Pasal 11 Pasal 11
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 1 ini mulai Pasal 11:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
berlaku sejak tanggal
: Cukup jelas
ditetapkan;
: Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya : Cukup jelas
: Cukup jelas
Peraturan ini, maka semua Pasal 11:2 : Cukup jelas
ketentuan mengenai Presbiter,
Pemendetaan dan Tata Cara
Pemilihan Diaken dan Penatua
yang bertentangan dengan
peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum Pasal 11:3
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 11:4
dapat dilaksanakan di dalam
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila:
a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3 Pasal 11:4.a
jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis Pasal 11:4.b
Sinode setelah disetujui oleh
lebih dari 2/3 jumlah Jemaat;
Pasal 11:4.c
Hal. 151
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan Sinode
Raya.
Hal. 152
Hal. 153
PERATURAN NOMOR 2
TENTANG
MAJELIS JEMAAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Majelis Jemaat
1. Majelis Jemaat adalah Pasal 1:1 : Cukup jelas
persekutuan kerja para Pasal 1:2 : Cukup jelas
presbiter yang merupakan
pimpinan GPIB di lingkup
Jemaat;
2. Persekutuan kerja ini adalah
perwujudan dari Sistem
Presbiterial Sinodal yang
nampak dalam sidang majelis
jemaat.
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup jelas
Tugas Majelis Jemaat
Tugas Majelis Jemaat adalah : Pasal 2:1 : Cukup jelas
1. Menjabarkan keputusan dan Pasal 2:2 : Cukup jelas
ketetapan Persidangan Sinode
GPIB dan tugas-tugas yang
dipercayakan oleh Majelis
Sinode dengan berpedoman
pada Visi dan Misi GPIB;
2. Membuat rencana kerja
anggaran dan menetapkan
Program Kerja dan Anggaran
Hal. 154
(PKA) yang mengacu pada Pasal 2:3 : Cukup jelas
KUPPG Pasal 2:4 : Cukup jelas
3. Membuat laporan tahunan Pasal 2:5 : Cukup jelas
kepada Majelis Sinode GPIB; Pasal 2:6 : Cukup jelas
4. Menetapkan penatalayanan : Cukup jelas
jemaat dan mengawasi
pelaksanaannya; : Cukup jelas
5. Memberdayakan Unit-Unit : Cukup jelas
Misioner; : Cukup jelas
6. Menjaga kemurnian ajaran : Cukup jelas
GPIB.
Pasal 3 Pasal 3
Wewenang Majelis Jemaat
Wewenang Majelis Jemaat
adalah:
1. Memilih Pelaksana Harian
Majelis Jemaat (PHMJ)
melalui SMJ dan Pasal 3:1
melaporkan kepada Majelis
Sinode untuk ditetapkan;
2. Menetapkan langkah-
langkah dan melaksanakan Pasal 3:2
tindakan disiplin gereja
terhadap warga jemaat;
3. Mengangkat dan
memberhentikan Pengurus Pasal 3:3
dan Anggota Unit Misioner
di lingkup Jemaat.
4. Mengusulkan pengangkatan
dan pemberhentian pegawai Pasal 3:4
GPIB kepada Majelis
Sinode;
Hal. 155
5. Peraturan Pelaksanaan Pasal 3.5 : Bila dalam waktu 3
Majelis Jemaat disahkan
oleh SMJ setelah disetujui (tiga) bulan belum
oleh MS
disetujui maka yang
6. Mengelola sumber daya Pasal 3:6
perbendaharaan gereja di berlaku adalah PPMJ
jemaat sesuai dengan tata
cara pengelolaan yang lama sampai
perbendaharaan;
dengan adanya
7. Mengangkat pegawai lokal Pasal 3:7
(honorer); persetujuan dari
8. a. Menetapkan / mengutus Pasal 3:8a Majelis Sinode
presbiter ke Persidangan
Sinode; : Cukup jelas
: Cukup jelas
: Presbiter yang diutus
ke Persidangan
Sinode ataupun
tugas-tugas Sinodal
lainnya wajib
memberikan laporan
pertanggungjawaban
dalam Sidang
Majelis Jemaat.
b. Meminta laporan Pasal 3:8b : Cukup jelas
pertang-gungjawaban
dari Presbiter yang diutus
tersebut melalui
Pelaksana Harian Majelis
Jemaat.
9. Memilih dan mengusulkan Pasal 3:9 : a. Pendeta Jemaat
dapat diusulkan
seorang Presbiter sebagai selaku pelaksana
tugas KMJ;
pelaksana tugas Ketua
Majelis Jemaat untuk
Hal. 156
dilaporkan kepada Majelis Apabila di jemaat itu
Sinode guna mendapatkan
penetapannya dengan surat hanya 1 orang
keputusan Majelis Sinode
jika terjadi kekosongan pendeta / KMJ maka
jabatan KMJ.
SMJ memilih salah
seorang Penatua dari
PHMJ untuk
menjadi pelaksana
tugas KMJ.
Pasal 4 Pasal 4 : Cukup jelas
Sidang Majelis Jemaat
1. Sidang Majelis Jemaat Pasal 4:1 : Cukup jelas
disingkat SMJ adalah
perwujudan presbiterial
sinodal dan merupakan wadah
pengambilan keputusan serta
kebijakan di jemaat;
2. SMJ dilaksanakan setiap 3
(tiga) bulan; Pasal 4:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
3. SMJ khusus dapat : Cukup jelas
dilaksanakan apabila Pasal 4:3
dianggap perlu;
4. SMJ dapat dilaksanakan Pasal 4:4
dengan kehadiran fisik atau
secara virtual dalam jaringan
dengan menggunakan
teknologi digital atau
dilaksanakan dengan cara lain
yang efektif dan efisien sesuai
situasi dan kebutuhan.
5. Ketentuan lebih rinci tentang Pasal 4:5 : Cukup jelas
SMJ diatur lebih lanjut dalam
PPMJ.
Hal. 157
Pasal 5 Pasal 5 : Cukup jelas
Ketua Majelis Jemaat
: Cukup jelas
Ketua Majelis Jemaat adalah : Cukup jelas
pendeta yang ditugaskan oleh : Cukup jelas
Majelis Sinode dalam jabatan
struktural, sekaligus Ketua
Pelaksana Harian Majelis Jemaat.
Pasal 6 Pasal 6
Tugas Ketua Majelis Jemaat
Tugas Ketua Majelis Jemaat Pasal 6:1
adalah:
1. Membina, mengembangkan,
meningkatkan, dan
memelihara kelembagaan dan
ketatalayanan jemaat
berdasarkan ketentuan GPIB;
2. Memimpin,
mengoordinasikan, Pasal 6:2
mendorong kerja sama, dan
mencermati seluruh
pelaksanaan kegiatan dalam
penyelenggaraan panggilan
dan pengutusan-Nya dalam
persekutuan bersama Majelis
Jemaat;
3. Menggembalakan, Pasal 6:3
membimbing, dan menjaga
kehidupan berjemaat yang
tenang, damai, dan
berwibawa;
Hal. 158
4. Memimpin SMJ dan rapat- Pasal 6:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
rapat;
5. Melaksanakan disiplin gereja Pasal 6:5
terhadap penatua, diaken, dan
terhadap warga jemaat yang
dilakukan bersama-sama
dengan majelis jemaat;
6. Menandatangani surat-surat Pasal 6:6 : Cukup jelas
gerejawi (surat baptis, surat
sidi, dan surat kawin);
7. Mengkoordinasikan Pasal 6:7 : Yang dimaksud
pembuatan laporan rutin laporan adalah
kepada SMJ dan kepada informasi
Majelis Sinode; pelaksanaan
kegiatan di jemaat.
8. Membuat laporan akhir Pasal 6:8 : - Laporan akhir
jabatan kepada Majelis
Sinode. jabatan terdiri atas
Laporan awal
masa jabatan,
perkembangan-
perkembangan
yang dicapai dari
tahun ketahun
sesuai
pembidangan dan
refleksi tentang
kecenderungan-
kecenderungan ke
masa depan.
- Format laporan
akhir jabatan
disiapkan oleh
Majelis Sinode
Hal. 159
Pasal 7 Pasal 7 : Cukup jelas
Pelaksana Harian Majelis : Cukup jelas
Jemaat
1. Pelaksana Harian Majelis Pasal 7:1
Jemaat (PHMJ) adalah
representasi harian dari
Majelis Jemaat;
2. PHMJ dipilih dari
fungsionaris Majelis Jemaat Pasal 7:2 : Cukup jelas
melalui SMJ, kecuali Ketua
Majelis Jemaat;
3. Pemilihan PHMJ dapat Pasal 7:3 : Mekanisme
dilaksanakan secara Pemilihan PHMJ
elektronik atau virtual dalam secara elektronik
jaringan dengan atau virtual atau cara
menggunakan teknologi lainnya tetap
digital atau dilaksanakan dilaksanakan dengan
dengan cara lain yang efektif memakai ketentuan
dan efisien sesuai situasi dan yang sama dengan
kebutuhan. Pemilihan dengan
kehadiran fisik.
4. Untuk menjadi fungsionaris Pasal 7:4 : Jika tidak ada lagi
PHMJ, minimal pernah Diaken /Penatua
menjabat sebagai yang memenuhi
Penatua/Diaken selama 1 persyaratan bersedia
(satu) masa tugas PHMJ (2,5 untuk dipilih, maka
tahun), kecuali jemaat yang Diaken/Penatua
baru dilembagakan.; yang baru menjalani
masa tugas dapat
dipilih sebagai
Fungsionaris PHMJ.
Harus dilengkapi
dengan Surat
Hal. 160
5. Ketua dan Sekretaris Pasal 7:5 Pernyataan Tidak
mewakili Majelis Jemaat Bersedia Dipilih dari
keluar dan kedalam. Diaken / Penatua
yang memenuhi
persyaratan untuk
dipilih.
: Cukup jelas
Pasal 8 Pasal 8 : Jumlah fungsionaris
Susunan Pelaksana Harian
PHMJ disesuaikan
Majelis Jemaat
dengan Petunjuk
Pelaksanaan
PHMJ terdiri atas sekurang- Pemilihan PHMJ
kurangnya seorang ketua,
seorang sekretaris, dan seorang dari Majelis Sinode
bendahara.
dan atau disesuaikan
dengan kebutuhan
Majelis Jemaat
sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang dan
maksimal 11
(sebelas) orang
fungsionaris.
Pasal 9 Pasal 9
Tugas Pelaksana Harian
Majelis Jemaat
Tugas PHMJ adalah: : Cukup jelas
1. Menjabarkan keputusan SMJ : Cukup jelas
dan mengatur penatalayanan Pasal 9:1
di jemaat;
2. Mengelola administrasi dan Pasal 9:2
perbendaharaan jemaat;
Hal. 161
3. Menyiapkan SMJ, sidang- Pasal 9:3 : Rapat PHMJ, rapat
sidang, atau rapat-rapat yang
dianggap perlu, serta rapat dan pertemuan
pertemuan Warga Sidi
Jemaat; Warga Sidi Jemaat
dapat dilaksanakan
dengan kehadiran
fisik atau virtual
dalam jaringan
menggunakan
teknologi digital atau
dilaksanakan dengan
cara lain yang efektif
dan efisien sesuai
situasi dan
kebutuhan.
4. Memutuskan dan Pasal 9:4 : Cukup jelas
menyelesaikan hal-hal yang
mendesak, sepanjang tidak
bertentangan dengan Tata
Gereja yang berlaku, dan
melaporkannya kepada SMJ
terdekat;
5. Mewakili Majelis Jemaat ke
dalam dan ke luar jemaat; Pasal 9:5 : Cukup jelas
: Cukup jelas
6. Membuat dan menyampaikan
: Cukup jelas
laporan berkala kepada SMJ Pasal 9:6 : Cukup jelas
tentang penyelenggaraan
persekutuan, pelayanan, dan
kesaksian;
7. Membuat dan menyampaikan
laporan kegiatan tahunan Pasal 9:7
kepada Majelis Sinode atas
nama Majelis Jemaat;
8. Menyampaikan tembusan
Laporan kegiatan tahunan Pasal 9:8
Hal. 162
untuk Majelis Sinode di
teruskan ke BP Mupel
setempat untuk di kompilasi
sebagai laporan BP Mupel
dalam PST.
Pasal 10 Pasal 10
Pembagian Tugas PHMJ
Tugas para ketua bidang PHMJ Pasal 10:1 : Cukup jelas
mengikuti pembidangan dalam Pasal 10:1.a
PKUPPG. : Meliputi Bidang
1. Ketua Majelis Jemaat
membidangi:
a. Teologi;
Iman, Ajaran,
Ibadah, Musik
Gereja dan
b. Persidangan Gerejawi Pengkajian Teologi
2. Ketua I membidangi :
Pasal 10:1.b : Cukup jelas
Pelayanan dan Kesaksian Pasal 10:2
: meliputi bidang
Pengembangan dan
Penatalayan Pos
Pelkes, PMKI,
Diakonia, Unit
Penanggulangan
Bencana, Satgas
Penanggulangan
Bencana.
3. Ketua II membidangi : Pasal 10:3 : GERMASA
Gereja, Masyarakat dan
Agama-Agama mencakup : Keesaan
(GERMASA)
Gereja (oikumene),
Kemasyarakatan :
Hak Asasi Manusia
Hal. 163
(HAM), Hukum,
Lingkungan Hidup
dan Lintas Agama-
Agama.
4. Ketua III membidangi : Pasal 10:4 : Cukup jelas
a. Pembinaan dan Pasal 10:4.a
Pengembangan Sumber : Meliputi bidang
Daya Insani (PPSDI);
Pembinaan dan
Pengembangan
Warga Gereja
(Warga Jemaat,
Kategorial dan
Presbiter)
Pasal 10:4.b : Peningkatan Peran
b. Peningkatan Peran Keluarga (Anak,
Keluarga yang terjabarkan Teruna, Pemuda,
dalam Pelayanan Perempuan, Bapak
Kategorial (PELKAT) dan Kaum Lanjut
Usia), Kelompok
Profesi dan
Fungsional.
5. Ketua IV membidangi : Pasal 10:5 : Meliputi
Pembangunan Ekonomi Perbendaharaan
Gereja GPIB (Anggaran,
Keuangan,
Pencatatan dan Harta
Milik), Pemanfaatan
dan Pengembangan
Harta Milik Gereja,
Badan Usaha/Badan
Hukum GPIB.
6. Ketua V membidangi : Pasal 10:6 : Cukup jelas
a. Informasi, Organisasi dan Pasal 10:6.a
Komunikasi : Meliputi bidang
(INFORKOM);
Sistem Informasi
Manajemen (SIM),
Hal. 164
Perencanaan
Organisasi dan
b. Penelitian dan Komunikasi.
Pengembangan Pasal 10:6.b : Cukup jelas
(LITBANG)
7. Sekretaris : Pasal 10:7 : Cukup jelas
a. Bersama Ketua Pasal 10:7.a : Cukup jelas
membidangi Teologi dan
Persidangan Gerejawi;
b. Bersama para Ketua Pasal 10:7.b : Cukup jelas
menetapkan kebijakan
Majelis Jemaat,
pengendalian
administrasi,
pengintegrasian kegiatan,
dan Personalia;
c. Bersama Ketua V Pasal 10:7.c : Cukup jelas
menangani Bidang yang
menjadi tanggung jawab
Ketua V.
8. Sekretaris I : Pasal 10:8 : Cukup jelas
Bersama Ketua I dan Ketua II
menangani bidang-bidang
yang menjadi tanggung jawab
Ketua I dan Ketua II
9. Sekretaris II : Pasal 10:9 : Cukup jelas
Bersama Ketua III dan Ketua
IV menangani bidang-bidang
yang menjadi tanggung jawab
Ketua III dan Ketua IV.
10.Bendahara : Pasal 10:10 : Cukup jelas
a. Perbendaharaan; Pasal 10:10.a : Cukup jelas
b. Pengelolaan Keuangan. Pasal 10:10.b : Cukup jelas
Hal. 165
11.Bendahara I : Pasal 10:11 : Cukup jelas
a. Perbendaharaan Pasal 10:11.a : Cukup jelas
b. Pembukuan Pasal 10:11.b : Cukup jelas
Pasal 11 Pasal 11 : Cukup jelas
Masa Tugas PHMJ
1. Masa tugas PHMJ adalah 2 Pasal 11:1 : Cukup jelas
(dua) tahun 6 (enam) bulan : Cukup jelas
dan dapat dipilih kembali.
: Dalam hal
2. Seseorang tidak dapat dipilih Pasal 11:2
kembali setelah menjalankan penggantian
dua kali masa tugas berturut-
turut. Fungsionaris PHMJ
3. Seseorang dapat dipilih Pasal 11:3 karena berhalangan
kembali selaku fungsionaris
PHMJ setelah melewati masa tetap, maka Presbiter
jeda selama 1(satu) kali masa
tugas.
yang menggantikan
dengan menjabat
kurang dari setengah
masa tugas tidak
dihitung sudah
menjalankan 1 (satu)
kali masa tugas.
Pasal 12 Pasal 12
Penetapan PHMJ
1. Penetapan PHMJ dilakukan Pasal 12:1 : Cukup jelas
oleh Majelis Sinode dalam
surat keputusan.
Hal. 166
2. PHMJ terpilih bertugas Pasal 12:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
setelah serah terima dalam : Cukup jelas
: Cukup jelas
sidang majelis jemaat. Pasal 12:3 : Cukup jelas
3. PHMJ terpilih diperkenalkan : Cukup jelas
kepada jemaat dalam ibadah
hari Minggu.
Pasal 13 Pasal 13
Pasal 13:1
Ketentuan Penutup Pasal 13:2
Pasal 13:3
1. Peraturan Nomor 2 ini mulai
Pasal 13:4
berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Majelis
Jemaat yang bertentangan
dengan peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang
belum diatur oleh peraturan
ini, maka Majelis Sinode
dapat menyusun dan
menetapkannya dalam Sidang
Majelis Sinode sepanjang
tidak bertentangan dengan
Tata Gereja yang berlaku dan
melaporkannya kepada
Persidangan Sinode yang
terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini
hanya dapat dilaksanakan di
dalam dan oleh Persidangan
Sinode Raya bila:
Hal. 167
a. Diusulkan oleh lebih Pasal 13:4.a : Cukup jelas
dari 2/3 jumlah Jemaat : Cukup jelas
atau; : Cukup jelas
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui Pasal 13:4.b
oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan Pasal 13:4.c
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 168
PERATURAN NOMOR 3
TENTANG
UNIT-UNIT MISIONER
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian
1. Unit Misioner adalah wadah Pasal 1:1 : Cukup jelas
Pasal 1:2
pembinaan dan pelaksana misi
GPIB dalam rangka
Pembangunan Jemaat secara
berkesinambungan dibawah
tanggung jawab Majelis Jemaat
/ Majelis Sinode;
2. Unit-unit misioner pada : Unit-unit misioner
lingkup Sinodal tertentu yang
dikoordinasikan oleh salah satu dimaksud adalah
Presbiter dan pada lingkup Departemen-
Jemaat sesuai dengan Teologi, Pelkes,
kebutuhan. Germasa, PPSDI-
PPK, Inforkom-
Litbang dan PEG
di lingkup sinodal.
Presbiter yang
dimaksudkan
adalah Diaken,
Penatua, Pendeta
yang diberikan
tugas khusus untuk
itu dan ditentukan
oleh Majelis
Sinode. Ketua dan
Hal. 169
3. Unit Misioner adalah : Pasal 1:3 Sekretaris
a. Pelayanan Kategorial; Pasal 1:3.a Departemen
b. Komisi; Pasal 1:3.b bekerja penuh
c. Panitia; Pasal 1:3.c waktu dan diatur
dalam PPMS.
d. Kelompok Kerja; Pasal 1:3.d : Cukup jelas
e. Musyawarah Pelayanan Pasal 1:3.e : Cukup jelas
: Cukup jelas
(Mupel); Pasal 1:3.f : Dilingkup Sinodal
f. Kelompok Fungsional- dan jemaat,
Pasal 1:3.g presbiter tidak
Profesional (KFP); diperbolehkan
g. Badan Usaha Milik Gereja Pasal 1:3.h menjadi panitia
pembangunan
(BUMG); karena
h. Unit-unit Usaha Milik menyangkut dana
yang besar dan
Gereja (UUMG); waktu yang lama.
i. Departemen; Pemisahan
tanggung jawab
antara pemberi
kerja dan pelaksana
kerja dari aspek
hukum
: Cukup jelas
: Cukup Jelas
: Cukup jelas
: Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 1:3.i : Cukup jelas
Hal. 170
j. Unit Pemberdayaan dan Pasal 1:3.j : Cukup jelas
Pengembangan Masyarakat Pasal 1:3.k : Cukup jelas
Pasal 1:3.l : Cukup jelas
(UP2M). Pasal 1:3.m : Cukup jelas
k. Unit Penanggulangan Pasal 1:3.n : Cukup jelas
Pasal 1:3.o : Cukup jelas
Bencana (Crisis Centre). Pasal 1.4 : Cukup jelas
l. Pelayanan Masyarakat Kota
dan Industri (PMKI).
m. Yayasan (khusus yayasan
hubungan koordinatif
dengan GPIB).
n. Dana Pensiun.
o. Sesuai kebutuhan.
4. Rincian tentang setiap unit
misioner diatur dalam
peraturan tersendiri.
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup jelas
Fungsi
Unit misioner berfungsi membantu
Majelis Sinode / Majelis Jemaat
merumuskan kebijakan,
merencanakan program dan
melaksanakan kegiatan pada
bidang-bidang kegiatan sebagai
penjabaran dan pelaksanaan
PKUPPG.
Pasal 3 Pasal 3
Tugas dan Wewenang
1. Tugas-tugas Unit Misioner Pasal 3:1 : Cukup jelas
diatur oleh Majelis Sinode /
Majelis Jemaat sesuai dengan
Hal. 171
kebijakan dan kebutuhan- Pasal 3:2 : Cukup jelas
kebutuhan yang ada
berdasarkan Tata Gereja dan Pasal 3:2.a : Cukup jelas
Peraturan Pelaksanaanya. Pasal 3:2.b
2. Dalam melaksanakan tugas- Pasal 3:2.c : Hanya untuk unit
tugasnya, Unit Misioner misioner yang
diberikan wewenang oleh membutuhkan.
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat, untuk: : yang dimaksudkan
a. Menyusun Program Kerja dengan pihak lain
adalah pihak-pihak
dan Anggaran serta yang di luar GPIB.
Kalender kerja;
b. Mengusulkan calon
pengurus unit misioner
untuk dapat melaksanakan
tugas pokok mereka
c. Dalam hal mengadakan
Perjanjian Kerja Sama
dengan pihak lain, Unit
Misioner harus mendapat
persetujuan tertulis dari
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat.
Pasal 4 Pasal 4
Tanggung Jawab
1. Setiap Unit Misioner Pasal 4:1 : Cukup jelas
bertanggung jawab kepada
Majelis Sinode/Majelis Jemaat
atas tugas-tugasnya, sesuai
dengan arahan dan wewenang
yang ditetapkan oleh Majelis
Sinode / Majelis Jemaat.
Hal. 172
2. Unit Misioner bertanggung Pasal 4:2. : Cukup jelas
jawab membuat laporan kepada
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat secara berkala dan pada
akhir masa tugas.
Pasal 5 Pasal 5
Kepengurusan
1. Seluruh Fungsionaris Unit Pasal 5:1 : Cukup jelas
Misioner ditetapkan oleh Pasal 5:2
Majelis Sinode di lingkup : Pemilihan
Sinodal dan oleh Majelis
Jemaat di lingkup Jemaat; Fungsionaris Unit
2. Pemilihan Fungsionaris Unit Misioner dapat
Misioner dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang dilaksanakan
ditetapkan oleh Majelis Sinode
di lingkup sinodal dan oleh secara elektronik
Majelis Jemaat di lingkup
Jemaat; atau virtual atau
cara lainnya
dengan memakai
ketentuan yang
sama dengan
Pemilihan secara
3. Bentuk Kepengurusan Unit kehadiran fisik.
Misioner diatur lebih lanjut
sesuai dengan jenis unit Pasal 5:3 : Cukup jelas
Misioner yang dimaksud; Pasal 5:4
: Cukup jelas
4. Setiap calon fungsionaris Unit
Misioner wajib memenuhi
persyaratan kepejabatan GPIB.
Pasal 6
Hal. 173
Masa Tugas Pasal 6 : Untuk Badan
Hukum sesuai
Masa tugas Unit Misioner, kecuali dengan peraturan
Panitia dan Pokja, berlangsung
selama Masa tugas Majelis Sinode yang berlaku pada
/ Majelis Jemaat dan sewaktu-
waktu dapat ditinjau jika dianggap masing masing.
perlu.
Khusus untuk
Pelayanan
Kategorial
(Pelayanan Anak,
Persekutuan
Teruna, Gerakan
Pemuda,
Persekutuan Kaum
Perempuan,
Persekutuan Kaum
Bapak,
Persekutuan Kaum
Lanjut Usia) di
lingkup jemaat
berlangsung
Pasal 7 selama masa tugas
Program dan Anggaran
PHMJ.
1. Program dan Anggaran Unit Pasal 7
Pasal 7:1
Misioner dipadukan dengan
Pasal 7:2
program Majelis
Sinode/Majelis Jemaat, sebagai : Cukup jelas
penjabaran PKUPPG;
2. Program dan Anggaran Unit
Usaha dan Yayasan dapat
disusun dan diatur menurut
mekanisme tersendiri dan tidak : Khusus untuk
menyimpang dari aturan-aturan yayasan (yang
yang berlaku dengan berbadan hukum)
Hal. 174
memperhatikan visi dan misi setiap pengajuan
gereja.
Program Kerja dan
Anggaran, sebelum
disetujui oleh
Pembina harus
diputuskan oleh
Sidang Majelis
Sinode (SMS)
sedangkan untuk
Dana Pensiun
sesuai peraturan
dana pensiun GPIB
dan peraturan
perundangan yang
berlaku.
Pasal 8 Pasal 8
Rapat – Rapat
1. Rapat-rapat Unit Misioner Pasal 8:1 : Rapat-rapat dapat
diatur di dalam Tata Tertib
Rapat yang merupakan bagian dilaksanakan
dari Peraturan Pelaksanaan
Majelis Sinode / Majelis dengan kehadiran
Jemaat tentang Sidang / Rapat.
fisik atau secara
virtual dalam
jaringan dengan
teknologi digital
atau dilaksanakan
dengan cara lain
yang efektif dan
efisien sesuai
2. Rapat-rapat Unit-unit Misioner situasi dan
dilakukan untuk:
a. Merencanakan; kebutuhan.
b. Melaksanakan;
Pasal 8:2 : Cukup jelas
Hal. 175
c. Mengevaluasi. Pasal 8. 2.a. : Cukup jelas
3. Jenis-jenis Rapat Pasal 8. 2.b.
Pasal 8. 2.c. : Cukup jelas
a. Rapat Koordinasi internal; Pasal 8:3
b. Rapat Koordinasi dengan Pasal 8. 3.a. : Cukup jelas
Pasal 8. 3.b
Majelis Sinode/ Majelis : Cukup jelas
Jemaat; Pasal 8. 3.c.
: Cukup jelas
c. Rapat Koordinasi lintas
bidang bila dipandang : Bisa terjadi atas
perlu.
inisiatif unit
misioner yang
bersangkutan atau
atas undangan
Majelis Sinode /
Majelis Jemaat
: Cukup jelas
Pasal 9 Pasal 9 : Kecuali untuk
Surat Menyurat Badan Hukum
akan diatur dalam
Semua surat - menyurat keluar peraturan
yang dilakukan oleh Unit-unit tersendiri.
Misioner dengan sepengetahuan
Majelis Sinode / Majelis Jemaat
dan harus diarsipkan.
Pasal 10 Pasal 10
Perbendaharaan
1. Perbendaharaan di lingkungan
Unit Misioner dapat disusun Pasal 10:1 : Kecuali untuk
Yayasan atau yang
mekanismenya dengan berbadan hukum
sendiri.
berpedoman pada Peraturan
Nomor 6 Tata Gereja GPIB
Tahun 2021 tentang
Hal. 176
Perbendaharaan dan peraturan Pasal 10:2 : Cukup jelas
Tata Gereja lainnya; Pasal 10:3 : Cukup jelas
2. Kebijaksanaan Pengelolaan
Perbendaharaan Unit Misioner : Cukup jelas
di lingkup Sinodal : Cukup jelas
kewenangannya berada pada : Cukup jelas
Majelis Sinode dan dapat
dikuasakan pengelolaannya
kepada Unit Misioner;
3. Kebijaksanaan Pengelolaan
Perbendaharaan Unit Misioner
di lingkup Jemaat
kewenangannya berada pada
Majelis Jemaat dan dapat
dikuasakan pengelolaannya
kepada Unit Misioner
Pasal 11 Pasal 11
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 3 ini mulai Pasal 11:1
Pasal 11:2
berlaku sejak tanggal
Pasal 11:3
ditetapkan;
2. Dengan ditetapkannya
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Unit-Unit
Misioner yang bertentangan
dengan peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat
menyusun dan menetapkannya
dalam Sidang Majelis Sinode
Hal. 177
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 11:4 : Cukup jelas
dapat dilaksanakan di dalam Pasal 11:4.a : Cukup jelas
Pasal 11:4.b : Cukup jelas
dan oleh Persidangan Sinode
Pasal 11:4.c : Cukup jelas
Raya bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 178
PERATURAN NOMOR 4
TENTANG
PENGGEMBALAAN KHUSUS
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup jelas
Pengertian
Penggembalaan khusus adalah
tindakan dan sikap Gerejawi untuk
menjaga kekudusan hidup,
ketertiban dan keteraturan
pelayanan, serta kemurnian ajaran.
Pasal 2 Pasal 2
Otoritas dan Dasar
1. Yesus Kristus Kepala Gereja Pasal 2:1 : Cukup jelas
memberikan otoritas kepada Pasal 2:2 : Cukup jelas
Pasal 2:2.a : Cukup jelas
Gereja selaku tubuh-Nya untuk Pasal 2:2.b : Cukup jelas
Pasal 2:2.c : Cukup jelas
menyatakan pemerintahan-Nya Pasal 2:2.d : Cukup jelas
Pasal 2:2.e : Cukup jelas
atas kehidupan umat-Nya agar
tertib dan teratur.
2. Dasar pelaksanaan
Penggembalaan Khusus adalah
:
a. Firman Allah;
b. Pengakuan Iman Gereja;
c. Pemahaman Iman GPIB;
d. Peraturan GPIB yang
berlaku;
e. Akta Gereja GPIB.
Hal. 179
Pasal 3
Tujuan Penggembalaan Khusus Pasal 3
Penggembalaan Khusus dilakukan
Gereja dengan tujuan:
1. Memelihara kekudusan hidup
umat Allah; Pasal 3:1 : Cukup jelas
Pasal 3:2 : Cukup jelas
2. Memelihara persekutuan Pasal 3:3 : Cukup jelas
Pasal 3:4 : Cukup jelas
Jemaat agar senantiasa tertib
dan teratur;
3. Membimbing Presbiter dan
Warga ke dalam pertobatan dan
menerima keselamatan;
4. Memelihara kebenaran
Pemberitaan Firman, Ajaran
Gereja dan Peraturan GPIB.
Pasal 4 Pasal 4
Pemberlakuan Penggembalaan
Khusus
1. Penggembalaan Khusus dapat Pasal 4:1 : Cukup jelas
diberlakukan bagi : Pasal 4:1.a : Cukup jelas
Pasal 4:1.b : Cukup jelas
a. Warga Gereja; Pasal 4:1.c : Cukup jelas
Pasal 4:2 : Kasus-kasus
b. Diaken / Penatua;
organisasi adalah
c. Pendeta. pelanggaran atas Tata
Gereja dan Peraturan-
2. Penggembalaan Khusus Peraturan GPIB.
Kasus – Kasus Non
diberlakukan dengan Organisasi adalah
membedakan kasus-kasus
organisasi yang memerlukan
keputusan Sidang Majelis
Jemaat dan kasus-kasus non
organisasi yang memerlukan
Hal. 180
tanggung jawab pastoral dan Pasal 4:3 pelanggaran atas
rekomendasi Pendeta / Ketua ketentuan Alkitabiah
Majelis Jemaat. Pasal 4:3.a dan Pemahaman
Pasal 4:3.b Iman GPIB.
3. Hasil Penggembalaan Khusus Pasal 4:3.c : Cukup jelas
dapat berbentuk :
a. Pembaharuan pengakuan; : Cukup jelas
b. Rekomendasi tertulis; : Cukup jelas
c. Pengakhiran jabatan bagi : Cukup jelas
fungsionaris pelayanan.
Pasal 5 Pasal 5
Pelaksana Penggembalaan
Khusus
1. Di Lingkup Jemaat
a. Pendeta, atau Pendeta Pasal 5:1 : Cukup jelas
Pasal 5:1.a : Untuk kasus-kasus
bersama Diaken dan
Pasal 5:1.b non organisasi,
Penatua menjadi Tim penggembalaan
terhadap Diaken dan
Pastoral Jemaat untuk Penatua dilaksanakan
oleh Pendeta.
melaksanakan tindakan
: Cukup jelas
disiplin gereja dan
memberikan rekomendasi
kepada Sidang Majelis
Jemaat;
b. Dalam hal pelaksanaan
disiplin memerlukan
arahan Majelis Sinode
maka Sidang Majelis
Jemaat membentuk Tim
Pastoral Jemaat dan
melaporkannya kepada
Majelis Sinode;
Hal. 181
c. Dalam hal yang Pasal 5:1.c : Cukup jelas
digembalakan adalah Pasal 5:2
Pasal 5:2.a
seorang pendeta, maka Pasal 5:2.b
Majelis Jemaat
menyerahkan proses
penggembalaannya
kepada Majelis Sinode.
2. Di Lingkup Sinodal : Cukup jelas
a. Penggembalaan khusus : Dapat dibantu oleh
terhadap Pendeta dilakukan Tim Pastoral Sinodal
oleh Majelis Sinode; (mengacu Peraturan
Pokok I pasal 17 C).
b. Penggembalaan Khusus : Penggembalaan
untuk Fungsionaris Majelis
Sinode dilakukan oleh Tim terhadap
Pastoral Sinodal .
Diaken/Penatua
menjabat sebagai
Fungsionaris Majelis
Sinode, dilakukan
oleh Tim Pastoral
Sinodal dengan
melibatkan
Pendeta/KMJ dan
anggota Majelis
Jemaat dimana
Diaken/Penatua
tersebut berjemaat.
Pasal 6 Pasal 6
Langkah-langkah
Langkah-langkah pelaksanaan Pasal 6:1 : Cukup jelas
Penggembalaan Khusus, sebagai
berikut:
1. Bagi Warga Jemaat :
Hal. 182
a. Penggembalaan Khusus Pasal 6:1.a : Pelaksanaan
melalui pendampingan Penggembalaan
pastoral; Pasal 6:1.b Khusus mengikuti
Pasal 6:2 kesaksian Matius 18 :
b. Pemberian Sanksi Pasal 6:2.a 15-17
2. Bagi Diaken dan Penatua : : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Penggembalaan Khusus : Bilamana terjadi
melalui percakapan kesalahan dalam
pelaksanaan tugas.
pastoral;
b. Penggembalaan Khusus Pasal 6:2.b : Bilamana kesalahan
melanggar harmoni
melalui percakapan pastoral Pasal 6:2.c sosial (moral, ajaran
Pasal 6:3 gereja dan lain-lain).
disertai dengan Pasal 6:3.a
Pasal 6:3.b
penonaktifan sementara dari
Pasal 6:3.c
tugas pelayanan; Pasal 6:4
c. Diakhiri kepejabatannya. : Cukup jelas
: Cukup jelas
3. Bagi Pendeta : : Cukup jelas
a. Penggembalaan Khusus
melalui percakapan
pastoral; : -Tidak boleh
b. Penggembalaan Khusus melayani Firman dan
melalui percakapan pastoral Pelayanan Sakramen.
disertai dengan - Dinonaktifkan
penonaktifan sementara dari untuk waktu
tugas pelayanan; tertentu.
c. Diakhiri kepejabatan. : Cukup jelas
4. Pendampingan dan percakapan : diserahkan
pastoral dalam pertimbangannya
penggembalaan khusus dapat kepada yang
dilaksanakan dengan melakukan
kehadiran fisik atau secara penggembalaan.
virtual, dalam jaringan dengan
menggunakan teknologi
Hal. 183
digital atau dilaksanakan
dengan cara lain sesuai dengan
situasi dan kebutuhan dengan
tetap menjaga kerahasiaannya.
5. Dibuat Berita Acara tentang Pasal 6:5 : Cukup jelas
penyelesaian masalah /
penggembalaan.
Pasal 7 Pasal 7
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 4 ini mulai Pasal 7:1 : Cukup jelas
Pasal 7:2 : Cukup jelas
berlaku sejak tanggal Pasal 7:3 : Cukup jelas
ditetapkan; Pasal 7:4 : Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai
Penggembalaan Khusus yang
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat
menyusun dan menetapkannya
dalam Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam
Hal. 184
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila : Pasal 7:4.a : Cukup jelas
Pasal 7:4.b : Cukup jelas
a. Diusulkan oleh lebih Pasal 7:4.c : Cukup jelas
dari 2/3 jumlah Jemaat
atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah
disetujui oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu)
tahun sebelum
Persidangan Sinode
Raya.
Hal. 185
PERATURAN NOMOR 5
TENTANG
MEKANISME PERSIDANGAN SINODE
MEMORI PENJELASAN
Mekanisme Persidangan Sinode
menyangkut Tata Tertib Persidangan
Sinode, Pemilihan fungsionaris
Majelis Sinode dan Pemilihan
fungsionaris BPPG.
Pasal 1 Pasal 1 : Persidangan Sinode
Pengertian secara virtual atau
cara lainnya
Tata Tertib Persidangan Sinode dilaksanakan
menggunakan tata
adalah pedoman tentang bagaimana tertib yang diatur
dalam peraturan ini
proses bersidang yang dilaksanakan dengan
penyesuaian
dengan kehadiran fisik atau virtual penyesuaian teknis
tanpa mengurangi
dalam jaringan dengan bobot dan kualitas
persidangan dan
menggunakan teknologi digital atau ditetapkan diawal
Persidangan.
yang dilaksanakan dengan cara lain
yang efektif dan efisien sesuai situasi
dan kebutuhan, dengan tertib dan
teratur secara gerejawi agar tercapai
tujuan Persidangan.
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup jelas
Status
Tata Tertib ini merupakan perangkat
dari Persidangan Sinode
Hal. 186
Pasal 3 Pasal 3
Maksud dan Tujuan
Tata Tertib ini mempunyai Maksud
dan Tujuan:
1. Menjaga ketertiban dan Pasal 3:1 : Cukup jelas
Pasal 3:2 : Cukup jelas
kelancaran Persidangan; : Cukup jelas
Pasal 3:3 : Cukup jelas
2. Memberikan rambu-rambu Pasal 3:4
: Cukup jelas
kepada seluruh peserta sidang
: Cukup jelas
tentang bagaimana jalannya : Cukup jelas
Persidangan;
3. Mewujudkan etika bersidang
yang gerejawi;
4. Menjaga kelancaran dan
ketertiban proses pemilihan
anggota Majelis Sinode dan
BPPG.
Pasal 4 Pasal 4
Fungsi
Tata Tertib ini berfungsi :
1. Memberikan pedoman kepada Pasal 4:1
Pimpinan Sidang dan Peserta Pasal 4:2
Pasal 4:3
untuk bersama-sama
menciptakan suasana ketertiban
dan kelancaran Persidangan;
2. Mengawal berjalannya sidang
sesuai dengan agenda yang telah
ditetapkan;
3. Menjadi pedoman dalam proses
pemilihan fungsionaris Majelis
Sinode dan BPPG.
Hal. 187
Pasal 5 Pasal 5
Susunan
Tata Tertib ini mencakup :
1. Penanggung jawab Pasal 5:1 : Cukup jelas
Pasal 5:1.a : Cukup jelas
a. Penanggung Jawab adalah Pasal 5:1.b : Cukup jelas
Majelis Sinode; Pasal 5:2 : Cukup jelas
Pasal 5:2.a : Cukup jelas
b. Penanggung Jawab wajib Pasal 5:2.b : Cukup jelas
hadir di ruang sidang selama Pasal 5:3 : Panitia Pengarah
dipilih dari utusan
sidang berlangsung. yang berasal dari
Mupel-Mupel dan
2. Penyelenggara ditetapkan dalam
persidangan,
a. Penyelenggara adalah maksimal 5 orang
Panitia Pelaksana yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
ditetapkan oleh Majelis
: Cukup jelas
Sinode;
b. Penyelenggara wajib
menjaga kelancaran
Persidangan Sinode sesuai
tugasnya.
3. Pengarah
Pengarah adalah Panitia yang
bertugas mengarahkan
Persidangan Sinode agar
berjalan sesuai dengan Peraturan
dan tata tertib yang berlaku.
4. Peserta Pasal 5:4
a. Peserta adalah sesuai dengan Pasal 5:4.a
Peraturan Pokok No. II
tentang Persidangan Sinode,
Pasal 5.
b. Peserta adalah mereka yang Pasal 5:4.b
telah menggumuli materi
Persidangan Sinode yang
Hal. 188
telah dikirimkan terlebih
dahulu ke Jemaat-jemaat.
c. Peserta wajib mengikuti Pasal 5:4.c : Cukup jelas
seluruh acara sesuai tugas : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan bidang kegiatan masing-
: Unsur tetap pada
masing. pimpinan Sidang
adalah tuan rumah,
5. Pimpinan Sidang Pasal 5:5 sedangkan unsur di
luar tuan rumah
a. Pimpinan Sidang adalah Pasal 5:5.a harus ada unsur
perempuan.
Majelis Ketua yang
: Yang dimaksud
didampingi Sekretaris adalah Persidangan
Sinode menurut
Umum Majelis Sinode peraturan Pokok
Nomor II pasal 4
selaku Sekretaris tentang bentuk
sidang
Persidangan;
: Cukup jelas
b. Majelis Ketua sebanyak 5 Pasal 5:5.b
: Cukup jelas
orang yang terdiri atas unsur:
Diaken, Penatua dan
Pendeta;
c. Majelis Ketua adalah Pasal 5:5.c
Presbiter utusan Jemaat dan
sudah pernah menjadi
peserta minimal satu kali
dalam Persidangan Sinode
serta hadir dalam Paripurna
pertama; yang pengadaannya
dengan cara:
1. Diusulkan oleh Majelis Pasal 5:5.c.1
Sinode dan ditetapkan
oleh Persidangan Sinode;
2. Dipilih dan diusulkan
oleh Mupel-Mupel dan Pasal 5:5.c.2
Hal. 189
ditetapkan oleh
Persidangan Sinode.
d. Pimpinan Sidang wajib hadir Pasal 5:5.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan mengawal jalannya : Cukup jelas
: Cukup jelas
sidang dan rapat sesuai : Cukup jelas
agenda agar mencapai : Cukup jelas
tujuannya.
6. Pimpinan Komisi, Seksi dan Pasal 5:6
Panitia.
a. Pimpinan Komisi, Seksi dan Pasal 5:6.a
Panitia memimpin Komisi,
Seksi dan Panitia masing-
masing, sesuai pengaturan
Pimpinan Sidang;
b. Pimpinan Komisi, Seksi dan Pasal 5:6.b
Panitia dipilih oleh dan
diantara anggota-anggota
Komisi dan Seksi;
c. Pimpinan Panitia Kredensi, Pasal 5:6.c
Panitia Pemilihan,
fungsionaris Majelis Sinode
dan BPPG ditetapkan oleh
Sidang Paripurna
Persidangan Sinode;
d. Pimpinan Komisi, Seksi dan Pasal 5:6.d
Panitia wajib hadir dan
mengawal rapat-rapat
Komisi, Seksi dan Panitia
sesuai agenda agar mencapai
tujuannya.
Pasal 6 Pasal 6 : Cukup jelas
Agenda dan Materi
Hal. 190
1. Materi yang digunakan selama Pasal 6:1 : Cukup jelas.
Persidangan Sinode adalah yang : Cukup jelas
dipersiapkan oleh Majelis : Cukup jelas
Sinode. Di luar itu adalah tidak
sah. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Materi perangkat teologi, Pasal 6:2 : Cukup jelas.
misiologi dan eklesiologi GPIB
yang akan dibahas dan
ditetapkan di Persidangan
Sinode Raya dipersiapkan oleh
Panitia Materi yang dibentuk
oleh Majelis Sinode.
3. Proses persiapan materi Pasal 6:3
perangkat teologi, misiologi dan
eklesiologi GPIB harus melalui
tahap Rancangan Dasar
(Randas), Rancangan Umum
(Ranum) dan Rancangan
Ketetapan (Rantap) untuk
dijadikan Ketetapan.
4. Rancangan Ketetapan (Rantap) Pasal 6 : 4
perangkat teologi, misiologi dan
eklesiologi GPIB yang akan
disepakati dan ditetapkan di
Persidangan Sinode Raya
disampaikan oleh Majelis
Sinode.
5. Agenda Persidangan disiapkan Pasal 6:5
oleh Majelis Sinode dan
ditetapkan dalam Paripurna
pertama Persidangan Sinode.
6. Materi persidangan sudah Pasal 6:6
disampaikan oleh Majelis Sinode
kepada Jemaat paling lambat 30
Hal. 191
(tiga puluh) hari sebelum
Persidangan Sinode, dalam
bentuk softcopy.
Pasal 7 Pasal 7
Tata Cara
1. Persidangan Sinode dinyatakan Pasal 7:1 : Cukup jelas
sah dan dapat mengambil : Cukup jelas
keputusan apabila: : Cukup jelas
a. Dihadiri oleh sekurang- Pasal 7:1.a : Cukup jelas
: Agar dipersiapkan
kurangnya setengah dari
peralatan yang
jumlah Jemaat GPIB mengatur waktu
bicara maksimum.
ditambah satu; : Cukup jelas
b. Jika pada saat Persidangan Pasal 7:1.b
dibuka kuorum belum
terpenuhi maka Persidangan
ditunda paling lama 2 (dua)
jam; dan setelah masa
penundaan berakhir,
Persidangan dinyatakan sah
untuk dilanjutkan.
2. Hak Bicara dan Hak Suara Pasal 7:2
a. Setiap peserta mempunyai Pasal 7:2.a
hak bicara;
b. Supaya persidangan lancar Pasal 7:2.b
dan berlangsung efektif dan
efisien, setiap perutusan
Jemaat mempercayakan hak
bicaranya kepada 1 (satu)
orang dalam satu babak;
Hal. 192
c. Jika seorang peserta akan Pasal 7:2.c : Tempat termaksud
melakukan interupsi maka
yang bersangkutan harus disiapkan dan
berada di tempat yang
disiapkan untuk itu; diberikan tanda
khusus, dengan
demikian interupsi
tidak dilakukan di
tempat.
d. Majelis Ketua mempunyai Pasal 7:2.d : Cukup jelas
hak interupsi terhadap
pembicaraan yang
menyimpang dari pokok
pembahasan;
e. Majelis Ketua mempunyai Pasal 7:2.e : Cukup jelas
: Cukup jelas
hak memberikan izin untuk
peserta memberikan
pendapat/interupsi;
f. Setiap Jemaat, Majelis Pasal 7:2. f
Sinode dan BPPG
mempunyai 1 (satu) hak
suara dalam pengambilan
keputusan dan pemilihan.
3. Cara menggunakan Hak Bicara Pasal 7:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Demi menjaga kelancaran Pasal 7:3.a
dan ketertiban sidang, maka
setiap peserta Persidangan
yang akan menggunakan
Hak Bicaranya,
mendaftarkan diri dan
meminta izin menggunakan
Hak Bicara kepada Pimpinan
Sidang;
b. Pembicara dapat berbicara Pasal 7:3.b : Cukup jelas
selama waktu tertentu setelah
memperoleh izin dari
Hal. 193
Pimpinan Sidang. Selama
seorang pembicara sedang
menyampaikan pendapat /
penjelasan / pokok
pikirannya, ia tidak boleh
diganggu;
c. Pimpinan Sidang harus Pasal 7:3.c : Cukup jelas
menentukan batas waktu : Cukup jelas
: Cukup jelas
berbicara bagi setiap
pembicara. Jika melewati
batas waktu yang telah
ditentukan, maka Pimpinan
Sidang berhak menegur yang
bersangkutan untuk
mengakhiri pembicaraannya;
d. Pimpinan Sidang
mempersilahkan para peserta Pasal 7:3.d
yang akan berbicara untuk
menuju tempat secara
berurutan di tempat-tempat
yang disiapkan.
e. Untuk setiap topik
pembicaraan peserta Pasal 7:3.e
menyepakati lamanya waktu
yang akan dipergunakan.
Dengan demikian ketika
waktu selesai maka bagi
mereka yang belum
memperoleh kesempatan
berbicara dianggap selesai
dan dapat masuk ke babak
berikut jika masih ada
kesempatan;
Hal. 194
f. Setiap Peserta mempunyai Pasal 7:3.f : Cukup jelas
hak interupsi dan atas : Cukup jelas
persetujuan Pimpinan Sidang : Cukup jelas
dapat digunakan untuk : Sesuai pasal 11
Peraturan Pokok
meminta penjelasan atau Nomor II tentang
Persidangan Sinode
menjelaskan duduknya
persoalan;
g. Pembicara yang Pasal 7:3.g
menggunakan kata-kata yang
mengganggu ketertiban atau
melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum
atau Tata Tertib Persidangan,
diberi peringatan atau
dihentikan oleh Pimpinan
Sidang;
h. Jika pembicara tersebut tidak Pasal 7:3.h
mengindahkan peringatan
Pimpinan Sidang dalam ayat
3.f di atas, Pimpinan Sidang
dapat melarangnya
meneruskan pembicaraan,
atau mencabut hak
bicaranya.; dan bila larangan
itu tetap tidak diindahkan,
maka Pimpinan Sidang dapat
menyuruh peserta tersebut
meninggalkan ruangan
Sidang.
4. Pengambilan keputusan
dilaksanakan sebagai berikut : Pasal 7:4
Hal. 195
a. Setiap keputusan diambil Pasal 7:4.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
berdasarkan musyawarah : Cukup jelas
untuk mufakat.
b. Apabila tidak diperoleh Pasal 7:4.b
mufakat diadakan
pemungutan suara.
c. Apabila pemungutan suara Pasal 7:4.c
belum menghasilkan
keputusan, maka
pemungutan suara diulangi
sekali lagi. Bila belum juga
diperoleh keputusan maka
keputusan akhir diserahkan
kepada Panitia Pengarah dan
Majelis Ketua. Keputusan
Panitia Pengarah dan Majelis
Ketua menjadi Keputusan
Persidangan Sinode.
Pasal 8 Pasal 8
Berita Acara Persidangan
1. Untuk setiap acara Sidang
Paripurna harus dibuat Berita Pasal 8:1 : Cukup jelas
Acara secara tertulis sesuai : Cukup jelas
: Cukup jelas
formulir Berita Acara yang : Cukup jelas
disediakan oleh Panitia
Penyelenggara Persidangan
Sinode, yang mencakup:
a. Hari, tanggal, waktu dan
tempat; Pasal 8:1.a
b. Pimpinan Sidang;
c. Materi-materi Pokok Pasal 8:1.b
Pembicaraan; Pasal 8:1.c
Hal. 196
d. Keputusan atau kesimpulan : Cukup jelas
pembicaraan setiap materi Pasal 8:1.d : Cukup jelas
pokok pembicaraan; : Cukup jelas
: Cukup jelas
e. Keterangan lain yang
dianggap perlu untuk dicatat; Pasal 8:1.e : Cukup jelas
f. Lampiran daftar hadir : Cukup jelas
peserta yang berisi : nama, : Cukup jelas
status peserta dan tanda Pasal 8:1.f
tangan.
2. Pimpinan Sidang wajib
menuangkan setiap keputusan
dalam Naskah Berita Acara Pasal 8:2
Keputusan Sidang, dan setelah
dibacakan di hadapan Sidang,
ditandatangani oleh Majelis
Ketua dan Sekretaris
Persidangan.
3. Khusus untuk Berita Acara
Pemilihan anggota Majelis
Sinode dan BPPG di samping Pasal 8:3
sebagaimana diatur pada ayat 1
(satu), dilampirkan pula Berita
Acara proses pemilihan dan
rekaman data jumlah suara untuk
tiap jabatan.
4. Setiap Naskah Berita Acara
Keputusan Sidang dibuat
Ketetapan Persidangan yang Pasal 8:4
ditandatangani oleh Majelis
Ketua dan Sekretaris
Persidangan.
5. Semua Berita Acara Keputusan,
dan Ketetapan Persidangan
adalah dokumen otentik Pasal 8:5
Hal. 197
Persidangan yang harus
diserahkan kepada Majelis
Sinode terpilih.
Tata Cara Pemilihan Anggota
Majelis Sinode
Pasal 9 Pasal 9 : Cukup jelas
Ketentuan Umum
Pemilihan Anggota Majelis Sinode
dilakukan oleh dan di dalam
Persidangan Sinode Raya dengan
sistem pemungutan suara secara
bebas dan rahasia.
Pasal 10
Pelaksanaan Pemilihan
Pasal 10
1. Pemilihan fungsionaris Majelis
Sinode dilaksanakan oleh Panitia
Kredensi dan Panitia Pemilihan Pasal 10:1 : Cukup jelas
yang dibentuk sebagaimana
diatur dalam pasal ini.
2. a. Panitia Kredensi dan Panitia
Pemilihan terdiri atas peserta
Persidangan Sinode Raya.
b. Anggota Panitia Kredensi dan Pasal 10:2.a : Cukup jelas
Panitia Pemilihan terdiri atas :
1. Dua orang Presbiter
mewakili Jemaat-jemaat Pasal 10:2.b : Cukup Jelas.
dari setiap wilayah
Musyawarah Pelayanan Pasal 10:2.b.1 : Cukup jelas.
(Mupel), dan yang pernah
Hal. 198
mengikuti Persidangan
Sinode GPIB, dengan
ketentuan 1 (satu) orang
menjadi Panitia Kredensi
dan 1 (satu) orang menjadi
Panitia Pemilihan;
2. Majelis Sinode : 1 (satu)
orang;
3. BPPG : 1 (satu) orang.
4. Dalam hal Persidangan Pasal 10:2.b.2 : Cukup jelas
Sinode Raya dilaksanakan
secara virtual atau cara Pasal 10:2.b.3 : Cukup jelas
lainnya maka jumlah Pasal 10: 2.b.4 : Cukup jelas
panitia pemilihan dapat
disesuaikan dengan
kebutuhan dan ditetapkan
diawal Persidangan tanpa
mengurangi bobot dan
kualitas pemilihan.
5. Dalam hal seluruh
Fungsionaris Majelis
Sinode dan BPPG masih
dapat dipilih maka tidak Pasal 10: 2.b.5 : Cukup jelas
ada utusannya sebagai
Panitia Kredensi dan
Panitia Pemilihan.
c. Anggota Panitia Kredensi dan
Panitia Pemilihan, tidak dapat Pasal 10:2.c : Cukup jelas
dipilih menjadi fungsionaris
Majelis Sinode dan BPPG.
d. Ketua, Wakil Ketua dan
Sekretaris, Wakil Sekretaris Pasal 10:2.d : Cukup jelas
Panitia Kredensi dan Panitia
Hal. 199
Pemilihan dipilih dari dan
oleh anggotanya.
3. Panitia Pemilihan diberikan Pasal 10:3 : saksi yang
kewenangan untuk meminta dimaksud bukanlah
saksi dari utusan yang memenuhi anggota Panitia
3 (tiga) unsur Diaken, Penatua Pemilihan.
dan Pendeta.
4. Untuk mempersiapkan Pasal 10:4 : Cukup Jelas
pelaksanaan Pemilihan, maka
Sidang diskors / ditunda oleh
Majelis Ketua selama 1 (satu)
jam, sesudah itu Sidang dibuka
kembali dan Majelis Ketua
menyerahkan pimpinan Sidang
kepada Ketua Panitia Pemilihan.
5. Dalam hal Persidangan Sinode Pasal 10 : 5 : Cukup Jelas
Raya dilaksanakan secara virtual
atau cara lainnya maka
skors/tunda pada butir 4 (empat)
diatas dilaksanakan selama 30
(tiga puluh) menit.
Pasal 11 Pasal 11
Persyaratan Calon Fungsionaris
Majelis Sinode
Calon-calon Fungsionaris Majelis Pasal 11:1 : Cukup Jelas.
Sinode
1. Calon Fungsionaris Majelis
Sinode adalah Presbiter peserta
Persidangan Sinode Raya yang
adalah utusan Jemaat dan
Fungsionaris Majelis Sinode
serta anggota BPPG sesuai
Hal. 200