The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini membahas secara lengkap konsep teoritis dan praktis konsumsi pangan. Pegangan bagi ahli gizi dalam memahami semua aspek yang berhubungan dengan konsumsi pangan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by SIRAJUDDIN SIRA, 2020-12-05 07:22:48

SURVEI KONSUMSI PANGAN

Buku ini membahas secara lengkap konsep teoritis dan praktis konsumsi pangan. Pegangan bagi ahli gizi dalam memahami semua aspek yang berhubungan dengan konsumsi pangan

Bab 6

DIETARY HISTORY

Sirajuddin, SP, M.Kes

Pendahuluan

M etode Dietary History (DH) yang disajikan pada Bab 6 ini, merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan penjelasan tentang berbagai metode pengukuran konsumsi
pangan. Setelah Anda mempelajari secara teliti metode sebelumnya, dan sudah
dianggap memahami dengan baik, maka pada bagian ini, Anda diminta untuk mengenal
karakteristik metode pengukuran konsumsi makanan metode DH. Agar Anda dapat
memahami metode DH secara tepat maka materi akan diuraikan menjadi dua topik bahasan
yaitu:
Topik 1: Prinsip dan Langkah Langkah Metode DH
Topik 2: Kelebihan dan Kelemahan Metode DH

Manfaat yang dapat diperoleh jika mampu memahami prinsip, langkah-langkah, dan
kelebihan dan kelemahan metode DH adalah kemampuan untuk memilih metode yang tepat
sesuai dengan tujuan intervensi gizi pada tingkat individu, keluarga dan kelompok
masyarakat.Setelah mempelajari metode DH maka pada akhir pembelajaran Anda akan dapat
memahami:
1. Prinsip dan langkah-langkah DH
2. Kelebihan dan kelemaham metode DH

Agar Anda menguasai materi pada Bab6 dengan baik, Anda diberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Pelajari Topik 1 terlebih dahulu, pahami setiap konten disetiap paragraf. Jika Anda sudah

memahami isi setiap paragraf maka Anda boleh melanjutkan ke Topik 2.

 Survey Konsumsi Pangan 191

2. Kerjakan latihan tanpa melihat isi uraian Bab 6.
3. Kerjakan Tes tanpa melihat isi uraian Bab 6.
4. Ukur hasil pekerjaan Anda, kemudian beri nilai sesuai kunci jawaban yang tersedia.

Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah tidak diberi skor. Jika
jawaban yang benar hasilnya 80% atau lebih, maka Anda dipandang sudah menguasai
materi pada Bab 6 dan anda dapat melangkah ke Bab berikutnya.

192 Survey Konsumsi Pangan 

Topik 1

Prinsip dan Langkah-langkah DH

A. PRINSIP PENGGUNAAN DH

Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan riwayat makan dari aspek keteraturan
waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi. Kepatuhan diet, dan makanan pantangan.
Riwayat ditelusuri dengan dua pendekatan yaitu frekuensi konsumsi makanan dan porsi
makan setiap hari selama beberapa hari. Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa
prinsip DH adalah sebagai berikut:
1. Waktu Makan
2. Nama Hidangan
3. Bahan Hidangan
4. Porsi acuan
5. Porsi konsumsi
6. Hari konsumsi
7. Catatan Diet
8. Pantangan
9. Deskripsi DH
10. Interpretasi DH

a. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari pola makan. Waktu
makan yang dimaksud adalah waktu makan utama dan makanan selingan pada subjek.
Berdasarkan cara ini maka di Indoensia dikenal waktu makan pada pagi, siang dan
malam hari. Tiga waktu makan ini masih diselingi dengan makanan selingan pada pagi
menjelang siang dan sore hari. Makan selingan ini tidak selalu ada pada setiap kelompok
masyarakat. Ini disesuaikan dengan kondisi masing masing wilayah dan satuan sosial
tertentu.
Deskripsi waktu makan penting dalam kajian dietetik subjek. Salah satu
pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar dan rasa kenyang
dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan. Selain itu waktu makan juga dipengaruhi
oleh banyak faktor termasuk kesibukan dan pola penyediaan hidangan. Hal ini berarti
bahwa kebiasaan makan menurut kajian metode DH adalah mengkaji berbagai
determinan faktor konsumsi. Faktor konsumsi pangan dari sisi kandungan gizi tetapi
juga dari aspek penyediaan dan sistem sosial lain yang memengaruhinya.

 Survey Konsumsi Pangan 193

b. Nama Hidangan
c. Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama yang dikenal oleh
masyarakat setempat sebagaimana ia disebut dalam kehidupan sehari hari. Tujuan
d. penamaan yang sifatnya dikenal oleh masyarakt umum adalah dalam rangka edukasi
gizi dimasa yang akan datang. Memudahkan kita berkomunikasi dan menyampaikan
e. pesan pesan gizi yang terkait dengan kontent hidangan tersebut sesuai hasil kajian DH.
194 Nama hidangan ini kemungkinan berbeda untuk hidangan yang sama ditempat atau
etnis lain. Menghidari salah persepsi atas nama hidangan pada kasus seperti diatas,
maka akan dapat dihindari, karena pada setiap nama hidangan selalu diikuti dengan
rincian nama bahan atau komponen penyusunnya.
Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk membuat hidangan.
Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan pokok dan bahan tambahan. Hidangan
dari waktu ke waktu mengalami modifikasi dengan cara memodifikasi dari resep aslinya.
Pada konteks ini seringkali satu jenis makanan atau minuman dimodifikasi dengan
memberikan bahan tambahan lain dengan tujuan memperbaiki rasa atau penampilan.
Pada metode DH semua bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah ditulis
secara lengkap. Komponen yang sedikit pemakaiannya adalah ditulis secara lengkap,
kandungan yang sedikit belum tentu pengaruhnya kecil pada komposisi gizi seimbang.
Contohnya adalah penggunaan garam, pada setiap makanan olahan adalah sangat
sedikit, akan tetapi pengaruhnya secara fisiologi sangat besar jika kekerapan
konsumsinya sering.
Porsi Acuan
Porsi acuan adalah porsi yang dijadikan acuan untuk membandingkan porsi pada hari
hari pengamatan selama DH dilakukan. Jadi dengan demikian tujuan porsi acuan adalah
untuk mengetahui porsi yang paling sering digunakan oleh subjek dan mengetahui
konsistensi subjek pada porsi acuan dari hari kehari. Porsi acuan ini jumlahnya sama
dengan porsi rerata atau porsi yang paling sering muncul atau sering digunakan oleh
subjek jika mengonsumsi satu jenis makanan. Porsi acuan berbeda untuk setiap jenis
makanan. Misalnya porsi makan sayuran berbeda dengan porsi makan buah. Porsi
makan lauk hewani berbeda dengan porsi makan lauk nabati. Porsi acuan ini diperoleh
dari beberapa cara yaitu wawancara langsung dengan subjek atau penimbangan
langsung oleh subjek. Cara lain adalah menentukan sesuai dengan porsi pada pesan gizi
seimbang (PGS). Biasanya di Indonesia digunakan porsi acuan pada buku PGS.
Porsi Konsumsi
Porsi konsumsi adalah porsi yang dikonsumsi oleh subjek. Porsi konsumsi dapat sama
atau berbeda dengan porsi acuan. Perbedaan ini diberikan simbol K=kecil, S=Sedang
dan B=besar. Jika subjek mengonsumsi lebih kecil dari porsi acuan maka diberi simbol

Survey Konsumsi Pangan 

K, Jika subjek mengonsumsi sama dengan porsi acuan maka diberi simbol S, dan jika
subjek mengonsumsi lebih besar dari porsi acuan maka diberi simbol B. Bobot ukuran
besar, sedang dan kecil dapat diketahui dengan cara penimbangan saat wawancara
berlangsung. Studi Diet Total (SDT) di Indonesia tahun 1994 pernah menggunakan
metode penimbangan makanan saat wawancara recall konsumsi 24 jam. Cara
penimbangannya adalah subjek diminta untuk menentukan jumlah makanan atau
minuman yang biasa dikonsumsi melalui bentuk (pangan) aslinya. Setelah subjek sudah
menentukan takaran makanan, lalu ditimbang oleh enumerator dan dicatat hasilnya
sebagai porsi konsumsi. Cara ini dipandang sebagai cara untuk mengetahui porsi
konsumsi aktual setiap subjek.
f. Catatan Diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk kepatuhan subjek
menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek sedang menerapkan diet tertentu
maka tanda ceklist dibubuhkan pada kolom hari pengamatan, Jika subjek tidak
menerapkan diet pada hari pengamatan maka, kolom ini dikosongkan atau diberi tanda
silang, Tujuan catatan diet ini juga berguna untuk menilai kepatuhan subjek pada diet.
Diet dalam konteks ini adalah diet yang beredar di masyarakat.
g. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya orang konsumsi tetapi
untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan alasan subjektif diluar penilaian
organoleptik. Makanan pantangan ditolak untuk dikonsumsi karena alasan subjektif.
Alasan subjektif karena persepsi yang menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi
dan makanan. Alasan seringkali berhubungan dengan mitos atau legenda secara turun
temurun. Jika subjek memiliki makanan pantangan maka kolom ini diberi tanda ceklist.
Tujuan kolom ini adalah untuk memberikan deskripsi secara lengkap bahwa subjek
memiliki makanan pantangan. Pada wawancara mendalam dapat ditelusuri tentang
alasan memantangkan makanan tertentu dan bagaimana efeknya pada keragaman
konsumsi subjek.
h. Deskripsi DH
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami atas fakta fakta riwayat
makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci terkait konsistensi waktu makan, sumber
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, kelompok sayuran, dan kelompok buah
buahan, serta makanan bersama atau even sosial lainnya. Makanan pantangan juga
dijelaskan jika ada atau tidak ada. Deskripsi ini adalah ringkasan tentang riwayat makan
subjek.

 Survey Konsumsi Pangan 195

i. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek. Simpulan ini diuraikan
menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai dengan pilar gizi seimbang dan dilengkapi
dengan asupan rerata harian selama DH. Asupan terhadap gizi makro dan mikro. Jika
dilakukan penyederhanaan maka, disesuaikan dengan tujuan DH. Jika tujuan DH adalah
untuk menelusuri efek riwayat makan dengan munculnya kasus malnutrisi gizi makro
maka di interpretasi relasinya dengan gizi makro saja.

Pada metode DH tidak diperlukan studi pendahuluan yang sistematis seperti pada
metode FFQ maupun semi FFQ. Studi tidak diperlukan karena formulir DH adalah formulir
dengan pertanyaan terbuka. Dilakukan identifikasi bahan makanan sudah dikonsumsi setiap
hari. Hal ini berbeda dengan metode FFQ dan Semi FFQ dimana daftar mahanan sudah
ditentukan sebelumnya dari hasil studi pendahuluan (Shai et al. 2004), (Rafael A Garcia,
Douglas Taren, Nocolette 2000).

Pada metode DH agak berbeda dengan metode FFQ dalam hal pencantuman daftar
makanan di formulir. Pencatuman nama makanan pada metode FFQ adalah makanan dengan
skor tertinggi atau memiliki korelasi kuat dengan kasus malnutrisi (Rafael A Garcia, Douglas
Taren, Nocolette 2000), (Shai et al. 2004). Pencantuman nama makanan dan minuman pada
metode DH adalah sesuai dengan informasi subjek yang aktual saat wawancara pertama atau
wawancara di hari pertama. Penting diperhatikan bahwa pada metode apapun, selalu
dibedakan antara bahan makanan dan makanan. Bahan makanan adalah bahan asli asal
tumbuhan dan hewan yang digunakan untuk membuat makanan sedangkan makanan adalah
makanan siap konsumsi baik segar ataupun olahan. Jika makanan olahan maka harus
diuraikan bahan penyusunnya. Berikut beberapa contoh bahan makanan.

Tabel 6.1. Daftar Bahan Makanan Rancangan Studi Pendahuluan FFQ

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
A Bahan Makanan Pokok
1 Bihun 12 Mi Basah
2 Biskuit 13 Mi Kering
3 Havermut 14 Beras giling putih
4 Jagung segar 15 Beras giling merah
5 Kentang 16 Beras ketam putih
6 Kentang hitam 17 Beras ketam hitam
7 Roti 18 Tape singkong
8 Singkong 19 Tepung beras
9 Sukun 20 Tepung terigu

196 Survey Konsumsi Pangan 

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
10 Talas 21 Tepung jagung
11 Tape beras ketan 22 Tepung sagu
B Kelompok Lauk Nabati
12 Kacang hijau 5 Petai
13 Kacang Kedele 6 Tahu
14 Kacang Merah 7 Tempe
15 Kacang Mete 8 Kacang tanah
C Kelompok Lauk Hewani
16 Daging sapi 14 Lele
17 Hati Sapi 15 Mujair
18 Ayam 16 Cakalang
19 Hati ayam 17 Lamuru
20 Ikan asin 18 Ikan mas
2 Ikan kering 19 selar
7 Sosis 20 Banyar
8 Udang basah 21 Kerang
9 Cumi cumi 22 Telur ayam
10 Kepiting 23 Telur itik
11 Bandeng 24 Telur puyuh
12 Kakap 25 Belut
13 Kembung 26 Kornet
D Sayuran Golongan A
1 Gambas 6 Ketimun
2 Selada 7 Daun Bawang
3 Jamur kuping 8 Labu Air
4 Lobak 9 Selada air
5 Oyong
E Sayur Golongan B 8 Kol
1 Bayam 9 Labu waluh
2 Daun Kecipir 10 Brokoli
3 Pepaya 11 Buncis
4 Sawi 12 Daun Kacang Panjang
5 Terong 13 Pare
6 Labu Siam 14 Rebung
7 Wortel
F Sayuran Golongan C 197

 Survey Konsumsi Pangan

No. Nama Bahan Makanan No. Nama Bahan Makanan
1 Bayam merah 4 Daun melinjo
2 Daun singkong 5 Nangka muda
3 Daun Katuk 6 Daun pepaya

Buah buahan Apel merah
1 Alpokat 15 Blimbing
2 Apel malang 16 Durian
3 dukuh 17 Jambu Biji
4 Jambu air 18 Jeruk Bali
5 Jambu bol 19 Jeruk Nipis
6 Jeruk garut 20 Kurma
7 Kedongdong 21 Manggis
8 mangga 22 Nenas
9 Melon 23 Pir
10 Markisa 24 Pisang
11 Pepaya 25 Sawo
12 Rambutan 26 Semangka
13 Salak 27 Srikaya
14 Sirsak

Pada metode DH, rincian bahan makanan diuraikan terpisah dari formulir DH.. Formulir
DH hanya menuliskan nama hidangan sedangkan bahannya dibuat sesuai dengan resepnya.
Metode DH adalah salah satu metode penilaian konsumsi pangan yang didasari pada
kebiasaan makan individu dalam jangka waktu yang lama. Jangka waktu yang lama dalam
pernyataan ini adalah bahwa kebiasaan makan yang diamati selama periode pengamatan
adalah mewakili kebiasaan atau riwayat makan individu pada periode waktu lainnya.
Kebiasaan makan individu adalah terbentuk sejak masa pertama kali menerima respon rasa
pada indra pengecapan yang diterima sebagai rasa atau sensori khusus. Diterima sebagai satu
karakter rasa yang subjektif setiap individu. Kesukaan terhadap rasa makanan adalah
dibiasakan dan dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang sering dan dibiasakan sejak
masa pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (Sirajuddin 2015), (Naish & Harris 2012).

Metode DH jelas berbeda dengan metode lainnya termasuk dengan metode FFQ, pada
metode ini menanyakan riwayat makan subjek. Riwayat makan subjek ditelaah dalam multi
dimensi, jumlah, dan jenis, frekuensi, asal makanan dan kebiasaan makan sehari hari.
Kekhususannya dalam aspek multi dimensi, disebabkan metode ini mengompilasi dua
metode lainnya yaitu metode FFQ dan metode recall 24 Jam. Kesesuain data antara hasil FFQ
dengan hasil metode recall 24 jam, dirumuskan menjadi sebuah catatan kebiasaan makan

198 Survey Konsumsi Pangan 

atau sering disebut riwayat makan. Inilah yang disebut dengan Dietary Histori (DH)(Sirajuddin

2015).

Metode DH adalah metode semi kualitatif sama dengan metode FFQ ataupun semi FFQ.

Informasi tentang bahan makanan diperoleh dengan dua cara yaitu menanyakan langsung

kepada subjek dengan metode FFQ selama periode waktu satu bulan. Periode waktu satu

bulan adalah bahwa frekuensi konsumsi yang kita tanyankan adalah frekuensi konsumsi

selama sebulan terakhir, sama dengan metode FFQ. Perbedaannya adalah jika pada metode

FFQ tidak perlu diikuti dengan verifikasi asupan actual, maka pada metode DH, perlu

dilakukan verifikasi data asupan dengan melakukan recall konsumsi selama satu minggu.

Perbedaan degan metode FFQ ataupun semi FFQ adalah dimana informasi tentang

bahan makanan yang dimasukkan dalam daftar DH. Pada metode FFQ atau Semi FFQ

makanan dan minuman yang dimasukkan dalam daftar adalah makanan yang dinyatakan

berkorelasi langsung dengan risiko salah gizi (malnutrition) yang sedang dikaji. Misalnya kita

sedang mengivestigasi besarnya risiko konsumsi bahan makanan sumber goetrogenik

terhadap rendahnya kadar ekresi yodium dalam urin siswa sekolah dasar di daerah

pegununan. Maka semua bahan makanan dalam daftar FFQ atau semi FFQ adalah bahan

makanan yang memang merupakan sumber goitrogenik. Pada metode DH daftar makanan

dibuat dalam format FFQ tetapi isinya bukan hanya makanan yang diduga sebagai sumber

goitrogenik melainkan semua bahan makanan yang berpeluang dikonsumsi oleh subjek yang

diinvestigasi. Perhatikan pada contoh ini, jelas bahwa ada perbedaan antara tujuan FFQ, semi

FFQ dengan DH, meskipun keduanya menggunakan bentuk formulir yang sama.

Tujuan pembeda dari metode DH adalah menggali riwayat makan, sedangkan metode

FFQ dan Semi FFQ adalah menganalisis faktor risiko kekerapan konsumsi terhadap timbulnya

kasus gizi salah (malnutrition). Jika seseorang terpapar zat tertentu pada makanan, maka

seberapa besar risikonya menjadi gizi salah (malnutrition). Hipotesis ini dapat dijawab dengan

metode FFQ. Jika seseorang memiliki riwayat makan tertentu maka, apa jenis gizi salah yang

dialaminya saat ini.

Pada penjelasan sebelumnya sudah dibahas bahwa metode FFQ dan metode recall

konsumsi 24 jam, adalah saling melengkapi satu sama lain (Shahar et al. 2003). Konsep yang

sama juga berlaku pada metode DH. Informasi kekerapan konsumsi pada hasil FFQ divalidasi

dengan recall selama 1 minggu. Recall konsumsi idealnya dilakukan secara berselang seling

antara hari recall pertama dan kedua, sedangkan recall konsumsi pada DH tidak demikian.

Recall konsumsi yang tujuannya adalah validasi data frekuensi makan, maka ia dilakukan

setiap hari selama satu minggu. Disinilah letak perbedaan pokok recall konsumsi pada metode

DH dengan recall konsumsi metode biasa.

Metode DH menanyakan kekerapan konsumsi bukan dari daftar yang terbatas seperti

pada metode FFQ dan semi FFQ. Pendekatan ini juga tidak mengabaikan jumlah dan porsi.

Kesamaan dalam hal validasi adalah sama seperti pada metode FFQ dan semi FFQ. Biasanya

harus divalidasi dengan metode food recall 24 jam. Informasi hasil validasi instrumen DH

 Survey Konsumsi Pangan 199

adalah berguna untuk mengurangi bias informasi terkait riwayat makan. Salah satu alasan
sehingga metode food recall 24 jam dapat digunakan untuk melengkapi DH adalah untuk
mendapatkan informasi tambahan kuantitas asupan gizi pada subjek. Metode DH juga dapat
memberikan informasi asupan gizi secara kuantitas untuk kondisi aktual rerata selama satu
minggu. Informasi ini lebih menggambarkan asupan dari hari ke hari (day to day) dibanding
asupan pada metode recall konsumsi 2x24 jam.

Meskipun informasi asupan gizi aktual dalam hasil DH lebih refresentatif karena
mendekati riwayat makan individu yang bersifat menetap. Informasi konsumsi sifatnya jangka
panjang. Kecil kemungkinan ditemukan hal yang tidak konsisten antara metode Semi FFQ dan
DH. Contoh informasi yang diperoleh dari hasil DH adalah bahwa subjek terlalu sering makan
makanan berisikomisalnya makanan berlemak. Maka hasil Semi FFQ dapat melengkapi
informasi jumlah asupan lemak aktual subjek setiap kali makan. Jadi jelas bahwa kedua
metode ini adalah saling melengkapi (Shahar et al. 2003).

Telah dijelaskan bahwa kemudahan dalam penggunaan satu metode adalah menjadi
salah satu pertimbangan penting dengan tetap mengacu pada tujuan penilaian konsumsi
makanan (Shahar et al. 2003). Kemudahan yang ada pada metode DH adalah karena jenis
makanan yang ada dalam daftar sudah disusun dengan teratur menurut sumbernya dan tidak
harus melakukan studi pendahuluan yang mendalam seperti pada metode FFQ. Alasan tidak
dilakukannya studi pendahuluan pada DH adalah karena metode ini menggambarkan riwayat
makan aktual, bukan kekerapan konsumsi makanan harian. Penggolongan makanan juga
dilakukan untuk kepentingan analisis data riwayat makan. Makanan menurut sumbernya
adalah makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Pembagian makanan
yang demikian adalah yang lazim untuk susunan hidangan masyarakat di Indonesia.

Perbedaan yang nyata soal penggolongan makanan pada metode DH dengan metode
FFQ adalah bahwa pada metode FFQ,pengelompokan makanan untuk mengklasifikasikan
makanan menurut skor konsumsi pada subjek. Penggolongan makanan pada metode DH
adalah untuk menentukan target makanan potensial sebagai basis intervensi pada kasus gizi
salah (malnutrition). Contoh sebuah project intervensi pola makan dalam rangka menurunkan
prevalensi total glukosa terganggu (TGT) disebuah komunitas. Pada kasus ini intervensinya
adalah menurunkan kandungan bahan makanan yang mengandung gula tinggi. Wajib
diketahui bahan makanan atau hidangan apa yang potensial diatur kadar gulanya agar asupan
gula aktual masyarakat signifikan menurun. Pada kasus ini metode DH akan mampu
menghasilkan rekomendasi jenis makanan yang potensial dan berapa kadar penggunaan gula
yang tepat, agar hasilnya signifikan asupan gula menurun.

Dasar pemikiran teoritis bahwa ada korelasi asupan makanan dengan kesehatan dan
penyakit adalah sudah dapat dibuktikan dari berbegai penelitian mutakhir, (Zukowska &
Biziuk 2008)(Souza et al. 2016). Berlaku ketentuan yang sama, bahwa jika jumlah zat gizi
tertentu dikendalikan dalam makanan secara signifikan maka efeknya akan dapat dibuktikan
setelah intervensinya berjalan sekian lama sesuai dengan tahapan proses adaptasi fisiologi

200 Survey Konsumsi Pangan 

tubuh. Intervensi makanan dan gaya hidup adalah inovasi besar dalam pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Intervensi gaya hidup dengan memperbaiki

pola makan. Jika pola makan diperbaiki maka penyakit tidak menular atau degeneratif dapat

dihindari (Gil et al. 2015).

Dietary Histori atau riwayat makan, adalah bagian penting dalam pendekatan

epidemiologi. Penelitian epidemiologi dalam bidang dietetika menggunakan metode DH,

karena memiliki variabel telaah yang rumit dan lengkap. Diet dalam multi dimensi dipandang

sebagai sebuah paparan yang komplek untuk memunculkan satu efek pada subjek. Upaya

awal untuk memahami korelasi diet dan penyakitadalah fokus pada peran zat gizi spesifik

pada makanan. Zat gizi spesifik yang ditemukan pada makanan yang tercatat dalam data

riwayat makan hasil investigasi dari metode DH.

Pada metode pengkuran konsumsi makanan individu sebagai bagian dari riwayat makan

dikenal dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pencatatan sendiri oleh subjek dan

kedua adalah recall konsumsi dengan multi hari pengukuran. Pencatatan dilakukan setiap kali

subjek makan. Pencatatan model ini lebih cocok untuk subjek yang partisipasinya baik dalam

pengukuran konsumsi. Jika subjek tidak mau berpartisipasi maka pencatatan ini tidak dapat

dilakukan. Pendekatan kedua adalah dengan metode recall konsumsi seperti yang umum

dilakukan (Naska et al. 2017).

Dietary Histori adalah dapat menelusuri riwayat makan secra prospektif. Sifat inilah

yang dapat menjadi kekuatan metode ini sebagai salah satu cara untuk memahami perjalanan

awal dari sebuah kasus gizi salah berdasarkan makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Komposisi zat gizi makanan adalah dapat diketahui dari hari kehari. Titik dimana individu

kelebihan dan kekurangan asupan adalah dapat diketahui dengan tepat. Jika pada hari hari

tertentu asupan rendah atau sebaliknya adalah dapat dideteksi melalui metode DH.

Penjelasan sebelumnya juga sudah dibahas bahwa beberpa metode penilaian konsumsi

makanan dipilih karena berkaitan dengan kejadian khusus seperti wabah penyakit yang

berhubungan dengan gizi salah (malnutrition) seperti pada metode FFQ. Pada metode DH

spesifik waktu ini tidak dikenal dan tidak menjadi point khusus. Ada atau tidak ada wabah

penyakit metode ini dapat digunakan, karena tujuannya bukan untuk menilai apa yang sudah

terjadi akan tetapi menilai apa yang akan terjadi jika makanan dan minuman dikonsumsi pada

jumlah tertentu.

Pada metode pengkuran konsumsi makanan individu sebagai bagian dari riwayat makan

dikenal dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pencatatan sendiri oleh subjek dan

kedua adalah recall konsumsi dengan multi hari pengukuran. Pencatatan dilakukan setiap kali

subjek makan. Pencatatan model ini lebih cocok untuk subjek yang partisipasinya baik dalam

pengukuran konsumsi. Jika subjek tidak mau berpartisipasi maka pencatatan ini tidak dapat

dilakukan. Pendekatan kedua adalah dengan metode recall konsumsi seperti yang umum

dilakukan.Pendekatan pertama dengan mengedapankan partisipasi subjek untuk mencatat

semua makanan yang dimakan selama periode waktu pengamatan adalah sangat baik. Pada

 Survey Konsumsi Pangan 201

metode DH dengan model ini, tetap perlu diperhatikan bahwa subjektifitas menjadi sangat
hati hati untuk diamati. Beberapa hasil penelitian diketahui bahwa makanan dan minuman
yang berhubungan dengan status sosial biasanya tidak mudah diketahui melalui pencatatan
dengan metode DH demikian juga dengan metode lain. Sekiranya ditemukan makanan yang
dianggap bias menurut nilai sosial setempat, maka subjek juga cenderung tidak akan
mencatatnya meskipun ia makan makanan tersebut (Zukowska & Biziuk 2008). Berbagai
alasan inilah sehingga konsep yang tetap digunakan adalah tidak ada satu metode yang lebih
baik dari metode lainnya melainkan setiap metode disesuaikan dengan tujuannya masing
masing.

Seperti metode yang lain, metode DH juga terus mengalami perbaikan diberbagai
tempat sesuai dengan kondisi masing masing negara. Prinsipnya adalah sama dimana
makanan dan minuman yang dicatat dalam riwayat makanan adalah valid. Informasi penting
lainnya dalam metode ini adalah tentang porsi makan. Salah satu penyempurnaan metode
ini adalah dengan menambahkan informasi tambahan berupa porsi makan (portion size)
untuk jumlah makanan yang dikonsumsi. Makanan dan minuman yang dicatat setiap hari
juga diketahui porsinya. Fokus pengamatan adalah pada konsisten porsi untuk makanan yang
diketahui dalam catatan riwayat makan sering dikonsumsi. Misalnya seorang subjek dalam
catatan riwayat makan pada hari pertama makan pisang goreng sebanyak 1 porsi @80 gram,
pada hari kedua makan pisang goring 1 porsi @90 g, hari ketiga @80 g, hari ke empat @100.
Maka porsi yang ditulis pada formulir DH adalah porsi modus yaitu @80 g. Semakin lama
pengamatan maka nilai modus porsi makan ini akan semakin valid.

Penggunaan metode DH juga memiliki kesamaan dengan semi-FFQ dalam penulisan
porsi. Hal ini disebabkan kemiripan tujuan penulisan porsi pada kedua metode ini adalah
berkesesuaian satu sama lain. Misalnya seorang ahli gizi ingin mengetahui kontribusi energi
terhadap makanan yang paling disukai konsumen. Pada kasus penganut diet penurunan berat
badan dengan kontrol asupan energi yang sempurna maka harus dilakukan monitoring
asupan energi asal makan dan minuman yang memiliki skor tertinggi pada metode Semi FFQ
dan makanan yang muncul paling banyak dalam catatan harian (metode DH). Cara ini akan
memudahkan ahli gizi atau konsultan gizi mengetahui asupan energi kliennya.

Metode DH juga dapat digunakan untuk mengendalikan asupan gizi spesifik. Asupan gizi
spesifik adalah asupan zat gizi tertentu yang dianggap penting untuk dikendalikan. Salah satu
contoh penggunaannya adalah pada kasus pasien dengan pengaturan asupan protein seperti
pada penyakit gagal ginjal adalah memerlukan kisaran asupan protein pada rentan yang dapat
ditoleransi pasien. Monitoting asupan protein tentu tidak dapat terus dilakukan dengan
metode analisis laboratorium kandungan protein makanan atau memeriksa sampel darah dan
urin setiap saat. Cara pemeriksaan sampel urin dan darah untuk protein adalah sangat akurat
namun tidak efektif jika hanya ingin mengontrol asupan protein dalam kisaran normal. Pada
kasus seperti ini dapat dilakukan kontrol asupan zat gizi spesifik protein dengan memakai
metode semi FFQ ataupun metode DH untuk monitoring kepatuhan pasien pada diet rendah

202 Survey Konsumsi Pangan 

protein. Monitoring asupan gizi pada pasien adalah bagian penting dalam asuhan gizi
terstandar (Ester Myers 2008a)(Ester Myers 2008b).

Monitoring diet pasien rawat jalan adalah berbeda dengan monitoring diet pasien rawat
inap. Pada pasien rawat inap di rumah sakit monitoring lebih baik dilakukan dengan metode
penimbangan, akan tetapi monitoring diet pasien rawat jalan lebih baik dilakukan dengan
metode DH atau Food recall. Metode DH memiliki format yang agak rumit dibanding metode
FFQ dan Semi FFQ.Penduga asupan zat gizi (predictors for nutrient intakes) adalah salah satu
cara memperidiksi asupan zat gizi dengan menggunakan metode DH sama seperti metode
semi FFQ pada periode waktu harian, bulanan, mingguan ataupun tahunan,(Crispim et al.
2006).

PENGUKURAN KONSUMSI PANGAN

PENGUKURAN PENGUKURAN
SECARA TIDAK SECARA LANGSUNG

LANGSUNG DUPLIKAT DIET

STUDI DIET TOTAL RECALL 24 JAM

DATA SUPLAI PANGAN FOOD RECORD

DATA KONSUMSI RUMAH FOOD FREQUENCY
TANGGA QUESTIONAIRE

SURVEI KONSUMSI DIETARY HISTORY
INDIVIDU

Gambar 6.1. Posisi Dietary History dalam Pengukuran Konsumsi Pangan
(Zukowska, J. & Biziuk, M., 2008).

Porsi konsumsi pangan dengan metode DH adalah sama dengan metode Semi FFQ.
Keduanya didasarkan pada porsi makan sehari hari. Hanya saja untuk metode DH adalah
berdasarkan pengamatan setiap hari saat di verifikasi dengan metode food recall atau food
record, sedangkan pada metode Semi FFQ biasanya porsi yang ditulis adalah disesuaikan
dengan porsi pada pesan gizi seimbang. Berikut disajikan contoh formulir Dietary History.

Perhatikan jumlah porsi yang dikonsumsi sehari, pada setiap kelompok pangan berbeda
beda. Porsi yang dicantumkan pada formulir FFQ adalah satu porsi. Perhatikan formulir semi
FFQ berikut ini:

 Survey Konsumsi Pangan 203

Formulir Dietary History (Individu)

Nama Subjek : Tanggal Wawancaa :
Umur : Pewawancara :
Jenis Kelamin : Alamat :

Porsi Yang Minggu Pengamatan
Dikonsumsi I II III IV V VI VI

Waktu Makan Jenis Makanan Porsi Kecil
Acuan Sedang
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Pagi

10.00
(Selingan)

Siang

Malam

Riwayat Diet (Ada/Tidak Ada)
Diet Rendah Kalori/Pembatasan Lemak/dll
Makanan pantangan (sebutkan…………………..)
Kondisi makan bersama:

1. Bersama keluarga
2. Bersama rekan kerja/teman
3. Bersama dalam pesta adat atau acara sosial

Perhatikan bahwa formulir diatas, lebih banyak itemnya dibanding formulir food recall
24 jam. Formulir ini dapat dikembangkan informasinya sesuai dengan tujuan penilaian
konsumsi pangan yang dilakukan. Misalnya jika DH ini ditujukan untuk mengetahui riwayat
makan penderita DM maka informasi yang berhubungan dengan pembatasan kalori atau
konsumsi berbagai jenis herbal dapat dimasukkan dalam catatan dibagian riwayat diet.

Jika digunakan formulir DH ini pada pasien di rumah sakit, biasanya ditujukan untuk
menelusuri kebiasaan makan pasien. Mengapa metode DH ini digunakan pada situasi seperti
ini. Alasannya adalah bahwa pasien yang sakit itu ada dua type yaitu sakit karena
berhubungan dengan riwayat makan. Sakit karena riwayat makan adalah biasanya penyakit
204 Survey Konsumsi Pangan 

degeneratif. Penyakit ini kuat sekali korelasinya dengan riwayat makan pasien. Jika riwayat
makan pasien dietahui maka, edukasi dietetik akan mudah dilakukan. Inilah alasan
penggunaan metode DH pada pasien di RS.

Penyakit yang tidak berhubungan dengan riwayat makan seperti kecelakaan kerja.
Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan riwayat makan , akan tetapi untuk memberikan
makanan yang berkesesuaian dengan preferensinya maka perlu ditelurusi dengan metode
DH. Salah satu contoh penggunaan formulir ini adalah dengan melihat dokumen isian DH
berikut ini:

Formulir Dietary History (Individu)

Nama Subjek : Tuan S Tanggal Wawancaa : 31-01-2018
Umur : 50 th
Jenis Kelamin : Laki Laki Pewawancara : Tuang R

Alamat : Makassar

Waktu Jenis Makanan Porsi Porsi Yang Hari pengamatan
Makan Dikonsumsi
I II III IV V VI VII
dan bahan Acuan Kecil
Sedan
g
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Pagi Nasi 1 prg √B B B BB

(200 g)

Ikan masak 1p √ SSS BB

bandeng (70 g)

Tumis 1p √ S S S

kangkung (80 g)

Tumis Buncis 80 g K √

10.00 Pepaya 100 g √

(Selingan) Jeruk 70 g √ K

mangga 70 g √ K K

Rambutan 60 g √ SS KK

Siang Nasi putih 200 g √B B B B B B B

Bandeng 80 g √K K

goreng

Teri kering 20 g √ K K

Telur rebus 50 g √ KK

Tempe bacem 50 g √ K

Malam Nasi putih 200 g √ B B BBB
Nasi goreng 100 g √ SS

 Survey Konsumsi Pangan 205

Waktu Jenis Makanan Porsi Porsi Yang Hari pengamatan
Makan Dikonsumsi
I II III IV V VI VII
dan bahan Acuan Kecil
Sedan
g
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Bandeng 70 g √S S S

goreng

Cakalang msk 80 g √ S S

Buncis tumis 60 g √ SS

Tempe goring 50 g √ SS

Pisang ambon 100 g √√ K K

Riwayat Diet (Ada/Tidak Ada) √√√ √√

Diet Rendah Kalori/Pembatasan Lemak/dll √√√ √√

Makanan pantangan (sebutkan…………………..)

Kondisi makan bersama:

1. Bersama keluarga

2. Bersama rekan kerja/teman

3. Bersama dalam pesta adat atau acara √

sosial

Keterangan : K= Kecil, S=Sedang, dan B= Besar

Berdasarkan contoh pengisian diatas diketahui bahwa tuan S memiliki riwayat makan
selama 7 minggu dengan hasil sebagai berikut;

1. Sarapan pagi dengan porsi besar (>@240 g), itu dilakukannya selama 5 hari dalam
seminggu. Sarapan pagi memakai sumber lauk hewani ikan masak dengan porsi sedang
(@70 g), itu dilakukannya juga 5 hari dalam seminggu.Sarapan pagi dengan konsumsi
sayur kangkung dengan ukuran porsi sedang (@80 g), itu dilakukannya 3 kali dalam
seminggu.

2. Makanan selingan Tuan S pada umumnya buah secara berselang seling setiap hari.
Jeruk, manga, papaya dan rambutan.

3. Makan siang tuan S adalah makanan pokok yang terdiri dari nasi dengan porsi sedang,
setiap hari. Lauk hewani adalah bandeng goring porsi sedang, dikonsumsi 2 kali dalam
seminggu, teri kering porsi sedang dikonsumsi 2 kali dalam seminggu. Tempe bacem
juga porsi sedang dikonsumsi satu kali seminggu.

4. Selama seminggu terakhir Tuan S melakukan dietnya selama 5 hari, tidak ada makanan
pangantang

5. Selama seminggu terakhir tuan S, melakukan makan bersama dengan kerabat dalam
acara pesta.

206 Survey Konsumsi Pangan 

Pada metode DH kita tidak melakukan perhitungan skor konsumsi pangan seperti pada
metode FFQ (Benítez-Arciniega et al. 2011). Interpretasi adalah fokus pada kelengkapan
komposisi makan setiap hari menurut waktu makan, menurut komponen makanan dan
kepatuhan pada diet selama seminggu. Deskripsi interpretasi pada hasil DH, dibuat
berdasarkan contoh isian diatas adalah;

Catatan Riwayat Makan Tuan S
“Keteraturan waktu makan tuan S adalah sangat baik karena makan secara teratur pagi,
makanan selingan, makan siang dan makan malam. Kelengkapan Komponen bahwa
Tuan S memiliki komponen makanan yang lengkap terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran dan buah buahan. Makanan kepatuhan pada diet juga baik
dan tetap memiliki kegiatan makan diluar rumah”

Selain catatan riwayat makan, pada metode DH juga dapat diketahui asupan zat gizi
subjek. Analisis zat gizi dilakukan dengan menggunakan aplikasi Nutrisurvey atau dengan cara
manual menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Metode DH dapat
menghitung jumlah konsumsi harian, karena metode ini mencantumkan porsi konsumsi dan
bobot setiap porsi. Perhitungan konsumsi harian diketahui berdasarkan hasil perkalian antara
berat setiap porsi, lalu diimput di aplikasi Nutrisurvey hasilnya akan diketahui asupan gizi
subjek setiap hari. Jika semua makanan dan minuman sudah dianalisis kandungan gizinya
menurut jumlah yang dikonsumsi subjek setiap hari, maka kita akan mendapatkan asupan
rerata subjek. Asupan inilah yang dapat dinilai untuk mengetahui kecukupan gizi subjek.

Perbedaan lain metode DH dengan Metode FFQ atau Semi FFQ adalah waktu
pelaksanaannya yang relatif lama, karena sifatnya prospektif. Prospektif ini disebabkan kita
harus melakukan recall konsumsi setiap hari selama hari pengamatan, biasanya satu minggu.
Rangkaian informasi yang dikoleksi melalui metode DH ini, berguna juga untuk
menggambarkan kebiasan makan subjek.

Metode DH ini memberikan keuntungan yang lebih baik, pada aspek keterwakilan
karakter konsumsi sama dengan metode FFQ dan semi FFQ Rentang waktu penilaian pada
metode DH satu minggu untuk validasi merupakan keunggulannya dibanding dengan metode
lain. Penilaian asupan makanan yang dilakukan secara lebih lama dibanding metode recall
konsumsi 24 jam. Sifatnya yang dapat menggambarkan asupan makanan dalam periode yang
lebih lama, adalah menjadi alasan untuk memakai data dasar makanan dan minuman. Data
dasar (data base), penting tersedia untuk satuan komunitas tertentu di masyarakat. Data base
inilah yang menjadi referensi primer untuk mempelajari referensi terkiat dengan faktor
makanan (komposisi dan jenis zat gizi). Data base ini juga menjadi landasan penilaian diet
secara kualitatif maupun kuantitatif.

Analisis pola makan dengan metode DH adalah penting dilakukan. Analisis pola makan
dilakukan pada setiap populasi penduduk di satu satuan etnis atau satu satuan daerah

 Survey Konsumsi Pangan 207

administratif. Pendekatan yang dianggap refrensentatif sebagai pembeda pola makan
menurut agroekologi. Pendekatan agroekologi memandang pemukiman pantai, perkotaan
dan pegunungan adalah basis atau unit analisis pola makan. Perbedaan pola makan
dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim sebagai variabal yang secara makro
memengaruhi kebiasaan makan individu. Kondisi geografis menentukan pola produksi, dan
distribusi pangan sehingga berhubungan dengan kekerapan (frekuensi) konsumsi komoditas
pangan.

Sudut pandang kemanfaatan (benefit) dari hasil analisis pola makan menurut metode
DH adalah berguna untuk aspek edukasi gizi kepatuhan diet subjek. Konsep monitoring dan
evaluasi dalam asuhan gizi terstandar disusun berdasarkan kajian riwayat makan pasien.
Analisis pola makan dengan metode DH juga secara tegas mampu memberi jalan keluar yang
terukur dan sistematis untuk mengatasi masalah terkait dengan makanan dan kesehatan.
Analisis pola makan dilakukan secara berkelanjutan (sustainability) agar digunakan sebagai
instrumen kontrol untuk memonitoring kepatuhan subjek pada penerapan satu diet untuk
kesehatan.

Hasil dan rekomendasi pola makan dari metode DH, dapat disampaikan kepada subjek
secara langsung untuk meningkatkan pemamahan dan kesedaran akan pentingnya tata kelola
makan yang baik bagi kesehatan. Beberapa lembaga seperti Lembaga penelitian, universitas
dapat menjadi sumber informasi tentang hasil publikasi metode DH. Hal ini bermanfaat untuk
mengetahui perubahan porsi makan satu populasi dari waktu ke waktu. Akses informasi
kepada publik tentang fakta fakta konsumsi makanan mereka menjadi bahan edukasi gizi
yang berguna untuk mencegah timbulnya kasus salah gizi (malnutrition).

Metode DH juga dapat memiliki kesalahan dalam mengestimasi asupan zat gizi.
Kesalahan juga adalah perlu dihindari. Pada metode DH titik kritis kesalahan adalah pada
penetapan porsi acuan. Porsi acuan adalah porsi yang paling sering muncul pada setiap kali
hidangan disajikan dan dikonsumsi oleh subjek. Misalnya konsumsi nasi ditetapkan porsi
acuan adalah 1 piring 200 g. Maka pada setiap waktu makan subjek ditanya yang dia konsumsi
apakah berkesesuaian dengan porsi itu atau sedikit lebih kecil atau sebaliknya. Makanya pada
kolom berikutnya pada formulir DH ditempatkan tiga jenis pilihan porsi konsumsi yaitu (1)
Kecil (2) Sedang (3) Besar. Arti dari kecil adalah bahwa subjek mengonsumsi sedikit dibawah
porsi acuan (200 g), jika ia memilih opsi sedang artinya subjek mengonsumsi sama dengan
porsi acuan (200 g) dan jika ia memilih porsi besar, artinya adalah subjek mengonsumsi lebih
banyak dari porsi acuan (200 g). Untuk memahami penjelasan ini perhatian gambar berikut:

208 Survey Konsumsi Pangan 

Tabel 6.2. Contoh Sebagian Isi Formulir DH

Perhatikan bagian dari isian formulir DH diatas, misalnya ikan masak memiliki porsi
acuan 70g, selanjutnya subjek memilih kolom sedang. Ini diartikan bahwa pada hari pertama
subjek mengonsumsi 70 gram ikan masak, demikian juga pada hari kedua, ketiga, keenam dan
ketujuh. Pada hari keempat dan kelima subjek tidak konsumsi ikan masak. Untuk mengurangi
bias ukur pada porsi yang berbeda antar hari, maka penetapan porsi acuan adalah modus
porsi dari konsumsi harian subjek. Dapat ditetapkan pada hari pertama wawancara. Subjek
diminta untuk menyebutkan jika ia makan ikan porsi yang paling sering ia gunakan. Pada
contoh diatas 1 porsi ikan masak diketahui bobotnya 70 g. Angka 70 ini dapat diperoleh
dengan cara menimbang makanan sesuai dengan pengakuan subjek saat pertama kali muncul
item hidangan tersebut. Pada penyebutan atau konsumsi hidangan yang sama di hari yang
berbeda, maka cukup dibandingkan saja porsinya dengan porsi acuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya yaitu 70g.

Identifikasi Quality Control Deskripsi
Riwayat Riwayat Makan Riwayat
Makan (Tepat Porsi Acuan) Makan

Interview Recall 24 jam Recall 24 Jam Recall 24 Jam Recall 24 Jam Recall 24 jam Review
Awal DH oleh Isi Form DH Isi Form DH 5 Hari
Enumerator Isi Form DH Isi Form DH Isi Form DH
DH

Pekan Pengamatan

01/02/2018 02/02/2018 03/02/2018 04/02/2018 05/02/2018

Hidangan Hidangan Hidangan
Porsi Porsi Porsi

Konsumsi Konsumsi Konsumsi

Gambar 6.2. Deskripsi Pelaksanaan Dietary History Satu Siklus Mingguan 209
 Survey Konsumsi Pangan

Penggunaan formulir DH diwaktu dan tempat lain adalah dimungkinan. Pertimbangan
pokoknya adalah jika kita ingin mengetahui jenis makanan dan waktu makan tertentu pada
subjek. Jika kita ingin mengetahui apa yang dikonsumsi subjek di setiap sarapan pagi dan
berapa jumlahnya. Maka metode DH ini adalah yang paling cocok. Caranya adalah dengan
tatap muka secara langsung (wawancara langsung) atau melalui telepon interview.
Perthatikan jika instrumen DH sudah pernah digunakan pada subjek atau populasi yang sama,
maka telepon interview boleh digunakan. Penggunaan ulang formulir DH, adalah lebih mudah
pada subjek yang sudah pernah memakainya dibanding yang belum pernah memakainya.

Berdasarkan deksripsi DH diatas, dapat dijelaskan bahwa satu tahapan atau siklus
pengamatan adalah minimal satu minggu. Selama satu minggu catatan riwayat makan adalah
untuk mengidentifikasi jenis hidangan dari hari ke hari. Porsi yang dikonsumsi dari hari ke hari
selama 5 hari.

Hari Pertama
Hari pertama dilakukan wawancara untuk mengetahui makanan apa yang sering

dikonsumsi oleh subjek seluruhnya bukan hanya hari kemarin tetapi pada hari hari biasanya.
Dengan demikian pada Hari pertama diperoleh informasi semua jenis hidangan yang sering
dikonsumsi subjek dalam sepekan terakhir. Bentuk isian formulir DH hari pertama adalah
seperti contoh berikut ini:

Formulir Dietary History (Individu)

Nama Subjek : Tuan S Tanggal Wawancaa : 31-01-2018
Umur : 50 th Pewawancara : Tuang R
Jenis Kelamin : Laki Laki Alamat : Makassar

Porsi yang Hari pengamatan
Dikonsumsi I II III IV V√ VI VII

Waktu Makan Jenis Makanan dan Porsi
Acuan
bahan Kecil
Sedang
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Pagi
Nasi 1 prg K
10.00
(Selingan) (200 g)
Siang
Ikan masak bandeng 1p S
210
(70 g)

Tumis kangkung 1p

(80 g)

Tumis Buncis 80 g

Pepaya 100 g

Jeruk 70 g S

mangga 70 g

Rambutan 60 g

Nasi putih 200 g B

Bandeng goreng 80 g

Teri kering 20 g B

Telur rebus 50 g

Survey Konsumsi Pangan 

Porsi yang Hari pengamatan
Dikonsumsi I II III IV V√ VI VII

Waktu Makan Jenis Makanan dan Porsi
Acuan
bahan Kecil
Sedang
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Tempe bacem 50 g

Malam Nasi putih 200 g B

Nasi goreng 100 g

Bandeng goreng 70 g

Cakalang msk 80 g

Buncis tumis 60 g B

Tempe goring 50 g

Pisang ambon 100 g

Riwayat Diet (Ada/Tidak Ada) √

Diet Rendah Kalori/Pembatasan Lemak/dll √

Makanan pantangan (sebutkan…………………..)

Kondisi makan bersama:

1. Bersama keluarga √

2. Bersama rekan kerja/teman

3. Bersama dalam pesta adat atau acara sosial

Catatan Penting; Isian adalah dari kolom 1 sd 7. Khusus untuk kolom 4-6 diisi masing
masing jumlah porsi K=Kecil, S= Sedang, B=Besar, selama satu pekena pengamatan. Kolom
ini akan terisi seluruhnya setelah semua hari pengamatan dalam seminggu selesai.

Cara membaca isian diatas adalah misalnya pada pagi hari dihari pertama Tuan S
sarapan pagi dengan nasi. Pada kolom ke-7 terisi huruf kapital K. Ini artinya bahwa pada hari
pertama itu Tuan S konsumsi nasi dengan porsi kecil (<200 g). Porsi kecil dari porsi acuan 200g
adalah 100g. Belum ada standar acuan untuk menetapkan persentase pengurangan atau
penambahan dari porsi acuan. Konsep ini bersifat konsensus karena taksiran porsi konsumsi
dapat diuji dengan metode penimbangan makanan saat wawancara dengan membawa
makanan replikasi pada hari kedua. Ini dapat dilakukan karena pada hari pertama sudah
diketahui jenis hidangan yang dikonsumsi.

Hari Kedua sampai Hari Ketujuh
Tujuan pengamatan hari kedua dalam metode DH adalah untuk melakukan pengecekan

data ukuran porsi konsumsi setiap hidangan yang telah dikonsumsi hari pertama dan
mencatat sebagian makanan dan minuman yang sudah dikonsumsi pada hari kedua. Perlu
dijelaskan bahwa sifat pencatatan recall konsumsi pada metode DH adalah prospektif
sedangkan pada metode food recall 24 jam adalah bersifat resrospektif. Recall atau
mengingat makanan yang dikonsumsi pada metode DH, lebih mudah karena mengingat
bukan 24 jam terakhir tetapi waktu berlalu terdekat. Misalnya enumerator datang ke rumah
subjek pada siang hari, maka ia dapat menanyakan konsumsi dipagi hari pada hari
wawancara. Hal yang sama tentu tidak dapat dilakukan pada metode food recall 24 jam.

 Survey Konsumsi Pangan 211

Contoh isian formulir DH hari Kedua hingga ke tujuh adalah sebagai berikut:

Formulir Dietary History (Individu)

Nama Subjek : Tuan S Tanggal Wawancaa : 31-01-2018
Umur : 50 th Pewawancara : Tuang R
Jenis Kelamin : Laki Laki Alamat : Makassar

Porsi Yang Hari pengamatan
Dikonsumsi I II III IV V√ VI VII

Waktu Makan Jenis Makanan dan Porsi Kecil
bahan Acuan Sedang
Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Pagi Nasi 1 prg 2 5 0 K S K S S S S

(200 g)

Ikan masak bandeng 1p 0 20S S

(70 g)

Tumis kangkung 1p 0 2 0 SS

(80 g)

Tumis Buncis 80 g 0 2 0 SS

10.00 Pepaya 100 g 0 2 0 BB

(Selingan) Jeruk 70 g 0 1 1 S S

mangga 70 g 0 0 2 BB

Rambutan 60 g 3 0 0 K KK

Siang Nasi putih 200 g 1 1 5 B B B B B K S

Bandeng goreng 80 g 2 0 0 S S

Teri kering 20 g 2 0 0 SS

Telur rebus 50 g 3 0 0 S SS

Tempe bacem 50 g 2 0 0 K K

Malam Nasi putih 200 g 0 4 1 B S SS S

Nasi goreng 100 g 0 2 0 S S

Bandeng goreng 70 g 0 2 0 SS

Cakalang msk 80 g 0 5 0 S S SSS

Buncis tumis 60 g 0 2 1 B S S

Tempe goring 50 g 0 3 0 S S S

Pisang ambon 100 g 0 3 0 S S S

Riwayat Diet (Ada/Tidak Ada) √ v V V V VV

Tulis jenis diet ....................

Diet Rendah Kalori/Pembatasan Lemak/dll √

Makanan pantangan (sebutkan…………………..)

Kondisi makan bersama:

1. Bersama keluarga √

2. Bersama rekan kerja/teman

3. Bersama dalam pesta adat atau acara sosial

Perhatikan bahwa pada kolom kedua adalah ditulis nama hidangan saja, sedangkan
rincian bahannya seperti minyak, garam dan bumbu tidak ditulis secara rinci. Rincian jenis
bahan yang digunakan adalah ditulis dalam formulir bahan resep hidangan secara terpisah.
Jika tidak menggunakan daftar resep maka ini akan dirinci pada formulir recall konsumsi 24
jam. Pada metode DH selalu disertai dengan metode Recall Konsumsi 24 jam. Jadi selalu
212 Survey Konsumsi Pangan 

dilengkapi denga data konsumsi aktual. Metode DH adalah kombinasi antara metode recall
konsumsi 24 jam dan metode FFQ atau Food Record.

Khusus untuk kolom 4-6 sudah terisi seluruhnya setelah seluruh rangkaian hari
pengamatan sudah selesai. Informasi pada kolom ini adalah dengan mudah kita mengetahui
porsi makan subjek menurut jenis hidangan. Tidak semua hidangan dikonsumsi dengan porsi
yang sama. Misalnya untuk pepaya subjek cenderung konsumsi dalam porsi besar, akan tetapi
jeruk dan rambutan dikonsumsi dalam porsi kecil. Inilah keunikan metode DH karena mampu
mengeksplorasi atau merinci dengan runut porsi konsumsi setiap jenis hidangan. Informasi
ini juga akan memudahkan ahli gizi mengidentifikasi kebiasaan makan subjek.

Secara normal dietary history adalah teknik yang rumit diantara sekian banyak metode
penilaian konsumsi makan. Penilaian konsumsi dapat ditujukan untuk menilai rerata asupan
zat gizi tetentu dengan membuat lama pengamatan menjadi satu minggu atau bahkan bulan
dan tahun. Pada pengamatan bulanan, formulir yang sudah terisi selama satu minggu dapat
diteruskan atau direproduksi (diulang). Enumerator sisa menambahkan setiap makanan baru
jika memang ditemukan dalam perjalanan catatan makan harian.

Metode dietary history pernah dilakukan untuk menganalisis riwayat makan penderita
kanker payudara kelompok wanita Jepang yang tinggal di Hawai. Digunakan periode
pengamatan mingguan kemudian diulangi kembali pengamatan setelah berselang 3 minggu
kemudian. Pada pelaksanaannya juga digunakan foto makanan yang berisi jenis hidangan dan
besar porsi. Luaran (output) dari metode ini adalah rerata konsumsi total kholesterol, lemak
total dan sumber protein hewani. Jadi dengan demikian metode DH juga adalah metode
kuantitatif dan kualitatif.

Kesalahan bersumber dari istrumen yang digunakan. Bentuk kesalahan instrument
mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang rumit. Contoh hal yang sederhana adalah
kesalahan dalam penulisan nama bahan makanan, dan kualitas cetakan. Contoh kesalahan
yang rumit adalah instrument belum pernah diujicoba, instrument tidak mewakili daftar
makanan yang dikonsumsi umum oleh responden.

Kesalahan bersumber dari interviewer adalah kesalahan yang terjadi akibat kelalaian
pewawancara baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Contoh kelalaian yang disengaja
adalah melakukan wawancara tidak pada waktu yang tepat, tidak mempersiapkan diri
sebelum wawancara, tidak mengerti maksud penilaian konsumsi pangan, dan tidak mengerti
tujuan wawancara, tidak melakukan probing dll. Contoh kelalaian yang tidak disengaja pada
wawancara penilaian konsumsi pangan adalah terbawa pada alur pembicaraan responden
sehingga kurang fokus pada item pertanyaan, dll.

Jika pelaksanaan DH dilakukan selama satu tahun, maka hanya digunakan 5 pekan
pengamatan selam 12 Bulan. Misalnya pengamatan dilakukan pada bulan Januari 2018, maka
bulan bulan berikutnya yaitu Maret, Juni, September dan Desember dilakukan pengamatan
ulangan. Hasil dari setiap pekan pengamatan disimpulan dalam bentuk deskripsi riwayat

 Survey Konsumsi Pangan 213

makan dan juga rerata asupan gizi makro dan mikro sesuai dengan tujuan investigasi penilaian
konsumsi pangan. Letak pengamatan dapat dilihat pada kalender tahunan dibawah ini:

Contoh titik Januari 18 2018 Maret 18
pengamatan S S R K J SM S S R K J SM
1234567 Februari 18
ke empat 8 9 10 11 12 13 14 S S R K J SM 1234
15 16 17 18 19 20 21 5 6 7 8 9 10 11
22 23 24 25 26 27 28 1234 12 13 14 15 16 17 18
29 30 31 5 6 7 8 9 10 11 19 20 21 22 23 24 25
12 13 14 15 16 17 18 26 27 28 29 30 31
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28

April 18 Mei 18 Juni 18
S S R K J SM S S R K J SM S S R K J SM

1 123456 123
2345678 7 8 9 10 11 12 13 4 5 6 7 8 9 10
9 10 11 12 13 14 15 14 15 16 17 18 19 20 11 12 13 14 15 16 17
16 17 18 19 20 21 22 21 22 23 24 25 26 27 18 19 20 21 22 23 24
23 24 25 26 27 28 29 28 29 30 31 25 26 27 28 29 30
30
Agustus 18 September 18
Juli 18 S S R K J SM S S R K J SM
S S R K J SM
12345 12
1 6 7 8 9 10 11 12 3456789
2345678 13 14 15 16 17 18 19 10 11 12 13 14 15 16
9 10 11 12 13 14 15 20 21 22 23 24 25 26 17 18 19 20 21 22 23
16 17 18 19 20 21 22 27 28 29 30 31 24 25 26 27 28 29 30
23 24 25 26 27 28 29
30 31 Nopember 18 Desember 18
S S R K J SM S S R K J SM
Oktober 18
S S R K J SM 1234 12
1234567 5 6 7 8 9 10 11 3456789
8 9 10 11 12 13 14 12 13 14 15 16 17 18 10 11 12 13 14 15 16
15 16 17 18 19 20 21 19 20 21 22 23 24 25 17 18 19 20 21 22 23
22 23 24 25 26 27 28 26 27 28 29 30 24 25 26 27 28 29 30
29 30 31 31

Gambar 6.3. Skema pengamatan DH dalam setahun

Pada periode waktu yang lama, harus diperhatikan efek musim paceklik atau sebaliknya,
oleh karena itu dipastikan bahwa variasi konsumsi antar bulan adalah tidak ekstrem. Jika
ditemukan variasi konsumsi yang jauh berbeda antara satu titik pengamatan dengan
pengamatan lain, maka salah satu caranya adalah dengan menampilkan standar deviasi yang
menggambarkan variabilitas data ukur. Semakin tinggi nilai standar deviasi (SD) maka
perbedaan antara nilai pengamatan semakin lebar. Ini artinya variasi jumlah konsumsi adalah
nyata berbeda antar waktu. Informasi ini sudah tentu berguna sebagai bahan edukasi gizi
seimbang.

Seperti pada metode lain, kesalahan dalam metode DH juga dapat bersumber pada
manajemen data. Manajemen data dalam penilaian konsumsi pangan adalah sama dengan
manajemen data pada riset yang lain. Manajemen data adalah pengelolaan seluruh dokumen
data dan kelengkapannya untuk memudahkan proses lanjutan seperti editing, coding dan
entry data. Dokumen data harus dapat disimpan dan dapat dibuka kembali untuk kepentingan
audit substansi maupun audit administrasi.
214 Survey Konsumsi Pangan 

Kesalahan lain adalah salah dalam menentukan responden. Responden adalah orang

dianggap dapat memberikan jawaban sebagaimana fakta pada subjek yang diinvestigasi.

Apabila subjek investigasi adalah juga orang yang dapat memberikan jawaban, maka ia

berstatus responden sekaligus subjek. Kondisi seperti anak dibawah umur, kelompok lanjut

usia, penyandang cacat (kemampuan berbicara), orang sakit, maka fakta konsumsinya dapat

ditanyakan kepada pihak yang mewakilinya.

Selama pengamatan dengan metode DH, adalah dilakukan secara sistematis terhadap

pola makan subjek sebagaimana dilihat pada contoh formulir. Waktu makan, jenis hidangan,

porsi makan.Disamping itu DH juga dapat dibuat menjadi lebih spesifik misalnya khusus DH

pada hari kerja atau hari sekolah. Ini dilakukan untuk menelusuri riwayat makan menurut hari

kerja atau hari sekolah. Pola makan dikenal dua hal yaitu pola makan regular dan pola makan

antar waktu atau makanan selingan (Bakker et al. 2003).

Metode DH juga dapat dilakukan pada studi prospektif. Studi prospektif adalah studi

yang melakukan investigasi ke masa yang akan datang. Studi dimulai dari masa kini dan terus

diikuti perkembangan perubahan pola makan subjek hingga batas waktu yang ditentukan.

Biasanya satu bulan atau satu tahun. Pelaksanaan metode DH dengan setting kohor

prospektif dapat mendeskripsikan analisis riwayat makan secara tepat dengan bias yang

seminimal mungkin.

Periode waktu dalam DH adalah mirip dengan FFQ yaitu di kenal dalam ukuran bulan

dan tahun. Pemilihan periode waktu disesuikan dengan tujuan penelitian.Penggunaan

metode DH juga pada umumnya untuk menelusuri faktor riwayat.Pandangan ini memberi

bukti bahwa analisis riwayat makan sebaiknya dalam periode bulanan atau tahunan. Alasan

penggunaan periode waktu bulan atau tahunan adalah pada periode tersebut kesesuaian

dengan riwayat makan subjek.

Periode waktu tahunan adalah ditujukan untuk mengetahui efek perubahan musim

dengan pola makan. Ini juga sama dengan metode lain. Jika investigasi hanya dilakukan dalam

periode satu bulan, maka variasi konsumsi antar musim akan hilang.Ini perlu dipertimbangkan

apabila investigasi dilakukan terhadap makanan yang sangat berhubungan dengan

musim.Kelompok buah buahan adalah bergantung pada musim lebih banyak, sedangkan

kelompok makanan pokok dan lauk pauk serta sayuran umumnya perubahan dalam setahun

adalah sangat kecil.

Satu catatan penting pada metode DH adalah juga direkomendasikan untuk dikalibrasi.

Metode DH tidak dianjurkan kalau tidak di kalibrasi dengan metode lain. Metode yang food

record (pencatatan) atau metode food Recall 24 jam. Kegunaan kalibrasi adalah untuk

memastikan bahwa data yang ekstrem baik ekstrem negatif atau ekstrem positif dapat

dibuang, karena mengganggu keseluruhan nilai data konsumsi.

Rancangan instrumen untuk DH adalah berbeda dengan FFQ. Pada FFQ adalah diawali

dari sebuah studi pola makan pada populasi, sedangkan pada DH, cukup dengan investigasi

awal sekaligus mengenal riwayat makan subjek secara global. Tahapan berikutnya diikiti hari

 Survey Konsumsi Pangan 215

kehari untuk memastikan akurasi data. Persiapan khusus pada metode DH tidak diperlukan
(Appannah et al. 2014).

Cara lain untuk menguji instrumen DH adalah melakukannya dengan cara berbeda pada
populasi yang sama atau mengujinya pada populasi yang berbeda untuk instrumen
sama(Souza et al. 2016). Hampir semua metode penilaian konsumsi pangan adalah bervariasi
pelaksanaannya dibergai tempat. Prinsip lain yang perlu mendapat perhatian pada
penggunaan metode DH ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu subjek adalah lama.
Manajemen pengumpul data perlu diatur sedemikian rupa agar dapat mengamati subjek
secara tepat sesuai dengan rasio jumlah enumerator dengan subjek. Kerumitan ini
memberikan alasan yang logis untuk menggunakan metode DH pada subjek yang relatif
sedikit. Pada studi yang lebih luas, metode ini kurang efektif.

Penilaian asupan populasi juga dapat tercermin pada biomarker zat gizi baik pada urin
maupun darah. Metode DH dapat diiringi dengan pemeriksaan sampel darah dan urin. Data
ini disandingkan dengan data recall konsumsi selama pengamatan. Idealnya data asupan dari
metode recall dan data biokimia memiliki korelasi yang kuat. Sudah dijelaskan pada bagian
awal bahwa nilai biomarker ini relatif konstan sehingga nilai biomarker dapat dijadikan
referensi untuk penentuan tingkat konsumsi pada populasi. Populasi dalam konteks ini dapat
lebih spesifik misalnya populasi remaja, populasi dewasa dan populasi lanjut usia. Sebuah
studi di Spanyol dilakukan dengan metode DH diikuti dengan pemeriksaan darah dan urine.
Ini dilakukan untuk mencocokkan data asupan dengan data biokimia. Perhatikan Gambar
berikut:

PENGAMBILAN PENGAMBILAN
SAMPEL DARAH SAMPEL DARAH

DAN URINE DAN URINE

024 6 8 10 12

Recall Recall Recall Recall Recall Recall Recall
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

Gambar 6.4. Skema pengambilan sampel darah, urine dan hari recall konsumsi, salah satu
metode DH (Guallar-Castillón et al. 2014)

216 Survey Konsumsi Pangan 

B. LANGKA LANGKAH PENGGUNAAN FFQ

Setelah disediakan formulir DH, maka dapat digunakan untuk pengumpulan data
konsumsi pangan. Langkah langkah penggunaan DH adalah:
1. Baca seluruh isi formulir DH yang terdiri dari tiga belas kolom masing masing (1) waktu

makan (2) jenis makanan dan bahan (3) Porsi Aktual (4) Porsi Konsumsi sedang (5) Porsi
konsumsi sedang (6) Porsi konsumsi besar (7) pengamatan hari I (8)pengamatan hari II
(9) pengamatan hari III (10)pengamatan hari IV (11) pengamatan hari V (12)
pengamatan hari VI (13) pengamatan hari VII
2. Waktu makan diisi waktu makan subjek ditulis pagi, siang dan malam. Dapat juga
mengisi jam makan selingan jam 10 atau jam 16 sore.
3. Jenis makanan adalah tuliskan nama makanan yang dikonsumsi
4. Porsi acuan adalah tuliskan porsi yang sering dikonsumsi atau ambil dari buku Pedoman
Gizi Seimbang (PGS) tentang standar porsi
5. Porsi yang dikonsumsi adalah tulis konsumsi aktual subjek apakah porsi kecil, sedang
atau besar dibandingkan dengan porsi aktual. Misalnya diketahui porsi aktualnya satu
piring nasi. Tetapi subjek selalu konsumsi nasi lebih satu piring maka ditulis porsi
aktualnya adalah porsi besar.
6. Hari pengamatan adalah ditulis apakah pada hari pertama dan seterunya konsumsinya
dalam porsi sedang, kecil, besar atau bahkan tidak konsumsi makanan tersebut. Tulis
dengan simbol K, S, dan B atau kosongkan jika tidak ada konsumsi pada hari
pengamatan.
7. Tulis apa ada riwayat diet dengan memberi tanda ceklist. Jika subjek mengaku
menjalankan diet tertentu dapat ditulis jenis dietnya.
8. Kondisi saat makan, apakah makan bersama, sendirian atau makan disaat acara sosial
lainnya.

Secara keseluruhan DH dapat dilakukan satu minggu, satu bulan dan juga satu tahun.
Akan tetapi hari pengataman intensifnya adalah satu minggu. Metode DH berbeda beda
pelaksanaannya diberbagai tempat terutama yang berhubungan dengan lama hari
pengamatan. Hal ini disesuiakan dengan manajemen pengumpulan data dan sumberdaya
yang tersedia. Pengamatan berselang atau ada jeda hari kosong juga dapat dilakukan.
Misalnya dalam seminggu 3 kali kunjungan rumah sedangkan 3 hari lainnya cukup dengan
telepon interview atau dengan menggunakan metode pengiriman gambar visual melalui
media online. Prinsipnya tidak ada ada satu metode yang lebih baik dibanding dengan
metode lain. Satu metode saling melengkapi untuk menghasilkan data yang tepat.

 Survey Konsumsi Pangan 217

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!
1) Perhatikan 10 (sepuluh) buah kartu yang ada dalam latihan. Disetiap kartu tertulis kata

atau kalimat yang sesungguhnya saling berpasangan satu sama lain.
2) Tugas anda adalah menempatkan kartu secara berpasangan sesuai dengan kata atau

kalimat yang berkesesuaian.
3) Pada sisi salah satu halaman kartu, berisi pernyataan yang berhubungan dengan topik

Survei Konsumsi Pangan. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan pasangan kata
yang berkesuaian dengan pernyataan dimaksud.
4) Apabila semua kartu sudah mendapatkan pasangan kata masing masing, maka
cocokkan dengan kunci jawaban.
5) Tentukan skor anda.
6) Skor jawaban benar di hitung dengan cara :


= 5 100
7) Jika skor anda >75% maka anda dinyatakan sudah memahami isi pada BAB 6. Jika belum
memenuhi skor 75% maka anda dapat mengulangi latihan ini sampai semua jawaban
anda benar.
8) Selamat Bekerja.

218 Survey Konsumsi Pangan 

KARTU LATIHAN

Metode ini , didasarkan pada
DH catatan riwayat makan dapat

menggambarkan makanan
kesukaan

Kepatuhan Diet Pasien Menggunakan metode FFQ
ataupun Metode DH, karena
dengan mudah diketahui dan

dimonitor aspek ini.

Tujuan untuk mengetahui porsi Recall konsumsi dilakukan
makan makanan setiap hari selama satu minggu, tidak

berselang seling

Gaya Hidup Dapat di intervensi melalui
perbaikan pola maka, untuk
mencegah meluasnya penyakit

degeneratif

Tidak mudah dilakukan karena Makanan yang berhubungan
alasan tertentu dengan status sosial, biasanya
tidak dicatat dalam pencatatan

metode partisipatif.
Subjektifitas dan bias.

 Survey Konsumsi Pangan 219

Kunci Jawaban Latihan

Kartu Sisi A Kartu Sisi B
DH Metode ini , didasarkan pada catatan riwayat makan dapat
menggambarkan makanan kesukaan
Kepatuhan Diet Pasien Menggunakan metode FFQ ataupun Metode DH, karena
dengan mudah diketahui dan dimonitor aspek ini.

Tujuan untuk mengetahui Recall konsumsi dilakukan selama satu minggu, tidak
porsi makan makanan setiap berselang seling

hari Dapat di intervensi melalui perbaikan pola maka, untuk
mencegah meluasnya penyakit degeneratif
Gaya Hidup
Tidak mudah dilakukan Makanan yang berhubungan dengan status sosial,
karena alasan tertentu biasanya tidak dicatat dalam pencatatan metode
partisipatif. Subjektifitas dan bias.

Ringkasan

1. Metode DH adalah metode penilaian konsumsi makanan yang didasarkan pada riwayat
makan dalam bentuk frekuensi makan dan porsi makan, mendeskripsikan diet subjek,
2. proses persiapan, cara pengolahan, dan makanan pantangan, prinsip DH
3. mendeskripsikan tentang waktu makan, nama hidangan, porsi acuan, porsi konsumsi,
4. hari konsumsi, catatan diet, pantangan, deskripsi umum DH, dan interpretasi DH.
Metode DH dapat dilakukan selama satu minggu untuk satu phase pengamatan.
5. Pengamatan berikutnya dapat dilakukan pada bulan berikutnya juga dengan waktu satu
6. minggu. Jumlah phase pengamatan dalam setahun disesuaikan dengan tujuan DH.
220 Porsi yang ditulis dalam formulir DH adalah di bedakan menjadi tiga tingkatan yaitu
porsi kecil, porsi sedang dan porsi besar.
Pencantuman nama makanan dan minuman pada metode DH adalah sesuai dengan
informasi subjek yang aktual saat wawancara pertama atau wawancara di hari pertama.
Selanjutnya nama makanan dan minuman dikoreksi dan diperbaiki hari ke hari selama
7 hari pada setiap phase pengamatan.
Porsi acuan adalah porsi yang paling sering gunakan pasien saat makan makanan
tertentu. Setiap makanan memiliki porsi acuan yang dapat bebeda atau sama antar
subjek dalam satu survei.
Waktu makan adalah pagi, siang dan malam, sebagai waktu makan sesuai dengan pola
makan subjek, ditambah waktu makan makanan selingan. Waktu makan untuk

Survey Konsumsi Pangan 

makanan yang bertepatan dengan acara sosial kemasyarakatan adalah juga ditulis sesui
urutan waktu makan dalam sehari. Jika makanan dalam kegiatan sosial dilakukan siang
hari, makan dicatat pada makan siang dengan menambahkan catatan bahwa makanan
ini, adalah makanan pada acara sosial.

Tes 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

A. Jika 1,2, dan 3 benar
B. Jika 1 dan 3 benar
C. Jika 2 dan 4 Benar
D. Jika hanya 4 yang Benar
E. Jika semua benar

Naskah Soal: Baca dengan Teliti, Tulis Jawaban Pada Lembar Jawaban

1) Prinsip umum dalam Dietary Histori adalah mencakup banyak aspek. Apa sajakah aspek
yang perlu diperhatikan?
A. Pencatatan jenis makanan
B. Waktu makan
C. Komposisi asupan gizi
D. Kecukupan gizi

2) Waktu makan dalam metode DH adalah terdiri dari waktu makan utama. Apakah yang
dimaksud waktu makan utama?
A. Waktu makan pagi
B. Waktu makan siang
C. Waktu Makan Malam
D. Waktu Makanan Selingan

3) Prinsip dalam menulis nama hidangan pada metode DH adalah?:
A. Ditulis Lengkap
B. Familiar dengan investigator
C. Familiar dengan subjek
D. Sesuai nama resep

 Survey Konsumsi Pangan 221

4) Bahan hidangan yang ditulis pada metode DH memerhatikan aspek pokok. Apakah
aspek pokok dimaksud?:
A. Bahan modifikasi
B. Bahan Utama
C. Bahan pemanis dan pewarna
D. Bahan Tambahan

5) Porsi acuan pada metode dibedakan dengan porsi konsumsi pada formulir DH. Apakah
tujuan pembedaan ini?
A. Mengetahui porsi konsumsi
B. Menghitung kecukupan gizi
C. Menghitung asupan gizi
D. Mengetahui Porsi Rerata

222 Survey Konsumsi Pangan 

Lembar Jawaban

Nama mahasiswa : :
Nomor Pokok
Tanggal Ujian :
Tanda Tangan :

No A B CDE
1
2
3
4
5

 Survey Konsumsi Pangan 223

Topik 2

Kelebihan dan Kelemahan DH

A. KELEBIHAN METODE DH

Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi pangan adalah
memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode DH sesuai dengan tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi riwayat makan pada subjek. Status gizi tidak lain adalah luaran dari
riwayat makan subjek. Malnutrisi adalah disebabkan asupan makanan berlebihan atau
kekurangan makanan dalam jangka panjang. Aspek durasi waktu yang panjang berkorelasi
dengan kekhususan dalam assosiasi hubungan sebab akibat yang signifikan. Hal ini berarti
bahwa kekerapan konsumsi signifikan berefek pada kondisi fisiologis subjek. Kondisi fisiologis
akan menyesuaikan diri dengan fakta asupan zat gizi dimasa yang telah berlalu.

Kelebihan metode DH dari aspek sasaran adalah dapat digunakan pada kelompok
literasi rendah sama halnya dengan metode FFQ. Kemudahan ini disebabkan pada proses
pengumpulan datanya adalah menggunakan metode wawancara langsung (direct interview),
bukan wawancara tidak langsung (indirect interview). Wawancara tidak langsung contohnya
adalah wawancara menggunakan telepon (telephon interview). Sasaran dengan kemampuan
baca tulis dan pemahaman yang rendah dapat diinvestigasi konsumsi pangannya dengan baik.
Salah satu syaratnya adalah dilakukan oleh interviewer yang terlatih.

Kelebihan metode DH adalah ketepatan dalam membuat daftar bahan makanan atau
minuman pada formulir DH dan akurasi porsi. Metode ini sangat sistematis karena semua
bahan makanan dan minuman adalah yang nyata dikonsumsi sesuai bukti catatan harian.
Bentuk pertanyaan terbuka dan terus bertambah setiap ada item makanan atau hidangan
baru untuk setiap subjek. Cara ini dapat mengurangi over plat syndrome atau menaksir
konsumsi terlalu tinggi dari fakta yang sesungguhnya. Daftar ini berbeda dengan daftar pada
FFQ, karena pada FFQ daftar dapat saja tidak ada yang memilihnya saat sudah dilakukan
survei, tetapi DH adalah selalu ada yang memilih item setiap makan, karena ia dibuat
berdasarkan daftar makanan aktual subjek.

Kelebihan metode DH dibanding dengan metode SKP yang lain adalah mewakili riwayat
makan aktual subjek sedangkan metode yang lain seperti pada metode recall konsumsi 24
jam (Food Recall 24 Jam), penimbangan makanan (Food Weighing), adalah mendeskripsikan
asupan aktual sehari. Jika metode SKP tingkat individu yang lain akan digunakan untuk
menderskripsikan konsumsi mingguan atau bulanan dan bermaksud melihat variasi antar hari
maka pengumpulannya harus berulang.

Kelebihan lain metode DH dibanding metode metode ingatan makanan (Food Recall 24
Jam) adalah tidak memaksa konsumen untuk mengingat seluruh makanan dan minuman yang
224 Survey Konsumsi Pangan 

sudah dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir. Ingatan dalam metode DH adalah selalu
dikoreksi setiap hari. Ingatan hanya difokuskan pada jenis hidangan saja, diawal pelaksanaan,
dan jumlah yang dikonsumsi seperti pada metode Food Recall 24 Jam (Charlebois 2011),

Metode DH memiliki kelebihan dapat dilakukan disemua setting lokasi survei baik di
tingkat rumah tangga maupun masyarakat dan rumah sakit atau instansi. Metode ini sangat
memungkinkan untuk dilakukan pada kondisi khusus dimana metode lain tidak dapat
digunakan. Salah satu contohnya adalah untuk melaukan analisis korelasi antara asupan zat
gizi tertentu dengan status gizi. Secara konseptual gizi salah (malnutrition) adalah sebuah
proses yang progresif dari kondisi awal asupan gizi yang salah. Jika kondisi awal asupan gizi
salah maka secara progresif akan memberikan dampak gizi salah. Fakta ini memberikan
peluang kepada setiap subjek untuk merubah dan mengintervensi pola makan sebelum
munculnya risiko kesehatan (Vuholm et al. 2014), (Weaver et al. 2014).

Metode DH juga memerlukan alat bantu yang sederhana seperti photo dan instrumen
sama dengan metode lain. Kelebihan metode ini dibanding metode penimbangan makanan
adalah metode ini tidak memerlukan prosedur yang rumit seperti kalibrasi timbangan
makanan. Metode penimbangan tidak harus menunggu waktu makan subjek, karena
dilakukan penimbangan setelah makan menggunakan reflikasi bahan makanan.

Metode DH tidak harus terhubungan langsung dengan penyelenggara atau penyedia
layanan makanan. Pada metode penimbangan misalnya sebaiknya dilakukan pada instalasi
pelayanan makanan subjek seperti instalasi gizi dan asrama untuk memudahkan administrasi
pencatatan dan penimbangan makanan di pusat produksi dan penimbangan akhir di tempat
kediaman subjek. Metode DH tidak memerlukan kondisi khusus seperti diatas.

Kelebihan lain adalah metode DH tidak merepotkan subjek dengan persiapan yang
rumit, karena dapat dilakukan pada waktu yang disepakati antar keduanya. Subjek tidak
memiliki beban yang rumit seperti pada metode pencatatan dimana subjek diminta untuk
aktif mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsinya setiap hari (Cheng et al. 2012).

Metode ini memiliki konsisten instrumen yang sangat baik, karena pertanyaannya
adalah pertanyaan tertutup. Pencacatan hanya dapat dilakukan oleh subjek yang diukur dan
tidak dapat dilakukan oleh orang lain, karena alasan tidak efisien (Roy et al. 1997).

Metode DH juga dapat dilakukan pada subjek yang tidak menetap ditempat tinggal
sedangkan pada metode pencatatan makanan tidak dapat dilakukan pada subjek yang tidak
memiliki tempat tinggal menetap dalam periode waktu tertentu. Alasannya adalah karena
informasi makanan dan minuman yang dikonsumsi harus dapat dicatat dalam periode waktu.
Kondisi sakit pada subjek jika masih mampu berkomunikasi maka metode FFQ dapat
dilakukan sedangkan pada metode pencatatan makanan ini tidak dapat dilakukan pada subjek
sakit dihentikan karena alasan subjek sakit (Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar, Dody Izwardy
2017).

 Survey Konsumsi Pangan 225

Metode DH juga dapat merefresentasi kebiasaan makan subjek. Bukti telusur atas
kebiasaan makan subjek adalah tercermin dari kekerapan konsumsi makanan dan minuman.
Kekerapan konsumsi makanan dan minuman selalui dapat dipraktikkan oleh subjek dalam
waktu satu minggu, memberikan penjelasan atas pengaruh musim yang biasanya bersifat
anomlai pola makan.

Metode DH perlu menelusuri cara persiapan dan pengolahan makanan seperti pada
metode riwayat makanan. Informasi yang diperoleh adalah untuk menilai kebiasan makan
subjek menurut kecenderungan jangka panjang. Kecenderungan jangka panjang adalah
refleksi kebiasan yang konsisten dilakukan. Inilah fokus yang harus digali pada metiode DH.

B. KELEMAHAN MOTODE DH

Kelamahan metode DH dibanding dengan banyak metode survei konsumsi pangan yang
lain adalah:
1. Pelaksanaan memerlukan waktu lama
2. Memerlukan enumerator yang banyak, jika survei pada populasi
3. Memerlukan tenaga pengumpul data yang sangat terlatih

a. Pelaksanaan memerlukan waktu lama
b. Pelaksanaan metode DH adalah pelaksanaan metode yang paling lama diantara semua
c. jenis metode penilaian konsumsi makanan. Hal ini disebabkan karena metode ini salah
226 satu cirinya adalah mendeskripsikan secara multidimensi riwayat makan subjek.
Analisis dan telaahan yang multi dimensi inilah menjadi salah satu kendala terutama
jika survei dilakukan pada populasi yang besar atau pada penelitian dengan jumlah
sampel yang besar.
Tenaga Pengumpul Data yang banyak
Jika metode ini digunakan, pada jumlah subjek yang banyak, maka dipastikan tenaga
pengumpul data harus berjumlah banyak. Jumlah yang banyak pada satu sisi akan
mempercepat periode pengumpulan data, akan tetapi di sisi lain kemampuan
pengumpul data hendaknyna homogen dan sudah mendapatkan pelatihan yang cocok
dengan survei konsumsi metode DH. Standarisasi petugas pengumpul data sangat
diperlukan sehingga biaya pelaksanaannya lebih mahal dibanding dengan metode lain.
Hanya dapat dilakukan oleh tenaga sangat terlatih
Menggali riwayat makan, tidak semata mata fokus pada instrumen DH semata mata.
Tenaga terlatih yang memahami dengan baik budaya makan setempat dan memahami
proses penyiapan, pengolahan dan distribusi makanan. Pemahaman ini bukan saja
mencakup aspek individu tetapi sistem sosial masyarakat setempat yang berhubungan
dengan budaya makan.

Survey Konsumsi Pangan 

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!

1) Perhatikan 10 (sepuluh) buah kartu yanga ada dalam latihan. Disetiap kartu tertulis kata
atau kalimat yang sesungguhnya saling berpasangan satu sama lain.

2) Tugas anda adalah menempatkan kartu secara berpasangan sesuai dengan kata atau
kalimat yang berkesesuaian.

3) Pada sisi salah satu halaman kartu, berisi pernyataan yang berhubungan dengan topik
Survei Konsumsi Pangan. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan pasangan kata
yang berkesuaian dengan pernyataan dimaksud.

4) Apabila semua kartu sudah mendapatkan pasangan kata masing masing, maka
cocokkan dengan kunci jawaban.

5) Tentukan skor anda.
6) Skor jawaban benar di hitung dengan cara :


= 5 100
7) Jika skor anda >75% maka anda dinyatakan sudah memahami isi pada BAB 6. Jika belum
memenuhi skor 75% maka anda dapat mengulangi latihan ini sampai semua jawaban
anda benar.
8) Selamat Bekerja.

 Survey Konsumsi Pangan 227

Kelebihan FFQ KARTU LATIHAN

Metode ini sederhana, dan
terararah karena semua bahan

makanan dapat ditanyakan
kepada subjek

Seorang tidak dapat baca tulis Tetap dapat diketahui riwayat
makan dan porsi makan serta
aspek lain yang berhubungan

dengan kebiasaan makan

Porsi Akurat Ditimbang menurut pengakuan
subjek saat wawancara dengan

membawa sampel makanan

Metode Ingatan (Recall) Dapat diperbaiki, karena setiap
hari dalam seminggu dilakukan

pengecekan oleh pengumpul
data (enumerator)

Proses Kurang gizi itu progresif Alasan ini membutikan bahwa
dari makanan sebelum sakit kejadian malnutrisi dapat

ditelurusi korelasinya dengan
metode DH

228 Survey Konsumsi Pangan 

Kunci Jawaban Latihan SISI B
SISI A Metode ini sederhana, dan terararah karena
semua bahan makanan dapat ditanyakan
Kelebihan FFQ kepada subjek
Tetap dapat diketahui riwayat makan dan
Seorang tidak dapat baca tulis porsi makan serta aspek lain yang
berhubungan dengan kebiasaan makan
Porsi Akurat Ditimbang menurut pengakuan subjek saat
wawancara dengan membawa sampel
Metode Ingatan (Recall) makanan
Proses Kurang gizi itu progresif dari Dapat diperbaiki, karena setiap hari dalam
seminggu dilakukan pengecekan oleh
makanan sebelum sakit pengumpul data (enumerator)
Alasan ini membutikan bahwa kejadian
malnutrisi dapat ditelurusi korelasinya
dengan metode DH

Ringkasan

1. Kelebihan metode DH adalah mampu mendeskripsikan riwayat makan yang dijadikan
alat telusur riwayat asupan gizi yang berhubungan dengan status gizinya. Status gizi
adalah luaran dari riwayat makan pada subjek.

2. Metode DH dapat digunakan pada subjek literasi rendah sekalipun karena selalu
dilakukan pengecekan data asupan selama satu minggu.

3. Daftar makanan yang ada dalam formulir DH adalah semuanya, selalu dikonsumsi oleh
subjek dalam satu phase pengamatan. Jadi tidak ada makanan dan minuman dalam
daftar yang tidak dikonsumsi subjek.

4. Metode ini memiliki kelemahan adalah waktu pelaksanaan lama, biaya yang mahal dan
hanya dilakukan oleh orang yang sangat terlatih dan memahami budaya makan
setempat.

 Survey Konsumsi Pangan 229

Tes 2

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

Bacalah pernyataan pada setiap soal dan disediakan empat item pilihan jawaban. Tentukan
sesuai dengan ketentuan berikut ini:

A. Jika pernyataan benar, alasan benar dan menunjukkan hubungan sebab akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab

akibat
C. Jika pernyataan benar, alasan salah
D. Jika pernyataan salah, alasan benar
E. Jika pernyataan dan alasan salah

1) Kelebihan metode DH dari aspek sasaran adalah dapat digunakan pada kelompk literasi
rendah sama halnya dengan metode FFQ
SEBAB
Kemudahan ini disebabkan pada proses pengumpulan datanya adalah menggunakan
metode wawancara langsung (direct interview)

2) Kelebihan metode DH adalah ketepatan dalam membuat daftar bahan makanan atau
minuman pada formulir DH dan akurasi porsi
SEBAB
Daftarnya dapat dibuat sesuai dengan pengakuan subjek diawal interview

3) Metode DH tidak akan terpengaruh untuk konsumsi yang sifatnya sementara seperti
konsumsi makanan di saat pesta atau puasa.
SEBAB
Makanan yang dikonsumsi saat pesta tidak perlu dicatat dalam formulir DH

4) Subjek yang menjalani diet tertentu, sebaiknya ditanyakan kepatuhannya pada setiap
hari pengamatan dalam metode DH
SEBAB
Metode ini harus didasarkan pada ingatan makan 24 jam yang lalu.

5) Metode DH dapat dilakukan pada tingkat Individu maupun Kondisi Khusus
SEBAB
Metode ini tidak memerlukan alat bantu sederhana

230 Survey Konsumsi Pangan 

6) Metode DH harus terhubungan langsung dengan penyelenggara atau penyedia layanan
makanan
SEBAB
Metode ini dapat saja dilakukan pada lembaga dengan sistem penyelenggaraan
makanan sentralisasi ataupun desentralisasi.

 Survey Konsumsi Pangan 231

Kunci Jawaban Tes

Tes Formatif 1
1) E
2) A
3) B
4) C
5) D
Tes Formatif 2
1) A
2) B
3) E
4) B
5) C
6) D

232 Survey Konsumsi Pangan 

Glosarium

Kebiasaan makan : adalah cara seseorang memilih, mengolah dan mengonsumsi makanan

pada segala situasi baik makan sendiri, atau berkelompok,

berhubungan dengan kesukaan dan pantangan. Kebiasaan makan juga

berhubungan dengan waktu makan dan situasi sosial saat makan,

makanan dalam kondisi rekreasi atau kegiatan lainnya.

Multi dimenasi dalam kebiasaan makan adalah semua faktor yang berhubungan langsung

ataupun tidak langsung dengan makanan mencakup dimensi fisik, sosial

dan ekonomi. Dimensi kebiasan makan secara fisik fokus pada bentuk

atau tampilan makanan (rasa, aroma, warna dan tekstur), dimensi

sosial adalah kegiatan sosial yang berhubungan dengan sajian makanan

tertentu. Dimensi ekonomi adalah makanan berdasarkan kemampuan

daya beli konsumen.

Goiterogenik : adalah zat yang dapat menghambat penyerapan iodium. Pada daerah

endemik zat ini perlu diperhatikan sumbernya.

Hipotesis : adalah dugaan sementara terhadap hubungan sebab akibat. Dugaan ini

masih perlu dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Jika dugaan ini sudah

dibuktikan maka ia beruba menjadi fakta ilmiah.

Validasi : adalah salah satu metode memerika ketepatan data dengan cara

mengukur dan atau mengamati langsung saat peristiwanya terjadi. Cara

lain adalah dengan melakukan pengukuran berulang diwaktu yang

berbeda untuk satu jenis data.

Makanan berisiko : adalah makanan yang konsumsinya dianggap berisiko karena

kecenderungan konsumsi aktualnya dimasyarakat tinggi. Saat ini di

Indonesia, makanan berisiko adalah makanan manis, asin, berlemak,

berpenyedap rasa dan makanan dipanggang.

Target makanan potensial adalah makanan yang diketahui sangat besar peluangnya menjadi

salah satu makanan yang paling sering dikonsumsi. Contoh makanan

potensial sumber karbohidrat untuk penduduk Indonesia adalah beras.

Toleransi Glukosa Terganggu atau TGT adalah kadar glukosa diatas normal, namun belum

didianosis sebagai penderita Diabetes.

Zat Gizi Spesifik : adalah zat gizi yang spesifik berhubungan dengan masalah gizi.

Misalnya untuk kasus kekurangan vitamin A, maka zat gizi spesifiknya

adalah provitamin A, atau beta karoten. Kekurangan iodium maka zat

gizi spesifiknya adalah iodium, anemia gizi besi maka zat gizi spesifiknya

adalah Fe (zat besi). Pasien penyakit ginjal maka zat gizi spesifiknya

adalah protein.

 Survey Konsumsi Pangan 233

Daftar Pustaka

Aang Sutrisna, Marieke Vossenaar, Dody Izwardy, A.T., 2017. Sensory Evaluation of Foods
with Added Micronutrient Powder (MNP) “Taburia” to Assess Acceptability among
Children Aged 6–24 Monthsand Their Caregivers in Indonesia. Nutrien, 9(979), pp.2–17.

Androniiki, 2009. Food balance sheet and household budget survey diatary data and mortality
patterns in Europe.

Appannah, G. et al., 2014. The reliability of an adolescent dietary pattern identified using
reduced-rank regression: comparison of a FFQ and 3 d food record. The British journal
of nutrition, 112(4), pp.609–15. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov
/pubmed/25091285.

Bakker, I. et al., 2003. Computerization of a dietary history interview in a running cohort ;
evaluation within the Amsterdam Growth and Health Longitudinal Study. , pp.394–404.

Benítez-Arciniega, A. a et al., 2011. Concurrent and construct validity of Mediterranean diet
scores as assessed by an FFQ. Public health nutrition, 14(11), pp.2015–21. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21740628.

Charlebois, S., 2011. Food recalls , systemic causal factors and managerial implications The
case of Premiere Quality Foods. , 113(5), pp.625–636.

Cheng, G. et al., 2012. Relative validity of a 3 d estimated food record in German toddlers.
Public Health Nutrition, 16(4), pp.1–8.

Crispim, S.P. et al., 2006. The influence of education in the validation process of a food
frequency questionnaire for adults in Vicosa, Minas Gerais, Brazil. European Journal of
Clinical Nutrition, 60(11), pp.1311–1316. Available at: http://imp-primo.hosted.
exlibrisgroup.com/openurl/44IMP/44IMP_services_page?sid=OVID&isbn=&issn=0954-
3007&volume=60&issue=11&date=2006&title=European+Journal+of+Clinical+Nutritio
n&atitle=The+influence+of+education+in+the+validation+process+of+a+food+frequ.

Edition, T., Food Service Manual for Health Care Institutions Third Edition.
Ester Myers, 2008a. Nutrition Care Process and Model Part I: The 2008 Update. Journal of the

American Dietetic Association, 108(7), pp.1113–1117.
234 Survey Konsumsi Pangan 

Ester Myers, 2008b. Nutrition Care Process Part II: Using the International Dietetics and
Nutrition Terminology to Document the Nutrition Care Process. Journal of the American
Dietetic Association, 108(8).

Fao, 2002. The state of world fisheries and aquaculture,

Gil, A. et al., 2015. [The finut healthy lifestyles guide: beyond the food pyramid]. Advences in
Nutrition, 31(5), pp.2313–2323. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/
25929408.

Guallar-Castillón, P. et al., 2014. Validity and reproducibility of a Spanish dietary history. PLoS
ONE, 9(1), pp.1–12.

Naish, K.R. & Harris, G., 2012. Food intake is influenced by sensory sensitivity. PLoS ONE, 7(8).

Naska, A., Lagiou, A. & Lagiou, P., 2017. Dietary assessment methods in epidemiological
research : current state of the art and future prospects [ version 1 ; referees : 3
approved ] Referee Status : , 6(0), pp.1–9.

Purwaningsih, Y., 2008. Ketahanan pangan: situasi, permasalahan, kebijakan, dan
pemberdayaan masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9(1), pp.1–27.

Rafael A Garcia, Douglas Taren, Nocolette, T., 2000. Factors_associated
_with_the_reproducibil of specific food items from the southwest food frequency
questionnaire. , 38(38), pp.549–561.

Roy, D.S. et al., 1997. Fat-gram counting and food-record rating are equally effective for
evaluating food records in reduced-fat diets. Journal of the American Dietetic
Association, 97(9), pp.987–990.

Shahar, D. et al., 2003. Development of a Food Frequency Questionnaire ( FFQ ) for an Elderly
Population Based on a Population Survey 1. J Nutr, 133(June), pp.3625–3629.

Shai, I. et al., 2004. Selection of food items for inclusion in a newly developed food-frequency
questionnaire. Public Health Nutr., 7(6), pp.745–749.

Sirajuddin, 2015. Survei Konsumsi Edisi Pert., Jakarta: EGC.

 Survey Konsumsi Pangan 235

Slater, B. et al., 2003. Validation of a semi-quantitative adolescent food frequency
questionnaire applied at a public school ˜ o Paulo , Brazil in Sa. , pp.629–635.

Souza, R.J. De et al., 2016. Harmonization of Food-Frequency Questionnaires and Dietary
Pattern Analysis in 4 Ethnically Diverse Birth Cohorts 1 – 3. J Nutr, 146(October),
pp.2343–2350.

Upreti, D. et al., 2012. Development and validation of a food frequency questionnaire for
assessment of diet among people living with HIV / AIDS in Nepal. , 71(March), p.2012.

Vuholm, S., Lorenzen, J.K. & Kristensen, M., 2014. Food & Nutrition. , 1, pp.1–7.
Weaver, C.M. et al., 2014. Processed foods : contributions to nutrition 1 , 2. American Journal

of Clinical Nutrition.
Zukowska, J. & Biziuk, M., 2008. Methodological evaluation of method for dietary heavy metal

intake. Journal of Food Science, 73(2).

236 Survey Konsumsi Pangan 

Bab 7

TEKNIK MENINGKATKAN AKURASI
PENGUKURAN KONSUMSI PANGAN

Dr. Ir. Trina Astuti, MPS.

Pendahuluan

T itik kritis pada metode food recall-24 jam adalah pada tahap wawancara untuk
mendapatkan deskripsi (catatan) jumlah riil pangan yang dikonsumsi subyek yang
biasanya dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Kendala yang sering muncul

pada metode food recall – 24 jam adalah kesulitan dalam melakukan estimasi dari porsi atau

ukuran rumah tangga atau jumlah pangan yang dikonsumsi subyek ke dalam berat gram. Hal

ini terjadi karena ketidak jelasan gambaran atau deskripsi dari porsi atau ukuran rumah

tangga atau jumlah pangan yang dikonsumsi subyek sehingga sulit saat dilakukan estimasi

kedalam berat gram. Ketrampilan dalam mendeskripsikan jumlah riil pangan yang dikonsumsi

subyek harus Anda kuasai sebagai calon ahli madya gizi yang sering bergerak dalam survei

konsumsi pangan di masyarakat.

Untuk mendalami lebih lanjut tentang teknik meningkatkan akurasi pengukuran

konsumsi pangan, mari kita pelajari dengan seksama uraian yang disajikan dalam Bab 7 ini.

Bab 7 berisi tentang cara menggunakan berbagai alat bantu dan instrumen untuk

meningkatkan akurasi estimasi hasil surbei konsumsi pangan yang mencakup penggunaan

bahan pangan sesungguhnya (riil), food model tiga dimensi, model ukuran dan bentuk tiga

dimensi, buku atau gambar foto, berbagai alat makan dan minum serta alat penggaris. Pada

Bab 7 ini lebih ditekankan pada praktek atau latihan menggunakan berbagai alat dan

instrument tersebut untuk mendapatkan keahlian dalam mendeskripsikan jumlah riil pangan

dalam URT yang dikonsumsi subyek.

Setelah Anda mempelajari materi dalam Bab 7 ini dengan sunguh-sungguh, maka

diakhir proses pembelajaran Anda diharapkan mampu:

 Survey Konsumsi Pangan 237

1. mengidentifikasi berbagai jenis alat bantu untuk menaksir jumlah pangan yang
dikonsumsi subyek,

2. mampu menggunakannya berbagai alat bantu untuk meningkatkan akurasi hasil
pengukuran konsumsi pangan.
Agar diperoleh hasil yang optimal maka dalam mempelajari Bab 7 ini Anda diberikan

bebeapa saran sebagai berikut:
1. Pelajari Topik 1 terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan Topik 2.
2. Kerjakan latihan-latihan yang tersedia di Topik 2.
3. Kerjakan latihan mandiri dengan subyek anggota keluarga sendiri, teman kantor atau

keluarga tetangga sekitar.

238 Survey Konsumsi Pangan 

Topik 1

Berbagai Alat Bantu dan Cara Penggunaannya

untuk Meningkatkan Akurasi Hasil

Pengukuran Konsumsi Pangan metode Food
Recall 24 Jam

B erbagai alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan akurasi hasil pengukuran
konsumsi pangan tersebut adalah:

1. Bahan pangan sesungguhnya (riil).
2. Food model tiga dimensi.
3. Model ukuran dan bentuk tiga dimensi.
4. Buku foto atau gambar.
5. Alat makan dan minum.
6. Alat penggaris.

A. BAHAN PANGAN SESUNGGUHNYA (RIIL)

Penggunaan contoh masakan atau makanan atau bahan pangan yang sesungguhnya
(riil) pada metode food recall-24 jam akan memberikan kemudahan dalam menggali ingatan
subyek tentang resep dan rincian bahan makanan serta jumlah porsi yang dikonsumsi pada
periode 24 jam yang lalu yang selanjutkan mempermudah Anda dalam mencatat deskripsi
(gambaran) pangan yang dikonsumsi subyek. Pangan yang disajikan dapat berupa masakan
atau makanan atau minuman, atau bahan pangan mentah sesuai porsinya yang
mencerminkan lima sumber pangan yaitu: sumber karbo hidrat atau makanan pokok, protein
hewani, protein nabati, sayur dan buah, serta bumbu-bumbu.

Contoh pangan sumber karbohidrat seperti: Nasi dalam satu piring, berbagai jenis roti
(tawar, manis, gandum putih, gandum berserat dll) dan ukurannya; dan berbagai jenis umbi-
umbian dan ukurannya seperti ubi jalar, singkong, tales, kentang; berbagai macam bubur dan
sereal lengkap dengan ukuran porsi; lontong, ketupat dan berbagai macam pasta. Bubur
ayam disajikan secara lengkap dalam satu mangkok atau piring, dan secara terpisah (bubur
dan isinya secara terpisah).

 Survey Konsumsi Pangan 239

Gambar 7.1. Contoh model makanan pokok riil
Contoh pangan sumber protein hewani yang disajikan seperti: daging sapi, daging ayam,
berbagai ikan segar dan berbagai ikan olahan, ikan asin, telur ayam kampung, telur ayam
negeri, telur bebek, telur puyuh dalam keadaan mentah dan olahan (goreng ceplok, dadar,
skrambel, rebus, asin, dll), cumi, udang, hati ayam dan hati sapi dan sumber protein hewani
lainnya yang biasa dikonsumsi di lokasi survey konsumsi pangan dilakukan.

Gambar 7.2. Contoh makanan riil sumber protein hewani
240 Survey Konsumsi Pangan 


Click to View FlipBook Version