia yang dikaji kecuali
orang-orang Eropa Barat. Di Eropa Barat, tidak ada populasi prevalensi tinggi
m enurut standar dunia, untuk alasan-alasan yang akan dibahas. Tabel tersebut
juga menunjukkan naik dan kemudian turunnya prevalensi di Pulau Nauru, yang
disebabkan oleh westernisasi yang cepat dan kem udian oleh bekerjanya seleksi alam
terhadap korban-korban diabetes.
548 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka Terkubur di dalam prevalensi rata-rata nasional sebesar 8% itu
adalah kisaran luas hasil yang diperoleh dari berbagai kelom pok
orang India. Di ekstrem yang rendah, prevalensi itu hanya 0 ,7% untuk
orang-orang India perdesaan yang tidak m enderita obesitas dan secara
isik aktif. Prevalensi diabetes mencapai 11% untuk orang-orang India
perkotaan yang menderita obesitas dan tidak aktif secara isik dan
m em uncak sam pai 20 % di distrik Ernakulam di negara bagian Kerala
di sebelah barat daya India, salah satu negara bagian yang paling
terurbanisasi. Angka yang lebih tinggi lagi adalah prevalensi nasional
diabetes tertinggi kedua di dunia, 24% di pulau Mauritius di Samudra
Hindia, di m ana kom unitas im igran India yang m endom inasi pulau
tersebut telah m endekati standar hidup Barat secara lebih cepat
daripada populasi mana pun di dalam India sendiri.
Di antara faktor-faktor gaya hidup yang m erupakan pem rediksi dia-
betes di India, sebagian di antaranya juga akrab sebagai pem rediksi di
Barat, sem entara faktor-faktor lain berbeda 180 derajat dengan yang
diduga di Barat. Seperti juga di Barat, diabetes di India terkait de-
ngan obesitas, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup yang tidak aktif.
Namun ahli-ahli diabetologi Eropa dan Amerika akan terperanjat
m endapati bahwa prevalensi diabetes lebih tinggi di antara orang-
orang India perkotaan yang m akm ur dan terdidik, dibandingkan
orang-orang perdesaan yang m iskin dan tak terdidik: tepat kebalikan
kecenderungan-kecenderungan di Barat, walaupun kecenderungan-
kecenderungan serupa teramati di negara-negara berkembang lain ter-
masuk Tiongkok, Bangladesh, dan Malaysia. Misalnya, pasien-pasien
diabetes India lebih mungkin bergelar sarjana dan berpendidikan
tinggi, dan lebih kecil kem ungkinannya buta aksara, daripada orang-
orang yang tidak m engidap diabetes. Pada 20 0 4, prevalensi diabetes
rata-rata 16% di India perkotaan dan hanya 3% di India perdesaan;
itu berkebalikan dengan kecenderungan di Barat. Penjelasan yang
mungkin bagi paradoks-paradoks itu berkaitan dengan dua segi
gaya hidup Barat telah m enyebar lebih jauh di populasi dan telah di-
praktikkan selam a lebih lam a di Barat daripada di India. Pertam a-
tam a, m asyarakat Barat jauh lebih m akm ur daripada m asyarakat India,
sehingga m asyarakat pedesaaan yang m iskin di Barat jauh lebih bisa
m em beli m akanan cepat saji yang m endorong para konsum ennya ke
arah diabetes, daripada di India. Kedua, orang-orang Barat terdidik
dengan akses ke m akanan cepat saji dan kerja tak banyak gerak kini
telah sering m endengar bahwa m akanan cepat saji tidak m enyehatkan
DIABETES DI INDIA ● 549
http://facebook.com/indonesiapustaka dan bahwa kita harus berolahraga, sedangkan nasihat itu belum
lagi tersebar luas di kalangan orang India yang terdidik. Nyaris 25%
penghuni perkotaan di India (subpopulasi yang paling berisiko) bahkan
belum pernah mendengar soal diabetes.
Di India seperti juga di Barat, diabetes pada akhirnya disebabkan
oleh kadar glukosa darah yang tinggi secara kronis, dan sejum lah aki-
bat klinisnya juga mirip. Namun dari segi-segi lain—entah itu karena
faktor-faktor gaya hidup atau gen-gen yang berbeda di India dan
di Barat—diabetes di India berbeda dengan diabetes yang dikenal
di Barat. Sem entara orang-orang Barat m enganggap diabetes Tipe-
2 sebagai penyakit yang m uncul di saat dewasa, terutam a pada usia
melebihi 50 , para pengidap diabetes di India menunjukkan gejala-ge-
jala pada usia satu atau dua dasawarsa lebih muda daripada orang-
orang Eropa, dan usia kemunculan gejala di India (seperti juga di
banyak populasi lain) terus bergeser ke arah orang-orang yang lebih
muda bahkan dalam dasawarsa terakhir. Di antara orang-orang India
pada akhir usia rem aja, diabetes "yang m uncul pada dewasa" (Tipe-
2 atau tidak tergantung insulin) sudah muncul lebih sering daripada
diabetes "yang m uncul pada anak-anak" (Tipe-1 atau tergantung
insulin). Meskipun obesitas adalah faktor risiko diabetes di India
m aupun di Barat, diabetes m uncul di nilai am bang batas obesitas
yang lebih rendah di India dan di negara-negara Asia lainnya. Gejala-
gejalanya juga berbeda di antara pasien diabetes di India dan di Barat:
orang-orang India berkemungkinan lebih kecil terserang kebutaan
dan gagal ginjal, namun berkemungkinan jauh lebih besar menderita
penyakit arteri koroner pada usia yang relatif m uda.
Walaupun orang-orang India miskin sekarang berisiko lebih
rendah daripada orang-orang India kaya, penyebaran m akanan cepat
saji memaparkan risiko diabetes kepada penghuni daerah kumuh per-
kotaan di ibukota India, New Delhi. Dr. S. Sandeep, Mr A. Ganesan,
dan Profesor Mohan dari Madras Diabetes Research Foundation
m erangkum situasi sekarang sebagai berikut: “Ini m enunjukkan
bahwa diabetes [di India] bukan lagi penyakit kalangan berada atau
penyakitnya orang kaya. Diabetes m enjadi m asalah bahkan di antara
bagian-bagian m asyarakat berpenghasilan m enengah dan m iskin.
Berbagai penelitian telah m enunjukkan bahwa subjek-subjek penderita
diabetes yang m iskin lebih rentan terhadap kom plikasi karena m ereka
memiliki lebih sedikit akses ke perawatan kesehatan berkualitas.”
550 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka Manfaat-m anfaat gen pem icu diabetes
Bukti kom ponen genetik yang kuat bagi diabetes m enghadirkan teka-
teki evolusioner. Mengapa penyakit yang melumpuhkan semacam itu
sedemikian umum di antara banyak populasi manusia, padahal kita
menduga bahwa penyakit itu akan hilang secara perlahan-lahan sebab
orang-orang yang rentan secara genetis akan tersingkir oleh seleksi alam
dan tidak menghasilkan anak-anak yang membawa gen-gen mereka?
Dua penjelasan yang berlaku bagi sejum lah penyakit genetik lain—
m utasi yang m uncul berulang-ulang dan kurangnya efek seleksi—dapat
dengan cepat disingkirkan dalam kasus diabetes. Pertama-tama, bila
prevalensi diabetes sama rendahnya dengan distroi otot (sekitar 1
dalam 10 .0 0 0 ), prevalensi gen-gen itu dapat dijelaskan sebagai sekadar
produk m utasi berulang-ulang: dengan kata lain, bayi-bayi dengan
m utasi baru terlahir dengan tingkat yang sam a dengan m eninggalnya
para pem bawa m utasi itu yang telah berusia lebih tua akibat penyakit
tersebut. Tapi, tidak ada m utasi yang terjadi sedem ikian seringnya
hingga m uncul berulang-ulang pada 3% sam pai 50 % bayi, kisaran
frekuensi diabetes sungguhan pada m asyarakat-m asyarakat terwestern-
isasi.
Kedua, ahli-ahli genetika secara teratur m em berikan jawaban ter-
hadap teka-teki evolusioner itu dengan m engklaim bahwa diabetes
hanya m em bunuh individu-individu yang lebih tua, yang sudah
melewati masa-masa melahirkan atau membesarkan anak, sehingga
kem atian penderita diabetes yang sudah tua seharusnya tidak
m em berikan kerugian selektif terhadap gen-gen yang m em berikan
kecenderungan diabetes. Terlepas dari kepopulerannya, klaim ini
salah karena dua alasan yang jelas. Meskipun diabetes Tipe-2 muncul
terutama setelah usia 50 di antara orang-orang Eropa, di antara orang-
orang Nauru, India, dan non-Eropa lainnya, Tipe-2 menyerang orang-
orang usia reproduktif yaitu 20 -an dan 30 -an, terutam a perem puan-
perem puan ham il, yang janin dan bayi yang baru lahirnya juga
semakin berisiko. Misalnya, di Jepang kini ada lebih banyak anak yang
m enderita diabetes Tipe-2 dibandingkan Tipe-1, terlepas dari julukan
"diabetes yang m uncul pada anak-anak" untuk Tipe-1. Ditambah lagi
(seperti yang dibahas di Bab 6), dalam masyarakat-masyarakat manusia
tradisional, tidak seperti masyarakat-masyarakat Dunia Pertama
modern, tidak ada orang lanjut usia yang betul-betul "pasca-reproduktif"
dan tidak penting secara selektif, sebab kakek-nenek memberikan
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 551
http://facebook.com/indonesiapustaka sumbangsih sangat penting terhadap pasokan makanan, status sosial,
dan kelangsungan hidup anak-cucu mereka.
Oleh karena itu kita harus m engasum sikan bahwa gen-gen yang
sekarang menimbulkan kecenderungan diabetes dahulu justru diung-
gulkan oleh seleksi alam, sebelum pergeseran mendadak kita menuju
gaya hidup terwesternisasi. Bahkan, gen-gen sem acam itu pastilah te-
lah diunggulkan dan dilestarikan secara mandiri lusinan kali oleh se-
leksi alam , sebab ada lusinan kelainan genetik berbeda yang telah di-
identiikasi sebagai penyebab diabetes (Tipe-2). Apa bagusnya gen-gen
terkait diabetes tadinya bagi kita, dan m engapa sekarang gen-gen itu
mendatangkan kesulitan bagi kita?
Ingatlah lagi bahwa efek netto horm on insulin adalah m em ungkin-
kan kita m enyim pan, sebagai lem ak, m akanan yang kita lahap, dan
m em buat kita tidak perlu m enguraikan cadangan lem ak yang su-
dah terkum pul. Tiga puluh tahun lalu, fakta-fakta ini m engilham i ahli
genetika James Neel untuk berspekulasi bahwa diabetes berakar dari
"genotipe hemat" yang membuat para pembawanya sangat eisien da-
lam menyimpan glukosa dari makanan sebagai lemak. Misalnya, ba-
rangkali sebagian kita m em iliki pelepasan insulin yang sedem ikian
mudah terpicu sebagai tanggapan cepat terhadap kenaikan sedikit
kadar gula glukosa. Pelepasan cepat yang ditentukan secara genetis
itu akan m em ungkinkan orang yang m em iliki gen sem acam itu un-
tuk m enyim pan glukosa dari m akanan sebagai lem ak, tanpa kadar
glukosa darah naik cukup tinggi sehingga tembus ke air seni. Pada
m asa-m asa kelim pahan m akanan yang terkadang terjadi, para pem -
bawa gen semacam itu dapat menggunakan makanan secara lebih ei-
sien, menumpuk lemak, dan menggemuk dengan cepat, sehingga
memungkinkan mereka lebih mampu bertahan melalui masa
kelaparan yang kem udian terjadi. Gen-gen sem acam itu akan bersifat
m enguntungkan dalam kondisi-kondisi foya-foya dan kelaparan yang
silih berganti tanpa terperkirakan, yang sering terjadi dalam kehidupan
m anusia tradisional (Gam bar 26), nam un akan m enyebabkan obesitas
dan diabetes di dunia m odern, ketika individu-individu yang sam a
berhenti berolahraga, m ulai m encari m akanan hanya di superm arket,
dan m engonsum si m akanan berkalori tinggi siang dan malam (Gambar
27). Kini, ketika banyak orang secara teratur m enyantap hidangan
tinggi gula dan jarang berolahraga, gen hem at niscaya berarti bencana.
Oleh karena itu kita menjadi gemuk; kita tidak pernah mengalami
kelaparan yang m em bakar sim panan lemak kita; pankreas kita
552 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka melepaskan insulin secara terus-menerus sampai pankreas kehilangan
kemampuannya untuk mengikuti kadar gula, atau sampai sel-sel
otot dan lemak kita menjadi resisten; dan ujung-ujungnya kita pun
menderita diabetes. Mengikuti Arthur Koestler, Paul Zimmet menyebut
penyebaran gaya hidup Dunia Pertama yang memicu diabetes ke Dunia
Ketiga sebagai "coca-colanisasi".
Sedemikian terbiasa kami di Dunia Pertama terhadap jumlah ma-
kanan yang terperkirakan pada waktu-waktu yang terperkirakan setiap
harinya sehingga kami sulit membayangkan luktuasi-luktuasi yang
kerap tak terperkirakan antara kekurangan m akanan yang kerap terjadi
dan kelim pahan m akanan yang tidak sering terjadi dalam kehidupan
nyaris sem ua orang sepanjang evolusi m anusia sam pai belum lam a
ini, dan m asih terjadi seperti dem ikian di banyak bagian dunia kini.
Saya sering menjumpai luktuasi semacam itu selama kerja lapangan
saya di antara orang-orang Papua yang m asih bertahan hidup dengan
bercocok-tanam dan berburu. Misalnya, dalam satu kejadian tak
terlupakan, saya m em pekerjakan selusin laki-laki untuk m engangkut
peralatan berat sepanajng hari menaiki lereng curam menuju sebuah
situs perkem ahan di gunung. Kam i tiba di perkem ahan tepat sebelum
matahari terbenam, berharap di sana bertemu dengan sekelompok
portir lain yang m em bawa m akanan, dan m alah m endapati bahwa
m ereka belum tiba gara-gara suatu kesalahpaham an. Berhadapan
dengan sekelom pok orang yang kelaparan dan kelelahan tanpa ada
m akanan, saya siap-siap diganyang. Tapi para portir saya hanya
tertawa dan berkata, “Orait, i nogat kaikai, i sam ting nating, yum i slip
nating, enap yum i kaikai tum ora” (”Ya sudahlah, tidak ada m akanan,
bukan masalah besar, kita tidur saja dengan perut kosong malam ini,
dan tunggu sam pai besok untuk bisa m akan”). Sem entara itu, pada
kesempatan-kesempatan lain ketika babi-babi dijagal, teman-teman
Papua saya berjam u foya-foya selam a beberapa hari, ketika konsum si
m akanan m ereka bahkan m engejutkan saya (padahal saya dulu dijuluki
teman-teman sebagai perut karet) dan sejumlah orang menjadi sakit
gawat gara-gara makan berlebihan.
Tabe l 11.2 . Co n to h -co n to h fo ya-fo ya ke tika m akan an te rs e d ia s e cara
m elim pah
Daniel Everett (Don’t Sleep, There Are Snakes, halaman 76–77). “Mereka [orang-
orang Indian Piraha di Am erika Selatan] m enikm ati m akan. Setiap kali ada m akan-
an tersedia di desa mereka, mereka akan menyantapnya sampai habis... [Namun]
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 553
http://facebook.com/indonesiapustaka kelewatan satu atau dua waktu makan, atau bahkan tidak makan seharian, dianggap
biasa saja. Saya pernah m elihat orang-orang m enari-nari selam a tiga hari hanya di-
selingi istirahat singkat... Orang-orang Piraha [yang m engunjungi] kota untuk per-
tam a kalinya selalu terkejut oleh kebiasaan m akan Barat, terutam a adat m akan tiga
kali sehari. Untuk waktu makan pertama mereka di luar desa, sebagian besar Piraha
m akan dengan rakus—protein dan pati dalam jum lah besar. Untuk waktu m akan
kedua mereka makan seperti itu juga. Pada saat waktu makan ketiga mereka mulai
tampak frustrasi. Mereka terlihat bingung. Sering kali mereka bertanya, “Memang-
nya kita m au m akan lagi?” Praktik m ereka sendiri yaitu m enyantap m akanan ketika
tersedia sampai habis jadi bertabrakan dengan situasi ketika makanan selalu ter-
sedia dan tidak pernah habis. Sering kali setelah berkunjung ke kota selama tiga
sam pai enam bulan, seorang Piraha [yang tadinya berbobot antara 50 dan 72,5 kilo]
akan pulang dengan kelebihan berat sam pai 15 kilo ke desanya, dengan gulungan
lemak di perut dan paha.”
Allan Holm berg (Nomads of the Long Bow, halam an 89). “Kuantitas m akanan yang
disantap pada saat-saat tertentu [oleh orang-orang Indian Siriono di Bolivia] sung-
guh m engerikan. Bukan hal langka kalau em pat orang m enghabiskan 30 kg daging
peccary dalam sekali m akan. Ketika daging sedang m elim pah, satu orang m ungkin
m engonsum si sam pai 15 kg dalam 24 jam . Dalam satu kesem patan, ketika saya ada,
dua laki-laki m enyantap enam m onyet laba-laba, yang m asing-m asing seberat 5
sam pai 7,5 kg, dalam sehari, tapi m asih m engeluh lapar pada m alam itu juga.”
Lidio Cipriani (The Andaman Islanders, halaman 54). “Membersihkan diri, bagi
orang-orang Onge [di Kepulauan Andam an di Sam udra Hindia], berarti m engecat
tubuh m ereka sendiri guna m engusir roh jahat dan m enyingkirkan, m enurut
m ereka, bau lem ak babi setelah pesta-pora kolosal yang berlangsung setelah
perburuan yang sangat berhasil, ketika bahkan bagi m ereka bau itu berlebihan.
Pesta-pora ini, yang m em buat m ereka sakit pencernaan berat selam a berhari-hari,
diikuti oleh variasi diet m ereka yang tam paknya m engikuti naluri, berupa m akanan
sayur-sayuran m entah atau dim asak. Pada tiga kesem patan dari 1952 sam pai 1954,
saya hadir pada salah satu pesta-pora babi dan m adu yang khidm at itu. Orang-
orang Onge m akan sam pai m ereka nyaris m eletus, dan kem udian, m eskipun susah
bergerak, bebersih dengan acara mengecat tubuh ramai-ramai.”
Cipriani, halam an 117. “Seiring turunnya pasang, kawanan [ikan yang disebut
pilchard] ditangkap di terum bu-terum bu yang m erentang ke laut di sekeliling
pulau itu dan orang-orang Onge m eninggalkan segala sesuatu untuk m engayuh
sampan-sampan dari kolam ke kolam dan mengisi sampan-sampan itu sampai
m eruah. Air nyaris terisi penuh oleh ikan, dan orang-orang Onge terus saja
m enangkap ikan sam pai m ereka tidak punya apa-apa lagi untuk m enam pung
hasil tangkapan m ereka. Tidak ada tem pat lain di dunia di m ana saya pernah
m elihat penjagalan besar-besaran sem acam ini. Ikan-ikan pilchard di Kepulauan
Andam an agak lebih besar daripada biasa, sebagian di antaranya berbobot sam pai
setengah kilogram atau lebih... Laki-laki, perem puan, dan anak-anak bekerja bagai
kesetanan, m encelupkan tangan m ereka ke dalam kawanan ikan yang m elim pah
sampai-sampai mereka bau ikan selama berhari-hari... Semua orang memasak dan
554 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
bersantap pada waktu yang sam a sam pai m ereka (untuk sem entara) tidak m am pu
m akan lebih banyak, ketika sisa hasil tangkapan diletakkan di atas rak-rak seadanya
dengan api kayu bakar hijau m enghasilkan api di bawahnya. Ketika, beberapa
hari kem udian, sem uanya habis, m em ancing pun dim ulai lagi. Dan kehidupan
pun berlanjut seperti itu selama beberapa minggu, sampai kawanan ikan itu telah
melewati kepulauan tersebut.”
http://facebook.com/indonesiapustaka Anekdot-anekdot itu m enggam barkan bagaim ana orang-orang
m engakom odasi m asa-m asa pesta-pora dan kelaparan yang sering silih
berganti nam un tidak secara teratur sepanjang sejarah evolusioner
kita. Dalam Bab 8 saya m erangkum alasan-alasan m engapa kelaparan
sering terjadi dalam kondisi-kondisi hidup tradisional: kekurangan
m akanan yang berkaitan dengan variasi harian dalam hal keberhasilan
perburuan, cuaca buruk dalam waktu singkat, variasi m usim an yang
terperkirakan dalam hal kelimpahan makanan dalam setahun, dan
variasi tahunan yang tak terperkirakan dalam hal cuaca; banyak
m asyarakat hanya m em iliki sedikit kem am puan untuk m enum puk
dan m enyim pan m akanan berlebihan, atau bahkan tidak bisa sam a
sekali; dan ketiadaan pemerintahan negara atau cara lain untuk meng-
organisasi dan m engintegrasikan penyim panan, pengangkutan, dan
pertukaran m akanan di wilayah yang luas. Tabe l 11.2 m engum pulkan
sejumlah anekdot mengenai sikap rakus di berbagai belahan dunia
pada waktu-waktu tersedianya m akanan dalam jum lah m elim pah bagi
m asyarakat-m asyarakat tradisional.
Dalam kondisi-kondisi tradisional berupa kehidupan dengan ke-
laparan dan pesta-pora berselang-seling, individu-individu dengan
genotipe hemat akan memiliki keunggulan, karena mereka bisa me-
nyim pan lebih banyak lem ak pada m asa kelim pahan m akanan, m em -
bakar lebih sedikit kalori pada masa paceklik, sehingga bisa lebih
bertahan m elalui kelaparan. Bagi kebanyakan m anusia sam pai belum
lam a ini, rasa takut Barat m odern kita terhadap obesitas dan klinik diet
kita akan tam pak konyol, kebalikan akal sehat tradisional. Gen-gen
yang kini m em buat kita cenderung m engidap diabetes m ungkin dulu
membantu kita melalui kelaparan. Serupa dengan itu, "kegemaran"
kita akan m akanan yang m anis atau berlem ak, seperti juga kegem aran
kita akan garam, membuat kita cenderung mengidap diabetes dan
hipertensi karena kini kegemaran kita itu bisa dipenuhi dengan mudah,
nam un dulu m em andu kita m encari nutrien-nutrien langka yang
berharga. Perhatikan lagi, seperti juga yang kita lihat bagi hipertensi,
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 555
http://facebook.com/indonesiapustaka ironi evolusioner di dalam nya. Orang-orang yang nenek m oyangnya
paling hebat dalam m elalui kelaparan di sabana-sabana Afrika puluhan
ribu tahun lalu kini m enjadi orang-orang yang berisiko paling tinggi
m eninggal akibat diabetes yang terkait dengan kelim pahan m akanan.
Dengan dem ikian, gaya hidup kelaparan dan pesta-pora berselang-
seling yang secara tradisional dialam i oleh sem ua populasi m anusia
m enim bulkan seleksi alam terhadap gen-gen yang m engunggulkan
genotipe hem at yang berfaedah bagi kita dalam kondisi-kondisi ke-
laparan dan pesta-pora itu. Namun genotipe itu kini menyebabkan
semua populasi berkecenderungan terserang diabetes dalam kondisi-
kondisi Barat m odern berupa kelim pahan m akanan yang tiada putus.
Namun mengapa, melalui penalaran itu, orang-orang Indian Pima
dan Nauru bersifat tidak biasa dalam hal prevalensi diabetes mereka
yang m em ecahkan rekor dunia? Saya pikir itu karena m ereka pada
m asa lalu yang belum lam a m engalam i seleksi paling kuat sedunia
yang m engunggulkan genotipe hem at. Orang-orang Pim a tadinya se-
perti Penduduk Asli Am erika lainnya terpapar kelaparan secara ber-
kala. Mereka kemudian mengalami serangan kelaparan dan seleksi
lebih lanjut yang lam a pada abad ke-19, ketika para pem ukim kulit
putih menghancurkan tanaman pangan mereka dengan memotong
sum ber-sum ber air irigasi m ereka. Orang-orang Pim a yang bertahan
adalah individu-individu yang secara genetis teradaptasi bahkan lebih
baik lagi daripada Penduduk Asli Am erika lainnya untuk m elalui
kelaparan dengan m enyim pan lem ak kapan pun m akanan tersedia.
Sedangkan bagi orang-orang Nauru, mereka menderita dua periode
ekstrem seleksi alam yang m engunggulkan gen-gen hem at, diikuti oleh
periode ekstrem coca-colanisasi. Pertama-tama, seperti para Penduduk
Kepulauan Pasiik lainnya, namun tidak seperti penghuni wilayah-
wilayah daratan, populasi m ereka didirikan oleh orang-orang yang
m elangsungkan pelayaran antarpulau dengan sam pan selam a beberapa
m inggu. Dalam berbagai contoh teruji dari pelayaran-pelayaran
panjang sem acam itu, banyak atau sebagian besar penum pang sam pan
m ati kelaparan, dan hanya yang tadinya paling gem uk-lah yang
bertahan. Inilah mengapa secara umum Penduduk Kepulauan Pasiik
cenderung bertubuh gemuk. Kedua, orang-orang Nauru semakin
berbeda bahkan dari sebagian besar Penduduk Kepulauan Pasiik
lainnya akibat kelaparan dan tingkat kem atian ekstrem selam a Perang
Dunia II, m enyisakan populasi yang barangkali m em iliki frekuensi
gen kerentanan terhadap diabetes yang sem akin tinggi saja. Setelah
556 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka perang, kem akm uran baru m ereka yang didasarkan pada royalti fosfat,
m akanan m ereka yang m elim pah, dan berkurangnya keharusan m ereka
beraktivitas isik, menimbulkan obesitas yang luar biasa.
Tiga m acam bukti dari m anusia dan dua hewan m odel m enyokong
hipotesis gen hemat Neel. Orang-orang Nauru, Indian Pima, Afrika-
Am erika, dan Aborigin Australia yang tidak m engidap diabetes m e-
miliki kadar insulin plasma pasca-prandia (sebagai tanggapan ter-
hadap pemberian glukosa melalui mulut) beberapa kali lipat lebih
tinggi daripada orang-orang Eropa. Penduduk Dataran Tinggi Papua,
Aborigin Australia, orang-orang suku Maasai di Kenya, dan masya-
rakat-m asyarakat lain dengan gaya hidup tradisional m em iliki kadar
glukosa darah yang jauh di bawah orang-orang kulit putih Am erika.
Bila diberi m akanan yang m encukupi, populasi-populasi Penduduk
Kepulauan Pasiik, Penduduk Asli Amerika, dan Aborigin Australia
yang rentan diabetes m em ang m enunjukkan kecenderungan lebih
besar mengalami obesitas daripada orang-orang Eropa: pertama-
tama berat tubuh mereka naik, kemudian mereka terserang diabetes.
Sedangkan m engenai hewan m odel, tikus-tikus laboratorium yang
m em bawa gen-gen yang m em buat m ereka cenderung m engidap
diabetes dan obesitas, bertahan melalui kelaparan secara lebih baik
daripada tikus normal. Itu menunjukkan keunggulan gen-gen tersebut
dalam kondisi-kondisi kelaparan yang terkadang terjadi. Tikus pasir
Israel, yang beradaptasi dengan lingkungan gurun dengan kelangkaan
m akanan yang sering terjadi, m enjadi m em iliki kadar insulin yang
tinggi, mengalami penolakan insulin, obesitas, dan diabetes ketika
dipelihara di laboratorium dengan diberi "diet tikus terwesternisasi"
dengan makanan yang berlimpah. Namun gejala-gejala itu membaik
ketika makanan tikus pasir itu dibatasi. Oleh karena itu tikus-tikus
laboratorium yang rentan diabetes dan tikus-tikus pasir Israel berperan
sebagai m odel m anfaat gen-gen hem at sekaligus pelepasan insulin yang
mudah terpicu dalam "kondisi tikus tradisional" berupa kelaparan dan
pesta-pora, dan kerugian-kerugian yang ditim bulkan gen-gen itu dalam
"kondisi tikus supermarket".
Mengapa diabetes rendah di antara orang-orang Eropa?
Ahli-ahli diabetologi biasa menunjuk orang-orang Pima dan Nauru
sebagai kekecualian m encolok dalam hal prevalensi diabetes yang
tinggi, m enonjol di antara orang-orang sedunia, sem entara prevalensi
diabetes yang relatif rendah di kalangan orang-orang Eropa dianggap
MENGAPA DIABETES RENDAH DI ANTARA ORANG-ORANG EROPA? ● 557
http://facebook.com/indonesiapustaka sebagai hal yang normal. Namun informasi yang menjadi tersedia
dalam beberapa dasawarsa belakangan menunjukkan bahwa justru
orang-orang Eropa-lah yang m erupakan kekecualian karena prevalensi
diabetes m ereka yang rendah, kontras dengan prevalensi tinggi yang
terjadi di populasi-populasi terwesternisasi lainnya. Orang-orang
Pima dan Nauru "hanyalah" yang paling tinggi dari prevalensi lazim
yang tinggi itu, diikuti oleh sejum lah kelom pok Aborigin Australia
dan Papua. Untuk setiap pengelompokan populasi non-Eropa besar
yang telah dipelajari, kita kini m engetahui sejum lah subkelom pok
terwesternisasi dengan prevalensi di atas 11%, biasanya di atas 15%:
Penduduk Asli Am erika, orang-orang Afrika Utara, orang-orang Afrika
sub-Sahara yang berkulit hitam , orang-orang Tim ur Tengah, India,
Asia Timur, Papua, Aborigin Australia, Mikronesia, dan Polinesia.
Dibandingkan dengan kelazim an itu, orang-orang Eropa, dan orang-
orang Eropa seberang lautan di Australia, Kanada, Selandia Baru, dan
AS bersifat unik di antara populasi-populasi dunia m odern karena
prevalensi diabetes m ereka yang relatif rendah. Ke-41 nilai nasional
Eropa bagi prevalensi diabetes (Tabel 11.1, baris pertam a) terletak di
antara 2% dan 10 %, dengan nilai rerata hanya 6%.
Itu mencengangkan, bila kita renungkan bahwa orang-orang Eropa
di benua itu sendiri dan di seberang lautan adalah m asyarakat paling
kaya dan paling tercukupi m akannya di dunia, dan m erupakan sum ber
asal gaya hidup Barat. Kita sebut cara hidup m alas, kegem ukan, dan
tergantung superm arket itu cara hidup Barat ya karena kem unculan
awalnya m em ang di antara orang-orang Eropa dan kulit putih Am erika,
dan baru sekarang disebarkan ke m asyarakat-m asyarakat lain. Bagai-
mana kita bisa menjelaskan paradoks ini? Mengapa sekarang bukan
orang-orang Eropa yang m em iliki prevalensi diabetes tertinggi, m alah
terendah?
Sejumlah pakar dalam penelitian diabetes telah mengatakan ke-
pada saya secara inform al bahwa barangkali orang-orang Eropa secara
tradisional tidak banyak terpapar kelaparan, sehingga m ereka pastilah
hanya m enjalani sedikit seleksi yang m engunggulkan genotipe hem at.
Tapi sebenarnya sejarah m enyediakan banyak dokum entasi m engenai
kelaparan yang m enyebabkan tingkat kem atian tinggi yang tersebar
luas di Eropa zam an pertengahan, Renaisans, dan sebelum nya lagi.
Kelaparan yang berulang-ulang itu seharusnya telah m enyeleksi dengan
mengunggulkan gen-gen hemat di Eropa, seperti juga di bagian-bagian
lain dunia. Ada hipotesis yang lebih m enjanjikan, didasarkan kepada
558 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka sejarah m akanan Eropa pada zam an setelah Renaisans. Kelaparan
berkala yang tersebar luas dan berlangsung lam a yang tadinya kerap
menghantam Eropa, seperti juga bagian-bagian lain dunia, hilang
antara sekitar 1650 dan 190 0 pada waktu yang berbeda-beda di
berbagai bagian Eropa, dim ulai pada akhir 160 0 -an di Britania dan
Belanda, dan berlanjut sam pai akhir 180 0 -an di Prancis selatan dan
Italia selatan. Dengan satu kekecualian terkenal, kelaparan Eropa
diakhiri oleh kom binasi em pat faktor: cam pur tangan pem erintah
yang semakin eisien dalam mengedarkan kelebihan padi-padian
secara cepat ke daerah-daerah yang dilanda kelaparan; pengangkutan
makanan yang semakin eisien melalui darat dan terutama melalui
laut; sem akin beranekaragam nya agrikultur Eropa setelah pelayaran
Kolombus pada 1492 M, berkat para pelaut Eropa yang membawa
pulang banyak tanam an pangan dari Dunia Baru (seperti kentang dan
jagung); dan, terakhir, tidak diandalkannya agrikultur irigasi (seperti di
banyak daerah berpenduduk ram ai di luar Eropa) m elainkan agrikultur
tadah-hujan di Eropa, yang m engurangi risiko kegagalan panen yang
terlalu tersebar luas untuk dipecahkan melalui pengangkutan makanan
di dalam Eropa.
Kekecualian terkenal bagi berakhirnya kelaparan di Eropa tentu
saja adalah kelaparan akibat gagal panen kentang Irlandia pada 1840 -
an. Sebenarnya, peristiwa itu adalah kekecualian yang m em buktikan
apa yang seharusnya terjadi, dengan m enunjukkan apa yang terjadi
bahkan di Eropa ketika tiga faktor pertam a yang disebutkan di atas,
yang m engakhiri kelaparan di tem pat-tem pat lain di Eropa, tidak be-
kerja. Kelaparan akibat gagal panen kentang di Irlandia disebabkan
oleh penyakit yang m enyerang satu galur tunggal kentang dalam eko-
nom i agrikultural yang tidak biasa di Eropa karena m engandalkan
satu tanam an pangan itu sem ata. Kelaparan itu terjadi di satu pulau
(Irlandia) yang diperintah oleh negara etnis berbeda di pulau lain
(Britania) dan kondang karena ketidakeisienan atau ketiadaan moti-
vasi untuk m enanggapi kelaparan di Irlandia itu.
Fakta-fakta dalam sejarah m akanan Eropa m enyebabkan saya m e-
nawarkan spekulasi berikut. Beberapa abad sebelum berkem bangnya
kedokteran modern, orang-orang Eropa, seperti orang-orang Nauru
m odern, m ungkin telah m engalam i epidem i diabetes yang diakibatkan
oleh pasokan m akanan m encukupi yang telah bisa diandalkan, dan
m elenyapkan sebagian besar pem bawa genotipe hem at yang rentan
diabetes, sehingga Eropa pun kini m em iliki prevalensi diabetes yang
MENGAPA DIABETES RENDAH DI ANTARA ORANG-ORANG EROPA? ● 559
http://facebook.com/indonesiapustaka rendah. Para pembawa gen itu mungkin telah tersisih di Eropa selama
berabad-abad, sebagai akibat banyaknya bayi yang dikandung ibu
pengidap diabetes yang m ati saat dilahirkan, orang-orang dewasa
pengidap diabetes yang m eninggal lebih m uda daripada orang dewasa
lainnya, dan anak-anak serta cucu para pengidap diabetes dewasa
itu yang m eninggal karena diabaikan atau kekurangan sokongan
materi. Tapi, pastilah ada perbedaan-perbedaan besar antara epidemi
tersem bunyi yang dianggap terjadi sebelum nya di Eropa dan epidem i
modern yang terdokumentasi baik di antara orang-orang Nauru dan
sedem ikian banyak m asyarakat sekarang ini. Dalam epidem i m odern,
m akanan yang m elim pah dan terus-m enerus bisa diandalkan tiba
secara m endadak—dalam waktu satu dasawarsa bagi orang-orang
Nauru, dan dalam waktu sebulan saja bagi orang-orang Yahudi Yaman.
Akibatnya adalah lonjakan prevalensi diabetes yang m em uncak
tajam m enjadi 20 %– 50 % yang terjadi tepat di depan m ata ahli-ahli
diabetologi modern. Peningkatan-peningkatan itu barangkali akan
m em udar dengan cepat (seperti yang telah teram ati di antara orang-
orang Nauru), seiring tersingkirkannya individu-individu pemilik
genotipe hemat oleh seleksi alam dalam satu atau dua generasi saja.
Sementara itu, kelimpahan makanan Eropa meningkat secara bertahap
selam a waktu beberapa abad. Akibatnya adalah peningkatan prevalensi
diabetes di Eropa secara am at lam bat, antara 140 0 -an dan 170 0 -
an, lam a sebelum ada ahli diabetologi yang bisa m encatatnya. Pada
dasarnya, orang-orang Pima, Nauru, Wanigela, India perkotaan yang
terdidik, dan warga negara-negara Arab m akm ur penghasil m inyak
m em adatkan perubahan-perubahan gaya hidup dan naik-turunnya
diabetes yang diakibatkannya ke dalam satu generasi, sem entara itu
terjadi selama berabad-abad di Eropa.
Barangkali salah satu korban epidem i tersem bunyi diabetes yang
saya anggap terjadi di Eropa adalah kom ponis J ohann Sebastian Bach
(terlahir pada 1685, meninggal pada 1750). Meskipun riwayat ke-
sehatan Bach terdokum entasikan terlalu buruk untuk m engetahui
secara pasti penyebab kem atiannya, gem uknya wajah dan tangan
Bach dalam satu-satunya potret dirinya yang diakui asli (Gam bar
28), tuturan tentang m em buruknya penglihatannya pada usia senja,
dan tam pak sem akin m em buruknya tulisan tangannya, barangkali
disebabkan akibat bawaan penglihatannya yang m em buruk dan/ atau
kerusakan saraf, konsisten dengan diagnosis diabetes. Penyakit itu
560 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
http://facebook.com/indonesiapustaka jelas ada di J erm an pada m asa hidup Bach, dikenal di sana sebagai
honigsüsse Harnruhr ("penyakit kencing m anis-m adu").
Masa depan penyakit-penyakit tidak m enular
Di bab ini saya telah m em bahas hanya dua di antara banyak penyakit
tidak menular (NCD) yang kini mewabah dan terkait dengan gaya
hidup Barat: hipertensi dan akibat-akibatnya, dan diabetes Tipe-2.
Penyakit-penyakit tidak m enular utam a lain yang saya tidak sem pat
bahas, namun dibahas S. Boyd Eaton, Melvin Konner, dan Marjorie
Shostak, antara lain adalah penyakit arteri koroner dan penyakit-
penyakit jantung lainnya, arteriosklerosis, penyakit-penyakit pem buluh
tepi, beraneka ragam penyakit ginjal, encok, dan beraneka ragam
kanker term asuk kanker paru-paru, lam bung, payudara, dan prostat.
Saya baru m em bahas beberapa faktor risiko saja dalam gaya hidup
Barat—terutam a garam , gula, asupan kalori yang tinggi, obesitas, dan
kekurangaktifan. Faktor-faktor risiko penting lain yang hanya saya
singgung dengan singkat mencakup merokok, konsumsi alkohol tinggi,
kolesterol, trigliserida, lemak jenuh, dan lemak trans.
Kita telah lihat bahwa NCD merupakan penyebab sangat banyak
kem atian di m asyarakat-m asyarakat yang terwesternisasi, dan seba-
gian besar pem baca ini berasal dari m asyarakat sem acam itu. Ini
bukan berarti Anda akan m enjalani hidup sehat yang indah dan bebas
kekhawatiran sampai Anda mendadak meninggal akibat NCD pada
usia 78 sam pai 81 (rentang hidup rata-rata di m asyarakat Barat yang
hidup panjang): NCD juga merupakan penyebab-penyebab utama
kesehatan yang m erosot dan penurunan kualitas kehidupan sela-
m a bertahun-tahun atau berdasawarsa-dasawarsa sebelum akhirnya
merenggut nyawa Anda. Namun penyakit-penyakit tidak menular
yang sam a tam paknya tidak ada dalam m asyarakat-m asyarakat
tradisional. Bukti lebih jelas seperti apa lagi yang m ungkin ada bah-
wa kita bisa m em pelajari banyak hal, yang bernilai hidup-dan-m ati,
dari m asyarakat-m asyarakat tradisional? Tapi, yang harus m ereka
ajarkan kepada kita bukanlah sekadar masalah "hidup secara tradi-
sional". Ada banyak aspek kehidupan tradisional yang jelas tidak ingin
kita tiru, seperti daur kekerasan, risiko kelaparan yang kerap m enim pa,
dan rentang hidup singkat akibat penyakit-penyakit m enular. Kita
perlu mencari tahu komponen-komponen spesiik apa dalam gaya
hidup tradisional yang m elindungi m ereka yang m enjalankan gaya
hidup tersebut dari penyakit tidak m enular. Sejum lah kom ponen yang
MASA DEPAN PENYAKIT-PENYAKIT TIDAK MENULAR ● 561
http://facebook.com/indonesiapustaka diangga[ baik sudah jelas (m isalnya berolahraga secara teratur, m e-
ngurangi asupan gula), sem entara yang lain belum jelas dan m asih di-
perdebatkan (m isalnya, kadar optim al lem ak dalam m akanan).
Epidem i penyakit tidak m enular yang terjadi sekarang akan
sem akin m em buruk sebelum akhirnya m em baik. Sayangnya, epidem i
tersebut telah mencapai puncak pada orang-orang Pima dan Nauru.
Yang m enjadi kekhawatiran utam a sekarang adalah negara-negara
berpenduduk banyak dengan standar kehidupan yang m eningkat cepat.
Epidem i itu m ungkin paling nyaris m encapai puncaknya di negara-
negara Arab penghasil m inyak yang kaya, disusul oleh Afrika Utara,
dan masih berlangsung namun akan menjadi jauh lebih buruk di
Tiongkok dan India. Negara-negara berpenduduk banyak lain di mana
epidemi itu telah mulai melesat antara lain Bangladesh, Brazil, Mesir,
Indonesia, Iran, Meksiko, Pakistan, Filipina, Rusia, Afrika Selatan, dan
Turki. Negara-negara dengan populasi lebih sedikit di mana epidemi itu
juga tengah berlangsung m encakup sem ua negara Am erika Latin dan
Asia Tenggara. Epidem i itu baru berm ula di antara orang-orang Afrika
sub-Sahara yang berjum lah nyaris 1 m iliar orang. Bila kita renungkan
prospek-prospek itu, m udah m erasa depresi karenanya.
Namun kita bukan berarti pasti menjadi pihak yang kalah dalam
pergelutan kita m elawan penyakit tidak m enular. Kita sendirilah
yang m enciptakan gaya hidup baru kita, sehingga kita berkuasa
sepenuhnya untuk m engubahnya. Akan ada bantuan yang diberikan
oleh penelitian biologi m olekuler, yang bertujuan m enautkan risiko-
risiko tertentu dengan gen-gen tertentu, sehingga mengidentiikasi
bagi m asing-m asing orang bahaya-bahaya tertentu yang kita cenderung
idap gara-gara gen-gen tertentu yang kita m iliki. Tapi, m asyarakat se-
cara keseluruhan tidak harus menanti penelitian semacam itu, atau
pil ajaib, atau ditem ukannya kentang goreng rendah kalori. Sudah
jelas perubahan-perubahan apa yang akan m em inim alkan banyak
(walaupun tidak semua) risiko bagi sebagian besar orang. Perubahan-
perubahan itu mencakup: tidak merokok; berolahraga secara teratur;
membatasi asupan kalori total, alkohol, garam dan makanan asin, gula
dan minuman ringan bergula, lemak jenuh dan trans, makanan olahan,
mentega, krim, dan daging merah; serta meningkatkan asupan serat,
buah dan sayuran, kalsium , dan karbohidrat kom pleks. Satu lagi per-
ubahan sederhana adalah makan secara lambat. Secara paradoks, se-
m akin cepat kita m elahap m akanan, sem akin banyak kita m akan dan
karenanya sem akin naik berat badan kita, karena m akan dengan cepat
562 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS
tidak m em berikan cukup waktu bagi pelepasan horm on-horm on yang
m engham bat nafsu m akan. Orang-orang Italia ram ping bukan ha-
nya karena kom posisi diet m ereka, m elainkan juga karena m ereka
makan sambil berlama-lama mengobrol. Semua perubahan itu dapat
m enyelam atkan m iliaran orang di seluruh dunia dari nasib yang telah
menimpa orang-orang Pima dan Nauru.
Nasihat ini sedemikian sering diulang-ulang sehingga memalukan
untuk mengulanginya. Namun ada baiknya mengulangi kebenaran: kita
sudah tahu cukup banyak sehingga kita seharusnya m erasa optim is,
bukan depresi. Pengulangan hanyalah m enegaskan kem bali bahwa hi-
pertensi, kematian bergelimang manis-manis akibat diabetes, dan
pem bunuh-pem bunuh terkem uka lain pada abad ke-20 hanya akan
m em bunuh kita dengan seizin kita sendiri.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka PENUTUP
Di Bandara Lain
Dari rimba ke 405 ▪ Keunggulan dunia modern ▪ Keunggulan dunia
tradisional ▪ Apa yang bisa kita pelajari?
Dari rim ba ke 40 5
Pada akhir satu ekspedisi yang berlangsung selam a beberapa bulan
ke Papua, yang dihabiskan bersam a orang-orang Papua di situs-
situs perkem ahan di rim ba, transisi em osional saya kem bali ke dunia
industri modern tidak dimulai di bandara Port Moresby di Papua
Nugini, yang saya gunakan sebagai Pembukaan buku ini. Itu karena,
dalam penerbangan panjang dari Papua kem bali ke Los Angeles, saya
m em anfaatkan waktu untuk m erapikan catatan-catatan lapangan saya,
mengingat-ingat lagi peristiwa sehari-hari selama berbulan-bulan di
rimba, dan secara mental tetap berada di Papua. Transisi emosional
itu dim ulai di area pengam bilan bagasi di bandara Los Angeles, dan
berlanjut seiring reuni dengan keluarga saya yang m enanti di luar
tempat pengambilan bagasi, berkendara pulang di sepanjang J alan
Bebas Ham batan 40 5, dan berhadapan dengan tum pukan surat dan
surat elektronik di m eja saya. Beralih dari dunia tradisional Papua ke
Los Angeles m enghantam saya dengan perasaan cam pur-aduk yang
saling bertentangan. Apa sajakah itu?
http://facebook.com/indonesiapustaka 564 ● DI BANDARA LAIN
Yang pertam a dan paling utam a adalah rasa senang dan lega karena
kem bali bersam a istri dan anak-anak saya. AS adalah rum ah saya, ne-
gara saya. Saya lahir dan besar di sini. Di antara orang-orang Am erika
ada tem an-tem an yang telah saya kenal selam a 60 atau 70 tahun, yang
m em iliki kesam aan dengan saya serta m em aham i riwayat hidup saya,
kebudayaan saya, dan banyak m inat saya. Saya selalu berbicara bahasa
Inggris secara lebih baik daripada bahasa lain m ana pun. Saya selalu
m em aham i orang Am erika secara lebih baik daripada orang-orang
Papua. AS m em iliki keunggulan-keunggulan besar sebagai tem pat
hidup. Saya bisa m engharapkan punya cukup m akanan, m enikm ati ke-
nyamanan dan keamanan isik, dan hidup hampir dua kali lipat lebih
lama daripada rata-rata orang Papua tradisional. J auh lebih mudah
m em uaskan rasa cinta saya terhadap m usik Barat, dan m engejar karier
saya sebagai penulis dan ahli geograi di universitas, di AS daripada di
Papua. Sem ua itu adalah alasan m engapa saya m em ilih untuk hidup
di AS. Meskipun saya sangat mencintai Papua dan orang-orang Papua,
saya tidak pernah m em pertim bangkan untuk pindah ke sana.
Em osi yang berbeda m enghantam saya sewaktu saya keluar dari
bandara Los Angeles m enuju J alan Bebas Ham batan 40 5. Bentang
alam di sekitar saya di jalan bebas ham batan sepenuhnya terdiri atas
jalur-jalur jalanan berlapis aspal, bangunan, dan kendaraan bermotor.
Bunyi lingkungan adalah kebisingan lalu-lintas. Terkadang nam un
tidak selalu, Pegunungan Santa Monica, menjulang 16 kilometer di
sebelah utara bandara, terlihat meskipun kabur di antara kabut asap.
Kontras sekali dengan udara m urni yang bersih, hijau dalam berbagai
nuansa di rim ba yang lebat, dan ratusan kicauan burung yang m enarik
di Papua. Secara releks, saya menurunkan kenop-kenop volume di
indera-indera dan kondisi-kondisi em osional saya, dan saya tahu
bahwa kenop-kenop itu akan tetap turun selama sebagian besar
waktu dalam setahun berikutnya dalam perjalanan saya berikutnya
ke Papua. Tentu saja kita tidak bisa menggeneralisasi perbedaan-
perbedaan antara dunia tradisional dan dunia industri semata dengan
m em bandingkan rim ba Papua dengan J alan Bebas Ham batan 40 5.
Keunggulan berupa keindahan dan keterbukaan em osional akan
terbalik bila saya m alah baru kem bali setelah berbulan-bulan di
Port Moresby (salah satu kota paling berbahaya di dunia) ke rumah
musim panas kami di Lembah Bitterroot yang cantik di Montana,
yang dinaungi puncak-puncak berhutan berpucuk salju di Continental
Divide, Am erika Utara. Terlepas dari itu, ada alasan-alasan kuat
DARI RIMBA KE 405 ● 565
http://facebook.com/indonesiapustaka m engapa saya m em ilih Los Angeles sebagai pangkalan saya, dan
m engapa saya m em ilih rim ba Papua dan Lem bah Bitterroot sebagai
tempat tujuan perjalanan saja. Namun keunggulan-keunggulan LA
berbiaya m ahal.
Kem bali ke kehidupan perkotaan di AS berarti kem bali ke desakan
waktu, jadwal, dan stres. Memikirkan soal itu saja membuat detak jan-
tung dan tekanan darah saya naik. Di rim ba Papua tidak ada desakan
waktu, tidak ada jadwal. Bila tidak hujan, saya berjalan keluar dari
perkem ahan setiap hari sebelum fajar untuk m endengarkan kicauan-
kicauan burung malam terakhir dan kicauan-kicauan burung pagi
pertam a—nam un bila hujan, saya duduk di perkem ahan, m enanti
hujan berhenti; tidak ada yang tahu kapan hal itu terjadi. Seorang
Papua dari desa terdekat m ungkin berjanji kepada saya kem arin bahwa
dia akan m engunjungi perkem ahan "besok" guna m engajari saya nam a-
nam a burung dalam bahasa lokalnya: nam un dia tidak punya arloji dan
tidak bisa m em beritahu saya kapan dia akan datang, dan barangkali dia
m alah akan datang lain hari. Sem entara di Los Angeles hidup sangat
terjadwal. Buku harian saku saya m em beritahu saya apa yang akan
saya lakukan pada jam sekian hari apa, dengan banyak catatan untuk
berbulan-bulan atau bahkan setahun kemudian. Surat elektronik dan
panggilan telepon membanjir masuk sepanjang hari setiap hari, dan
harus terus-m enerus ditata m enjadi tum pukan atau daftar bernom or
untuk dibalas.
Sekembalinya ke Los Angeles, saya perlahan-lahan menanggalkan
kewaspadaan kesehatan yang saya jalankan sebagai releks di Papua.
Saya tidak lagi menutup mulut saya rapat-rapat sewaktu mandi, su-
paya tidak tertular disentri gara-gara menjilat beberapa tetes air yang
tercemar di bibir saya secara tidak sengaja. Saya tidak lagi harus se-
demikian cermat mencuci tangan saya sering-sering, maupun meng-
awasi bagaimana piring dan sendok di perkemahan dicuci atau siapa
yang menyentuhnya. Saya tidak perlu lagi mengawasi setiap goresan di
kulit saya agar tidak berkembang menjadi bisul tropis. Saya berhenti
meminum pil anti-malaria setiap minggu dan tidak lagi terus-menerus
membawa botol-botol berisi tiga macam antibiotika. (Tidak, semua ke-
waspadaan itu bukanlah sikap paranoid: ada akibat-akibat gawat bila
lalai melakukan yang mana pun.) Saya tidak lagi harus bertanya-tanya
apakah rasa melilit di perut saya mungin merupakan radang usus buntu,
di lokasi rimba yang tidak memungkinkan saya mencapai rumah sakit
tepat pada waktunya.
http://facebook.com/indonesiapustaka 566 ● DI BANDARA LAIN
Pulang ke Los Angeles dari rim ba Papua m em bawa perubahan-per-
ubahan besar bagi saya di lingkungan sosial saya: lebih sedikit interaksi
yang terus-m enerus, langsung, dan intens dengan orang lain. Selam a
terjaga di rim ba Papua, saya nyaris selalu berada dalam jarak be-
berapa meter dari orang-orang Papua dan siap bercakap-cakap dengan
mereka, entah saat kami duduk-duduk di perkemahan atau sedang
menelusuri jalur demi mencari burung. Sewaktu mengobrol, kami
saling m em perhatikan dengan penuh: tidak ada yang perhatiannya
teralih karena menulis SMS atau memeriksa surat elektronik di
telepon genggam. Percakapan di perkemahan cenderung bergonta-
ganti antara beberapa bahasa, tergantung siapa yang sedang ada di
perkem ahan saat itu, dan saya harus tahu setidaknya nam a-nam a
burung dalam setiap bahasa itu m eskipun saya tidak bisa m enuturkan
bahasanya. Sem entara itu, dalam m asyarakat yang terwesternisasi, kita
menghabiskan lebih sedikit waktu dalam percakapan langsung ber-
hadap-hadapan dengan orang lain. Diperkirakan bahwa rata-rata orang
Am erika m alah m enghabiskan delapan jam per hari di depan layar
(kom puter, TV, atau gawai genggam ). Dari waktu yang m em ang kita
gunakan untuk berinteraksi dengan orang-orang lain, sebagian besar
interaksi itu bersifat tidak langsung: m elalui surat elektronik, telepon,
SMS, atau surat (yang semakin tidak populer). Sebagian besar interaksi
saya di AS dilangsungkan secara m onolingual dalam bahasa Inggris:
saya anggap diri saya beruntung bila saya bisa bercakap-cakap dalam
bahasa lain apa pun selama beberapa jam per minggu. Tentu saja,
perbedaan-perbedaan itu tidak berarti saya terus-m enerus m enghargai
lingungan sosial yang langsung, intens, selalu ada, berperhatian penuh,
dan m ultilingual di Papua: orang-orang Papua bisa m em buat frustrasi
m aupun m em bahagiakan, sam a saja seperti orang-orang Am erika.
Setelah 50 tahun bolak-balik antara AS dan Papua, saya telah ber-
hasil berkompromi dan menemukan kedamaian. Secara isik, saya
m enghabiskan sekitar 93% waktu saya di AS dan terkadang di negara-
negara industri lain, dan sekitar 7% waktu saya di Papua. Secara em o-
sional, saya tetap m enghabiskan banyak waktu dan pikiran saya di
Papua, meskipun secara isik saya berada di AS. Intensitas Papua sulit
disingkirkan m eskipun saya ingin m elakukannya, nam un saya tidak
ingin. Berada di Papua bagaikan secara singkat m elihat dunia dalam
warna-warni yang cerah, sem entara seisi dunia lainnya abu-abu bila di-
b a n d in gka n .
KEUNGGULAN DUNIA MODERN ● 567
http://facebook.com/indonesiapustaka Keunggulan dunia m odern
Karena sebagian besar sisa bab ini akan m em bahas tentang ciri-ciri
kehidupan tradisional yang bisa kita pelajari dan petik hikm ahnya,
maka marilah mulai dengan mengingatkan diri akan satu kesimpulan
yang jelas. Kehidupan tradisional tidak boleh dirom antisasi: dunia
m odern m em ang m enawarkan keunggulan-keunggulan besar. Bu-
kan artinya warga negara m asyarakat terwesternisasi harus kabur ber-
bondong-bondong dari perkakas baja, kesehatan, kenyam anan m a-
terial, dan perdam aian yang diberikan oleh negara, dan m encoba
kem bali ke gaya hidup pem buru-pengum pul yang indah-sem purna.
J ustru arah perubahan terbesar adalah pemburu-pengumpul dan
petani berskala kecil yang m engetahui gaya hidup tradisional m ereka,
nam un juga m enyaksikan gaya hidup terwesternisasi, berupaya
m asuk ke dunia m odern. Alasan-alasan m ereka sungguh kuat, dan
m encakup kenyam anan-kenyam anan m odern seperti benda-benda
yang m enjadikan hidup lebih m udah dan lebih nyam an; kesem patan
m em peroleh pendidikan form al dan pekerjaan; kesehatan yang baik,
obat-obatan yang efektif, dokter, dan rum ah sakit; keam anan pribadi,
lebih sedikit kekerasan, dan lebih sedikit bahaya dari orang lain dan
dari lingkungan; keam anan m akanan; hidup yang jauh lebih panjang;
dan frekuensi kem atian anak-anak yang jauh lebih rendah (m isalnya,
sekitar dua pertiga anak-anak Fayu tradisional m eninggal pada m asa
kanak-kanak). Tentu, bukan artinya setiap desa tradisional yang m e-
m odernisasi diri, dan setiap penduduk desa yang pindah ke kota, ber-
hasil meraih semua keunggulan yang diharapkan itu. Namun sebagian
di antaranya berhasil, dan kebanyakan penduduk desa dapat m elihat
bahwa orang-orang lain menikmati keunggulan-keunggulan ini, dan
banyak penduduk desa ingin m enjadi seperti m ereka.
Misalnya, perempuan-perempuan Pigmi Aka yang diwawancarai
Bonnie Hewlett m enyebutkan alasan-alasan berikut sebagai penyebab
m ereka m eninggalkan gaya hidup pem buru-pengum pul tradisional
mereka di hutan untuk bermukim bersama petani desa: benda-
benda seperti garam , lada, m inyak sawit, kuali dan panci, golok, tem -
pat tidur, dan lentera; pakaian dan sepatu yang bagus; kehidupan
yang lebih sehat; kesem patan m em asukkan anak-anak ke sekolah;
lebih mudah mengumpulkan makanan nabati dari ladang daripada
m engum pulkannya di hutan; lebih m udah, lebih am an, dan lebih
cepat berburu hewan dengan senjata api daripada membuat jala dan
m enangkap hewan yang m enendang, m engiggit, dan m encakar setelah
http://facebook.com/indonesiapustaka 568 ● DI BANDARA LAIN
terperangkap dalam jala. Orang-orang Indian Ache yang diwawancarai
oleh Kim Hill dan A. Magdalena Hurtado menyebutkan motif-motif
mereka meninggalkan kehidupan di hutan dan berpindah ke pemu-
kim an reservasi: m em peroleh senapan, radio, dan pakaian baru;
menjaga diri dan anak-anak mereka tetap cukup makan dan sehat;
hidup lebih lam a; dan punya banyak anak yang bertahan hidup sam -
pai dewasa. Benda-benda Barat yang tem an-tem an Papua saya nilai
tinggi mencakup, terutama, korek api, kapak baja, pakaian, kasur, dan
payung. (Guna m em aham i nilai payung, ingatlah bahwa curah hujan
di Papua berkisar sampai 50 0 cm per tahun atau lebih tinggi.) Orang-
orang Papua juga m enghargai m anfaat-m anfaat non-m ateri seperti
perawatan m edis, sekolah untuk anak-anak, dan berakhirnya perang
suku. Ishi, Indian Yahi di California Utara yang m eninggalkan gaya
hidup pemburu-pengumpul pada sekitar usia 50 dan menghabiskan
tahun-tahun terakhirnya di San Francisco, pada awalnya m engagum i
korek api dan lem m elebihi segala tem uan Eropa lainnya, dan lam a-
kelam aan juga m enyenangi rum ah, perabot, toilet guyur, air ledeng,
lam pu listrik, kom por gas, dan kereta api. Saudari Sabine Kuegler,
J udith, sewaktu pindah selam a setahun dari rum ah keluarganya di
rimba Papua ke J erman, terkesima oleh segala merk coklat batangan
yang tersedia di superm arket J erm an.
Sem ua itu adalah sebagian dari banyak keunggulan jelas dan nyata
gaya hidup Barat yang disebutkan oleh orang-orang yang tum buh di
antara ketidakam anan, bahaya, dan ketidaknyam anan m asyarakat-
m asyarakat tradisional. Keunggulan-keunggulan lain yang lebih halus
disebutkan oleh tem an-tem an Papua saya yang terdidik, dengan
kebutuhan untuk hidup yang sudah terpenuhi di desa Papua tem pat
m ereka tinggal, dan yang m engagum i hal-hal lain m engenai kehidupan
di Amerika Serikat. Mereka menyebutkan akses ke informasi, akses ke
beraneka ragam orang, dan lebih banyak hak bagi kaum perem puan di
AS daripada di Papua. Seorang Papua tem an saya m engejutkan saya
dengan m em beritahu saya bahwa hal yang paling dia sukai m engenai
kehidupan di AS adalah "anonim itas". Dia m enjelaskan bahwa ano-
nim itas baginya berarti kebebasan untuk m enjauhi ikatan-ikatan sosial
yang m enjadikan kehidupan di Papua sarat secara em osional, nam un
juga m em batasi. Bagi tem an saya, anonim itas m encakup kebebasan
untuk sendirian, berjalan sendirian, m em iliki privasi, m engekspresikan
diri, berdebat secara terbuka, m em iliki pandangan yang tidak um um ,
lebih kebal terhadap tekanan sesama, dan bisa bertindak tanpa selalu
KEUNGGULAN DUNIA TRADISIONAL ● 569
http://facebook.com/indonesiapustaka dikritik dan dibahas. Anonim itas berarti kebebasan untuk duduk di
kafe di jalan yang ram ai dan m em baca surat kabar dengan tenang,
tanpa dikepung oleh kenalan-kenalan yang m em inta tolong untuk
m engatasi m asalah-m asalah m ereka. Anonim itas berarti kebebasan
bagi orang-orang Am erika untuk m em ajukan diri sendiri sebagai
individu, dengan lebih sedikit kewajiban untuk berbagi pendapatan
m ereka dengan sem ua kerabat seperti yang terjadi di Papua.
Keunggulan dunia tradisional
Sekarang, m ari kita dengar sisi lain cerita ini. Apa yang dinilai tinggi
oleh orang-orang yang pernah tinggal di m asyarakat tradisional m au-
pun m asyarakat WEIRD, yang ada di m asyarakat yang pertam a nam un
tidak ada pada m asyarakat yang kedua?
Hasil pengam atan yang paling sering dan paling penting m eli-
batkan ikatan sosial sepanjang hayat. Kesepian bukan m asalah dalam
m asyarakat tradisional. Orang-orang m enghabiskan hidup m ereka
di atau dekat tempat mereka lahir, dan mereka selalu dikelilingi oleh
kerabat dan tem an-tem an m asa kecil. Dalam m asyarakat-m asya-
rakat tradisional yang lebih kecil (suku dan kawanan yang terdiri atas
beberapa ratus orang saja atau kurang), tidak ada seorang pun yang
asing. Meskipun anak perempuan atau anak laki-laki (di sebagian
besar m asyarakat tradisional, anak perem puan) pindah dari kelom -
pok tem pat m ereka lahir saat m enikah, perpindahan itu biasanya ber-
langsung dalam jarak yang cukup pendek sehingga m ereka bisa tetap
mengunjungi kerabat sedarah mereka.
Sem entara itu, risiko kesepian adalah m asalah kronis pada m asya-
rakat-m asyarakat industri yang berpenduduk banyak. Ungkapan "m e-
rasa kesepian di ruang yang ram ai" bukan hanya frase sastrawi: itu
adalah kenyataan bagi banyak orang Am erika dan Eropa yang hidup
di kota-kota besar, dan bekerja di antara orang-orang yang nyaris
tidak m ereka kenali. Orang-orang di m asyarakat Barat sering ber-
pindah m enem puh jarak yang jauh, anak-anak dan tem an-tem an
m ereka juga berpindah sendiri-sendiri m enem puh jarak yang jauh, dan
m ereka m ungkin akhirnya hidup jauh dari kerabat-kerabat terdekat
dan tem an-tem an m asa kanak-kanak m ereka. Kebanyakan orang yang
kita jumpai adalah orang asing dan akan tetap menjadi orang asing
bagi kita. Anak-anak biasa m eninggalkan rum ah orangtua m ereka dan
mendirikan rumah tangga sendiri dengan cara menikah atau menjadi
m andiri secara ekonom i. Seperti yang dirangkum salah seorang tem an
http://facebook.com/indonesiapustaka 570 ● DI BANDARA LAIN
Am erika saya yang m enghabiskan banyak waktu di Afrika, “Kehidupan
di Afrika m iskin secara m ateri dan kaya secara sosial/ em osional, se-
m entara kehidupan di AS kaya secara m ateri dan m iskin secara sosial/
em osional.” Pengam atan-pengam atan lain yang kerap diperoleh adalah
desakan waktu, cekikan jadwal, tingkat stres, dan persaingan yang lebih
besar di m asyarakat-m asyarakat Barat daripada m asyarakat-m asya-
rakat tradisional. Saya tegaskan sekali lagi bahwa ada segi-segi di
m ana ciri-ciri dunia tradisional tetap ada di banyak bagian m asyarakat
industri m odern, m isalnya daerah-daerah perdesaan, di m ana setiap
orang saling mengenal dan sebagian besar orang menghabiskan hidup
mereka di dekat tempat kelahiran mereka.
Guna memberikan sentuhan personal terhadap generalisasi-
generalisasi ini, saya akan kutip sejum lah hasil pengam atan m enyentuh
oleh anak-anak pebisnis atau m isionaris Am erika yang tum buh di
Papua, Filipina, atau Kenya dan kemudian pindah ke Amerika Serikat
sewaktu rem aja dan bercerita kepada saya m engenai pengalam an-
pengalaman mereka:
“Anak laki-laki Am erika m acho, berbicara m acho, dan m em ukuli
anak lain. Anak-anak baik tidak bagus nasibnya di AS.”
“Setelah bertum buh besar dengan anak-anak di Papua, hal pertam a
yang bagi saya berbeda di AS adalah anak-anak m asuk ke dalam rum ah,
m enutup pintu, berm ain perm ainan video, dan m eninggalkan rum ah
mereka lagi untuk pergi ke sekolah. Di Papua, kami anak-anak selalu
ada di luar rumah, bermain bersama.”
“Anak-anak Afrika bersam a orang lain sepanjang waktu. Kam i anak-
anak ada di dalam ruangan hanya kalau tidur. Kam i boleh m asuk ke
rumah mana pun, tahu kami akan disambut di sana. Namun anak-anak
Am erika sering kali tidak bersam a anak-anak lain. Sekarang, dengan
adanya perm ainan video, m asalah tinggal di rum ah sendiri sem akin bu-
ruk saja di AS daripada ketika saya bertum buh besar dan hanya ada TV
tapi tidak ada perm ainan video.”
“Di Filipina, anak-anak m em anggil sem ua orang dewasa ‘pam an’
dan ‘bibi’. Kam i keluar-m asuk rum ah m ana pun di desa. Ketika wak-
tu makan malam, kami makan di rumah mana pun di mana kami
kebetulan sedang berada, dengan anak-anak lain.”
“Anak-anak Am erika tidak bergaul sebanyak anak-anak Papua.
Di Papua, saya biasa tersenyum dan m enyapa siapa pun yang saya
lewati, dan mulai bercakap-cakap. Namun anak-anak Amerika berjalan
cepat melewati satu sama lain atau melewati orang asing, tidak
KEUNGGULAN DUNIA TRADISIONAL ● 571
http://facebook.com/indonesiapustaka m em ulai percakapan, dan tidak m enyapa. Sewaktu saya tersenyum
dan m enyapa, barulah m ereka m enanggapi, tapi m ereka sendiri tidak
m em ulainya.”
“Di AS, orang-orang harus dihibur, dan m ereka tidak tahu bagai-
mana menghibur diri sendiri.”
“Di Afrika, bila perlu sesuatu, kita buat benda itu sendiri, dan se-
bagai akibatnya kita tahu bagaim ana m em buatnya dan bagaim ana cara
kerjanya. Di AS, jika perlu sesuatu, kita pergi m em belinya, dan kita
tidak tahu bagaimana benda itu dibuat.”
“Anak-anak Am erika kalah kreatif daripada anak-anak Papua, se-
bab segala sesuatu tersedia jadi bagi m ereka [Gam bar 17, 18]. Di Papua,
bila kita m elihat pesawat dan ingin punya m odel pesawat itu, kita buat
sendiri pesawat m odel dari kayu atau ranting. Kita kem udian berm ain
dengan pesawat-pesawatan itu, m elayangkannya dan m em buat
bebunyian. Saya dan saudara saya m eniru terbangnya pesawat secara
terperinci dengan pesawat-pesawatan yang kam i buat sendiri. Tapi
anak-anak Am erika m em peroleh m ainan pesawat yang sudah jadi dan
tidak m eniru terbangnya secara terperinci.”
“Di Afrika, kita berbagi. Misalnya, sewaktu bersekolah, saya mem-
peroleh ban dalam warna m erah dari karet. Karet berharga untuk m em -
buat ketapel. Untuk waktu lam a, saya berbagi potongan-potongan ban
dalam m erah saya yang berharga dengan anak-anak lain agar m ereka
bisa membuat ketapel. Namun di AS, bila memperoleh sesuatu yang
berharga, kita simpan benda itu untuk diri sendiri dan tidak kita bagi
dengan orang lain. Sebagai tam bahan, di AS tidak ada yang tahu ban
dalam itu bisa diapakan.”
“Penyesuaian terbesar yang harus saya lakukan sewaktu berpindah
dari Papua ke AS adalah berkurangnya kebebasan saya. Anak-anak
punya lebih banyak kebebasan di Papua. Di AS saya tidak dibolehkan
m em anjat pohon. Saya selalu m em anjat pohon di Papua; saya m asih
suka m em anjat pohon. Ketika saya dan saudara laki-laki saya pulang ke
California dan pindah ke rum ah kam i di sana, salah satu hal pertam a
yang kam i lakukan adalah m em anjat pohon dan m em bangun rum ah
pohon; keluarga-keluarga lain pikir hal itu aneh. Di AS ada begitu ba-
nyak aturan dan larangan, karena takut dituntut, sehingga anak-anak
m enanggalkan kesem patan untuk eksplorasi pribadi. Kolam harus
dipagari agar tidak m enjadi ‘gangguan yang m enarik’. Kebanyakan
orang Papua tidak punya kolam , nam un sungai-sungai yang kam i
datangi tidak diberi tanda ‘Tanggung sendiri akibatnya kalau m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka 572 ● DI BANDARA LAIN
lompat’, karena hal itu kan jelas. Memangnya saya mau melompat
kalau tidak tahu akibatnya? Tanggung jawab di AS telah direnggut dari
orang yang bertindak dan ditem patkan pada pem ilik tanah atau pem -
bangun rum ah. Kebanyakan orang Am erika ingin m enyalahkan orang
lain daripada diri sendiri sebisa m ungkin. Di Papua, saya bisa tum buh,
berm ain secara kreatif, dan m engeksplorasi luar ruang dan alam secara
bebas, dengan unsur risiko yang pasti ada, nam un dikelola dengan
baik, yang tidak ada dalam m asa kanak-kanak Am erika rata-rata yang
m enghindari risiko. Saya m em iliki m asa kanak-kanak paling kaya yang
m ungkin ada, m asa kanak-kanak yang tak terbayangkan oleh orang-
orang Am erika.”
“Yang bikin frustrasi di AS sini adalah tekanan terus-m enerus
untuk bekerja. Bila kita duduk-duduk santai m enikm ati secangkir kopi
di sore hari, kita harus m erasa bersalah karena artinya ada kesem patan
mengejar uang yang terbuang. Namun bila kita adalah salah seorang
yang m engejar uang bukannya m enikm ati secangkir kopi, kita tidak
m enyim pan kelebihan uang yang kita peroleh, kita hanya m enjalani
hidup yang lebih m ahal sehingga kita harus bekerja lebih dan lebih. AS
telah kehilangan (sebagian besar) kem am puannya untuk m enem ukan
keseimbangan antara kerja dan bermain atau bersantai. Di Papua, toko-
toko tutup pada tengah hari dan buka lagi pada petang hari. Itu sangat
tidak Am erika.”
“Saya syok karena tidak adanya pegangan m oral tem an-tem an se-
um uran saya di As. Dalam m asyarakat se-pluralistik Am erika, hanya
bisa ada sedikit dasar untuk m enegakkan apa yang m enurut kita benar
dan hakiki. Di Papua, tentunya kebenaran ditafsirkan dan diterapkan
seturut budaya, nam un kebenaran diakui ada dan bisa diketahui.”
“Anak-anak di AS sini, dan barangkali orang-orang Am erika secara
um um , terobsesi m ateri. Terakhir kali kam i pulang ke California, kam i
terkesan dengan tren terbaru atau ‘wajib-punya’, dalam kasus ini TV
plasm a layar-datar besar. Enam bulan lagi apa lagi trennya?”
“Sem ua orang di AS sini berada dalam kotak sem pit m ereka
sendiri. Pem uda-pem uda Afrika yang saya kenal sangat berm inat
pada apa yang terjadi di bagian-bagian lain dunia dan melek geograi.
Salah satu pengisi waktu luang kam i adalah saling m enanyai tentang
letak berbagai negara, nama para pemimpin dunia dan atlet terkenal.
Tentu saja mereka tahu nama-nama pemain sepakbola nasional dan
pelari jarak jauh Kenya, nam un m ereka juga sam a akrabnya dengan
bintang-bintang Amerika, Britania, Jerman, dan Brazil. Mereka pernah
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 573
http://facebook.com/indonesiapustaka mendengar soal Lone Ranger, Wilt Chamberlain, dan Muhammad
Ali dan terus-m enerus m enanyai saya tentang seperti apa kehidupan
di AS. Sewaktu saya pertam a tiba di AS, saya m enduga akan ditanyai
m engenai kehidupan di Afrika, nam un dengan segera m enyadari
bahwa sedikit sekali orang yang berm inat pada apa pun selain yang
m em pengaruhi m ereka secara langsung sehari-hari. Gaya hidup, adat-
istiadat, dan peristiwa-peristiwa di tempat lain mana pun di dunia
tidak terlalu m enarik bagi m ereka, dan saya belajar untuk berhenti
m em bicarakan soal Afrika. Banyak orang di AS telah m em peroleh
banyak benda, nam un tetap m iskin dari segi pengetahuan dan
pemahaman mengenai bagian-bagian lain dunia. Mereka tampak
terkungkung dengan nyam an di dalam dinding-dinding pengabaian
selektif yang dibangun dengan hati-hati.”
Apa yan g bis a kita pe lajari?
Dunia kem arin m em bentuk gen, kebudayaan, dan perlaku kita untuk
sebagian besar sejarah Homo sapiens yang berperilaku m odern,
yang m uncul sekitar 60 .0 0 0 dan 10 0 .0 0 0 tahun silam . Seperti yang
disim pulkan dari catatan arkeologis, perubahan gaya hidup dan
teknologi berlangsung secara teram at lam bat sam pai keduanya m ulai
bertam bah cepat seiring kem unculan awal agrikultur sekitar 11.0 0 0
tahun silam di Bulan Sabit Subur. Pem erintahan negara tertua baru
m uncul, lagi-lagi di Bulan Sabit Subur, sekitar 5.40 0 tahun silam . Itu
berarti nenek m oyang sem ua orang yang m asih hidup sekarang, hidup
dalam dunia kem arin sam pai sekitar 11.0 0 0 tahun silam , dan nenek
m oyang banyak orang m asih m elakukan hal yang sam a sam pai belum
lam a ini. Kontak langsung dengan dunia luar baru dim ulai dalam
beberapa generasi terakhir di daerah-daerah berpenduduk padat di
Papua, dan kontak langsung dengan dunia luar dan pemerintahan
negara m asih belum m engham piri segelintir kelom pok yang tersisa di
Papua dan Am azonia.
Tentu saja, banyak segi dunia kem arin yang m asih hidup ber-
sama kita hari ini, bahkan di daerah-daerah berpopulasi paling padat
di negara-negara industri m odern. Kehidupan di daerah-daerah
perdesaan berpopulasi jarang di dunia Barat m asih m elestarikan
banyak aspek m asyarakat tradisional. Terlepas dari itu, ada perbedaan-
perbedaan besar antara dunia tradisional dan m asyarakat WEIRD
(Western, educated, industrial, rich, and democratic) m odern kita.
Masyarakat-masyarakat tradisional telah secara tidak sadar melakukan
http://facebook.com/indonesiapustaka 574 ● DI BANDARA LAIN
ribuan percobaan m engenai bagaim ana m enjalankan m asyarakat m a-
nusia. Kita tidak bisa m engulang sem ua percobaan itu secara sengaja
dalam kondisi-kondisi terkontrol guna m elihat apa yang terjadi.
Namun kita masih bisa belajar dari apa yang memang telah terjadi.
Sebagian yang diajarkan dunia kem arin kepada kita adalah untuk
bersyukur atas m asyarakat-m asyarakat m odern kita, dan tidak
menjelek-jelekkannya secara hantam-kromo. Nyaris kita semua lega
karena tak ada lagi peperangan kronis, infantisida, dan pengabaian ter-
hadap orang lansia. Kita paham m engapa m asyarakat-m asyarakat ber-
skala kecil sering kali harus melakukan hal-hal kejam itu, atau terjebak
m elakukannya. Tapi, untungnya, dengan adanya pem erintahan negara
kita tidak lantas terperangkap siklus perang, dan dengan gaya hidup
tak banyak gerak serta m akanan berlebih kita tidak dipaksa m elakukan
infantisida dan pengabaian orang lansia. Kita juga lega karena tidak
perlu m encekik janda, ataupun kekejam an-kekejam an lain yang di-
praktikkan m asyarakat-m asyarakat tradisional tertentu sebagai kejang-
galan budaya, walaupun tidak ada m asalah apa pun dalam lingkungan
atau cara bertahan hidup m ereka yang m em aksa m ereka m elaku-
ka n n ya .
Namun ada ciri-ciri lain dunia kemarin yang, bukannya membuat
kita ngeri, m ungkin m enarik m inat banyak pem baca buku ini. Sejum lah
ciri tersebut—m isalnya tidak m enaburkan garam ke m akanan kita—
adalah yang bisa dengan m udah kita terapkan dalam kehidupan
sendiri, terlepas dari apakah seluruh m asyarakat di sekeliling kita juga
m enerapkannya ataupun tidak. Ciri-ciri lain yang kita kagum i akan
lebih sulit untuk kita terapkan secara individual bila m asyarakat di
sekeliling kita tidak turut berubah: sulit membesarkan anak-anak kita
seperti anak-anak Papua bila anak-anak lain di sekeliling mereka di-
besarkan seperti anak-anak Am erika m odern. Keputusan-keputusan
lain untuk m enerapkan ciri-ciri m asyarakat tradisional m em butuhkan
tindakan oleh m asyarakat kita secara keseluruhan. Dengan m enyadari
bahwa m enerapkan ciri-ciri dunia kem arin yang kita kagum i karenanya
m em butuhkan cam puran antara keputusan individual dan keputusan
m asyarakat, hal-hal apa yang bisa kita lakukan?
Diet dan kebiasaan makan tergolong ke dalam area di mana kita
bisa m elakukan banyak hal sebagai individu guna m enolong diri kita
sendiri. Pikirkanlah lagi m engenai fakta m engejutkan bahwa nyaris
tidak ada orang Papua tradisional yang m eninggal gara-gara stroke,
diabetes, atau serangan jantung. Itu bukan berarti Anda harus kem -
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 575
http://facebook.com/indonesiapustaka bali m elaksanakan peperangan antarsuku dan m enjalankan diet yang
terdiri atas 90 % ubi bila Anda juga ingin m enghindari m eninggal
gara-gara penyakit-penyakit itu. Anda tetap bisa kok m enikm ati se-
jum lah m asakan terlezat di dunia dan hidup dengan dam ai dan m eng-
hindari penyakit-penyakit itu, dengan m enggabungkan tiga kebiasaan
m enyenangkan ke dalam hidup Anda: berolahraga; m akan dengan
perlahan dan berbincang-bincang dengan tem an seraya m akan, bukan
m elahap m akanan Anda sendirian; dan m em ilih m akanan sehat seperti
buah segar, sayuran, daging rendah lem ak, ikan, kacang-kacangan,
dan padi-padian, seraya m enghindari m akanan dengan label yang
m enunjukkan bahwa m akanan tersebut kaya garam , lem ak trans, dan
gula sederhana. Ini juga suatu area di m ana m asyarakat (alias pem ilih,
pemerintah, dan pembuat makanan) dapat mempermudah semua itu
bagi kita, dengan m enerapkan standar-standar yang lebih sehat bagi
olahan m akanan, seperti yang selam a ini telah dilakukan Finlandia dan
negara-negara lain.
Satu hal lain yang bisa kita lakukan secara individual atau seba-
gai pasangan, tanpa m enanti m asyarakat untuk berubah secara m e-
nyeluruh, adalah m em besarkan anak-anak kita sebagai bilingual atau
m ultilingual, seperti sedem ikian banyak anak di m asyarakat tradi-
sional. Banyak orang Am erika dapat m elakukan itu nam un m enahan
diri, karena mereka diberitahu bahwa membesarkan anak dengan
dua bahasa m em buat anak-anak bingung. Kita tahu bahwa, bukannya
membingungkan anak-anak, membesarkan anak dengan cara itu mem-
berikan m anfaat-m anfaat seum ur-hidup terhadap pem ikiran m e-
reka, sekaligus m em perkaya hidup m ereka. Banyak pasangan Am e-
rika mengetahui lebih daripada satu bahasa: setiap orangtua dapat
menuturkan masing-masing satu bahasa ke anak-anak mereka dan
m em besarkan anak-anak sebagai "crib bilingual". Pasangan-pasang-
an imigran bisa menuturkan bahasa asli mereka ke anak-anak, bukan
mencegah anak-anak mereka mendengar bahasa asli orangtua: anak
toh akan dengan segera mempelajari bahasa Inggris dari anak-anak
lain. Saya katakan ini kepada kita sem ua (term asuk saya) yang telah
bergelut mempelajari bahasa-bahasa lain di sekolah atau sebagai orang
dewasa, menghabiskan ribuan jam mempelajari buku tata bahasa,
mengingat-ingat kosakata, dan mendengarkan kaset pelajaran bahasa,
dan tetap saja akhirnya berbicara bahasa asing dengan logat dan
dengan tidak fasih: kita padahal seharusnya tidak perlu repot-repot
begitu, dan bisa berbicara dengan fasih dan tanpa logat, seandainya
http://facebook.com/indonesiapustaka 576 ● DI BANDARA LAIN
saja orangtua kita telah m em besarkan kita sebagai bilingual. Kita
harus pikirkan soal itu sewaktu kita menimbang-nimbang bagaimana
membesarkan anak-cucu kita.
Selain m ultilingualism e, cara m em besarkan anak oleh m asyarakat-
m asyarakat tradisional m enawarkan banyak pilihan m odel lain yang
bisa kita pilih. Sem ua calon orangtua harus m enanyai diri sendiri
m ana di antara pilihan-pilihan berikut ini yang m asuk akal bagi
m ereka: m enyusui sem au bayi selam a itu praktis, penyapihan yang
lambat, mempertahankan kontak isik antara bayi dan orang dewasa,
tidur bersam a (beli kasur yang kukuh atau tem pat tidur bayi untuk
ditem patkan di kam ar tidur Anda, dan diskusikan dengan dokter anak
Anda!), m enggendong anak secara vertikal dan m enghadap ke depan,
peran besar orangtua-damping, menanggapi dengan cepat tangisan
anak, menghindari hukuman isik, memberi anak Anda kebebasan
untuk bereksplorasi (dengan diawasi sepantasnya!), kelom pok berm ain
m ulti-usia (berharga bagi anak yang lebih kecil m aupun yang sudah
lebih besar), dan m em bantu anak-anak Anda belajar m em buat hiburan
sendiri daripada mencekik mereka dengan "mainan mendidik" buatan
pabrik, perm ainan video, dan berbagai bentuk hiburan langsung jadi
lainnya. Anda m ungkin m endapati penerapan individual sejum lah
tindakan tersebut sulit untuk dilakukan bila lingkungan atau m asya-
rakat lokal Anda tidak berubah secara keseluruhan: ketika sem ua
anak se-RT punya perm ainan video dan hanya rum ah Anda yang tidak
punya, Anda m ungkin m endapati anak Anda ingin m enghabiskan selu-
ruh waktunya di rumah anak lain. Namun pilihan-pilihan ini pantas
dipertimbangkan secara serius: kemerdekaan, keamanan, dan kede-
wasaan sosial anak-anak di m asyarakat tradisional m em buat terkesan
sem ua pengunjung yang m enjadi m engenal m ereka.
Satu lagi hal lain yang bisa kita lakukan secara individual adalah
m engkaji secara realistis bahaya-bahaya yang m erupakan bagian gaya
hidup kita, dan menerapkan paranoia konstruktif ala Papua secara
selektif. Tem an-tem an saya di Papua belajar untuk tidak tidur di bawah
pohon m ati di rim ba, dan m em perhatikan tongkat-tongkat patah yang
tam paknya tidak berbahaya di tanah—walaupun m ereka m ungkin
bisa tidur bermalam-malam di bawah pohon mati dan mengabaikan
lusinan tongkat yang tam pak tidak m encurigakan tanpa m enem ui
masalah. Namun mereka tahu bahwa, bila mereka menerapkan praktik-
praktik yang tidak berhati-hati itu sebanyak ratusan kali, kem ungkinan
terburuk pun pada akhirnya akan m enim pa m ereka. Bagi kita orang-
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 577
http://facebook.com/indonesiapustaka orang Barat, bahaya-bahaya utam a kehidupan bukanlah pohon m ati
atau tongkat di tanah, namun juga bukan teroris, reaktor nuklir,
pesawat jatuh, dan bahaya-bahaya spektakular nam un secara realistis
tidak signiikan lainnya yang sungguh kita takuti. Statistika kecelakaan
justru m enunjukkan bahwa sebagian besar orang seharusnya paranoid
konstruktif terhadap m obil (yang kita kendarai sendiri ataupun oleh
orang-orang lain), alkohol (dikonsumsi oleh kita sendiri ataupun oleh
orang lain), dan (terutama saat kita bertambah usia) tangga lipat dan
terpeleset di kam ar m andi. Bagi setiap orang, ada risiko-risiko lain yang
juga harus kita pikirkan, tergantung gaya hidup kita m asing-m asing.
Agam a (atau ketiadaan agam a) kita adalah satu lagi pilihan yang
kita buat sebagai individual. Banyak di antara kita yang m elalui m asa-
m asa sulit dalam kehidupan ketika kita m engkaji ulang kepercayaan-
kepercayaan religius kita. Pada saat-saat sem acam itu, sebaiknya kita
ingat bahwa pilihan agam a kita m erupakan perm asalahan yang lebih
luas dan lebih kom pleks daripada sekadar m enganut kepercayaan-
kepercayaan metaisis yang kita percaya sebagai benar, atau menolak
kepercayaan-kepercayaan yang kita putuskan sebagai palsu. Selagi
m enuliskan baris-baris ini, saya m erenungkan pilihan-pilihan ber-
beda yang diam bil oleh tiga kawan yang telah saya kena selam a
berdasawarsa-dasawarsa: yang pertam a, seorang penganut Unitarian
sejak lahir dengan gereja sebagai fokus sentral dalam kehidupannya
selam a ini; kedua, seorang Yahudi sejak lahir yang agam anya dan
pergelutannya dengan hubungannya dengan Israel m enjadi inti
identitasnya; dan ketiga, seorang kawan dari J erm an yang dibesarkan
sebagai seorang Katolik, yang hidup di daerah yang didom inasi Katolik
di J erm an, dan belum lam a ini m em buat saya terperanjat dengan
berpindah ke agama Protestan pada usia 40 tahun. Dalam ketiga kasus
itu, keputusan-keputusan kawan-kawan saya untuk m em pertahankan
atau mengubah agama mereka bergantung pada peran-peran agama
selain sebagai sum ber kepercayaan. Beraneka peran itu telah m e-
muncak dan merosot pada waktu-waktu berbeda bagi kawan-kawan
saya dalam kehidupan m ereka, seperti juga peran-peran itu telah m e-
m uncak dan m erosot dalam periode-periode sejarah yang berbeda
bagi berbagai m asyarakat selam a beribu-ribu tahun. Peran-peran
itu m encakup pencarian bagi penjelasan yang m em uaskan terhadap
pertanyaan-pertanyaan m endasar m engenai dunia lahiriah; m engatasi
situasi-situasi mencemaskan dan membuat stres; memaknai kematian
orang yang terkasih, prospek kem atian diri sendiri, dan peristiwa-peris-
http://facebook.com/indonesiapustaka 578 ● DI BANDARA LAIN
tiwa memedihkan lainnya; menjustiikasi asas-asas moral dalam peri-
laku, serta kepatuhan atau pembangkangan terhadap pihak berwenang;
dan mengidentiikasi diri sendiri sebagai salah seorang anggota dari
suatu kelom pok yang gagasan-gagasan idealnya sam a dengan orang
tersebut. Bagi kita yang m engalam i periode pergolakan batin m engenai
agama, barangkali bisa membantu menjernihkan pikiran kita bila kita
ingat bahwa agam a telah berarti berbeda-beda bagi m asyarakat yang
berbeda-beda, dan jujur kepada diri sendiri mengenai apa sesung-
guhnya atau apa mungkin arti agama secara spesiik bagi kita.
Marilah kini berpaling kepada ciri-ciri mengagumkan masyarakat-
m asyarakat tradisional yang penerapannya m em butuhkan tindakan
individual m aupun tindakan m asyarakat. Saya sudah sebutkan satu
contoh: pengurangan asupan garam dalam m akanan, tujuan yang bisa
kita dekati sebagai individu, nam un yang m em butuhkan tindakan oleh
pemerintah dan pembuat makanan bila kita juga ingin mengurangi
asupan garam tersem bunyi dalam m akanan olahan. Kita juga dapat
m engurangi risiko diabetes individual dengan berolahraga dan berdiet
dengan benar, namun pemerintah juga dapat bersumbangsih dalam
cara-cara seperti kam panye kesadaran m asyarakat dan m engatur pen-
jualan makanan penggemuk di kantin-kantin sekolah negeri. Me-
ngenai bagaim ana m asyarakat (dan bukan hanya orangtua bilingual
yang m em iliki bayi) dapat m em bina m ultilingualism e dan m elawan ke-
punahan bahasa, sejum lah pem erintah (m isalnya Swiss) bekerja keras
untuk melestarikan keanekaragaman bahasa mereka; pemerintah-
pem erintah lain (m isalnya AS) baru belakangan ini berhenti bekerja
keras menghapus keanekaragaman bahasa asli negara mereka; se-
m entara pem erintahan-pem erintahan lain lagi (m isalnya Prancis di
wilayah Bretagne) terus m enentang usaha m em pertahankan bahasa
asli.
Status orang lanjut usia juga bergantung kepada keputusan indi-
vidual m aupun m asyarakat. Sem akin banyak orang lanjut usia yang
m enjadikan diri m ereka berguna dalam cara-cara yang baru, m em -
perm udah hidup anak-anak m ereka yang sudah dewasa dan bekerja,
serta m em perkaya kehidupan cucu-cucu dan diri m ereka sendiri, de-
ngan m enyediakan perawatan anak berkualitas tinggi kepada cucu-
cucu m ereka. Kita yang m erupakan orangtua yang berusia antara 30
dan 60 m ungkin m ulai bertanya-tanya kualitas hidup m acam apa
yang akan kita nikm ati, dan bagaim ana anak-anak kita akan m em -
perlakukan kita, sewaktu kita m encapai usia lanjut. Kita harus ingat
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 579
http://facebook.com/indonesiapustaka bahwa anak-anak kita sekarang mengamati bagaimana kita merawat
orangtua kita sendiri yang sudah lanjut usia: sewaktu tiba m asanya
bagi kita untuk menerima perawatan, anak-anak kita akan ingat dan
dipengaruhi oleh contoh kita. Masyarakat dapat memperkaya kehi-
dupan orang lanjut usia sebagai satu kelom pok, dan sebaliknya tin-
dakan itu dapat m em perkaya m asyarakat, dengan tidak m ewajibkan
pensiun pada suatu usia m anasuka bagi orang-orang yang m am pu
dan ingin terus bekerja. Kebijakan pesiun wajib sudah sem akin tidak
populer di Am erika Serikat dalam dasawarsa-dasawarsa belakangan,
tidak m enyebabkan orang-orang lanjut usia yang sudah tidak m am -
pu m alah terus bertahan dengan pekerjaan m ereka seperti yang awal-
nya ditakutkan, dan justru m alah m em pertahankan kelanjutan jasa
anggota-anggota masyarakat kami yang paling berpengalaman. Namun
terlalu banyak lem baga Eropa yang m ewajibkan pegawai pada puncak
produktivitas m ereka untuk pensiun, sem ata karena m ereka telah m en-
capai suatu usia m anasuka pada kisaran usia yang secara absurd ren-
dah, antara 60 dan 65 tahun.
Berbeda dengan m akan perlahan-lahan dan m enyediakan crib
bilingualism , yang dapat kita lakukan sendiri tanpa m enanti perubah-
an m asyarakat secara keseluruhan, m engom binasikan keunggulan-
keunggulan peradilan tradisional dengan keunggulan-keunggulan per-
adilan negara akan sangat m em butuhkan keputusan m asyarakat. Dua
m ekanism e yang saya bahas adalah peradilan restoratif dan m ediasi.
Tak satu pun yang m erupakan obat sapujagad, keduanya tam pak ber-
m anfaat dalam kondisi-kondisi tertentu nam un tidak berm anfaat
dalam kondisi-kondisi lain, dan keduanya m em butuhkan keputusan
kebijakan oleh sistem pengadilan kita. Bila Anda m elihat bahwa pilih-
an-pilihan ini bernilai baik, peran Anda sebagai individu adalah ber-
gabung dengan gerakan-gerakan yang m em prom osikan m ekanism e-
m ekanism e itu di pengadilan; Anda tidak bisa m enerapkannya sen-
dirian. Namun Anda mungkin mampu menggunakan bagi diri sendiri
penekanan Papua terhadap m ediasi inform al, usaha m elegakan em osi,
dan pemantapan kembali hubungan (atau ketiadaan-hubungan) dalam
persengketaan kali berikutnya Anda m endapati diri berada dalam
persengketaan pribadi yang diwarnai em osi.
Masyarakat-masyarakat yang anggotanya menjadi sebagian besar
pembaca buku ini mewakili irisan sempit keanekaragaman manusia.
Masyarakat-masyarakat dalam irisan itu mencapai dominansi dunia
bukan karena superioritas yang um um , m elainkan karena alasan-alas-
580 ● DI BANDARA LAIN
an spesiik: keunggulan-keunggulan di bidang teknologi, politik, dan
m iliter yang bercikal-bakal dari terlebih dahulu m ulai bercocok-tanam ,
yang sendirinya disebabkan oleh keberadaan spesies tum buhan dan
hewan liar setem pat yang produktif dan bisa didom estikasi. Terlepas
dari keunggulan-keunggulan tertentu itu, m asyarakat-m asyarakat in-
dustri modern tidak serta-merta juga mengembangkan pendekatan-
pendekatan superior dalam membesarkan anak, memperlakukan orang
lanjut usia, m enyelesaikan perselisihan, m enghindari penyakit tak
m enular, dan berbagai m asalah m asyarakat lainnya. Ribuan m asya-
rakat tradisional m engem bangkan banyak sekali pendekatan berbeda
terhadap m asalah-m asalah itu. Cara saya m em andang hidup sendiri
telah diubah dan diperkaya oleh tahun-tahun yang saya habiskan
di antara seperangkat m asyarakat tradisional, yaitu yang berada di
Papua. Saya harap bahwa para pem baca sebagai individual, dan m a-
syarakat m odern kita sebagai keseluruhan, akan secara serupa m ene-
m ukan banyak hal untuk dinikm ati dan diterapkan dari kisaran luas
pengalaman manusia tradisional.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka UCAPAN TERIMA KASIH
Saya dengan senang hati m enyatakan bahwa saya berutang budi kepada
banyak rekan dan kawan atas bantuan m ereka dalam penyusunan buku
ini. Saya terutam a berterim a kasih sekali kepada delapan kawan yang
m engkritik keseluruhan m anuskrip dan m encurahkan waktu dan upaya
guna memberikan saran-saran untuk memperbaikinya: istri saya Marie
Cohen, Tim othy Earle, Paul Ehrlich, Alan Grinnell, Barry Helwett,
Melvin Konner, Michael Shermer, dan Meg Taylor. Rasa terima kasih
yang sam a dan lebih lagi harus saya haturkan kepada editor-editor
saya Wendy Wolf di Viking Penguin (New York) dan Stefan McGrath di
Penguin Group (London), dan kepada agen saya J ohn Brockm an, yang
bukan hanya m em baca keseluruhan m anuskrip m elainkan juga m em -
bantu dalam cara yang tak terhitung banyaknya pada setiap tahap sejak
ide mengenai buku ini tercetuskan dan terus melalui semua tahap pem-
b u a t a n n ya .
Michelle Fisher-Casey mengetik dan mengetik ulang keseluruhan
naskah, berulang-ulang. Boratha Yeang melacak sumber-sumber. Ruth
Mandel melacak foto-foto, sementara Matt Zebrowski mempersiapkan
peta-peta.
http://facebook.com/indonesiapustaka 582 ● DI BANDARA LAIN
Saya m enyajikan banyak m ateri buku ini kepada kelas-kelas S1
saya di University of California Los Angeles, di m ana saya m engajar
di Departemen Geograi. Mahasiswa-mahasiswa itu terus-menerus
m enantang saya dengan pandangan yang segar dan m enggugah. Para
dosen dan staf departem en tersebut m enyediakan lingkungan yang se-
nantiasa m endukung saya. Dalam satu lokakarya yang saya dan J am es
Robinson adakan bersam a-sam a di Harvard University, para peserta
bertukar pendapat m engenai banyak topik dalam buku ini.
Versi-versi terdahulu sebagian paragraf atau m ateri beberapa bab
m uncul sebagai artikel dalam m ajalah Natural History, Discover,
Nature, New York Review of Books, dan The New Yorker.
Selama setengah abad terakhir, ribuan orang Papua Nugini, Indo-
nesia, dan Kepulauan Solom on berbagi wawasan, kisah hidup, dan pan-
dangan dunia m ereka dengan saya, dan bersam a saya m elalui peng-
alam an-pengalam an yang saya tuturkan dalam buku ini. Sungguh
besar utang budi saya kepada m ereka yang telah m em perkaya hidup
saya. Saya m em persem bahkan buku ini untuk salah seorang kawan se-
macam itu, Meg Taylor (Dame Meg Taylor), yang terlahir di Lembah
Wahgi di Papua dan bertumbuh besar di Dataran Tinggi Papua Nugini.
Ibunya adalah Yermia Manamp Masi dari klan Baiman Tsenglap, se-
m entara ayahnya adalah perwira patroli Australia J am es Taylor, pe-
m im pin patroli Bena ke Hagen yang terkenal pada 1933 dan patroli
Hagen ke Sepik pada 1938– 1939. Setelah kuliah hukum di University
of Papua New Guinea dan Melbourne University (Australia), Meg men-
jadi sekretaris pribadi Menteri Utama pertama dan kemudian Per-
dana Menteri Papua Nugini, Sir Michael Somare, ketika negara itu
bertransisi dari pemerintahan diri menjadi merdeka pada 1975. Meg
berpraktik hukum di Papua Nugini, berperan sebagai anggota Komisi
Reform asi Hukum , dan m enuntut ilm u hukum lebih lanjut di Harvard
sebagai seorang Cendekiawan Fulbright. Meg adalah Duta Besar Papua
Nugini untuk Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada sejak 1989 sampai
1994. Dia telah terlibat dalam dewan berbagai organisasi konservasi
dan penelitian internasional; perusahaan-perusahaan Papua Nugini
di sektor-sektor sumber daya alam, inansial, dan agrikultural; serta
perusahaan-perusahaan yang tercantum di Bursa Saham Australia.
Pada 1999 Meg terpilih menjabat Wakil Presiden Penasihat Kepatuhan/
Ombudsman Grup Bank Dunia. Meg merupakan ibu seorang putri
bernam a Taim il, dan bibi bagi banyak anggota keluarga m uda di
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 583
Dataran Tinggi Papua. Dia akan pulang setelah m enuntaskan tugasnya
saat ini di World Bank di Washington, D.C.
Banyak kawan dan kolega yang dengan m urah hati m em bantu saya
dalam kaitannya dengan bab-bab individual, dengan m engirim i saya
artikel dan acuan, m enuturkan kepada saya berbagai pengalam an dan
kesimpulan mereka sendiri, mengobrolkan soal berbagai gagasan, dan
mengkritik naskah bab saya. Mereka mencakup: Gregory Anderson,
Stephen Beckerm an, Ellen Bialystok, David Bishop, Daniel Carper,
Elizabeth Cashdan, Barbara Dean, Daniel Dennett, J oel Deutsch,
Michael Goran, Mark Grady, K. David Harrison, Kristen Hawkes, Karl
Heider, Dan Henry, Bonnie Hewlett, William Irons, Francine Kaufm an,
Neal Kaufman, Laurel Kearns, Philip Klemmer, Russell Korobkin,
Ágnes Kovács, Michael Krauss, Sabine Kuegler, David Laitin, Francesca
Leardini, Steven LeBlanc, Graham Mac-Gregor, Robert McKinley,
Angella Meierzag, Kenneth Mesplay, Richard Mills, Viswanatha Mohan,
Elizabeth Nabel, Gary Nabel, Claire Panosian Joseph Peckham, Lloyd
Peckham , Dale Price, David Price, Sam uel Price, Lynda Resnick, J erom e
Rotter, Roger Sant, Richard Shweder, Charles Taylor, Minna Taylor,
Eugene Volokh, Douglas White, Polly Wiessner, David Sloan Wilson,
Lana Wilson, Bruce Winterhalder, Richard Wrangham , dan Paul
Zim m et.
Sokongan bagi penelitian-penelitian ini dengan murah hati disedia-
kan oleh National Geographic Society, Conservation International,
Skip dan Heather Brittenham , Lynda dan Stewart Resnick, the Sum m it
Foundation, dan the Eve and Harvey Masonek and Samuel F. Heyman
and Eve Gruber Heym an 1981 Trust Undergraduate Research Scholars
Fund.
Kepada segenap orang dan organisasi ini, saya m enghaturkan te-
rim a kasih dari hati yang terdalam .
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka BACAAN LEBIH LANJUT
Saran-saran berupa sejumlah acuan terpilih ini ditujukan bagi orang-
orang yang berm inat m em baca lebih lanjut. Daripada m encantum kan
daftar pustaka yang panjang-lebar, saya m em ilih m engacu publikasi-
publikasi terbaru yang m enyediakan daftar pustaka panjang-lebar ber-
isi literatur yang lebih tua. Sebagai tam bahan, saya m engacu sejum lah
buku dan artikel kunci yang lebih tua, yang saya pikir m ungkin di-
m inati secara khusus oleh para pem baca, atau yang saya kutip secara
spesiik dalam naskah saya. Judul jurnal (dicetak miring) diikuti oleh
nom or volum e, diikuti setelah titik dua oleh nom or halam an pertam a
dan terakhirnya, dan kem udian oleh tahun penerbitan dalam tanda
kurung. Oleh karena buku ini ditujukan bagi pem baca yang luas, saya
tidak m em berikan catatan kaki bagi pernyataan-pernyataan individual
dalam teks, dan daftar acuan justru dirancang untuk m elengkapi topik-
topik individual dan bab-bab secara m enyeluruh. Guna m engurangi
biaya pem buatan buku ini, di sini saya hanya cetak daftar acuan yang
m em iliki relevansi paling um um : bagi keseluruhan buku, dan bagi
Pem bukaan. Daftar acuan sisanya, bagi Bab 1– 11 dan bagi Penutup,
http://facebook.com/indonesiapustaka 586 ● DI BANDARA LAIN
dihadirkan daring di situs Web yang tersedia secara gratis (http:/ / www.
ja r ed d ia m on d b ooks.com )
Acuan-acuan yang berlaku bagi seluruh buku ini
Di sini saya sediakan tiga perangkat acuan atau kom entar: acuan ke be-
berapa buku yang sangat berguna bagi tujuan-tujuan buku ini, sebab
m enyediakan inform asi pem bandingan eksplisit atas banyak m asyara-
kat; penjelasan acuan untuk nam a-nam a individu yang saya tem ui; dan
acuan bagi 39 m asyarakat tradisional di seluruh dunia yang kerap saya
jadikan conoth dalam buku saya.
Acu an p e rban d in gan u m u m . Sati studi perbandingan m asya-
rakat m anusia di seluruh dunia yang sangat cocok bagi para pem baca
buku saya adalah Allen J ohnson dan Tim othy Earle, The Evolution of
Human Societies: From Foraging Group to Agrarian State, ed. ke-2
(Stanford: Stanford University Press, 20 0 0 ). Buku ini m em bandingkan
banyak aspek m asyarakat m anusia pada berbagai tingkat organisasi,
m erangkum studi kasus terhadap 19 m asyarakat, m enyediakan banyak
acuan literatur m engenai m asing-m asing m asyarakat itu, dan m eng-
gunakan klasiikasi masyarakat yang lebih terbagi-bagi lagi daripada
klasiikasi empat tingkat yang saya gunakan, yaitu kawanan, suku,
kedatuan, dan negara. Studi perbandingan lain yang sam a bagus-
nya atas m asyarakat-m asyarakat Aborigin Australia adalah Ian
Keen, Aboriginal Economy and Society: Australia at the Threshold
of Colonisation (South Melbourne: Oxford University Press, 2004).
Seperti juga yang dilakukan J ohnson dan Earle bagi m asyarakat
seluruh dunia, Keen m enyediakan tujuh studi kasus yang m engam bil
sampel dari beraneka geograi, lingkungan, dan organisasi sosial Pen-
duduk Asli Australia. Ketiga buku yang secara spesiik mensurvei ma-
syarakat pem buru-pengum pul di seluruh dunia adalah Richard Lee
dan Irven DeVore, eds., Man the Hunter (Chicago: Aldine, 1968);
Frances Dahlberg, ed., Woman the Gatherer (New Haven: Yale Uni-
versity Press, 1981); dan Richard Lee dan Richard Daly, eds., The
Cambridge Encyclopedia of Hunters and Gatherers (Cam bridge: Cam -
bridge University Press, 1999). Satu survei lintas-budaya yang ber-
harga dan kerap kali dijadikan rujukan oleh para ahli antropologi bu-
daya adalah proyek Cross-Cultural Cum ulative Coding Center yang
didirikan di University of Pittsburgh di bawah arahan George Murdock.
Bagi ratusan m asyarakat pra-industri di seluruh dunia, proyek tersebut
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 587
http://facebook.com/indonesiapustaka m encatat lebih daripada seribu variabel budaya. Tabulasi datanya an-
tara lain George Murdock, Etnographic Atlas (Pittsburgh: University
of Pittsburgh Press, 1967); Herbert Barry III dan Alice Schlegel, Cross-
Cultural Samples and Codes (Pittsburgh: University of Pittsburgh
Press, 1980 ); dan situs Web http:/ / www.yale.edu/ hraf, http:/ /
ehrafworldcultures.yale.edu, dan http:/ / ehrafarchaeology.yale.edu.
N am a-n am a o ran g Pap u a. Naskah saya mencakup banyak anekdot
percakapan atau peristiwa yang terjadi sewaktu saya m elakukan peng-
am atan burung atau m engobrol dengan tem an-tem an Papua saya.
Meskipun satu anekdot saja tidak bisa dijadikan satu-satunya dasar
m enyatakan sesuatu, anekdot bisa m enjadi cara berguna untuk m eng-
ilustrasikan, dan m em anusiakan, suatu poin um um . Adalah praktik
standar di kalangan jurnalis untuk memberikan nama asli, meng-
identiikasi perincian, dan lokasi individu-individu yang disebutkan,
sehingga orang lain bisa m enghubungi dan m enanyai lebih lanjut in-
dividu dim aksud dan karenanya m em peroleh pengetahuan baru. Hal
itu juga tadinya dipraktikkan di kalangan ahli antropologi, dan juga
oleh saya di m asa lalu.
Tapi kini ahli antropologi m enyadari bahwa inform an-inform an
m ereka m ungkin rentan dan m enghadapi bahaya bila perilaku dan pan-
dangan m ereka diketahui luas. Kesalahpaham an budaya dapat tim bul
dengan m udah, m isalnya ketika seorang penduduk desa Papua tahu-
tahu dihubungi oleh seorang asing yang tidak punya hubungan apa-
apa dengan si orang Papua, dan yang m otif serta penjelasannya tidak
jelas, dan yang m ungkin m enyesatkan atau m em anfaatkan si orang
Papua. Oleh karena itu kini adalah praktik di bidang antropologi dan
sosiologi untuk mengubah (memiksikan) atau menutupi nama-na-
ma lokasi dan informan yang dipelajari. Dalam penelitian etnograi
mana pun kini kita diharapkan untuk menghindari pengungkapan
perincian yang memungkinkan orang lain melacak sumber spesiik
data sosial. Seperti yang seorang ahli antropologi kawan saya jelaskan
kepada saya, “Gagasan di balik praktik ini adalah m elindungi inform an
dari orang-orang lain yang m ungkin ingin m enem ukan m ereka atau
m em bahayakan m ereka untuk berbagai alasan.” Kode etik Am erican
Anthropological Association kini m enyatakan, “Para peneliti antro-
pologi m em iliki kewajiban etik paling utam a kepada m asyarakat... yang
bekerja bersam a m ereka. Kewajiban-kewajiban ini dapat m engalah-
kan tujuan mencari pengetahuan baru.” Untuk alasan-alasan ini, di
http://facebook.com/indonesiapustaka 588 ● DI BANDARA LAIN
sepanjang buku ini saya telah m engikuti praktik antropologi m asa kini,
dan saya secara konsisten m em buang atau m engubah nam a-nam a dan
rincian pengidentiikasi sewaktu saya menuturkan kembali kisah atau
peristiwa dalam kehidupan tem an-tem an Papua saya.
Pe n e litian -pe n e litian yan g ke rap diacu . Untuk alasan-alasan
yang saya jelaskan dalam Pem bukaan, saya telah berulang-ulang
m engacu ke penelitian-penelitian atas sam pel berupa 39 m asyarakat
tradisional di seluruh dunia, sehingga para pembaca dapat memaknai
bagaim ana berbagai aspek m asyarakat tertentu m em bentuk satu
kesatuan. Saya m engelom pokkan di sini sejum lah acuan bagi tuturan
m engenai m asyarakat-m asyarakat ini, bukan m enyediakan acuan
satu per satu bagi setiap bab di m ana saya pertam a kali m enyebutkan
m asyarakat bersangkutan. Ke-39 m asyarakat itu m encakup 10 dari
Papua dan pulau-pulau tetangganya, 7 dari Australia, m asing-m asing 5
dari Erasia, Afrika, dan Am erika Selatan, serta 7 dari Am erika Utara.
Pa p u a . Dani: buku-buku karya J ohan Broekhuijse, Karl Heider,
Robert Gardner, dan Peter Matthiessen, dengan perincian diberikan
di bawah Bacaan Lebih Lanjut untuk Bab 3. Daribi: Roy Wagner, The
Curse of Souw: Principles of Daribi Clan Deinition and Alliance in
New Guinea (Chicago: University of Chicago Press, 1967) dan Habu:
The Innovation of Meaning in Daribi Religion (Chicago: University of
Chicago Press, 1972). Enga: Polly Wiessner dan Akii Tum u, Historical
Vines: Enga Networks of Exchange, Ritual, and Warfare in Papua
New Guinea (Washington, DC: Sm ithsonian Institution Press, 1998);
ditambah acuan dalam J ohnson dan Earle (20 0 0 : lihat atas), terutama
buku-buku dan makalah oleh Mervyn Meggitt. Fayu: Sabine Kuegler,
Dschungelkind (München: Droemer, 2005). Kutipan-kutipan dari buku
itu diam bil dari edisi J erm an tersebut; terjem ahan bahasa Inggrisnya
yang diperpendek sedikit diterbitkan sebagai Sabine Kuegler, Child
of the Jungle (New York: Warner Books, 2005). Dua buku lain oleh
Kuegler yang m em bahas orang-orang Fayu adalah Sabine Kuegler,
Ruf des Dschungels (München: Droemer, 2006) dan Sabine Kuegler,
Jagerin und Gejagte (München: Droemer, 2009). Fore: Ronald
Berndt, Excess and Restraint: Social Control Among a New Guinea
Mountain People (Chicago: University of Chicago Press, 1962).
Hinihon: Angella Meinerzag, Being Mande: Personhood, Land, and
Naming System Among the Hinihon in the Adelbert Range/Papua
New Guinea (disertasi Ph.D, University of Heidelberg, 20 0 7). Kaulong: