165 Edutabmu: Bagimu Negeri tanpa Kesenjangan Dengan adanya Edutabmu, para guru mendapat angin segar. Selain sarana dan prasaran pembelajaran membaik, juga ada topangan kesejahteraan untuk menyemangati proses pembelajaran. Semuanya demi peningkatan kualitas pendidikan. Tidak lain. Investasi jangka panjang yang jelas harus segera dimulai. TK ABA Pulegundes “Wah, TK ABA Pulegundes nyaris dicoret, kok,” kata Abdullah Mukti manajer program Edutabmu. Pasalnya, sekolah itu tidak terdeteksi di layanan Google Map. Karena minimnya akses internet. Artinya, sekolah itu tetap akan kesulitan menggunakan aplikasi dari Edutabmu. Karena, meski tidak perlu koneksi internet untuk pengoperasian, aplikasi tetap butuh jaringan internet. Entah untuk pembaruan versi aplikasi atau untuk mengunggah hasil pembelajaran. Setidaknya sebulan sekali. Tim pelaksana berhasil meyakinkan Enuma. TK ABA Pulegundes harus tetap masuk daftar penerima Edutabmu. “Justru karena di sana
166 PILAR PENDIDIKAN tidak ada koneksi internet maka Edutabmu harus masuk,” kata Abdullah. “Mungkin Enuma juga ragu apakah para guru dan tim pelaksana mampu mengatasi masalah akses internet yang terbatas itu atau tidak,” lanjut Abdullah. TK ABA Pulegundes adalah salah satu sekolah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menerima Edutabmu. Sekolah ini dipimpin oleh Titik Yudiharyati. Ketika pandemi Covid-19 menyebar di seluruh Indonesia, sekolahnya hanya mengandalkan satu laptop keluaran tahun 2009 untuk pembelajaran jarak jauh. Itu pun laptop hibah Titik sendiri untuk TK yang dikelolanya. Kondisi memang serba terbatas. Jaringan internet tidak ada. Laptop hanya ada satu. Para guru mempergunakannya bergantian untuk berbagai kepentingan. Kadang untuk kebutuhan mengetik administrasi. Kadang untuk menampilkan tayangan konten materi pembelajaran daring yang sudah diunduh. Akibatnya, laptop itu pun harus bolak-balik ke tempat perbaikan. Tapi, tak ada jalan lain. Lanjut terus. Beruntung, ketika Edutabmu sedang dalam proses penggarapan di TK ABA Pulegundes, sekolah ini mendapat hibah laptop. Majelis Dikdasmen PP Aisyiyah menghibahkan satu laptop untuk kebutuhan operasional. Satu tantangan teknis sudah kelar. Sekarang, para guru bisa fokus mempelajari strategi pembelajaran menggunakan tablet. Tidak ada lagi peristiwa laptop mati karena kabel pengisian daya baterai tersentuh tangan guru saat mengetik. Tapi di luar dugaan, program Edutabmu sangat berhasil di TK ABA Pulegundes. Sekolah yang nyaris dicoret sebagai penerima program justru menampakkan hasil pemanfaatan yang mengesankan. Bahkan, manfaat dari program Edutabmu tidak saja pada akselerasi pembelajaran. Jumlah murid meningkat 30% pada penerimaan siswa baru. Ternyata, Edutabmu meningkatkan kepercayaan diri sekolah dan para guru untuk
167 Edutabmu: Bagimu Negeri tanpa Kesenjangan mengembangkan potensi terbaik yang dimiliki sekolah. Hasilnya, banyak orang tua menaruh kepercayaan pada TK ABA Pulegundes. Tapi, yang di luar dugaan juga adalah setelah Edutabmu, sebuah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi memasang menaranya tak jauh dari lokasi sekolah. Ini memungkinkan sekolah terhubung ke jaringan internet. Menuju Tahap II Edutabmu sukses di tahap pertama. Biaya besar yang dikeluarkan tidak seberapa jika diukur dari manfaat yang ditebarkan. Banyak sekolah semakin baik menjalankan perannya bagi masyarakat. Para guru tak kalah semangat melayani setiap anak didiknya. Kalau ada yang kurang, itu hal biasa. Masih biasa dievaluasi. Tapi tak boleh tutup mata dengan manfaat yang telah diberikan. Mungkin karena itu pula, Lazismu didorong untuk segera memulai tahap kedua. The HEAD Foundation (THF) bersedia menjadi penyandang dana untuk tahap kedua Edutabmu. Sebuah kabar baik. Bagaimana tidak. Edutabmu bukan program kecil. Anggaran besar tapi kalau eksekusi gagal, akan langsung terasa. Tapi, bayangkan, hampir ada 3000 orang siswa yang merasakan langsung manfaat Edutabmu. Dalam waktu yang relatif pendek. Dan, program ini pun dikerjakan di tengah keganasan Covid-19. Para pejuang di dunia pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah pun ada yang gugur mendahului selama proses ini berlangsung akibat pandemi. Kerja keras tim dalam program Edutabmu inilah yang mungkin mempermudah Lazismu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk Enuma sendiri yang menjembatani komunikasi antara Lazismu dan The HEAD Foundation. Memang akan sangat disayangkan kalau tahap kedua Edutabmu harus menunggu waktu lagi. Rasanya mubazir. Sudah 47 sekolah, ribuan siswa, ratusan guru yang telah menerima manfaat baik Edutabmu. Apalagi, jika
168 PILAR PENDIDIKAN dihitung rupiah, harga per akun aplikasi keluaran Enuma tidak murah. Kira-kira, satu juta rupiah per akun. Jumlah yang tentu tidak murah. Entah harus ditanggung sekolah atau orang tua wali murid. Jadi, ketika The HEAD Foundation bersedia menjadi penyandang dana program, Lazismu segera menanggapi. Evaluasi mendalam selama tahap satu sudah dilakukan. Keberanian dan keyakinan untuk memperluas area sasaran makin kukuh. Untuk tahap kedua, tidak hanya sekolah-sekolah di Jawa yang akan ikut menerima manfaat. Sekolah-sekolah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masuk bidikan. Separuh-separuh biaya program akan ditanggung antara Lazismu dan The HEAD Foundation. Masing-masing 4,3 miliar rupiah. Selama dua tahun. Sekali lagi, biaya besar ini sudah sewajarnya kalau hendak berinvestasi bagi masa depan bangsa. Di tahap pertama fasilitator berasal dari Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen PP Aisyiyah, dan Enuma. Di tahap kedua, para guru yang pernah menerima manfaat dari Edutabmu akan menjadi fasilitator. Diharapkan para guru ini bisa menularkan praktik-praktik baik yang telah mereka lakukan. Keterlibatan para guru sebagai fasilitator juga menunjukkan adanya pembentukan ekosistem pembelajaran digital yang tumbuh dari bawah. Guru-guru memang harus
169 Edutabmu: Bagimu Negeri tanpa Kesenjangan diajak berpartisipasi dalam program. Sebab, masa depan sesungguhnya dari dunia pendidikan ada pada para guru. Merekalah, para agen pendidikan yang sebenarnya. Melibatkan para guru sama artinya memompa kepercayaan diri dan membangkitkan potensi mereka. Begitulah. Pada tanggal 6 Juni 2022, Lazismu PP Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan The HEAD Foundation menandatangani nota kesepahaman. Edutabmu Tahap Kedua resmi dimulai. Pasca-penandatanganan MoU, banyak hal yang akan terjadi. *** Kolaborasi bersama Enuma adalah langkah awal. Lazismu dan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah punya visi lebih jauh. Hendak mengembangkan konten pembelajaran secara mandiri. Tidak saja numerasi, literasi, atau bahasa, melainkan juga pendidikan karakter yang akan dituangkan dalam AIK (al-Islam dan Kemuhammadiyahan). Kerja sama dengan Enuma tidak lain dalam rangka mempelajari teknologi desain pembelajaran digital yang ramah anak. Selain itu, kolaborasi bersama Enuma juga akan membantu fase adaptasi terhadap perkembangan zaman. Muhammadiyah berkepentingan langsung karena punya ratusan ribu lembaga pendidikan. Tentu segala derap perubahan harus disikapi secara terbuka, optimis, dan bijak. Teknologi alih-wahana pengetahuan seperti yang dikembangkan Enuma sangat layak untuk dipelajari demi perkembangan dunia pendidikan Muhammadiyah. Bisa dibilang, inilah tahap pembiasaan yang harus dilalui oleh segenap penggerak pendidikan di Muhammadiyah. SDGs dan Edutabmu Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi problem mendasar pada ketersediaan dan keterjangkauan sarana dan prasarana penunjang
170 PILAR PENDIDIKAN mutu pendidikan. Program Edutabmu berangkat dari konteks tersebut dengan mengemban peran untuk mengakhiri ketimpangan dan kesenjangan kualitas pendidikan. Sebagai program untuk Pilar Pendidikan Lazismu, Edutabmu mengadaptasi Tujuan, Target, dan Indikator dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah menjadi instrumen global untuk mengukur dan mengarahkan pembangunan berkelanjutan. Edutabmu mengemban misi untuk mendukung terwujudnya kualitas pendidikan yang ekstensif, menyeluruh, dan adil yang menyediakan akses pembelajaran sepanjang hayat bagi semua orang. Misi ini selaras dengan Tujuan 4 yang menyerukan kepastian dalam peningkatan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata.1 Jaminan untuk meningkatkan kualitas pendidikan diwujudkan Edutabmu dengan membagikan akses terhadap perangkat pembelajaran berteknologi terbaru, yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah dari berbagai kategori yang berbeda. Edutabmu membagikan perangkat pembelajaran yang secara khusus ditujukan untuk mengakselerasi kemampuan membaca dan menulis melalui permainan (games) yang interaktif dan menyenangkan. Dengan berfokus pada penyediaan teknologi pembelajaran terbaru, Edutabmu telah memungkinkan proporsi anak-anak di tingkat pendidikan usia dini dan sekolah dasar—terutama di sekolah-sekolah dengan sumber daya yang terbatas—untuk mencapai standar kemampuan minimum dalam literasi dan numerasi, sebagaimana termaktub dalam Indikator 4.1.1*.2 Peningkatan proporsi ini merupakan langkah penting dalam mengatasi angka ketimpangan dan kesenjangan dalam pendidikan. 1 Tujuan 4: Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. 2 Indikator 4.1.1*: Proporsi anak-anak dan remaja: (a) pada kelas 4, (b) tingkat SD/kelas 6, (c) tingkat akhir SMP/kelas 9 yang mencapai standar kemampuan minimum dalam: (i) membaca, (ii) matematika.
171 Edutabmu: Bagimu Negeri tanpa Kesenjangan Salah satu keunggulan program Edutabmu adalah perhatiannya terhadap pendidikan anak usia dini yang juga merupakan sasaran dalam Indikator 4.2.1.3 Edutabmu mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam membantu proses pembelajaran pada anak usia dini. Teknologi digital telah menjadi bagian penting dalam segala aspek penyebaran informasi, komunikasi, dan edukasi. Dengan tetap berpegang pada asas tepat-guna, perangkat pembelajaran untuk anak usia dini berbasis teknologi digital yang disediakan Edutabmu diharapkan mampu menunjang pengalaman belajar yang lebih kaya, luas, dan interaktif. Program Edutabmu menjadi salah satu pionir yang mendorong perluasan pemanfaatan perangkat pembelajaran berbasis teknologi digital untuk kelompok anak dan usia dini. Ini merupakan langkah taktis yang harus segera diambil untuk mengatasi ketimpangan dan kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia. Pandemi coronavirus-2019 (Covid-19) mengonfirmasi betapa krusialnya teknologi digital dalam membantu menjamin kesetaraan mutu pada penyelenggaran pembelajaran di sekolahsekolah di tengah keterbatasan infrastruktur dan kompetensi pengajar. 3 Indikator 4.2.1: Proporsi anak usia di bawah 5 tahun yang berkembang dengan baik di bidang kesehatan, pembelajaran dan psikososial menurut jenis kelamin.
172 PILAR PENDIDIKAN
173 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu TRENSAINS Peradaban Ilmu di Ladang Tebu Sudah rahasia umum umat muslim tertinggal dalam sains. Masih sedikit jumlah lembaga pendidikan Islam yang punya misi memajukan sains dan teknologi. Kalaupun ada, bisa dihitung jari jumlahnya. Kenyataan tersebut terjadi bersamaan dengan problem kemiskinan yang juga menimpa negara-negara berpenduduk muslim di dunia, termasuk Indonesia. Sudah tertinggal dalam sains, tertinggal pula dalam ekonomi. Penguasaan atas sains dan teknologi tidak mungkin dipandang sebelah mata. Dalam sejarahnya, selama abad pertengahan, umat muslim pernah merasakan kejayaan peradabaan berkat penguasaan sains, teknologi bahkan filsafat. Pada masa itu, Islam sangat maju dalam sains dan memunculkan nama-nama, seperti Khawarizmi sebagai penemu algoritma dan aljabar. Berkat penguasaan sains pula, Islam menjadi sangat disegani. Sekarang, adakah upaya untuk memajukan dunia muslim melalui sains? Ada! Dan itulah salah satunya yang dikerjakan dalam proyek Trensains di Sragen, Jawa Tengah. Umat muslim harus kembali terdepan dalam bidang sains dan teknologi.
174 PILAR PENDIDIKAN Bukan apa-apa. Semua sudah paham. Penguasaan atas sains adalah implementasi keimanan bagi seorang muslim. Ingat, bukankah Allah Swt. hanya mengangkat derajat orang-orang yang beriman sekaligus berilmu? Persoalannya, pengembangan lembaga pendidikan berbasis sains dan teknologi apakah sudah menarik minat banyak orang? Utamanya kaum muslim. Adakah mereka mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membangun ulang peradaban muslim yang lebih bermartabat? Menuju Trensains Trensains adalah akronim “pesantren” dan “sains”. Lazimnya, apa yang disebut “pesantren” adalah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan kitab-kitab turats, mencakup fikih, hadis, hingga nahwushorof. Tapi, di sini konsep pesantren agak berbeda. Rumpun keilmuan pesantren yang diajarkan hanya studi Al-Qur’an dan bahasa Arab. Dan untuk pengimbuhan “sains” setelah “pesantren”, jelas maksudnya adalah keilmuan sains. Bisa dibayangkan apa yang santri-siswa pelajari di trensains. Mereka akan meneropong kemajuan dan mengembangkan sains dengan berangkat dari cara Al-Qur’an mengapresiasi alam semesta. Cara ini tentu saja membuat para santri-siswa merefleksikan keimanan dirinya sebagai seorang muslim dan alam semesta sebagai perwujudan kekuasaan ilahiah. Jadi, ada “moral” yang akan membingkai cara santri-siswa memahami alam semesta. Konsep trensains bisa dibilang sangat segar. Meski bukan yang pertama. Inilah barangkali format sekolah yang berikhtiar mengajarkan Al-Qur’an supaya bertaut terhadap sains kealaman. Betapa seru dan menantangnya belajar ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pintu pembuka menuju dunia sains.
175 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu Pendidikan model integrasi Islam dan sains seperti ini telah disebut dengan beragam istilah yang sebetulnya saling berbeda maknanya. Misalnya ada “islamisasi sains” atau “pengilmuan Islam”. Yang pada intinya adalah mengutuhkan kembali hubungan antara Islam dan kemajuan sains. Bagaimana ide trensains muncul? Itulah sekarang yang perlu dijelaskan. Sudah lumrah diketahui, dan barangkali sudah diulangulang. Di pentas dunia, dalam kompetisi sains, prestasi negara-negara berpenduduk muslim sangat tertinggal. Padahal, sebagai salah satu populasi umat beragama terbesar di dunia, umat muslim seharusnya dapat mengambil peran memajukan peradaban global. Tapi, nyatanya, umat muslim masih sangat tertinggal dalam bidang sains dan teknologi. Di Indonesia pun, meski pernah ada jargon menyelaraskan “Imtaq” (iman-taqwa) dan “Iptek” (Ilmu pengetahuan dan teknologi), masih banyak yang berpikir kalau Islam dan sains tak boleh saling bersinergi. Berangkat dari kegelisahan ini, Agus Purwanto, pakar fisika teori lulusan Jepang, guru besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS),
176 PILAR PENDIDIKAN sekaligus aktivis Muhammadiyah menawarkan konsep trensains. Agus menulis buku untuk memperkenalkan gagasannya ke publik, di antaranya Ayat-Ayat Semesta (2008) dan Nalar Ayat-Ayat Semesta (2015). Selain itu, Agus juga aktif mengisi forum ilmiah, seminar publik hingga pengajian dengan tema trensains. Upaya memperkenalkan konsep trensains memang tidak mudah. Banyak orang, sekolah dan lembaga pendidikan sebetulnya mengapresiasi. Tapi, belum ada yang sanggup mewujudkan. Sebab, untuk mengembangkan trensains butuh komitmen yang punya napas panjang. Kesiapan untuk mengembangkan jenis lembaga pendidikan yang baru selalu butuh pengorbanan. Agus belum menyerah. Seiring waktu, minat publik pada konsep trensains mulai muncul. Banyak orang mengamini kegelisahannya tentang betapa krusial penguasaan sains dan teknologi di dunia muslim. Sejak itu pula, pria kelahiran Jember 1964 yang akrab disapa Gus Pur ini semakin aktif menawarkan konsepnya ke lembaga-lembaga pendidikan Islam. Perjuangan Agus memperkenalkan konsep trensains akhirnya bersambut gayung. Pada tahun 2013 berdiri SMA Trensains Muhammadiyah Sragen, dan disusul pendirian SMA Trensains Tebuireng Jombang pada tahun 2014. Uniknya, dua sekolah ini merepresentasikan afiliasi ideologi keislaman besar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Meski berbeda, gagasan trensains telah menjadi jembatan pengikat. Keduanya sepakat bahwa dunia sains muslim harus segera dirintis. Khusus SMA Trensains Muhammadiyah Sragen tantangan yang dihadapi tidak sederhana. Karena ini konsep baru, maka perlu perjuangan di aspek lain lagi supaya orang-orang tertarik ikut mengembangkan sekolah ini. Hal itu tidak saja berlaku bagi Agus sebagai “kreator” gagasan, tapi juga guru-guru di SMA Trensains Muhammadiyah Sragen. Mereka harus
177 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu meracik cara agar trensains bisa berkembang. Penggalangan dukungan moril dan finansial terus dilakukan sejak 2013. Inilah cerita mula Lazismu Trensains. Memungut Debu “Kalau bisa dibilang, sejak awal Lazismu sudah bersama kami” kata Ustaz Hakim Zanky Guru SMA Trensains Muhammadiyah Sragen. Ia menegaskan makna lembaga filantropi bagi proyek trensains. “Mulai dari ngobrol di angkringan sampai cari tanah sama-sama” tambahnya. Bagi Ustaz Hakim, lembaga filantropi mungkin tidak sekadar menggalang dana. Tapi juga memupuk harapan. Ia masih mengingat perjuangan awal mendirikan trensains. Dari yang awalnya konsep berubah jadi kenyataan. Tanpa ada harapan, mustahil trensains bisa terwujud. Apalagi yang akan mendorong seseorang melakukan sesuatu kecuali harapan atau mimpi besar?
178 PILAR PENDIDIKAN Begitulah kemudian Ustaz Hakim dan tim pendirian trensains berjuang mencari peluang. “Jika yang lain menawarkan ‘kesengsaraan’ untuk mendapatkan simpati publik. Kami justru membawa misi peradaban,” kata Ustaz Hakim. Yang dia maksud adalah proyek trensains itu murni misi membangun masa depan. Tidak ada cerita sedih yang bisa ditawarkan untuk menggugah orang-orang. Berbagai strategi dicoba. Pertama, melalui jaringan Lazismu Pusat. Belum rezeki. Meski sudah presentasi program trensains, peminat belum banyak. Apalagi rentang 2014 hingga 2018 musibah kebencanaan terjadi terus-menerus. Dana amal dan filantropi mengalir untuk misi mitigasi kebencanaan. Faktor di luar kehendak dan kuasa manusia. Tim pendirian trensains tidak patah semangat. Dukungan dari berbagai kalangan turut membesarkan hati. Misalnya, ada bantuan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sragen melalui penggalangan dana Lazismu Sragen. Sedangkan, Lazismu Pusat membantu sarana pengenalan publik berupa papan iklan bernilai 50 juta rupiah sebagaimana usulan tim pendirian. Makin lama makin meluas dukungan terhadap proyek trensains. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) urun bantuan untuk pembelian tanah. Ternyata, perjuangan mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2015, peletakan batu pertama untuk pendirian gedung baru yang terpisah dari gedung lama bisa dibangun. Lokasi di Desa Dawe, Dusun II, Banaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Pendirian bangunan mulai berjalan. Muncul masalah lain. Warga kampung di sekitar lahan pembangunan minta supaya dibuatkan jalan. Sebab, jalan kampung yang lama jadi rusak karena dilalui angkutan muatan berat selama pembangunan trensains. Lazismu Pusat mengeluarkan biaya untuk membangun ulang jalan kampung. Satu masalah selesai dengan baik. Berkat pembangunan jalan itu pula, simpati warga Dawe pada trensains turut menguat.
179 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu Apa yang dulu hanya di angan saja, sekarang sudah terwujud. Untuk mengisi salah satu gedung yang sudah bisa dipakai untuk aktivitas pembelajaran, bantuan sarana dan prasarana terus mengalir. Lazismu Pusat juga ikut mendukung melalui bantuan untuk perlengkapan laboratorium IPA. “Dari memungut debu, kita bisa membangun peradaban,” ulang Ustaz Hakim mengingat motivasi Agus Purwanto. Lazismu KL Trensains, Strategi Mengikat Debu Untuk memperkuat ikhtiar penggalangan dukungan pendirian trensains, butuh strategi khusus. Jalur penggalangan dana harus diperbanyak atau beragam rupa. Proyek trensains harus bisa menunjukkan semangat kemandirian. Diversifikasi jalur bukan saja kebutuhan, tapi keniscayaan. Supaya proses pengembangan trensains punya beragam alternatif memecah kebuntuan. Kalau tidak, akan sulit juga memperpanjang semangat penggalangan dana. Inilah strategi berikutnya. Mulailah pada tahun 2017, seiring dengan proses pembangunan trensains, sebuah unit penghimpun dan penggalangan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah) didirikan. Bentuknya bukan kantor cabang, tapi Kantor Layanan (KL). Secara koordinatif, Lazismu KL Trensains ada di bawah Lazismu Sragen. “Yang tahu kebutuhan kita, kan kita sendiri,” jelas Ustaz Hakim. “Jadi, kami minta supaya dibuatkan kantor layanan di trensains”. Kantor layanan ini diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan infrastruktur trensains. Mulai dari bangunan sekolah, asrama, masjid, sarana olahraga, dan berbagai fasilitas lainnya. Dana yang dibutuhkan untuk semua ini diproyeksi mencapai 48 miliar rupiah.
180 PILAR PENDIDIKAN Satu alasan lain betapa pentingnya kehadiran Lazismu KL Trensains adalah sifat dasar dari proyek trensains itu sendiri yang harus berkesinambungan. Penggalangan dana tidak cukup hanya satu atau dua tahun saja. Agak berbeda dengan program rekonstruksi bangunan masjid atau bangunan publik lainnya. Khusus untuk proyek trensains, aktivitas penggalangan dana harus dilakukan terus-menerus. Benarlah apa yang diperkirakan tim pendirian trensains. Dengan adanya kantor layanan, segala daya dan potensi penggalangan bantuan dapat dimaksimalkan. Misalnya, karena para orang tua wali santri-siswa merasa biaya pendidikan di trensains tergolong terjangkau, mereka tergerak untuk membantu pembangunan sekolah. Hitung-hitung ikut memajukan sekolah anak-anak mereka sendiri. Berkat keberadaan Lazismu KL Trensains inilah potensi yang ada di depan mata itu bisa digarap dengan baik. Karena tentu tidak terpikirkan secara serius sebelumnya bahwa pengguna layanan sekolah juga bisa menjadi bagian penting yang mendukung proyek trensains. Bahkan muncul “tradisi” di wali santri-siswa untuk meninggalkan kenang-
181 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu kenangan untuk sekolah berupa bantuan sarana dan prasarana. “Ada yang bareng-bareng hibah pembuatan lapangan olahraga,” kata Ustaz Hakim. Sebelumnya, sumber kekuatan filantropi untuk pembangunan trensains berasal dari kelas menengah di kota-kota besar di Jawa Tengah. Tapi itu tentu tidak bisa bertahan jangka panjang. Karena perekonomian akan naik dan turun sehingga berpengaruh pada kekuatan kelas menengah yang dermawan itu. Maka, buah gebrakan inisiatif mendirikan kantor layanan memang menambah semangat. Untuk infrastruktur saja, per tahun 2022, sudah ada di angka 14 miliar rupiah. Itu artinya sejak tahun 2017, percepatan penggalangan dana pembangunan bisa disebut berjalan cepat. Dan, jangan lupa! Pada 2020 hingga 2021 Indonesia diserang pandemi Covid-19. Angka penggalangan dana itu bisa disebut sangat menginspirasi. Peradaban bisa bangkit dari debu! Tak Sembarang Edukasi, Pelayanan dan Pemberdayaan Selain untuk akselerasi pembangunan, Lazismu KL Trensains beroperasi sebagaimana lembaga filantropi pada umumnya. Ada fungsi edukasi, pelayanan dan pemberdayaan. Semua dilakukan dalam rangka “membangun peradaban” yang sejalan dengan cita-cita trensains. Pelajaran penting selama proses pencarian donatur adalah edukasi. Masih banyak orang di awal fase yang belum peduli pada trensains karena belum paham apa itu trensains. Di mana letak urgensi trensains itu dibandingkan dengan, misalnya, mendirikan masjid. Karena itulah, fungsi edukasi bagi Lazismu Trensains sama artinya menyebarkan betapa penting kehadiran lembaga pendidikan Islam yang fokus di bidang sains. Dan, ternyata itu adalah pekerjaan yang tidak bisa dibilang mudah.
182 PILAR PENDIDIKAN Sembari menggalang dana ZIS, para pengurus di Lazismu KL Trensains juga harus mengemas konten informasi seputar trensains secara menarik dan menggugah. Karena itu tadi, tidak mudah untuk mendapat simpati jemaah untuk proyek pendirian trensains. Sembari melakukan edukasi terus-menerus, pengurus Lazismu Trensains pula harus memberi pelayanan terbaik. Salah satunya adalah dengan mengembangkan platform pembayaran ZIS secara digital. Tentu ini bagian dari bentuk adaptasi terhadap perilaku donatur yang menginginkan kepraktisan. Program-program yang ditawarkan oleh Lazismu KL Trensains pun tergolong menarik dan segar. Misalnya ada program zakat produktif untuk
183 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu kebun pisang cavendish. Kemudian zakat produktif untuk trensmart, sebuah unit ritel di dalam trensains. Berbagai jenis zakat produktif dicoba demi memajukan trensains dan mendukung keberdayaan umat. Itulah mengapa kerja-kerja kepelayanan di Lazismu KL Trensains ini niscaya terhubung dengan komitmen pemberdayaan. Mudahnya, setiap dana ZIS yang masuk dikelola dari dan untuk trensains. Kemudian alokasi dana ZIS itu ada pula yang berdampak pada kesempatan kerja bagi warga di sekitar trensains. Jadi memberi manfaat perekonomian bagi warga sekitar. Misalnya mulai dari menjadi pekerja bangunan, teknisi, hingga staf di trensains. Semua insentif murni berkat hasil zakat produktif. Dengan demikian, fungsi pemberdayaan Lazismu KL Trensains memberi dampak ganda. Pada satu sisi bermanfaat untuk mempercepat pembangunan trensains. Pada sisi lain mendatangkan kebermanfaatan bagi warga di sekitar trensains. Kebermanfaatan yang sifatnya konsumtif dan produktif bisa mereka rasakan sekaligus berkat adanya fungsi pemberdayaan yang diusung Lazismu KL Trensains. Apakah dengan mendirikan Lazismu KL Trensains ikhtiar makin mudah? Biarlah waktu yang akan menjawab. Tapi, setidaknya dengan adanya kantor layanan, proyek trensains bisa berkembang pesat. Itulah intinya. Akhir cerita yang diharapkan semua orang supaya peradaban masyarakat muslim yang maju dalam penguasaan sains bisa terwujud. Berkat kegigihan para pengurus, pada 19 September 2021 Kantor Layanan Trensains menerima Piagam Penghargaan Lazismu Award 2021 untuk kategori Kreativitas Penghimpun Terbaik Tahun 2021. SDGs dan Trensains Dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs), proyek Trensains merupakan perpaduan antara penyediaan layanan dan
184 PILAR PENDIDIKAN infrastruktur pendidikan bermutu, inklusif dan berkelanjutan (Target 4, Target 4.a, 4.a.1*);1 peningkatan persentase kelompok muda yang menguasai dan memiliki kemampuan dalam bidang literasi dan numerasi (Target 4.6);2 dan jaminan terhadap kelompok muda termasuk muslim untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan (Target 4.7).3 Proyek Trensains lahir dalam upaya untuk merintis layanan dan infrastruktur pendidikan yang bermutu dan dapat diandalkan. Sebagai negara dengan jumlah populasi masyarakat muslim terbesar di dunia, sekitar 230 juta orang dan GDP 14.535 atau urutan 91 di dunia, kualitas pendidikan sangat krusial untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Trensains merintis integrasi pendidikan keagamaan dan sains untuk memastikan kelompok muda mendapatkan layanan pendidikan yang prima. Ini sangat penting agar populasi kelompok muda muslim yang diharapkan secara sosial dan budaya menguasai pengetahuan keagamaan 1 Target 4: Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Target 4.a: Membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan yang ramah anak, ramah penyandang cacat dan gender, serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, anti-kekerasan, inklusif, dan efektif bagi semua. Indikator 4.a.1*: Proporsi sekolah dengan akses ke: (a) listrik, (b) internet untuk tujuan pengajaran, (c) komputer untuk tujuan pengajaran, (d) infrastruktur dan materi yang memadai bagi siswa disabilitas, (e) air minum layak, (f) fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin, (g) fasilitas cuci tangan (terdiri air, sanitasi, dan higienis bagi semua [WASH] ). 2 Target 4.6: Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi. 3 Target 4.7: Pada tahun 2030, menjamin semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan, termasuk antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya damai dan non-kekerasan, kewarganegaraan global dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan konstruksi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan.
185 Trensains: Peradaban Ilmu di Ladang Tebu tidak absen dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang sains secara layak. Penguasaan kelompok muda terhadap literasi dan numerasi menjadi sangat krusial. Dua bidang ini merupakan pengetahuan pokok untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di segala lini. Dengan pengaruh globalisasi yang semakin mendalam, kelompok muda terutama dari kalangan muslim di Indonesia yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, tidak boleh tertinggal dalam penguasaan literasi dan numerasi sebagai dua kemampuan fundamental untuk menguasai sains modern. Inilah salah satu fungsi penting yang dimiliki oleh SMA Trensains Muhammadiyah Sragen. Berikutnya, SMA Trensains Muhammadiyah Sragen menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran yang menunjang para siswa mencapai pengembangan pribadi, akademik, dan sosial serta karir yang layak. Ini adalah faktor penting untuk mendorong keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Tanpa ada kelompok muda di suatu negara yang memperoleh pengetahuan dan menguasai keterampilan yang relevan, maka langkah menyukseskan pembangunan berkelanjutan akan terhalang oleh faktor-faktor kualitas sumber daya manusia dan problem sosial serta budaya. Merintis sebuah lembaga pendidikan yang mampu meracik titik temu antara kearifan budaya dan sains adalah sebuah keniscayaan. Dan inilah yang diemban oleh SMA Trensains Muhammadiyah Sragen.
186 PILAR PENDIDIKAN
187 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri MSPP Jihad Keilmuan ke Luar Negeri Muhammadiyah Scholarship Preparation Program (MSPP) merupakan program pendampingan dan pendanaan persiapan studi lanjut pada jenjang magister dan doktoral, mencakup dukungan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris atau bahasa asing, pelatihan kepemimpinan, dan penyediaan fasilitas penunjang lain yang relevan. Program ini diselenggarakan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah yang mengemban tugas untuk meningkatkan kualitas kader Persyarikatan yang kelak akan berkiprah di berbagai bidang. Sebagai lembaga filantropi Muhammadiyah, Lazismu Pusat sejak mula telah mendukung penyelenggaraan MSPP. Bagi Lazismu, program ini mempraktikkan penyediaan akses yang berkesinambungan bagi semua orang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang tidak saja akan memberi manfaat bagi Muhammadiyah, tapi juga untuk agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia. MSPP pertama kali diselenggarakan pada tahun 2017. Kini, di tahun 2022, MSPP sudah masuk angkatan ke-5 (Batch V) yang telah berhasil mendorong kader Persyarikatan untuk mendapatkan pendidikan
188 PILAR PENDIDIKAN berkualitas di berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Misi utama program ini adalah mempersiapkan kaum muda muslim yang unggul, maju, dan terdepan. Babat Alas untuk Kemajuan Abad Kedua “Landasan ide dan filosofi MSPP terinspirasi dari wejangan KH Ahmad Dahlan supaya para kader menjadi dokter atau insinyur lalu kembali ke Muhammadiyah,” jelas Muhammad Sayuti, sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah periode 2015-2022. Petuah KH Ahmad Dahlan tersebut yang sangat dikenal di kalangan warga Muhammadiyah tentang betapa pentingnya menguasai ilmu pengetahuan modern dan ikut berkontribusi pada derap kemajuan zaman. Sayuti kemudian menambahkan bahwa dalam konteks kehidupan abad ke-21, penerjemahan nasihat untuk di antaranya menjadi ‘dokter’ atau ‘insinyur’ tersebut bermakna Muhammadiyah harus memiliki SDMSDM yang kompatibel dengan kebutuhan zaman. Muhammadiyah sejak awal berdiri pada tahun 1912 sangat peduli pada kualitas umat muslim Indonesia. Alasan utama mengapa KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah mendirikan sekolah Islam yang modern dan mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tidak lain untuk memajukan taraf pendidikan muslim di nusantara. Di awal abad ke-20, umat muslim sangat tertinggal dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagian besar mengalami keterpurukan akibat kolonialisasi, industrialisasi, dan imperalisasi. Sayuti mengatakan, MSPP menyerap secara kontekstual citacita memajukan kehidupan umat muslim yang telah dilakukan KH Ahmad Dahlan. Hanya saja, dia mencatat, cara menghidupkan nuansa berkemajuan itu tidak akan terjadi tanpa ada desain sistem.
189 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri “Kalau kita cermati, pada dekade-dekade 1970an, 1980an, dan 1990an, banyak tokoh Muhammadiyah, seperti Pak Amien Rais, Buya Syafii Ma’arif, dan Pak Din Syamsuddin bisa mengecap pendidikan tinggi di universitas bergengsi di Amerika dan Eropa berkat usaha sendiri,” tegas Sayuti. “Apakah kita akan terus-menerus mengandalkan kesigapan kader secara individual tanpa mendukung mereka dengan sistem? Jelas tidak. Zaman sudah berubah,” lanjut Sayuti. Bagi Sayuti, posisi program-program dukungan pendidikan seperti MSPP sangat krusial bagi Muhammadiyah. Jika tidak dipersiapkan secara sistematis, ia menduga Muhammadiyah akan ketinggalan dalam persaingan di masa mendatang. Dan, tentu saja ini berdampak pada masa depan umat muslim di Indonesia. “Coba kita lihat, ada berapa sih orang Islam yang mendapat penghargaan Nobel? Padahal umat Islam termasuk populasi yang besar. Bandingkan dengan ilmuwan berlatar belakang Yahudi yang sudah pernah meraih Nobel! Dalam hal ini, umat muslim sudah ketinggalan jauh,” jelas Sayuti.
190 PILAR PENDIDIKAN Ketertinggalan umat muslim dalam persaingan pengembangan sains dan teknologi tidak perlu berlarut-larut. Padahal, bukan tidak mungkin umat muslim mampu bersaing dan berkontribusi di kancah global. Menurut Sayuti, umat muslim Indonesia sangat bisa, terutama Muhammadiyah dengan segala infrastruktur dan etos keislamannya yang kosmopolitan. “Mengapa perlu mengirim kader ke luar negeri? Sebab, pendidikan di luar negeri dalam batas tertentu masih lebih unggul. Sehingga, Muhammadiyah harus melakukan pengiriman anak-anak untuk bisa belajar di luar negeri. Kalau tidak gitu, mereka (generasi mendatang) tidak akan punya pergaulan yang luas. Mereka akan gelagapan menghadapi tantangan zaman. Semuanya akibat orang (generasi) Muhammadiyah kurang pergaulan nanti. Bahkan seandainya ada sekolah di planet Mars pun, kita bakal kirim kader kita ke sana. Semua demi kemajuan generasi muslim di masa mendatang,” jelas Sayuti. Menurut Sayuti, jika umat muslim merasa sangat yakin Islam adalah peradaban alternatif yang lebih baik dan potensial, maka sudah
191 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri seharusnya tidak menjadi ‘katak dalam tempurung’. Umat muslim harus berani berhadapan dan bersaing dengan dunia luar. “Tapi, bagaimana kita mau berdebat kalau komunikasi kita saja tidak jalan? Apalagi kalau buku yang kita baca saja hanya bacaan untuk internal,” tambah Sayuti. “Apakah kita umat muslim hanya ingin jadi objek terus? Apakah kita ini mau jadi konsumen saja terus-menerus? Kapan kita misalnya terlibat dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan? Tapi kita tidak mungkin mengutuk kondisi ini. Karena itulah kita perlu menyicil,” ungkapnya. MSPP, Bahasa Inggris, dan Peradaban Ilmu MSPP merupakan program bantuan pendanaan bagi para kader dan aktivis Muhammadiyah dalam mempersiapkan diri mereka mendapatkan beasiswa studi lanjut jenjang magister dan doktoral di luar negeri. Bantuan pendanaan itu digunakan antara lain dan utamanya untuk memfasilitasi pelatihan bahasa Inggris sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbahasa yang sesuai standar mengakses beasiswa. Kemampuan berbahasa Inggris tidak dapat ditawar, karena sangat menentukan peluang keberhasilan mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Dan karena itulah, kemampuan berbahasa Inggris menjadi momok tersendiri bagi para pencari beasiswa. Mengingat betapa tidak murah biaya yang perlu dikeluarkan setiap orang untuk memperoleh pelatihan dan pembekalan kemampuan berbahasa Inggris demi menunjang perolehan skor IELTS yang sesuai standar lembaga penyandang dana beasiswa, maka MSPP menjadi program persiapan studi lanjut yang sangat dibutuhkan. Kehadiran MSPP memperbesar peluang keberhasilan para kader dan aktivis Muhammadiyah mengakses beasiswa yang mereka butuhkan untuk menempuh pendidikan di luar negeri.
192 PILAR PENDIDIKAN Kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu keterampilan komunikasi global untuk membangun dan mengembangkan jejaring intelektual. Sejak paruh kedua abad ke-20 dan hingga paruh pertama abad ke-21, bahasa Inggris masih menjadi alat komunikasi akademik yang dominan, dan diikuti oleh beberapa bahasa Asia lain yang turut menyebar berkat kemajuan industri teknologi. Sementara itu, bahasa Arab yang lumrah digunakan di dunia muslim masih terbatas penggunaannya untuk aktivitas sosial dan kebudayaan. Hal ini tentu menjadi catatan penting mengingat bahasa Arab pernah menjadi tempat bersinggahnya diskursus peradaban tinggi di dunia. Selain pembekalan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris, MSPP juga mempersiapkan para peserta untuk memahami filosofi mengapa program ini dibuat. Sebagaimana sudah diulas di bagian awal, tujuan jangka panjang MSPP adalah menghasilkan intelektual berkelas yang dapat berkontribusi mengangkat peradaban muslim di masa mendatang. Dan ini hanya akan terjadi jika para peserta mendapatkan bekal wawasan keislaman yang selaras dengan misi mewujudkan Islam yang berkemajuan.
193 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri Para peserta MSPP mendapatkan pembekalan wawasan keislaman melalui kegiatan yang tidak asing di kalangan Muhammadiyah, yaitu Baitul Arqam (BA). Pelatihan ini bertujuan untuk membuka wawasan peserta bahwa misi Islam dan Muhammadiyah yang sesungguhnya adalah berkontribusi bagi peradaban dunia. Pelatihan ini pada dasarnya memang didesain untuk membekali kader dan warga Persyarikatan untuk memahami filosofi, etos dan langgam keislaman dan berislam ala Muhammadiyah. Melalui Baitul Arqam, para peserta diharapkan lebih terbuka dan siap dalam kancah pergaulan global tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai seorang muslim yang kosmopolitan. SDGs dan MSPP MSPP tidak diragukan lagi telah berhasil memenuhi target-target dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yakni: Target 4.6 tentang jaminan peningkatan kemampuan literasi pada kelompok dewasa, baik laki-laki maupun perempuan;1 dan derivasinya dalam Indikator 4.6.1 tentang persentase kemahiran literasi;2 senada dengan Target 4.6 adalah Target 4.7 tentang jaminan memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan;3 Target 4.b tentang 1 Target 4.6: Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi. 2 Indikator 4.6.1: Persentase remaja/dewasa pada kelompok usia tertentu, paling tidak mahir/mampu pada level tertentu dalam keterampilan (i) membaca dan (ii) menghitung, menurut jenis kelamin. 3 Target 4.7: Pada tahun 2030, menjamin semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan, termasuk antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup yang berkelanjutan, hak asasi manusia, keseteraan gender, promosi budaya damai dan non-kekerasan, kewarganegaraan global dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan kontribusi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan.
194 PILAR PENDIDIKAN perluasan kesempatan mengakses beasiswa di negara berkembang;4 Target 8.6 dan derivasinya pada Indikator 8.6.1* tentang proporsi usia muda yang mampu mengakses pendidikan atau pelatihan.5 MSPP mendukung peningkatan kemampuan literasi pada kelompok dewasa secara inklusif tanpa membedakan atas dasar gender. Hal ini ditunjukkan melalui pemberian kuota yang proporsional bagi para peserta laki-laki dan perempuan, serta memberi afirmasi khusus bagi peserta yang berasal dari regional tertentu. Sebagai contoh, pada MSPP Batch IV, persentase peserta perempuan sebesar 59% dan laki-laki sebesar 41% dengan rentang usia 20-30 tahun sebesar 20-30 tahun, dan 31-40 tahun sebesar 50%. Angka ini menunjukkan keseriusan komitmen penyelenggara MSPP untuk mendesain program yang inklusif demi mendukung peningkatan taraf penguasaan literasi yang merata dan menyeluruh. 4 Target 4.b: Pada tahun 2020, secara signifikan memperluas secara global, jumlah beasiswa bagi negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, negara berkembang pulau kecil, dan negara-negara afrika, untuk mendaftar di perguruan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, program teknik, program rekayasan dan ilmiah di negara maju dan negara berkembang lainnya. 5 Target 8.6: Pada tahun 2020, secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan atau pelatihan. Indikator 8.6.1*: Persentase usia muda (15–24) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau mengikuti pelatihan (NEET).
195 MSPP: Jihad Keilmuan ke Luar Negeri Terkait misi perluasan kesempatan mengakses beasiswa, total hingga tahun 2022, sebagian besar alumni MSPP telah berhasil mengakses beasiswa studi jenjang magister dan doktoral di luar negeri. Mereka sukses mendapatkan beasiswa dari lembaga penyandang dana studi, baik yang ada di dalam dan luar negeri, seperti LPDP, AMINEF, Erasmus Mundus, maupun beasiswa yang disediakan oleh pemerintah dari negara tujuan, seperti di Taiwan, Thailand, Tiongkok, Hungaria, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa MSPP telah menjadi sarana penting bagi alumninya untuk mengakses beasiswa sehingga kesempatan mengenyam pendidikan berkualitas semakin terbuka lebar.
196 PILAR PENDIDIKAN
197 Beasiswa Palestina: Solidaritas Muslim Global BEASISWA PALESTINA Solidaritas Muslim Global Beasiswa Palestina merupakan program hasil sinergi Lazismu Pusat, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Quantum Akhyar Institute dan Baznas di bawah tajuk Muhammadiyah Scholarship. Program ini bermaksud menyediakan dukungan pendanaan bagi mahasiswa asal Palestina yang terbatas kapasitas ekonomi dan sosialnya untuk mendapatkan kesempatan studi lanjut jenjang magister di Indonesia. Program yang telah dimulai pada tahun 2021 ini membawa misi mendukung perdamaian dunia, menciptakan hubungan baik dengan sesama negara muslim, dan mendorong pemulihan kawasan akibat agresi kekuatan geopolitik. Dalam menyukseskan program ini, 18 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah membuka kesempatan pada mahasiswa asal Palestina untuk melanjutkan studi di bidang sains, teknologi, dan kesehatan. Tolong Menolong Global Beasiswa Palestina bukan merupakan program internasional pertama dan satu-satunya yang telah diselenggarakan Muhammadiyah. Sejak dekade
198 PILAR PENDIDIKAN 1990an, beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah memberi beasiswa bagi mahasiswa asing misalnya yang berasal dari Thailand Selatan. Beasiswa Palestina adalah salah satu dari sekian komitmen Muhammadiyah untuk mendukung pemerataan akses pendidikan bagi kaum muslim, terutama mereka yang berasal dari negara-negara kecil dan berkembang, atau komunitas muslim yang berada di bawah kondisi kehidupan yang layak. Program ini merupakan kontribusi konkret Muhammadiyah untuk menjamin pemenuhan keadilan dan hak atas pendidikan. Dalam konteks beasiswa Palestina, program ini merupakan langkah strategis sekaligus jangka panjang untuk mendukung perjuangan warga Palestina. Sebagaimana diketahui, masyarakat Palestina menjadi korban agresi militer yang terus-menerus terjadi sejak deklarasi pendirian negara Israel pada tahun 1948. Program Beasiswa Palestina, menurut Muhammad Sayuti selaku sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah 2015-2022, merupakan pendekatan non-politik dalam skema resolusi konflik untuk warga Palestina. Dukungan dana pendidikan diharapkan menjadi salah satu langkah strategis dan berjangka panjang. Sayuti menambahkan bahwa terkait nasib warga Palestina sudah seharusnya negara berpenduduk muslim terbesar dunia seperti Indonesia punya kontribusi nyata dan berkesinambungan. “Konflik Palestina sudah puluhan tahun terjadi, terus orang bertanya apa kontribusi sesama muslim? Muhammadiyah konkret, tidak hanya omong saja. Kita tidak perlu teriak-teriak. Yang lain hanya kecam sana kecam sini. Pertanyaannya sekarang siapa yang bisa blokade Israel? Mereka kecil secara jumlah, tapi secara kualitas menguasai sains dan ilmu pengetahuan. Jadi kalau kita mau melawan mereka, cara paling baik adalah berinvestasi pada upaya peningkatan kualitas umat muslim. Inilah pentingnya program beasiswa,” jelas Sayuti.
199 Beasiswa Palestina: Solidaritas Muslim Global Sayuti mengatakan program ini diharapkan dapat membantu mahasiswa asal Palestina untuk belajar beberapa hal dari masyarakat muslim Indonesia. Ia menjelaskan bahwa para mahasiswa Palestina selain wajib menjalani urusan akademik dengan tekun dan tepat waktu, mereka juga diberi kesempatan untuk ikut melihat panorama kehidupan masyarakat muslim Indonesia. Mereka diharapkan juga dapat mengambil pengalaman dari praktik-praktik pengelolaan kehidupan multikultural, isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, resolusi konflik, hingga keberdayaan ekonomi skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kisah Penerima Beasiswa “(Program Beasiswa Palestina) ini sangat membantu kami mahasiwa dari Palestina. Di negara kami, pendidikan mahal sekali. Dan tidak semua bisa belajar. Banyak teman saya hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA saja. Jadi, jangankan ambil S2, untuk kuliah tingkat bachelor (S1) saja juga sulit dan mahal. Dengan beasiswa ini, saya bisa belajar tanpa perlu menambah beban keluarga,” ungkap Fathi Sulaiman Alrawagh seorang
200 PILAR PENDIDIKAN penerima beasiswa asal Palestina. Ia sekarang telah menjadi mahasiswa S2 jurusan teknik sipil di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Fathi adalah cerminan tantangan yang dihadapi kaum muda muslim di Palestina dalam mengakses pendidikan tinggi. Berdasarkan penuturannya, lepas menyelesaikan studi sarjana, Fathi sebetulnya sudah berniat melanjutkan ke pascasarjana. Persoalannya, ia belum mampu menyediakan biaya yang diperlukan. Sebagaimana telah disampaikannya, biaya untuk studi pascasarjana sangat mahal akibat situasi ekonomi dan politik yang berkecamuk di negaranya. Ia akhirnya memilih bekerja sembari mencari peluang untuk melanjutkan studinya. Titik terang segera menghampiri Fathi. Tidak perlu lama menunggu, ia mendapat informasi bahwa ada program beasiswa yang dikhususkan bagi mahasiswa asal Palestina untuk studi S2 di Indonesia. Fathi kemudian mengontak admin program untuk mencari tahu apa saja persyaratan yang perlu ia persiapkan. “Saya bicara dengan Mushab (admin program) yang bekerja untuk Muhammadiyah di Indonesia. Dia memberi saya banyak pertolongan yang sangat berarti. Dia membantu saya mengunggah dokumen, memilih universitas, dan lain-lain,” ungkap Fathi. Setelah melewati proses yang cukup menantang, Fathi akhirnya mendapatkan izin dari otoritas yang bertanggung jawab atas Palestina untuk berangkat kuliah ke Indonesia. Ia merupakan satu-satunya pelamar program beasiswa S2 di batch I yang berhasil. Para pelamar lain mendapat tantangan serius dalam memperoleh berkas-berkas penting yang mereka perlukan. Mereka akhirnya tidak dapat melanjutkan proses pengajuan diri sebagai penerima beasiswa ke Majelis Diktilitbang. “Ini beasiswa yang sangat bagus untuk saya dan teman-teman saya. Terima kasih banyak untuk Muhammadiyah yang telah mendukung pelajar Palestina untuk belajar,” ungkap Fathi.
201 Beasiswa Palestina: Solidaritas Muslim Global Tantangan Program Sejak dibuka pada akhir tahun 2021, jumlah peserta yang mengajukan diri ke program Beasiswa Palestina cukup membludak. Antusiasme mahasiswa dan pelajar asal Palestina sangat tinggi. Mereka berharap mendapatkan bantuan pendanaan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi, khususnya di jenjang magister. Kendati demikian, ada persoalan lain yang ternyata menjadi penghambat bagi para pelajar dan mahasiswa untuk terbang kuliah ke luar negeri. Padahal, Majelis Diktilitbang sudah menyediakan kuota sebanyak 20 orang per angkatan yang berhak mendapat beasiswa. “Dulu, ketika kami buka program, ada banyak pendaftar yang menghubungi saya. Salah-satunya adalah Fathi Sulaiman Alrawagh. Alhamdulillah yang lolos hanya satu orang dan hanya Fathi ini. Begitu pula di batch II. Kemarin, kita sediakan 20 kuota untuk jenjang master. Ada 12 pendaftar dan hanya 1 yang juga lolos. Mengapa seperti ini? Penyebabnya juga sulit kami identifikasi. Kami menduga terkait dokumen semacam SKCK,” ungkap Mushab, admin program Beasiswa Palestina Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
202 PILAR PENDIDIKAN Tantangan seperti ini menjadi catatan penting bagi Majelis Diktilitbang. Sebagaimana dijelaskan Mushab, mereka tidak bisa berbuat banyak jika otoritas yang bertanggung jawab atas Palestina tidak mengeluarkan izin bagi para pelamar program beasiswa. Padahal, izin tersebut sangat terkait dengan keseluruhan berkas yang mereka perlukan. “Kementerian di Mesir, sebagai otoritas yang bertanggung jawab atas Palestina, mewajibkan pendaftar harus memiliki semacam dokumen SKCK. Persyaratan ini sangatlah berat bagi banyak pelamar. Mereka mengaku sangat sulit untuk mendapatkan berkas penting tersebut. Fathi satu-satunya yang bisa lolos karena ia bisa mendapatkan berkas code of conduct tersebut,” jelas Mushab. Penjelasan Mushab ini menunjukkan betapa tidak mudahnya untuk keluar dari Palestina, sekalipun untuk kepentingan studi lanjut. Para pelajar dan mahasiswa Palestina ini membutuhkan banyak dokumen dan berkas perizinan supaya mereka bisa keluar dari kotanya. Syifa Zia Rahma, staf program Beasiswa Palestina, menambahkan bahwa kendala administratif menjadi masalah bagi semua pelamar beasiswa. Kendati demikian, hal ini tidak berlaku bagi para pelamar untuk program short course yang juga sebetulnya masih satu rangkaian. “Kemungkinan, karena program short course itu merupakan program berdurasi pendek, hanya satu bulan saja, makanya persyaratan administrasinya lebih longgar. Dari target 25 orang, ada 23 yang diterima,” jelas Syifa. Menjalankan Program Program Beasiswa Palestina terdiri atas tiga tahapan, yaitu: koordinasi daring sebelum keberangkatan; kursus dan pelatihan bahasa Indonesia yang ditempuh selama enam bulan; dan program akademik dengan durasi maksimal 4 semester. Tahapan koordinasi luring dilakukan setelah para pelamar beasiswa dinyatakan lolos proses seleksi. Dalam
203 Beasiswa Palestina: Solidaritas Muslim Global tahapan koordinasi luring, para peserta dibantu untuk mempersiapkan berbagai hal yang mereka perlukan sebelum keberangkatan. Para peserta juga mendapatkan pendampingan yang memadai dari staf program secara berkala. “Kalau beasiswa magister kita prioritaskan yang belum pernah S2. Usia mereka tidak lebih dari 30 tahun,” jelas Syifa. Tiba di Indonesia, para peserta diwajibkan mengikuti kursus dan pelatihan bahasa Indonesia. Tahapan ini bertujuan membekali para peserta keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Pelatihan ini diharapkan akan membantu para peserta mengatasi hambatan komunikasi dan interaksi mereka terhadap sesama mahasiswa dan juga pengajar. Setiap peserta dalam program Beasiswa Palestina mendapatkan fasilitas mencakup bantuan pembiayaan dana pendidikan, tunjangan hidup sehari-hari, tempat tinggal, tiket penerbangan, pembuatan visa, tes PCR dan penerapan prosedur karantina, biaya kursus, dan asuransi kesehatan. SDGs dan Beasiswa Palestina Program Beasiswa Palestina menyasar sejumlah Target dan Indikator dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yakni: Target 4.b tentang upaya memperluas jumlah beasiswa bagi negara berkembang atau negara kurang berkembang untuk mendaftar ke perguruan tinggi;1 Target 8.6 dan derivasinya pada Indikator 8.6.1* tentang upaya mengurangi proporsi 1 Target 4.b: Pada tahun 2020, secara signifikan memperluas secara global, jumlah beasiswa bagi negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, negara berkembang pulau kecil, dan negara-negara afrika, untuk mendaftar di perguruan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, program teknik, program rekayasa dan ilmiah di negara maju dan negara berkembang lainnya.
204 PILAR PENDIDIKAN penduduk usia muda yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mendapatkan pelatihan yang relevan.2 Terkait Target 4.b, Beasiswa Palestina membuka kesempatan bagi mahasiswa asal Palestina untuk melanjutkan studi di Indonesia dan menjamin mereka mendapatkan kualitas layanan pengembangan keilmuan yang relevan, di bidang sains, teknologi dan kesehatan. Program ini berupaya memenuhi hak masyarakat global terutama mereka yang hidup dalam situasi dan kondisi tidak layak seperti berada di tengah konflik bersenjata, korban agresi militer luar, dan di daerah dengan tingkat instabilitas ekonomi yang sangat tinggi. Terkait Target 8.6 dan Indikator 8.6.1*, program Beasiswa Palestina telah membantu memfasilitasi tersedianya kesempatan bagi penduduk usia muda untuk mendapatkan peluang studi lanjut. Hal ini telah turut meningkatkan partisipasi kelompok muda dalam berbagai aktivitas dan kegiatan pengembangan diri yang mereka butuhkan. Kelompok muda terutama yang berasal dari negara kecil dan berkembang sangat membutuhkan dukungan untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang berkualitas. 2 Target 8.6: Pada tahun 2020, secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan atau pelatihan. Indikator 8.6.1*: Persentase usia muda (15-24) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau mengikuti pelatihan (NEET).
205 Beasiswa Sang Surya: Pencerahan untuk Tanah Air BEASISWA SANG SURYA Pencerahan untuk Tanah Air Pria sepuh itu seperti tak kenal lelah. Namanya Amri Alza Ketua Badan Pengurus Lazismu Kota Payakumbuh Sumatera Barat. Di sesi wawancara, ia adalah satu-satunya pengurus Lazismu tingkat daerah paling senior yang telah berkenan berbagi kisah sukses program Beasiswa Sang Surya. Sambil tersenyum, kurang lebih ia berkata begini, “Beasiswa pendidikan itu adalah tulang punggung masyarakat. Mau jadi apa masyarakat di masa depan, tergantung tingkat pendidikan mereka.” Amri Alza menyimpulkan hal yang tepat. Bagaimana pun masih lemahnya sistem pendidikan di Indonesia, bersekolah tetap merupakan salah satu akses penting bagi masyarakat kelas bawah untuk mengubah nasib. Di Payakumbuh, Amri Alza sadar betapa pentingnya mendukung minat masyarakat bersekolah. Jika seorang anak dari kelas ekonomi menengah ke bawah tak bisa bersekolah, dapat dipastikan si anak hanya akan terserap di sektor informal. Dulu, masalah bekerja di sektor apa itu tak begitu penting. Entah mau formal seperti pegawai, atau informal seperti buruh kasar di pabrik.
206 PILAR PENDIDIKAN Sebab, masih ada pertanian atau perkebunan yang masih menjanjikan keuntungan. Tapi sekarang persaingan semakin sulit. Ada banyak orang usia produktif, sementara lapangan pekerjaan lokal yang tersedia sangat terbatas. Kalau tak punya ijazah kuliah, tantangan yang dihadapi makin bertambah. Beasiswa Sang Surya adalah program dukungan biaya pendidikan tingkat perguruan tinggi. Program ini ditujukan untuk memperluas akses terhadap jenjang pendidikan sarjana dan bahkan pascasarjana. Sejak tahun 1995, ketika Lazismu Payakumbuh masih bernama BPUZIS dan tahun 2002 berganti nama, program bantuan dana pendidikan sudah dilakukan. Semua ini demi mendukung kesetaraan hak setiap orang dalam mendapatkan kesempatan mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Tetap Bersinar Ketika Pandemi Di Lazismu Payakumbuh, program Beasiswa Sang Surya, tidak dapat dilepaskan dari program Beasiswa Mentari yang ditujukan untuk membantu biaya pendidikan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Sasaran penerima manfaat untuk dua program ini berbeda. Beasiswa Sang Surya disediakan bagi tamatan SMA/SMK atau yang sederajat untuk melanjutkan kuliah. Sedangkan Beasiswa Mentari ditujukan untuk mereka yang masih di bangku sekolah. Walau demikian, pada tingkat penggalangan dana, tidak berjalan terpisah. Program Beasiswa Sang Surya Lazismu Kota Payakumbuh seperti tak kenal redup menjaga sinarnya. Bahkan ketika pandemi coronavirus 2019 melanda seluruh Indonesia. Bukti bahwa komitmen memajukan pendidikan tak dapat dipadamkan. “Ketika pandemi, alhamdulillah Lazismu Kota Payakumbuh masih sempat melanjutkan bantuan pendidikan untuk pelajar di tingkat SD,
207 Beasiswa Sang Surya: Pencerahan untuk Tanah Air SMP, SMA, panti, (program Beasiswa Mentari) dan yang mau masuk ke perguruan tinggi (program Beasiswa Sang Surya),” ungkap Amri Alza. Hal ini dibuktikan dari hasil pengumpulan dana ZIS selama tahun 2021, yakni total sebanyak Rp774.616.929,00 dan sebesar Rp273.600.000,00 dialokasikan khusus untuk pilar pendidikan. Untuk program Beasiswa Sang Surya total disalurkan sejumlah Rp166.000.000,00 dan untuk beasiswa Mentari sebanyak Rp107.600.000,00. Jumlah ini bahkan lebih besar ketimbang program lain seperti untuk pemberdayaan UMKM atau sosial-dakwah. Betapa seriusnya Lazismu Payakumbuh peduli terhadap pendidikan. Jumlah pengumpulan dana ZIS selama masa puncak pandemi pada 2021 memang menyusut dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi. Akan tetapi, Amri Alza menegaskan bahwa jumlah yang berkurang selama pandemi tidak akan meredupkan misi pendidikan. Justru karena di masa-masa sulit seperti ketika pandemi itulah dukungan pada kemajuan pendidikan makin penting. Bahkan ketika pandemi awal pada 2020 yang
208 PILAR PENDIDIKAN diikuti oleh kebijakan pembatasan interaksi sosial fisik dan berlindung di rumah, Lazismu Payakumbuh masih berupaya menyalurkan bantuan pendidikan. “Ketika pandemi 2020, Lazismu Kota Payakumbuh menyerahkan bantuan kepada 8 orang pelajar SD beasiswa masing-masing sebesar 200 ribu rupiah, 66 pelajar SMP mendapat masing-masing 250 ribu rupiah, dan 163 pelajar SMA menerima bantuan beasiswa sebesar 350 ribu rupiah per orang. Untuk panti asuhan sebanyak Rp13.800.000,00,” jelas Amri Alza. Sejak awal berdiri, Lazismu Payakumbuh rutin menyalurkan dana ratusan juta kepada siswa dan mahasiswa di Payakumbuh, Sumatra Barat. Hingga saat ini, bantuan dana yang diberikan itu telah mengantarkan total 850 siswa dan mahasiswa yang berhasil menamatkan atau menyelesaikan pendidikannya. Setiap tahun, kecuali pandemi antara tahun 2020 hingga 2021, dari total dana ZIS yang terkumpul, Lazismu menyalurkan sebanyak 60%–75% untuk program pendidikan. Beasiswa yang diberikan tidak hanya untuk pendidikan di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Lazismu Payakumbuh tercatat memberikan beasiswa kepada mahasiswa Payakumbuh yang menempuh pendidikan tinggi di Mesir, Arab Saudi, dan Turki. Lazismu Kota Payakumbuh yang berkantor di Jl. Sudirman No. 16, Labuh Baru, Payakumbuh Utara ini memberi beasiswa Sang Surya dan Mentari kepada 300 pelajar setiap tahun. Terdiri dari 150 mahasiswa dan 150 siswa. Siswa yang dibantu adalah siswa yang menempuh pendidikan di jenjang SD, SMP, dan SMA. Setiap penerima beasiswa mendapatkan dana mulai dari 500 ribu rupiah hingga satu juta rupiah.
209 Beasiswa Sang Surya: Pencerahan untuk Tanah Air Penerima Beasiswa Menjadi Muzaki Lazismu Payakumbuh melalui program Beasiswa Sang Surya hingga tahun 2021 total telah berhasil mengantarkan 450 orang meraih gelar S1 dan S2. Sebagian besar kuliah di dalam negeri, dan juga telah mampu mengirimkan beberapa orang untuk kuliah ke luar negeri. Beasiswa Sang Surya telah memberi nilai kebermanfaatan tersendiri bagi masyarakat, Persyarikatan Muhammadiyah, dan Lazismu Kota Payakumbuh. Melalui Beasiswa Sang Surya, pelajar, dan mahasiswa penerima manfaat semakin mengenal dan dekat dengan Muhammadiyah. Sebab, setiap penerima bantuan pendidikan selalu mendapatkan bekal wawasan kemuhammadiyahan. Tentu saja pembekalan materi kemuhammadiyahan itu untuk mengenalkan para penerima manfaat tentang apa misi dan visi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Sehingga, mereka diharapkan kelak dapat mendukung dan terpanggil memajukan masyarakat sebagaimana misi Muhammadiyah. Khusus untuk Lazismu Kota Payakumbuh, program ini memberi kebermanfaatan dua arah. Pada mulanya para pelajar yang menerima beasiswa menjadi penerima manfaat. Begitu mereka sukses secara akademik
210 PILAR PENDIDIKAN dan karir, sebagian besarnya mendukung keberlanjutan program Beasiswa Sang Surya dengan menjadi donatur. “Mereka yang dulu pernah menerima bantuan beasiswa sejak SMA dan kuliah, ketika sudah bekerja, mereka berbalik menjadi donatur untuk program ini,” Amri Alza mengatakan ini dengan penuh rasa haru dan bangga. Kepedulian Lazismu Payakumbuh terhadap pendidikan layak dijadikan teladan. Betapa pendidikan adalah nyawa yang menggerakkan denyut nadi masyarakat. Tanpa pendidikan, masyarakat akan lumpuh dan ditinggal oleh peradaban dunia. Kepedulian KH Ahmad Dahlan terhadap pendidikan adalah cerminan. Bahwa sejak awal, Muhammadiyah didirikan untuk memajukan pendidikan bangsa. SDGs dan Beasiswa Sang Surya Beasiswa Sang Surya tidak hanya diselenggarakan oleh Lazismu Payakumbuh. Program ini merupakan platform dukungan dana pendidikan untuk menapaki jenjang perguruan tinggi melalui pendayagunaan dana ZIS yang digerakkan oleh Lazismu secara nasional. Lazismu Payakumbuh menjadi salah satu teladan dalam upaya membantu meningkatkan partisipasi dan membuka akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi. Program ini dengan demikian telah turut mengambil bagian menyukseskan agenda pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Terdapat dua isu utama dalam SDGs yang terpaut langsung dengan program Beasiswa Sang Surya sebagaimana tertera pada Tujuan 1 yang memaklumatkan pengakhiran kemiskinan dalam segala bentuk;1 dan Tujuan 4 tentang jaminan kualitas pendidikan yang inklusif, merata, dan 1 Tujuan 1: Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun.
211 Beasiswa Sang Surya: Pencerahan untuk Tanah Air kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua orang.2 Pada Tujuan 1, pendidikan atau tingkat penguasaan literasi dan numerasi merupakan instrumen krusial dalam mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pada Tujuan 4, semua orang berhak, baik atas kategori usia dan latar belakang sosial, harus dijamin kesempatannya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Terkait dengan Tujuan 1, Beasiswa Sang Surya memerankan fungsi sebagai penyandang dana pendidikan bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan kapasitas finansial yang terbatas untuk mengakses jenjang pendidikan tinggi. Fungsi ini menyasar peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat untuk mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini menjadi sangat krusial mengingat biaya masuk perguruan tinggi sangat mahal, dan nyaris tidak dapat diakses oleh mereka yang berasal dari lapisan paling bawah. Sementara itu, anggaran pendidikan negara sangat terbatas dan hanya tersedia bagi mereka yang memenuhi syarat kualifikasi tertentu. Padahal, pendidikan tinggi adalah salah satu cara bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kapasitasnya dan memperbesar peluang mengakses jenis pekerjaan yang lebih menjanjikan di masa depan. 2 Tujuan 4: Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
212 Berikutnya terkait dengan Tujuan 4, terutama pada derivasinya di Target 4.3 yang menetapkan perlunya jaminan akses ke perguruan tinggi yang setara bagi semua orang, baik perempuan dan laki-laki.3 Berdasarkan Tujuan dan Target ini, Beasiswa Sang Surya mengupayakan jaminan bagi masyarakat dari kalangan kurang mampu untuk mendapatkan kesempatan kuliah di perguruan tinggi. Program ini telah membantu meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi sebagaimana disasar dalam Indikator 4.3.1.(b).4 Peningkatan angka partisipasi ke pendidikan tinggi oleh masyarakat dari lapisan ekonomi menengah ke bawah menjadi tolok ukur penting seberapa jauh target pemerataan akses pendidikan yang tersedia bagi semua orang. Di sini, Beasiswa Sang Surya berperan sebagai instrumen krusial untuk menjamin ketersediaan akses tersebut secara berkesinambungan. Dalam konteks yang lebih luas, Beasiswa Sang Surya merupakan langkah yang relevan untuk mengatasi ketimpangan akses belajar di perguruan tinggi di tengah makin melebarnya jurang kesejahteraan antara kelompok yang paling kaya dan termiskin di masyarakat. Melalui pendayagunaan dana filantropi, Beasiswa Sang Surya telah menjalankan amanat penting untuk menyukseskan target-target dalam SDGs demi terciptanya akses yang inklusif dan berkelanjutan. 3 Target 4.3: Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki, terhadap pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan berkualitas. 4 Indikator 4.3.1.(b): Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT). PILAR PENDIDIKAN
213 PILAR LINGKUNGAN 6 PILAR LAZISMU Pilar Program Penyaluran Lazismu
214 PILAR LINGKUNGAN