Warga Gereja secara teratur
dan berkesinambungan;
b. Membina dalam rangka Pasal 3:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
menjaga kemurnian ajaran : Cukup jelas
: Cukup jelas
berdasarkan Alkitab,
: Program Kerja dan
Pengakuan Iman dan Anggaran GPIB
Pemahaman Iman dalam
semangat pembaharuan;
c. Mengarahkan dan Pasal 3:2.c
memberikan pokok-pokok
pikiran secara optimal dan
berhasilguna dalam upaya
pemecahan masalah yang
dihadapi Jemaat dan para
Presbiter GPIB;
d. Menjalankan dan Pasal 3:2.d
mengembangkan organisasi
GPIB sesuai dengan sistem
Presbiterial Sinodal;
e. Memikirkan, merencanakan Pasal 3:2.e
dan menyusun Pokok-
pokok Kebijakan Umum
Panggilan dan Pengutusan
Gereja (PKUPPG) dan
Pokok-Pokok Kegiatan 5
(Lima) Tahunan berikutnya
untuk diajukan dan
ditetapkan oleh Persidangan
Sinode, yang disampaikan
bersama-sama dengan
pertanggungjawaban
Majelis Sinode;
f. Menjabarkan dan menyusun Pasal 3:2.f
Program Kerja dan
Hal. 101
Anggaran Penerimaan dan dibuat setiap tahun
dimulai (1 April
Pengeluaran tahunan tahun berjalan
sampai 31 Maret
Sinodal berdasarkan Pokok- tahun berikut)
pokok Kebijakan Umum : Yang dimaksud
dengan secara
Panggilan dan Pengutusan berkala adalah
setiap 3 (tiga)
Gereja (PKUPPG) dan bulan sekali.
Pokok-pokok Kegiatan 5 : Khusus tentang
pelepasan hak atas
(Lima) Tahunan untuk aset GPIB harus
melalui
diajukan dan ditetapkan Persidangan
Sinode.
dalam Persidangan Sinode
Tahunan;
g. Menyampaikan informasi
kegiatan Program dan Pasal 3:2.g
Keuangan Majelis Sinode
kepada Majelis Jemaat dan
menerima laporan tentang
pelaksanaan tugas termasuk
keuangan dari Majelis
Jemaat secara berkala setiap
tahun;
h. Memberdayakan dan Pasal 3:2.h
menggali sumber-sumber
daya gereja dan mengelola
harta milik GPIB sesuai
peraturan yang berlaku.
Pasal 4 Pasal 4
Wewenang dan Tanggung
Jawab
1. Dalam menjalankan tugasnya Pasal 4:1 : Cukup jelas
Majelis Sinode mempunyai
wewenang sebagai berikut:
Hal. 102
a. Menetapkan Pasal 4:1.a : Pelaksanaannya
pengangkatan, penugasan, diatur dalam
pengalihtugasan dan Peraturan No. 1, 4
pemberhentian Diaken, dan 10.
Penatua, Pendeta atau
pegawai GPIB. Pasal 4:1.b : Penahbisan adalah
b. Menetapkan penahbisan tindakan yang
Pendeta GPIB yang dilakukan oleh
dilaksanakan dalam gereja dengan
ibadah pembukaan penumpangan
Persidangan Sinode; tangan para
pendeta dalam
ibadah jemaat
terhadap mereka
yang sadar akan
panggilan Tuhan
untuk melayani
umat-Nya secara
penuh waktu dan
karena itu dididik
pada lembaga
Pendidikan
Teologi yang
diakui gereja.
Pendidikan
tersebut
membuatnya
memahami Alkitab
dengan baik dan
memaknainya
secara kontekstual,
mampu
memberitakan
Firman Allah dan
Hal. 103
melayani
sakramen,
melayani dengan
memberi teladan,
mengajar,
memimpin dan
menggembalakan.
Oleh sebab itu
mereka mewakili
Tuhan di hadapan
jemaat dan
mewakili jemaat di
hadapan Tuhan
(bdk. Keluaran
29:1-18, Matius
10:1-4).
c. Membentuk, mengangkat Pasal 4:1.c : Cukup jelas
dan memberhentikan : Cukup jelas
fungsionaris unit-unit : Cukup jelas
: Merujuk pada
misioner pada lingkup
Peraturan Pokok II,
Sinodal;
d. Mengawasi pelaksanaan Pasal 4:1.d
hubungan kerja sama
antar lembaga di dalam
lingkungan GPIB dan
dengan lembaga-lembaga
di luar lingkungan GPIB;
e. Menetapkan pelembagaan Pasal 4:1.e
Jemaat dalam rangka
penggabungan Jemaat-
jemaat di mana perlu;
f. Mengusulkan tempat, Pasal 4:1.f
waktu dan
Hal. 104
penyelenggaraan Pasal 4 ayat 2
tentang
Persidangan Sinode untuk Persidangan
Sinode Istimewa
ditetapkan dalam
Persidangan Sinode. Jika
terjadi keadaan sangat luar
biasa yang mengancam
eksistensi GPIB maka
Majelis Sinode berwenang
mengundang seluruh
Majelis Jemaat untuk
melaksanakan
Persidangan Sinode
Istimewa (PSI) setelah
mendengar pertimbangan
dari Badan Pertimbangan
Majelis Sinode;
g. Menyelenggarakan
Persidangan Sinode; Pasal 4:1.g : untuk Persidangan
Sinode yang
dilakukan secara
virtual maka
penyedia jasa
virtual ditetapkan
dalam Sidang
h. Menerbitkan dan Majelis Sinode.
mengeluarkan Surat-surat Pasal 4:1.h : Cukup jelas
Keputusan dan Petunjuk-
petunjuk Pelaksanaan
mengenai hal-hal yang
belum diatur
2. Majelis Sinode memper-
tanggungjawabkan segala Pasal 4:2 : Cukup jelas
tugas, wewenang dan
kebijakan-kebijakannya
Hal. 105
kepada Persidangan Sinode
Raya dalam bentuk Laporan
Pertanggung jawaban Majelis
Sinode 5 (lima) tahunan.
Pasal 5 Pasal 5
Struktur dan Tata Kerja
1. Struktur Majelis Sinode
ditetapkan oleh dan di dalam Pasal 5:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Persidangan Sinode Raya
: Cukup jelas
sesuai kebutuhan GPIB; : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Demi meningkatkan kualitas
kerja yang efisien dan efektif Pasal 5:2
serta berkesinambungan,
maka Tugas, Fungsi dan
Wewenang fungsionaris
Majelis Sinode ditetapkan di
dalam Peraturan tersendiri
yang ditetapkan dalam
Persidangan Sinode Raya.
Pasal 6 Pasal 6
Susunan Pembidangan
1. Jumlah Fungsionaris Majelis Pasal 6:1
Sinode adalah 11 (sebelas)
orang.
2. Susunan fungsionaris Majelis Pasal 6:2
Sinode sekurang-kurangnya
terdiri atas:
a. Seorang Ketua Umum dan
5 (lima) Ketua; Pasal 6:2a
Hal. 106
b. Seorang Sekretaris Umum Pasal 6:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan 2 (dua) Sekretaris;
c. Seorang Bendahara Pasal 6:2c
Umum dan seorang
Bendahara.
3. Pembidangan Majelis Sinode Pasal 6:3 : Penjabaran bidang
diatur sebagai berikut : tugas secara rinci
diatur dalam
peraturan
tersendiri.
Pembidangan ini
mengacu pada
PKUPPG
a. Ketua Umum membidangi Pasal 6:3.a : Cukup jelas
:
i. Teologi; Pasal 6:3.a.i : Meliputi Bidang
Iman, Ajaran,
Ibadah, Musik
Gereja dan
Pengkajian Teologi
ii. Persidangan Pasal 6:3.a.ii : Cukup jelas
Gerejawi.
b. Ketua I membidangi : Pasal 6:3.b : Meliputi bidang
Pelayanan dan Kesaksian Pengembangan dan
(PELKES) Penatalayan Pos
Pelkes, PMKI,
UP2M, Diakonia ,
Unit
Penanggulangan
Bencana.
c. Ketua II membidangi : Pasal 6:3.c : GERMASA
mencakup :
Keesaan Gereja
Hal. 107
Gereja, Masyarakat dan (oikumene),
Agama-Agama
(GERMASA) Kemasyarakatan :
Hak Asasi Manusia
(HAM), Hukum,
Lingkungan Hidup
dan Lintas Agama-
Agama.
d. Ketua III membidangi : Pasal 6:3.d : Cukup jelas
i. Pembinaan dan Pasal 6:3.d.i : Warga Gereja
Pengembangan (Warga Jemaat,
Sumber Daya Insani Kategorial dan
(PPSDI); Presbiter) Meliputi
bidang Pembinaan
dan Pengembangan
ii. Peningkatan Peran Pasal 6:3.d.ii : Peningkatan Peran
Keluarga yang
terjabarkan dalam Keluarga (Anak,
Pelayanan Kategorial
(Pelkat) Teruna, Pemuda,
Perempuan, Bapak
dan Kaum Lanjut
Usia), Kelompok
Profesi dan
Fungsional.
e. Ketua IV membidangi : Pasal 6:3.e : Meliputi
Pembangunan Ekonomi
Gereja Perbendaharaan
GPIB (Anggaran,
Keuangan,
Pencatatan dan
Harta Milik),
Pemanfaatan dan
Pengembangan
Harta Milik Gereja,
Badan
Usaha/Badan
Hukum GPIB.
Hal. 108
f. Ketua V membidangi : Pasal 6:3.f : Cukup jelas
i. Informasi, Organisasi Pasal 6:3.f.i : Meliputi bidang
dan Komunikasi
(INFORKOM); Pasal 6:3.f.ii Sistem Informasi
Pasal 6:3.g Manajemen (SIM),
ii. Penelitian dan Pasal 6:3.g.i Perencanaan
Organisasi dan
Pengembangan Pasal 6:3.g.ii Komunikasi.
: Cukup jelas
(LITBANG) Pasal 6:3.g.iii
Pasal 6:3.h : Cukup jelas
g. Sekretaris Umum : : Cukup jelas
i. Bersama Ketua : Cukup jelas
Umum membidangi : Cukup jelas
Teologi dan : Cukup jelas
Persidangan
Gerejawi;
ii. Bersama para Ketua
menetapkan
kebijakan Majelis
Sinode, pengendalian
administrasi,
pengintegrasian
kegiatan, dan
Personalia;
iii. Bersama Ketua V
menangani Bidang
yang menjadi
tanggung jawab
Ketua V.
h. Sekretaris I :
Bersama Ketua I dan Ketua
II menangani bidang-
bidang yang menjadi
Hal. 109
tanggung jawab Ketua I dan Pasal 6:3.i : Cukup jelas
Ketua II
i. Sekretaris II : Pasal 6:3.j : Cukup jelas
Bersama Ketua III dan Pasal 6:3.j.i : Cukup jelas
Ketua IV menangani bidang Pasal 6:3.j.ii : Cukup jelas
- bidang yang menjadi
tanggung jawab Ketua III Pasal 6:3.k : Cukup jelas
dan Ketua IV. Pasal 6:3.k.i : Cukup jelas
j. Bendahara : Pasal 6:3.k.ii : Cukup jelas
Pasal 6:4 : Cukup jelas
i. Perbendaharaan;
ii. Pengelolaan Pasal 6:4.a : Cukup jelas
Pasal 6:4.b : Cukup jelas
Keuangan. Pasal 6:4.c : Cukup jelas
k. Bendahara I : Pasal 6:4.d : Cukup jelas
i. Perbendaharaan; Pasal 6:4.e : Cukup jelas
ii. Pembukuan.
4. Susunan Personalia Majelis Pasal 6:4.f : Cukup jelas
Sinode GPIB (dalam jabatan
Presbiter) : Pasal 6:4.g : Cukup jelas
a. Ketua Umum : Pendeta
b. Ketua I : Pendeta Pasal 6:4.h : Cukup jelas
c. Ketua II : Pendeta Pasal 6:4.i : Cukup jelas
d. Ketua III : Diaken /
Penatua / Pendeta Pasal 6:4.j : Cukup jelas
e. Ketua IV : Diaken /
Penatua
f. Ketua V : Diaken /
Penatua
g. Sekretaris Umum :
Pendeta
h. Sekretaris I : Pendeta
i. Sekretaris II : Diaken /
Penatua
j. Bendahara : Diaken /
Penatua
Hal. 110
k. Bendahara I : Diaken / Pasal 6:4.k : Cukup jelas
Penatua
Pasal 7 Pasal 7
Masa Tugas
1. Masa tugas Majelis Sinode Pasal 7:1 : Cukup jelas
adalah 5 (lima) tahun yang
berlangsung dari Persidangan : Baik secara
Sinode Raya sampai
Persidangan Sinode Raya berturut-turut
berikutnya;
maupun tidak
2. Setiap fungsionaris Majelis Pasal 7:2
Sinode dalam jabatan apapun berturut-turut
hanya dapat dipilih untuk 2
(dua) masa tugas; : disebabkan antara
3. Pergantian antar waktu atau Pasal 7:3 lain: Berhalangan
pengisian jabatan lowong dari
fungsionaris Majelis Sinode tetap (antara lain
terjadi apabila adanya sebab-
sebab tertentu. meninggal dunia,
mengundurkan
diri, sakit yang
berkepanjangan);
Masalah
kepejabatan dan
etika / moral
(diberhentikan
setelah melalui
proses
penggembalaan).
Pergantian antar
waktu ini adalah
wajib dan tidak
dapat ditunda.
Hal. 111
Pergantian melalui
pemilihan oleh dan
di dalam
Persidangan
Sinode. (dalam
Persidangan
Sinode Tahunan
terdekat dengan
menghadirkan
tambahan utusan
masing-masing
jemaat 1 orang)
dan menggunakan
tata cara Pemilihan
Majelis Sinode
Pasal 8 Pasal 8
Sidang dan Rapat
1. a. Sidang Majelis Sinode Pasal 8.1a &c : Sidang Majelis
diadakan secara tetap Sinode
sekurang-kurangnya 1 (satu) membicarakan dan
kali seminggu dan dihadiri memutus-kan
oleh seluruh fungsionaris pelaksanaan hal-
Majelis Sinode; hal yang berkaitan
b. Sidang Majelis Sinode dengan keputusan-
dapat dilaksanakan keputusan yang
dengan kehadiran fisik dihasilkan oleh
atau secara virtual dalam Persidangan
jaringan menggunakan Sinode kepada
teknologi digital atau Majelis Sinode,
dilaksanakan dengan cara sesuai dengan pasal
lain yang efektif dan 3 dan 4 peraturan
efisien sesuai dengan ini.
Hal. 112
situasi dan kebutuhan
dengan melengkapi bukti
rekaman dan berita acara. Pasal 8:1.b : Sidang Majelis
c. Sidang Majelis Sinode Sinode dapat
dapat dilaksanakan dilaksanakan
apabila dihadiri sekurang - secara virtual
kurangnya 7 (tujuh) orang dengan
fungsionaris. menggunakan
teknologi digital
atau melalui sarana
media lainnya yang
efektif dan efisien,
sepanjang
pelaksanaan
Sidang Majelis
Sinode secara
virtual memenuhi
persyaratan
validitas menurut
ketentuan Tata
Gereja dan
peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
2. Rapat koordinasi antar bidang Pasal 8.2 : Cukup jelas
Majelis Sinode diadakan
apabila dianggap perlu dan
dihadiri oleh para Ketua serta
sekretaris terkait dan
Bendahara Pasal 8:3 : Rapat bidang
3. Rapat bidang Majelis Sinode Majelis Sinode
diadakan sewaktu-waktu oleh membicarakan hal-
ketua bidang yang hal yang lebih
Hal. 113
bersangkutan dan dihadiri operasional yang
oleh alat-alat perlengkapan
sesuai bidangnya. langsung
berhubungan
dengan
pemberlakukaanya
di jemaat-jemaat.
Rapat bidang
dihadiri oleh Ketua
dan Sekretaris yang
membidangi dan
unit misioner yang
berkepentingan
Pasal 8:4 : Rapat Kerja
4. Rapat Kerja Majelis Sinode Majelis Sinode
diadakan 3 (tiga) bulan sekali,
dihadiri oleh seluruh anggota diadakan untuk
Majelis Sinode dan pimpinan
seluruh Unit-unit misioner. melakukan
evaluasi triwulanan
dan rencana
pelaksanaan
program triwulan
ke depan.
Pasal 9 Pasal 9
Badan Pertimbangan Majelis
Sinode GPIB
1. Tugas dan Fungsi Badan Pasal 9:1 : Dengan diminta
Pertimbangan Majelis Sinode atau tidak diminta
adalah untuk membantu
Majelis Sinode dan : Cukup jelas
memberikan nasihat dalam
hal-hal yang sangat khusus;
2. Majelis Sinode melaksanakan Pasal 9:2
rapat konsultasi dengan
Hal. 114
Badan Pertimbangan Majelis
Sinode paling sedikit 4 kali
dalam setahun.
3. Badan Pertimbangan Majelis
Sinode dibentuk oleh Majelis
Sinode; Pasal 9:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
4. Badan Pertimbangan Majelis : Cukup jelas
Sinode yang diangkat dan : Cukup jelas
: Cukup jelas
ditetapkan oleh Majelis Pasal 9:4
: Cukup jelas
Sinode dilaporkan dalam
Persidangan Sinode Tahunan
terdekat;
5. Tugas, fungsi dan wewenang
serta kriteria Pemilihan dan Pasal 9:5
penetapannya diatur dalam
Peraturan.
Pasal 10 Pasal 10
Alat–Alat Kelengkapan
Untuk menunjang tugasnya, Pasal 10:1
Majelis Sinode dilengkapi dengan Pasal 10:2
:
1. Unit-unit misioner sebagai
Badan Pelaksana
2. Kepala Kantor dan Kepala
Biro sebagai Tenaga
Pelaksana
Pasal 11 Pasal 11
Kepegawaian
1. Pegawai GPIB adalah Pasal 11:1
petugas yang melaksanakan
Hal. 115
tugas ditempat/wilayah
pelayanan GPIB;
2. Penjelasan rinci mengenai Pasal 11:2 : Cukup jelas
kepegawaian GPIB diatur
dalam peraturan tersendiri.
Pasal 12 Pasal 12
Unit-unit Misioner
1. Untuk menunjang Pasal 12:1 : termasuk di
Pasal 12:1.a
pelaksanaan penataan dan dalamnya Badan
Pasal 12:1.b
pengembangan persekutuan, Usaha Milik
pelayanan, kesaksian dan Gereja, Unit-unit
pembinaan, dibentuk Unit- Kerja Sinodal.
unit Misioner sebagai berikut
: : Dewan Pelayanan
Kategorial
a. Pelayanan Kategorial tugasnya adalah
merencanakan,
terdiri atas. menyusun,
melaksanakan dan
1. Dewan Pelayanan mengevaluasi
program kerja yang
Anak; telah ditetapkan.
2. Dewan Persekutuan
Teruna;
3. Dewan Gerakan
Pemuda;
4. Dewan Persekutuan
Kaum Perempuan;
5. Dewan Persekutuan
Kaum Bapak;
6. Dewan Persekutuan : Departemen
tugasnya adalah
Kaum Lanjut Usia. merencanakan,
menyusun,
b. Departemen melaksanakan dan
mengevaluasi
Hal. 116
program kerja yang
telah ditetapkan
oleh Majelis
Sinode.
1. Jumlah dan jenis Pasal 12:1.b.1 : Cukup jelas
Departemen
disesuaikan dengan
PKUPPG;
2. Pengurus
Departemen diangkat Pasal 12:1.b.2 : Cukup jelas
dan ditetapkan oleh
Majelis Sinode.
c. Pengurus Kelompok Pasal 12:1.c : Cukup jelas
Fungsional-Profesional
d. Badan Hukum dan Yayasan Pasal 12:1.d : Cukup jelas
terdiri atas:
1) Dana Pensiun GPIB; Pasal 12:1.d.1 : Cukup jelas
2) Unit Usaha Milik Pasal 12:1.d.2 : Cukup jelas
Gereja (UUMG);
3) Yayasan Pendidikan Pasal 12:1.d.3 : Cukup jelas
Kristen
(YAPENDIK) GPIB;
4) Yayasan Kesehatan Pasal 12:1.d.4 : Cukup jelas
GPIB;
5) Yayasan Diakonia Pasal 12:1.d.5 : Cukup jelas
GPIB;
6) Yayasan Hukum Pasal 12:1.d.6 :Cukup jelas
GPIB;
7) Yayasan / Badan Pasal 12:1.d.7 :Cukup jelas
Hukum lain yang
dianggap perlu.
e. Unit Kerja Internal. Pasal 12:1.e : Unit kerja internal
seperti Unit Kerja
Hal. 117
f. Panitia, Kelompok Kerja, Pasal 12:1.f Penerbitan, Unit
Pembinaan dan
dan lain-lain bertugas untuk Pasal 12:2 Pemberdayaan
Pasal 12:3 Masyarakat
membantu Majelis Sinode Pasal 12:4 (UP2M), Badan
Pasal 13 Bantuan Hukum
dengan melaksanakan (BBH) GPIB dan
unit-unit lain yang
kegiatan tertentu dalam dimungkinkan.
: Cukup jelas
waktu yang terbatas dan
: Cukup jelas
dapat diperpanjang bila
: Cukup jelas
perlu.
: Cukup jelas
2. Pembentukan dan uraian tugas
unit-unit misioner Badan
Pelaksana, Badan Pembantu
diatur tersendiri dalam
Peraturan.
3. Fungsionaris unit-unit misioner
sebagai Badan Pelaksana
ditetapkan oleh Majelis Sinode
setelah memberitahukan
kepada Majelis Jemaat yang
bersangkutan.
4. Masa kerja unit-unit misioner
Badan Pelaksana adalah sesuai
dengan masa kerja Majelis
Sinode.
Pasal 13
Hal. 118
Harta Milik dan Pengelolaan Pasal 13:1 : Cukup jelas
1. Harta milik yang telah : Sesuai dengan
ketentuan
menjadi milik GPIB, baik perundang-
undangan yang
bergerak maupun tidak berlaku.
bergerak baik yang belum : Kecuali Pengalihan
/ pengagunan atau
maupun yang sudah setiap tindakan
pelepasan atas hak
bersertifikat, baik di lingkup harus dilakukan
melalui keputusan
Jemaat maupun di lingkup Pasal 13:2 Persidangan
Sinode
Sinodal adalah milik GPIB.
: Merujuk pada
2. Harta milik yang terdapat Peraturan Pokok I /
Jemaat
pada unit-unit misioner baik
di lingkup Jemaat maupun
lingkup Sinodal adalah milik Pasal 13:3
GPIB.
3. Pengelolaan dan pemanfaatan
harta milik/ kekayaan
intelektual dilakukan oleh
Majelis Sinode atau Majelis
Jemaat, dan diatur dalam
Peraturan tentang
perbendaharaan di dalam
Tata Gereja serta Peraturan Pasal 14
Perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 14 Pasal 14:1
Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja
1. Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja
adalah pemeriksa Lingkup
Sinodal yang dikelola oleh
Hal. 119
Majelis Sinode, yang
melakukan pemeriksaan
eksternal terhadap
pengelolaan perbendaharaan
GPIB, yang meliputi Harta
milik yang telah menjadi
milik GPIB, baik harta
bergerak maupun harta tidak
bergerak dan anggaran,
keuangan, dan pencatatan
pembukuan.
2. Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja atas
penugasan Majelis Sinode Pasal 14:2 : dalam kasus
melaksanakan pemeriksaan tertentu BPPG
terhadap pelaksanaan dapat melakukan
pengelolaan Perbendaharaan pemeriksaan di
tiap Unit Misioner di Lingkup lingkup Jemaat
Sinodal. maupun terhadap
BP Mupel atas
3. Penjelasan rinci mengenai penugasan Majelis
Badan Pemeriksa Sinode.
Perbendaharaan Gereja akan Pasal 14:3 : Cukup jelas
diatur dalam peraturan.
Pasal 15
Kondisi Kahar
Pasal 15 : Majelis Sinode
dapat melakukan
koordinasi dengan
Majelis Jemaat dan
BP Mupel secara
daring (dalam
jaringan) dan atau
Hal. 120
cara lain yang
memungkinkan
koordinasi dapat
berjalan dengan
1. a. Pemberlakukan dan baik.
b. pengakhiran kondisi
kahar diputuskan dalam Pasal 15:1.a : Agar tidak terjadi
Sidang Majelis Sinode
secara bulat. voting maka
keputusan secara
bulat adalah
kesepakatan dari
semua yang hadir.
Apabila tidak
tercapai keputusan
secara bulat maka
Ketua Umum
Majelis Sinode
diberikan
kewenangan
mengambil
langkah untuk
mencapai
Selama masa kesepakatan bulat.
pemberlakuan kondisi Pasal 15:1.b : Cukup Jelas
kahar keputusan
mengenai pelaksanaan
persekutuan, pelayanan
dan kesaksian di GPIB
dilakukan oleh Majelis
Sinode dengan minimal
disetujui oleh 2/3 dari
personil fungsionaris
Majelis Sinode yang
hadir.
Hal. 121
2. Majelis Sinode dalam kondisi
kahar mempunyai Pasal 15:2 : Cukup Jelas
kewenangan mengambil : Cukup Jelas
langkah-langkah strategis : Cukup Jelas
: kecuali
berkaitan dengan:
penglepasan harta
a. Persekutuan, Pelayanan Pasal 15:2.a tidak bergerak.
: Cukup Jelas
dan Kesaksian.
b. Organisasi dan Pasal 15:2.b
Mekanisme. Pasal 15:2.c
c. Perbendaharaan.
Pasal 15:3
3. Seluruh langkah yang
dimaksudkan pada ayat 2
pasal ini harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan di
dalam Persidangan Sinode
terdekat.
Pasal 16
Ketentuan Penutup
Pasal 16
1. Peraturan Pokok III ini mulai
berlaku sejak tanggal
ditetapkan. Pasal 16:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya
: Cukup jelas
Peraturan Pokok ini, maka Pasal 16:2
semua ketentuan mengenai
Majelis Sinode yang
bertentangan dengan
Peraturan Pokok ini
dinyatakan tidak berlaku.
3. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 16:3
dapat dilaksanakan di dalam
Hal. 122
dan oleh Persidangan Sinode Pasal 16:3.a : Cukup jelas
Raya bila : Pasal 16:3.b : Cukup jelas
a. Diusulkan oleh lebih dari
Pasal 16:3.c : Cukup jelas
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 123
PERATURAN NOMOR 1
TENTANG
PRESBITER, PEMENDETAAN DAN TATA CARA
PEMILIHAN DIAKEN DAN PENATUA
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Presbiter
1. Presbiter adalah warga sidi : Cukup jelas
jemaat GPIB yang menyediakan
diri secara khusus melalui Pasal 1:1 : Pemilihan Diaken
proses pemilihan dan atau dan Penatua
pemendetaan untuk melayani di berbeda dengan
GPIB, sebagai pemenuhan Pemendetaan
Panggilan dan Pengutusan
Kristus dalam rangka : Cukup jelas
mewujudkan Gereja misioner
: Cukup jelas
2. Presbiter GPIB terdiri atas:
Diaken, Penatua dan Pendeta. Pasal 1. 2
3. Presbiter adalah pelaksana
penatalayanan di dalam gereja Pasal 1:3
dan jemaat.
4. Presbiter terikat dengan tugas
dan tanggung jawab umum dan Pasal 1:4
khusus.
Pasal 2 Pasal 2
Hal. 124
Tugas dan Tanggung Jawab
Presbiter
1. Tugas dan Tanggung Jawab
Umum : Presbiter Pasal 2:1 : Cukup jelas
dipercayakan menjaga : Cukup jelas
: Cukup jelas
kemurnian ajaran gereja,
: Cukup Jelas
ketertiban dan keteraturan
: Jika pada saatnya
peribadahan, pelayanan Pendeta
berhalangan
sakramen, penggembalaan, melayankan
sakramen maka
pembinaan warga gereja serta penatua dapat
menggantikan
pelayanan kasih dan keadilan. tugas tersebut dan
2. Tugas dan Tanggung Jawab Pasal 2:2
Khusus :
a. Diaken: Melaksanakan Pasal 2:2.a
pemberitaan Firman dan
pelayanan kasih dalam
pelbagai bentuk, di dalam
maupun di luar jemaat.
b. Penatua: Melaksanakan Pasal 2:2.b
pemberitaan Firman.
Menjaga kebenaran dan
ketertiban pemberitaan
Firman, peribadahan,
pelaksanaan penggembalaan
dan ketertiban pelayanan.
c. Pendeta: Melaksanakan Pasal 2:2.c
pemberitaan Firman dan
pelayanan sakramen,
menjaga kemurnian ajaran
dan penggembalaan khusus,
peneguhan presbiter,
pengurus/pelayanan
PELKAT dan perkenalan
Hal. 125
PHMJ serta pengurus unit segera
misioner. melaporkan ke
Majelis Sinode.
3. Jika Pendeta / Ketua Majelis
Jemaat berhalangan : Pasal 2:3 : Cukup Jelas
a. Sidang Majelis Jemaat
dapat menunjuk Pendeta Pasal 2.3.a : Yang digantikan
Jemaat yang ditugaskan adalah fungsi
oleh Majelis Sinode atau Ketua Majelis
salah seorang Penatua unsur Jemaat, khususnya
Ketua PHMJ setempat mengenai bidang-
untuk melaksanakan Tugas bidang yang
Khusus Ketua Majelis berada di bawah
Jemaat dalam masa transisi koordinasi Ketua
bersama-sama dengan Majelis Jemaat. Di
fungsionaris PHMJ lainnya dalam
secara kolektif kolegial, dan melaksanakan
melaporkan ke Majelis tugasnya, Penatua
Sinode. / dimaksud harus
bekerjasama
dengan
fungsionaris
PHMJ lainnya
dalam prinsip
kolektif-kolegial
untuk mengatur
penatalayanan di
dalam jemaat,
sampai dengan
tersedianya Ketua
Majelis Jemaat
yang baru. Tugas-
tugas pokok
Hal. 126
b. Dalam masa transisi, kependetaan
dilakukan oleh
bersama-sama dengan Pasal 2.3.b pendeta jemaat
yang ditugaskan
fungsionaris PHMJ lainnya oleh Majelis
Sinode.
secara kolektif kolegial, di : Cukup Jelas
bawah supervisi Majelis : Cukup Jelas
Sinode, sampai dengan
tersedianya Pendeta / Ketua
Majelis Jemaat yang
definitif.
c. Dalam hal terjadi keadaan Pasal 2.3.c
khusus yang
mengakibatkan
diberhentikannya Pendeta /
KMJ, maka Majelis Sinode
menetapkan KMJ
pengganti sementara
sampai dengan
dikeluarkannya SK KMJ
definitif.
Pasal 3
Pemilihan Diaken dan Penatua Pasal 3
Diaken dan Penatua dipilih oleh dan : Cukup jelas
dari antara warga sidi jemaat.
1. Pemilih ialah warga sidi jemaat
yang tercantum dalam daftar Pasal 3:1
warga sidi jemaat setempat:
Hal. 127
a. Sekurang-kurangnya sudah Pasal 3:1.a : Khusus untuk
1 (satu) tahun diteguhkan daerah Pos-Pelkes
sebagai warga sidi jemaat; perlu
pertimbangan
b. Warga sidi jemaat yang Pasal 3:1.b khusus.
: Cukup jelas
pindah dari jemaat GPIB
yang lain, sekurang-
kurangnya telah 6 bulan
terdaftar pada saat
pemilihan; Pasal 3:1.c : Gereja saudara
c. Bagi warga sidi dari gereja adalah Gereja-
saudara dan gereja yang gereja bagian
seasas dengan GPIB mandiri GPI.
sekurang-kurangnya telah Gereja seasas
terdaftar selama 1 tahun; adalah Gereja-
gereja yang
tergabung dalam
Persekutuan
Gereja-gereja di
Indonesia (PGI).
Pasal 3:1.d : Gereja yang tidak
d. Bagi warga yang berasal seasas adalah
dari gereja yang tidak gereja yang tidak
seasas dengan GPIB, harus termasuk dalam
sudah terdaftar, sekurang- keanggotaan PGI.
kurangnya 2 tahun dan Pasal 3:2 : Cukup jelas
telah diteguhkan sebagai
anggota sidi GPIB. Pasal 3:2.a : Cukup jelas
: Antara lain I
2. Persyaratan Calon Diaken dan Pasal 3:2.a.1
Timotius 3:1 dan
Penatua adalah sebagai berikut: Titus 1:5-16
: Status
a. kualitatif Penggembalaan
1. Memenuhi persyaratan Pasal 3:2.a.2
Alkitabiah;
Hal. 128
2. Tidak berada dalam Khusus ditentukan
tindakan oleh Pendeta /
penggembalaan Ketua Majelis
khusus; Jemaat antara lain
karena dibaptis
3. Memiliki semangat Pasal 3:2.a.3 ulang, perceraian,
perpindahan
pengabdian yang agama, korupsi,
penyalahgunaan
tinggi dan loyal serta narkoba.
Penggembalaan
taat kepada khusus dinyatakan
selesai dengan
Pemahaman Iman dan surat pernyataan
yang dibuat oleh
Tata Gereja GPIB Pendeta yang
menggembalakan
serta menjaga atau KMJ
setempat.
kemurnian ajaran : Cukup jelas
gereja dalam kesetiaan : Cukup jelas
kepada Tuhan Yesus
Kristus;
4. Menyatakan kesediaan Pasal 3:2.a.4
untuk mengikuti
pembinaan secara
berkesinambungan;
Hal. 129
5. Menyatakan kesediaan Pasal 3.2.a.5 : Cukup Jelas
untuk tidak terlibat
dalam kegiatan
denominasi lain atau
persekutuan di luar
GPIB.
b. Administratif Pasal 3:2.b. : Cukup jelas
1. Memenuhi ketentuan Pasal 3:2.b.1 : Cukup jelas
Pasal 1;
2. Berdomisili di dalam Pasal 3:2.b.2 : Cukup jelas
wilayah pelayanan
jemaat;
3. Bagi yang sudah Pasal 3:2.b.3&4:Kecuali untuk
menikah wajib wilayah tertentu
menunjukkan surat yang sumber daya
nikah/kawin gereja insaninya terbatas,
dan akta perkawinan khusus untuk
catatan sipil; daerah Pos Pelkes
4. Berijazah sekurang-
kurangnya SMU
(Sekolah Menengah
Umum) atau sederajat;
5. Bukan isteri / suami Pasal 3.2.b.5 : Baik Pendeta
Pendeta, Pegawai / GPIB maupun non
tenaga honorer GPIB; - GPIB.
6. Bukan isteri / suami Pasal 3.2.b.6 : Cukup Jelas
dari penganut agama /
denominasi / gereja
lain;
7. Sehat jasmani dan Pasal 3.2.b.7 : Cukup Jelas
rohani;
8. Berusia minimal 20 Pasal 3.2.b.8 : Berusia maksimal
tahun dan maksimal 70 70 tahun tepat
tahun tepat pada pada tanggal 31
Hal. 130
tanggal 31 Oktober Oktober tahun
tahun pemilihan. pemilihan.
3. Pelaksana Pemilihan Pasal 3:3 : Cukup jelas
a. Ketua Panitia Pemilihan Pasal 3:3.a : Dalam hal pendeta
adalah Pendeta / Ketua / Ketua Majelis
Majelis Jemaat setempat; Jemaat setempat
berhalangan maka
Majelis Sinode
menunjuk Pendeta
Jemaat atau
seorang Pendeta /
Ketua Majelis
Jemaat terdekat
sebagai ketua
panitia pemilihan
b. Panitia Pemilihan adalah Pasal 3:3.b : Cukup jelas
Warga Sidi Jemaat;
c. Panitia Pemilihan berhak Pasal 3:3.c : Cukup jelas
memilih tetapi tidak dapat
dipilih;
d. Panitia Pemilihan terdiri Pasal 3:3.d : Cukup jelas
atas 1 (satu) orang Ketua
dan beberapa anggota;
e. Pelaksana Pemilihan Pasal 3:3.e : Cukup jelas
adalah Panitia Pemilihan
yang dipilih oleh Ketua
Majelis Jemaat dan
disahkan dalam Sidang
Majelis Jemaat selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum pemilihan serta
ditetapkan oleh Majelis
Sinode;
Hal. 131
4. Tugas, Wewenang dan Tanggung Pasal 3:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
jawab Panitia Pemilihan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Tugas Panitia Pemilihan Pasal 3:4.a
: Cukup jelas
adalah: : Cukup jelas
1. Membuat Jadwal Pasal 3:4.a.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pemilihan;
2. Mengedarkan Pasal 3:4.a.2
Undangan beserta
Formulir Pencalonan,
Formulir Pernyataan
Kesediaan dan Daftar
Warga Sidi Jemaat dari
masing-masing sektor
pelayanan kepada
Pemilih;
3. Menyiapkan tempat /
ruangan serta alat-alat
kelengkapan
Pemilihan; Pasal 3:4.a.3
4. Menghitung, mencatat
hasil pada tahap
pencalonan, tahap Pasal 3:4.a.4
pemilihan, pernyataan
kesediaan dan
pernyataan keberatan
yang sah;
5. Menyiapkan /
membuat berita acara Pasal 3:4.a.5
pemilihan;
6. Membuat daftar nama Pasal 3:4.a.6
calon dan calon tetap
serta mengumumkan
hasil setiap tahap
tersebut melalui warta
Hal. 132
jemaat sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali
hari minggu.
b. Wewenang Panitia Pemilihan
adalah: Pasal 3:4.b : Cukup jelas
1. Meneliti kelengkapan : Cukup jelas
persyaratan calon yang Pasal 3:4.b.1 : Cukup jelas
dapat diklasifikasikan : Cukup jelas
sebagai calon Diaken dan : Ketua Panitia
menentukan
Penatua; jabatan Diaken
dan Penatua
2. Meneliti keberatan Pasal 3:4.b.2 berdasarkan Pasal
2 ayat 1 dan 2
terhadap calon terpilih; peraturan ini.
3. Menentukan daftar calon Pasal 3:4.b.3
tetap;
c. Wewenang Ketua Panitia Pasal 3:4.c
Pemilihan / Ketua Majelis
Jemaat adalah menentukan
daftar calon terpilih dalam
jabatan Diaken dan Penatua.
d. Panitia Pemilihan
bertanggung jawab kepada Pasal 3:4.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
Majelis Sinode.
: Cukup jelas
5. Waktu Pelaksanaan Pemilihan Pasal 3:5 : Cukup jelas
berlangsung diantara 2 (dua)
Persidangan Sinode yang
ditetapkan dengan Surat
Keputusan Majelis Sinode.
6. Persiapan Pemilihan diadakan Pasal 3:6
oleh Majelis Jemaat melalui:
a. Pengarahan, Khotbah Pasal 3:6.a
tentang Panggilan dan
Hal. 133
Pengutusan Diaken dan : Cukup jelas
Penatua dalam Ibadah : Cukup jelas
Jemaat selama 3 bulan;
b. Mendata ulang dan : Penentuan
menyusun daftar warga sidi Pasal 3:6.b
jemaat; perbandingan 2:10
c. Mengumumkan waktu, hari, Pasal 3:6.c
tanggal, tempat dan cara atau 2:15
Pemilihan dalam Ibadah
Jemaat selama 2 (dua) didasarkan pada
minggu berturut-turut;
d. Menetapkan jumlah Diaken Pasal 3:6.d persebaran warga
dan Penatua dengan
pedoman 10 atau 15 Kepala jemaat dalam
Keluarga banding 2 (dua)
presbiter masing-masing 1
Diaken dan 1 Penatua.
wilayah
pelayanan.
Dalam hal jumlah
KK yang tersisa
melebihi separuh
dari
pembandingan ini
maka dipilih 2
(dua) orang
masing-masing
seorang Penatua
dan seorang
Diaken untuk
jumlah tersebut.
Dengan demikian
jumlah anggota
Diaken dan
Hal. 134
7. Cara Pemilihan Penatua harus
sama banyak.
a. Pemilihan dapat dilakukan Pasal 3:7 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dengan cara: Pasal 3:7.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
1. Pertemuan Warga Sidi : Cukup jelas
Jemaat secara terpusat; Pasal 3:7.a.1 : Cukup jelas
2. Pertemuan Warga Sidi : Cukup jelas
Jemaat di sektor; Pasal 3:7.a.2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
3. Tanpa melalui Pertemuan
Warga Sidi Jemaat Pasal 3:7.a.3
dengan menggunakan
Kotak Suara.
4. Elektronik atau virtual Pasal 3.7.a.4
dalam jaringan dengan
menggunakan teknologi
digital atau dengan cara
lain yang efisien dan
efektif sesuai situasi dan
kebutuhan.
b. Tata Cara Pemilihan akan Pasal 3:7.b
diatur dalam Peraturan
Pelaksanaan yang
dikeluarkan oleh Majelis
Sinode GPIB
8. Pernyataan Keberatan Pasal 3:8
a. Warga Sidi Jemaat yang Pasal 3:8.a
mempunyai alasan kuat dan
bukti nyata terhadap bakal
calon dapat menyampaikan
pernyataan keberatan secara
tertulis dengan tanda tangan
dan nama jelas kepada Ketua
Panitia Pemilihan;
Hal. 135
b. Pernyataan keberatan Pasal 3:8.b : Cukup jelas
disampaikan paling lambat 1
(satu) minggu setelah
diumumkan dalam warta
jemaat terakhir;
c. Setiap bentuk pernyataan Pasal 3:8.c : Berdasarkan ayat
keberatan terhadap bakal ini Ketua Panitia
calon harus disikapi dan Pemilihan
diselesaikan secara pastoral menentukan
oleh Ketua Panitia apakah yang
Pemilihan. bersangkutan
dapat dicalonkan
atau tidak.
9. Hasil Pemilihan Pasal 3:9 : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Hasil Pemilihan dalam Pasal 3:9.a
: Cukup jelas
bentuk berita acara
: Cukup jelas
pemilihan disampaikan
: Majelis Sinode
kepada Majelis Jemaat untuk adalah penyusun
dan penanggung
: jawab materi bina
Diaken/ Penatua
1. Diumumkan melalui sehingga wajib
warta jemaat sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali; Pasal 3:9.a.1
2. Dilaporkan kepada
Majelis Sinode untuk
ditetapkan dengan Surat Pasal 3:9.a.2
Keputusan.
b. Diaken dan Penatua yang
sedang mengemban tugas Pasal 3:9.b
sebagai fungsionaris Majelis
Sinode tidak ikut dipilih
namun dimasukkan dalam
daftar hasil pemilihan.
Hal. 136
10.Peneguhan mengikuti
pelatihan untuk
a. Peneguhan Diaken dan Pasal 3:10 pembina (TOT) di
lingkup Sinodal
Penatua terpilih Pasal 3:10.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilaksanakan oleh Pelayan
: Cukup jelas
Firman dan Sakramen GPIB
: Cukup jelas
yang diberikan wewenang : Cukup jelas
: Cukup jelas
oleh Majelis Sinode GPIB : Cukup jelas
: Cukup jelas
dalam Ibadah Hari Minggu
: Cukup jelas
di jemaat;
b. Surat Keputusan penetapan Pasal 3:10.b
Diaken dan Penatua GPIB
harus dibacakan dalam
Ibadah tersebut.
11.Masa tugas fungsionaris Majelis Pasal 3:11
Jemaat :
a. Pendeta sesuai dengan Surat Pasal 3:11.a
Keputusan Majelis Sinode;
b. Diaken dan Penatua terpilih Pasal 3:11.b
untuk 5 (lima) tahun dan
dapat dipilih kembali.
12.Pemilihan Diaken dan Penatua Pasal 3:12
antar waktu:
a. Dilakukan untuk mengisi Pasal 3:12.a
kekosongan Diaken dan
Penatua yang mengundurkan
diri, sakit tetap/pindah rumah
keluar dari wilayah
jemaat/meninggal dunia atau
karena dinonaktifkan;
Pasal 3:12.b
Hal. 137
b. Pemilihan Diaken dan
Penatua antar waktu.
1. Menggunakan peringkat
pada pemilihan
terdahulu; Pasal 3:12.b.1 : Cukup jelas
2. Dipilih dengan cara
pemilihan sebagaimana Pasal 3:12.b.2 : Cukup jelas
diatur pasal 3 aturan ini.
Pasal 4 Pasal 4
Pemendetaan
Pemendetaan adalah proses
melengkapi seorang Sarjana
Teologi untuk menjadi Pendeta,
Pelayan Firman dan Sakramen
GPIB.
1. Persyaratan Pasal 4:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Warga Sidi GPIB yang aktif Pasal 4:1.a
dalam Persekutuan dan
Pelayanan di Jemaat;
b. Menempuh Pendidikan Pasal 4:1.b : Perguruan Tinggi
Teologi, berdasarkan Teologi yang
Rekomendasi GPIB, di diakui GPIB
Perguruan Tinggi Teologi adalah STT
yang diakui GPIB; Jakarta, UKSW,
UKDW, STT
Intim Makassar,
dan Sekolah
Tinggi Teologi
lainnya (anggota
PERSETIA) yang
memiliki
Hal. 138
c. Membuat Laporan Kesepakatan
Kerjasama.
Perkembangan Studi secara Pasal 4:1.c Surat
Rekomendasi
berkala; Gereja (SRG)
dapat dicabut
d. Aktif di Jemaat GPIB apabila
dikemudian hari
selama menjalani studi Pasal 4:1.d yang
bersangkutan
dengan rekomendasi melakukan
tindakan
Pendeta / Ketua Majelis indisipliner.
: Cukup jelas
Jemaat bersangkutan.
: Jemaat GPIB
dimaksud adalah
jemaat dimana
yang
bersangkutan
terlibat dalam
pelayanan selama
menjalani studi di
Perguruan Tinggi
Teologi berada.
2.Proses Pasal 4:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Tamatan Pendidikan S1 Pasal 4:2.a
: Cukup jelas
Sekolah Tinggi Teologia; : Cukup jelas
b. Berusia maksimal 32 tahun; Pasal 4:2.b
c. Lulus Tes masuk Vikariat Pasal 4:2.c
yang terdiri atas :
1. Tes Akademik;
Hal. 139
Pasal 4:2.c.1 : Tes potensi
akademik
diperlukan
sebagai standar
dasar kemampuan
calon vikaris yang
pada gilirannya
ketika sudah
menjadi pendeta
akan melanjutkan
studi ke jenjang
yang lebih tinggi.
IPK minimal yang
menjadi syarat
adalah 2,75 (skala
1-4). Tes
akademik hanya
khusus untuk
bidang teologi
dengan
kekhususan GPIB
dilakukan oleh
Tim yang
dibentuk oleh
Majelis Sinode.
Setelah
dinyatakan lulus
tes akademik
barulah mengikuti
tes kesehatan dan
tes psikologi.
Aturan detail
disusun dalam
pedoman khusus
Hal. 140
perekrutan calon
vikaris GPIB.
2. Kesehatan; Pasal 4:2.c.2 : Cukup jelas
3. Psikotes. Pasal 4:2.c.3 : Cukup jelas
d. Mengikuti Pembinaan Pra- Pasal 4:2.d : Pra-Vikariat yang
Vikariat dan masa Vikariat I dimaksud adalah
dan II; penyamaan
wawasan
berteologi,
wawasan ber-
GPIB, dan
spiritualitas
selama 1(satu)
bulan dengan
biaya dibebankan
kepada Majelis
Sinode GPIB. Pra-
Vikariat ini
menjadi tanggung
jawab Bidang
Teologi.
e. Menyelesaikan masa vikariat Pasal 4:2.e : Cukup jelas
yang lamanya 2 tahun dan
apabila gagal baik dalam tahun
pertama dan kedua dapat
mengulang hanya 1 tahun.
Apabila Majelis Sinode
menganggap yang
bersangkutan tidak memenuhi
persyaratan maka masa
vikariat dapat diakhiri.
Hal. 141
f. Mendapat rekomendasi Pasal 4:2.f : Cukup jelas
kelulusan dari mentor-mentor
dan tim evaluator yang
ditunjuk oleh Majelis Sinode
GPIB.
g. Mengikuti Tes MMPI
(Minnesota Multiphasic Pasal 4:2.g : Cukup jelas
Personality Inventory).
3. Penahbisan Pendeta dilakukan
bersama-sama di Ibadah Pasal 4:3 : Pendeta yang baru
Penahbisan dan Sakramen ditahbiskan
Perjamuan di dalam Ibadah diberikan Surat
Pembukaan Persidangan Keputusan
Sinode dan merupakan Kependetaan
rangkaian kegiatan GPIB sebagai
Persidangan Sinode. Pelayan Firman
dan Sakramen.
Pendeta GPIB
Organik, selain
Surat Keputusan
Kependetaan juga
diberikan SK
Kepegawaian
GPIB.
4. Ibadah penahbisan dipimpin oleh Pasal 4:4 : Penahbisan proses
Pendeta GPIB fungsionaris
Majelis Sinode. penumpangan
tangan yang
merupakan
panggilan gereja
(eklesiastica call)
yang dengannya
gereja
menetapkan
bahwa seseorang
Hal. 142
telah dipanggil
Allah dan
sekaligus
dipisahkan
sebagai seorang
yang melayani
kehadiran Allah.
Pasal 5 Pasal 5
Pendeta Organik
1. Pendeta Organik adalah Pasal 5:1 : Cukup Jelas.
Pendeta GPIB, yang juga
merupakan pegawai GPIB, : lembaga-lembaga
yang ditugaskan di Jemaat yang ada kerja
sebagai Ketua Majelis Jemaat sama dengan
atau sebagai Pendeta Jemaat GPIB.
maupun sebagai Pendeta GPIB
dalam Pelayanan Umum
(Pelum);
2. Pendeta Pelum adalah Pendeta Pasal 5:2
GPIB Organik yang duduk di
Majelis Sinode sebagai
Fungsionaris maupun dengan
penugasan khusus di lembaga-
lembaga seperti Majelis
Sinode, PGI, GPI, dan di
lembaga lainnya seperti unit
kerja penerbitan, sekolah-
sekolah dan rumah sakit serta
yang ditugaskan di lembaga
pendidikan teologi atau yang
ditugaskan di lembaga-
lembaga lainnya;
Hal. 143
3. Urgensi penugasan seseorang Pasal 5:3 : Pendeta Pelum
pendeta GPIB sebagai pendeta
pelum karena kebutuhan tidak bertugas
lembaga di dalam dan di luar
GPIB yang ditetapkan dengan dalam jabatan
surat keputusan Majelis
Sinode. struktural kecuali
Pasal 5:4 untuk kondisi
4. Alih tugas adalah bentuk
tertentu dalam
Panggilan dan Pengutusan
Allah kepada Pendeta Organik kewenangan
melalui pengaturan Majelis
Sinode. Majelis Sinode.
: Pendeta Organik
yang menolak alih
tugas mengingkari
panggilan dan
pengutusannya,
dan untuk itu
kependetaannya di
GPIB dapat
diakhiri dengan
lebih dahulu
melalui proses
penggembalaan
oleh Tim Pastoral
Sinodal.
Pasal 6 Pasal 6
Fungsi dan Tugas Pendeta
Jemaat
1. Pendeta Jemaat adalah jabatan Pasal 6:1 : Cukup jelas
fungsional yang diberikan
kepada seorang Pendeta yang : Cukup jelas
diangkat dan ditugaskan oleh
Majelis Sinode;
2. Pendeta Jemaat melaksanakan Pasal 6:2
tugas-tugas khusus di bidang
Persekutuan, Pelayanan dan
Hal. 144
Kesaksian dan diatur bersama : Pendeta jemaat
dalam konsistorium dengan
Ketua Majelis Jemaat; yang ditugaskan
3. Pendeta Jemaat yang ditugaskan Pasal 6.3
oleh Majelis Sinode adalah oleh Majelis
presbiter GPIB yang secara
otomatis menjadi fungsionaris Sinode di jemaat
Majelis Jemaat setempat.
dapat dipilih
sebagai
fungsionaris
PHMJ.
Pasal 7 Pasal 7
Pendeta Non Organik
1. Pendeta Non Organik adalah Pasal 7:1 : a. Atas permin-
Pendeta GPIB yang karena
pilihan dari yang bersangkutan taan sendiri atau
tidak sebagai pegawai GPIB
atau kepegawaiannya diakhiri; pilihan sendiri
melalui
percakapan
dengan Majelis
Sinode dan
ditetapkan dengan
Surat Keputusan
Majelis Sinode.
b. Suami dari istri
yang pendeta atau
istri dari suami
yang pendeta yang
karena
kegiatannya harus
meninggalkan
wilayah GPIB dan
diikuti oleh
Hal. 145
suami/istri
tersebut
dinonorganikkan
melalui surat
keputusan Majelis
Sinode.
2. Warga GPIB lulusan sekolah Pasal 7:2 : Pemendetaan non
teologi yang bertugas di
lembaga di luar lembaga gereja organik (harus
dan berkeinginan menjadi
pendeta, wajib mengikuti warga GPIB)
proses pemendetaan yang
berlaku di GPIB; dimaksudkan
adalah penahbisan
lewat masa
vikariat 2 (dua)
tahun di jemaat
yang berbeda
dalam wilayah
yang
bersangkutan
bekerja, tetapi
kemudian
diserahkan untuk
melayani bidang-
bidang yang tidak
langsung
berhubungan
dengan jemaat
antara lain militer,
polisi, pegawai
negeri sipil,
perguruan tinggi,
atau lembaga lain.
Pendeta non
organik termaksud
tetap berada dalam
Hal. 146
pengayoman
GPIB baik melalui
konven pendeta,
pembinaan
pendeta dan
kegiatan-kegiatan
lain termasuk
pelayanan di
jemaat domisili
yang bersifat
peningkatan
kualitas
kependetaan
3. Pendeta Emeritus dimasukkan : Memasuki usia
dalam kategori pendeta non Pasal 7:3 pensiun sebagai
organik. pegawai GPIB
(>65 tahun)
Pasal 8 Pasal 8
Pendeta Konsulen : Cukup Jelas
Pendeta Konsulen adalah Pendeta
GPIB Organik/Non Organik yang
mendapat penugasan khusus dari
Majelis Sinode dalam jangka waktu
tertentu;
Pasal 9
Etika Pelayanan Presbiter GPIB Pasal 9
Hal. 147
1. Etika pelayanan presbiter adalah Pasal 9:1 : Cukup jelas
standar moral dan nilai-nilai : Cukup jelas
: Cukup jelas
pelayanan Kristiani yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
disepakati bersama sebagai : Cukup jelas
: Cukup jelas
pedoman yang harus dihayati : Cukup jelas
dan dijunjung tinggi oleh Para : Cukup jelas
: Cukup jelas
Presbiter dalam melaksanakan : Cukup jelas
Panggilan dan pengutusan
Allah di tengah gereja,
masyarakat dan lingkungan
hidup.
2. Setiap presbiter harus tunduk Pasal 9:2
dan menjunjung tinggi serta
menjiwai etika pelayanan
dalam bentuk : Pasal 9:2.a
a. Kejujuran (honesty); Pasal 9:2.b
b. Keadilan (fairness); Pasal 9:2.c
c. Satunya pikiran, ucapan
dan tindakan (integrity); Pasal 9:2.d
d. Dapat
dipertanggungjawabkan
(accountability); Pasal 9:2.e
e. Rasa bertanggungjawab
(responsibility); Pasal 9:2.f
f. Kesetiaan kepada gereja,
jemaat, masyarakat bangsa
dan negara (loyalty);
g. Tepat janji (committed); Pasal 9:2.g
h. Menghormati orang lain Pasal 9:2.h
(respect to other);
i. Mengutamakan Pasal 9:2.i
kepentingan jemaat
(community);
Hal. 148
j. Menjanjikan karya terbaik Pasal 9:2.j : Cukup jelas
Pasal 9:2.k : Cukup jelas
(pursuit of excellence); Pasal 9:2.l : Cukup jelas
k. Mengupayakan dan Pasal 9:2.m : Cukup jelas
menjaga keutuhan jemaat,
gereja dan lingkungannya.
l. Taat dalam melaksanakan
pelayanan sesuai dengan
tata gereja dan aturan
lainnya.
m. Dalam hubungan yang
keterkaitan dengan
masyarakat luas, selalu
menjaga etika Presbiter
yang telah disepakati.
Pasal 10
Sanksi atas pengingkaran Tugas Pasal 10
/ Tanggung jawab
1. Sanksi Administratif dapat
berupa surat teguran; Pasal 10:1 : Misalnya karena
tindakan
indisipliner
dan/atau terjadi
pelanggaran
ringan terhadap
peraturan GPIB.
Dalam hal Pendeta
bisa berakibat
penundaan
kenaikan pangkat
maupun
penurunan
pangkat/jabatan.
Hal. 149
2. Penonaktifan Tugas Presbiter Pasal 10:2 : Masalah loyalitas
dan Penggembalaan adalah terhadap institusi
sanksi yang diberikan kepada GPIB,
seorang presbiter GPIB karena pelanggaran berat
pelanggaran terhadap terhadap peraturan
ketentuan-ketentuan dalam GPIB maupun
peraturan GPIB; tindakan amoral,
serta tindakan lain
yang dapat
dikategorikan
sebagai tindak
pidana.
Penonaktifan
seorang pendeta
tergantung pada
masalah yang
terjadi yang harus
diselesaikan
dengan cara
penggembalaan
khusus di Kantor
Majelis Sinode
3. Pengakhiran jabatan kepada Pasal 10:3 : Presbiter adalah
seorang Presbiter dilakukan Diaken, Penatua,
setelah melalui proses Pendeta Organik
penggembalaan karena dan Pendeta Non
melakukan pelanggaran moral Organik
atau etika, pelanggaran (termasuk Pendeta
peraturan GPIB dan tindak Emeritus).
pidana yang telah
mendapatkan putusan
pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
Hal. 150