c. Pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa eksternal yaitu Badan
Pemeriksa Perbendaharaan Gereja disingkat BPPG pada lingkup
Sinode dan Badan Pengawas dan Pemeriksa Perbendaharaan
Jemaat disingkat BPPJ di lingkup Jemaat.
Bab VI
Penggembalaan
Penggembalaan adalah tindakan gerejawi dalam rangka melaksanakan
misi gereja.
Pasal 20
Percakapan Pastoral
Percakapan Pastoral dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara
pengakuan dan ajaran serta ketertiban hidup bergereja.
Pasal 21
Penggembalaan Khusus
Penggembalaan Khusus dikenakan bagi warga berhubungan dengan :
1. Penyimpangan terhadap ajaran;
2. Tindakan amoral / asusila;
3. Pelanggaran terhadap Tata Gereja.
Pasal 22
Kondisi Kahar
1. Kondisi Kahar adalah suatu peristiwa atau kejadian luar biasa yang
tidak dapat dihindarkan sehingga kegiatan persekutuan, pelayanan dan
kesaksian serta fungsi keorganisasian tidak dapat dilaksanakan
Hal. 51
sebagaimana mestinya, antara lain adanya: bencana alam, peperangan,
kerusuhan sosial politik dan wabah penyakit.
2. Kondisi ini dinyatakan berlaku berdasarkan keputusan Majelis Sinode
setelah mendapat masukan dari jemaat bahwa persekutuan, pelayanan
dan kesaksian serta fungsi keorganisasian tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya di lebih dari setengah wilayah pelayanan GPIB
dan setelah mendengar pertimbangan dari BPMS.
3. Dalam kondisi ini maka Majelis Sinode berwenang mengambil
langkah penting dan strategis untuk mengupayakan kegiatan
persekutuan, pelayanan dan kesaksian serta fungsi keorganisasian
GPIB dilaksanakan sesuai peraturan tentang kahar.
4. Pengakhiran Kondisi Kahar dinyatakan berdasarkan keputusan
Majelis Sinode setelah mendengar pertimbangan dari BPMS dan
mendapat masukan dari jemaat bahwa persekutuan, pelayanan dan
kesaksian serta fungsi keorganisasian GPIB di lebih dari separuh
wilayah pelayanan GPIB sudah berjalan sebagaimana mestinya.
5. Hal-hal yang dimaksudkan dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 pasal
ini dipertanggungjawabkan oleh Majelis Sinode dalam Persidangan
Sinode terdekat pada kesempatan pertama.
6. Pemberlakuan dan pengakhiran kondisi kahar harus disampaikan
Majelis Sinode dalam kesempatan pertama kepada Seluruh Majelis
Jemaat dengan cara efektif yang tersedia pada saat itu.
Bab VII
Perubahan Tata Dasar
Hal. 52
Pasal 23
Perubahan Tata Dasar ini hanya dapat dilaksanakan di dalam dan oleh
Persidangan Sinode Raya GPIB, bila:
1. Diusulkan oleh 2/3 jumlah jemaat-jemaat GPIB atau;
2. Diusulkan oleh Majelis Sinode GPIB dan disetujui oleh 2/3 jumlah
jemaat GPIB;
3. Usul disampaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum
Persidangan Sinode Raya.
BAB VIII
Ketentuan Penutup
Pasal 24
1. Tata Dasar GPIB ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
2. Dengan ditetapkannya Tata Dasar ini, maka segala ketetapan
mengenai Tata Dasar GPIB sebelumnya dinyatakan tidak berlaku;
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Dasar ini akan diatur dalam
Peraturan Pokok dan Peraturan GPIB.
Hal. 53
PERATURAN POKOK I
TENTANG
JEMAAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup jelas
Jemaat Pasal 1:1 : Cukup jelas
1. Jemaat adalah wujud dari : Cukup jelas
Gereja Yesus Kristus Yang Pasal 1:2
Esa, Kudus, Am dan Rasuli, Pasal 1:3
yang berada di suatu tempat
tertentu dalam wilayah
pelayanan GPIB;
2. Jemaat-jemaat GPIB adalah
bagian dari GPIB yang memiliki
Pemahaman Iman (PI) GPIB
sebagai landasan teologis dan
Tata Dasar GPIB sebagai
landasan hukum;
3. Jemaat dalam ketaatan kepada
Yesus Kristus sebagai Kepala
Gereja melaksanakan tugas
misionernya secara tertib dan
teratur melalui sistem
presbiterial sinodal.
Pasal 2 Pasal 2
Panggilan dan Pengutusan
Jemaat dipanggil dan diutus
sebagai wujud tugas Gereja yang
misioner melalui persekutuan,
pelayanan dan kesaksian
Hal. 54
Pasal 3 Pasal 3
Persekutuan
1. Persekutuan adalah wadah dan Pasal 3:1 : Cukup jelas
aktivitas gerejawi yang Pasal 3:2
berpusat pada Yesus Kristus Pasal 3:2.a.1) : Cukup jelas
dan dipimpin oleh Kuasa Roh
Kudus. : Di dalam Ibadah
2. Persekutuan yang dimaksud Hari Minggu (IHM)
terwujud dalam bentuk
peribadahan: dapat dilaksanakan
a. Ibadah Umum :
1). Ibadah Hari Minggu Sakramen,
(IHM), Ibadah Hari
Minggu Pelayanan Peneguhan-
Anak (IHMPA) dan
Ibadah Hari Minggu peneguhan para
Persekutuan Teruna
(IHMPT). Presbiter, dan
Pengurus PELKAT
serta Perkenalan
para Fungsionaris
PHMJ, komisi,
panitia, BPPJ.
2). Ibadah Hari Raya Pasal 3:2.a.2) : Cukup jelas
Gerejawi
Pasal 3:2.b : Cukup jelas
b. Ibadah Khusus: Pasal 3:2.b.1 : Cukup jelas
1). Ibadah Peneguhan; Pasal 3:2.b.2 : Cukup jelas
2). Ibadah-Ibadah
Pelayanan Kategorial;
Hal. 55
3). Ibadah Pemakaman, Pasal 3:2.b.3 : Cukup jelas
Pemakaman kembali : Cukup jelas
dan Kremasi; Pasal 3:2.b.4
: Cukup jelas
4). Ibadah Peneguhan dan Pasal 3:2.b.5
Pemberkatan Pasal 3:2.b.6 : Cukup jelas
Perkawinan; Pasal 3:2.b.7
: Ibadah lainnya
5). Ibadah Hari Raya
Nasional; adalah Ibadah
6). Ibadah Keluarga;
7). Ibadah lain sesuai
kebutuhan.
Pengucapan
Syukur, Ibadah
Persekutuan Doa,
Ibadah Penghiburan
dan sesuai dengan
kebutuhan jemaat
setempat
3. Ibadah Umum dan Ibadah Pasal 3 : 3 : Cukup Jelas
Khusus dapat dilaksanakan
secara virtual dalam jaringan
dengan menggunakan
teknologi digital atau
dilaksanakan dengan cara lain
yang efektif sesuai dengan
situasi dan kebutuhan.
Pasal 4 Pasal 4
Pelayanan
Hal. 56
1. Pelayanan adalah aktivitas Pasal 4:1 : Cukup jelas
gerejawi yang dilakukan oleh Pasal 4:2
Persekutuan; : Kegiatan-kegiatan
2. Pelayanan yang dimaksud diakonia, baik
terwujud dalam bentuk
kegiatan-kegiatan aktual, baik dalam bentuk
ke dalam maupun ke luar, yang
berdampak pada pertumbuhan komprehensif –
iman jemaat, penguatan
persekutuan dan peningkatan yang berdampak
kesejahteraan masyarakat,
yang dilakukan oleh jemaat pada jangka
maupun bersama masyarakat panjang – maupun
dan pemerintah.
karitatif yang
bersifat pertolongan
langsung – baik
dalam bentuk
reformatif dan
transformatif.
Pasal 5 Pasal 5
Kesaksian
1. Kesaksian adalah
pengungkapan iman dan Pasal 5:1 : Cukup jelas
Pasal 5:2
kesetiaan kepada Yesus
Kristus;
2. Kesaksian yang dimaksud : Partisipasi dalam
terwujud dalam bentuk kehidupan politik,
pemberitaan Firman dan berarti Jemaat
kegiatan yang berhubungan sebagai institusi
dengan penanggulangan tidak dapat menjadi
kemiskinan, penyelesaian alat politik praktis.
masalah kemanusiaan, Namun Jemaat,
Hal. 57
pelestarian lingkungan hidup, menyiapkan warga
partisipasi dalam kehidupan
politik, dan kemitraan antar jemaat mengambil
umat beragama
bagian dalam
kehidupan politik
dan kemitraan antar
umat beragama
untuk menjadi
garam dan terang
demi kesejahteraan
masyarakat, bangsa
dan negara.
Pasal 6 Pasal 6
Wilayah Pelayanan
1. Wilayah Pelayanan Jemaat Pasal 6:1 : Cukup jelas
adalah sesuai dengan Tata Pasal 6:2
Dasar Bab II pasal 3; : Untuk jemaat-
2. Wilayah Pelayanan jemaat- jemaat tertentu
jemaat memiliki batas-batas
tertentu; dengan
mempertimbangkan
faktor historis,
demografis dan
perkembangan
masyarakat maka
cakupan wilayah
pelayanan
dimungkinkan
sesuai dengan
jemaat itu terdaftar.
Hal. 58
3. Jemaat-jemaat dalam satu
wilayah pelayanan,
membentuk Musya-warah
Pelayanan (Mupel); Pasal 6:3 : Cukup jelas
Pasal 6:4 : Cukup jelas
4. Batas Wilayah Pelayanan
Pasal 6:5 : Cukup jelas
Jemaat ditentukan oleh
keputusan bersama jemaat-
jemaat yang ada di sekitarnya
dalam asistensi Musyawarah
Pelayanan setempat;
5. Batas Wilayah Pelayanan
ditetapkan dengan Surat
Keputusan Majelis Sinode.
Pasal 7 Pasal 7
Warga
1. Warga jemaat adalah Pasal 7:1 : Cukup jelas
seseorang yang dimaksud
dalam Tata Dasar GPIB pasal Pasal 7:2 : Cukup jelas
6
Pasal 7:2a : Cukup jelas
2. Warga adalah seseorang yang Pasal 7:2b : Cukup jelas
terdaftar dan aktif di salah satu Pasal 7:2c : Cukup jelas
Jemaat yaitu :
a. Yang lahir dari keluarga Pasal 7:2d : Cukup jelas
GPIB;
b. Yang menerima Baptisan
di GPIB;
c. Yang mengaku percaya dan
diteguhkan sebagai Warga
Sidi GPIB;
d. Yang sudah dibaptis tapi
berasal dari Gereja-gereja
Hal. 59
lain di Indonesia, ataupun
dari gereja luar negeri yang
mendaftarkan diri dan
diterima menjadi warga
jemaat serta menyatakan
diri mentaati ketentuan-
ketentuan yang ada di
GPIB;
e. Yang terdaftar sebagai
warga GPIB yang
sementara berada di luar Pasal 7:2e : Cukup jelas
Pasal 7:2f : Cukup jelas
negeri;
: Cukup jelas
f. Yang belum dibaptis tetapi : Cukup jelas
sementara mengikuti
katekisasi untuk
diteguhkan sebagai warga
sidi GPIB.
Pasal 8 Pasal 8
Kewajiban dan Tanggung
Jawab Warga Jemaat
Setiap Warga Jemaat memiliki
kewajiban dan tanggung jawab:
1. Mewujudkan Jemaat
Misioner melalui kegiatan- Pasal 8:1
Pasal 8:2
kegiatan dalam pembangunan
Jemaat dan Masyarakat.
2. Melakukan hidup tertib
sesuai dengan ajaran Alkitab
dalam hidup bergereja dan
bermasyarakat;
Hal. 60
3. Membimbing dan mendidik
keluarga dalam pengenalan Pasal 8:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Yesus Kristus; : Cukup jelas
4. Mewujudkan persekutuan, : Cukup jelas
pelayanan, dan kesaksian Pasal 8:4 : Cukup jelas
gereja dengan cara berperan
aktif mengambil bagian
dalam kegiatan Jemaat di
bawah koordinasi Majelis
Jemaat, PHMJ dan unit-unit
misioner;
5. Mendoakan kehidupan dan Pasal 8:5
kegiatan Jemaat serta
segenap bagian GPIB dalam
mewujudkan kehadiran dan
perannya di lingkungan
gereja dan masyarakat;
6. Memberikan persembahan,
persepuluhan dan
persembahan khusus sebagai Pasal 8:6
wujud syukur kepada Tuhan
dan mendukung kebutuhan
dana serta sarana dalam
rangka mewujudkan
panggilan gereja di semua
aras dan bidang kehidupan;
7. Menaati Pemahaman Iman
GPIB, PKUPPG, Tata Pasal 8:7
Gereja, Akta Gereja, dan
peraturan lainnya di
lingkungan GPIB.
Pasal 9 Pasal 9
Hak Warga Jemaat
Hal. 61
1. Setiap warga Jemaat
mempunyai hak untuk Pasal 9:1 : Cukup jelas
melayani, yaitu hak untuk Pasal 9:2 : Cukup jelas
Pasal 9:2.a : Cukup jelas
berperan serta memberikan Pasal 9:2.b : Cukup jelas
pelayanan bagi Jemaat dalam Pasal 9:3 : Cukup jelas
rangka mewujudkan
panggilan dan pengutusan
Allah melalui persekutuan,
pelayanan, dan kesaksian
Jemaat.
2. Hak melayani warga Jemaat
dilakukan melalui:
a. perwujudan panggilan
hidup sehari-hari sebagai
orang percaya untuk
memperhatikan,
menolong, mendukung,
menghibur, dan
menguatkan sesama yang
membutuhkan;
b. Jabatan, Tugas, dan
Tanggung jawab
pelayanan khusus yang
memerlukan pengaturan
lebih lanjut demi
ketertiban hidup Jemaat
dan gereja.
3. Setiap Warga Jemaat
mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan dan
pembinaan dari GPIB yang
dilakukan oleh Majelis
Hal. 62
Jemaat, PHMJ dan unit-unit : Cukup jelas
misioner lainnya.
4. Warga Jemaat berhak Pasal 9:4
menyampaikan aspirasinya,
melalui pertemuan warga sidi
jemaat (PWSJ).
Pasal 10 Pasal 10
Pimpinan Jemaat
1. Pimpinan Jemaat adalah Pasal 10:1 : Cukup jelas
Majelis Jemaat sebagai Pasal 10:2 : Cukup jelas
persekutuan kerja yang
memimpin secara kolektif –
kolegial;
2. Majelis Jemaat diketuai oleh
Pendeta yang ditugaskan oleh
Majelis Sinode.
Pasal 11 Pasal 11
Majelis Jemaat
1. Majelis Jemaat adalah : Majelis Jemaat
Pimpinan GPIB di lingkup Pasal 11:1 adalah suatu wadah
Jemaat; kebersamaan dalam
kepemimpinan
GPIB di Jemaat,
karena itu Sidang
Majelis Jemaat
adalah lembaga
tinggi presbiter
yang penting dan
harus/wajib dihadiri
Hal. 63
oleh fungsionaris
Majelis Jemaat.
2. Ketua Majelis Jemaat adalah Pasal 11:2 : Cukup jelas
seorang Pendeta yang
ditugaskan dan ditetapkan oleh Pasal 11:3 : Cukup jelas
Majelis Sinode; Pasal 11:3.a : Cukup jelas
Pasal 11:3.b
3. Majelis Jemaat terdiri atas : : Cukup jelas
a. Para Pendeta yang Pasal 11:4
ditugaskan oleh Majelis : Dasar perhitungan
Sinode di Jemaat;
b. Para Diaken dan Penatua kebutuhan adalah
yang dipilih oleh warga sidi
Jemaat menurut Peraturan jumlah warga, luas
Pemilihan Diaken dan
Penatua serta ditetapkan wilayah, dan
oleh Majelis Sinode.
kegiatan yang akan
4. Jumlah fungsionaris Majelis
Jemaat ditentukan oleh Majelis
Jemaat menurut kebutuhan
Jemaat sesuai dengan
Peraturan Pemilihan Diaken
dan Penatua;
dilaksanakan. Lihat
peraturan tentang
Pemilihan Diaken
5. Masa tugas fungsionaris dan Penatua.
Majelis Jemaat ditetapkan
selama 5 (lima) tahun dan Pasal 11: 5 : Cukup jelas
dapat dipilih kembali;
Hal. 64
6. Majelis Jemaat diwakili oleh
Ketua dan Sekretaris untuk Pasal 11: 6 : Cukup jelas
urusan-urusan baik kedalam
maupun keluar;
7. Tugas dan wewenang Majelis Pasal 11: 7 : Cukup jelas
Jemaat. :
a. Majelis Jemaat bertugas :
1). Membina dan Pasal 11: 7.a : Cukup jelas
memberdayakan Warga Pasal 11: 7.a.1 : Cukup jelas
Jemaat untuk
melaksanakan tanggung
jawab misioner sesuai
dengan Pemahaman
Iman GPIB, PKUPPG
GPIB serta Tata Gereja
GPIB;
2). Bersama dengan
Jemaat-Jemaat
sewilayah mengusulkan
pembentukan Mupel Pasal 11: 7.a.2 : Cukup jelas
sebagai Unit Misioner
dan pengangkatan serta
memberdayakan BP
Mupel.
b. Majelis Jemaat berwenang:
1). Mengangkat dan Pasal 11: 7.b : Cukup jelas
memberhentikan Pasal 11: 7.b.1 : Cukup jelas
anggota Unit-unit
Misioner;
2). Mengambil langkah-
langkah dan tindakan
Disiplin Gereja
terhadap Warga Jemaat;
Pasal 11: 7.b.2 : Cukup jelas
Hal. 65
3). Mengambil langkah-
langkah dan tindakan
Disiplin Gereja Pasal 11: 7.b.3 : Cukup jelas
terhadap pegawai.
Pasal 12 Pasal 12 : Sesuai dengan
Sidang Majelis Jemaat
tatanan yang
Sidang Majelis Jemaat adalah berlaku dalam
wadah pengambilan keputusan
tertinggi dalam jemaat. sistem presbiterial
sinodal
Pasal 13 Pasal 13
Pelaksana Harian Majelis
Jemaat
1. Pelaksana Harian Majelis Pasal 13.1 : Cukup jelas
Jemaat adalah pelaksana : Cukup jelas
sehari-hari dari keputusan : Cukup jelas
Sidang Majelis Jemaat;
2. Pelaksana Harian Majelis
Jemaat terdiri beberapa
fungsionaris Majelis Jemaat
yang dipilih melalui Sidang Pasal 13.2
Majelis Jemaat (kecuali Ketua
Majelis Jemaat) dan
dilaporkan kepada Majelis
Sinode untuk ditetapkan;
3. Pelaksana Harian Majelis
Jemaat terdiri atas sekurang- Pasal 13.3
kurangnya seorang ketua,
Hal. 66
seorang sekretaris, seorang
bendahara.
4. Pelaksana Harian Majelis
Jemaat dipilih untuk
melaksanakan kegiatan sesuai Pasal 13.4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dengan program yang
: Cukup jelas
diputuskan berdasarkan : Cukup jelas
PKUPPG; : Cukup jelas
5. Ketentuan mengenai
Pelaksana Harian Majelis Pasal 13.5
Jemaat akan diatur lebih lanjut
dalam peraturan tersendiri
tentang Pelaksana Harian
Majelis Jemaat.
Pasal 14 Pasal 14
Unit – Unit Misioner
1. Unit-unit Misioner adalah Pasal 14:1
pelaksana misi GPIB dalam Pasal 14:2
rangka Pembangunan Jemaat
secara berkesinambungan; Pasal 14:3
2. Unit-unit Misioner terdiri atas
Pelayanan Kategorial, Komisi,
Yayasan, Panitia, Kelompok
Kerja, Kelompok Fungsional
Profesional, Unit Usaha Milik
Gereja (UUMG), PMKI dan
lainnya sesuai kebutuhan
setempat;
3. Musyawarah Pelayanan adalah
Unit Misioner dalam
Hal. 67
kebersamaan Jemaat-jemaat di Pasal 14:4 : Cukup jelas
suatu wilayah; : Cukup jelas
4. Penjelasan rinci mengenai : Cukup jelas
Unit-unit Misioner akan diatur
dalam peraturan tersendiri : Cukup jelas
tentang Unit-unit Misioner.
Pasal 15 Pasal 15
Perbendaharaan GPIB di
Lingkup Jemaat
1. Perbendaharaan GPIB di
lingkup Jemaat adalah harta
milik Tuhan yang Pasal 15:1
Pasal 15:2
dipercayakan kepada GPIB,
baik yang bergerak maupun
tidak bergerak, yang ada di
Jemaat untuk menunjang misi
Gereja;
2. Penjelasan rinci mengenai
Perbendaharaan Jemaat akan
diatur dalam peraturan
tersendiri tentang
Perbendaharaan GPIB
Pasal 16 Pasal 16
Badan Pemeriksa
Perbendaharaan GPIB di
Lingkup Jemaat
1. Badan Pemeriksa Pasal 16:1
Perbendaharaan Jemaat adalah
pemeriksa eksternal terhadap
perbendaharaan dan
Hal. 68
pengelolaannya di tingkat Pasal 16:2 : Cukup jelas
Jemaat;
2. Penjelasan rinci mengenai
Badan Pengawas dan
Pemeriksa Perbendaharaan di
lingkup Jemaat akan diatur
dalam peraturan tersendiri
tentang Badan Pemeriksa
Perbendaharaan GPIB.
Pasal 17 Pasal 17 : Cukup jelas
Kantor Majelis Jemaat
Kantor Majelis Jemaat adalah
tempat pengelolaan administrasi
Jemaat, penyimpanan arsip dan
pengorganisasian
penyelenggaraan persekutuan,
pelayanan dan kesaksian Jemaat.
Pasal 18 Pasal 18
Kepegawaian
1. Pegawai adalah mereka yang Pasal 18:1 : Cukup jelas
ditugaskan di Kantor Majelis Pasal 18:2 : Cukup jelas
Jemaat untuk mengerjakan
ketatausahaan penatalayanan
jemaat dibawah arahan Majelis
Jemaat melalui Pelaksana
Harian Majelis Jemaat
(PHMJ);
2. Pengusulan, pengangkatan,
pembinaan dan pemberhentian
pegawai di Jemaat diatur
Hal. 69
dalam Peraturan khusus
tentang Kepegawaian GPIB.
Pasal 19 Pasal 19
Penggembalaan Gereja
1. Tindakan Penggembalaan Pasal 19:1 : Cukup jelas
Pasal 19:1.a : Cukup jelas
yang dilakukan kepada Pasal 19:1.b : Cukup jelas
Pasal 19:1.c : Cukup jelas
Presbiter dan Warga Jemaat Pasal 19:2 : Cukup jelas
adalah upaya Gereja untuk Pasal 19:2.a : Cukup jelas
menjaga:
a. Kemurnian ajaran (Konfesi
Gereja);
b. Moralitas warga (Etika
Kristen);
c. Ketertiban serta
keteraturan pelayanan
(Tata Gereja).
2. Sebagai Pelaksana
Penggembalaan Gereja adalah
Pendeta yang merupakan
Gembala di Jemaat dan para
Penatua dan Diaken yang
ditunjuk dengan menjaga
rahasia jabatan, yang diatur
sebagai berikut:
a. Warga Jemaat, termasuk di
dalamnya Presbiter dan
Unit Misioner adalah
Pendeta yang merupakan
Gembala di Jemaat dan
para Penatua dan Diaken
yang ditunjuk dengan
menjaga rahasia jabatan;
Hal. 70
b. Diaken dan Penatua adalah Pasal 19:2.b : Dalam kasus-kasus
Pendeta/Ketua Majelis
Jemaat dan Tim Pastoral tertentu, dapat
Jemaat;
dibentuk Tim
Pastoral Jemaat
yang bersifat ad
hoc.
c. Pendeta, Fungsionaris Pasal 19:2.c : Cukup jelas
Pasal 19:3
Majelis Sinode dan BPPG
adalah Tim Pastoral
Sinodal yang dibentuk oleh
Majelis Sinode, dengan
melibatkan Ketua Majelis
Jemaat dan Majelis Jemaat. : diserahkan
3. Penggembalaan dapat pertimbangannya
dilaksanakan dengan kepada yang
kehadiran fisik atau dengan melakukan
menggunakan teknologi penggembalaan.
telekomunikasi, digital, virtual
dalam jaringan atau
dilaksanakan dengan cara lain
sesuai situasi dan kebutuhan
dengan tetap menjaga
kerahasiaan.
Pasal 20
Peraturan Pelaksanaan Majelis Pasal 20
Jemaat
1. Peraturan Pelaksanaan
Majelis Jemaat disusun oleh Pasal 20:1 : Cukup jelas
Majelis Jemaat untuk
mengatur hal-hal teknis
Hal. 71
pelaksanaan penatalayanan di
Jemaat; Pasal 20:2 : Proses di Majelis
2. Peraturan Pelaksanaan Sinode selambat-
Majelis Jemaat disahkan oleh lambatnya 3 bulan
SMJ setelah disetujui oleh setelah diterimanya
MS; konsep PPMJ dari
Majelis Jemaat.
Selama menunggu
persetujuan PPMJ
yang baru oleh
Majelis Sinode,
PPMJ yang lama
tetap berlaku
dengan
penyesuaian
terhadap Tata
Gereja yang
berlaku.
3. Bahwa setiap jemaat Pasal 20: 3 : Cukup jelas
diwajibkan membuat PPMJ
sesuai dengan Tata Gereja
yang berlaku dan atau
menyesuaikan PPMJ yang
dimilikinya dengan Tata
Gereja yang berlaku.
Pasal 21 Pasal 21
Pendewasaan, pelembagaan,
penggabungan dan Reaktivasi
jemaat
Hal. 72
1. Pendewasaan Jemaat adalah Pasal 21:1 : Cukup jelas
proses penyiapan suatu
persekutuan warga GPIB di Pasal 21:2 : Cukup jelas
wilayah tertentu untuk Pasal 21:3
dilembagakan sebagai Jemaat Pasal 21:4 : Cukup jelas
GPIB yang mandiri; Pasal 21:5
: Cukup jelas
2. Pelembagaan Jemaat adalah : Cukup jelas
proses pembentukan satu
persekutuan Warga GPIB yang
tersebut dalam ayat 1 pasal ini
ditetapkan dengan surat
keputusan Majelis Sinode
GPIB;
3. Penggabungan Jemaat adalah
proses penyatuan dua Jemaat
atau lebih karena tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai
Jemaat GPIB yang mandiri;
4. Reaktivasi adalah pengaktifan
kembali jemaat yang pernah
ada menjadi Jemaat yang
mandiri;
5. Penjelasan rinci mengenai
Pendewasaan, Pelembagaan
Penggabungan dan Reaktivasi
Jemaat akan diatur dalam
peraturan tersendiri.
Pasal 22
Kondisi Kahar
Pasal 22 : PHMJ dapat
melakukan
koordinasi dengan
Majelis Sinode
Hal. 73
secara daring dan
atau cara lain yang
memungkinkan
koordinasi dapat
berjalan dengan
1. Dengan disampaikan dan baik.
diberlakukannya kondisi kahar Pasal 22 : 1 : Cukup Jelas
oleh Majelis Sinode, maka
PHMJ berwenang untuk
mengambil langkah-langkah
strategis di Jemaat berkaitan
dengan:
a. Persekutuan, Pelayanan Pasal 22 : 1a : Cukup Jelas
dan Kesaksian.
b. Organisasi dan Pasal 22 : 1 b : Cukup Jelas
Mekanisme.
c. Perbendaharaan. Pasal 22 : 1 c : Cukup Jelas
2. Dalam hal PHMJ mengambil Pasal 22 : 2 : Cukup Jelas
keputusan terkait ayat 1 diatas
maka PHMJ harus mengambil
keputusan dengan minimal
disetujui oleh 2/3 dari yang
hadir dalam rapat PHMJ.
3. Langkah-langkah strategis
yang dilakukan oleh PHMJ Pasal 22 : 3 : Cukup Jelas
akan dipertanggungjawabkan
dalam Sidang Majelis Jemaat
terdekat setelah pengakhiran
kondisi kahar oleh Majelis
Sinode.
4. Pemberlakuan dan Pasal 22 : 4 : Cukup Jelas
pengakhiran kondisi kahar
oleh Majelis Sinode wajib
disampaikan oleh PHMJ
Hal. 74
dalam kesempatan pertama
kepada seluruh anggota
Majelis Jemaat.
Pasal 23
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Pokok I ini mulai Pasal 23
Pasal 23:1
berlaku sejak tanggal Pasal 23:2
ditetapkan; Pasal 23:3 : Cukup jelas
Pasal 23:3.a : Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya Pasal 23:3.b
Pasal 23:3.c : Cukup jelas
Peraturan Pokok ini, maka : Cukup jelas
: Cukup jelas
semua ketentuan mengenai : Cukup jelas
Jemaat yang bertentangan
dengan Peraturan Pokok ini
dinyatakan tidak berlaku;
3. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila:
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 75
PERATURAN POKOK II
TENTANG
PERSIDANGAN SINODE
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Persidangan Sinode
Persidangan Sinode adalah: Pasal 1:1 : Cukup jelas
1. Penjelmaan dari persekutuan Pasal 1:2 : Cukup jelas
GPIB sebagai gereja secara
sinodal;
2. Penjelmaan dari kebersamaan
Jemaat-Jemaat GPIB sebagai
wujud pemerintahan Kristus
melalui kehadiran para presbiter
untuk menentukan kebijakan
gereja dalam memenuhi
panggilan dan pengutusan-Nya
sebagai Gereja yang misioner.
Pasal 2 Pasal 2
Status dan Fungsi
1. Persidangan Sinode Gereja Pasal 2.1 : Yesus Kristus
Protestan di Indonesia bagian adalah dasar dan
Barat (GPIB) selanjutnya disebut kepala gereja dan
Persidangan Sinode, adalah gereja adalah
lembaga yang memiliki tubuh-Nya.
kewibawaan dan kewenangan Kekuasaan dan
gerejawi, dan merupakan wadah kemahasempurna
Hal. 76
pengambilan keputusan tertinggi an-Nya tidak
dalam GPIB melalui presbiter dapat diatur dan
perutusan jemaat-jemaat; dirumuskan oleh
dan dalam
tatanan apapun.
Namun,
keberadaan
Gereja di dunia
sebagai suatu
lembaga
gerejawi,
memerlukan tata
aturan dalam
pengorganisasian
-nya, termasuk
kepemimpinan,
kewibawaan dan
kewenangan
Lembaga.
Persidangan
Sinode adalah
persekutuan
presbiter yang
jelas
menampilkan
kehadiran Tubuh
Kristus.
Persekutuan itu
adalah kumpulan
orang-orang yang
dipanggil keluar
(Eklesia) untuk
melaksanakan
panggilan dan
Hal. 77
2. Persidangan Sinode merupakan pengutusan dari
wadah penjelmaan kesatuan dan Tuhan yang
persatuan dari keseluruhan adalah kepala.
presbiter GPIB untuk Pasal 2.2 : Sesuai dengan
memusyawarahkan asas Presbiterial
penyelenggaraan panggilan dan Sinodal, status
pengutusan, serta pengelolaan kedudukan dan
sumber daya gereja. fungsi
Persidangan
Sinode diperoleh
dari perutusan
presbiter Jemaat.
Persidangan
Sinode sebagai
lembaga tertinggi
dalam organisasi
GPIB untuk
perwujudan
kebersamaan
kepemimpinan
dan kewibawaan
para presbiter.
Ciri khas dari
kebersamaan itu
merepsentasikan
persekutuan
keluarga Allah
dimana Yesus
Kristus sendiri
adalah buah
sulungnya.
Pengelolaan
sumber daya
gereja adalah cara
Hal. 78
Pasal 3 Pasal 3 pengaturan,
Bentuk Sidang penggunaan dan
pemanfaatan
sarana prasarana
sumber daya
manusia
termasuk harta
milik gereja
sebagai alat untuk
memperoleh daya
dukung di dalam
penyelenggaraan
panggilan dan
pengutusan
gereja.
: Cukup Jelas
1. Bentuk Persidangan Sinode Pasal 3:1 : Cukup Jelas
terdiri atas : Pasal 3:1a : Cukup Jelas
a. Persidangan Sinode Raya
yang diadakan sekali dalam Pasal 3:1b : Cukup Jelas
5 (lima) tahun;
b. Persidangan Sinode Pasal 3:1c : Cukup Jelas
Tahunan sekali dalam 1
(satu) tahun; Pasal 3: 2 : Cukup Jelas
c. Persidangan Sinode
Istimewa. Pasal 3:2.a : Cukup Jelas
Pasal 3:2b&2c : Mekanisme
2. Persidangan Sinode
dilaksanakan dengan : Persidangan
a. kehadiran fisik atau; Sinode secara
b. secara virtual dalam
jaringan dengan
Hal. 79
menggunakan teknologi virtual atau cara
digital atau; lainnya tidak
c. cara lain yang efektif dan berbeda dengan
efisien sesuai dengan situasi Persidangan
dan kebutuhan. Sinode yang
dilaksanakan
dengan kehadiran
fisik.
Pasal 4 Pasal 4 : Cukup Jelas
Wewenang Persidangan Sinode
1. Persidangan Sinode Raya Pasal 4.1 :
mempunyai wewenang untuk:
a. Menetapkan perangkat Pasal 4.1.a : Perangkat teologi
teologi GPIB;
GPIB dimaksud
adalah:
a. Pemahaman
iman
b. Tata ibadah
c. Akta Gereja
d. Kurikulum
Katekisasi
e. Hal lain yang
dianggap perlu
b. Menetapkan Pokok- Pasal 4.1.b : Penyusun draft
pokok kebijakan Umum
Panggilan dan PKUPPG dan
Pengutusan Gereja
(PKUPPG) dan Pokok- Pokok-Pokok
Pokok Kegiatan 5 (Lima)
Tahunan. Kegiatan 5
(Lima) Tahunan
adalah Majelis
Sinode yang
diajukan bersama
pertanggungjawa
Hal. 80
ban Majelis
Sinode kepada
Persidangan
Sinode untuk
ditetapkan.
c. Menetapkan Tata Gereja; Pasal 4.1.c : Lihat Tata Dasar
Bab VII pasal 21
d. Mengevaluasi dan Pasal 4.1.d : Pertanggung-
mengesahkan laporan jawaban Majelis
pertanggung - jawaban Sinode bersama
Majelis Sinode dan dengan laporan
pertanggung – ja-
laporan Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja waban hasil
GPIB, disingkat BPPG pemeriksaan oleh
GPIB. Badan Pemerik-
saan
Perbendahara-an
Gereja (BPPG)
merupakan satu
paket. Pada
dasarnya laporan
pertanggungjawa
b-an Majelis
Sinode
merupakan rang-
kuman program
dan anggaran
pendapatan dan
belanja Majelis
Sinode yang telah
e. Memilih dan dibahas dalam
menetapkan:
PST.
Pasal 4.1.e : 1 dan 2 Cukup
jelas. Tata cara,
Hal. 81
1. Susunan anggota prosedur dan
Majelis Sinode
GPIB; sistem pemilihan
2. Susunan fungsionaris diatur dalam
BPPG GPIB.
peraturan tata
tertib
Persidangan
Sinode.
f. Menetapkan keputusan Pasal 4.1.f : Kepada Majelis
sinodal lainnya yang
dianggap perlu untuk Sinode diperca-
GPIB.
yakan antara lain
tugas dan
wewenang dalam
hal:
Melakukan
penga-wasan
melekat terhadap
penge-lolaan
perbenda-haraan
gereja dan
penguasaan milik
gereja.
Menjabarkan
PKUPPG dan
Pokok-Pokok
Ke-giatan 5
(Lima) Tahunan,
setiap tahun
kemudian
diajukan dalam
rapat kerja
sinodal untuk
disahkan.
Menetapkan kebi-
jaksanaan sinodal
Hal. 82
tertentu di dalam
pelaksanaan tata
gereja. Majelis
Sinode berke-
wajiban untuk
sepenuhnya me-
ngendalikan pe-
laksanaannya.
Menetapkan
tempat
penyelenggaraan
Persidangan
Sinode
berikutnya dari
g. Memberi tugas kepada daftar calon
Majelis Sinode untuk Jemaat yang
memilih dan menetapkan dipertimbangkan
Badan Pertimbangan oleh Persidangan
Majelis Sinode (BPMS) Sinode.
GPIB. Pasal 4.1.g : Cukup jelas
2. Persidangan Sinode Tahunan
yang dilakukan untuk : Pasal 4.2 : Cukup jelas
a. Mendapatkan gambaran
pelayanan GPIB melalui Pasal 4.2.a : Laporan dan
evaluasi tahunan
laporan dan evaluasi Majelis Sinode
adalah tentang
tahunan Majelis Sinode pelaksanaan
program tahunan.
serta gambaran pelayanan Informasi jemaat-
jemaat
GPIB secara keseluruhan dikoordinasikan
melalui peranan
melalui laporan jemaat- MUPEL-
jemaat;
Hal. 83
b. Menjabarkan dan MUPEL sebagai
jembatan
mengesahkan program dan dinamis. Untuk
ini dibutuhkan
anggaran tahunan secara Pasal 4.2.b format laporan
yang seragam .
: Cukup jelas
sinodal dengan mengacu
pada rencana induk 5
(lima) tahunan yang
diputuskan dalam
Persidangan Sinode Raya;
c. Mengambil keputusan-
keputusan untuk hal-hal
yang sangat mendesak yang Pasal 4.2.c : Cukup jelas
tidak bisa menunggu
sampai saat
dilaksanakannya
Persidangan Sinode Raya.
3. Persidangan Sinode Istimewa
yang dilaksanakan atas: Pasal 4.3 : Dalam hal
keadaan
mendesak yang
mana tidak dapat
menunggu
Persidangan
Sinode Raya
maka dapat
dilaksanakan
Persidangan
Sinode Istimewa.
Yang dimaksud
keadaan
mendesak adalah
Hal. 84
a. Keputusan Persidangan Pasal 4.3.a situasi kritis yang
Sinode Tahunan; Pasal 4.3.b mengancam
kelangsungan
b. Permintaan sekurang- Pasal 4.3.c persekutuan,
kurangnya 3/4 dari jumlah pelayanan dan
Jemaat; kesaksian GPIB.
: Cukup jelas
c. Permintaan Majelis Sinode
dan didukung oleh : Cukup jelas
sekurang-kurangnya 3/4
dari jumlah Jemaat : Cukup jelas
Pasal 5 Pasal 5
Peserta
1. Peserta Persidangan Sinode Pasal 5:1
Raya (PSR) terdiri atas :
a. Utusan : Pasal 5:1.a : Cukup jelas
1) Utusan adalah para Pasal 5:1.a.1
presbiter yang mewakili : Utusan adalah
Jemaat; Pasal 5:1.a.2
maksimal 3 (tiga)
2) Fungsionaris Majelis
Sinode; orang terdiri dari
3) Fungsionaris BPPG. Diaken, Penatua,
b. Undangan Majelis Sinode.
dan Pendeta,
yang mendapat
mandat dari
Majelis Jemaat.
: Cukup jelas
Pasal 5:1.a.3 : Cukup jelas
Hal. 85
Pasal 5:1.b : Yang dimaksud
Pasal 5:2
Undangan
Majelis Sinode
adalah mereka
yang diundang
oleh Majelis
Sinode seperti
Badan
Pertimbangan
Majelis Sinode,
Pendeta Jemaat
anggota
Departemen,
Dewan dan
Lembaga-
lembaga dalam
negeri dan luar
negeri, BP
Mupel,
Perguruan Tinggi
Teologi, PGI,
GPI, Pemerintah
dan pihak lain
yang dianggap
perlu. Para
undangan
ditentukan oleh
Majelis Sinode
sepanjang
dibutuhkan.
2. Peserta Persidangan Sinode Pasal 5:2.a : Cukup jelas
Istimewa terdiri atas
a. Utusan :
Hal. 86
1) Utusan adalah para Pasal 5:2.a.1 : Utusan adalah
presbiter yang mewakili Pasal 5:2.a.2
Jemaat; maksimal 3 (tiga)
2) Fungsionaris Majelis orang terdiri dari
Sinode;
Diaken, Penatua,
3) Fungsionaris BPPG.
b. Undangan Majelis Sinode. dan
Pendeta/KMJ,
yang mendapat
mandat dari
Majelis Jemaat.
: Cukup jelas
Pasal 5:2.a.3 : Cukup jelas
Pasal 5:2.b
: Yang dimaksud
Undangan
Majelis Sinode
adalah mereka
yang diundang
oleh Majelis
Sinode seperti
Badan
Pertimbangan
Majelis Sinode,
Pendeta Jemaat
anggota
Departemen,
Dewan dan
Lembaga-
lembaga dalam
negeri dan luar
negeri, BP
Mupel,
Perguruan Tinggi
Teologi, PGI,
GPI, Pemerintah
Hal. 87
dan pihak lain
yang dianggap
perlu. Para
undangan
ditentukan oleh
Majelis Sinode
sepanjang
dibutuhkan.
3. Peserta Persidangan Sinode Pasal 5:3 : Cukup jelas
Tahunan terdiri atas
a. Utusan : Pasal 5:3.a : Cukup jelas
1). Utusan adalah para Pasal 5:3.a.1
presbiter yang mewakili : Utusan adalah
Jemaat;
maksimal 2 (dua)
orang yang terdiri
dari Pendeta,
Diaken atau
Penatua yang
mendapat mandat
dari Majelis
Jemaat.
Apabila Pendeta
berhalangan
diganti dengan
Diaken atau
Penatua dan
memberitahukan
kepada Majelis
Sinode.
Apabila dalam
tahun yang sama
terdapat 2 (dua)
Persidangan
Sinode (PST dan
PSR) maka
Hal. 88
2). Fungsionaris Majelis peserta dapat
Sinode; dibatasi.
Pasal 5:3.a.2 : Cukup jelas
3). Fungsionaris BPPG.
b. Undangan Majelis Sinode. Pasal 5:3.a.3 : Cukup jelas
Pasal 5:3.b
: Yang dimaksud
Undangan
Majelis Sinode
adalah mereka
yang diundang
oleh Majelis
Sinode seperti
Badan
Pertimbangan
Majelis Sinode,
Pendeta Jemaat
anggota
Departemen,
Dewan dan
Lembaga-
lembaga dalam
negeri dan luar
negeri, BP
Mupel,
Perguruan Tinggi
Teologi, PGI,
GPI, Pemerintah
dan pihak lain
yang dianggap
perlu. Para
undangan
ditentukan oleh
Majelis Sinode
Hal. 89
Pasal 6 sepanjang
Rapat-Rapat dibutuhkan.
Persidangan Sinode terdiri atas : Pasal 6 : Cukup jelas
1. Sidang Paripurna; : Cukup jelas
2. Rapat-rapat Komisi dan Seksi; Pasal 6:1 : Panitia Kredensi
3. Rapat Panitia-panitia. Pasal 6:2
Pasal 6:3 dan Panitia
Pemilihan,
4. Rapat-rapat lain yang dianggap Panitia Ad Hoc,
perlu. Panitia Pesan
: Cukup jelas
Pasal 6:4
Pasal 7 Pasal 7
Kuorum
Kuorum Persidangan Sinode Pasal 7:1 : Cukup jelas
dinyatakan sah dan dapat Pasal 7:2 : Cukup jelas
mengambil keputusan apabila:
1. Dihadiri oleh sekurang-
kurangnya setengah dari jumlah
Jemaat GPIB ditambah satu;
2. Jika pada saat Persidangan
dibuka kuorum belum terpenuhi
maka Persidangan ditunda paling
lama 2 (dua) jam; dan setelah
masa penundaan berakhir,
Persidangan dinyatakan sah
untuk dilanjutkan.
Hal. 90
Pasal 8 Pasal 8 : Cukup Jelas
Acara
: Majelis Sinode
Persidangan Sinode berlangsung membuka
dengan acara yang diusulkan oleh Persidangan dan
Majelis Sinode dan ditetapkan oleh menyerahkan
Persidangan Sinode dalam rapat pimpinan
paripurna pertama. persidangan
kepada majelis
Pasal 9 Pasal 9 ketua.
Pimpinan
: Setelah
Persidangan Sinode dipimpin oleh: Pasal 9:1 memimpin
1. Majelis Sinode yang Sidang Paripurna
Majelis Ketua
bertanggung jawab atas seluruh mengembalikan
pelaksanaan Persidangan pimpinan sidang
Sinode; kepada Majelis
Sinode untuk
2. Majelis Ketua yang dipilih oleh Pasal 9:2 menutup
dan dari antara perutusan yang persidangan
memimpin Sidang Paripurna; sinode.
3. Pimpinan Komisi dan seksi yang : Cukup jelas
dipilih oleh dan dari antara Pasal 9:3
Hal. 91
anggota-anggota komisi dan Pasal 9:4 : Cukup jelas
seksi, untuk memimpin Rapat
Komisi dan seksi;
4. Ketua dan Sekretaris Panitia
untuk memimpin Rapat Panitia.
Pasal 10 Pasal 10
Kelengkapan Persidangan
Untuk kelancaran Persidangan dan
memperoleh hasil Persidangan yang
baik dan benar, maka kelengkapan
persidangan sebagai berikut : Pasal 10:1 : Panitia pengarah
1. Panitia Pengarah yang bertugas diusulkan oleh
memberi arahan terhadap Majelis Sinode
mekanisme persidangan, dan ditetapkan
termasuk jika terjadi hal-hal luar dalam
biasa dalam persidangan; Persidangan
Sinode dipilih
dari utusan yang
berasal dari
Mupel-Mupel
dan ditetapkan
dalam
persidangan
sinode, maksimal
5 orang yang
memiliki
keahlian dalam
bidang tertentu
yang dibutuhkan
2. Panitia Materi yang bertugas oleh GPIB.
mempersiapkan materi
Persidangan Sinode Raya; Pasal 10:2 : Panitia Materi
telah dibentuk
Hal. 92
3. Panitia Pelaksana Persidangan, oleh sidang
Majelis Sinode
yang mengorganisasikan dan mulai bekerja
minimal 2,5
pelaksanaan Persidangan Pasal 10:3 tahun sebelum
Persidangan
Sinode; Sinode Raya.
: Panitia pelaksana
4. Panitia Kredensi bertugas untuk Persidangan
Sinode Raya
meneliti keabsahan persyaratan telah dibentuk
oleh sidang
secara administratif dan Pasal 10:4 Majelis Sinode
dan mulai bekerja
kualitatif termasuk 1 tahun sebelum
Persidangan
mewawancarai pihak-pihak Sinode Raya.
: Panitia Kredensi
yang terkait dalam rangka dan Panitia
Pemilihan
klarifikasi; dibentuk oleh dan
di dalam
5. Panitia Pemilihan Persidangan
Sinode Raya.
melaksanakan Pemilihan : Cukup jelas
Anggota Majelis Sinode dan Pasal 10:5
Fungsionaris BPPG;
6. Panitia Perumus yang bekerja
selama dan setelah Persidangan Pasal 10:6 : Panitia Perumus
Sinode; dibentuk oleh dan
dalam
Persidangan
Sinode yang
terdiri dari
Sekretaris
Hal. 93
Persidangan,
Ketua dan
Sekretaris
Komisi dan
Fungsionaris
Majelis Sinode
untuk
merumuskan
hasil-hasil
Persidangan dan
tidak punya
wewenang untuk
mengubah dan
atau menambah
kurang materi
yang telah
ditetapkan dalam
persidangan.
7. Panitia lainnya sesuai Pasal 10:7 : Cukup jelas
kebutuhan.
: Live streaming
8. Persidangan Sinode dapat Pasal 10:8 dilakukan
disiarkan kepada jemaat secara melalui kanal
terbuka dengan live streaming khusus yang
dengan memenuhi ketentuan disiapkan oleh
tata tertib yang disahkan di panitia
Persidangan Sinode. Persidangan
dengan
Pasal 11 persetujuan
Pengambilan Keputusan Majelis Sinode
dan hanya dapat
diakses oleh
jemaat.
Hal. 94
1. Setiap keputusan diambil Pasal 11 : Cukup jelas
berdasarkan musyawarah untuk Pasal 11:1
mufakat; : Cukup jelas
2. Apabila tidak diperoleh mufakat : Cukup jelas
diadakan pemungutan suara.
: Cukup jelas
Pasal 12 Pasal 11:2
Kondisi Kahar : Persidangan
Sinode tersebut
Dalam terjadinya Kondisi Kahar, Pasal 12 dilaksanakan
maka Majelis Sinode diberikan guna
wewenang untuk melakukan Pasal 12:1 mempertanggung
langkah-langkah strategis antara Pasal 12:2 jawabkan
lain: tindakan-
1. Menunda Persidangan Sinode tindakan yang
telah dilakukan
selama pemberlakuan kondisi oleh Majelis
kahar. Sinode selama
2. Menetapkan tanggal, tempat dan pemberlakuan
agenda Persidangan Sinode yang kondisi kahar.
dilaksanakan segera dan
selambat lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah pengakhiran
kondisi kahar.
Pasal 13
Ketentuan Penutup
Hal. 95
1. Peraturan Pokok II ini mulai Pasal 13 : Cukup jelas
berlaku sejak tanggal Pasal 13:1 : Cukup jelas
ditetapkan; Pasal 13:2
: Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya Peraturan Pasal 13:3
Pokok ini, maka semua : Cukup jelas
ketentuan mengenai Persidangan Pasal 13:3.a : Cukup jelas
Sinode yang bertentangan Pasal 13:3.b : Cukup jelas
dengan Peraturan Pokok ini Pasal 13:3.c
dinyatakan tidak berlaku;
3. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam dan
oleh Persidangan Sinode Raya
bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui oleh
lebih dari 2/3 jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan Sinode
Raya
Hal. 96
PERATURAN POKOK III
TENTANG
MAJELIS SINODE
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Majelis Sinode
1. Majelis Sinode (MS) adalah Pasal 1:1 : Cukup jelas
lembaga yang dibentuk oleh : Cukup jelas
Persidangan Sinode Raya : hal ini berlaku juga
dalam keadaan
untuk mewujudnyatakan kondisi kahar.
pemerintahan Kristus dalam : hal ini berlaku juga
dalam keadaan
memimpin perjalanan kondisi kahar.
kebersamaan GPIB secara
kolektif kolegial di antara dua
Persidangan Sinode Raya;
2. Fungsionaris Majelis Sinode
dipilih melalui Tahap Pasal 1:2
Pemilihan dan ditetapkan
dalam Persidangan Sinode
Raya.
3. Apabila seluruh Fungsionaris Pasal 1:3
MS berhalangan tetap maka
BPPG diberikan wewenang
untuk memanggil seluruh
jemaat untuk melaksanakan
Persidangan Sinode Istimewa.
4. Apabila seluruh Fungsionaris Pasal 1:4
Majelis Sinode dan BPPG
berhalangan tetap maka salah
satu jemaat terdekat dalam
jarak di kota tempat
Hal. 97
kedudukan Majelis Sinode
diberikan wewenang
memanggil seluruh majelis
jemaat untuk melaksanakan
Persidangan Sinode Istimewa.
5. a. Majelis Sinode bertindak Pasal 1.5.a : Cukup Jelas
untuk dan atas nama serta
mewakili GPIB.
b. Ketua Umum dan Pasal 1.5.b : Cukup Jelas
Sekretaris Umum Majelis
Sinode bertindak untuk
dan atas nama Majelis
Sinode, dan oleh karena
itu untuk dan atas nama
GPIB
c. Apabila Ketua Umum dan
Sekretaris Umum
berhalangan, maka Pasal 1.5.c : jika tidak dapat
diwakili oleh salah satu menjalankan tugas
Ketua dan salah satu pokok dan
Sekretaris. Jikalau salah fungsinya.
satu Ketua dan salah satu
Sekretaris berhalangan,
maka Majelis Sinode
diwakili oleh dua orang
fungsionaris anggota
Majelis Sinode yang
ditunjuk oleh Sidang
Majelis Sinode
d. 1. Majelis Sinode dapat Pasal 1.5.d.1 : Cukup Jelas
memberi kuasa khusus
untuk dan atas nama
GPIB melakukan
perbuatan hukum
Hal. 98
tertentu sebagaimana Pasal 1.5.d.2 : Cukup Jelas
disebutkan dalam Surat
Kuasa, yang tidak
dapat bertentangan
dengan Tata Gereja,
Keputusan
Persidangan Sinode
dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku.
2. Pemberian Kuasa
bersifat sementara dan
diberi batas waktu di
dalam Surat Kuasa,
sesuai dengan uraian
tugasnya.
Pasal 2 Pasal 2
Status dan Tempat Kedudukan
1. Majelis Sinode adalah Pasal 2:1 : Majelis Sinode
berfungsi dan
Pimpinan Sinodal GPIB bertugas sebagai
Pimpinan
selaku Pimpinan kebersamaan dari
penyelenggaraan
Administratif dan Pengelola pelaksanaan
persekutuan,
Sinodal; pelayanan dan
kesaksian Jemaat-
jemaat GPIB.
2. Majelis Sinode adalah : Cukup jelas
Pembina Sinodal Kepejabatan Pasal 2:2
Hal. 99
dan lembaga-lembaga sinodal : Cukup Jelas
yang berada di bawah
naungan GPIB.
3. Majelis Sinode berkedudukan Pasal 2.3
di Jakarta.
Pasal 3 Pasal 3
Fungsi dan Tugas
1. Fungsi Majelis Sinode adalah Pasal 3:1 : Cukup jelas
:
a. Pelaksana Panggilan dan : Cukup jelas
Pengutusan Allah bagi Pasal 3:1.a
GPIB. : Cukup jelas
b. Pelaksana Ketetapan /
Keputusan Persidangan Pasal 3:1.b : Kolektif - kolegial
Sinode; artinya
c. Pimpinan GPIB selaku kesejawatan
Pimpinan Administratif Pasal 3:1.c kebersamaan dan
dan Pengelola Sinodal keutuhan dalam
bersifat kolektif kolegial; menjalankan tugas
sesuai bidangnya.
d. Gembala, Pembina Utama,
: Cukup jelas
Pengarah serta Pengawas Pasal 3:1.d
: Cukup jelas
Kepejabatan dan Presbiter Pasal 3:2 : Cukup jelas
Pasal 3:2.a
GPIB;
2. Tugas Majelis Sinode adalah :
a. Menyusun,
mengembangkan dan
menggerakkan pola-pola
persekutuan, pelayanan,
kesaksian dan Pembinaan
Hal. 100