http://facebook.com/indonesiapustaka
BAGIAN DUA
DAMAI DAN
PERANG
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 2
Kompensasi atas Kematian Seorang Anak
Kecelakaan ▪ Upacara ▪ Bagaimana jika...? ▪ Apa yang negara lakukan
▪ Kompensasi di Papua ▪ Hubungan seumur hidup ▪ Masyarakat-
masyarakat bukan-negara lainnya ▪ Kewenangan negara ▪ Peradilan
perdata negara ▪ Cacat-cacat dalam peradilan perdata negara
▪ Peradilan pidana negara ▪ Peradilan restoratif ▪ Keunggulan-
keunggulan dan harga yang harus dibayarkan
Ke c e la ka a n
Suatu petang m enjelang akhir m usim kem arau, m obil yang dikendarai
seorang laki-laki bernama Malo secara tidak sengaja menabrak dan
m enewaskan seorang anak sekolah, Billy, di satu jalan di Papua
Nugini. Billy sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah dalam
m inibus um um (bukan bis sekolah khusus), dan pam annya Genjim p
sedang menunggu di seberang jalan untuk menjemputnya. Malo, supir
perusahaan kecil setem pat, sedang m em bawa pulang staf kantor yang
pulang kerja dan sedang berkendara ke arah yang berlawanan dengan
m inibus yang m engangkut Billy. Ketika Billy m elom pat turun dari
m inibus, dia m elihat Pam an Genjim p dan m ulai berlari m enyeberangi
jalan untuk m endekatinya. Tapi ketika m enyeberangi jalan, Billy bukan
berjalan di depan m inibus, yang akan m em buatnya bisa terlihat dari
mobil Malo dan para pengemudi lain. Billy malah berlari di belakang
minibus sehingga tidak terlihat, dan baru tampak oleh Malo sewaktu
Billy melesat ke tengah jalan. Malo tidak bisa menginjak rem tepat pada
waktunya, dan m oncong m obilnya m enghantam kepala Billy sam pai
anak itu terlem par ke udara. Paman Genjimp langsung membawa
http://facebook.com/indonesiapustaka 92 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
Billy ke ruang gawat darurat rum ah sakit, nam un Billy m engem buskan
napas terakhir beberapa jam kemudian akibat cedera kepala parah.
Di Am erika Serikat, pengem udi yang terlibat dalam kecelakaan se-
rius diharapkan tetap berada di tempat kejadian perkara sampai po-
lisi tiba: bila dia angkat kaki dan tidak melapor ke polisi, dia dianggap
melarikan diri, dan itu dianggap sebagai kejahatan. Tapi, di Papua
Nugini, juga di beberapa negara lain, hukum membolehkan, dan polisi
serta akal sehat juga mendesak, agar pengemudi tidak tetap berada di
TKP m elainkan langsung m enuju ke kantor polisi terdekat. Itu karena
orang-orang di sekitar yang m arah m ungkin m enyeret sang pengem udi
yang m enabrak dari m obilnya dan m em ukulinya sam pai m ati di
tempat itu juga, bahkan kalaupun kecelakaan itu adalah kesalahan si
pejalan kaki. Risiko bagi Malo dan para penumpangnya semakin besar,
karena Malo dan Billy berasal dari dua kelompok etnis yang berbeda,
yang di Papua Nugini sering kali merupakan sumber ketegangan.
Malo adalah penduduk setempat dari desa di dekat situ, sementara
Billy adalah penduduk dataran rendah yang kam pung halam annya
terletak berkilo-kilom eter jauhnya. Banyak penduduk dataran rendah
yang telah berm igrasi ke daerah itu untuk bekerja, hidup di sekitar
tempat kecelakaan itu terjadi. Bila Malo berhenti dan keluar dari
m obilnya untuk m enolong anak itu, dia m ungkin dihabisi oleh orang-
orang dataran rendah yang ada di sekitar situ, dan barangkali para
penumpangnya juga akan diseret keluar dan dibunuh. Namun Malo
masih cukup waras sehingga dia menuju ke kantor polisi terdekat
dan m enyerahkan diri. Polisi m engurung para penum pangnya untuk
sementara di kantor itu demi keselamatan mereka sendiri, dan meng-
antarkan Malo demi keselamatannya ke desanya, dan dia pun tetap di
situ selam a beberapa bulan setelahnya.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi berikutnya m enunjukkan bagai-
m ana orang-orang Papua, seperti banyak kelom pok m anusia tradi-
sional yang hidup nyaris sepenuhnya di luar kontrol efektif sistem per-
adilan yang ditetapkan oleh pem erintahan negara, tetap saja m ene-
tapkan keadilan dan secara dam ai m enyelesaikan perselisihan m elalui
mekanisme-mekanisme tradisional mereka sendiri. Mekanisme-me-
kanism e penyelesaian perselisihan itu barangkali bekerja sepanjang
prasejarah manusia, sampai muncul negara-negara dengan hukum
tertulis, pengadilan, hakim , dan polisi sejak 5.40 0 tahun lalu. Kasus
Billy dan Malo kontras dengan kasus yang akan saya bahas di bab
berikutnya, kasus yang juga dipecahkan m elalui cara tradisional,
http://facebook.com/indonesiapustaka UPACARA ● 93
nam un berlawanan dengan cara yang digunakan dalam kasus Billy
dan Malo: melalui pembunuhan untuk balas dendam dan perang.
Bergantung pada kondisi dan pihak-pihak yang terlibat, perselisihan
dalam m asyarakat tradisional bisa diselesaikan entah itu secara dam ai,
atau m elalui perang bila proses dam ai buyar atau tidak diupayakan.
Proses dam ai m elibatkan apa yang disebut "kom pensasi". (Seperti
yang akan kita lihat, terjem ahan ke dalam Bahasa Inggris yang biasa
digunakan untuk istilah Papua itu m enyesatkan; m ustahil m engom -
pensasi kem atian seorang anak, dan bukan itu tujuannya. Istilah da-
lam lingua franca Nugini, Tok Pisin, adalah sori m oney , berarti
"uang penyesalan", dan terjem ahan itu lebih sesuai, sebab secara pas
m enggam barkan uang yang dibayarkan sebagai wujud duka atau per-
m intaan m aaf yang juga dirasakan atas apa yang telah terjadi.) Kasus
m engenai kom pensasi tradisional setelah tewasnya Billy diceritakan
kepada saya oleh seorang laki-laki bernam a Gideon, yang ketika itu
m erupakan m anajer kantor setem pat perusahaan yang m em pekerja-
kan Malo sebagai supir, dan peserta dalam proses yang terjadi sesudah-
nya. Ternyata mekanisme peradilan tradisional Nugini memiliki
tujuan-tujuan yang secara m endasar berbeda dengan tujuan-tujuan
sistem peradilan negara. Meskipun saya setuju bahwa peradilan ne-
gara m em berikan m anfaat besar dan m utlak diperlukan untuk m e-
nyelesaikan banyak perselisihan di antara warga negara, terutam a
perselisihan antara orang-orang yang tidak saling m engenal, saya kini
merasakan bahwa mekanisme-mekanisme peradilan tradisional dapat
m engajari kita banyak hal tentang perselisihan bila pihak-pihak yang
terlibat bukanlah orang yang sam a sekali asing, m elainkan akan tetap
terkunci dalam suatu hubungan yang terus berlangsung setelah per-
selisihan itu diselesaikan: m isalnya tetangga, orang-orang yang ber-
hubungan bisnis, orangtua yang bercerai, dan kakak-adik yang ber-
selisih soal harta warisan.
Upacara
Karena ada risiko anggota-anggota klan Billy akan m encoba m em balas
dendam terhadap Malo, Gideon, dan para pegawai lain di perusahaan
mereka, Gideon memberitahu staf agar tidak masuk kerja keesokan
hari setelah kecelakaan. Gideon sendiri tetap berada sendirian di
kantornya, dalam kom pleks gedung yang berpagar dan berpenjaga,
hanya beberapa ratus m eter dari rum ah tem pat Gideon dan ke-
luarganya tinggal. Dia m em erintahkan para penjaga keam anan agar
http://facebook.com/indonesiapustaka 94 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
tetap waspada, tidak membiarkan orang asing masuk, dan terutama
m engawasi apakah ada orang dataran rendah yang datang dan m enjaga
agar mereka tidak bisa masuk. Terlepas dari itu, saat hari masih pagi,
Gideon m engangkat kepala dari m ejanya dan dengan ketakutan
m elihat tiga laki-laki bertubuh besar, yang bisa dikenali sebagai orang
dataran rendah berdasarkan perawakan mereka, berdiri di luar jendela
belakang kantornya.
Yang pertam a terpikir oleh Gideon adalah: aku harus tersenyum
kepada mereka, kalau tidak ya aku lari. Namun kemudian terpikir
olehnya bahwa istri dan anak-anaknya yang m asih kecil ada di dekat-
dekat situ, dan lari hanya akan m enyelam atkan nyawanya sendiri.
Dia berhasil tersenyum , dan ketiga laki-laki itu pun balas tersenyum .
Gideon m endekati jendela belakang kantornya dan m em bukanya,
m enyadari bahwa tindakan itu bisa jadi langsung terbukti fatal, nam un
dia tidak punya pilihan sebab alternatifnya lebih buruk lagi. Salah
satu laki-laki, yang ternyata adalah Peti, ayah si anak yang tewas,
bertanya kepada Gideon, “Bolehkah aku m asuk ke kantorm u dan
berbicara denganm u?” (Ini dan sebagian besar percakapan yang akan
saya tuturkan bukan dilangsungkan dalam bahasa Inggris, m elainkan
bahasa Tok Pisin. Kata-kata Peti kepada Gideon sebenarnya “Inap m i
kam insait long opis bilong you na yum i tok-tok?”)
Gideon m engangguk, pergi ke bagian depan kantornya, m em buka
pintu, dan mempersilakan Peti masuk sendirian dan duduk. Sebagai
laki-laki yang putranya baru saja tewas, dan sedang berhadapan dengan
atasan sang pembunuh, perilaku Peti sungguh mengesankan: jelas dia
m asih syok, nam un dia tetap tenang, penuh horm at, dan tidak ber-
basa-basi. Peti duduk diam beberapa lam a, dan akhirnya berkata ke-
pada Gideon, “Kam i paham ini adalah kecelakaan, dan kalian tidak
m elakukannya dengan sengaja. Kam i tidak ingin m em buat m asalah.
Kam i hanya ingin kalian m em bantu pem akam annya. Kam i m em inta
dari kalian sedikit uang dan makanan, agar kami bisa memberi makan
kerabat kami saat upacara.” Gideon membalas dengan mengungkapkan
belasungkawanya m ewakili perusahaan dan staf, dan m em buat janji
seadanya. Segera sore itu juga, dia m endatangi superm arket setem pat
dan mulai membeli bahan-bahan makanan standar seperti beras,
daging kalengan, gula, dan kopi. Selagi berada di toko itu, dia kebetulan
bertemu lagi dengan Peti, dan lagi-lagi tidak ada masalah.
Pada hari kedua itu, sehari setelah kejadian, Gideon pun ber-
bicara dengan anggota senior stafnya, seorang laki-laki Papua tua ber-
http://facebook.com/indonesiapustaka UPACARA ● 95
nam a Yaghean, yang m erupakan penduduk asli distrik lain nam un
berpengalam an dalam negosiasi kom pensasi ala Papua. Yaghean
m enawarkan diri untuk m enangani negosiasi. Pada hari berikutnya
(hari ketiga), Gideon mengadakan rapat staf perusahaan guna
m em bahas langkah selanjutnya. Ketakutan utam a setiap orang adalah
keluarga besar anak yang tewas itu (kerabat-kerabat yang lebih
jauh dan anggota-anggota lain klainnya) m ungkin bersikap bengis,
m eskipun sang ayah telah m enjam in bahwa keluarga dekatnya tidak
akan m enyebabkan m asalah. Terdorong oleh perilaku tenang Peti
selam a dua perjum paan m ereka, pada awalnya Gideon ingin langsung
mendatangi pemukiman dataran rendah sendiri, mencari keluarga
Billy, dan "bilang m aaf" (m em inta m aaf secara resm i), dan berupaya
memadamkan ancaman dari keluarga besarnya. Namun Yaghean
bersikeras bahwa Gideon tidak boleh m elakukan itu. “Bila kam u
sendiri, Gideon, pergi ke sana terlalu cepat, aku khawatir keluarga
besarnya dan keseluruhan kom unitas dataran rendah m ungkin
m asih berkepala panas. Kita tetap harus m elalui proses kom pensasi
yang benar. Kita akan kirim kan seorang utusan, yaitu aku. Aku akan
berbicara dengan anggota dewan daerah yang m encakup pem ukim an
dataran rendah itu, dan dia kemudian akan berbicara dengan ko-
munitas dataran rendah. Dia dan aku sama-sama tahu bagaimana
proses kom pensasi harus dilangsungkan. Baru setelah proses itu dise-
lesaikan kam u dan stafm u boleh adakan upacara bilang m aaf [tok-sori
dalam Tok Pisin] ke keluarga itu.”
Yaghean pun m endatangi dan berbicara dengan si anggota dewan,
yang pada hari berikutnya (hari keem pat) m engatur pertem uan yang
m elibatkan Yaghean, sang anggota dewan, dan keluarga Billy (term asuk
keluarga besarnya). Gideon tidak tahu banyak soal apa yang terjadi
dalam pertem uan itu, selain laporan Yaghean bahwa m ereka berbicara
panjang lebar mengenai bagaimana mengatasi masalah tersebut, bahwa
keluarga itu sendiri tidak berniat menggunakan kekerasan, namun
beberapa laki-laki di pemukiman itu sangat berduka atas kematian
Billy dan m asih geram . Yaghean m em beritahu Gideon bahwa dia
harus m em beli lebih banyak m akanan untuk upacara kom pensasi dan
pem akam an, dan bahwa telah disepakati pem bayaran kom pensasi
sebesar 1.0 0 0 kina (setara dengan kira-kira $ 30 0 ) dari perusahaan
Gideon kepada keluarga Billy. (Kina adalah m ata uang nasional Papua
Nugini.)
http://facebook.com/indonesiapustaka 96 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
Upacara kom pensasi itu sendiri berlangsung hari berikutnya,
hari kelima, dengan tatanan resmi dan terstruktur. Upacara tersebut
dim ulai dengan Gideon, Yaghean, dan sem ua staf lain kantor kecuali
Malo, menumpangi mobil perusahaan ke pemukiman dataran rendah.
Mereka memarkir mobil itu, berjalan melalui pemukiman, dan
m em asuki halam an di belakang rum ah keluarga Billy. Upacara duka
tradisional Papua Nugini dilangsungkan di bawah semacam atap, guna
m enaungi kepala para pelayat; dalam kasus ini, atap yang didirikan
oleh keluarga itu adalah selem bar terpal, dan di bawahnya sem ua
orang—keluarga m aupun tam u—berkum pul. Ketika para tam u datang,
salah satu pam an bocah yang tewas m enunjukkan tem pat m ereka
duduk dan memberi tanda kepada keluarga untuk duduk di bagian lain.
Upacara dim ulai dengan ucapan dari seorang pam an, yang ber-
terim akasih kepada pelayat yang datang, dan m enyatakan betapa
sedihnya karena Billy telah tiada. Kem udian Gideon, Yaghean, dan
seorang staf kantor lain berbicara. Dalam menjabarkan peristiwa itu
kepada saya, Gideon m enjelaskan, “Tidak enak sekali, tidak enak sekali
rasanya harus m enyam paikan ucapan itu. Aku m enangis. Waktu itu
anak-anakku juga m asih kecil. Kusam paikan kepada keluarga itu bah-
wa aku m encoba m em bayangkan dalam nya duka m ereka. Aku kata-
kan bahwa aku m encoba m em aham inya dengan m engandaikan ke-
celakaan itu terjadi pada anakku sendiri. Duka itu pastilah tidak terperi.
Kukatakan kepada m ereka bahwa m akanan dan uang yang kuberikan
kepada m ereka tidak ada apa-apanya, sem ata sam pah, dibandingkan
dengan nyawa anak m ereka.”
Gideon m elanjutkan tuturannya kepada saya, “Kem udian giliran
ayah Billy, Peti, yang berbicara. Kata-katanya sangat sederhana. Dia
m encucurkan air m ata. Dia m engakui bahwa kem atian Billy adalah ke-
celakaan, dan bukan karena keteledoran kami. Dia berterimakasih atas
kehadiran kam i, dan m engatakan bahwa kaum nya tidak akan m encari-
cari m asalah dengan kam i. Dia kem udian berbicara tentang Billy,
m engangkat foto putranya, dan berkata, 'Kam i m erindukannya.' Ibu
Billy duduk diam di belakang sang ayah yang sedang berbicara. Bebe-
rapa pam an Billy yang lain berdiri dan m enegaskan, “Kalian tidak akan
punya m asalah dengan kam i, kam i puas dengan tanggapan kalian dan
kom pensasi yang diberikan.” Sem ua orang—rekan-rekan kerjaku dan
aku, serta seluruh keluarga Billy—m enangis.”
Serah-terim a m akanan dilakukan oleh Gideon dan rekan-rekannya
untuk "bilang maaf", diiringi kata-kata “Makanan ini untuk membantu
http://facebook.com/indonesiapustaka BAGAIMANA JIKA...? ● 97
kalian pada m asa sulit ini.” Setelah pem bicaraan, keluarga dan pelayat
pun bersam a-sam a m enyantap hidangan sederhana berupa ubi
(makanan pokok tradisional Nugini) dan sayur-mayur lain. Banyak
yang berjabat tangan pada akhir upacara. Saya bertanya kepada Gideon
apakah ada yang saling berpelukan, dan apakah m isalnya dia dan sang
ayah berpelukan seraya menangis. Namun jawaban Gideon adalah
“Tidak, upacara itu terstuktur, dan sangat resm i.” Tetap saja, sulit
bagi saya m em bayangkan di AS ataupun m asyarakat Barat lainnya
ada pertem uan rekonsiliasi sem acam itu, di m ana keluarga anak yang
tewas dan orang-orang yang tidak sengaja m enewaskan anak itu, yang
tadinya asing satu sam a lain, duduk dan m enangis bersam a-sam a
serta berbagi m akanan hanya beberapa hari setelah anak tersebut
tewas. J ustru keluarga si anak akan merencanakan tuntutan hukum
pidana, dan keluarga pelaku yang tidak sengaja akan berkonsultasi
dengan pengacara dan agen asuransi guna bersiap-siap membela diri
dari tuntutan hukum itu plus kem ungkinan hukum an yang m ungkin
d ija t u h ka n .
Bagaim an a jika...?
Seperti yang disepakati ayah dan kerabat Billy, Malo tidak sengaja me-
newaskan Billy. Saya bertanya kepada Malo dan Gideon, apa yang akan
terjadi seandainya Malo betul-betul membunuh Billy secara sengaja,
atau seandainya Malo setidak-tidaknya bersikap tidak peduli.
Malo dan Gideon menjawab bahwa, bila seperti itu kejadiannya,
masalah itu masih tetap dapat diselesaikan melalui proses kompensasi
yang sam a. Hanya saja hasilnya lebih tidak pasti, situasinya lebih ber-
bahaya, dan uang kom pensasi yang dim inta akan lebih besar. Ada
risiko lebih besar bahwa kerabat-kerabat Billy ogah m enanti hasil nego-
siasi kom pensasi, atau akan m enolak pem bayaran dan m alah m elak-
sanakan yang disebut pem bunuhan bayar nyawa; sebagus-bagusnya
dengan membunuh Malo sendiri, kalau tidak ya salah seorang keluarga
dekatnya bila mereka tidak berhasil membunuh Malo, kalau tidak ya
anggota klannya yang berkerabat lebih jauh dengan Malo bila mereka
tidak bisa m em bunuh anggota keluarga dekatnya. Tapi, jika kerabat-
kerabat Billy ternyata m au m enunggu hasil proses kom pensasi,
mereka akan menuntut kompensasi yang jauh lebih tinggi. Malo
m em perkirakan untuk saya bahwa kom pensasi yang dim inta (bila betul
dia bertanggung jawab atas tewasnya Billy) kira-kira berupa lim a ekor
babi, plus 10 .0 0 0 kina (setara dengan kira-kira $ 3.0 0 0 ), plus sejum lah
http://facebook.com/indonesiapustaka 98 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
makanan setempat antara lain bertandan-tandan pisang, talas, ubi,
sagu, sayur-sayuran kebun, dan ikan asin.
Saya juga bertanya-tanya apa yang akan terjadi seandainya Malo
bukan supir perusahaan, m elainkan hanya supir pribadi seorang
Papua, sehingga perusahaan itu tidak terlibat. Malo menjawab bahwa
negosiasi kom pensasi dari pihaknya tidak akan ditangani oleh kolega
sekantornya, Yaghean, m elainkan oleh sejum lah pam an dan tetua dari
desanya. Kom pensasi itu sendiri tidak akan dibayar oleh perusahaan,
melainkan oleh seluruh penduduk desa Malo, termasuk keluarganya,
orang-orang satu klannya, dan penduduk desa yang m erupakan
anggota klan-klain lain yang mungkin Malo terpaksa mintai tolong
dalam mengumpulkan dana pembayaran. Kalau begitu Malo akan ber-
utang budi kepada sem ua orang yang m em berikan sum bangan. Pada
suatu waktu kelak, Malo harus membayar utang budinya kepada orang-
orang yang telah m enyum bang itu, dan kepada pam an-pam annya
yang bekerja keras menangani negosiasi. Seandainya Malo berpulang
sebelum tuntas m em bayar utang budi, para penyum bang dan pam an-
pamannya akan meminta pelunasan dari keluarga dan klan Malo. Tapi,
selain perbedaan berupa siapa yang m enangani negosiasi dan siapa
yang m em bayar, proses kom pensasi seandainya perusahaan tidak
terlibat akan berlangsung sangat m irip dengan apa yang sungguh-
sungguh dilangsungkan dalam kasus tewasnya Billy.
Apa yang negara lakukan
Rangkaian peristiwa yang saya tuturkan m erupakan contoh bagaim ana
mekanisme-mekanisme tradisional Papua menangani secara damai
kerugian yang diderita oleh seseorang akibat perbuatan orang lain.
Itu kontras dengan cara sistem peradilan negara Barat m enangani
kerugian semacam itu. Dalam kasus Billy dan Malo, tanggapan negara
Papua Nugini adalah polisi tidak peduli perasaan berduka atau ingin
membalas dendam kerabat-kerabat Billy, namun menuntut Malo
karena m enyetir dengan tidak berhati-hati. Walaupun keluarga Billy,
term asuk pam annya Genjim p, yang sebenarnya ada di tem pat ke-
jadian perkara, tidak menyalahkan cara Malo menyetir, polisi tetap saja
mengklaim bahwa Malo mengebut. Selama berbulan-bulan Malo tetap
di desanya, kecuali ketika dia pergi ke kota untuk berbicara dengan
polisi. Itu karena Malo masih takut akan pembalasan dendam oleh
pem uda-pem uda dataran rendah yang berkepala panas. Rekan-rekan
http://facebook.com/indonesiapustaka KOMPENSASI DI PAPUA ● 99
sedesa Malo tetap waspada dan siap melindunginya kalau-kalau terjadi
serangan semacam itu.
Setelah interogasi awal oleh polisi, beberapa bulan berlalu sebelum
interogasi kedua, yang menghasilkan perintah untuk Malo agar datang
ke kota dua kali sem inggu guna m elapor ke petugas lalu lintas seraya
menanti kasusnya masuk ke pengadilan. Setiap kali melapor, Malo
harus menunggu di kantor polisi lalu lintas selama setengah hari
sampai seharian penuh. SIM Malo dicabut sesudah interogasi kedua.
Karena Malo bekerja sebagai supir perusahaan, pencabutan SIM-nya
menyebabkan pekerjaan Malo pun melayang.
Kasus Malo yang dianggap menyetir dengan tidak berhati-hati
akhirnya disidangkan satu setengah tahun kemudian. Selama itu, Malo
terus hidup terkatung-katung di desanya, menganggur. Sewaktu Malo
akhirnya m uncul di pengadilan pada tanggal yang ditetapkan untuk
sidang, ternyata hakim yang bertanggung jawab sedang sibuk dengan
kewajiban lain yang berbenturan waktunya, dan tanggal sidang harus
dijadwalkan ulang tiga bulan kem udian. Lagi-lagi pada tanggal kedua
hasil penjadwalan ulang itu, sang hakim tidak bisa datang, dan tanggal
sidang lain ditetapkan tiga bulan kemudian. Tanggal ketiga itu dan
satu lagi tanggal sidang lain harus ditunda karena masalah-masalah
lebih lanjut yang m elibatkan si hakim . Akhirnya, pada tanggal kelim a
yang ditetapkan untuk sidang, kini sudah dua setengah tahun setelah
kecelakaan itu, sang hakim akhirnya m uncul, dan sidang pun digelar.
Namun polisi yang dipanggil oleh jaksa tidak muncul, dan sang hakim
pun harus mengakhiri kasus itu. Demikianlah akhir keterlibatan negara
dalam kasus Billy dan Malo. Apabila Anda pikir ketidakhadiran dan pe-
nundaan semacam itu adalah ciri khas sistem pengadilan Papua Nugini
yang sangat tidak eisien, seorang teman karib saya yang belum lama ini
m enjalani sidang di Chicago m engalam i urutan peristiwa dan hasil per-
sidangan pidana yang serupa.
Kom pensasi di Papua
Proses kom pensasi tradisional, yang digam barkan oleh cerita Billy dan
Malo, bertujuan memecahkan perselisihan secara damai dan cepat,
rekonsiliasi emosional antara kedua pihak, dan pemulihan hubung-
an m ereka sebelum nya. Itu terdengar sederhana, wajar, dan m em ikat
bagi kita, sam pai kita renungkan betapa m endasar perbedaannya
dengan tujuan-tujuan sistem peradilan negara kita. Papua secara
100 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka tradisional tidak memiliki sistem peradilan negara, pemerintahan
negara, sistem politik tersentralisasi, atau pemimpin, birokrat, dan
hakim profesional yang berkuasa m em buat keputusan dan m eng-
klaim monopoli atas hak penggunaan kekerasan. Negara memiliki
kepentingan tersendiri dalam m enyelesaikan perselisihan dan m e-
laksanakan peradilan di antara warganya. Kepentingan-kepentingan
negara itu tidak harus sama dengan kepentingan-kepentingan pihak-
pihak yang terlibat perselisihan. Peradilan tradisional Papua justru
m erupakan jenis peradilan yang dilaksanakan sendiri, direncanakan
oleh pihak-pihak yang berselisih dan para pendukung m asing-m asing.
Proses kom pensasi m erupakan satu cabang, yang dam ai, dalam sistem
resolusi perselisihan tradisional yang bercabang dua. Cabang yang satu
lagi (Bab 3 dan 4) adalah m encari pem balasan dendam pribadi m ela-
lui kekerasan, yang berkecenderungan m eningkat m enjadi siklus pem -
balasan dendam dan akhirnya m enjadi perang.
Fakta penting yang m em bentuk proses kom pensasi tradisional
Papua, dan m em bedakannya dari perselisihan ala Barat, adalah pihak-
pihak yang terlibat dalam nyaris sem ua perselisihan tradisional Papua
sebelum nya saling m engenal, entah karena pernah terlibat dalam suatu
hubungan pribadi, atau setidaknya saling kenal nam a, nam a ayah,
atau ailiasi kelompok. Misalnya, meskipun sebagai seorang Papua kita
tidak secara pribadi mengenal laki-laki dari desa beberapa kilometer
jauhnya yang m em bunuh babi kita yang sedang berkeliaran di hutan,
kita pastilah pernah m endengar nam anya, kita tahu klannya, dan kita
secara pribadi kenal beberapa anggota klan tersebut. Itu karena Papua
tradisional terdiri atas m asyarakat-m asyarakat lokal berskala kecil
yang terdiri atas beberapa lusin sam pai beberapa ratus jiwa. Orang-
orang yang secara tradisional tetap tinggal di daerah berm ukim yang
sama seumur hidup atau pindah dekat-dekat saja karena alasan-alasan
tertentu, m isalnya karena pernikahan atau ikut dengan kerabat. Orang-
orang Papua tradisional jarang ataupun tak pernah berjumpa dengan
"orang asing" sepenuhnya, tidak seperti kita, warga m asyarakat negara
yang modern. Namun kita, warga negara-negara yang terwesternisasi,
tidak seperti orang-orang Papua, hidup dalam m asyarakat berjum lah
jutaan jiwa, sehingga tentu saja kita setiap hari berjumpa dan harus
berurusan dengan anggota-anggota m asyarakat kita sendiri yang
sebelum nya tidak kita kenal. Bahkan di daerah perdesaan berpenduduk
jarang yang penduduknya saling m engenal, m isalnya Big Hole Basin di
Montana, di mana saya menghabiskan musim panas sewaktu remaja,
KOMPENSASI DI PAPUA ● 101
http://facebook.com/indonesiapustaka orang asing m uncul secara teratur—m isalnya, orang yang berkendara
melewati kota dan berhenti untuk membeli bensin. Terlebih lagi, kita
menempuh jarak jauh untuk bekerja, berlibur, atau semata karena suka
sehingga berulang-ulang m engalam i perubahan-perubahan besar yang
nyaris sepenuhnya dalam hal lingkaran perkenalan kita.
Sebagai akibatnya, sem entara dalam m asyarakat-m asyarakat nega-
ra sebagian besar perselisihan kita muncul dari kecelakaan mobil atau
transaksi bisnis dengan orang asing yang sebelum nya tidak kita kenal
dan yang tidak akan pernah berurusan dengan kita lagi, dalam m a-
syarakat tradisional Nugini, perselisihan terjadi dengan orang yang
akan terus memiliki hubungan sungguhan atau potensial dengan kita
di masa depan. Paling pol, perselisihan kita adalah dengan seseorang,
m isalnya sesam a penduduk desa, yang kita jum pai berulang-ulang dan
tidak bisa kita hindari dalam urusan sehari-hari. Setidak-tidaknya,
pihak yang satu lagi dalam perselisihan adalah orang yang tidak akan
kita jum pai berulang-ulang pada m asa depan (m isalnya, pem bunuh
babi kita yang berasal dari desa yang beberapa kilom eter jauhnya),
nam un tetap saja orang itu tinggal dalam jarak yang terjangkau oleh
kita, dan kita setidaknya ingin m em astikan bahwa kita tidak akan lagi
bermasalah dengan dia. Itulah mengapa tujuan utama kompensasi
tradisional Nugini adalah memulihkan hubungan sebelumnya, bahkan
m eskipun yang ada sebenarnya adalah "non-hubungan" yang hanya
berupa tidak saling mengganggu meskipun ada potensi untk melakukan
itu. Namun tujuan itu, dan fakta-fakta esensial yang mendasarinya,
mewakili satu perbedaan besar dengan sistem pemecahan perselisihan
negara Barat, yang biasanya tidak m em entingkan pem ulihan hubungan
karena m em ang sebelum nya tidak ada hubungan apa-apa dan tidak
akan ada hubungan apa pun lagi di masa depan. Misalnya, dalam
hidup saya, saya pernah terlibat tiga perselisihan sipil—dengan seorang
tukang lemari, seorang kontraktor kolam renang,dan seorang agen real
estat—dan dalam m asing-m asing kasus, saya tidak m engenal pihak
lawan yang terlibat sebelum terjadi transaksi tentang lem ari, kolam ,
atau real estat yang kam i ributkan, dan saya tidak lagi berhubungan
atau bahkan mendengar soal mereka setelah perselisihan kami
diselesaikan atau diakhiri.
Bagi orang-orang Papua, unsur kunci dalam m em ulihkan hubungan
yang rusak adalah m engakui dan m enghorm ati perasaan satu sam a
lain, sehingga kedua pihak itu dapat membuang jauh-jauh amarah
mereka sebisa mungkin dalam kondisi tersebut, dan melanjutkan
102 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka hubungan atau non-hubungan m ereka. Walaupun pem bayaran yang
m engukuhkan hubungan yang dipulihkan kini secara um um disebut
di Papua Nugini dengan kata bahasa Inggris "kompensasi", istilah
itu m enyesatkan. Pem bayaran itu sebenarnya cara sim bolik untuk
m em antapkan kem bali hubungan m ereka sebelum nya: pihak A "bilang
m aaf" ke pihak B dan m engakui perasaan B dengan m erugikan diri
sendiri, dengan cara membayar kompensasi. Misalnya, dalam kasus
Billy dan Malo, apa yang sebenarnya ayah Billy inginkan adalah
pengakuan oleh Malo dan atasan-atasannya atas kehilangan dan duka
dahsyat yang dia derita. Seperti yang Gideon katakan secara eksplisit
kepada ayah Billy sewaktu m enyerahkan kom pensasi kepadanya,
uang itu hanyalah sam pah tak bernilai bila dibandingkan dengan
nyawa Billy; uang tersebut hanyalah cara untuk bilang m aaf dan turut
m erasakan kehilangan yang diderita keluarga Billy.
Memantapkan ulang hubungan adalah segalanya di masyarakat
tradisional Papua, sem entara m enetapkan siapa yang bersalah, siapa
yang teledor, atau hukum an apa yang dijatuhkan m enurut konsep-kon-
sep Barat bukanlah perm asalahan yang utam a. Perspektif itu m em -
bantu m enjelaskan penyelesaian—yang m engejutkan sewaktu saya per-
tam a kali m endengar tentangnya—suatu perselisihan yang telah ber-
langsung lama antara beberapa klan di pegunungan Papua, salah satu-
nya adalah klan tem an-tem an saya di Desa Goti. Tem an-tem an saya
dari Goti terlibat serangkaian panjang penyerbuan dan pem bunuhan
balas dendam dengan em pat klan lainnya. Selam a m asa itu, ayah dan
abang salah seorang tem an saya dari Goti, Pius, terbunuh. Situasi
m enjadi sedem ikian berbahaya sam pai-sam pai sebagian besar tem an
saya dari Goti kabur dari tanah nenek m oyang m ereka dan m engungsi
di antara sekutu-sekutu mereka di desa tetangga guna menghindari
serangan-serangan lebih lanjut. Baru 33 tahun kem udian orang-
orang Goti m erasa cukup am an untuk pulang ke tanah nenek m oyang
m ereka. Tiga tahun kem udian, supaya tak lagi terus-m enerus dibayangi
ketakutan diserbu, di Goti m ereka m enyelenggarakan upacara
rekonsiliasi, di m ana orang-orang Goti m em bayar kom pensasi berupa
babi dan barang-barang lain kepada pihak-pihak yang dulu m enyerang
mereka.
Sewaktu Pius m enceritakan hal itu kepada saya, saya terkejut luar
biasa dan yakin saya salah m em aham i kata-katanya. “Kam u m em bayar
kom pensasi kepada m ereka?” Saya bertanya kepadanya. “Tapi kan
m ereka m em bunuh ayah dan kerabat-kerabatm u, m engapa bukan
HUBUNGAN SEUMUR HIDUP ● 103
http://facebook.com/indonesiapustaka m ereka yang m em bayarm u?” Tidak, Pius m enjelaskan, bukan seperti
itu caranya; tujuannya bukannya m em peroleh bayaran sem ata-m ata,
bukan pula berpura-pura membuat segala urusan impas dengan cara
B m em beri X ekor babi kepada A setelah B m enyebabkan kem atian
sebanyak Y jiwa di pihak A. Tujuannya justru m em antapkan kem bali
hubungan dam ai antara pihak-pihak yang tadinya m erupakan m usuh,
dan memungkinkan penduduk hidup dengan aman kembali di Desa
Goti. Klan-klan m usuh punya keluhan m ereka sendiri-sendiri m e-
ngenai perebutan tanah mereka dan pembunuhan atas beberapa
anggota mereka oleh orang-orang Goti. Setelah negosiasi, kedua pihak
m enyatakan diri puas dan bersedia m enyingkirkan segala perasaan
sakit hati; berdasarkan perjanjian yang m enyatakan klan-klan
m usuh m enerim a babi dan barang-barang lain, orang-orang Goti pun
memperoleh kembali tanah mereka dahulu, dan kedua pihak pun bisa
terbebas dari serangan-serangan lebih lanjut.
Hubungan seum ur hidup
Dalam masyarakat tradisional Nugini, karena jejaring hubungan
sosial cenderung lebih penting dan bertahan lebih lama daripada da-
lam m asyarakat negara Barat, konsekuensi perselisihan rawan m e-
nyebar ke pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung, dalam ting-
kat yang sulit dipaham i orang-orang Barat. Bagi kam i orang-orang
Barat, rasanya absurd bahwa rusaknya kebun m ilik anggota salah satu
klan gara-gara babi yang dim iliki anggota klan lain bisa m em icu pe-
rang antara dua klan; bagi penduduk Dataran Tinggi Papua, akibat
itu tidaklah mengejutkan. Orang-orang Papua cenderung sepanjang
hayat m em pertahankan hubungan-hubungan penting yang m ereka
peroleh sejak lahir. Hubungan-hubungan itu memberi setiap orang
Papua dukungan dari banyak orang lain, nam un juga m endatangkan
kewajiban bagi banyak orang lain. Tentu saja kam i orang-orang Barat
m odern juga punya hubungan sosial yang bertahan lam a, nam un
kam i m em peroleh dan m em utuskan hubungan sepanjang hayat kam i
secara jauh lebih sering daripada orang-orang Papua, dan kami hidup
dalam m asyarakat yang m em berikan penghargaan kepada individu-
individu yang berupaya m aju. Oleh karena itu, dalam perselisihan
di Nugini, pihak-pihak yang menerima atau membayar kompensasi
bukan hanya yang terlibat langsung, misalnya Malo dan orangtua
Billy, nam un juga orang-orang yang berkerabat lebih jauh dari kedua
pihak: anggota-anggota klan Billy, yang dikhawatirkan m elakukan
104 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka pembunuhan balas dendam; rekan-rekan kerja Malo, yang merupakan
sasaran potensial pem balasan dendam , dan yang atasannya betul-
betul m em bayar kom pensasi; dan sem ua anggota keluarga besar atau
klan Malo, yang merupakan sasaran pembalasan dendam sekaligus
sumber pembayaran kompensasi seandainya Malo tidak bekerja di
suatu perusahaan. Serupa dengan itu, bila di Nugini ada pasangan
suam i-istri yang m em pertim bangkan untuk bercerai, m aka orang-
orang lain juga terkena dam paknya dan terlibat dalam perdebatan-
perdebatan m engenai perceraian, jauh m elebihi di Barat. Orang-orang
lain itu m encakup kerabat-kerabat sang suam i, yang m em bayar m as
kawin dan menuntut uang mereka dikembalikan; kerabat-kerabat sang
istri, yang m enerim a m as kawin dan harus m enghadapi tuntutan untuk
m engem balikannya; dan kedua klan, yang m ungkin m erupakan sekutu
politik penting dengan pernikahan itu sebagai bagiannya, dan yang
persekutuannya bisa jadi terancam akibat perceraian tersebut.
Kebalikan pengutam aan berlebihan terhadap jejaring sosial dalam
m asyarakat-m asyarakat tradisional adalah pengutam aan kita terhadap
individu dalam m asyarakat negara m odern, terutam a di Am erika
Serikat. Kam i tidak hanya m engizinkan, m alahan m endorong individu-
individu untuk m em ajukan diri, m enang, dan m em peroleh keuntungan
dengan m engorbankan orang lain. Dalam banyak transaksi bisnis,
kam i berupaya m em aksim alkan keuntungan kam i sendiri, dan tidak
m enghiraukan perasaan orang lain yang berdiri di pihak lain yang ka-
m i berhasil rugikan. Bahkan perm ainan anak-anak di AS um um nya
m erupakan pertandingan m enang dan kalah. Tidak dem ikian adanya
di m asyarakat tradisional Papua, di m ana perm ainan anak-anak m e-
libatkan kerjasama, bukan menang dan kalah.
Misalnya, ahli antropologi Jane Goodale mengamati sekelompok
anak (m asyarakat Kaulong di Britania Baru) yang diberi setandan
pisang, dalam jum lah yang m encukupi sehingga setiap anak dapat
m em peroleh satu buah. Anak-anak itu lantas m elakukan suatu per-
m ainan. Bukannya pertandingan di m ana setiap anak berupaya m em e-
nangkan pisang terbesar, m asing-m asing anak m em otong pisangnya
m enjadi dua bagian yang sam a besar, m em akan separonya, m ena-
warkan paroan yang satu lagi kepada anak lain, dan sebagai balasan
m enerim a paroan pisang anak itu. Kem udian m asing-m asing anak
m em otong lagi paroan pisang yang belum dim akan itu m enjadi dua
perem patan yang sam a besar, m akan satu perem patnya, m enawarkan
perem pat yang satu lagi kepada anak lain, dan m enerim a perem pat
HUBUNGAN SEUMUR HIDUP ● 105
http://facebook.com/indonesiapustaka yang belum dim akan dari anak lain itu sebagai balasannya. Perm ainan
itu berlangsung sebanyak lim a putaran, seiring dibelahnya potongan
pisang yang tersisa m enjadi perdelapanan yang sam a besar, kem udian
perenam belasan yang sam a besar, sam pai akhirnya setiap anak
m em akan cuilan terakhir yang m erupakan sepertigapuluhdua dari
pisang awal, m em berikan sepertigapuluhdua yang satu lagi ke anak
lain untuk dimakan, dan menerima serta melahap sepertigapuluhdua
terakhir dari pisang lain dari anak yang lain lagi. Keseluruhan ritual
permainan itu merupakan bagian latihan bagi anak-anak Papua agar
belajar berbagi, bukan untuk mencari keuntungan demi diri sendiri.
Satu lagi contoh bagaim ana m asyarakat tradisional Papua tidak m e-
nekankan keuntungan individu adalah seorang rem aja pekerja keras
dan ambisius bernama Mafuk yang bekerja untuk saya selama beberapa
bulan. Sewaktu saya m em bayarkan gaji kepadanya dan m enanyainya
apa yang hendak dia lakukan dengan uang itu, dia m enjawab bahwa
dia akan m em beli m esin jahit yang akan dia gunakan untuk m em -
betulkan pakaian orang-orang yang robek. Dia akan m em inta bayaran
jahit dari mereka, sehingga dia bisa memperoleh kembali dan meli-
patgandakan investasi awalnya, dan m ulai m engum pulkan uang un-
tuk meningkatkan taraf hidupnya. Namun kerabat-kerabat Mafuk
m urka akibat apa yang m ereka anggap sebagai keegoisannya. Wajar
saja kalau dalam m asyarakat yang anggotanya tak banyak berpindah
tempat itu, orang-orang pemilik pakaian yang Mafuk akan perbaiki
adalah orang-orang yang telah dia kenal, sebagian besar di antaranya
merupakan kerabat dekat atau jauhnya. Mafuk melanggar norma-
norma masyarakat Nugini karena berupaya memajukan dirinya
dengan mengambil uang dari mereka. J ustru dia diharapkan untuk
m em perbaiki pakaian m ereka secara gratis, dan sebagai balasannya
m ereka akan m enyokongnya dengan cara-cara lain sepanjang hidup-
nya, m isalnya turut m enyum bangkan m as kawin yang m enjadi
kewajibannya saat dia m enikah. Serupa dengan itu, para penam bang
em as di Gabon yang tidak berbagi em as dan uang dengan tem an dan
kerabat yang cem buru pun m enjadi sasaran tukang tenung yang
dipercaya bertanggungjawab m enyebabkan korban-korban m ereka
terserang dem am berdarah Ebola yang biasanya m em atikan.
Ketika para m isionaris Barat yang pernah tinggal di Papua ber-
sam a anak-anak m ereka yang m asih kecil kem bali ke Australia atau
Am erika Serikat, atau ketika m ereka m engirim kan anak-anak m ereka
kem bali ke Australia atau Am erika Serikat untuk m em asuki sekolah
106 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka berasram a, anak-anak m ereka bercerita kepada saya bahwa m asalah
terbesar penyesuaian diri adalah m enghadapi dan m enuruti cara-cara
individualistik egois ala Barat, dan m enyingkirkan pengutam aan ker-
ja sam a dan berbagi yang m ereka pelajari di antara anak-anak Papua.
Mereka mengaku merasa malu bila mereka memainkan permainan
kompetitif demi memperoleh kemenangan, atau bila mereka men-
coba memperoleh nilai bagus di sekolah, atau bila mereka mencari
keuntungan atau kesem patan yang tidak rekan-rekan m ereka peroleh.
Masyarakat-m asyarakat bukan-negara lainnya
Bagaim ana dengan perbedaan dalam hal pem ecahan perselisihan da-
lam masyarakat-masyarakat bukan negara? Meski penggunaan me-
diasi, seperti dalam kasus Billy dan Malo, dapat bekerja dengan baik
di desa-desa Papua tradisional, mungkin mediasi tidak diperlukan
ataupun tidak efektif dalam m asyarakat-m asyarakat jenis lainnya. Ter-
nyata tam paknya ada suatu kisaran, dari m asyarakat kecil tanpa ke-
wenangan terpusat ataupun sistem pengadilan, menuju kedatuan de-
ngan datu yang m enyelesaikan banyak perselisihan, terus ke negara-
negara lem ah di m ana individu kerap kali m asih m ain hakim sendiri,
dan berujung pada negara-negara kuat yang m enerapkan kewenangan
efektif. Marilah kita kaji pemecahan perselisihan secara damai di lima
m asyarakat bukan-negara yang berbeda, dim ulai dari m asyarakat yang
lebih kecil daripada desa-desa Papua sam pai ke m asyarakat yang besar
dan telah m enunjukkan tanda-tanda awal sentralisasi politik (Gambar
15).
Kita m ulai dengan perselisihan dalam m asyarakat terkecil, yang
terdiri atas kelom pok-kelom pok lokal beranggotakan hanya beberapa
lusin orang. Orang-orang !Kung (Gam bar 6) m em buat seorang ahli
antropologi yang m engunjungi m ereka terkesan karena m ereka m eru-
pakan m asyarakat yang terdiri atas orang-orang yang terus-m enerus
berbicara, perselisihan dilangsungkan secara terbuka, dan setiap
orang dalam kawanan menjadi terlibat dalam perselisihan antara dua
anggota kawanan yang m ana pun. Sang ahli antropologi kebetulan
berkunjung selama sebulan ketika sepasang suami-istri sedang ramai
bertengkar, dan ketika anggota-anggota lain kawanan (sem uanya m asih
berhubungan darah dengan sang suam i, sang istri, ataupun keduanya)
terus-menerus ikut ambil bagian dalam pertengkaran pasangan
tersebut. Setahun kemudian, sang ahli antropologi kembali berkunjung,
mendapati pasangan itu masih bersama, masih juga bertengkar, dan
MASYARAKAT-MASYARAKAT BUKAN-NEGARA LAINNYA ● 107
http://facebook.com/indonesiapustaka anggota-anggota lain kawanan masih saja terlibat dalam perang mulut
antara mereka.
Orang-orang Siriono di Bolivia, yang juga hidup dalam kelom pok-
kelompok kecil, juga digambarkan terus-menerus bertengkar, ter-
utama antara suami dan istri, antara istri-istri satu suami, antara me-
nantu dan mertua, dan antara anak-anak dalam satu keluarga besar.
Dari 75 perselisihan Siriono yang disaksikan, 44 disebabkan oleh
m akanan (ada yang tidak m au berbagi, m enim bun, m encuri, m e-
nyantap m akanan diam -diam di perkam pungan, atau m enyelinap ke
hutan untuk diam -diam m akan di sana); 19 gara-gara seks, terutam a
akibat perselingkuhan; dan hanya 12 perselisihan disebabkan oleh
hal selain m akanan atau seks. Tanpa penengah, kebanyakan perse-
lisihan Siriono diselesaikan antara pihak-pihak yang berselisih, ter-
kadang dengan keterlibatan seorang kerabat yang bergabung untuk
m endukung salah satu pihak. Bila perm usuhan di antara dua keluarga
di dalam kam pung yang sam a sem akin sengit, salah satu keluarga
mungkin pindah dari kampung itu untuk hidup terpisah di hutan sam-
pai perasaan perm usuhan itu lenyap. Bila perm usuhan terus ada, satu
keluarga memisahkan diri untuk bergabung dengan kawanan lain
atau membentuk kawanan baru. Itu menggambarkan satu generalisasi
penting: di antara kelompok-kelompok pemburu-pengumpul nomaden
dan kelom pok-kelom pok berpindah-pindah lainnya, perselisihan dalam
suatu kelom pok dapat diselesaikan hanya dengan m em belahnya ke-
lom pok itu sehingga pihak-pihak yang berselisih pun pindah ke tem pat
berjauhan. Itu pilihan sulit bagi petani desa yang berm ukim dengan
investasi besar pada kebun-kebun m ereka, dan bahkan lebih sulit lagi
bagi kam i warga negara Barat yang terikat pekerjaan dan rum ah kam i.
Di satu lagi kelompok kecil lain, orang-orang Indian Piraha di
Brazil (Gam bar 11), tekanan sosial untuk berperilaku sesuai nor-
m a m asyarakat dan m enyelesaikan perselisihan diterapkan m ela-
lui pengucilan bertingkat. Pengucilan itu dimulai dengan tidak me-
nyertakan seseorang dalam pem bagian m akanan selam a sehari,
kemudian selama beberapa hari, kemudian memaksa orang itu
hidup agak jauh di dalam hutan, tanpa pertukaran dagang dan sosial
yang norm al. Sanksi terberat di kalangan Piraha adalah pengucilan
sepenuhnya. Misalnya, seorang remaja Piraha bernama Tukaaga
m em bunuh seorang Indian Apurina bernam a J oaquim yang hidup
di dekat m ereka, sehingga m enyebabkan Piraha berisiko diserang
sebagai balasan. Tukaaga kemudian dipaksa hidup terpisah dari
108 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka semua desa Piraha lain, dan sebulan kemudian dia ditemukan mati
secara misterius, konon karena terserang selesma, namun barangkali
sebenarnya dibunuh oleh orang Piraha lain yang m erasa terancam
akibat kelakuan Tukaaga.
Contoh keem pat saya adalah orang-orang Fore, kelom pok Dataran
Tinggi Papua. Saya tinggal dan bekerja bersam a m ereka pada 1960 -
an. Mereka hidup dengan kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi,
sehingga tam pak lebih agresif daripada orang-orang !Kung, Siriono,
atau Piraha. Orang-orang Fore dipelajari antara 1951 dan 1953 oleh
sepasang suam i-istri ahli antropologi, Ronald dan Catherine Berndt,
pada masa ketika pertarungan masih umum terjadi di daerah ter-
sebut. Tanpa kewenangan pusat atau m ekanism e form al untuk ber-
urusan dengan pelanggaran, perselisihan di dalam suatu klan atau se-
keturunan di antara orang-orang Fore dipecahkan secara mandiri.
Misalnya, tanggung jawab mempertahankan milik seseorang dari
pencurian ada di tangan sang pemilik. Meskipun pencurian dianggap
hina m enurut standar m asyarakat, terserah pem ilik untuk m em inta
kom pensasi berupa babi ataupun hal lain. Besarnya kom pensasi tidak
dibakukan sesuai nilai barang yang dicuri, m elainkan bergantung kepa-
da kekuatan relatif si pelanggar dan korbannya, dendam m asa lalu, dan
bagaim ana kerabat si pencuri m em andangnya dan apakah m ereka ber-
kem ungkinan m endukungnya.
Perselisihan Fore berkem ungkinan m enyeret-nyeret orang-orang
lain selain dua orang yang awalnya berselisih. Dalam kasus cekcok an-
tara suam i dan istri, kerabat keduanya akan m enjadi terlibat nam un
mereka sendiri pun bisa mengalami konlik kepentingan. Meskipun se-
orang laki-laki yang m erupakan anggota klan yang sam a dengan sang
suam i m ungkin m endukung sesam a anggota klannya (sang suam i)
dalam cekcok dengan sang istri, dia mungkin malah mendukung sang
istri m elawan sang suam i karena dia ikut m enyum bangkan m as kawin
untuk memperoleh sang istri demi klan mereka. Oleh karena itu
perselisihan di antara orang-orang seketurunan biasanya m endapat
tekanan besar agar lekas-lekas diselesaikan, m elalui pem bayaran kom -
pensasi, pertukaran hadiah, atau penyelenggaraan jam uan sebagai
pertanda pem antapan ulang hubungan yang bersahabat. Perselisihan
antara orang-orang dari dua garis keturunan berbeda di distrik
yang sam a juga bisa diselesaikan m elalui pem bayaran kom pensasi,
nam un (seperti yang akan kita lihat dalam dua bab berikutnya) risiko
penggunaan kekerasan lebih tinggi daripada bila perselisihan itu
MASYARAKAT-MASYARAKAT BUKAN-NEGARA LAINNYA ● 109
http://facebook.com/indonesiapustaka berlangsung di antara orang-orang seketurunan, karena tekanan yang
lebih kecil dari orang-orang lain untuk m enyelesaikannya.
Masyarakat bukan-negara terakhir yang saya bandingkan di sini
adalah orang-orang Nuer di Sudan (Gambar 7), yang beranggota sekitar
20 0 .0 0 0 jiwa (terbagi-bagi m enjadi banyak suku) sewaktu dipelajari
oleh ahli antropologi E.E. Evans-Pritchard pada 1930 -an. Di antara
lima masyarakat yang saya jabarkan, orang-orang Nuer adalah yang
paling besar populasinya, m enunjukkan prevalensi kekerasan terfor-
m alisasi yang paling tinggi, dan satu-satunya yang m em iliki pem im pin
politik yang diakui secara form al, diistilahkan "datu kulit-m acan"
(leopard-skin chief). Orang-orang Nuer bersifat cepat tersinggung,
dan cara yang m ereka pandang terhorm at bagi laki-laki untuk
m enyelesaikan perselisihan dalam satu desa adalah berkelahi dengan
gada sam pai salah satu di antara m ereka terluka parah, atau (biasanya)
sam pai warga lain m enengahi dan m em isahkan m ereka yang bertarung.
Pelanggaran paling berat di antara orang-orang Nuer adalah pem-
bunuhan, yang m em icu balas nyawa untuk nyawa: bila X m em bunuh
Y, kerabat-kerabat Y wajib m em balas dendam dengan m em bunuh
X dan/ atau salah satu kerabat dekat X. Oleh karena itu pem bunuhan
m enandai perselisihan bukan hanya antara yang pem bunuh dan kor-
bannya m elainkan juga antara sem ua kerabat dekat keduanya, dan
antara seluruh m asyarakat m ereka. Segera setelah terjadi suatu pem -
bunuhan, si pem bunuh, yang tahu bahwa dia kini m erupakan sasaran
balas dendam, berlindung di rumah sang datu, di mana dia aman
dari serangan—nam un m usuh-m usuhnya terus m engawasi, siap m e-
nom baknya kalau-kalau dia khilaf m eninggalkan rum ah sang datu.
Datu menunggu beberapa minggu sampai amarah mereka reda (mirip
dengan jangka waktu dalam kasus kematian Billy di Nugini yang saya
ceritakan, m eski dalam kasus Billy waktunya lebih pendek), kem udian
dia pun membuka negosiasi mengenai kompensasi antara kerabat-
kerabat sang pem bunuh dan kerabat-kerabat sang korban. Kom pensasi
untuk kem atian biasanya 40 atau 50 ekor sapi.
Tapi kita perlu pahami bahwa seorang datu Nuer tidak punya
kewenangan memerintah, mengambil keputusan bila terjadi per-
selisihan, atau m enetapkan penyelesaian. Sang datu hanyalah pe-
rantara yang dim anfaatkan jika dan hanya jika kedua pihak ingin m en-
capai penyelesaian atau kem bali ke kondisi sebelum nya. Sang datu
m em inta usul dari satu pihak, yang biasanya ditolak pihak yang satu
lagi. Pada akhirnya, sang datu m endesak satu pihak untuk m enerim a
110 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka tawaran pihak yang satu lagi, dan pihak pertam a pun m elakukannya
tanpa m enyem bunyikan keengganan m ereka, dan bersikeras bahwa
m ereka m elakukan itu hanya untuk m enghorm ati sang datu. Dengan
kata lain, sang datu m enyediakan cara yang tidak m endatangkan
m alu untuk m enerim a kom prom i yang dibutuhkan dem i kebaikan
m asyarakat. Suatu sengketa tidak bisa ditenggang di dalam satu desa,
dan sulit dipertahankan untuk waktu lam a di antara desa-desa yang
berdekatan. Namun semakin jauh jarak antara dua garis keturunan
yang terlibat, sem akin sulit m enyelesaikan sengketa itu (karena se-
makin kecil niat untuk memulihkan hubungan normal), dan semakin
besar kemungkinan pembunuhan awal meningkat menjadi kekerasan
lebih lanjut.
Datu kulit-macan Nuer juga mungkin dimanfaatkan untuk me-
nengahi perselisihan yang lebih ringan, m isalnya gara-gara pencurian
ternak, ada yang m ain gebuk, atau keluarga pengantin perem puan
yang setelah perceraian tidak m engem balikan sapi yang m erupakan
m as kawin yang m ereka terim a di saat pernikahan. Tapi, perselisih-
an Nuer bukanlah masalah menentukan siapa yang benar dan salah.
J ika m isalnya perselisihan itu adalah m engenai pencurian ternak, si
maling tidak membantah pencurian itu, melainkan dengan bangga
m em benarkannya dengan m enyebut-nyebut m asalah yang belum se-
lesai: pencurian ternak sebelum nya oleh si pem ilik ternak yang seka-
rang atau kerabatnya, atau utang (m isalnya sebagai kom pensasi atas
perselingkuhan, cedera, berhubungan seks dengan gadis yang belum
m enikah, perceraian, m as kawin yang belum lunas atau belum di-
kem balikan, atau kem atian seorang istri saat m elahirkan yang dianggap
sebagai tanggung jawab si suami). Seperti juga kompensasi Nuer
tidak m elibatkan benar atau salah, pihak yang m enjadi korban tidak
akan berhasil meminta kompensasi kecuali dia siap menggunakan
kekerasan, dan kecuali ditakutkan bahwa dia dan kerabat-kerabatnya
akan mengamuk bila tidak dikompensasi. Seperti juga dengan orang-
orang Fore, dasar penyelesaian perselisihan orang-orang Nuer bersifat
swa-bantuan atau mandiri.
Dibandingkan dengan keempat masyarakat bukan-negara lainnya
yang dibahas di sini, peran datu Nuer tampaknya merupakan langkah
pertama menuju penghakiman perselisihan. Namun ada baiknya
menegaskan kembali ciri-ciri penghakiman perselisihan oleh negara
yang tidak ditemukan di antara orang-orang Nuer, seperti juga di antara
kebanyakan masyarakat bukan-negara lain kecuali kedatuan-kedatuan
KEWENANGAN NEGARA ● 111
http://facebook.com/indonesiapustaka yang kuat. Datu Nuer tidak punya kewenangan untuk menyelesaikan
perselisihan, dan hanya bertindak sebagai penengah, cara mencegah
agar jangan sampai ada pihak yang malu dan untuk mendorong periode
pendinginan bila kedua pihak menginginkannya, seperti halnya peran
Yaghean dalam perselisihan antara keluarga Billy dan atasan Malo. Datu
Nuer tidak punya monopoli atas kekuatan, tidak pula punya cara apa
pun untuk menggunakan kekuatan; yang dapat menggunakan kekuat-
an tetaplah pihak-pihak yang bertikai. Tujuan pemecahan perselisihan
di antara orang-orang Nuer bukanlah untuk memutuskan benar atau
salah, melainkan memantapkan-kembali hubungan normal dalam ma-
syarakat di mana setiap orang mengenal atau setidaknya tahu tentang
semua orang lain, dan di mana rasa benci berlarut-larut antara dua ang-
gota masyarakat membahayakan stabilitas masyarakat tersebut. Semua
keterbatasan datu tribal Nuer ini berubah ketika kita tengok kedatuan
yang berpenduduk lebih besar (misalnya kedatuan di pulau-pulau besar
Polinesia dan masyarakat Pribumi Amerika), yang datu-datunya betul-
betul memiliki kekuasaan politik dan judisial, memegang monopoli
penggunaan kekuatan, dan mewakili tahap yang mungkin merupakan
tahap antara menuju kemunculan pemerintahan negara.
Kew enangan negara
Sekarang mari bandingkan sistem-sistem pemecahan masalah bukan-
negara itu dengan sistem-sistem negara. Sebagaimana berbagai sistem
bukan-negara yang kita bahas m em iliki kesam aan ciri sekaligus
perbedaan di segi lain, sistem-sistem negara juga memiliki kesamaan
di antara keanekaragam an. Sebagian besar kom entar saya m engenai
pem ecahan perselisihan akan didasarkan kepada sistem yang paling
saya akrabi, yaitu sistem Am erika Serikat, nam un saya akan sebutkan
sejumlah perbedaan dalam sistem-sistem negara lain.
Pemecahan perselisihan oleh negara dan pemecahan perselisihan
oleh bukan-negara m em iliki dua prosedur alternatif: m ekanism e-
mekanisme untuk mencapai persetujuan bersama antara pihak-pihak
yang berselisih, dan kem udian (bila m ekanism e-m ekanism e itu gagal)
m ekanism e-m ekanism e untuk m encapai pem ecahan yang diributkan.
Dalam m asyarakat bukan-negara, kebalikan proses kom pensasi untuk
m encapai persetujuan bersam a adalah peningkatan kekerasan (Bab 3,
4). Masyarakat-masyarakat bukan negara tidak memiliki mekanisme
negara yang terpusat dan form al guna m encegah orang-orang yang ti-
dak puas mencapai tujuan mereka dengan menggunakan kekerasan.
112 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka Karena satu aksi kekerasan cenderung m em icu aksi kekerasan lain-
nya, kekerasan bertam bah parah dan m enjadi ancam an endem ik bagi
perdam aian di m asyarakat bukan-negara. Oleh sebab itu, kepentingan
utam a pem erintahan negara yang efektif adalah m enjam in atau
setidaknya m eningkatkan keam anan publik dengan m encegah warga
negara m enggunakan kekerasan terhadap satu sama lain. Guna mem-
pertahankan perdamaian dan keselamatan internal, kewenangan
politik pusat dalam negara m engklaim m onopoli nyaris penuh terha-
dap penggunaan kekerasan sebagai pem balasan: hanya negara dan
polisinya yang diizinkan (dengan alasan kuat) untuk m enggunakan
tindakan-tindakan pembalasan dengan kekerasan terhadap warga
negaranya sendiri. Tapi negara m engizinkan warganya untuk m eng-
gunakan kekerasan guna m em pertahankan diri: m isalnya, bila warga
diserang terlebih dahulu, atau bila m ereka secara m asuk akal percaya
bahwa m ereka atau m ilik m ereka terancam bahaya gawat.
Warga dibujuk dengan dua cara untuk tidak menggunakan kekeras-
an pribadi: dengan rasa takut terhadap kekuasaan negara yang unggul;
dan dengan keyakinan bahwa kekerasan pribadi tidaklah diperlukan,
sebab negara telah m em antapkan suatu sistem peradilan yang dianggap
tidak m em ihak (setidaknya dalam teori), yang m enjam in keselam atan
diri warga dan hartanya, dan yang m enetapkan pelaku kesalahan serta
m enghukum orang-orang yang m em bahayakan keselam atan orang
lain. Bila negara m elakukan hal-hal itu secara efektif, m aka warga
yang dirugikan tidak akan m erasa perlu m elaksanakan peradilan
sendiri, seperti orang-orang Papua atau Nuer. (Namun di negara-
negara lem ah yang warganya tidak m em iliki keyakinan bahwa negara
akan menanggapi secara efektif, seperti Papua Nugini kini, warga
negara mungkin meneruskan praktik-praktik tribal tradisional berupa
kekerasan pribadi.) Pem eliharaan perdam aian di dalam m asyarakat
adalah salah satu jasa terpenting yang dapat disediakan negara. J asa itu
sangat m enjelaskan apa yang tam paknya m erupakan suatu paradoks,
yaitu sejak kem unculan pem erintahan-pem erintahan negara pertam a
di Bulan Sabit Subur sekitar 5.40 0 tahun silam , orang-orang secara
kurang lebih sukarela (tidak hanya di bawah ancam an) m enyerahkan
sebagian kebebasan pribadi mereka, menerima kewenangan pemerin-
tahan negara, m em bayar pajak, dan m endukung gaya hidup individual
yang nyam an bagi para pem im pin dan pejabat negara.
Salah satu contoh perilaku yang pem erintahan negara ingin cegah
dengan segala daya-upaya adalah kasus Ellie Nesler di kota kecil
KEWENANGAN NEGARA ● 113
http://facebook.com/indonesiapustaka J am estown, California, seratus enam puluh kilom eter sebelah tim ur
San Francisco. Ellie (Gambar 35) adalah ibu seorang anak laki-laki
berusia enam tahun, William. Penasihat perkemahan bernama Daniel
Driver dicurigai m elakukan pelecehan seksual terhadap William di
satu perkem ahan m usim panas bagi anak-anak Kristen. Dalam pra-
sidang pada 2 April 1993, ketika sedang dilakukan pem bacaan tun-
tutan terhadap Daniel yaitu pelecehan seksual atas William dan tiga
anak laki-laki lain, Ellie menembak kepala Daniel lima kali dalam
jarak dekat sehingga Daniel pun tewas seketika. Itu adalah keke-
rasan sebagai pem balasan: Ellie tidak sedang m em bela anaknya
yang tengah diserang, bukan juga karena ada ancam an serangan,
m elainkan dia m em balas setelah peristiwa yang dicurigai terjadi.
Dalam pem belaannya, Ellie m enyatakan bahwa putranya sedem ikian
menderita akibat dilecehkan sehingga dia muntah-muntah dan tidak
mampu bersaksi melawan Daniel. Ellie takut Daniel akan dibebaskan,
dan tidak cukup percaya pada sistem peradilan payah yang telah
m em ungkinkan predator seksual yang m em iliki riwayat kejahatan
serupa tetap bebas dan m elanjutkan kejahatannya.
Kasus Ellie m em icu perdebatan nasional m engenai m ain hakim
sendiri: para pem belanya m em uji Ellie karena m ain hakim sendiri,
dan yang m engkritiknya m engutuk Ellie karena m elakukan hal itu.
Setiap orangtua pasti paham amarah Ellie dan merasa bersimpati
dengannya, dan barangkali kebanyakan orangtua yang anaknya pernah
dilecehkan pastilah berkhayal m elakukan hal yang Ellie lakukan.
Namun pandangan negara bagian California adalah hanya negara
yang punya wewenang untuk m enghakim i dan m enghukum pelaku
pelecehan seksual, dan bahwa (meskipun kemurkaan Ellie dapat dipa-
hami) pemerintahan negara akan runtuh bila warga negara main
hakim sendiri, seperti yang Ellie lakukan. Ellie diadili dan dinyatakan
bersalah atas pem bunuhan dan m enjalani 3 tahun dari hukum an 10
tahun penjara sebelum dilepaskan atas perm ohonan yang didasari oleh
perbuatan keliru juri.
Dengan dem ikian, tujuan peradilan negara yang paling utam a ada-
lah m em elihara stabilitas m asyarakat dengan m enyediakan alternatif
wajib bagi peradilan yang dilakukan sendiri. Seluruh tujuan lain per-
adilan negara hanyalah sekunder dibandingkan tujuan utam a itu. Yang
paling utam a, negara hanya punya kepentingan kecil, atau bahkan tidak
berkepentingan sama sekali, terhadap tujuan paling utama peradilan
m asyarakat bukan-negara berskala kecil: m em ulihkan hubungan
114 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka atau non-hubungan yang sebelum nya sudah ada (m isalnya dengan
mendorong kedua pihak untuk menumpahkan uneg-uneg) antara
pihak-pihak yang berselisih yang sudah kenal atau tahu soal satu sam a
lain dan harus terus berurusan dengan satu sama lain. Oleh karena
itu pemecahan perselisihan bukan-negara bukanlah sistem peradilan
dalam pengertian negara: sistem untuk m enentukan siapa yang benar
dan salah, menurut hukum-hukum suatu negara. Dengan mengingat
tujuan-tujuan utam a yang berbeda itu, seberapa m iripkah sistem -
sistem pemecahan perselisihan oleh negara dan bukan-negara pada
p r a kt ikn ya ?
Peradilan perdata negara
Titik awalnya adalah m enyadari bahwa peradilan negara dibagi m en-
jadi dua sistem , yang kerap kali m elibatkan pengadilan, hakim , peng-
acara, dan lem baga-lem baga hukum yang berbeda-beda: peradilan pi-
dana dan peradilan perdata. Peradilan pidana berurusan dengan kri-
m inalitas yang m elanggar hukum -hukum negara, dan bisa dihukum
oleh negara. Peradilan perdata berurusan dengan cedera bukan-kri-
m inalitas yang disebabkan oleh satu individual (atau kelom pok)
terhadap individual lain, dan terbagi lebih lanjut m enjadi dua jenis
tindakan: kasus kontrak, akibat pelanggaran suatu kontrak, dan sering
kali atau biasanya m elibatkan uang; dan kasus gugatan, yang di-
akibatkan oleh cedera yang diakibatkan kepada diri seseorang atau
m iliknya gara-gara perbuatan orang lain. Pem bedaan oleh negara
antara tindakan pidana dan perdata bersifat abu-abu dalam m asya-
rakat bukan-negara, yang m em iliki norm a perilaku m asyarakat
antara individu namun tidak memiliki hukum terkodiikasi yang men-
deinisikan kriminalitas melawan institusi yang terdeinisikan secara
form al, negara. Selain bersifat abu-abu, cedera terhadap seorang indi-
vidu berkem ungkinan m em pengaruhi individu-individu lain juga,
dan m asyarakat kecil lebih peduli efek terhadap orang lain itu diban-
dingkan m asyarakat negara—seperti dicontohkan oleh kasus yang saya
tuturkan tentang setiap orang dalam kawanan !Kung yang terpengaruh
dan turut cam pur dalam percekcokan antara suam i-istri yang tidak
akur. (Bayangkan bila seorang hakim pengadilan perceraian California
harus meminta kesaksian mengenai bagaimana perceraian itu akan
mempengaruhi semua penduduk kota) Di Papua, sistem negosiasi
kom pensasi yang pada dasarnya sam a digunakan untuk m enangani
pembunuhan secara sengaja terhadap seseorang oleh orang lain (di
PERADILAN PERDATA NEGARA ● 115
http://facebook.com/indonesiapustaka pengadilan Barat disebut krim inalitas), pengem balian m as kawin
setelah perceraian (kontrak), dan rusaknya kebun seseorang akibat babi
orang lain (gugatan).
Mari mulai dengan membandingkan sistem negara dan bukan-
negara untuk perselisihan perdata. Salah satu kemiripan adalah kedua-
nya m em anfaatkan pihak ketiga untuk m enengahi, m em isahkan pihak-
pihak yang berselisih, dan karenanya m endorong redanya am arah.
Para penengah itu merupakan juru runding berpengalaman seperti
Yaghean di Nugini, datu kulit-macan di antara orang-orang Nuer, dan
pengacara di pengadilan negara. Bahkan, negara m em iliki banyak jenis
penengah lain selain pengacara: banyak perselisihan ditangani di luar
sistem pengadilan oleh pihak-pihak ketiga seperti arbitrator, mediator,
dan penaksir asuransi. Terlepas dari reputasi orang-orang Am erika
yang terkenal suka beperkara di pengadilan, m ayoritas sangat besar
perselisihan perdata di Am erika Serikat diselesaikan di luar pengadilan
atau sebelum sidang. Sejum lah profesi terdiri atas segelintir anggota
yang m em onopoli suatu sum ber daya—m isalnya nelayan lobster di
Maine, peternak sapi, dan pedagang berlian—biasa menyelesaikan sen-
diri perselisihan antar-anggota tanpa keterlibatan negara. Baru ketika
negosiasi pihak ketiga gagal m enghasilkan penyelesaian yang disetujui
oleh sem ua pihak yang berselisih, m ereka akan berpaling ke m etode
m asyarakat m ereka untuk m enangani perselisihan bila tidak tercapai
kesepakatan bersam a: kekerasan atau perang dalam m asyarakat bukan-
negara, dan pengadilan atau pengam bilan keputusan form al dalam
m asyarakat negara.
Kem iripan berikutnya adalah bahwa m asyarakat negara m aupun
bukan-negara sering kali m em buat banyak pihak harus turut m enang-
gung biaya yang ditim bulkan oleh pihak yang m elakukan pelanggaran.
Dalam m asyarakat negara, kita m em beli polis asuransi m obil dan ru-
m ah yang akan m enanggung biaya bila m obil kita m enabrak orang atau
mobil lain, atau bila seseorang jatuh akibat terpeleset di tangga kita
yang licin akibat kita teledor. Kita dan banyak orang lain m em bayar
prem i asuransi yang m em ungkinkan perusahaan asuransi m em bayar
sem ua biaya itu, sehingga pada dasarnya para pem egang polis lain tu-
rut m em bayari kewajiban kita dan sebaliknya. Serupa dengan itu,
dalam m asyarakat-m asyarakat bukan-negara, para kerabat dan se-
sam a anggota klan turut m em bayar kewajiban seorang individu: m i-
salnya, Malo mengatakan kepada saya bahwa rekan-rekan sedesanya
akan terpaksa ikut m enyum bang untuk pem bayaran kom pensasi bagi
116 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka kematian Billy seandainya saja Malo tidak bekerja untuk perusahaan
yang m am pu m elakukan pem bayaran itu.
Dalam m asyarakat negara, kasus-kasus perdata yang alurnya pa-
ling mirip dengan negosiasi kompensasi Nugini adalah perselisihan
bisnis antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan bisnis jangka
panjang. Ketika m uncul perm asalahan yang tidak bisa diselesaikan sen-
diri oleh pihak-pihak yang berbisnis, satu pihak m ungkin m enjadi m a-
rah dan berkonsultasi ke pengacara. (Hal ini jauh lebih mungkin ter-
jadi di AS daripada di J epang dan negara-negara lain.) Terutam a dalam
hubungan jangka panjang dengan kepercayaan yang telah terpupuk,
pihak yang tersinggung m erasa dim anfaatkan, dikhianati, dan jauh
lebih m arah daripada bila hubungan itu hanya bersifat "sekali putus"
(m isalnya, perjum paan bisnis pertam a antara pihak-pihak itu). Seperti
dalam negosiasi kom pensasi Papua, penyaluran diskusi perselisihan
bisnis melalui pengacara dapat meredakan perselisihan dengan
m engganti tuduh-m enuduh secara pribadi yang penuh am arah m enjadi
pernyataan-pernyataan tenang yang didukung alasan oleh pengacara,
dan m engurangi risiko bahwa pihak-pihak yang berseberangan akan
ngotot. Bila pihak-pihak yang berselisih m em iliki prospek m elanjutkan
hubungan bisnis yang m enguntungkan di m asa depan, m ereka term o-
tivasi untuk m enerim a penyelesaian yang m encegah m alu—seperti juga
orang-orang Papua di desa yang sam a atau desa-desa yang bertetangga,
yang m erasa akan terus berjum pa satu sam a lain sepanjang hidup
m ereka, term otivasi untuk m enem ukan penyelesaian. Terlepas dari itu,
tem an-tem an pengacara saya m em beritahu saya bahwa perm intaan
m aaf yang tulus dan pem adam an em osi ala Papua jarang ada bahkan
dalam perselisihan bisnis, dan biasanya yang bisa diharapkan paling-
paling hanyalah perm intaan m aaf yang sudah dirancang sebelum nya
sebagai taktik penyelesaian pada tahap akhir. Tapi, bila pihak-pihak
bisnis terlibat dalam hubungan sekali-putus dan tidak pernah merasa
akan berurusan dengan satu sam a lain lagi, m aka m otivasi m ereka
untuk penyelesaian yang bersahabat pun m enciut (seperti juga halnya
perselisihan di Papua atau Nuer yang terjadi antara anggota suku-suku
yang berjauhan), dan terjadi peningkatan risiko bahwa perselisihan itu
akan berlanjut ke apa yang m erupakan padanan perang dalam sistem
peradilan negara: persidangan. Terlepas dari itu, persidangan dan
putusan hukum m enguras uang, hasilnya tidak bisa diperkirakan, dan
bahkan pihak-pihak bisnis sekali putus yang berselisih pun m erasakan
tekanan untuk m enyudahinya.
PERADILAN PERDATA NEGARA ● 117
http://facebook.com/indonesiapustaka Satu lagi paralel antara pemecahan perselisihan di negara dan bu-
kan-negara melibatkan perselisihan internasional antar-negara (kon-
tras dengan perselisihan antara sesam a warga dari negara yang sam a).
Meskipun sebagian perselisihan internasional kini diselesaikan oleh
Mahkamah Internasional melalui persetujuan dari pemerintahan-pe-
m erintahan yang terlibat, yang lain ditangani dengan apa yang pada
dasarnya m erupakan pendekatan tradisional yang bekerja pada skala
besar: negosiasi langsung atau negosiasi berperantara di antara pihak-
pihak yang terlibat, dengan kesadaran bahwa kegagalan bernegosiasi
dapat m em icu m ekanism e alternatif yang tidak diinginkan, yaitu pe-
rang. Contoh bagus adalah perselisihan tahun 1938 antara J erm an di
bawah Hitler dan Cekoslowakia m engenai wilayah perbatasan Ceko,
Sudetenland, yang m ayoritas penduduknya beretnis J erm an. Per-
selisihan itu diselesaikan m elalui m ediasi Britania dan Prancis (yang
m enekan sekutu m ereka, Ceko, untuk m enyudahi perselisihan); dan
serangkaian krisis Eropa dalam tahun-tahun sebelum Perang Dunia I,
yang m asing-m asing diselesaikan untuk sem entara m elalui negosiasi
sam pai krisis 1914 yang dipicu oleh pem bunuhan Erzherzog Franz
Ferdinand betul-betul berbuntut perang.
Itulah beberapa kesam aan antara penyelesaian perselisihan dalam
bukan-negara dan peradilan perdata negara. Sedangkan mengenai per-
bedaannya, yang paling dasar adalah bila suatu kasus perdata akhirnya
melewati tahap negosiasi dan masuk ke pengadilan, maka kepedulian
utam a negara saat pengadilan bukanlah m engenyahkan perasaan yang
tidak enak, memulihkan hubungan baik, ataupun mendorong pihak-
pihak yang terlibat agar saling m em aham i perasaan—bahkan m es-
kipun pihak-pihak yang terlibat itu m erupakan kakak-adik, suam i-istri
yang sedang cekcok, orangtua dan anak, atau tetangga yang sam a-
sam a m em iliki investasi em osional besar terhadap satu sam a lain dan
m ungkin harus berurusan dengan satu sam a lain sepanjang hayat m e-
reka. Tentu saja, dalam banyak atau bahkan sebagian besar kasus da-
lam m asyarakat negara berpenduduk banyak, yang terdiri atas jutaan
warga negara yang asing terhadap satu sam a lain, orang-orang yang
terlibat tidak punya hubungan apa-apa sebelum nya, tidak m erasa akan
punya hubungan apa-apa di m asa depan, dan dipertem ukan sekali
putus oleh peristiwa yang m enyebabkan kasus itu: seorang pelanggan
dan seorang pedagang, dua pengem udi yang terlibat dalam kecelakaan
lalu lintas, seorang penjahat dan korbannya, dan seterusnya. Tetap saja
peristiwa penyebab dan proses hukum selanjutnya m eninggalkan jejak
118 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka perasaan pada kedua orang asing itu, dan negara tidak atau hanya se-
dikit membantu meredakan perasaan-perasaan itu.
Dalam sidang, kepentingan pertama negara adalah menentukan
benar atau salah (Gam bar 16). Bila kasus itu m elibatkan kontrak, betul-
kah pihak tergugat m elanggar kontrak, atau tidak? Bila kasus itu m eli-
batkan kerugian, betulkah pihak tergugat teledor sehingga kerugian
terjadi, atau betulkah tergugat setidak-tidaknya m enyebabkan kerugian
itu? Perhatikan perbedaan antara pertanyaan pertam a yang diajukan
oleh negara dan kasus Malo dan Billy. Kerabat-kerabat Billy setuju
bahwa Malo tidak teledor, namun mereka tetap meminta kompensasi,
dan atasan Malo dengan segera setuju untuk membayar kompensasi—
sebab tujuan kedua pihak adalah memantapkan kembali hubungan
sebelum nya (dalam kasus ini, non-hubungan sebelum nya), bukan
m endebatkan benar atau salah. Ciri pencapaian perdam aian ala Papia
ini juga berlaku pada banyak masyarakat tradisional lain. Misalnya,
dalam kata-kata Hakim Agung Robert Yazzie dari Bangsa Navajo, salah
satu dari dua m asyarakat Pribum i Am erika berpenduduk paling banyak
di Am erika Utara, “Penetapan hukum ala Barat adalah penyelidikan
m engenai apa yang terjadi dan siapa yang m elakukannya; pencapaian
perdamaian ala Navajo adalah tentang akibat peristiwa yang terjadi.
Siapa yang terluka? Apa perasaan m ereka m engenai hal itu? Apa yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki akibat buruk itu?”
Begitu negara telah m enuntaskan langkah pertam a yaitu m enen-
tukan apakah tergugat memang berkemungkinan bersalah secara hu-
kum dalam suatu perselisihan perdata, negara kemudian meneruskan
ke langkah kedua, yaitu m enghitung kerusakan yang disebabkan oleh
si tergugat bila tergugat didapati melanggar kontrak, teledor, atau ber-
tanggungjawab. Tujuan perhitungan itu dijabarkan sebagai "membuat
penggugat kem bali utuh"—dengan kata lain, sebisa m ungkin, m e-
ngem balikan si penggugat ke kondisinya seharusnya seandainya saja
tidak ada pelanggaran atau keteledoran itu. Misalnya, anggaplah se-
orang penjual menandatangani kontrak untuk menjual ke si pembeli
10 0 ekor ayam dengan harga $ 7 per ekornya. Si penjual kem udian m e-
langgar kontrak itu dengan tidak m engantarkan ayam yang dipesan,
dan sebagai akibatnya si pem beli harus m em beli 10 0 ekor ayam pada
harga yang lebih m ahal, $ 10 per ekor, di pasar, sehingga pem beli ter-
paksa m enghabiskan ekstra $ 30 0 di luar jum lah yang tercantum dalam
kontrak. Dalam kasus pengadilan, si penjual akan diperintahkan mem-
bayar kerugian si pem beli sebesar $ 30 0 , ditam bah biaya-biaya yang
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 119
http://facebook.com/indonesiapustaka timbul demi membuat kontrak baru, plus ditambah barangkali bunga
atas kegunaan yang hilang dari $ 30 0 , sehingga m em ulihkan sang pem -
beli (setidaknya secara nom inal) ke posisi tem pat dia seharusnya ber-
ada seandainya si penjual tidak m elanggar kontrak tersebut. Serupa
dengan itu, dalam kasus gugatan, pengadilan akan mencoba meng-
hitung kerugian, walaupun cedera isik atau emosional terhadap sese-
orang lebih sulit dihitung daripada kerusakan terhadap barang. (Saya
ingat tem an saya, seorang pengacara, yang m em bela seorang pe-
m ilik perahu m otor yang baling-balingnya m em utuskan kaki seorang
perenang lanjut usia, dan yang berargum en kepada juri bahwa nilai
kaki yang putus itu tidak besar karena usia si korban sudah tua dan
harapan hidupnya tidak akan lam a lagi bahkan sebelum kecelakaan itu
terjadi.)
Sekilas, perhitungan kerugian oleh negara tam paknya m irip dengan
kom pensasi yang dinegosiasikan di antara orang-orang Papua atau
Nuer. Namun bukan artinya keduanya memang mirip. Walaupun kom-
pensasi terstandardisasi bagi sebagian pelanggaran oleh orang Papua
dan Nuer (misalnya, 40 sampai 50 ekor sapi di Nuer bagi pembunuhan)
dapat dipahami sebagai kerugian, dalam kasus-kasus lain kompensasi
bukan-negara dihitung sebagai berapa pun jum lah yang disepakati
pihak-pihak yang berselisih sebagai dasar bagi m ereka untuk m enying-
kirkan perasaan-perasaan yang tersakiti dan m engem balikan hubung-
an m ereka: m isalnya, babi dan barang-barang lain yang tem an-tem an
saya di Desa Goti setuju untuk bayarkan kepada klan-klan yang telah
m em bunuh ayah tem an saya dari Goti, Pius.
Cacat-cacat d alam p e rad ilan p e rd ata n e gara
Cacat-cacat dalam sistem peradilan perdata negara kita banyak dibahas
oleh para pengacara, hakim , penggugat, m aupun tergugat. Cacat-cacat
pada sistem Am erika ada yang lebih m endingan, tapi ada juga yang
lebih parah dibanding sistem m asyarakat-m asyarakat negara lain-
nya. Salah satunya adalah pem ecahan sengketa perdata m elalui peng-
adilan cenderung m em akan banyak waktu, sering kali sam pai lim a
tahun, karena kasus-kasus kriminal lebih dipentingkan daripada
kasus-kasus perdata, dan hakim mungkin dipindahtugaskan dari peng-
adilan perdata ke pengadilan pidana guna mengadili kasus-kasus kri-
minal. Misalnya, pada waktu saya menyusun paragraf ini, tidak ada
kasus perdata yang sedang disidangkan di Riverside County, tepat di
sebelah tim ur kota tem pat tinggal saya Los Angeles, karena ada ba-
120 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka nyaknya kasus krim inal yang belum diselesaikan. Itu berarti lim a tahun
tanpa pemecahan apa-apa, hidup terombang-ambing dan tersiksa se-
cara em osional, dibandingkan dengan lim a hari yang dibutuhkan un-
tuk m enyelesaikan kasus tewasnya Billy secara tidak sengaja dalam ke-
celakaan yang melibatkan Malo. (Tapi, perang antar klan yang mung-
kin terjadi seandainya kasus Malo dan Billy gagal diselesaikan melalui
negosiasi bisa berlangsung jauh lebih lama daripada lima tahun.)
Klaim cacat kedua dari peradilan perdata negara di AS adalah, da-
lam kebanyakan kasus, pengadilan gagal m ewajibkan pihak yang kalah
untuk m em bayar biaya pengacara pihak yang m enang, kecuali hal itu
diperinci sejak awal dalam kontrak yang diperselisihkan. Kegagalan
itu, seperti yang sering kali diperdebatkan, m enciptakan asim etri yang
berat sebelah ke pihak yang lebih kaya (entah itu penggugat ataupun
tergugat), dan m em berikan tekanan kepada penggugat yang kalah
kaya untuk m enyetujui ganti rugi yang lebih sedikit daripada keru-
gian yang sesungguhnya, dan kepada tergugat yang kalah kaya untuk
m em bayar klaim yang tidak m asuk akal. Itu karena pihak yang lebih
kaya m engancam akan m enyebabkan proses hukum yang m enguras
banyak uang, m enggunakan taktik m enunda-nunda, dan terus-m e-
nerus m engajukan m osi sehingga pihak yang satu lagi tergerus secara
inansial. Tidak logis kalau tujuan peradilan perdata adalah mem-
buat pihak yang dirugikan kem bali utuh, nam un yang kalah tidak
diwajibkan m em bayar biaya pengacara pihak yang dim enangkan di
AS. Kontras dengan itu, sistem hukum di Britania dan beberapa negara
lain m ewajibkan pihak yang dikalahkan untuk m em bayar setidaknya
sebagian biaya dan ongkos yang dikeluarkan pihak pem enang.
Cacat terakhir sistem peradilan negara adalah yang paling m en-
dasar: bahwa peradilan berurusan dengan kerugian, namun pema-
dam an em osi dan rekonsiliasi hanya nom or dua atau tidak relevan.
Bagi perselisihan perdata yang m engadu orang-orang yang saling
asing dan tidak akan pernah berjum pa lagi (m isalnya, dua orang yang
m obilnya saling bertabrakan), dalam beberapa kasus ada yang dapat
dilakukan untuk mendorong pemadaman emosi dan menghindarkan
warisan sepanjang-hayat berupa non-resolusi, bahkan m eskipun hal
itu sekadar berupa menawarkan kepada kedua pihak kesempatan (bila
mereka setuju) untuk saling mengungkapkan perasaan terhadap satu
sama lain, dan memandang orang lain sebagai manusia dengan ber-
bagai alasan dan penderitaan mereka sendiri. Itu mungkin dilakukan
bahkan dalam kondisi-kondisi ekstrem seperti bila salah satu pihak
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 121
http://facebook.com/indonesiapustaka m em bunuh seorang kerabat dekat pihak yang lain. Yang lebih bagus
daripada tidak adanya pertukaran em osi sam a sekali adalah pertukaran
yang betul-betul terjadi antara Gideon dan ayah Billy—atau pertukaran
antara Senator Edward Kennedy dan orang tua Mary Jo Kopechne,
ketika Kennedy atas inisiatifnya sendiri dengan berani m engunjungi
dan m em andang wajah orangtua sang gadis yang tewas akibat kete-
ledoran luar biasa sang senator.
Yang paling parah adalah banyak sekali kasus perdata dengan
pihak-pihak berselisih yang m em ang berkem ungkinan m em iliki hu-
bungan yang terus berlanjut: terutam a, suam i-istri yang sudah punya
anak nam un hendak bercerai, kakak-adik yang m em perebutkan
warisan, m itra-m itra bisnis, dan tetangga. Bukannya m em bantu m e-
nyingkirkan perasaan tidak enak, proses pengadilan sering kali m em -
buat perasaan sem akin tidak enak. Kita sem ua punya kenalan yang
hubungannya m em buruk untuk seum ur hidup setelah berselisih di
pengadilan. Yang terbaru dalam daftar panjang cerita sem acam itu
terjadi di antara kenalan-kenalan saya sendiri, salah seorang tem an
akrab saya dan saudarinya dipanggil sebagai saksi dalam sebuah kasus
warisan di pengadilan antara saudara laki-laki dan ayahnya, yang
saling m enggugat. Kegetiran yang ditinggalkan oleh proses hukum itu
sedem ikian dalam nya sam pai-sam pai tem an saya dan saudarinya kini
digugat oleh ibu tiri m ereka sendiri, dan tem an saya beserta saudarinya
pikir mereka tidak akan lagi mau berbicara kepada saudara laki-laki
mereka seumur hidup.
Satu saran yang kerap kali diajukan m engenai cara m engurangi
cacat mendasar sistem peradilan perdata kami adalah meningkatkan
pem anfaatan program m ediasi. Program m ediasi m em ang ada, dan
sering kali bermanfaat. Namun kami tidak punya cukup mediator dan
hakim hukum-keluarga, mediator-mediator kami kurang terlatih, dan
pengadilan keluarga kami kekurangan pegawai maupun dana. Se-
bagai akibatnya, suam i-istri yang sedang bercerai sering kali akhirnya
berbicara dengan satu sam a lain hanya m elalui pengacara-pengacara
m ereka. Siapa pun yang pernah m engunjungi pengadilan hukum -
keluarga berkali-kali tahu betapa pemandangan di sana bisa sangat
mengenaskan. Pihak-pihak berseberangan dalam suatu kasus per-
ceraian, pengacara-pengacara mereka, dan anak-anak mereka mungkin
harus m enunggu di dalam ruang tunggu yang sam a, dan dengan pihak-
pihak yang berselisih dalam kasus-kasus warisan. Guna m em ediasi
secara efektif, kita harus pertam a-tam a m em buat pihak-pihak yang
122 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka terlibat m erasa nyam an: itu m ustahil bila m ereka saling m elotot selam a
berjam -jam di dalam ruang tunggu yang sam a. Anak-anak terjebak di
tengah-tengah perang m ulut antara orangtua yang hendak bercerai.
Seorang hakim bisa dan sering kali m em ang m ensyaratkan pihak-
pihak yang berselisih untuk am bil bagian dalam pertem uan m eng-
upayakan penyelesaian sebelum kasus dibiarkan berlanjut sam pai
pengadilan. Namun cara itu membutuhkan waktu dan keahlian agar
seorang m ediator bisa m enjadikan m ediasi atau pertem uan penye-
lesaian itu berhasil. Mediasi biasanya membutuhkan jauh lebih banyak
waktu daripada yang dibutuhkan untuk pertem uan penyelesaian
yang wajib. Bahkan ketika pihak-pihak dalam perselisihan itu tidak
akan punya hubungan apa-apa di m asa depan, m ediasi yang berhasil
akan m engurangi beban yang akan tim bul berikutnya bagi sistem
pengadilan: beban yang m uncul akibat pihak-pihak yang m au berlelah-
lelah di pengadilan, atau justru tidak puas dengan keputusan yang
dijatuhkan dan kembali lagi ke pengadilan dengan keluhan-keluhan
lebih lanjut, atau setuju berdam ai baru setelah pertarungan yang lam a
dan mahal.
Bila m asyarakat negara kam i m au m em berikan dana lebih besar
untuk m ediasi dan hakim hukum -keluarga, barangkali banyak kasus
perceraian dan harta warisan yang bisa diselesaikan secara jauh lebih
m urah, dengan lebih sedikit perasaan yang terluka, dan secara lebih
cepat, karena uang, energi em osional, dan waktu ekstra yang dibutuh-
kan untuk mediasi kemungkinan lebih kecil daripada uang, energi,
dan waktu ekstra yang dibutuhkan untuk proses pengadilan yang getir
tanpa m ediasi. Bila suam i istri yang bercerai setuju dan dapat m en-
danainya, m ereka dapat m em peroleh keuntungan-keuntungan itu
dengan memilih sistem pengadilan hukum-keluarga, dengan cara
m em pekerjakan hakim yang sudah pensiun untuk m enyelesaikan per-
selisihan m ereka. Hakim yang sudah pensiun m elakukan sidang-sem u
dan m enarik bayaran per jam yang tinggi, nam un tarifnya itu tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan tarif pengacara berm inggu-m inggu.
Hakim akan mengesahkan keputusan untuk semua orang dan tidak
terburu-buru seperti hakim-hakim di pengadilan keluarga. Pra-sidang
dijadwalkan dengan persis: pihak-pihak yang berselisih tahu bahwa
pra-sidang itu akan berlangsung pada jam tertentu, dan mereka tidak
perlu m uncul berjam -jam sebelum nya hanya karena m ereka tidak bisa
memperkirakan apakah sang hakim akan terlambat gara-gara harus
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 123
http://facebook.com/indonesiapustaka m enyelesaikan kasus yang dijadwalkan terlebih dahulu, seperti yang
sering terjadi di pengadilan perceraian.
Saya tidak m au m elebih-lebihkan pernyataan tentang nilai m e-
diasi, tidak juga bermaksud bahwa mediasi adalah obat sapujagad. Me-
diasi juga punya m asalah-m asalahnya sendiri. Hasil akhirnya bisa jadi
dirahasiakan sehingga tidak bisa menjadi preseden hukum atau mem-
berikan m anfaat edukasional yang lebih luas. Pihak-pihak yang m e-
nerim a m ediasi tahu bahwa, seandainya m ediasi gagal, kasus itu akan
m enjalani proses penetapan hukum m enurut kriteria hukum yang
biasa berupa benar, salah, bersalah, dan tanggung jawab, sehingga
para m ediator tidak m erasa bebas sepenuhnya untuk m enggunakan
kriteria yang berbeda. Banyak pihak yang berselisih ingin didengar di
pengadilan, tidak menginginkan mediasi, dan kesal bila ditekan atau
dipaksa untuk menjalani mediasi.
Sebagai contoh, dalam satu kasus terkenal yang didasarkan pa-
da insiden di New York City pada 22 Desember 1984, seorang laki-
laki bernam a Bernhard Goetz didekati oleh em pat orang pem uda yang
dia kira penodong. Dia mengeluarkan pistol, menembak keempat-
em patnya dengan alasan m em pertahankan diri, dan karenanya
ditetapkan oleh grand jury bersalah atas percobaan pem bunuhan. Ka-
susnya m em icu diskusi publik yang berapi-api dan diram aikan perbe-
daan pendapat. Sebagian orang m em ujinya karena berani m elawan
balik, yang lainnya m engutuknya karena vigilantism e dan reaksinya
yang berlebihan. Baru setelahnya latar insiden itu diketahui: Goetz
sebenarnya pernah ditodong em pat tahun sebelum nya oleh tiga pe-
m uda yang m engejarnya dan m em ukulinya sam pai babak-belur. Ke-
tika para penyerang itu tertangkap, si penyerang yang licik m engajukan
tuntutan bahwa sebenarnya ialah yang diserang oleh Goetz. Oleh ka-
rena itu pengadilan mengajak Goetz mengikuti sidang mediasi bersama
si penodong. Goetz menolak undangan itu dan tidak pernah diberi
tahu bahwa si penodong akhirnya dipenjarakan setelah m elakukan
penodongan lagi. Goetz memutuskan untuk membeli pistol, karena
dia tak lagi m em percayai sistem hukum yang tam paknya hanya m ena-
warkan mediasi antara penodong dan korban. Meskipun kasus Goetz
tidaklah lazim , tetap saja m enyedihkan karena pengadilan-pengadilan
kam i sedem ikian terbebani sehingga sering kali m em ang m enyarankan
atau m ewajibkan m ediasi kepada pihak-pihak yang bersikeras
menolak kasus mereka dimediasi. Namun fakta-fakta ini tidak boleh
124 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka m em butakan kita terhadap nilai potensial m ediasi dalam banyak kasus,
dan dalam kurangnya investasi kita kepada jalur ini.
Saya akan sudahi pem bahasan m engenai m ediasi dan pem adam an
emosi dengan mengutip komentar mengenai pro dan kontra oleh se-
orang rekan saya yang merupakan pengacara, Profesor Mark Grady
dari UCLA Law School: “Banyak orang yang m enolak anggapan bah-
wa negara harus m engurusi hubungan pribadi dan perasaan yang ter-
luka. Mereka berargumen bahwa hanya ‘negara pengasuh bayi’ yang
m elakukan tugas itu, dan m enyatakan bahwa bila suatu negara m en-
coba m em perbaiki hubungan pribadi dan perasaan yang terluka, itu
ancaman terhadap kebebasan namanya. Mereka juga berargumen bah-
wa adalah suatu pelanggaran terhadap kebebasan orang bila mereka
dipaksa untuk berdam ai dengan pelaku kesalahan. Korban justru harus
punya hak untuk m em inta negara m enetapkan pihak-pihak lawan m e-
reka sebagai yang bersalah, dan, setelah m enerim a keputusan itu, kor-
ban cukup m enjauhi orang-orang yang telah berbuat salah kepada
mereka.
“Salah satu tanggapan untuk ini adalah bahwa negara m em elihara
sistem peradilan m ahal yang dim aksudkan untuk m em enuhi tujuan-
tujuan khas dan telah sangat berubah dalam m asyarakat m assal tanpa
tatap wajah langsung. Terlepas dari itu, kita bisa mengambil pelajaran
berharga dari orang-orang Papua tanpa mengkompromikan tujuan-
tujuan khas sistem peradilan kita. Begitu negara m em bawa suatu
perselisihan ke ranah hukum , negara telah terbebani biaya untuk pe-
nyelesaian perselisihan itu. Mengapa tidak setidak-tidaknya mem-
berikan pihak-pihak yang berselisih pilihan untuk m enyelesaikan per-
selisihan pada tingkat pribadi selain tingkat hukum ? Tidak ada yang
perlu m ewajibkan pihak-pihak yang berselisih untuk m enerim a sistem
m ediasi yang negara m ungkin tawarkan kepada m ereka, dan bukan
berarti sistem m ediasi m enggantikan sistem form al penetapan hukum
kecuali pihak-pihak yang berselisih bersepakat untuk m elakukan itu.
Sistem m ediasi justru seharusnya m enjadi pelengkap dan barang-
kali alternatif bagi sistem hukum yang lebih form al, yang akan tetap
tersedia. Tidak ada salahnya m enawarkan kesem patan ini kepada
orang-orang, dan banyak hal baik yang bisa diperoleh darinya. Ba-
hayanya adalah, seperti yang digam barkan dengan baik oleh sistem
Papua, orang-orang bisa dipaksa mengikuti mediasi dalam kondisi-
kondisi yang m engancam m artabat dan kem erdekaan m ereka, dan itu
m ungkin m alah m em perparah ketidakadilan pada kesalahan aslinya.
PERADILAN PIDANA NEGARA ● 125
http://facebook.com/indonesiapustaka Sistem hasil reform asi harus punya penangkal terhadap pelencengan
itu, nam un kem ungkinan adanya pelencengan bukanlah alasan untuk
sepenuhnya m engabaikan kem ungkinan bahwa kekhilafan m anusia
bisa diselesaikan pada tingkat manusia.”
Peradilan pidana negara
Setelah membadingkan sistem pemecahan perselisihan oleh negara
dan bukan-negara dalam hal peradilan perdata, sekarang marilah kita
tengok peradilan pidana. Di sini langsung kita temui dua perbedaan
dasar antara sistem negara dan bukan-negara. Pertama-tama, peradilan
pidana negara berurusan degan penjatuhan hukuman terhadap ke-
jahatan yang m elanggar hukum -hukum negara. Tujuan hukum an
yang dijatuhkan oleh negara adalah m em elihara kepatuhan terhadap
hukum-hukum negara dan mempertahankan kedamaian dalam negara.
Hukum an penjara yang dijatuhkan terhadap seorang penjahat oleh
negara bukan dan tidak dimaksudkan sebagai kompensasi kepada kor-
ban atas kerugiannya. Kedua, sebagai akibatnya, peradilan pidana dan
peradilan perdata oleh negara merupakan dua sistem berbeda, se-
m entara sistem -sistem itu tidak dibedakan di m asyarakat-m asyarakat
bukan-negara, yang um um nya m engurusi kom pensasi kepada individu
atau kelom pok atas cedera—terlepas dari apakah cedera itu di m asya-
rakat negara dianggap sebagai tindak pidana, gugatan, ataupun pe-
langgaran kontrak.
Seperti juga dalam kasus perdata negara, kasus pidana negara ber-
langsung dalam dua tahap. Dalam tahap pertama, pengadilan meng-
kaji apakah tertuduh bersalah atau tidak atas satu atau beberapa tun-
tutan. Itu terdengar hitam dan putih dan jawabannya cukup ya atau
tidak. Pada kenyataannya, keputusan tidak selalu m utlak, sebab bisa
ada tuntutan alternatif yang berbeda-beda tingkatannya: pem bunuh
mungkin diputuskan bersalah atas pembunuhan berencana, pembu-
nuhan terhadap perwira polisi yang sedang bertugas, pem bunuhan
dalam upaya penculikan, pem bunuhan spontan akibat am arah, pem -
bunuhan karena alasan yang benar nam un tak berdasar yaitu m em -
percayai bahwa korban sedang m engancam untuk m encelakainya
secara isik, atau pembunuhan akibat kegilaan sementara atau dalam
kondisi tidak sadar—dengan hukum an yang berbeda-beda, tergantung
tuntutannya. Pada kenyataannya, banyak kasus pidana diselesaikan
melalui perundingan-pengakuan (plea-bargain) sebelum masuk ke
pengadilan. Namun, bila toh kasus itu sampai ke pengadilan, tuntutan
126 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka tetap membutuhkan keputusan bersalah atau tidak bersalah: Ellie
Nessler diputuskan bersalah membunuh Daniel Driver, walaupun
alasannya yaitu m em balas dendam atas pelecehan terhadap putranya
m em buat dia m erebut sim pati publik. Berbeda dengan itu, dalam
m asyarakat bukan-negara, cedera yang disebabkan biasa dipandang
sebagai sesuatu yang abu-abu: iya, aku m em ang m em bunuhnya tapi—
ada alasan yang m em benarkan tindakanku, sebab dia m enenung
anakku, atau sepupu jauhnya m em bunuh kakak ayahku, atau babinya
m erusak kebunku dan dia m enolak m em bayar ganti rugi, jadi aku tidak
berutang kom pensasi apa-apa pada kerabatnya, atau setidaknya sedikit
saja. (Namun kondisi-kondisi meringankan semacam itu memang
sangat berperan dalam tahap penjatuhan hukuman di pengadilan
pidana ala Barat.)
Bila tertuduh diputuskan bersalah, negara kem udian m elanjutkan
ke tahap kedua yaitu penjatuhan hukum an, m isalnya hukum an penjara.
Tujuan hukuman mencakup tiga macam, dengan penekanan berbeda-
beda pada sistem peradilan nasional yang berbeda-beda: pencegahan,
pem balasan atas kesalahan, dan rehabilitasi. Ketiga tujuan ini berbeda
dari tujuan utam a penyelesaian perselisihan oleh bukan-negara, yaitu
m engkom pensasi korban. Bahkan m eskipun Daniel Driver dihukum
penjara, itu tidak akan mengkompensasi Ellie Nessler dan putranya
atas traum a yang disebabkan oleh pelecehan seksual terhadap sang
anak.
Satu tujuan utama hukuman atas tindak pidana adalah pence-
gahan: mencegah warga lain melanggar hukum negara dan menim-
bulkan korban-korban baru. Harapan korban yang sekarang beserta
keluarganya, atau sang pelaku kejahatan dan keluarganya, sangat tidak
relevan: hukum an justru berperan m em enuhi tujuan negara, sebagai
perwakilan warga negara lainnya. Paling m aksim al, korban, pelaku
kejahatan, beserta keluarga dan tem an m ereka m ungkin diizinkan
m em bacakan pledoi pada saat penjatuhan hukum an, dan m enyatakan
keinginan mereka sendiri mengenai penjatuhan hukuman itu, namun
hakim boleh-boleh saja mengabaikan keinginan-keinginan itu.
Kepentingan berbeda antara negara dan korban diilustrasikan
oleh kasus pidana yang diajukan oleh negara bagian California dan
mendapat banyak sorotan media. Sutradara ilm Roman Polanski
dituduh m em bius, m em perkosa, dan m enyodom i seorang gadis ber-
usia 13 tahun (Sam antha Geim er) pada 1977, m enyatakan diri ber-
salah pada 1978 atas kejahatan yaitu berhubungan seks dengan anak
PERADILAN PIDANA NEGARA ● 127
http://facebook.com/indonesiapustaka di bawah umur, namun kemudian kabur ke Eropa sebelum dia bisa
dijatuhi hukum an. Korban Polanski, kini seorang perem puan berusia
40 -an, telah m engatakan bahwa dia telah m em aafkan Polanski
dan tidak ingin dia dihukum atau dipenjara. Dia telah mengajukan
pernyataan ke pengadilan agar kasus itu dihentikan. Meskipun pada
awalnya m ungkin bagi kita sungguh aneh bila negara bagian California
akan m em enjarakan seorang penjahat m eskipun korbannya telah
m enyatakan secara terbuka agar hal itu tidak dilakukan, alasan-alasan
untuk tetap m elakukan hal itu dinyatakan secara tegas dalam sebuah
editorial dalam Los Angeles Tim es: “Kasus Polanski diproses bukan
untuk m em uaskan keinginannya [korban] atas keadilan ataupun
kebutuhannya untuk m enyudahi hal ini. Kasus itu diajukan oleh
negara bagian California atas nam a m asyarakat California. Bahkan
m eskipun Geim er tidak lagi m enyim pan dendam terhadap Polanski,
itu bukan artinya Polanski tidak lagi m em bahayakan orang-orang
lain... Kejahatan bukan hanya dilakukan terhadap individu m elainkan
terhadap m asyarakat... Orang-orang yang dituduh m elakukan keja-
hatan serius harus ditahan dan diadili dan, bila dinyatakan bersalah,
menjalani hukuman mereka.”
Tujuan hukum an yang kedua, selain pencegahan, adalah pem balas-
an terhadap kejahatan: untuk m em ungkinkan negara m enyatakan,
“Kam i, negara, m enghukum pelaku kejahatan, agar kalian, korban,
tidak punya alasan untuk m enghukum sendiri.” Oleh karena alasan-
alasan yang ram ai diperdebatkan, tingkat pem enjaraan lebih tinggi,
dan hukum an lebih berat, di AS daripada di negara-negara Barat
lainnya. AS adalah satu-satunya negara Barat yang m asih m enerapkan
hukuman mati. Negara saya kerap kali menjatuhkan hukuman pen-
jara jangka panjang ataupun seum ur hidup, yang di J erm an hanya
dijatuhkan kepada pelaku kejahatan-kejahatan paling berat (m isalnya,
kasus pembunuhan berantai paling parah di J erman pasca-Perang
Dunia II, yaitu seorang perawat dinyatakan bersalah m em bunuh 28
pasien di saru rum ah sakit di J erm an dengan cara m enyuntikkan
campuran obat mematikan kepada mereka.) Meskipun hukuman
penjara jangka panjang di AS tadinya hanya dijatuhkan kepada para
pelaku kejahatan gawat, kebijakan "three strikes" yang kini diterapkan
oleh negara bagian tem pat saya tinggal, California, m ew ajibkan hakim
m enjatuhkan hukum an jangka panjang kepada pelaku kejahatan yang
dinyatakan bersalah untuk ketiga kalinya setelah dua kali dinyatakan
bersalah atas kejahatan berat—m eskipun kejahatan yang ketiga sepele
128 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka saja, m isalnya m encuri pizza. Sebagai akibatnya, jum lah uang yang di-
keluarkan California untuk sistem penjaranya kini sudah m endekati
pengeluarannya untuk pendidikan tinggi di kolese dan universitas.
Orang-orang California yang m enentang alokasi dana itu m enganggap
bukan hanya alokasi tersebut m erupakan pem balikan terhadap prio-
ritas manusia melainkan juga kebijakan ekonomi yang buruk. Mereka
berargum en bahwa kem erosotan ekonom i California yang banyak diso-
rot sekarang sebaiknya dikurangi dengan m em angkas dana yang diberi-
kan untuk memenjarakan pelaku kejahatan untuk waktu lama akibat
kesalahan-kesalahan kecil, m em berikan lebih banyak dana untuk m e-
rehabilitasi pelaku kejahatan, dan lekas-lekas mengembalikan mereka
ke pekerjaan yang produktif, serta menghabiskan lebih banyak uang
untuk mendidik orang-orang California yang tidak dipenjara agar mam-
pu mengisi posisi-posisi kerja bergaji tinggi. Tidak jelas apakah hukuman
yang keras di AS efektif dalam mencegah orang melakukan kejahatan.
Tujuan terakhir yang m endasari penjatuhan hukum an terhadap
pelaku kejahatan yang diputus bersalah adalah m erehabilitasi m e-
reka, sehingga m ereka bisa kem bali ke m asyarakat, hidup norm al se-
perti sem ula, dan m em berikan sum bangsih ekonom i kepada m asya-
rakat, bukannya m enim bulkan biaya ekonom i yang berat terhadap
m asyarakat sebagai narapidana dalam sistem penjara kita yang
m ahal. Rehabilitasi, bukan pem balasan atas kejahatan, adalah fokus
pendekatan Eropa terhadap hukuman kriminal. Misalnya, satu kasus
pengadilan di Jerman melarang penayangan ilm dokumenter yang
secara akurat menggambarkan peran seorang pelaku kejahatan dalam
satu kejahatan yang banyak dibicarakan—sebab hak sang pelaku
kejahatan untuk m enunjukkan hasil rehabilitasinya, dan untuk
m em peroleh kesem patan yang adil agar bisa kem bali secara sehat ke
m asyarakat setelah m enjalani hukum an penjaranya, dianggap lebih
penting daripada kebebasan pers atau hak m asyarakat untuk tahu.
Apakah pandangan itu m encerm inkan kepedulian yang lebih besar di
Eropa terhadap m artabat m anusia, pem bim bingan, dan kasih sayang,
dan kepedulian yang lebih rendah di Eropa terhadap pem balasan atas
kejahatan ala Perjanjian Lam a, dan terhadap kebebasan berbicara,
dibandingkan dengan di AS? Dan seberapa efektif sih rehabilitasi itu?
Misalnya, keefektifannya sepertinya terbatas dalam kasus pedoilia.
PERADILAN RESTORATIF ● 129
http://facebook.com/indonesiapustaka Peradilan restoratif
Yang sejauh ini belum m asuk dalam pem bahasan kita m engenai
hukum an pidana oleh negara adalah kita belum m enyinggung soal
tujuan utam a peradilan perdata oleh negara (m enjadikan pihak yang
cedera kem bali utuh) dan penyelesaian perselisihan oleh bukan-negara
(m em ulihkan hubungan dan m em adam kan em osi). Kedua tujuan itu,
yang sam a-sam a m em berikan perhatian terhadap kebutuhan korban
kejahatan, bukanlah tujuan utama dalam sistem peradilan pidana kami,
walaupun ada sedikit aturan mengenai itu. Selain memberikan ke-
saksian yang m em bantu dalam m em utuskan apakah seorang tertuduh
betul bersalah atau tidak, korban atau kerabat korban mungkin saat
penjatuhan penghukum an diizinkan berbicara di hadapan pengadilan
yang m enghadirkan sang pelaku kejahatan, dan m enjabarkan dam pak
em osional kejahatan itu. Kalau soal m enjadikan korban kem bali utuh,
ada sejum lah negara yang m em berikan dana kom pensasi bagi korban,
nam un jum lahnya biasanya kecil.
Misalnya, kasus kejahatan yang paling banyak dipublikasikan da-
lam sejarah Am erika belakangan ini adalah pengadilan m antan bin-
tang futbol O.J. Simpson atas pembunuhan terhadap istrinya Nicole
dan teman sang istri, Ron Goldman. Setelah pengadilan pidana
yang berlangsung selam a delapan bulan. Sim pson dinyatakan tidak
bersalah. Namun keluarga Nicole dan Ron kemudian menang dalam
gugatan perdata terhadap Simpson atas nama anak-anak Simpson dan
Nicole serta kedua keluarga, dan memenangi (namun tidak berhasil
m enagih) ganti rugi bernilai total sekitar $ 43.0 0 0 .0 0 0 . Sayangnya,
kasus-kasus kom pensasi yang diperoleh dari gugatan perdata sungguh
jarang terjadi, sebab kebanyakan pelaku kejahatan tidak kaya dan
tidak punya aset yang cukup besar untuk dianggap berharga. Dalam
m asyarakat tradisional, kem ungkinan korban m em peroleh kom pensasi
ditingkatkan oleh ilosoi tradisional berupa tanggung jawab bersama:
seperti dalam kasus Malo, bukan hanya pelaku, melainkan juga
kerabat, sesama anggota klan, dan rekan kerja pelaku pun wajib
membayar kompensasi. Masyarakat Amerika justru menekankan
tanggung jawab individual m elebihi tanggung jawab bersam a. Di
Papua, bila sepupu laki-laki saya dicam pakkan oleh istrinya, saya akan
dengan marah menuntut klan si istri agar mengembalikan sebagian
m as kawinnya yang saya bayarkan dem i m em peroleh dia untuk sepupu
saya; sebagai seorang Am erika, saya lega karena tidak perlu ikut
bertanggungjawab atas keberhasilan pernikahan sepupu-sepupu saya.
130 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka Satu pendekatan menjanjikan untuk memadamkan emosi da-
lam beberapa kasus, bagi pelaku kejahatan yang tidak dihukum m ati
m aupun bagi korban yang selam at atau kerabat terdekat korban yang
tewas, adalah program yang disebut peradilan restoratif. Peradilan ter-
sebut memandang kejahatan sebagai pelanggaran terhadap korban atau
m asyarakat sekaligus juga terhadap negara; m em pertem ukan pelaku
kejahatan dan korban untuk berbicara secara langsung (asalkan kedua-
nya bersedia m elakukan itu), bukan m em isahkan m ereka dan m em -
biarkan pengacara berbicara atas nama mereka; dan mendorong pelaku
kejahatan untuk menerima tanggung jawab, dan korban untuk meng-
ungkapkan seberapa besar mereka telah terluka, bukan mencegah atau
hanya m em berikan sedikit kesem patan m elakukan hal-hal tersebut.
Pelaku kejahatan dan korban (atau kerabat korban) bertemu dengan
didam pingi m ediator terlatih, yang m enetapkan aturan-aturan dasar
bahwa tidak boleh m enyela pem bicaraan dan m enggunakan bahasa
kasar. Korban dan pelaku kejahatan duduk berhadap-hadapan, saling
memandang, dan bergantian menuturkan kisah hidup mereka, perasa-
an mereka, alasan-alasan mereka, dan pengaruh kejahatan itu terhadap
hidup m ereka sesudahnya. Pelaku kejahatan bisa m elihat langsung luka
yang telah m ereka akibatkan; korban bisa m elihat si pelaku sebagai
seorang manusia dengan latar belakang dan alasan, bukan monster
yang tidak bisa dipaham i; dan sang pelaku m ungkin bisa m enelaah
riwayatnya sendiri, dan m em aham i apa yang m enyebabkan dia m eng-
am bil jalan yang keliru.
Misalnya, satu perjumpaan semacam itu di California memper-
tem ukan seorang janda berusia 41 tahun, Patty O’Reilly, dan sau-
darinya Mary, dengan seorang narapidana berusia 49 tahun, Mike
Albertson. Mike sedang menjalani hukuman penjara 14 tahun karena
m enewaskan suam i Patty, Danny, dua setengah tahun sebelum nya.
Danny tertabrak oleh truk Mike dari belakang ketika Danny sedang
bersepeda. Selama empat jam, Patty mencurahkan kepada Mike
perasaan benci yang awalnya dia rasakan terhadap Mike, kata-
kata terakhir suam inya kepadanya secara rinci, bagaim ana dia dan
kedua putrinya yang m asih m uda m enerim a kabar tentang kem atian
Danny dari wakil sheriff, dan bagaim ana dia setiap hari teringat akan
Danny gara-gara hal-hal yang sepertinya sepele seperti m endengar
lagu di radio atau melihat seorang pesepeda. Mike menuturkan
kepada Patty kisah hidupnya yang m engalam i pelecehan seksual oleh
ayahnya, kecanduan obatnya, punggungnya yang patah, kehabisan
PERADILAN RESTORATIF ● 131
http://facebook.com/indonesiapustaka pil penghilang rasa sakit pada malam peristiwa naas itu terjadi,
bagaim ana dia m enelepon dan ditolak oleh pacarnya, berangkat dalam
keadaan m abuk dengan truknya untuk m em eriksakan diri ke rum ah
sakit, m elihat seorang pesepeda—dan m engakui bahwa dia m ungkin
m enabrak Danny dengan sengaja, dalam am arah terhadap sang ayah,
yang telah m em perkosanya berulang kali, dan terhadap sang ibu,
yang tidak m enghentikan sang ayah. Pada akhir em pat jam itu, Patty
menutup proses itu dengan kata-kata, “Memaafkan sungguh sulit,
nam un tidak m em aafkan lebih sulit lagi.” Selam a sem inggu berikutnya
Patty m erasa terlepas dari bebannya, m em peroleh kekuatan, dan
tabah setelah m elihat bahwa orang yang m enewaskan suam inya di
seberang m eja sana telah m elihat kepedihan m acam apa yang telah dia
sebabkan. Setelahnya, Mike silih berganti merasa lemas, depresi, dan
lega karena kesediaan Patty untuk m enjum pai dan m em aafkaannya.
Di nakas samping tempat tidurnya, Mike meletakkan sepucuk kartu
yang Patty bawa untuknya dari putrinya Siobhan: “Yang terhorm at
Bapak Albertson, hari ini 16 Agustus dan saya akan berulangtahun ke-
10 pada 1 Septem ber. Saya hanya ingin Bapak tahu bahwa saya sudah
m em aafkan Bapak. Saya m asih m erindukan Ayah saya, saya rasa untuk
seum ur hidup. Saya harap Bapak baik-baik saja. Dadah, Siobhan.”
Program-program peradilan restoratif semacam itu telah beroperasi
selam a 20 tahun-an di Australia, Kanada, Selandia Baru, Britania, dan
berbagai negara bagian Amerika. Masih banyak coba-coba yang ter-
jadi—m isalnya, apakah pertem uan itu harus m elibatkan hanya pelaku
dan korban ataukah juga harus melibatkan kerabat, teman, dan guru;
apakah pertemuan itu harus dilangsungkan pada tahap awal (segera
setelah penahanan) atau tahap lanjut (di penjara, seperti dalam
kasus Patty dan Mike); dan apakah ada upaya penggantian kerugian
oleh pelaku kepada korban. Ada banyak kisah anekdotal m engenai
hasilnya, dan sejum lah uji kontrol yang secara acak m em asukkan
pelaku kejahatan ke dalam salah satu dari beberapa program alternatif
atau ke dalam kelompok kontrol tanpa program semacam itu, dan
kem udian m engevaluasi hasil yang diperoleh secara statistik. Hasil
baik yang dilaporkan dalam analisis statistik kum ulatif kasus dari
beberapa program antara lain lebih rendahnya tingkat kejahatan
lanjutan yang dilakukan oleh si pelaku, dan kalaupun dilakukan lagi
kejahatannya lebih ringan, berkurangnya perasaan m arah dan takut
korban, dan m eningkatnya perasaan am an dan lega korban. Secara
tidak mengejutkan, hasil lebih baik diperoleh dalam kasus-kasus di
132 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka mana pelaku bersedia bertemu korban, ambil bagian secara aktif dalam
pertem uan, dan m enyadari luka yang telah dia akibatkan, daripada
dalam kasus-kasus di mana pelaku tidak berniat mengikuti pertemuan
yang diwajibkan oleh pengadilan.
Tentu saja, peradilan restoratif bukanlah obat sapujagad untuk
semua pelaku kejahatan dan korban. Peradilan restoratif membu-
tuhkan fasilitator terlatih. Sejum lah pelaku kejahatan tidak m erasa
m enyesal, dan sejum lah korban akan m erasa traum a, bukan terbantu,
karena harus mengingat-ingat lagi kejahatan itu di hadapan sang
pelaku. Peradilan restoratif sebaiknya hanya m erupakan tam bahan,
bukan pengganti, sistem peradilan pidana kita. Namun peradilan
restoratif sungguh menjanjikan.
Keunggulan-keunggulan dan harga yang harus
dibayarkan
Kesim pulan-kesim pulan apa yang bisa kita tarik dari perbandingan
penyelesaian perselisihan di negara dan di m asyarakat berskala kecil?
Di satu sisi, dalam bidang penyelesaian perselisihan, seperti juga dalam
bidang-bidang lain yang akan dibahas di bab-bab berikutnya dalam
buku ini, kita tidak boleh secara naif m engidealisasikan m asyarakat
berskala kecil, m em andangnya serba m engagum kan, m elebih-lebihkan
keunggulan-keunggulannya, dan m engkritik pem erintahan negara
m eskipun hanya sebagai hal buruk yang diperlukan. Di sisi lain, banyak
m asyarakat berskala kecil yang m em ang m em iliki sejum lah ciri-ciri
yang bisa kita terapkan juga dalam m asyarakat negara kita secara
berm anfaat.
Sedari awal, izinkan saya m encegah kesalahpaham an dan m e-
negaskan lagi bahwa penyelesaian perselisihan di negara industri
m odern pun sudah m engandung wilayah-wilayah yang m em anfaatkan
m ekanism e-m ekanism e penyelesaian perselisihan bergaya tribal. Se-
waktu kita berselisih dengan seorang pedagang, sebagian besar orang
tidak langsung m enyewa pengacara atau m enggugat; kita m ulai de-
ngan berdiskusi dan bernegosiasi dengan si pedagang, barangkali bah-
kan meminta teman untuk menghubungi si pedagang mewakili kita
bila kita m erasa terlalu m arah atau tidak berdaya. Sebelum nya saya
sudah sebutkan bahwa banyak profesi dan kelom pok dalam m asya-
rakat industri yang m em iliki prosedur rutin m ereka sendiri untuk m e-
nyelesaikan perselisihan. Di daerah-daerah perdesaan dan daerah-
daerah kantong kecil di mana setiap orang mengenal satu sama lain
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 133
http://facebook.com/indonesiapustaka dan merasa bahwa hubungan di antara mereka akan berlangsung lama,
m otivasi dan tekanan untuk m endam aikan perselisihan secara inform al
sungguh kuat. Bahkan m eskipun kita akhirnya berpaling kepada peng-
acara, sejum lah pihak yang berselisih m engharapkan hubungan yang
terlus berlangsung—m isalnya seperti sejum lah suam i-istri yang ber-
cerai dan sudah memiliki anak, ataupun mitra bisnis atau pasangan
kerja—akhirnya m enggunakan pengacara untuk m em antapkan kem bali
hubungan yang tidak bermusuhan. Banyak negara selain Papua Nugini
m asih cukup baru atau lem ah sehingga sebagian besar m asyarakat
terus berfungsi dalam cara-cara tradisional.
Dengan mengingat hal tersebut, kini marilah kita kenali tiga ke-
unggulan bawaan peradilan negara, bila peradilan tersebut berfungsi
secara efektif. Pertam a dan paling utam a, satu m asalah m endasar
yang sepertinya dim iliki oleh sem ua m asyarakat berskala kecil ada-
lah, karena tidak m em iliki kewenangan politik pusat yang m em egang
monopoli kekuatan pembalasan, mereka tidak mampu mencegah ang-
gota m asyarakat yang m em bandel untuk m elukai anggota lainnya,
dan juga tidak m am pu m encegah anggota m asyarakat yang m erasa
diperlakukan tidak adil untuk m ain hakim sendiri dan berupaya
mencapai tujuan melalui kekerasan. Namun kekerasan mengundang
kekerasan balasan. Seperti yang akan kita lihat di dua bab berikutnya,
kebanyakan m asyarakat berskala kecil terperangkap dalam siklus
kekerasan dan peperangan. Pem erintahan negara dan kedatuan yang
kuat berjasa sangat besar karena memutus siklus-siklus semacam itu
dan m em egang m onopoli kekuatan. Tentu saja, saya tidak m engklaim
bahwa ada negara yang sepenuhnya berhasil m eredam kekerasan, dan
saya m engakui bahwa negara pun m enggunakan kekerasan dengan
derajat berbeda-beda terhadap warganya sendiri. J ustru saya per-
hatikan bahwa, sem akin efektif kontrol yang diberlakukan oleh negara,
semakin terbatas kekerasan oleh bukan-negara.
Itulah keunggulan bawaan pemerintahan negara, dan alasan utama
m engapa m asyarakat besar di m ana orang-orang asing biasa berjum pa
satu sam a lain selam a ini cenderung m enghasilkan datu yang kuat dan
kem udian pem erintahan negara. Kapan pun kita m endapati diri kita
cenderung m engagum i penyelesaian perselisihan dalam m asyarakat
berskala kecil, kita harus m engingatkan diri sendiri bahwa penyelesaian
perselisihan mereka memiliki dua cabang, dengan satu cabang berupa
negosiasi dam ai yang m engagum kan sem entara cabang yang satu lagi
adalah kekerasan dan perang yang harus disesali. Penyelesaian per-
134 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka selisihan oleh negara juga m em iliki dua cabang, satu di antaranya
berupa negosiasi dam ai, nam un cabang konfrontasional yang kedua
hanyalah sidang. Bahkan sidang yang paling m erepotkan sekali pun
masih lebih bagus daripada perang saudara atau siklus pembunuhan
balas dendam . Fakta itu m ungkin m em buat anggota-anggota m asya-
rakat berskala kecil lebih bersedia daripada anggota-anggota m asyara-
kat negara untuk m enyelesaikan perselisihan pribadi m elalui negosiasi,
dan m em fokuskan negosiasi kepada keseim bangan em osional dan pe-
mulihan hubungan, bukan berdebat benar-salah.
Keunggulan atau potensi keunggulan kedua peradilan yang di-
laksanakan oleh negara dibandingkan peradilan tradisional mandiri
m elibatkan hubungan kuasa. Pihak yang berselisih dalam m asyarakat
berskala kecil perlu m em iliki sekutu agar posisi tawarnya kuat, dan bila
dia betul-betul ingin m enagih ternak yang telah disarankan oleh datu
kulit-macan Nuer sebagai kompensasi yang patut. Itu mengingatkan
saya akan satu artikel sangat berpengaruh m engenai peradilan negara
ala Barat, berjudul “Bargaining in the Shadow of the Law” atau “Tawar-
m enawar di bawah Bayang-bayang Hukum ”—yang berarti m ediasi
di negara berlangsung dengan kedua pihak m enyadari bahwa, bila
mediasi gagal, perselisihan itu akan diselesaikan di pengadilan me-
lalui penerapan hukum . Untuk alasan-alasan yang sam a, negosiasi
kom pensasi dalam m asyarakat berskala kecil berlangsung "dalam
bayang-bayang perang"—yang berarti kedua pihak tahu bahwa, bila ne-
gosiasi tidak berhasil, alternatifnya adalah perang atau kekerasan. Pe-
ngetahuan itu m enciptakan kondisi yang berat sebelah dalam m asya-
rakat berskala kecil dan m em berikan daya tawar yang kuat bagi pihak
yang diduga bisa m enggalang lebih banyak sekutu seandainya perang
p eca h .
Secara teoretis, peradilan negara bertujuan menciptakan kondisi
yang tidak berat sebelah, m enawarkan keadilan yang m erata bagi se-
m ua, dan m encegah pihak yang berkuasa atau kaya m enyalahguna-
kan kekuatannya sehingga tercapailah penyelesaian yang tidak adil.
Tentu saja, saya dan setiap pem baca akan langsung m em protes “Secara
teori iya sih, tapi...!” Pada kenyataannya, seorang penggugat yang kaya
menikmati keunggulan dalam kasus-kasus perdata maupun pidana. Dia
bisa m enyewa pengacara yang m ahal dan saksi ahli. Dia bisa m enekan
lawan yang kalah kaya agar m enyetujui penyelesaian yang ditawarkan,
dengan mengajukan peninjauan kembali berkali-kali guna membuat
ongkos hukum lawannya bengkak, dan dengan m engajukan tuntutan
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 135
http://facebook.com/indonesiapustaka yang tidak ada artinya nam un akan m enguras kantong pihak yang satu
lagi untuk m enghadapinya. Sejum lah sistem peradilan negara bersifat
korup dan m em bela pihak-pihak yang kaya atau m em iliki koneksi
politik yang baik.
Ya, sayangnya m em ang benar bahwa pihak yang lebih kuat dalam
perselisihan m enikm ati keunggulan yang tidak adil dalam sistem per-
adilan negara, seperti juga dalam masyarakat berskala kecil. Namun
setidak-tidaknya ada perlindungan yang disediakan oleh negara kepa-
da pihak yang lem ah, sem entara m asyarakat berskala kecil tidak m e-
nyediakan perlindungan sem acam itu, paling-paling sedikit saja. Da-
lam negara yang dikelola dengan baik, korban yang lem ah tetap bisa
m elaporkan kejahatan ke polisi dan sering kali atau biasanya akan
didengarkan; orang m iskin yang m em ulai bisnis bisa m em inta bantuan
negara untuk m em astikan pelaksanaan kontrak; pengacara yang
dibayar oleh pengadilan disediakan bagi tergugat yang m iskin dalam
kasus pidana; dan penggugat yang m iskin dengan kasus yang kuat
m ungkin bisa m enem ukan pengacara pribadi yang bersedia m enerim a
kasus itu dengan asas kontingensi (alias pengacara bersedia dibayar
sekian persen dari uang yang diperoleh penggugat seandainya kasusnya
m en a n g).
Keunggulan ketiga peradilan negara m elibatkan tujuannya yaitu
menetapkan benar dan salah, serta menjatuhkan hukuman dan meng-
kaji penalti perdata terhadap pelaku kesalahan, sehingga mencegah
anggota-anggota lain m asyarakat m elakukan kejahatan atau kesalahan.
Pencegahan merupakan tujuan eksplisit sistem peradilan pidana
kita. Pada kenyataannya, pencegahan juga m erupakan tujuan sistem
peradilan gugatan perdata kita, yang m engkaji penyebab dan tanggung
jawab atas kerugian, sehingga berupaya m encegah perilaku penyebab
kerugian dengan m em buat setiap orang m enyadari hukum an perdata
yang m ungkin harus m ereka bayarkan bila m ereka m elakukan perilaku
semacam itu. Misalnya, seandainya Malo dituntut bersalah di dalam
sistem peradilan negara yang efektif atas kerugian perdata karena
menewaskan Billy, para pengacara Malo pastilah berargumen (dengan
kem ungkinan berhasil yang baik) bahwa tanggung jawab atas kem atian
Billy bukan berada pada Malo, yang menyetir dengan aman, melainkan
pada pengem udi m inibus yang m em biarkan Billy turun m eskipun lalu-
lintas sedang ram ai, dan pada pam an Billy, Genjim p, yang m enunggu
untuk m enjem put Billy di sisi seberang jalanan yang ram ai. Satu kasus
sungguhan di Los Angeles yang sepadan dengan kasus Billy dan Malo
136 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK
http://facebook.com/indonesiapustaka adalah Schwartz vs Helms Bakery. Seorang anak laki-laki kecil tewas
tertabrak m obil sewaktu sedang berlari m enyeberangi jalanan yang
ram ai guna m em beli donat coklat dari truk Helm s Bakery; bocah itu
m em inta supir m enunggu sem entara dia lari m enyeberangi jalan ke
rum ahnya untuk m engam bil uang; sang supir setuju dan tetap m e-
m arkir m obilnya sam bil m enunggu si bocah di jalan yang ram ai itu;
dan pengadilan m em inta juri m em utuskan apakah Helm s Bakery turut
bertanggungjawab atas kematian si bocah, akibat keteledoran sang
p en gem u d i.
Kasus-kasus gugatan sem acam itu m em berikan tekanan kepada
warga m asyarakat negara untuk terus-m enerus m ewaspadai ke-
m ungkinan bahwa keteledoran m ereka m ungkin ikut m enyebabkan
kecelakaan. Sem entara itu, penyelesaian yang dirundingkan secara
pribadi antara klan Billy dan kolega-kolega Malo tidak memberikan
insentif bagi orang-orang dewasa dan pengemudi minibus di Nugini
untuk m erenungkan risiko yang ada bila anak sekolah berlari-lari
m enyeberangi jalan. Terlepas dari jutaan m obil yang m ondar-m andir
setiap hari di jalanan Los Angeles, dan terlepas dari segelintir m obil
polisi yang berpatroli di jalan-jalan kam i, kebanyakan orang Los
Angeles berkendara dengan am an nyaris sepanjang waktu, dan ha-
nya sekian kecil persentase dari jutaan perjalanan harian itu yang
m enyebabkan kecelakaan atau cedera. Salah satu alasannya adalah
kuasa pencegahan sistem peradilan perdata dan pidana kami.
Namun izinkan saya mencegah kesalahpahaman lagi: saya tidak se-
dang m em uji-m uji peradilan negara sebagai selalu unggul. Ada harga
yang harus dibayarkan negara dem i m em peroleh ketiga keunggulan
itu. Sistem peradilan pidana negara ada terutama untuk mendorong
tercapainya tujuan-tujuan negara: m engurangi kekerasan pribadi,
memupuk ketaatan terhadap hukum-hukum negara, melindungi
m asyarakat sebagai keseluruhan, m erehabilitasi pelaku kejahatan,
serta menghukum dan mencegah kejahatan. Fokus negara kepada
tujuan-tujuan itu cenderung mengurangi perhatian negara terhadap
tujuan-tujuan warga-warga individual yang terlibat dalam pem ecahan
perselisihan dalam m asyarakat berskala kecil: pem ulihan hubungan
(atau non-hubungan), dan m em adam kan em osi. Bukan berarti negara
senantiasa mengabaikan tujuan-tujuan itu, melainkan negara kerap
kali m engabaikannya karena terfokus pada tujuan-tujuan lain. Sebagai
tam bahan, ada cacat-cacat lain di sistem peradilan negara yang bukan
m erupakan bawaan aslinya, nam un tetap saja ditem ukan di m ana-
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 137
m ana: kom pensasi yang terbatas atau bahkan tidak diberikan oleh
sistem peradilan pidana terhadap korban kejahatan (kecuali me-
lalui gugatan perdata terpisah); dan, dalam gugatan perdata, lam-
batnya pem ecahan perselisihan, sulitnya m enghitung cedera pribadi
dan em osional dalam takaran uang, kurangnya aturan (di AS) yang
m em erintahkan penggugat yang sukses untuk m enanggung biaya
pengacara, dan kurangnya rekonsiliasi (atau yang lebih parah,
seringkali terjadi peningkatan perm usuhan) antara pihak-pihak yang
b er selisih .
Kita telah lihat bahwa m asyarakat negara dapat m engurangi m asa-
lah-m asalah itu dengan turut m enerapkan praktik-praktik yang di-
ilham i oleh prosedur-prosedur di m asyarakat berskala kecil. Dalam
sistem peradilan perdata kita, kita bisa m enginvestasikan lebih ba-
nyak uang untuk m elatih dan m enyewa m ediator dan m em astikan ke-
tersediaan hakim . Kita bisa m encurahkan lebih banyak upaya untuk
m ediasi. Kita bisa m elim pahkan biaya pengacara kepada penggugat
yang berhasil dalam kondisi-kondisi tertentu. Dalam sistem peradilan
pidana Am erika, kita bisa kaji kem bali apakah m odel-m odel Eropa
yang lebih m enekankan rehabilitasi dan tidak m engutam akan
pem balasan atas kejahatan akan lebih berm anfaat bagi pelaku keja-
hatan, bagi m asyarakat secara keseluruhan, dan bagi ekonom i.
Sem ua saran tersebut telah banyak didiskusikan. Saran-saran itu
m em iliki kesulitannya sendiri-sendiri. Saya berharap bahwa, dengan
pengetahuan yang lebih m endalam tentang bagaim ana m asyarakat
berskala kecil m enyelesaikan perselisihan, para ahli hukum dapat
m enyadari betapa baiknya bila kita m em asukkan prosedur-prosedur
yang m engagum kan dari m asyarakat berskala kecil ke dalam sistem
kita sendiri.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 3
Satu Bab Pendek,
Mengenai Suatu Perang Kecil
Perang Dani ▪ Urutan kejadian perang ▪ Korban tewas dalam perang
Perang Dani
Bab ini akan m em perkenalkan peperangan tradisional dengan m e-
nuturkan serangkaian pertem puran dan serbuan yang cukup lazim
terjadi di antara orang-orang Dani di Papua, yang m enjadi tidak biasa
hanya karena betul-betul diamati dan diilmkan oleh ahli antropologi.
Orang-orang Dani adalah salah satu populasi beranggota paling
banyak dan padat di Papua, berpusat di Lem bah Besar Sungai Baliem
(Papua Indonesia). Antara 190 9 dan 1937, delapan ekspedisi Barat
m engadakan kontak dan m enyam bangi sejenak kelom pok-kelom pok
Dani yang tinggal di tepi luar lem bah ataupun tetangga-tetangga
m ereka tanpa m em asuki lem bah itu sendiri. Seperti yang disebutkan
di Bab 1, lem bah itu dan populasinya yang berlim pah "ditem ukan"—
m aksudnya, pertam a kali dilihat oleh orang-orang Eropa, sekitar
46.0 0 0 tahun setelah tibanya nenek m oyang orang-orang Papua—pada
23 J uni 1938, oleh pesawat terbang yang m elakukan peninjauan untuk
Ekspedisi Archbold. Kontak pertam a berhadap-hadapan m enyusul
pada 4 Agustus, ketika patroli ekspedisi yang dipim pin oleh Kapten
Teerink berjalan ke dalam lem bah itu. Setelah Ekspedisi Archbold