The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

หนังสือบุหลันวรรณกรรม

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search

หนังสือบุหลันวรรณกรรม

หนังสือบุหลันวรรณกรรม

Keywords: บุหลันวรรณกรรม,วรรณกรรม

“Itu pun baik juga,” kata Bob.
“Ia harus jadi pegawai bank!” tegas Leli.
“Aku tidak membantah, kan?” kata Bob. “Aku hanya
bilang....”
“Lalu untuk apa kau diam-diam membelikannya sepatu
balet?”
“Ia sendiri yang meminta.”
“Tidak semua permintaan harus dikabulkan.”
“Kalau ia menjadi penari balet, ia akan sering pergi ke luar
negeri.
Tetapi menjadi pegawai bank pun sebetulnya baik juga....”
Itu perdebatan bertahun-tahun lalu, ketika si cacing masih
remaja.
Ketika usianya tiga puluh dan menggendong janin di dalam
rahimnya, ibuku sudah tidak bisa menjadi apa pun: karyawan bank
atau penari balet. Mungkin menjadi penari balet masih bisa, setelah
bayinya lahir, tetapi ia harus pandai-pandai merawat tubuh. Biasanya
perempuan yang habis melahirkan selalu melar tubuhnya dan
perempuan bertubuh melar akan kesulitan menjadi penari balet.
Tak akan mudah bagimu untuk berdiri dengan satu ujung kaki jika
tubuhmu melar.
Pada dua-tiga bulan menjelang kelahiranku, aku
menyaksikan keadaan Bob yang makin mengharukan. Ada
tetangganya yang pernah mengatakan bahwa kehamilan ibuku
adalah kutukan yang harus diterima oleh Bob dan Leli karena
mereka suka berdoa di tempattempat keramat. Bob tidak pernah
mendengar sendiri omongan itu; ia nyaris tidak pernah keluar rumah
sejak dua-tiga bulan menjelang kelahiranku. Kakekku mendekam saja

บุหลันวรรณกรรม 369

di kamarnya, seperti pertapa-pertapa yang mengubur diri dalam gua
menunggu mukjizat diturunkan. Leli masih keluar rumah; ia pergi ke
pasar setiap pagi dan kadang-kadang harus ke warung membelikan
rokok buat suaminya.
Pada saat kandungan ibuku berumur sembilan bulan lebih
sepuluh hari, aku lahir di kamar mandi. Lihatlah, aku lahir tepat
waktu meski tak ada ayah yang menungguiku. Saat itu ibuku merasa
ingin kencing dan ia masuk ke kamar mandi dan aku lahir sebelum ia
sempat menutup pintu kamar mandi. Tetangga-tetangga datang
menengok kelahiranku. Aku menyaksikan paras dengki beberapa
orang ketika melihat aku lahir dengan wajah cantik. Mungkin mereka
berharap menyaksikan sesuatu yang menggemparkan di hari kelahiranku;
kurasa mereka akan lebih suka jika aku lahir sebagai seekor
kura-kura atau bajing. Hal itu akan membuat mereka makin gigih
menggunjingkan dosa keluargaku. Sebetulnya ingin kukatakan
kepada mereka, “Kalian tidak usah dengki,” tetapi aku bisa menahan
diri. Aku tidak ingin meniru apa yang sudah pernah dilakukan oleh
bayi lain pada zaman dulu.
Pamanku sungguh mencintaiku. Ia selalu mengabarkan
kepada orang-orang di tempat minum bahwa parasku sangat
cantik. “Kemarin, setelah kalian semua pulang, aku mendengar ia
berbicara pada ibunya,” katanya. Ia menceritakan apa yang tidak
pernah kulakukan. Kurasa ia melakukan itu karena rasa bangganya
yang berlebihan kepadaku.
Di antara semua orang yang ada di rumah, yang paling
membuatku sedih adalah Bob. Kakekku terus menenggelamkan
dirinya di kamar. Ia baru keluar dari kamarnya ketika umurku
sebulan dan ia mendatangiku dengan wajah seorang pertapa yang baru

370 Bulan Sastra

saja mendapatkan ilham. Itu pertama kalinya ia melihatku dan pada
saat itu juga ia meraihku dari gendongan ibuku dan kemudian
membawaku ke pekarangan belakang. Di sana, ketika kami hanya
berdua, ia membisikkan padaku ilham yang baru diterimanya. Aku
ingin menjawab silakan, tetapi tidak jadi kusampaikan jawaban itu.
Kau tahu, aku tak suka meniru apa yang pernah dikatakan oleh
orang-orang zaman dulu. Karena itu aku diam saja dan hanya
memandanginya.
Pada malam harinya, ketika aku dan ibuku sedang tidur
bersebelahan, Bob masuk ke kamar kami dan mengangkatku dengan
hati-hati. Ia kembali membawaku ke pekarangan belakang
danmembaringkan tubuhku di tanah dan menggoreskan pisau yang
dibawanya ke leherku—cucu yang bertahun-tahun ia dambakan. Aku
memahami apa yang ia lakukan; kakekku hanya menjalankan sebuah
ilham. Tapi aku mati malam itu, sebab ia bukan nabi dan karena itu
tak ada malaikat yang datang ke pekarangan untuk menukar tubuhku
dengan kambing atau kelinci atau binatang apa pun. Nyawaku terbang
ke langit dengan membawa satu keinginan: menceritakan kisah ini
kepadamu.
Kau tahu, pamanku menjadi gali yang makin kasar dan suka
menyiksa orang setelah kematianku dan ia sendiri mati enam bulan
kemudian di tangan tentara misterius yang bekerja malam-malam.
Ibuku mati enam tahun lalu, tetapi sebetulnya ia sudah mati tujuh
tahun sebelumnya, bertepatan dengan hari kematianku. Kakekku
mendekam di dalam kerangkeng beberapa hari setelah pisaunya
menggores leherku. Polisi menahannya dan pengadilan menjatuhkan
hukuman penjara seumur hidup kepadanya. Aku sedih pada hukuman
yang harus ditanggung oleh kakekku, tetapi tak bisa kusalahkan

บหุ ลันวรรณกรรม 371

polisi yang menangkapnya dan hakim yang menghukumnya. Mereka tidak
seperti aku; mereka tidak mengerti bahwa apa yang dilakukan oleh
kakekku hanyalah mematuhi sebuah ilham.
Nenekku, orang yang paling tahan di dalam keluarga kami,
tetap memelihara keinginannya untuk punya cucu. Seperti
seorang pengkhianat yang memikul kutuk, sampai hari ini ia terus
mendatangi tempat-tempat keramat dan dukun-dukun dan ia
melakukannya sendirian karena kakekku tidak bisa menemaninya. Usia
perkawinan bibiku sudah dua puluh tiga tahun dan ia tetap tidak
pernah hamil dan sekarang umurnya sudah empat puluh
sembilan. Suaminya, si pegawai asuransi, sudah berumur enam puluh
tiga. Pada waktu menikahi bibiku, lelaki itu sudah berusia empat
puluh tahun. Itulah sebabnya ia selalu kalem dan tampak tua pada
masa-masa mendekati bibiku. Nenekku tidak patah oleh kondisi anak dan
menantunya. “Ibuku sudah lima puluh empat ketika melahirkan
adikku dan bapakku sudah enam puluh lima,” kata nenekku. Karena
itu, dengan harapan suatu hari anaknya akan hamil, ia terus melakukan
hal-hal yang ia sendiri sebenarnya sudah bosan.
Kusampaikan cerita ini karena beberapa tahun belakangan
orang-orang mulai menganggap nenekku gila. Kau tahu, ia sangat
waras; ia hanya melakukan apa yang harus dilakukan demi
sesuatu sangat berharga yang didambakannya. Kupikir mereka
bahkan harus mencontoh kegigihannya. Maka, demi menuturkan cerita
ini, pada malam Jumat kemarin kurasuki tubuh seseorang untuk
menuliskannya. Kau mungkin mengira bahwa cerita ini ditulis oleh
A.S. Laksana. Sesungguhnya bukan, ia sudah lama tidak menulis dan
kurasa ia sedang tidak memiliki gagasan apa pun untuk ditulis. Aku
meminjam jari-jarinya dan menggunakan namanya agar cerita ini
sampai kepadamu. Namaku Gloria (itu nama yang kupilih sendiri

372 Bulan Sastra

karena ibuku belum sempat menamaiku), kini tiga belas tahun, seorang
remaja cantik yang tumbuh sedih di tempatku. Kuharap ibu dan
pamanku ikut membaca tulisan ini. Kami tidak pernah saling
berjumpa bahkan setelah mereka berdua mati.***

Puisi Thai

374 Bulan Sastra

Dia Orang Buddha – Saya Muslim
เขาเป็นพุทธ - ขา้ พเจา้ มสุ ลิม

Prach Andaman
Diterjemahkan oleh Tassana Nualsomsri

Dengar suara ‘Arahang Samma…’
Sedangkan saya berdoa di bawah
Di dalam kamar tidur saat perjalanan
Saya dan dia saling melihat perbedaan
Dia orang buddha saya muslim
Jika hati kita penuh dengan kebahagian
Walau berbeda jalan dan tempat kita menuju
Di titik yang kita bertemu bisa berjalan sama-sama
Saya sedang pergi ke Yala
Sedangkan dia sudah lama melakukan perjalanan
Sebelum saya mengundangnya
Pergilah pergi untuk hadapi kenyataan.
Kita ada beberapa pendapat yang sama
Ada beberapa tujuan yang mirip tentang hidup
Sejumlah jalan kita tinggal setempat bersama

บุหลันวรรณกรรม 375

Temukan penggerakan-ketenangan dan kebiasaan yang sama
Dia orang buddha saya Muslim
Tak saling bantah tak menusuk tak mengacaukan
Tak ada perbatasan apapun yang mencegahkan
Berbagi pelibatan antara hati kita
Dunia di luar membataskan sebanyak-banyaknya
Benci sampai hancurkan masa sebelumnya
Perbatasan dibagi dan dirintangi lebih dari dugaan
Mencegahkan mimpi masa kecil orang-orang
Pelibatan antara teman semakin kabur dan menjauh
Muncul penggerakan dan penggigilan
Ketidakpercayaan sedang memanggil
Menyulut kebencian antara kita
Mungkin kita mendebat saja hanya debatan
Tapi tak ucapkan apa yang kita tak tahu
Dalam perbedaan filosofi hidup kita bisa saling akui
Bertukar sungguh-sungguh hingga saling tahu
Dia orang buddha saya muslim
Kita jalan di sisi penggerakan
Dunia di luar berkali-kali menekan hingga akan berapi
Gunakan perbedaan jadi alat saling menyakiti
Dunia di luar sedang membuat api
Api yang asungkan kita terbagi dalam perbedaan
Menjauhi persahabatan antara teman sejalannya
Menggaris hati dan membuat perbatasan

Doraemon Kucing Tenggelam
โดราเอม่อน เจา้ แมวจมน�้ำ

Kornkue
Diterjemahkan oleh Umaporn Pichairak

Suara mencelupkan di malam. Emosi yang sedih di hati.
Dunia tetap sedih. Kemarahan menghukum dunia berubah.
Banjir sudah turun. Hanya bisa lihat noda.
Bercucuran di hati seorang yang rapuh. Menyerah pada kebenaran.

Suara yang sebut “Doraemon” tidak tidur-Dia geliang-geliut.
Tidak ada alasannya. Anak perempuan- Dia ingin
Ibu membeli untuk hadiah ulang tahun. Malam yang ayah mabuk tidak pulang rumah.
“Doraemon” adalah sahabat yang lama. Mendengar cerita anak-anak bersama .
Ke mana-mana masih di sisi. “Doraemon” bersama seperti lengan tungkai.
Perbedaan itu adalah boneka. Tapi hatinya lebih berharga dari dirinya.

Rumah kena banjir. Ibu pergi ke kerja dia pergi ke sekolah tidak bisa
pindah barang-barang . Semua tenggelam.
Barang-barang kena banjir. Sahabat “Doraemon” dipura-pura.
Lebih aliran air adalah pikiran.

บุหลนั วรรณกรรม 377

Dia menangis tidak mengaku perubahan. Banjir sudah turun,tapi emosi belum turun.
“Doraemon” basah dan bau. Tidak rasa panas rasa dingin.
Dirinya masih gila. Yang paling sedih siapa?

Suara mencelupkan di malam itu langsung sepi. Dia tertidur.
Malam yang lama. Ada mata seseorang dalam gelap.
Dalam pelukan masih ada yang berarti. Akhirnya itu hanya mimpi yang gembira.
“Doraemon baru” diulangi. Gaji mendapat besok.

Cinta Ibu
หอมรกั แม่

Korn Siriwatthano
Diterjemahkan oleh Umaporn Pichairak

Ibu melahirkanku.
Ibu memberikan cinta pada aku dengan penuh hati.
Hanya suara aku hari pertama dilahirkan.
Ibu senyum dengan air mata hari itu.
Tali pusar yang ibu pegang.
Aku adalah jantung hati Ibu.
Meskipun ibu menghadapi perawatan pasca melahirkan.
Ibu berhenti tubuhnya getar.
Aku kenyang tidur menyokong di lengan ibu.
Cinta dengan penuh hati.
Ibu memegang aku cium aku.
Mencium di kepala sampai di kaki, memperhatiankan.

บหุ ลันวรรณกรรม 379

Aku cangkum gigit dada ibu.
Ibu tidak marah
Kapanpun aku sakit
Ibu menangis bersamaku.
Ibu kelaparan untuk aku kenyang.
Ibu sabar untuk aku tidur di bahunya.
Ibu sabar rasa dingin untuk aku rasa hangat.
Ibu sabar untuk aku ada kehidupan yang baik.
Ibu mengajar aku semua kehidupan.
Ibu menujukkan makna hidup.
Mengajar aku duduk, jalan, menikmati.
Mengajar “kemanusian”
Dikasih kesempatan.
Mengajar aku berjuang kendala.
Mengajar ketahuan pada ku…………………..
Setiap pengajaran luar biasa………………………
Mengajar aku tahu.
Mengajar jadi orang yang baik.
Mengajar aku mencintai orang lain.
Mengajar aku mempertahankan kebudayaan Thai.
Ibu menunjukkan cahaya bintang-bintang utara.
Untuk aku jadi orang yang kebajikan…………………………………..
Untuk aku jadi orang yang baik.

380 Bulan Sastra

Tidak jadi orang jahat.
Makan belanja jangan boros.
Makan yang cukup.
Memikirkan yang baik-baik.
Tahu tujuan kehidupan, tidak tersesat.
Kini aku tetap diriku.
Masih berusaha hidup seperti cara ibu.
Baik karena Ibu gembira karena Ibu.
Dalam dan luas kecintaan ibu.
Merindu Ibu setiap hari.
Tidak habis cinta
Cinta dari ibu tidak pernah cukup pada ku.
Sudah tua masih ingin dapat cinta dari ibu.

Hanya Merindukan?
เพียงอาลัย?

Kangwanprai Nam
Diterjemahkan oleh Tassana Nualsomsri

Papan nasihat hati di dalam wihara hadapi angin
Paku yang lama mengubur dirinya dengan sebuah pohon
Beberapa pohonnya jatuh, hilangi, menang, kalah
tapi tetap ada yang bertahan walau tanpa daunnya
Seperti kebaikan ditulis dan memalukan
Diharapkan ada seseorang memperhatikan
Setelah kelihatan dengan kecematan
Atau hanya melewati untuk beristirahat mata saja
Sastra tak mengantepi polanya
Ditulis dan memimpin redaksi yang tak anggun
Tulisannya tak jelas…tapi kalau yakin
Akan penuh dengan nilai dalam hati

382 Bulan Sastra

Tenang waktu sinar pada pagi muncul, kesepian waktu ma-
tahari semakin naikan
Pada siang sakti, setelah sore medekati
Keangatan di papannya semakin menghilangkan
Dunia kebaikan di dalam kegelapan sendiri
Keindahan kayanya akan dilupakan
Malah bersenang dengan sungai besar yang mengalir keras
Di dunia yang baru, membuangkan masa bekas kepada kepucatan
Tersesat yang kilang-kelok, sepi, aneh
Tinggal dengan kecepatan dan menekankan
Berkait dengan pertandingan walau bangun, tidur sampai bingung
Ada waktu hanya menyerap kecemasan
Jalan sampai pelepasan…tidak ada
Papan nasihat hati bergerak karena kena angin
Sesuai irama lonceng yang menyedihkan terjadi di wihara yang mana?
Mempersilakan orang hadapi bahagia seperti terak
Hati yang membangkang akan berapi-api
Jadi tidak bisa bertemu dengan jalan yang tenang
Selalu memeluk dengan kesulitan sampai
Si hati di dalam dunia yang sepi semakin menyedihkan
Tak bisa menindas karya bahkan satu kata saja


บหุ ลันวรรณกรรม 383

Pengunjungi sini seperti dapat istirahat hatinya
Sama seperti dapat melepaskan dari apa? – tak bisa imajinasi
Pernah mengindari kepanasan hati untuk mengandalkan ketenangan
seharian
Terperanjat papan nasihatnya sudah hilang ke mana?

……………………………………………….
(Papan nasihat hati di dalam wihara hadapi angina
Palu yang lama kalah kepada perubahan sampai hancur
Kebaikan jatuh ke lantai, waktu akhirnya pada malam-hari
Habis mimpi menciptakan sosial yang adil)

Rohingya : Wajah Kemanusiaan
โรฮิงญา : วงหนา้ ของมนษุ ยธรรม

Wanrawee Rungsaeng
Diterjemahkan oleh Rachan Jaengsri

Perahu kayu yang tua…impian sisa-sisa…umat manusia
Tak pernah berhenti berkelanaaaaa di dalam gelombang harapan
Tanah bumi mendidih darah menodai setiap raga
Dalam gelombang kalut ada cahaya harapan di langit
Tak ada tanah apapun yang bisa pemakaman
Setiap jalan hancur dalam hasrat
Hidup atau mati tergantung pada dunia-nasib
Rohingya semangat mengerikan-neraka
Mengambang kehidupan di atas perahu kayu jauh dari daratan
Dengan harapan tanah bumi yang baru dalam impian
Arungi terik matahari dan hujan siang malam
Melalui langit Andaman goyahkan hati

บหุ ลันวรรณกรรม 385

Gambar bunuh-membunuh takdir tegas untuk berlari pergi
Setiap wilayah tanah bumi menangis
Rumah yang dulu hangat kini panas bagai bara api
Dia mengusir menyiksa memburu kehidupan
Penderitaan terpancar dari mata yang ketakutan
Orang tanpa bangsa tanpa tanah bumi
Mengambang perahu tanpa tujuan dalam gelap
Tak tahu arah dalam gelombang laut
Berharap daratan impian dengan matahari bersinar
Suram hilang nyawa dalam gelombang
Perahu yang tua putus asa dalam kehancuran
Berkelana mencari tempat menginjak daratan
Seperti puing sampah yang berbahaya dalam dunia kosong
Orang-orang membuang jauh tak ingin lihat
Sampah manusia tak berharga…air mata memerciki
Dibunuh..terusir hingga tak punya tanah bumi
Dalam wajah kesuraman umat manusia
Kemanusiaan tercabik binasalah
Sisa-sisa kehidupan ketakutan air mata mengalir
Minum makan kematian setiap jalan
Tak ada tanah bumi di manapun untuk tinggal
Tak ada dermaga yang tersedia untuk berla buh
Hadapi takdir dunia samaran
Tuhan menciptakan Rohingya, mengapa?

386 Bulan Sastra

* Rohingya adalah sebuah kelompok etnis yang beragama Islam di
Burma tinggalnya di utara negara bagian Rakhine (arakan). Di barat
negaranya Rohingya pemukiman di daerah Rakhine sejak abad ke- 7.
Di masa lalu daerah ini adalah pemukiman muslim Arab yang
melakukan perjalanan dagang sejak zaman kuno. Rohingya memiliki
karekteristik fisik yang mirip dengan orang Asia Selatan khususnya
Bangal. Sebagain berasal dari Arab, Persia dan Pathan yang
berimigrasi sejak zaman kerajaan Mughal. Pada tahun 1978.
Rohingya telah dibawah kekuasaan militer pemerintah Burma.
Rohingya telah ditolak kewarganegaraan Burma. Dilanggar hak asasi
manusia yang keras.

Orang yang Ciptakan Kapal
คนต่อเรอื

Praphon Ruangnarong
Diterjemahkan oleh Tassana Nualsomsri

Waktunya sudah kala senja di lautan
Suara ombak dan angin merdu
Indahnya di pantai melihat pohon cemara bergerak
Suara gendang dari masjid jadi waktunya solat
Asea seorang kakek sendirian
Dia merasa kesepian di pantai laut
Kapal Goleh dipakir atas tepi pantai
Kayunya terlihat tua semakin menyedihkan dia
Dua tangannya pernah usaha menciptakan
Goleh terlihat indah dan sungguh istimewa
Dari kepala sampai ujung kapalnya bermartabatkan
Lukiskan gambar burong terlihat bergetar

388 Bulan Sastra

Menyesihkan masa kini gambar itu berubah
Maha burung menjadi tak berdaya
Goleh tak bisa bertahan aliran samudra
Suara mesin bergetar sambil menggembalakan hewan lautan
Air matanya kakek mengalir
Habis waktunya untuk pencipta kapal
Sisa hanya Goleh yang dikecilkan
Menjalankan di dalam lemari gelas untuk ditunjukkan orang

Ketiga Tante
อาผูห้ ญิงทั้งสาม

Romana Rocha
Diterjemahkan oleh Pensri Panich
Ketiga tante: aroma kuah dalam asap arang
Bau asap bercampur aroma kuah dari dapur arang.
Tertiup angin mendatangi rumah kebun sejak pagi.
Di bawah atap rumah bernama “Cahaya Pohon”.
Bau jeruk, kunyit mengikuti angin.
Dinginnya angin subuh mengibarkan mimpi masa lalu.
Dalam dunia panas wadah inkubasi.
Aroma pohon hutan di sini masih menyenangkan.
Bertiga tante masih suka indah alami.
Ayam berkokok menjadi lagu setiap subuh.
Burung menyebar suara tak takut.
Adalah hutan kecil di kota besar pada masa kini.
Adalah lapangan hidup yang indah.

390 Bulan Sastra

Ketiga tante: tangan yang memasak
Ikatan saudara masih ada
Di dapur seindah ukiran
Hati berada di dunia nyata yang bercinta
Supaya terlihat kebenaran di jalan hidup
Tiga perempuan atas nama cinta
Yang menjaga hati
Dengan bibit harapan selalu terarah
Dengan tangan tinggi yang membantu dan memberi
Memberi kesempurnaan pada masa anak-anak
Supaya belajar baik kerja ringan maupun kerja berat ada kelembutan
Supaya hati kuat dan tahu rasa menahan diri
Memberi jiwa berani
Dengan tangan bekerja menyebarkan cinta dalam kebun hati.
Seperti tangan memasak kuah yang wangi ke mana-mana karena api
Ketika waktu berlalu masih jujur
Kepada wangi hati yang setia hingga berlalunya masa

Ketiga tante : Penguasaan brahma
Ketika cahaya bersinar ke arah timur
Pelan-pelan besinar jiwa yang bergelak
Embun bercampur kabut membasahi bunga
Burung-burung beterbangan ayam-ayam mencakar-cakar pekarangan
Sebelas kucing tiga anjing satu ibu sapi
Di halaman bersenang-senang sampai sari pati
Bertiga tante tak cari suami
Tetapi membesarkan keponakan-keponakan sampai rumahnya penuh

บหุ ลันวรรณกรรม 391

Ketiga tante : Wihara wangi kuah
Sejak pagi-pagi memasak wangi kebun
Tersebar ke mana-mana setiap bahan yang dimasukkan
Terasa salak asem dan banyak jeruk nipis di angin
Wangi dingin sayur yang dimasak oleh tangan ibu
Di bawah atap “Cahaya pohon” hati merindu
Di atas tanah hangat yang menjaga harga
Ada laku manis terdengar kecil
Laku kasih cinta kepada jiwa
Di dalam wihara wangi kuah subuh pagi-pagi
Sinar cahaya mata hari terangi dewa mengada
Bertiga dewi cantik seperti diciptakan
Saya bersujud di tanah sakti setiap melangkah

Media
สื่อ

Thanya Thanyamas
Diterjemahkan oleh Rachan Jaengsri

Dia berbicara Thai dicampur Inggris.
Hanya meniru belaka.
Hingga lupa menghargai bahasa kita.
Malah menyisipkannya hingga terdengar aneh.
Dilahirkan dengan bahasa ibu bahasa bapak.
Berbicara mulai sejak lahir.
Semakin tinggi belajar menjadi cendikiawan.
Semakin salah berbicara bahasa Thai.
Kata panjang diringkas menjadi pendek.
Menunjukkan modernitas.
Kata baku tidak sesuai hati
Meruntuhkan bahasa hingga berubah.

บุหลนั วรรณกรรม 393

Ratu kecantikan belakangan ini harus dari luar negeri.
Dicelup untuk melawan saingannya.
Bahasa pun jadi terseleweng jadi salah kaprah.
Masih berusaha pamer diri.
Kita biarkan keasingan bercampuran.
Mengalir hingga membanjiri kepala.
Hingga terkesan ganjil terasa menakutkan.
Membius telinga dan mata..
Menjadi korban keasingan yang memasukinya.
Memusnahkan asal muasal dengan hebatnya.
Sehingga saat ini lagu Thai tidak lagi didengarkan anak muda.
Lagu asing didapat tiketnya meski harus memanjat pagar.
Nilai bangsa terbenam, bangsa bagai musnah
Bisnis banyak yang hancur lebur.
Bahkan kegilaan mencari nilai-nilai.
Tumpuk-menumpuk hingga tua mati.
Oh, bahasa, nilai bangsa, hilanglah jati diri.
Walau rupa semakin samar
Kebudayaan dihancurkan.
Milik kakek-nenek habis nilainya.
Hanya tersisa gambar tua yang diceritakan.
Semuanya tercemar sampai tidak jelas.
Tidak menentu bentuk dan rupanya.

394 Bulan Sastra

Biarkan berubah setiap hari.
Pemeran sinetron harus turunan asing.
Melangkah pada persilangan zaman kreatif.
Thailand bagaikan budak kesukuan.
Perlu sabar ditonton sampai membosankan.
Kita sampai era penggambaran harus menyimpang.
Bahkan gambaran berbentuk tampak menyimpang.
Bercampur aduk kacau balau.
Berubah gaya, bergerak berirama.
Biarkan yang baru masuk berhamburan
Menyusup tanah yang kita miliki.
Tanah Thailand tanah yang adil tanah emas.
Sebagai wadah segala ilmu pengetahuan.
Wahai bentuk, rasa, suara, aroma tanah pertiwi.
Beralih sudah rupamu, bahasamu.
Bahkan pola formal aksara
Berbeda dari rancangan asli.
Hingga salah rupa salah tata bahasa.
Tata menyimpang masuk meresap.
Pembuat merancang membangun menghias.
Malah tunjukkan di luar tata bagai tak berguru.
Kita biarkan keanehan mengalir menyatu.
Hingga mengalir membanjiri mata telinga.

บุหลนั วรรณกรรม 395

Dipaksa untuk mendengar dan menonton.
Bergabung siasati tradisi.
Dia menunjuk burung mengangguk.
Biarkan kejahatan merasuki.
Terlena akan ketenaran, tersohor itulah kebaikan.
Ingin menjadi bayang-bayang.
Dia berpakaian aneh demi kekaguman.
Supaya bisa menarik orang menjadi titik penjualan.
Berupaya mencari gaya hidup hingga terlena.
Hingga mewabah kenakan ini itu berlimpah.
Barang dari luar menipu mata.
Kalang kabut dicari sekuat tenaga.
Semakin keanehan menyebar di kalangan orang ternama .
Semakin tambah keinginkan hatinya.
Setiap hari kehidupan salah pola.
Salah pun hampir menjadi kebiasaan.
Para selebriti yang terkenal berlaku seperti apa.
Juga ingin terkenal seperti itu.
Kepercayaan mengikuti jalan yang salah.
Bergaya jiplakan katanya kreasi.
Karena mata melihat telinga mendengar setiap hari.
Hingga mengikat hidup yang tersesat arahnya.

Alam Semesta di dalam Cangkir Teh
จกั รวาลในถว้ ยชา

W. Vajiramedhi
Diterjemahkan oleh Rachan Jaengsri

Setetes air di dalam cangkir dari sebuah poci
Mungkin adalah setetes air mata dari seorang gadis jelita
Secangkir teh yang harum wangi semerbak
Mungkin adalah suara ratapan duka dari celah jurang
Dia hirup teh tiap-tiap pagi, setiap pagi
Mungkin dihirup darah hatinya yang telah mengkristal
Dia menikmati hangatnya rasa teh dan terpikir
Mungkin bercampur medan pertempuran di tanah air teh
Di dalam secangkir teh ada awan dan pelangi
Ada nyamuk, ulat, yang jalani hidupnya
Ada flora yang hijau menyejukkan hati
Ada api hutan belantara yang membara abadi

บหุ ลนั วรรณกรรม 397

Ada politikus yang serakah
Ada penyebar agama yang menabung amal surga
Ada pendosa, orang gila, dan segalanya
Ada bulan, matahari, dan bintang berkilauan
Kita saling melengkapi dalam segala hal
Kita saling bergantung kepada ribuan makhluk yang ada
Kita saling menjaga hingga senantiasa hidup
Kita saling menyerupai menjadi bagian satu sama lain
Setetes air dalam cangkir dari sebuah poci
Mungkin mengalir dari kabut awan bak surgawi
Atau mungkin terkuras dari darah daging insani
Tergantung dari sudut mana diri memandang

Pantun Hari Ibu
คำ� ขวัญวนั แม่

Pinyo Srichumlong
Diterjemahkan oleh Pensri Panich

Walaupun cahaya mentari menyinari bumi.
Walaupun bulan bersinar cerah ceria.
Semua itu takkan membangkitkan kebahagiaan jiwa ini.
Seperti ibunda yang ada di samping kami.
Filsafat kuno berkata punya ratusan kekasih.
Tak lebih mendapatkan satupun istri yang terkasih.
Walau ratusan istri yang baik banyak membantu berfikir.
Tak lebih bahagiaan ada ibu di samping.
Cinta dalam hati ibu pada anak.
Sangatlah lebih suci dari semua cinta.
Seperti melepaskan kebahagiaan hati, laksana ingin memilikinya.
Banyak jiwa ibu yang berduka.
Ketika lahir anak dan melindunginya.
Karena ibu tak ingin anaknya berduka, selalu memberi yang disenanginya.
Ibarat berbuat budi membasahi langit dan kali amrita.
Tak ada sesuatu bisa dibanding.
Semoga ibu tahu kata-kata anak yang selalu merindukannya
Catatan pantun pada huruf yang terbaik.
Walaupun anak menulis sejuta tahun dengan rajin.
Tak sampai ujung kata belum mampu menjelaskan jasa ibu yang terbaik.

Pinyo Srichamlong (Juara satu pantun hari ibu tahun 1955)

บุหลันวรรณกรรม 399

Puisi Indonesia

400

Taman Rawa

Raudal Tanjung Banua

Selunak insang ikan gabus, setipis daging ikan lasi
Sulur-sulur dan akaran bening tumbuh tembus pandang
Ke lumpur hitam. teratai dan kiambang mengambang
Bagai gaun hijau terawang, sampan birahi bagi pasangan kodok
Bergoyangan, buahi telur-telur lender seperti peta
Atau jala kusut anak-anak masa depan,
Di gubuk-gubuk rongsok para nelayan
Setajam sirip ikan-ikan pepuyu, seruncing patil ikan patin
Tunggul-tunggul kayu muncul ke permukaan dari genangan
Serupa tangan-tangan gaib memikat kawanan capung dan belalang
Hinggap dengan sayap terbakar, amsal sejati bagi petani
Dan peladang yang kehilangan huma dan hutan
Ini taman rawa, keajaiban alam raya dalam pengembaraan kita
Semua kita pandang dari sisi perahu: siput, lumut
Kadal dan ular. tangan ingin menyentuh lumpur pekat

บุหลนั วรรณกรรม 401

Namun tubuhmu yang kudapat
Taman ini lunak, tiada tempat berpijak
Jika aku meludah karena aroma masam
Aku takut kau tak paham: kita di sini bersampan
Jauh dari daratan, terlalu muak
Kita tinggalkan segala yang diangan
Telah kita muntahkan serapah di jalan-jalan
Dan di taman liar ini kita minta sulur langit
Mengetok kepala kita
Menjadi sepasang kodok
Yang jinak waktu bercinta
Membuahi telur-telur lendir di atas air, musuh abadi
Bagi larva nyamuk belang kaki
Yang berdenging pedih di telinga nelayan dan petani
Tanpa asap dan api
Di dalam rawa mengeras fosil gajah purba
Ikan-ikan tua ribuan tahun
Mengerak pula bebatuan dan batang pohon terendam
Tapi bukan itu yang kucari dan hendak kubangkitkan
Aku menginginkan dayung patah para nelayan
Beserta cangkul majal para petani
Buat kusambung dengan likat lumpur
Ruas tulang dada sendiri

402 Bulan Sastra

Di air coklat kuning
Seekor ikan merah mengecipuk memecah hening
Mencipta lingkaran-lingkaran tahun
Di kulit air. waktu engkau kukerling,
Kecipuk waktu itu berasal dari lubuk matamu
Yang perlahan mengembang jadi rawa-rawa
Membentang lengang ke arah senja
Secercah bunga bakung mekar di antara gelagah
Dan semak-semak rendah, secercah senandung kanak pecah
Di bibir yang meronta: kita tak bisa kembali
—jangan kembali!
Selamanya di sisni menjadi bagian taman raya
Di rawa-rawa pembuangan lunak-kekal ini
Berbahagia dan menderita bersama nelayan dan petani
Membangun sebuah tempat berpijak
Di lumpur dan air bumi.
/Kalteng-Yogyakarta, 2010-1011

Telur Asin

Mardi Luhung

Aku memakan telur asin. Dengan kuning yang berminyak.
Dan aku teringat padamu. Yang pernah berseloroh: “Kau
tahu, waktu lahir, aku menetas dari telur asin. Telur asin
yang kebiru-biruan. Agak lonjong. Dan bercangkang kuat.”
Dan ketika telur asin telah habis, aku juga teringat, kau
memang lentur. Dan bagi yang ingin menelisiknya, mesti
diterawangkan ke sinar lampu. Agar terlihat gurat tipis atau
tebalnya urat. Lain itu, pada setiap desirmu, aku mendengar debur
lautan yang riang. Debur lautan yang tak pernah lelah
mengusung bakal garam. Sambil merentangkan apa saja
yang ada. Lalu berkebatan di ujung-ujung ombak:
“Tangkaplah aku, tangkaplah juga asin yang abadi yang melekat
di langit-langit mulutku!” Dan waktu itu, betapa aku (juga
mereka yang sempat melihatmu) menduga, jika kami berani
memasuki mulutmu, pasti keluarnya akan terurai dalam
butiran garam yang mutih. Butiran garam yang kelak
tersaput di setiap kerahasiaan rasa telur asin yang
terhidang. Seperti tersaputnya kabut dalam asap.
(Gresik, 2014)

Mesin Jahit Bayangan

Afrizal Malna

Hello Ulrike Draesner
 
Malam, sebelum agak malam. Buku-buku mengaborsi suami,
setelah suami mulai kehilangan lelaki. Radius yang tidak pernah
berubah antara daftar surat masuk dan surat keluar. Pisau bedah
di ujung bahasa, botol infus dari balik gerbang Berlin,
mengaborsi lampu-lampu malam. Ukuran kemeja yang tidak bisa
memperbesar bayangan lelaki di luar rumah. Apakah puisi,
tanyamu: di antara kursus-kursus bahasa, memindahkan kultur
kota dari mural East Side Gallery ke tembok yang lain, dan bau
mentega yang menciptakan lidah di antara pisau. Dekontruksi
memori dari rahim ke bekas reruntuhan pesawat. Lebih turun
lagi ke rasa berantakan. Kau rasakan, puisi mengambil jiwaku
untuk mendapatkan bayangan bahasa, ruangnya yang tak punya
luar dan tak punya dalam. Gravitasi cinta yang melampaui benua,
menyentuh seorang anak India dalam pelukanmu. Lebih naik
lagi, kata yang meruntuhkan setiap representasi. Agak malam

บุหลนั วรรณกรรม 405

setelah malam. Kau rasakan dinding-dinding rumah masih
merasakan setiap memori yang melepaskan diri dari sejarah,
dengan membaca, melalui dan mengalami membaca, jembatan-
jembatan yang mengantar cerita. Apakah puisi, tanyaku: sebuah
potongan tiket kereta di stasiun Beusselstrasse, menciptakan
bayangan angin ke Rosenthaler Platz. Memindahkan puisi antar
benua dari perangkap kata, dari setiap terjemahan yang mencium
bau luka. Aku masukkan lenganku ke dalam bahasa, kau tanam
musim berwarna putih dalam senyummu. Aku masih bisa
mencium rempah-rempah yang melangkah di belakangku,
memunggungi waktu, merayuku antara dekorasi Jawa dan aku
yang diperbanyak dalam mesin foto copy. Malam, setelah
melalui malam. Apakah puisi. Kita potret bahasa. Bayangan
mengelupas. Mengaborsi cahaya dari setiap rahim yang ingin
melahirkannya. Apakah puisi: mesin jahit yang terus menjahit
bayangan antara tubuh dan setelah tubuh. Membuat kobaran
sunyi dalam pakaian yang telah ditinggalkan. Malam, setelah
malam tak lagi di sini.
 
Afrizal Malna lahir di Jakarta, 7 Juni 1957. Selain
Menulis puisi dan prosa, ia banyak bekerja untuk teater,
tari, dan seni rupa. Buku puisinya antara lain
Pada Bantal Berasap: Empat Kumpulan Puisi (2010)

Surat Batu

Joko Pinurbu

Maaf, baru sekarang aku membalas surat
yang kamu kirim tujuh tahun yang lalu.
 
Waktu itu kamu memintaku merawat
sebuah batu besar di halaman rumahmu
sebelum nanti kamu pahat jadi patung,
Patung itu kamu ambil dari sungai di tengah hutan.
 
Aku suka duduk membaca dan melamun
di atas batumu dan bisa merasakan denyutnya.
Kadang mimpiku tertinggal di atas batumu
dan mungkin terserap ke dalam rahimnya.
 
Hujan sangat mencintai batumu dan cinta hujan
lebih besar dari cintamu. Aku senang
melihat batumu megap-megap dicumbu hujanku.
 

บุหลนั วรรณกรรม 407

Akhirnya batumu hamil. Dari rahim batumu
lahir air mancur kecil yang menggemaskan.
Air mancur itu sekarang sudah besar,
sudah bisa berbincang-bincang dengan hujan.
 
Maaf, jangan ganggu air mancurku.
Bahkan batumu mungkin sudah tak mengenalmu.
 
(2013)

Brosur Wisata Belanja Kota Bandung

Ahda Imran

Kota ini berasal dari lumpur dasar danau yang menempel di
sepatu seorang
Gubernur Jenderal.
Lalu tuan-tuan perkebunan membuat kota ini dari
sisa-sisa kecantikan seorang germo yang didatangkan dari Paris. Kota
tempat tuan-tuan perkebunan pelesir. Belanja dan bergaya. Mereka
membawa juga banyak sekolah. Sekolah yang mengajak anak-anak
Inlander melihat barisan orang menyerbu penjara Bastile.
Kota ini berangin seperti perempuan yang berisik di balik
daun telingamu.
Mari belanja. Orang-orang membawa tubuhnya ke toko baju.
Menumpuk tubuhnya dalam troly. Taruh saja tubuhmu di situ. Seorang
walikota akan mendorongnya. Ia memakai sepatu Gubernur Jenderal.
Mengajakmu mengelilingi seluruh toko baju di kota ini. Toko baju
yang membuat kota ini menjadi ruang rias dalam gedung sandiwara.
Gedung sandiwara dengan panggung yang tak punya ingatan.

บุหลันวรรณกรรม 409

Lihat. Penunjuk arah kota ini. Semua menuju toko baju, mall,
apartemen yang semua namanya terapung-apung dalam bahasa Inggris.
Di depan kasir kau menerima senyum puas para gadis muda yang
manis. Senyum untuk kartu kredit dan tubuhmu yang terlipat dalam
kantung toko baju.
Kota ini kuah batagor yang menetes dari ruang sauna dan
panti pijat.
Mari makan. Udara kota ini membuatmu selalu merasa lapar.
Bawa tubuhmu ke mana saja. Kota ini akan memasak apa saja untuk
tubuhmu.
Kota ini meja makan besar. Meja makan yang dipenuhi
bunga-bunga plastik, steak dan kuah batagor yang menetes dari ruang
sauna dan panti pijat. Kau bisa makan sambil mendengarkan suara ang-
klung atau karinding underground. Atau suara lemah anak-anak
mengamen yang bernyanyi hanya dengan menepuk-nepuk tangannya.
Memakai kaos Persib.

Surat Buat Pahlawan : Bebek Peking

Hanna Francisca

Berjuanglah kekasih, di rentang tali 
sepanjang sungai mengalir 
yang mengikat lehermu, dalam tali simpul mati 
agar rentang sayang dan kakimu bebas menari 
Lepaskan lemak, lepas peluh dalam tubuh 
Surga menanti di pintu yang teduh! 
Arus deras yang mengalir di bawah kakimu, jangan takut 
Tak akan hanyut badan ke muara, 
tak kan putus rentang tali di simpul mati. 
Maka bergeraklah wahai kekasih, 
kepak sayapmu, rentang tubuhmu hingga hilang 
lemah dan apak, yang kelak jadi bukti bahwa engkau 
benar lelaki. 

บหุ ลนั วรรณกรรม 411

Adalah tugas lelaki, 
menyiapkan cinta dalam kuali 
Baiklah kukatakan ini: Jikalau ada pacar sempat mampir 
dalam semalam, pamitlah sebelum tiba fajar. 
Sebab tajam pisau di lehermu nanti, 
akan menjadi doa terakhir bagi betinamu yang khawatir, 
Katakan padanya, “Tak perlu khawatir. 
Bukankah telah kutanam benih di rahim subur, 
dan tugasmu adalah merawat telur? 
Aku cinta padamu, di surga kita bertemu.” 
Tahukah engkau nasib anjing belum genap umur 
sebelum diracik bumbu dapur? 
Dibekap mulut dalam karung, 
dibentur batu 
agar darah tetap beku. Sebab kelezatan darah beku, 
mengalahkan rasa malu dari kalbu. Mau kamu begitu? 
Tahukah engkau nasib babi panggang 
yang ditikam besi panjang sebelum maut 
benar menjemput? 
Sebagai kekasih, tugasmu ringan sekali 
sebab meski leher diikat tali panjang sepanjang malam, 
engkau masih bisa terus bernyanyi. 
Tak kan ada makanan di perutmu, 
sebab perut kenyang selalu menghalang kesempurnaan. 
Deras sungai akan mengalirkan kasih, 

412 Bulan Sastra

dingin malam begitu indah. 
Bernyanyilah. 
Asal kaki selalu berjejak rindu, 
mengepak semua bulu di riak menderu. 
Bernyanyilah. 
Kutunggu nasibmu di fajar subuh: 
laparmu hilang, dagingmu kesat, 
dan apak tubuhmu lenyap begitu cepat. 
Begitulah kewajiban dan seluruh kebahagiaan dimulai, 
hingga jasadmu terbaring 
di dasar kuali 
Jika tajam pisau membuatmu ngeri, 
sesendok cuka di perut kosongmu segera membuatmu lupa. 
Percayalah, jika cuka masam dituang 
sebelum mata pisau membenam, 
seluruh bulumu akan merinding berdiri. 
Urat-urat perutmu memang terkoyak, 
mengejang sebentar 
dalam gelepar, 
lalu meradang mengaburkan pandang. 
Untuk itulah bulumu terpaksa berdiri. 
Jangan takut sebab matamu pasti buta. 
Tak perlu gentar jika telinga tak lagi mendengar. 
Pisau tajam akan menolongmu 
untuk mati. 

บุหลนั วรรณกรรม 413

Apakah itu sakit? 
Dengarkan: sakit yang melampaui batas sakit 
akan menghilangkan rasa sakit. 
Sebab engkau memang tengah sekarat. 
Tapi hal terpenting dari semua pelajaran: adalah bakti 
dari seluruh bulumu sepenuh hati. 
Bagaimana kelak kulitmu licin seperti bayi, 
jika kau sembunyikan urat akarmu di balik bulu? 
Bukankah setiap makhluk selalu ingin kembali 
seperti bayi? 
Orang-orang sungguh mencintaimu, kekasih. 
Terimalah, segenap pujian hanya untukmu. 
Hanya untukmu saja. Bila kelak 
mereka bicara, “Daging ini sedap sungguh. 
Tak lengket di lidah. 
Licin tak ada bulu. Tandas tak ada bau.” 
Semua itu semata demi nama baikmu. 
Engkau boleh tersenyum tentu. 
Di alam tempat segala kebaikan. 
Di mana Tuhan 
selalu bersemayam. 
Semoga engkau berbahagia. 
Amin.

Di Antara Batuk-Batuk, Di Mana Kamu

Iswadi Pratama

malam ini
aku mendengar batuk-batukmu
di antara baju hangat dan hujan
di ruang tunggu
cuaca
menyiramkan cat paling pucat
bagi kota
dan orang-orang
hanya datang dan pergi
dalam kepungan banyangan mata bundarmu
aku melihat anak-anak memukuli dadanya
dengan sorak lebih pahit dari candu
membiarkan tubuh mereka berserakan
di antara sampah dan warna-warni mainan

บุหลันวรรณกรรม 415

tapi batuk-batukmu
malam ini
mengirimkan perahu-perahu layar
ke dalam benakku
membawa seluruh penghuni kota
dan kita
merayakannya
dengan radang lambung dan asma
mabuk nira
malam ini
—juga malam-malam sebelumnya—
sambil merindukan kasap susu
sepah pahamu
kucari jalan pulang
suara batuk-batukmu
dan resep dokter yang belum kutebuskan
dikoyak hujan
1998/2005

A Ten Penny Prophet

Pranita Dewi

mestinya tak kuhiraukan gaung langit
petang luput dari wajahku
aku tak tahu di mana ibuku
bintang hampir pudar
dan awan telah tertidur
namun kata-katamu, ibu
jadi debu yang hinggap di jiwaku
gagak berbisik serak
memeram karmaku
tak tahu aku
kapan dosaku lebur
sebab ini malam siwaratri
mungkin esok bisa kurasakan
dosa yang lain
tanpa petang
tanpa awan dan bisik gagak

บหุ ลันวรรณกรรม 417

tubuhku bukan lagi tubuh
    ;telanjang
tak ada daun pisang menutupi
segerombolan dewa
duduk di batu putih
adakah mereka ayah dari petang?
dewa-dewa mengarak tubuhku
yang telanjang
melintasi pura
tempat di mana aku harus menyembahnya
pohon kamboja tua tak bersuara
menyaksikan aku digilir para dewa
dewa-dewa menjamahku
aku pelacur bagi para dewa
lantas apa yang mesti kusembah
tubuhku bukan lagi tubuh
dewa-dewa menggelar dosa
di malam siwaratri
kini pada batu-batu putih terbaca
kata-kata, segala kata
dewi-dewi, ibu dari segala ibu
aku menangis bersama petang
menyaksikan sisa tubuhku
yang hilang
Mei 2004


Click to View FlipBook Version