berbagai serat atau suluk yang berisi mistik     naskah. Kitab-kitab yang dihasilkan antara lain:
Jawa dan Islam, sementara Sultan yang            (1) Kitab Primbon Bektijamal Adammakna,
kedua menciptakan kalender Jawa Islam yang       (2) Kitab Adammakna, (3) Kitab Primbon
merupakan perpaduan tahun Saka dan Hijriah.      Betaljemur, (4) Kitab Primbon Lukmanakim
                                                 Adammakna, (5) Kitab Primbon Atassadhur
     Buku primbon yang tergolong awal muncul     Adammakna, (6) Kitab Primbon Bektijamal
adalah Primbon Jawa Abad Enam Belas (Een         Adammakna Ayah Betaljemur (7), Kitab
Javanse Primbon Uit De Zestiende Eeuw) yang      Primbon Shadhatsahthir Adammakna, (8)
berbentuk manuskrip tulis tangan, sezaman        Kitab Primbon Qoamarrulsyamsi Adammakna,
dengan Buku Sunan Bonang.                        (9) Kitab Primbon Naklassanjir Adammakna,
                                                 (10) Kitab Primbon Quraysin Adammakna,
     Pada mulanya, primbon berisi catatan        (11) Kitab Primbon Ajimantrawara Yogabrata
pribadi yang diwariskan secara turun menurun.    Yogamantra, (12) Kitab Primbon Kunci
Penyebaran secara luas dilakukan baru pada       Betaljemur dan (13) Primbon Betaljemur
abad ke 20. Primbon cetakan paling awal yang     Adammakna.
berisi 36 halaman terbit pada tahun 1906
oleh De Bliksem. Saat itu, kontennya belum            Dari berbagai macam primbon yang ada,
disusun secara sistematis. Primbon yang lebih    kesusasteraan Jawa ini paling sedikitnya
sistematis mucul pada tahun 1930an. Ia tidak     mengandung 11 topik yang meliputi:
hanya berisi catatan keluarga, tetapi diperluas  pranata mangsa (kalender musim), petungan
mencakup petunjuk praktis kehidupan. Salah       (perhitungan hari berbasis numerik), pawukon
satunya adalah Kitab Adammakna yang terdiri      (perhitungan wuku), pengobatan (terapi
atas beberapa seri dalam bahasa Jawa dan         tradisional), wirid (pesan, sugesti atau larang
Bahasa Indonesia.                                bersifat mistik), aji-aji (mantera magis), kidung
                                                 (syair nasihat dan kata bijak), ramalan/jangka
Macam-macam Primbon                              (prediksi masa depan), tata cara slametan (tata
                                                 cara ritual Jawa), donga atau mantera (bacaan-
     Berbagai macam primbon banyak               bacaan dari Al-Qur’an) dan ngalamat atau
direproduksi oleh Pangeran Tjakraningrat atau    sasmita gaib (pertanda atau isyarat gaib).
Patih Danuredjo VI sekitar abad ke 19 M melalui
upaya penyaduran, penulisan dan penyalinan                                                                      [Hamdani]
                                            Sumber Bacaan
Samidi, “Tuhan, Manusia, dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur Adammakna” dalam Jurnal Shahih, Vol. 1,
         Nomor 1, Januari-Juni 2016.
Simuh, 1988, Mistik Islam Kejawen R.Ng. Ronggowarsito, Jakarta: UI Press.
__________, 2000, Sufisme Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya.
Suseno, Frans Magniz, 1985, Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Orang Jawa, Jakarta: Gramedia.
392 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Pupuh
Bagian dari suatu karangan atau karya                                bentuk-bentuk puisi, dalam setiap baitnya
        sastra, yang sering disamakan dengan                         mempunyai jumlah baris tertentu. Orang yang
        bab. Pupuh biasanya dikaitkan dengan                         menyanyikan pupuh disebut juru tembang atau
salah satu metrum, sebab dalam sastra Jawa                           juru mamaos. Istilah pupuh bagi sastra Sunda
kuno penulisan sastra selalu menggunakan                             sama dengan bait, lagu, dan tembang. Bahkan,
bentuk puisi. Pengertian pupuh tersebut biasa                        karya sastra yang dilagukan dapat pula disebut
dikenal di sastra Jawa, sedangkan dalam sastra                       sebagai pupuh dalam sastra Sunda. Berbeda
Sunda mempunyai beberapa arti, antara lain                           dengan sastra Jawa, pupuh disamakan dengan
disamakan dengan bait dalam karawitan Sunda,                         bab dalam suatu karangan karya sastra. Apa
disamakan dengan lagu, dan tembang.Contoh                            yang disebut sastra Sunda sebagai pupuh
dalam sastra Sunda, pupuh Kinanti sama                               tersebut dalam sastra Jawa lebih dekat dengan
dengan lagu Kinanti atau tembang Kinanti.                            sekar Macapat.
Istilah pupuh sering dikenal di daerah pulau
Jawa, baik Jawa Barat (termasuk Sunda), Jawa                         Pupuh dalam Sastra Sunda dan Jawa
Tengah, dan Jawa Timur (termasuk Madura).
Istilah pupuh ini ada beberapa kesamaan dan                               Perbedaan yang terlihat jelas, pupuh
perbedaan dalam sastra Jawa dan Sunda.                               dalam sastra Jawa itu bagian dari dari suatu
                                                                     karangan atau karya sastra, yang dapat
Konteks Pupuh                                                        disamakan juga dengan bab. Pupuh biasanya
      Dalam kesustreraan Sunda dan Jawa,                             dikaitkan dengan salah satu metrum. Setiap
                                                                     satu pupuh dalam macapat hanya digunakan
pupuh disamakan dengan tembang, yaitu                                satu jenis pola persajakan. Bahkan, kadang-
                                                                     kadang terjadi kerancuan pengertian antara
            Kumpulan lagu-lagu pupuh sunda mangkoko.                 pupuh dan nama pola persajakan (Saputra,
                                                                     1992: 8 dan 19).
                   Sumber : ttps://pemulungbukubekas.blogspot.co.id
                                                                          Kesamaan pupuh dalam sastra Sunda
                                                                     sesungguhnya bisa dimaklumi, karena
                                                                     menurut para ahli, pupuh itu asalnya dari
                                                                     Jawa. Pembagian pupuh baik dalam sastra
                                                                     Jawa, terbagi menjadi empat; sekar kawi
                                                                     (Kakawin), sekar agung, sekar tengahan
                                                                     dan sekar alit. Adapun dalam sastra Sunda,
                                                                     sebagian membaginya dalam dua kategori;
                                                                     sekar ageung dan sekar alit. Termasuk
                                                                     dalam sekar Ageung jumlahnya ada 4
                                                                     (empat); Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan
                                                                     Dangdanggula. Adapun sekar alit, jumlahnya
                                                                     13, yaitu Balabak, Durma, Gambuh, Gurisa,
                                                                     Edisi Budaya | 393
Jurudemung, Ladrang, Lambang, Megatruh          berniat minggat malam hari
(Magatru), Maskumambang, Wijil (Mijil),         Harita emban talibra
Pangkur, dan Pucung. (Suryani, 2011: 69).       saat itu emban tidur nyenyak
Perbedaan dengan pupuh dalam sastra Jawa,       Dikira eta babari
jumlahnya 15 (lima belas), yang berbeda itu     dikiranya mudah
Ladrang dan Lambang.                            Kaluar ti jero pura
                                                keluar dari dalam pura
Sekilas Sejarah Pupuh dan Contohnya             Henteu aya nu ningali
                                                tidak ada yang melihat
     Istilah pupuh berkembang di Sunda sekitar
abad ke-17. Sementara di Jawa, jika mengacu     Pupuh 3 Asmarandana
pada Macapat asli atau kidung, diperkirakan
pada tahun 1541 (abad ke-16). Pada masa         Pandita buda geus lami
itu adalah tahun-tahun kehidupan para wali      pandita Buddha sudah lama
songo. Terdapat beberapa naskah kuno yang       Di gunung singkep keur tapa
menjelaskan tentang wali songo tersebut.        bertapa di gunung Singkep
Salah satunya naskah Sajarah Lampahing Para     Tapi tacan aya keneh
Wali Kabeh, 12 Juni 1897. Disebutkan berikut    tetapi belum ada juga
ini, sekaligus sebagai contoh dari pupuh-       Eta the elmu sareat
pupuh yang disebutkan di atas.                  yang disebut ilmu syareat
                                                Kawantu pandita Buda
     Pupuh 1 Dangdanggula                       maklum Pandita Buddha
                                                Sujudna ka dewa agung
     Dangdanggula bubukaning tulis              bersujudnya kepada dewa
     Dangdanggula pembuka tulisan               Henteu aya tingal dua
     Nu dianggit carita sajarah                 tidak memiliki pikiran lain
     Yang digubah cerita sejarah
     lampahing wali kabeh                       Pupuh 4 Megatru
     Perjalanan para wali
     asalna anu di turun                        Enggeus sidik Raden ningali ka luhur
     Asal yang dikutip                          Raden melihat ke atas jelas
     basa Jawa tapi ku abdi                     Taya antarana deui
     Berbahasa Jawa, tapi oleh saya             Tidak ada batas antara
     diganti basa Sunda                         Eunteupna di luhur kayu
     Diganti dengan bahasa Sunda                hinggap di atas kayu
     pamarih nu kadangu                         Pateep rapet tur pipit
     Harapan bagi pendengar                     rapat berhimpitan burung pipit
     siteri pameget sadaya                      Dahan kabeh menol bango
     Lelaki perempuan semuanya                  cabang melengkung dengan bangau
     malah mandar aya mangfaat ka diri
     Mudah-mudahan bermanfaat bagi diri         Pupuh 5 Pucung
     dunya rawuh aherat
     Di dunia dan akhirat                       Syeh Nurjati eukeur prihatin kalangkung
                                                Syekh Nurjati sdg prihatin sekali
     Pupuh 2 Kinanti                            Taya lian tingal
     Rarasantang nu dicatur                     tidak melihat yang lain
     diceritakan Rarasantang                    Ngan nyipta salira dewek
     Niat ngalolos ti peuting                   hanya memikirkan diri sendiri
394 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Anak-anak Sunda sedang bernyanyi pupuh.                  Di jalanna teu kawarti
                                                         tidak diberitakan di jalannya
Sumber : http://www.wacana.co/2015/09/pupuh-sunda/       Enggalna eta geus cunduk
                                                         ringkas cerita sudah tiba
Syeh Nur Bayan sidik eta geus uninga                     Enggeus datang ka Judah
Syeh Nur Bayan pasti tahu                                sudah sampai di Jedah
                                                         Sarta lajeng ka nagari
Pupuh 6 Mijil                                            lalu menuju ke negeri
                                                         Enggeus dongkap eta ka Negara Mekah
Kira-kira sarebu jeungkal pasagi                         sudah tiba di Mekah
kira-kira seribu jengkal persegi
Kitu cek cerios                                     Kontekstualisasi Pupuh
begitulah menurut cerita
Enggeus nyieun pager di dinya the                        Tembang, lagu, puisi, atau seirama
sudah membuat pagar di situ                         dengan hal-hal itu yang dapat menjelaskan
Kandang jaga kitu deui                              kelangsungan dari istilah pupuh saat ini. Dalam
begitu juga pos jaga                                beberapa literatur mutakhir, sejalan dengan
Sarta nyieun bumi                                   perkembangan ilmu pernaskahan di perguruan
dan membangun rumah bagus                           tinggi, tampaknya pupuh-pupuh semacam itu
di kanoman alus                                     akan tetap lestari. Apalagi, di koran daerah
di kanoman                                          (lokal) juga disediakan lembar khusus untuk
                                                    kelangsungan seni budaya semacam pupuh
Pupuh 7 Sinom                                       ini. Dengan demikian kontekstualisasi pupuh
                                                    dapat dilakukan. Di antara beberapa contoh
Tapi eta garwana mah                                dari Elis Suryani (2011), sebagai berikut:
sedang isterinya
Ka Mekah the henteu ngiring                              Pupuh Balakbak
tidak ikut ke Mekah                                      Aya monyet tingguntayang dina tangkal
Ngantos bae di nagara                                    nerekel
menunggu di negerinya
Kocapkeun nu angkat deui                                                               Edisi Budaya | 395
dikisahkan orang yang bepergian
Jalu bikang jeung anakna sukan-sukan  Pupuh Gurisa
rarecet                               Ku Hyang geura laksana
Tingcalekroh-tingcalekroh ngakanan    Tuh ka nu kempot pipina
mangga                                Jeun teuing lega tarangna
Nu asak teu repeh                     Kacipta the ku hipuna
                                      Deungdeuleueun ku kembuna
Pupuh Durma                           Malah omong tatanggana
Di mamana panjajah pada marudah       Majar teh ngaheungheum gula
Lantaran dikiritik                    Jeun teuing da kuring suka
Ku ahli nagara
Yen eta lampah jahat                  Pupuh Jurudemung
Tatapi kalah muriding                 Ya Allah tobat pangeran
Ambek-ambekan                         Duh gusti nu Maha Agung
Dasar nu buta tuli                    Ampun diri abdi
                                      Rumaos jalmi sarakah
Pupuh Gambuh                          Kaduhung saageung gunung
Tuh itu beurit lintuh
Mani rendey anakna sapuluh            Pupuh Landrang
Arilikan gambarna masing taliti       Coba teguh masung telek telik
Anakna kabeh ngariung                 Eta gambar (eta gambar)
Saregep hormat ka kolot               Sugan naon reujeng di mana ayana
                                                                                    [Mahrus el-Mawa]
                                            Sumber Bacaan
Sapurtra, Karsono H. Pengantar Serat Macapat. Depok: FSUI, 1992
Suryani NS, Elis, Calakan, Aksara, Basa, Sastra, Katut Budaya Sunda. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011
Yunardi, H.E. Badri. Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
         Diklat Depag RI, 2009
396 | Ensiklopedi Islam Nusantara
R
Rahmatan Lil ‘Âlamîn
         Rajaban
     Rebo Wekasan
        Riyadhah
          Rukyah
        Ruwahan
Rahmatan Lil ‘Âlamîn
Klausul rahmatan lil ‘âlamîn terdiri dari                       bagi orang-orang yang beriman kepada
         tiga kata yaitu rahmah, huruf jar; lâm                 Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya
         dan al-‘âlamîn. Kara rahmatan berasal                  saja. Kendati demikian, mayoritas ulama
dari rahima-yarhamu-rahmah yang secara                          menguatkan pendapat pertama. Karena itulah,
etimologi berarti ar-ra’fah (kasihsayang), ar-                  diksi yang digunakan Al-Qur’an adalah al-
riqqah (halus) dan at-ta’atthuf (lembut). Huruf                 ‘âlamîn bukan al-mu’minîn. Artinya rahmat dan
lâm berfungsi sebagai kata penyambung yang                      kasih sayang itu berlaku dan diberikan kepada
mengandung kemungkinan dua makna yaitu                          seluruh makhluk Tuhan. Ibnu Abbas, Ibnu
li at-tamlîk (menunjukkan makna kepemilikan                     Jarir ath-Thabari, Ali ash-Shabuni termasuk
[agar/untuk]) dan li at-ta’lîl wa as-sababîyah                  ulama yang memilih pendapat pertama.
(alasan/sebab [karena]). Sementara al-âlamîn
adalah bentuk plural dari al-‘âlam yang berarti                      Dengan demikian Islam adalah
semesta, makrokosmos atau semua hal selain                      agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya Islam
Allah Swt (makhluk-Nya), (Ibn Manzhur,                          merupakan agama yang membawa rahmat
2000).                                                          dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta,
                                                                termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi
Terma rahmatan lil alamin kemudian                              manusia. Karena itulah baginda Nabi Saw
                                                                melarang umatnya berlaku semena-mena
berkembang menjadi sebuah istilah yang                          terhadap makhluk, sebagaimana sabdanya:
kerap dipakai untuk menyebut universalitas                      ��ﻣﺎ ِﻣﻦ إﻧﺴﺎن ﻗﺘﻞ ﻋﺼﻔﻮ ًرا ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﻘﻬﺎ إﻻ ﺳ
                                                                : وﻣﺎ ﺣ ّﻘﻬﺎ؟ ﻗﺎل، �ﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﻗ�ﻞ.اﷲ ﻋ ّﺰ وﺟ ّﻞ ﻋﻨﻬﺎ
ajaran Islam yang dibawa baginda Muhammad
                                                                 )رواه. وﻻ �ﻘ�� رأﺳﻬﺎ ��� ﺑﻬﺎ،���ﻬﺎ ﻓ����ﻬﺎ
Saw. Padahal secara tekstual terma tersebut
                                                                                                        (�ا��ﺴﺎ
sejatinya diambil dari firman Allah Swt:
                                                                “Tak seorangpun yang dengan sewenang-wenang
.ّلِلْ َعالَ ِم َي  َر ْ َح ًة   َّ  أَ ْر َسلْ َنا َك  َو َما  membunuh burung pipit, atau hewan lain yang
                                �ِإ                             lebih kecil darinya, kecuali Allah akan meminta
                                                                pertanggungjawaban kepadanya. Dikatakan:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu                                Lalu apa haknya burung itu ya Rasul?, Rasul
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi)                           menjawab: disembelih lalu dimakan, maka jangan
rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyâ’ :                    diputus lehernya dengan cara dilemparkan.” (HR.
107)                                                            an-Nasâ’i)
     Di antara tujuan utama pengutusan Nabi                          Hadis di atas menjadi salah satu bukti
Muhammad Saw ke muka bumi adalah untuk                          kuat bahwa Islam adalah agama kasih sayang
membawa rahmat, menyebarkan ajaran kasih                        dan rahmat bagi semesta. Jangankan berbuat
sayang, kelembutan dan kesejahteraan bagi                       zhalim kepada manusia, kepada hewan seperti
segenap penghuni alam. Memang terjadi                           burung pipit atau bahkan yang lebih kecil saja
perbedaan di kalangan mufasir mengenai                          tidak diizinkan. Itulah ajaran rahmat dan kasih
makna rahmatan li al-‘âlamîn. Ada yang
mengatakan rahmat itu diperuntukkan bagi                                                           Edisi Budaya | 399
seluruh makhluk Allah Swt, baik dari jenis
manusia, jin, hewan, tumbuhan dan lainnya,
baik yang beriman atau kufur. Ada juga
yang memahami rahmat itu hanya berlaku
sayang Islam yang secara teknik-operasional                             secara hitam putih, tapi selalu diambil wajhul
dicontohkan oleh baginda Rasul dalam                                    hikmahnya. Dengan demikian, dakwah Islam
segenap perjalanan hidupnya, sehingga tidak                             di Indonesia, khususnya di Jawa, berjalan
berlebihan bila beliau pernah mengatakan:                               cukup damai dan ramah lingkungan.
    ( )رواه ا��ﻬ� ﻋﻦ أ� ﻫﺮﻳﺮة.إﻧّﻤﺎ أﻧﺎ رﺣﻤﺔ ُﻣﻬﺪاة                          Dalam konteks negara bangsa, umat
                                                                        Islam Indonesia berhasil mengambil jalan
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang                                    tengah antara sistem demokrasi dan sistem
dihadiahkan (oleh Allah).” (HR. al-Baihaqi)                             Islam dengan menjadikan Pancasila sebagai
                                                                        dasar sekaligus falsafah hidup berbangsa dan
    Rahmatan lil alamin ini juga menjadi                                bernegara. Pilihan Pancasila sebagai dasar dan
                                                                        falsafah hidup merujuk antara lain kepada
karakter dakwah baginda Nabi Saw, sehingga                              Piagam Madinah yang dijadikan sebagai
                                                                        dasar “negara” Madinah oleh Rasulullah Saw.
ketika salah seorang sahabat mengusulkan                                Artinya, secara teologis, Pancasila menemukan
                                                                        pijakan hukum yang sangat kuat dari praktek
agar beliau melaknat kaum kafir Qurays,                                 kenegaraan yang praktekkan Nabi Saw. Selain
                                                                        memiliki akar keagamaan yang cukup kuat,
baginda justru bersabda:                                                Pancasila juga merupakan jalan tengah untuk
                                                                        mendamaikan warga bangsa Indonesia di
ﻋﻦ  ﺣﻤ�ﺪ  ﺑﻦ  ﻋﺒﺪ  )رواه  .رﺣﻤ ًﺔ  ﺑُﻌﺜ ُﺖ  إﻧﻤﺎ  ﻟَ ّﻌﺎﻧًﺎ      ُ  ﻟﻢ  tegah pluralitas dan hiterogenitas bangsa.
                                                             أﺑﻌﺚ       Kemampuan mendialogkan agama dengan
                                                                        realitas kebangsaan adalah bagian dari
                                                             (ﻋﻜﺮﻣﺔ     pengejawantahan konsep Islam rahmatan lil
                                                                        ‘alamin.
“Aku diutus bukanlah sebagai pelaknat (tukang
kutuk), tetapi aku diutus sebagai pembawa                                    Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
rahmat.” (HR. ‘Abd bin Humaid)                                          muslim Indonesia juga dikenal sebagai muslim
                                                                        yang ramah dan santun. Keramahan dan
     Ajaran yang mulia ini kemudian                                     kesantunan muslim Indonesia ini terbentuk
dilanjutkan oleh sahabat dan terus ditularkan                           selain karena faktor alam tropisnya, juga
kepada tabi’in dan para generasi setelahnya                             karena faktor doktrin keagamaan yang selalu
hingga sampai kepada umat Islam sekarang.                               mengedepankan hikmah dan rahmah. Doktrim
                                                                        keagamaan yang demikian itu muncul melalui
     Dalam konteks Indonesia, ajaran Islam                              konsep ortodoksi Islam yang dalam bidang
rahmatan lil ‘alamin yang dicontohkan                                   teologis mengikuti Imam Asy’ari dan Maturidi,
oleh baginda Rasul di atas kemudian                                     dalam bidang fikih memilih empat madzhab
diejawantahkan dalam semua lini kehidupan                               (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) dan dalam
masyarakat Muslim. Dalam konteks dakwah                                 bidang tasawuf berafiliasi kepada Imam al-
misalnya, bangsa Indonesia diakui dunia                                 Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.
secara aklamatif sebagai bangsa yang berhasil
menyeberkan Islam secara damai dan santun.                                   Tokoh-tokoh di atas adalah representasi
Santun dan damai dalam berdakwah itu                                    dari Islam moderat yang selalu menawarkan
tentu tidak terlepas dari kadalaman ilmu dan                            jalan tengah sebagai resolusi konflik atas
samudera kearifan para pendakwahnya.                                    berbagai persoalan kehidupan umat. Praktek
                                                                        keagamaan berdasarkan rumusan para imam
     Sebut saja misalnya wali sanga,                                    di atas, kemudian melahirkan prinsip sekaligus
sembilan pendakwah awal di pulau Jawa,                                  sikap keagamaan yang tawassuth (moderat),
dalam menjalan dakwah, mereka selalu                                    tawâzun (seimbang), i’tidal (adil) dan tasâmuh
mengedepankan dialog dan kompromi                                       (toleran). Dengan menerapkan prinsip-
daripada konfrontasi. Kendatipun terpaksa                               prinsip tersebut, umat Islam Indonesia dapat
melakukan jalan konfrontasi, maka cara yang
dilakukannya pun tetap mengedepankan rasa
persahabatan dan persaudaraan dalam bingkai
kebangsaan ataupun kemanusiaan. Secara
praksis, metode dakwah yang dikembangkan
selalu mengawinkan antara kearifan lokal
dengan maqashid syari’ah agama Islam.
Menyikapi sebuah persoalan tidak dipandang
400 | Ensiklopedi Islam Nusantara
menampilkan sekaligus mengaktualisasikan       mengembangkan konsep ikatan sosial
ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin.             melalui konsep trilogi ukhuwah (tiga konsep
                                               persaudaraan), yakni ukhuwah islamiyah
     Di era modern ini, Ormas Islam yang       (sesama Islam), basyariyah (sesama manusia)
paling getol menkampanyekan konsep Islam       dan wathaniyah (sesama warga negara).
rahmatan lil ‘alamin adalah Nahdlatul Ulama    Bahkan belakangan ada yang menambah satu
(NU). Tercatat sejak periode kepemimpinan      bentuk ukhuwah lain yaitu ukhuwah khalqiyah
KH. Hasyim Muzadi hingga saat ini (periode     (persaudaraan sesama makhluk). Tawaran
kepemimpinan KH. Said Aqiel Siraj), NU terus   konsep tersebut tentu dalam rangka untuk
menggaungkan ajaran tersebut ke segenap        menjaga keberlangsungan kehidupan yang
penjuru Nusantara bahkan dunia.                rahmatan lil ‘alamin (damai dan harmonis) di
                                               bawah payung Islam dan kebangsaan.
     Secara konsepsional, selain mengajarakan
empat prinsip tersebut di atas, NU juga                                                                  [Adib M Islam]
                                            Sumber Bacaan
Asy’ari, Hadratus Syekh Hasyim. Risalah Ahlis-Sunnah wal Jama’ah: fi Haditsil Mawta wa Asyrathi Sa’ah wa Bayan Mafhumis
         Sunnah wal Bid’ah, (Jombang: al-Maktabah al-Masruriyah Tebuireng, tt.).
Baso, Ahmad. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta:
         Erlangga, 2006).
Ibnu Manzhûr. Lisân al-‘Arab, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1991).
Imarah, Muhammad. Karakteristik Metode Islam, (Jakarta 1994).
Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2008)
al-Qardhawy, Yusuf. Pengantar Kajian Islam, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2002).
al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî. al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân. (Kairo: Maktabah al-Manar,
         2000).
ath-Thahhan, Musthafa Muhammad. Pribadi Muslim Tangguh, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2000).
Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam Anda, Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute, 2006).
                                               Edisi Budaya | 401
Rajaban
Banyak sekali tradisi yang diwariskan                  Para Ulama terdahulu telah banyak
        leluhur Jawa secara turun-temurun.        mewariskan amalan-amalan besar yang biasa
        Semua tradisi tersebut tidak bisa lepas   mereka kerjakan di bulan Rajab. Hal tersebut
dari laku (tata cara) dan petung (perhitungan)    merupakan manifestasi atas pengagungan
yang rinci. Berbagai macam ritual, prosesi        terhadap bulan Rajab. Beragam amal kebaikan
ataupun upacara tradisional Jawa ini              yang mereka lakukan memberikan satu
bertujuan agar mendapatkan keselamatan dan        pelajaran penting kepada kita, bahwa bulan
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat      yang mulia harus diisi dengan tindakan-
(Bayuadhy, 2015: 5). Di dalam masyarakat          tindakan yang mulia. Imam al-Ghazali dalam
Jawa khususnya, banyak jenis tradisi kenduri      kitab Mukasyafatul Qulub, menceritakan
atau slametan yang masih dilaksanakan             sebuah hikayat yang berkaitan dengan
sampai sekarang. Tradisi tersebut bermacam-       keutamaan Bulan Rajab tersebut. Konon,
macam seperti tradisi yang berhubungan            tersebutlah seorang wanita di Baitul Maqdis
dengan kehamilan, kelahiran, pernikahan           Yerussalem, senantiasa membaca surat al-
dan kematian serta tradisi yang berhubungan       Ikhlas sebanyak dua belas ribu kali setiap
dengan penanggalan. Dalam hubungannya             harinya di bulan Rajab. Dan setiap bulan itu,
dengan penanggalan, masyarakat Jawa               dia terbiasa memakai pakaian yang terbuat
melaksanakan tradisi kenduri yang telah           dari wol. Hingga suatu ketika, wanita tadi jatuh
dilaksanakan secara turun-temurun                 sakit. Dan dalam sakitnya itu, dia berwasiat
sebagaimana pada tanggal 27 Rajab yang            kepada sang anak agar jika meninggal, maka
dikenal dengan tradisi rajaban atau rejeban.      dia harus dikafani dengan kain wol yang
                                                  biasa dia pakai. Singkat cerita, anak tadi lalai
      Rajaban atau orang Jawa menyebutnya         dengan isi wasiat sang ibu. Hingga suatu
dengan istilah rejeban yakni perayaan Isra’       malam, datanglah sang ibu menyatakan tidak
Mi’raj, perjalanan Nabi menghadap Tuhan           rela atas perbuatan sang anak. Ketika sang
dalam satu malam (Geertz, 1983: 105). Hampir      anak bangun, dan bermaksud menjalankan
setiap daerah memiliki tradisi yang mungkin       wasiat sang ibu dengan menggali kuburannya,
berbeda istilah atau cara perayaannya. Secara     ternyata jenazah sang ibu sudah tidak ada
bahasa, kata Rajab ()ﺭﺟﺐ, diambil dari kata       lagi di dalamnya. Hingga terdengarlah suara
tarjiib ()ﺗﺮﺟﻴﺐ, secara bahasa bermakna           berujar “Tidak tahukan engkau, bahwa orang
mengagungkan ()ﺗﻌﻈﻴﻢ. Diungkapkan                 yang taat kepada kami di Bulan Rajab, tidak
dalam kalimat rajabtu as-sya’ia ()ﺭﺟﺒﺖ ﺍﻟﺸﻴﺊ,     akan kami tinggalkan sendirian” (Al-Ghazali, t.t,
bermakna aku mengagungkannya (Al-Azhari,          255).
1964: 39). Rajab bisa bermakna al-ashab, yang
berarti dituangkan. Secara filosofis, pengertian       Bulan Rajab termasuk dalam bulan
harfiyah ini menurut al-Ghazali sejalan dengan    arba’atun hurum, yang merupakan empat
keutamaan Rajab, dimana pada bulan tersebut       bulan yang dimuliakan (disucikan) dari dua
Allah menuangkan rahmat-Nya atas orang-           belas bulan yang ada pada sisi Allah adalah
orang yang bertaubat (Al-Ghazali, t.t, 255).      bulan Muharam, Zulqa’dah, Zulhijjah dan
402 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Rajab (Halim, 2002: 31). Pemuliaan terhadap       terjadi pada masa kesedihan (Âm al-Huzni)
arba’atun hurum merupakan sebuah tradisi          karena meninggalnya dua pelindung beliau;
yang telah dijalankan oleh kalangan suku-suku     istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu
Arab sebelum Islam datang, dan ketika Nabi        Thalib, sehingga perjalanan Isra’ Mi’raj ini
Muhammad saw. datang dengan membawa               merupakan pelipur lara dari kesedihan Nabi
ajaran Islam dengan menggunakan Al-Qur’an         tersebut (Rachman, 2006: 1211).
sebagai pedoman ajarannya. Berkenaan
tentang arba’atun hurum memberi apresiasi,             Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan
yaitu melanjutkan dan mengabsahkan                bahwa ‘ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan
keberlakuannya. Apresiasi Al-Qur’an terhadap      menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang
tradisi penghormatan arba’atun hurum yang         finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas)
mana tradisi tersebut merupakan tradisi           tanpa terbatas waktu atau ruang. Pendekatan
jahiliyah akan tetapi Al-Qur’an masih             yang paling tepat untuk memahami peristiwa
mempertahankan dan mengabsahkan                   tersebut adalah pendekatan imaniy. Salah satu
keberlakuan hukumnya (al-Sharqawi, 1986:          hal yang menjadi pusat pembahasan Al-Qur’an
69).                                              adalah masa depan rohani manusia demi
                                                  mewujudkan keutuhannya. Uraian al-Qur’an
     Rajaban, rejeban atau slametan 27            tentang Isra’ dan Mi’raj merupakan salah
Rajab diselenggarakan guna memperingati           satu cara pembuatan skema rohani tersebut
peristiswa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw,        (Shihab, 2013: 531).
setahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah
(Ahsin, 2006: 125). Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj       Peringatan rajaban merefleksikan gema
tersebut, Rasulullah menerima wahyu berupa        Kitab Suci dalam pikiran setiap orang muslim
perintah melaksanakan shalat lima waktu dari      yang memperingati atau mengerjakan
Allah swt. Perintah tersebut merupakan salah      berbagai ibadah-ibadah suci lainnya seperti
satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan          puasa, dzikrullah (Istighfar Rajab), dan
oleh seluruh kaum muslim (Aizid, 2015: 159).      lain sebagainya di bulan suci itu. Dan pada
Kisah peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad        gilirannya gema tersebut akan membuat
saw. tersebut termaktub dalam QS. al-Isra’        kenangan dalam pikiran dan jiwa orang-orang
[17]: 1 yang berbunyi “Maha Suci Allah, yang      yang melakukannya dengan hati yang ikhlash
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu         karena Allah Ta’ala semata. “Karena keikhlasan
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha       inilah yang akan mengembalikan mereka pada
yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar        keadaan dengan kegembiraan dan keindahan
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-        surgawi”. Di sinilah pengaruh kimiawi atas
tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.                          Pawai Rejeban di Yogyakarta 2015.
     Kandungan yang ada di dalam ayat tersebut                         Sumber: http://www.rakosa-fm.co.id/
secara implisit menjelaskan bahwa Allah swt,
Yang Maha Suci telah memperjalankan (meng-
Isra’ Mi’raj-kan) Nabi Muhammad saw. pada
malam hari dari Masjidil Haram di Makkah
ke Masjidil Aqsha di Yerussalem (Palestina)
untuk kemudian dinaikkan ke langit pertama
sampai langit ketujuh hingga sampailah beliau
di Sidratul Muntaha (al-Ghaithiy, 2000: 13)
guna menerima wahyu berupa perintah shalat
lima waktu yang sampai sekarang perintah
tersebut wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam dan menjadi salah satu rukun Islam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
                                                  Edisi Budaya | 403
jiwa seseorang dalam menjalankan puasa dan        tersebut merupakan aktualisasi dari pikiran,
memperbanyak dzikrullah (Istighfar Rajab)         keinginan, dan perasaan jamaah untuk lebih
di bulan itu akan mempengaruhi jiwanya,           mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya
terhadap adanya kebenaran.                        pendekatan diri tersebut dicapai melalui ritual
                                                  sedekahan, kenduri atau selamatan pada
     Pada hakikatnya, Isra’ Mi’raj Nabi           perayaan rajaban.
Muhammad saw. yang termaktub pada ayat
pertama surah al-Isra’ ini mempunyai ‘ibrah            Mayoritas umat Islam di Jawa
yaitu perintah melaksanakan shalat lima           memperingati perayaan Isra’ Mi’raj Nabi saw.
waktu. Akan tetapi dalam praktiknya, terdapat     guna mengingat kembali peristiwa agung yang
masyarakat yang mencoba memahami ayat             dialami oleh Nabi Muhammad yang mana
tersebut ke dalam bentuk sebuah praktek yang      dalam peristiwa tersebut beliau memperoleh
sudah menjadi salah satu tradisi keislaman        wahyu dari Allah swt. berupa shalat lima
di Indonesia pada umumnya yakni dalam             waktu. Perayaan tersebut sudah menjadi
bentuk tradisi atau ritual rajaban. Maka ketika   tradisi dan syiar Islam yang turun menurun
bulan Rajab tiba, sebagian besar umat Islam       dilakukan oleh nenek moyang terdahulu.
di Indonesia memperingati rajaban. Umat           Dalam memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj
Islam dari berbagai daerah, berbagai kalangan,    Nabi Muhammad yang diperingati oleh
berbagai jamaah memperingati hari besar           masyarakat Indonesia, Jawa pada khususnya,
Islam tersebut dengan menggelar pengajian         diadakan dengan berbagai acara tertentu.
bersama-sama pada suatu tempat seperti di         Misalnya dengan lantunan syair-syair dan
masjid, musholla atau lapangan.                   qasidah pujian, pembacaan kita suci Al-Qur’an
                                                  dan shalawat Nabi saw, mauidhah khasanah
     Peringatan rajaban yang sejak zaman          yang berisikan hikmah peristiwa Isra’ Mi’raj
nenek moyang dulu sampai sekarang masih           Nabi Muhammad dan sebagainya.
diperingati umat Islam secara kontinyu
dan meriah. Dimana umat Islam bertemu,                 Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi
berkumpul bersama sambil membaca bagian-          sendiri memperingati hari Isra’ Mi’raj. Cirebon
bagian al-Qur’an, dzikir, wirid, uraian tentang   misalnya mempunyai tradisi Isra’ Mi’raj yang
hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.            jatuh pada tanggal 27 Rajab dalam Kalender
dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait       Hijriah yakni bernama rajaban. Biasanya
dengan tujuan ritual tersebut. Rajaban            masyarakat Cirebon berbondong-bondong
memegang peranan yang sangat penting.             pergi berziarah ke Plangon, tempat dua makam
Peran tradisi Rajaban tersebut yaitu sebagai      penyebar ajaran agama Islam yakni Pangeran
salah satu syi’ar Islam serta sebagai penguat     Kejaksan dan Pangeran Panjunan. Selain itu
ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah.         tradisi rajaban juga biasa digelar di Keraton
Tradisi Rajaban dapat dikatakan sebagai salah     Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan
satu syi’ar Islam dikarenakan dalam rangkaian     biasanya menggelar pengajian untuk umum
kegiatan tradisi tersebut terdapat penyampaian    dan melakukan tradisi membagikan nasi
mau’izhah hasanah dalam hal ini da’wah bil lisan  bogana kepada wargi keraton, kaum masjid,
yang diharapkan pesannya dapat sampai pada        abdi dalem dan masyarakat mager sari. Nasi
jamaah yang mendengarkan.                         bogana itu terdiri dari kentang, telor ayam,
                                                  tempe, tahu, parutan kelapa dan bumbu
     Kemudian hal tersebut berkolaborasi          kuning yang dijadikan satu.
dengan ritualitas sebagai wujud pengabdian
dan ketulusan penyembahan kepada Allah,                Berbeda halnya di Yogyakarta, di kota
yang sebagian diwujudkan dalam bentuk             gudeg ini tradisi rajaban telah ratusan tahun
simbol-simbol yang memiliki kandungan             dilakukan di Kraton. Nama tradisi tersebut
makna mendalam. Simbol-simbol tersebut            adalah Rejeban Peksi Buraq yang digelar
diantaranya adalah ubarampe (piranti dalam        sehari sebelum peristiwa Isra` Mi`raj, tidak
bentuk makanan) yang disajikan dalam ritual       lain yaitu pada tanggal 26 Rajab. Upacara
mampir dalam upacara selamatan rajaban. Hal       ini dimaksudkan untuk memberi gambaran
404 | Ensiklopedi Islam Nusantara
“buraq” yang ditunggangi oleh Nabi               menjalani ibadah puasa Ramadhan. Syiar
Muhammad saat berisra’. Hal itu disimbolkan      Islam dapat saja dilakukan dalam bentuk
dengan dua ekor burung jantan dan betina         acara acara seremonial. Khusus masyarakat
yang sedang bertengger di pohon buah-buahan      Gorontalo dalam memperingati hari hari besar
di taman surga. Burung buraq dibuat dari buah    Islam sangat syarat dengan acara tradisional.
manggis, rambutan jeruk bali dan juga tebu.      Perayaan Isra’ Mi’raj bagi masyarakat
Pembuatan miniatur buraq ini dikerjakan          Gorontalo di setiap ruang dan dimensi waktu
oleh para kerabat dekat Sultan, khususnya        di bulan Rajab pelaksanaan secara tradisional
kaum putri. Nantinya, gundungan buah itu         dengan membaca naskah yang diselesaikan
akan dibagikan kepada jamaah masjid usai         sepertiga malam sama dengan perjalanan
pengajian (Yahya, 2009: 61-62).                  Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan
                                                 Isra’ Mi’raj. Naskah klasik Isra’ Mi’raj adalah
     Di kelurahan Kampung Bukit, kelurahan       bentukan hasil pemikiran orang orang
Toboali, kecamatan Toboali, kabupaten Bangka     Gorontalo terdahulu yang tertulis dengan
Selatan, provinsi Bangka Belitung punya          huruf Arab Pegon versi Gorontalo sebagai hasil
tradisi untuk menyambut hari Isra’ Mi’raj.       budaya cipta yang secara substantif memuat
Nama tradisi itu adalah Tradisi Nganggung.       tulisan tentang ajaran Islam yang memuat
Nganggung adalah tradisi membawa makanan         sifattun Nabiyyun Muhammad SAW (sifat sifat
dari rumah masing-masing menggunakan             Nabi Muhammad SAW), memuat konsep Isra’
dulang atau rantang. Makanan yang dibawa         Mi’raj dan konsep wafati (cerita wafatnya Nabi
biasanya berupa kue, buah-buahan atau            Muhammad SAW) sekaligus doa keselamatan
nasi lengkap dengan lauk pauknya. Tradisi        manusia di dunia dan akhirat.
nganggung pada Isra’ Mi’raj biasanya tak
hanya dilaksanakan warga Kampung Bukit,               Memperhatikan uraian tersebut di atas
tetapi juga warga desa lain di Bangka Selatan.   mengantarkan kita kepada suatu etos di
                                                 kalangan para ulama yang amat patut untuk
     Tradisi rajaban dilaksanakan oleh           kesekian kalinya kita renungkan, yaitu etos
masyarakat Gorontalo pada bulanRajab,            “al-muhâfadzah ‘ala al-qadîm al-shâlih wa al-
baik secara individual, kelompok atau dan        akhdzu bi al-jadîd al-ashlah” (memelihara yang
dilaksanakan oleh pengurus masjid, lembaga       lama yang baik dan mengambil yang baru
pendidikan sampai pada dinas instansi dan        yang lebih baik). Sedangkan perayaan Isra’
jawatan. Hasil penelusuran penulis di lapangan,  Mi’raj yang dilaksanakan secara tradisional
pada umumnya pada acara di tingkat lembaga       oleh masyarakat Gorontalo mempunyai syair
pendidikan dan instansi jawatan, institusi       tersendiri untuk mengingat kembali perjalan
kemasyarakatan, masjid, musholah, surau atau     Rasulullah yang oleh Atho Mudzhar dipandang
di lingkungan keluarga perayaannya melalui       bahwa kegiatan semacam ini dikategorikan
penyampaian hikmah oleh mubaligh dan             sebuah budaya Islam lokal yang syarat dengan
mubaligha serta doa dan dilanjutkan dengan       simbol-simbol dan penjabaran naskah-naskah
membaca naskah Isra’ Mi’raj yang bacaan          tua budaya keagamaan (Mudzhar, 1998: 20).
harus dihabiskan dalam sepertiga malam
sama dengan waktunya Nabi Muhammad SAW                Di Pekalongan, Jamaah Ummahatur
melaksanakan Isra’ Mi’raj.                       Rifa’iyah melaksanakan tradisi rajaban tak
                                                 ubahnya seperti jamaah yang lain. Akan
     Naskah Isra’ Mi’raj yang tertulis dengan    tetapi ada beberapa hal yang membedakan
bentuk huruf arab pegonversi Gorontalo           rajaban Jamaah Rifa’iyah dengan jamaah
sebuah bentuk budaya cipta yang lahir            yang lain. Salah satunya adalah bahwa yang
dari pemikiran dankreativitas orang orang        melaksanakan kegiatan atau tradisi rajaban
terdahulu yang menunjukkan syiar Islam           ini hanyalah Jamaah perempuan atau
yang dijabarkan dalam acara yang dimensi         disebut dengan Jamaah Ummahatur Rifa’iyah.
waktu di setiap bulan Rajab dilaksanakan         Beberapa acara yang dilaksanakan dalam
secara meriah sebagai tanda agar masyarakat      kegiatan rajaban tersebut, seperti diawali
segera membenahi diri untuk persiapan
                                                 Edisi Budaya | 405
dengan membaca kitab Arja’ (Salah satu kitab    setiap bulan Rajab bagi masyarakat
karangan K.H. Ahmad Rifa’i yang di dalamnya     Indonesia mencirikan karakter syiar Islam
dibahas mengenai hikayah Isra’ Mi’raj Nabi      yang tidak mengabaikan unsur-unsur lokal
Muhammad saw), tilawah Al-Qur’an, membaca       karena memberi nilai spiritual yang tinggi
shalawat Nabi saw, acara inti yakni pengajian   dalam pandangan hidup masyarakat yang
(mauidhah khasanah) untuk kemudian              secara kreatif terbukanya ruang gerak bagi
diakhiri dengan doa majlis. Upacara ritual      individu untuk aktif mengkonstruk realitas
tradisi rajaban jamaah Ummahatur Rifa’iyah      keberagaman dalam rangka mengkritisi konsep
merupakan salah satu bentuk ibadah kepada       Isra’ Mi’raj yang selama ini sangat familiar
Allah swt. yang termasuk dalam kategori         di kalangan masyarakat Islam tradisional.
mencari ilmu sebagai bekal hidup di dunia dan   Masyarakat Nusantara adalah masyarakat
di akhirat kelak.                               adat, yang menempatkan adat bersendikan
                                                syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah,
     Rajaban dapat juga dikatakan sebagai hari  sehingga secara kultural, masyarakat kita
raya dan hari kasih sayang jamaah Ummahatur     sangat menghargai tradisi-tradisi baik secara
Rifa’iyah. Dikatakan demikian karena dalam      simbolik, yang bernuansa pesan-pesan moral
praktiknya usai rangkaian acara ditutup, para   yang islami tetap dipelihara dan dilestarikan.
jamaah saling tukar hadiah pada jamaah lain
dalam bentuk buah tangan (jajan) dalam ritual        Adanya pelaksanaan ritual tradisi
mampir. Ritual mampir tersebut dilakukan        rajaban akan menambah keyakinan serta
dengan cara mendatangi setiap rumah jamaah      meningkatkan keimanan seseorang yang
yang dekat dengan masjid atau mushola tempat    dengan khusyu’ memahami hakikat
diselenggarakannya tradisi rajaban. Tradisi     pelaksanaan rajaban. Karena dari adanya
rajaban berperan sebagai penguat ukhuwah        pelaksanaan rajaban tersebut mengingatkan
islamiyyah dan ukhuwah basyariyyah antar        umat muslim bahwa Nabi Muhammad saw.
sesama umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan     telah di-Isra’ Mi’rajkan oleh Allah swt. dan
dengan melihat adanya ritual mampir setelah     hasil dari peristiwa tersebut adalah perintah
seluruh rangkaian kegiatan dalam tradisi        melaksanakan shalat lima waktu yang
rajaban selesai dilaksanakan.                   merupakan salah satu rukun Islam.
     Semangat perayaan peringatan Isra’                                                                     [M Ulinnuha]
Mi’raj secara tradisional yang dilaksanakan
                                            Sumber Bacaan
Aizid, Rizem. Islam Abangan dan Kehidupannya: Seluk Beluk Kehidupan Islam Abangan. Yogyakarta: DIPTA, 2015.
Azhari al-. Tahdzib al-Lughah, Juz 2. Kairo: Al-Dar al-Mishriyah, 1964.
Bayuadhy, Gesta. Tradisi-tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta, 2015.
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa Terj. Aswab Mahasin dengan judul asli The Religion of
         Java. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983.
Ghaithiy al-, Syekh Najmuddin. Menyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj Rasuullah saw. terj. K.H. Abdullah Zakiy al-Kaaf dengan
         judul asli Qishatul Mi’raj wa al-Mi’rajul Kabir. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Ghazali al-. Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati). Surabaya: Terbit Terang, t.t.
Hafidz al-, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2006.
Halim, Abdul. Ensklopedi Haji dan Umrah Ed. I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 1998.
Rachman, Budhy Munawar. Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Pemikiran di Kanvas Peradaban, Editor Ahmad Gaus AF, et.al.
         Cet. I. Jakarta: Mizan, 2006.
Sharqawi al-, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam, Terj. Ahmad Rofi’ Usmani. Bandung: Pustaka, 1986.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan,
         2013.
Yahya, Ismail. Adat-adat Jawa dalam Bulan-bulan Islam Adakah Pertentangan. Solo: Inti Medina, 2009.
Gambar: Kirab Budaya Nyekar Leluhur bersama seluruh warga kampung Sagan dalam rangka Merti Kampung Gelar
         Budaya Rejeban di Sagan, Gondukusuman
406 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Rebo Wekasan
Secara bahasa, “Rebo” merupakan                   Sebagian yang lain memahami kata kasan
       nama hari dalam bahasa Jawa yang           merupakan penggalan dari kata wekasan
       sama maknanya dengan ‘hari rabu’           yang dalam bahasa Indonesia mempunyai
dalam bahasa Indonesia, ( أرﺑﻌﺎءArab), atau       arti pesanan. Berangkat dari teori ini istilah
‘Wednesday’ (Inggris); sedangkan “Wekasan”        rebo kasan berarti hari Rabu yang spesial
dalam bahasa jawa berarti ‘akhir’ (the end /      tidak seperti hari-hari Rabu yang lain. Seperti
��)���ﺎ. “Rebo Wekasan” berarti “Rabu Terakhir”.  barang pesanan yang dibikin secara khusus dan
                                                  tidak dijual kepada semua orang. Kesimpulan
      Secara etimologis, istilah rebo wekasan     ini bisa dipahami karena rebo kasan memang
berasal dari dua kata yaitu rebo dan wekasan.     hanya terjadi sekali dalam setahun dimana
Menurut Sudarmanto (2014: 275), kata rebo         para sesepuh manti–manti (wekas) agar hati-
berarti nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu        hati pada hari itu. Selain kedua versi tersebut
Rabu dalam bahasa Indonesia, Wednesday            ada satu lagi yang mengasumsikan bahwa
(Inggris), ( أرﺑﻌﺎءArab), Çarşamba (Turki),       kata kasan berasal dari kata bahasa Arab,
( ﭼھﺎرﺷﻨﺒﮧPersia), atau hari keempat dalam        hasan yang berarti baik. Barangkali kata kasan
perhitungan satu minggu. Sedangkan wekasan        yang berarti baik sengaja dibubuhkan untuk
berasal dari bahasa Jawa ‘wekas’ (Achmadi,        memberi sugesti pada umat atau masyarakat
2013: 27-28) yang berarti yang paling akhir/      agar tidak terlalu cemas dengan gambaran
the end/��( ���ﺎPijper, 1984: 171). Rebo wekasan  yang ada pada hari rebo wekasan tersebut (al-
berarti hari Rabu yang terakhir dari bulan        Marbawi, 1987: 126).
Safar (bahasa Jawa: Sapar). Dalam kalender
Hijriyah, bulan Safar merupakan bulan kedua,           Secara terminologi, rebo wekasan dapat
yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul        didefiniskan sebagai bentuk ungkapan yang
Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab,        menjelaskan satu posisi penting pada hari
Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa’dah, dan       Rabu di akhir bulan khususnya pada akhir
Zulhijjah.                                        bulan Safar untuk kemudian dilakukan
                                                  berbagai macam ritual seperti (1) shalat tolak
      Istilah rebo wekasan disebut juga dengan    balak; (2) berdoa dengan doa-doa khusus; (3)
rebo kasan, rebo pungkasan dan dalam istilah      minum air jimat; dan (4) selametan, sedekah,
masyarakat Madura dikenal dengan rebbu            silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama,
bhekkasan. Istilah rebo wekasan sering            supaya terhindar dari berbagai musibah yang
digunakan oleh masyarakat Jawa Timur, sedang      turun pada hari Rabu akhir di bulan Safar.
istilah rebo kasan atau rebo pungkasan banyak     Menurut kepercayaan sebagian masyarakat,
digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah dan         termasuk masyarakat Jawa dan Madura,
Jawa Barat. Kata kasan merupakan penggalan        sifat bulan Safar hampir sama dengan bulan
dari kata pungkasan yang berarti akhir dengan     sebelumnya yang merupakan kelanjutan dari
membuang suku kata depan menjadi kasan.
                                                  Edisi Budaya | 407
bulan Suro (Muharram), yang diyakini sebagai     sedikit menggesernya menjadi sesuai dengan
bulan yang penuh bencana, balak, malapetaka      tahun Hijriyah. Bulan pertama (Muharram)
dan kesialan (hadis Abu Daud: No. 3414). Hal     di Jawa dinamakan Sura, berhubung dengan
ini membuat beberapa kalangan masyarakat         hari perayaan kesepuluh (Asyura). Setelah
menganggap perlunya mengadakan tradisi           berpuasa (puasa sunat) dihidangkan bubur
ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan      sura, upacara yang harus dihubungkan di satu
dan sekaligus sebagai penghormatan kepada        pihak dengan perayaan kesuburan zaman pra-
leluhur.                                         Islam. Artinya sejarah mengatakan bahwa
                                                 saat Islam datang dan masuk ke dalam budaya
     Rebo wekasan merupakan fenomena             Jawa, Islam sendiri tidak menghapus tetapi
yang terjadi di masyarakat karena faktor         menumpangi sehingga tidak menggeser
akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara       kebudayaan di Jawa.
intensif. Islam di wilayah Jawa memiliki
karakter tersendiri karena banyak prosesi             Upacara Rebo Wekasan atau sering
ritual keagamaan yang sebenarnya merupakan       diperpendek Rebo Kasan merupakan ritual
produk animisme, dinamisme, Hinduisme dan        yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun,
Budhisme dipertahankan dalam bingkai dan         yaitu setiap hari Rabu akhir pada bulan
nilai-nilai Islam, seperti dengan pemberian doa  Safar, bulan kedua dari 12 bulan penanggalan
secara Islam dan tradisi kenduri, selamatan dan  Hijriyah.
lain-lain. Faktor yang melatar belakangi rebo
wekasan adalah pembingkaian adat dan tradisi          Hari tersebut dipercaya sebagai hari
non Islam dengan nilai-nilai Islam tersebut      diturunkannya bala bencana ke alam
dapat terwujud karena warisan budaya Jawa        dunia. Atas dasar itulah dilakukanlah ritual
yang halus dapat dipertahankan dan menyatu       keagamaan berupa ibadah, doa-doa, dan
apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam.      sedekah. Tradisi ini di Indonesia dikenal
                                                 khususnya di Pulau Jawa, Bangka Belitung,
     Menurut Denys Lombard bulan Safar           dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan.
(rebo wekasan) merupakan kutub negatif.
Orang tidak keluar rumah dan menghindari              Tradisi upacara rebo wekasan ini adalah
segala kegiatan, untuk mengenang Nabi            salah satu bentuk dari kepercayaan masyarakat
Muhammad sakit. Hari itu juga merupakan          yang bisa dikatakan tradisi nenek moyang
hari yang kurang baik menurut penanggalan        (Yusuf, 2011: 11). Sudah menjadi tradisi di
pra-Islam (Lombard, 1996: 240). Dikatakan        kalangan sebagian umat Islam terutama di
dalam penanggalan-penanggalan pra-Islam          masyarakat Islam Indonesia, seperti halnya
itu pertama-tama menunjukkan indikasi-           di Palembang, Lampung, Kalimantan Timur,
indikasi hari yang baik dan yang buruk. Suatu    Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
indikasi waktu tertentu selalu akan tampak       Yogyakarta, dan kemungkinan sebagian kecil
mengandung potensi ini dan itu, dan orang        masyarakat Nusa Tenggara Barat. Tradisi
yang berkepentingan harus memperhitungkan        rebo wekasan dilaksanakan dengan beberapa
dengan perhitungan “ala ayu” waktu karena        ragam cara. Ada yang merayakan dengan cara
itulah cara menghindari bencana yang             besar-besaran, melaksanakan haul sesepuh
mengancam. Tetapi penanggalan Islam              dan tahlilan bersama, ada yang merayakan
sebaliknya, mencoba meratakan semua              secara sederhana dengan membuat makanan
ketidaksamaan itu dengan tujuan mengangkat       yang kemudian dibagikan kepada tetangga,
persepsi waktu yang secara mendasar bersifat     namun diawali dengan tahmid, takbir, zikir dan
netral, koheren dan seragam.                     tahlil serta diakhir dengan doa. Ada juga yang
                                                 merayakan dengan melakukan shalat rebo
     Satu hal yang menarik adalah melihat        wekasan atau shalat tolak balak, baik dilakukan
bagaimana perayaan-perayaan Islam                sendiri-sendiri maupun secara berjamaah.
menumpangi perayaan-perayaan yang terkait        Bahkan ada yang cukup merayakannya dengan
dengan ritme tahun matahari, dan sedikit demi    jalan-jalan ke pantai untuk mandi yang
408 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dimaksudkan untuk menyucikan diri dari           Wekasan adalah kitab-kitab klasik yang rata-
segala kesalahan dan dosa.                       rata ditulis pada akhir abad 17 M dan awal
                                                 abad 18 M. Kitab-kitab rujukan ini adalah hasil
Sejarah                                          karya para cendekiawan Islam yang bukan
                                                 berasal dari tanah Jawa. Oleh karena itu ada
     Tradisi ritual Rebo Wekasan telah menjadi   yang berpendapat bahwa ritual Rebo Wekasan
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan       bukan budaya asli budaya Jawa meskipun
keagamaan masyarakat muslim di beberapa          menggunakan istilah Jawa. Di antara kitab-
tempat di Jawa seperti Madura, Gresik,           kitab rujukan yang digunakan adalah:
Probolinggo, Situbondo, Pasuruan (Jawa           Mujarrabat al-Dairabi al-Kabir karya syekh
Timur), Yogyakarta (DIY), Demak, Cilacap         Ahmad al-Dairabi, Kanzun al-Najah karya
(Jawa Tengah), Cirebon, Tasikmalaya (Jawa        Syekh Abd al-Hamid al-Qudsi, al-Jawahir al-
Barat), Pandeglang, Serang (Banten), dan         Khams karya Syekh Muhammad Khatir al-Din
sebagainya.                                      al-Atthar, Syarah Sittin, Khazinat al-Asrar dan
                                                 lain-lain.
     Kepercayaan atas keunikan Rebo
Wekasan berkaitan dengan keyakinan bahwa              Fenomena rebo wekasan dilatarbelakangi
Allah menurunkan bala dan bencana pada           adanya pendapat Abdul Hamid Quds yang
hari tersebut. Atas dasar hal itu masyarakat     dituangkan dalam kitab Kanzun Najah
kemudian meyakini bahwa hari tersebut adalah     wa-Surur fi Fadhail al-Azminah wa-Shuhur.
hari buruk untuk memulai atau melaksanakan       Dijelaskan dalam kitab tersebut, setiap tahun
aktivitas tertentu. Mereka menghindari Rebo      pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah
Wekasan dalam melangsungkan akad nikah,          menurunkan 320.000 macam bala bencana
melakukan perjalanan, memulai membangun          ke bumi. Hari tersebut dianggap sebagai
rumah, memulai usaha, dsb karena dipandang       hari yang terberat sepanjang tahun. Maka
akan membawa dampak buruk pada hasil             barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat,
yang akan dicapai. Sebagai gantinya, mereka      di mana setiap rakaat setelah surat al-Fatihah
kemudian melakukan ritual-ritual agama           dibaca surat al-Kautsar 17 kali, lalu surat al-
seperti salat, doa-doa, dan sedekah dengan       Ikhlas 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas
harapan agar terhindar dari segala bala’ yang    masing-masing sekali; kemudian setelah salam
diturunkan pada hari tersebut.                   membaca do’a, maka Allah dengan kemurahan-
                                                 Nya akan menjaga orang yang bersangkutan
     Disebutkan dalam beberapa sumber            dari semua bala bencana yang turun di hari itu
referensi Islam Klasik bahwa salah seorang       sampai sempurna setahun.
Waliyullah yang telah mencapai makom kasyaf
(mendapatkan ilmu tentang sesuatu yang sulit          Kegiatan serupa dalam mengartikan
dimengerti orang lain seperti hal–hal gaib)      bulan Safar sebagai bulan bencana adalah
mengatakan bahwa dalam setiap tahun Allah        sebagaimana dikisahkan oleh al-Syeikh
swt. menurunkan bala’ (penyakit, bencana,        Muhammad bin Atwi al-Maliki al-Hasani, dalam
kejahatan, dsb.) sebanyak 320.000 macam          kitabnya Abwab al-Faraj, Pasal pengobatan
dalam satu malam. Oleh karena itu Wali           dengan ayat syifa (penyembuh), mengkisahkan
tersebut memberi nasehat mengajak pada           al-lmam al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi
umat untuk mendekatkan diri kepada Allah         Rahimahullah memiliki anak dalam kondisi
dan memohon agar dijauhkan dari semua            sakit keras sehingga hampir berputus asa
bala’ yang diturunkan pada hari itu dengan       melihat anaknya. Dalam tidurnya ia mimpi
membaca doa-doa keselamatan dan tolak bala.      bertemu dengan Nabi dan ia menyampaikan
Atas dasar itulah ritual yang dilakukan pada     kondisi sakit anaknya, dan Nabi berkata;
hari Rebo Wekasan bersifat bersifat tolak bala.  “apakah engkau tidak mengetahui ayat-ayat
                                                 syifa di dalam al-Qur’an?”. Kemudian al-lmam
     Sumber-sumber rujukan yang biasa            al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi segera
digunakan sebagai landasan ritual Rebo           mencari ayat-ayat yang dimaksud Rasulullah
                                                 Edisi Budaya | 409
tersebut. Ditemukanlah enam ayat dalam al-       yang ada di masyarakat Yogyakarta dengan
Qur’an yang mengandung kata syifa, yaitu         Gresik Jawa Timur. Tradisi rebo wekasan di
yang terdapat dalam surat at-Taubah (14),        Yogyakarta dianggap sakral dan penting,
Yunus (57), surat al-Nahl (69), surat al-Isra    karena menurut cerita pada hari Rabu terakhir
(82), dan surat al-Syu’ara (80). Kemudian        tersebut merupakan waktu pertemuan antara
beliau menulis ayat-ayat tersebut di atas        Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan Mbah
kertas dan memasukkannya ke dalam air dan        Kyai Faqih Usman, seorang ulama Islam
disuguhkan kepada anaknya untuk diminum          terkenal di Yogyakarta. Tradisi rebo wekasan
sebagai penawar, maka kemudian sembuhlah         atau rebo pungkasan dilaksanakan sebagai
anak tersebut dari penyakitnya. Adapun           wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah
ketujuh ayat yang disebut di dalam kitab Tajul   SWT. Puncak acara dalam tradisi ini adalah
Muluk terdapat dalam surat Yasin (58), surat     kirab lemper (makanan yang terbuat dari
ash-Shafat (79, 109, 120, 130), surat al-Zumar   beras ketan), seperti halnya yang terjadi pada
(73), dan surat al-Qadar (5) (Arsyad, 2005: 9).  masyarakat`desa Wonokromo. Lemper ini
                                                 dikirab dari masjid desa Wonokromo menuju
     Atas dasar pendapat dan kisah tersebut,     balai desa Wonokromo (Mulyadi, 1983: 4).
sebagian masyarakat menyakini bahwa bulan
Safar adalah adalah bulan sial sehingga harus         Asal-usul rebo wekasan dalam pandangan
mengadakan sebuah ritual untuk menolak bala      masyarakat Gresik yaitu sejak sejarah
bencana sebagaimana tradisi-tradisi selamatan    keberadaan upacara rebo wekasan pada zaman
lainnya yang diperingati untuk memperoleh        Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) yang
keselamatan. Fenomena tersebut merupakan         mensyukuri sebuah masjid serta sumber
bentuk pengalaman subjektif atau pengalaman      air yang ditemukan di desa Suci pada hari
fenomenologikal terhadap kesadaran pokok         Rabu akhir bulan Safar. Pada tengah malam
seseorang, dalam hal ini adalah pengalaman-      itu Sunan Giri mengajak para santri dan
pengalaman ritual yang dilakukan oleh            masyarakat setempat untuk mandi keramas
masyarakat yang menyakini turunnya bencana       serta mengajak shalat dua rakaat secara
di bulan Safar.                                  berjamaah pada hari Rabu terakhir, banyak
                                                 turun balak, maka untuk menghindarinya
     Hal itu dikuatkan dengan pendapat-          mereka mengadakan selametan dan selametan
pendapat yang didapatkan sebagian besar          tersebut dikenal dengan rebo wekasan (Sa’adah,
dari cerita mulut ke mulut dari para orang       2011: 34-35).
tua ke generasi selanjutnya, sehingga tidak
ada yang dapat memastikan darimana ritual             Setidaknya ada dua makna yang
perayaan ini berasal meskipun sudah tersebar     terkandung dalam perayaan rebo wekasan bagi
dimana-mana. Bahkan mungkin ada sebagian         masyarakat muslim, kedua makna tersebut
masyarakat Malaysia dan juga Pattani (sebuah     adalah makna yang sangat sakral dan makna
provinsi bagian selatan Thailand) juga ulama     ketenangan. Sebagian masyarakat muslim
Pattani yang menyebut tentang kena’asan          kebanyakan mereka meyakini bahwa hari
Rabu terakhir. Menurut cerita (gugon tuhon),     Rabu terakhir bulan Safar atau rebo wekasan
rebo wekasan adalah sebuah kepercayaan untuk     mempunyai makna yang mendalam dan
memperingati hari berkabungan dimana nabi        disakralkan karena dianggap hari nahas, hari
Muhammad SAW. sakit dan wafatnya tepat di        dimana Allah SWT. menurunkan 320 ribu
hari Rabu akhir bulan Safar. Maka, terdapat      balak, hari yang menakutkan atau hari yang
sebagian masyarakat yang menganggap pada         bisa menjadikan seseorang mendapatkan
hari itu membawa kesedihan.                      bahaya. Kemudian sebutan hari nahas ini
                                                 menurut beberapa orang berdasarkan pada
     Untuk cerita dari mulut ke mulut            tafsir QS. al-Qomar yang artinya
dari para orang tua, hal ini menimbulkan
perbedaan beberapa versi sehingga menjadi             “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan
berbeda nuansa ritualnya. Seperti kejadian       kepada mereka angin yang sangat kencang pada
410 | Ensiklopedi Islam Nusantara
hari nahas yang terus menerus. (QS. al-Qomar         bencana yang diturunkan.
[54]: 19)
                                                          4) Slametan. Pada sebagian masyarakat
Bentuk Ritual                                        disamping ritual-ritual di atas dilakukan
                                                     pula upacara slametan, yakni bersedekah
     Pada dasarnya rangkaian ritual Rebo             membagikan nasi pada tetangga dan saudara.
Wekasan dapat berbeda-beda di setiap daerah.         Di beberapa daerah dikenal pula ngapem
Hal ini berkaitan dengan kearifan lokal              (membuat kue apem) untuk disedekahkan.
masyarakat setempat. Beberapa ritual umum            Saat ini bahkan sedekah itu sudah bervariasi,
yang dapat ditemui dalam upacara Rebo                tergantung kesanggupan misalnya berupa
Wekasan yaitu:                                       makanan ringan atau pun sekadar air minum.
                                                     Makanan-makanan yang akan disedekahkan
     1) Solat Rebo Wekasan atau Solat Tolak          itu umumnya di bawa ke suatu tempat umum
Bala (li daf ’i al-balā`), yaitu salat sunat mutlaq  misalnya musalla dan kemudian dibagikan
sebanyak 4 rakaat. Pada setiap raka’at di            atau dimakan bersama-sama setelah rangkaian
dalamnya membaca al-Fatihah 1 kali, Surat al-        doa-doa selesai dilakukan. Sebagaimana ritual
Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlash 15 kali dan al-    lainnya, sedekah slametan juga dilakukan
Falaq-an-Nas 1 kali. Salat ini dilakukan dengan      sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada
harapan untuk memohon agar dapat terhindar           Allah dengan didasari harapan diselamatkan
dari bala bencana yang dipercayai diturunkan         dari segala bentuk bala bencana.
Allah pada hari itu.
                                                          Pelaksanaan tradisi ritual Rebo Wekasan
     2) Zikir dan doa, yaitu rangkaian ritual        berkisar antara setelah salat Subuh sampai
adat dengan cara membaca doa-doa yang                setelah salat Ashar, kira-kira mulai pukul
khusus dipimpin oleh tokoh setempat yang             05.00 sampai 16.00. Pada masyarakat Madura,
tujuannya, selain untuk mengingat Allah              salat Rebo Wekasan dilakukan pada waktu
juga untuk memohon agar bala bencana yang            Duha. Hal ini dipandang lebih utama karena
diturunkan pada hari itu tidak mengenai              perlindungan dari Allah swt diyakini turun
mereka. Saat ini, rangkaian zikir dan doa            pada waktu tersebut. Selain di tempat ibadah
sering ditemukan dalam bentuk pembacaan              seperti musalla, ritual Rebo Wekasan juga ada
Alquran Surah Yasin 3 kali atau al-Barzanji/al-      yang melakukannya di rumah masing-masing,
Dzibai, selawatan, dsb. yang tujuannya adalah        karena meskipun di pusatkan di musalla salat
untuk mendapatkan syafaat dari Nabi SAW              Rebo Wekasan dilakukan secara sendiri-sendiri
agar terhindar dari segala bencana yang jatuh        (tidak berjamaah). Hanya zikir dan doa-doa
pada hari Rebo Wekasan.                              yang biasanya dilakukan secara bersama-sama.
     3) Minum air jimat, yaitu meminum                    Seperti muslim Jawa lainnya, sebagian
air yang telah direndam tulisan wifiq khusus         masyarakat juga melakukan ritual-ritual
ke dalamnya. Wifiq yang tertulis dengan              khusus pada hari rebo wekasan ini. Ritual ini
menggunakan angka-angka Arab merupakan               merupakan suatu bentuk upacara tradisional
simbol nama empat malaikat, Jibril, Mikail,          yang dilakukan dengan maksud untuk
Israfil dan Izrail dengan disertai tulisan ayat-     menghindari marabahaya yang datang di
ayat salamah, yaitu tujuh ayat Alquran yang          hari Rabu yaitu dengan melaksanakan shalat
diawali dengan lafal “Salāmun” : “Salāmun            sunnah 4 rakaat dan membuang rajah di sumur
Qaulam-mir-robir-roḥīim, Salāmun ‘alā nūḥin          (sumber air) sebagai tumbal agar terhindar
fil-‘ālamīn, “Salāmun ‘ala Ibrāhīm, “Salāmun         dari segala marabahaya serta membaca bacaan-
‘alā Mūsā wa Hārūn, Salāmun ‘alā Ilyāsīn,            bacaan tertentu dan bersedekah (Muthohar,
Salāmun ‘alāikum ṭibtum fadkhulū-hā khālidīn,        2012: 77-78). Berkenaan dengan shalat
Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.” Meminum air       sunnah, setelah rakaat pertama membaca
randaman doa-doa tersebut dipercaya dapat            surat al-Kausar 11 kali, rakaat kedua membaca
menyelamatkan seseorang dari segala bala             surat al-Ikhlas 11 kali, rakaat ketiga membaca
                                                     Edisi Budaya | 411
surat an-Naas 11 kali. Setelah salam, membaca          Terdapat keunikan dalam praktik ritual
shalawat dan membaca doa yang intinya             rebo wekasan di desa Sukoreno Jember, salah
mohon kepada Allah SWT. memberikan dan            satunya adalah menuliskan ayat-ayat Al-
terhindar dari segala macam balak. Dengan         Qur’an diatas piring porselen putih, kemudian
demikin maka penyakit, marabahaya tidak           dicelupkan ke dalam air, dan diminum yang
akan pernah datang (Achmadi, 2013: 28).           berkhasiat sebagai pencegah dari bencana-
                                                  bencana yang turun pada hari tersebut. Praktik
     Setelah mereka melakukan ritual              penulisan ini disebut dengan pembuatan jimat.
sebagaimana di atas, mereka merasakan             Ayat-ayat yang terdapat dalam tulisan jimat
ketenangan dalam hati serta tidak was-was         merupakan potongan-potongan ayat dari
akan bahaya yang menimpanya. Dengan               beberapa surat Al-Qur’an, seperti surat Yasin
meyakini bahwa setelah melakukan ritual           ayat 8, as-Shaffat ayat 79-80, 109-110, 130-
dengan segala rangkaiannya ia merasa tenang       131, surat az-Zumar ayat 73, surat ar-Ra’d ayat
karena sudah berusaha dengan berdo’a, shalat      24 dan surat al-Qadr ayat 5 (Syamsudin, 2007:
li daf ’il bala’, melakukan sedekah yang menurut  xi-xiv).
keyakinan orang Islam sebagai penolak balak
karena berdasarkan hadis, bahwa shadaqah               Rebo wekasan yang dirayakan oleh
akan menolak segala bahaya. Di samping itu,       masyarakat Gresik dan Yogyakarta lebih
ia sudah merasa berusaha untuk meminum            bernuansa kirab budaya dan rasa syukur atas
air yang telah diberikan wafaq atau rajah         nikmat Allah yang mereka terima, karena asal-
yang berisi tulisan-tulisan Al-Qur’an, dengan     usulnya berbeda. Sementara itu, secara umum
harapan mendapatkan berkah dari tulisan           masyarakat justru perayaan rebo wekasan
tadi. Seandainya perbuatan yang mereka            ini dengan nuansa perihatin karena diyakini
lakukan itu kurang ada tuntunannya menurut        bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan
teks-teks Al-Qur’an atau hadis, mereka masih      Safar Allah telah menurunkan 320 ribu balak
mengatakan itu sekedar ibadah afdhaliyatu         (marabahaya) kepada umat manusia. Sehingga
a’mal dan tentu tetap mendapatkan pahala.         pada hari itu umat manusia dianjurkan selalu
Dari keyakinan-keyakinan inilah mereka            mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
merasa puas bahagia, tenang, tentram tidak        berdoa selamatan dan shalat tolak-balak.
merasa takut dalam menjalani hari-hari
mereka pada hari rebo wekasan (Muthohar,               Berbeda dengan tradisi rebo wekasan yang
2012: 78-80).                                     dilaksanakan masyarakat desa Gambiran
                                                  merupakan tradisi yang diwariskan secara
     Dalam prosesinya sendiri terdapat            turun-temurun, yang didasarkan atas
perbedaan antar daerah. Misalnya upacara          keyakinan masyarakat bahwa pada Rabu
rebo wekasan di Cirebon, tradisi rebo wekasan     terakhir di bulan Safar akan turun balak
diadakan dengan beberapa kegiatan, seperti        dari langit sejumlah 320.000 macam balak.
doa tolak balak, ngirab mandi, tarwuji            Keyakinan ini didasarkan atas sebuah kitab
(shadaqah), serta makan kue apem dan nasi         yang bernama Kitab Tarjuman, yang dikarang
uduk bersama. Sedangkan di Gresik, tradisi        oleh RKH. Abdul Hamid Bin Itsbat Banyuanyar,
rebo wekasan dirayakan dengan silaturahmi         Pamekasan Madura. Adapun sampainya tradisi
kepada para tetangga dan diadakan pasar           ini di desa Gambiran merupakan pengaruh
malam selama 1 minggu. Hal ini tidak lepas        dari beberapa pondok pesantren yang juga
dari ritual doa bersama dan mandi di sumber.      mengajarkan tradisi tersebut, seperti pondok
Di Banyuwangi, tradisi ini juga diperingati       pesantren Raudlatul Ulum Sumberbringin dan
dengan mengarak hasil bumi yang kemudian          pondok pesantren al-Wafa Tempurejo. Adapun
dilarung di pantai Cacalan. Di desa Gambiran      pelaksanaan tradisi rebo wekasan di Desa
sendiri, tradisi rebo wekasan dilaksanakan        Gambiran terdiri dari tiga bagian, yaitu shalat
dengan shalat lidaf ’il bala’, minum air azimat,  lidaf ’il bala’, minum air suci, dan sedekahan.
dan sedekahan.                                    Dalam tradisi ini, tidak ada penggunaan sesaji.
                                                  Hal ini merupakan ciri khas dari tradisi ini,
412 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yaitu menonjolkan nuansa islami daripada         serta aktivitas salat di dalamnya adalah
wilayah lain yang juga mengadakan tradisi rebo   perbuatan bid’ah yang tidak boleh (haram)
wekasan ini.                                     dilakukan karena tidak disyariatkan di dalam
                                                 Islam. Akan tetapi bagi para pendukungnya,
     Sampai saat ini, tradisi tersebut masih     ritual Rebo Wekasan dipandang baik dilakukan
tetap terjaga. Hal ini tidak lepas dari para     karena inti di dalamnya diyakini sebagai sarana
kyai yang setiap tahunnya menyelenggarakan       untuk berzikir dan memohon perlindungan
tradisi ini. Walaupun hanya sederhana, namun     kepada Allah. Pendapat-pendapat mengenai
arti dan nilai-nilai di balik tradisi tersebut   hal tersebut dapat diringkas di bawah ini.
yang tetap dipertahankan. Seiring dengan
masuknya budaya-budaya moderen, hal ini               Pertama, ritual Rebo Wekasan haram,
tidak membuat tradisi ini luntur. Bahkan tetap   tidak boleh dilakukan. Perdapat ini didasari
bertahan sampai sekarang. Meskipun ada           oleh argumentasi bahwa ritual dan doa-doa,
beberapa prosesi yang diubah seiring dengan      apalagi salat, tolak bala yang dikhususkan pada
perubahan pola hidup masyarakatnya, namun        hari Rebo Wekasan tidak diajarkan oleh Nabi
tidak mengurangi nilai-nilai dari tradisi        Muhammad saw. Pendapat ini merupakan
tersebut.                                        fatwa Lajnah Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyyah
                                                 wa al-Ifta’ di Saudi dan diikuti oleh Markaz Al-
     Secara umum, perkembangan upacara           Fatwa di Qatar. Kepercayaan akan hari naas
adat rebo wekasan banyak yang mengalami          yang bertapatan dengan Rabu dan bulan Safar
perubahan dalam bentuk pergeseran nilai,         itu itu telah ada sejak zaman Jahiliyah dan
bahkan penambahan bentuk upacara.                telah dihapus oleh Islam. Adapun hadis yang
Perubahan pola fikir masyarakat telah            menyatakan hari Rabu adalah hari naas adalah
berpengaruh pada pemaknaan nilai dalam           palsu, sebagaimana diungkapkan Ibn al-Jauzi
tradisi upacara adat rebo wekasan. Sehingga      dan diikuti oleh Syaikh Al-Albani.
mengakibatkan terjadinya pergeseran nilan
dari pemaknaan transenden ke pemaknaan                Kedua, ritual Rebo Wekasan adalah mubah,
instrumen. Tradisi rebo wekasan yanga            boleh dilakukan dan boleh tidak. Pendapat
awalnya bertujuan untuk dakwa islamisasi         ini didasari argumentasi bahwa hadis/kabar
dan memohon keselamatan hidup kemudian           adanya bala’ (hari naas) di Rebo Wekasan
bergeser sekedar menjadi alat untu               memang tidak lepas dari pro dan kontra, tetapi
memperoleh keuntungan ekonomi dan alat           ulama-ulama ‘Arifin melakukannya. Menurut
untuk memperoleh hiburan. Tetapi pergeseran      pendapat ini, amaliah yang dilakukan orang-
itu memang mutlak karena kebutuhan daerah        orang saleh boleh diikuti karena mereka telah
tertentu, misalkan adanya pendatang atau         dianugerahi keistimewaan dan ketersingkapan
modernisasi (pola pikir), tetapi sejatinya       batin yang tidak dimiliki oleh kebanyakan
tidak merubah esensi makna rebo wekasan itu      manusia. Dalam pendapat ini, orang boleh tidak
sendiri. Ritual ini merupakan suatu bentuk       sependapat dengan pendapat mereka selama
upacara tradisional yang dilakukan dengan        tidak menghina ulama saleh. Rebo Wekasan
maksud untuk menghindari marabahaya yang         berkaitan dengan keyakinan terhadap hal
datang pada hari Rabu akhir di bulan Safar.      yang gaib, tidak ada kaitannya dengan hukum,
                                                 oleh karena itu dipandang boleh-boleh saja
Seputar Pendapat                                 dilakukan. Adapun tentang keyakinan akan
                                                 adanya hari naas memiliki dasar hukum di
     Sebagaimana ritual-ritual tradisi lainnya,  dalam Alquran, khususnya ayat “Sesungguhnya
pelaksanaan ritual Rebo Wekasan ternyata juga    Kami telah menghembuskan kepada mereka
tidak luput dari pro dan kontra di kalangan      (kaum ‘Ad) angin yang sangat kencang pada hari
masyarakat, khususnya mengenai pelaksanaan       nahas/sial yang terus menerus” (QS. al-Qamar
salat di dalamnya. Beberapa kalangan             [54] : 19).
menganggap bahwa kepercayaan atas Rebo
Wekasan merupakan takhayul dan khurafat               Ketiga, ritual Rebo Wekasan adalah sunah.
                                                 Pendapat ini ditopang oleh beberapa hadis,
                                                 Edisi Budaya | 413
antara lain “Sesungguhnya dalam setahun ada  saat terjadi sebab-sebab siksa langit yang
malam (riwayat lain, hari) yang didalamnya   menakutkan seperti gerhana. Kehawatiran
turun wabah” (H.R. Muslim), hadis yang       akan bencana pada Rabu Wekasan dikiaskan
dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani:      dengan peristiwa tersebut, sebagaimana
“Sesungguhnya Kusta tidak muncul kecuali     halnya disunahkan salat pada saat panik atau
malam Rabu atau hari Rabu”. Selain itu, Ibn  keadaan takut seperti angin kencang, gelap
Rajab al-Hambali juga menyebutkan bahwa      gulita, dan sebagainya.
Rasulallah saw memerintahkan untuk berbuat
baik seperti salat, berdoa, bersedekah pada                       [M Ulinnuha dan Dan A Ginanjar Sya’ban]
                                            Sumber Bacaan
Abdurrahman, Moeslim (2003). Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Achmadi, Asmoro. Islam dan Kebudayaan Jawa. Surakarta: CV. Cendrawasih Asri Anggota Ikapi, 2013.
Al-Marbawi, Idris. Kamus Bahasa Arab Idris Marbawi. Semarang: Thoha Putra, 1987.
Aman, A. & Suwaidi, F. 2013. Ensiklopedia Syirik dan Bid’ah Jawa. Solo: PT. Aqwam Media Profetika
Arsyad, M. As’ad. Acara Ritual Mandi Safar dan Syukuran Nelayan. Jambi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Tanjung
         Jabung Timur, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Fathoni, Sulthon (2014). “Rebo Wekasan: Tradisi dan Hukumnya dalam Islam” diakses melalui www.kompasiana.com.
Hadis Riwayat Abu Daud. Sunan Abu Daud, Kitab Pengobatan, Bab Penjelasan Tiyarah. Nomor 3414.
Lombard, Denis. Nusa Jawa 2: Silang Budaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1996.
Mulyadi dkk. Upacara Tradisional sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud, 1983.
Muthohar, Ahmad. Perayaan Rebo Wekasan. Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Nuzori, Ahmad (2016). “Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah”. Jurnal An-
         Nuha, vol. 3, No. 1, Juli 2016
Pijper, G. F. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: UI Press, 1984.
Sa’adah. Makna Tradisi Rebo Wekasan Menurut Masyarakat Desa Suci, Manyar, Gresik (Studi Teologi). Skripsi Jurusan
         Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2011.
Sudarmanto. Kamus Lengkap Bahasa Jawa (Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa). Semarang: Widya Karya, 2014.
Syamsudin, Shahiron. Ranah-ranah dalam Studi Al-Qur’an. Yogyakarta: TH. Press dan Teras, 2007.
Yusuf dkk, Mundzikirin. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011.
414 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Riyadhah
Kata riyadhah dalam bahasa arab artinya                Makna riyadhah semacam ini mengalami
         adalah latihan. Dikatakan dalam kamus    sedikit pergeseran ketika digunakan para
         yarudhu almuhra, ia sedang melatih anak  santri di Nusantara. Sebagaimana dilaporkan
kuda. Yaitu melatih atau mengajarinya berlari     oleh Bambang Pranowo dalam penelitiannya
dan melompat. Pada mulanya kata riyadhah          bahwa praktik riyadhah di pesantren Tegalrejo
dalam konteks masyarakat Arab identik             telah banyak dipengaruhi oleh tradisi Jawa.
dengan tema olahraga dan militer inilah yang      Dalam riyadhah terkandung pula ritual puasa
disebut dengan ar-riyadhah al-badaniyah atau      mutih (tidak makan apapun kecuali nasi
ar-riyadhah al-jasmaniyah. Yaitu latihan fisik    putih, tapa lauk-pauk tanpa garam, dan hanya
untuk mencapai satu tingkat kemahiran             minum air putih) dan ngrowot (hanya makan
tertentu. Namun dalam perkembangannya             umbi-umbian). Hal ini sekaligus menunjukkan
kemudian riyadhah digunakan dalam wacana          betapa nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa
keislaman dengan makna yang sangat masyhur        dapat saling bersetangkup dengan ajaran
sebagai proses melatih diri mengendalikan         Islam.
hawa nafsu yang diistilahkan dengan riyadhah
an-nafsi.                                              Dalam tradisi Jawa, subtansi riyadhah
                                                  bukanlahhalbaru.Semenjakdahulumasyarakat
      Riyadhah merupakan proses pendisiplinan     Jawa telah mengenal istilah bantingraga.
diri secara asketis yang akan menghantarkan       Sebuah istilah yang dapat dikategorikan
seorang hamba mendekati Allah swt. Riyadhah       sebagai padanan kata pengendalian nafsu.
adalah sebuah metode bukan tujuan. Karena         Bantingraga biasa dilakukan masyarakat Jawa
metode itulah setiap sufi dapat mengisinya        demi menjaga stabilitas jagad raya. Secara
sesuai pengalaman masing-masing. Al-              harfiyah bantingraga berarti ‘menjatuhkan
Ghazali misalkan memulai keterangan               diri’. Yaitu upaya menghalangi fungsi raga
dalam bab riyadhah an-nafsi dari pendidikan       sebagaimana biasanya demi tercapainya
akhlak, hakikat akhlak yang mulia, hingga         sesuatu maksud. Ada beragam bentuk dalam
berbagai macam penyakit hati dan cara             banting raga diantaranya adalah tapa atau
penyembuhannya. Adapun sufi yang lain             bertapa yaitu berdiam diri dalam waktu yang
menunjukkan cara-cara melatih ruhaninya           ditentukan sesuai dengan perintah sang guru.
secara praktis dengan beristiqamah mendirikan     Atau juga patigeni, yaitu bergadang sepanjang
shalat lima waktu berjamaah, melaksanakan         hari da malam. Dan yang lumrah adalah
sunah-sunnah muakkad seperti shalat sunnah        puasa. Namun ada berbagai macamnya puasa
rawatib, dhuha, tahajjud dan witir, ditambah      ngalong yaitu puasa yang disaat berbuka hanya
shalat tasbih setiap malam jika memungkinkan,     memperbolehkan makan buah-buahan seperti
berzikir setiap saat dan berpuasa dalam           halnya binatang kalong (kelelawar). Ada juga
hari-hari yang memungkinkan. Inilah arti          puasa mutih yaitu puasa yang ketika berbuka
riyadhah dalam tasawuf dan contoh praktis         hanya boleh makan nasih putih saja. Ada juga
pengamalannya.                                    puasa senin-kamis, yaitu puasa pada setiap
                                                  Edisi Budaya | 415
hari senin dan kamis. Ada juga puasa ngrowot     inilah pola puasa yang pernah dilakukan Nabi
yaitu puasa yang ketika berbuka hanya makan      Dawud AS. Yaitu melaksanakan puasa dengan
umbi-umbian saja. Dan masih banyak lagi          cara bergantian hari, yakni sehari puasa sehari
jenis puasa yang lain. Intinya dalam banting     tidak puasa. Demikain seterusnya dilakukan
raga adalah mengkosongkan perut untuk            dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk
menghindari makanan agar tidak terlalu           kiai. Selama puasa dawud seorang santri harus
mudah terjatuh dalam kepulasan tidur. Karena     mengamalkan berbagai bacaan doa yang
bergadang sepanjang malam adalah sebuah          diberikan sang kiai.
anjuran. Demikian pentingnya mengosongkan
perut dalam kebudayaan Jawa. Karena perut             Demikianlah diantar bentuk riyadhah
yang kosong dianggap mampu menahan nafsu         yang ada di lingkungan pesantren. Dan
dan menjernihkan pikiran. Sehingga berbagai      masih banyak lagi praktik riyadhah yang
ngelmu dapat dicerna.                            lainnya. Berbagai praktik riyadhah ini hanya
                                                 boleh dilaksanakan oleh santri, setelah ia
     Pesantren sebagai lembaga pendidikan        memperoleh ijazah dari seorang kiai. Iajzah
yang hidup bersama masyarakat, tidak bisa        adalah semacam izin informal yang diberikan
melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya.     seorang kiai kepada santri untuk menjalankan
Meskipun pada mulanya konsep riyadhah            satu amalan tertentu (lihat entri ijazah). Tidak
berisikan tentang ajaran tasawuf, tetapi         sembarang santri boleh menjalankan praktik
dalam praktiknya telah diwarnai dengan corak     riyadhah. Setiap riyadhah mengandaikan
riyadhah ala banting raga orang Jawa. Diantara   beberapa syarat. Misalkan untuk ngrowot
praktik riyadhah adalah puasa ngrowot selama     hanya boleh dilaksanakan oleh santri senior.
tiga tahun, yakni menghindarkan diri dari        Santri yang telah mencapai tingkatan dan
makan beras dan berbagai jenis makanan           umur tertentu. Begitu juga dengan puasa
yang berasal dari beras. Biasanya para santri    dalalil, puasa dawud dan lain sebagainya. Setiap
yang melaksanakan puasa ngrowot hanya            pesantren memiliki aturan berbeda mengenai
mengkonsumsi tepung gandum, gaplek               batasan melaksanakan riyadhah.
(ketela yang dikeringkan), dan sayur-sayuran.
Selama puasa ngrowot para santri tidak boleh          Sumber motivasi para para santri dalam
melewatkan bacaan wajib setelah shalat           melaksanakan riyadhah adalah keyakinan yang
magrib, surat An-Nas, Al-Falaq dan Al-Kautsar    mendalam bahwa keberkahan hidup dapat
sebanyak tiga kali. Masing-masing psantren       diraih dengan cara mendekatkan diri kepada
biasanya memiliki konsep riyadhah yang           Allah swt. Hidup yang berkah adalah hidup
berbeda. Hal ini sangat tergantung pada kiai     dengan bersahaja. Hidup yang penuh dengan
sebagai penentu kebijakan di pesantren.          kemanfaatan baik untuk masyaraat dan
                                                 keluarga. Sukur-sukur memiliki lebihan harta,
     Di sebagian pesantren praktik riyadhah      ataupun sekedar cukup untuk kebutuhan
bisa berupa puasa dalail, yakni berpuasa         hidup.
sambil mengamalkan doa dalail al-khairat
minimal satu hari satu kali atau tergantung           Demi mendekatkan diri kepada Allah
pada aturan yang ditentukan oleh kiai. Puasa     inilah, para santri harus terlebih dahulu mampu
dalail dilaksanakan selama tiga tahun tidak      mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu
boleh putus kecuali hari-hari yang diharamkan    yang selama ini cenderung pada kemaksiatan.
berpuasa oleh syariat Islam. Yaitu lima hari     Dengan berpuasa dan berzikir secara terus-
pada tanggal 1 Bulan Syawal dan tanggal 10,      menerus, nafsu yang liar secara perlahan
11,12, 13 Bulan Dzulhijjah. Oleh sebagian        akan menjadi jinak dan cenderung menuruti
santri dipercaya bahwa bulan Muharram            ajakan hati untuk mengabdi kepada ilahi.
adalah bulan yang tepat untuk memulai puasa      Harapan santri kemudian pada kemurahan-
dalail.                                          Nya, semoga Allah segera meletakkan bagian
                                                 cahaya-Nya kedalam hati agar hilang semua
     Dianatara bentuk riyadhah yang lain adalah  penyakita hati, sehingga yang tersisa adalah
puasa dawud. Dinamakan demikian karena           kejernihan hati yang terartikulasikan dalam
416 | Ensiklopedi Islam Nusantara
husnul khuluq tindakan dan tingkah laku yang         Namun dalam konteks kekinian riyadhah
mulia. Inilah semangat utama para santri        semacam ini menjadi satu barang langka.
melaksanakan riyadhah sebagaimana yang          Modernisasi dan globalisasi yang melanda
telah diajarkan oleh para ulama terdahulu.      bangsa ini cukup kuat menghujam. Kapitalisme
                                                tidak hanya merambah dunia bisnis dan
     Secara global praktik riyadhah memiliki    ekonomi, tetapi juga menyergap kehidupan
fungsi utama sebagai salah satu bentuk          petani di kampung dan juga santri-santri di
silatrrahim yang memperkokoh jejaring antar     pesantren. Di sini spiritualitas mendapatkan
pesantren. Fungsi ini dibangun semenjak         tantangannya. Sebagian besar pesantren
seorang santri datang kepada kiai untuk         tergerus arus, secara perlahan menggeser
memohon ijazah amalan riyadhah. Biasanya        arah kiblatnya. Menjadi pesantren modern
ijazah semacam ini didapat oleh seorang santri  dengan sistem pembelajaran, tatakelola dan
dari kiai lain di luar pesantrennya. Seorang    administrasi yang lebih rapi. Dan sebagain
kiai ahli hikmah yang masyhur pada masanya.     lain bertahan dalam keterbatasan dengan
Dalam proses inilah santri akan berkunjung      tetap mempertahankan nilai-nilai warisan
ke pesantren lain dan bertemu dengan santri-    leluhurnya. Sementara sebagian yang lain lagi
santri dari pesantren lain yang memiliki        selalu melakukan negosiasi, terkadang menang
maksud sama. Maka terjadilah interaksi dan      dan sering kali terkalahkan.
tukar informasi antar mereka. Seringkali
hal ini berlanjut hingga mereka kembali ke                                                                 [Ulil Hadrawi]
kampung masing-masing.
                                            Sumber Bacaan
Abu Hamid Al-Gazali, tanpa tahun. Ihya’ Ulumid Din Juz III. Singapura-Jeddah-Indonesia: Al-Haramain.
---------------------------, tanpa tahun. Mukasyafati Al-Qulub,
Amatullah Armstrong, 2001. Khazzanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizan.
Bambang Pranowo, 2009. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Insep dan Pustaka Alvabet.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Kodiran, 2007. Kebudayaan Jawa. dalam Koentjaraningrat, (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
         Djambatan
Marbangun Hardjowirogo, 1995. Manusia Jawa. Jakarta: Toko Gunung Agung
Said Hawwa, 1996. Jalan Ruhani, Bimbingan Tasawuf untuk Para Aktivis Islam. Bandung: Mizan
                                                Edisi Budaya | 417
Rukyah
Rukyah atau rukyatu al-hilal adalah cara      menggunakan metode rukyah. Setiap tanggal
        atau metode yang pertama digunakan    29 Sya’ban ada sekelompok orang Islam pergi
        oleh umat Islam untuk menentukan      ke pantai atau ke atas bukit untuk melihat hilal
datangnya bulan Ramadhan maupun bulan         di ufuk barat setelah matahari terbenam. Jika
Syawal. Meskipun ilmu astronomi sudah ada     hilal dapat dilihat, maka mereka menentukan
sebelum Islam datang—sehingga perjalanan      bahwa malam itu dan keesokan harinya adalah
bulan dan matahari sudah dipelajari oleh      tanggal 1 bulan Ramadhan. Dan jika mereka
para ilmuwan—namun nabi Muhammad saw          tidak dapat melihah hilal, maka keesokan
memerintahkan umat Islam untuk melihat        harinya adalah tanggal 30 bulan Sya’ban.
hilal dalam penentuan awal bulan puasa
maupun bulan syawal, dan jika hilal tidak          Ketika kerajaan-kerajaan Islam sudah
dapat dilihat, maka umat Islam diperintahkan  berdiri di Nusantara, kegiatan melihat hilal
untuk menggenapkan bulan Sya’ban menjadi      ini lalu dikoordinasikan oleh para pejabat
30 hari.                                      kerajaan. Adapun saat ini, urusan rukyatu al-
                                              hilal dikoordinasikan oleh kementerian agama
      Dalam satu riwayat, nabi Muhammad saw   RI, meskipun beberapa ormas juga ada yang
juga mengatakan bahwa kaumnya adalah kaum     melakukannya di beberapa daerah. Pengadilan
ummiy yang tidak biasa menulis dan berhisab.  agama di bawah kementerian agama bahkan
Oleh karena itu untuk menentukan awal bulan   diinstruksikan untuk melakukan rukyah
Ramadhan, rukyatu al-hilal menjadi pilihan    sebanyak enam kali dalam setahun, yaitu
dan disyari’atkan. Dalam memahami hadis       pada bulan-bulan Muharram, Rajab, Sya’ban,
ini dan hadis-hadis lain yang berhubungan     Ramadhan, Syawal, dan Dzul Hijjah. Adapun
dengan penentuan awal bulan Ramadhan,         departemen agama pusat melakukannya
para ulama, sebagaimana disebutkan oleh       delapan kali setahun, dengan menambahkan
Imam Ibnu Hajar al-Asqollani, menyimpulkan    bulan Robiul Awal dan Dzul Qo’dah.
bahwa hisab tidak pernah menjadi pilihan dan
pijakan syar’iy dalam menentukan awal bulan        Laporan rukyah bulan Ramadhan dan
Ramadhan. Bahkan ada pula yang berlebihan     Syawal disampaikan secara lisan sesaat setelah
dan mengatakan bahwa menentukan awal          pelaksanaan rukyah kepada sidang itsbat pada
bulan Ramadhan menggunakan hisab adalah       setiap awal bulan Ramadhan atau bulan Syawal
bid’ah, seperti pendapat Ibnu Taimiyah.       yang diselenggarakan sekitar pukul 18:30 WIB
                                              dipimpin oleh menteri agama.
      Di Nusantara, praktik rukyatu al-hilal
diyakini sudah dilakukan oleh umat Islam      Pelaksanaan Rukyah
sejak awal masuknya agama tauhid ini
mengingat puasa Ramadhan adalah salah              Pada mulanya rukyatu al-hilal dilaksanakan
satu rukun Islam, yang hanya bisa dilakukan   dengan cara sederhana dan tradisional. Dari
apabila awal bulan Ramadhan diketahui, dan    tempat yang tinggi atau pantai, orang-orang
cara mengetahuinya secara tradisional adalah  yang ditugasi untuk melakukan rukyah
418 | Ensiklopedi Islam Nusantara
melihat ke arah barat di sekitar matahari tanpa  lokasi diletakkan menghadap arah yang
mempergunakan alat perlengkapan seperti          sudah ditentukan sebelumnya dengan teliti
teropong maupun data-data astronomi.             berdasarkan data-data astronomi mengenai
Namun setelah ilmu astronomi dan ilmu falak      posisi hilal.
mengalami perkembangan yang pesat dan
banyak orang Islam yang menguasainya, data-           Pada dasarnya, untuk mempermudah
data astronomi kemudian digunakan untuk          kegiatan rukyah, ada beberapa hal yang
membantu pelaksanaan rukyah. Data-data           sangat penting untuk diketahui, di antaranya
astronomi yang digunakan tersebut adalah         ketinggian hilal, berapa azimuthnya, dan
kapan terjadinya ijtima’, saat terbenamnya       berapa kemiringan falak bulan dari ekliptika.
matahari, ketinggian hilal, deklinasi matahari
dan hilal, serta azimuth matahari dan hilal.          Bulan adalah benda langit yang tidak
                                                 memiliki cahaya sendiri. Cahaya yang ada pada
     Seiring perkembangan zaman, peralatan       bulan adalah pantulan sinar matahari yang
astronomi juga digunakan dalam melakukan         bisa dikatakan tidak begitu terang apalagi
rukyah, seperti teropong, kompas, rubu’          pada awal kemunculannya pada hari pertama
mujayyab, gawang lokasi, serta tongkat istiwa’.  setiap bulan. Hal ini yang membuat kegiatan
Namun teropong berlensa dan binocular            rukyah tidak mudah dilakukan. Pengamatan
dianggap kurang efektif dibadingkan dengan       hilal dilakukan beberapa saat setelah matahari
alat-alat lain yang tidak menggunakan lensa,     terbenam, tetapi pada saat itu langit masih
seperti gawang lokasi, sehingga ada beberapa     cukup terang sehingga bulan sabit baru yang
usulan untuk menggunakan teropong yang           tipis sulit dilihat, bahkan ketika langit cerah
dilengkapi dengan pembacaan skala derajat        tak berawan, karena pantulan cahaya matahari
teliti. Bahkan sudah ada ilmuwan yang            pada bulan hampir sama dengan terangnya
berusaha menciptakan teropong canggih yang       langit pada saat itu, meskipun matahari sudah
bisa digunakan untuk melihat hilal meskipun      tenggelam.
tertutup awan tipis. Sehingga apabila hilal
benar-benar sudah ada namun tidak dapat               Berikut ini adalah urutan metode rukyah
dilihat dengan mata telanjang, dengan            hilal tanpa teropong:
teropong tersebut, hilal bisa dilihat.
                                                 1. Persiapan. Yaitu mencari tahu posisi
     Saat ini, orang yang melihat hilal               bulan setelah terbenamnya matahari
juga menggunakan gawang lokasi yang                   pada tanggal yang dimaksudkan, baik
dilengkapi dengan data-data dari beberapa             dengan cara melakukan hisab sendiri atau
almanak astronomi internasional seperti               menggunakan data dari Badan Hisab dan
almanak Nautika dan American Ephemeris.               Rukyat. Tinggi hilal dan selisih azimuth
Menggunakan gawang lokasi dengan data-                bulan dan matahari harus diketahui
data astronomi yang akurat, para orang yang           supaya pengamatan lebih terarah.
melakukan rukyah lebih mudah mengarahkan
pandangannya ke lokasi hilal, untuk kemudian     2. Menetapkan jam. Hal ini harus dilakukan
berusaha melihat hilal dengan mata telanjang.         minimal 3 hari sebelum tanggal yang
Metode ini terbukti sangat efektif untuk              ditentukan, dan harus dilakukan setiap
melakukan rukyatu al-hilal.                           hari. Caranya adalah sebagai berikut:
     Gawang lokasi merupakan sebuah alat         • Menggunakan patokan jam dari
yang dibuat untuk membantu para observer              RRI pada pukul 19:00 WIB. Tanda
mengarahkan pandangan dengan tepat ke                 waktu tersebut terdiri dari enam kali
posisi hilal. Alat ini berupa dua buah tiang;         nada tit. Nada tit terakhirlah yang
yang pertama tiang pendek dengan lubang               menunjukkan waktu tepatnya.
pengintai, dan satunya lagi tiang panjang
berbentuk gawang. Tidak ada lensa pada           • Penetapan waktu ini dilakukan lagi
alat ini. Pada saat mengamati hilal, gawang
                                                 pada hari-hari berikutnya sambil
                                                 memperhatikan  penyimpangan
                                                 (percepatan atau perlambatan).
                                                                Edisi Budaya | 419
• Jika terjadi penyimpangan, berikan             beberapa hal yang perlu dilakukan:
          koreksi pada penujukan waktunya.
          Misalnya jika jam itu terlambat 5           • Mempersiapkan kompas, dan
          menit, maka penujukan waktunya                   memastikan tidak ada benda-
          juga harus dikurangi 5 menit, dan                benda yang mengandung magnet di
          seterusnya.                                      dekatnya.
     • Jam itu digunakan untuk menyatakan             • Letakkan kompas pada tempat
          waktu pada saat matahari terbenam                yang rata horizontal (tidak miring).
          dan pada saat melihat bulan.                     Tepatkan jarum kompas utara
                                                           menunjuk pada azimut 0 derajat,
3. Menyatakan cuaca sebelum matahari                       dan jarum kompas selatan menunjuk
     terbenam. Hal ini perlu dilakukan untuk               tepat pada azimuth 180.
     mendapatkan gambaran umum mengenai
     cuaca pada saat observasi dengan cara            • Tentukan arah menggunakan data
     sebagai berikut:                                      azimuth bulan dan matahari. Tanda-
                                                           tanda berupa benda seperti bangunan
     • Periksa horizon barat di sekitar                    atau pohon pada horizon bisa
          perkiraan tempat terbenamnya                     digunakan untuk mengingat arah.
          matahari dan terlihatnya bulan.
                                                      • Dari data tinggi hilal, alat bisa
     • Menyatakan keadaan cuaca menurut                    diarahkan ke perkiraan arah bulan,
          tingkatannya. Tingkatan 1, horison               sesuai dengan ukuran arah azimuth
          bersih dari awan, dan birunya langit             yang sudah didapatkan.
          terlihat jelas. Tingkatan 2, apabila
          pada horison terdapat awan tapi        5. Melihat hilal.
          tidak merata sehingga langit di atas
          horison terlihat keputih-putihan atau       • Mencatat waktu terbenamnya
          kemerah-merahan. Cuaca tingkat                   matahari dengan cara mengamati
          3, apabila terdapat awan tipis yang              matahari dari saat ia belum terbenam.
          merata di sepanjang horison atau jika            Waktu dicatat tepat pada saat bagian
          terdapat awan tebal sehingga warna               piringan atas matahari terbenam.
          langit tak terlihat biru.
                                                      • Memperhatikan daerah perkiraan
4. Mengecek letak matahari dan                             letak bulan dan memulai pengamatan
     memperkirakan letak bulan. Berikut ini                pada titik itu.
Sumber: http://pwnujatim.or.id/
420 | Ensiklopedi Islam Nusantara
• Mencatat waktu dengan tepat                mendekatinya, namun dengan teknologi
          ketika melihat hilal. Tinggi hilal dan  seperti teleskop, manusia tidak harus
          azimuthnya juga perlu dicatat.          mendekati bulan untuk mendapatkan sudut
                                                  pandang yang lebih besar terhadapnya.
     • Mencatat keadaan langit di sekitar
          bulan pada saat itu menurut tingkatan        Masalahnya cahaya yang sampai ke
          cuacanya.                               mata manusia melalui cermin telah melewati
                                                  beberapa lapisan komponen optik, sehingga
6. Melaporkan hasil observasi. Hasil              intensitasnya berkurang dan menjadi
     observasi dilaporkan kepada petugas          lebih redup. Jadi meskipun teropong bisa
     dengan menyertakan formulir Laporan          memperbesar gambar yang kita lihat,
     Hasil Observasi Bulan.                       tetapi cahayanya berkurang. Perkembangan
                                                  teknologi kemudian berhasil memberikan
Penggunaan teknologi dalam                        solusi atas permasalahan melemahnya cahaya
pelaksanaan rukyah                                pada teropong. Para ilmuan menemukan
                                                  teknologi untuk melipat-gandakan cahaya
     MayoritasumatIslammasihberpandangan          (light intensification) dengan menggunakan
bahwa penentuan awal bulan Ramadhan dan           instrumen yang disebut dengan image
Syawal dengan rukyah itu boleh dilakukan          intensifier. Dengan alat ini, intensitas cahaya
apabila langit (horizon) cerah. Jika langit       dapat dilipat-gandakan sampai 50,000 kali.
mendung, maka bulan Sya’ban digenapkan            Para ilmuan juga mengembangkan filter
menjadi 30 hari. Maka selama ini usaha            untuk memblokir cahaya yang sewarna
pengembangan teknologi berkenaan dengan           dengan cahaya rembang petang, yang disebut
rukyah hilal difokuskan pada penemuan alat        dengan substraction filter. Kombinasi dua alat
bantu rukyah dalam keadaan langit cerah.          ini terbukti sangat membantu pelaksanaan
Seandainyapun ada teknologi yang dapat            rukyah hilal.
membantu melihat hilal dalam keadaan langit
mendung, akan tetap banyak umat Islam yang              Beberapa peralatan yang biasa digunakan
tidak dapat menerimanya, karena dianggap          dalam kegiatan rukyatu al-hilal adalah sebagai
bertentangan dengan petunjuk syari’ah.            berikut:
     Meskipun bulan sabit merupakan benda         1. Alarm Clock sebagai alat aba-aba memulai
langit paling besar yang dapat diamati pada            dan mengakhiri pelaksanaan rukyat.
malam hari, tapi ia tetaplah sulit diamati
baik menggunakan mata telanjang maupun            2. Altimeter, yaitu alat pengukur ketinggian
teropong, kecuali teropong khusus. Hilal               tempat.
yang diamati untuk menentukan awal bulan
qomariyah adalah bulan sabit yang baru terbit     3. Chronometer atau lonceng astronomi.
rendah di atas ufuk, yang tidak lama kemudian          Alat ini adalah penunnjuk waktu yang
tenggalam lagi, dan cahanyapun sangat lemah            memiliki nilai ketepatan sangat tinggi,
jika dibandingkan dengan cahaya langit pada            tidak seperti jam biasa.
saat terbitnya hilal baru.
                                                  4. Gawang lokasi.
     Selain itu, bulan berjarak sekitar 500,000
km dari bumi, sehingga diperlukan alat untuk      5. Jarum pedoman atau kompas.
dapat membantu melihatnya dengan lebih
jelas. Teleskop atau teropong dilengkapi          6. Mistar radial. Alat ini digunakan untuk
dengan komponen optik seperti lensa, cermin            mengukur derajat posisi suatu benda
dan prisma yang fungsinya mendekatkan                  langit dari posisi yang ditentukan. Alat
pandangan atau memperbesar sudut pandang.              ini terbuat dari sebuah mistar atau benda
Tanpa teknologi, untuk memperbesar sudut               lurus yang diberi skala milimeter atau
pandang terhadap sesuatu, manusia harus                centimeter.
                                                  7. Pemotret bintang dan pesawat equatorial.
                                                  8. Pesawat lingkaran meridian atau transit
                                                  Edisi Budaya | 421
theodolit. Ini adalah teropong yang hanya       skala derajat. Alat ini hanya digunakan
     dapat bergerak bebas sepanjang bidang           untuk mengetahui “saat” setiap benda
     meridian, arah utara selatan. Pada alat         langit berkulminasi.
     ini terdapat sebuah skala yang dipasang
     vertikal dengan pembagian satuan derajat.  10. Pesawat komunikasi.
     Pesawat ini digunakan untuk menentukan
     saat dan tinggi suatu benda langit yang    11. Stopwatch.
     sedang berkulminasi.
                                                12. Theodolit.
9. Pesawat pelaluan atau pesawat passage.
     Alat ini seperti pesawat lingkaran         13. Tongkat istiwa.
     meridian tetapi tidak dilengkapi dengan
                                                14. Teropong yang dilengkapi image
                                                     intensifier dan subtraction filter.
                                                                                                             [Ali Mashar]
                                            Sumber Bacaan
Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-Asqollani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Dar al-Royan li-alturots, 1986.
Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, 2007.
Farid Ismail, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat
         Pembinaan Peradila Agama, 2004.
Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq (ed.), Hisab Rukyat, Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Yayasan Asy Syakirin Rajadatu
         Cineam, Tasikmalaya, 2005.
Taqiyuddin Ibnu Daqiqil Ied, Ihkâm Al Ahkâm Syarhu ‘Umdat Al Ahkâm, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, Dâr Ălam al-
         Kutub, Beirut, 1407 H.
Yahya Ibn Syarf al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, Mathba’ah al-Muniriyah, 1986.
422 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Ruwahan
Salah satu bentuk dalam tradisi selametan       kepada baginda Rasul: “Wahai Rasulullah,
       adalah ruwahan. Nama ruwah ini terambil  kenapa aku tidak pernah melihat Engkau
       dari kata arwah, jamak dari ruh. Ruwah   berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu
juga mengacu pada nama bulan yang disebut       yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?” Beliau
oleh sebagian orang Jawa. Bulan Ruwah diapit    SAW menjawab:
oleh Rejeb (Rajab) dan Poso (Ramadhan).
Ruwah merupakan bulan ke 8 dalam kalendar        ْﻗ َﻤﺎل.ا ﻓََّﺠﺄُﺎ ُِﺣس ُّﺐ َﻗأَﻨْ ُْﻪن َ�ُو ُْﺮﻫ ََﻓﻮ َﻊ َﺷ ْﻬﻋ ٌﺮﻤﻠﺗُﻲْﺮ َﻓَوأَُﻊﻧَﺎ ِﻓ� َِﻪﺻﺎاﺋِ ٌَﻷﻢ،إِ َذﻟﻟِﻰ َ َرﻚ ِّ َبﺷ ْﻬاﻟٌﺮ َﻌ َﻓﺎﻟ ْﻐ ِﻤِﻔﻴُ َﻞﻦ
Jawa, sementara dalam penanggalan hijriyah
sendiri disebut bulan Sya’ban. Tradisi ruwahan  “Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang
sendiri sudah ada sejak zaman nenek moyang.     lalai (dari beramal shalih). Ia adalah bulan
Agak sulit sejak kapan pastinya, dimulainya     disaat amal-amal dibawa naik kepada Allah
tradisi kebudayaan ini. Bukti yang kita lihat   Rabb semesta alam, maka aku senang apabila
adalah hingga kini tradisi itu dilakukan dalam  amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku
berbagai macam cara.                            mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-
                                                Nasai dan Ibnu Khuzaimah)
      Selain ruwahan, orang Jawa juga menyebut
munggahan. Ada juga yang menyebutnya                 Karena begitu mulianya bulan Sya’ban ini,
megengan sebagaimana orang Aceh. Kata lain      tidak berlebihan kiranya jika Rasul Saw kerap
bisa juga sedekah makam sebagaimana ada         melaksanakan puasa sunnah, sebagaimana
di sebagian masyarakat Cirebon. Biasananya      riwayat Aisyah: “Aku tidak pernah melihat
mereka juga mengiriginya dengan tipar atau      Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan
ngunjung buyut yaitu ziarah ke makam,           penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan
                                                aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak
      Kata ruh dalam ruwahan, yang jamaknya     berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan
adalah arwah sendiri dimaksudkan sebagai        Sya’ban.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
penanda bahwa pada saat acara dilangsungkan,
doa –doa dikirimkan dari yang hidup kepada           Pada bulan ini pula Allah akan
ruh, kepada mereka yang sudah meninggal.        mengampuni dosa-dosa makhluk-Nya.
                                                sebagaimana diceritakan Abu Musa Al-Asy’ari
      Bulan Sya’ban diyakini oleh umat Islam    bahwa Nabi Saw bersabda:
sebagai salah satu bulan yang istimewa.
Sebab di dalamnya terjadi banyak peristiwa      إن اﷲ ��ﻠﻊ �ﻠ� اﺠﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎن ﻓ�ﻐﻔﺮ �ﻤ�ﻊ
fenomenal yang menentukan kehidupan
manusia. Di antara peristiwa itu misalnya                              .ﺧﻠﻘﻪ إﻻ ﻟﻤﺸﺮك أو ﻣﺸﺎﺣﻦ
adalah perubahan arah kiblat umat Islam dari
Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina,      “Sesungguhnya Allah melihat pada malam
ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Di         pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni
dalamnya juga terjadi peristiwa laporan amal    semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan
perbuatan manusia kepada Allah Swt.             orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah dan
                                                at-Thabrani)
      Terkait dengan peristiwa yang terakhir,
sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya              Karena begitu bertuahnya bulan
                                                Edisi Budaya | 423
Syah’ban maka masyarkat muslim Nusantara,       bersama-sama di halaman makam. Tradisi
khususnya Jawa, kerap menjadikan bulan ini      ini disebut dengan Nyadran. Nyadran adalah
sebagai momentum untuk beramal saleh secara     kegiatan makan bersama di dekat pemakaman
kolektif, seperti sedekah dan do’a bersama.     setelah dibacakan doa bersama yang dipimpin
                                                oleh kepada suku atau kyai. Pada momentum
     Sementara dalam tradisi Jawa kuno, bulan   ini, biasanya semua anggota keluarga akan
Sya’ban ini dikenal dengan istilah bulan Ruwah  hadir untuk berziarah ke makam leluhur dan
atau bulan arwah. Sesuai dengan mananya,        bersilaturahim dengan sanak keluarga.
bulan ini dijadikan sebagai momentum untuk
mengingat dan menghormati para leluhur yang          Sementara kenduri dan megengan
sudah meninggal dunia. Mereka melakukan         (kirim hantaran makanan; yang dalam
ritual-ritual tradisi yang sangat naluriah dan  tradisi Aceh harus berupa daging/meugang)
manusiawi untuk memuliakan orang-orang tua      adalah manifestasi dari praktik do’a bagi
pendahulunya dengan mengunjungi makam,          semua keluarga sanak saudaranya yang
membersihkan bahkan berdoa bersama di           masih hidup dengan saling bersilaturahmi,
makam keluarga. Diantara tradisi ruwahan        saling memaafkan dan membantu untuk siap
yang biasa dilakukan adalah besik, kenduri      memasuki ibadah puasa dengan rasa yang suci
dan megengan serta nyadran.                     penuh suka cita.
     Besik adalah membersihkan makam.                Selain itu, pada pertengahan bulan Ruwah,
Kegiatan ini dilakukan baik secara gotong       juga dilaksanakan sedekah ruwah. Pada hari
royong di makam kampung ataupun bersama         ini disajikan beberapa jenis makanan seperti
keluarga di makam keluarga. Rumput liar         nasi dan beras, bubur merah dan bubur putih,
atau apapun yang terlihat mengganggu            ayam panggang, telor, kopi susu, teh manis,
pemandangan akan dibersihkan sehingga           kopi pahit, rokok daun nipah dan serabi.
pada bulan Ruwah ini makam-makam akan
terlihat bersih dan tidak terasa angker atau         Nasi dan beras melambangkan kasih
menakutkan karena dibersihkan oleh sanak        sayang dan kebutuhan pangan bagi masyarakat
keluarga dan keturunan mereka yang sudah        setempat. Sementara bubur merah dan bubur
meninggal dunia.                                putih melambangkan bahwa makhluk ciptaan
                                                Tuhan memiliki 20 sifat, diantaranya manusia
     Setelah itu, pada tanggal yang sudah       diciptakan dari tanah, malaikat diciptakan dari
ditentukan di tiap makam atau kampung,          cahaya yang dilambangkan dengan wana putih
warga melakukan tahlilan bersama di halaman     bersih yang berarti kebaikan. Sementara jin
makam dengan membawa makanan maupun             diciptakan dari api yang dilambangkan dengan
hasil bumi untuk dibagikan atau dimakan         warna merah yang berati kejahatan.
https://groupcahayaiman.wordpress.com                Bagi masyarakat Melayu Bangka misalnya,
                                                acara sedekah ruwah ini dirayakan lebih meriah
                                                daripada Idul Fitri. Semua sanak saudara
                                                dan segenap penduduk desa bahkan mereka
                                                yang berada di luar desa, berduyun-duyun
                                                datang untuk bersilaturahim dan sekaligus
                                                menyaksikan upacara sedekah ruwah yang
                                                dilaksanakan di pantai. Secara teknis, upacara
                                                sedekah ruwah dimulai oleh masing-masing
                                                kepala keluarga dari setiap warga desa dengan
                                                membawa makanan secukupnya ke masjid
                                                terdekat.
                                                     Secara filosofis, upacara ini dilaksanakan
                                                untuk menyambut datangnya bulan
                                                Ramadhan. Untuk memeriahkan acara, maka
424 | Ensiklopedi Islam Nusantara
diadakan makan bersama sebagai wujud rasa      Acara Ruwahan
syukur karena dapat berkumpul dan akan
dipertemukan kembali dengan bulan yang              Secara terus menerus ruwahan
suci. Akhirnya kegiatan semacam ini menjadi    berlangsung hingga kini dalam berbagai
tradisi yang diwariskan secara turun temurun   bentuk budaya yang menarik. Di Jawa Tengah
setiap bulan Sya’ban tahun Hijriyah.           misalnya ruwahan bisa disebut juga megengan.
                                               Tak semua kota kota di Jawa punya cara yang
     Sedekah ruwah dapat dipahami antara       sama dalam budaya ini. Masyarakat muslim
lain sebagai momentum persiapan menyambut      mereflesikan ruwahan biasanya dengan acara
puasa Ramadhan yang dianggap sebagai jihad     inti doa dan mengantarkan makanan kepada
melawan hawa nafsu. Sebelum berangkat ke       saudara atau tetangga dengan cara yang khas.
medan “perang” di sepanjang Ramadhan,
pembersihan diri dan doa restu para pendahulu       Tradisi yang sudah dilakukan sebelum
sangat dibutuhkan agar niat berpuasa sebulan   Islam datang ini, dalam pelaksanaannya
mendapatkan kekuatan dan ridha dari yang       telah banyak mengalami banyak perubahan
Maha Kuasa.                                    utamanya dalam relasinya dengan prinsip-
                                               prinsip ajaran Islam. Pada awalnya mengirim
     Sebagian ada yang memahami ritual         makanan sebagai sesaji untuk para roh diganti
Ruwahan tersebut bertujuan untuk mendoakan     dengan sedekah dan berkirim doa kepada
arwah leluhur yang telah meninggal. Selain     keluarga yang sudah meninggal.
untuk mendoakan arwah leluhur, ritual
Ruwahan beserta tradisi yang ada di dalamnya        Tadisi ruwahan bagi orang Kudus Jawa
memiliki maksud agar orang yang menjalankan    Tengah biasanya juga diikuti hantaran
ibadah puasa di bulan Ramadhan sudah suci      makanan kepada kerabatan atau tetangga
secara lahir dan batin. Kemudian melalui       yang disebut ater-ater, dulu biasanya nasi
ritual ini, masyarakat juga mengharapkan agar  lengkap dengan lauk pauknya, atau popular
dalam menjalankan ibadah puasa diberikan       dengan berkat .Setelah itu ada acara nglumpuk
kelancaran dan keberkahan.                     yaitu membawa nasi beserta lauknya ke
Tradisi masyarakat di Yogja dan jawa menjelang bulan ramadhan.
Sumber: http://seyogyanya.com/
                                                                Edisi Budaya | 425
mushola terdekat atau masjid untuk kemudian      disampaikan informan dalam masa penelitian.
dibacakan tahlil dan doa serta ditutup dengan
makan bersama.                                        Apem konon berasal dari kata afwan
                                                 yang berarti minta maaf, harapan mendapat
     Sementara, di Jepara Jawa Tengah,           ampunan dari yang Allah Swt. terhadap
tepatnya di desa Tunahan, ruwahan bisa           kesalahan-kesalahan kita. Sedangkan kolak
dilakukan dengan cara individual atau kolektif   barasal dari kata kholik, yang artinya kita
. Mereka yang punya banyak dana biasanya         harus selalu ingat sang kholik, Tuhan pencipta
mengadakan di rumah. Tuan rumah akan             semata. Ada juga yang memaknai bahwa
mengundang para saudara dan tetangga, lalu       kolak yang dibuat dari buah pisang dan buah
mereka berdoa bersama, dengan membaca            yang menggantung pada pada pohonnya,
tahlil misalnya. Dalam doa tahlil itulah         mengingatkan kita akan kesalahan pada orang
kemudian doa- doa dikirim, sohibul bait          tua, saudara yang sudah mendahului dan yang
akan me-list nama-nama arwah yang dituju         Maha Kuasa. Adapun ketan yang bersifat
dan biasnya seorang imam atau kyai akan          lengket mengandung pesan senantiasa untuk
memimpin doanya. Dalam pertemuan itu             menjalankan atau merekatkan silaturahmi.
bisa diisi tahlil, istighosah maupun sholat
tasbih, beda daerah beda adat/ kebiasaan              Budaya ruwahan telah membentang
doanya. Nanti para undangan yang pulangi         sepanjang tanah nusantara, Kita lihat di
masing – masing membawa berkat (biasanya         Aceh, yang disebut Mengengan, Meugang,
nasi atau kue-kue) dari tuan rumah. Adapun       atau Makmeugang. Meugang tidak hanya
yang kolektif, hampir sama dengan di daerah      diartikan ziarah kubur tapi juga mandi ramai
lain, biasanya dikumpulkan di masjid atau        ramai membersihkan badan. Orang Jawa
musholla. Para penduduk disitu membawa           Tengah menyebutnya Padusan, Di Sumbar dan
makanan lalu ada yang memimpin doa dan           Riau mereka menyebutnya Mandi Balimau.
diaminkan jamaah yang hadir. Mereka lalu         Sedangkan di Tapanuli Selatan dinamakan
mengakhiri acara dengan makan bersama.           Marpangir.
     Selain sedekah dan doa sebagaimana di            Makmeugang sendiri merupakan
atas, ruwahan yang biasanya di minggu terakhir   rangkaian aktivitas, membeli, mengolah
bulan Sya’ban, juga mempunyai kegiatan lain,     dan menyantap daging sapi. Meski intinya
yakni nyadran (ziarah kubur) dan bersih –bersih  menghidangkan dan makan sapi namun,
desa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa         mereka juga menambahkan ayam ataupun
pada ruwah adalah hari rayanya orang-orang       daging kambing.
yang sudah wafat. Maka menengok tempat
akhir dari kehidupan manusia yaitu maqbaroh,          Menurut sejarawan Aceh, Amir Hamzah,
berziarah kubur adalah keharusan. Kita akan      tradisi ini sudah terjadi sejak abad ke-14
melihat fenomena bagaimana makam makam           yakni masa tersebarnya agama Islam kesana.
akan sangat ramai dan membuat jalan sampai       Mengengan biasanya dilakukan tiga kali
macet pada Jumat terakhir bulan Sya’ban          setahun, 2 hari sebelum bulan puasa tiba, 2
maupun hari terakhirnya. Adapun bersih           hari sebelum hari Raya Idul Fithri dan 2 hari
– bersih desa merupakan cara menyambut           sebelum idul adha. Bulan puasa dan tentu juga
kedatangan Ramadhan yang melambangkan            dua hari raya itu adalah bulan yang baik. Mereka
silaturahmi dan kegotong royongan umat.          ingin menghidangkan dan bersedakah dengan
                                                 makanan yang terbaik. Menurut A.Hasyimi
     Ada yang unik dalam budaya ruwahan          dan Lombard, Meugangan juga dirayakan
ini, yakni kekhasan kue yang disediakan          oleh keluarga kerajaan Aceh Darussalam dan
pada ruwahan; Apem, ketan dan kolak.             diikuti dengan pembaikan sedekah kepada
Entah bagaimana asal usul kata ini dalam         fakir miskim.
kaitannya dengan ruwahan. Dalam banyak
literatur biasanya ungkapan atau makna kueh            Dari Aceh menuju daerah lain, Bawean
itu berasal dari sumber –sumber lisan yang       di ujung Jatim juga masih melaksanakan
                                                 ruwahan dengan mengantar makanan kepada
426 | Ensiklopedi Islam Nusantara
para sudara dan handai taulan. Sementara di    ziarahi. Tradisi ini bagi masyarakat Kabupaten
Lampung Timur diperingati dengan sholat        Cirebon di bagian utara disebut juga sebagai
tasbih dan pemberian makanan kepada fakir      ngunjung buyut (berkunjung kepada para
miskin. Adapun di Yogya, orang orang biasanya  leluhur).
membuat nasi Ambeng dan kemudian dibawa
ke ketua dukuh (kepala kampung). Disitu lah         Tradisi ini sebagaimana di banyak
mereka membaca doa dengan dipimpin oleh        tempat dulu memang adalah budaya animism
ketua dukuh. Lalu dikuti ziarah ke makam       dinamisme. Mereka biasanya membawa
bersama-sama.                                  sesajen makanan yang dipersembahkan
                                               kepada para roh agar terjadi keseimbangan
     Jawa Barat pun punya tradisi unik,        alam dan bentuk syukur. Intinya, bahwa
misalnya Cirebon. Keluarga kraton kasepuhan    pada diri manusia itu, sadar akan eksistensi
biasanya memperingati ruwahan ini di dalam     yang Maha yang di luar kekuasaannya, itulah
keratin dan tertutup untuk public. Namun       kemudian yang mereka ekspresikan dalam
tahun mereka melakukannya di masjid agung      tingkat akal yang mereka pahami.
sang cipta rasa dan dilanjutkan dengan ziarah
ke astana gunung jati. Dimana Sunan Gunung          Namun kekuatan strategi yang digunakan
Jati disemayamkan.                             oleh para wali atau penyebar Islam mempunyai
                                               kekuatan yang luar biasa dalam mengubah
     Tradisi ruwahan sudah lama berlangsung,   tradisi yang berlawanan dengan prinsip-prinsip
sejak Islam yang disiarkan oleh Sunan Gunung   Islam ini. Mereka tidak serta melarangnya,
jati ke Cirebon. Jadi memperingatinya, dimana  namun membentuk atau mewujudkan
diakhiri dengan ziarah adalah juga untuk       justru dalam hal yang dianjurkan oleh Islam
mengingat perjuangan Sunan Gunung Jati.        itu sendiri, ziarah, doa dan sedekah yang
Menurut Sultan, Keraton Kasepuhan didirikan    dikemas dalam nama apa saja sesuai lokalitas
oleh Sunan Gunung Jati, karena itu tradisi –   daerahnya.
tradisi yang ada disesuaikan dengan dengan
hari-hari besar Islam.                         Mengapa Sya’ban?
     Ruwahan keraton biasanya dilakukan             Bagaimanapun tradisi ruwahan dilakukan,
pertengahn bulan Sya’ban 15 berbarengan        setidaknya ada tiga pesan dalam peringatan
dnegan tradisi Nisfu Sya’ban. Karena pada      itu;
hari itu buku catatan amalan manusia ditutup.
Maka pelaksanaanya biasanya dimulai dengan     1. Menyambut bulan suci Ramadhan
sholat sunat 2 rakaat diteruskan baca yasin
3 kali. Selanjutnya acara diisi oleh Penghulu       Bulan Sya’ban atau Ruwah memang
Keraton, Kaum Masjid Agung dll. Dan seperti         pintu bulan menuju bulan Ramadhan.
biasa ada tawasulan dan doa yang diakhiri           Pada saat inilah umat Islam bersiap-siap
dengan makan nasi bogana.                           menyambut bulan mulia ini. Caranya bisa
                                                    banyak melakukan ibadah dan bersih –
     Namun bagi masyarakat biasa, ruwahan           bersih (diri maupun lingkungan). Pada
adalah bentuk syukur dari karunia dan rizki         bulan itu sebagaimana dalam salah satu
yang selama ini diterima. Mereka mengadakan         hadis yang diriwayatkan Usamah bin
ruwahan dengan sedekah makam. Biasanya              Zaid, Rasulullah banyak berpuasa karena
setelah musim panen, namun mereka juga bis          pada bulan itu amal manusia diangkat
amengadakan pada bulan Ruwah.Itu adalah             kepada Allah, sehingga beliau ingin pada
wujud syukur masyarakat petani yang berhasil        saat diangkat itu Rasululllah ingin dalam
panennya tapi juga diikuti oleh masyarakat          keadaan berpuasa. Di bulan Sya’ban itulah
lain.                                               kemudian ada malam nishfu Sya’ban, yaitu
                                                    malam ke 15 dimana doa - doa dibacakan
     Dengan dibacakannya doa doa pada               karena pergantian buku catatan amal
acara ruwahan itu, mereka berharap doa-doa          manusia.
mengalir kepada para ahli kubur yang mereka
                                               Edisi Budaya | 427
Usamah bin Zaid bertanya kepada                   berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah
     Rasulullah s.a.w.:’Wahai Rasulullah, aku          kami dan saudara-saudara kami yang
     tidak pernah melihatmu memperbanyak               telah beriman lebih dahulu dari kami,
     berpuasa (selain Ramadhan) kecuali                dan janganlah Engkau membiarkan
     pada bulan Sya’ban? Rasulullah s.a.w.             kedengkian dalam hati kami terhadap
     menjawab:”Itu bulan dimana manusia                orang-orang yang beriman; Ya Tuhan
     banyak melupakannya antara Rajab dan              kami, sesungguhnya Engkau Maha
     Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan              Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al
     amal baik diangkat ke Tuhan semesta               Hasyr: 10).
     alam, maka aku ingin ketika amalku
     diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (h.r.    3. Bersedekah
     Abu Dawud dan Nasa’i).
                                                       Pelajaran atau hikmah ketiga dalam tradisi
2. Berkirim doa kepada arwah                           ruwahan adalah bersedekah. Sedekah
                                                       atau berbagi kepada orang lain telah
     Mendoakan kepada orang yang sudah                 membudaya sebelum Islam datang. Ketika
     wafat merupakan salah satu pahala yang            menemukan tradisi sedekah bagian dari
     tidak putus bagi si mayat. Dalam acara ini,       Islam, sebagaimana dalam salah satu
     doa – doa biasanya ada dalam tahllil atau         hadits Nabi; ‘sedekah itu menolak bala’:
     istighosah yang ada dalam ruwahan ini.            maka tradisi ini langsung bisa diadaptasi
     Tentu saja ini sejalan dengan ajaran Islam        dalam Islam. Jelas sekali dalam ruwahan
     sebagaimana diriwayatkan dalam suatu              itu, ada yang membagi-bagikan makanaan
     hadits yang sudah popular.                        baik individual ataupun kolektif.
     Jika seseorang meninggal dunia, maka         4. Merekatkan Silaturahmi
     terputuslah amalannya kecuali tiga
     perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang         Ruwahan juga bermakna silaturahmi,
     dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”         sebab mereka saling mengunjungi. Kalau
     (HR. Muslim)                                      tidak mengundang yaruwahan masal dan
                                                       kolektif.
     Dan orang-orang yang datang sesudah
     mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka                                                [M Ulinnuha dan Ala’i Najib]
                                            Sumber Bacaan
Amin, M. Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000).
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997).
Hasil wawancara dari beberapa informan di daerah dearh yang disebut di atas.
Henri Chambert –Loir dan Claude Guillot dkk Ziarah dan Wali di Dunia Islam (terj.) Jakarta ,Serambi Ilmu Semesta,
         April 2007
Irvan Fauzan, Tradisi Ruwahan di Desa Tunahan Jepara, 2016 (Penelitian tidak diterbitakn)
M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta, Gelombang Pasang 2004
Rasyid, Harun Nur. Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia (Sumatera), (Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
         Pariwisata RI, 2004).
Tradisi Meugang http://melayuonline.com /ind/ culture/dig/2294/tradisi-meugang
Yusuf, Mundzirin, dkk. Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Suka, 2005)
428 | Ensiklopedi Islam Nusantara
S
  Samadiyah
     Saman
  Sambatan
   Samenan
     Sanad
      Santri
     Sarung
Sedekah Bumi
  Selametan
   Semakan
      Serat
  Seserahan
  Sewelasan
      Singir
   Sinoman
    Sorogan
     Sowan
     Suroan
      Surau
      Syair
   Syawalan
Samadiyah
Samadiyah adalah salah satu tradisi              sangat kuat terpancar dalam ritual Samadiyah
       khas Islam Nusantara yang berasal dari    ini.
       wilayah Aceh. Samadiyah dimaknai
sebagai sebuah upacara pasca kematian yang            Setelah upacara pemakaman jenazah,
berupa pembacaan doa dan beberapa ayat al-       masyarakat gampong melaksanakan ritual
Qur’an secara bersama-sama, yang dilakukan       doa bersama pasca kematian, terhitung sejak
oleh warga gampong (kampong).                    malam pertama hingga malam ketujuh. Di
                                                 Aceh, tradisi berdoa untuk orang meninggal
      Upacara ini berlangsung selama tujuh       disebut “Khanduri Matee” (kenduri orang
malam berturut-turut, terhitung sejak hari       meninggal). Semua ritual itu diselenggarakan
pertama mayat dikebumikan di dalam kubur.        oleh ahli waris yang di tinggalkan. Juga dibantu
Upacara ini dimulai setelah selesai shalat       oleh masyarakat gampong setempat.
maghrib dan setelah segenap warga gampong
berkumpul.                                            Pada malam pertama setelah mayat
                                                 dalam kuburan, para warga gampong akan
      Tempat Samadiyah dilakukan adakalanya      berdatangan ke rumah orang yang meninggal
di meunasah, masjid, atau rumah duka.            itu untuk menggelar ritual Samadiyah.
Kegiatan ini dilakukan dengan sukarela dan       Tentu, selain hendak ber-Samadiyah-an,
sebagai ungkapan turut berduka cita dari         tujuan kedatangan mereka juga terutama
warga dan tetangga, serta sebagai bentuk         hendak menghibur keluarga yang baru
dari spirit gotong royong, saling berbagi, dan   ditinggal pergi oleh mendiang almarhum,
tolong menolong.                                 berbagi meringankan perasaan duka dan
                                                 menghilangkan perasaan kesepian setelah
      Samadiyah berasal dari salah sifat Allah,  ditinggal mati.
yakni “al-Shomad”, yang berarti tempat
bergantung. Upacara ini disebut dengan                Para pengunjung yang datang akan
“Samadiyah” karena di dalamnya ditonjolkan       membawa buah tangan yang terdiri dari
pembacaan surat al-Ikhlas, di mana surat itu     berbagai jenis makanan ringan, seperti kue-
menyebut “Allahu-sh Shomad” (Allah tempat        kue, gula, kopi dan teh, beras, hasil bumi, dan
bergantung) pada ayat kedua.                     lain-lain. Makanan ringan tersebut kemudian
                                                 dimakan bersama-sama. Ada juga sebagian
      Di Jawa, ritual Samadiyah ini serupa       pengunjung lainnya yang memberikan sedekah
dengan ritual Tahlilan. Bacaan do’a dan          uang kepada keluarga duka. Pembawaan
petikan-petikan ayat al-Qur’an dalam             makanan ringan ini, terutama oleh kerabat
Samadiyah juga relatif sama dengan bacaan        orang yang meninggal itu, para tetangga
dan do’a Tahlilan. Hanya saja, dalam ritual      dan handai tolan, mempunya makna agar
Samadiyah, pembacaan surat al-Ikhlas             mengurangi beban dan menghibur keluarga
diperbanyak, biasanya sampai 33 atau 100 kali.   yang terkena musibah kematian.
      Semangat ibadah, tepa salira, tolong            Sehubungan dengan jumlah kegiatan
menolong, saling berbagi, dan gotong royong
                                                 Edisi Budaya | 431
ini yang sebanyak tujuh malam itu, maka           1. Memulai oleh Imam secara sir dengan
persiapan-persiapan pun diusahakan untuk               membaca (niat samadiyah).
mencukupi selama masa tersebut. Biasanya
persiapan-persiapan itu terdiri dari jenis            ِاﻟﻰ َﺣ ْﻀ َﺮ ِة اﺠﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠ�ﻪ
makanan ringan dan makanan berat. Acara
makan baik jenis kue-kue ataun makanan            وﺳﻠﻠﻢ وﻟﺒ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وذرﻳﺎﺗﻪ وذوﺧﻪ واﻫﻞ
berat seperti laksa, bubur, opor, dan lain-lain,
tampaknya berlangsung sangat sederhana.           ﺑﻴﺘﻪ اﺣﻤﻌﻴﻦ ﺷﻢ ﺧﺼﻮﺻﺎ اﻟﻰ اﻟﺮوح )ﻓﻼن ﺑﻨﻰ
     Usaha untuk melaksanakan persiapan           ..............................ﻓﻼن( ﻓﻰ اﻟﻘﺒﻮر اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ
kenduri tersebut dilakukan oleh para sanak
famili almarhum yang ditinggalkan, dengan         2. Membaca surat  ﺍﻟﻔﺎﲢﺔbersama-sama.
dibantu oleh para tetangga dan handai tolan.
                                                  اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﻴﺮا وﻛﺒﻴﺮا �ﺎر ﺣﻢ
     Dalam kegiatan upacara kenduri                                         ٣x...............راﺣﻤﻴﻦ
Samadiyah ini, terlibat para tetua gampong,
mulai teungku imam meunasah, tuanku               3. Membaca Istighfar bersama-sama.
gampong, dan lain-lain. Teungku imam
meunasah terlebih dahulu memberi tahukan              اَ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ اﻟْ َﻌ ِﻈ�ْ َﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ َذﻧْ ٍﺐ َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ اَ َّو ًﻻ وآ ِﺧ ًﺮا
kepada anggotanya terutama sekali orang-              ٣×.... َو َﻇﺎ ِﻫ ًﺮا َو َﺑﺎ ِﻃﻨًﺎ �َﺎا ُﷲ �َﺎ َرﺣْﻤ ُﻦ �َﺎ َﻟ ُﻔ ْﻮ ُر �َﺎ َر ِﺣ�ْ ُﻢ
orang yang pandai membaca al-Qur’an dan
Samadiyah. Karena acara yang paling puncak        «Aku meminta keampunan akan ALLAH
pada ritual ini adalah saat membaca al-Qur’an     yang megah, dari sekalian dosa besar, baik
dan Samadiyah.                                    pada awal, pada akhir, pada dhahir dan
                                                  pada bathin. Wahai ya ALLAH, yang maha
     Setelah selesai pembacaan Samadiyah,         pengasih, maha pengampun dan maha kasih
kepada hadirin disuguhkan beberapa bahan          sayang».
makanan ringan dan juga makanan berat.
Setelah selesai makan, sang imam memohon          َﺳ َﻤ ِﻌ ْﻰ  اَ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ اﻟْ َﻌ ِﻈ�ْ َﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ َذﻧْ ٍﺐ َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ ِﻣ ْﻦ
kepada keluarga duka untuk pulang ke rumah                       x ٣..................... َو َﺑ َﺼ ِﺮ ْى َو َﻛﻠﺎَ ِﻣﯩ َﻮﻓُ َﺆ ِدى
masing-masing.
                                                  «Aku meminta keampunan akan ALLAH
     Samadiyah malam pertama orang                yang megah, dari sekalian dosa besar,
meninggal biasanya dilakukan di rumah             baik dari pendengaranku, penglihatanku,
duka, atau bisa juga di meunasah sebagai          pembicaraanku dan dari hatiku».
pusat aktivitas gampong. Lalu ada Samadiyah
malam ketiga disebut “khanduri malam lhee”        اَ ْﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ َﺠَﺎ َوﻟِ َﻮا ِ ِ�ﻧﺎَ وﻟِ َﻤ َﺸﺎ ِﻳ ِﺨﻨَﺎ َوﻟِﺠَ ِﻤ�ْ ِﻊ
(kenduri malam tiga), dimana saudara yang         اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ َوﻟِﺠَ ِﻤ�ْ ِﻊ اْ َﻻ ْو ِ َ�ﺎ ِء َواﻟ ُّﺸ َﻬ َﺪا ِء َواﻟ َّﺼﺎﻟِ ِﺤ ْﻴ َﻦ
masih hidup datang ke rumah duka untuk
mendoakan yang meninggal dunia. Para tamu                      x ٣....
yang datang membawa oleh-oleh ala kadarnya,
semampunya. Sebelum berdoa, para tamu             «Aku meminta keampunan akan ALLAH
disuguhi makan malam bersama.                     bagi diri kami, ibu-bapak kami, orang-orang
                                                  tua kami dan bagi sekalian orang muslim,
     Seunujoeh adalah sebutan untuk               bagi para auliya, para syuhada dan bagi
Samadiyah hari ketujuh. Seuneujoh                 orang-orang yang shalih».
merupakan puncak daripada upacara kematian
setelah jenazah dikuburkan. Pada Samadiyah            �اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻠﻰ ﻟﺒ ﺳ�ﺪن ﻣﺤﻤﺪاﺑﺪك ورﺳﻮﻟﻚ اﺠ
Seunujoeh lebih ramai dari samadiyah                           ٨x...........اﻻﻣﻰ وﻟﺒ ا� وﺻﺤﺒﻪ وﺳﻼم
sebelumnya, orang lebih banyak berdatangan.
                                                  4. Membaca Shalawat.
     Berikut ini adalah tata cara dan bacaan
Samadiyah;                                            اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﻴﺮا وﻛﺒﻴﺮا �ﺎر ﺣﻢ راﺣﻤﻴﻦ
                                                                                               ٣x
432 | Ensiklopedi Islam Nusantara
5. Imam membaca :                                                      َﻳ َﻘ َّﺒ َﻞ ا ُﷲ ِﻣ َّﻨﺎ َو ِﻣﻨْ ُﻜ ْﻢ                                                                                             «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih
                                                                                                                                                                                                           lagi maha penyayang». «Katakanlah
6. Jawaban Jama`ah bagi bacaan Imam :                                                                                                                                                                      aku berlindung kepada tuhan manusia,
                                                                                                                                                                                                           Raja manusia, Sembahan manusia, dari
                                 ااﷲ �ﺘﻘﺒﻞ ا�� ﺋﻨﺎ و ا��ء�ﻢ                                                                                                                                                keburukan Syaitan yang bisa bersembunyi,
                                                                                                                                                                                                           yang membisik kejahatah dalam dada
Kemudian langsung disambung dengan:                                                                                                                                                                        manusia, dari kaum jin dan manusia».
                                          أَ ُﻋ ْﻮ ُذ ﺑِﺎا ِﷲ ِﻣ َﻦ اﻟ َّﺸ�ْ َﻄﺎ ِن اﻟ َّﺮ ِﺟ�ْ ِﻢ                                                                                                         ﻧاأََ*َﻟ ْﻏۢ َّْآﺮﺴَﻌِِﺣَﺘﻣْ ْﻤِْﻤﻌﻴا َِْﻴَﻦﻦُﺖﻦِﷲ�َاﺎﻟا*َﻋَّﻟﺮ َرِﻠَاَّﺮِ�ْﺣ َّْﺣﻫِْ�ْﻬبﻤِِﺪﻢْاﻢِﻧَﻟﻦْﺎ* َﻌَاﻟاﺎَﻟﻣﻟْﻟﻴََّﺎﺮِِﻟﺮِِّﻤﺼ ِْﺣاﻴَِﻟﺮ�َْْﻚاﻦَِﻤﻢَ�َ ْ*ﻐ ْطﻮ* ُِماْاَﻀﻟاﻟُْﻮﻤْﺤَ ِِّ� ْْﻤ�ﺴبْ َﺘُِﺪﻦِِﻘَﻋ�ْ*ﻠَ َ�ْﻢِإِﷲ ِ�َّﻬ*ﺎَرْﻢ َ ِّكِﺻَبو َﻏَﺮاَْْﻻاﻌﻟ ُﺒَاَﻌﻟُطﺎﺪﻟَ َّاَِﻤﻀوَّإِﺎِْﻴ��َّﻟَِّْﺎﻓﻦْﻴ َََكﻦ*ﻦ
                                                                       ِۢ ا ِﷲ اﻟ َّﺮﺣْﻤ ِﻦ اﻟ َّﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ                                                                                                 «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih
                                                                                                                                                                                                           lagi maha penyayang». «Segala puji bagi
«Dengan nama ALLAH yang maha pengasih                                                                                                                                                                      ALLAH tuhan sekalian alam, maha pemurah
                                                                                                                                                                                                           lagi maha penyayang, yang menguasai
lagi maha penyayang».                                                                                                                                                                                      hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah
                                                                                                                                                                                                           kami menyembah dan kepada Engkau kami
َوﻟَ ْﻢ  *  �ْ َ �ُ ْﻮ  َوﻟَ ْﻢ  �َ ِ ْﺘ  ﻟَ ْﻢ  *  ا ُﷲ أَ َﺣ ٌﺪ * اَ ُﷲ اﻟ َّﺼ َﻤ ُﺪ               ُﻗ ْﻞ ُﻫ َﻮ                                                                                           mohon pertolongan, tunjukilah kami kejalan
                                                                            أَ َﺣ ٌﺪ  ُﻛ ُﻔ ًﻮا  َّ  �َ ُﻜ ْﻦ                                                                                              yang lurus, yaitu jalan-jalan orang yang
                                                                       ٣٣x                       �                                                                                                         telah Engkau beri nikmat kepada mereka,
                                                                                                                                                                                                           bukan jalan-jalan orang yang dimurkai, dan
«Katakan oleh mu wahai Muhammad,                                                                                                                                                                           bukan pula jalan-jalan orang yang sesat».
bahwa ALLAH itu satu, lagi allah adalah                                                                                                                                                                    «Terimalah do›a kami wahai tuhan seru
yang dibutuhkan, yang tidak pernah beranak                                                                                                                                                                 sekalian alam».
dan diperanakkan, dan tiada satu pun yang
sama dengannya».                                                                                                                                                                                           Kemudian membaca ini
Langsung disambung dengan :                                                                                                                                                                                اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ �)ﻫﺎ(ورﺣﻤﻪ)ﻫﺎ(و�ﻓ�ﻪ)ﻫﺎ(واﻋﻔﻮ
                                                                                                                                                                                                           (ﻋﻨﻪ)ﻫﺎ(واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ�)ﻫﺎ(¸ووﺳﻊ ﻣﺪﺧﻠﻪ)ﻫﺎ
اَ َﻻ ِا� ِإ َّﻻ ا ُﷲ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﺤﻖ اﻟﻤﺒﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪارﺳ َﻮاﷲ
        ٣x..............................ﺻﺎدق وﻋﺪ اﻣﻴﻦ                                                                                                                                                      واﻏﺴﻠﻪ)ﻫﺎ(ﺑﺎﻟﻤﺎء واﻟﺴﻠﺞ واﻟﺒﺮدوﻧﻘ�ﻪ)ﻫﺎ(ﻣﻦ
Kemudian disambung dengan :                                                                                                                                                                                اﻟﺨﻄﺎ ﻛﻤﺎ�ﻨ� اﻟﺼﻮب اﻻﺑ�� ﻣﻦ ا�ﻧﺎس
٣ا َﺷۢ َّﺠ ِّﺮَِّﻔﺎاَﻣﺛَﺎﺎ ِﷲِ َتﺧاﻟﻠَ َِّﻓﺮَﻖﺣﻰْﻤ*ا ِﻟْﻦ َُوﻌا َِﻟﻣﻘ َّﺮِْﺪﻦ ِﺣ*�َْﺷ ِﻢَِّﺮو*ِﻣﻟ َﻗُْﺬﻦ ْ ِﻞﺳ ٍَأَﺷﻖ ُِّﺮﻋ ِا ْﻮَذ ُذاَﺣﺑِﺎ َوَﺮِﻗَﺳ ِّ ٍﺪَبﺐاِاﻟْ*َذ َﻔا َﻠَو ِِﻣَﻖﺣ ْﻦ*َﺴ َِﻣَﺷﺪ ِّْﻦﺮ  واﺑﺪ�)ﻫﺎ(دارﺧﻴﺮاﻣﻦ داره)ﻫﺎ(واﻫﻼﺧﻴﺮاﻣﻦ
                   ................................…٣x
                                                                                                                                                                                                           (اﻫﻠﻪ)ﻫﺎ(وزوﺟﺎﺧﻴﺮاﻣﻦ زوﺟﻪ)ﻫﺎ(وادﺧﻠﻪ)ﻫﺎ
«Dengan nama ALLAH yang maha pengasih
                                                                                                                                                                                                           اﻟﺠﻨﺔواﻋﺪه)ﻫﺎ(ﻣﻦ اﻟﻌﺬاب اﻟﻘﺒﺮ وﻓﺘﻨﺘﻪ وﻣﻦ
lagi maha penyayang». «Katakanlan wahai
                                                                                                                                                                                                                                           .ﻋﺬاب اﻛﺎر
Muhammad, aku berlindung dengan tuhan
                                                                                                                                                                                                           (اﻟﻬﻢ ﻻ ﺗﺤﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ
yang menguasai subuh, dari kejahatan
                                                                                                                                                                                                           واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻟﻼﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam
                                                                                                                                                                                                           وﻻﺗﺨﻌﻞ ﻓﻰ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﻧﻚ رؤف
apabila telah gelap gulita, dan dari
                                                                                                                                                                                                                                                 .رﺣ�ﻢ
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
                                                                                                                                                                                                                                        Edisi Budaya | 433
menghembus pada buhul-buhul, dan dari
orang-orang yang dengki apabila ia dengki».
**ِﻣ ْﻗُﻦ ْﻞ َﺷأَِّﺮ ُﻋاﻟْْﻮ َُﻮذ ْﺳﺑِ َﻮَﺮا ِِّبسااْﻟَّﺠﺎﺨَ َِّﻨﺎسِس  ِۢ ا ِﷲ اﻟ َّﺮﺣْﻤ ِﻦ اﻟ َّﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ
                                                                       * َﻣ ِﻠ ِﻚ ا َّﺠﺎ ِس ِا ِ� ا َّﺠﺎ ِس
* اَ َّ ِ� ْي �ُ َﻮ ْﺳ ِﻮ ُس ِﻓ ْﻰ ُﺻ ُﺪ ْو ِر ا َّﺠﺎ ِس * ِﻣ َﻦ اْﻟ ِﺠ َّﻨ ِﺔ
                                 ..…..............…… ٣٣x * َوا َّﺠﺎ ِس
7. Membaca Zikir (tahlil).                                                                                                              dan kema›rifahanMu».
                                                                                                                                   8. Membaca Do`a oleh Imam.
- Imam membaca :
                                                                                                                                       اﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ ﺛﻮب ﻣﺎ ﻗﺮاﻧﺎه ﻓﻲ ﻫﺬا اﻣﻜﺎن ﻣﻦ اﻟﻘﺮان
                       اَﻓْ َﻀ ُﻞ ا ِّ� ْﻛ ِﺮ ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْﻢ اَﻧَّﻪ                                                                       اﻟﻌﻀ�ﻢ وﻣﻦ ﺻﻼواﺗﻨﺎ وﻣﻦ ﺳﻮرة اﻻﺧﻼص
                                                                                                                                       وﺗﻬﻠ�ﻨﺎ ﻫﺪ�ﺔ ﺑﻠﻐﺔ ﻣﻨﺎ اﻟﻠﻨﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻒ رﺳﻮل اﷲ
«Ketahuilah bahwa sebagus-bagus zikir                                                                                                  ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠ�ﻪ وﺳﻼم و ﻋﻞ ﻋﻠﻪ واﺻﺤﺎﺑﻪ
adalah».                                                                                                                               اﺟﻤﻌﻴﻦ .واوﺻﻞ ﺛﻮاب ﻣﺜﻞ ﺛﻮاب ذﻟﻚ ﺣﺼﻮ ﺻﺎ
                                                                                                                                       اﻟﻰ اﻟﺮوح ﻓﻼن ﺑﻦ ﻓﻼن ﻓﻰ اﻟﻘﺒﺮ ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ �ﺎرﺣﻢ
- Bacaan bersama :                                َﻻ ِا� ِإ َّﻻ ا ُﷲ ٩٩x                                                               رﺧﻤﻴﻦ .اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ� وارﺧﻤﻪ و�ﻓ�ﻪ واﻋﻒ ﻋﻨﻪ
                                                                                                                                       واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ� واﺟﻌﻞ اﻟﺠﻨﺔ ﻣﺸﻮ ا�ﻪ ,اﻟﻬﻢ ﻻ
«Tiada tuhan yang                              berhak disembah                                                                         ﺗﺤﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ(
melainkan ALLAH».                                                                                                                      واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻻاﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن
                                                                                                                                       وﻻﺗﺠﻌﻞ ﻓﻰ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﺠﻚ رؤف
Disambung dengan :                                                                                                                     رﺣ�ﻢ .اﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ ﻗﺒﺮه روﺿﺔﻣﻦ رﻳﺾ اﻟﺠﻨﻪ
                                                                                                                                       وﻻﺗﺠﻌﻞ ﻗﺒﺮه ﺧﻔﺮة ﻣﻦ ﺧﻔﺮ اﺠﻴﺮان ,اﻟﻠﻬﻢ ﺑﻠﻎ
ﻣُﺤَ َّﻤ ُﺪ اﻟ َّﺮ ُﺳ ْﻮ ُل ا ِﷲ َﺻﻠَّﻰ ا ُﷲ َﻋﻠَ�ْ ِﻪ َو َﺳ َّﻠ َﻢ ﻛَﻠِ َﻤ ُﺔ َﺣ ٍّﻖ                                                  ﺷﻮاب ذﻟﻚ ﻣﻦ ا�ﻪ)ﻫﺎ( واﺟﻌﻞ ﻧﻮرا ﻣﻨﻴﺮا ﺑﻴﻦ ا�ﺪ
ِﻣَﻋ َﻠَﻦ�ْاَْﻬﺎ� ِﻣﻧَ ِﻨﺤْ َْ�ﻴﺎَﻦ َوﺑِ ََﺮﻋﺣْﻠَ�َْﻤ َﻬ ِﺎﺖ َﻏا ُﻤ ْﻮِﷲ ُ َوت َﻛ َوَﺮﺑِ ِﻣَﻬﺎ َﻚ ُﻏﺒْ َﻌﺜُ ْﻮا ِا ْن َﺷﺎ َء ا ُﷲ      �ﻬﻢ وﻓﻜﺎ ﻛﺎ ﻟﻬﻢ ﻣﻦ اﺠﺎر �ﺎ ��� اﻟﺴﺎ ﺋﻠﻴﻦ .وﺻﻠﻰ
                                                                                                                                       اﷲ ﻟﺒ ﺳ�ﺪ ﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻟﺒ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وﺳﻼم,
«Muhammad adalah utusan ALLAH, rahmad                                                                                                  ﺳﺒﺤﺎن رﺑﻚ رب اﻟﻌﺰة ﻋﻤﺎ �ﺼ�ﻔﻮن وﺳﻼم ﻟﺒ
dan sejahtera atasnya, itulah kalimat yang
benar, di atasnya kita hidup dan atasnya kita                                                                                                   اﻟﻤﺮ ﺳﻠﻴﻦ وﻟﺤﻤﺪ اﷲ اﻟﻌﺎ ﻟﻤﻴﻦ ..اﻟﻔﺎ ﺗﺤﻪ
mati dan dengannya pula kita dibangkitkan,
jika ALLAH mengkehendak kita sebagian                                                                                                   Sesudah do’a disunahkan membaca do’a
dari orang-orang yang aman, dengan                                                                                                 salawat bersama sama.
rahmatnya dan kemuliaannya».
                                                                                                                                                                                     ][A Ginanjar Sya’ban
Disambung dengan :
أَ ْﻋ ِﻄ ِﻨ ْﻰ  َﻣ ْﻄﻠُ ْﻮ ِ ْ�  َو ِر َﺿﺎ َك  ِاﻟ ِﻬ ْﻰ أَﻧْ َﺖ َﻣ ْﻘ ُﺼ ْﻮ ِد ْى
                                                   ﻣَﺤَ َّﺒﺘَ َﻚ َو َﻣ ْﻌ ِﺮ َﻓﺘَ َﻚ
«Wahai tuhanku, Engkaulah yang aku
maksudkan dan keridhaanMulah yang aku
tuntut. Maka berikanlah daku kecintaanMu
434 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Saman
   (TARI)
Salah satu jenis tarian khas dari daerah             Cara menyanyikan lagu-lagu dalam
       Gayo di Aceh Utara. Tarian ini dikenal   tari saman dibagi dalam 5 macam, yaitu (1)
       juga dengan nama “tarian seribu tangan”  “regnum”, yaitu auman yang diawali oleh
dan identik sebagai tarian khas Aceh secara     pengangkat, (2) “dering”, yaitu rengum yang
umum. Tari ini dimainkan oleh sepuluh orang,    segera diikuti oleh semua penari, (3) “redet”,
tak boleh kurang dan tak boleh lebih. Delapan   yaitu lagu singkat dengan suara pendek
orang berlaku sebagai penari, dan dua orang     yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
berlaku sebagai pemberi komando atau aba-       bagian tengah tari, (4) “syekh”, yaitu lagu yang
aba sekaligus sebagai penyenandung nyanyian.    dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara
                                                panjang tinggi melengking, biasanya sebagai
      Delapan orang penari itu akan             tanda perubahan gerak, dan (5) “saur”, yaitu
memperagakan berbagai macam gerak tari          lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari
yang unik, yang didominasi dalam gerak duduk    setelah dinyanyikan oleh penari solo.
dan bertepuk, utamaya tepuk tangan, dada,
paha, dan lantai. Karena kekuatan utama Tari         Tari Saman dilakukan dengan tidak
Saman adalah pada gerak dan tepuk yang diatur   menggunakan iringan alat musik, namun
dan dimainkan sedemikian rupa dan bertata       hanya dengan menggunakan suara dari
aturan. Sementara, dua orang penyenandung       para penari dan tepuk tangan mereka yang
akan menyanyikan lagu-lagu pengiring tarian     dikombinasikan dengan memukul dada,
itu.                                            pangkal paha, atau dinding lantai.
      Di antara tepuk dan gerak yang dikenal         Sebelum dimulainya tari, biasanya dipandu
dalam Tari Saman adalah gerak guncang,          oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut
kirep, lingang, dan surang-saring. Sementara,   syaikh. Sang syaikh akan terlebih dahulu
lagu-lagu yang disenandungkan sebagai           memberikan sambutan dan petuah-petuah
pengiring tari adalah lagu-lagu khas Aceh yang  ajaran kemuliaan dalam agama Islam.
bernafaskan religi dan kepahlawanan.
                                                     Para penari saman memakai kostum
      Tari ini menuntut keseragaman formasi     seragam khas Aceh: bulan teleng di kepala,
dan ketepatan waktu yang dilakukan oleh         penutup leher, dan gelang di kedua pergelangan
kedelapan pelaku tari. Karena itu, sudah        tangan. Sebelum menari, para penari duduk
menjadi sebuah keharusan bagi para pelaku       berbaris memanjang ke samping dengan
tari yang memperagakan tarian ini untuk         lutut ditekuk. Syeikh duduk di tengah‐tengah
memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan    para penari lainnya kemudian menyanyikan
yang serius agar dapat tampil dengan baik.      syair atau lagu yang diikuti dengan berbagai
                                                gerakan oleh penari yang lain. Gerakan dan
      Sementara itu, dalam menyenandungkan      lagu yang dinyanyikan memiliki hubungan
lagu pengiring tari, penyenandung tidak asal    yang dinamis, sinkron, dan memperlihatkan
menyenandungkan lagu begitu saja. Tetapi        kekompakkan. Tarian ini diawali dengan satu
ada aturan dan lagu-lagu tertentu yang          gerakan lambat, dengan tepuk tangan, tepuk
disenandungkan sesuai dengan masanya.           dada, dan paha, serta mengangakat tangan ke
                                                Edisi Budaya | 435
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/      Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di
                                                daerah Gayo, namun pada perkembangannya
atas secara bergantian. Semakin                 ia juga kemudian dimainkan pada acara-
                                                acara umum seperti acara pesta ulang tahun,
     lama, gerakan tarian ini semakin cepat     pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga
hingga tari saman pun berakhir.                 sekarang.
     Sejarah Tari Saman berkaitan erat dengan        Dalam Tari Saman berpadu berbagai unsur
proses dakwah Islam di wilayah tersebut,        nilai yang menakjubkan; keluhuran ajaran
yaitu pada abad ke-14 M. Beberapa sumber        agama, kemurnian sejarah, kedalaman nilai
mengatakan jika tarian ini diciptakan oleh      budaya, keindahan seni tarik suara dan gerak
Syaikh Saman, salah seorang juru dakwah         tari. Selain itu, pada tarian ini juga tercermin
agama Islam pada masa itu dari dataran tinggi   nilai-nilai luhur keagamaan, pendidikan, tata
Gayo di wilayah utara Aceh, sebagai salah satu  krama, kepahlawanan, kebersamaan, gotong
media dan strategi penyebaran agama Islam di    royong, dan kekompakan.
sana.
                                                                                                  [A Ginanjar Sya’ban]
     Tari saman di masa Kesultanan Aceh
hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid
436 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sambatan
Dalam tradisi Jawa kata sambat memiliki           keinginan berpartisipasi dalam sambatan.
          banyak makna. Beberapa kamus            Tidak ada batasan usia yang mengatur peserta
          bahasa Jawa menerangkan bahwa kata      sambatan. Mereka yang merasa mampu secara
sambat memiliki arti mengeluh minta tolong        fisik boleh ikut sambatan.
dan gegayutan, sesambungan, gegandengan
(lihat Sudaryanto, 1991:275, Sastro Utomo,             Dalam konteks ilmu hikmah (semacam
2009: 411 dan Prawiraatmodjo, 1989: Jilid         ilmu gaib dalam Islam) yang berkembang di
II/105). Masing-masing makna digunakan            pesantren di Jawa, kata sambatan digunakan
sesuai konteksnya. Kata sambat yang berarti       untuk menunjuk sebuah asma yang berguna
mengeluh sering berhubungan dengan suatu          sebagai media memanggil ruh seorang
keadaan yang tidak sesuai harapan. Baik dalam     pendekar yang menguasai satu jurus tertentu
hal ekonomi maupun kesehatan. Misalkan            agar memasuki diri seseorang. Tersebutlah
pada kalimat, wong-wong podo sambat mongso        beberapa istilah seperti asma sambatan
pacekilik iki golek gawean angel. Artinya orang-  karomah, sambatan khadam jurus, atau sekedar
orang ada mengeluh saat paceklik seperti          kata nyambat dan lain sebagainya. Semua istilah
ini pekerjaan susah. Sementara makna              ini mengandaikan satu pemahaman yang sama
gegayutan, sesambungan dan gegandengan            yaitu harapan datangnya sebuah bantuan
(saling membantu, saling berhubungan,             dari alam gaib supaya dapat dimanfaatkan
bersama-sama) lebih merupakan makna               sebagaimana tujuan. Makna ini hanya difahami
kembangan yang menunjuk pada hilangnya            oleh sedikit orang yang memiliki hubungan
keluhan tersebut, inilah arti kata sambatan.      khusus dengan pengembangan dunia spiritual.
Dengan menambah akhiran ‘an’ persoalan
yang dikeluhkan dalam kata sambat menjadi              Di Jawa (khususnya Jawa tengah, Jawa
hilang. Artinya kata sambatan yang berarti        Timur dan sebagian Jawa Barat) kata sambatan
saling membantu merupakan solusi untuk            digunakan untuk menunjuk kegiatan gotong
menghilangkan berbagai keluhan yang               royong dalam pembangunan fisik baik untuk
terdapat dalam kata sambat.                       fasilitas umum seperti masjid, jembatan,
                                                  langgar dan lain sebagainya, ataupun fasilitas
      Dalam bahasa Indonesia kata sambatan        pribadi seperti rumah, gubug di tengah
dapat diterjemahkan dengan gotong royong          sawah dan lain lain. Maka bisa dikatakan ayo
atau saling membantu, dan bekerja sama. Kata      sambatan omahnya si A (ayuk, gotong royong
sambatan yang diartikan dalam bahasa Jawa         membangun rumh si A) atau ayo sambatan
dengan kata-kata gegayutan, sesambungan,          mbangun langgar (ayuk, gotong royong
gegandengan menyimpan makna saling,               bangun mushalla) dan lain sebagainya. Dalam
saling gayut (saling bergantungan) sambung        perkembangannya kemudian kata sambatan
(saling berhubungan) dan gandeng (saling          juga digunakan untuk menjelaskan kegiatan
bergandengan). Menunjukkan sifat aktif dua        saling membantu memasak, terutama ketika
pihak antara yang meminta bantuan atau yang       datang hajat besar. Bisa karena pernikahan,
dibantu (nyambatake) dan yang membantu            hitanan ataupun keperluan lebih kecil seperti
atau para penyambat. Para Penyambat atau          syukuran, tahlilan dan lain sebagainya.
orang yang ikut serta dalam sambatan adalah       Sambatan dalam ranah dapur di lakukan ketika
semua anggota masyarakat yang memiliki            memerlukan aktifitas memasak yang tidak
                                                  Edisi Budaya | 437
seperti memasak keseharian -extra ordinary     para tetangga dekat.
cooking- tentunya pelaku samabatan dalam
konteks ini hanya diikuti oleh perempuan.           Selain para penyambat, dalam setiap
Seperti halnya samabatan pembangunan yang      sambatan selalu ada tim inti yang terdiri para
didominasi para lelaki. Meskipun seringkali    tukang. Tukang adalah tenaga ahli yang dibayar
terjadi gabungan antara sambatan di dapur dan  secara profesional oleh tuan rumah (orang
sambatan pembangunan. Mengingat semua          yang nyambatno). Dialah yang bertanggung
aktifitas lelaki dalam sambatan pembangunan    jawab penuh akan prosesi sambatan. Dia
membutuhkan konsumsi yang banyak yang          pula yang akan membagi dan mengarahkan
secara otomatis menuntun proses memasak        pekerjaan kepada setiap peserta sesuai
yang tidak seperti biasa. Oleh karena itu      dengan kemampuan dan kebisaannya. Dalam
seorang tetaangga dekat akan terlibat secara   masyarakat modern posisi tukang diisi oleh
keseluruhan dalam proses sambatan. Seorang     para arsitektur. Berbeda dengan tukang sebagai
istri ikut sambatan di dapur untuk memasak.    pekerja profesional yang diupah, oleh tuan
Sementara suami ikut menjadi penyambat.        rumah para penyambat biasanya disediakan
                                               makan siang, snack dan juga minum2an. Tidak
     Dalam konteks tertentu kata sambatan      ada perbedaan fasilitas antar tukang dan para
juga digunakan untuk menunjukkan saling        penyambat kecuali soal upah bayaran.
membantu secara finansial. Hal ini hanya
dilakukan ketika terjadi sebuah musibah.            Pada dasarnya sambatan bersifat sukarela
Contoh sambatan untuk membantu korban          bukan sebuah kewajiban. Sambatan adalah
banjir, atau membantu keluarga korban          kegiatan sosial yang dilaksanakan untuk
kecelakaan dan lainnya. Istilah sambatan di    meringankan beban pembangunan. Oleh
sini lebih dekat pada iuran.                   karena itu sesorang akan ikut serta dalam
                                               sambatan ketika memiliki waktu luang.
     Pekerjaan dalam sambatan banyak           Orang-orang yang terikat kerja dalam suatu
ragamnya. Mulai pekerjaan ringan, sedang       perusahaan, dan perkantoran hanya bisa ikut
hingga yang berat. Penyambat bisa memilih      nyambat sepulang kerja atau pada hari libur
sesuai dengan kemampuan dan keahlian           saja. Namun bagi sebagian masyarakat petani
masing-masing. Orang-orang tua bisa iku        yang waktu pekerjaannnya sangat fleksibel,
merendam batu bata. Mengangkatinya             sambatan memiliki nilai lebih, sambatan dapat
secara perlahan ketempat yang ditentukan.      mengalahkan pekerjaan harian mereka di
Anak-anak muda bisa ikut menaikkan dan         sawah atau di ladang.
memasang genting sedangkan anak-anak kecil
sering menjadi pesuruh hal-hal yang bersifat        Seiring perkembangan zaman kata
pelengkap. Mengambilkan palu, membeli          sambatan kemudian difungsikan untuk segala
paku atupun sekedar menyapu. Di daerah         pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.
tertentu sambatan untuk membangun sebuah       Dalam masyarakat pertanian dengan sistem
rumah tinggal dilakukan mulai titik nol        kekerabatannya sangat kental, sambatan juga
pembangunan hingga selesai. Sementara di       dilakukan untuk proses panen (menuai padi)
daerah lain sambatan hanya dilakukan ketika    dan tandur (menanam benih padi). Dalam
membutuhkan tenaga ekstra, biasanya ketika     konteks ini para penyambat bisa para lelaki
melakukan pengecoran, menaikkan atap,          dan juga perempuan. Dalam masyarakat
memasang genting dan lain sebagainya.          petani seperti ini sambatan akan terus
                                               berjalan secara bergiliran. Di sinilah kemudian
     Sambatan juga tidak mengenal batas        sambatan mengandung pemahaman tentang
geografis administratif. Ada juga penyambat    balas budi, atau hutang-piutang, yaitu hutang
yang datang dari lain desa. Para penyambat     bantuan yang harus dibayar dengan bantuan.
ini biasanya diundang khusus oleh tuan         Sistem inilah yang menjadikan sambatan
rumah. Entah karena hubungan persaudaraan      tetap ada di tengah masyarakat Dan system
atau karena pertemanan. Para penyambat ini     ini juga yang mengikat para individu untuk
jumlahnya tidak terlalu banyak dibandingkan    tetap mengikuti sambatan. Karena norma
438 | Ensiklopedi Islam Nusantara
masyarakat akan menindak siapapun yang            (lahir tahun 1470 M) dalam salah satu pepali
melanggar kesepakatan bersama.                    pitu (tujuh dasar ajaran) sebagai pedoman para
                                                  santri-santrinya dalam ber-Islam. Pada ajaran
     Dari keterangan ini sesungguhnya             ketujuh Sunan Drajat mengatakan:
fokus makna dalam sambatan terletak pada
kandungan nilai untuk saling membantu                  Wenehono teken marang wong kang
dan saling peduli bukan besaran ataupun                wuto // Wenehono mangan marang wong
rupa bantuan itu sediri. Sambatan menjadi              kang luwe // Wenwhono busono marang
salah satu kegiatan yang ikut membangun                wong kang wudo // Wenehono pangiyup
kerukunan masyarakat desa yang sangat                  marang wong kang kaudanan
bermanfaat untuk membangun solidaritas                 (berikanlah tongkat kepada orang
sebuah kelompok. Dalam jangkauan yang                  yang buta, berikanlah makanan
lebih luas, kerukunan kemudian menjadi satu            kepada orang yang lapar, berikanlah
petanda khusus bagi kehidupan masyarakat               pakaian kepada orang yang tak
jawa pada umumnya.                                     berpakaian, berikanlah tempat
                                                       berteduh kepada orang yang
     Konsepi sambatan sejalan dengan ajaran            kehujanan)
Islam untuk saling membantu dalam kebaikan.            Ajaran Sunan Drajat ini sangat terkenal di
Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an            kalangan santri dan pengikutnya. Ajaran ini
Surat Al-Maidah ayat 2, terjemahan secara         benar-benar menjadi pegangan mereka. Dalam
lengkap dikutip di bawah ini:                     rangka mengabadikan, ajaran ini ditulis dan
                                                  ditempel di tembok pemakaman Sunan Drajat.
     Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)      Dalam ajaran Sunan Drajat ini tidak terdapat
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-     batasan agama, suku maupaun ras. Seorang
halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu      muslim haruslah membantu siapa saja yang
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-       buta, yang sedang lapar, yang tak berpakaian
menolonglah kamu dalam (mengerjakan)              dan yang kehujanan, tidak peduli jenis agama
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong   maupun sukunya.
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya            Konsepsi mengenai sambatan atau gotong
Allah amat berat siksa-Nya                        royong dalam masyarakat Jawa bukanlah
                                                  hal baru. Namun mendapatkan makna yang
     Anjuran saling menolong dalam ayat di        lebih sebagai sebuah amal kebaikan yang akan
atas tidak berbatas agama dan suku. Terutama      diganjar di akhirat nanti setelah kedatangan
saling membantu antar tetangga dekat.             Islam ke Jawa. Sekedar sebagai bukti
Sebagaimana diajarkan oleh rasulullah melalui     keberadaan sambatan pada masa wali sanga
hadits-haditsnya yang banyak menerangkan          adalah prosesi pembangunan Masjid Agung
mengenai cara bertetangga yang baik, mulai        Demak yang pada tahun 1481 M masih dalam
tentang cara berbagi makanan, keamanan,           proses penyelesaian.
hingga informasi. Begitu pentingnya hingga
Rasulullah saw pernah bersabda:                         Maka tidak diragukan lagi keberadaan
                                                  sambatan yang menjadi salah satu bagian
     Dari Aisyah r.a., dari Nabi Muhammad saw.    hidup masyarakat Jawa mengandung banyak
bersada, “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan  fungsi sosial diantaranya adalah mempererat
wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku     kerukunan antar individu, menciptakan makna
menduga bahwa ia akan memberikan warisan          bahwa rumah bukanlah sesuatu yang pantas
kepadanya.” (Shahih Bukhari: 6014)                dibanggakan, karena sebagai hunian pribadi,
                                                  rumah dibangun dengan keringat bersama-
     Baik Al-Quran maupun Al-Hadits, secara       sama. Sehingga terbangunlah perasaan saling
jelas memerintahkan seorang muslim untuk          memiliki yang dapat memperkokoh semangat
berbuat baik dan saling menolong sesama,          persaudaraan.
apalagi dengan tetangga. Dalil-dalil inilah yang
kemudian diterjemahkan oleh Sunan Drajat
                                                  Edisi Budaya | 439
Citra pembangunan Masjid Demak yang dilakukan dengan proses sambatan.
Gambar diambil dari film Sunan Kalijaga Sutradara Sofyan Sharna produksi tahun 1983
Dalam perkembangannya kemudian, media menyampaikan pesan secara tersirat
sambatan sebagai sebuah aktifitas kebudayaan bahwa tuan rumah sudah mampu membangun
yang mengandalkan nilai-nilai kebersamaan rumah sendiri.
tidak luput dari ancaman modernisasi yang          Demikian pula dengan sambatan
meletakkan semangat individualisme sebagai    pembangunan fasilitas umum. Modernisasi
semangat hidup manusia. Sebuah pola pikir     dengan semangat efektifitas dan efisiensi
yang selalu mempertimbangkan kepentingan      telah memberikan pelajaran yang baik tentang
pribadi di atas kepentingan orang lain.       tata cara pembagian kerja, dan pengelolaan
Sambatan kini mulai menyesuaikan diri         keuangan. Sambatan untuk pembangunan
dengan keadaan.                               masjid dan jembatan misalnya cukup
Di daerah-daerah perkotaan, seperti diartikulasikan melalui iuran bersama dengan
ibukota kabupaten dan sekitarnya sambatan sistem donasi. Tindakan pembangunan secara
tidak dapat lagi berlaku secara penuh. fisik selanjutnya diserahkan oleh panitia yang
Seperti halnya ritual lainnya, sambatan membawahi tim pemborong. Masyarakat
hanya dilakukan selama sehari selama proses cukup menerima laporan perkembangan
pembangunan rumah..Biasanya sambatan pembangunan dan penggunaan dana dari
dilakukan pada hari minggu ketika para paitia pada waktu yang disepakati.
tetangga memiliki waktu luang. Mereka              Tentunya gambaran semacam ini
hadir sesuai jam undangan di pagi hari.       tidaklah berlaku secara umum, ini hanyalah
Mereka datang sekedar basa-basi lalu pamit    salah satu bentuk perkembangan sambatan
pulang dengan berbagai alasan. Jarang sekali  di di tengah masyarakat urban. Yang pasti
peserta sambatan yang mengikuti proses        bentuk sambatan itu sendiri akan mengalami
pembangunan dari pagi sampai sore. Mereka     perubahan sejalan dengan perkembangan
berpikir semua telah dikerjakan para tukang,  zaman. Perbedaan ruang dan waktu selalu
pemborong dan arsiteknya. Di daerah seperti   mengandaikan perubahan bentuk sebuah
ini, sambatan hanya berlaku sebagai simbol    aktifitas kebudayaan.
kerukukan. Di sini sambatan berlaku sebagai
                                   Sumber Bacaan                                     [Ulil Hadrawi]
Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta:
         LKiS
Agus Sunyoto, 2013. Atlas Wali Songo, Buku Pertama yang Mengungkap Wali Sanga sebagai
Fakta Sejarah. Jakarta: IIMAN dan LTN PBNU
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Prawiroatmojdo, 1989. Bausastra, Jawa-Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung
Sudaryanto dkk. 1991. Kamus Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana university Perss.
Sutrisno Sastro Utomo, 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakart: Kanisius
440 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Samenan
   (IMTIHAN)
Istilah “samenan” sebagai suatu istilah          masih membudayakan kegiatan samenan
    untuk menunjukkan pada pesta kenaikan        diantaranya adalah kabupaten atau kota
    kelas yang biasa diadakan dalam budaya       Sukabumi, daerah Bogor, kawasan kabupaten
Sunda, bukan asli dari bahasa Sunda. Istilah     atau kota Ciamis, Kuningan dan beberapa
tersebut diangkat dari bahasa Belanda, hal       daerah Jawa Barat lainnya yang masih
ini dipengaruhi dengan sempat didudukinya        tergolong masyarakat tradisional. Meskipun
Indonesia dibawah tangan kekuasaan Belanda       memiliki konsep dan tujuan yang sama namun
dalam waktu yang cukup lama terutama di          dalam pelaksanaannya kegiatan samenan
tanah Pasundan setelah kedudukan sekutu          yang dilaksanakan di setiap daerah berbeda,
sehingga membuat bahasa Sunda memiliki           contohnya samenan yang dilaksanakan di salah
banyak kalimat serapan yang berasal dari         satu madrasah di desa Dewasari kabupaten
bahasa Belanda, salah satunya adalah samenan     Ciamis, samenan dilaksanakan pada satu
yang berasal dari kata “samen”.                  hari satu malam yakni dengan rangkaian
                                                 kegiatan, pagi hari merupakan kegiatan yang
      Dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata   diperuntukkan bagi anak-anak PAUD atau TPA
“samen” yang artinya bersama. Karena pada        sedangkan kegiatan malam hari dari sehabis
pesta kenaikan kelas, semua guru dan orang       Maghrib diperuntukkan bagi anak yang lebih
tua serta seluruh murid “berkumpul bersama”      besar.
mengikuti acara, maka dikenalah sebutan
samen atau samenan. Menurut KH. Mansyur,              Namun ada juga yang melaksanakan
SH (kepala Yayasan Alamatus Sa’adah),            kegiatan samenan lebih dari satu hari, biasanya
samenan atau bisa disingkat samen merupakan      ada yang tiga hari. Kegiatan inti dari acara
kegiatan tahunan sebagai acara kenaikan kelas    samen ini, diantaranya hari pertama acara
yang dilakukan di sekolah-sekolah), sebelum      pawai, dan hari kedua acara ngaleseng dari
memasuki bulan Ramadhan. Biasanya acara          para murid dan acara perpisahan dari murid
samen ini berlangsung selama dua atau            kelas enam. Hari pertama samen, dimulai
tiga hari. Berbeda dengan acara kenaikan         dengan pawai arak-arakan yang menampilkan
kelas sekolah-sekolah negeri yang biasanya       beberapa kreasi yang dibuat oleh warga
dilakukan setiap bulan Juni sebelum libur        misalnya tumpengan, atau arak-arakan anak
semester. Hal ini tidak jauh berbeda bagi anak-  anak yang akan melaksanakan samenan. Dalam
anak, karena samen memang dijadikan pula         pawai tersebut, mereka berjalan sejauh lebih
sebagai kegiatan untuk menyambut lebaran         dari lima kilo meter bersama murid-murid
yang segala sesuatunya harus dipersiapkan        madrasah yang dibarengi dengan sekelompok
dengan matang.                                   Marching Band untuk menambah suasana
                                                 keramaian saat melakukan pawai. Kebiasaan
      Kegiatan samenan merupakan acara           pawai arak-arakan ini telah berlangsung sejak
tradisional yang masih dijalankan di             tahun 1950-an, namun bedanya pada waktu
daerah atau desa yang masih kental akan          itu pawai hanya sekedar berjalan saja yang
kebudayaannya, berbeda dengan di ibu             menempuh jarak lebih dari 2 km dan tak ada
kota yang budaya masyarakatnya sudah             yang memakai kendaraan. Mulai tahun 1980-
heterogen. Adapun daerah-daerah yang
                                                 Edisi Budaya | 441
