RISIKO DAN KEGEMARAN MENGOBROL ● 339
sem angatnya untuk terus berkencan. Tapi, seperti pem buru !Kung yang
tidak m enyerah sewaktu m enem ukan singa sedang m enyantap bangkai
buruannya, dan m enggunakan sem ua pengalam an untuk secara cepat
m engkaji bahaya yang disebabkan oleh singa, Sara telah belajar untuk
menilai laki-laki dengan cepat dan mewaspadai tanda-tanda kecil
bahaya. Dia sering m enghabiskan banyak waktu m engobrol bersam a
tem an-tem an perem puan dalam situasi yang serupa, guna berbagi
pengalaman mengenai laki-laki dan berbagai kesempatan serta risiko
kehidupan, sehingga mereka pun bisa saling membantu memahami
hasil-hasil pengamatan.
Wayne Gretzky akan m engerti m engapa Sara terus berupaya
m enem ukan pendam ping, terlepas dari banyaknya tem bakan yang
m eleset. (Dengan senang hati saya laporkan bahwa Sara akhirnya
berhasil m em iliki pernikahan kedua yang berbahagia, dengan seorang
laki-laki baik yang dia tem ui dan m erupakan seorang ayah tunggal
sewaktu m ereka bertem u.) Sedangkan tem an-tem an Papua saya akan
m em aham i paranoia konstruktif Sara, dan seluruh waktu yang dia
curahkan untuk bercakap-cakap dengan tem an-tem annya m engenai
perincian kehidupan sehari-hari mereka.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka BAB 8
Singa dan Bahaya-bahaya Lainnya
Bahaya-bahaya dalam kehidupan tradisional ▪ Kecelakaan ▪
Kewaspadaan ▪ Kekerasan oleh manusia ▪ Penyakit ▪ Tanggapan
terhadap penyakit ▪ Kelaparan ▪ Kekurangan makanan yang tidak
terperkirakan ▪ Memanfaatkan lahan yang terpencar-pencar ▪ Musim
dan cadangan makanan ▪ Perluasan ragam makanan ▪ Mengumpul dan
menyebar ▪ Tanggapan terhadap bahaya
Bahaya-bahaya dalam kehidupan tradisional
Ahli antropologi Melvin Konner menghabiskan dua tahun hidup
bersam a para pem buru-pengum pul !Kung di daerah terpencil di Gurun
Kalahari, Botswana, jauh dari jalan m aupun kota. Kota terdekat adalah
kota kecil dengan segelintir kendaraan bermotor, sedemikian rupa
sehingga jalan di kota itu hanya dilewati m obil rata-rata setiap satu
m enit sekali. Tetap saja ketika Konner m em bawa seorang !Kung tem an-
nya bernam a !Khom a ke kota itu, laki-laki itu ketakutan karena harus
m enyeberangi jalan, m eskipun tidak ada m obil yang terlihat datang
dari arah m ana pun. Padahal gaya hidup laki-laki ini di Kalahari m e-
libatkan m engusir singa dan hyena dari bangkai hewan buruan.
Sabine Kuegler, putri pasangan m isionaris J erm an yang tum buh
besar bersam a orangtuanya di antara suku Fayu di hutan-hutan rawa
Papua Indonesia, di mana juga tidak ada jalanan, kendaraan bermotor,
ataupun kota, m enuturkan tentang reaksi serupa. Saat berusia 17
tahun, dia akhirnya m eninggalkan Papua untuk bersekolah asram a di
Swiss. “Ada begitu banyak m obil di sini, dan sem uanya m elaju dengan
begitu cepat! ...Setiap kali kam i harus m enyeberangi jalanan tanpa
lam pu lalu lintas, saya m ulai berkeringat dingin. Saya tidak bisa m em -
BAHAYA-BAHAYA DALAM KEHIDUPAN TRADISIONAL ● 341
http://facebook.com/indonesiapustaka perkirakan kecepatan mobil, dan saya panik akan tertabrak... Mobil
melaju dari kedua arah, dan ketika ada celah kecil di antara mobil-
m obil yang berlalu-lalang, tem an-tem an saya berlari m enyeberangi
jalan. Namun saya tetap di tempat, seolah-olah berubah menjadi batu...
Selam a lim a m enit saya tetap berdiri di tem pat yang sam a. Rasa takut
saya terlalu besar. Saya berjalan m em utar jauh sekali sam pai saya
akhirnya m enem ukan tem pat penyeberangan jalan dengan lam pu lalu
lintas. Sejak saat itu, sem ua tem an saya tahu sehingga m ereka harus
m erencanakan jauh sebelum nya untuk m enyeberangi jalan bersam a
saya. Sam pai saat ini, saya m asih takut akan lalu lintas yang m elaju di
kota-kota.” Padahal Sabine Kuegler telah terbiasa berhati-hati terhadap
celeng dan buaya di hutan-hutan rawa Papua.
Kedua kisah yang serupa itu menggambarkan beberapa poin.
Orang-orang dalam masyarakat mana pun menghadapi bahaya, namun
bahayanya berbeda-beda di masyarakat yang berbeda-beda. Persepsi
kita mengenai risiko yang tidak kita akrabi maupun risiko yang kita
akrabi sering kali tidak realistik. Orang !Kung teman Konner dan Sabine
Kuegler sama-sama benar, dalam arti mobil sebenarnya merupakan
bahaya nomor satu dalam kehidupan Amerika. Namun para mahasiswa
kolese Amerika maupun pemilih perempuan, yang diminta untuk
membuat peringkat berbagai bahaya dalam kehidupan, menempatkan
tenaga nuklir sebagai lebih berbahaya daripada mobil, meskipun tenaga
nuklir (bahkan bila kita sertakan jumlah korban tewas akibat dua bom
atom yang dijatuhkan pada akhir Perang Dunia II) sebenarnya hanya
pernah membunuh lebih sedikit orang dibanding yang tewas akibat
mobil. Mahasiswa-mahasiswa kolese di Amerika juga menganggap
pestisida sebagai sangat berisiko (tak jauh setelah senjata api dan me-
rokok, menurut pendapat mereka), dan pembedahan sebagai relatif
aman, padahal kenyataannya pembedahan lebih berbahaya daripada
pestisida.
Kita bisa tam bahkan bahwa gaya hidup tradisional secara kese-
luruhan lebih berbahaya daripada gaya hidup Barat, seperti yang ditun-
jukkan oleh rentang hidup yang jauh lebih pendek. Tapi sebagian besar
perbedaan itu belum lama timbul. Sebelum pemerintahan negara
yang efektif dim ulai sekitar 40 0 tahun lalu guna m engurangi dam pak
kelaparan, dan terutam a sebelum tindakan-tindakan kesehatan m asya-
rakat dan kem udian antibiotika yang berhasil m engatasi sebagian besar
penyakit m enular kurang daripada 20 0 tahun lalu, rentang hidup di
342 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka m asyarakat-m asyarakat negara di Eropa dan Am erika tidak lebih tinggi
daripada m asyarakat tradisional.
Apa, sebenarnya, yang m erupakan bahaya utam a dalam kehidupan
tradisional? Kita akan lihat bahwa singa dan buaya hanyalah sebagian
jawabannya. Sedangkan m engenai reaksi terhadap bahaya, kita orang-
orang m odern terkadang m enanggapinya secara rasional dengan
cara m engam bil tindakan-tindakan yang efektif untuk m em ini-
m alkan bahaya tersebut, nam un dalam kasus-kasus lain kita m enang-
gapi secara "tidak rasional" dan tidak efektif, m isalnya dengan m e-
nyangkalnya, atau dengan doa dan praktik-praktik religius lainnya.
Bagaim ana orang-orang tradisional m enanggapi bahaya? Saya akan
bahas apa yang bagi saya tam paknya m erupakan em pat kelom pok
utam a bahaya yang dihadapi oleh orang-orang tradisional: bahaya ling-
kungan, kekerasan oleh m anusia, penyakit m enular dan parasit, serta
kelaparan. Dua kelom pok yang pertam a m asih m erupakan m asalah
utam a di m asyarakat-m asyarakat Barat m odern, nam un yang ketiga
dan terutam a yang keem pat tidak terlalu (walaupun m asih penting
di bagian-bagian lain dunia m odern). Kem udian saya akan sebutkan
dengan ringkas bagaimana cara-cara kita mengkaji risiko menjadi
terdistorsi, sedemikian rupa sehingga kita bereaksi berlebihan terhadap
pestisida namun meremehkan pembedahan.
Ke c e la ka a n
Sewaktu kita m em bayangkan bahaya-bahaya yang dihadapi m asyarakat
tradisional, hal pertam a yang teringat oleh kita m ungkin adalah singa
dan berbagai bahaya lingkungan lainnya. Pada kenyataannya, bagi ke-
banyakan bahaya tradisional, bahaya lingkungan hanya berada di
peringkat ketiga sebagai penyebab kem atian, setelah penyakit dan ke-
kerasan oleh manusia. Namun bahaya lingkungan memberikan efek
yang lebih besar kepada perilaku m anusia daripada penyakit, karena
hubungan antara penyebab dan akibat bahaya lingkungan bisa ditang-
kap dan dipahami secara jauh lebih cepat dan mudah.
Tabe l 8 .1 m encantum kan penyebab-penyebab utam a yang dila-
porkan m engenai kem atian atau cedera yang tidak disengaja bagi tujuh
m asyarakat tradisional dengan rangkum an bagi m asing-m asingnya.
Ketujuh m asyarakat itu hidup di atau dekat wilayah tropis dan m ela-
kukan berburu-m engum pul, nam un dua di antaranya (Penduduk Da-
taran Tinggi Papua dan Kaulong) m em peroleh sebagian besar kalori
m ereka dari pertanian. Tentunya, m asyarakat tradisional yang berbeda
KECELAKAAN ● 343
harus m enghadapi bahaya yang berbeda terkait dengan lingkungan
yang berbeda. Misalnya, tenggelam dan hanyut terbawa patahan es ke
laut adalah risiko bagi orang-orang Inuit di pesisir Artika, nam un tidak
bagi orang-orang !Kung di Gurun Kalahari. Sedangkan terhantam po-
hon yang rubuh dan digigit ular berbisa adalah risiko bagi orang-orang
Pigm i Aka dan orang-orang Ache nam un tidak bagi orang-orang Inuit.
Terjerum us ke dalam gua bawah tanah yang runtuh adalah risiko
bagi orang-orang Kaulong nam un tidak bagi kelom pok lain dalam
tabel tersebut, sebab hanya orang-orang Kaulong yang hidup dalam
lingkungan dengan banyak rongga tanah yang beratap tipis. J elas
juga bahwa Tabel 8.1 mencakup semua jenis kelamin dan kelas usia
dalam suatu m asyarakat: kecelakaan m em bunuh lebih banyak laki-
laki daripada perem puan di antara orang-orang Ache, !Kung, dan
banyak m asyarakat lainnya, bukan hanya karena perburuan hewan
oleh laki-laki lebih berbahaya daripada pengum pulan tum buhan oleh
perempuan, namun juga karena laki-laki lebih cenderung mencari
risiko daripada perempuan. Tapi Tabel 8.1 masih memadai untuk
pengambilan beberapa kesimpulan.
Tabe l 8 .1. Ke ce lakaan p e n ye bab ke m atian d an ce d e ra
Ache (Paraguay) 1. Ular berbisa. 2. J aguar, petir, tersesat. 3. Pohon
rubuh, jatuh dari pohon, gigitan serangga dan
goresan duri yang terinfeksi, api, tenggelam ,
kedinginan, terbacok kapak.
!Kung (Afrika Selatan) 1. Anak panah beracun. 2. Api, hewan besar, ular
berbisa, jatuh dari pohon, goresan duri yang
terinfeksi, kedinginan. 3. Tersesat, petir.
Pigm i Aka (Afrika J atuh dari pohon, pohon rubuh, hewan besar, ular
Te n gah ) berbisa, tenggelam.
Dataran Tin ggi Papu a 1. Api, pohon rubuh, gigitan serangga dan goresan
duri yang terinfeksi.
2. Kedinginan, tersesat.
http://facebook.com/indonesiapustaka Fayu (dataran rendah Kalajengking dan laba-laba, ular berbisa, babi dan
Papua) buaya, api, tenggelam .
Kaulong (Britania 1. Pohon rubuh. 2. J atuh dari pohon, tenggelam ,
Baru) terluka oleh kapak atau pisau, runtuhnya gua bawah
tanah.
Agta (Filipina) Pohon rubuh, jatuh dari pohon, tenggelam,
kecelakaan berburu dan memancing.
344 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka Pertama-tama kita perhatikan bahwa dalam Tabel 8.1 tidak disebut-
sebut soal penyebab-penyebab utam a kem atian akibat kecelakaan
di m asyarakat-m asyarakat m odern terwesternisasi: dalam urutan
dari yang paling besar angka kem atiannya, anggota m asyarakat m o-
dern meninggal karena mobil (Gambar 44), alkohol, senjata api,
pem bedahan, dan sepeda m otor; tidak satu pun yang m erupakan
bahaya bagi m asyarakat tradisional, kecuali kadang-kadang alkohol.
Kita m ungkin bertanya-tanya apakah kita hanya m enukar bahaya
lam a berupa singa dan pohon rubuh m enjadi bahaya baru kita
berupa mobil dan alkohol. Namun ada dua perbedaan besar lain-
nya antara bahaya-bahaya lingkungan di m asyarakat m odern dan di
m asyarakat tradisional selain jenis-jenis bahaya yang terlibat. Salah
satu perbedaannya adalah bahwa risiko kum ulatif kem atian akibat
kecelakaan barangkali lebih rendah pada m asyarakat m odern, sebab
kita jauh lebih mengendalikan lingkungan kita walaupun memang ada
bahaya-bahaya baru yang kita buat sendiri seperti m obil. Perbedaan
lainnya adalah bahwa, berkat kedokteran m odern, kerugian yang kita
derita akibat kecelakaan jauh lebih sering tertangani sebelum kita ter-
bunuh atau cacat perm anen karenanya. Sewaktu tendon tangan saya
putus, seorang dokter bedah m em asang belat di tangan saya, yang sem -
buh dan kem bali berfungsi penuh dalam enam bulan, nam un sejum lah
tem an di Papua yang m engalam i patah tendon atau tulang, sam a sekali
tidak sem buh atau hanya sem buh sebagian dan m enjadi cacat seum ur
hidup.
Kedua perbedaan itu adalah bagian alasan m engapa orang-orang
tradisional sedem ikian bersem angat m eninggalkan gaya hidup m ereka
di hutan, yang secara abstrak dikagum i oleh orang-orang Barat, yang
tidak harus menjalani gaya hidup itu sendiri. Misalnya, perbedaan-
perbedaan itu m em bantu m enjelaskan m engapa sedem ikian banyak
Indian Ache m enyerahkan kehidupan yang bebas sebagai pem buru dan
berdiam di reservasi, m eskipun bagi orang luar tam paknya hal itu se-
dem ikian m erendahkan. Serupa dengan itu, seorang tem an saya dari
Am erika berkelana separo dunia dem i m enem ui satu kawanan pem -
buru-pengum pul di hutan Papua yang baru ditem ukan, hanya untuk
mendapati bahwa separo dari mereka telah memilih untuk berpindah
ke satu desa Indonesia dan mengenakan kaos, karena hidup di sana
lebih am an dan lebih nyam an. “Ada beras buat m akan, dan tidak ada
lagi nyam uk!” adalah penjelasan singkat m ereka.
KECELAKAAN ● 345
http://facebook.com/indonesiapustaka Sewaktu Anda m em baca ketujuh perangkat isi Tabel 8.1, Anda akan
m elihat sejum lah kesam aan tem a bahaya yang bersifat serius bagi ba-
nyak atau sebagian besar m asyarakat tradisional, nam un jarang atau
mengejutkan bagi kita orang-orang modern. Hewan liar memang me-
rupakan ancam an besar bagi orang-orang tradisional (Gambar 43).
Misalnya, jaguar menyebabkan 8% kematian pada laki-laki Ache
dewasa. Singa, m acan tutul, hyena, gajah, kerbau, dan buaya m em ang
m em bunuh orang-orang Afrika, nam un hewan yang paling banyak
m em bunuh orang Afrika adalah kuda nil. Orang-orang !Kung dan
Pigm i Afrika terbunuh, tergigit, tergores, dan terluka bukan hanya
oleh karnivora besar m elainkan juga oleh antelop dan buruan m eeka
lainnya yang cedera. Meskipun kita ngeri memikirkan pemburu !Kung
pem buru m engusir kawanan singa dari bangkai, orang-orang !Kung
m enyadari bahwa singa yang paling berbahaya adalah singa yang
sendirian dan sudah terlalu tua, sakit, atau terluka untuk menangkap
m angsa yang gesit dan terpaksa m enyerang m anusia saja.
Ular berbisa juga berada di peringkat tinggi sebagai bahaya bagi
m asyarakat-m asyarakat di Tabel 8.1 yang hidup di daerah tropis. Ular
berbisa m enyebabkan 14% kem atian di antara laki-laki Ache dewasa
(alias lebih banyak daripada jaguar), dan m enyebabkan lebih banyak
lagi hilangnya tungkai. Ham pir sem ua laki-laki dewasa Yanom am o
dan Ache pernah digigit ular setidaknya sekali. Yang lebih sering lagi
terhitung sebagai bahaya adalah pohon, baik sebagai pohon atau ca-
bang yang m enim pa orang di hutan (ingatlah pengalam an saya sendiri
yang saya jabarkan di awal Bab 7), m aupun orang-orang yang jatuh
ketika memanjat pohon guna berburu atau mengumpulkan buah atau
m adu (Gam bar 42). Api yang m em beri kehangatan di rum ah m eru-
pakan risiko yang lebih besar daripada kebakaran sem ak, sedem ikian
rupa sehingga sebagian besar penduduk Dataran Tinggi Papua dan
orang !Kung m em iliki bekas luka bakar akibat tidur di sebelah api
sewaktu sudah dewasa atau bermain-main di dekat api sewaktu masih
bayi.
Mati akibat terpapar cuaca dingin dan/atau basah adalah bahaya
di luar daerah tropis, nam un tetap m erupakan bahaya di dataran
tinggi Papua dan daerah-daerah lain di wilayah tropis. Bahkan bagi
orang-orang Ache yang hidup di Paraguay dekat garis balik selatan,
suhu musim dingin dapat merosot ke bawah titik beku, dan seorang
Ache yang terjebak dalam hutan kala m alam tanpa api berisiko m ati.
Di salah satu gunung tertinggi di Papua, sewaktu saya sedang hiking
346 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka dengan persiapan baik dan berpakaian hangat dalam hujan yang m em -
bekukan dan angin ribut di ketinggian 3.0 0 0 m eter, saya berjum pa
tujuh anak sekolah Papua yang dengan gegabah berangkat pagi hari
itu ketika cuaca cerah, dengan celana pendek dan kaos, untuk me-
nyeberangi gunung tersebut. Waktu saya berjum pa m ereka beberapa
jam kemudian, mereka gemetaran tak terkendali, terseok-seok, dan
nyaris tak bisa bicara. Laki-laki setem pat yang bersam a saya m eng-
antar m ereka ke tem pat bernaung, dan m enunjukkan kepada saya
satu tum pukan batu di dekat situ, di m ana sekelom pok orang yang
terdiri atas 23 laki-laki berlindung di situ ketika cuaca buruk tahun
sebelum nya, dan m ati di sana akibat kedinginan. Tenggelam dan ter-
sam bar petir adalah bahaya-bahaya lingkungan lainnya, baik bagi
orang tradisional maupun modern.
Orang-orang !Kung, Papua, Ache, dan banyak m asyarakat pelanja
lainnya legendaris karena kem am puan m ereka m engikuti jejak, m em -
baca petunjuk di lingkungan, dan m endeteksi jalur yang nyaris tidak
ada tandanya. Terlepas dari itu, m ereka sekalipun, dan terutam a anak-
anak mereka, terkadang berbuat kesalahan, tersesat, dan tidak dapat
menemukan jalan pulang ke perkampungan sebelum malam turun,
dengan berbagai konsekuensi fatal. Tem an-tem an saya terlibat dalam
dua tragedi sem acam itu di Papua, salah satunya seorang anak laki-
laki yang sedang berjalan bersam a sekelom pok orang dewasa m alah
melipir dan tidak pernah ditemukan lagi meskipun dilakukan pencarian
besar-besaran pada hari yang sam a dan pada hari-hari berikutnya. Ke-
jadian satu lagi adalah seorang laki-laki kuat berpengalaman tersesat
di gunung pada petang hari, tidak bisa m encapai desanya, dan m ati ke-
dinginan di hutan pada m alam nya.
Penyebab lain lagi kecelakaan adalah senjata dan perkakas kita sen-
diri. Anak panah yang digunakan oleh para !Kung pem buru dilum uri
racun yang kuat, akibatnya tergores anak panah secara tidak sengaja
m erupakan penyebab paling serius kecelakaan berburu bagi orang-
orang !Kung. Orang-orang tradisional di seluruh dunia secara tidak
sengaja mengalami luka akibat pisau dan kapak, seperti juga koki dan
tukang kayu m odern.
Yang tidak begitu heroik dan jauh lebih um um daripada singa
atau petir sebagai penyebab kem atian atau cedera akibat kecelakaan
adalah gigitan serangga kecil dan luka gores akibat duri. Di wilayah
tropis yang lem bap, luka gigitan atau goresan apa pun—bahkan sekadar
akibat lintah, kutu, nyam uk, atau tungau—berkem ungkinan terinfeksi,
KECELAKAAN ● 347
http://facebook.com/indonesiapustaka dan bila tidak ditangani bisa berkembang menjadi pembengkakan
yang melumpuhkan. Misalnya, sekali waktu saya mengunjungi se-
orang tem an Papua bernam a Delba yang pernah beberapa m inggu
hiking bersam a saya m enem bus hutan dua tahun sebelum nya, saya
terperanjat mendapati dia tidak bisa meninggalkan rumah dan tidak
m am pu berjalan sam a sekali, akibat goresan sederhana yang terinfeksi,
kem udian cepat sem buh berkat antibiotika yang saya bawa nam un
tidak dimiliki oleh penduduk desa Papua. Semut, lebah, kelabang,
kalajengking, laba-laba, dan tawon tidak hanya m enggigit atau m eng-
gores m elainkan juga m enyuntikkan bisa yang terkadang m em atikan.
Selain pohon rubuh, tawon penyengat dan sem ut penggigit adalah
bahaya-bahaya yang paling ditakuti oleh tem an-tem an Papua saya di
hutan. Sejumlah serangga bertelur di bawah kulit, dan dari telur itu
m enetas larva yang m enyebabkan pem bengkakan besar dan cacat per-
manen.
Meskipun penyebab-penyebab kecelakaan pada masyarakat tradi-
sional berm acam -m acam , ada beberapa generalisasi yang bisa ditarik.
Akibat-akibat serius kecelakaan tidak hanya m encakup kem atian itu
sendiri m elainkan juga, bila orang yang terkena kecelakaan itu selam at,
kemungkinan berkurangnya keefektifan isik secara sementara ataupun
selam anya, m engakibatkan orang tersebut tidak m am pu sepenuhnya
m engurusi anak-anaknya dan kerabat-kerabat lainnya, daya tahannya
terhadap penyakit turun, cacat, dan kehilangan anggota tubuh. Akibat-
akibat "kecil" itulah, bukannya risiko kem atian, yang m enjadikan saya
dan tem an-tem an Papua saya sedem ikian takut pada sem ut, tawon,
dan goresan duri yang terinfeksi. Meskipun seseorang bertahan hidup
setelah digigit ular berbisa, gigitannya m ungkin m enyebabkan gangren
dan korban pun menjadi lumpuh, cacat, atau kehilangan lengan atau
kaki yang digigit.
Seperti juga risiko kelaparan yang ada di m ana-m ana dan akan di-
bahas nanti dalam bab ini, bahaya-bahaya lingkungan m em pengaruhi
perilaku orang jauh lebih daripada yang bisa kita duga dari jum lah ke-
m atian atau cedera yang disebabkan. Bahkan, angka kem atian m ungkin
rendah justru karena sedem ikian banyak perilaku yang diinvestasikan
dalam menghadapi bahaya-bahaya ini. Misalnya, singa dan karnivora
besar lainnya m enyebabkan hanya 5 dari 1.0 0 0 kem atian orang
!Kung, dan ini m ungkin m enyesatkan kita sehingga berkesim pulan
keliru bahwa singa bukanlah faktor besar dalam kehidupan !Kung.
Pada kenyataannya, angka kem atian yang rendah itu m encerm inkan
348 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka pengaruh besar singa terhadap kehidupan !Kung. Orang-orang Papua,
yang hidup dalam lingkungan tanpa karnivora berbahaya, berburu pada
m alam hari; orang-orang !Kung tidak begitu, karena pada m alam sulit
m endeteksi hewan yang berbahaya beserta jejaknya, dan karnivora
berbahaya lebih aktif pada m alam hari. Perem puan-perem puan
!Kung selalu pergi m encari m akanan berkelom pok, terus-m enerus
m em buat bunyi berisik dan berbicara keras-keras guna m em astikan
bahwa mereka tidak berpapasan dengan hewan secara mengejutkan,
mewaspadai keberadaan jejak, dan menghindari lari (sebab lari
justru m em ancing predator untuk m enyerang). Bila di dekat-dekat
m ereka terlihat ada predator, orang-orang !Kung m ungkin m em batasi
perjalanan mereka keluar dari perkampungan selama satu atau dua
hari.
Sebagian besar kecelakaan—yang disebabkan oleh hewan, ular, po-
hon rubuh, jatuh dari pohon, kebakaran semak, kedinginan, tersesat,
tenggelam , gigitan serangga, dan goresan duri—terkait dengan pergi
m encari atau m enghasilkan m akanan. Karena itu sebagian besar
kecelakaan bisa dihindari dengan tetap tinggal di rumah atau di
perkam pungan, nam un akibatnya adalah kita tidak m em peroleh
m akanan. Oleh karena itu, bahaya lingkungan m engilustrasikan
asas Wayne Gretzky yang termodiikasi: Bila kita tidak menembak,
maka kita tidak akan pernah meleset dari gawang namun dijamin
juga tidak akan pernah mencetak gol. Para pencari makanan dan
petani tradisional, bahkan lebih daripada Wayne Gretzky, harus
m enyeim bangkan bahaya dengan kebutuhan m endesak untuk terus-
menerus mencetak "gol". Serupa dengan itu, kita para penghuni kota
m odern dapat m enghindari bahaya utam a kehidupan perkotaan,
yaitu kecelakaan m obil, dengan cara tinggal di rum ah dan tidak
m enghadapi ribuan pengem udi yang m elesat tak terperkirakan dengan
kecepatan sampai 100 kilometer per jam atau lebih di jalan tol. Namun
sebagian besar kita bergantung kepada kendaraan guna pergi bekerja
atau berbelanja. Wayne Gretzky akan berkata: Bila tidak ada yang
mengemudi, tidak ada yang dapat slip gaji dan dapat makanan.
Kew aspadaan
Bagaim ana orang-orang tradisional m enanggapi kenyataan hidup m e-
reka yaitu selalu berhadapan dengan bahaya lingkungan? Tanggapan
m ereka m encakup paranoia konstruktif yang saya jelaskan di Bab 7,
K EWA S PA D A A N ● 349
http://facebook.com/indonesiapustaka tanggapan religius yang akan saya bahas di Bab 9, serta beberapa prak-
tik dan sikap lain.
Orang-orang !Kung senantiasa waspada. Sewaktu pergi m encari
makanan atau berjalan melalui sesemakan, mereka mengamati dan
m endengarkan kalau-kalau ada bunyi hewan dan m anusia, dan
m ereka m elacak jejak di pasir untuk m enyim pulkan hewan apa atau
siapa yang m em buat jejak tersebut, ke arah m ana pergerakannya,
dengan kecepatan berapa, berapa lam a yang lalu, dan apakah
m ereka harus m engubah rencana m ereka karenanya. Bahkan di
dalam perkampungan pun mereka harus tetap waspada, terlepas
dari kem am puan orang, bunyi berisik, dan api m engusir hewan. Itu
karena hewan terkadang memasuki perkampungan, terutama ular.
Bila ular berbisa besar yang dikenal sebagai m am ba hitam terlihat
di perkam pungan, orang-orang !Kung lebih m ungkin m eninggalkan
perkam pungan itu daripada m encoba m em bunuh si ular. Bagi kita
itu mungkin terlihat seperti reaksi berlebihan, namun mamba hitam
adalah salah satu ular paling berbahaya di Afrika karena ukurannya
yang besar (bisa m encapai dua m eter), gerakannya yang cepat,
taringnya yang panjang, dan bisanya yang kuat serta m eracuni saraf;
sebagian besar gigitan bersifat m em atikan.
Dalam lingkungan berbahaya apa pun, kum pulan pengalam an
mengajarkan kita aturan-aturan perilaku guna meminimalkan risiko.
Aturan-aturan itu pantas kita ikuti, m eskipun bagi orang luar, epertinya
aturan-aturan itu berlebihan. Apa yang J ane Goodale tulis m engenai
pandangan orang-orang Kaulong di hutan-hutan hujan Britania Baru
dapat berlaku secara sam a baiknya dengan orang-orang tradisional di
mana pun, cukup dengan mengganti contoh-contoh spesiiknya: “Pen-
cegahan kecelakaan adalah hal penting, dan pengetahuan mengenai
bagaim ana, kapan, dan dalam situasi apa upaya tertentu harus atau
tidak boleh dilakukan, adalah penting bagi keberhasilan dan kesintasan
pribadi. Secara signiikan, mencoba-coba hal baru dalam teknik atau
perilaku apa pun yang berkaitan dengan lingkungan alam dianggap se-
bagai sangat berbahaya. Ada kisaran yang cukup sem pit bagi perilaku
yang benar, dan di luar itu ada bahaya nyata dan yang sering disebut-
sebut berupa runtuhnya tanah yang sedang dipijak secara m endadak,
rubuhnya pohon saat kita sedang berjalan di bawahnya, atau datangnya
air bah secara m endadak sewaktu kita sedang m encoba m enyeberang
ke sisi lain sungai. Misalnya, saya diberitahu agar tidak melompati
bebatuan di permukaan sungai kami ("air bah akan datang"), agar
350 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka tidak bermain-main dengan api ("tanah akan membelah", atau "api
akan m em bakarm u, bukannya m em asak m akananm u"); agar tidak
m enyebut nam a kelelawar gua sewaktu berburu m ereka ("guanya akan
runtuh"); dan banyak "pam ali" lainnya dengan sanksi-sanksi yang
dijatuhkan oleh lingkungan alam.” Sikap yang sama mendasari ilsafat
kehidupan yang dirangkum kan oleh seorang tem an dari Papua untuk
saya: “Segala sesuatu terjadi karena ada alasannya, jadi kita harus
berhati-hati.”
Reaksi um um di Barat terhadap bahaya yang tidak pernah seka-
lipun saya jum pai di antara orang-orang Papua yang berpengalam an
adalah berlagak macho, mencari-cari atau menikmati situasi ber-
bahaya, atau berpura-pura tidak takut dan m encoba m enyem bunyikan
rasa takut diri. Marjorie Shostak mengamati ketiadaan sikap macho
ala Barat yang sam a di antara orang-orang !Kung: “Berburu kerap kali
berbahaya. Orang-orang !Kung m enghadapi bahaya dengan berani,
nam un m ereka tidak m encari-cari bahaya atau m engam bil risiko dem i
m em buktikan keberanian m ereka. Aktif m enghadiri situasi berbahaya
dianggap bijak, bukan pengecut atau tidak jantan. Tapi anak laki-laki
dianggap wajar bila belum bisa menaklukkan rasa takut dan bertindak
seperti laki-laki dewasa. Terhadap risiko-risiko yang tidak diperlukan,
orang-orang !Kung berkata, ‘Tapi kita kan bisa m ati!’”
Shostak terus menjabarkan bagaimana seorang anak laki-laki
!Kung berusia 12 tahun bernam a Kashe bersam a sepupu dan ayahnya
m enuturkan kisah tentang perburuan yang berhasil, ketika sang ayah
berhasil m enom bak gem sbok, antelop yang m em iliki tanduk panjang
setajam pisau cukur. Ketika Shostak m enanyai Kashe apakah dia
m em bantu ayahnya m enangkap buruan tersebut, Kashe tertawa dan
dengan bangga m enjawab, “Tidak, aku ada di atas pohon!” “Senyum nya
m enjadi tawa yang ringan. Saya bingung, dan bertanya sekali lagi;
dan dia m engulangi bahwa dia dan sepupunya langsung m em anjat
pohonn begitu hewan itu berhenti berlari dan memasang kuda-kuda.
Saya m enggodanya, m engatakan bahwa sem ua orang bakal kelaparan
seandainya dia dan sepupunya yang diserahi tugas m enangkap hewan
tersebut. Dia tertawa lagi dan berkata, “Iya, tapi kam i takut betul!”
Tidak ada setitik pun rasa malu atau rasa perlu menjelaskan apa
yang m ungkin dipandang, dalam kebudayaan kita, sebagai perilaku
pengecut... Akan ada banyak waktu baginya untuk belajar cara m eng-
hadapi dan m em bunuh hewan berbahaya, dan tidak ada keraguan
dalam benaknya (ataupun ayahnya, bila dinilai dari m im ik sang ay ah),
K EWA S PA D A A N ● 351
http://facebook.com/indonesiapustaka bahwa nanti dia akan m enguasainya, suatu hari nanti. Sewaktu saya
m enanyai ayahnya, dia m enjawab riang, “Di atas pohon? Tentu saja.
Mereka kan masih anak-anak. Mereka bisa terluka.”
Orang-orang Papua, !Kung, dan m asyarakat tradisional lainnya sa-
ling m enuturkan kisah-kisah panjang tentang bahaya-bahaya yang di-
jum pai, bukan hanya untuk hiburan karena tidak ada televisi dan buku,
melainkan juga karena nilai pendidikannya. Kim Hill dan A. Magdalena
Hurtado memberi beberapa contoh percakapan di sekitar api unggun
Ache: “Kisah-kisah kem atian akibat kecelakaan terkadang dituturkan
pada malam hari sewaktu anggta-anggota kawanan mengait-kaitkan
peristiwa-peristiwa hari ini dengan hal-hal yang terjadi pada m asa
lalu. Anak-anak terkesim a oleh kisah-kisah itu dan barangkali m em -
pelajari hikm ah-hikm ah berharga m engenai bahaya-bahaya di hutan,
yang m em bantu kelangsungan hidup m ereka sendiri. Satu anak laki-
laki tewas sewaktu dia lupa memencet kepala ulat palem sebelum
m enelannya. Rahang ulat itu m encengkeram tekaknya dan dia tercekik
sam pai m ati. Beberapa kali seorang rem aja laki-laki terpisah terlalu
jauh dari para laki-laki dewasa sewaktu berburu, dan tidak pernah
terlihat lagi atau ditemukan mati beberapa hari kemudian. Seorang
pem buru yang sedang m enggali liang arm adilo jatuh ke dalam lubang
itu kepala duluan dan mati sesak napas. Pemburu lain lagi mati
jatuh dari pohon setinggi nyaris 40 m eter sewaktu sedang berusaha
m engam bil kem bali anak panah yang dia tem bakkan ke arah m onyet.
Seorang gadis kecil jatuh ke dalam lubang bekas sebatang pohon yang
telah m em busuk dan lehernya patah. Beberapa laki-laki diserang oleh
jaguar. Sisa tubuh sebagian di antara mereka ditemukan, sementara
yang lainnya tidak bersisa. Kepala seorang anak laki-laki digigit
ular berbisa di perkampungan kala dia tidur malam. Dia mati hari
berikutnya. Seorang perem puan tua tewas tertim pa pohon rubuh
yang ditebang oleh seorang rem aja perem puan dem i m em peroleh
kayu bakar. Sejak saat itu, gadis tersebut dikenal sebagai "Kayu Bakar
Rubuh", julukan yang m engingatkannya setiap hari akan perbuatan
kelirunya. Seorang laki-laki digigit coati dan m ati kem udian akibat
lukanya. Dalam kejadian serupa, seorang pem buru digigit pergelangan
tangannya pada 1985. Pem buluh arteri dan vena utam anya bolong, dan
dia pastilah sudah m ati seandainya dia tidak m enerim a pengobatan
modern. Seorang gadis kecil jatuh ke sungai sewaktu sedang me-
nyeberangi jem batan batang pohon dan hanyut... Terakhir, dalam suatu
peristiwa yang tam paknya m urni m erupakan hantam an nasib buruk
352 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka yang acak, enam orang dalam satu kawanan terbunuh ketika petir m e-
nyam bar perkam pungan m ereka saat badai.”
Kekerasan oleh m anusia
Masyarakat-masyarakat tradisional menunjukkan banyak variasi dalam
hal frekuensi dan bentuk kem atian akibat kekerasan oleh m anusia,
yang biasanya duduk di peringkat pertam a atau (setelah penyakit)
peringkat kedua penyebab kematian. Faktor signiikan yang mendasari
variasi ini adalah tingkat pengaruh negara atau pengaruh luar lainnya
dalam m enekan atau m enyurutkan kekerasan. J enis-jenis kekerasan
bisa secara agak manasuka digolongkan menjadi perang (dibahas di
Bab 3 dan 4) atau hom isida. Perang dalam bentuknya yang paling
jelas dideinisikan sebagai pertarungan ramai-ramai antara kelompok-
kelompok yang berbeda, sementara homisida dideinisikan sebagai
pengam bilan nyawa individual di dalam satu kelom pok. Tapi, dikotom i
ini menjadi kabur ketika kita harus memutuskan apakah pembunuhan
antara kelom pok-kelom pok yang bertetangga dan biasanya dam ai
harus dihitung sebagai homisida dalam kelompok atau perang antar-
kelom pok. Am biguitas lain m elibatkan jenis-jenis pem bunuhan yang
harus dihitung: m isalnya, tabulasi yang diterbitkan m engenai keke-
rasan Ache m encakup infantisida dan senilisida, nam un tabulasi
m engenai orang-orang !Kung tidak m enyertakannya, dan penulis
yang berbeda-beda m em iliki opini yang berbeda-beda pula m engenai
frekuensi infantisida di kalangan orang !Kung. Pilihan korban, dan
hubungan antara korban dan pem bunuh, juga sangat bervariasi di
antara masyarakat-masyarakat. Misalnya, korban kekerasan di ka-
langan Ache terutam a m erupakan bayi dan anak-anak, sem entara
korban-korban !Kung terutam a m erupakan laki-laki dewasa.
Penelitian-penelitian m engenai kekerasan di kalangan !Kung ber-
sifat instruktif karena beberapa alasan. Catatan-catatan awal m engenai
orang-orang !Kung oleh sejum lah ahli antropologi m enjabarkan m ereka
sebagai cinta damai dan tidak melakukan kekerasan, sampai-sampai
satu buku populer yang diterbitkan pada 1959, awal sejarah penelitian
!Kung m odern, dijuduli The Harmless People—Orang-orang yang Tidak
Berbahaya. Selam a tiga tahun berm ukim di antara orang-orang !Kung
pada 1960 -an, Richard Lee m engam ati 34 pertarungan yang berujung
pada pukul-pukulan tapi tidak ada pem bunuhan, dan para inform an
m em beritahunya bahwa tidak ada pem bunuhan selam a tahun-
tahun itu. Setelah Lee telah berada di daerah itu selam a 14 bulan dan
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 353
http://facebook.com/indonesiapustaka m engenal inform an-inform annya dengan lebih baik, barulah m ereka
bersedia bercerita kepadanya tentang pem bunuhan-pem bunuhan
pada masa lalu. Sewaktu mereka mulai angkat bicara, dengan me-
m eriksa silang tuturan dari inform an yang berbeda-beda, Lee m am -
pu m enyusun daftar nam a, jenis kelam in, dan usia para pem bunuh
dan korban mereka, hubungan antara pembunuh dan korban, serta
situasi, m otif, m usim , waktu, dan senjata yang digunakan dalam 22
pem bunuhan antara 1920 dan 1969. Daftar itu tidak m enyertakan
kasus-kasus infantisida dan senilisida, yang Lee percayai jarang terjadi,
namun wawancara Nancy Howell dengan perempuan-perempuan
!Kung m enunjukkan bahwa tam paknya infantisida m em ang terjadi. Lee
m enyim pulkan bahwa ke-22 kasus itu m enggam barkan jum lah total
kem atian akibat kekerasan di daerah yang dia teliti antara 1920 dan
1969.
Ke-22 pem bunuhan !Kung itu tentunya harus dianggap sebagai ho-
misida, bukan perang. Dalam beberapa kasus, korban dan pembunuh
berasal dari perkam pungan yang sam a, sem entara dalam kasus-kasus
lain m ereka berasal dari perkam pungan yang berbeda, nam un tidak
ada pem bunuhan yang m elibatkan sekelom pok orang dari satu per-
kam pungan yang berupaya m em bunuh sekelom pok orang dari per-
kam pungan lain (alias "perang"). Bahkan, tidak ada laporan sam a
sekali m engenai peristiwa yang dapat dianggap perang di antara
orang-orang !Kung di daerah yang dipelajari Lee selam a periode
1920–1969. Namun orang-orang !Kung memang mengatakan bahwa
dulu m ereka biasa m elancarkan ekspedisi serbuan, yang tam paknya
m irip dengan "perang" m asyarakat tradisional lain yang diam ati saksi,
dalam generasi kakek-nenek !Kung tertua yang m asih hidup—dengan
kata lain, sebelum para penggembala Tswana mulai melakukan kun-
jungan tahunan ke orang-orang !Kung dan berniaga dengan m ereka
pada abad ke-19. Kita lihat di Bab 4 bahwa kunjungan pedagang ke
orang-orang Inuit juga berefek m enekan perang Inuit, walaupun pe-
dagang yang berbisnis dengan orang-orang Inuit m aupun orang-orang
!Kung m enekan perang dengan sengaja. Orang Inuit sendiri yang
m eninggalkan perang dem i kepentingan m ereka sendiri agar punya
lebih banyak kesem patan untuk m em peroleh keuntungan dari ber-
dagang. Orang-orang !Kung m ungkin m elakukan hal yang sam a.
Soal tingkat hom isida !Kung, 22 pem bunuhan dalam waktu 49 ta-
hun berarti kurang daripada 1 hom isida setiap 2 tahun. Angka itu se-
pertinya kecil sekali bagi pem baca surat kabar perkotaan Am erika,
354 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka yang bisa m em buka surat kabar pada hari apa pun dan m em baca ten-
tang sem ua pem bunuhan yang dilakukan di kota m ereka dalam 24 jam
terakhir. Penjelasan utama bagi perbedaan itu tentu saja bahwa popu-
lasi dasar di mana pembunuhan dapat terjadi adalah jutaan orang bagi
satu kota Am erika, nam un hanya sekitar 1.50 0 orang bagi populasi
!Kung yang disurvei Lee. Bila ditilik dari populasi dasar itu, tingkat
hom isida bagi orang-orang !Kung adalah 29 hom isida per 10 0 .0 0 0
orang per tahun, tiga kali lipat tingkat pem bunuhan di Am erika
Serikat dan 10 sam pai 30 kali tingkat di Kanada, Britania, Prancis, dan
Jerman. Mungkin ada yang membantah dengan mengatakan bahwa
perhitungan untuk Am erika Serikat tidak m encakup kem atian akibat
kekerasan dalam perang, yang akan m enghasilkan tingkat hom isida
lebih tinggi bagi Am erika Serikat. Tapi, tingkat hom isida !Kung juga
tidak m encakup kem atian dalam "perang" !Kung (alias ekspedisi-
ekspedisi serbuan yang berakhir lebih daripada seabad lalu), yang
angkanya sam a sekali tidak diketahui bagi orang-orang !Kung nam un
diketahui tinggi bagi banyak m asyarakat tradisional lainnya.
Angka 22 hom isida !Kung dalam 49 tahun juga instruktif untuk
alasan lain. Satu homisida setiap 27 bulan berarti bahwa, bagi
seorang ahli antropologi yang m elaksanakan studi lapangan terha-
dap satu m asyarakat selam a setahun, kem ungkinan tidak ada hom i-
sida yang terjadi selam a m asa itu, dan sang ahli antropologi pun
m enganggap m asyarakat itu sebagai cinta dam ai. Bahkan bila sang
ahli antropologi m enetap di sana selam a 5 tahun, periode yang cukup
lam a bagi terjadinya satu pem bunuhan bila m enilik tingkat hom i-
sida !Kung, kecil kem ungkinan pem bunuhan itu terjadi di depan
m ata sang ahli antropologi, yang pengkajiannya terhadap frekuensi
kekerasan bergantung kepada apakah dia diberitahu mengenai ke-
jadian tersebut oleh para inform annya atau tidak. Serupa dengan itu,
walaupun Am erika Serikat duduk di peringkat pertam a m asyarakat
paling hom isidal di Dunia Pertam a, saya secara pribadi tidak pernah
m enyaksikan hom isida, dan saya hanya pernah m endengar beberapa
kesaksian langsung m engenai hom isida dalam lingkaran kenalan saya.
Perhitungan Nancy Howell menunjukkan bahwa tampaknya kekerasan
m erupakan penyebab kedua kem atian !Kung, setelah penyakit m enular
dan parasitik, nam un di atas penyakit degeneratif dan kecelakaan.
Ada gunanya juga untuk m em pertim bangkan m engapa kem atian
akibat kekerasan berakhir belum lama ini di antara orang-orang
!Kung. Hom isida terakhir yang dilaporkan kepada Lee terjadi pada
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 355
http://facebook.com/indonesiapustaka m usim sem i 1955, ketika dua laki-laki !Kung m em bunuh seorang laki-
laki !Kung lain. Kedua pem bunuh itu ditahan oleh polisi, diadili, di-
penjarakan, serta tidak kem bali ke wilayah asal m ereka. Peristiwa itu
terjadi hanya tiga tahun setelah kejadian pertam a polisi cam pur ta-
ngan guna m em enjarakan seorang !Kung yang m em bunuh orang. Sejak
1955 sam pai saat Lee m enerbitkan analisisnya pada 1979, tidak ada
lagi hom isida lebih lanjut di daerah yang dia pelajari. Urut-urutan pe-
ristiwa ini m enunjukkan peran kendali pem erintahan negara yang kuat
dalam m engurangi kekerasan. Peran yang sam a juga m enjadi jelas dari
fakta-fakta sentral sejarah kolonial dan pasca-kolonial Papua dalam 50
tahun terakhir: dengan kata lain, penurunan tajam kekerasan setelah
dim antapkannya kekuasaan Australia dan Indonesia atas daerah-
daerah terpencil di Papua tim ur dan barat, yang tadinya tidak m em iliki
pem erintahan negara; terus rendahnya tingkat kekerasan di Papua
Indonesia di bawah kendali ketat pem erintahan yang dipertahankan di
sana; dan kembali munculnya kekerasan di Papua Nugini setelah pe-
m erintahan kolonial Australia secara bertahap m enyerahkan kekuasaan
kepada pem erintahan m andiri yang tidak begitu kuat. Kecenderungan
penurunan kekerasan di bawah kendali pemerintahan negara bukan-
lah penyangkalan fakta bahwa m asyarakat tradisional m em iliki cara-
cara tanpa kekerasan untuk berhasil m enyelesaikan sebagian besar
perselisihan mereka sebelum perselisihan berubah menjadi kekerasan
(Bab 2).
Perincian ke-22 hom isida !Kung adalah sebagai berikut. Sem ua
pem bunuh, dan 19 dari ke-22 korban, adalah laki-laki dewasa berusia
20 sam pai 55; hanya 3 korban berjenis kelam in perem puan. Dalam
sem ua kasus, si pem bunuh m engenal korbannya, yang m erupakan se-
orang kerabat jauh; orang-orang !Kung sam a sekali tidak m elakukan
pem bunuhan orang asing yang um um terjadi di Am erika Serikat kalau
terjadi perampokan atau perkelahian antara pengemudi kendaraan.
Semua pembunuhan terjadi secara terbuka dalam perkampungan, ke-
tika ada orang-orang lain. Hanya 5 dari 22 pem bunuhan !Kung itu yang
direncanakan sebelumnya. Misalnya, dalam salah satu kasus dramatik
pada sekitar 1948, seorang pem bunuh terkenal dan barangkali psikotik
bernam a / Twi, yang telah m em bunuh dua laki-laki, disergap dan
dipanah dengan anak panah beracun oleh seorang laki-laki bernama /
Xashe. / Twi yang terluka m asih berhasil m enikam seorang perem puan
bernam a / / Kushe di m ulut dengan sebatang tom bak dan m em anah
punggung suami //Kushe, N!eishi, dengan anak panah beracun, sebe-
356 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka lum banyak orang berkum pul dan ram ai-ram ai m em anah / Twi de-
ngan anak panah beracun sampai-sampai dia terlihat seperti landak,
kem udian m enikam jenazahnya dengan beberapa batang tom bak.
Tapi, ke-17 pem bunuhan !Kung lainnya terjadi dalam perkelahian
spontan. Misalnya, sebuah perkelahian pecah di N≠wama ketika se-
orang laki-laki m enolak m engizinkan seorang laki-laki lain m enikahi
adik perem puan istrinya. Dalam adu m ulut besar yang terjadi secara
sengit, sang suam i m em anah adik iparnya; calon suam i si adik ipar
beserta ayah dan saudara laki-lakinya, saling m elayangkan anak panah
dan tom bak dengan si suam i dan sekutu-sekutunya; dan, di tengah be-
berapa perkelahian yang berlangsung sekaligus, ayah si calon suam i
tewas akibat luka-luka yang dideritanya akibat sebatang anak panah
beracun di pahanya plus sebatang tom bak di rusuknya.
Sebagian besar pem bunuhan !Kung (15 dari 22) adalah bagian
persengketaan di m ana satu pem bunuhan m enyebabkan pem bunuhan
lain yang kem udian dibalas lagi selam a sam pai 24 tahun lam anya;
siklus pembunuhan balas dendam semacam itu juga biasa ada dalam
perang tradisional (Bab 3 dan 4). Di antara m otif-m otif pem bunuhan
!Kung selain m otif balas dendam atas pem bunuhan sebelum nya, per-
selingkuhan adalah yang paling sering disebutkan. Misalnya, seorang
suam i yang istrinya tidur dengan laki-laki lain m enyerang dan m elukai
selingkuhan istrinya, yang kem udian m alah berhasil m em bunuh si
suam i. Seorang suam i lain yang diselingkuhi m enikam dan m em bunuh
istrinya dengan anak panah beracun, kem udian kabur dari wilayah itu
dan tidak pernah kembali.
Sedangkan di antara m asyarakat-m asyarakat berskala kecil
lainnya, sebagian lebih rendah tingkat kekerasannya daripada orang-
orang !Kung (m isalnya orang-orang Pigm i Aka, Siriono), sem entara
yang lainnya dulu ataupun sekarang diwarnai lebih banyak kekerasan
(misalnya orang-orang Ache, Yanomamo, Tanah Hijau, dan Nors
Eslandia). Ketika orang-orang Ache m asih hidup di hutan sebagai
pem buru-pengum pul sebelum 1971, kekerasan m erupakan penyebab
kem atian paling um um , bahkan m elebihi penyakit. Lebih daripada
separo kem atian orang Ache akibat kekerasan terjadi di tangan orang-
orang Paraguay bukan Ache, nam un pem bunuhan orang Ache oleh
orang Ache lainnya tetap m enyebabkan 22% kem atian di kalangan
Ache. Sangat kontras dengan pola kekerasan !Kung yang diarahkan
sem ata terhadap orang dewasa !Kung, sebagian besar (81%) korban
hom isida Ache adalah anak-anak atau bayi—m isalnya anak-anak (ter-
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 357
http://facebook.com/indonesiapustaka utam a anak perem puan) yang dibunuh untuk m enyertai seorang de-
wasa yang m eninggal dunia ke dalam kubur, anak-anak yang dibunuh
atau m ati akibat diabaikan setelah ayah m ereka m ati atau m eninggal-
kan m ereka, atau bayi yang dibunuh karena terlahir hanya dengan se-
lang kelahiran pendek dari kakak tepat di atasnya. Kontras dengan
!Kung pula, bentuk paling um um pem bunuhan intra-kelom pok orang
Ache dewasa bukanlah perkelahian spontan dengan senjata apa pun
yang tersedia, m elainkan pertarungan teritualisasi dan direncanakan
sebelum nya, dengan gada yang dibaut khusus untuk peristiwa itu.
Seperti juga pada orang-orang !Kung, cam pur tangan negara telah
sangat m enurunkan tingkat kekerasan di antara orang-orang Ache:
sejak m ereka m ulai hidup dalam reservasi setelah 1977 dan berada di
bawah pengaruh langsung ataupun tidak langung dari negara Paraguay,
pem bunuhan orang dewasa Ache oleh orang Ache lainnya telah
berhenti, dan pem bunuhan oleh orang Ache terhadap anak dan bayi
mereka juga berkurang.
Bagaim anakah orang-orang dalam m asyarakat tradisional tanpa
pemerintahan negara dan polisi melindungi diri mereka sendiri dari
bahaya kekerasan terus-m enerus? Sebagian besar jawabannya adalah
m ereka m enerapkan beraneka ragam bentuk paranoia konstruktif.
Salah satu aturan yang tersebar luas adalah m ewaspadai orang asing:
secara rutin berupaya m em bunuh atau m engusir orang asing yang
terdeteksi di teritori kita, karena orang asing mungkin datang untuk
mengintai teritori kita atau untuk membunuh anggota suku kita.
Satu aturan lain adalah mewaspadai kemungkinan pengkhianatan
pihak-pihak yang kita anggap sekutu, atau (kebalikannya) m elakukan
pengkhianatan pre-em tif terhadap sekutu yang berpotensi berubah
haluan. Misalnya, salah satu taktik peperangan Yanomamo adalah
mengundang orang-orang dari desa tetangga untuk jamuan di desa
m ereka sendiri, dan kem udian m em bunuh para tetangga yang telah
meletakkan senjata dan sedang makan. Don Richardson mela-
porkan bahwa orang-orang Sawi di Papua barat daya m enghargai
pengkhianatan sebagai suatu ideal: daripada membunuh musuh
langsung, lebih baik m eyakinkan m usuh bahwa kita bertem an de-
ngannya, m engundang m usuh berkali-kali selam a berbulan-bulan
untuk mengunjungi kita dan ikut makan bersama kita, dan kemudian
m enyaksikan ketakutannya ketika kita m enyatakan, tepat sebeum
m em bunuhnya, “Tuwi asonai m akaerin!” (Kam i telah gem ukkan kam u
dengan pertem anan untuk dibantai!)
358 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka Taktik lain lagi guna mengurangi risiko serangan adalah letak
desa biasanya dipilih dem i tujuan pertahanan atau m em peroleh
sudut pandang yang bagus atas sekelilingnya. Misalnya, desa-desa
di pegunungan Papua biasanya terletak di atas bukit, dan banyak pe-
m ukim an Anasazi fase akhir di Am erika Serikat terletak di situs-
situs yang hanya bisa diakses dengan tangga yang bisa ditarik ke atas
sehingga tidak ada yang bisa masuk. Meskipun lokasi-lokasi itu meng-
haruskan para penghuni membawa air menempuh jarak jauh ke atas
bukit dari sungai di dasar lem bah di bawah, upaya itu dianggap lebih
disukai dibandingkan risiko dikejutkan oleh serangan di lokasi lembah
sam ping sungai. Seiring m eningkatnya kepadatan populasi atau
pertarungan, orang cenderung bergeser dari hidup dalam pondok-
pondok yang terpencar-pencar tanpa perlindungan m enjadi berkum pul
demi pertahanan dalam desa-desa besar berpagar.
Kelom pok-kelom pok m elindungi diri dengan m em bangun jejaring
persekutuan dengan kelom pok-kelom pok lain, sem entara individu-
individu bersekutu dengan individu-individu lain. Salah satu fungsi
berbicara terus-m enerus yang m engejutkan saya di Papua, dan yang
m engejutkan para pengunjung lain ke m asyarakat-m asyarakat tradi-
sional lainnya, adalah m em pelajari sebanyak m ungkin m engenai se-
tiap individu dalam sem esta kontak seseorang, dan m em onitor akti-
vitas orang secara terus-m enerus. Sum ber inform asi yang terutam a ba-
gus adalah perem puan-perem puan yang terlahir dalam kelom pok kita
sendiri dan kemudian dikirimkan untuk menikahi anggota kelompok
lain, dalam pola um um hidup tradisional yang dikenal sebagai hunian
patrilokal (dengan kata lain, pengantin perempuan pindah untuk
bergabung dengan kelom pok suam inya, bukannya suam i yang pindah
untuk bergabung dengan kelom pok istri yang baru m ereka nikahi). Pe-
rem puan yang sudah m enikah sem acam itu sering kali m em peringat-
kan para kerabat sedarah m ereka di m asyarakat tem pat kelahiran
bahwa suam inya dan kerabat-kerabat suam inya m erencanakan sua-
tu serangan. Terakhir, seperti juga percakapan malam hari tak ber-
kesudahan di sekeliling api unggun mengenai kecelakaan berperan tak
hanya untuk m enghibur m elainkan juga untuk m endidik anak-anak
(dan semua orang lain) mengenai risiko lingkungan, percakapan tak
berkesudahan mengenai serbuan dan orang-orang, memperingatkan
para pendengar m engenai bahaya yang dim unculkan oleh m anusia,
selain juga m enyediakan hiburan yang m enegangkan.
PENYAKIT ● 359
http://facebook.com/indonesiapustaka Pe n yakit
Bergantung kepada m asyarakat tradisional yang m ana, secara bersam a-
sam a penyakit duduk di peringkat pertam a bahaya bagi kehidupan m a-
nusia (m isalnya di kalangan orang-orang Agta, di m ana penyakit di-
laporkan m enyebabkan kira-kira 50 – 86% kem atian, dan orang-orang
!Kung, 70 – 80 % kem atian) ataupun di peringkat kedua bahaya paling
penting di bawah kekerasan (m isalnya di kalangan orang-orang Ache,
di m ana "hanya" seperem pat kem atian dalam kondisi kehidupan di
hutan disebabkan oleh penyakit). Tapi, harus ditam bahkan bahwa
orang-orang yang kekurangan gizi lebih rentan terhadap infeksi, dan
bahwa karenanya kekurangan m akanan m erupakan faktor yang ber-
sum bangsih terhadap banyak kem atian yang penyebabnya tercatat se-
bagai penyakit m enular.
Dari sem ua penyakit, arti penting relatif berbagai kategori pe-
nyakit bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional sangat bervariasi,
bergantung pada gaya hidup, lokasi geograi, dan usia. Secara umum,
penyakit m enular paling berpengaruh di antara bayi dan anak-anak
kecil, serta tetap berpengaruh di segala usia. Penyakit parasitik sam a
berpengaruhnya dengan penyakit m enular pada m asa kanak-kanak.
Penyakit-penyakit yang terkait dengan parasit cacing (m isalnya cacing
tam bang dan cacing pita) serta parasit-parasit protozoa yang m enyebar
lewat serangga (m isalnya m alaria dan agen penyebab penyakit tidur)
m erupakan m asalah yang lebih besar bagi m asyarakat yang hidup di
iklim tropis yang hangat dibandingkan bagi m asyarakat yang hidup
di Artika, gurun, dan puncak gunung yang dingin, lingkungan tem -
pat cacing dan serangga vektor protozoa sendiri sulit hidup. Kalau
seseorang sem akin tua, penyakit-penyakit degeneratif tulang, sendi,
dan jaringan lunak—m isalnya artritis, osteoartritis, osteoporosis, patah
tulang, dan gigi aus—berpengaruh sem akin besar. Gaya hidup m a-
syarakat tradisional yang jauh lebih menuntut ketangguhan isik di-
bandingkan orang-orang m odern yang kerjanya duduk m elulu m en-
jadikan m asyarakat tradisional lebih rentan terhadap penyakit-penyakit
degeneratif pada usia berapa pun. Yang secara m encolok langka atau
tidak ada di antara m asyarakat tradisional adalah penyakit-penyakit
yang paling bertanggungjawab atas kem atian di Dunia Pertam a m asa
kini: penyakit arteri koroner dan bentuk-bentuk aterosklerosis lainnya,
stroke dan berbagai akibat hipertensi lainnya, diabetes yang m uncul
saat dewasa, dan sebagian besar kanker. Saya akan bahas alasan-alasan
360 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka bagi perbedaan mencolok antara pola kesehatan Dunia Pertama dan
tradisional ini di Bab 11.
Baru dalam dua abad terakhir pengaruh penyakit m enular sebagai
penyebab kem atian m anusia m enyusut di Dunia Pertam a. Alasan-
alasan bagi perubahan-perubahan yang belum lam a terjadi itu antara
lain dijunjungnya arti penting sanitasi; pem asangan pasokan air bersih
oleh pem erintah negara, diperkenalkannya vaksinasi, dan berbagai
tindakan kesehatan m asyarakat lainnya; tum buhnya pengetahuan sains
m engenai m ikroba sebagai agen penyakit m enular, m em ungkinkan
rancangan rasional bagi tindakan m elawan penyakit yang efektif; dan
penem uan serta perancangan antibiotika. Tingkat higiene yang rendah
m em ungkinkan (bahkan sam pai kini) penularan penyakit m enular
dan parasitik di kalangan m asyarakat tradisional, yang sering kali
m enggunakan pasokan air yang sam a untuk m inum , m em asak, m andi,
dan mencuci, buang air di dekat sumber air, dan tidak memahami arti
penting mencuci tangan sebelum mengolah makanan.
Hanya untuk menyebutkan satu contoh mengenai higiene dan pe-
nyakit yang meninggalkan kesan pada saya secara pribadi, dalam salah
satu perjalanan ke Indonesia ketika saya menghabiskan sebagian besar
waktu tiap hari untuk mengamati burung di jalur-jalur dalam hutan
yang menyebar dari situs perkemahan tempat saya berpangkalan ber-
sama rekan-rekan Indonesia saya, saya gemas mendapati saya ter-
serang diare mendadak pada waktu-waktu yang tidak bisa diduga
setiap harinya. Saya berpikir keras guna menemukan kesalahan apa
yang saya lakukan, dan apa yang mungkin menyebabkan perbedaan
waktu kambuhnya diare. Akhirnya, saya menemukan alasannya. Se-
tiap hari, seorang rekan Indonesia yang luar biasa baiknya, yang me-
rasa bertanggungjawab atas kesejahteraan saya, keluar dari perkemah-
an dan mengikuti jalur saya hari itu sampai dia berjumpa saya, untuk
memastikan saya tidak mengalami kecelakaan atau tersesat. Dia me-
nyerahkan kepada saya sejumlah biskuit yang dengan penuh perhatian
dia bawa dari perkemahan sebagai kudapan, mengobrol dengan saya
selama beberapa menit untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik
saja, lalu kembal ke perkemahan. Suatu malam, saya mendadak sadar
bahwa serangan diare saya setiap hari dimulai sekitar setengah jam
setelah teman saya yang baik hati berjumpa dengan saya dan saya telah
menyantap biskuit yang dia bawa hari itu: bila dia bertemu saya pada
pukul 10 pagi, saya terserang diare pada 10 .30 , dan bila dia berjumpa
saya pada pukul 2.30 sore, diare saya dimulai pada pukul 3 sore. Sejak
PENYAKIT ● 361
http://facebook.com/indonesiapustaka hari berikutnya, saya menerima biskuit darinya dengan berterima ka-
sih, diam-diam membuangnya saat teman saya sudah kembali ke per-
kemahan, dan tidak pernah lagi terserang diare. Masalahnya ada di
cara teman saya memegang biskuit itu, bukan di biskuitnya, yang kami
simpan masih dalam kondisi terbungkus plastik seperti aslinya di per-
kemahan kami, dan yang tidak pernah membuat saya sakit bila saya
sendiri yang membuka kemasannya. Penyebab serangan diare saya
pastilah kuman usus yang pindah dari jari-jari teman saya ke biskuit
tersebut.
J enis-jenis penyakit m enular yang m endom inasi sangat berbeda
antara populasi-populasi kecil pemburu-pengumpul nomaden dan
m asyarakat-m asyarakat keluarga petani di satu sisi, dan populasi-
populasi besar m asyarakat m odern dan baru terwesternisasi plus m a-
syarakat petani tradisional berpopulasi padat Dunia Lam a di sisi yang
satu lagi. Penyakit-penyakit khas pem buru-pengum pul adalah m alaria
dan dem am yang ditularkan artropoda lainnya, disentri dan penyakit-
penyakit pencernaan lainnya, penyakit-penyakit pernapasan, dan
infeksi kulit. Penyakit yang tidak ditem ukan di kalangan pem buru-
pengum pul, kecuali bila m ereka baru ditulari oleh pengunjung Barat,
adalah penyakit-penyakit m enular yang ditakuti oleh populasi-populasi
menetap: difteri, lu, campak, gondongan, batuk rejan, rubela, cacar
api, dan tifoid. Tidak seperti penyakit-penyakit m enular para pem buru-
pengum pul, yang ada secara kronis atau m elesat naik-turun, penyakit-
penyakit pada populasi padat itu m erupakan epidem i akut: banyak
orang di satu daerah jatuh sakit dalam waktu yang singkat dan dengan
cepat pulih atau m ati, dan kem udian penyakit itu m enghilang di daerah
tersebut selama setahun atau lebih.
Alasan-alasan m engapa penyakit-penyakit epidem i itu bisa m un-
cul dan bertahan hanya dalam populasi m anusia yang besar telah di-
ketahui dari penelitian-penelitian epidemiologi dan mikrobiologi da-
lam dasawarsa-dasawarsa terakhir. Alasan-alasan itu adalah bahwa
penyakit-penyakit tersebut ditularkan secara eisien, berkembang
secara akut, menimbulkan kekebalan seumur hidup pada korban-
korban yang sintas, dan terbatas pada spesies m anusia. Penyakit-
penyakit itu ditularkan secara eisien dari orang yang sakit ke orang-
orang sehat di sekitarnya oleh m ikroba yang pasien keluarkan
ke kulitnya dari bisul yang pecah, yang pasien sem burkan ke
udara m elalui batuk dan bersin, atau yang m em asuki badan air di
dekatnya ketika pasien buang air. Orang-orang yang sehat tertular
362 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka ketika m enyentuh pasien atau benda yang disentuh oleh pasien,
m enghirup udara yang diem buskan oleh pasien, atau m em inum air
yang terkontam inasi. Perkem bangan akut suatu penyakit berarti,
dalam beberapa m inggu infeksi, pasien tewas atau pulih. Kom binasi
penularan eisien dan perkembangan akut berarti bahwa, dalam
waktu singkat, semua orang dalam populasi setempat telah terpapar
penyakit tersebut dan kem udian m enjadi berstatus alm arhum atau
sem buh. Kekebalan seum ur hidup yang diperoleh orang-orang
yang sem buh berarti tidak ada lagi orang yang m asih hidup dalam
populasi itu yang bisa terserang penyakit tersebut sam pai suatu hari
nanti, ketika telah lahir bayi-bayi baru yang belum pernah terpapar
penyakit itu. Terbatasnya penyakit itu pada m anusia berarti tidak
ada hewan atau reservoar tanah di m ana penyakit itu dapat bertahan:
penyakit itu m ati di daerah tersebut dan baru bisa kem bali ketika
infeksi m enyebar lagi dari sum ber yang jauh. Sem ua ciri itu, ketika
berkom binasi, berarti bahwa penyakit-penyakit m enular terbatas di
populasi m anusia yang besar, yang berjum lah m encukupi sehingga
penyakit itu dapat m em pertahankan diri dalam populasi dengan cara
terus-menerus berpindah dari satu daerah ke daerah lain, punah di
satu tem pat nam un m asih ada di bagian populasi yang lebih jauh.
Bagi cam pak, ukuran populasi m inim um yang dibutuhkan diketahui
sebesar beberapa ratus ribu orang. Oleh karena itu penyakit-penyakit
tersebut dapat dirangkum sebagai "penyakit m enular epidem ik akut
yang m em buat kebal kerum unan m anusia"—atau, singkatnya, penyakit
kerum unan (crowd diseases).
Penyakit kerum unan tidak m ungkin ada sebelum kem unculan
agrikultur pada sekitar 11.0 0 0 tahun lalu. Baru setelah terjadi ledakan
pertum buhan populasi yang dim ungkinkan oleh agrikultur, popu-
lasi m anusia m encapai jum lah besar yang dibutuhkan bagi penyakit
kerumunan untuk bertahan. Mulai diterapkannya agrikultur me-
m ungkinkan pem buru-pengum pul yang awalnya nom aden untuk
m enetap di desa-desa perm anen yang ram ai dan tidak sehat, dihu-
bungkan oleh perdagangan dengan desa-desa lainnya, dan m enye-
diakan kondisi-kondisi ideal bagi penularan mikroba secara cepat.
Penelitian-penelitian terbaru oleh ahli-ahli biologi molekuler telah
m enunjukkan bahwa m ikroba yang m enyebabkan banyak dan
barangkali sebagian besar penyakit kerum unan yang kini terbatas pada
m anusia, pada awalnya m uncul dari penyakit-penyakit kerum unan
PENYAKIT ● 363
http://facebook.com/indonesiapustaka hewan-hewan domestik kita seperti babi dan sapi. Dengan hewan-
hewan inilah kita menjadi sering berhubungan dekat secara teratur,
ideal bagi perpindahan mikroba dari hewan ke manusia. Itu baru
dim ulai sejak hewan didom estikasi sekitar 11.0 0 0 tahun silam .
Tentu saja, ketiadaan penyakit-penyakit kerum unan di populasi
kecil pemburu-pengumpul bukan berarti pemburu-pengumpul bebas
penyakit menular. Mereka juga memiliki penyakit menular, namun
penyakit-penyakit m ereka berbeda dari penyakit kerum unan dalam
em pat hal. Pertam a-tam a, m ikroba yang m enyebabkan penyakit-
penyakit m ereka tidak terbatas pada spesies m anusia, nam un juga
ditem ukan pada hewan (m isalnya kum an dem am kuning, yang juga
m enghuni tubuh m onyet) atau kalau tidak yang m am pu sintas di tanah
(m isalnya kum an penyebab botulism e dan tetanus). Kedua, banyak
penyakit m ereka tidak bersifat akut m elainkan kronis, m isalnya lepra
dan puru. Ketiga, sejumlah penyakit ditularkan secara tidak eisien
antar-m anusia, lagi-lagi m isalnya lepra dan puru. Terakhir, kebanyakan
penyakit m ereka tidak m em berikan kekebalan perm anen: orang yang
telah pulih dari satu serangan penyakit bisa terserang penyakit yang
sam a lagi. Keem pat fakta ini berarti bahwa penyakit-penyakit tersebut
dapat bertahan hidup dalam populasi m anusia yang kecil, m enginfeksi
dan m enginfeksi lagi korban-korban dari reservoar hewan dan tanah
serta dari orang-orang yang sakit secara kronis.
Para pem buru-pengum pul dan populasi-populasi pertanian yang
kecil tidak kebal terhadap penyakit kerum unan; m ereka hanya tidak
m encukupi bagi penyakit kerum unan untuk bertahan hidup. Bah-
kan, secara tragis populasi-populasi kecil kerap sangat rentan ter-
hadap penyakit-penyakit kerum unan ketika m ereka terinfeksi oleh
pengunjung dari dunia luar. Kerentanan tinggi m ereka disebabkan
oleh fakta bahwa setidaknya sebagian penyakit kerum unan m em iliki
tingkat fatalitas yang lebih tinggi pada dewasa daripada pada anak-
anak. Dalam populasi-populasi perkotaan Dunia Pertam a yang padat,
semua orang (sampai belum lama ini) telah terpapar campak sewaktu
kanak-kanak, nam un dalam populasi pem buru-pengum pul yang kecil
dan terisolasi, orang-orang dewasa belum pernah terpapar campak
dan berkem ungkinan besar tewas bila cam pak tiba. Ada banyak kisah
m engerikan m engenai populasi-populasi Inuit, Penduduk Asli Am erika,
dan Aborigin Australia yang nyaris tum pas gara-gara berbagai penyakit
epidem ik yang dibawa oleh orang-orang Eropa.
364 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka Tan ggapan te rh adap pe n yakit
Bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional, penyakit berbeda dari ketiga
jenis bahaya utam a lainnya dalam segi pem aham an orang m engenai
m ekanism e yang m endasarinya, dan karenanya m engenai pengobatan
atau tindakan pencegahan yang efektif. Ketika seseorang terluka atau
m ati akibat kecelakaan, kekerasan, atau kelaparan, penyebab dan
proses yang m endasarinya jelas: korban tertim pa pohon rubuh, ter-
sambar anak panah musuh, atau kelaparan gara-gara kekurangan
m akanan. Pengobatan atau tindakan pencegahan yang sesuai sam a
jelasnya: jangan tidur di bawah pohon m ati, waspadalah terhadap
musuh atau bunuh mereka duluan, dan pastikan ada cukup persediaan
m akanan. Tapi, kalau soal penyakit, pem aham an em piris yang m antap
m engenai penyebabnya, dan tindakan pencegahan serta pengobatan
yang berbasis sains, baru ditem ukan dalam dua abad terakhir. Sebe-
lum nya, m asyarakat-m asyarakat negara m aupun m asyarakat-m asya-
rakat tradisional berskala kecil menderita korban tewas dalam jumlah
besar akibat penyakit.
Bukan berarti m asyarakat tradisional sepenuhnya tidak ber-
daya m encegah atau m engobati penyakit. Orang-orang Siriono ter-
bukti memahami bahwa ada hubungan antara kotoran manusia dan
penyakit-penyakit seperti disentri dan cacing tam bang. Ibu-ibu Siriono
lekas-lekas m em bersihkan kotoran bayinya saat si bayi buang air besar,
m enyim pan kotoran itu di dalam keranjang, dan akhirnya m em buang
isi keranjang itu jauh di hutan. Namun orang-orang Siriono sekalipun
tidak ketat m enerapkan higiene. Ahli antropologi Allan Holm berg m e-
nuturkan bagaim ana dia m engam ati seorang bayi Siriono, yang sedang
tidak diawasi ibunya, buang air besar, tidur-tiduran di atas kotorannya,
m elum uri tubuhnya dengan kotoran, dan m em asukkan kotoran ke
m ulutnya. Ketika ibunya akhirnya m enyadari apa yang terjadi, dia
m em asukkan jari ke dalam m ulut bayinya, m engeluarkan kotoran
di dalam m ulut, m engelap nam un tidak m em andikan si bayi, dan
meneruskan makan tanpa mencuci tangan. Orang-orang Indian Piraha
m em biarkan anjing m ereka m akan dari piring yang sedang m ereka
gunakan untuk m akan sendiri: itu cara yang bagus untuk m em peroleh
kuman dan parasit anjing.
Melalui coba-coba, banyak masyarakat tradisional yang mengenali
tum buh-tum buhan setem pat yang m ereka percaya m em bantu m e-
nyem buhkan penyakit tertentu. Tem an-tem an saya dari Papua sering
kali m enunjukkan kepada saya tum buh-tum buhan tertentu yang
TANGGAPAN TERHADAP PENYAKIT ● 365
http://facebook.com/indonesiapustaka menurut mereka digunakan untuk mengobati malaria, berbagai demam
lain, atau disentri, atau untuk memicu keguguran. Para ahli etnobotani
Barat telah m em pelajari pengetahuan farm akologi tradisional itu,
dan perusahaan-perusahaan farm asi Barat telah m engekstraksi obat-
obatan dari tum buh-tum buhan tersebut. Terlepas dari itu, keefektifan
keseluruhan pengetahuan medis tradisional, meskipun menarik,
cenderung terbatas. Malaria masih tetap merupakan salah satu
penyebab paling um um penyakit dan kem atian di dataran rendah dan
perbukitan Papua. Setelah para ilmuwan menemukan bahwa malaria
disebabkan oleh protozoa genus Plasm odium yang disebarkan oleh
nyam uk genus Anopheles, dan bahwa penyakit itu bisa disem buhkan
dengan berbagai obat, barulah persentase penduduk dataran rendah
Papua yang m enderita serangan m alaria bisa dikurangi dari sekitar
50 % m enjadi di bawah 1%.
Pandangan m engenai penyebab penyakit, dan tindakan pencegahan
serta penyem buhan yang diupayakan sebagai akibatnya, berbeda-beda
di antara m asyarakat-m asyarakat tradasional. Sebagian, nam un tidak
sem ua m asyarakat, m em iliki dukun khusus, disebut "sham an" oleh
orang-orang Barat, dan m em peroleh gelar tertentu dari m asyarakatnya.
Orang-orang !Kung dan Ache kerap m em andang penyakit secara
fatalistik, sebagai sesuatu yang disebabkan oleh kebetulan dan
tidak bisa disem buhkan. Dalam kasus-kasus lain, orang-orang Ache
m enawarakan penjelasan biologis: m isalnya, penyakit usus m em atikan
pada anak-anak disebabkan oleh penyapihan dan m elahap m akanan
padat, dan bahwa dem am disebabkan oleh m enyantap daging busuk,
terlalu banyak m adu, m adu yang tidak dicam pur dengan air, terlalu
banyak larva serangga, atau m akanan berbahaya lainnya, atau karena
paparan darah manusia. Setiap penjelasan ini mungkin terkadang
benar, nam un tidak m elindungi orang-orang Ache dari tingkat
kem atian yang tinggi akibat penyakit. Orang-orang Daribi, Fayu,
Kaulong, Yanom am o, dan banyak m asyarakat lainnya m enyalahkan
kutukan, sihir, atau tukang tenung sebagai penyebab penyakit, dan
penyebab-penyebab itu harus dilawan dengan cara m enyerbu, m em -
bunuh, atau m em bayar tukang tenung yang bertanggungjawab.
Orang-orang Dani, Daribi, dan !Kung m engatakan bahwa penyakit-
penyakit lain disebabkan oleh hantu atau arwah, yang para dukun
!Kung coba ajak bicara m elalui kesurupan. Orang-orang Kaulong,
Siriono, dan banyak m asyarakat lainnya m encari penjelasan m oral
dan religius tentang penyakit: m isalnya, korban m enyebabkan dirinya
366 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
sendiri terkena penyakit itu karena m elakukan suatu kekeliruan,
menjahati alam, atau melanggar tabu. Misalnya, orang-orang Kaulong
m engatakan bahwa penyakit-penyakit pernapasan pada laki-laki
disebabkan oleh pencemaran oleh perempuan, ketika seorang laki-
laki m elakukan kesalahan berbahaya yaitu bersentuhan dengan benda
yang dicem ari oleh perem puan yang sedang datang bulan atau m e-
lahirkan, atau ketika seorang laki-laki berjalan di bawah pohon rubuh,
atau jembatan, atau minum dari sungai (karena perempuan mung-
kin berjalan di atas pohon itu, di atas jembatan, atau melalui sungai).
Sebelum kam i, orang-orang Barat, m em andang rem eh teori-teori
penyakit pernapasan laki-laki orang-orang Kaulong itu, kam i harus
m erenungkan tentang betapa seringnya penderita-penderita kanker di
Barat berupaya m engenali tanggung jawab m oral atau penyebab kanker
mereka, yang penyebab spesiiknya sama kaburnya dengan kita seperti
juga penyebab penyakit pernapasan laki-laki bagi orang-orang Kaulong.
http://facebook.com/indonesiapustaka Ke la p a ra n
Pada Februari 1913, seorang penjelajah Britania, A.F.R. Wollaston,
sedang berjalan turun dengan hati riang melalui hutan pegunungan
Papua setelah berhasil mencapai batas salju di gunung tertinggi Papua.
Dia ketakutan karena m enem ukan dua jenazah yang m asih baru di
jalur yang sedang dia telusuri. Selam a dua hari berikutnya, dalam apa
yang dia jabarkan sebagai sejum lah hari paling m engerikan dalam
hidupnya, dia m enjum pai 30 lebih jenazah orang pegunungan Papua
lainnya, kebanyakan perem puan dan anak-anak, sendiri-sendiri atau
berkelom pok-kelom pok sam pai lim a orang banyaknya, terbaring di
tem pat-tem pat bernaung seadanya di sepanjang jalur itu. Satu kelom -
pok terdiri atas jenazah seorang perem puan dan jenazah dua anak,
term asuk seorang gadis kecil berusia sekitar tiga tahun yang m a-
sih hidup. Wollaston gendong anak itu ke perkem ahannya dan dia
beri susu, namun anak itu meninggal beberapa jam kemudian. Di
perkem ahannya, datanglah sekelom pok lain yang terdiri atas satu
laki-laki, satu perem puan, dan dua anak-anak; kesem uanya kecuali
seorang anak m eninggal dunia. Keseluruhan kelom pok itu, yang
sudah kekurangan gizi kronis, telah kehabisan persediaan ubi dan
babi mereka serta tidak menemukan makanan liar di hutan kecuali
jantung sejum lah pohon palem , dan yang lem ah sepertinya m ati akibat
kela p a r a n .
KELAPARAN ● 367
http://facebook.com/indonesiapustaka Dibandingkan kecelakaan, kekerasan, dan penyakit, yang kerap di-
sadari dan disebutkan sebagai penyebab kem atian dalam m asyarakat-
m asyarakat tradisional, kem atian akibat kelaparan seperti yang di-
saksikan oleh Wollaston jauh lebih jarang disebutkan. Ketika terjadi,
kelaparan kemungkinan melibatkan kematian massal, sebab orang-
orang dalam m asyarakat berskala kecil berbagi m akanan, sehingga
kem ungkinannya adalah tidak ada yang m ati kelaparan atau sem ua
orang tewas bersamaan. Namun kelaparan sangat kurang dihargai
sebagai faktor penyum bang yang m enyebabkan kem atian. Dalam se-
bagian besar situasi, ketika orang-orang menjadi sangat kekurangan
gizi, sesuatu hal lain terjadi dan m enewaskan m ereka sebelum m ereka
m ati sem ata karena kelaparan. Ketahanan tubuh m ereka m erosot, m e-
reka m enjadi rentan terhadap penyakit, dan m ereka tercatat sebagai
m eninggal akibat penyakit yang padahal bisa sem buh seandainya saja
ketahanan tubuh m ereka bagus. Ketika m ereka m enjadi lem ah secara
isik, mereka pun menjadi lebih rentan terhadap kecelakaan, semisal
jatuh dari pohon atau tenggelam , atau terbunuh oleh m usuh yang
sehat-walaiat. Sedemikian tersitanya perhatian masyarakat berskala
kecil oleh m akanan, serta berbagai tindakan rum it yang m ereka
lakukan guna m em astikan persediaan m akanan yang m encukupi dan
yang akan saya jelaskan pada halam an-halam an berikutnya, m en-
jadi saksi bagi kekhawatiran yang senantiasa m em bayangi m ereka
akan kelaparan yang m erupakan salah satu risiko utam a kehidupan
t r a d ision a l.
Terlebih lagi, kekurangan makanan tak hanya berupa kela-
paran dalam pengertian kalori yang tidak mencukupi, melainkan juga
kekurangan vitamin-vitamin spesiik (yang menyebabkan beraneka
macam penyakit seperti beriberi, pelagra, anemia pernisiosa, rakitis,
dan skorbut), mineral-mineral spesiik (yang menyebabkan gondok en-
demik dan anemia karena kekurangan zat besi), serta protein (yang me-
nyebabkan kwasiorkor). Penyakit-penyakit deisiensi spesiik itu jauh
lebih umum di antara para petani daripada di antara para pemburu-
pengumpul, yang jenis makanannya cenderung lebih bervariasi daripada
petani. Seperti juga kekurangan kalori, penyakit-penyakit deisiensi
spesiik berkemungkinan menjadi faktor penyumbang yang menyebab-
kan seseorang tercatat sebagai mati karena kecelakaan, kekerasan,
atau penyakit menular sebelum orang itu mati semata karena penyakit
deisiensi.
368 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka Kelaparan adalah risiko yang bahkan tidak dipikirkan oleh warga
Dunia Pertam a yang m akm ur, sebab akses kita terhadap m akanan tetap
sama, dari hari ke hari, dari musim ke musim, dan dari tahun ke tahun.
Tentu saja, ada sejum lah m akanan tertentu yang bersifat m usim an dan
tersedia hanya beberapa m inggu dalam setahun, m isalnya ceri lokal
yang dipanen langsung, nam un jum lah total m akanan yang tersedia
pada dasarnya konstan. Tapi, bagi m asyarakat berskala kecil, ada hari-
hari baik dan buruk yang tidak bisa diperkirakan, suatu m usim setiap
tahunnya ketika bisa diperkirakan ada kekurangan m akanan dan
orang-orang tunggu dengan irasat buruk, dan tahun-tahun baik dan
buruk yang tidak bisa diperkirakan. Sebagai akibatnya, m akanan m e-
rupakan topik percakapan utam a dan nyaris tiada henti. Saya pada
awalnya terkejut karena orang-orang Fore tem an saya m enghabiskan
sedem ikian banyak waktu m em bicarakan soal ubi, m eskipun m ereka
baru saja m akan sam pai kenyang. Bagi orang-orang Indian Siriono di
Bolivia, perhatian m ereka sangat tersita oleh m akanan, sedem ikian
rupa sehingga dua ungkapan paling um um di Siriono adalah “Perutku
kosong” dan “Beri aku m akanan”. Arti penting seks dan m akanan ber-
beda seratus delapan puluh derajat bagi orang-orang Siriono dan kami
orang-orang barat: kecemasan terkuat orang-orang Siriono adalah me-
ngenai m akanan, m ereka berhubungan seks nyaris kapan saja m ereka
mau, dan seks mengompensasi rasa lapar terhadap makanan; semen-
tara kecem asan terkuat kam i adalah m engenai seks, kam i m akan nyaris
kapan saja kam i m au, dan m akan m engom pensasi frustrasi seksual.
Tidak seperti kita, banyak m asyarakat tradisional, terutam a
yang berada di lingkungan kering atau Artika, kerap m enghadapi
kekurangan m akanan yang terperkirakan m aupun tidak terperkirakan,
dan risiko mereka menderita kelaparan jauh lebih tinggi daripada
kita. Alasan-alasan perbedaan ini jelas. Banyak m asyarakat tradisional
hanya m em iliki sedikit kelebihan m akanan yang disim pan, atau bahkan
tidak punya cadangan apa-apa yang bisa diandalkan, entah itu karena
mereka tidak bisa menghasilkan kelebihan untuk disimpan, atau
karena iklim panas basah m enyebabkan m akanan busuk dengan cepat,
atau karena gaya hidup m ereka nom aden. Kelom pok-kelom pok yang
bisa m enyim pan kelebihan m akanan berisiko m engalam i penjarahan.
Masyarakat-masyarakat tradisional terancam oleh kegagalan pangan
setem pat karena m ereka hanya bisa m engintegrasikan sum ber daya
makanan di daerah kecil, sementara warga negara Dunia Pertama
m engirim kan m akanan ke seluruh negara dan m engim pornya dari
KEKURANGAN MAKANAN YANG TIDAK TERPERKIRAKAN ● 369
http://facebook.com/indonesiapustaka negara-negara yang sangat jauh sekalipun. Tanpa kendaraan berm otor,
jalanan, rel kereta, dan kapal seperti kita, m asyarakat-m asyarakat tra-
disional tidak bisa mengangkut makanan menempuh jarak panjang
dan hanya dapat m em peroleh m akanan dari tetangga-tetangga m ereka.
Masyarakat-masyarakat tradisional tidak memiliki pemerintahan nega-
ra yang m engorganisasi penyim panan, pengangkutan, dan pertukaran
m akanan di daerah yang luas. Terlepas dari itu, kita akan lihat bahwa
m asyarakat tradisional m em iliki banyak cara lain untuk m engatasi
risiko kelaparan.
Kekurangan m akanan yang tidak terperkirakan
Skala waktu terpendek dan skala ruang terkecil dalam hal variasi
persediaan m akanan m asyarakat tradisional m elibatkan variasi
hari-demi-hari dalam hal keberhasilan setiap perburuan. Tumbuh-
tumbuhan tidak berpindah-pindah dan dapat dikumpulkan secara
kurang lebih terperkirakan dari hari ke hari, namun hewan berpindah-
pindah, sehingga setiap hari ada risiko pemburu tidak memperoleh
hewan buruan. Pem ecahan bagi ketidakpastian itu yang diterapkan
secara universal oleh para pem buru-pengum pul adalah hidup dalam
kawanan yang m encakup beberapa pem buru yang m engum pulkan
dan membagi-bagi tangkapan mereka agar luktuasi besar hari-ke-hari
bagi setiap pem buru individual bisa dicegah. Richard Lee m enjabarkan
pem ecahan itu dari pengalam annya sendiri dengan orang-orang !Kung
di Gurun Kalahari Afrika, nam un dia m enggeneralisasi pem buru-
pengumpul di semua benua dan seluruh lingkungan ketika dia menulis:
“Makanan tidak pernah dikonsumsi sendiri oleh satu keluarga;
makanan selalu (secara aktual ataupun potensial) dibagi bersama-
sam a anggota-anggota kelom pok atau kawanan hidup yang terdiri
atas sam pai 30 anggota (atau lebih). Walaupun hanya sepersekian
kecil pencari makanan sehat-walaiat yang berangkat setiap hari, per-
olehan makanan dan daging setiap hari dibagi-bagi sedemikian rupa
sehingga setiap anggota perkam pungan m enerim a bagian yang setara.
Kawanan atau perkam pungan pem buru adalah unit pem bagian.” Asas-
nya m engenai pengum pulan dan pem bagian-rata di kalangan pem -
buru-pengum pul juga berlaku bagi banyak m asyarakat penggem bala
dan petani berskala kecil, misalnya orang-orang Nuer di Sudan yang
dipelajari oleh E.E. Evans-Pritchard, yang berbagi daging, susu, ikan,
padi-padian, dan bir: “Walaupun satu rum ah tangga m em iliki m akanan
sendiri, memasak sendiri, dan mencukupi kebutuhan anggota-
370 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka anggotanya secara m andiri, laki-laki, dan yang jauh lebih jarang pe-
rempuan dan anak-anak, makan di rumah satu sama lain sedemikian
rupa sehingga, bila dilihat dari luar, keseluruhan komunitas terlihat
seperti berbagi persediaan bersam a. Aturan-aturan keram ah-tam ahan
dan konvensi-konvensi m engenai pem bagian daging dan ikan m e-
m unculkan pem bagian m akanan secara jauh lebih luas daripada yang
sepertinya ditunjukkan oleh sekadar pernyataan m engenai asas ke-
p em ilika n .”
Skala berikutnya yang lebih lam a dan lebih besar dalam variasi
persediaan m akanan m elibatkan variasi tidak terperkirakan dalam hal
ketersediaan m akanan yang m em pengaruhi keseluruhan kelom pok
setem pat. Serangan cuaca dingin dan basah yang bertahan selam a
beberapa hari m enyebabkan kondisi terlalu berbahaya dan tidak
m em berikan ganjaran sepadan bagi orang-orang Indian Ache untuk
pergi berburu, dan m enyebabkan m ereka tak hanya kelaparan
m elainkan juga berisiko terpapar dingin dan terserang infeksi
pernapasan. Tibanya waktu panen pisang tanduk dan buah palem
persik, yang m erupakan m akanan pokok nabati bagi orang-orang
Indian Yanom am o, terjadi secara tidak terperkirakan: m akanan-
makanan itu entah tidak ada sama sekali, ataupun melimpah-limpah
secara lokal. Panen millet orang-orang Nuer mungkin gagal akibat
kekeringan, gajah, hujan lebat, belalang, atau burung m anyar.
Kekeringan parah yang m enyebabkan kelaparan m em pengaruhi para
pem buru-pengum pul !Kung secara tidak terperkirakan dalam kira-kira
satu di antara empat tahun, dan tidak umum terjadi namun ditakuti di
kalangan petani Pulau Trobriand. Salju m em bunuh tum buhan ubi yang
merupakan makanan pokok para petani di Dataran Tinggi Papua dalam
kira-kira 1 di antara 10 tahun di daerah yang tinggi. Badai perusak
m enyerang Kepulauan Solom on dengan selang waktu tidak teratur
dalam satu di antara beberapa dasawarsa.
Masyarakat-masyarakat berskala kecil berupaya mengatasi kegagal-
an m akanan setem pat yang tidak terperkirakan ini dalam beberapa
cara yang m encakup berpindah perkam pungan, m enyim pan m akanan
dalam tubuh mereka sendiri, kesepakatan di antara kelompok-
kelom pok lokal yang berbeda-beda, dan m em budidayakan m akanan
di tem pat yang terpencar-pencar. Pem ecahan paling sederhana bagi
pem buru-pengum pul nom aden yang tidak terikat pada kebun-kebun
tertentu, dan yang berhadapan dengan kelangkaan m akanan lokal,
adalah berpindah ke lokasi baru di mana ketersediaan makanan
KEKURANGAN MAKANAN YANG TIDAK TERPERKIRAKAN ● 371
http://facebook.com/indonesiapustaka pada saat itu lebih tinggi. Sedangkan mengenai menggemukkan diri
kapan saja mungkin, bila masalah berupa pembusukan makanan atau
penjarah m encegah kita m enyim pan m akanan dalam lem ari atau
wadah, kita bisa setidak-tidaknya m enyim pannya sebagai lem ak tubuh
sendiri, yang tidak akan m em busuk dan tidak bisa dicuri. Dalam Bab
11 saya akan berikan contoh-contoh berupa m asyarakat-m asyarakat
berskala kecil yang, ketika m akanan berlim pah, m elahap m akanan
secara gila-gilaan, dengan tingkat yang bahkan tidak bisa dipercaya
oleh orang-orang Barat, kecuali bagi segelintir orang yang pernah
ambil bagian dalam pertandingan makan hotdog. Orang-orang itu
menggemukkan diri sendiri dan menjadi lebih mampu bertahan
m elalui m asa-m asa kelangkaan m akanan yang terjadi kem udian.
Meskipun bersantap gila-gilaan dapat membuat kita selamat
m elalui kelangkaan m akanan yang berlangsung selam a beberapa
minggu, kita tetap tidak akan terlindungi dari masa kelaparan setahun.
Salah satu pemecahan jangka panjang adalah membuat kesepakatan
timbal-balik dengan kelompok-kelompok tetangga mengenai berbagi
makanan ketika ada cukup makanan di daerah salah satu kelompok
sementara terjadi kelangkaan makanan di daerah kelompok lain.
Ketersediaan makanan lokal berluktuasi seiring waktu di daerah mana
pun. Namun dua daerah yang terletak cukup berjauhan kemungkinan
mengalami luktuasi ketersediaan makanan yang tidak berjalan
bersamaan. Hal tersebut membuka kesempatan bagi kelompok kita
untuk m encapai kesepakatan yang saling m enguntungkan dengan
kelom pok lain, sedem ikian rupa sehingga m ereka m engizinkan kita
memasuki tanah mereka atau mengirimi kita makanan ketika mereka
punya cukup m akanan tapi kita tidak, dan kelom pok kita m em balas
kebaikan itu bila kelompok lain tersebut kekurangan makanan.
Misalnya, di daerah Gurun Kalahari yang dihuni oleh orang-orang
!Kung San, curah hujan selam a bulan apa saja bisa berbeda-beda sam -
pai 10 kali lipat antara tem pat yang berbeda-beda. Dalam kata-kata
Richard Lee, hasilnya adalah "gurun itu m ungkin disem arakkan be-
bungaan di satu daerah sem entara hanya beberapa jam jauhnya de-
ngan berjalan kaki, tanahnya m asih kering-kerontang". Sebagai satu
contoh, Lee m em bandingkan curah hujan bulanan di lim a lokasi di
distrik Ghanzi selam a 12 bulan dari J uli 1966 sam pai J uni 1967. Curah
hujan total selam a tahun tersebut bervariasi sebesar kurang daripada
dua kali lipat di antara lokasi yang berbeda-beda, nam un curah hujan
dalam bulan apa saja bervariasi di antara lokasi yang berbeda-beda
372 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka dari tidak ada hujan sam a sekali sam pai 10 inci. Lokasi Cum e m em iliki
curah hujan tahunan tertinggi, namun tetap saja pada Mei 1967
m erupakan lokasi terkering di antara kelim a lokasi yang dipelajari dan
yang terkering nomor dua pada November 1966 dan Februari 1967. Se-
baliknya, Kalkfontein m em iliki curah hujan tahunan terendah, nam un
merupakan lokasi terbasah nomor dua pada Maret 1967, dan pada
Mei 1967. Oleh karena itu untuk lokasi mana pun, kelompok yang ter-
batas di lokasi tersebut tentunya akan m engalam i kekeringan dan
kekurangan m akanan pada waktu-waktu tertentu, nam un biasanya da-
pat m enem ukan kelom pok lain yang lokasinya sedang basah dan ber-
lim pah m akanan—asalkan kedua kelom pok itu telah bersepakat untuk
saling m em bantu kala ada yang butuh. Bahkan, tim bal-balik um um
sem acam itu teram at penting bagi kem am puan !Kung untuk sintas di
lingkungan gurun m ereka, yang tidak terperkirakan secara lokal.
Hubungan timbal-balik (terkadang berselang-seling dengan per-
m usuhan) tersebar luas di antara m asyarakat-m asyarakat tradisional.
Desa-desa di Pulau Trobriand mengedarkan makanan antar-desa
secara rata guna mengatasi kekurangan makanan lokal. Di antara
orang-orang Iñupiat di Alaska utara, ketika terjadi kelaparan lokal,
keluarga-keluarga pindah ke distrik lain untuk tinggal bersama kerabat
atau m itra. Buah-buahan terpenting yang dikonsum si oleh Indian
Yanom am o di Am erika Selatan berasal dari kebun-kebun pohon palem
persik dan pohon pisang tanduk, keduanya (terutam a yang disebutkan
pertam a) m enghasilkan panenan yang lebih berlim pah daripada yang
dapat dikonsum si sendiri oleh kelom pok lokal. Buah-buahan itu busuk
setelah matang dan tidak bisa disimpan, sehingga harus dimakan saat
m atang. Ketika suatu kelom pok lokal m endapati diri kelebihan m akan-
an, mereka mengundang tetangga-tetangga untuk ikut berjamu, dengan
harapan bahwa tetangga-tetangga itu akan membalas budi sewakatu
nantinya m ereka-lah yang kelebihan m akanan.
Mem anfaatkan lahan yang terpencar-pencar
Satu lagi pem ecahan jangka-panjang yang um um bagi risiko ke-
kurangan m akanan setem pat yang tidak terperkirakan adalah m e-
m anfaatkan lahan secara terpencar-pencar. Saya m enjum pai fenom ena
ini di Papua ketika, sewaktu sedang pergi mengamati burung suatu
hari, saya tak sengaja m enem ukan kebun yang tem an saya buka di
tengah-tengah hutan satu setengah kilometer di sebelah timur laut
desanya, dan beberapa kilom eter dari kebun-kebun lain m iliknya
MEMANFAATKAN LAHAN YANG TERPENCAR-PENCAR ● 373
http://facebook.com/indonesiapustaka yang tersebar di sebelah selatan dan barat desanya. Apa sih yang dia
pikirkan, tanya saya kepada diri sendiri, sam pai-sam pai dia m em ilih
lokasi terpencil seperti itu untuk kebun barunya? Rasanya tidak eisien
sekali sibuk buang-buang waktu untuk m endatangi kebunnya yang jauh
ini, dan letak kebun yang jauh m em buatnya sulit dilindungi dari babi
perusak dan maling. Namun orang-orang Papua merupakan pekebun
yang cerdas dan berpengalam an. Bila kita m elihat m ereka m elakukan
sesuatu yang awalnya tidak kita paham i, biasanya ternyata ada
alasannya. Apa kira-kira m otif tem an saya yang satu ini?
Para cendekiawan dan ahli perkem bangan Barat lain sam a-sam a
dibingungkan oleh kasus-kasus lain pemencaran lahan di berbagai
tem pat lain di seluruh penjuru dunia. Contoh yang paling sering di-
bahas m elibatkan kaum tani Inggris zam an pertengahan, yang m eng-
garap lusinan petak tanah m ungil yang terpencar-pencar. Bagi ahli
sejarah ekonomi modern, hal itu "jelas-jelas" gagasan buruk karena
m enyebabkan terbuang-buangnya waktu perjalanan dan peng-
angkutan, serta rentang-rentang tanah yang jadi tidak tergarap di
antara petak-petak lahan tersebut. Kasus m odern pem encaran ladang
oleh kaum tani Andes di dekat Danau Titicaca, dipelajari oleh Carol
Goland, memancing para ahli perkembangan untuk menulis dengan
kebingungan, “Eisiensi agrikultural kumulatif kaum tani sedemikian
mengenaskan... sehingga kami terheran-heran bagaimana bisa orang-
orang ini bertahan... Oleh karena tradisi-tradisi pewarisan harta dan
pernikahan terus-menerus membagi-bagi dan memencarkan ladang-
ladang petani ke banyak desa, seorang petani rata-rata m enghabiskan
tiga perem pat harinya berjalan dari satu ladang ke ladang lainnya.
Ladang-ladangnya itu terkadang berukuran kurang daripada beberapa
m eter persegi.” Para ahli itu m enyarankan pertukaran lahan di antara
para petani guna mengonsolidasi tanah hak milik mereka masing-
m a sin g.
Namun penelitian kuantitatif Goland di Andes Peru menunjukkan
bahwa sebenarnya m em ang ada alasan di balik hal yang tam paknya
gila itu. Di distrik Cuyo Cuyo, kaum tani yang Goland pelajari
m em budidayakan kentang dan tanam an pangan lainnya di ladang yang
tersebar-sebar: rata-rata 17 ladang, sam pai m aksim al 26 ladang, per pe-
tani, m asing-m asing ladang berukuran rata-rata hanya 15 kali 15 m eter.
Oleh karena para petani terkadang m enyewakan atau m em beli ladang,
sangat mungkin bagi mereka untuk mengonsolidasi tanah hak milik
masing-masing, namun mereka tidak melakukannya. Mengapa tidak?
374 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka Satu petunjuk yang disadari oleh Goland adalah variasi jumlah hasil
panen dari ladang ke ladang, dan dari tahun ke tahun. Hanya sebagi-
an kecil variasi itu yang terperkirakan dari faktor-faktor lingkungan
berupa ketinggian, kemiringan, dan paparan ladang, dan dari faktor-
faktor terkait kerja yang berada di bawah kendali petani (misalnya
upaya mereka dalam memupuk dan menyiangi ladang, kerapatan be-
nih, dan tanggal penanaman). Sebagian besar variasi itu justru tidak ter-
perkirakan, tidak terkendalikan, dan ada kaitannya dengan jumlah dan
waktu turunnya hujan secara lokal untuk tahun tersebut, salju, penyakit
tanaman, hama, dan pencurian oleh manusia. Pada sembarang tahun,
ada perbedaan-perbedaan besar antara hasil panen ladang-ladang yang
berbeda-beda, namun seorang petani tidak bisa memperkirakan ladang
mana yang akan memberikan panen yang baik pada tahun tertentu.
Yang m utlak harus dihindari oleh keluarga tani Cuyo Cuyo adalah
m em peroleh hasil panen yang rendah pada akhir tahun kapan saja
yang akan m enyebabkan keluarga itu kelaparan. Di daerah Cuyo Cuyo,
petani tidak bisa m enghasilkan cukup kelebihan m akanan yang bisa
disim pan pada tahun yang baik guna m em bantu m ereka bertahan
hidup m elalui tahun berikutnya yang buruk. Oleh karena itu, tujuan
petani bukanlah menghasilkan panen rata-rata sepanjang waktu
yang setinggi m ungkin selam a bertahun-tahun. Bila panen rata-rata
sepanjang waktu luar biasa tinggi akibat gabungan sembilan tahun
yang luar biasa bagus dan satu tahun gagal panen, tetap saja kita akan
mati kelaparan pada tahun gagal panen itu sebelum kita bisa memberi
selamat kepada diri sendiri karena memperoleh panen rata-rata
sepanjang waktu yang bagus sekali. Tujuan petani adalah m em astikan
untuk m em peroleh panen di atas batas kelaparan setiap tahunnya,
walaupun panen rata-rata sepanjang tahun tidak tinggi sekali. Itulah
m engapa pem encaran ladang m enjadi m asuk akal. Bila kita hanya
punya satu ladang besar, tak peduli seberapa bagus rata-ratanya, kita
akan kelaparan ketika terkadang secara tak terhindarkan tiba tahun
ketika ladang kita yang hanya satu itu m em berikan panen yang buruk.
Namun bila kita punya banyak ladang, yang sangat bervariasi satu
sama lain, maka pada tahun kapan saja sebagian ladang kita akan
m em berikan hasil panen yang bagus m eskipun ladang-ladang kita yang
lain sedang paceklik.
Guna menguji hipotesis itu, Goland mengukur hasil panen dari
sem ua ladang m ilik 20 keluarga—totalnya 488 ladang—pada setiap
tahunnya selam a dua tahun yang berturutan. Dia kem udian m eng-
MEMANFAATKAN LAHAN YANG TERPENCAR-PENCAR ● 375
http://facebook.com/indonesiapustaka hitung akan sebesar apa hasil panen total setiap keluarga, yang di-
kum pulkan dari sem ua ladang m ereka, seandainya saja m ereka m e-
musatkan ladang mereka di satu lokasi sungguhan saja dengan luas
total yang sam a, atau seandainya m ereka m em encarkan ladang m ereka
di 2, 3, 4, dan seterusnya sam pai ke 14 lokasi sungguhan yang berbeda-
beda. Ternyata, sem akin banyak jum lah lokasi yang terpencar-pencar,
semakin rendah hasil hitungan panen rata-rata sepanjang tahun, na-
mun semakin rendah pula risiko panen jatuh di bawah ambang batas
kelaparan. Misalnya, satu keluarga yang Goland labeli keluarga Q, yang
terdiri atas sepasang suam i-istri paro baya dan putri berusia 15 tahun,
diperkirakan m em butuhkan 1,35 ton kentang per ekar tanah per tahun
guna m enghindari kelaparan. Bagi keluarga itu, bercocok-tanam di
satu lokasi saja berarti risiko tinggi (37%!) m enderita kelaparan se-
tiap tahunnya. Keluarga Q tidak akan terhibur bila m erenungkan
bahwa pilihan lokasi itu memberi mereka panen rata-rata sepanjang
tahun tertinggi sebesar 3,4 ton per ekar, lebih daripada ambang batas
kelaparan, sementara mereka duduk kelaparan sampai mati pada tahun
paceklik yang tiba kira-kira setiap tiga tahun sekali. Kom binasi sam pai
enam lokasi juga membuat mereka menghadapi risiko menderita
kelaparan kadang-kadang. Baru bila m ereka m enggarap tujuh lokasi
atau lebih, risiko kelaparan mereka merosot sampai nol. Memang,
panen rata-rata untuk tujuh atau lebih lokasi m erosot sam pai 1,9
ton per ekar, nam un tidak pernah m erosot di bawah 1,5 ton per ekar,
sehingga mereka tidak pernah kelaparan.
Secara rata-rata, ke-20 keluarga yang Goland pelajari sebenarnya
bercocok-tanam di ladang yang berjum lah dua-tiga buah lebih ba-
nyak daripada jum lah ladang yang harus m ereka garap guna m eng-
hindari kelaparan m enurut hasil hitungan Goland. Tentu saja, pe-
nyebaran ladang itu m em aksa m ereka m em bakar lebih banyak kalori
untuk berjalan dan mengangkut barang-barang di antara ladang-ladang
m ereka yang terpencar-pencar. Tapi, Goland m enghitung bahwa kalori
ekstra yang terbakar karena m elakukan itu hanyalah 7% dari perolehan
kalori dalam pangan m ereka, harga yang bisa diterim a dalam rangka
menghindari kelaparan.
Singkatnya, m elalui pengalam an yang panjang, dan tanpa m eng-
gunakan statistika atau analisis m atem atika, kaum tani Andes yang
Goland pelajari telah menemukan bagaimana memencarkan lahan
m ereka secukupnya guna m enghindari risiko kelaparan akibat variasi
lokal yang tak terperkirakan dalam hasil panen pangan. Strategi kaum
376 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA
http://facebook.com/indonesiapustaka tani itu cocok dengan peribahasa “J angan letakkan sem ua telur-
m u dalam satu keranjang”. Pertim bangan-pertim bangan serupa juga
mungkin menjadi penjelasan bagi pemencaran ladang oleh kaum tani
Inggris pada zam an pertengahan. Pertim bangan-pertim bangan yang
sam a m ungkin m enjelaskan m engapa kaum tani Danau Titicaca, yang
dikritik dengan demikian keras oleh para peneliti perkembangan
agrikultural yang kebingungan karena m etode m ereka kelihatannya
payah dan tidak eisien, sebenarnya cerdas, dan mengapa sebenarnya
nasihat para peneliti untuk bertukar-lahan itulah yang payah.
Sem entara soal tem an saya dari Papua, yang kebunnya yang terisolasi
beberapa kilom eter jauhnya dari kebun-kebunnya yang lain dan pada
awalnya m em buat saya bingung, m asyarakatnya m enyebutkan lim a
alasan untuk memencarkan letak kebun: mengurangi risiko semua
kebun secara bersam aan hancur akibat angin badai, penyakit tanam an
pangan, babi, atau tikus, dan guna m em peroleh lebih banyak ragam
tanaman pangan dengan bercocok-tanam di tiga ketinggian berbeda
di zona iklim yang berbeda-beda. Para petani Papua itu serupa dengan
para petani Andes yang dipelajari Goland, hanya saja m ereka bercocok-
tanam di kebun yang berjum lah lebih sedikit nam un berukuran lebih
besar (rata-ratanya, 7 kebun dengan kisaran dari 5 sam pai 11 bagi
orang-orang Papua, bukan 17 ladang dengan kisaran dari 9 sam pai 26
bagi para petani Andes).
J auh terlalu banyak investor Am erika yang m elupakan perbedaan
itu, yang disadari oleh kaum tani di seluruh dunia, antara m em ak-
simalkan panen rata-rata sepanjang waktu dan memastikan bahwa
hasil panen tidak pernah m erosot ke bawah tingkat kritis. Bila kita
m enginvestasikan uang yang kita yakin tidak akan kita butuhkan
segera, hanya untuk dihabiskan suatu hari kelak atau untuk barang-
barang mewah, cocok saja bila tujuan kita adalah memaksimalkan
hasil rata-rata sepanjang waktu, tak peduli apakah hasil itu menjadi
nol atau negatif pada tahun-tahun buruk yang terkadang terjadi. Na-
m un bila kita m engandalkan pendapatan investasi untuk m em bayar
pengeluaran-pengeluaran saat ini, kita harus menerapkan strategi
kaum tani: pastikan pendapatan tahunan kita selalu berada di
atas tingkat yang dibutuhkan untuk m enjaga kelangsungan hidup,
meskipun itu berarti kita harus menerima hasil rata-rata sepanjang
waktu yang lebih rendah. Sewaktu saya m enuliskan baris-baris ini,
sejum lah investor tercerdas di Am erika Serikat sedang m enderita
akibat m engabaikan perbedaan itu. Harvard University m em iliki dana
MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 377
http://facebook.com/indonesiapustaka abadi paling besar, dan tadinya m em iliki tingkat pendapatan dana
abadi rata-rata sepanjang waktu tertinggi, dibandingkan universitas
Am erika lain m ana pun. Para pengelola dana abadinya m enjadi
legendaris karena keahlian, keberhasilan, dan kebersediaan mereka
m engeksplorasi jenis-jenis investasi m enguntungkan yang tadinya
ditolak m entah-m entah oleh para pengelola investasi universitas
yang konservatif. Gaji seorang pengelola Harvard terkait dengan
tingkat pertum buhan rata-rata jangka panjang dari bagian portofolio
Harvard yang dikelola olehnya. Sayangnya, pendapatan investasi
Harvard tidak ditujukan untuk bersenang-senang atau untuk saat-
saat susah, melainkan bersumbangsih kepada sekitar separo dana
operasional Kolese Harvard. Sewaktu terjadi krisis inansial di seluruh
dunia pada 20 0 8– 20 0 9, pendapatan dan cicilan dana abadi Harvard
m erosot tajam , begitu pula banyak investasi lain yang ditujukan untuk
m em aksim alkan hasil jangka panjang, sehingga Harvard terpaksa
membekukan perekrutan orang baru dan menunda tanpa batas rencana
untuk m em bangun kam pus sains baru bernilai sem iliar dolar. Bila
ditilik lagi, para pengelola Harvard seharusnya m engikuti strategi yang
dilakukan oleh sedem ikian banyak kaum tani (Gam bar 45).
Musim dan cadangan m akanan
Kita telah m em bahas bagaim ana m asyarakat-m asyarakat tradisional
mengatasi bahaya kelaparan yang muncul akibat luktuasi tak
terperkirakan dalam hal pasokan makanan. Tentu saja, juga ada
luktuasi musiman yang bisa diperkirakan. Para penduduk zona ber-
iklim sedang akrab dengan perbedaan-perbedaan antara musim semi,
panas, gugur, dan dingin. Bahkan hingga kini, ketika penyim panan
makanan dan pengangkutan makanan jarak jauh telah membuat semua
variasi m usim an dalam hal ketersediaan m akanan di superm arket
dapat teratasi, tetap saja buah dan sayuran lokal yang segar hanya
tersedia pada jadwal yang dapat diprediksi. Misalnya, dekat rumah
saya di Los Angeles, ada pasar petani yang hanya m enjual hasil tani
m usim an yang ditum buhkan secara lokal, m isalnya asparagus pada
bulan April dan Mei, ceri dan arbei pada bulan Mei dan Juni, persik
dan aprikot pada bulan J uni dan J uli, labu dari J uli sampai J anuari,
serta kesem ek dari Oktober sam pai J anuari. Di zona-zona beriklim
sedang di Am erika Utara dan Erasia, ketersediaan m akanan selain
buah-buahan dan sayuran segar juga tadinya berluktuasi sesuai
m usim , sam pai penyim panan dan pengangkutan m odern m elenyapkan
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 2 9 . Kontak pertam a: Ishi, orang Indian Yahi terakhir
dari California, pada 29 Agustus 1911, hari ketika dia m uncul dari
persem bunyian dan m em asukin m asyarakat Eropa-Am erika. Dia
ketakutan, lelah, dan mengira akan dibunuh.
Gam bar 3 0 . Kontak pertam a antara penduduk Dataran Tinggi Papua, yang belum
pernah bertem u orang Eropa, dan penam bang Australia Dan Leahy, di daerah Chuave,
1933.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 3 1. Kontak pertam a: seorang penduduk Dataran Tinggi Papua m enangis
ketakutan ketika pertam a kali m elihat orang Eropa, dalam Ekspedisi Leahy 1933.
Gam bar 3 2 . Perdagangan tradisional: perahu dagang Papua, membawa barang kepada
mitra dagang tradisional untuk ditukar dengan barang lain.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 3 3 . Perdagangan m odern: penjaga toko profesional, m enjual barang pabrikan
ke siapapun yang m asuk ke toko, dengan bayaran uang pem erintah.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 3 4 . Perbatasan modern antarnegara: seorang pedagang asal Tiongkok
m enunjukkan paspor dan visanya ke polisi Rusia dekat perbatasan Rusia-Tiongkok.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 3 5. Ellie Nesler, seorang perempuan California yang diadili karena
m em bunuh laki-laki yang didakwa m elakukan pelecehan seksual terhadap
putranya. Orangtua m ana pun akan m engerti kem arahan Ellie. Tapi esensi
keadilan negara adalah bahwa negara bakal ambruk kalau warga negara main
hakim sendiri.
Gam bar 3 6 . Perang tradisional: anggota-anggota suku Dani bertempur dengan tombak
di Lem bah Baliem , Dataran Tinggi Papua. J um lah korban terbesar dalam perang suku
sem acam ini terjadi pada 4 J uni 1966, ketika orang Dani utara m em bunuh 125 orang
Dani selatan dalam pertarungan berhadapan; di antara yang terbunuh, kiranya banyak
yang dikenal langsung atau tak langsung oleh para penyerang. J um lah korban itu
m encapai 5% populasi orang Dani selatan. (Bab 3)
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 3 7. Perang m odern: awan bom atom Hiroshim a, 6 Agustus 1945. Para prajurit
Am erika yang m enjatuhkan bom tidak kenal langsung korban-korbannya dan tak
berhadapan dengan korban-korban ketika m em bunuh. Seratus ribu orang J epang yang
tewas di Hiroshima merupakan jumlah korban terbesar dalam satu hari perang modern,
dan m encakup 0 ,1% populasi J epang waktu itu. Populasi m odern terkait dengan jum lah
korban tewas absolut yang tinggi, tapi perang tradisional bisa m enyebabkan jum lah
korban proporsional yang jauh lebih besar.
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 3 8 . Cara m em bawa
anak tradisional biasanya
membuat anak berada dalam
kontak isik langsung dengan
pem bawanya, berposisi
tegak vertikal, m enghadap
ke depan, sehingga melihat
dengan sudut pandang sama
dengan pem bawanya. Bayi
Indian Pum e dari Venezuela
ini digendong kakak
perem puannya.
Gam bar 3 9 . Cara m em bawa
anak modern sering
menjauhkan anak dari
kontak isik langsung dengan
pem bawanya, m em buat anak
memandang ke belakang dan
berposisi berbaring horisontal,
bukan tegak vertikal. Bayi
Am erika ini dibawa dengan
kereta bayi yang didorong
ib u n ya .
http://facebook.com/indonesiapustaka Gam bar 4 0 d an 4 1. Kom ponis
Richard Strauss (kiri) dan
Giuseppe Verdi (bawah) belajar
bagaim ana m em anfaatkan bakat
musik sebaik mungkin selagi
m ereka m enua. Hasilnya adalah
karya-karya terbesar m ereka:
Four Last Songs karya Strauss
yang dibuat ketika dia berum ur
84, serta opera Verdi Otello
(dibuat pada um ur 74) dan
Falstaff (dibuat pada um ur 80 ).