The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini membahas secara lengkap konsep teoritis dan praktis konsumsi pangan. Pegangan bagi ahli gizi dalam memahami semua aspek yang berhubungan dengan konsumsi pangan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SIRAJUDDIN SIRA, 2020-12-05 07:22:48

SURVEI KONSUMSI PANGAN

Buku ini membahas secara lengkap konsep teoritis dan praktis konsumsi pangan. Pegangan bagi ahli gizi dalam memahami semua aspek yang berhubungan dengan konsumsi pangan

b. Daya Ingat Responden
Kesalahan ini hanya terjadi pada survei konsumsi pangan dengan metode food recall 24
jam. Untuk mengatasi hal ini, pewawancara harus dilatih cara ‘probing’ dan menanyakan
pangan yang dikonsumsi dari waktu yang terdekat waktu survei, terus mundur
kebelakang sampai mencakup periode 24 jam yang lalu. Dapat juga pertanyaan dimulai
dari kebiasaan waktu makan, misal bangun tidur, sarapan, snack pagi, makan siang,
snack sore, makan malam, makan atau minum sebelum tidur, makan atau minum saat
terbangun tengah malam, dst.

c. The flat slope syndrome
The flat slope syndrome sering ditemui pada penggunaan metode ini yang berkaitan
dengan kejujuran responden atau subyek. Pengertian The flat slope syndrome adalah
suatu kecenderungan ‘overestimate’ bagi responden yang ‘low intake’ dan
kecenderungan ‘underestimate’ bagi responden yang ‘high intake’. Artinya bahwa
orang gemuk cenderung sedikit konsumsi pangan yang dilaporkan, sementara orang
kurus cenderung melaporkan secara berlebih pangan yang dikonsumsi.

2. Kesalahan pada Pewawancara atau Enumerator
Kesalahan pewawanacara atau enumerator mencakup:

a. Intensitas mengabaikan pertanyaan tertentu. Misalnya pertanyaan tentang porsi bakso
dianggap tidak penting dan tidak ditanyakan dengan anggapan besar porsi adalah sama
untuk semangkok bakso dimanapun.

b. Tidak menanyakan apakah subyek mengkonsumsi suplemen atau tidak.
c. Kurang benar dalam mencatat respon atau jawaban responden, seperti responden

menjawab pisang ambon tetapi hanya dicatat pisang.
d. Kesalahan dalam estimasi. Contoh kesalahan ini adalah salah dalam ukuran jumlah yang

dikonsumsi. Misal deskripsi ukuran sendok yang digunakan tidak dijelaskan apakah
sendok makan atau sendok teh. Skripsi ukuran porsi (serving size) tidak standar,
misalnya donat Dunkin dengan donat kampung akan berbeda ukuran. Asumsi
pewawancara bahwa jawaban responden adalah seperti rata-rata serving size akan
memberikan hasil yang berbeda, contohnya semangkok bakso ada yang lengkap (bakso
malang: mie, bakso besar, pangsit, tahu), dan ada yang hanya bakso saja dengan ukuran
bakso kecil-kecil. Jenis bakso juga sangat bervariasi baik ukuran maupun bahan bakso,
sehingga harus detil dalam menanyakan dan mencatat hasil recall agar hasil survei
akurat.
e. Kesalahan dalam koding dan perhitungan.
Kesalahan ini terjadi saat memberi kode pada pangan yang dikonsumsi responden. Misal
pisang ambon diberi kode sama dengan pisang tanduk, susu full cream diberi kode sama

 Survey Konsumsi Pangan 141

dengan susu skim, maka hasil perhitungan akan bias karena lemak dalam fullcream tidak
terhitung yang disebabkan kesalahan kode. Perhitungan juga akan salah bila perkiraan
besar porsi dari URT (ukuran rumah tangga) kedalam berat gram tidak tepat.

3. Konsumsi Suplemen
Konsumsi suplemen sering diabaikan oleh pewawancara maupun oleh subyek. Bila

konsumsi suplemen lupa ditanyakan oleh pewawancara, maka subyekpun tidak akan ingat
apalagi melaporkan sehingga tidak dicatat. Hal ini akan mempengaruhi hasil ketika dihitung
asupan zat gizi subyek. Jenis suplemen dapat berupa makanan, minuman, tablet/kapsul/sirup
yang mengandung vitamin dan mineral. Agar hasil recall akurat maka harus ditanyakan jenis
suplemen, kandungan zat gizi dan merek serta harganya.

B. MINIMALISASI KESALAHAN

Berbagai kesalahan dalam survei konsumsi pangan metode food recall 24 jam mungkin
dapat saja terjadi di lapang dan tidak dapat dihindarkan. Agar data hasil survei konsumsi
pangan akurat, maka latar belakang pendidikan dan pengalaman pewawancara harus
disesuaikan dengan tujuan dan sasaran survei. Sumber kesalahan tersebut harus dicegah atau
diminimalisasi dengan cara: training enumerator, uji-coba di lapang, dan survei pasar
setempat.

1. Training enumerator
Tujuan training agar enumerator mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama,

serta trampil dan cekatan dalam menggunakan metode food recall 24 jam di lapang. Sebagai
pewawancara atau enumerator harus mampu menjalin hubungan baik, ramah dan empati
dengan responden. Pewawancara harus menjelaskan bahwa wawancara akan meliputi
makanan dan minuman yang dikonsumsi kemarin selama 24 jam yang lalu (dari waktu tengah
malam sampai dengan waktu tengah malam lagi) seakurat mungkin (untuk memperoleh hasil
yang standar antar responden dianjurkan mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur).
Apabila di tengah waktu tidur subjek terbangun dan mengkonsumsi makanan maupun
minuman, maka harus dicatat juga. Perlu dijelaskan bahwa seluruh informasi yang
disampaikan akan dijaga kerahasiaannya. Pewawancara tidak boleh menunjukkan keheranan,
kesetujuan atau sebalikya terhadap jawaban subyek (jangan menghakimi subyek). Subyek
atau Responden jangan diberitahu sebelumnya tentang konsumsi hari apa yang akan
ditanyakan agar tidak terjadi perubahan konsumsi subyek.

142 Survey Konsumsi Pangan 

2. Tray-out (uji coba instrument di lapang)
Tujuan try-out agar enumerator mengenal lapangan dan terlatih dalam menggunakan

instrument survei konsumsi pangan. Tujuan lain adalah mengidentifikasi periode waktu
wawancara, kemungkinan kendala yang muncul di lapang, untuk mendapatkan masukan dan
perbaikan instrument.

3. Survei pasar local
Survei pasar local merupakan survei pendahuluan yang sangat penting yang harus

dilakukan sebelum survei konsumsi pangan dilakukan. Tujuannya agar enumerator mengenal
jenis dan harga pangan setempat, standar porsi dan standar resep sehingga memudahkan
dalam wawancara karena mempunyai persepsi yang sama terhadap pangan yang dikonsumsi.
Tujuan lain adalah agar dapat menilai kandungan energi dan zat gizi pangan yang tersedia di
pasar lokal tersebut.

Latihan 3

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai sumber kesalahan dalam food
recall 24 jam, kerjakanlah Latihan berikut!

Survei konsumsi pangan dengan metode food recall 24 jam akan dilakukan pada iswa
Sekolah Dasar di SDN 01 Pagi. Untuk kelancaran dan mempermudah jalannya survei, lakukan
survey pasar pada kantin SDN 01 Pagi dengan prosedur sebagai berikut:
1) Siapkan lembar kertas dan alat tulis.
2) Lakukan kunjungan ke kantin SDN 01 Pagi dengan berperan sebagai pembeli.
3) Catat semua makanan jajanan yang dijual: nama, resep, merek dan harga.
4) Beli beberapa item makanan jajanan untuk ditimbang beratnya dan diketahui bahan

makanannya serta dirasakan dan catat hasilnya.
5) Diskusikan dengan teman sekelas untuk menyamakan persepsi tentang berbagai

makanan jajanan yang tersedia di kantin SDN 01 Pagi.
6) Selamat mencoba!

 Survey Konsumsi Pangan 143

Ringkasan

1. Sumber kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran dan penilaian konsumsi
pangan metode Food Recall 24 jam adalah kesalahan pada:
a. subyek atau responden,
b. petugas pewawancara atau enumerator,
c. penggunaan suplemen,
d. pemberian koding bahan makanan,
e. penghitungan konsumsi pangan.

2. Untuk mencegah kemungkinan terjadinyan berbagai kesalahan dalam metode food
recall perlu disesuaikan latar belakang pendidikan dan pengalaman pewawancara
dengan tujuan dan sasaran survey.

3. Kesalahan harus dicegah atau diminimalisasi dengan training enumerator, uji-coba di
lapang, dan survei pasar setempat.

Tes 3

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Kesalahan “coding” akan ditemukan pada survey konsumsi dengan metode:
A. Food Recall 24 jam
B. Food Record
C. Food Weighing
D. Dietary History
E. Pada semua metode tersebut.

2) Sumber kesalahan terakit kejujuran subyek/responden yang dapat mempengaruhi
analisis hasil Food Recall 24 jam adalah ….
A. Melaporkan pangan yang dikonsumsi secara berlebih
B. Lupa melaporkan pangan yang dikonsumsi
C. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan tertentu
D. Tidak memberikan kode pada pangan yang dikonsumsi
E. Tidak ditanyakan konsumsi suplemen

144 Survey Konsumsi Pangan 

3) Berikut adalah sumber kesalahan pada pewawancara atau enumerator ....
A. Melaporkan pangan yang dikonsumsi secara berlebih
B. Lupa melaporkan pangan yang dikonsumsi
C. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan tertentu
D. Tidak memberikan kode pada pangan yang dikonsumsi
E. Tidak ditanyakan konsumsi suplemen

4) Salah satu cara untuk meminimalkan kesalahan dalam metode food recall 24 jam adalah
dengan melakukan try-out, dengan tujuan untuk:
A. Menyamakan persepsi dan pemahaman
B. Mengenal lapangan dan terlatih dalam menggunakan kuesioner
C. Mengenal jenis dan harga pangan setempat serta standar porsi dan standar resep
D. Memperoleh hasil yang standar
E. Melatih berbicara

5) Salah satu cara untuk meminimalkan kesalahan dalam metode food recall 24 jam adalah
dengan melakukan try-out, dengan tujuan untuk:
A. Menyamakan persepsi dan pemahaman
B. Mengenal lapangan dan terlatih dalam menggunakan kuesioner
C. Mengenal jenis dan harga pangan setempat serta standar porsi dan standar resep
D. Memperoleh hasil yang standar
E. Melatih berbicara

 Survey Konsumsi Pangan 145

Kunci Jawaban Tes

Tes Formatif 1
1) B
2) D
3) C
4) D
5) D
Tes Formatif 2
1) B
2) D
3) D
4) E
5) D
Tes Formatif 3
1) E
2) B
3) C
4) B
5) C

146 Survey Konsumsi Pangan 

Glosarium

Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia
SKP : termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
MEM : digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan
MEP : atau minuman (PP RI No 28 tahun 2004).
survey konsumsi pangan
meal equivalent murni
meal equivalent proportion

 Survey Konsumsi Pangan 147

Daftar Pustaka

Cameron Margaret E and Wija Van Staveren. 1988. Manual on methodology for food
consumption studies. New York: Oxford University Press.

Adel P. den Hertog and Wija A van Staveren. 1988. Manual for social surveis on
food habits and consumption in developing countries. 3rded. Wageningen Netherland.
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto BP. 1990. Buku pegangan dosen/mahasiswa Program

Diploma III – Gizi. Jakarta: Proyek pengembangan tenaga gizi pusat, Depkes RI.
Jus'at Idrus. 1997. Bahan ajar mata kuliah Epidemiologi Gizi. Jakarta: Akademi Gizi Jakarta

Depkes RI (untuk kalangan sendiri).
Willett W. 1998. Nutritional epidemiology. 2nd ed. Oxford University Press.
Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. 2nded. New York: Oxford University

Press.
Trina Astuti, Sudarmani Djoko dan Moch Rahmat. 2011. Survei konsumsi pangan individu

dan keluarga. Serial buku ajar: 005-G. Jakarta: Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
Badan Litbangkes Kemenkes RI. 2014. Buku Foto Makanan Survei Konsumsi Makanan

Individu (SKMI 2014). Jakarta: Kemenkes RI.

148 Survey Konsumsi Pangan 

Bab 5

FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Sirajuddin, SP, M.Kes

Pendahuluan

F ood Frequency Questionnaire (FFQ) adalah salah satu metode penilaian konsumsi
pangan. Metode FFQ memiliki kekhususan dibanding metode lainnya. Ruang lingkup
materi pada Bab 5, ini adalah berisi pengantar untuk memahami metode FFQ, prinsip
FFQ untuk memahami aspek penting dalam pemakaian metode ini, dan kelebihan metode
FFQ, untuk memahami kelemahan dan kelebihan metode ini. Agar dapat dipahami dengan
mudah maka materi Bab 5 disajikan menjadi dua bagian yaitu:
Topik 1 : Prinsip dan ruang lingkup metode FFQ
Topik 2 : Kelebihan dan Kelemahan metode FFQ

Pemahaman yang baik, tentang FFQ bagi ahli gizi adalah mampu menilai konsumsi
pangan dengan berdasarkan kepada kekerapan konsumsi pangan sebagai salah satu
instrumen untuk menilai besarnya risiko salah gizi (malnutrisi).Setelah mempelajari Bab5,
maka di akhir proses pembelajaran Anda diharapkan akan dapat menjelaskan:
1. Prinsip umum metode FFQ.
2. Ruang lingkup metode FFQ.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode FFQ.

AgarAnda dapat menguasai materi Bab 5 dengan baik, anda diberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Pelajari Topik 1 terlebih dahulu, pahami setiap konten disetiap paragraf. Jika Anda sudah

memahami isi setiap paragraf maka, Anda boleh pindah ke Topik 2.
2. Kerjakan latihan tanpa melihat isi uraian Bab5.

 Survey Konsumsi Pangan 149

3. Kerjakan Tes Tanpa melihat isi uraian Bab 5.
4. Ukur hasil pekerjaan Anda, kemudian beri nilai sesuai kunci jawaban yang tersedia.

Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah tidak diberi skor. Jika
jawaban benar Anda hasilnya 80% atau, maka Anda dipandang sudah menguasai materi
pada Bab 5.

150 Survey Konsumsi Pangan 

Topik 1

Prinsip dan Langkah-langkah FFQ

A. PRINSIP PENGGUNAAN FFQ

Prinsip umum dalam penggunaan FFQ dan Semi FFQ adalah kekerapan konsumsi pangan
sebagai faktor risiko munculnya kasus gizi salah. Kekerapan konsumsi pangan inilah yang harus
dapat terukur dengan tepat melalui metode FFQ. Berdasarkan pertimbangan ini maka
beberapa prinsip FFQ adalah sebagai berikut:
1. Studi pendahuluan
2. Daftar makanan dan minuman
3. Kelompok bahan makanan
4. Periode waktu lama
5. Kalibrasi dengan metode lain
6. Mengukur kecenderungan
7. Diagnosis dini (prospektif)
8. Pada individu atau kelompok berisiko
9. Instrumen diujicoba
10. Skor konsumsi pangan
11. Kelompok literasi rendah
12. Interview langsung

a. Studi Pendahuluan
Pengukuran yang sistematis pada metode FFQ maupun semi FFQ adalah diawali dengan
studi pendahuluan. Studi pendahuluan bertujuan untuk mengidentifikasi bahan
makanan yang akan dimasukkan dalam daftar FFQ maupun Semi FFQ. Daftar bahan
makanan disesuaikan dengan besarnya korelasi dengan risiko paparan konsumsi dan
timbulnya penyakit. Penyakit yang dimaksudkan adalah penyakit yang terbukti
berhubungan dengan risiko gizi salah. Makanan yang tidak ada kaitannya dengan risiko
gizi salah (malnutrition) sebaikan dihapus dalam daftar FFQ maupun semi FFQ (Shai et
al. 2004).
Penghapusan beberpa item makanan dalam FFQ adalah bertujuan untuk efisiensi waktu
wawanca dan tepat dalam interprertasi hasil. Daftar bahan makanan yang terlalu
banyak sementara tidak satupun yang dikonsumsi oleh subjek adalah salah satu sebab
wawancara lama dilakukan. Prinsip kekerapan konsumsi adalah penting diperhatikan

 Survey Konsumsi Pangan 151

dalam bentuk kesesuaian daftar makanan dengan pilihan paling populer responden
(Rafael A Garcia, Douglas Taren, Nocolette 2000).
Cara untuk memastikan satu jenis makanan atau minuman dimasukkan dalam daftar
adalah apabila ia memiliki kekerapan konsumsi yang tinggi. Skor konsumsi yang tinggi
dari hasil studi pendahuluan dijadikan dasar dalam penentuan makanan terpilih. Tidak
ada ketetapan baku ambang batas skor konsumsi. Hal ini diserahkan kepada peneliti
untuk menentukan skor terendah sebagai batas penerimaan. Misalnya dalam sebuah
studi pendahuluan tentang konsumsi sayuran ditemukan kangkung memiliki rerata skor
20. Jika skor 20 dipandang kecil untuk memberikan efek yang signifikan penyebab
munculnya risiko malnutrition, maka kangkung tidak didaftar dalam formulir FFQ. Hal
yang berbeda juga demikian, jika dipandang skor 20 adalah signifikan memberikan efek
malnutrisi, maka kangkung didaftar dalam daftar FFQ atau semi FFQ.(Rafael A Garcia,
Douglas Taren, Nocolette 2000), (Shai et al. 2004).
Pertimbangan lain adalah menetapkan ambang batas skor berdasarkan muatan
instrument. Jika setelah dilakukan penskoran dari skor tertinggi hingga sekor terendah
ditemukan jumlah bahan makanan 50 items, ingin dipilih 20 item saja, maka skor dari
urutan tertinggi hingga urutan ke 20 dimasukkan kedalam daftar. Pembuatan daftar
bahan makanan potensial ini didasarkan pada survei pasar. Misalnya seorang ahli gizi
melakukan survei pasar akhirnya memeroleh jenis bahan makanan yang potensial di
satu daerah tempat SKP dilakukan sebagai berikut.

Tabel 5.1. Daftar Bahan Makanan Rancangan Studi Pendahukuan FFQ

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
A Bahan Makanan Pokok
1 Bihun 12 Mi Basah
2 Biskuit 13 Mi Kering
3 Havermut 14 Beras giling putih
4 Jagung segar 15 Beras giling merah
5 Kentang 16 Beras ketam putih
6 Kentang hitam 17 Beras ketam hitam
7 Roti 18 Tape singkong
8 Singkong 19 Tepung beras
9 Sukun 20 Tepung terigu
10 Talas 21 Tepung jagung
11 Tape beras ketan 22 Tepung sagu
B Kelompok Lauk Nabati
12 Kacang hijau 5 Petai

152 Survey Konsumsi Pangan 

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
13 Kacang Kedele 6 Tahu
14 Kacang Merah 7 Tempe
15 Kacang Mete 8 Kacang tanah
C Kelompok Lauk Hewani
16 Daging sapi 14 Lele
17 Hati Sapi 15 Mujair
18 Ayam 16 Cakalang
19 Hati ayam 17 Lamuru
20 Ikan asin 18 Ikan mas
2 Ikan kering 19 selar
7 Sosis 20 Banyar
8 Udang basah 21 Kerang
9 Cumi cumi 22 Telur ayam
10 Kepiting 23 Telur itik
11 Bandeng 24 Telur puyuh
12 Kakap 25 Belut
13 Kembung 26 Kornet
D Sayuran Golongan A
1 Gambas 6 Ketimun
2 Selada 7 Daun Bawang
3 Jamur kuping 8 Labu Air
4 Lobak 9 Selada air
5 Oyong
E Sayur Golongan B 8 Kol
1 Bayam 9 Labu waluh
2 Daun Kecipir 10 Brokoli
3 Pepaya 11 Buncis
4 Sawi 12 Daun Kacang Panjang
5 Terong 13 Pare
6 Labu Siam 14 Rebung
7 Wortel
F Sayuran Golongan C 4 Daun melinjo
1 Bayam merah 5 Nangka muda
2 Daun singkong 6 Daun pepaya
3 Daun Katuk
Apel merah
Buah buahan 15 Blimbing
1 Alpokat 16 Durian
2 Apel malang
3 dukuh 153

 Survey Konsumsi Pangan

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
4 Jambu air 17 Jambu Biji
5 Jambu bol 18 Jeruk Bali
6 Jeruk garut 19 Jeruk Nipis
7 Kedongdong 20 Kurma
8 mangga 21 Manggis
9 Melon 22 Nenas
10 Markisa 23 Pir
11 Pepaya 24 Pisang
12 Rambutan 25 Sawo
13 Salak 26 Semangka
14 Sirsak 27 Srikaya

b. Daftar Makanan dan Minuman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh daftar
bahan makanan. Daftar bahan makanan ini adalah daftar yang sudah diseleksi secara
hati hati. Tujuannya agar wawancara lebih efektif dan kekerapan konsumsi makanan
lebih akurat. Membuat daftar makanan terlalu banyak disaat yang sama tidak semua
dikonsumsi oleh responden, adalah tidak efektif karena tidak memberikan nilai skor.

c. Kelompok Bahan Makanan. Seringkali skor konsumsi pangan dihitung berdasarkan
kelompok bahan makanan. Tujuannya adalah untuk menilai skor konsumsi menurut
paparan kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan pokok, lauk hewani,
lauk nabati, sayuran, dan buah. Pada setiap kelompok dihitung skor konsumsi pangan.
Ini hanya untuk membedakan kontribusi setiap sumber bahan makanan terhadap skor
total konsumsi pangan.

d. Periode Waktu lama. Metode FFQ juga memiliki prinsip pengukuran dalam durasi waktu
yang lama. Waktu mingguan, bulanan dan harian. Periode pengukuran waktu yang
berjangka lama dimaksudkan untuk mendeskripsikan peluang perbedaan konsumsi
antar hari dan minggu.

e. Kalibrasi dengan metode lain. Metode FFQ karena sifatnya kualitatif maka perlu
dikalibrasi dengan metode lain. Metode yang sering digunakan untuk kalibrasi adalah
metodee Food Recall 24 Jam. Ini khususnya digunakan jika memakai metode semi FFQ.
(Upreti et al. 2012).

f. Mengukur kecenderungan. Metode FFQ fokus pada ukuran sebaran bukan ukuran
memusat. Ukuran sebaran lebih cocok untuk mengukur keragaman konsumsi pangan.
Atas prinsip tidak ada satu bahan makanan mampu memenuhi semua kebutuhan zat
gizi. Skor Konsumsi pangan identik dengan nilai sebaran.

g. Skor Konsumsi Pangan. Metode ini adalah metode yang didasarkan pada skor konsumsi
bukan pada jumlah yang dikonsumsi. Penekanan pada jenis makanan lebih penting

154 Survey Konsumsi Pangan 

karena ingin mengukur keragaman. Jika skor konsumsi tinggi berarti makanan yang
dikonsumsi beragam.
h. Kelompok literasi rendah. Pada umumunya metode FFQ digunakan dengan interview
langsung, maka dapat dilakukan pada kelompok atau individu dengan status rendah
literasi. Tidak diperlukan kemampuan baca tulis responden seperti pada metode food
account.

Metode FFQ memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh metode lainnya. Kekhususan
yang dimaksud adalah proses penggunaanya memerlukan persiapan yang meliputi studi
pendahuluan terhadap makanan yang dikonsumsi seseorang. Penyakit degeneratif adalah
penyakit kronik yang prevalensinya meningkat setiap tahun. Penyakit degeneratif diakibatkan
oleh faktor asupan makanan baik berlebihan maupun kekurangan zat gizi tertentu dalam
jangka panjang. Dampak konsumsi jangka panjang makanan yang tidak seimbang adalah pada
berbagai level. Delapan tahapan defisien gizi pada makanan sampai menimbulkan kerusakan
secara klinis. Berikut kronologi kerusukan tubuh berawal dari defisiensi konsumsi pangan (1)
Kandungan gizi makanan rendah (2) Kadar zat gizi dalam jaringan menurun (3) Kadar zat gizi
dalam cairan tubuh menurun (4) Menurunnya fungsi jaringan (5) Menurunnya aktifitas enzim
(6) Terjadi perubahan fungsional jaringan (7) muncul gejala kinis dan (8) Kelainan anatomii
tubuh (Sirajuddin 2015).

Berdasarkan kronologi defisiensi gizi diatas, maka dengan mudah dapat dipahami bahwa
masalah gizi tidak muncul dengan tiba tiba khususnya luaran (outcome) gejala klinis atau
kelainan anatomi tubuh. Kondisi awal adalah dapat dibaca dengan frekuensi makan makanan
sebagai sumber lahirnya risiko. Metode FFQ jelas merupakan metode penilaian konsumsi
pangan jangka panjang, (Slater et al. 2003), (Moghames et al. 2016). Pertanyaan tentang jenis
makanan yang sering dikonsumsi adalah diartikan konsumsi sejak beberapa bulan lalu, bukan
konsumsi beberapa hari yang lalu. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kekerapan
konsumsi makanan sebagaimana yang ada dalam daftar tetap adalah benar.

Metode FFQ berbeda dengan metode lain, karena jenis makanan yang ditanyakan
adalah tertutup. Pernyataan tertutup artinya hanya makanan yang ada dalam daftar yang
akan diinvestigasi kepada subjek. Daftar berbagai jenis makanan dan minuman yang ada
dalam FFQ juga dibuat sedemikian rupa melalui studi pendahuluan kebiasaan makan subjek
atau populasi (Sirajuddin 2015).

Metode FFQ adalah metode semi kualitatif, dimana informasi tentang bahan makanan
yang dikonsumsi hanya berupa nama sedangkan jumlahnya tidak secara tegas dibedakan.
Setiap subjek yang menyatakan sering mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, tidak
selalu harus diuraikan lebih lanjut menjadi ukuran dan porsi yang dikonsumsi. Metode FFQ

 Survey Konsumsi Pangan 155

hanya memerlukan data bahwa jenis makanan tertentu sering atau tidak sering dikonsumsi
dan berapa kekerapan konsumsinya.

Meskipun metode FFQ hanya menanyakan kekerapan konsumsi makanan dari daftar
yang terbatas, namun tidak berarti metode ini mengabaikan jumlah dan porsi. Atas alasan ini
maka metode FFQ biasanya harus divalidasi dengan metode food recall 24 jam atau food
record. Informasi hasil validasi intrumen FFQ adalah berguna untuk mengurangi bias saat
menggunakan metode FFQ. Salah satu alasan sehingga metode food recall 24 jam dapat
digunakan untuk melengkapi FFQ adalah untuk mendapatkan informasi tambahan kuantitas
asupan gizi pada subjek. Metode FFQ tidak memberikan informasi asupan gizi secara kuantitas
untuk kondisi aktual. Informasi konsumsi aktual dari hasil metode food recall 24 jam, adalah
berguna untuk meyakinkan kita besarnya risiko kekurangan atau kelebihan asuoan zat gizi
sepesifik. Meskipun informasi asupan gizi aktual belum tentu sama dengan informasi
konsumsi jangka pangan. Kecil kemungkinan ditemukan hal yang tidak konsisten antara kedua
metode ini. Contoh informasi yang diperoleh dari hasil FFQ adalah bahwa subjek terlalu sering
makan makanan berisiko misalnya makanan berlemak. Maka hasil food recall 24 jam dapat
melengkapi informasi tersebut dengan menyebutkan jumlah asupan lemak aktual subjek. Jadi
jelas bahwa kedua metode ini adalah saling melengkapi (Shahar et al. 2003).

Kemudahan penggunaan FFQ adalah karena jenis makanan yang ada dalam daftar sudah
disusun dengan teratur menurut sumbernya. Makanan menurut sumbernya adalah makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Pembagian makanan yang demikian
adalah yang lazim untuk susunan hidangan masyarakat di Indonesia. Pengelompokan
makanan yang demikian ditujukan untuk mengkalsifikasikan makanan menurut skor konsumsi
pada subjek. Meskipun demikian semua makanan yang dimasukkan kedalam daftar FFQ
adalah makanan yang diduga memiliki risiko outcome terhadap kesehatan yang sedang
diinvestigasi (Shahar et al. 2003).

Pembuktian secara ilmu pengetahuan terhadap korelasi asupan makanan dengan
kesehatan dan penyakit adalah sudah dapat dibuktikan dari berbegai penelitian mutakhir.
Outcome dari asupan makanan salah satunya adalah penyakit tidak menular seperti kanker
dan penyakit jantung. Bukti telusur keterkaitan sejumlah items makanan tertentu positif
sebagai faktor risiko. Risiko malnutrisi akibat defisiensi atau kelebihan konsumsi zat gizi
spesidik dalam jangka waktu lama. Penilaian konsumsi pangan dengan FFQ dapat digunakan
untuk menelusuri jenis zat gizi dari sumber pangan apa yang berpotensi sebagai penyebab
mayoritas. Ini adalah salah satu alasan penting digunakannya metode FFQ (Souza et al. 2016).

Beberapa contoh penggunaan metode FFQ adalah pada riset yang fokus untuk
mengetahui faktor risiko gizi salah (malnutrition) antara lain pada riset (1) Risiko konsumsi
kafein terhadap kasus lumpuh otak (2) Risiko konsumsi makanan sumber lauk hewani
terhadap menstruasi pertama pada remaja putri (3) Risiko konsumsi susu terhadap kejadian

156 Survey Konsumsi Pangan 

Diatebetes Type II (3) Metode FFQ pernah digunakan untuk mengukur dampak konsumsi
minuman ringan berkafein terhadap kejadian kasus lumpuh otak (cerebral palsy risk).
Konsumsi minuman berkaffein selama kehamilan diduga berdampak pada kasus lumpuh otak
pada ibu di Norwegia. Penelitian dengan disain kohor. Ini bukati bahwa metode FFQ adalah
berkaitan dengan risiko kesehatan akibat makanan dalam jangka panjang (Strandberg-larsen
et al. 2016).

Metode FFQ juga digunakan pada penelitian tentang risiko masa menstruasi sebagai
akibat dari konsumsi makanan sumber lauk hewani. Penelitian ini membuktukan bahwa
frekuensi makanan makanan sumber lauk hewani berkorelasi dengan masa menstruasi
pertama (menarche) (Jansen et al. 2016). Metode FFQ juga pernah digunakan untuk menilai
luaran (outcome) konsumsi susu terhadap besarnya risiko Diabetes Type 2 pada usia remaja.
Penelitian ini adalah penelitian kohor dengan menggunakan metode FFQ selama kurun waktu
1998-2005 (Malik et al. 2011). Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker di Indonesia
meningkat dengan pesat. Kanker menyebabkan kematian sebanyak 23% dan menempati
urutan kedua setelah penyakit jantung. Untuk mengetahui besarnya faktor risiko makanan
berlemak terhadap insiden kejadian kanker payudara digunakan metode penilaian konsumsi
pangan semi food frequency questionnaire (Soemanadi et al. 2015). Manfaat konsumsi
flavonoid terhadap pencegahan stroke, juga digunakan metode FFQ. Semakin tinggi konsumsi
flavonoid maka risiko kejadian stroke semakin rendah (Study et al. 2016).

Telah dijelaskan pada pengantar bahwa perjalanan awal dari sebuah kasus malnutrisi
adalah terdeteksi diatas piring makanan. Komposisi zat gizi makanan yang disajikan diatas
piring menunjukkan informasi penting untuk mengetahui lebih lanjut asupan zat gizi.
Berdasarkan konsep diatas maka jelas jika penyakit degeneratif seperti Diabetes adalah dapat
ditelusuri melalui makanan yang dikonsumsi. Pendekatan yang lebih spesifik adalah dengan
mengetahui kekerapan konsumsi makanan dengan sumber zat gizi tertentu baik akibat
kelebihan atau kekurangan. Makanan dan minuman yang sering dikonsumsi akan memberikan
pengaruh yang signifikan pada proses fisiologi dalam tubuh karena makanan menjadi
penopang utama dalam hal penyediaan sumber tanaga, pengatur dan pembangun jaringan
tubuh.

Pada berbagai sumber dijelaskan bahwa penggunaan waktu yang spesifik sering kali
juga menjadi bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan FFQ ini. Penggunaan waktu
yang spesifik seperti pada kondisi wabah penyakit tertentu yang ada kaitannya dengan
konsumsi makanan dan minuman sebagai salah satu faktor penyebabnya. Kasus keracunan
makanan dan atau minuman pada sejumlah orang pada waktu tertentu atau even tertentu.
Pada kejadian seperti ini untuk menelusuri dan membuktikan bahwa makanan atau minuman
apa yang menjadi penyebab keracunan makan dapat ditelusuri dengan metode FFQ. Periode
waktu yang spesifik dimaksudkan adalah bahwa makanan atau minuman yang dimasukkan ke

 Survey Konsumsi Pangan 157

dalam daftar FFQ adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi pada periode munculnya
kasus keracunan. Semakin tinggi skor konsumsi makanan menurut teknik FFQ pada sejumlah
korban keracunan maka diduga berhubungan dengan munculnya kasus.Tentu pendekatan ini
masih harus dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan sampel makanan
secara mikrobiologis untuk memastikan level bakteri patogen pada makanan atau sampel.
Cara ini adalah sangat membantu untuk mempercepat penemuan kasus penyebab keracunan.
Alasannya adalah jika harus memeriksa semua sampel makanan pada setiap kasus keracunan
maka, akan memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Pendekatan FFQ pada periode waktu
yang spesifik mungkin jarang digunakan karena dianggap hanya memberikan informasi awal
saja belum merupakan satu satunya bukti signifikan sebagai penyebab kasus dalam bentuk
informasi kualitatif saja.

Kekhasan metode FFQ adalah pada data yang bersifat kualitatif. Data yang bersifat
kualitatif ini memberikan penjelasan singkat tentang deskripsi kekerapan konsumsi makanan
dan minuman sebagai data dukung informasi terkait lainnya. Misalnya jika seseorang
diketahui sering mengonsumsi tomat pada sepanjang waktu, maka dapat diduga yang
bersangkutan akan terpapar dengan efek likopen pada tomat sebagai salah sat zat nongizi
yang bermanfaat pada sistem kekebalan. Adanya informasi tambahan yang muncul adalah
berkaitan dengan informasi awal yang diperoleh melalui deskripsi hasil FFQ (Shahar et al.
2003).

Berbagai pendekatan akhirnya dikembangkan terkait dengan metode FFQ ini. Salah satu
penyempurnaan metode ini adalah dengan menambahkan informasi tambahan berupa porsi
makan (portion size) untuk makanan yang diketahui paling sering dikonsumsi. Makanan dan
minuman yang diketahui memiliki sekor tertinggi atau kelompok papan atas dalam deretan
nama makanan teratas ditelusuri jumlahnya saat dimakan. Jadi informasi ini berguna untuk
menghitung lebih lanjut kandungan zat gizinya. Pendekatan ini kemudian disebut sebagai
metode semi-FFQ.

Penggunaan metode semi-FFQ biasanya ditujukan jika ingin mengetahui asupan energi
dan zat gizi terpilih spesifik. Misalnya seorang ahli gizi ingin mengetahui kontribusi energi
terhadap makanan yang paling disukai konsumen. Pada kasus penganut diet penurunan berat
badan dengan kontrol asupan energi yang sempurna maka harus dilakukan monitoring asupan
energi asal makan dan minuman yang memiliki skor tertinggi. Makanan dan minuman dengan
skor tertinggilah yang menjadi faktor penentu besarnya asupan energi. Akibatnya sangat
dibutuhkan informasi tambahan berupa jumlah makanan untuk setiap kali dikonsumsi. Cara
ini akan memudahkan ahli gizi atau konsultan gizi mengetahui asupan energi kliennya.

Asupan gizi spesifik adalah asupan zat gizi tertentu yang dianggap penting untuk
dikendalikan. Kasus pasien dengan pengaturan asupan protein seperti pada penyakit gagal
ginjal adalah memerlukan kisaran asupan protein pada rentan yang dapat ditoleransi pasien.

158 Survey Konsumsi Pangan 

Monitoting asupan protein tentu tidak dapat terus dilakukan dengan metode analisis
laboratorium kandungan protein makanan atau memeriksa sampel darah dan urin setiap saat.
Cara pemeriksaan sampel urin dan darah untuk protein adalah sangat akurat namun tidak
efektif jika hanya ingin mengontrol asupan protein dalam kisaran normal. Pada kasus seperti
ini dapat dilakukan kontrol asupan zat gizi spesifik protein dengan memakai metode semi FFQ.

Metode FFQ dan Semi FFQ juga memiliki kekhususan dalam bentuk format yang
sederhana dalam penggunaannya. Sederhana dan terarah untuk siapa saja yang
menggunakan formulir FFQ. Kesederhanaan ini tertulis dalam bentuk format daftar makanan
yang sudah tertulis jelas untuk ditanyakan. Formulir dalam bentuk pertanyaan tertutup
(closed questions). Pada hampir semua formulir FFQ yang digunakan dalam survei konsumsi
pangan yang memakai metode FFQ selalu menggunakan pertanyaan tertutup untuk nama
makanan dan minuman. Kondisi ini akan dapat ditemui pada penilaian konsumsi pangan
metode FFQ dengan studi pendahuluan atau survei pasar pendahuluan.

Penduga asupan zat gizi (predictors for nutrient intakes) adalah salah satu cara
memperidiksi asupan zat gizi dengan menggunakan metode FFQ dan semi FFQ pada periode
waktu harian, bulanan, mingguan ataupun tahunan,(Crispim et al. 2006). Hal ini disesuaikan
dengan tujuan studi konsumsi pangan yang dilakukan. Sering kali secara bersamaan dalam
sebuah studi ingin diketahui penduga asupan zat gizi dan zat nongizi secara bersamaan dari
satu bahan makanan tertentu. Misalnya ingin diduga secara bersamaan asupan buah segar
dan vitamin C pada konsumsi jeruk, konsumsi sayuran hijau dan wortel sebagai penduga
asupan karoten, konsumsi serealia, kacang kacangan, buah buahan dan sayuran sebagai
penduga asupan serat, konsumsi susu dan turunnya untuk penduga asupan kalsium.

Skor konsumsi pangan dengan metode FFQ (food scores) diacu dari porsi makan
sebagaimana tercantum pada piramida makanan setiap bangsa. Piramida makanan untuk
orang Indonesia dikenal dengan gambar tumpeng Pesan Gizi Seimbang (PGS). Piramida
makanan memberikan informasi tentang besarnya porsi sebagai standar emas penilian
asupan kelompok makanan. Piramida makanan untuk orang Indonesia dengan gambar
tumpeng makanan seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

 Survey Konsumsi Pangan 159

Sumber : (Doddy Izawardy, Abdul Razak Taha, Marry Astuti, Endang L Achadi, Hardinsyah 2014)

Gambar 5.1. Piramida Makanan PGS
Perhatikan jumlah porsi yang dikonsumsi sehari, pada setiap kelompok pangan
berbeda beda. Porsi yang dicantumkan pada formulir FFQ adalah satu porsi. Perhatikan
formulir semi FFQ berikut ini:

160 Survey Konsumsi Pangan 

Contoh : Formulir Semi Food Frequency Questioinnaire (FFQ)

Nama Subjek : Tanggal Wawancaa :
Umur :
Jenis Kelamin : Pewawancara :

Alamat :

Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi
Pangan)

No. Bahan Makanan Satu ˃3kali
Porsi /hari
A. Makanan Pokok (g) 1 kali/
1 Nasi hari
2 Biskuit 3-6 kali/
3 Jagung Segar minggu
4 Kentang 1-2 kali/
5 Mie Basah minggu
6 Mie kering 2 kali se-
7 Roti Putih bulan
8 Singkong Tidak
9 Sukun pernah
10 Tape beras ketam
B Lauk Hewani (50) (25) (15) (10) (5) (0)
11 Daging Sapi
12 Daging ayam ¾ gls (100) √
13 Ikan segar
14 Ikan Teri Kering 4 bh (40) √
15 Telur Ayam
16 Udang Basah 3 bh (125)
C Lauk Nabati
17 Kacang hijau 2 bh (210) √
18 Kacang kedele
19 Kacang merah 2 gls (200) √
20 Kacang mete
21 Tahu 1 gls (100) √
D Sayuran
21 Bayam 1 iris (75) √
22 Kangkung
23 Sawi 1 ½ Ptg (120) √

3 ptg (150) √

5 sdm (100) √

1 ptg sdg (35) √ √
1 ptg sdg (40) √
1 ptg (40)
1 sdm (15) √
1 butir (55) √
5 ekor sdg (35)


2 ½ sdm (25) √
2 ½ sdm (25) √
2 ½ sdm (25)
1 ½ sdm (15) √
2 ptg (100) √


1 gls (100) √
1 gls (100) √
1 gls (100)


 Survey Konsumsi Pangan 161

Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi
Pangan)

No. Bahan Makanan ˃3kali
/hari
Satu 1 kali/
Porsi hari
3-6 kali/
minggu
1-2 kali/
minggu
2 kali se-
bulan
Tidak
pernah

(g) (50) (25) (15) (10) (5) (0)

24 Terong 1 gls (100)

E Buah Buahan

25 Alpokat ½ bh bsr (50) √

26 Anggur 20 bh (125) √

27 Durian 2 bj (35) √

28 Jeruk manis 2 bh (100) √
100 25 45 70 85 325
29 Mangga ¾ bh (90)

30 Nenas ¼ bh (85)

31 Pepaya 1 ptg (100)

Skor Konsumsi Pangan (food Srores)

Cara menilai hasil Semi FFQ adalah sebagai berikut:
1. Menghitung dan interpretasi Skor Konsumsi Pangan.
2. Menghitung dan interpretasi jumlah porsi konsumsi harian.

Menghitung skor konsumsi pangan adalah menjumlahkan semua skor konsumsi pangan
subjek berdasarkan jumlah skor kolom konsumsi untuk setiap pangan yang pernah dikonsumsi
(Benítez-Arciniega et al. 2011). Total skor ditulis pada baris paling bawah (skor konsumsi
pangan). Pada contoh diatas diketahui total skornya adalah 325. Interpretasi skor ini harus
didasarkan pada nilai rerata skor konsumsi pangan pada populasi. Jika nilai ini berada diatas
median populasi maka skor konsumsi pangan baik. Hal ini ditujukan untuk mengukur
keragaman konsumsi pangan maka semakin tinggi skornya akan semakin beragam konsumsi
makanan individu. Perlu dibedakan, pada kasus analisiss faktor risiko kejadian malnutrisi
dengan menggunakan metode FFQ atau semi FFQ. Perhatian penting ditujukan pada daftar
makanan yang dimasukkan dalam formulir. Metode FFQ atau Semi FFQ untuk tujuan ini,
adalah hanya mencantumkan makanan dan minuman yang diduga kuat berhubungan dengan
kasus yang sedang di investigasi. Contoh jika ingin menguji dugaan semetara bahwa penyebab
tingginya prevalensi gondok di daerah pegunungan adalah karena konsumsi sayuran sumber
goitrogenik. Pada kondisi ini daftar makanan dan minuman yang dimasukkan, hanyalah yang
merupakan sumber goitrogenik yang diketahui banyak dikonsumsi subjek. Tidak boleh
mencantumkan makanan dan minuman yang bukan merupakan sumber goitrogenik. Inilah
aspek penting yang harus diperhatikan oleh investigator.

162 Survey Konsumsi Pangan 

Metode FFQ idealnya tidak dapat menghitung jumlah konsumsi harian. Kelemahan ini
ditutupi dengan penggunaan metode Semi-FFQ, dengan mencantumkan porsi konsumsi dan
bobot setiap porsi yang beredar di kalangan masyarakat. Perhitungan konsumsi harian
diketahui berdasarkan hasil perkalian antara berat setiap porsi dengan frekuensi konsumsi.
Hasilnya lalu dibagi dengan jumlah hari. Contoh perhatikan beberpa contoh menggunakan
formulir Semi FFQ diatas;
1. Subjek A konsumsi nasi pada nomor 1. Subjek memilih kolom ke-4 (>3 kali/hari). Ini

artinya adalah 100 g x 3 = 300 gram sehari.
2. Subjek A konsumsi biskuit kolom 9 (2 kali sebulan). Ini artinya = 40 g x 2 = 80 / 30 = 2,6

gram sehari.
3. Subjek A Konsumsi roti putih kolom 6 (3-6 kali minggu). Ini artinya 75 g x 5 =375/7=53,7

g.

Jika semua makanan dan minuman sudah dihitung maka, dari daftar diatas dapat

diketahui bahwa:

1. Konsumsi nasi = 300 g

2. Konsumsi Biskuit = 2,6 g

3. Konsumsi Roti putih = 53.7 g

Data jumlah makanan yang dikonsumsi seperti tertera diatas dapat dinalisis kandungan
gizinya. Gunakan perhitungan manual melalu Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau
Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Informasi kandungan gizi hasil perhitungan pada
semi FFQ berbeda dengan hasil Food Recall 24 Jam. Kandungan gizi untuk semi FFQ adalah
konsumsi harian, sedangkan pada metode Food Recall 24 jam adalah konsumsi aktual (satu
hari).

Perbedaan ini perlu dipahami, khususnya jika daftar makanan dan minuman pada
formulir semi FFQ jumlahnya banyak. Perlu dilakukan penyesuaian atas jumlah items pangan,
karena akan menyebabkan kelebihan konsumsi. Alasan yang demikian inilah maka
penggunaan metode semi FFQ tidak ditujukan untuk mengetahui konsumsi harian. Semi FFQ
di Indonesia pernah digunakan saat penentuan minyak goreng sebagai vehicke vitamin A.

 Survey Konsumsi Pangan 163

Formulir berikut ini adalah formulir untuk metode FFQ, adalah sebagai berikut:

Contoh : Formulir Food Frequency Questioinnaire (FFQ)

Nama Subjek : Tanggal Wawancaa :

Umur : Pewawancara :

Jenis Kelamin : Alamat :

Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)

No. Bahan Makanan ˃3kali
/hari
1 kali/
hari
3-6 kali/
minggu
1-2 kali/
ming-gu
2 kali se-
bulan
Tidak
pernah

A. Makanan Pokok (50) (25) (15) (10) (5) (0)
1 Nasi
2 Biskuit √
3 Jagung Segar √
4 Kentang √
5 Mie Basah √
6 Mie kering
7 Roti Putih √
8 Singkong √
9 Sukun
10 Tape beras ketam √
B Lauk Hewani √
11 Daging Sapi √
12 Daging ayam √
13 Ikan Segar
14 Ikan Teri Kering √
15 Telur Ayam √
16 Udang Basah √
C Lauk Nabati
17 Kacang hijau √
18 Kacang kedele √
19 Kacang merah
20 Kacang mete √
21 Tahu
D Sayuran √
21 Bayam √
22 Kangkung √
23 Sawi √

164




Survey Konsumsi Pangan 

Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)

No. Bahan Makanan ˃3kali
/hari
1 kali/
hari
3-6 kali/
minggu
1-2 kali/
ming-gu
2 kali se-
bulan
Tidak
pernah

24 Terong (50) (25) (15) (10) (5) (0)
E Buah Buahan √
25 Alpokat
26 Anggur √
27 Durian
28 Jeruk manis √
29 Mangga
30 Nenas √
31 Pepaya

Skor Konsumsi Pangan








100 0 75 110 70 355

Berbeda dengan formulis semi FFQ, maka formulir FFQ tidak disediakan kolom porsi
makan, karena memang informasinya bersifat kecenderungan jenis konsumsi makanan dan
minuman yang dinyatakan dalam nilai skor konsumsi pangan. Berdasarkan teknik penskoran
kedua formulir Semi FFQ dan FFQ maka ditemukan skor konsumsi yang sama. Perbedaannya
adalah pada metode Semi FFQ dapat ditransformasi ke nilai gizi karena ada data porsi makan
yang selanjutnya diketahui kuantitasnya.

Prinsip lain yang perlu mendapat perhatian pada penggunaan metode FFQ ini adalah
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk satu subjek. Biasanya waktu yang baik jika kisarannya
adalah 30 sampai 60 menit. Rangkaian informasi yang dikoleksi melalui metode FFQ ini,
berguna juga untuk menggambarkan kebiasan makan subjek. Meskipun demikian jika
ditujukan untuk melengkapi kebiasan makan, maka FFQ perlu disandingkan dengan metode
pencatatan makanan (food record).

Metode FFQ ini memberikan keuntungan yang lebih baik, pada aspek keterwakilan
karakter konsumsi dibanding dengan penilaian jangka pendek seperti penilaian dengan
metode recall konsumsi makanan 24 jam. Rentang waktu penilaian pada metode FFQ ini
merupakan keunggulannya dibanding dengan metode lain. Penilaian asupan makanan yang
dilakukan secara lebih singkat. Sifatnya yang dapat menggambarkan asupan makanan dalam
periode yang lebih lama, adalah menjadi alasan untuk memakai data dasar makanan dan
minuman. Data dasar (data base), penting tersedia untuk satuan komunitas tertentu di
masyarakat. Data base inilah yang menjadi referensi primer untuk mempelajari referensi

 Survey Konsumsi Pangan 165

terkait dengan faktor makanan (komposisi dan jenis zat gizi). Data base ini juga menjadi
landasan penilaian diet secara kualitatif.

Analisis pola makan penting dilakukan. Analisis pola makan dilakukan pada setiap
populasi penduduk di satu satuan etnis atau satu satuan daerah administratif. Pendekatan
yang dianggap refrensentatif sebagai pembeda pola makan menurut agroekologi. Pendekatan
agroekologi memandang pemukiman pantai, perkotaan dan pegunungan adalah basis atau
unit analisis pola makan. Perbedaan pola makan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim
sebagai variabal yang secara makro memengaruhi kebiasaan makan individu. Kondisi
geografis menentukan pola produksi, dan distribusi pangan sehingga berhubungan dengan
kekerapan (frekuensi) konsumsi komoditas pangan.

Sudut pandang kemanfaatan (benefit) dari hasil analisis pola makan adalah berguna
untuk aspek edukasi gizi seimbang dan aspek ketahanan pangan. Konsep edukasi gizi
seimbang disusun berdasarkan kajian akademis pola makan mulai dari sistem input, proses,
output dan outcome. Analisis pola makan secara tegas mampu memberi jalan keluar yang
terukur dan sistematis untuk mengatasi masalah terkait dengan makanan dan kesehatan.
Analisis pola makan dilakukan secara berkelanjutan (sustainability) agar digunakan sebagai
instrumen kontrol untuk mencegah penyakit kronis yang diakibatkan oleh makanan dan
minuman.

Hasil dan rekomendasi pola makan, dikomunikasi dalam wadah berdaya jangkau luas
melalui jaringan online maupun off line. Lembaga penelitian, universitas maupun kementerian
terkait dapat menjadi sumber berita dan informasi edukasi gizi seimbang. Hasil analisis pola
makan dapat diakses secara bebas oleh masyarakat luas. Efek komunikasi massa dari cara ini
adalah bermanfaat untuk memberikan akses yang kondusif terhadap konsumsi makanan dan
minuman yang sehat dan bergizi. Jika publikasi hasil penelitian dan kajian pola makan mudah
diakses maka masyarakat mudah memahami dan mengimplementasi gizi seimbang. Hal
sebaliknya juga demikian, jika propaganda atau promosi iklan makan dan minuman yang tidak
memiliki bukti khasiat terus diakses oleh masyarakat, maka berdampak buruk bagi gizi dan
kesehatan masyarakat.

Kesalahan dalam mengestimasi asupan zat gizi, perlu dihindari. Salah satu caranya
adalah dengan mengidentifikasi sumber sumber kesalahan dalam pengukuran. Sumber
kesalahan dalam pengukuran khususnya pada penilaian konsumsi pangan adalah pilihan
metode penilaian konsumsi pangan. Pilihan Food Frequency Quesitionnare tentu adalah salah
satu pilihan untuk sebuah deskripsi studi populasi yang mengarah pada pola kecenderungan
jenis makanan yang kekerapannya tinggi. Jenis komoditas pangan yang populer dikonsumsi
oleh populasi penduduk yang lebih luas.

Teknik penulisan laporan dalam FFQ maupun FFQ akan menjadi sumber kesalahan.
Penulisan yang berulang akan memberikan indikasi taksiran tinggi demikian juga sebaliknya

166 Survey Konsumsi Pangan 

penulisan yang dikurangi akan memberikan taksiran rendah. Kedua bentuk kesalahan ini harus
dapat dihindari dengan melakukan pemeriksaan yang seksama pada setiap instrumen FFQ
maupun semi FFQ.

Bentuk kesalahan, dalam penilaian konsumsi pangan dapat berupa menaksir terlalu
tinggi atau menaksir terlalu rendah konsumsi. Perlu pengetahuan yang baik tentang tata cara
menghindari dua bentuk kesalahan diatas. Cara menghindari dua bentuk kesalahan penilaian
konsumsi pangan, adalah konsistensi pelaksanaan menurut kaidah yang tetap.Kaidah yang
tetap adalah berbeda untuk setiap metode.

Kesalahan bersumber dari istrumen FFQ yang digunakan.Bentuk kesalahan instrument
mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang rumit. Contoh hal yang sederhana adalah
kesalahan dalam penulisan nama bahan makanan, kualitas cetakan. Contoh kesalahan yang
rumit adalah instrument belum pernah diujicoba, instrument tidak mewakili daftar makanan
yang dikonsumsi umum oleh responden.

Kesalahan bersumber dari interviewer adalah kesalahan yang terjadi akibat kelalaian
pewawancara baik yang disengaja maupun tidak disengaja.Contoh kelalaian yang disengaja
adalah melakukan wawancara tidak pada waktu yang tepat, tidak mempersiapkan diri
sebelum wawancara, tidak mengerti maksud penilaian konsumsi pangan, dan tidak mengerti
tujuan wawancara, tidak melakukan probing dll. Contoh kelalaian yang tidak disengaja pada
wawancara penilaian konsumsi pangan adalah terbawa pada alur pembicaraan responden
sehingga kurang fokus pada item pertanyaan, dll.

Kesalahan juga dapat bersumber pada manajemen data. Manajemen data dalam
penilaian konsumsi pangan adalah sama dengan manajemen data pada riset riset yang lain.
Manajemen data adalah pengelolaan seluruh dokumen data dan kelengkapannya untuk
memudahkan proses lanjutan seperti editing, coding dan entry data. Dokumen data harus
dapat disimpan dan dapat dibuka kembali untuk kepentingan audit substansi maupun audit
administrasi.

Kesalahan lain adalah salah dalam menentukan responden. Responden adalah orang
dianggap dapat memberikan jawaban sebagaimana fakta pada subjek yang diinvestigasi.
Apabila subjek investigasi adalah juga orang yang dapat memberikan jawaban, maka ia
berstatus responden sekaligus subjek. Kondisi seperti anak dibawah umur, kelompok lanjut
usia, penyandang cacat (kemampuan berbicara), orang sakit, maka fakta konsumsinya dapat
ditanyakan kepada pihak yang mewakilinya.

Penggunaan teknologi informasi pada pengolahan data, adalah perlu diperhatikan
sumber data mentah (row data). Perkembangan teknologi komunikasi memungkinkan
banyak inovasi dalam pengolahan dan analisis data. Prinsip pengolahan data berbasis
elektronik adalah tetap memerhatikan akurasi data.Jika berkaitan dengan kemampuan
responden memakai aplikasi, maka harus dipastikan bahwa semua responden sudah mahir

 Survey Konsumsi Pangan 167

dan mampu berinteraksi melalui perangkat computer dan perangkat pendukung lainnya yang
terkait.

Metode FFQ juga dapat dilakukan pada studi prospektif. Studi prospektif adalah studi
yang melakukan investigasi ke masa yang akan datang. Studi dimulai dari masa kini dan terus
diikuti perkembangan perubahan pola makan subjek hingga batas waktu yang
ditentukan.Biasanya satu bulan atau satu tahun. Pelaksanaan metode FFQ dengan setting
kohor prospektif dapat mendeskripsikan analisis pola makan secara tepat dengan bias yang
seminimal mungkin.

Periode waktu dalam FFQ di kenal dalam ukuran bulan dan tahun. Pemilihan periode
waktu disesuikan dengan tujuan penelitian. Penggunaan metode FFQ pada umumnya untuk
mengetahui faktor risiko makanan terhadap munculnya risiko penyakit. Pandangan ini
memberi bukti bahwa analisis pola makan sebaiknya dalam periode bulanan atau tahunan.
Alasan penggunaan periode waktu bulan atau tahunan adalah pada periode tersebut
kesesuaian dengan kebiasaan makan subjek lebih mendekati kebiasan makan subjek.

Periode waktu tahunan adalah ditujukan untuk mengetahui efek perubahan musim
dengan pola makan. Jika investigasi hanya dilakukan dalam periode satu bulan, maka variasi
konsumsi antar musim akan hilang. Ini perlu dipertimbangkan apabila investigasi dilakukan
terhadap makanan yang sangat berhubungan dengan musim.Kelompok buah buahan adalah
bergantung pada musim lebih banyak, sedangkan kelompok makanan pokok dan lauk pauk
serta sayuran umumnya perubahan dalam setahun adalah sangat kecil.

Satu catatan penting pada metode FFQ adalah sangat direkomendasikan untuk
dikalibrasi. Metode FFQ tidak dianjurkan kalau tidak di kalibrasi dengan metode lain. Metode
yang food record (pencatatan) atau metode food Recall 24 jam. Kegunaan kalibrasi adalah
untuk memastikan bahwa data yang ekstrem baik ekstrem negatif atau ekstrem positif dapat
dibuang, karena mengganggu keseluruhan nilai data konsumsi. Contoh dalam metode FFQ
diketahui ada 10 item makanan yang disebutkan sebagai makanan yang dikonsumsi setiap
hari. Akan tetapi setelah dikalibrasi atau dibandingkan dengan data food recall 24 jam
diketahui makanan yang dikonsumsi hanya 5 item, maka patut dilakukan verifikasi pada kasus
kasus seperti ini.

Rancangan instrumen untuk FFQ adalah diawali dari sebuah studi pola makan pada
populasi. Studi ini memerlukan waktu dan persiapan khusus. Fokusnya adalah menemukan
fakta variasi berbagai makanan dan minuman disekitar populasi. Variasi makanan dan
minuman akan menjadi data dasar menyusun daftar bahan makanan dalam instrumen FFQ
maupun semi FFQ (Appannah et al. 2014).

Ujicoba instrument adalah salah satu cara sederhana untuk kalibrasi metode FFQ.
Ujicoba instrument dilakukan pada sub sampel agar dapat menyerupai respon populasi.
Instrumen yang sudah diujicoba layak digunakan pada penilaian konsumsi pangan.Jika sebuah

168 Survey Konsumsi Pangan 

intrumen sudah melalui ujicoba yang berulang ulang maka, hasilnya selalu dapat
direkomendasikan sebagai hasil investigasi yang baik (Crispim et al. 2006).

Cara lain untuk menguji instrument FFQ adalah melakukannya dengan cara berbeda
pada populasi yang sama atau mengujinya pada populasi yang berbeda untuk instrumen
sama. Hasilnya yang konsisten membuktikan bahwa instrumen yang digunakan adalah tepat.
Cara yang berbeda dalam FFQ adalah pada rancangan instrumennya.

Prinsip lain yang perlu mendapat perhatian pada penggunaan metode FFQ ini adalah
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk satu subjek. Biasanya waktu yang baik jika kisarannya
adalah 30 sampai 60 menit.Rangkaian informasi yang dikoleksi melalui metode FFQ ini,
berguna juga untuk menggambarkan kebiasan makan subjek. Meskipun demikian jika
ditujukan untuk melengkapi kebiasan makan, maka FFQ perlu disandingkan dengan metode
pencatatan makanan (food record) (Souza et al. 2016).

Metode FFQ ini memberikan keuntungan yang lebih baik, pada aspek keterwakilan
karakter konsumsi dibanding dengan penilaian jangka pendek seperti penilaian dengan
metode recall konsumsi makanan 24 jam. Rentang waktu penilaian pada metode FFQ ini
merupakan keunggulannya dibanding dengan metode lain. Penilaian asupan makanan yang
dilakukan secara lebih singkat. Sifatnya yang dapat menggambarkan asupan makanan dalam
periode yang lebih lama, adalah menjadi alasan untuk memakai data dasar makanan dan
minuman. Data dasar (data base), penting tersedia untuk satuan komunitas tertentu di
masyarakat. Data base inilah yang menjadi referensi primer untuk mempelajari referensi
terkiat dengan faktor makanan (komposisi dan jenis zat gizi). Data base ini juga menjadi
landasan penilaian diet secara kualitatif.

Analisis pola makan penting dilakukan. Analisis pola makan dilakukan pada setiap
populasi penduduk di satu satuan etnis atau satu satuan daerah administratif. Pendekatan
yang dianggap refrensentatif sebagai pembeda pola makan menurut agroekologi. Pendekatan
agroekologi memandang pemukiman pantai, perkotaan dan pegunungan adalah basis atau
unit analisis pola makan. Perbedaan pola makan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim
sebagai variabal yang secara makro memengaruhi kebiasaan makan individu. Kondisi geofrafis
menentukan pola produksi, dan distribusi pangan sehingga berhubungan dengan kekerapan
(frekuensi) konsumsi komoditas pangan.Sudut pandang kemanfaatan (benefit) dari hasil
analisis pola makan adalah berguna untuk aspek edukasi gizi seimbang dan aspek ketahanan
pangan. Konsep edukasi gizi seimbang disusun berdasarkan kajian akademis pola makan mulai
dari sistem input, proses, output dan outcome. Analisis pola makan secara tegas mampu
memberi jalan keluar yang terukur dan sistematis untuk mengatasi masalah terkait dengan
makanan dan kesehatan. Analisis pola makan dilakukan secara berkelanjutan (sustainability)
agar digunakan sebagai instrumen kontrol untuk mencegah penyakit kronis yang diakibatkan
oleh makanan dan minuman.

 Survey Konsumsi Pangan 169

Hasil dan rekomendasi pola makan, dikomunikasi dalam wadah berdaya jangkau luas
melalui jaringan on line maupun off line. Lembaga penelitian, universitas maupun
kementerian terkait dapat menjadi sumber berita dan informasi edukasi gizi seimbang. Hasil
analisis pola makan dapat diakses secara bebas oleh masyarakat luas. Efek komunikasi massa
dari cara ini adalah bermanfaat untuk memberikan akses yang kondusif terhadap konsumsi
makanan dan minuman yang sehat dan bergizi. Jika publikasi hasil penelitian dan kajian pola
makan mudah diakses maka masyarakat mudah memahami dan mengimplementasi gizi
seimbang. Hal sebaliknya juga demikian, jika propaganda atau promosi iklan makan dan
minuman yang tidak memiliki bukti khasiat terus diakses oleh masyarakat, maka berdampak
buruk bagi gizi dan kesehatan masyarakat.

Sumber kesalahan adalah juga berasal dari pewawancara. Salah dalam penulisan atau
salah dalam memahami artikulasi dari ucapan responden. Mengatasi kesalahan seperti ini
maka diawal wawancara harus dilakukan perkenalan dan pemahaman atas situasi responden.
Wawancara tidak boleh dilakukan terburu buru, melainkan fokus pada pencarian data dan
informasi seluruh makanan dan minuman yang terdaftar dalam formulir FFQ. Terburu buru
untuk menanyakan seluruh item pertanyaan dapat diakibatkan oleh situasi dan kondisi saat
wawancara dilakukan. Kondisi responden harus siap seluruhnya. Responden tidak boleh
melakukan pekerjaan lain saat wawancara dilakukan, meskipun yang bersangkutan bersedia
di wawancarai saat itu. Setiap suasana yang kondusif adalah momentum yang perlu diciptakan
oleh pewawancara dan responden. Harus disediakan waktu yang cukup untuk wawancara
agar informasi yang diperoleh tepat dan akurat.

Beberapa wawancara seringkali dilakukan melalui telepon ataupun melalui surat
elektronik ke alamat responden. Pengumpulan data melalui telepon interview ataupun surat
elektronik adalah belum banyak dilakukan di Indonesia. Kedua hal ini masih merupakan salah
satu pendekatan alternatif untuk efisiensi ruang dan waktu yang terbatas. Jaringan
komunikasi adalah menjadi kendala pada telepon interview dan surat elektronik (email).
Literasi populasi adalah juga faktor pembatas dalam metode surat elektronik. Hanya populasi
yang memiliki literasi baik dapat digunakan metode surat elektronik. Persetujuan responden
untuk berpartisipasi pada pengumpulan data konsumsi adalah penting. Persetujuan Setelah
Penjelasan (PSP) adalah cara untuk memastikan bahwa responden paham tujuan wawancara
dan akan memberikan data yang diperlukan tanpa paksaan dan tekanan serta seluruh
informasi yang diberikan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Penilaian asupan populasi juga dapat tercermin pada biomarker zat gizi baik pada urin
maupun darah. Biomarker ini relatih konstan sehingga nilai biomarker dapat dijadikan
referensi untuk penentuan tingkat konsumsi pada populasi. Populasi dalam konteks ini dapat
lebih spesifik misalnya populasi remaja, populasi dewasa dan populasi lanjut usia. Populasi
menurut kelompok umur adalah penting karena perbedaan nyata kecukupan zat gizi

170 Survey Konsumsi Pangan 

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan fisiologisnya adalah berbeda. Contoh biomarker asupan
protein dengan mengukur kadar nitrogen pada urin. Penentuan biomarkar masih sangat
mahal sehingga dilakukan hanya pada kelompok kecil dan terbatas untuk kepentingan
penelitian. Salah satu bentuk evaluasi ketepatan semi FFQ adalah dengan membandingkan
hasilnya dengan hasil analisis biomarker zat gizi. Jika ditemukan korelasi postif antara hasil
semi FFQ dengan hasil studi biomarker maka dipastikan bahwa penilaian konsumsi pangan
menggunakan metode semi FFQ adalah tepat. Konsekwensinya pada studi studi yang lain tidak
perlu melakukan analisis ulang menggunakan biomarker karena berbiaya mahal, cukup
dilakukan dengan metode semi FFQ sudah memberikan informasi yang sama validnya dengan
teknik biomarker.

Selain dengan studi biomarker validitas metode FFQ juga dapat dibandingkan dengan
metode lain yang lebih sederhana. Pertimbangan sebagai metode pembanding adalah metode
yang memiliki prinsip dan tujuan yang mirip. Metode FFQ maupun semi FFQ mirip dengan
metode food record atau metode pencatatan makanan. Berdasarkan kemiripan prinsipnya
maka kedua metode ini dapat saling melengkapi untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas.
Selain itu perlu dijelaskan bahwa tidak ada satu jenis metode penilaian konsumsi makanan
yang lebih baik dibanding dengan metode lainnya. Ini sangat ditentukan oleh tujuannya
masing masing. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing. Pilihan
paling ideal adalah disesuaikan dengan tujuan SKP.

Populasi spesifik adalah populasi yang memiliki kekhususan dalam pola makan baik
jumlah maupun jenis makannya. Populasi spesifik ini, memerlukan pemahaman budaya
makan yang baik sebelum metode FFQ di gunakan. Alasannya adalah bahwa semua daftar
makanan dan minuman yang adalah dalam formulir FFQ adalah selalu berkorelasi dengan
budaya makan setempat. Pola makan populasi selalu mencerminkan kondisi budaya yang ada
dan berkembang ditengah tengah masyarakat. Makan dan makanan adalah salah satu dari
tujuh kebudayaan universal.

Teknik penulisan laporan dalam FFQ maupun FFQ akan menjadi sumber kesalahan.
Penulisan yang berulang akan memberikan indikasi taksiran tinggi demikian juga sebaliknya
penulisan yang dikurangi akan memberikan taksiran rendah. Kedua bentuk kesalahan ini harus
dapat dihindari dengan melakukan pemeriksaan yang seksama pada setiap instrumen FFQ
maupun semi FFQ. Pola makan penduduk atau satu populasi adalah bersifat dinamis untuk
jangka waktu tertentu. Sifat dinamis inilah yang terus menerus dipantau perubahannya.
Perubahan pola makan akan berakibat pada penyesuaian secara fisiologis sistem tubuh.
Implikasi pada gizi dan kesehatan. Perubahan bersifat musiman adalah mudah terdeteksi dari
pergantian musim. Perubahan bersifat progresif akibat kemajuan dalam bidang teknologi
pengolahan pangan dan globalisasi perdagangan pangan, adalah sulit diketahui jika tidak
dilakukan pengamatan berkelanjutan (surveilans).

 Survey Konsumsi Pangan 171

Perubahan dinamika pola pangan dalam satu populasi, dapat diketahui jika terdeteksi
adanya perubahan dalam komposisi sumber zat gizi makro. Penjelasan pada bagian awal
sudah ditulis bahwa komposisi pangan yang ideal adalah 57-68% dari karbohidrat, 10-13%
protein, dan 20-30% dari lemak. Monitoring secara berkelanjutan pada tingkat individu,
keluarga maupun masyarakat (Anna Vipta Resti Mauludyani, Drajat Matianto 2008). Berbagai
faktor yang dapat memengaruhi komposisi asupan sumber gizi makro. Jika pada kurun waktu
tertentu komposisi itu berubah, maka segera diantisipasi efeknya pada level fisiologi.

B. LANGKA LANGKAH PENGGUNAAN FFQ

Setelah disediakan formulir FFQ yang bersifat final, maka dapat digunakan untuk
pengumpulan data konsumsi pangan. Langkah langkah penggunaan FFQ adalah:
1. Baca seluruh isi formulir FFQ yang terdiri dari tiga kolom utama masing masing (1)

Nomor (2) Bahan makanan dan minuman dan (3) Frekuensi makan. Khusus untuk kolom
frekuensi makan dibagi menjadi 6 bagian masing masing. Setiap bagian merupakan
pilihan items frekuensi makan. Pilihan item frekuensi makan dibagi menurut rating
kekerapan konsumsi yaitu (1) lebih dari tiga kali sehari (2) satu kali sehari (3) Tiga sampai
enam kali seminggu (4) Satu sampai dua kali seminggu (5) Dua kali sebulan dan (6) Tidak
pernah. Contoh formulir FFQ adalah sebagai berikut:

Formulir Food Frequency Questioinaire (FFQ)

Nama Subjek : Tanggal Wawancaa :
Umur :
Jenis Kelamin : Pewawancara :

Alamat :

No. Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)
˃3kali 1 kali/ 3-6 kali/ 1-2 kali/ 2 kali Tidak
B. Makanan Pokok /hari hari minggu minggu sebulan pernah
1 Nasi (50) (25) (15) (10) (5) (0)
2 Jagung
3 Singkong
4 Sagu
5 Kentang
6 Roti

C. Lauk Hewani

172 Survey Konsumsi Pangan 

No. Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)
˃3kali 1 kali/ 3-6 kali/ 1-2 kali/ 2 kali Tidak
7 Daging sapi /hari hari minggu minggu sebulan pernah
8 Sosis (50) (25) (15) (10) (5) (0)
9 Udang basah
10 Cumi cumi
11 Kepiting
12 Bandeng
13 Kakap
14 Ayam
15 Hati ayam
16 Telur ayam
17 Telur itik
18 Telur puyuh
19 Belut
20 Ikan asin
21 Ikan kering
D. Lauk Nabati
22 Kacang hijau
23 Kacang Kedele
24 Kacang Merah
25 Kacang Mete
26 Petai
27 Tahu
28 Tempe
29 Kacang tanah
E. Sayuran A
30 Gambas
31 Selada
32 Jamur kuping
33 Lobak
34 Oyong
35 Ketimun
36 Daun Bawang
37 Labu Air
38 Selada air
F. Sayuran B
39 Bayam
40 Daun Kecipir

 Survey Konsumsi Pangan 173

No. Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)
˃3kali 1 kali/ 3-6 kali/ 1-2 kali/ 2 kali Tidak
41 Pepaya /hari hari minggu minggu sebulan pernah
42 Sawi (50) (25) (15) (10) (5) (0)
43 Terong
44 Labu Siam
46 Wortel
46 Kol
47 Labu waluh
48 Brokoli
49 Buncis
50 Daun Kacang
51 Pare
52 Rebung
G. Sayuran C
53 Bayam merah
54 Daun singkong
55 Daun Katuk
56 Daun melinjo
57 Nangka muda
58 Daun pepaya
H. Buah Buahan
59 Alpokat
60 Apel malang
61 dukuh
62 Jambu air
63 Jambu bol
64 Jeruk garut
65 Kedongdong
66 mangga
67 Melon
68 Markisa
Jumlah Skor Konsumsi

2. Perkenalkan diri dan tujuan anda melakukan wawancara konsumsi pangan.
3. Tanyakan frekuensi makanan setiap bahan makanan yang ada pada daftar. Berikan

kesempatan kepada responden atau subjek untuk menjawab tentang kekerapan
konsumsi.

174 Survey Konsumsi Pangan 

4. Tulis jawaban responden dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang
berkesesuaian.

5. Ucapkan terimakasih untuk mengakhiri sesi wawancara.
6. Jumlahkan seluruh skor konsumsi pada baris akhir formulir FFQ.
7. Tentukan Skor Konsumsi Pangan Responden atau Subjek.

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Perhatikan 10 (sepuluh) buah kartu yanga ada dalam latihan. Disetiap kartu tertulis kata
atau kalimat yang sesungguhnya saling berpasangan satu sama lain.

2) Tugas anda adalah menempatkan kartu secara berpasangan sesuai dengan kata atau
kalimat yang berkesesuaian.

3) Pada sisi salah satu halaman kartu, berisi pernyataan yang berhubungan dengan topik
Survei Konsumsi Pangan. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan pasangan kata
yang berkesuaian dengan pernyataan dimaksud.

4) Apabila semua kartu sudah mendapatkan pasangan kata masing masing, maka cocokkan
dengan kunci jawaban.

5) Tentukan skor anda.
6) Skor jawaban benar di hitung dengan cara :


= 5 100
7) Jika skor anda >75% maka anda dinyatakan sudah memahami isi pada BAB 5. Jika belum
memenuhi skor 75% maka anda dapat mengulangi latihan ini sampai semua jawaban
anda benar.
8) Selamat Bekerja.

 Survey Konsumsi Pangan 175

KARTU LATIHAN

FFQ Metode ini , namun tidak
memiliki jumlah jumlah dan
porsi makan

Semi FFQ Metode ini , memiliki memiliki
jumlah jumlah dan porsi makan
Studi
Pendahuluan sehingga dapat mengetahui
estimasi asupan harian
Metode FFQ
Identifikasi bahan makanan
Skor Konsumsi yang akan dimasukkan dalam
Pangan formulir ini diperlukan kajian

khusus

Penilaian konsumsi pangan
dengan ini dapat digunakan
untuk analisis faktor risiko

suatu penyakit

Penjumlahkan semua skor
konsumsi pangan subjek
berdasarkan setiap pangan
yang pernah dikonsumsi

176 Survey Konsumsi Pangan 

Kunci Jawaban Latihan Kartu Sisi B
Metode ini , namun tidak memiliki jumlah jumlah dan
Kartu Sisi A porsi makan
FFQ Metode ini , memiliki memiliki jumlah jumlah dan
porsi makan sehingga dapat mengetahui estimasi
Semi FFQ asupan harian.

Studi Identifikasi bahan makanan yang akan dimasukkan
Pendahuluan dalam formulir ini diperlukan kajian khusus.

Metode Penilaian konsumsi pangan dengan ini dapat
FFQ digunakan untuk analisis faktor risiko suatu penyakit
Skor
Penjumlahkan semua skor konsumsi pangan subjek
KonsumsiPangan berdasarkan setiap pangan yang pernah dikonsumsi

Ringkasan

1. Metode FFQ berbeda dengan metode lain, karena jenis makanan yang ditanyakan
adalah tertutup. Pernyataan tertutup artinya hanya makanan yang ada dalam daftar
yang akan diinvestigasi kepada subjek. Daftar berbagai jenis makanan dan minuman
yang ada dalam FFQ juga dibuat sedemikian rupa melalui studi pendahuluan kebiasaan
makan subjek atau populasi.

2. Metode FFQ dan Semi FFQ juga memiliki kekhususan dalam bentuk format yang
sederhana dalam penggunaannya. Sederhana dan terarah untuk siapa saja yang
menggunakan formulir FFQ. Kesederhanaan ini tertulis dalam bentuk format daftar
makanan yang sudah tertulis jelas untuk ditanyakan. Formulir dalam bentuk pertanyaan
tertutup (closed questions).

3. Cara penilaian konsumsi pangan didasarkan pada skor konsumsi pangan. Semakin tinggi
sekor konsumsi pangan maka, semakin baik keragaman konsumsi pangan.

4. Asupan gizi dari hasil perhitungan Semi FFQ adalah asupan gizi menurut ukuran
kecenderungan, bukan asupan gizi aktual.

 Survey Konsumsi Pangan 177

Tes 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Kegiatan pengukuran konsumsi pangan pada individu dengan ciri ciri antara lain, tidak
memiliki jumlah jumlah dan porsi makan. Apakah metode yang dimaksud?
A. FFQ
B. Semi FFQ
C. Food Recall
D. Food Account
E. Dietary Hystori

2) Metode ini, memiliki memiliki jumlah dan porsi makan sehingga dapat mengetahui
estimasi asupan harian. Apakah metode yang dimaksud?
A. FFQ
B. Semi FFQ
C. Food Recall
D. Food Account
E. Dietary History

3) Pada penilaian konsumsi pangan dengan metode FFQ, perlu diukur berdasarkan skor
konsumsi pangan. Manakah kekerapan konsumsi yang memiliki skor tertinggi berikut
ini:
A. 3 kali/hari
B. 1 kali/hari
C. 3-6 kali/sehari
D. 1-2 kali/sehari
E. 2 kali sebulan

4) Pada penilaian konsumsi pangan dengan metode FFQ, perlu diukur berdasarkan skor
konsumsi pangan. Manakah kekerapan konsumsi yang memiliki skor terendah berikut
ini:
A. 3 kali/hari
B. 1 kali/hari
C. 3-6 kali/sehari
D. 1-2 kali/sehari
E. 2 kali sebulan

178 Survey Konsumsi Pangan 

5) Membuat formulir FFQ memiliki prinsip efisiensi dalam membuat daftar. Apakah yang
perlu dilakukan untuk membuat formulir FFQ menjadi lebih sederhana?
A. Hanya yang ada dipasar
B. Pilih sebagian saja
C. Hapus skor terendah
D. Ambang batas skor
E. Ambil bahan lokal saja

 Survey Konsumsi Pangan 179

Topik 2

Kelebihan dan Kelemahan FFQ

A. KELEBIHAN METODE FFQ

Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi pangan adalah
memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode FFQ sesuai dengan tujuannya adalah
untuk mengdentifikasi faktor risiko malutritrisi kronik pada subjek. Malnutrisi adalah
disebabkan asupan makanan berlebihan atau kekurangan makanan dalam jangka panjang.
Aspek durasi waktu yang panjang berkorelasi dengan kekhususan dalam assosiasi hubungan
sebab akibat yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kekerapan konsumsi signifikan berefek
pada kondisi fisiologis subjek. Kondisi fisiologis akan menyesuaikan diri dengan fakta asupan
zat gizi dimasa yang telah berlalu.

Kelebihan metode FFQ dari aspek sasaran adalah dapat digunakan pada kelompk literasi
rendah. Kemudahan ini disebabkan pada proses pengumpulan datanya adalah menggunakan
metode wawancara langsung (direct interview), bukan wawancara tidak langsung (indirect
interview). Wawancara tidak langsung contohnya adalah wawancara menggunakan telepon
(telephon interview). Sasaran dengan kemampuan baca tulis dan pemahaman yang rendah
dapat diinvestigasi konsumsi pangannya dengan baik. Salah satu syaratnya adalah dilakukan
oleh interviewer yang terlatih.

Kelebihan metode FFQ adalah ketepatan dalam membuat daftar bahan makanan atau
minuman pada formulir FFQ. Metode ini sangat sistematis karena semua bahan makanan dan
minuman sudah dibuat daftar namanya dan sudah diverifikasi sesuai dengan kebiasaan makan
subjek. Bentuk pertanyaan tertutup adalah lebih banyak digunakan sehingga waktu untuk
interview adalah sama untuk setiap subjek. Cara ini dapat mengurangi over plat syndrome
atau menaksir konsumsi terlalu tinggi dari fakta yang sesungguhnya.

Kelebihan metode FFQ dibanding dengan metode SKP yang lain adalah mewakili
kebiasaan makan subjek sedangkan metode yang lain seperti pada metode recall konsumsi 24
jam (Food Recall 24 jam), penimbangan makanan (Food Weighing), adalah mendeskripsikan
asupan aktual sehari. Jika metode SKP tingkat individu yang lain akan digunakan untuk
menderskripsikan konsumsi mingguan atau bulanan dan bermaksud melihat variasi antar hari
maka pengumpulannya harus berulang. Pada metode FFQ tidak ditemukan pengumpulan
berulang ulang.

Kelebihan lain metode FFQ dibanding metode metode ingatan makanan (Food Recall 24
Jam) adalah tidak memaksa konsumen untuk mengingat seluruh makanan dan minuman yang
sudah dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir. Ingatan dalam metode FFQ adalah ingatan

180 Survey Konsumsi Pangan 

jangka panjang yang memang dengan mudah dilakukan. Ingatan hanya difokuskan pada
kekerapan konsumsi, bukan pada jumlah yang dikonsumsi seperti pada metode Food Recall
24 Jam. Kemampuan mengingat jumlah dan jenis makanan dan minuman pada metode Food
Recall 24 jam adalah kunci pokok, namun tidak demikian dengan metode FFQ, karena
pertanyaan jenis makanan dan minuman adalah pertanyaan tertutup (Charlebois 2011).

Metode FFQ memiliki kelebihan dapat dilakukan disemua setting lokasi survei baik di
tingkat rumah tangga maupun masyarakat dan rumah sakit atau instansi. Metode ini sangat
memungkinkan untuk dilakukan pada kondisi khusus dimana metode lain tidak dapat
digunakan. Salah satu contohnya adalah untuk kepentingan skreening faktor risiko individu
terhadap penduga malnutrisi dimasa yang akan datang, menurut data kekerapan konsumsi
saat ini. Secara konseptual gizi salah (malnutrition) adalah sebuah proses yang progresif dari
kondisi awal asupan gizi yang salah. Jika kondisi awal asupan gizi salah maka secara progresif
akan memberikan dampak malnutrisi. Fakta ini memberikan peluang kepada setiap subjek
untuk merubah dan menintervensi pola makan sebelum munculnya risiko kesehatan (Vuholm
et al. 2014), (Weaver et al. 2014).

Metode FFQ tidak memerlukan alat bantu kecuali instrumen. Pada metodel lain
memerlukan alat bantu seprtu photo makanan (food recall 24 jam), timbangan makanan
(food weighing). Pada pelaksanaannya metode ini sangat sederhana dibanding metode lain
pada aspek penggunaan alat bantu. Beberapa metode SKP tidak dapat dilakukan ditingkat
komunitas akan tetapi metode FFQ adalah dapat digunakan ditingkat komunitas karena
metode ini juga mampu digunakan untuk mengestimasi trend pola konsumsi komunitas sesuai
dengan hasil studi pendahuluan di pasar pasar setempat.

Kelebihan metode ini dibanding metode penimbangan makanan adalah metode ini tidak
memerlukan prosedur yang rumit seperti kalibrasi timbangan makanan. Proses pengumpulan
data lebih singkat karena dapat dilakukan disetiap pertemuan dengan subjek. Metode
penimbangan harus menunggu waktu makan subjek, karena dilakukan penimbangan sebelum
dan setelah makan.

Metode FFQ tidak harus terhubungan langsung dengan penyelenggara atau penyedia
layanan makanan. Pada metode penimbangan misalnya sebaiknya dilakukan pada instalasi
pelayanan makanan subjek seperti instalasi gizi dan asrama untuk memudahkan administrasi
pencatatan dan penimbangan makanan di pusat produksi dan penimbangan akhir di tempat
kediaman subjek. Metode FFQ tidak memerlukan kondisi khusus seperti diatas.

Kelebihan lain adalah metode FFQ tidak merepotkan subjek dengan persiapan yang
rumit, karena dapat dilakukan pada waktu yang disepakati antar keduanya. Subjek tidak
memiliki beban yang rumit seperti pada metode pencatatan dimana subjek diminta untuk
aktif mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsinya setiap hari (Cheng et al. 2012).

 Survey Konsumsi Pangan 181

Metode ini memiliki konsisten instrumen yang sangat baik, karena pertanyaannya
adalah pertanyaan tertutup. Pencacatan hanya dapat dilakukan oleh subjek yang diukur dan
tidak dapat dilakukan oleh orang lain, karena alasan tidak efisien (Roy et al. 1997).

Metode FFQ dapat dilakukan pada subjek yang tidak menetap ditempat tinggal
sedangkan pada metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada subjek yang tidak
memiliki tempat tinggal menetap dalam periode waktu tertentu. Alasannya adalah karena
informasi makanan dan minuman yang dikonsumsi harus dapat dicatat dalam periode waktu.
Kondisi sakit pada subjek jika masih mampu berkomunikasi maka metode FFQ dapat dilakukan
sedangkan pada metode pencatatan makanan ini tidak dapat dilakukan pada subjek sakit
dihentikan karena alasan subjek sakit (Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar, Dody Izwardy 2017).

Metode FFQ dapat merefresentasi kebiasaan makan subjek. Bukti telusur atas kebiasaan
makan subjek adalah tercermin dari kekerapan konsumsi makanan dan minuman.. Kekerapan
konsumsi makanan dan minuman selalui dapat dipraktikkan oleh subjek dalam waktu satu
minggu, memberikan penjelasan atas pengaruh musim yang biasanya bersifat anomlai pola
makan.

Metode FFQ tidak perlu menelusuri cara persiapan dan pengolahan makanan seperti
pada metode riwayat makanan. Metode ini. Informasi yang diperoleh adalah untuk menilai
kebiasan makan subjek menurut kecenderungan jangka panjang. Kecenderungan jangka
panjang adalah refleksi kebiasan yang konsisten dilakukan. Inilah fokus yang harus digali pada
metiode FFQ.

B. KELEMAHAN MOTODE FFQ

Kelamahan metode FFQ dibanding dengan banyak metode survei konsumsi pangan yang
lain adalah:
1. Butuh Persiapan yang lebih rumit
2. Tidak dapat menggambarkan konsumsi aktual
3. Tidak dapat mengukur kuantitas makanan yang dimakan saat ini
4. Tidak dapat mengukur pemenuhan kebutuhan gizi

a. Butuh Persiapan yang Lebih rumit
Persiapan yang rumit adalah persiapan dalam rangka membuat studi pendahuluan
daftar bahan makanan yang akan dimasukkan kedalam Formulir FFQ. Studi pendahuluan
ini harus mencerminkan makanan dan minuman yang memang nyata ditemukan di
pasar lokal setempat. Kalau tidak dilakukan studi pendahuluan maka daftar makanan
dan minuman yang dimasukkan dalam formulir FFQ menjadi faktor penghalang untuk
kenyamanan wawancara akibat terlalu banyak makanan dan minuman yang tidak

182 Survey Konsumsi Pangan 

pernah dikonsumsi subjek. Ini tidak efektif untuk metode FFQ. FFQ harus menanyakan
semua makanan dan minuman yang ada dalam daftar, bukan pertanyaan terbuka.
b. Tidak menggambarkan Konsumsi Aktual.
Konsumsi aktual adalah konsumsi makanan dan minuman hari ini. Metode FFQ tidak
dapat digunakan untuk menanyakan asupan makanan hari ini, karena metode ini adalah
metode untuk mengukur kebiasaan makan masa lalu dan masih berlangsung hingga hari
ini. Jika ingin menilai asupan gizi aktual hari ini metode FFQ tidak dapat digunakan,
karena tidak ada ukuran jumlah yang dikonsumsi. Atas alasan inilah maka muncul
metode Semi FFQ untuk menentukan asupan zat gizi. Akan tetapi metode Semi FFQ
memiliki kelemahan karena Porsi makan yang digunakan adalah porsi rerata bukan porsi
aktual. Porsi rerata adalah ukuran yang paling sering digunakan subjek jika
mengonsumsi makanan tertentu (Slater et al. 2003).
c. Tidak dapat mengukur Jumlah Makanan yang dikonsumsi
Metode FFQ tidak dapat mengukur jumlah bahan makanan yang terdistribusi dalam
rumah tangga dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap individu. Metode ini
hanya mengukur keragaman tetapi tidak mengukur jumlah seperti pada Metode Jumlah
Makanan (food Account). Konsekwensinya kurang peka untuk mendeteksi ketahanan
pangan rumah tangga (Puckett 2004).
d. Tidak dapat mengukur asupan zat gizi
Metode ini tidak dapat menguukur asupan zat gizi. Asupan zat gizi dapat dihitung, jika
kita memiliki data berat bahan makanan. Pada metode ini tidak ada data tentang berat
bahan makanan yang dikonsumsi setiap subjek sehingga tidak secara tepat digunakan
untuk mengetahui asupan individu ataupun keluarga. Metode ini tidak dapat
mendeskripsikan secara utuh ketersediaan pangan dari sisi kuantitasnya seperti pada
metode NBM (Androniiki 2009),(Purwaningsih 2008; Fao 2002).

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Perhatikan 10 (sepuluh) buah kartu yanga ada dalam latihan. Disetiap kartu tertulis kata
atau kalimat yang sesungguhnya saling berpasangan satu sama lain.

2) Tugas anda adalah menempatkan kartu secara berpasangan sesuai dengan kata atau
kalimat yang berkesesuaian.

 Survey Konsumsi Pangan 183

3) Pada sisi salah satu halaman kartu, berisi pernyataan yang berhubungan dengan topik
FFQ. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan pasangan kata yang berkesuaian
dengan pernyataan dimaksud.

4) Apabila semua kartu sudah mendapatkan pasangan kata masing masing, maka cocokkan
dengan kunci jawaban.

5) Tentukan skor anda.
6) Skor jawaban benar di hitung dengan cara :


= 5 100
7) Jika skor anda >75% maka anda dinyatakan sudah memahami isi pada BAB 5. Jika belum
memenuhi skor 75% maka anda dapat mengulangi latihan ini sampai semua jawaban
anda benar.
8) Selamat Bekerja.

KARTU LATIHAN

Kelebihan FFQ Metode ini sederhana, dan
terararah karena semua bahan

makanan dapat ditanyakan
kepada subjek

Kelabihan Semi FFQ Tidak hanya kekerapan
konsumsi yang dapat diketahui
tetapi kebiasaan porsi makan

subjek juga diketahui

Kelemahan FFQ Metode ini tidak dapat
mengukur jumlah makanan

yang dikonsumsi

Kelemahan Jumlah makanan yang
Semi FFQ diketahui dari metode ini, tidak
dapat mewakili jumlah aktual

sehari

184 Survey Konsumsi Pangan 

Kunci Jawaban Latihan SISI B
SISI A Metode ini dilakukan dengan alat bantu
minimal yaitu hanya menggunakan photo
Kelebihan FFQ makanan sudah dapat digunakan
Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah
Kelebihan Semi FFQ selisih antara berat makanan awal dikurangi
berat makanan sisa
Kelemahan FFQ Pecatatan adalah fokus yang harus menjadi
perhatian karena sumber kesalahannya juga
Kelemahan Semi FFQ adalah pada proses pencatatan
Bukti telusur atas kebiasaan makan subjek
adalah selalu dapat diketahui setelah
pengamatan

Ringkasan

1. Kelebihan metode FFQ adalah dapat digunakan pada literasi rendah, sistematis dalam
formulir pencatatan, mewakili kebiasaan subjek dalam periode waktu yang lama, tidak
memaksa subjek untuk mengingat konsumsi aktualnya dalam harian seperti pada
metode food recall 24 jam.

2. Kelebihan lain dari metode Semi FFQ adalah selain mengetahui kekerapan konsumsi,
adalah juga dapat mengetahui ukuran porsi makan subjek. Selain itu Semi FFQ dapat
digunakan pada studi pendahuluan untuk penentuan jenis makanan vehicle dalam
program fortifikasi.

3. Kelebihan lain metode FFQ dan Semi FFQ adalah tidak memerlukan instrumen
timbangan makanan seperti pada metode penimbangan, dan karena dapat dilakukan
dimana saja.

4. Metode FFQ dan Semi FFQ, tidak perlu menelusuri cara persiapan dan pengolahan
makanan seperti pada metode pencatatan riwayat makanan.

5. Kelemahan FFQ dan semi FFQ adalah butuh studi pendahuluan atau survei awal, tidak
menggambarkan konsumsi aktual, tidak dapat mengukur jumlah makanan yang
dikonsumsi, tidak dapat mengukur asupan zat gizi.

 Survey Konsumsi Pangan 185

Tes 2

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

Bacalah pernyataan pada setiap soal dan disediakan empat item pilihan jawaban. Tentukan
sesuai dengan ketentuan berikut ini:

A. 1,2 dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. Hanya 4 yang benar
E. Semua Benar

1) Metode FFQ adalah metode penilaian konsumsi makanan yang sangat sederhana dalam
pelaksanaannya. Apakah alasan yang berkesesuaian dengan pernyataan diatas?
A. Literasi Rendah
B. Sistematis
C. Kebiasaan makan
D. Waktu lama

2) Kelebihan ini memungkinkan metode FFQ dapat digunakan pada semua subjek dari
semua kalangan. Apakah alasan yang berkesesuaian dengan pernyataan diatas?
A. Subjek berpendidikan
B. Subjek tidak berpendidikan
C. Subjek Anak anak
D. Subjek berkelompok

3) Metode FFQ tidak akan terpengaruh untuk konsumsi yang sifatnya sementara seperti
konsumsi makanan di saat pesta atau puasa. Apakah alasan yang berkesesuaian dengan
pernyataan diatas?
A. Literasi Rendah
B. Sistematis
C. Kebiasaan makan
D. Waktu lama

186 Survey Konsumsi Pangan 

4) Metode Semi FFQ dibedakan dengan metode FFQ karena ada ukuran porsi pada formulir
semia FFQ. Apakah kelemahan ukuran porsi pada semi FFQ?
A. Tidak mengukur asupan zat gizi aktual.
B. Tidak mengukurKebiasaan makan
C. Tidak mengukur jumlah aktual
D. Tidak mengukur dalam Waktu lama

5) Studi pendahuluan pada metode FFQ dan Semi FFQ memiliki tujuan tertentu. Apakah
tujuan yang dimaksud?
A. Meringkas instrumen
B. Kebiasan Makan
C. Menyingkat wawancara
D. Kebiasaan minum

 Survey Konsumsi Pangan 187

Kunci Jawaban Tes

Tes Formatif 1
1) A
2) B
3) A
4) E
5) E
Tes Formatif 2
1) A
2) A
3) D
4) A
5) C

188 Survey Konsumsi Pangan 

Glosarium

Interview : adalah cara mengumpulkan data atau informasi menggunakan daftar
pertanyaan atau pedoman wawancara. Orang yang diwawancarai
Angket : disebut responden, sedangkan peawawancara disebut interviewer.
Responden hanya menjawab dan jawabannya ditulis oleh
Literasi : pewawancara dalam daftar pertanyaan baik tertutup maupun
pertanyaan terbuka.
Overplat syndrome : adalah cara mengumpulkan data atau informasi menggunakan daftar
pertanyaan atau pedoman wawancara. Jawaban atas pertanyaan
Malnutrition : ditulis langsung oleh responden, lalu jawabannya dikirim dan atau
dikembalikan kepada pengumpul data. Angket dapat dikirim ke alamat
Fortifikasi makanan : responden dan dikembalikan sesuai dengan kesiapan responden
(respon rate).
adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis dan
memahami fenomena disekitarnya berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan.
adalah seorang subjek yang diinvestigasi konsumsi makanannya selalu
memberikan jawaban yang melebihi fakta konsumsi kesehariannya.
Kejadian ini akan berakibat taksiran tinggi terhadap konsumsi aktual
subjek. Kesalahan ini adalah bersumber dari subjek dalam survei
konsumsi pangan.
adalah gizi salah yang dapat dicirikan kelebihan gizi atau kekurangan
gizi. Jadi malnutrition adalah manifestasi klinik akibat kelebihan atau
kekurangan asupan gizi makro maupun mikro pada periode waktu
yang lama.
adalah suatu proses penambahan satu atau lebih zat gizi mikro
tertentu (vitamin, mineral) pada bahan makanan atau makanan untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat. Ada fortifikasi
wajib dan sukarela dilakukan oleh produsen.

 Survey Konsumsi Pangan 189

Glosarium

Interview : adalah cara mengumpulkan data atau informasi menggunakan daftar
pertanyaan atau pedoman wawancara. Orang yang diwawancarai
Angket : disebut responden, sedangkan peawawancara disebut interviewer.
Responden hanya menjawab dan jawabannya ditulis oleh
Literasi : pewawancara dalam daftar pertanyaan baik tertutup maupun
pertanyaan terbuka.
Overplat syndrome : adalah cara mengumpulkan data atau informasi menggunakan daftar
pertanyaan atau pedoman wawancara. Jawaban atas pertanyaan
Malnutrition : ditulis langsung oleh responden, lalu jawabannya dikirim dan atau
dikembalikan kepada pengumpul data. Angket dapat dikirim ke alamat
Fortifikasi makanan : responden dan dikembalikan sesuai dengan kesiapan responden
(respon rate).
adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis dan
memahami fenomena disekitarnya berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan.
adalah seorang subjek yang diinvestigasi konsumsi makanannya selalu
memberikan jawaban yang melebihi fakta konsumsi kesehariannya.
Kejadian ini akan berakibat taksiran tinggi terhadap konsumsi aktual
subjek. Kesalahan ini adalah bersumber dari subjek dalam survei
konsumsi pangan.
adalah gizi salah yang dapat dicirikan kelebihan gizi atau kekurangan
gizi. Jadi malnutrition adalah manifestasi klinik akibat kelebihan atau
kekurangan asupan gizi makro maupun mikro pada periode waktu
yang lama.
adalah suatu proses penambahan satu atau lebih zat gizi mikro
tertentu (vitamin, mineral) pada bahan makanan atau makanan untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat. Ada fortifikasi
wajib dan sukarela dilakukan oleh produsen.

190 Survey Konsumsi Pangan 


Click to View FlipBook Version