The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-01-14 00:44:28

The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional

by Jared Diamond Tyas Palar

Keywords: The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional ,by Jared Diamond Tyas Palar,Budaya

http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 4 2 . Bahaya tradisional: seorang laki-laki m em anjat pohon untuk m em etik buah
açaí. J atuh dari pohon, atau tertim pa pohon tum bang, adalah bahaya besar di banyak
m asyarakat tradisional.

http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 4 3 . Bahaya tradisional: buaya besar dibunuh sesudah m enewaskan beberapa
orang di Indonesia. Hewan liar adalah bahaya besar di kebanyakan m asyarakat
t r a d ision a l.

Gam bar 4 4 . Bahaya m odern: tabrakan m obil adalah bahaya besar dalam kehidupan
modern.

Gam bar 4 5. Manajemen risiko: modal dan pendapatan dari dana abadi Harvard
University berkurang banyak selam a krisis keuangan dunia 20 0 8– 20 0 9. Para m anajer
investasi Harvard seharusnya m engikuti strategi m anajem en risiko petani kecil, yang
memaksimalkan hasil panen rata-rata jangka panjang untuk sekadar menjaga agar hasil
panen selalu ada di atas batas kritis tertentu.

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 4 6 . Seorang dow ser, yang m engklaim bahwa gerakan ranting bercabang bisa
m enunjukkan posisi air tanah yang tersem bunyi bagi pem ilik lahan yang ingin tahu di
mana harus menggali sumur. Dow ser menunjukkan kecenderungan kita mengandalkan
ritual dalam situasi ketika hasil susah diperkirakan.

http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 4 7. Bahasa-bahasa yang m enghilang: Sophie Borodkin (m eninggal J anuari
20 0 8), penutur terakhir bahasa Eyak, suatu bahasa khas Pribum i Am erika yang dulu
dipakai di Alaska.

394 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka luktuasi tersebut. Tadinya daging berlimpah pada musim gugur, ketika
hewan-hewan ternak dikurangi jum lahnya dan dijagal; susu pada
musim semi dan musim panas, ketika sapi dan domba melahirkan;
ikan seperti salm on dan hering, yang pada waktu-waktu yang bisa
diperkirakan merenangi sungai kembali ke hulu dan di sepanjang
pesisir; serta hewan buruan liar yang berm igrasi pada m usim -m usim
tertentu, m isalnya rusa kutub dan bison.

Sebagai akibatnya, beberapa bulan dalam setahun di zona beriklim
sedang merupakan masa makmur, sementara bulan-bulan lain adalah
masa paceklik ketika orang-orang tahu bahwa simpanan makanan
m ungkin akan habis dan bahwa m ereka setidak-tidaknya harus
mengencangkan ikat pinggang mereka dan paling parah berisiko
kelaparan. Bagi orang-orang Nors Tanah Hijau, musim paceklik tiba
setiap tahun pada akhir musim dingin, ketika mereka sudah hampir
habis m enyantap keju, m entega, dan daging kering yang disim pan
dari tahun berikutnya, nam un sapi, dom ba, dan kam bing belum lagi
melahirkan sehingga belum menghasilkan susu, kawanan anjing laut
harpa yang berm igrasi belum tiba di sepanjang pesisir, dan anjing laut
biasa yang m enetap di kawasan m ereka belum m endarat di pantai
untuk m elahirkan. Tam paknya sem ua penghuni satu di antara dua
pemukiman orang Nors di Tanah Hijau mati kelaparan pada akhir
salah satu m usim dingin sem acam itu pada sekitar 1360 .

Orang-orang Am erika, Eropa, dan penduduk zona beriklim sedang
lainnya cenderung m enduga bahwa wilayah tropis, terutam a di dekat
khatulistiwa, tidak memiliki pergantian musim seperti itu. Meskipun
suhu m em ang kalah jauh variasinya dari bulan ke bulan di wilayah
tropis daripada di zona beriklim sedang, sebagian besar daerah tropis
pada kenyataannya m em iliki m usim hujan dan m usim kering yang
sangat berbeda. Misalnya, kota Pomio di Papua Nugini terletak hanya
beberapa ratus mil di sebelah selatan khatulistiwa, sangatlah basah
(curah hujan 660 cm dalam setahun), dan menerima curah hujan 6 cm
bahkan pada bulan yang paling kering. Tapi, bulan-bulan terbasah di
Pom io (J uli dan Agustus) 7 kali lipat lebih basah daripada bulan-bulan
terkeringnya (Februari dan Maret), dan itu berkonsekuensi sangat
besar terhadap ketersediaan makanan dan kondisi-kondisi hidup di
Pomio. Oleh karena itu, para penduduk garis lintang rendah atau
bahkan di khatulistiwa m enghadapi m usim paceklik yang bisa diper-
kirakan, seperti juga orang-orang tradisional di zona beriklim sedang.
Dalam banyak kasus, m usim paceklik itu jatuh pada m usim kering

MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 395

setem pat, yang secara berbeda-beda tiba pada bulan Septem ber dan

Oktober bagi orang-orang !Kung di Kalahari dan orang-orang Daribi
di perbukitan Papua Nugini, Desember sampai Februari bagi Pigmi
Mbuti di Hutan Ituri, Kongo, serta Januari bagi orang-orang Kaulong
di Britania Baru. Namun sejumlah masyarakat penghuni garis lin-

tang rendah justru m engalam i m usim paceklik pada bulan-bulan yang
paling basah bagi mereka, yaitu Desember sampai Maret bagi Aborigin
Ngarinyin di Australia Baratlaut, dan Juni sampai Agustus bagi orang-
orang Nuer di Sudan.

Tabe l 8 .2 . Sim pan an m akan an tradis io n al di s e lu ru h du n ia

ERASIA

Penggem bala Erasia Produk-produk susu; mentega, keju, sky r, susu
ferm entasi.

Petani Eropa Gandum dan jelai, ikan asin atau kering, produk-
produk susu, kentang dan um bi-um bian lainnya,
acar sayuran, bir, m inyak.

Ko re a Kim chi: acar kubis, lobak, ketim un yang
diferm entasi. Ikan dan udang yang dibuat acar,
diasinkan, atau diferm entasi.

Ainu (Jepang) Kacang-kacangan, ikan kering dan beku, daging
rusa kering, tepung umbi-umbian.

Nganasan (Siberia) Daging rusa kutub yang diasap, dikeringkan, atau
dibekukan. Lem ak angsa yang dilelehkan.

Ite n m ’i ( Kam ch atka) Ikan yang dikeringkan dan diferm entasi.

AMERIKA

Kebanyakan petani Asli J agung kering.
Am erika
Pemmican: daging bison yang dikeringkan, lem ak
Orang-orang Indian yang dilelehkan, dan buah beri yang dikeringkan.
Northern Plains

An d e s Daging yang dibekukan hingga kering, um bi-
umbian, dan ikan.

In u it Daging paus yang dibekukan, daging karibu yang
dibekukan atau didinginkan, m inyak anjing laut.
http://facebook.com/indonesiapustaka
In d ian Pe s is ir Baratlau t Salm on yang dikeringkan dan diasap, m inyak ikan
yang dilelehkan, buah beri yang dikeringkan.

Sho sho n e Great Basin Tepung polong m esquite, kacang pinus, daging
yang dikeringkan.

Indian Pedalam an Tepung buah ek, salmon kering.
Califo rn ia U tara

396 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

AFRIKA Millet, bir.
Nuer
PASIFIK Talas dan sukun yang diferm entasi. Pisang kering
Po lin e s ia Tim u r dan pati.
Daging burung, dipanaskan dan disegel dengan
Maori (Selandia Baru) lemak. Umbi-umbian.
Ubi jalar.
Ke pu lau an Tro brian d
(Papua) Tepung sagu dan ikan kering.
Dataran rendah Papua Um bi-um bian. Ubi yang disim pan sebagai babi
Dataran Tin ggi Papu a hidup.
Kue batangan dari biji rum put liar.
Abo rigin Australia

http://facebook.com/indonesiapustaka Masyarakat-masyarakat tradisional menangani kekurangan makan-
an m usim an yang terperkirakan dalam tiga cara utam a: m enyim pan
m akanan, m enam bah keragam an m akanan, serta m enyebar dan
berkumpul. Metode yang pertama biasa dilakukan masyarakat mo-
dern: kita m enyim pan m akanan dalam kulkas, m esin pem beku, kaleng,
botol, dan kem asan kering. Banyak m asyarakat tradisional juga m e-
nyisihkan kelebihan m akanan yang terkum pul selam a satu m usim
yang berkelim pahan m akanan (m isalnya ketika panen m usim gugur di
zona beriklim sedang), dan m engonsum si m akanan itu selam a m usim
paceklik m akanan (m isalnya m usim dingin di zona beriklim sedang).
Masyarakat-masyarakat menetap yang hidup di lingkungan dengan
perbedaan m usim yang am at jelas, dengan m usim kelim pahan dan
paceklik m akanan yang berselang-seling, juga m enyim pan m akanan.
Namun penyimpanan makanan tidak umum di kalangan pemburu-
pengum pul nom aden yang sering berpindah-pindah perkam pungan,
sebab m ereka tidak bisa m em bawa serta banyak m akanan (kecuali
m ereka punya kapal atau gerobak yang ditarik anjing), dan risiko
pencurian oleh hewan atau manusia lain menjadikan tidak aman bagi
mereka untuk meninggalkan makanan tanpa dijaga di satu perkemahan
dan berencana untuk kem bali nantinya. (Tapi, sejum lah pem buru-
pengum pul, m isalnya orang-orang Ainu di J epang, Indian di Pesisir
Pasiik Baratlaut, Shoshone Great Basin, dan sejumlah masyarakat
Artik, bersifat m enetap perm anen atau m usim an, dan m enyim pan
m akanan dalam jum lah besar.) Bahkan di antara m asyarakat-
m asyarakat yang m enetap, ada yang tinggal dalam kelom pok-kelom pok

MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 397

http://facebook.com/indonesiapustaka kecil keluarga nam un tidak m enyim pan banyak m akanan karena
jumlah mereka terlalu sedikit untuk mempertahankan lumbung dari
penjarah. Penyim panan m akanan lebih banyak dilakukan di wilayah-
wilayah beriklim sedang dan dingin daripada di wilayah-wilayah
tropis yang basah, tem pat m akanan rusak dengan cepat. Tabe l 8 .2
memberikan sejumlah contoh.

Masalah praktis utama yang harus ditangani dalam penyimpanan
makanan adalah mencegah makanan membusuk akibat penguraian
oleh m ikroorganism e. Karena m ikroba, seperti sem ua m akhluk hi-
dup lainnya, m em butuhkan suhu yang sedang dan air, banyak m e-
tode penyim panan m akanan m elibatkan m enjaga suhu m akanan
agar dingin (bukan pilihan di wilayah tropis sebelum ada kulkas)
atau mengeringkan makanan. Sejumlah makanan sudah rendah
kandungan airnya dalam bentuk alam inya sehingga bisa disim pan
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, seperti apa adanya atau
setelah dikeringkan sedikit saja. Makanan semacam itu antara lain
banyak jenis kacang-kacangan, padi-padian, sejum lah akar-akaran
dan umbi-umbian seperti kentang dan lobak, serta madu. Sebagian
besar m akanan ini disim pan dalam wadah atau lum bung yang
dibangun untuk tujuan itu, nam un banyak m akanan um bi-um bian bisa
"ditimbun" atau ditumpuk secara sederhana dengan meninggalkan saja
umbi-umbian tersebut di dalam tanah selama berbulan-bulan sampai
saatnya diperlukan.

Tapi, banyak m akanan lain, seperti daging, ikan, dan buah-buahan
yang m engandung banyak air, m em iliki kandungan air yang cukup
tinggi sehingga butuh pengeringan besar-besaran dengan cara seperti
menjemur berjejer-jejer di bawah sinar matahari atau mengasapi
di atas api. Misalnya, salmon asap, yang kini merupakan makanan
m ewah, tadinya m erupakan m akanan pokok yang disiapkan dalam
jumlah besar oleh orang-orang Indian Pesisir Pasiik Barat Laut.
Daging bison kering, dikombinasikan dengan lemak dan beri kering
untuk disim pan sebagai cam puran yang dikenal sebagai pemmican,
tadinya juga m erupakan m akanan pokok di Great Plains Am erika
Utara. Orang-orang Indian Andes m engeringkan daging, ikan, kentang,
dan oca dalam jum lah besar dengan cara pengeringan beku (dibekukan
dan dijemur bergonta-ganti).

Makanan-makanan kering lainnya dibuat dengan cara mengambil
bahan m entah yang m engandung banyak air dan m engekstraksi kom -
ponen yang bergizi tanpa sebagian besar kandungan air aslinya.

398 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka Contoh-contoh m odern yang kita akrabi dari m akanan sem acam itu an-
tara lain m inyak zaitun yang dibuat dari buah zaitun, keju yang dibuat
dari susu, dan tepung terigu yang dibuat dari gandum. Masyarakat-
masyarakat Mediterania tradisional, penggembala Erasia, dan petani
Erasia telah m em buat dan m enyim pan produk-produk itu selam a
ribuan tahun. Melelehkan lemak untuk mengekstraksinya dalam
bentuk yang berkandungan air rendah banyak dipraktikkan oleh orang-
orang Maori pemburu burung di Selandia Baru, Penduduk Asli Amerika
yang berburu bison, dan orang-orang Artik yang berburu m am alia laut.
Orang-orang Indian Pesisir Pasiik Baratlaut melelehkan lemak dari se-
jenis ikan yang sedem ikian berm inyak sehingga nam anya dalam bahasa
Inggris adalah candleish alias ikan lilin, karena bila kering ikan itu bisa
dibakar seperti lilin. Makanan pokok dataran rendah Papua adalah te-
pung sagu, diperoleh dengan cara mengekstraksi tepung dari empulur
palem sagu. Orang-orang Polinesia dan Ainu di J epang m engekstraksi
tepung dari umbi-umbian, demikian juga orang-orang Indian Shoshone
Great Basin dari polong m esquite.

Banyak m etode lain pengawetan m akanan tidak m elibatkan
pengeringan. Satu m etode sederhana di daerah Artika dan Eropa
utara dengan suhu musim dingin di bawah nol adalah membekukan
m akanan pada m usim dingin dan m enguburnya dalam tanah atau
rongga bawah-tanah berisi es, tempat makanan akan tetap beku sampai
m usim panas berikutnya. Saya tak sengaja m enem ukan sisa-sisa prak-
tik tersebut ketika, sewaktu m asih m enjadi m ahasiswa universitas
Cam bridge, Inggris, saya berkendara m elihat-lihat di daerah perdesaan
East Anglia bersam a tem an-tem an dari Britania yang sam a-sam a ber-
hobi spelunking (menjelajahi gua). Sewaktu kami sedang bercakap-ca-
kap dengan seorang tuan tanah setempat, dia mengundang kami untuk
m elihat satu bangunan di lahannya yang gunanya tidak dipaham i siapa
pun. Ternyata bangunan itu adalah kubah bata yang dibangun dari bata
tua yang tersusun rapat dengan cantik, dengan pintu terkunci yang
dibukakan oleh kenalan baru kami. Di dalam, kami melihat di hadapan
kam i lubang vertikal berlapis bata berdiam eter 3 m eter, dengan tangga
kayu m enghilang ke dalam nya, dan sedem ikian dalam sehingga kam i
tidak dapat m elihat dasarnya.

Akhir m inggu berikutnya, kam i kem bali dengan tali pengam an un-
tuk m enjelajahi gua, senter asetilen, helm , dan celana m onyet. Tentu
saja, kam i berharap m enem ukan gua vertikal yang dalam , lorong-
lorong sam ping, dan tum pukan harta yang terlupakan. Sebagai satu-

MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 399

http://facebook.com/indonesiapustaka satunya orang Am erika dan anggota bertubuh paling ringan dalam
kelom pok kam i, sayalah yang dipilih oleh tem an-tem an Britania
saya sebagai orang pertam a yang m engam bil risiko m enuruni tangga
kayu yang lapuk. Saya kecewa m endapati tangga itu m encapai dasar
di kedalam an hanya 9 m eter, tanpa lorong sam ping, harta karun,
ataupun petunjuk apa pun m engenai fungsi lubang tersebut. Saya
hanya m enem ukan lebih banyak lagi tum pukan cantik bata tua.
Sewaktu saya kem bali ke Cam bridge m alam itu, ketika m akan m alam
saya m enuturkan tentang tem uan m isterius kam i. Salah satu rekan
m akan yang sem eja dengan saya, seorang insinyur lanjut usia yang
m enghabiskan akhir m inggunya berjalan-jalan di daerah perdesaan,
m encetus, “Itu jelas gudang es!” Dia m em beri tahu saya bahwa
bangunan-bangunan semacam itu merupakan ciri-ciri umum rumah-
rum ah pertanian besar di Britania sebelum m ulai digantikan oleh
kulkas pada akhir abad ke-19. Gudang-gudang sem acam itu digali
sam pai jauh di bawah lapisan tanah perm ukaan yang hangat, diisi
dengan makanan dan balok-balok es pada musim dingin, dan makanan
pun tetap beku sam pai m usim panas berikutnya. J um lah m akanan
yang bisa ditam pung gudang es yang kam i tem ukan kem bali itu
pastilah besar sekali.

Satu lagi metode tradisional untuk mengawetkan makanan adalah
m erebus m akanan guna m em bunuh m ikroba, kem udian m enyegel
wadahnya selagi m akanan m asih panas dan steril. Bahkan sam pai
Perang Dunia II, para penghuni kota di Am erika Serikat didesak
oleh pem erintah AS untuk m enyisihkan cadangan m akanan bagi
para prajurit kami dengan cara bercocok-tanam penuh semangat
patriotisme di "kebun kemenangan" di belakang rumah kami dan
m enyim pan hasil kebun yang telah direbus dalam toples kedap
udara. Di rum ah di Boston tem pat saya bertum buh besar, orangtua
saya m em iliki ruang bawah tanah yang ibu saya isi dengan bertoples-
toples tom at dan ketim un yang dipanen pada m usim gugur, dan yang
saya beserta orangtua dan saudari saya konsum si selam a m usim
dingin. Masa kanak-kanak saya berulang-ulang disela ledakan panci
bertekanan antik yang ibu saya gunakan untuk m erebus hasil kebun
sebelum m eletakkannya dalam toples. Langit-langit dapur kam i pun
kotor terciprat sayuran benyek. Orang-orang Maori di Selandia Baru
secara serupa m engawetkan daging dengan cara m em asaknya dan
m em indahkan daging yang m asih panas ke dalam wadah yang disegel
dengan lem ak leleh yang m encegah m ikroba m asuk. Tanpa m engetahui

400 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka soal mikroba, orang-orang Maori entah bagaimana menemukan
metode ini.

J enis m etode yang terakhir m engawetkan m akanan tanpa m enge-
ringkan, m em bekukan, ataupun m erebusnya, yaitu dengan m em buat
acar dan/ atau m em ferm entasi m akanan dengan zat-zat yang m en-
cegah pertum buhan m ikroba. Zat-zat ini m encakup garam atau cuka
yang ditam bahkan ke m akanan, atau kalau tidak alkohol, cuka, atau
asam laktat yang berkem bang selam a ferm entasi m akanan itu sendiri.
Contoh-contoh lain m encakup bir, anggur, dan berbagai m inum an
beralkohol lainnya; m akanan pokok Korea, kim chi, yang disajikan
pada setiap waktu m akan di Korea, dan um um nya m encakup kubis,
lobak, dan ketim un yang diferm entasi dalam air garam ; susu kuda
yang diferm entasi oleh para penggem bala Asia; talas dan sukun yang
diferm entasi oleh orang-orang Polinesia; serta ikan yang diferm entasi
oleh orang-orang Itenm ’i di Kam chatka.

Terakhir, m akanan yang berlebih dapat disim pan dengan cara
m engubahnya m enjadi benda bukan-m akanan yang dapat diubah kem -
bali m enjadi m akanan selam a m usim paceklik yang terjadi kem udian.
Para petani dalam ekonom i tunai m odern kita m elakukannya dengan
menjual hasil tani mereka guna memperoleh uang sewaktu tiba musim
panen atau penjagalan, m enabung uangnya di bank, dan akhirnya
mengubah uang itu kembali menjadi makanan di supermarket. Pe-
m eliharaan babi oleh Penduduk Dataran Tinggi Papua pada dasarnya
bagaikan menabung makanan di bank, karena tanaman pangan pokok
Dataran Tinggi berupa ubi hanya dapat disim pan sebagaim ana adanya
selama beberapa bulan. Tapi, dengan memberikan ubi kepada babi dan
menanti beberapa tahun sebelum menjagal babi-babi itu, orang-orang
Dataran Tinggi m enabung ubi, m engubahnya m enjadi daging babi, dan
secara efektif m engawetkan m akanan untuk waktu yang lebih lam a
daripada beberapa bulan.

Perluasan ragam m akanan
Strategi lain selain m enyim pan m akanan untuk m engatasi kelangkaan
makanan musiman adalah memperluas ragam makanan dan
m engonsum si m akanan yang biasanya dijauhi sewaktu sedang m usim
m akanan berlim pah. Di Bab 6 saya m enyebutkan contoh dari Pulau
Rennell, di m ana orang-orang m enggolongkan tum buhan liar yang bi-
sa dim akan dalam dua kategori: tum buhan yang biasa dim akan, dan
tum buhan yang dim akan dalam keputusasaan setelah badai m eng-

PERLUASAN RAGAM MAKANAN ● 401

http://facebook.com/indonesiapustaka hancurkan kebun-kebun mereka. Namun penduduk Pulau Rennell
biasanya m em peroleh sebagian besar m akanan nabati m ereka dari ke-
bun, dan penggolongan tum buh-tum buhan liar yang m ereka lakukan
tidaklah rum it. Preferensi bagi m akanan dari tum buhan liar digolong-
golongkan secara jauh lebih rinci di antara orang-orang !Kung, sebab
secara tradisional mereka merupakan pemburu-pengumpul, bu-
kan petani. Mereka menamai setidaknya 200 spesies tumbuhan liar
lokal, setidaknya 10 5 di antaranya m ereka anggap bisa dim akan, dan
yang m ereka bagi-bagi dalam jenjang preferensi dengan setidaknya
enam kategori. Yang paling disukai adalah tum buh-tum buhan yang
sangat berlimpah, tersebar luas, tersedia sepanjang tahun, mudah di-
kum pulkan, enak, dan dianggap bergizi. Yang berada di posisi puncak
dalam jenjang itu, karena memenuhi semua kriteria tersebut, adalah
kacang m ongongo, yang m enyediakan nyaris separo dari sem ua kalori
nabati yang dikonsum si oleh orang-orang !Kung dan kepopulerannya
hanya tersaingi oleh daging. Yang tidak begitu disukai adalah tum buh-
tum buhan yang jarang, ditem ukan hanya secara lokal, tersedia hanya
pada bulan-bulan tertentu, rasanya tidak enak, susah dicerna, atau
dianggap tidak bergizi. Ketika orang-orang !Kung berpindah ke
perkampungan baru, mereka mulai dengan mngumpulkan kacang
m ongongo dan 13 spesies tum buhan lain favorit m ereka, sam pai
sem uanya habis di sekitar situ. Orang-orang !Kung kem udian harus
bergerak turun dalam jenjang preferensi m akanan m ereka dan
m em uaskan diri dengan m akanan yang sem akin tidak disukai. Di
bulan-bulan kering dan panas yaitu Septem ber dan Oktober, ketika
paling sedikit m akanan tersedia, orang-orang !Kung sam pai-sam pai
harus m engum pulkan akar serat yang tidak ada rasanya yang m ereka
tidak acuhkan pada waktu-waktu lain, dan sekarang mereka gali
dan m akan tanpa sem angat. Sekitar 10 spesies pohon m eneteskan
resin yang bisa dim akan yang dipandang rendah, dianggap sulit
dicerna, dan hanya dikum pulkan kadang-kadang bila terpaksa. Di
dasar jenjang preferensi ada m akanan-m akanan yang disantap hanya
beberapa kali dalam setahun, m isalnya satu buah berlim pah yang
dianggap m enyebabkan m ual hebat dan halusinasi, serta daging dari
sapi yang m ati akibat m em akan daun beracun. Apabila Anda pikir
jenjang preferensi m akanan orang-orang !Kung tidak relevan terhadap
kehidupan warga negara Dunia Pertama modern, ketahuilah bahwa ba-
nyak orang Eropa yang m enjalankan praktik-praktik serupa saat terjadi
kekurangan m akanan dalam Perang Dunia II: m isalnya, tem an-tem an

402 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka Britania saya bercerita bahwa saat itu m ereka m enyantap tikus, yang
mereka hidangkan sebagai tikus berkrim.

Dalam jarak 480 kilom eter di sebelah tim ur orang-orang !Kung,
dengan kepadatan populasi 10 0 kali lipat kepadatan populasi !Kung,
hiduplah petani-petani Gwem be Tonga. Ketika panen para petani itu
gagal, jum lah m ereka yang besar m em berikan tekanan yang jauh lebih
besar terhadap tumbuh-tumbuhan liar di lingkungan itu dibandingkan
orang-orang !Kung yang relatif sedikit, sehingga orang-orang Tonga
harus m enuruni jenjang preferensi jauh lebih rendah lagi daripada
orang-orang !Kung. Mereka lantas mengonsumsi 21 spesies tumbuhan
yang ditem ukan di daerah !Kung nam un bahkan tidak dianggap bisa
dim akan oleh orang-orang !Kung. Salah satu tum buhan itu adalah
pohon akasia yang polong bijinya berlim pah nam un m engandung
racun. Orang-orang !Kung bisa m engum pulkan berton-ton polong itu
setiap tahun, nam un m ereka m em ilih untuk tidak m elakukannya. Tapi,
pada masa terjadi kelaparan, orang-orang Tonga mengumpulkan po-
long akasia yang m ereka rendam , rebus, dan lesapkan selam a sehari
agar racun-racunnya terbilas, kem udian m ereka santap.

Contoh terakhir saya m engenai perluasan ragam m akanan berasal
dari orang-orang Kaulong di Pulau Britania Baru. Bagi orang-orang
Kaulong, talas yang ditum buhkan di kebun m erupakan m akanan
pokok, sem entara daging babi penting untuk keperluan upacara. Yang
disebut orang-orang Kaulong taim bilong hanggiri dalam bahasa Tok
Pisin (m aksudnya "tim e belong hunger") adalah m usim kering lokal
dari bulan Oktober sam pai J anuari, ketika hanya sedikit m akanan
tersedia dari kebun-kebun. Pada m asa itu orang-orang Kaulong
pergi ke hutan untuk berburu, mengumpulkan serangga, bekicot, dan
hewan-hewan kecil, serta m engum pulkan tum buh-tum buhan liar yang
wajar saja bila mereka makan dengan tidak bersemangat. Salah satu
tum buhan itu adalah kacang liar beracun yang harus dipersiapkan
dengan cara m erendam nya selam a beberapa hari agar racunnya
terlesap keluar. Satu lagi tumbuhan pilihan kedua adalah sejenis pohon
palem liar yang batangnya dibakar dan dim akan, yang pada m asa lain
dianggap rendah sebagai pakan babi.

Mengum pul dan m enyebar
Selain penyim panan m akanan dan perluasan ragam m akanan, pe-
m ecahan tradisional yang terakhir bagi m asalah yang ditim bulkan oleh
m usim kelangkaan m akanan yang terperkirakan adalah m engikuti

MENGUMPUL DAN MENYEBAR ● 403

http://facebook.com/indonesiapustaka siklus tahunan perpindahan, pengum pulan, dan penyebaran populasi.
Ketika sum ber daya m akanan hanya sedikit dan terpusat di sedikit
daerah, orang-orang berkumpul untuk hidup di daerah-daerah itu.
Pada m asa lain dengan kondisi baik ketika sum ber daya tersebar luas
dan m erata, orang-orang pun m enyebar ke berbagai penjuru.

Salah satu contoh yang akrab dari Eropa adalah petani-petani di
Alpen m enghabiskan m usim dingin di rum ah-rum ah pertanian di
lembah. Pada musim semi dan musim panas mereka mengikuti per-
tum buhan rum put baru dan m encairnya tutupan salju di lereng-
lereng pegunungan, guna menggiring kawanan sapi dan domba
mereka ke padang penggembalaan di gunung. Siklus pengumpulan
dan penyebaran m usim an serupa terjadi di antara banyak m asyarakat
bertani lain di seluruh dunia, dan di antara banyak m asyarakat
pem buru-pengum pul term asuk orang-orang Aborigin Australia, Inuit,
Indian Pesisir Pasiik Barat Laut, Shoshone Great Basin, !Kung, dan
Pigmi Afrika. Masa berkumpulnya populasi selama musim paceklik
memberikan kesempatan bagi upacara tahunan, tari-tarian, upacara
pendewasaan, negosiasi pernikahan, dan berbagai peristiwa lain dalam
kehidupan sosial berkelompok. Dua contoh berikut mengilustrasikan
bagaimana siklus-siklus ini berlangsung bagi orang-orang Shoshone
dan !Kung.

Indian Shoshone Great Basin di Am erika Serikat bagian barat hidup
dalam lingkungan gurun yang sangat m usim an, dengan m usim panas
yang kering dan panas (suhu siang hari m elebihi 32° atau bahkan 37°
Celsius), m usim dingin yang m enggigit (suhu sering kali di bawah
titik beku sepanjang hari), dan sebagian besar curah hujan yang ren-
dah (kurang daripada 25 cm per tahun) tercurah sebagai salju pada
musim dingin. Makanan utama yang dikonsumsi selama musim dingin,
yang m erupakan m usim langka m akanan, adalah sim panan kacang
pinus dan tepung m esquite. Pada musim gugur, mereka memusatkan
perhatian kepada kebun-kebun pinus guna memanen, mengolah,
dan m enyim pan kacang-kacangan dengan jum lah banyak dalam
waktu yang singkat. Kelom pok-kelom pok yang terdiri atas 2 sam pai
10 keluarga yang m asih berkerabat kem udian m enghabiskan m usim
dingin di perkampungan pada salah satu kebun kacang dengan sumber
air. Di m usim sem i, seiring suhu yang m enghangat m engem balikan
pertum buhan tanam an dan aktivitas hewan, perkam pungan pecah-
pecah lagi m enjadi keluarga-keluarga inti yang m enyebar di wilayah
tersebut m enuju daerah tinggi m aupun rendah. Sum ber daya m akanan

404 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka yang tersebar luas dan bervariasi selam a m usim panas m em ungkinkan
orang-orang Shoshone sangat memperluas ragam makanan mereka;
mereka mengumpulkan biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, beri,
kacang-kacangan, dan berbagai m akanan nabati lainnya; m ereka
m engum pulkan belalang, larva lalat, dan berbagai m akanan dari
serangga lainnya; m ereka berburu kelinci, hewan pengerat, reptil, dan
hewan-hewan kecil lainnya, ditam bah kijang, dom ba gunung, antelop,
elk, dan bison; mereka juga menangkap ikan. Pada akhir musim panas
mereka berkumpul lagi di kebun-kebun pinus dan perkampungan-
perkampungan berkelompok di musim dingin. Dalam lingkungan
gurun lain, kali ini di Afrika selatan, orang-orang !Kung juga m engikuti
suatu siklus tahunan yang didikte oleh ketersediaan air dan sum ber
daya m akanan yang bergantung kepada air. Orang-orang !Kung
memusat di beberapa sumber air permanen selama musim kering, dan
m enyebar ke 30 8 sum ber air yang tidak terlalu bisa diandalkan atau
bersifat m usim an selam a m usim hujan.

Tan ggapan te rh adap bah aya
Terakhir, setelah kita bahas bahaya-bahaya tradisional dan tanggapan-
tanggapan terhadap bahaya-bahaya itu, m arilah kita bandingkan
seberapa besarnya suatu bahaya (dengan cara bagaim ana pun besaran
itu diukur) dengan tanggapan kita (alias seberapa khawatir kita akan
bahaya, dan seberapa ekstensif kita m em pertahankan diri dari bahaya).
Dugaan yang naif m ungkin m enyatakan bahwa kita sepenuhnya rasio-
nal dan berpengetahuan cukup, dan bahwa reaksi-reaksi kita terhadap
bahaya proporsional dengan kegawatan bahaya seperti yang terukur
dari jum lah orang yang betul-betul terbunuh atau cedera akibat jenis
bahaya itu setiap tahunnya. Dugaan naif ini tidak terbukti, untuk se-
tidaknya lim a perangkat alasan.

Pertam a, jum lah orang yang tewas atau cedera setiap tahunnya
akibat jenis bahaya tertentu m ungkin rendah justru karena kita
sedem ikian m ewaspadainya dan berupaya keras m em inim alkan risiko.
Bila kita m em ang sepenuhnya rasional, barangkali ukuran bahaya
yang lebih baik daripada angka kem atian tahunan sungguhan yang
ditim bulkan (m udah dihitung) adalah angka kem atian tahunan yang
ditim bulkan seandainya saja kita tidak m engam bil tindakan-tindakan
pencegahan (lebih susah dihitung). Ada dua contoh m enonjol di antara
sem ua contoh yang telah kita bahas dalam bab ini. Hanya sedikit orang
dalam m asyarakat tradisional yang biasanya m ati akibat kelaparan,

TANGGAPAN TERHADAP BAHAYA ● 405

http://facebook.com/indonesiapustaka justru karena sedem ikian banyak praktik suatu m asyarakat yang diatur
agar m engurangi risiko m ati akibat kelaparan. Hanya sedikit orang
!Kung yang terbunuh oleh singa setiap tahunnya, bukan karena singa
tidak berbahaya, m elainkan justru karena singa sedem ikian berbahaya
sehingga orang-orang !Kung m elakukan tindakan-tindakan rum it
untuk melindungi diri dari singa: tidak meninggalkan perkampungan
pada malam hari, terus-menerus mengawasi lingkungan guna melihat
jejak dan tanda-tanda singa sewaktu orang-orang !Kung sedang keluar
perkampungan di siang hari, senantiasa berbicara keras-keras dan
melakukan perjalanan berkelompok sewaktu perempuan-perempuan
!Kung sedang keluar dari perkam pungan, m ewaspadai singa yang tua,
cedera, lapar, atau sendirian, dan lain sebagainya.

Alasan kedua bagi ketidakcocokan antara bahaya yang sebenarnya
dan penerimaan kita akan risiko adalah versi termodiikasi asas Wayne
Gretzky: kesediaan kita m enghadapi bahaya m eningkat tajam seiring
dengan potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari situasi berbahaya
itu. Orang-orang !Kung m engusir singa dari bangkai yang m asih
m engandung banyak daging, nam un m ereka tidak m engusir singa dari
tem pat peristirahatan di m ana tidak ada bangkai. Kebanyakan orang
tidak akan m em asuki rum ah yang terbakar hanya untuk bersenang-
senang, nam un kita akan m elakukannya dem i m enyelam atkan anak
kita yang terperangkap di dalam rum ah itu. Banyak orang Am erika,
Eropa, dan J epang kini kebingungan menimbang-nimbang apakah
membangun pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan tindakan
bijak, sebab meskipun di satu sisi kecelakaan pembangkit listrik tenaga
nuklir Fukushim a m ilik J epang m enekankan bahaya tenaga nuklir, di
sisi lain bahaya-bahaya itu diim bangi oleh m anfaat-m anfaat berupa
pengurangan pemanasan global dengan mengurangi pembangkitan
listrik m enggunakan tenaga batu bara, m inyak, dan gas.

Ketiga, kita secara sistem atis salah m engukur risiko—setidaknya di
dunia Barat, di m ana para ahli psikologi telah m elakukan penelitian-
penelitian ekstensif terhadap fenom ena tersebut. Ketika orang-orang
Am erika ditanyai m engenai bahaya m asa kini, m ereka kem ungkinan
akan terlebih dahulu m enyebutkan teroris, kecelakaan pesawat, dan
kecelakaan nuklir, walaupun ketiga bahaya itu bila digabungkan baru
m em bunuh jauh lebih sedikit orang Am erika selam a em pat dasawarsa
terakhir dibandingkan dengan mobil, alkohol, atau rokok pada tahun
berapa saja. Ketika peringkat risiko orang-orang Am erika dibandingkan
dengan jum lah kem atian tahunan sungguhan yang disebabkan (atau

406 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

http://facebook.com/indonesiapustaka dengan probabilitas kem atian per jam dari aktivitas yang berisiko),
ternyata m ereka sangat m elebih-lebihkan risiko kecelakaan reaktor
nuklir (ditem patkan sebagai bahaya nom or satu oleh para m ahasiswa
kolese Am erika dan pem ilih perem puan), dan juga m elebih-lebihkan
risiko teknologi berbasis DNA, berbagai teknologi kimiawi baru, dan
kaleng sem prot. Orang-orang Am erika m erem ehkan risiko alkohol,
m obil, dan rokok, juga (m eski dengan derajat yang lebih rendah)
pem bedahan, peralatan rum ah tangga, dan pengawet m akanan. Yang
mendasari bias kami ini adalah kami sangat takut akan peristiwa-
peristiwa di luar kendali kam i, peristiwa-peristiwa yang berpotensi
m em bunuh banyak orang, dan situasi-situasi yang m elibatkan risiko-
risiko yang baru, tidak kam i akrabi, atau sulit dikaji (oleh karena itu
kami takut akan teroris, kecelakaan pesawat, dan kecelakaan reaktor
nuklir). Sebaliknya, dengan tidak wajar kam i m enerim a risiko-risiko
lam a yang kam i akrabi yang tam paknya berada dalam kendali kam i,
yang kam i terim a secara sukarela, dan yang m em bunuh individual,
bukan kelompok orang. Itulah mengapa kami meremehkan risiko
mengemudikan kendaraan, alkohol, merokok, dan berdiri di tangga
lipat: kami memilih untuk melakukan hal-hal tersebut, kami merasa
kam i m engendalikan bahaya-bahaya tersebut, dan kam i tahu bahwa
bahaya-bahaya itu m em bunuh orang lain, nam un kam i pikir m ereka
tidak akan membunuh kami karena kami menganggap diri kami
berhati-hati dan kuat. Seperti yang dinyatakan oleh Chauncey Starr,
“Kita benci orang lain m elakukan pada kita hal-hal yang dengan senang
hati kita lakukan pada diri sendiri.”

Keem pat, sejum lah individu m enerim a, atau bahkan m encari dan
m enikm ati, bahaya lebih daripada individu-individu lain. Orang-orang
semacam itu antara lain adalah penerjun bebas untuk tujuan rekreasi,
peloncat bungee, penjudi kom pulsif, dan pebalap. Basis data yang
dikumpulkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi mengonirmasi
intuisi kita bahwa laki-laki lebih m encari-cari bahaya daripada
perempuan, dan bahwa pencarian risiko oleh laki-laki memuncak pada
usia duapuluhan dan kem udian m enurun seturut usia. Saya belum
lam a ini kem bali dari kunjungan ke Air Terjun Victoria di Afrika, di
m ana sungai raksasa Zam bezi yang selebar satu setengah kilom eter
terjun 10 8 m eter ke dalam celah sem pit yang isinya dialirkan oleh
ngarai yang lebih sem pit lagi ke dalam satu kolam (yang dengan pas
diberi nam a Boiling Pot) yang m enam pung curahan seluruh volum e
air sungai. Deru air terjun, hitam nya dinding-dinding batu, kabut yang

TANGGAPAN TERHADAP BAHAYA ● 407

http://facebook.com/indonesiapustaka m engisi seluruh celah dan ngarai, dan bergolaknya air di bawah air
terjun itu bagaikan menunjukkan pintu neraka, bila neraka memang
ada. Tepat di atas Boiling Pot, ngarai itu dilintasi oleh jem batan yang
dapat diseberangi pejalan kaki antara Zam bia dan Zim babwe, yang
perbatasannya adalah sungai tersebut. Dari jem batan itu, wisatawan
yang sedem ikian tertarik bisa m elom pat bungee ke dalam ngarai
yang hitam berderu, dan penuh sem buran air itu. Selagi m engam ati
pem andangan itu, saya bahkan tidak bisa m enyeret diri untuk berjalan
ke arah jem batan itu, dan saya m erenung bahwa saya tidak m ungkin
m elom pat bungee m eskipun seandainya saya diberitahu bahwa
itulah satu-satunya cara untuk m enyelam atkan nyawa istri dan anak-
anak saya. Namun kemudian kami dikunjungi oleh salah seorang
tem an sekelas putra saya, seorang laki-laki m uda berusia 22 tahun
bernam a Lee, yang telah m elom pat bungee ke dalam ngarai itu, terjun
kepala duluan dari jembatan itu dengan tali terikat di pergelangan
kakinya. Saya terkesim a karena Lee sukarela m elakukan hal yang
sedem ikian m enakutkan sam pai-sam pai saya berkenan m em bayar
dengan tabungan seum ur hidup saya agar terhindar dari m elakukan
itu—sam pai saya m erenungkan sejum lah pengalam an yang sam a
m engerikannya yang saya pilih untuk jalani sebagai seorang m ahasiswa
yang gem ar m enjelajahi gua sewaktu berusia sam a dengan Lee, 22
tahun, ketika saya sedang sam a-sam a senang-senangnya m encari
risiko.

Terakhir, sejum lah m asyarakat lebih toleran dalam m enerim a ri-
siko daripada m asyarakat lain yang lebih konservatif. Perbedaan-
perbedaan sem acam itu bukan hal asing bagi m asyarakat-m asyarakat
Dunia Pertam a dan telah teram ati juga di antara suku-suku Am erika
Utara dan suku-suku Papua. Untuk m enyebutkan satu contoh saja:
selama operasi-operasi militer belum lama ini di Irak, para prajurit
Am erika dijabarkan sebagai lebih berani m engam bil risiko daripada
para prajurit Prancis dan J erman. Penjelasan spekulatif bagi perbedaan
itu m encakup hikm ah yang dipelajari oleh Prancis dan J erm an dari
terbantainya nyaris 7.0 0 0 .0 0 0 warga negara m ereka selam a kedua
perang dunia dalam operasi-operasi m iliter yang sering kali secara
konyol berisiko tinggi; dan pem bentukan m asyarakat Am erika Serikat
m odern oleh em igran dari negara-negara lain yang bersedia m enerim a
risiko m encerabut diri sendiri dari akar dan pindah ke negeri baru yang
aneh, m eninggalkan rekan-rekan senegara yang m enghindari risiko di
negeri asal. Dengan dem ikian, sem ua m asyarakat m anusia m enghadapi

408 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

bahaya, m eskipun ada jenis bahaya yang berbeda-beda di daerah atau
dalam gaya hidup yang berbeda-beda. Saya m engkhawatirkan soal
m obil dan tangga lipat, tem an-tem an saya di dataran rendah Papua
m engkhawatirkan buaya, siklon, dan m usuh, sem entara orang-orang
!Kung m engkhawatirkan soal singa dan kekeringan. Setiap m asyarakat
telah m enjalankan berbagai tindakan untuk m em perkecil bahaya-
bahaya tertentu yang mereka sadari. Namun kami warga masyarakat
WEIRD tidak selalu berpikir dengan jelas seperti seharusnya m engenai
bahaya-bahaya yang kam i hadapi. Obsesi kam i terhadap bahaya berupa
teknologi DNA dan kaleng semprot seharusnya difokuskan saja kepada
bahaya-bahaya sehari-hari seperti rokok dan bersepeda tanpa helm .
Masih harus dipelajari apakah masyarakat-masyarakat tradisional
m elakukan kekeliruan perkiraan yang serupa m engenai bahaya-bahaya
dalam hidup m ereka. Apakah kam i orang-orang WEIRD m odern sangat
rentan melakukan kekeliruan perkiraan risiko sebab kami memperoleh
sebagian besar inform asi kam i secara tidak langsung dari televisi dan
m edia m assa lain yang m enekankan soal kecelakaan dan kem atian
m assal yang sensasional nam un sebenarnya jarang terjadi? Apakah
m asyarakat-m asyarakat tradisional m em perkirakan risiko secara
lebih akurat karena m ereka hanya belajar dari pengalam an langsung,
kerabat, dan tetangga? Dapatkah kita belajar untuk berpikir secara
lebih realistis m engenai bahaya?

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

BAGIAN LIMA

AGAMA, BAHASA, DAN
KESEHATAN

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 9

Apa yang Diberitahukan Belut Listrik
kepada Kita Mengenai Evolusi Agama

Pertanyaan-pertanyaan mengenai agama ▪ Deinisi agama ▪ Fungsi dan
belut listrik ▪ Pencarian penjelasan sebab ▪ Keyakinan supranatural
▪ Fungsi penjelasan agama ▪ Meredakan kecemasan ▪ Menyediakan
penghiburan ▪ Organisasi dan kepatuhan ▪ Kode perilaku terhadap

orang asing ▪ Menjustiikasi perang ▪ Perlambang komitmen ▪ Ukuran
keberhasilan religius ▪ Perubahan fungsi agama

Pertanyaan-pertanyaan m engenai agam a
“Pada awalnya, sem ua m anusia hidup di sekeliling sebatang pohon
m erbau raksasa di dalam hutan, berbicara bahasa yang sam a. Seorang
laki-laki yang testisnya m em bengkak sangat besar akibat infeksi cacing
parasit m enghabiskan waktunya duduk di salah satu cabang pohon itu,
agar testisnya yang berat bisa diletakkan di tanah. Oleh karena keingin-
tahuan, hewan-hewan di hutan itu mendekat dan mengendus-endus
testisnya. Para pem buru kem udian m endapati bahwa hewan-hewan itu
m udah dibunuh, dan sem ua orang pun m em peroleh banyak m akanan
dan merasa bahagia.

“Kemudian, suatu hari, seorang laki-laki jahat membunuh suami
seorang perempuan cantik, agar bisa mendapatkan perempuan itu un-
tuk dirinya sendiri. Kerabat-kerabat suami yang tewas menyerang pem -
bunuh itu, yang juga dibela oleh kerabat-kerabatnya sendiri, sampai si
pembunuh dan kerabat-kerabatnya memanjat pohon merbau itu guna
menyelamatkan diri. Para penyerang menyentak-nyetak tumbuhan
menjalar yang menggantung di satu sisi pohon itu, guna menarik puncak
pohon ke bawah agar mereka bisa menangkap musuh-musuh mereka.

412 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka “Akhirnya, sulur-suluran m eram bat itu putus, m enyebabkan pohon
terlontar balik dengan kekuatan teramat besar. Si pembunuh dan para
kerabatnya terlempar dari pohon itu ke berbagai arah. Mereka men-
darat jauh, di sedem ikian banyak tem pat, sehingga m ereka tidak per-
nah lagi bertem u satu sam a lain. Lam a-kelam aan, bahasa-bahasa m e-
reka menjadi semakin berbeda. Itulah mengapa orang-orang kini me-
nuturkan sedem ikian banyak bahasa terpisah dan tidak bisa saling
memahami satu sama lain, dan mengapa para pemburu harus bekerja
keras guna menangkap hewan demi memperoleh makanan.”

Itu adalah kisah yang dituturkan anggota satu suku di Papua utara.
Cerita itu m encontohkan segolongan m itos yang tersebar luas yang
disebut mitos asal-usul, akrab dengan kita melalui tuturan-tutur-
an tentang Taman Eden dan Menara Babel di Kitab Kejadian dalam
Alkitab. Terlepas dari kem iripan-kem iripan itu dengan agam a-agam a
Yahudi-Kristen, m asyarakat-m asyarakat tradisional Papua, seperti se-
m ua m asyarakat berskala kecil lainnya, tidak m em iliki gereja, pen-
deta, dan kitab suci. Mengapa sistem kepercayaan tribal itu sedemikian
m engingatkan akan agam a-agam a Yudeo-Kristen dari segi m itos asal-
usulnya, nam un sedem ikian berbeda dari segi-segi lain?

Tam paknya sem ua m asyarakat m anusia yang telah diketahui m e-
m iliki "agam a", atau sesuatu yang m irip dengan itu. Ini m enunjukkan
bahwa tam paknya agam a m em enuhi suatu kebutuhan universal m a-
nusia, atau setidaknya tim bul dari satu bagian kodrat m anusia yang
kita sem ua m iliki. Bila m em ang begitu, kebutuhan apa itu, atau bagian
kodrat manusia yang mana? Dan apa sebenarnya deinisi "agama"?
Para cendekiawan telah berdebat m engenai pertanyaan-pertanyaan
itu dan lainnya selam a berabad-abad. Agar suatu sistem kepercayaan
bisa disebut agama, haruskah sistem tersebut mencakup suatu
kepercayaan akan tuhan, dewa-dewi, atau suatu kekuatan supranatural,
dan haruskah sistem itu mencakup hal lain apa pun? Di mana, dalam
sejarah evolusi manusia, agama muncul? Nenek moyang manusia
m em isah dari nenek m oyang sim panse sekitar 6 juta tahun silam . Apa
pun agam a itu, kita bisa bersepakat bahwa sim panse tidak m em ilikinya,
namun apakah sudah ada agama di antara nenek moyang Cro-Magnon
kita dan kerabat-kerabat Neandertal kita 40.000 tahun lalu? Apakah
ada tahap-tahap historis berbeda dalam perkembangan agama, dengan
kredo-kredo seperti Kristen dan Buddha m erepresentasikan tahap
yang lebih baru daripada sistem kepercayaan tribal? Kita cenderung
mengaitkan agama dengan sisi mulia umat manusia, bukan dengan

PERTANYAAN-PERTANYAAN MENGENAI AGAMA ● 413

http://facebook.com/indonesiapustaka sisi jahatnya: kalau begitu, m engapa ada agam a yang terkadang
mengajarkan pembunuhan dan bunuh diri?

Pertanyaan-pertanyaan yang ditim bulkan oleh agam a sangat
m enarik dalam konteks buku ini, yang ditujukan untuk m enelisik se-
luruh kisaran m asyarakat m anusia, dari yang berskala kecil atau
kuno sam pai yang berpenduduk banyak atau m odern. Agam a adalah
satu bidang di mana lembaga-lembaga tradisional masih bertahan
dalam m asyarakat yang sudah m odern dari segi-segi lain: agam a-
agam a utam a di dunia m asa kini m uncul antara 1.40 0 dan lebih
daripada 3.0 0 0 tahun lalu, dalam m asyarakat-m asyarakat yang jauh
lebih kecil dan lebih tradisional daripada yang m asih m enjalankan
agama-agama itu kini. Terlepas dari itu, agama-agama memang
bervariasi di berbagai skala m asyarakat, dan variasi itu m enuntut
penjelasan. Sebagai tambahan, sebagian besar pembaca buku ini,
dan saya, m em pertanyakan kepercayaan-kepercayaan religius (atau
ketidakpercayaan) kam i pada satu titik dalam hidup kam i. Sewaktu
kam i m em pertanyakannya, pem aham an m engenai berbagai arti agam a
bagi berbagai orang mungkin bisa membantu kita menemukan jawaban
yang sesuai bagai kita sebagai individu.

Bagi individu dan bagi m asyarakat, agam a kerap kali m elibatkan in-
vestasi waktu dan sum ber daya yang besar. Untuk m enyebutkan bebe-
rapa contoh saja, orang-orang Mormon diminta menyumbangkan 10%
pendapatan mereka ke gereja. Diperkirakan bahwa Indian Hopi tradi-
sional mengabdikan rata-rata satu dari tiga hari untuk upacara-upacara
agama, dan bahwa seperempat populasi tradisional Tibet terdiri atas
rahib. Pastilah besar persentase sum ber daya di Eropa Kristen za-
m an pertengahan diabdikan untuk m em bangun dan m em bayar staf
gereja dan katedral, m enyokong berbagai m acam ordo biarawan dan
biarawati, serta mengongkosi perang salib. Meminjam istilah para
ahli ekonom i, agam a m enim bulkan "biaya peluang": investasi waktu
dan sum ber daya untuk agam a, yang sebenarnya bisa ditanam kan ke
aktivitas-aktivitas yang jelas-jelas m enguntungkan, m isalnya lebih ba-
nyak bercocok-tanam , m em bangun bendungan, dan m em beri m akan
balatentara penakluk yang lebih besar. Bila agam a tidak m em berikan
m anfaat sungguhan yang besar m elebihi biaya-biaya peluang itu, m a-
syarakat ateistik m ana pun yang kebetulan tim bul berkem ungkinan
m engalahkan m asyarakat-m asyarakat religius dan m enguasai dunia.
J adi m engapa dunia tidak m enjadi ateistik, dan m anfaat-m anfaat apa
yang terbukti diberikan oleh agam a? Apa "fungsi-fungsi" agam a?

414 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka Bagi seorang penganut agama, pertanyaan-pertanyaan mengenai
fungsi agama mungkin tampak tidak masuk akal atau bahkan
menyinggung. Seorang penganut agama mungkin memberikan
tanggapan bahwa agama nyaris universal di antara masyarakat-
masyarakat manusia semata karena Tuhan betul-betul ada, dan adanya
agama di mana-mana tidak perlu dicari-cari fungsi dan manfaatnya
seperti juga batu ada di mana-mana. Bila Anda adalah seorang penganut
keyakinan semacam itu, izinkanlah saya mengajak Anda membayangkan,
sebentar saja, suatu makhluk hidup maju dari galaksi Andromeda,
yang melesat berkeliling alam semesta dengan kecepatan jauh melebihi
kecepatan cahaya (yang kita manusia anggap mustahil), mengunjungi
triliunan bintang dan planet di alam semesta, dan mempelajari
keanekaragaman kehidupan di alam semesta, dengan metabolisme yang
digerakkan oleh cahaya, bentuk-bentuk radiasi elektromagnetik lain,
panas, angin, reaksi nuklir, serta reaksi-reaksi kimiawi anorganik atau
organik. Secara berkala, makhluk Andromeda itu mengunjungi Planet
Bumi, di mana kehidupan berevolusi sehingga bisa memanfaatkan energi
hanya dari cahaya dan reaksi-reaksi kimiawi anorganik dan organik.
Untuk masa yang singkat antara sekitar 11.000 SM dan 11 September
2051 M, Bumi didominasi oleh suatu bentuk kehidupan yang menyebut
dirinya sendiri manusia dan yang mempercayai sejumlah gagasan
yang aneh. Salah satu gagasan itu: bahwa ada suatu sosok mahakuasa,
bernama Tuhan, yang memiliki minat khusus pada spesies manusia
melebihi jutaan trilyun spesies lain di alam semesta, menciptakan alam
semesta, dan manusia seringkali gambarkan mirip dengan manusia
hanya saja mahakuasa. Tentu saja makhluk Andromeda itu menyadari
bahwa kepercayaan-kepercayaan itu merupakan waham yang menarik
dipelajari namun sebenarnya nol besar, karena makhluk Andromeda
dan banyak makhluk hidup lainnya telah menemukan bagaimana alam
semesta sebenarnya terbentuk, dan sungguh absurd bayangan bahwa
suatu sosok mahakuasa berminat khusus terhadap atau menyerupai
spesies manusia, yang jauh kalah menarik dan kalah maju dibandingkan
miliaran bentuk hidupan lainnya yang ada di bagian-bagian lain semesta.
Makhluk Andromeda itu juga mengamati bahwa ada ribuan agama
manusia yang berbeda, dengan sebagian besar penganut mempercayai
bahwa agama mereka sendirilah yang benar dan semua agama lain
keliru, dan bagi si makhluk Andromeda itu menunjukkan bahwa semua
agama sebenarnya keliru.

DEFINISI AGAMA ● 415

http://facebook.com/indonesiapustaka Namun kepercayaan mengenai adanya tuhan semacam itu tersebar
luas di antara m asyarakat m anusia. Si m akhluk Androm eda m em aham i
asas-asas sosiologi sem esta, yang harus m em berikan penjelasan
m engapa m asyarakat-m asyarakat m anusia bisa tetap bertahan m eski-
pun m enghabiskan sedem ikian banyak waktu dan sum ber daya yang
dituntut oleh agam a dari individu dan m asyarakat, serta m eskipun
agam a m endorong individu untuk m elakukan perilaku-perilaku
m enyakitkan atau m em bahayakan nyawa sendiri. J elaslah, dem ikian si
m akhluk Androm eda m enalar, agam a pastilah m em berikan m anfaat-
m anfaat yang m engom pensasi pencurahan waktu dan sum ber daya itu;
kalau tidak, m asyarakat-m asyarakat ateistik yang tidak dibebani oleh
pengurasan waktu dan sum ber daya serta dorongan-dorongan m em -
bahayakan diri itu pastilah telah m enggantikan m asyarakat-m asyarakat
religius. Oleh karena itu bila Anda, pem baca, berpendapat bahwa
bertanya-tanya m engenai fungsi-fungsi agam a Anda sendiri m erupakan
suatu hal yang m enyinggung, barangkali Anda bersedia m undur
sejenak dan bertanya-tanya tentang fungsi-fungsi agam a tribal Papua,
atau m enem patkan diri Anda dalam bingkai pem ikiran sang tam u dari
Androm eda dan bertanya-tanya m engenai agam a-agam a m anusia se-
cara umum.

Deinisi agama
Marilah mulai dengan mendeinisikan agama, sehingga kita setidak-
tidaknya bisa bersepakat tentang fenom ena apa yang sedang kita bahas.
Ciri-ciri m ana yang dim iliki oleh sem ua agam a, term asuk oleh agam a
Kristen dan agam a-agam a tribal, juga keyakinan politeism e Yunani dan
Romawi klasik, serta diperlukan dan mencukupi untuk mengidentiikasi
suatu fenom ena sebagai agam a, dan bukan suatu fenom ena terkait na-
m un berbeda (m isalnya sihir, patriotism e, atau falsafah kehidupan)?

Tabel 9.1. Sejumlah deinisi agama yang diajukan

1. “Pengakuan manusia akan adanya kekuatan pengontrol adimanusia dan
terutama adanya Tuhan personal yang wajib dipatuhi.” (Concise Oxford
Dictionary)

2. “Sistem kepercayaan dan pemujaan spesiik mana pun, yang kerap kali me-

libatkan kode etika dan falsafah.” (Webster’s New World Dictionary)

416 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka 3. “Sistem koherensi sosial yang didasarkan pada sekelom pok keyakinan atau

sikap bersama mengenai suatu benda, orang, sosok tak terlihat, atau sis-

tem pem ikiran yang dianggap bersifat supranatural, keram at, ilahiah, atau
merupakan kebenaran tertinggi, juga berbagai kode moral, praktik, nilai,
lem baga, tradisi, dan ritual yang terkait dengan kepercayaan atau sistem
pem ikiran sem acam itu.” (Wikipedia)

4. “Agam a, dalam pengertian paling luas dan paling um um yang bisa di-

terapkan,... terdiri atas kepercayaan bahwa ada suatu tatanan tidak terlihat,
dan bahwa kem uliaan tertinggi kita adalah bila kita bisa m enyesuaikan diri
dengan harmonis terhadap tatanan itu.” (William J ames)

5. “Sistem -sistem sosial yang para pesertanya bersum pah m em percayai adanya
agen atau agen-agen supranatural yang restunya harus didapatkan.” (Daniel
Dennett)

6. “Upaya m eredakan am arah atau m enyenangkan kekuatan-kekuatan
adim anusia yang dipercaya m engendalikan alam dan m anusia.” (Sir J am es
F r a ze r )

7. “Seperangkat bentuk-bentuk dan tindakan-tindakan sim bolik yang m eng-

hubungkan m anusia dengan kondisi-kondisi pam ungkas keberadaannya.”
(Robert Bellah)

8. “Suatu sistem kepercayaan dan praktik yang ditujukan kepada ‘kepedulian
pam ungkas’ suatu m asyarakat.” (William Lessa dan Evon Vogt)

9. “Kepercayaan akan sosok-sosok adim anusia dan kekuatan m ereka yang
m em bantu atau m em bahayakan m anusia tersebar secara nyaris universal,
dan kepercayaan ini—saya bersikeras—adalah variabel inti yang harus
ditetapkan oleh deinisi agama yang mana pun... Saya deinisikan ‘agama’
sebagai ‘suatu lem baga yang terdiri atas interaksi berpola budaya yang secara
budaya mempostulasikan sosok-sosok adimanusia.’” (Melford Spiro)

10 . ”Unsur bersam a lintas-budaya di agam a adalah kepercayaan bahwa ke-
baikan tertinggi dideinisikan oleh suatu tatanan tak terlihat yang di-

kom binasikan dengan serangkaian sim bol yang m em bantu individu-individu
dan kelompok-kelompok dalam menata hidup mereka secara harmonis
dengan tatanan ini dan komitmen emosional guna mencapai harmoni
tersebut.” (William Irons)
11. ”Agama adalah suatu sistem uniikasi kepercayaan-kepercayaan dan praktik-
praktik yang berkaitan dengan hal-hal keram at, dengan kata lain, hal-hal
yang diistim ewakan dan terlarang—kepercayaan-kepercayaan dan praktik-
praktik yang m enyatu m enjadi satu kom unitas m oral tunggal yang disebut
Gereja, sem ua yang m enganut berbagai kepercayaan dan praktik tersebut.”
(Émile Durkheim)

12. ”Secara kasar, agam a adalah (1) kom itm en suatu kom unitas yang m enyita
biaya dan sulit dipalsukan, (2) terhadap suatu dunia agen supranatural yang

bertentangan dengan fakta dan intuisi (3) yang m enguasai kecem asan eksis-

tensial orang-orang, m isalnya kem atian dan m uslihat.” (Scott Atran)

DEFINISI AGAMA ● 417

13. ”Agam a adalah: (1) suatu sistem sim bol-sim bol yang bertindak untuk (2) m e-

m antapkan suasana hati dan m otivasi yang berkuasa, pervasif, dan bertahan

lama pada manusia dengan cara (3) merumuskan konsepsi-konsepsi me-

ngenai suatu tatanan umum keberadaan dan (4) membungkus konsepsi-
konsepsi ini dengan aura faktualitas sedem ikian rupa sehingga (5) suasana
hati dan m otivasi itu tam pak teram at realistik.” (Clifford Geertz)

14. ”Agam a adalah suatu institusi sosial yang berevolusi sebagai m ekanism e
integral kebudayaan m anusia untuk m enciptakan dan m em prom osikan

mitos, guna mendorong altruisme dan altruisme-resiprokal, dan guna meng-

ungkapkan tingkat komitmen untuk bekerjasama dan bertimbal-balik di
antara anggota-anggota komunitas.” (Michael Shermer)
15. ”Kita akan deinisikan agama sebagai seperangkat kepercayaan, parktik, dan
lem baga yang telah m anusia evolusikan dalam berbagai m asyarakat, sejauh
yang bisa dipaham i, sebagai tanggapan terhadap aspek-aspek kehidupan
dan situasi m ereka yang dipercaya tidak berada dalam ranah em piris-
instrumental sehingga bisa dipahami dan/ atau dikontrol secara rasional,
dan yang m ereka lekati m akna penting yang m encakup suatu acuan kepada
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa yang relevan dengan konsepsi
m anusia m engenai keberadaan suatu tatanan ‘supranatural’ yang dipercaya
dan dirasakan memiliki pengaruh mendasar terhadap posisi manusia di
alam sem esta dan nilai-nilai yang m em berikan m akna terhadap takdir
m anusia sebagai seorang individu dan hubungan-hubungannya dengan
sesam anya.” (Talcott Parsons)

16. ”Agam a adalah desahan m akhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak

berhati, dan jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. Agam a adalah candu m a-

syarakat.” (Karl Marx)

http://facebook.com/indonesiapustaka Tabe l 9 .1 mencantumkan 16 deinisi yang diajukan oleh para peneliti
agama. Deinisi nomor 11 oleh Émile Durkheim dan nomor 13 oleh

Clifford Geertz adalah yang paling sering dikutip oleh cendekiawan-

cendekiawan lain. J elaslah bahwa kita bahkan jauh dari m enyepakati
satu deinisi. Banyak deinisi yang ditulis dengan gaya memutar-mutar

m irip dengan bahasa yang digunakan para pengacara dalam m enyusun

kontrak, dan memperingatkan kita bahwa kita melangkah dalam ranah

yang ram ai diperdebatkan.

Sebagai rencana darurat, bisakah kita hindari masalah men-
deinisikan agama dengan cara yang sama seperti kita sering
menghindari masalah mendeinisikan pornograi, dengan mengatakan,
“Saya tidak bisa mendeinisikan pornograi, namun saya tahu yang
mana pornograi sewaktu saya melihatnya!”? Tidak, sayangnya

bahkan rencana darurat seperti itu pun tidak bisa diterapkan; para

418 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka cendekiawan tidak bersepakat mengenai apakah sejumlah pergerakan
yang tersebar luas dan terkenal bisa dianggap sebagai agam a atau
bukan. Misalnya, ada perebatan panjang oleh para cendekiawan
agam a m engenai apakah Buddhism e, Konfusianism e, dan Shinto
harus dianggap sebagai agama; kecenderungan saat ini adalah
m enganggap Buddhism e agam a nam un Konfusianism e tidak, walaupun
Konfusianism e biasa dianggap agam a satu atau dua dasawarsa lalu;
Konfusianism e kini biasanya diistilahkan sebagai suatu jalan hidup
atau falsafah sekuler.

Kesulitan-kesulitan dalam mendeinisikan agama ada hikmahnya.
Mereka memperingatkan kita bahwa fenomena yang kita kelompok-
kan bersam a sebagai agam a sebenarnya m engandung beberapa
kom ponen berbeda, yang bisa jadi kuat, lem ah, atau dapat dikatakan
tidak ada di agam a yang berm acam -m acam , m asyarakat yang berbeda-
beda, dan berbagai tahap evolusi agam a. Agam a m em baur dengan
fenom ena-fenom ena lain, yang m em iliki sebagian nam un tidak se-
m ua sifat yang biasanya dikaitkan dengan agam a. Itulah m engapa
ada ketidaksepakatan m engenai apakah Buddhism e, yang biasa di-
anggap sebagai salah satu dari keempat agama paling besar di dunia,
benar-benar satu agam a atau "hanya" falsafah kehidupan. Kom ponen-
kom ponen yang biasanya dinyatakan sebagai bagian agam a tergolong
m enjadi lim a perangkat: kepercayaan supranatural, keanggotaan da-
lam pergerakan sosial yang sam a, bukti kom itm en yang m em akan
biaya dan kasat m ata, aturan-aturan praktis bagi perilaku orang (alias
"m oralitas"), dan kepercayaan bahwa sosok-sosok dan kekuatan-
kekuatan supranatural bisa dipicu (m isalnya dengan doa) untuk cam -
pur tangan dalam kehidupan duniawi. Tapi, seperti yang akan kita
lihat, tidak masuk akal mendeinisikan agama melalui kombinasi
kelim a sifat itu, m aupun m engecap suatu fenom ena yang tidak
m em iliki satu atau beberapa sifat tersebut sebagai bukan agam a,
sebab dengan dem ikian kita tidak akan m enyertakan sejum lah cabang
pergerakan yang secara luas diakui sebagai agam a.

Yang pertama dari kelima sifat itu adalah dasar deinisi agama yang
saya tawarkan kepada m urid-m urid S1 saya di University of California
ketika saya pertama kali mengajarkan mata kuliah geograi budaya.
Saya m engajukan, “Agam a adalah kepercayaan akan agen supranatural
yang dipostulasikan yang keberadaannya tidak bisa dibuktikan dengan
indera-indera kita, nam un yang dinyatakan sebagai pem beri penjelasan
bagi hal-hal yang m em ang dibuktikan oleh indera-indera kita.” Ada dua

DEFINISI AGAMA ● 419

http://facebook.com/indonesiapustaka sisi bagus di deinisi itu: kepercayaan akan agen supranatural yang me-
m ang m erupakan salah satu ciri agam a yang paling tersebar luas; dan
pem beri penjelasan, yang akan kita bahas nanti, m erupakan salah satu
asal utam a dan fungsi awal agam a. Sebagian besar agam a m em ang
m endalilkan keberadaan dewa-dewi, arwah, dan agen-agen lain yang
kita istilahkan "supranatural" karena mereka ataupun konsekuensi-
konsekuensi yang bisa dibuktikan dari adanya m ereka tidak bisa
dipersepsikan secara langsung di dunia alam i. (Sepanjang bab ini, saya
akan berulang-ulang menggunakan kata "supranatural" dalam pe-
ngertian netral itu, tanpa konotasi peyoratif apa pun yang terkadang
dilekatkan dengan kata tersebut.) Banyak agam a m elangkah lebih jauh
dan m endalilkan keberadaan suatu dunia supranatural paralel yang
utuh—sering kali, surga, neraka, atau alam baka ke m ana kita akan di-
pindahkan setelah kematian kita di dunia alami. Sejumlah pemeluk
agam a sedem ikian yakin akan keberadaan agen-agen supranatural
sampai-sampai mereka bersikeras bahwa mereka pernah melihat,
mendengar, atau merasakan arwah atau hantu.

Namun saya dengan segera menyadari bahwa deinisi saya tidak
m encukupi, karena alasan-alasan yang juga instruktif. Kepercayaan
akan agen-agen supranatural bukan hanya berupa agam a, m elainkan
juga fenom ena yang tidak seorang pun anggap sebagai agam a—
m isalnya kepercayaan akan peri, hantu, orang bajang, dan alien
yang naik UFO. Mengapa kepercayaan terhadap dewa-dewi disebut
religius, nam un kepercayaan terhadap peri tidak disebut religius?
(Petunjuk: orang-orang yang percaya peri tidak berkum pul pada hari
tertentu setiap minggu guna melakukan ritual-ritual tertentu, tidak
mengidentiikasi diri sebagai komunitas percaya peri yang terpisah
dari orang-orang yang skeptis terhadap peri, dan tidak bersedia
m ati dem i m em bela kepercayaan m ereka akan peri.) Sebaliknya,
sejum lah pergerakan yang sem ua orang anggap sebagai agam a tidak
m ensyaratkan kepercayaan akan agen-agen supranatural. Banyak orang
Yahudi (term asuk rabbi), Unitarian, orang-orang J epang, dan orang-
orang lain adalah agnostik atau ateis namun tetap menganggap diri,
dan dianggap oleh orang-orang lain, sebagai bagian umat beragama.
Buddha tidak m engaitkan dirinya sendiri dengan dewa apa pun dan
m engklaim bahwa dirinya "hanyalah" m engajarkan jalur m enuju
pencerahan yang telah dia tem ukan.

Kegagalan besar dalam deinisi saya adalah deinisi itu tidak men-
cakup sifat agam a yang kedua: agam a juga m erupakan pergerakan

420 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka sosial orang-orang yang mengidentiikasi diri sebagai memegang
kepercayaan-kepercayaan m endalam yang sam a. Seseorang yang
m em percayai sesosok tuhan dan daftar panjang doktrin-doktrin
lain yang dia ciptakan sendiri, dan yang m engabdikan sebagian hari
Sabat-nya untuk duduk sendirian dalam ruangan, berdoa kepada
tuhannya itu, dan m em baca kitab yang dia tulis sendiri nam un tidak
tunjukkan kepada orang lain, tidak terhitung sebagai menjalankan
agam a. Hal sungguhan yang paling m irip dengan orang sem acam itu
adalah petapa yang hidup dalam kesendirian dan m engabdikan diri
untuk berdoa. Namun para petapa itu lahir dari komunitas pemeluk
kepercayaan yang m enyediakan kepercayaan bagi para petapa itu, dan
yang m ungkin terus m enyokong serta m engunjungi para petapa. Saya
tidak pernah dengar ada petapa yang m enciptakan sendiri agam anya
dari nol, bertolak ke gurun untuk hidup sendirian, dan menolak
tawaran m akanan serta m elarang orang-orang berkunjung. Bila
ada yang m enunjukkan kepada saya petapa sem acam itu, saya akan
mendeinisikannya sebagai petapa non-religius atau sebagai seorang
yang m isantropik, sem entara orang lain m ungkin m enganggapnya
sebagai petapa religius tipikal yang gagal ujian kehidupan sosial.

Sifat ketiga banyak agam a adalah bahwa para pem eluknya m e-
lakukan pengorbanan yang m enelan biaya atau m enyakitkan, yang
secara m eyakinkan m enunjukkan kepada orang-orang lain kom itm en
para pem eluk agam a tersebut terhadap kelom poknya. Pengorbanan
itu m ungkin berupa waktu: m isalnya, m enyela aktivitas-aktivitas lain
lima kali setiap hari guna salat menghadap Mekah, atau menghabiskan
sebagian hari Minggu di gereja, atau menghabiskan waktu bertahun-
tahun m enghapal ritual, doa, dan kidung yang kom pleks (barangkali
mengharuskan orang tersebut belajar bahasa lain), atau mengabdikan
dua tahun untuk aktivitas-aktivitas m isionaris sebagai seorang
dewasa muda (yang disyaratkan bagi orang-orang Mormon), atau
bergabung dengan pasukan perang salib, atau berziarah, atau naik
haji ke Mekah dengan biaya sendiri. Pengorbanan itu mungkin
berupa uang atau harta benda yang disum bangkan ke gereja.
Mungkin ada yang menawarkan hewan ternaknya yang berharga:
m em persem bahkan anak dom ba yang dipelihara sendiri untuk Tuhan,
bukan hewan liar hasil tangkapan yang tidak ada harganya. Atau
yang dikorbankan itu m ungkin berupa kenyam anan atau integritas
tubuh, dengan cara berpuasa, memotong satu sendi jari, sunat me-
lebar atau memanjang, ataupun menumpahkan darah sendiri dengan

DEFINISI AGAMA ● 421

http://facebook.com/indonesiapustaka cara memotong hidung, lidah, penis, bagian dalam tekak, atau ba-
gian tubuh lain m ilik sendiri. Sem ua pam eran terbuka yang m enelan
biaya atau m enyakitkan itu berperan m eyakinkan para penganut lain
bahwa seseorang serius berkom itm en terhadap agam anya dan bahkan
akan m engurbankan nyawanya sendiri bila diperlukan. Kalau tidak,
saya bisa saja sem ata berteriak “Saya orang Kristen!” padahal saya
berbohong dem i keuntungan diri sendiri (seperti yang dilakukan se-
jumlah narapidana dengan harapan diberi keringanan hukuman), atau
demi menyelamatkan nyawa saya. Meskipun sifat kedua dan ketiga
(yaitu pergerakan sosial dan pengurbanan yang m enelan biaya) bagi
saya tam paknya m erupakan kondisi-kondisi yang dibutuhkan bagi
suatu pergerakan agar dianggap sebagai agama, kondisi-kondisi itu saja
tidak m encukupi. Ada juga pergerakan-pergerakan sosial non-religius
yang sam a-sam a m em egang kepercayaan m endalam dan m enuntut
pengorbanan yang m enelan biaya bagi para pengikutnya, m isalnya
p a t r iot ism e.

Sifat nom or em pat agam a adalah bahwa kepercayaan akan dewa-
dewi dan berbagai agen supranatural hasil postulasi lainnya m em iliki
konsekuensi-konsekuensi praktis terhadap bagaimana seseorang harus
berperilaku. Aturan-aturan perilaku itu bisa berm acam -m acam bentuk-
nya, m ungkin berupa hukum , kode m oral, tabu, atau kewajiban, ter-
gantung jenis masyarakatnya. Meskipun tampaknya semua agama
m em iliki aturan berperilaku sem acam itu, bukan artinya aturan-
aturan berperilaku berpangkal hanya dari agam a: pem erintahan-
pemerintahan negara sekuler modern, kelompok-kelompok non-
religius yang tak terhitung banyaknya, dan warga negara yang ateistik
ataupun agnostik juga memiliki aturan-aturan mereka sendiri.

Terakhir, banyak agam a m engajarkan bahwa agen-agen
supranatural tidak hanya m engganjar orang-orang baik yang m em atuhi
aturan dan menghukum para pelaku kejahatan dan pelanggar
aturan, melainkan juga bisa dibujuk melalui doa, sumbangan, dan
pengurbanan untuk ikut campur secara menguntungkan bagi manusia
yang m engajukan perm ohonan.

Dengan demikian, agama melibatkan gugusan kelima perangkat
sifat itu, yang berbeda-beda tarafnya di antara agam a-agam a di dunia
(term asuk agam a-agam a tradisional). Kita dapat m enggunakan gugus-
an itu untuk m em aham i perbedaan antara agam a dan beberapa feno-
m ena terkait yang m em iliki beberapa, nam un tidak sem ua, sifat yang
dim iliki agam a. Patriotism e dan kebanggaan etnik m enyerupai aga-

422 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka m a karena m erupakan pergerakan sosial yang m em bedakan para
pengikutnya dari orang luar, m enuntut pengorbanan (bahkan nya-
wa) sebagai pam eran kom itm en, serta dirayakan dalam berbagai
ritual dan upacara seperti (bagi orang-orang Am erika) Hari Kem er-
dekaan, Hari Thanksgiving, dan Hari Memorial. Tidak seperti agama,
patriotism e dan kebanggaan etnik tidak m engajarkan kepercayaan
akan agen-agen supranatural. Penggemar olahraga, seperti penganut
agam a, m em bentuk kelom pok-kelom pok sosial yang terdiri atas para
pengikut (misalnya, penggemar Boston Red Sox) yang berbeda dengan
pengikut kelom pok-kelom pok sosial lainnya (m isalnya, penggem ar
New York Yankees) namun tidak mendukung agen supranatural, tidak
menuntut pengorbanan besar sebagai bukti ailiasi, dan tidak mengatur
terlalu banyak perilaku moral. Marxisme, sosialisme, dan pergerakan-
pergerakan politik lain memang menarik kelompok-kelompok
pengikut yang berkom itm en (seperti agam a), m em otivasi para pe-
ngikut untuk m ati dem i idealism e, dan banyak yang m em iliki kode
m oral yang luas, nam un tidak bersandar kepada yang supranatural.
Sihir, tenung, takhayul, dan ram alan air (kepercayaan bahwa air ba-
wah tanah bisa ditem ukan lokasinya dengan tongkat pencari air) m e-
m ang m elibatkan kepercayaan akan agen-agen supranatural dengan
konsekuensi-konsekuensi terhadap perilaku sehari-hari. Tapi, sihir,
takhayul, dan fenom ena-fenom ena terkait tidak berperan sebagai
sifat pendeinisi kelompok-kelompok sosial berkomitmen yang mi-
rip dengan penganut agama: tidak ada kelompok penganut keper-
cayaan terhadap bahaya kucing hitam yang bertemu setiap Minggu
untuk m enegaskan keterpisahan m ereka dari orang-orang yang tidak
m em percayai bahaya kucing hitam . Barangkali daerah perbatasan
paling abu-abu m elibatkan pergerakan-pergerakan seperti Buddhism e,
Konfusianism e, dan Shintoism e, yang pada tingkat berbeda-beda sulit
dipastikan apakah m erupakan agam a ataukah falsafah kehidupan.

Fungsi dan belut listrik
Agam a bersifat nyaris universal pada m anusia, nam un tidak ada yang
m enyerupainya bahkan secuil pun yang telah dideskripsikan pada
hewan. Terlepas dari itu, kita dapat m enyelidiki—bahkan, kita m e-
m ang harus bertanya-tanya—tentang asal-m uasal agam a, seperti juga
kita bertanya-tanya m engenai asal-m uasal sifat-sifat lain yang ha-
nya dim iliki m anusia, seperti seni dan bahasa lisan. Enam juta tahun
lalu, nenek m oyang kita m erupakan kera yang tentunya tidak m em iliki

FUNGSI DAN BELUT LISTRIK ● 423

http://facebook.com/indonesiapustaka agama; kala dokumen-dokumen tertulis pertama muncul sekitar 5.0 0 0
tahun silam , agam a sudah ada. Apa yang terjadi selam a 5.995.0 0 0
tahun di antara kedua waktu itu? Apa pendahulu agam a pada hewan
dan nenek m oyang m anusia, serta kapan dan m engapa agam a m uncul?

Suatu m etode yang diistilahkan pendekatan fungsional m erupakan
kerangka kerja paling um um yang digunakan oleh para peneliti agam a
sejak mereka mulai mempelajarinya secara saintiik nyaris 150 tahun
lalu. Mereka bertanya: fungsi-fungsi apa yang dipenuhi oleh agama?
Mereka memperhatikan bahwa agama kerap kali membebankan
biaya yang berat kepada individu m aupun m asyarakat, m isalnya
m em aksa banyak orang untuk hidup selibat dan tidak m em iliki anak,
bersusah-payah dan m engeluarkan banyak biaya dem i m em bangun
piram ida raksasa, m em bunuh hewan ternak yang berharga dan
terkadang bahkan m engam bil nyawa anak dan diri sendiri, serta m eng-
habiskan banyak waktu m erapal berulang-ulang kata-kata yang sam a.
Agam a pastilah m em iliki fungsi dan m endatangkan m anfaat yang
m engalahkan biaya-biaya yang berat itu; kalau tidak, agam a tidak
mungkin muncul dan tidak bisa dipertahankan. Masalah-masalah
m anusia apa yang dipecahkan oleh terciptanya agam a? Rangkum -
an ringkas pendekatan fungsional m ungkin m enegaskan sesuatu yang
seperti ini: agam a diciptakan guna m elakukan fungsi-fungsi tertentu
dan m em ecahkan m asalah-m asalah tertentu, m isalnya m em pertahan-
kan ketertiban sosial, m enenangkan orang-orang yang cem as, dan
mengajarkan kepatuhan politik.

Satu pendekatan lain, yang m uncul belum lam a ini dari bidang psi-
kologi evolusioner, berkeberatan: agam a tentunya tidak berevolusi
dan tidak diciptakan secara sadar untuk tujuan spesiik apa pun atau
untuk memecahkan masalah spesiik apa pun. Tidak benar bahwa
ada seorang kepala suku yang sedang naik daun m em peroleh suatu
gagasan cemerlang suatu hari dan menciptakan agama dari nol, ka-
rena sebelum nya m elihat keuntungan bahwa dia bisa dengan m udah
m enggiring pengikut-pengikutnya bila dia bisa m em buat m ereka
meyakini alasan-alasan religius untuk membangun piramida. Mustahil
pula seorang pem buru-pengum pul dengan kesadaran psikologis, yang
khawatir rekan-rekan satu sukunya terlalu depresi akibat kem atian
yang terjadi belum lam a itu sehingga tidak m au pergi berburu,
mengarang kisah tentang kehidupan sesudah mati guna menenangkan
m ereka dan m em beri m ereka harapan baru. Agam a justru m ungkin
m uncul sebagai produk sam pingan kapasitas lain nenek m oyang kita

424 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka dan hewan nenek m oyang m ereka, dan kapasitas-kapasitas itu m em iliki
konsekuensi-konsekuensi yang tidak terperkirakan sebelum nya dan
secara perlahan-lahan m em peroleh fungsi-fungsi baru seiring perkem -
b a n ga n n ya .

Bagi seorang ahli biologi evolusioner seperti saya, tidak ada kon-
tradiksi antara kedua pendekatan berbeda itu terhadap asal-usul aga-
m a, yang pada dasarnya m enggam barkan dua tahap. Evolusi biologis
sendiri juga berlangsung dalam dua tahap. Pertam a-tam a, variasi
antara individu-individu dim unculkan oleh m utasi dan rekom binasi
gen. Kedua, akibat seleksi alam dan seleksi seksual, ada perbedaan-per-
bedaan di antara individu-individu varian yang dihasilkan dalam segi
kemungkinan mereka bertahan hidup, bereproduksi, dan mewariskan
gen-gen ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, sejum lah individu
varian itu ternyata m elaksanakan fungsi dan m em ecahkan m asalah-
m asalah kehidupan secara lebih baik daripada individu-individu varian
lainnya. Suatu m asalah fungsional (m isalnya, bertahan hidup di iklim
dingin) tidak dipecahkan oleh hewan dengan cara m enyadari bahwa
dia m em butuhkan ram but yang lebih tebal, bukan pula oleh iklim
dingin yang m erangsang m utasi yang m em unculkan ram but yang lebih
tebal. Sebaliknya, sesuatu (dalam kasus evolusi biologis, m ekanism e
genetis m olekulsr) m enciptakan sesuatu yang lain (dalam kasus ini,
hewan dengan rambut lebih tebal atau lebih tipis), sementara sejumlah
kondisi hidup atau masalah lingkungan (dalam kasus ini, suhu dingin)
m em berikan fungsi berguna bagi sebagian nam un tidak sem ua hewan
varian tersebut. Dengan dem ikian, m utasi dan rekom binasi gen
m enyediakan m uasal keanekaragam an hayati, sem entara seleksi alam
dan seleksi seksual m enyaring bahan awal itu m elalui kriteria fungsi.

Serupa dengan itu, para ahli psikologi evolusioner m enyatakan bah-
wa agama merupakan produk sampingan dari ciri-ciri otak manusia
yang tim bul karena alasan-alasan selain m em bangun piram ida atau
m enghibur kerabat yang berduka. Bagi seorang ahli biologi evolusioner,
hal itu m asuk akal dan tidak m engejutkan. Sejarah evolusi disarati oleh
produk-produk sam pingan dan m utasi-m utasi yang awalnya diseleksi
untuk suatu fungsi dan kem udian berkem bang lebih lanjut serta
menjadi terseleksi untuk memenuhi suatu fungsi lain. Misalnya, kaum
kreasionis yang skeptis terhadap kenyataan evolusi biasa m enunjuk
belut listrik yang m enyetrum m angsa m ereka dengan sengatan listrik
60 0 volt, dan kem udian berargum en bahwa belut 60 0 volt m ustahil
m uncul dari belut biasa yang tidak m enghasilkan listrik m elalui seleksi

FUNGSI DAN BELUT LISTRIK ● 425

http://facebook.com/indonesiapustaka alam , sebab tidak ada tahap-tahap antara yang seharusnya ada berupa
belut bervoltase rendah yang tidak bisa m enyetrum m angsa apa pun
sehingga tidak ada gunanya. Ternyata, belut 60 0 volt berevolusi m elalui
perubahan-perubahan fungsi, sebagai produk sam pingan deteksi
medan listrik dan pembangkitan listrik pada ikan normal.

Banyak ikan m em iliki organ-organ indera kulit yang peka terhadap
medan listrik di lingkungan. Medan-medan itu bisa jadi bermuasal
isik (misalnya dari arus laut atau dari percampuran air dengan kadar
garam berbeda-beda), ataupun berm uasal biologis (dari terpicunya
kontraksi otot hewan secara elektrik). Ikan yang m em iliki organ-organ
indera yang peka listrik sem acam itu dapat m em anfaatkan organ-organ
tersebut untuk dua fungsi: m endeteksi m angsa, dan m encari jalan
dalam lingkungan, terutama dalam air berlumpur dan dalam kondisi
malam ketika mata tidak banyak gunanya. Mangsa bisa ditemukan
dengan detektor m edan listrik hewan karena m em iliki konduktivitas
listrik yang jauh lebih tinggi daripada air tawar. Deteksi m edan listrik
di lingkungan itu dapat diistilahkan deteksi listrik pasif, yang tidak
membutuhkan organ pembangkit listrik khusus apa pun.

Namun sejumlah spesies ikan melangkah lebih jauh dan mem-
bangkitkan sendiri m edan listrik bervoltase rendah, yang m em ungkin-
kan m ereka m endeteksi benda bukan hanya m elalui m edan listrik ben-
da itu sendiri, melainkan juga karena mempengaruhi medan listrik
yang dibangkitkan oleh si ikan. Organ-organ yang dikhususkan untuk
m em bangkitkan listrik berevolusi secara m andiri pada setidaknya
enam garis keturunan ikan yang terpisah. Sebagian besar organ listrik
berasal dari membran pembangkit listrik di otot, namun satu spesies
ikan m engem bangkan organ-organ listriknya dari saraf. Ahli zoologi
Hans Lissm ann m enyajikan bukti m eyakinkan pertam a deteksi listrik
aktif sem acam itu, setelah banyak spekulasi tidak tegas oleh peneliti-
peneliti lain. Lissm ann m engkondisikan ikan listrik, m em anfaatkan
imbalan makanan, untuk membedakan benda penghantar listrik dari
benda bukan penghantar listrik yang tam pilannya m irip, m isalnya
cakram logam penghantar listrik versus cakram bertam pilan identik
nam un terbuat dari plastik atau gelas yang tidak m enghantarkan listrik.
Sewaktu saya bekerja di salah satu laboratorium Cam bridge University
dekat bangunan tem pat Lissm ann sedang m elaksanakan penelitiannya,
seorang tem an Lissm ann m enuturkan kepada saya cerita tentang
kepekaan deteksi listrik oleh ikan listrik. Lissm ann m enyadari bahwa
salah seekor ikan listrik kurungan yang dia pelihara di laboratoriumnya

426 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka jadi gelisah pada sekitar waktu yang sama, sore hari setiap hari kerja. Dia
akhirnya menyadari bahwa itu disebabkan oleh teknisi perempuannya
yang bersiap-siap pulang pada sekitar jam itu, melangkah ke balik sehelai
layar, dan menyisir rambutnya, menimbulkan medan listrik yang dapat
dideteksi ikan tersebut.

Ikan bervoltase rendah m enggunakan organ-organ pem bangkit
listrik dan pendeteksi listrik di kulit untuk eisiensi yang lebih baik
dalam dua fungsi berbeda, yang sam a-sam a ditem ukan di banyak
jenis ikan yang m em iliki pendeteksi listrik nam un tidak m em iliki
organ pembangkit listrik: deteksi mangsa dan mencari jalan. Ikan
bervoltase rendah juga m enggunakan m edan listrik satu sam a lain
untuk fungsi ketiga, yaitu berkom unikasi dengan satu sam a lain.
Tergantung pola im puls listrik, yang bervariasi di antara spesies dan
individu, ikan dapat m em peroleh inform asi dan karenanya m enge-
nali spesies, jenis kelam in, ukuran, dan individu (asing ataupun akrab)
ikan yang m em bangkitkan im puls tersebut. Ikan bervoltase rendah
juga m enyam paikan pesan-pesan sosial kepada ikan-ikan lain spesies
yang sam a: pada dasarnya, ikan dapat m engatakan m elalui listrik,
“Ini teritoriku, enyah kam u,” atau “Aku Tarzan, kam u J ane, kam u
m em buatku bergairah, waktunya berhubungan seks.”

Ikan yang m em bangkitkan beberapa volt bukan hanya bisa m en-
deteksi m angsa m elainkan juga m em anfaatkan sengatan listrik m ereka
untuk fungsi keem pat: m em bunuh m angsa kecil, m isalnya ikan
m innow . Voltase yang sem akin besar m em ungkinkan ikan m em bunuh
m angsa yang juga sem akin besar, sam pai akhirnya tibalah kita pada
belut 60 0 volt sepanjang 1,8 m eter yang bisa m elum puhkan seekor ku-
da dalam sungai. (Saya m engingat sejarah evolusi ini dengan jelas se-
kali, karena saya m ulai m engerjakan tesis Ph.D. saya dengan topik
pem bangkitan listrik oleh belut listrik. Perhatian saya sedem ikian
terserap oleh perincian molekuler pembangkitan listrik sampai-sam-
pai saya lupa m engenai hasil akhirnya, dan tanpa pikir panjang m en-
cengkeram belut listrik saya untuk m em ulai percobaan pertam a
saya—dengan hasil yang m engejutkan.) Ikan bervoltase tinggi juga
dapat m em anfaatkan sengatan listrik yang kuat untuk dua fungsi lain:
m em pertahankan diri dari calon predator, dengan cara m enyetrum si
penyerang; dan berburu dengan "pancingan listrik", yaitu m em ikat
m angsa ke ujung berm uatan listrik positif di ikan (anoda), teknik yang
juga digunakan oleh nelayan kom ersial yang bagaim ana pun juga harus

PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 427

http://facebook.com/indonesiapustaka membangkitkan listrik dengan aki atau generator, bukan dengan tubuh
sen d ir i.

Sekarang, m ari kita kem bali lagi ke para kreasionis skeptis yang
m em bantah bahwa seleksi alam bisa m enghasilkan belut 60 0 -volt
dari belut norm al tidak bervoltase, sebab konon sem ua tahap antara
yang seharusnya ada dari organ-organ listrik bervoltase rendah
pastilah tidak ada gunanya dan tidak akan m em bantu pem iliknya
bertahan hidup. J awaban bagi para kreasonis adalah membunuh
m angsa dengan sengatan 60 0 volt bukanlah fungsi asli organ listrik,
m elainkan m uncul sebagai produk sam pingan suatu organ yang
awalnya diseleksi untuk fungsi-fungsi lain. Kita telah lihat bahwa
organ-organ listrik m em peroleh enam fungsi berturutan seiring seleksi
alam m eningkatkan keluaran m ereka dari nol m enjadi 60 0 volt.
Ikan tanpa voltase dapat m elakukan deteksi listrik pasif m angsa dan
m encari jalan; ikan bervoltase rendah dapat m elakukan kedua fungsi
yang sama secara lebih eisien, dan juga bisa melakukan komunikasi
listrik; sem entara ikan bervoltase tinggi bisa m enyetrum m angsa,
m em pertahankan diri, dan m em ancing dengan listrik. Kita akan lihat
bahwa agama manusia mengalahkan belut listrik dengan melewati
bukan hanya enam m elainkan tujuh fungsi.

Pe n carian pe n je las an s e bab
Dari sifat m anusia yang m ana agam a m ungkin m uncul sebagai produk
sam pingan? Pandangan yang m asuk akal adalah agam a m erupakan
produk sam pingan kem am puan otak kita yang sem akin canggih untuk
m enyim pulkan penyebab, pelaku, dan niat, untuk m engantisipasi
bahaya, dan karenanya m erum uskan penjelasan penyebab nilai
prediktif yang m em bantu kita bertahan hidup. Tentu saja hewan
juga memiliki otak dan karenanya bisa menyimpulkan niat. Misal-
nya, burung hantu lum bung yang m endeteksi tikus m elalui bunyi
dalam kegelapan total dapat m endengar bunyi langkah kaki tikus,
m em perhitungkan arah dan kecepatan si tikus, dan karenanya m e-
nyim pulkan niat si m encit untuk berlari terus ke arah itu dengan
kecepatan itu, dan m enyergap tepat waktu dan tem pat guna m e-
motong jalur mencit tersebut dan menangkapnya. Namun hewan ke-
rabat terdekat kita sekalipun memiliki jauh lebih sedikit kemampuan
menalar daripada manusia. Misalnya, bagi monyet Afrika yang
dikenal sebagai m onyet vervet, ular sanca tanah adalah predator

428 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka utama. Monyet-monyet itu memiliki panggilan peringatan khusus
yang m ereka keluarkan bila m elihat sanca, dan m ereka cukup paham
untuk melompat ke atas pohon bila mendengar panggilan peringatan
adanya sanca dari monyet lain di dekat mereka. Namun, yang
m encengangkan bagi kita, m onyet-m onyet cerdas itu tidak m engaitkan
terlihatnya jejak sanca di rum put dengan bahaya bahwa ada sanca di
dekat m ereka. Bandingkan kem am puan nalar m onyet yang lem ah itu
dengan kemampuan nalar manusia: kita telah diasah oleh seleksi alam
agar otak kita m enarik inform asi m aksim al dari petunjuk-petunjuk
rem eh, dan agar bahasa kita m enyam paikan inform asi itu secara tepat,
meskipun dengan risiko tidak terhindarkan bahwa kita sering membuat
kesim pulan yang keliru.

Misalnya, kita sering menyalahkan orang lain sebagai penyebab se-
suatu. Kita paham bahwa orang lain punya niat seperti juga kita, dan
bahwa individu berbeda-beda. Oleh karena itu kita m enujukan ba-
nyak aktivitas otak harian kita guna m em aham i individu-individu
lain dan m engawasi tanda-tanda dari m ereka (m isalnya m im ik wajah,
nada suara, dan apa yang m ereka lakukan atau katakan atau tidak),
guna m em prediksi apa yang m ungkin dilakukan individu tertentu
tersebut, dan m encari tahu bagaim ana kita bisa m em pengaruhinya
untuk berperilaku dalam cara yang kita inginkan. Kita juga m enya-
takan hewan sebagai pelaku sesuatu: para !Kung pem buru yang
m endekati bangkai buruan yang sedang digerogoti singa akan m enga-
m ati perut dan perilaku singa guna m enyim pulkan apakah singa-singa
itu kenyang dan m au diusir, atau apakah m ereka m asih lapar dan
tidak akan m au diusir. Kita m enyatakan diri sendiri sebagai pelaku:
kita m enyadari bahwa tindakan-tindakan kita m em iliki akibat, dan
bila kita lihat bahwa berperilaku dalam satu cara mendatangkan ke-
berhasilan sem entara cara yang lain tidak, kita belajar m engulangi
tindakan yang dikaitkan dengan keberhasilan. Kem am puan otak kita
m enem ukan penjelasan penyebab sem acam itu m erupakan alasan
utam a keberhasilan kita sebagai spesies. Itulah m engapa 12.0 0 0 tahun
lalu pun, sebelum kita punya agrikultur, logam , atau tulisan dan m asih
berburu-mengumpul, kita sudah menjadi spesies mamalia dengan per-
sebaran paling luas, m enyebar dari Artika ke khatulistiwa, ke sem ua be-
nua kecuali Antartika.

Kita terus m encari-cari penjelasan penyebab. Sejum lah penjelasan
tradisional kita m em buat prediksi yang tepat untuk alasan yang kem u-
dian terbukti benar secara saintiik; sebagian lainnya membuat prediksi

PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 429

http://facebook.com/indonesiapustaka yang tepat untuk alasan yang salah (m isalnya, "hindari m akan spesies

ikan itu karena tabu", tanpa m em aham i peran zat-zat kim iawi beracun

di dalam ikan itu); sementara sejumlah penjelasan membuat prediksi
yang salah. Misalnya, pemburu-pengumpul menggeneralisasi pelaku
sadar secara berlebihan dan m em perluasnya kepada hal-hal lain yang
bisa bergerak selain manusia dan hewan, misalnya sungai, Matahari,
dan Bulan. Masyarakat tradisional kerap mempercayai benda-benda
tak hidup yang bergerak itu sebagai, atau digerakkan oleh, m akhluk
hidup. Mereka juga mungkin menyatakan benda-benda tidak bergerak,
seperti bunga, gunung, atau batu, sebagai pelaku sadar. Sekarang kita

m enyebutnya sebagai kepercayaan akan hal supranatural, berbeda dari

yang natural (alam i), nam un m asyarakat-m asyarakat tradisional kerap
kali tidak membedakan seperti itu. Mereka menduga-guga penjelasan
penyebab yang nilai prediktifnya m ereka am ati: teori m ereka bahwa

m atahari (atau dewa yang m em bawa m atahari di keretanya) m elintas
setiap hari di langit, cocok dengan fakta-fakta yang teramati. Mereka
tidak m em iliki pengetahuan astronom i m andiri yang bisa m eyakinkan

m ereka bahwa kepercayaan akan m atahari sebagai pelaku hidup itu

m erupakan kesalahan supranatural. Itu bukan artinya m ereka ber-

pikiran konyol: itu adalah perluasan logis pem ikiran m ereka m engenai

hal-hal yang tidak diragukan lagi alam i.

Dengan demikian, salah satu bentuk generalisasi berlebihan pen-

carian kita terhadap penjelasan penyebab yang m engarah langsung

kepada apa yang kini kita istilahkan kepercayaan supranatural, terdiri

atas m enyatakan tum buhan dan benda-benda tak hidup sebagai

pelaku sadar. Satu bentuk lain adalah pencarian kita atas akibat peri-

laku kita sendiri. Seorang petani bertanya-tanya hal apa yang dia

lakukan secara berbeda yang m enyebabkan ladangnya yang tadinya

m enghasilkan panen yang bagus, tahun ini m enghasilkan panen yang

buruk. Sem entara, orang-orang Kaulong pem buru m ungkin bertanya-

tanya apa yang dilakukan seorang pem buru sehingga dia terperosok

ke dalam lubang gua runtuh yang tersem bunyi di hutan. Seperti

m asyarakat-m asyarakat tradisional lainnya, para petani dan pem buru

itu berpikir keras mencari penjelasan. Sejumlah penjelasan mereka
kini kita ketahui benar secara saintiik, sementara yang lainnya kita
anggap sebagai tabu tidak saintiik. Misalnya, kaum tani Andes yang
tidak memahami soal koeisien variasi, namun tetap saja memencarkan
tanam an pangan m ereka di antara 8 sam pai 22 ladang (Bab 8); m ereka

mungkin secara tradisional berdoa kepada dewa hujan; dan orang-

430 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka orang Kaulong pem buru berhati-hati untuk tidak m eneriakkan nam a-
nama kelelawar gua selagi berburu kelelawar di daerah-daerah tempat
banyak lubang gua runtuh. Kita sekarang yakin bahwa pem encaran
ladang adalah metode yang secara saintiik valid untuk memastikan
panen di atas suatu nilai minimal, dan bahwa berdoa kepada dewa hu-
jan dan tabu m em anggil nam a kelelawar adalah takhayul religius yang
tidak valid secara saintiik, namun kita bisa melakukan itu karena telah
m em iliki pengetahuan yang lebih baik. Bagi para petani dan pem buru
sendiri, tidak ada beda antara sains yang valid dan takhayul religius.

Satu lagi ajang pencarian berlebihan terhadap penjelasan penyebab
adalah teori-teori penyakit. Bila seseorang jatuh sakit, korban beserta
para tem an dan kerabatnya m encari-cari penjelasan bagi penyakit
itu, seperti juga yang akan m ereka lakukan bagi kejadian penting apa
pun. Apakah penyakit itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh
orang yang jatuh sakit (m isalnya, m inum dari sum ber air tertentu),
atau tak dilakukan (m isalnya, m encuci tangan sebelum m akan, atau
m em inta tolong arwah)? Ataukah karena sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang lain (m isalnya, orang sakit lain bersin di depannya,
atau tukang tenung m engutuknya)? Seperti m asyarakat tradisional,
kami warga negara Dunia Pertama pada era kedokteran saintiik terus
m encari-cari penjelasan yang m em uaskan bagi penyakit. Kam i kini
percaya bahwa m em inum air dari sum ber tertentu atau tidak m encuci
tangan sebelum m akan m erupakan penjelasan valid bagi penyakit,
sementara lupa meminta tolong kepada arwah bukan penjelasan
valid. Tidaklah cukup diberi penjelasan bahwa kita m em peroleh
kanker lam bung karena kita m ewarisi varian 211 gen PX2R; itu tidak
m em uaskan dan m em buat kita m erasa tidak berdaya; m ungkin se-
benarnya kanker itu disebabkan oleh pola makan. Masyarakat tra-
disional m encari-cari cara m enyem buhkan penyakit, seperti juga yang
kita lakukan kini ketika cara-cara penyem buhan oleh dokter gagal.
Cara-cara penyem buhan tradisional itu m em ang tam paknya m eng-
untungkan karena banyak alasan yang m ungkin: sebagian besar
penyakit toh akan sem buh sendiri; banyak obat tum buhan tradisional
m em ang terbukti m em iliki nilai farm akologis; pendam pingan oleh
dukun meredakan ketakutan pasien dan mungkin memberikan
pengobatan berdasar plasebo; m enyatakan sesuatu sebagai penyebab
penyakit, m eskipun bukan penyebab yang benar, m enjadikan
pasien merasa lebih baik dengan membiarkan dia melakukan suatu
tindakan, bukan m enanti dengan tidak berdaya; dan apabila si sakit

PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 431

http://facebook.com/indonesiapustaka akhirnya m eninggal juga, m ungkin itu artinya dia telah berdosa
karena m elanggar suatu tabu, atau ada tukang tenung kuat yang ber-
tanggungjawab, sehingga harus dicari dan dibunuh.

Satu lagi bentuk lain pencarian kita akan penjelasan penyebab
adalah m encari-cari penjelasan bagi peristiwa-peristiwa yang sains
m odern sekalipun hanya berikan jawaban tidak m em uaskan, “Tidak
ada penjelasannya, berhentilah mencari penjelasan.” Misalnya, masa-
lah sentral dalam agam a-agam a yang paling terorganisasi adalah m a-
salah teodisi, tem a Kitab Ayub: bila ada Tuhan yang baik dan m aha-
kuasa, mengapa di dunia ini terjadi kejahatan? Masyarakat-masyarakat
tradisional, yang bersedia m em bahas selam a sejam tentang pen-
jelasan tongkat patah yang terancap di tanah, tentunya tidak akan alpa
m em bahas m engapa seseorang baik yang tam paknya m em atuhi aturan-
aturan m asyarakat tetap saja terluka, kalah, atau terbunuh. Apakah
dia melanggar tabu, ataukah arwah jahat itu ada, ataukah dewa-dewi
sedang marah? Mereka juga pasti tidak akan alpa mencoba menjelas-
kan m engapa orang yang sejam lalu m asih bernapas, bergerak, dan
hangat, kini dingin dan tidak bernapas ataupun bergerak, bagaikan
batu: adakah bagian orang tersebut, yang disebut arwah, yang telah
melepaskan diri dan memasuki seekor burung atau kini hidup di
tempat lain? Sekarang, mungkin kita membantah dan mengatakan
bahwa yang m ereka lakukan itu adalah pencarian "m akna", bukan
penjelasan, dan bahwa sains m enyediakan penjelasan sem ata, dan
bahwa kita harus berpaling kepada agama guna mencari makna atau
kalau tidak m engakui bahwa dahaga kita akan m akna sebenarnya
tidak bermakna. Namun semua orang pada masa lalu, dan sebagian
besar orang pada masa kini, tetap ingin tuntutan mereka akan "makna"
terjawab.

Singkatnya, apa yang kini kita sebut agam a m ungkin m uncul se-
bagai produk sam pingan sem akin m eningkatnya kecanggihan otak
m anusia dalam m engenali penjelasan penyebab dan dalam m em buat
prediksi. Untuk waktu yang lam a, tidak ada pem bedaan yang disadari
antara yang natural dan supranatural, ataupun antara agam a dan
bagian-bagian lain kehidupan. Sementara mengenai kapan "agama"
m uncul dalam perjalanan evolusi m anusia, inilah tebakan saya:
secara sangat bertahap, seiring sem akin canggihnya otak kita. Lebih
daripada 15.000 tahun lalu, orang-orang Cro-Magnon sudah menjahit
pakaian, menciptakan perkakas baru, dan membuat lukisan-lukisan
luar biasa berupa hewan dan manusia berwarna-warni di dinding

432 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka gua-gua di Lascaux, Altamira, dan Chauvets, di pelosok dalam gua
di m ana lukisan-lukisan itu hanya bisa dilihat dengan cahaya lilin,
dan yang m em buat banyak pengunjung m odern terkesim a secara
religius (Gambar 25). Terlepas dari apakah membuat terkesima
merupakan niat asli para pelukis prasejarah itu atau tidak, mereka
itu tentunya punya otak yang cukup m odern untuk m am pu m em iliki
kepercayaan-kepercayaan yang bisa digolongkan religius. Sem entara
bagi kerabat-kerabat Neandertal kita, yang meninggalkan bukti
bahwa mereka mendekorasi dengan pigmen oker dan memakamkan
jenazah—m ungkin. Bagi saya tam paknya am an untuk m engasum sikan
bahwa nenek m oyang kita telah m em iliki kepercayaan religius selam a
setidaknya sejarah Homo sapiens yang secara perilaku m odern
sepanjang 60 .0 0 0 tahun lebih, dan barangkali sejak jauh lebih dulu
daripada itu.

Tabe l 9 .2 . Co n to h -co n to h ke p e rcayaan s u p ran atu ral yan g te rbatas p ad a
agam a-agam a tertentu

1. Ada dewa m onyet yang bisa berpindah ribuan kilom eter dengan satu kali
lompat. (Hindu)

2. Kita dapat m em peroleh bantuan dari para arwah dengan cara m eng-

habiskan em pat hari di tem pat yang sepi tanpa m akanan dan air serta
m em otong satu sendi jari tangan kiri. (Indian Crow)

3. Seorang perem puan yang belum pernah dibuahi oleh laki-laki, m enjadi

ham il dan m elahirkan seorang bayi laki-laki, yang setelah dia m ati di-
angkat secara lahiriah ke tem pat yang disebut surga, sering kali di-

tam pilkan sebagai terletak di langit. (Katolik)

4. Seorang dukun, yang dibayar untuk upayanya, duduk dalam satu rum ah

dengan cahaya redup bersam a-sam a orang dewasa sedesa, yang m e-

mejamkan mata mereka. Sang dukun pergi ke dasar lautan, di mana dia
m enenangkan dewi laut yang telah m enim bulkan kesialan. (Inuit)

5. Guna m enentukan apakah seseorang yang dituduh berzina betul-betul
bersalah atau tidak, paksa seekor ayam m enelan cam puran beracun. Bila
ayam itu tidak m ati, berarti orang yang dituduh tidak bersalah. (Azande)

6. Laki-laki yang m engorbankan nyawanya dalam pertem puran dem i aga-

m a akan m asuk surga yang dihuni oleh perawan-perawan cantik. (Islam )
7. Di Bukit Tepeyac, sebelah utara Mexico City pada 1531, Perawan Maria

m enam pakkan diri di hadapan seorang Indian yang telah m asuk Kristen,
berbicara dengannya dalam bahasa Nahuatl (bahasa Aztec yang kala itu

m asih banyak digunakan di sana) dan m em ungkinkan dia m em etik m a-

war di daerah gurun tem pat m awar biasanya tidak bisa tum buh. (Katolik
Meksiko)

KEYAKINAN SUPRANATURAL ● 433

8. Di puncak bukit dekat Desa Manchester di Negara Bagian New York se-

belah barat pada 21 September 1823, Malaikat Moroni menampakkan diri
di hadapan seorang laki-laki bernama J oseph Smith dan menunjukkan
kepadanya lempeng-lempeng emas terkubur yang menanti terjemahan
sebagai salah satu kitab yang hilang dari Alkitab, Kitab Mormon.
(Mormon)

9. Sosok supranatural memberikan sepotong gurun di Timur Tengah bagi
kelom pok orang kesayangan sosok tersebut, sebagai rum ah m ereka
untuk selam a-lam anya. (Yahudi)

10 . Pada 1880 -an, Dewa m enam pakkan diri di hadapan seorang Indian
Paiute bernam a Wovoka saat gerhana m atahari, dan m em beritahunya
bahwa dalam dua tahun bison akan kembali mengisi padang-padang
rum put dan orang-orang kulit putih akan lenyap, asalkan orang-orang
Indian am bil bagian dalam ritual yang disebut Tarian Arwah.

http://facebook.com/indonesiapustaka Keyakinan supranatural
Tam paknya sem ua agam a m em iliki kepercayaan-kepercayaan supra-
natural yang spesiik bagi agama tersebut. Dengan kata lain, para
pengikut agam a itu dengan teguh m eyakini kepercayaan-kepercayaan
yang bertentangan dengan dan tidak bisa dikonirmasi melalui peng-
alam an kita akan dunia alam i, dan yang tam pak m ustahil bagi orang-
orang selain pengikut agam a yang bersangkutan. Tabe l 9 .2 m e-
nawarkan sejum lah contoh kepercayaan sem acam itu, dan kita m asih
bisa tam bahkan banyak contoh lain. Tidak ada lagi ciri agam a yang
menciptakan jurang lebih besar antara para penganut agama dan
orang-orang sekuler m odern, yang sungguh-sungguh bingung m engapa
ada orang yang bisa m eyakini kepercayaan-kepercayaan sem acam itu.
Tidak ada ciri lain yang m enciptakan jurang yang lebih besar antara
para penganut agam a yang berbeda, yang m asing-m asing m eyakini de-
ngan teguh kepercayaan-kepercayaannya sendiri nam un m enganggap
absurd bahwa para penganut agam a lain m eyakini kepercayaan-ke-
percayaan lain itu. Terlepas dari itu, m engapa kepercayaan supra-
natural m erupakan ciri agam a yang sedem ikian universal?

Salah satu jawaban yang diajukan adalah bahwa kepercayaan su-
pranatural dalam agam a adalah takhayul awam yang m irip dengan
kepercayaan supranatural non-agam a, yang sem ata m enggam bar-
kan bahwa otak manusia mampu menipu diri sendiri sehingga mem-
percayai apa pun. Kita sem ua bisa m em ikirkan tentang kepercayaan-
kepercayaan takhayul non-agam a yang kem ustahilannya pastilah

434 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka m udah terlihat. Banyak orang Eropa percaya bahwa m elihat kucing
hitam berarti akan mendapat kesialan, namun kucing hitam sebe-
narnya cukup m udah ditem ukan. Dengan berulang-ulang m encatat
apakah dalam waktu satu jam setelah melihat atau tidak melihat kucing
hitam di daerah yang banyak kucingnya, kita m endapatkan kesialan
pada tingkat tertentu atau tidak, dan dengan melakukan uji statistik
chi-square, kita dapat dengan cepat m eyakinkan diri bahwa hipotesis
kucing hitam m em iliki peluang benar kurang daripada 1 per 1.0 0 0 .
Sejum lah kelom pok penduduk dataran rendah Papua percaya bahwa
m endengar nyanyian siulan m erdu burung kecil yang dikenal sebagai
tepus tikus m erah (Crateroscelis murina) adalah pertanda bagi kita
bahwa seseorang baru saja meninggal, namun spesies itu merupakan
salah satu spesies paling umum dan paling sering berkicau di hutan-
hutan dataran rendah Papua. Bila kepercayaan itu benar, populasi
manusia setempat akan habis dalam waktu beberapa hari, namun
tem an-tem an Papua saya sam a yakinnya soal pertanda buruk yang
disampaikan burung itu, seperti orang-orang Eropa takut akan kucing
h it a m .

Satu takhayul non-agam a yang lebih m engejutkan, karena orang-
orang sekarang m asih m enanam kan uang dalam kepercayaan yang
keliru itu, adalah m eram al air (water-witching), dikenal juga sebagai
dow sing, divining, atau rhabdomancy. Kepercayaan ini sudah ada di
Eropa lebih daripada 40 0 tahun lalu dan barangkali juga sudah ada se-
jak sebelum masa Kristus. Menurut kepercayaan tersebut, berdasarkan
perm intaan pem ilik tanah yang ingin tahu harus m enggali sum ur di
m ana, praktisi yang disebut dow ser, berjalan m elintasi tanah tersebut
membawa sebatang tongkat bercabang. Pergerakan tongkat bercabang
itu mengindikasikan letak dan terkadang kedalaman pasokan air bawah
tanah yang tidak terlihat (Gam bar 46). Uji terkontrol m enunjukkan
bahwa keberhasilan dow ser menentukan letak air bawah tanah se-
benarnya bersifat acak, nam un tetap saja banyak pem ilik tanah di
daerah-daerah tempat para ahli geologi juga kesulitan memperkirakan
letak air bawah tanah, m em bayar para dow ser untuk m elakukan
pencarian, kem udian m enghabiskan lebih banyak lagi uang untuk
m enggali sum ur yang kecil kem ungkinannya m engeluarkan air.
Psikologi di balik kepercayaan sem acam itu adalah kita m engingat yang
kena dan m elupakan yang m eleset, sehingga kepercayaan takhayul apa
pun yang kita yakini menjadi terkonirmasi oleh bukti sekabur apa pun

KEYAKINAN SUPRANATURAL ● 435

http://facebook.com/indonesiapustaka m elalui ingatan kita akan yang kena tersebut. Pem ikiran anekdotal
semacam itu terjadi secara alamiah; percobaan terkontrol dan metode
saintiik untuk membedakan antara fenomena acak dan tidak-acak
bersifat kontraintuitif dan tidak-alam i, dan karenanya tidak ditem ukan
dalam m asyarakat-m asyarakat tradisional.

Dengan dem ikian, barangkali takhayul-takhayul dalam agam a
hanyalah tam bahan bukti kekeliruan m anusia, seperti kepercayaan
akan kucing hitam dan takhayul-takhayul non-agama lainnya. Namun
sungguh m encurigakan bahwa kom itm en yang m enelan biaya terhadap
kepercayaan akan takhayul agam a yang tidak m asuk akal bagi orang
lain, ternyata m erupakan ciri agam a yang sekonsisten itu. Investasi
yang dilakukan ke-10 kelom pok penganut keyakinan yang tercan-
tum di Tabel 9.2 terhadap hal-hal yang m ereka percayai itu jauh lebih
m enyusahkan, m enyita waktu, dan berakibat berat bagi m ereka diban-
dingkan tindakan-tindakan orang-orang yang percaya kucing hitam
membawa sial sewaktu terkadang menghindari kucing hitam. Itu
m enunjukkan bahwa takhayul agam a bukan sekadar produk sam pingan
tak disengaja dari kekuatan nalar manusia, melainkan memiliki makna
yang lebih dalam . Apa kira-kira m akna tersebut?

Satu tafsir terbaru di antara sebagian cendekiawan agam a adalah
bahwa kepercayaan akan takhayul agam a berperan m enunjukkan
kom itm en seseorang terhadap agam anya. Sem ua kelom pok m anusia
yang bertahan lama—penggemar Boston Red Sox (misalnya saya),
orang-orang Katolik yang taat, orang-orang J epang yang patriotik,
dan lain sebagainya—m enghadapi m asalah dasar yang sam a, yaitu
m engenali siapa yang bisa dipercaya sebagai anggota kelom pok. Se-
m akin terlibat seseorang dengan kelom poknya, sem akin penting untuk
m am pu m engenali anggota-anggota kelom poknya dengan benar, dan
tidak tertipu oleh seseorang yang hanya m encari keuntungan sem en-
tara dengan m engaku-aku m em iliki idealism e yang sam a dengan kita
padahal tidak. Bila laki-laki yang membawa panji-panji Boston Red Sox
itu, yang telah kita terima sebagai sesama penggemar Red Sox, tahu-
tahu bersorak ketika New York Yankees mencetak hom e run, kita akan
menganggap hal itu memalukan namun tidak mengancam nyawa. Na-
mun bila laki-laki itu adalah seorang prajurit di samping kita di garis
depan dan dia m enjatuhkan senjatanya (atau m alah m engarahkannya
ke kita) sewaktu m usuh m enyerang, kesalahan kita m engenalinya
m ungkin harus kita bayar dengan nyawa.

436 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka Itulah mengapa ailiasi agama melibatkan sedemikian banyak pa-
m eran yang m enyita biaya guna m enunjukkan kesungguhan seseorang
terhadap kom itm ennya: pengorbanan waktu dan sum ber daya, m e-
nanggung penderitaan, dan berbagai pam eran yang m enyita biaya
yang akan saya bahas nanti. Salah satu pam eran sem acam itu m ungkin
berupa m endukung suatu kepercayaan irasional yang bertentangan
dengan bukti-bukti yang diperoleh indera kita, dan yang tidak akan
pernah dipercayai oleh orang di luar agam a kita. Bila kita m endaku
bahwa pendiri gereja kita lahir dari hubungan seksual antara ibu dan
ayahnya, orang lain juga akan percaya, dan kita pun tidak m elakukan
apa-apa untuk menunjukkan komitmen kita terhadap gereja. Namun
bila kita bersikeras, m eskipun sem ua bukti m enunjukkan hal yang
bertentangan, bahwa sang pendiri gereja terlahir dari perawan, dan
tidak ada seorang pun yang m am pu m enggoyahkan kepercayaan
irasional itu selama berdasawarsa-dasawarsa dalam kehidupan kita,
m aka sesam a penganut agam a pun akan m erasa jauh lebih yakin bahwa
kita akan m em egang teguh kepercayaan kita dan bisa dipercaya tidak
akan meninggalkan kelompok kita.

Terlepas dari itu, bukan artinya tidak ada batas terhadap apa yang
bisa diterim a sebagai kepercayaan supranatural dalam agam a. Scott
Atran dan Pascal Boyer secara terpisah telah m enunjukkan bahwa
takhayul agam a aktual di seluruh dunia berada dalam satu kisaran
sem pit dari sem ua takhayul m anasuka acak yang secara teoretis bisa
kita ciptakan. Mengutip Pascal Boyer, tidak ada agama yang menya-
takan sesuatu seperti yang berikut ini: “Hanya ada satu Tuhan! Dia
Mahakuasa. Namun Dia hanya ada pada hari Rabu.” Sosok-sosok
supranatural dalam agam a yang kita percayai secara m engejutkan
m irip dengan m anusia, hewan, atau objek-objek alam i lainnya, hanya
saja memiliki kekuatan-kekuatan lebih. Mereka berpandangan lebih
jauh, hidup lebih lama, dan lebih kuat, berpindah tempat lebih cepat,
dapat memperkirakan masa depan, dapat berubah bentuk, dapat
m enem bus dinding, dan lain sebagainya. Dalam segi-segi lain, para
dewa dan arwah berperilaku seperti manusia. Tuhan dalam Perjanjian
Lam a bisa m arah-m arah, sem entara dewa-dewi Yunani m erasa cem -
buru, m akan, m inum , dan berhubungan seksual. Kekuatan m ereka
yang m elebihi kekuatan m anusia adalah proyeksi khayalan kita sendiri
m engenai kekuatan; m ereka bisa m elakukan hal-hal yang kita ingin
bisa lakukan sendiri. Saya m em ang berkhayal bisa m elontarkan kilat

FUNGSI PENJELASAN AGAMA ● 437

http://facebook.com/indonesiapustaka yang m enghancurkan orang jahat, dan barangkali banyak orang lain
yang m em iliki khayalan-khayalan yang sam a dengan saya, nam un saya
tidak pernah berkhayal hanya ada pada hari Rabu. Oleh karena itu
saya tidak heran kalau dewa-dewi dalam banyak agam a digam barkan
m enghukum para pelaku kejahatan, nam un tidak ada agam a yang
percaya tuhan hanya hadir pada hari Rabu. Dengan dem ikian, keper-
cayaan-kepercayaan supranatural agam a m em ang irasional, nam un
secara emosional masuk akal dan memuaskan. Itulah mengapa ke-
percayaan-kepercayaan tersebut dem ikian bisa dipercaya, m eskipun
pada saat yang sam a tidak m asuk akal secara rasional.

Fu n gs i pe n je las an agam a
Fungsi agam a telah berubah seiring waktu selam a sejarah m asyarakat
m anusia. Dua fungsi tertuanya telah berkurang atau nyaris hilang de-
ngan tingkat berbeda-beda di antara warga m asyarakat-m asyarakat ter-
westernisasi sekarang. Sebaliknya, beberapa fungsi m odern utam anya
nyaris tidak ada dalam m asyarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul
dan petani berskala kecil. Em pat fungsi yang tadinya lem ah atau tidak
ada, pernah m enjadi yang paling penting dan kini telah m enyusut lagi.
Perubahan-perubahan fungsi agam a selam a evolusinya m irip dengan
perubahan fungsi banyak struktur biologis (m isalnya organ listrik ikan)
dan bentuk-bentuk organisasi sosial selam a evolusi biologis.

Sekarang saya akan diskusikan apa yang diajukan oleh berbagai
cendekiawan sebagai tujuh fungsi utam a agam a, lalu m engakhirinya
dengan m enanyakan apakah agam a akan m enjadi ketinggalan zam an
ataukah berkem ungkinan bertahan dan, bila bertahan, fungsi-fungsi
m ana yang akan m em pertahankan keberadaannya. Saya akan bahas
ketujuh fungsi itu kira-kira berdasarkan hasil kesim pulan urutan
m uncul dan lenyapnya fungsi-fungsi tersebut selam a sejarah evolusi
m asyarakat, dim ulai dari fungsi-fungsi yang m enonjol pada awal
sejarah manusia namun tidak lagi begitu penting kini, dan diakhiri
dengan fungsi-fungsi yang tadinya tidak ada nam un belakangan ini
atau kini menjadi menonjol.

Salah satu fungsi asli agama adalah penjelasan. Masyarakat tradi-
sional pra-sains mencoba memberikan penjelasan tentang segala se-
suatu yang m ereka jum pai, tentu saja tanpa kem am puan nubuat untuk
m em bedakan antara penjelasan-penjelasan yang kini dianggap para
ilmuwan sebagai alami dan saintiik, dan penjelasan-penjelasan lain

438 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka yang kini dianggap para ilm uwan sebagai supranatural dan religius. Ba-
gi m asyarakat tradisional, sem uanya m erupakan penjelasan, dan penje-
lasan-penjelasan yang kem udian dipandang sebagai religius bukanlah
hal yang berbeda. Misalnya, masyarakat-masyarakat Papua di mana
saya pernah hidup m enawarkan banyak penjelasan m engenai perilaku
burung yang oleh ahli ornitologi m odern dianggap tajam dan m asih
akurat (m isalnya, berbagai fungsi kicauan burung), beserta penjelasan-
penjelasan lain yang oleh para ahli ornitologi tidak lagi diterim a dan
kini dianggap sebagai supranatural (m isalnya, kicauan spesies burung
tertentu m erupakan suara orang yang telah berubah m enjadi burung).
Mitos asal-usul, seperti mitos orang-orang tribal dan kitab Kejadian,
tersebar luas untuk menjelaskan keberadaan alam semesta, manusia,
dan keanekaragam an bahasa. Orang-orang Yunani kuno, yang berhasil
mengetahui penjelasan saintiik yang benar bagi banyak fenomena,
secara keliru m enyatakan dewa-dewi sebagai agen-agen supranatural
untuk menjelaskan matahari terbit, matahari tenggelam, pasang surut,
angin, dan hujan. Kaum kreasonis, dan m ayoritas orang Am erika kini,
m asih m enyebutkan Tuhan sebagai "Penyebab Awal" yang m enciptakan
alam sem esta dan hukum -hukum nya dan karena itu m enjelaskan
m engapa m ereka bisa ada, dan yang juga m enciptakan setiap spesies
tumbuhan dan hewan, termasuk spesies manusia. Namun saya tidak
tahu apakah ada kreasionis yang terus m enyebutkan Tuhan sebagai
penjelasan bagi m atahari terbit, pasang surut, dan angin. Banyak orang
sekuler m asa kini, m eskipun m enyatakan Tuhan sebagai pencipta
alam sem esta dan hukum -hukum nya, m enerim a bahwa alam sem esta,
setelah diciptakan, berjalan sendiri hanya dengan sedikit cam pur
tangan Tuhan atau bahkan tidak sama sekali.

Dalam masyarakat Barat modern, peran asli agama sebagai pemberi
penjelasan semakin direbut oleh sains. Kelahiran alam semesta seperti
yang kita ketahui kini dinyatakan sebagai akibat Ledakan Besar dan
bekerjanya hukum-hukum isika sesudahnya. Keanekaragaman bahasa
modern tidak lagi dijelaskan melalui mitos asal-usul, semisal Menara
Babel atau putusnya sulur-sulur merambat yang menahan pohon mer-
bau di Papua, namun dianggap cukup dijelaskan oleh proses-proses
historis perubahan bahasa yang teramati, seperti yang akan saya bahas
di Bab 10 . Penjelasan-penjelasan mengenai matahari terbit, matahari
tenggelam, dan pasang surut kini diserahkan kepada astronomi,
sementara penjelasan-penjelasan mengenai angin dan hujan diserahkan


Click to View FlipBook Version