Pasal 17 Pasal 16:2.t : Cukup jelas
Hak dan Kewajiban GPIB
1. Hak GPIB:
a. Memberikan Pekerjaan atau
perintah yang layak kepada Pasal 17 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pegawai baik tertulis atau pun : Cukup jelas
: Cukup jelas
lisan. : Cukup jelas
b. Menugaskan Pegawai untuk Pasal 17:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
bekerja lembur dengan Pasal 17:1.a : Cukup jelas
memperhatikan peraturan
yang berlaku.
c. Menetapkan suatu prestasi
kerja (performance) sesuai Pasal 17:1.b
dengan standar/target yang
telah ditetapkan dan
memberikan penilaian atas
prestasi tersebut. Pasal 17:1.c
d. Menetapkan peraturan atau
tata tertib dalam GPIB sesuai
dengan Undang-undang yang
berlaku.
e. Menempatkan Pegawai di
seluruh lokasi atau Pasal 17:1.d
lingkungan kerja yang
terdapat di GPIB.
f. Memutuskan hubungan kerja
dengan Pegawai dengan Pasal 17:1.e
memperhatikan keadaan
GPIB dan ketentuan
perundang-undangan yang
berlaku. Pasal 17:1.f
2. Kewajiban GPIB;
Hal. 401
a. Memberikan petunjuk dan
pengarahan pada Pegawai
dalam bekerja.
b. Memberikan upah, upah Pasal 17:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
lembur dan tunjangan- Pasal 17:2.a : Cukup jelas
tunjangan lain sesuai dengan : Cukup jelas
peraturan yang ditetapkan : Cukup jelas
: Cukup jelas
GPIB. Pasal 17:2.b
c. Memperhatikan, memelihara
keselamatan dan kesehatan
kerja Pegawai.
d. Memberikan hak-hak
Pegawai sesuai dengan Pasal 17:2.c
peraturan yang ada.
e. Memberikan kesempatan
kepada setiap Pegawai untuk
meningkatkan kinerja dan Pasal 17:2.d
karirnya.
f. Menyediakan peralatan dan Pasal 17:2.e
atau perlengkapan kerja.
BAB IV Pasal 17:2.f : Cukup jelas
LARANGAN, PELANGGARAN
DAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 18
Larangan
Disamping harus memenuhi Pasal 18 : Cukup jelas
kewajibannya, Pegawai dilarang:
1. Meminjamkan, mengaryakan
atau mengambil barang-barang
milik GPIB yang dipercayakan
Hal. 402
kepadanya, tanpa ijin tertulis dari Pasal 18:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
pimpinan GPIB. : Cukup jelas
2. Melakukan Pekerjaan untuk : Cukup jelas
: Cukup jelas
pihak ketiga tanpa ijin tertulis
: Cukup jelas
dari Majelis Sinode/Majelis : Cukup jelas
: Cukup jelas
Jemaat. Pasal 18:2
3. Menjual/memperdagangkan
barang-barang apapun, atau
mengedar daftar sumbangan,
menempelkan atau mengedarkan Pasal 18:3
poster dan informasi-informasi
yang tidak ada hubungannya
dengan Pekerjaan tanpa ijin
tertulis dari pimpinan GPIB.
4. Membawa senjata api, kimia atau
senjata tajam tanpa ijin tertulis
dari pimpinan GPIB.
5. Melakukan tindakan asusila di Pasal 18:4
dalam lingkungan GPIB, minum-
minuman keras/mabuk di tempat
kerja, membawa atau menyimpan Pasal 18:5
dan menyalahgunakan obat-obat
terlarang, narkoba dan
sejenisnya.
6. Melakukan perjudian di tempat
kerja.
7. Bertengkar atau berkelahi dengan
sesama Pegawai, pimpinan GPIB
dan pelanggan. Pasal 18:6
8. Menyebarkan isu-isu yang
berkaitan dengan suku, agama, Pasal 18:7
ras, dan antar golongan baik
secara lisan ataupun melalui
media sosial yang menimbulkan Pasal 18:8
Hal. 403
rasa kebencian, permusuhan
individu atau masyarakat
tertentu.
9. Meminta atau menerima uang
atau barang dari pihak ketiga
yang karena jabatannya, sehingga
dapat mempengaruhi tindakan
atau hubungan dengan pihak Pasal 18:9 : Cukup jelas
tersebut yang berakibat Pasal 18:10 : Cukup jelas
Pasal 18:11 : Cukup jelas
merugikan kepentingan GPIB.
Pasal 18:12 : Termasuk KDRT,
10. Menyalahgunakan jabatan untuk Pasal 18:13 terlibat narkoba.
Pasal 18:14
kepentingan / keuntungan pribadi Pasal 18:15 : Cukup jelas
: Cukup jelas
atau kelompok. : Cukup jelas
11. Perbuatan-perbuatan lain sejenis
di atas yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan pihak
lain yang merugikan dan merusak
nama baik GPIB.
12. Melakukan hal-hal yang
menurunkan martabat dan
kehormatan gereja, jemaat dan
pegawai.
13. Menyalahgunakan wewenang
untuk kepentingan apapun.
14. Menyalahgunakan aset dan uang
gereja.
15. Melakukan tindakan yang
bersifat ancaman langsung atau
tidak langsung yang
membahayakan orang lain.
16. Bertindak sewenang-wenang
terhadap bawahan.
17. Menghalangi berjalannya tugas
pekerjaan.
Hal. 404
18. Membocorkan dan/atau Pasal 18:16 : Cukup jelas
Pasal 18:17 : Cukup jelas
mempergunakan data/dokumen Pasal 18:18 : Cukup jelas
rahasia gereja/anggota jemaat. Pasal 18:19 : Cukup jelas
19. Bertindak selaku perantara baik
langsung atau tidak langsung
dengan pemberi kerja untuk
memperoleh imbalan atau
keuntungan pribadi.
Pasal 19
Pelanggaran Dan Tindakan
Disiplin
1. Setiap Pegawai yang melakukan Pasal 19 : Cukup jelas
: Cukup jelas
pelanggaran terhadap
kewajibannya dan atau tata tertib
kerja, hukum serta
keberlangsungan GPIB dapat Pasal 19:1
dikenakan tindakan disiplin
berupa:
a. Peringatan lisan sebagai
peringatan pertama.
Peringatan atau Teguran
Lisan atas pelanggaran
ringan disampaikan secara Pasal 19:1.a : Harus dicatat
langsung kepada pegawai. apakah pegawai
yang bersangkutan
menerima dan sadar
atas
pelanggarannya
atau tidak menerima
peringatan tersebut.
Harus dicatat
apakah pegawai
Hal. 405
yang bersangkutan
menerima dan sadar
atas
pelanggarannya
b. Peringatan tertulis pertama. atau tidak menerima
Masa berlakunya 3 (tiga)
bulan. Apabila dalam waktu peringatan tersebut.
3 bulan tersebut pegawai
melakukan pelanggaran yang Pasal 19:1.b : Surat Peringatan
sama atau sejenis, maka
Surat Peringatan harus
ditingkatkan menjadi Surat
Peringatan ke II. ditandatangani oleh
pegawai yang
bersangkutan pada
Surat Peringatan
tersebut. Dalam hal
pegawai tidak mau
menerima/menanda
tangani, maka
atasan pegawai
tersebut
mengundang rekan
sejawat yang sama
atau lebih tinggi
sebanyak 2 orang
untuk menjadi saksi
dan kedua saksi
menandatangani
c. Peringatan tertulis kedua. pada surat
Masa berlakunya lebih lama peringatan tersebut.
yaitu 6 (enam) bulan. Pasal 19:1.c : Surat Peringatan
Apabila dalam waktu 6 bulan harus
tersebut pegawai melakukan ditandatangani oleh
pelanggaran yang sama atau pegawai yang
sejenis, maka Surat bersangkutan pada
Peringatan ditingkatkan Surat Peringatan
tersebut. Dalam hal
Hal. 406
menjadi Surat Peringatan ke pegawai tidak mau
III.
menerima/
menandatangani,
maka atasan
pegawai tersebut
mengundang rekan
sejawat yang sama
atau lebih tinggi
sebanyak 2 orang
untuk menjadi saksi
dan kedua saksi
menandatangani
pada surat
d. Peringatan tertulis ketiga dan peringatan tersebut.
terakhir. Pasal 19:1.d : Pada prinsipnya
Masa berlakunya 1 tahun. semua pegawai
Apabila dalam waktu 1 tahun yang mendapat
pegawai melakukan jenis peringatan perlu
pelanggaran apa pun, maka digembalakan, akan
hukuman akan ditingkatkan tetapi Peringatan
berupa Pemutusan Hubungan tersebut sebenarnya
Kerja dengan tidak hormat. sudah merupakan
penggembalaan.
Untuk pegawai
yang menerima
Peringatan butir
1:b.3 dan 1:b.4
perlu
penggembalaan
khusus agar
pegawai tersebut
sadar, sehingga
hukuman yang lebih
berat dapat dicegah.
Hal. 407
e. Peringatan Pertama dan Pasal 19:1.e : Cukup jelas
terakhir. : Cukup jelas
Masa berlakunya 1 tahun : Cukup jelas
diberikan kepada pegawai : Bisa lebih dari 1
tahun apabila yang
yang melakukan pelanggaran bersangkutan tidak
menunjukan
berat tetapi tidak berada pada perubahan positif
sehingga pimpinan
masa Surat Peringatan I atau memutuskan
demikian.
II.
f. Penundaan kenaikan Pasal 19:1.f
golongan.
Penundaan Kenaikan
Golongan minimal 6 bulan,
dan apabila pegawai yang
bersangkutan menunjukkan
perubahan positif maka
kenaikan golongan dapat
segera di tetapkan, tetapi
tidak berlaku surut.
g. Penurunan golongan. Pasal 19:1.g
Penurunan Golongan, hanya
1(satu) tingkat dan berlaku
untuk jangka waktu minimal
1 tahun, atau tergantung
penilaian pimpinan.
h. Pembebasan dari jabatan. Pasal 19:1.h
Pembebasan dari jabatan
dikenakan kepada pegawai
yang terancam hukuman
pemutusan hubungan kerja
dan masalahnya masih dalam
pertimbangan Majelis
Sinode/Majelis Jemaat. Juga
dalam hal keterlibatan
pegawai dalam perselisihan
Hal. 408
(conflict) antar jemaat, dalam : Cukup jelas
jemaat, antar sesama : Cukup jelas
pegawai atau dengan Majelis
Sinode/ Majelis Jemaat;
sampai permasalahannya
selesai.
i. Pemberhentian sementara Pasal 19:1.i
(skorsing).
Pemberhentian Sementara
(skorsing) adalah karena
adanya dugaan pelanggaran
berat, atau juga sebagai
hukuman yang ditingkatkan
dari butir 1.d. di atas. Masa
skorsing maksimal adalah 6
(enam) bulan. Selama
pemberhentian sementara,
pegawai menerima 50% dari
Gaji Bersih dan kendaraan
dinas dikembalikan. Apabila
pegawai dikembalikan
statusnya sisa gaji dibayar
seperti semula.
j. Pemutusan Hubungan Kerja. Pasal 19:1.j
Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) adalah tindakan
pemecatan yang dilakukan
sebagai hukuman/tindakan
disiplin. Pegawai yang
dikenakan PHK
diberhentikan dengan tidak
hormat hanya menerima
uang pisah sesuai dengan
Hal. 409
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Pasal 19:1.k : Cukup jelas
: Cukup jelas
k. Tuntutan ganti rugi. Pasal 19:2
2. Setiap bentuk peringatan akan
berlaku selama 6 (enam) bulan,
dan apabila dalam masa 6 (enam)
bulan yang bersangkutan
melakukan pelanggaran lagi,
sejenis ataupun pelanggaran lain,
dapat dikenakan sanksi yang
lebih berat, yang pelaksanaannya
berpedoman pada peraturan
perundangan yang berlaku. Pasal 19:3 : Cukup jelas
3. GPIB dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
dengan alasan mendesak jika
Pegawai terbukti melakukan
pelanggaran atau kesalahan-
kesalahan berat sebagai berikut: Pasal 19:3.a : Bila telah ada
a. Penipuan, pencurian dan atau putusan yang
penggelapan barang/uang mempunyai
milik GPIB, pimpinan, teman kekuatan hukum
kerja. tetap atau
pengakuan dari
yang bersangkutan.
Pasal 19:3.b : Cukup jelas
b. Memberikan keterangan
: Cukup jelas
palsu atau yang dipalsukan
sehingga merugikan GPIB
dan atau kepentingan negara. Pasal 19:3.c
c. Mabuk, meminum minuman
keras yang memabukkan,
madat, memakai obat-obat
terlarang atau obat-obat
Hal. 410
perangsang lainnya di tempat
kerja yang dilarang oleh
peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pasal 19:3.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
d. Melakukan perbuatan asusila
: Cukup jelas
atau melakukan perjudian di : Cukup jelas
: Cukup jelas
tempat kerja. Pasal 19:3.e : Cukup jelas
e. Menyerang, mengintimidasi
atau menipu pimpinan GPIB
atau teman sekerja dan
memperdagangkan barang
terlarang baik dalam
lingkungan GPIB dan
maupun di luar lingkungan
GPIB. Pasal 19:3.f
f. Menganiaya, mengancam
secara fisik atau mental,
menghina secara kasar
pimpinan GPIB atau
keluarganya, teman sekerja
dan pelanggan. Pasal 19:3.g
g. Membujuk pimpinan GPIB,
teman sekerja untuk
melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum
atau kesusilaan serta
perundang-undangan yang
berlaku. Pasal 19:3.h
h. Dengan sengaja atau karena
kecerobohannya
mengakibatkan kerusakan,
kerugian atau pun kehilangan
barang-barang miliki GPIB,
milik Pegawai lain. Pasal 19:3.i
Hal. 411
i. Melakukan perkelahian di
tempat kerja dengan siapa
pun dan atau mengancam,
mencegah Pegawai lain yang
datang untuk bekerja. Pasal 19:3.j : Cukup jelas
Pasal 19:3.k : Cukup jelas
j. Bertindak atau bersikap yang Pasal 19:3.l : Cukup jelas
berakibat membahayakan Pasal 19:3.m : Cukup jelas
keamanan pimpinan GPIB,
Pegawai lain, pelanggan atau
merusak nama baik GPIB.
k. Meminta atau menerima uang
atau barang dari pihak ketiga
yang karena jabatan,
sehingga dapat
mempengaruhi tindakan atau
hubungan dengan pihak
tersebut yang merugikan
kepentingan GPIB.
l. Pemutusan hubungan kerja
yang disebabkan oleh
perbuatan atau kesalahan
berat yang disebutkan di atas,
dan perbuatan atau tindakan-
tindakan sejenis dapat
dilaksanakan Sesuai dengan
peraturan perundangan yang
berlaku.
m. GPIB dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) apabila Pegawai
Tidak cakap atau tidak dapat
melaksanakan Pekerjaan
yang menjadi tanggung
jawabnya setelah diberikan
Hal. 412
pengarahan dan atau surat
peringatan terakhir.
Pelaksanaannya sesuai
dengan Peraturan
Perundangan yang berlaku. Pasal 19:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
4. GPIB dapat memberikan
: Cukup jelas
peringatan Ke tiga pada Pegawai : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang melakukan kesalahan atau : Cukup jelas
pelanggaran sebagai berikut: Pasal 19.4.a
a. Tidak melaksanakan atau
tidak cakap melaksanakan
kewajibannya setelah
diberikan pengarahan dan
peringatan pertama secara
tertulis. Pasal 19:4.b
b. Membawa senjata api, kimia
atau senjata tajam tanpa ijin
tertulis dari pimpinan GPIB. Pasal 19:4.c
c. Menolak perintah tugas yang
wajar dari pimpinan atau
atasan langsung, walaupun
telah diberikan peringatan
sebelumnya. Pasal 19:4.d
d. Menyebarkan isu-isu atau
memperdebatkan hal-hal
yang berkaitan dengan suku,
agama, ras atau antar
golongan. Pasal 19:4.e
e. Akibat kelalaian Pegawai,
tidak mengikuti SOP / Sisdur
kerja; dan atau terjadi
penyimpangan, kekurangan
barang atau keuangan GPIB
sehingga GPIB mengalami
Hal. 413
kerugian material maupun
non material Pasal 19:4.f : Cukup jelas
f. Melakukan kegiatan yang
tidak berhubungan dengan
Pekerjaan di dalam
lingkungan kantor dan
mengganggu Pekerjaan. Pasal 19:4.g : Cukup jelas
g. Perbuatan-perbuatan atau
tindakan-tindakan lain sejenis
setara dengan pelanggaran
ayat 4 (a) sampai dengan 4
(f). Pasal 19:5 : Termasuk Pegawai
5. GPIB dapat memberikan Pendeta yang
Peringatan Pertama kepada ditugaskan di
pegawai non Pendeta sebagai Kantor Majelis
berikut: Sinode.
Pasal 19:5.a : Cukup jelas
a. Prestasi kerja tidak
memenuhi harapan atau
standar yang diberikan GPIB.
b. Pegawai tidak menunjukkan Pasal 19:5.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
sikap yang serius, malas atau
tertidur pada waktu kerja.
c. Terlambat datang dari waktu Pasal 19:5.c
yang telah ditentukan atau
pulang/meninggalkan
Pekerjaan lebih cepat dari
waktu yang telah ditentukan
tanpa ijin dari pimpinan atau
atasan langsung.
d. Pegawai meninggalkan Pasal 19:5.d : Cukup jelas
tempat kerja tanpa ijin dari
pimpinan atau atasan
langsungnya.
Hal. 414
e. Mengganggu karyawan lain Pasal 19:5.e : Cukup jelas
yang sedang bekerja. : Cukup jelas
: Cukup jelas
f. Lambat atau melakukan tugas Pasal 19:5.f : Cukup jelas
secara serampangan.
: Cukup jelas
g. Makan, minum atau merokok Pasal 19:5.g
di tempat dan waktu yang : Cukup jelas
dilarang.
: Termasuk Pegawai
h. Mengeluarkan kata-kata Pasal 19:5.h
kasar atau tidak sopan Pendeta yang
terhadap karyawan lain atau
pelanggan. ditempatkan di
i. Tidak memakai atau Pasal 19:5.i Kantor Majelis
melengkapi pakaian seragam
atau atribut lainnya, dan tidak Sinode.
menjaga kebersihan dan
kerapiannya. : Cukup jelas
j. Perbuatan-perbuatan atau Pasal 19:5.j : Cukup jelas
tindakan-tindakan lain yang
setara dengan ayat 5 (a)
sampai dengan 5 (i).
6. GPIB dapat memberikan Pasal 19:6
Peringatan Kedua Pegawai non
Pendeta sebagai berikut:
a. Mengulang Perbuatan yang Pasal 19:6.a
diatur dalam Peringatan
Pertama
b. Melakukan perbuatan yang Pasal 19:6.b
membahayakan diri sendiri
atau orang lain dalam
lingkungan GPIB.
Hal. 415
7. GPIB dapat mengajukan tuntutan Pasal 19:7 : Termasuk Pegawai
ganti rugi kepada Pegawai non Pendeta yang
Pendeta yang terbukti melakukan ditempatkan di
pelanggaran-pelanggaran atau Kantor Majelis
kesalahan-kesalahan berikut, Sinode.
sebesar kerugian yang diderita
GPIB dengan tetap
mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku karena pelanggaran atau
kesalahan berikut:
a. Sengaja merusak atau karena Pasal 19:7.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
kecerobohannya : Cukup jelas
mengakibatkan kerusakan
pada peralatan atau barang-
barang milik GPIB.
b. Karena dengan sengaja atau Pasal 19:7.b
ceroboh mengakibatkan
hilangnya uang, peralatan
atau barang-barang lain milik
GPIB.
c. Meminta atau menerima Pasal 19:7.c
uang/barang dari pihak ketiga
dengan mengaitkan dengan
jabatannya, sehingga dapat
mempengaruhi tindakan atau
hubungan dengan pihak
tersebut yang merugikan
GPIB.
d. Perbuatan-perbuatan atau Pasal 19:7.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
tindakan-tindakan lain yang
setara dengan ayat 6 (a)
sampai dengan 6 (c).
Pasal 19:8
Hal. 416
8. Pimpinan di setiap bagian baik di
Kantor Majelis Sinode maupun di
Kantor Majelis Jemaat
berkewajiban melakukan
pembinaan, pengawasan dan
bertanggungjawab penuh atas
pelaksanaan tata tertib GPIB dan
tegaknya disiplin kerja untuk
menunjang kelancaran aktivitas
GPIB.
Pasal 20
Pasal 20
Tingkat Hukuman Disiplin
Pasal 20:1 : Cukup jelas
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri
atas : Pasal 20:1.a : Cukup jelas
a. hukuman disiplin ringan; Pasal 20:1.b : Cukup jelas
b. hukuman disiplin sedang; Pasal 20:1.c : Catatan: akan
c. hukuman disiplin berat. dijabarkan tentang
pengertian tingkat
hukuman.
Pasal 20:2 a.Yang dimaksud
2. Semua jenis hukuman disiplin,
Pejabat berwenang
disampaikan oleh pejabat yang
berwenang, yang ditetapkan bagi Pegawai
secara tertulis.
Pendeta adalah
Majelis Sinode.
b.Percakapan Pastoral
yang dimaksud
adalah setara
dengan percakapan
bepatrid dalam
Peraturan
Perundang-
Hal. 417
Pasal 20:3 undangan
Ketenagakerjaan
RI.
: Cukup jelas
3. Penyampaian hukuman disiplin Pasal 20:4 : Cukup jelas
dilakukan secara tertutup.
4. Hukuman disiplin yang
dijatuhkan berlaku sejak tanggal
disampaikan oleh pejabat yang
berwenang.
BAB V
CUTI DAN IJIN
Pasal 21 Pasal 21:1 : Perhitungan cuti
Cuti Tahunan
adalah sesuai
1. Setiap pegawai berhak atas cuti dengan tanggal dan
tahunan.
bulan pengangkatan
sebagai pegawai
GPIB. Cuti harus
diambil pada tahun
yang bersangkutan
dan dinyatakan
hangus bila
melewati tahun
tersebut
Pasal 21:1.a : Cukup jelas
1.a. Pegawai non Pendeta yang
bekerja tidak terputus
selama 12 bulan berhak
Hal. 418
untuk Cuti Tahunan selama
12 hari kerja, tidak
dihitung di dalamnya hari Pasal 21:1.b : Cukup jelas
libur dan hari libur resmi. : Cukup jelas
: Cukup jelas
1.b. Pegawai Pendeta yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
bekerja tidak terputus
: Cukup jelas
selama 12 bulan berhak
: Cukup jelas
untuk Cuti Tahunan selama
18 hari kerja, tidak
dihitung di dalamnya hari Pasal 21:2
libur dan hari libur resmi.
2. Permohonan Cuti Tahunan harus
diajukan selambat-lambatnya 1 Pasal 21:3
(satu)bulan sebelumnya.
3. Surat permohonan cuti ditujukan
kepada masing-masing instansi di
mana seorang pegawai bertugas. Pasal 21:4
4. Hari-hari cuti tidak boleh
dikumpulkan dengan hari-hari
cuti dari tahun sebelumnya. Pasal 21:5
5. Pegawai yang tidak lagi
mempunyai hari-hari cuti
tahunan karena dipotong dan
diperhitungkan ijin-ijin
sebelumnya termasuk panjar cuti;
pegawai tetap mengajukan surat
permohonan cuti. Pasal 21:6
6. Hak cuti tahunan yang tidak
diambil dalam jangka waktu 3
bulan sesudah tanggal jatuh
tempo, maka cuti tersebut
dianggap hangus, akan tetapi
tunjangan cuti tahunan tetap
dibayarkan. Pasal 21:7
Hal. 419
7. Besarnya Tunjangan Cuti
Tahunan adalah 1 (satu) kali Gaji
Bersih. Pasal 21:8 : Cukup jelas
: Cukup jelas
8. Pelaksanaan Cuti yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilaksanakan melebihi waktu cuti : Cukup jelas
yang diberikan maka dapat
diperhitungkan di hari cuti
tahunan periode berikutnya.
Pasal 22
Pasal 22
Istirahat Melahirkan dan
Keguguran
Pegawai wanita yang akan Pasal 22:1
melahirkan anak diberi Istirahat Pasal 22:2
melahirkan dengan upah penuh yang Pasal 22:3
diatur sebagai berikut:
1. Istirahat melahirkan diberikan
tiga (3) bulan, dimulai maksimal
1,5 (satu setengah) bulan sebelum
saatnya melahirkan anak menurut
perhitungan dokter dan 1,5 (satu
setengah) bulan setelah
melahirkan anak.
2. Pegawai wanita yang mengalami
keguguran kandungan berhak
mendapat istirahat maksimal satu
setengah bulan dengan
menunjukkan surat keterangan
dokter atau bidan yang
merawatnya.
3. Cuti hamil hanya berlaku untuk
anak pertama sampai ketiga,
sedangkan untuk kelahiran
Hal. 420
selanjutnya berlaku cuti di luar
tanggungan. Pasal 22:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
4. Pegawai yang menjalani cuti : Cukup jelas
: Cukup jelas
hamil tetap berhak atas tunjangan : Cukup jelas
: Cukup jelas
cuti tahunan ataupun tunjangan
: Cukup jelas
cuti besar pada tahun yang sama.
Pasal 23 Pasal 23
Cuti Besar
1. Pegawai Pendeta yang bekerja Pasal 23:1
tidak terputus selama 5 tahun,
berhak menjalani cuti besar
selama 3 bulan kalender;
termasuk hari libur dan hari libur
resmi.
2. Pegawai Non Pendeta yang Pasal 23:2
bekerja tidak terputus selama 6
tahun, berhak menjalani Cuti
Besar selama 3 bulan kalender;
termasuk hari libur dan hari libur
resmi.
3. Pada tahun pelaksanaan Cuti Pasal 23:3
Besar, hak Cuti Tahunan tidak
diperoleh.
4. Surat permohonan Cuti Besar Pasal 23:4
disampaikan oleh Majelis
Jemaat/instansi di mana pegawai
bertugas untuk ditujukan kepada
Majelis Sinode dan diajukan
selambat-lambatnya 1 bulan
sebelumnya.
5. Permohonan cuti besar yang tidak Pasal 23:5
diajukan selama 3 bulan sesudah
Hal. 421
tanggal jatuh hari cuti, maka hari- : Cukup jelas
hari cuti tersebut dianggap : Cukup jelas
hangus, tetapi tunjangan cuti : Cukup jelas
besar tetap dibayarkan. : Cukup jelas
6. Besarnya Tunjangan Cuti Besar
adalah 2(dua) kali Gaji Bersih. Pasal 23:6 : Cukup jelas
Pasal 24 Pasal 24
Istirahat Sakit
1. Istirahat sakit diberikan
berdasarkan surat keterangan Pasal 24:1
dokter terhadap Pegawai yang
terganggu kesehatannya atau
penyakitnya dinyatakan
berbahaya bagi kesehatan orang
lain.
2. Maksimal jatah istirahat yang
dikuatkan dalam surat keterangan Pasal 24:2
dokter tersebut adalah selama 3
(tiga) hari, kecuali untuk rawat
inap.
3. Untuk Pegawai yang sakitnya
berkepanjangan maksimal 12 Pasal 24:3
bulan akan diatur dalam bagian
lain dari peraturan GPIB ini.
Pasal 25
Cuti di luar Tanggungan
1. Cuti di luar tanggungan adalah
ijin meninggalkan Pekerjaan Pasal 25:1
tanpa mendapat upah dari GPIB.
Hal. 422
2. Pegawai yang ingin mengambil Pasal 25:2 : Cukup jelas
cuti di luar tanggungan GPIB
untuk suatu jangka waktu : Cukup jelas
tertentu, harus mengajukan : Cukup jelas
permohonan tertulis dan disetujui : Cukup jelas
oleh pimpinan GPIB.
: Cukup jelas
3. Pegawai berhak atas cuti di luar Pasal 25:3 : Cukup jelas
tanggungan hanya 1 kali : Cukup jelas
sepanjang masa kerjanya sebagai
pegawai GPIB.
4. Cuti di luar tanggungan hanya Pasal 25:4
dapat diambil apabila seseorang
telah mempunyai masa kerja
minimal 10 tahun tanpa terputus.
5. Cuti di luar tanggungan Pasal 25:5
dilakukan atas permintaan sendiri
untuk jangka waktu paling lama 3
bulan dan dapat di perpanjang 3
bulan berikutnya atas persetujuan
Majelis Sinode
6. Selama menjalani cuti di luar Pasal 25:6
tanggungan, hak dan kewajiban
pegawai hilang sepenuhnya.
7. Apabila cuti tersebut lebih lama Pasal 25:7
dari waktu yang ditentukan maka
pegawai dinyatakan berhenti atas
permintaan sendiri.
8. Dalam hal pegawai tersebut Pasal 25:8
dinyatakan mengundurkan diri
sebagaimana butir 7 di atas, maka
GPIB akan memberhentikan
pegawai tersebut dengan hormat.
Hal. 423
Pasal 26
Cuti Bersama
1. GPIB dapat melakukan cuti
masal atau cuti bersama karena Pasal 26:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
ketentuan pihak GPIB dan atau : Cukup jelas
ketentuan Pemerintah dan akan
diperhitungkan sebagai
pengurangan jatah cuti tahunan
Pegawai.
2. Pada hari cuti bersama yang
ditetapkan oleh GPIB atau pun Pasal 26:2
Pemerintah, Pegawai tidak
diwajibkan bekerja, dengan
mendapat gaji / upah penuh
sejauh tidak melebihi ketentuan
jatah cuti yang masih ada.
3. Kecuali untuk Pekerjaan dan
jabatan tertentu, yang karena sifat Pasal 26:3
Pekerjaannya harus dilaksanakan
secara terus menerus atau yang
harus segera diselesaikan, yang
bila tidak dikerjakan, akan
mengganggu kelangsungan
GPIB, maka dalam cuti masal ini
yang bersangkutan harus datang
kerja dan jatah cutinya pun tidak
akan dipotong.
Pasal 27 Pasal 27 : Cukup jelas
Ijin Khusus
Pegawai diberikan ijin khusus
meninggalkan Pekerjaan namun tetap
Hal. 424
mendapat upah apabila dilaksanakan Pasal 27:1 : Cukup jelas
dengan mengajukan permohonan Pasal 27:2 : Cukup jelas
tertulis/lisan kepada atasan langsung Pasal 27:3 : Cukup jelas
dan hanya untuk keperluan-keperluan Pasal 27:4 : Cukup jelas
tersebut di bawah ini: Pasal 27:5 : Cukup jelas
1. Pernikahan Pegawai diberi ijin 3
Pasal 27:6 : Cukup jelas
(tiga) hari.
2. Pernikahan anak sah dari
Pegawai diberi ijin selama 2
(dua) hari.
3. Istri sah Pegawai melahirkan/
Keguguran diberi ijin 2 (dua)
hari.
4. Pembaptisan anak Pegawai
diberikan ijin selama 1 (satu)
hari.
5. Anggota keluarga, (yaitu
suami/istri, orang tua/mertua,
anak sah dan saudara kandung
Pegawai) meninggal dunia diberi
ijin selama 1 (satu) hari.
6. Pelaksanaan terhadap ijin Khusus
berlaku pada saat terjadinya
kegiatan yang dimaksud pada
poin 1 sampai dengan 5.
BAB VI
FASILITAS KERJA
Pasal 28
Peralatan Kerja
1. GPIB menyediakan peralatan
kerja yang untuk dipergunakan
Hal. 425
oleh Pegawai dalam : Cukup jelas
melaksanakan tugasnya. : Cukup jelas
2. Peralatan kerja adalah barang Pasal 28:1 : Cukup jelas
inventaris GPIB yang dipakai
untuk keperluan dinas. : Cukup jelas
3. Pegawai dilarang membawa : Cukup jelas
peralatan kerja ke luar kantor Pasal 28:2
tanpa ijin dari pimpinan GPIB. : Cukup jelas
Pasal 29 Pasal 28:3
Keselamatan Kerja
1. Dalam menjamin keselamatan
kerja Pegawai, GPIB senantiasa
akan menyediakan alat-alat
keselamatan kerja sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan Pasal 29:1
yang berlaku
2. Pegawai diwajibkan memakai
dan memelihara alat-alat
keselamatan kerja yang
disediakan GPIB untuk
Pekerjaan-Pekerjaan tertentu Pasal 29:2
sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
3. Alat-alat keselamatan kerja
merupakan pinjaman dari GPIB
dan tidak dibenarkan untuk
disalahgunakan/dipindah-
tangankan kepada yang tidak Pasal 29:3
berhak.
4. GPIB dapat membebankan ganti
kerugian sebagian atau
sepenuhnya kepada Pegawai
Hal. 426
yang bersangkutan yang karena
sengaja atau kelalaiannya terjadi Pasal 29:4 : Cukup jelas
: Cukup jelas
kehilangan maupun kerusakan : Cukup jelas
: Cukup jelas
atas alat-alat keselamatan kerja : Cukup jelas
yang disediakan untuknya.
5. Pegawai wajib ikut aktif
mengambil bagian dalam usaha
pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan/kebakaran di
lingkungannya masing-masing. Pasal 29:5
6. GPIB berhak
menunjuk/mengangkat setiap
Pegawai untuk duduk dalam
badan-badan yang dibentuk
untuk maksud butir 5 di atas Pasal 29:6
disamping tugas-tugasnya yang
biasa.
7. Pegawai wajib melaporkan
dengan segera setiap kejadian
kecelakaan/ kebakaran di
lingkungan GPIB serta wajib
memberikan keterangan yang Pasal 29:7
benar pada petugas yang ditunjuk
oleh GPIB untuk menyelidiki
peristiwa tersebut.
8. Demi kepentingan GPIB dan
pribadinya, Pegawai diharuskan
mematuhi dan menaati
ketentuan-ketentuan yang
berlaku tentang keselamatan Pasal 29:8
kerja.
Pasal 30
Hal. 427
Pembinaan, Latihan dan
Pendidikan
1. Untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan
Pegawai, GPIB dapat
mengadakan pembinaan, Pasal 30:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
pendidikan atau latihan yang
: Cukup jelas
dibiayai oleh GPIB.
2. Setiap Pegawai yang mengikuti
latihan atau pendidikan dengan
biaya GPIB harus bersedia
membuat pernyataan agar materi Pasal 30:2
pelatihan dan pendidikan akan
diperuntukkan bagi kepentingan
GPIB. Hal ini akan diatur lebih
terinci dalam Surat Keputusan
Majelis Sinode/Majelis Jemaat.
3. Ketentuan mengenai jenis atau
sifat latihan/pendidikan,
disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan Pegawai. Pasal 30:3
Pasal 31
Pembinaan
1. Pembinaan meliputi aktivitas
dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan keterampilan
pegawai GPIB yang Pasal 31:1 : Cukup jelas
diselenggarakan di dalam
maupun di luar lingkungan
gereja.
Hal. 428
2. Pembinaan Pegawai dilakukan
oleh GPIB berdasarkan
kebutuhan sesuai perencanaan Pasal 31:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Majelis Sinode. : Cukup jelas
: Cukup jelas
3. Pembina adalah orang yang : Cukup jelas
memiliki pengetahuan, : Cukup jelas
: Cukup jelas
keterampilan dan sikap terpuji Pasal 31:3
untuk melakukan pembinaan,
baik dari dalam GPIB atau dari
luar GPIB.
4. Pegawai dapat juga mengikuti
pembinaan di lembaga
pembinaan di luar GPIB. Pasal 31:4
5. Pembinaan khusus bagi Pendeta
pegawai GPIB dilaksanakan
secara berjenjang dalam bentuk Pasal 31:5
Kursus Dasar Pendeta (KDP) dan
Kursus Lanjutan Pendeta (KLP).
6. Biaya pembinaan ditanggung
oleh instansi/lembaga masing-
masing.
Pasal 31:6
Pasal 32
Pelatihan
1. Pelatihan adalah aktivitas untuk
meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan praktis guna
menunjang tugas pelayanan Pasal 32:1
Pegawai di tempat tertentu.
2. Pelatihan ini dapat dilaksanakan
di dalam GPIB atau di lembaga
pendidikan di luar GPIB.
Pasal 32:2
Hal. 429
3. Biaya pelatihan dan transpor
ditanggung oleh instansi/lembaga
masing-masing. Pasal 32:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
4. Untuk para Pendeta di daerah
Pelkes dilakukan pelatihan
keterampilan disesuaikan dengan Pasal 32:4
kebutuhan setempat.
Pasal 33
Pendidikan
1. GPIB memberikan kesempatan
kepada Pegawai Pendeta dan
Pegawai Non Pendeta yang Pasal 33:1 : Baik dalam bidang
Teologi maupun
memenuhi persyaratan untuk non Teologi sesuai
dengan perkiraan
melanjutkan pendidikan (studi) kebutuhan GPIB
kemasa depan.
baik pendidikan formal
pencapaian gelar
Master/Magister (S2) dan gelar
Doktor (S 3) maupun pendidikan
non formal.
2. Pendidikan (studi) lanjutan : Disesuaikan dengan
tersebut harus seusai dengan
perencanaan kebutuhan jangka Pasal 33:2 PKUPPG dan
pendek dan jangka panjang.
konteks lokal di
3. Lembaga pendidikan lanjutan jemaat.
yang dituju haruslah mendapat
persetujuan Majelis Sinode. Pasal 33:3 : Cukup jelas
4. Persyaratan untuk mengikuti : Cukup jelas
studi lanjutan antara lain :
a. Masa kerja paling sedikit 5 Pasal 33:4
tahun tanpa terputus;
Hal. 430
b. Bukan fungsionaris Majelis Pasal 33:4.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
Sinode; : Cukup jelas
: Khusus untuk S2
c. Memiliki catatan Pasal 33:4.b
dan S3
kepegawaian yang baik; : Cukup jelas
d. Lulus tes masuk perguruan Pasal 33:4.c
tinggi untuk tujuan studi
lanjut; Pasal 33:4.d
e. Memiliki kemampuan salah
satu bahasa asing setara
TOEIC/TOEFL/IELTS. Pasal 33:4.e
5. Tidak merangkap sebagai Ketua
Majelis Jemaat, maupun Pendeta
Jemaat selama masa studi. Pasal 33:5 : Dalam hal jemaat
menyetujui Pendeta
yang studi tetap
sebagai Ketua
Majelis
Jemaat/Pendeta
Jemaat, maka segala
haknya ditanggung
6. Perjanjian antara GPIB dan oleh Jemaat
pendeta yang ditetapkan untuk
mengikuti studi lanjutan antara Pasal 33:6 setempat.
lain harus mencantumkan pasal-
pasal antara lain menyatakan : : Cukup jelas
a. Setelah selesai pendidikan,
pendeta tersebut harus : Cukup jelas
kembali ke lingkungan GPIB Pasal 33:6.a
dan bersedia ditugaskan : Cukup jelas
dimana saja dalam wilayah
pelayanan GPIB;
b. Apabila melanggar perjanjian
tersebut semua biaya yang
dikeluarkan oleh GPIB harus Pasal 33:6.b
Hal. 431
dikembalikan, dan Pendeta Pasal 33:7 : Cukup jelas
yang bersangkutan akan Pasal 33:8
diberhentikan dengan tidak : Selama Pendeta
hormat. Pasal 33:9
7. Ketentuan tersebut pada Pasal 33 Pasal 33:10 menjalankan studi
butir 2, 3, 4 dan 5 berlaku juga
bagi Pendeta yang ditugaskan dengan biaya
oleh Majelis Sinode untuk
mengikuti studi lanjutan di luar sendiri dan dengan
negeri.
8. Pendidikan (studi) lanjutan yang rekomendasi GPIB,
diikuti oleh pegawai atas biaya
sendiri atau oleh sponsor dan tetap memperoleh
masih sejalan dengan rencana
kebutuhan GPIB, maka GPIB Gaji Dasar, dan
dalam hal ini dapat menyetujui
dan diintegrasikan ke dalam waktu studinya
lingkup pendidikan GPIB.
Apabila yang bersangkutan tidak bisa
mengundurkan diri sesudah studi,
maka status kepegawaiannya diperhitungkan
diakhiri.
9. Pegawai yang berkeinginan sebagai cuti di luar
untuk melanjutkan pendidikan
formal harus memperoleh Surat tanggungan GPIB
Rekomendasi Gereja (SRG) dari
Majelis Sinode. : Mereka yang studi
10. Selama menjalani studi pegawai
yang bersangkutan diwajibkan tanpa rekomendasi
melaporkan kemajuan studi
setiap semester. Apabila terdapat Majelis Sinode,
kecenderungan prestasi yang
kurang baik, Majelis Sinode kehilangan hak atas
Gaji Dasar.
: Cukup jelas
Hal. 432
berhak mengakhiri masa
studinya.
11. Selama menjalani studi pegawai
yang bersangkutan yang
ditugaskan oleh Majelis Sinode Pasal 33:11 : Cukup jelas
Pasal 33:12
untuk belajar, dan tetap : Yang dimaksud
Pasal 33:13 dengan
memperoleh Gaji Dasar Pasal 33:14 institusi/lembaga
Pasal 33:15 adalah Jemaat asal
12. Gaji Dasar pegawai yang Pasal 33:16 atau Majelis Sinode.
menjalankan studi atas biaya : Cukup jelas
sendiri dan mendapat : Cukup jelas
rekomendasi dari Majelis Sinode, : Cukup jelas
dibayar oleh instansi/lembaga; : Cukup jelas
namun tidak berhak atas cuti dan
tunjangan Hari Raya.
13. Masa studi pegawai yang
bersangkutan dihitung sebagai
masa kerja pegawai.
14. GPIB tidak menyesuaikan
pangkat/golongan secara
langsung sebagai akibat dari
keberhasilan dalam studi lanjut
dimaksud.
15. Masa studi maksimum yang
diizinkan adalah 2 kali masa
program studi yang ditempuh.
16. Hal-hal yang belum diatur,
ditetapkan dalam pedoman studi
lanjut.
Pasal 34
Perjalanan Dinas
1. Yang dimaksud dengan
perjalanan dinas adalah setiap
Hal. 433
perjalanan dalam rangka Pasal 34:1 : Cukup jelas
kepentingan Pekerjaan dan : Cukup jelas
ditugaskan oleh pimpinan GPIB. : Cukup jelas
2. Perjalanan dinas adalah : Cukup jelas
: Cukup jelas
perjalanan dinas dalam kota, luar : Cukup jelas
: Cukup jelas
kota dan perjalanan dinas luar Pasal 34:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
negeri.
3. Biaya perjalanan dinas
ditanggung GPIB dan
dimaksudkan sebagai pengganti: Pasal 34:3
a. Biaya transpor ke dan dari
tempat tujuan.
b. Biaya penginapan termasuk Pasal 34:3.a
pajak.
c. Biaya makan. Pasal 34:3.b
d. Biaya transpor selama di
tempat tujuan. Pasal 34:3.c
e. Uang saku. Pasal 34:3.d
4. Besarnya biaya perjalanan dinas
diatur tersendiri dalam ketentuan Pasal 34:3.e
mengenai PPMS/PPMJ. Pasal 34:4
Pasal 35
Perjalanan Dinas di Dalam Negeri
1. Perjalanan Dinas dilaksanakan : Cukup jelas
berdasarkan penugasan Majelis : Cukup jelas
Sinode untuk lingkup Sinodal Pasal 35:1
atau Majelis Jemaat untuk
lingkup Jemaat.
2. Perjalanan Dinas maksimal 30
hari kerja.
3. Laporan hasil perjalanan dinas Pasal 35:2
segera disampaikan kepada
Hal. 434
pimpinan unit kerja masing- Pasal 35:3 : Cukup jelas
masing selambat-lambatnya 2 : Cukup jelas
minggu setelah melaksanakan : Cukup jelas
tugas. : Cukup jelas
: Cukup jelas
4. Biaya-biaya perjalanan menjadi : Cukup jelas
: Cukup jelas
tanggungan instansi atau lembaga : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang mengutus atau lembaga Pasal 35:4
: Cukup jelas
yang mengundang.
5. Biaya-biaya tersebut mencakup
aspek-aspek dibawah ini, dan
ditentukan besarnya sesuai Pasal 35:5
dengan pangkat/golongan:
a. Tiket pesawat kelas ekonomi
dan kereta api kelas eksekutif
pergi-pulang; Pasal 35:5.a
b. Biaya penginapan minimal
kamar hotel bintang 3(tiga);
c. Biaya makan; Pasal 35:5.b
d. Biaya transpor lokal;
e. Uang saku/harian Pasal 35:5.c
6. Jika tempat tujuan menyediakan Pasal 35:5.d
penginapan, makan dan transpor Pasal 35:5.e
maka kepada pegawai hanya Pasal 35:6
diberikan tiket (biaya tiket) pergi-
pulang dan uang saku.
7. Untuk memudahkan
administrasi, Majelis
Sinode/Majelis Jemaat Pasal 35:7
mengeluarkan ketetapan untuk
uang saku/harian dan untuk biaya
penginapan, makan dan transpor
menjadi satuan biaya yang
bersifat lumsum.
Hal. 435
8. Penambahan hari dinas karena
pekerjaan belum selesai dapat Pasal 35:8 : Cukup jelas
dilakukan atas persetujuan
pimpinan instansi/lembaga
masing-masing.
Pasal 36
Perjalanan Dinas ke luar Negeri
1. Setiap perjalanan dinas pegawai
Pendeta maupun non Pendeta ke Pasal 36:1 : Cukup jelas
luar negeri harus seijin Majelis : Cukup jelas
: Cukup jelas
Sinode. : Cukup jelas
: Cukup jelas
2. Kegiatan perjalanan dinas ke luar : Cukup jelas
negeri dilakukan dalam rangka : Pasal 36:2 : Cukup jelas
a. Studi banding;
b. Seminar/lokakarya/konferens
i atau kegiatan lain yang Pasal 36:2.a
sejenis; Pasal 36:2.b
c. Undangan-undangan khusus.
3. Dalam Surat Tugas yang
dikeluarkan oleh Majelis Sinode Pasal 36:2.c
harus jelas tanggal berangkat dan Pasal 36:3
tanggal kembali.
4. Penentuan tanggal berangkat dan
tanggal kembali dan jumlah hari
dinas seluruhnya didasarkan pada Pasal 36:4
lama perjalanan pergi, ditambah
1 hari persiapan pergi, ditambah
lamanya mengikuti kegiatan,
ditambah 1 hari persiapan pulang
dan lamanya perjalanan pulang.
5. Apabila pegawai menunda hari
kembali, maka harus seizin
Hal. 436
Majelis Sinode dalam hal ini
Ketua Umum atau Ketua Bidang Pasal 36:5 : Cukup jelas
terkait atau Sekretaris Umum.
Penundaan itu menjadi risiko
sepenuhnya dari pegawai
6. Biaya-biaya sepenuhnya
ditanggung GPIB, terdiri atas :
Pasal 36:6 : Petunjuk Teknis
tentang
pemberlakuan biaya
perjalanan dinas
sesuai dengan
pangkat /golongan
a. Exit permit, fiscal (bila ada) dan jarak dibuat
dan airport tax; oleh Majelis
b. Tiket pp pesawat udara kelas Sinode.
ekonomi atau kereta api kelas Pasal 36:6.a : Cukup jelas
eksekutif;
c. Biaya penginapan minimal Pasal 36:6.b : Cukup jelas
kamar hotel bintang 3;
d. Biaya makan;
e. Biaya Transport lokal; Pasal 36:6.c : Cukup jelas
f. Uang saku; : Cukup jelas
: Cukup jelas
g. Kontribusi (jika ada). Pasal 36:6.d : Cukup jelas
: Cukup jelas
7. Dalam hal memenuhi undangan, Pasal 36:6.e : Cukup jelas
biaya sepenuhnya ditanggung Pasal 36:6.f
pengundang; tetapi uang Pasal 36:6.g
saku/harian tetap diberikan Pasal 36:7
kepada pegawai.
8. Satuan jumlah biaya dari ayat 6
butir e, f dan g dan juga untuk
uang saku/harian akan ditetapkan
oleh Majelis Sinode dalam valuta Pasal 36:8 : Cukup jelas
Hal. 437
asing yaitu Dolar Amerika (US
$).
9. Penentuan satuan jumlah tersebut
berbeda berdasarkan tingkat
biaya hidup (living cost) dari
negara tujuan. Pasal 36:9 : Cukup jelas
Pasal 36:10 : Cukup jelas
10. Pegawai tidak diperkenankan
mengajukan penagihan
kekurangan atau biaya tambahan
lainnya.
BAB VII
ALIH TUGAS DAN
PENUGASAN SEMENTARA
Pasal 37
Alih Tugas
1. Ketentuan Alih Tugas Pegawai
Pendeta.
a. Alih tugas adalah bagian dari
proses pembinaan yang Pasal 37:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilakukan secara terencana : Cukup jelas
dan terpola. Pasal 37:1.a : Cukup jelas
b. Alih tugas sepenuhnya
merupakan hak dan
wewenang Majelis Sinode
sesuai Tata Gereja GPIB Pasal 37:1.b
(Peraturan Pokok III Pasal 4
ayat 1 butir b).
c. Tujuan dan alasan mutasi :
i. Penyegaran dan
pembinaan;
Pasal 37:1.c
Hal. 438
ii. Mengembangkan dan Pasal 37:1.c.i : Cukup jelas
menyeimbang-kan
pengalaman daerah, Pasal 37:1.c.ii : Cukup jelas
wilayah dan sifat - sifat
jemaat tertentu;
iii. Mendekatkan ke tempat
atau daerah yang
berhubungan dengan Pasal 37:1.c.iii : Cukup jelas
masa pensiun ;
iv. Sedapat mungkin sudah
5 (lima) tahun bertugas
di suatu jemaat/instansi Pasal 37:1.c.iv : Cukup jelas
GPIB lainnya, kecuali
untuk hal-hal yang
sangat mendesak dalam
rangka melaksanakan
misi Allah.
d. Hal-hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
i. Surat pemberitahuan Pasal 37:1.d : Cukup jelas
mutasi (alih tugas)
disampaikan secara Pasal 37:1.d.i : Cukup jelas
tertulis 3(tiga) bulan
sebelumnya kepada
Pendeta dan Jemaat
yang terkait. Pada masa
itu, biaya alih tugas
sudah harus
disampaikan kepada
Majelis Sinode untuk
diteliti dan
persetujuannya.
ii. Dengan adanya surat
pemberitahuan alih
Hal. 439
tugas, Pendeta yang Pasal 37:1.d.ii : Cukup jelas
bersangkutan segera
menyiapkan laporan
pekerjaan/pelayanan
selama masa tugasnya,
dengan melampirkan
laporan keuangan
Majelis Jemaat yang
sudah di audit.
iii. Pelaksanaan alih tugas
dilakukan selambat-
lambatnya 3 bulan Pasal 37:1.d.iii : Khusus bagi
setelah diterbitkannya Pendeta yang akan
Surat Keputusan Majelis memasuki masa
Sinode. pensiun, harus
sudah
mengosongkan
pastori selambat-
lambatnya 3 (tiga)
iv. Apabila dalam 3 (tiga) bulan setelah SK
bulan setelah Surat Pensiun diterbitkan.
Keputusan diterbitkan Pasal 37:1.d.iv : Cukup jelas
Pendeta yang
bersangkutan tidak
melaksanakan alih tugas
diakhiri kepegawaian
dan kependetaannya
dengan lebih dahulu
dilakukan pemanggilan
sebanyak 3 (tiga) kali
dengan jarak 1 (satu)
minggu per
pemanggilan.
Hal. 440
v. Bagi Pendeta mantan
fungsionaris Majelis Pasal 37:1.d.v : Cukup jelas
Sinode yang tengah
menunggu penugasan
selanjutnya,
penggajiannya menjadi
tanggung jawab Majelis
Sinode dalam statusnya
sebagai Pendeta
Pelayanan Umum.
e. Biaya alih tugas dipikul oleh
jemaat asal dan jemaat tujuan Pasal 37:1.e : Cukup jelas
masing-masing sebesar 50 %.
f. Komponen biaya alih tugas
adalah biaya pengepakan
barang, biaya pengangkutan Pasal 37:1.f : Khusus untuk biaya
barang, biaya transport dan pindah sekolah
biaya pindah sekolah anak/anak-anak
anak/anak-anak. diberikan 1 (satu)
kali Gaji Dasar.
Untuk daerah
tertentu diberikan
biaya menginap 1
2. Ketentuan Alih Tugas Pegawai (satu) malam.
Non Pendeta.
a. Kebijakan Dasar. Pasal 37:2 : Cukup jelas
i. Gereja berwenang
melakukan pemindahan Pasal 37:2.a : Cukup jelas
/ mutasi pegawai sesuai Pasal 37:2.a.i : Cukup jelas
dengan kebutuhan
Organisasi.
ii. Setiap pegawai yang
diputuskan untuk
dipindahkan/mutasi, Pasal 37:2.a.ii : Cukup jelas
Hal. 441
berkewajiban mengikuti
keputusan pemindahan
tersebut.
iii. Setiap pegawai yang
mengalami pemindahan
/ mutasi, Pasal 37:2.a.iii : Cukup jelas
status/golongan,
kedudukan dan
penghasilannya tidak
akan lebih rendah dari
yang sebelumnya,
kecuali keputusan
pemindahan / mutasi
merupakan sangsi yang
dijatuhkan atau Demosi.
b. Tujuan Pemindahan.
i. Pengisian Formasi
Jabatan. Pasal 37:2.b : Cukup jelas
ii. Pengembangan sistem Pasal 37:2.b.i : Cukup jelas
dan metode kerja
Pendayagunaan Pasal 37:2.b.ii : Cukup jelas
sumber daya manusia.
Pasal 38
Penugasan Sementara
1. Pegawai yang ditempatkan di luar
kota (detasering), kecuali atas
permintaan sendiri, diberikan Pasal 38:1 : Cukup jelas
fasilitas yang diatur dalam surat
keputusan Majelis
Sinode/Majelis Jemaat.
2. Fasilitas-fasilitas tersebut
mencakup biaya:
Hal. 442
a. Perjalanan dinas pergi Pasal 38:2 : Cukup jelas
pulang. : Cukup jelas
b. Penginapan. Pasal 38:2.a : Cukup jelas
: Cukup jelas
c. Perpindahan. : Cukup jelas
3. Ketentuan mengenai Penugasan Pasal 38:2.b
di luar kota diatur dalam Pasal 38:2.c
ketentuan mengenai Pasal 37:3
PPMS/PPMJ.
BAB VIII
PENGGAJIAN
Pasal 39 : Cukup jelas
Penetapan Gaji : Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 39
1. Penetapan gaji Pegawai : Cukup jelas
didasarkan kepada kemampuan
(potensi), prestasi kerja, Pasal 39:1
kontribusi Pegawai serta
kemampuan GPIB.
2. Kenaikan gaji dapat dilakukan
secara berkala dengan
mempertimbangkan kemampuan Pasal 39:2
GPIB, laju inflasi dan hasil
evaluasi kinerja Pegawai pada
periode sebelumnya.
3. Kenaikan gaji dapat pula
dilakukan apabila terjadi promosi
Pegawai ke jenjang jabatan yang Pasal 39:3
lebih tinggi dan apabila skala gaji
sebelumnya belum mencapai
skala gaji yang terdapat pada
golongan jabatan baru.
Hal. 443
Pasal 40
Perhitungan Gaji
1. Untuk Pegawai dengan status Pasal 40 : Cukup jelas
: Cukup jelas
tertentu komponen gaji Pegawai : Cukup jelas
: Cukup jelas
terdiri atas : : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Gaji Pokok Pasal 40:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
b. Tunjangan Istri/Suami adalah : Cukup jelas
35% dari Gaji Pokok. : Cukup jelas
c. Tunjangan Anak masing- Pasal 40:1.a : Cukup jelas
masing 5% dari Gaji Pokok, Pasal 40:1.b : Cukup jelas
maksimal 3(tiga) orang anak.
d. Tunjangan Struktural Pasal 40:1.c
e. Tunjangan Fungsional
f. Tunjangan Tidak Tetap.
2. Pajak penghasilan (PPh-21) atas Pasal 40:1.d
gaji dan penghasilan lainnya yang Pasal 40:1.e
diterima Pegawai dari GPIB Pasal 40:1.f
ditanggung oleh GPIB sepanjang Pasal 40:2
mempunyai NPWP.
3. Tunjangan tetap adalah tunjangan
yang diberikan dalam jumlah
yang tetap setiap bulan, tidak
didasarkan atas kehadiran atau Pasal 40:3
prestasi kerja.
4. Tunjangan tidak tetap adalah
tunjangan yang diberikan
berdasarkan kehadiran atau
prestasi kerja. Pasal 40:4
5. Tunjangan Kesejahteraan adalah
bantuan yang diberikan oleh
GPIB kepada pegawai atau
bentuk bantuan kesejahteraan Pasal 40:5
lainnya yang dapat berupa usaha
Hal. 444
bersama oleh GPIB dan pegawai
untuk mendapatkan jaminan
masa depan/ hari tua.
6. Tunjangan Kesejahteraan juga
bertujuan untuk meningkatkan
kinerja dan taraf hidup pegawai
dan keluarga. Pasal 40:6 : Cukup jelas
: Cukup jelas
7. Tunjangan Kesejahteraan
meliputi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), Pastori,
Bantuan Kesehatan dan Pasal 40:7
Pengobatan, Bantuan Kematian,
Program Pensiun, Uang
Penghargaan Masa Kerja dan
Jaminan Perumahan Hari Tua
(JPHT).
8. Bagi Pegawai yang suami atau
istrinya bekerja di Lingkungan
GPIB maupun di luar GPIB dan
Instansi Negara atau swasta tidak Pasal 40:8 : Kecuali terhadap
mendapat Tunjangan Istri/suami suami/istri yang
dan Anak. pasangan dan anak
tidak mendapat
tunjangan dan
dibuktikan dengan
9. Tunjangan-tunjangan di kantor surat keterangan
Majelis Sinode terdiri atas
tunjangan jabatan dan fungsional. dari instansi tempat
10. Tunjangan jabatan di kantor bekerja.
Majelis Sinode diberikan kepada:
a. Kepala kantor Pasal 40:9 : Cukup jelas
b. Kepala biro Pasal 40:10
c. Ketua dan Sekretaris : Cukup jelas
Departemen.
Hal. 445
d. Kasir Pasal 40:10.a : Cukup jelas
11. Tunjangan jabatan fungsionaris Pasal 40:10.b : Cukup jelas
Pasal 40:10.c : Cukup jelas
Majelis Sinode diberikan kepada Pasal 40:10.d : Cukup jelas
seluruh fungsionaris Majelis Pasal 40:11 : Cukup jelas
Sinode, sedangkan untuk Pendeta
Pelayanan Umum di Majelis Pasal 40:12 : Cukup jelas
Sinode ditambah dengan gaji dan
tunjangan sesuai golongan/ruang Pasal 40:13 : Cukup jelas
dan pangkatnya serta tunjangan
fungsional sebagai Pendeta.
Besarnya tunjangan jabatan
fungsionaris Majelis Sinode
diatur tersendiri dalam Peraturan
Pelaksanaan Majelis Sinode
(PPMS).
12. Kecuali Pendeta fungsionaris
Majelis Sinode dan Pendeta
Pelayanan Umum yang
ditugaskan di Majelis Sinode,
maka Pendeta Pelayanan Umum
yang diperbantukan di Majelis
Sinode atau lembaga lain tidak
menerima tunjangan jabatan dari
Majelis Sinode.
13. Besarnya Tunjangan jabatan bagi
Pendeta Pelayanan Umum yang
ditugaskan di Majelis Sinode
diatur dan ditetapkan dalam
PPMS.
14. Tunjangan khusus kepala kantor
dan kasir serta tunjangan jabatan
kepala biro di Majelis Sinode,
besarannya diatur tersendiri dan
dicantumkan dalam PPMS.
Hal. 446
15. Tunjangan khusus di kantor Pasal 40:14 : Cukup jelas
Majelis Jemaat diberikan kepada Pasal 40:15 : Cukup jelas
kepala kantor dan kasir. Besarnya Pasal 40:16 : Cukup jelas
tunjangan khusus tersebut diatur Pasal 40:17 : Cukup jelas
dan dicantumkan dalam PPMJ
Pasal 40:18 : Cukup jelas
16. Tunjangan Fungsional diberikan Pasal 40:19 : Cukup jelas
kepada para Pendeta Organik Pasal 40:20 : Cukup jelas
GPIB.
17. Tunjangan Transport diberikan
kepada pegawai yang tidak
memperoleh fasilitas transport
(mobil, sepeda motor atau antar
jemput). Besarnya ditentukan
oleh Majelis Jemaat untuk
pegawai yang bekerja di Kantor
Majelis Jemaat dan Majelis
Sinode untuk pegawai yang
bekerja di Kantor Majelis Sinode.
18. Tunjangan Hari Raya diberikan
pada setiap hari Natal atau hari
besar sesuai agamanya yang
besarnya 1 (satu) bulan gaji
bersih.
19. Tunjangan Cuti Tahunan,
besarnya 1 (satu) bulan gaji
bersih.
20. Tunjangan Cuti Besar, besarnya 2
(dua) bulan gaji bersih.
21. GPIB, atas pertimbangan tertentu
dapat mencabut atau mengurangi
tunjangan tidak tetap yang
diterima Pegawai.
22. Jenis dan besarnya tunjangan
tetap maupun tunjangan tidak
Hal. 447
tetap akan diatur tersendiri dalam
Peraturan Penggajian. Pasal 40:21 : Cukup jelas
Pasal 40:22 : Cukup jelas
23. Gaji penuh akan dibayarkan Pasal 40:23 : Cukup jelas
Pasal 40:24 : Cukup jelas
kepada Pegawai yang sudah Pasal 40:25 : Cukup jelas
bekerja penuh satu bulan untuk
bulan yang bersangkutan sejak
diterima bekerja di GPIB.
24. Pegawai baru yang masa kerjanya
tidak penuh satu bulan dalam
bulan yang bersangkutan gajinya
akan diperhitungkan secara
proporsional.
25. Untuk Pegawai borongan, harian
lepas, honorer akan
diperhitungkan lain sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat
oleh Pegawai yang bersangkutan
dengan pihak GPIB.
26. Ketentuan mengenai BPJS
Ketenagakerjaan diatur sesuai
peraturan perundangan yang
berlaku.
Pasal 41 Pasal 40:26 : Cukup jelas
Pengurangan Gaji dan Denda
Pasal 41 : Cukup jelas
1. GPIB akan memperhitungkan Pasal 41:1 : Cukup jelas
gaji Pegawai apabila Pegawai
mempunyai kewajiban kepada
GPIB yang harus dibayar.
2. Pegawai yang cuti di luar
tanggungan GPIB, atau kelebihan
masa cuti diperhitungkan dengan
gaji sebesar 1/jumlah hari kerja
Hal. 448
dari upah per bulan untuk setiap : Cukup jelas
hari cuti tersebut.
3. Pengurangan gaji juga dilakukan
karena Pegawai telah melakukan Pasal 41:2
kesalahan yang merugikan GPIB
secara langsung maupun tidak,
dengan perhitungannya sebesar
ketentuan GPIB.
Pasal 42 : Cukup jelas
Pegawai Sakit Berkepanjangan Pasal 41:3
Kepada Pegawai yang menderita
sakit berkepanjangan dan tidak
mampu bekerja, GPIB tetap
membayarkan upahnya dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pegawai harus mengajukan bukti Pasal 42 : Cukup jelas
yang dapat diterima dan dibuat Pasal 42:1 : Cukup jelas
Pasal 42:2 : Cukup jelas
oleh dokter yang
berwenang/mempunyai ijin
praktik.
2. Bila diperlukan, GPIB dapat
meminta Pegawai untuk
menghubungi dokter yang
ditunjuk oleh GPIB untuk
mendapatkan penilaiannya.
3. Pegawai yang menderita penyakit
menahun (berkepanjangan) yang
berlangsung terus menerus atau
terputus-putus yang berulang
kembali dalam tenggang waktu
kurang dari 20 hari, tetap
mendapat upah.
Hal. 449
4. Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang sakit Pasal 42:3 : Cukup jelas
sebagaimana dimaksud adalah : Cukup jelas
: Cukup jelas
sebagai berikut : : Cukup jelas
: Cukup jelas
a) untuk 4 (empat) bulan : Cukup jelas
pertama, dibayar 100%
(seratus perseratus) dari
upah;
b) untuk 4 (empat) bulan kedua,
dibayar 75% (tujuh puluh Pasal 42:4
lima perseratus) dari upah;
c) untuk 4 (empat) bulan ketiga,
dibayar 50% (lima puluh
perseratus) dari upah; dan Pasal 42:4.a
d) untuk bulan selanjutnya
dibayar 25% (dua puluh lima
perseratus) dari upah
sebelum pemutusan Pasal 42:4.b
hubungan kerja dilakukan
oleh pemberi kerja.
5. GPIB berhak melakukan
pemutusan hubungan kerja Pasal 42:4.c
terhadap Pegawai yang sakit
lebih dari 12 (dua belas) bulan
secara terus menerus dengan
mendapatkan hak-haknya sesuai Pasal 42:4.d
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB IX Pasal 42:5 : Cukup jelas
TUNJANGAN
KESEJAHTERAAN
Pasal 43
Hal. 450