an, pawai mulai menggunakan kendaraan dan Penglepasan Peserta Didik dan Samenan Tahun
menampilkan beberapa kreasi hasil buatan Pelajaran 2011/2012
warga sekitar.
Sumber: http://islamiyah-mi.blogspot.co.id/
Dilanjutkan dengan acara pidato dari
anak-anak atau ngaleseng. Ngaleseng dilakukan Di acara samenan ini orang tua siswa
oleh murid-murid satu persatu dimulai biasanya menyediakan uang yang berlebih
dari kelas satu sampai kelas enam tanpa untuk menyawer yaitu memberikan uang dan
menggunakan teks. Biasanya naskah lesengan menyebarnya di atas panggung ketika ada
berisi dakwah-dakwah. Kadang mengutip yang tampil dan mereka sukai. Penampilan
ayat-ayat Al-Quran, diselingi hadist Nabi atau di panggung didahului dengan penampilan
syair Arab dan qaul ulama. Hampir selama 15 anak-anak. Anak-anak perkelas dilatih untuk
menit murid berdiri di atas panggung yang membawakan penampilan khusus kemudian
sedang ngaleseng. Menjelang sore atau setelah biasanya saat penampilan anak-anak mereka
Ashar, para siswa kelas enam menggelar acara mereka akan maju keatas panggung dan
perpisahan sebagai tanda perpisahan karena menyebar uang di sekeling anak itu. Anak-anak
mereka telah lulus dari madrasah dan akan ada yang menampilkan drama, menampilkan
menjadi alumni, biasanya acara ini diselingi tari kreasi dan biasanya mereka bernyanyi dan
dengan nyanyian-nyanyian khas daerah Sunda diiringi penari latar dari teman-temannya,
seperti, pileuleuyan dan sapu nyere peugat ini membuat acara samenan menjadi meriah,
simpai. Acara ini berlangsung khidmat dan anak-anak disulap bak artis yang kemudian
bercampurnya rasa sedih dan bahagia bagi menghibur dan menghidupkan panggung.
anak murid kelas enam. Uang itulah kemudian menjadi apresiasi
kepada guru-guru. Uang saweran yang
Samenan di beberapa tempat merupakan terkumpul tidak tanggung-tangung bisa
tradisi pengambilan raport dan perpisahan mencapai 10 juta. Samenan seakan menjadi
kelas enam. acara ini sebagai bentuk apresiasi pesta rakyat, orang yang bekerja di kota
kepada guru-guru yang telah mengajar selama biasanya pulang untuk meramaikan samenan
setahun dan kegiatan ini pula sebagai bentuk ini, mereka akan mendukung sanak familinya
perpisahan kelas atas. Pengambilan raportpun untuk menyawer, disini prestise dari keluarga
setahun sekali yang dihadiri orang tua adalah si anak juga menjadi taruhan dalam besaran
pada saat samenan ini. Berbeda waktu ketika saweran yang dia keluarkan.
orang tua datang setiap semester untuk
mengambil raport, disini masyarakat hanya Namun dalam faktanya Acara samenan ini
sekali datang untuk mengambil raport yaitu ternyata bukan hanya sekedar pesta rakayat
setiap samenan, adapun pembagian raport saja akan tetapi mempunyai makna yang cukup
setiap pertengahan semester biasa diberikan dalam yakni memberikan semangat belajar
langsung kepada murid-murid saja yang
kemudian dibawa pulang untuk ditunjukkan
ke orang tua mereka.
Samenan merupakan kegiatan rutin
tahunan yang diselenggarakan oleh semua
sekolah. Dalam kegiatan samenan itu banyak
ditampilkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
menghibur, pendidikan dan tausiah-tausyiah.
Dalam kegiatan ini merupakan tolak ukur
siswa selama dia belajar 1 tahun ke belakang,
untuk mengukur kemampuan si anak, apakah
dia berhasil atau tidak. Samenan diadakan
sebagai hadiah penghibur bagi mereka yang
mendapatkan kesuksesan dalam belajarnya.
442 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kepada para siswa. Seperti acara samenan yang sibuk bekerja dapat menyempatkan waktunya
dilaksanakan di Madrasah Diniyah Awaliyah untuk datang ke sekolah menyaksikan anaknya
mengadakan samenan di Kampung Cipining tampil di atas pentas atau mendampingi
dengan spirit samenan anak-anak mau anaknya pada saat pembagian raport, pada
bersekolah dengan sungguh, mendalami ilmu- saat pembagian raport ini pula orang tua
ilmu agama dan kelak dipraktikkan sehingga dapat bertanya secara leluasa kepada gurunya
menjadi generasi bisa dibanggakan dan Islami. tentang perkembangan anaknya di sekolah.
Tradisi samenan ini sejatinya menunjukan
Hingga saat ini masyarakat masyarakat semangat silaturahmi di antara kelurga dan
masih sangat antusias dalam melaksanakan antar warga desa yang kuat. Para orang tua yang
acara samenan, terbukti misalkan dengan bangga melihat aksi dan prestasi para anak-
terganggunya arus lalu lintas di daerah anaknya. Dalam samenan pula nilai gotong
Sukabumi. Acara kegiatan kenaikan kelas di royong di antara murid, sekolah, orang tua,
seluruh tingkat sekolah dasar (SD), madrasah dan masyarakat sekitar sekolah makin terlihat
ibtidaiyah (MI) dan diniyah takmiliyah jelas dan tegas. Tanpa semangat gotong royong
awaliyah (DTA) wilayah kabupaten Sukabumi hajat samenan mustahil bisa terlaksana.
menjadi agenda tahunan masyarakat. Bahkan,
dalam acara tahunan ini sejumlah sekolah Meskipun demikian, dalam prosesnya
melaksanakan acara dengan hiburan yang kegiatansamenan dari masa ke masa mengalami
mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. perubahan baik dalam waktu pelaksanaannya
maupun dalam teknis pelaksanaannya itu
Acara utama samenan ini sebetulnya sendiri, diantara perbedaan itu terlihat dari
pembagian raport pendidikan selama setahun. jika dahulu samenan Pati diawali dengan
Saat yang menegangkan bagi semua murid. kegiatan arak-arakan atau pawai pada zaman
Apakah dirinya naik atau tinggal kelas, sekarang samenan lebih sering dilaksanakan
kalaupun naik rangking berapa tahun ini. Dan kepada acara hiburan, selain itu jika pada
sebagai peringkat 1 sampai 3 biasanya si anak zaman dulu diadakan kegiatan saweran yang
maju ke panggung untuk menerima hadiah. memang dikhususkan dengan secara sengaja
Banyak hikmah yang diambil dari samenan ini mengumpulkan dana saweran pada saat ini hal
karena dengan berkumpulnya masyarakat yang itu mulai ditinggalkan, terkadang saweran itu
terkonsentrasi di sekolah akan menambah tali diganti dengan pemberian hadiah berupa alat
silaturahim di antara mereka. Dengan adanya tulis atau piagam penghargaan.
kegiatan samenan ini tali silaturahim antar
guru dengan orang tua siswa akan terjalin, Di luar kebudayaan Sunda bisa jadi
atau hubungan atara orang tua siswa dengan kegiatan samenan juga dilaksanakan dengan
siswa yang lainnya, bahkan hal ini juga menjadi cara dan bahasa yang lain, namun demikian
momentum timbulnya hubungan interaksi di kegiatan seperti ini layaknya diapresiasi dan
antara mereka. dilestarikan sebagai salah satu bentuk kearifan
local (local wisdom) bagi bangsa Indonesia.
Kegiatan samenan juga dapat menjadi
ajang orang tua dalam memberikan apresiasi [M Ulinnuha]
kepada anaknya dimana mereka yang biasanya
Sumber Bacaan
Dava, “Meriahnya Samenan di Madrasah Diniyah al-Fahrurroziyah’’, di akses dari http://bogorpos.com/2015/05/31/
meriahnya-samenan-di-madrasah-diniyah-al-fahruroziyyah/, pada tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Reza Azhari, ‘’Samenan Sebagai Tradisi Hari Kenaikan Kelas Madrasah’’, diakeses dari http://reazhari.blogspot.
co.id/2013/08/artikel-samenan-sebagai-tradisi-hari.html, tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Eko Budi Wibowo, ‘’Samenan’’, diakses dari https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/eko-wibowo/samenan, tanggal 15
November 2016.
Wardan Amins, ‘’Samenan MDA Darun Najah Cipining Meriah’’, diakses dari http://darunnajah.com/samenan-mda-
darunnajah-cipining-meriah/. Tanggal 15 November 2015 pukul 14.00.
Ren, “Acara Samenan Bikin Sukabumi Utara Macet’’, diakses dari http://radarsukabumi.com/kabsukabumi/2016/05/28/
acara-samenan-bikin-sukabumi-utara-macet/, tanggal 15 November 2016 pukul 14.50.
Edisi Budaya | 443
Sanad
Definisi Sanad dan Ilmu Rijal adalah seseorang yang menyibukan dirinya
dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits
Dalam tradisi belajar-mengajar di diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai
kalangan umat Islam khususnya di pengetahuan mendalam tentang berbagai
pesantren, sanad ilmu menjadi salah riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-hafid
satu unsur utama. Disiplin ilmu keislaman apa secara definitif memiliki dua arti, yang pertama
pun, sanadnya akan bermuara kepada Nabi adalah menurut mayoritas ulama hadits bahwa
Muhammad SAW. Sanad merupakan mata- al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits;
rantai transmisi yang berkesinambungan yang kedua adalah bahwa derajat al-hafid
sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Ilmu lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan
hadits bermuara kepada beliau, begitupun bahwa pengetahuannnya tentang berbagai
dengan ilmu tafsir, tasawuf, dan sebagainya. thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari
Sanad keilmuan secara umum berarti latar yang tidak diketahuinya. Sedangkan al-hakim
belakang pengajian ilmu agama seseorang menurut sebagaian ulama adalah seseorang
yang bersambung dengan para ulama setiap yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan
generasi sampai kepada generasi sahabat yang diroyah.
mengambil pemahaman agama yang shahih
dari Rasulullah SAW. Sedangkan musnad secara etimologi
adalah isim maful dari sanada yang bermakna
Dalam pembahasan sanad, terdapat menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara
tiga istilah yang berkaitan erat dengannnya, terminlogi adalah hadits yang sanadnya
yaitu isnad, musnad, dan musnid. Isnad, bersambung sampai Rasul saw atau nama satu
sebagaimana ditulis Mahmud Thohan dalam kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib
bukunya, Taisir Mustholah hadits mempunyai nama-nama para sahabat rawi hadits, seperi
dua makna, yang pertama ﻋﺰﻭ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﺍﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ kitab Musnad Imam Ahmad.
ﻣﺴﻨﺪﺍartinya mengasalkan hadits kepada
orang yang mengatakan. Yang kedua adalah Penggunaan isnad ini sebenarnya telah
ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺍﳌﻮﺻﻠﺔ ﻟﻠﻤﱳArtinya: Silsilah orang- ada di masa sahabat Rasulullah shallallohu
orang yang menghubungkan hadits kepada alaihi wasallam yaitu bermula dari sikap
matan. Jika kita memperhatikan definisi taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita
kedua yang dijelaskan Mahmud Thohan, maka yang datang kepada mereka. Hanya saja makin
istilah isnad adalah murodif dari sanad. banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan
makin intensnya orang meneliti dan memeriksa
Musnid, sebagaimana pendapat isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah
Jamaluddin Al-Qosimi adalah seseorang yang Abdullah bin Saba dan pengikut-pengikutnya
meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman
dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau bin Affan r.a. dan penggunaan sanad terus
tidak. Berdasarkan penjelasan Jamaluddin berlangsung dan bertambah seiring dengan
al-Qosimi tentang musnid, maka derajat menyebarnya para Ashabul-ahwaa (pengikut
musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin,
hakim. Karena secara definitif, al-muhadits
444 | Ensiklopedi Islam Nusantara
juga banyaknya fitnah yang mengusung tingkatan rijal) yang mencakup 4 thabaqat
kebohongan sehingga orang-orang tidak mau (sahabat, taabi’un, atbaa’ut tabi’in dan
menerima hadits tanpa isnad agar supaya taba’ul atba’)
mereka mengetahui perawi-perawi hadits
tersebut dan mengenali keadaan mereka. 2. Kitab-kitab Ma’rifah Ash Shohaabah
melahirkan ilmu tentang ma’rifatush
Imam Muslim meriwayatkan dengan shohabah (pengenalan tentang sahabat-
isnadnya dari Muhammad bin Sirin bahwasanya sahabat Rasulullah shallallohu alaihi
beliau berkata, “Dahulu orang-orang tidak wasallam)
pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah
terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah 3. Kitab-kitab al jarh wat ta’dil melahirkan
lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’ ilmu tentang al jarh wat ta’dil
lalu tidak diterima (ditolak)”.
Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali
Dalam konteks inilah muncul sebuah ilmu muncul di sekitar penghujung abad II H dan
Rijal yang merupakan buah dari berkembang pertengahan abad III H, setelah itu menjadi
dan menyebarnya penggunaan isnad serta banyak dan meluas berkembang Kitab-kitab
banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri-
zaman, maka makin banyak dan panjang negeri), yang memuat biografi para ruwaat
jumlah perowi dalam sanad. Maka perlu (rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota
untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh
dan memisah-misahkannya, apalagi dengan kedua dari abad III H. Juga muncul kitab-kitab
munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu serta Ma’rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena terhadap nama-nama perowi dan cara
itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan membedakannya). Dan muncul kitab-kitab
suatu keistimewaan ummat ini di hadapan biografi rijaal al hadits yang terdapat pada
ummat-ummat lainnya. suatu kitab hadits atau beberapa kitab hadits
tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan
Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal dan mulai meluas setelah abad V H.
nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan
karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini Sedangkan Thobaqat dalam istilah
adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits Muhadditsin adalah suatu kaum yang
bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang berdekatan dalam umur dan isnad, atau dalam
disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak isnadnya saja, yang mana syuyukh (guru) dari
(wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan seseorang adalah syuyukh juga bagi yang lain
bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga atau mendekati syuyukhnya yang lain. Asal
memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu mula pembagian perowi berdasarkan thabaqat
secara berturut-turut muncul karya-karya adalah dari tuntunan Islam sendiri, dimana
tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
kodifikasi ini pembahasan tentang perowi dari Imran bin Hushain radhiyallohu anhu,
hadits dan penjelasan hal ihwal mereka bahwasanya Rasulullah shallallohu alaihi
hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer wasallam bersabda: “Sebaik-baik ummatku
sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke yang ada di zamanku, kemudian yang datang
masa. sesudah mereka, kemudian yang datang
sesudah mereka…” Kata Imran radhiyallohu
Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu anhu, “Saya tidak tahu apakah ia menyebut
Rijal pada masa-masa awal menempuh sesudah masanya dua masa atau tiga” (HR.
beberapa metode sehingga hal ini melahirkan Bukhari)
percabangan dalam ilmu rijal al hadits,
diantaranya: Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan
dengan ilmu ini terus berlanjut dan
1. Kitab-kitab tentang Thobaqat ar Rijal berkembang hingga akhir abad-9 H. Bahkan
melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan- muncul system pembagian thobaqat dalam
Edisi Budaya | 445
bidang keilmuan yang lain. Misalnya thabaqaat dipakai dalam periwayatan Alquran, seperti
al qurra, thobaqaat al fuqahaa, thobaqaat ash yang terlihat dari keharusan para perawinya
shufiyah, thobaqaat asy syu’ara dan sebagainya. mencampai jumlah sepuluh orang dalam
Ada empat thabaqat yang pokok bagi ruwaat/ setiap generasi. Dalam ungkapan lain, para
rijaalul (para perawi) hadits, yaitu Thobaqah perawinya harus mencapai tingkat mutawatir.
Sahabat, Thobaqah At Taabi’un, Thobaqah Berbeda dengan Alquran, jumlah perawi Hadis
Atbaa’ut Taabi’in, dan Thobaqah Taba’ul Atbaa’. tidak harus mencapai mutawatir dalam setiap
generasinya. Dengan demikian, jumlah perawi
Sejarah istilah Sanad Hadis bisa hanya tiga, dua, atau bahkan hanya
satu orang dalam setiap generasinya. Jumlah
Istilah sanad pada mulanya muncul perawi yang tidak sampai jumlah sebanyak
di kalangan ahli hadis. Secara etimologis, mutawatir disebut dengan ahad.
kata sanad berarti al-Mu’tamad (tempat
bersandar). Hal ini karena sanad merupakan Setelah Rasulullah wafat, para sahabat
tempat bersandarnya sebuah Hadis. Selain satu dengan yang lain saling meriwayatkan
itu, sanad juga dijadikan sebagai sandaran Hadis. Demikian juga yang berlangsung di
oleh ahli Hadis untuk menilai kualitas hadis kalangan sahabat yang meriwayatkan Hadis
sahih (valid) atau daif (lemah). Adapun secara kepada para tabiin. Sebelum terjadi peperangan
terminologis, sanad didefenisikan sebagai di antara para sahabat, urgensi sanad belum
urutan para rawi yang kemudian berlanjut terlihat nyata. Akan tetapi, setelah terjadi
kepada matan, atau rangkaian mata rantai peperangan antarsahabat, terutama setelah
perawi yang meriwayatkan Hadis dari satu terbunuhnya sahabat Utsman, kepentingan
perawi kepada perawi lainnya hingga sampai politik yang mengatasnamakan Nabi menjadi
pada sumbernya. Posisi sanad dalam Hadis alasan penting adanya sanad Hadis yang dapat
terbilang sangat penting mengingat dengan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
adanya sanad dapat diketahui apakah Hadis Ibnu Sirin dari kalangan tabiin menyatakan:
yang termaktub dalam kitab maupun yang “Mereka tidak pernah bertanya mengenai
kita dengar berasal dari Nabi atau bukan. validitas sanad. Namun ketika terjadi fitnah
Dengan kata lain, sanad merupakan salah (pertikaian di antara generasi awal Islam),
satu cara bagaimana seorang pengkaji Hadis mereka mengatakan: “Sebutkanlah para perawi
dapat memastikan validitas Hadis yang Hadis yang kalian riwayatkan. Jika mereka
ditelitinya. Setelah validitas perawi yang ada ahli Sunah, maka kami akan menerima Hadis
dalam rangkaian sanad sudah dipastikan tersebut. Akan tetapi, jika mereka ahli bidah,
kredibilitasnya, maka seorang pengkaji Hadis maka tentu kami akan menolaknya.”
dapat mengatakan bahwa, misalnya, sanad
ini sahih, hasan, atau daif. Dalam tradisi Al-Dhamini menjelaskan bahwa
agama samawi, sanad diklaim hanya dimiliki pernyataan yang dinisbahkan kepada orang
agama Islam. Melihat betapa pentingnya lain tidak akan berguna (bernilai) apabila
sanad, Ibnu al-Mubarak menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukan bahwa kita
sanad merupakan bagian dari agama. Dengan memang mendengar langsung dari orang
demikian, jika tidak ada sanad, maka siapa pun tersebut, baik bukti sejarah (imkân al-liqâ’,
dapat berbicara seenaknya mengenai hadis kemungkinan bertemu antar perawi, misalnya)
sebagai sumber primer agama Islam. maupun sanad. Hadis yang diriwayatkan oleh
seorang rawi tidak akan memiliki nilai apa-apa,
Meskipun pada awalnya sistem sanad jika hadis tersebut tidak memiliki sanad. Selain
tampak khas dalam ilmu hadis, ada suatu itu, sanad yang dinilai valid harus memenuhi
sistem yang mirip dengan sistem sanad dalam syarat dan kriteria yang telah diformulasikan
menyusun buku, seperti yang terdapat dalam oleh ulama hadis, seperti rawi bukan pendusta,
kitab Yahudi, Mishna, dan penukilan syair- kuat hafalan atau lengkap catatan mengenai
syair jahiliyah. Selain itu, sistem sanad juga Hadis yang diriwayatkannya (dhabith),
‘adâlah (kridibel), dan lain sebagainya. Oleh
446 | Ensiklopedi Islam Nusantara
karenanya, sebelum masuk kepada kajian Ada empat pendekatan yang dapat digunakan
matan (teks hadis), sanad hadis harus diteliti untuk menentukan ke-ittishal-an sebuah
terlebih dahulu agar diketahui bahwa hadis itu sanad. Pertama, keterangan ahli hadis bahwa
memang berasal dari Rasulullah Saw. A adalah murid B (al-tanshîh), kedua, data lahir
atau wafat perawi (târikh wafayât al-ruwât),
Menilai positif dan negatifnya perawi ketiga, data tempat tinggal atau perjalan studi
Hadis yang terdapat dalam sanad disebut perawi (mawâthin al-ruwât wa rihlatuhum) dan
dengan ‘Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Upaya mencari keempat, redaksi periwayatan Hadis (shîgat
informasi mengenai para perawi Hadis bisa al-tahdîts). Keempatnya dapat digunakan
didapatkan dalam kitab-kitab tarajum (biografi secara bersamaan atau terkadang hanya salah
para perawi), dan kitab-kitab jarh wa al- satu diantara keempat pendekatan tersebut.
ta’dil. Sekilas, tentu ada orang yang merasa Informasi keempat pendekatan tersebut dapat
berkeberatan terhadap upaya pembukaan latar kita temukan di buku-buku tarâjum (buku
belakang para perawi yang terkesan membuka biografi para perawi Hadis).
aib seorang Muslim di hadapan orang lain.
Tetapi jika dilihat bahwa sebenarnya al-Jarh Terkait redaksi periwayatan Hadis,
wa al-Ta’dil itu tidak dimaksudkan untuk implikasi perbedaan antara haddatsani ()ﺣﺪﺛﻨﻲ
memojokkan seorang perawi, melainkan terminologi yang digunakan ketika perawi
untuk menjaga kemurnian dan otentisitas mendapatkan hadis dari gurunya dengan
agama Islam dari campur tangan para metode mendengarkan (sama/bandongan),
pendusta. Selain meneliti pribadi para perawi, akhbarani ( )ﺃﺧﺒﺮﻧﻲterminologi yang digunakan
upaya memastikan ketersambungan antara perawi ketika ia mendapatkan hadis dari
satu perawi dengan perawi lainnya itu juga gurunya dengan metode qira’ah, belum begitu
menjadi suatu kewajiban. Dengan kata lain, diperhatikan oleh para sahabat, tabiin, dan
ketersambungan antara satu perawi dengan ulama salaf. Hal ini disampaikan oleh al-
perawi lainnya disebut dengan itishal al-sanad. Bukhari yang mengutip al-Humaidi, bahwa
Ibnu ‘Uyainah tidak membedakan terminologi
haddatsana, akhbarana, anba’ana, sami’tu.
Namun demikian, menurut Ibnu Hajar, ulama
salaf lainnya, seperti al-Syafi’i dan Muslim bin
al-Hajjaj lebih memilih membedakan implikasi
perbedaan redaksi tersebut yang tercantum
dalam sanad Hadis. Terlepas dari perdebatan di
atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa sanad
para ulama Hijaz dalam meriwayatkan Hadis
lebih utama dibandingkan sanad yang diterima
dari ahli Hadis di wilayah lain. Hal ini karena
ulama Hijaz lebih ketat menerapkan syarat
dan ketentuan yang berlaku secara ketat.
Dalam perkembangan ulama generasi
berikutnya, metode menerima (tahammul
al-hadits) hadis berimplikasi pada redaksi
periwayatan Hadis (ada’ al-hadits) yang
terdapat dalam sanad. Azami menyebutkan
ada delapan metode menerima Hadis.
Pertama, sama (seorang murid mendengar
hadis dari redaksi seorang guru). Dalam
tradisi pesantren Jawa, metode ini disebut
dengan metode Bandongan. Kedua, ‘ard atau
qira’ah (seorang murid membacakan hadis
Edisi Budaya | 447
di hadapan seorang guru). Dalam konteks Tsauri mengatakan, “Penuntut ilmu tanpa sanad
pesantren Jawa, metode ini disebut dengan bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah
sorogan. Ketiga, ijazah (memberi kewenangan tanpa tangga.” Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-
pada seseorang untuk menyebarkan hadis atau Bustamiy, quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-
kitab yang sanad dimiliki oleh seorang guru). Kahfi: 60); “Barangsiapa tidak memiliki susunan
Keempat, munawalah (penyerahan materi guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi
hadis atau sebuah tulisan dari seorang guru niscaya gurunya syetan” (Tafsir Ruhul-Bayan
pada muridnya untuk disebarluaskan). Kelima, Juz 5 hal. 203). Ibnul Mubarak berkata :”Sanad
kitabah (seorang guru menuliskan hadis untuk merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan
para muridnya). Keenam, i‘lam (seorang guru karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa
memberitahukan hadis atau kitab kepada saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya
muridnya bahwa ia telah mendapatkan izin (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan
meriwayatkan hadis yang dimilikinya). Ketujuh, oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah
washiyyah (seorang guru mempercayakan kitab Shahihnya 1/47 no:32). Imam Malik
muridnya untuk meriwayatkan kitabnya). ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu
Kedelapan, wajadah (menemukan kitab atau (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau
hadits yang di tulis seseorang dalam bentuk ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad
manuskrip yang tersimpan di perpustakaan ilmu)” Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah
tertentu atau di mana pun berada). mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad
adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap
Urgensi Sanad rumah tanpa tangga”. Sedangkan di antara
ulama masa belakangan yang sangat banyak
Pada perkembangan selanjutnya, sanad mengumpulkan sanad adalah Syaikh Yasin
tidak hanya terkait dengan ilmu hadis, Al-Fadani, yang digelari “Musnid Ad-Dunya”
melainkan juga digunakan dalam keilmuan karena begitu banyak sanadnya.
lainnya. Berdasarkan kepentingan sanad
keilmuan inilah, para ulama menghimpunkan Maka jelaslah, tradisi menyusun sanad-
sanad-sanad keilmuan mereka dan merangkum sanad keilmuan serta ijazah keilmuan, baik
ilmu-ilmu agama dari sudut riwayah maupun secara umum maupun khusus, baik ijazah
dirayah, dari sudut manqul (yang dinukilkan) riwayah maupun dirayah atau kedua-duanya,
maupun ma’qul (yang dapat dipahami secara ijazah tadris wa nasyr (izin untuk mengajar
akal), dan sebagainya, dalam kitab-kitab dan sebagainya), adalah untuk menjaga tradisi
mereka. Sebagian ulama menyusun latar amalan para ulama terdahulu dan dalam
belakang keilmuan mereka, yaitu sanad masa yang sama menjelaskan latar belakang
keilmuan, dalam bentuk mu’jam asy-syuyukh, keilmuan mereka. Bahkan, tradisi tersebut
yang menyenaraikan riwayat hidup dan latar adalah tradisi amalan para ulama mu’tabar
belakang keilmuan para guru mereka. Sejarah yang tidak dapat diperselisihkan lagi, karena
penyusunan nama-nama guru atau syekh ia terpelihara dari masa ke masa. Ukuran
didapati pada kurun ketiga hijrah, seperti Al- kelayakan keilmuan yang sebenarnya dalam
Mu’jam Ash-Shaghir oleh Imam Ath-Thabarani, neraca pembelajaran dan pengajaran ilmu-
lalu terus berkembang seperti Mu’jam Syuyukh ilmu agama yang murni bukanlah pada ukuran
Abi Ya’la Al-Mushili dan lainnya. akademis modern, yang merupakan acuan dan
ukuran tradisi Barat, tetapi ukuran sebenarnya
Begitu pentingnya sebuah sanad, Ibn adalah pada sandaran keilmuan seseorang
Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza’i yang mengajar ilmu agama, baik sanad ilmiy,
bahwasanya ia berkata, “Tidaklah hilang ilmu ijazah tadris, maupun yang lainnya, yang
(agama) melainkan dengan hilangnya sanad- menjadi asal rujukan.
sanad (ilmu agama tersebut).” Imam Syafi’i
ramimahullah mengatakan, “Tiada ilmu tanpa Dengan demikian, sanad ilmu atau
sanad.” Sedangkan Al-Hafizh Al-Imam Ats- sanad guru sama pentingnya dengan sanad
hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau
448 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kebenaran sumber perolehan matan atau Silsilah tarekat berkesinambungan satu
redaksi hadits dari lisan Rasulullah. Sedangkan sama lain ke atas sampai kepada Nabi saw
sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau bahkan sampai kepada Malaikat Jibril
atau kebenaran sumber perolehan penjelasan, dan Allah swt yang merupakan sumber dari
baik al-Qur’an maupun as-sunnah, dari lisan segala pengetahuan spiritual. Sebagaimana
Rasulullah. Konsep sanad tidak terbatas pada halnya sanad dalam hadis, silsilah yang
ilmu hadits. Namun, konsep sanad meluas berkesinambungan merupakan salah satu
dalam bidang-bidang ilmu agama yang lain. syarat terpenting bagi kesahihan otoritas
Ilmu-ilmu agama, khususnya yang melibatkan dalam keilmuan dan penerimaan tasawuf
sudut dirayah, juga sangat memerlukan latar atau tarekat sehingga tarekat tersebut dapat
belakang keilmuan atau sandaran keilmuan dipandang sah (mu‘tabarah). Silsilah tarekat
bagi seseorang yang berbicara tentang agama. ini juga turut membentuk jejaring ulama dan
Karena, tanpa berguru dengan guru, seseorang keilmuan dalam Islam.
tidak layak mengaku sebagai ahli ilmu atau
ulama, walaupun sudah membaca banyak SANAD hadis dan silsilah tarekat
kitab. Adanya jalur sanad menunjukkan mempunyai peranan signifikan dalam
betapa Allah menjaga agama Islam dari upaya menghubungkan para ulama yang terlibat
menghilangkan dan mengubahnya. Hal ini dalam jejaring. Melalui telaah-telaah hadis,
sebagai realisasi dari janji Allah SWT dalam para guru dan murid-murid dalam jejaring
menjaga adz-dzikr yang diturunkannya, ulama terkait satu sama lain. Demikian pula,
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Hijr, organisasi tarekat, melalui silsilah yang
ayat 9. berkesinambungan, menjadi sarana untuk
menghubungkan ulama satu sama lainnya.
Lebih jauh, pembentukan jejaring Selain itu, dalam tradisi tahfidz juga dikenal
ulama dan keilmuan dalam Islam tampaknya sanad yang juga berjejaring dengan sanad
tidak dapat dipisahkan dari sistem jejaring hadis dan silsilah tarekat. Persinggungan
sanad (isnâd). Oleh karena itu, dalam proses di antara sanad-sanad keilmuan tersebut
penyebaran dan transmisi keilmuan terbentuk semakin memberkuat otoritas keilmuan dan
sebuah jejaring yang dikenal dengan “jalur otentitasnya.
sanad” (al-thuruq), yakni suatu jalinan yang
menghubungkan antara guru dan murid. Lepas dari pentingnya sanad dan silsilah
Sistem jejaring sanad (isnâd), dengan demikian, sebagai faktor penting yang menimbulkan
mendorong terbentuknya jejaring ulama. keterpaduan dalam jejaring ulama, pada
dasarnya jejaring ulama yang terbentuk dan
Dalam perspektif sejarah ilmu-ilmu berkembang sepanjang sejarah Islam tidaklah
keislaman, sistem jejaring sanad (isnâd) terorganisasi secara formal, apalagi menjadi
ini juga diterapkan dalam berbagai cabang sebuah organisasi formal tertentu. Jejaring
keilmuan, seperti tafsir, fiqh, dan sejarah antara mursyid dan wakil mereka memang
Islam. Sebagai misal, dalam bidang tafsir seringkali terjalin melalui kerangka organisasi
terdapat sebuah corak penafsiran yang lebih tarekat, tetapi jejaring antar mereka tidak
mementingkan mata-rantai transmisi, yang terorganisasi secara formal. Karenanya jejaring
dikenal dengan tafsîr bi al-ma’tsûr atau tafsîr ulama lebih merupakan ikatan yang bersifat
bi al-riwâyah. Demikian pula, dalam studi longgar dan informal, tetapi karena berbagai
sejarah Islam, ditemukan model historiografi faktor ikatan itu menjadi cukup solid dan
dengan al-riwâyah. Sementara itu, studi fiqh efektif dalam mencapai tujuan keilmuan Islam
pada masa awalnya juga sangat mengandalkan khususnya dan penyebaran Islam umumnya.
sanad karena fiqh semula memang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari hadis. Fenomena jalinan kelindan ini ditengarai
oleh Azyumardi sebagai determinan
Selain itu, penggunaan sanad yang lebih perkembangan intelektualisme Islam di Timur
luas ditemukan dalam tarekat. Sistem jejaring Tengah dan Nusantara. Sebagai murid dari
sanad dalam tarekat disebut dengan “silsilah”. al-Kurani sewaktu belajar di Mekkah (1640)
Edisi Budaya | 449
membawa al-Sinkili masuk dalam jejaring perorangan melalui guru tertentu, kalaupun
ulama Timur Tengah. Sebagaimana telah ada yang melalui lembaga, lembaga itu bukan
diketahui al-Kurani adalah guru sufi al-Singkili. khusus tahfizhul Qur’an, tapi sebagai pesantren
Dalam tradisi sufisme otoritas penyebaran ilmu biasa yang secara kebetulan terdapat guru
oleh seorang murid bisa dimiliki hanya atas (kiai) yang hafal Al Qur’an. Akan tetapi ada
dasar “ijazah” yang diberikan oleh sang guru. beberapa ulama yang merintis pembelajaran
Oleh karena itu, setelah menerima “ijazah” tahfidz dengan mendirikan pesantren khusus
dari guru sufinya itu, al-Sinkili berkewajiban tahfidzul Qur’an seperti Pesantren Krapayak
menyebarkan ilmu sesuai dengan rangkaian (Al Munawir) di Yogyakarta dan al-Hikmah di
perawi yang saling kait-mengkait. Salah satu Benda Bumiayu.
mata rantai perawi itu adalah Jalaluddin al-
Suyuti, sehingga al-Sinkili diharapkan lebih Tradisi tahfidz dengan sanadnya tidak jauh
dapat memilih Tafsir Jalalain dari pada karya- beda dengan tarekat, bahkan keduanya saling
karya tafsir yang lain. Kecenderungan untuk bersinggungan. Tarekat menurut bahasa
bersandar pada ulama dalam “jejaring” ini mempuyai arti jalan. Sedangkan menurut
juga terlihat jelas dari karya-karya al-Sinkili di istilah tasawuf, tarekat bisa diartikan jalan yang
bidang fiqh, kalam dan tasawuf. ditempuh seorang hamba (al-‘abdu) menuju
Ridlo Alloh SWT. Mubaya’ah (baiat) dalam
Mekanisme “jejaring” dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid
kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia)
pengembangan ilmu-ilmu keislaman di seperti yang dilakukan oleh Rasulullah kepada
sahabat-sahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan,
Timur Tengah dan Nusantara ini setidaknya atau baiatnya seorang rakyat kepada imam
atau kepala negara terpilih seperti baiatnya
memiliki dua akar historis yang menjadi para shahabat yang mengangkat Sayyidina
Abu Bakar menjadi khalifah Rasulallah. Sebab,
pijakannya. Pertama, tradisi oral (dakwah mubaya’ah dalam tarekat sufi adalah bentuk
talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasulallah
bil lisan) pada masa Rasulullah hingga masa yang mentalqin dzikir para sahabatnya.
Adapun mubaya’ah para sahabat yang baru saja
tabi’in telah menciptakan mata rantai perawai disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia
menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk
(da’i) yang saling berhubungan satu dengan patuh kepada imam terpilih.
lainnya. Kedua, fragmentasi sosial-keagamaan Dalam perspektif ahli sejarah, para
penyebar Islam di Nusantara hampir
pada masa sahabat, khususnya pada era seluruhnya adalah pemimpin-pemimpin
tarekat. Berbagai kualitas tarekat yang
kekhalifahan Utsman dan Ali, menyebabkan mampu menyerap pengikut dari bermacam-
macam tingkatan kesadaran Islamnya,
jejaring antar perawi tersebut bercirikan merupakan ujung panah yang sangat efektif
bagi penyebaran Islam di Nusantara (Dhofier:
“ideologi” dan menjadi dogmatis. Itu sebabnya 223). Sebagai urad nadi penyebaran Islam di
Nusantara, tentu saja pengajaran Islam tidak
mengapa terjadi “jejaring ulama” sesuai dengan bisa dipisahkan dari kiprah para ahli tarekat
yang juga hafidz al Qur’an. Tarekat adalah
madzhab atau aliran dalam bidangnya masing- kelompok-kelompok pengikut ajaran tasawuf
yang menekankan praktik-praktik ibadah
masing. Peter G. Riddel (2001: 9) mengatakan dan zikir secara kolektif yang diikat oleh
aturan-aturan tertentu, di mana aktifitasnya
bahwa transmisi dan respon terjadi karena di bersifat duniawi dan ukhrawi. Dengan kata
kalangan muslim Malaysia-Indonesia terdapat
apa yang disebut dengan westward-facing
orientation, yaitu bahwa Arab sebagai daerah
pusat kelahiran Islam, sudahlah wajar jika
Mekkah dan sekitarnya atau Timur tengah
dipandang sebagai “pusat” dunia Islam, apalagi
peran Mekkah sebagai kiblat umat Islam.
SALAH satu usaha nyata dalam proses
terjaganya sanad adalah tradisi pemeliharaan
menghafal Al-Qur’an (tahfidz). Nusantara
merupakan salah satu negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Tradisi
menghafal telah lama dilakukan di berbagai
daerah di Nusantara. Usaha menghafal
al Qur’an pada awalnya dilakukan oleh
450 | Ensiklopedi Islam Nusantara
lain, ia dapat dipahami sebagai suatu hasil yang bersambung ke penulis kitab tersebut,
pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh jika tidak ditemukan bukti historis lainnya
para murid, menurut aturan/cara tertentu yang menyatakan bahwa kitab itu adalah milik
yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri penulisnya.
kepada Allah SWT. Karenanya, dalam tarekat
kedudukan mursyid sangat penting terutama Sanad kitab ini didapatkan dengan
dalam ketersambugan sanad /silsilah sampai metode ijazah setelah para santri atau murid
Nabi Muhammad SAW. mengkhatamkan kitab yang diajarkan oleh
guru atau kiainya. Kiai Hasyim Asy’ari
Mursyid adalah seorang guru pembimbing mendapatkan dua sanad kitab Sahih al-
dalam tarekat. Menjadi guru tarekat (mursyid) Bukhari dari Kiai Mahfudz Termas dengan dua
tidak semudah seperti menjadi guru pada metode, sama (bandongan) dan qira’ah atau
umumnya. Seorang mursyid harus memiliki ‘ardh (sorogan). Jumlah perawi sanad kitab
kualifikasi khusus. Syekh Hasyim Asy`ari lebih banyak daripada sanad Hadis. Dalam
menetapkan syarat-syarat guru tarekat kasus sanad Sahih al-Bukhari yang didapatkan
adalah alim atas perintah-perintah syara`, Kiai Hasyim Asy’ari, perawi yang sampai
mengamalkannya, tegak di atas adab-adab pada penulis kitab Sahih al-Bukhari tersebut
tarekat serta berjalan di dalamnya, sempurna mencapai 23 orang. Hal ini berbeda jauh
pengetahuannya tentang hakekat dan sampai dengan jumlah perawi yang terdapat dalam
pada hakekat itu serta ikhlas dalam semua hal sanad Hadis, yang maksimal tidak lebih dari 7
tersebut. Syekh Hasyim Asy’ari juga mengutip orang. Kiai Mahfudz Termas sendiri menulis
ungkapan Imam Al-Junaidi ra, “Ilmu kita ini sanad kitab yang didapatkannya dari guru-
(tarekat) terikat oleh Al-Qur`an dan Assunnah. gurunya dalam bidang ilmu tafsir, fikih, hadis,
Siapa saja yang belum belajar Al-Qur`an dan gramatikal Arab, usul fikih. Buku sanad kitab
As-Sunnah dan tidak pula pernah duduk di itu bernama al-Mustafid lima ‘ala min al-Asanid.
depan para ulama (untuk menuntut ilmu) Selain Kiai Mahfudz, Syekh Yasin Padang juga
orang tersebut tidak boleh diikuti di dalam menuliskan sanad kitab dalam berbagai bidang
tingkah laku tarekat ini. keilmuan dalam bukunya al-Iqd al-Farid min
Jawahir al-Asanid.
Sanad Kitab
Tujuan adanya sanad Hadis untuk diteliti
Pascakodifikasi Hadis dalam kitab-kitab validitas sebuah Hadis yang dinisbatkan
induk Hadis yang berjumlah enam kitab (kutub kepada Rasulullah, sahabat, atau tabiin. Hal
al-sittah), atau kitab hadis lainnya, periwayatan ini berbeda dengan sanad kitab yang tidak ada
Hadis secara lisan hampir tidak diperlukan kaitannya sama sekali dengan validitas sebuah
kembali. Hal ini karena semua sanad Hadis kitab tersebut. Al-Qasimi menyebutkan
sudah tercatat dengan baik dalam kitaab- pendapat Ibnu Shalah yang menyatakan
kitab hadis tersebut. Meskipun demikian, bahwa melestarikan sanad kitab yang jauh dari
metode penerimaan dan periwayatan Hadis di era salaf merupakan menjaga tradisi sanad
atas ternyata berpengaruh pada tradisi sanad yang merupakan salah satu keistimewaan
kitab; dalam hal ini, kitab yang dimaksud yang diberikan pada umat Nabi Muhammad
bukan hanya kitab hadis saja, melainkan juga Saw. Selain itu, al-Qasimi menyebutkan
kitab fikih, tafsir, gramatikal Arab, yang mata beberapa manfaat menjaga tradisi sanad kitab
rantai periwayatannya sampai pada penulis ini, di antaranya termotivasi untuk terus
kitab tersebut. Tradisi sanad kitab tidak menjaganya agar tidak lupa atau pun hilang,
seketat seperti sanad Hadis. Dengan demikian, diajarkan kepada masyarakat umum ataupun
keterputusan periwayatan dalam sanad kitab terbatas, termotivasi terus untuk mengkajinya,
tidak berimplikasi pada penolakan terhadap isi mengharagai jerih payah para pendahulu, dan
kitab. Keterputusan periwayatan dalam sanad lain sebagainya.
kitab dapat berimplikasi terhadap penisbatan
Edisi Budaya | 451
Sanad Tarekat seorang mursyid juga termasuk dalam kategori
sanad tarekat.
Sebagaimana sanad hadis, sanad tarekat
juga memiliki mata rantai yang bersambung Di Nusantara, sanad tarekat menjadi salah
hingga ke Rasulullah. Mata rantai semua sanad satu legitimasi bahwa tarekat yang diajarkan
tarekat di Nusantara dan dunia bersambung bersambung hingga ke Rasulullah Saw. Dalam
sampai ke Rasulullah melalu sahabat Ali, perkembangannya, tarekat-tarekat yang
kecuali sanad tarekat Naqsyabandiyah yang diakui di Nusantara lazim disebut dengan
bersambung sampai ke Rasulullah Saw. melalui tarekat muktabarah. Misalnya saja, Jamiyyah
sahabat Abu Bakar. Meskipun demikian, Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah
terdapat perbedaam mendasar antara sanad (JATMAN) mencatat bahwa jumlah tarekat
hadis dan sanad tarekat. Paling tidak, ada tiga muktabarah di Indonesia saat ini berjumlah
perbedaan di antara keduanya. Pertama, sanad sekitar 45 tarekat. Di antara tarekat yang
tarekat tidak mengharuskan ketersambungan banyak diikuti oleh umat Muslim di Indonesia
mata rantai di antara perawinya dengan adalah tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyyah,
bertatap langsung. Artinya, seseorang mursyid Syatariyyah, Syadziliyyah, dan lain sebagainya.
yang mempunyai pengalaman spritual yang Sanad tarekat Qadiriyah di Nusantara didapat
tinggi, kemudian bermimpi bertemu Rasulullah melalui Syekh Ahmad Khatib al-Sambasi.
Saw. sudah dapat dibenarkan validitasnya. Sementara itu, sanad tarekat Syattariyah
Menurut mereka, mimpi bertemu Rasulullah ulama Nusantara di antaranya didapatkan dari
Saw. merupakan hal yang tidak dapat diserupai Syekh Abdurrauf al-Sinkily. Padahal teman
oleh setan. Ketersambungan sanad dalam seperguruannya, Syekh Yusuf al-Makasary
metode ulama Hadis tidak membenarkan hal justru menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah.
demikian. Kedua, sanad tarekat tidak begitu Menurut Syekh Abdurrauf, tarekat Syattariyyah
memperketat pilihan redaksi penerimaan lebih tinggi derajatnya, berlandaskan Alquran
(tahammul) dan periwayatan (ada) sebagaimana dan Hadis, lebih mudah diamalkan, dan
dalam sanad Hadis. Ketiga, sanad tarekat tidak dilakukan oleh banyak sahabat Nabi. Sedangkan
terlalu memperhatikan urutan awal sanad sanad tarekat Syadziliyah di Nusantara
dan akhir sanad sebagaimana dalam sanad berasal dari Syekh Maulana Abdul Qadir
Hadis. Dalam sanad Hadis, mata rantai awal Khairi As-Sakandari, seorang ulama asal dari
itu sahabat, dan akhirnya adalah perawi kitab Iskandariyyah Mesir yang kini dimakamkan di
hadis (mukharrij). Sanad-sanad doa, hizib, makam auliya Desa Tambak, Kelurahan Ngadi,
wiridan yang didapatkan para murid dari Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur.
[Zainul Milal Bizawie dan Adib M Misbah]
Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan, dalam kumpulan tulisan Gus Dur, Kyai Nyentrik Membela
Pemerintah, (Yogyakarta: LKIS, 2000).
al-Bukhari, Jami’ al-Shahih al-Bukhari, (Cairo: Dar al-Hadits, 2004).
Al-Dhamini, Maqâyis Naqd Mutun al-Sunnah, (Riyadh: tt, 1983).
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008).
As’ad, Aly, dkk, KH M. Moenawir, Yogyakarta: Pondok Krapyak Yogyakarta, 1975.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007.
Barsani (al), Noer Iskandar. Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi. Jakarta: Grafindo Persada, 2001.
Damanhuri, ‘Umadah al-Muhatajin: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara, Jurnal Studi Kesilaman, Volume 17,
Nomor 2, Desember 2013.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.
Fata, Ahmad Khoirul, Tarekat, Jurnal al-Ulum, Volume 11, Nomor 2, Desember 2011.
Fathurahman, Oman. Tarekat Sattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Fathurrahman Karyadi, Mengkaji (Budaya) Sanad Ulama Tanah Jawa, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 14, No. 1, 2013.
Fathurrohman, M. Mas’udi, Romo Kyai Qodir: Pendiri Madrosatul Huffadh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta, Sleman: Tiara Wacana, 2011.
452 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Hadi, Murtadho, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa: Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011.
Hafiduddin, Didin. Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Imam Muhammad Nawawi Tanara, dalam Ahmad Rifa’i Hasan,
Warisan Intelektual Islam Indonesia. Bandung: Mizan Press, 1987.
HS, Matuki dan M. Isham El-Shaha (edt). Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003.
HS, Muchayyar. KH. Muhammad Saleh Darat al-Samarani, Studi Tafsir Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik al-
Dayyan. Yogjakarta: Disertasi Program Paska Sarjana IAIN Sunan Kalijogo, 2000
Ibnu Hajar, Fath al-Bâri syarh Shahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1379 H).
Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, (Beirut: Darul Fikr, 1988).
Jalal al-Din al-Qasimi, Qawa’id al-Tadits min Funun Mushtalah al-Hadits, (Beirut: Dar al-Nafais, 1987).
M.M.Azami, Studies In Hadith Metodology And Literature, (Canada: Islamic Teaching Center Indianapolis, Indiana
M.S.A., tth).
Mahfudz al-Turmusi, al-Mustafid Lima ‘ala min al-Asanid, (Ttp: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2008).
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadits, (tt: Dar al-Fikr, T.th). --------- Mahmud al-Thahan, Ushul al-Takhrij
wa Dirasah al-Asanid, (al-Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1991).
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia: Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis (Bandung:
Mizan, 1996)
Mas’ud, Abdurrahman. Dari Haramain Sampai ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media,
1996.
Muhammad Aliy al-Shâbûniy, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, (Beirut: „Âlam al-Kutub, 1405 H/1985 M)
Muhammad Husain al-Dzahabiy, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo: Maktabat Wahbah, 1424 H/2003 M), juz I
Mulyati, Sri dkk. Memahami dan Mengenal Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabiy, T.th).
Nuruddin al-‘Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulûm al-Hadîts, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997).
Rosehan Anwar dan Muchlis, Biografi KH M Arwani Amin, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan Depag, 1987.
Soffandi, Wawan Djunaidi, Mazhab Qiraat Asim Riwayat Hafsh di Nusantara; Studi Sejarah Ilmu, Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004.
Sri Mulyati et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)
Syatibi AH, M. “Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz,” Suhuf Vol. 1, No. 1,
2008
Tim Peneliti, Laporan Akhir Penelitian Biografi Huffaz, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009 - 2010.
Tim Penyusun, KH. M. Moenauwir Al-Marhum: Pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta: Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak,t.th.
Van Bruinessen, Martin, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995.
Yasin al-Fadani, al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid, (Surabaya: Dar al-Saqaf, 1401).
Yunal Isra, Tradisi Periwayatan Umat Islam: Studi Atas Sanad Hadis, Sanad Kitab, dan Sanad Doa, Jurnal Ulumul
Hadis, Volume 1 (Ciputat: Darus Sunnah, 2015).
Yusuf S, Bunyamin, Pendidikan Tahfizul-Qur’an Indonesia-Saudi Arabia, Yayasan AlFirdaus, Jakarta, 2006
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994)
Edisi Budaya | 453
Santri
Kata santri menunjukkan seseorang masalah keagamaan pada masyarakat karena
yang sedang belajar ilmu agama. Bila situasi yang berubah –ubah. Santri memiliki
ditanya apa kata yang sangat popular potensi yang besar, karenanya selagi santri ia
dan melekat dalam dunia pendidikan Islam, layak menyandang wakil yang tepat.
mungkin kata santri inilah yang sangat popular.
Kata santri sudah sangat lama digunakan Adapun huruf T, berarti tarkul ma’ashi
seiring denga kata pesantren yang menunjuk (meninggalkan kemaksiatan). Diharapkan
pada lembaga pendidikan. Pada mulanya kata dengan pelajaran keagamaan yang diterimanya,
melekat pada orang yang tinggal di lembaga seorang santri bisa konsisten mengamalkan
itu dan mengikuti kyai. Tak pelak bahwa agamanya dan menjauhi maksiat. arena sudah
kemudian beberapa orang dan cendekiawan mendapatkan pelajaran
mencoba mengartikan apa makna filosofi
kanta santri ini, Definisi yang lain datang juga dari KH
Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri
Terdapat beberapa rumusan yang dapat Pasuruan Jawa Timur
kita baca dari kata santri itu. Misalnya
almarhum, KH.Sahal Mahfudz pernah Santri itu...
menyampaikan bahwa kata santri berasal dari
bahasa Arab yang berarti santaro dan jamaknya Definisi Santri yang tidak pernah berubah
sanaatiir kata itu terdri dari huruf sin, nun, ta sepanjang zaman
dan ra’. Huruf-huruf itu mengandung makna,
sebagai berikut; اﻟﺴﻨﺘﺮي
S = satrul aurah (menutup aurat) santri ِﺪﻓَﻘُﻲَولِﺔ َﻳ ُﻛاﺘََِّّْوِﺒﻟﻞ ُﺤَﻊَﻻﺎَوُﻓ ِﻗْلَﺳﻐ َّﻨَّﻴٍ َُﺮﺔﺖ،َّْ� َﻓﺑِاََوﺎ ْﻌﻟ ْﻋَﺘ َﻻِّﻠَﺴِ ُ�َْﻢﻴﺼ َِﺮﻤُﺑِﻢ ِة�ْﻨَ ُِﺑْﻔﻞََﺤواِﺒُْﻓﻟ ِ ْْﻤﺲﻞﺤَ َﻨِااﻘْ ًﺔ�ْ ََﻻﻘ َِﷲو ِْﻣﺔاْ ِﻟﺮَﻻﻳ َُﻤ ََﻻوِْﺘﺴ َْﻴَﺣُﻓﺮِ ِﺒَﻦًةﻘ،َواََْﺣﺣَﻫﺎ َﻻِِﺪَِﺬِﻣ�ْﻓاْﻴًﺜ ُِﻫﺎﻦَﻣَﻮ َْوﻌاَﻨَﻣﺎﷺ ُْهﻦُﷲ،ﺑاِﻗََوﻟ ََِِّﺪﺸﺮﺣﺎْﻓُْﺳﻴ ًٍِﻤﻫْﻮﻦﺎ ِﺪِل
sebagaimana kita lihat pastu berpakaian
yang menutup auratnya. Aurat itu disini bisa ”Santri, berdasarkan peninjauan tindak
bermakna dhahir dan batin. Menutup aurat langkahnya adalah orang yang berpegang teguh
dhahir alah gambaran yang kita lihat, misalnya dengan al-Qur‘an dan mengikuti sunnah Rasul
tercermin pada pakaian santri. Adapun secara SAW serta teguh pendirian“.
adalah batin makna yang terus dieksplorasi
karena batin adalah apa yang tidak nampak, Ini adalah arti dengan bersandar sejarah
tersirat. dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan
diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah Yang
Sementara Nun diartikan sebagai na-ibul Maha Mengetahui atas kebenaran sesuatu dan
ulama (wakil ulama). Berbeda dengan ulama kenyataannya.”
yang merupakan pewaris Nabi, al-ulama
warasatul anbiya. Dalam konteks sebagai wakil, Namun cendekiawan Nurcholish Madjid
santri harusnya mencerminkan sikap-sikap mempunyai pendapat lain, Menurutnya, kata
yang dimiliki oleh ulama. Seperti peka dan
respon terhadap keadaan sekeliling. Mengikuti
perkembangan zaman, karena ulama
diantaranya harus memutuskan masalah-
454 | Ensiklopedi Islam Nusantara
santri itu asalnya dari bahasa Sansekerta, yakni dengan majlis taklimnya. Santri sebenarnya
sastri yang artinya orang yang bisa membaca. lebih pada kondisi seseorang seperti yang
Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik”, dicerminkan dalam batasan arti kamus besar
artinya seseorang yang mengikuti kyai di mana bahasa Indonesia di atas. Jadi maknanya tidak
pun ia pergi dan menetap untuk menguasai dimonopoli oleh hanya mereka yang tinggal
suatu keahlian tersendiri. atau menetap di pesantren.
Dari banyak yang mengartikan, baik dari Sesungguhnya santri pun tidak hanya
bahasa Inggris, Arab maupun Sansekerta KBBI punya satu kyai saja, karena ia bisa berkeliling-
memberi makna santri yang kontekstual. keliling, berguru atau mondok dari satu kyai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kata ke kyai lain. Mereka biasanya dipanggil sebagai
santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kyai kelana. Ini karena kekhasan setiap kyai
(KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama terhadap ilmu tertentu. Jadi orang kalau mau
Islam; (2) orang yang beribadat dengan memperdalam ilmu hadits beliau pergi ke
sungguh-sungguh (orang yg saleh); (3)Orang KH. Hasyim Asy’ari, kalau mau belajar ilmu
yang mendalami pengajiannya dalam agama alat; nahu shorof pergi ke Kyai Manaf Lirboyo
islam dengan berguru ketempat yang jauh atau Cholil Bangkalan. Sedangkan belajar al-
seperti pesantren dan lain sebagainya Quran kepada kyai Arwani Kudus atau Kyai
Munawwir Krapyak. Sementara fiqih kepada
Santri Kekinian Kyai Zubair Sarang Rembang dan lain-lain.
Jika dimaknakan bahwa santri adalah
Santri sekarang banyak dikelompokkan
orang yang menetap pada satu pesantren pada asal tempat mereka mondok, itulah
kyai. Realitasnya tidak demikian, karena yang kemudian disebut alumni pesantren A /
sejatinya dari dulu ada yang disebut santri mutakhorijin atau mutakhorijat. Dulu orang
kalong, Yakni orang yang mengaji pada ahli berpindah – pindah dari satu kyai ke kyai untuk
agama atau kyai namun tidak menetap di memperdalam dan memperluas ilmunya. Salah
pesantren, istilahnya ia pulang pergi. Banyak satu Kyai alim yang mempunyai banyak guru
para kyai atau yang mengajar ilmu agama pun, dan adalah Kyai Abbas bi abdul Jmail yang
tidak mempunyai pesantren, namun santri lebih dikenal dengan Kiyai Abbas Buntet.
kalongnya jumlahnya ribuan. Beliau bisa
mengajar di rumah, di musholla atau di masjid. Santri sekarang berbeda dengan di masa
Bahasa orang sekarang, ia punya jamaah lalu, ini tentu karena perubahan dan peran-
peran pesantren yang mulai bergeser. Mayoritas
Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pesantren punya sistem klasikal dalam
Deklarasi Hari Santri Nasional, di Masjid Istiqlal, Jakarta pembelajarannya. Dan sistem klasikalnya
pada 22 Oktober 2015. mengikuti kurikulum pemerintah. Perubahan
ini tentu juga mempengaruhi output atau
Sumber: http://setkab.go.id/ kualitas santri, karena adanya batasan waktu
dan jenjang pendidikan. Walapun sebenaarnya
pesantren tidak membatasi waktu mereka
untuk tinggal di pesantren. Dengan adanya
sekolah yang menempel pada pesantren,
keilmuan di pesantren menjadi berbatas.
Kecuali pada pondok-pondok salaf. Banyak
santri yang pesantrennya ada sekolahnya,
sudah menamatkan pondok pesntrennya usai
pelajaran mereka selesai, entah pada tingkat
menengah pertama atau menengah atas.
Fenomena ini emnjadi lebih banyak santri
yunior yang menghuni pesantren daripada
santri-santri tuwek yang tinggal.
Edisi Budaya | 455
Hari Santri Para santri memperingati hari santri
dengan mengadakan Kirab .
Namun apapun model santri, santri
kelana atau santri alumni, mereka mempunyai sanitasSuimbeyr hattpn://gwww.grepaubtliakal.c-og.ida/ tal dan sarung-saung
kontribusi besar dalam mendirikan dan kumal serta tangan yang tak berhentik
membangun negeri ini. mengaruk2 bila gatal. Pondok juga sekarang
banyak dibangun system dan uang infaq yang
Santri semakin menjadi pembicaraan wah, bahkan ada yang ada kolam renangnya
ketika Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres di dalam.. Tentu saja ini merubah seseorang
No.15 tahun 2015. Kaum santri dicatat sejarah yang dikirm nyantri untuk belajar mandiri
telah berperan besar dalam kemerdekaan dan prihatin, tapi justru malah pindah
Indonesia. Menurut ketua RMI Abdul Ghaffar rumah saja. Sikap-sikap itu sekarang sudah
Rozien, pada saat NU berusia 10 tahun dari terkikis dengan budaya konsumerisme. Mesti
berdirinya dan 9 tahun sebelum kemerdekaan, mungkin pondok menerapkan peraturan beda,
kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep tapi anak-anak butuh support yang luar biasa.
negara yang memberi ruang bagi berbagai Fenomena lain juga Nampak dari peluang yang
macam kelompok agar dapat hidup bersama santri dapat, Santri banyak mendapat peluang
dan itu konsep yang luar biasa. Maka beasiswa baik untuk ilmu agama maupun ilmu
memperjuangkan dan mempertahankan eksakta
kemerdekaan itu adalah sesuatu yang niscaya.
Apa yang lebih 30 tahun lalu dikotak-
Dengan Keppres itu, 22 Oktober kotakkan oleh Clifford Gertz bahwa masyarakat
ditetapkan sebagai hari santri. Tanggal itu (Jawa) itu terdiri dari tiga kelompok ; santri,
dipilih menandai komando para kyai yang abangan dan priyayi, nampaknya sudah tidak
dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari untuk jihad cocok dipakai sebagai alat analisa, karena
melawan penjajah Belanda. Semangat inilah definisi itu sudah melebur. Gertz nampaknya
yang kemudian meletuskan perlawanan 10 hanya melihat Kediri tanpa melihat kampung
November yang menggelora dan enyahnya santri yang lain,padahal santri banyak
Belanda dari Indonesia. Peristiwa yang heroik, variannya. Santri itu bisa priyayi sekaligus
, monumental dan menandai babak baru untuk atau sebaliknya. Jadi pengkategorian tiga
mengisi kemerdekaan Indonesia merdeka. masyarakat Jawa di atas mereduksi makna dan
Hari itu pun ditetapkan sebagai hari Pahlawan. peran santri secara keseluruhan. Lebih drai
Pada kontek ini, Indonesia mengapresiasi dan segala yang diuraikan di atas, santri adalah
berterima kasih terhadap perjuangan para salah satu soko / pilar bangsa.
santri dan kyai terhadap bangsa dan negara
ini. Karenanya setiap tanggal 22 Oktober, hari [Ala’i Najib]
santri nasional diperingati.
Sekarang ini kecenderungan beragama
meningkat. Walau harus ada daya ukurnya,
kecenderungan masyarakat ini bisa dilihat
dari maraknya simbol-simbol agama dan
meningkatnya politik identitias. Menjadi
santri kini sepertinya kebanggaan, pretise.
Dulu ia identik dengan kejorokan system
Sumber Bacaan
Ragam Ekspresi Islam Nusantar, Wahid Institute, Jakarta 2008
Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa , Mizan, Bandung, 1995
Martin Van Bruinesaan, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta, Gading Press, 2012
Ensiklopedia Nahdlatul Ulama (4), Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren, Mata Bangsa-PBNU, Jakarta 2014
456 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sarung
Sarung sudah lekat dengan ciri khas masyarakat Muslim di Semenajung Arab
masyarakat muslim di Indonesia. Walau sangat tinggi. Tak heran, jika industri tekstil di
sesungguhnya pemakaian sarung tak era Islam memiliki pengaruh yang sangat besar
menunjuk pada identitas agama tertentu. terhadap Barat.
Karena sarung juga digunakan oleh berbagai
kalangan di berbagai suku yang ada. Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan,
sarung telah menjadi pakaian tradisional
Dalam pengertian busana internasional, masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah
sarung (sarong) berarti sepotong kain lebar diproduksi dan digunakan masyarakat
yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga
untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat.
ke bawah). Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung
Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas
Kain sarung dibuat dari bermacam- tradisional dari Yaman.
macam bahan: katun, poliester, atau sutera.
Penggunaan sarung sangat luas, untuk santai Orang-orang yang berkunjung ke Yaman
di rumah hingga pada penggunaan resmi biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai
seperti ibadah atau upacara perkawinan. Pada buah tangan bagi para kerabatnya. Sarung
umumnya penggunaan kain sarung pada acara awalnya digunakan suku Badui yang tinggal
resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah di Yaman. Sarung dari Yaman itu berasal
tertentu. dari kain putih yang dicelupkan ke dalam
neel yaitu bahan pewarna yang berwarna
Menurut catatan sejarah, sarung berasal hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa
dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut variasi, diantaranya model assafi, al-kada, dan
futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, annaqshah.
wazaar atau ma’awis. Masyarakat di negara Oman
menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Sebenarnya di dunia Arab, sarung
Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar. bukanlah pakaian yang diidentikkan untuk
melakukan ibadah seperti sholat. Bahkan di
Penggunaan sarung telah meluas, tak Mesir sarung dianggap tidak pantas dipakai ke
hanya di Semenanjung Arab, namun juga masjid maupun untuk keperluan menghadiri
mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, acara-acara formal dan penting lainnya. Di
hingga Amerika, dan Eropa. Sarung pertama Mesir, sarung berfungsi sebagai baju tidur
kali masuk ke Indonesia pada abad ke-14, yang hanya dipakai saat di kamar tidur.
dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat.
Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Di Indonesia, sarung menjadi salah satu
Indonesia identik dengan kebudayaan Islam. pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai
kesopanan yang tinggi. Tak heran jika sebagian
Ahmad Y. al-Hassan dan Donald R. Hill masyarakat Indonesia sering mengenakan
dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: sarung untuk sholat di masjid. Laki-laki
An Illustrated History Tekstil menyebutkan mengenakan atasan baju koko dan bawahan
bahwa tekstil merupakan industri pelopor sarung untuk sholat, begitu pula wanita
di era Islam. Pada era itu, standar tekstil
Edisi Budaya | 457
mengenakan atasan mukena dan bawahan tersebut berasal dari daerah yang berbeda di
sarung untuk sholat. Indonesia.
Identitas bangsa saat zaman perang Bahan yang terbuat dari tenun, lebih
dikenal berasal dari area Indonesia Timur
Pada zaman penjajahan Belanda, sarung seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusat
identik dengan perjuangan melawan budaya Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Bali.
barat yang dibawa para penjajah. Para santri di Sedangkan songket, sangat identik dengan ciri
zaman kolonial Belanda menggunakan sarung khas adat Minangkabau dan Palembang, Ulos
sebagai simbol perlawanan terhadap budaya khas Sumatera Utara. Sementara tapis, kita
Barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri mengenal bahan ini berasal dari Lampung.
merupakan masyarakat yang paling konsisten
menggunakan sarung di mana kaum nasionalis Sarung tradisional tidak bermotif kotak-
abangan telah hampir meninggalkan sarung. kotak. Sarung yang terbuat dari tenun,
diciptakan paling sederhana. Cenderung lebih
Sikap konsisten penggunaan sarung juga bermain warna, dibanding motif yang ‘ramai’.
dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim Sedangkan tapis dan songket, sekilas terlihat
Nusantara yakni KH Abdul Wahab Chasbullah, sama.
salah satu tokoh sentral di Nahdhatul Ulama
(NU). Suatu ketika, Abdul Wahab pernah Hanya, motif tapis memiliki unsur alam,
diundang Presiden Soekarno. Protokol seperti flora dan fauna. Sedangkan motif
kepresidenan memintanya untuk berpakaian songket, terlihat lebih meriah dengan motif
lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat yang mengisi seluruh isi bahan. Ada kesamaan
menghadiri upacara kenegaraan, ia datang diantara tapis dan songket, yaitu keduanya
menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. terbuat dari benang emas dan perak.
Padahal biasanya orang mengenakan jas
dilengkapi dengan celana panjang. Mengapa motif sarung kotak-kotak?
Nilai filosofis motif sarung kotak-kotak
Sebagai seorang pejuang yang sudah mengartikan, setiap melangkah baik ke
berkali-kali terjun langsung bertempur kanan, kiri, atas ataupun bawah akan ada
melawan penjajah Belanda dan Jepang, Abdul konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif
Wahab tetap konsisten menggunakan sarung papan catur seperti sarung bali. Saat kita
sebagai simbol perlawanannya terhadap berada di titik putih, melangkah ke manapun,
budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat perbedaan menghadang. Sedangkan cara
dan martabat bangsanya di hadapan para amannya adalah melangkah secara gontai ke
penjajah. arah diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke
depan malahan menjauhi target. Jadi orang
Abdul Wahab menunjukkan pentingnya yang berani menghadang cobaan adalah orang
menggunakan sarung sebagai warisan yang akan cepat menuai harapannya.
budaya dan identitas nasonalisme. Rupanya
perjuangan berat kaum pesantren untuk Beberapa kain sarung khas dari
menegakkan identitas sarung sebagai simbol Indonesia
perlawanan terhadap budaya kaum kolonialis
Belanda membuah hasil. Saat ini, sarung Sarung Poleng Bali
menjadi simbol kehormatan dan kesopanan
yang sering digunakan untuk berbagai macam Sarung tenun Poleng (Kain Poleng)
upacara sakral di tanah air. sudah menjadi bagian dari kehidupan religius
umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan
Yang membedakan sarung Indonesia untuk keperluan sakral dan profan. Di pura
dengan sarung negara lain adalah sarung khas digunakan untuk tedung (payung), umbul-
Nusantara terbuat dari kain tenun, songket, umbul, untuk menghias palinggih, patung,
dan tapis. Masing-masing jenis bahan sarung dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon
di pura pun banyak dililit kain poleng.
458 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Menurut penelitian, bentuk saput poleng sudah ada beberapa perajin sutera yang
beraneka ragam. Misalnya dari segi warna, meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin
ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, (ATBM), karena alasan mengejar produksi.
bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10
Berdasarkan warnanya, ada kain poleng kecamatan di antaranya seperti Kecamatan
yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu,
sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar
(putih, hitam, merah). masyarakatnya menggantungkan hidup dari
hasil usaha persuteraan.
Kain poleng ini muncul dan digunakan
umat Hindu dalam kehidupan religius. Produksi sarung sutera yang dalam
Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok
dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng dari empat daerah masing-masing Majene,
rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang
poleng sudhamala dan tridatu. lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun
nasional, bahkan mancanegara adalah sarung
Perkembangan warna ini juga sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya,
mencerminkan tingkat pemikiran manusia, baik corak maupun kualitasnya memiliki
yakni dari tingkat sederhana menuju keunggulan yang lebih dibanding produksi
perkembangan yang lebih sempurna. Masing- daerah lainnya.
masing warna memiliki makna filosofisnya
sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Sarung Ulos Khas Suku Batak
Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu
juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50 Ulos atau sering juga disebut kain ulos
persen dan unsur hitam 50 persen. adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos
secara turun temurun dikembangkan oleh
Namun pada dasarnya tetap hanya ada masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa
dua unsur warna yaitu hitam dan putih. asalnya, ulos berarti kain.
Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan,
baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk
dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti menghangatkan badan. Tetapi kini Ulos
sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain
lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini dalam segala aspek kehidupan orang Batak.
disimbolkan sebagai seorang yang bersifat Contoh, Ulos dianggap sebagai pengikat kasih
jujur, terbuka, lugas, dan trasparan. sayang diantara sesama. Ulos tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan orang Batak.
Karena kontras hitam dan putih bermakna Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri,
suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya. artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan
Sedangkan warna abu-abu mengandung hubungan dengan hal atau benda tertentu.
makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu
terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar Dikalangan orang batak sering terdengar
yang sama, walau pada permukaannya tak jelas mengulosi yang artinya memberi Ulos,
atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi atau menghangatkan dengan ulos. Dalam
mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi)
keserakahan dan kepentingan ego. Ada juga pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki
sarung tradisional Bali lainnya seperti sarung yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat
model jumputa. kejantanan dan kepahlawanan, dan orang
perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan
Sarung Sutera Bugis untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
Awalnya, tradisi tenun dikembangkan Warna dominan pada ulos adalah merah,
secara manual dan tradisional, namun kini hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam
Edisi Budaya | 459
tenunan dari benang emas atau perak. daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai
Mulanya ulos dikenakan dalam bentuk corak dan ragam sarung tenun goyor.
selendang atau sarung saja. Kerap digunakan
pada perhelatan resmi atau upacara adat Sarung Tenun Betawi
Batak. Dalam hal mengulosi, ada aturan yang
harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh Sarung khas Betawi sarung yang
mengulosi mereka yang menurut kerabatan kebanyakan orang betawi asli bermotif kotak-
berada dibawahnya. Misalnya orang tua boleh kotak dengan motif warna yang soft (lembut)
mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh dan ada juga motif lainnya.
mengulosi orang tua.
Bagi orang-orang betawi sarung mereka
Jadi dalam prinsip kekerabatan Batak yang biasa dikalungkan pada leher, dan itu sudah
disebut dalihan na tolu, yang terdiri atas unsur- ada sejak ajaran Islam masuk ke tanah Jawa
unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha. khususnya Betawi. Misal pada zaman kolonial
Seorang boru sama sekali tidak dibenarkan Belanda dulu tokoh pencak silat seperti, si
mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan pitung, abang jampang, dan tokoh-tokoh yang
dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, lainnya, mereka selalu mengenakan sarung di
baik dalam macam maupun cara membuatnya. pundak atau melingakar di leher mereka.
Sarung khas Gresik Hingga sekarang pun kaum lelakinya selalu
mengenakan pakaian adat Betawi dengan kain
Sarung tenun tradisional khas Gresik sarung yang selalu melingkar di leher mereka.
Jawa Timur dikenal kaya motif dan corak.
Dengan mempertahankan proses penenunan Sekilas tentang Batik
yang masih tradisional, sarung tenun tersebut
memiliki tempat tersendiri di kalangan Batik merupakan warisan budaya asli
masyarakat Nusantara. Bahkan saat ini batik telah
dikukuhkan oleh UNESCO sebagai salah satu
Seni kerajinan sarung tenun yang Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
berwarna warni dan kaya akan motif ini masih dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
dikerjakan secara tradisional. Motif dan corak and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2
khas sarung tenun Gresik adalah warnanya Oktober 2009 lalu (kini dikenal sebagai Hari
timbul dengan corak beragam diantaranya Batik Nasional). Bukan hanya oleh orang Jawa,
corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga kain batik ternyata kini telah dikenakan oleh
corak laut biru dengan tiga jenis kain, yakni hampir seluruh masyarakat Indonesia.
sutera, fiber dan sisir.
Kain batik dianggap sebagai pakaian
Pembuatan sarung dengan peralatan semi resmi yang cocok dikenakan dalam acara
tradisional ini menciptakan hasil yang apapun. Di sini batik memang identik dengan
maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun kain. Karena proses membatik dilakukan di
ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni atas kain. Batik juga banyak melekat di dalam
yang tetap memperlihatkan ciri khas natural sarung, terutama sarung yang digunakan oleh
berupa motif kembang dan hiasan alam perempuan.
lainnya.
Menilik sejarah, asal usul batik bermula
Sarung Tenun Goyor sejak abad ke-17 Masehi. Pada masa itu, corak
batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan
Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau
yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan, motif batik hanya didominasi oleh gambar
Kabupaten Jepara. Sarung tenun goyor yang tanaman atau binatang. Para pengrajin corak
dihasilkan warga troso mampu mencapai batik juga masih sangat terbatas jumlahnya.
Mereka hanya membuat corak batik sebagai
460 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Presiden RI Jokowi menikmati matahari terbit dengan memakai Terkait dengan teknik pembuatannya,
sarung duduk di pinggir pantai Raja Ampat. pada masa itu batik tulis merupakan satu-
satunya teknik yang digunakan. Dalam
Sumber: https://www.merdeka.com proses pengerjaannya, pewarnaan pun masih
menggunakan bahan pewarna alami yang
wujud pelampiasan hasrat seni dan keisengan dibuat dari sendiri menggunakan tanaman-
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. tanaman seperti daun jati, tinggi, mengkudu,
pohon nila, dan soga. Sedangkan untuk
Pada perkembangannya, asal usul batik bahan sodanya, para pembatik masa itu
mulai menarik perhatian pembesar kerajaan menggunakan soda abu dan tanah lumpur.
Majapahit. Motif-motif abstrak, motif candi,
awan, wayang beber, dan lain sebagainya Penggunaan kain batik yang sebelumnya
mulai dikembangkan pada masa itu. Penulisan hanya terbatas di lingkungan keraton, lambat
batik pun mulai ditujukan pada media yang laun mulai dikembangkan oleh rakyat jelata. Hal
berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna ini membuat corak batik kian beragam sesuai
terang menjadi pilihan utama karena dianggap dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya.
lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk Asal usul batik juga tak lepas dari perkembangan
pemanfaatan yang lebih banyak. teknologi. Pada masa sebelumnya teknik batik
tulis menjadi satu-satunya cara yang bisa
Kepopuleran kain batik kian bersinar. dilakukan untuk membuat motif batik, setelah
Pembesar-pembesar kerajaan Majapahit, Perang Dunia I atau setelah modernisasi kian
Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan menjamur, teknik batik cap dan batik printing
setelahnya menjadikan kain batik sebagai simbol pun mulai dikenal. Kedua teknik batik ini
budaya. Khusus pada masa pengaruh Islam, sendiri dianggap sebagai teknik pembatikan
motif batik yang berwujud binatang ditiadakan. yang sangat efisien dan tidak memakan banyak
Penggunaan motif ini dianggap menyalahi waktu, meskipun secara kualitas dinilai kurang
syariat Islam sehingga tidak diperkenankan memiliki nilai estetis.
kecuali dengan menyamarkannya menggunakan
lukisan-lukisan lain. Sejarah perkembangan batik tidak hanya
berhenti sampai di situ. Di era sekarang,
batik bukan hanya dikenal sebagai corak
pakaian semata. Berbagai pernik pelengkap
penampilan dalam kehidupan sehari-hari
seperti tas, sepatu, dasi, hingga helm, juga
sudah menggunakan batik sebagai motifnya.
Bahkan, pakaian-pakaian sekolah, kedinasan,
dan lain sebagainya juga menggunakan motif
ini sebagai pilihan utama.
[Fathoni Ahmad]
Sumber Bacaan
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta:
LP3ES, 2011.
Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012.
Bruinesses, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995.
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2007.
LTNNU Jawa Timur. Sarung dan Demokrasi: Dari NU untuk Peradaban Keindonesiaan. Surabaya: Khalista, 2008.
Nailal Fahmi. Di Bawah Bendera Sarung. Bandung: Pustaka Iman, 2014.
Rosinta. 65 Setelan Cantik Kain Sarung, Batik Encim, & Kebayanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Fitri, Putri. Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia. Jakarta: Nuansa Cendekia, 2014.
Saifullah, Sejarah dan Kebudyaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kartodirjdo, Sartono, dkk. Sejarah Sosial: Konseptualisasi, Model, dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.
Edisi Budaya | 461
Sedekah Bumi
Sedekah Bumi merupakan upacara Kirab Tumpengan Hasil Bumi pada acara Sedekah Bumi
tradisi yang dilakukan sebagai wujud di Desa Brumbung Batangan Pati Jawa Tengah.
rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
bumi yang telah diperoleh pada tahun-tahun Sumber : http://www.wartaphoto.net/
sebelumnya sebagai rizki, sekaligus bentuk
permohonan para kepada Tuhan agar hasil mereka. Maka meskipun dengan cara yang
bumi pada periode yang akan datang berhasil sederhana biasanya mereka melakukan dengan
dengan baik. cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval
keliling desa dengan mengarak hasil bumi
Upacara tradisi Sedekah Bumi banyak berupa ketela pohon, mangga, jagung dan
ditemuipadamasyarakatpulaujawa,khususnya sebagainya, tegantung hasil bumi yang mereka
daerah pantai utara (Pantura). Upacara ini peroleh dari tanah yang mereka tanami.
biasanya dilakukan oleh masyarakat yang Seiring dengan perkembangan zaman, upacara
berprofesi sebagai petani atau berladang yang tidak lagi didominasi dengan arak-arakan hasil
menggantunggkan hidupnya dan keluarganya bumi, tetapi seringkali dengan sedekah “nasi
dengan memanfaatkan kekayaan alam yang tumpeng” sebagai wujud rasa syukur.
ada di bumi untuk mencari rezeki.
Sejarah
Pada masyarakat petani, Sedekah Bumi
bisanya diselenggarakan di sawah demplot Upacara tradisi Sedekah Bumi
(Inderamayu, Jawa Barat) yaitu sawah merupakan upacara tradisional masyarakat
percontohan milik perorangan yang dikelola Jawa yang sudah berlangsung lama secara
secara bersama-sama.Jika suatu desa tidak turun-temurun. Hal ini tidak terlepas dari
memiliki sawah demplot, maka upacara kepercayaan dari nenek moyang. Menurut
Sedekah Bumi diselenggarakan di sawah cerita dari para nenek moyang orang jawa
yang letaknya strategis yaitu di pinggir jalan, terdahulu, tanah merupakan pahlawan yang
pematangnya yang luas, dan hasil sawahnya sangat besar bagi kehidupan manusia di
baik. Selain di tempat tersebut, tempat lain muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi
yang digunakan adalah pendopo desa yaitu penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual
tempat dilaksanakannya keramaian berupa sedekah bumi inilah yang menurut mereka
pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan sebagai salah satu simbol yang paling dominan
wayang kulit purwa ini sebagai isyarat atau bagi masyarakat jawa khususnya para petani
pengumuman kalau sudah waktunya para untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan
petani bersiap-siap untuk mengerjakan
sawahnya masing-masing.
Melalui sedekah bumi, mereka percaya
bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT
akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan
lagi. Allah akan menambah hasil-hasil panen
mereka dan Allah akan menghilangkan
paceklik atau kegagalan panen hasil bumi
462 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sebagai penghargaan manusia atas bumi yang wayang kulit lakon yang dibawakan dalam
telah memberi kehidupan bagi manusia. acara sedekah Bumi ini adalah Bhumi Loka,
kemudian pada dipagi harinya diadakan
Upacara adat sedekah bumi ini berkaitan ruwatan. Dalam lakon Bhumi Loka diceritakan
erat dengan kepercayaan orang-orang zaman tentang dendam Arjuna atas kematian
dahulu jauh sebelum pengaruh Hindu dan ayahnya yaitu prabhu Nirwata Kwaca.
Budha masuk di Nusantara, kita mengenal Terjadilah peperangan dengan putra Pandawa
kebudayaan dan kepercayaan Kapitayan yang dipimpin Gatotkaca. Prabu Kresna dan
yang sebagian besar dianut oleh penduduk Semar mengetahui putra Gatotkaca mendapat
Nusantara lebih-lebih di tanah Jawa. Mereka kesulitan untuk dapat mengalahkan mereka,
percaya bahwa pada tiap-tiap segala sesuatu bahwa para putra manik Iman-imantaka tidak
yang menyangkut hajat hidup manusia dapat mati selama menyentuh bumi. Maka
dikuasahi dan di jaga oleh dewa-dewa semar menasehatkan agar dibuatkan Anjang-
(Sang Hyanng Bahureksa). Keyakinan atas anjang di angkasa, dan menyimpan mereka
adanya para dewa atau roh penjaga tersebut yang telah mati agar tidak dapat menenyentuh
diwujudkan dalam bentuk upacara sesaji di bumi. Prabu Kresna memerintahkan Gatotkaca
tempat-tempat yang mereka percayai sebagai untuk membuat Anjang-anjang tersebut di
tempat tinggal mereka. Dengan begitu mereka angkasa dan menyerang mereka dengan ajian
berharap terhindar dari malapetaka alam yang Bramusti. Mereka semua akhirnya terbunuh
murka dan kemudian mencapai hasil-hasil oleh Gatotkaca , diatas Anjang-anjang yang
usahanya. telah dipersiapkannya. Bhumi Loka mati
terbunuh kemudian menjadi Gludug lor dan
Pada sekitar abad ke 13, setelah pengaruh Gludug kidul. Lokawati terbunuh menjadi
Islam masuk ke Nusantara, dan khususnya Udan Grantang. Loka Kusuma terbunuh
setelah abad ke-15 setelah masa Wali Sanga, menjadi Kilap, loka sengara mati terbunuh
tradisi atau ritual menyembah dewa-dewa dan menjadi Gledeg dan Lokaditya mati terbunuh
roh nenek moyang tersebut tidak serta merta menjadi Gelura. Habislah para putra Manik
dihapus dari tengah-tengah masyarakat Jawa. Imantaka terbunuh oleh Gatotkaca dan
Beberapa bentuk kearifan lokal kemudian kematian mereka menjadi penyebab datangnya
dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk musim penghujan.
menyampaikan ajaran Islam secara efektif.
Kepercayaan akan para dewa dan roh suci Dari mitos cerita di ataslah maka
digantikan dengan iman kepada Tuhan. Sedekah Bumi dijadikan oleh kepercayaan
Menurut Islam, hanya Allah yang patut masyarakat untuk menyambut datangnya
disembah. Aktivitas persembahan dalam musim penghujan. Upacara adat Sedekah
kepercayaan terdahulu tidak dibuang sama, Bumi sendiri dibuka dengan acara Srakalan,
dengan mengubah substansinya. Dalam pembacaan kidung yang dilakukan oleh
usaha-usaha mengalihkan keparcayaan itulah pemuka adat. Kemudian acara berikutnya
terbentuk upacara baru, yang dikenal dengan adalah ritual pencungkilan tanah sebagai
sedekah bumi. simbol bahwa mereka mencintai tanah sebagai
tempat penghidupan sekaligus juga sebagai
Upacara adat Sedekah Bumi di Cirebon ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta
misalnya, ditandai dengan Srakalan, yang telah menganugerahi tanah yang subur.
pembacaan kidung, pencungkilan tanah, Dan menjelang siang, acara dilanjutkan
kemudian diadakan arak-arakan yang diikuti dengan arak-arakan yang melibatkan seluruh
oleh seluruh lapisan masyarakat dengan segala lapisan masyarakat. Araka-arakan ini sendiri
bentuk pertunjukan yang berlangsung di Alun- berfungsi sebagai ajang pesta rakyat di mana
alun Gunung Sembung, misalnya kesenian segala lapisan masyarakat ikut berpartisipasi
rentena, reog, genjring, terbang, brahi, dengan berbagai pertunjukan kesenian
berokan, barongan, angklung bungko, wayang, yang beragam. Dan seperti lazimnya sebuah
bahkan sekarang ini ado pertunjukan tarling pesta rakyat, maka segala jenis pertunjukan
modern organ tunggal. Dalam pertunjukan
Edisi Budaya | 463
kesenian ditampilkan di sini oleh rakyat dan 3) Pembacaan doa-doa dan upacara inti. Doa-
untuk rakyat. Kemudian pada pagi berikutnya doa dipimpin oleh pemuka adat / agama
barulah dilaksanakan upacara ruwatan sebagai setempat untuk memohon keselamatan
acara inti sekaligus juga sebagai penutup dari agar warga masyarakat dijauhkan dari
seluruh rangkaian upacara Sedekah Bumi. segala malapetaka, dimudahkan rezekinya,
serta diberikan kebajikan-kebajikan untuk
Rangkaian Upacara Penting semua warga. Setelah doa-doa selesai,
dilakukan upacara inti yaitu menanam
Sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun bibit padi secara simbolik dengan prosesi-
sekali, biasanya pada sekitar bulan Mulud prosesi tertentu yang dapat berbeda
atau dapat disepakati secara bersama. Upacara antara satu daerah dengan daerah lainnya.
ritual adat ini umumnya dilakukan di Balai Menjadi bagian dari prosesi inti ini pula
Desa, lapangan RW, atau tempat strategis ritual simbolik membereskan irigasi.
lainnya yang menjadi tempat berkumpulnya
masyarakat sekitar. Adapun rangkaian upacara 4) Pesta rakyat. Prosesi ini biasanya
adat Sedekah Bumi yang saat ini sering merupakan bagian yang paling ditunggu.
ditemukan saat ini adalah: Pesta rakyat dalam Sedekah Bumi
umumnya dilakukan dengan pergelaran
1) Sebelum menginjak ke pelaksanaan wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran
upacara, pemuka desa bermusyawarah wayang kulit dianggap tepat karena di
untuk membicarakan pelaksanaan dalamnya mengandung nasehat-nasihat
upacara menjelang tanam padi. Usai yang berkaitan dengan kehidupan
musyawarah melakukan pengumpulan manusia, khususnya yang berkaitan
dana sumbangan sukarela dari warga, dengan kearifan hidup bertani.
tergantung kemampuan masing-masing.
2) Setelah waktu disepakati dan dana Bagi masyarakat umum, keberadaan
terkumpul, dilakukan pembuatan Sedekah Bumi saat ini lebih dipandang
perlangkapan pokok yaitu sesajen sebagai perayaan budaya sehingga banyak
(sesajian). Pada umumnya masyarakat pertunjukan dipergelarkan pada upacara adat
tradisional, sesajen ditempatkan di ini. Adapun bagi masyarakat pengusungnya
tempat-tempat penting di areal sawah Sedekah bumi lebih dipandang sebagai ajang
atau ladang yang dipandang sakral. sedekah. Warga masyarakat secara antusias
Tetapi, seiring dengan bermunculannya membuat tumpeng beserta lauk-pauknya dan
tuduhan musyrik terhadap budaya ini dan setelah selesai doa bersama, tumpeng tersebut
munculnya kesadaran akan nilai-nilai dibagikan kepada hadirin yang lain yang ikut
yang lebih bersifat sosial, ritual sesajen dalam acara tersebut.
sudah mulai ditinggalkan pada sebagian
masyarakat. [A. Ginanjar Sya’ban]
Sumber Bacaan
Dinas Pariwisata Jawa Barat. Alam dan Seni Budaya Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Ekadjati, Edi Suhardi (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka.
Ma’mun, Titin Nurhayati, dkk. (2012). Inventarisasi dan Dokumentasi Upacara Ritual Adat: Manifestasi Sistem Religi
Orang Sunda di Provinsi Jawa Barat. PPKM-FIB Unpad.
Medikomonline (2011). Lestarikan Budaya Adat, Masyarakat Desa Larangan Gelar Sedekah Bumi [online], diakses melalui
medikomonline.wordpress.com
Prawirasuganda, A. (1982). Upacara Adat di Pasundan.Bandung: Sumur Bandung.
Proyek Sasana Budaya (Indonesia) (1977). Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Rostiyanti, A. (1995). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Solikhin, Mat (2013). Kesalehan Sosial Ritual Nyadran. Semarang: Jurnal Dewaruci Jurnal Dinamika Islam dan Budaya
Jawa, edisi 21, Juli-Desember 2013.
Widyantoro, Bambang (1989). Pandangan Masyarakat Jawa Kuno Terhadap Lumbung dan Pemujaan Kepada Dewi Kesuburan,
Yogyakarta.
464 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Selametan
Selametan sejatinya adalah sebuah Misalnya setelah dua kepercayaan itu dan
budaya yang sudah berlangusng lama sebelum Islam datang, ada agama yang dipeluk
di Indonesia. Acaranya biasanya oleh orang Indonesia yaitu Hindu atau Budha.
memanjatkan doa keselamatan dan diakhiri
makam bersama. Selamatan menandakan Namun selametan sendiri adalah
keunikan Islam di Indonesia. Meski sudah ada sesuatu yang tidak dilarang dalam Islam dan
dan dijalankan sebelum Islam berkembang mempunyai titik temu dalam perbuatan-
di Indonesia, selamatan tetaplah bukanlah perbuatan baik yang dianjurkan dalam Islam.
bentuk baru dalam ritual Islam. Selametan Terkait dengan itu, jika melihat perayaan, atau
sebagai kembang dari peradaban Islam di adat istiadat atau selametan di Indonesia,
Indonesia sesungguhnya punya nilai yang maka ada beberapa kategori yaitu;
agung dan sangat dibutuhkan oleh manusia.
Selametan biasanya dilakukan dalam
Kata selametan, sebagaimana banyak berbagai bentuk dan penanda; 1) Selametan
bahasa Indonesia lain berasal dari bahasa karena kelahiran, kematian dan perkawinan.
serapan, Arab; salamah yang berarti selamat, 2) Selametan karena adanya suatu peristiwa
tidak dalam bahaya. yang berkaitan dnegan hari besar Islam 3)
Selamatan karena mempunyai barang – barang
Selamatan sendiri, meski sering dikaitkan baru atau peristiwa –peristiwa besar dalam
dengan tradisi sebelum Islam datang dalam hidupnya
berbagai bentuknya; ruwahan, suronan dan
sebagainya tetaplah tidak melanggar syariat Dalam konteks ini kita bisa melihat
Islam itu sendiri. Bahwa ada bentuk bentuk bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat
yang sinkretisme atau akulturasi budaya yang yang guyub, suka berkumpul, terbukti dengan
belum bisa memisahkan atau meninggalkan banyaknya kegiatan atau acara selametan sejak
sama sekali –unsur-unsur animism seperti seseoarng itu masih dalam kandungan sampai
kepercayaan – kepercayaan pada ruh, mungkin beberapa tahun dari kematiannnya. Satu hal
masih ada, mengingat itu semuanya tidak yang harus diingat adalah bahwa selametan
melulu berasal dari dinamisme dan animism. dalam kontek ini bersifat sunnah, boleh dan
bukan merupakan suatu kewajiban. Sebab,
Ilustrasi Selametan zaman dulu. selametan itu terkait bebrapa hal; makanan
yang harus disediakan oleh orang yang
Sumber: http://www.kangrudi.com/ mempunyai hajat selametan; waktu, tempat,
makanan dll.
Selamat sebagai penanda hidup bisa kita
lihat ;
1. Selamatan 4 bulanan atau tingkeban
7 bulanan
Proses penciptaan manusia memang luar
biasa, dimulai dari saat pembuahan hingga
kelahirannya. Karena itu, amatlah sangat
Edisi Budaya | 465
dimengerti ketika manusia memanjatkan doa (menikah). Yang terakhir dalam proses hidup
memohon keselamatan akan tahapan-tahapan itu adalah kematian, saat itu memang banyak
itu. Dalam bentuk janin, bulan ke-4 adalah orang datang untuk takziah tapi bukan
waktu Tuhan meniupkan roh kepada sang merayakan seperti pada walimah-walimah
jabang bayi. Pada saat inilah kehidupan akan sebelumnya. Jika mereka gembira karena
dimulai. Umumnya masyarakat terutama Jawa kehadirannya, sekarang mereka menangis
mengadakan slametan 4 bulan ini dengan nama karena kepergiannya. Disitulah doa doa
ngupati (bulan ke 4). Mungkin di daerah lain dipanjatkan, dengan penuh pengharapan,
juga beda namanya seperti lolos atau nglolosi bahwa perjalanannya dalam keabadian
di Jabar. Keragaman nusantara akan tradisi diberikan ampunan dan kemudahan. Setelah
baik ritual upacara atau makananannya akan kematian itu aka nada doa-doa yang disebut
terlihat sekali dari makanan yang dimasak, tahlil dan biasanya ditandai hari; ke-3, ke-7,
dihidangakan atau di antar ke keluarga.Dari 40, 100, setahun (haul) dan seribu harinya.
mulai bentuk nasi tumpeng maupun bubur
atau aneka macam rujak. Intnya mereka 2. Selametan yang Berkaitan dengan
bersyukur dan berdoa atas keberlangsungan Hari Besar Islam
janin yang sudah berusia 4 bulan dengan
mengundang tetangga atau saudara bersama Biasanya peringatan ini berkaitan
–sama berdoa dan sepulangnya diberi berkat. dengan peristiwa-peristiwa besar yang ada
hubungannya dengan kerasulan dan juga hari
Setelah 4 bulanan, ada juga tradisi raya. Misalnya peringatan 27 Rajab, isra mi’raj
tingkeban atau mitoni. Saat itu kehamilan Nabi Saw. 1 Muharram, tahun baru Hijariyah.
memasuki usia 7 bulan, 7 daam bahasa Jawa Ataupun 10 Muharam , yakni selamatnya
adalah pitu. Maka selametan bulan ke-7 kapal Nabi Nuh dan umatnya dari banjir
diharapkan dapat pitulungan atau pertolngan bah dan ditandai dengan selametan bubur
dari Allah. Inilah waktu dimana janin merah. Peristiwa atau perayaan yang tak kalah
sudah semakin kuat dan sudah dekat waktu besarnya adalah pada tanggal 12 Rabiul Awal,
kelahiran. Dalam tingkeban biasanya ada yakni peringatan hari lahir Nabi. Itulah Maulid
upacara siraman atau mandi dengan salin atau Nabi yang dirayakan dengan kegembiraan
ganti 7 kain dengan berbagai motif batik yang seluruh umatnya di dunia, kecuali yang tidak
menandakan symbol untuk doa kepada sang mau mengingatnya dengan cara itu: membaca
jabang bayi kelak misalnya; batik dengan motif riwayat hidupnya, bershalawat dan bersedekah
Parangkusumo untuk terus meneladani kehidupannya yang
mulia. Berbagai cara yang unik dilakukan orang
Parangkusumo mengandung makna sedunia dalam mengingatnya sang uswatun
bahwa kelak si bayi akan tumbuh menjadi hasanah ini terutama dalam mendekorasi
anak yang memiliki kecerdasan bagai tajamnya tempat maupun makanannya. Misalnya
parang, tangkas bagai parang yang sedang masyarakat Kudus Jawa Tengah menamaka
digunakan oleh pesilat tangguh. Dan kelak perayaan mauled dengan nama muludan atau
anak ini juga bisa mikul dhuwur mendem jero, golok golok menthok, utamanya jika yang
yaitu menjunjung harkat dan martabat orang merayakannya adalah anak-anak. Pada hari
tua dan mengharumkan nama keluarga. muludan itu mereka membawa nanya –nanya
(wadah makanan terbuat dari anyaman bambu
Setelah 4 bulan dan nujuh bulan. Kelak dan dihias kertas warna warni) atau cobek kecil
kalau sang jabang bayi lahir, ia masih akan dari tanah ynag juga dihias kertas berisi aneka
diselameti atau selametan dalam berbagai makanan dan membawanya ke masjid atau
bentuk yang dalam 10 tahun terakhir ini mushola lalu mereka saling berbagi dnegan
mengambil bahasa serapan arab, walimah teman-temannya setelah acara mauled selesai.
(aqiqah): seperti walimatul aqiqah (perayaaan
atau tasyakuran kelahiran anak), lalu kalau Peringatan hari besar lain dalam Islam
laki –laki walimatul khitan (sunat) dan
puncaknya sementara adalah walimatul ursy
466 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang ditunggu tunggu juga adalah Hari Nanya sebelum dihias Nanya yang sudah dihias
Raya: Idul Fitri dan Idul Adha. Inilah dimana dan diisi makanan
umat Islam merayakan kemenangan setelah
menjalankan puasa sebulan penuh dan dan pergi belajar ke luar negeri pun juga
Idul Adha juga adalah saat hari umat Islam lazim diadakan selametan. Jika ada peristiwa
mengenang perintah Allah kepada Ibrahim yang menyangkut keberhasilan seperti
dan pada saat yang sama kaum muslim dari suksesnya panen pun, masyarakat pun ada
berbagai penjuru dunia berkumpul melakukan yang mengadakan syukuran dengan makan
ibadah haji. Pada ibadah itu terjadi peristiwa bersama. Bukan itu saja, ada juga bulan –
–peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Dari bulan tertentu dimana mereka mengadakan
pertemuan Nabi Adam dan Hawa sampai masa selametan; seperti ruwahan, suronan
bayi Nabi Ismail. Peristiwa Haji sangat heroic syawalan, sedekah bumi, kenduri, selamatan
sehingga untuk pergi kesana, biasanya warga nadhar, selametan weton (hari pasaran) dll.
membuat selametan, minta maaf kepada
tetangga dan saudara agar lancar semua Demikian lah khasanah kekayaan
ibadahnya. nusantara dalam berbagai bentuknya.
Bila dilihat keseluruhannya, kita dapat
3) Selamatan karena mempunyai menyimpulkan bagaimanapun asal usulnya
barang – barang baru atau peristiwa dan bentuk kegiataannya, sesungguhnya
–peristiwa besar dalam hidupnya. warga nusantara adalah mereka yang pandai
bersyukur, menyadari kekuasaan yang ghaib
Selametan jenis ketiga ini biasanya dan suka berderma. Seiring datangnya Islam,
diadakan karena rasa syukur dan tolak balak semua tradisi tetap diakomodasi, ipelihara dan
(menghindari musibah). Sedekah sebagaimana diisi dengan ruh Islam.
disabdakan Nabi Saw, memang dapat
mencegah musibah. Selametan ini wujudnya [Ala’i Najib]
bermacam-macam, mislanya saat kelulusan
anak-anak dari masa belajarnya. Naik kelas,
naik pangkat dsb. Orang Indonesia memang
kaya akan tradisi dan budaya. Selametan juga
diadakan saat pindah atau menghuni rumah
baru. Seorang anak yang mendapt beasiswa
Sumber Bacaan
Ach.Nadlif dan M.Fadlun, Tradisi Keislaman , Surabaya; Al-Miftah tanpa tahun.
Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Kompas: Jakarta 2010
M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Gelombang Pasang, Yogyakarta 2004
Zaini Muhtarom. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Salemba Diniyah , Jakarta:2002
Mufijatul Hasanah, M.Sidqi , Selametan Tujuh Bulan / Tingkeban, STAI Pandanaran Yogyakarta, 2014 (tidak diterbitkan)
Edisi Budaya | 467
Semakan
Secara terminologis kata semakan berasal naskan itulah semakan ini dikenal dengan
dari nomina sam’an yang berarti kegiatan istilah semakan bil gaib. Istilah semakan bil gaib
mendengarkan, dengan bentuk verba ini kemudian menjadi petanda khusus untuk
sami’a yang berarti sudah mendengar, yasma’u semakan Al-Qur’an, bukan hafalan teks yang
sedang mendengarkan. Semakan merupakan lain. Sehingga jika dikatakan semakan bil gaib
kegiatan mendengarkan satu bacaan secara maka yang dimaksud adalah kegiatan semakan
seksama dengan tujuan tertentu. Dalam hafalan Al-Qur’an. Lain lagi istilahnya apabila
bahasa Indonesia kata ini berubah menjadi semakan ini dilakukan terhadap pembacaan
simak yang diartikan dalam KBBI dengan Al-Qur’an, maka disebut dengan bin nadhar.
mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan Yaitu kegiatan mendengarkan secara seksama
atau dibaca orang. Maka dalam semakan pembacaan Al-Quran. Di sini pembaca sangat
harus ada yang dibaca dengan bersuara, orang tergantung pada naskah Al-Quran itu sendiri.
yang membaca (yang disemak), orang yang Baik semakan bil gaib ataupun bin nadhar,
mendengarkan (penyemak). keduanya mentargetkan pembacaan Al-Quran
secara penuh, tiga puluh juz. Pada dasarnya
Dalam tradisi islam di indonesia, semakan semakan Al-Qur’an ini dilakukan untuk
memiliki banyak ragam. Dari sisi sifatnya menjaga kesalahan ataupun kealpaan dalam
ada semakan hafalan dan semakan bacaan. bacaan.
Sementara dari sisi objek yang disemak, ada
semakan Al-Quran dan semakan lainnya. Meskipun secara mayoritas kata
Sedangkan dilihat dari fungsinya dapat dibagi semakan ditujukan terhadap Al-Qur’an,
menjadi dua, fungsi praktis sebagai bentuk tetapi dalam perkembangannya semakan
ujian atau metode pembelajaran. Dan fungsi juga diterapkan untuk hafalan dan bacaan
sosial yang berhubungan dengan tradisi dan selain Al-Quran. Biasanya yang harus dihafal
kebudayaan. Berbagai klasifikasi ini bisa saling adalah materi pelajaran yang referensinya
beririsan antara satu dan lainnya. Sebagaimana berbentuk nadhaman seperti kitab ‘aqidatul
akan diterangkan berikut ini. awam, maqsud, alfiyah, lathaif isyarat dan
lain sebagainya. Di sebagian pesantren
Dilihat dari sifat pembacanya semakan yang mensyaratkan hafalan pelajaran bagi
bisa dikategorikan menjadi dua, yakni semakan para santri, kata semakan digunakan untuk
terhadap hafalan dan semakan terhadap kegiatan menyemak hasil hafalan para santri
bacaan. Yang dimaksud dengan semakan tersebut. Di dalam pesantren istilah semakan
terhadap hafalan adalah mendengarkan juga digunakan untuk kegiatan menyimak
dengan seksama hafalan seseorang. Artinya pembacaan kitab kuning (lihat entri kitab
dalam hafalan ini seorang pembaca tidak lagi kuning). Seorang santri secara individual
membutuhkan kehadiran teks secara fisik. meminta kepada kiai untuk menyimak dan
Di sini pembaca sebagai orang yang disemak membenarkan jika terjadi kesalahan. Santri
tidak lagi menggantungkan bacaannya pada sendiri akan berusaha membaca dengan baik
sebuah naskah. Karena teks naskah itu telah dan benar, suai ketentuan tata bahasa Arab
berpindah dalam memorinya. ketidak hadiran
468 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang telah di pelajarinya. Sistem pembelajaran keberkahan. Karena di situlah seorang kiai akan
di pesantren semacam ini disebut juga dengan memberikan berkahnya kepada santri. Dalam
istilah sorogan (lihat entri sorogan). prosesi ujian itulah limpahan-limpahan berkah
dari kiai mengalir dalam diri santri. Mereka
Di beberapa pesantren yang menggunakan tidak begitu peduli dengan nilai yang diperoleh
sistem kelas, semakan kitab difungsikan dari banyaknya kesalahan dalam membaca dan
sebagai bentuk ujian akhir, yang dikenal memahami teks, karena keberkahan adalah
dengan tes kitab. Tes kitab adalah ujian tujuan utamanya. Sehingga apapun hasil
akhir yang menentukan kelulusan seorang akhirnya akan diterima dengan lapang dada.
santri dari satu tingkat menuju tingkat Inilah beberapa fungsi praktis dalam semakan
berikutnya. Artinya, tes kitab tidak diujikan yang berlaku di beberapa pesantren. Sebagai
pada semua santri, hanya santri yang berada evaluasi dari sistem pembelajaran yang ada.
di kelas terakhir dari tingkat tertentu yang
harus melewati tes kitab. Seperti santri kelas Adapun fungsi sosial semakan juga
terakhir tingkat ula (dasar) yang akan menuju dilakukan oleh para kiai secara bersama-sama.
tingkat wustha (menengah), santri kelas Di beberapa daerah seperti di wilayah Sukaraja,
terakhir tingkat wustha (menengah) yang semakan dilakukan ketika para kiai berkumpul
akan beranjak menuju tingkat ulya (atas), dalam satu pengajian terbuka. Di depan para
dan begitulah seterusnya. Setiap pesantren jamaah, seorang kiai yang didampingi oleh
memiliki sistem pengkelasan yang berbeda- beberapa kiai lainnya membaca kitab tertentu,
beda dalam setiap tingkatnya. Ada pesantren lalu menerangkan isinya. Sedangkan kiai
yang membagi setiap tingkat dalam tiga kelas, yang lain akan menyimak dengan sekasama
ada juga yang empat kelas atau dua kelas. dan memberikan masukan dan tambahan
bila di rasa perlu. Semua dilakukan dengan
Dalam tes kitab ini seorang kiai berlaku penuh kebijakan, kebersamaan dan saling
sebagai penguji yang berhak menentukan teks menghormati. Sementara para jamaah yang
yang akan diujikan kepada santri. Pemilihan lain mengikuti pengajian dengan penuh hikmat
teks dilakukan secara spontan di depan santri mendengarkannya dengan seksama. Semakan
yang diuji. Sebelumnya, pihak panitia ujian semacam ini sesungguhnya lebih berfungsi
telah menyiapkan setumpuk kitab di ruang sebagai media jejaring yang dapat memperat
ujian untuk dipilih secara acak oleh kiai. Setelah hubungan silaturrahim antar kiai, juga
menentukan teks ujian pun dimulai. Kiai merupakan pelajaran tentang keterbukaan
menyimak dengan seksama bacaan santri kata untuk saling menghormati dan menghargai.
perkata lengkap dengan arti dan kandungan
maknanya sesuai tata bahasa Arab yang selama Menyimak atau semakan yang merupakan
ini dipelajarinya. Apabila terjadi kesalahan, bentuk lain dari membaca dan mendengarkan
kiai akan membenarkannya secara langsung. adalah inti dari tindakan pembelajaran.
Dan di akhir ujian kiai telah mengantongi nilai Membaca dan mendengarkan menjadi alat
dari hasil semakan ini yang akan menentukan ukur seberapa dinamiskah perkembangan
lulus tidaknya seorang santri. Tes kitab adalah sebuah lembaga pendidikan. Semakin waktu
momen penting bagi seorang santri. Karena penuh dengan kegiatan menyimak semakin
di sinilah hasil pembelajaran selama ini akan dinamis sebguah lembaga pendidikan. Begitu
terbukti secara nyata. Seberapa jauhkah juga sebaliknya.
penguasaan mereka terhadap teks Arab yang
menjadi sumber pengetahuan Islam? Dan Mengatasi itu semua, istilah semakan
sedalam apakah pemahaman mereka terhadap sendiri menjadi sangat populer di Indonesia
teks tersebut? dengan diadakannya kegiatan semakan Al-
Qur’an Jantiko Mantab pada 1986 oleh KH
Namun demikian bagi sebagian santri Hamim Jazuli, yang lebh dikenal dengan
tes kitab bukanlah sekedar ujian pembuktian sebutan Gus Miek. Dia adalah putra KH Jazuli
kwalitas. Mereka meyakini bahwa tes kitab Usman, pengasuh pondok pesantren Al-Falah
merupakan momen sakral yang penuh Ploso Kediri yang dipercayai oleh masyarakat
Edisi Budaya | 469
pesantren sebagai salah satu wali Allah swt. masyarakat luas. Anti koler menjadi sesuatu
Pada mulanya kegiatan ini berlangsung secara yang harus diterangkan kepada masyarakat
bergilir bergantian dari rumah satu jamaah secara menerus. Karena itulah kemudian
ke jamaah yang lain setiap hari ahad pon dan isitilah Jantiko oleh Gus Mik diganti dengan
jumat pon. Kegiatan pembacaan Al-Quran kata Mantab yang berasal dari bahasa Arab
ini dilakukan oleh para penghafal Al-Quran Man Taaba yaitu jamaahnya orang-orang yang
(hiffadz) dan disemak secara seksama oleh bertaubat. Kini setelah berjalan lebih dari tiga
para jamaah yang hadir. Kegiatan semaan puluh tahun, Semakan Jantiqo diikuti oleh
ini dimulai dengan shalat subuh berjama’ah ribuan orang dan dilaksanakan tidak hanyan
hingga selesai pembacaan Al-Qur’an 30 juz, sebatas wilayah kediri dan sekitar Jawa Timur.
lalu disambung dengan doa dan bebrapa wirid Tetapi telah merambah ke Jawa Tengah,
yang telah di tentukan. Yogyakarta, Jakarta, Bantn dan daerah-daerah
lainnya.
Selama semakan berlangsung semua
jama’ah dianjurkan untuk ikut menyibukkan Kegiatan semakan Al-Quran semacam ini
diri dengan al-Qur’an, baik menyimak, memiliki akar sejarah panjang dalam Islam.
membaca ataupun sekedar mendengarakn Inilah salah satu tradisi yang diwariskan oleh
dengan khusuk sesuai kemampuannya. Semua Rasulullah saw. Sebagaimana keterangan satu
jamaah diharuskan mengikuti shalat lima hadis yang menggambarkan bahwa Rasulallah
waktu secara berjamaah di lokasi. Setelah saw gemar menyimak bacaan Al-Quran dari
shalat Magrib berjamaah, semua peserta harus para sahabat Beliau. Salah satunya Ibnu Mas’ud,
mengamalkan Dzikrul Ghofilin (rangkaian wirid yang Beliau perintah untuk membacakan Al-
yang disusun oleh tiga serangkai, Gus Miek, Quran sementara Beliau menyimak bacaannya
KH Ahmad Shiddiq, dan KH Hamid Pasuruan) (HR Bukhari – Muslim).
lalu disambung dengan sholat ‘Isya berjamaah.
Karena zikir inilah, nama semakan Jantiko Kilasan sejarah ini menjadi satu motivasi
Mantab kemudian dikenal juga dengan Jamaah tersendiri bagi jama’ah peserta semakan.
Dzikrul Ghafilin. Selanjtunya, acara ditutup Selain itu para jama’ah memaknai semakan ini
dengan bacaan doa bersama, bermunajat sebagai semakan khusus. Semakan istimewa,
memohon kepada Allah untuk semua orang, bukan seperti umumnya semakan membaca
yang telah meninggal, yang masih hidup, dan Al-Qur’an. Para jama’ah memposisikan
bahkan yang belum dilahirkan, yaitu semua kegiatan semakan ini sebagai ruang spiritual
keturunan anak-cucu (dzurriyah), saudara yang sangat sakral. Dalam ruang spiritual
sebangsa, rakyat Indonesia, muslimin dan ini (selama kegiatan berlangsung) tidak
muslimat sedunia dan dan seluruh umat nabi dibenarkan seorang jamaah menyibukkan diri
Muhammad.. selain untuk mengingat dan berzikir kepada
Allah swt. Semakan Jantiko Mantab ini
Istilah ‘Jantiko’ sendiri merupakan menjadi ruang bagi para jamaah untuk rehat
sigkatan dari Jamaah Anti Koler. Koler sejenak (hampir 20 jam) dari alam duniawi dan
adalah bahasa lokal yang berarti roboh atau menyerahkan segala urusannya kepada Yang
ambruk. Anti koler, berarti tidak ambruk atau Maha Kuasa. Suasana semakin mendukung
tahan banting, gagah dan tegar tidak mudah dengan adanya lantunan al-Qur’an yang dibaca
putus asa dalam menghadapi kehidupan. para huffadz, pembacaan zikrul ghafilin dan
Jantiko sebagai sebuah nama mencerminkan doa khatmil qur’an. Keadaan seperti inilah
semangat kegigihan para anggotanya dalam yang mampu merubah kondisi jiwa jamaah
menyongsong kehidupan, baik di dunia dari jiwa gersang menjadi sejuk. Mereka
maupun di akhirat. Pada masa-masa awal yang datang rasa gundah kudian akan pulang
istilah ini sangat tenar di wilayah kediri dan dengan membawa hati tentram dan jiwa
sekitarnya. Tetapi setelah Semakan Jantiko penuh semangat ketuhanan. Bagi jamaah,
berkembang pesat, istilah anti koler menjadi semakan Jantiko Mantab berlaku sebagai
sesuatu yang tidak mudah difahami oleh ruang pengisian kembali ruh ketuhanan
470 | Ensiklopedi Islam Nusantara
(recharging) setelah mengalami penurunan semata. Selain itu kegiatan semakan ini
karena kehidupan duniawiyah sehari-hari. harus disertai dengan husnul khuluq, kahlaq
mulia, sopan santun baik lahir maupun batin.
Hingga kini keadaan seperti ini tetap Mengingat kegiatan ini selalu melibatkan
terjaga, meskipun terjadi beberapa perubahan banyak pihak. Dan yang terpenting adalah
secara tehnis. Hal ini dikarenakan para penerus nilai kesederhanaan. Yaitu kegiatan yang
yang selalu berpegang teguh pada wasiat Gus tetap fokus kepada ibadah, tidak perlu banyak
Miek selaku pendiri Jantiko Mantab Dzikrul unsur yang tidak penting, karena hal itu dapat
Ghafilin bahwa mereka yang terlibat dalam memalingkan niat yang seharusnya.
kegiatan ini harus memiliki bersemangat
ikhlas. Semua dilakukan hanya karena Allah [Ulil Hadrawi]
Sumber Bacaan
Saifuddin Zuhri, 2008. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: LkiS
Mastuhu, 1994.Dinamika Sistem Pendidikan Pesanten. Jakarta:INIS
Edisi Budaya | 471
Serat
Secara etimologis, kata serat berarti dari kawasan pesisiran, yaitu Tuban, seperti
tulisan, sementara penulisnya disebut yang ditunjukkan oleh keberadaan dua naskah
sebagai panyerat. Dengan demikian, tentang nasihat Sunan Bonang dan primbon
aktivitas nyerat berarti aktivitas menulis atau Islam. Kedua naskah tersebut ditulis dalam
membuat buku. Dalam tradisi tulis Jawa, bahasa Jawa tengahan dan bergenre prosa.
kata serat digunakan untuk menyebut semua Naskah pertama menceritakan tokoh Syaikh
tulisan, baik dalam genre prosa maupun puisi. Barri yang menyampaikan petuah kepada
Selain itu, kata serat juga berlaku umum untuk sahabatnya mengenai prinsip-prinsip suluk
menyebut semua jenis karya tulis, baik yang atau jalan menuju Tuhan, yang didasarkan atas
sifatnya sebagai karya asli sang pengarang kitab Ihya Ulumiddin dan kitab tentang tauhid.
maupun karya tulis hasil salinan orang lain. Sementara itu, naskah kedua berisi uraian
Dengan demikian, panyerat atau penulis mengenai beberapa ajaran pokok agama Islam.
serat dengan sendirinya tidak serta-merta
merupakan pengarang sebuah serat, tetapi bisa Selain dalam genre prosa, pada
jadi merupakan penyalin naskah. periode pertengahan ini juga ditulis karya
sastra Jawa Islam dalam genre puisi yang
Dalam konteks sejarah perkembangan menggunakan tembang kuna, seperti
sastra Jawa, penulisan serat atau buku-buku ditunjukkan oleh keberadaan naskah Suluk
kesusastraan Jawa mengalami beberapa Sukarsa, yang berisi uraian mengenai ajaran
beberapa periode: Periode Jawa Kuna, periode tasawuf. Berbeda dengan Suluk Sukarsa yang
Jawa pertengahan, dan periode Jawa Baru. menggunakan tembang kuna, naskah Kodja-
Dalam konteks ini, istilah serat tampaknya kodjahan yang juga ditulis pada periode Jawa
muncul pada periode pertengahan seiring pertengahan menggunakan tembang macapat.
dengan perkembangan sastra pesisiran Berbeda dengan suluk yang orientasinya
sebagai dampak perkembangan agama Islam di sufistik, naskah Kodja-djadjahan merupakan
kawasan Jawa, baik di kawasan pesisir pantai puisi naratif yang menceritakan seorang patih
utara Jawa maupun di kawasan pedalaman. Kodja-djadjahan yang taat kepada rajanya,
rajin beribadah, serta adil dan bijaksana.
Sebelum periode Jawa baru, agama
Islam memainkan peran penting dalam Sementara itu, jatuhnya Malaka ke
perkembangan sastra Jawa. Berawal dari tangan Portugis pada tahun 1511 membawa
jatuhnya kekuasaan Majapahit, kaum cendika pengaruh penting bagi perkembangan sastra
pada saat itu banyak yang masuk agama Islam, Jawa. Sebagai pusat kerajaaan Melayu, Malaka
dan kemudian memberi kontribusi penting dengan sendirinya menjadi pusat perdagangan
bagi lahirnya kebudayaan Jawa-Islam dan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan
terbentuknya pusat kebudayaan Jawa-Islam atara Gujarat dan Benggala di Barat dan Cina
tersebut. Dalam hal ini kawasan pesisir di timur. Ketika Jawa menjadi pemasok beras
menjadi pusat persemaian dan pertumbuhan bagi lalu lintas perkapalan internasional,
sastra Jawa Islam. Beberapa naskah Islam sementara Maluku menjadi pemasok rempah-
Jawa tertua yang berhasil ditemukan rempah. Kejatuhan Malaka tersebut membawa
menunjukkan asal produksinya yang berasal dampak perpindahan sejumlah pedagang
472 | Ensiklopedi Islam Nusantara
muslim dari Arab, Persia, India, dan Melayu dikenal sebagai suluk, sebuah puisi yang berisi
dari Malaka ke kawasan pesisir Jawa. Pada gagasan mengenai pokok-pokok ajaran mistik-
waktu itu kontak kebudayaan, sebagaimana sufistik yang ditulis dalam tembang macapat,
tercermin dalam kesusastraan antara Jawa seperti yang terlihat dalam penulisan Suluk
dan Melayu di pantai barat dan timur selat Malang Sumirang.
Malaka semakin intensif.
Seiring dengan berdirinya kerajaan
Pada perkembangannya, penyebaran Mataram Islam, tradisi penulisan sastra terus
Islam di kawasan pesisir pantai utara Jawa berlanjut pada periode Mataram, terutama
itu membawa dampak pada intensitas pada periode Sultan Agung. Politik ekspansi
penulisan karya sastra Islam di daerah- Sultan Agung yang berhasil menaklukkan
daerah yang menjadi kawasan pemukiman kawasan pesisir Surabaya dan Gresik membawa
orang-orang muslim, seperti daerah kauman, implikasi pada pertemuan budaya pesisir dan
dan daerah yang menjadi pusat pendidikan pedalaman. Sebagai hasilnya, berkembanglah
Islam, seperti pesantren. Oleh karena itu, tradisi yang khas Mataram sebagai konsekuensi
tidak mengeherankan jika dalam konteks dari pertemuan dua kebudyaan tersebut.
penulisan sastra, karya sastra pesisiran Sebagai raja yang ingin mengukuhkan
itu memperlihatkan sifatnya yang non- legitimasinya, Sultan Agung mengambil
aristokratik, sehingga untuk konsumsi inisiatif untuk mengembangkan kesuastraan
masyarakat luas ditulislah sejumlah teks prosa yang dapat mendukung pemerintahannya.
yang banyak mendapat inspirasi dari Arab- Oleh karena itu, teks-teks didaktis yang berisi
Persia. Serat Anbiya, Serat Raja Pirangon, Serat ajaran untuk menghormati, orang tua, guru,
Johar Manikam, Serat Ahmad Muhammad, dan pemerintah banyak ditulis pada periode
Serat Baginda Seh Mardan, Serat Abunuwas Mataram. Sultan Agung sendiri bahkan disebut
merupakan sejumlah teks prosa yang ditulis sebagai penulis Sastra Gending yang berisi
dan berkembang di kawasan pesisir Jawa ajaran didaktis-moralistik dan Nitipraja, yang
sebagai dampak dari kontak kultural antara berisi tuntunan hidup bagi para raja, pejabat,
Jawa, Melayu, Arab dan Persia. Beberapa teks dan rakyat. Selain itu, kehadiran Pangeran
naratif dalam bentuk puisi yang memadukan Pekik dari Surabaya juga ikut mewarnai
unsur-unsur romantis dan keagamaan juga perkembangan kesusastraan Jawa. Dalam hal
banyak ditulis, seperti Serat Yusuf yang ditulis ini, Pangeran Pekik menulis Serat Jayalengkara
dalam tembang macapat, Serat Raden Saputra, Wulang yang berisi cerita petualangan yang
yang memadukan Jawa dengan Persia, juga sarat dengan unsur-unsur didaktis-moralistik.
ditulis dalam tembang macapat.. Selain itu, Selain itu, Pangeran Pekik juga menulis
juga muncul cerita petualangan dengan unsur naskah suluk di samping juga memprakarsai
didaktis dalam bentuk dialog mengenai penggubahan cerita Melayu tentang Iskandar
asketisme yang menonjolkan unsur Jawa, Zulkarnain ke dalam bahasa Jawa.
seperti yang terlihat pada Serat Jatikusuma.
Pada periode Kartasura, tradisi
Selain memperlihatkan sebagai tulis sastra Jawa semakin berkembang, yang
belles-letteres, karya sastra yang berasal ditandai dengan penulisan kembali khazanah
dari kawasan pesisir juga menunujukkan sastra, baik yang berasal dari warisan pra-
sifatnya sebagai sebagai potret terhadap Islam maupun yang berasal pesisir, seperti
dinamika Islam di kawasan Jawa. Penulisan Serat Kandaning Ringgit Purwa, Serat Menak,
Serat Musawaratan Para Wali dalam bentuk Serat Rengganis, Serat Kuda Narawangsa,
puisi merupakan cermin diskusi yang hangat Panji Murta Smara, Serat Sewaka, Praniti Raja
di kalangan muslim Jawa mengenai segi- Kapa-kapa, Serat Jayabaya, Serat Manikmaya,
segi teologis dan sufistik berkaitan dengan Serat Yudanegara, dan beberapa karya yang
hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Lebih berkaitan dengan dunia tulis-menulis, seperti
jauh lagi, tradisi tulis sastra di kawasan pesisir Serat Caraka Basa dan Serat Dasanama.
juga memunculkan genre sastra baru yang
Perkembangan berikutnya tradisi
Edisi Budaya | 473
tulis sastra Jawa berlangsung pada periode bagian menulis karya sastra. Sementara itu,
Surakarta. Berawal dari kemusnahan dari kalangan pujangga kraton, muncul nama
perpustakaan dan sejumlah naskah koleksi Carik Bajra, Yasadipura dan keturunannya
pribadi akibat perang Tionghoa, upaya yang membentuk dinasti kepujanggaan Jawa.
menghidupkan penulisan sastra Jawa kembali Karya-karya sastra yang dihasilkan pada
dihidupkan. Beberapa pujangga kraton, seperti periode Surakarta beragam, yang mencakup
Carik Bajra dan Yasadipura, memainkan peran penulisan kembali khazanah sastra Jawa Kuna,
penting dalam upaya menghidupkan kembali seperti Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha,
sastra Jawa tersebut melalui penulisan dan Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi
penyalinan khazanah sastra Jawa. Teks- tua cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra;
teks historiografi, seperti Babad Tanah Jawi, penulisan kembali khazanah sastra Islam
Babad Giyanti, Babad Palyan Negari, dan Babad yang berasal dari pesisir, seperti Serat Imam
Kartasura, ditulis. Demikia juga khazanah Nawawi, Serat Tajus Salatin, Serat Anbiya,
sastra Jawa Kuna warisan pra-Islam, seperti dan Serat Iskandar; teks-teks historiografi,
Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha, seperti Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti, Babad
Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi tua Paliyan Negari, dan Babad Kartasura; cerita-
cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra, juga cerita romantis dan petulangan, seperti Panji
ditulis ulang. Priyambada, Serat Paniba, Serat Panji Angreni,
Serat Panji Dadap, Serat Panji Sekar, dan Serat
Di samping penulisan ulanag Panji Raras; karya-karya didaktis-moralistik,
khazanah sastra Jawa Kuna, pada periode seperti Serat Cabolek, Serat Wulangreh dan
Surakarta juga banyak karya sastra yang ditulis Serat Wedatama; dan karya ensiklopedik Jawa,
oleh pujangga atau penulis yang berasal dari di seperti Serat Centini
lingkaran kraton Surakarta sendiri, bahkan
beberapa raja Surakarta juga ikut ambil [Adib M Islam]
Sumber bacaan
T.E. Behrend, Serat Jatiswara: Struktur dan Perubahan di dalam Puisi Jawa 1600-1830,
Poebatjaraka dan Tardjan Hadidjaya, Kepustakaan Djawa, 1952,.
J.J. Ras, Masyarakat dan Kesusastraan Jawa, 2014,
474 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Seserahan
(HANTARAN)
Seserahan merupakan salah satu ritual seserahan membuktikan bahwa tradisi
atau acara yang paling penting di acara ini bukan hanya simbolik semata, tetapi
pernikahan. Baik pernikahan tradisional substantif. Nilai (value) inilah yang membuat
maupun modern, karena acara ini merupakan masyarakat tetap mempertahankan tradisi
warisan nenek moyang yang diturunkan tersebut sehingga menjadi sebuah budaya.
secara turun menurun hingga bertahan Tradisi seserahan di seluruh daerah di
saat ini. Seserahan sendiri merupakan acara Indonesia mempunyai istilah-istilah yang
simbolik yang dilakukan dari pihak mempelai berbeda, tetapi secara substansi sama. Bahkan
laki-laki sebagai bentuk tanggung jawab ke dalam tradisi orang Indonesia yang beretnis
keluarga calon pengantin permpuan. Tradisi ini Tionghoa, tradisi ini juga dipertahankan.
dipraktikkan dalam rangkaian acara pernikahan
di Pulau Jawa, dan daerah-daerah lain. Berikut adalah beberapa barang yang pada
umumnya disiapkan sebagai barang-barang
Seserahan biasanya dilangsungkan malam untuk acara seserahan:
hari sebelum akad nikah dilaksanakan pada
acara midodareni untuk adat Jawa sedangkan 1. Alat sholat: Bagi pasangan muslim, ini
untuk adat Sunda sendiri di namakan ngeyeuk merupakan barang yang selalu ada pada
seureuh. Tetapi tak menutup kemungkinan daftar urutan pertama, dan menjadi
bahwa acara seserahan ini juga dilakukan simbol bahwa dalam hubungan rumah
atau dilangsungkan pada saat acara resepsi tangga harus berpegang teguh pada ajaran
pernikahan dimulai. Namun, saat ini prosesi agama dan juga bisa dijadikan simbol
seserahan telah berkembang mengikuti sebagai pengingat kepada Tuhan.
perkembangan zaman. Terkadang justru pihak
dari mempelai wanita sendiri yang memilih 2. Cincin nikah: Ini merupakan hal yang juga
barang apa saja yang akan dimasukkan ke tidak bisa dilepaskan. Dengan bentuk yang
dalam prosesi seserahan itu sendiri. bulat tanpa akhir, cincin dijadikan simbol
bahwa makna cinta kedua pasangan
Sejarah dimulainya tradisi ini masih belum tersebut tidak akan putus dan merupakan
diketahui sejak kapan. Tidak ada tulisan yang simbol pengikat bahwa hubungan kedua
menjelaskan asal muasal tradisi ini dimulai. pasangan akan terjalin selamanya hingga
Diperkirakan sebelum agama Islam masuk ke ajal memisah.
Pulau Jawa, tradisi ini sudah dimulai oleh para
nenek moyang kita. Setelah agama Islam masuk 3. Perhiasan: Biasanya, perhiasan yang
pun, tradisi atau prosesi simbolis ini masih digunakan dalam acara seserahan ini
dipertahankan karena menyimpan nilai yang berupa emas. Namun tak terbatas
luhur dan moral tanggung jawab yang tinggi pada emas saja, Anda juga bisa
dalam mengarungi bahtera rumah tangga ke menggunakan intan atau berlian yang
depannya. Itu mengapa tradisi simbolis ini bersinar. Bersinarnya perhiasan ini juga
masih dipertahankan hingga saat ini. mengharapkan bahwa sang wanita akan
terus selalu bersinar dalam hubungan
Nilai yang terkandung dalam tradisi rumah tangga.
Edisi Budaya | 475
4. Pakaian wanita: pakaian yang dimaksud ditentukan. Dalam acara ini, pihak laki-laki
di sini biasanya adalah busana wanita biasanya membawa berbagai macam barang,
tradisional, seperti batik dan jarik. Ini pakaian, uang bahkan perabot rumah tangga
memiliki makna bahwa setiap pasangan beserta ternak yang dimilikinya sebagai bahan
suami istri harus menjaga rahasia pesta pernikahan.
keduanya dari orang lain.
Mereka datang beramai-ramai dengan
5. Buah: Buah yang digunakan biasanya mambawa barang yang sudah dihias
adalah buah pisang yang mana buah ini sedemikian rupa agar terlihat bagus dan
selalu menjadi simbol kasih sayang dan indah. Adapun acara seserahan ini banyak
cinta bagi adat Jawa. yang dilakukan seminggu, sehari, atau bahkan
sekarang ini banyak yang melakukannya pada
6. Makanan tradisional: Makanan tradisional saat atau bersamaan dengan hari pernikahan.
ini adalah makanan yang terbuat dari beras Acara seserahan tersebut intinya adalah
ketan seperti wajik, jenang, kue lapis, atau serah-terima calon pengantin dari pihak calon
jadah. Ini memiliki makna agar cinta dari pengantin laki-laki yang diterima oleh pihak
kedua pasangan ini selalu lengket seperti calon perempuan dan sebaliknya.
makanan tradisional tersebut.
Adat istiadat seserahan di Priangan
7. Suruh ayu: Suruh ayu adalah daun sirih lazimnya adalah menyerahkan calon pengantin
yang mana daun sirih sendiri memiliki laki-laki dengan bahasa atau silib siloka yang
makna keselamatan dan kebahagiaan dari disamarkan untuk memanifestasikan si calon
kedua pengantin. secara keseluruhan (jasmani dan rohani),
mulai dari kepala hingga telapak kaki yang
8. Makeup: Makeup di sini berarti sang suami biasanya disampaikan dengan bahasa yang
bersedia menjaga penampilan istrinya. disamarkan, ti luhur sabihas/sausap rambut ti
handap sausap dampal.
9. Sepatu: Sepatu dalam seserahan juga
dijadikan simbol bahwa pasangan suami Demikian juga dari pihak perempuan
istri ini nantinya siap untuk menjalani (sebagai penerima serta menyerahkan calon
kehidupan baru mereka. pengantin perempuannya) dengan jawaban yang
disamarkan pula. Untuk acara ini, dibutuhkan
Sembilan barang di atas merupakan keahlian berbahasa dan tata krama yang baik
barang yang biasanya wajib disediakan di dari orang yang menyerahkan dan menerima
acara seserahan. Namun, mempelai juga bisa calon pengantin. Dengan kata lain, tidak
menambahkan barang lain sesuai dengan selera sembarangan orang yang dijadikan perantara
dari calon istri. Menurut tradisi yang sudah untuk menyerahkan calon pengantin tersebut.
berjalan turun temurun, jumlah seserahan
haruslah ganjil. Filosofi ganjil ini mempunyai Seserahan Adat Padang/Minang
korelasi khusus terhadap penjelasan ayat Al-
Qur’an yang menyatakan bahwa Allah SWT Didalam adat minang, ketika calon
menyukai kebaikan dengan jumlah ganjil. mempelai pria ingin memberikan seserahan
itu disebut acara Babako-Babaki. Yang disebut
Seserahan yang cukup populer saat ini bako/baki ialah seluruh keluarga dari pihak
memang berasal dari tradisi Jawa. Namun ayah. Sedangkan pihak bako ini menyebut
demikian, masyarakat penting untuk anak-anak yang dilahirkan oleh keluarga
mengetahui tradisi klasik penuh makna mereka yang laki-laki dengan isterinya
ini yang dilakukan oleh suku-suku lain di dari suku yang lain dengan sebutan anak
Indonesia. Berikut beberapa di antaranya: pusako. Tetapi ada juga beberapa nagari yang
menyebutnya dengan istilah anak pisang atau
Seserahan dalam Adat Sunda ujung emas.
Seserahan dilakukan setelah acara
meminang telah selesai dan tanggal telah
476 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Disinilah pada acara babako-babaki, benda yang bernilai ekonomis yang diberikan
terlihat kehidupan bergotong royong di antara pihak keluarga calon pengantin perempuan
masyarakat hukum adat berlangsung secara (anak daro) kepada pihak calon pengantin laki-
meriah, bahwa melepas seorang gadis menuju laki (marapulai) pada saat acara penjemputan
mahligai rumah tangga didukung oleh segenap calon pengantin pria (manjapuik marapulai).
kerabat baik kerabat dari pihak ibu maupun
pihak ayah. Barang yang dibawa untuk Tradisi bajapuik. Tradisi ini bersumber
keperluan acara babako adalah: dari kisah pernikahan Rasulullah SAW.
Rasulullah dulunya merupakan pemuda
1. Sirih lengkap dalam carano miskin yang bekerja dengan pedagang besar,
yaitu Siti Khadijah. Karena Muhammad
Di masa lalu daun sirih terkenal di memiliki sifat mulia, dan mendapat gelar al-
kalangan wanita karena khasiatnya sebagai amin atau orang terpercaya, Siti Khadijah pun
antiseptik pembersih organ intim wanita. menaruh hati padanya. Akhirnya Siti Khadijah
Tidak hanya bermanfaat bagi organ yang satu meminta temannya untuk menanyakan pada
itu, di desa-desa seperti pedalaman Sumatera, Muhammad apakah bersedia menjadi suami
sirih dikonsumsi terutama oleh wanita paruh Khadijah, namun Muhammad merasa kurang
baya untuk menyirih. enak, karena ia hanya pemuda miskin yang tak
punya apa-apa, mana mungkin dapat menikahi
Menyirih diambil dari kata sirih yang Siti Khadijah yang kaya raya.
mewakili komponen yang termasuk dalam
komposisi menyirih yang terdiri dari daun Namun Siti Khadijah berniat menghormati
sirih tentunya, gambir, buah pinang, dan Muhammad, ia pun memberikan sejumlah
rajangan daun tembakau kering. Ke semua hartanya pada muhammad agar Muhammad
bahan-bahan tersebut dikunyah bersamaan, dapat mengangkat derajatnya dari seorang
kecuali rajangan daun tembakau kering yang pemuda miskin menjadi pemuda yang setara
digunakan untuk membersihkan gigi dari dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah
sempilan daun sirih, serta untuk menyerap air dan Muhammad pun menikah. Siti Khadijah
liur yang berwarna merah. pun setelah menikah sangat menghormati
suaminya dengan memanggil gelarnya,
2. Nasi kuning singggang ayam junjungannya.
Hal ini mengisyaratkan hubungan kerja Seserahan dalam Adat Betawi
sama antara suami istri harus selalu saling
menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali Sehari sebelum upacara perkawinan
dengan kedua pengantin berebut mengambil dilangsungkan, diadakan suatu acara yang
daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi disebut seserahan. Seserahan adalah upacara
kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil mengantar bahan-bahan yang diperlukan
menandakan peranan masing-masing dalam untuk keperluan pesta pada esok harinya dari
rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa
dalam perkimpoian. Dada ayam artinya beras, ayam, daging, kambing, sayur-mayur,
berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya.
berarti menjadi pelindung keluarga dan anak-
anaknya. Selain kambing dan ayam, semua barang
antaran ditempatkan di dalam peti kayu
Selain dua barang seserahan tersebut, juga yang disebut shie. Dalam perkembangan
masih banyak lagi barang-barang seserahan selanjutnya, shie diganti dengan bentuk
lain seperti lazimnya barang-barang seserahan parsel. Tiap macam bawaan dikemas dalam
dalam tradisi Jawa, dan lain-lain. satu parsel. Oleh karena itu, semakin banyak
barang yang dibawa maka parselnya semakin
Satu lagi yang menarik dari pernikahan banyak.
adat minang yaitu ada tradisi yang namanya
uang japuik. Uang jemputan (Uang Japuik)
adalah sejumlah pemberian berupa uang atau
Edisi Budaya | 477
Kambing dituntun dan ayam ditempatkan pihak mempelai wanita.
dalam keranjang. Peti-peti tadi kemudian
dipikul beramai-ramai sambil diarak. Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah
Maksudnya agar orang mengetahui berapa lamaran dan sebelum upacara pernikahan,
jumlah shie untuk seserahan tersebut. atau biasanya antara sebulan sampai minggu
sebelum acara pernikahan secara resmi.
Upacara seserahan merupakan kewajiban Waktu pelaksanaan prosesi Sangjit umumnya
bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk berlangsung pada siang hari.
membantu peralatan pesta yang berlangsung di
rumah pengantin wanita. Sementara itu, calon Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit:
pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan
dirias oleh seorang perias perempuan, serta 1. Calon mempelai laki-laki biasanya
dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum mengenakan kemeja berwarna merah
ibu. Selain menghibur calon pengantin wanita, (atau terkadang mengenakan Cheongsam
kaum ibu juga memberi nasihat sebagai bekal laki-laki), dan untuk calon mempelai
bagi kelangsungan hidup calon pengantin perempuan mengenakan dress berwarna
tersebut. merah.
Dalam tradisi seserahan masyarakat 2. Wakil keluarga perempuan beserta para
Betawi, tak kalah pentingnya bahkan wajib penerima seserahan (biasanya anggota
yaitu roti buaya. Roti buaya adalah hidangan keluarga yang telah menikah) menunggu
Betawi berupa roti manis berbentuk buaya. di depan pintu rumah.
Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara
pernikahan dan kenduri tradisional Betawi. 3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang
Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin dituakan, rombongan pria pun datang
sekali dengan pasangannya; karena itu roti ini membawa seserahan ke rumah si
dipercaya melambangkan kesetiaan dalam perempuan. Rombongan ini biasanya
perkawinan. wakil keluarga yang belum menikah yang
menjadi pembawa nampan seserahan.
Pada saat pernikahan, roti diletakkan Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang
di sisi mempelai perempuan dan para tamu tua laki-laki tidak ikut dalam prosesi ini.
kondisi roti ini melambangkan karakter Teman terdekat diizinkan untuk ikut
dan sifat mempelai laki-laki. Buaya secara dalam prosesi ini apabila kekurangan
tradisional dianggap bersifat sabar (dalam wakil dari keluarga.
menunggu mangsa). Selain kesetiaan, buaya
juga melambangkan kemapanan. Roti buaya ini 4. Seserahan diberikan satu per satu secara
wajib ada saat pernikahan Betawi. Belakangan, berurutan, mulai dari seserahan untuk
selain roti buata juga ada roti kepiting yang kedua orang tua mempelai perempuan,
mengantarkan calon mempelai pria ke rumah lalu untuk mempelai wanita, dan
wanita. seterusnya.
Seserahan (Sangjit) dalam Budaya 5. Barang seserahan yang sudah diterima
Tionghoa oleh pihak mempelai wanita, langsung
dibawa ke dalam kamar untuk diambil
Sangjit adalah salah satu prosesi sebagian.
pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit
dalam bahasa Indonesia berarti proses 6. Setelah itu dilanjutkan dengan ramah
seserahan atau proses kelanjutan lamaran tamah. Biasanya pihak keluarga mempelai
dari pihak mempelai pria (dengan orang tua, perempuan menyiapkan makan siang.
saudara dan teman dekatnya yang masih
single) dengan membawa persembahan ke 7. Pada akhir kunjungan, barang-barang
seserahan yang telah diambil sebagian
diserahkan kembali pada para pembawa
seserahan. Dan sebagai balasannya,
keluarga wanita pun memberikan
478 | Ensiklopedi Islam Nusantara
seserahan pada keluarga pria berupa diambil jumlah belakang/ekornya saja,
manisan dan berbagai keperluan pria sisanya dikembalikan. Misalnya uang
(baju, baju dalam, dan lain-lain). pesta diberikan sebesar: Rp. 13.000.000
yang diambil hanya Rp. 3000.000. Apabila
Kenapa diserahkan kembali sebagian? keluarga perempuan mengambil seluruh
Apabila keluarga wanita mengambil uang pesta, artinya pesta pernikahan
seluruh barang yang ada, artinya tersebut dibiayai keluarga perempuan.
mereka menyerahkan pengantin wanita
sepenuhnya pada keluarga pria dan tak 3) Nampan masing-masing berisikan
akan ada hubungan lagi antara si pengantin 18 buah (apel, jeruk, pir atau buah
wanita dan keluarganya. Namun bila yang manis lainnya sebagai lambang
keluarga wanita mengembalikan separuh kedamaian, kesejahteraan dan rezeki).
dari barang-barang tersebut ke pihak pria Nanti ini dikembalikan sebagian kepada
artinya keluarga wanita masih bisa turut pihak mempelai pria.
campur dalam keluarga pengantin.
4) Sepasang lilin merah yang diikat dengan
8. Wakil keluarga wanita juga memberikan pita merah sebagai simbol perlindungan
Angpao ke setiap pembawa seserahan, untuk menghalau pengaruh negatif.
maksudnya mendoakan agar para Biasanya yang dipakai lilin dengan motif
pembawa seserahan supaya enteng jodoh naga dan Burung Hong. Pihak wanita
dan segera menyusul. nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang
lagi dikembalikan kepada pihak pria.
Dengan semakin berkembangnya zaman,
orang orang cenderung menginginkan 5) Makanan kalengan yang berjumlah 8-12
sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk kaleng dan 6-12 kaleng kacang polong.
pernikahan mereka. Karena itu, Sangjit pun
telah mengalami modernisasi, sehingga Sangjit 6) Senampan berisikan kue mangkok
yang ada sekarang ini sudah tidak sekompleks berwarna merah sebanyak 18
seperti dahulu. potong, sebagai lambang kelimpahan
dan keberuntungan. Ini pun akan
Sesuai dengan tradisi Suku Hakka, dikembalikan sebagian ke pihak pria.
nampan isi brides’s daily things ditukar dengan
groom’s daily things, yang artinya perhiasan 7) Senampan berisikan dua botol arak
dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan atau champagne. Pihak mempelai wanita
perhiasan dari pihak mempelai pria. Tradisi mengambil semuanya, dan ditukar dengan
pihak pria yang akan membawa nampan dan dua botol sirup merah dan dikembalikan
pihak wanita yang akan menukar isi nampan/ ke pihak mempelai pria.
mengambil sebagian isi nampan.
Catatan lain mengenai prosesi Sangjitan:
Adapun barang-barang yang umumnya
dipersiapkan pihak mempelai pria biasanya 1. Untuk nomor 3-7 di atas diambil sebagian
berisi: oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa
pulang oleh pihak laki laki.
1) Pakaian atau kain untuk mempelai wanita.
Maksudnya adalah segala keperluan 2. Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan
sandang si gadis akan dipenuhi oleh si juga seperangkat pakaian untuk mempelai
pria. pria, termasuk dompet, belt, dan lain-lain.
Disertakan juga kue-kue, permen atau
2) Uang angpao (ada juga yang bilang uang coklat (manisan) untuk diberikan ke pihak
susu) dan uang pesta (masing-masing di laki laki untuk dibawa pulang.
amplop merah). Pihak mempelai wanita
biasanya hanya mengambil uang angpao 3. Untuk para pembawa nampan dari pihak
(uang susu) secara penuh/keseluruhan, laki laki, ibu dari mempelai wanita akan
sedangkan untuk uang pesta hanya memberikan/membagikan angpao untuk
hoki/keberuntungan. Kalau misalnya
Edisi Budaya | 479
akan melangkahi kakak dari mempelai barang-barang seserahan akan diletakkan
wanita, maka pihak laki-laki juga harus ataupun dikemas dalam nampan-nampan
membawa barang pelangkah, seperti 1 stel yang berjumlah genap, biasanya maksimal
pakaian. berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang-
barang serahan juga tergantung dengan aturan
4. Ada pula mempelai wanita menyertakan yang dianut oleh masing-masing keluarga.
pakaian untuk orang tua, tetapi bisa juga
pakaian orang tua diberikan pada saat tea Hal yang menarik dari proses Sangjit ini
pai. adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses
yang dijalankan memiliki maknanya masing-
5. Dalam beberapa acara seremony sangjit masing. Tradisi Sangjit diatas hanyalah
yang sangat lengkap, dalam hantaran sekadar tradisi saja. Dilakukan atau tidak,
juga ikut disertakan beberapa pasang juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan;
kemeja dan celana (untuk para pembawa mengingat sekarang zaman sudah semakin
nampan, jumlahnya disesuaikan dengan modern, yang menuntut orang untuk
jumlah pembawa nampan), sepasang melakukan segala sesuatu dengan simple/
sepatu (mempelai wanita), sepasang praktis. Apalagi jika salah satu pasangan
sandal (mempelai pria), dompet (diisi pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa,
uang nantinya), belt/gesper, seperangkat bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan
kosmetik, parfum, jam tangan, sepasang untuk diterapkan.
baju papa + sandal, sepasang baju mama
+ sepatu. Cuma agar lebih memudahkan, Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan
kadang biasanya diganti dengan dalam tradisi Sangjit ini kadang berbeda satu
bungkusan Angpao saja. sama lain. Mengikuti kebiasaan/adat daerah
masing-masing, juga kadang tergantung
Sebelum keluarga calon pengantin pria kemauan dan kemampuan dari keluarga
memutuskan barang apa uang akan dibawa kedua mempelai. Jadi, segala macam item dan
dalam hantarannya nanti, ada baiknya perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai
didiskusikan bersama pihak pengantin contoh syang umum saja dan tidak bersifat
wanita terlebih dahulu. Setelah ditentukan, mutlak.
[Fathoni Ahmad]
Sumber Bacaan:
Agoes, Artati. Sukses Menyelenggarakan Pernikahan. Jakarta: Garmedia Pustaka Utama, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sikap Kepercayaan dan Prilaku Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan,
1999/2000.
Ghazali, Adeng Muchtar, Antropologi Agama, Bandung: Alfabeta, 2011.
Gitosaprodjo, R.M.S. Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa. Surakarta: Cendrawasih, 2010.
Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar
Maju, 1990.
HMA. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Purwadi. Upacara Tradisional Jawa Barat, Menggali Untaian Kearifan Lokal. Bandung: Pustaka Pelajar, 2005
Raga, Rafarl. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Soekanto, Soerjono. Intisari Hukum Keluarga. Bandung: Sitra Aditya Bakti, 1992.
Suryani, Elis. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung: Ghalia Indonesia, 2010.
Yatmana, R.M.A. Sudi. Upacara Pengantin: Tata Cara Kejawen. Semarang: Aneka Ilmu, 2001.
480 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sewelasan
Tidak diketahui secara pasti kapan sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar
dan bagaimana ide serta gagasan mirip dengungan, orang-orang itu seperti
penyelenggaraan tradisi sewelasan ini ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir
bermula. Namun secara antropologis dan tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan di
sosiologis memperoleh pembenaran dengan dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
semakin banyaknya orang yang merasa dengan Yang Maha Esa. Suluk ini merupakan
membutuhkan penyelesaian masalah-masalah sarana bagi jemaah untuk menyatukan
di dalam kehidupannya, seperti permasalahan diri dengan Tuhan. Lewat suluk ini akan
ekonomi, religiositas, kejiwaan dan lain-lain. mempertebal keyakinan kepada Allah SWT
Dalam acara sewelasan ini berisi kegiatan sehingga terjadi manunggaling raos dumateng
membaca manaqib serta doa-doa yang dalam Gusti.
hal ini mereka mengharapkan suatu barakah
dalam persepsi mereka masing-masing. Sejarah Sewelasan
Sewelasan adalah sebutan untuk Ritual Suluk Sewelasan itu dinyatakan
pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir sebagai meneruskan tradisi sejak zaman para
Jailani R.A. yang dilakukan atau berlangsung wali. Mereka mengaku sebagai ”Jawa deles”
setiap bulan pada tanggal 11 (sebelas), adapun (sejati) karena itu mereka memakai bahasa
susunan acara dari sewelasan tersebut selain Jawa dalam salawatan sebab bahasa Jawa
pembacaan manaqib yang dibaca secara dianggap lebih bisa mengartikulasikan gerak
bergantian antar anggota jam’iyah sewelasan batin mereka. Adapun surat Al Quran dan hadis
(manaqiban) juga ditambah dengan pembacaan menggunakan bahasa Arab. Suluk Sewelasan
tahlil dan mendo’akan orang-orang yang telah diawali Dedalane slamet iku ana lima/Sapa kang
meninggal (arwah) dari ahlul bait (tuan rumah nglakoni iku bakal beja/ Kaping pisan taat Allah
) yang ditempati untuk penyelenggaraan acara Kang Kuasa/Kaping pindo taat maring Nabiira/
sewelasan ( manaqiban ) tersebut dan tempat Kaping telu tunduk prentahe negara/Prentahe
penyelenggaraannya pun dilakukan secara kang ora nglanggar ing agama/Kaping papat budi
bergilir dari rumah anggota satu ke rumah luhur tata krama/Kaping lima ilmu amal kang
anggota yang lain sampai merata / urut hingga piguna//.
kesemua rumah anggota jam’iyah sewelasan (
manaqiban ) tersebut . Salawat di atas maknanya adalah pedoman
bagi umat Islam; taat kepada Allah, taat kepada
Tradisi Sewelasan tergolong ritual yang Nabi, tunduk kepada negara, berbudi luhur
sudah langka dalam tradisi budaya Islam dan tata krama, serta mengamalkan ilmu yang
di Jawa. Tradisi yang dibawa dari Persia ini bermanfaat bagi kehidupan.
untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul
Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak, Tradisi budaya Islam di Jawa banyak
yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk yang memakai bahasa Jawa sebagai media
ini, dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari komunikasi. Bahasa Jawa yang digunakan
salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir cenderung sederhana dan merefleksikan
Edisi Budaya | 481
pemahaman tentang agama yang tak kelewat pembacaan kitab Nur al Burhan fî Manaqib al-
muskil, tetapi justru menjelma menjadi Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani, yaitu saduran
penghayatan yang personal. dari kitab al-Lujjayn al-Dani yang berisi kisah
perjalanan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani (w
Islam yang beradaptasi dengan .1166) (Mujib, 2009: 20-49).
kebudayaan Jawa itu dirintis Sunan Bonang
lalu dilanjutkan oleh Sunan Kalijaga. Islam Sewelasan merupakan sistem ta‘lim
yang berkembang di Indonesia kebanyakan yang digunakan kiai untuk trans-formasi
beraliran sufi atau tasawuf karena itu memang nilai, pengetahuan, dan pengalaman, pada
lebih mengena dengan kultur masyarakat santri/jemaah. Nilai-nilai diperoleh dari sirah
setempat, terutama di Jawa. Dalam bentuk (biografi) Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani dan
seni musik, adaptasi Islam dalam Jawa para awliya’ lainnya. Demikian juga, materi
itu juga terekspresikan lewat santiswaran pengetahuan dielaborasi dari sumber bacaan
(lagu puji-pujian), yang merupakan paduan buku manaqib. Sementara itu, pengalaman kiai
antara hadrah dan karawitan Jawa sehingga dalam menapaki suluk (per-jalanan) menuju
menghasilkan musik yang indah. Allah seringkali dipaparkan dalam sewelasan.
Di samping itu, sewelasan digunakan sebagai
Sewelasan (Manaqib) adalah Budaya yang media latih dzikrullah secara bersama-
sejak lama telah berlangsung dan berjalan sama. Media simbol, cerita tentang kisah
hingga sampai saat ini masih terus dilakukan. perjalanan seorang Sufi, dialog, dan Tanya
Di suatu desa tidak hanya terdapat satu jawab digunakan untuk menyampaikan materi
jam’iyah sewelasan ( Manaqiban ) saja tetapi dalam sewelasan.
banyak sekali karena setiap RT terdapat satu
bahkan ada yang tidak hanya terdapat satu Makna Tradisi Sewelasan
saja teapi ada juga yang terdapat dua jam’iyah
sewelasan (Manaqiban) dan yang kesemua Tradisi Sewelasan Sebagai Tradisi Ritual
itu pelaksanaannya dilaksanakan serentak Keagamaan merupakan tradisi keagamaan
pada tanggal sebelas setiap bulan Qomariyah yang keberadaannya terbentuk secara turun
dan anehnya jam’iyah ini tidak pernah libur temurun. Bentuk peringatan tradisi ini
meskipun tanggal 11 bulan Syawwal yang merupakan suatu wujud penghormatan
artinya masih berdekatan dengan hari raya terhadap seorang tokoh sufi yang berjasa
Idul Fitri dan tanggal 11 bulan dzul hijjah ( dalam penyebaran agama Islam. Kegiatan
besar ) yang masih termasuk pada kategori yang berlangsung setiap satu tahun sekali ini
hari tasyrik (11,12 dan 13 bulan dzul hijjah ) memberikan pengaruh positif terhadap para
dan masih berdekatan dengan Hari raya Idul santri secara khusus dan masyarakat di sekitar
Adlha. pesantren secara umum.
Waktu pelaksanaann acara sewelasan Tradisi sewelasan atau lebih jelasnya
(manaqiban) pun selalu dilaksanakan setelah peringatan haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani
selesai melaksanakan sholat isya’ atau sekitar ini memberikan makna yang Islamis terhadap
pukul 21.00 WIB dan biasanya berlangsung pelakunya. Dalam prakteknya, kegiatan ini
sampai denga pukul 22.00 WIB, setelah acara melakukan berbagai amalan yang berorientasi
sewelasan (manaqiban) tersebut selesai tidak pada ritual peribadatan guna meningkatkan
kesemua annggotanya yang langsung pulang keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
menuju rumah masing – masing, ada yang Selain itu, peringatan haulyang pada dasarnya
bercengkrama dengan teman satu jam’iyahnya arti haulmerupakan suatu peringatan atas
dan ada pula yang langsung pulang menuju wafatnya seorang tokoh agama Islam, hal ini
rumahnya masing-masing. memberikan suatu makna terhadap pelaku
tradisi sewelasanyang mana setiap manusia
Majlis Sewelasan ini menurut Suwito NS pada akhirnya akan kembali kepada yang maha
(2011) yang selalu diikuti oleh hampir seribu kuasa dan mempertanggungjawabkan segala
jemaah. Majlis ini berisi rangkaian acara
482 | Ensiklopedi Islam Nusantara
perbuatannya selama di dunia. Secara tidak Acara Sewelasan di Pondok Pesantren Nurun Najih
langsung, kegiatan ini akan mengingatkan Mangkang Semarang.
akan adanya tahap kematian pada manusia.
Dengan mengingat terhadap adanya kematian, Sumber: http://nurunnajihmangkang.blogspot.co.id/
setidaknyamanusia akan senantiasa berhati-
hati dalam melakukan segala sesuatu, serta Dari pernyataan hadits diatas sudah jelas,
selalu berbuat kabajikan dan senantiasa bahwa kita dianjurkan untuk beramal dan
beribadah kepada Allah SWT. menginfakkan sebagian harta kita walaupun
hanya sedikit, selain itu dengan kita beramal
Di dalam kegiatan sewelasan, terdapat maka Allah akan memberikan imbalan kepada
beberapa amalan keagamaan yang pada kita berupa rezeki yang setimpal.
hakikatnya bernilai ibadah yang berguna
untuk peningkatan keimanan terhadap sang Dalam agama Islam, sedekah merupakan
pencipta. Di antaranya yaitu pembacaan ibadah yang sangat dianjurkan, dimana
manaqib serta doa-doa yang ditujukan kepada kita bisa saling membantu orang-orang di
sang pencipta Allah SWT, menganjurkan pada sekitar kita yang membutuhkan. Selain itu
hambaNya untuk senantiasa beribadah dan dalam hadits juga telah disebutkan bahwa
berdoa agar ditunjukkan jalan kebenaran, pahala sedekah atau amal jariah merupakan
seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat salah satu dari ibadah yang pahalanya
Al-Baqarah ayat 186: akan tetap mengalir walaupun orang yang
mengerjakannya sudah meninggal dunia. Nabi
Artinya: Dan apabila hamba-hamba- SAW bersabda: “Apabila manusia mati, maka
Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara,
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat
Aku mengabulkan permohonan orang yang dan anak sholeh yang mau mendoakan kedua
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka orang tuannya.”
hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman Tradisi Sewelasan Sebagai Perekat
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam Masyarakat
kebenaran.(Q.S. Al-Baqarah, 186).
Indonesia merupakan Negara kesatuaan
Tradisi sewelasan juga mengandung unsur yang terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau,
sedekah. Bagi para santri kalongan yang ikut lebih dari lima belas ribu suku yang mempunyai
dalam kegiatan ini masing-masing membawa keragaman budaya, dan terdiri dari enam
berkat (sajian) dari rumahnya. Berkat itu agama resmi dan beragam kepercayaan.
berupa nasi dan lauk ayam kampung. Keragaman ini menjadikan Indonesia
sebagai Negara yang besar dan keragaman
Membawa makanan tersebut bertujuan
untuk mendapat berkah atas amal yang telah
dilakukan. Selain itu, kita juga diharamkan
untuk bersifat bakhil antar sesama, karena
bakhil dapat mempersempit rezeki, seperti
yang disebutkan dalam hadits:
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, dia
berkata, “Saya telah berkata, ‘Wahai Rasulullah
SAW, saya tidak memiliki sesuatu apapun
kecuali apa yang telah Zubair berikan pada
rumah tangganya, apakah aku memberikan
sebagiannya? “ Beliau bersabda, “Maka
infakkanlah, dan janganlah kamu bakhil,
sehingga Allah akan mempersempit rezeki-
Nya kepadamu. “(shahih, Muttafaq Alaih)”.
Edisi Budaya | 483
budaya tersebut menjadi tanda jati diri menghilangkan kebudayaan aslinya.
bangsa. Kedatangan Islam di nusantara dan
penyebarannya kepada golongan bangsawan Perlu dipahami bahwa agama merupakan
dan rakyat umumnya dilakukan secara damai. sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan
Jika terdapat peperangan antar kerajaan, hal oleh penganutnya dalam tindakan-tindakan
itu bukan karena persoalan agama namun keagamaan di masyarakat dalam upaya
karena dorongan politis untuk menguasai memberi respon dari apa yang dirasakan dan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya. diyakini sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi
sewelasan merupakan salah satu tindakan
Sewaktu Islam masuk ke tanah Jawa, keagamaan yang diyakini oleh masyarakat
masyarakat telah memiliki kebudayaan yang dan keberadaannya dianggap sakral. Agama
mengandung nilai dari agama sebelumnya mengandung ajaran dari nilai-nilai sosial
seperti agama animisme, dinamisme, hindu, pada penganutnya sehingga ajaran agama
dan budha. Maka dengan masuknya islam tersebut merupakan suatu elemen yang
ke indonesia kususnya tanah Jawa terjadi membentuk sistem nilai budaya. Sama halnya
perpaduan unsur-unsur pra hindu, budha, dan dengan tradisi sewelasan yang secara tidak
islam. langsung membentuk nilai budaya santri dan
masyarakat disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-
saluran Islamisasi yang berkembang ada Agama juga di pahami sebagai sistem
enam, yaitu saluran perdagangan, saluran yang mengatur hubungan antar manusia dan
perkawinan, saluran tasawuf, saluran tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan
pendidikan, saluran kesenian, saluran politik. manusia dengan lingkungannya, yaitu dalam
Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, bentuk pranata-pranata agama. Adapun
mengajarkan teosofi yang bercampur dengan budaya dimaknai sebagai pola bagi kelakuan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yang terdiri atas serangkaiaan aturan-aturan,
Indonesia. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam resep, rencana, dan petunjuk yang di gunakan
yang diajarkan kepada penduduk pribumi manusia untuk mengatur tingkah lakunya.
mempunyai persamaan dengan alam pikiran Jadi kebudayaan bukanlah sesuatu yang
mereka yang sebelumnya menganut agama hadir secara alamiyah, melainkan ia disusun
Hindu, sehingga agama baru itu mudah oleh manusia itu sendiri. Manusia yang
dimengerti dan diterima. menciptakan ide, tingkah laku, dan pranata
sosial itu sendiri.
Dalam hal ini sudah terbukti dalam
catatan sejarah bahwasannya masyarakat Tradisi sewelasan diciptakan oleh
telah mengalami proses penerapan keyakinan. beberapa guru terdahulu. Dari adanya tradisi
Keyakinan tersebut berakulturasi dengan ini kemudian membentuk tingkah laku santri
kebudayaan yang kemudian menjadi pegangan dalam mengatur hubungannya dengan Allah
hidup bagi masyarakat. Sama halnya dengan dan manusia lain disekitarnya. Unsur budaya
tradisi sewelasan. Tradisi ini telah berefolusi yang terdapat dalam tradisi ini dapat dilihat
menjadi keyakinan yang berakulturasi dengan dari simbol-simbol sajian yang terdapat dalam
kebudayaan yang kemudian dipegang oleh tradisi sewelasan. Dalam tradisi ini diharuskan
para santri. membuat sajian berupa nasi dan lauk berupa
ayam kampung yang dimasak utuh (tidak
Akulturasi budaya diartikan sebagai dipisahkan antara kepala, sayap, badan dan
suatu proses perubahan sebuah kebudayaan kaki). Tidak ada ketentuan dalam Islam
karena kontak langsung dalam jangka waktu mengenai jenis sajian yang diperuntukkan
yang cukup lama dan terus menerus dengan dalam upacara haul. Akibat dari tradisi yang
kebudayaan lain atau kebudayaan asing ada secara turun temurun menjadikan hal
yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan tersebut menjadi keharusan dalam tercapainya
dengan unsur-unsur lain yang lambat laun kesempurnaan dalam prosesi tradisi sewelasan.
diterimanya sebagai kebudayaan sendiri tanpa
484 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tradisi Sewelasan Sebagai Media laki-laki bertugas dalam pemotongan dan
Sosialisasi pembersihan bulu-bulu ayam sedangkan bagi
santri perempuan bertugas memasak nasi
Manusia tidak dapat hidup dalam dan memasak ayam yang sudah dipotong dan
lingkungan ini secara sendiri, antara satu dibersihkan tersebut. Terdapat ratusan ekor
dengan yang lain pasti memiliki hubungan ayam kampung yang dimasak dalam acara
timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. ini sehingga membutuhkan kerja sama yang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan tinggi guna menyelesaikannya sebelum acara
hidup tanpa adanya bantuan orang lain, dan sewelasan dimulai.
kita sering tidak sadar bahwa hidup kita
didapat dari pemberian orang lain. Selain itu, Makna sosial lain yang terkandung
manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan dalam tradisi sewelasan ini yaitu nilai saling
lingkungannya. Oleh sebab itu manusia mengasihi dengan kegiatan beramal. Bagi
dikatakan sebagai satu kesatuan yang terpadu santri kalongan, untuk hidangan berupa nasi
atau yang biasa dikatakan sebagai sosial dan lauk ayam kampung tersebut mereka bawa
kemasyarakatan. sendiri dari rumahnya, itu sama halnya dengan
beramal untuk para santri lain yang kondisi
Tradisi sewelasan ini juga mengandung ekonominya kurang terpenuhi. Jadi tradisi
nilai-nilai sosial. Pengertian dari sosial sendiri sewelasansecara tidak langsung mengajarkan
adalah segala sesuatu mengenai masyarakat, pada para santri terhadap kepedulian antar
dan peduli terhadap kepentingan umum. sesama.
Secara tidak langsung tradisi sewelasan ini
dapat menumbuhkan rasa persaudaraan Transformasi Ide Kiai Terhadap Para
bersama di lingkungan masyarakat. Bukti Santri
konkritnya adalah dengan berkumpulnya para
santri dan masyarakat guna melakukan prosesi Tradisi sewelasan muncul di pesantren
tradisi sewelasan tersebut. Ketika mereka berdasarkan atas transformasi yang diberikan
berkumpul dalam satu tempat, tidak menutup oleh gurunya ketika beliau menimba ilmu di
kemungkinan bagi mereka untuk melakukan suatu pesantren, kemudian diterapkan kepada
kontak antara satu dengan yang lain. Para para santrinya sekarang. Dengan adanya
santri berkumpul menjadi satu dari berbagai penurunan ide kiai terhadap santri tersebut
daerah dan berbagai lapisan masyrakat, guna menjadikan tradisi sewelasan dapat bertahan
mengikuti prosesi kegiatan tradisi sewelasan dan lestari keberadaannya hingga sekarang.
ini. Dengan berkumpulnya mereka tersebut Dalam bukunya Islam Pesisir, Prof. Dr. Nur
maka hubungan sosial antara mereka dapat
terjalin.
Dalam kenyataan lain, tardisi sewelasan
ini juga mengandung nilai sosial yaitu
gotong royong. Ketika acara belum dimulai,
pagi hingga sore hari para santri bergotong
royong memasak untuk digunakan sebagai
hidangan ketika acara dilaksanakan. Bagi
santri kalongan ada yang membawa masakan
dari rumahnya dan bagi santri menetap juga
menyiapkan masakan bersama-sama di dalam
pesantren. Tak heran jika kegiatan gotong
royong itu dilakukan, karena hidangan yang
dimasak sangatlah banyak.
Hidangan yang dimasak yaitu nasi
dengan lauk ayam kampung. Bagi santri
Edisi Budaya | 485
Syam mengatakan tentang pelestarian suatu pegang dan ia jalani selama ini menjadi
tradisi sebagai berikut: tradisi yang diwajibkan. Berpegang pada
tradisi, dalam bahasa Jawa nguri-uri tradisi,
Setiap tradisi dilestarikan melalui proses pada suatu masyarakat menjadi tanda
pelembagaan yang dilakukan oleh kaum kuatnya ikatan pada hal-hal yang selama ini
elitnya. Dalam pelembagaan tradisi tersebut, mereka jalankan. Dapat kita sadari bahwa
sesungguhnya dimaksudkan agar tradisi yang kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak
memiliki rangkaian panjang dengan tradisi mudah berubah. Jika setiap pedoman bagi
sebelumnya tidak hilang begitu saja, akan kehidupan tersebut berubah, maka kehidupan
tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari manusia akan menjadi kacau. Mekanisme yang
generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang menahan perubahan-perubahan kebudayaan
disebut sebagai pewarisan nilai, kebiasaan, tersebut adalah nilai-nilai budaya itu sendiri.
moral, dan ajaran-ajaran suci yang diabsahkan Sebab, nilai-nilai budaya tersebut berisikan
melalui proses transformasi, sosialisasi, dan keyakinan-keyakinan yang menjadi pedoman
enkulturasi. bagi kehidupan masyarakat. Dan, bertahan
atau tidaknya suatu nilai budaya disebabkan
Dari definisi di atas dapat diartikan oleh kuat dan mendalamnya keyakinan-
keyakinan keagamaan yang mengejawantah
bahwa suatu tradisi akan dapat tetap eksis jika dalam bentuk kebudayaan, karena pada
saat nilai-nilai budaya suatu kebudayaan itu
terdapat pihak yang dinilai dapat berpengaruh berintikan atau berasaskan keyakinan agama,
ia bersifat sakral dan suci.
kepada masyarakat yang mampu memberikan
Dalam hal kebudayan, sebenarnya selalu
kesadaran terhadap mereka agar tradisi ada kemungkinan bahwa kebudayaan atau
ideologi yang lebih tinggi akan mempengaruhi
tersebut tetap dilakukan dan dapat lestari dari kebudayaan atau ideologi yang kurang kuat dan
ideologi yang kuat akan merubah ideologi yang
generasi ke generasi. Terdapat beberapa media kurang kuat. Namun hal ini bergantung pada
situasi saat itu. Sama halnya dengan budaya
sebagai alat transformasi suatu tradisi dari tradisi sewelasan. Karena kuatnya ideologi
yang ditransformasikan oleh kiai terhadap
kiai terhadap para santri. Di antaranya yaitu santri tentang makna tradisi sewelasan
ini, kemudian menjadikan mereka merasa
melalui forum pengajian ketika di pesantren. bahwa peringatan sewelasan ini perlu untuk
dilaksanakan dan dilestarikan agar budaya ini
Dalam pengajian tersebut, seoarang guru/ tidak hilang atau berubah.
kiai dapat menjelaskan kepada santri tentang Islam menggalakkan para pemeluknya
agar selalu mengadakan barang yang belum
seberapa penting tradisi tersebut harus ada, merintis jalan yang belum ditempuh,
membuat inisiatif dalam hal keduniaan
dilakukan serta berbagai manfaat yang yang memberi manfaat kepada masyarakat.
Meskipun kita mengerti dan pernah melakukan
ditimbulkan dari melakukan tradisi itu. Melalui suatu tradisi dalam kebudayaan, namun tidak
menutup kemungkinan untuk kita seleksi
penjelasan dalam pengajian tersebut kemudian apakah tradisi tersebut berkontribusi positif
atau tidak. Seperti yang disebutkan oleh
menimbulkan penguatan-penguatan Endang Saifuddin dalam bukunya “Agama dan
Kebudayaan” tentang sikap yang seharusnya
(reinforcement) terhadap adanya suatu tradisi. dimiliki para muslim terhadap kebudayaan:
Melalui proses penguatan yang dilakukan
secara berkali-kali kemudian menjadikan hal
tersebut sebagai tindakan yang disadari akan
arti penting serta maknanya bagi kehidupan.
Selain itu, pemberian pengalaman kepada para
santri (enkulturasi) juga dapat berpengaruh
terhadap eksisnya suatu tradisi. Ketika para
santri terlibat dalam prosesi tradisi sewelasan,
maka secara langsung atau tidak langsung akan
memberikan pengalaman terhadap para santri
tentang anggapan pentingnya pelaksanaan
sewelasan.
Ketika para santri sudah mengerti
akan makna tradisi sewelasan serta telah
mempraktekkannya, maka hal itu akan
menimbulkan pada sesuatu yang telah ia
486 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Pertama, umat Islam memelihara Islam harus menyelenggarakan Islamisasi
unsur-unsur, nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan.
kebudayaan yang sudah ada yang positif; Kedua,
umat Islam menghilangkan unsur-unsur, nilai- Dengan memahami secara benar, dari
nilai dan norma-norma kebudayaan yang segi ilmiah dan dari segi akidah-dieniyah,
sudah ada yang negatif; Ketiga, umat Islam tentang agama Islam dalam kaitannya dengan
menumbuhkan unsur-unsur, nilai-nilai dan kebudayaan (dan peradaban), berarti kita
norma-norma kebudayaan yang belum ada yang memelihara kesejatian dan orisinalitas agama
positif; Keempat, umat Islam harus bersikap Islam sebagai agama wahyu, dan menempatkan
receptive, selective, digestive, assimilative dan secara proposional kedudukan agama dan
transmissive terhadap kebudayaan umumnya; kebudayaan pada posisinya sendiri-sendiri,
Kelima, umat Islam harus menyelenggarakan mendudukkan nisbah, relasi dan relevansi
pengudusan atau penyucian kebudayaan, antara agama dan kebudayaan menurut garis
agar kebudayaan tersebut sesuai,sejalan, atau akidah Islam.
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan
norma-norma Islam sendiri; tegasnya: umat [Zainul Milal Bizawie]
Sumber Bacaan
Ardus M Sawega , Seni Budaya Islam, Transformasi Tradisi dan Indahnya Beragama, Koran KOMPAS, Senin, 5 Oktober
2009
Suwito NS, TRADISI SEWELASAN SEBAGAI SISTEM TA‘LIM DI PESANTREN, STAIN Purwokerto
Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi. Yogyakarta: LKiS.
Mujib, Ahmad. 2009. “Tuhan, Alam, dan Manusia: Telaah atas Ajaran T asawwuf Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani”. Disertasi.
Jakarta: PPs UIN Syarif Hidayatullah.
Nizami, Khalid Ahmad. 2003. “Tarekat al-Qadiriyyah” dalam Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas
Islam: Manisfestasi. Terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Penerbit Mizan.
Wahid, Abdurrahman. 1999. “Pondok Pesantren Masa Depan” dalam Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, dalam Marzuki Wakhid dkk (Ed.). Bandung: Pustaka Hidayah.
Achmad Sunarto, Bekal Juru Dakwah, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984)
Kuntowijoyo dkk, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003)
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Shalahuddin Press dan Pustaka Pelajar, 1994)
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), 22.
Edisi Budaya | 487
Singir
Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
yang berkembang di kalangan masyarakat pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
santri, terutama di daerah pesisiran. atau nazam. Dengan demikian, komunitas
Dilihat dari namanya, singir merupakan pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
derivasi dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
puisi. Meskipun demikian, akar etimologis syi’r.
kata singir yang berasal dari bahasa Arab
tersebut tidak berarti sumber kesastraannya Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
singir berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
berasal dari puisi Melayu yang dikenal sebagai masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
syair. Kemunculan singir tersebut dalam baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
panggung sejarah kebudayaan Jawa telah sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
memberi warna tersendiri bagi perkembangan pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
kesusastraan Jawa yang sebelumnya telah digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
telah mengenal kakawin, geguritan, parikan, Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
dan tembang macapat. pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
Dalam konteks sejarah perkembangan Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan Pengenalan masyarakat santri Jawa
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
pada periode pra-Islam, sementara macapat singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian singir
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat dari
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni tiap
sumber kesastraaannya, jika kakawin berakar bait terdiri atas empat larik, tiap larik umunya
dari tradisi puisi India, sementara macapat terdiri atas 12 suku kata, dan dengan pola rima
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti pola syi’r
dengan namanya, tampak memperlihatkan Arab, yakni tiap bait terdiri atas dua paruh
pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak bait (syatr) dengan pola rima a-a-b-b, yang
dan syair Melayu di pihak lain. dikenal sebagai rima muzdawij yang umumnya
digunakan sebagai rima nazam Arab.
Pertautan singir dengan syi’r Arab
tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa Perubahan dan perkembangan singir dari
pertumbuhan dan perkembangan singir di yang semula mengikuti pola syair Melayu
kalangan masyarakat santri dan pesisiran ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
berbanding lurus dengan pengajaran ilmu terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain perkembangan pesantren sebagai institusi
pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,
488 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pesantren merupakan lembaga pendidikan ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Islam yang berakar pada kebudayaan lokal tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Nusantara, tetapi berorientasi internasional. atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
Dari yang semula tampak sebagai padepokan singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
atau peguron, dalam perkembangannya, yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
seperti yang tampak pada abad ke-18 Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
kemapanannnya sebagai pusat transmisi Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, bahkan untuk pesantren tertentu wajib
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
Terlepas dari perbedan dua pola pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi merupakan tradisi pesantren yang tetap
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial bertahan sampai sekarang.
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi Halyangmenarik,ditengahkehidupan
menghibur terletak pada pola singir yang yang semakin modern, tradisi pembacaan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh maupun di majlis taklim untuk masyarakat
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut luas. OJumlah bait singir yang tidak terlalu
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir seperti yang terlihat pada pola rima, baik
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
musalla sambil menunggu kedatangan imam karena itu, tidak mengherankan jika singir
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
dalam singir terletak pada gagasan atau isi sosial singir yang menghibur dan sekaligus
yang terkandung dalam singir, seperti cerita mendidik tampaknya menjadi faktor yang
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat membuat tradisi pembacaan singir tetap
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi bertahan sampai sekarang.
didaktis singir semakin dominan jika isi yang
terkandung dalam singir adalah pengetahuan [Adib M Islam]
Sumber Bacaan
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,
2002, hlm. 39-40.
Edisi Budaya | 489
Sinoman
Definisi Sinoman tujuan kebersamaan dan kegotong-royongan
membantu sesama. Sedangkan dalam kamus
Sebelum membicarakan sinoman lebih Jawa atau “Bausastro Jawi”, karangan WJS
lanjut, maka ada baiknya mengetahui arti Poerwadarminta, kata “Sinom”, artinya:
atau definisi dari sinoman. Ada beberapa pucuk daun, daun asam muda, bentuk rumah
versi dari pendefinisian arti kata ‘sinoman’ limas yang tinggi dan lancip, nama tambang
itu sendiri sebagai bentuk keanekaragaman mocopat, dan nama bentuk keris. Tetapi,
opini masyarakat Jawa. Namun pada akhirnya jika kata Sinom mendapat tambahan akhiran
kesemuanya itu akan membentuk, mengerucut “an”, menjadi “Sinoman”, maka maknanya
pada satu kesimpulan yang sama, satu menjadi: anak muda yang menjadi peladen
pengertian atau esensi yang sama. Pertama, di kampung saat acara hajatan, peladen
bila dirujuk langsung pada pembentuk kata itu pesta atau perhelatan, tolong menolong saat
sendiri sebagai kata dasar, ‘nom’ yang dalam mendirikan rumah, kerukunan atau gotong-
bahasa Jawa berarti muda, maka kata sinoman royong. Tetapi di balik semua makna itu,
bisa diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan terkandung suatu potret budaya yang amat
dengan para pemuda. Kedua, bila menilik luhur dan terpuji. Sebab, kegiatan sinoman itu
atau mengambil versi dari salah satu tembang adalah bekerjasama, bergotong-royong yang
macapat ‘sinom’, dalam serat Purwakara dilakukan secara sukarela untuk kepentingan
diartikan sebagai seskaring rambut yang berarti orang lain dan bersifat komunal.
anak rambut. Selain itu, sinom juga diartikan
‘daun muda’ sehingga kadang-kadang diberi Sesuai dengan asal-muasal kata
isyarat dengan lukisan daun muda. “Sinoman” adalah kumpulan anak muda yang
suka bergotongroyong, maka di sini kegiatan
Ketiga, bila dilihat dari bentuk kata amal dan sosial harus diutamakan. Artinya,
kerjanya yaitu ‘nyinom’, maka kurang lebih kegiatan sinoman, harus bertujuan untuk
artinya adalah sebuah perkumpulan atau membantu sesama dan demi kepentingan
organisasi yang terdiri para pemuda untuk bersama. Kecuali itu, kegiatan sinoman harus
membantu orang lain dalam mempunyai mampu menghadapi tantangan zaman yang
hajat. Pendapat lain ada yang menyatakan serba komersial dan bernuansa bisnis.
bahwa ‘sinom’ ada kaitannya dengan upacara-
upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu. Berdasar catatan sejarah yang ada,
Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat sinoman pada awalnya memang sekedar wadah
diambil kesimpulan sebagai pendefinisian untuk menampung keinginan sekumpulan
‘sinoman’ itu sendiri yaitu sebuah kegiatan anak muda. Mereka ini ingin memperoleh
yang dilakukan para pemuda dalam sebuah pengakuan sebagai insan yang dipercaya dalam
desa untuk membantu tetangganya yang bidang sosial. Karena kegiatan gotong-royong
sedang mengadakan hajatan atau syukuran, merupakan panggilan hati nurani, maka hal
baik syukuran pernikahan, sunatan, ataupun ini tidak sulit untuk diwujudkan. Walaupun
kematian. demikian, perlu ada pendorong yang mampu
menjadi pelopor sebagai penggerak. Jelas di
Sinoman memiliki pengertian sing para sini, sinoman sebagai kegiatan anak muda,
nom-noman atau para pemuda yang memiliki maka motor penggeraknya pun harus para
490 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pemuda. Sudah menjadi hukum alam, bahwa Dalam bahasa Jawa atau Sansekerta, kuat
kaum muda merupakan tulang punggung karena rukun dan rukun karena kuat, disebut:
penggerak kegiatan dalam masyarakat. Tidak “Dharma Eva, Hato Hanti”. Kuat karena
hanya di bidang sosial dan rumahtangga, bersatu dan bersatu karena kuat. Jadi, motto
tetapi lebih jauh lagi, yakni sebagai patriot “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,
pembela bangsa dan negara. adalah sebuah kenyataan. Dan semua aspek
kerukanan,persatuan dan kegotong-royongan
Sinoman mempunyai beberapa tujuan telah terwakili dengan adanya perkumpulan
yang baik dalam hubungan antar sesama sinoman tersebut.
masyarakat. Pertama, Meringankan beban
orang lain yang mempunyai hajatan. Kedua, Pada tahun 1930-an di Surabaya kegiatan
Mewujudkan suatu bentuk gotong royong atau sinoman sudah tertata rapi. Mempunyai
sebuah kebersamaan bagi warga masyarakat pengurus tetap dan banyak inventaris.
di daerah tersebut. Ketiga, Merperkokoh tali Barang-barang milik sinoman itu diperoleh
silaturahmi antar warga masyarakat. Keempat, dari sumbangan dan bantuan warga secara
Memperluasjaringanbersosialisasiantar warga sukarela, maupun dibeli dengan uang kas.Jadi
masyarakat. Kelima, Menumbuhkan semangat dalam hal ini dapat dipahami bahwa sumber
kepemudaan bagi para sinoman itu sendiri. pendanaan organisasi ini adalah murni dari
Kelima, Membudayakan tradisi tersebut bagi iuran sukarela para anggotanya.
generasi muda agar kegiatan ‘sinoman’ tidak
luntur seiring dengan perkembangan zaman Sinoman memiliki posisi sentral dalam
yang semakin modern ini (Imam Sutardjo: kehidupan masyarakat kampung. Seorang
2008). kepala sinoman atau pemimpin sinoman
merupakan jabatan yang lebih elite dan
Sejarah dan Perkembangannya prestisius bila dibandingkan dengan kepala
kampung dalam pandangan masyarakat
Istilah sinoman muncul pertama kali abad Surabaya. Sehingga memperoleh jabatan
14 di daerah pesisir utara dengan pembatasan sebagai kepala sinoman merupakan suatu
daerah dari Tuban sampai dengan Pasuruan. kebanggaan tersindiri meskipun dalam
Kemudian tradisi ini mulai tumbuh di setiap menjalankan kewajiban tersebut tidak digaji
kampung di Surabaya dengan memiliki dan bersifat sukarela. Seorang kepala sinoman
kegiatan membantu warga yang tertimpa dipilih secara umum, demokrasi, terbuka
musibah seperti kematian ataupun warga yang berdasarkan atas kemampuan kepemimpinan,
memiliki hajatan dengan menjadi peladen atau berjiwa leadership serta dapat memahami
pelayan dan sekaligus meminjamkan alat- persoalan-persoalan dalam masyarakat.
alatnya seperti keranda jenazah, gelas, piring,
kursi, meja, tenda dan sebagainya. Kegiatan Sejalan dengan perkembangan tradisi
lain Sinoman adalah penjagaan keamanan sinoman dalam masyarakat kampung di
kampung atau pos ronda, acara keagamaan, Surabaya, sinoman mengalami pasang surut
peringatan hari kemerdekaan Indonesia, yang terasa lazim terjadi. Sebagai sebuah
kursus-kursus peningkatan kapasitas warga perkumpulan yang berisi para pemuda-pemudi,
kampung di Surabaya. sinoman tidak terlepas dan terpangaruh
sistem perpolitikan. Perkembangan sinoman
Wujud dari kegiatan sinoman ini di Surabaya dipengaruhi oleh situasi sosial,
adalah bentuk kegotongroyongan sosial. ekonomi dan politik. Sinoman mengalami
Tujuannya untuk membina dan meningkatkan kemajuan dan merasa dibutuhkan
kerukunan. Semboyannya adalah: “Rukun keberadaannya ketika masyarakat Indonesia
Anggawe Santoso” yang berarti rukun untuk (Jawa-Surabaya) mengalami krisis dan ini
menumbuhkan kesentosaan. Kita bisa kuat terjadi pada tahun 1930-an sampai tahun 1960-
kalau kita rukun. Sebaliknya, bangsa yang an. Sekitar tahun 1930-an, sewaktu gerakan
jiwanya kuat dapat membangun kerukunan. toko-toko koperasi muncul di mana-mana,
Sinoman pun ikut bergerak dalam kegiatan
Edisi Budaya | 491