2. Dalam melakukan tugasnya Pasal 7:2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
apabila dianggap perlu oleh : Cukup jelas
: Cukup jelas
kedua belah pihak BPPJ dan
: Cukup jelas
Majelis Jemaat yang
: Cukup jelas
bersangkutan bisa : Cukup jelas
menggunakan jasa BPPG.
3. Dalam melakukan Pasal 7:3
pemeriksaan di Jemaat, BPPG
dan BPPJ dapat bekerjasama
dengan cara sesuai kesepakatan
kedua belah pihak.
4. Hasil pemeriksaan dan Pasal 7:4
konsultasi dimaksud pada ayat
2 diinformasikan baik kepada
Majelis Sinode maupun kepada
PHMJ.
5. Dalam hal pelatihan keahlian Pasal 7:5
Pengelolaan Perbendaharaan
yang diselenggarakan oleh
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat maka BPPG / BPPJ bisa
dimintakan perannya secara
langsung.
6. a. Untuk melaksanakan tugas Pasal 7:6.a
sehari-hari seperti
dokumentasi, surat -
menyurat, pengolahan data
maka BPPG / BPPJ dapat
memperoleh fasilitas kerja
berupa :
1) Ruang kerja dan Pasal 7:6.a.1
peralatannya.
2) Honor dan tunjangan. Pasal 7:6.a.2
Hal. 251
3) Biaya Perjalanan
Dinas. Pasal 7:6.a.3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
4) Bantuan tenaga Pasal 7:6.a.4
: Cukup jelas
karyawan dari kantor : Cukup jelas
Majelis Sinode /
Majelis Jemaat
sewaktu-waktu bila
diperlukan.
b. Fasilitas kerja untuk BPPJ Pasal 7:6.b
disesuaikan dengan
kondisi di Jemaat yang
bersangkutan
c. Honor dan tunjangan Pasal 7:6.c
BPPG/BPPJ diatur dalam
Program Kerja Anggaran
(PKA) Majelis
Sinode/Majelis Jemaat.
Pasal 8 Pasal 8
Kewenangan BPPG dan BPPJ
1. BPPG / BPPJ berwenang untuk Pasal 8:1 : Mengacu pasal 6
melakukan pemeriksaan baik ayat 1
diminta maupun tidak terhadap
perbendaharaan. : Cukup jelas
2. BPPG / BPPJ berwenang Pasal 8:2 : Khusus untuk unit-
memasuki ruang, gedung, unit misioner yang
rumah, gudang dan tempat melakukan
lainnya milik GPIB untuk
kepentingan pemeriksaan.
3. BPPG / BPPJ berwenang Pasal 8:3
melihat dan meneliti
pembukuan, dokumen dan
memeriksa dan mencocokkan
Hal. 252
keadaan uang kas dan lain-lain pengelolaan secara
tersendiri.
serta meminta keterangan yang
wajib diberikan oleh
fungsionaris Majelis Sinode /
Majelis Jemaat termasuk unit-
unit misioner baik di lingkup
Sinodal maupun di lingkup
Jemaat.
4. a. BPPG wajib menyerahkan
hasil kerjanya kepada Pasal 8:4.a : Cukup jelas
Majelis Sinode dan
melaporkannya kepada
Persidangan Sinode.
c. BPPJ wajib menyerahkan
hasil kerjanya kepada Pasal 8:4.b : Untuk menjaga
PHMJ yang kemudian transparansi maka
dilaporkan oleh PHMJ BPPJ dapat
kepada Sidang Majelis diundang untuk
Jemaat. memberikan
penjelasan dalam
SMJ.
5. Apabila dalam pemeriksaan Pasal 8:5 : Cukup jelas
ditemukan adanya bukti-bukti
yang dapat dijadikan dasar : Cukup jelas
pelanggaran yang secara
material merugikan GPIB,
maka BPPG / BPPJ dapat
mengambil langkah sebagai
berikut :
a. Temuan dilaporkan kepada
Majelis Sinode / Majelis Pasal 8:5.a
Jemaat untuk ditindak
lanjuti.
Hal. 253
b. Apabila dalam kurun Pasal 8:5.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
waktu tahun berjalan : Cukup jelas
Majelis Sinode/Majelis
Jemaat tidak juga
menindaklanjuti maka
BPPG/BPPJ dapat
menyampaikan teguran /
peringatan kepada Majelis
Sinode/Majelis Jemaat.
c. Bila ternyata Majelis
Sinode tidak dapat juga Pasal 8:5.c
menyelesaikan temuan
dimaksud maka BPPG
menyampaikan
permasalahannya pada
Persidangan Sinode
Tahunan.
d. Bila ternyata Majelis
Jemaat tidak dapat Pasal 8:5.d
menyelesaikan
permasalahan yang
ditemukan BPPJ maka
BPPJ menyampaikannya
kepada Majelis Sinode.
Pasal 9 Pasal 9
Standar Pemeriksaan
1. Para fungsionaris BPPG / BPPJ Pasal 9:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
melakukan tugasnya
berdasarkan pembagian tugas
yang ditetapkan oleh mereka.
2. Untuk dapat melaksanakan Pasal 9:2
tugasnya dengan lancar, maka
Hal. 254
tata usaha perbendaharaan
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat dan unit-unit misioner
harus tersedia pada tiap hari
kerja untuk sewaktu-waktu
dapat diperiksa oleh BPPG /
BPPJ .
3. Pihak yang diperiksa wajib
memberikan segala keterangan Pasal 9:3 : Cukup jelas
: Cukup jelas
yang diperlukan beserta bukti
: Cukup jelas
dan dukungan kepada BPPG / : Cukup jelas
BPPJ pada saat pemeriksaan.
4. Pemeriksaan formal atas
keseluruhan laporan keuangan Pasal 9:4
dan pertanggungjawaban
keuangan Majelis Sinode /
Majelis Jemaat, dilakukan 4
(empat) kali setahun
bersamaan dengan penyusunan
laporan keuangan Majelis
Sinode / Majelis Jemaat yang
dilakukan setiap Triwulan.
5. Pemeriksaan keberadaan dari
uang Kas / Bank dan harta Pasal 9:5
milik lainnya yang berada di
bawah penguasaan Majelis
Sinode / Majelis Jemaat
dilakukan sewaktu-waktu
menurut kebutuhan minimal 1
(satu) kali setahun yakni pada
akhir tahun buku.
6. Pelaksanaan Pengawasan
melekat yang dilakukan oleh Pasal 9:6
fungsionaris Majelis Sinode /
Hal. 255
Majelis Jemaat, hasilnya dapat
digunakan oleh BPPG / BPPJ
untuk dijadikan dasar
pemeriksaan keseluruhan
pertanggungjawaban keuangan
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat.
7. Hasil Pengawasan Pasal 9:7 : Cukup jelas
sebagaimana dalam ayat 6
tersebut diatas dibahas dalam
rapat BPPG / BPPJ untuk
dirumuskan selanjutnya berupa
kesimpulan / pendapat BPPG /
BPPJ dan disampaikan kepada
Majelis Sinode/Majelis Jemaat,
untuk dibahas guna
merumuskan pandangan
Majelis Sinode / Majelis
Jemaat maupun BPPG/BPPJ.
Pasal 10 Pasal 10
Pertanggungjawaban
1. Menjelang penyelenggaraan Pasal 10:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Persidangan Sinode / Sidang
Majelis Jemaat, BPPG / BPPJ
membuat laporan pemeriksaan
tahunan dan laporan
pemeriksaan akhir masa
jabatan untuk disampaikan
kepada Persidangan
Sinode/Sidang Majelis Jemaat :
a. Laporan pemeriksaan Pasal 10:1.a
Tahunan kepada
Hal. 256
Persidangan Sinode /
Sidang Majelis Jemaat
perihal pelaksanaan
pengelolaan
Perbendaharaan GPIB
oleh Majelis
Sinode/Majelis Jemaat dan
unit-unit misioner selama
masa kerja yang berjalan,
untuk dijadikan bahan
pengukuran dan penilaian
kebijakan yang telah
dijalankan oleh Majelis
Sinode / Majelis Jemaat,
dan unit-unit misioner di
bidang perbendaharaan
GPIB.
b. Laporan akhir masa jabatan Pasal 10:1.b : Cukup jelas
: Cukup jelas
kepada Persidangan Sinode
/ Sidang Majelis Jemaat
tentang hasil pekerjaannya
selama masa tugasnya.
2. Dengan pemberian laporan Pasal 10:2
hasil pekerjaan kepada
Persidangan Sinode / Sidang
Majelis Jemaat pada akhir
masa jabatannya seperti yang
dimaksudkan di atas, maka
tugas pekerjaan para
fungsionaris BPPG / BPPJ
dinyatakan selesai.
Pasal 11 Pasal 11
Ketentuan Penutup
Hal. 257
1. Peraturan Nomor 7 ini mulai Pasal 11:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
berlaku sejak tanggal
: Cukup jelas
ditetapkan. Pasal 11:2
: Cukup jelas
2. Dengan ditetapkannya : Cukup jelas
: Cukup jelas
Peraturan ini, maka semua : Cukup jelas
ketentuan mengenai Badan
Pemeriksa Perbendaharaan
GPIB yang bertentangan
dengan peraturan ini Pasal 11:3
dinyatakan tidak berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang
belum diatur oleh peraturan ini,
maka Majelis Sinode dapat
menyusun dan menetapkannya
dalam Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode Pasal 11:4
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam
dan oleh Persidangan Sinode Pasal 11:4.a
Raya bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari Pasal 11:4.b
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah Pasal 11:1.c
Jemaat;
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
Hal. 258
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 259
PERATURAN NOMOR 8
TENTANG
PENDEWASAAN, PELEMBAGAAN, PENGGABUNGAN,
PENURUNAN STATUS, PENGAKTIFAN KEMBALI DAN
PENGHAPUSAN JEMAAT
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Pendewasaan Jemaat
1. Pendewasaan Jemaat adalah Pasal 1:1 : Cukup jelas
proses penyiapan suatu : Cukup jelas
: Cukup jelas
persekutuan warga GPIB yang : Cukup jelas
sebelumnya telah diwadahi
dalam suatu bentuk
persekutuan seperti “sektor”
dari satu Jemaat yang sudah
melembaga atau “pos
pelayanan”, yang karena
pertumbuhannya menunjukkan
prospek yang baik, sehingga
perlu segera ditingkatkan
statusnya menjadi “Bakal
Jemaat” disingkat “ Bajem”.
2. Syarat-syarat Pendewasaan
a. Adanya pertumbuhan yang Pasal 1:2
terukur jelas dan Pasal 1:2.a
memenuhi semua
ketentuan yang
dipersyaratkan sebagai
suatu jemaat dewasa.
b. Direkomendasikan oleh Pasal 1:2.b
Jemaat Induk setelah
Hal. 260
mendengar aspirasi warga
jemaat dari “sektor” atau
“pos pelayanan” yang
bersangkutan, dengan
mempertimbangkan
sumber daya yang ada baik
sumber daya manusia
maupun sumber daya
lainnya.
Pasal 2 Pasal 2
Pelembagaan Jemaat
1. Pelembagaan Jemaat adalah
proses penyiapan suatu Bajem Pasal 2:1 : Cukup jelas
untuk ditetapkan secara hukum : Cukup jelas
: Kecuali untuk
menjadi satu jemaat mandiri.
wilayah tertentu
2. Syarat-syarat Pelembagaan:
: Cukup jelas
a. Jumlah warga jemaat Pasal 2:2
: Cukup jelas
dalam Bajem tersebut Pasal 2:2.a
sudah mencapai sekurang-
kurangnya 75 Kepala
Keluarga.
b. Pengembangan
persekutuan, pelayanan Pasal 2:2.b
dan kesaksian dalam
Bajem yang akan
dilembagakan
menunjukkan hasil
pertumbuhan yang
baik/signifikan.
c. Tersedianya Presbiter yang Pasal 2:2.c
bertanggung jawab atas
persekutuan, pelayanan
Hal. 261
dan kesaksian serta : Cukup jelas
pembinaan warga jemaat
serta pengelolaan : Cukup jelas
perbendaharaan jemaat.
d. Adanya wilayah pelayanan Pasal 2:2.d : Yang dimaksud
dimana terdapat prospek dengan istilah
terjadinya konsentrasi tetap ialah tempat
warga jemaat bermukim. yang secara rutin
e. Direkomendasikan oleh Pasal 2:2.e dipakai untuk
Jemaat Induk. beribadah baik
f. Memiliki tempat ibadah Pasal 2:2.f milik maupun
tetap termasuk fasilitas sewa.
pastori.
: Cukup jelas
3. Persiapan Pelembagaan.
: Penetapan batas
Dalam mempersiapkan Pasal 2:3 wilayah dilakukan
atas kesepakatan
pelembagaan perlu dilakukan jemaat-jemaat
yang berbatasan di
langkah-langkah sebagai bawah koordinasi
BP Mupel
berikut: setempat. Dalam
hal batas yang
a. Penelitian yang lebih tumpang tindih
atau warga yang
mendalam tentang wilayah Pasal 2:3.a
pelayanan serta jumlah
warga jemaat yang
bermukim di wilayah
tersebut.
Hal. 262
berdomisili di
wilayah jemaat
lain maka warga
jemaat tersebut
bebas menentukan
dimana dia akan
terdaftar akan
tetapi haknya
untuk menjadi
fungsionaris
pelayanan
dilaksanakan
sesuai dengan
batas wilayah.
Dengan demikian
hak untuk menjadi
fungsionaris
pelayanan di
jemaat di luar
wilayah
domisilinya
b. Penelitian tentang dinyatakan gugur.
pengembangan kemajuan Pasal 2:3.b : Cukup jelas
ekonomi warga jemaat
untuk memenuhi biaya
rutin jemaat setiap bulan.
c. Penelitian terhadap
perkembangan masyarakat Pasal 2:3.c : Cukup jelas
di wilayah tersebut
khususnya tentang tingkat
kerukunan beragama.
d. Penelitian tentang
kemungkinan pengadaan Pasal 2:3.d : Cukup jelas
tanah untuk pembangunan
Hal. 263
Gedung Gereja, Pastori,
Kantor dan lain-lain di
wilayah pelayanan
tersebut.
4. Langkah-langkah persiapan Pasal 2:4 : Cukup jelas
tersebut diatas dijadwalkan : Cukup jelas
: Cukup jelas
dalam satu program
: Cukup jelas
pelembagaan jemaat yang
disusun oleh Majelis Jemaat
Induk bersama dengan
Presbiter Bajem (bakal jemaat)
yang akan dilembagakan, dan
diarahkan serta ditetapkan oleh
Majelis Sinode.
5. Panitia Persiapan Pasal 2:5
Pelembagaan.
a. Panitia Persiapan
Pelembagaan dibentuk Pasal 2:5.a
oleh Majelis Jemaat Induk
dengan mengikutsertakan
Presbiter dan warga jemaat
dari Bajem yang akan
dilembagakan dan
ditetapkan oleh Majelis
Sinode.
b. Panitia Persiapan
Pelembagaan Pasal 2:5.b
melaksanakan tugas
berdasarkan program yang
telah ditetapkan oleh
Majelis Sinode
sebagaimana yang
tercantum pada pasal 2 ayat
3.
Hal. 264
c. Masa tugas Panitia Pasal 2:5.c : Cukup jelas
: Cukup jelas
Persiapan Pelembagaan : Cukup jelas
ditentukan sejak terbitnya
Keputusan Majelis Sinode
tentang Panitia Persiapan,
berlanjut selama
pelaksanaan program
pelembagaan dan berakhir
pada saat terlaksananya
pelembagaan.
d. Pelembagaan dilakukan Pasal 2:5.d
dalam satu ibadah minggu
dengan menggunakan tata
ibadah khusus, yang
dipimpin oleh Fungsionaris
Majelis Sinode yang adalah
Pendeta.
6. Untuk setiap pelembagaan Pasal 2:6
Majelis Sinode harus
mengeluarkan Surat Keputusan
tentang batas wilayah yang
baru dari jemaat-jemaat terkait.
Pasal 3 Pasal 3
Penurunan Status Jemaat
1. Penurunan status jemaat adalah Pasal 3:1 : Cukup jelas
suatu perubahan akibat
terjadinya penurunan jumlah
warga secara signifikan di
suatu jemaat sehingga tidak
memenuhi persyaratan sebagai
jemaat mandiri. Perubahan
status dari jemaat mandiri
Hal. 265
menjadi Pos Pelayanan atau : Cukup jelas
Sektor pelayanan dari jemaat : Cukup jelas
GPIB yang terdekat. : Cukup jelas
2. Penurunan jumlah jemaat Pasal 3:2
tersebut di atas harus : Cukup jelas
dilaporkan oleh Majelis Jemaat
yang bersangkutan kepada : Cukup jelas
Majelis Sinode. : Cukup jelas
3. Perubahan status dilakukan
oleh Majelis Sinode setelah Pasal 3:3
mendengar laporan dari
Majelis Jemaat yang
bersangkutan dan BP Mupel
setempat.
4. Perubahan status dilaporkan Pasal 3:4
oleh Majelis Sinode kepada
persidangan Sinode terdekat.
Pasal 4 Pasal 4
Penggabungan Jemaat
1. Penggabungan jemaat adalah Pasal 4:1
proses penyatuan 2 (dua)
jemaat atau lebih, karena salah
satu atau seluruhnya tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai
jemaat mandiri.
2. Penggabungan jemaat harus
merupakan usul dari jemaat- Pasal 4:2
jemaat yang hendak
bergabung.
3. Keberadaan presbiter sebagai Pasal 4:3
konsekuensi dari
Hal. 266
penggabungan diatur oleh
Majelis Sinode.
4. Keberadaan aset sebagai Pasal 4:4 : Cukup jelas
konsekuensi dari : Cukup jelas
penggabungan, diatur oleh : Cukup jelas
: Cukup jelas
jemaat-jemaat yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
bersangkutan dalam asistensi
BP Mupel terkait dan
ditetapkan oleh Majelis
Sinode.
5. Majelis Sinode membentuk Pasal 4:5
panitia penggabungan dengan
mengikutsertakan Presbiter
dan warga Jemaat dari Jemaat-
Jemaat terkait dan BP Mupel
terkait.
Pasal 5 Pasal 5
Pengaktifan Kembali Jemaat
1. Pengaktifan kembali suatu Pasal 5:1
jemaat terjadi atas usul dari
Jemaat induk.
2. Usulan tersebut mengikuti Pasal 5:2
proses pelembagaan jemaat,
sesuai dengan pasal 2 peraturan
ini.
3. Hal-hal menyangkut aset Pasal 5:3
diselesaikan oleh Jemaat
setempat dalam pendampingan
oleh BP Mupel.
4. Perekrutan presbiter yang Pasal 5:4
merupakan konsekuensi dari
Pengaktifan kembali suatu
Hal. 267
jemaat diatur oleh Majelis
Sinode.
Pasal 6 Pasal 6
Penghapusan Jemaat
1. Penghapusan Jemaat Pasal 6:1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
dilaksanakan apabila tidak ada : Cukup jelas
: Cukup jelas
lagi warga jemaat dalam kurun
: Cukup jelas
waktu 5 (lima) tahun di : Cukup jelas
wilayah Jemaat tersebut.
2. Penghapusan Jemaat dilakukan Pasal 6:2
berdasarkan rekomendasi BP
Mupel setempat dengan
mendengar pendapat jemaat-
jemaat yang berdekatan.
3. Penghapusan Jemaat harus Pasal 6:3
ditetapkan oleh dan di dalam
Persidangan Sinode.
4. Aset yang berhubungan dengan Pasal 6:4
penghapusan Jemaat diatur
oleh Majelis Sinode.
Pasal 7 Pasal 7
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 8 ini mulai Pasal 7:1
berlaku sejak tanggal
ditetapkan. Pasal 7:2
2. Dengan ditetapkannya
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai
Pendewasaan, Pelembagaan,
Penggabungan, Penurunan
Hal. 268
Status, Pengaktifan Kembali
dan Penghapusan Jemaat yang
bertentangan dengan peraturan
ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 7:3 : Cukup jelas
3. Apabila ada hal-hal yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
belum diatur oleh peraturan ini, : Cukup jelas
: Cukup jelas
maka Majelis Sinode dapat
menyusun dan menetapkannya
dalam Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat. Pasal 7:4
4. Perubahan Peraturan ini hanya
dapat dilaksanakan di dalam
dan oleh Persidangan Sinode
Raya bila: Pasal 7:4.a
a. Diusulkan oleh lebih dari
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat; Pasal 7:4.b
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun Pasal 7:4.c
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 269
PERATURAN NOMOR 9
TENTANG
STRUKTUR DAN TATA KERJA MAJELIS SINODE
MEMORI PENJELASAN
Pasal 1 Pasal 1
Pengertian
1. Struktur Pasal 1.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
Struktur adalah susunan
berdasarkan jenjang, rentang
kendali dan jabatan organisasi
dimana dalamnya terdapat
pembagian tugas dan tanggung
jawab secara jelas.
2. Tata Kerja Pasal 1.2
Tata Kerja adalah mekanisme
pelaksanaan tugas berdasarkan
jenjang, rentang kendali dalam
hal pengambilan keputusan,
baik dalam bidang masing-
masing maupun lintas bidang.
Pasal 2 Pasal 2
Struktur
Struktur Majelis Sinode meliputi : Pasal 2.1 : Cukup jelas
1. Penentu kebijakan (Majelis Pasal 2.2 : Cukup jelas
Pasal 2.3 : Cukup jelas
Sinode)
2. Pelaksana kebijakan (Unit-Unit
Misioner)
3. Pengelola administrasi (Kantor
Majelis Sinode).
Hal. 270
Pasal 3 Pasal 3
Tata Kerja
Tata Kerja Majelis Sinode,
meliputi: Pasal 3:1 : Cukup jelas
Pasal 3:2
1. Proses pengambilan keputusan : Sidang Majelis
Sinode dapat
tentang kebijakan dibangun dan dilaksanakan
dengan kehadiran
dilaksanakan sesuai sistem fisik atau secara
virtual dalam
presbiterial sinodal. jaringan
menggunakan
2. Penentuan kebijakan teknologi digital
atau dilaksanakan
dilaksanakan melalui Sidang dengan cara lain
yang efektif dan
Majelis Sinode untuk efisien sesuai
dengan situasi dan
ditindaklanjuti oleh kebutuhan.
fungsionaris Majelis Sinode. : Cukup jelas
Pasal 3:3 : Cukup jelas
3. Semua kebijakan dan
pelaksanaannya berpedoman
pada PKUPPG GPIB yang
diuraikan dalam Program Kerja
dan Anggaran dan
ditindaklanjuti oleh perangkat-
perangkat yang ada dalam Pasal 3:4
Hal. 271
koordinasi masing-masing
fungsionaris.
4. Semua pertanggungjawaban Pasal 3:5 : Cukup jelas
tugas fungsionaris Majelis
Sinode dan para pelaksana
disusun dalam bentuk laporan
tertulis.
5. Semua proses yang
berlangsung diadministrasikan Pasal 4
(dikelola) oleh Kantor Majelis
Sinode dibawah tanggung
jawab Sekretaris Umum.
Pasal 4 Pasal 4:1 : Lihat PKUPPG
Pembidangan Kegiatan Pasal 4:2 : Lihat PKUPPG
Pasal 4:3 : Lihat PKUPPG
Pembidangan kegiatan Majelis Pasal 4:4 : Lihat PKUPPG
Sinode meliputi :
1. Teologi dan Persidangan Pasal 4:5 : Lihat PKUPPG
Pasal 4:6 : Lihat PKUPPG
Gerejawi
2. Pelayanan dan Kesaksian Pasal 5 : Cukup jelas
: Cukup jelas
(Pelkes) Pasal 5:1 : Cukup jelas
3. Gereja, Masyarakat dan Pasal 5:1.a
Pasal 5:1.a.1
Agama-Agama (Germasa)
4. Pembinaan dan Pengembangan
Sumber Daya Insani (PPSDI)
serta Pelayanan Kategorial
(Pelkat)
5. Pembangunan Ekonomi Gereja
6. Informasi, Organisasi dan
Komunikasi (Inforkom) dan
Penelitian dan Pengembangan
(Litbang)
Hal. 272
Pasal 5
Uraian Tugas
Pasal 5:1.a.2 : Cukup jelas
1. Ketua Umum
a. Tugas Umum
1. Ketua umum
memimpin Sidang
Majelis Sinode dan
rapat lainnya;
2. Bersama para ketua
lainnya mengarahkan, Pasal 5.1.a.3 : Apabila Ketua
mengawasi Umum dan
pelaksanaan program Sekretaris Umum
kerja tahunan sinodal, berhalangan,
agar tetap sesuai maka diwakili
dengan tata gereja dan oleh salah satu
PKUPPG serta Ketua dan salah
keputusan persidangan; satu Sekretaris.
3. Ketua Umum dan Jikalau salah satu
Sekretaris Umum Ketua dan salah
bertindak untuk dan satu sekretaris
atas nama GPIB serta berhalangan,
mewakili GPIB. maka MS diwakili
oleh dua orang
fungsionaris yang
ditunjuk oleh
Sidang MS.
Sesuai dengan
kewenangannya
yang tercantum
dalam surat kuasa
yang tidak dapat
bertentangan
dengan Tata
Hal. 273
Gereja dan
Peraturan
perundangan yang
berlaku.
4. Menggantikan Ketua- Pasal 5:1.a.4 : Cukup jelas
Ketua lainnya apabila
berhalangan.
b. Tugas Khusus Pasal 5:1.b. : Cukup jelas
1. Bersama Departemen Pasal 5:1.b.1 : Cukup jelas
Teologi melakukan
pengkajian teologi
secara terus menerus
dalam kehidupan
bergereja;
2. Bersama Departemen
Germasa melaksanakan Pasal 5:1.b.2 : Cukup jelas
tugas-tugas yang
dibebankan kepada
Departemen Germasa
sesuai PKUPPG;
3. Bersama Sekretaris
Umum mengawasi Pasal 5:1.b.3 : Cukup jelas
ketatalaksanaan Kantor
Majelis Sinode;
4. Bersama Sekretaris
Umum dan Bendahara Pasal 5:1.b.4 :Cukup jelas
bertanggungjawab atas
perbendaharaan GPIB;
5. Bersama Sekretaris
Umum menanda- Pasal 5:1.b.5 : Cukup jelas
tangani semua:
i. Surat-surat dan
Piagam Gerejawi. Pasal 5:1.b.5.i : Cukup jelas
Hal. 274
ii. Keputusan dan Pasal 5:1.b.5.ii : Cukup jelas
Ketetapan Sidang
Majelis Sinode
6. Bersama Bendahara Pasal 5:1.b.6 : Cukup jelas
menandatangani surat-
surat yang berhubungan
dengan
perbendaharaan.
2. Ketua I. Pasal 5:2 : Cukup jelas
a. Tugas Umum Pasal 5:2.a : Cukup jelas
1. Mengarahkan dan Pasal 5:2.a.1 : Cukup jelas
mengawasi
pelaksanaan semua
keputusan persidangan
sinode yang berkaitan
dengan Pelkes dalam
koordinasi dengan
ketua umum dan ketua-
ketua lainnya;
2. Menggantikan ketua Pasal 5:2.a.2 : Cukup jelas
umum/ketua lainnya
bila berhalangan.
b. Tugas Khusus Pasal 5:2.b : Unit Misioner
Bersama Departemen Sinodal yang
Pelkes dan Unit Misioner dimaksud adalah
Sinodal di bidang Pelkes UP2M, PMKI dan
melaksanakan tugas-tugas Unit
yang dibebankan sesuai Penanggulangan
PKUPPG. Bencana GPIB.
3. Ketua II Pasal 5:3 : Cukup jelas
a. Tugas Umum : Pasal 5:3.a : Cukup jelas
1. Mengarahkan dan Pasal 5:3.a.1 : Cukup jelas
mengawasi
Hal. 275
pelaksanaan semua
keputusan persidangan
sinode yang berkaitan
dengan Gereja,
Masyarakat dan
Agama-Agama
(Germasa) dalam
koordinasi dengan
ketua umum dan ketua-
ketua lainnya;
2. Menggantikan ketua
umum/ketua lainnya Pasal 5:3.a.2 : Cukup jelas
bila berhalangan. : Cukup jelas
b. Tugas Khusus : : Cukup jelas
: Cukup jelas
Bersama Departemen Pasal 5:3.b : Cukup jelas
Germasa melaksanakan
tugas-tugas di bidang
masing-masing sesuai
PKUPPG;
4. Ketua III Pasal 5:4
a. Tugas Umum: Pasal 5:4.a
1) Mengarahkan dan Pasal 5:4.a.1
mengawasi
pelaksanaan semua
keputusan persidangan
sinode yang berkaitan
dengan Pembinaan dan
Pengembangan Sumber
Daya Insani (PPSDI)
dan Peningkatan Peran
Keluarga (PPK) yang
terjabarkan dalam
Pelayanan Kategorial
(Pelkat) yang
Hal. 276
dilaksanakan dalam
koordinasi dengan
ketua umum dan ketua-
ketua lainnya;
2) Menggantikan ketua Pasal 5:4.a.2 : Cukup jelas
: Cukup jelas
umum/ketua lainnya
: Cukup jelas
bila berhalangan. : Cukup jelas
: Cukup jelas
b. Tugas Khusus : Pasal 5:4.b
: Cukup jelas
Bersama Departemen : Cukup jelas
: Cukup Jelas
PPSDI dan Dewan Pelkat
melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan sesuai
PKUPPG
5. Ketua IV Pasal 5:5
a. Tugas Umum: Pasal 5:5.a
1) Mengarahkan dan Pasal 5:5.a.1
mengawasi
pelaksanaan semua
keputusan persidangan
sinode yang berkaitan
dengan Pembangunan
Ekonomi Gereja dan
Badan Usaha/Badan
Hukum GPIB dalam
koordinasi dengan
ketua umum dan ketua-
ketua lainnya;
2) Menggantikan ketua Pasal 5:5.a.2
umum/ketua lainnya
bila berhalangan.
b. Tugas Khusus :
1) Bersama Departemen Pasal 5:5.b
PEG, melaksanakan Pasal 5:5.b.1
tugas-tugas yang
Hal. 277
dibebankan sesuai
PKUPPG;
2) Bersama yayasan dan Pasal 5:5.b.2 : Cukup jelas
atau badan hukum : Cukup jelas
: Cukup jelas
GPIB melaksanakan : Cukup jelas
tugas-tugas yang : Cukup jelas
: Cukup jelas
dibebankan sesuai : Cukup jelas
PKUPPG.
6. Ketua V: Pasal 5:6
a. Tugas Umum: Pasal 5:6.a
1. Mengarahkan dan Pasal 5:6.a.1
mengawasi
pelaksanaan semua
keputusan persidangan
sinode yang berkaitan
dengan Informasi,
Organisasi dan
Komunikasi
(Inforkom) serta
Penelitian dan
Pengembangan
(Litbang) dalam
koordinasi dengan
ketua umum dan ketua-
ketua lainnya;
2. Menggantikan ketua Pasal 5:6.a.2
umum/ketua lainnya
bila berhalangan.
b. Tugas Khusus : Pasal 5:6.b
1) Bersama departemen Pasal 5:6.b.1
Informasi, Organisasi
dan Komunikasi
(Inforkom)
melaksanakan tugas -
Hal. 278
tugas yang dibebankan
sesuai PKUPPG;
2) Bersama Departemen
Penelitian dan Pasal 5:6.b.2 : Cukup jelas
Pengembangan : Cukup jelas
: Cukup jelas
(Litbang) : Cukup jelas
melaksanakan tugas- : Cukup jelas
tugas yang dibebankan : Mencakup surat,
piagam gerejawi,
sesuai PKUPPG. keputusan dan
ketetapan sidang
7. Sekretaris Umum Pasal 5:7. majelis Sinode,
dan surat surat
a. Tugas Umum : Pasal 5:7.a lainnya.
1. Bersama Ketua Umum Pasal 5:7.a.1 : Cukup jelas
: Cukup jelas
menjadi
penanggungjawab
umum baik ke dalam
maupun ke luar;
2. Bersama Ketua Umum
mengawasi Pasal 5:7.a.2
ketatalaksanaan kantor
Majelis Sinode;
3. Melaksanakan tugas
Sekretaris-sekretaris Pasal 5:7.a.3
lainnya bila
berhalangan.
b. Tugas Khusus : Pasal 5:7.b
1) Memimpin dan Pasal 5:7.b.1
merencanakan
pengembangan
personalia/
kepegawaian GPIB;
Hal. 279
2) Memimpin Pasal 5:7.b.2 : Cukup jelas
Pasal 5:7.b.3 : Cukup jelas
administrasi dan kantor
Pasal 5:7.b.4 : Cukup jelas
Majelis Sinode GPIB;
Pasal 5:7.b.5 : Cukup jelas
3) Mempersiapkan konsep
Pasal 5:7.b.6 : Cukup jelas
peraturan, keputusan Pasal 5:7.b.7 : Cukup jelas
Pasal 5:7.b.8 : Cukup jelas
dan ketetapan Majelis
Sinode untuk dibahas
dalam Sidang Majelis
Sinode;
4) Bertanggungjawab atas
dokumen GPIB berupa
buku - buku keputusan,
hasil - hasil sidang dan
rapat serta konsultasi
dan musyawarah;
5) Membuat laporan
mengenai pelaksanaan
Keputusan-keputusan
Majelis Sinode yang
sudah atau belum
dilaksanakan pada
setiap akhir bulan;
6) Mendampingi Ketua
Umum dalam
melaksanakan
koordinasi bidang
kegiatannya;
7) Bersama Ketua Umum
menandatangani semua
dokumen Gerejawi.
8) Bersama Ketua V
menangani Bidang
yang menjadi tanggung
jawab Ketua V.
Hal. 280
8. Sekretaris I Pasal 5:8 : Cukup jelas
: Cukup jelas
a. Tugas Umum : Pasal 5:8.a
: Cukup jelas
1. Melaksanakan tugas : Cukup jelas
: Cukup jelas
Sekretaris-Sekretaris : Cukup jelas
lainnya bila yang : Cukup jelas
bersangkutan : Cukup jelas
: Cukup jelas
berhalangan;
: Cukup jelas
b. Tugas Khusus : Pasal 5:8.b : Cukup jelas
1) Membuat Notulen Pasal 5:8.b.1
Sidang Majelis Sinode;
2) Membina kinerja Pasal 5:8.b.2
pegawai kantor Majelis
Sinode; Pasal 5:8.b.3
3) Mendampingi Ketua I
dan Ketua II
melaksanakan
koordinasi bidang Pasal 5:8.b.4
kegiatan-nya;
4) Menyelenggarakan
pengarsipan Kantor
Majelis Sinode sesuai Pasal 5:9
bidang terkait.
9. Sekretaris II
a. Tugas Umum : Pasal 5:9.a
Melaksanakan tugas
Sekretaris lainnya bila yang
bersangkutan berhalangan.
b. Tugas Khusus : Pasal 5:9.b
1) Mendampingi Ketua III Pasal 5:9.b.1
dan Ketua IV dalam
melaksanakan
koordinasi bidang
kegiatannya;
Hal. 281
2) Mempersiapkan Pasal 5:9.b.2 : Cukup jelas
administrasi perjalanan Pasal 5:9.b.3 : Cukup jelas
Pasal 5:10 : Cukup jelas
dinas dan mengolah Pasal 5:10.a : Cukup jelas
Pasal 5:10.a.1 : Cukup jelas
laporan-laporan Pasal 5:10.a.2 : Cukup jelas
perjalanan dinas Pasal 5:10.a.3 : Cukup jelas
Pasal 5:10.a.4 : Cukup jelas
fungsionaris Majelis
Sinode, atau yang
ditugaskan oleh Majelis
Sinode;
3) Menyelenggarakan
pengarsipan Kantor
Majelis Sinode sesuai
bidang terkait.
10. Bendahara
a. Tugas Umum :
1. Bersama Ketua Umum
dan Ketua IV
bertanggungjawab atas
pengelolaan
perbendaharaan GPIB;
2. Menyusun dan
menyampaikan
Rencana Anggaran
Penerimaan dan
Pengeluaran Tahunan
Majelis Sinode untuk
ditetapkan dalam
Persidangan Sinode
Tahunan;
3. Bertanggung jawab atas
administrasi keuangan
GPIB;
4. Bersama Ketua Umum
atau Ketua IV
Hal. 282
menandatangani surat-
surat yang berhubungan
dengan perbendaharaan
dan keuangan;
5. Melaksanakan tugas Pasal 5:10.a.5 : Cukup jelas
Bendahara I bila yang
bersangkutan
berhalangan. Pasal 5:10.b : Cukup jelas
b. Tugas Khusus
1) Meneliti dan
memberikan
persetujuan atas semua
permohonan
penggunaan uang
sesuai anggaran yang Pasal 5:10.b.1 : Cukup jelas
telah ditetapkan oleh
Majelis Sinode;
2) Melaksanakan
keputusan sidang
Majelis Sinode dan
melaporkan kepada Pasal 5:10.b.2 : Cukup jelas
Majelis Sinode tentang
pengeluaran dana luar
biasa atau yang belum
dianggarkan;
3) Membuat informasi
keuangan secara
triwulanan dan tahunan Pasal 5:10.b.3 : Cukup jelas
kepada Jemaat;
4) Membuat laporan
keuangan, dan laporan
pertanggungjawaban Pasal 5:10.b.4 : Cukup jelas
anggaran dan realisasi
Hal. 283
kepada Persidangan
Sinode;
5) Menjalin hubungan dan
komunikasi yang Pasal 5:10.b.5 : Cukup jelas
intensif dengan Pasal 5:10.b.6 : Cukup jelas
Pasal 5:11 : Cukup jelas
Bendahara jemaat- Pasal 5:11.a : Cukup jelas
jemaat; Pasal 5:11.b : Cukup jelas
Pasal 5:11.b.1 : Cukup jelas
6) Menjalin hubungan dan
Pasal 5:11.b.2 : Cukup jelas
komunikasi yang
Pasal 5:11.b.3 : Cukup jelas
intensif dengan BPPG.
Pasal 5:11.b.4 : Cukup jelas
11. Bendahara I
a. Tugas Umum :
Melaksanakan tugas
Bendahara bila yang
bersangkutan berhalangan.
b. Tugas Khusus :
1. Mengawasi proses
pelaksanaan (realisasi)
anggaran;
2. Mengawasi
administrasi /
pembukuan keuangan
dan penyimpanan
bukti-bukti kas;
3. Membina administrasi
keuangan dan
perbendaharaan di
Jemaat-Jemaat GPIB;
4. Bersama Ketua IV
mengelola administrasi
pendataan dan
penelitian terhadap
inventaris/ administrasi
harta milik GPIB di
Hal. 284
Majelis Sinode (yang
bergerak maupun yang
tidak bergerak).
Pasal 6 Pasal 6
Peraturan Pelaksanaan Majelis
Sinode (PPMS)
1. PPMS mengatur mekanisme Pasal 6:1 : Cukup jelas
kerja administrasi dan teknis : Cukup jelas
Majelis Sinode beserta : Cukup jelas
penjabaran tugas Departemen- : Cukup jelas
departemen dan Unit Misioner
Sinodal lainnya. : Cukup jelas
2. PPMS merupakan bagian dari
peraturan ini dan ditetapkan Pasal 6:2
dalam Persidangan Sinode.
Pasal 7 Pasal 7
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Nomor 9 ini mulai
berlaku sejak tanggal Pasal 7:1
ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya Pasal 7:2
Peraturan ini, maka semua
ketentuan mengenai Struktur
dan Tata Kerja Majelis Sinode
yang bertentangan dengan
peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
3. Apabila ada hal-hal yang belum
diatur oleh peraturan ini, maka Pasal 7:3
Majelis Sinode dapat
Hal. 285
menyusun dan menetapkannya
dalam Sidang Majelis Sinode
sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja yang
berlaku dan melaporkannya
kepada Persidangan Sinode
yang terdekat.
4. Perubahan Peraturan ini hanya Pasal 7:4 : Cukup jelas
dapat dilaksanakan di dalam : Cukup jelas
: Cukup jelas
dan oleh Persidangan Sinode : Cukup jelas
Raya bila :
a. Diusulkan oleh lebih dari Pasal 7:4.a
2/3 jumlah Jemaat atau;
b. Diusulkan oleh Majelis Pasal 7:4.b
Sinode setelah disetujui
oleh lebih dari 2/3 jumlah
Jemaat ; Pasal 7:4.c
c. Usul-usul perubahan
disampaikan selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun
sebelum Persidangan
Sinode Raya.
Hal. 286
PERATURAN NOMOR 10
TENTANG
KEPEGAWAIAN GPIB
MEMORI PENJELASAN
Dasar dan Pengertian
Pasal 1 Pasal 1 : Cukup jelas
Dasar
Peraturan ini disusun berdasarkan
Peraturan Pokok I Pasal 16 tentang
Kepegawaian
Pasal 2 Pasal 2
Pengertian
1. Anak adalah seseorang yang Pasal 2:1 : Cukup jelas
belum pernah kawin dan tercatat Pasal 2:1.a : Cukup jelas
secara resmi pada GPIB serta Pasal 2:1.b : Cukup jelas
memenuhi syarat: Pasal 2:1.c : Cukup jelas
a. belum berumur 21 (dua puluh
satu) tahun; atau Pasal 2:1.d : Cukup jelas
b. belum berumur 25 (dua puluh
lima) tahun tetapi masih
bersekolah; atau
c. belum berumur 25 (dua puluh
lima) tahun dan tidak
bersekolah tetapi cacat tetap
dan dinyatakan demikian
secara tertulis oleh dokter
yang ditunjuk GPIB.
d. Anak terdiri atas:
Hal. 287
i. Anak kandung Pegawai Pasal 2:1.d.i : Cukup jelas
yang lahir dari suatu
Perkawinan yang sah
secara hukum dan, dalam
hal Pegawai tersebut
telah bercerai, menjadi
tanggungan Pegawai itu
berdasarkan keputusan
pengadilan yang
berwenang;
ii. Anak tiri Pegawai yang Pasal 2:1.d.ii : Cukup jelas
ada karena suatu
perkawinan yang sah
secara hukum dan
menjadi tanggungan
Pegawai;
iii. Anak angkat Pegawai
yang pengangkatannya Pasal 2:1.d.iii : Cukup jelas
dilakukan secara hukum.
2. Sakit adalah kondisi dari pegawai
sehingga tidak dapat Pasal 2:2 : Cukup jelas
melaksanakan tugasnya.
3. Fasilitas Perawatan Kesehatan
dan Pengobatan adalah bantuan Pasal 2:3 : Cukup jelas
perawatan kesehatan dan
pengobatan pada waktu sakit atau
melahirkan yang diberikan
kepada pegawai GPIB dan
keluarga.
4. Golongan adalah golongan Pasal 2:4 : Cukup jelas
pegawai yang ditentukan
berdasarkan pendidikan dan hasil
evaluasi untuk menentukan
Hal. 288
besarnya gaji yang di terima oleh : Cukup jelas
pegawai yang bersangkutan.
5. Hari Kerja atau Hari–Hari : Cukup jelas
Kerja adalah hari atau hari-hari di Pasal 2:5 : Cukup jelas
mana Pegawai harus melakukan
pekerjaan sesuai dengan jadwal : Cukup jelas
kerja Minimal 40 Jam dalam satu : Cukup jelas
Minggu atau 173 Jam dalam 1 : Cukup jelas
bulan.
6. Cuti Tahunan adalah masa
istirahat yang menjadi hak Pasal 2:6
Pegawai setelah Pegawai
menyelesaikan masa kerja 12 (dua
belas) bulan berturut-turut dengan
upah penuh.
7. Cuti Besar adalah masa istirahat
yang menjadi hak Pegawai Pasal 2:7
setelah Pegawai menyelesaikan
masa kerja berturut-turut selama
5(lima) tahun untuk pendeta dan
6 (enam) tahun untuk pegawai
non pendeta.
8. Hari Libur Resmi adalah hari
libur yang dinyatakan oleh Pasal 2:8
Pemerintah Negara Republik
Indonesia.
9. Isteri/Suami adalah 1 (satu)
orang isteri/suami Pegawai yang Pasal 2:9
sah menurut hukum dan
dicatatkan pada GPIB.
10. Janda/Duda adalah seorang
isteri/suami dari seorang Pegawai Pasal 2:10
yang meninggal dunia
Hal. 289
11. Jadwal Kerja adalah suatu Pasal 2:11 : Cukup jelas
jadwal yang ditentukan oleh : Cukup jelas
: Cukup jelas
GPIB tentang jatuhnya hari kerja
: Cukup jelas
dan hari istirahat bagi Pegawai, : Cukup jelas
waktu dan lamanya bekerja pada
hari kerja, dengan
mempertimbangkan antara lain
lokasi kerja, sifat pekerjaan dan
kelangsungan kegiatan pelayanan
dan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
12. JPHT adalah Jaminan Pasal 2:12
Perumahan Hari Tua sesuai
peraturan GPIB Pasal 2:13
13. Kecelakaan adalah kecelakaan
kerja seperti didefinisikan dalam
Undang Undang No. 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja juncto Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993
tentang Penyelenggaraan
Program Jamsostek dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. PER-04/MEN/1993 tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja.
14. Keluarga adalah 1 (satu) orang Pasal 2:14
Suami atau 1 (satu) orang Istri
dan/atau paling banyak 3 (tiga)
orang Anak.
15. Kerja Lembur adalah pekerjaan
yang dilakukan Pegawai di luar Pasal 2:15
waktu kerja atau pada saat hari
Hal. 290
istirahat atau hari libur resmi Pasal 2:16 : Pimpinan
berdasarkan perintah atasan. lingkup sinodal
16. Majelis Sinode adalah pimpinan berarti Pimpinan
GPIB di lingkup sinodal. kebersamaan
Jemaat-jemaat di
17. Majelis Jemaat adalah pimpinan Pasal 2:17 GPIB.
GPIB di lingkup Jemaat Pasal 2:18
: Cukup jelas
18. Kenaikan Gaji Berkala adalah
kenaikan gaji pokok periodik dan : Kenaikan Gaji
diberitahukan oleh Majelis Berkala
Sinode secara tertulis. Besarnya dilakukan secara
kenaikan tersebut, sesuai dengan otomatis
skala gaji pegawai dan sesuai berdasarkan
kemampuan keuangan GPIB. waktunya tanpa
pengusulan
19. Pegawai dengan Perjanjian Pasal 2:19 kecuali bagi
Kerja Waktu Tidak Tertentu Pasal 2:20 pegawai yang
(PKWTT) adalah tenaga kerja terkena sanksi
tetap, baik Pendeta maupun non penundaan
Pendeta yang terikat dalam kenaikan gaji
perjanjian kerja untuk jangka berkala.
waktu yang diatur dalam
peraturan masing-masing. : Cukup jelas
20. Pegawai dengan Perjanjian : Cukup jelas
Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) adalah tenaga kerja
Hal. 291
berdasarkan perjanjian kerja
untuk waktu tertentu.
21. Pelanggaran Berat adalah Pasal 2:21 : Cukup jelas
perbuatan pelanggaran Pasal 2:22 : Cukup jelas
Pasal 2:23
sebagaimana diatur dalam : Yang ditugaskan
di Jemaat
peraturan ini dan atau dalam sebagai Ketua
Majelis Jemaat
peraturan perundang-undangan atau sebagai
Pendeta Jemaat
yang berlaku, yang apabila maupun sebagai
Pendeta GPIB
dilakukan oleh pegawai akan dalam Pelayanan
Umum (Pelum).
mengakibatkan terjadinya
Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK).
22. Pembebasan Sementara adalah
pembebasan sementara Pegawai
dari tugas-tugasnya selama
waktu tertentu yang dilakukan
GPIB terkait dengan suatu
pelanggaran yang dilakukan oleh
Pegawai.
23. Pendeta Organik adalah
Pegawai GPIB yang diteguhkan
sebagai Pelayan Firman dan
Sakramen dan ditugaskan oleh
Majelis Sinode pada jabatan
struktural GPIB.
24. Pendeta Pelayanan Umum Pasal 2:24 : Pendeta yang
adalah pegawai GPIB yang duduk di Majelis
ditahbiskan sebagai Pelayan Sinode sebagai
Firman dan Sakramen dan Fungsionaris
pejabat struktural namun maupun dengan
Hal. 292
tidak/belum ditugaskan di penugasan
Jemaat.
khusus di
lembaga-
lembaga seperti
Majelis Sinode,
PGI, GPI, dan di
lembaga lainnya
seperti unit kerja
penerbitan,
sekolah-sekolah
dan rumah sakit
serta yang
ditugaskan di
lembaga
pendidikan
teologi atau
yang ditugaskan
di lembaga-
lembaga.
25. Pendeta Non Organik adalah Pasal 2:25 : Termasuk
Pendeta GPIB namun bukan Pasal 2:26
pejabat struktural, karenanya emeritus.
tidak berstatus pegawai. Pasal 2:27
: Pegawai yang
26. Pendidikan dan Pelatihan dimaksud adalah
adalah kegiatan pendidikan atau Pendeta dan Non
pelatihan Pegawai untuk Pendeta.
memberikan, meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan : Cukup jelas
atau keahlian dan produktivitas
Pegawai sesuai dengan jenjang,
kualifikasi jabatan atau
Pekerjaannya.
27. Penempatan Sementara adalah
penugasan Pegawai secara
Hal. 293
sementara di suatu tempat kerja : Cukup jelas
yang lain dari tempat kerja di : Cukup jelas
mana Pegawai biasa melakukan
kepegawaiannya. : Cukup jelas
28. Penilaian Kinerja adalah Pasal 2:28 : Cukup jelas
penilaian tahunan yang : Cukup jelas
dilaksanakan GPIB berdasarkan
hasil prestasi kerja setiap
pegawai.
29. Peraturan GPIB adalah Pasal 2:29
dokumen yang memuat
ketentuan-ketentuan tentang
syarat-syarat kerja dan tata tertib
GPIB bagi Pegawai tetap/waktu
tidak tertentu.
30. Peringatan Lisan adalah teguran Pasal 2:30
secara lisan atas pelanggaran
ringan.
31. Peringatan Tertulis adalah Pasal 2:31
teguran tertulis yang menurut
penilaian, wajar untuk menerima
peringatan atas pelanggaran
disiplin kerja.
32. Perjalanan Dinas adalah Pasal 2:32
perjalanan yang dilakukan oleh
Pegawai berdasarkan penugasan
dari GPIB dalam rangka
melakukan suatu urusan dinas
untuk kepentingan GPIB.
Perjalanan Dinas dapat dilakukan
di dalam maupun keluar tempat
kedudukan pegawai (baik di
dalam maupun keluar negeri).
Hal. 294
33. Perjanjian Kerja adalah suatu Pasal 2:33 : Cukup jelas
perjanjian untuk waktu tidak : Cukup jelas
: Cukup jelas
tertentu yang dibuat secara : Cukup jelas
tertulis antara GPIB dan calon
pegawai yang memuat hak dan
kewajiban para pihak serta
syarat-syarat kerja lainnya yang
ditandatangani setelah calon
Pegawai lulus seleksi
penerimaan, dinyatakan fit secara
medis berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan dan telah
memenuhi syarat-syarat
administratif yang ditentukan
oleh GPIB.
34. PHK atau pemutusan hubungan
kerja adalah pengakhiran Pasal 2:34
hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban
antara GPIB dan Pegawai.
35. Tempat Kedudukan adalah
tempat yang dianggap sebagai Pasal 2:35
tempat tinggal Pegawai yang
dicantumkan dalam Perjanjian
Kerja untuk keperluan
menentukan mulai dan/atau
berhentinya kewajiban GPIB
dalam mengganti biaya
transportasi dan sebagainya.
36. THRK atau Tunjangan Hari
Raya Keagamaan adalah Pasal 2:36
tunjangan yang diberikan kepada
pegawai dalam bentuk uang yang
Hal. 295
dibayarkan GPIB kepada Pasal 2:37 : Cukup jelas
Pegawai menjelang Hari
Keagamaan. Pasal 2:38 : Cukup jelas
37. Tindakan Disiplin adalah Pasal 2:39
tindakan penggembalaan yang Pasal 2: 40 : Cukup jelas
dilakukan GPIB dengan tujuan Pasal 2:41 : Cukup jelas
untuk memperbaiki dan : Tunjangan
mendidik Pegawai yang
melanggar tata tertib yang jabatan,
berlaku di GPIB. tunjangan
38. Gaji adalah dalam bentuk uang fungsional dan
sebagai balas jasa atau tunjangan
penghargaan atas hasil kerja setempat.
pegawai. : Cukup jelas
39. Gaji Pokok adalah gaji
berdasarkan golongan pegawai : Cukup jelas
GPIB.
40. Gaji dasar adalah gaji pokok
ditambah tunjangan istri dan
tunjangan anak.
41. Gaji Bersih adalah gaji dasar
ditambah tunjangan yang bersifat
tetap.
42. Tunjangan Kerja Lembur Pasal 2:42
adalah imbalan dalam bentuk Pasal 2:43
uang dengan perhitungan per jam
1/173 x gaji pokok
43. Izin tidak bekerja adalah hari
pegawai tidak masuk bekerja,
dan dipotong Hak Cuti ybs.
Hal. 296
44. Jabatan adalah kedudukan yang
menunjukan tugas, tanggung Pasal 2:44 : Cukup jelas
Pasal 2:45
jawab, wewenang dan hak Pasal 2:46 : Cukup jelas
Pasal 2:47
seorang pegawai dalam susunan Pasal 2:48 : Cukup jelas
suatu satuan organisasi. : Cukup jelas
45. Kenaikan Golongan Biasa : Pola Skala Gaji
GPIB mengikuti
adalah kenaikan golongan Pola Skala Gaji
Pemerintah.
pegawai yang diputuskan oleh
: Cukup jelas
Majelis Sinode karena sudah
memenuhi persyaratan antara
lain masa kerja dalam golongan,
kinerja dan tidak bermasalah.
46. Kenaikan Golongan Istimewa
adalah kenaikan golongan yang
diputuskan oleh Majelis Sinode
karena prestasi kerja yang luar
biasa.
47. Kenaikan Golongan
Penghargaan adalah kenaikan
yang diberikan satu tingkat
berdasarkan keputusan Majelis
Sinode dengan
mempertimbangkan prestasi
yang bersangkutan.
48. Skala Gaji adalah skala gaji
pokok untuk tiap golongan.
49. Masa Kerja adalah jangka waktu Pasal 2:49
berlangsungnya hubungan kerja
terhitung tanggal penerimaan
sampai berakhirnya hubungan
kerja tersebut.
Hal. 297
50. Uang Penghargaan Masa Pasal 2:50 : Cukup jelas
Kerja adalah penghargaan masa
kerja yang diberikan kepada : Cukup jelas
pegawai sesuai dengan peraturan : Cukup jelas
perundangan-undangan yang : Cukup jelas
berlaku.
Penerimaan, Hubungan Kerja
dan Status
Pasal 3 Pasal 3
Penerimaan Pegawai
1. Proses penerimaan pegawai non Pasal 3:1
Pendeta dilakukan oleh Majelis
Sinode atau Majelis Jemaat dan
keputusan pengangkatannya oleh
Majelis Sinode.
2. Persyaratan penerimaan Pegawai Pasal 3:2
Non Pendeta dan Pendeta diatur
dalam Peraturan Pelaksana
Nomor 10 A.
Pasal 4 Pasal 4
Hubungan Kerja
1. Hubungan Kerja antara pegawai Pasal 4:1
non pendeta dengan GPIB,
berlangsung setelah calon
pegawai lulus kualifikasi
sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pelaksana Nomor 10 A
dan dinyatakan dalam Surat
Keputusan Majelis Sinode.
Hal. 298
2. Penugasan pegawai dan tanggal Pasal 4:2 : Cukup jelas
dimulainya masa kerja akan : Cukup jelas
ditetapkan di dalam Perjanjian
Kerja dan tercantum dengan jelas : Cukup jelas.
dalam Surat Keputusan : Cukup jelas.
Pengangkatan. : Cukup jelas
3. Dalam hal pegawai GPIB non Pasal 4:3
pendeta menikah dengan sesama
pegawai GPIB pada kantor
Majelis Jemaat atau kantor
Majelis Sinode yang sama maka
salah satu dari keduanya harus
mengundurkan diri sebagai
pegawai GPIB.
Golongan, Pangkat, Gaji,
Tunjangan
Pasal 5 Pasal 5
Golongan
1. GPIB menganut sistem Pasal 5:1
penggolongan sebanyak 17
golongan dari golongan I A s/d
golongan IV E.
2. Penentuan penggolongan Pasal 5:2
pegawai baru adalah berdasarkan
pendidikan, tetapi dalam hal
tertentu pendidikan dan
pengalaman dapat juga
menentukan golongan bagi
pegawai tertentu.
3. Penentuan awal dan golongan Pasal 5:3
maksimal dari pegawai diatur
Hal. 299
dalam Peraturan Pelaksana
Nomor 10 A.
Pasal 6 Pasal 6
Kenaikan Golongan
1. Kenaikan golongan diberikan Pasal 6:1 : Cukup jelas
kepada pegawai yang telah : Cukup jelas
memenuhi persyaratan dan : Pegawai S1 :
golongan 3 A
diusulkan oleh Majelis Jemaat saat
pengangkatan
atau Majelis Sinode dengan dan baru bisa
naik golongan
melampirkan dokumen setelah 5 tahun.
Pegawai S2 :
pendukung antara lain, hasil golongan 3 A
saat
penilaian prestasi kerja. pengangkatan,
tetapi setelah 2,5
Mekanisme ini diatur dalam tahun bisa naik
golongan.
petunjuk pelaksanaan yang
dikeluarkan oleh Majelis Sinode.
2. Jenis kenaikan golongan adalah Pasal 6:2
sebagai berikut:
a. Kenaikan Golongan Biasa Pasal 6:2.a
(Reguler) yaitu, kenaikan
golongan satu tingkat yang
diputuskan Majelis Sinode
karena masa kerja dalam
golongan lama sudah
mencapai 5 (lima) tahun.
Hal. 300