335 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi sperma memiliki makna untuk menyebutkan produk dari organ kelamin pria, misalnya dari buah zakar, dan kelenjar prostat. Sementara itu, kata mani memiliki makna cairan kental yang menyembur dari kelamin laki-laki pada waktu ejakulasi. kata sperma dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata sperma lebih eufemistis untuk menyebut cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin pria. Selain itu, kata sperma juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata mani. Oleh karena itu, kata sperma memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (100) “Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah menggagahi Gulabia.” (Aib dan Nasib, 2020: 79).
Imas Juidah, dkk. 336 (100a) “Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah memerkosa Gulabia.” Kata menggagahi pada data (100) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata memerkosa pada data (100a). Kata menggagahi dinilai lebih eufemistis daripada kata memerkosa karena kata menggagahi memiliki makna menundukkan dengan kekerasan; memaksa dengan kekerasan; menggagahi; merogol. Sementara itu, kata memerkosa memiliki makna melakukan hubungan badan kepada seseorang secara paksa. kata menggagahi dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata menggagahi lebih eufemistis untuk menyebut cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin pria. Selain itu, kata menggagahi juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan
337 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi menyebutkan kata memekorksa. Oleh karena itu, kata sperma memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (101) Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet tidak dapat selamat (Aib dan Nasib, 2020: 83). (101a) Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet mati. Klausa tidak dapat selamat pada data (101) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata mati pada data (101a). Kalusa tidak dapat selamat dinilai lebih eufemistis daripada kata mati karena Kalusa tidak dapat selamat memiliki makna untuk menyebutkan suatu keadaan buruk yang menyatakan ketidakselamatan. Sementara itu, kata mati
Imas Juidah, dkk. 338 memiliki makna untuk makhluk hidup yang sudah tidak memiliki nyawa. Kalusa tidak dapat selamat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Kalusa tidak dapat selamat lebih eufemistis untuk menyebut suatu keadaan buruk yang sedang atau telah menimpa seseorang. Selain itu, Kalusa tidak dapat selamat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata mati . Oleh karena itu, Kalusa tidak dapat selamat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (102) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersanggama (Aib dan Nasib, 2020: 92). (102a) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersetubuh.
339 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi Kata bersenggama pada data (102) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bersetubuh pada data (102a). Kata bersenggama dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata bersenggama memiliki makna untuk menyebutkan hubungan badan antara pria dan perempuan. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang mengacu hubungan seksual antara pria dan perempuan. kata bersenggama dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata bersanggama lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata bersanggama juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata bersanggama memiliki fungsi untuk
Imas Juidah, dkk. 340 menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (103) Niat Darto hendak indehoi dengan Rusniti pun batal (Aib dan Nasib, 2020: 96). (103a) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersetubuh. Kata indehoi pada data (103) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bersetubuh pada data (103a). Kata indehoi dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata indehoi memiliki makna untuk menyebutkan hubungan badan antara pria dan perempuan. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang mengacu hubungan seksual antara pria dan perempuan. kata indehoi dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata indehoi lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata
341 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi indehoi juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata indehoi memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (104) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (104a) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura berak. Frase buang air besar pada data (104) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (104a). Frase buang air besar dinilai lebih eufemistis daripada kata berak karena Frase buang air besar memiliki makna untuk menyebutkan
Imas Juidah, dkk. 342 kegitan mengeluarkan kotoran melalui anus. kata berak memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Frase buang air besar dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Frase buang air besar lebih eufemistis untuk menyebut ketika seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Frase buang air besar juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata berak. Oleh karena itu, Frase buang air besar memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (105) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (105a) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan
343 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi menguping dari kakus sembari berpura-pura buang air besar. Kata jamban pada data (105) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata kakus pada data (105a). kata jamban dinilai lebih eufemistis daripada kata kakus karena kata jamban memiliki makna untuk tempat membuang air besar. Sementara itu, kata kakus memiliki makna tempat untuk berak. kata jamban dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata jamban lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata jamban juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata kakus. Oleh karena itu, kata jamban memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain
Imas Juidah, dkk. 344 yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (106) Ia baru pulang kerja tak bberapa lama setelah Pang Rngdu tiba, dan ia merasa kebelet lantaran gumpalan tinja sudah berada diujung anus (Aib dan Nasib, 2020: 178). (106a) Ia baru pulang kerja tak bberapa lama setelah Pang Rngdu tiba, dan ia merasa kebelet lantaran gumpalan tahi sudah berada diujung anus. Kata tinja pada data (106) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (106a). Kata tinja dinilai lebih eufemistis daripada kata tahi Kata tinja memiliki makna untuk menyebutkan kotoran yang keluar melalui anus. kata tahi memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Kata tinja dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Kata tinja lebih eufemistis untuk menyebut ketika
345 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Kata tinja juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata tahi. Oleh karena itu, Kata tinja memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (107) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang hajat, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu (Aib dan Nasib, 2020: 197). (107a) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang berak, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu. Kata hajat pada data (107) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (107a). Kata hajat dinilai lebih eufemistis daripada kata berak karena Kata hajat memiliki makna untuk menyebutkan kegitan mengeluarkan kotoran melalui
Imas Juidah, dkk. 346 anus. kata berak memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Kata hajat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Frase buang air besar lebih eufemistis untuk menyebut ketika seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Kata hajat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata berak. Oleh karena itu, Kata hajat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (108) Ya, betul, selain mendengar Mang Sota kabur, aku baru saja mendengar kalau si Bagong Badrudin juga kabur dari rumah.” (Aib dan Nasib, 2020: 262). (108a) Ya, betul, selain mendengar Mang Sota minggat, aku baru saja mendengar kalau si Bagong Badrudin juga mingga dari rumah.”
347 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi Kata kabur pada data (108) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata minggat pada data (108a). Kata kabur dinilai lebih eufemistis daripada kata minggat karena kata kabur memiliki makna untuk menyebutkan berlar saat sedangi cepat-cepat; melarikan diri. Sementara itu, kata minggat memiliki makna melarikan diri; pergi tanpa minta izin (berpamitan). Kata kabur dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata kabur lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata kabur juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata minggat. Oleh karena itu, kata kabur memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. (b) Merahasiakan sesuatu Eufemisme sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu biasanya dipakai dalam bidang kedokteran untuk menyebut suatu penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh
Imas Juidah, dkk. 348 Wijana dan Rohmadi (2008:87), di bidang kedokteran eufemisme berfungsi untuk merahasiakan sesuatu yang dapat mengakibatkan penderitanya khawatir sehingga dapat menimbulkan keadaan yang lebih buruk. Analisis fungsi eufemisme untuk merahasiakan sesuatu adalah sebagai berikut. (109) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang berpagutan dalam kain sarung (Aib dan Nasib, 2020: 3). (109a) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang bersetubuh dalam kain sarung. Kata berpagutan pada data (109) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (109a). Kata berpagutan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata berpagutan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (109) tersebut menggunakan kata berpagutan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata
349 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi berpagutan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata berpagutan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata berpagutan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata berpagutan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (110) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 25). (110a) “Berhentilah membela pelacur dan lonte,” sergah Marlina. Kata telembuk pada data (110) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pelacur pada data (110a). Kata telembuk dinilai lebih eufemistis daripada kata pelacur karena kata telembuk
Imas Juidah, dkk. 350 digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata pelacur memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (110) tersebut menggunakan kata telembuk untuk merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Kata telembuk dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata telembuk lebih eufemistis untuk merahasiakan merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Selain itu, kata telembuk juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pelacur. Oleh karena itu, kata telembuk memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (111) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 103). (111a) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina.
351 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi Kata lonte pada data (111) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pelacur pada data (111a). Kata lonte dinilai lebih eufemistis daripada kata pelacur karena kata lonte digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata pelacur memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (111) tersebut menggunakan kata lonte untuk merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Kata lonte dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata lonte lebih eufemistis untuk merahasiakan merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Selain itu, kata lonte juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pelacur. Oleh karena itu, kata lonte memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat
Imas Juidah, dkk. 352 juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (112) “Kalau kalian sedang rabenan dengan perempuan, kalian harus hati-hati…” (Aib dan Nasib, 2020: 60). (112a) “Kalau kalian sedang bersetubuh dengan perempuan, kalian harus hatihati…” Kata rabenan pada data (112) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (112a). Kata rabenan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (106) tersebut menggunakan kata rabenan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata rabenan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata rabenan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan
353 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi badan. Selain itu, kata rabenan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata rabenan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (113) “Tapi aku mau begituan,” ujar Kicong (Aib dan Nasib, 2020: 84). (113a) “Tapi aku mau bersetubuh,” ujar Kicong. Kata begituan pada data (113) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (113a). Kata begituan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (113) tersebut menggunakan kata begituan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata begituan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki
Imas Juidah, dkk. 354 fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata rabenan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata rabenan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata begituan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (114) “Jadi kau mau ngentot dia atau tidak?” (Aib dan Nasib, 2020: 198). (114a) “Jadi kau mau bersetubuh dia atau tidak?” Kata ngentot pada data (114) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (114a). Kata ngentot dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (114) tersebut menggunakan kata ngentot untuk
355 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata ngentot dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata ngentot lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata ngentot juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata ngentot memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut (115) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan pipis dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana (Aib dan Nasib, 2020: 252). (115a) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan kencing dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana.
Imas Juidah, dkk. 356 Kata pipis pada data (115) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kencing pada data (115a). Kata pipis dinilai lebih eufemistis daripada kata kencing karena kata pipis digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata kencing memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (115) tersebut menggunakan kata pipis untuk merahasiakan kegiatan buang air kecil. Kata pipis dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata pipis lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan buang air kecil. Selain itu, kata pipis juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata kencing. Oleh karena itu, kata pipis memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. (c) Pendidikan Pendidikan tentang penghalusan kata ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Wijana dan Rohmadi bahwa
357 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi “penghalusan ucapan ditanamkan sejak dini kepada anak-anak memiliki tujuan yang bersifat edukatif. Anakanak sejak dini diajarkan cara menghindari penyebutan secara langsung kata-kata yang memiliki nilai rasa kurang sopan” (2008:89). Analisis fungsi eufemisme untuk pendidikan adalah sebagai berikut. (116) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon TKI atu mendaftar sebagai istri (Aib dan Nasib, 2020: 81). (116a) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon pembantu atau mendaftar sebagai istri. Kata TKI pada data (116) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu babu pada data (116a). Kata TKI dinilai lebih eufemistis daripada kata babu karena kata TKI tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata babu dinilai kurang
Imas Juidah, dkk. 358 eufemismtis karena secara kasar menyatakan pekerjaan yang dinilai rendah. Oleh karena itu, pada data (116) tersebut menggunakan kata TKI untuk menghormati orang dan keluarga yang bersangkutan. Kata TKI dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata TKI lebih eufemistis untuk menggambarkan pekerjaan seseorang. Selain itu, kata TKI juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata babu. Oleh karena itu, kata TKI memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (117) Terpaksa tidak bisa beranjak meskipun urin terasa hendak mancur dari saluran kemih (Aib dan Nasib, 2020: 66). (117a) Terpaksa tidak bisa beranjak meskipun air kencing terasa hendak mancur dari saluran kemih.
359 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi Kata urin pada data (117) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu air kencing pada data (117a). Kata urin dinilai lebih eufemistis daripada kata air kencing karena kata urin tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata air kencing dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan benda yang jorok. Oleh karena itu, pada data (117) tersebut menggunakan kata urin untuk menghormati orang dan keluarga yang bersangkutan. Kata urin dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata urin lebih eufemistis untuk menggambarkan kegiatan seseorang. Selain itu, kata urin juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata air kencing. Oleh karena itu, kata urin memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas,
Imas Juidah, dkk. 360 terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (118) Bagaimana bisa berbeda? Tolong jelaskan kepadaku lebih utama mana; hibah sebagian tanah untuk orang lain atau tetangga sebelah rumah?’ (Aib dan Nasib, 2020: 67). (118a) Bagaimana bisa berbeda? Tolong jelaskan kepadaku lebih utama mana; pemberian sebagian tanah untuk orang lain atau tetangga sebelah rumah?’ Kata hibah pada data (118) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pemberian pada data (118a). Kata hibah dinilai lebih eufemistis daripada kata pemberian karena kata hibah tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata pemberian dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan kegiatan memberi. Oleh karena itu, pada data (118) tersebut menggunakan kata hibah untuk menghormati orang yang menerima pemberian. Kata hibah dalam
361 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata hibah lebih eufemistis untuk menggambarkan kegiatan memberi sesutu kepada orang. Selain itu, kata hibah juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pemberian. Oleh karena itu, kata hibah memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (119) Ketika sambungan listrik mereka terputus dan ketika aliran comberan dan tinja mereka dangkal, Mnag Sota lebih bisa diandalkan (Aib dan Nasib, 2020: 68). (119a) Ketika sambungan listrik mereka terputus dan ketika aliran comberan dan tahi mereka dangkal, Mnag Sota lebih bisa diandalkan. Kata tinja pada data (119) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu tahi pada data (119a). Kata tinja dinilai lebih eufemistis daripada
Imas Juidah, dkk. 362 kata tahi karena kata tinja tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata tahi dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan benda berupa kotoran. Oleh karena itu, pada data (119) tersebut menggunakan kata tinja untuk menghormati orang. Kata tinja dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata tinja lebih eufemistis yang bermakna hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur. Selain itu, kata tinja juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata tahi. Oleh karena itu, kata tinja memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan.
363 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi A. Sinopsis Novel Penerapan Kajian Sosiopragmatik: SPEAKING Model Dell Hymes dalam Novel Barideen: Cinta Sepotong Agama Karya Afif Awalan Baharudin Daffa yang sejak kecil diejek temantemannya karena mirip dengan nama Baridin. Daffa yang tumbuh dan berkembang dari kalangan Nahdhatul ‘Ulama mulai mempertanyakan sikap-sikap kelompok Islam lainnya dalam beribadah, Ia memutuskan untuk belajar agama Islam di pesantren, Indramayu. Setelah BAB 12
Imas Juidah, dkk. 364 lulus, Ia merantau ke Jakarta dan melihat begitu banyak perbedaan ritual dari apa yang Ia dapat di pesntren dan lingkungannya dahulu. Ia mulai belajar Islam kelompok lain. Alih-alih sesat, ia menemukan perbedaan terdapat pada wilayah ritual yang bersifat furu’. Bukan fundamental. Ia juga bertemu dengan Aya, seorang perempuan anak dari Komisaris PT. Pertamina Persero yang ber-manhaj Salafy. Merasa saling mencintai, keduanya memutuskan untuk membawa komitmen mereka menuju pernikahan. Jelas segala kesenjangan tidak bisa dielakkan. sentimentil antar kelompok Islam yang berafiliasi dalam organisasi NU dan kelompok yang disebut Salafy mendarah daging. Lagi pula kesenjangan ekonomi antara keluarga Daffa yang sederhana dan Aya yang mewah bak langit dan bumi. Berbekal komitmen, Setelah lulus kuliah dan mendapaktkan pekerjaan Daffa meminang Aya. Namun, sebesar apapun, cinta tidak dapat berdiri sendiri. Daffa ditolak oleh keluarga Aya. Sementara itu, Aya dijodohkan dan menikah dengan laki-laki pilihan
365 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi ayahnya. Hal tersebut membuat Daffa kecewa dan sangat terluka. Khawatir akan kondisi Daffa, teman-temannya membawa Daffa ke Psikolog. Daffa harus tetap melanjutkan hidup walaupun dengan berat. Hari demi hari kondisi Daffa mulai membaik dan sudah bisa menerima keadaan. Selanjutnya, Daffa dijodohkan dan menikah dengan Fiza. Namun, dengan menikah tidak membuat Daffa lupa dengan Aya. Beberapa tahun berlalu, secara tidak sengaja Daffa dan Aya pun bertemu dan Aya menceritakan tentang perasaan sebenarnya ke Daffa bahwa Aya masih sangat mencintai Daffa. Aya juga menceritakan bahwa dirinya sudah bercerai dengan suaminya.
Imas Juidah, dkk. 366 B. Analisis Novel Berikut ini penjabaran deskripsi hasil penelitian mengenai SPEAKING Model Dell Hymes dalam Novel Barideen: Cinta Sepotong Agama Karya Afif Awalan. a. Setting (S) Setting dalam novel tersebut terbagi dua yaitu latar tempat dan waktu. Latar tempat yang terdapat dalam peristiwa tutur pada kelima novel tersebut sebagian besar di dalam rumah, di kosan, di pesantren, di tempat kerja, di dalam kamar, di teras rumah, di jalan, di pusat desa, di masjid, di kebun mangga, di rumputrumput, di kampus, dan di counter HP. Latar tempat tersebut nampak pada kutipan berikut. “Gadung gadung priook!” Suara kondektur memecah lamunanku. “kemana, A?” tanyanya sambil memegang kardus yang ada di sampingku. Bahasa tubuh agar aku setuju untuk naik. “Rambutan, Kang,” jawabku sambil memasang muka enggan
367 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi “Ayo. Lewat kok, Kang” Ia meyakinkanku dan meraih kardusku. “Jangan bohong. Nanti saya diturunkan di tengah jalan lagi ah”. “Ora lah, A. Masa karo wong dhewek boong si” “Yasudah. Awas boong, ya!” (Afif Awalan, 2020: 41-42). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di pinggir jalan. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut. “Kok hari pertama telat, mas? Saya Delailiya. Panggil saja Aya”. “Iya nih. Jauh saya dari Depok” “Woah. Saya Bekasi. Jauhan mana kira-kira, mas” menyindir tak mau kalah. “Jauh Mbaknya sepertinya. Entah saya tidak tau. Bukan asli Jabodetabek. Hehe.” “Gak kemana-mana nunggu jam kuliah berikutnya?” tanyanya padaku berhenti di muka pintu. “Enggak. Nunggu di kelas saja.” Kali ini aku yakin tidak bermasalah. “Lho kelas berikutnya kan tidak di sini. Kelas berikutnya di ruang 521 A, mas. Saya duluan ya”. ” (Afif Awalan, 2020: 56-57).
Imas Juidah, dkk. 368 Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di kampus tepatnya di ruang kelas. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut. “Pulang duluan, ya” sambil menyalami Jhony. Staff pemasaran. “Tumben. Biasanya santai dulu. Nonton film dulu” berbicara seraya enggan melepas gengamanku. “Ada perlu sama, Bang Ajay, Mas” Jawabku. “Hoo. Mau ngomongin gaji?” Ia menyeringai menggodaku. “Yaudah hati-hati deh, ya” Ia melepas jabatan tanganku. “Assalamu’alaikum. Ganggu enggak, Bang?” kepalaku mendongak. “Wa’alaikum salam. Enggak kok. Aman. Kenapa?” “Mau ngobrol, bang” Jawabku. “Woah tumben lo, Daff” Ia menganggap aneh lantaran aku jarang sekali ingin menghadap empat mata dengannya. “Gue pengen resign, Bang” aku menyampaikan langsung ke poinnya. “Jadi bener yang kata Menejer SDM bilang? Ada masalah dengan orang di sini?” “Enggak kok. Memang sudah pengen pulang di kampung saja. sudah pengen hidup di sana. Bang” Jawabku. “Gue mulai cocok sama kerja lo, Daff. Tapi gue gak pernah menghalangi siapapun untuk keluar. Lo
369 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi harus inget keterima kerja di sini susah, Daf” Ia meyakinkanku untuk memikir ulang keputusanku. “Makasih banyak bang, tapi gue emang udah menimbang ini masak-masak”. Aku kukuh. “Yaudah. Entar BPJS lo biar diurusin Anna”. “Okay, Bang. Terimakasih, Ya” aku berdiri dan menyalaminya pamit. “Daf!” Ia memanggilu, aku berbalik. “Ya, Bang” Jawabku. “Good lick, ya. Don’t forget to keep in touch”. (Afif Awalan, 2020: 226-229). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di tempat kerja Daffa. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut. “Assalamualaiku, permisi. Tau rumahnya Ibu Kariska?” aku berdiri di depan toko dan langsung menyampaikan maksud meski belum keluar pemilik aslinya. “Walaikusalam. Tunggu sebentar, mas”. Terdengar suara dari dalam ruangan. (Afif Awalan, 2020: 283). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di depan toko.
Imas Juidah, dkk. 370 b. Participant (P) Partisipan dalam peristiwa tutur berkaitan dengan penutur dan lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur sebuah novel diproduksi oleh tokoh-tokoh dalam novel. Dalam novel Barideen karya Afif Awalan tuturan diproduksi oleh Daffa, Delailiya (Aya), Erwin, Ibu Hayati, Ayah Daffa, Bando, Kiayi, Natan, Kak Ana, Misyah, Iman, Mia, Rafi, Bang Rifa, Rohman, Galih, Andi, Zakir, kondektur, ustadz Amir, ibu Wangi, Bapak Rifai, Pak Nazir, Pak Januzi, Jhony, Bang Ajay, Toni, Hafiza, Ibu Kariska, Mang Surtana, dan Baharudin. Berikut contoh kutipan yang dituturkan oleh Daffa, Natan, Kak Ana, Aya, Misyah, Iman, Mia, Rafi, Bang Rifa. “Assalamualaikum” “Walaikum salam amuun!” Natan menjawabku heboh. “Walaikum salam, Daffa. Sini masuk”. Sambut Ka Ana sambil megipas-ngipas arang di halaman kosan. “Udah matengnya saja datang, dasar!” “Assalamualaikum. Salam dulu, dong.” Misyah menanggapiku.
371 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi “Memang itu yang dicari sih, Daf” Iman menimpali. “Ayok sini makan aja langsung”. Kata Kak Ana. “Eh Kak Iman sama Misyah” Mia keluar sambil menteng nampan berisi nasi. “Eh, Mia. Apakabar Mia. Hehe”. Misyah mejawab mendahului Iman. “Kak Imaaaan, Kak Misyaaaah”. Teriak Nathan heboh seperti biasa. “Eh Nathaan. Cubit neh”. Goda Iman. “Husshh enak aja. Bayar”. Nathan menimpali. “Eh ada Aya. Kok diem aja dari tadi”. Goda Iman dan Misyah hampir bersamaan. “Selepas ini kita bikin game yuk” Kak Ana memantik. “Maen apa, Kak?”tanya Mia, Nathan, dan Aya hampir bersamaan. “Entah. Yang pasti biat gak SMP cowok-cowok ini. Sudah makan pulaaang!” “Ini aja nih, maen Say frangkly”. Iman mengusulkan? “Apatuh?” Jawabku penasaran. “Ini pulpen kita putar. Yang mengarah pada orang tersebut dia harus menjawab jujur semuanya. Asal tidak pertanyaan yang bersifat sensitif” Iman menjelaskan sambil mengacungkan pena. “Woah seru tuh” Jawab Mia sambil kembali duduk setelah mengemasi sisa nampan ke dalam dapur kost-nya.
Imas Juidah, dkk. 372 “Kalau nanyain lagi naksir siapa sih sensitif tidak?” Nathan memperjelas peraturan. “Tidak lah! Itu yang dicari” Jawab Misyah. “ Baiklah melingkar sini ayok dimulai” Kak Ana memimpin. “Hayoloooo! Sekarang Aya kena. Tidak bisa berkilah ini penanya tepat menuju kamu, lhoo” Iman meyakinkan. “Iya tau bisa aja alesannya” tandas mia dan Nathan. “Kamu paling takut degan apa, Ya?” Misyah terlihat semangat menanyakan Aya. “Hmmm. Aku paling takut degan kecoa, Kak”. Aya menjawab. “Kelamaan kalian. Aku tau kalian para cowok pengen nanya apa. Aya lagi suka sama siapa?” Kak Ana berintrepretasi. “Iya. Tau aja kamu, An”. Rafi menimpali. “Bisa di-skip aja gak si?” Aya mengelak. “Gak bisa lah. Dari tadi kamu paling semangat nanya begini ke yang lain. “Oke oke. Hmmm. Malu tapinya. Tapi aku udah pernah kasih tau Nathan sama Mia kok”. “Tapi kan kita di sini belum tau, Ya” Iman memancing. “Iya. mumpung orangnya ada di sini lho, Ya” Tandas Mia. “Iya-iya. Hmmm aku malu tapi. Ciri-cirinya saja ya. awalnya aku biasa saja padanya. Lagian banyak yang deketin aku. Tetapi setelah sering berdiskusi
373 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi dengan dia, kemudian aku tau keseharian dia. Dia tuh orangnya yang survive membiayai hidupnya. Pagi kuliah dan aktif organisasi, malamnya kerja dan ia tak pernah malu dan selalu optimis”. Aya menjelaskan ciri-ciri pria idaman. “Itu mah Daffaaaa”. Iman memotong cerita Aya. “Iya itu mah si Daffa atuh, Ya” Bnag Rifa Menimpali. “Apaansi. Kan masih umum itu ciri-cirinya. Kebanyakan anak beasiswa kan kesehariannya begitu.” Aku mengelak. “Udah ya. Aku malu” Aya menimpali. “Gaes!” Mia meminta perhatian. “Bapak kos suruh anak Cowok buat pulang. Sudah kemaleman katanya”. Mia menjelaskan. “Yah padahal lagi seru-serunya”. Rifa menyayangkan. (Afif Awalan, 2020: 105-113). c. Ends (E) Ends yaitu berkenaan dengan maksud dan tujuan. Dengan kata lain, ends adalah hasil yang ingin dicapai dalam peristiwa tutur. Partisipan harus memahami tujuan dalam berkomunikasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Maksud dan tujuan dari novel Barideen karya
Imas Juidah, dkk. 374 Afif Awalan yaitu bercerita tentang kasih tak sampai antara Daffa dan Aya. Mereka saling mencintai namun kesenjangan ekonomi antara keluarga Daffa yang sederhana dan keluarga Aya yang mewah seperti langit dan bumi serta perbedaan kelompok islam di antara keduanya. Daffa yang tumbuh dan berkembang dari kalangan Nahdhatul ‘Ulama (NU) dan mencintai Aya, seorang anak perempuan dari Komisaris PT. Pertamina yang ber-manhaj Salafy. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. “Tanya hatimu lagi, apa kamu masih benar-benar mencintaiku, Aya?” Suaraku memecah kesepian taman Matraman yang dari tadi sepi. “Aku akan tetap mendatangi ayahmu, Aya. Selepas itu apapun yang terjadi aku pasrah”. Aku berusaha menemukan jawaban paling realistis. “Baiklah. Sekarang kita, putus, ya, kalau aku diterima orang tuamu, kau akan menjadi istriku, jika aku tertolak, aku akan iklas. InsyaALLAH”. Aku melanjutkan pernyataanku selanjutnya. “Padahal aku tau akan berujung seperti ini. Maafkan aku ya, Daf. Seharusnya aku tak memaksamu untuk masuk ke dalam kehidupanku sejauh ini.” Tatapan Aya penuh penyesalan.
375 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi “Kamu ngomong apa sih, Ya. Sudahlah. Aku masih yakin bahwa tidak ada batasan dalam cinta yang lebih besar dari pada agama”. Aku meyakinkan. “Baiklah ini terakhir kita bertemu. Aku ucapkan selamat tinggal jika kita tak berjodoh. Selamat datang jika kelak kita berjodoh. Terimakasih dan maaf, Aya. Terimakasih sudah menemaniku selama ini, maaf atas segala kesalahanku selama ini”. Aku mencoba merangkai kata diplomasi sedekat mungkin dengan kenyataanku dan Aya meski sebenarnya aku lebih ingin mengungkapkan gertakan agar Aya berusaha membujuk ayahnya seratus kali lagi. “Ya. bisku sudah datang. Assalamualaikum” Aya begegas menaiki bis AC05 jurusan Bekasi-Blok M. (Afif Awalan, 2020: 157-162). d. Act Sequence (A) Act sequence yang berkaitan dengan bentuk dan isi ujaran dalam peristiwa tutur merujuk pada bentuk ujaran, bentuk kalimat dan ragam bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur. Bentuk ujaran yang ditemukan dalam peristiwa tutur dalam kelima novelnovel pengarang Indramayu tersebut yaitu percakapan berupa dialog. Sementara itu bentuk kalimat yang
Imas Juidah, dkk. 376 digunakan dalam tersebut yaitu deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Bentuk kalimat deklaratif nampak pada kutipan berikut. “Jadi anak pertama itu berat, Da. Ada dua kepribadian yang bertolak belakang tapi harus ada dalam diri anak pertama. Punya hati selembut kapas sekaligus juga pundak sekuat karang”. “Hmmmm, nang apa mudu due loro-loroe? Padahal mah tiap uwon mah beda beda kecenderungane. Baka beli medit ya loman, mangsa iya ana medit sekaligus loman?”. “Jeh ingan. Sejen, Rik. Anak pertama itu harus banyak mengalah pada adikadiknya, bahkan memnjadi orang tua ketiga bagi adik-adiknya. Tapi sisi yang lain anak pertama harus kuat menanggung resiko biaya adik-adiknya, berperan sebagai teladan, berarti anak pertama dipaksa untuk menjadi role model untuk adik-adiknya. Jika benar jadi banggan, jika salah jadi wanti-wantian untuk adikadiknya”. (Afif Awalan, 2020: 235-236). Selanjutnya, bentuk kalimat interogatif nampak pada contoh kutipan berikut.
377 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi “Assalamualaiku, permisi. Tau rumahnya Ibu Kariska?” aku berdiri di depan toko dan langsung menyampaikan maksud meski belum keluar pemilik aslinya. “Walaikusalam. Tunggu sebentar, mas”. Terdengar suara dari dalam ruangan. (Afif Awalan, 2020: 283). Selain itu, bentuk kalimat imperatif nampak pada contoh kutipan berikut. “Ayo siap-siap ke masjid. Jadwalnya solat tahajud berjamaah.” “Pakai apa kak bajunya?” “Pakai sarung dan ikat pinggang ya” “Hah?! Ikat pinggang degan sarung? Baru tau aku” Bisikku kepada Bando “Sudah turuti saja. Mungkin biar tidak lepas. Santri baru belum biasa memakai sarung, bukan?” Bando menyakinkanku. (Afif Awalan, 2020: 7-8). Sementara itu, Bentuk kalimat ekslamatif nampak pada contoh kutipan berikut. “Selamat ya, Mas. Kamu hebat. Aku bisa tidak ya besok” Aya menyelamatiku. “Kamu pasti bisa, Ya. kamu kan lebih pintar
Imas Juidah, dkk. 378 dariku. Lebih rajin pula”. Aku meyakinkannya. “Silahkan masuk lagi, mas!” Panitera memanggilku. “Setelah kami pertimbangkan. Sebenarnya masih kurang di sana sini terutama tentang bahasa yang ada di penelitian ini, mohon nanti di maksimalkan saat yudisium ya, nak Daffa”. Pak Nazir pembimbing satuku mewakili dosen yang lain. “Baik, Pak”. Aku menjawab. “Selamat nak Daffa mendapat ilai A. Mesti A minus tetap saja musti disyukuri. Karena segala sesuatu tentu tidak ada yang sempurna. Mohon dimaksimalkan koreksian yang telah diberikan penguji dan pembimbing”. Pak Januzi pembimbing keduaku menyampaikan. “Alhamdulillah. Terimakasih bapak-bapak. Semoga sehat selalu,” Aku menyalami mereka satu-persatu. (Afif Awalan, 2020: 154-155). e. Key (K) Key mengacu pada nada, cara dan semangat dimana suatu tuturan dituturkan. Dalam kelima novel pengarang Indramayu tersebut ditemukan berbagai macam nada dalam tuturan. Nada yang ditemukan dalam novel tersebut yaitu nada rendah, sedang, tinggi, nada
379 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi memelas, nada pasrah, nada genit atau merayu, nada senang, nada halus, nada gelisah, nada cemas atau takut, nada sedih, nada mengejek, dan nada putus asa.. Nada sedih dan pasrah nampak pada kutipan berikut. “Tanya hatimu lagi, apa kamu masih benar-benar mencintaiku, Aya?” Suaraku memecah kesepian taman Matraman yang dari tadi sepi. “Aku akan tetap mendatangi ayahmu, Aya. Selepas itu apapun yang terjadi aku pasrah”. Aku berusaha menemukan jawaban paling realistis. “Baiklah. Sekarang kita, putus, ya, kalau aku diterima orang tuamu, kau akan menjadi istriku, jika aku tertolak, aku akan iklas. InsyaALLAH”. Aku melanjutkan pernyataanku selanjutnya. “Padahal aku tau akan berujung seperti ini. Maafkan aku ya, Daf. Seharusnya aku tak memaksamu untuk masuk ke dalam kehidupanku sejauh ini.” Tatapan Aya penuh penyesalan. “Kamu ngomong apa sih, Ya. Sudahlah. Aku masih yakin bahwa tidak ada batasan dalam cinta yang lebih besar dari pada agama”. Aku meyakinkan. “Baiklah ini terakhir kita bertemu. Aku ucapkan selamat tinggal jika kita tak berjodoh. Selamat datang jika kelak kita berjodoh. Terimakasih dan maaf, Aya. Terimakasih sudah menemaniku selama ini, maaf atas segala kesalahanku selama ini”. Aku mencoba merangkai kata diplomasi
Imas Juidah, dkk. 380 sedekat mungkin dengan kenyataanku dan Aya meski sebenarnya aku lebih ingin mengungkapkan gertakan agar Aya berusaha membujuk ayahnya seratus kali lagi. “Ya. bisku sudah datang. Assalamualaikum” Aya begegas menaiki bis AC05 jurusan Bekasi-Blok M. (Afif Awalan, 2020: 157-162). Selanjutnya, selain nada sedih dan pasrah juga ditemukan nada iba. Nada iba nampak pada contoh kutipan berikut. “Nak, Ibu hendak bicara.” “Ya, Bu”. “Ibu kasihan sama kamu. Melihat kamu bekerja seperti sekarang. Ibu dan Ayah lebih senang melihatmu bekerja seperti dahulu, lebih rapih, lebih terurus. Tidak mengenaskan seperti sekarang”. Ibu menjelaskan pelan pelan agar aku tidak tersinggung. “Bagaimana ya, bu aku menjelaskannya. Daffa sedang membangun usaha, bu. Bukan seperti yang Ayah dan Ibu berjualan di kantin, Daffa sedang membangun sistem dimana jika nanti Daffa tak jualan pun Daffa akan tetap mendapatkan uang. Daffa banyak belajar dari Ayah, kalau Ayah sakit, Ayah tidak mendapatkan pemasukan. Daffa pengen buat suatu hal yang lebih dari sekedar menjadi seorang pedagang, bu. Daffa mengerti
381 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi memang kelihatannya payah. Memang perlu waktu, Bu”. Aku mencoba menjawab dengan halus meski ini adalah yang keempat kalinya Ibu mengulang topik yang sama”. “Ibu dan Ayah sudah mengerti, Nak. Tapi bagaimana dengan masyarakat? Ayah meminta Ibu untuk menyampaikan hal ini lantaran jengah dengan omongan orang, nak”. [diam beberapa saat] “Masa sekolah tinggi-tinggi pulang hanya jadi pedagang kaki lima” Ibu melanjutkan. “Aku tidak mau, bu. Kalau Ibu dan Ayah kurang berkenan aku tinggal di sini karena tidak tahan dengan omongan dari orang-orang, dalam masa perintisanku, aku tidak masalah pindah tempat tinggal, bu”. Aku memberi jalan tangah menurutku. “Bukan seperti itu, Nak. Biar nanti ibu coba meyakinkan Ayahmu. Silahkan kamu istirahat, jangan begadang nanti subuh susah dibangunkan”. Ibu menutup percakapan dan meninggalkan aku. (Afif Awalan, 2020: 240-242).
Imas Juidah, dkk. 382 f. Instrumentalities (I) Instrumentalities berhubungan dengan bentuk tuturan dan ragam bahasa. Bentuk tuturan dalam peristiwa tutur tersebut berbentuk lisan. Ragam bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur novel tersebut yaitu semuanya menggunakan ragam bahasa nonformal atau tidak resmi. Hal tersebut nampak pada contoh kutipan berikut. “Oiit ngelamun Aje Bapak!” Erwin menepuk pundakku. “Ngagetin dah dasar pemburu seminar!” Aku meledek. “Hahaha asyeem. Yok jalan. Dosen tidak ada. Udah setengah jam lebih nih” Erwin mengajakku. “Kemana? Seminar lagi” Aku menyeringai. “Iya, dong. Aula Buya Hamza. Dapat makan dan goody bag lho. Aku sudah chek ombak. Hahaha”. (Afif Awalan, 2020: 68-69). g. Norms (N) Norm ofinteraction and interpretation mengacu pada norma yang ada pada saat berinteraksi. Norma
383 Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi berinteraksi terbagi menjadi tiga yaitu norma pada ruang, norma pada waktu, dan norma pada gerak tubuh. Norma pada ruang dalam peristiwa tutur yang terdapat kelima novel pengarang Indramayu tersebut yaitu jarak pribadi, intim, dan sosial. Jarak intim nampak pada kutipan berikut. “Ada apa sih, mas? Tumben. Kamu lagi mau Ada apa sih, mas? Tumben. Kamu lagi mau ya? karena hujan nih?” Ia menyeringai. “Tidak kok. Aku hanya mau bilang sayang kamu. Sehat-sehat ya, sayang”. Aku memeluknya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. “Oooww So sweet kamu, mas. Tapi aku belum mandi ih. Sana entar aja. Kasihan kamunya” Tangannya iya kaitkan di leherku. “Apasih orang Cuma pengen peluk. Kamu kali yang lagi pengen?” Aku menggodanya. “Tuh kaaan. Kamu sih” Ia melepas peluknya dan sigap mengangkat tempe. (Afif Awalan, 2020: 280-281). Norma pada waktu dalam peristiwa tutur pada novel tersebut sudah sesuai. Peristiwa tutur dalam kelima novel pengarang Indramayu tersebut dituturkan
Imas Juidah, dkk. 384 pada waktu yang sesuai. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. “Ayo siap-siap ke masjid. Jadwalnya solat tahajud berjamaah.” “Pakai apa kak bajunya?” “Pakai sarung dan ikat pinggang ya” “Hah?! Ikat pinggang degan sarung? Baru tau aku” Bisikku kepada Bando “Sudah turuti saja. Mungkin biar tidak lepas. Santri baru belum biasa memakai sarung, bukan?” Bando menyakinkanku. (Afif Awalan, 2020: 7-8). Norma pada gerak tubuh yang dihasilkan dalam peristiwa tutur pada novel tersebut yaitu ekspresif dan pasif. Hal tersebut nampak pada contoh kutipan berikut. “Titip, anak kami ya, Pak Ustadz” “InsyaAllah, Bu. Semoga anak Ibu da Bapak betah di sini” “Kami balik dulu, Stadz” ibuku mewakili rombongan pamitan. “Oh, iya Bu. Mangga”. “Yah! Bocah lanang mah mudu kuat. Aja cengeng. Adate rasa beli betah awal-awal mah. Sue-suene mah betah jigah” ayahku berbicara sambil meremas punggungku. “senang kudu kuat baka arep dadi wong ebat mah”