b. Kenaikan Golongan Pasal 6:2.b : Kriteria
Pasal 6:2.c ditentukan
Istimewa, yaitu kenaikan Pasal 6:2.d dalam petunjuk
pelaksanaan
golongan yang diputuskan oleh Majelis
Sinode.
oleh Majelis Sinode
: Cukup jelas
berdasarkan usulan Majelis
: Cukup jelas
Jemaat karena prestasi yang
luar biasa.
c. Kenaikan Golongan Pilihan,
yaitu kenaikan yang diberikan
bagi Pegawai Pendeta yang
terpilih sebagai Fungsionaris
Majelis Sinode dan
golongannya belum mencapai
di golongan IV, maka perlu
diselaraskan menjadi
golongan IV.a.
d. Kenaikan Golongan
Penghargaan, yaitu kenaikan
yang diberikan satu tingkat
berdasarkan keputusan
Majelis Sinode, karena
meninggal dalam tugas atau
mengalami kecelakaan dalam
tugas yang mengakibatkan
cacat tetap.
Pasal 7 Pasal 7 : Cukup jelas
Wewenang Keputusan Naik
Golongan
Pihak yang berwenang untuk
mengeluarkan Surat Keputusan
Kenaikan Golongan adalah Majelis
Sinode setelah mempertimbangkan
Hal. 301
usulan dari Majelis jemaat atau
pimpinan unit tempat kedudukan
bekerja.
Pasal 8 Pasal 8
Pangkat
1. Pangkat adalah status atau : Cukup jelas.
kedudukan yang menunjukkan Pasal 8:1 : Cukup jelas.
tingkat seorang pegawai dalam
rangkaian susunan kepegawaian : Cukup jelas
yang berhubungan erat dengan : Cukup jelas
golongan dan jabatan.
: Cukup jelas
2. Ketentuan mengenai jenjang
kepangkatan diatur di dalam Pasal 8:2
Peraturan Pelaksana Nomor 10
A.
Pasal 9 Pasal 9
Gaji dan Tunjangan
1. Gaji Pokok ditentukan Pasal 9:1
berdasarkan golongan, ruang dan
masa kerja.
2. Majelis Sinode melakukan Pasal 9:2
penyesuaian skala gaji pegawai
GPIB sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku di GPIB
dan dilaporkan untuk ditetapkan
dalam Persidangan Sinode
terdekat.
3. Gaji Pokok menjadi dasar Pasal 9:3
perhitungan untuk tunjangan-
tunjangan dan kerja lembur,
Hal. 302
kecuali tunjangan-tunjangan : Cukup jelas
yang dalam penetapannya sudah
dalam bentuk jumlah uang.
4. Tunjangan Istri/Suami, Anak, Pasal 9:4
Jabatan dan Fungsional serta
Tunjangan Kesejahteraan diatur
dalam Peraturan Pelaksana
Nomor 10 A.
Pasal 10 Pasal 10 : Cukup jelas
Badan Penyelenggara Jaminan Pasal 10:1 : Cukup jelas.
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Pasal 10:2
Pasal 11
dan
BPJS Kesehatan
1. GPIB wajib mengikutsertakan
seluruh pegawai dalam program
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
dan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan yang dipersyaratkan
oleh undang-undang Negara RI.
2. Ketentuan tentang program
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
dan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan diatur dalam
Peraturan Pelaksana Nomor 10
A.
Pasal 11
Pastori
Hal. 303
Pasal 11:1 : Jemaat
1. Jemaat wajib menyediakan
memasang tanda
pastori /rumah jabatan dengan
perabotan yang layak bagi kepemilikan
Pendeta Organik GPIB yang
ditugaskan di jemaat tersebut. GPIB yang
2. Jika belum tersedia pastori, Pasal 11:2 dapat berupa
jemaat yang bersangkutan wajib
menyiapkan rumah yang layak, logo
dengan status sewa atau
kontrak, sebagai pastori. ditempatkan
3. Pegawai wajib menempati Pasal 11:3 sesuai dengan
pastori yang disediakan dan
tidak boleh diberikan situasi dan
kompensasi apapun apabila
tidak menempati pastori yang kondisi
disediakan.
lingkungan
setempat.
: Cukup jelas
: Apabila pegawai
tidak menempati
pastori yang
disediakan maka
terhadap yang
bersangkutan
tidak
diperbolehkan
untuk
mengontrak
rumah sendiri
sebagai pastori,
juga tidak boleh
mengontrakkan
pastori untuk
kepentingan
apapun.
Hal. 304
4. Biaya listrik, air, biaya telepon Pasal 11:4 : Cukup jelas
pastori yang digunakan untuk
dinas ditanggung oleh jemaat : Cukup jelas
yang bersangkutan.
: Bagi
5. Batasan pembayaran untuk hal- Pasal 11:5
hal tersebut pada butir 3 di atas fungsionaris MS
diatur dan ditetapkan oleh
Majelis Jemaat setempat. yang tidak
6. Khusus untuk fungsionaris Pasal 11:6 menempati
Majelis Sinode diatur oleh
Majelis Sinode. Pendeta rumah dinas,
fungsionaris Majelis Sinode
wajib menempati rumah dinas tidak akan
yang disediakan.
menerima
7. Penempatan pastori hanya
berlaku selama melaksanakan Pasal 11:7 fasilitas
jabatan dan harus dikembalikan
dengan baik kepada Majelis pembiayaan
Jemaat dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan setelah tanggal sebagaimana
mutasi/berakhir masa jabatan
dengan kondisi sesuai dengan dimaksud pada
daftar inventaris.
ayat 3.
Pasal 12
Santunan dan Bantuan Kematian Pasal 12 : Cukup jelas
Hal. 305
1. Biaya Pemakaman sepenuhnya Pasal 12:1 : Biaya
ditanggung oleh Majelis Pemakaman
Sinode/Majelis Jemaat. hanya berlaku di
propinsi dimana
2. Ketentuan tentang Santunan Pasal 12:2 ybs meninggal.
Kematian diatur dalam Peraturan : Cukup jelas
Pelaksana No 10 A sesuai dengan : Cukup jelas
Perundang-undangan yang : Cukup jelas
berlaku. : Cukup jelas
Pasal 13 Pasal 13 : Yang dimaksud
Program Pensiun dengan masa
kerja minimal 20
1. Setiap pegawai GPIB yang telah Pasal 13:1 tahun adalah
memenuhi persyaratan yang bagi pegawai
ditentukan berhak atas pensiun. Pendeta dengan
usia 55 tahun ke
2. Usia pensiun bagi pegawai Pasal 13:2 atas dan pegawai
Pendeta adalah 65 tahun dan bagi non Pendeta
pegawai non Pendeta adalah 58
tahun.
3. Pegawai yang sudah menjalani Pasal 13:3
masa kerja minimal 20 tahun
dapat mengajukan permohonan
Pensiun dini.
4. Persetujuan atau penolakan atas Pasal 13:4
permohonan tersebut pada butir
4 di atas diputuskan oleh Majelis
Sinode untuk pegawai Pendeta
dan pegawai Sinodal; dan
Majelis Jemaat untuk pegawai
non Pendeta di lingkup Jemaat.
Hal. 306
5. Manfaat pensiun peserta terdiri Pasal 13:5 dengan usia 48
atas : pensiun normal, pensiun tahun ke atas,
dipercepat, pensiun cacat dan : Cukup jelas
pensiun ditunda.
: Cukup jelas
6. Pengaturan pensiun janda dan Pasal 13:6
anak diatur dalam Peraturan
Dana Pensiun GPIB.
Pasal 14 Pasal 14
Dana Pensiun
1. Dana Pensiun adalah lembaga / Pasal 14:1 : sekalipun
badan hukum yang didirikan oleh didirikan oleh
GPIB untuk mengurus pensiun GPIB namun
pegawai GPIB. Dana Pensiun
juga adalah
2. Seluruh pegawai GPIB wajib badan hukum
mengikuti program Dana Pasal 14:2 yang tunduk
Pensiun. kepada
perundang-
3. Peraturan Operasional Dana undangan yang
Pensiun dibuat tersendiri oleh Pasal 14:3 berlaku.
Majelis Sinode untuk selanjutnya
: Kewajiban
peserta dan hak
peserta harus
dilaksanakan
baik oleh peserta
sendiri dan
Majelis Jemaat /
Majelis Sinode.
: Peraturan
operasional
Hal. 307
diajukan kepada Menteri dibuat dengan
Keuangan untuk penetapannya. memperhatikan
undang-undang
4. Sebagai Pendiri sekaligus yang berlaku
Pembina, Majelis Sinode GPIB Pasal 14:4 tentang dana
berwenang menyusun personalia pensiun.
yang duduk sebagai Pengawas : Cukup jelas
dan Pengurus Dana Pensiun.
Pasal 15 Pasal 15
Uang Pesangon, Uang
Penghargaan Masa Kerja & Uang
Pisah
1. Dalam hal terjadi pemutusan Pasal 15:1 : Cukup jelas
hubungan kerja, pemberi kerja Pasal 15: 2 : Cukup jelas
diwajibkan membayar uang
pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan
uang Pisah yang seharusnya
diterima.
2. Perhitungan uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja
dan uang pisah diatur lebih
lanjut dalam Peraturan
Pelaksana Nomor 10 A sesuai
dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 16 Pasal 16
Hal. 308
Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)
Pasal 16:1 : Sesuai dengan
peraturan
1. Gereja dapat memutuskan perundang-
undangan yang
hubungan kerja terhadap berlaku.
Pegawai dengan alasan
Pegawai telah melakukan
kesalahan berat sebagai
berikut: Pasal 16:1.a : Cukup jelas
a) melakukan penipuan,
pencurian, atau
penggelapan barang
dan/atau uang milik
Gereja; Pasal 16:1.b : Cukup jelas
Pasal 16:1.c : Cukup jelas
b) memberikan keterangan
palsu atau yang
dipalsukan sehingga
merugikan Gereja;
c) mabuk, meminum
minuman keras yang
memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya. Pasal 16:1.d : Cukup jelas
Pasal 16:1.e : Cukup jelas
d) melakukan perbuatan Pasal 16:1.f : Cukup jelas
asusila atau perjudian.
e) menyerang, menganiaya,
mengancam, atau
mengintimidasi teman
sekerja di lingkungan
kerja;
f) membujuk teman sekerja
untuk melakukan
perbuatan yang
Hal. 309
bertentangan dengan
peraturan perundang-
undangan;
g) dengan ceroboh atau
sengaja merusak atau
membiarkan dalam Pasal 16:1.g : Cukup jelas
keadaan bahaya barang Pasal 16:1.h : Cukup jelas
Pasal 16:1.i : Cukup jelas
milik Gereja yang Pasal 16:1.j : Cukup jelas
Pasal 16:2 : Cukup jelas
menimbulkan kerugian Pasal 16:2.a : Cukup jelas
Pasal 16:2.b : Cukup jelas
bagi Gereja;
h) dengan ceroboh atau
sengaja membiarkan
teman sekerja dalam
keadaan bahaya di tempat
kerja;
i) membongkar atau
membocorkan rahasia
Gereja yang seharusnya
dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara;
atau
j) melakukan perbuatan
lainnya yang diancam
pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
2. Kesalahan berat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus
didukung dengan bukti
sebagai berikut:
a) Pegawai tertangkap
tangan;
b) ada pengakuan dari
Pegawai yang
bersangkutan; atau
Hal. 310
c) bukti lain berupa laporan Pasal 16:2.c : Cukup jelas
kejadian yang dibuat oleh : Cukup jelas
pihak yang berwenang di
Gereja yang bersangkutan
dan didukung oleh
sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.
3. Pegawai yang diputus hubungan Pasal 16:3
kerjanya berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dapat memperoleh uang
pisah sesuai dengan Peraturan
Pelaksana Nomor 10 A.
Pasal 17 Pasal 17
Jaminan Perumahan Hari Tua
(JPHT)
1. Setiap pegawai mempunyai hak Pasal 17:1 : JPHT bersifat
yang sama untuk menjadi peserta
JPHT. wajib bagi
pegawai baik
Pendeta maupun
non Pendeta.
2. Sumber dana untuk program Pasal 17:2 : Cukup jelas
JPHT ini adalah iuran peserta dan Pasal 17:3
iuran pemberi kerja. Pasal 17:4 : Cukup jelas
3. Besarnya iuran dan dana peran : Tidak boleh
serta adalah prosentase tertentu dipinjamkan
dari Gaji Pokok pegawai. atau digunakan
untuk keperluan
4. Dana yang terkumpul dikelola
secara terpisah dari aset GPIB
yang dikelola oleh lembaga yang
mempunyai otoritas.
Hal. 311
5. Pengelolaan dana JPHT Pasal 17:5 lain di luar
dilakukan oleh unit tertentu di Pasal 17:6 program JPHT
dalam Majelis Sinode : Cukup jelas
6. Besaran JPHT yang diterimakan : Cukup jelas
adalah sesuai dengan jumlah
iuran ditambah dengan hasil
pengembangan yang dilakukan
oleh Unit yang disebutkan dalam
butir 5 diatas.
Pasal 18 Pasal 18
Dana Apresiasi
1. Dana Apresiasi adalah dana yang
diberikan oleh jemaat / instansi Pasal 18:1 : Instansi lainnya
yang dimaksud
lainnya kepada Pendeta dalam adalah Pdt.
GPIB yang
bentuk tabungan untuk ditugaskan di
luar Jemaat /
mendukung kesejahteraan MS.
Pendeta dan keluarga. : Cukup jelas
2. Jumlah dan cara penggalangan : Dana apresiasi
dibukukan
dana apresiasi tersebut dalam
administrasi
diserahkan kepada jemaat yang Pasal 18:2 perbendaharaan
jemaat. Kartu
bersangkutan sesuai dengan ATM disimpan
kondisi dan kemampuan jemaat
tersebut.
3. Dana apresiasi disimpan di bank
atas nama Pendeta yang Pasal 18:3
bersangkutan dan buku tabungan
.
Hal. 312
4. Dalam hal Pendeta yang oleh Bendahara
dan tidak boleh
bersangkutan ditugaskan ke Pasal 18:4 dibuatkan
fasilitas “mobile
jemaat/instansi lainnya, maka dan internet
banking”.
buku tabungan tersebut : Cukup jelas
diserahkan kepada : Cukup jelas
jemaat/instansi berikutnya untuk : Bagi pendeta
yang ditugaskan
melanjutkannya. di lembaga lain
sebagai Pendeta
5. Buku tabungan diserahkan Pasal 18:5 Pelayanan
Umum (Pelum),
kepada Pendeta yang di mana gaji dan
tunjangannya
bersangkutan ketika terjadi dibayar oleh
lembaga
pemutusan hubungan kerja tersebut, dana
apresiasinya
6. Pendeta yang tidak ditugaskan di Pasal 18:6 dilaksanakan
oleh lembaga
jemaat dana apresiasinya diatur yang
bersangkutan.
dan dilaksanakan oleh Majelis
: Cukup jelas
Sinode.
7. Penempatan dana apresiasi dapat
disimpan di lembaga keuangan
lainnya yang memberikan nilai Pasal 18:7
Hal. 313
tambah dengan persetujuan
Majelis Sinode.
Cuti
Pasal 19 Pasal 19
Umum
1. Cuti adalah jangka waktu tertentu Pasal 19:1 : Perhitungan cuti
yang diberikan kepada pegawai adalah sesuai
untuk dipakai beristirahat dengan tanggal
memulihkan kondisi jasmani dan dan bulan
rohani. pengangkatan
sebagai pegawai
2. Untuk tujuan tersebut pegawai GPIB. Cuti
harus diambil
diberikan Tunjangan Cuti. Pasal 19:2 pada tahun yang
Pasal 19:3 bersangkutan
3. Masa Cuti khususnya Cuti Besar dan dinyatakan
hangus bila
seyogyanya dilaksanakan melewati tahun
tersebut.
: Cukup jelas
: Cukup jelas
sekaligus tanpa terputus. Dalam
hal tertentu, untuk mencegah
kesenjangan jabatan dalam
pelayanan,pelaksanaannya dapat
diatur secara bertahap tetapi
semata-mata untuk kepentingan
GPIB.
Hal. 314
4. Untuk mencegah kesenjangan, Pasal 19:4 : Cukup jelas
Pasal 19:5 : Cukup jelas
GPIB dapat mengatur jadwal Cuti
Pasal 19:6 : Cukup jelas
Tahunan para pegawai. Pasal 19:7 : Cukup jelas
5. Pelaksanaan Cuti Besar Pendeta
yang dilakukan secara bertahap,
harus diselesaikan di
jemaat/instansi asal sebelum yang
bersangkutan bertugas di
jemaat/instansi berikutnya.
6. Seorang pegawai hanya berhak
atas satu jenis cuti dalam 1 tahun.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai
Cuti diatur dalam Peraturan
Pelaksana Nomor 10 A.
Peraturan Disiplin Pegawai GPIB
Pasal 20 Pasal 20
Pengertian
1. Peraturan Disiplin Pegawai Pasal 20:1 : Cukup jelas
adalah peraturan yang mengatur Pasal 20:2 : Cukup jelas
kewajiban dan larangan serta Pasal 20:3 : Cukup jelas
sanksi apabila kewajiban tidak
ditaati atau larangan dilanggar
oleh pegawai.
2. Pelanggaran Disiplin adalah
setiap ucapan, tulisan atau
perbuatan, baik yang dilakukan di
dalam maupun di luar jam kerja
yang bertentangan dengan
peraturan GPIB.
3. Hukuman Disiplin adalah
hukuman yang dijatuhkan kepada
Hal. 315
pegawai karena melanggar Pasal 20:4 : Cukup jelas
Peraturan Disiplin Pegawai. Pasal 20 : 5 : Cukup jelas
4. Tujuan GPIB mengambil
tindakan/hukuman disiplin ini
adalah untuk membina dan
mendidik pegawai.
5. Ketentuan mengenai Kewajiban,
Larangan, Tingkat Hukuman
Disiplin dan Jenis Hukuman
Disiplin diatur dalam Peraturan
Pelaksana Nomor 10 A.
Nomor Identitas Pegawai (NIP),
Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pasal 21
Nomor Identitas Pegawai (NIP)
1. Majelis Sinode menetapkan Pasal 21:1 : Cukup jelas
Nomor Identitas Pegawai (NIP);
Pasal 21:2 : Cukup jelas
2. NIP sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, berfungsi sebagai nomor Pasal 21:2.a : Cukup jelas
identitas dalam hal : Pasal 21:2.b : Cukup jelas
a. Pembinaan; Pasal 21:2.c : Cukup jelas
b. Pelayanan gaji; Pasal 21:2.d : Cukup jelas
c. Pelayanan pensiun; Pasal 21:2.e : Cukup jelas
d. Pelayanan asuransi sosial; Pasal 21:2.f : Cukup jelas
e. Pelayanan tabungan; Pasal 21:2.g : Cukup jelas
f. JPHT;
g. Pengelolaan administrasi Pasal 21:2.h : Cukup jelas
pegawai, dan;
h. Pelayanan lain yang Pasal 21:3 : Cukup jelas
bermanfaat bagi pegawai.
Hal. 316
3. Berdasarkan NIP sebagaimana
dimaksud pada ayat 2, maka
semua pegawai harus memiliki
Kartu Identitas Pegawai (KIP)
yang diatur selanjutnya oleh
Majelis Sinode.
Pasal 22 Pasal 22
Pajak Penghasilan
1. Sesuai dengan perundang- Pasal 22:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
undangan, maka semua pegawai Pasal 22:2 : Cukup jelas
Pasal 22:3 : Cukup jelas
adalah Wajib Pajak yang Pasal 22:4
: Cukup jelas
dikenakan Pajak Penghasilan atas
semua penghasilan yang diterima
dari GPIB.
2. GPIB adalah Pemungut Pajak dan
menyetorkan pajak tersebut
secara kolektif ke Kas Negara.
3. Penyetoran tersebut pada butir 2
di atas dilakukan sekaligus untuk
satu tahun pada akhir tahun buku.
4. Bukti setoran atas nama masing-
masing pegawai harus diserahkan
kepada pegawai yang
bersangkutan.
Pasal 23 Pasal 23
Peraturan Pelaksana
1. Ketentuan pelaksanaan dari
Peraturan Nomor 10 tentang Pasal 23:1
Kepegawaian diatur di dalam
Hal. 317
Peraturan Pelaksana Nomor 10 Pasal 23:2 : Cukup jelas
A tentang Kepegawaian GPIB. Pasal 23:3 : Cukup jelas
2. Peraturan Pelaksana Nomor 10
A tentang Kepegawaian GPIB
harus disesuaikan paling lambat
2 (dua) tahun dengan mengacu
kepada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku dan
ditetapkan dalam Persidangan
Sinode terdekat.
3. Peraturan Pelaksana No 10 A
akan didaftarkan dan meminta
pengesahan dari Kemenaker RI.
Pasal 24 Pasal 24 : Cukup jelas
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 10 ini mulai Pasal 24: 1 : Cukup jelas
berlaku sejak tanggal ditetapkan. Pasal 24:2 : Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya Peraturan Pasal 24:3 : Cukup jelas
ini, maka semua ketentuan
mengenai Kepegawaian GPIB
yang bertentangan dengan
peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam Sidang
Majelis Sinode sepanjang tidak
bertentangan dengan Tata Gereja
yang berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode yang
terdekat.
Hal. 318
4. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 24:4 : Cukup jelas
dapat dilaksanakan di dalam dan
oleh Persidangan Sinode Raya Pasal 24:4a : Cukup jelas
bila: Pasal 24:4b : Cukup jelas
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau; Pasal 24:4c : Cukup jelas
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 319
PERATURAN NOMOR 11
TENTANG KANTOR
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian
Kantor dan Struktur Organisasi
1. Kantor GPIB adalah tempat Pasal 1:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
berlangsungnya kegiatan : Cukup Jelas
administrasi secara umum
baik di Majelis Sinode,
Musyawarah Pelayanan
(Mupel) maupun Jemaat yang
melakukan penyimpanan dan
pengolahan dokumen
(kearsipan surat-menyurat,
perjanjian, makalah dan
kepustakaan), penyimpanan
dan pengolahan data dan
informasi
2. Struktur Organisasi Kantor Pasal 1:2
adalah seperangkat sistem
dalam bentuk organisasi atau
mekanisme dari sejumlah
komponen dengan fungsi
masing-masing yang saling
menunjang sebagai suatu
kesatuan sistem, sebagai
sarana pendukung tri dharma
gereja. Pasal 1:3
3. Struktur Organisasi kantor
terdiri atas :
Hal. 320
a. Kepala Kantor; Pasal 1:3.a : Kepala Kantor
adalah seseorang
b. Biro; Pasal 1:3.b yang mengepalai
c. Seksi. Pasal 1:3.c dan mengelola
kantor, sesuai
kebutuhan
: Dibentuk sesuai
kebutuhan
: Dibentuk sesuai
kebutuhan
Pasal 2 Pasal 2
Fungsi
Fungsi Kantor adalah penunjang
pelaksanaan tugas para
fungsionaris pelayanan gereja baik
di lingkup Sinodal, Mupel maupun
Jemaat yang meliputi :
1. Pendataan; Pasal 2:1 : Cukup jelas
Pasal 2:2 : Cukup jelas
2. Sistematisasi informasi; Pasal 2:3 : Cukup jelas
Pasal 2:4 : Cukup jelas
3. Pengarsipan; Pasal 2:5 : Cukup jelas
Pasal 2:6 : Cukup jelas
4. Komunikasi; Pasal 2:7 : Cukup jelas
5. Perbendaharaan; Pasal 2:8 : Cukup jelas
6. Tata Usaha Umum; Pasal 3 : Cukup jelas
7. Perencanaan dan Pasal 3:1
pengembangan kegiatan;
8. Dan lain-lain sesuai
kebutuhan.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
Hal. 321
1. Kantor Majelis Sinode Pasal 3:2 : Cukup jelas
Pasal 3:3 : Cukup jelas
berkedudukan di DKI Jakarta, Pasal 4
2. Kantor Musyawarah
Pelayanan berkedudukan di
wilayah Musyawarah
Pelayanan yang bersangkutan.
3. Kantor Majelis Jemaat
berkedudukan di wilayah
pelayanan Jemaat yang
bersangkutan.
Pasal 4 Pasal 4:1 : Diatur dalam
Perangkat Kantor
Pasal 4:1.a Peraturan
1. Kantor Majelis Sinode terdiri Pasal 4:1.b
atas: Pasal 4:1.c Pelaksanan
Pasal 4:1.d
a. Biro Umum; Pasal 4:2 Majelis Sinode.
b. Biro Keuangan;
c. Biro Kepegawaian; Pasal 4:2.a : Cukup jelas
d. Biro Hukum. Pasal 4:2.b
2. Kantor Badan Pelaksana Pasal 4:3 : Cukup jelas
Mupel terdiri atas:
Pasal 4:3.a : Cukup jelas
a. Bagian administrasi dan
keuangan; : Cukup jelas
b. Bagian lain-lain sesuai : Diatur dalam
dengan kebutuhan.
Peraturan
3. Kantor Majelis Jemaat terdiri
atas; Pelaksanan
a. Bagian Administrasi; MUPEL
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: Diatur dalam
Peraturan
Pelaksanan jemaat
setempat
: Cukup jelas
Hal. 322
b. Bagian Perbendaharaan; Pasal 4:3.b : Selaraskan dengan
Pasal 4:3.c
c. Bagian Umum dan sarana peraturan
peribadahan.
perbendaharaan
: Yang dimaksudkan
adalah perangkat
dan peralatan yang
dibutuhkan untuk
melaksanakan
peribadahan
misalnya: roti dan
anggur perjamuan
kudus, kain
mimbar, dsb.
Pasal 5 Pasal 5
Kepala Kantor
1. Pengangkatan : Pasal 5:1 : Sedapat mungkin
Kepala Kantor diangkat oleh
Majelis Sinode, Majelis Kepala kantor
Jemaat atau Badan Pelaksana
Mupel. diangkat dari
pegawai yang ada
di kantor MS atau
kantor MJ.
2. Tugas-tugas : Pasal 5:2 : Cukup jelas
a. Mengatur, mengarahkan Pasal 5:2.a : Pegawai non
dan mengawasi pendeta
pelaksanaan kerja dari
seluruh pegawai;
b. Menegakkan disiplin kerja Pasal 5:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
seluruh pegawai;
c. Melakukan koordinasi Pasal 5:2.c
dengan pimpinan dalam
hal penjabaran tugas
sesuai dengan peraturan.
Hal. 323
3. Wewenang : Pasal 5:3 : Cukup jelas
Pasal 5:3.a : Cukup jelas
a. Menilai prestasi kerja Pasal 5:3.b : Cukup jelas
Pasal 5:3.c : Cukup jelas
pegawai; Pasal 5:3.d : Cukup jelas
Pasal 5:3.e : Cukup jelas
b. Menegur dan Pasal 5:4 : Cukup jelas
memperingatkan pegawai Pasal 6 : Cukup jelas
Pasal 6:1
yang lalai dan tidak
disiplin;
c. Mengusulkan tindakan
disiplin terhadap pegawai
yang melanggar peraturan;
d. Mengusulkan
penghargaan terhadap
pegawai yang berprestasi;
e. Memberikan otorisasi
penggunaan kas kecil
untuk keperluan kantor
yang bersifat insidentil.
4. Tanggung Jawab :
Kepala Kantor bertanggung-
jawab atas semua pelaksanaan
tugas dan wewenangnya
kepada Pimpinan di masing-
masing lingkup kerja melalui
Sekretaris Umum MS /
Sekretaris MJ/Sekretaris BP
Mupel.
Pasal 6
Tata Kerja dan Tata Laksana
1. Tata kerja dan tata laksana
diatur dalam peraturan
pelaksanaan di masing-masing
lingkup kerja;
Hal. 324
2. Peraturan pelaksanaan pada Pasal 6:2 : Peminjaman
dokumen/arsip
ayat (1) sekurang-kurangnya diberikan
sehubungan
meliputi: surat masuk dan surat dengan
pembuktian
keluar, peminjaman dokumen/ pengadilan.
arsip, pemakaian ruangan,
pemakaian/ peminjaman harta di
milik bergerak dengan
persetujuan pimpinan,
penerimaan dan pelayanan
Tamu dan lain-lain.
Pasal 7 Pasal 7
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 11 ini mulai
berlaku sejak tanggal Pasal 7:1 : Cukup jelas
Pasal 7:2 : Cukup jelas
ditetapkan. Pasal 7:3
: Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya Pasal 7:4
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Kantor
yang bertentangan dengan
peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
: Cukup jelas
Hal. 325
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila : Pasal 7:4.a : Cukup jelas
Pasal 7:4.b : Cukup jelas
a. Diusulkan oleh lebih dari
Pasal 7:4.c : Cukup jelas
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui oleh
lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 326
PERATURAN NOMOR 12
TENTANG
BADAN HUKUM / BADAN USAHA / UNIT KERJA GPIB
MEMORI PENJELASAN
Ketentuan Umum
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian
Dalam peraturan ini yang dimaksud
dengan:
1. Badan Hukum milik GPIB
adalah Badan yang didirikan
oleh GPIB sesuai Tata Gereja
GPIB dan ketentuan Pasal 1:1 : Cukup jelas
Pasal 1:2 : Cukup jelas
perundang-undangan yang
berlaku baik yang berorientasi
profit maupun non profit yang
merupakan Unit misioner di
lingkup sinodal ;
2. Yayasan adalah Badan Hukum
GPIB, yang merupakan unit
misioner yang didirikan oleh
GPIB sesuai Tata Gereja, baik
di lingkup Sinodal maupun
Jemaat, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dengan maksud
untuk mencapai tujuan di
bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan dengan
berlandaskan panggilan dan
Hal. 327
pengutusan-Nya, demi peran
GPIB menghadirkan damai
sejahtera Allah bagi seluruh
ciptaan-Nya;
3. Dana Pensiun adalah Badan
Hukum GPIB yang didirikan
oleh GPIB untuk mengelola Pasal 1:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dana pensiun pegawai GPIB;
: Cukup jelas
4. Unit Kerja adalah badan
pelaksana yang merupakan
perangkat dari Majelis Sinode Pasal 1:4
sebagai alat pelayanan,
pembinaan, dan
pengembangan, yang
melaksanakan kegiatan yang
menunjang dan memperlancar
tugas pekerjaan Majelis Sinode;
5. Badan Usaha Milik Gereja
adalah Badan Hukum milik
GPIB yang didirikan oleh GPIB
yang merupakan unit misioner, Pasal 1:5
yang menjalankan kegiatan
usaha profesional berorientasi
keuntungan yang tidak
bertentangan dengan semangat
kristiani dan bermanfaat
sebagai sarana pendukung yang
menunjang dan menumbuh
kembangkan kemandirian serta
menghadirkan damai sejahtera
di tengah persekutuan &
masyarakat Indonesia sesuai
visi dan misi GPIB;
Hal. 328
6. Usaha adalah semua kegiatan Pasal 1:6 : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang tidak bertentangan dengan
Tata Gereja GPIB, ketentuan
GPIB serta peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, yang untuk tanggung
jawab administrasi
keuangannya di Majelis
Sinode/Majelis Jemaat
diberlakukan sistem sentralisasi
administratif;
7. Ex officio adalah orang yang Pasal 1:7
karena jabatannya diposisikan
untuk jabatan lain tanpa perlu
pengangkatan atau penetapan
(by right of office).
Pasal 2 Pasal 2
Struktur dan Personalia
1. Struktur dan personalia
kepengurusan Badan Hukum, Pasal 2:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Unit Kerja dan Badan Usaha : Cukup jelas
ditentukan dan diangkat oleh
Majelis Sinode sesuai
ketentuan Tata Gereja dan
ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Pasal 2:2.a
2. a. Personalia organ-organ
Yayasan di lingkup Sinodal
ditetapkan dan diangkat
oleh Pembina (MS)
berdasarkan keputusan
rapat Pembina setelah Pasal 2:2.b
Hal. 329
disetujui oleh Sidang
Majelis Sinode.
b. Personalia organ-organ
Yayasan di lingkup Jemaat
ditetapkan dan diangkat
oleh Pembina (MJ) setelah
disetujui oleh Sidang
Majelis Jemaat.
Yayasan
Pasal 3 Pasal 3
Pendirian Yayasan
1. Pada lingkup Sinodal: Pasal 3:1 : Cukup jelas
: Pendirian Yayasan
a. Yayasan didirikan oleh Pasal 3:1.a
harus berdasarkan
GPIB dan dilaksanakan keputusan
Persidangan
sesuai dengan Tata Gereja Sinode Tahunan
: Cukup jelas
dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Pasal 3:1.b
b. Anggaran Dasar Yayasan : Dokumen-
disusun oleh kelompok Pasal 3:1.c dokumen
kerja yang dibentuk oleh mengenai
Majelis Sinode dan berakhirnya masa
naskahnya disetujui Sidang jabatan
Majelis Sinode; Fungsionaris
Majelis Sinode
c. Personalia Badan Pembina ditandatangani
dan Badan Pengawas pada saat
dijabat secara ex-officio
Hal. 330
oleh fungsionaris Majelis berakhirnya
Sinode Persidangan
Sinode Raya, dan
2. Pada lingkup Jemaat: Pasal 3:2 disiapkan oleh
Yayasan lingkup
Sesuai dengan kebutuhan dan Sinodal.
: Cukup jelas
situasi jemaat, Yayasan pada
: Cukup jelas
lingkup Jemaat dapat berupa : : Cukup jelas
a. (1). Cabang dari yayasan Pasal 3:2.a.1 : Cukup jelas
yang didirikan pada : Cukup jelas
lingkup Sinodal;
(2). Cabang Yayasan Pasal 3:2.a.2
dibentuk dan diangkat
oleh Pengurus
Yayasan atas usul
Majelis Jemaat di
lingkup Jemaat
dengan struktur
kepengurusan,
kewenangan dan
kewajiban (yang
dimuat lengkap dalam
Akta Pembentukan
Cabang.)
(3). Personalia Badan Pasal 3:2.a.3
Pembina dan Badan
Pengawas dijabat
secara ex-officio oleh
fungsionaris PHMJ. Pasal 3:2.b
b. Yayasan tidak dapat
didirikan di lingkup jemaat
kecuali ada manfaat untuk
Hal. 331
pelayanan gereja dan
mendapat persetujuan dari
Sidang Majelis Sinode dan
mendapatkan Surat Kuasa
dari Majelis Sinode.
c. Personalia Badan Pembina
dan Badan Pengawas
Yayasan Lingkup Jemaat
yang bukan merupakan Pasal 3:2.c : Cukup jelas
: Cukup jelas.
cabang dari Yayasan : Cukup jelas
Lingkup Sinodal
ditetapkan oleh Sidang
Majelis Jemaat dan dijabat
secara ex- officio oleh
fungsionaris Pelaksana
Harian Majelis Jemaat
(PHMJ).
3. a. Masa tugas Badan Pembina Pasal 3:3.a
dan Badan Pengawas
Yayasan di lingkup Sinodal
dan Jemaat demi hukum
berakhir dengan
berakhirnya masa tugasnya
selaku fungsionaris Majelis
Sinode/Majelis Jemaat atau
selaku Pendeta / Ketua
Majelis Jemaat.
b. Pejabat Badan Pembina Pasal 3:3.b
Yayasan Lingkup Jemaat
(yang bukan merupakan
cabang Yayasan Lingkup
Sinodal), melakukan Rapat
Badan Pembina untuk
memutuskan mengangkat
Hal. 332
personalia Badan Pembina,
selambat- lambatnya
1(satu) minggu setelah
keputusan Sidang Majelis
Jemaat tentang Susunan
PHMJ baru serta susunan
Pembina dan pengawas
yayasan.
c. Keputusan pengangkatan
tersebut berlaku mulai
tanggal SK Majelis Sinode Pasal 3:3.c : Cukup jelas
: Cukup jelas
tentang susunan PHMJ
baru.
d. Badan Pembina selambat
lambatnya 1(satu) minggu Pasal 3:3.d
setelah alih tugas jabatan,
segera melakukan
perubahan pada Anggaran
Dasar Yayasan guna
penyesuaian susunan
Pejabat Pembina dan
Pengawas Yayasan sesuai
dengan Surat Keputusan
Majelis Sinode mengenai
PHMJ baru.
Pasal 4 Pasal 4
Kegiatan
1. Semua Kegiatan yang : Cukup jelas
dilakukan oleh Yayasan harus Pasal 4:1
sesuai dengan Tata Gereja
GPIB dan ketentuan
Hal. 333
perundang-undangan yang : Cukup jelas
berlaku; : Cukup jelas
2. Semua Yayasan GPIB dapat
melaksanakan kegiatan sesuai Pasal 4:2
dengan tujuan pembentukan
Yayasan dalam bidang sosial,
agama dan kemanusiaan;
3. Pembentukan yayasan GPIB
dimaksudkan sebagai sarana Pasal 4:3
gereja dalam mengelola
bidang-bidang tertentu yang
bersentuhan langsung dengan
masyarakat.
Pasal 5 Pasal 5
Pembina
1. Pembina yang terdiri dari lebih Pasal 5:1 : Cukup jelas
dari 1 (satu) 1 orang anggota : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pembina merupakan dewan,
yang dalam menjalankan tugas
Badan Pembina setiap anggota
Pembina tidak dapat bertindak
sendiri-sendiri, kecuali
berdasarkan keputusan Rapat
Pembina.
2. Pembina mempunyai
kewenangan :
a. Mengangkat dan Pasal 5:2
memberhentikan Pembina, Pasal 5:2.a
Pengurus dan Pengawas
Yayasan setelah disetujui
oleh Sidang Majelis Sinode
/Sidang Majelis Jemaat
Hal. 334
untuk Yayasan di lingkup
jemaat.
b. Menetapkan kebijakan Pasal 5:2.b : Cukup jelas
umum Yayasan : Cukup jelas
: Cukup jelas
berdasarkan Tata Gereja
: Cukup jelas
GPIB, PKUPPG GPIB dan
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
c. Mensahkan Laporan
Kegiatan operasional Pasal 5:2.c
Tahunan Yayasan serta
Laporan Keuangan
Tahunan Yayasan.
d. Mensahkan Rencana Pasal 5:2.d
Program Kerja dan
Anggaran yang disetujui
Sidang Majelis Sinode /
Sidang Majelis Jemaat,
untuk dibawa ke
Persidangan Sinode
Tahunan untuk diputuskan.
e. Penetapan keputusan Pasal 5:2.e
mengenai penggabungan
atau pembubaran Yayasan.
Pasal 6 Pasal 6
Rapat Pembina
1. Rapat Tahunan Pembina wajib Pasal 6:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
diselenggarakan tiap tahun,
paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku yayasan
berakhir. Pasal 6:2
Hal. 335
2. Dalam Rapat Tahunan
Badan Pembina: Pasal 6:2.a.1 : Cukup jelas
a. 1. Pengurus mengajukan
Laporan Kegiatan dan
Laporan Keuangan
Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam
Anggaran Dasar Yayasan
untuk mendapat
pengesahan Rapat
Pembina.
2. Laporan tahunan Pasal 6:2.a.2 : Cukup jelas
Yayasan memuat
sekurang-kurangnya:
a. Laporan Kegiatan
operasional Yayasan Pasal 6:2.a.2.a : Cukup jelas
selama tahun buku lalu;
b. Laporan Keuangan
yang terdiri atas: Pasal 6:2.a.2.b : Cukup jelas
- Laporan posisi
keuangan akhir
periode.
- Laporan Arus
Kas. Laporan
Aktivitas
Keuangan; dan
- Catatan Atas
Laporan
Keuangan.
c. Memuat transaksi Pasal 6:2 a.2.c : Cukup jelas
yang dibuat
Pengurus Yayasan
dengan pihak lain,
yang menimbulkan
Hal. 336
hak dan kewajiban
bagi Yayasan.
b. Pembina melakukan
evaluasi tentang kekayaan,
hak dan kewajiban
Yayasan; Pasal 6:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
c. Pembina mengesahkan
Rencana Program Kerja
dan Anggaran Tahunan Pasal 6:2.c
Yayasan setelah disetujui
Sidang Majelis
Sinode/Sidang Majelis
Jemaat.
Pasal 7 Pasal 7
Tugas, Wewenang dan Larangan
bagi Pengurus
1. Pengurus bertanggung jawab Pasal 7:1 : Cukup jelas
penuh atas kepengurusan
yayasan dan melaksanakannya : Cukup jelas
sesuai dengan Anggaran Dasar : Cukup jelas
Yayasan, Tata Gereja GPIB dan
ketentuan yang berlaku;
2. Pengurus wajib menyusun
program kerja dan anggaran
tahunan yayasan untuk Pasal 7:2
disahkan Pembina setelah
disetujui oleh Sidang Majelis
Sinode;
3. Pengurus wajib memberikan Pasal 7:3
penjelasan tentang segala hal
yang ditanyakan oleh
Pengawas;
Hal. 337
4. Masing-masing Pengurus wajib
menjalankan tugasnya dengan Pasal 7:4 : Cukup jelas
itikad baik dan penuh tanggung : Cukup jelas
: Cukup jelas
jawab untuk kepentingan dan : Cukup jelas
: Cukup jelas
tujuan yayasan dan
melaksanakannya berdasarkan
asas umum tata kelola yang
baik dengan mengindahkan
Anggaran Dasar dan Tata
Gereja serta peraturan
perundang-undangan yang
berlaku;
5. Pengurus berhak menjalankan
segala tindakan kepengurusan, Pasal 7:5
tetapi dengan pembatasan
terhadap hal-hal sebagai
berikut:
a. Mendirikan usaha baru atau Pasal 7:5.a
melakukan penyertaan
dalam berbagai bentuk
usaha;
b. Mengadakan perjanjian
dengan organisasi yang
terafiliasi dengan pihak
lain. Pasal 7:5.b
c. Maka sehubungan dengan
butir a dan b diatas
Pengurus wajib Pasal 7:5.c
memperoleh persetujuan
dan pengesahan terlebih
dahulu dari Rapat Badan
Pembina setelah disetujui
oleh Sidang Majelis
Hal. 338
Sinode/Sidang Majelis
Jemaat.
6. Pengurus dapat mengangkat
dan memberhentikan Pimpinan
Badan Pelaksana Kegiatan
yayasan dan memberikan Pasal 7:6 : Cukup jelas
kepadanya kekuasaan yang : Persetujuan
Pembina hanya
diatur dalam surat kuasa dengan dapat dilakukan
setelah ditetapkan
persetujuan tertulis Badan oleh Persidangan
Sinode.
Pembina dan dilaksanakan
: Cukup jelas
berdasarkan keputusan Sidang
Majelis Sinode;
7. Pengurus dilarang melepaskan/
Menjaminkan/menggadaikan Pasal 7:7
baik barang bergerak maupun
barang tidak bergerak tanpa
persetujuan Pembina
berdasarkan persetujuan
Persidangan Sinode;
8. Pengurus dilarang mengadakan Pasal 7:8
perjanjian dengan pihak lain
tanpa persetujuan Pembina.
Pasal 8 Pasal 8
Tugas dan Wewenang Pengawas
1. Pengawasan dalam yayasan Pasal 8:1 : Cukup jelas
Pasal 8:2.a : Cukup jelas
GPIB dilakukan oleh Pengawas
sesuai dengan Tata Dasar GPIB
dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
2. a. Pengawas setiap waktu
berhak memberhentikan
sementara seorang
Hal. 339
Pengurus apabila yang
bersangkutan selama
menjalankan tugas
melakukan kegiatan yang
oleh Pengawas dianggap
merugikan yayasan;
b. Pemberhentian sementara
dilaksanakan sesuai Pasal 8:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
dengan ketentuan : Cukup jelas
Anggaran Dasar. : Cukup jelas
: Cukup jelas
3. Pengawas berwenang: Pasal 8:3 : Cukup jelas
a. Memasuki bangunan, Pasal 8:3.a : Cukup jelas
halaman, atau tempat lain
yang dipergunakan
yayasan;
b. Memeriksa dokumen; Pasal 8:3.b
c. Memeriksa pembukuan dan Pasal 8:3.c
mencocokkannya dengan
buku kas;
d. Mengetahui segala tindakan Pasal 8:3.d
yang telah dijalankan oleh
Pengurus;
e. Memberi peringatan kepada
Pengurus. Pasal 8:3.e
Pasal 9 Pasal 9
Kekayaan
1. Kekayaan yayasan Pasal 9:1 : Cukup jelas
dipergunakan untuk mencapai
maksud dan tujuan serta
kegiatan yayasan sebagaimana
dimaksud Pasal 3.
Hal. 340
2. Semua kekayaan yayasan harus : Cukup jelas
dipergunakan untuk mencapai Pasal 9:2
maksud dan tujuan yayasan, : Cukup jelas
tidak ada bagian dari kekayaan : Cukup jelas
yayasan atau hasil kegiatan : Cukup jelas
yayasan yang boleh digunakan
untuk keuntungan atau
dibagikan kepada para
Pembina, Pengurus dan
pengawas.
Pasal 10 Pasal 10
Aset Yayasan
1. Harta milik GPIB yang
digunakan dan dikelola oleh Pasal 10:1
Yayasan untuk melaksanakan
kegiatannya wajib dibuat
dokumen perjanjian dengan
jangka waktu tertentu.
2. Yayasan wajib menggunakan Pasal 10:2
harta milik GPIB yang
dikelolanya untuk menjalankan
visi dan misi GPIB, sesuai Tata
Gereja GPIB dan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
Dana Pensiun
Pasal 11 Pasal 11
Pendirian Dana Pensiun
Hal. 341
Dana Pensiun adalah Badan
Hukum yang didirikan oleh GPIB
sebagai pemberi kerja dan diatur
dalam Peraturan tersendiri sesuai
dengan undang-undang yang
berlaku.
Pasal 12 Pasal 12
Tugas
1. Tugas Dana Pensiun GPIB
adalah merancang dan Pasal 12:1 : Cukup jelas
melaksanakan secara : Cukup jelas
: Cukup jelas
profesional pola/sistem Dana : Cukup jelas
Pensiun bagi Pendeta/Pegawai
GPIB sejak awal menjadi
peserta Dana Pensiun, dengan
cara membayar iuran pensiun
sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing.
2. Dana Pensiun GPIB
menggunakan Program Pensiun
Iuran Pasti. Pasal 12:2
3. Rincian tugas-tugas dana
pensiun GPIB tertuang dalam
Peraturan Dana Pensiun GPIB Pasal 12:3
Pasal 13 Pasal 13
Pemeriksaan Dana Pensiun
Majelis Sinode sebagai Pendiri dan
Pengawas Dana Pensiun dapat
menugaskan BPPG untuk
melakukan pemeriksaan internal
Hal. 342
secara berkala terhadap Dana
Pensiun.
Unit Kerja
Pasal 14 Pasal 14 : Cukup jelas
Tempat Kedudukan
: Cukup jelas
Unit Kerja GPIB berkedudukan di
tempat kedudukan Majelis Sinode. : Disediakan sistem
keuangan online
Pasal 15 Pasal 15 antara Unit Kerja
Wewenang Unit Kerja dengan MS GPIB
c.q Bendahara.
Wewenang Unit Kerja GPIB adalah
mengatur pelaksanaan tugas dalam
lingkungan Unit Kerja GPIB
sendiri, sesuai dengan arahan serta
kebijakan Majelis Sinode.
Pasal 16 Pasal 16
Struktur dan Tata Kerja
1. Struktur
Unit Kerja GPIB dipimpin oleh
seorang Direktur dan dibantu Pasal 16:1
oleh seorang wakil, seorang
Sekretaris dan seorang
Bendahara, serta diawasi oleh
Pengawas yang ditugaskan oleh
Majelis Sinode c.q.
Departemen yang bersangkutan
yang ditempatkan di Unit Kerja
GPIB.
Hal. 343
2. Tata Kerja Pasal 16:2 : Cukup jelas
Konsep produk-produk Unit
Kerja dilaksanakan oleh tim
Unit Kerja yang selanjutnya
diperiksa oleh Pengawas yang
ditugaskan oleh Majelis Sinode
c.q. Departemen yang
bersangkutan.
Pasal 17 Pasal 17 : Anggota
Pengurus
Fungsionaris
Majelis Sinode
Pengurus Unit Kerja ditetapkan dan tidak dapat
diangkat oleh Majelis Sinode sesuai
dengan ketentuan Tata Gereja. merangkap
sebagai anggota
Pengurus atau
Pengawas dalam
Unit Kerja.
Pasal 18 Pasal 18
Pengelolaan dan Pemeriksaan
Keuangan
1. Pengelolaan keuangan Unit Pasal 18:1 : Cukup jelas
Kerja GPIB dilakukan secara
terbuka antara unit kerja dengan
Majelis Sinode GPIB c.q
Bendahara.
2. Unit Kerja GPIB diwajibkan
menyampaikan Laporan
Keuangan kepada Majelis Pasal 18.2 : Yang
dimaksudkan
Sinode secara berkala, sesuai dengan berkala
adalah triwulanan.
dengan sistem sentralisasi
administrasi keuangan.
Hal. 344
3. Pemeriksaan atas pengelolaan Pasal 18:3 : Cukup jelas
keuangan Unit Kerja dilakukan : Cukup jelas
secara berkala oleh BPPG.
: Cukup jelas
4. Sekali dalam 1 (satu) tahun Pasal 18:4 : Cukup jelas
dilakukan pemeriksaan atas
pengelolaan unit kerja oleh : Cukup jelas
auditor independen. : Cukup jelas
Pasal 19 Pasal 19
Hubungan dengan Unit Kerja
Lainnya
1. Hubungan Unit Kerja GPIB
dengan unit kerja lainnya yang
berada dalam lingkungan Pasal 19:1
Majelis Sinode GPIB dilakukan
secara koordinatif.
2. Hubungan kerja sama Unit
Kerja GPIB dengan pihak yang Pasal 19:2
berada di luar Majelis Sinode
GPIB dilakukan melalui
Majelis Sinode GPIB atau
dengan kuasa tertulis dari
Majelis Sinode GPIB.
Badan Usaha Milik Gereja Pasal 20
(BUMG)
Pasal 20
Pendirian
1. Badan Usaha Milik Gereja
didirikan oleh GPIB dan/atau Pasal 20:1
Yayasan Milik GPIB yang
Hal. 345
seluruh sahamnya adalah milik
Yayasan GPIB.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Pasal 20:2 : Cukup jelas
Rumah Tangga Badan Usaha
Milik Gereja disusun oleh
kelompok kerja yang dibentuk
oleh Majelis Sinode dan harus
mendapat persetujuan Sidang
Majelis Sinode;
3. Direksi dan Dewan Komisaris
ditentukan sesuai keputusan
Sidang Majelis Sinode. Pasal 20:3 : Tidak boleh
4. Fungsionaris Majelis Sinode rangkap jabatan
tidak boleh menjabat sebagai Pasal 20:4 : Personalia Direksi
Direksi atau Dewan Komisaris. dan Dewan
Komisaris BUMG
ditetapkan oleh
Sinode
berdasarkan
kualifikasi dan
kompetensi yang
disesuaikan
dengan jenis
kegiatan dan atau
usaha dari BUMG
terkait
Pasal 21 Pasal 21 : Salah satu
Tugas dan Fungsi
kegiatan usaha
yang dimaksud
adalah
pemanfaatan harta
milik GPIB
dengan
Hal. 346
1. Badan Usaha Milik Gereja mekanisme yang
sudah diatur pada
bertugas menjalankan fungsi Pasal 21:1 Peraturan Nomor
6.
dan peran BUMG untuk : Cukup jelas
menunjang kegiatan gereja, : Cukup jelas
dalam rangka : Cukup jelas
: Cukup jelas
menumbuh kembangkan
: Cukup jelas
kemandirian ekonomi gereja.
2. Tugas dan fungsi BUMG Pasal 21:2
adalah merancang dan
melaksanakan kegiatan usaha
secara profesional demi
menunjang dan menumbuh-
kembangkan kemandirian
ekonomi gereja.
Pasal 22
Ketentuan Penutup Pasal 22
1. Peraturan Nomor 12 ini mulai
berlaku sejak tanggal Pasal 22:1
ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya Pasal 22:2
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Badan
Hukum/Badan Usaha/Unit
Kerja yang bertentangan
dengan peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum Pasal 22:3
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Hal. 347
Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 22:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dapat dilaksanakan di dalam : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila Pasal 22:4.a
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau; Pasal 22:4.b
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah Pasal 22:4.c
Jemaat ;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 348
PERATURAN NOMOR 13
TENTANG
BADAN PERTIMBANGAN MAJELIS SINODE
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup jelas
Pengertian
Badan Pertimbangan Majelis Sinode
disingkat BPMS adalah suatu badan
yang dibentuk oleh Majelis Sinode
sebagai mitra kerja Majelis Sinode
dalam melaksanakan panggilan dan
pengutusan Gereja.
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup jelas
Perekrutan
Perekrutan fungsionaris BPMS Pasal 2:1 : Cukup jelas
dilakukan oleh Majelis Sinode Pasal 2 : 2
berdasarkan ketentuan sebagai : Bidang yang
berikut:
1. Memenuhi syarat sebagaimana
berlaku pada pemilihan Diaken
dan Penatua GPIB.
2. Memiliki keahlian dan
pengalaman di bidangnya.
dimaksud adalah
bidang yang
menyangkut
gereja dan
3. Mendapat rekomendasi dari masyarakat
Majelis Jemaat setempat. Pasal 2:3 : Cukup jelas
Hal. 349
4. Tidak merangkap jabatan sebagai Pasal 2:4 : Cukup jelas
Pelaksana Harian Majelis Jemaat : Cukup jelas
dan Badan Pelaksana : Cukup jelas
Musyawarah Pelayanan.
: Cukup jelas
Pasal 3 Pasal 3 : Cukup jelas
Tugas dan Wewenang
: Cukup jelas
1. Tugas dan Wewenang BPMS
adalah memberi pertimbangan Pasal 3:1
kepada Majelis Sinode di bidang
persekutuan, pelayanan,
kesaksian, kepejabatan, dan hal-
hal yang berkaitan dengan
gereja dan masyarakat
2. Badan Pertimbangan Majelis
Sinode melakukan rapat dengan Pasal 3:2
Majelis Sinode paling sedikit 4
(empat) kali dalam setahun.
Pasal 4 Pasal 4
Tanggung Jawab
BPMS bertanggungjawab pada
Majelis Sinode sesuai dengan tugas
yang diberikan dan dipercayakan
kepadanya.
Pasal 5 Pasal 5
Keanggotaan
Personalia BPMS terdiri atas
beberapa orang yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu dan keahlian.
Hal. 350