i
ii Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
iii
iv © Hak Cipta 2023 pada penulis, Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Jejak Kebajikan Cerita Aksi Layanan Lazismu Penanggung Jawab: Mahli Zainuddin Tago Pengarah: Hilman Latief, Muarawati Nurmalinda, Joko Intarto, Barry Adhitya, Edi Suryanto, Rini, Moh Danial Ramli, Upik Rahmawati, Edi Muktiono Tim Penyusun: Sita Rahmi BS, Riza Egi Arizona, Adi Rosadi, M. Sholeh Farabi, Ardi Luthfi, Nazhori Author, Fauzan Anwar Sandiah, Mu’arif, Azaki Khoirudin, Afifah Hasna, Fatimah Nabela Nova, Yusuf Yanuri Penulis: Fauzan Anwar Sandiah Editor: Azaki Khoiruddin dan Muhammad Ridha Basri Layouter: Turiyanto Desain Sampul: Muh. Bintang Ilhami xxxvi + 364 halaman; 16 x 23 cm ISBN: 978-623-95535-9-3 Cetakan ke-2, Maret 2023 Lazismu PP Muhammadiyah Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jl. Menteng Raya 62 Jakarta Pusat 10340 Telp: (021) 3150400 WA: 08561626222 Email: [email protected] IB Pustaka Jl. Nanas 47B, Banyuraden, Kec. Gamping, Kab. Sleman, DI Yogyakarta Telp: 085330204385 Email: [email protected] JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
v UCAPAN TERIMA KASIH “Buku ini tidak akan terbit tanpa bantuan banyak pihak yang tidak dapat disebut satu per satu. Termasuk para narasumber kami yang telah bersedia membagikan cerita dan informasi yang kami butuhkan untuk menyusun buku ini. Ucapan terima kasih pula kami sampaikan untuk para mitra yang telah mendukung seluruh program Lazismu, baik yang sepak terjang programnya telah kami ceritakan di sini, maupun yang belum. Ada banyak yang telah membantu kami, dan oleh karena itu kami persembahkan buku ini untuk mereka.”
vi JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
vii SAMBUTAN Jejak Langkah Lazismu: Melintasi Berbagai Spektrum Dr. Mahli Zainuddin Tago Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah Desa Kulur, Saparua medio 2017. Sebelumnya udara sangat cerah, tetapi beberapa menit menjelang berlabuh tiba-tiba hujan sangat deras mengguyur seakan mengucapkan selamat datang. Beberapa anak muda Kulur yang menjadi awak kapal KAST gagah berani terjun ke laut. Lalu berenang ke dermaga membawa tali. Dengan tali itu KAST dibimbing melewati sela-sela batu karang. Kami pun berlabuh, menjejakkan kaki di Desa Kulur, Pulau Saparua, Maluku. Ini tentu pengalaman tidak terlupakan. Bagi Lazismu sebagai sebuah lembaga, apalagi bagi saya pribadi sebagai pengurus Lazismu. Lazismu baru saja memiliki sebuah kapal. Kapal kecil yang diberi nama Klinik Apung Said Tuhuleley (KAST), diambil dari nama putera Kulur almarhum Pak Said Tuhuleley. Di Kulur, Lazismu telah meninggalkan jejak. Juga di desa dan kota lainnya di berbagai penjuru tanah air. Juga di berbagai penjuru di luar tanah air. Lazismu sebagai kepanjangan tangan Muhammadiyah telah memberikan dampak besar dalam berbagai lini kehidupan. Di dalam maupun di luar negeri, dalam kawasan damai maupun konflik, di mayoritas muslim maupun non-muslim, internal Muhammadiyah maupun luar Muhammadiyah. Lazismu bergerak dengan berbagai program.
viii Sebagian dengan menghimpun dana sendiri dan sebagian berkolaborasi menjalankan program yang dananya dihimpun pihak lain. Semuanya dijalankan dengan organisasi program yang sistematis dan terukur. Selanjutnya berbagai program itu dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Sehingga Lazismu secara nyata mengambil peran dalam pembangunan global. Dalam berbagai spektrum itulah Lazismu meninggalkan banyak jejak melalui enam pilarnya: sosial dakwah, pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan kemanusiaan. Melalui pilar sosial dakwah Lazismu misalnya membangun masjid di Uganda, sebuah negara dengan penduduk muslim hanya 14 persen dari seluruh populasi. Awalnya sebuah video komunitas muslim di Uganda yang beribadah di tempat yang kurang layak viral di media sosial. Masjid hanya beralaskan tanah yang dilapisi terpal bekas yang lusuh. Lalu Lazismu menghubungi mitra yang berada di Uganda untuk melakukan asesmen. Setelah itu Lazismu melakukan fundrising. Pembangunan masjid yang berlokasi lumayan jauh dari ibukota ini berkoordinasi dengan KBRI setempat. Singkat cerita sebuah masjid yang layak berdiri kokoh di sana. Masjid ini kini siap untuk diresmikan. Semoga dalam waktu dekat Lazismu bisa mendampingi PP Muhammadiyah melakukan serah terima ke masyarakat muslim Uganda, negeri nun jauh di benua Afrika. Pada pilar yang sama Lazismu membangun Gedung Aisyiyah di Palawan, Filipina Selatan. Sebagaimana di Uganda, di sini juga belum ada organisasi Muhammadiyah. Tetapi semangat umat Islam di sana untuk menjadi bagian dari Muhammadiyah terasa begitu kental. Mereka memiliki wadah bernama Muhammadiyah Association. Pada suatu waktu mereka, terutama ibu-ibu melaksanakan pengajian. Pesertanya ratusan orang. Tempatnya di bangunan sangat sederhana. Dindingnya pasangan bata satu meter keliling dan beratap terpal. Foto kaum ibu yang penuh semangat dengan latar belakang spanduk bertuliskan Aisyiyah Palawan JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
ix sampai ke Lazismu dan warga Aisyiyah di tanah air. Tak pelak lagi foto ini membakar semangat berbagi warga Persyarikatan. Maka dalam waktu singkat dana terkumpul lumayan besar. Kini sedang berlangsung pembangunan Gedung Aisyiyah di Palawan, Filipina Selatan. Lazismu juga terjun dalam membantu para pengungsi Rohingya. Program ini masuk dalam pilar kemanusiaan. Untuk itu, tim Lazismu bergerak di Bangladesh, Myanmar, dan di Indonesia. Dana terhimpun untuk tragedi kemanusiaan yang dahsyat ini cukup besar. Ketika awal krisis kemanusiaan, Lazismu hadir di Cox Bazar, sebuah distrik Bangladesh yang dipenuhi pengungsi Rohingya. Selanjutnya Lazismu hadir langsung di Myanmnar bersama NGO setempat. Lazismu bersama Muhammadiyah Aid melakukan beberapa pelatihan yang melibatkan para pengungsi Rohingya dan penduduk setempat. Sedangkan di tanah air Lazismu menyantuni dan mendampingi pengungsi Rohingya yang masih terdampar di sekitar Lhokseumawe pantai utara Aceh. Sebagian program kemanusiaan ini dijalankan langsung oleh Lazismu. Sebagian lainnya bekerja sama dengan lembaga ketiga yang peduli dan bergerak dalam aksiaksi kemanusiaan. Tentu saja Lazismu bergerak membantu rakyat Palestina. Untuk pengungsi Palestina, ketika seakan tiada hari tanpa derita, Lazismu menjalankan berbagai program kemanusiaan. Di samping karitatif, kehadiran Lazismu untuk Palestina juga dalam bentuk program jangka panjang. Lazismu misalnya membangun sekolah untuk anak-anak Palestina di Beirut. Beasiswa juga disediakan bagi anak-anak Palestina yang studi lanjut. Hari-hari ini Lazismu bekerja sama dengan Mejelis Diktilitbang PP Muhammadiyah sedang menjalankan program beasiswa bagai warga Palestina untuk studi S-2 maupun short course di berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia. Dengan program ini warga Palestina bisa merasakan langsung suasana Indonesia. Merasakan keberpihakan bangsa Indonesia terhadap perjuangan mereka melawan penjajahan zionis Israel yang didukung hegemoni Barat yang begitu kuat. Jejak Langkah Lazismu: Melintasi Berbagai Spektrum
x Tentu saja Lazismu begerak di berbagai lokasi di tanah air. Di Kota Sabang, ujung paling barat Indonesia, Lazismu meninggalkan banyak jejak melalui berbagai program dengan berbagai pilar yang ada. Di Merauke, ujung paling timur tanah air, ketika buku ini disusun Lazismu sedang intensif melakukan pendampingan pembangunan lanjutan Gedung PKU Muhammadiyah Merauke. Pembangunannya menggunakan Dana Kemaslahatan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia. Dalam hal ini Lazismu berperan sebagai Mitra Kemaslahatan BPKH. Lazismu menjadi pendamping pelaksanaan program. Mulai dari penyempurnaan proposal sampai monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program. Penerima manfaat dari program ini tentu tidak hanya PKU Muhammadiyah Merauke. Kemanfaatan aksi Lazismu bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat di sana, di ujung paling timur Indonesia. Tidak peduli agama dan suku mereka. Dalam menjalankan program Lazismu tentu melakukan banyak sinergi. Baik internal maupun eksternal Persyarikatan, penghimpunan maupun pendistribusian. Sinergi internal penghimpunan melibatkan Majelis, Lembaga-Badan, dan Ortom (MLO) dalam Persyarikatan. Untuk itu banyak Kantor Layanan didirikan di berbagai lembaga pendidikan Persyarikatan. Ini berlangsung pada semua level: Pusat, Wilayah, Daerah, maupun Cabang. Sinergi eksternal dijalankan bersama lembaga pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Lazismu misalnya menjadi penghubung antara Baznas yang menjadi sumber dana dengan Daerah atau Cabang Muhammadiyah di pedalaman Maluku. Demikian juga Lazismu menyalurkan dana dari internal Persyarikatan untuk penerima manfaat yang tidak terkait langsung dengan Persyarikatan. Dengan begini Lazismu menancapkan jejak di pedalaman Uganda, Camp Sabra dan Shatila Lebanon, Cox Bazar Bangladesh, Myanmar, dan Filipina. JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xi Bagian dari jejak langkah Lazismu adalah penguatan kapasitas kelembagaan. Dalam beberapa kejadian pelaporan kegiatan masih tersendat karena standar pelaporan Lazismu yang ketat. Tidak jarang ini memunculkan stigma bahwa Lazismu terlalu rumit dan bertele-tele. Dalam hal ini Lazismu berbeda dengan MLO dalam Muhammadiyah lainnya. Di samping pedoman dari Persyarikatan, Lazismu juga diatur regulasi, khususnya UU Zakat. Untuk itu Lazismu harus mempertimbangkan aspek syariah dan aspek akuntabilitas. Dalam prakteknya Lazismu diaudit keuangan oleh Kantor Akuntan Publik dan diaudit syariah oleh Kementerian Agama. Tuntutan regulasi ini tidak selalu mudah diikuti penerima dana-program Lazismu, internal maupun eksternal Persyarikatan. Maka Lazismu harus menggunakan pendekatan tertentu agar pelaksanaan program bisa optimal. Indikatornya adalah Laporan Keuangan dan Laporan Kegiatan yang memenuhi standar audit. Dengan begitu, Lazismu meninggalkan jejak langkah di banyak lokasi dan dalam berbagai bidang program. Lazismu hadir di semua provinsi di tanah air dan di sebagian besar kabupaten/kota di tanah air. Lalu di masing-masing kabupaten-kota itu berdiri banyak Kantor Layanan (KL) Lazismu. Beberapa KL juga berdiri di luar negeri. Tentu dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Ada yang baru berdiri dan ada yang sudah kencang berlari. Masingmasing dengan berbagai aktivitas penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian pemberdayaan. Dengan keunikan dan kondisi daerah masing-masing Lazismu meninggalkan begitu banyak jejak. Tentu tidak semuanya telah direkam atau dituliskan. Sebagian dituliskan dalam buku ini. Dengan demikian kehadiran buku ini terasa sangat penting. Jejak Langkah Lazismu: Melintasi Berbagai Spektrum
xii JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xiii KATA PENGANTAR Lazismu dan Kisah-Kisah Jejak Kebajikan Edi Suryanto (Direktur Utama Lazismu Pusat) Sebagai salah satu upaya dalam mendorong terjadinya inovasi sosial di masyarakat, Lazismu membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menjalankan kebijakan-kebijakan programnya. Sejak tahun 2016, Lazismu mengusung ekosistem Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (ZISKA) yang berfokus pada: Pertama, penghimpunan, yakni bagaimana Lazismu mengumpulkan sebanyakbanyaknya donasi/ZISKA dari masyarakat, baik melalui penggalangan retail, corporate, maupun digital. Kedua, Programming, menyusun dan menetapkan kebijakan program, dan Ketiga, melakukan monitoring dan evaluasi atas jalannya program Pendayagunaan dan Pendistribusian. Untuk program-program penyaluran dilaksanakan bekerja sama dengan mitra, baik internal maupun eksternal Muhammadiyah, dan mitra pelaksana program tersebut, diwajibkan untuk membantu Lazismu dalam menghimpun partisipasi publik dan mengajak masyarakat untuk berdonasi melalui Lazismu. Inovasi sosial telah ditetapkan dalam peta jalan Lazismu yang dituangkan dalam Rencana Strategis Lazismu 2021-2025, dimana tahun 2022 ditargetkan untuk terjadinya Inovasi Sosial untuk Keberlanjutan.
xiv Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tema inovasi sosial yang diusung Lazismu adalah bagian dari penerjemahan terus-menerus tentang konsep tajdid dan ijtihad untuk memberikan lebih banyak kemudahan bagi Lazismu dalam melakukan perubahan di masyarakat. Inovasi dilakukan untuk menegaskan dan mengukuhkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang lincah, berpikiran maju, penuh inisiatif, dan inovatif. Tugas Lazismu sebagai bagian dari gerakan filantropi Islam di Muhammadiyah adalah memproyeksikan agenda perubahan yang lebih tertata, sistematis, berdampak dan berkelanjutan. Tahapan Inovasi Sosial Untuk mendapatkan hasil dari Inovasi Sosial yang sempurna, dibutuhkan beberapa tahapan yang harus dilalui, di antaranya: Pertama, menemukan akar masalah sosial dan membuat bingkai rumusan masalah dengan tepat. Lazismu meski pun sebagian besar tidak dilakukan secara langsung, namun telah melakukan identifikasi dalam menemukan akar masalah yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan program yang rata-rata berangkat dari proposal atau usulan yang diajukan oleh mitra pelaksana baik internal maupun eksternal Muhammadiyah, atau masyarakat sebagai calon penerima manfaat; dan untuk mengoptimalkan berbagai potensi internal Persyarikatan, terdapat banyak Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang dapat digandeng dalam menggali ide-ide inovasi sosial. Kedua, mencari solusi atau ide pemecahan masalah dengan partisipasi, sinergi dan kolaborasi; tidak ada lembaga yang mampu berjalan sendiri dalam pelaksanaan berbagai program, pada saat ini era-nya membangun sinergi dan kolaborasi, dan Lazismu di berbagai tingkatan dengan melibatkan berbagai pihak telah menjalankan proses ini dalam menangkap berbagai peluang terjadinya inovasi sosial. JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xv Ketiga, uji coba ide inovasi untuk melihat apakah layak untuk diterapkan dan mampu mengatasi persoalan. Dalam membuat uji coba atas program, Lazismu melibatkan mitra dalam melakukan pendampingan untuk memastikan bahwa program dapat berjalan sebagaimana perencanaan. Dalam menganalisa kelayakan program dapat dilanjutkan, Lazismu perlu melakukan pendampingan secara langsung dengan pelibatan para pakar untuk mendapatkan pelaporan secara periodik atas perkembangan atau capaian program dan catatan evaluasi untuk perbaikan di lapangan; Keempat, keberlanjutan inovasi setelah melalui tahapan uji coba. Amil Lazismu dituntut untuk melakukan pengawasan berkala di lapangan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi serta memastikan bahwa yang terlaporkan memang itu yang terjadi. Adapun sumber pendanaan untuk menjalankan program dikeluarkan melalui penyaluran dana Zakat, Infak, Sedekah, atau pun Dana Sosial Keagamaan Lainnya yang terhimpun dari masyarakat, baik individu maupun perusahaan berupa dana CSR (Corporate Social Responsibility) serta kemitraan dari lembaga sejenis atau organisasi pengelola zakat lain. Keseluruhan program Lazismu, diharapkan dapat berjalan secara terus-menerus, sehingga dengan pendampingan dalam waktu tertentu, program ini bisa tetap berjalan secara mandiri; Kelima, promosi ide inovasi sosial kepada masyarakat melalui berbagai platform dan jejaring kolaborasi. Untuk pengembangan ide inovasi di lokasi baru, Lazismu ditantang untuk menduplikasikan program setelah melalui proses evaluasi dan dinilai telah berhasil, serta adanya dukungan dari berbagai pihak. Hal ini, menjadi tantangan tersendiri bagi Lazismu. Meski pun dalam mengomunikasikan keberhasilan program kepada calon penerima manfaat baru, dengan luasnya dukungan dan jaringan yang dimiliki, baik jaringan Lazismu atau pun Muhammadiyah, untuk pemilihan dan penetapan lokasi baru seharusnya tidak menjadi hambatan; Lazismu dan Kisah-Kisah Jejak Kebajikan
xvi Keenam, terciptanya perubahan sosial yang sistemik. Dalam pengelolaan program pendayagunaan dan pendistribusian, perlu melibatkan pakar sesuai bidangnya. Di Muhammadiyah, dengan adanya Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha, dengan pengalaman panjangnya dalam menangani bidang-bidang khusus yang dikelola, akan memudahkan Lazismu dalam mengawal terjadinya inovasi sosial sesuai dengan bidang yang telah ditetapkan dalam 6 pilar program Lazismu (Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Sosial Dakwah, Kemanusiaan, dan Lingkungan). Dalam merawat kemitraan atau kerjasama program, Lazismu memiliki dua jenis kemitraan, yakni mitra pendanaan dan mitra pelaksana. Dalam merawat mitra pendanaan/donatur, perlu dilibatkan dalam monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan, dan sama-sama diuntungkan dari pelaksanaan program tersebut. Untuk memastikan program dapat berjalan sebagaimana perencanaan, Lazismu perlu memberikan pembekalan berupa pelatihan dan pendampingan bagi penerima manfaat, baik dilakukan secara langsung mau pun tidak langsung dengan melibatkan mitra pelaksana program. Dari berbagai tahapan tersebut, program yang diceritakan dalam buku ini merupakan bibit-bibit inovasi sosial, yang harus dilanjutkan melalui proses pendampingan, evaluasi, dan duplikasi. Sehingga dapat dikatakan sebagai proses inovasi sosial yang paripurna. Dalam buku ini, pembaca dapat mengikuti bagaimana peran Lazismu, berfungsi sebagai inovator atau implementator dari pelaksanaan berbagai gagasan inovasi sosial dalam menjawab berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Capaian SDGs Pencapaian SDGs hingga tahun 2030 memerlukan cara-cara kerja kreatif dan inovatif. Lazismu diharapkan menjadi jangkar dalam tubuh JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xvii Persyarikatan, seiring dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi dalam memberikan solusi efektif untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, terutama dalam menghadapi masalah ketimpangan dan kemiskinan. Sejauh ini, semangat yang dimiliki para amil sudah sangat besar, begitu juga cakupan kerja serta rutinitas kegiatannya yang luas dan intensif. Namun, dalam menentukan ukuran capaian kinerja dengan berbagai indikator dalam SDGs, diperlukan pemetaan dan penelaahan yang serius untuk menganalisa sejauh mana kontribusi Lazismu dalam membantu pemerintah mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dan ceritacerita dalam buku ini, sudah merangkum semua itu, harapannya berbagai cerita ini dapat menjadi inspirasi bagi amil Lazismu di semua tingkatan, dalam mengukur capaian program pendayagunaan dan pendistribusian yang dilakukan. Cerita Lain Dalam buku ini, pembaca dapat berselancar mengikuti berbagai inisiasi dalam memulai bibit-bibit inovasi sosial yang dijalankan melalui program-program pendayagunaan dan pendistribusian dana zakat, infak, sedekah yang dikelola oleh Lazismu. Dan kisah-kisah pemberdayaan dalam buku ini, baru sebagian kecil dari keseluruhan program yang dijalankan. Masih banyak cerita inspiratif lain yang akan disajikan dalam penerbitan buku-buku yang akan datang. Terima kasih, selamat membaca, dan dapatkan inspirasinya. Lazismu dan Kisah-Kisah Jejak Kebajikan
xviii JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xix SUSUNAN PIMPINAN AMIL ZAKAT INFAK DAN SHADAQAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE 2015 – 2020 Dewan Syariah Ketua : Dr. KH. Hamim Ilyas Anggota : Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy Drs. Dadang Syaripuddin, M.A. Dr. Izza Rohman Dr. Atiyatul Ulya Drs. Asep Sholahudin, M.Pd.I. Penasehat Ahli : Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. Badan Pengawas Ketua : M. Akhyar Adnan, Ph.D., MBA., CA., Ak. Anggota Rizal Yaya, SE., M.Sc., Ph.D., Ak., CA. Dr. Rini. Ak., CA. Hilda, M.Si., Ak., M.Ak., CA., CPA., CMA. Badan Pengurus Ketua : Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. Sekretaris : Dr. Nuryadi Wijihardjono, S.E., M.M. Wakil Sekretaris : M. Nurul Ihsan, S.T. Wakil Ketua Bidang Penyaluran dan Pendayagunaan : Muarawati Nurmalinda, MPA. Anggota : Barry Adhitya, S.Psi. Andar Nubuwo, DEA Wakil Ketua Bidang SDM dan Kelembagaan : Eny Muslichah Wijayanti, S.E., M.S.i Anggota : Joko Intarto., SIP. : Mahsunah Syakir, S.E., M.E.K.
xx Wakil Ketua Bidang Fundraising, Keuangan & Asset : Moh. Danial Ramli, S.H. Anggota : Drs. H. Muhammad Gembong Pratondo, S.H. : Erni Juliana, S.E., M.Ak. JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxi Lazismu Meraih Penghargaan Indonesia’s SDGs Action Awards Tahun 2022 Kategori Organisasi Filantropi dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) RI
xxii JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu Lazismu Meraih Penghargaan Indonesia’s SDGs Action Awards Tahun 2022 Kategori Organisasi Filantropi dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) RI 6 P I LA R LA Z I S M U
xxiii 6 P I LA R LA Z I S M U
xxiv
xxv PROLOG Jejak Kebajikan Lazismu Melayani Semesta Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Spirit Al-Ma’un menjadi salah satu ciri gerakan Islam Muhammadiyah sejak didirikannya oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan 106 tahun yang silam. Bahwa setiap muslim yang menganut Islam harus mewujudkan agamanya dalam membela dan memberdayakan kaum miskin, yatim, serta dhu’afa (kaum lemah) dan mustadh’afin (kaum tertindas, teraniaya). Sebaliknya, termasuk dusta dalam beragama manakala dirinya tidak mau menolong kaum yang lemah dan dilemahkan. Apalah artinya beragama manakala tidak peduli dan tidak mau berbagi untuk mereka yang bernasib malang dalam kehidupannya. Ajaran Al-Ma’un dalam Muhammadiyah telah menjadi gerakan praksis sosial Islam yang bersifat membebaskan (emansipasi, liberasi), memberdayakan, dan memajukan kehidupan umat dan bangsa. Gerakan Al-Ma’un bahkan secara kelembagaan melahirkan rumah sakit, klinik, pelayanan sosial, tanggap kebencanaan, pemberdayaan masyarakat, dan praksis Lazismu untuk seluruh anak negeri. Praksis Al-Ma’un saat ini pun melahirkan aksi kemanusiaan (humanitarian) untuk semua golongan umat manusia baik di dalam maupun di luar negeri dalam gerakan Muhammadiyah for All atau “Muhammadiyah untuk Semesta”. Suatu
xxvi ajaran ta’awun yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Islam sejatinya mengandung elemen ajaran yang membebaskan dalam makna mengeluarkan umat manusia dari keadaan buruk ke keadaan yang lebih baik. Inilah praksis sosial Islam yang oleh Asghar Ali Engineer disebut sebagai teologi pembebasan dalam Islam (the Islamic theology of liberation). Menurut Asghar, ajaran Islam sejati menunjukkan komitmen tinggi pada terciptanya tatanan sosial yang adil, egaliter, dan nir-eksploitasi. Tidak dapat disebut masyarakat muslim manakala di dalamnya masih terdapat eksploitasi satu terhadap lainnya. Karenanya Islam hadir dengan pandangan dan praktik sosial yang membebaskan kehidupan. Bahkan kalimat Laa Ilaaha Illa Allah, menurut pemikir Islam pasca-modern ini, dapat menjadi kekuatan pembebas bagi kaum lemah sekaligus membongkar sistem apapun yang otoritarian. Lazismu dan Etos Melayani Semesta Sebagai lembaga filantropi Muhammadiyah, Lazismu membawa misi untuk mewujudkan pelayanan inklusif dan berkelanjutan. Misi ini memang perlu dipahami oleh semua warga Persyarikatan, khususnya dalam rangka menyambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta yang mengangkat tajuk “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta”. Jejak-jejak kebajikan Lazismu dengan demikian merupakan wujud melayani semesta. Terdapat sejumlah konteks yang membuat pelayanan Lazismu kian terasa penting, krusial, dan kontekstual. Pertama, terkait situasi nasional jelang tahun politik yang sedikit atau banyak menunjukkan ananiyahhizbiyah (egoisme kelompok) dan gesekan sosial-politik satu sama lain. Kontestasi politik memang wajar dengan dinamika persaingan dan perebutan kepentingan. Namun manakala tidak terkelola dengan baik JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxvii dan dibiarkan serba-bebas, maka dapat memicu konflik dan retak sosial antar sesama anak bangsa secara saling berhadapan dan bermusuhan. Karenanya penting dilandasi nilai ta’awun untuk saling peduli dan berbagi, serta melayani layaknya satu tubuh di keluarga bangsa. Perbedaan politik tetap diikat oleh rasa bersaudara dan tidak menyuburkan suasana permusuhan yang merugikan kehidupan berbangsa. Lazismu melalui program-programnya, menjadi jembatan untuk menyebarkan nilai-nilai ta’awun, untuk memperkokoh solidaritas sebagai sesama anak bangsa. Kedua, etos pelayanan Lazismu dapat diaktualisasikan dalam gerakan membangun kebersamaan dengan jiwa tulus semata-mata untuk memajukan kehidupan bangsa. Umat Islam menyebut semangat kebersamaan itu dengan ukhuwah, sedang dalam idiom umum dikenal gotong-royong untuk kebaikan hidup bersama. Semangat ukhuwah dan gotong-royong itu niscaya terus disebarluaskan agar menjadi praktik hidup yang nyata dan bukan retorika. Ukurannya ialah ketika terdapat perbedaan pandangan dan kepentingan, satu sama lain mau saling berkorban dan berbagi, bukan saling mengutamakan kepentingan dan mau menang sendiri. Ketiga, Lazismu mewujudkan spirit Al-Ma’un di antara sesama warga dan komponen bangsa dengan sikap, tindakan, dan usaha bekerja sama secara nyata. Semua pihak mau saling peduli dan berbagi, serta saling hidup maju dan makmur bersama-sama. Dalam kehidupan kebangsaan, jangan sampai perebutan kekuasaan menyuburkan egoisme kelompok secara eksklusif dan berlebihan yang menggerus kebersamaan. Jangan sampai terjadi paradoks, di ruang publik menyuarakan ukhuwah dan gotong royong, tetapi dalam praktik menampilkan sikap aji mumpung, mau menang sendiri, dan kebiasaan menyisihkan pihak lain yang berbeda pandangan atau golongan demi kejayaan diri atau golongan sendiri dalam hasrat kuasa berlebih. Jejak Kebajikan Lazismu Melayani Semesta
xxviii Keempat, gerakan filantropi Lazismu juga menggelorakan gerakan pemberdayaan untuk mengangkat harkat umat dan warga yang lemah menuju kehidupan khaira ummah yang berkecukupan. Jika satu persen penduduk negeri ini menguasai mayoritas kekayaan Indonesia, maka inilah sumber utama kesenjangan sosial-ekonomi yang harus dipotong mata rantainya secara sistemik. Kesenjangan sosial jangan dibiarkan seolah wajar hanya karena tidak ingin menempuh langkah drastis dalam menghadapinya, sebab rakyat dan negaralah yang dirugikan. Di negeri ini tidak boleh para mafia dan tangan-tangan perkasa dibiarkan menguasai Indonesia untuk meraih kejayaan sendiri dengan mengorbankan kepentingan kolektif bangsa dan negara. Konstitusi pasal 33 UUD 1945 memerintahkan: “(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Gerakan filantropi Lazismu menyentuh sikap cinta dan bela negara. Semua komponen dan warga bangsa pada dasarnya memiliki komitmen mencintai dan membela kepentingan bangsa dan negara. Tetapi, ekspresi dan aktualisasinya beragam sehingga tidak terperangkap pada pikiran dan tindakan yang berlebihan. Karenanya, di satu pihak tidak dibenarkan ada kecenderungan warga bangsa yang melakukan politisasi dan klaim “cinta dan bela Indonesia” secara sepihak seakan paling Indonesia. Sebaliknya tidak boleh pula ada kelompok lain yang alergi dan mati-rasa keindonesiaan sehingga kurang menunjukkan sikap melu handarbeni, yakni merasa ikut JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxix memiliki atau sense of belonging terhadap NKRI, apalagi sampai berideologi dan mencita-citakan sistem ketatanegaraan lain yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Bagi Muhammadiyah sangatlah tegas, bahwa Negara Pancasila adalah Darul Ahdi Wasy Syahadah, suatu negara hasil konsensus nasional seluruh kekuatan bangsa yang dasar dan sistemnya tidak boleh diubah, namun pada saat yang sama harus dibangun sesuai dengan jiwa, pikiran, dan citacita luhur yang diletakkan oleh para pejuang dan pendiri bangsa sehingga tidak menjadi Indonesia yang salah-arah dan salah-kaprah. Spirit Al-Maun dalam wujud jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan kebersamaan yang berwawasan kenegarawanan itu mesti diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara kolektif dan sistemik di Indonesia saat ini. Pengabdian kebaikan untuk semua yang sejati dapat menjadi faktor kekuatan bagi kesatuan, keutuhan, dan kemajuan Indonesia. Sebagaimana pesan Bung Karno ketika berpidato pada 1 Juni 1945, bahwa: “Kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua.” Itulah mozaik ta’awun atau spirit kebersamaan yang diletakkan dengan kokoh oleh para pejuang dan pendiri bangsa secara autentik menuju Indonesia yang dicita-citakan, yang dalam perspektif Muhammadiyah disebut Indonesia Berkemajuan. Yakni Indonesia yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat yang menjelma sebagai Negara Pancasila yang modern dan berperadaban utama! Apresiasi Buku Jejak Kebajikan Buku yang ada di tangan sidang pembaca ini merupakan kumpulan fragmen sepak terjang Lazismu, baik di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah hingga Kantor Layanan (KL). Tentu saja, masih ada ribuan sepak terjang Jejak Kebajikan Lazismu Melayani Semesta
xxx kebajikan Lazismu yang belum termuat dalam buku ini. Apalagi jika dihitung sejak awal mula berdirinya Lazismu, yang kemudian terus berkembang dari waktu ke waktu. Meski begitu, kumpulan cerita dan kisah yang telah dituliskan dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk terutama bagi warga Persyarikatan, simpatisan, dan juga pihak luar untuk mengenal, memperkuat dan mendukung Lazismu supaya terus berkiprah. Buku ini menjadi sangat penting karena memaparkan bagaimana Muhammadiyah melalui Lazismu ternyata telah memberikan dampak besar di segala lini kehidupan masyarakat Indonesia dan bahkan di tingkat global. Ini merupakan suatu panorama yang seringkali jarang atau luput dari perhatian kita sebagai warga Persyarikatan Muhammadiyah. Misalnya, betapa bangganya, Muhammadiyah telah ikut berkontribusi dalam perdamaian dunia melalui dukungan dana dan pendirian infrastruktur pendidikan, gerakan mitigasi kebencanaan, serta turut membangun citra positif dunia muslim yang maju dan siap menawarkan solusi atas persoalanpersoalan kontemporer seperti degradasi ekologi, ancaman perang, krisis dan resesi ekonomi, serta bencana multidimensional. Selain menebar jejak kebajikan di tingkat global, Muhammadiyah juga sangat mengakar dengan segala persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia mulai dari ujung timur hingga barat. Melalui Lazismu, Muhammadiyah ikut memberi napas panjang harapan pada bangsa ini. Saya berharap para pembaca bisa menelusuri satu per satu fragmen cerita dan kisah dalam buku ini. Kita akan semakin mengenal etos kemanusiaan, keislaman dan kemajuan dalam diri setiap aktivis Muhammadiyah yang tidak kenal berputus harapan dalam membaktikan dirinya untuk bangsa dan negara ini. Dengan misi melayani semesta, dalam bingkai spirit “bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa, serta tidak akan bekerja sama dalam dosa dan JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxxi pelanggaran atau permusuhan”, Muhammadiyah melalui Lazismu mudahmudahan akan terus berkiprah mencerahkan bangsa ke seluruh persada negeri guna mewujudkan Indonesia Berkemajuan menjadi milik bersama. Semoga Allah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya untuk bangsa Indonesia, sehingga negeri tercinta ini menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. Nashrun minallah wa fathun qarib. Jejak Kebajikan Lazismu Melayani Semesta
xxxii JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxxiii DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v SAMBUTAN Jejak Langkah Lazismu: Melintasi Berbagai Spektrum Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. ....................................................... vii KATA PENGANTAR Lazismu dan Kisah-kisah Jejak Kebajikan Edi Suryanto ....................................................................................... xiii SUSUNAN PENGURUS ................................................................. xix ACUAN PROGRAM PENYALURAN .......................................... xxiii PROLOG Jejak Kebajikan Lazismu Melayani Semesta Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. ..................................................... xxv DAFTAR ISI ................................................................................... xxxiii A. PILAR EKONOMI ..................................................................... 1 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan ................... 3 Ecoprint: Cetakan Alam untuk Ibu Bumi ..................................... 21 Rias@ Corner: Merias Ekonomi Keluarga ................................... 35
xxxiv Gerobak Chickenmu: Resep Lezat Membangun UMKM ........... 53 Integrated Farming: Mimpi Ekonomi Berkelanjutan ..................... 63 MASTER Menjahit: Komitmen Pemberdayaan di Pelosok ........ 73 B. PILAR KESEHATAN ................................................................ 79 Klinik Apung Said Tuhuleley: Melayarkan Zakat di Laut Timur . 81 Klinik Sukarela Aisyiyah: Orang Miskin Boleh Berobat ............. 99 AmbulanMu: Transportasi Kesehatan Unggulan ........................ 113 Timbang: Menyelamatkan Generasi Mendatang ......................... 125 Layanan Kesehatan Keliling: Untuk Mereka di Pedalaman dan Pelosok .......................................................................................... 145 C. PILAR PENDIDIKAN ............................................................... 155 Edutabmu: Bagimu Negeri tanpa Kesenjangan ........................... 157 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu ................................ 173 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri ....................................... 187 Beasiswa Palestina: Solidaritas Muslim Global ............................ 197 Beasiswa Sang Surya: Pencerahan untuk Tanah Air ................... 205 D. PILAR LINGKUNGAN ............................................................. 213 Biogas Cianjur: Transisi Energi Bersih untuk Ekologi Desa ....... 215 Sumur Resapan Banyu Langit: Memanen Air Langit ................. 223 Ekowisata Yogyakarta: Merawat Sungai Memulihkan Manusia .. 233 Sumur Bor Lazismu: Melawan Privatisasi Air .............................. 241 Air Bersih untuk Santri: Tirta untuk Para Pencari Ilmu ............. 249 E. PILAR SOSIAL-DAKWAH ....................................................... 255 Pemberdayaan Suku Kokoda Papua: Jejak Muhammadiyah di Papua Barat .............................................................................. 257 Indonesia Terang: Elektrifikasi Melembutkan Hati .................... 277 Lansia Tangguh: Sesepuh Menolak Rapuh ................................. 289 JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
xxxv Pemberdayaan Mantan Preman: Sosial Dakwah untuk Para Kelas Kakap .................................................................................. 299 Griya Qur’an Difabel: Cahaya untuk Mereka yang Tak Melihat 307 F. PILAR KEMANUSIAAN .......................................................... 315 Indonesia Siaga: Mewujudkan Jamaah Tangguh Bencana .......... 317 Sekolah Cerdas: Memupuk Perdamaian, Menyemai Kesiapsiagaan ................................................................................ 329 Dana Kemanusiaan Rohingya/Palestina: Solidaritas Internasional ................................................................................ 337 Pemberdayaan Panti Bayi: Mengasihi Sejak Dini ........................ 343 EPILOG Gerakan Lazismu, Mengawal Perubahan Melalui Kesadaran Kolektif Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. ....................................................... 351 Lampiran Mitra Lazismu ...................................................................................... 359 Daftar Isi
xxxvi JEJAK KEBAJIKAN: Cerita Aksi Layanan Lazismu
1 PILAR EKONOMI 6 PILAR LAZISMU Pilar Program Penyaluran Lazismu
2 PILAR EKONOMI
3 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan TANI BANGKIT Komitmen untuk Ketahanan Pangan Di Desa Gempol, Klaten, Jawa Tengah, matahari sedang terik-teriknya dan sapuan angin mengenai pucuk-pucuk padi. Wahyudi Nasution tiba di rumah Nusanto Herlambang. Wahyudi membawa sebuah pertanyaan penting. Dan, Nusanto adalah orang pertama yang terlintas di kepalanya sejak awal. Kepada siapa lagi ia akan mencari jawaban selain pada sahabat karibnya yang waktu itu masih merupakan Kepala Desa Gempol. Mereka sudah saling kenal sejak lama. Keduanya juga sama-sama merupakan tokoh masyarakat bagi warganya masing-masing. Hanya beda sektor saja. Wahyudi ke bisnis dan ekonomi. Nusanto ke pemberdayaan petani desa. Wahyudi melemparkan pertanyaan ke Nusanto. “Punya ide program pemberdayaan petani?” Nusanto menebak-nebak arah pertanyaan Wahyudi. “Lazismu mau buat program Tani Bangkit di sini, tapi perlu yang khas Klaten, punya ide?” tambah Wahyudi.
4 PILAR EKONOMI Sebuah Cerita dari Gempol Pertanyaan Wahyudi memang tidak ujug-ujug muncul. Di tahun 2017, sebagai Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten (PDM) Klaten, Wahyudi pergi ke Bandung. Wahyudi hadir dalam Rapat Kerja Nasional Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di sana, Wahyudi mendapat tantangan membuat program pemberdayaan ekonomi berbasis pertanian dari Lazismu Pusat. “Saya, waktu Rakernas MEK itu, ketemu sahabat saya Mbak Eny Wijayanti dari Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beliau memberi tantangan kepada saya untuk membuat program pemberdayaan petani. Sebab, Lazismu ingin punya program pilar ekonomi untuk petani,” jelas Wahyudi. Bagi Wahyudi, tantangan membuat program pemberdayaan ekonomi petani punya makna sangat personal. Ia memang sejak lama menganggap tak boleh ada sekat antara Muhammadiyah dan petani. Khususnya di
5 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan Klaten yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah. Sebab, meski petani merupakan kelompok masyarakat pengguna layanan yang disediakan Muhammadiyah di sektor pendidikan dan kesehatan, tidak banyak titik temu antara keduanya. “Di sini, rata-rata wong tani menyekolahkan anak-anaknya ke sekolahsekolah Muhammadiyah dan kalau sakit berobat ke rumah sakit milik Muhammadiyah. Kita punya kewajiban moral ikut memperhatikan nasib ekonomi mereka. Jangan hanya berhenti di program pengajian saja, harus dilengkapi,” jelas Wahyudi. Jadi, bagi Wahyudi, program Tani Bangkit adalah kesempatan bagus untuk mendekatkan Muhammadiyah pada warga yang berprofesi sebagai petani. Supaya, kebermanfaatan Muhammadiyah sebagai gerakan keislaman juga semakin terasa di semua kalangan. Tidak ekslusif, tapi menyebar untuk semua golongan termasuk para petani di desa. Komitmen Pertanian Organik Lazismu Kembali ke pertanyaan Wahyudi terhadap Nusanto. Mendengar pertanyaan itu, Nusanto mengatakan ia bersama beberapa petani sebetulnya juga sedang menggarap program pemberdayaan ekonomi petani berbasis pertanian organik. Nusanto mengingatkan ulang Wahyudi pada serangan hama wereng (Nilaparvata lugens) tahun 2011. Kala itu, banyak petani gagal panen. Kecuali, sekelompok kecil petani yang kebetulan bertani secara organik. Ladang mereka aman dan ternyata berhasil panen. Belajar dari pengalaman itu, Nusanto mengajak petani untuk beralih ke pertanian organik. Tidak harus semuanya. Hanya yang siap saja. Mereka kemudian mengembangkan pertanian organik secara khusus. Meski menunjukkan prospek bagus di masa depan, tapi ada masalah krusial yang belum terjawab dengan baik dan meyakinkan. Ke mana
6 PILAR EKONOMI mereka akan menjual produk pertanian organik? Ceruk pasar untuk komoditas ini masih kecil waktu itu. Bertahun-tahun problem ini sulit dipecahkan karena tidak ada solusi yang cocok dengan idealisme Nusanto dan para petani. Cerita Nusanto jelas memberi angin segar dan sesuai harapan. Wahyudi mendengar saksama dan menjajaki kemungkinan kolaborasi. Masalah muncul. Nusanto tak begitu yakin ia bisa bermitra dengan Lazismu. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, ia tidak ingin program pertanian organik ini dapat “titipan” misi terselubung apa pun. Dari, oleh, dan untuk petani, begitu prinsip Nusanto. “Saya pernah dapat tawaran dari mana-mana. Tidak ada yang cocok. Karena mereka punya misi lain di luar kepentingan para petani. Ada yang karena akan jadi kandidat anggota legislatif dan ada yang untuk pencitraan lembaga. Saya tidak mau yang begitu,” jelas Nusanto. Wahyudi tidak menyerah. Ia meyakinkan Nusanto bahwa Lazismu beda dari yang lain. Tidak ada misi apa-apa selain mendukung keberdayaan para petani. Kalau perlu, Wahyudi menawarkan, biar Nusanto mendengar sendiri komitmen Lazismu. Begitulah akhirnya. Untuk meyakinkan Nusanto, mewakili badan pengurus Lazismu PPM, Eny Wijayanti datang langsung ke Gempol. Wahyudi mempertemukan Eny dengan Nusanto. Eny menjelaskan ke Nusanto bahwa Lazismu punya program Tani Bangkit. Tapi, masih sulit menemukan model implementasi yang cocok. Berhubung sudah mendengar langsung dari Wahyudi tentang pemberdayaan pertanian organik di Gempol, Eny yakin bahwa inilah yang dicari Lazismu. “Perlu beberapa kali bertukar gagasan sampai Mas Nusanto akhirnya yakin bahwa Lazismu memang punya niat baik untuk program pertanian organik di Gempol,” kenang Eny Wijayanti.
7 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan Nusanto menangkap kesungguhan Lazismu untuk mendukung pengembangan program pemberdayaan pertanian organik di Gempol. Ia akhirnya yakin. Tugas berikutnya adalah mengusulkan konsep dan model pemberdayaan petani yang dapat digunakan untuk program Tani Bangkit. Bersama Wahyudi, ia kemudian menyusun konsep dan model kolaborasi untuk diperiksa oleh Lazismu. Eny memeriksa dengan cermat konsep dan model yang ditawarkan Wahyudi dan Nusanto. Ia pun mengecek juga kesesuaian antara konsep dan model serta kesiapan di lapangan. “Mbak Eny sampai berkali-kali datang ke Gempol untuk meninjau kelayakan dan kesiapan kami di sini,” kata Nusanto. Proses awal ini sangat menentukan bagi Wahyudi, Nusanto dan juga Lazismu. Komitmen ketiganya pada masa depan ketahanan pangan akan ditentukan dari sini. Urgensi Filantropi untuk Pertanian Organik “Pertanian oganik tidak sekedar bertani tanpa pupuk kimia pabrikan. Tapi mencakup proses bertani dari awal hingga akhir. Mulai dari proses menyiapkan ladang, pengairan, perawatan harian, hingga masa panen,” jelas Nusanto. Seperti sudah diceritakan sebelumnya, komitmen Nusanto pada pertanian organik berangkat dari pengalaman nyata petani menghadapi serangan hama wereng tahun 2011. Peristiwa tersebut telah menyadarkan Nusanto tentang pentingnya pertanian organik bagi ketahanan pangan. Bukan sekadar mengikuti tren berkebun organik yang sedang menjamur di perkotaan. Karena isu utama yang menjadi perhatian Nusanto adalah pertanian yang berdasarkan kekuatan lokal dan berdayatahan.
8 PILAR EKONOMI Pertanian konvensional yang selama ini mengandalkan bahan-bahan anorganik terbukti sangat rentan. Nusanto mencontohkan pestisida yang ternyata tidak mempan mengurangi hama wereng. Alih-alih mengurangi, dosis tinggi pestisida justru dapat memberi dampak buruk pada manusia dan lingkungan. Nusanto yakin bahwa pertanian organik dapat diandalkan untuk misi ketahanan pangan dan juga menopang keberlangsungan kualitas lingkungan. Ada satu lagi faktor penting yang melatarbelakangi dedikasi Nusanto dalam mengembangkan pertanian organik. Enam tahun sebelum Tani Bangkit dimulai, ia terlibat dalam pemuliaan padi jenis Rojolele Srinuk di laboratorium Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Beras Rojolele adalah varietas lokal khas Klaten yang jadi konsumsi kalangan kerajaan Mataram di masa lampau. Beras ini bagi Nusanto akan jadi benih berkualitas yang mendukung misi ketahanan pangan untuk sekarang dan di masa depan. “Dulu, padi jenis Rojolele tumbuh terlalu tinggi dan musim panennya cukup lama. Makanya, banyak petani tak sanggup jika bertahan dengan varietas ini. Mereka beralih ke jenis padi yang lebih cepat masa panennya. Makanya, setelah proses pemuliaan benih, sekarang petani kita edukasi lagi supaya melihat ini sebagai peluang,” jelas Nusanto. Dari sudut pandang ini, dukungan Lazismu pada pemberdayaan petani organik dengan varietas Rojolele sudah pasti tidak salah tempat. Sebab, selain jelas-jelas memberi kebermanfaatan bagi kelompok tani, juga secara langsung mendukung naiknya pamor benih lokal.
9 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan Jihad Ketahanan Pangan Muhammadiyah Pertanian organik memang masa depan sektor pangan yang menjanjikan. Tapi, jelas tidak mudah mengerjakan misi seperti ini. Banyak petani belum siap nekat beralih ke pertanian organik. Alhasil, kebanyakan petani masih ragu jika harus beralih menggarap pertanian organik. Alasannya akibat daya serap pasar masih rendah. Kalau pun ada, ceruknya masih kecil, dan diperebutkan oleh banyak orang. Kalau petani tidak punya penguasaan pengetahuan, pemodalan dan jaringan, tentu tidak akan gampang. Dukungan bukannya tidak ada. Dinas pertanian sebetulnya membuka skema bantuan. Masalahnya, sebagaimana dijelaskan Nusanto, bantuan sebagian besar hanya berupa peralatan. Itu sudah bagus dan semestinya. Tapi, pertanian organik hanya akan berhasil jika para petani yakin mereka bisa “hidup” dengan menjual beras organik. Artinya pendampingan intensif sejak masa tanam hingga pemasaran sangat dibutuhkan.
10 PILAR EKONOMI Program Tani Bangkit di Gempol harus mampu menjawab problem tantangan yang dihadapi para petani. Untuk itu, bagi Nusanto, pertanian organik secara fundamental harus berpegang pada prinsip dan model integratif. Dalam konteks di Gempol, integratif itu adalah keterpaduan antara pemberdayaan, pengembangan dan praktik pertanian. Pemberdayaan berkaitan dengan pendampingan pada kelompok tani hingga ke pemasaran. Pengembangan berkaitan dengan pemanfaatan riset untuk edukasi pada kelompok tani. Sedangkan praktik pertanian berkaitan dengan aktivitas bertani sejak masa persiapan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen. Dengan mengintegrasikan antara pengembangan, penelitian dan praktik pertanian itu sendiri, konsep pertanian organik akan menghasilkan kontribusi besar bagi masyarakat terutama para petani. Maka, paling awal, para petani harus mendapat penjelasan terkait apa itu pertanian organik, peran apa saja yang tersedia bagi para petani sehingga mereka bisa berdaya dalam konsep pertanian organik, mengapa penting posisi varietas lokal dalam proyek ini, dan mengatur strategi sehingga kekuatan produk beras para petani ini bisa menembus pasar. Pada masa awal ketika ujicoba pertanian organik, Nusanto mengambil banyak peran. Ia tidak saja berperan sebagai Kepala Desa, tapi juga sebagai konsultan dan juga petani. Maka dia harus mengawal proses penanaman varietas baru, pendampingan ke petani hingga kebijakan yang dibutuhkan di tingkat desa supaya kelompok-kelompok tani bisa bergerak secara berkesinambungan. Pekerjaan Nusanto tidak mudah. Ia harus bekerja memastikan para petani mengerti seperti apa sistem dan manajemen pertanian organik. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan budidaya, dan penanganan hingga proses sertifikasi bahwa produk hasil pertanian ini adalah organik.
11 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan Semua kerumitan ini memang perlu dilakukan dalam kerja pemberdayaan petani di Gempol. Karena, misi utama pemberdayaan yang diusung adalah untuk memperbaiki perekonomian para petani. Nusanto bersama Wahyudi memang perlu membuktikan kepada para petani bahwa pertanian organik di bawah program Tani Bangkit lebih menguntungkan. Sebagaimana mereka paparkan, petani terjebak dalam sistem yang eksploitatif. Dalam pertanian konvensional, para petani selama masa tanam hingga panen mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Mulai dari pembelian benih, pupuk, dan membayar tenaga kerja untuk berbagai kebutuhan. Jika dihitung dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan si petani itu sendiri, maka biaya tentu makin besar. Sudah sangat jelas bahwa petani merugi. Pendapatan total mereka dari per tiga kali panen per tahun dengan jumlah biaya dan modal yang telah dikeluarkan tidak seimbang. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa daya tawar petani kurang kuat. Untuk menjual beras, mereka diperantarai oleh seorang tengkulak. Di Gempol, para tengkulak ini disebut “para penebas” karena pekerjaan utama mereka adalah turun ke ladang untuk menebas padi yang siap panen yang sebelumnya sudah dibeli dari petani. Harga padi siap tebas di ladang sebagian besar ditentukan atas dasar pertimbangan si “penebas” itu. Petani tidak punya pilihan lain kecuali mengambil tawaran itu. Sekarang, dengan dukungan Lazismu dan MEK PDM Klaten, ikhtiar para petani untuk melanjutkan pertanian organik semakin kuat. Terutama daya tawar petani yang sebelumnya bisa dibilang lemah, perlahan membaik. Beras organik yang dihasilkan di ladang-ladang petani dari kelompokkelompok tani ini dapat diserap oleh pasar. Perkembangan saat ini,
12 PILAR EKONOMI konsumen utama beras organik ini adalah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Mulai dari perguruan tinggi hingga rumah sakit. Tidak berhenti di situ saja. Para petani kini justru bisa mengeluarkan zakat pertanian. Dari mustahik menjadi muzaki. “Ini yang memang kita tanamkan ke bapak-bapak petani di sini. Dari keuntungan yang baik itu, jangan lupa untuk berzakat,” tutup Wahyudi. Maka, tidak salah, kalau Gempol kemudian menjadi momentum kebangkitan “petani Muhammadiyah”. Pada tanggal 18 Maret 2018, di tempat ini pula Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) dideklarasikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat. Gerakan ini kemudian menjadi replikasi di banyak tempat. Desa Gempol jadi suatu inspirasi bagi gerakan serupa di banyak tempat di Indonesia. Kebermanfaatan Inklusif Kebermanfaatan Tani Bangkit sebagai program ternyata tidak saja dirasakan para petani yang bergabung dalam kelompok tani (Poktan). Tapi juga meluas pada warga desa yang lain terutama ibu-ibu rumah tangga. Kalau berkunjung ke balai desa Gempol yang juga berfungsi sebagai “markas” Gapoktan, akan langsung terlihat kelompok-kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari ibu-ibu sedang beraktivitas. Ahmadi, koordinator dan petani di Gempol, menjelaskan bahwa selain kelompok-kelompok tani, ada juga Pokja benih, pupuk kandang, dan pengemasan. Untuk pokja-pokja ini rata-rata dikerjakan oleh ibu-ibu di desa. “Dari bekerja di pokja-pokja yang ada untuk pertanian organik, mereka bisa membawa pulang pendapatan tambahan. Paling terlihat di Pokja pengemasan. Setiap 12 hari dari sebulan sekitar 10 orang
13 Tani Bangkit: Komitmen untuk Ketahanan Pangan perempuan bekerja untuk seleksi dan mengemas beras yang akan dikirim ke pelanggan,” kata Ahmadi. Inilah uniknya program pemberdayaan petani di Gempol. Konsep dan model integrasi yang ditawarkan ternyata memberi kebermanfaatan pada banyak orang. Perempuan-perempuan yang ada di desa pun mendapat keberdayaan dalam program Tani Bangkit. Selain itu, program Tani Bangkit juga bersinergi bersama Gapoktan lain seperti Dewi Sri Makmur yang dalam jangka waktu 3 tahun terdapat penambahan lahan seluas 12 hektar, dan melibatkan 80 orang petani sebagai sasaran program. Melalui pendekatan kelompok, petani diberikan modal bertani dengan skema pembiayaan Qardhul-Hasan, para petani tidak dikenakan beban bagi hasil dan angsuran, namun mereka akan didampingi untuk menunaikan zakat pertanian produktif sebesar 5% yang akan dikelola oleh Lazismu. Hasil yang dihimpun dari zakat pertanian tersebut akan dipergunakan kembali untuk melaksanakan pelatihanpelatihan dan perluasan lahan pertanian organik di Desa Gempol dan sekitarnya yang berada di kecamatan berbeda. Program ini diharapkan menghadirkan dampak berantai bagi warga Gempol. Kisah Lain Tani Bangkit dari Berbagai Daerah Tani Bangkit merupakan program utama di Lazismu Pusat yang tersebar atau dilakukan oleh Lazismu di tingkat daerah. Program ini selaras dengan amanat Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 untuk mengentaskan kemiskinan. Cerita Tani Bangkit di desa Gempol, Klaten, Jawa Tengah, adalah salah satu dari kisah sepak terjang program Tani Bangkit. Di Cimanggu, Kabupaten Cilacap, program Tani Bangkit ini telah memungkinkan seorang mantan buruh garmen untuk bekerja menafkahi keluarganya secara terhormat. Kondisi perekonomian memang bergejolak
14 PILAR EKONOMI hebat akibat pandemi. Apindo memprediksi sekitar 30% dari angkatan kerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) selama penyebaran Covid-19. Apa yang dilakukan Lazismu Kabupaten Cilacap adalah satu dari beberapa bentuk respons atas situasi krisis. Tanpa pekerjaan, banyak orang terjerembab menjadi mustahik. Tidak mungkin tidak, dana ZIS harus bermanfaat bagi kelompok rentan ini. Di Desa Gambisari, di Kabupaten Purbalingga, Tani Bangkit jadi salah satu unggulan dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Konteks utamanya adalah pemberdayaan petani di pedesaan yang membutuhkan pendampingan dan pemodalan. Lazismu Purbalingga bersama petani menyusun konsep nandur padi yang diharapkan mampu berkelanjutan hingga panen raya. Program Tani Bangkit di Purbalingga juga berangkat dari upaya untuk menjaga semangat perekonomian masyarakat. Berdasarkan catatan Lazismu Purbalingga, banyak petani di pedesaan yang makin kesulitan untuk masalah pemodalan dan pendampingan. Maka, program Tani Bangkit ala Lazismu dianggap menawarkan solusi alternatif. Apalagi dengan dukungan Lazismu, Pemda dan Dinas terkait juga akhirnya tergerak untuk berkolaborasi. Di Kabupaten Demak ada tiga desa yang mendapat program Tani Bangkit yaitu Raji, Bantengmati, dan Pasir Mijen. Sudah berlangsung sejak Januari 2021 hingga Desember 2021. Berbeda dengan model Tani Bangkit di daerah lain, di Kabupaten Demak, program ini dilakukan dengan membeli hasil pertanian. Majelis Ekonomi Muhammadiyah dan Aisyiyah serta Lazismu kabupaten Demak bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk dengan Lazismu Jepara dan Lazismu Jawa Timur membeli hasil pertanian berupa cabai keriting sebanyak 6 ton. Pembelian hasil panen ini telah menjaga perekonomian pedesaan dari berbagai resiko. Pembelian hasil pertanian juga memungkinkan pangan tidak terbuang dengan sia-sia, karena pada mulanya sebagian besar petani sudah tidak mungkin lagi membiayai proses panen. Di tengah situasi pandemi, gagal panen akibat harga jual yang anjlok bisa berdampak pada nasib ekonomi