The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-01-14 00:44:28

The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional

by Jared Diamond Tyas Palar

Keywords: The World Until Yesterday Apa yang Dapat Kita Pelajari Dari Masyarakat Tradisional ,by Jared Diamond Tyas Palar,Budaya

MEREDAKAN KECEMASAN ● 439

http://facebook.com/indonesiapustaka kepada meteorologi. Kicauan burung dijelaskan oleh etologi, semen-
tara asal-usul setiap spesies tumbuhan dan hewan, termasuk spesies
manusia, diserahkan kepada ahli biologi evolusioner untuk ditafsirkan.

Bagi banyak ilm uwan m odern, benteng terakhir penjelasan agam a
adalah Tuhan sebagai Penyebab Pertam a: sains tam paknya tidak bisa
bicara apa-apa mengenai mengapa alam semesta ada. Dari tahun
pertam a saya sebagai m ahasiswa baru di Harvard College pada 1955,
saya teringat ahli teologi m asyhur Paul Tillich m enantang kelas yang
dia ajar, yang terdiri atas m ahasiswa-m ahasiswa S1 hiper-rasional
untuk memberikan jawaban saintiik bagi pertanyaan sederhananya:
“Mengapa segala sesuatu ada, padahal bisa saja tidak ada apa-apa?”
Tidak ada seorang pun tem an sekelas saya dari jurusan sains yang
bisa memberikan jawaban apa pun kepada Tillich. Namun mereka
sendiri lantas m engajukan keberatan, yaitu jawaban Tillich sendiri
yaitu "Tuhan", sebenarnya hanyalah m em berikan nam a pada ketiadaan
jawaban. Bahkan, sekarang para ilm uwan kini sedang m engulik-ulik
pertanyaan Tillich dan telah m engajukan sejum lah jawaban.

Meredakan kecem asan
Fungsi agam a berikutnya yang akan saya bahas adalah satu lagi fungsi
yang barangkali paling kuat pada m asa awal m asyarakat: peran agam a
dalam meredakan kecemasan kita mengenai masalah-masalah dan
bahaya-bahaya yang berada di luar kendali kita. Ketika orang-orang
telah m elakukan segala sesuatu yang secara realistis berada dalam
kemampuan mereka, saat itulah mereka paling mungkin berpaling
kepada doa, ritual, upacara, persem bahan kepada dewa, bertanya
kepada peramal dan dukun, membaca irasat, tidak melanggar tabu,
dan melakukan sihir. Semua tindakan itu secara saintiik tidak efek-
tif m em berikan hasil yang diinginkan. Tapi, dengan m em pertahankan
gagasan itu dan m eyakinkan diri sendiri bahwa kita sedang m ela-
kukan sesuatu, tidak tak berdaya, dan belum m enyerah, kita setidaknya
merasa memegang kendali, tidak terlalu cemas, dan mampu terus me-
laksanakan upaya terbaik kita.

Keinginan kita untuk terbebas dari perasaan tidak berdaya digam -
barkan oleh satu penelitian terhadap perempuan-perempuan Israel
yang religius, dilaksanakan oleh ahli antropologi Richard Sosis dan
W. Penn Handwerker. Selam a Perang Lebanon tahun 20 0 6, Hizbullah
m eluncurkan roket-roket Katyusha ke wilayah Galilea di Israel utara,

440 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka terutam a kota Tzfat serta daerah sekitarnya yang dihantam lusinan
roket setiap hari. Walaupun sirine peringatan sewaktu roket-roket se-
dang m elayang ke arah m ereka m em peringatkan para penghuni Tzfat
agar m engungsi ke tem pat perlindungan dem i nyawa m ereka, m e-
reka tidak bisa melakukan hal apa pun untuk melindungi rumah me-
reka. Secara realistis, ancaman-ancaman dari roket itu tidak bisa di-
prediksi dan tidak bisa dikendalikan. Terlepas dari itu, sekitar dua
pertiga dari perem puan-perem puan yang diwawancarai oleh Sosis dan
Handwerker membaca Mazmur setiap hari guna mengatasi stres akibat
serangan-serangan roket. Sewaktu ditanya m engapa m ereka m elakukan
itu, jawaban um um yang m ereka berikan adalah m ereka m erasa ter-
dorong "untuk melakukan sesuatu" daripada tidak melakukan apa-
apa. Walaupun tidak betul-betul menangkis roket, membaca Mazmur
setiap hari memberikan rasa memegang kendali kepada para pem-
bacanya sewaktu m ereka m enjalani hal yang seolah-olah m irip dengan
mengambil tindakan sungguhan itu. (Tentu saja, mereka sendiri tidak
m em berikan penjelasan itu; m ereka benar-benar percaya bahwa m em -
baca Mazmur dapat melindungi rumah mereka sehingga tidak hancur
terkena roket.) Dibandingkan dengan perempuan-perempuan dalam
komunitas yang sama yang tidak membaca Mazmur, para pembaca
Mazmur lebih mudah tidur, lebih mudah berkonsentrasi, tidak mudah
meledak marah, dan tidak merasa terlampau cemas, gelisah, tegang,
dan depresi. Dengan dem ikian, m ereka m em ang m em peroleh m anfaat,
dengan m enurunkan risiko bahwa kecem asan alam i akan bahaya yang
tidak bisa dikendalikan akan m enyebabkan m ereka m em bahayakan diri
sendiri dalam cara lain dengan cara m elakukan suatu hal konyol. Kita
sem ua yang pernah berada dalam situasi bahaya yang tak terperkirakan
dan tak terkendalikan mengetahui bahwa kita memang rentan
menambah masalah karena bertindak tanpa pikir panjang apabila kita
tidak bisa menguasai kecemasan.

Fungsi agam a ini, yang sudah m em uncak pada m asyarakat-m asya-
rakat religius awal, tentunya telah m enurun seiring sem akin m e-
ningkatnya kendali m asyarakat atas perjalanan hidup m ereka, m elalui
pem erintah negara yang sem akin kuat dan m enurunkan frekuensi ke-
kerasan dan bahaya-bahaya lain, negara m enjadi sem akin bisa m eng-
hindari kelaparan dengan membagikan cadangan makanan, dan (dalam
dua abad terakhir) berkembangnya sains dan teknologi. Namun bukan
artinya masyarakat tradisional sangat tidak berdaya. Mereka justru

MEREDAKAN KECEMASAN ● 441

http://facebook.com/indonesiapustaka m em buat kita terkesan dengan kem am puan m ereka m em anfaatkan
hasil pengamatan dan pengalaman mereka sehingga kemungkinan ter-
jadinya kegagalan akibat kebetulan semata sangatlah kecil. Misalnya,
orang-orang Papua dan para petani tradisional lainnya m engetahui
lusinan varietas ubi atau tanam an pangan lain, di m ana dan bagaim ana
cara paling baik m enum buhkan setiap varietas itu, dan bagaim ana cara
m enyiangi, m em upuk, m enggem burkan tanah, m engeringkan tanah,
dan m engairi ladang. Ketika laki-laki !Kung dan para pem buru lain
pergi berburu, mereka mempelajari dan mengartikan jejak hewan, se-
hingga memperkirakan jumlah, jarak, kecepatan, dan arah gerakan
buruan mereka, serta mengamati perilaku spesies-spesies hewan lain
yang m em berikan petunjuk akan keberadaan buruan. Para nelayan
dan pelaut tanpa kom pas ataupun peralatan lainnya tetap bisa m encari
jalan dengan memahami pergerakan matahari dan bintang, angin,
arus laut, pantulan di awan, burung laut, pendaran makhluk laut, dan
berbagai indikator posisi lainnya. Sem ua m asyarakat m enyiagakan
pertahanan dan tetap mewaspadai serangan musuh, serta membentuk
persekutuan dan m erencanakan sergapan m endadak guna m enyerang
musuh terlebih dahulu.

Bagi m asyarakat tradisional, bahkan lebih daripada bagi kita orang-
orang m odern, ada batasan bagi keefektifan m ereka, dan ada wilayah
luas yang berada di luar kendali m ereka. Hasil panen dipengaruhi
oleh kekeringan, curah hujan, hujan es, badai angin, suhu dingin,
dan ham a serangga yang tidak bisa diperkirakan. Ada peran besar
kebetulan dalam pergerakan hewan-hewan individual. Sebagian
besar penyakit berada di luar kendali tradisional akibat keterbatasan
pengetahuan medis tradisional. Seperti perempuan-perempuan
Israel yang membaca Mazmur namun tidak bisa mengendalikan jalur
roket, banyak hal juga berada di luar kendali m asyarakat tradisional
setelah mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa. Mereka,
dan kita, memberontak karena tidak mau menjadi tidak aktif dan
tidak melakukan apa-apa. Hal itu menjadikan mereka dan kita cemas,
m erasa tidak berdaya, rentan berbuat kesalahan, dan tidak m am pu
m elakukan hal terbaik yang bisa dilakukan. Di situlah m asyarakat
tradisional, dan sering kali kita juga kini, berpaling ke doa, ritual,
irasat, sihir, tabu, takhayul, dan dukun. Dengan mempercayai kalau
tindakan-tindakan itu efektif, m ereka dan kita pun m enjadi tidak
terlalu cem as, lebih tenang, dan lebih fokus.

442 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka Satu contoh, yang dipelajari oleh ahli etnograi Bronislaw
Malinowski, berasal dari Kepulauan Trobriand di dekat Papua, di mana
para penduduk desa m enangkap ikan di dua jenis lokasi yang m em -
butuhkan m etode penangkapan ikan yang berbeda: di laguna sebelah
dalam yang terlindung dan tenang, tem pat m ereka m enjatuhkan
racun ke dalam sepetak air dan kem udian cukup m em ungut ikan yang
lumpuh atau mati; dan di laut terbuka, dengan cara menombak atau
m enjala ikan seraya m endayung sam pan m elalui om bak dan gelom -
bang. Penangkapan ikan di laguna aman, mudah, dan menawarkan
hasil yang dapat diperkirakan; penangkapan ikan di laut terbuka
berbahaya dan tidak bisa diperkirakan, dengan panen raya besar-
besaran bila sekawanan ikan kebetulan sedang berada pada waktu
dan di tempat tersebut, namun dengan keuntungan sedikit dan risiko
pribadi yang besar bila nelayan kebetulan tidak berjum pa kawanan
ikan pada hari itu. Para penduduk Kepulauan Trobriand m elakukan
ritual-ritual sihir yang rum it sebelum berangkat m enangkap ikan di
laut terbuka guna memastikan keselamatan dan keberhasilan, sebab
banyak keraguan yang tersisa bahkan setelah m ereka m enyusun
rencana-rencana terbaik berdasarkan pengalaman. Namun tidak ada
sihir yang dikaitkan dengan penangkapan ikan di laguna: m ereka cukup
berangkat dan m elakukannya, tanpa ketidakpastian atau kecem asan
m engenai hasil yang dapat diperkirakan itu.

Satu contoh lagi diperoleh dari para !Kung pem buru, yang ke-
ahliannya seolah tidak m enyisakan ruang bagi kebetulan. Anak-anak
laki-laki !Kung m ulai berm ain-m ain dengan busur dan anak panah
kecil sejak mereka mulai bisa berjalan, dan mulai berburu bersama
ayah m ereka ketika m ereka m encapai usia rem aja. Di sekitar api
unggun kala m alam , laki-laki !Kung berulang-ulang m enceritakan
aksi-aksi perburuan m ereka sebelum nya, m endengarkan kisah satu
sam a lain tentang hewan apa yang m ereka lihat akhir-akhir ini, dan
m erencanakan perburuan berikutnya dengan inform asi itu. Selam a
perburuan itu sendiri, mereka tetap mewaspadai kalau-kalau melihat
atau m endengar hewan dan burung yang perilakunya m ungkin
memberitahukan soal keberadaan hewan, selain juga mengamati jejak
guna m engetahui hewan apa yang telah lewat, dan di m ana hewan
itu m ungkin bisa ditem ukan dan ke m ana hewan itu m engarah. Kita
mungkin menduga bahwa para jagoan berburu di gurun ini tidak perlu
sihir. Tapi, pada kenyataannya, ketika pem buru berangkat pada pagi

MEREDAKAN KECEMASAN ● 443

http://facebook.com/indonesiapustaka hari, selalu ada unsur besar ketidakpastian yang m em icu kecem asan
mengenai di mana buruan kebetulan berada pada pagi itu.

Sejum lah laki-laki !Kung m engatasi kecem asan m ereka dengan
cara m engecek cakram ram al yang konon m eram alkan arah m ana yang
paling m enjanjikan, dan buruan apa yang bisa m ereka harapkan hari
itu. Cakram -cakram itu m erupakan perangkat-perangkat yang terdiri
atas lim a atau enam lingkaran kulit antelop tipis yang m em iliki gradasi
diameter dari lima sampai delapan sentimeter, masing-masing dengan
nam anya sendiri dan dengan bagian atas dan bawah yang bisa dikenali.
Setiap laki-laki m em iliki satu perangkat cakram tersebut. Pem iliknya
m eletakkan cakram -cakram tersebut di atas telapak tangan kirinya de-
ngan cakram terbesar di sebelah atas, mengguncang-guncang dan me-
niup-niup cakram -cakram tersebut, m engajukan pertanyaan dengan
suara nyaring teritualisasi, kem udian m elem parkan cakram -cakram itu
ke atas sehelai kain yang dibentangkan di atas tanah. Seorang peram al
mengartikan pola-pola cakram di tanah menurut ciri-ciri seperti apa-
kah mereka bertumpang-tindih atau tidak, dan cakram-cakram mana
yang m endarat dengan tegak atau dengan terbalik. Tidak banyak aturan
tetap yang diikuti oleh tafsir pola itu, selain bahwa bila cakram 1 sam -
pai 4 m endarat terbalik, m aka artinya perburuan hewan akan berhasil.

Tentu saja cakram -cakram itu tidak m em beritahukan orang !Kung
hal apa pun yang belum m ereka tahu. Orang !Kung sangat m em aham i
perilaku hewan sehingga rencana perburuan mereka berkemungkinan
bagus akan berhasil, apa pun pola cakram-cakram itu. Pola cakram
itu tam paknya diartikan secara im aginatif bagaikan uji Rorschach,
dan berperan m em buat para laki-laki !Kung bersem angat untuk
pergi berburu hari itu. Ritual cakram itu berguna membantu mereka
mencapai kesepakatan untuk berburu ke satu arah; memilih satu arah,
arah apa pun, dan bertahan dengan arah tersebut lebih bagus daripada
sibuk adu pendapat.

Bagi kita kini, doa, ritual, dan sihir tidak tersebar begitu luas, ka-
rena sains dan pengetahuan berperan lebih besar dalam keberhasilan
upaya-upaya kita. Namun tetap banyak hal yang tidak bisa kita
kendalikan, dan banyak upaya dan bahaya di m ana sains dan teknologi
tidak bisa menjanjikan keberhasilan. Di situlah kita juga berpaling
ke doa, persem bahan, dan ritual. Contoh-contoh bagus dari m asa
lalu yang belum begitu lam a adalah doa dem i pelayaran yang am an,
panen yang m elim pah, keberhasilan dalam perang, dan terutam a
kesem buhan dari penyakit. Ketika dokter tidak bisa m em prediksi de-

444 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka ngan probabilitas tinggi akan seperti apa nasib pasien, dan terutama
ketika para dokter pun m engakui bahwa m ereka tidak berdaya, di situ-
lah ketika orang-orang sangat berkemungkinan berdoa.

Dua contoh spesiik menggambarkan bagi kita hubungan antara
ritual atau doa di satu sisi, dan hasil yang tidak pasti di sisi lain. Para
penjudi yang bertaruh kerap kali m enjalankan ritual pribadi m ereka
sendiri sebelum melempar dadu, namun pemain catur tidak memiliki
ritual semacam itu sebelum menggerakkan biji. Itu karena permainan
dadu dikenal mengandalkan keberuntungan, namun tidak ada peran
kebetulan dalam catur: bila langkah kita membuat kita kalah, kita tidak
bisa berkelit; itu semua salah kita sendiri karena salah memperkirakan
tanggapan lawan. Serupa dengan itu, para petani yang ingin m engebor
sum ur guna m encari air bawah tanah seringkali bertanya kepada
dow ser di New Mexico barat, di mana kerumitan geologis lokal daerah
tersebut m enyebabkan variasi yang sangat sulit diperkirakan dalam hal
kedalaman dan kuantitas air bawah tanah, sedemikian rupa sehingga
bahkan ahli geologi profesional sekalipun tidak bisa m em prediksi
secara akurat letak dan kedalaman tempat air tanah berada dari ciri-
ciri permukaan. Tapi di Texas Panhandle (Texas utara), di mana kolom
air terletak pada kedalam an seragam yaitu 38 m eter, para petani
cukup mengebor sumur sampai kedalaman itu di titik paling dekat
dengan lokasi yang m em butuhkan air; tidak ada yang m em inta tolong
dow ser, walaupun orang-orang di sana akrab dengan metode tersebut.
Dengan kata lain, para petani New Mexico dan pemain dadu mengatasi
ketidakterperkiraan dengan berpaling ke ritual, seperti juga para
nelayan laut Trobriand dan !Kung pem buru, sem entara para petani
Texas Panhandle dan pemain catur tidak memerlukan ritual seperti
juga para nelayan laguna Trobriand.

Singkatnya, ritual religius (dan juga non-religius) m asih tetap ada
bersama kita guna membantu kita mengatasi kecemasan di hadapan
ketidakpasitan dan bahaya. Tapi, fungsi agam a ini jauh lebih penting
pada m asyarakat tradisional yang m enghadapi ketidakpastian dan
bahaya yang lebih besar daripada m asyarakat m odern yang terwester-
n isa si.

Menyediakan penghiburan
Sekarang m arilah kita beralih ke fungsi agam a yang pastilah telah ber-
kem bang selam a 10 .0 0 0 tahun terakhir: m enyediakan penghiburan,
harapan, dan makna ketika kehidupan berat. Salah satu contoh spesiik

MENYEDIAKAN PENGHIBURAN ● 445

http://facebook.com/indonesiapustaka adalah menenangkan kita mengenai prospek akan kematian kita sendiri
dan kem atian orang yang kita sayangi. Sejum lah m am alia—contoh pa-
ling m enonjol adalah gajah—tam paknya m enyadari dan berduka aki-
bat kematian kawan karibnya. Namun kita tidak punya alasan untuk
m enduga bahwa ada hewan selain m anusia yang paham bahwa, suatu
hari, kita pun akan mati. Manusia pastilah tak pelak menyadari nasib
yang m enanti kita itu sewaktu m anusia m em peroleh kesadaran diri
dan kem am puan nalar yang lebih baik, dan m ulai m enggeneralisasi
sesudah mengamati anggota kawanan yang meninggal. Nyaris se-
m ua kelom pok m anusia yang telah diam ati dan terbukti secara ar-
keologis menunjukkan pemahaman akan makna penting kematian
dengan cara tidak sekadar m em buang jenazah orang m eninggal, m e-
lainkan menunjukkan rasa hormat melalui pemakaman, kremasi, pem-
bungkusan dengan kafan, mumiikasi, memasak, ataupun cara-cara
la in n ya .

Menakutkan melihat seseorang yang tadinya hangat, bergerak, ber-
bicara, dan mampu mempertahankan diri berubah menjadi dingin,
tidak bergerak, diam saja, dan tidak berdaya. Menakutkan pula mem-
bayangkan hal itu terjadi pada kita. Sebagian besar agam a m enye-
diakan penghiburan dengan pada dasarnya m em bantah kenyataan
kem atian, dan dengan m endalilkan adanya sem acam alam baka bagi
jiwa yang dianggap terkait dengan tubuh. J iwa seseorang bersam a
tiruan tubuhnya m ungkin pergi ke tem pat supranatural yang disebut
surga atau nam a lainnya; atau jiwa seseorang m ungkin berubah
m enjadi burung atau orang lain di Bum i ini. Agam a-agam a yang
m enyatakan adanya alam baka seringkali bertindak lebih jauh dan
m enggunakannya bukan hanya untuk m em bantah kem atian m elainkan
juga untuk m enggadang harapan bahwa ada sesuatu yang lebih baik
m enanti kita setelah kem atian, m isalnya kehidupan abadi, perjum paan
kem bali dengan orang-orang yang disayang, terbebasnya kita dari
kekhawatiran, m akanan lezat, dan perawan cantik.

Selain derita yang kita rasakan akibat prospek kem atian, ada ba-
nyak derita lain dalam kehidupan yang agam a coba tenangkan dalam
berbagai cara. Salah satunya adalah "m enjelaskan" penderitaan de-
ngan cara m enyatakannya bukan sebagai peristiwa acak tak ber-
m akna, m elainkan m em iliki m akna yang lebih dalam : m isalnya,
penderitaan adalah ujian bagi kita apakah kita pantas masuk surga,
atau hukum an karena dosa kita, atau kutukan yang ditim bulkan oleh
seorang jahat yang harus kita kenali dengan bantuan dukun dan lantas

446 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka kita bunuh. Satu cara lain adalah menjanjikan bahwa di alam baka
nanti penderitaan-penderitaan kita akan berbuah m anis: ya, engkau
m enderita di alam fana ini, tapi janganlah takut, setelah m ati engkau
akan m em peroleh ganjarannya. Cara ketiga adalah m enjanjikan tak
hanya penderitaan kita akan dibalas dengan kebahagiaan di alam baka,
m elainkan juga bahwa orang-orang yang berperilaku jahat terhadap
kita akan memperoleh hukuman berat di alam baka. Sementara
m enghukum m usuh-m usuh kita di Bum i hanya m em beri kita rasa
keberhasilan m em balas dendam dan puas yang terbatas, m acam -
m acam siksaan abadi yang akan m ereka derita setelah kem atian
dalam Inferno ala Dante akan m enjam in kita segala pem balasan den-
dam dan kepuasan yang bisa kita harapkan. Neraka memiliki fungsi
ganda: m enenangkan kita dengan m enghukum m usuh-m usuh yang
tidak bisa kita hukum sendiri di alam fana; dan m endorong kita
untuk menaati perintah-perintah moral agama, dengan mengancam
bahwa kita pun akan masuk neraka bila berperilaku buruk. Dengan
dem ikian, alam baka yang dipostulasikan itu m em ecahkan paradoks
teodisi (keberadaan bersam a kejahatan dan Tuhan yang baik) dengan
m eyakinkan Anda agar tidak khawatir; segala perhitungan akan
diselesaikan nanti.

Fungsi agam a yang m enenangkan itu pastilah m uncul pada awal
sejarah evolusi kita, begitu kita cukup cerdas untuk m enyadari bah-
wa kita akan m ati, dan bertanya-tanya m engapa kehidupan kerap kali
mendatangkan penderitaan. Pemburu-pengumpul kerap kali mem-
percayai hidup setelah kematian sebagai arwah. Namun fungsi ini
sangat berkem bang nantinya dengan bangkitnya apa yang disebut
agam a-agam a penolak-keduniawian, yang m enegaskan bukan hanya
ada alam baka, melainkan juga bahwa alam baka lebih penting dan
lebih tahan lam a daripada alam fana, dan bahwa tujuan paling utam a
kehidupan fana adalah m em peroleh keselam atan dan m em persiapkan
kita untuk kehidupan di alam baka. Meskipun kuat dalam agama Kris-
ten, Islam , dan beberapa bentuk Buddhism e, penolakan terhadap ke-
duniawian juga ada di sejum lah falsafah sekuler (alias non-religius),
seperti falsafah Plato. Kepercayaan-kepercayaan sem acam itu dapat
sedem ikian kuatnya sam pai-sam pai sejum lah orang yang religius
betul-betul m enolak kehidupan duniawi. Biarawan dan biarawati yang
bergabung dengan ordo residensial bahkan hidup, tidur, dan ma-
kan secara terpisah dari dunia sekuler, walaupun mereka mungkin
setiap hari keluar ke dunia itu guna menolong orang, mengajar, dan

MENYEDIAKAN PENGHIBURAN ● 447

http://facebook.com/indonesiapustaka berkhotbah. Namun ada ordo-ordo lain yang mengisolasi diri mereka
sepenuhnya sebisa m ungkin dari dunia sekuler. Di antaranya adalah
ordo Sistersian, pemilik biara-biara besar di Rievaulx, Fountains Abbey,
dan Jerveaulx di Inggris. Biara-biara mereka itu menjadi reruntuhan
biara yang terawat paling baik karena didirikan jauh dari kota-kota dan
karenanya berkem ungkinan lebih kecil m enjadi korban penjarahan
m aupun digunakan kem bali setelah ditinggalkan. Yang lebih ekstrem
lagi adalah penolakan keduniawian yang dilakukan oleh segelintir
biarawan Irlandia yang m enetap sebagai petapa di Eslandia yang dulu
belum dihuni oleh orang lain.

Masyarakat berskala kecil lebih sedikit mementingkan penolakan
terhadap keduniawian, keselamatan jiwa, dan alam baka daripada
m asyarakat berskala besar, lebih kom pleks, dan lebih baru. Ada
setidaknya tiga alasan bagi kecenderungan ini. Pertama, stratiikasi dan
ketidaksetaraan sosial telah m eningkat, dari m asyarakat berskala kecil
yang egaliter m enjadi m asyarakat besar yang kom pleks dengan raja,
bangsawan, kaum elit, kaum kaya, dan anggota-anggota klan berstatus
tinggi m ereka, kontras dengan m assa kaum tani dan buruh yang
m iskin. Bila sem ua orang di sekeliling kita sam a m enderitanya dengan
kita, m aka tidak ada ketidakadilan yang perlu dijelaskan, dan tidak ada
contoh kasat mata akan kehidupan nyaman yang perlu dikejar. Namun
m elihat sebagian orang lain m em iliki kehidupan yang jauh lebih
nyam an dan dapat m enindas kita m em butuhkan banyak penjelasan
dan penghiburan, yang ditawarkan oleh agam a.

Alasan kedua m engapa m asyarakat besar yang kom pleks m enekan-
kan penghiburan dan alam baka m elebihi m asyarakat berskala kecil
adalah bahwa bukti arkeologis dan etnograik menunjukkan bahwa ke-
hidupan memang menjadi lebih sulit ketika pemburu-pengumpul men-
jadi petani dan berkum pul dalam m asyarakat-m asyarakat yang lebih
besar. Seiring transisi ke agrikultur, jumlah jam kerja harian rata-rata
m eningkat, nutrisi m em buruk, penyakit infeksi dan kerusakan tubuh
m eningkat, rentang hidup pun m em endek. Kondisi-kondisi sem akin
m em buruk bagi kaum proletar perkotaan selam a Revolusi Industri,
seiring m em anjangnya jam kerja, dan seiring m erosotnya higiene, ke-
sehatan, dan kebahagiaan. Terakhir, seperti yang akan kita bahas di
bawah, m asyarakat kom pleks berpenduduk banyak m em iliki lebih ba-
nyak kode m oral yang terform alisasi, penekanan yang lebih hitam -
putih terhadap kebaikan dan kejahatan, serta tim bulnya m asalah-
m asalah teodisi yang lebih besar: kita sudah berperilaku dengan baik

448 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka dan menaati hukum, tapi mengapa para pelanggar hukum dan orang-
orang lain bisa-bisanya tetap kejam kepada kita?

Ketiga alasan itu m enunjukkan m engapa tam paknya fungsi peng-
hiburan oleh agam a telah m eningkat dalam m asyarakat-m asyarakat
yang berpenduduk lebih besar dan lebih baru: sem ata karena m asya-
rakat-m asyarakat sem acam itu m endatangkan lebih banyak hal
buruk bagi kita sehingga kita makin haus akan penghiburan. Peran
penghiburan oleh agama membantu menjelaskan hasil pengamatan
yang kerap diperoleh, yaitu ketidakberuntungan m enyebabkan orang
m enjadi lebih religius, dan strata sosial, wilayah, dan negara yang
lebih m iskin cenderung lebih religius daripada yang kaya: m ereka
membutuhkan penghiburan. Di antara negara-negara di dunia kini,
persentase warga negara yang m enyatakan bahwa agam a m erupakan
bagian penting dalam kehidupan mereka adalah 80 – 99% pada
sebagian besar negara dengan pendapatan dom estik bruto (PDB) per
kapita di bawah $ 10 .0 0 0 , nam un hanya 17– 43% pada sebagian besar
negara dengan PDB per kapita di atas $ 30 .0 0 0 . (Itu tidak menjelaskan
tingginya kom itm en religius di AS yang kaya, yang akan saya bahas di
paragraf berikutnya.) Bahkan di dalam AS saja, tam paknya ada lebih
banyak gereja dan lebih banyak orang yang ke gereja di daerah-daerah
yang lebih m iskin daripada daerah-daerah yang lebih kaya, terlepas
dari lebih banyaknya sum ber daya dan waktu luang yang tersedia untuk
m em bangun dan m endatangi gereja di daerah-daerah yang lebih kaya.
Di dalam m asyarakat Am erika, kom itm en religius tertinggi dan cabang-
cabang agam a Kristen paling radikal ditem ukan di antara kelom pok-
kelompok sosial paling termarjinalisasi dan paling berkekurangan.

Pada awalnya m ungkin tam pak m engejutkan bahwa agam a te-
lah m em pertahankan keberadaannya atau bahkan tum buh di du-
nia m odern, terlepas dari m eningkatnya dua faktor yang sudah dise-
butkan sebagai m elem ahkan agam a: diam bil-alihnya peran pem beri
penjelasan yang tadinya dipegang agam a oleh sains baru-baru ini;
dan m eningkatnya keefektifan teknologi dan m asyarakat kita dalam
m engurangi bahaya-bahaya yang berada di luar kendali kita sehingga
m em ancing doa. Bahwa agam a tetap saja tidak m enunjukkan tanda-
tanda akan punah mungkin disebabkan oleh pencarian kita terus-
m enerus akan "m akna". Kita m anusia selalu m encari m akna dalam
kehidupan kita yang bila tidak begitu tam pak tidak berm akna, tidak
bertujuan, dan sedem ikian sem entara, dalam dunia yang penuh peris-
tiwa naas yang tak terperkirakan. Kini datanglah sains, yang seolah

ORGANISASI DAN KEPATUHAN ● 449

http://facebook.com/indonesiapustaka berkata bahwa "makna" tidaklah bermakna, dan bahwa kehidup-
an individual kita m em ang tidak berm akna, tidak bertujuan, dan
sedem ikian sem entara selain sebagai kem asan-kem asan gen yang
ukuran keberhasilannya hanyalah perbanyakan diri. Sejum lah ateis
akan bersikeras bahwa masalah teodisi tidaklah ada; baik dan jahat
hanyalah deinisi manusia; bila kanker atau tabrakan mobil membunuh
X dan Y nam un bukan A dan B, itu hanyalah bencana acak; tidak ada
alam baka; dan bila kita telah m enderita atau disiksa di sini di Bum i,
hal itu tidak akan diperbaiki di alam baka. Bila Anda m enanggapi para
ateis itu, “Aku tidak suka m endengar itu, katakanlah itu tidak benar,
tunjukkanlah cara sains m em berikan m akna dengan caranya sendiri,”
tanggapan kaum ateis itu adalah “Perm intaanm u sia-sia saja, lupakan
saja, berhentilah m encari m akna, tidak ada yang nam anya m akna—
yang ada hanya, seperti kata Donald Rum sfeld soal penjarahan yang
terjadi selama perang di Irak, ‘Kejadian ya ada saja!’” Namun kita
m asih m em iliki otak yang itu-itu juga, yang haus akan m akna. Kita m e-
m iliki sejarah evolusi beberapa juta tahun yang m engatakan kepada
kita, “Bahkan m eskipun hal itu benar, aku tidak suka dan aku tidak
akan m em percayainya: bila sains tidak bisa m em beriku m akna, aku
akan berpaling kepada agama guna menemukan makna.” Itu barangkali
merupakan faktor signiikan yang menyebabkan agama bertahan dan
bahkan tumbuh dalam abad pertumbuhan sains dan teknologi ini.
Faktor itu m ungkin berkontribusi sebagian—tentunya tidak sem ua,
nam un barangkali sebagian—penjelasan m engapa Am erika Serikat,
negara dengan sains dan teknologi paling berkembang, juga merupakan
yang paling religius di antara negara-negara Dunia Pertam a yang
m akm ur. J urang yang lebih lebar antara orang kaya dan orang m iskin
di AS dibanding di Eropa m ungkin m erupakan sebagian penjelasan
yang lain.

Organisasi dan kepatuhan
Em pat ciri agam a lainnya yang akan saya bahas—organisasi ter-
standardisasi, mengajarkan kepatuhan politik, mengatur perilaku ke-
pada orang asing melalui kode-kode moral formal, dan menjustiikasi
perang—tidak ditem ukan di m asyarakat-m asyarakat berskala kecil.
Keem pat ciri itu m uncul seiring bangkitnya kedatuan dan negara, dan
telah m enurun lagi di negara-negara sekuler m odern. Ciri utam a aga-
m a m odern yang kita terim a tanpa tanya-tanya adalah organisasi ter-
standardisasi. Kebanyakan agam a m odern m em iliki pastor purna-

450 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka waktu, atau rabbi, pendeta, im am , atau apa pun sebutan yang diguna-
kan untuk m ereka, yang m enerim a gaji atau keperluan hidup. Agam a-
agama modern juga memiliki gereja (alias kuil, sinagoga, masjid,
dll). Dalam sekte apa pun, sem ua gerejanya m enggunakan kitab suci
(Alkitab, Taurat, Qur'an, dsb.), ritual, seni, m usik, arsitektur, dan pa-
kaian terstandardisasi. Seorang penganut Katolik yang tum buh di Los
Angeles dan mengunjungi New York City dapat ikut misa Minggu di
gereja Katolik New York dan mendapati semua cirinya serupa. Di sisi
lain, dalam agam a-agam a m asyarakat berskala kecil, sem ua ciri itu
entah tidak terstandardisasi (ritual, seni, musik, pakaian) atau tidak
ada sama sekali (pendeta purnawaktu, gereja khusus, kitab suci).
Walaupun m asyarakat berskala kecil m ungkin punya dukun, dan
sejum lah dukun itu m ungkin m enerim a bayaran atau hadiah, dukun-
dukun itu bukan m erupakan profesional purna waktu: m ereka harus
berburu dan mengumpulkan atau menumbuhkan pangan seperti
setiap orang dewasa lain yang sehat-walaiat dalam kawanan atau suku
mereka.

Dalam sejarah, ciri-ciri organisasional agama itu muncul untuk
m em ecahkan m asalah baru yang tim bul ketika m asyarakat m anusia
zam an dahulu m enjadi sem akin kaya, berpenduduk sem akin banyak,
dan harus sekaligus bisa menjadi lebih tersentralisasi. Masyarakat
kawanan dan suku terlalu kecil dan tidak produktif sehingga tidak bisa
m enghasilkan kelebihan m akanan yang dapat m em beri m akan pendeta
purnawaktu, datu, penarik pajak, tukang gerabah, dukun, atau spesialis
jenis apa saja. Setiap orang dewasa harus memperoleh sendiri makan-
annya dengan cara berburu, m engum pul, atau bertani sendiri. Hanya
m asyarakat yang lebih besar dan lebih produktif yang bisa m eng-
hasilkan kelebihan m akanan yang dapat digunakan untuk m em beri
m akan datu dan para pem im pin lain atau spesialis kriya, yang tidak
bercocok-tanam atau berburu demi memperoleh makanan.

Bagaim ana bisa ada pengalihan pangan sem acam itu? Ada suatu
dilem a dari bergabungnya tiga fakta yang tak terbantahkan: m asyarakat
yang berpenduduk lebih banyak lebih m ungkin m engalahkan m asya-
rakat berskala kecil; m asyarakat berpenduduk banyak m em butuhkan
pemimpin dan birokrat penuh-waktu, sebab 20 orang bisa duduk me-
ngelilingi api unggun dan berm ufakat, nam un 20 .0 0 0 .0 0 0 orang tidak
bisa; dan pemimpin serta birokrat penuh-waktu harus diberi makan.
Namun bagaimana datu atau raja membuat kaum tani menoleransi apa
yang pada dasarnya m erupakan pencurian m akanan m ereka oleh kelas-

ORGANISASI DAN KEPATUHAN ● 451

http://facebook.com/indonesiapustaka kelas parasit sosial? Masalah ini akrab bagi warga negara demokrasi
m ana pun, yang m engajukan pertanyaan yang sam a kepada diri sendiri
setiap kali berlangsung pem ilihan um um : apa yang telah dilakukan
para petahana sejak pem ilu terakhir yang m em buat m ereka pantas
m em peroleh gaji tinggi yang m ereka bayarkan kepada diri sendiri dari
pundi-pundi rakyat?

Pem ecahan yang dirancang oleh setiap kedatuan dan m asyarakat
negara awal yang telah dipahami dengan baik—dari Mesir Kuno dan
Mesopotamia, ke Hawaii Polinesia, sampai Kekaisaran Inca—ada-
lah mengadakan suatu agama terorganisasi dengan prinsip-prinsip
berikut: datu atau raja memiliki keterkaitan dengan dewa, atau bahkan
merupakan seorang dewa; dan dia dapat berbicara dengan dewa-
dewi lain atas nam a kaum tani, m isalnya untuk m engirim kan hujan
atau m em astikan panen yang baik. Datu atau raja juga m em berikan
jasa-jasa berharga dengan cara mengorganisasi kaum tani guna
m em bangun fasilitas publik, m isalnya jalan, sistem irigasi, dan gudang
yang m enguntungkan setiap orang. Sebagai balas jasa, kaum tani
m em beri m akan datu beserta para pendeta dan penarik pajaknya.
Ritual terstandardisasi, yang digelar di kuil-kuil terstandardisasi,
berperan mengajarkan prinsip-prinsip religius tersebut kepada kaum
tani sehingga m ereka akan m em atuhi datu dan para kaki-tangannya.
Yang juga diberi m akan dengan pangan yang dikum pulkan dari kaum
tani adalah balatentara yang patuh terhadap datu atau raja, yang
dapat digunakan datu untuk m enaklukkan negeri-negeri tetangganya
sehingga m em peroleh wilayah yang lebih besar dem i keuntungan
kaum taninya. Balatentara itu m endatangkan dua keuntungan lebih
lanjut bagi sang datu: perang m elawan tetangga m ungkin m enyita
energi bangsawan m uda am bisius yang kalau tidak begitu m alah akan
merancang-rancang siasat untuk menjungkalkan sang datu; dan
balatentara siap untuk menundukkan pemberontakan oleh kaum tani
itu sendiri. Seiring negara-negara teokratik awal berevolusi m enjadi
kekaisaran Babilonia dan Rom awi kuno dan m enguasai sem akin
banyak m akanan dan tenaga kerja, ciri-ciri arsitektur agam a-agam a
negara menjadi semakin rumit. Itulah mengapa Karl Marx menganggap
agam a sebagai candu m asyarakat (Tabel 9.1), dan alat penindasan
kelas.

Tentu saja, dalam abad-abad terakhir di dunia Yahudi-Kristen, ke-
cenderungan itu telah berbalik, dan agam a tidak lagi m enjadi penyo-
kong negara seperti sebelum nya. Para politikus dan kelas atas kini

452 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka m engandalkan cara-cara selain kepercayaan akan ilahi guna m em bujuk
atau memaksa kita-kita yang merupakan rakyat kecil ini. Namun pe-
nyatuan agam a dan negara tetap ada di sejum lah negara Islam , Israel,
dan (sam pai belum lam a ini) J epang dan Italia. Bahkan pem erintah
Am erika Serikat m enyebut-nyebut Tuhan di uangnya, m enem patkan
pem uka agam a resm i di Kongres dan angkatan bersenjata, dan setiap
presiden Am erika (entah dia dari Partai Dem okrat ataupun Repu-
blikan) m engucapkan “God bless America” pada penutupan pidato.
Kode perilaku terhadap orang asing
Satu lagi ciri agam a yang m enjadi penting dalam m asyarakat negara
nam un tidak ada dalam m asyarakat-m asyarakat terkecil adalah m en-
diktekan konsep-konsep moral mengenai perilaku terhadap orang
asing. Sem ua agam a utam a dunia m engajarkan apa yang benar, apa
yang salah, dan seperti apa kita harus berperilaku. Namun tautan an-
tara agama dan moralitas ini lebih lemah atau tidak ada, terutama da-
lam kaitannya dengan perilaku terhadap orang asing, dalam m asya-
rakat-m asyarakat Papua yang saya akrabi. Kewajiban sosial di sana
sangat bergantung kepada hubungan. Oleh karena suatu kawanan
hanya terdiri atas beberapa lusin orang sem entara suatu suku hanya
terdiri atas beberapa ratus orang, semua orang saling mengenal dan
m engetahui hubungan m ereka. Setiap individu m em iliki kewajiban
terhadap kerabat sedarah yang berbeda, terhadap kerabat m elalui
pernikahan, terhadap anggota-anggota klan sendiri, dan terhadap
rekan-rekan sedesa yang m erupakan anggota klan berbeda.

Hubungan-hubungan itu m enentukan, m isalnya, apakah kita bo-
leh m enyebut orang lain dengan nam a saja, m enikahi m ereka, atau m e-
nuntut m ereka berbagi m akanan dan tem pat tinggal dengan kita. Bila
kita berkelahi dengan seorang rekan sesuku, semua orang lain dalam
suku itu berkerabat ataupun kenal kita maupun dia, dan akan melerai.
Tidak m uncul m asalah berperilaku secara dam ai terhadap individu-
individu yang tidak akrab dengan kita, karena individu-individu yang
tidak kita akrabi hanyalah anggota suku-suku m usuh. Seandainya kita
bertem u seseorang yang tidak akrab dengan kita di hutan, tentu saja
kita akan m encoba m em bunuhnya atau m elarikan diri; istiadat m odern
kita yaitu sekadar bertegur-sapa dan m ulai m engobrol dengan ram ah
sama saja bunuh diri dalam situasi tersebut.

Dengan dem ikian, tim bul suatu m asalah baru sekitar 7.50 0 tahun
lalu, ketika sejum lah m asyarakat suku ber-evolusi m enjadi kedatuan
yang terdiri atas ribuan individu—jum lah yang jauh terlalu besar untuk

KODE PERILAKU TERHADAP ORANG ASING ● 453

http://facebook.com/indonesiapustaka dikenali berdasarkan nam a dan hubungan oleh satu orang. Kedatuan
dan negara yang baru m uncul m enghadapi m asalah-m asalah besar
berupa potensi ketidakstabilan, sebab aturan-aturan kesukuan lama
yang m engatur perilaku tidak lagi m encukupi. Bila kita berjum pa se-
sam a anggota kedatuan yang tidak akrab dengan kita dan berkelahi
dengannya berdasarkan aturan-aturan perilaku kesukuan, akan ter-
jadi tawuran karena kerabat-kerabat kita akan turun membela kita se-
m entara kerabat-kerabat dia akan turun m em belanya. Kem atian dalam
tawuran sem acam itu akan m em icu upaya pem bunuhan oleh kerabat
korban terhadap kerabat si pem bunuh sebagai balas dendam . Apa yang
bisa m enyelam atkan m asyarakat agar tidak runtuh dalam lingkaran
tawuran dan pem bunuhan balas dendam yang tiada putus?

Pem ecahan bagi dilem a m asyarakat besar ini adalah pem ecahan
yang digunakan dalam m asyarakat kita sendiri, dan terdokum entasikan
dalam sem ua kedatuan dan negara awal yang inform asi tentangnya
kita m iliki. Aturan-aturan perilaku dam ai berlaku antara sem ua
anggota m asyarakat, terlepas dari apakah orang yang kita jum pai
adalah orang yang akrab dengan kita atau orang asing. Aturan-aturan
itu ditegakkan oleh para pemimpin politik (datu atau raja) dan agen-
agen mereka, yang menjustiikasi aturan-aturan itu melalui fungsi baru
agama. Dewa-dewi atau agen-agen supranatural dianggap sebagai para
pembuat aturan-aturan itu, yang dikodiikasikan dalam kode-kode
form al m oralitas. Orang-orang diajari sejak kecil agar m enaati aturan-
aturan itu, dan takut akan hukuman berat bila mereka melanggar
aturan (sebab kini serangan terhadap orang lain juga merupakan
pelanggaran aturan dewa-dewi). Contoh yang akrab bagi orang-orang
Yahudi dan Kristen adalah Sepuluh Perintah Allah.

Dalam m asyarakat-m asyarakat yang tersekulerisasi belum lam a ini,
aturan-aturan perilaku m oral sem acam itu di dalam m asyarakat telah
m elam paui m uasalnya yang bersum ber pada agam a. Alasan m engapa
kaum ateis, juga banyak penganut agam a, kini tidak m em bunuh
m ereka berasal dari nilai-nilai yang ditanam kan oleh m asyarakat, dan
dari rasa takut akan kerasnya hukum , bukan rasa takut akan am arah
Tuhan. Namun sejak munculnya kedatuan sampai munculnya negara-
negara sekuler belakangan ini, agama menjustiikasi kode perilaku dan
karenanya m em ungkinkan m anusia hidup secara harm onis dalam m a-
syarakat besar di m ana m anusia kerap berjum pa dengan orang asing.
Fungsi agama dalam memungkinkan orang-orang asing untuk hidup
secara dam ai bersam a-sam a, dan fungsinya dalam m engajarkan m assa

454 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka agar patuh kepada para pemimpin politik, merupakan aspek kembar
peran agam a yang sering dibahas dalam m enjaga ketertiban sosial.
Seperti yang diutarakan Voltaire secara sinis, “Bila Tuhan tidak ada,
m aka Dia harus diciptakan.” Bergantung kepada perspektif seseorang,
ada yang m enganggap peran-peran agam a ini sebagai positif (m endo-
rong harmoni sosial) ataupun negatif (mendorong eksploitasi massa
oleh kaum elit yang opresif).

Menjustiikasi perang
Satu lagi m asalah baru yang dihadapi oleh kedatuan dan negara yang
mulai bermunculan, namun tidak oleh kawanan dan suku dalam
sejarah sebelum nya, m elibatkan perang. Oleh karena suku-suku ter-
utama menggunakan kekerabatan berdasarkan darah atau perni-
kahan, bukan agama, untuk menjustiikasi aturan-aturan berperilaku,
mereka tidak menghadapi dilema moral dalam membunuh anggota
suku-suku lain yang tidak punya kekerabatan dengan mereka. Namun
begitu negara m enggunakan agam a untuk m ensyaratkan perilaku
dam ai kepada sesam a warga negara yang tidak berkerabat, bagaim ana
negara m eyakinkan warga negaranya untuk m engabaikan ajaran-ajaran
yang sama kala perang? Negara mengizinkan, bahkan memerintahkan,
warga negara mereka membunuh dan mencuri dari warga negara lain
yang telah dim aklum atkan sebagai m usuh dalam perang. Setelah
satu negara m enghabiskan 18 tahun m engajari seorang anak laki-
laki “J angan m em bunuh”, bagaim ana negara itu bisa berbalik dan
m engatakan “Kam u harus m em bunuh, dalam kondisi-kondisi berikut,”
tanpa m em buat para prajuritnya bingung tak berdaya dan rentan
m em bunuh orang yang salah (m isalnya, sesam a warga negara)?

Lagi-lagi, dalam sejarah belakangan ini m aupun dahulu kala,
agam a datang m enyelam atkan dengan fungsi barunya. Sepuluh Perin-
tah Allah berlaku hanya bagi perilaku seseorang terhadap sesam a
warga negara dalam kedatuan atau negara yang sam a. Kebanyakan
agam a m endaku bahwa hanya m erekalah yang benar, dan bahwa
sem ua agam a lain salah. Dahulu sudah biasa, dan kini sayangnya juga
m asih terlalu sering, warga negara diajari bahwa bukan hanya m ereka
diizinkan, nam un bahkan diwajibkan, untuk m em bunuh dan m encuri
dari penganut agam a yang salah. Itulah sisi gelap sem ua pernyataan
patriotik yang m ulia: for God and country, por Dios y por España, Gott
m it uns, dan lain sebagainya. J elaslah m engakui bahwa m ereka m e-

MENJUSTIFIKASI PERANG ● 455

http://facebook.com/indonesiapustaka rupakan pewaris tradisi keji yang telah bersejarah panjang dan tersebar

luas, tidak m engurangi dosa gerom bolan fanatik religius haus darah

belakangan ini.

Alitab Perjanjian Lam a sedem ikian penuh dengan desakan untuk
bersikap kejam terhadap orang kair. Ulangan 20:10-18, misalnya,
menjelaskan kewajiban orang Israel untuk melaksanakan genosida:

apabila prajuritmu mendekati suatu kota untuk berperang melawan-

nya, kam u harus m enjadikan seluruh penduduknya ham bam u bila kota

itu m enyerah, dan m em bunuh sem ua laki-laki serta m em perbudak pe-

rem puan dan anak-anak serta m enjarah ternak dan segala sesuatunya
bila kota itu tidak menyerah. Namun bila kota itu adalah kota orang-
orang Kanaan, orang-orang Het, atau para pem uja tuhan-tuhan palsu

yang m em uakkan, m aka Tuhan yang sejati m em erintahkanm u untuk

m enum pas segala sesuatu yang bernapas dalam kota itu. Kitab Yosua

m enjabarkan dengan penuh persetujuan bagaim ana Yosua m enjadi

pahlawan dengan melaksanakan perintah-perintah itu, membantai

sem ua penduduk 40 0 lebih kota. Kitab diskusi para rabi yang dikenal

sebagai Talm ud m enganalisis potensi am biguitas yang m uncul dari
konlik antara dua prinsip yaitu “Jangan membunuh [orang-orang yang
m eyakini Tuhan yang sam a denganm u]” dan “Kam u harus m em bunuh
[orang-orang yang meyakini tuhan yang berbeda].” Misalnya, menu-
rut sejumlah komentator Talmud, seorang Israel bersalah atas pem-

bunuhan bila dia secara sengaja membunuh sesama orang Israel;

tidak bersalah bila dia secara sengaja membunuh orang non-Israel;

dan juga tidak bersalah bila dia membunuh seorang Israel sewaktu

sedang m elem par batu ke dalam sekelom pok orang yang terdiri atas
sembilan orang Israel plus satu orang kair (karena dia mungkin sedang
membidik si orang kair yang satu itu).

Sebenarnya, pandangan ini lebih khas Perjanjian Lam a daripada

Perjanjian Baru, yang prinsip-prinsip m oralnya telah jauh m aju ke arah
pendeinisian cara seseorang berurusan dengan setiap orang—setidak-
nya dalam teori. Namun tentu saja pada praktiknya, sejumlah genosida
paling besar-besaran dalam sejarah dilakukan oleh para kolonialis

Kristen Eropa terhadap orang-orang non-Eropa, dengan m engandalkan
justiikasi moral di Perjanjian Baru maupun Lama.

Yang m enarik, di antara orang-orang Papua, agam a tidak pernah
digunakan sebagai alasan untuk menjustiikasi pembunuhan atau per-
tarungan dengan orang-orang yang bukan anggota kelom pok yang

456 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka sam a. Banyak tem an-tem an Papua saya telah m enjabarkan kepada
saya tentang keikutsertaan m ereka dalam serangan genosida terhadap
suku-suku tetangga. Dalam sem ua tuturan itu, saya tidak pernah m en-
dengar sedikit pun m ereka m enyebut-nyebut soal m otif agam a, m ati
dem i Tuhan atau agam a yang benar, atau m engorbankan diri sendiri
dem i alasan idealistik apa pun. Sem entara itu, ideologi-ideologi yang
didukung agam a dan m enyertai kebangkitan negara-negara m e-
nanamkan kepada warga negara mereka kewajiban untuk mematuhi
penguasa yang diberi m andat oleh Tuhan, m enaati aturan-aturan
m oral seperti Sepuluh Perintah Allah hanya dalam kaitannya dengan
sesam a warga negara, dan bersiap m engorbankan jiwa m ereka seraya
bertarug dengan negara-negara lain (alias orang kair). Itulah yang
m enyebabkan m asyarakat fanatik religius sedem ikian berbahaya:
segelintir m inoritas pengikut m ereka (m isalnya, 19 orang dalam
peristiwa 11 Septem ber 20 11) m ati dem i ideologi itu, dan seluruh
m asyarakat yang terdiri atas orang-orang fanatik itu karenanya berhasil
m em bunuh jauh lebih banyak orang di pihak yang m ereka anggap
m usuh (m isalnya, 2.996 orang pada 11 Septem ber 20 11). Aturan-aturan
untuk berperilaku buruk terhadap orang-orang yang tidak sekelom pok
m encapai titik puncak dalam 1.50 0 tahun terakhir, seiring orang-
orang Kristen dan Islam fanatik m enyebabkan kem atian, perbudakan,
ataupun perpindahan agama secara paksa terhadap satu sama lain
dan terhadap orang-orang kair. Pada abad ke-20, negara-negara
Eropa menambahkan alasan-alasan sekuler untuk menjustiikasi pem-
bunuhan jutaan warga negara-negara Eropa lainnya, nam un fanatism e
religius m asih kuat di sejum lah m asyarakat lain.

Perlam bang kom itm en
Orang-orang sekuler tetap bingung dan terganggu oleh beberapa ciri
agam a. Yang paling utam a adalah keterkaitan yang biasanya ada an-
tara agam a dengan kepercayaan-kepercayaan supranatural irasional,
sedemikian rupa sehingga setiap agama memiliki seperangkat keper-
cayaan sem acam itu yang berbeda-beda dan berpegang teguh kepa-
danya nam un m em bantah kebenaran sebagian besar kepercayaan
sem acam itu yang dipegang oleh agam a-agam a lainnya; seringnya
agam a m endorong perilaku yang m enelan biaya besar, atau bahkan
m encederai diri ataupun bunuh diri, yang seharusnya m em buat orang-
orang lebih enggan beragama, bukan semakin religius; dan kemu-
naikan dasarnya yaitu menganjurkan kode moral dan kerapkali

PERLAMBANG KOMITMEN ● 457

http://facebook.com/indonesiapustaka m engaku sebagai bersifat universal, nam un pada waktu yang sam a
m engecualikan banyak atau sebagian besar orang dari penerapan kode
itu dan m endesak agar m ereka dibunuh saja. Bagaim ana bisa paradoks-
paradoks yang m engganggu ini dijelaskan? Ada dua pem ecahan yang
bagi saya berguna.

Salah satu pem ecahan itu adalah m engakui perlunya para penganut
suatu agama tertentu untuk memamerkan suatu "perlambang"
kom itm en terhadap agam a itu yang dapat diandalkan. Para penganut
agam a m enjalani hidup bersam a sesam anya dan terus-m enerus saling
mengandalkan untuk memperoleh dukungan, dalam dunia di mana
banyak atau sebagian besar orang lain m em eluk agam a yang berbeda,
mungkin bermusuhan terhadap agama mereka, atau mungkin skeptis
terhadap sem ua agam a. Keam anan, kem akm uran, dan hidup seorang
penganut agam a akan bergantung kepada bisa-tidaknya dia m engenali
sesam a penganut agam a, atau m eyakinkan sesam a penganut agam a
bahwa dia bisa dipercaya seperti juga dia m em percayai m ereka. Bukti
apa darinya dan kom itm ennya yang bisa dipercaya?

Agar bisa dipercaya, bukti-bukti itu haruslah hal-hal yang bisa
dilihat dan tidak bisa dipalsukan oleh siapa pun yang hendak m eng-
ambil keuntungan sementara dengan licik. Oleh karena itulah "per-
lam bang" agam a selalu berbiaya besar: kom itm en tinggi berupa waktu
untuk mempelajari dan secara teratur mempraktikkan ritual, doa, dan
kidung serta berziarah; kom itm en tinggi berupa sum ber daya, term asuk
uang, upeti, dan hewan kurban; secara terbuka m enyatakan dukungan
terhadap kepercayaan-kepercayaan yang tidak m asuk akal rasional
yang akan diolok-olok orang lain sebagai konyol; dan secara terbuka
menjalani atau menampilkan tanda-tanda mutilasi tubuh permanen
yang m enyakitkan, term asuk m em otong dan m enyebabkan perdarahan
bagian-bagian sensitif di tubuh, operasi terhadap alat kelamin, dan
am putasi sendi-sendi jari yang dilakukan sendiri. Bila kita m elihat
bahwa seseorang telah melakukan komitmen-komitmen mahal dengan
akibat-akibat seum ur hidup tersebut, m aka dia telah m eyakinkan
kita secara jauh lebih efektif daripada bila dia hanya m em beritahu
kita, “Percayalah, aku sekelom pok denganm u, aku m engenakan jenis
topi yang benar (nam un m ungkin sebenarnya kubeli dengan m urah
kem arin dan kubuang esok hari).” Untuk alasan yang pada dasarnya
sam a, para ahli biologi evolusioner m engenali bahwa banyak sinyal
hewan (m isalnya ekor m erak) juga telah berevolusi m enjadi m enelan
biaya, justru karena itu m em buat sinyal-sinyal tersebut m enjadi bisa

458 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka dipercaya. Ketika seekor m erak betina m elihat m erak jantan dengan
ekor besar yang dipam erkan kepadanya, dia bisa yakin bahwa jantan
sem acam itu, yang m am pu tum buh dan bertahan hidup dengan ekor
sebesar itu, pastilah m em iliki gen-gen yang lebih baik dan m em peroleh
gizi yang lebih baik daripada jantan yang pura-pura jago nam un
ekornya kecil.

Satu contoh menarik mengenai bagaimana agama membina ker-
ja sama kelompok dan komitmen berasal dari tingkat kelestarian
kom une-kom une Am erika. Selam a sejarah Am erika Serikat yang terus
berlanjut sam pai ke zam an m odern, orang-orang telah m encoba-coba
membentuk komune-komune di mana orang bisa hidup bersama-sama
dengan orang-orang lain yang terpilih karena m em iliki gagasan ideal
yang sam a. Sejum lah kom une itu m em iliki kesam aan gagasan ideal
religius, sem entara yang lainnya tidak term otivasi secara religius; ba-
nyak kom une non-religius terbentuk di Am erika Serikat pada 1960 -an
dan 1970-an. Namun semua komune itu menghadapi tekanan inansial,
praktis, sosial, seksual, dan lain sebagainya, dan juga persaingan dari
daya tarik dunia luar. Mayoritas sangat besar komune itu bubar, baik
secara perlahan-lahan ataupun secara menggegerkan, dalam masa hi-
dup para pendirinya. Misalnya, pada 1960-an seorang teman saya me-
rupakan salah satu pendiri suatu komune di daerah cantik, damai, na-
m un terpencil di California. Tapi, perlahan-lahan, para anggota pen-
diri lainnya berangsur-angsur pergi akibat keterkucilan, kebosanan,
ketegangan sosial, dan alasan-alasan lainnya, sam pai tem an saya m en-
jadi satu-satunya orang yang tersisa. Dia m asih tinggal di sana, nam un
sekarang hanya sebagai seorang individu, bukan lagi anggota suatu
komune.

Richard Sosis membandingkan nasib beberapa ratus komune re-
ligius dan sekuler Am erika yang didirikan pada abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Nyaris semuanya akhirnya bubar, kecuali koloni-koloni
yang luar biasa sukses m ilik kelom pok agam a yang dikenal sebagai
orang-orang Hutterit: ke-20 koloni Hutterit yang ada dalam sam pel
Sosis sintas. Dengan m engesam pingkan koloni-koloni Hutterit itu, 199
koloni yang disam pel akhirnya bubar atau m ati, selalu didahului oleh
hilangnya keyakinan akan ideologi kelom pok itu, dan terkadang juga
oleh bencana alam , kem atian pem im pin yang karism atik, atau sikap
berm usuhan orang-orang luar. Tapi, probabilitas tahunan bubarnya
komune sekuler lebih tinggi empat kali lipat daripada komune religius.
Terbukti, ideologi agam a lebih efektif daripada ideologi sekuler dalam

UKURAN KEBERHASILAN RELIGIUS ● 459

http://facebook.com/indonesiapustaka m em bujuk anggota untuk m em pertahankan kom itm en yang barangkali
tidak rasional, mencegah anggota angkat kaki meskipun hal itu masuk
akal rasional, dan berurusan dengan tantangan terus-menerus dari
kehidupan dalam kom unitas yang m em iliki harta-benda bersam a-
sam a dan yang berisiko tinggi disalahgunakan oleh anggota yang se-
kadar menumpang tanpa komitmen. Di Israel pun, di mana selama
berdasawarsa-dasawarsa telah ada kibbutz religius dan kibbutz sekuler
yang berjum lah jauh lebih besar, kibbutz religius lebih sukses daripada
kibbutz sekuler setiap tahunnya, terlepas dari tingginya biaya yang di-
wajibkan kibbutz religius melalui praktik-praktik keagamaan mereka
(m isalnya, tidak bekerja sam a sekali satu hari dalam sem inggu).

Ukuran keberhasilan religius
Pem ecahan lain yang bagi saya berm anfaat untuk m em ecahkan pa-
radoks agam a adalah pendekatan ahli biologi evolusioner David
Sloan Wilson. Dia menyadari bahwa agama berperan mendeinisikan
kelom pok m anusia yang bersaing dengan kelom pok-kelom pok m anusia
lain yang m enjalankan agam a yang berbeda. Ukuran paling langsung
dari kesuksesan relatif suatu agam a adalah jum lah pengikutnya.
Mengapa sekarang di dunia ini ada lebih daripada semiliar orang
Katolik, sekitar 14.0 0 0 .0 0 0 orang Yahudi, nam un tidak ada orang
Manikea Albigens (anggota sekte Kristen yang tadinya berjumlah besar
dan m em percayai keberadaan ganda kekuatan-kekuatan supranatural
jahat dan baik yang terkunci dalam pergelutan abadi)?

Wilson m elanjutkan dengan m enyadari bahwa jum lah pengikut
suatu agama bergantung kepada keseimbangan antara beberapa pro-
ses yang cenderung m eningkatkan jum lah pengikut dan beberapa pro-
ses yang cenderung m enurunkan jum lah tersebut. J um lah pengikut
ditingkatkan oleh penganut keyakinan yang m elahirkan anak-anak
dan berhasil m em besarkan anak-anak dalam keyakinan tersebut, dan
m asuknya pengikut agam a lain atau orang yang tadinya tidak beragam a
ke dalam agama tersebut. J umlah pengikut agama berkurang karena
kem atian, dan hilangnya pengikut agam a yang berpindah ke agam a
lain. Kita m ungkin berhenti sejenak di titik ini dan berkata, “Ya iyalah,
hal itu kan jelas, terus kenapa?—bagaim ana hal itu bisa m em bantuku
m em aham i m engapa orang-orang Katolik yang m em percayai kebang-
kitan kem bali Kristus jum lahnya lebih banyak daripada orang-orang
Yahudi yang tidak m em percayainya?” Kekuatan pendekatan Wilson
adalah pendekatan tersebut m enyediakan kerangka kerja untuk m eng-

460 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka kaji secara sendiri-sendiri efek-efek kepercayaan atau praktik dalam
suatu agam a terhadap berbagai proses yang m eningkatkan atau
m enurunkan jum lah pengikut. Sejum lah hasilnya m em ang langsung
terlihat, nam un yang lainnya lebih sam ar. Ternyata agam a-agam a
m em praktikkan berbagai strategi yang am at berbeda dem i m encapai
kesuksesan.

Misalnya, agama Amerika yang dikenal sebagai gerakan Shaker un-
tuk satu m asa pada abad ke-19 sangatlah sukses, terlepas dari tuntutan
kepada para pengikutnya untuk selibat dan karenanya tidak m em iliki
m etode paling um um bagi agam a-agam a untuk m em perbanyak diri
(m em iliki anak). Kaum Shaker m encapai kesuksesan sem ata dengan
m endapat pengikut yang m asuk agam anya selam a berdasawarsa-
dasawarsa. Di ekstrem yang berseberangan, agam a Yahudi telah
bertahan selama beberapa ribu tahun meskipun tidak mencari-cari
orang untuk m asuk ke dalam agam anya. Tidak m engejutkan, agam a
Kristen dan Islam , yang m em ang m engusahakan agar orang lain m asuk
ke agam a tersebut, m em iliki jauh lebih banyak pengikut daripada
Yahudi, nam un Yahudi tetap saja bertahan karena faktor-faktor lain
yang bersumbangsih terhadap pertumbuhan demograiknya: laju
kelahiran yang relatif tinggi, laju kem atian yang rendah kecuali saat
mereka ditindas, pendekatan terhadap pendidikan untuk melahirkan
kesem patan-kesem patan ekonom i, tolong-m enolong yang kuat, dan
sedikitnya jum lah orang Yahudi yang pindah ke agam a-agam a lain.
Sementara lenyapnya orang-orang Manikea Albigens secara tidak
langsung disebabkan oleh kepercayaan m ereka bahwa kekuatan
jahat dan baik terkunci dalam pergelutan abadi. Bukan m aksudnya
kepercayaan itu m elarang orang-orang Albigens m em iliki anak, atau
bahwa kepercayaan itu sedem ikian sulit dipercaya sehingga tidak ada
yang mau pindah ke agama mereka. Kepercayaan Manikea Albigens
bertentangan dengan Katolik arus utam a, yang m em aklum atkan pe-
rang suci m elawan orang-orang Albigens, pada akhirnya m engepung
dan merebut benteng terakhir mereka, dan membakar semua orang
Albigens yang tersisa di sana sam pai m ati.

Alasan-alasan yang lebih sam ar m uncul dari bingkai-kerja Wilson
guna m enjawab salah satu pertanyaan terbesar dalam sejarah agam a
Barat. Mengapa, di antara sekte-sekte Yahudi kecil yang tak terhitung
jum lahnya dan bersaing dengan satu sam a lain dan dengan kelom pok-
kelom pok non-Yahudi di dalam Kekaisaran Rom awi di abad pertam a

UKURAN KEBERHASILAN RELIGIUS ● 461

http://facebook.com/indonesiapustaka Masehi, salah satu di antaranya yang menjadi agama Kristen muncul
sebagai agama dominan tiga abad kemudian? Pada masa-masa akhir
Rom awi, ciri-ciri khas agam a Kristen yang bersum bangsih terhadap
hasil ini antara lain penyebaran aktifnya (tidak seperti Yahudi arus
utam a), praktik-praktiknya yang m endorong agar pengikutnya m em i-
liki lebih banyak anak dan m em ungkinkan m ereka bertahan (tidak se-
perti m asyarakat Rom awi di m asa itu), kesem patan-kesem patan yang
diberikannya kepada perem puan (berbeda dengan Yahudi dan pagan-
ism e Rom awi saat itu, dan dengan agam a Kristen sendiri sesudahnya),
lem baga-lem baga sosialnya yang m enghasilkan laju kem atian orang-
orang Kristen yang lebih rendah daripada orang-orang Rom awi akibat
wabah penyakit, dan doktrin pengam punan dalam agam a Kristen.
Doktrin tersebut, yang kerap kali disalahpaham i sebagai gagasan
sim plistik untuk senantiasa m em berikan pipi yang satu lagi, sebe-
narnya m erupakan bagian sistem tanggapan yang kom pleks dan ber-
gantung kepada konteks yang berkisar dari pengam punan sam pai
pembalasan. Dalam kondisi-kondisi tertentu, uji-uji eksperimental
yang dilakukan dengan m elakukan perm ainan-perm ainan sim ulasi
m enunjukkan bahwa m engam puni seseorang yang pernah berbuat
salah kepada kita m ungkin m em ang m erupakan tanggapan yang paling
mungkin memberikan kita keuntungan pada masa depan.

Satu lagi contoh penggunaan kerangka kerja Wilson melibatkan
kesuksesan Mormonisme, yang merupakan salah satu agama yang
berkem bang paling cepat dalam dua abad terakhir. Orang-orang yang
bukan penganut Mormonisme cenderung meragukan klaim yang saya
kutip sebelumnya, klaim pendiri Mormonisme, Joseph Smith, bahwa
malaikat Moroni menampakkan diri di hadapannya pada 21 September
1823, guna m enunjukkan kepadanya lem pengan-lem pengan em as yang
terkubur di puncak bukit dekat desa Manchester, di Negara Bagian New
York sebelah barat dan m enanti untuk diterjem ahkan (Tabel 9.2). Yang
bukan pengikut Mormonisme juga meragukan pernyataan tersumpah
11 orang saksi (Oliver Cowdery, Christian Witm er, Hiram Page, dan 8
orang lain) yang m engklaim telah m elihat dan m em egang lem pengan-
lem pengan itu. Oleh karena itu orang-orang yang bukan penganut
Mormonisme mungkin bertanya-tanya: bagaimana bisa klaim-klaim
yang tam paknya tidak m asuk akal itu m enyebabkan pertum buhan eks-
plosif Mormonisme?

462 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

http://facebook.com/indonesiapustaka Pendekatan Wilson melibatkan kesadaran bahwa keberhasilan

suatu agam a dalam m eningkatkan jum lah pengikutnya tidak bergan-

tung kepada apakah prinsip-prinsipnya benar atau tidak, m elainkan

apakah prinsip-prinsip itu dan praktik-praktik terkaitnya m endorong

para pengikut agama itu untuk memiliki dan membesarkan anak-anak

secara berhasil, m em peroleh pengikut baru, m em bentuk m asyarakat

yang berfungsi secara m ulus, atau m elakukan sem uanya sekaligus.

Dalam kata-kata Wilson, “Bahkan kepercayaan-kepercayaan yang
luar biasa iktif dapat bersifat adaptif, asalkan mendorong perilaku
yang adaptif di dunia nyata... Pengetahuan faktual saja tidak selalu

m encukupi untuk m endorong perilaku adaptif. Terkadang suatu sistem

kepercayaan sim bolik yang sangat jauh dari kenyataan faktual justru

lebih bernas.”
Dalam kasus Mormonisme, prinsip-prinsip dan praktik-praktiknya

selama ini luar biasa berhasil dalam mendorong pertumbuhan demo-
graik. Pengikut Mormonisme cenderung memiliki banyak anak. Me-
reka m em bentuk m asyarakat yang sangat saling m endukung dan

ketergantungan yang m enawarkan kehidupan sosial yang penuh dan
memuaskan serta insentif untuk berkarya. Mereka menggalakkan
promosi agama; pemuda-pemuda Mormon diminta mengabdikan
sampai dua tahun dalam kehidupan mereka untuk menggaet pengikut

baru, entah itu di luar negeri ataupun di dekat tempat tinggal mereka.
Pengikut Mormonisme diminta membayar sedekah tahunan ke gereja
sebesar 10 % dari pendapatan m ereka (selain m em bayar pajak Am erika

Serikat tingkat federal, negara bagian, dan lokal seperti warga negara

lainnya). Tuntutan tinggi yang m enghendaki kom itm en waktu dan

sum ber daya ini m enjam in bahwa orang-orang yang m em ilih untuk
mengikuti atau tetap menjadi pengikut Mormonisme akan menganggap
serius keyakinan m ereka. Sem entara m engenai tidak m asuk akalnya

pernyataan-pernyataan J oseph Sm ith dan ke-11 saksinya m engenai

wahyu-wahyu ilahi m elalui lem peng-lem peng em as—apa sebenarnya

perbedaan antara pernyataan-pernyataan itu dengan catatan-catatan
alkitabiah mengenai wahyu ilahi kepada Yesus dan Musa, selain ada
selisih waktu ribuan tahun dan perbedaan skeptisisme kita karena latar

belakang kita yang berbeda-beda?
Apa kata Wilson mengenai kemunaikan mendasar yang umum di-

tem ukan di agam a-agam a, yaitu m engajarkan prinsip-prinsip m oral

m ulia seraya m endesak pem bunuhan para penganut agam a lain? Tang-

gapan Wilson adalah bahwa kesuksesan (atau "kesesuaian", bila kita

PERUBAHAN FUNGSI AGAMA ● 463

http://facebook.com/indonesiapustaka m enggunakan bahasa biologi evolusioner) suatu agam a bersifat relatif
dan hanya bisa dideinisikan melalui perbandingan dengan kesuksesan
agama-agama lain. Terlepas dari kita suka atau tidak, agama bisa me-
ningkatkan, dan sering kali telah meningkatkan, "kesuksesan" (dide-
inisikan sebagai jumlah pengikut) dengan membunuh atau memaksa
pengikut agam a lain pindah ke agam a tersebut. Seperti yang ditulis
Wilson, “Setiap kali saya m encoba berbicara tentang agam a, saya nya-
ris pasti diceram ahi soal kejahatan yang dilakukan atas nam a Tuhan.
Dalam kebanyakan kasus, kejahatan-kejahatan ini adalah hal-hal
m engerikan yang dilakukan oleh kelom pok-kelom pok agam a ter-
hadap kelom pok-kelom pok lain. Bagaim ana saya bisa m enyebut aga-
m a adaptif kala dihadapkan dengan bukti sem acam itu? J awabannya
adalah ‘gam pang saja’, asalkan kita m em aham i kesesuaian dalam
peristilahan relatif. Penting untuk m enekankan bahwa perilaku bisa
dijelaskan dari perspektif evolusi m eskipun tidak bisa diterim a dari segi
m or a l.”

Perubahan fungsi agam a
Marilah kita kembali ke pertanyaan awal saya mengenai fungsi dan de-
inisi agama. Sekarang kita lihat mengapa agama sedemikian sulit un-
tuk dideinisikan: karena agama telah mengalami perubahan fungsi
selam a evolusinya, seperti juga organ-organ listrik. Bahkan, agam a
telah berubah fungsi jauh lebih sering daripada organ listrik, yang telah
m enjalankan enam fungsi saja, dibandingkan tujuh fungsi yang secara
berbeda-beda m enjadi ciri agam a-agam a (Ilu s tras i 9 .1). Di antara
ketujuh fungsi tersebut, em pat di antaranya sam a sekali tidak ada pada
satu tahapan sejarah agama, dan lima masih ada namun menurun pada
tahapan lainnya. Dua fungsi telah m uncul dan berada pada puncaknya
pada waktu kem unculan m anusia cerdas yang dapat bertanya-tanya
sebelum 50.000 SM, dan terus menurun selama beberapa ribu tahun
terakhir: penjelasan supranatural (menurun secara lebih tajam) dan
m elenyapkan kecem asan m engenai bahaya-bahaya yang tidak dapat
dikendalikan melalui ritual (menurun secara lebih lambat). Di antara
lim a fungsi lain, em pat di antaranya tidak ada sem entara satu lagi
lem ah pada m anusia cerdas yang awal, tiga di antaranya m em uncak
pada zam an kedatuan dan negara-negara awal sem entara dua lainnya
pada zam an negara-negara Renaisans akhir, dan telah m enurun baik
sedikit maupun tajam sejak masa puncak tersebut.

464 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Ilu s tras i 9 .1. Fu n gs i-fu n gs i agam a be ru bah s e irin g w aktu

Ka wa n a n Ke d a t u a n Negara- Negara-
dan negara n ega r a n ega r a
dan suku yang m uncul sekuler
pada 5000– religius modern kini
pada 5000 1 SM
SM Eropa 160 0
M

1. Pe n je las an
supranatural

2. Meredakan
kecem asan
m elalui ritual

3. Menyediakan
penghiburan
m engenai
penderitaan
dan kem atian

4 . Organisasi ter-

standardisasi

5. Me n gajarkan
kepatuhan
p o litik

6 . Kode m oral
perilaku
terhadap
orang asing

7. Justiikasi
perang

http://facebook.com/indonesiapustaka Pergeseran-pergeseran fungsi itu m em buat agam a lebih sulit di-
deinisikan daripada organ listrik, karena setidaknya organ-organ
listrik sam a-sam a m em iliki sifat berupa m em asang m edan listrik yang

bisa terdeteksi di medium sekeliling, sementara tidak ada satu ciri

tunggal yang dim iliki oleh sem ua agam a. Dengan risiko m enam bahkan
deinisi baru lagi ke Tabel 9.1, saya sekarang mengajukan: “Agama

PERUBAHAN FUNGSI AGAMA ● 465

http://facebook.com/indonesiapustaka adalah seperangkat sifat yang m em bedakan suatu kelom pok sosial
m anusia yang sam a-sam a m em iliki sifat-sifat tersebut dari kelom pok-
kelom pok lain yang tidak m em iliki sifat-sifat tersebut dalam bentuk
yang identik. Di antara sifat-sifat yang sam a-sam a dim iliki itu selalu
ada satu atau lebih, atau bahkan kesem uanya sekaligus, dari tiga
sifat berikut ini: penjelasan supranatural, m eredakan kecem asan
m engenai bahaya-bahaya yang tidak terkendalikan m elalui ritual,
dan menawarkan penghiburan atas penderitaan hidup dan prospek
kem atian. Agam a-agam a selain agam a-agam a awal m enjadi terkooptasi
untuk mendorong organisasi terstandardisasi, kepatuhan politik,
toleransi terhadap orang-orang asing yang m erupakan anggota agam a
yang sama, dan justiikasi perang terhadap kelompok-kelompok lain
yang beragama berbeda.” Deinisi saya itu setidaknya sama payahnya
dengan deinisi-deinisi paling payah yang sudah ada di Tabel 9.1,
namun saya pikir deinisi saya itu sesuai dengan kenyataan.

Bagaim ana dengan m asa depan agam a? Itu bergantung kepada se-
perti apa dunia kita 30 tahun dari sekarang. Bila standar kehidupan
m eningkat di seluruh dunia, m aka fungsi-fungsi agam a nom or 1
dan 4 sam pai 7 di Ilustrasi 9.1 akan terus m enurun, nam un bagi saya
fungsi nom or 2 dan 3 sepertinya akan terus bertahan. Agam a sangat
mungkin terus didukung karena mengaku menawarkan makna
terhadap kehidupan dan kem atian orang per orang yang m aknanya
m ungkin tidak tam pak penting dari perspektif sains. Bahkan kalaupun
jawaban sains terhadap pencarian m akna ternyata benar, dan bahwa
m akna agam a hanyalah ilusi, banyak orang yang akan tetap tidak suka
terhadap jawaban sains. Di sisi lain, apabila sebagian besar dunia
tetap terbenam dalam kem iskinan, atau apabila (yang lebih parah lagi)
ekonomi dan standar hidup serta perdamaian dunia memburuk, maka
sem ua fungsi agam a, barangkali bahkan penjelasan supranatural,
dapat m engalam i kebangkitan kem bali. Generasi anak-anak saya
akan m engalam i jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.

http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 10

Bertutur dengan Banyak Bahasa

Multilingualisme ▪ Total bahasa di dunia ▪ Bagaimana bahasa ber-
evolusi ▪ Geograi keanekaragaman bahasa ▪ Multilingualisme

tradisional ▪ Manfaat bilingualisme ▪ Penyakit Alzheimer ▪ Bahasa-
bahasa yang menghilang ▪ Bagaimana bahasa menghilang ▪ Apakah
bahasa minoritas berbahaya? ▪ Untuk apa melestarikan bahasa? ▪

Bagaim ana kita bisa m elindungi bahasa?

Multilingualism e
Suatu malam, sewaktu sedang melewatkan seminggu di situs per-
kemahan hutan pegunungan bersama 20 orang Dataran Tinggi Pa-
pua Nugini, percakapan di sekeliling api unggun berlangsung seca-
ra serentak dalam beberapa bahasa lokal berbeda ditambah dua
lingua franca Tok Pisin dan Motu, seperti yang biasa terjadi sewaktu
sekelom pok orang Papua dari suku yang berbeda-beda kebetulan
berkum pul. Saya sudah terbiasa m enjum pai bahasa baru setiap
kali saya berjalan tau berkendara sejauh kira-kira setiap 10 atau 20
kilom eter m elalui Dataran Tinggi Papua. Saya baru saja datang dari
dataran rendah, di m ana seorang tem an asal Papua m em beritahu saya
bahwa ada lim a bahasa lokal berbeda yang digunakan dalam beberapa
kilom eter dari desanya, bagaim ana dia m em pelajari kelim a bahasa itu
sewaktu m asih kanak-kanak sem ata hanya dengan berm ain bersam a
anak-anak lain, dan bagaimana dia mempelajari tiga bahasa lain
setelah dia mulai bersekolah. Maka, karena rasa keingintahuan malam
itu, saya berkeliling api unggun dan m em inta setiap orang untuk

MULTILINGUALISME ● 467

http://facebook.com/indonesiapustaka m enyebutkan setiap bahasa yang dia "tuturkan", alias cukup dia kuasai
untuk digunakan bercakap-cakap.

Di antara ke-20 orang Papua itu, jum lah terkecil bahasa yang
dituturkan seseorang adalah 5. Beberapa orang m enuturkan antara 8
dan 12 bahasa, dan juaranya ialah seorang yang m enguasai 15 bahasa.
Selain bahasa Inggris, yang kerap kali dipelajari orang-orang Papua
Nugini di sekolah dengan belajar dari buku, semua orang mempelajari
bahasa-bahasa lain yang m ereka kuasai m elalui pergaulan sosial tanpa
buku. Sebelum Anda m ungkin m enanyakannya—ya, bahasa-bahasa
lokal yang dihitung pada m alam itu benar-benar m erupakan bahasa
yang tidak bisa saling bercam pur, bukan sekadar dialek. Sebagian
di antaranya bersifat tonal seperti bahasa Tiongkok, bahasa-bahasa
lainnya tidak tonal, dan m ereka tergolong ke dalam beberapa fam ili
bahasa berbeda.

Di sisi lain, di Am erika Serikat, kebanyakan orang Am erika yang
lahir di negara tersebut bersifat m onolingual (berbahasa tunggal).
Orang-orang Eropa yang terdidik um um nya m enguasai dua atau tiga
bahasa, terkadang lebih, karena mempelajari bahasa-bahasa lain di se-
kolah selain bahasa ibu m ereka. Kontras linguistik antara kelom pok
api unggun di Papua itu dan pengalam an Am erika atau Eropa m odern
m enggam barkan perbedaan-perbedaan yang tersebar luas antara
penggunaan bahasa dalam m asyarakat-m asyarakat berskala kecil dan
dalam m asyarakat-m asyarakat negara m odern—perbedaan-perbedaan
yang akan m eningkat dalam beberapa dasawarsa m endatang. Dalam
m asa lalu tradisional kita, seperti juga yang m asih berlaku di Papua
modern, setiap bahasa memiliki jauh lebih sedikit penutur daripada
bahasa-bahasa negara m odern; barangkali persentase populasi yang
bersifat m ultilingual lebih tinggi; dan bahasa-bahasa kedua dipelajari
m elalui pergaulan sosial yang dim ulai kala anak-anak, bukan m elalui
pem belajaran form al di sekolah.

Yang m enyedihkan, bahasa-bahasa kini m enghilang secara jauh
lebih cepat daripada kapan pun sebelum nya dalam sejarah m anusia.
Bila kecenderungan saat ini berlanjut, 95% bahasa yang diwariskan
kepada kita selama puluhan ribu tahun sejarah manusia berperilaku
m odern, akan punah atau sekarat pada 210 0 . Separo dari bahasa-
bahasa kita akan telah punah pada saat itu, sebagian besar yang tersisa
akan m erupakan bahasa-bahasa sekarat yang dituturkan hanya oleh
orang-orang tua, dan hanya m inoritas kecil yang m erupakan bahasa
"hidup" yang m asih diwariskan dari orangtua ke anak. Bahasa-bahasa

468 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka menghilang dengan sedemikian cepat (sekitar satu hilang setiap
sem bilan hari), dan ada sedem ikian sedikit ahli linguistik yang m em -
pelajari bahasa, sehingga waktu nyaris habis bahkan sekadar untuk
m enjabarkan dan m encatat kebanyakan bahasa sebelum m enghilang.
Para ahli linguistik berlomba melawan waktu, seperti para ahli biologi,
yang kini m enyadari bahwa sebagian besar spesies tum buhan dan he-
wan berada dalam bahaya kepunahan dan m usnah sebelum bahkan
dapat dideskripsikan. Kita m em ang banyak m endengar diskusi penuh
kesedihan m engenai sem akin cepatnya burung, katak, dan berbagai
spesies hidup lain m enghilang, seiring m enyebarnya peradaban Coca-
Cola kita ke seluruh dunia. J auh lebih sedikit perhatian yang diberikan
kepada hilangnya bahasa-bahasa kita, dan terhadap peran teram at pen-
ting bahasa-bahasa tersebut bagi kesintasan budaya-budaya pribum i.
Setiap bahasa merupakan wahana bagi satu cara berpikir dan berbicara
yang unik, literatur yang unik, dan pandangan unik m engenai dunia.
Oleh karena itu, kini kita dibayang-bayangi oleh tragedi berupa akan
segera lenyapnya sebagian besar warisan budaya kita, yang terpaut
dengan hilangnya sebagian besar bahasa kita.

Mengapa bahasa-bahasa menghilang dengan laju sedemikian me-
ngerikan? Memangnya apa pentingnya? Apakah jumlah bahasa kita
yang sekarang m elim pah itu bagus atau jelek bagi dunia secara ke-
seluruhan, dan bagi sem ua m asyarakat tradisional yang m asih m e-
nuturkan bahasa-bahasa yang kini berisiko punah? Banyak pem baca
m ungkin kini tidak setuju dengan apa yang saya katakan, bahwa hilang-
nya bahasa adalah suatu tragedi. Barangkali Anda justru berpikir
bahwa bahasa yang beraneka-ragam m endorong perang saudara dan
menghalangi pendidikan, bahwa dunia akan lebih baik dengan jauh
lebih sedikit bahasa, dan bahwa keanekaragam an bahasa yang terlalu
tinggi adalah salah satu ciri-ciri dunia m asa lalu yang seharusnya
m em buat kita senang karena berhasil kita buang—seperti peperangan
antarsuku kronis, infantisida, pengabaian terhadap orang lansia, dan
kelaparan yang kerap terjadi.

Bagi kita m asing-m asing sebagai individu, baik atau burukkah
m em pelajari banyak bahasa? J elaslah butuh banyak waktu dan upaya
untuk m em pelajari dan m enguasai suatu bahasa dengan fasih; tidakkah
akan lebih baik bila kita curahkan segala waktu dan upaya itu untuk
m em pelajari ketram pilan-ketram pilan yang jelas-jelas lebih berguna?
Saya pikir jawaban-jawaban yang m uncul dari pertanyaan-pertanyaan
m engenai nilai m ultilingualism e tradisional, baik bagi m asyarakat

TOTAL BAHASA DI DUNIA ● 469

http://facebook.com/indonesiapustaka m aupun individu, akan m engusik Anda para pem baca, seperti juga
m ereka m engusik saya. Akankah bab ini m eyakinkan Anda untuk m em -
besarkan anak Anda nantinya sebagai bilingual, ataukah m alah m e-
yakinkan Anda bahwa seluruh dunia harus sesegera m ungkin beralih ke
bahasa Inggris?

To tal bah as a di du n ia
Sebelum kita bisa m engurusi pertanyaan-pertanyaan besar itu, m arilah
kita m ulai dengan pem bukaan m engenai berapa banyak bahasa yang
masih ada sekarang, bagaimana bahasa-bahasa itu berkembang,
dan di bagian dunia m ana m ereka dituturkan. J um lah bahasa yang
diketahui masih dituturkan sekarang ataupun belum lama ini di dunia
m odern adalah sekitar 7.0 0 0 . J um lah total yang besar itu m ungkin
m em buat banyak pem baca terkesim a, sebab sebagian besar kita hanya
bisa m enyebutkan beberapa lusin bahasa, dan m ayoritas sangat besar
bahasa tidaklah kita akrabi. Sebagian besar bahasa tidaklah tertulis,
dituturkan hanya oleh beberapa orang, dan dituturkan jauh dari
negara-negara industri. Misalnya, seluruh Eropa di sebelah barat Rusia
m em iliki lebih sedikit daripada 10 0 bahasa setem pat, nam un benua
Afrika dan anak-benua India m asing-m asing m em iliki lebih dari-
pada 1.000 bahasa setempat, negara Nigeria di Afrika memiliki 527
bahasa sem entara Kam erun di benua yang sam a m em iliki 286 bahasa,
sedangkan negara pulau kecil di Pasiik, Vanuatu (luasnya kurang dari-
pada 13.0 0 0 kilom eter persegi) m em iliki 110 bahasa. Keanekaragam an
bahasa tertinggi di dunia adalah di pulau Papua, dengan sekitar 1.0 0 0
bahasa dan fam ili bahasa berbeda dalam jum lah yang tidak diketahui
nam un tam paknya besar, bersesakan di daerah yang hanya sedikit lebih
luas daripada Texas.

Dari ke-7.0 0 0 bahasa itu, 9 "raksasa", yaitu bahasa prim er yang di-
gunakan oleh 10 0 juta orang atau lebih, digunakan oleh lebih daripada
sepertiga populasi dunia. Di tempat pertama tidak diragukan lagi ada-
lah Mandarin, bahasa utama setidaknya 700 juta orang Tiongkok,
diikuti oleh bahasa Spanyol, Inggris, Arab, Hindi, Benggala, Portugis,
Rusia, dan J epang dalam urutan kira-kira seperti itu. Bila kita
longgarkan deinisi "bahasa besar" kita sehingga mencakup ke-70
bahasa teratas—alias 1% teratas dari sem ua bahasa—m aka kita telah
m encakup bahasa-bahasa prim er nyaris 80 % penduduk dunia.

Namun kebanyakan bahasa dunia merupakan bahasa "kecil"
dengan segelintir penutur. Bila kita bagi penduduk dunia yang ber-

470 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka jum lah nyaris 7 m iliar dengan 7.0 0 0 bahasa, kita peroleh rata-rata 1
juta orang sebagai jumlah rata-rata penutur satu bahasa. Oleh karena
rata-rata itu terdistorsi oleh 10 0 juta lebih penutur ke-9 bahasa raksasa
saja, ukuran yang lebih baik untuk bahasa "tipikal" adalah "m edian"
jum lah penuturnya—alias, bahasa yang sedem ikian rupa sehingga se-
paro bahasa di dunia m em iliki lebih banyak penutur, sem entara yang
separo lagi m em iliki lebih sedikit penutur. Angka m edian itu hanyalah
beberapa ribu penutur. Oleh karena itu separo bahasa dunia memiliki
kurang daripada beberapa ribu penutur, dan banyak di antaranya
hanya m em iliki antara 60 dan 20 0 penutur.

Namun pembahasan-pembahasan mengenai jumlah bahasa sema-
cam itu, dan jumlah penutur bahasa, memaksa kita menghadapi per-
tanyaan yang saya antisipasi sewaktu m enjabarkan penghitungan ba-
hasa di sekeliling api unggun saya di Papua di awal bab ini. Apa beda-
nya antara bahasa tersendiri dan sekadar dialek dalam satu bahasa?
Perbedaan-perbedaan bahasa antara populasi-populasi yang berte-
tangga saling bergradasi sepenuhnya; sesam a tetangga m ungkin m e-
m aham i 10 0 %, atau 92%, atau 75%, atau 42%, atau tidak paham sam a
sekali apa yang diucapkan tetangganya. Perbedaan antara bahasa dan
dialek kerap kali ditentukan secara manasuka di tingkat saling me-
ngerti sebesar 70 %: bila populasi-populasi yang bertetangga dengan
cara berbicara yang berbeda-beda dapat m em aham i lebih daripada 70 %
pembicaraan satu sama lain, maka (berdasarkan deinisi tersebut) me-
reka dianggap hanya m enuturkan dialek-dialek berbeda dalam bahasa
yang sam a, sem entara m ereka dianggap m enuturkan bahasa yang
berbeda bila m ereka m em aham i kurang daripada 70 %.

Namun bahkan deinisi linguistik ketat yang sederhana dan mana-
suka dialek dan bahasa itu mungkin menjumpai ambiguitas sewaktu
kita m encoba m em praktikkannya. Satu kesulitan praktis disebab-
kan oleh rantai dialek: dalam serangkaian desa ABCDEFGH yang ber-
tetangga, setiap desa m ungkin m em aham i kedua desa di kedua sisinya,
namun desa A dan desa H di ujung-ujung rantai tersebut mungkin
tidak saling memahami sama sekali. Satu lagi kesulitan adalah bahwa
beberapa pasangan komunitas penutur mungkin asimetris dalam
hal kesaling-m engertian: A dapat m em aham i sebagian besar yang B
katakan, namun B kesulitan memahami A. Misalnya, teman-teman saya
yang m erupakan penutur bahasa Portugis m engatakan bahwa m ereka
m em aham i penutur bahasa Spanyol dengan baik, nam un tem an-tem an

TOTAL BAHASA DI DUNIA ● 471

http://facebook.com/indonesiapustaka saya yang m erupakan penutur bahasa Spanyol m enghadapi lebih ba-
nyak kesulitan m em aham i bahasa Portugis.

Itulah kedua jenis masalah dalam menarik garis antara dialek dan
bahasa berdasarkan dasar-dasar linguistik semata. Masalah yang le-
bih besar adalah bahwa bahasa dideinisikan sebagai terpisah bukan
hanya berdasarkan perbedaan-perbedaan linguistik, m elainkan juga
perbedaan-perbedaan politik dan etnik yang dideinisikan sendiri.
Fakta ini dinyatakan dalam satu lawakan yang sering terdengar di ka-
langan para ahli linguistik: “Bahasa adalah dialek yang didukung
oleh angkatan darat dan angkatan lautnya sendiri.” Misalnya, baha-
sa Spanyol dan bahasa Italia m ungkin tidak lulus uji 70 % untuk di-
nyatakan sebagai bahasa terpisah, bukan sekadar dialek: tem an-tem an
Spanyol dan Italia saya m engatakan kepada saya bahwa m ereka bisa
m em aham i sebagian besar yang dikatakan oleh orang-orang dari bang-
sa yang satu lagi, terutama setelah berlatih sedikit. Namun terlepas
dari apa yang m ungkin dikatakan oleh ahli linguistik yang m enerapkan
uji 70 % ini, setiap orang Spanyol dan setiap orang Italia, juga setiap
orang lain, akan tanpa ragu m enyatakan bahwa bahasa Spanyol dan
Italia itu berbeda—sebab kedua negara itu m em iliki angkatan darat dan
angkatan laut sendiri, ditam bah pem erintahan dan sistem sekolah yang
nyaris selalu terpisah, selam a lebih daripada seribu tahun.

Sebaliknya, banyak bahasa Eropa m em iliki bentuk-bentuk regional
yang sangat terdiferensiasi yang oleh pem erintah negara m ereka secara
empatis anggap sebagai sekadar dialek, walaupun para penutur bahasa
dari wilayah yang berbeda-beda sam a sekali tidak bisa m em aham i satu
sam a lain. Tem an-tem an saya dari J erm an utara tidak paham sam a
sekali om ongan orang-orang perdesaan Bavaria, sem entara tem an-
teman saya dari Italia utara sama kebingungannya di Sisilia. Namun
pem erintahan nasional m ereka bersikeras bahwa wilayah-wilayah
tersebut tidak boleh memiliki angkatan darat dan angkatan laut ter-
sendiri, sehingga bentuk-bentuk bahasa lisan mereka dilabeli sebagai
dialek. J angan coba-coba m enyebut-nyebut soal kriteria saling m e-
n ger t i.

Perbedaan-perbedaan regional di dalam negara-negara Eropa itu
bahkan lebih besar lagi 60 tahun lalu, sebelum televisi dan m igrasi in-
ternal m ulai m em atahkan perbedaan-perbedaan "dialek" yang telah
ada sejak lama. Misalnya, dalam kunjungan pertama saya ke Britania
pada 1950 , orangtua saya m em bawa saya dan saudari saya Susan untuk
m engunjungi tem an-tem an keluarga bernama Grantham -Hill di rumah

472 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka m ereka di kota kecil bernam a Beccles, East Anglia. Sewaktu orang-
tua saya dan tem an-tem an m ereka m engobrol, saya dan saudari saya
menjadi bosan dengan percakapan orang-orang dewasa itu dan pergi
ke luar untuk berjalan-jalan di sekitar pusat kota tua yang indah itu.
Setelah beberapa kali m elewati belokan yang lupa kam i hitung, kam i
m enyadari bahwa kam i tersesat, dan kam i m enanyai seorang laki-laki
di jalan tentang arah kem bali ke rum ah tem an kam i. Laki-laki itu jelas-
jelas tidak m em aham i aksen Am erika kam i, bahkan m eskipun kam i
berbicara secara perlahan dan (menurut kami) dengan jelas. Namun
dia m enyadari bahwa kam i m asih anak-anak dan tersesat, dan dia
tam pak terpikat sewaktu kam i m engulang-ulangi kata-kata "Grantham-
Hill, Grantham -Hill". Dia m enjawab dengan banyak kalim at yang
m enunjukkan arah, yang tidak satu pun katanya bisa saya dan Susan
pahami; kami sama sekali tidak bisa tahu bahwa dia menganggap
dirinya berbicara bahasa Inggris. Untungnya bagi kam i, dia m enunjuk
ke satu arah, dan kami pun bertolak ke arah tersebut sampai kami
m engenali sebuah bangunan di dekat rumah Grantham-Hill. "Dialek"
lokal di Beccles dahulu itu dan di distrik-distrik Inggris lain telah
m engalam i hom ogenisasi dan bergeser ke arah Bahasa Inggris BBC,
seiring sem akin m eratanya akses televisi di Britania dalam dasawarsa-
dasawarsa belakangan.

Melalui deinisi linguistik semata berupa 70% saling mengerti—
deinisi yang harus kita gunakan di Papua, di mana tidak ada suku yang
m em iliki angkatan darat ataupun angkatan laut sendiri—cukup banyak
"dialek" Italia yang akan berubah statusnya menjadi bahasa. Deinisi
ulang sejumlah dialek Italia itu sebagai bahasa akan mengurangi lebar
jurang keanekaragaman linguistik antara Italia dan Papua sedikit,
nam un tidak banyak. Bila rata-rata jum lah penutur satu "dialek"
Italia telah m enyam ai rata-rata sebanyak 4.0 0 0 penutur untuk setiap
bahasa Papua, Italia akan m em iliki 10 .0 0 0 bahasa. Para pendukung
keterpisahan dialek-dialek Italia m ungkin m enyatakan Italia m em iliki
lusinan bahasa, nam un tidak akan ada yang m engklaim bahwa ada
10.000 bahasa berbeda di Italia. Memang benar bahwa secara li-
nguistik, Papua jauh lebih beranekaragam daripada Italia.

Bagaim ana bahasa ber-evolusi
Bagaim ana bisa di dunia ini akhirnya ada 7.0 0 0 bahasa, bukannya
kita sem ua m em iliki bahasa yang sam a? Sejak puluhan ribu tahun
sebelum bahasa disebarkan oleh Internet dan Facebook, ada cukup

BAGAIMANA BAHASA BER-EVOLUSI ● 473

http://facebook.com/indonesiapustaka kesem patan bagi m enghilangnya perbedaan-perbedaan bahasa, sebab
sebagian besar m asyarakat tradisional telah m engalam i kontak dengan
m asyarakat-m asyarakat tetangganya. Dengan tetangga-tetangga itulah
mereka mencoba saling mengawini dan berniaga, dan dari tetangga-
tetangga itulah mereka meminjam kata-kata, gagasan, dan perilaku.
Sesuatu pastilah telah m enyebabkan bahasa-bahasa, bahkan pada m asa
lalu dan di bawah kondisi-kondisi tradisional, untuk memisah dan
tetap terpisah, terlepas dari segala kontak tersebut.

Beginilah terjadinya. Siapa pun di antara kita yang berusia di atas
40 tahun telah mengamati bahwa bahasa-bahasa berubah bahkan
dalam jangka waktu beberapa dasawarsa saja, dengan kata-kata yang
tidak lagi digunakan, kata-kata baru yang dim unculkan, dan pergeseran
cara baca. Misalnya, setiap kali saya berkunjung lagi ke Jerman, di
m ana saya pernah tinggal pada 1961, para pem uda J erm an m enyadari
bahwa m ereka harus m enjelaskan kepada saya sejum lah kata J erm an
baru (m isalnya, kata baru Händi untuk telepon genggam , yang belum
ada pada 1961), dan saya m asih m enggunakan beberapa kata J erm an
kuno yang sudah tidak lagi digunakan setelah 1961 (m isalnya jener/
jene untuk "itu" tunggal dan jamak). Namun pemuda Jerman dan
saya secara garis besar m asih bisa saling m em aham i dengan baik.
Serupa dengan itu, para pem baca yang berasal dari Am erika dan
berusia kurang daripada 40 tahun mungkin tidak mengenali sejumlah
kata bahasa Inggris yang tadinya populer seperti "bally hoo", nam un
sebagai kom pensasinya m ereka sehari-hari m enggunakan kata kerja "to
Google" dan "Googling", yang tidak ada pada m asa kanak-kanak saya.

Setelah beberapa abad terjadi perubahan-perubahan mandiri se-
macam itu pada dua masyarakat penutur yang terpisah secara geograis
m eskipun berasal dari m asyarakat penutur asli yang sam a, kedua
m asyarakat itu m engem bangkan dialek-dialek yang m enyebabkan satu
sam a lain susah saling m em aham i: m isalnya, perbedaan-perbedaan
kecil antara bahasa Inggris di Am erika dan Britania, perbedaan-
perbedaan yang lebih besar antara bahasa Prancis di Quebec dan di
Prancis m etropolitan, dan perbedaan-perbedaan yang lebih besar lagi
antara bahasa Afrikaans dan bahasa Belanda. Setelah proses pem isahan
2.0 0 0 tahun, m asyarakat-m asyarakat penutur itu telah m em isah
sedemikian rupa sehingga tidak lagi bisa saling memahami, walaupun
bagi para ahli linguistik kedua m asyarakat itu jelas m asih berkerabat—
seperti m isalnya bahasa-bahasa Prancis, Spanyol, dan Rum ania yang
berasal dari bahasa Latin, atau bahasa Inggris, J erm an, dan bahasa-

474 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka bahasa J erm anik lain, yang berasal dari bahasa proto-J erm anik.
Terakhir, setelah sekitar 10 .0 0 0 tahun, perbedaan-perbedaan itu
sedemikian besar sehingga sebagian besar ahli linguistik akan
m enggolongkan bahasa-bahasa ke dalam fam ili-fam ili bahasa yang
berbeda-beda tanpa hubungan apa-apa yang bisa terdeteksi.

Dengan dem ikian, bahasa-bahasa m engalam i evolusi perbedaan-
perbedaan karena kelom pok-kelom pok m anusia yang berbeda-beda
secara sendiri-sendiri mengembangkan kata-kata berbeda dan cara-
cara pengucapan berbeda seiring berlalunya waktu. Namun tetap ter-
sisa pertanyaan, yaitu m engapa bahasa-bahasa yang m em isah itu tidak
m enyatu lagi ketika m asyarakat yang tadinya terpisah m enjadi m e-
nyebar dan kem bali saling berhubungan di wilayah-wilayah perbatasan
bahasa. Misalnya di perbatasan modern antara Jerman dan Polandia,
ada desa-desa Polandia di dekat desa-desa J erman, namun para pen-
duduk desa tetap m enuturkan variasi lokal bahasa J erm an atau
Polandia, bukan campuran Jerman-Polandia. Mengapa demikian?

Barangkali kerugian utam a m enuturkan bahasa cam puran m e-
libatkan satu fungsi dasar bahasa m anusia: begitu kita m ulai berbicara
ke seseorang lain, bahasa kita berperan sebagai lambang identitas
kelom pok kita yang langsung bisa dikenali. J auh lebih m udah bagi
mata-mata pada masa perang untuk mengenakan seragam musuh
daripada secara m eyakinkan m eniru bahasa dan cara pengucapan
m usuh. Orang-orang yang m enuturkan bahasa kita adalah orang-orang
kita: mereka akan mengenali kita sebagai rekan sebangsa, dan mereka
akan m endukung kita atau setidak-tidaknya tidak langsung m encurigai
kita, sem entara seseorang yang m enuturkan bahasa berbeda pantas di-
pandang sebagai orang asing yang berpotensi berbahaya. Pem bedaan
langsung antara kawan dan orang asing itu masih berlaku hingga kini:
coba lihat saja bagaim ana pem baca saya dari Am erika, ketika berada
di Uzbekistan, m erasa sedem ikian lega ketika akhirnya m endengar
seseorang di belakang mereka berbicara bahasa Inggris dengan aksen
Am erika. Pem bedaan antara kawan dan orang asing itu bahkan
jauh lebih penting lagi pada m asa lalu (Bab 1), kerap kali m erupakan
masalah hidup dan mati. Penting untuk menuturkan bahasa milik
setidaknya salah satu m asyarakat, sehingga setidaknya akan ada
kelom pok yang m enganggap kita "bagian m ereka". Bila kita justru
berbicara cam pur-cam pur di dekat perbatasan wilayah bahasa, kedua
kelom pok m ungkin m em aham i sebagian besar hal yang kita katakan,
namun tidak satu pun kelompok akan menganggap kita "salah satu

GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 475

http://facebook.com/indonesiapustaka dari m ereka", dan kita tidak bisa m engandalkan kelom pok yang m ana
pun untuk menerima dan melindungi kita. Mungkin itulah mengapa
m asyarakat-m asyarakat penutur bahasa di dunia cenderung tetap
m enjadi ribuan bahasa terpisah, bukannya seluruh dunia m enggunakan
satu bahasa atau membentuk satu rantai dialek.

Geograi keanekaragaman bahasa
Bahasa-bahasa tersebar secara tidak m erata di seluruh dunia: sekitar
10 % luas wilayah dunia m engandung separo bahasa yang ada.
Misalnya, di ekstrem terendah keanekaragaman bahasa, ketiga negara
terbesar di dunia—Rusia, Kanada, dan Tiongkok, m asing-m asing
dengan wilayah seluas jutaan kilom eter persegi—secara berturut-
turut hanya memiliki sekitar 100, 80, dan 300 bahasa asli. Namun
di ekstrem tertinggi keanekaragaman bahasa, Papua dengan luas
wilayah hanya 780 .0 0 0 kilom eter persegi m em iliki sekitar 1.0 0 0
bahasa asli, dan Vanuatu yang seluas hanya 12.0 0 0 kilom eter persegi
m em iliki sekitar 110 bahasa asli. Itu berarti satu bahasa dituturkan
di daerah rata-rata seluas 170 .0 0 0 kilom eter persegi (di Rusia),
126.0 0 0 kilom eter persegi (di Kanada), dan 31.0 0 0 kilom eter persegi
(di Tiongkok), nam un ada satu bahasa per 780 kilom eter persegi (di
Papua) dan 109 kilometer persegi (di Vanuatu). Mengapa ada variasi
geograi sebesar itu dalam hal keanekaragaman bahasa?

Para ahli linguistik m enyadari faktor-faktor ekologi, sosio-ekonom i,
dan historis yang tam paknya bersum bangsih terhadap jawaban
bagi pertanyaan itu. Keanekaragam an bahasa—m isalnya, jum lah
bahasa asli per 1.0 0 0 kilom eter persegi wilayah—berkorelasi dengan
banyak faktor-faktor yang berpotensi m enjelaskan, nam un faktor-
faktor itu sendiri saling berkorelasi. Oleh karena itu kita harus berpa-
ling ke metode-metode statistika, seperti analisis regresi jamak, guna
m enelaah faktor-faktor m ana yang m em iliki efek utam a yang benar-
benar m enyebabkan keanekaragam an bahasa tinggi atau rendah,
dan faktor-faktor lain m ana yang punya efek yang tidak begitu kuat,
dimediasi oleh korelasi mereka dengan faktor-faktor primer. Misalnya,
ada korelasi positif antara kepem ilikan m obil Rolls-Royce dan rentang
hidup: pem ilik Rolls-Royce rata-rata cenderung hidup lebih lam a
daripada orang-orang yang tidak m em iliki Rolls-Royce. Itu bukan
karena m em iliki Rolls-Royce secara langsung m em buat panjang um ur,
m elainkan karena pem ilik Rolls-Royce cenderung m em iliki banyak
uang, yang m em ungkinkan m ereka m em bayar perawatan kesehatan

476 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka yang lebih baik, yang m erupakan penyebab sejati rentang hidup
m ereka yang lebih panjang. Tapi, dalam hal korelasi keanekaragam an
linguistik, belum ada kesepakatan sem acam itu m engenai penyebab-
penyebab sejati yang m endasari keanekaragam an tersebut.

Keem pat korelasi ekologi terdekat dengan keanekaragam an bahasa
adalah dengan letak di garis lintang, kestabilan iklim , produktivitas
biologis, dan keanekaragaman ekologis setempat. Pertama-tama,
keanekaragaman bahasa menurun dari khatulistiwa ke arah kutub:
bila sem ua hal lainnya dianggap sam a, daerah-daerah tropis m em iliki
lebih banyak bahasa daripada daerah-daerah setara di garis lintang
yang lebih tinggi. Kedua, pada di lintang m ana pun, keanekaragam an
bahasa berkurang seiring kestabilan atau ketidakstabilan iklim,
entah itu berupa variasi m usim an teratur dalam setahun atau variasi
tak terperkirakan dari tahun ke tahun. Misalnya, keanekaragaman
bahasa lebih tinggi di hutan hujan tropis yang basah sepanjang tahun
daripada di sabana tropis di dekatnya yang bersifat lebih m usim an.
(Faktor perubahan m usim an itu bisa jadi m enjadi penyebab sebagian,
melalui korelasi antara letak lintang dan perubahan musiman, sebab
keanekaragam an bahasa lebih tinggi di wilayah tropis yang tidak
m engalam i banyak perubahan m usim daripada di daerah lintang tinggi
yang m engalam i perubahan m usim kentara.) Ketiga, keanekaragam an
bahasa cenderung lebih tinggi di lingkungan yang lebih produktif
(m isalnya, lebih tinggi di hutan hujan daripada di gurun), walau-
pun lagi-lagi setidaknya sebagian efek itu bisa jadi disebabkan ke-
cenderungan gurun dan banyak lingkungan tak-produktif lainnya
bersifat sangat m usim an. Terakhir, keanekaragam an bahasa tinggi
di daerah-daerah yang beranekaragam secara ekologi dan cenderung
sangat tinggi di daerah-daerah tak rata yang berpegunungan daripada
di daerah-daerah yang rata.

Keem pat hubungan ekologi itu hanyalah korelasi, bukan penje-
lasan. Penjelasan-penjelasan m endasar yang diajukan antara lain
ukuran populasi manusia, mobilitas, dan strategi ekonomi. Pertama-
tam a, kem am puan bertahan suatu m asyarakat penutur bahasa m e-
ningkat seiring jum lah anggotanya: bahasa yang dituturkan hanya
oleh 50 orang lebih mungkin menghilang, gara-gara semua penu-
turnya m eninggal atau m eninggalkan bahasa m ereka, daripada bahasa
yang dituturkan oleh 5.0 0 0 orang. Oleh karena itu daerah-daerah
dengan produktivitas biologis rendah (m enyokong lebih sedikit orang)
cenderung m enyokong lebih sedikit bahasa, dan m em butuhkan

GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 477

http://facebook.com/indonesiapustaka wilayah yang lebih luas bagi penutur-penutur setiap bahasa. Satu
populasi yang m am pu bertahan di wilayah Artika atau gurun cenderung
m em butuhkan puluhan ribu kilom eter persegi untuk m enyokong
dirinya sendiri, sem entara beberapa ratus kilom eter persegi sudah
cukup di bentang alam yang produktif. Kedua, sem akin konstan
lingkungan dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun, semakin
berswasem bada dan m enetap suatu m asyarakat penutur bahasa di
dalam satu wilayah kecil, tanpa perlu berpindah dari waktu ke waktu
atau berniaga dem i m encukupi kebutuhan dengan m asyarakat-
m asyarakat lain. Terakhir, wilayah yang beranekaragam secara ekologis
dapat m enyokong banyak m asyarakat bahasa yng berbeda, m asing-
m asing dengan ekonom i bertahan hidup tersendiri yang teradaptasi
bagi ekologi setem pat yang berbeda: m isalnya, daerah pegunungan da-
pat m enyokong penggem bala di gunung, petani di perbukitan, nelayan
sungai dataran rendah, dan peternak sabana dataran rendah di ke-
tinggian dan habitat berbeda-beda.

Dengan dem ikian, faktor-faktor ekologis telah m em beritahu
kita beberapa alasan m engapa Papua yang kecil m em iliki bahasa
5– 10 kali lipat lebih banyak daripada Rusia, Kanada, atau Tiongkok.
Papua terletak beberapa derajat di sekitar khatulistiwa, sehingga
penduduknya m engalam i hanya sedikit variasi iklim . Bentang alam
Papua basah, subur, dan produktif. Orang-orang Papua tidak banyak
berpindah, atau bahkan tidak berpindahan sama sekali, dari musim
ke musim ataupun dari tahun ke tahun; mereka bisa memenuhi segala
kebutuhan untuk bertahan hidup dalam wilayah yang kecil; dan
mereka tidak harus berniaga kecuali demi memperoleh garam, batu
untuk perkakas, dan benda-benda mewah seperti cangkang dan bulu.
Papua bergunung-gunung dan beranekaragam secara ekologis, dengan
gunung-gunung yang m encapai ketinggian 5.0 0 0 m eter, sungai, danau,
pesisir laut, sabana, dan hutan. Kita bisa m enyatakan keberatan karena
Tiongkok dan Kanada m em iliki gunung-gunung yang lebih tinggi
dan variasi ketinggian yang bahkan lebih besar lagi daripada Papua.
Namun letak Papua yang tropis berarti orang-orang Papua dapat hidup
sepanjang tahun dan bercocok-tanam dalam kepadatan populasi tinggi
sampai ketinggian 2.40 0 meter, sementara tempat-tempat tinggi di
Tiongkok dan Kanada m em beku pada m usim -m usim tertentu dan
m enyokong hanya kepadatan populasi m anusia yang rendah (di Tibet)
atau bahkan tidak dihuni manusia sama sekali.

478 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka Selain faktor-faktor ekologis tersebut, juga ada faktor-faktor sosio-
ekonom i dan historis yang bersum bangsih terhadap perbedaan-perbe-
daan keanekaragam an di seluruh dunia. Salah satu faktor sem acam itu
adalah m asyarakat penutur bahasa pem buru-pengum pul terdiri atas
lebih sedikit individu nam un m ungkin hidup di wilayah yang lebih
luas daripada masyarakat penutur bahasa petani. Misalnya, Australia
Aboriginal secara tradisional dihuni seluruhnya oleh para pem buru-
pengum pul yang m enem pati rata-rata 41.0 0 0 kilom eter persegi per
bahasa, sem entara Papua yang m erupakan pulau tetangganya m enyo-
kong penduduk yang sebagian besar m erupakan petani yang m enem -
pati hanya 780 kilom eter persegi per bahasa. Di Papua Indonesia, saya
bekerja di wilayah-wilayah yang m enyokong baik petani (di Dataran
Tinggi Tengah) m aupun pem buru-pengum pul (di wilayah danau) di
sekitarnya, dengan kira-kira dua lusin bahasa untuk m asing-m asing
gaya hidup. Rata-rata bahasa pem buru pengum pul di situ hanya m e-
m iliki 388 penutur, sem entara rata-rata bahasa petani m em iliki 18.241
penutur. Alasan utam a kecilnya m asyarakat penutur bahasa pem buru-
pengum pul adalah ketersediaan m akanan yang rendah, sehingga ke-
padatan populasi m anusia pun rendah. Di dalam lingkungan yang
sam a, kepadatan populasi pem buru-pengum pul lebih rendah 10
sam pai 10 0 kali daripada kepadatan populasi petani, sebab lebih
sedikit m akanan yang tersedia bagi pem buru-pengum pul, yang m am pu
m em akan hanya sepersekian persen spesies tum buhan liar yang bisa
dim akan, daripada bagi petani, yang m engubah bentang alam m enjadi
kebun dan ladang tum buhan yang bisa dim akan.

Faktor sosio-ekonom i kedua yang berkaitan dengan keaneka-
ragaman bahasa adalah organisasi politik: keanekaragaman menurun,
sem entara populasi dan luas wilayah m asyarakat bahasa m eningkat,
seiring m eningkatnya kom pleksitas politik dari kawanan m enjadi
negara. Misalnya, Amerika Serikat masa kini, negara dengan satu
bahasa tunggal dominan dari ujung ke ujung, memiliki populasi kira-
kira 30 kali daripada populasi seluruh dunia pada waktu dunia masih
terdiri sepenuhnya atas kawanan dan suku pem buru-pengum pul
yang m em iliki ribuan bahasa. Bahasa dom inan AS, bahasa Inggris,
telah banyak m enggantikan ratusan bahasa lokal yang tadinya
dituturkan lim a ratus tahun lalu di wilayah yang kini m erupakan
teritori nasional AS ketika wilayah tersebut terbagi-bagi di antara
berbagai kawanan, suku, dan kedatuan penduduk Asli Am erika. Yang
m endasari kecenderungan ini adalah fakta, yang dibahas di Pem -

GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 479

http://facebook.com/indonesiapustaka bukaan, bahwa peningkatan kom pleksitas politik m enjadi hal yang
diperlukan seiring m eningkatnya populasi m asyarakat—sebab m asya-
rakat yang terdiri atas beberapa lusin orang dapat m em buat keputusan
dalam m usyawarah tanpa pem im pin, nam un m asyarakat yang terdiri
atas jutaan orang membutuhkan pemimpin dan birokrat agar bisa ber-
jalan. Negara-negara meluaskan cakupan bahasa-bahasa mereka sen-
diri dengan m enyingkirkan bahasa-bahasa kelom pok yang ditaklukkan
atau dicaplok. Ekspansi bahasa tersebut sebagian merupakan masalah
kebijakan negara demi tujuan administrasi dan kesatuan nasional, dan
sebagian sebagai m asalah spontan berupa individu-individu warga
negara mengadopsi bahasa nasional guna meraih kesempatan ekonomi
dan sosial demi diri sendiri.

Faktor terakhir adalah faktor historis, yang berbagai hasilnya m en-
cakup penurunan keanekaragaman bahasa seturut peningkatan kom-
pleksitas politik seperti yang baru saja disebutkan. Wilayah-wilayah
dunia telah berulang-ulang disapu oleh "mesin giling bahasa", di mana
satu kelom pok yang m enikm ati suatu keunggulan dalam hal jum lah
populasi, basis makanan, atau teknologi, mengeksploitasi keunggulan
itu untuk mengembang dengan mengalahkan kelompok-kelompok
tetangganya, m ewajibkan penggunaan bahasanya sendiri di wilayah
itu, dan m enggantikan bahasa-bahasa lokal yang tadinya ada dengan
m engusir atau m em bunuh para penuturnya, atau m engubah m ereka
menjadi penutur bahasa sang penyerbu. Mesin giling bahasa paling
akrab dengan kita adalah yang dikaitkan dengan ekspansi negara-
negara kuat terhadap m asyarakat-m asyarakat yang tidak bernegara.
Contoh-contoh terbaru m encakup ekspansi Eropa yang m enggantikan
bahasa-bahasa asli di benua-benua Am erika, penaklukan Britania
atas Australia yang m enggantikan bahasa-bahasa Aborigin Australia,
dan ekspansi Rusia atas Pegunungan Ural sampai ke Samudra Pasiik,
menggantikan bahasa-bahasa asli Siberia. Pada masa lalu pun ada
m esin giling yang didorong oleh negara dan tercatat secara historis.
Ekspansi Kekaisaran Rom awi di seputar Laut Tengah dan sebagian
besar Eropa Barat m em unahkan bahasa Etruska, bahasa-bahasa Kelt
Eropa Daratan, dan banyak bahasa lainnya. Ekspansi Kekaisaran Inca
dan pendahulu-pendahulunya m enyebarkan bahasa Quechua dan
Aym ara di Andes.

Yang kurang diakrabi oleh orang-orang yang bukan ahli linguistik
adalah m esin giling yang didorong oleh ekspansi petani pra-aksara ke
wilayah-wilayah pem buru-pengum pul, dan disim pulkan dari bukti

480 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka linguistik dan arkeologis, bukan bukti historis. Yang dipaham i dengan
baik antara lain ekspansi petani Bantu, yang m enggantikan sebagian
besar bahasa-bahasa yang tadinya dituturkan oleh para pem buru-
pengum pul di Afrika sebelah selatan khatulistiwa, dan ekspansi petani
Austronesia yang m elakukan hal serupa di kepulauan Asia Tenggara.
J uga ada m esin giling pem buru-pengum pul yang m enggilas pem buru-
pengum pul lain, didorong oleh peningkatan teknologi: m isalnya,
ekspansi Inuit 1.0 0 0 tahun lalu ke arah tim ur m elintasi Artika Kanada,
berkat kem ajuan teknologi seperti kereta yang dihela anjing dan kayak.

Satu konsekuensi beberapa jenis ekspansi historis itu adalah bah-
wa sejum lah wilayah di dunia yang m engandung sedikit rintangan
geograis telah berulang-ulang digilas oleh mesin giling linguistik. Hasil
yang langsung kelihatan adalah keanekaragam an linguistik yang ren-
dah, sebab bahasa penyerbu m enyapu bersih keanekaragam an linguis-
tik yang tadinya ada. Seiring waktu, bahasa penyerbu itu berdiferensiasi
menjadi dialek-dialek lokal, dan kemudian memisah menjadi bahasa-
bahasa berbeda, nam un sem uanya m asih berkerabat dekat satu sam a
lain. Satu tahap awal dalam proses itu ditunjukkan oleh ekspansi
Inuit 1.0 0 0 tahun silam ; sem ua m asyarakat Inuit tim ur dari Alaska
sam pai Tanah Hijau m asih m enuturkan dialek-dialek yang bisa saling
dim engerti dalam satu bahasa tunggal. Ekspansi Rom awi dan Bantu
2.0 0 0 tahun silam m ewakili tahapan yang sedikit lebih lanjut: berbagai
bahasa Italik (seperti Prancis, Spanyol, dan Rum ania) sangatlah m irip
nam un tidak lagi bisa saling dim engerti, seperti juga halnya bagi
ratusan bahasa Bantu yang berkerabat dekat. Pada tahapan yang lebih
lanjut lagi, ekspansi Austronesia yang dim ulai sekitar 6.0 0 0 tahun
silam sam pai kini telah m enghasilkan seribu bahasa yang tergolong ke
dalam delapan cabang, namun masih cukup serupa sehingga tidak ada
keraguan mengenai kekerabatan mereka.

Berbeda dengan daerah-daerah yang dengan mudah digilas itu, yang
diistilahkan oleh Johanna Nichols "zona penyebaran bahasa", adalah
apa yang dia istilahkan "zona residual" atau refugia: daerah bergunung-
gunung dan daerah-daerah lain yang sulit digilas oleh negara-negara
dan orang-orang luar, di mana bahasa-bahasa bertahan dan ber-
diferensiasi untuk waktu yang lama, sehingga merupakan tempat les-
tarinya kelompok-kelompok bahasa yang unik. Contoh-contoh yang
terkenal adalah Pegunungan Kaukasus, dengan 3 famili bahasa yang
unik ditambah segelintir bahasa yang baru menyerbu belum lama ini
dan tergolong ke dalam tiga famili lain yang tersebar luas; Australia

MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 481

http://facebook.com/indonesiapustaka utara, tempat satu-satunya di mana terdapat 26 dari 27 famili bahasa
Aborigin Australia; California Indian, dengan sekitar 80 bahasa yang se-
cara berbeda-beda diklasiikasikan ke dalam antara 6 dan 22 famili; dan
tentu saja Papua, dengan 1.000 bahasanya yang diklasiikasikan ke da-
lam lusinan famili.

Oleh karena itu kita memiliki beberapa alasan lagi mengapa Papua
m erupakan yang terdepan di dunia dalam hal jum lah bahasa dan
fam ili bahasa. Selain alasan-alasan ekologis yang telah disebutkan se-
belum nya—variasi m usim an yang rendah, populasi yang m enetap,
lingkungan produktif yang m enyokong kepadatan populasi m anusia
yang tinggi, dan keanekaragam an ekologis yang m enyokong banyak
kelom pok m anusia yang ada bersam a-sam a dengan strategi bertahan
hidup yang berbeda-beda—kita kini juga m em iliki beberapa faktor
sosio-ekonom i dan historis. Hal itu m encakup fakta-fakta bahwa Papua
tradisional tidak pernah mengembangkan pemerintahan negara, se-
hingga tidak pernah ada m esin giling negara yang m enghilangkan ke-
anekaragam an linguistik; dan bahwa, akibat m edan Papua yang sangat
terbagi-bagi oleh pegunungan, m esin giling yang barangkali disebab-
kan oleh penyebaran pertanian Dataran Tinggi (yang berasosiasi de-
ngan apa yang disebut ilum bahasa Trans-Papua) tidak mampu me-
lenyapkan lusinan ilum bahasa Papua yang lebih tua.

Multilingualism e tradisional
Itulah alasan-alasan m engapa dunia m odern m ewarisi 7.0 0 0 bahasa
dari dunia tradisional sam pai kem arin, dan m engapa m asyarakat-
m asyarakat bahasa pem buru-pengum pul dan petani berskala kecil
tanpa pemerintahan negara terdiri atas jauh lebih sedikit penutur
bahasa daripada m asyarakat-m asyarakat negara m odern. Bagaim ana
dengan bilingualism e dan m ultilingualism e? Apakah m asyarakat tra-
disional lebih, kurang, atau sam a seringnya bersifat bilingual di-
bandingkan m asyarakat negara m odern?

Pembedaan antara bilingualisme (atau multilingualisme) dan mo-
nolingualisme terbukti lebih sulit lagi untuk dideinisikan dan lebih
manasuka daripada pembedaan antara bahasa dan dialek. Haruskah
kita m enganggap diri bilingual hanya bila kita bisa bercakap-cakap
dengan fasih dalam bahasa kedua selain bahasa ibu? Haruskah kita
m enghitung bahasa-bahasa yang dapat kita gunakan bercakap-cakap
dengan kikuk? Bagaim ana dengan bahasa-bahasa yang bisa kita
baca nam un tidak kita gunakan secara lisan—m isalnya, bahasa Latin

482 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka dan Yunani klasik bagi kita yang m em pelajarinya di sekolah? Dan
bagaim ana dengan bahasa-bahasa yang tidak bisa kita gunakan secara
lisan, namun dapat kita pahami sewaktu dituturkan oleh orang lain?
Anak-anak yang terlahir di Am erika dari orangtua im igran kerap kali
bisa mengerti namun tidak bisa menuturkan bahasa orangtua mereka,
dan orang-orang Papua kerap kali membedakan antara bahasa-bahasa
yang bisa m ereka tuturkan dan paham i, dan bahasa-bahasa yang
m enurut m ereka hanya bisa m ereka "dengar" nam un tidak bisa m ereka
gunakan berbicara. Sebagian karena tidak adanya kesepakatan soal
bilingualism e ini, kita tidak m em iliki data pem bandingan frekuensi
bilingualisme di seluruh dunia.

Terlepas dari itu, kita tidak harus lempar handuk dengan putus
asa dan m engabaikan subjek tersebut, karena ada banyak inform asi
anekdotal m engenai bilingualism e. Kebanyakan orang Am erika yang
terlahir di Am erika dari orangtua yang m enuturkan bahasa Inggris
pada dasarnya m erupakan m onolingual karena alasan yang gam blang:
di Am erika Serikat bahasa kedua tidaklah begitu dibutuhkan, dan bagi
sebagian orang Am erika tidak ada kesem patan teratur untuk m eng-
gunakannya; kebanyakan im igran ke AS m em pelajari bahasa Inggris;
dan kebanyakan orang Am erika yang m enuturkan bahasa Inggris
m enikahi pasangan yang juga m enuturkan bahasa Inggris. Kebanyakan
negara Eropa m em iliki hanya satu bahasa nasional resm i, dan sebagian
besar orang Eropa yang terlahir di negaranya m asing-m asing dengan
orangtua yang juga asli dari negara tersebut hanya m em pelajari
bahasa nasional itu di prasekolah. Tapi, karena semua negara Eropa
berukuran jauh lebih kecil dan (kini) tidak lagi berswasembada secara
ekonom i, politik, m aupun budaya dibandingkan Am erika Serikat, ke-
banyakan orang Eropa terdidik sekarang m em pelajari bahasa-bahasa
tam bahan di sekolah m elalui pengajaran form al dan kerap kali m enjadi
fasih. Pram uniaga-pram uniaga di banyak toko serba ada Skandinavia
m engenakan bros di jas m ereka, yang m enunjukkan bendera berbagai
bahasa yang m ereka kuasai sehingga bisa m em bantu konsum en
asing. Terlepas dari itu, m ultilingualism e yang tersebar luas di Eropa
m erupakan fenom ena baru yang lahir dari pendidikan m assal yang
lebih tinggi, integrasi ekonomi dan politik pasca-Perang Dunia II,
serta tersebarnya m edia m assa berbahasa Inggris. Sebelum nya, m ono-
lingualisme tersebar luas di negara-negara bangsa Eropa, seperti juga
di m asyarakat-m asyarakat negara lainnya. Alasan-alasannya jelas: m a-
syarakat bahasa negara berukuran besar, sering kali terdiri atas jutaan

MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 483

http://facebook.com/indonesiapustaka penutur; m asyarakat negara lebih m em ilih bahasa negara itu sendiri
untuk digunakan di pemerintahan, pendidikan, perdagangan, angkatan
bersenjata, dan hiburan; dan (seperti yang akan saya bahas di bawah)
negara m em iliki cara-cara hebat yang disengaja m aupun tidak untuk
m enyebarkan bahasa negara tersebut dengan m engorbankan bahasa-
bahasa lainnya.

Sementara itu, multilingualisme tersebar luas atau merupakan hal
rutin dalam m asyarakat-m asyarakat tradisional bukan-negara ber-
skala kecil. Lagi-lagi alasan-alasannya sederhana. Kita telah lihat
bahwa m asyarakat-m asyarakat bahasa tradisional berukuran kecil
(beberapa ribu penutur atau kurang) dan m enem pati wilayah yang
kecil. Masyarakat-masyarakat yang bertetangga langsung kerap kali
m em iliki bahasa yang berbeda. Orang-orang biasa bertem u dan harus
berurusan dengan penutur bahasa-bahasa lain. Untuk berdagang, un-
tuk m erundingkan persekutuan dan akses ke sum ber daya, dan (bagi
banyak m asyarakat tradisional) bahkan untuk m em peroleh pasang-
an dan berkomunikasi dengan pasangan membutuhkan bukan ha-
nya bilingualism e, m elainkan m ultilingualism e. Bahasa kedua dan
seterusnya dipelajari saat anak-anak dan di rum ah atau m elalui per-
gaulan sosial, bukan m elalui pengajaran form al. Berdasarkan peng-
alam an saya, kefasihan dalam lim a bahasa atau lebih adalah hal lazim
di antara orang-orang Papua tradisional. Sekarang akan saya lengkapi
kesan-kesan saya di Papua itu dengan catatan-catatan pendek dari dua
benua: Australia Aborigin dan Am erika Selatan tropis.

Australia Aborigin ditem pati oleh sekitar 250 kelom pok bahasa
yang berbeda, sem uanya bertahan hidup dengan berburu-m engum pul,
dengan rata-rata sekitar seribu penutur per bahasa. Semua laporan
yang dapat dipercaya m enjabarkan sebagian besar orang Aborigin
tradisional sebagai bersifat setidak-tidaknya bilingual, dan sebagian
besar m engetahui banyak bahasa. Satu penelitian sem acam itu dilak-
sanakan oleh ahli antropologi Peter Sutton di daerah Cape Keerweer
di Sem enanjung York, di m ana populasi lokal berjum lah 683 orang
terbagi ke dalam 21 klan, masing-masing dengan bentuk lisan sendiri
dan rata-rata berjum lah 33 orang per klan. Bentuk-bentuk lisan itu
diklasiikasikan menjadi lima bahasa plus sekitar tujuh dialek, sehingga
jum lah rata-rata penutur adalah sekitar 53 per bentuk lisan, atau 140
per bahasa. Orang-orang Aborigin tradisional di daerah tersebut m e-
nuturkan atau m em aham i setidaknya lim a bahasa atau dialek berbeda.
Sebagian karena m asyarakat-m asyarakat lisan sedem ikian kecil, dan

484 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka sebagian karena kesukaan mereka melakukan eksogami linguistik (me-
nikahi orang yang bahasa utam anya tidak sam a dengan bahasa m ereka
sendiri), 60 % pernikahan dilangsungkan antara pasangan-pasangan
yang m enuturkan bahasa berbeda, 16% lainnya antara penutur dialek
berbeda dalam bahasa yang sam a, dan hanya 24% antara pengguna
dialek yang sam a. Ini terlepas dari fakta bahwa klan-klan yang berte-
tangga cenderung mirip secara linguistik, sehingga kedekatan saja akan
m enyebabkan pernikahan dilangsungkan dalam dialek yang sam a,
seandainya saja tidak ada kesukaan untuk m encari pasangan yang lebih
jauh secara geograis maupun linguistik.

Oleh karena banyak kelom pok sosial di Cape Keerweer m elibat-
kan penutur bahasa yang berbeda-beda, percakapan sering kali m ulti-
lingual. Adatnya adalah m em ulai percakapan dengan bahasa atau
dialek orang yang kita ajak bicara, atau (bila kita seorang pengunjung)
dengan bahasa tuan rum ah. Kita kem udian boleh berganti kem bali
ke bahasa kita sendiri, sementara rekan-rekan kita menjawab da-
lam bahasa-bahasa mereka sendiri, atau kita mungkin mengajak bi-
cara setiap orang dengan bahasanya sendiri, sehingga pilihan bahasa
kita m enunjukkan siapa yang kita ajak bicara pada saat itu. Kita
juga m ungkin bertukar bahasa bergantung pada pesan im plisit yang
hendak kita sam paikan: m isalnya, pilihan satu bahasa berarti “Ti-
dak ada perselisihan di antara aku dan kam u”, pilihan bahasa yang
lain berarti “Aku dan kam u berselisih tapi aku ingin m eredakannya”,
pilihan yang lain lagi berarti “Aku orang yang baik dan berkelakuan
pantas secara sosial”, sem entara pilihan yang lain lagi berarti “Aku
akan menghinamu dengan berbicara kepadamu secara tidak hormat.”
Mungkin multilingualisme semacam itu adalah hal rutin dalam masa
lalu m anusia sebagai pem buru-pengum pul, seperti halnya hari ini di
daerah-daerah tradisional di Papua, dan untuk alasan-alasan yang
sam a: m asyarakat penutur bahasa yang kecil, dan karenanya seringnya
dilangsungkan eksogami linguistik, serta perjumpaan dan percakapan
sehari-hari dengan penutur bahasa-bahasa lain.

Pasangan penelitian lain, oleh Arthur Sorensen dan J ean J ackson,
dilangsungkan di daerah Sungai Vaupés di perbatasan antara Kolom bia
dan Brazil di Cekungan Am azon barat laut. Sekitar 10 .0 0 0 orang
Indian, yang m enuturkan sekitar 21 bahasa dari em pat fam ili bahasa
berbeda, secara budaya bersifat m irip dalam hal m ata pencaharian
yaitu bercocok-tanam , m enangkap ikan, dan berburu di sepanjang
sungai-sungai hutan hujan tropis. Seperti orang-orang Aborigin Cape

MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 485

http://facebook.com/indonesiapustaka Keerweer, Indian Sungai Vaupés m elakukan eksogam i linguistik
nam un jauh lebih ketat: dalam lebih daripada seribu pernikahan yang
dipelajari oleh J ackson, hanya satu yang m ungkin dilangsungkan
dalam kelom pok bahasa yang sam a. Sem entara anak-anak laki-laki
yang sudah dewasa tetap tinggal di rum ah panjang m ilik orangtua
mereka tempat mereka dibesarkan, anak-anak perempuan dari rumah-
rumah panjang dan kelompok-kelompok bahasa pindah ke rumah-
panjang suami saat menikah. Dalam setiap rumah panjang terdapat
perem puan-perem puan dari beberapa kelom pok bahasa yang berbeda,
yang tinggal di situ setelah m enikah: tiga orang, dalam kasus rum ah
panjang yang dipelajari secara intensif oleh Sorensen. Sem ua anak
m em pelajari bahasa ayah m aupun ibu m ereka sejak kanak-kanak, ke-
mudian mempelajari bahasa perempuan-perempuan lain di rumah
panjang itu. Oleh karena itu setiap orang di rumah panjang mengenal
keempat bahasa di rumah panjang itu (bahasa ibu para laki-laki, dan
ketiga kelom pok bahasa asal kaum perem puannya), dan kebanyakan
juga mempelajari bahasa-bahasa lain dari pengunjung.

Orang-orang Indian Sungai Vaupés baru m ulai m enuturkan sua-
tu bahasa setelah m ereka m enguasainya m elalui m endengar dan se-
cara pasif mendapatkan kosakata dan cara pengucapan. Mereka se-
cara berhati-hati menjaga bahasa-bahasa itu agar tetap terpisah dan
berupaya keras mengucapkan setiap bahasa dengan benar. Mereka
mengatakan kepada Sorensen bahwa mereka butuh satu sampai dua
tahun untuk mempelajari satu bahasa baru sampai fasih. Nilai tinggi
diberikan kepada berbicara dengan benar, dan membiarkan kata-kata
dari bahasa-bahasa lain memasuki percakapan dianggap sebagai me-
m a lu ka n .

Anekdot-anekdot dari m asyarakat-m asyarakat berskala kecil di
dua benua dan di Papua itu m enunjukkan bahwa tam paknya m ulti-
lingualism e yang diperoleh m elalui pergaulan sosial adalah hal rutin
pada masa lalu, dan monolingualisme atau multilingualisme berbasis
sekolah di m asyarakat-m asyarakat negara m odern adalah fenom ena
baru. Namun generalisasi ini bersifat tentatif dan menghadapi sejumlah
keterbatasan. Monolingualisme mungkin merupakan ciri masyarakat-
m asyarakat berskala kecil di beberapa daerah dengan keanekaragam an
bahasa rendah atau tempat ekspansi bahasa belum lama berlangsung,
seperti di daerah lintang tinggi atau di antara orang-orang Inuit di
sebelah tim ur Alaska. Generalisasi itu tetap didasarkan pada anekdot
dan ekspektasi yang berasal dari m asyuarakat-m asyarakat bahasa

486 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka tradisional kecil. Dibutuhkan survei sistem atik yang m enerapkan suatu
deinisi standar mengenai multilingualisme guna memberikan dasar
yang lebih kuat terhadap kesim pulan tersebut.

Manfaat bilingualism e
Kini m arilah kita ulik apakah m ultilingualism e atau bilingualism e
tradisional m em bawa keuntungan netto, bahaya netto, atau tidak
keduanya terhadap individu-individu bilingual dibandingkan dengan
individu-individu m onolingual. Saya akan jabarkan beberapa keung-
gulan praktis bilingualism e yang m enarik dan belum lam a ditem ukan
yang m ungkin m em buat Anda terkesan lebih daripada klaim yang
biasa kita dengar bahwa m em pelajari bahasa asing m em perkaya hidup
kita. Saya akan bahas di sini hanya efek-efek bilingualism e terhadap
individu: saya akan tunda pertanyaan bersangkutan m engenai apakah
bilingualism e baik atau buruk bagi m asyarakat secara keseluruhan
untuk bagian lain nanti.

Di antara negara-negara industri modern, bilingualisme ada-
lah bahan perdebatan terutam a di Am erika Serikat, yang telah m eng-
gabungkan persentase yang cukup besar dari im igran-im igran yang
bukan penutur bahasa Inggris ke dalam populasinya selam a 250 tahun
terakhir. Pandangan yang kerap dikem ukakan di AS adalah bilingual-
ism e berbahaya, terutam a bagi anak-anak im igran, yang terkendala
dalam m enghadapi budaya yang didom inasi penutur bahasa Inggris di
AS dan akan lebih baik bila m ereka tidak pernah m em pelajari bahasa
orangtua m ereka. Pandangan ini diterim a luas bukan hanya oleh orang-
orang Am erika kelahiran negara itu m elainkan juga oleh orangtua
im igran generasi pertam a: m isalnya, kakek-nenek saya (penutur bahasa
Yiddish) dan orangtua istri saya (penutur bahasa Polandia), yang de-
ngan tekun menghindari bercakap-cakap dalam bahasa asli mereka
di hadapan anak-anak m ereka, guna m eyakinkan bahwa orangtua sa-
ya dan istri saya hanya m em pelajari bahasa Inggris. Dasar-dasar tam -
bahan bagi pandangan ini bagi orang-orang Am erika kelahiran negara
itu mencakup rasa takut dan kecurigaan terhadap hal-hal asing, ter-
masuk bahasa-bahasa asing; dan kekhawatiran orangtua kelahiran
Am erika m aupun im igran bahwa m ungkin anak-anak akan ke-
bingungan bila terpapar dua bahasa secara bersamaan, dan bahwa pe-
nguasaan bahasa mereka akan lebih cepat bila mereka terpapar satu
bahasa saja. Penalaran itu m erupakan kekhawatiran yang sah: anak
yang m em pelajari dua bahasa harus m em pelajari dua kali lebih banyak

MANFAAT BILINGUALISME ● 487

http://facebook.com/indonesiapustaka bunyi suara, kata, dan struktur tata bahasa dibandingkan dengan anak
yang m onolingual; anak bilingual hanya m em iliki separo waktu un-
tuk dicurahkan bagi masing-masing bahasa; maka anak bilingual
(dikhawatirkan) mungkin menuturkan dua bahasa secara buruk,
bukannya m enuturkan satu bahasa dengan baik.

Memang, penelitian-penelitian yang dilakukan di AS, Irlandia,
dan Wales sam pai 1960 -an m em ang m elaporkan bahwa anak-anak
bilingual memang secara linguistik kalah jauh dari anak-anak mono-
lingual, m enguasai bahasa secara lebih lam bat, dan akhirnya m em iliki
kosakata yang lebih kecil bagi masing-masing bahasa. Namun pada
akhirnya disadari bahwa tafsiran itu digugurkan oleh variabel-variabel
lain yang berkorelasi dengan bilingualism e dalam penelitian-penelitian
tersebut. Di AS, lebih daripada di negara-negara lain, bilingualism e
terkait dengan kem iskinan. Ketika anak-anak Am erika bilingual di-
bandingkan dengan anak-anak Am erika m onolingual penutur bahasa
Inggris, anak-anak kelompok kedua cenderung berasal dari komunitas
yang lebih berada, m enuntut ilm u di sekolah-sekolah yang lebih baik,
dan cenderung m em iliki orangtua yang lebih terdidik dan kaya yang
bekerja pada tingkat pekerjaan lebih tinggi dan dengan kosakata yang
lebih besar. Korelasi-korelasi dengan bilingualism e itu saja m ung-
kin m erupakan penyebab m engapa anak-anak bilingual m em iliki
ketram pilan bahasa yang lebih rendah.

Penelitian-penelitian yang lebih baru di AS, Kanada, dan Eropa
m elakukan kontrol terhadap variabel-variabel itu, dengan m em ban-
dingkan anak-anak bilingual dan m onolingual yang m enghadiri sekolah
yang sam a dan dengan status sosio-ekonom i orangtua yang sederajat.
Ternyata anak-anak bilingual dan anak-anak m onolingual yang setara
dalam hal-hal lainya, m elewati titik-titik penting pem erolehan bahasa
(m isalnya, usia m engucapkan kata pertam a, kalim at pertam a, atau
m em peroleh kosakata 50 kata) pada usia yang sam a. Tergantung pe-
nelitiannya, anak-anak bilingual m aupun m onolingual akhirnya m en-
jadi orang dewasa dengan ukuran kosakata dan laju mengingat kata
yang pada dasarnya sam a, atau anak-anak m onolingual akhirnya m e-
m iliki keunggulan sedikit saja (kosakata lebih besar sam pai 10 persen
dalam bahasa m ereka satu-satunya). Tapi, keliru kiranya bila kita
rangkum hasil ini dengan m engatakan, “Anak-anak m onolingual akhir-
nya m em iliki kosakata yang sedikit lebih besar: 3.30 0 lawan hanya
3.0 0 0 kata.” J ustru hasil itu seharusnya disim pulkan, m isalnya, “Anak-
anak bilingual akhirnya m em iliki kosakata yang jauh lebih besar: total

488 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

http://facebook.com/indonesiapustaka 6.0 0 0 kata, terdiri atas 3.0 0 0 kata bahasa Inggris ditambah 3.0 0 0 kata
bahasa Mandarin, bukannya 3.300 kata bahasa Inggris dan nol kata
bahasa Mandarin.”

Penelitian-penelitian sejauh ini belum menunjukkan perbedaan
kognitif tergeneralisasi antara orang-orang bilingual dan monolingual.
Bukan artinya satu kelom pok secara rata-rata lebih cerdas atau
berpikir lebih cepat daripada kelom pok yang satu lagi. Tam paknya
ada perbedaan-perbedaan spesiik, seperti misalnya (barangkali) ke-
m am puan m engingat kata dan m enyebutkan nam a benda secara sedi-
kit lebih cepat pada orang-orang monolingual (karena mereka tidak
menghadapi masalah berupa keharusan memilih di antara beberapa
nam a, sem uanya benar nam un dalam bahasa berbeda-beda yang m e-
reka akrabi). Di antara perbedaan-perbedaan spesiik itu, yang paling
konsisten diakui sejauh ini adalah apa yang oleh para ilm uwan kognitif
diistilahkan sebagai "fungsi eksekutif", dan perbedaan itu m engunggul-
kan orang-orang bilingual.

Guna m em aham i m akna fungsi eksekutif, bayangkan seseorang
yang m elakukan sesuatu hal apa saja, m isalnya m enyeberangi jalanan.
Renungkan bahwa kita terus-m enerus dibom bardir oleh inform asi
inderawi dalam banyak m odalitas, term asuk pem andangan, suara,
bau, sentuhan, dan kecapan, ditam bah pem ikiran kita sendiri. Ke da-
lam indera-indera sang pejalan kaki, membanjirlah pemandangan be-
rupa papan reklam e dan awan di langit sana, suara orang-orang yang
berbicara dan burung-burung yang berkicau, bebauan perkotaan,
sensasi sentuhan kaki sang pejalan kaki di trotoar dan lengan-
lengannya yang berayun-ayun di sam ping tubuhnya, dan pikirannya
m engenai apa yang dikatakan istrinya kepadanya tadi pagi saat
sarapan. Bila dia tidak sedang m enyeberang jalan, si pejalan kaki akan
berkonsentrasi pada obrolan orang-orang atau pada pemandangan
papan reklam e atau pada kata-kata terbaru istrinya. Tapi sewaktu
m enyeberangi jalan, kebutuhan keselam atan m engharuskan dia ber-
konsentrasi ke pem andangan dan bunyi m obil-m obil yang m endekat
dengan kecepatan berbeda-beda dari kedua arah, dan merasakan
kakinya yang m elangkah turun dari trotoar. Dengan kata lain, m e-
lakukan apa pun dalam hidup mengharuskan penghambatan 99%
masukan inderawi dan pikiran orang setiap saat, dan memberikan
perhatian kepada 1% m asukan yang relevan terhadap tugas yang se-
dang dilaksanakan. Proses otak berupa fungsi eksekutif, dikenal juga
sebagai kontrol kognitif, dipercaya berada di daerah otak yang dikenal


Click to View FlipBook Version