TANGGAPAN TERHADAP ANAK YANG MENANGIS ● 239
http://facebook.com/indonesiapustaka dengan orang dewasa yang suportif selain orangtua m ereka, bahkan
m eskipun orang dewasa itu hanyalah seorang guru piano yang m ereka
temui seminggu sekali untuk les piano.
Tan ggapan te rh adap an ak yan g m e n an gis
Perdebatan panjang telah berlangsung antara para dokter anak dan ahli
psikologi anak m engenai bagaim ana sebaiknya m enanggapi tangisan
anak. Tentu saja, orangtua pertama-tama memeriksa apakah si anak
kesakitan atau betul-betul membutuhkan pertolongan. Namun bila
tam paknya tidak ada yang salah, apakah lebih baik m enggendong dan
m enenangkan anak yang m enangis, atau haruskah kita turunkan dia
dan biarkan saja menangis sampai berhenti sendiri, berapa pun lama-
nya waktu yang dibutuhkan? Apakah tangisan anak sem akin m enjadi
bila orangtua m enurunkannya dan berjalan keluar dari ruangan, atau-
kah bila orangtua terus m enggendongnya?
Filosoi terkait pertanyaan ini berbeda-beda di antara negara-
negara Barat, dan berbeda dari generasi ke generasi dalam negara yang
sam a. Sewaktu saya hidup di J erm an lebih daripada 50 tahun lalu, pan-
dangan yang m endom inasi adalah bahwa anak-anak harus dibiarkan
m enangis, dan jelek pengaruhnya bila kita m em berikan perhatian
kepada anak yang m enangis "tanpa alasan". Penelitian m enunjukkan
bahwa, ketika seorang bayi J erm an m enangis, tangisannya diabaikan
rata-rata satu di antara tiga kali, atau orangtua baru m enanggapinya
setelah selang waktu antara 10 dan 30 m enit. Bayi J erm an dibiarkan
sendirian di boks untuk waktu lama, sementara si ibu pergi berbelanja
atau bekerja di ruangan lain. Kata-kata ajaib bagi orangtua J erm an
adalah bahwa anak-anak m ereka harus m em peroleh Selbständigkeit
(kira-kira berarti "m engandalkan diri sendiri") dan Ordnungsliebe
(secara hariah berarti "kecintaan akan keteraturan", termasuk pengen-
dalian diri dan menuruti harapan orang lain) secepat mungkin.
Orangtua J erm an m enganggap anak-anak Am erika m anja, karena
orangtua Am erika lekas-lekas m em berikan perhatian bila anaknya
m enangis. Orangtua J erm an takut bahwa terlalu banyak perhatian
akan m enjadikan anak verw öhnt—kata yang penting dan sangat, sangat
buruk dalam kosakata J erm an m engenai anak-anak, yang berarti
"m a n ja ".
Sikap orangtua-orangtua di perkotaan Am erika dan Britania pada
dasawarsa 1920 -an sam pai 1950 -an m irip dengan sikap J erm an kini.
Ibu-ibu Am erika diberitahu oleh dokter anak dan ahli-ahli lain bahwa
http://facebook.com/indonesiapustaka 240 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
jadwal yang teratur dan kebersihan sangatlah penting bagi bayi, bahwa
tanggapan yang cepat akan m em buat anak m anja, dan bahwa penting
bagi bayi untuk belajar berm ain sendiri dan m engendalikan diri sedini
m ungkin. Ahli antropologi Sarah Blaffer Hrdy m enjabarkan sebagai
berikut ilosoi yang mendominasi di Amerika Serikat pertengahan
abad ke-20 mengenai bagaimana harus menanggapi tangisan anak:
“Dahulu ketika ibu saya m uda, perem puan berpendidikan dibuat per-
caya bahwa bila bayi m enangis dan ibu buru-buru m enggendongnya,
ibu akan m enjadikannya m anja, m em buat si bayi m enangis sem akin
menjadi-jadi.” Pada 1980-an, ketika istri saya Marie dan saya sedang
membesarkan putra kembar kami, ilosoi itu masih dipercaya luas da-
lam hal apa yang harus dilakukan sewaktu bayi m enangis bila hendak
ditidurkan. Kam i disarankan untuk m em beri bayi-bayi kam i cium an
selamat malam, berjingkat-jingkat keluar dari kamar mereka, meng-
abaikan rengekan m ereka yang m engibakan hati ketika m ereka m en-
dengar kam i pergi, kem bali 10 m enit kem udian, m enanti m ereka
tenang, berjingkat-jingkat keluar lagi, dan lagi-lagi mengabaikan re-
ngekan yang ditim bulkan. Sangat m enyesakkan rasanya. Banyak orang-
tua m odern lain yang telah, dan m asih, m erasakan siksaan yang sam a.
Sem entara itu, para pengam at anak dalam m asyarakat-m asya-
rakat pem buru-pengum pul um um nya m elaporkan bahwa, bila bayi
mulai menangis, orangtua akan cepat-cepat menanggapinya. Misalnya,
bila seorang bayi Pigm i Efe m ulai m erengek, ibu atau seorang perawat
lain m encoba m enenangkan si bayi dalam waktu 10 detik. Bila seorang
bayi !Kung m enangis, 88% episode tangisan m enerim a tanggapan (be-
rupa sentuhan atau pem berian air susu kepada si bayi) dalam 3 detik,
dan nyaris sem ua episode tangisan m enerim a tanggapan dalam 10
detik. Ibu m enanggapi bayi !Kung dengan m enyusui, nam un banyak
tanggapan diberikan oleh orang bukan ibu (terutama perempuan
dewasa lain), yang bereaksi dengan m enyentuh atau m enggendong si
bayi. Hasilnya adalah bayi-bayi !Kung m enghabiskan paling banyak
sem enit dalam setiap jam nya untuk m enangis, terutam a dalam
episode-episode tangisan yang berlangsung kurang daripada 10 detik.
Oleh karena tanggapan para perawat !Kung terhadap tangisan bayi-
bayi m ereka cepat dan bisa diandalkan, waktu total yang dihabiskan
bayi-bayi !Kung untuk m enangis setiap jam nya hanya separo dari
waktu yang diukur pada bayi-bayi Belanda. Banyak penelitian lain
m enunjukkan bahwa bayi-bayi berusia setahun yang tangisannya
HUKUMAN FISIK ● 241
http://facebook.com/indonesiapustaka diabaikan m enghabiskan lebih banyak waktunya untuk m enangis
dibandingkan bayi-bayi yang tangisannya ditanggapi.
Untuk m enuntaskan perdebatan m engenai apakah anak yang
tangisannya diabaikan ternyata m enjadi orang dewasa yang lebih sehat
daripada anak yang tangisannya ditanggapi dengan cepat, kita harus
m elakukan percobaan terkontrol. Peneliti yang serba-berkuasa itu akan
secara m anasuka m em bagi keluarga-keluarga dalam m asyarakat m en-
jadi dua kelompok, dan para orangtua di satu kelompok diharuskan
m engabaikan tangisan anak m ereka "yang tidak ada alasannya", se-
m entara kelom pok orangtua yang satu lagi harus m enanggapi tangis-
an anak dalam tiga detik. Dua puluh tahun kem udian, ketika bayi-bayi
itu sudah dewasa, kita bisa m engkaji kelom pok anak m ana yang lebih
otonom, merasa aman dalam hubungan mereka, bisa mengandalkan
diri sendiri, m em iliki kendali diri, tidak m anja, dan m em iliki sifat-sifat
baik lainnya yang ditekankan oleh sejum lah pendidik dan dokter anak
modern.
Tentu saja, percobaan yang terancang baik dan pengkajian yang
teliti itu tidak pernah dilaksanakan. Kita justru terpaksa m engandalkan
percobaan alam yang berantakan dan anekdot yang tidak teliti untuk
m em bandingkan m asyarakat-m asyarakat dengan praktik-praktik m em -
besarkan anak yang berbeda-beda. Setidaknya, kita bisa m enyim pul-
kan bahwa tanggapan yang cepat diberikan oleh orangtua pem buru-
pengum pul terhadap tangisan bayi m ereka tidak selalu m enyebabkan
anak menjadi tampak tak memiliki otonomi, kemampuan mengandal-
kan diri sendiri, dan sifat-sifat baik lainnya. Kita akan kem bali bahas
soal jawaban-jawaban im presionistik yang para cendekiawan telah coba
tawarkan bagi pertanyaan m engenai hasil-hasil jangka panjang ini.
Hukuman isik
Yang berkaitan dengan perdebatan m engenai m em anjakan anak
dengan secara cepat m enanggapi tangisan adalah perdebatan yang
kerap terjadi m engenai m em anjakan anak dengan tidak m enjatuhinya
hukum an. Ada variasi yang sangat besar di antara m asyarakat-m asya-
rakat manusia dalam hal sikap terkait menghukum anak-anak:
variasi dalam satu m asyarakat tertentu dari generasi ke generasi, dan
variasi antara m asyarakat-m asyarakat bertetangga yang m irip dalam
generasi yang sam a. Kalau soal variasi di dalam m asyarakat yang sam a
antargenerasi yang berbeda, m em ukul pantat anak jauh lebih um um
dilakukan di Am erika Serikat pada generasi orangtua saya diban-
http://facebook.com/indonesiapustaka 242 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
dingkan m asa kini. Kanselir J erm an, Bism arck, berkom entar bahwa,
bahkan dalam satu keluarga tertentu, generasi yang diberi hukum an
pukul cenderung berselang-seling dengan generasi yang tidak dipukul.
Itu sesuai dengan pengalam an banyak tem an Am erika saya: yang pan-
tatnya dipukul sewaktu anak-anak bersum pah bahwa m ereka tidak
akan melakukan kekejaman barbar semacam itu kepada anak-anak
m ereka sendiri, sem entara yang tidak dipukul sewaktu kanak-kanak
bersumpah bahwa lebih sehat bila kita memukul pantat anak sedikit
daripada mempraktikkan manipulasi rasa bersalah dan cara kendali
perilaku lain yang m enggantikan pukulan, atau m em anjakan anak
sep en u h n ya .
Sem entara m engenai variasi antara m asyarakat sezam an yang
bertetangga, cobalah pikirkan Eropa Barat zam an sekarang. Swedia
m elarang pem ukulan; orangtua Swedia yang m em ukul pantat anak-
nya bisa dituntut sebagai pelaku tindak pidana penganiayaan
anak. Sem entara itu, banyak tem an-tem an saya yang liberal dan
berpendidikan dari J erm an dan Britania serta tem an-tem an Kristen
evangelis dari Am erika yang percaya m em ukul pantat anak lebih baik
daripada tidak m em ukul. Orangtua yang m em benarkan pem ukulan
pantat anak senang m engutip penyair Inggris abad ke-17, Sam uel
Butler (”Tanggalkan rotan dan jadikan anak m anja”) dan penulis dram a
Athena, Menandros (”Dia yang belum pernah dipukul belum pernah
diajari”). Serupa dengan itu, orang-orang Pigm i Aka di Afrika m odern
tidak pernah memukul atau bahkan memarahi anak-anak mereka,
dan mereka menganggap praktik-praktik membesarkan anak oleh
petani-petani Ngandu tetangga mereka, yang memukul anak, sebagai
penganiayaan m engerikan.
Variasi hukuman isik bukan hanya terjadi di Eropa dan Afrika
modern, melainkan juga pada masa-masa dan di bagian-bagian lain
dunia. Di Yunani kuno, anak-anak Athena (terlepas dari kata-kata
Menandros) lari berkeliaran dengan bebas, sementara pada saat
yang sam a di Sparta, siapa saja, tidak hanya orangtua si anak, boleh
memukul anak. Di Papua, meskipun sejumlah suku bahkan tidak
m enghukum bayi yang m ain-m ain dengan pisau tajam , saya m en-
jum pai ekstrem berlawanan di satu desa kecil (Gasten) yang terdiri atas
selusin pondok di sekeliling tanah terbuka, di mana kehidupan desa
berlangsung sepenuhnya di bawah tatapan m ata para penghuni lain.
Satu pagi, saya m endengar jeritan m arah, dan saya m enengok keluar
untuk m elihat apa yang sedang terjadi. Seorang ibu sedang m engam uk
HUKUMAN FISIK ● 243
http://facebook.com/indonesiapustaka kepada putrinya yang berusia sekitar delapan tahun, m eneriakinya dan
m em ukulinya, sem entara putrinya itu terisak-isak dan m engangkat
lengannya di depan wajah untuk m elindungi diri dari pukulan-
pukulan itu. Orang-orang dewasa lain m enonton, dan tidak ada yang
m enengahi. Si ibu sem akin m urka. Akhirnya, si ibu pergi ke tepi tanah
terbuka, m em bungkuk untuk m em ungut sesuatu, kem bali ke anaknya,
dan m enggosok kuat-kuat benda itu ke wajah anaknya, m enyebabkan
putrinya itu m enjerit kesakitan sejadi-jadinya. Ternyata benda itu
adalah segenggam daun jelatang yang gatal. Saya tidak tahu apa yang
telah dilakukan putrinya sehingga m em ancing hukum an itu, nam un
perilaku si ibu jelas dianggap bisa diterim a oleh sem ua yang m enonton.
Bagaim ana kita bisa m enjelaskan m engapa sejum lah m asyarakat
mempraktikkan hukuman isik anak-anak, sementara yang lain tidak?
Banyak variasi itu jelas bersifat budaya dan tidak terkait dengan
perbedaan dalam hal ekonomi menyambung hidup. Misalnya, saya
tidak m elihat adanya perbedaan antara ekonom i Swedia, J erm an, dan
Britania (yang sem uanya m erupakan m asyarakat industri berbasis
pertanian yang m erupakan penutur bahasa-bahasa J erm anik) yang da-
pat m enjelaskan m engapa banyak orang-orang J erm an dan Britania
m odern yang m em ukul pantat anak m ereka tapi orang-orang Swedia
tidak. Orang-orang Papua di Gasten dan yang m erupakan suku angkat
Enu merupakan peladang dan penggembala babi, lagi-lagi tanpa per-
bedaan jelas mengapa hukuman isik dengan jelatang bisa diterima di
Gasten sementara hukuman isik ringan sekalipun jarang ditemukan di
suku yang m engangkat Enu.
Tapi, tam paknya m em ang ada suatu kecenderungan luas: ke-
banyakan kawanan pem buru-pengum pul hanya m em berikan hukum -
an isik ringan kepada anak-anak kecil, banyak masyarakat petani
memberikan sejenis hukuman, dan para penggembala sangat mungkin
m em berikan hukum an. Salah satu penjelasan yang diajukan adalah
perilaku keliru anak pem buru-pengum pul barangkali hanya akan m e-
lukai si anak nam un tidak m elukai siapa pun atau apa pun lainnya,
sebab pem buru-pengum pul cenderung tidak m em iliki banyak harta
benda berharga. Namun banyak petani, dan terutama penggembala,
m em iliki harta benda berharga, terutam a hewan ternak yang berharga,
sehingga penggembala menghukum anak-anak mereka untuk men-
cegah akibat gawat bagi kseluruh keluarga—m isalnya, bila anak lalai
m enutup gerbang kandang, sehingga sapi dan dom ba yang berharga
bisa m elarikan diri. Secara lebih um um , dibandingkan m asyarakat
http://facebook.com/indonesiapustaka 244 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
pem buru-pengum pul egaliter yang berpindah-pindah, m asyarakat
yang m enetap (m isalnya, sebagian besar petani dan penggem bala)
m em iliki perbedaan kuasa yang lebih besar, ketidaksetaraan individual
berdasarkan jenis kelam in dan berdasarkan usia yang lebih besar, lebih
banyak penekanan terhadap pem belajaran rasa tunduk dan horm at—
sehingga lebih banyak hukum an bagi anak-anak.
Ini beberapa contohnya. Di antara pem buru-pengum pul, orang-
orang Piraha, Penduduk Kepulauan Andam an, Pigm i Aka, dan !Kung
memberikan hanya sedikit hukuman isik, atau bahkan tidak sama se-
kali. Daniel Everett m enuturkan cerita berikut yang m erupakan peng-
alam annya hidup bertahun-tahun di antara orang-orang Piraha.
Everett m enjadi ayah pada usia 19 tahun, dan dia berasal dari keluarga
Kristen yang mempraktikkan hukuman isik. Suatu hari, putrinya
Shannon m elakukan sesuatu yang dia anggap pantas dihukum dengan
pukulan di pantat. Dia m enyam bar sebatang tongkat, m enyuruhnya
untuk pergi ke kamar sebelah untuk dipukul di sana, dan Shannon
pun mulai menjerit bahwa dia tidak perlu dipukul. Orang-orang Piraha
datang berlarian m endengar suara-suara m arah itu dan m enanyai
Everett apa yang sedang dia lakukan. Dia tidak punya jawaban bagus
untuk m ereka, nam un dia m asih m engingat aturan-aturan Alkitab soal
memukul anak, jadi dia katakan kepada Shannon bahwa dia tidak akan
m em ukul putrinya di situ di depan orang-orang Piraha. Tapi, Shannon
harus pergi ke ujung lapangan terbang dan cari tongkat lain untuk
digunakan m em ukulnya, dan Everett akan m enjum painya di sana
lima menit lagi. Sewaktu Shannon mulai beranjak, orang-orang Piraha
m enanyainya tentang dia m au pergi ke m ana. Sadar sepenuhnya apa
yang akan dipikirkan oleh orang-orang Piraha m engenai jawabannya,
dengan riang dia m enjawab, “Ayahku akan m em ukulku di lapangan
terbang!” Berbondong-bondonglah anak-anak dan orang-orang dewasa
Piraha m engikuti Daniel Everett sewaktu dia akan m elaksanakan
perilakunya yang luar biasa barbar berupa m em ukul anak itu. Dia
m enyerah kalah, m em biarkan putrinya yang sum ringah m erayakan
kem enangannya itu. Orangtua Piraha justru berbicara dengan horm at
kepada anak-anak, jarang mendisiplinkan mereka, dan tidak meng-
gunakan kekerasan.
Sikap serupa mendominasi pada sebagian besar kelompok pem-
buru-pengum pul yang dipelajari. Bila seorang Pigm i Aka m em ukul
anaknya yang m asih kecil, suam i atau istrinya m enganggap itu alasan
untuk bercerai. Orang-orang !Kung m enjelaskan kebijakan m ereka
HUKUMAN FISIK ● 245
http://facebook.com/indonesiapustaka untuk tidak menghukum anak-anak dengan mengatakan bahwa anak-
anak belum punya akal dan tidak bertanggungjawab atas tindakan-
tindakan m ereka. Anak-anak !Kung dan Aka justru dibolehkan m em u-
kul dan menghina orangtua mereka. Orang-orang Siriono menjatuhkan
hukum an ringan kepada anak yang m em akan kotoran atau hewan yang
tabu, dengan cara mengangkat anak dengan kasar, namun mereka tidak
pernah memukul anak, sedangkan anak dibiarkan mengekspresikan
tem per tantrum , saat m ereka bebas m em ukul ayah atau ibu sekeras
m u n gkin .
Di antara kelom pok-kelom pok petani ada variasi, dengan yang pa-
ling sering m enghukum adalah para penggem bala yang berisiko ke-
hilangan ternak berharga bila anak yang m enjaga ternak berperilaku
serampangan. Pada beberapa komunitas petani, disiplin anak sa-
ngatlah longgar, dan mereka memiliki sedikit sekali tanggung jawab
dan juga sedikit kesempatan untuk merusak harta benda berharga,
sebelum mereka mencapai pubertas. Misalnya, di antara penduduk
Kepulauan Trobriand dekat Nugini, yang merupakan petani tanpa
ternak kecuali babi, anak-anak tidak dihukum ataupun diwajibkan
patuh. Ahli etnograi Bronislaw Malinowski menulis soal Penduduk
Kepulauan Trobriand, “Sering kali... saya m endengar seorang anak
disuruh begini atau begitu, dan um um nya hal itu, apa pun itu, akan
diajukan sebagai permintaan tolong, walaupun terkadang permintaan
itu mungkin dibarengi ancaman kekerasan. Orangtua akan membujuk,
m em arahi, atau m em inta kepada anak seolah kepada orang yang setara
dengannya. Perintah sederhana, yang m enyiratkan harapan bahwa
anak akan secara alamiah patuh, tak pernah terdengar dari orangtua
ke anak di Trobriand... Sewaktu terjadi suatu kenakalan mengejutkan
oleh seorang anak, saya m enyarankan bahwa akan baik akibatnya
untuk masa depan bila anak itu dipukul atau dihukum dengan tega,
gagasan itu tampak tidak alami dan tidak bermoral bagi teman-teman
[Trobriand] saya.”
Seorang tem an yang pernah hidup bertahun-tahun di antara
kaum penggem bala di Afrika Tim ur m em beritahu saya bahwa anak-
anak penggembala di sana berperilaku seperti bengal-bengal cilik
sampai usia sunat laki-laki, saat mereka diharapkan menjadi ber-
tanggungjawab. Kem udian, setelah upacara inisiasi, anak laki-laki
m ulai m enggem balakan sapi yang berharga, anak perem puan m ulai
m engurusi adik-adiknya, dan keduanya m ulai didisplinkan. Di antara
orang-orang Tallensi di Ghana, Afrika Barat, tidak ada yang ragu-ragu
http://facebook.com/indonesiapustaka 246 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
m enghukum anak yang tam paknya pantas m em perolehnya, m isalnya
berlama-lama sewaktu menggembala ternak. Seorang laki-laki
Tallensi m enunjukkan kepada seorang ahli antropologi Britania yang
bertandang bekas luka yang diperolehnya akibat dicam buki keras-keras
sewaktu m asih bocah. Seorang tetua Tallensi m enjelaskan, “Bila kam u
tidak sakiti anakm u, dia tidak akan pernah belajar tanggung jawab”—
m irip dengan diktum Butler “Tanggalkan rotan dan jadikan anak
m anja”.
Otonom i anak
Seberapa besar kebebasan atau dorongan yang didapat anak untuk
m engeksplorasi lingkungannya? Apakah anak diizinkan m elakukan
hal-hal berbahaya, dengan harapan bahwa m ereka harus belajar dari
kesalahan? Atau apakah orangtua bersifat protektif akan keselam atan
anak, dan apakah orangtua membatasi eksplorasi dan menarik anak
m enjauh bila m ereka m ulai m elakukan sesuatu yang bisa m em -
b a h a ya ka n ?
J awaban untuk pertanyaan ini berbeda-beda di antara m asyarakat.
Tapi, generalisasi tentatifnya adalah otonom i individual, bahkan
pada anak-anak, m erupakan ideal yang lebih dihargai pada kawanan
pem buru-pengum pul daripada m asyarakat negara, karena negara
m enganggap m em iliki kepentingan atas anak-anak warga negaranya,
tidak ingin anak-anak terluka karena berperilaku sesuka hati, dan
m elarang m em biarkan anak m elukai diri sendiri. Saya m enulis baris-
baris ini tepat setelah saya m enyewa m obil di bandara. Rekam an
suara yang disiarkan kepada penum pang di bis ulang-alik dari tem pat
pengam bilan bagasi di bandara m enuju tem pat penyewaan m obil
m em peringatkan kam i, “Hukum federal m ensyaratkan anak-anak ber-
usia di bawah lima tahun atau berberat kurang daripada 40 kilogram
untuk didudukkan pada kursi m obil yang sesuai standar federal.” Para
pemburu-pengumpul akan menganggap peringatan itu sebagai semata
urusan si anak, juga barangkali orangtuanya dan anggota kawanannya,
nam un yang jelas sam a sekali bukan urusan birokrat yang tidak m ereka
kenal. Dengan risiko generalisasi berlebihan, kita bisa katakan bahwa
pem buru-pengum pul sangatlah egaliter, dan m ereka tidak m enyuruh
siapa pun, tidak juga seorang anak, untuk melakukan apa pun. Ge-
neralisasi atau generalisasi berlebihan lebih lanjut, m asyarakat-
m asyarakat berskala kecil tam paknya tidak sedem ikian yakin seperti
kami, orang-orang WEIRD modern, dengan gagasan bahwa orangtua
OTONOMI ANAK ● 247
http://facebook.com/indonesiapustaka bertanggungjawab atas perkembangan anak, dan bahwa mereka bisa
m em pengaruhi anak akan m enjadi seperti apa nantinya.
Tem a otonom i itu telah ditegaskan oleh para pengam at banyak
masyarakat pemburu-pengumpul. Misalnya, anak-anak Pigmi Aka
m em iliki akses ke sum ber daya yang sam a dengan orang dewasa, se-
m entara di AS ada banyak sum ber daya khusus dewasa yang tidak
boleh disentuh anak-anak, m isalnya senjata, alkohol, dan barang-
barang yang mudah pecah. Di antara orang-orang Martu di gurun
Australia Barat, kesalahan paling parah adalah m em aksa anak m e-
lakukan sesuatu, bahkan meskipun si anak baru berusia tiga tahun.
Orang-orang Piraha menganggap anak-anak sebagai manusia biasa
saja, tidak butuh kelewat disayang-sayang atau diberi perlindungan
khusus. Dalam kata-kata Daniel Everett, “Mereka [anak-anak Piraha]
diperlakukan dengan adil dan orang dewasa memahami kekurangan
mereka karena ukuran mereka yang kecil dan isik mereka yang relatif
m asih lem ah, nam un pada dasarnya m ereka tidak dianggap berbeda
secara kualitatif dari orang-orang dewasa... Darwinisme mengalir di
dalam ilosoi orang-orang Piraha mengenai perawatan anak. Gaya
perawatan anak ini m enghasilkan orang-orang dewasa yang sangat
tangguh dan tabah yang tidak percaya bahwa hidup m ereka bergantung
kepada orang-orang lain. Warga bangsa Piraha tahu bahwa kehidupan
setiap harinya bergantung kepada ketram pilan dan ketangguhan
individual... Pandangan Piraha bahwa anak-anak m erupakan warga
m asyarakat yang setara berarti tidak ada larangan yang berlaku bagi
anak-anak nam un tidak berlaku bagi orang dewasa dan sebaliknya...
Mereka harus memutuskan untuk diri mereka sendiri apakah mereka
harus m elakukan atau tidak m elakukan apa yang m asyarakat harapkan
dari m ereka. Pada akhirnya m ereka belajar bahwa dem i kepentingan
m ereka sendiri ada baiknya m endengarkan orangtua m ereka sedikit.”
Sejum lah m asyarakat pem buru-pengum pul dan m asyarakat petani
berskala kecil tidak turut cam pur ketika anak-anak atau bahkan bayi
m ereka m elakukan hal-hal berbahaya yang m em ang m ungkin m em -
bahayakan m ereka, yang bisa m enyebabkan orangtua di Barat di-
tuntut sebagai pelaku pidana. Saya sebelum nya m enyebutkan tentang
keterkejutan saya, di Dataran Tinggi Papua, ketika m engetahui bahwa
bekas-bekas luka bakar yang dim iliki oleh sedem ikian banyak orang
dewasa pada suku yang m engangkat Enu kerap kali diperoleh kala
kanak-kanak, ketika bayi berm ain-m ain di sebelah api, dan orangtua-
nya m enganggap otonom i anak berlaku juga bagi bayi, yang berhak
http://facebook.com/indonesiapustaka 248 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
m enyentuh atau m endekati api dan m enderita akibatnya. Bayi-bayi
Hadza dibolehkan m em egang dan m engisap-isap pisau tajam (Gam bar
19). Inilah insiden yang diam ati Daniel Everett di antara orang-orang
Indian Piraha: “Kam i m engam ati bahwa seorang balita [Piraha] berusia
sekitar dua tahun sedang duduk-duduk di dalam pondok, di belakang
laki-laki yang sedang kam i wawancarai. Anak itu sedang berm ain-m ain
dengan sebatang pisau dapur tajam, sepanjang sekitar 20 sentimeter.
Dia m engayun-ayunkan bilah pisau itu di sekeliling tubuhnya, sering
kali dekat dengan m atanya, dadanya, lengannya, dan bagian-bagian
tubuh lain yang tidak kita kehendaki untuk terpotong atau berlubang.
Tapi, yang benar-benar m enyita perhatian kam i adalah ketika dia m en-
jatuhkan pisau itu, ibunya—yang sedang berbincang dengan orang
lain—dengan tidak acuh m eraih ke belakang tanpa berhenti bercakap-
cakap, m engangkat pisau itu, dan m enyerahkannya kem bali ke si balita.
Tidak ada yang m elarangnya agar jangan sam pai m em otong atau m e-
lukai dirinya sendiri. Dia tidak kenapa-kenapa, nam un saya pernah m e-
lihat anak-anak Piraha lain terluka parah gara-gara bermain-main de-
ngan pisau.”
Terlepas dari itu, tidak sem ua m asyarakat berskala kecil m em biar-
kan anak mengeksplorasi secara bebas dan melakukan hal-hal ber-
bahaya. Variasi dalam kebebasan yang dinikm ati anak bagi saya
tam paknya bisa dipaham i sebagian berdasarkan beberapa pertim -
bangan. Dua di antaranya adalah pertim bangan-pertim bangan yang
sudah saya bahas sebagai penyebab lebih banyaknya hukuman isik
pada m asyarakat penggem bala dan petani daripada pada m asyarakat
pem buru-pengum pul. Sem entara m asyarakat pem buru-pengum pul
cenderung egaliter, banyak m asyarakat petani dan penggem bala
mengakui perbedaan hak laki-laki dan perempuan, atau hak orang
yang lebih muda dan yang lebih tua. Masyarakat pemburu-pengumpul
juga cenderung m em iliki lebih sedikit harta benda berharga yang bisa
dirusak anak daripada petani dan penggem bala. Kedua pertim bangan
itu m ungkin ikut m enyebabkan anak-anak pem buru-pengum pul
menikmati kebebasan lebih besar untuk mengeksplorasi.
Sebagai tam bahan, seberapa besar kebebasan yang dinikm ati anak-
anak tam paknya bergantung sebagian kepada seberapa berbahayanya,
atau seberapa dianggap berbahayanya, lingkungannya. Sejum lah
lingkungan relatif am an bagi anak-anak, nam un yang lainnya ber-
bahaya karena ada bahaya lingkungan ataupun bahaya akibat m anu-
sia. Coba pikirkan spektrum lingkungan berikut ini, dari yang
OTONOMI ANAK ● 249
http://facebook.com/indonesiapustaka paling berbahaya ke yang paling tidak berbahaya, dijejerkan dengan
kisaran praktik-praktik m em besarkan anak dari orang dewasa yang
sangat m em batasi kebebasan anak kecil sam pai orang dewasa yang
membiarkan anak kecil berkeliaran sendirian.
Salah satu ingkungan yang paling berbahaya adalah hutan hujan
tropis Dunia Baru, yang disarati serangga yang m enggigit, m enyengat,
beracun (semut marabunta, lebah, kalajengking, laba-laba, dan tawon),
m am alia berbahaya (jaguar, peccary, dan pum a), ular besar beracun
(fer-de-lance dan bushm aster), serta tum buhan beracun. Bayi atau
anak kecil yang dibiarkan sendirian tak akan bertahan lam a di hutan
hujan Amazon. Oleh karena itu, tulis Kim Hill dan A. Magdalena
Hurtado, “Bayi-bayi [Ache] berusia kurang daripada setahun m eng-
habiskan sekitar 93% masa siang hari bersentuhan langsung dengan
ibu atau ayahnya, dan m ereka tidak pernah diturunkan ke tanah
ataupun dibiarkan sendirian selama lebih daripada beberapa detik...
Baru setelah berusia sekitar tiga tahun anak-anak Ache m ulai m eng-
habiskan cukup banyak waktu dalam jarak lebih daripada sem ter dari
ibu m ereka. Tetap saja, anak-anak Ache berusia antara tiga dan em pat
tahun m enghabiskan 76% m asa siang hari berjarak kurang daripada
sem eter dari ibu m ereka dan nyaris selalu diawasi.” Sebagai akibat-
nya, kom entar Hill dan Hurtado, anak-anak Ache baru m ulai berjalan
sendiri saat telah berusia 21 sampai 23 bulan, 9 bulan lebih lambat
daripada anak-anak Am erika. Anak-anak Ache berusia antara tiga dan
lima tahun seringkali digendong di punggung oleh seorang dewasa di
dalam hutan, tak dibiarkan berjalan sendiri. Baru ketika anak Ache
berusia lim a tahun dia m ulai m engeksplorasi hutan dengan kakinya
sendiri, nam un bahkan saat itu anak-anak Ache berada dalam jarak 50
m eter dari seorang dewasa nyaris sepanjang waktu.
Lingkungan lain yang berbahaya, nam un tidak seberbahaya hutan
hujan Am erika, adalah Gurun Kalahari, Artika, dan rawa-rawa Delta
Okavango. Anak-anak !Kung berm ain dalam kelom pok-kelom pok yang
diawasi secara longgar nam un efektif oleh orang-orang dewasa; anak-
anak biasanya berada dalam jarak pandang atau jarak dengar orang-
orang dewasa di perkam pungan. Di Artika, kita tidak bisa m em biarkan
anak-anak berlari ke sana kem ari dengan bebas, karena ada bahaya
kecelakaan yang dapat m enyebabkan m ereka kedinginan atau m em -
beku. Anak-anak perem puan di Delta Okavango Afrika Selatan dibo-
lehkan menangkap ikan dengan keranjang, namun mereka harus
tetap di dekat-dekat pesisir karena bahaya buaya, kuda nil, gajah, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka 250 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
kerbau. Tapi, contoh-contoh ini harus diperingan dengan m enyebutkan
bahwa anak-anak Pigm i Aka berusia 4 tahun, m eskipun tidak m asuk-
m asuk sendirian ke dalam hutan hujan Afrika Tengah, boleh pergi
bersam a anak-anak yang berusia 10 tahun m eskipun ada bahaya m acan
dan gajah.
Lingkungan yang tidak begitu berbahaya, di m ana anak-anak
bisa diberi lebih banyak kebebasan, adalah lingkungan orang-orang
Hadza di Afrika Tim ur. Di situ ada m acan dan predator-predator
berbahaya lainnya, seperti juga lingkungan orang-orang !Kung,
nam un bedanya dari lingkungan !Kung adalah lingkungan Hadza
berbukit-bukit, sehingga di sana kita bisa m elihat ke jarak yang lebih
jauh, dan orangtua dapat m engawasi anak-anak yang sedang berm ain
di tem pat lebih jauh dari perkam pungan Hadza dibandingkan dari
perkam pungan !Kung. Hutan hujan Papua juga cukup am an: tidak
ada m am alia berbahaya, banyak ular yang berbisa nam un jarang
dijum pai, dan bahaya utam a berasal dari orang lain. Oleh karena itu
sayang seing kali menjumpai anak-anak Nugini bermain, berjalan, atau
bersampan tanpa didampingi orang dewasa, dan teman-teman Papua
saya m engatakan bahwa m ereka m enghabiskan banyak waktu di hutan
sendirian sewaktu anak-anak.
Sejum lah lingkungan yang tergolong paling am an adalah gurun
Australia dan hutan Madagaskar. Pada masa kini, di gurun Australia
tidak ada m am alia yang berbahaya bagi m anusia. Seperti Papua,
Australia terkenal m em iliki m acam -m acam ular berbisa, nam un kita
jarang menjumpai ular-ular itu kecuali kita sengaja mencari. Oleh
karena itu anak-anak Martu di gurun Australia biasa pergi mencari
makanan tanpa diawasi oleh orangtua. Serupa dengan itu, di hutan
Madagaskar tidak ada predator besar dan hanya sedikit tumbuhan
dan hewan berbisa, sehingga anak-anak bisa dengan aman pergi ber-
kelompok tanpa orang dewasa guna menggali ubi.
Kelom pok berm ain m ulti-usia
Di garis depan Am erika Serikat sebelah barat, di m ana dulu populasi
jarang, sekolah dengan hanya satu kelas m erupakan fenom ena um um .
Dengan sedem ikian sedikitnya anak-anak yang hidup dalam jarak
yang bisa m enjangkau sekolah setiap hari, sekolah-sekolah hanya
bisa memiliki satu ruang kelas dan seorang guru, dan semua anak
dari berbagai usia harus didik bersama-sama dalam satu ruangan itu.
Namun sekolah berkelas tunggal seperti itu kini hanyalah kemangan
KELOMPOK BERMAIN MULTI-USIA ● 251
http://facebook.com/indonesiapustaka rom antis m asa lalu di Am erika Serikat, kecuali di daerah-daerah
perdesaan yang berpenduduk jarang. Di sem ua kota, dan di daerah-
daerah perdesaan yang berpenduduk cukup padat, anak-anak belajar
dan bermain dalam kelompok-kelompok usia. Ruang-ruang kelas di
sekolah diperingkat sesuai usia, sedemikian rupa sehingga sebagian
besar teman sekelas berusia kira-kira sama. Walaupun kelompok-
kelompok bermain di lingkungan tempat tinggal tidaklah sedemikian
terbagi-bagi sesuai usia seperti itu, di daerah-daerah yang berpenduduk
padat pada m asyarakat-m asyarakat yang besar, ada cukup anak dalam
jarak yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari satu sam a lain
sehingga anak-anak berusia 12 tahun biasanya tidak berm ain bersam a
anak-anak berusia 3 tahun. Norma kelompok usia itu berlaku tak
hanya untuk m asyarakat-m asyarakat m odern dengan pem erintah
negara dan sekolah, m elainkan juga untuk m asyarakat-m asyarakat pra-
negara, karena fakta demograi dasar yang sama: banyak anak-anak
yang berusia dekat dan hidup berdekatan. Misalnya, banyak kedatuan
Am erika sekarang atau pernah m em iliki kelom pok usia, di m ana anak-
anak yang berusia sam a diinisiasi dan disunat pada saat bersam aan,
dan pada bangsa Zulu, anak laki-laki berusia sam a m em bentuk
kelompok militer seusia.
Namun kenyataan demograi memberikan hasil berbeda pada
m asyarakat-m asyarakat berskala kecil, yang m enyerupai sekolah ber-
kelas tunggal. Satu kawanan pemburu-pengumpul tipikal berjumlah
sekitar 30 orang m ungkin secara rata-rata hanya m em iliki sekitar
selusin anak pra-remaja, laki-laki maupun perempuan dengan usia
berm acam -m acam . Oleh karena itu m ustahil m enyusun kelom pok-ke-
lom pok berm ain seusia yang terpisah-pisah dan m asing-m asing terdiri
atas banyak anak, seperti yang ditem ukan di m asyarakat besar. Sem ua
anak dalam kawanan membentuk satu kelompok bermain multi-usia
campuran laki-laki dan perempuan. Hasil pengamatan itu didapati
di sem ua m asyarakat pem buru-pengum pul berskala kecil yang telah
dipelajari.
Dalam kelompok-kelompok bermain multi-usia semacam itu, anak-
anak yang lebih besar m aupun m asih kecil sam a-sam a m em peroleh
m anfaat dari berm ain bersam a-sam a. Anak-anak yang lebih kecil
m em peroleh m anfaat dari bersosialisasi tidak hanya dengan orang de-
wasa m elainkan juga dengan anak-anak yang lebih besar, sem entara
anak-anak yang lebih besar m em peroleh pengalam an m erawat anak-
anak yang lebih kecil. Pengalam an yang diperoleh anak-anak yang
http://facebook.com/indonesiapustaka 252 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
lebih besar itu turut menjelaskan mengapa para pemburu-pengumpul
yang m asih rem aja sudah bisa m enjadi orangtua yang percaya diri.
Walaupun di m asyarakat-m asyarakat Barat terdapat cukup banyak
orangtua berusia rem aja, terutam a rem aja yang belum m enikah,
rem aja-rem aja di Barat m erupakan orangtua yang tidak optim al karena
tidak berpengalam an. Tapi, dalam m asyarakat berskala kecil, rem aja-
rem aja yang m enjadi orangtua sudah pernah m engurus anak-anak
selama bertahun-tahun (Gambar 38).
Misalnya, sewaktu saya menghabiskan waktu beberapa lama di satu
desa Papua terpencil, seorang anak perem puan berusia 12 tahun ber-
nama Morcy diperintahkan memasak untuk saya. Sewaktu saya kem-
bali ke desa itu dua tahun kemudian, saya mendapati bahwa Morcy
telah dinikahkan dan dalam usia 14 tahun telah m enggendong anak
pertam anya. Pada awalnya saya berpikir: pasti usianya bukan m asih
semuda itu, dan dia sebenarnya berusia 16 atau 17? Namun ayah Morcy
adalah orang yang m em egang buku catatan kelahiran dan kem atian di
desa itu, dan dia sendirilah yang mencatat tanggal kelahiran Morcy.
Saya kem udian berpikir: kok bisa-bisanya anak perem puan berusia
14 tahun sudah m enjadi ibu yang piawai? Di Am erika Serikat, hukum
bahkan melarang laki-laki menikahi anak perempuan semuda itu.
Namun Morcy tampaknya mengurusi anaknya dengan penuh percaya
diri, tidak berbeda dari ibu-ibu yang berusia lebih tua di desanya. Saya
akhirnya merenungkan bahwa Morcy sudah memiliki pengalaman
bertahun-tahun m engurusi anak-anak kecil. Pada usia 14 tahun, dia
sudah lebih pantas m enjadi orangtua daripada saya ketika m enjadi
ayah pada usia 49.
Satu lagi fenom ena yang dipengaruhi oleh kelom pok berm ain
m ulti-usia adalah hubungan seks pranikah, yang dilaporkan ditem ukan
pada sem ua m asyarakat pem buru-pengum pul kecil yang telah dipe-
lajari. Kebanyakan m asyarakat besar m enganggap sejum lah akti-
vitas sebagai cocok untuk anak laki-laki, sem entara aktivitas lain
cocok untuk anak perempuan. Mereka mendorong anak laki-laki
dan perempuan untuk bermain secara terpisah, dan ada anak laki-
laki dan perempuan dalam jumlah cukup untuk membentuk kelom-
pok-kelompok bermain khusus setiap jenis kelamin. Namun itu
m ustahil dalam kawanan yang hanya m em iliki selusin anak dari
berbagai usia. Oleh karena anak-anak pemburu-pengumpul tidur
bersam a orangtua m ereka, entah itu di ranjang atau pondok yang
sam a, tidak ada privasi. Anak-anak m elihat orangtua m ereka berhu-
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 253
http://facebook.com/indonesiapustaka bungan seks. Di Kepulauan Trobriand, Malinowski diberitahu bahwa
orangtua tidak melakukan tindakan khusus untuk mencegah anak-
anak m ereka m elihat m ereka berhubungan seks: m ereka hanya
m em bentak si anak dan m enyuruhnya m enutupi kepalanya dengan
tikar. Begitu anak-anak sudah cukup besar untuk bergabung dengan
kelompok bermain bersama anak-anak lain, mereka membuat-buat
perm ainan yang m eniru-niru berbagai aktivitas orang dewasa yang
m ereka saksikan, sehingga tentu saja m ereka punya perm ainan seks,
meniru-niru hubungan seks. Orang dewasa mungkin sama sekali
tidak mengganggu permainan seks oleh anak-anak, atau orangtua
!Kung akan m elarangnya bila perm ainan itu m enjadi betulan, nam un
mereka menganggap coba-coba seksual oleh anak-anak sebagai hal
yang wajar dan norm al. Para orangtua !Kung dulu juga m elakukannya
sewaktu anak-anak, dan anak-anak sering kali bermain-main di luar
pengawasan orangtua, di tempat orangtua tidak melihat permainan
seks m ereka. Banyak m asyarakat, m isalnya orang-orang Siriono,
Piraha, dan Penduduk Dataran Tinggi Papua, menoleransi permainan
seks terbuka antara anak-anak dan dewasa.
Perm ainan dan pendidikan anak
Setelah m alam pertam a saya di satu desa Dataran Tinggi Papua, saya
terbangun pada pagi hari karena mendengar teriakan-teriakan anak-
anak laki-laki di desa itu yang berm ain-m ain di luar pondok saya.
Bukannya berm ain engklek atau m enarik-narik m obil m ainan, m ereka
bermain perang-perangan antarsuku. Setiap anak laki-laki memiliki
busur kecil, lengkap dengan tabung anak panah berujung rumput
liar, yang terasa sakit kalau m engenai orang yang ditem bak nam un
tidak m enim bulkan cedera. Anak-anak itu m em bagi diri m enjadi dua
kelom pok yang saling m enem bakkan panah, satu anak di m asing-
m asing kelom pok m aju m endekati anak yanag m erupakan "lawan"-nya
sebelum m enem bakkan anak panah ke arahnya, nam un m erunduk dan
melesat dari sisi ke sisi agar dia sendiri tidak tertembak, dan dengan
cepat lari kem bali ke kelom poknya untuk m em asang anak panah baru.
Permainan mereka itu merupakan peniruan realistik perang Dataran
Tinggi sungguhan, hanya anak panah m ereka tidak m em atikan,
pesertanya adalah anak-anak kecil bukan laki-laki dewasa, dan m ereka
berasal dari desa yang sam a serta tertawa-tawa.
"Perm ainan" itu. yang m em perkenalkan saya kepada kehidupan di
Dataran Tinggi Papua. adalah khas sesuatu yang disebut perm ainan
http://facebook.com/indonesiapustaka 254 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
m endidik anak-anak di seluruh dunia. Banyak perm ainan anak yang
m erupakan tiruan aktivitas orang dewasa yang anak lihat, atau dengar
dari cerita orang dewasa. Anak-anak berm ain untuk bersenang-senang,
nam un perm ainan m ereka berfungsi m elatih m ereka m elakukan hal-
hal yang nantinya harus mereka lakukan saat dewasa. Misalnya, di
antara orang-orang Dani di Dataran Tinggi Papua, ahli antropologi
Karl Heider m engam ati bahwa perm ainan anak-anak m eniru segala
sesuatu yang berlangsung di dunia orang dewasa Dani, kecuali ritual-
ritual khusus dewasa. Perm ainan-perm ainan Dani yang m eniru ke-
hidupan dewasa antara lain pertempuran pura-pura dengan tombak
dari rumput; menggunakan tombak atau tongkat untuk "membunuh"
"pasukan" buah beri; betul-betul berguling-guling maju-mundur
untuk m eniru prajurit yang m aju m enyerang dan m undur; berlatih
m enem bak lum ut yang m enggantung dan sarang sem ut; berburu
burung untuk senang-senang; membangun pondok tiruan dan kebun
tiruan dengan parit; m enarik-narik sebatang bunga yang terikat
seutas tali, seolah-olah bunga itu seekor babi, dan m enyebut bunga itu
dengan kata-kata Dani yang berarti "babi"; dan berkum pul kala m alam
di sekeliling api unggun, m engam ati sebatang tongkat yang terbakar
jatuh, dan berpura-pura bahwa orang yang ditunjuk oleh tongkat itu
akan m enjadi iparnya suatu hari nanti.
Sementara kehidupan dewasa dan permainan anak-anak di Dataran
Tinggi Papua berkisar di sekitar perang dan babi, kehidupan dewasa di
antara orang-orang Nuer di Sudan berkisar di sekitar sapi. Oleh karena
itu, permainan anak-anak Nuer juga berpusat di sekitar sapi: anak-
anak membangun kraal (kandang sapi) mainan dari pasir, dengan sapi
m ainan dari lum pur, yang kem udian m ereka pura-pura gem balakan.
Di antara orang-orang Mailu yang hidup di pesisir Papua dan meng-
gunakan sam pan berlayar serta m enangkap ikan, perm ainan anak-anak
mencakup sampan mainan, menggunakan jala mainan, dan meng-
gunakan tom bak ikan m ainan. Anak-anak Indian Yanom am o di Brazil
dan Venezuela berm ain-m ain m engeksplorasi tum buhan dan hewan di
hutan hujan Am azon tem pat m ereka tinggal. Sebagai akibatnya, m ereka
pun m enjadi ahli alam yang cakap sejak dini.
Di antara orang-orang Indian Siriono di Bolivia, bayi laki-laki ber-
usia tiga bulan sudah m enerim a busur kecil dan anak panah dari ayah-
nya, walaupun dia belum akan m am pu m enggunakannya selam a be-
berapa tahun. Pada saat bocah itu berusia tiga tahun, dia mulai me-
m anah sasaran-sasaran yang tidak hidup, kem udian serangga, berikut-
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 255
http://facebook.com/indonesiapustaka nya burung, lalu pada usia 8 tahun si bocah m ulai m enem ani ayahnya
pergi berburu, dan pada usia 12 tahun anak itu sudah m enjadi pem -
buru yang cakap. Pada usia 3 tahun, anak-anak perem puan Siriono
mulai bermain-main dengan alat pintal miniatur, memintal, membuat
keranjang dan kuali, serta membantu ibu mereka melakukan tugas-
tugas rum ah tangga. Busur dan anak panah anak laki-laki m aupun
alat pintal anak perempuan adalah mainan bagi orang-orang Siriono.
Mereka tidak punya permainan terorganisasi yang sebanding dengan
permainan kita seperti kejar-kejaran atau petak umpet, tapi anak laki-
laki juga bermain gulat.
Selain sem ua "perm ainan m endidik" yang m eniru aktivitas dewasa
dan m em persiapkan anak-anak untuk aktivitas-aktivitas itu, ada
perm ainan-perm ainan Dani lain yang Karl Heider anggap tidak bersifat
mendidik, dalam artian tidak secara jelas melatih anak-anak untuk me-
lakukan aktivitas dewasa versi anak kecil. Perm ainan-perm ainan itu
mencakup membuat orang-orangan dari benang, membuat macam-
m acam desain dari rum put yang disim pul, jungkir-balik m enuruni
bukit, dan menarik-narik kumbang badak dengan tali kekang dari
batang rum put yang ditem buskan ke dalam lubang yang dibuat dengan
m em atahkan tanduk si kum bang. Inilah contoh-contoh apa yang di-
istilahkan "kebudayaan anak-anak": anak-anak belajar bertem an
dengan anak-anak lain, dan m elakukan perm ainan yang tidak ada
hubungannya dengan m enjadi orang dewasa. Tapi, garis batas antara
permainan mendidik dan bukan mendidik bisa jadi kabur. Misalnya,
salah satu perm ainan orang-orangan dari benang yang dilakukan anak-
anak Dani terdiri atas m em buat dua lengkungan yang m ewakili laki-
laki dan perem puan yang bertem u di m asing-m asing sisi dan "kawin",
sementara menarik-narik kumbang badak dengan tali kekang dapat
dianggap latihan untuk menarik babi dengan tali kekang.
Satu ciri yang biasa m uncul pada perm ainan m asyarakat pem -
buru-pengum pul dan m asyarakat petani terkecil adalah ketiadaan per-
saingan atau pertandingan. Sem entara banyak perm ainan Am erika
melibatkan kejar-kejaran skor dan merupakan urusan menang-kalah,
jarang ada perm ainan m asyarakat pem buru-pengum pul yang berupa
kejar-kejaran skor atau harus ada pem enangnya. Perm ainan m asya-
rakat berskala kecil justru kerap kali melibatkan berbagi, guna mem-
persiapkan anak-anak bagi kehidupan dewasa yang m enekankan ber-
bagi dan tidak m endorong pertandingan. Salah satu contohnya ada-
lah perm ainan m em otong dan berbagi pisang orang-orang Kaulong di
http://facebook.com/indonesiapustaka 256 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
Britania Baru yang J ane Goodale jabarkan dan saya tuturkan ulang di
halam an 91.
Masyarakat Amerika modern berbeda dengan masyarakat tradi-
sional dalam segi jum lah, sum ber, dan klaim fungsi m ainan. Pabrik-
pabrik m ainan Am erika sangat m em prom osikan m ainan-m ainan yang
katanya m endidik guna m engem bangkan perm ainan yang katanya
kreatif (Gam bar 18). Orangtua Am erika diajari untuk percaya bahwa
m ainan pabrikan yang dibeli di toko penting bagi perkem bangan anak-
anak m ereka. Sem entara itu, m asyarakat-m asyarakat tradisional tidak
punya, atau hanya punya, sedikit m ainan, dan m ainan apa pun yang
ada pun dibuat oleh anak itu sendiri atau oleh orangtuanya. Seorang
tem an dari Am erika yang m enghabiskan m asa kanak-kanaknya di
perdesaan Kenya m em beritahu saya bahwa sebagian tem an Kenya-
nya sangat inventif, serta m enggunakan tongkat dan benang untuk
m em buat m obil-m obilan m ereka sendiri dengan roda dan as (Gambar
17). Suatu hari, tem an Am erika saya dan tem annya dari Kenya m encoba
m em asang tali kekang pada sepasang kumbang Goliat raksasa agar
m ereka m enarik gerobak m ainan yang telah m ereka buat. Kedua
anak itu menghabiskan sesorean melakukan permainan itu, namun
m eskipun berupaya berjam -jam , m ereka tidak bisa m em buat kedua
ekor kum bang itu m enarik secara bersam a-sam a. Ketika tem an saya
kem bali ke Am erika Serikat saat sudah rem aja dan m engam ati anak-
anak Am erika berm ain-m ain dengan m ainan plastik yang dibeli jadi di
toko, dia m em peroleh kesan bahwa anak-anak Am erika kalah kreatif
daripada anak-anak Kenya.
Dalam m asyarakat negara m odern, ada pendidikan form al: sekolah
dan kelas tam bahan, di m ana instruktur-instruktur yang dilatih khu-
sus m engajarkan m ateri yang ditetapkan oleh dewan sekolah kepada
anak-anak, sebagai aktivitas yang teprisah dari permainan. Namun
pendidikan dalam m asyarakat berskala kecil bukanlah aktivitas
tersendiri. Anak-anak belajar sem bari m enyertai orangtua dan
orang-orang dewasa lain, dan dengan m endengar cerita-cerita yang
dituturkan oleh orang dewasa dan anak-anak lain di sekeliling api
unggun. Misalnya, Nurit Bird-David menulis yang berikut ini mengenai
orang-orang Nayaka di India selatan: “Ketika anak-anak masyarakat
modern mulai bersekolah, taruhlah usia 6 tahun, anak-anak Nayaka
secara mandiri pergi berburu hewan kecil, berkunjung dan tinggal
bersama keluarga-keluarga lain, bebas dari pengawasan oleh orangtua
mereka sendiri, walaupun bukan berarti tidak diawasi oleh orang
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 257
http://facebook.com/indonesiapustaka dewasa lain... Sebagai tambahan, pengajaran dilakukan dengan cara
yang sangat sam ar. Tidak ada arahan form al dan m enghapal di sini,
tidak ada kelas, tidak ada ujian, tidak ada situs budaya [sekolah] di
m ana kem asan pengetahuan, ditarik keluar dari konteksnya, diteruskan
dari satu orang ke orang lain. Pengetahuan tidak terpisahkan dari
kehidupan sosial.”
Sebagai satu contoh lain, di antara orang-orang Pigmi Mbuti di
Afrika yang dipelajari oleh Colin Turnbull, anak-anak m eniru orangtua
dengan cara bermain-main dengan busur dan anak panah kecil, jala
berburu, atau keranjang miniatur (Gambar 20 ), dan dengan cara
membangun rumah miniatur, menangkap katak, dan mengejar-ngejar
kakek atau nenek yang bersedia berpura-pura m enjadi antelop. “Bagi
anak-anak, kehidupan adalah satu m asa senda-gurau yang panjang
yang terkadang disela oleh taburan m enyehatkan pukulan dan tam -
paran... Dan suatu hari m ereka m endapati bahwa perm ainan yang
mereka mainkan bukan lagi permainan, melainkan sungguhan, sebab
mereka telah menjadi orang dewasa. Perburuan menjadi perburuan
sungguhan; mereka memanjat pohon untuk sungguh-sungguh mencari
m adu yang sulit diraih; gerak-gerik akrobatik m ereka di ayunan
diulangi nyaris setiap hari, dalam bentuk-bentuk lain, saat m engejar
buruan yang susah ditangkap, atau ketika m enghindari kerbau hutan
yang ganas. Hal itu terjadi sedem ikian perlahan-lahan sehingga pada
awalnya m ereka nyaris tidak m enyadari adanya perubahan, sebab
walaupun m ereka telah m enjadi pem buru yang bangga dan terkenal,
hidup mereka tetap penuh canda dan tawa.”
Sem entara bagi m asyarakat berskala kecil pendidikan terjadi se-
cara alam iah sebagai bagian kehidupan sosial, di sejum lah m asyarakat
modern, kehidupan sosial paling dasar pun membutuhkan pendidikan
eksplisit. Misalnya, di bagian-bagian kota-kota Amerika modern di
mana orang-orang tidak mengenal tetangga, dan di mana lalu-lintas
m obil, orang-orang yang m ungkin m erupakan penculik, dan kurangnya
trotoar berarti anak-anak tidak bisa berjalan dengan aman untuk
berm ain dengan anak-anak lain, anak-anak harus diajari secara form al
mengenai bagaimana cara bermain dengan anak-anak lain dalam
kelas-kelas yang diistilahkan "kelas m am a dan aku". Di sana, ibu atau
perawat lain membawa anak ke ruang kelas dengan guru terlatih dan
selusin anak lain beserta ibu m ereka. Anak-anak itu duduk m em bentuk
lingkaran sebelah dalam, orangtua dan para perawat duduk di
lingkaran sebelah luar dan memperoleh pengalaman permainan anak-
http://facebook.com/indonesiapustaka 258 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
anak, sementara anak-anak diajari bagaimana bergiliran berbicara,
m endengarkan, dan m enyerahkan benda dari satu anak ke anak lain.
Ada banyak ciri m asyarakat Am erika m odern yang dianggap janggal
oleh tem an-tem an saya dari Papua, nam un yang paling m engejutkan
m ereka adalah diberitahu bahwa anak-anak Am erika m em butuhkan
tempat, waktu, dan arahan tertentu guna mempelajari bagaimana
bertemu dan bermain-main dengan anak-anak lain.
Anak-anak m ereka dan anak-anak kita
Terakhir, marilah kita renungkan perbedaan-perbedaan dalam praktik-
praktik m em besarkan anak antara m asyarakat berskala kecil dan m a-
syarakat negara. Tentu saja, ada banyak variasi di antara m asyarakat-
m asyarakat negara industri saat ini di dunia m odern. Ideal dan praktik
m em besarkan anak berbeda-beda di Am erika Serikat, J erm an, Swedia,
J epang, dan kibbutz Israel. Dalam m asyarakat negara yang m ana pun
itu, ada perbedaan antara petani, orang-orang perkotaan yang m iskin,
dan kelas menengah perkotaan. J uga ada perbedaan-perbedaan dari
generasi ke generasi di m asyarakat suatu negara: praktik-praktik m em -
besarkan anak di AS kini tidak sam a dengan yang m endom inasi pada
1930 -an.
Terlepas dari itu, tetap masih ada sejumlah kemiripan dasar di
antara sem ua m asyarakat negara itu, dan sejum lah perbedaan m en-
dasar antara m asyarakat negara dan bukan-negara. Pem erintahan ne-
gara memiliki kepentingan sendiri atas anak-anak negara tersebut,
dan kepentingan-kepentingan itu tidak selalu sejalan dengan kepen-
tingan orangtua anak. Mayarakat-masyarakat bukan-negara berskala
kecil juga memiliki kepentingan sendiri, namun kepentingan-
kepentingan m asyarakat negara bersifat lebih eksplisit, dijalankan
oleh kepem im pinan dari atas yang lebih tersentralisasi, dan didukung
oleh kekuatan pemaksa yang terdeinisikan dengan baik. Semua
negara m enginginkan anak-anak yang, ketika dewasa, akan m enjadi
warga negara, prajurit, dan pekerja yang berguna dan patuh. Negara-
negara cenderung menolak warga negara mereka pada masa depan
dibunuh saat lahir, atau dibiarkan mengalami luka bakar. Negara
juga cenderung memiliki pandangan tentang pendidikan warga
negara masa depan mereka, dan mengenai kelakuan seksual warga
negaranya. Tujuan-tujuan yang sam a-sam a dim iliki oleh berbagai
negara itu m endorong adanya kesam aan antara negara-negara dalam
hal kebijakan terkait anak-anak; praktik-praktik membesarkan anak
ANAK-ANAK MEREKA DAN ANAK-ANAK KITA ● 259
http://facebook.com/indonesiapustaka di m asyarakat-m asyarakat bukan-negara bervariasi dalam kisaran
yang jauh lebih luas daripada praktik-praktik m asyarakat-m asyarakat
negara. Di m asyarakat bukan-negara, m asyarakat pem buru-pengum pul
juga mengalami tekanan untuk seragam: mereka sama-sama memiliki
sejumlah kemiripan mendasar dalam hal membesarkan anak, namun
sebagai satu kelompok mereka berbeda dari negara sebagai satu
kelom p ok.
Negara memang memiliki keunggulan militer dan teknologi, serta
keunggulan berupa populasi yang jauh lebih besar, dibandingkan pem -
buru-pengumpul. Selama beberapa ribu tahun terakhir, keunggulan-ke-
unggulan itu telah memungkinkan negara-negara menaklukkan para
pemburu-pengumpul, sehingga peta dunia modern kini terbagi-bagi
sepenuhnya di antara negara-negara, dan hanya segelintir kelom pok
pemburu-pengumpul yang masih ada. Namun walaupun negara jauh
lebih berkuasa daripada kawanan pemburu-pengumpul, bukan arti-
nya negara m em iliki cara-cara yang lebih baik dalam m em besarkan
anak. Sejumlah praktik membesarkan anak pada kawanan pemburu-
pengumpul mungkin bisa kita pertimbangkan untuk tiru.
Tentu saja, saya bukannya m engatakan bahwa kita sebaiknya m e-
niru semua praktik membesarkan anak oleh pemburu-pengumpul.
Saya tidak m enyarankan kita kem bali ke praktik-praktik pem buru-
pengum pul berupa infantisida selektif, risiko kem atian tinggi saat
proses kelahiran anak, dan membiarkan balita bermain-main dengan
pisau serta terkena luka bakar. Sejumlah ciri lain kehidupan kanak-
kanak pemburu-pengumpul, seperti permainan seks anak-anak
yang perm isif, terasa tidak nyam an bagi banyak orang di antara kita,
walaupun sulit menunjukkan apakah praktik-praktik itu benar-benar
berbahaya bagi anak-anak. Praktik-praktik lain yang kini dijalankan
oleh sejum lah warga m asyarakat negara, nam un m em buat warga
negara lainnya tidak nyam an—m isalnya bayi tidur di ruang tidur yang
sam a atau tem pat tidur yang sam a dengan orangtua, m enyusui anak
sampai usia tiga atau empat tahun, dan menghindari hukuman isik
bagi anak-anak.
Namun sejumlah praktik membesarkan anak oleh pemburu-
pengum pul m ungkin bisa cocok dengan m asyarakat negara m odern.
Mudah sekali bagi kita untuk membawa bayi secara tegak vertikal
dan m enghadap ke depan, bukan secara horisontal dalam kereta bayi
atau tegak vertikal nam un m enghadap ke belakang dengan gendongan
bayi. Kita dapat m em berikan tanggapan cepat dan konsisten terhadap
http://facebook.com/indonesiapustaka 260 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK
tangisan bayi, m elibatkan orangtua-dam ping secara lebih ekstensif,
dan melakukan jauh lebih banyak kontak isik antara bayi dan pera-
watnya. Kita dapat m endorong anak-anak m enciptakan perm ainan
sendiri, bukan berusaha m encegahnya dengan terus m enyediakan
m ainan rum it yang katanya m endidik. Kita bisa m engatur agar anak-
anak bermain dalam kelompok multi-usia, bukan kelompok bermain
yang terdiri atas anak-anak seum ur saja. Kita bisa m em aksim alkan ke-
bebasan anak untuk mengeksplorasi, asal aman.
Saya banyak m em ikirkan tentang orang-orang Papua yang bekerja
sam a dengan saya selam a 49 tahun terakhir, dan tentang kom entar-
kom entar orang-orang Barat yang pernah hidup bertahun-tahun ber-
sam a m asyarakat pem buru-pengum pul dan m enyaksikan anak-anak
tum buh besar di sana. Tem a yang terus-m enerus m uncul adalah
bahwa saya dan orang-orang Barat lain terkesim a oleh rasa am an
em osional, kepercayaan diri, keingintahuan, dan otonom i anggota-
anggota m asyarakat berskala kecil, bukan hanya sebagai orang dewasa
m elainkan juga sejak anak-anak. Kam i m elihat bahwa orang-orang
dalam m asyarakat berskala kecil m enghabiskan jauh lebih banyak
waktu mengobrol dengan satu sama lain dibandingkan kami, dan me-
reka sama-sekali tidak menghabiskan waktu dengan hiburan pasif
yang disediakan orang luar, seperti televisi, perm ainan video, dan bu-
ku. Kam i terkesim a m elihat perkem bangan cepat ketram pilan sosial
pada anak-anak m ereka. Ini adalah kualitas yang dikagum i sebagian
besar kami, dan kami ingin lihat pada anak-anak kami sendiri, namun
kami menghalangi perkembangan kualitas-kualitas tersebut dengan
memberi peringkat dan menggolong-golongkan anak-anak kami serta
terus-m enerus m em beritahu m ereka apa yang harus dilakukan. Krisis
identitas rem aja yang m enghantui rem aja Am erika bukanlah per-
m asalahan bagi anak-anak pem buru-pengum pul. Orang-orang Barat
yang pernah hidup bersam a pem buru-pengum pul dan m asyarakat-
m asyarakat berskala kecil lainnya berspekulasi bahwa kualitas-kuali-
tas mengagumkan itu berkembang karena cara anak-anak mereka
dibesarkan: dengan rasa aman dan stimulasi terus-menerus, sebagai
akibat periode m enyusui yang lam a, tidur di dekat orangtua selam a
beberapa tahun, panutan sosial yang jauh lebih banyak tersedia bagi
anak-anak m elalui orangtua-dam ping, stim ulasi sosial yang jauh lebih
banyak melalui kontak isik terus-menerus dan kedekatan perawat,
tanggapan cepat perawat terhadap tangisan anak, dan jumlah hukuman
isik yang minimal.
ANAK-ANAK MEREKA DAN ANAK-ANAK KITA ● 261
Namun kesan kami mengenai rasa aman, otonomi, dan ketrampilan
sosial yang lebih besar pada orang dewasa di m asyarakat berskala
kecil hanyalah kesan: sulit diukur dan dibuktikan. Bahkan m eskipun
kesan-kesan ini benar, sulit memastikan bahwa kesan tersebut adalah
hasil periode m enyusui yang panjang, orangtua-dam ping, dan lain se-
bagainya. Tapi setidaknya kita bisa katakan bahwa praktik-praktik
pem buru-pengum pul yang tam pak asing bagi kita tidaklah ber-
akibat buruk, dan tidak m enghasilkan m asyarakat yang terdiri atas
orang-orang yang jelas-jelas sosiopat. Praktik-praktik itu justru
m enghasilkan individu-individu yang m am pu m enghadapi tantangan
dan bahaya besar seraya tetap m enikm ati kehidupan. Gaya hidup
pem buru-pengum pul bekerja secara setidaknya cukup baik selam a
nyaris 10 0 .0 0 0 tahun sejarah m anusia yang berperilaku m odern.
Semua orang di dunia merupakan pemburu-pengumpul sampai
pertanian m uncul di berbagai daerah sektiar 11.0 0 0 tahun lalu, dan tak
seorang pun di dunia hidup di bawah pemerintahan negara sebelum
5.40 0 tahun lalu. Pelajaran-pelajaran dari seluruh percobaan dalam
m em besarkan anak yang telah berlangsung selam a itu layak untuk
dipertimbangkan secara serius.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 6
Perlakuan terhadap Orang Lanjut Usia:
Hormati, Abaikan, atau Habisi?
Orang lanjut usia ▪ Harapan mengenai perawatan lansia ▪ Mengapa
meninggalkan atau membunuh? ▪ Kegunaan lansia ▪ Nilai-nilai
masyarakat ▪ Aturan-aturan masyarakat ▪ Sekarang lebih baik atau
lebih buruk? ▪ Apa yang harus dilakukan kepada lansia?
Oran g lan ju t u s ia
Sewaktu saya sedang m engunjungi satu desa di Pulau Viti Levu di Fiji,
saya terlibat perbincangan dengan seorang laki-laki lokal yang pernah
m engunjungi Am erika Serikat dan m em beritahu saya m engenai kesan-
kesannya. Ada beberapa ciri kehidupan Am erika yang dia kagum i
atau cem burui, nam un ciri-ciri lain m em buat dia jijik. Yang paling
parah adalah perlakuan kami terhadap orang lanjut usia (lansia). Di
perdesaan Fiji, lansia terus hidup di desa tem patnya hidup sepanjang
hayat, dikelilingi oleh kerabat dan tem an-tem an seum ur-hidup m ereka.
Mereka sering kali tinggal di rumah anak-anak mereka, yang mengurus
m ereka, bahkan sam pai m engunyahkan dan m elunakkan m akanan un-
tuk orangtua lanjut usia yang sudah tidak punya gigi. Tapi, di Am erika
Serikat, kenalan Fiji saya m urka m elihat banyak orangtua lansia di-
kirim kan ke panti jom po di m ana m ereka hanya kadang-kadang
dijenguk oleh anak-anak m ereka. Dia m enyem burkan tuduhan kepada
saya, “Kalian buang orang-orang lansia kalian dan orangtua kalian
sen d ir i!”
Sebagian m asyarakat tradisional m enghargai orang lanjut usia bah-
kan lebih tinggi lagi daripada orang-orang Fiji. Mereka membiarkan
ORANG LANJUT USIA ● 263
http://facebook.com/indonesiapustaka orang lanjut usia m enindas anak-anak m ereka yang sudah dewasa,
m engendalikan harta benda m asyarakat, dan bahkan m encegah
pem uda-pem uda untuk m enikah sebelum berusia 40 -an. Yang lain
m em berikan status yang lebih rendah lagi kepada orang-orang lansia
m ereka dibandingkan orang-orang Am erika: m em biarkan m ereka ke-
laparan, meninggalkan mereka, atau secara aktif membunuh mereka.
Tentu saja, ada banyak variasi individual di dalam m asyarakat m ana
pun: saya punya beberapa tem an Am erika yang m enem patkan orangtua
mereka di panti jompo dan mengunjungi mereka setahun sekali atau
bahkan tidak pernah, sem entara seorang tem an lain yang m enerbitkan
buku ke-22nya pada ulang tahunnya yang ke-10 0 dan m erayakan
peristiwa itu ditem ani sem ua anak, cucu, dan cicitnya, yang juga dia
jumpai secara teratur sepanjang tahun. Namun kisaran variasi di
antara m asyarakat-m asyarakat tradisional dalam hal praktik-praktik
norm al perawatan lansia bahkan m elebihi variasi individual di Am erika
Serikat. Saya tidak m engenal orang Am erika yang saking m engabdinya
kepada orangtuanya yang sudah lansia, m engunyahkan dulu m akanan
orangtuanya, ataupun yang m encekik orangtuanya yang sudah lansia
dan dipuji secara terbuka sebagai anak yang baik karena m elakukan
itu. Sebagian besar lansia di Am erika Serikat diakui sering kali m erasa
sengsara. Adakah yang bisa kita pelajari dari sem ua variasi di antara
m asyarakat-m asyarakat tradisional, baik yang bisa kita tiru m aupun
yang harus kita hindari?
Sebelum saya m elanjutkan, izinkan saya bahas dulu dua keberatan
yang kerap diajukan. Satu di antaranya adalah bahwa tidak ada deinisi
universal tentang usia yang term asuk "lanjut usia": itu juga bervariasi
di antara m asyarakat-m asyarakat berbeda dan berdasarkan perspektif
pribadi orang. Di Am erika Serikat, pem erintah federal pada dasarnya
mendeinisikan lanjut usia sebagai dimulai pada usia 65, ketika orang
m enjadi berhak m em peroleh J am inan Sosial. Sewaktu saya m asih
rem aja, saya m enganggap orang-orang yang berusia akhir 20 -an
tampak berada pada puncak kehidupan dan kebijakan, orang-orang
di usia 30 -an sebagai sudah paro baya, dan siapa pun yang berusia
sekitar 60 tahun lebih sebagai lanjut usia. Sekarang saya sudah berusia
75 tahun, saya m enganggap usia 60 -an dan awal 70 -an sebagai puncak
kehidupan saya sendiri, dan lanjut usia barangkali dim ulai pada sekitar
usia 85 atau 90 , tergantung kesehatan saya. Tapi, di perdesaan Papua,
di m ana relatif sedikit orang yang m encapai usia 60 , orang yang berusia
50 tahun sekalipun dianggap sebagai lanjut usia. Saya ingat tiba di
264 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka satu desa di provinsi Papua, Indonesia, di m ana penduduk setem pat,
sewaktu m engetahui bahwa usia saya (saat itu) 46 tahun, m em ekik “se-
tengah m ati!”, dan m ereka m enyuruh seorang rem aja laki-laki untuk
terus berjalan di sam ping saya guna m em astikan saya tidak akan
kenapa-kenapa. Oleh karena itu "lanjut usia" harus dideinisikan sesuai
standar-standar m asyarakat setem pat, bukan sesuai hitungan tahun
universal m anasuka.
Keberatan kedua berkaitan dengan keberatan yang pertam a itu. Di
negara-negara dengan harapan hidup kurang daripada 40 tahun, kita
m ungkin bayangkan bahwa nyaris tak ada orang yang m encapai lan-
jut usia seperti yang dideinisikan di Amerika Serikat. Sebenarnya, di
nyaris setiap desa Papua di m ana saya m elakukan penelitian, bahkan
meskipun segelintir orang hidup sampai berusia 50 tahun dan siapa
pun yang berusia di atas 50 tahun dianggap sebagai lapun (orang
sepuh), saya m asih diperlihatkan satu atau dua orang yang usianya bisa
diperkirakan m elebihi 70 tahun, berdasarkan ingatan m ereka m engenai
peristiwa-peristiwa yang bisa dilacak terjadinya (m isalnya, apakah m e-
reka sudah ada ketika terjadi badai besar tahun 1910). Mereka mungkin
pincang, rabun, atau buta, dan bergantung kepada kerabat demi mem-
peroleh m akanan, nam un m ereka tetap saja (seperti yang akan kita
lihat) berperan penting sekali dalam kehidupan desa. Temuan-temuan
serupa berlaku bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional lainnya: Kim
Hill dan A. Magdalena Hurtado menyusun ulang silsilah lima orang
Indian Ache penghuni hutan di Paraguay yang m eninggal dunia pada
usia yang diperkirakan 70, 72, 75, 77, dan 78 tahun, sementara Nancy
Howell m em otret seorang laki-laki !Kung yang dia perkirakan berusia
82 tahun nam un m asih bisa berjalan jauh sewaktu kelom poknya
berpindah perkampungan, dan masih mengumpulkan sebagian besar
m akanannya sendiri serta m em bangun pondoknya sendiri.
Bagaim ana kita bisa m enjelaskan variasi luas di antara m asyarakat
dalam hal norm a m em perlakukan lansia? Kita akan lihat bahwa
sebagian penjelasannya m elibatkan variasi di antara m asyarakat dalam
hal faktor m ateri yang m enjadikan orang lansia lebih atau kurang
berguna bagi m asyarakat, dan yang m enjadikan orang m uda lebih
atau kurang bisa m enyokong orang lansia. Sebagian lain penjelasan
m elibatkan variasi di antara m asyarakat dalam hal nilai budaya, seperti
rasa horm at terhadap lansia, rasa horm at terhadap privasi, penekanan
terhadap keluarga versus individual, dan sikap berdikari. Nilai-nilai
HARAPAN MENGENAI PERAWATAN LANSIA ● 265
http://facebook.com/indonesiapustaka itu hanya bisa diperkirakan sebagian dari faktor-faktor m aterial yang
menjadikan orang lansia berguna ataukah semata beban.
Harapan m engenai perawatan lansia
Marilah kita mulai dengan satu harapan naif mengenai perawatan
lansia. Walaupun harapan itu jelas tidak lengkap, tetap saja meru-
m uskannya akan m em bantu kita dengan m em aksa kita bertanya
mengapa dan dalam segi apa harapan itu runtuh. Seorang awam
dengan pandangan hidup yang indah m ungkin m enalar: orangtua
dan anak-anak mereka memang dan harus mencintai satu sama lain.
Orangtua m em beri upaya terbaik dem i anak-anak dan berkorban untuk
anak-anak. Anak-anak m enghorm ati dan bersyukur kepada orangtua
yang m em besarkan m ereka. Oleh karena itu kita m engharapkan bahwa
di seluruh dunia orang-orang m erawat orangtua m ereka yang sudah
lanjut usia dengan baik.
Seorang ahli biologi evolusioner yang naif m ungkin m encapai
kesim pulan m enyentuh hati yang sam a m elalui rantai penalaran yang
berbeda. Seleksi alam adalah m engenai pewarisan gen. Cara paling
langsung bagi orang-orang untuk mewariskan gen adalah melalui anak-
anak mereka. Oleh karena itu seleksi alam pastilah memilih orangtua
yang gennya m enyebabkan m ereka berperilaku dalam cara-cara yang
mendukung kelestarian dan reproduksi anak-anak mereka. Serupa
dengan itu, seleksi alam adalah m engenai pewarisan perilaku yang
dipelajari, dan orangtua berperan sebagai teladan perilaku bagi anak-
anak mereka. Oleh karena itu, masuk akal bila orangtua berkorban
untuk anak-anak m ereka, bahkan m engorbankan nyawa m ereka
sendiri, bila dengan demikian mereka meningkatkan kelestarian dan
keberhasilan reproduksi anak-anak m ereka. Sebaliknya, orangtua yang
sudah lanjut usia kem ungkinan m em iliki akum ulasi sum ber daya,
status, pengetahuan, dan ketram pilan yang belum didapat anak-anak.
Anak-anak tahu bahwa orangtua bisa m em bantu m ereka dengan cara
m ewariskan segala sum ber daya, status, pengetahuan, dan ketram pilan
itu dem i kepentingan genetik dan budaya. Oleh karena itu, anak-anak
m enalar, anak juga berkepentingan untuk m erawat orangtua yang
sudah lanjut usia agar orangtua bisa terus membantu. Secara lebih
um um , dalam m asyarakat yang terdiri atas individu-individu yang
saling terkait, kita duga generasi muda sebagai keseluruhan akan me-
rawat sesepuh m ereka, yang m em iliki kesam aan budaya dan banyak
gen dengan anggota-anggota generasi yang lebih m uda.
266 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka Tapi kita tahu bahwa prediksi-prediksi yang indah itu hanya benar
sebagian. Iya, orangtua biasanya m em ang m erawat anak-anak m e-
reka, yang nantinya sering kali berganti m erawat orangtua m ereka, dan
generasi muda secara keseluruhan merawat sesepuh mereka. Namun
kesim pulan-kesim pulan itu tidak berlaku bagi setidaknya sejum lah
anak di sebagian besar m asyarakat, m aupun bagi sebagian besar anak
di sejumlah masyarakat. Mengapa tidak? Apa yang salah dengan
penalaran kita?
Kesalahan naif kita (yang sekarang dihindari oleh para ahli biologi
evolusioner) adalah kita gagal mempertimbangkan konlik kepentingan
antargenerasi. Orangtua tidak harus selalu melakukan pengorbanan
tanpa batas, anak-anak tidak harus selalu bersyukur, cinta ada
batasnya, dan orang-orang bukanlah m esin hitung Darwinan yang
terus-m enerus m engevaluasi pewarisan optim al gen-gen dan budaya
mereka serta berperilaku sesuai itu. Semua orang, termasuk orang
lanjut usia, m enginginkan hidup yang nyam an bagi diri sendiri, tidak
hanya bagi anak-anak m ereka. Sering kali ada batas pengorbanan yang
orangtua bersedia derita dem i anak-anak m ereka. Sebaliknya, anak-
anak kerap kali tidak sabar untuk m enikm ati hidup yang nyam an.
Mereka menalar, dengan cukup akurat, bahwa semakin banyak sumber
daya m ilik orangtua yang dikonsum si oleh orangtua sendiri, sem akin
sedikit sum ber daya yang akan tersisa untuk dinikm ati anak-anak.
Bahkan kalau anak-anak bertindak secara naluriah sebagai m esin
hitung Darwinan, seleksi alam mengajari kita bahwa anak-anak tidak
boleh selalu m erawat orangtua m ereka yang sudah lanjut usia. Ada
banyak situasi di m ana anak-anak dapat m eningkatkan pewarisan gen
ataupun budaya m ereka sendiri dengan m enjadi pelit, m eninggalkan,
atau bahkan membunuh orangtua mereka.
Mengapa m eninggalkan atau m em bunuh?
Dalam m asyarakat jenis apa "seharusnya" (m enurut penalaran
tersebut) dan pada kenyataannya anak-anak (dan generasi m uda secara
umum) mengabaikan, meninggalkan, ataupun membunuh orangtua
m ereka (dan generasi tua secara um um )? Kasus-kasus yang banyak
dilaporkan m elibatkan m asyarakat-m asyarakat yang orang lansianya
m enjadi beban berat yang m em bahayakan keselam atan seluruh
kelompok. Situasi ini muncul di bawah dua perangkat kondisi berbeda.
Satu perangkat berlaku bagi para pem buru-pengum pul nom aden yang
harus berpindah perkampungan dari waktu ke waktu. Tanpa hewan
MENGAPA MENINGGALKAN ATAU MEMBUNUH? ● 267
http://facebook.com/indonesiapustaka pembawa beban, kaum nomaden harus membawa segala sesuatu di
punggung m ereka: bayi, anak-anak berusia di bawah em pat tahun
yang tidak m am pu berjalan secepat anggota lain kelom pok, senjata,
perkakas, sem ua harta benda lainnya, serta m akanan dan air untuk
perjalanan. Menambahkan orang lanjut usia atau sakit yang tidak
mampu berjalan sama sekali kepada muatan itu sungguh sulit atau
m u st a h il.
Seperangkat kondisi lain timbul di lingkungan di mana kekurangan
makanan parah terjadi secara berkala, di mana tidak bisa dikum-
pulkan kelebihan m akanan yang cukup besar untuk m em astikan ke-
lom pok itu bertahan m elalui periode tersebut, terutam a di wilayah
Artika dan gurun. Bila tidak ada cukup m akanan untuk m enjaga sem ua
orang tetap bugar atau setidak-tidaknya tetap hidup, m asyarakat harus
m engorbankan anggota-anggotanya yang paling tidak berharga dan
paling tidak produktif; bila tidak, sem ua orang akan berada dalam ba-
h a ya .
Tapi, bukan berarti sem ua m asyarakat nom aden, Artika, dan
penghuni gurun mengorbankan semua orang lansia mereka. Sejumlah
kelom pok (m isalnya orang-orang !Kung dan Pigm i Afrika) tam pak-
nya lebih ragu-ragu m elakukannya daripada kelom pok-kelom pok lain
(m isalnya orang-orang Ache, Siriono, dan Inuit). Di satu m asyarakat,
perlakuan terhadap seorang lanjut usia tertentu mungkin bergantung
kepada apakah dia masih memiliki kerabat dekat untuk mengurus dan
m em belanya.
Bagaim ana caranya m encam pakkan orang lanjut usia yang m em -
bebani? Dengan risiko penggunaan bahasa yang m ungkin tam pak ber-
hati dingin atau keji, ada lim a m etode yang dapat disusun dalam urut-
an berdasarkan semakin langsungnya tindakan tersebut. Metode paling
pasif adalah semata mengabaikan orang lanjut usia sampai meninggal:
tidak memberikan perhatian, memberi sedikit makanan, membiarkan
kelaparan, membiarkan berkeliaran sendirian, atau membiarkan lansia
mati berkubang kotoran sendiri. Misalnya, metode ini telah dilaporkan
terjadi di antara orang-orang Inuit di Artik, orang-orang Hopi di gurun
Am erika Utara, orang-orang Witoto di Am erika Selatan tropis, dan
Aborigin Australia.
Metode berikutnya, yang dijalankan dalam berbagai bentuk oleh
orang-orang Lapp (Saam i) di Skandinavia utara, orang-orang San di
Gurun Kalahari, Indian Om aha dan Kutenai di Am erika Utara, dan
orang-orang Indian Ache di Am erika Selatan tropis, adalah secara
268 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka sengaja m engabaikan orang yang lanjut usia atau sakit sewaktu seluruh
kelom pok itu berpindah perkam pungan. Variasi m etode ini di antara
orang-orang Ache, yang dikhususkan untuk laki-laki lansia (tapi tidak
perem puan lansia, yang dibunuh begitu saja) adalah m em bawa laki-
laki tersebut ke hutan menuju "jalan orang putih" dan membiarkan
m ereka berjalan pergi sendiri sam pai tidak pernah terdengar lagi. Lebih
sering lagi, orang yang lem ah ditinggalkan di tem pat berlindung atau
perkam pungan yang dikosongkan, dan diberi sejum lah kayu bakar,
m akanan, dan air, sehingga bila orang yang ditinggalkan itu bisa kem -
bali kuat, dia bisa m encoba m enyusul seluruh anggota lain kelom pok.
Ahli antropologi Allan Holm berg kebetulan berada bersam a
sekelom pok Indian Siriono di Bolivia ketika peristiwa sem acam itu
terjadi. Inilah catatannya tentang apa yang terjadi: “Kawanan itu
m em utuskan untuk bergerak ke arah Rio Blanco. Sewaktu m ereka
sedang bersiap-siap berangkat, perhatian saya tersita kepada
seorang perem puan paro baya yang sedang terbaring sakit di ranjang
gantungnya, terlalu sakit sehingga tidak m am pu bicara. Saya bertanya
kepada kepala suku m engenai rencana m ereka baginya. Dia m enyuruh
saya bicara kepada suam inya, yang m engatakan bahwa perem puan itu
akan ditinggalkan untuk mati karena dia terlalu sakit untuk berjalan
dan karena toh dia akan m ati juga. Keberangkatan dijadwalkan
pagi berkutnya. Saya ada di situ untuk m engam ati peristiwa itu.
Keseluruhan kawanan berjalan m eninggalkan perkam pungan bahkan
tanpa berpam itan kepada perem puan yang sakit itu. Suam inya
bahkan bertolak tanpa mengucapkan selamat tinggal. Dia ditinggalkan
hanya bersam a api, air dalam kulit labu kering, dan barang-barang
pribadinya. Dia terlalu sakit untuk protes.” Holm berg sendiri juga
sedang sakit dan pergi ke stasiun misionaris untuk diobati. Sewaktu
dia kembali ke situs perkampungan itu tiga minggu kemudian,
perempuan itu tidak ada di sana, sehingga dia mengikuti jejak menuju
situs perkam pungan berkutnya kelom pok itu, di m ana dia m enem ukan
perem puan itu tinggal tulang yang telah digerogoti sem ut dan burung
nasar. “Dia m encoba sem am punya m engikuti kawanannya, nam un
gagal dan m engalam i nasib sam a dengan yang m enim pa sem ua orang
Siriono yang hari-hari kegunaannya sudah usai.”
Metode ketiga untuk menyingkirkan orang lanjut usia, dilaporkan
dari orang-orang Chukchi dan Yakut di Siberia, orang-orang Indian
Crow di Amerika Utara, orang-orang Inuit, dan orang-orang Nors, me-
libatkan sang lansia memilih atau didorong untuk melakukan bunuh
MENGAPA MENINGGALKAN ATAU MEMBUNUH? ● 269
http://facebook.com/indonesiapustaka diri, dengan m elom pat dari tebing, berlayar ke laut, atau berusaha m ati
dalam pertem puran. Dokter dan pelaut Selandia Baru, David Lewis,
m enuturkan bagaim ana tem annya yang telah lanjut usia, navigator
Tevake dari Kepulauan Reef di Samudra Pasiik Baratdaya, berpamitan
secara resmi dan kemudian bertolak sendiri ke laut dengan perahu. Dia
tidak kembali dan jelas tidak berniat kembali.
Sementara metode ketiga itu terdiri atas bunuh diri tanpa dibantu,
metode keempat dapat dijabarkan sebagai bunuh diri dengan dibantu
atau bisa juga pem bunuhan dengan kerjasam a si korban, m isalnya di-
cekik, ditikam , atau dikubur hidup-hidup. Orang-orang Chukchi lanjut
usia yang m em ilih m ati sukarela m enerim a pujian dan dijam in akan
menerima salah satu tempat berdiam terbaik di alam baka. Istri sang
korban m em angku kepalanya sem entara dua laki-laki di dua sisi berse-
berangan m enarik kuat-kuat seutas tali yang m elilit lehernya. Di antara
orang-orang Kaulong di Britania Baru baratdaya, pencekikan janda
oleh saudara laki-laki atau putranya segera setelah suam inya m eninggal
adalah hal rutin sam pai 1950 -an. Tindakan itu m erupakan kewajiban
sehingga, walaupun sungguh m enyiksa si penjagal secara em osional,
dianggap m em alukan untuk dihindari. Seorang laki-laki Kaulong
m enuturkan kepada J ane Goodale bagaim ana ibunya m em perm alukan
dia agar dia tega m elakukannya: “Sewaktu aku ragu-ragu, ibuku berdiri
dan berbicara sedemikian keras sehingga semua orang bisa dengar.
Dia mengatakan bahwa alasanku ragu-ragu adalah karena aku ingin
berhubungan seks dengannya.” Orang-orang sakit dan lanjut usia di
Kepulauan Banks m em ohon tem an-tem an m ereka untuk m engakhiri
penderitaan mereka dengan cara mengubur mereka hidup-hidup,
dan teman-teman mereka melakukan itu sebagai wujud kebaikan
hati: “seorang laki-laki di Mota mengubur saudara laki-lakinya, yang
sedang lemah sekali akibat inluenza; namun dia [yang mengubur]
m enum pukkan tanah secara longgar di atas kepala saudaranya [yang
sakit], dan m enangis, dan dari waktu ke waktu m enanyainya apakah si
saudara masih hidup.”
Metode terakhir yang tersebar luas adalah membunuh korban de-
ngan kekerasan tanpa kerjasama atau persetujuan korban, lagi-lagi
dengan cara mencekik atau mengubur hidup-hidup, atau kalau tidak
dengan cara membekap, menikam, mengampak kepala, ataupun me-
matahkan leher atau punggung korban. Seorang laki-laki Indian
Ache yang diwawancara oleh Kim Hill dan A. Magdalena Hurtado
m enjabarkan m etode-m etodenya dalam m em bunuh perem puan tua
270 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka (seperti yang disebutkan di atas, laki-laki tua biasanya dibiarkan
berjalan pergi): “Sesuai adat, aku biasa m em bunuh perem puan tua.
Aku biasa m em bunuh bibi-bibiku [perem puan-perem puan sekawanan
yang lebih tua] sewaktu m ereka m asih bergerak-gerak (hidup)... Aku
injak-injak mereka, lalu mereka semua mati, di sana di sisi sungai
besar... Aku tidak biasa m enunggu sam pai m ereka benar-benar m ati
sebelum m engubur m ereka. Kalau m ereka m asih bergerak kupatahkan
m ereka [punggung atau leher m ereka]... Aku tidak m au m engurus
perem puan tua; aku sendiri yang akan m enusuk m ereka [dengan
b u su r n ya ].”
Reaksi kita terhadap tuturan-tuturan ini mengenai suami atau istri,
anak, saudara atau saudari, ataupun sesam a anggota kawanan yang
m em bunuh atau m eninggalkan orang yang lanjut usia atau sakit, ke-
m ungkinan besar adalah perasaan ngeri—seperti reaksi kita terhadap
tuturan di Bab 5 m engenai ibu yang m em bunuh bayinya yang baru
lahir jika bayi itu anak kembar atau terlahir cacat. Namun, seperti
juga dalam kasus-kasus infantisida itu, kita harus tanyakan pada diri
sendiri: apa lagi yang bisa dilakukan suatu kawanan nom aden, atau
kawanan tanpa cukup makanan untuk seluruh kelompok, terhadap
orang-orang lansianya? Sepanjang hidup m ereka, korban telah m elihat
orang-orang tua atau sakit ditinggalkan atau dibunuh, dan barangkali
pernah m elakukannya sendiri kepada orangtua-orangtua m ereka. Itu
adalah bentuk kem atian yang m ereka duga akan m enim pa m ereka,
dan dalam banyak kasus m ereka bekerja sam a untuk m encapainya.
Kita beruntung bahwa kita tidak m enghadapi siksaan yang sam a se-
bagai korban, pembantu bunuh diri, ataupun pembunuh, sebab kita
beruntung hidup dalam m asyarakat dengan m akanan berlebih dan
perawatan m edis. Seperti yang Winston Churchill tulis m engenai lak-
sam ana J epang, Kurita, yang harus m em ilih dua m acam tindakan
yang sam a m engerikannya kala perang, “Yang boleh m enghakim inya
hanyalah orang-orang yang pernah m elalui siksaan yang sam a.” Pada
kenyataannya, banyak di antara Anda, pem baca buku ini pernah atau
akan m enanggung siksaan yang sam a, ketika Anda m endapati diri
terpaksa m em utuskan untuk m em beritahu dokter yang m erawat
orangtua Anda yang telah lansia atau sakit dengan kondisi kesehatan
yang terus-m enerus apakah sudah saatnya m enghentikan intervensi
m edis agresif lebih lanjut, ataukah hanya perlu m em berikan penghilang
nyeri, obat penenang, dan perawatan paliatif.
KEGUNAAN LANSIA ● 271
http://facebook.com/indonesiapustaka Kegunaan lansia
J asa berguna apa yang bisa dilakukan orang-orang lansia bagi
m asyarakat-m asyarakat tradisional? Dari perspektif adaptif berdarah
dingin, m asyarakat-m asyarakat di m ana orang-orang tua m em ang
tetap berguna cenderung akan m akm ur bila m asyarakat-m asyarakat
itu m erawat orang-orang lansia m ereka. Tentu saja, orang m uda yang
merawat orang-orang sepuh lebih sering mengungkapkan alasan
m ereka bukan dari segi keuntungan evolusioner m elainkan dari segi
cinta, hormat, dan kewajiban. Tapi, ketika sekelompok pemburu-
pengum pul kelaparan dan berdebat siapa yang m ereka sanggup
beri makan, pertimbangan-pertimbangan berdarah dingin mungkin
disuarakan secara eksplisit. Di antara jasa-jasa yang diberikan oleh
orang-orang lanjut usia, yang pertam a-tam a akan saya sebutkan
dilakukan juga oleh orang-orang muda namun masih bisa dilakukan
oleh orang-orang lansia. Sedangkan jasa-jasa lainnya m elibatkan
ketram pilan-ketram pilan yang disem purnakan oleh pengalam an
panjang, sehingga cocok bagi orang-orang lansia.
Orang pada akhirnya akan m encapai usia ketika laki-laki tak lagi
bisa menombak singa sampai mati, dan perempuan tak lagi bisa ber-
jalan berkilo-kilometer membawa beban berat pulang-balik dari ladang
kacang. Terlepas dari itu, ada cara-cara lain di mana orang-orang
lansia dapat terus memperoleh makanan bagi cucu-cucu mereka dan
turut m eringankan beban m em beri m akan yang ditanggung oleh anak-
anak dan m enantu-m enantu m ereka. Laki-laki Ache terus berburu dan
mengumpulkan makanan sampai usia 60 -an dengan cara memusatkan
perhatian ke hewan kecil, buah, dan produk-produk palem, serta
m em buka jalan ketika kawanan berpindah perkam pungan. Laki-laki
tua !Kung m em asang perangkap hewan, m engum pulkan m akanan
nabati, dan bergabung dengan laki-laki muda dalam perburuan
guna membaca jejak hewan dan mengajukan strategi. Di antara para
perem puan pem buru-pengum pul Hadza di Tanzania, kelom pok usia
yang bekerja paling keras terdiri atas para nenek yang telah m engalam i
m enopause (Gam bar 21), yang m enghabiskan rata-rata tujuh jam
sehari m encari um bi dan buah—walaupun anak-anak m ereka tidak
lagi bergantung kepada mereka demi memperoleh makanan. Namun
m ereka m em iliki cucu-cucu yang kelaparan, dan sem akin banyak waktu
yang dihabiskan seorang nenek Hadza m elanja m encari m akanan, se-
makin cepat cucu-cucunya bertambah berat sebagai hasilnya. Manfaat-
m anfaat serupa telah dijabarkan m engenai para petani Finlandia dan
272 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka Kanada abad ke-18 dan ke-19: analisis terhadap catatan gereja dan
silsilah m enunjukkan bahwa lebih banyak anak yang bertahan hidup
sam pai dewasa bila m ereka m em iliki satu nenek yang m asih hidup di-
bandingkan bila kedua nenek mereka telah tiada, dan bahwa setiap
dasawarsa dengan perem puan pasca-m enopause yang hidup m elewati
usia 50 tahun dikaitkan dengan anak-anaknya m enghasilkan rata-rata
dua anak tambahan (barangkali berkat bantuan sang nenek).
Satu lagi jasa yang bisa diberikan orang-orang lanjut usia m eskipun
sudah tidak bisa menggali umbi tujuh jam sehari sekalipun adalah
m erawat bayi. J asa itu m em bebaskan anak dan m enantu m ereka
sehingga bisa m enghabiskan lebih banyak waktu m encari m akanan
tanpa dibebani anak-anak m ereka sendiri, cucu dari si lansia. Kakek-
nenek !Kung kerap kali m erawat cucu-cucu m ereka terus-m enerus
selama beberapa hari berturut-turut, sehingga memungkinkan anak-
anak mereka pergi berburu dan mengumpul tanpa pulang selama
beberapa hari dan tanpa dibebani oleh para cucu. Alasan utam a
yang diungkapkan orang-orang lansia Sam oa yang berm igrasi ke
Am erika Serikat m asa kini adalah agar bisa m erawat cucu-cucu
mereka, sehingga anak-anak mereka bisa bekerja di luar rumah dan
menghadapi lebih sedikit beban di rumah.
Orang-orang lansia dapat m em buat barang-barang yang bisa di-
gunakan anak-anak m ereka yang sudah dewasa, m isalnya perkakas,
senjata, keranjang, kuali, dan kain anyaman (Gambar 22). Misalnya,
para pem buru-pengum pul Sem ang yang sudah lansia di Sem enanjung
Malaya terkenal karena keahlian mereka membuat sumpit. Ini adalah
bidang di m ana orang lansia tidak hanya m encoba m engandalkan sisa-
sisa ketrampilan mereka di masa muda, melainkan justru menjadi
semakin ahli: pembuat keranjang dan pengrajin gerabah terbaik kerap
kali merupakan orang lansia.
Bidang-bidang lain di m ana orang m enjadi sem akin ahli seiring
bertam bahnya usia m ereka antara lain pengobatan, agam a, hiburan,
relasi, dan politik. Bidan dan tabib tradisional sering kali berusia lanjut,
dem ikian juga penyihir dan pendeta, peram al dan tukang tenung, serta
pem im pin nyanyian, perm ainan, tarian dan upacara inisiasi. Orang-
orang lansia m enikm ati keunggulan sosial yang besar, karena m ereka
telah menghabiskan seumur hidup menjalin jejaring hubungan, dan
mereka dapat memperkenalkan anak-anak mereka ke dalam jejaring
tersebut. Para pem im pin politik biasanya m erupakan orang lansia,
sam pai-sam pai istilah "tetua suku" sudah nyaris sinonim dengan
KEGUNAAN LANSIA ● 273
http://facebook.com/indonesiapustaka pem im pin suku. Itu pada um um nya tetap berlaku bahkan dalam
m asyarakat-m asyarakat negara m odern: m isalnya, usia rata-rata ketika
disum pah adalah 54 tahun bagi presiden Am erika dan 53 tahun bagi
hakim-hakim Mahkamah Agung Amerika.
Namun barangkali fungsi terpenting orang lansia dalam masya-
rakat tradisional adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh para
pem baca buku ini. Dalam m asyarakat m elek aksara, penyim panan
inform asi utam a adalah sum ber-sum ber tertulis atau digital:
ensiklopedia, buku, majalah, peta, buku harian, catatan, surat, dan
sekarang Internet. Bila kita ingin m em astikan tentang suatu fakta,
kita m encarinya di sum ber tertulis atau kalau tidak ya sum ber daring.
Namun pilihan itu tidak ada bagi masyarakat pra-aksara, yang harus
mengandalkan ingatan manusia. Oleh karena itu benak orang lansia
adalah ensiklopedia dan perpustakaan bagi m asyarakat. Berkali-kali
di Papua, sewaktu saya sedang m ewawancarai orang-orang setem pat
dan m engajukan pertanyaan yang m ereka tidak yakin soal jawabannya,
para inform an saya berhenti sejenak dan berkata, “Coba saya tanya
dulu ke tetua.” Orang-orang lansia mengetahui mitos-mitos dan lagu-
lagu suku, hubungan kekerabatan antar-anggota, siapa yang m elaku-
kan apa kepada siapa, nama, kebiasaan, dan kegunaan ratusan spesies
tumbuhan dan hewansetempat, dan di mana harus mencari makanan
bila kondisi sedang buruk. Oleh karena itu merawat orang lansia men-
jadi urusan hidup atau mati, seperti juga merawat catatan hidrograik
m erupakan urusan hidup atau m ati bagi kapten kapal m odern. Saya
akan ilustrasikan nilai orang lansia melalui cerita tentang satu kasus
yang m elibatkan pengetahuan yang teram at penting bagi kelestarian
suatu suku.
Episode ini saya alami pada 1976, di satu pulau Pasiik Barat
Daya yang bernam a Rennell. Karena saya dikirim ke Rennell untuk
m enyusun laporan dam pak lingkungan bagi tam bang bauksit yang
sedianya akan dibuka di pulau itu, saya ingin m encari tahu seberapa
cepat hutan bisa tumbuh kembali setelah dibuka untuk pertambangan,
dan spesies pohon m ana yang berguna sebagai sum ber kayu, buah yang
bisa dim akan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Para penduduk pulau
yang berusia paro-baya lantas m em beritahu saya nam a 126 spesies
tumbuhan Rennell dalam bahasa Rennell (anu, gangotoba, ghai-gha-
ghea, kagaa-loghu-loghu, dan lain sebagainya). Untuk setiap spesies,
m ereka m enjelaskan apakah biji dan buahnya bisa dim akan hewan
maupun manusia, ataupun dimakan oleh burung dan kelelawar tapi
274 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka tidak oleh m anusia (sam bil m enyebutkan setiap spesies burung dan ke-
lelawar yang dim aksud), ataupun yang bisa dim akan oleh m anusia. Di
antara spesies-spesies yang dim akan oleh m anusia, sebagian di antara-
nya dibedakan lagi sebagai "yang dim akan hanya setelah hungi kengi".
Oleh karena tidak pernah m endengar soal hungi kengi, saya m e-
nanyakan apa itu dan bagaim ana bisa hungi kengi m engubah buah
yang biasanya tidak bisa dim akan m enjadi bisa dim akan. Sebagai pen-
jelasan, para inform an m em bawa saya ke pondok di m ana m ereka
m em perkenalkan saya kepada sum ber inform asi itu, seorang perem -
puan yang sangat tua dan tidak m am pu berjalan tanpa bantuan.
Ternyata hungi kengi adalah nam a Rennell bagi badai terbesar yang
pernah m enghantam pulau itu sepanjang sejarah yang m asih teringat,
tam paknya sekitar 1910 kalau ditengok dari catatan-catatan kolonial
Eropa. Pada saat itu, perem puan tua itu m asih anak-anak yang belum
siap dinikahkan, sehingga dia barangkali berusia akhir 70 -an atau
awal 80 -an sewaktu saya berjum pa dia pada tahun 1976. Siklon itu
menumbangkan pepohonan di hutan Rennell, menghancurkan kebun-
kebun, dan menimbulkan ancaman kelaparan bagi penduduk pulau
yang m asih hidup. Sam pai kebun-kebun baru bisa ditanam i dan m ulai
m em berikan hasil, orang-orang terpaksa m em akan apa pun yang
bisa dim akan, tidak hanya spesies-spesies buah liar yang biasa dipilih
m elainkan juga buah-buahan yang biasanya diabaikan—m isalnya,
buah yang diidentiikasi kepada saya sebagai "dimakan hanya setelah
hungi kengi". Itu membutuhkan pengetahuan mengenai buah-
buahan pilihan kedua m ana yang tidak beracun dan am an dim akan,
ataupun yang m engandung racun nam un bisa dibersihkan m elalui
m etode pengolahan m akanan tertentu. Untungnya, ketika hungi kengi
terjadi, m asih ada penduduk-penduduk pulau yang ingat tentang
badai sebelum nya dan bagaim ana m ereka bertahan hidup ketika itu.
Kini, perem puan tua itu adalah orang terakhir di desanya yang m asih
hidup dengan pengalam an dan pengetahuan warisan itu. Seandainya
badai besar lain m enghantam Rennell, ingatan ensiklopediknya
m engenai buah liar m ana yang bisa dim akan adalah yang bisa
m encegah rekan-rekan sedesanya agar tidak kelaparan. Cerita-cerita
sem acam itu, m engenai pentingnya nilai ingatan orang-orang lansia
bagi kelangsungan hidup kerabat-kerabat mereka, berlimpah di antara
m asyarakat-m asyarakat pra-aksara.
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 275
http://facebook.com/indonesiapustaka Nilai-nilai m asyarakat
Dengan dem ikian, salah satu alasan utam a m asyarakat m engurus atau
tidak m engurus lansia bergantung kepada seberapa bergunanya orang
lansia. Sebagian alasan lain bergantung kepada nilai-nilai m asyarakat:
apakah orang lansia dihormati atau dicela. Tentu saja, kedua alasan
itu berkaitan: semakin berguna orang lanjut usia, semakin besar ke-
mungkinan mereka dihormati. Namun, seperti juga pada banyak bi-
dang lain kebudayaan m anusia, kegunaan dan nilai tidak selalu rapat
seiring sejalan: sejum lah m asyarakat m enekankan horm at kepada
orang lanjut usia lebih daripada m asyarakat-m asyarakat lain yang dari
segi ekonom i tam paknya m irip.
Setidaknya rasa horm at terhadap orang lanjut usia tam paknya ter-
sebar luas di antara m asyarakat-m asyarakat m anusia. Di Am erika Seri-
kat m odern, bentuk horm at yang relatif ringan hadir bersam a-sam a
sejum lah sikap yang m erendahkan nilai m ereka: anak-anak Am erika
sering kali diberitahu untuk menghormati orang tua, tidak membantah,
dan harus memberikan tempat duduk di bis jika mereka melihat ada
orang lanjut usia yang berdiri. Rasa horm at kepada orang lanjut usia
lebih besar lagi di antara orang-orang !Kung, sebagian karena dari segi
persentase ada jauh lebih sedikit orang !Kung lanjut usia dibandingkan
orang Am erika lanjut usia: tak sam pai 20 % orang !Kung m encapai
usia 60 , dan mereka pantas dikagumi karena berhasil sintas dari
singa, kecelakaan, penyakit, serbuan, dan berbagai bahaya lain yang
m erupakan bagian dari gaya hidup !Kung.
Satu bentuk rasa horm at yang luar biasa kuat adalah ajaran bakti
kepada orangtua yang dikaitkan dengan Kong Fuzi (Kong Hu Cu), yang
secara tradisional dom inan di Tiongkok, Korea, J epang, dan Taiwan.
Sebelum nya ajaran itu bahkan m enjadi bagian hukum tertulis sam pai
hukum diubah oleh konstitusi J epang tahun 1948 dan undang-undang
pernikahan di Tiongkok tahun 1950. Menurut ajaran Kong Fuzi, anak-
anak wajib patuh mutlak kepada orangtua, dan ketidakpatuhan atau
sikap tidak horm at dianggap sebagai sesuatu yang sangat buruk. Secara
kongkret, anak-anak (terutama putra paling tua) memiliki tugas mulia
yaitu m enyokong kehidupan orangtua yang berusia lanjut. Bahkan
hingga kini, rasa horm at kepada orangtua tetap dipegang teguh di Asia
Tim ur, di m ana (setidaknya sam pai baru-baru ini) nyaris sem ua orang
lansia di Tiongkok dan tiga perempat orang lansia di J epang tinggal
bersama anak-anak atau keluarga mereka.
276 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka Bentuk lain rasa horm at yang kuat adalah pengutam aan keluarga
di Italia selatan, Meksiko, dan banyak masyarakat lain. Seperti yang
dijabarkan oleh Donald Cowgill, “Keluarga digam barkan sebagai inti
struktur sosial dan sumber pengaruh ke segala sisi kehidupan anggota-
anggotanya... Harga diri keluarga teram at penting, dan setiap anggota
keluarga diharapkan m enyokong otoritas laki-laki, berkorban dem i
keluarga, menghormati orangtua, dan menghindari membuat malu
nam a keluarga... [Laki-laki yang tertua dalam keluarga m engam bil pe-
ran godfather sebagai] otoritas dom inan yang m em aksakan ketaatan
terhadap tujuan-tujuan keluarga dan tidak m engizinkan kesetiaan
kepada pihak lain... dalam bingkai kerja ini, hanya ada peluang ter-
batas bagi ekspresi diri individual, yang bagaim ana pun juga harus
tunduk kepada kepentingan keluarga... Anak-anak berusia paro baya
m enyertakan orangtua yang sudah lanjut usia dalam aktivitas-aktivitas
keluarga batih m ereka, dan m ayoritas m enolak m entah-m entah
gagasan menempatkan orangtua mereka di panti jompo.”
Orang-orang Tiongkok pengikut Kong Fuzi, orang-orang Italia
selatan, dan rumah tangga Meksiko merupakan contoh suatu feno-
m ena yang tersebar luas, yang disebut keluarga "patriarkal", yang
otoritas utam anya berada di tangan laki-laki tertua yang m asih hi-
dup dalam keluarga itu. Contoh-contoh lain yang akrab dengan kita
m encakup banyak atau sebagian besar m asyarakat penggem bala
dan perdesaan lain masa kini, serta orang-orang Romawi dan Ibrani
kuno. Guna mem ahami bagaimana keluarga patriarkal terorganisasi,
pikirkan tatanan hidup Am erika m odern yang selam a ini dianggap
sebagai suatu kewajaran oleh banyak pem baca buku ini, dan yang
oleh ahli antropologi diistilahkan "neolokal". Istilah itu berarti bahwa
pasangan yang baru m enikah m endirikan rum ah tangga baru (oleh
karena itu disebut "neolokal") yang terpisah dari rum ah tangga orang
tua pengantin laki-laki maupun perempuan. Rumah tangga baru itu
m engandung satu keluarga batih, yang terdiri atas pasangan suam i-
istri itu saja dan (nantinya) anak-anak yang m asih bergantung kepada
mereka.
Meskipun tampaknya normal dan alami bagi kami, sebenarnya
tatanan demikian bukan hal yang umum menurut standar geograik
dan sejarah: hanya sekitar 5% m asyarakat tradisional m em iliki
rumah tangga neolokal. Tatanan tradisional paling umum adalah
rum ah tangga "patrilokal", yang berarti pasangan yang baru m enikah
tinggal bersama orangtua atau keluarga pengantin laki-laki. Dalam
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 277
http://facebook.com/indonesiapustaka kasus itu, satuan rum ah tangga terdiri bukan hanya atas keluarga
batih m elainkan juga keluarga besar yang lebih luas secara horisontal
m aupun vertikal. Perluasan horisontal (dengan kata lain dalam
generasi yang sam a dengan sang kepala keluarga) m ungkin m encakup
istri-istri sang kepala keluarga yang berpoligam i yang tinggal dalam
tem pat tinggal keluarga yang sam a, ditam bah saudari-saudari sang
kepala keluarga yang belum m enikah dan barangkali juga beberapa
adiknya yang sudah m enikah. Perluasan vertikal ke generasi-generasi
lain m engum pulkan sang kepala keluarga dan istrinya, satu atau
beberapa anak m ereka yang sudah m enikah, dan anak-anak yang
merupakan cucu sang kepala keluarga di dalam satu rumah atau
kompleks bangunan milik keluarga. Terlepas dari apakah perluasan itu
horisontal, vertikal, atau keduanya, seluruh rum ah tangga m erupakan
satu satuan ekonomi, inansial, sosial, dan politik, semua anggotanya
m enjalani hidup harian yang terkoordinasi, dan sang kepala keluarga
merupakan otoritas paling utama.
Wajarlah, rum ah tangga patrilokal m erawat anggota-anggota yang
lansia: m ereka hidup dalam rum ah tangga yang sam a dengan anak-
anak mereka, mereka memiliki dan mengendalikan rumah atau rumah-
rumah milik keluarga, dan mereka menikmati jaminan ekonomi dan
isik. Tentu saja, tatanan itu tidak menjamin bahwa anak yang sudah
dewasa mencintai orangtuanya yang sudah lansia; perasaan m ereka
mungkin mendua atau didominasi oleh rasa takut dan hormat kepada
otoritas, dan anak m ungkin hanya m enanti waktu sam pai m ereka
nantinya bisa m enindas anak-anak m ereka sendiri yang sudah dewasa.
Rumah tangga neolokal mempersulit perawatan terhadap lansia, apa
pun perasaan anak terhadap orangtuanya yang sudah lanjut usia,
karena orangtua dan anak-anak terpisah secara isik.
Kebalikan status kuat yang dipegang oleh orang lansia dalam
m asyarakat patriarkis tradisional adalah status lansia di sebagian
besar m asyarakat Am erika m odern (dengan kekecualian m encolok di
antara sejum lah kom unitas im igran yang m em pertahankan nilai-nilai
tradisional). Mengutip daftar atribut yang mengenaskan dari Cowgill,
“Kam i m enyangkutpautkan usia lanjut dengan hilangnya kegunaan,
kelem ahan, penyakit, kepikunan, kem iskinan, hilangnya seksualitas,
ketidaksuburan, dan kematian.” Pandangan-pandangan itu memiliki
konsekuensi-konsekuensi praktis bagi kesempatan kerja dan perawatan
medis orang lansia. Usia pensiun wajib sampai belum lama ini
diberlakukan secara luas di Am erika Serikat, dan m asih diberlakukan
278 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka secara luas di Eropa. Pemberi kerja cenderung menganggap orang
lansia sebagai penghalang serta lebih sulit dikelola dan diajari, sehingga
lebih m em ilih berinvestasi pada pegawai m uda yang dianggap lebih
luwes dan lebih m udah dilatih. Dalam penelitian percobaan yang
dilakukan oleh J oanna Lahey untuk Boston College’s Center for
Retirement Research, tanggapan-tanggapan terhadap resume-resume
palsu yang dikirim kan kepada calon m ajikan dan hanya berbeda dalam
hal nama serta usia pelamar mengungkapkan bahwa perempuan
berusia 35– 45 tahun yang m elam ar pekerjaan tingkat awal 43% lebih
mungkin dipanggil untuk wawancara daripada pelamar berusia 50 -
62 tahun. Kebijakan eksplisit rum ahsakit yang diistilahkan "alokasi
sum ber daya perawatan kesehatan berdasar-usia" adalah m em beri
prioritas kepada pasien yang lebih m uda daripada pasien yang lebih tua
setiap kali sum ber daya perawatan kesehatan terbatas, dengan alasan
bahwa waktu, energi, dan uang m edis tidak seharusnya diinvestasikan
guna m enyelam atkan nyawa orang lansia yang dinyatakan sebagai
"rapuh dan lem ah". Tidak heran bukan bila orang-orang Am erika dan
Eropa, bahkan sejak berusia 30 -an, menanggapi dengan menanamkan
banyak uang dalam tindakan-tindakan yang m enjaga penam pilan
muda, semisal mengecat rambut dan bedah plastik?
Setidaknya tiga perangkat nilai, sebagian di antaranya dim iliki
juga oleh m asyarakat Eropa, m enyebabkan status rendah orang lansia
di Am erika m odern. Salah satunya, ditekankan oleh ahli sosiologi
Max Weber, adalah etika kerja, yang Weber tekankan dalam hubung-
annya dengan bentuk Revolusi Protestan J ean Calvin, dan yang Weber
rum uskan terutam a dalam kaitannya dengan J erm an, nam un relevan
dengan m asyarakat Barat m odern yang lebih luas. Dengan risiko m e-
reduksi buku-buku dan artikel-artikelnya yang panjang dan kom pleks
menjadi satu kalimat, Weber dapat dikatakan sebagai memandang
kerja sebagai urusan utama kehidupan seseorang, sumber status dan
identitas seseorang, dan baik untuk karakter seseorang. Itu berarti
pensiunan lansia yang tidak lagi bekerja kehilangan status sosial
mereka.
Seperangkat nilai Amerika yang lebih spesiik adalah gugusan
nilai yang berkaitan dengan pengutam aan kam i terhadap individu.
Individualism e itu adalah kebalikan pengutam aan keluarga besar
di banyak m asyarakat lain yang dibahas di atas. Harga diri seorang
Am erika diukur berdasarkan prestasinya sendiri, bukan oleh pres-
tasi kolektif keluarga besarnya. Kam i diajari untuk m andiri dan
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 279
http://facebook.com/indonesiapustaka m engandalkan diri sendiri. Kem andirian, individualism e, m aupun
mengandalkan diri sendiri dipuji-puji sebagai nilai mulia, sementara
sifat-sifat berseberangan yaitu ketergantungan, ketidakm am puan ber-
dikari, dan ketidakmampuan mengurus diri sendiri pun dipandang
rendah. Bahkan, bagi orang-orang Am erika, kepribadian yang berke-
tergantungan adalah diagnosis klinis yang digunakan oleh psikiater
dan ahli psikologi, dan dilabeli sebagai Gangguan Mental nomor 301.6
oleh Asosiasi Psikiatrik Amerika, untuk mengidentiikasi kondisi yang
m em butuhkan terapi, yang tujuannya adalah m em bantu individu yang
sayangnya berketergantungan itu agar m encapai nilai m ulia Am erika
berupa kemandirian.
Yang juga term asuk gugus nilai Am erika itu adalah pengutam aan
kam i terhadap privasi individual, konsep yang tidak biasa m enurut
standar berbagai kebudayaan dunia, yang kebanyakan m enyediakan
sedikit privasi individual dan tidak m enganggapnya sebagai hal ideal
yang diinginkan. Tatanan hidup tradisional yang um um terdiri atas
keluarga besar yang hidup dalam satu hunian tunggal, atau sekelom pok
pondok atau tempat bernaung di sekeliling satu tanah terbuka, atau se-
luruh kawanan tidur di satu tem pat bernaung. Kondisi dem ikian sulit
terbayang bagi kebanyakan orang Am erika m odern: bahkan hubungan
seks yang dilakukan sepasang orang pun secara tradisional berlangsung
dengan privasi m inim um . Ranjang gantung atau tikar pasangan itu bisa
dilihat oleh pasangan-pasangan lain, dan anak-anak pasangan itu yang
m asih kecil m ungkin tidur di tikar yang sam a nam un paling-paling
hanya dim inta m em ejam kan m ata. Pola hunian neolokal kam i, yaitu
anak-anak yang m encapai usia pernikahan diharapkan m endirikan
rumah tangga pribadi sendiri, merepresentasikan ekstrem berseberang-
an dari tatanan tradisional dengan privasi m inim al.
Perawatan terhadap orang lansia bertentangan dengan nilai-
nilai Am erika berupa kem andirian, individualism e, m engandalkan
diri sendiri, dan privasi yang saling berjalin itu. Kam i m enerim a
ketergantungan bayi, karena bayi tidak pernah m andiri, nam un kam i
bergelut m elawan ketergantungan lansia yang pernah m andiri selam a
berdasawarsa-dasawarsa. Namun kenyataan kejamnya adalah bahwa
orang lansia pada akhirnya m encapai suatu kondisi ketika m ereka
tidak lagi mampu hidup secara mandiri, tidak bisa mengandalkan
kem am puan m ereka sendiri, dan tak punya pilihan selain m enjadi
bergantung kepada orang lain serta m em buang privasi yang lam a
m ereka agung-agungkan. Ketergantungan setidak-tidaknya sam a
280 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka m enyakitkan bagi orang lansia yang terlibat, seperti juga bagi anaknya
yang berusia paro baya dan m elihat hal itu terjadi pada orangtuanya
yang tadinya tidak tergantung kepada siapa-siapa. Berapa banyak
pem baca bab ini yang kenal dengan orang lansia yang karena harga
diri bersikeras untuk mencoba terus hidup sendiri secara mandiri,
sam pai suatu kecelakaan (m isalnya jatuh dan pinggulnya patah, atau
tidak bisa bangun dari tempat tidur) membuat kemandirian mustahil
dilanjutkan? Gagasan-gagasan ideal Am erika m endorong orang-orang
lansia Am erika kehilangan harga diri, dan m em buat para perawat
m ereka yang lebih m uda kehilangan rasa horm at kepada m ereka.
Nilai khas Amerika yang terakhir yang menciptakan praduga ter-
hadap orang lansia adalah kultus usia muda kami. Tentu saja, itu bu-
kanlah nilai sepenuhnya m anasuka yang kebetulan kam i adopsi seba-
gai pilihan budaya tanpa alasan bagus. Memang betul bahwa, di dunia
m odern dengan perubahan teknologi yang cepat, m asih barunya
pendidikan yang diterim a dewasa m uda m em buat pengetahuan m ereka
lebih baru dan berguna bagi hal-hal penting seperti pekerjaan, dan bagi
tantangan-tantangan duniawi kehidupan sehari-hari. Saya yang ber-
usia 75, dan istri saya yang berusia 64, diingatkan akan kenyataan di
balik kultus usia m uda kam i ini setiap kali kam i m encoba m enyalakan
televisi kam i. Saya dan istri terbiasa dengan televisi yang m em iliki tiga
tom bol saja, sem uanya terletak di perangkat itu sendiri: tom bol untuk
m enghidupkan dan m em atikan, tom bol pengatur volum e, dan tom bol
pem ilih saluran. Saya dan istri tidak bisa m em aham i remote control
bertom bol 41 yang sekarang diperlukan hanya untuk m enyalakan
perangkat televisi m odern kam i, dan kam i harus m enelepon putra-
putra kam i yang berusia 25 tahun untuk m em inta petunjuk bila
mereka kebetulan tidak sedang di rumah bersama kami. Satu lagi
faktor eksternal yang m enyuburkan kultus usia m uda adalah tingginya
tingkat persaingan dalam m asyarakat Am erika m odern, yang m em beri
keunggulan bagi orang-orang berusia m uda yang dikaruniai kecepatan,
daya tahan, kekuatan, kegesitan, dan releks yang cepat. Satu lagi
faktor lain adalah bahwa banyak orang Am erika m erupakan anak-
anak im igran baru yang lahir dan tum buh besar di negara lain. Anak-
anak itu melihat bahwa orangtua mereka tidak bisa berbicara bahasa
Inggris tanpa logat asli dan sebenarnya tidak tahu-m enahu m engenai
bagaim ana m asyarakat Am erika berfungsi.
Dengan kata lain, saya tidak m em bantah bahwa ada alasan-alasan
sah bagi orang-orang Am erika m odern untuk m enghargai usia m uda.
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 281
http://facebook.com/indonesiapustaka Tapi, kultus usia m uda kam i m erasuk juga ke bidang-bidang yang
tampak tak berhubungan, dan dalam beberapa kasus benar-benar tidak
adil. Kam i cenderung m enganggap orang m uda cantik atau tam pan, na-
mun mengapa rambut pirang, coklat, atau hitam lebih dikagumi dari-
pada ram but perak atau putih? Iklan pakaian di televisi, m ajalah, dan
surat kabar tanpa kecuali menunjukkan model-model muda; gagasan
mengiklankan kemeja laki-laki atau gaun perempuan dengan model
berusia 70 tahun terasa aneh—tapi m engapa? Seorang ahli ekonom i
mungkin menjawab bahwa orang muda mengganti dan membeli
pakaian lebih sering, dan belum mengembangkan kesetiaan terhadap
m erk seperti orang-orang lansia. Berdasarkan tafsiran ekonom i
itu, rasio m odel pakaian berusia 70 tahun terhadap m odel pakaian
berusia 20 tahun seharusnya kira-kira sam a dengan rasio pem belian
pakaian dan perubahan m erk oleh orang-orang berusia 70 tahun
dibandingkan dengan pembelian pakaian dan perubahan merk oleh
orang-orang berusia 20 tahun. Namun persentase pembelian pakaian
dan perubahan m erk oleh orang-orang berusia 70 tahun tentunya tidak
dekat dengan nol seperti persentase m odel pakaian berusia 70 tahun.
Serupa dengan itu, iklan untuk minuman ringan, bir, dan mobil baru
senantiasa m enam pilkan m odel-m odel muda (Gambar 23), walaupun
orang lansia juga mengonsumsi minuman ringan dan bir serta membeli
m obil. Gam bar-gam bar orang lansia lebih banyak digunakan untuk
menjual popok dewasa, obat radang sendi, dan asuransi pensiunan
(Gambar 24).
Contoh-contoh dari dunia periklanan itu m ungkin tam pak lucu,
sam pai kita renungkan bahwa contoh-contoh itu hanyalah salah satu
ekspresi diskrim inasi usia di Am erika: kultus usia m uda kam i, dan
pandangan negatif kam i terhadap penuaan. Bukan m asalah serius
bahwa m odel berusia 70 tahun tidak dipekerjakan untuk m engiklankan
minuman ringan, namun adalah masalah serius bila pelamar kerja
yang berusia lebih tua biasa tidak diberi kesem patan wawancara
kerja, dan bahwa pasien yang lebih tua m enerim a prioritas yang lebih
rendah untuk sum ber daya perawatan m edis yang terbatas. Iklan
m inum an ringan dan bir yang ditujukan bagi pem irsa tua m aupun
muda juga mengilustrasikan bahwa pandangan negatif mengenai usia
tidak hanya dim iliki oleh orang-orang m uda Am erika m elainkan juga
terinternalisasi dalam diri orang-orang tua Am erika sendiri. Survei oleh
Louis Harris and Associates m enunjukkan bahwa orang-orang Am erika
percaya bahwa orang lansia m erasa bosan, berpikiran tertutup,
282 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka berketergantungan, terisolasi, kesepian, berpikiran sempit, terabaikan,
berselera kuno, pasif, m iskin, tidak banyak gerak, tidak aktif secara
seksual, sakit, tidak waspada, tidak produktif, sangat takut m ati, se-
lalu takut akan kejahatan, menjalani tahun-tahun terburuk dalam
hidup—dan m enghabiskan banyak waktu m ereka untuk tidur, duduk,
dan tidak melakukan apa-apa, atau sibuk bernostalgia soal masa lalu.
Pandangan-pandangan ini dipegang secara seimbang oleh orang-orang
lansia m aupun orang-orang m uda yang dim intai pendapat, walaupun
orang-orang lansia dalam jajak pendapat itu mengklaim bahwa mereka
sendiri tidak cocok dengan stereotipe yang berlaku pada rata-rata orang
lansia lain.
Aturan-aturan m asyarakat
Kita kini telah m em pertim bangkan beberapa perangkat faktor yang
m em pengaruhi m engapa m asyarakat yang berbeda m enjalankan
perlakuan yang berbeda juga bagi lansia: kem am puan m asyarakat
untuk membawa atau memberi mereka makan, kegunaan mereka,
dan nilai-nilai m asyarakat, yang cenderung m encerm inkan kegunaan
itu namun juga sampai tingkat tertentu tidak bergantung kepada
kegunaan. Namun semua ini adalah faktor penjelasan dasar yang
kecil kemungkinan muncul dalam diskusi untuk pengambilan ke-
putusan praktis sehari-hari mengenai orang lansia, seperti apakah kita
seharusnya m enyisihkan potongan daging terbaik dari antelop tang-
kapan hari ini untuk Kakek, walaupun dia sudah tidak m am pu berburu
sendiri. Cucu yang m enjagal antelop itu karenanya tidak m engacu ke
asas um um nilai dasar, m isalnya “Kakek ingat m akanan apa yang bisa
dim akan setelah hungi kengi, jadi kam i ganjar kegunaan Kakek dengan
m em beri Kakek potongan daging ini.” Keputusan-keputusan praktis
itu dibuat sesuai aturan-aturan m asyarakat, yang m enyebutkan apa
yang harus dilakukan dalam situasi-situasi tertentu dan pada akhirnya
m encerm inkan kegunaan dan nilai, nam un yang m em ungkinkan kita
cepat-cepat membagi-bagi daging antelop tanpa berdiskusi ilosois
mengenai hungi kengi.
Ada beraneka ragam aturan sem acam itu, berbeda-beda di
antara m asyarakat, yang m engatur beraneka ragam pilihan. Aturan-
aturan itu memberikan kuasa kepada orang lansia untuk memegang
kendali atas sum ber daya tertentu, nam un tidak untuk sum ber daya
lainnya. Aturan-aturan itu diterim a oleh orang-orang m uda, yang
tunduk kepada orang-orang lansia dan membiarkan mereka meng-
ATURAN-ATURAN MASYARAKAT ● 283
http://facebook.com/indonesiapustaka ambil sumber daya tersebut, walaupun jelas ada konlik kepentingan
antara orang tua dan orang m uda m em perebutkan sum ber daya itu,
dan walaupun orang m uda cukup kuat untuk m erebut sum ber daya
tersebut. Namun orang muda tidak melakukannya, dan mereka justru
setuju untuk menunggu sampai mereka juga tua dan dihormati oleh
yang lebih m uda. Dari sedem ikian banyak perangkat contoh yang ada,
saya akan beri tiga saja.
Contoh sederhana m elibatkan tabu m akanan, yang m em astikan
bahwa makanan-makanan tertentu dikhususkan untuk orang lansia,
dengan kepercayaan (yang didukung oleh orang m uda m aupun tua)
bahwa m akanan-m akanan itu akan m em bahayakan orang m uda
namun orang lansia telah memperoleh kekebalan dapatan terhadap
bahaya itu berkat usia m ereka. Setiap m asyarakat m em iliki tabu
m akanan tertentunya sendiri, yang tam pak m anasuka bagi m asyarakat-
m asyarakat lain, nam un tabu tersebar luas di antara m asyarakat-
masyarakat tradisional. Misalnya, orang-orang Indian Omaha muda
yang ingin m em buka tulang hewan guna m em akan sum sum nya yang
kaya diberi peringatan oleh tetua-tetua m ereka yang cerdik bahwa
pergelangan kaki mereka akan keseleo gara-gara hal itu, namun orang
tua bisa makan sumsum dengan aman. Di antara orang-orang Iban di
Borneo, orang tua m enikm ati santapan daging kijang, nam un orang
m uda dilarang m elakukannya karena m ereka bisa m enjadi m alu-m alu
seperti kijang. Orang-orang tua Chukchi di Siberia m em inum susu rusa
kutub nam un m enetapkannya sebagai tabu bagi orang-orang m uda,
dengan alasan bahwa hal itu adalah demi melindungi orang muda,
sebab susu akan m em buat laki-laki m uda im poten dan m enyebabkan
payudara perem puan m uda kendor.
Seperangkat tabu m akanan yang am at rum it dilaporkan dari orang-
orang Aborigin Aranda (alias Arunta) di dekat Alice Springs di gurun
Australia tengah. Makanan-makanan terbaik dikhususkan untuk orang-
orang tua, terutam a laki-laki tua, yang m enjabarkan konsekuensi-
konsekuensi m engerikan yang akan m enim pa orang-orang m uda bila
m ereka dengan bodohnya m enyantap m akanan-m akanan terlarang itu.
Konon, m em akan bandicoot betina m em buat laki-laki m uda berdarah
sam pai m ati sewaktu dia disunat; lem ak burung em u m enyebabkan
perkembangan abnormal penis; memakan burung nuri menimbulkan
rongga di puncak kepala, dan lubang di dagu; sementara memakan
kucing liar m enyebabkan tim bulnya bisul-bisul nyeri berbau busuk di
kepala dan leher. Perem puan m uda diberi peringatan akan bahaya-
284 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka bahaya lainnya: m em akan bandicoot betina m erangsang aliran darah
m enstruasi terus-m enerus, ekor kangguru m enyebabkan penuaan
dan kebotakan dini, burung puyuh m encegah payudara berkem bang,
sem entara rajawali coklat justru m enyebabkan payudara m em bengkak
dan meletus tanpa menghasilkan susu.
Satu lagi sum ber daya lain yang orang-orang lansia di banyak
m asyarakat berhasil m onopoli untuk diri sendiri dan jadikan tabu
untuk orang-orang m uda adalah—perem puan m uda. Aturan-aturan
m engatakan bahwa laki-laki yang lebih tua harus m enikahi perem puan
yang jauh lebih m uda dan m em iliki banyak istri, dan bahwa laki-laki
muda tidak boleh mengharapkan menikah sebelum mencapai usia
40 atau bahkan lebih tua lagi. Daftar panjang m asyarakat tradisional
dengan praktik-praktik sem acam itu m encakup orang-orang Akam ba di
Afrika Tim ur, Indian Araucania di Am erika Selatan, Bakong di Afrika
Barat, Penduduk Kepulauan Banks di Pasiik Barat Daya, Berber di
Afrika Utara, Chukchi di Siberia, Iban di Kalim antan, Inuit Labrador di
Kanada, Xhosa di Afrika Selatan, dan banyak suku Aborigin Australia
lainnya. Saya m enjum pai kasus sem acam itu di satu suku di dataran
rendah Papua utara, ketika seorang laki-laki tua pincang bernama
Yono m enunjukkan kepada saya seorang anak perem puan yang
sepertinya berusia kurang dari 10 tahun, yang m enurutnya sudah dia
"tandai" sebagai calon istrinya. Dia telah m em bayar panjar untuk anak
perem puan ketika anak itu baru lahir, telah secara berkala m em bayar
cicilan berikutnya kepada orangtuanya, dan berharap akan m enikahi
si anak perem puan segera setelah payudaranya berkem bang dan dia
mulai mengalami menstruasi.
Seperti juga dengan tabu m akanan dan hak-hak istim ewa lainnya
orang lansia, kita harus m enanyakan m engapa orang-orang m uda tun-
duk pada aturan-aturan semacam itu dan tunduk kepada otoritas orang
lansia. Bagi laki-laki m uda, sebagian alasannya adalah bahwa m ereka
m elakukan itu dengan harapan nantinya giliran m ereka akan tiba. Se-
mentara itu, mereka bersantai-santai di sekeliling api unggun dan
mencari-cari kesempatan untuk kepuasan seksual ketika si suami tua
sedang tidak ada.
Kedua set contoh aturan ini, yang digunakan orang lansia di ba-
nyak m asyarakat tradisional untuk m em astikan bahwa m ereka akan
dirawat—m elalui tabu m akanan, dan dengan secara ketat m eng-
khususkan istri-istri m uda untuk laki-laki tua—tidak berlaku di
m asyarakat-m asyarakat industri m odern. Oleh karena itu kita bingung
ATURAN-ATURAN MASYARAKAT ● 285
http://facebook.com/indonesiapustaka m engapa orang-orang m uda di m asyarakat-m asyarakat tradisional
m enoleransi aturan-aturan sem acam itu. Perangkat contoh saya yang
tersisa akan jauh lebih akrab bagi para pem baca buku ini: ditahannya
hak properti oleh orang lansia. Dalam m asyarakat m odern m asa
kini, seperti juga dalam banyak m asyarakat tradisional, kebanyakan
orang lansia m elepaskan kepem ilikan properti m ereka hanya m elalui
pewarisan ketika m ereka m eninggal. Oleh karena itu ancam an yang
m em bayang-bayangi bahwa orang lansia akan m engubah surat wasiat
m ereka turut berperan dalam m em otivasi orang m uda untuk m erawat
sesepuh mereka.
Contoh ringan fenom ena ini berlaku bagi kawanan !Kung, yang
hak kepem ilikan tanahnya (n!ore) dianggap berkaitan dengan anggota-
anggota kawanan tertua, bukan dengan kawanan sebagai keseluruhan.
Contoh-contoh yang lebih bersifat m em aksa dapat ditem ukan nyaris
di sem ua m asyarakat penggem bala dan petani: generasi senior,
biasanya dalam bentuk laki-laki kepala keluarganya, terus m em iliki
lahan, ternak, dan harta benda berharga sampai dia lanjut usia,
dan paling sering sampai meninggal dunia. Oleh karena itu kepala
keluarga m enikm ati posisi kuat untuk m em bujuk anak-anaknya agar
m em biarkan dia tetap tinggal di rum ah keluarga dan m erawatnya.
Misalnya, Perjanjian Lama menjabarkan Ibrahim dan para kepala
keluarga Ibrani lainnya sebagai pem ilik banyak ternak pada usia
lanjut. Laki-laki tua Chukchi memiliki rusa kutub; laki-laki tua Mongol
memiliki kuda; orang-orang tua Navajo memiliki kuda, domba, sapi,
dan kam bing; sem entara orang-orang tua Kazakh m em iliki em pat
spesies ternak itu plus unta. Dengan mengendalikan ternak, lahan
pertanian, dan (sekarang) properti serta aset inansial lainnya, orang-
orang tua m em iliki posisi tawar yang kuat atas generasi yang lebih
muda.
Pada banyak m asyarakat, kekuasaan yang dipegang generasi tua
sedem ikian kuat sehingga pem erintahan m asyarakat itu m enjadi apa
yang disebut sebagai "gerontokrasi"—tirani oleh orang-orang lanjut
usia. Contoh-contohnya lagi-lagi m encakup Ibrani kuno, banyak m a-
syarakat penggem bala Afrika, banyak suku Aborigin Australia, dan
(lebih dekat dengan para pem baca buku saya) perdesaan Irlandia.
Seperti yang dirangkum oleh Donald Cowgill, “Di sini [di Irlandia]
sudah biasa kalau seorang laki-laki tua mempertahankan kepemilikan
dan kendali atas peternakan keluarga sampai sangat lanjut dalam
hidupnya. Sem entara putra-putranya terus bekerja sebagai buruh
286 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka keluarga yang tidak digaji, sepenuhnya bergantung kepada si petani tua
demi memperoleh dukungan ekonomi dan tidak bisa menikah karena
tidak punya cara m andiri untuk m enopang keluarga. Dengan ketiadaan
sistem pewarisan yang jelas dan tidak am bigu, sang ayah m ungkin
m engadu dom ba anak-anaknya, m em anfaatkan prospek harta warisan
sebagai "pem erasan" guna m enjaga agar anak-anaknya (yang berusia
30 -an atau 40 -an) tetap tunduk terhadapnya. Pada akhirnya dia
m ungkin m enyerahkan peternakannya kepada salah seorang putranya,
secara berhati-hati m engkhususkan "kam ar barat"—yang paling luas
dan berperabotan paling bagus—untuk dirinya sendiri dan istrinya dan
menyediakan topangan inansial sepanjang hayat mereka.”
Mengingat keakraban kita sendiri dengan kekuasaan yang dinik-
m ati orang lanjut usia dalam m asyarakat kita m elalui hak properti,
kita sekarang bisa memahami dengan lebih baik kesalahan kita ka-
rena awalnya terkejut gara-gara fakta bahwa orang lanjut usia di m a-
syarakat tradisional berhasil m em aksakan tabu m akanan dan akses
kepada istri-istri m uda. Sewaktu saya pertam a kali m endengar m engeni
adat itu, saya sendiri bertanya-tanya, “Mengapa pemuda anggota
suku tidak rebut dan makan saja makanan enak-enak seperti sumsum
dan daging kijang, dan nikahi perem puan m uda cantik pilihannya
tanpa harus m enunggu sam pai usia 40 ?” J awabannya: m ereka tidak
akan m elakukannya, untuk alasan yang sam a dewasa m uda dalam
m asyarakat kita jarang berhasil m erebut properti dari orangtuanya
di luar kehendak orangtuanya. Dewasa m uda kita tidak m elakukan
hal itu, karena m ereka akan ditentang bukan hanya oleh orangtuanya
yang lem ah, m elainkan juga keseluruhan m asyarakat kita yang
m elaksanakan aturan itu. Kalau begitu m engapa tidak sem ua pem uda
anggota suku bangkit bersamaan memberontak dan mengatakan,
“Kam i ubah aturan-aturan yang ada, sehingga sekarang kam i para
pemuda bisa memakan sumsum?” Para pemuda anggota suku tidak
m elakukannya, untuk alasan yang sam a m engapa sem ua pem uda
Am erika tidak bangkit m em berontak dan m enantang peraturan-
peraturan pewarisan sifat: dalam m asyarakat m ana pun, m engubah
aturan-aturan dasar adalah proses panjang dan sulit, orang-orang tua
memiliki posisi tawar kuat untuk menentang perubahan aturan, dan
sikap tunduk dan horm at kepada orang tua yang tertanam selam a ini
tidak hilang dalam sekejap mata.
SEKARANG LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK? ● 287
http://facebook.com/indonesiapustaka Sekarang lebih baik atau lebih buruk?
Dibandingkan dengan status orang lansia dalam m asyarakat
tradisional, apa yang kini sudah berubah? Salah satu perangkat faktor
telah sangat berubah ke arah yang lebih baik, nam un banyak faktor lain
yang telah berubah m enjadi sem akin buruk.
Kabar baiknya adalah bahwa orang lanjut usia secara rata-rata
m enikm ati hidup yang lebih panjang, kesehatan yang jauh lebih baik,
kesem patan rekreasi yang jauh lebih banyak, dan jauh lebih sedi-
kit duka akibat kematian anak-anak mereka daripada kapan pun se-
belum nya dalam sejarah m anusia. Harapan hidup rata-rata di 26
negara Dunia Pertam a adalah 79 tahun, dnegan harapan hidup
tertinggi adalah 84 tahun, di J epang—rata-rata dua kali lipat angka
di m asyarakat-m asyarakat tradisional. Alasan-alasan yang banyak
diketahui bagi peningkatan rentang hidup ini adalah tindakan-tindakan
kesehatan m asyarakat (m isalnya penyediaan air m inum yang bersih,
pem asangan kasa di jendela, dan im unisasi) guna m em erangi penyakit
m enular—ditam bah obat-obatan m odern, pem bagian m akanan yang
lebih eisien guna memerangi kelaparan (Bab 8 dan 11), dan (percaya
atau tidak, m eskipun ada dua perang dunia) tingkat kem atian yang
relatif m enurun akibat perang dalam m asyarakat-m asyarakat dengan
pem erintahan negara dibandingkan dengan m asyarakat-m asyarakat
tradisional (Bab 4). Berkat pengobatan dan transportasi m odern,
orang-orang lanjut usia sekarang bisa menikmati kualitas kehidupan
yang jauh lebih tinggi daripada di masa lalu. Misalnya, saya baru saja
kem bali dari safari di Afrika di m ana 3 di antara 14 peserta berusia
di antara 86 dan 90 tahun dan masih mampu berjalan dalam jarak
sedang. J auh lebih banyak orang yang bisa bertahan hidup sam pai
m elihat cicit-cicit m ereka—57% dari laki-laki Am erika dan 68% dari
perem puan Am erika yang hidup m elewati usia 80 —daripada dulu.
Lebih daripada 98% bayi Dunia Pertam a berhasil m elewati m asa
bayi dan kanak-kanak, sem entara persentasenya bisa serendah 50 %
di m asyarakat-m asyarakat tradisional. Oleh karena itu, pengalam an
berduka atas kem atian anak sendiri yang um um pada m asa lalu, kini
jarang ditemui di Dunia Pertama.
Kabar baik itu digugurkan oleh berita yang jauh lebih buruk, se-
bagian di antaranya merupakan akibat langsung demograi. Rasio
orang lanjut usia terhadap anak-anak dan pekerja m uda yang produktif
telah melonjak, sebab tingkat kelahiran telah merosot sementara
tingkat kesintasan orang lanjut usia naik. Dengan kata lain, piramida
288 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?
http://facebook.com/indonesiapustaka populasi m enjadi terbalik: dulu kam i m em iliki banyak orang m uda
dan sedikit orang tua, nam un kini kam i m em iliki banyak orang tua
dan lebih sedikit bayi. Bukanlah hal m enghibur bagi generasi m asa
kini untuk merenungkan bahwa keadaan 80 tahun dari sekarang tidak
akan terlalu buruk, ketika kelom pok bayi seusia saat ini yang m engerut
nantinya menjadi kelompok orang lansia seusia. Misalnya, persentase
seluruh populasi yang berusia setidaknya 65 tahun kini hanya 2% di
negara-negara term iskin, nam un 10 kali lebih besar di sejum lah negara
Dunia Pertam a. Belum pernah m asyarakat m anusia m ana pun m em iliki
sedem ikian besar persentase lansia yang harus ditangani.
Salah satu konsekuensi negatif yang gam blang dari fakta-fakta
demograi itu adalah bahwa beban masyarakat yang menyokong
orang lansia lebih berat, oleh karena lebih banyak orang tua yang per-
lu disokong oleh pekerja produktif yang berjum lah lebih sedikit. Ke-
nyataan kejam itu m erupakan akar krisis yang siap m enerjang dan
banyak dibahas tentang pendanaan sistem J am inan Sosial Am erika
(serta sistem -sistem serupa di Eropa dan J epang) yang m enyediakan
dana pensiun bagi pekerja yang sudah pensiun. Bila kam i orang-orang
tua terus bekerja, kami mencegah generasi anak dan cucu kami mem-
peroleh pekerjaan, seperti yang terjadi sekarang. Tapi bila kam i orang-
orang tua pensiun dan mengharapkan pendapatan dari kelompok
usia lebih m uda yang terus m enyusut untuk tetap m endanai sistem
J aringan Sosial dan m em bayar kehidupan santai kam i, m aka beban
inansial kelompok usia muda jauh lebih besar daripada yang pernah
terjadi sebelum nya. Dan bila kam i m engharapkan untuk pindah dan
tinggal bersama mereka dan membiarkan mereka secara pribadi me-
nyokong dan m erawat kam i di rum ah m ereka, m ereka berbeda pen-
dapat. Saya jadi bertanya-tanya apakah kita kem bali ke dunia di m ana
kita akan mempertimbangkan kembali pilihan-pilihan mengenai meng-
akhiri kehidupan yang dilakukan oleh m asyarakat-m asyarakat tradi-
sional—m isalnya bunuh diri berbantuan, bunuh diri yang disarankan,
dan eutanasia. Sewaktu m enuliskan kata-kata ini, saya jelas tidak
m erekom endasikan pilihan-pilihan itu; saya sem ata m engam ati m e-
ningkatnya frekuensi pem bahasan, pelaksanaan, dan perdebatan
oleh anggota parlemen dan pengadilan mengenai tindakan-tindakan
tersebut.
Satu lagi akibat terbaliknya piram ida populasi adalah, sejauh m e-
nyangkut terus bernilainya orang lansia bagi m asyarakat (m isalnya ber-
kat pengalam an m ereka yang panjang dan bervariasi), individu lansia