The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by soedito, 2017-07-30 07:19:28

BUKU_AJAR_PT_2012_YY_periksa

BUKU_AJAR_PT_2012_YY_periksa

BUKU AJAR
PEMULIAAN TERNAK

UNTUK
PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS PETERNAKAN

(BERFORMAT FLIP_BOOK_PDF)

OLEH
SOEDITO ADJISOEDARMO

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO
2012

5

PRAKATA

Buku Ajar Pemuliaan Ternak, untuk programtudi S1 Fakultas Peternakan adalah
edisi Lecturenote yang ditulis Soedito Adjisoedarmo tahun 2001. Sesuai dengan
perkembangan proses pembelajaran yang berbasis Multimedia maka, Buku Ajar
Pemuliaan Ternak edisi 2012 disajikan dengan format Flip_Book_Pdf
Diharpakan dengan format Flip_Book Mahasiswa dan atau pembaca yang
berminat akan lebih dlimudahkan.
Bagai pengajar yang menggunakaanya sebagai Acuan, dengan formaf
Flip_Book_Pdf, teks dapat dibersarkan seseuai dengan kebutuhan.
Selamat memanfaatkan ( ingat password yang dibutuhkan : 23123709)

Purwokerto , September 2012
Penulis

6

7

8

9

10

11

12

BAB I
PENDAHULUAN

Sejalan dengan tingkat kemajuan pembangunan maka kebutuhan manusia
terus meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan meliputi karbohidrat, lemak,
protein, mineral, vitamin dan hormon. Penelitian dan penerapan hasil penelitian
di berbagai bidang ilmu dan teknologi terus diupayakan dan dikembangkan agar
pemenuhan kebutuhan terwujud.

Di pihak lain manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
berusaha memanfaatkan segala sistem yang ada di sekitarnya. Salah satu sistem
yang sangat penting adalah Sistem Bio-Sosio-Ekonomi yang bernama peternakan.
Sistem ini sangat penting karena menghasilkan bahan pangan manusia yang
bergizi tinggi, yaitu protein hewani. Oleh karena itu melalui peternakan manusia
tidak henti-hentinya mengusahakan peningkatan produksi ternak yang berupa
protein hewani, baik berupa daging, susu dan telur. Usaha-usaha tersebut antara
lain melalui penerapan ilmu dan teknologi beternak yang disebut pemuliaan
ternak. Setelah komputer diciptakan maka perkembangan dan penerapan
pemuliaan ternak makin maju dengan pesat.

Komputer adalah suatu alat elektronika yang dikembangkan untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan dan memecahkan persoalan yang dihadapi
oleh manusia dalam mencoba mengikuti perkembangan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Komputer mempunyai bagian utama perangkat keras
dan perangkat lunak yang berupa paket program, namun yang paling penting
adalah ketrampilan manusia, pemakai komputer tersebut. Karena alat ciptaan
manusia maka komputer dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia yang makin lama semakin

5

meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu komputer harus
dapat memenuhi syarat dari sudut kemampuan menyelesaikan pekerjaan ditinjau
dari kuantitas dan kualitasnya.

Pemanfaatan sistem komputer di berbagai bidang kehidupan manusia
sudah sejak lama dimulai. Pemanfaatan tersebut antara lain untuk, memecahkan
masalah, analisis data dan simulasi. Khusus di bidang pemuliaan ternak
manfaatan komputer di gunakan dalam program pencatatan produksi, penaksir
hasil seleksi, analisis data untuk penaksiran parameter genetik untuk tujuan
peningkatan produksi melalui peningkatan mutu genetik.

Bab Pendahuluan akan disampaikan dengan sistematik, 1) Peranan dan
Pemanfaatan Pemuliaan Ternak; 2) Pemanfaatan Sistem Komputer di bidang
Pemuliaan Ternak; 3) Harapan untuk Masa Depan.

Peranan dan Manfaat Pemuliaan Ternak

Sejarah Singkat Perkembangan Pemuliaan Ternak
Dalam berbagai kepustakaan dapat ditelusuri bahwa pemuliaan ternak
dikembangkan mulai tahun 1760 dan dilaksanakan oleh Robert Bakewell di
Inggris. Pengembangan dimulai dengan ternak kuda, domba dan sapi.
Keberhasilannya terletak pada tiga hal, yaitu pertama, dia telah menetapkan
sasaran yang dia inginkan misal mendapatkan sapi potong yang berbentuk
pendek dan cepat dewasa yang waktu itu belum ada. Kedua, dia tidak menjual
ternak jantan tetapi meminjamkannya kepada peternak lain dan peminjam
mengembalikannya apabila pejantan tersebut mewariskan mutu genetik yang
baik. Ketiga, membiakkan ternak yang baik dengan yang baik, tanpa
menghiraukan hubungan kekerabatan yang ada. Sebagai akibatnya sering dilak-
sanakan perkawinan silang dalam yakni perkawinan antar saudara. Silang

6

dalam tersebut mengarah dihasilkannya trah yang relatif murni, meskipun tanpa
diikuti pencatatan.

Metode Backewell ditiru secara luas dan mulai ditetapkan syarat-syarat trah.
Trah yang relatip murni tersebut dibawa ke Amerika, kemudian dibiakkan murni
dan disilangkan dengan rumpun lokal.

Asosiasi trah mulai dibentuk pada periode 1870 - 1900, mempunyai andil
besar dalam pengembangan pemuliaan ternak atau perbaikan genetik ternak.
Periode ini ditandai dengan pengembangan buku registrasi untuk menjamin
kemurnian trah diikuti dengan semangat kompetitif oleh berbagai asosiasi trah.
Terjadilah penyisihan ternak berdasar kemurnian trah sesuai dengan syarat yang
ditetapkan oleh asosiasi meskipun belum berdasar pada keunggulan genetik.
Namun tetap diakui bahwa sumbangan asosiasi tersebut sangat besar
terhadap perkembangan peternakan di Amerika.

Periode setelah asosiasi trah adalah pengembangan inseminasi buatan (IB).
Spallanzani pada tahun 1780 melaksanakan IB pada anjing, kemudian pada 1899
di Rusia dikembangkan pada ternak dan mulai 1930 di coba di Eropa. Inseminasi
buatan pada sapi perah di mulai 1938 oleh Perry di New Jersey Dairy Extension
Service. Ide lB menyebar ibarat seganas api dan banyak dibentuk organisasi atau
kelompok IB (Warwick dan Legates, 1979)

Periode setelah 1971 keberhasilan IB mulai dilaporkan oleh Departemen
Pertanian Amerika. Dilaporkan bahwa IB telah digunakan pada 8643.089 ekor
sapi, 3620 pejantan digunakan untuk menginseminasi rata-rata 3620 ekor sapi
betina (7 juta lebih sapi perah dan 1 juta lebih sapi pedaging). Pada tahun 1971
penggunaan semen beku mulai didaftar. Sampai 1987 Program lB telah
dilaporkan dapat membantu meningkatkan efektivitas penerapan pemuliaan
ternak dengan seleksi dan sistem perkawinan.

7

Pengertian Pemuliaan Ternak

Berdasar denotasi dan konotasi ilmu, pemuliaan ternak adalah suatu cabang
ilmu biologi, genetika terapan dan metode untuk peningkatan atau perbaikan
genetik ternak. Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak yang
digunakan untuk meningkatkan mutu genetik. Mutu genetik adalah kemampuan
warisan yang berasal dari tetua dan moyang individu. Kemampuan ini akan
dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh faktor lingkungan di tempat
ternak tersebut dipelihara.

Pemunculannya disebut performans atau sehari-hari disebut sebagai
produksi dan reproduksi ternak, contohnya antara lain produksi susu, telur,
daging, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih dan jumlah anak
sepelahiran.

Kemampuan genetik ternak, dapat juga disebut kemampuan bereproduksi
dan berproduksi, tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditaksir. Prinsip dasar pemuliaan
ternak mengajarkan bahwa kemampuan genetik di wariskan dari tetua ke anak,
secara acak. Diartikan bahwa tidak ada dua anak, apa lagi lebih yang memiliki
kemampuan yang persis sama kecuali pada kasus monozygote identical twin
(dua anak berasal dari satu sel telur). Kemampuan tersebut selanjutnya akan
dimunculkan dalam bentuk produksi yang terukur di bawah faktor lingkungan
yang tertentu.

Kemampuan genetik tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai
lingkaran kecil yang terletak di dalam lingkaran yang lebih besar. Lingkaran yang
lebih besar adalah gambaran pemunculan kemampuan genetik di bawah
lingkungan seluas daerah antara dua lingkaran tersebut. Apabila lingkaran
lingkungan kita perbesar pemunculan kemampuan genetik tidak akan dapat
melampaui batas lingkaran besar. Hal ini disebabkan pemunculan kemampuan

8

genetik itu ada batasnya, yang dikontrol oleh banyak faktor. Setiap individu
memiliki gambaran lingkaran kecil dan besar yang berbeda. Kalau faktor kontrol
tersebut tidak ada maka seekor kelinci akan dapat dibesarkan menjadi seekor
sapi. Tidak demikian yang dimaksud dengan kemampuan genetik. Kalau
lingkaran lingkaràn kita kecilkan, maka pemunculan kemampuan genetik akan
ikut mengecil.

Pada penerapan pemuliaan ternak hal yang pertama dikatakan pemborosan
sedang peristiwa kedua dikatakan kebodohan. Masalah yang dihadapi dalam
penerapan pemuliaan ternak, bagaimana dapat mengurangi pemborosan dan tidak
menjalankan kebodohan. Masalah selanjutnya, apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan untuk memunculkan kemampuan genetik tersebut ?

Apa yang dapat dilakukan ada dua hal, yakni mengontrol pewarisan
kemampuan genetik melalui seleksi dan sistem perkawinan. Selanjutnya diikuti
dengan penyediaan faktor lingkungan yang sesuai sampai tingkat yang sebaik
mungkin dan masih menguntungkan secara ekonomis. Apa yang tidak
mungkin dilakukan adalah memunculkan kemampuan genetik di luar batas yang
dimungkinkan.

Pemuliaan ternak dapat ditinjau sebagai suatu metode, maka dalam
mencapai tujuan memerlukan unsur-unsur pengamatan, percobaan, definisi,
penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya. Selanjutnya
metode tersebut juga membutuhkan langkah-langkah penentuan masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian
hasil (Gie, 1984). Oleh karena itu pengembangan pemuliaan ternak memerlukan
penelitian dan penerapan hasil penelitian yang berkelanjutan. Siapapun yang
tertarik akan meningkatkan peranan dan pemanfaatan pemuliaan ternak harus
mulai dengan mendalami dasar dan prinsip teori genetika terapan dan

9

melanjutkan dengan penelitian serta penerapan hasil penelitiannya
(Adjisoedarmo, 1977 –1991)

Peranan Pemuliaan Ternak

Dua tugas atau peran utama pemuliaan ternak di bidang genetika adalah
untuk mengetahui kemampuan genetik ternak dengan menggunakan catatan
produksi. Kedua, meningkatkan potensi efisiensi gunakan seleksi dan sistem
perkawinan. Peran tersebut tidak akan dapat berjalan sendirinya tanpa di
dahului atau secara bersamaan usaha perbaikan faktor lingkungan di tempat
ternak dipelihara.

Peranan yang menonjol pemuliaan ternak dalam penyusunan kombinasi
genetik adalah peningkatan rerata produksi populasi dan generasi ke generasi
berikutnya. Peningkatan tersebut misal berupa peningkatan produksi susu per
laktasi, kadar lemak susu, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih, berat
umur tertentu, jumlah anak sepelahiran, berat karkas, kualitas daging, berat wol,
diameter wol, ketebalan lemak, produksi telur, daya tetas serta ketahanan terhadap
penyakit.

Berdasar pengembangan dan penerapan pemuliaan ternak maka peningkatan
produksi ternak dilaksanakan lewat tiga strategi dan bermacam taktik. Tiga
strategi tersebut adalah peningkatan populasi, peningkatan produksi per individu
atau rataan populasi dan stratifikasi penggunaan tanah yang meliputi
ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi vertikal dan horizontal, serta rehabili
tasi. Berbagai macam taktik digunakan, antara lain perbaikan tatalaksana,
program pencatatan produksi, penggunaan perkawinan silang, kawin tatar,
penggunaan metode seleksi, teknik inseminasi buatan, penyerempakan birahi, alih
janin dan yang paling mutakhir adalah rekayasa genetika.

10

Ternak di daerah tropik berbeda dengan di daerah subtropik, umumnya
berbentuk lebih kecil dan produksinya lebih rendah (Mason dan Buvanendran,
1982). Pertanyaan yang dapat diajukan adalah - Apakah perbedaan tersebut
karena faktor iklim apakah keadaan tersebut dapat diubah dengan pergantian
ternak, atau pergantian cara pemeliharaan ?. Untuk dapat menjawab pertanyaan
tersebut maka diperlukan bantuan pemuliaan ternak lewat penelitian dan
penerapan hasilnya.

Penelitian pemuliaan ternak khususnya seleksi, pada dasarnya mempunyai
tiga tujuan. Pertama, untuk menguji teori seleksi, kedua mengumpulkan data
parameter genetik, respons fisiologik yang selanjutnya digunakan untuk me
nyempurnakan metode seleksi. Ketiga, digunakan untuk membandingkan kriteria
seleksi atau sistem perkawinan yang digunakan (Adjisoedarmo, 1976;
Adjisoedarmo, 1989).

Contoh penerapan hasil penelitian dari Fakultas Peternakan Unsoed yang
telah disebar luaskan penggunaannya di pedesaan adalah Kalender
Reproduski domba dan kambing (Adjisoedarmo dan Amsar , 1983). Kalender ini
sudah digunakan di 300 kelompok peternak domba dan kambing PPWP
(Program Pengembangan Wilayah Propinsi) Jawa Tengah, yang tersebar di 145
desa, di 40 Kecamatan dan 7 Kabupaten (Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang,
Blora dan Grobogan) dan telah disebarkan juga di empat kabupaten di Propinsi
Bengkulu (Adjisoedarmo, 1989; Padmowiyoto, 1988). Hasil penelitian metode
pengujian pejantan kambing untuk membandingkan keunggulan genetiknya, di
bawah kondisi pedesaan telah dilaporkan (Adjisoedarmo, 1991).

11

Manfaat Pemuliaan Ternak

Pemanfaatan pemuliaan ternak dapat memberikan gambaran tingkat
produksi yang diperoleh. Di Amerika, pada waktu dilaporkan bahwa rata-rata
produksi susu per ekor sebesar 4500 kg per tahun, produksi tersebut ditaksir
masih berada 500 – 1000 kg di bawah kemampuan berproduksi yang dapat
dimunculkan di bawah kondisi lingkungan yang lebih baik, masih jauh dari
produksi di bawah kondisi lingkungan yang terbaik (Warwick dan Legates,
1979). Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemuliaan ternak memberikan
informasi apa yang masih dapat dan perlu dilakukan untuk meningatkan produksi.

Pemunculan kemampuan produksi secara maksimum atau tidak bergantung
pada para peternak, lembaga, organisasi dan pemerintah. Keputusan yang diambil
harus ditinjau dari berbagai faktor, terutama faktor keuntungan yang akan
diperoleh peternak. Kalau produksi ditingkatkan menjadi maksimal tetapi harga
pasar rendah maka akan merugikan (contoh. kasus pembuangan susu,
pemusnahan ribuan domba di Australia ).

Oleh karena itu perlu dicatat bahwa tidak akan muncul keajaiban dan
penerapan pemuliaan ternak (Warwick dkk., 1983) tetapi lebih cenderung
merupakan tampilan dan harapan dan kekecewaan (Lush, 1963). Pemuliaan
ternak dapat memberikan informasi apa yang mungkin dapat dilakukan dan
hasil yang kemungkinan besar dapat diperoleh. Hasil yang muncul di lapangan
itulah yang benar dan merupakan informasi dan materi yang dapat kita gunakan
untuk menentukan langkah berikutnya. Namun demikian yang sudah dapat
dibuktikan kepastiannya adalah bahwa peningkatan genetik hasil penerapan
pemuliaan ternak tidak akan hilang selama penerapan seleksi dan sistem
perkawinan tidak dihentikan.

12

Metode Seleksi

Metode seleksi dan penggunaannya untuk meningkatkan produksi telah
banyak digunakan untuk ternak domba yang mungkin dapat diadopsi di
Indonesia.

Seleksi dibedakan untuk antar trah atau rumpun dan dalam bangsa. Seleksi
dalam bangsa dibedakan untuk satu karakteristik dan banyak karakteristik. Untuk
meningkatkan satu karakteristik digunakan seleksi individu dan famili. Untuk
perbaikan lebih dan satu :karakteristik digunakan metode 1) seleksi berurutan
(Tandem selection), 2) seleksi penyisihan bebas bertingkat (Independent Culling
Level) dan 3) seleksi dengan indeks (Warwick dkk., 1983; Adjisoedarmo,
1989).

Sistem perkawinan

Sistem perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan
pemuliaan ternak adalah perkawinan silang. Alasan menggunakan sistem ini
ialah karena dapat digunakan untuk menghasilkan efek heterosis. Kalau efek ini
muncul maka produksi rata-rata anak akan melebihi produksi rata-rata tetuanya.
Heterosis dapat menyebabkan ternak silangan memiliki produksi 1 - 17% di atas
produksi rata-rata tetuanya (Lasley, 1972). Sistem ini sudah lama di gunakan
di Indonesia sehingga sekarang kita memiliki sapi P0, domba Sufeg, kambing
PE, Jawa Randu, Kelinci Rexlok, dan hasil lain yang belum berhasil diteliti
. Apabila perbaikan genetik telah diperoleh, masalah yang dihadapi adalah
bagaimana mempertahankan dan meningkatkan hasil perbaikan tersebut. Mereka
yang telah meyakini peranan dan kemanfaatan pemuliaan ternak akan meneruskan
usaha perbaikan genetik karena akhirnya waktu tenaga dan dana yang telah
dikeluarkan akan diganti dengan keuntungan hasil penjualan produksi yang makin

13

meningkat. Beberapa contoh keberhasilan pada ternak Domba dan Sapi diuraikan
di bawah ini.

Domba
Sebagai contoh misal perkembangan peternakan domba di New Zealand.
Pada tahun 1948 mulai dilakukan penelitian menggunakan Domba Romney New
Zealand yang memiliki rataan cempe sepelahiran per tahun 1,13 ekor. Pada tahun
1972 rataan tersebut berhasil diperbaiki menjadi 1,75 ekor cempe sepelahiran per
tahun (176 cempe per 100 ekor induk yg dikawinkan ). Dilaporkan pula bahwa
penerapan pemuliaan ternak menghasilkan domba Romney New Zealand yang
memiliki berat lahir rata-rata 4.3 - 4,9 kg dan berat sapih umur 4-5 bulan adalah
25 - 30 kg untuk kelahiran tunggal, 3,9 -4,5 kg dan 23 kg untuk cempe kelahiran
ganda ( Dalton dan Rae, 1978).
Domba ekor tipis di Jawa Tengah yang belum pernah merasakan manfaat
penerapan pemuliaan ternak, dibawah kondisi penelitian mampu
menghasilkan 1,6 ekor cempe per induk per kelahiran dan berat 16 - 17 kg pada
umur penyapihan 100 hari (Adjisoedarmo, 1977; Adjisoedarmo,1979).

Sapi Perah
Manfaat penerapan pemuliaan ternak di negara subtropik pada sapi perah
telah dilaporkan di Denmark, Swedia, Firlandia dan Norwegia dalam periode
1960 - 1972. Manfaat yang diperoleh tersebut berupa kenaikan produksi susu dan
3000 kg pada 1950 menjadi 5500 kg di tahun 1972. Hasil ini masih jauh di atas
yang dapat dicapai di Indonesia, seperti. yang dilaporkan di Jawa Tengah dan
Jawa Barat. Sapi perah di BPT Baturaden, Jawa Tengah, dari tahun 1979 sampai

14

1984 dilaporkan mencapai produksi rata-rata per lataktasi (305 hari 2 x ME)
2492 - 2945 liter atau 8 -9,7 liter per hari (Anonimus, 1984).

Hasil penggunaan frozen semen pejantan yang telah diuji dengan uji
keturunan dilaporkan dapat menghasilkan induk bibit yang berproduksi di atas
4000-liter per laktasi di daerah Jawa Barat (Anonimus,1986). Hasil ini
memberikan petunjuk bahwa IB merupakan tehnik untuk menyebarkan mutu
genetik unggul. Sedangkan mutu genetik yang unggul tersebut diwariskan
sehingga keturunan pejantan tersebut memiliki mutu genetik rata-rata lebih tinggi
dibanding sebelum penggunaan pejantan unggul tersebut.

Penerapan seleksi dan sistem perkawinan untuk ternak ruminansia di daerah
tropik telah diuraikan oleh Mason dan Buvanendran (1982) dan diterbitkan oleh
FAO. Penerapan ini meliputi untuk ternak sapi perah, potong, domba dan
kambing. Secara teoritik kenaikan produksi susu dapat dinaikkan sebesar dua
persen per tahun.

Sapi Pedaging
Contoh manfaat penerapan pemuliaan ternak pada sapi pedaging telah
diuraikan oleh Adjisoedarmo (1976). Seleksi untuk sapi potong mempunyai dua
tujuan pokok. Pertama memilih pejantan untuk menghasilkan keturunan yang
langsung dijual atau dipotong dan kedua memilih pejantan untuk menghasilkan
keturunan yang akan dipakai sebagai bibit. Untuk tujuan pertama peningkatan
mutu genetik didasarkan pada laju pertumbuhan harian rata-rata (0,3 - 1 k~ per
ban).
Jenjang keunggulan trah sapi (diantara 280 trah sapi di dunia), berdasar
kriteria pertambahan berat badan dan penggunaannya dalam perkawinan silang
telah dilaporkan Preston (1973), berturut-turut, dari tinggi ke rendah, Charolais,

15

Simmental, German Gelbief. Rogrnanola, Marchigiana, Chianina, Lomousin,
Blond d‘aquitame, Mame Anjou, Brown Swiss, Friesien, South Devon, Santa
Gretudis, Danish Red, Devon, Brahman, Hereford, Angus, Shorton.

Pemerintah Indonesia mulai Pelita II telah berketetapan mengadakan kawin
tatar dengan American Brahaman. Didukung dengan pengembangan teknik IB,
maka hasilnya telah dapat dirasakan terutama oleh peternak di Jawa Tengah.
Angka tinggi domba, lingkar dada dan panjang badan pedet hasil persilangan P0
dengan American Brahman, yang dilaporkan Munadi (1975) dan Kabupaten
Rembang dengan mudah sekarang dapat dilampaui (Adjisoedarmo, 1990a).

Produktifitas sapi Ongole dan persilangannya telah dilaporkan Hardjo
subroto (1988). Dilaporkan bahwa pertambahan berat harian Brahman x P0 dan
Ongole x P0 pada tingkat pra sapih adalah 0,64 kg/hr dan 0,62 kg/hr sedangkan
pada lepas sapih 0,25 kg dan 0,25 kg/hr.

Gambaran mengenai mutu genetik sapi Bali telah dilaporkan oleh Martoyo
(1988). Dilaporkan bahwa dalam segi ketahanan penyakit khas sapi Bali
diperkirakan terdapat perbedaan genetik yang cukup besar. Peningkatan mutu
genetik serta pelestarian sapi Bali perlu mendapat perhatian terus-menerus.
Keberhasilan penerapan pemuliaan juga dapat diukur dengan munculnya trah
ternak, sapi perah, sapi pedaging, domba, babi dan ayam ras serta kelinci. Trah
tertentu tersebut mampu beradaptasi di bawah kondisi lingkungan tertentu baik
iklim sub tropik dan tropik serta mampu berproduksi secara efisien. Trah Sapi
perah yang terkenal antara lain Friesien, Jersey, Australian Milking Zebu dll; trah
sapi pedaging antara lain Angus, Heford, Simental, Charolais, Brahman; seratus
lebih trah domba, berpuluh trah babi, dan kelinci. Trah unggul dan baru dari
negeri asalnya kemudian disebar luaskan ke negara-negera yang berusaha

16

membangun peternakan dengan penggunakan materi genetik import. Importasi
dapat berupa ternak atau berupa mani beku, atau embrio beku.

Dalam buku ajar yang ditulis Rice tahun 1926 dinyatakan bahwa Breeding
is an art to be leamed only by practice, but knowledge of principles supplies the
only firm foundation for its practice. Superior animals will be more numerous
when breeders know why as well as how” ( Warwick dan Legates, 1979).

Berdasar uraian tersebut maka peran pemuliaan ternak dalam pembangunan
peternakan merupakan peran yang mendasar, karena menyangkut sumber genetik
dan pewarisan, perbaikannya, penyebarannya, pengukuran hasilnya, dan
pengujian hasilnya. Apabila peran tersebut berjalan dengan sempurna maka
pengujian ternak akan memberi mánfaat berupa produk ternak yang berkualitas
seperti yang dipersyaratkan manusia sesuai dengan perkembangan kualitas
hidupnya dan juga berkecukupan dalam jumlahnya. Secara sederhana pemuliaan
ternak akan memberi manfaat dalam bentuk meningkatkan gizi manusia
khususnya protein hewani.

Banyak bukti telah dilaporkan bahwa dengan pemuliaan ternak maka
produk ternak dapat dilipat gandakan. Warwick dan Legate (1982) melaporkan
bahwa produksi susu dapat dilipat duakan, produksi daging ditingkatkan 50%,
produksi wol lipat empat kali.

Pembangunan Peternakan

Dalam uraian dan rumusan landasan, arah, tujuan dan sasaran pembangunan
peternakan, tidak diperoleh informasi yang cukup rinci mengenai peranan
pemuliaan ternak. Namun demikian secara jelas telah direncanakan bahwa dalam
arahan GBHN 1988 pembangunan peternakan juga dilaksanakan dengan

17

peningkatan populasi dan peningkatan mutu genetik. Untuk peningkatan mutu
genetik diperlukan peningkatan peranan dan penerapan pemulian ternak.

Kebijakan Pembangunan Peternakan (Pelita VII)

Kebijakan pembangunan peternakan tidak lepas dari pembangunan
pertanian dan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional.
Peternakan Rakyat masih akan menjadi tulang punggung dan basis peningkatan
produksi komoditi peternakan. Sistem usaha tani akan bergeser dari sistem
pastoral (tradisional) ke semi intensif, sesuai dengan tuntutan pasar, oleh karena
itu harus berkembang ke arah industrialized livestock production system.

Pokok-pokok pikiran aspek kebijakan umum dan operasional

(Soedjasmiran, 1997. Seminar Kajian kebijaksanaan Pembangunan Peternakan.
Cisarua-Bogor, 24 Maret 1997)

Pengertian
Pembangunan peternakan bermakna pengembangan usahatani peternakan
untuk menghasilkan produk yang diperlukan pasar.

Bentuk usahatani, pelaksana dan peranan masing- masing
Usahatani peternakan berbentuk sebagai usaha peternakan rakyat dan
perusahaan peternakan.
(1) Peternakan rakyat adalah usahatani dengan skala usaha yang dapat
dikelola oleh petani ternak dengan tenaga kerja di lingkungan keluarganya
(usaha keluarga). Informasi yang telah dilaporkan sebagai berikut.

18

1. • Sapi potong (95%) 2.976.000 Rumah Tangga Peternak
2. • Sapi perah (98%) 98.000
3. • Kerbau (100%)
4. • Kambing (100%) 489.000
5. • Domba (100%)
6. • Babi (80%) 397.000
7. • Kuda (90%)
8. • Ayam Buras (100%) 184.000
9. • Ayam Ras (75%)
10. • Itik (100%) 633.000

73.000

430.000

39.000

285.000 (Sensus Pertanian, 1993)

(2) Perusahaan peternakan. Sapi potong (Feedlotters dan Ranchers),
Sapi perah, Perusahaan susu (daerah sekitar kota), Perusahaan babi di beberapa
wilayah (a.l. pulau Bulan) dan Perusahaan ayam ras, pedaging ,petelur ,
pembibit.

Untuk optimalisasi potensi serta dalam rangka pelaksanaan
kebijaksanaan (budidaya seyogyanya ditangan peternak kecil), maka
dikembangkan pola kemitraan usaha antara peternak kecil dengan peternak
besar / perusahaan peternakan.

Usahatani peternakan rakyat umumnya merupakan bagian dan usahatani
tanaman pangan, bermaksud mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk
memaksimumkan penerimaan atau meminimkan resiko

Berbagai penelitian dan observasi empiris mengungkapkan, bahwa pada
perubahan / dinamika sistem usahatani terjadi pula perubahan pangsa penggunaan
sumberdaya dasar peternakan: lahan, tenaga kerja dan modal

Sistem usahatani peternakan dalam kaitan dengan penggunaan
sumberdaya dasar - lahan, tenaga kerja dan modal - dapat dikelompokkan
sebagai berikut

19

1. Usahatani tradisional ( Pastoral System)
 sangat mengandalkan lahan sebagai basis produksi (lebih land-base)
 dengan sedikit tenaga kerja (keluarga)
 modal minimal

2. Usahatani menengah -semi komersial (semi intensif-mixed system)
 lebih bersifat intensif
 dengan lahan yang lebih sempit
 tenaga kerja terampil (keluarga ,kadang-kadang + tenaga kerja upahan)
 pemanfaatan modal yang lebih kompetitif

3. Usahatani yang berbasis dan berorientasi pasar (Industrialized system)
 sangat mengandalkan kekuatan modal untuk memanfaatkan
 lahan yang sangat terbatas
 tenaga kerja profesional
 mengharapkan keuntungan maksimal

Di negara yang peternakannya telah jauh berkembang, hasil yang diperoleh
telah dilaporkan merupakan hasil yang didukung penelitian, pengembangan dan
penerapan hasil-hasil penelitian di bidang pemuliaan ternak (Adjisoedarmo,
1989). Penerapan pemuliaan ternak umumnya berupa penggunaan metode seleksi
dan sistem perkawinan yang tepat untuk komoditi ternak yang dikembangkan.
Di pihak lain peningkatan produksi tersebut dapat dicapai karena dengan
penerapan pemuliaan ternak dihasilkan pula ternak unggul yang memiliki
kemampuan berproduksi yang disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan di
suatu daerah atau di bawah pengaruh faktor lingkungan tertentu.

Perkembangan teknologi di bidang peternakan yang berupa inseminasi
buatan dan alih janin memungkinkan penyebaran materi genetik unggul dan
ternak jantan dan betina berjalan cepat. Peningkatan peranan dan penerapan
pemuliaan ternak tersebut menyebabkan negara maju dapat menghasilkan ternak

20

unggul dan trah unggul yang selanjutnya dipasarkan dengan harga tinggi di
negara berkembang termasuk Indonesia (termasuk memasarkan kelemahan ternak
tersebut).

Berdasar laporan di atas berarti masih terbuka peluang yang sangat luas
untuk usaha meningkatkan produksi ternak baik yang berupa daging, telur dan
susu. Usaha peningkatan produksi pada dasarnya dapat lewat perbaikan tata
laksana dan program pemuliaan ternak yakni peningkatan mutu genetik
(Adjisoedarmo, 1977-1989). peningkatan mutu genetik dilaksanakan dengan
penggunaan sistem perkawinan dan seleksi. Sebelum program peningkatan mutu
genetik dilaksanakan maka prasyaratnya harus dilaksanakan ialah program
pencatatan produksi.

Produksi suatu ternak juga sering disebut performans, adalah
pemunculan pengaruh efek gen terhadap karakteristik kuantitatif di bawah
pengaruh faktor lingkungan tertentu. Ternak (Sapi, Kerbau, Kambing, Domba,
Babi, Kelinci) dan unggas memiliki karakteristik kuantitatif dengan Relative
Economic Value (REV) yang berbeda. REV tersebut adalah jumlah keuntungan
bersih (rupiah) yang akan diterima kalau karakteristik dinaikkan satu unit
pengukuran lewat seleksi. Sebagai contoh berat sapih REV-nya 2000, artinya
kalau berat sapih dinaikkan satu kilogram maka petani akan mendapat
tambahan keuntungan bersih sebesar 2000 rupiah.

Contoh lain, produksi susu dalam satuan liter di Indonesia memiliki REV
lebih tinggi dari produksi susu dalam satuan berat lemak susu, demikian karena
di Indonesia susu dijual dalam satuan liter bukan kg lemak susu. Makin tinggi
REV suatu karakteristik makin besar peluang karakteristik tersebut untuk di
perbaiki karena adanya jaminan keuntungan bagi peternak.

21

Dalam suatu populasi maka produksi individu akan berbeda karena adanya
perbedaan pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Apabila jumlah ternak sedikit
maka peternak dengan mudah dapat mengingat dan membedakan ternak mana
yang berproduksi tinggi dan rendah. keadaan akan berbeda apabila ternak makin
banyak sedang produksi yang dicatat makin sering misalnya produksi susu dan
telur maka peternak tidak mungkin lagi untuk mengingatnya.

Dalam keadaan seperti itu pencatatan produksi perlu dilaksanakan. Program
pencatatan produksi bukan program peningkatan mutu genetik tetapi merupakan
persyaratan yang harus ada. Pemanfaatan sistem komputer akan meningkatkan
kemanfaatan program pencatatan produksi.

Pemanfaatan Sistem Komputer di Bidang Pemuliaan Ternak

Komputer adalah suatu alat elektronik, batasan lebih lengkap yang
diberikan oleh Malone (1983) adalah -Computers are automatic electronic
machme that solves complicated problems with great speed in just one second,
computers can do a million logical operations-.

Pada 1642 Blaise Pascal membuat mechanical computer yang pertama,
pada 1882 diciptakan cash register, pada tahun 1940 mulai dikembangkan
Electronic Computer, - yang dibuat pertama kali oleh Eckert dan Mauchley
(Anonimus, 1974). Pada waktu itu kemudian dikembangkan cabang ilmu baru
yang disebut Electronic Data Processing, EDP (Malone, 1983).

Komputer pada 1950 sudah menggunakan transistor dan IC (Integrated
Circuit) sehingga komputer dapat bekerja lebih cepat. Komputer modern dapat
menghitung dengan kecepatan ¼ kecepatan cahaya (299728 km/detik).
Komputer dapat mengerjakan pekerjaan dalam satu jam sebanding yang
dikerjakan oleh ribuan sarjana dalam seumur hidupnya.

22

Komputer itu bodoh tidak dapat berfikir, dapat mengerjakan sesuatu setelah
diberi tahu, kapan mengerjakannya dan bagaimana cara mengerjakannya.
Kumpulan perintah yang dapat memberi tahu tersebut disebut program atau
software. Komputer dapat dinyalakan tetapi tanpa program tidak dapat bekerja.

Perangkat keras komputer terdiri dan mesin, kawat, chip silicon, dan bagian
lain dalam komputer. Berbagai macam komputer yang dibuat kemampuan
kerjanya berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kemampuan menyimpan data
dan kecepatan bekerja. Pada masa sekarang telah dikenal komputer mikro, mini,
midi, besar dan super besar. Pembagian menurut generasinya dikenal: 1) generasi
pertama, 2) kedua, dan 3) ketiga. Makin tiriggi generasinya makin kecil
ukurannya ( Widodo, 1984).

Segala macam data dapat digunakan sebagai masukan. Data masukan dapat
dimasukkan dengan berbagai cara, menggunakan piranti masukan, berupa
keyboard, mouse atau bentuk lain. Data masukan selanjutnya oleh komputer
diubah menjadi bahasa mesin komputer. Setelah komputer diperintah untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan maka data masukan akan diproses sesuai
dengan perintah. Hasil yang diperoleh kemudian akan disimpan atau dicetak
tergantung perintah pemakai komputer. Hasil dapat ditampilkan pada layar
monitor atau diketik pada mesin cetak.

Program komputer ditulis menggunakan bahasa program, contohnya
FORTRAN, PASCAL dan BASIC. Penulisan progam harus menurut aturan
khusus bahasa program yang digunakan. Pembuatan program umumnya bertujuan
untuk memecahkan persoalan.

Pemecahan persoalan dengan bantuan komputer dilaksanakan dalam
beberapa tahap, 1) memformulasikan persoalan secara rinci, 2) menyusun metode
penyelesaian persoalan secara bertahap (algorithma), 3) menyusun peta alir, atau

23

peta penyelesaian secara grafik dan terakhir 4) menterjemahkan dalam bahasa
program (Djojodiharjo, 1983).

Pemanfaatan sistem komputer dapat menggunakan herbagai macam bahasa
program yakni, bahasa mesin, bahasa assembler dan bahasa kompailer. Bahasa
mesin adalah bahasa yang primitif, instruksi ditulis dengan menggunakan tanda
numerik. Bahasa mesin dimengerti oleh komputer tanpa perlu diterjemahkan
lebih dahulu. Bahasa assembler ditulis menggunakan abjad dan tanda numerik,
komputer mengerti setelah diterjemahkan ke dalam bahasa mesin. Bahasa
kompailer ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris, dikombinasikan dengan
titik koma dan operator matematik. Contoh bahasa kompailer adalah FORTRAN,
COBOL, ALGOL, PASCAL dan BASIC. Komputer harus menterjemahkan lebih
dahulu ke bahasa mesin untuk mengerti bahasa kompailer (Djojodihardjo, 1984).
Uraian singkat tersebut memberikan informasi bahwa sistem komputer dapat
dimanfaatkan juga untuk memecahkan persoalan di bidang pemuliaan ternak.

Pemanfaatan sistem komputer di Amerika untuk bidang pertanian, secara
nasional, mulai dikembangkan pada tahun 1970 oleh dua orang profesor dari
Universitas Nebraska, sistem tersebut dikenal dengan nama AGNET (Agriculture
Computer Network). AGNET merupakan alat manajemen untuk pertanian,
diciptakan untuk keperluan petani dan peternak. AGNET memiliki jaringan
sampai ke Pusat Penyuluhan Pertanian di country. Staf kantor tersebut dilatih
mengoperasikan terminal yang dikontrol dari pusat AGNET di Negara
Bagian. AGNET merupakan service-oriented computer center. Pada tahun 1983
dilaporkan memiliki 200 macam program untuk membantu membuat keputusan
menejerial yang lebih baik untuk peningkatan manajemen finansial. Pada waktu
itu diramalkan bahwa yang memanfaatkan sistem komputer akan dapat
mempertahankan keuntungannya sampai tahun 1990.

24

Pemanfaatan sistem komputer melalui AGNET terutama untuk 1) Busmess
Accountirig, 2) Herd Performance Reportirig, 3) Financial Management. Paket
Program kelompok Livestock Production Models yang disediakan AGNET
antara lain, BEEF (simulasi analisis ekonomi), COWCULL ( culling sapi perah),
WEAN (uji kemampuan produksi berat sapih), CROSSBREED (evaluasi hasil
persilangan), COWGAME ( simulasi genetik) (Hughes, 1983).

Penggunaan komputer dalam genetika dan pemuliaan ternak dapat
dikelompokkan dalam empat kategori yaitu yang pertama untuk penyusunan
rancangan penelitian sehingga diperoleh alternatif pencapaian tujuan, kedua
untuk analisis data, ketiga untuk pemecahan masalah dalam formulasi matematik
dan akhirnya yang keempat untuk simulasi model biologik (Secheinberg, 1968).

Selain itu adalah penggunaan dalam kaitannya dengan pengkajian seleksi
yakni untuk tujuan penyelesaian masalah yang kompleks dan realistik
mengenai pewarisan kuantitatif (Robertson, 1980). Sebagai contohnya adalah
bahwa perhitungan indeks dapat dibantu dengan penggunaan program komputer
yang disebut SELIND (Cuningham, 1970).

European Association for Animal Production (EEAP) telah melaporkan
pemanfaatan sistem komputer dalam program pencatatan produksi di dua puluh
negara Eropa. Di dua belas negara diantaranya (Bulgaria, Cekoslowakia, Irlandia,
Perancis, Finlandia, Inggris, Hunggaria, Islandia, Norwegia, Swedia, Spanyol
dan Switserlandia) komputerisasi program pencatatan produksi dimanfaatkan
untuk seleksi.

Program pencatatan produksi pada dasarnya adalah kegiatan rutin mencatat
produksi. Pencatatan ini dilakukan menurut aturan tertentu. Aturan tersebut
mengatur macam produksi yang harus dicatat, cara mencatat, waktu mencatat,
blangko pencatatan dan pemanfaatan catatan produksi tersebut. Program

25

pencatatan produksi merupakan kegiatan penting dalam penyediaan informasi
untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan efisiensi dan keuntungan
usaha. Selain itu informasi tersebut juga sangat diperlukan untuk melaksanakan
seleksi.

Simulasi pada akhir-akhir ini makin meningkat kegunaannya dalam
pengembangan model di bidang pemuliaan ternak. Peningkatan ini mungkin
disebabkan karena penyediaan sistem komputer makin mudah dan murah
sedangkan kebutuhan pemecahan masalah dengan model semakin dibutuhkan,
sehingga hasil simulasi makin banyak dilaporkan. Beberapa contoh hasil
simulasi, untuk seleksi unggas dilaporkan Astuti (1978)-, untuk domba oleh
Blackburn dan Cartwrigt (1987), untuk mengevaluasi hasil perkawinan silang
pada ternak babi oleh NcLaren dkk., (1987), untuk seleksi domba di Indonesia
khususnya di Jawa Tengah oleh Adjisoedarmo (1989), untuk menaksir variansi
genetik oleh Werf dan Hoer (1990).

Berdasar perkembangan sistem komputer dan pemanfaatannya di bidang
pemuliaan ternak, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tersebut umumnya
ditujukan untuk peningkatkan efisiensi reproduksi dan produksi. Peningkatan itu
disebabkan karena pengambilan keputusan yang lebih cermat dan tepat.

Kecermatan dan ketepatan pengambilan. keputusan disebabkan karena
informasi yang benar telah direkam dalam komputer. Informasi yang direkam
pada umumnya adalah produksi ternak misal produksi susu, kadar lemak susu,
berat lahir, pertambahan berat badan, dan berat sapih. Oleh karena itu
pemanfaatan sistem komputer yang paling awal umumnya dalam program
pencatatan produksi.

26

Peluang Pemanfaatan Sistem Komputer Di Indonesia

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat langkah awal yang disiapkan
penulis dalam pemanfaatan sistem komputer untuk peningkatan produksi susu
sapi perah di Indonesia.

Dasar Pemikiran
Apabila jumlah ternak yang dilibatkan makin banyak, khususnya sapi
perah, maka produksi sapi yang dicatat makin banyak, frekuensi pencatatan
makin meningkat. Akibat lainnya ialah makin banyak pula pengaruh faktor
lingkungan terlibat, misal umur yang berbeda jumlah hari pemerahan yang
berbeda, ransum yang berbeda. Akibatnya makin rumit pula cara penaksiran
efeknya. Persoalan tersebut dapat dipecahkan dengan pemanfaatan sistem
komputer untuk pembuatan program untuk koreksi produksi terhadap pengaruh
lingkungan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaporkan khususnya tentang
koreksi produksi susu sapi perah, penulis berpendapat bahwa proses koreksi
produksi susu di Indonesia pada waktu sekarang sudah seharusnya dimulai
dengan bantuan komputer. Oleh karena itu maka telah dibuat oleh penulis paket
program komputer dengan menggunakan bahasa FORTRAN 77, diberi nama
KOREKSI. Paket tersebut mulai diinformasikan pada bulan November 1990 pada
Seminar
Peningkatan Efisiensi. Usaha Peternakan Sapi perah di Malang, Jawa Timur
dan bentuk gagasan atau model Menuju Komputerisasi Pencatatan Produksi sapi
Perah di Indonesia (Adjisoedarmo, 1991). uji coba program ini telah dimulai di
BPT Baturaden, Purwokerto. Langkah selanjutnya uji coba program dilanjutkan
di tingkat Kabupaten. Hasil uji coba kemudian akan dikembangkan lebih lanjut

27

bekerja sama dengan AHI (Asosiasi Holstein Indonesia) dan Laboratorium
Pemuliaan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada dan IPB. Hasil
kerja sama tersebut digunakan untuk penyempurnaan program sehingga dapat
dipakai di tingkat Kecamatan, Desa dan Kelompok Peternak Sapi Perah. Tujuan
akhir adalah pembuatan program untuk tingkat Propinsi sehingga program dapat
digunakan di Seluruh Indonesia.

Blangko pencatat produksi yang sederhana telah disiapkan untuk
mempermudah para peternak mencatat produksi susu di tingkat kelompok
peternak. Penggunaan model ini memungkinkan pencatatan produksi tidak perlu
dilakukan setiap hari tetapi cukup satu bulan sekali. Blangko ini sudah dicoba
digunakan oleh mahasiswa PTUP/D3 Fapet Unsoed dan hasilnya telah dilaporkan
oleh Adjisoedarmo (1987.). Hasil pencatatan tersebut kemudian dijadikan data
masukan untuk program KOREKSI. Progam secara otomatis mengoreksi data
tersebut terhadap umur dan jumlah hari pemerahan yang berbeda. Akhirnya
progam akan menampilkan tabel jenjang taksiran kemampuan genetik sapi perah.
hasil dan program ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sapi yang akan
tetap dipertahankan dan yang akan dikeluarkan untuk peningkatan efisiensi
produksi dan perusahaan.

Pemanfaatan sistem komputer membutuhkan tenaga trampil dalam
pengoperasian komputer. Pemenuhan tenaga tersebut di BPT Baturaden akan
dilaksanakan melalui kerja sama dengan Fapet Unsoed khususnya Laboratorium
Pemuliaan Ternak, sedangkan untuk peningkatan pemanfaatan sistem komputer
di bidang pemuliaan ternak seorang staf Lab., Ir. Bambang Purnomo SU mulai
tanggal 3 sampai 31 Maret 1991 mengikuti kursus komputer khusus untuk
genetika dan pemuliaan ternak di IPB Bogor.

28

Demikianlah secara ringkas telah diuraikan peran dan manfaat pemuliaan
ternak serta pemanfaatan sistem komputer dilengkapi dengan gagasan Menuju
Komputerisasi Pencatatan Produksi Sapi Perah di Indonesia.

Harapan untuk Masa Depan

Pengembangan penelitian dan penerapan pemuliaan ternak diharapakan
dapat membantu mempercepat swasembada pangan khususnya kebutuhan akan
protein hewani. Harapan ini akan dapat dicapai apabila dan penerapan pemuliaan
ternak dapat diciptakan trah atau rumpun unggul lokal. Trah tersebut diharapkan
akan mampu beradaptasi dengan lingkungan pedesaan Indonesia khususnya
kondisi pakan ternak dan kesehatan ternak.

Pemerintah, pihak swasta dan atau lembaga yang menangani peternakan,
juga perorangan tidak perlu lagi menyangsikan kemanfaatan dan peranan
pemuliaan ternak. Bukti telah banyak diberikan bahkan pemerintah Indonesia
Juga telah membeli hasil penerapan pemuliaan ternak dengan pemanfaatan sistem
komputer diharapkan akan lebih mempercepat dalam mencapai tujuan. Hasil yang
ingin dicapai atau apa yang mungkin diperoleh dapat ditaksir, dapat pula
diciptakan model yang digunakan untuk menguji teori baru yang dikembangkan
khususnya dalam rekayasa genetika. Selanjutnya pemanfaatkan komputer
diharapkan dapat membantu penerapan pemuliaan ternak lebih cermat. Khusus
untuk Sapi Perah, Munuju Komputerisasi Pencatatan Produksi. Sehingga akhirnya
efisiensi usaha peternakan dan keuntungan yang diperoleh serta kesejahteraan
peternak dapat dinaikkan.

29

BAB II

HUBUNGAN GENETIKA DENGAN
PEMULIAAN TERNAK

Dalam bab ini akan diuraikan dasar genetika yang harus dikuasai
mahasiswa untuk dapat mengikuti dengan mudah pengertian-pengertian yang
dipakai dalam pemuliaan ternak. Yang perlu dipelajari adalah sebagai berikut.

1. Proses mitosis dan meiosis

2. Pewarisan sepasang gen , dengan atau tanpa adanya dominan

Misal pada perkawinan AA
AA x AA akan menghasilkan hanya 1 Aa : 1 Aa
Aa x AA akan menghasi1kan Aa
Aa x aa akan mnghasi1kan hanya 1 Aa. : 2 Aa : 1 aa
Aa x Aa akan menghasilkan 1 AA : 1 aa
Aa x aa akan menghasi1kan aa
aa x aa akan menghasilkan hanya

Apabila A dominan maka genotipe AA dan Aa mempunyai fenotipe yang
sama, sehingga misal untuk perkawian Aa x Aa angka banding 1: 2 : 1 akan
menjadi 3 dominan (AA, Aa) : 1 resesif (aa)

3. Pewarisan dua pasang gen pada kromosom yang terpisah

Misal pada perkawinan heterosigot AaBb x AaBb, maka akan dihasilan
keturunan sebagai berikut.

30

Gamet jantan

AB Ab aB ab
AABB Abab
AB AbAB ABAb ABAB Abab
Ab aBAB aBab
Gamet AB AbAB AbAb AbAB abab
betina Ab
aBAb aBaB

AbAb AbaB

Apabila A dan B dominan maka angka banding fenotipe 9 AB : 3 Ab : 3 aB : 1
ab Karena gen A dan B memisah secara bebas maka angka banding fenotipe dapat
juga dicari dengan jalan demikian

Aa x Aa 3 A :1 a

Bb x Bb 3 B : 1 b sehingga

(3A : 1a) x (3 B : 1b ) akan menghasilkan 9 AB : 3 Ab : 3 aB : 1 ab

4. Dua pasangan gen pada kromosom yang sama

Tiap kromosom membawa banyak gen apabila dua gen terdapat pada
kromosom yang sama dan ada kaitan maka dua gen. tersebut cenderung terpisah
pada gamet yang sama. Jadi apabila gen A dan b terdapat pada satu pasangan
kromosom sedang gen a dan B pada pasangan kromosom kedua, maka gamet
yang akan terjadi dapat diharapkan adalah Ab dan aB. Kalau hasil ini terjadi maka
kaitan yang ada adalah sempurna.

Ab
Kalau kaitan sempurna maka gamet yang dihasilkan adalah Ab dan aB

aB

31

Tetapi kaitan sempurna jarang kejadiannya, sebab pada pembelahan reduksi bisa
terjadi pemindahan/pertukaran segmen atau bagian-bagian dari pasangan
kromosom. Pada waktu kromosom berganda dalam meiosis kromosom tersebut
membentuk kromatid. Tersusunnya pasangan-pasangan kromatid menyebabkan
gen yang pada kromatid tersebut berpasangan pula. Segmen kromatid yang saling
bertukar dapat persis sama panjang.

Karena terjadi pertukaran segmen kromatid dari kromosom yang
berpasangan maka gamet yang terjadi adalah AB, Ab, aB dan ab.Titik persila
ngan kedua kromatid disebut kiasma. Beberapa kiasma dapat terdepat dalam satu
kromatid. Apabila satu kiasma terdapat diantara dua gen maka akan terjadi
rekombinasi, yakni kombinasi baru dari dua gen kaitan. Makin dekat jarak antara
dua gen tersebut dalam kromsom maka peluang terjadi kiasma dan rekombinasi
akan menurun.

Teladan 4.1 A BA B

.A B A bA b
a Ba B
ab a ba b

Apabila dari satu macaam perkawinanbdapat diaperoleh banyakb keturunan/anak
maka jumlah rekombinasi yang terjadi dan dapat terlihat akan dapat untuk

menaksir jarak antara dua gen. Persentase rekombinan yang terjadi akan di bawah

50 persen, dan kenyataan dapat ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya kaitan.

32

5. Tiga gen berkaitan

ABC Pindah silang (crossing over) dapat terjadi di antara A dan
abc B, B dan C, atau di kedua tempat bersama-sama
Gamet yang dapat dihasilkan oleh genotipe di atas adalah

sebagi berikut.

1. Bukan rekombinan, ABC dan abc

2. Rekombinan tunggal Abc, aBC, Abc dan abC

3. Rekombinan ganda AbC dan aBc

Apabila individu dengan genotipe A B C dikawinkan dengan individu resesid
abc

a b c dan apabila A,B, dan C dominan sempurna, maka semua gamet di atas
a b c dapat diketahui lewat genotipe anak.

Teladan 5.1

ABc abc
A bC abc

Fenotipe anak Persentase Keterangan
80,4
Abc dan 9,0 Bukan rekombinan
abC 10,5
Abc dan 0,1 Pindah silang di antara
aBC A dan B
ABC dan Pindah silang di antara
aBC B dan C
Abc dan Pindah silang di kedua
ABC tempat

33

Kejadian pindah silang ganda akan lebih rendah dari yang diharapkan karena
terjadinya kiasma kedua.

Pada Teladan 5.1 terjadi (9,0 +0,1) persen rekombinan antara A dan B, dan
(10,5 + 0,1) persen antara B dan C. Peta kromosom (chromosome map) untuk
ketiga gen sebagai berikut.

AB C

9,1 10,6

6. Penentuan sex

Pada hewan terdapat sepasang kromosom yang berbeda pada hewan jantan
dan betina. Kromosom tersebut disebut kromosom seks (sex chromnosome),
kromosom yang biasa (yang bukan kromosom seks) disebut autosom,
Kebanyakan hewan betina mempunyai dua X kromosom seks, sedang hewan
jantan mempunyai satu. X dan satu Y kromosom seks. Perpasangan dan pemi-
sahan dalam meiosis berjalan seperti pada autosom sehingga semua telur akan
membawa satu kromosom X dan mempunyai peluang yang sama besar untuk
dapat dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromoson X atau Y. Apabi1a
oleh spermatozoa dengan X kromosom maka akan terjadi individu betina, sedang
oleh spermatozoa dengan Y kromosom akan terjadi individu jantan. Karena
besarnya peluang sama maka angka banding jantan dan betina adalah 1 : 1.
Meskipun demikian karena adanya perbedaan daya hidup maka salah satu seks
dapat lebih banyak.

Seks yang mempunyai kromosom yang berbeda disebut heterogenetik
(heterogainaetic). Individu jantan adalah heterogenetik pada mamalia, hampir
semua diptera, beberapa ikan dan amphibia. Pada kupu-kupu dan burung,

34

individu betina yang heterogenetik. Pada beberapa kejadian tidak terdapat
kromosom Y. Gamet dapat dibedakan dengan mengamati ada atau tidaknya
kromosom X.

7. Kaitan Sex
Di samping menentukan jenis seks, kromosom X dan Y membawa pula gen

yang mengontro1 sifat (bukan seks) tertentu. Gen yang dibawa oleh kromosom
X tidak mempunyai allel pada Y kromosom. Pada keadaan demikian apabila
individu jantan adalah heterogenetik, maka efek gen tersebut baik dominan
ataupun resesif, pada individu jantan akan terlihat. Apabila suatu gen terdapat
pada kromosom Y, maka hanya individu heterogenetik yang dapat memunculkan
efeknya.

8. Analisis Hasil Percobaan Perkawinan atau Persilangan

Apa yang telah diuraikan dimuka didasarkan pada percobaan persilangan
yang kemudian keturunan hasil persilangan tersebut, yang menunjukkan fenotipe
yang berbeda-beda, dihitung. Pelaku metode tersebut adalah Mendel yang dalam
percobaannya 1) membatasi hanya pada satu sifat, setiap saat, 2) mengawinkan
dua individu yang mempunyai sifat yang jelas berbeda dan kemudian
mempelajari F1-nya , 3) mengawinkan F1 X F1 untuk mendapatkan F2 dan
menghitung semua fenotipe yang ada, 4) membuat formula dari hipotesisinya
mengenai pewarisan sifat dan kemudian mengujinya pada percobaan berikutnya
dengan sifat yang lain. Metode percobaan yang demikian tersebut sampai
sekarang masih dipakai sebagai dasar pendekatan dalam mempelajari genetika.

Dalam prakteknya kita (selalu) dihadapkan pada jumlah anak yang
terbatas yang dapat dihasilkan dari suatu perkawinan. Lebih lanjut perlu diingat

35

bahwa pada waktu terjadi pembelahan reduksi. dalam meiosis kromosom dan gen
terpisah secara acak dan bahwa fertilisasi juga merupakan proses acak. Sebagai
konsekuensinya, dengan jumlah keturunan yang terbatas pula, maka angka
banding yang diketemukan akan menyimpang dari angka banding harapan. Yang

Uji yang dipakai dalam kasus ini adalah uji Khi - kuadrat X2 (Syarkani Musadan Andi
Hakim Nasution ,1994)

X2   a  mk2

mk
penting adah menguji sejauh mana penyimpangan tersebut dapat diterima.

Teladan 8.1
Hasil suatu persilangan dihibrida pada F2 dapat diamati frekuensi empat
bentuk sebagai

Genotipe AABB A-bb aaB- aabb

Jumlah yang 315 108 101 32
diamati (a) 313 35
Harapan 104 104
Hipotetik (mk) Berdasar angka banding 9:3:3:1

Kita periksa apakah frekuensi fenotipe yang diamati itu menyimpang
terhadap hipotesis angka banding genetik 9:3:3:1

Simpangan terhadap nilai harapan

(a-mk) 2 4 3 3
9 9
(a-mk)2 4 16 0,26 Jumlah=0,51
0,09
(a-mk)2 0,01 0,15
mk

36

Jadi
X2   (a  mk)2  0,51dengan derajat bebas (d.f)  4 -1  3

mk
untuk peluang P lebih dari 90% X2  0,58

Karena harga X2 dari perhitungan lebih kecil dari X2 dalam tabel maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada penyimpangan nyata terhadap angka banding.

Perhatian
Periksa kembali penggunaan KHI -kuadrat - pada catatan kuliah statistik
atau genetika

9. Beberapa Keistimewaan dan Kelainan Kromosom

Kromosom Raksasa (Giant Chromosome)
Kromosom raksasa terdapat pada galandula salivaraius Drosophila.
Kromosom raksasa lebih panjang dan lebar bila dibandingkan dengan kromosom
biasa; selalu dapat diamati, membentuk profase permanen. Kromosom tersebut
mengalami disintegrasi waktu. Larva menjadi pupa; dapat terdiri dan banyak
kromosom karena adanya pembelahan yang tak diikuti 1angsung o1eh
pembelahan sel; mempunyai pita tercat gelap yang dapat digunakan menentukan
bagian-bagian kromosom dan untuk mempelajarinya.

10. Kelainan -kelainan Kromosom

Perubahan jumlah total kromosom
Dalam keadaan normal setiap autosoin terdiri dan sepasang kromosom
(Diploid), tetapi. pada beberapa kejadian dapat terdiri dari tiga atau lebih
kromcsom yang homolog. Keadaan demikian disebut poliploidi (Polyploidy).

37

Apabila tambahan kromosom homolog berasal dari sumber yang sama maka
disebut autoploidi (autopolyploid), misal autotetraploid yang terjadi karena
kromosom dalam dalam diploid menjadi dua kali lipat jumlahnya. Apabila
tambahan kromosom berasal dari dua sumber yang berlainan maka disebut
alopoliploid (allopolyploid), misal hibrida yang berasal dari dua diploid.
Autopoliploid dapat terjadi karena perlakuan dengan memakai colchicme (pada
tanaman). Tanaman tersebut biasanya lebih besar; metode ini sekarang digunakan
untuk menghasilkan bunga yang lebih besar.

Kelainan bisa terjadi pula karena adanya kehilangan atau penambahan satu
kromosom (bukan kelipatan).

Perubahan di dalam kromosom
Kurang atau hilang (Deficiency or deletion).

Hilangnya sebagian kromosom dikuti dengan hilangnya gen yang terbawa

ABCDEF ABCDEF
ABCDEF ABCDE

Duplikasi (Duplication)
Penambahan sebagian kromosom disertai gen yang terbawa.

ABCDE ABCDEE
ABCDE ABCDEE

Translokasi (Translocation)
Pertukaran bagian-bagian kromo-som yang bukan homolognya, sehingga terjadi
dua kromosom baru.

ABC DEF ABDE CF
ABC DEF AB DE CF

38

Inversi (Inversion) Perubahan dalam urutan bagian (gen) kromosom.

. ABECD
ABCDE ABCDE
ABCDE

Karena terjadi perubahan-perubahan tersebut maka pada waktu meiosis dapat
terbentuk gambaran atau susunan yang tidak normal.

Perhatian 10.1
Baca Andrian M.S. dan R. D. Owen, 1960. Genral Gentics W.H.Freman &
Company, San Fransisco

11. Segregasi yang tidak biasa (Unusual segregation)

Preferensi segregasi (Preferential segregation)
Terjadi apabila dua kromosom yang bukan homolog (nya) cenderung untuk
memisah bersama-sama, dalam keadaan biasa akan berpisah secara acak (contoh
pada Zea mays).

Afinitas (Affinity)
Kejadiannya diketemukan dalam tikus rumah; karena ada daya tarik antara
sentromer, maka kromosom dan satu tetua (parent) cenderung untuk memisah
secara bersama-sama. Kejadian preferensi segregasi ataupun afinitas dapat
mangacaukan pengamatan terjadinya kaitan.

12. Multipel alil (Multiple alleles)

Sebenarnya ada gen yang mempunyai alil lebih dari dua. Contohnya misal
pada Mus musculus dan kelinci (harap dicari). Pada umumnya multipel alil
mempunyai kesamaan efek fisiologik dan tak dapat membentuk atau terjadi

39

rekombinasi. Ketidakadaan rekombinasi dipakai untuk membedakan multipel alil
dengan gen berkaitan sangat dekat.

13. Mutasi (Mutation)

Mekanisme atau kelainan pada kromosom dapat menyebabkan pengaturan
baru dari gen yang ada pada kromosom, materi yang dapat diwariskan. Akan
tetapi perubahan genetik dapat pula terjadi bukan karena hasil di atas tetapi tetap
membentuk materi genetik yang baru. Inilah yang disebut mutasi. Mutasi
dikelompokkan menjadi dua.

Mutasi hasil penyusunan baru kromosom
1. Karena disebabkan Deletion
2. Karena disebabkan Translokasi, sehingga timbul yang disebut efek posisi

gen (position effect).

Mutasi yang disebabkan karena perubahan efek gen (mutasi gen ) atau mutasi titik
(Gen or Point Mutation)

Pada mutasi kelompok ini suatu gen berubah menjadi gen baru pada fokusnya.
Hanya mutasi yang dapat menimbulkan fenotipe baru atau efek baru yang dapat
diketahui dan diukur dengan cara biasa.

Mutasi gen terjadi dengan secara alamiah tetapi belum semua kausa mutasi
tersebut diketahui. Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi laju
mutasi gen antara lain sebagai berikut.

1. Penyinaran ion
2. Kenaikan suhu
3. Zat-zat kimia, misal H202, (Cl.CH2CH2)2S
4. Gen lain
Meskipun penyinaran ion dapat langsung berpengaruh pada gen oleh

40

adanya efek ionisasi (Hypothesa Threffer) tetapi terdapat bukti yang dapat
dipakai sebagai petunjuk bahwa zat-zat mutagen (kemungkinan besar peroksida)
mempunyai peranan sebagai perantara.

Terlepas dari faktor-faktor luar di atas, laju mutasi gen yang berbeda akan
berbeda pula tetapi pada umumnya mutasi hanya mempunyai arti apabila
berfungsi sebagai sumber variasi genetik yang baru

Perhatian 13.1
Baca Snyder L.H. dan P.R.David., 1957. ThePrinciples of Heridity . DC
Heaath and Company Boston, p 348

14. Struktur materi genetik

DNA adalah unsur pokok dari materi genetik organisme tinggi dan RNA
dari organisme rendah. Mengenai fungsi dan susunannya dapat dipelajari kembali
dalam buku wajib atau publikasi.

Perhatian 14.1
Banyak faedahnya kalau anda membaca Winarno, F.G. dan S. Fardiaz ,
1973. Biofermentasi Biosentesa Protein. Dept.Tek..Hasil Pertanian
Fatemeta IPB Bogor.

DNA adalah asam nukleat yang molekul-molekulnya tersusun dalam
bentuk spiral ganda (double helix), sedangkan pasangan-pasangan basa nitrogen
(nitrogen bases) dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Adenin (A) berpasangan
dengan thyamin (T) dan guanin (G) berpasangan dengan Cytosme (C). Kalau
hubungan hidrogen putus maka spiral, dengan A membentuk T, dengan G
membentuk atau mengikat C yang baru, sehingga double helix terbentuk kembali
dengan jumlah 2 kali semula. Dengan jalan yang sama, apabila T diganti dengan

41

Urasil maka DNA dapat membentuk RNA.
Selain sebagai cap atau stempel untuk membentuk duplikatnya maka DNA

lewat RNA dapat menentukan susunan asam amino yang akan dipakai dalam
pembemtukan protein, sesuai dengan urutan A, G, C, dan T. Tiap 3 (tiga) basa
(triplet code) menentukan asam asam amino tertentu, sehingga dapat tersusun
protein atau enzym dengan asam amino yang sesuai dengan triplet code tersebut.

Perhatian 14.2
Baca Andrian M.S. dan R. D. Owen, 1960. Genral Gentics W.H.Freman &
Company, San Fransisco
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa unit mutasi dapat berupa triplet
code tersebut di atas. Apabila susunan A, G, C, T. dalam triplet berubah, . karena
harus sesuai dengan kode yang baru tadi. Sebagai konsekuensinya protein atau
enzym yang terbentuk juga berbeda. Akhirnya jelas bahwa unit fungsional mutasi
adalah panjang DNA yang akan menentukan protein yang akan dibentuk atau
enzyme, berubah atau tidaknya fungsi atau kerjanya apabila satu asam amino
penyusunannya berubah.

Penggunaan teknik analisis modern dengan disertai hasil percobaan-
percobaan pembiakan mikro organisme, maka unit fungsional kromosom dapat
dipetakan. Sehingga. misalnyn apabila pada permulaannya gen warna kulitnya
yang dipakai sebagai unit mutasi maka akhirnya dapat dipersempit menjadi triplet
code atau perubahan satu asam amino. Akibatnya timbul konsep baru dan
terminologi baru; tetapi dasar experimentalnya adalah tetap, Mengadakan atau
menguji hipotesis dengan eksperimen atau penelitian breeding.

42

15. Kerja gen

Apabi1a terjadi suatu blokade di salah satu mata rantai metabolisme mikro
organisme (yang dapat digunakan dalam percobaan) maka senyawa atau substansi
yang dihasilkan dimuka blokade tersebut akan berakumulasi dalam medium.

Misal gen gen gen

I II III
A B C

Enzyme Enzyme Enzyme
X1 X2 X3

Kalau blokade terjadi di antara I dan II maka senyawa atau substansi.A
akan berakumulasi dan C tidak akan terbentuk. Blokade itu dapat terjadi karena
X2 yang dibutuhkan (dapat berasal dari makanan) tidak ada. Andaikata C
dibutuhkan untuk pertumbuhan maka pertumbuhan akan berhenti atau terganggu.
Kalau kita (dengan bantuan ahli) dapat mengetahui X2 tersebut maka kita dapat
menambahkannya dalam makanan sehingga akhirnya rantai tersusun kemba1i, C
terbentuk dan pertumbuhan individu kembali normal.

Dari gambaran sederhana di atas ditambah dengan mempe1ajari proses
metabolisme, dapat dimengerti bahwa kerja gen adalah mengontro1 metabolisme,
ditentukan oleh ada tidaknya (dibentuk atau tidak) enzim protein spesifik.
Gambaran kerja gen diperjelas dengan bukti yang dapat dipakai sebagai petunjuk
adanya gen (operators dan repressors ) yang bereaksi dengan sitoplasma sel dan

43

mengontrol produksi enzim atau kelompok enzym (Operon system ~ model
Jacob & Monod). Kerja gen dengan cara lain adalah dalam pembentukan
polipeptida; misaemoglobin, yang mempunyai fungsi yang tersifat.

Dalam organisme tingkat tinggi (multiseluler) blokade enzime yang
dikontrol gen, bisa diketahui atau dipelajari dengan meneliti hasil-hasil antara
yang berakumulasi di muka blokade atau menelusuri mata rantai reaksi sehingga
mengetahui tidak adanya senyawa atau substansi akhir (atau antara), misal
pigmen suatu subtansi yang dapat diamati dengan mudah ada dan ketidak adanya.
Dengan demikian dapat dimengerti asumsi bahwa metabolisme sel dalam garis
besarnya dikontrol oleh gen.

Hewan dan tumbuhan tersusun dari sel yang mengalamai diferensiasi
sehingga terbentuk jaringan tertentu dengan sel penyusun yang berbeda-beda
pula proses metabolisme (sel nya). Ditinjau dari sel demi sel penyusun suatu
jaringan misal hati, dan jantung maka sel-sel tersebut mempunyai genotipe sama
tetapi fenotipenya perbedaannya lebih besar apabila dibandingkan dengan dua
species bakteri. Peranan gen sesungguhnya dalam diferensiasi sel dan
metabolisme sel sehingga membentuk individu dewasa, belum diketahui dengan
sejelas-jelasnya. Yang mungkin jelas adalah bahwa, fenotipe sel merupakan hasil
dan kerja sama antara genotipe sel dan lingkungan bersama-sama dengan gen
operator. Pengaruh yang berasal dan lingkungan sekitar adalah berupa induser
(inducers) dan sel atau jaringan yang berdampingan, zat makanan yang tersedia,
perubahan pH, metabo1it dan lain-lainnya. Pengaruh tersebut akan tergantung
kerja gen yang terdapat dalam sel yang terbentuk lebih dahulu sewaktu
perkembangan atau pertumbuhan sedang berjalan.

Dalam proses pertumbuhan tersebut, faktor lingkungan mungkin besar
pengaruhnya karena faktor luar tersebut termasuk pula tersedianya subtrat yang

44

berasal dari makanan, selain itu termasuk pula pengaruh yang bekerja lewat
system syaraf dan endokrin. Oleh karena itu menelusuri fenotipe yang dikontrol
oleh satu gen , mulai dari awal kerja gen tersebut sampai terlihatnya fenotipe pada
hewan atau individu dewasa adalah merupakan pekerjaan yang amat sulit.

Sebagai gambaran sederhana kerja gen yang kompleks tersebut dapat
dipakai contoh peristiwa adanya blokade pada metabolisme fhenilalania pada
manusia. Blokade itu menyebabkan terjadi excresi. asam fenilpiruvat
(pheny1pyruvic acid), dan adanya fhenilalania dengan konsentrasi yang tinggi.
dalam darah, keduanya merupakan efek utama karena adanya blokade tersebut. Di
samping efek tersebut ada pula efek lain yakni tidak dapat membentuk bahan
untuk melanin sehingga mengakibatkan rambut berwarna putih. Kemudian
adanya substansi antara asam fenilpiruvat menyebabkan gangguan dalam
pembentukan seretonin, dan sebagai akibatnya dapat terjadi kemunduran mental.
Da1am contoh jelas bahwa satu gen mampu menimbulkan efek ganda atau
banyak, keadaan demikian disebut pleiotropi.

Pleiotropi juga akan timbul apabila gen berpengaruh pada diferensiasi,
terutama apabila terjadi pada stadia awal dan perkembangan, .Fenotipe akhir yang
tampak tersusun dari bagian atau organ-organ yang berbeda tetapi semuanya
berkembang atau berasal dari jaringan-jaringan yang kena pengaruh sehingga
semuanya menunjukkan adanya beberapa efek dari gen tersebut di atas.

Karena adanya kekomplekan di atas persoalan mengenai pewarisan sifat
pada organisme multiseluler membutuhkan pengamatan dengan menggunakan
percobaan-percobaan perkawinan, untuk menguji hypothesis.

Pada pemuliaan tanaman dan hewan, genetika mempelajari organisme.
sebagai kesatuan yang utuh, sehingga kerja gen dalam taraf yang sangat
kompleks. Sifat-sifat yang dipelajari tergantung atau terkontrol oleh banyak gen
juga pada proses metabolisme dan proses interaksi yang terjadi pada masa
pertumbuhan dan juga tergantung pada lingkungan pada waktu sifat-sifat tersebut
diukur. Andaikata kita ingin mengetahui seluruh kerja gen yang mengontrol

45

produksi susu pada sapi perah kita perlu pula mempelajari dan tahu mengenai
fisiologi dan biokimia

Pada masa kini, pengunaan teori umum mengenai kerja gen, yang telah
diuraikan di muka, dalam pemuliaan ternak atau tanaman adalah yang
berhubungan dengan fenotipe yang akan diseleksi. Peneliti dapat meneliti
kebelakang dari hasil mempelajari sifat-sifat tersebut terutama yang berkenaan
dengan faktor yang dapat menimbulkan ragam genetik dari sifat tersebut. Teori
umum mengenai kerja gen dapat digambarkan sebagai berikut.

MATERI GEN KEMAM MATERI
(DNA) PUAN, YANG
MENGGANDA SAMA
KAN DIRI

ENZYM DAN
POLIPEPTIDA

REAKSI BIOKIMIA
DALAM SEL

PROSES FISIOLOGIK DAN
PERTUMBUHAN

FENOTIPE YG DAPAT DILIHAT
ATAU DIUKUR

46


Click to View FlipBook Version