Pasal 6 Pasal 6 : Cukup jelas
Masa Tugas : Cukup jelas
Masa tugas BPMS sama dengan : Cukup jelas
masa tugas Majelis Sinode. : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 7 Pasal 7
Hak dan Kewajiban
Dalam rangka melaksanakan tugas
dan tanggung jawab gereja secara
optimal, BPMS berhak memberikan
nasihat dan saran kepada Majelis
Sinode khusus dalam bidang
keahliannya diminta atau tidak
diminta.
Pasal 8 Pasal 8
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 13 ini mulai Pasal 8:1
berlaku sejak tanggal ditetapkan. Pasal 8:2
2. Dengan ditetapkannya Peraturan Pasal 8:3
ini, maka semua ketentuan
mengenai Badan Pertimbangan
Majelis Sinode yang bertentangan
dengan peraturan ini dinyatakan
tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam Sidang
Majelis Sinode sepanjang tidak
Hal. 351
bertentangan dengan Tata Gereja
yang berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode yang
terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam dan Pasal 8:4 : Cukup jelas
oleh Persidangan Sinode Raya Pasal 8:4.a : Cukup jelas
Pasal 8:4.b : Cukup jelas
bila: Pasal 8:4.c : Cukup jelas
a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis Sinode
setelah disetujui oleh lebih
dari 2/3 jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan Sinode
Raya.
Hal. 352
PERATURAN NOMOR 3 TENTANG UNIT-UNIT MISIONER
PERATURAN PELAKSANA NOMOR 3 A
TENTANG
MUSYAWARAH PELAYANAN
GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup jelas
Pengertian
Musyawarah Pelayanan Jemaat-
Jemaat GPIB disingkat Mupel
GPIB adalah unit misioner lintas
jemaat di satu wilayah tertentu
dalam pelayanan GPIB.
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup jelas
Bentuk, Status dan Fungsi Pasal 2:1 : Cukup jelas
1. Bentuk
Mupel adalah wadah kebersamaan
lintas jemaat yang dibentuk melalui
Musyawarah Presbiter dari Jemaat-
Jemaat di suatu wilayah pelayanan
GPIB
2. Status Pasal 2:2 : Cukup jelas
Mupel adalah jembatan dinamis
lintas jemaat dan alat kebersamaan,
persekutuan, pelayanan, kesaksian
Hal. 353
dari Jemaat-Jemaat di suatu
wilayah GPIB tertentu.
3. Fungsi
Mupel berfungsi untuk Pasal 2:3 : Cukup jelas
membicarakan kehadiran GPIB di : Cukup jelas
: Cukup jelas
suatu wilayah dan kebersamaan
persekutuan, pelayanan dan
kesaksian Jemaat-Jemaat GPIB di
wilayah bersangkutan dan
membantu pelaksanaan program
sinodal ataupun program bersama
Jemaat-Jemaat GPIB di wilayah
tersebut. dimana perlu dapat
membantu komunikasi jemaat-
jemaat se-wilayah dengan Majelis
Sinode.
Pasal 3 Pasal 3
Wilayah
1. Dalam rangka memenuhi tugas, Pasal 3:1
panggilan dan pengutusan-Nya, Pasal 3:2
sesuai dengan perkembangan
pelayanan dan kesaksian GPIB,
maka di tiap wilayah provinsi
Negara Republik Indonesia di
lingkungan wilayah pelayanan
GPIB, dapat dibentuk satu
Mupel.
2. Di wilayah provinsi Negara
Republik Indonesia dalam
lingkungan wilayah pelayanan
GPIB, yang karena luasnya atau
Hal. 354
karena kondisi perhubungan : Cukup jelas
antara satu tempat ke tempat : Cukup jelas
lainnya sukar dijangkau : Cukup jelas
pelayanan satu Mupel, maka di
wilayah provinsi tersebut dapat
dibentuk lebih dari 1 (satu)
Mupel.
3. Bila jumlah Jemaat GPIB di
salah satu wilayah provinsi Pasal 3:3
Negara Republik Indonesia di
lingkungan pelayanan GPIB
tidak cukup untuk mendukung
pembentukan satu Mupel, maka
Jemaat-Jemaat di wilayah
tersebut digabungkan ke dalam
Mupel di wilayah provinsi yang
terdekat dengan Jemaat-Jemaat
GPIB tersebut.
4. Jemaat-Jemaat GPIB yang Pasal 3:4
termasuk wilayah pelayanan
Mupel di salah satu provinsi,
tetapi letak geografis dan kondisi
sosialnya lebih dekat dengan
Mupel di salah satu wilayah
provinsi lainnya, maka Jemaat-
Jemaat tersebut dapat
digabungkan ke dalam Mupel di
wilayah provinsi lainnya.
5. Pembentukan Mupel yang Pasal 3:5
tersebut pada butir 1 dan 2 di atas
demikian pula penggabungan
Jemaat-Jemaat ke dalam Mupel
yang dimaksud pada butir 3 dan
Hal. 355
4 di atas, ditetapkan oleh Majelis
Sinode GPIB.
Pasal 4 Pasal 4
Regio
1. Untuk kelancaran pelayanan
dan untuk mencapai hasil yang Pasal 4:1 : Cukup jelas
Pasal 4:2 : Cukup jelas
baik, maka wilayah pelayanan Pasal 4:3 : Cukup jelas
Pasal 4:4 : Cukup jelas
satu Mupel dapat dibagi dalam
regio-regio yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan yang ditetapkan oleh
Mupel.
2. Regio dapat dibentuk dalam
satu wilayah Mupel yang
terlalu luas wilayah
pelayanannya yang oleh karena
perkembangan dan guna
pelaksanaan panggilan dan
pengutusan-Nya dapat
diarahkan menjadi satu Mupel
sendiri.
3. Regio bertugas menggalang
kebersamaan serta
mengarahkan dana dan daya
Jemaat-Jemaat di satu Regio
untuk melaksanakan program
Mupel di Regio yang
bersangkutan.
4. Majelis Jemaat–Majelis Jemaat
di Regio dapat mengadakan
Rapat untuk membahas
Hal. 356
pelaksanaan program Mupel di
regio bersangkutan
5. Rapat Regio dapat dihadiri oleh
Badan Pelaksana Mupel Pasal 4:5 : Cukup jelas
: Cukup jelas
6. Rapat Regio memilih
: Cukup jelas
Koordinator, wakil Pasal 4:6 : Cukup jelas
Koordinator, Pembantu urusan : Cukup jelas
tata usaha dan Pembantu urusan : Cukup jelas
keuangan untuk masa jabatan
yang sama dengan masa jabatan
Badan Pelaksana Mupel.
7. Koordinator Regio
mengkoordinir pelaksanaan Pasal 4:7
program Mupel di Regio
8. Koordinator Regio menghadiri
Rapat Koordinasi yang Pasal 4:8
diadakan oleh Badan Pelaksana
Mupel untuk
mengkoordinasikan
pelaksanaan program Mupel di
wilayah pelayanan Mupel.
9. Hasil Rapat Koordinasi dengan
Badan Pelaksana Mupel Pasal 4:9
tersebut pada butir 8 di atas
disampaikan kepada semua
Majelis Jemaat di Regio.
Pasal 5 Pasal 5
Tugas dan Wewenang
1. Mupel bertugas melaksanakan
program bersama yang Pasal 5:1
diserahkan kepadanya oleh
Jemaat-Jemaat melalui
Hal. 357
Musyawarah Wilayah dan
melaksanakan program Sinodal
yang diserahkan kepadanya
oleh Majelis Sinode.
2. Membantu menggerakkan
Jemaat-Jemaat agar dalam Pasal 5:2 : Cukup jelas
kebersamaannya mampu : Cukup jelas
melaksanakan persekutuan, : Cukup jelas
pelayanan dan kesaksian di : Cukup jelas
tengah masyarakat. : Program kerja
anggaran mupel
3. Mengkomunikasikan kepada adalah program
Jemaat-Jemaat kesepakatan Pasal 5:3
yang digariskan oleh Sidang
Wilayah maupun yang
digariskan oleh Majelis Sinode
di wilayahnya.
4. Mengumpulkan dan mengolah
data-data serta informasi untuk Pasal 5:4
kepentingan Jemaat-Jemaat
dan kepentingan bersama di
wilayah tersebut serta
kepentingan Sinodal, dalam
rangka meningkatkan
pelayanan dan kesaksian GPIB.
5. Menggiatkan usaha-usaha
pengadaan dan pengerahan Pasal 5:5
dana dan daya untuk
pelaksanaan program dan
proyek pelayanan kesaksian
bersama di tingkat wilayah dan
Sinodal.
6. Menyusun Program Kerja dan Pasal 5:6
Anggaran Penerimaan dan
Hal. 358
Pengeluaran setiap awal Tahun kerja
Kerja. kebersamaan
jemaat-jemaat.
7. Menghadiri Persidangan Pasal 5:7 : Cukup jelas
Sinode Tahunan dengan : Cukup jelas
menyampaikan laporan BP
Mupel sebagai kompilasi
laporan perkembangan jemaat-
jemaat di wilayah.
8. Jemaat-Jemaat di satu wilayah Pasal 5:8
dan atau Majelis Sinode dapat
memberikan tugas kepada
Badan Pelaksana Mupel untuk
mengadakan hubungan keluar
dengan Badan/ Lembaga
Gereja lain atau Kristen lain
ataupun Badan/ Lembaga
masyarakat/ Pemerintah.
9. Badan Pelaksana Musyawarah Pasal 5:9 : Antara lain Serah
Pelayanan (BP MUPEL) dapat Terima Jabatan
melaksanakan tugas-tugas yang Ketua Majelis
telah didelegasikan oleh Jemaat,
Majelis Sinode. penahbisan
Pelayan Firman
dan Sakramen,
Peneguhan
Diaken dan
Penatua,
Penahbisan
Gedung Gereja
dan fasilitas
gereja lainnya dan
tugas lainnya
Hal. 359
Pasal 6 yang dipandang
Badan Pelaksana Mupel perlu oleh Majelis
Sinode.
1. Untuk melaksanakan tugas Pasal 6
Pasal 6:1 : Cukup jelas
wewenangnya serta Pasal 6:2
: Cukup jelas
pekerjaannya sehari-hari, Mupel Pasal 6:3
Pasal 6:4
menetapkan Badan Pelaksana, Pasal 6:5
terdiri atas para ketua, para
sekretaris dan para bendahara.
2. Para Ketua dan para Sekretaris
Badan Pelaksana Mupel, dipilih
oleh Musyawarah Wilayah dari
unsur Pendeta atau Penatua atau
Diaken, dan Bendahara dipilih
oleh Sidang Wilayah dari unsur
Diaken dan Penatua.
3. Tata Cara Pemilihan Badan
Pelaksana Mupel diatur dalam
Peraturan Pelaksanaan yang : Cukup jelas
ditetapkan oleh Musyawarah
Wilayah.
4. Badan Pelaksana mengadakan
Rapat Kerja, Musyawarah
Tahunan dan Musyawarah : Cukup jelas
Wilayah dalam rangka
mewujudkan kebersamaan
panggilan dan pengutusan-Nya
di wilayah.
5. Masa tugas Badan Pelaksana : Masa Tugas
disesuaikan dengan Masa Tugas Badan Pelaksana
Pelaksana Harian Majelis 2 tahun 6 bulan.
Jemaat.
Hal. 360
6. Dalam melaksanakan tugas- Pasal 6:6 : Cukup jelas
tugasnya, Badan Pelaksana : Cukup jelas
: Cukup jelas
dapat membentuk Badan-Badan : Cukup jelas
Pembantu dan alat-alat
pelaksana:
a. Sekretariat Pasal 6:6.a
b. Koordinator Pelaksana Pasal 6:6.b
Program sesuai dengan
pembidangan program
c. Panitia-panitia menurut Pasal 6:6.c
keperluan.
Pasal 7 Pasal 7
Musyawarah dan Rapat
Musyawarah dan Rapat di lingkup
Mupel terdiri atas:
1. Musyawarah Wilayah untuk Pasal 7:1 : Cukup jelas
Pasal 7:2 : Cukup jelas
menetapkan Badan Pelaksana, Pasal 7:3 : Cukup jelas
Program Umum 2 tahun 6
bulan.
2. Musyawarah Tahunan,
dilaksanakan selambat-
lambatnya 2(dua) minggu
sesudah Persidangan Sinode
tahunan berakhir; untuk
menetapkan Program Kerja dan
Anggaran.
3. Rapat Kerja yang diadakan
sekurang-kurangnya 6(enam)
bulan sekali untuk menilai
pelaksanaan Program Kerja
yang menyangkut kebersamaan
se-wilayah dan sesinodal, serta
Hal. 361
masalah-masalah yang
berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
4. Rapat regio yang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan
pelaksana Mupel setempat. Pasal 7:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
5. Musyawarah dan Rapat dapat
dilaksanakan dengan kehadiran
fisik atau secara virtual dalam Pasal 7:5
jaringan dengan menggunakan
teknologi digital atau
dilaksanakan dengan cara lain
yang efektif dan efisien sesuai
situasi dan kebutuhan serta
menurut Tata Tertib yang
berlaku di lingkungan GPIB.
Pasal 8
Program dan Anggaran
1. Program Mupel adalah: Pasal 8
Pasal 8:1
a. Program tertentu dari Pasal 8:1.a
Jemaat-Jemaat yang Pasal 8:1.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
diserahkan kepada Mupel
: Cukup jelas
untuk dilaksanakan bersama-
sama di wilayah
bersangkutan di bawah
koordinasi Badan Pelaksana
Mupel;
b. Program Sinodal yang
diputuskan dalam Sidang
Sinode atau Persidangan
Sinode Tahunan yang
diteruskan oleh Majelis
Hal. 362
Sinode untuk dilaksanakan : Cukup jelas
di wilayah Mupel
bersangkutan. : Cukup jelas
2. Program Kerja dan Anggaran Pasal 8:2 : Cukup jelas
Mupel yang mendukung
Program Mupel yang tersebut
pada butir 1 di atas tercantum
dalam Program Kerja dan
Anggaran Jemaat-Jemaat dan
ataupun Majelis Sinode.
Pasal 9 Pasal 9
Perbendaharaan dan Badan
Pemeriksa Perbendaharaan
1. Perbendaharaan Mupel diatur Pasal 9:1
dalam Peraturan Pelaksanaan
yang ditetapkan oleh Badan
Pelaksana dengan berpedoman
dan tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan No. 6 tentang
Perbendaharaan GPIB.
2. Untuk melakukan pengawasan Pasal 9:2
eksternal terhadap pengelolaan
perbendaharaan Mupel,
dibentuk Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Mupel yang
diatur di dalam Peraturan
Pelaksanaan yang ditetapkan
oleh Badan Pelaksana Mupel
dengan berpedoman dan tidak
boleh bertentangan dengan
Peraturan Nomor 7. tentang
Hal. 363
Badan Pemeriksa
Perbendaharaan GPIB.
Pasal 10 Pasal 10
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Pelaksana Nomor 3 B
ini mulai berlaku sejak tanggal Pasal 10:1 : Cukup jelas
Pasal 10:2 : Cukup jelas
ditetapkan.
Pasal 10:3 : Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya
Pasal 10:4 : Cukup jelas
Peraturan ini, maka semua Pasal 10:4.a : Cukup jelas
Pasal 10:4.b : Cukup jelas
ketentuan mengenai
Musyawarah Pelayanan yang
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam dan
oleh Persidangan Sinode Raya
bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui oleh
lebih dari 2/3 jumlah Jemaat;
Hal. 364
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat- Pasal 10:4.c : Cukup jelas
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan Sinode
Raya.
Hal. 365
PERATURAN PELAKSANA NOMOR 3 B
TENTANG
PELAYANAN KATEGORIAL
GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian
1. Pelayanan Kategorial disingkat Pasal 1:1 : Cukup jelas
Pelkat adalah unit misioner : Cukup jelas
: Cukup jelas
sebagai wadah pembinaan : Cukup jelas
: Cukup jelas
warga gereja dalam keluarga : Cukup jelas
dan masyarakat sesuai kategori
agar para anggotanya berperan
aktif dalam pengembangan
panggilan dan pengutusan
gereja secara utuh dan
berkesinambungan
2. Pelayanan Kategorial adalah Pasal 1:2
pelaksana misi gereja, kepada:
a. Anak-anak disebut Pasal 1:2.a
Pelayanan Anak disingkat
PA;
b. Teruna disebut Persekutuan Pasal 1:2.b
Teruna disingkat PT;
c. Pemuda disebut Gerakan Pasal 1:2.c
Pemuda disingkat GP;
d. Kaum ibu disebut Pasal 1:2.d
Persekutuan Kaum
Perempuan disingkat PKP;
Hal. 366
e. Kaum Bapak disebut Pasal 1:2.e : Cukup jelas
Persekutuan Kaum Bapak : Cukup jelas
disingkat PKB;
f. Kaum lanjut usia disebut Pasal 1:2.f
Persekutuan Kaum Lanjut
Usia disingkat PKLU.
Pasal 2 Pasal 2
Keanggotaan
1. Anggota Pelayanan Kategorial Pasal 2:1 : Cukup jelas
Pelayanan Anak adalah :
a. Semua anak warga GPIB Pasal 2:1.a : -Sampai dengan 3
yang terdaftar di jemaat,
berusia sampai dengan usia tahun Batita
12 tahun;
(bawah tiga tahun)
b. Anak-anak dari yang bukan Pasal 2:1.b
warga GPIB yang atas -Sekitar 3 sampai 5
kemauan sendiri atau
keinginan orang tua. tahun Anak TK.
2. Anggota Pelayanan Kategorial Pasal 2.2 -Sekitar 5 sampai 9
Persekutuan Teruna adalah :
a. Semua anak warga GPIB Pasal 2.2.a tahun Anak Kecil.
yang terdaftar di jemaat,
dan berada pada usia -Sekitar 9 sampai
sekitar 13 s/d 17 tahun;
b. Anak-anak dari yang bukan Pasal 2.2.b 12 tahun Anak
warga GPIB namun atas
Tanggung.
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: -Sekitar 13 sampai
15 Kelas Eka.
-Sekitar 15 sampai
17 Kelas Dwi.
: Cukup jelas
Hal. 367
kemauan sendiri atau
keinginan orang tua;
c. Teruna yang tidak Pasal 2.2.c : Misalnya yang
berkebutuhan
termasuk dalam ayat 2 butir khusus
(a) pasal ini tetapi secara
biologis dan psikologis
tidak/belum bersekutu
dalam Pelayanan Anak atau
Gerakan Pemuda.
3. Anggota Pelayanan Kategorial
Gerakan Pemuda adalah : Pasal 2.3 : Cukup jelas
a. Semua pemuda/i warga
GPIB yang terdaftar di Pasal 2.3.a : Yang belum
jemaat, berusia sekitar 18 menikah
sampai maksimal 35 tahun;
b. Orang-orang muda dari
yang bukan warga GPIB Pasal 2.3.b : Cukup jelas
namun atas kemauan
sendiri;
c. Pemuda/i yang tidak Pasal 2.3.c : Yang usianya
melebihi 35 tahun
termasuk dalam ayat 3 butir tapi belum
menikah dengan
(a) pasal ini tetapi atas catatan belum
melebihi 45 tahun.
kemauan sendiri. Diatas 45 tahun
dianjurkan untuk
mengikuti PKB
atau PKP.
4. Anggota Pelayanan Kategorial : Sampai dengan
Persekutuan Kaum Perempuan usia 60 tahun.
adalah :
a. Semua perempuan warga Pasal 2.4.a
GPIB yang terdaftar di
Hal. 368
jemaat yang berusia 35 : Cukup jelas
tahun keatas;
b. Semua perempuan warga Pasal 2.4.b : Cukup jelas
GPIB yang terdaftar dan
belum berusia 35 tahun : Cukup jelas
tetapi sudah menikah;
c. Perempuan yang tidak Pasal 2.4.c : Sampai dengan
termasuk dalam ayat 4 butir usia 60 tahun.
(a) dan (b) tetapi atas
kemauan sendiri. : Cukup jelas
5. Anggota Pelayanan Kategorial Pasal 2.5
Persekutuan Kaum Bapak : Cukup jelas
adalah :
a. Semua laki-laki warga : Anggota
GPIB yang terdaftar di Pelayanan
jemaat, berusia 35 tahun Pasal 2.5.a Kategorial
keatas; Persekutuan
b. Semua laki-laki warga Kaum Lanjut Usia
GPIB yang terdaftar dan Pasal 2.5.b adalah Semua
belum berusia 35 tahun warga GPIB yang
tetapi sudah menikah; terdaftar di jemaat
c. Laki-laki yang tidak
termasuk dalam ayat 5 butir Pasal 2.5.c
(a) dan (b) tetapi atas
kemauan sendiri.
6. Anggota Pelayanan Kategorial
Persekutuan Kaum Lanjut Usia Pasal 2. 6.
adalah Semua warga GPIB
yang terdaftar di jemaat berusia
di atas 60 tahun.
Hal. 369
Pasal 3 berusia 60 tahun
atau lebih.
Tugas dan tanggung jawab : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 3
: Cukup jelas
1. Semua Pengurus Pelkat
: Cukup jelas
bertugas untuk memberikan
masukan kepada Majelis Pasal 3.1
Jemaat dalam rangka
penyusunan program jemaat
sesuai dengan kategori masing-
masing;
2. Semua anggota Pelkat
bertanggung jawab atas Pasal 3.2
panggilan dan pengutusan
gereja melalui pelaksanaan
program Jemaat secara khusus
dalam hal membina warga
gereja sesuai dengan kategori
agar dapat menjalankan misi
gereja;
3. Dewan Pelkat bertugas
membantu Majelis Sinode
untuk memikirkan, Pasal 3.3
merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi program
pembinaan, pelayanan dan
kesaksian warga gereja sesuai
bidangnya di lingkup Sinodal;
4. Pengurus Pelkat bertugas
membantu Majelis Jemaat
untuk memikirkan, Pasal 3.4
merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi program
pembinaan, pelayanan dan
Hal. 370
kesaksian warga gereja di
lingkup Jemaat;
5. Dewan Pelkat Pasal 3.5 : Cukup jelas
mempertanggungjawabkan : Cukup jelas
: Cukup jelas
pelaksanaan tugas-tugasnya : Cukup jelas
: Cukup jelas
kepada Majelis Sinode, : Cukup jelas
sedangkan Pengurus Pelkat di
jemaat
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas-tugasnya
kepada Majelis Jemaat.
Pasal 4 Pasal 4
Perekrutan Dewan, Pengurus
dan Pelayan Pelayanan
Kategorial
1. Perekrutan Dewan Pelkat di
lingkup Sinodal ditetapkan Pasal 4.1
oleh Majelis Sinode;
2. Perekrutan Pengurus Pelkat di
lingkup Jemaat ditetapkan oleh Pasal 4.2
Majelis Jemaat;
3. Susunan Dewan/Pengurus
Pelkat terdiri atas sekurang- Pasal 4.3
kurangnya satu orang ketua,
satu orang sekretaris dan satu
orang bendahara;
4. Pelayan PA/PT minimal
berusia 20 tahun pada waktu Pasal 4.4
diteguhkan;
5. Persyaratan kualitatif dan
administratif keanggotaan Pasal 4.5
Dewan/Pengurus dan Pelayan
Hal. 371
PA/PT sama dengan
persyaratan Diaken dan
Penatua;
6. Pengurus Pelkat tidak sebagai Pasal 4.6 : Cukup jelas
Pasal 4.7 : Cukup jelas
fungsionaris Majelis Jemaat; Pasal 4.8
Pasal 4.9 : Cukup jelas
7. Fungsionaris Pengurus Pelkat
Pasal 4.10 : Cukup jelas
tidak diperkenankan
: Masa tugas Dewan
mempunyai jabatan rangkap / Pengurus Pelkat
ditetapkan sesuai
dalam lingkungan pelayanan dengan masa tugas
Majelis Sinode di
Pelkat di lingkup yang sama; lingkup Sinodal
dan masa tugas di
8. Apabila Dewan/Pengurus lingkup Jemaat;
Pelkat tidak aktif dalam waktu
6 bulan berturut-turut tanpa
alasan yang dapat diterima,
maka yang bersangkutan
dianggap mengundurkan diri;
9. Bila terjadi lowongan
fungsionaris Dewan/Pengurus
Pelkat, maka oleh Majelis
Sinode di lingkup Sinodal dan
Majelis Jemaat di lingkup
Jemaat dapat dilakukan
perekrutan fungsionaris
Dewan/Pengurus Pelkat antar
waktu;
10. Masa tugas Dewan/Pengurus
Pelkat ditetapkan sesuai
dengan masa tugas Majelis
Sinode di lingkup Sinodal dan
masa tugas Pelaksana Harian
Majelis Jemaat di lingkup
Jemaat;
Hal. 372
11. Dewan/Pengurus dan Pelayan Pasal 4.11 : 1.Karena mereka
Pelkat diteguhkan dalam
Ibadah Hari Minggu jemaat. sesungguhnya
melaksanakan
tugas pelayanan
firman dan
penggembalaan /
pemeliharaan
rohani secara
kategorial.
2. Karena persya-
ratan untuk
menjadi pengurus
dan pelayan sama
dengan
persyaratan untuk
menjadi Diaken
dan Penatua.
Pasal 5 Pasal 5
Program dan Anggaran
1. Program dan Anggaran Pelkat Pasal 5.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
adalah program dan anggaran
: Cukup jelas
Jemaat.
2. Program Pelkat dijabarkan dari Pasal 5.2
PKUPPG :
a. Di lingkup Sinodal oleh
Majelis Sinode
b. Di lingkup Jemaat oleh
Majelis Jemaat
3. Dewan/Pengurus Pelkat, Pasal 5.3
menjabarkan program tahunan
pada lingkup Sinodal dan
lingkup Jemaat ke dalam
Hal. 373
bentuk kegiatan bulanan dan : Cukup jelas
triwulanan.
4. Dewan/Pengurus Pelkat wajib Pasal 5.4
mengevaluasi dan melaporkan
program dan anggarannya
secara bulanan dan triwulanan
kepada Majelis Sinode di
lingkup Sinodal, kepada
Majelis Jemaat di lingkup
Jemaat.
Pasal 6 Pasal 6
Pertemuan/Rapat
1. Jenis pertemuan/rapat :
a. Rapat/pertemuan Pengurus Pasal 6.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
tiap Pelkat; Pasal 6.1.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
b. Rapat terpadu Dewan : Cukup jelas
Pelkat; Pasal 6.1.b : Cukup jelas
c. Rapat terpadu Pengurus : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pelkat; Pasal 6.1.c
d. Rapat koordinasi Dewan
Pelkat dengan Majelis Pasal 6.1.d
Sinode;
e. Rapat koordinasi Pengurus
Pelkat dengan Majelis Pasal 6.1.e
Jemaat;
f. Pertemuan Pengurus Pelkat
di Mupel-mupel Pasal 6.1.f
g. Pertemuan anggota Pelkat
dan pertemuan para Pasal 6.1.g
pelayan PA/PT;
Hal. 374
h. Pertemuan Pelayan PA/PT
dengan orang tua anak Pasal 6.1.h : Cukup jelas
layan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Pertemuan/rapat lainnya yang
dianggap perlu. Pasal 6.2
3. Pertemuan/rapat di lingkungan
Pelkat dapat dilaksanakan Pasal 6.3
dengan kehadiran fisik atau
secara virtual dalam jaringan
dengan teknologi digital atau
dilaksanakan dengan cara lain
yang efektif dan efisien sesuai
situasi dan kebutuhan dengan
berpedoman pada Tata Tertib
sidang / rapat yang berlaku di
GPIB.
Pasal 7 Pasal 7 : Cukup jelas
Surat –Menyurat
Semua surat-menyurat yang
dilakukan oleh Pelkat harus
sepengetahuan dan melalui Majelis
Sinode di lingkup Sinodal dan
Majelis Jemaat di lingkup Jemaat
dan diarsipkan dalam arsip Majelis
Sinode/Majelis Jemaat.
Pasal 8 Pasal 8 : Cukup jelas
Perbendaharaan
Keuangan Pelkat diatur
GPIB
berdasarkan peraturan
tentang Perbendaharaan .
Hal. 375
Pasal 9 Pasal 9
Alat-alat Pelayanan
1. Untuk efisiensi dan efektivitas
koordinasi dan komunikasi,
pelayanan Pelkat di sektor Pasal 9.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
pelayanan di jemaat-jemaat
: Cukup jelas
sesuai dengan pengaturan : Cukup jelas
sektor-sektor pelayanan
jemaat.
2. Majelis Sinode /Majelis Jemaat
membentuk dan mengesahkan Pasal 9.2
panitia-panitia tertentu
berdasarkan usul dari
Dewan/Pengurus Pelkat untuk
suatu kegiatan sesuai dengan
kebutuhan Pelkat yang
bersangkutan.
3. Kantor/Ruang Pelkat sebagai
sekretariat bersama, disediakan Pasal 9.3
Majelis Sinode di lingkup
Sinodal dan Majelis Jemaat di
lingkup Jemaat.
4. BP Mupel dapat mengangkat
Koordinator Wilayah Pelkat Pasal 9.4
sesuai kategori guna
menunjang kegiatan
kebersamaan di lingkup
Wilayah/Regional.
Pasal 10 Pasal 10
Hubungan kerja sama
Hal. 376
1. Dalam rangka pemberdayaan Pasal 10:1 : Cukup jelas
maksimal warga gereja untuk
menyatakan panggilan dan
pengutusannya selaku unit
misioner gereja, Pelkat dapat
melakukan hubungan kerja
sama keluar dalam lingkup
gereja seasas, gereja lainnya,
lingkup PGI, lingkup regional
dan internasional serta dengan
lembaga pemerintah dan non
pemerintah.
2. Bentuk hubungan kerja sama Pasal 10:2 : Cukup jelas
haruslah mengacu dan tidak
bertentangan dengan Tata
Gereja GPIB.
3. Hubungan kerja sama ini harus Pasal 10:3 : Cukup jelas
sepengetahuan Majelis Sinode
di lingkup Sinodal dan Majelis
Jemaat di lingkup Jemaat.
Pasal 11 Pasal 11
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Pelaksana Nomor 3 Pasal 11.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
B ini mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya Pasal 11.2
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Pelayanan
Kategorial (Pelkat) GPIB yang
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku.
Hal. 377
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka Pasal 11.3 : Cukup jelas
Majelis Sinode dapat : Cukup jelas
: Cukup jelas
menyusun dan menetapkannya : Cukup jelas
: Cukup jelas
dalam Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam Pasal 11.4
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau ; Pasal 11.4.a
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui Pasal 11.4.b
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat- Pasal 11.4.c
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 378
PERATURAN PELAKSANA NOMOR 10 A
TENTANG
KEPEGAWAIAN GPIB
MEMORI PENJELASAN
BAB I
UMUM
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian Istilah
Di dalam Peraturan Pelaksana ini, Pasal 1:1 : Cukup jelas
yang dimaksud dengan : Pasal 1:2 : Cukup jelas
1. Gereja adalah Gereja Protestan di Pasal 1:3 : Cukup jelas
Indonesia bagian Barat (GPIB)
yang berkantor pusat di Jl Medan
Merdeka Timur 10 – Jakarta
Pusat. beserta Jemaat Jemaatnya.
2. Pemberi kerja adalah Gereja
Protestan di Indonesia bagian
barat (GPIB) sebagai badan
hukum yang mempekerjakan
pekerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Pimpinan Kantor Majelis
Sinode/Majelis Jemaat adalah
orang/pengurus yang karena
jabatannya mempunyai tugas
memimpin Kegiatan Operasional
Kantor Sekretariat Majelis
Sinode di lingkup Sinode dan
Hal. 379
Kantor Majelis jemaat di lingkup : Cukup jelas
jemaat.
4. Atasan Pegawai adalah pejabat Pasal 1 :4 : Cukup jelas
GPIB yang karena jabatannya : Cukup jelas
mempunyai tanggung-jawab : Cukup jelas
penugasan, pembinaan dan : Cukup jelas
pengawasan secara langsung
terhadap karyawan pada
bagiannya.
5. Pegawai adalah semua orang Pasal 1:5
yang terikat secara sah dalam
suatu hubungan kerja dengan
GPIB dan oleh karenanya berhak
menerima upah.
6. Lingkungan GPIB adalah Pasal 1:6
keseluruhan tempat yang secara
sah berada dibawah penguasaan
GPIB dan digunakan untuk
menunjang kegiatan GPIB.
7. Peraturan GPIB adalah peraturan Pasal 1:7
yang dibuat oleh GPIB yang
memuat ketentuan-ketentuan
tentang syarat-syarat kerja serta
tata tertib kerja termasuk
petunjuk pelaksanaannya.
8. Keluarga Pegawai adalah seorang Pasal 1:8
istri atau suami Pegawai yang sah
dan 3 (tiga) anak kandung atau
anak angkat yang sah, berusia
tidak lebih dari 21 (dua puluh
satu) tahun, belum berumur 25
(dua puluh lima) tahun tetapi
masih bersekolah; atau belum
berumur 25 (dua puluh lima)
Hal. 380
tahun dan tidak bersekolah tetapi : Walaupun pegawai
cacat tetap dan dinyatakan
demikian secara tertulis oleh pendeta dalam
dokter yang ditunjuk GPIB.
9. Bekerja adalah kegiatan yang menjalankan
dijalankan oleh Pegawai untuk Pasal 1:9
kepentingan GPIB dalam suatu tugasnya
hubungan kerja dengan mendapat
gaji/upah.
berdasarkan
panggilan dan
pengutusan dari
Tuhan berhak
mendapat gaji/upah.
10. Hari dan Jam Kerja adalah waktu Pasal 1:10 : Cukup jelas
kerja yang ditetapkan oleh GPIB Pasal 1:11
bagi Pegawai non Pendeta Pasal 1:12 : Cukup jelas
didasarkan pada ketentuan
Peraturan Perundang-undangan : Cukup jelas
yang berlaku.
11. Masa Kerja adalah jangka waktu
Pegawai yang bekerja secara
tidak terputus-putus, terhitung
sejak ia diterima bekerja
termasuk masa percobaan yang
telah dijalaninya.
12. Mangkir adalah Pegawai non
Pendeta yang tidak masuk tanpa
keterangan yang sah atau pulang
tanpa pemberitahuan kepada
atasan yang berwenang sebelum
jam pulang kerja atau hadir kerja
tetapi tidak mau melakukan
Pekerjaan.
Hal. 381
13. Ijin adalah kelonggaran yang Pasal 1:13 : Yang dimaksud
diberikan oleh atasan kepada
Pegawai untuk tidak masuk kerja Pasal 1:14 atasan adalah
atau pulang sebelum waktunya Pasal 1:15
dengan memberikan keterangan Kepala Kantor
yang sah
Majelis Sinode di
14. Surat Peringatan adalah teguran
tertulis bertujuan untuk mendidik lingkup Sinodal.
atau sanksi atas pelanggaran atau
kesalahan Pegawai. : Cukup jelas
15. Sanksi adalah suatu ancaman : Cukup jelas
akan dijatuhkan tindakan /
keputusan yang diberikan kepada
Pegawai karena suatu kesalahan /
pelanggaran.
Pasal 2 Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan Peraturan
Pelaksana Ketenagakerjaan GPIB
adalah :
1. Menjelaskan hak dan kewajiban Pasal 2:1 : Cukup jelas
Pasal 2:2
masing-masing pihak yaitu antara : Hubungan
Pasal 2:3 Industrial Pancasila
GPIB dan Pegawai. adalah nomenklatur
di Undang-Undang
2. Menciptakan dan Ketenagakerjaan.
mengembangkan suasana kerja, : Cukup jelas
serta hubungan kerja atasan
bawahan yang harmonis,
sebagaimana yang dimaksudkan
dalam Hubungan Industrial
Pancasila.
3. Menggariskan syarat-syarat kerja
bagi Pegawai.
Hal. 382
Pasal 3 Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan
Pelaksana Kepegawaian GPIB
1. Peraturan Pelaksana Pasal 3:1 : Perjanjian Kerja ini
diatur dalam aspek
Ketenagakerjaan GPIB ini kepegawaian dan
bukan kepejabatan
berlaku bagi seluruh Pegawai gerejawi.
GPIB baik kantor Majelis Sinode : Cukup jelas
maupun kantor Majelis Jemaat di : Cukup jelas
seluruh Indonesia, dan hanya
mengatur hal-hal yang bersifat
umum, Sepanjang syarat kerjanya
tidak diatur secara khusus dalam
perjanjian kerja.
2. Hal-hal yang bersifat prosedural Pasal 3:2
dan teknis administratif yang
merupakan penjabaran lebih
lanjut dari isi Peraturan Pelaksana
Ketenagakerjaan GPIB ini akan
diatur dalam ketentuan tersendiri,
dengan tidak bertentangan
dengan peraturan GPIB ini serta
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 4 Pasal 4
Kewajiban dan Hak Terhadap
Peraturan Pelaksana
Kepegawaian GPIB
1. GPIB maupun Pegawai dan
pihak-pihak lain yang Pasal 4:1
mempunyai kepentingan dengan
Hal. 383
adanya Peraturan Pelaksana
Ketenagakerjaan GPIB ini, baik
isi maupun maknanya,
berkewajiban untuk memenuhi
dan menaati semua ketentuan
yang telah ditetapkan di
dalamnya.
2. GPIB dan Pegawai berkewajiban
memelihara dan menjaga Pasal 4:2 : cukup jelas
: Cukup jelas
tegaknya tata tertib GPIB dan : Cukup jelas
senantiasa berupaya
meningkatkan kinerja pelayanan
dan efisiensi.
3. Pimpinan GPIB mempunyai hak
untuk memimpin dan Pasal 4:3
melaksanakan kebijakan GPIB
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja dan peraturan
perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
4. Pegawai mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan hubungan Pasal 4:4
kerja sesuai dengan Pekerjaan
dan tanggung jawabnya,
sebagaimana diatur dalam
peraturan GPIB ini.
BAB II
PENGADAAN TENAGA KERJA
Pasal 5 Pasal 5
Penerimaan Pegawai
Hal. 384
1. Pada dasarnya penerimaan Pasal 5:1 : Cukup jelas
Pegawai didasarkan kepada : Cukup jelas
kebutuhan GPIB dengan : Cukup jelas
mempertimbangkan syarat dan
kekosongan jabatan yang ada,
untuk itu GPIB menetapkan tata
cara dan prosedur penerimaan
Pegawai.
2. Strategi dan kebijakan GPIB Pasal 5:2
untuk mengisi kekosongan
jabatan yang ada akan
memberikan kesempatan terlebih
dahulu kepada Pegawai yang
sudah ada yang dinilai mampu
serta memenuhi persyaratan
jabatan yang telah ditetapkan
3. Bilamana Pegawai yang sudah Pasal 5:3
ada dinilai tidak dapat memenuhi
persyaratan jabatan tersebut,
GPIB akan melakukan
penerimaan dan seleksi calon
Pegawai dari luar. Bila Pegawai
dalam menjalankan tugasnya
tidak / kurang mampu, maka
GPIB akan memberikan
pembinaan maksimal selama 3
(tiga) bulan, dan bila dalam kurun
waktu tersebut Pegawai tidak
dapat meningkatkan kinerjanya,
alternatif yang diberikan adalah
penurunan jabatan dengan diikuti
penurunan fasilitas ke golongan
dibawahnya, Surat Peringatan
Hal. 385
dan atau pemutusan hubungan : Cukup jelas
kerja. : Cukup jelas
4. Ketentuan Pegawai yang Pasal 5:4 : Cukup jelas
mempunyai hubungan keluarga : Cukup jelas
langsung : : Cukup jelas
a. Keluarga Pegawai yang Pasal 5:4.a
memiliki garis keturunan
vertikal dan horizontal
langsung tidak diperbolehkan
menjadi Pegawai di dalam
satu jemaat.
b. Dalam hal Pegawai selaku Pasal 5:4.b
Pendeta yang berstatus suami
istri maka jabatan sebagai
Ketua Majelis Jemaat hanya
boleh salah satu dan di jemaat
yang berbeda.
c. Apabila Pendeta yang Pasal 5:4.c
menjabat Ketua Majelis
Jemaat terpilih sebagai
Fungsionaris Majelis Sinode
maka fungsi sebagai Pendeta
Jemaat tetap.
d. Ketentuan mengenai pasal 5 Pasal 5:4.d
ayat 4a berlaku sejak
ketentuan ini disahkan dan
tidak berlaku surut.
Pasal 6 Pasal 6
Persyaratan Kerja
1. Persyaratan umum Pegawai non Pasal 6:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pendeta adalah :
a. Berusia antara 18 – 35 tahun. Pasal 6:1.a
Hal. 386
b. Berbadan dan berjiwa sehat. Pasal 6:1.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
c. Berkelakuan baik. Pasal 6:1.c : Cukup jelas
d. Memenuhi persyaratan Pasal 6:1.d : Cukup jelas
jabatan. : Cukup jelas
e. Lulus seleksi yang Pasal 6:1.e : Cukup jelas
diselenggarakan oleh GPIB. : Mutasi pegawai non
pendeta
f. Bersedia menandatangani Pasal 6:1.f dilaksanakan
setelah adanya
surat perjanjian kerja yang persetujuan dengan
majelis jemaat
dikeluarkan oleh GPIB. setempat.
g. Bersedia menaati peraturan Pasal 6:1.g : Cukup jelas
dan atau tata tertib yang : Cukup jelas
berlaku dalam GPIB. : Cukup jelas
h. Bersedia ditugaskan di Pasal 6:1.h : Cukup jelas
seluruh wilayah GPIB. : Cukup jelas
2. Persyaratan umum Pegawai Pasal 6:2
Pendeta adalah :
a. Berusia belum berusia 36 Pasal 6:2.a
tahun.
b. Telah ditahbiskan sebagai Pasal 6:2.b
Pelayan Firman dan
Sakramen.
c. Bebas narkoba, berbadan Pasal 6:2.c
sehat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan dari dokter.
d. Berkelakuan baik yang
dibuktikan dengan Surat Pasal 6:2.d
Keterangan dari Kepolisian
setempat.
Hal. 387
e. Masih berstatus lajang, dan Pasal 6:2.e : Cukup jelas
: Cukup jelas
bersedia untuk tidak menikah : Cukup jelas
selama 1 (satu) tahun setelah
pengangkatan.
f. Bersedia menandatangani Pasal 6:2.f
ikatan dinas di GPIB selama
5 tahun.
g. Bersedia ditugaskan Pasal 6:2.g
dimanapun dalam wilayah
pelayanan GPIB yang
dituangkan dalam Surat
Perjanjian Kerja dengan
GPIB.
h. Berbadan dan berjiwa sehat. Pasal 6:2.h : Berdasarkan surat
keterangan medis
i. Bersedia menandatangani Pasal 6:2.i dari instansi yang
surat perjanjian kerja yang ditetapkan oleh
dikeluarkan oleh GPIB. GPIB .
j. Bersedia menaati peraturan Pasal 6:2.j : Cukup jelas
dan atau tata tertib yang
berlaku dalam GPIB. : Cukup jelas
3. Bersedia ditempatkan di jemaat Pasal 6:3 : Penugasan di
dalam wilayah GPIB dan
lembaga lainnya. lembaga lainnya
mengikuti
Persyaratan khusus
Pegawai yang
ditetapkan oleh
lembaga tersebut
yang disesuaikan
dengan kebutuhan
Pekerjaan
Hal. 388
Pasal 7 Pasal 7 : Cukup jelas
Masa Percobaan untuk Pegawai : Cukup jelas
: Cukup jelas
Non Pendeta : Cukup jelas
1. Masa percobaan ditetapkan Pasal 7:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
paling lama 3 (tiga) bulan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Hubungan kerja yang Pasal 7:2
mempersyaratkan masa
percobaan, dinyatakan secara
tertulis dan diberitahukan kepada
Pegawai yang bersangkutan.
3. Pengawasan dan penilaian pada Pasal 7:3
masa percobaan dilaksanakan
oleh atasan langsung Pegawai
yang bersangkutan dan hasil
penilaian dapat menentukan
hubungan kerja selanjutnya.
4. Pemutusan hubungan kerja pada Pasal 7:4
masa percobaan dapat dilakukan
secara sepihak oleh GPIB tanpa
syarat, atau oleh karyawan yang
menjalani masa percobaan.
5. GPIB tidak wajib memberikan Pasal 7:5
surat keterangan pengalaman
kerja untuk masa percobaan.
Pasal 8 Pasal 8
Status Hubungan Kerja
Status hubungan kerja dibagi dalam 2 Pasal 8:1
(dua) kelompok, yaitu:
1. Pegawai tetap atau Pegawai
dengan Perjanjian Kerja Waktu
Hal. 389
Tidak Tertentu (PKWTT) adalah : Cukup jelas
Pegawai yang telah dinyatakan : Cukup jelas
lulus pada masa percobaan yang
terikat hubungan kerja dengan : Cukup jelas
GPIB dalam jangka waktu tidak
tentu sampai ia berumur 58 (lima
puluh lima) tahun dan apabila
masih dibutuhkan GPIB maka
dapat membuat kesepakatan baru
sampai 60 (enam puluh) tahun
dengan persetujuan Pegawai
yang bersangkutan, bagi Pendeta
sampai ia berumur 65 tahun.
2. Pegawai Tidak Tetap atau Pasal 8:2
Pegawai dengan Perjanjian
Kontrak kerja Waktu Tertentu
(PKWT)
a. Pegawai Harian Lepas adalah Pasal 8:2.a
Pegawai yang dipekerjakan
pada GPIB dengan mendapat
upah berdasarkan kehadiran
dan tidak termasuk Pegawai
struktural
b. Pegawai Perjanjian kerja
waktu tertentu adalah Pasal 8:2.b
Pegawai yang terikat
hubungan kerja dengan GPIB
untuk suatu jangka waktu
tertentu sesuai dengan surat
Perjanjian kerjanya, yang
pelaksanaannya berpedoman
pada peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
Hal. 390
Pasal 9 Pasal 9 : Cukup jelas
Pangkat
Jenjang dan Pengelompokkan
Pegawai GPIB berdasarkan pangkat
dan golongan adalah sebagai berikut:
Pasal 10
Penggolongan Pegawai
Pasal 10 : Cukup jelas
: Cukup jelas
1. Untuk menunjang pengembangan
: Cukup jelas
karir Pegawai ke jenjang yang
lebih tinggi GPIB membentuk Pasal 10:1
sistem golongan yang mengatur
jenjang kepangkatan dari yang
terendah sampai yang tertinggi
dari organisasi GPIB.
2. Penggolongan Pegawai diatur
Sebagai berikut : Pasal 10:2
a. Golongan I A – I D.
b. Golongan II A – II D.
Hal. 391
c. Golongan III A – III D. : Cukup jelas
d. Golongan IV A – IV E.
3. Penentuan awal dan golongan
maksimal dari pegawai sebagai
berikut :
Pasal 10:3
Pasal 11
Penempatan Pegawai
1. Penempatan Pegawai Pasal 11 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilaksanakan atas dasar : Cukup jelas
kebutuhan Pekerjaan dan
persyaratan jabatan. Pasal 11:1
2. Untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja dan untuk mencapai
tujuan operasional GPIB, GPIB
berwenang memindahkan Pasal 11:2
Pegawai dari suatu jabatan ke
jabatan lain dari suatu Pekerjaan
Hal. 392
ke Pekerjaan lain, atau dari suatu
tempat ke tempat yang lain di
lingkungan GPIB.
BAB III
PERATURAN KERJA
Pasal 12
Jam Kerja dan Hari Kerja
bagi Pegawai non Pendeta
Pasal 12 : Kecuali yang berada
di Kantor Majelis
1. Jam kerja diatur dengan Sinode
memperhatikan Peraturan : Jam kerja dapat
disesuaikan dengan
Perundang-undangan yang kondisi setempat
tetapi tidak kurang
berlaku, yaitu 7 (tujuh) atau Pasal 12:1 dari 40 jam dalam
satu minggu.
delapan (delapan) Jam sehari dan
: Cukup jelas
40 (empat puluh) jam seminggu.
: Cukup jelas
2. Waktu istirahat ditetapkan
: Cukup jelas
selama 30 sampai 60 menit
tergantung unit kerjanya dan
dapat diatur secara bergiliran. Pasal 12:2
3. Jumlah jam kerja dalam 1(satu)
hari adalah maksimal 8 (delapan)
jam, tidak termasuk jam
istirahat/makan siang selama Pasal 12:3
1(satu) jam.
4. Untuk Jadwal Kerja Satpam
diatur tersendiri dengan mengacu
pada ketentuan Undang-undang
yang berlaku. Pasal 12:4
Pasal 13
Kehadiran Kerja Pegawai Non
Pendeta
Hal. 393
Pasal 13 : Cukup jelas
: Cukup jelas.
1. Pegawai wajib hadir pada waktu
: Cukup jelas
kerja yang ditetapkan, kecuali : Cukup jelas
: Cukup jelas
pada hari libur atau pada waktu : Cukup jelas
Pegawai menjalankan hak Pasal 13:1
cutinya, atau sakit dengan
didukung oleh surat keterangan
dokter. Bagi Pegawai yang sakit
tanpa Surat Dokter akan di
perhitungkan dengan Hak Cuti
dari Pegawai tersebut.
2. Pegawai di lingkungan GPIB
memakai tanda pengenal
Pegawai (Employee Identity
Card). Pasal 13:2
3. Pegawai sendiri harus mencatat
kehadiran / kepulangan pada
mesin absensi .
4. Ketidakhadiran Pegawai dengan Pasal 13:3
suatu alasan tertentu harus
diperkuat dengan bukti-bukti
yang sah dan harus diketahui oleh Pasal 13:4
pimpinan unit kerjanya.
5. Keterlambatan atau
meninggalkan tempat kerja
sebelum jam kerja berakhir harus
mendapat ijin terlebih dahulu dari Pasal 13:5
pimpinan unit kerja.
Pasal 14
Kerja Lembur Pegawai Non
Pendeta
Hal. 394
1. Dengan memperhatikan Pasal 14 : Kecuali Pendeta di
Kantor Majelis
kepentingan GPIB dan dalam hal Sinode
yang mendesak, GPIB dapat : Cukup jelas
memerintahkan Pegawai untuk : Cukup jelas
bekerja lembur dan Pegawai Pasal 14:1 : Cukup jelas
wajib melaksanakannya. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Karena pertimbangan risiko
Pekerjaan dan bersifat mendesak,
sehingga perlu segera
diselesaikan, maka Pegawai yang
berkepentingan wajib Pasal 14:2
mengerjakan tugasnya sampai
selesai atau melebihi jam kerja
normal tanpa diperhitungkan
sebagai kerja lembur.
3. Untuk Pegawai tertentu yang
karena tugasnya harus bekerja
melebihi jam kerja normal atau di
luar jadwal jam kerja, maka
kelebihan jam kerjanya akan Pasal 14:3
diperhitungkan sebagai kerja
lembur.
4. Perhitungan upah lembur sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Untuk Pegawai tertentu yang
karena waktu kerjanya tidak Pasal 14:4
dapat dibatasi, maka ketentuan
kerja lembur tidak berlaku,
karena berdasarkan kesepakatan Pasal 14:5
yang bersangkutan telah
diberikan kompensasi
tunjangan/insentif Performance
dan atau imbalan lain.
Hal. 395
6. Upah lembur tidak diberikan : Cukup jelas
dalam perjalanan dinas. : Cukup jelas
7. Jumlah maksimum kerja lembur
adalah 3 (tiga) jam per hari dan 14
(empat belas) jam seminggu dan Pasal 14:6
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan yang Pasal 14:7
berlaku.
Pasal 15
Tempat dan Lingkungan Kerja
1. Tempat kerja adalah suatu tempat
dimana Pekerjaan pada umumnya Pasal 15 : Cukup jelas
: Cukup jelas
diselenggarakan. : Cukup jelas
2. Lingkungan kerja adalah tempat : Cukup jelas
kerja di lingkungan GPIB atau Pasal 15:1 : Cukup jelas
lingkungan di luar GPIB yang
telah ditetapkan berdasarkan
persyaratan yang dituntut dari Pasal 15:2
Pekerjaan tersebut.
3. Setiap Pegawai
bertanggungjawab atas
terselenggaranya ketertiban,
keamanan, kebersihan,
keselamatan kerja dan Pasal 15:3
ketenangan suasana di
lingkungan kerjanya.
4. Setiap Pegawai wajib mengikuti
dan menaati ketentuan-ketentuan
yang berlaku di suatu tempat
kerja/lingkungan kerja.
Pasal 15:4
Pasal 16
Hal. 396
Hak dan Kewajiban Pegawai
1. Hak Pegawai:
a. Pegawai berhak atas upah Pasal 16 : Cukup jelas
: Cukup jelas
sebagai imbalan dari kerja : Cukup jelas
: Termasuk Pendeta
yang dilakukannya.
yang bekerja di
b. Pegawai Non Pendeta berhak Pasal 16:1 Kantor Majelis
Sinode.
atas upah lembur untuk Pasal 16:1.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
kelebihan jam kerja dari : Cukup jelas
waktu kerja yang telah : Cukup jelas
ditetapkan GPIB. Pasal 16:1.b : Cukup jelas
c. Pegawai berhak untuk
melaksanakan cuti.
d. Pegawai berhak atas
tunjangan kesehatan.
e. Pegawai berhak menerima Pasal 16:1.c
santunan kecelakaan atas
gangguan/cacat badan yang Pasal 16:1.d
diakibatkan dalam
melakukan tugas GPIB, Pasal 16:1.e
sesuai dengan ketentuan
pasal 43 dari peraturan GPIB
ini.
f. Ahli waris Pegawai berhak
menerima tunjangan
kematian atas meninggalnya
Pegawai, sesuai dengan
ketentuan pasal 44 dari Pasal 16:1.f
peraturan GPIB ini.
g. Pegawai berhak mengadakan
pemutusan hubungan kerja
dengan GPIB dengan syarat
harus mengajukan surat
pengunduran diri minimal 1 Pasal 16:1.g
Hal. 397
(satu) bulan sebelumnya
setelah menyelesaikan
kewajiban-kewajibannya,
antara lain ikatan kerja,
hutang dan tugas-tugas GPIB
kecuali ditentukan lain oleh
Majelis Sinode/Majelis
Jemaat.
h. Pegawai berhak mendapatkan
promosi berdasarkan prestasi
kerja (performance) dan
kesempatan yang ada di
GPIB. Pasal 16:1.h : Cukup jelas
2. Kewajiban Pegawai: : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Setiap Pegawai wajib
: Cukup jelas
melaksanakan setiap
: Cukup jelas
ketentuan dan atau peraturan
yang berlaku di lingkungan
GPIB. Pasal 16:2
b. Pegawai wajib memberikan Pasal 16:2.a
keterangan yang sebenarnya
mengenai data diri maupun
mengenai Pekerjaan kepada
GPIB.
c. Pegawai wajib melakukan Pasal 16:2.b
Pekerjaan dan tugas/perintah
GPIB atau yang mewakili,
dengan sebaik-baiknya dan
penuh tanggung jawab.
d. Pegawai wajib menunjukkan Pasal 16:2.c
kinerja terhadap apa yang
ditugaskan GPIB kepadanya.
Hal. 398
e. Pegawai wajib loyal dan Pasal 16:2.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
menjaga serta membela nama
: Cukup jelas
baik dan kepentingan GPIB.
: Dimasukkan aturan
f. Pegawai harus selalu Pasal 16:2.e protokol Kesehatan
di tengah situasi
menjaga kesopanan dan pandemi.
kesusilaan serta norma- : Cukup jelas
norma pergaulan yang : Cukup jelas
berlaku dalam masyarakat. Pasal 16:2.f : Cukup jelas
: Cukup jelas
g. Pegawai wajib memelihara
kebersihan dan kerapian diri
maupun lingkungan kerjanya.
h. Pegawai wajib menjaga dan
berusaha mencegah Pasal 16:2.g
kemungkinan hal-hal yang
dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun
lingkungannya dan hal-hal Pasal 16:2.h
yang merugikan GPIB.
i. Pegawai wajib menjaga dan
memelihara barang miliki
GPIB yang dipercayakan
kepadanya atau yang
dipergunakan dalam bekerja.
j. Pegawai wajib menghormati Pasal 16:2.i
pimpinan, sesama.
k. Pegawai wajib menjaga
suasana yang harmonis, rasa
persaudaraan dan
kekeluargaan tanpa Pasal 16:2.j
mengorbankan sikap
profesionalisme di Pasal 16:2.k
lingkungan kerja.
l. Melaksanakan tugas
pekerjaan dengan penuh
Hal. 399
pengabdian, kesadaran dan
tanggung jawab.
m. Bekerja dengan jujur, tertib,
cermat dan bersemangat Pasal 16:2.l : Cukup jelas
Pasal 16:2.m : Cukup jelas
untuk kepentingan GPIB dan Pasal 16:2.n : Cukup jelas
Pasal 16:2.o : Cukup jelas
pelayanannya.
Pasal 16:2.p : Cukup jelas
n. Memelihara dan Pasal 16:2.q : Cukup jelas
Pasal 16:2.r : Cukup jelas
meningkatkan keutuhan, Pasal 16:2.s : Cukup jelas
kekompakan, persatuan dan
persekutuan pegawai.
o. Segera melaporkan kepada
atasan apabila mengetahui
ada hal yang membahayakan
yang dapat mengakibatkan
kerugian, terutama di bidang
keamanan dan bangunan.
p. Bertindak dan bersikap tegas,
tetapi adil, bijaksana dan
dalam kasih terhadap
bawahan.
q. Memberikan/mendorong
bawahan dalam
melaksanakan tugas.
r. Berpakaian rapih dan sopan
serta bersikap dan bertingkah
laku sopan terhadap siapapun
termasuk sesama pegawai
dan atasan.
s. Menjadi teladan dan panutan
di tempat kerja.
t. Menaati dan melaksanakan
perintah kedinasan dari
atasan.
Hal. 400