Peraturan Pokok No. II Pasal 5
ayat 1.a.
2. Calon harus memenuhi Pasal 11:2 : Cukup jelas
persyaratan sebagai berikut :
a. Kualitatif. Pasal 11:2.a : Cukup jelas
1. Presbiter GPIB; Pasal 11:2.a.1 : Cukup jelas
2. Memiliki sifat Gembala; Pasal 11:2.a.2 : Cukup jelas
3. Memiliki kepemimpinan Pasal 11:2.a.3 : Cukup jelas
visioner dan
penatalayanan gerejawi;
4. Memiliki dedikasi dan Pasal 11:2.a.4 : Cukup jelas
kesetiaan kepada GPIB;
5. Memiliki wawasan yang Pasal 11:2.a.5 : Cukup jelas
cukup (baik) mengenai
GPIB, Oikumene dan
masyarakat;
6. Sehat rohani dan Pasal 11:2.a.6 : Cukup jelas
jasmani.
b. Administratif Pasal 11:2.b : Cukup jelas
1. Berijazah sekurang - Pasal 11:2.b.1 : Cukup Jelas
kurangnya S1;
2. Menyatakan Pasal 11:2.b.2 : Cukup jelas
kesediaannya secara
tertulis;
3. Belum menjalani dua Pasal 11:2.b.3 : Cukup jelas
kali masa tugas sebagai
fungsionaris Majelis
Sinode;
4. Yang bersangkutan Pasal 11:2.b.4 : Cukup jelas
bukan anggota Panitia
Pemilihan;
5. Bagi Pendeta, dalam 15 Pasal 11:2.b.5 : Sebagai Ketua
tahun pernah menjabat Majelis Jemaat
sebagai Ketua Majelis
Hal. 201
Jemaat minimal di 2 minimal 3 (tiga)
(dua) Mupel yang tahun.
berbeda atau telah
menjalani tugas
kependetaan dari GPIB
selama 15 (lima belas)
tahun di lintas ruang
(Jemaat, Departemen
lingkup Sinodal, Kantor
Majelis Sinode,
Lembaga Pendidikan,
Lembaga Keesaan,
Lembaga Negara dan
Lembaga Non Gereja
lainnya) dan pernah
menjabat sebagai Ketua
Majelis Jemaat;
6. Usia bagi Pendeta
minimal 40 tahun dan Pasal 11:2.b.6 : Cukup jelas
belum mencapai 60
tahun pada saat
pemilihan dan pernah
mengikuti Persidangan
Sinode sebelumnya baik
sebagai peserta utusan
Jemaat atau sebagai
Undangan Majelis
Sinode;
7. Bagi Diaken dan
Penatua, usia minimal 40 Pasal 11:2.b.7 : Cukup Jelas
tahun dan belum
mencapai 60 tahun pada
saat pemilihan.
Menjalani masa
Hal. 202
pelayanan sebagai
Presbiter minimal di
masa tugas kedua dan
pernah / sedang menjabat
sebagai fungsionaris
PHMJ di masa tugas
kedua PHMJ atau
pernah/menjabat sebagai
Fungsionaris Majelis
Sinode / BPPG. Pernah
mengikuti Persidangan
Sinode minimal 1 (satu)
kali sebagai utusan
Jemaat atau sebagai
undangan Majelis
Sinode;
8. Harus hadir dalam
ruangan pemilihan pada Pasal 11:2.b.8 : Cukup jelas
saat proses pemilihan
berlangsung.
Pasal 12 Pasal 12 : Cukup jelas
Pemilih
Pemilih adalah utusan jemaat dalam
Persidangan Sinode Raya, sesuai
Peraturan Pokok No II Pasal 5 ayat 1
butir a1, a2 dan a3, Majelis Sinode
dan BPPG.
Pasal 13
Pasal 13 : Cukup jelas
Hal. 203
Tata Cara Pemilihan
Fungsionaris Majelis Sinode
Sidang Paripurna untuk memilih Pasal 13:1 : Hasil pemeriksaan
fungsionaris Majelis Sinode
dipimpin oleh Panitia Pemilihan. panitia Kredensi
Proses Pemilihan dilaksanakan
melalui 4 (empat) tahap yaitu :
1. Tahap I : Pemeriksaan keabsahan
peserta oleh Panitia Kredensi.
diserahkan kepada
Majelis Ketua
untuk disahkan
dalam sidang
2. Tahap II : Pencalonan paripurna.
a. Panitia pemilihan Pasal 13:2 : Cukup jelas
mengumumkan nama-nama Pasal 13:2.a : Cukup jelas
calon yang sudah disahkan
oleh Paripurna;
b. Setiap Jemaat berhak
memilih satu orang calon Pasal 13:2.b : Cukup jelas
dari daftar yang diumumkan,
bagi setiap jabatan secara
tertulis. Nama yang ditulis di
luar daftar nama yang
direkomendasikan
dinyatakan gugur;
c. Panitia pemilihan
mengumpulkan nama-nama Pasal 13:2.c : Cukup jelas
: Cukup jelas
calon yang diajukan oleh
setiap Jemaat;
d. Panitia Pemilihan
menanyakan kesediaan para Pasal 13:2.d
calon dan jabatan yang
Hal. 204
disanggupinya secara tertulis
hanya untuk 2 jabatan;
e. Untuk setiap jabatan, panitia
mengajukan 3 (tiga) nama Pasal 13:2.e : Cukup jelas
calon yang mendapat suara
terbanyak;
f. Panitia Pemilihan
menyampaikan daftar nama Pasal 13:2.f : Cukup jelas
calon untuk masing-masing
jabatan kepada Persidangan
Sinode;
g. Setiap calon dapat
dicalonkan oleh Panitia Pasal 13:2.g : Cukup jelas
untuk 2 (dua) jabatan.
3. Tahap III : Pemilihan
a. Persidangan Sinode Raya Pasal 13:3 : Cukup jelas
memilih untuk tiap jabatan Pasal 13:3.a : Cukup jelas
Majelis Sinode dari daftar
calon yang diajukan oleh
Panitia Pemilihan Majelis
Sinode;
b. 1. Cara pemungutan suara
dilakukan secara Pasal 13.3.b.1 : Cukup jelas.
langsung, bebas, rahasia
dan tertulis baik secara
elektronik atau secara
manual;
2. Jika pemilihan
dilaksanakan secara Pasal 13.3.b.2 : Cukup jelas
elektronik maka sistem
Pemilihan harus
dipersiapkan oleh
Majelis Sinode minimal
2 tahun sebelum PSR.
Hal. 205
3. Apabila terjadi situasi
tertentu maka sistem Pasal 13:3.b.3 : yang dimaksud
pemilihan secara situasi tertentu
elektronik yang adalah situasi
disiapkan oleh Majelis memaksa (selain
Sinode termasuk tahap kahar) seperti
sosialisasi ke seluruh
pandemi covid’19
jemaat dapat dilakukan atau bencana non
minimal 2 (dua) bulan alam lainnya yang
sebelum PSR. tidak
memungkinkan
penyiapan sistem
pemilihan
dilakukan dalam
jangka waktu 2
tahun sebelum
c. Untuk jabatan Ketua Umum PSR.
dilaksanakan Pemilihan Pasal 13:3.c : dasar teologi dari
secara bertahap 2 kali : Primus Interparest
yaitu yang pertama
diantara yang
1. Untuk mendapatkan 2 setara.
(dua) calon dari 3 (tiga) Pasal 13:3.c.1 : Cukup jelas
calon yang diusulkan
Panitia;
2. Untuk mendapatkan satu
orang yang terpilih dari 2 Pasal 13:3.c.2 : Cukup jelas
(dua) calon tersebut;
3. Calon yang mendapatkan
jumlah suara lebih dari ½ Pasal 13:3.c.3 : Cukup jelas
(setengah) tambah 1
(satu) pada pemilihan
tahap pertama langsung
dinyatakan terpilih;
Hal. 206
d. Calon yang mendapatkan
suara terbanyak dinyatakan
terpilih; Pasal 13:3.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
e. Kalau ternyata ada calon- : Cukup jelas
: Cukup jelas
calon yang mendapatkan : Cukup jelas
suara yang sama maka Pasal 13:3.e : Cukup jelas
diadakan Pemilihan ulang
khusus untuk calon tersebut;
f. Bila jumlah suara tetap sama,
maka dilakukan musyawarah
antara yang bersangkutan Pasal 13:3.f
untuk menentukan yang
menjadi calon tetap.
4. Tahap IV : Pelaporan
a. Panitia Pemilihan
menyampaikan laporan
tertulis dilengkapi dengan Pasal 13:4
nama-nama calon yang Pasal 13:4.a
terpilih maupun tidak terpilih
berikut perolehan suara
dalam setiap tahap
Pemilihan, sebagai Hasil
Persidangan Sinode Raya
sesuai dengan Pasal 6 ayat 2
dalam peraturan ini
mengenai proses dan hasil
kerjanya kepada Persidangan
Sinode;
b. Panitia Pemilihan langsung
dibubarkan sesudah
Persidangan Sinode Raya
menerima dan mengesahkan Pasal 13:4.b
laporan hasil Pemilihannya.
Hal. 207
5. Penetapan hasil pemilihan
Majelis Sinode. Panitia
Pemilihan berdasarkan Berita Pasal 13:5 : Cukup jelas
Acara Pemilihan dengan
lampiran data perolehan suara
urutan terpilih, mengumumkan
dan mengesahkan hasil
pemilihan, selanjutnya
menyerahkan kepada Majelis
Ketua untuk ditetapkan oleh
Persidangan.
Pasal 14 Pasal 14 : 1 : Dalam hal
Pengisian Kekosongan Jabatan
penggantian
1. Apabila terjadi kekosongan
jabatan Majelis Sinode, karena Fungsionaris
yang bersangkutan berhalangan
tetap, maka pengisian lowongan Majelis Sinode
tersebut dilaksanakan dalam
Persidangan Sinode Tahunan karena berhalangan
terdekat dan dilanjutkan dengan
peneguhan anggota Majelis tetap, maka
Sinode terpilih dengan
memperhatikan Berita Acara Presbiter yang
Pemilihan Anggota Majelis
Sinode. menggantikan
dengan menjabat
kurang dari
setengah masa
tugas tidak dihitung
sudah menjalankan
1 (satu) kali masa
2. Dalam hal calon sesuai urutan tugas
Hasil Pemilihan di dalam Berita Pasal 14 : 2
Acara Pemilihan Anggota : Cukup Jelas
Fungsionaris Majelis Sinode di
Persidangan Sinode Raya yang
sebelumnya tidak bersedia atau
Hal. 208
berhalangan tetap maka akan
dilaksanakan pemilihan kembali
dipimpin oleh Majelis Ketua.
Tata Cara Pemilihan
Fungsionaris Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja
Pasal 15 Pasal 15 : Cukup jelas
Ketentuan Umum : Cukup jelas
Pemilihan Fungsionaris BPPG : Cukup jelas
dilakukan oleh dan di dalam
Persidangan Sinode Raya dengan
sistem pemungutan suara secara
bebas dan rahasia atau dengan
bantuan alat elektronik.
Pasal 16 Pasal 16
Panitia Pemilihan
Pemilihan fungsionaris BPPG
dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan
yang dibentuk sebagaimana diatur
dalam Pasal 10 peraturan ini.
Pasal 17 Pasal 17
Pemilih
Pemilih adalah utusan jemaat dalam
Persidangan Sinode Raya, sesuai
Peraturan Pokok No II Pasal 5 ayat 1
butir a1, a2 dan a3, Majelis Sinode
dan BPPG.
Hal. 209
Pasal 18 Pasal 18
Persyaratan Calon Fungsionaris
BPPG
Calon-calon fungsionaris Badan
Pemeriksa Perbendaharaan Gereja
(BPPG);
1. Calon anggota BPPG adalah
Presbiter peserta Persidangan Pasal 18.1 : Cukup Jelas.
Sinode Raya yang adalah Utusan
Jemaat dan anggota BPPG serta
Fungsionaris Majelis Sinode
sesuai dengan Peraturan Pokok
No II Pasal 5 ayat 1 butir a1, a2
dan a3.
2. Calon harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: Pasal 18.2 : Cukup jelas
a. Kualitatif.
1. Memiliki sifat jujur, teliti
dan bertanggungjawab Pasal 18.2.a : Cukup jelas
atas hasil kerjanya; Pasal 18.2.a.1 : Cukup jelas
2. Tidak pernah menjalani
penggembalaan khusus;
3. Memiliki kemampuan Pasal 18.2.a.2 : Cukup jelas
manajerial/
penatalayanan gerejawi Pasal 18.2.a.3 : Cukup jelas
4. Memiliki dedikasi dan
kesetiaan kepada GPIB;
5. Memiliki wawasan yang Pasal 18.2.a.4 : Cukup jelas
cukup mengenai GPIB,
Oikumene dan Pasal 18.2.a.5 : Cukup jelas
masyarakat;
6. Sehat rohani dan
jasmani;
Hal. 210
7. Berdomisili di sekitar Pasal 18.2.a.6 : Cukup jelas
wilayah domisili Majelis
Sinode. Pasal 18.2.a.7 : Cukup jelas
b. Administratif
1. Berijazah serendah-
rendahnya S1; Pasal 18.2.b : Cukup jelas
2. Berlatarbelakang/berpen Pasal 18.2.b.1 : Cukup jelas
galaman di bidang
perbendaharaan, yang Pasal 18.2.b.2 : Cukup jelas
terdiri dari Keuangan,
Akuntansi dan Harta
Milik, dengan
pengalaman minimal 3
tahun di bidang audit;
3. Menyatakan
kesediaannya secara
tertulis; Pasal 18.2.b.3 : Cukup jelas
4. Belum menjalani dua
kali masa tugas berturut-
turut sebagai Pasal 18.2.b.4 : Cukup jelas
fungsionaris BPPG
(Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja);
5. Yang bersangkutan
bukan anggota Panitia
Pemilihan Fungsionaris Pasal 18.2.b.5 : Cukup jelas
BPPG (Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja);
6. Usia minimal 40 tahun
dan belum mencapai 65
tahun pada saat Pasal 18.2.b.6 : Cukup jelas
pemilihan.
Pasal 19
Hal. 211
Tata Cara Pemilihan fungsionaris
BPPG Pasal 19
Sidang Paripurna dipimpin oleh
Panitia Pemilihan untuk
melaksanakan Pemilihan BPPG
melalui Pemungutan Suara yang
berlangsung dalam 4 (empat) tahap:
1. Tahap I : Pemeriksaan keabsahan
dari seluruh persyaratan peserta
oleh Panitia Kredensi. Pasal 19.1 : Cukup jelas
Pasal 19.2 : Cukup jelas
2. Tahap II : Pencalonan Pasal 19.2.a : Cukup jelas
a. Setiap Mupel mengajukan Pasal 19.2.b : Cukup jelas
Pasal 19.2.c : Cukup jelas
maksimal 3 (tiga) orang Pasal 19.2.d : Cukup jelas
calon secara tertulis, dengan Pasal 19.2.e : Cukup jelas
memperhatikan Pasal 18 ayat
2.a butir 7 pada peraturan ini;
b. Panitia pemilihan
mengumpulkan nama-nama
calon yang diajukan oleh
setiap Mupel;
c. Panitia pemilihan meneliti
persyaratan dari calon-calon
yang diajukan;
d. Panitia Pemilihan
menanyakan kesediaan para
calon dan jabatan yang
disanggupinya secara
tertulis;
e. Panitia mengajukan 6 (enam)
nama calon yang mendapat
suara terbanyak;
f. Panitia Pemilihan
menyampaikan daftar nama
Hal. 212
calon BPPG (Badan
Pemeriksa Perbendaharaan
Gereja) kepada Persidangan Pasal 19.2.f : Cukup jelas
Sinode; : Cukup jelas
g. Apabila hanya 3 (tiga) orang : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang bersedia, maka tidak : Cukup jelas
: Cukup jelas
perlu lagi pelaksanaan tahap : Cukup jelas
Pemilihan dan ketiga orang
tersebut dinyatakan sah Pasal 19.2.g
sebagai fungsionaris BPPG
(Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Gereja).
3. Tahap III : Pemilihan
a. Persidangan Sinode Raya
memilih 3 (tiga) orang dari 6
(enam) dari daftar calon yang
diajukan oleh Panitia Pasal 19.3
Pemilihan BPPG; Pasal 19.3.a
b. Cara pemungutan suara
dilakukan secara langsung,
bebas, rahasia dan tertulis
atau dengan alat elektronik;
c. 3 (tiga) calon yang Pasal 19.3.b
mendapatkan suara
terbanyak dinyatakan
terpilih;
d. Kalau ternyata ada calon- Pasal 19.3.c
calon yang mendapatkan
suara yang sama maka
diadakan pemilihan ulang
khusus untuk calon tersebut; Pasal 19.3.d
e. Bila jumlah suara tetap sama,
maka dilakukan musyawarah
antara yang bersangkutan
Hal. 213
untuk menentukan yang
menjadi calon tetap; Pasal 19.3.e : Cukup jelas
: Cukup jelas
f. Ketua dan Sekretaris BPPG : Cukup jelas
: Cukup jelas
dipilih oleh dan dari antara
: Cukup jelas
fungsionaris BPPG yang
terpilih.
4. Tahap IV : Pelaporan
a. Panitia Pemilihan Pasal 19.3.f
menyampaikan laporan
tertulis dilengkapi dengan
nama-nama calon baik yang
terpilih maupun yang tidak Pasal 19.4
terpilih berikut perolehan Pasal 19.4.a
suara dalam setiap tahap
Pemilihan, sebagai Hasil
Persidangan Sinode Raya
sesuai dengan Pasal 6 ayat 2
dalam peraturan ini
mengenai proses dan hasil
kerjanya kepada Persidangan
Sinode Raya;
b. Penetapan hasil pemilihan
BPPG.
Panitia Pemilihan
berdasarkan Berita Acara
Pemilihan dengan lampiran
data perolehan suara urutan Pasal 19.4.b
terpilih, mengumumkan dan
mengesahkan hasil
pemilihan, selanjutnya
menyerahkan kepada Majelis
Ketua untuk ditetapkan oleh
Persidangan.
Hal. 214
Pasal 20
Pengisian Kekosongan Jabatan
Apabila kemudian terjadi Pasal 20 : Dalam hal
kekosongan akibat fungsionaris
BPPG ada yang berhalangan tetap, penggantian
maka pengisian kekosongan
dilakukan dalam Persidangan Sinode Fungsionaris BPPG
Tahunan terdekat dengan
memperhatikan Berita Acara karena berhalangan
Pemilihan Fungsionaris BPPG.
tetap, maka
Presbiter yang
menggantikan
dengan menjabat
kurang dari
setengah masa
Akhir Persidangan tugas tidak dihitung
sudah menjalankan
Pasal 21 1 (satu) kali masa
Hasil Persidangan
tugas
Seluruh hasil Persidangan sudah Pasal 21 : Diperbanyak dalam
harus dibagikan kepada peserta, bentuk softcopy
sebelum peserta Sidang kembali ke (CD)
jemaat masing-masing.
Pasal 22
Ketetapan Hasil Persidangan
1. Setiap Ketetapan Persidangan : Cukup jelas
Sinode dibacakan dan Pasal 22
diterbitkan berita acara dengan
ditandatangani oleh Majelis
Ketua dan Sekretaris Pasal 22.1
Persidangan;
Hal. 215
2. Buku Ketetapan hasil : Cukup jelas
Persidangan Sinode Raya beserta
lampiran / dokumen Berita Acara
diselesaikan secara lengkap dan
menyeluruh oleh Majelis Sinode Pasal 22.2
terpilih selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan untuk disampaikan
kepada setiap Majelis Jemaat
GPIB.
Pasal 23
Serah Terima Majelis Sinode dan
BPPG
1. Acara Serah Terima Majelis Pasal 23
Sinode dan BPPG masa bakti
yang baru dilakukan dalam
Sidang Paripurna Penutupan
Persidangan Sinode melalui Pasal 23.1 : Penyerahan fisik
pembacaan Ketetapan dari kelengkapan
Persidangan Sinode dan dokumen dokumen
penandatanganan Berita Acara serah terima
Serah Terima; dilakukan selambat
lambatnya 30 (tiga
puluh) hari setelah
tanggal penutupan
2. Majelis Ketua membacakan Persidangan Sinode
Keputusan Persidangan Sinode
tentang pengakhiran masa bakti Raya (PSR).
Majelis Sinode dan BPPG lama Pasal 23.2
sebelum Penandatanganan Berita : Cukup jelas
Acara Serah Terima;
3. Ketua Umum Majelis Sinode dan
Ketua BPPG yang lama dan baru
Hal. 216
menyampaikan sambutan alih : Cukup jelas
tugas di hadapan Persidangan Pasal 23.3 : Cukup jelas
Sinode. : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 24
Penutupan Persidangan
1. Majelis Ketua menyampaikan Pasal 24
pertanggungjawaban
pelaksanaan Sidang kepada
Ketua Umum Majelis Sinode Pasal 24.1
terpilih dan atas nama GPIB
menyerahkan Pimpinan Rapat
Paripurna Acara Penutupan
Persidangan kepada Ketua
Umum Majelis Sinode terpilih;
2. Ibadah Syukur Penutupan
Persidangan dilakukan dan
dihadiri oleh seluruh peserta dan
undangan umum lainnya, yang Pasal 24.2
diatur oleh Panitia Pelaksana
Penyelenggara Persidangan
Sinode;
3. Dalam Ibadah syukur Penutupan,
dilaksanakan Upacara
Peneguhan Majelis Sinode dan
perkenalan fungsionaris BPPG Pasal 24.3
yang baru. Pelayanan Firman dan
Perjamuan Kudus dalam Ibadah
peneguhan dilayani oleh Pendeta
peserta Persidangan yang paling
senior usianya.
Pasca Persidangan
Hal. 217
Pasal 25
Serah Terima Fisik
1. Majelis Sinode dan BPPG yang : Cukup jelas
berakhir masa baktinya, Pasal 25
membuat memori akhir jabatan : Serah terima fisik
dengan mengacu pada PKUPPG; dilakukan dalam
acara khusus di
2. Seluruh kelengkapan serah Pasal 25.1 kantor Majelis
terima baik administratif Sinode dengan
maupun keuangan, fisik dan dihadiri seluruh
sarana kerja yang sebelumnya fungsionaris
telah diperiksa oleh BPPG, serta Majelis Sinode
memori akhir jabatan, dilakukan Pasal 25.2 lama dan baru.
2 (dua) minggu atau selambat-
lambatnya 1(satu) bulan setelah : Cukup jelas
Persidangan Sinode Raya
berakhir. : Cukup jelas
Pasal 26
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 5 ini mulai
berlaku sejak tanggal ditetapkan;
2. Dengan ditetapkannya Peraturan Pasal 26
ini, maka semua ketentuan
mengenai Mekanisme
Persidangan Sinode yang Pasal 26.1
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum Pasal 26.2
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Hal. 218
Sidang Majelis Sinode sepanjang
tidak bertentangan dengan Tata
Gereja yang berlaku dan Pasal 26.3 : Cukup jelas
melaporkannya kepada : Cukup jelas
: Cukup jelas
Persidangan Sinode yang : Cukup jelas
terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam dan
oleh Persidangan Sinode Raya
bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3
jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis Pasal 26.4
Sinode setelah disetujui oleh
lebih dari 2/3 jumlah Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat- Pasal 26.4.a
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan Sinode Pasal 26.4.b
Raya.
Pasal 26.4.c : Cukup jelas
Hal. 219
PERATURAN NOMOR 6
TENTANG
PERBENDAHARAAN GPIB
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup Jelas
Pengertian
1. Perbendaharaan GPIB Pasal 1.1 : Cukup Jelas
Pasal 1.1.a : Cukup Jelas
meliputi : Pasal 1.1.b.1 : Cukup Jelas
a. Penatalayanan Anggaran, Pasal 1.1.b.2 : Cukup Jelas
Pasal 1.1.c : Cukup Jelas
keuangan dan Pencatatan
Pasal 1.2 : Cukup Jelas
Pembukuan
b. 1. Seluruh harta milik
GPIB baik harta
bergerak atau tidak
bergerak yang sudah
bersertifikat ataupun
yang belum bersertifikat
adalah yang diperoleh
atas beban biaya GPIB.
2. Meliputi harta milik
GPIB yang diperoleh
dengan cara lain secara
sah menurut hukum.
c. Meliputi seluruh kekayaan
intelektual milik GPIB
yang ada di lingkup
Jemaat maupun lingkup
Sinodal.
2. Semua harta-milik tidak
bergerak, yang ada di GPIB, adalah
atas nama GPIB.
Hal. 220
Pasal 2 Pasal 2 : Cukup Jelas
Fungsi Perbendaharaan
Perbendaharaan GPIB berfungsi
sebagai salah satu alat penunjang
pelayanan dalam melaksanakan
panggilan dan pengutusan secara
tepat sasaran (efektif) dan tepat
guna (efisien).
Pasal 3 Pasal 3 : Cukup Jelas
Ruang Lingkup Kegiatan
Perbendaharaan
Ruang lingkup kegiatan
perbendaharaan GPIB untuk
lingkup Sinodal dan lingkup Jemaat
meliputi:
1. Keuangan :
a. Menyusun, memutakhirkan Pasal 3:1 : Cukup jelas
Pasal 3:1.a : Cukup jelas
dan mengimplementasikan
Pasal 3:1.b : Cukup jelas
anggaran penerimaan dan Pasal 3:1.c : Cukup jelas
pengeluaran serta
memantau varian-varian
yang terjadi antara anggaran
dan realisasi;
b. Menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang,
termasuk uang di bank dan
pengaturan pemanfaatan
dan pengelolaannya;
c. Menyimpan, memelihara
dan mengelola
Hal. 221
perbendaharaan termasuk
dokumen pendukungnya
dengan cermat,
bertanggung jawab dan
bijaksana;
d. Menata dengan cermat Pasal 3:1.d : Cukup jelas
kewajiban/utang dan : Cukup jelas
piutang GPIB, termasuk : Cukup jelas
: Cukup jelas
kewajiban penjamin. : Cukup jelas
: Cukup jelas
e. Menyelenggarakan : Cukup jelas
manajemen resiko,
termasuk menyusun dan
memelihara sistem Pasal 3:1.e
pengendalian internal untuk
mengamankan
perbendaharaan GPIB;
f. Menyelenggarakan catatan
pembukuan yang
memenuhi ketentuan yang Pasal 3:1.f
berlaku;
g. Menyusun laporan
keuangan yang tepat waktu Pasal 3:1.g
dan relevan sebagai materi
Sidang Majelis Jemaat.
2. Harta Milik :
a. Pendataan dan pencatatan Pasal 3:2
harta tidak bergerak serta Pasal 3:2.a
membuat daftar Inventaris.
b. Melakukan penyelesaian
permasalahan tanah milik Pasal 3:2.b
GPIB dengan cara sesuai
ketentuan Tata Gereja dan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Hal. 222
c. Melakukan proses
pensertifikatan Tanah, Pasal 3:2.c : Cukup jelas
proses Balik Nama dan : Cukup jelas
: Cukup jelas
pengurusan Izin
Mendirikan Bangunan oleh
Majelis Sinode/Majelis
Jemaat.
d. Pemanfaatan harta tidak Pasal 3:2.d
bergerak milik GPIB baik di
lingkup Sinodal maupun di
Lingkup Jemaat.
3. Melakukan pendaftaran Pasal 3:3
terhadap kekayaan intelektual
milik GPIB.
Pasal 4 Pasal 4 : Cukup jelas
Tata Laksana Pengelolaan
1. Harta milik GPIB berupa harta Pasal 4:1 : Pengelolaan harta
milik GPIB yang
bergerak dan tak bergerak, baik telah ada sejak
kesepakatan
yang telah ada sejak Jemaat-jemaat
pada tanggal 31
kesepakatan Jemaat-jemaat di Oktober 1948
tetap
wilayah pelayanan GPI tanggal dilaksanakan oleh
Jemaat tersebut.
31 Oktober 1948 sebagai Gereja
Harta milik GPIB
bagian berdiri sendiri keempat yang masih atas
nama pribadi
(GPIB) yang kewenangannya harus dibalik
secara hukum,
pengorganisasian dan
pengelolaan harta, maupun
yang diperoleh kemudian oleh
Majelis Sinode/Majelis Jemaat,
dinyatakan dalam sertifikat /
bukti kepemilikan atas nama
GPIB sesuai ketentuan
Hal. 223
perundang-undangan yang nama menjadi
atas nama GPIB.
berlaku : Cukup jelas
2. Dalam melakukan pengurusan : Cukup jelas
sertifikat dan proses Balik Pasal 4:2 : Di akhir Triwulan
4 Majelis Jemaat
Nama dan pengurusan Izin dapat melihat
sewaktu-waktu.
Mendirikan Bangunan oleh
: Cukup jelas
Majelis Sinode/Majelis Jemaat,
dengan menggunakan Surat
Kuasa dari Majelis Sinode,
untuk dan atas nama GPIB.
3. Penyimpanan sertifikat
kepemilikan harta tak bergerak Pasal 4:3
sebagaimana dimaksud dalam
butir (2), baik yang berada
dalam penggunaan,
pengelolaan, penguasaan
maupun yang tidak berada
dalam penguasaan Majelis
Sinode/Majelis Jemaat,
termasuk namun tidak terbatas
yang dikelola oleh Yayasan
yang didirikan oleh GPIB harus
dilakukan oleh Majelis Sinode;
4. Pengurusan dan penyimpanan Pasal 4:4
dokumen tanda kepemilikan
harta bergerak di lingkup
Sinodal/Jemaat dilakukan oleh
Majelis Sinode/Majelis Jemaat;
5. Pemeliharaan harta milik GPIB Pasal 4:5
yang digunakan atau dikelola
oleh Majelis Sinode atau
Majelis Jemaat atau Pengurus
Yayasan menjadi tanggung
jawab masing-masing;
Hal. 224
6. Pemeliharaan harta milik GPIB Pasal 4:6 : Cukup jelas
berupa harta tak bergerak yang : Cukup Jelas
belum dapat digunakan, wajib : Cukup jelas
menjadi tanggung jawab : Pemanfaatan yang
dimaksud adalah
Majelis Sinode; pemanfaatan yang
dapat
7. Majelis Jemaat wajib Pasal 4:7 mengakibatkan
hak kepemilikan
melakukan pengamanan fisik, beralih
pengamanan administrasi dan : Cukup jelas
pengamanan hukum atas Harta
tidak Bergerak untuk GPIB
yang ada di wilayahnya.
8. Wajib melakukan pengamanan Pasal 4:8
atas Harta milik GPIB yang
masih tertulis atas nama pihak
lain, dengan cara
mengupayakan surat
Pernyataan dan akta hibah serta
mengupayakan untuk menjadi
atas nama GPIB. Pasal 4:9
9. Pemanfaatan harta tidak
bergerak milik GPIB baik di
lingkup Sinodal maupun di
Lingkup Jemaat yang berkaitan
dengan pihak lain dilaksanakan
melalui Persetujuan
Persidangan sinode.
10. Harta milik GPIB yang ada di
lingkup sinodal dan di lingkup
jemaat, Yayasan serta badan Pasal 4:10
hukum milik GPIB berupa harta
tak bergerak yang hendak
dialihkan hak kepemilikannya
harus mendapat persetujuan dan
Hal. 225
pengesahan oleh dan di dalam
Persidangan Sinode;
11. Pengajuan rencana
pemanfaatan dalam butir (9) Pasal 4:11 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan rencana pengalihan harta : Cukup jelas
milik GPIB berupa harta tak
bergerak sebagaimana
dimaksud dalam butir (10)
harus disertai dengan suatu
perencanaan secara rinci yang
berisi alasan pengalihan dan
rencana penggunaan hasil
pengalihan yang dibuat oleh
tenaga ahli di bidang tersebut
dengan didukung oleh suatu
studi kelayakan;
12. Rencana pemanfaatan dan Pasal 4:12
pengalihan harta milik GPIB
sebagaimana dimaksud dalam
butir 9 dan 10 wajib
disampaikan oleh Majelis
Jemaat kepada Majelis Sinode
selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan sebelum Persidangan
Sinode;
13. Ketentuan dalam butir (9) , (10), Pasal 4:13
(11) dan (12) juga berlaku untuk
transaksi Tukar Guling
(Ruislag), Bangun Kelola Serah
(Build Operate Transfer) atau
BOT, BTO (Build Transfer
Operate) dan transaksi bagi
hasil lainnya dengan pihak
ketiga;
Hal. 226
14. Tanpa melalui keputusan Pasal 4:14 : Cukup jelas
Persidangan Sinode, baik Pasal 4:15 : Cukup jelas
Majelis Sinode, Majelis Jemaat Pasal 4:16 : Cukup jelas
maupun pihak lain, tidak
diperkenankan menguasai atau
mengagunkan harta milik
GPIB;
15. Setiap tindakan pelepasan atas
hak atau mengagunkan harta
milik GPIB, tanpa melalui
prosedur dan ketentuan-
ketentuan di atas akan dikenai
sanksi hukum, baik perdata
maupun pidana.
16. Harta milik GPIB berupa
gedung Gereja dan bangunan
lainnya perlu diasuransikan
Pasal 5 Pasal 5 : Cukup jelas
Tahun Program dan Anggaran
serta Sistem Pengelolaan
1. Tahun program dan anggaran
GPIB adalah tanggal 1 April Pasal 5:1 : Cukup jelas
tahun berjalan sampai dengan : Sentralisasi
terbatas adalah
31 Maret tahun berikutnya. sentralisasi di
lingkup Sinodal
2. Dalam mengelola yang memberi
wewenang kepada
perbendaharaannya, GPIB Pasal 5:2
menganut sistem sentralisasi
terbatas.
Hal. 227
3. Majelis Jemaat diwajibkan Jemaat sesuai
Peraturan GPIB
menyampaikan laporan : Cukup jelas
penerimaan dan pengeluaran Pasal 5:3 : Cukup jelas
setiap akhir triwulan kepada : Cukup jelas
Majelis Sinode, selambat- : Cukup jelas
lambatnya pada akhir bulan
berikutnya setelah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa
Perbendaharaan Jemaat dan
disahkan dalam Sidang Majelis
Jemaat.
4. Majelis Jemaat diwajibkan
menyusun daftar kekayaan dan
utang piutang setiap akhir tahun Pasal 5:4
buku kepada Majelis Sinode
selambat-lambatnya pada akhir
bulan Mei setelah diperiksa oleh
BPPJ dan disahkan oleh SMJ.
5. Tanpa mengurangi isi dari
ketentuan dalam butir (2),
khususnya mengenai hubungan Pasal 5:5
tanggung jawab administrasi
keuangan antara Majelis Jemaat
dengan Unit-unit Misioner di
Jemaat diberlakukan sistem
sentralisasi penuh.
6. Ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam butir (3), (4)
dan (5) diatur dalam Petunjuk Pasal 5:6
Teknis.
Pasal 6 Pasal 6
Sumber Penerimaan
Hal. 228
Sumber Penerimaan di GPIB terdiri Pasal 6:1 : Cukup jelas
atas: Pasal 6:1.a : Bersifat Wajib
1. Jemaat
dan merupakan
a. Persembahan persepuluhan akumulasi dari
warga jemaat seluruh
penghasilan.
b. Persembahan Khusus Pasal 6:1.b : Persembahan
c. Persembahan lainnya. Pasal 6:1.c Syukur
: Persembahan
d. Bantuan perorangan atau dalam ibadah-
ibadah Jemaat dan
pemerintah yang tidak persembahan
yang
terikat, baik berupa uang, Pasal 6:1.d diperuntukan
untuk hal-hal
barang maupun tertentu.
: Cukup jelas
penghibahan.
: Cukup jelas.
e. Hasil investasi. : Termasuk
f. Pemberian lain-lain yang persembahan atau
pemberian dengan
tidak bertentangan dengan Pasal 6:1.e menggunakan
teknologi digital.
ketentuan GPIB dan Pasal 6:1.f : Cukup jelas
: Bersifat wajib.
ketentuan perundang- dan merupakan
akumulasi dari
undangan yang berlaku. seluruh
2. Sinodal
a. Persembahan Persepuluhan
(dari Jemaat – Jemaat). Pasal 6:2
Pasal 6:2.a
Hal. 229
penerimaan
(Persembahan
Persepuluhan,
Persembahan
Sukarela dan
Persembahan
Syukur).
b. Persembahan Khusus: Pasal 6:2.b : Persembahan
Syukur dalam
rangka HUT
GPIB, HUT
Pelkat-pelkat dan
hari-hari raya
gerejawi
c. Persembahan lainnya Pasal 6:2.c : Persembahan
yang
diperuntukan
d. Bantuan perorangan atau untuk hal-hal
pemerintah yang tidak tertentu.
terikat, baik berupa uang, Pasal 6:2.d : Cukup jelas
barang maupun
penghibahan.
e. Hasil investasi.
Pasal 6:2.e : Hasil Investasi
lingkup Sinodal
f. Pemberian lain-lain yang dan lingkup
jemaat.
tidak bertentangan dengan
: Termasuk
ketentuan GPIB dan Pasal 6:2.f persembahan atau
pemberian dengan
ketentuan perundang- menggunakan
teknologi digital.
undangan yang berlaku.
Hal. 230
Pasal 7 Pasal 7
Bendahara
1. Bendahara ialah presbiter GPIB Pasal 7:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang bertanggung jawab atas : Cukup jelas
pengelolaan perbendaharaan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Para Ketua Bidang di Majelis Pasal 7:2
: Cukup jelas
Jemaat/ Majelis Sinode tidak
diperkenankan merangkap
jabatan Bendahara.
3. Apabila jabatan Bendahara Pasal 7:3
menjadi lowong dan
berhalangan tetap, maka
melalui Sidang Majelis Jemaat
segera ditunjuk seorang
Pelaksana Tugas (Plt) dari
fungsionaris Majelis
Jemaat/PHMJ dengan
mendahulukan Bendahara I. Pasal 7:4
4. Bendahara bersama Ketua IV
menyusun laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 butir 9. Pasal 7:5
5. Pengeluaran uang oleh
Bendahara hanya dapat
dilakukan apabila telah
disetujui oleh SMJ/rapat PHMJ
dan telah memperoleh fiat
otorisasi dari Ketua Bidang Pasal 7:6
bersangkutan.
6. Uang yang disimpan pada Bank
harus atas nama Majelis
Jemaat/Majelis Sinode dan
hanya dapat dikeluarkan
Hal. 231
berdasarkan keputusan
SMJ/rapat PHMJ dan mendapat
otorisasi Ketua IV bersama
Bendahara. Apabila Ketua IV
berhalangan, maka Bendahara
dapat memberikan
persetujuannya bersama Ketua
Majelis Jemaat/Majelis Sinode.
7. Ketentuan mengenai wewenang
otorisasi pengeluaran uang Pasal 7:7 : Cukup jelas
: Cukup jelas
secara rinci sebagaimana
: Cukup jelas
dimaksud dalam butir 5, diatur
dalam Peraturan Pelaksanaan
Majelis Jemaat/Majelis Sinode
8. Mengenai kebijakan
pengelolaan perbendaharaan Pasal 7:8
pada umumnya, Bendahara
Majelis Jemaat
menyampaikannya kepada
Rapat PHMJ untuk
diinformasikan di dalam SMJ.
Pasal 8 Pasal 8
Persyaratan Bendahara
Syarat untuk dapat dipilih sebagai
Bendahara dan Bendahara I adalah
harus memenuhi kualifikasi teknis
berikut :
1. Mempunyai
pengetahuan/keahlian yang Pasal 8:1
layak dalam urusan
perbendaharaan.
2. Jujur, tekun, lugas dan akurat.
Hal. 232
3. Tidak berada dalam kesulitan Pasal 8:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
finansial. Pasal 8:3
: Cukup jelas
4. Tidak pernah dihukum karena
: Cukup jelas
terlibat perkara tindak pidana di Pasal 8:4
bidang keuangan.
5. Harus berpenghasilan tetap dan Pasal 8:5
mempunyai tempat tinggal
sendiri.
Pasal 9 Pasal 9
Tatalaksana Pembukuan
1. Tata Pembukuan GPIB
disesuaikan dengan sifat dan Pasal 9:1 : Cukup jelas
volume kegiatan masing- : Cukup jelas
: Cukup jelas
masing unit organisasi, namun : Cukup jelas
: Cukup jelas
harus dengan sasaran
: Cukup jelas
terjaminnya : : Cukup jelas
a. Pencatatan mutasi keuangan Pasal 9:1.a
dan harta milik GPIB secara
baik, tertib dan teratur.
b. Pemeriksaan/kontrol Pasal 9:1.b
pembukuan yang baik.
c. Penyusunan anggaran Pasal 9:1.c
penerimaan dan
pengeluaran yang efektif
dan efisien. Pasal 9:1.d
d. Penyusunan laporan
penerimaan dan
pengeluaran tepat waktu.
2. Dalam sistem pembukuan Pasal 9:2
digunakan :
a. Buku Harian (Kas, Bank Pasal 9:2.a
dan Memorial).
Hal. 233
b. Buku Besar dan Buku Pasal 9:2.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pembantu. : Cukup jelas
c. Daftar Perhitungan Pasal 9:2.c : Dianggap perlu,
bila terjadi
Penerimaan dan perbedaan
pendapat tentang
Pengeluaran. hasil
pemeriksaan.
3. Setiap akhir minggu/akhir bulan Pasal 9:3
: Cukup jelas
Bendahara bersama
fungsionaris Majelis
Sinode/PHMJ lain yang
ditugaskan untuk itu,melakukan
perhitungan kas (Kas Opname)
dan memeriksa kebenaran
formal dari bukti
penerimaan/pengeluaran kas
yang telah dibukukan dan
hasilnya dimuat dalam berita
acara pemeriksaan. Pasal 9:4
4. Setiap akhir bulan, Bendahara
bersama fungsionaris Majelis
Sinode/PHMJ lain yang
ditugaskan untuk itu,
melakukan pencocokan saldo
menurut buku bank dengan
rekening koran yang diterima
dari bank.
5. Majelis Sinode/Majelis Jemaat
wajib menyusun dan Pasal 9:5
memutakhirkan daftar
inventaris GPIB yang berada di
bawah penguasaannya setiap
akhir tahun buku.
Pasal 10 Pasal 10
Laporan Keuangan
Hal. 234
1. Laporan Keuangan terdiri atas:
a. Laporan Penerimaan dan Pasal 10:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pengeluaran Pasal 10:1.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
b. Laporan harta milik : Cukup jelas
bergerak dan tidak bergerak Pasal 10:1.b : Cukup jelas
c. Catatan atas laporan : Cukup Jelas.
keuangan Pasal 10:1.c : Cukup jelas
2. Laporan penerimaan dan
pengeluaran dibuat oleh Majelis Pasal 10:2
Jemaat untuk diinformasikan
secara mingguan dan bulanan
melalui warta jemaat.
3. Laporan Keuangan dibuat oleh
Majelis Jemaat setiap akhir Pasal 10:3
triwulan dan akhir tahun buku
untuk bahan Sidang Majelis
Jemaat. Laporan keuangan
untuk Majelis Sinode disertai
laporan dari BPPJ.
4. Laporan Keuangan yang telah
diperiksa oleh BPPG dibuat Pasal 10:4
oleh Majelis Sinode setiap akhir
semester dan akhir tahun buku
untuk disampaikan kepada
jemaat-jemaat. Bila dianggap
perlu Majelis Sinode dapat
meminta akuntan publik untuk
mengaudit laporan keuangan
Majelis Sinode.
5. Laporan pertanggungjawaban
keuangan dibuat oleh Majelis Pasal 10:5
Jemaat pada akhir masa
tugasnya untuk bahan Sidang
Hal. 235
Majelis Jemaat dengan disertai
laporan BPPJ.
6. Laporan Keuangan dalam
rangka alih tugas Pendeta/Ketua Pasal 10:6 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Majelis Jemaat terdiri atas : Cukup jelas
: Cukup jelas
laporan kas dan bank, daftar : Cukup jelas
: Cukup jelas
inventaris Jemaat serta memori
akhir tugas.
7. Laporan pertanggungjawaban
yang dilakukan oleh PHMJ Pasal 10:7
lama kepada PHMJ baru harus
disertai dengan pemeriksaan
fisik sebelum penandatanganan
berita acara dilakukan.
8. Bentuk laporan penerimaan dan
pengeluaran serta laporan Pasal 10:8
keuangan, sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1, 2, 3 dan
4, diatur dalam Peraturan
Pelaksanaan.
9. Semua Laporan Keuangan di
Jemaat, ditandatangani oleh Pasal 10:9
Ketua IV dan Bendahara PHMJ.
10. Laporan keuangan tahunan
Majelis Jemaat disampaikan Pasal 10:10
kepada Majelis Sinode untuk
menjadi materi dalam
Persidangan Sinode Tahunan
11. Laporan keuangan Majelis
Sinode disampaikan setiap 3 Pasal 10:11
(tiga) bulan kepada jemaat-
jemaat dan secara tahunan pada
Persidangan Sinode Tahunan
setelah diperiksa oleh BPPG.
Hal. 236
12. Setiap akhir masa tugas. PHMJ
menyampaikan laporan Pasal 10:12 : Cukup jelas
keuangan yang telah diperiksa
BPPJ termasuk tunggakan
kewajiban-kewajiban jemaat
yang dicantumkan dalam
lampiran berita acara serah
terima
Pasal 11 Pasal 11
Sanksi
1. Apabila dalam melakukan
kegiatan sebagaimana Pasal 11:1. : Cukup jelas
: Cukup jelas
dimaksud dalam pasal 10 ayat : Cukup jelas
(3) terdapat ketidakcocokan
antara saldo fisik kas dan buku
kas, maka ditempuh
penyelesaian sebagai berikut :
a. Dalam hal terjadi kelebihan
fisik kas, maka kelebihan Pasal 11:1.a
tersebut dibukukan sebagai
penerimaan Majelis Sinode/
Majelis Jemaat.
b. Dalam hal terjadi
kekurangan fisik kas yang Pasal 11:1.b
tidak disengaja, maka
kekurangan ini dibukukan
sebagai piutang / tagihan
Majelis Sinode/Majelis
Jemaat terhadap Pemegang
Kas/Bendahara/Bendahara
I, sedangkan jangka waktu
Hal. 237
penyelesaiannya ditetapkan
oleh Majelis Sinode /PHMJ.
c. Dalam hal terjadi Pasal 11:1.c : Cukup jelas
kekurangan fisik kas atau : Lihat Peraturan
Kepegawaian
kerugian lainnya yang GPIB
disengaja dan telah terbukti : Cukup jelas
melalui pemeriksaan oleh
BPPG/ BPPJ, maka
pemegang kas diwajibkan
mengganti kekurangan atau
kerugian yang dimaksud.
d. Dalam hal Pemegang Kas Pasal 11:1.d
menolak bertanggungjawab
untuk mengganti
kekurangan sebagaimana
dimaksud dalam butir c,
kepadanya dilakukan
langkah-langkah pastoral
dan bila tidak terjadi
penyelesaian maka
diselesaikan menurut
ketentuan hukum yang
berlaku.
e. Dalam hal yang Pasal 11:1.e
bertanggungjawab atas
kekurangan fisik kas
sebagaimana dimaksud
dalam butir c adalah
Presbiter GPIB yang tidak
tunduk pada Peraturan
Perbendaharaan yang
berlaku, maka terhadap
yang bersangkutan berlaku
Hal. 238
ketentuan yang diatur dalam
ayat-ayat berikut. Pasal 11:2 : Yang dimaksud
dengan
2. Jika terjadi pelanggaran yang Fungsionaris
dalam ayat ini,
mengakibatkan kerugian adalah
Fungsionaris unit-
keuangan gereja/harta unit misioner
milik/kekayaan GPIB yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilakukan oleh fungsionaris
: Cukup jelas
pelayanan GPIB yang tidak
: Cukup jelas
tunduk pada Peraturan yang : Cukup jelas
berlaku, dilakukan pastoral dan
diberlakukan serta dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan
dalam ayat 1a,b,c.
3. Sanksi bagi Presbiter GPIB :
a. Di lingkup Jemaat yang Pasal 11:3
tidak tunduk pada Peraturan Pasal 11:3a
Perbendaharaan yang
berlaku, diputuskan oleh
Majelis Jemaat melalui
Sidang Majelis Jemaat dan
ditetapkan oleh Majelis
Sinode.
b. Di lingkup Sinodal yang
tidak tunduk pada Peraturan Pasal 11:3b
Perbendaharaan yang
berlaku, diputuskan dan
ditetapkan oleh Majelis
Sinode melalui Sidang
Majelis Sinode.
4. Langkah-langkah yang perlu
ditempuh sebelum pemberian Pasal 11:4
sanksi, diatur sebagai berikut :
a. BPPG/BPPJ secara khusus
menyurati Majelis Pasal 11:4.a
Hal. 239
Sinode/Majelis Jemaat dan
dengan tegas memberi
penjelasan dan mengenai
adanya indikasi
pelanggaran.
b. Pegawai yang bersangkutan
dinonaktifkan sementara Pasal 11:4.b : Cukup jelas
dan selama masa nonaktif : Cukup jelas
hanya berhak atas 50% gaji : Cukup jelas
: Cukup jelas
/ honor dan semua hak dan
: Cukup jelas
fasilitas lain dihentikan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
c. Tim Pastoral dibentuk oleh : Cukup jelas
Majelis Jemaat/Majelis Pasal 11:4.c
Sinode untuk melakukan
pemeriksaan, terkait adanya
penyimpangan.
d. Pribadi yang bersangkutan
berhak untuk melakukan Pasal 11:4.d
pembelaan di hadapan Tim
Pastoral.
e. Keputusan tentang
pemberian sanksi atau Pasal 11:4.e
pembebasan diambil dalam
Sidang Majelis Jemaat /
Sidang Majelis Sinode.
5. Sanksi yang dikenakan terdiri
atas 2 (dua) pilihan Pasal 11:5
a. Diberhentikan dengan
hormat dengan mengganti Pasal 11:5.a
kerugian yang ditimbulkan.
b. Diselesaikan melalui jalur
hukum. Pasal 11:5.b
6. Jika Pegawai yang
bersangkutan terbukti tidak Pasal 11:6
Hal. 240
melakukan pelanggaran, maka : Cukup jelas
yang bersangkutan dipulihkan : Cukup jelas
kembali pada kedudukan : Cukup jelas
semula dengan hak penuh atas
segala yang menjadi haknya : Cukup jelas
dengan berlaku surut.
7. Tim Pastoral lingkup Jemaat : Cukup jelas
diangkat oleh Majelis Jemaat Pasal 11:7
yang terdiri atas Warga Jemaat
yang berintegritas tinggi.
8. Biaya Tim Pastoral dibebankan
pada anggaran Majelis Jemaat / Pasal 11:8
Majelis Sinode.
9. Sanksi yang dijatuhkan Majelis
Jemaat / Majelis Sinode bersifat Pasal 11:9
final, yang dipertegas oleh
Majelis Sinode dengan Surat
Keputusan.
Pasal 12 Pasal 12
Anggaran Penerimaan dan
Pengeluaran
1. Dalam rangka mendukung
upaya pencapaian sasaran Pasal 12:1
PKUPPG yang secara
operasional dijabarkan dalam
rencana kerja tahunan, GPIB
menyusun anggaran
tahunannya yang terdiri atas
anggaran penerimaan dan
pengeluaran.
2. Anggaran dimaksud berfungsi Pasal 12:2
sebagai alat pengendalian
Hal. 241
keuangan baik penerimaan : Cukup jelas
maupun pengeluaran, secara : Cukup jelas
efektif dan efisien dalam upaya : Cukup jelas
pencapaian hasil optimal dari
pelaksanaan rencana kerja
GPIB.
3. Tahun anggaran adalah sama Pasal 12:3
dengan tahun buku yaitu mulai
1 April sampai dengan 31 Maret
tahun berikutnya.
4. Anggaran disusun dalam Pasal 12:4
kelompok anggaran rutin, non-
rutin dan proyek.
5. Jika diperlukan, dapat diadakan Pasal 12:5
anggaran tambahan / suplesi
paling cepat setelah triwulan 2
pada tahun anggaran berjalan.
Pasal 13 Pasal 13
Anggaran Majelis Sinode /
Majelis Jemaat
1. Anggaran tahunan GPIB pada Pasal 13:1 : Cukup jelas
lingkup Jemaat disusun oleh
Majelis Jemaat melalui PHMJ,
kemudian diminta
pengesahannya oleh dan di
dalam Sidang Majelis Jemaat
setiap tahun sebelum tahun
anggaran baru dimulai.
Anggaran Tahunan GPIB pada
lingkup Sinodal disusun oleh
Majelis Sinode dan disahkan
dalam PST.
Hal. 242
2. Anggaran GPIB pada lingkup Pasal 13:2 : Cukup jelas
Jemaat disusun dengan : Cukup jelas
: Cukup jelas
memperhatikan hasil PST, hasil
: Cukup jelas
Rapat Mupel, hasil Sidang : Cukup jelas
: Cukup jelas
Majelis Jemaat, dan
pendapat/usul dari warga sidi
Jemaat dalam Pertemuan Warga
Sidi jemaat serta Badan-badan
Pelaksana di dalam Jemaat.
3. Penyusunan anggaran GPIB Pasal 13:3
pada lingkup Jemaat harus
mencerminkan pemahaman
jemaat misioner melalui
rencana kerja/program kerja
unit-unit misioner.
4. Anggaran tahunan BPPG / Pasal 13:4
BPPJ disusun oleh BPPG /
BPPJ dan dimasukkan dalam
anggaran tahunan Majelis
Sinode / Majelis Jemaat untuk
disahkan pada lingkupnya
masing-masing.
Pasal 14 Pasal 14
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 6 ini mulai Pasal 14:1
berlaku sejak tanggal
ditetapkan. Pasal 14:2
2. Dengan ditetapkannya
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai
Perbendaharaan GPIB yang
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 14:3
Hal. 243
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka
Majelis Sinode dapat menyusun
dan menetapkannya dalam
Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat. Pasal 14:4 : Cukup jelas
4. Perubahan Peraturan ini hanya : Cukup jelas
: Cukup jelas
dapat dilaksanakan di dalam
: Cukup jelas
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila : Pasal 14:4.a
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau; Pasal 14:4.b
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat; Pasal 14:4.c
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 244
PERATURAN NOMOR 7
TENTANG
BADAN PEMERIKSA PERBENDAHARAAN DI GEREJA
PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup Jelas
Ketentuan Umum
1. Pemeriksaan adalah seluruh Pasal 1 : 1 : Cukup Jelas
: Cukup Jelas
proses kegiatan untuk menilai
pengelolaan dan pengolahan
perbendaharaan Gereja /
Jemaat dengan cara
membandingkan antara
keadaan yang sebenarnya
dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan baik
dalam bidang keuangan, Harta
Milik Gereja dan atau dalam
bidang teknis operasional.
2. Pemeriksaan dapat
dilaksanakan dengan kehadiran Pasal 1 : 2
fisik atau secara virtual dalam
jaringan menggunakan
teknologi digital atau
dilaksanakan dengan cara
lainnya yang efektif dan efisien
sesuai situasi dan kebutuhan.
Pasal 2 Pasal 2
Tempat Kedudukan
Hal. 245
1. Badan Pemeriksa Pasal 2:1 : Cukup Jelas
: Cukup jelas
Perbendaharaan Gereja
: Cukup jelas
(BPPG) berada di tempat : Cukup jelas
: Cukup jelas
kedudukan Majelis Sinode. : Cukup jelas
2. Badan Pemeriksa Pasal 2:2
Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
berada di tempat kedudukan
Majelis Jemaat.
Pasal 3 Pasal 3
Status dan Fungsi
1. BPPG adalah Badan Pemeriksa Pasal 3:1
pada lingkup Sinodal yang
bertanggung jawab kepada
Persidangan Sinode.
2. BPPJ adalah Badan Pemeriksa Pasal 3:2
pada lingkup Jemaat yang
bertanggung jawab kepada
Sidang Majelis Jemaat .
3. Fungsi BPPG/BPPJ adalah Pasal 3:3
mengadakan pemeriksaan
terhadap perbendaharaan
4. Dalam menjalankan fungsinya Pasal 3:4
BPPG / BPPJ melakukan
pemeriksaan secara profesional
dengan memahami panggilan
dan pengutusan Gereja.
Pasal 4 Pasal 4
Tugas dan Lingkup
Pemeriksaan
Hal. 246
1. Lingkup Pemeriksaan atas Pasal 4:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
pengelolaan Perbendaharaan
: Cukup jelas
oleh BPPG/BPPJ meliputi: : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Bidang Keuangan, Harta Pasal 4:1.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
Milik GPIB, yaitu Harta : Cukup jelas
Bergerak dan Harta Tidak
Bergerak (Aset) milik
GPIB.
b. Bidang Keuangan dan
Akuntansi Gereja (yaitu
Anggaran, Keuangan dan Pasal 4:1.b
Pencatatan Pembukuan).
2. BPPG & BPPJ bertugas
memeriksa pelaksanaan
pengelolaan perbendaharaan. Pasal 4:2
3. BPPG dan BPPJ dalam
memeriksa pengelolaan
Perbendaharaan dilakukan Pasal 4:3
dengan cara :
a. Meminta penjelasan baik
lisan maupun tertulis
kepada pejabat yang terkait Pasal 4:3.a
dalam pengelolaan
Perbendaharaan.
b. Meneliti / memeriksa dan
mengungkapkan temuan
yang terjadi dalam proses Pasal 4:3.b
pengelolaan
Perbendaharaan.
c. Memberikan kesaksian /
pernyataan tentang
kebenaran formal dan Pasal 4:3.c
substansial dalam rangka
penilaian laporan
Hal. 247
keuangan dan
pertanggungjawaban
keuangan atas pengelolaan
Perbendaharaan.
d. Memberikan saran untuk
penyelesaian masalah Pasal 4:3.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
Perbendaharaan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
e. BPPG dan BPPJ sewaktu-
: Cukup jelas.
waktu dapat melakukan Pasal 4:3.e
pemeriksaan
Perbendaharaan.
f. Memberikan petunjuk dan
bimbingan dalam Pasal 4:3.f
pengelolaan
Perbendaharaan agar dapat
dilaksanakan menurut
sistem dan prosedur serta
ketentuan / peraturan yang
berlaku.
4. Apabila dalam pemeriksaan Pasal 4:4
ditemukan dugaan tindak
pidana atau merugikan GPIB,
maka BPPG / BPPJ
berkewajiban memberitahukan
persoalan tersebut kepada
Majelis Sinode / Pelaksana
Harian Majelis Jemaat sebelum
disampaikan dalam
Persidangan Sinode / Sidang
Majelis Jemaat Pasal 4:5
5. BPPG/BPPJ membuat analisis
mengenai perbendaharaan
Gereja / Jemaat dan
meneruskannya dalam bentuk
Hal. 248
rekomendasi kepada Majelis
Sinode / Pelaksana Harian
Majelis Jemaat.
Pasal 5 Pasal 5
Keanggotaan dan Susunan
Pengurus
1. Anggota BPPG / BPPJ adalah
seseorang yang menguasai
Bidang Perbendaharaan dan Pasal 5:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
aktif di dalam berjemaat : Cukup jelas
: Cukup jelas
(kegiatan-kegiatan
: Cukup jelas
peribadahan). : Cukup jelas
2. BPPG terdiri dari 3 (tiga) orang
yang dipilih dan diangkat oleh Pasal 5:2
Persidangan Sinode untuk
masa jabatan yang disesuaikan
dengan masa tugas Majelis
Sinode.
3. Susunan dan komposisi BPPG Pasal 5:3
dibentuk sesuai Peraturan No.
5 Tahun 2021 Pasal 19 butir 3f.
4. BPPJ terdiri dari 3 (tiga) orang, Pasal 5:4
dipilih oleh Warga Sidi Jemaat
dan diusulkan oleh Majelis
Jemaat untuk ditetapkan
Majelis Sinode dan masa
tugasnya sesuai dengan masa
tugas Majelis Jemaat.
5. Para anggota BPPJ memilih di Pasal 5:5
antara mereka sendiri Susunan
Pengurus yang terdiri atas :
a. Seorang Ketua. Pasal 5:5.a
Hal. 249
b. Seorang Sekretaris. Pasal 5:5.b : Cukup jelas
c. Seorang Anggota. Pasal 5:5.c : Cukup jelas
Pasal 6 Pasal 6
Etika Pemeriksaan
Dalam melaksanakan tugasnya
maka BPPG / BPPJ :
1. Harus terlebih dahulu Pasal 6:1 : Cukup jelas
memberitahukan kepada Pasal 6:2 : Cukup jelas
Pasal 6:3 : Cukup jelas
Majelis Sinode / Majelis Pasal 6:4 : Cukup jelas
Jemaat Pasal 6:5 : Cukup jelas
2. Harus bekerja secara kolegial Pasal 6:6 : Cukup jelas
3. Harus bersikap independen
4. Harus menyimpan rahasia
pemeriksaan maupun rahasia
jabatan.
5. Harus memiliki loyalitas tinggi
kepada GPIB. Harus memiliki
integritas tinggi.
6. Wajib mengamankan
kebijakan dan program kerja
dalam rangka menjaga
martabat GPIB.
Pasal 7 Pasal 7
Tata Kerja dan Sarana Kerja
1. Dalam melakukan tugasnya Pasal 7:1 : Cukup jelas
apabila dianggap perlu oleh
kedua belah pihak, BPPG
dengan persetujuan Majelis
Sinode dapat menggunakan
jasa kantor Akuntan Publik.
Hal. 250